Post on 06-Feb-2018
i
PENGEMBANGAN LKS BERBASIS REACT UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN
MASALAH SISWA KELAS VII SMP
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
Tria Restu Intani
4201410062
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian skripsi
Hari : Kamis
Tanggal : 26 Februari 2015
Semarang, Februari 2015
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Hartono, M.Pd.
NIP. 196108101986011001
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Pengembangan LKS Berbasis REACT Untuk Meningkatkan Kemampuan
Memecahkan Masalah Siswa Kelas VII SMP
disusun oleh
Tria Restu Intani
4201410062
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada
tanggal 26 Februari 2015.
Panitia:
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si.
NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630610 198901 1 002
Penguji I
Prof. Dr. Susilo, M.S.
NIP. 19520801 197603 1 006
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/
Penguji II Pembimbing
Drs. Sukiswo Supeni Edi, M.Si. Prof. Dr. Hartono, M. Pd.
NIP. 19561029 198601 1 001 NIP. 19610810 198601 1 001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian
atau keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Februari 2015
Tria Restu Intani
NIM. 4201410062
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Proses menjadikanmu lebih kuat dan menghargai suatu perjuangan.
Besar kecilnya yang anda dapatkan adalah tergantung dari besar kecilnya
yang anda pikirkan.
Hai orang-orang yang beriman, minta tolonglah kalian (kepada Allah)
dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar (QS. Al-Baqoroh: 153).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku, Ibu Titik Sugiyarti dan Bapak Suparyono yang selalu
mendoakan, memberikan nasehat dan motivasi.
Kedua kakakku, Mas Ismail dan Mas Taufik yang telah memberikan
dukungan, doa, dan semangat.
Sahabat terbaikku Evi, Shofi, Mbak Ami, Ais, Alfi, Azizah, Indah, Siti
atas doa dan bantuannya.
Teman kos tweety Aeni, Nelly, Mbak Faiz, Anis, Eva, Diah, Fery, Putri,
Indri, Isro, Elisa atas doa dan semangat yang diberikan.
Teman-teman Pendidikan Fisika 2010.
Almamaterku UNNES.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia serta ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Pengembangan LKS Berbasis REACT Untuk Meningkatkan
Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas VII SMP.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
tenaga, pikiran, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi S1 di
UNNES;
2. Bapak Prof. Dr. Wiyanto selaku dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang;
3. Bapak Dr. Khumaedi, M.Si., selaku ketua jurusan Fisika FMIPA Universitas
Negeri Semarang;
4. Bapak Drs. Mosik, M. S., selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi.
5. Bapak Prof. Dr. Hartono, M.Pd., sebagai pembimbing I yang dengan sabar
memberikan koreksi, bimbingan dan arahan kepada penulis selama studi
hingga terselesaikannya skripsi ini;
6. Bapak Herry Susanto, S.Pd., M. Pd., selaku Kepala SMP N 1 Margoyoso yang
telah memberikan izin penelitian.
7. Bapak Rasilan, S.Pd., M.Pd., Ibu Nursasi, S.Pd., Ibu Sulistyani S.Pd., dan Ibu
Indah Ayu S.Pd selaku guru SMP N 1 Margoyoso yang telah memberikan
informasi dan bantuan selama penelitian.
8. Siswa kelas VII A, VII B, dan VII C tahun pelajaran 2014/2015 yang telah
bersedia menjadi responden.
9. Seluruh dosen dan staf Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang.
vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Semarang, Februari 2015
Penulis
viii
ABSTRAK
Intani, Tria R. 2015. Pengembangan LKS Berbasis REACT Untuk Meningkatkan
Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas VII. Skripsi, Jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing: Prof. Dr. Hartono, M.Pd. 145 halaman.
Kata kunci: Kemampuan Memecahkan Masalah, LKS, REACT
Ketersediaan bahan ajar sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses
pembelajaran. Pengembangan bahan ajar sering kali dilakukan sebagai inovasi
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian ini membahas tentang
bagaimanakah pengembangan LKS Fisika berbasis REACT, bagaimanakah
kelayakan LKS Fisika berbasis REACT sebagai bahan ajar dalam pembelajaran
IPA kelas VII SMP, dan bagaimanakah peningkatan kemampuan memecahkan
masalah siswa yang menggunakan LKS Fisika berbasis REACT dengan siswa
yang hanya menggunakan buku paket pada pembelajaran IPA Fisika kelas VII
SMP. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis pengembangan LKS Fisika
berbasis REACT sebagai bahan ajar pembelajaran IPA kelas VII SMP,
menganalisis kelayakan LKS Fisika berbasis REACT sebagai bahan ajar dalam
pembelajaran IPA kelas VII SMP, dan menganalisis peningkatan kemampuan
memecahkan masalah siswa antara siswa yang menggunakan LKS Fisika berbasis
REACT dengan siswa yang hanya menggunakan buku paket. Metode penelitian
menggunakan metode penelitian pengembangan R&D. Teknik pengumpulan data
menggunakan angket, observasi, dan tes. Subyek penelitian sebanyak 96 siswa.
Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa (1) Pengembangan LKS
Fisika berbasis REACT layak digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran
IPA kelas VII SMP dilakukan dengan langkah-langkah yaitu studi pendahuluan,
pengembangan dan pengujian produk, pengolahan dan analisis data, dan
penarikan kesimpulan kelayakan produk LKS. (2) LKS Fisika berbasis REACT
layak digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran IPA kelas VII SMP
dengan persentase kelayakan dari pakar sebesar 93,67 % dan tingkat keterbacaan
LKS sebesar 76 %. (3) Peningkatan kemampuan memecahkan masalah siswa
setelah belajar menggunakan LKS Fisika berbasis REACT lebih tinggi daripada
siswa yang menggunakan buku paket IPA saja yaitu sebesar 0,48 kriteria sedang
yang berarti LKS Fisika berbasis REACT hanya cocok digunakan oleh siswa
dengan kemampuan kognitif yang baik. Berdasarkan simpulan tersebut
disarankan: (1) Pelaksanaan kegiatan praktikum yang ada di LKS hendaknya
menyesuaikan dengan ketersediaan alat di sekolah. (2) Hendaknya guru
mengondisikan kelas agar tetap kondusif untuk melaksanakan kegiatan praktikum
sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN ..................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
1.5. Penegasan Istilah ........................................................................................... 6
1.6. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 11
2.1 Media Pembelajaran .................................................................................... 11
2.2 Bahan Ajar ................................................................................................... 13
2.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ......................................................................... 15
x
2.4. LKS Fisika Berbasis REACT ....................................................................... 18
2.5 Pemecahan Masalah (Problem Solving) ...................................................... 22
2.6 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 27
3.1 Lokasi dan Subyek Penelitian ...................................................................... 27
3.2. Desain Penelitian ......................................................................................... 27
3.3 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 28
3.4 Instrumen dan Metode Analisis Data .......................................................... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 42
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 42
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 59
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 74
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 74
5.2 Saran ............................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 LKS IPA kelas VII SMP/MTs di Kabupaten Pati ....................................... 2
1.2 Analisis LKS IPA kelas VII SMP/MTs di Kabupaten Pati ......................... 3
3.1 Desain penelitian Pretest-Posttest Control Group Design ........................ 28
3.2 Rekapitulasi hasil validitas soal ................................................................ 34
3.3 Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran soal ..................................... 36
4.1 Hasil validasi pakar ................................................................................... 52
4.2 Hasil uji coba keterbacaan skala kecil ....................................................... 54
4.3 Hasil uji coba keterbacaan skala besar ...................................................... 55
4.4 Hasil pengamatan kemampuan memecahkan masalah ............................. 57
4.5 Hasil tes kemampuan memecahkan masalah ............................................ 57
4.6 Peningkatan pada tiap indikator kemampuan memecahkan masalah ....... 58
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka berpikir ...................................................................................... 26
3.1 Prosedur penelitian .................................................................................... 29
4.1 Halaman awal LKS penerbit MGMP IPA Kab. Pati ................................. 43
4.2 Penyajian gambar dan tulisan kurang jelas ............................................... 43
4.3 Halaman awal LKS penerbit Mediatama .................................................. 44
4.4 Penyajian LKS penerbit Mediatama ......................................................... 44
4.5 Cover LKS berbasis REACT ..................................................................... 46
4.6 Petunjuk belajar LKS berbasis REACT .................................................... 47
4.7 KI dan KD LKS berbasis REACT ............................................................ 48
4.8 Organisasi materi LKS berbasis REACT .................................................. 48
4.9 Struktur isi LKS berbasis REACT ............................................................ 49
4.10 Contoh tahap Relating ............................................................................. 61
4.11 Contoh tahap Experiencing ..................................................................... 61
4.12 Contoh tahap Applying ............................................................................ 62
4.13 Contoh tahap Cooperating ...................................................................... 62
4.14 Contoh tahap Transfering ........................................................................ 63
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Kisi-Kisi Soal Uji Coba Tes Kemampuan Memecahkan Masalah ......... 80
2. Soal Uji Coba Tes Kemampuan Memecahkan Masalah ......................... 82
3. Kunci Jawaban Dan Penilaian ................................................................ 86
4. Analisis Validitas, Daya Pembeda, Indeks Kesukaran, Dan Reliabilitas
Soal Uji Coba Pretest.............................................................................. 89
5. Analisis Validitas, Daya Pembeda, Indeks Kesukaran, Dan Reliabilitas
Soal Uji Coba Posttest ............................................................................ 90
6. Soal Test Kemampuan Memecahkan Masalah ...................................... 91
7. Kisi-Kisi Angket Keterbacaan LKS ........................................................ 95
8. Angket Keterbacaan LKS ...................................................................... 96
9. Analisis Reliabilitas Keterbacaan LKS ................................................... 98
10. Analisis Angket Keterbacaan LKS Berbasis REACT Skala Kecil.......... 99
11. Analisis Angket Keterbacaan LKS Berbasis REACT Skala Besar ....... 100
12. Lembar Validasi LKS ........................................................................... 102
13. Hasil Validasi LKS ............................................................................... 111
14. Daftar Siswa Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ............................ 112
15. Kisi-Kisi Lembar Observasi Kegiatan Belajar 1 .................................. 113
16. Kisi-Kisi Lembar Observasi Kegiatan Belajar 2 .................................. 115
17. Kisi-Kisi Lembar Observasi Kegiatan Belajar 3 .................................. 118
18. Lembar Observasi Kemampuan Memecahkan Masalah ....................... 120
19. Analisis Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas Eksperimen Hasil
Observasi............................................................................................... 121
xiv
20. Analisis Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas Kontrol Hasil
Observasi............................................................................................... 123
21. Analisis Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas Eksperimen
Berdasarkan Tes .................................................................................... 125
22. Analisis Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas Kontrol Berdasarkan
Tes ......................................................................................................... 126
23. Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Kontrol .......................................... 127
24. Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen ................................... 128
25. Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen 129
26. Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol ........................................ 130
27. Uj Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen ................................... 131
28. Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen 132
29. Uji Gain Kemampuan Memecahkan Masalah ...................................... 133
30. Uji T-Test Dua Pihak Kemampuan Memecahkan Masalah ................. 134
31. Daftar Siswa Dengan Kemampuan Kognitif Baik Dan Kurang ........... 135
32. Penyajian LKS Penerbit MGMP IPA Kab. Pati ................................... 136
33. Penyajian LKS Penerbit Mediatama ..................................................... 138
34. Dokumentasi Foto ................................................................................. 141
35. Surat Ijin Penelitian............................................................................... 144
36. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian..................................... 145
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk menentukan tingkat
kemajuan suatu bangsa. Menurut Soyomukti (2008: 31), Ketika masyarakat
semakin mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka di
dalamnya banyak individu yang mendapat kemudahan hidup, kesejahteraan, dan
kemudahan untuk mengekspresikan kemanusiannya.
Kualitas pendidikan di Indonesia tergolong masih rendah. Husamah &
Setyaningrum (2013: 2) menyebutkan Laporan Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011, yang menyatakan bahwa
nilai rata-rata sains menempati urutan ke-40 dari 42 negara. Hasil studi TIMSS
menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam
kemampuan (1) memahami informasi yang kompleks, (2) teori, analisis dan
pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4)
melakukan investigasi.
Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia salah satunya disebabkan
oleh sarana fisik yang kurang memadai dan kualitas pengajaran guru masih
rendah. Kualitas sarana fisik seperti kepemilikan dan penggunaan media belajar
dinilai masih kurang dalam kegiatan belajar mengajar. Padahal, menurut hasil
penelitian Heryawanti (2013) menyebutkan bahwa penggunaan media belajar
2
sebagai bahan ajar dapat mendukung kegiatan belajar mengajar sehingga
menambah motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut.
Dalam pembelajaran fisika yang berkaitan langsung dengan kegiatan
sehari-hari diperlukan LKS sebagai bahan ajar yang menuntun siswa untuk belajar
kreatif berbasis sains. LKS yang digunakan hendaknya dapat membantu siswa
menemukan suatu konsep, menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep
yang telah ditemukan, sebagai penuntun belajar, sebagai penguatan ataupun
sebagai petunjuk praktikum (Prastowo, 2012: 28).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMPN dan MTs di Kabupaten
Pati, terdapat enam sekolah yang menggunakan LKS sebagai bahan ajar
pendamping.
Tabel 1.1. LKS IPA kelas VII SMP/MTs di Kabupaten Pati
No. Sekolah Judul LKS Penerbit
1. SMP N 1 Margoyoso BKS IPA FISIKA MGMP IPA
Kabupaten Pati
2. SMP N 2 Margoyoso BKS IPA FISIKA MGMP IPA
Kabupaten Pati
3. SMP N 1 Trangkil BKS IPA FISIKA MGMP IPA
Kabupaten Pati
4. SMP N 2 Trangkil BKS IPA FISIKA MGMP IPA
Kabupaten Pati
5. MTs Darun Najah, Margoyoso IPA TERPADU MEDIATAMA
6. MTs Asempapan, Trangkil IPA TERPADU MEDIATAMA
Berdasarkan Tabel 1.1, LKS yang digunakan sebagai bahan ajar
pendamping adalah LKS yang diterbitkan oleh MGMP IPA Kabupaten Pati dan
Mediatama. Hasil analisis LKS dari kedua penerbit tersebut disajikan pada Tabel
1.2.
3
Tabel 1.2. Analisis LKS IPA kelas VII SMP/MTs di Kabupaten Pati
No. Analisis LKS Penerbit
MGMP IPA Kab. Pati Mediatama
1. SK dan KD Tidak tercantum dalam LKS. Tercantum dalam LKS.
2. Materi Penyajian materi bersifat
komunikatif, mengajak siswa
mencari sendiri informasi
pendukung lain melalui
kegiatan praktikum yang
mendominasi isi LKS.
Penyajian materi di LKS
masih bersifat
deskripsional kurang
komunikatif.
3. Struktur LKS Judul, indikator, informasi,
tugas, latihan, dan rangkuman
materi sudah ada, namun
petunjuk belajar menggunakan
LKS belum ada.
Judul, indikator,
informasi, tugas, latihan,
dan rangkuman materi
sudah ada, namun
petunjuk belajar
menggunakan LKS belum
ada.
4. Penyajian LKS Bahasa yang digunakan mudah
dimengerti, gambar yang
disajikan kurang menarik
karena tidak berwarna, masih
ada kesalahan penulisan satuan
pada tabel yang disajikan, dan
peta konsep tidak tercantum
dalam LKS.
Bahasa yang digunakan
mudah dimengerti,
gambar yang disajikan
kurang menarik karena
tidak berwarna, tabel yang
disajikan sudah sesuai,
peta konsep sudah
tercantum dalam LKS
namun penulisannya
terlalu kecil.
Berdasarkan analisis LKS yang disajikan pada Tabel 1.2. ternyata LKS
yang digunakan sebagai pendamping bahan ajar masih banyak kekurangan yaitu
dari segi SK dan KD masih belum tercantum, struktur LKS belum lengkap,
penyajian LKS masih kurang, dan terutama materi yang disajikan bersifat
deskripsional. Penyajian materi yang sifatnya deskripsional inilah menyebabkan
siswa cepat bosan mempelajari materi yang ada di LKS.
Berkaitan dengan masalah tersebut maka diperlukan upaya untuk
mengembangkan suatu bahan ajar berupa LKS berbasis pembelajaran aktif yang
menuntun siswa untuk belajar kreatif dan berbasis sains serta dapat melatih siswa
memecahkan masalah. Pengembangan kemampuan siswa dalam memecahkan
4
masalah fisika secara intensif merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh
dalam pembelajaran fisika agar mutu pembelajaran dapat meningkat (Sambada:
2012).
Untuk itulah perlu disusun bahan ajar berupa LKS berbasis REACT
(Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, and Transferring). Ciri LKS
berbasis REACT terdiri atas 5 tahapan kegiatan yaitu:
1. Relating (mengaitkan), adalah belajar dalam konteks pengalaman kehidupan
nyata atau pengetahuan yang sebelumnya.
2. Experiencing (mengalami), yaitu berbagai pengalaman dalam kelas dapat
mencakup penggunaan kegiatan manipulatif, aktifitas pemecahan masalah
dan laboratorium.
3. Applying (menerapkan) yaitu belajar dengan menempatkan konsep-konsep
untuk digunakan dengan memberikan latihan yang bersifat realistik dan
relevan.
4. Cooperating (bekerja sama) yaitu belajar dalam konteks saling berbagi
(sharing), saling menanggapi, dan berkomunikasi dengan siswa yang lain.
5. Transferring (mentransfer) yaitu menggunakan pengetahuan dalam konteks
baru atau situasi baru.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka perlu
dilakukan penelitian yang berjudul Pengembangan LKS Berbasis REACT
Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas VII
SMP.
5
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengembangan LKS Fisika berbasis REACT sebagai bahan
ajar dalam pembelajaran IPA kelas VII SMP?
2. Bagaimanakah kelayakan LKS Fisika berbasis REACT sebagai bahan ajar
dalam pembelajaran IPA kelas VII SMP?
3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan memecahkan masalah siswa yang
menggunakan LKS Fisika berbasis REACT dengan siswa yang hanya
menggunakan buku paket pada pembelajaran IPA Fisika kelas VII SMP?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengembangan LKS Fisika berbasis REACT sebagai bahan
ajar pembelajaran IPA kelas VII SMP.
2. Menganalisis kelayakan LKS Fisika berbasis REACT sebagai bahan ajar
dalam pembelajaran IPA kelas VII SMP.
3. Menganalisis peningkatan kemampuan memecahkan masalah antara siswa
yang menggunakan LKS Fisika berbasis REACT dengan siswa yang hanya
menggunakan buku paket pada pembelajaran IPA Fisika siswa kelas VII
SMP.
6
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu memberikan informasi bahwa LKS berbasis
REACT dapat dijadikan sebagai alternatif media pembelajaran yang memfasilitasi
siswa untuk melatih kemampuan memecahkan masalah. Selain itu, produk LKS
berbasis REACT dapat dijadikan sebagai contoh pengembangan LKS yang
menuntun siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
1.5. Penegasan Istilah
1. Pengembangan
Pengembangan adalah proses mengorganisasikan materi pembelajaran dan
pengembangan proses pembelajaran. Materi pelajaran disusun sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, baik menyangkut data, fakta, konsep, prinsip, dan
atau mungkin keterampilan. Sedangkan proses menunjukkan bagaimana
seharusnya siswa mengalami kegiatan belajar (Husamah & Setyaningrum, 2013:
102).
2. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik
tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar (Prastowo, 2012: 45).
3. Kelayakan Bahan Ajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, layak berarti pantas atau patut.
Jadi kelayakan dapat diartikan sebagai sesuatu yang pantas atau patut. Suatu
bahan ajar layak digunakan apabila telah memenuhi standar kelayakan bahan
7
ajar. Penilaian kelayakan bahan ajar dalam penelitian ini menggunakan standar
dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang mencakup empat
komponen yaitu (1) komponen kelayakan isi, (2) komponen kebahasaan, (3)
komponen penyajian, dan (4) komponen kegrafikan. Masing-masing komponen
tersebut dijabarkan menjadi beberapa indikator. Adapun indikator dari tiap
komponen dalam penelitian ini yaitu:
1) Komponen kelayakan isi, meliputi: dimensi sikap spiritual, dimensi sikap
sosial, cakupan materi, akurasi materi, kontekstual, dimensi sikap
ketrampilan, materi yang disajikan mengandung unsur REACT,
merangsang keingintahuan, mengembangkan kecakapan akademik.
2) Komponen kebahasaan, meliputi: kesesuaian dengan kaidah bahasa yang
baik dan benar dan pemenfaatan bahasa secara efektif dan efisien
(singkat dan jelas).
3) Komponen penyajian, meliputi: pendukung penyajian materi dan
penyajian pembelajaran.
4) Komponen kegrafikan, meliputi: kulit buku dan keterbacaan.
4. LKS Berbasis REACT
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus di kerjakan oleh siswa yang di dalamnya berisi petunjuk atau langkah-
langkah untuk mengerjakan suatu tugas (Depdiknas, 2008: 15). LKS berbasis
REACT ini menuntun siswa belajar mengaitkan materi dengan kehidupan nyata,
memberikan fasilitas siswa untuk menemukan konsep dalam kegiatan praktikum
dengan membentuk suatu kelompok kecil, menerapkan konsep yang telah
8
diperoleh melalui latihan soal dan mengaplikasikan pemahaman yang telah
diperoleh dengan konsep lain yang sudah dipelajari.
5. Kemampuan Memecahkan Masalah
Kemampuan memecahkan masalah (problem solver) merupakan suatu
proses mental yang membutuhkan keterampilan lebih untuk dapat memancing
suatu pemikiran atau pemahaman baru sebagai solusi memecahkan suatu
masalah (Husamah & Setyaningrum, 2013: 176).
Pemecahan masalah menurut Gagne (1977: 155), problem solving is a
natural extension of rule learning, in which the most important part of the
proces take places within the learner.
Jadi kemampuan memecahkan masalah dapat diartikan sebagai suatu proses
mental paling penting yang harus dimiliki oleh siswa dalam suatu pembelajaran,
dimana proses tersebut membutuhkan keterampilan lebih sehingga dapat
menciptakan pemikiran baru yang dapat memecahkan suatu masalah.
1.6. Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian awal skripsi, bagian isi skripsi dan bagian akhir skripsi. Untuk
mempermudah memahami skripsi ini, maka perlu dituliskan sistematikanya
sebagai berikut :
- Bagian Awal
Bagian awal ini terdiri dari halaman judul, persetujuan pembimbing,
halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak,
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
9
- Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari 5 bab yaitu :
BAB 1 Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan
sistematika penulisan
BAB II Tinjauan Pustaka
Berisi teori-teori tentang media pembelajaran, bahan ajar,
LKS, LKS berbasis REACT, kemampuan memecahkan
masalah serta kerangka berpikir.
BAB III Metode Penelitian
Berisi tentang lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian,
prosedur penelitian, instrumen dan metode analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian memuat tentang langkah-langkah
pengembangan LKS Fisika berbasis REACT, kelayakan LKS
Fisika berbasis REACT; dan perbedaan kemampuan
memecahkan masalah siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang menggunakan LKS Fisika berbasis REACT
selama proses pembelajaran. Sedangkan pembahasan
meliputi menafsirkan temuan-temuan, mengintegrasikan
temuan dari penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang
10
telah ada dan menyusun teori baru atau memodifikasi teori
yang sudah ada.
BAB V Penutup
Berisi simpulan dan saran
- Bagian Akhir
Berisi daftar pustaka dan lampiran
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara
antara sumber pesan dengan penerima pesan (Susilana & Liyana, 2009: 4).
Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga
tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan
proses belajar secara dan efektif (Munadi, 2008: 8). Sedangkan menurut Karim
dkk (2014) media pembelajaran didefinisikan sebagai suatu cara, alat, atau proses
yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima
pesan yang berlangsung dalam proses pendidikan. Jadi media pembelajaran dapat
diartikan segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan bahan pelajaran yang
dilakukan oleh guru kepada siswa secara terencana sehingga menciptakan suatu
proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Media pembelajaran merupakan alat bantu bagi guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Kerumitan dan keabstrakan
materi maupun keterbatasan guru dalam menjelaskan materi dapat diatasi dengan
penggunaan media pembelajaran. Susilana & Liyana (2009: 9) menyebutkan
kegunaan media pembelajaran secara umum yaitu
(1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
(2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera.
12
(3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan
sumber belajar.
(4) Memungkinkan anak belajar mendiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori dan kinestetiknya.
(5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Keberadaan berbagai jenis media pembelajaran saat ini tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang semakin
pesat menyebabkan terciptanya berbagai bentuk media pembelajaran baru yang
dalam pengoperasiannya membutuhkan teknologi.
Berdasarkan bentuk informasi yang digunakan, Nurseto sebagaimana
dikutip dalam Karim dkk (2014) mengklasifikasikan media menjadi lima
kelompok besar yaitu: (1) media visual diam; (2) media visual gerak; (3) media
audio; (4) media audio visual diam; (5) media audio visual gerak. Sedangkan
menurut Susilana & Liyana (2009: 14) mengklasifikasikan media menjadi tujuh
kelompok media penyaji yaitu: (1) media grafis, bahan cetak dan gambar diam;
(2) media proyeksi diam; (3) media audio; (4) media audiovisual diam; (5) film
(motion pictures); (6) televisi; dan (7) multimedia. Namun, dalam kenyataannya
media yang sering digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu media
bahan cetak karena lebih praktis dan ekonomis.
Penggunaan berbagai media pembelajaran harus disesuaikan dengan
kebutuhan, situasi, dan kondisi masing-masing sekolah. Setiap sekolah
mempunyai karakteristik siswa yang berbeda-beda sehingga memerlukan media
13
pembelajaran yang berbeda pula sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. Selain
itu, Sutjiono (2005) mengemukakan bahwa ada sejumlah pertimbangan dalam
memilih media pembelajaran yang tepat yaitu: (1) kemudahan akses; (2) biaya;
(3) kemudahan penggunaan; (4) interaktif (menimbulkan komunikasi dua arah);
(5) dukungan organisasi; dan (6) kebaruan media.
2.2 Bahan Ajar
Menurut website Dikmenjur sebagaimana dikutip dalam Depdiknas
(2008: 8) menyebutkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi
pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan
sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu
kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif siswa
mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Selain itu, bahan
ajar dapat diartikan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru
atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas
(Depdiknas, 2008: 8). Jadi bahan ajar dapat didefinisikan segala bentuk bahan
baik itu bahan tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan oleh guru atau
instruktur yang disusun sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas.
Bahan ajar merupakan komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar dapat membantu guru menyampaikan
materi pembelajaran secara runtut dan sistematis. Sedangkan fungsi bahan ajar
14
bagi siswa yaitu membantu siswa mempelajari materi pembelajaran sehingga
tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan. Hal
ini sesuai dengan Prastowo (2012: 43) yang menyatakan bahan ajar sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari peserta didik dalam
rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Sebelum menetapkan bahan ajar yang akan digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar, seorang guru harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu
sebagaimana Depdiknas (2006: 6) menyebutkan ada tiga prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan bahan ajar yaitu (1) prinsip relevansi (keterkaitan),
(2) prinsip konsistensi (keajegan), dan (3) prinsip kecukupan. Selain itu, Arif dan
Napitupulu sebagaimana yang dikutip dalam Prastowo (2012: 59) menyatakan
bahwa ada empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bentuk
bahan ajar yaitu (1) kebutuhan dan tingkat kemampuan awal para peserta didik
yang menjadi sasaran pembelajaran; (2) tempat dan keadaan di mana bahan ajar
akan digunakan; (3) metode penerapan dan penjelasannya; serta (4) biaya proses
dan produksi serta alat-alat yang digunakan untuk memproduksi bahan ajar. Jadi
pemilihan bahan ajar hendaknya menyesuaikan kebutuhan, situasi, kondisi,
kemampuan, dan karakteristik pembelajaran yang akan digunakan sehingga bahan
ajar tersebut dapat berfungsi secara optimal.
Saat ini berbagai jenis bahan ajar telah banyak dijumpai dengan mudah.
Bahan ajar tersebut dapat digunakan guru sebagai alternatif media bantu dalam
proses belajar mengajar. Berdasarkan teknologi yang digunakan, Depdiknas
(2008: 13) mengelompokkan bahan ajar menjadi 4 yaitu (1) bahan cetak (printed),
15
(2) bahan ajar dengar (audio), (3) bahan ajar pandang dengar (audio visual), dan
(4) bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching materials). Di antara
berbagai jenis bahan ajar tersebut, bahan cetak (printed) merupakan bahan ajar
yang paling sering digunakan. Selain bahan ajar bentuk cetak, bahan ajar
multimedia interaktif (interactive teaching materials) juga mulai dikembangkan
penggunaannya.
Pada dasarnya masing-masing bentuk bahan ajar mempunyai teknik
penyusunan yang berlainan. Prastowo (2012: 73) menyebutkan untuk bahan ajar
cetak memiliki teknik penyusunan sebagai berikut (1) judul atau materi yang
disajikan harus berintikan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dicapai
oleh siswa; (2) untuk menyusun bahan ajar cetak, ada enam hal yang perlu
dimengerti yaitu susunan tampilannya jelas dan menarik, bahasa yang mudah,
mampu menguji pemahaman, adanya stimulun, kemudahan dibaca, dan materi
instruksional. Jadi dalam menyusun bahan ajar cetak perlu memperhatikan aspek-
aspek tersebut agar bahan ajar yang dihasilkan tersusun secara runtut, sistematis,
dapat dibaca dan mudah dipahami oleh siswa.
2.3 Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan jenis bahan ajar cetak yang sering
digunakan oleh guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Lembar
Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan
oleh siswa yang di dalamnya berisi petunjuk atau langkah-langkah untuk
mengerjakan suatu tugas (Depdiknas, 2008: 15). Sedangkan menurut Prastowo
16
(2012: 204) LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas
yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas
pembelajaran yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa LKS adalah suatu bahan
ajar cetak yang berisi materi dan tugas, baik itu tugas teoritis maupun praktis
yang harus dikerjakan oleh siswa yang mengacu pada kompetensi sesuai dengan
indikator tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Penggunaan bahan ajar cetak berupa LKS dimaksudkan untuk membantu
guru menyampaikan materi secara terstruktur kepada siswa. Materi yang terdapat
di dalam LKS sudah terangkum secara runtut sehingga memudahkan siswa untuk
mempelajari kembali materi yang telah disampaikan oleh guru. Selain itu, LKS
juga berisi tugas teoritis maupun tugas praktis misal praktikum yang dapat
melibatkan siswa untuk aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Lembar Kerja
Siswa (LKS) memiliki beberapa fungsi dalam kegiatan pembelajaran. Menurut
Prastowo (2012: 205), fungsi LKS diantaranya yaitu (1) sebagai bahan ajar yang
bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik; (2)
sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi
yang diberikan; (3) sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya akan tugas untuk
berlatih; (4) memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
Selama ini masih banyak yang beranggapan bahwa LKS hanyalah
kumpulan latihan soal-soal. Padahal ada berbagai macam produk pengembangan
LKS yang menyediakan aktivitas pembelajaran yang berpusat pada siswa,
misalnya kegiatan praktikum. Pada dasarnya, penyusunan LKS disesuaikan
17
dengan tujuan pengemasan materi pembelajaran. Prastowo (2012: 208)
menyebutkan ada lima macam bentuk LKS yang umumnya digunakan oleh
peserta didik, yaitu (1) LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu
konsep, (2) LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan
berbagai konsep yang telah ditemukan, (3) LKS yang berfungsi sebagai penuntun
belajar, (4) LKS yang berfungsi sebagai penguatan, dan (5) LKS yang berfungsi
sebagai petunjuk praktikum.
Penyajian LKS dapat disesuaikan dengan metode pembelajaran yang
digunakan, baik secara eksperimen maupun non-eksperimen. Menurut Mugiono
sebagaimana yang dikutip dalam Maulana (2002) menyebutkan penyajian LKS
secara eksperimen adalah penyajian yang: (1) melibatkan banyak indera, (2)
banyak keterampilan proses yang dilatihkan, (3) menanamkan disiplin dan
tanggung jawab, (4) menantang siswa untuk menemukan hal baru, dan (5)
menggugah ide orisinal siswa. Penyajian LKS secara non-eksperimen adalah
penyajian yang: (1) menggunakan waktu lenih efisien, (2) relatif murah, aman,
hemat tenaga, (3) organisasi dan perencanaan lebih terkendali, (4) mudah
penggunaannya, dan (5) target kurikulum mudah tercapai.
Suatu LKS dikatakan baik jika disusun secara sistematis berdasarkan
unsur-unsur yang telah ditetapkan. Ada berbagai macam pendapat mengenai
unsur-unsur yang terdapat dalam suatu LKS. Prastowo (2012: 208) menyebutkan
enam unsur utama yang terdapat di dalam LKS, yaitu (1) judul, (2) petunjuk
belajar, (3) kompetensi dasar atau materi pokok, (4) informasi pendukung, (5)
tugas atau langkah kerja, dan (6) penilaian. Sedangkan Depdiknas sebagaimana
18
yang dikutip dalam Annisya dkk (2014) menyebutkan bahwa struktur LKS secara
umum meliputi (1) judul mata pelajaran, (2) petunjuk belajar, (3) kompetensi
yang akan dicapai, (4) indikator, (5) informasi pendukung dan langkah-langkah
kerja, (6) tugas-tugas, dan (7) penilaian. Dari kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa unsur yang terkandung dalam LKS pada dasarnya hampir
sama namun hanya terdapat perbedaan dalam unsur indikator.
2.4. LKS Fisika Berbasis REACT
Strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating,
Transfering) dikembangkan mengacu pada paham kontruktivisme karena
pembelajaran dengan strategi ini menuntut mahasiswa untuk terlibat dalam
berbagai aktivitas yang terus menerus, berpikir dan menjelaskan penalaran
mereka, mengetahui berbagai hubungan antara tema-tema dan konsep-konsep
(Laelasari: 2010).
Berdasarkan konsep pembelajaran melalui strategi REACT (Relating,
Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) dapat dikembangkan suatu
produk bahan ajar yang sesuai dengan kelima tahapan tersebut guna membantu
guru dan siswa selama proses belajar mengajar.
LKS Fisika berbasis REACT adalah LKS yang dikembangkan mencakup
lima unsur yaitu R dari relating (mengaitkan), E dari experiencing (mengalami),
A dari applying (menerapkan), C dari cooperating (bekerjasama) dan T dari
transferring (mentransfer). Kelima tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Relating (mengaitkan) adalah belajar dalam konteks pengalaman kehidupan
nyata atau pengetahuan yang sebelumnya.
19
Di awal bab, LKS Fisika berbasis REACT ini memberikan pertanyaaan
kepada siswa untuk menyebutkan contoh kegiatan sehari-hari yang berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari. Selain itu juga memuat pertanyaan
tentang materi sebelumnya yang pernah mereka pelajari untuk dihubungkan
dengan materi yang akan dipelajari dalam rubrik apa yang kamu ketahui.
2. Experiencing (mengalami) merupakan strategi belajar melalui eksplorasi,
penemuan, dan penciptaan. Berbagai pengalaman dalam kelas dapat
mencakup penggunaan kegiatan manipulatif, aktifitas pemecahan masalah
dan laboratorium.
LKS Fisika berbasis REACT ini memuat rubrik ayo bereksperimen yang
mengajak siswa untuk melakukan kegiatan praktikum dengan tujuan untuk
memperdalam dan mempertajam konsep materi yang dipelajari. Selain itu
terdapat rubrik ayo berpikir yang mengajak siswa untuk berlatih
memecahkan suatu masalah.
3. Applying (menerapkan) adalah belajar dengan menempatkan konsep-konsep
untuk digunakan dengan memberikan latihan-latihan yang realistik dan
relevan.
LKS Fisika berbasis REACT ini juga dilengkapi dengan rubrik ide
penerapan yang mengajak siswa untuk menerapkan materi yang telah
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
4. Cooperating (bekerjasama) adalah belajar dalam konteks sharing, merespon
dan berkomunikasi dengan pemelajar lainnya.
20
Dalam LKS Fisika Berbasis REACT ini, kegiatan cooperating
(bekerjasama) dilakukan saat siswa melakukan praktikum secara
berkelompok.
5. Transferring (mentransfer) adalah belajar dengan menggunakan pengetahuan
dalam konteks yang baru.
Pada tahap ini, siswa diminta menggunakan pengetahuannya untuk
mengerjakan soal-soal yang ada dalam rubrik ulangan harian. Soal-soal
uraian yang disajikan merupakan soal yang membutuhkan pemahaman dari
berbagai konsep.
Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika berbasis REACT
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa melaui
kegiatan praktikum berkelompok. Dengan bekerja secara kelompok siswa saling
bertukar pikiran sehingga dapat memecahkan masalah lebih cepat daripada secara
mandiri. Sebagaimana Ikhwanuddin yang dikutip dalam Hilyana (2013)
menyatakan bahwa keterampilan memecahkan masalah akan sangat baik jika
dilatih dengan pendekatan kelompok daripada secara mandiri karena dengan
belajar kelompok diharapkan siswa akan belajar lebih cepat daripada belajar
mandiri.
Selain itu LKS Fisika berbasis REACT juga dapat meningkatkan aktifitas
siswa melalui kegiatan berkelompok dan laboratorium, serta mengembangkan
pengetahuan yang dimiliki siswa dengan konteks yang baru. Dengan pengalaman
langsung dalam penemuan ilmu pengetahuan, siswa akan mampu
21
mengembangkan suatu pemahaman tentang sifat alami ilmu pengetahuan
(Hilyana, 2013).
Kelebihan produk LKS Fisika berbasis REACT yaitu:
1. LKS Fisika berbasis REACT mempunyai tampilan yang menarik. Tampilan
LKS yang menarik ditandai dengan penggunaan gambar sesuai dengan objek
aslinya serta layout LKS yang memadu padakan berbagai warna dan gambar.
Dengan tampilan LKS yang menarik diharapkan siswa merasa senang dan
tidak bosan selama belajar menggunakan LKS.
2. LKS Fisika berbasis REACT dilengkapi dengan pertanyaan pengantar.
Pertanyaan pengantar yang dimaksudkan adalah pertanyaan yang meminta
siswa menyebutkan contoh kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari siswa. Pertanyaan pengantar disajikan setiap awal
materi pembelajaran. Dengan adanya pertanyaan pengantar ini diharapkan
dapat menimbulkan keingintahuan dan motivasi siswa untuk mempelajari
materi yang ada di LKS.
3. LKS Fisika berbasis REACT dikembangkan dengan pendekatan REACT.
Menurut Crawford sebagaimana yang dikutip dalam Fauziah (2010)
menyatakan bahwa strategi REACT memiliki kelebihan diantaranya dapat
memperdalam pemahaman siswa serta membuat belajar menyeluruh dan
menyenangkan. LKS Fisika berbasis REACT memuat kegiatan pembelajaran
yang meliputi kegiatan praktikum, diskusi, dan bekerjasama memecahkan
suatu persoalan fisika. Dengan adanya berbagai kegiatan pembelajaran
tersebut diharapkan siswa aktif selama proses pembelajaran.
22
2.5 Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pemecahan masalah adalah hirarki alami dari kaidah belajar, dimana
merupakan bagian penting dari proses dalam diri pebelajar (Gagne : 1977).
Sedangkan menurut Sambada (2012) pemecahan masalah adalah proses
menghilangkan masalah yang ada, di mana di dalamnya terdapat hubungan atau
konsep-konsep yang diperolehnya dalam memecahkan masalah. Jadi pemecahan
masalah merupakan proses penting dalam diri pebelajar, dimana pebelajar
menghilangkan masalah yang ada melalui konsep-konsep yang telah diperoleh
sebelumnya.
Keterampilan memecahkan masalah merupakan hal yang paling penting
dalam suatu proses pembelajaran. Ketrampilan memecahkan masalah tidak hanya
diperlukan dalam memecahkan soal-soal, namun pada kehidupan sehari-hari pun
tiap orang pasti dihadapkan dengan masalah yang memerlukan penyelesaian.
Jonassen mengatakan bahwa ada empat hal yang mendukung mengapa
penyelesaian masalah perlu mendapat fokus perhatian, yaitu: (1) kegiatan
pemecahan masalah sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari; (2) kegiatan
pemecahan masalah dapat memotivasi siswa dalam belajar; (3) penyelesaian
masalah membutuhkan pembelajaran yang lebih mendalam; (4) pengetahuan yang
dibangun dari masalah yang dihadirkan merupakan pembelajaran yang lebih
berarti (Susiana, 2010).
Kemampuan memecahkan masalah merupakan tujuan utama
pembelajaran hampir di semua mata pelajaran. Pengembangan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah fisika merupakan salah satu cara yang dapat
23
ditempuh dalam pembelajaran fisika agar mutu pembelajaran dapat meningkat
(Sambada, 2012). Pemecahan masalah fisika diartikan sebagai suatu metode
penyelesaian terhadap sejumlah tugas yang berkaitan dengan fisika, sedangkan
kemampuan memecahkan masalah dalam pelajaran fisika adalah kemampuan
menggunakan suatu metode untuk menyelesaikan sejumlah tugas dalam pelajaran
fisika (Sambada, 2012).
Dalam menyelesaikan suatu masalah perlu langkah-langkah tertentu yang
harus dilakukan. Para ahli mempunyai pendapat yang berbeda mengenai langkah-
langkah pemecahan masalah. Ada beberapa model penyelesaian masalah yang
telah dikenal. Menurut Dewey sebagaimana yang dikutip dalam Gagne (1977)
menyebutkan bahwa urutan peristiwa pemecahan masalah, yaitu: (1) menyajikan
masalah yang dapat dilakukan dengan pernyataan verbal atau dengan cara lainnya;
(2) mendefinisikan masalah atau membedakan bagian penting dari situasi; (3)
menyusun hipotesis yang dapat digunakan sebagai solusi pemecahan masalah; (4)
membuktikan hipotesis atau percobaan secara berturut-turut hingga menemukan
suatu solusi yang dicapai. Sedangkan menurut Polya sebagaimana yang dikutip
dalam Susiana (2010) menyebutkan bahwa terdapat empat langkah yang harus
dilakukan untuk suatu pemecahan masalah yaitu: (1) memahami masalah; (2)
merencanakan pemecahannya; (3) menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana;
(4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back).
Kemampuan memecahkan masalah yang dikaji dalam penelitian ini
adalah kemampuan memecahkan masalah menurut Hilyana (2013), dengan
indikator sebagai berikut: (1) memahami pertanyaan; (2) menduga jawaban
24
sementara; (3) melakukan percobaan; (4) mengumpulkan data; (5) mengolah data;
dan (6) menarik kesimpulan. Indikator kemampuan memecahkan masalah ini
diamati selama kegiatan praktikum.
2.6 Kerangka Berpikir
Keberhasilan kegiatan pembelajaran akan dapat menghasilkan output
yang berkualitas. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian suatu
kegiatan pembelajaran antara lain adalah peran guru sebagai pendidik, kondisi
siswa, sumber belajar yang tersedia, bahan ajar yang digunakan, sarana prasarana,
lingkungan belajar serta sistem yang memadai. Di samping itu dalam
mengembangkan kurikulum pembelajaran dengan jelas dan terarah merupakan
faktor pendukung keberhasilan pembelajaran bagi siswa.
Dalam pembelajaran fisika diperlukan kemampuan memecahkan
masalah. Pemecahan masalah dalam bidang fisika dapat menolong seseorang
untuk meningkatkan daya analitis dan dapat membantu mereka untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan pada berbagai situasi yang lain.
Pemecahan masalah (problem solving) juga merupakan tipe belajar paling tinggi
yang dapat membantu dan mengembangkan keterampilan intelektual tingkat
tinggi, yakni penalaran fisika. Untuk itu, pemecahan masalah dijadikan salah satu
bagian dari tujuan pembelajaran fisika di sekolah.
Setiap kegiatan pembelajaran sering kali menggunakan bahan ajar yang
membantu siswa dalam mempelajari dan mendalami suatu kompetensi atau
kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu
25
menguasai semua kompetensi secara runtut dan terpadu. Salah satu bentuk bahan
ajar yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah Lembar Kerja
Siswa (LKS) Fisika berbasis REACT. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan
suatu bahan ajar yang dimiliki oleh siswa yang didalamnya berisi lembaran-
lembaran yang berkaitan dengan materi, instruksi (langkah-langkah) mengerjakan
tugas, latihan soal dan soal evaluasi. LKS Fisika berbasis REACT ini dikemas
sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah siswa mempelajari materi tersebut
secara berkelompok. Apabila penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis
REACT ini diikuti dengan pendekatan pembelajaran yang tepat, dimana
kemampuan memecahkan masalah menjadi fokus utama dalam kegiatan
pembelajaran maka siswa diharapkan mempunyai kemampuan menalar yang
tinggi dan dapat menemukan konsep materi dalam pembelajaran.
Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dipadukan dengan
pendekatan REACT memberikan peluang besar kepada peserta didik untuk belajar
mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari dan bekerja sama
dalam suatu kelompok kecil dalam kegiatan praktikum. Pembelajaran REACT
sebagai salah satu model pendekatan pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan aktifitas siswa melalui kegiatan berkelompok dan laboratorium,
serta mengembangkan pengetahuan yang dimiliki siswa dengan konteks yang
baru. Pengembangan bahan ajar berupa LKS Fisika berbasis REACT diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa.
Guna memperjelas kerangka berpikir tersebut, berikut ini digambarkan
bagan kerangka berpikir (Gambar 2.1).
26
Kenyataan di lapangan
Gambar 2.1 Kerangka berpikir
Pembelajaran
Peran
guru
Kondisi
siswa
Sumber
belajar
Lingkungan
belajar
Bahan ajar Sarana
prasarana
LKS
Menggunakan LKS Tidak menggunakan LKS
Lembar Kerja Siswa (LKS) Konvensional
1. Materi yang diberikan belum dikaitkan dengan
contoh konkret lingkungan sekitar.
2. Kegiatan siswa yang tercantum dalam LKS
konvensional belum memadukan antara kegiatan
praktikum, tugas individu, dan tugas kelompok.
3. Kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada
guru.
Merancang LKS
dengan pendekatan
kemampuan
memecahkan
masalah
Kemampuan
memecahkan
masalah
siswa kurang
Guru Pembelajaran fisika
Bahan ajar
Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis REACT:
1. Membekali siswa dengan seperangkat pengetahuan yang dikaitkan dengan contoh konkret
lingkungan sekitar.
2. Melatih siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh melalui pemecahan
masalah fisika dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah melalui kegiatan praktikum secara
kelompok.
Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Margoyoso, beralamat di Jalan
Kiai Cebolang No.17 Margoyoso Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas VII tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 96 siswa
yang terbagi dalam tiga kelas yaitu kelas VII A, VII B, dan VII C. Kelas VII C
sebagai kelas uji coba, kelas VII A sebagai kelas kontrol, dan kelas VII B sebagai
kelas eksperimen.
3.2. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian R&D yang merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009: 297). Penelitian pengembangan ini
merupakan penelitian pengembangan eksperimental yang dilaksanakan di dua
kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Di kelas eksperimen diberikan
perlakuan pembelajaran dengan menggunakan buku paket IPA yang dilengkapi
dengan LKS Fisika berbasis REACT, sedangkan di kelas kontrol diberikan
perlakuan pembelajaran dengan menggunakan buku paket IPA saja.
28
Tabel 3.1. Desain penelitian Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pretest Perlakuan
Posttest
Eksperimen
Kontrol
O1
O2
X1
X2
O3
O4
Sumber: Sugiyono (2009: 303)
Keterangan
X1 : Pembelajaran yang menggunakan bahan ajar pendamping LKS berbasis
REACT.
X2 : Pembelajaran menggunakan buku paket IPA saja.
O1 : Nilai awal kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan
O2 : Nilai awal kelompok kontrol.
O3 : Nilai kelompok eksperimen setelah menggunakan bahan ajar pendamping
LKS berbasis REACT.
O4 : Nilai kelompok kontrol setelah menggunakan buku paket IPA saja.
3.3 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dan pengembangan (Research and Development/
R&D) diawali dengan studi pendahuluan yang meliputi studi literatur dan studi
lapangan. Studi pendahuluan diperlukan untuk mengetahui kualitas produk yang
sudah ada ataupun produk baru yang memang dibutuhkan dan perlu
dikembangkan. Langkah kedua yaitu pengembangan dan pengujian produk.
Produk yang dikembangkan memerlukan bantuan para ahli yang dibutuhkan
untuk menilai produk tersebut. Setelah mendapatkan masukan dan
penyempurnaan, produk diujicobakan di lapangan. Hasil uji coba lapangan
29
kemudian diolah dan dianalisis. Tahap akhir yaitu penarikan kesimpulan dari
pengolahan dan analisis yang diperoleh.
Guna memperjelas prosedur penelitian tersebut, berikut ini digambarkan
bagan prosedur penelitian (Gambar 3.1).
Studi Pendahuluan
Pengembangan dan pengujian produk
Pengolahan dan analisis data
Penarikan kesimpulan
Gambar 3.1 Prosedur penelitian
1. Studi Literatur: analisis kurikulum, telaah materi, studi literatur tentang
kemampuan pemecahan masalah, dan pembuatan LKS
2. Studi lapangan: analisis proses pembelajaran, model pembelajaran, sarana
dan prasarana, kondisi guru, siswa, sekolah.
Pembuatan instrumen penelitian
Tes, angket, lembar observasi Pengembangan LKS
Fisika berbasis REACT
Validasi pakar Revisi LKS Revisi tes, angket, dan
lembar observasi
pengujian kelompok kecil
Pengujian kelompok besar dalam pembelajaran
menggunakan LKS Fisika berbasis REACT
Penyebaran angket Pelaksanaan tes hasil belajar dan observasi
untuk kemampuan pemecahan masalah
Pengolahan dan analisis data
Produk berupa LKS Fisika berbasis REACT
30
3.4 Instrumen dan Metode Analisis Data
3.4.1 Validasi oleh pakar
- Lembar validasi
Pada penelitian ini lembar validasi digunakan untuk memperoleh
informasi tentang kualitas bahan ajar dari beberapa dosen dan guru sebagai pakar.
Informasi yang diperoleh dari instrumen ini digunakan sebagai masukan untuk
merevisi bahan ajar yang telah disusun. Pembuatan lembar validasi mengacu pada
pedoman instrumen penilaian buku teks pelajaran pendidikan dasar dan menengah
BNSP 2013 yang sedikit dimodifikasi.
- Analisis lembar validasi
Aspek yang dinilai dari bahan ajar LKS Fisika berbasis REACT meliputi
komponen kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafikan. Penilaian bahan
ajar LKS Fisika berbasis REACT ini terdiri dari 4 kategori yaitu nilai 1, 2, 3, dan 4
yang telah dijabarkan pada tiap kriteria penilaiannya.
Hasil validasi pakar terhadap kelayakan LKS berbasis REACT dianalisis
dengan menggunakan rumus berikut:
Persentase =
(Sugiyono, 2009: 99)
Kriteria persentase:
25,00 % persentase 43,75 % : Tidak Layak
43,75 % persentase 62,50 % : Kurang Layak
62,50 % persentase 81,25 % : Layak
81,25 % persentase 100,00 % : Sangat Layak
31
3.4.2 Angket
- Metode angket
Pada penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui tingkat
keterbacaan LKS Fisika berbasis REACT yang digunakan selama proses
pembelajaran.
- Analisis Uji Coba Instrumen Angket
Pembuatan instrumen angket dengan cara memecah variabel menjadi
beberapa aspek, mempersamaankan indikator, dan membuat pernyataan. Validitas
yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah validitas konstruk. Pengujian
validitas konstruk dilakukan dengan cara konsultasi dengan dosen pembimbing
selaku ahli.
Pada analisis uji coba instrumen angket menggunakan reliabilitas internal
dengan cara menganalisis data pada satu kali pengetesan. Reliabilitas instrumen
angket dihitung menggunakan persamaan yaitu:
2
2
11 11
t
b
k
kr
(Arikunto, 2006: 171)
Keterangan :
11r = reliabilitas instrumen
k = jumlah butir pertanyaan
2
b = jumlah varian butir pertanyaan
2
t = jumlah varian total
32
Untuk mengetahui persentase keterbacaan LKS Fisika berbasis REACT
menggunakan rumus berikut:
Persentase =
(Sugiyono, 2009: 99)
Kriteria persentase:
25,00 % persentase 43,75 % : Tidak Setuju
43,75 % persentase 62,50 % : Kurang Setuju
62,50 % persentase 81,25 % : Setuju
81,25 % persentase 100,00 % : Sangat Setuju
3.4.3 Observasi
- Lembar Observasi
Pada penelitian ini lembar observasi digunakan untuk mengamati
kemampuan memecahkan masalah siswa dalam kegiatan praktikum. Aspek
penilaian tiap indikator kemampuan memecahkan masalah disesuaikan dengan
kegiatan praktikum yang dilakukan.
- Analisis Lembar Observasi
Penilaian lembar observasi terdiri dari 3 kategori yaitu 1, 2, dan 3 yang
telah dijabarkan pada tiap kriteria penilaiannya. Penilaian lembar observasi
kemampuan memecahkan masalah ini dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan
kegiatan praktikum yang dilakukan. Ketercapaian tiap indikator kemampuan
memecahkan masalah diambil dari jumlah skor selama tiga kali praktikum.
Hasil observasi kemampuan memecahkan masalah siswa dianalisis dengan
menggunakan rumus berikut:
33
Keterangan:
% : persentase keberhasilan
n : jumlah skor yang diperoleh oleh siswa
N : jumlah skor total (Ali, 1993: 186)
3.4.4 Tes Uraian
- Metode Tes Uraian
Pada penelitian ini tes uraian digunakan untuk membandingkan
kemampuan memecahkan masalah siswa dalam pembelajaran menggunakan LKS
Fisika berbasis REACT dengan siswa yang tanpa menggunakan LKS.
- Analisis Uji Coba Tes Kemampuan Memecahkan Masalah
Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes uraian. Hasil tes
dianalisis berdasarkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
a. Validitas
Sebuah instrumen atau soal tes dikatakan valid apabila instrumen tersebut
mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2006: 170). Persamaan
yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu soal yaitu persamaan korelasi
product moment :
( )( )
*( ) ( )+ * ( )+
34
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara X dengan Y
X = skor tiap item
Y = skor total
N = jumlah subjek yang diteliti
Harga rxy tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga dengan
taraf signifikansi 5%, suatu butir soal dikatakan valid jika harga > .
Hasil analisis uji coba dari 16 soal yang diujicobakan didapatkan 14 soal
valid dan 2 soal tidak valid. Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 4
dan 5. Rekapitulasi hasil validitas soal disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Rekapitulasi hasil validitas soal
Kriteria Soal No.soal Jumlah Keterangan
Valid Pretest 1, 2, 4, 5,
6, 7, 8
7 Dipakai 1, 2, 4, 5, 6,
7
Postest 1, 2, 4, 5,
6, 7
7 Dipakai 1, 2, 5, 7, 8
Tidak valid Pretest 3 1 Tidak dipakai karena
tidak valid
Postest 3 1 Tidak dipakai karena
tidak valid
35
b. Reliabilitas
Reliabilitas artinya mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu
tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut
memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2006: 86). Persamaan yang digunakan
untuk mencari reliabilitas soal uraian adalah reliabilitas dihitung menggunakan
persamaan yaitu:
2
2
11 11
t
b
k
kr
(Arikunto, 2006: 171)
Keterangan :
11r = reliabilitas instrumen
k = jumlah butir pertanyaan
2
b = jumlah varian butir pertanyaan
2
t = jumlah varian total
Apabila harga 11r dibandingkan dengan dengan taraf signifikan 5%
, jika > maka instrumen dalam penelitian ini bersifat reliabel.
Hasil analisis uji coba didapatkan harga reliabilitas soal pretest dan postest
sebesar 0,778 dan 0,698. Jika diambil tingkat kesalahan 5 % dengan
banyaknya peserta uji coba N = 25 siswa, maka diperoleh = 0,396. Karena
> maka dapat disimpulkan bahwa soal yang di uji coba adalah reliabel.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5.
36
c. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran dari suatu soal dapat dihitung dengan persamaan :
(UPI hal 52)
Keterangan :
= tingkat kesukaran
Indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :
- Soal dengan : 0,00 P 0,30 adalah soal sukar
- Soal dengan : 0,30 P 0,70 adalah soal sedang
- Soal dengan : 0,70 P 1,00 adalah soal mudah
Hasil analisis tingkat kesukaran soal pada uji coba soal diperoleh 3 soal
dikategorikan mudah, 10 soal dikategorikan sedang dan 3 soal dikategorikan
sukar. Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran soal
Kriteria Soal No. Soal Jumlah Keterangan
Mudah Pretest 1 1 Dipakai
Postest 1, 7 2 Dipakai 1 dan 7
Sedang Pretest 2, 5, 6, 7, dan 8 5 Dipakai 2, 5, 6, 7
Tidak dipakai 8
Postest 2, 4, 5, 6, 8 5 Dipakai 2, 5, dan 8
Tidak dipakai 4 dan 6
Sukar Pretest 2 dan 3 2 Dipakai 2
Tidak dipakai 3
Postest 3 1 Tidak dipakai karena
tidak valid
Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 4 dan 5.
37
d. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (menguasai materi yang ditanyakan)
dengan siswa yang kurang pandai (belum/tidak menguasai materi yang
ditanyakan). Untuk menghitung daya beda soal menggunakan persamaan sebagai
berikut:
(UPI hal 50)
Keterangan :
= daya pembeda
Klasifikasi daya pembeda :
DP > 0,40 : Sangat Baik
0,30 DP 0,40 : Baik
0,20 DP 0,30 : Cukup, soal perlu perbaikan
DP 0,20 : Jelek, soal dibuang
Dari hasil analisis soal uji coba, soal pre-test nomor 1, 4, 5, 6, dan 7
memiliki daya beda sangat baik, nomor 2 dan 8 memiliki daya beda baik, dan
nomor 3 memiliki daya beda jelek. Selengkapnya disajikan pada Lampiran 4.
38
Dari hasil analisis soal uji coba, soal post-test nomor 1, 4, 5, 6, dan 8
memiliki daya beda sangat baik, nomor 2 dan 7 memiliki daya beda baik, dan
nomor 3 memiliki daya beda jelek. Selengkapnya disajikan pada Lampiran 5.
- Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data terdistribusi normal atau
tidak. Hasil uji normalitas akan menentukan analisis yang akan digunakan. Uji
normalitas menggunakan persamaan :
k
i i
ii
E
EO
1
2
2 (Sudjana, 2005: 273)
Keterangan :
2 = chi kuadrat
iO = frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
Ei = frekuensi yang diharapkan
Membandingkan harga chi-kuadrat hasil perhitungan dengan chi-kuadrat
tabel dengan taraf signifikan 5%. Menarik kesimpulan, jika 2
< 2
maka data berdistribusi normal. Berdasarkan analisis data terdistribusi normal,
secara lengkap disajikan pada Lampiran 23, 24, 26 dan 27.
- Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel
penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk
menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji
39
homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai
varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas
adalah sebagai berikut:
Ho = varian kedua kelompok sama (homogen)
Ha = varian kedua kelompok tidak sama (tidak homogen)
Pengujian kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai berikut:
k
bhitung
V
VF
(Sudjana, 2005: 250)
Keterangan:
Vb = varians yang terbesar.
Vk = varians yang terkecil.
Untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak maka
dikonsultasikan dengan dengan = 5% dengan dk pembilang =
banyaknya data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut = banyaknya data yang
terkecil dikurangi satu. Jika < maka Ho diterima. Yang berarti
kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen.
Analisis secara lengkap disajikan pada Lampiran 25 dan 28.
3.4.5 Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan
kemampuan memecahkan masalah siswa dalam pembelajaran dengan LKS
berbasis REACT dengan pembelajaran tanpa LKS. Uji hipotesis dua pihak
menggunakan persamaan sebagai berikut:
40
(
) (
)
(Sugiyono, 2009: 307)
Keterangan :
= rata-rata sampel 1 (tanpa LKS)
x = rata-rata sampel 2 (menggunakan LKS )
s1 = simpangan baku sampel 1 (tanpa LKS)
s2 = simpangan baku sampel 1 (menggunakan LKS)
S12 = Varians sampel 1 (tanpa LKS)
S22 = Varians sampel 2 (menggunakan LKS)
r = Korelasi antara data dua kelompok
Nilai t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel
dengan derajat kebebasan (dk) =n+ n 2 dan taraf kesalahan = 5%. Jika -t tabel
< t hitung < t tabel maka terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah
antara siswa yang menggunakan LKS Fisika berbasis REACT dengan siswa yang
tidak menggunakan LKS . Analisis nilai t-test kemampuan memecahkan masalah
siswa disajikan dengan lengkap pada Lampiran 30.
41
3.4.6 Uji Gain
Uji gain digunakan untuk mengetahui taraf signifikasi kemampuan
memecahkan masalah antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan digunakan
persamaan gain, yaitu :
( ) ( )
( )
Keterangan :
( ) = gain ternormalisasi
= nilai rata-rata pada posttest
= nilai rata-rata pada pretest (Wiyanto, 2008)
Besarnya faktor (g) dikategorikan sebagai berikut :
1) Tinggi apabila (g) 0,7 atau dinyatakan dalam persen (g) 70
2) Sedang apabila 0,3 (g) 0,7 atau dinyatakan dalam persen 30 (g)
70
3) Rendah apabila (g) 0,3 atau dinyatakan dalam persen (g) 30
Analisis kemampuan memecahkan masalah melalui uji gain disajikan
lengkap pada Lampiran 29.
74
74
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan
sebagai berikut:
1. Pengembangan LKS Fisika berbasis REACT layak digunakan sebagai
bahan ajar dalam pembelajaran IPA kelas VII SMP dilakukan dengan
langkah-langkah: (1) studi pendahuluan, (2) pengembangan dan pengujian
produk, (3) pengolahan dan analisis data, dan (4) penarikan kesimpulan
kelayakan produk LKS.
2. LKS Fisika berbasis REACT layak digunakan sebagai bahan ajar dalam
pembelajaran IPA kelas VII SMP dengan persentase kelayakan dari pakar
sebesar 93,67 % dan tingkat keterbacaan LKS sebesar 76 %.
3. Peningkatan kemampuan memecahkan masalah siswa setelah belajar
menggunakan LKS Fisika berbasis REACT yaitu sebesar 0,48 kriteria
sedang yang berarti LKS Fisika berbasis REACT hanya cocok digunakan
oleh siswa dengan kemampuan kognitif yang baik.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan yang dikemukakan di atas, saran yang diberikan
adalah:
1. Pelaksanaan kegiatan praktikum yang ada di LKS hendaknya menyesuaikan
dengan ketersediaan alat di sekolah.
75
2. Hendaknya guru mengondisikan kelas agar tetap kondusif untuk
melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan alokasi waktu yang telah
ditentukan.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa Bandung
Ana, N., Fitrihidajati, H., Susantini, E. 2010. Pengembangan LKS Berbasis
Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) Untuk Melatih
Keterampilan Berpikir Kritis. Disampaikan dalam Seminar Nasional
Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010. Solo: Universitas Negeri Sebelas
Maret
Annisya, F., Sahala, S., Mursyid, S. 2014. Secondary Analysis Lembar Kerja
Siswa Dalam Skripsi Mahasiswa Tentang Remediasi Miskonsepsi. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, 3(7): 1-12. Tersedia di
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/6370/6567
[diakses pada 30-12-2014]
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta:
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
................ 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah
Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan
Masalah Matematik Siswa SMP Melalui Strategi REACT. Jurnal Forum
Kependidikan, 30(1): 11-13. Tersedia di http://
forumkependidikan.unsri.ac.id/userfiles/ANA%20FAUZIAH.pdf [diakses
24-6-2014]
Gagne, R. M. 1977. The Conditions of Learning Third Edition. USA: Canada
Heryawanti, E. P. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Kooperatif
Sebagai Inovasi Bahan Ajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata
Pelajaran Geografi Kelas X SMA Negeri 3 Temanggung. Skripsi.
Semarang: FIS Universitas Negeri Semarang
Hilyana, F. S. 2013. Pengembangan LKS Fisika Untuk Meningkatkan Kompetensi
Memecahkan Masalah, Bekerjasama dan Berkomunikasi Pada Materi
Getaran Kelas VIII. Tesis. Semarang: FMIPA Universitas Negeri
Semarang
Husamah & Setyaningrum, Y. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian
Kompetensi: Panduan Merancang Pembelajaran Untuk Mendukung
Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher
77
Johnson, N. 2012. Teachers and Students Perceptions Of Problem Solving
Difficulties In Physics. International Multidisciplinary e-Journal, 1(5): 97-
101. Tersedia di
http://www.shreeprakashan.com/documents/20126154810803.13.n.johnso
n.pdf. [ diakses 6-3-2015]
Karim, Y., Eraku, S.S., Supartin. 2014. Persepsi Siswa Terhadap Penggunaan
Media Pembelajaran Pada Mata Peljaran Geografi di SMA Se-Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan. Tersedia di
http://www.scribd.com/doc/233478740/Jurnal-Persepsi-Siswa-Terhadap-
Penggunaan-Media-Pembelajaran-Pada-Mata-Pelajaran-Geogarfi-di-SMA-
se-Kabupaten-Bolaang-Mongondow-Selatan. [diakses 2-10-2014]
Kozma, R.B. 1994. The Influence of Media on Learning: The Debates Continue.
Journal SLMQ, 22(4): 1-13. Tersedia di
http://www.ala.org/aasl/sites/ala.org.aasl/files/content/aaslpubsandjournals
/slr/edchoice/SLMQ_InfluenceofMediaonLearning_InfoPower.pdf.
[diakses 6-3-2015]
Laelasari. 2010. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Melalui
Pendekatan Kontekstual dengan Strategi REACT pada Materi Dimensi
Tiga Untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Mahasiswa Semester II.
Tesis. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang
Maulana. 2002. Peranan Lembar Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran
Aritmetika Sosial Berdasarkan Pendekatan Realistik. Tersedia di http://
file.upi.edu/Direktori/KD.../Artikel/.../Peranan_LKS_dalam_RME.pdf
[diakses 30-12-2014]
Munadi, Y. 2008. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung
Persada Press
Pahlevi, R.A. 2013. Keefektifan Ilustrasi Terhadap Kemampuan Mengingat Isi
Cerita Pada Siswa Kelas 3 SDN 01 Sisir. Tersedia di http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/Fak-Psikologi/article/view/26234. [diakses 30-
12-2014]
Prastowo. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jakarta:
Gramedia
Putri, D.K. 2010. Pengembangan Modul Invertebrata Dengan Model Learning
Cycle 5-E di SMA. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri
Semarang
http://www.shreeprakashan.com/documents/20126154810803.13.n.johnson.pdfhttp://www.shreeprakashan.com/documents/20126154810803.13.n.johnson.pdfhttp://www.scribd.com/doc/233478740/Jurnal-Persepsi-Siswa-Terhadap-Penggunaan-Media-Pembelajaran-Pada-Mata-Pelajaran-Geogarfi-di-SMA-se-Kabupaten-Bolaang-Mongondow-Selatanhttp://www.scribd.com/doc/233478740/Jurnal-Persepsi-Siswa-Terhadap-Penggunaan-Media-Pembelajaran-Pada-Mata-Pelajaran-Geogarfi-di-SMA-se-Kabupaten-Bolaang-Mongondow-Selatanhttp://www.scribd.com/doc/233478740/Jurnal-Persepsi-Siswa-Terhadap-Penggunaan-Media-Pembelajaran-Pada-Mata-Pelajaran-Geogarfi-di-SMA-se-Kabupaten-Bolaang-Mongondow-Selatanhttp://www.ala.org/aasl/sites/ala.org.aasl/files/content/aaslpubsandjournals/slr/edchoice/SLMQ_InfluenceofMediaonLearning_InfoPower.pdfhttp://www.ala.org/aasl/sites/ala.org.aasl/files/content/aaslpubsandjournals/slr/edchoice/SLMQ_InfluenceofMediaonLearning_InfoPower.pdfhttp://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Fak-Psikologi/article/view/26234http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Fak-Psikologi/article/view/26234
78
Putri, B.K. & Widiyatmoko, A. 2013. Pengembangan LKS IPA Terpadu Berbasis
Inkuiri Tema Darah di SMP N 2 Tengaran. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 2(2): 102-106. Tersedia di http:// http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2709 [diakses 2-
10-2014]
Ruggiero, T. E. 2000. Uses and Gratifications Theory in the 21st Century. Mass
Communication & Society Journal, 3(1): 3-37. Tersedia di
http://www4.ncsu.edu/~amgutsch/Ruggiero.pdf. [diakses 6-3-2015]
Sambada, D. 2012. Peranan Kreativitas Siswa Terhadap Kemampuan
Memecahkan Masalah Fisika dalam Pembelajaran Kontekstual. Jurnal
Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA), 2(2): 37-47. Tersedia di
http://www.sciary.com/journal-scientific-aplikasinya-article-194519.
[diakses 2-10-2014]
Setianingsih, K. 2012. Analisis LKS Karangan Tim MGMP IPS SMP Kabupaten
Blitar Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Permasalahan Lingkungan
Hidup dan Upaya Penanggulangan Dalam Pembangunan Berkelanjutan.
Tersedia di http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/22788. [diakses 30-12-
2014]
Soyomukti, N. 2008. Pendidikan Berspektif Globalisasi. Yogyakarta: Ar-Ruz
Media
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Susiana, E. 2010. IDEAL Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika.
Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 1(2): 73-82. Tersedia di
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano/article/view/1491. [diakses
2-10-2014 ]
Susilana, R. & Liyana, C. 2009. Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan,
Pemanfaatan, dan Penilaian. Online. Tersedia di
http://books.google.co.id/books/about/Media_pembelajaran.html/. [diakses
2-10-2014]
Sutjiono,A. 2005. Pendayagunaan Media Pembelajaran. Jurnal Pendidikan
Penabur, 4(4): 76-84. Tersedia di
http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.7684%20Pendayagunan%20Media
%20Pembelajaran.pdf. [diakses 2-10-2014]
http://www4.ncsu.edu/~amgutsch/Ruggiero.pdfhttp://www.sciary.com/journal-scientific-aplikasinya-article-194519http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/22788http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/22788http://books.google.co.id/books/about/Media_pembelajaran.html/http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.7684%20Pendayagunan%20Media%20Pembelajaran.pdfhttp://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.7684%20Pendayagunan%20Media%20Pembelajaran.pdf
79
Syaodih, N. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
UPI. n.d. Evaluasi 4 Strategi Meningkatkan Kualitas Tes Uraian. Online.
Tersedia di
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR...EVALUASI.../TES_URAIAN.pdf.
[diakses 28-10-2014]
Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium. Semarang: Unnes Press
Yasir, M., Susantini, E., Isnawati. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa
(LKS) Berbasis Strategi Belajar Metakognitif Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Pewarisan Sifat Manusia. Jurnal BioEdu, 2(1):
77-83. Tersedia di http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu. [diakses
30-12-2014]
Yulinda, R., Zaini, M., Mirhanuddin. 2009. Upaya Mengefektifkan Pembelajaran
Sub Konsep Cara Penghematan Air Siswa Kelas V SDN Sungai Tabuk
Keramat 2 Kecamatan Sungai Tabuk Melalui Interaksi Pendekatan
Pembelajaran Berdasarkan Masalah dan Pendekatan Problem Posing.
Jurnal Wahana-Bio, 2(2): 52-65. Tersedia di
http://www.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=323
56. [diakses 30-12-2014]
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioeduhttp://www.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=32356http://www.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=32356
Lampiran 1
KISI-KISI SOAL UJI COBA TES KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator kemampuan
memecahkan masalah
Tingkat
soal
Uraian materi
Nomor soal
Uji coba
Pre-test
Uji coba
Post-test
Memahami
pengetahuan
(faktual,
konseptual, dan
prosedural)
berdasarkan rasa
ingin tahunya
tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya terkait
fenomena, dan
kejadian tampak
mata.
Memahami konsep
pengukuran
berbagai besaran
yang ada pada diri,
makhluk hidup,
dan lingkungan
fisik sekitar
sebagai bagian dari
observasi, serta
pentingnya
perumusan satuan
terstandar (baku)
dalam pengukuran.
Memahami masalah
Menduga jawaban
sementara
C2
C3
C4
1. Memahami pengertian
besaran, satuan baku, dan
satuan tidak baku
berdasarkan suatu cerita.
2. Menentukan alat ukur
yang tepat beserta
satuannya berdasarkan
besaran yang diukur.
3. Menduga perbandingkan
hasil pengukuran berat
dengan menggunakan dua
alat ukur yang berbeda.
1
2
6
1
2
6
80
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar I