Post on 27-Oct-2021
PENGGUNAAN DIKSI PADA KARANGAN SISWA
KELAS VIII SMPN 18 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
NURAENI
105331112416
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
MOTTO
Failure is not the falling down, but the staying down
Man Jadda Wa Jada, Siapa Yang Bersungguh-Sungguh Akan Berhasil
Raihlah impian dengan usaha nyata
Kerja keras tidak akan pernah mengkhianati
Katakanlah : Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Az-Zumar: 53)
viii
ABSTRAK
Nuraeni 2020. “ Penggunaan Diksi pada Karangan Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 18 Makassar”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah
Makassar dibimbing oleh Munirah dan Akram Budiman Yusuf.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Penggunaan Diksi
dalam Karangan Siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar. Penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan Penggunaan Diksi dalam Karangan siswa kelas VIII
SMP Negeri 18 Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah Siswa kelas
VIII SMP Negeri 18 Makassar. Teknik analisis penelitian ini meliputi beberapa
tahapan antara lain: pengumpulan data, mengidentifikasi data, dan menganalisis
data.
Hasil penelitian ini menunjukkan 30 data dari 28 karangan siswa kelas VIII
SMP Negeri 18 Makassar ditemukan syarat ketepatan diksi yang meliputi
penggunaan kata yang hampir bersinonim 36,6%, penggunaan kata umum dan
kata khusus 43,3%, penggunaan kata konotatif dan denotatif 33,3%, kelangsungan
pilihan kata 20%, dan penggunaan kata indria 16,6%. Kesimpulan dari penelitian
ini yaitu ada beberapa syarat ketepatan diksi yang tidak ditemukan oleh peneliti,
meliputi ungkapan idiomatik, penggunaan kata yang mirip ejaannya, penggunaan
kata ciptaan sendiri, penggunaan akhiran asing, dan perubahan makna kata yang
sudah dikenal.
Kata kunci: Diksi, Karangan, Siswa.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa penulis hantarkan kepada Allah Swt,
atas rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga proposal yang berjudul “ Penggunaan
Diksi pada Karangan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar” dapat
diselesaikan sebagaimana mestinya.
Proposal ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis tidak terlepas dari berbagai macam
rintangan. Namun, berkat rahmat dan ridha sang penguasa jagat raya, semua
rintangan dapat dilewati oleh penulis dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu,
penulis patut bersujud dan bersyukur kepada-Nya. Tidak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Munirah, M. Pd Dan Muhammad Akram
Budiman Yusuf, S.Pd., M. Pd. sebagai pembimbing I dan pembimbing II, yang
begitu ikhlas dalam meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing
penulis dalam penyusunan proposal.
Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag sebagai
Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd.
x
sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Dr. Munirah, M.Pd. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
membina dan membimbing penulis sehingga berakhirnya proposal ini.
Ucapan terima kasih kepada kedua orang tua, ayahanda tercinta Junaedi dan
ibunda tersayang Nia, yang tak hentinya memberi dukungan dalam menyalurkan
kasih sayangnya, penulis tak mungkin hadir dan menghembuskan nafas di dalam
jagat raya ini untuk melakukan berbagai macam aktivitas terutama pada
perkuliahan.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman
yang telah banyak membantu mulai dari pengurusan judul hingga
terselesaikannya proposal ini, yang turut memberikan motivasi dan selalu
mendoakan selama proses pendidikan hingga penyusunan proposal ini.
Segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan oleh semua pihak
semoga mendapatkan imbalan dari Allah Swt.
Akhir kata, penulis berharap proposal ini dapat bermanfaat khususnya bagi
personalitas dan pembaca pada umumnya. Juga sebagai acuan untuk menjadi
bahan perbandingan dengan karya ilmiah lainnya.
Makassar, 20 November 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL -------------------------------------------------------------------- i
HALAMAN PENGESAHAN -------------------------------------------------------- ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING -------------------------------------------------- iii
KARTU KONTROL PEMBIMBIG I --------------------------------------------- iv
KARTU KONTROL PEMBIMBING II ----------------------------------------- v
SURAT PERNYATAAN ------------------------------------------------------------- vi
SURAT PERJANJIAN ---------------------------------------------------------------- vii
MOTTO PERSEMBAHAN --------------------------------------------------------- viii
ABSTRAK -------------------------------------------------------------------------------- ix
KATA PENGANTAR ---------------------------------------------------------------- x
DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------------------- xii
BAB I PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------- 1
Latar Belakang ---------------------------------------------------------------------------- 1
Rumusan Masalah ----------------------------------------------------------------------- 5
Tujuan Penelitian ------------------------------------------------------------------------- 5
Manfaat Penelitian ----------------------------------------------------------------------- 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA -------------------------------------------------------- 7
Kajian Teori ------------------------------------------------------------------------------- 7
Penelitian yang Relevan ---------------------------------------------------------------- 7
Pengertian Keterampilan Berbahasa ------------------------------------------------- 9
Pengertian Diksi -------------------------------------------------------------------------- 11
xii
Syarat Ketepatan Diksi ------------------------------------------------------------------ 14
Pengertian Karangan -------------------------------------------------------------------- 18
Pengertian Menulis ---------------------------------------------------------------------- 25
Pengertian Mengarang ------------------------------------------------------------------ 28
Kerangka Pikir ---------------------------------------------------------------------------- 30
BAB III METODE PENELITIAN ------------------------------------------------- 33
Jenis Penelitian ---------------------------------------------------------------------------- 33
Definisi Istilah ---------------------------------------------------------------------------- 33
Tempat dan Waktu Penelitian --------------------------------------------------------- 35
Jenis Data dan Sumber Data ----------------------------------------------------------- 35
Teknik Pengumpulan Data ------------------------------------------------------------- 36
Instrumen Penelitian --------------------------------------------------------------------- 37
Teknik Analisis Data ------------------------------------------------------------------ 37
BAB IV HASIL PENELITIAN ---------------------------------------------------- 39
Hasil Penelitian ---------------------------------------------------------------------------- 39
Pembahasan -------------------------------------------------------------------------------- 54
BAB V PENUTUP -------------------------------------------------------------------- 57
Simpulan ----------------------------------------------------------------------------------- 57
Saran ---------------------------------------------------------------------------------------- 57
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------ 59
LAMPIRAN ------------------------------------------------------------------------------ 62
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013, salah satu tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang
dilaksanakan di sekolah pada semua tingkatan pendidikan adalah
mengarahkan peserta didik agar dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dengan mampu dan benar, secara lisan maupun tertulis. Selain
itu, pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan bernalar, berkomunikasi dan mengungkapkan pikiran serta
perasaan.
Untuk mengembangkan kemampuan tersebut, peserta didik dilatih melalui
keterampilan berbahasa yang meliputi: menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Ada empat aspek keterampilan berbahasa yang mencakup dalam
pengajaran bahasa adalah: (1) keterampilan menyimak (listening skills); (2)
keterampilan berrbicara (speaking skills); (3) keterampilan membaca (reading
skills); dan (4) keterampilan menulis (writing skills) dan keempat
keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain (Taringan,2008: 257).
Salah satu keterampilan yang penting dalam pengajaran bahasa Indonesia di
sekolah adalah keterampilan menulis.
Kegiatan menulis merupakan bagian tak terpisahkan dari seluruh proses
kegiatan belajar mengajar pada bidang studi bahasa dan sastra Indonesia. Para
siswa dituntut dapat menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bentuk lisan
2
dan tulisan, mampu yang berkaitan dengan kebahasaan maupun kesastraan
dengan harapan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas dan
mendalam mengenai berbagai aspek.
Komunikasi digunakan seseorang untuk mengungkapkan ide, gagasan, isi
pikiran, maupun maksud keinginannya melalui bahasa, sehingga bahasa
merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa merupakan alat
komunikasi yang digunakan seseorang untuk saling berinteraksi. Berbahasa
yang baik harus memperhatikan beberapa hal, salah satunya pilihan kata.
Masyarakat tidak akan berjalan tanpa komunikasi. Komunikasi
menggunakan bahasa merupakan alat yang sangat penting bagi masyarakat
manusia. Komunikasi tidak hanya dilakukan saat bertatap muka, tetapi bisa
lewat tulisan. Mereka yang terlibat dalam komunikasi perlu menguasai
kosakata (perbendaharaan kata) dalam jumlah yang besar agar dapat
menyampaikan keinginannya kepada anggota masyarakat yang lain.
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dipergunakan masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Arbitrer artinya
mana suka. Artinya, mana suka dalam menentukan lambang yang dipakai
untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Fungsinya sebagai alat komunikasi
bahasa dituntut memiliki fungsi yang komunikatif.
Persoalan pendayagunaan kata pada dasarnya ada dua persoalan pokok.
Pertama ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan.
Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk
menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau
3
pendengar. Persoalan pilihan kata menyangkut pula masalah makna kata dan
kosa kata seseorang. Ketepatan makna kata mengharuskan kesadaran penulis
mengetahui hubungan antara bentuk bahasa dengan referensinya.
Persoalan kedua dalam pendayagunaan kata-kata adalah kecocokan atau
kesesuaian dalam menggunakan kata. Perbedaan ketepatan dan kecocokan
kata mencakup soal kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan
tertentu. Perbedaan tambahan berupa perbedaan tata bahasa, pola kalimat,
panjang atau kompleksnya sebuah alenia, dan beberapa segi yang lain. Orang
mengucapkan kalimat-kalimat untuk menyatakan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Seseorang harus menyusun kalimat yang baik agar dapat berbahasa
dengan baik. Seseorang harus dapat memilih kata-kata yang akan digunakan
dalam berbahasa agar orang dapat memahaminya.
Ketepatan menulis karangan dari segi bahasa menurut Nurgiyantoro
(2014:441) meliputi ketepatan judul, keefektifan paragraf, pemilihan diksi,
dan penerapan PUEBI, sedangkan kesulitan siswa pada penelitian ini
ditemukan dari banyaknya ketidaktepatan struktur karangan narasi dan
ketidaktepatan karangan narasi dari segi bahasa. Ketidaktepatan ini dapat
dilihat dari tidak adanya salah satu struktur karangan narasi, baik orientasi,
komplikasi, dan resolusi. Ketidaktepatan karangan narasi dari segi bahasa
dapat dilihat ketidaktepatan judul, ketidaktepatan diksi, dan ketidaktepatan
ejaan. Jadi, ketidaktepatan-ketidaktepatan pada karangan siswa itulah
yangmenunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan pada bagian-bagian
tersebut.
4
Diksi atau pilihan kata adalah persoalan yang sangat perlu dipelajari.
Orang yang tidak mengerti diksi atau pilihan kata biasanya akan terjerumus
dalam permasalahan berbahasa yang sangat fatal. Pertama, mereka tidak bisa
mengungkapkan maksudnya dan sangat miskin variasi bahasa. Kedua,
mereka sangat boros dan mewah mengobral perbendaharaan kata.
Seseorang dapat mengungkapkan gagasan dan perasaannya melalui
karangan. Maksud dan tujuan pengarang disalurkan lewat karyanya. Pilihan
kata atau diksi perlu dipertimbangkan dalam merangkai kalimat-kalimat di
dalamnya. Bahasa yang efektif dan komunikatif dapat memudahkan
pembaca dalam memahami isinya. Pesan yang disampaikan penulis melalui
karyanya dapat disampaikan kepada pembaca.
Peneliti akan meneliti mengenai diksi atau pilihan kata pada karangan
siswa. Ketidaktepatan diksi akan membawa pengaruh buruk dalam bahasa
mereka. Peneliti memilih meneliti karangan siswa karena karya mereka
sudah mewakili bahasa yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti ingin meneliti seberapa jauh mereka dapat memilih kata-kata yang
tepat digunakan dalam membuat kalimat.
Dalam suatu karya tulis, baik karya tulis ilmiah maupun nonilmiah, diksi
memiliki peran penting. Dalam sebuah karya seorang penulis akan
menuangkan gagasan dan pikirannya dengan pemilihan diksi atau pilihan
kata yang tepat dan selaras penggunaannya. Sebuah karya tulis dikatakan
menarik jika karya tulis tersebut memiliki beragam kata dan pembaca merasa
5
ikut terbawa dalam suasana yang ada di sebuah cerita. Pembaca bisa
membayangkan sebuah kehidupan yang terjadi di suatu cerita melalui
imajinasi dari sang penulis. Tentunya seorang penulis haruslah pandai
merangkai sebuah cerita yang menarik minat para pembaca. Maka dari itu,
kata sangatlah berperan penting. Kata merupakan ungkapan perasaan dan
pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa lisan maupun tulisan. Ketika
penulis mampu merangkai kata menjadi kalimat yang tepat dan selaras, maka
pembaca akan mudah memahami dan menagkap maksud dari penulis.
Latar belakang pilihan kata atau diksi merupakan alasan mengapa diksi
tersebut digunakan. Penulis menganalisis latar belakang karena dalam data
yang penulis peroleh terdapat alasan yang mendukung terjadinya pilihan kata
atau diksi. Penulis berusaha menganalisis sebaik mungkin agar tidak terjadi
kesalahan di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana penggunaan diksi pada karangan siswa kelas VIII SMPN 18
Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini yaitu
mendeskripsikan penggunaan diksi pada karangan siswa kelas VIII SMPN 18
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
6
1. Manfaat teoretis
a. Mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang sintaksis.
b. Menjadi tambahan referensi bagi peneliti-peneliti berikutnya.
c. Diharapkan dapat memberikan sumbangsih pengetahuan tentang
d. Pemilihan dan latar belakang penggunaan diksi.
2. Manfaat praktis
a. Diharapkan mampu memberi sumbangan terhadap perkembangan
pembelajaran Bahasa Indonesia.
b. Diharapkan mampu memberikan informasi mengenai kajian sintaksis, yaitu
tentang diksi.
c. Pembaca dapat menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah penggunaan
bahasa.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini dilengkapi dengan tinjauan pustaka atau penelitian relevan
untuk mengetahuai keaslian karya ilmiah ini yaitu Fatimah (2011) meneliti
“Variasi Diksi dalam Kolom „Asal-Usul‟ Koran Kompas Tulisan Harry Roesli”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diksi yang digunakan dalam
kolom“Asal- usul” tulisan Harry Roesli di Koran Kompas variatif, yakni
menggunakan kata atau istilah yang kurang familiar bagi masyarakat umum dan
hanya mampu dipahami kaum terpelajar, kata bentukan baru yang dibuat melalui
teknik afiksasi dan penggabungan kata sehingga terbentuk kata baru yang
menimbulkan asosiasi jenaka, kata slang yang dibentuk atas dasar proses
penggantian dan penghilangan fonem, penambahan suku kata, dan pembentukan
akronim yang sewenang-wenang.
Penelitian Fatimah (2011) Penelitian yang peneliti lakukan adalah meneliti
karangan siswa. Penelitian Fatimah dilakukan pada media cetak, yaitu koran.
Kurniawati (2012) meneliti “Diksi dan Gaya Bahasa Wacana Iklan pada Majalah
Nova Edisi Bulan September-Desember 2011”. Hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan: Terdapat perbedaan antara diksi dan gaya bahasa merupakan diksi
atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frase atau
klausa tertentu menghadapi situasi, Gaya bahasa bukan saja dipergunakan untuk
menyatakan makna mana yang perlu dipakai untuk mengungkapkan suatu
7
8
gagasan, tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan
sebagainya, Jadi kedua kalimat itu berbeda, gaya bahasa mengungkapkan suatu
gagasan dan ungkapan-ungkapan diksi mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian
kata, frase atau klausa.
Penelitian Kurniawati (2012) dengan penelitian ini adalah mengenai diksi.
Perbedaannya: penelitian Kurniawati difokuskan pada pengkajian diksi dan gaya
bahasa, sedangkan penelitian ini fokus pada pengkajian diksi saja.
Puspitasari (2012) meneliti Analisis Diksi dan Variasi Kalimat dalam
Rubrik Zodiac pada Majalah Keren Beken! Edisi Oktober 2011. Hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan: (1) jenis diksi pada wacana zodiac majalah Keren
Beken! edisi Oktober 2011 dapat dikelompokkan sebagai berikut: Pemakaian kata
tutur, Pemakaian kata indria yaitu indria penglihatan dan indria perasa, Pemakaian
istilah asing, dan Pemakaian makna yaitu makna konotasi dan makna denotasi,
Jenis kalimat dalam rubrik zodiac pada majalah Keren Beken! edisi Oktober 2011
dikelompokkan sebagai berikut: Kalimat berita, Kalimat tanya, dan Kalimat
perintah yang meliputi kalimat perintah ajakan, kalimat perintah larangan dan
kalimat perintah biasa.
Maidatussalamiyah (2011) meneliti Analisis Kesalahan Diksi dalam
Paragraf Deskrifsi siswa kelas X MAN 12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran
2011/2012. Melakukan penelitian mengenai kesalahan diksi. Hasil penelitian yang
diperolah menunjukkan bahwa kesalahan yang banyak dilakukan dalam paragraf
yang ditulis siswa adalah kesalahan yang disebabkan oleh pengunaan kata ciptaan
9
sendiri dan kesalahan penggunaan kata-kata yang tidak baku dapat mempengaruhi
pembaca.
Novita Rahayu meneliti analisis Diksi Pada Bab Nikah Tahun Buku
Terjemahan Kitb Fat Al-Qarib melakukan penelitian ini ingin mengetahui
ketepatan penerjemaah memilih diksi yang sesuai dengan bahasa sumbernya.
Hasil didapati oleh peneliti adalah diksi yang digunakan oleh penerjemaah belum
umum digunakan oleh masyarakat umum, sebagai diksi yang digunakan adalah
penerjemahnya masih menggunakan bahasa sumbernya.
Persamaan dari penelitian tersebut mengkaji tentang karangan dan diksi.
Perbedaannya terletak pada sumber data yang diperoleh, Penelitian tidak
memfokuskan pada diksi saja, tetapi ia juga meneliti gaya bahasa yang terdapat
pada objeknya, mengakaji mengenai diksi dan variasi kalimat,
2. Pengertian keterampilan Berbahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, pesan, dan
informasi yang tertanam dalam pikiran, media penyampaiannya bisa melalui lisan
atau tulisan. Bahasa juga memiliki peran sentral demi terciptanya masyarakat
yang santun dan beradab. Seseorang dikatakan santun atau tidak ditentukan oleh
sikap berbahasanya meliputi nada dan makna yang disampaikan.
Berbagai kebudayaan bisa saling menyatu karena ada salah satu aspek yang
mampu mengikatnya yaitu bahasa. Menurut Finocchiaro (1964:8) bahasa adalah
sistem simbol vokal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam suatu
kebudayaan tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu,
berkomunikasi atau berinteraksi.
10
Pembeda utama manusia dengan hewan terletak pada dua hal yaitu
kemampuan berpikir dan kemampuan berbahasa. Manusia mampu berpikir
karena memiliki bahasa, tanpa bahasa manusia tidak akan dapat memikirkan
berbagai hal terutama berpikir secara abstrak. Tanpa bahasa juga manusia
tidak akan dapat mengomunikasikan gagasan dan pikirannya kepada orang
lain. Oleh sebab itu, jika ingin mengungkapkan berbagai pemikiran dengan
baik, maka manusia harus menguasai bahasa dengan baik.
Keterampilan berbahasa memiliki dua unsur yaitu unsur logika dan
linguistik, berbeda dengan keterampilan berpikir hanya memiliki satu unsur
yaitu logika. Unsur logika terdiri atas isi, bahan, materi, dan organisasinya,
sedangkan unsur linguistik terdiri atas diksi, pembentukan kata, pembentukan
kalimat, fonologi (bunyi bahasa) untuk berbicara, serta ejaan untuk menulis.
Setiap orang memiliki kemampuan berpikir dengan baik, namun tidak
semua orang memiliki kemampuan berbahasa dengan baik. Apa yang kita
pikirkan belum tentu akan kita ucapkan dan lakukan, namun apa yang telah
kita ucapkan itulah yang kita pikirkan dan lakukan. Bahasa dan berbahasa
mampu mendefinisikan pola jati diri, pola karakter, dan pola berpikir
seseorang.
Kemampuan seseorang dalam berpikir dan berbahasa sebenarnya bisa
diberdayakan, yaitu dengan melakukan usaha/aktivitas atau keterampilan
yaitu melatih diri kita untuk terampil. Kemampuan ialah kesanggupan
bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik (Robbins,
2000:46) sedangkan keterampilan sama artinya dengan kecekatan. Terampil
11
atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar.
Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi tidak salah
dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan
sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga dapat dikatakan terampil
(Soemarjadi, 1991:2). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah hasil akhir setelah adanya aktivitas atau usaha
(keterampilan), sedangkan keterampilan adalah sebuah proses aktivitas atau
usaha untuk menentukn hasil yang akan diperoleh (kemampuan).
Seseorang dikatakan memiliki kemampuan apabila telah melalui dan
menyelesaikan sebuah proses, proses yang harus dilalui dalam bahasa dan
berbahasa ialah empat aspek keterampilan berbahasa. Keempat aspek ini
bukan hanya mendukung dalam ruang lingkup berbahasa saja melainkan
dalam ruang lingkup kehidupan pun saling berhubungan erat.
3. Pengertian Diksi
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa
yang dimiliki oleh kelompok masyarakat pendengar (Keraf, 2006:24). Diksi
atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan
kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata untuk
menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya
(Rahardi, 2009:31). Diksi adalah pemilihan kata untuk mengungkapkan
gagasan.
12
Diksi yang baik berhubungan dengan pemilihan kata yang bermakna
tepat dan selaras, yang penggunaannya cocok dengan pokok pembicaraan,
peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar (Soedjiman, 2006:21). Diksi
adalah pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam tuturan atau
tulisan diksi membantu menciptakan nada dan gaya. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa diksi adalah pilihan kata untuk mengungkapkan makna dari sebuah
gagasan kepada pembaca atau pendengar dengan menggunakan bahasa yang
tepat, menghindari campuran jargon dan kosa kata baku atau campuran
ungkapan formal dan informal.
Pemilihan kata, tentunya seseorang harus memiliki kosa kata yang luas.
Kata merupakan alat penyalur bahasa yang mengandung makna bahwa tiap
katamengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Maka hal itu berarti
semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide, atau
gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya. Mereka yang
menguasai banyak gagasan, atau dengan kata lain mereka yang luas kosa
katanya akan memiliki pula kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-
tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud
gagasannya kepada pendengar atau pembaca.
Menurut Keraf dalam bukunya yang berjudul “Diksi dan Gaya Bahasa”
(2010:24) berpendapat bahwa diksi dibagi menjadi beberapa poin, yaitu:
a. Diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk
mencapai suatu gagasan, cara membentuk kelompok kata yang tepat atau
13
penggunaan ungkapan dan gaya bahasa yang baik dipakai dalam situasi
tertentu.
b. Diksi adalah kemampuan dalam membedakan nuansa makna gagasan yang
ingin disampaikan sekaligus kemampuan untuk menemukan bentuk kata yang
sesuai dengan situasi sehingga memiliki nilai rasa yang tinggi.
c. Diksi yang tepat dan sesuai mungkin hanya bisa digunakan oleh orang yang
memiliki perbendaharaan kata yang luas.
Sedangkan menurut santosa dan jaruki dalam bukunya yang berjudul
“Mahir Berbahasa Indonesia: Baik, Benar, dan Santun” bahwa penggunaan kata
memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Ketepatan yaitu kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapkan
gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat eloh pembaca
atau pendengar.
b. Kecermatan adalah kemampuan memilih kata yang benar-benar diperlukan
untuk mengungkapkan gagasan tertentu.
c. Keserasian adalah hubungan makna dan kata yang satu dengan kata yang lain
dan kelaziman penggunaannya perlu diperhatikan.
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa diksi
adalah pilihan kata yang digunakan untuk menyatakan suatu maksud tertentu
kepada lawan bicara atau lawan tutur. Penggunaan diksi dapat memberikan efek
tertentu bagi pendengar atau pembaca.
14
4. Syarat Ketepatan Diksi
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan
yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau
yang dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara
harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud
tersebut.
Bahwa kata yang dipakai sudah tepat akan tampak dari reaksi selanjutnya,
baik berupa aksi verbal maupun berupa aksi non verbal dari pembaca atau
pendengar. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham. Ketetapan pilihan
kata yang harus diperhatikan oleh setiap orang yaitu:
a. Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi. Dari dua kata yang
mempunyai makna yang mirip satu sama lain, penulis harus menetapkan mana
yang akan digunakan untuk mencapai maksudnya. Penulis harus memilih kata
denotatif apabila ingin menyampaikan pengertian dasar. Sedangkan, penulis
harus memilih kata konotatif apabila penulis menghendaki reaksi emosional
tertentu.
b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Penulis harus
berhati-hati memilih kata. Dalam menyampaikan maksud tertentu kepada
pembaca, penulis harus memilih kata yang tepat agar tidak menimbulkan salah
interpretasi dari pembaca.
c. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Penulis harus mampu
membedakan kata-kata yang mirip ejaannya agar tidak menimbulkan salah
pemahaman dari pembaca.
15
d. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri Bahasa selalu tumbuh dan berkembang
sesuai dengan perkembangan dalam lingkup masyarakat. Perkembangan
bahasa pertama-tama muncul dari bertambahnya kosa kata baru. Namun, hal
tersebut tidak berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata baru
seenaknya. Dalam hal ini, penulis harus cermat dalam memakai kosa kata
dalam menulis karangannya.
e. Waspada terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang
mengandung akhiran asing: favorable –favorit – idiom -idiomatik, progres –
progresif, kultur – kultular, dan sebagainya.
f. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis:
ingat akan bukan ingat terhadap; berharap, berharap akan, mengharapkan
bukan mengharap akan; berbahaya, berbahaya bagi, membahayakan sesuatu
bukan membahayakan bagi sesuatu.
g. Untuk menjamin ketetapan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan
kata umum dan kata khusus. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu
daripada kata umum.
h. Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukan persepsi yang khusus.
i. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah
dikenal.
j. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
5. Macam-Macam Diksi
16
Diksi mempunyai peranan penting agar dapat diketahui oleh masyarakat.
Penggunaan diksi yang baik adalah yang sesuai dengan konteksnya. Menurut
Keraf (2010:27-39) bahwa macam-macam diksi terdiri atas:
a. Berdasarkan makna
1) Makna denotatif menyatakan arti yang sebenarnya dari sebuah kata. Makna
denotatif berhubungan dengan bahasa ilmiah. Makna denotasi dapat
dibedakan atas dua macam relasi. Pertama, relasi antara sebuah kata dengan
barang individual yang diwakilinya. Kedua, relasi antara sebuah kata dan ciri-
ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya. Contoh: Bunga
melati.
2) Makna konotatif adalah suatu jenis kata yang memiliki arti bukan sebenarnya.
Contoh: Bunga desa.
b. Berdasarkan konteks
1) Konteks linguistik adalah hubungan antara unsur bahasa yang satu dengan
unsur bahasa yang lain. Konteks linguistik mencakup konteks hubungan
antara kata dengan kata dalam frasa atau kalimat, hubungan antara frasa dalam
sebuah kalimat atau wacana, dan juga hubungan antara kalimat dalam wacana.
Sebaiknya, dalam konteks linguistik dapat muncul pengertian tertentu akibat
perpaduan anatara dua buah kata, misalnya: rumah ayah mengandung
pengertian “milik”, rumah batu mengandung pengertian dari atau bahannya
dari, membelikan ayahmengandung pengertian untuk ataubeneaktif.
2) Konteks nonlinguistic relasi yang pertama erat hubungannya dengan konteks
nonlinguistik. Konteks nonlinguistik mencakup dua hal, yaitu hubungan antara
17
kata dan barang atau hal, dan hubungan antara bahasa dan masyarakat atau
disebut juga konteks sosial. Konteks sosial ini mempunyai peranan yang
sangat penting dalam penggunaan kata atau bahasa. Penggunaan kata seperti
istri kawan saya dan bini kawan saya, buaya darat itu telah melahap semua
harta bendanya, dan orang itu telah melahap semua harta bendanya, kami
mohon maaf dan kami mohon ampun, semuanya dilakukan berdasarkan
konteks sosial, atau situasi yang dihadapi.
3) Berdasarkan leksikal
a. Sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama. Contoh: pria dan
laki-laki, pintar dan pandai.
b. Antonim adalah dua buah kata yang maknanya berlawanan. Contoh: kaya dan
miskin, jantan dan betina.
c. Homonim adalah suatu kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama, namun
memiliki makna yang berbeda. Contoh: rapat, bisa.
d. Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna dan ejaan yang berbeda
dengan lafal yang sama. Contoh: bank, bang.
e. Homograf adalah suatu makna yang memiliki makna dan lafal yang berbeda
namun ejaannya sama. Contoh: apel.
f. Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian. Contoh: kepala
sekolah, kepala surat, kepala sakit. Kata kepala mempunyai makna lebih dari
satu.
18
g. Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim
dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Contoh: bunga,
warna.
h. Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata-kata hipernim.
Contoh: mawar, melati, merah, kuning.
6. Pengertian Karangan
Karangan adalah karaya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami. Pengertian karangan adalah sebuah karya tulis yang
mengungkapkan fikiran atau gagasan pengarang salam satu kesatuan yang utuh.
Atau lebih singkatnya, karangan adalah rangkaian hasil pikiran atau ungkapan
perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Menulis atau mengarang adalah proses memaparkan suatu bahasa sehingga
pesan yang diutarakan oleh penulis dapat dimengerti pembaca (Tarigan 1986).
Semua pendapat tersebut di atas sama-sama mengarah pada pengertian
karangan adalah kegiatan menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi
tuturan berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan
gagasan yang ada pada pikiran penulis dinyatakan dengan menggunakan simbol-
simbol bahasa yang telah diatur. Lewat simbol-simbol tersebut pembaca dapat
mengerti apa yang disampaikan sang penulis.
Menyajikan gagasan secara tertulis atau mengarang bukanlah hal yang
mudah. Di samping dituntut kekuatan berpikir yang layak, juga dituntut berbagai
19
aspek lainnya, misalnya seperti kemahiran materi tulisan, pengetahuan bahasa
tulis, dan motivasi yang kuat.
Guna menciptakan tulisan yang baik, setiap penulis harusnya memiliki tiga
kecakapan dasar dalam menulis, yaitu kecakapan berbahasa, kecakapan penyajian,
dan kecakapan pewajahan. Ketiga kecakapan ini harus saling menopang atau isi-
mengisi. Kegagalan dalam salah satu bagian saja dapat menimbulkan gangguan
dalam mencurahkan ide secara tertulis (Semi 2003).
Komariah (2008:2) menyatakan bahwa mengarang adalah suatu kegiatan
yang dilakukan seseorang untuk mengungkapkan ide pikiran atau gagasan dan
menyampaikan melalui tulisan kepada pembaca untuk dipahami. Selain itu,
mengarang juga diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengekspresikan ide,
pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup yang disampaikan melalui
tulisan yang jelas, sehingga dapat dinikmati dan dipahami orang lain.
Menurut Saddhono dan Slamet (2014:155) karangan merupakan suatu
tulisan yang dapat dilihat dari segi bahasa yang digunakan, isi tulisan atau
karangan, dan bentuk atau cara penyajiannya. Bahasa yang digunakan dalam
karangan itu, apakah bahasa yang sulit, sederhana, mudah, dan lancar. Begitu pula
apakah karangan itu menggunakan paragraf yang tepat, dan diksi yang tepat. Dari
segi karangan, apakah karangan itu berupa fiksi atau nonfiksi, dan adakah
kesesuaian antara judul dan isi. Dilihat dari segi bentuk dan cara penyajiannya,
apakah karangan itu puisi atau prosa, jika prosa apakah penyajiannya itu karangan
narasi, eksposisi, argumentasi, atau deskripsi.
20
Dapat disimpulkan bahwa mengarang adalah suatu kegiatan menuangakan
dan mengekspresikan ide dan gagasan dalam suatu karya tulis. Kegiatan
mengarang mengutamakan daya pikir untuk menghasilkansuatu bacaan yang
dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca.
a. Komponen dalam Kegiatan Menulis Karangan
Terdapat tiga bagian atau komponen dalam aktivitas menulis yaitu:
1) Penguasaan bahasa tulis yang akan digunakan sebagai media tulisan, seperti:
kosakata, diksi, struktur kalimat, paragraf, ejaan, dan lain sebagainya;
2) Penguasaan isi karangan berdasarkan topik yang akan ditulis; dan
3) Penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana menyusun isi tulisan
dengan menggunakan bahasa tulis sehingga terbentuklah sebuah formasi yang
diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.
b. Tujuan
Tujuan utama mengarang atau menulis ialah sebagai sarana komunikasi
secara tidak langsung. Sedangkan tujuan menulis secara umum adalah
memberikan pedoman, menerangkan sesuatu, menceritakan peristiwa, meringkas,
dan menyakinkan (Semi 2003).
Menurut Syafie‟ie (1988), tujuan penulisan dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Mengubah keyakinan pembaca,
2) menancapkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca,
3) menarik proses berpikir pembaca,
4) menghibur atau memuaskan pembaca,
5) memberikan informasi kepada pembaca, dan
21
6) memotivasi pembaca.
Selain itu, Hugo Harting dalam Tarigan (1994) juga mengelompokan tujuan
penulisan, sebagai berikut:
1) Tujuan penugasan (assingnment purpose)
2) Tujuan altruistik (altruistic purpose)
3) Tujuan persuasi (persuasive purpose)
4) Tujuan penerangan (informational purpose)
5) Tujuan penyataan (self-expressive purpose)
6) Tujuan kreatif (creative purpose)
7) Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose)
Tujuan-tujuan itu biasanya berdiri sendiri, namun terkadang juga tujuan ini
tidak berdiri sendiri tapi berupa gabungan dari dua atau lebih tujuan yang bersatu
dalam suatu tulisan. Maka dari itu, tugas seorang penulis tidaklah sekadar
memilih topik pembicaraan yang cocok atau serasi, namun juga harus memastikan
tujuan yang jelas. Penentuan tujuan menulis sangat akrab dengan bentuk atau
jenis-jenis tulisan atau karangan.
Tiap karangan disusun berdasarkan tema tertentu yang sebelumnya telah
ditentukan oleh pengarang. Tiap paragraf karangan saling berhubungan dan
mengandung gagasan utama serta gagasan penjelas.
a. Jenis-jenis karangan
Hastuti, dkk (1993:107) karangan dibedakan menjadi lima jenis, yaitu narasi,
deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Dibawah ini akan dipaparkan
penjelasannya yakni sebagai berikut:
22
1) Narasi adalah uraian yang menceritakan sesuatu atau serangkaian kejadian,
tindakan, keadaan secara berurutan dari permulaan sampai akhir sehingga
terlihat rangkaian hubungan satu sama lain. Bahasanya berupa paparan yang
gayanya bersifat naratif. Pada karangan narasi terdapat tahapan-tahapan
peristiwa yang jelas, dimulai dari perkenalan, timbul masalah, konflik,
penyelesaian dan ending. Sehingga unsur yang palling penting dalam narasi
adalah unsur pembuatan dan tindakan. Narasi hanya menyampaikan kepada
pembaca suatu kejadian atau peristiwa. Unsur tersebut memiliki kesamaan
dengan karangan deskripsi. Akan tetapi, perlu diperhatikan masalah waktu.
Jadi, pengertian narasi itu mencangkup dua unsur dasar, yaitu perbuatan atau
tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Narasi mengisahkan
kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Contoh jenis karangan
ini adalah biografi, kisah, roman, novel, dan cerpen.
Ciri-ciri karangan narasi:
a. Menyajikan suatu cerita yang berupa berita, peristiwa, pengalaman yang
menarik kepada pembaca.
b. Cerita-cerita tersebut disajikan dengan urutan kronologis yang jelas.
c. Ada konflik dan tokoh yang menjadi inti dari sebuah karangan.
d. Memiliki setting yang disampaikan dengan jelas.
e. Bertujuan untuk menghibur pembaca dengan cerita-cerita yang
disampaikan.
23
2) Deskripsi adalah suatu karangan atau uraian yang berusaha menggambarkan
suatu objek atau masalah yang seolah-olah masalah tersebut di depan mata
pembaca secara konkret.
Ciri-ciri karangan deskripsi
a. Melukiskan suatu objek dengan sejelas-jelasnya kepada para pembaca.
b. Melibatkan observasi panca indera.
c. Metode penulisan menggunakan cara objektif, subjektif, atau kesan pribadi
penulis terhadap suatu objek.
3) Eksposisi adalah suatu karangan yang menjelaskan pokok masalah yang
disertai dengan fakta-fakta. Tujuannya agar para pembaca memahami dan
bertambah pengetahuannya terhadap masalah yang diungkapkan. Sasaran
utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca
sesudah membaca kisah tersebut.Contoh karangan jenis ini adalah artikel-
artikel dalam surat kabar atau majalah dan tulisan-tulisan ilmiah.
Ciri-ciri karangan eksposisi:
a. Menyajikan atau menyampaikan sebuah informasi kepada pembacanya.
b. Informasi yang disajikan bersifat fakta atau benar-benar terjadi.
c. Tidak berusaha mempengaruhi pembaca.
d. Menjelaskan sebuah proses atau analisis suatu topik.
4) Argumentasi dalam suatu karangan yang berisikan pendapat atau gagasan
mengenai suatu hal dengan pembuktian-pembuktian untuk mempengaruhi
pembaca agar mengubah sikap merekam dan menyesuaikan dengan sikap
penulis. Penulisan argumentatif harus yakin bahwa maksud suatu bagian
24
pendahuluan adalah tidak lain daripada menarik perhatian pembaca,
memuaskan perhatian pembaca kepada arguman-arguman yang akan
disampaikan, serta menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus
dikemukakan dalam kesempatan tersebut.
Ciri-ciri argumentasi adalah mengandung kebenaran dan pembuktian yang
kuat, menggunakan bahasa denotative, analisis rasional, alasan kuat dan
bertujuan supaya pembaca menerima pendapatnya. Contoh jenis karangan ini
adalah kampanye pemilihan umum, tulisan-tulisan tentang alasan
pengangkatan, pemberitahuan, dan pengangkatan seseorang.
Ciri-ciri karangan argumentasi:
a. Terdapat pendapat-pendapat penulis mengenai suatu topik yang sedang
dibahas.
b. Pendapat-pendapat tersebut dilengkapi dengan pembuktian-pembuktian
yang berupa fakta, data, contoh, maupun grafik.
c. Bertujuan untuk menyakinkan pembaca.
d. Pengarang menghindari keterlibatan emosi dalam menyampaikan
pendapatnya.
5) Persuasi adalah jenis karangan yang berisi ajakan-ajakan kepada para
pembacanya untuk melakukan atau mempercayai suatu hal. Karangan ini
bertujuan untuk membujuk, merayu, atau mengajak pihak pembaca agar
mengakui apa yang dikehendaki oleh pihak penulis. Contoh jenis karangan ini
adalah uraian tentang penawaran jenis obat, kosmetik, atau jenis produk lain.
Persuasif tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang
25
yang menerima persuasi. Oleh sebab itu, ia memerlukan juga upaya-upaya
tertentu untuk merangsang orang mengambil keputusan sesuai dengan
keinginannya. Upaya yang bisa digunakan adalah menyodorkan bukti-bukti.
Ciri-ciri karangan persuasi:
a. Karangan ini bersifat mengajak para pembacanya.
b. Memiliki alasan-alasan yang kuat berupa data, fakta, dan lain-lain untuk
menyakinkan pembacanya.
c. Karangan ini berusaha menghindari konflik agar pembaca tidak kehilangan
kepercayaan.
d. Karangan ini berusaha mendapatkan kesepakatan atau kepercayaan antara
penulis dan pembaca.
6. Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang
harus dipelajari siswa. Keterampilan ini tidak selalu mudah dilakukan. Diperlukan
proses belajar dan latihan untuk mengasah bakat dan keterampilan menulis yag
sudah ada. Dengan berdasar pada betapa pentingnya keterampilan menulis ini,
para ahli banyak mencoba mendefinisikan keterampilan atau kegiatan menulis ini
sesuai dengan pendapatnya masing-masing.
Kemampuan menulis karangan tidak akan terjadi dengan sendirinya, tetapi
memerlukan pembinaan dan latihan terus menerus, berkesinambungan, dan
dilakukan sebagai proses pengembangan. Agar tujuan menulis karangan
argumentasi itu tercapai dengan baik, maka pengajaran menulis karangan
argumentasi harus diupayakan untuk dilakukan secara bertahap dan berencana
26
(Munirah, 2015). Menurut Djuharie (2005: 120), menulis merupakan suatu
keterampilan yang dapat dibina dan dilatihkan. Hal ini senada dengan apa yang
diungkapkan Ebo (2005:1), bahwa setiap orang bisa menulis. Artinya, kegiatan
menulis itu dapat dilakukan oleh setiap orang dengan cara dibina dan dilatihkan.
Mengenai pengertian menuls, Pranoto (2004:9) berpendapat, bahwa menulis
berarti menuangkan buah pikiran ke dalam bentuk tulisan atau menceritakan
sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai
ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan
kata lain, memalui proses menulis kita dapat berkomunikasi secara tidak
langsung.
Menurut Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas bahasa
yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian
huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan.
Menulis sebagai suatu kegiatanprnyampain pesan mengandung makna bahwa
menulis merukan salah satu bentuk komunikasi verbal (bahasa). Pesan adalah isi
atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan
sebah sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atu lambang
bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Di dalam kamunikasi
tertulis terdapat empat unsur yang terlibat. Keempat unsur itu adalah:
a. Penulis sebagai penyampai pesan
b. Pasan atau isi tulisan
c. Saluran atau medium tulisan
d. Pembaca sebagai penerima pesan
27
Peryataan Akhadiah di atas, pada hakekatnya menyatakan bahwa menulis
aalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan
dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang
dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai
seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan ide atau gagasannya ke
dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. Dengan demikian, bahasa yang
dipergunakan dalam menulis dapa menggambarkan suasana hati atau pikiran
penulis. Sehingga dengan bahasa tulis seseorang akan dapat menuangkan isi hati
dan pikiran.
Syafi‟ie (1988:45) menyatakan bahwa menulis adalah menuangkan gagasan,
pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan
kemudian “mengirimkan” kepada orang lain. Hal ini berarti menulis mengandung
makna menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan.
Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan
wacana. Pikiran yang disampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan
kata yang mengandung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin
dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat
agar orang dapat menangkap apa yang orang ingin disampaikan itu. Makin teratur
bahasa yang digunakan, makin mudah orang mengangkap pikiran yang disalurkan
melalui bahasa it. Oleh karena itu, keterampilan menulis sangatlah penting.
Menulis pada hakekatnya adalah suatu proses berfikir yang teratur, sehingga
apa yang ditulis mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila
memiliki ciri-ciri antara lian bermakna, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan
28
memenuhi kaidah gramatika. Kemamouan menukis adalah kemampuan seseorang
untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian
bahasa tulis yang baik dan benar.
Sementara itu, WJS Poerwadarminta (1987:105) secara leksikal
mengartikan bahwa menulis adaah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan
harus mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis
yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud
penulis. Kata keterampilan berbahasa mengandung dua asosiasi, yakni kompetensi
dan performansi. Kompetensi mengaju pada pengetahuan konsptual tentang
sistem dan kaidah kebahasaan, sedangkan performansi merujuk pada kecakapan
menggunakan sistem kaidah kebahasaan yang telah diketahui untuk berbagai
tujuan penggunaan komunikasi.
Seseorang dikatakan terampil menulis apabila ia memahami dan
mengaplikasikan proses penggungkapan ide, gagasan, dan perasaan dalam bahasa
Indonesia tulis dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain ejaan, dan tata
bahasa, organisasi/susunan tulisan, keutuhan(koherensi), kepaduan (kohesi),
tujuan, dan sasaran tulisan.
7. Pengertian Mengarang
Definisi mengarang menurut Finoza (2008: 228) adalah pekerjaan
merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau mengulas
topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan.
Sedangkan definisi mengarang menurut The liang Gie (2007: 3) adalah
segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan
29
menyampaiakannya melalui bahasa tulisan kepada masyarakat pembaca untuk
dipahami.
Mengarang adalah kegiatan menuangkan ide, pikiran atau pendapat
dengan menjabarkan secara luas dan teratur berdasarkan topik dan tema tertentu
yang berguna untuk memberikan informasi. Mengarang merupakan salah satu
media komunikasi tidak langsung yang terjadi antara penulis dan pembaca.
Penulis harus dapat membuat dan menggambarkan sesuatu dengan sistematis
dan sejelas mungkin. Hendaknya dalam membuat karangan, penulis harus
memahami dengan baik bagaimana cara menuangkan dan mengekspresikan ide–
ide yang ingin disampaikan, sehingga orang yang membacanya akan dengan
mudah memehami dan menerima dengan baik maksud yang disampaikan oleh
penulis.
Karangan menurut Finoza (2008: 228) adalah hasil penjabaran suatu
gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau bahasa. Menurut Keraf
(1993: 107) Tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh
penulis melalui karangan. Berdasarkan pengertian tersebut penting untuk
menentukan tema dalam suatu karangan. Dengan tema yang dimiliki, penulis
akan menyampaikan amanat sesuai dengan tujuan dari tema karangannya.
Penulis berpendapat bahwa tema harus disusun dengan baik dan sempurna.
Hal–hal yang harus diperhatikan untuk menyusun sebuah tema karangan
menurut Keraf (1993: 122) adalah sebagai berikut:
a. Kejelasan merupakan hal yang sangat esensil bagi sebuah tulisan yang baik.
Kejelasan dapat dilihat pertama–tama melalui gagasan.
30
b. Kesatuan pertama–tama dilihat dari adanya suatu gagasan sentral yang
menjadi landasan seluruh karangan itu. Tiap rincian hanya menunjang
satu gagasan sentral tadi.
c. Perkembangan yang dimaksud adalah perkembangan setiap alenia dalam
sebuah karangan. Perkembangan dapat dilihat dari dua sudut yaitu apakah
gagasan yang lebih tinggi sudah diperinci secara maksimal dan apakah
perincian – perincian tersebut juga sudah diurutkan secara logis dan teratur.
d. Keaslian tema yang baik harus mengandung ukuran lain yaitu keaslia atau
originalitas. Keaslian dapat diukur dari beberapa sudut, pertama dari pilihan
pokok persoalannya, dari sudut pandangannya, pendekatannya, dari
rangkaian kalimat–kalimat dari pilihan kata, dan sebagainya.
e. Judul yang cocok syarat akhir dari sebuah tema yang baik, perlu
dikemukakan suatu hal yang langsung mengenai topik pembahasan yaitu
judul. Judul harus pula relevan provokatif, dan harus singkat.
f. Keaslian dalam pemilihan persoalan dan bagaimana merangkai setiap kalimat
dalam karangan tersebut sehinggan bagaimana menentukan judul sesuai
dengan isi cerita yang dapat mengungkapkan isi karangan tersebut tetapi
tidak mengungkapkan keseluruhan isinya.
B. Kerangka Pikir
Penelitian ini mengkaji tentang jenis dan latar belakang pada penggunaan
diksi dalam karangan siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar. Kajian teori melihat
tentang ketepatan memilih, cermat, serasi dalam memilih kata yang ingin dipakai.
31
Keterampilan berbahasa memiliki dua unsur yaitu unsur logika dan
linguistik, berbeda dengan keterampilan berpikir hanya memiliki satu unsur yaitu
logika. Unsur logika terdiri atas isi, bahan, materi, dan organisasinya, sedangkan
unsur linguistik terdiri atas diksi, pembentukan kata, pembentukan kalimat,
fonologi (bunyi bahasa) untuk berbicara, serta ejaan untuk menulis.
Menulis sebagai pusat pengaplikasian berbagai pengetahuan yang telah
didapat dari aktivitas menyimak, membaca, dan berbicara kemudian
mengalihkannya ke dalam rangkaian kata dan bahasa yang memiliki makna dan
tujuan.
Diksi atau pilihan kata adalah persoalan yang sangat perlu dipelajari. Orang
yang tidak mengerti diksi atau pilihan kata biasanya akan terjerumus kedalam
permasalahan berbahasa yang sangat fatal. Pertama, mereka tidak bisa
mengungkapkan maksudnya dan sangat miskin variasi bahasa. Kedua, mereka
sangat boros dan mewah mengobral perbendaharaan kata.
Mengarang adalah suatu kegiatan menuangakan dan mengekspresikan ide
dan gagasan dalam suatu karya tulis. Kegiatan mengarang mengutamakan daya
pikir untuk menghasilkansuatu bacaan yang dapat dipahami oleh pendengar atau
pembaca.
32
Berikut ini peneliti menyajikan kerangka pikir untuk memperjelas gambaran
mengenai alur berfikir dalam penelitian ini melalui bentuk peta konsep.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Keterampilan
Menulis
Karangan Siswa Kelas VIII
SMPN 18 MAKASSAR
Diksi
Analisis
Temuan
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif yang mendeskripsikan data
menggunakan rangkaian kalimat. Metode kualitatif digunakan sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
tentang objek yang akan diamati. Jadi penggunaan metode ini tidak menghasilkan
data berupa angka, tetapi data yang sifatnya deskriptif. Penelitian ini
menggunakan data tulisan yaitu berupa karangan siswa.
Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitaif karena dalam
penelitian ini penulis menganalisis diksi dalam karangan siswa kelas VIII SMP
Negeri 18 Makassar. Bentuk penelitian ini menganalisis dan mendeskripsikan
penggunaan diksi khususnya ketepatan diksi dalam karangan siswa sebagai
sumber belajar bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan metode deskriptif
kualitatif ini sesuai untuk mengkaji dan menganalisis data secara obyektif
derdasarkan fakta nyata yang ditemukan kemudian memaparkan secara deskriptif,
dengan cara menganalisis diksi dalam karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 18
Makassar.
B. Definisi Istilah
1. Diksi
Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu (seperti yang diharapkan). Penggunaan ketepatan pilihan kata ini
33
34
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata
secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
2. Jenis-Jenis Diksi
Secara umum diksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu diksi berdasarkan
maknanya dan diksi berdasarkan leksikal. Berikut penjelasannya:
a. Diksi Berdasarkan Maknanya
1) Makna Denotatif yang dimaksud dengan denotatif adalah makna yang
sebenarnya dari suatu kata atau kalimat.
2) Makna Konotatfi adalah kata atau kalimat yang memiliki arti bukan
sebenarnya.
b. Diksi Berdasarkan Leksikal
1) Sinonim adalah kata yang mempunyai arti yang sama dengan kata lain.
2) Antonim adalah kata yang memiliki arti berlawanan dengan kata lain.
3) Homonim adalah kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama namun
artinya berbeda satu sama lain.
4) Homofon adalah kata yang memiliki ejaan dan makna yang berbeda,
namun lafal sama.
5) Homograf adalah kata yang memiliki lafal dan arti yang berbeda, namun
ejaannya sama.
6) Polisemi adalah kata yang memiliki lebih dari satu arti.
35
7) Hipernim dan Hiponim. Hipernim adalah kata yang dapat mewakili banyak
kata lainnya. Sedangkan arti hiponim adalah kata yang dapat terwakili oleh
kata hipernim.
3. Karangan
Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan pula dengan
rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang
teratur. Karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, masing-masing dari
paragraf tersebut berisi pikiran utama dan diikuti oleh pikiran-pikiran penjelas.
Sebuah paragraf belum tentu dapat terwujud keselurahan karangan. Namun,
sebuah paragraf sudah bisa memberikan suatu informasi kepada pembaca karena
ada kalanya suatu karangan hanya berisi satu paragraf saja sehingga dalam
karangan tersebut hanya berisi satu pikiran pokok.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dilaksanakannya penelitian ini yaitu di SMPN 18 Makassar yang
terletak di Kelurahan Parang Tambung, Kecamatan Tamalate.
D. Data dan Sumber Data
Informasi atau data yang diamati dalam penelitian ini yaitu data dalam
bentuk tulisan, berupa penggunaan. Data yang diperoleh akan diolah sehingga
menjadi informasi baru yang dapat dimanfaatkan oleh pembacanya. Dalam
penelitian ini, data diperoleh melalui analisis diksi dalam karangan siswa.
36
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari karangan siswa di kelas
VIII SMPN 1 Makassar “Data adalah bahan keterangan tentang suatu objek
penelitian”(Bungin 2001 : 123).
E. Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data merupakan kegiatan utama dalam penelitian
kualitatif. Kegiatan mengumpulkan data pada dasarnya adalah aktifitas terjun
langsung ke lapangan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitan
ini adalah metode dokumentasi. Menurut Arikunto (2006:231) metode
dokumentasi adalah metode yang mempelajari dan menganalisis sumber-sumber
informasi berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.
Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi karena berusaha
mengumpulkan data dari informasi tertulis, berupa diksi yang terdapat dalam
karangan siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan tes kepada siswa untuk membuat karangan.
b. Mengumpulkan karangan siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar
c. Membaca berulang-ulang karangan untuk mendapatkan data berupa diksi pada
karangan. Menandai dan menggarisbawahi kata atau kalimat yang
mengindikasikan diksi sesuai syarat ketepatan diksi yang ada pada karangan.
d. Mencatat dan memberi kode kata atau kalimat yang mengindikasikan diksi.
e. Mengklasifikasikan data sesuai syarat ketepatan diksi.
37
f. Menganalisis data sesuai syarat ketepatan diksi pada karangan narasi.
F. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2009:59) mengatakan bahwa instrumen dalam penelitian
kualitatif yaitu peneliti itu sendiri. Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti
bertindak sebagai instrumen kunci yang berperan sebagai perencana, pelaksana,
pengumpul data, penganalisis, penafsir data, sampai pada tahap pelaporan hasil
penelitian. Ilmu pengetahuan dari peneliti merupakan salah satu objek penting
dalam mendeskripsikan fakta-fakta objek kajian di lapangan tentang syarat
ketepatan diksi.
Berdasarkan pernyataan di atas, yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen tunggal, yakni peneliti sendiri yang menggunakan beberapa instrumen
yaitu alat tulis berupa buku dan pulpen yang berfungsi mencatat semua data yang
ingin diperoleh, serta leptop sebagai alat menyimpan data.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengikuti
konsep Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2009: 91) yaitu pertama reduksi
data, kedua penyajian data, dan ketiga penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Data-data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data, selanjutnya
diklasifikasikan menurut syarat ketepatan diksi yang terdapat dalam karangan
narasi siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar. Hasil reduksi data selanjutnya akan
dipilih kemudian dianalisis sesuai syarat ketepatan diksi.
38
2. Penyajian Data
Langkah berikutnya dalam kegiatan analisis data yaitu penyajian data.
Kegiatan ini dilakukan dari semua data yang teridentifikasi dan terklasifikasi
sebagaimana yang dilakukan dalam kegiatan reduksi data. Kegiatan selanjutnya
adalah penyajian data contoh syarat ketepatan diksi dalam karangan siswa kelas
SMPN 18 Makassar yang akan ditulis dalam laporan pada penelitian ini. Data
yang disajikan yaitu mengenai syarat ketepatan diksi dalam menulis karangan
siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar.
3. Penarikan Kesimpulan
Kegiatan penarikan kesimpulan yaitu dengan mengaitkan antara pernyataan
penelitian tentang syarat ketepatan diksi dalam karangan siswa kelas VIII SMPN
18 Makassar.
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data dimulai
dari mengidentifikasi data atau mengumpulkan data dengan cara membaca
karangan siswa secara perlahan dan berulang sampai mendapatkan data yang
sesuai, kemudian akan dipindahkan dalam bentuk tulisan yang akan dibaca
kembali. Setelah membaca perlahan dan berulang, maka akan ditandai bagian kata
atau kalimat yang menggunakan diksi yang tidak tepat
Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca
markah. Disebut demikian karena cara yang digunakan pada awal kerja analisis
ini adalah membaca kemudian menandai.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu diksi pada karangan siswa kelas VIII
SMP Negeri 18 Makassar. Adapun diksi yang ditemukan sesuai syarat ketepatan
diksi oleh keraf (2015) meliputi: 1) Kata-kata yang hampir bersinonim, 2)
Penggunaan kata umum dan kata khusus, 3) Penggunaan kata konotatif dan
denotatif, 4) Kelangsungan pilihan kata, 5) Penggunaan kata indra. Uraiannya
dapat dilihat sebagai berikut.
1. Kata-Kata yang Hampir Bersinonim.
1) “Hari pertama saya bangun pagi pada jam 07.00 pagi. Setelah penguburan
kami pun langsung pulang tepatnya jam 15.00”.
Kata jam memiliki sinonim pukul. Kesamaan dari kata tersebut adalah
sama-sama menunjukan waktu. Tetapi kata pukul lebih tepat digunakan
karena kata pukul menunjukkan waktu saat ini, sedangkan jam
menunjukkan lama waktu atau jangka waktu. Penggunaan kata jam kurang
tepat digunakan dalam suatu karya ilmiah.
2) “Sampah harus dipilah-pilah yaitu sampah organik dan on organik”.
Kata dipilah-pilah dalam kalimat tidak tepat penggunaannya. Kata yang
bersinonim dengan kata yang dipilah-pilah adalah kata dikelompokkan. Hal
ini, karena kata dikelompokkan lebih tepat digunakan pada kalimat.
3) “Akibat ketidaksadaran dari masyarakat yang membuang sampah
disembarang tempat‟.
39
40
Kata ketidaksadaran dalam kalimat tidak tepat penggunaannya. Kata yang
bersinonim dengan kata ketidaksadaran adalah kata kelalaian. Hal ini karena
kelalaian lebih tepat digunakan pada kalimat.
4) “Mengajak masyarakat untuk mengolah limbah sampah menjadi kreasi yang
dapat memanfaatkan”.
Kata mengajak dalam kalimat tidak tepat penggunaannya. Kata yaang
bersinonim dengan kata mengajak adalah kata mengimbau. Kata mengimbau lebih
tepat digunakan pada kalimat.
5) “Ibuku sibuk membikin kue dan juga makanan-makanan ringan lainya yang nanti
dihidangkan kepada sanak saudara, teman ataupun tamu-tamu yang datang
kerumahku untuk saling bermaaf-maafkan dan juga menyambung tali
silaturahmi”.
Kata membikin pada kalimat diatas mempunyai sinonim membuat.
Sekalipun kata-kata itu tidak memiliki makna yang persis sama, masing-masing
memiliki sebagian kesamaan makna. Kesamaanya adalah keduanya terkait dengan
“menyiapkan”. Penggunaan kata membikin tidak tepat karena kata tersebut
merupakan dialek.
6) “Karena tidak ada umpan, pekerja disana memberi tau saya kalau ikan di Empang
itu suka makan daun jadi saya mencobanya”.
Kata Di Empang pada kalimat bersinonim di kolam dan di tambak. Kata Di
Empang memiliki makna tempat menahan air, di kolam memiliki makna bak
tempat air. Kata di tambak memiliki makna di tepi laut untuk memelihara ikan
Bandeng. Masing-masing mempunyai kesamaan makna yakni “tempat
41
memelihara ikan”. Namun kata di tambak lebih menekankan dan lebih
menyakinkan bahwa benar-benar tempat memelihara ikan.
7) “Si ayah lalu menuding jari ke arah burung gagak itu sambil bertanya, ”Nak
apakah benda itam itu.”
Kata menuding pada kalimat bersinonim menunjuk, sekalipun kata-kata
tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama, namun kata memiliki tujuan
makna yang sama yakni “memperlihatkan ke arah” Kata keduanya tidak dapat
ditukar karena memiliki nuansa yang berbeda. Menunjuk memiliki makna
memperlihatkan diri, sedangkan menuding memiliki makna memiringkan arah ke
bawah. Jadi penulis menggunakan kata menuding dengan tepat.
8) “Kami memang sudah biasa, setiap hari libur tiba selalu berkunjung ke rumah
nenek. Tapi sayang, dua tahun terakhir setiap kami mengunjungi rumah nenek,
sosok nenek tidak tanpak, nenek telah di panggil oleh Sang Maha Kuasa, Allah
Swt”.
Kata sosok pada kalimat memiliki sinonim wujud. Sekalipun kata-kata itu
tidak memiliki nuansa makna yang percis sama, namun kata tersebut memiliki
tujuan makna yang sama yakni “ Wajah seseorang”. Kata keduanya
tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda. Sosok memiliki
makna bentuk dari pada wujud atau rupa. Sedangkan kata wujud memiliki makna
dapat dilihat. Penggunaan kata sosok pada kalimat tersebut sudah tepat, karena
mrupakan bentuk wajah.
42
9) “Tiba-tiba terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian”.
Kata gaduh pada kalima memiliki sinonim ribut. Sekalipun kata kata
tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama yakni “ huru hara”. Kedunya
tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna berbeda, gaduh memiliki
makna gempar karena perkelahian. Ribut memiliki makna berisik. Kata-kata
tersebut memang memiliki makna yang hampir sama , namun kata ribut lebih
menekankan dan lebih menyakinkan bahwa benar-benar telah terjadi
ketidaknyamanan.
10) “Kualunkan kakiku menuju istana ilmu dan akupun duduk di sekolah singga
sana”.
Kata kualunkan pada kalimat memiliki sinonim kulangkahkan. Kata
Keduanya tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda,
kualunkan berarti langkah perlahan-lahan, sedangkan kulangkahkan berarti
gerakan kaki menuju maju mundur. Meskipun memiliki nuansa makna yang
berbeda, keduanya memiliki tujuan yang sama yakni” mengayunkan kaki untuk
berjalan menuju tujuan”.
11) “Liburan kemaren paling menarik dalam hidupku adalah ketika ayah mengajak
berkunjung kedesa kelahiranya”.
Kata kemaren pada kalimat memiliki campur kode kemarin. Kata-kata itu
memiliki makna yang persis sama, masing-masing memiliki makna “ setelah hari
ini.” Penggunaan kata kemaren pada kalimat tersebut kurang tepat seharusnya
kemarin karena kata tersebut merupakan dialek dari daerah betawi.
43
2. Penggunaan Kata Umum dan Kata Khusus
Diksi atau pilihan kata yang menggunakan kata umum dan kata khusus pada
karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar dapat dilihat dari paparan berikut
ini :
1) “Air yang tergenang kenapa dapat menimbulkan penyakit, air yang terlalu lama
tergenang dapat meransang serangga nyamuk untuk dapat berkembang biak”.
Kata penyakit dalam kalimat merupakan kata umum, karena kata-kata ialah
kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal (soedjito,1988).
Kata khususnya adalah demam berdarah.
2) “Sungai pun menjadi dangkal sehingga waktu musim hujan air sungai tidak bisa
tertampung dengan semana mestinya”.
Kata musim dalam kalimat merupakan kata umum, karena kata-kata ialah
kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal. Kata khususnya
adala hujan.
3) “Tempat minuman, makanan bahkan sandang dan pangan juga berkontruksi untuk
menambah lengkapnya pembungan sampah”.
Kata minuman dan makanan dalam kalimat meupakan kata umum, karena
kata-kata ialah yan luas ruang lingkupnya. Kata khususnya adalah air putih dan nasi.
4) “Beberapa hari sebelum memasuki hari raya Idul Fitri, keluargaku sangat sibuk
menyampaikan kedatangannya dengan bermacam-macam kegiatan”.
Penggunaan kata Idul Fitri pada kalimat sudah tepat, karena penulis
memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa idul Fitri mengacu pada objek
44
yang khusus, yaitu hari raya umat islam, sehingga pembaca mudah mengerti yang
dimaksud penulis.
5) “Pada tanggal 2 Maret 2014, kami sekeluarga pergi ke sawah kakek yang ada di
Bugel Tigaraksa”.
Kata Bugel Tigaraksa merupakan kata khusus yang tidak akan
menimbulkan salah interpretasi pada pembaca. Penulis telah memberikan
penjelasan yang khusus pada pembaca sehingga pembaca mudah mengerti
maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Kata Bugel Tigaraksa pada kalimat
sudah tepat.
6) “Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba akan menghabiskan
waktu liburnya ke kota, meninggalkan semua aktivitas kota yang padat”.
Kata aktivitas pada merupakan yang sifatnya umum, karena kata aktivitas
masih memiliki cakupan sejumlah kata yang lebih khusus seperti: aktivitas harian,
aktivitas mahasiswa, aktivitas keluarga dan sebagainya yang sifatnya kegiatan.
Namun demikian, kata aktivitas pada kalimat yang digunakan penulis telah
menjelaskan bahwa aktivitas yang akan digunakan untuk kegiatan liburan ke
Jakarta.
7) “Ada seorang pemuda sedang duduk dengan tatapan kosong mengarah
kehamparan air telaga”.
Seperti yang dikemukakan di atas bahwa kata tatapan merupakan kata
umum yang dapat membingungkan pembaca. Namun pada kalimat kata tatapan
kosong merupakan kata khusus yang digunakan penulis belum tepat, seharusnya
45
tatapan mata yang kosong. Sehingga pembaca tidak keliru apa yang dimaksud
penulis.
8) “Suhu udara sangat dingin, dengan rasa tegang ku guyurkan segayung air ke
tubuhku setelah itu berangkat ke sekolah”.
Kata suhu pada kalimat merupakan kata umum. Sebagai kata umum suhu
dapat mencakup pada sejumlah kata yang khusus seperti yang telah dijabarkan
pada kalimat tersebut yakni dapat berupa suhu ruangan, suhu badan, suhu iklim
dan sebagainya. Penggunaan kata suhu pada kalimat sudah tepat karena penulis
sebelumnya telah menjelaskan bahwa suhu atau cuaca disekitar itu hawanya
dingin, sehingga tidak menimbulkan salah paham oleh pembaca.
9) “Liburan kemarin yang paling menarik dalam hidupku, bapak akan mengajak
berkunjung ke desa kelahirannya”.
Kata bekunjung pada kalimat merupakan kata khusus. Penulis dengan rinci
memberitahukan pembaca bahwa berkunjung itu mendatangi. Kata berkunjung
yang digunakan pada kalimat sudah tepat karena mengacu pada objek, sehingga
tidak akan menimbulkan salah interpretasi pada pembaca.
10) “Hari demi hari aku menunggu surat balasan dari nenek, sebulan kemudian surat
balasan dari nenek itu dating”.
Kata surat balasan pada kalimat merupakan kata khusus, kata surat balasan
pada kalimat teersebut tidak akan menimbulkan salah interpretasi kepada
pembacanya. Penulis telah memberitahukan dengan spesifik mungkin mengenai
surat yang di maksud, yaitu balasan dari nenek yang ditunggu. Kata surat balasan
pada kalimat merupakan kata khusus, kata surat balasan pada kalimat tersebut
46
tidak akan menimbulkan salah interpretasi kepada pembacanya. Penulis telah
memberitahukan dengan spesifik mungkin mengenai surat yang di maksud, yaitu
balasan dari nenek yang ditunggu.
11) “Dari menumpuknya sampah di sungai dan parit-parit itu juga mengakibatkan
tumbuh dan berkembangnya jentik-jentik nyamuk, dari situ pula kita dapat
terserang penyakit DBD dan lain-lain”.
12) “Hal terburuk yang terjadi akibat tersumbatnya air karena sampah ialah ketika
hujan turung maka akan menyebabkan banjir”.
13) “Terjadi banjir yang melanda dimana-mana derah indonesia yang korban harta
benda bahkan nyawa, wabah penyakit menyerang warga”.
Kata nyamuk, hujan dan banjir, dan banjir dalam kalimat diatas merupakan
kata khusus, karena kata-kata tersebut terbatas ruang lingkupnya. Kata umunya
adalah serangga, musim, bencana alam.
3. Penggunaan Kata Konotatif dan Denotatif
1) “Seluruh harta bendanya rusak akibat banjir, kegiatan lainnya lumpuh total”.
Frasa lumpuh total pada kalimat bermakna konotatif. Hal ini karena arti
sebenarnya dari lumpuh total adalah keadaan dimana kaki seseorang tidak bisa
berfungsi sehingga tidak bisa jalan. Maksud dari penulis menuliskan lumpuh total
adalah akibat kegiatan lainnya yang tidak bisa berfungsi denga baik.
2) “Maka semoga ke depan kita akan semakin sadar dan tidak ada lagi masyarakat
yang membuang sampah di sembarang tempatnya apalagi sungai”.
Kata ke depan pada kalimat juga bermakna konotatif. Agar menimbulkan fakta,
maka sebaiknya ditambah kata lima tahun ke depan.
47
3) “Membersihkan seisi rumah dan lingkungan sekitar akan membuat lingkungan
menjadi bersih dan tidak menjadi sarang bagi penyakit untuk tumbuh dan
berkembang”.
Kata sarang pada kalimat merupakan makna konotatif. Hal ini karna kata tersebut
artinya tempat tinggal hewan (burung). Maksud penulis adalah kata sarang itu
berarti tempat tinggal bagi penyakit untuk tumbuh dan berkembang.
4) “Tak terasa sudah hampir sebulan penuh kita berpuasa”.
Frasa hampir sebulan pada kalimat di atas dimasukan kedalam golongan kata
yang bermakna konotatif, karena kata hampir sebulan pada kalimat diatas
memiliki makna abstrak. Frasa hampir sebulan tidak menjelaskan dengan jelas
sebeberapa hari puasa telah dilaksanakan, sehingga pembaca dengan bebas
menginterprestasikan makna dari kata tersebut. Penggunaan pada kata tersebut
sudah tepat karena umumnya pembaca setidaknya mengetahui bahwa makna dari
hampir sebulan adalah dua puluh lima hari dan akan selesai sebulan.
5) “Pada tanggal 2 maret 2014, kami sekeluarga pergi ke sawah kakek yang ada di
Bugel Tiga Raksa”.
Pada kata 2 Maret 2014, merupakan golongan kata denotatif karena maknanya
sudah jelas di ketahui, yakni hari minggu 2 maret 2014. Dengan demikian
pembaca tidak lagi menginterpretasikan tanggal berapa kami sekeluarga pergi ke
sawah kakek. Jadi penulis sudah tepat dalam menggunakan kata tersebut.
6) “Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba akan menghabiskan
waktu liburnya ke luar kota, meninggalkan semua aktivitas ibu kota yang padat‟.
48
Sebenarnya dari kata aktivitas adalah kesibukan. Kata aktivitas merupakan
penggunaan makna konotatif yang yang bernilai rasa baik. Penggunaan kata yang
bermakna konotatif ini sudah tepat karena penulis hanya hanya ingin
menggunakan kata dengan nilai rasa lebih baik dan variasi saja.
7) “Ada seorang pemuda sedang duduk tatapan kosong mengarah kehamparan telaga.
Frase tatapan kosong pada kalimat merupakan golongan konotatif”.
Tatapan kosong dalam pemahamannya masih belum jelas diberitahukan, maka
akan menimbulkan interpretasi lain dari pembaca. Denotatifi dari tatapan kosong
dapat diganti dengan kata bengong, sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi
yang salah pada pembaca.
8) “Ku alunkan kaki ku menuju istana ilmu dan aku pun duduk di sekolah singgasana,
hari pertama masuk sekolah yang dimana sekarang aku sudah kelas 8 SMP”.
Frase singgasana dimasukan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif,
karena kata singgasana pada kalimat diatas memiliki makna abstrak. Frase
singgasana memiliki makna kursi raja atau tahta. Penggunaan kata konotatif
tersebut sudah tepat karena umumnya pembaca setidaknya mengetahui makna dari
singgasana tersebut.
9) “Wuwu itu alat tradisional yang terbuat dari anyaman bambu”.
Kata alat tradisional pada kalimat tersebut merupakan kata yang memiliki makna
denotasi karena maknanya sudah jelas di ketahui pembaca. Kata alat tradisional
masuk dalam denotatif karena konsepnya sudah jelas tidak perlu di jelaskan
kembali oleh penulis. Kata denotataif yang digunakan penulis sudah tepat.
49
10) “Ibu pun terdiam mendengar aku bercerita tentang tanaman jagung itu yang rusak
di makan tikus”.
Kata terdiam pada kalimat merupakan kata yang bermakna konotatif. Kata
terdiam dalam kalimat ini mengandung arti membisu. Kata tersebut dapat
menimbulkan interpretasi lain pada pembaca, karena kata tersebut memiliki arti
lain yakni tidak bersuara, tidak bergerak dan sebagainya. Jadi kata terdiam pada
kalimat itu kurang tepat seharusnya membisu.
4. Kelangsungan Pilihan Kata
Diksi atau pilihan kata yang menunjukkan kelangsungan pilihan kata pada
karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar dapat dilihat dari paparan
berikut ini :
1) “Tetapi tidak mengajukan anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya
untuk bertanya hal yang sama, kali ini si anak benar-benar hilang kesabaran dan
menjadi marah”.
Kata si anak benar-benar pada kalimat tidak tepat digunakan. Seharusnya kata
anak benar-benar tidak usah digunakan kembali, karena pemborosan kata, bahkan
menimbulkan nilai rasa rendah. Kalimat yang benar seharusnya “Tetapi tidak
mengajukan anak, karena ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya
hal yang sama, kali ini dia benar hilang kesabarannya dan menjadi marah.
2) “Dan kamipun menaiki bus untuk pulang”.
Kata dan pada kalimat tidak dapat di gunakan sebagai kata penghubung untuk
menandai kelanjutan makn.Kata dan yang tepat digunakan adalah kemudian,
50
karena penggunaanya sebagai kata penghubung untuk menandai yang
kelanjutannya. Sehingga menjadi kemudian kaipun menaiki bus untuk pulang.
3) “Saat sampai, aku dan keluargaku disambut oleh saudara-saudaraku yang telah
dahulu sampai”.
Kata saat sampai pada kalimat tidak tepat digunakan. Kata tersebut digunakan
digunakan adalah setelah tiba, karena penggunaannya sebagai kata depan untuk
menandai perawalan makna. Jadi kata saat samapi yang digunakan adalah tidak
tepat, sehingga menjadi “Setelah tiba, aku dan keluargaku disambut oleh
saudara-saudaraku yang telah dahuku sampai.”
4) “Tiba di sana terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian”.
Kata tiba pada kalimat di atas tidak tepat digunakan sebagai kata depan. Kata
depan yang tepat digunakan adalah sesampainya, karena penggunaannya sebagai
kata depan untuk mengawali dalam kalimat. Jika kata depan tidak digunakan
adalah sesampainya di sana terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian.
5) “Kualunkan kakiku menuju istana ilmu dan akupun duduk di sekolah singgasana”.
Kata kualunkan pada kalimat resebut di atas merupakan kata depan yang kurang
tepat digunakan. Kata depan yang tepat di gunakan adalah kulangkahkan. Kata
sekolah pada kalimat tersebut seharusnya di hilangkan karena tidak tepat
penggunaannya sehingga menjadi kulangkahkan kaki menuju istana ilmu dan
akupun duduk di singgsana.
6) “Suara-suara orang yang sedang melafadkan ayat-ayat suci alquran pada mesjid-
mesjid terdekat rumahku”.
51
Kata suara, kata ayat dan kata mesjid pada kalimat tidak tetap digunakan.
Seharusnya kata-kata tersebut tidak usah di gunakan kembali, karena merupakan
pemborosan kata, bahkan menimbulkan nilai rasa yang rendah. Kalimat yang
benar seharusnya “Suara yang sedang melafadzkan ayat suci Alquran
pada mesjid terdekat rumahku
5. Penggunaan Kata Indria
1) “Di dalam dapur terdengar suara teriakan ibu yang beberapa kali memanggil
namaku, akupun langsung menghampiri”.
Kata teriakan pada kalimat merupakan kata yang termasuk diksi indria
pendengaran, karena dapat ditangani oleh telinga yang dapat menangkap atau
menerima tanggapan yang berupa suara atau bunyi keras. Kata di atas berarti
berbicara keras, berteriak sehingga suaranya keras kedengaran. Tetapi dalam
penggunaannya sering kali terjadi bahwa hubungan antara satu indria dengan yang
lainnya sangat rapat, sehingga kata yang sebenarnya hanya di kenakan pada satu
indria biasa digunakan oleh indria yang lain yang disebut juga gejala sinestisia
2) “Rasa singkong ini enak sekali dan baru pertama kali ini aku mencoba makan
singkong bakar”.
Kata enak sekali pada kalimat merupakan kata yang termasuk indria perasa yang
diterima oleh indria lidah yang dapat merasakan atau menerima rasa yang berupa
nikmat atau lejat sekali. Pada data di atas berarti rasa singkong tersebut rasanya
nikmat sekali.
3) “Awalnya keadaan di kamar menyenangkan, tapi setelah adik dan keponakan laki-
laki masuk ke dalam kamar keadaan menjadi ramai dan rusuh, kakak sepupuku
52
mengusir adik dan keponakan tapi mereka tidak mau keluar. Kata ramai dan
rusuh pada kalimat merupakan kata termasuk diksi indria pedengaran, karena
dapat ditangani oleh telinga yang dapat menangkap atau menerima tanggapan
tidak sunyi. Pada kata diatas berarti suasana yang begitu berisik sehingga suaranya
dapat memecahkan telinga.
4) “Tiba-tiba terdengar suara sengau memecah suara kesunyian”.
Kata sengau pada kalimat merupakan termasuk kata indria pendengaran, karena
dapat ditangani oleh telinga yang dapat mensngkap atau menerima tanggapan
yang berupa suara melalui hidung. Sengau pada kata diatas berarti berbicara agak
serak kurang jelas terdengar.
5) “Apalagi kalau bukan ke sekolah suhu udara sangat dingin dengan ras tegang aku
menumpahkan segayung air ke tubuhku”.
Kata sangat dingin pada kalimat diatas merupakan tanggapan yang harus di
terima oleh indria peraba, karena dapat ditangani oleh indria kulit. Sangat dingin
pada kalimat diatas berarti terlebih-lebih dingin. Sangat dingin sehingga suhu
udara tidak panas. Tetapi dalam penggunaannya sering kali terjadi bahwa
hubungan antara satu indria dengan yang lainya sangat rapat. Sehingga kata yang
sebenarnya hanya di kenakan pada satu indria yang lain.
6. Membedakan Kata yang Mirip Ejaannya
Peneliti tidak menemukan kata yang mirip ejaannya dalam karangan siswa kelas
VIII SMP Negeri 18 Makassar.
53
7. Kata-kata Ciptaan Sendiri
Peneliti tidak menemukan kata yang mengalami perubahan makna kata yang
terdapat dalam teks karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar.
8. Akhiran Asing
Peneliti tidak menemukan kata yang mengalami kata-kata asing yang terdapat
pada karangan siswa, yang digunakan sebagai sumber belajar siswa.
9. Perubahan Makna Kata yang Sudah Dikenal
Peneliti tidak menemukan kata yang mengalami perubahan makna kata yang
terdapat pada karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar.
Hasil analisis data:
1. Penggunaan kata sinonim
11 x 100% = 36,6%
30
2. Penggunaan kata umum dan khusus
13 x 100% = 43,3%
30
3. Penggunaan kata denotatif dan konotatif
10 x 100% = 33,3%
30
4. Penggunaan kata indria
5 x 100% = 16,6%
30
5. Kelangsungan pilihan kata
6 x 100% = 20%
30
54
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian Penggunaan Diksi pada Karangan Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 18 Makassar bertujuan untuk mengetahui penggunaan diksi yang dilihat
dari ketepaatan diksi dalam karangan siswa. Penelitian ini relevan yang dikemukakan
oleh Keraf (2015) meliputi: 1) Kata-kata sinonim, 2) Penggunaan kata umum dan kata
khusus, 3) Penggunaan kata konotatif dan denotatif, 4) Kelangsungan pilihan kata, 5)
Penggunaan kata indra.
Penggunaan kata yang mirip ejaan, Kata-kata Ciptaan Sendiri, Akhiran Asing,
Perubahan Makna Kata yang Sudah Dikenal dari data yang terdapat pada karangan
siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar, tidak ditemukan ketidaktepatannya.
Dengan demikian, dapat dilihat jika penggunaan diksi pada karangan siswa kelas
VIII SMP Negeri 18 Makassar terdapat sebagian ketidaktepatan penggunaan diksi,
karena dari 30 siswa hanya terdapat 28 data yang tidak tepat digunakan.
Penggunaan diksi pada karangan siswa Smp Negeri 18 Makassar mampu menulis
karangan tetapi masih kurang tepat dalam segi ketepatan diksi dalam penggunaan kata
sinonim, kurang cermat dalam hal pemilihan kata sehingga banyak kurang paham
mengenai penggunaan kata yang sesuai.
Penggunaan kata mencakup pengertian kata-kata mana yang akan dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan Keraf (2015). Bila dibandingkan dengan penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, peneliti menemukan persamaan dan
perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2011), Puspitasari (2012),
Kurniawati (2012). Ketiga penelitian ini tidak menyinggung tentang karangan dan
persamaannya sama-sama menganalisis tentang diksi. Dalam penelitian ini
55
memfokuskan pada diksi dan karangan. Selain itu peneliti tidak menganalisis gaya
bahasa yang terdapat pada objeknya dan variasi kalimat seperti penelitian yang
dilakukan oleh Puspitasari (2012). Oleh karena itu, penelitian yang dilalukan oleh
peneliti dapat dikatakan melengkapi penelitian terdahulu.
Penggunaan sinonim 36,6 % digunakan sebanyak 11 kata, yang terdapat pada
karangan. Para siswa cenderung salah dalam menggunakan kata sinonim dalam
karangan, misalnya kata “ketidaksadaran” pada karangan, seharusnya kata tersebut
tidak tepat digunakan, kata yang bersinonim dengan kata “ketidaksadaran” adalah
kata kelalaian. Hal ini didukung oleh teori Keraf kata bersinonim memiliki makna
yang sama atau hampir sama. Berbeda dengan hasil penelitian Fatimah (2011) yang
meneliti gaya bahasa dan Puspitasari (2012) tentang variasi. Persamaan dari penelitian
ini sama-sama menganalisis tentang diksi.
Penggunaan konotatif dan denotatif 33,3%, penggunaan diksi yang digunakan
pada karangan para siswa cenderung menggunakan kata konotatif, sehingga makna
yang ditimbulkan lebih jelas kata yang digunakan seharusnya kata denotatif.
Penggunaan kata denotatif dan konotatif berjumlah 10 kata, yang terdapat pada
karangan, misalnya kata “lumpuh total”. Frasa “lumpuh total” pada kalimat bermakna
konotatif. Hal ini karena arti sebenarnya dari lumpuh total adalah keadaan dimana kaki
seseorang tidak bisa berfungsi sehingga tidak bisa jalan. Maksud dari penulis
menuliskan lumpuh total adalah akibat kegiatan lainnya yang tidak bisa berfungsi
denga baik.
Penggunaan kata indria 16,6 % yang digunakan sebanyak 5 kata terdapat pada
karangan siswa, misalnya kata “teriakan”. Kata “teriakan” pada kalimat merupakan
56
kata yang termasuk diksi indria “pendengaran” , karena dapat ditangani oleh telinga
yang dapat menangkap atau menerima tanggapan yang berupa suara atau bunyi keras.
Kata di atas berarti “berbicara keras‟, berteriak sehingga suaranya “keras
kedengaran”. Tetapi dalam penggunaannya sering kali terjadi bahwa hubungan antara
satu indria dengan yang lainnya sangat rapat, sehingga kata yang sebenarnya hanya di
kenakan pada satu indria biasa digunakan oleh indria yang lain yang disebut juga
gejala sinestisia
Penggunaan kelansungan pilihan kata 20% dengan digunakan sebanyak 6 kata
terdapat pada karangan siswa, misalnya kata “anak dan si anak”. Kata “si anak”
benar-benar pada kalimat tidak tepat digunakan. Seharusnya kata “anak benar-benar”
tidak usah digunakan kembali, karena pemborosan kata, bahkan menimbulkan nilai
rasa rendah. Kalimat yang benar seharusnya “Tetapi tidak mengajukan anak, karena
ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama, kali ini dia
benar hilang kesabarannya dan menjadi marah.
Penggunaan kata umum dan kata khusus diksi 43,3% yang digunakan sebanyak
13 kata terdapat pada karangan siswa. Kata khusus kata yang mempunyai cakupan
ruang lingkup yang luas. Kata khusus kata yang mengacu kepada pengarahan yang
khusus dan konkret Keraf (2015), misalnya kata “Idul Fitri”. Penggunaan kata “Idul
Fitri” pada kalimat sudah tepat, karena penulis memberikan penjelasan kepada
pembaca bahwa idul Fitri mengacu pada objek yang khusus, yaitu “hari raya umat
islam” , sehingga pembaca mudah mengerti yang dimaksud penulis.
57
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa
penggunaan diksi pada karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar,
meliputi 1) kata-kata bersinonim, 2) penggunaan kata umum dan kata khusus, 3)
penggunaan kata konotatif dan denotatif, 4) kelangsungan pilihan kata, 5)
penggunaan kata indria. Dari data yang diperoleh, ada juga data yang tidak
ditemukan sesuai syarat ketepatan diksi meliputi 1) ungkapan idiomatik, 2)
membedakan kata yang mirip ejaannya, 3) kata-kata ciptaan sendiri, 4) akhiran
asing, dan 5) perubahan makna kata yang sudah dikenal.
Penggunaan diksi dalam karangan siswa kelas VIII SmP Negeri 18
Makassar. Dilihat dari segi ketepatan diksi ditemukan 11 kata penggunaan
sinonim, 13 kata penggunaan kata umum dan khusus, 6 kata penggunaan
kelansungan pilihan kata, 10 kata penggunaan konotatif dan denotatif, 5 kata
penggunaan kata indria.
B. Saran
Berdasarkan paparan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi peneliti selanjutnya, khususnya pada penelitian kebahasaan, dalam
melakukan penelitian bahasa objek yang diteliti tidak hanya di masyarakat tetapi
dapat diperluas pada karya sastra. Sejauh ini peneliti melihat penelitian karya
sastra dominan pada kesastraannya, sehingga untuk aspek kebahasaannya masih
57
58
kurang dikaji. Penulis berharap penelitian sastra perlu dikembangkan dari aspek
kebahasaannya, khususnya tentang penggunaan diksi.
2. Bagi sekolah, meningkatkan pengajaran terkait penggunaan diksi khususnya
dalam membuat sebuah karangan. Hendaknya guru lebih teliti dalam melihat
kesalahan yang dilakukan oleh siswa, salah satunya kesalahan penggunaan diksi,
sehingga guru dapat menjelaskan kembali agar siswa dapat mengerti dan
mengetahui kesalahan tersebut serta tidak terulang kembali.
3. Bagi Peneliti, secara kelemahan peneliti belum tuntas mengemukakan analisis
penggunaan diksi pada karangan siswa tentang homogen, homograf, homonim,dll.
Peneliti selanjutnya, yang ingin melakukan sejenis, agar dalam penelitian lebih
menggali informasi dan berbagai sumber mengenai teori pilihan kata atau diksi
sehingga tujuan penelitian dapat tercapai
4. Bagi pembaca, sebaiknya dalam menikmati karya sastra bukan hanya sekadar
membaca isi cerita dalam karangan tersebut, akan tetapi juga harus memahami
lebih dalam baik dari sudut pandang linguistik ataupun nilai yang terkandung di
dalamnya.
59
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti dkk. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Bungin Burhan. 2001. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Djuharie, O. Setiawan. 2005. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: CV.
Yrama Widya.
Ebo, A. K. 2005. Menulis Nggak Perlu Bakat. Jakarta: MU:3 Book.
Fatimah, Nuraini. 2011. Variasi Diksi dalam Kolom „Asal-Usul‟ Koran Kompas
TulisanHarryRoeslihttp://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/123456789/1
998, diakses tanggal 17 Januari 2014.
Finocchiaro, Marry. 1964. Teaching Children Foreign Languages. New York: Mc
Graw Hill.
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.
Hastuti, P. H, dkk. 1993. Pendidikan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: FBS UNY.
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores:
Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 2015. Diksi dan Gaya Bahasa. Kompetisi Lanjutan. 1. Jakarta: PT.
Gramedia.
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Komariah, Titik. 2008. Belajar Mengarang. Semarang. Aneka Ilmu.
59
60
Kurniawati, A. Dewi. 2012. Diksi dan Gaya Bahasa Wacana Iklan pada Majalah
Nova Edisi Bulan September-Desember 2011. Skripsi, Universitas
Maidatussalamiyah. 2011. Analisis Kesalahan Diksi Dalam Paragraf Deskrifsi
siswa kelas X MAN 12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.
Skripsi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta:UIN.
Munirah. 2015. Kefektivan Strategi Brainstroming dalam Pembelajaran Menulis
Paragraf Argumentasi Siswa Kelas XI SM Negeri 1 Bontonompo
Kabupaten Gowa Jurnal. Academic public
Novitasari, Rahayu. 2009. Analisis pada Bab Nikah Buku Terjemahan Kitab Ft
Al-Qarib. Skripsi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yoyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Poerwadarminta, W. J. S. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Pranoto, N. 2004. Creative Writing. Jakarta: Primamedia Pustaka.
Puspitasari, Anita. 2012. Analisis Diksi dan Variasi Kalimat dalam Rubrik Zodiac
pada Majalah Keren Beken! Edisi Oktober 2011. Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. etd.eprints.ums.ac.id/19410/, diakses tanggal
14 November 2013.
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesis Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Erlangga
Robbins. 2000. Keterampilan Dasar. PT. Raja Grafindo. Jakarta.
Saddhono, Kundharu dan St. Y. Slamet. 2014. Pembelajaran Keterampilan
Berbahasa Indonesia Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Santosa, Jaruki, Muhammad Kuswandi. 2016. Mahir Berbahasa Indonesia, Baik,
Benar, dan Santun. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Semi, M. Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya
61
Soemarjadi, Muzni Ramanto, Wikdati Zahri. 1991. Pendidikan Keterampilan.
Jakarta: Depdikbud.
Soedjiman. 2006. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Anggota Ikatan
Penerbit Indonesia.
Susilowati, Eni. 2012. Diksi dan Gaya Bahasa pada Puisi Karangan Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 2 Cawas. Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/19400/, diakses tanggal 27 Oktober
2013.
Syafie‟ie, Imam. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
The Liang, Gie. 2007. Terampil Mengarang. Yogyakarta: ANDI.
62
LAMPIRAN
Data 1
Data 2
63
Data 3
Data 4
64
Data 5
Data 6
65
Data 7
Data 8
66
Data 9
Data 10
67
Data 11
Data 12
68
Data 13
Data 14
69
Data 15
Data 16
70
Data 17
Data 18
71
Data 19
Data 20
72
Data 21
73
Data 22
74
Data 23
75
Data 24
76
Data 25
77
Data 26
78
79
Data 27
80
Data 28
81
82
83
RIWAYAT HIDUP
Nuraeni, Dilahirkan di Kota Makassar 01 November 1998
Kecamatan Tamalate Kota Makassar Provinsi Sulawesi-Selatan.
Anak Pertama dari tiga bersaudara pasangan J. Dg Gassing dan
Nia. Peneliti menyelesaikan pendidikan di MI Al-Abrar pada
tahun 2010. Kemudian peneliti melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 18 Makassar dan tamat pada tahun 2013. Kemudian
melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadiyah Disamakan
Wilayah Sul-Sel dan selesai pada tahun 2016. Pada tahun itu juga peneliti
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, tepatnya di Universitas
Muhammadiyah Makassar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia