Post on 18-Mar-2019
i
PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI BENTUK TUGAS
TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMK
NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009
Skripsi
Oleh :
Ariyati
K2505008
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI BENTUK TUGAS
TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMK
NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009
Skripsi
Oleh
Ariyati
K 2505008
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Teknik Mesin Jurusan PTK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Suwachid, MPd, MT Drs. Subagsono, MT NIP.130 786 664 NIP. 130 529 717
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Ketua : Drs. Ranto HS, MT ( )
Sekretaris : Drs.Karno, MW, ST ( )
Penguji I : Drs. H. Suwachid, MPd, MT ( )
Penguji II : Drs. Subagsono, MT ( )
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 131 658 563
v
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi negeri dan menurut sepengetahuan penulis, juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Kecuali secara tertulis
mengacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Agustus 2009
Penulis
Ariyati
NIM. K2505008
vi
ABSTRAK
Ariyati, PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI BENTUK TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMK NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Ada tidaknya pengaruh
penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dengan
metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha
dan Energi. (2) Ada tidaknya pengaruh penggunaan bentuk tugas secara individu dan
kelompok terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha dan
Energi. (3) Ada tidaknya interaksi penggunaan pendekatan keterampilan proses
dengan bentuk tugas yang digunakan terhadap kemampuan kognitif siswa pada
pokok bahasan Usaha dan Energi.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi pada penelitian ini
adalah semua siswa kelas X SMKN 5 Surakarta yang terdiri dari 4 kelas. Sampel
yang diambil sebanyak empat kelas, terdiri dari kelas eksperimen yaitu kelas X TPM
A yang berjumlah 31 siswa dan X TPM D yang berjumlah 36 siswa, sedangkan dua
kelas yang lain sebagai kelompok demostrasi yaitu kelas X TPM B yang berjumlah
34 siswa dan X TPM C yang berjumlah 35 siswa. Pengumpulan data menggunakan
teknik dokumentasi untuk memperoleh data kemampuan awal siswa dan teknik tes
untuk memperoleh data kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha dan
Energi. Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik anava dua jalan dengan
frekuensi sel tidak sama yang didahului dengan uji prasyarat analisis meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas dari nilai tes kemampuan kognitif pada pokok
bahasan Usaha dan Energi. Kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut anava
menggunakan metode Scheffe.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Ada pengaruh
penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan metode
demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa (Fhitung = 7,41> Ftabel = 3,91). Dari
vii
uji lanjut anava menggunakan metode Scheffe diperoleh bahwa ada perbedaan rerata
yang signifikan antara penggunaan metode eksperimen dan metode demonstrasi.
Karena 1AX = 75,24> 2AX = 70,55; maka pengajaran dengan pendekatan keterampilan
proses melalui metode eksperimen memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding
dengan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa; (2) Ada pengaruh
penggunaan bentuk tugas individu dan kelompok terhadap kemampuan kognitif
siswa pada materi Usaha dan Energi ( Fhitung = 5,69 > Ftabel = 3,91). Dari uji lanjut
anava menggunakan metode Scheffe diperoleh bahwa ada perbedaan rerata yang
signifikan antara penggunaan bentuk tugas individu dan kelompok. Karena 1BX =
74,95 > 2BX = 70,84; maka penggunaan bentuk tugas individu memberikan pengaruh
yang lebih baik dibanding dengan penggunaan bentuk tugas kelompok, terhadap
kemampuan kognitif siswa; (3) Tidak terdapat interaksi penggunaan metode
mengajar dengan bentuk tugas yang digunakan terhadap kemampuan kognitif siswa
pada materi Usaha dan Energi ( Fhitung = 0,74 < Ftabel = 3,91).
Dengan diperoleh kesimpulan penelitian, maka sebagai implikasinya adalah
pendekatan keterampilan proses dan bentuk tugas yang digunakan berpengaruh
terhadap kemampuan kognitif siswa. Siswa yang diberi perlakuan pendekatan
keterampilan proses melalui metode eksperimen dan mengerjakan tugas berbentuk
individu kemampuan kognitifnya lebih baik. Dengan terbuktinya hal tersebut, maka
guru dapat menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran
Fisika dan memperhatikan bentuk tugas yang akan digunakan untuk evaluasi hasil
belajar siswa.
viii
MOTTO
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang
demikian itu sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusu”.
(Q.S. Al Baqaroh : 45)
“Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang
lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
(Q.S. Al Insyirah : 6-8)
ix
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Ayah, Ibu yang selalu mendoakan dan menyayangiku,
seluruh keluarga besarku, teman-teman PTM angkatan
2005 serta almamater.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Atas kehendak dan
kekuatan yang diberikan kepada penulis, sehingga penyusunan Skripsi ini dapat
diselesaikan.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Pendidikan Teknik dan
Kejuruan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Suhardi HW, MT, Koordinator skripsi PTM FKIP UNS, yang telah
menerima pengajuan judul.
5. Drs. H. Suwachid, MPd, MT, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Drs. Subagsono, MT, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan, sehingga memperlancar penyusunan skripsi ini.
7. Drs. Susanta, MM, Kepala Sekolah SMK Negeri 5 Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
8. NH. Dyah Retno P, S. Pd, Guru Fisika SMK Negeri 5 Surakarta yang telah
membimbing pelaksanaan penelitian.
Serta semua pihak yang tidak tersebut di atas yang telah membantu dalam
penyelesaian Skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Agustus 2009
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………...…..i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………….iv
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………………..v
HALAMAN ABSTRAK ………………………………………………………vi
HALAMAN MOTTO ………………………………………………………...viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………......ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….....x
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..xi
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiii
DAFTAR . GAMBAR........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………...xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……..........................................................1
B. Identifikasi Masalah ………………………………….....................3
C. Pembatasan Masalah …………………………………....................4
D. Perumusan Masalah……………………………..............................4
E. Tujuan Penelitian ……………………….........................................4
F. Manfaat Penelitian ……………………………………...................5
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka..............................................................................6
1. Hakikat Proses Belajar Mengajar...............................................6
2. Pengajaran Fisika.......................................................................9
3. Pendekatan Keterampilan Proses...............................................9
4. Metode Pengajaran...................................................................12
5. Tugas........................................................................................14
6. Kemampuan Kognitif..................................................................16
7. Usaha dan Energi........................................................................17
xii
B. Kerangka Berpikir…………………………….................................24
C. Perumusan Hipotesis ………………................................................26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………….......27
B. Metode Penelitian……………………………………………….....29
C. Populasi dan Sampel ........................................................................29
D. Variabel Penelitian ...........................................................................30
E. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................31
F. Instrumen Penelitian ........................................................................34
G. Teknik Analisis Data .......................................................................34
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data .................................................................................45
B. Uji Kesamaan Keadaan Awal..........................................................45
C. Uji Prasyarat Analisis .....................................................................46
D. Hasil Pengujian Hipotesis ...............................................................47
E. Pembahasan Hasil Analisis .............................................................50
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .....................................................................................53
B. Implikasi .........................................................................................54
C. Saran ..............................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional meliputi berbagai bidang, salah satunya bidang
pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu upaya dalam
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, mandiri, maju, cerdas, kreatif, trampil,
bertanggung jawab, dan produktif, serta sehat jasmani dan rohani.
Pendidikan formal di sekolah merupakan salah satu wujud nyata
pembangunan bidang pendidikan. Pada jalur ini guru memegang peranan yang
penting dalam menentukan keberhasilan dan proses belajar mengajar. Guru
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang luas, bukan hanya sebagai pengajar,
tetapi sekaligus sebagai pembimbing dan pendidik siswa. Dalam proses kegiatan
belajar mengajar di sekolah juga dilaksanakan pembinaan kepribadian siswa agar
menjadi manusia Indonesia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan pembelajaran.
Pertama, faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) yang meliputi
kemampuan, minat, intelegensi, keadaan jasmani, motivasi, dan sebagainya. Kedua,
faktor yang berasal dari luar siswa (faktor eksternal) yang meliputi keadaan keluarga
secara keseluruhan, metode mengajar, kurikulum, disiplin sekolah serta sarana dan
prasarana sekolah. Kedua faktor ini berpengaruh satu sama lain sehingga kedua-
duanya haruslah terpenuhi supaya siswa dapat belajar dengan baik.
Berkaitan dengan kurikulum yang berlaku saat ini, pembelajaran fisika
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran. Akan tetapi pada kenyataannya pelaksanaan KTSP
di Sekolah hingga saat ini belum sepenuhnya terpenuhi. Pada umumnya guru
cenderung menggunakan metode ceramah dengan pendekatan konsep, yaitu guru
menyampaikan materi pembelajaran berupa cara penuturan atan penjelasan lisan
xiv
secara lengsung terhadap siswa. Hal ini membuat peran aktif siswa dalam proses
pembelajaran fisika sangat kurang.
Tujuan pembelajaran meliputi tiga kemampuan yaitu kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotor. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perubahan tingkah laku dari
berbagai proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai evaluasi. Kemampuan
afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati yang menunjukkan
penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Sedangkan kemampuan psikomotorik
berhubungan dengan aktifitas fisik yang berkaitan dengan proses mental. Untuk mencapai
kemampuan afektif dan psikomotor diperlukan kemampuan kognitif yang baik. Menurut
Martinis Yamin (2005: 28)
“Kemampuan kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda
yaitu tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi”. Dengan
demikian kemampuan kognitif merupakan subtaksonomi yang mengungkapkan kegiatan
mental yang berawal dari tingkat pengetahuan hingga tingkat evaluasi.
Pembelajaran fisika oleh banyak siswa dianggap sebagai pembelajaran yang
menakutkan dan sulit, sehingga harus dipikirkan suatu pendekatan dan metode untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran adalah pendekatan keterampilan proses, dimana dalam pendekatan ini
diupayakan berfungsinya berbagai keterampilan fisik dan mental siswa selama proses
pembelajaran dalam rangka memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Metode
merupakan suatu cara untuk melaksanakan pembelajaran. Banyak metode mengajar
yang digunakan dalam proses belajar-mengajar. Setiap metode memiliki kelebihan
dan kekurangan, maka penggunaan metode mengajar harus disesuaikan dengan
materi pembelajaran yang akan disampaikan.
Peran aktif siswa dalam pembelajaran fisika masih kurang, sehingga
pemberian tugas (resitasi) kepada siswa adalah salah satu hal yang diperlukan
dalam proses pembelajaran fisika. Teknik pemberian tugas ini bertujuan agar
siswa memiliki prestasi belajar yang optimal. Karena siswa melaksanakan
latihan selama melaksanakan tugas, maka pengalaman siswa dalam
mempelajari suatu pembelajaran dapat lebih meningkat. Tugas yang diberikan
meliputi berbagai bentuk. Bentuk tugas yang dapat diberikan antara lain
xv
bentuk tugas secara individu dan kelompok. Kedua bentuk tugas ini dapat
menuntun siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran fisika..
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipilih judul “ Pengaruh Penggunaan
Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Fisika Ditinjau dari Bentuk
Tugas yang Digunakan terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Kelas X SMK Negeri 5
Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan terdapat beberapa
permasalahan yang diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Masih banyak siswa yang menganggap pelajaran fisika sulit dan menakutkan . Oleh
karena itu perlu adanya strategi dalam mengatasinya.
2. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, yaitu faktor dari dalam
dan dari luar diri siswa. Tetapi tidak semua siswa memahami akan arti pentingnya faktor
tersebut.
3. Banyak pendekatan dan metode yang digunakan dalam pembelajaran, tetapi tidak semua
guru dapat memilih pendekatan serta metode yang sesuai dengan kondisi siswa.
4. Fisika merupakan mata pelajaran adaptif di SMK, prestasi siswa pada mata pelajaran
fisika masih rendah.
5. Peran aktif siswa dalam pembelajaran fisika masih kurang sehingga perlu pemberian
tugas untuk menambah peran aktif siswa.
6. Kemampuan kognitif siswa dipengaruhi oleh keterampilan yang digunakan guru dalam
mengajar. Banyak keterampilan yang dikembangkan guru dalam mengajar, misalnya
keterampilan proses.
7. Kemampuan kognitif siswa merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa dalam
mempelajari fisika.
8. Materi Usaha dan Energi memerlukan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran
sehingga dapat menunjang keberhasilan pembelajaran.
xvi
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi lebih jelas dan mempunyai
arah yang jelas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang
masalah dan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan keterampilan proses dengan metode
mengajar yang digunakan adalah metode eksperimen dan metode demonstrasi dan
metode tugas.
2. Penelitian ini dilihat pada bentuk tugas yang digunakan yaitu bentuk tugas secara
individu dan kelompok.
3. Pokok bahasan yang digunakan untuk penelitian adalah Usaha dan Energi untuk SMK
kelas X Program Keahlian Teknik Pemesinan semester II.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode
eksperimen dengan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok
Usaha dan Energi ?
2. Adakah pengaruh penggunaan bentuk tugas secara individu dan kelompok terhadap
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha dan Energi ?
3. Adakah interaksi penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan bentuk tugas yang
digunakan terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha dan Energi ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui
metode eksperimen dengan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa
pada pokok bahasan Usaha dan Energi.
2. Mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan bentuk tugas secara individu dan
kelompok terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha dan Energi.
xvii
3. Mengetahui ada tidaknya interaksi penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan
bentuk tugas yang digunakan terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan
Usaha dan Energi.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Memberi masukan pada calon guru dalam rangka pemilihan pendekatan dan metode pengajaran yang dapat digunakan
untuk mengembangkan pembelajaran Usaha dan Energi.
2. Memberikan informasi tentang penggunaan pendekatan keterampilan proses dan pemberian tugas.
3. Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di Sekolah khususnya dalam pengajaran
Fisika.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Proses Belajar Mengajar
a. Hakikat Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam diri manusia.
Belajar sudah menjadi kebutuhan manusia untuk dapat mengembangkan diri. Belajar
merupakan bagian kehidupan manusia yang berkaitan dengan berbagai hal yang terjadi
dalam diri manusia. Berbagai hal tersebut akan mendukung adanya perubahan tingkah
laku yang sesuai dengan hasil belajar. Banyak ahli yang mengemukakan pendapat
tentang pengertian belajar.
Menurut Uzer Usman (1995: 5), “Belajar diartikan sebagai proses perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu
dengan lingkungannya”. Dalam hal ini perubahan yang dimaksud adalah bahwa setelah
mengalami suatu proses belajar, seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku, baik
aspek pengetahuan, keterampilan, maupun aspek sikap. Kriteria keberhasilan dalam
xviii
belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu
yang belajar. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Nana Sudjana (1995: 28) :
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditujukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar”.
Sedangkan pengertian belajar yang lebih kompleks dan operasional dinyatakan oleh
Sumadi Suryabrata (2004: 232) bahwa ciri-ciri dari kegiatan belajar adalah sebagai
berikut:
1) Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual, maupun potensial.
2) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
3) Perubahan yang terjadi karena usaha. Ciri pertama dari kegiatan belajar ini menyebutkan bahwa belajar adalah aktifitas yang
menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar. Aktifitas yang menghasilkan
perubahan yang ditempuh oleh masing-masing individu yang malakukannya adalah
berbeda-beda.
Dari berbagai uraian tentang belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hakekat
belajar tidak hanya menerima, mengungkapkan kembali, menghafal melainkan belajar
lebih menekankan pada proses perubahan tingkah laku yang disebabkan adanya berbagai
pengalaman, dimana perubahan tersebut berlangsung secara terus-menerus hingga
diperoleh tingkah laku yang baru dan intelektual sehingga menjadi milik individu yang
relatif lama. Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi perubahan pengetahuan,
pemahaman sikap dan tingkah laku, serta keterampilan dan kecakapan.
b. Hakikat Mengajar
Mengajar adalah suatu proses yang kompleks. Kegiatan mengajar tidak hanya
diartikan sebagai penyampaian informasi kepada siswa. Kegiatan yang dilakukan
meliputi banyak hal, sehingga pengertian mengajar tidaklah sederhana.
Menurut Uzer Usman (1995: 6) :
Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar mengajar.
6
xix
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Sardiman (1990: 54) yang menyatakan bahwa,
“Mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan
kegiatan belajar siswa atau subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan serta
kesadaran diri sebagai pribadi”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (1995: 7), “Mengajar
adalah membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan
menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar”. Rumusan mengajar seperti yang
dikemukakan oleh Nana Sudjana, di samping berpusat pada siswa yang belajar juga
melihat hakikat mengajar yaitu sebagai proses membelajarkan siswa yang menghasilkan
perubahan tingkah laku.
Dari berbagai pengertian mengajar yang telah disebutkan di atas dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa mengajar merupakan usaha guru untuk membimbing aktivitas,
membantu pengetahuannya, membimbing pengalaman dan membantu siswa berkembang
dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan melalui proses belajar mengajar serta
mengorganisasi proses belajar.
c. Proses Belajar Mengajar
Belajar dan mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan pembelajaran. Proses belajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh siswa.
Sedangkan proses mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan guru sebagai
pemimpin proses belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan
manakala terjadi interaksi antara guru dengan siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Dalam proses tersebut siswa diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran melalui bahan pengajaran yang dipelajari oleh siswa dengan menggunakan
berbagai metode dan alat, kemudian dinilai ada tidaknya perubahan pada diri siswa
setelah ia menyelesaikan proses belajar mengajar tersebut. Melalui proses ini diharapkan
siswa mempunyai sejumlah pengetahuan dan kecakapan tertentu yang dapat membentuk
pribadi.
xx
Uzer Usman (1995: 4) menyatakan bahwa, “Proses belajar mengajar merupakan suatu
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”.
Sedangkan menurut Nana Sudjana (1989: 8), “Konsep belajar dan konsep mengajar
menjadi terpadu antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa saat pengajaran
berlangsung”.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses belajar dan mengajar
pada dasarnya adalah hubungan timbal balik antara guru dengan siswa dengan
mengkoordinasikan tujuan, bahan, metode, alat dan penilaian. Siswa dituntut memiliki
semangat dan dorongan untuk belajar, demikian halnya guru dalam mengajar harus
mempunyai kemampuan dalam pengetahuan dan perencanaan yang matang dalam proses
belajar mengajar sehingga akan menghsilkan situasi belajar mengajar yang lebih aktif
dan efektif.
2 Pengajaran Fisika
Mempelajari fisika memerlukan sikap dan perilaku yang jujur, ulet, obyektif,
terbuka, cermat, teliti dan kritis. Ketekunan dan ketelitian merupakan aspek pendidikan
yang penting. Hal tersebut sesuai dengan Garis-Garis Besar Program Sekolah Menengah
Kejuruan (1994: 1) yang menyatakan bahwa : mata pelajaran IPA adalah program untuk
menanamkan dan mengembangkan keterampilan, sikap nilai ilmiah pada siswa,
mencintai dan menghargai kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Pengajaran adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang terikat, terarah
pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Tujuan pengajaran Fisika di SMK
dituangkan dalam GBPP Fisika SMK (1995: 153) yaitu agar siswa mampu menguasai
konsep-konsep fisika dan keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah
xxi
dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga lebih
menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran fisika
diarahkan pada penggunaan metode ilmiah dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya.
3. Pendekatan Keterampilan Proses
Mengajar yang mengacu pada proses perubahan tingkah laku membutuhkan
pendekatan pembelajaran yang tepat. Dalam pendekatan itu diupayakan berfungsinya
berbagai keterampilan yang meliputi fisik dan mental anak selama proses pembelajaran
untuk memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Salah satu pendekatan yang dapat
digunakan adalah pendekatan keterampilan proses
Menurut Conny Semiawan dkk (1992: 17), “Pendekatan keterampilan proses
adalah pendekatan yang menumbuhkan dan mengembangkan sampai menguasai
sejumlah kemampuan atau keterampilan fisik dan mental tertentu”.
Untuk memiliki keterampilan proses tertentu, siswa harus melakukan kegiatan
tertentu. Kegiatan-kegiatan keterampilan proses dalam IPA meliputi:
a. Mengamati
Untuk dapat mencapai keterampilan mengamati, siswa menggunakan semua
inderanya. Dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan memadai, kemudian
siswa harus mengetahui persamaan dan perbedaannya.
b. Menafsirkan pengamatan
Siswa perlu mencatat hasil pengamatan secara terpisah, menghubungkan setiap
pengamatan yang terpisah tersebut. Kemudian menemukan suatu pola dalam satu
rangkaian pengamatan dan akhirnya mengambil kesimpulan.
c. Meramalkan
xxii
Siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatan yang diperolehnya
untuk menemukan kemungkinan yang terjadi.
d. Menggunakan alat dan bahan
Siswa menggunakan alat dan bahan agar memperoleh pengalaman langsung.
Juga mengetahui mengapa/bagaimana menggunakan alat dan bahan itu.
e. Menerapkan konsep
Siswa dapat menggunakan konsep yang telah dipelajari pada situasi baru untuk
menjelaskan apa yang sedang terjadi. Setiap penjelasan yang diberikan itu hendaknya
berupa hipotesis.
f. Merencanakan penelitian
Dapat menentukan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam penelitian.
Siswa perlu menentukan variabel-variabel yang dibuat tetap dan berubah. Juga harus
menentukan apa yang akan diamati, diukur, menentukan cara dan langkah kerja serta
menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan.
g. Berkomunikasi
Siswa menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas,
menjelaskan hasil percobaan, mendiskusikan dan membuat tabel, serta menggambarkan
grafik dari data.
h. Mengajukan pertanyaan
Siswa harus mampu bertanya untuk memperoleh penjelasan tentang apa,
mengapa dan, bagaimana tentang percobaan atau pengamatan yang dilakukannya.
Pertanyaan yang diajukan tersebut berlatar belakang hipotesis.
Beberapa metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan
proses yaitu ;
a. Metode Diskusi
Adalah metode belajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah.
b. Metode Discovery
Merupakan komponen praktek dari pendidikan yang meliputi metode mengajar yang
memajukan cara belajar aktif berorientasi pada proses, menguraikan sendiri dan
reflektif.
c. Metode Inquiry
xxiii
Metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah
didapatkan selama belajar. Inquiry meletakkan peserta didik sebagai subjek belajar yang
aktif.
d. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran, dimana guru
menugaskan murid-murid mempelajari sesuatu, kemudian harus
dipertanggungjawabkan.
e. Metode Karya Wisata
Karya wisata bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar memperdalam pelajarannya
dengan melihat kenyataannya.
f. Metode Eksperimen
Metode eksperimen berhubungan dengan metode pemecahan suatu masalah yang antara
lain dengan menggunakan alat di laboratorium.
g. Metode Demostrasi
Suatu teknik mengajar dimana dikombinasikan dengan penjelasan lisan dengan suatu
perbuatan, sering dengan menggunakan suatu alat.
2. Metode Pengajaran
a. Metode Eksperimen
Metode eksperimen berhubungan dengan metode pemecahan suatu masalah
yang antara lain dengan menggunakan alat di laboratorium. Dari hakikat fisika yang
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan berkembang atas dasar observasi dan eksperimen,
secara umun metode ini banyak dikembangkan pada mata pelajaran IPA termasuk fisika.
Tujuan penggunaan metode eksperimen adalah agar siswa mampu mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari persoalan-persoalan yang dihadapinya. Siswa
dilatih untuk dapat berpikir secara ilmiah. Melalui kegiatan eksperimen siswa dapat
menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang sedang dipelajarinya. Sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Rini Budiharti (1999 : 34) bahwa “Tujuan eksperimen
hendaknya tidak hanya membuktikan kebenaran suatu prinsip atau hukum yang telah
diajarkan, melainkan juga melihat apa yang terjadi dan baru kemudian membandingkan
xxiv
dengan teori. Bahkan kalau mungkin eksperimen diarahkan pada penemuan suatu hal
yang baru.”
Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan kegiatan eksperimen :
1) Menyadari adanya suatu masalah yang dirasakan penting oleh siswa, yang timbul
dari pengalaman siswa sehari-hari.
2) Merumuskan masalah sehingga diketahui tujuan eksperimen.
3) Mengumpulkan dan mengorganisasikan data dari bacaan dan diskusi.
4) Mengajukan hipotesis yaitu dugaan atau terkaan tentang penyelesaian masalah.
5) Mengetes kebenaran hipotesis
6) Menarik kesimpulan
7) Menetapkan atau menerapkan hasil eksperimen.
Kelebihan dan kelemahan metode eksperimen adalah sebagai berikut :
1) Kelebihan metode eksperimen menurut Rini Budiharti (1999: 35) ialah :
a) Siswa terlibat secara langsung
b) Mendorong siswa menggunakan metode ilmiah dalam melakukan sesuatu
c) Menambah minat siswa dalam belajar
2) Kelemahan metode eksperimen menurut Rini Budiharti (1999: 35) ialah :
a) Guru dituntut memiliki kemampuan
b) Dibutuhkan waktu yang lama
c) Dibutuhkan alat yang relatif banyak
d) Dibutuhkan sarana yang lebih memenuhi syarat
Dengan kata lain, tugas guru adalah berusaha mengoptimalkan hal-hal yang
menjadi kelebihan dan meminimalkan kelemahan metode eksperimen sehingga proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi banyak digunakan dalam penyajian IPA. Metode ini dapat
menghindarkan siswa dari kemampuan verbal, sebab siswa dihadapkan pada suatu fakta
yang nyata. Rini Budiharti (1999: 33) menyatakan bahwa “Demonstrasi adalah suatu
teknik mengajar dimana dikombinasikan dengan penjelasan lisan dengan suatu
perbuatan, sering dengan menggunakan suatu alat”.
Dalam metode demonstrasi diperlukan alat. Alat-alat yang dipergunakan dapat berupa
media biasa maupun media elektronik. Dengan demonstrasi, guru dapat menunjukkan
xxv
suatu proses yang mengacu pada pokok materi yang sedang dipelajari. Selain itu guru
juga menambahkan penjelasan secara lisan kepada siswa.
Rini Budiharti (1999: 33) menyatakan bahwa supaya dihasilkan suatu
demonstrasi yang efektif seorang guru harus terlebih dahulu merencanakan hal-hal
sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan yang jelas dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat dicapai atau dilaksanakan oleh siswa bila demonstrasi berakhir.
2) Menetapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, oleh guru sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktu demonstrasi.
3) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan. Apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan siswa mengajukan pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.
4) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa.
Kelebihan metode demonstrasi menurut Slameto (1991: 112) ialah : 1) Perhatian siswa akan lebih terpusat. 2) Melibatkan banyak indera sehingga meningkatkan hasil belajar. 3) Memberi gambaran dan pengertian yang jelas daripada hanya dengan keterangan
saja. 4) Siswa akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktek untuk mengembangkan
kecakapannya.
Kelemahan metode demonstrasi menurut Slameto (1991: 113) adalah : 1) Kurang efektif untuk kelas besar. 2) Waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama. 3) Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan terutama untuk pengadaan alat-alat modern.
Dengan demikian metode demonstrasi juga memiliki kelebihan dan kelemahan
seperti metode lainnya sehingga tugas guru adalah berusaha mengoptimalkan hal-hal
yang menjadi kelebihan dan meminimalkan kelemahan sehingga proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan baik.
5. Tugas
Tugas sering diberikan oleh guru setelah usai meyelesaikan suatu topik
bahasan dibicarakan di depan kelas. Dalam Nana Sudjana, (1995: 81)
dijelaskan bahwa :
Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh
lebih luas dari itu. Tugas biasa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di
perpustakaan, dan ditempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang
xxvi
anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara
kelompok. Oleh karena itu tugas dapat dilaksanakan secara individual
atau kelompok.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan pemberian tugas akan
merangsang siswa untuk aktif dalam belajar, sehingga tujuan belajarnya dapat
tercapai. Roestiyah (1991: 33) menyatakan: “Metode pemberian tugas adalah
cara penyajian bahan pelajaran, dimana guru menugaskan murid-murid
mempelajari sesuatu, kemudian harus dipertanggungjawabkan”. Dalam hal ini
pemberian tugas dimaksudkan agar siswa secara mandiri ataupun
berkelompok ada kecenderungan untuk belajar tanpa menggantungkan pada
orang lain sehingga anak-anak percaya pada kemampuan yang dimiliki.
a. Kelebihan pemberian tugas
Pemberian tugas mempunyai kelebihan sebagai berikut:
1) Tugas merangsang siswa untuk belajar lebih banyak
2) Dapat mengembangkan kemandirian kreativitas anak
3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
4) Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah
sendiri informasi
b. Kelemahan pemberian tugas
Kelemahan dalam pemberian tugas antara lain:
1) Sulit diketahui apakah siswa benar-benar mengerjakan tugas sendiri.
2) Menimbulkan kejenuhan bagi siswa jika tugas yang diberikan monoton
3) Pemberian tugas yang terlalu sering dan terlalu banyak dapat menjadi
beban bagi siswa.
c. Tugas individu
Dalam .Roestiyah N. K (1982:75), “Tugas individu adalah tugas
yang diberikan kepada siswa untuk dipertanggungjawabkan secara
individu. Bentuk pertanggungjwaban tugas individu dapat berupa
presentasi di depan kelas, tanggapan dan sebagainya”. Tugas individu
memiliki kelebihan antara lain:
xxvii
1) Melatih siswa belajar mandiri
2) Melatih siswa untuk berdsiplin dan tidak cepat putus asa
3) Melatih kemampuan siswa
Akan tetapi, tugas individu juga mempunyai kelemahan, antara lain:
1) Pemberian tugas bagi siswa yang kurang mampu dapat menghambat
belajarnya
2) Kadang siswa tidak mengerjakan sendiri
d. Tugas Kelompok
Dalam .Roestiyah N. K (1982:79), “Tugas kelompok adalah tugas
yang diberikan kepada siswa untuk dipertanggungjawabkan secara
kelompok.” Tugas dapat mengatasi perbedaan individual dengan cara
diskusi. Kekurangan pada individu yang satu dapat ditutup oleh individu
yang lain. Pemberian tugas
kelompok lebih komunikatif pada proses belajar. Tugas kelompok memiliki
kelebihan antara lain:
a. Melatih siswa dalam bekerja sama
b. Melatih siswa untuk berdiskusi
c. Memupuk rasa sosial
d. Memberi kesempatan pada siswa yang kurang paham untuk belajar
pada siswa yang lebih paham.
Tugas kelompok juga mempunyai kelemahan, yaitu:
1) Tugas dikerjakan oleh seorang siswa.
2) Bagi siswa yang kurang mampu semakin tidak mengerti.
6. Kemampuan Kognitif
Dalam belajar terdapat tiga ranah atau kemampuan yang menjadi sasaran.
Kemampuan tersebut adalah kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kemampuan
kognitif memiliki orientasi pada kemampuan siswa dalam berpikir. Kemampuan ini meliputi
kemampuan intelektual dari yang lebih sederhana, yaitu mengingat hingga kemampuan
untuk memecahkan suatu masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan
menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk
xxviii
memecahkan masalah tersebut. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kemampuan
kognitif merupakan subtaksonomi yang mengungkapkan kegiatan mental yang berawal dari
tingkat pengetahuan hingga tingkat evaluasi yang merupakan tingkat tertinggi dalam ranah
kognitif.
Kemampuan kognitif menurut Martinis Yamin (2005: 28) terdiri dari enam
tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
1) Tingkat Pengetahuan
Tujuan instruksional pada tingkat ini menuntut siswa untuk mengingat
informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya : fakta, terminologi, rumus, strategi
pemecahan masalah dan sebagainya.
2) Tingkat Pemahaman
Kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini
siswa diharapkan menterjemahkannya atau menyebutkan kembali yang telah didengar
dengan kata-kata sendiri.
3) Tingkat Penerapan
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan
informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan
berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
4) Tingkat Analisis
Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan
membedakan komponen-komponen atau elemen-elemen suatu fakta, konsep pendapat,
asumsi, hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa setiap kemampuan tersebut untuk
melihat ada tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini siswa diharapkan menunjukkan
hubungan diantara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut
dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
5) Tingkat Sintesis
Sintesis disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengkaitkan dan
menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola
baru yang lebih menyeluruh.
6) Tingkat Evaluasi
Evaluasi merupakan tingkat tertinggi, yang mengharapkan siswa mampu
membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau
xxix
benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluasi disini lebih condong ke
bentuk penilaian biasa daripada sistem evaluasi.
Dalam penelitian ini kemampuan kognitif yang dimaksud adalah kemampuan
kognitif siswa pada pelajaran fisika kelas X semester II, yaitu pada materi Usaha dan
Energi.
7. Usaha dan Energi
a. Usaha
Usaha dilakukan ketika energi dipindahkan dari satu sistem ke sistem lainnya.
Usaha yang dilakukan oleh gaya konstan didefinisikan sebagai hasil kali komponen gaya
yang segaris dengan perpindahan.
Secara matematis usaha dirumuskan dengan:
s FW ……………………………………………………..……………(1)
dengan:
W : usaha (Nm)
F : komponen gaya yang segaris dengan perpindahan (N)
s : perpindahan (m)
Dari persamaan 1 tampak bahwa suatu gaya tidak melakukan usaha jika gaya
tersebut tidak menyebabkan benda berpindah. Hal ini disebabkan s = 0.
Untuk gaya yang membentuk sudut α terhadap perpindahan seperti gambar berikut:
Gambar 2.1 Gaya F membentuk sudut α terhadap perpindahan s
Jika gaya F membentuk sudut α terhadap perpindahan s maka usaha:
cos sFW ………………………………………………………….(2)
1) Satuan usaha
Satuan usaha dalam SI diberi nama joule (J) untuk menghormati James Prescott
Joule dengan demikian diperoleh hubungan satuan:
1 joule= 1 newton meter
selain itu juga digunakan satuan lain misalnya kalori dan erg dimana:
1 erg = 10-7 joule
awal akhir
α Fx
F
s
xxx
1 kalori = 4,2 joule
2) Menghitung usaha dari grafik F-s
Dari grafik F-s usaha dapat ditentukan dengan menghitung luas grafik F-s
Gambar 2.2 Grafik gaya-perpindahan dalam satu dimensi
3) Usaha oleh berbagai gaya
Usaha total oleh berbagai gaya yang bekerja pada suatu benda diperoleh dengan cara
menjumlahkan secara aljabar biasa.
ntotal WWWWW .....321 …………………………………………….(3)
b. Energi
Energi merupakan kemampuan untuk melakukan usaha atau kerja.
1) Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh benda karena keadaan atau
kedudukannya. Energi ini merupakan energi yang masih tersimpan pada benda,
tetapi energi ini dapat dimanfaatkan menjadi usaha, misalnya: energi potensial
gravitasi, energi potensial pegas dan sebagainya.
Energi potensial gravitasi
Energi potensial gravitasi adalah energi yang dimiliki oleh benda karena kedudukan
dari benda lain. Energi potensial gravitasi di permukaan bumi (medan gravitasi
homogen) dinyatakan:
mghEP …………………………………………………………….......(4)
EP : energi potensial gravitasi (J)
m : massa benda (kg)
W
F
s O
xxxi
g : percepatan gravitasi (m/s2)
h : ketinggian terhadap acuan (m)
Energi potensial gravitasi dalam medan tak homogen dinyatakan :
2rGmMEP ……………………………………………………….……(5)
EP : energi potensial gravitasi (J)
m : massa benda 1(kg)
M : massa benda 2 (kg)
r : jarak benda 1 dan 2 (m)
2) Energi kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda karena gerakannya atau
kecepatannya. Energi kinetik dinyatakan dengan: 2
21 mvEK ………………………………………………………………..(6)
EK : energi kinetik (J)
m : massa benda (kg)
v : kecepatan benda (m/s)
3) Energi Mekanik
Energi mekanik merupakan jumlah energi potensial dan energi kinetik
KPM EEE
221 mvmghEM ………………………………………………………..(7)
c. Usaha oleh Perubahan Energi Kinetik dan Energi Potensial
1) Usaha oleh perubahan energi kinetik
Jika suatu benda menempuh lintasan mendatar maka energi potansial
benda tersebut tetap. Jika kemudian pada benda tersebut diberi gaya konstan F
segaris dengan perpindahannya, maka usaha yang dilakukan oleh gaya F sama
dengan perubahan energi kinetik ( KE ) yang dialami benda itu. Perubahan energi
kinetik adalah selisih antara energi kinetik akhir )( 2KE dan energi kinetik awal
)( 1KE
Kedudukan awal Kedudukan akhir
v1
s
F m m v1
xxxii
Gambar 2.3 Usaha sama dengan perubahan energi kinetik.
12 KKK EEEFsW
21
222
1 vvmW …………………………………………………………(8)
2) Usaha oleh perubahan energi potensial
Jika suatu benda pada ketinggian 1h dipindahkan secara vertikal dengan
kelajuan 1v hingga mencapai ketinggian 2h dengan kelajuan 2v . Usaha yang
dilakukan oleh gaya angkat konstan sama dengan perubahan energi potensial ( PE )
yang dialami benda itu. Perubahan energi potensial adalah selisih antara energi
potensial akhir ( 2PE ) dan energi potensial awal ( 1PE ).
Gambar 2.4 Usaha sama dengan perubahan energi potensial
12 PPP EEEFsW
12 hhmgW …………………………………………………………..(9)
d Hukum kekekalan energi mekanik
Pada sistem terisolasi energi mekanik sistem adalah konstan
C KPM EEE ………..…………………………………………………(10)
untuk dua kedudukan berbeda dalam sistem terisolasi, misalnya kedudukan 1 dan
kedudukan 2, hukum kekekalan energi dinyatakan oleh:
2211 KPKP EEEE
222
12
212
11 mvmghmvmgh ………………………………………………(11)
B. Kerangka Berpikir
Kedudukan akhir
Kedudukan awal
v
v
h1
h2
xxxiii
Berdasarkan atas kerangka teoritis diatas, maka dapat disusun suatu kerangka
berpikir sebagai berikut :
1. Pengaruh pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan metode
demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa. Pendekatan yaitu arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, dilihat
bagaimana materi disusun dan disajikan. Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan yang dikembangkan melalui
keterampilan-keterampilan dalam memproseskan suatu perolehan dengan menemukan dan mengembangkan sendiri fakta
dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam proses belajar mengajar agar tercipta kondisi belajar
siswa aktif.
Dalam pendekatan keterampilan proses terdapat beberapa metode mengajar antara lain metode eksperimen
dan metode demonstrasi. Metode eksperimen memungkinkan siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Sedangkan metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar dengan
mengkombinasikan penjelasan lisan dengan suatu perbuatan dan sering dilengkapi dengan menggunakan alat.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen
dan metode demonstrasi memegang peranan penting dalam menentukan tingkat kemampuan kognitif siswa.
2. Pengaruh bentuk tugas individu dan kelompok terhadap kemampuan kognitif siswa Tugas sering diberikan oleh guru setelah usai menyelesaikan suatu topik bahasan. Fungsi pemberian tugas
ini adalah untuk merangsang siswa agar lebih aktif dalam belajar, sehingga membantu mencapai tujuan belajar.
Pemberian tugas dapat diberikan dalam berbagai bentuk, diantaranya bentuk tugas secara individu dan kelompok.
Pemberian tugas individu memungkinkan siswa untuk belajar mandiri, berdsiplin dan tidak cepat putus asa
serta melatih kemampuan siswa. Sedangkan pemberian tugas secara kelompok dapat melatih siswa dalam bekerja sama,
berdiskusi, memupuk rasa sosial dan memberi kesempatan pada siswa yang kurang paham untuk belajar pada siswa yang
lebih paham.
3. Pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses dan bentuk tugas terhadap
kemampuan kognitif siswa. Pemilihan pendekatan pengajaran yang tepat mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. Pendekatan
pengajaran yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi materi akan membantu siswa dalam menyerap hal-hal yang
disampaikan oleh guru, sehingga diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan kognitif siswa.
Selain itu pemberian tugas juga akan mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. Penggunaan pendekatan keterampilan
proses melalui metode mengajar dan bentuk tugas yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
Sesuai dengan IPA yang selalu berkembang melalui pengamatan, percobaan, dan pemecahan masalah maka
pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi dengan pemberian tugas secara
individu dan kelompok dapat digunakan dalam pembelajaran Fisika khususnya pada konsep Usaha dan Energi.
Untuk memperjelas, kerangka berfikir tersebut dapat dibuat seperti pada gambar
2.8 :
Tugas
individu
xxxiv
Gambar 2.8 Kerangka Berpikir
C. Perumusan Hipotesis
Dari uraian di atas dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi
dan metode eksperimen terhadap kemampuan kognitif siswa.
2. Ada pengaruh penggunaan bentuk tugas individu dan kelompok terhadap kemampuan
kognitif siswa.
3. Tidak ada interaksi penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode
pembelajaraan dengan penggunaan bentuk tugas terhadap kemampuan kognitif siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan pada siswa kelas X semester II Program Keahlian Teknik Pemesinan tahun ajaran 2008/2009 yang bertempat di SMK Negeri 5 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian ini dalam tiga tahap. Adapun tahapan-tahapan penelitian tersebut adalah sebagai beriikut:
a Tahap persiapan yang meliputi : pengajuan judul, pembuatan proposal penelitian,
permohonan perizinan kepada instansi terkait.
Kelas Eksperimen
Kelas Demonstrasi
Tugas
kelompok
PKP Metode
Eksperimen
Tugas
individu
Tugas kelompok
PKP Metode
Demonstrasi
Kemampuan kognitif
xxxv
b Tahap pelaksanan yang meliputi : pengarahan penelitian pada sekolah yang
bersangkutan, pemakaian instrumen penelitian, pelaksanaan mengajar dan
pengambilan data
c Tahap penyelesaian yang meliputi :menganalisis data, menyusun laporan
penelitian, dan konsultasi kepada dosen pembimbing.
B. Metode Penelitian
“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (Suharsimi Arikunto, 1998: 151). Penelitian ini melibatkan empat kelas yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas demonstrasi, yang memiliki kemampuan awal sama dalam segi yang relevan, dan hanya berbeda dalam pemberian perlakuan mengajar. Kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dengan bentuk tugas individu dan kelompok.
Langkah-langkah dalam melakukan kegiatan eksperimen yaitu :
1. Guru memotivasi siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa
dan siswa menjawabnya.
2. Guru menyampaikan perumusan masalah tentang materi Energi dan Usaha
sedangkan siswa memperhatikan dan mencatatnya.
3. Guru menerangkan pengertian energi dan menyebutkan macam-macamnya
sedangkan siswa memperhatikan dan mencatatnya.
4. Guru menyediakan alat untuk percobaan dan siswa melakukan percobaan tanpa
diberi contoh terlebih dahulu oleh guru tetapi sudah diberi petunjuk langkah
melakukan percobaan secara tertulis.
5. Guru memberikan langkah kegiatan yang harus dilakukan siswa secara berurutan
dan siswa harus melengkapi pernyataan yang ada sebagai hasil dari percobaan
yang dilakukan.
6. Guru mendiskusikan jawaban siswa dalam melakukan eksperimen.
7. Guru bersama-sama siswa menurunkan perumusan matematis Energi dan Usaha.
8. Guru menjabarkan hubungan Usaha dengan Energi.
9. Guru mempersilahkan siswa untuk bertanya berkaitan dengan konsep Usaha dan
Energi.
27
xxxvi
10. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan mengenai konsep Usaha dan
Energi.
11. Guru memberikan evaluasi kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa
tentang materi Usaha dan Energi.
Untuk kelas demonstrasi diberi perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dengan bentuk tugas individu dan kelompok.
Langkah-langkah dalam melakukan kegiatan demonstrasi yaitu : 1. Guru memotivasi siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa
dan siswa menjawabnya.
2. Guru menyampaikan perumusan masalah tentang materi Energi dan Usaha
sedangkan siswa memperhatikan dan mencatatnya.
3. Guru menjelaskan pengertian energi dan menyebutkan macam-macamnya
sedangkan siswa memperhatikan dan mencatatnya.
4. Guru menyediakan alat untuk percobaan dan memberi contoh kepada siswa cara
melakukan percobaan, disini siswa dibimbing langsung oleh guru.
5. Guru bersama-sama siswa melengkapi pernyataan yang ada sebagai hasil dari
percobaan yang dilakukan.
6. Guru bersama-sama siswa menurunkan perumusan matematis Energi dan Usaha.
7. Guru bersama-sama siswa menurunkan perumusan matematis Energi dan Usaha.
8. Guru menjabarkan hubungan Usaha dengan Energi.
9. Guru mempersilahkan siswa untuk bertanya berkaitan dengan konsep Usaha dan
Energi.
10. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan mengenai konsep Usaha dan
Energi.
11. Guru memberikan evaluasi kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa
tentang materi Usaha dan Energi.
Pada kedua kelas tersebut diberikan tes kemampuan kognitif. Untuk mengetahui keadaan awal dipergunakan teknik dokumentasi, yaitu dari nilai ulangan siswa pada materi sebelumnya Desain penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2 X 2 dengan model sebagai berikut:
Tabel rancangan Penelitian
xxxvii
B
A B1 B2
A1
A2
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
Keterangan : A : Pendekatan keterampilan proses
A1: Pendekatan proses dengan melalui metode eksperimen A2: Pendekatan proses dengan melalui metode demonstrasi
B : Bentuk tugas yang digunakan B1 : Penggunaan bentuk tugas individu
B2 : Penggunaan bentuk tugas kelompok
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1997:115) “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Program Keahlian
Teknik Pemesinan SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah empat
kelas dengan jumlah 136 siswa.
2. Sampel
Dari populasi tersebut seluruh populasi diambil sebagai subjek penelitian, yaitu dua
kelas sebagai kelompok eksperimen yatu kelas X TPM A yang berjumlah 31 siswa dan X
TPM D yang berjumlah 36 siswa , sedangkan dua kelas yang lain sebagai kelompok
demostrasi yaitu kelas X TPM C yang berjumlah 35 siswa dan X TPM B yang berjumlah
34 siswa. Hal ini dikarenakan jumlah kelas populasi sama dengan jumlah sampel yang
dibutuhkan.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat
Berupa kemampuan kognitif siswa dalam mata pelajaran fisika pada pokok bhasan
Usaha dan Energi.
a. Definisi operasional :
xxxviii
Kemampuan kognitif adalah sesuatu yang berhubungan dengan atau melibatkan
suatu kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dan
sebagainya) atau usaha mengenai sesuatu melalui pengalaman sendiri, juga suatu proses
pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang serta hasil perolehan pengetahuan.
b. Skala pengukuran : Interval.
c. Indikator : Nilai mata pelajaran fisika dari tes akhir pada penelitian
2. Variabel bebas
a. Pendekatan Keterampilan Proses.
1) Definisi Operasional
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pendekatan pengajaran yang
menekankan pada keterlibatan siswa pada kegiatan-kegiatan dalam penyusunan atau
penemuan konsep
2) Skala pengukuran : Nominal dengan dua kategori, yaitu:
- Pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen
- Pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi.
b. Bentuk Tugas
1) Definisi operasional :
Bentuk tugas adalah pemberian tugas kepada siswa dalam bentuk individu atau
berkelompok pada konsep Usaha dan Energi.
2) Skala pengukuran : Nominal dengan dua kategori, yaitu:
a) Bentuk tugas individu
b) Bentuk tugas kelompok
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (1996 :234 ) mengatakan bahwa mencari data dengan teknik dokumentasi adalah data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Adapun jenis dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah nilai ulangan Fisika Semester I untuk kelas X pada materi sebelumnya. Data ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menguji kesamaan kemampuan awal antara kedua kelas ini digunakan uji-t dua pihak. Kesimpulanya Ho diterima, sebab -2 < -1,1569 < 2, berarti tidak ada perbedaan kemampuan awal siswa yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
xxxix
2. Teknik Tes
Teknik tes adalah teknik pengambilan data menggunakan tes setelah semua materi
diberikan. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa pada pokok
bahasan Usaha dan Energi. Sebelum digunakan, tes tesebut diuji cobakan atau di-try out-kan
terlebih dahulu.
Untuk instrumen ini akan dicari taraf kesukaran instrumen, daya pembeda, validitas
dan reliabilitas.
a. Taraf kesukaran Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap item digunakan rumus :
sJBP
Dimana :
P : derajat kesulitan soal
B : jumlah siswa yang menjawab benar
Js : jumlah siswa
Penggolongan derajat kesukaran tes suatu soal tes adalah sebagai berikut :
0,01 < P < 0,30……..sukar
0,30 < P < 0,70……..sedang
0,70 < P < 1,00……..mudah
Dalam penelitian ini derajat kesukaran tes suatu soal tes adalah sebagai berikut :
0,01 < P < 0,30……..sukar , jumlahnya ada 1.
0,30 < P < 0,70……..sedang, jumlahnya ada 32.
0,70 < P < 1,00……..mudah, jumlahnya ada 7.
(Suharsimi Arikunto, 1995 : 212)
b. Daya Pembeda
Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah :
JBBB
JABAD
Dimana :
BA : Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
xl
BB : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
JA : Jumlah siswa yang termasuk kelompok atas
JB : Jumlah kelompok siswa yang termasuk kelompok bawah
Penggolongan daya pembeda :
0,00 D < 0,20 jelek
0,20 D < 0,40 cukup
0,40 D < 0,70 baik
0,70 D < 1,00 baik sekali
(Suharsimi Arikunto, 1995 : 223)
Dalam penelitian penggolongan daya pembedanya yaitu :
0,00 D < 0,20 jelek, ada 10
0,20 D < 0,40 cukup, ada 24
0,40 D < 0,70 baik, ada 6
0,70 D < 1,00 baik sekali, tidak ada.
c. Validitas
Untuk menentukan tingkat validitas tes, digunakan teknik analisis butir soal dengan korelasi point biserial, dengan rumus :
rpBis = qp
StMtMp
rpBis : Koefisien korelasi biserial
Mp : Mean skor total dari subyek-subyek yang menjawab betul item yang dicari
korelasinya dengan tes.
Mr : Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh peserta tes)
P : Proposi subyek yang menjawab betul dari item tersebut
p = siswaseluruhJumlah
benarmenjawabyangsiswaBanyak
q = Proporsi subyek yang menjawab salah
= 1 – p
( Suharsimi Arikunto, 1998:234)
Untuk menentukan validitas tes digunakan pembandingan antara rpBis dengan rtabel
xli
Dengan ketentuan :
Jika rpBis > rtabel maka item tes dinyatakan valid, banyaknya ada 30.
Jika rpBis< rtabel maka item tes dinyatakan invalid, banyaknya ada 10.
d. Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas tes dengan teknik menghitung reliabilitas tes secara keseluruhan yang skornya 1 dan 0, yang sebagai berikut :
t
t
VpqV
KKr
111
Dimana :
r11 : Reliabilitas secara keluruhan
p : Proporsi subyek menjawab item dengan benar
q : Proporsi subyek yang menjawab item salah
K : Cacah item tes
Vt : Variasi total
Kriteria reliabilitas adalah :
0,00 < r11 < 0,20………sangat rendah
0,20 < r11 < 0,40……… rendah
0,40 < r11 < 0,70……… cukup
0,70 < r11 < 0,90……… tinggi
0,90 < r11 < 1,00……… sangat tinggi
(Suharsimi Arikunto, 1998: 182)
Kriteria reliabilitas ynag dipakai dalam penelitian ini r11 = 0,551 adalah relibialitas
cukup.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian pengumpulan data yang berupa
tes kemampuan kognitif, soal tugas, dan program satuan pelajaran pada pokok bahasan
Usaha dan Energi untuk kelas X SMK Program Keahlian Teknik Pemesinan.
xlii
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian ini dilakukan sebelum data diolah untuk pengujian hipotesis. Metode yang digunakan adalah metode Lilliefors, yang prosedurnya sebagai berikut :
1. Hipotesis
Ho : sampel dari populasi berdistribusi normal
Hi : sampel dari populasi berdistribusi tak normal
2. Statistik Uji
Lo : Maks F(Zi) – S(Zi)
F(Zi) : peluang Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi
S(Zi) : proporsi cacah Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi
Zi : skor total, S
XXZ ii
Lo : koefisien Lilliefors
3. Daerah Kritisk
Lo ditolak jika Lo Ltab
Lo diterima jika Lo < Ltab
4. Keputusan uji
Lo < Ltab = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Lo Ltab = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
(Sudjana, 1996: 487)
Untuk kemampuan kognitif fisika siswa kelompok demonstrasi dari hasil uji diperoleh
Lo = 0,0960 < Ltabel = 0,1066 untuk taraf signifikasi 5%. Berarti sampel kelompok
demonstrasi berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Untuk kemampuan kognitif fisika siswa kelompok eksperimen dari hasil uji diperoleh Lo
= 0,0765 < Ltabel = 0,1082 untuk taraf signifikasi 5%. Berarti sampel kelompok
eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas atau kesamaan dua varians dirumuskan dengan menggunakan metode Bartlett, sebagai berikut :
xliii
1). Hipotesis
H0 : 24
23
22
21 ; keempat sampel homogen
H0 : 22
21 , atau 2
321 , atau 2
421 , atau 2
322 , atau
24
22 ; keempat sampel tidak homogen.
Dengan menggunakan rumus dari Metode Bartlett dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
1
/
11)1(3
11
loglog303,2 22
jj
jerr
jj
jjerr
nffSSMS
ffkC
SfMSfC
jjjjj
j nSSnSS
S /)(;1
222
dimana :
k : Cacah sampel f : Derajat bebas untuk MSerr = N-k
j : 1,2,3,……..k nj : Cacah pengukuran pada sampel ke-j
N : cacah semua pengukuran 2). Daerah Kritik
H0 ditolak jika 2 2 ;k-1
H0 diterima jika 2 < 2 ;k-1
Untuk = 0,05 3). Keputusan Uji
Keempat sampel homogen jika 2 < 2 0,05 ;k-1
Keempat sampel tidak homogen jika 2 2 0,05 ;k-1
(Budiyono, 1998 : 62)
xliv
Dari perhitungan diperoleh 2Hitung = 2,4713, 2
Tabel = 3,84 untuk 1dk . Tampak bahwa
2Hitung = 2,4713 < 2
Tabel = 3,84 maka hipotesis 22
21O :H diterima, sehingga kedua
sampel dikatakan berasal dari populasi yang homogen.
2. Uji Kesamaan Awal (uji t-dua pihak)
Untuk menguji kesamaan kemampuan awal antara kedua kelas ini digunakan uji-t dua pihak.
Hipotesis :
H0 : Tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas demonstrasi
H1 : Ada perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas demonstrasi
Rumus-rumus yang digunakan adalah :
baba
22
ba
N1
N1
2NNba
)MM(t
(Suharsimi Arikunto :1996 :304)
Dengan keterangan : Ma : Nilai rata-rata hasil kelas eksperimen Mb : Nilai rata-rata hasil kelas demonstrasi
N : banyaknya subyek a : Deviasi setiap nilai a2 dan a1
b : Deviasi setiap nilai b2 dan b1 H0 diterima jika :
-t(1-1/2) ;(dk) < thitung < t(1-1/2) ; (dk) H0 ditolak jika:
thitung > ttabel atau thitung < -ttabel
Kesimpulan OH diterima, sebab -2 <-1,1569 < 2, berarti tidak ada perbedaan
kemampuan awal siswa yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok
demonstrasi.
xlv
3. Pengujian Hipotesis
a. Analisis Variansi Dua Jalan
Sesuai dengan desain eksperimen yang digunakan Faktorial 2x2, teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil eksperimen dalam rangka pengujian hipotesis penelitian adalah Analisis Variansi (ANAVA) Dua Jalan Sel Sama
1). Tujuan Analisis variansi dua jalan dipergunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, efek kolom, dan kombinasi antara efek baris dan efek kolom terhadap variabel terikat.
2). Asumsi Dasar a). Populasi-populasi berdistribusi normal dengan variasi sama.
b). Pemilihan sampel secara acak (random sampling).
Dalam penelitian ini digunakan analisis variansi dua jalan dengan
model : Xijk = μ + ai + βij + Σijk
Dimana :
Xijk : Suatu penukuran yang terletak pada elemen ke-k dan terletak pada baris ke-I
dan kolom ke-j.
i : 1,2,…..,p; p = Cacah baris
j : 1,2,…..,q; q = Cacah kolom
k : 1,2,…..,n; n = Cacah pengamatan percepatan sel
µ : Rerata besar
ai : Efek baris ke-I
βij : Efek kolom ke-j
Abij : Kombinasi efek garis ke-I dan kolom ke-j
Σijk : Galat yang terdistribusi normal
a). Hipotesis
H01 : ai=0, untuk semua i.
(Tidak ada pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode
eksperimen dengan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada
pokok bahasan Usaha dan Energi)
H11 : ai 0, untuk paling sedikit satu harga i,
xlvi
(Ada pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode
eksperimen dengan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognituf siswa pada
pokok bahasan Usaha dan Energi).
H02 : βj=0, untuk semua j.
(Tidak ada pengaruh penggunaan bentuk tugas individu dengan kelompok terhadap
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha dan Energi).
H12 : βj 0, untuk paling sedikit satu harga j.
(Ada pengaruh penggunaan bentuk tugas individu dengan kelompok terhadap
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha dan Energi)
H03 : aβjk=0, untuk semua (ij).
(Tidak ada interaksi penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan bentuk
tugas yang digunakan terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan
Usaha dan Energi).
H13 : aβjk 0, untuk paling sedikit satu harga (ij).
(Ada interaksi penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan bentuk tugas
yang digunakan terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha
dan Energi).
b.) Komputasi
1) Tabel Data
Tabel 3.2 Rancangan Analisis Variansi Dua Jalan
A B B1 B2
A1 A1 B1 A1 B2
A2 A2 B1 A2 B2
Keterangan :
A : Pendekatan keterampilan proses.
B : Bentuk tugas yang digunakan. A1 : Pengajaran menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui
metode eksperimen.
A2 :.Pengajaran menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui metode
demonstrasi.
B1 : Penggunaan bentuk tugas individu
xlvii
B2 : Penggunaan bentuk tugas kelompok
2) Tabel Jumlah AB
Tabel 3.3 Jumlah AB
A B B1 B2 Total
A1 A1 B1 A1 B2 A1'
A2 A2 B1 A2 B2 A2'
Total B1' B2' G'
c) Komponen jumlah Kuadrat
(1) = pq
G2'
(2) = ijk
ijkx 2
(3) = nq
Aii 2
(4) = np
Bjj 2
(5) = n
ABijij 2
d) Jumlah Kuadrat
SSA = (3) – (1)
SSB = (4) – (1)
SSAB = (5) – (4) – (3) + (1)
Ser = – (5) + (2)
SSTot = (2) – (1)
e) Derajat Kebebasan
dfA = p - 1
dfB = q - 1
dfAB = (p – 1)(q – 1)
dferr = N - pq
+
+
xlviii
dfTot = N – 1
f) Rerata Kuadrat
MSA = A
A
dfSS
MSB = B
B
dfSS
MSAB = AB
AB
dfSS
MSerr = err
err
dfSS
e) Statistik Uji
FA = err
A
MSMS
FB = err
B
MSMS
FAB = err
AB
MSMS
3) Daerah Kritik
DKA = pqNpFFA ,1;
DKB = pqNqFFB ,1;
DKAB= pqNqqpFFAB ),1)((;
4) Keputusan Uji
H01 ditolak jika pqNpFFA ,1;
H02 ditolak jika pqNqFFB ,1;
H03 ditolak jika pqNqqpFFAB ),1)((;
5) Rangkuman Analisis
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variasi Dua Jalan
Sumber Variasi SS Df MS F P
Efek Utama
A (baris) SSA dfA MSA FA
B (kolom) SSB dfB MSB FB < α atau>α
xlix
Interaksi AB SSAB dfAB MSAB FAB < α atau>α
Kesalahan SSerr dferr MSerr - -
Total SSTot dfTot - - -
b. Uji Lanjut
Uji lanjut yang dilakukan adalah dengan uji komparasi ganda. Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisi variansi yang telah diuraikan di muka. Pada ANAVA hanya dapat mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis nol.
Hal ini berarti bahwa hipotesis nol ditolak, maka belum dapat diketahui rerata-rerata mana yang berbeda. Perlu diingat bahwa apabila hipotesis nol ditolak maka diperoleh kesimpulan bahwa paling sedikitnya terdapat satu rerata yang berbeda dengan rerata-rerata lainnya. Untuk mengetahui lebih lanjut rerata mana yang berbeda dan rerata mana yang sama, maka dilakukan pelacakan rerata yang dikenal dengan analisis komparasi ganda, dengan demikian komparasi ganda merupakan analisis “Pasca Analisis Variansi”. Dalam penelitian ini metode dalam komparasi ganda yang digunakan adalah metode Scheffe.
Statistik uji yang digunakan adalah :
Fij = )/1/1{
2)(njniMSerr
XjXi
F = (k-1) Fij
Daerah Kritik
F (k – 1) F; k –1, N – k Keterangan :
Xi : rerata kolom ke-i Xj : rerata kolom ke-j
Mserr : rerata kuadrat kesalahan Ni : banyaknya observasi ke kolom i
Nj : banyaknya observasi ke kolom j N : cacah semua observasi
K : cacah klolom, perlakuan (treatmen)
: taraf signifikansi
l
Tabel 3.5 Komparansi Ganda (Metode Scheffe)
Komparasi rerata
Rerata Statistik Uji P
Fij=
)/1/1{2)(
njniMSerrXjXi
Keputusan Uji
Ho ditolak jika F F; k –1, N – k Paling sedikitnya terdapat satu rerata yang berbeda dengan rerata lainnya.
Ho diterima jika F F; k –1, N – k Tidak terdapat rerata yang berbeda dengan rerata lainnya.
(Budiyono, 1998:64)
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang terkumpul dalam penelitian terdiri atas data kemampuan awal dan nilai tes
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha dan Energi.
a. Data Kemampuan Awal dan Kemampuan Kognitif Siswa
li
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas data keadaan awal Fisika
siswa yang diambil dari nilai ulangan materi sebelumnya dan data tentang prestasi
belajar kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Usaha dan Energi di SMK
kelas X Program Keahlian Teknik Pemesinan. Deskripsi data kemampuan awal dan
kemampuan kognitif siswa ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data Kemampuan Awal dan Kemampuan Kognitif Siswa
Variabel
Kemampuan Awal
(Sebelum diberi perlakuan)
Kemampuan Kognitif
(Sesudah diberi perlakuan)
Eksperimen Demonstrasi Eksperimen Demonstrasi
Anggota Sampel 67 69 67 69
Skor Tertinggi 90 82 100 93
Skor Terendah 30 35 47 47
Rerata 60,8955 66,2754 76,4029 70,6087
Modus 62 70 73 70
Median 62 68 77 70
Standar Deviasi 12,7019 10,4907 10,7704 8,3035
B. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Fisika
Sebelum uji kesamaan kemampuan awal maka data yang diperoleh diberi perlakuan
uji normalitas dan uji homogenitas. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak dan untuk mengetahui
sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Hasil uji normalitas dengan metode
Lilliefors diperoleh harga statistik uji Lo untuk signifikansi 0,05 pada masing-masing kelas
yakni sebagai berikut :
Tabel 4.2. Harga Statistik Uji beserta Harga Kritik pada Uji Normalitas
Kelompok Statistik Uji Lo Harga Kritik
1. Eksperimen
2. Demonstrasi
0,0887
0,1019
0,1082
0,1066
Dari tabel 4.2. tampak bahwa harga statistik uji Lo masing-masing kelompok tidak
melebihi harga kritiknya. Dengan demikian diperoleh keputusan bahwa Ho diterima. Ini
45
lii
berarti bahwa sampel-sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8 .
Uji homogenitas menggunakan Uji Bartlett diperoleh harga statistik uji 2 =
0,1365 untuk tingkat signifikansi = 0,05. Angka ini tidak melebihi harga kritik yaitu 3,84,
dengan demikian diperoleh keputusan uji bahwa Ho diterima, hal ini menunjukkan bahwa
populasi tersebut homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 .
Kesamaan kemampuan awal Fisika antara kelompok eksperimen dan kelompok
demonstrasi dilakukan dengan menggunakan uji-t. Dari pengujian terhadap data diperoleh thit
= -1,1569. Harga ttab pada taraf signifikansi 5 % untuk db = N-2 = 134 adalah 2.
Karena –ttab < thit < ttab atau –2 < -1,1569 < 2, maka kemampuan awal siswa kelompok
eksperimen sama dengan kelompok demostrasi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 10 .
C. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas dengan metode
Lilliefors diperoleh harga statistik Uji Lo untuk tingkat signifikansi 0,05 pada masing-
masing kelas yakni sebagai berikut :
Tabel 4.3. Harga Statistik Uji beserta Harga Kritik pada Uji Normalitas
Kelompok Statistik Uji Lo Harga Kritik
1. Eksperimen
2. Demonstrasi
0,0765
0,0960
0,1082
0,1066
Dari tabel 4.3 tampak bahwa harga statistik uji Lo dari masing-masing
kelompok tidak melebihi harga kritiknya. Dengan demikian diperoleh keputusan bahwa
Ho diterima. Ini berarti bahwa sampel-sampel dalam penelitian berasal dai populasi yang
berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13 dan 14.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas menggunakan Uji Bartlett diperoleh
harga statistik uji hit2 = 2,4713. Sedangkan 2 tabel pada taraf signifikansi 0,05 adalah
3,84. Karena hit2 tidak melebihi 2 tabel , dengan demikian dapat diperoleh keputusan uji
liii
bahwa Ho diterima, hal ini menunjukkan bahwa populasi tersebut homogen. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15.
D. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa nilai kemampuan
kognitif siswa dianalisis dengan Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama dilanjutkan
dengan Uji Scheffe. Hasil dari ANAVA tersebut didapatkan harga-harga seperti yang
terangkum dalam tabel berikut :
Tabel 4.4. Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber
Variansi
SS Df MS Fobs F P
Efek Utama
A (Baris)
B (Kolom)
Interaksi
AB
Ralat
744,0374
571,2186
74,7485
13254,27
1
1
1
132
744,0374
571,2186
74,7485
100,4111
7,41
5,69
0,74
-
3,91
3,91
3,91
-
< 0,05
< 0,05
> 0,05
Total 14644,2745 136 - - - -
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran .
Berdasarkan tabel 4.4. analisis variansi dua jalan didapatkan hasil-hasil sebagai berikut :
a. Hipotesis 1.
Fa = 7,41 ; Ftabel = 3,91 (df = 1,132, p = 0,05)
Nampak bahwa Fhit > Ftabel, dengan demikian H01 ditolak dan H11 diterima.
b. Hipotesis 2
Fb = 5,69; Ftabel = 3,91 (df = 1,132, p = 0,05)
Nampak bahwa Fhit > Ftabel, dengan demikian H02 ditolak dan H12 diterima.
liv
c. Hipotesis 3
Fab = 0,74; Ftabel = 3,91(df = 1,132, p = 0,05)
Nampak bahwa Fhit < Ftabel dengan demikian H03 diterima dan H13 ditolak.
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan yang terdiri dari dua efek utama dan
interaksi dapat disimpulkan bahwa :
1) Efek Utama
Efek utama yang berupa baris (metode mengajar) perhitungan yang
ditunjukkan dengan harga statistik uji Fa =7,41melampaui harga Ftabel = 3,91
pada taraf signifikansi 5 %, yang berarti bahwa faktor A (pengajaran dengan
pendekatan keterampilan proses) mempunyai pengaruh terhadap kemampuan
kognitif siswa.
Efek utama yang berupa kolom (bentuk tugas yang digunakan) perhitungan
yang ditunjukkan dengan harga statistik uji Fb = 5,69 melampaui harga Ftabel = 3,91
pada taraf signifikansi 5 %, yang berarti bahwa faktor B (bentuk tugas yang
digunakan) mempunyai pengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa.
2) Interaksi
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan dengan harga statistik uji
Fab = 0,74 kurang dari harga Ftabel = 3,91 pada taraf signifikansi 5 %, yang berarti
bahwa tidak ada interaksi antara faktor A (pengajaran dengan pendekatan
keterampilan proses) dan B (bentuk tugas yang digunakan) terhadap kemampuan
kognitif.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat dikemukakan bahwa :
a) Ada pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode
eksperimen dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa.
b) Ada pengaruh bentuk penggunaan tugas individu dan kelompok terhadap
kemampuan kognitif siswa.
c) Tidak ada interaksi penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan bentuk
tugas yang digunakan terhadap kemampuan kognitif siswa.
3) Uji Lanjut Anava
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan ketiga masalah di atas,
maka dilakukan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe, yang rangkuman
analisisnya sebagai berikut :
lv
Tabel 4.5 Rangkuman Komparasi Ganda
Komparasi
Rerata
Rerata Statistik Uji
2
1 1( )
i jij
erri j
X XF
MSn n
Harga
Kritik
P
iX
jX
21 vs
21 vs
75,24
74,95
70,55
70,84
7,4500
5,7100
3,91
3,91
< 0,05
< 0,05
Dari tabel 4.4. di atas dapat disimpulkan bahwa :
a. Komparasi rerata antar baris terdapat perbedaan yang signifikan antara
penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan
metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa dengan harga 1 2F =
7,45 > Ftabel = 3,91. Rerata kemampuan kognitif siswa yang diberi pengajaran
dengan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen adalah
1X = 75,24 dan pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi
2X = 70,55. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan
keterampilan proses melalui metode eksperimen memberikan pengaruh lebih
baik terhadap kemampuan kognitif siswa dari pada pendekatan keterampilan
proses melalui metode demonstrasi .
b. Komparasi rerata antar kolom terdapat perbedaan yang signifikan antara bentuk
tugas individu dan kelompok terhadap kemampuan kognitif siswa dengan harga
1 2F = 5,71 > Ftabel = 3,91. Rerata kemampuan kognitif siswa yang diberi tugas
individu adalah 1X = 74,95 dan siswa yang diberi tugas kelompok adalah
2X = 70,84 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang diberi
tugas individu memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan
kognitif dari pada siswa yang diberi tugas kelompok.
lvi
E. Pembahasan Hasil Analisis
1. Hipotesis Pertama
Harga FA = 7,41 lebih besar dari Ftabel = 3,91 sehingga hipotesis nol ditolak dan
hipotesis alternatif diterima, maka terdapat pengaruh penggunaan pendekatan
keterampilan proses melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap kemampuan
kognitif siswa.
Dari tabel 4.4. terlihat bahwa prestasi siswa yang diberi perlakuan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen
mempunyai rerata yang lebih besar dibanding dengan siswa yang diberi dengan metode
demonstrasi.
Penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen
ternyata memberikan hasil yang lebih baik, hal ini dikarenakan pada pendekatan
keterampilan proses siswa mampu menemukan dan membangun konsep yang
ditanamkan guru dan melalui percobaan sendiri dengan berdasarkan konsep yang telah
dimilikinya. Sehingga pendekatan keterampilan proses sangat mendukung jika
dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen, karena dengan metode eksperimen
siswa akan selalu dapat melakukan percobaan sendiri dan secara teratur sehingga
konsep-konsep yang didapat secara bertahap melalui serangkaian eksperimen akan selalu
tetap melekat kuat pada ingatannya. Dengan demikian serangkaian kegiatan eksperimen
secara teratur dan terpadu akan menghasilkan suatu konsep fisika yang benar dan mudah
dipahami.
Dengan cara melakukan eksperimen ini, siswa akan lebih percaya atas kebenaran
atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri. Selain itu dengan metode ini
diharapkan siswa akan lebih memahami arti konsep fisika yang sesungguhnya sehingga
tidak dapat menimbulkan verbalisme dalam suatu konsep fisika.
Sedangkan penggunaan metode demonstrasi pada pendekatan keterampilan
proses kurang cocok, karena dengan metode demonstrasi siswa tidak dapat melakukan
percobaan sendiri, siswa hanya dapat melihat seorang guru yang melakukan demonstrasi
dengan demikian siswa sulit untuk memahami arah konsep yang ditanamkan oleh guru.
2. Hipotesis Kedua
Harga FB = 5,69 lebih besar dari Ftabel = 3,91 sehingga hipotesis nol ditolak. Hal
ini berarti bahwa terdapat pengaruh penggunaan bentuk tugas individu dan kelompok
terhadap kemampuan kognitif siswa.
lvii
Dari tabel 4.4. terlihat bahwa kemampuan kognitif siswa yang mengerjakan
tugas individu mempunyai rerata yang lebih besar dibanding dengan siswa yang
mengerjakan tugas kelompok. Hal ini membuktikan bahwa tugas bentuk individu akan
memberikan pengaruh yang lebih besar dibanding dengan tugas bentuk kelompok
terhadap kemampuan kognitif siswa.
3. Hipotesis Ketiga
Harga Fab = 0,74 lebih kecil dari Ftabel = 3,91 sehingga hipotesis nol diterima.
Hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi penggunaan pendekatan pengajaran dengan
bentuk tugas yang digunakan terhadap kemampuan kognitif siswa. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa kemampuan kognitif siswa yang diajar dengan pendekatan
keterampilan proses melalui metode eksperimen selalu lebih baik dibanding dengan
metode demonstrasi, baik pada siswa yang mengerjakan tugas bentuk individu maupun
kelompok. Disamping itu, kemampuan kognitif pada siswa yang mengerjakan tugas
bentuk individu lebih baik dibanding siswa yang mengerjakan tugas bentuk kelompok
baik yang diberi pengajaran dengan metode eksperimen maupun demonstrasi. Hal ini
menunjukkan tidak adanya interaksi penggunaan metode mengajar dan bentuk tugas
yang digunakan terhadap kemampuan kognitif siswa.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil dari analisis data yang telah
dikemukakan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ada pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen
dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha
dan Energi. Dengan melihat rerata metode eksperimen 1X = 75,24 dan metode
demonstrasi 2X = 70,55., jadi metode eksperimen menghasilkan kemampuan kognitif
yang lebih baik dibandingkan metode demonstrasi. Dapat disimpulkan bahwa rerata
metode eksperimen berbeda signifikan dengan rerata metode demostrasi.
2. Ada pengaruh penggunaan bentuk tugas individu dan kelompok terhadap kemampuan
kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha dan Energi. Harga Fhitung= 5,69 > Ftabel = 3,91
dan rerata kemampuan kognitif siswa yang diberi tugas individu berbeda signifikan
lviii
dengan rerata kemampuan kognitif siswa yang diberi tugas kelompok. Tugas individu
1X = 74,95 dan tugas kelompok 2X = 70,84 sehingga dapat dikatakan penggunaan
bentuk tugas individu memberikan nilai kemampuan kognitif yang lebih baik
dibandingkan penggunaan bentuk tugas kelompok.
3. Tidak ada interaksi penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode
eksperimen dan metode demonstrasi dengan bentuk tugas individu dan kelompok
terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha dan Energi. Dengan
melihat harga Fhitung = 0,74 < Ftabel = 3,91, jadi reratanya tidak berbeda signifikan.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Dengan diperoleh kesimpulan penelitian, maka sebagai implikasinya adalah : pendekatan keterampilan proses dan bentuk tugas yang digunakan berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa. Siswa yang diberi perlakuan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan mengerjakan tugas berbentuk individu kemampuan kognitifnya lebih baik.
Dengan terbuktinya hal tersebut, maka guru dapat menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran Fisika dan memperhatikan bentuk tugas yang akan digunakan untuk evaluasi hasil belajar siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan implikasi tersebut maka dapat diajukan saran-saran
sebagai berikut :
1. Dalam mengajar akan lebih baik guru menggunakan pendekatan keterampilan proses
dengan metode eksperimen sehingga siswa dapat menemukan konsep yang diberikan
oleh guru melalui percobaan sendiri.
2. Dalam memberikan tugas akan lebih baik guru menggunakan bentuk tugas individu
sehingga siswa mampu mencari jawaban yang tepat dan sesuai serta memudahkan guru
dalam memberikan penilaian.
3. Bagi para peneliti lain perlu dilakukan penelitian serupa mengenai pembelajaran fisika
dengan pendekatan keterampilan proses ditinjau dari bentuk tugas terhadap kemampuan
kognitif siswa pada pokok bahasan lain dan benar-benar menguasai pokok bahasan
tersebut.
53
lix
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian. Surakarta: FKIP UNS.
Conny S, A. F Tangyong, S. Belen, Y. Matahelemual, Wahyudi Soseloardjo. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Suratman. 2004. Memahami Fisika SMK Untuk Tingkat I. Bandung : Armico. Marthen Kanginan. 2004. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Martinis Yamin. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Pers.
Moh Amien. 1987. Hakikat Science (IPA). Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Muhibin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 1995. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo. Rini Budiharti. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS Press.
Roestiyah N. K. 1982. Dedaktik Metodik. Jakarta: Bina Aksara
_____________ 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV Rajawali.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Suharsimi Arikunto. 1998. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumadi Suryabrata. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Uzer Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.