Post on 20-Oct-2015
description
i
PENINGKATAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKAANAK
MELALUI PERMAINAN GEOMETRI BOX
DI TAMAN KANAK-KANAK TUNAS KARYA
PADANGPANJANG
SKRIPSI
untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
ROHIMA
NIM 2008 / 08401
JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
SKRIPSI
Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika Anak
Melalui Permainan Geometri Box
Di Taman Kanak-kanak Tunas Karya
Padangpanjang
Nama : Rohima
NIM : 2008/08401
Program Studi : Pendidikan Anak Usia Dini
Jurusan : PGPAUD
Fakultas : Ilmu Pendidikan
Padang, Januari 2012
Disetujui oleh :
Pembimbing I,
Drs. Amril Amir, M. Pd.
NIP. 196206071987031004
Pembimbing II,
Dra. Rivda Yetti
NIP. 196304141987032001
Ketua Jurusan
Dra. Hj. Yulsyofriend, M. Pd.
NIP. 196207301988032002
ii
HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI
Dinyatakan Lulus Setelah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Skripsi
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.
Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika Anak
Melalui Permainan Geometri Box
Di Taman Kanak-kanak Tunas Karya
Padangpanjang
Nama : Rohima
NIM : 2008 / 08401
Program Studi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Jurusan : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas : Ilmu Pendidikan
Padang, Januari 2012
Tim Penguji
Nama Tanda Tangan
1. Ketua : Drs. Amril Amir, M.Pd. 1.------------------------
2. Sekretaris : Dra. Rivda Yetti 2.------------------------
3. Anggota : Dr. Hj. Rakimahwati, M.Pd. 3.------------------------
4. Anggota : Asdi Wirman, S.Pd.I. 4.------------------------
5. Anggota : Dra. Hj. Yulsyofriend, M.Pd. 5.------------------------
ii
iii
Dia memberi hikmah ( ilmu yang berguna ) kepada siapapun yang mendapatkan ilmu yang
berguna tersebut, sesungguhnya dia telah mendapatkan
kebijakan yang banyak ( Qs. Al-Baqarah ayat : 269 )
Siapa yang menginginkan kehidupan dunia,
maka dia harus berilmu siapa yang menginginkan kehidupan akhirat
maka dia harus berilmu Dan siapa yang menginginkan keduanya
Maka ia harus berilmu ( HR. Bukhari )
Aku tahu aku takkan berarti apa-apa
Tanpa-Mu, tanpa cinta-Mu dan Ridho-Mu Ya Allah, ya Rabbi…….
Setitik kebahagiaan dan keberhasilan, ku
persembahkan Kepada sentuhan cinta dan kasih sayang
untuk ayah St. Makmur dan ibu Hj. Rosmanidar Doaku selalu untukmu….
suamiku tercinta Islan Defri, serta saudara-saudaraku
yang selalu memberikan doa dan motivasi dalam menyelesaikan tugas ini….
iv
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, tugas akhir berupa skripsi dengan judul “Peningkatan
Kecerdasan Logika Matematika Anak Melalui Permainan Geometri
Box di Taman Kanak-kanak Tunas Karya Padangpanjang” adalah asli
belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik
Universitas Negeri Padang maupun di Perguruan Tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri yang
dibantu dan diarahkan oleh pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini, tidak terdapat karya tulis atau pendapat yang ditulis
atau yang dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas
dicantumkan sebagai acuan didalam naskah dengan menyebutkan
pengarang dan dicantumkan pada daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran didalam pernyataan ini,
saya bersedia menerima sangsi akademik dan sangsi lainnya sesuai dengan
norma dan ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, Januari 2012
Yang menyatakan
Rohima
NIM 2008/08401
v
ABSTRAK
Rohima, 2012. “Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika Anak Melalui
Permainan Geometri Box di Taman Kanak-kanak Tunas
Karya Padangpanjang”. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Padang.
Kecerdasan Logika Matematika anak dalam mengenal lambang bilangan,
konsep bilangan, bentuk-bentuk geometri dan membedakan berbagai ukuran dan
warna masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Peningkatan
Kecerdasan Logika Matematika Anak Melalui Permainan Geometri Box di Taman
Kanak-kanak Tunas Karya Padangpanjang.
Jenis Penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas, dengan subjek
penelitian anak kelompok B1 TK Tunas Karya Padangpanjang yang berjumlah 14
orang anak. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, pencatatan
lapangan, dokumentasi dan wawancara. Penganalisisan data dilakukan dengan
teknik persentase. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri
dari tiga kali pertemuan.
Hasil penelitian disetiap siklus telah menunjukkan adanya peningkatan
kecerdasan logika matematika anak. Pada siklus I kecerdasan logika matematika
anak masih terlihat rendah, dilanjutkan pada siklus II peningkatan kecerdasan
logika matematika anak lebih meningkat serta menunjukkan hasil yang positif.
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan hal-hal berikut. Pertama,
penerapan teknik terstruktur dalam dua siklus (enam kali pertemuan tatap muka)
dapat meningkatkan secara signifikan kecerdasan logika matematika anak TK
Tunas Karya Padangpanjang dengan rata-rata peningkatan 65,72%. Kedua, anak
kelompok B1 TK Tunas Karya Padangpanjang merasa senang dan aktif dalam
bermain geometri box untuk meningkatkan kecerdasan logika matematika.
.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulisan skripsi ini telah diselesaikan. Skripsi ini diajukan
sebagai tugas akhir dalam mengikuti pendidikan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendididkan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang. Skripsi yang berbentuk Penelitian
Tindakan Kelas ini mencermati dan menganalisis Peningkatan Kecerdasan Logika
Matematika Anak Melalui Permainan Geometri Box di TK Tunas Karya
Padangpanjang.
Penyusunan skripsi ini mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moral
maupun material. Untuk itu, diucapkan terima kasih yang tulus kepada Bapak Drs.
Amril Amir, M.Pd. dan Ibu Dra. Rivda Yetti sebagai pembimbing yang banyak
memberikan arahan, motivasi, dan kemudahan; Ibu Dra. Hj. Yulsyofriend, M.Pd.
dan Ibu Dr. Hj. Rakimahwati, M.Pd. sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini; Prof. Dr. H. Firman, M.S.,Kons.
sebagai Dekan FIP UNP yang telah memberikan berbagai fasilitas; Ibu Nurul
misbah sebagai Kepala Taman Kanak-kanak Tunas Karya Padangpanjang yang
telah memberi izin untuk melakukan PTK di sekolah yang dipimpinnya; Ibu
Gusnimar sebagai kolaborator dalam penelitian ini. Semoga segala budi baik
bapak, ibu, dan teman-teman menjadi amal di sisi Allah SWT.
Akhirnya dipersembahkan penelitian ini kepada tim penguji serta pembaca
yang budiman agar dapat memberikan saran-saran demi kesempurnaan penelitian
ini. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Padang, Januari 2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR BAGAN ............................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 7
C. Batasan Masalah ................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9
G. Defenisi Operasional .......................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ....................................................................................... 11
1. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini ............................................ 11
2. Kecerdasan .................................................................................. 16
3. Kecerdasan Logika Matematika .................................................. 20
4. Pentingnya Bermain dalam Mengoptimalkan PAUD ................. 26
5. Pemanfaatan Alat Permainan Edukatif ....................................... 28
6. Permainan Geometri Box ............................................................. 30
B. Penelitian yang Relevan ..................................................................... 33
C. Kerangka Konseptual ........................................................................ 34
D. Hipotesis Tindakan ............................................................................ 35
BAB III RANCANGAN PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 36
B. Subjek Penelitian .............................................................................. 36
C. Prosedur Penelitian ........................................................................... 37
D. Instrumentasi .................................................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 45
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 45
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Temuan Penelitian ............................................................................. 48
1. Deskripsi kondisi Awal ........................................................ 48
2. Deskripsi Siklus I ................................................................. 51
3. Deskripsi siklus II ................................................................ 75
B. Pembahasan ............................................................................ 102
ix
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................... 105
B. Implikasi........................................................................................ 106
C. Saran .................................................................................................. 106
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 108
LAMPIRAN........................................................................................................ 110
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Fotmat Kriteria hasil pembelajaran anak ............................................... 42
Tabel 2. Format observasi anak ........................................................................... 43
Tabel 3. Format wawancara ................................................................................. 44
Tabel 4. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box Pada kondisi
Awal ( Sebelum Tindakan ) .................................................................... 49
Tabel 5. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box Pada Siklus I (Setelah Tindakan)
Pertemuan I ............................................................................................ 59
Tabel 6. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box Pada siklus I
(Setelah Tindakan) Pertemuan II ............................................................ 62
Tabel 7. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box Pada Siklus I
(Setelah Tindakan) Pertemuan III ........................................................... 65
Tabel 8. Hasil Wawancara Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus I (Setelah Tindakan) Pertemuan III ..................................... 68
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika
Matematika Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus I Pertemuan I,II dan III ( Setelah Tindakan ) ...................... 73
Tabel 10. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus II ( Setelah Tindakan) Pertemuan I .................................. 83
Tabel 11. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus II ( Setelah Tindakan) Pertemuan II ................................. 87
Tabel 12. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus II ( Setelah Tindakan) Pertemuan III 90
xi
Tabel 13. Hasil Wawancara Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika Melalui
Permainan Geometri Box
Pada Siklus II (Setelah Tindakan) Pertemuan III ............................... 92
Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika
Matematika Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus II Pertemuan I,II dan III ( Setelah Tindakan) ................... 97
Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Wawancara Peningkatan Kecerdasan Logika
Matematika Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus I dan II (Setelah Tindakan) ............................................. 100
xii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box
Pada Kondisi Awal ( Sebelum Tindakan) .......................................... 51
Grafik 2. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus I (Setelah Tindakan) Pertemuan I .................................. 61
Grafik 3. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus I (Setelah Tindakan) Pertemuan II ................................ 64
Grafik 4. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus I (Setelah Tindakan) Pertemuan III ............................... 67
.
Grafik 5. Hasil Wawancara Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus I (Setelah Tindakan) Pertemuan III ............................... 70
Grafik 6. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus II ( Setelah Tindakan) Pertemuan I ............................... 75
Grafik 7. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus II ( Setelah Tindakan) Pertemuan II .............................. 86
Grafik 8. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus II ( Setelah Tindakan) Pertemuan III ............................. 89
Grafik 9. Hasil Wawancara Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus II (Setelah Tindakan) Pertemuan III .............................. 92
Grafik 10. Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika
Matematika Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus I Pertemuan I,II dan III ( Setelah Tindakan) .................. 95
Grafik 11. Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika
xiii
Matematika Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus II Pertemuan I,II dan III ( Setelah Tindakan) ............... 99
Grafik 12. Rekapitulasi Hasil Wawancara Peningkatan Kecerdasan Logika
Matematika Melalui Permainan Geometri Box
Pada Siklus I Dan II (Setelah Tindakan) ......................................... 102
xiv
DAFTAR GAMBAR BAGAN
Halaman
GAMBAR I Bagan Skema Pesan ………………………………………. 29
GAMBAR II Kerangka Konseptual………………………………………. 35
GAMBAR III Siklus Suhardjono…………………...................................... 38
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
I. Satuan Kegiatan Harian...................................................................... 110
II. Lembar Penilaian kecerdasan Logika Matematika anak..................... 117
III. Gambar kegiatan guru dan anak pada siklus I dan II......................... 124
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran. Hal ini bertujuan agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mewujudkan semua itu perlu dilakukan berbagai strategi dan
integral yang menunjang penyelenggaraan pendidikan. Kesempatan
memperoleh pendidikan yang berkualitas berlaku untuk semua kalangan
masyarakat, mulai dari usia dini sampai jenjang pendidikan tinggi.
Pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut. sebagaimana ditetapkan
1
2
dalam Undang - Undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang berbunyi :
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Usia dini merupakan masa keemasan ( Golden age ) seorang anak
manusia, masa peletakan pondasi kecerdasan manusia, masa
pengembangan dan pembentukan berbagai kemampuan. Anak adalah aset
bagi orang tua, bangsa dan Negara yang kelak akan berharga menjadi
sumber daya manusia. Masa keemasan ini tidak akan terjadi dua kali,
keberhasilan upaya pengembangan kecerdasan anak usia dini sangat
ditentukan oleh bagaimana kualitas lingkungan dan stimulasi dari
lingkungan anak.
Pendidikan anak usia dini khususnya Taman Kanak-kanak, pada
dasarnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan seluruh aspek kepribadian
dan kemampuan anak, seperti moral dan nilai – nilai agama, sosial,
emosional, kemandirian, bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni.
Mencermati pentingnya pendidikan dan pembelajaran bagi anak
usia dini, tampaklah bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan pada
pendidikan anak usia dini, yakni: 1) materi pendidikan, dan 2) metode
pendidikan yang dipakai. Secara singkat dapat dikatakan bahwa materi
maupun metode pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak
3
usia dini harus benar–benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka
dan prinsip–prinsip pembelajaran bagi anak usia dini.
Sesuai dengan prinsip pembelajaran di Taman Kanak-kanak, yaitu
bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain adalah wadah yang
tepat untuk menambah perkembangan potensi yang ada pada anak.
Bermain adalah dunia anak dan merupakan cara yang paling baik untuk
mengembangkan kemampuan anak, khususnya anak usia dini. Sebelum
bersekolah bermain merupakan cara alamiah anak untuk mengenal
lingkungannya, orang lain dan dirinya. Pada prinsipnya bermain
mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses dari pada hasil.
Peran pendidik ( orang tua, guru dan orang dewasa lain ) sangat diperlukan
dalam upaya pengembangan anak, upaya pengembangan tersebut harus
dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya
bermain. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi,
menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara
menyenangkan.
Untuk tercapainya perkembangan anak secara optimal sesuai
harapan kita semua, perlu kiranya guru membelajarkan anak melalui
kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan menarik serta membangkitkan
rasa ingin tahu anak dan memotivasi anak untuk berpikir kritis, kreatif
dalam suasana yang menyenangkan.
Dalam rangka menghadapi era globalisasi, program pendidikan
harus mampu memberikan bekal pada peserta didik untuk memiliki daya
4
saing yang tinggi dan tangguh. Daya saing yang tangguh dapat terwujud
jika peserta didik memiliki kreativitas, kemandirian, kemampuan dasar dan
mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan–perubahan yang terjadi
pada berbagai bidang kehidupan di masyarakat.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa usia prasekolah
merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi dan
kecerdasan yang dimiliki anak-anak, salah satu kecerdasan yang harus
dikembangkan adalah kecerdasan logika matematika anak. Pengembangan
kecerdasan logika matematika di TK diharapkan tidak hanya berkaitan
dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental social dan
emosional anak didik. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya harus
dilakukan secara menarik dan bervariasi.
Menurut Campbell ( 2006:40 ) “Intelegensi logika matematika
melibatkan banyak komponen seperti: perhitungan secara sistematis,
berfikir logis, pemecahan masalah, ketajaman pola – pola dan hubungan”.
Optimalisasi perkembangan anak memerlukan pengkondisian yang
kondusif, guru perlu memfasilitasi anak agar dapat berkembang dengan
baik.
Matematika bisa dijadikan bagian yang integral dari semua kegiatan
belajar, anak-anak harus diberi kesempatan-kesempatan untuk
menghitung, menyortir, dan menggolongkan dalam berbagai konteks. Ini
akan mendukung perkembangan anak dalam berfikir matematis dan
bernalar. Guru memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran
5
matematika, guru harus menguasai materi dengan baik, menguasai teknik
pengajaran dan harus memahami karakter serta kemampuan anak didik.
Namun pada kenyataannya, di TK Tunas Karya Padangpanjang
guru kurang menekankan kegiatan pembelajaran matematika di kelasnya.
Kemampuan anak dalam logika matematika terlihat masih rendah seperti
anak belum mengenal angka 1- 10, anak tidak mengenal bentuk-bentuk
geometri, banyak yang belum bisa membedakan bermacam warna, belum
bisa menghitung benda 1-10 dan tidak bisa menyusun ukuran benda dari
yang kecil-besar atau sebaliknya.
Perberdayaan lingkungan dan pemanfaatan sumber belajar belum
secara optimal dalam memfasilitasi perkembangan anak terutama pada
kegiatan peningkatan kecerdasan logika matematika anak. Guru juga
mengajarkan kemampuan yang berkaitan dengan matematika dengan
mengadopsi pola – pola pembelajaran di sekolah dasar, tanpa
memperhatikan prinsip – prinsip pembelajaran anak usia dini serta tidak
sesuai dengan karakteristik dan kemampuan anak. Sehingga TK tidak lagi
menjadi taman yang indah dan tempat bermain bagi anak tetapi beralih
fungsi menjadi “sekolah” TK. sehingga kecerdasan logika matematika
pada diri anak menjadi kurang serta anak sulit belajar yang berkaitan
dengan logika matematika tersebut. Kegiatan pembelajaran yang
berhubungan dengan matematika menjadi sesuatu hal yang menakutkan
dan tidak menyenangkan bagi anak.
6
Menurut Depdiknas 2005 kemampuan logika matematika anak usia
4 – 6 tahun mencakup beberapa indikator diantaranya:
1. Kemampuan dalam memahami bilangan dan konsep bilangan.
a. Kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan 1 – 10
b. Kemampuan anak dalam mengurutkan bilangan 1 – 10
c. Kemampuan anak dalam menghubungkan lambang bilangan
dengan konsep bilangan 1 – 10
2. Kemampuan anak dalam mengenal dan memahami bentuk geometri.
Keterampilan dalam mengelompokkan geometri pada usia 4 – 6 tahun
idealnya berjumlah 5 jenis bentuk geometri diantaranya bujur sangkar,
persegi panjang, segi tiga, lingkaran dan setengah lingkaran.
3. Kemampuan dalam mengelompokkan warna, bentuk/pola dan ukuran
benda.
Pengalaman penulis sebagai pendidik di TK Tunas Karya
Padangpanjang menemukan sebagian besar anak masih rendah
kemampuan logika matematikanya, karena masih banyak anak yang belum
mampu memahami konsep bilangan, mengenal bentuk geometri,
menyebutkan urutan bilangan dan mengenal beberapa warna. Kemampuan
dan kecerdasan logika matematika anak masih rendah diduga karena
kurang tersedianya dan kurang menariknya alat pembelajaran serta
kurangnya motivasi guru dalam mengajar, metode yang digunakan guru
juga kurang bervariasi.
7
Berdasarkan hal diatas, maka dalam rangka memenuhi kebutuhan
dan masa peka anak pada aspek kecerdasan logika matematika ini perlu
dibuat dan dikembangkan suatu bentuk permainan yaitu “Permainan
Geometri Box” untuk memberikan dorongan dan rangsangan dalam
peningkatan kecerdasan logika matematika anak, sehingga menjadi hal
yang menyenangkan dan menarik bagi anak didik kita.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, dapat diidentifikasi
beberapa masalah yang dihadapi dalam peningkatan kecerdasan logika
matematika anak di TK Tunas Karya Padangpanjang sebagai berikut:
1. Kurangnya minat anak dalam kegiatan yang berkaitan dengan
pembelajaran logika matematika.
2. Kurangnya kemampuan anak dalam pembelajaran yang berkaitan
dengan logika matematika seperti anak belum mengenal angka 1-10,
anak tidak mengenal bentuk-bentuk geometri, banyak yang belum bisa
membedakan bermacam warna, belum bisa menghitung benda 1-10 dan
tidak bisa menyusun ukuran benda dari yang kecil-besar atau
sebaliknya.
3. Kurangnya guru dalam menggunakan Alat Permainan Edukatif / APE
4. Guru kurang memotivasi anak dalam kegiatan pembelajaran.
5. Metode yang digunakan guru kurang bervariasi dan kurang sesuai
dengan taraf perkembangan anak usia dini.
8
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, supaya penelitian ini lebih
terarah, mengingat waktu, kemampuan dan sarana yang terbatas, maka
penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu :
1. Kemampuan anak dalam belajar tentang logika matematika.
2. Media, alat dan metode yang digunakan guru untuk mencapai
kecerdasan logika matematika di Taman Kanak-kanak Tunas Karya
Padangpanjang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian ini yaitu: bagaimana upaya peningkatkan kecerdasan logika
matematika anak melalui permainan Geometri Box di Taman Kanak-
kanak Tunas Karya Padangpanjang ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan pada penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Memperbaiki proses pembelajaran dalam peningkatan kecerdasan
logika matematika anak.
2. Meningkatkan kecerdasan logika matematika anak melalui permainan
Geometri Box.
3. Mendeskripsikan upaya peningkatan kecerdasan logika matematika
anak melalui permainan Geometri Box di Taman Kanak-kanak Tunas
Karya Padangpanjang.
9
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan
manfaat:
1. Bagi anak
Meningkatkan kecerdasan logika matematika anak sejak dini.
2. Bagi guru.
Memperkaya wawasan dan keterampilan guru dalam memperbaiki
proses pembelajaran dengan menggunakan metode yang bervariasi
dalam pengembangan kecerdasan logika matematika anak.
3. Bagi sekolah.
Dapat meningkatkan mutu pendidikan di TK Tunas Karya
Padangpanjang.
4. Bagi penulis.
Dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan
pembelajaran terutama dalam meningkatkan kecerdasan logika
matematika anak, dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan di jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG
– PAUD) FIP Universitas Negeri Padang.
G. Defenisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan
agar kesamaan konsep dan pengertian serta menghindari kesalahpahaman
yaitu sebagai berikut:
1. Kecerdasan logika matematika
10
Kecerdasan logika matematika adalah kecerdasan dalam hal angka dan
logika. Kecerdasan ini melibatkan keterampilan mengolah angka dan
kemahiran menggunakan logika atau akal sehat.
2. Permainan Geometri Box
Permainan “Geometri Box“ adalah merupakan permainan anak berupa
kotak dengan bentuk – bentuk geometri yang dilubangi pada dinding
atau sisi – sisi kotak tersebut, yang disertai dengan kepingan –
kepingan bentuk geometri dan angka yang dapat dimainkan oleh
individu dan kelompok kecil.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam Undang-Undang Sisdiknas dinyatakan bahwa anak
Usia Dini merupakan anak yang berusia 0-6 tahun. Pada masa ini
anak sedang menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat.
Menurut para ahli psikologi, usia dini ( 0-8 tahun ) sangat
menentukan bagi anak dalam mengembangkan potensinya, potensi
yang dimiliki pada usia dini sangat besar manfaatnya untuk
pengembangan kualitas manusia.
Osborn, dkk ( dalam Mutiah, 2010:2 ) menyatakan bahwa
perkembangan intelektual anak terjadi sangat besar pada tahun-
tahun awal kehidupan anak. Kehidupan pada masa anak-anak
dengan berbagai pengaruhnya adalah masa kehidupan yang sangat
penting khususnya yang berkaitan dengan diterimanya rangsangan
( stimulasi ) dan perlakuan dari lingkungan hidupnya.
Menurut Reber ( dalam Mutiah, 2010:3 ) kehidupan masa
anak-anak merupakan suatu periode yang disebut periode kritis
atau periode sensitive yaitu saat dimana individu memperoleh
12
rangsangan, perlakuan atau pengaruh dari lingkungan pada masa
atau saat yang tepat.
Kualitas perangsangan harus diatur sebaik-baiknya, tentunya
memerlukan intervensi baik dari guru maupun orang tua.
Perangsangan harus diberikan pada saat yang tepat supaya
memperoleh dampak yang positif bagi anak.
Dengan demikian sangatlah jelas bahwa Pendidikan anak usia
dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati
posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya
manusia, karena rentang anak usia dini merupakan rentangan usia
kritis dan strategis dalam proses pendidikan yang dapat
mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada tahap
selanjutnya.
Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan
yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memilki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, non formal,
dan informal.
13
Anak merupakan pribadi yang unik, yang memiliki pola
serta irama perkembangan yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik,
kecerdasan, social-emosional, bahasa dan komunikasi sesuai
dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh
anak usia dini.
b. Ciri anak usia dini
Menurut Solehuddin ( dalam Rusdinal, 2008:13) ada
beberapa karakteristik anak usia dini yang menonjol dalam
kaitannya dengan aktivitas belajar. Karakteristik anak yang
dimaksud adalah
a) unik; b) mengekspresikan perilaku secara relative
spontan; c) bersifat aktif dan enerjik; d) egosentris; e)
memilikirasa ingin tahu yang kuat dan antusias; f)
eksploratif dan berjiwa petualang; g) kaya dengan
fantasi/khayalan; h) mudah frustrasi; i) kurang
pertimbangan dalam melakukan sesuatu; j) memiliki
daya perhatian yang masih pendek; k) usia belajar yang
potensial dan l) semakin menunjukkan minat terhadap
teman.
c. Cara Belajar Anak Usia Dini
Cara atau karakteristik belajar anak usia dini berbeda
dengan orang dewasa. Berkaitan dengan cara belajar bagi anak usia
dini Sujiono (2008:86) mengemukakan bahwa anak usia dini
memiliki ciri-ciri seperti berikut ini:
14
1) Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila
kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan
aman dan tentram secara psikologis.
2) Siklus belajar anak selalu berulang, dimulai dari
membangun kesadaran, melakukan penjelajahan
(eksplorasi), memperoleh penemuan untuk
selanjutnya anak dapat menggunakannya.
3) Anak belajar melalui interaksi social dengan orang
dewasa dan teman sebayanya.
4) Minat anak dan keingintahuannya memotivasi
belajarnya.
5) Perkembangan dan belajar anak harus
memperhatikan perbedaan individual
6) Anak belajar dengan cara sederhana ke rumit, dari
konkret ke abstrak, dari gerakan ke verbal dan dari
keakuan ke rasa sosial.
d. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
TK merupakan lembaga pendidikan formal, yang
menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun, yang
implementasinya lebih menekankan pada prinsip “bermain sambil
belajar atau belajar seraya bermain” dan bermain adalah bekerja
bagi anak. Kegiatan pembelajaran di TK akan lebih bermakna bagi
anak apabila dikemas dengan bermain.
Mayke (dalam Sudono 1995:3) menyatakan bahwa :
belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada
anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang,
menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan,
serta mendapatkan bermacam-macam konsep dan
pengertian yang tidak terkira banyaknya. Disinilah
proses pembelajaran terjadi.
Di usia 3 - 5 tahun kecerdasan anak sudah sangat maju dan
kompleks, sehingga diperlukan stimulasi yang lebih tepat untuk
mengembangkan kecerdasan mereka itu, salah satunya dengan
15
bermain. Bermain merupakan sarana yang efektif dalam upaya
pengembangan kreativitas anak usia dini secara motorik, sosial dan
kognitif.
Untuk itulah, metode paling tepat memberikan stimulasi
pada anak-anak adalah dengan bermain, karena bermain adalah
dunia anak serta menyenangkan bagi anak-anak.
Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
anak usia dini pada jalur formal yang menyelenggarakan program
pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun.
Menurut Frobel ( dalam Masitoh, 2005:36 ) Pendidikan Taman
Kanak-kanak harus mengikuti sifat, karakteristik dan
perkembangan anak disekolah. Guru bertanggung jawab
membimbing dan mengarahkan anak didik, dengan memperhatikan
prinsip pembelajaran di TK.
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 27 tahun 1990 tentang
Pendidikan Pra Sekolah yang berbunyi “Pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan
dasar. Jadi keberadaan TK sangat besar manfaatnya bagi anak usia
dini 4-6 tahun.
Tujuan TK adalah Membantu anak didik mengembangkan
berbagai potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan
16
nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik,
kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
Pelaksanaan pembelajaran di TK sesuai dengan kurikulum
(KBK 2004) Kurikulum Berbasis Kompetensi, pembelajaran
berdasarkan minat memakai prinsip bermain sambil belajar dan
belajar seraya bermain. Jadi semua potensi yang ada pada anak
dikembangkan melalui permainan yang menyenangkan sesuai
minat anak.
2. Kecerdasan
a. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan merupakan ungkapan dari cara berfikir
seseorang yang dapat dijadikan modalitas belajar. Kecerdasan bagi
seseorang memiliki manfaat yang besar bagi diri sendiri dan bagi
pergaulannya dimasyarakat karena dengan tingkat kecerdasan yang
tinggi seseorang akan semakin dihargai di masyarakat apabila ia
mampu berkiprah dalam menciptakan hal-hal yang baru.
Gardner ( dalam Sujiono, 2008:176 ) menyatakan bahwa
kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah,
menciptakan produk yang berharga dibuat dalam satu atau
beberapa lingkungan budaya masyarakat.
Pada dasarnya setiap individu berbeda satu dengan
lainnya, masing-masing individu akan mempertahankan hidup dan
mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan cara
17
yang berbeda pula. Setiap individu mrmiliki laju dan kecepatan
belajar yang berbeda beda, untuk itulah guru di sekolah ataupun
orang tua di rumah harus memperlakukan masing-masing anak
yang memang berbeda dengan memberikan kesempatan yang
berbeda pula.
Orang tua di rumah ataupun guru di sekolah pastilah
menghendaki anak didiknya menjadi anak yang cerdas baik dari
aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai dengan tingkat
usianya. Tingkat kecerdasan yang dimiliki anak akan menentukan
masa depannya, baik cerdas dari aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Anak cerdas adalah harapan semua orang, akan tetapi
untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah. Tantangan bagi
guru dan pendidik adalah menciptakan kondisi pembelajaran yang
kondusif untuk mengembangkan model pembelajaran yang sesuai
dengan kadar kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak.
Binet ( dalam Musfiroh, 2008:1.3 ) mengatakan bahwa
kecerdasan adalah kemampuan yang terdiri dari tiga komponen,
yaitu: 1) kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan;
2) kemampuan untuk mengubah arah pikiran atau tindakan; dan
3) kemampuan untuk mengkritisi pikiran dan tindakan sendiri.
Jadi seseorang anak bisa dikatakan cukup cerdas atau
tidak, dapat dinilai berdasarkan pengamatan terhadap cara dan
18
kemampuan anak melakukan tindakan dan kemampuan mengubah
arah tindakan apabila diperlukan.
Sedangkan Piaget ( dalam Musfiroh, 2008:1.4 ) melihat
kecerdasan atau intelegensi secara kualitatif, berdasarkan aspek isi,
struktur dan fungsinya. Untuk menjelaskan ketiga aspek tersebut,
Piaget mengaitkan intelegensi atau kecerdasan dengan periodisasi
perkembangan biologis, meliputi sensorimotorik, praopersional,
konkret operasional dan abstrak operasional.
Jadi kecerdasan seorang anak berhubungan dengan
perkembangan biologisnya, semua tahapan perkembangan biologis
yang dilalui anak berpengaruh dari tahapan sejak usia lahir sampai
ia dewasa.
b. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Anak
Menurut Gardner ( dalam Musfiroh, 2008:36 ) Setiap
kecerdasan didasarkan pada potensi biologis, yang kemudian
diekspresikan sebagai hasil dari faktor-faktor genetik dan lingkungan
yang saling mempengaruhi. Secara umum, individu normal mampu
menunjukkan bauran beberapa kecerdasan. Kecerdasan tidak pernah
dijumpai dalam bentuk murni. Sebaliknya, kecerdasan tertanam
berbagai sistem simbol, sepertti bahasa, gambar, peta, notasi musik
dan simbol matematika.
Dengan demikian kecerdasan anak dalam sesuatu bidang
didukung oleh kecerdasan bidang yang lainnya, seperti untuk
19
menjadikan seorang arsitektur, seseorang perlu memiliki kecerdasan
visual-spasial, logika-matematika, kinestetik dan interpersonal yang
tinggi. Kecerdasan anak akan berkembang dengan baik dan
menonjol apabila diberi rangsangan dan bimbingan yang tepat sejak
usia dini oleh orang tua dan gurunya.
c. Karakteristik Kecerdasan Anak
Gardner ( dalam Musfiroh, 2008:37 ) menyatakan
kecerdasan anak mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut:
1) Semua intelegensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya
sederajat. Tidak ada intelegensi yang lebih baik atau
lebih penting dari intelegensi yang lain.
2) Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang
tidak persisi sama. Semua kecerdasan dapat dieksplorasi,
ditumbuhkan dan dikembangakan secara optimal.
3) Terdapat banyak indikator kecerdasan dalam tiap-tiap
kecerdasan.
4) Semua kecerdasan yang berbeda-beda tersebut bekerja
sama untuk mewujudkan aktivitas yang diperbuat
manusia, satu kegiatan mungkin memerlukan lebih dari
satu kecerdasan dan satu kecerdasan dapat digunakan
dalam berbagai bidang.
5) Semua jenis kecerdasan tersebut ditemukan diseluruh
atau disemua lintas kebudayaan diseluruh dunia dan
kelompok usia.
6) Tahap-tahap alami dari setiap kecerdasan dimulai
dengan kemampuan membuat pola dasar.
7) Saat seseorang dewasa, kecerdasan diekspresikan
melalui rentang pencapaian profesi dan hobi.
Kecerdasan logika matematika yang dimulai sebagai
kemampuan pola pada masa balita dan berkembang
menjadi penguasaan simbolik pada masa anak-anak.
8) Ada kemungkinan seorang anak berada pada kondisi
“beresiko” mereka akan mengalami kegagalan dalam
tugas-tugas tertentu yang melibatkan kecerdasan
tersebut apabila tidak memperoleh bantuan khusus dari
orang dewasa.
20
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diartikan bahwa
kecerdasan anak akan berkembang apabila mendapat cukup fasilitas,
dukungan dari orang-orang disekitarnya dan memperoleh kesempatan-
kesempatan untuk mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya.
3. Kecerdasan logika matematika
a. Pengertian Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan Logika Matematika adalah kecerdasan dalam
hal angka dan logika. Kecerdasan ini melibatkan keterampilan
mengolah angka dan kemahiran menggunakan logika atau akal sehat.
Armstrong ( dalam Musfiroh, 2008:3.3 ) mendefenisikan
Kecerdasan logika matematika sebagai kemampuan menggunakan
angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar.
Kemampuan ini meliputi kemampuan menyelesaikan masalah, dan
menciptakan sesuuatu dengan angka dan penalaran.
Pada tahun 1983, Howard Gardner mengemukakan teori
yang disebut sebagai multiple Intelligences dalam bukunya Frames
of Mind. Teori Gardner ( dalam Sujiono, 2008:6.4 ) mengatakan, ada
banyak cara belajar dan anak-anak dapat menggunakan
intelegensinya yang berbeda untuk mempelajari sebuah keterampilan
atau konsep.
Gardner mengemukakan definisi kecerdasan yang berbeda
untuk mengukur cakupan yang lebih luas tentang potensi manusia,
baik anak-anak maupun orang dewasa. Gardner membaginya dalam
21
8 kecerdasan yang salah satunya adalah kecerdasan logika
matemaika ( Logic Smart ).
Menurut Gardner ( dalam Musfiroh, 2008:48 ) kecerdasan
matematika bersemayam diotak depan sebelah kiri dan pariental
kanak. Kecerdasan ini dilambangkan terutama dengan angka-angka
dan lambang matematika lain. Kecerdasan ini dikategorikan sebagai
kecerdasan akademik karena dukungannya yang tinggi terhadap
keberhasilan belajar seorang anak.
Kecerdasan logika matematika pada dasarnya melibatkan
kemampuan-kemampuan menganalisis masalah secara logis,
menemukan atau menciptakan rumus-rumus atau pola-pola
matematika dan menyelidiki sesuatu secara ilmiah. Orang dengan
logika matematis yang tinggi, akan menunjukkan proses menjawab
beragam pertanyaan atau bahkan bertanya dalam kecepatan yang
luar biasa.
b. Tujuan dan Manfaat Mengembangkan Kecerdasan Logika
Matematika Pada Anak
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk
mengenalkan kegiatan matematika, karena usia TK sangat peka
terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahu
yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi atau
motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Apabila
kegiatan matematika diberikan melalui berbagai macam permainan
tentunya akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana
22
belajar dan bekerja bagi anak. Diyakini bahwa anak akan lebih
berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan
minat, kebutuhan dan kemampuannya.
Menurut Hurlock ( dalam Depdiknas, 2000:6 ) bahwa lima
tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi
perkembangan selanjutnya. anak yang mengalami masa bahagia
berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis
diawal perkembangannya akan dapat melaksanakan tugas-tugas
perkembangan selanjutnya.
Piaget ( dalam Depdiknas, 2000:6 ) juga mengatakan bahwa
untuk meningkatkan perkembangan mental anak ketahap yang lebih
tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak
terutama pengalaman kongkrit, kareana dasar perkembangan mental
adalah melalui pengalaman-pengalaman aktif dengan menggunakan
benda-benda disekitarnya.
Sujiono ( 2008:11.4 ) mengatakan bahwa tujuan yang ingin
dicapai dalam pengembangan kecerdasan logika matematika pada
anak adalah agar anak dapat memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Dapat berfikir logis dan sistimatis sejak dini
melalui pengamatan terhadap benda-benda
kongkrit, gambar-gambar ataupun angka-angka
yang terdapat disekitar anak.
2) Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam
kehidupan bermasyarakat yang dalam
kesehariannya memerlukan keterampilan
berhitung.
23
3) Dapat memahami konsep ruang dan waktu serta
dapat memperkirakan kemungkinan urutan suatu
peristiwa yang terjadi disekitarnya.
4) Dapat melakukan suatu aktivitas melalui daya
abstraksi, apresiasi serta ketelitian yang tinggi.
5) Dapat berkreatifitas dan berimajinasi dalam
menciptakan sesuatu secara spontan.
Sujiono ( 2008:11.5 ) mengatakan bahwa pengembangan
kecerdasan logika matematika melalui permainan matematika yang
diberikan pada anak usia dini dalam kegiatan belajar di TK
bermanfaat antara lain:
1) Membelajarkan anak berdasarkan konsep
matematika yang benar, menarik dan
menyenangkan.
2) Menghindari ketakutan anak terhadap matematika
sejak awal
3) Membantu anak belajar matematika secara alami
melalui kegiatan bermain.
c. Materi Program Pengembangan Kecerdasan Logika
Matematika
Pembelajaran serta penguasaan konsep matematika tidak
datang dari buku kerja atau tugas-tugas dikertas, melainkan anak
mengalami perkembangan melalui penggunaan pengetahuan
matematika dan mengembangkan kompetensi matematika melalui
interaksi langsung dengan dunia sekitarnya. mereka menyerap dan
membangun kembali pengetahuan ini melalui pengalaman langsung
dengan kegiatan-kegiatan yang nyata.
Burns dalam bukunya Math Solution dan Baratta Lorton
dalam bukunya Math their Way keduanya mendasarkan pada teori
24
Piaget yang menunjukkan bagaimana konsep matematika terbentuk
pada anak.
Burns ( dalam Mutiah, 2010:161 ) mengatakan kelompok
matematika yang sudah dapat diperkenalkan mulai dari usia tiga
tahun adalah kelompok bilangan ( Aritmatika, berhitung ), pola dan
fungsinya, geometri, ukuran-ukuran, grafik, estimasi, probabilitas
dan pemecahan masalah.
Menurut Stolberg ( 2008:266 ) Materi program yang dapat
mengembangkan kecerdasan logika matematika anak antara lain
adalah:
1) Korespondensi adalah distribusi benda-benda yang
ada hubungan langsung antara satu dengan yang
lainnya
2) Pengurutan adalah kemampuan untuk
menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya
3) Menghitung adalah memperagakan sebuah
pemahaman tentang angka dan jumlah
4) Kalkulasi adalah proses penambahan dan
pengurangan, sejalan dengan dialaminya secara
kongkret
5) Klasifikasi adalah kemampuan untuk mengurutkan
benda-benda berdasarkan atributnya.
6) Pengukuran adalah proses menemukan angka dari
sebuah unit standar dari sebuah objek.
7) Perbandingan adalah menentukan besar dan kecil
sebuah benda atau sama dengan benda yang lain
melalui pengukuran.
8) Geometri adalah studi hubungan ruang. Termasuk
pendalaman benda-benda serta hubungan-
hubungannya, sekaligus pengakuan tentang bentuk
dan pola.
9) Pola adalah sebuah tema yang menghubungkan
topik-topik matematika.
25
d. Cara Mengembangkan Kecerdasan Logika Matematika
Sujiono ( 2005:289 ) menjelaskan Cara mengembangkan
kecerdasan logika matematika pada anak adalah sebagai berikut:
1) Menyelesaikan puzzle, dapat juga dengan
permainan lain seperti ular tangga dan domino.
Permainan ini akan membantu anak dalam latihan
mengasah kemampuan memecahkan berbagai
masalah menggunakan logika.
2) Mengenal bentuk geometri, dapat dimulai dengan
kegiatan sederhana sejak anak masih bayi,
misalnya dengan menggantungkan berbagai
bentuk geometri berbagai warna.
3) Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan
lagu.
4) Eksplorasi fikiran melalui diskusi dan olah fikir
ringan, dengan obrolan ringan, misalnya
mengaitkan pola hubungan sebab akibat, bermain
tebak-tebakan.
5) Pengenalan pola, permainan menyusun pola
tertentu dengan menggunakan kancing warna
warni, pengamatan atas kejadian sehari-hari,
sehingga anak dapat mencerna dan memahaminya
sebagai hubungan sebab akibat.
6) Eksperimen di alam, membawa anak berjalan-
jalan keluar rumah, biarkan anak bereksplorasi
dengan alam.
7) Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan
konsep matematika, dapat dengan cara
mengikutsertakan anak belanja.
8) Games penuh strategi dan eksperimen ( untuk anak
usia 0-5 tahun ) seperti: mengelompokkan benda
( 2-4 tahun ), bermain kartu ( 4-6 tahun ),
menyeimbangkan batang kayu dan gantungan
pakaian ( 3-6 tahun).
Jadi cara untuk mengembangkan kecerdasan logika
matematika anak dapat kita gunakan bermacam-macam kegiatan
yang bervariasi agar menarik bagi anak dan sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
26
Sejalan dengan beberapa teori yang telah dikemukakan
diatas, Depdiknas ( 2000:7 ) menjadikan permainan matematika di
TK seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan yaitu :
1) Penguasaan konsep
Pemahaman atau pengertian tentang sesuatu
dengan menggunakan benda dan peristiwa
kongkrit, seperti pengenalan warna, bentuk dan
menghitung bilangan.
2) Masa Transisi
Proses berfikir yang merupakan masa peralihan
dari pemahaman kongkrit menuju pengenalan
lambang yang abstrak, dimana benda kongkrit itu
masih ada dan mulai dikenalkan bentuk
lambangnya.
3) Lambang bilangan
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep.
misalnya lambang 5 untuk menggambarkan
konsep bilangan lima, merah untuk melambangkan
konsep warna, besar untuk melambangkan konsep
ruang dan segi tiga untuk menggambarkan konsep
bentuk.
4. Pentingnya Bermain dalam Mengoptimalkan Pendidikan Anak
Usia Dini
Sesuai dengan salah satu prinsip pembelajaran di Taman Kanak-
kanak yaitu bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain, maka
permainan dalam pembelajaran di TK adalah sebuah keniscayaan.
Bermain bagi anak adalah kebutuhan pokok sebagai mana
kebutuhan makanan bagi tubuh kita. Bermain adalah kebutuhan psikis
yang menyenangkan bagi anak. Dalam keadaan senang otak anak siap
untuk menerima stimulus dari manapun, sehingga potensi akan
berkembang secara maksimal.
27
Sudono ( 1995:1 ) mendefinisikan bermain adalah ”suatu
kegiatan yang di lakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang
menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak”. Dengan
bermain anak dapat berekplorasi sehinga dapat mengenal konsep atau
pengetahuan dasar dengan lebih mudah.
Tujuan pendidikan TK dalam Depdiknas (2005:3) adalah
“Membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis
maupun fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial
emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk
siap memasuki pendidikan dasar”.
Untuk tercapainya tujuan tersebut maka pendekatan pembelajaran
yang tepat adalah dengan cara bermain sambil belajar atau belajar
melalui aktivitas bermain. Melalui bermain anak di ajak untuk
berekplorasi, menemukan dan memanfaatkan obyek-obyek yang dekat
dengan anak, sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi anak.
Seiring dengan hal tersebut Mayke ( dalam Sudono, 1995:3)
menyatakan:
”Bahwa belajar sambil bermain memberi kesempatan pada
anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan
sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan
bermacam-macam konsep serta pengetahuan yang tidak
terhitung banyaknya”.
Disinilah proses pembelajaran terjadi. Mereka mengambil
keputusan, memilih, menentukan, mencipta, memasang, membongkar,
28
mengembalikan, mencoba mengeluarkan pendapat, dan memecahkan
masalah mengerjakan secara tuntas, bekejasama dengan teman, dan
mengalami berbagai macam perasaan.
Alat bermain mempunyai peran penting dalam mengembangkan
potensi anak, Sudono ( 1995:7 ) menyatakan bahwa:
“Alat bermain adalah semua alat bermain yang digunakan
oleh anak untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki
bermacam sikap seperti bongkar pasang, pengelompokan,
memadukan, mencari padanannya, merangkai, membentuk,
mengepak, menyempurnakan suatu disain atau menyusun
sesuai bentuk utuhnya.”
Dari uraian diatas maka peran guru sangat penting dalam
mengembangkan potensi anak melalui bermain, untuk itu dituntut
kreatifitas guru untuk menciptakan berbagai macam media permainan
atau alat peraga yang menyenangkan bagi anak.
Hampir semua program kegiatan pendidikan anak usia dini
menyelenggarakan kegiatan bermain dengan porsi besar bagi aanak
didiknya. Untuk hal tersebut para guru sebaiknya merencanakan secara
cermat kegiatan bermain tersebut dengan dukungan lingkungan sekolah
dan materi bermain yang dianggap sangat penting.
5. Pemanfaatan Alat Permainan Edukatif ( APE )
Pengertian Alat Permainan Edukatif ( APE ) adalah alat
permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan
pendidikan. Menurut Sugianto, T. ( dalam Zaman, dkk, 2005:6.2 ) APE
untuk anak TK adalah alat permainan yang dirancang untuk tujuan
meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak TK.
29
APE adalah alat permainan yang digunakan dalam proses
pembelajaran yang mengandung unsur pendidikan bagi anak didik.
Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya dari
yang tidak dikenali sampai pada yang diketahui, dari yang tidak dapat
diperbuatnya sampai mampu melakukannya.
Alat Permainan Edukatif ( APE ) termasuk dalam kategori
media dan sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
pembelajaran. APE memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan
sumber belajar yang lain karena APE mengandung nilai pendidikan,
dapat menumbuhkan kreativitas anak, menimbulkan daya imajinasi,
dapat dimainkan oleh anak sehingga menambah kesenangan bagi anak
serta dapat digunakan untuk bereksperimen dan bereksplorasi.
Menurut Schramm ( dalam Eliyawati, 2005:105 ) bahwa media
pembelajaran adalah ”tekhnologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran”. Sebagaimana terlihat
pada gambar skema pesan.
Gambar 1. Skema pesan
Guru Siswa Media Pesan
30
Ciri-ciri alat permaian edukatif adalah :
- Dirancang untuk mengembangkan aspek-aspek
perkembangan anak TK.
- Dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk dan multi
guna.
- Aman bagi anak.
- Dapat mendorong aktifitas dan kretifitas anak.
- Bersifat konstruksif atau ada sesuatu yang dihasilkan.
Sebagai seorang guru yang akan melaksanakan proses
pembelajaran di TK hendaknya mampu membuat dan menciptakan
APE sebagai karya yang orisinil, kemampuan tersebut diperlukan
karena guru adalah pemegang kendali dalam proses pembelajaran anak
TK dan dengan alat permainan edukatif yang memadailah
pengembangan aspek kemampuan anak akan cepat berkembang.
6. Permainan Geometri Box
a. Pengertian Permainan Geometri Box
Permainan “Geometri Box“ adalah merupakan permainan anak
berupa kotak dengan bentuk – bentuk geometri yang dilubangi pada
dinding atau sisi – sisi kotak tersebut, yang disertai dengan kepingan
– kepingan bentuk geometri dan angka yang dapat dimainkan oleh
individu dan kelompok kecil.
31
b. Tujuan Permainan Geometri Box
Melalui Permainan Geometri Box ini kita harapkan dapat
meningkatkan kecerdasan logika matematika anak, sehingga
meningkatnya aktivitas dan hasil pembelajaran logika matematika di
Taman Kanak-kanak.
Dengan permainan Geometri Box kecerdasan logika
matematika anak meningkat melalui pengalaman langsung dengan
benda-benda kongkrit yang bermakna dalam melakukan permainan.
Sebagaimana pendapat Dewey ( dalam Montolalu, 2005:1.6 )
“Melalui pengalaman-pengalaman awal bermain yang
bermakna menggunakan benda-benda kongkrit, anak
mengembangkan kemampuan dan pengertian dalam memecahkan
masalah, sedangkan perkembangan sosialnya meningkat melalui
interaksi teman sebaya”.
Berdasarkan Depdiknas ( 2005:22-23 ) indikator kemampuan
yang diharapkan dapat dicapai oleh anak melalui permainan
Geometri Box adalah:
1) mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri
tertentu.
2) Menyusun benda dari besar-kecil atau sebaliknya
3) Membilang/menyebutkan angka 1 - 10.
4) Membilang ( mengenal konsep bilangan dengan benda – benda).
32
5) Mengelompokkan benda tiga dimensi ( benda sebenarnya )
yang berbentuk geometri ( lingkaran , segi tiga, segi empat )
6) Menyusun kepingan puzel menjadi bentuk utuh.
c. Teknik Pelaksanaan Permainan Geometri Box
Adapun Langkah-langkah pelaksanaan Permainan Geometri
Box dalam pembelajaran untuk anak :
1) Guru mempersiapkan alat yang akan digunakan oleh Anak.
2) Guru memperlihatkan alat permainan kepada anak.
3) Guru merangsang dan memotivasi anak untuk menyebutkan
nama dan kegunaan alat tersebut.
4) Anak dan guru menyanyikan lagu “aku pandai berhitung”
bersama – sama.
5) Anak mendengarkan guru memberi penjelasan tentang kegiatan
yang akan dilakukan dalam Permainan Geometri Box sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan / kemampuan yang
diharapkan dicapai.
6) Guru bersama anak - anak membuat aturan ( tata tertib ) dalam
melaksanakan kegiatan.
7) Guru mengajak anak untuk berdo’a sebelum memulai kegiatan.
8) Anak bermain dengan alat permainan Geometri Box dibawah
pengawasan dan bimbingan guru.
9) Bagi anak yang bisa diberikan pujian dan bagi anak yang belum
bisa dan tidak mau bermain diberikan motivasi dan bimbingan.
33
10) Untuk menambah semangat anak, diadakan lomba
permainan Geometri Box. Bagi yang lama selesainya disuruh
menyanyi dan bertepuk tangan 10 x ( sebagai hukuman edukatif
dan menghibur temannya yang cepat selesai ).
11) Setelah selesai, anak dan guru mendiskusikan tentang
permainan yang sudah dilakukan.
12) Guru dan anak menutup kegiatan dengan mengucapkan
do’a bersama – sama.
B. Penelitian yang Relevan
Sebelum penelitian tentang peningkatan kecerdasan logika
matematika ini dilaksanakan, peneliti membaca penelitian yang relevan
dengan penelitian yang direncanakan ini. yakni oleh:
1. Marlina ( 2010 ) dengan judul “Peningkatan kemampuan logika
matematika anak melalui permainan Gambar Hewan Beruang Angka di
PAUD Islam Exelent Bukitinggi” dalam penelitian Silvi Marlina
memfokuskan penelitiannya untuk meningkatkan kemampuan logika
matematika anak dalam mengenal konsep angka, bentuk geometri dan
warna.
2. Yusni ( 2010 ) dengan judul “Meningkatkan kemampuan matematika
anak melalui permainan tabung dan pinang berwarna di TK Negeri
Pembina Payakumbuh”. Dalam hasil penelitian ini kemampuan berhitung
anak semakin meningkat.
34
3. Putri ( 2011 ) dengan judul “Meningkatkan kreativitas anak melalui
permainan tabung angka transparan di TK Darul falah Padang”. Pada
penelitian ini juga menghasilkan kemampuan berhitung anak dapat
meningkat.
Sedangkan penelitian yang penulis buat memfokuskan tentang
peningkatan kecerdasan logika matematika anak dalam mengenal angka,
konsep bilangan, bentuk geometri, ukuran dan mengenal warna.
C. Kerangka Konseptual
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan
tentang peningkatan aktivitas dan hasil pembelajaran logika matematika
melalui permainan Geometri Box, maka kerangka konseptualnya dapat
dibagi dalam tiga hal berikut:
1. Masalah yang akan diselesaikan
2. Cara penyelesaian masalah
3. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan tindakan.
Permasalahan yang dihadapi anak-anak TK Tunas Karya
Padangpanjang adalah kurangnya minat anak dalam melakukan
pembelajaran logika matematika, sehingga berdampak hasil pembelajaran
logika matematika belum teroptimalkan, kecerdasan logika matematika
anak masih rendah terutama tentang pengenalan bentuk geometri, ukuran,
mengenal angka dan konsep bilangan 1-10, mengenal berbagai macam
warna dan menyusun puzel. Hal ini dikarenakan kurangnya penggunaan
35
media pembelajaran yang menarik bagi anak dan metode pembelajaran
yang tidak bervariasi.
Solusi permasalahan diatas adalah penulis mencoba membuat
permainan dengan menggunakan alat permainan Geometri Box yang
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran berkaitan
dengan logika matematika.
Kerangka konseptual dapat terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2. Kerangka konseptual
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori – teori yang ada dan setelah membaca teori – teori
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa “Permainan Geometri Box” dapat
meningkatkan aktivitas, hasil belajar dan kecerdasan logika matematika anak
di Taman Kanak – kanak Tunas Karya Padangpanjang. .
36
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas
( Class Room Action Reasearch ). Dalam penelitian ini penulis
berkolaborasi dengan teman sejawat, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan cara atau prosedur baru untuk memperbaiki dan
meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran dikelas.
Metode penelitian yang di gunakan untuk mendapatkan data guna
memperoleh kebenaran dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi,
sebagai mana menurut Arikunto dkk (2006:127) bahwa observasi adalah
“kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk memotret seberapa
jauh efek tindakan telah mencapai sasaran“
Yang penulis lakukan dalam penelitian ini, pertama-tama adalah
pembuatan media pembelajaran dan menciptakan jenis permainannya,
kemudian mencobakannya didepan anak sambil menerangkan fungsi dari
media pembelajaran dan cara bermainnya, serta menyepakati aturan
perrmainannya. Setelah itu anak diajak mencobakan sesuai dengan aturan
main yang telah disepakati bersama.
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah murid TK Tunas
Karya kecamatan Padangpanjang Barat kota Padangpanjang Sumatera
Barat, pada kelompok B1 dengan jumlah anak sebanyak 14 orang yang
terdiri dari 6 anak perempuan dan 8 anak laki-laki.
37
Penelitian di lakukan mulai semester I ( ganjil ) tahun pelajaran
2011/2012. Pelaksanaan ini direncanakan 2 bulan yaitu dari Bulan
Desember Sampai bulan januari 2012. Setiap pertemuan terdiri dari 30
menit kegitan awal, 60 menit kegiatan inti pada sentra, dalam penelitian ini
penulis memanfaatkan sentra persiapan, 30 menit kegiatan istirahat dan 30
menit kegiatan penutup. Jumlah siklus penelitian tergantung dari hasil
analisis data yang menjadi acuan peneliti dalam proses refleksi penelitian
tindakan kelas.
C. Prosedur Penelitian
Kondisi awal sebelum peneliti melakukan tindakan, terlebih dahulu
peneliti melakukan pengamatan terhadap pembelajaran tentang
matematika di kelompok B1 TK Tunas Karya Padangpanjang. Masih
banyak anak yang rendah kemampuan logika matematikanya. Masih
banyak anak belum bisa mengenal bentuk – bentuk geometri, belum
mampu menyebutkan urutan bilangan, belum mampu mengenal konsep
bilangan dengan benda mengenal beberapa warna dan belum mampu
menyusun ukuran benda dari kecil-besar atau sebaliknya, itu mungkin
disebabkan kurangnya alat media pembelajaran yang dapat menarik minat
anak dan metode yang digunakan guru kurang bervariasi.
Setelah diamati, peneliti membuat perencanaan untuk siklus I
pertemuan I. Peneliti merancang pembelajaran yang menarik minat anak
dalam meningkatkan kecerdasan logika matematika anak melalui sebuah
permainan dengan menggunakan alat permainan yaitu Geometri Box,
38
dimana dengan menggunakan Geometri Box ini diharapkan kecerdasan
logika matematika anak dapat meningkat secara optimal.
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang, sebagai
mana Suhardjono ( dalam Arikunto, 2006:74 ) menjelaskan empat
kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu ”Perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi”.
Keempat kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3. Skema prosedur penelitian Suhardjono
Siklus I
Siklus II
Permasalahan Perencanan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Pengamatan/ Pengumpulan data I
Refleksi I
Permasalahan baru hasil refleksi Perencanaan
Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Pengamatan /
Pengumpulan
DataII
Refleksi II
Permasalahan sudah selesai
Penelitian tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya karena kemampuan anak sudah mencapai KKM
Kondisi awal
39
1. Perencanaan
a. Merancang bentuk permainan yang menarik bagi anak, kemudian
dituangkan dalam bentuk satuan kegiatan harian
b. Mendesain bentuk permainan Geometri Box
c. Menyusun instrumen penelitian
1) Format observasi hasil pembelajaran logika matematika
2) Format wawancara dengan anak
d. Menganalisa permainan yang akan dimainkan anak.
e. Mencobakan cara bermain yang akan dimainkan anak.
2. Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan dengan langkah
sebagai berikut:
a. Peneliti mencontohkan cara bermain Geometri Box yang akan
dimainkan anak.
b. Anak diberi kesempatan mencobakan permainan Geometri Box
untuk merangsang proses berfikir anak.
c. Apabila anak berhasil dalam memainkan alat sesuai petunjuk,
Peneliti dan Kolaborator memberikan pujian.
d. Apabila anak belum berhasil maka Peneliti dan Kolaborator
memberikan motivasi dan bimbingan.
e. Setelah semua anak selesai bermain dengan media Geometri Box,
Peneliti dan kolaborator melakukan analisis terhadap apa yang
mereka lakukan.
40
f. Melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai dengan
merencanakan tindakan selanjutnya.
3. Pengamatan
Observasi dilakukan untuk proses pengumpulan data dengan
mengisi instrumen penelitian yang telah disiapkan. Dengan bantuan
kolaborator, data kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan anak diisi
kedalam lembar observasi. Hal-hal yang diamati dalam aktivitas
pembelajaran logika matematika terkait bidang pengembangan sikap
perilaku adalah kemauan, perhatian dan kesabaran anak dalam
melakukan kegiatan. Sedangkan hal - hal yang diamati dalam hasil
pembelajaran logika matematika adalah sejauhmana ketercapaian
indikator bidang pengembangan kognitif yaitu: mengenal bentuk
geometri, mengenal warna, mengurutkan angka, mengurutkan
bentuk/pola, mengenal konsep bilangan dengan benda dan
mengelompokkan benda dengan berbagai cara.
4. Refleksi
Refleksi atau evaluasi adalah upaya untuk mengkaji apa yang
terjadi dan belum terjadi. Hasil refleksi digunakan untuk menetukan
langkah selanjutnya dalam rangka menghasilkan perbaikan, dengan
ketentuan bahwa ketuntasan minimal adalah apabila jumlah anak yang
berhasil tuntas berjumlah minimal 65%. Apabila jumlah anak yang
tuntas kurang dari 65% diartikan masih perlu perbaikan dan dapat
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
41
D. Instrumentasi
Alat pengumpul data yang digunakan adalah:
1. Pengamatan atau Observasi.
Lembar observasi hasil pembelajaran logika matematika
sesuai kurikulum berbasis kompetensi 2004 pada aspek
pengembangan kognitif dengan indikator sebagai berikut:
a) Mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri
tertentu.
b) Menyusun benda dari besar-kecil atau sebaliknya
c) Membilang/menyebutkan angka 1 - 10.
d) Membilang ( mengenal konsep bilangan dengan benda –
benda).
e) Mengelompokkan benda tiga dimensi ( benda sebenarnya )
yang berbentuk geometri ( lingkaran, segi tiga, segi empat )
f) Menyusun kepingan puzel menjadi bentuk utuh.
Adapun penilaian yang digunakan adalah: apabila hasil
pembelajaran sangat tinggi, maka diberi nilai bulat penuh
( ), apabila hasil pembelajaran tinggi maka diberi nilai tanda
cek (V) dan apabila hasil pembelajaran rendah maka diberi
nilai bulat kosong ( ) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table 1.
42
Tabel 1. Kriteria hasil pembelajaran
NO Komponen yang dinilai Criteria Indikator
1. Mengelompokkan
geometri yang sama
bentuk, ukran dan
warnanya
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Dapat mengelompokkan
dengan tepat
Hanya sebagian yang bisa
dikelompokkan
Hanya sebagian kecil yang
bisa mengelompokkan
2. Mengenal urutan
bilangan 1 – 10 Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Dapat menyebutkan
urutan bilangan
Hanya sebagian yang bisa
Hanya sebagian kecil
yang bisa menyebutkan
3. Mengenal konsep
bilangan dengan benda Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Dapat mengenal konsep
bilangan
Hanya sebagian yang bisa
mengenal konsep bilangan
Hanya sebagian kecil
yang bisa mengenal
konsep bilangan
4 Mengenal bentuk-bentuk
geometri Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Dapat mengenal semua
bentuk geometri
Hanya sebagian yang
dikenalnya/ada yang tidak
dikenal
Tidak ada yang dikenal
5 Mengenal warna Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Dapat mengenal semua
warna
hanya sebagian mengenal
warna / ada yang tidak
dikenal
Tidak kenal warna sama
sekali
43
6
7
Menyusun ukuran benda
dari yang kecil ke yang
besar dan sebaliknya
Menyusun puzel menjadi
bentuk utuh
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
- Sangat Tinggi
- Tinggi
- Rendah
Dapat mengurutkan
dengan benar semuanya
Hanya sebagian yang
dapat diurutkan
Tidak bisa mengurutkan
sama sekali
- Dapat menyusun puzel
dengan utuh
- Menyusun sebagian puzel
- Tidak dapat menyusun
sama sekali
Tabel 2. Format Observasi Anak
No Aspek yang Dinilai
NILAI
Sangat
Tinggi
Tinggi Rendah
F % F % F %
1
2
3
4
5
6
7
Anak mampu mengenal bentuk-
bentuk Geometri
Anak mampu mengenal warna
Anak mampu mengelompokkan
kepingan geometri yang sama
bentuk, ukuran dan warnanya
Anak mampu menyusun ukuran
kepingan geometri dari yang kecil
sampai yang besar dan sebaliknya
Anak mampu mengenal angka 1-10
Anak mampu mengenal konsep
bilangan 1-10
Anak mampu menyusun kepingan
puzel menjadi bentuk utuh
Nilai Rata-rata
2. Dokumentasi.
Berupa kamera untuk mendokumentasikan pembelajaran yang
sedang berlangsung.
3. Wawancara
44
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari anak.
Tabel 3. Format wawancara
No Pertanyaan Jawaban Alasan
1
Apakah kamu mampu
mengenal bentuk-bentuk
geometri ?
7 anak menjawab
mampu
Sudah tahu dengan
beberapa bentuk
geometri
7 anak menjawab
tidak tahu
Ragu dengan bentuk
geometri
2 Apakah kamu mampu
mengenal warna kepingan
geometri?
10 anak menjawab
mampu
Sudah tahu dengan
bentuk geometri
4 anak menjawab
dengan gelengan
kepala
Tidak tahu
3 Apakah kamu mampu
mengelompokkan kepingan
geometri menurut
bentu,ukuran dan
warnanya?
10 anak menjawab
mampu
Sudah tahu dengan
bentuk geometri
4 anak menjawab
dengan gelengan
kepala
Ragu, malu dan tidak
tahu dengan bentuk
geometri
4
5
6
7
Apakah kamu mampu
menyusun kepingan
geometri dari yang kecil-
besar atau sebaliknya?
Apakah kamu mampu
mengenal angka 1-10?
Apakah kamu mampu
menghitung jumlah
kepingan geometri?
Apakah kamu bisa
menyusul puzel geometri?
9 anak menjawab
mampu
Sudah tahu dengan
beberapa bentuk
geometri
5 anak menjawab
belum mampu
10 menjawab
mampu
4 anak menjawab
tidak tahu
10 anak menjawab
mampu
4 anak menjawab
tidak mampu
9 anak menjawab
mampu
Ragu dengan bentuk
geometri
Sudah tahu angka 1-
10
Ragu-ragu
Sudah mampu
menghitung 1-10
Ragu-ragu
Sudah tahu cara
menyusunnya
45
5 anak menjawab
tidak mampu
Tidak mengerti
Nilai rata-rata Mampu
Tidak mampu
E. Tekhnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi atau pengamatan, digunakan untuk memperoleh data tentang
perkembangan kemampuan logika matematika anak melalui permainan.
2. Unjuk kerja atau pencatatan lapangan adalah, merupakan hasil
peningkatan kecerdasan logika matematika anak yang ditulis guru
waktu kegiatan berlangsung.
3. Dokumentasi untuk melihat kegiatan perkembangan kemampuan logika
matematika anak melalui permainan Geometri Box.
4. Wawancara, digunakan memperoleh informasi langsung dari anak.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisa kuantitatif
Teknik analisa data yang dilakukan dengan analisa deskriptif
dengan menggunakan Rumus Presentase. Analisa deskriptif untuk
mendapatkan gambaran data yang menjelaskan perkembangan
kecerdasan logika matematika anak dengan menggunakan permainan
Geometri Box, sedangkan analisa presentase untuk mendapatkan
beberapa presentase peningkatan kecerdasan logika matematika anak
melalui permainan Geometri Box .
46
Setelah data berhasil dikumpul kemudian diolah dengan
menggunakan teknik distribusi frekuensi atau statistik deskriptif
dikemukakan oleh Sudijono (2006: 43)
Dengan rumus : P = F x 100 %
N
Keterangan : P = angka presentase
F = frekuensi
N = jumlah sampel atau jumlah anak dalam satu
kelas.
Menurut Arikunto ( 2006:241 ) interprestasi aktifitas belajar
anak sebagai berikut:
a. Sangat Tinggi ( ST )
b. Tinggi ( T )
c. Rendah ( R )
d. Sangat Rendah ( SR )
e. Rendah Sekali ( RS )
2. Analisa kualitatif.
Sumber dalam menggali data penelitian ini sesuai dengan uraian
di atas adalah lembar observasi, buku catatan, dokumentasi dan
wawancara.
a. Lembar Observasi.
Lembar observasi yang digunakan adalah observasi
berstruktur dan teknik supervisi klinis. Dalam hal ini butir-butir
observasi dibuat berdasarkan indikator pengembangan kemampuan
47
logika matematika dalam bidang pengembangan kognitif dalam
Standar Kurikulum Berbasis Kompetensi TK 2004.
Indikator-indikator tersebut antara lain:
1) mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri
tertentu.
2) Menyusun benda dari besar-kecil atau sebaliknya
3) Membilang/menyebutkan angka 1 - 10.
4) Membilang ( mengenal konsep bilangan dengan benda – benda).
5) Mengelompokkan benda tiga dimensi ( benda sebenarnya ) yang
berbentuk geometri ( lingkaran , segi tiga, segi empat )
6) Menyusun kepingan puzel menjadi bentuk utuh
Instrumen ini diisi oleh guru yang bertujuan untuk
mengetahui aktifitas perkembangan anak dalam proses belajar
mengajar terkait dengan indikator-indikator pengembangan
kemampuan logika matematika anak.
b. Buku catatan
Buku catatan adalah catatan harian yang diisi selama proses
pembelajaran berlangsung
c. Dokumentasi berupa foto-foto kegiatan pengembangan kemampuan
logika matematika melalui permainan Geometri Box.
d. wawancara langsung dengan anak didik
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Temuan Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Pada kondisi awal sebelum penelitian dilakukan di TK Tunas Karya
Padang Panjang, kemampuan logika matematika sebagian besar anak di
kelompok B1 masih rendah. Anak-anak mengalami kesulitan saat
menjawab pertanyaan tentang nama-nama geometri, membedakan bentuk-
bentuk geometri, tidak mengenal lambang bilangan 1 – 10, kurang
memahami konsep bilangan, kurang mampu membedakan bermacam-
macam warna dan ukuran benda. Dampak yang ditimbulkan dari hal ini
adalah kurangnya kecerdasan anak dalam logika matematika karena
pembelajaran dan sarana yang diberikan tidak optimal.
Hasil observasi dalam pembelajaran kemampuan logika matematika
anak pada kondisi awal (sebelum tindakan), Lebih jelas dapat dilihat pada
tabel dan grafik dibawah ini:
48
49
Tabel 4. Hasil Observasi Kemampuan Logika Matematika Anak dalam
Proses Pembelajaran pada Kondisi Awal ( Sebelum Tindakan)
No Aspek yang Dinilai
NILAI
Sangat
Tinggi
Tinggi Rendah
F % F % F %
1
2
3
4
5
6
7
Anak mampu mengenal
bentuk-bentuk Geometri
Anak mampu mengenal
warna
Anak mampu
mengelompokkan kepingan
geometri yang sama bentuk,
ukuran dan warnanya
Anak mampu menyusun
ukuran kepingan geometri
dari yang kecil sampai yang
besar dan sebaliknya
Anak mampu mengenal
angka 1-10
Anak mampu mengenal
konsep bilangan 1-10
Anak mampu menyusun
kepingan puzel menjadi
bentuk utuh
1
2
2
2
2
2
2
7,15
14,28
14,28
14,28
14,28
14,28
14,28
2
2
2
2
2
2
2
14,28
14,28
14,28
14,28
14,28
14,28
14,28
11
10
10
10
10
10
10
78,57
71,44
71,44
71,44
71,44
71,44
71,44
Nilai Rata-rata 2 14,28 2 14,28 10 71,42
Berdasarkan tabel di atas, hasil observasi kemampuan logika
matamatika anak sebelum tindakan Pada aspek 1 kemampuan anak dalam
mengenal bentuk-bentuk geometri, anak yang sangat tinggi berjumlah 1
orang dengan persentase 7,15%, anak yang tinggi berjumlah 2 orang
dengan persentase 14,28%, anak yang rendah berjumlah 11 orang
persentase 78,57%.
Pada aspek 2 kemampuan anak dalam mengenal warna, anak yang
sangat tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 14,28%, anak yang
50
tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 14,28%, anak yang rendah
berjumlah 10 orang dengan persentase 71,44%.
Pada aspek 3 kemampuan anak dalam Anak mampu
mengelompokkan kepingan geometri yang sama bentuk, ukuran dan
warnanya, anak yang sangat tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase
14,28%, anak yang tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 14,28%,
anak yang rendah berjumlah 10 orang dengan persentase 71,44%.
Pada aspek 4 kemampuan anak menyusun ukuran kepingan
geometri dari yang kecil sampai yang besar dan sebaliknya, anak yang
sangat tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 14,28%, anak yang
tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 14,28%, dan anak yang rendah
berjumlah 10 orang dengan persentase 71,44%.
Pada aspek 5 kemampuan anak mengenal angka 1-10, anak yang
sangat tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 14,28%, anak yang
tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 14,28%, dan anak yang rendah
berjumlah 10 orang dengan persentase 71,44%.
Pada aspek 6 kemampuan anak mengenal konsep bilangan 1-10,
anak yang sangat tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 14,28%,
anak yang tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 14,28%, dan anak
yang rendah berjumlah 10 orang dengan persentase 71,44%.
Pada aspek 7 mampu menyusun kepingan puzel menjadi bentuk
utuh, anak yang sangat tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase
51
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 Aspek yang
dinilai
5 6 7
sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
14,28%, anak yang tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 14,28%,
dan anak yang rendah berjumlah 10 orang dengan persentase 71,44%.
Grafik 1. Hasil Observasi Kemampuan Logika Matematika Anak
dalam Proses Pembelajaran pada Kondisi Awal ( Sebelum
Tindakan).
Uraian di atas menggambarkan kemampuan anak dalam logika
matematika pada kondisi awal. Dapat terlihat bahwa pada ke 7 aspek
masih sangat rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
meningkatkan ke 7 aspek tersebut. Deskripsi data diuraikan dalam tahapan
yang berupa siklus- siklus. Pada penelitian ini, pembelajaran dilakukan
dalam dua siklus.
2. Deskripsi Siklus I
Siklus I dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan yang terdiri dari
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Pertemuan I dilaksanakan
52
pada tanggal 8 Desember 2011, pertemuan II dilaksanakan pada tanggal
12 Desember 2011, dan pertemuan III dilaksanakan pada tanggal 14
Desember 2011. Dibandingkan dari kondisi awal, pada hasil siklus I,
aspek yang dinilai dalam observasi mengalami peningkatan namun belum
mencapai target KKM sedangkan dari hasil wawancara yang dilakukan di
akhir siklus I menunjukkan bahwa anak belum optimal dalam kemampuan
logika matematika.
a. Perencanaan
Guru melaksanakan analisis kurikulum untuk menentukan
kompetensi dasar dan indikator yang akan dipakai dalam penelitian
kepada anak dalam kegiatan peningkatan kecerdasan logika
matematika anak melalaui permainan Geometri Box. Kompetensi
dasarnya adalah anak mampu memahami konsep sederhana,
memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator yang dipakai yaitu:
1) mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri- ciri
tertentu, misal menurut warna, bentuk, ukuran, jenis, dll
2) mengelompokkan benda- benda tiga dimensi ( benda-benda yang
sebenarnya) yang berbentuk geometri (lingkaran, segitiga,
segiempat).
3) Menyusun benda dari besar-kecil atau sebaliknya.
4) Membilang/menyebut urutan bilangan dari 1-20
53
5) Membilang ( mengenal konsep bilangan dengan benda-benda ) 1-
10
6) Menyusun kepingan puzel menjadi bentuk utuh
Perencanaan yang dilakukan adalah membuat persiapan
pembelajaran yaitu SKH, menentukan tema yaitu tema Tanaman,
menentukan metode yang akan digunakan dalam peningkatan
kecerdasan logika matematika anak yaitu metode pemberian tugas
melalui permainan, mempersiapkan media pembelajaran yaitu
Geometri Box, mengembangkan format evaluasi dan menyiapkan
dokumentasi.
b. Tindakan
Guru melaksanakan proses pembelajaran untuk
mengoptimalkan kemampuan logika matematika anak sesuai satuan
kegiatan harian yang telah direncanakan (dapat dilihat pada lampiran
I). Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2011. Temanya
adalah Tanaman dengan sub tema Cara memelihara tanaman. Pada
pertemuan ini, ada peningkatan pada ke 7 aspek yang dinilai. Langkah-
langkah kegiatannya adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan awal
a) Guru mengkondisikan tempat duduk anak
b) Guru membimbing anak membaca doa sebelum belajar
c) Guru memotivasi anak untuk berbagi cerita secara bergantian
d) Guru dan anak mempercakapkan tema dan sub tema
54
2) Kegiatan Inti
a) Guru memperlihatkan alat permainan Geometri Box kepada
anak.
b) Anak mengamati alat permainan Geometri Box
c) Guru tanya jawab dengan anak tentang Geometri Box
d) Guru menerangkan tentang permainan Geometri Box
e) Anak menyebutkan warna dan bentuk kepingan geometri dan
angka 1-10 yang ada pada alat permainan
f) Guru dan anak membaca doa sebelum memulai kegiatan
g) Anak mengambil 3 kepingan geometri yang berbeda sesuai yang
disebutkan guru dan menyebut perbedaannya
h) Anak mencari dan mengelompokkan kepingan geometri yang
sama bentuk dan warnanya, kemudian menghitung kepingan
geometri tersebut.
i) Anak mengelompokkan buah yang berbentuk lingkaran sesuai
warnanya
j) Guru memotivasi dan mengamati kegiatan anak selama
pembelajaran berlangsung dan kolaborator mencatat hasil
pengamatan.
k) Guru dan anak membaca doa sesudah kegiatan.
3) Kegiatan Istirahat ( bermain bebas dan makan bersama )
4) Kegiatan Akhir
55
a) Guru melakukan Tanya jawab dengan anak untuk mengevaluasi
permainan yang telah dilakukan
b) Persiapan pulang
Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2011.
Temanya adalah Tanaman dengan sub tema Fungsi tanaman. Pada
pertemuan ini terlihat ada beberapa anak yang berkembang dalam
melaksanakan kegiatan. Langkah-langkah kegiatannya sebagai
berikut:
1) Kegiatan awal
a) Guru mengkondisikan tempat duduk anak
b) Guru membimbing anak membaca doa sebelum belajar
c) Guru memotivasi anak untuk berbagi cerita secara bergantian
d) Guru dan anak mempercakapkan tema dan sub tema
2) Kegiatan Inti
a) Guru memperlihatkan alat permainan Geometri Box kepada
anak.
b) Anak mengamati alat permainan Geometri Box
c) Guru tanya jawab dengan anak tentang Geometri Box
d) Guru menerangkan tentang permainan Geometri Box
e) Anak menyebutkan warna dan bentuk kepingan geometri dan
angka 1-10 yang ada pada alat permainan
f) Guru dan anak membaca doa sebelum memulai kegiatan
56
g) Anak mengambil 3 kepingan geometri yang berbeda sesuai yang
disebutkan guru dan menyebut perbedaannya
h) Anak mencari dan mengelompokkan kepingan geometri yang
sama bentuk dan warnanya, kemudian menghitung kepingan
geometri tersebut.
i) Guru memotivasi dan mengamati kegiatan anak selama
pembelajaran berlangsung dan kolaborator mencatat hasil
pengamatan.
j) Guru dan anak membaca doa sesudah kegiatan.
3) Kegiatan Istirahat ( bermain bebas dan makan bersama )
4) Kegiatan Akhir
a) Guru melakukan Tanya jawab dengan anak untuk mengevaluasi
permainan yang telah dilakukan
b) Persiapan pulang
Langkah kegiatan sama dengan pertemuan I tetapi sesudah
anak mencari dan mengelompokkan kepingan geometri yang sama
bentuk dan warnanya, anak diminta memasukkan kepingan geometri
ke lobang alat Geometri Box sesuai bentuknya dan selanjutnya anak
disuruh menyusun kepingan geometri dari besar-kecil atau sebaliknya,
lalu meletakkan angka sesuai urutan kepingan geometri tersebut.
Setelah anak bermain geometri box, anak mengelompokkan buah yang
berbentuk lingkaran.
57
Pertemuan III dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2011.
Temanya adalah Tanaman dengan sub tema Tanaman yang
bermanfaat untuk kesehatan. Pada pertemuan ini terlihat aspek yang
dinilai mengalami peningkatan namun belum mencapai target.
Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
1) Kegiatan awal
a) Guru mengkondisikan tempat duduk anak
b) Guru membimbing anak membaca doa sebelum belajar
c) Guru memotivasi anak untuk berbagi cerita secara bergantian
d) Guru dan anak mempercakapkan tema dan sub tema
2) Kegiatan Inti
a) Guru memperlihatkan alat permainan Geometri Box kepada
anak.
b) Guru menerangkan tentang permainan Geometri Box
c) Guru dan anak membaca doa sebelum memulai kegiatan
d) Anak menyebutkan warna dan bentuk kepingan geometri dan
angka 1-10 yang ada pada alat permainan
e) Anak mengambil 3 kepingan geometri yang berbeda sesuai yang
disebutkan guru dan menyebut perbedaannya
f) Anak mencari dan mengelompokkan kepingan geometri yang
sama bentuk dan warnanya, kemudian menghitung kepingan
geometri tersebut.
58
g) Anak menyusun kepingan geometri dari besar-kecil atau
sebaliknya
h) Anak menyusun puzel kepingan geometri.
i) Anak membentuk bunga dengan kepingan geometri.
j) Guru memotivasi dan mengamati kegiatan anak selama
pembelajaran berlangsung dan kolaborator mencatat hasil
pengamatan.
k) Guru dan anak membaca doa sesudah kegiatan.
3) Kegiatan Istirahat ( bermain bebas dan makan bersama )
4) Kegiatan Akhir
a) Guru melakukan Tanya jawab dengan anak untuk mengevaluasi
permainan yang telah dilakukan
b) Persiapan pulang
Diakhir siklus dilaksanakan wawancara kepada anak.
c. Pengamatan
Pengamatan yang peneliti lakukan dalam kegiatan
pembelajaran, menyimpulkan hasil sebagai berikut :
1. Anak merasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran tentang
permainan Geometri Box.
2. Anak mampu menyebutkan warna dan bentuk kepingan geometri
yang ada pada Geometri Box.
3. Anak mampu mengelompokkan kepingan geometri yang sama
bentuk dan warnanya
59
4. Anak mampu menyusun kepingan geometri dari kecil-besar atau
sebaliknya.
5. Anak mampu menyusun puzel kepingan geometri.
6. Masih ada anak yang belum mampu mengelompokkan bentuk
kepingan geometri, menyebutkan bentuk geometri, menyebutkan
ciri dan perbedaan bentuk geometri, mampu menyusun kepingan
geometri dari kecil-besar atau sebaliknya dan menyusun puzel
kepingan geometri, dan malas melakukan kegiatan. Sehingga guru
mempunyai strategi untuk membimbing anak dalam bermain
dengan mendampingi dan memotivasi anak dalam kegiatan
bermain Geometri Box.
Hasil pengamatan peningkatan kecerdasan logika matematika
anak melalui permainan Geometri Box pada Siklus I pertemuan I
dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :
Tabel 5. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Siklus I (Setelah
Tindakan) Pertemuan I.
No Aspek yang Dinilai
NILAI
Sangat
Tinggi
Tinggi Rendah
F % F % F %
1
2
3
Anak mampu mengenal
bentuk-bentuk Geometri
pada Geometri Box
Anak mampu mengenal
warna pada Geometri Box
Anak mampu
mengelompokkan kepingan
geometri box yang sama
3
3
3
21,43
21,43
21,43
3
6
5
21,43
42,85
35,72
8
5
6
57,14
35,72
42,85
60
4
5
bentuk, ukuran dan
warnanya
Anak mampu mengenal
angka 1-10 melalui
Geometri Box
Anak mampu mengenal
konsep bilangan 1-10
melalui Geometri Box
3
3
21,43
21,43
5
5
35,72
35,72
6
6
42,85
42,85
Nilai Rata-rata 3 21,43 4 28,57 7 50
Berdasarkan tabel di atas, hasil peningkatan kecerdasan logika
matematika anak pada siklus I pertemuan I, Pada aspek 1 kemampuan
anak dalam mengenal bentuk kepingan bentuk geometri anak yang sangat
tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 21,43%, anak yang tinggi
berjumlah 3 orang dengan persentase 21,43%, anak yang rendah berjumlah
8 orang persentase 57,14%.
Pada aspek 2 kemampuan anak mengenal warna, anak yang sangat
tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 21,43%, anak yang tinggi
berjumlah 6 orang dengan persentase 42,85%, anak yang rendah berjumlah
5 orang dengan persentase 35,72%.
Pada aspek 3 kemampuan anak mengelompokkan kepingan
geometri yang sama bentuk ,ukuran dan warnanya, anak yang sangat tinggi
berjumlah 3 orang dengan persentase 21,43%, anak yang tinggi
berjumlah 5 orang dengan persentase 35,72%, anak yang rendah
berjumlah 6 orang dengan persentase 42,85%.
Pada aspek 4 Anak mampu mengenal angka 1-10, anak yang sangat
tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 21,43%, anak yang tinggi
61
berjumlah 5 orang dengan persentase 35,72%, dan anak yang rendah
berjumlah 6 orang dengan persentase 42,85%.
Pada aspek 5 Anak mampu mengenal konsep bilangan 1-10, anak
yang sangat tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 21,43%, anak
yang tinggi berjumlah 5 orang dengan persentase 35,72%, dan anak yang
rendah berjumlah 6 orang dengan persentase 42,85%.
Grafik 2. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Siklus I (Setelah
Tindakan) Pertemuan I
Uraian di atas menggambarkan perkembangan anak dalam
kemampuan logika matematika di siklus I pertemuan I sudah ada
peningkatan tetapi belum maksimal yang dapat dilihat melalui ke 5 aspek
tersebut. Oleh karena itu perlu dioptimalkan lagi dalam ke 5 aspek tersebut
pada pertemuan berikutnya. Hasil observasi kemampuan logika
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 Aspek yang
dinilai
4 5
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
62
matematika anak melalui permainan Geometri Box pada Siklus I
pertemuan II dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :
Tabel 6. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Siklus I (Setelah
Tindakan) Pertemuan II
No Aspek yang Dinilai
NILAI
Sangat
Tinggi
Tinggi Rendah
F % F % F %
1
2
3
4
5
6
Anak mampu mengenal
bentuk-bentuk Geometri
pada Geometri Box
Anak mampu mengenal
warna pada Geometri Box
Anak mampu
mengelompokkan kepingan
geometri box yang sama
bentuk, ukuran dan
warnanya
Anak mampu menyusun
ukuran kepingan geometri
dari yang kecil sampai yang
besar dan sebaliknya pada
Geometri Box
Anak mampu mengenal
angka 1-10 melalui geometri
box
Anak mampu mengenal
konsep bilangan 1-10
geometri box
3
3
4
3
3
3
21,43
21,43
28,57
21,43
21,43
21,43
5
6
4
6
6
6
35,72
42,85
28,57
42,85
42,85
42,85
6
5
6
5
5
5
42,85
35,72
42,86
35,72
35,72
35,72
Nilai Rata-rata 3 21,43 6 42,85 5 35.72
Berdasarkan tabel di atas, hasil observasi peningkatan kecerdasan
logika matematika anak melalui permainan Geometri Box pada siklus I
pertemuan II, Pada aspek 1 kemampuan anak dalam mengenal bentuk
bentuk geometri anak yang sangat tinggi berjumlah 3 orang dengan
63
persentase 21,43%, anak yang tinggi berjumlah 5 orang dengan persentase
35,72%, anak yang rendah berjumlah 6 orang persentase 42,85%.
Pada aspek 2 kemampuan anak dalam mengenal warna, anak yang
sangat tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 21,43%, anak yang
tinggi berjumlah 6 orang dengan persentase 42,85%, anak yang rendah
berjumlah 5 orang dengan persentase 35,72%.
Pada aspek 3 kemampuan anak dalam mengelompokkan kepingan
geometri yang sama bentuk, ukuran dan warnanya, anak yang sangat
tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 28,57%, anak yang tinggi
berjumlah 4 orang dengan persentase 28,57%, anak yang rendah
berjumlah 6 orang dengan persentase 42,86%.
Pada aspek 4 kemampuan anak menyusun kepingan geometri dari
yang kecil-besar atau sebaliknya, anak yang sangat tinggi berjumlah 3
orang dengan persentase 21,43%, anak yang tinggi berjumlah 6 orang
dengan persentase 42,85%, dan anak yang rendah berjumlah 5 orang
dengan persentase 35,72%.
Pada aspek 5 kemampuan anak mengenal angka 1-10, anak yang
sangat tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 21,43%, anak yang
tinggi berjumlah 6 orang dengan persentase 42,85%, dan anak yang
rendah berjumlah 5 orang dengan persentase 35,72%.
Pada aspek 6 kemampuan anak mengenal konsep bilangan 1-10,
anak yang sangat tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 21,43%,
64
anak yang tinggi berjumlah 6 orang dengan persentase 42,85%, dan anak
yang rendah berjumlah 5 orang dengan persentase 35,72%.
Grafik 3. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Siklus I (Setelah
Tindakan) Pertemuan II
Berdasarkan uraian di atas tergambarlah perkembangan anak dalam
kemampuan logika matematika di siklus I pertemuan II, sudah ada
peningkatan tetapi belum maksimal yang dapat dilihat melalui ke 6 aspek
tersebut. Oleh karena itu perlu dioptimalkan lagi kemampuan logika
matematika anak dalam ke 6 aspek tersebut pada pertemuan berikutnya.
Hasil observasi dan hasil wawancara kemampuan logika
amtematika anak melalui permainan Geometri Box pada Siklus I
pertemuan III dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini:
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
1 2 3 4 Aspek yang
dinilai
5 6
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
65
Tabel 7. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Siklus I ( Setelah
Tindakan) Pertemuan III
No Aspek yang Dinilai
NILAI
Sangat
Tinggi
Tinggi Rendah
F % F % F %
1
2
3
4
5
6
7
Anak mampu mengenal
bentuk-bentuk Geometri pada
geometri box
Anak mampu mengenal
warna pada geometri box
Anak mampu
mengelompokkan kepingan
geometri box yang sama
bentuk, ukuran dan warnanya
Anak mampu menyusun
ukuran kepingan geometri
dari yang kecil sampai yang
besar dan sebaliknya pada
geometri box
Anak mampu mengenal
angka 1-10 melalui geometri
box
Anak mampu mengenal
konsep bilangan 1-10 melalui
geometri box
Anak mampu menyusun
puzel menjadi bentuk utuh
pada geometri box
4
6
5
4
6
5
5
28,57
42,86
35,71
28,58
42,86
35,71
35,71
3
4
5
5
4
5
5
21,43
28,57
35,71
35,71
28,57
35,71
35,71
7
4
4
5
4
4
4
50
28,57
28,58
35,71
28,57
28,58
28,58
Nilai Rata-rata 5 35,71 4 28,58 5 35,71
Berdasarkan tabel di atas, hasil observasi kemampuan logika
matematika anak melalui permainan Geometri Box pada siklus I
pertemuan III, Pada aspek 1 kemampuan anak dalam mengenal bentuk
kepingan geometri, anak yang sangat tinggi berjumlah 4 orang dengan
persentase 28,57%, anak yang tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase
21,43%, anak yang rendah berjumlah 7 orang persentase 50%.
66
Pada aspek 2 kemampuan anak dalam mengenal warna, anak yang
sangat tinggi berjumlah 6 orang dengan persentase 42,86%, anak yang
tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 28,57%, anak yang rendah
berjumlah 4 orang dengan persentase 28,57%.
Pada aspek 3 kemampuan anak dalam mengelompokkan bentuk
geometri yang sama bentuk,ukuran dan warnanya, anak yang sangat tinggi
berjumlah 5 orang dengan persentase 35,71%, anak yang tinggi berjumlah
5 orang dengan persentase 35,71%, anak yang rendah berjumlah 4 orang
dengan persentase 28,58%.
Pada aspek 4 kemampuan anak dalam menyusun ukuran geometri
dari yang kecil-besar atau sebaliknya, anak yang sangat tinggi berjumlah 4
orang dengan 28,58%, anak yang tinggi berjumlah 5 orang dengan
persentase 35,71%, dan anak yang rendah berjumlah 5 orang dengan
persentase 35,71%.
Pada aspek 5 kemampuan anak mengenal angka 1-10, anak yang
sangat tinggi berjumlah 6 orang dengan persentase 42,86%, anak yang
tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 28,57%, dan anak yang
rendah berjumlah 4 orang dengan persentase 28,57%.
Pada aspek 6 kemampuan anak mengenal konsep bilangan 1-10,
anak yang sangat tinggi berjumlah 5 orang dengan persentase 35,71%,
anak yang tinggi berjumlah 5 orang dengan persentase 35,71%, dan anak
yang rendah berjumlah 4 orang dengan persentase 28,58%.
67
Pada aspek 7 kemampuan anak menyusun puzel kepingan
geometri, anak yang sangat tinggi berjumlah 5 orang dengan persentase
35,71%, anak yang tinggi berjumlah 5 orang dengan persentase 35,71%,
dan anak yang rendah berjumlah 4 orang dengan persentase 28,58%.
Grafik 4. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Siklus I ( Setelah
Tindakan) Pertemuan III
Berdasarkan uraian di atas tergambarlah perkembangan anak dalam
kemampuan logika matematika di siklus I pertemuan III, sudah ada
peningkatan tetapi belum maksimal yang dapat dilihat melalui ke 7 aspek
tersebut. Oleh karena itu perlu dioptimalkan lagi kemampuan logika
matematika anak dalam ke 7 aspek tersebut pada siklus berikutnya.
Hasil wawancara yang dilaksanakan di akhir siklus dapat dilihat
pada tabel dan grafik berikut ini:
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 Aspek yang
dinilai
5 6 7
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
68
Tabel 8. Hasil Wawancara Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika Anak
melalui Permainan Geometri Box Pada Siklus I (Setelah Tindakan)
Pertemuan III
No Pertanyaan Jawaban Alasan % Jml
Anak
1
Apakah kamu
mengenal bentuk-
bentuk geometr ?
7 anak menjawab
mampu
Sudah tahu dengan
beberapa bentuk
geometri
50
7 anak menjawab tidak
tahu
Ragu dengan
bentuk geometri
50
2 Apakah kamu
mengenal warna
kepingan geometri?
10 anak menjawab
mampu
Sudah tahu dengan
warna geometri
71,42
4 anak menjawab
dengan gelengan kepala
Tidak tahu 28,57
3 Apakah kamu
mampu
mengelompokkan
kepingan geometri
menurut
bentu,ukuran dan
warnanya?
10 anak menjawab
mampu
Sudah tahu dengan
bentuk geometri
71,42
4 anak menjawab
dengan gelengan kepala
Ragu, malu dan
tidak tahu dengan
bentuk geometri
28,57
4
5
6
7
Apakah kamu
mampu menyusun
kepingan geometri
dari yang kecil-
besar atau
sebaliknya?
Apakah kamu
mampu mengenal
angka 1-10?
Apakah kamu
mampu menghitung
jumlah kepingan
geometri?
Apakah kamu bisa
menyusul puzel
geometri?
9 anak menjawab
mampu
Sudah tahu dengan
beberapa bentuk
geometri
64,28
5 anak menjawab
belum mampu
10 anak menjawab
mampu
4 anak tidak tahu
10 anak menjawab
mampu
4 anak tidak mampu
9 anak menjawab
mampu
5 anak menjawab tidak
mampu
Ragu dengan
bentuk geometri
Sudah tahu angka
1-10
Ragu-ragu
sudah mampu
menghitung 1-10
Ragu-ragu
Sudah tahu cara
menyusunnya
tidak mengerti
35,72
71,42
28,57
71,42
28,57
64,28
35,72
Nilai rata-rata Mampu 66,32%
Tidak mampu 33,68%
69
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perkembangan anak dalam
kemampuan logika matematika di akhir siklus I. Pada pertanyaan 1 dalam
mengenal bentuk kepingan geometri 7 anak menjawab mampu dengan
persentase 50%, tidak mampu 7 anak dengan persentase 50%.
Pertanyaan 2 dalam mengenal warna kepingan geometri menjawab
mampu 10 anak dengan persentase 71,44%, tidak mampu 4 anak dengan
persentase 28,57%. Pada pertanyaan 3 mengelompokkan kepingan
geometri yang sama bentuk ,ukuran dan warnanya menjawab mampu 10
anak dengan persentase 71,44%, tidak mampu 4 anak dengan persentase
28,57%.
Pada pertanyaan 4 menyusun kepingan geometri dari yang kecil-
besar atau sebaliknya menjawab mampu 9 anak dengan persentase
64,28%, tidak mampu 5 anak dengan persentase 35,72%. Pertanyaan 5
mengenal angka 1-10, menjawab mampu 10 anak dengan persentase
71,42%, tidak mampu 4 anak dengan persentase 28,57%.
Pertanyaan 6 mengenal konsep bilangan atau bisa menghitung 1-
10, menjawab mampu 10 anak dengan persentase 71,42%, tidak mampu 4
anak dengan persentase 28,57%. Pertanyaan 7 menyusun puzel kepingan
geometri, menjawab mampu 9 anak dengan persentase 64,28%, tidak
mampu 5 anak dengan persentase 35,72%
70
Grafik 5. Hasil Wawancara Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika Anak
melalui Permainan Geometri Box Pada Siklus I (Setelah Tindakan)
Pertemuan III .
Uraian di atas menggambarkan perkembangan anak dalam
kemampuan logika matematika di siklus I pertemuan III sudah ada
peningkatan tetapi belum maksimal yang dapat dilihat melalui ke 7 aspek
tersebut dan hasil wawancara. Oleh karena itu perlu dioptimalkan lagi
kemampuan logika matematika anak dalam ke 7 aspek tersebut.
d. Refleksi
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan dalam kegiatan
pembelajaran, maka peneliti dengan guru yang berkolaborasi di kelas
dapat menyimpulkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I sudah
sesuai dengan rencana, berdasarkan hasil pengamatan dampak
pembelajaran sudah cukup berhasil, ini terlihat dari :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 Aspek yang
dinilai
5 6 7
Mampu
Tidak Mampu
71
1. Perkembangan anak dalam kecerdasan logika matematika anak
melalui permainan Geometri Box sudah meningkat:
a. Kemampuan anak dalam mengenal bentuk kepingan geometri
yang ada pada Geometri Box, kondisi awal 14,28%, siklus I
pertemuan I dan II masih 21,43% dan meningkat menjadi
28,57% di pertemuan III.
b. Kemampuan anak dalam mengenal warna bentuk kepingan
geometri pada kondisi awal 14,28%, siklus I pertemuan I dan
pertemuan II masih 21,43% dan pertemuan III meningkat
menjadi 42,86%.
c. Kemampuan anak dalam mengelompokkan bentuk kepingan
geometri pada kondisi awal 14,28%, pada siklus I pertemuan I
masih 21,43%, pertemuan II menjadi 28,57 dan pertemuan III
meningkat menjadi 35,71%.
d. Kemampuan anak dalam menyusun geometri dari yang kecil-
besar atau sen\baliknya, kondisi awal 14,28%, pada siklus I
pertemuan I dan II masih 21,43% dan naik menjadi 28,58% di
pertemuan III.
e. Kemampuan anak dalam mengenal angka 1-10, kondisi awal
14,28%, pada siklus I pertemuan I dan II masih 21,43% dan
naik menjadi 42,86% di pertemuan III.
72
f. Kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan 1-10,
kondisi awal 14,28%, pada siklus I pertemuan II masih 21,43%
dan naik menjadi 35,71% di pertemuan III.
g. Kemampuan anak dalam menyusun puzel kepingan geometri,
kondisi awal 14,28%, pada siklus I naik 35,71% di pertemuan
III.
2. Dari hasil wawancara masih ditemui anak yang belum optimal
kemampuan logika matematika.
Untuk mengatasi hal di atas dapat dilakukan hal sebagai berikut:
a. Mendampingi dan selalu memberi arahan serta motivasi kepada
anak dalam bermain Geometri Box.
b. Membuat Geometri Box, angka 1-10 dan kepingan masing-
masing bentuk geometri dengan warna yang bervariasi dan
seimbang dengan jumlah anak yang akan bermain.
Berdasarkan deskripsi data, hasil dari data selama penelitian
dalam pembelajaran pada siklus I dianalisis dengan membuat
rekapitulasi hasil observasi dan wawancara. Rekapitulasi hasil observasi
Siklus I pertemuan I, II dan III dapat dilihat pada tabel dan grafik
berikut :
73
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika
Matematika Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Siklus I
Pertemuan I, II dan III ( Setelah Tindakan)
N
O Aspek yang Dinilai
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
Jumlah anak 14 Jumlah anak 14 Jumlah anak 14
ST T R ST T R ST T R
1
Anak mampu
mengenal bentuk
geometri
Jml
anak
3 3 8 3 5 6 4 3 7
% 21,43 21,43 57,15 21,43 35,72 42,85 28,57 21,43 50
2
Anak mampu
mengenal warna
Jml
anak
3 6 5 3 6 5 6 4 4
% 21,43 42,85 35,72 21,43 42,85 35,72 42,85 28,57 28,57
3
Anak mampu
mengelpompokkan
geometri
berdasarkan warna
dan bentuknya
Jml
anak
3 5 6 4 4 6 5 5 4
% 21,43 35,72 42,85 28,57 28,57 42,85 35,72 35,72 28,57
4
5
6
7
Anak mampu
menyusun geometri
dari kecil –besar
atau sebaliknya
Anak mampu
mengenal angka 1-
10
Anak mampu
menghitung
kepingan geometri
Anak mampu
menyusun puzel
geometri
Jml
anak
3 5 6 3 6 5 4 5 5
%
Jlh
anak
%
Jlh
anak
%
Jlh
anak
%
21,43
3
21,42
3
21,42
2
14,28
35,72
5
35,71
5
35,71
3
21,43
42,85
6
42,85
6
42,85
9
64,28
21,43
3
21,43
3
21,43
3
21,43
42,85
6
42,85
6
42,85
6
42,85
35,72
5
35,71
5
35,71
5
35,71
28,57
6
42,65
5
35,71
5
35,71
35,72
4
28,57
5
35,71
5
35,71
35,72
4
28,57
4
28,57
4
28,57
nilai rata-rata Jlh
anak
3 5 6 4 5 5 5 4 5
%
21,43 35,72 42,85 28,56 35,72 35,72 35,72 28,56 35,72
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat kecerdasan logika
matematika anak pada siklus I meningkat. Pada aspek 1 kemampuan
74
anak dalam mengenal bentuk-bentuk geometri, siklus I pertemuan I dan
II masih 21,43% dan meningkat menjadi 28,57% di pertemuan III.
Pada aspek 2 kemampuan anak dalam mengenal warna, pada
siklus I pertemuan I dan pertemuan II masih 21,43% dan pertemuan III
meningkat menjadi 42,85%.
Pada aspek 3 kemampuan anak dalam mengelompokkan bentuk
kepingan geometri, pada siklus I pertemuan I masih 21,43%,
pertemuan II menjadi 28,57 dan pertemuan III meningkat menjadi
35,72%.
Pada aspek 4 kemampuan anak dalam menyusun ukuran
geometri dari kecil-besar atau sebaliknya, pada siklus I pertemuan I dan
II masih 21,43% dan naik menjadi 28,57% di pertemuan III.
Pada aspek 5 kemampuan anak dalam mengenal angka 1-10,
pada siklus I pertemuan I dan II masih 21,43% dan naik menjadi
42,85% di pertemuan III.
Pada aspek 6 kemampuan anak dalam menghitung kepingan
geometri, pada siklus I pertemuan I dan II masih 21,43% dan naik
menjadi 35,71% di pertemuan III.
Pada aspek 7 kemampuan anak dalam menyusun puzel
geometri, pada siklus I pertemuan I 14,28%, pertemuan II masih
21,43% dan naik menjadi 35,71% di pertemuan III.
75
Grafik 6. Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika
Matematika Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Pada
Siklus I Pertemuan I, II dan III ( Setelah Tindakan )
Hasil rekapitulasi siklus I menunjukkan peningkatan di tiap
pertemuannya, namun belum mencapai target KKM.
3. Deskripsi Siklus II
Hasil pelaksanaan Siklus I, ternyata tidak mencapai KKM. Maka
peneliti melanjutkan penelitian ke siklus II yang dilakukan sebanyak 3 kali
pertemuan. Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2011,
pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2011, dan
pertemuan III dilaksanakan pada tanggal 21 Desember 2011.
Dibandingkan dari hasil siklus I, aspek yang dinilai dalam observasi
mengalami peningkatan yang signifikan dan sudah mencapai KKM
sedangkan dari hasil wawancara yang dilakukan di akhir siklus II
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
1 2 3 4 Aspek yang
dinilai
5 6 7
Pertemuan I
Pertemuan II
Pertemuan III
76
dibandingkan hasil siklus I menunjukkan bahwa kecerdasan logika
matematika anak sudah meningkat.
a. Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus II sama seperti siklus I yaitu
guru melaksanakan analisis kurikulum untuk menentukan kompetensi
dasar dan indikator yang akan dipakai dalam penelitian kepada anak
dalam kegiatan peningkatan kecerdasan logika matematika anak
melalui permainan Geometri Box. Kompetensi dasarnya adalah anak
mampu memahami konsep sederhana, memecahkan masalah sederhana
dalam kehidupan sehari- hari.
Indikator yang dipakai adalah :
1) mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri- ciri
tertentu, misal menurut warna, bentuk, ukuran, jenis, dll
2) mengelompokkan benda- benda tiga dimensi ( benda-benda yang
sebenarnya) yang berbentuk geometri (lingkaran, segitiga,
segiempat).
3) Menyusun benda dari besar-kecil atau sebaliknya.
4) Membilang/menyebut urutan bilangan dari 1-20
5) Membilang ( mengenal konsep bilangan dengan benda-benda ) 1-
10
6) Menyusun kepingan puzel menjadi bentuk utuh
Perencanaan yang dilakukan adalah membuat persiapan
pembelajaran yaitu SKH, menentukan tema yaitu tema Tanaman,
77
menentukan metode yang akan digunakan dalam mengoptimalkan
pengenalan bentuk geometri yaitu metode pemberian tugas dan
melakukan kegiatan perlombaan supaya lebih menarik bagi anak,
mempersiapkan media pembelajaran yaitu menambah jumlah Geometri
Box dengan warna kepingan geometri yang bervariasi ditiap
bentuknya, mengembangkan format evaluasi dan menyiapkan
dokumentasi.
b. Tindakan
Guru melaksanakan proses pembelajaran untuk peningkatan
kecerdasan logika matematiika anak sesuai satuan kegiatan harian
yang telah direncanakan (dapat dilihat pada lampiran I).
Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2011.
Temanya adalah Tanaman dengan sub tema Cara perkembangan dan
pertumbuhan tanaman dengan batang. Pada pertemuan ini terlihat ada
beberapa anak yang berkembang pesat dalam melaksanakan kegiatan
terlihat beberapa aspek sudah tidak ada yang berada pada kategori
rendah. Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
1) Kegiatan awal
a) Guru mengkondisikan tempat duduk anak
b) Guru membimbing anak membaca doa sebelum belajar
c) Guru memotivasi anak untuk berbagi cerita secara bergantian
d) Guru dan anak mempercakapkan tema dan sub tema
2) Kegiatan Inti
78
a) Guru memperlihatkan alat permainan Geometri Box kepada
anak.
b) Guru menerangkan tentang permainan Geometri Box
c) Guru dan anak membaca doa sebelum memulai kegiatan
d) Anak menyebutkan warna dan bentuk kepingan geometri dan
angka 1-10 yang ada pada alat permainan
e) Anak mengambil 3 kepingan geometri yang berbeda sesuai yang
disebutkan guru dan menyebut perbedaannya
f) Anak mencari dan mengelompokkan kepingan geometri yang
sama bentuk dan warnanya, kemudian menghitung kepingan
geometri tersebut.
g) kemudian anak disuruh menghitung kepingan geometri lalu
memasukkan kedalam lobang Geometri Box sesuai bentuknya.
h) Anak menyusun kepingan geometri dari besar-kecil atau
sebaliknya
i) Anak menyusun puzel kepingan geometri.
j) Anak menghitung tanaman yang berbentuk geometri.
k) Guru memotivasi dan mengamati kegiatan anak selama
pembelajaran berlangsung dan kolaborator mencatat hasil
pengamatan.
l) Guru dan anak membaca doa sesudah kegiatan.
3) Kegiatan Istirahat ( bermain bebas dan makan bersama )
4) Kegiatan Akhir
79
a) Guru melakukan Tanya jawab dengan anak untuk mengevaluasi
permainan yang telah dilakukan
b) Persiapan pulang
Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2011.
Temanya adalah Tanaman dengan sub tema Cara perkembangan dan
pertumbuhan tanaman dengan anak. Pada pertemuan ini terlihat
peningkatan kecerdasan logika matematika anak semakin bagus.
Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
a) Guru mengkondisikan tempat duduk anak
b) Guru membimbing anak membaca doa sebelum belajar
c) Guru memotivasi anak untuk berbagi cerita secara bergantian
d) Guru dan anak mempercakapkan tema dan sub tema
2) Kegiatan Inti
a) Guru memperlihatkan alat permainan Geometri Box kepada
anak.
b) Guru menerangkan tentang permainan Geometri Box
c) Guru dan anak membaca doa sebelum memulai kegiatan
d) Anak menyebutkan warna dan bentuk kepingan geometri dan
angka 1-10 yang ada pada alat permainan
e) Anak mengambil 3 kepingan geometri yang berbeda sesuai yang
disebutkan guru dan menyebut perbedaannya
80
f) Anak mencari dan mengelompokkan kepingan geometri yang
sama bentuk dan warnanya, kemudian menghitung kepingan
geometri tersebut.
g) kemudian anak disuruh menghitung kepingan geometri lalu
memasukkan kedalam lobang Geometri Box sesuai bentuknya.
h) Anak menyusun kepingan geometri dari besar-kecil atau
sebaliknya
i) Anak menyusun puzel kepingan geometri.
j) Anak menyusun buah dari kecil-besar.
k) setelah anak melakukan semua kegiatan permainan Geometri
Box secara bergantian, kemudian anak-anak disuruh lomba
perkelompok kecil dalam melakukan permainan Geometri Box.
l) Guru memotivasi dan mengamati kegiatan anak selama
pembelajaran berlangsung dan kolaborator mencatat hasil
pengamatan.
m) Guru dan anak membaca doa sesudah kegiatan.
3) Kegiatan Istirahat ( bermain bebas dan makan bersama )
4) Kegiatan Akhir
a) Guru melakukan Tanya jawab dengan anak untuk mengevaluasi
permainan yang telah dilakukan
b) Persiapan pulang
Pertemuan III dilaksanakan pada tanggal 21 Desember 2011.
Temanya adalah Tanaman dengan sub tema Bagian-bagian Tanaman.
81
Pada pertemuan ini terlihat aspek yang dinilai mengalami peningkatan
yang signifikan mencapai target KKM. Langkah-langkah kegiatannya
sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
a) Guru mengkondisikan tempat duduk anak
b) Guru membimbing anak membaca doa sebelum belajar
c) Guru memotivasi anak untuk berbagi cerita secara bergantian
d) Guru dan anak mempercakapkan tema dan sub tema
2) Kegiatan Inti
a) Guru memperlihatkan alat permainan Geometri Box kepada
anak.
b) Guru menerangkan tentang permainan Geometri Box
c) Guru dan anak membaca doa sebelum memulai kegiatan
d) Anak menyebutkan warna dan bentuk kepingan geometri dan
angka 1-10 yang ada pada alat permainan
e) Anak mengambil 3 kepingan geometri yang berbeda sesuai yang
disebutkan guru dan menyebut perbedaannya
f) Anak mencari dan mengelompokkan kepingan geometri yang
sama bentuk dan warnanya, kemudian menghitung kepingan
geometri tersebut.
g) kemudian anak disuruh menghitung kepingan geometri lalu
memasukkan kedalam lobang Geometri Box sesuai bentuknya.
82
h) Anak menyusun kepingan geometri dari besar-kecil atau
sebaliknya
i) Anak menyusun puzel kepingan geometri.
j) Mencari gambar bagian tanaman yang berbentuk lingkaran.
k) setelah anak melakukan semua kegiatan permainan Geometri
Box secara bergantian, kemudian anak-anak disuruh lomba
perindividu secara bergantian dalam melakukan permainan
Geometri Box.
l) Guru memotivasi dan mengamati kegiatan anak selama
pembelajaran berlangsung dan kolaborator mencatat hasil
pengamatan.
m) Guru dan anak membaca doa sesudah kegiatan.
3) Kegiatan Istirahat ( bermain bebas dan makan bersama )
4) Kegiatan Akhir
a) Guru melakukan Tanya jawab dengan anak untuk mengevaluasi
permainan yang telah dilakukan
b) Persiapan pulang
Di akhir siklus II dilakukan wawancara kepada anak.
c. Pengamatan
Pengamatan yang peneliti lakukan dalam kegiatan
pembelajaran pada siklus II mendapatkan hal-hal sebagai berikut :
1) Anak merasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran tentang
permainan Geometri Box.
83
2) Anak semakin mampu mengenal dan mengelompokkan kepingan
geometri yang sama bentuk dan warnanya
3) Anak mampu menyebutkan bentuk- bentuk geometri yang ada pada
Geometri Box.
4) Anak mampu menghitung kepingan geometri 1-20.
5) Anak mampu menyusun kepingan geometri dari kecil-besar atau
sebaliknya dan meletakkan angka sesuai urutannya
6) Anak mampu menyusun puzel geometri menjadi bentuk utuh.
Dalam pengamatan tersebut, terlihat bahwa hasil dari setiap
aspek mengalami peningkatan. Hasil pengamatan peningkatan
kecerdasan logika matematika anak melalui permainan Geometri Box
pada Siklus II pertemuan I dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah
ini :
Tabel 10. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Pada Siklus II
( Setelah Tindakan) Pertemuan I
No Aspek yang Dinilai
NILAI
Sangat
Tinggi
Tinggi Rendah
F % F % F %
1
2
3
4
Anak mampu mengenal
bentuk-bentuk Geometri pada
geometri box
Anak mampu mengenal warna
pada geometri box
Anak mampu
mengelompokkan kepingan
geometri box yang sama
bentuk, ukuran dan warnanya
Anak mampu menyusun
ukuran kepingan geometri dari
8
10
7
7
57,15
71,43
50
50
6
4
5
5
42,85
28,57
35,72
35,72
-
-
2
2
0
0
14,28
14,28
84
5
6
7
yang kecil sampai yang besar
dan sebaliknya pada geometri
box
Anak mampu mengenal angka
1-10 melalui geometri box
Anak mampu mengenal konsep
bilangan 1-10 melalui geometri
box
Anak mampu menyusun
kepingan puzel menjadi bentuk
utuh pada geometri box
8
10
8
57,15
71,43
57,15
5
4
4
35,71
28,57
28,57
1
-
2
7,14
0
14,28
Nilai Rata-rata 8 57,14 5 35,72 1 7,14
Berdasarkan tabel di atas, hasil observasi Peningkatan Kecerdasan
Logika Matematika Anak melalui Permainan Geometri Box pada siklus II
pertemuan I, Pada aspek 1 kemampuan anak dalam mengenal bentuk
kepingan bentuk geometri anak yang sangat tinggi berjumlah 8 orang
dengan persentase 57,15%, anak yang tinggi berjumlah 6 orang dengan
persentase 42,85%, anak yang rendah tidak ada lagi.
Pada aspek 2 kemampuan anak dalam mengenal warna anak yang
sangat tinggi berjumlah 10 orang dengan persentase 71,43%, anak yang
tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 28,57%, anak yang rendah
tidak ada lagi. Pada aspek 3 kemampuan anak dalam mengelompokkan
kepingan bentuk geometri berdasarkan warna dan bentuk, anak yang
sangat tinggi berjumlah 7 orang dengan persentase 50%, anak yang tinggi
berjumlah 5 orang dengan persentase 35,72%, anak yang rendah berjumlah
2 orang dengan persentase 14,28%.
Pada aspek 4 kemampuan anak dalam menyusun kepingan
geometri dari kecil-besar atau sebaliknya, anak yang sangat tinggi
85
berjumlah 7 orang dengan 50%, anak yang tinggi berjumlah 5 orang
dengan persentase 35,72%, dan anak yang rendah berjumlah 2 orang
dengan persentase 14,28%.
Pada aspek 5 kemampuan anak dalam mengenal angka 1-10, anak
yang sangat tinggi berjumlah 8 orang dengan 57,15%, anak yang tinggi
berjumlah 5 orang dengan persentase 35,71%, dan anak yang rendah
berjumlah 1 orang dengan persentase 7,14%.
Pada aspek 6 kemampuan anak dalam mengenal menghitung
kepingan geometri, anak yang sangat tinggi berjumlah 10 orang dengan
71,43%, anak yang tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 28,57%,
dan anak yang rendah tidak ada lagi.
Pada aspek 7 kemampuan anak dalam menyusun puzel geometri,
anak yang sangat tinggi berjumlah 8 orang dengan 57,15%, anak yang
tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 28,57%, dan anak yang
rendah berjumlah 2 orang dengan persentase 14,28%.
86
Grafik 7. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Pada Siklus II
( Setelah Tindakan) Pertemuan I
Berdasarkan uraian di atas tergambarlah perkembangan anak dalam
mengenal bentuk geometri pada anak di siklus II pertemuan I sudah ada
peningkatan tetapi belum maksimal yang dapat dilihat melalui ke 7 aspek
tersebut. Oleh karena itu perlu dioptimalkan lagi peningkatan kecerdasan
logika matematika anak dalam ke 7 aspek tersebut pada pertemuan
berikutnya. Hasil observasi peningkatan kecerdasan logika matematika
anak pada Siklus II pertemuan II dapat dilihat pada tabel dan grafik
dibawah ini
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 Aspek yang
dinilai
5 6 7
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
87
Tabel 11. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Pada Siklus II
( Setelah Tindakan) Pertemuan II
No Aspek yang Dinilai
NILAI
Sangat
Tinggi
Tinggi Rendah
F % F % F %
1
2
3
4
5
6
7
Anak mampu mengenal
bentuk-bentuk Geometri pada
geometri box
Anak mampu mengenal warna
pada geometri box
Anak mampu
mengelompokkan kepingan
geometri box yang sama
bentuk, ukuran dan warnanya
Anak mampu menyusun
ukuran kepingan geometri dari
yang kecil sampai yang besar
dan sebaliknya pada geometri
box
Anak mampu mengenal angka
1-10 melalui geometri box
Anak mampu mengenal konsep
bilangan 1-10 melalui geometri
box
Anak mampu menyusun
kepingan puzel menjadi bentuk
utuh pada geometri box
9
12
9
10
10
10
10
64,28
85,72
64,28
71,43
71,43
71,43
71,43
5
2
4
3
4
4
4
35,72
14,28
28,58
21,43
28,57
28,57
28,57
-
-
1
1
-
-
-
0
0
7,14
7,14
0
0
0
Nilai Rata-rata 9 64,28 4 28,58 1 7,14
Berdasarkan tabel di atas, hasil observasi peningkatan kecerdasan
logika matematika anak pada siklus II pertemuan II, Pada aspek 1
kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri anak, yang sangat
tinggi berjumlah 9 orang dengan persentase 64,28%, anak yang tinggi
88
berjumlah 5 orang dengan persentase 35,72%, anak yang rendah tidak ada
lagi.
Pada aspek 2 kemampuan anak dalam mengenal warna, anak yang
sangat tinggi berjumlah 12 orang dengan persentase 85,72%, anak yang
tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 14,28%, anak yang rendah
tidak ada lagi.
Pada aspek 3 kemampuan anak dalam mengelompokkan kepingan
geometri, anak yang sangat tinggi berjumlah 9 orang dengan persentase
64,28%, anak yang tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 28,58%,
anak yang rendah berjumlah 1 orang dengan persentase 7,14%.
Pada aspek 4 kemampuan anak dalammenyusun kepingan geometri
dari kecil-besar atau sebaliknya, anak yang sangat tinggi berjumlah 10
orang dengan 71,43%, anak yang tinggi berjumlah 3 orang dengan
persentase 21,43%, dan anak yang rendah berjumlah 1 orang dengan
persentase 7,14%.
Pada aspek 5 kemampuan anak dalam mengenal angka 1-10, anak
yang sangat tinggi berjumlah 10 orang dengan 71,43%, anak yang tinggi
berjumlah 4 orang dengan persentase 28,57%, dan anak yang rendah tidak
ada lagi.
Pada aspek 6 kemampuan anak dalam menghitung kepingan
geometri, anak yang sangat tinggi berjumlah 10 orang dengan 71,43%,
anak yang tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 28,57%, dan anak
yang rendah tidak ada lagi.
89
Pada aspek 7 kemampuan anak dalam menyusun puzel geometri,
anak yang sangat tinggi berjumlah 10 orang dengan 71,43%, anak yang
tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase 28,57%, dan anak yang
rendah tidak ada lagi.
Grafik 8. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Pada Siklus II
( Setelah Tindakan) Pertemuan II
Uraian di atas menunjukkan bahwa perkembangan anak dalam
kecerdasan logika matematika di siklus II pertemuan II sudah ada
peningkatan tetapi belum maksimal baru mencapai 71,43%, yang
dapat dilihat melalui ke 7 aspek tersebut. Oleh karena itu perlu
dioptimalkan lagi peningkatan kecerdasan logika matematika anak
dalam ke 7 aspek tersebut pada pertemuan berikutnya.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 Aspek yang
dinilai
5 6 7
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
90
Hasil observasi dan hasil wawancara peningkatan kecerdasan
logika matematika anak melalui permainan geometri box pada Siklus
II pertemuan III dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini.
Tabel 12. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Pada Siklus II
( Setelah Tindakan) Pertemuan III
No Aspek yang Dinilai
NILAI
Sangat
Tinggi
Tinggi Rendah
F % F % F %
1
2
3
4
5
6
7
Anak mampu mengenal
bentuk-bentuk Geometri pada
geometri box
Anak mampu mengenal warna
pada geometri box
Anak mampu
mengelompokkan kepingan
geometri box yang sama
bentuk, ukuran dan warnanya
Anak mampu menyusun
ukuran kepingan geometri dari
yang kecil sampai yang besar
dan sebaliknya pada geometri
box
Anak mampu mengenal angka
1-10 melalui geometri box
Anak mampu mengenal konsep
bilangan 1-10 melalui geometri
box
Anak mampu menyusun
kepingan puzel menjadi bentuk
utuh pada geometri box.
11
12
11
11
12
11
11
78,57
85,72
78,57
78,57
85,72
78,57
78,57
3
2
3
3
2
3
3
21,43
14,28
21,43
21,43
14,28
21,43
21,43
-
-
-
-
-
-
-
0
0
0
0
0
0
0
Nilai Rata-rata 11 78,57 3 21,43 - 0
Berdasarkan tabel di atas, hasil observasi kecerdasan logika
matematika anak pada siklus II pertemuan III, Pada aspek 1 kemampuan
anak dalam mengenal bentuk geometri, anak yang sangat tinggi berjumlah
91
11 orang dengan persentase 78,57%, anak yang tinggi berjumlah 3 orang
dengan persentase 21,43%, anak yang rendah tidak ada lagi.
Pada aspek 2 kemampuan anak dalam mengenal warna, anak yang
sangat tinggi berjumlah 12 orang dengan persentase 85,72%, anak yang
tinggi berjumlah 2 orang dengan persentase 14,28%, anak yang rendah
tidak ada lagi. Pada aspek 3 kemampuan anak dalam mengelompokkan
kepingan bentuk geometri, anak yang sangat tinggi berjumlah 11 orang
dengan persentase 78,57%, anak yang tinggi berjumlah 3 orang dengan
persentase 21,43%, anak yang rendah tidak ada lagi.
Pada aspek 4 kemampuan anak dalam menyusun geometri dari
kecil-besar atau sebaliknya, anak yang sangat tinggi berjumlah 11 orang
dengan 78,57%, anak yang tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase
21,43%, dan anak yang rendah tidak ada lagi.
Pada aspek 5 kemampuan anak dalam mengenal angka 1-10, anak
yang sangat tinggi berjumlah 12 orang dengan 85,72%, anak yang tinggi
berjumlah 2 orang dengan persentase 14,28%, dan anak yang rendah tidak
ada lagi.
Pada aspek 6 kemampuan anak dalam menghitung kepingan
geometri, anak yang sangat tinggi berjumlah 11 orang dengan 78,57%,
anak yang tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 21,43%, dan anak
yang rendah tidak ada lagi. Pada aspek 7 kemampuan anak dalam
menyusun puzel geometri, anak yang sangat tinggi berjumlah 11 orang
92
dengan 78,57%, anak yang tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase
21,43%, dan anak yang rendah tidak ada lagi.
Grafik 9. Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Pada Siklus II
( Setelah Tindakan) Pertemuan III
Uraian di atas menggambarkan perkembangan anak dalam
kecerdasan logika matematika di siklus II pertemuan III terjadi
peningkatan yang signifikan dan sudah mencapai target yaitu 79%.
Hasil wawancara di akhir siklus II dapat dilihat pada tabel dan grafik
berikut ini:
Tabel 13. Hasil Wawancara Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Pada Siklus II
(Setelah Tindakan) Pertemuan III
No Pertanyaan Jawaban Alasan % Jml
Anak
1
Apakah kamu mampu
mengenal bentuk
12 anak
menjawab mampu
Sudah tahu dengan
bentuk geometri
85,71%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 aspek yang
dinilai
5 6 7
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
93
kepingan geometri?
2 anak menjawab
dengan ragu
Ragu dengan bentuk
geometri
14,28%
2 Apakah kamu mampu
mengenal warna?
12 anak
menjawab mampu
Sudah tahu dengan
bentuk geometri
85,71%
2 anak
menjawab belum
Ragu dengan bentuk
geometri
14,28%
3 Apakah kamu mampu
mengelompokkan
geometri berdasarkan
warna dan bentuknya?
11 anak
menjawab mampu
Sudah tahu dengan
bentuk geometri
78,57%
3 anak menjawab
tidak
malu menjawab
21,43%
4
5
6
7
Apakah kamu mampu
menyusun kepingan
geometri dari kecil-
besar atau sebaliknya?
Apakah kamu mampu
mengenal angka 1-10?
Apakah kamu mampu
menghitung kepingan
geometri?
Apakah kamu mampu
menyusun puzel
geometri?
11 anak
menjawab mampu
Sudah tahu dengan
beberapa bentuk
geometri
78,57%
3 anak menjawab
belum mampu
12 anak
menjawab mampu
2 anak menjawab
tidak mampu
12 anak
menjawab mampu
2 anak menjawab
tidak mampu
12 anak
menjawab mampu
2 anak menjawab
tidak mampu
Ragu dengan bentuk
geometri
Sudah tahu angka 1-
10
Ragu bentuk angka
Sudah bisa
Takut salah
Sudah tahu caranya
Ragu-ragu
21,43%
85,71
14,28
85,71
14,28
85,71
14,28
Nilai rata-rata Mampu 83,67%
Tidak mampu
16,32%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perkembangan anak dalam
mengenal bentuk geometri di akhir siklus I. Pada pertanyaan 1 dalam
menyebut bentuk kepingan geometri 12 anak menjawab mampu dengan
94
persentase 85,71%, tidak mampu 2 anak dengan persentase 14,28%.
Pertanyaan 2 dalam menyebut perbedaan 2 bentuk kepingan geometri
menjawab mampu 12 anak dengan persentase 85,71%, tidak mampu 2
anak dengan persentase 14,28%.
Pada pertanyaan 3 menyebut ciri-ciri kepingan geometri menjawab
mampu 11 anak dengan persentase 78,57%, tidak mampu 3 anak dengan
persentase 21,43%. Pada pertanyaan 4 mengelompokkan kepingan
geometri yang sama bentuk dan warnanya menjawab mampu 11 anak
dengan persentase 78,57%, tidak mampu 3 anak dengan persentase
21,43%.
Pada pertanyaan 5 mengelompokkan kepingan geometri yang sama
bentuk dan warnanya menjawab mampu 12 anak dengan persentase
85,71%, tidak mampu 2 anak dengan persentase 14,28%. Pada pertanyaan
6 mengelompokkan kepingan geometri yang sama bentuk dan warnanya
menjawab mampu 12 anak dengan persentase 85,71%, tidak mampu 2
anak dengan persentase 14,28%. Pada pertanyaan 7 mengelompokkan
kepingan geometri yang sama bentuk dan warnanya menjawab mampu 12
anak dengan persentase 81,71%, tidak mampu 2 anak dengan persentase
14,28%.
95
Grafik 10. Hasil Wawancara Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika
Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Pada Siklus II
(Setelah Tindakan) Pertemuan III
Uraian di atas menggambarkan perkembangan anak dalam
kecerdasan logika matematika di siklus II pertemuan III terjadi
peningkatan yang maksimal dan sudah mencapai target KKM yang
dapat dilihat melalui ke 7 aspek tersebut dan hasil wawancara.
d. Refleksi
Keberhasilan yang telah dicapai selama siklus terlihat sebagai
berikut :
1) Kecerdasan anak dalam logika matematika meningkat, dilihat dari:
a) Kemampuan anak dalam mengenal bentuk-bentuk kepingan
geometri yang ada pada Geometri Box, siklus II pertemuan
I 57,15%, pertemuan II menjadi 64,28% dan meningkat
menjadi 78,57% di pertemuan III.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 pertanyaan5 6 7
Mampu
tidak mampu
96
b) Kemampuan anak dalam mengenal warna pada siklus II
pertemuan I 71,44% , pertemuan II dan pertemuan III
meningkat menjadi 85,71%.
c) Kemampuan anak dalam mengelompokkan kepingan
geometri berdasarkan warna dan bentuknya, pada kondisi
awal 21,43%, pada siklus II pertemuan I 50%, pertemuan
II menjadi 64,28 dan pertemuan III meningkat menjadi
78,57%.
d) Kemampuan anak dalam menyusun ukuran geometri dari
kecil-besar atau sebaliknya, pada siklus II pertemuan I
50% , pertemuan II naik menjadi 71,44% dan pertemuan III
naik menjadi 78,57%
e) Kemampuan anak dalam mengenal angka 1-10, pada siklus
II pertemuan I 57,15% , pertemuan II naik menjadi 71,44%
dan pertemuan III naik menjadi 85,71%
f) Kemampuan anak dalam menghitung kepingan geometri,
pada siklus II pertemuan I 71,44% , pertemuan II naik
menjadi 71,44% dan pertemuan III naik menjadi 78,57%
g) Kemampuan anak dalam menyusun puzel geometri, pada
siklus II pertemuan I 57,15% , pertemuan II naik menjadi
71,44% dan pertemuan III naik menjadi 78,57%.
2. Dari hasil wawancara masih ditemui anak yang belum optimal
dalam kecerdasan logika matematikanya.
97
3. Adanya upaya perbaikan yang dilakukan peneliti sehingga
pembelajaran pada siklus II menjadi lebih baik
4. Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran sangat membantu
guru dalam meningkatkan kecerdasan logika matematika anak.
Paparan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran yang
dilakukan pada siklus II mengalami peningkatan proses dan hasil
belajar yang sangat memuaskan. Dari pencapaian siklus I dan
siklus II, peneliti yakin bahwa Permainan Geometri Box dapat
meningkatkan kecerdasan logika matematika anak TK Tunas Karya
Padangpanjang.
Rekapitulasi hasil observasi Siklus II pertemuan I, II dan III dapat
dilihat pada tabel dan grafik berikut :
Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika
Matematika Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Pada
Siklus II Pertemuan I, II dan III ( Setelah Tindakan)
N
O Aspek yang Dinilai
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
Jumlah anak 14 Jumlah anak 14 Jumlah anak 14
ST T R ST T R ST T R
1
Anak mampu
mengenal bentuk
geometri
Jml
anak
8 6 - 9 5 - 11 3 -
% 57,15 42.85 0 64,28 35,72 0 78,57 21,43 0
2
Anak mampu
mengenal warna
Jml
anak
10 4 - 12 2 - 12 2 -
% 71,44 28,57 0 85,71 14,28 0 85,71 14,28 0
3
Anak mampu
mengelompokkan
kepingan
geometri yang
sama bentuk dan
warnanya
Jml
anak
7 5 2 9 4 1 11 3 -
% 50 35,72 14,28 64,28 28,57 7,14 78,57 21,43 0
4
Anak mampu
menyusun
Jml
anak
7 5 2 10 3 1 11 3 -
98
5
6
7
geometri
darikecil-besar
atau sebaliknya
Anak mampu
mengenal angka
1-10
Anak mampu
menghitung
kepimgan
geometri
Anak mampu
menyusun puzel
geometri
%
Jlh
anak
%
Jlh
anak
%
Jlh
anak
%
50
8
57,15
10
71,44
8
57,15
35,72
5
35,72
4
28,57
4
28,57
14,28
1
7,14
0
-
2
14,28
71,44
10
71,44
10
71,44
10
71,44
21,43
4
28,57
4
28,57
4
28,57
7,14
0
0
0
-
0
-
78,57
12
85,71
11
78,57
11
78,57
21,43
2
14,28
3
21,43
3
21,43
0
0
-
0
-
0
-
nilai rata-rata Jlh
anak
8 5 1 10 3 1 11 3 -
% 57,15 35,72 7,14 71,44 21,43 7,14 78,57 21,43 0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perkembangan anak dalam
kecerdasan logika matematika mengalami peningkatan yang signifikan
pada siklus II. Pada aspek 1 kemampuan anak mengenal bentuk geometri,
siklus II pertemuan I 57,15%, pertemuan II menjadi 64,28% dan
meningkat menjadi 78,57% di pertemuan III.
Pada aspek 2 kemampuan anak dalam mengenal warna, pada siklus
II pertemuan I 71,44% , pertemuan II dan pertemuan III meningkat
menjadi 85,71%.
Pada aspek 3 kemampuan anak dalam mengelompokkan kepingan
geometri berdasarkan warna dan bentuknya, pada siklus II pertemuan I
50%, pertemuan II menjadi 64,28 dan pertemuan III meningkat menjadi
78,57%.
99
Pada aspek 4 kemampuan anak dalam menyusun geometri dari
kecil-besar atau sebaliknya, pada siklus II pertemuan I 50% , pertemuan II
naik menjadi 71,44% dan pertemuan III naik menjadi 78,57%.
Pada aspek 5 kemampuan anak dalam mengenal angka 1-10, pada
siklus II pertemuan I 57,15% , pertemuan II naik menjadi 71,44% dan
pertemuan III naik menjadi 85,71%.
Pada aspek 6 kemampuan anak dalam menghitung kepingan
geometri, pada siklus II pertemuan I 71,44% , pertemuan II naik menjadi
71,44% dan pertemuan III naik menjadi 78,57%.
Pada aspek 7 kemampuan anak dalam menyusun puzel menjadi
bentuk utuh, pada siklus II pertemuan I 57,15% , pertemuan II naik
menjadi 71,44% dan pertemuan III naik menjadi 78,57%.
Grafik 11. Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Kecerdasan Logika
Matematika Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Pada
Siklus II ( Setelah Tindakan) Pertemuan I, II dan III
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 Aspek yang
dinilai
5 6 7
Pertemuan I
Pertemuan II
Pertemuan III
100
Hasil rekapitulasi pada siklus II menunjukkan perkembangan anak
dalam kecerdasan logika matematika mengalami peningkatan yang
signifikan dan sudah mencapai target KKM yaitu 75%.
Rekapitulasi dari hasil wawancara di akhir siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Wawancara Peningkatan Kecerdasan Logika
Matematika Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Pada
Siklus I dan II (Setelah Tindakan)
No Pertanyaan
Siklus I Siklus II
Mampu Tidak
mampu
Mampu Tidak
mampu
Jlh
anak %
Jlh
anak %
Jlh
anak
% Jlh
anak
%
1
Apakah kamu
mengenal bentuk
kepingan
geometri?
7 50 7 50 12 85,71 2 14,28
2 Apakah kamu
mampu mengenal
warna?
10 71,44 4 28,57 12 85,71 2 14,28
3 Apakah kamu
mampu
mengelompokkan
kepingan geometri
yang sama bentuk
dan warnanya?
10 71,44 4 28,57 11 78,57 3 21,43
4
5
6
7
Apakah kamu
mampu menyusun
geometri Dari
kecil-besar atau
sebaliknya?
Apakah kamu
mampu mngenal
angka 1-10?
Apakah kamu
mampu
menghitung
kepingan
9
10
11
10
64,28
71,44
78,57
71,44
5
4
3
4
35,72
28,57
21,43
28,57
11
11
12
11
78,57
78,57
85,71
78,57
3
3
2
3
21,43
21,43
14,28
21,43
101
geometri?
Apakah kamu
mampu menyusun
puzel geometri?
Nilai rata-rata 9 64,28 5 35,72 11 78,57 3 21,43
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perkembangan anak dalam
kecerdasan logika matematika di siklus I dan siklus II. Pada pertanyaan 1
dalam mengenal bentuk kepingan geometri di siklus I anak menjawab
mampu 50% sedangkan di siklus II naik menjadi 85,71%.Pertanyaan 2
dalam mengenal warna di siklus I menjawab mampu 71,44%, di siklus II
naik menjadi 85,71%.
Pada pertanyaan 3 mengelompokkan kepingan geometri di siklus I
menjawab mampu 71,44%, di siklus II naik menjadi 78,57%. Pada
pertanyaan 4 menyusun ukuran geometri menjawab mampu 64,28%, di
siklus II naik menjadi 78,57%.
Pada pertanyaan 5 mengenal angka 1-10, menjawab mampu
71,44%, di siklus II naik menjadi 78,57%. Pada pertanyaan 6 menghitung
kepingan geometri menjawab mampu 78,57%, di siklus II naik menjadi
85,71%.
Pada pertanyaan 7 menyusun puzel geometri menjawab mampu
71,44%, di siklus II naik menjadi 78,57%.
102
Grafik 12. Rekapitulasi Hasil Wawancara Peningkatan Kecerdasan Logika
Matematika Anak melalui Permainan Geometri Box Pada Pada
Siklus I dan II (Setelah Tindakan)
Hasil analisis di atas, dapat dilihat peningkatan sudah sesuai dengan
target KKM yaitu 75%, sehingga penelitian ini dihentikan sampai siklus II.
B. Pembahasan
Berdasarkan uraian diatas, ternyata setelah diadakan siklus I dan siklus
II, menunjukkan bahwa permainan Geometri Box dapat meningkatkan
kecerdasan logika matematika anak, dilihat dari tabel rata-rata pencapaian
kemampuan anak secara keseluruhan sudah mencapai KKM yaitu kategori
sangat tinggi lebih dari 75 %.
Rata-rata persentase perkembangan kecerdasan logika matematika anak
pada ke 7 aspek terlihat sangat tinggi, mengalami peningkatan yang signifikan
dimana yang pada awalnya anak tidak mengenal bentuk geometri, tidak bisa
dalam mengelompokkan bentuk geometri berdasarkan ukuran, warna dan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 Pertanyaan 5 6 7
Siklus I
Siklus II
103
bentuknya dan tidak bisa menyusun ukuran geometri dari kecil-besar atau
sebaliknya, setelah dilakukan tindakan pada akhir siklus II semua anak sudah
mampu mengenal bentuk-bentuk geometri dan melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan bentuk-bentuk geometri.
Keberhasilan penelitian ini sesuai dengan teori Clements, Wilson &
Sarama ( dalam Seefeldt, 2008: 398 ) yang mengatakan bahwa membangun
konsep geometri pada anak-anak dimulai dengan mengidentifikasi bentuk-
bentuk dan menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar biasa
seperti segiempat, lingkaran dan segitiga.
Berk ( dalam Musfiroh, 2008:68 ) menunjukkan bahwa anak usia 4-6
tahun yang terbiasa dengan tugas berfikir logis seperti memilah-milah,
mengklasifikasi, dan menata dalam urutan lebih berhasil dalam tugas tersebut
dari pada yang tidak pernah.
Pada kemampuan anak dalam mengenal warna, awalnya masih
rendah, setelah dilakukan tindakan pada akhir siklus II semua anak sudah
mampu mengenal bermacam-macam warna.
Menurut Bredekamp dan coople ( dalam Msfiroh, 2008:81 ) dalam hal
klasifikasi dan penyerian ( menata benda secara urut dan berseri ), anak usia 5-
6 tahun mampu melakukan dengan menggunakan inklusi kelas, yakni kapasitas
objek untuk menjadi anggota lebih dari satu kelompok sekaligus. Anak dapat
memilah balok berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran.
Pada kemampuan anak dalam mengenal angka 1-10 dan mengenal
konsep bilangan 1-10 dikondisi awal masih sangat rendah. Anak belum mampu
104
mengenal angka 1-10 dan belum bisa membilang dengan benda 1-10, setelah
dilakukan tindakan pada akhir siklus II semua anak sudah mampu.
Keberhasilan ini sesuai dengan pendapat Sophian ( dalam Seefeldt,
2008:393 ) bahwa anak-anak usia lima tahun mengembangkan pengertian lebih
baik tentang bilangan dan nama bilangan.
Menurut Caufield ( dalam Seefeldt, 2008:393 ) mempelajari nama
yang sesuai dengan bilangan juga merupakan bagian dari belajar tata cara
berhitung.
Pada kemampuan anak dalam menyusun puzel kepingan geometri,
awalnya masih banyak anak yang belum bisa, ternyata setelah dilakukan
tindakan pada akhir siklus II semua anak sudah mampu.
Keberhasilan ini sesuai dengan standar-standar NCTM ( dalam
Seefeldt, 2008:403 ) pemecahan masalah adalah cirri khas kegiatan matematika
dan sebuah alat penting untuk mengembangkan pengetahuan matematika.
Dengan demikian melalui permainan Geometri Box anak dapat
berfikir logis, membangun tentang konsep geometri, konsep bilangan dan
mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung dalam suasana yang menarik,
aman dan menyenangkan sehingga diharapkan nantinya anak akan memiliki
kesiapan dalam mengikuti pembelajaran matematika yang sesungguhnya di
sekolah dasar.
Dapat dijelaskan bahwa penelitian ini mengoptimalkan kemampuan
matematika anak sebagai langkah awal dalam peningkatan kecerdasan logika
matematika pada anak usia dini.
105
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Kemampuan anak dalam logika matematika perlu dikembangkan dalam
rangka mengembangkan salah satu kecerdasan anak.
2. Usia TK adalah usia bermain sehingga pembelajaran yang dilakukan di
TK dengan cara bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain
menjadi mutlak dilakukan pada anak usia dini
3. Alat permainan Geometri Box yang digunakan dengan metode bermain
dalam pembelajaran tentang logika matematika menjadi efektif untuk
mengoptimalkan kecerdasan logika matematika anak
4. Dengan menggunakan Geometri Box dapat memberikan pengaruh yang
cukup nyata untuk optimalisasi peningkatan kecerdasan logika matematika
anak terlihat adanya peningkatan persentase dari kondisi awal ke siklus I
sampai siklus II
5. Melalui permainan Geometri Box anak dapat mengenal bentuk-bentuk
geometri, mengenal angka 1-10, mengenal bermacam warna, mengenal
konsep bilangan 1-10, bisa mengelompokkan bentuk –bentuk geometri,
bisa menyusun ukuran geometri dari besar-kecil atau sebaliknya dan
mampu menyusun puzel geometri.
106
6. Strategi guru yang membuat kepingan masing- masing bentuk geometri
dengan warna yang bervariasi dan melakukan perlombaan dalam
permainan memperlihatkan peningkatan yang baik pada siklus II dalam
optimalisasi peningkatan kecerdasan logika matematika anak melalui
permainan Geometri Box di TK Tunas Karya Padangpanjang
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan di atas, implikasi penelitian ini adalah:
1. Geometri Box menjadi alat peraga yang efektif dalam pembelajaran dalam
meningkatkan kecerdasan logika matematika pada anak usia dini
2. Geometri Box dapat menambah pengetahuan anak tentang bentuk geometri,
pengenalan warna, pengenalan angka dan konsep bilangan 1-10 serta untuk
mengenal ukuran benda, sehingga kecerdasan logika matematika anak
meningkat.
3. Geometri Box dengan metode bermain menjadi srategi guru yang tepat
dalam pembelajaran tentang logika matematika anak usia dini.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, diajukan saran sebagai
berikut :
1. Dalam menggunakan metode pembelajaran, guru hendaknya
menggunakan dan memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan anak
usia dini
2. Guru hendaknya lebih kreatif dalam merancang pembelajaran yang
disajikan melalui kegiatan bermain
107
3. Guru hendaknya lebih memperhatikan suasana Pembelajaran yang Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan ( PAKEM ) bagi anak usia dini
4. Pihak sekolah hendaknya menyediakan alat-alat bermain yang efektif
dalam mengembangkan kecerdasan anak usia dini
5. Diharapkan orang tua agar selalu memberikan motivasi kepada anak
terutama dalam mengembangkan kecerdasan Logika Matematika anak usia
dini
6. Disarankan kepada peneliti-peneliti pada masa yang akan datang untuk
dapat mengeksplorasi lebih dalam tentang kecerdasan logika matematika
kepada anak TK.
108
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Campbell, Linda dkk. 2006.Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences. Depok: Intuisi Press
Depdiknas, 2000. Permainan berhitung di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:
Depdiknas
Depdiknas, 2003. Undang-Undang no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
Nasional, Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2005. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan
Raudlatul Athfal, Jakarta: Dirjen Manajemen Dikdasmen.
Eliyawati, Cucu 2005. Pemilihan dan pengembangan sumber belajar untuk anak
usia dini. Jakarta: Depdiknas
Kartono, Kartini 2007. Psikologi Anak ( Psikologi Perkembangan ). Bandung: CV
Mandar Maju
Maerzyda, Andi 2003. Multiple Intelligences Mengenal dan Merangsang Potensi
Kecerdasan Anak. Jakarta: PT Aspirasi Pemuda Seri Ayah Bunda
Montolalu, B.E.F dkk, 2005. Bermain dan Permainan Anak Usia dini. Jakarta:
Universitas Terbuka
Masitoh, dkk. 2005. Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Depdiknas
May Lwin, 2008. Cara mengembangkan berbagai komponen kecerdasan. Jakarta:
PT indeks
Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Cerdas melalui bermain. Jakarta: PT. Gramedia
Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Mutiah, Diana 2010. Psikologi Bermain anak usia dini. Jakarta: Prenada Media
Putri, Sri Silmarheni. 2011. Meningkatkan Kreatifitas Anak melalui Permainan
Tabung Angka transparan di TK Darul Falah Padang” Skripsi tidak
diterbitkan. FIP. UNP
109
Rusdinal dan Elizar. 2008. Pengelolaan Kelas di Taman Kanak-kanak. Padang:
Sukabina Offset
Sudono, Anggani MA. 1995. Alat Permainan dan Sumber Belajar TK. Jakarta:
Departemen Pendidikan Dan kebudayaan
Sujiono, Yuliani Nurani dan Bambang Sujiono, 2005. Pembelajaran Anak Usia
Dini, Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan Indonesia
Sujiono, Yuliani Nurani 2008. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta:
Universitas terbuka
Sujiono, Yuliani Nurani. 2008. Konsep Dasar pendidikan Anak Usia Dini,
Jakarta: PT Indeks
Seefeldt, Carol 2008. Pendidikan anak usia dini. Jakarta: PT Indeks
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Silvi Marlina, 2010 “Peningkatan kemampuan logika matemaitka anak melalui
permainan gambar beruang angka di PAUD Islam Exelent Bukittinggi”
Skripsi tidak diterbitkan. FIP. UNP
Tyas, Anik 2010. Hore aku bisa matematika Bermain juga sambil belajar
matematika. Jogjakarta: Hanggar Kreator
Zaman, Badru dkk, 2005. Media dan sumber belajar TK. Jakarta: Universitas
Terbuka
Yusni, Deli. 2010. “Meningkatkan Kemampuan Matematika Anak melalui
Permainan Warna dan Angka melalui Tabung dan Pinang Berwarna di
TK negeri Pembina Payakumbuh” Skripsi tidak diterbitkan. FIP. UNP
110
LAMPIRAN I
SATUAN KEGIATAN HARIAN PADA KONDISI AWAL
KELOMPOK B
Semester/Minggu : I / 14
Tema/Sub Tema : Binatang / bahaya binatang
Hari/Tanggal : Jumat / 2 Desember 2011
Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber
Belajar
Penilaian
Alat Perk. Anak
- Berdo’a sebelum dan sesudah
melaksanakan kegiatan dengan lebih
tertib ( P.1.1.1 )
- Melaksanakan kegiatan ibadah sesuai
aturan menurut keyakinan masing-masing
( P.1.2.1 )
- Berjalan mundur, berjalan kesamping
pada garis lurus sejauh 2-3 meter sambil
membawa beban
( F/M 1.3.2 )
I. Kegiatan Awal (+ 30 Menit)
- Berbaris, salam, ikrar, nyanyi dan
do’a
- Berbagi cerita
- Praktek Shalat
- Berjalan lurus sambil membawa
boneka binatang
Anak lansung
anak
Buku panduan
shalat
Anak lansung,
binatang
tiruan
Observasi
Unjuk kerja
Observasi
Unjuk kerja
- Menyusun dari besar ke kecil atau
sebaliknya ( K.1.1.8 )
- Mengelompokkan benda dengan berbagai
cara ( K.1.1.1 )
- Menyebut urutan 1-10 ( K.1.3.1 )
- Mengenal konsep bilangan dengan benda-
benda sampai 10
( K.1.3.2 )
- Menyusun kepingan puzel menjadi
bentuk utuh ( K.1.5.1 )
II. Kegiatan Inti (+ 60 Menit)
Sentra Persiapan
- Menyusun gambar binatang dari
kecil-besar
- Mengelompokkan binatang
sesuai warna
- Menghitung gambar binatang 1-
10
- Menyusun pusel binatang
Penugasan
- Berbicara dengan suara ramah dan teratur
III. Istirahat ( + 30 Menit )
- Bermain, cuci tangan, berdo’a
dan makan
IV. Kegiatan Akhir (+ 30 Menit)
- Diskusi
- Menyanyi
- Persiapan pulang
Kegiatan
observasi
Percakapan
Padangpanjang, 1 Desember 2011
Mengetahui,
Kepala TK
Nurul Misbah
Guru Kelompok B1
Rohima
111
SATUAN KEGIATAN HARIAN PADA SIKLUS I PERTEMUAN I
KELOMPOK B
Semester/Minggu : I / 15
Tema/Sub Tema : Tanaman / cara memelihara tanaman
Hari/Tanggal : kamis / 8 Desember 2011
Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber
Belajar
Penilaian
Alat Perk. Anak
- Berdo’a sebelum dan sesudah
melaksanakan kegiatan dengan lebih
tertib ( P.1.1.1 )
- Mencari, menunjuk sebanyak-
banyaknya benda, hewan, tanaman
yang mempunyai warna, ukuran atau
menurut ciri-ciri tertentu
( K.1.1.2 )
I. Kegiatan Awal (+ 30 Menit)
- Berbaris, salam, ikrar, nyanyi dan
do’a
- Berbagi cerita
- Bercakap-cakap tentang cara
memelihara tanaman ciptaan
Allah
Anak
lansung
Anak
gambar
Observasi
Observasi
percakapan
- Menyusun dari besar ke kecil atau
sebaliknya ( K.1.1.8 )
- Mengelompokkan benda dengan
berbagai cara ( K.1.1.1 )
- Menyebut urutan 1-10 ( K.1.3.1 )
- Mengenal konsep bilangan dengan
benda-benda sampai 10
( K.1.3.2 )
- Mengelompokkan benda 3 dimensi
yang berbentuk geometri
( K.1.4.2 )
- Menyusun kepingan puzel menjadi
bentuk utuh ( K.1.5.1 )
II. Kegiatan Inti (+ 60 Menit)
Sentra Persiapan
- Permainan Geometri Box
- Mengelompokkan warna buah-
buahan yang berbentuk
lingkaran
Geometri
Box
Penugasan
- Mengucapkan sajak sederhana
( S.1.6.1 )
III. Istirahat ( + 30 Menit )
- Bermain, cuci tangan, berdo’a
dan makan
IV. Kegiatan Akhir (+ 30 Menit)
- Sajak 4 sehat 5 sempurna
- Diskusi
- Persiapan pulang
gambar
Kegiatan
observasi
unjuk kerja
Percakapan
Padangpanjang, 6 Desember 2011
Mengetahui,
Kepala TK
Nurul Misbah
Guru Kelompok B1
Rohima
112
SATUAN KEGIATAN HARIAN PADA SIKLUS I PERTEMUAN II
KELOMPOK B
Semester/Minggu : I / 16
Tema/Sub Tema : tanaman / fungsi tanaman
Hari/Tanggal : senin / 12 Desember 2011
Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber
Belajar
Penilaian
Alat Perk.
Anak
- Mencari, menunjuk sebanyak-
banyaknya benda, hewan,
tanaman yang mempunyai
warna, ukuran atau menurut
ciri-ciri tertentu
( K.1.1.2 )
I. Kegiatan Awal (+ 30 Menit)
- Berbaris, salam, ikrar, nyanyi dan
do’a
- Berbagi cerita
- Bercakap-cakap tentang guna
buah-buahan
Anak
lansung
Observasi
unjuk kerja
percakapan
- Menyusun dari besar ke kecil
atau sebaliknya ( K.1.1.8 )
- Mengelompokkan benda
dengan berbagai cara (K.1.1.1)
- Menyebut urutan 1-10
( K.1.3.1 )
- Mengenal konsep bilangan
dengan benda-benda sampai
10 ( K.1.3.2 )
- Mengelompokkan benda 3
dimensi yang berbentuk
geometri
( K.1.4.2 )
II. Kegiatan Inti (+ 60 Menit)
Sentra Persiapan
- Permainan Geometri Box
- Mengelompokkan buah-buahan
yang berbentuk lingkaran
Geometri
box
Penugasan
- Menyanyi lebih dari 20 lagu
anak ( S.1.5.1 )
III. Istirahat ( + 30 Menit )
- Bermain, cuci tangan, berdo’a
dan makan
IV. Kegiatan Akhir (+ 30 Menit)
- Menyanyi buah tomat
- Diskusi
- Persiapan pulang
tomat
Kegiatan
observasi
unjuk kerja
Percakapan
Padangpanjang, 10 Desember 2011
Mengetahui,
Kepala TK
Nurul Misbah
Guru Kelompok B1
Rohima
113
SATUAN KEGIATAN HARIAN PADA SIKLUS I PERTEMUAN III
KELOMPOK B
Semester/Minggu : I / 16
Tema/Sub Tema : Tanaman / tanaman untuk kesehatan
Hari/Tanggal : Rabu / 14 Desember 2011
Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber
Belajar
Penilaian
Alat Perk. Anak
- Membedakan ciptaan-ciptaan Tuhan
(P.1.2.1)
I. Kegiatan Awal (+ 30 Menit)
- Berbaris, salam, ikrar, nyanyi
dan do’a
- Berbagi cerita
- Bercakap-cakap tentang
tanaman untuk kesehatan mata
Anak
lansung
anak
gambar
Observasi
Unjuk kerja
percakapan
- Menyusun dari besar ke kecil atau
sebaliknya ( K.1.1.8 )
- Mengelompokkan benda dengan
berbagai cara ( K.1.1.1 )
- Menyebut urutan 1-10 ( K.1.3.1 )
- Mengenal konsep bilangan dengan
benda-benda sampai 10
( K.1.3.2 )
- Mengelompokkan benda 3 dimensi
yang berbentuk geometri
( K.1.4.2 )
- Menyusun kepingan puzel menjadi
bentuk utuh ( K.1.5.1 )
II. Kegiatan Inti (+ 60 Menit)
Sentra Persiapan
- Permainan Geometri Box
- Membentuk bunga dari
kepingan geometri
Geometri
box
Penugasan
-
III. Istirahat ( + 30 Menit )
- Bermain, cuci tangan,
berdo’a dan makan
IV. Kegiatan Akhir (+ 30 Menit)
- Diskusi
- Menyanyi
- Persiapan pulang
Kegiatan
observasi
Percakapan
Padangpanjang, 12 Desember 2011
Mengetahui,
Kepala TK
Nurul Misbah
Guru Kelompok B1
Rohima
114
SATUAN KEGIATAN HARIAN PADA SIKLUS II PERTEMUAN I
KELOMPOK B
Semester/Minggu : I / 16
Tema/Sub Tema : tanaman / cara perk. dengan batang
Hari/Tanggal : Jumat / 16 Desember 2011
Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber
Belajar
Penilaian
Alat Perk.
Anak
- Berani bertanya secara sederhana
( P.1.10.1 )
I. Kegiatan Awal (+ 30 Menit)
- Berbaris, salam, ikrar, nyanyi
dan do’a
- Berbagi cerita
- Tanya jawab tentang ubi kayu
Anak
lansung
Anak
gambar
Observasi
Unjuk kerja
percakapan
- Menyusun dari besar ke kecil atau
sebaliknya ( K.1.1.8 )
- Mengelompokkan benda dengan
berbagai cara ( K.1.1.1 )
- Menyebut urutan 1-10 ( K.1.3.1 )
- Mengenal konsep bilangan
dengan benda-benda sampai 10
( K.1.3.2 )
- Mengelompokkan benda 3
dimensi yang berbentuk geometri
( K.1.4.2 )
- Menyusun kepingan puzel
menjadi bentuk utuh ( K.1.5.1 )
II. Kegiatan Inti (+ 60 Menit)
Sentra Persiapan
- Permainan Geometri Box
- Menghitung tanaman yang
berbentuk lingkaran
Penugasan
III. Istirahat ( + 30 Menit )
- Bermain, cuci tangan,
berdo’a dan makan
IV. Kegiatan Akhir (+ 30 Menit)
- Diskusi
- Menyanyi
- Persiapan pulang
Kegiatan
observasi
Percakapan
Padangpanjang, 14 Desember 2011
Mengetahui,
Kepala TK
Nurul Misbah
Guru Kelompok B1
Rohima
115
SATUAN KEGIATAN HARIAN PADA SIKLUS II PERTEMUAN II
KELOMPOK B
Semester/Minggu : I / 17
Tema/Sub Tema : Tanaman / cara perk. dengan anak
Hari/Tanggal : senin / 19 Desember 2011
Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber
Belajar
Penilaian
Alat Perk. Anak
- Berbicara dengan suara ramah dan
teratur
I. Kegiatan Awal (+ 30 Menit)
- Berbaris, salam, ikrar, nyanyi
dan do’a
- Berbagi cerita
- Bercakap-cakap tentang pisang
Anak
lansung
Observasi
Unjuk kerja
percakapan
- Menyusun dari besar ke kecil atau
sebaliknya ( K.1.1.8 )
- Mengelompokkan benda dengan
berbagai cara ( K.1.1.1 )
- Menyebut urutan 1-10 ( K.1.3.1 )
- Mengenal konsep bilangan dengan
benda-benda sampai 10
( K.1.3.2 )
- Mengelompokkan benda 3 dimensi
yang berbentuk geometri
( K.1.4.2 )
- Menyusun kepingan puzel menjadi
bentuk utuh ( K.1.5.1 )
II. Kegiatan Inti (+ 60 Menit)
Sentra Persiapan
- Permainan Geometri Box
- Menyusun buah-buahan dari
kecil-besar
Penugasan
III. Istirahat ( + 30 Menit )
- Bermain, cuci tangan,
berdo’a dan makan
IV. Kegiatan Akhir (+ 30 Menit)
- Diskusi
- Menyanyi
- Persiapan pulang
Kegiatan
observasi
Percakapan
Padangpanjang, 17 Desember 2011
Mengetahui,
Kepala TK
Nurul Misbah
Guru Kelompok B1
Rohima
116
SATUAN KEGIATAN HARIAN PADA SIKLUS II PERTEMUAN III
KELOMPOK B
Semester/Minggu : I / 17
Tema/Sub Tema : Tanaman / Bagian tanaman
Hari/Tanggal : Rabu / 21 Desember 2011
Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber
Belajar
Penilaian
Alat Perk. Anak
- Berdo’a sebelum dan sesudah
melaksanakan kegiatan dengan lebih
tertib ( P.1.1.1 )
- Menyanyi lebih dari 20 lagu anak
( S.1.5.1 )
I. Kegiatan Awal (+ 30 Menit)
- Berbaris, salam, ikrar, nyanyi
dan do’a
- Berbagi cerita
- Menyanyi kebunku
Anak
lansung
Anak
gambar
Observasi
Unjuk kerja
Unjuk kerja
- Menyusun dari besar ke kecil atau
sebaliknya ( K.1.1.8 )
- Mengelompokkan benda dengan
berbagai cara ( K.1.1.1 )
- Menyebut urutan 1-10 ( K.1.3.1 )
- Mengenal konsep bilangan dengan
benda-benda sampai 10
( K.1.3.2 )
- Mengelompokkan benda 3 dimensi
yang berbentuk geometri
( K.1.4.2 )
- Menyusun kepingan puzel menjadi
bentuk utuh ( K.1.5.1 )
II. Kegiatan Inti (+ 60 Menit)
Sentra Persiapan
- Permainan Geometri Box
- Mencari gambar bagian
tanaman yang berbentuk
lingkaran
Penugasan
- Bertepuk tangan dengan 3 pola
III. Istirahat ( + 30 Menit )
- Bermain, cuci tangan,
berdo’a dan makan
IV. Kegiatan Akhir (+ 30 Menit)
- Tepuk cabe
- Diskusi
- Persiapan pulang
Kegiatan
observasi
Percakapan
Padangpanjang, 20 Desember 2011
Mengetahui,
Kepala TK
Nurul Misbah
Guru Kelompok B1
Rohima
117
LAMPIRAN II
Lembar Penilaian
Kecerdasan Logika matematika Anak dalam Proses Pembelajaran
Pada Kondisi Awal (Sebelum Tindakan)
No Nama Anak
Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5 6 7
1 Aisyah Dwina Putri ST T T T T T T
2 Hanana R R R R R R R
3 Lailatul husna T ST ST ST ST ST ST
4 Rizka Baitul Rahman R T T T T T T
5 Sherli Ramadani R R R R R R R
6 Zahratul kharidah R R R R R R R
7 Gilang Ramadhan R R R R R R R
8 Fakhri Zaki R T ST R R R R R
9 Farhan Sulaiman R R R R R R R
10 Sahrul Ramadhani R R R R R R R
11 Ravi Eka Putra R R R R R R R
12 Rahmad Z R R R R R R R
13 Revan Hidayatullah R R R R R R R
14 Zaki R R R R R R R
Keterangan :
Aspek Yang Dinilai :
1. Anak mampu mengenal bentuk-bentuk Geometri
2. Anak mampu mengenal warna
3. Anak mampu mengelompokkan kepingan geometri yang sama bentuk,
ukuran dan warnanya
4. Anak mampu menyusun ukuran kepingan geometri dari yang kecil sampai
yang besar dan sebaliknya
5. Anak mampu mengenal angka 1-10
6. Anak mampu mengenal konsep bilangan 1-10
7. Anak mampu menyusun kepingan puzel menjadi bentuk utuh
Kriteria Penilaian :
Sangat Tinggi (ST) Rendah ( R )
- Bekerja mandiri - Bekerja masih perlu bimbingan
- Tidak ada kesalahan - Masih banyak terdapat kesalahan
Tinggi (T)
- Bekerja mandiri
- Masih terdapat kesalahan
118
Lembar Penilaian
Kecerrdasan Logika Matematika Anak Melalui permainan Geometri Box
Pada Siklus I ( Pertemuan I )
No Nama Anak
Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5 6 7
1 Aisyah Dwina Putri ST ST T T T T T
2 Hanana R R T T T T R
3 Lailatul husna ST ST ST ST ST ST ST
4 Rizka Baitul Rahman R ST T T T T T
5 Sherli Ramadani T T T T T T R
6 Zahratul kharidah T T ST ST ST ST R
7 Gilang Ramadhan R T ST ST ST ST T
8 Fakhri Zaki R ST ST R R R R ST
9 Farhan Sulaiman R T R R R R R
10 Sahrul Ramadhani R T T T T T R
11 Ravi Eka Putra R T R R R R R
12 Rahmad Z R R R R R R R
13 Revan Hidayatullah R R R R R R R
14 Zaki R R R R R R R
Keterangan :
Aspek Yang Dinilai :
1. Anak mampu mengenal bentuk-bentuk Geometri
2. Anak mampu mengenal warna
3. Anak mampu mengelompokkan kepingan geometri yang sama bentuk,
ukuran dan warnanya
4. Anak mampu menyusun ukuran kepingan geometri dari yang kecil sampai
yang besar dan sebaliknya
5. Anak mampu mengenal angka 1-10
6. Anak mampu mengenal konsep bilangan 1-10
7. Anak mampu menyusun kepingan puzel menjadi bentuk utuh
Kriteria Penilaian :
Sangat Tinggi (ST) Rendah ( R )
- Bekerja mandiri - Bekerja masih perlu bimbingan
- Tidak ada kesalahan - Masih banyak terdapat kesalahan
Tinggi (T)
- Bekerja mandiri
- Masih terdapat kesalahan
119
Lembar Penilaian
Kecerrdasan Logika Matematika Anak Melalui permainan Geometri Box
Pada Siklus I ( Pertemuan II )
No Nama Anak
Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5 6 7
1 Aisyah Dwina Putri ST ST ST ST ST ST ST
2 Hanana R R T R R R R
3 Lailatul husna ST ST ST ST ST ST ST
4 Rizka Baitul Rahman R T T T T T T
5 Sherli Ramadani T T T T T T T
6 Zahratul kharidah T T R T T T T
7 Gilang Ramadhan T T T ST ST ST ST
8 Fakhri Zaki R ST ST ST T T T T
9 Farhan Sulaiman R R R R R R R
10 Sahrul Ramadhani T T ST T T T T
11 Ravi Eka Putra T T R T T T T
12 Rahmad Z R R R R R R R
13 Revan Hidayatullah R R R R R R R
14 Zaki R R R R R R R
Keterangan :
Aspek Yang Dinilai :
1. Anak mampu mengenal bentuk-bentuk Geometri
2. Anak mampu mengenal warna
3. Anak mampu mengelompokkan kepingan geometri yang sama bentuk,
ukuran dan warnanya
4. Anak mampu menyusun ukuran kepingan geometri dari yang kecil sampai
yang besar dan sebaliknya
5. Anak mampu mengenal angka 1-10
6. Anak mampu mengenal konsep bilangan 1-10
7. Anak mampu menyusun kepingan puzel menjadi bentuk utuh
Kriteria Penilaian :
Sangat Tinggi (ST) Rendah ( R )
- Bekerja mandiri - Bekerja masih perlu bimbingan
- Tidak ada kesalahan - Masih banyak terdapat kesalahan
Tinggi (T)
- Bekerja mandiri
- Masih terdapat kesalahan
120
Lembar Penilaian
Kecerrdasan Logika Matematika Anak Melalui permainan Geometri Box
Pada Siklus I ( Pertemuan III )
No Nama Anak
Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5 6 7
1 Aisyah Dwina Putri ST ST ST ST ST ST ST
2 Hanana T R R R R R R
3 Lailatul husna T ST ST ST ST ST ST
4 Rizka Baitul Rahman R T T T T T T
5 Sherli Ramadani R R T T R T T
6 Zahratul kharidah ST ST ST ST ST ST ST
7 Gilang Ramadhan ST ST ST ST ST ST ST
8 Fakhri Zaki R ST ST ST T ST ST ST
9 Farhan Sulaiman R R R R R R R
10 Sahrul Ramadhani T ST T ST ST T T
11 Ravi Eka Putra R R T T R T T
12 Rahmad Z R R R R R R R
13 Revan Hidayatullah R R T T R T T
14 Zaki R R R R R R R
Keterangan :
Aspek Yang Dinilai :
1. Anak mampu mengenal bentuk-bentuk Geometri
2. Anak mampu mengenal warna
3. Anak mampu mengelompokkan kepingan geometri yang sama bentuk,
ukuran dan warnanya
4. Anak mampu menyusun ukuran kepingan geometri dari yang kecil
sampai yang besar dan sebaliknya
5. Anak mampu mengenal angka 1-10
6. Anak mampu mengenal konsep bilangan 1-10
7. Anak mampu menyusun kepingan puzel menjadi bentuk utuh
Kriteria Penilaian :
Sangat Tinggi (ST) Rendah ( R )
- Bekerja mandiri - Bekerja masih perlu bimbingan
- Tidak ada kesalahan - Masih banyak terdapat kesalahan
Tinggi (T)
- Bekerja mandiri
- Masih terdapat kesalahan
121
Lembar Penilaian
Kecerrdasan Logika Matematika Anak Melalui permainan Geometri Box
Pada Siklus II ( Pertemuan I )
No Nama Anak
Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5 6 7
1 Aisyah Dwina Putri ST ST ST ST ST ST ST
2 Hanana T T R R R T R
3 Lailatul husna ST ST ST ST ST ST T
4 Rizka Baitul Rahman T ST T T T ST T
5 Sherli Ramadani ST ST ST ST ST ST ST
6 Zahratul kharidah ST ST ST ST ST ST ST
7 Gilang Ramadhan ST ST ST ST ST ST ST
8 Fakhri Zaki R ST ST T T T ST ST
9 Farhan Sulaiman T T R R T T R
10 Sahrul Ramadhani ST ST T T ST ST ST
11 Ravi Eka Putra T ST T T ST ST ST
12 Rahmad Z T T T T T T T
13 Revan Hidayatullah ST ST T T ST ST ST
14 Zaki T T T T T T T
Keterangan :
Aspek Yang Dinilai :
1. Anak mampu mengenal bentuk-bentuk Geometri
2. Anak mampu mengenal warna
3. Anak mampu mengelompokkan kepingan geometri yang sama bentuk,
ukuran dan warnanya
4. Anak mampu menyusun ukuran kepingan geometri dari yang kecil sampai
yang besar dan sebaliknya
5. Anak mampu mengenal angka 1-10
6. Anak mampu mengenal konsep bilangan 1-10
7. Anak mampu menyusun kepingan puzel menjadi bentuk utuh
Kriteria Penilaian :
Sangat Tinggi (ST) Rendah ( R )
- Bekerja mandiri - Bekerja masih perlu bimbingan
- Tidak ada kesalahan - Masih banyak terdapat kesalahan
Tinggi (T)
- Bekerja mandiri
- Masih terdapat kesalahan
122
Lembar Penilaian
Kecerrdasan Logika Matematika Anak Melalui permainan Geometri Box
Pada Siklus II ( Pertemuan II )
No Nama Anak
Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5 6 7
1 Aisyah Dwina Putri ST ST ST ST ST ST ST
2 Hanana T T R R T T T
3 Lailatul husna ST ST ST ST ST ST ST
4 Rizka Baitul Rahman ST ST ST ST ST ST ST
5 Sherli Ramadani ST ST ST ST ST ST ST
6 Zahratul kharidah ST ST ST ST ST ST ST
7 Gilang Ramadhan ST ST ST ST ST ST ST
8 Fakhri Zaki R ST ST ST ST ST ST ST
9 Farhan Sulaiman T T T T T T T
10 Sahrul Ramadhani ST ST ST ST ST ST ST
11 Ravi Eka Putra ST ST ST ST ST ST ST
12 Rahmad Z T ST T T T T T
13 Revan Hidayatullah T ST T ST ST ST ST
14 Zaki T ST T T T T T
Keterangan :
Aspek Yang Dinilai :
1. Anak mampu mengenal bentuk-bentuk Geometri
2. Anak mampu mengenal warna
3. Anak mampu mengelompokkan kepingan geometri yang sama bentuk,
ukuran dan warnanya
4. Anak mampu menyusun ukuran kepingan geometri dari yang kecil sampai
yang besar dan sebaliknya
5. Anak mampu mengenal angka 1-10
6. Anak mampu mengenal konsep bilangan 1-10
7. Anak mampu menyusun kepingan puzel menjadi bentuk utuh
Kriteria Penilaian :
Sangat Tinggi (ST) Rendah ( R )
- Bekerja mandiri - Bekerja masih perlu bimbingan
- Tidak ada kesalahan - Masih banyak terdapat kesalahan
Tinggi (T)
- Bekerja mandiri
- Masih terdapat kesalahan
123
Lembar Penilaian
Kecerrdasan Logika Matematika Anak Melalui permainan Geometri Box
Pada Siklus II ( Pertemuan III )
No Nama Anak
Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5 6 7
1 Aisyah Dwina Putri ST ST ST ST ST ST ST
2 Hanana T T T T T T T
3 Lailatul husna ST ST ST ST ST ST ST
4 Rizka Baitul Rahman ST ST ST ST ST ST ST
5 Sherli Ramadani ST ST ST ST ST ST ST
6 Zahratul kharidah ST ST ST ST ST ST ST
7 Gilang Ramadhan ST ST ST ST ST ST ST
8 Fakhri Zaki R ST ST ST ST ST ST ST
9 Farhan Sulaiman T T T T T T T
10 Sahrul Ramadhani ST ST ST ST ST ST ST
11 Ravi Eka Putra ST ST ST ST ST ST ST
12 Rahmad Z ST ST ST ST ST T T
13 Revan Hidayatullah ST ST ST ST ST ST ST
14 Zaki T ST T T ST ST ST
Keterangan :
Aspek Yang Dinilai :
1. Anak mampu mengenal bentuk-bentuk Geometri
2. Anak mampu mengenal warna
3. Anak mampu mengelompokkan kepingan geometri yang sama bentuk,
ukuran dan warnanya
4. Anak mampu menyusun ukuran kepingan geometri dari yang kecil
sampai yang besar dan sebaliknya
5. Anak mampu mengenal angka 1-10
6. Anak mampu mengenal konsep bilangan 1-10
7. Anak mampu menyusun kepingan puzel menjadi bentuk utuh
Kriteria Penilaian :
Sangat Tinggi (ST) Rendah ( R )
- Bekerja mandiri - Bekerja masih perlu bimbingan
- Tidak ada kesalahan - Masih banyak terdapat kesalahan
Tinggi (T)
- Bekerja mandiri
- Masih terdapat kesalahan
LAMPIRAN III
124
Gambar kegiatan guru dan anak pada Siklus I dan II
Guru memperlihatkan alat permainan Geometri Box pada anak
Guru memotivasi anak untuk menyebutkan apa saja yang dilihatnya pada
alatpermainan Geometri Box
125
Guru memperlihatkan kepingan geometri untuk dimainkan pada alat
permainan Geometri Box
Guru menjelaskan kepada anak cara memainkan Geometri Box
Guru dan anak membaca doa sebelum bermain
126
Anak mencari dan mengelompokkan bentuk-bentuk geometri
pada Geometri Box
Guru memberi motivasi kepada anak dalam bermain
127
Anak menyusun geometri dari yang kecil-besar pada geometri box
128
Guru memberi penjelasan kepada anak tentang permaian
yang akan dilakukan
Guru menyuruh anak menunjukkan bentuk geometri yang disebutkan
Anak bersemangat untuk melakukan permainan Geometri Box
129
Anak disuruh lomba perkelompok dalam permainan Geometri Box
Anak bekerja sama dalam kelompoknya
130
Guru dan anak membaca doa sesudah bermain
95
96
97