Post on 01-Nov-2020
i
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN
ALAT PERMAINAN EDUKATIF BALOK ANGKA
PADA ANAK KELOMPOK A DI RAUDLOTUL ATHFAL MASYITHOH
NGLONDONG KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
LUKIYANA ALFIANTI
NIM 11613032
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
201
ii
iii
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN
ALAT PERMAINAN EDUKATIF BALOK ANGKA
PADA ANAK KELOMPOK A DI RAUDLOTUL ATHFAL MASYITHOH
NGLONDONG KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
LUKIYANA ALFIANTI
NIM 11613032
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
iv
v
vi
vii
MOTTO
“ Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan
Istiqomah dalam menghadapi cobaan, jadilah seperti karang di lautan yang kuat
dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang
disekitar, karena hidup hanyalah sekali, ingat hanya pada Allah apapun dan
dimanapun kita berada kepada dialah tempat meminta dan memohon”
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang yang telah
membantu mewujudkan impianku, selalu ada bersama aku:
1. Untuk Alm. Ayah (Tulus Wahyono), makasih bapak sudah mendidik aku sampai
aku menjadi sarjana, meski di proses belajar aku bapak pergi untuk selamanya tapi
saya yakin bapak selalu nemani disetiap proses belajar aku dan makasih sudah
menjadi ayah yang sempurna untuk anak-anak mu, doa ku tidak akan putuh untuk
ayah tercinta aku.
2. Untuk ibu saya (Sukini), makasih ibu sudah selalu sabar menemani setiap proses
belajar ku dimana saya melakah kamu selalu ada untuk menemani aku, Doaku
selalu sehat dan selalu menemani aku terus ibu.
3. Untuk kakak-kakak aku, (Erwin diyas, Ferdila Andiri,Rima yuni, Endang susi,
Rio yulianto) selalu memberi semangat pada adek mu ini.
4. Untuk adek saya, (Selly anjar, Devina putri maharani, Devina alzahra putri
maharani, Adel lia putri maharani)yang selalu buwat saya tersenyum disaat lelah
aku.
5. Untuk Sahabat saya, (Erwin khusnul, Ariza muya, Ulfa arianti, Nur rehana, Lydia,
Farida, Amirotul anisa, Anis tia, Lia nurul, M. Mahbub) selalu member dukungan
kepada aku.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan taufiqNya, sehingga penulis dapat menyelasaikan penulisan
skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. adapun julul skripsi ini
adalah” PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT
PERMAINAN EDUKATIF BALOK ANGKA PADA ANAK KELOMPOK A DI
RA MASYITHOH NGLONDONG KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG
TAHUN 2017/2018”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr.Hrahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Bapak Wahidin, M. Pd. selaku Dosen pembimbing akademik.
4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini
dan Dosen Pembimbing yang sabar selalu mebimbing, serta mengorbankan
waktu serta tenaga untuk mebimbing penulis dalam penulisan Skripsi hingga
akhir.
x
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian
akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan
kepada penulis.
6. Ibu Afinaturrosida, S.Pd.i selaku Kepala RA Masitoh Nglondong Kec. Parakan
Kab. Temanggung yang telah memberikan dukungan.
7. Alm.Ayah (Tulus Wahyono), terima kasih sudah menjadi ayah yang baik, meski
diperjalan proses belajar ayah tidak menemani penulis dan melihat penulis
menjadi sarjana,tapi penulis sudah mewujutkan cita-cita ayah semogga ayah
melihat diatas saya. (mukin raga mu tak disamping penulis, tapi cinta dan kasih
mu selalu menemani)
8. Ibu (Sukini), memberdukungan serta menemani penulisan Skripsi ini hingga
selesai.
9. Erwin Dizas.S.E, Ferdilla Andri Y.S.E, Rima Yuni asih, Endang Susilo wati
(kakak-kakak ) selalu member motivasi kepada penulis.
10. Premesti maharani, Devina Alzahra putri maharani, Selly anjar sari, (Adek yang
selalu ada dalam pembuatan Skripsi ).
11. Sahabat-sahabat terkasih, Rioyulianto, Nurrehana, Anistia, lianurul, Lidia, Fatih,
Bu Marini, Anissa, Erwin, Riza, dll terimakasih sudah menjadi yang terbaik.
12. Teman-teman Jurusan PIAUD angkatan 2013 di IAIN Salatiga yang telah
memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
xi
xii
ABSTRAK
Alfianti,Lukiyana. 2017. (Peningkatan Kemampuan Berhitung Menggunakan Alat
Permainan Edukatif Balok Angka Pada Anak Kelompok A di RA Masyithoh
Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung Tahun Pelajaran 2017/2018).
Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam
Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing :Drs. Siti
Asdiqoh M.Si
Kata kunci: berhitung, alat permainan edukatif balok angka
Pembelajaran berhitung menggunakan media balok angka di RA Masyithoh
Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018 sangat
membantu pelajaran anak, sebelum menggunakan balok angka proses belajar sangat
menggalami kesulitan dan anak menjadi tidak bisa terkondisikan dalam pembelajaran
berhitung setelah menggunakan balok angka anak lebih tanggap untuk belajar
berhitung dan anak lebih bisa terkondisikan
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berhitung
menggunakan alat permainan edukatif balok angka di RA Masyithoh Nglondong
Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini
adalah anak usia 4-5 tahun yang bergabung dalam kelompok A dan berjumlah 20
anak. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah observasi,
dokumentasi dan tes lembar kerja anak. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berhitung di RA
Masyithoh Nglondong, hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan rata-rata
kemunculan daya tangkap berhitung siswa meningkat dari pra siklus I dan siklus II.
Hasil sebelum tindakan Pra siklus hanya mencapai 0% sedangkan hasil dari
pelaksanaan pembelajaran siklus I menunjukkan rata-rata kemunculan kemampuan
berhitung meningkat 35% hasil masih di bawah standar yang diharapkan, kemudian
dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I sebagai langkah
untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus II rata-rat kemunculan kemampuan
berhitung siswa pada siklus II dari 20 siswa mencapai 95 % hasil ini sudah
mencakup target yang diharapkan dengan kriteria baik. Dari penelitian yang
dilakukan dalam 2 siklus di peroleh kesimpulan bahwa dengan metode berhitung
dengan balok angka dapat mengembangkan kemampuan berhitung dengan baik.
Penulis berharap agar metode ini dapa dikembangkan lebih lanjut oleh lembaga-
lembaga pendidikan dan bermanfaat dalam usaha meningkatkan kemampuan
berhitung siswa.
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBAR BERLOGO
JUDUL ................................................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................. iv
MOTTO................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
xiv
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Hipotesis Tindakan ............................................................................... 6
E. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 7
F. Definisi Operasional ............................................................................. 7
G. Metode Penelitian ................................................................................. 10
H. Sistematika Penulisan ........................................................................... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Berhitung Permulaan .............................................................. 17
1. Pengertian Berhitung ...................................................................... 17
2. Tahapan dan Prinsip Kemampuan Berhitung ................................. 18
3. Metode Pengembangan Kemampuan Berhitung ............................ 22
4. Program Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan ........ 24
B. Alat Permainan Edukatif (APE) ........................................................... 28
1. Pengertian Alat Permainan Edukatif .............................................. 28
2. Manfaat Permainan Edukatif .......................................................... 29
3. Kriteria Pemilihan Alat Permainan Edukatif yang Terbentuk
Anak................................................................................................ 30
4. Penggunaan dan Pengembangan Alat Permainan Edukatif ............ 31
5. Anak Usia TK/RA .......................................................................... 37
xv
BAB III KAJIAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................... 45
1. Profil Sekolah ................................................................................. 47
2. Subjek Penelitian ............................................................................ 52
B. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 54
1. Siklus I ............................................................................................ 55
2. Siklus II........................................................................................... 58
BAB IV ANALISIS DATA
A. Deskripsi Per Siklus.............................................................................. 63
B. Pembahasan .......................................................................................... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 73
B. Saran ..................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kurikulum 2014 Standar Kompetensi TK/RA....................................... 24
Tabel 2.1 Daftar Nama Guru RA Masyithoh Nglondong ....................................... 49
Tabel 2.2 Daftar Nama Siswa Kelompok A……………………………………...52
Tabel 2.3 Indikator Variabel……………………………………… ...................... 54
Tabel 3.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak ................................... 63
Tabel 3.2 Indikator Yang Diamati Tiap Siklus ...................................................... 64
Tabel 3.3 Hasil Penilaian Siklus I ........................................................................... 65
Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ............................................................ 66
Tabel 3.5 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ............................................................ 67
Tabel 3.6 Hasil Penilaian Siklus II .......................................................................... 68
Tabel 3.7 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ............................................................ 70
Tabel 3.8 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II .......................................................... 70
Tabel 3.9 Data Peningkatan Jumlah Siswa yang Mencapai ................................... 71
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 3 Surat Pengajuan Pembimbing
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 5 Indikator Tiap Siklus yang Diamati
Lampiran 6 Lembar Observasi
Lampiran 7 Wawancara
Lampiran 8 Cacatan Lapangan
Lampiran 9 RKH
Lampiran 10 Dokumentasi Foto Penelitian
Lampiran 11 Lembar Kerja Anak
Lampiran 12 SKK
Lampiran 13 Daftar Riyawat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini (PAUD) atau early childhood education (ECE)
adalah pendekataan pedagogis dalam penyelenggaraan pendidikan anak yang
dimulai dari saat periode kelahiran hingga usia enam tahun (Santi Danar,
2009:1).
Pembelajaran masa kanak-kanak merupakan suatu periode pada saat
individu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak ahli menyebut
periode ini sebagai golden age (masa emas) dalam kehidupan seseorang. Pada
masa ini, semua aspek kecerdasaan anak dapat di kembangkan dengan baik dan
dapat dengan mudah menerima apa yang disampaikan orang lain. Pada masa
ini bila terjadi perkembangan fisik yang sangat pesat. Mengingat betapa
pentingnya periode kanak-kanak bagi seseorang inilah yang tepat sangat
diperlukan. Stimulasi yang tepat ini akan membantu anak-anak ini
tumbuh,berkembang dan belajar secara maksimal.
Pendidikan bagi anak usia dini dan anak Pra sekolah Roudhatul Athfal
akan lebih bermakna jika dilakukan melalui pendidikan yang dapat
menyenangkan, edukatif, sesuai dengan bakat dan pembawaannya. Tujuan dari
pendidikan anak usia dini adalah agar anak memperoleh rangsangan-
rangsangan intelektual, sosial, dan emosional sesuai dengan tingkat usia.
2
Menurut NAEYC (National Association for the Education of Young
Children), PAUD dimulai saat kelahiran hingga anak berusia delapan tahun
(Santi Danar, 2009:1). Batita dan balita mengalami kehidupan secara
menyeluruh di rentang usia itu dibanding periode-periode berikutnya. Aspek
sosial, emosional, kognitif, bahasa, dan pendidikan jasmani tidak dipelajari
terpisah oleh anak yang masih sangat muda. Orang dewasa yang sudah lebih
dulu dapat menolong diri sendiri akan membantu seseorang anak dalam masa
perkembangannya dan diharapkan memberikan perhatian yang lebih kepada
anak yang masih merlukan bantuan.
Masitoh (2005:1) mengungkapkan bahwa Pendidikan di Roudhatul
Alhfal merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang memiliki
peranan sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta
mempersiapkan mereka memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan
di taman kanak-kanak merupakan jembatan antara lingkungan keluarga dengan
masyarakat yang lebih luas yaitu Sekolah Dasar dan lingkungan lainnya.
Sebagia salah satu bentuk pendidikan anak usia dini, lembaga ini menyediakan
program pendidikan dini bagi sekurang-kurangnya anak usia empat tahun
sampai memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Pendidikan Roudhatul Alhfal memberi kesepakan untuk
mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu pendidikan untuk anak usia
dini khususnya di Roudhatul Alhfal perlu menyediakan berbagai kegiatan yang
3
dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, mereka butuh
permainan sebagai media pendidikan dalam pembelajaran disekolah (Masitoh
dkk, 2005 : 2).
Alat-alat permainan hendaknya memenuhi syarat untuk mengembangkan
berbagi keterampilan anak sesuai dengan tingkat usia dan memperhatikan sifat-
sifat perkembangan, secara kreatif guru dapat membuat dan menggunakan alat
permainan yang berasal dari lingkungan sekitar dan memanfaatkan barang-
barang bekas ataupun media-media yang sudah ada atau tersedia.
Media yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan berhitung
di Roudhatul Alhfal salah satunya dengan mengunakan media balok mencakup
banyak sekali bangun geometric yang membuat anak akan membangun
struktur-struktur yang sangat menarik dengan kreatifitasnya.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka semakin
mendorong upaya-upaya pembahasan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi
dalam proses belajar. Sehingga alat permainan edukatif (APE) yang sederhana
cenderung tersingkir dan hampir sirna. Bermain tidak harus mahal unsur
mendidiklah yang harus diutamakan dan dapat belajar sambil bermain.
Berhitung merupakan cabang dari matematika (Dali S. Naga 19890 :
01).. Tetapi sekalipun sebagai cabang, berhitung telah menjelujuri seluruh
tubuh matematika. Demikian berhitung ada di aljabar, berhitung ada di ilmu
ukur (geometri), diteori kemungkinan (probabilitas), di statistika, analisis, teori
4
fungsi, topologi. Kemampuan berhitung memerlukan pengetahuan berfikir
karena diperlukan pengolahan angka-angka dan memperlukan ketelitian,
kosentrasi dan pemahaman konsep sederhana dalam kehidupan sehari.
Berdasarkan hasil observasi di Roudhatul Alhfal Masyithoh Nglondong
kecamatan parakan kabupaten temanggung mengenai proses pembelajaran
matematika khususnya pada aspek kemampuan berhitung, menekankan
pengajaran yang berpusat pada guru. Ini dapat dibuktikan dengan adanya guru
memberikan tugas kepada anak tanpa memberikan pilihan kegiatan kepada
anak. Sehingga kegiatan yang dilakukan menjadi terasa membosankan untuk
anak, ini terlihat pada saat guru memberikan tugas pada anak untuk membuat
gambar apel sesuai jumlah angka, hanya 11 anak dari 20 anak yang bisa
menyelesaikannya dengan tuntas. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan
memahami konsep bilangan anak didik kelompok A dalam menghubungkan
angka sesuai gambar hanya 50%. Selain itu masih, kurangnya media dan
sumber belajar yang digunakan oleh guru untuk menunjang pembelajaran
berhitung.
Kurangnya media dan sumber belajar ini lebih disebabkan oleh
kurangnya kreatifitas guru dalam menciptakan alat peraga sebagai penunjang
pembelajaran. Permasalahan lain yang terjadi di Roudhatul Alhfal Masyithoh
nglondong kecamatan parakan kabupaten temanggung adalah metode yang
digunakan oleh guru masih menggunakan metode drill dan praktek-praktek
5
paper- pencil test. Pada pengembangan kognitif khususnya pada pembelajaran
berhitung, guru memberikan perintah kepada anak agar mengambil buku tulis
dan pensil masing-masing. Selanjutnya guru memberikan contoh kepada anak
membuat beberapa buah, benda dan benda tersebut di beri lingkarang. Setelah
itu, anak harus mengisi jumlah benda tersebut dengan sebuah angka yang
cocok setelah anak mengerti, guru menyuruh anak untuk membuatnya sendiri
jumlah benda tersebut beserta angkanya sebanyak mungkin. Cara belajar inilah
yang membuat anak-anak merasa jenuh atau bosan sehingga minta mereka
pada kegiatan berhitung terlihat menurun.
Di Roudhlatul Athfal Masyithoh nglondong kecamatan parakan
kab.upaten temanggung guru kurang memberikan media yang bervariasi dan
juga masih menggunakan metode yang membuat anak merasa bosan dan tidak
ada rasa antusias pada anak untuk aktif di dalam kelas, sehingga kegiatan
berhitung yang diterapkan di Roudhatul Alhfal Masyitoh Nglondong
kecamatan parakan kabupaten temanggung masih menggunakan metode
konvensional atau pengerjaan latihan di buku tulis, rendahnya kemampuan
berhitung dan kurang minatnya terhadap pembelajaran berhitung bagi anak
didik kelompok A (usia 4-5 tahun) di Roudhatul Alhfal Masyithoh Nglondong
kecamatan parakan Kabupaten temanggung tahun pelajaran 2017. Hanya ada
14 anak saja dari 20 anak kelompok A yang mampu untuk menjawab dan
menghitung dengan benar.
6
Dari hasil observasi ini menunjukkan bahwa kemampuan anak dalam
menyebutkan dan mengurutkan lambang bilangan belum berkembang.
Berdasarkan pada uraian diatas maka penulis melakukan Penelitian
Tindakan kelas (PTK) dengan judul “ PENGEMBANGAN KEMAMPUAN
BERHITUNG MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF
BALOK ANGKA PADA ANAK KELOMPOK A DI ROUDHLATUL
ATHFAL MASYITHOH NGLONDONG KECAMATAN PARAKAN
KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017”
B. Rumusan Masalah
Apakah dengan menggunakan alat permainan edukatif balok angka dapat
mengembangkan kemampuan berhitung pada anak kelompok A di Roudhatul
Alhfal Masyithoh nglondong kecamatan parakan kabupaten temanggung tahun
pelajaran 2017?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui alat permainan edukatif balok angka dapat
mengembangkan kemampuan berhitung pada anak kelompok A di Roudhatul
Alhfal Masyithoh nglondong kecamatan parakan kebupaten temanggung pada
tahun pelajaran 2017.
D. Hipotesis Tindakan
Menurut Sudjana (2005:219) menyatakan bahwa hipotesis adalah asumsi
atau dugaan mengenai suatu hal untuk menjelaskan yang sering dituntut untuk
7
melakukan pengecekannya, Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam
penelitian ini adalah: Alat permainan edukatif balok angka dapat meningkatkan
kemampuan berhitung pada anak kelompok A di Raudhlatul Athfal Masyithoh
nglondong Kec.parakan Kab.temanggung Tahun pelajaran 2017.
E. Kegunaan Penelitian
1. Teoretis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran serta dapat
dijadikan bahan kajian bagi pembaca khususnya mengenai mengembangkan
kemampuan berhitung anak melalui permainan balok angka pada anak didik
Roudhatul Alhfal.
2. Praksis
Dapat mengembangkan kemampuan dalam menciptakan dan
mengembangkan alat permainan edukatif dalam kegiatan belajar mengajar
belajar, dapat memotifasi belajar anak, dalam kegiatan pembelajaran akan
lebih aktif dan efisien.
3. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan pemahaman judul ini, maka penulis
memberikan pengertian-pengertian dari istilah-istilah yang digunakan dalam
judul penelitian ini :
8
a. Kemampuan Berhitung
Menurut Munandar (1999:17) bahwa kemampuan merupakan daya
untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan
latihan. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya kemampuan
yang dimilikinya. Dalam pandangan Munandar, kemampuan ini ialah
potensi seseorang yang merupakan bahwa sejak lahir serta dipermatang
dengan adanya pembiasaan dan latihan, sehingga ia mampu melakukan
sesuatu.
Senada dengan Munandar, Robin (1987:13) juga menyatakan
bahwa kemampuan merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam
suatu pekerjaan tertentu. Dengan demikian, dari kedua keterangan di
atas, dapat dipahami bahwa kemampuan merupakan suatu daya atau
kesanggupan dalam diri setiap individu dimana daya dini dihasilkan dari
pembawaan dan juga latihan yang mendukung individu dalam
menyelesaikan tugasnya.
Memberi bekal kemampuan berhitung pada anak sejak usia dini,
guna untuk membekali kehidupan anak di masa yang akan dating di masa
sangat penting. Istilah kemampuan dapat didenfinisikan dalam berbagai
arti, salah satunya menurut Munandar, ”kemampuan merupakan daya
untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan
latihan” (Susanto, 2011:97).
Berhitung yang dimaksud adalah pada anak berhitung permulaan
yang bertujuan untuk melatih anak berfikir sistematis sejak dini dan
9
mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya
nanti anak lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung sehingga pada
saatnya nanti anak lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada
jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.
b. Alat permainan edukatif
Alat permainan edukatif adalah sarana yang digunakan oleh anak
untuk bermain, yaitu mengandung nilai pendidikan dan dapat
mengembangkan seluruh kemampuan anak. Jadi Alat permainan Edukatif
digunakan oleh anak untuk bermain sambil belajar (kemendiknas tentang
pengebangan APE) (Kemendiknas, 2010: 2).
c. Balok Angka
Balok –balok angka merupakan salah satu media visual yang
terbuat dari kayu mempunyai bentuk yang dapat dilihat dan dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini.
Balok-balok angka merupakan media yang diciptakan oleh Montessori
pada tahun1909 (Hainstock, 1909:90).
Alat permainan edukatif Balok angka adalah permainan yang
terbuat dari kayu yang diberi warna- warna yang berbeda-beda agar
memudahkan anak untuk membedakan dan diberi angka 1- 10 di setiap
10
balok yang berbeda dan anak lebih tertarik untuk bermain dan berhitung
dengan Balok angka.
d. Anak usia dini
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6
tahu. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam
pembentukan karakter dan keperibadian anak (Yuliani Nurani Sujiono,
2009:7).
Jadi yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah peningkatan
kemampuan berhitung menggunakan alat permainan edukatif balok pada
anak usia dini yaitu suatu upaya pembilangan yang ditunjukkan kepada
anak dengan usia 4-5 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan dengan menggunakan balok untuk membangun
sebuah menara dengan belajar menghitung dari angka 1-10 yang mana
dapat mewujudkan dan membantu perkembangan berhitung serta anak
memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.
4. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian tindakan kelas menurut (Basrowi 2008:1-2) merupakan
salah satu upaya guru atau prakitisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang
dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran dikelas.
Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan
11
dengan tugas guru dilapangan. Jadi, penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian praktis yang dilakukan dikelas dan bertujuan untuk memperbaiki
praktik pembelajaran yang ada, meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar guru sehingga mampu menghasilkan anak didik yang berprestasi
(Suwandi, 2008:25).
Gambar 1: Riset Aksi Model John Elliot
Sumber : Belajar Bersama Penelitian Aksi
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok A di Roudhatul
Alhfal Masyithoh nglondong kecamatan parakan kabupaten temanggung
tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 20 anak yang terdiri 9 laki-laki
dan 11 perempuan. Penelitian memilih kelompok A karena pada kelas
tersebut berhitung sangat diprioritaskan sejak dini untuk memudahkan anak
12
untuk belajar di tahap yang lebih tinggi untuk itu peneliti mencoba mencari
suatu solusi yang dapat memecahkan masalah tersebut dengan berhitung
dengan balok .
3. Langkah-Langkah Penelitian
Menurut Yanto (2013:40) tahap-tahap dalam penelitian tindakan
kelas terdiri dari 4 tahapan penting, yaitu :
a. Perencanaan
1) Membuat konsep atau skenario pembelajaran dengan penerapan
berhitung dengan balok angka yaitu membuat (RKH) Rencana
Kegiatan Harian.
2) Membuat susunan dengan menggunakan balok angka.
3) Menyiapkan lembar tes buatan peneliti atau lembar penugasan, yang
mana hasil penugasan dari anak didik tersebut akan diberi nilai dan
dijadikan data untuk dianalisis lebih lanjut.
4) Membuat pedoman observasi
b. Tindakan
Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa penerapan
metode berhitung dengan balok angka sesuai dengan pembelajaran yang
tertulis pada (RKH) Rencana Kegiatan Harian pada tahun perencanaan.
13
c. Tahap pengamatan
Pada tahap ini segala aktivitas anak didik dalam proses pembelajaran
diamati, dicatat dan dinilai, kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan
baik. Pengamatan tersebut meliputi beberapa indikator yang telah
ditentukan penulisan secara terlampir.
d. Tahapan Refleksi
Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan penelitian,
tahap refleksi meliputi :
1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.
2) Evaluasi hasil observasi.
3) Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus I untuk
dilakukan perbaikan pada siklus II.
4. Instrumen Penelitian
Instrument pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian
tindakan kelas adalah :
a. Rencana Kegiatan Harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran yang
digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan menyusun untuk
tiap putaran. Masing –masing RKH berisi tentang tingkat pencapaian
perkembangan, indicator, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber belajar,
hasil penelitian.
14
b. Tes buatan peneliti, yaitu berupa penugasan menyusun balok sambil
berhitung susunan balok yang dilakukan oleh anak, tes pembuatan
tersebut untuk mendapatkan data kuaaltatif berupa nilai.
c. Lembar Observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk mengamati anak
didik selama proses pembelajran berlangsung secara bersamaan, yaitu
anak didik tidak diperintahkan untuk melkukan tugas dengan perintah
guru dalam menyusun balok.
e. Pengumpulan Data
Ada sejumlah metode pengumpulan data yang dapat digunakan, akan
tetapi tidak semua strategi cocok untuk semua jenis data. Oleh karena itu
peneliti harus memilih metode yang tepat. Adapun metode yang digunakan
peneliti antara lain, yaitu :
a. Tes
Tes Tanya jawab digunakan peneliti untuk mengukur hasil belajar
siswa. Jenis tes yang digunakan adalah tes lisan dan lembar soal.
b. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengenal, merekam dan
mendokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan hasil dari
proses pelaksanaan tindakan. Fungsinya adalah untuk mengetahui
apakah tindakan yang dilakukan sudah mengarah pada terjadinya
perubahan kearah positif dalam kelompok A.
15
c. Dokumentasi
Cara lain memperoleh data dari penelitian adalah menggunakan
teknik dokumentasi. Pada teknik ini, dimungkinkan peneliti
memperoleh informasi dari berbagai macam sumber tertulis, dimana
anak didik melakukan kegiatan sehari-harinya. Strategi ini menurut
Sukardi (2009: 81) untuk mendapatkan gambaran umum sekolah,
keadaan guru, keadaan sarana prasarana dan keadaan siswa.
f. Analisis data
Analisis data adalah untuk mendeskripsikan sebuah data sehingga bisa
dipahami, dan juga untuk membuat kesimpulan. Data telah terkumpul lalu
diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu data kualitatif dan kuantitatif.
Utuk mengetahui prosentase kemampuan berhitung maka data dianalisis
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dalam penelitian penulisan
menggunakan penelitian dengan kode yaitu: BB (Belum Muncul), MM
(Mulai Muncul), BSH (Berkembangn Sesuai Harapan, BSB (Berkembang
Sangat Baik).
Rumusan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kemampuan
berhitung anak sebagai berikut (Purwanto, 2006:102)
Nilai yang diharapkan= skor mentah yang diharapkan
skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
16
4 (empat) tingkatan data di interpresentasikan sebagai berikut:
a. Kriteria Belum Muncul yaitu 0 % - 29 %
b. Kriteria Mulai Muncul yaitu 30 % - 59 %
c. Kriteria Berkembang Sesuai Harapan 60 % - 79 %
d. Kriteria Berkembang Sangat Baik 80 % - 100 %
5. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan serta memperjelas penulisan dan pembaca maka
penulisan skripsi membuat sistematika sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan ini berisi ,latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, hipotesis tindakan ,kegunaan penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Kajian pustaka ini membahas kemampuan berhitung pada anak,
pengertian alat permainan edukatif, pengertian alat permainan edukatif
balok angka.
BAB III : Pelaksanaan Penelitian ini berisi tentang gambaran umum lokasi,
subyek penelitian, penyajian data, dan diskripsi pelaksanaan siklus.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan.
BAB VI : Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka.
lampikan-lampiran dan riwayat hidup penulis.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Berhitung Permulaan
1. Pengertian Berhitung
Kemampuan berhitung permulaan ialah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk
mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari
lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan
kemampuannya anak dapat meningkat ketahap pengertian mengenai jumlah, yaitu
berhubungan dengan jumlah dan pengurangan.
Kemampuan anak prasekolah dalam fase-fase perkembangannya perlu diimbangi
oleh berbagai faktor, yaitun intern dan ekstern anak ini, di antaranya faktor intern
yang berupa inteligensi, karena inteligensi sangat penting dalam proses belajar
mengajar, peranan inteligensi dapat menentukan pertumbuhan kecerdasan seseorang.
Kemampuan yang berkembang dalam perkembangan intelegensi adalah kemampuan
matematis dan kemampuan bahasa. Kemampuan matematis menuju ke arah
berbicara, menulis, membaca dan mendengarkan, kemampuan matematis dan
kemampuan bahasa kedua kemampuan tersebut harus berjalan secara beriringan dan
berkesinambungan (Suharsono, 2002: 79).
18
Pentingnya kemampuan berhitung bagi manusia, maka kemampuan berhitung ini
perlu diajarkan sejak dini, dengan berbagai media dan metode yang tepat jangan
sampai dapat merusak pola perkembangan anak. Apabila anak belajar matematika
melalu cara yang sederhana dengan suasana yang kondusif dan menyenangkan, maka
otak anak akan terus berlatih dan berkembang bahkan anak dapat menyenangi
pelajaran matematika.
2. Tahapan dan Prinsip Kemampuan Berhitung
Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru dan orang tua untuk mengembangkan atau
meningkatkan kemampuan berhitung permulaan, kemampuan berhitung merupakan
kemampuan untuk mengunakan ketrampilan berhitung. Tahapan yang dapat
dilakukan untuk membantu mempercepat penguasaan berhitung melalui jalur
matematika ,misalnya: tahap penguasaan konsep, tahap transisi, dan tahap
pengenalan lambing (Depdiknas, 2000: 7-8).
Pertama, tahap penguasaan konsep, dimulai dengan mengenalkan konsep atau
pengertian tentang sesuatu dengan konsep atau pengertian tentang sesuatu dengan
menggunakan benda-benda yang nyata, seperti pengenalan warna ,bentuk,dan
menghitung bilangan.
Kedua, tahap transisi, merupakan peralihan dari pemahaman secara konkret dengan
menggunakan benda-benda nyata menuju kearah pemahaman secara abstrak.
Adapun ketiga, tahap pengenalan lambing,
19
adalah di mana setelah memahami sesuatu secara abstrak, maka anak dapat
dikenalkan pada tingkat penguasaan terhadap konsep bilangan dengan cara meminta
anak melakukan proses penjumlahan dan pengurangan melalui penyelesaian soal.
Konsep pengurangan dan penjumlahan dapat dilakukan dengan menggunakan
permaian yang disesuaikan dengan kemampuan anak, dan melibatkan kreativitas
guru atau pembimbing dalam minikatkan permainan agar hasil dari permainan ini
sesuai dengan yang diharpkan.
Tahapan bermain hitung atau matematika atau anak usia dini, dengan mengacu pada
hasil penelitian (Jean Piaget, 2014:12) tentang intelektual, yang menyatakan bahwa
anak usia 2-7 tahun berada pada tahap pra operasional, maka penguasaan kegiatan
berhitung / matematika pada anak usia taman kanak-kanak akan melalui tahapan
sebagai berikut:
a. Tahap kosep/pengertian
Pada tahap ini anak berekspresi untuk menghitung segala macam benda- benda yang
dapat dihitung dan yang dapat dilihatnya. Kegiatan menghitung –hitung ini harus
dilakukan dengan memikat,sehingga benar-benar dipahami oleh anak. Pada tahap ini
guru atau orang tua harus dapat memberikan pembelajaran yang menarik dan
berkesan , sehingga anak tidak menjadi jera atau bosan.
20
b. Tahap transmisi/peralihan
Tahap transmisi merupakan masa peralihan dari konkret kelambang, tahap ini ialah
saat anak mulai benar-benar memahami. Untuk itulah maka tahap ini diberikan
apabila tahap konsep sudah dikuasai anak dengan baik, yaitu saat anak mampu
menghitung yang terdapat kesesuaian antara benda yang dihitung dan bilangan yang
disebutkan.
c. Tahap lambang
Kegiatan di mana anak sudah diberi kesempatan menulis sendiri tahap paksaan,
yakin berupa lambang bilangan, bentuk-bentuk, dan sebagainya jalur-jalur dalam
mengenalkan kegiatan berhitung atau matematika.
Selanjutnya Gagne (1977:16), menyatakan sembilan tahapan pengelolaan yang
esensial dalam belajar yang disebut fase belajar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: a)
persiapan untuk belajar; b) perolehan dan perbuatan, dan c) alih belajar. Fase belajar
ini penting diperhatikan yang selalu ada dalam proses belajar yang diterapkan secara
lainan dalam kondisi belajar. Tahapan informasi dalam belajar yang diterapkan
Gagne selalu ada dalam proses belajar dan sangat penting untuk diperhatikan dalam
pembelajaran yang sedang berlangsung.
Prinsip-prinsip dalam berhitung permulaan untuk mengembangkan kemampuan
berhitung permulaan pada anak dikenalkan melalui permainan berhitung, dikenal ada
21
beberapa prinsip mendasar yang perlu dipahami dalam menerapkan permainan
berhitung, yaitu: (1) dimulai dari menghitung benda; (2) berhitung dari yang lebih
mudah ke yang lebih sulit; (3) anak berpartisipasi aktif dan adanya rangsangan untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri; (4) suasana yang menyenangkan; (5) bahasa
yang sederhana dan menggunakan contoh – contoh; (6) anka dikelompokkan sesuai
dengan tahapan berhitungny, (7) evaluasi dari mulai awal sampai akhir kegiatan.
Prinsip-prinsip berhitung ini penting diperhatikan agar anak dapat dengan mudah
memahami konsep berhitung dengan baik. Anak akan menyenangi kegiatan
berhitung menjadi lebih bermakna (Depdiknas, 2000:8).
Prinsip-prinsip tersebut dapat dikemukakan bahwa pelajaran berhitung bukan sesuatu
yang menakutkan, tetapi merupakan pelajaran yang disenangi dinilai dari hati
nuraninya sehingga anak akan merasa membutuhkan karena mengasyikkan dan cara
mengajarkan nya pun harus tepat.
3. Metode Pengembangan Kemampuan Berhitung
Pengembangan kemampuan berhitung permulaan pada anak dapat dilakukan dengan
beberapa metode. Metode yang dikembangkan dalam mengenalkan dan
mengembangkan kemampuan berhitung permulaan misalnya: adalah metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, bermain, atau pemberian
tugas.
22
Menurut (Renew,2002:1) metode yang perlu diterapkan dalam mengembangkan
kemampuan berhitung permulaan pada anak dilakukan dengan permainan–permainan
yang menyenagkan, suasana belajar yang menggembirakan dan bagaimana anak
tertarik untuk belajar. Suasana yang nyaman dan menyenangkan, dapat membuat
anak akan belajar angka dengan cara yang kreatif dalam suatu permainan
berdasarkan tahap-tahap tertentu.
Metode yang digunakan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir anak serta
mampu memecahkan masalah. Gordon & Browne dalam Moeslichatoen
(Depdiknass, 2000: 8-9) mengemukakan tiga macam pola kegiatan yang dapat
dilakukan agar tujuan dari metode yang diterapkan dapat berjalan sesuai dengan
yang diharapkan. Tiga macam pola kegiatan tersebut adalah:
a. Kegiatan dengan pengarahan langsung dari guru
b. Kegiatan berpola semi kreatif
c. Kegiatan berpola kreatif
Kegiatan dengan pengarahan oleh guru yaitu kondisi dan kegiatannya berada dalam
jangka waktu tertentu. Kegiatan berpola semi kreatif, yaitu guru memberi kebebasan
kepada anak untuk membuat sesuatu dan kegiatan berupa kreatif, dengan cara
menghadapkan anak pada berbagai masalah yang harus dipecahkan. Pola ini
disesuaikan dengan usia dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak agar metode
tersebut dapat terlaksana dengan baik.
23
Untuk memperoleh hasil berlajar yang optimal, penerapan metode pembelajaran ini
dapat dikombinasikan dengan metode lainnya, Metode yang dimaksud di antaranya:
pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, mengucapkan syair, percobaan atau
eksperimen, bercakap- cakap, bercerita, praktik langsung. Metode - metode ini dapat
dipilih kemudian dikombinasikan dengan metode lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan anak pada saat itu di beri pembelajaran dengan
mempertimbangkan karakteristik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi
kelancaran proses pembelajaran berlangsung.
Metode yang dipilih disesuaikan dengan tahapan dan prinsip perkembangan
berhitung pada anak, metode yang dikombinasikan dengan media dan bentuk
kegiatan yang akan dilakukan, seperti dengan permainan balok angka untuk
mengenalkan konsep perjumlahan dan pengurangan.
4. Program Pengembangan Kemampuan Berhitung
Kemampuan berhitung permulaan pada kelompok A mengacu pada kurikulum 2004
standar Kompetensi TK/RA. Program pengembangan berhitung permulaan menurut
Depdiknas tahun 2004, dapat digambarkan pada table berikut ini :
24
Tabel 1.1 Kurikulum 2014 Standar Kompetensi TK/RA
KOMPETENS
I DASAR
HASIL
BELAJAR
INDIKATOR
Anak mampu
memahami
konsep
sederhana
memecahkan
masalah
sederhana
dalam
kehidupan
sehari-hari
Anak dapat
memahami
bilangan
o Membilang atau menyebut urutan bilangan dari
1-20
o Membilang (mengenal) konsep bilangan dengan
benda-benda 10
o Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-
benda
o Menghubungkan/ memasangkan lambang
bilangan dengan benda-benda sampai 10 (anak
tidak disuruh menulis)
o Membedakan dan membuat dua kumpulan
benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama
lebih banyak dan lebih sedikit
o Menyebutkan hasil penambahan dan
pengurangan dengan benda sampai 10
o Memperkirakan urutan berikutnya setelah
melihat bentuk lebih dari tiga pola yang
berurutan. Misalnya merah, putih dan biru.
o Meniru pola dengan menggunakan berbagai
benda
Sumber: Depdiknas, 2004:22-23
Berdasarkan tabel di atas, maka program pengembangan peningkatan
berhitung permulaan di TK/ RA bertujuan untuk memperkenalkan dalam
menggunakan hitungan. Teori perkembangan struktur intelektual yang dikemukakan
oleh (Jean Piaget, 2014:12) bahwa anak yang berusia 2-7 tahun mengalami stuktur
intelektual pada tahapan yang disebut tahap pra operasional. Pada usia ini anak di
dalam berpikirnya tidak didasarkan pada keputusan yang logis melainkan hanya
dilihat seketika, perilaku yang dapat diamati pada perkembangan anak dalam usia ini
25
antara lain anak menggunakan kata-kata untuk menyatakan suatu benda, menghitung
secara sederhana , anak secara konkret dapat melakukan perbandingan lebih tinggi
dan lebih banyak, pada tahap permulaan pra operasional, anak masih sukar melihat
hubungan dan mengambil kesimpulan secara konsisten
Sesuai dengan petunjuk dari Depdiknas, setiap pengelola tenaga pendidik
TK/RA wajib menggariskan tentang karakteristik perkembangan intlektual anak,
khususnya pada anak 4-6 tahun yaitu:
a. Membentuk permainan secara sederhana.
b. Menciptakan suatu bentuk dengan menggunakan tanah liat.
c. Menggunakan balok-balok menjadi bahan bangunan.
d. Menyebut dan membilang 1-10
e. Memahami lambing bilangan.
f. Menghubungkan konsep dengan lambang bilangan.
g. Memahami konsep sama, lebih banyak, dan lebih sedikit.
h. Memahami penjumlahan dengan benda-benda.
i. Memahami waktu dengan menggunakan jam.
j. Menyusun kepingan puzzle secara sederhana menjadi utuh.
k. Memahami alat-alat untuk mengukur.
l. Memahami sebab akibat.
m. Mengetahui asal usul terjadinya sesuatu.
n. Menunjukkan kejanggalan suatu gambar.
26
Poin-poin petunjuk teknis di atas dapat ditegaskan, bahwa para pengelola
tenaga pendidik anak usia dini dalam program pembelajaran hendaknya dapat
mengembangkan kemampuan berhitung permulaan, maka terlebih dahulu perlu
memahami karakteristik perkembangan intelektual anak itu sendiri. Selain itu, jangan
lupa model pembelajaran dalam rangka pengembangan kemampuan berhitung
permulaan ini juga harus dikemas dalam bentuk bermain. Menurut para ahli
psikologi, bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa
anak. Faktor-faktor yang memengaruhi permainan anak ini, yaitu: kesehatan,
inteligensi, jenis permainan, lingkungan, dan status sosial ekonomi. Faktor-faktor ini
akan memengaruhi perkembangan anak dalam memahami berhitung permulaan.
Sering dengan perkembangan pemahaman bilangan permulaan ini,
menyatakan bahwa konsep yang dimulai dipahami anak sejalan dengan
pertambahnya pengalaman yang dialami anak, di antaranya konsep bilangan. Konsep
bilangan berhubungan dengan kata-kata,ketika anak mulai bicara. Pengalaman yang
dialami seorang anak memengaruhi konsep bilangan anak, karena itulah secara
umum anak yang memulai pendidikan di Roudhatul Alhfal umumnya belajar arti
bilangan lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak mengalami pendidikan pada
saat anak memasuki pendidikan di taman kanak-kanak. Pemahaman konsep bilangan
akan berkembang dengan cepat sampai pada peningkatan ke tahap pengertian
mengenai jumlah. Konsep bilangan ini berhubungan dengan penambahan dan
pengurangan, sehingga secara bertahap bilangan menjadi lebih jelas. Oleh karena itu
27
memahami konsep bilangan melalui permainan sangat penting karena dengan
permainan anak akan dapat cepat memahami maksud dari pembelajaran tersebut
(Hurlock, 1978:51-52).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas maka program
pengembangan kemampuan berhitung permulaan di anak memiliki tujuan untuk
memperkenalkan anak dalam mengunakan hitungan. Materi tersebut terdapat dalam
Kurikulum 2004 Standar Kompetensi taman kanak-kanak dan Raudhatul Athfal.
Materi yang diberikan di antaranya: membilang, menyebut urutan bilangan dari 1
sampai 10, membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda )sampai 10,
membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda – benda, menghubungkan/
memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda hingga 10 (anak tidak disuruh
menulis), membedakan dan membuat dua kumpulan benda yang sama jumlahnya,
yang tidak sama, lebih banyak, lebih sedikit, menyebutkan hasil penambahan dan
pengurangan dengan benda sampai 10; memperkirakan urutan berikutnya setelah
memiliki bentuk lebih dari tiga pola yang berurutan, merah, putih dan biru, meniru
pola dengan menggunakan benda.
A. Alat Permainan Eduktif Alat Permainan Edukatif
1. Pengertian Alat Permainan Edukatif (APE)
Alat permainan edukatif (APE) adalah sarana yang digunakan oleh
anak untuk bermain, yaitu mengandung nilai pendidikan dan dapat
mengembangkan seluruh kemampuan anak. Jadi alat permaian edukatif
28
digunakan oleh anak untuk bermain sambil belajar, artinya alat dan bermain
itu sendiri merupakan sarana belajar yang menyenangkan. Dengan
menggunakan alat permainan edukatif anak akan bermain dan bereksplorasi
sesuai kebutuhan dan perkembangannya. Kegiatan main bereksplorasi yang
menyenangkan akan membawa mereka kepada pengalaman yang positif
dalam segala aspek, seperti aspek pengmbangan keimanan dan ketaqwaan,
daya cipta, kemampuan berbahasa, keterampilan, kemandirian, bersosialisasi,
serta kemampuan jasmani dan kemampuan lainnya. Segala sesuatu yang
dapat digunakan sebagai sarana atau alat permaian yang mengandung nilai
pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak
(Kemendiknas. 2010:2).
2. Manfaat Ape
Stimulasi untuk motorik halus diperoleh pada saat:
a. Stimulasi untuk motorik halus diperoleh pada anak meraih dan
mengambil mainan, meraba, memegang, dengan kelima jarinya dan
sebagainya. Sedangkan rangsangan motorik kasar didapatkan anak saat
menggerak-gerakan mainannya, melempar, mengangkat, dan lain
sebagainya.
b. Alat permainan edukatif dirancang untuk menggali kemampuan anak,
termasuk kemampuannya dalam berkonsentrasi dan fokus pada gambar
atau bentuk yang ada didepannya sehingga anak tidak berlari-larian atau
29
c. melakukan aktivitas fisik lainnya sehingga konsentrasinya bisa lebih
tergali. Tanpa konsentrasi, bisa jadi hasilnya tidak memuaskan.
d. Anak dilatih untuk berfikir logis dengan mengikuti urutan atau aturan
sederhana sesuai dengan permainan yang dimainkannya, dimana anak
dapat berfikir secara logis untuk menentukan suatu keputusan antara satu
konsep dengan konsep lain dari mainannya, missal dalam menyusun
balok anak akan berfikir bahwa balok yang besar lebih baik jika diletakan
dibagian bawah sebagai pondasi sehingga tidak mengganggu
keseimbangan bangunan yang dibuatnya.
e. Mengenal konsep sebab akibat anak akan belajar konsep-konsep
sederhana tentang sebab dan akibat sesuatu.
3. Kriteria Pemilihan Alat Permainan Edukatif Yang Tepat Buat Anak
Pendidik harus memiliki pengetahuan untuk memilih APE yang tepat
buat anak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak, oleh karena itu
pendidik harus mengetahui criteria memilih alat permainan edukatif, antara lain:
a. Mengandung unsur pendidikan.
b. Alat permainan tidak berbahaya bagi anak.
c. Dasar pemilihan alat permainan edukatif adalah minat dan kebutuhan
anak terhadap mainan tersebut.
d. Alat permainan sebaiknya beraneka macam, sehingga anak dapat
bereksplorasi dengan berbagai macam alat permainannya.
30
e. Tingkat kesulitan sebaiknya disesuaikan pada rentang usia anak.
Permainan tidak terlalu sulit dan juga tidak terlalu mudah bagi anak.
f. Dasar permilihan alat permainan lebih ditekankan pada pertumbuhan
fisik dan tingkat perkembangan anak secara individu bukan
berdasarkan usia. Perkembangan biologis dan fisik pada anak yang
umurnya sama dapat saja berbeda.
4. Penggunaan Dan Pengembangan Alat Permainan Edukatif
a. Karakteristik Anak
Alat permainan edukatif sesuai dengan kebutuhan anak yang
bermain maka dalam membuat dan menggunakan atau
menghidangkannya, pendidik perlu tahu karakteristik anak yang akan
menggunakan APE tersebut.
1) Usia 0-6 bulan
Masa umum ini secara umum anak mengeksplorasi lingkungan
memalui suara, pengamatan & sentuhan. Oleh karena itu anak
membutuhkan alat permainan edukatif obyek yang dapat bergerak,
berwarna kontras, bersuara dan memiliki aneka tekstur.
2) Usia 7-12 bulan
Anak umumnya dapat mengingat konsep sederhana sehingga anak
suka kegiatan menyimpan & mengeluarkan benda, mencari benda
yang disembunyikan, menirukan suara yang menarik dan melihat
gambar.
31
3) Usia 12-18 bulan
Anak mulai menyukai tantangan untuk melakukan manipulasi
& eksperimentasi, serta mnikmati dongeng sehingga APE yang
dibutuhkannya antara lain buku bergambar, kotak musik, puzzle,
menara gelang.
4) Usia 18-24 bulan
Anak menghabiskan waktu dengan alat permainan yang dapat
dikelola bebas oleh dirinya sendiri sehingga pendidik dapat
menghidangkan APE antara lain : boneka yang dapat diberi baju,
martil kayu, balok geometri, instrtument music.
5) Usia 2-31/2 tahun
Anak seusia ini umumnya menyukai bongkar pasang dan
benda yang menguji kemampuan seperti lego, playdough, sosiodram.
6) Usia 31/2-5 tahun
Anak seusia ini senang bermain bersama teman sebaya,
permainan fisik, dan serba ingin tahu.
7) Usia 5-7 tahun
Rasa ingin tahu anak bertambah besar dengan focus interest pada
kegiatan sosial, science, akademik lainnya.
32
b. Konsep Pengetahuan
Konsep pengetahuan harus dikembangkan pada anak usia dini,
terutama pada kegiatan bermain anak. Saat menghidangkan alat
permainan untuk anak pendidik sudah tahu konsep pengetahuan apa yang
akan dikembangkan dengan menggunakan ape yang bersangkutan. Untuk
itu pendidik harus memberikan dukungan penggunaan alat main dan
dukungan ketika anak sedang main dengan alat tersebut (Pentignya
kreatifitas menentukan Ape).
c. Permainan Balok Angka
Konsep bermain balok pertama kali dikembangkan oleh Caroline
Pratt, 1890. Dengan keahliannya mengolah kayu, Caroline menciptakan
pendekatan belajar memalui balok. Dengan bantuan balok anak
menggunakan seluruh kekuatan mentalnya, menemukan hal-hal yang
berhubungan dan membuat kesimpulan-kesimpulannya, ia belajar untuk
berpikir (Pratt, 1948: 31-32).
Balok –balok angka merupakan salah satu media visual yang
terbuat dari kayu mempunyai bentuk yang dapat dilihat dan dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini.
Balok-balok angka merupakan media yang diciptakan oleh Montessori
pada tahun1909 (Hainstock, 1909:90). Media ini terbuat dari kayu
berbentuk persegi panjang terdiri dari 10 unit balok dengan warna merah
33
dan biru. Setiap segmen warna merah dan biru mewakili jumlah 1 balok.
Balok pertama yang mempunyai ukuran terpendek adalah merah. Balok
kedua adalah duakali ukuran balok yang pertama dengan setengah balok
berwarna merah dan setengahnya berwarna biru. Balok ketiga adalah tiga
kali urutan pertama dan dibagi menjadi tiga bagian, yang pertama
berwarna merah, biru dan merah. Semua batang lainnya dibagi dengan
cara yang sama dengan warna merah dan biru. Bagian pertama selalu
berwarna merah, begitu seterusnya samapai pada balok nomor 10.
Angka-angka pada balok juga terbuat dari kayu yang terdiri dari
angka 1 sampai 10. Setiap angka berwarna hitama.Balok-balok angka
merupakan media yang diciptakan Montessori (1909:20) yang pada waktu
itu untuk pembelajaran sensoris anak. Menurut Montessori latihan
sensoris sangat penting dalam mempelajari dasar-dasar aritmatika. Pada
tahun-tahun awal seorang anak mempunyai masa sensitif sehinga
dibutuhkan stimulus-stimulus untuk mengembangkannya. Prinsip dari
metode yang digunakan digunakan adalah kekonkretan dan latihan hidup
praktis (Hainstock, 1999:95).
Tahapan-tahapan dalam menggunakan balok-balok angka untuk
mengenalkan lambang bilangan adalah :
34
1) One-to-one correspondences
Korespondesi satu-satu adalah cara dimana anak mulai
memahami tentang konsep bilangan dengan cara mencocokkan
item yang sesuai dengan item yang lain. Pada tahap ini anak
menyebutkan satu balok dengan menunjuk balok yang jumlahnya
satu, menyebutkan 2 balok dengan menunjuk balok yang
jumlahnya dua dan lain-lain Essa (2001-299).
2) Rote counting
Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang
angka-angka, membilang yang akan membantu pemahaman anak
tentang arti sebuah angka.
3) Rotional counting
Menghitung rasional dimana anak secara akurat
menempel nama angka untuk serangkaian objek yang dihitung,
sehingga anak mengerti makna angka dan pengenalannya.
Menurut Bredekamp & Copple anak usia 5-6 tahun dapat memilih balok
berdasarkan warna, bentuk dan ukuran, anak dapat menyusun balok berdasarkan
urutan paling kecil hingga paling besar atau bedasarkan urutan angka terkecil
hingga angka terbesar.
Menurut Shopian anak-anak usia lima tahun mengembangkan pengertian
lebih baik tentang bilangan dan nama bilangan. Mereka ingin menghitung keping
35
coklat pada eskrim dan terarik untuk menulis angka bilangan dan mempelajari
bilangan (Shopian,1995:393).
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa balok-balok bukan hanya
alat untuk bermain tetapi lebih dari itu, yaitu sebagai filosoifi belajar dengan
bermain balok sebagai alatnya. Anak belajar tentang geometri seperti eksplorasi
berbagai ukuran (besar-kecil, panjang- pendek) dan bentuk-bentuk tiga dimensi.
Proses ini terjadi saat anak bermain balok dengan berbagai ukuran. Merujuk
potensi yang di munculkan dalam permainan balok diantaranya mengandung
unsur pengukuran, ketepatan dan perencanaan maka secara langsung maupun
tidak langsung permainan balok dapat mendukung kecerdasan logika matematika
anak.
Penggolongan atau klasifikasi mengelompokan benda-benda yang serupa
atau memiliki kesamaan adalah salah satu proses yang penting untuk
mengembangkan konsep bilangan. Menurut (Ginsburg & Seo,1999:35) supaya
anak usia 5-6 tahun mampu menggolongkan atau menyortir benda-benda mereka
harus mengembangkan pengertian tentang saling memiliki kesamaan, keserupaan
dan perbedaan.
Menyusun atau menata adalah tingkat lebih tinggi dari perbandingan,
kemampuan untuk membuat berisan atau menyusun, sering mengikuti
perkembangan anak-anak untuk melestarikan dan menggolongkan, (Menurut,
Soutehen & pasnak, 1997:12).
36
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa permainan dengan
menggunakan balok angka dapat membantu anak untuk mengidentifikasikan
angka sesuai jumlah benda yang mereka hitung.
B. Anak Usia Taman Kanak-kanak dan Roudhlatul Athfal
1. Pengertian Anak Taman Kanak-kanak dan Roudhatul Athfal
Anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun,
namun bila dilihat dari jenjang pendidikan di Indonesia, maka yang termasuk
kelompok anak usia dini adalah pendidikan keluarga, pendidikan tempat
penitipan anak, kelompok bermain, taman kanak-kanak dan roudhatul athfal
atau prasekolah dan sekolah dasar kelas awal.
Tahun-tahun prasekolah adalah tahun awal masa kanak-kanak dan
tahapan diletakkannya dasar struktur perilaku kelompok. Anak sekolah
adalah pribadi yang mempunyai potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan
dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal.
(Harlok, 1978:26). Menurut Biechler dan Snowman anak Taman kanak-
kanak & Raudhlatul Athfal dapat disebut juga anak prasekolah yaitu anak
yang berusia 3-6 tahun (Patmonodewo 2003:19).
2. Ciri-ciri Anak Taman Kanak-kanak dan Roudhatul Athfal
Anak taman kanak-kanak dam roudhatul athfal tergolong anak usia
dini dimana individu yanag berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan bersifat unik, dalam arti memiliki pola dan pertumbuhan yang
37
sedang dilalui oleh anak tersebut. Anak taman kanak-kanak dam roudhatul
athfal juga merupakan awal masa kanak-kanak dan memiliki fase kehidupan
dengan karakteristik khas.
Kartini kartono (1995:109) mengungkapkan ciri khas pada masa
kanak-kanak sebagai berikut.
a. Bersifat egoisentris naif
Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai
dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan
dan pikirannya yang masih sempit, Maka anak belum mampu memahami
arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri
kedalam kehidupan orang lain.
b. Relasi sosial yang primitive
Relasi sosial yang primitife merupakan akibat dari sifat egoisantris
naif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan
antara dirinya dengan keadaan lingkungan sosialnya. Anak pada masa ini
hanya memiliki minat terhadap benda-benda atau peristiwa yang sesuai
dengan daya fantasinya. Anak mulai membangun dunianya dengan
khayalan dan keinginnya sendiri
c. Kesatuan jasmani dan rohani yang hamper tidak terpisahkan
Anak belum dapat membedakan antara dunia lahiriah dan batiniah.
Isi lahiriah dan batinilah masih merupakan kesatuan yang utuh.
38
Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara
bebas, spontan dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku maupun pura-
pura, anak mengekspikannya secara terbuka.
d. Sikap hidup yang fisiognomis
Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara
langsung anak memberikan atribut atau sifat lahiriah atau sifat konkrit,
nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena
pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu
(totaliter) antara jasmain dan rohani. Anak belum dapat membedakan
antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada disekitarnya
dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki
jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri.
Snowman dalam Patmonodewo (2003:32-36), anak usia TK & RA
atau prasekolah memiliki sejumlah ciri yang dapat dilihat dari fisik, sosial,
emosi dan kognitif.
a. Ciri Fisik
1) Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Anak pada usai ini sangat
menyukai kegiatan yang dilakukan atas kemauan sendiri. Kegiatan
mereka yang dapat diamati adalah seperti: suka berlari, memanjat dan
melompat.
39
2) Anak membutuhkan istirahat yang cukup. Dengan adanya sifat akif,
maka bisanya setelah melakukan banyak aktivitas anak memerlukan
istirahat walaupun kadangkala kebutuhan untuk beristirahat ini tidak
disadarinya.
3) Otot-otot besar anak usia prasekolah berkembang dari kontrol jari dan
tangan. Dengan demikin anak usia prasekolah belum bisa melakukan
aktivitas yang rumit seperti mengikat sepatu.
4) Sulit memfokuskan pandangan pada objek-objek yang kecil
ukurannya sehingga koordinasi tangan dan matanya masih kurang
sempurna.
5) Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang
melindungi otak masih lunak sehingga berbahaya jika terjadi
benturan keras.
6) Dibandingkan dengan anak laki-laki, anak perempuan lebih terampil
dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik
halus.
b. Ciri sosial
1) Anak pada usia ini memiliki satu atau dua sahabat tetapi sahabat
ini cepat berganti. Penyesuaian diri mereka berlangsung secara
cepat sehingga mudah bergaul. Umumnya mereka cenderung
memilih teman yang sama jenis kelaminnya, kemudian pemilihan
teman berkembang kejenis kelamin yang berbeda.
40
2) Anggota kelompok bermain jumlahnya kecil dan tidak terorganisir
dengan baik. Oleh karena itu kelompok tersebut tidak bertahan
lama dan cepat berganti-ganti.
3) Anak yang lebih kecil usianya seringkali bermain bersebelahan
dengan anak yang lebih besar usianya.
4) Pola bermain anak usia prasekolah sangat bervariasi fungsinya
sesuai dengan kelas sosial dan gender.
5) Perselisihan sering terjadi, tetapi hanya berlangsung sebentar
kemudian hubungannya menjadi baik kembali. Anak laki-laki
lebih banyak melakukan tingkah laku agresif dan perselisihan.
6) Anak usia prasekolah telah mulai mempunyai kesadaran terhadap
perbedaan jenis kelamin dan peran sebagai anak laki-laki dan anak
perempuan. Dampak kesadaran ini dapat dilihat dari pilihan
terhadap alat-alat permainan.
c. Ciri emosinal
Anak usia prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya
secara bebas dan terbuka. Ciri ini dapat dilihat dari sikap marah yang
sering ditunjukkannya. Sikap ini hati pada anak usia prasekolah sering
terjadi, sehingga mereka berupaya untuk mendapatkan perhatian orang
lain secara berebut.
41
d. Ciri kognitif
Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa.
Pada umumnya mereka senang berbicara, khususnya dalam
kelompoknya. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui
interaksi, minat kesempatan, mengagumi, dan kasih sayang.
Menurut Adi (2009:10) karakteristik yang nampak pada anak TK &RA
adalah sebagai berikut.
a. Fisik
Anak akan menunjukkan kemampuan tentang kelenturan otot
dan menggerakkan anggota tubuhnya untuk memantapkan gerakan
dasar, mengembangkan keseimbangan diri dan dapat mengurus
dirinya sendiri serta membuat berbagai bentuk dengan menggunakan
berbagai media.
b. Daya cipta
Anak sudah dapat mengenali, membandingkan,
menghubungkan, membedakan, menyelesaikan masalah dan
mempunyai banyak ide tentang konsep dan gejala sederhana yang ada
dilingkungannya.
42
c. Bahasa dan komunikasi
Anak dapat berkomunikasi secara lisan, menjawab pertanyaan,
bercerita, memberi informasi dan menulis dengan simbol-simbol yang
mengembangkan serta untuk memperkaya perbedaharaan kosakata.
d. Sosial-emosional
Anak sudah dapat mengadakan hubungan dengan orang lain,
terbiasa untuk bersikap sopan santun, mematuhi peraturan dan disiplin
dalam kehidupan sehari-hari serta dapat menunjukkan reaksi emosi
yang wajar.
e. Moral dan nilai-nilai agama
Anak sudah mulai percaya akan ciptaan Allah, mencintai
sesama dan dapat mematuhi aturan yang menyangkut etika perbuatan.
f. Seni
Anak dapat mengungkapkan gagasan dan daya ciptanya dalam
berbagai bentuk.
Dari uraian di atas ciri-ciri anak anak taman kanak-kanak dam roudhatul
athfal dapat dilihat dari aspek perkembangan fisik, bahasa dan komunikasi, daya
cipta,sosial-emosional, seni dan moral serta nilai agama.
43
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Roudhatul Athfal Masyithoh Nglondong Kecamatan
Parakan Kabupaten Temanggung
Roudhlatul Athfal Masyithoh Nglondong berdiri pada 21 April 2001 oleh
para tokoh kementerian agama dan para masyarakat Nglondong antara lain Bapak
Choirun, Bapak Rohmat, H. Masduqi dan H. Mastur.
Pada awal berdirinya kegiatan belajar mengajar berlangsungan di rumah
penduduk, yaitu rumah bapak Masduqi yang di pinjam oleh Raudhatul Athfal
Masyithoh Nglondong, namun letaknya kurang strategis. Proses pembelajaran yang
sangat sederhana dan kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Administrasi
yang diterapkan juga sangat sederhana, belum ada komputerisasi, segala bentuk
laporan masih berupa tulisan tangan, bahkan hanya ada satu guru yang mengajar.
Jumlah siswa pada awal berdiri sangatlah sedikit, yaitu 12 siswa saja. Namun lambat
laun siswa semakin bertambah dan rumah rumah yang ditempati untuk kegiatan
belajar mengajar pun sudah tidak muat lagi.
Kondisi tersebut harus segera mendapatkan jalan keluar yang baik, sehingga
pada tokoh Kementerian Agama yang berdomisili di desa Nglondong mengajak
tokoh masyarakat untuk beramal jariyah dalam membeli tanah dan membangun
44
gedung baru untuk memajukan RA Masyithoh Nglondong, pada tahun 2001
pembangunan telah jadi dengan 3 ruangan yaitu kantor, kelompok A dan kelompok
B.
Pada tahun 2003 pihak sekolah mengajukan proposal kepada Kantor
Gubenur Jawa Tengah melalui Disdikpora Kabupaten Temanggung dan Kantor
Departemen Agama Wilayah Propinsi Jawa Tengah untuk membangun pagar
keliling. Pada tahun 2005 dana tersebut terealisasi.
Kondisi RA Masyithoh Ngolondang ini berlangsung hingga sekarang dengan
berbagai kekurangan, kelebihan, hambatan, dan tantangan yang ada RA Masyitoh
Nglondang sekarang telah bergabung dengan Yayasan Pendidikan Muslimat
Nahdlotul Ulama. RA Masyithoh Nglondong merupakan bagian tak terpisahkan dari
lingkungan masyarakat secara keseluruhan, maka senantiasa harus mencerminkan
suasana lingkungan yang baik dari segi jasmani dan rohani. RA Masyithoh
Nglondong selalu mengingat dan mengoreksi diri bahwa sekolah adalah tempat
tumbuh dan berkembangnya anak atau generasi muda bangsa. Oleh karena itulah
lingkungan sekolah perlu diciptakan dan dijaga kebersihannya serta memiliki
lngkungan yang sehat. Besar harapan bagi RA Masyithoh Nglondong di masa yang
akan datang dapat dipercaya masyarakat dalam menciptakan generasi yang sehat,
cerdas, gembira dan berakhlak mulia.
45
2. Profil Sekolah
Profil atau identitas sekolah adalah sebagai berikut :
No Nama Identitas Keterangan
1 Nama Sekolah a. Roudhatul Athfal Masyithoh Nglondong
2 Provinsi Jawa Tengah
3 Kabupaten Temanggung
4 Kecamatan Parakan
5 Desa Nglondong
6 Kode Pos 56254
7 Telepon -
8 Fax/Email -
9 Daerah Pedesaan
10 Status Tanah Bengkok
11 Status Bangunan Milik Sendiri
12 Akreditasi B
13 Tahun Pendirian Sekolah 2001
14 Ijin Pendirian Ada
15 Status Sekolah Swasta
16 Tahun Beroperasi 2001
3. Letak Geografis RA Masyithoh Nglondong
Lembaga pendidikan RA Masyithoh Nglondong tepatnya berada di Desa
Nglondong Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung dengan kode pos 56254.
4. Visi, Misi dan Tujuan RA Masyithoh Nglondong
a. Visi
Adapun visi RA Masyithoh Nglondong, yaitu:
“Mengembangkan potensi anak secara sehat, cerdas dan mandiri berdasarkan
keimanan dan ketawaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”
b. Misi
46
Adapun misi RA Masyithoh Nglondong, yaitu:
1) Membiasakan hidup bersih dan sehat
2) Membiasakan anak berperilaku sopan, ramah dan budi pekerti yang luhur
3) Menanamkan rasa percaya diri
4) Melatih kemandirian dan kedisiplinan
5) Merangsang kecerdasan dan kreativitas anak
6) Melaksanakan pembelajaran dengan prinsip bermain sambil belajar
c. Tujuan
1) Meletakkan dasar dan menanamkan nilai-nilai Agama Islam dalam jiwa anak
sejak dini melalui pembiasaan beribadah agar dikemudian hari menjadi anak
yang beriman kuat dan berakhlak mulia.
2) Mengembangkan aktivitas dan kreativitas anak melalui berbagai kegiatan
edukatif, eksploratif, kreatif dan menyenangkan agar anak memiliki
keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang bermanfaat dimasa
mendatang.
3) Menyiapkan anak untuk mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kualitas
yang baik secara intelektual dan religius.
5. Keadaan Guru
Adapun nama-nama guru di RA Masyithoh Nglondong terlihat pada table
dibawah ini :
47
Table 2.1 Daftar Nama Guru Roudhatul Athfal Masyithoh Nglondong
No. Nama Tanggal Lahir Tanggal Mulai Tugas
1 Afinaturrosidah, S.Pd 25/08/1975 21 April 2001
2 Mustaqimah 05/07/1967 21 April 2001
3 Rodliyatun 14/04/1969 21 pril 2001
6. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi RA Masyithoh Nglondong terlihat pada gambar
dibawah ini :
Gambar 2.2 Gambar Struktur Organisasi RA Masyithoh Nglondong
7. Tata Tertib dan Pembiasaan di RA Masyithoh Nglondong
a. Berangkat sekolah harus datang lebih awal
b. Bel masuk sekolah jam 07.30 WIB
Penasehat
Fikriyah
Kepala RA
Afinaturrosidah, S.Pd
Komite
Marliyah
Guru B
Rodliyatun
Guru A
Mustaqimah
Siswa
Masyarakat
48
c. Berbaris sebelum masuk kelas
d. Guru mendampingi anak dalam barisan
e. Anak masuk kelas dengan rapi satu per satu mengikuti guru
f. Absen
g. Duduk di kelas dengan rapi
h. Memberi salam
i. Berdoa sebelum kegiatan dimulai
j. Bernyanyi, bercerita, bertepuk berirama sebelum pembelajaran
k. Masuk ke inti pembelajaran yang mana materi telah disiapkan oleh guru
l. Guru membimbing, melatih, mengarahkan dan mendampingi anak didik
m. Harus tercipta suasana yang akrab antara guru dan anak lingkungan harus
nampak nyaman sehingga anak-anak senang belajar bersama
n. Ketika hendak istirahat, anak-anak cuci tangan
o. Membaca doa sebelum makan
p. Selesai makan, anak berdoa dan boleh cuci tangan kembali
q. Anak dipersilahkan bermain bersama teman sebayanya
r. Anak harus memakai sandal ketika bermain dihalaman supaya kaki tetap bersih
s. Anak harus tertib merapikan dan mengembalikan mainan setelah selesai
digunakan
t. Guru harus membersihkan kelas setelah selesai makan agar kelas tetap bersih
49
u. Setelah selesai jam istirahat, anak masuk kelas dengan rapi dan
mengembalikan sandal pada rak yang telah disediakan
v. Anak dan guru memulai pelajaran kembali yang mana pembelajaran harus
bersifat ringan, hanya sekedar mengevaluasi pelajaran inti dan menyampaikan
pesan serta nasehat kepada anak yang bersifat penanaman akhlak atau moral
anak
w. Selesai pelajaran, anak berdoa pulang dan mengucapkan salam
x. Anak dengan rapi berjabat tangan kepada guru
y. Anak keluar kelas dengan rapi dan memakai sepatu sendiri
8. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok A di Roudhatul Athfal
Masyithoh Nglondong Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung tahun pelajaran
2017/2018 yang berjumlah 20 anak yang terdiri 9 laki-laki dan 11 perempuan.
Table 2.2 Daftar Nama Siswa RA Masyithoh Nglondang
No. Nama Tempat Tanggal Lahir
1 Tio Raka .P. Temanggung, 17 Maret 2012
2 Rina Susanti Temanggung, 3 April 2012
3 Anitsa Andita Temanggung, 17 Agustus 2011
4 Rosi Kushadi Temanggung, 1 Desember 2012
5 Bintang Prima yuda Temanggung, 14 Februari 2012
6 Sifa Pahojiyah Temanggung, 1 Januari 2012
7 Diyah wahyu Temanggung, 30 Juni 2012
8 Zizi Angraini Temanggung, 26 Juni 2012
9 Alfa Riski Wahyono Temanggung, 18 Oktober 2012
10 Riska Cahya Temanggung, 30 September 2012
11 Dita Putri Trineng Temanggung, 27 Desember 2012
12 Muhamat Muza Temanggung, 4 Maret 2012
13 Yudi Kurniawan Temanggung, 25 Agustus 2012
14 Bella Puji Temanggung, 17 Desember 2012
50
15 Gilang Kurniawan Temanggung, 9 September 2012
16 Deva Reza Pratama Temanggung, 6 Juni 2012
17 Fiyan Panji .P. Temanggung, 24 Maret 2012
18 Nafisa khazanah Temanggung, 2 November 2012
19 Bayu Aji Seswanto Temanggung, 1 November 2012
20 Hanifah Atinanur Temanggung, 24 April 2012
B. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan pada tindakan dilakukan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data observasi adapun indikator yang di nilai pada pra siklus tindakan
ini adalah: membilang/menyebut urutan bilangan 1-10, membilang (mengenal
konsep bilangan dengan benda-benda sampai 10, menyebutkan hasil penambahan
dan pengurangan, meniru pola dengan menggunakan berbagai benda.
Tabel 2.3 Indikator Variabel
No Pencapaian Prosentase Hasil
Belajar Kemampuan
Berhitung
Jumlah
Anak
Prosentasi
Jumlah Anak
Kriteria
1. Membilang (mengenal) konsep
bilangan dengan benda – benda
sampai 10
4 18% BM
2. Menyebut penambahan dan
pengurangan dengan benda
10 50% MM
3. Meniru bentuk dengan balok 6 30% BSH
4. Membilang (mengenal) konsep
bilangan dengan balok sampai
10
- - BSB
Jumlah 20 100% -
Berdasarkan daftar tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
kemampuan berhitung anak pada siswa kelompok A di Roudhatul Athfal Masyithoh
Nglondong setelah dilakukan pra siklus I adalah yang mencapai BM 4 anak, yang
51
mencapai MM 10 anak, dan baru 6 anak yang mencapai BSH sedangkan yang
mencapai BSB belum ada.
Sebelum mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan, karena indikator
keberhasilan yang ditetapkan dalam pembelajaran ini adalah 95%.
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada semester I. pada
tanggal 17 Juli 2017. Pada siklus ini dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu:
Perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
1. Perencanaan
Tahap ini peneliti menyusun semua persiapan untuk pelaksanaan proses
pembelajaran yaitu pembuatan RKH yang mengacu pada RKM. Dan tema serta sub
tema. Tema yang diangkat pada penelitian ini adalah tema Binatang sub tema
macam-macam binatang.
Adapun media atau alat untuk meningkatkan kemampuan berhitung adalah balok
angka yang aman untuk anak-anak. Metode yang akan digunakan adalah praktik
langsung menggunakan media balok angka tanya jawab demonstrasi. Waktu yang
digunakan mulai dari pukul 08.00 - 09.00 WIB.
2. Pelaksanaan
Tahap ini penerapan pelaksanaan dari semua tahap perencanaan yang telah
disusun. Setiap siklus pemmbelajaran terbagi menjadi 3 tahap, yaitu pembukaan,
kegiatan inti dan penutup.
52
Kegiatan dalam siklus I ini adalah pembelajaran melalui media balok angka,
yang dimulai sebelum anak-anak masuk kelas yaitu:
a) Kegiatan Awal (30 menit)
1) Guru mengucapkan salam
2) Membaca Al Fatihah dan Asmaul Husna
3) Absensi
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5) Tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari
b) Kegiatan Inti
1) Guru bertanya jawab tentang tema yang dipelajari hari ini tentang angka
2) Guru menjelaskan tentang berhitung dengan balok angka
3) Guru memberikan tugas secara individu, terkait pembelajaran berhitung
dengan balok angka dengan pengurangan dan penjumlahan.
c) Istirahat
Sebelum istirahat yang dilakukan anak yaitu:
1) Anak mencuci tangan secara bergantian
2) Membaca doa sebelum makan
3) Makan bersama-sama di dalam kelas
4) Berdoa setelah makan
5) Bermain bersama diluar kelas
d) Kegiatan Akhir
53
1) Guru mengajak anak untuk bernyanyi berhitung dengan jari
2) Guru mengulas kembali kegiatan belajar dari awal hingga akhir
3) Guru menutup kegiatan belajar mengaja dengan doa dan salam.
3. Pengamatan
Selama pembelajar kemampuan berhitung dengan menggunakan balok angka
berlangsung peneliti dan guru mengamati proses kegiatan tersebut. Pengamatan
dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran yang berlangsung. Proses
pengamatan untuk mengetahui perkembangan kemampuan berhitung anak yang
terdiri dari keaktifan, motivasi dan semangat. Observasi ini berpedoman pada
indikator yang terdapat pada lembar observasi yaitu: membilang/menyebut urutan
bilangan 1-10, membilang (mengenal) konsep bilangan dengan benda-benda sampai
10.
4. Refleksi
Hasil pengamatan dilapangan dijadikan sebagai pedoman penelitian untuk
melakukan refleksi pada permasalahan yang muncul sehingga dapat mencari solusi
terhadap masalah tersebut.
Pada siklus ini masih banyak kelemahan, diantaranya:
a. Media yang digunakan dalam pembelajaran kemampuan berhitung terutama
penyedian balok angka.
b. Waktu pembelajaran dengan menggunakan media balok angka anak masih sulit
dikondisikan.
54
c. Terbatasnya waktu pada saat anak diminta untuk mengulang penjumlahan dan
pengurangan.
D. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
Dalam pembelajaran hasil peningkatan kemampuan berhitung anak pada
siklus I pada umumnya sudah cukup baik namun belum memenihi keberhasilan yaitu
75% untuk mengatasi permasalahan pada siklus I maka pada hari Senin 24 Juli 2017
peneliti merencanakan pada siklus II. Pada tahap ini peneliti merencanaka:
a. Guru menyiapkan tema dan sub tema pembelajaran
b. Merencanakan pembelajaran yang tertuang pada RKH
c. Menentukan indikator keberhasilan
d. Menyusun panduan pelaksanaan pembelajaran
e. Mempersiapkan fasilitas dan sarana prasarana untuk kegiatan pembelajaran
kemampuan berhitung anak
f. Mempersiapkan media pembelajaran berupa balok angka
g. Menyiapkan isntrumen penilaian berupa lembar observasi untuk mengetahui
hasil belajar kemampuan berhitung anak saat proses pembelajaran berlangsung.
Pada tindakan siklus II peneliti dan guru berusaha dengan maksimal untuk
meningkatkan kegiatan pembelajaran dari siklus I. Peneliti dan guru menciptakan
suasana pembelajaran dimulai guru berusaha membuat anak lebih bersemangat,
lewat gerak dan lagu “pengenalan posisi”, dan memberikan hadiah bintang bagi anak
55
yang mampu melakukan kegiatan dengan baik dan tidak mengganggu temannya.
Sehingga kegiatan pembelajaran kemampuan berhitung menggunakan media balok
berjalan lancar, anak berkonsentrasi dan dapat dikondusifkan.
2. Pelaksanaan
a. Kegiatan Awal
Pada tindakan siklus II ini dilakasanakan pada hari Senin, 24 Juli 2017.
Tema pembelajarannya adalah binatang dan sub temanya adalah ciri-ciri binatang.
Kegiatan pertama sebelum anak masuk pada inti pembelajaran, yaitu:
a) Kegiatan Awal (30 menit)
1) Guru mengucapkan salam
2) Membaca Al Fatihah dan Asmaul Husna
3) Absensi
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5) Tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari
b) Kegiatan Inti
1) Guru bertanya jawab tentang tema yang dipelajari hari ini tentang angka
2) Guru menjelaskan tentang berhitung dengan balok angka
3) Guru memberikan tugas secara individu, terkait pembelajaran berhitung dengan
balok angka dengan pengurangan dan penjumlahan.
c) Istirahat
Sebelum istirahat yang dilakukan anak yaitu:
56
1) Anak mencuci tangan secara bergantian
2) Membaca doa sebelum makan
3) Makan bersama-sama di dalam kelas
4) Berdoa setelah makan
5) Bermain bersama diluar kelas
d) Kegiatan Akhir
1) Guru mengajak anak untuk bernyanyi berhitung dengan jari
2) Guru mengulas kembali kegiatan belajar dari awal hingga akhir
3) Guru menutup kegiatan belajar mengaja dengan doa dan salam.
3. Pengamatan
Selama pembelajaran kemampuan berhitung anak menggunakan media
balok angka berlangsung, peneliti dan guru mengamati proses kegiatan tersebut.
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaan yang berlangsung.
Proses pengamatan pembelajaran untuk mengetahui hasil kemampuan berhitung
anak yang terdiri dari keaktifan, motivasi dan semangat. Observasi ini berpedoman
pada indikator yang terdapat pada lembar observasi yaitu: membilang/menyebut
urutan bilangan 1-10, membilang (mengenal) konsep bilangan dengan benda-benda
sampai 10, menepelkan potongan angka pada lembar kerja yang masih kosong.
4. Refleksi
Hasil pengamatan dilapangan dijadikan pedoman penelitian untuk
melakukan refleksi pada permasalahan yang muncul, sehingga dapat mencari solusi
57
masalah tersebut. Pada siklus ini sudah banyak pengembangan untuk hasil belajar
kemampuan berhitung anak dikarenakan hal sebagai berikut:
a. Media yang digunakan dalam pembelajaran kemampuan berhitung balok angka
menarik dan jelas.
b. Waktu pembelajaran menggunakan media balok berlangsung secara efektif.
c. Dalam proses belajar menggunakan media balok angkam anak sudah banyak
yang termotivasi dan terampil memahami angka.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media balok angka dalam pembelajaran
dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak pada siswa kelompok A.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per Siklus
1. Ketentuan Penilaian
Adapun penilaian yang diberikan pada anak didik, berupa symbol gambar
bintang, yang mana symbol tersebut akan diubahke data yang bersifat angka atau
kunatitatif untuk sementara, kemudian akan diolah kedalam bahasa kualitatif, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak
Simbol Bintang Skor/
Nilai
Kategori Kriteria/Ketentuan
1 Belum Muncul (BM) Jika anak mencoba,
kurang tepat, atau tidak
mau mencoba
2 Mulai Muncul (MM) Jika anak bisa dengan
bantuan meniru teman
3 Berkembang Sesuai
Harapan (BSH)
Jika anak bisa dengan
bantuan awalan
4 Berkembang Sangat Baik
(BSB)
Jika anak bisa tanpa
bantuan
Peneliti berdiskusi bersama teman sejawat dan kepala sekolah, bahwa
penentuan indikator keberhasilan dalam kemampuan berhitung permulaan juga
penting dibuat. Berdasarkan kesepakatan bersama pihak sekolah, maka diputuskan
indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran yaitu sebesar 75%. Bila anak
mampu mencapai nilai/hasil pencapaian lebih dari 75% pada Siklus II, anak dapat
dikatakan sudah mampu berhitung permulaan, dan sebaliknya apabila hasil
pencapaian kurang dari 75% pada Siklus II, maka anak dikatakan belum mampu
berhitung permulaan dengan baik.
59
Tabel 3.2 Indikator Yang Diamati Tiap Siklus
N
o
Tingkat
PencapaianPerkembangan
Indikator
(ButiranAmatan)
Yang Diamati
Pra
Sikl
us
Sikl
us I
Sikl
us II
1. Membilang (mengenal)
konsep bilangan dengan
balok sampai 10
Menunjukkanangka 1-
10
√ √ √
2. Menyebutkan hasil
penambahan dan
pengurangan
Menyebutkan
pengurangan dan
penambahan
menggunakan balok
√ √ √
3. Memperkirakan urutan
berikutnya setelah melihat
bentuk lebih dari tiga pola
berurutan (merahputih, biru,
kuning)
Meniru bentuk dengan
balok
- √ √
4. Membuat urutan bilangan 1-
10 denganbenda
Membilang (mengenal)
konsep bilangan
dengan balok sampai
10
- √ √
2. Siklus I
a. Data Hasil Pengamatan Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data pada
Siklus I, maka dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.3 Hasil Penilaian Siklus I
No Nama Anak
Nilai pada Indikator Siklus I
Presenta
se
pencapa
ian
Membilan
g
(mengena
l) konsep
bilangan
dengan
benda-
benda
sampai 10
Menyeb
utkan
hasil
penamb
ahan
dan
pengura
ngan
dengan
benda
Meniru
bentuk
dengan
balok
Membilan
g
(mengena
l)
konsepbil
anganden
ganbaloks
ampai 10
1. Tio 3 3 3 3 75
2. Rina 3 2 3 2 62
3. Anita 3 2 3 2 62
60
4. Rosi 3 3 3 3 75
5. Bintang 3 3 3 3 75
6. Sifa 3 2 2 2 56
7. Diyah 3 2 2 2 56
8. Zizi 3 2 2 1 50
9. Alfa 3 3 3 3 75
10. Riska 3 2 2 2 56
11. Dita 3 3 3 3 75
12. Muza 3 2 2 1 50
13. Yudi 2 2 3 1 50
14. Bella 3 2 2 2 56
15. Gilang 2 2 2 1 43
16. Deva 3 3 3 3 75
17. Fiyan 2 2 2 2 50
18. Nafisa 3 3 3 3 75
19. Bayu 2 2 3 1 50
20. Hanifah 2 2 2 1 43
Total presentasi pencapaian kelas 1209
Dari tabel tersebut, maka diketahui presentasi pencapain tiap anak. ada 7 anak
yang nilai pencapaiannya diatas dengan indikator keberhasilan yaitu 75%, akan
tetapi 13 anak lainnya masih dibawah indikator keberhasilan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa hasil belajar anak belum maksimal dan masih memerlukan
perbaikan. Peningkatan dari rata-rata presentase pencapaian kelas pada Pra Siklus
sebesar 0% dan pada Siklus I sebesar 35%.
b. Pengamatan Guru yang di lakukan oleh observasi terhadap guru kelompok A
yaitu selama pembelajaran berlangsung pada prasiklus dapat diketahui melalui
table berikut:
Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Guru Siklus I
No Aspek yang diamati Skor
1 2 3
1. Persiapan guru dalam mengajar
a. Menyiapkan RKH √
b. Menyiapkan presensi √
61
c. Menyiapkan lembar observasi √
d. Menyiapkan perlengkapan mengajar √
2. Kemampuan guru dalam membuka pelajaran
dan melakukan apersepsi Salam Pembuka
a.
√
b. Mengkondisikan kelas √
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran √
d. Memberikan motivasi untuk belajar √
3. Ketetapan guru menggunakan media cerita
bergambar
a. Guru paham mengenai cerita bergambar
√
b. Guru mampu menggunakan cerita
bergambar √
4. Kemampuan guru dalam menguasai kelas
a. Mampu membuat siswa lebih aktif
bertanya
√
b. Menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan √
5. Kemampuan guru dalam menutup pelajaran
a. Kesimpulan √
b. Melakukan evaluasi √
c. Salam penutup √
c. Hasil pengamatan terhadap siswa
Tabel 3.5 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I
No Aspke Pengamatan Skor
1 2 3
1. Siswa menjawab salam dengan semangat √
2. Siswa merespon panggilan presensi dari guru √
3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru √
4. Siswa semanga tmengikuti pembelajaran berhitung
dengan balok angka.
√
Keterangan:
1 : tidakbaik
2 : baik
3 : sangatbaik
62
3. Siklus II
a. Data Hasil Penilaian Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data pada
Siklus II, maka dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.6 Hasil Penilaian Siklus II
No Nama
Anak
Nilai pada Indikator Psiklus II
Presenta
se
pencapa
ian
Menghub
ungkan
atau
memasan
gkan
lambang
bilangan
dengan
benda
sampai 10
(anak
tidak
disuruh
menulis)
Membeda
kan dan
membuat
dua
kumpulan
benda
yang
sama,
tidak
sama
lebih
banyak
dan lebih
sedikit
Menirub
entukde
nganbal
ok
Membilan
g
(mengena
l)
konsepbil
anganden
ganbaloks
ampai 10
1. Tio 4 4 4 4 100
2. Rina 4 3 4 4 93
3. Anita 4 4 4 4 100
4. Rosi 4 4 4 4 100
5. Bintang 4 4 4 4 100
6. Sifa 4 3 4 3 93
7. Diyah 4 3 4 4 93
8. Zizi 3 3 3 2 68
9. Alfa 4 4 4 4 100
10. Riska 4 3 4 4 93
11. Dita 4 4 4 4 100
12. Muza 3 3 4 4 87
13. Yudi 3 3 4 4 87
14. Bella 4 3 4 4 93
15. Gilang 4 3 3 4 87
16. Deva 4 4 4 4 100
17. Fiyan 4 4 4 4 100
18. Nafisa 4 4 4 4 100
19. Bayu 4 3 4 4 93
20. Hanifah 4 3 3 4 87
Total presentasi pencapaian kelas 1874
63
Dari data nilai siklus II peningkatan hasil belajar berhitung dengan balok
pada anak dapat disimpulkan bahwa 20 yang tuntas 19 anak dan belum tuntas sebesar
1 anak.
Dari tabel diatas,maka diketahui presentase pencapaian tiap anak sudah sama
atau lebih besar dari indikator keberhasilan yaitu 75%. Sehingga dapat dikatakan
bahwa hasil belajar anak dalam kelas sudah maksimal dan tidak memerlukan
perbaikan.peningkatan dari rata-rata presentase pencapaian kelas pada saat Pra Siklus
sebesar 0%, pada Siklus I sebesar 35%, dan pada Siklus II sebesar 95%. Artinya
bahwa ada peningkatan yang baik dari tiap Siklus.
a. Lembar Pengamatan Guru dan SiswaSiklus II.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observasi terhadap guru kelompok A yaitu
selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus II dapat diketahui melalui
berikut:
Tabel 3.7 Hasil Pengamatan Guru Siklus II
No Aspek yang diamati Skor
1 2 3
1. Persiapan guru dalam mengajar
a. Menyiapkan RKH √
b. Menyiapkan presensi √
c. Menyiapkan lembar observasi √
d. Menyiapkan perlengkapan mengajar √
2. K Kemampusn guru dalam membuka pelajaran
dan melakukan apersepsi salam pembuka √
b. Mengkondisikan kelas √
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran √
d. Memberikan motivasi untuk belajar √
3. Ketetapan guru menggunakan media cerita
bergambar
a. Guru paham mengenai cerita bergambar
√
b. Guru mampu menggunakan cerita √
64
bergambar
4. Kemampuan guru dalam menguasai kelas
a. Mampu membuat siswa lebih aktif
bertanya
√
b. Menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan √
5. Kemampuan guru dalam menutup pelajaran
a. Kesimpulan √
b. Melakukan evaluasi √
c. Salam penutup √
Tabel 3.8 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II
No Aspke Pengamatan Skor
1 2 3
1. Siswa menjawab salam dengan semangat √
2. Siswa merespon panggilan presensi dari guru √
3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru √
4. Siswa semangat mengikuti pembelajaran
berhitung dengan balok angka.
√
Keterangan:
1 : tidakbaik
2 : baik
4 : sangatbaik
B. Pembahasan
Adapun pengolahan data dari penelitian Pra Siklus sampaisiklus II didapatkan
hasil presentase pencapain kemampuan berhitung permulaan sebagai berikut :
Tabel 3.9 Data Peningkatan Jumlah Siswa yang Mencapai Persentasi
Keberhasilan Rata-rata Kelas Per Siklus
Kegiatan Status Pencapaian PersentasiNil
ai Rata-rata
Kelas
Peningkatan
Nilai Tuntas TidakTuntas
PraSiklus 0 Siswa 20 Siswa 0% 0%
Siklus I 7 Siswa 13 Siswa 35% 35%
65
Siklus II 19 Siswa 1 Siswa 95% 60%
Dapat disimpulkan dari data yang telah disajikan, bahwa berhitung dengan
balok pada anak kelompok A di RA Masyithoh Nglondong. Hal ini dibuktikan
denggadanya pengembangan dari PraSiklus I yang rata-rata pencapaian kelas bernilai
0% meningkat pada Siklus I yang rata-rata pencapaian kelas bernilai 35% ditambah
lagi adanya pengembangan pada Siklus II dimana rata-rata anak pencapaian kelas
bernilai 95%
Jadi metode berhitung dengana alat edukatif balok angka tersebut terbukti
dapat berkembang penguasaan pemahaman berhitung pada anak kelompok A di
Roudhatul Athfal Masyithoh Nglondong Kecamatan Parakan Kabupaten
Temanggung tahun 2017/2018.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alat pembelajaran melalui permainan edukatif balok angka, merupakan
penyampaian dengan sistematis dan menarik sesuai materi, dapat mengembangkan
kemampuan anak untuk mengigat angka pada anak usia dini khususnya kelompok A
di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung yang telah dilakukan
oleh peneliti. Hal ini telah dapat dibuktikan dari data hasil observasi pembelajaran
pada tiap Siklus. Sebelum tindakan pengembangkan kemampuan berhitung sebesar
0% meningkat pada Siklus I sebesar 35% dan ketika dilanjutkan pada Siklus II
meningkat sangat pesat menjadi 95%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan tindakan dan analisi peneliti terkait
dengan pengembangan kemampuan berhitung perlu adanya perbaikan dan saran yang
membangun. Adapun saran-saran tersebut antara lain :
1. Kepada Sekolah
Selalu mengembangkan kualitas sekolah, Guru untuk lebih maju dan lebih
baik lagi.
67
2. Kepada Guru
Guru hendaknya senantiasa mengembangkan kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan, dengan menerapkan metode yang bervariasi dan disertai dengan
sumberbelajar. Lebih kreatif dalam memberikan pembelajaran, serta lebih
memperhatikan anak-anak didiknya.
3. Siswa
Lebih semangat belajar dan lebih lagi mendengarkan guru saat pelajaran.
68
DAFTAR PUSTAKA
Andari, A. 2008. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Taman Kanak-
kanak Melalui Permanfaatan Media Balok Cuisenaire.
Adi, Waluyo.2009.Implementasi Pembelajaran Terpadu Pada Anak Usia Dini Vol.
5. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/51097690_0216-799.Pdf [diakses
18-05-2017].
Anwar dan Ahmad, Arsyad. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Panduan Praktis
Bagi Ibu dan Calon Guru. Bandung: Alfabeta. Aulady, Amany. 2011.
Kecerdasan Logika http://amanyaulady.wordpress.com/2011/12/30/2-
kecerdasan-logika-matematika/. [20-05-2017].
Anggraeni, Reni Siti Rachmi.2011. Pengaruh Media Manipulatif Terhadap
Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Pada Anak Usia Dini di Taman
Kanak-kanak Pelita Leles. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi/edu/operator/upload/s_pgpaud_06064610_chapter4.pdf
[20-05-2017].
Carol Seefeld, Barbara A. WaSik.. 2008.Pendidikan Anak Usia Dini.PT INDEKS.
Diana Mutiah.2010. Psikologi Anak Usia Dini.Fajar Interpratama Offset.
Danar Santi,S.Psi.2009.Pendidikan Anak Usia Dini. PT INDEKS Anggota IKAPI.
Diana.2011.Pemanfaatan ICt Dalam Pembelajaran Matematika Bagi Anak Usia
Dini. http://journal.unnes.ac.id/index.php/edukasi/article/viewFile/963/900.
69
Dali S.Naga.1980. Sejarah dan Pengembangannya. PT GRAMEDIA Anggota
IKAPI, Jakarta 1980.
Kementerian Pendidikan Nasional tentang Pengembangan Alat Permainan Edukatif.
2010. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.
Kartono, Kartini.1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar
Maju.
Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir IAIN Salatiga Tahun 2008.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
remaja Rosdakarya.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Sumarsi, 2014 : Upaya mengembangkan Kemampuaan Matematika Anak Melalui
Permainan Ikan Pada Anak Kelompok B Di TK Pertiwi 3 Jameyan Kec.
Sambirejo. Sragen Tahun Ajaran 2014/2015, UMS Surakarta.
CATATAN LAPANGAN 1
MetodePenggumpulan Data: Wawancara
Hari/ Tanggal : Senin, 17 Juli 2017
Jam : 08.00 – 10.00
Lokasi : Ruang Kelas
Sumber Data : Mustaqimah
Diskripsi Data
Informasi dari guru RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab.
Temanggung. Pertanyaan yang diajukan yaitu mengenai bagaimana kondisi siswa
pada saat pembelajaran berhitung sebelum menggunakan alat permainan edukatif
balok angka pada kelompok A , selama pembelajaran berhitung apa kah apa alat
(APE) yang digunakan pada pembelajaran pada anak kelompok A ?
Wawancara yang dilakukan dapat menarik kesimpulan bahwa pada saat
pembelajaran anak-anak kurang memperhatikan pada materi dan anak sering lari-lari
dan meninggalkan tempat duduk nya disaat pembelajaran berlangsung. Dengan
keadaan tersebut materi pembelajaran yang diberikan guru kurang dipahami oleh
anak. Karena pembelajaran masih sanggat terpusaat pada guru dan media yang
digunakan untuk pembelajaran berhitung dengan media papan tulis dan pohon
hitung. Dengan itu hasil belajar pada anak kurang memuaskan dan hasil yang
diperoleh masih sanggat jauh dan membuat anak menjadi bosan untuk belajar
berhitung.
Belajar berhitung akan lebih menyenangkan apabila belajar dengan
menggunakan suasana yang menyenangkan. Sehingga anak lebih fokus terhadap apa
yang diajarkan oleh guru, dan anak mudah dikondisikan didalam kelas saat waktu
pembelajaran berlangsung.
CATATAN LAPANGAN 2
MetodePengumpulan Data: ObservasiKelasPraSik
Hari / Tanggal : Senin, 17 Juli 2017
Jam : 10.00 – 12.00
Lokasi : RuangKelas
Sumber Data : Mustaqimah
Diskripsi Data
Observasi ini adalah observasi yang pertama kali dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui efektifitas alat permainan edukatif yang digunakan serta kondisi
kelas pada saat pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disampulkan bahwa alat
permainan edukatif yang digunakan adalah gambar. Dimana gamabar tersebut dibuat
oleh guru. Dalam memperkenalkan berhitung pada anak didik, guru masih
menggunakan cara ceramah dan hafalan, pembelajaran langsung yang berpusaat pada
guru dengan penugasaan dengan menggunakan LK (lembar kerja) atau majalah.
Dengan begitu dengan pembelajaran untuk anak didik kurang semangat, dan
anak menjadi bosan dengan pembelajaran yang berlangsung, anak akan mencari
kegiatan yang menurut anak menyenangkan dan anak lebih fokus dengan permainaan
yang lain dan akan meningalkan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Penggunaan alat permainan edukatif sangat minim, sehingga anak didik lebih
pasif dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung, serta kurang semangat dalam
mengikuti kegiata belajar.
CATATAN LAPANGAN 3
Metode Pengumpulan Data: Observasi Kelas Siklus I
Hari / Tanggal : Rabu, 19 Juli 2017
Jam : 08.00 -10.00 WIB
Lokasi : Ruangkelas
Sumber Data : Mustaqimah
Diskripsi Data
Observasi ini merupakan observasi kedua yang dilakukan, Observasi
bertujuan untuk melihat keterlaksanaan dari Siklus I, dari proses awal hingga akhir
kegiatan pembelajaran.
Hasil observasi pada Siklus I sudah ada peningkatan yang baik proses
maupun hasilnya, namun belum maksimal dan memuaskan. Dikarenakan pada Siklus
I anak masih belum bisa menulis dan berhitung dengan baik.
Siklus I belum berjalan dengan baik dilihat dari aspek mana pun makan akan
di ada kan perbaikan dan lebih dibimbing pada Siklus II. Agar pencapean lebih
maksimal dan lebih baik lagi.
CATATAN LAPANGAN 4
Metode Pengumpulan Data: Observasi Kelas Siklus II
Hari / Tanggal :Rabu, 19 Juli 2017
Jam : 10.00 – 12. 00 WIB
Lokasi : RuangKelas
Sumber Data : Mustaqimah
Deskripsi Data
Observasi Siklus II bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan Siklus II dan
untuk mengetahui berapa banyak peningkatan kemampuan berhitung permulaan
disbanding Siklus sebelumnya.
Observasi Siklus II dapat disimpulkan bahwa Siklus II berjalan lebih baik dan
di bandingkan Siklus sebelumnya , dan anak-anak lebih berkonsenterasi dalam
mengikuti pembelajaran yang berlangsung, anak lebih terarah dan mudah di atur dan
lebih cermat dalam menjawab pertanyaan .
Di banding kan Siklus I berhitung dengan media Balok angka lebih kondusif
dan di Siklus II ini sanggat optimal sesuai harapan, dan anak lebih bisa konsenterasi.
LEMBAR OBSERVASI KELOMPOK A SIKLUS II PENINGKATAN
KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN
EDUKATIF BALOK ANGKA
No Nama
Anak
Nilai pada Indikator Psiklus II
Presentase
pencapaian
Menghubun
gkan atau
memasangk
an lambang
bilangan
dengan
benda
sampai 10
(anak tidak
disuruh
menulis)
Membedaka
n dan
membuat
dua
kumpulan
benda yang
sama, tidak
sama lebih
banyak dan
lebih sedikit
Meniru
bentuk
dengan
balok
Membilang
(mengenal)
konsep
bilangan
dengan
balok
sampai 10
1. Tio 4 4 4 4 100
2. Rina 4 3 4 4 93
3. Anita 4 4 4 4 100
4. Rosi 4 4 4 4 100
5. Bintang 4 4 4 4 100
6. Sifa 4 3 4 3 93
7. Diyah 4 3 4 4 93
8. Zizi 3 3 3 2 68
9. Alfa 4 4 4 4 100
10. Riska 4 3 4 4 93
11. Dita 4 4 4 4 100
12. Muza 3 3 4 4 87
13. Yudi 3 3 4 4 87
14. Bella 4 3 4 4 93
15. Gilang 4 3 3 4 87
16. Deva 4 4 4 4 100
17. Fiyan 4 4 4 4 100
18. Nafisa 4 4 4 4 100
19. Bayu 4 3 4 4 93
20. Hanifah 4 3 3 4 87
Mengetahui
Kepala Sekolah RA Masyithoh Peneliti Guru
Kelas
Afinaturrosida, S.Pd.i Lukiyana Alfianti
Mustaqimah
LEMBAR OBSERVASI KELOMPOK A SIKLUS I PENINGKATAN
KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN
EDUKATIF BALOK ANGKA
No Nama
Anak
Nilai pada Indikator Siklus I
Presentase
pencapaian
Membilang
(mengenal)
konsep
bilangan
dengan
benda-benda
sampai 10
Menyebutkan
hasil
penambahan
dan
pengurangan
dengan benda
Meniru
bentuk
dengan
balok
Membilang
(mengenal)
konsep
bilangan
dengan balok
sampai 10
1. Tio 3 3 3 3 75
2. Rina 3 2 3 2 62
3, Anita 3 2 3 2 62
4. Rosi 3 3 3 3 75
5. Bintang 3 3 3 3 75
6. Sifa 3 2 2 2 56
7. Diyah 3 2 2 2 56
8. Zizi 3 2 2 1 50
9. Alfa 3 3 3 3 75
10. Riska 3 2 2 2 56
11. Dita 3 3 3 3 75
12. Muza 3 2 2 1 50
13. Yudi 2 2 3 1 50
14. Bella 3 2 2 2 56
15. Gilang 2 2 2 1 43
16. Deva 3 3 3 3 75
17. Fiyan 2 2 2 2 50
18. Nafisa 3 3 3 3 75
19. Bayu 2 2 3 1 50
20. Hanifah 2 2 2 1 43
Mengetahui
Kepala Sekolah RA Masyithoh Peneliti
Guru Kelas
Afinaturrosida, S.Pd.i Lukiyana Alfianti
Mustaqimah
FOTO KEGIATAN
Guru RA Masyithoh Kelompok A
Guru menerangkan kepada anak Anak bermain balok
Anak mengerjakan tugas
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP
Nama : Lukiyana Alfianti
Tempat Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 06 Mei 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Pakis RT 03 RW 01 Kec. Beringin Kab.
Semarang Jawa Tengah
Pendidikan :
1. RA BUSTANUR ATHFAL TARBIYATUL BANIN, lulus tahun2001
2. SD NEGERI 02 PAKIS , lulus tahun 2007
3. SMP NEGERI 06 SALATIGA, lulus tahun 2010
4. SMA NEGERI 01 KARANGJATI (NGAWI), lulus tahun 2013
No Hp : 08563633841
Email : luki.ryo03@gmail.com
Motto Hidup : Selalu berbuat baik pada semua orang, jika orang itu
tak membalas kebaikan diri mu tetap bersukur dan
tersenyumlah karena itu lebih indah.