Post on 02-Oct-2021
Stivani, Pengaruh Pemahaman Tentang Masyarakat.... 93
PENGARUH PEMAHAMAN TENTANG MASYARAKAT EKONOMI
ASEAN TERHADAP KESEJAHTERAAN NELAYAN
(STUDI KASUS: KECAMATAN MEDAN BELAWAN)
Stivani Ismawira Sinambela
Hubungan Internasional, Universitas Potensi Utama
vani.sinambela@gmail.com
ABSTRAK
Indonesia merupakan Negara maritim yang luas wilayahnya terbesar di kawasan ASEAN.
Kecamatan Medan Belawan memiliki salah satu pelabuhan tersibuk di Pulau Sumatera,
dengan posisi yang berada pada jalur lintas perdagangan internasional berpotensi
memberikan peluang bagi kemajuan perekonomian khususnya dari penerapan Masyarakat
Ekonomi ASEAN di Indonesia. Untuk melihat pengaruhnya maka dilakukan penelitian ini.
Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Hasil dari pengumpulan data diperoleh bahwa
jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 369 responden. Dari jumlah
tersebut, sebanyak 85,1% berjenis kelamin laki-laki, sedangkan 14,9% adalah perempuan dan
100% beragama islam. Usia rata-rata responden di atas 17 tahun, yakni sebesar 85% dengan
pengalaman bekerja sebagai nelayan selama lebih dari lima tahun sebesar 67,2%. Sebagian
besar responden sudah mengetahui penerapan MEA (58%) dan mendapatkan pemberitahuan
resmi oleh lembaga/pemerintah. Tingkat kepercayaan responden terhadap penerapan MEA
juga cukup tinggi, diatas 50%.
Kata Kunci: Kesejahteraan Nelayan, Masyarakat Ekonomi ASEAN, Belawan
ABSTRACT
Indonesia is a largest maritime country in ASEAN. Sub-district of Medan Belawan has one of
the busiest ports on the Sumatra. Sub-district of Medan Belawan , on the crossroads of
international trade has the potential to provide opportunities for economic development,
especially by implementation of ASEAN Economic Community in Indonesia . This research
was conducted to analyze the influence of ASEAN Economic Community in Indonesia.
Descriptive quantitative was conducted in the research. The results based on the data
collection obtained that the number of samples used in this study were 369 respondents. There
were 85.1% as male, while 14.9% were female and 100% were Islamic. The average age of
respondents were over 17 years old, there were 85% with experience working as a fisherman
and respondents who had worked for more than five years amounted to 67.2%. Most
respondents have already known the implementation of the MEA (58%) and gotten official
information by the government institution. Not only that, but respondents confidence in MEA
implementation was also high, above 50%.
Keywords: Welfare of Fisherman, ASEAN Economic Community, Belawan
94. Jurnal PIR Vol. 3 No. 1 Agustus 2018 ISSN: 2528-7192
I. PENDAHULUAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) memiliki pola integrasi ekonomi antara negara-
negara anggota ASEAN dengan cara membentuk sistem perdagangan bebas atau free trade.
Bukan hanya terintegrasi di bidang ekonomi, namun juga sosial dan politik. MEA adalah
istilah yang hadir di Indonesia yang memiliki dasar yang sama dengan AEC atau ASEAN
Economic Community. Dengan digulirkannya MEA pada penghujung 2015 lalu, merupakan
titik awal bagi setiap negara anggota ASEAN yang terdiri dari Brunei Darussalam, Filipina,
Malaysia, Thailand, Cambodia, Laos, Myanmar, Singapore, Vietnam, dan Indonesia, dimana
kesepuluh negara tersebut meleburkan batas teritori wilayahnya kedalam sebuah pasar bebas.
MEA yang merupakanpasar tunggal di kawasan ASEAN adalah wujud baru bagi politik luar
negeri Indonesia dalam interaksinya dengan negara-negara anggota ASEAN lain.
Target dari pelaksanaan MEA adalah untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan
regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia,
mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan serta meningkatkan standar hidup
penduduk di negara-negara anggota ASEAN (ASEAN Economic Community, 2015). Berkaca
dari target tersebut, dapat dilihat bahwa MEA ini memiliki tujuan yang mulia terhadap
kawasan ASEAN. Program-program yang disusun untuk mencapai target-target tersebut
terdapat pada ASEAN Economic Community Blue Print (AEC Blue Print).
Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia memiliki dua
peluang yang merupakan sekaligus tantangan yang harus dihadapi, yaitu faktor jumlah
penduduk dan faktor geografis. Pertama, Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penduduk terbesar di kawasan ASEAN. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, penduduk
ASEAN mencapai angka lebih dari 600 juta jiwa dengan populasi penduduk Indonesia
mencapai 237.641.326 per tahun 2010. Kedua, Indonesia merupakan Negara maritim yang
luas wilayahnya terbesar di kawasan ASEAN. Indonesia memiliki 17.504 pulau yang tercatat
pada Biro Pusat Statistik. Luas perairan Indonesia adalah 3.257.483 km2 dengan garis pantai
sepanjang 99.093 km2 (Badan Informasi Geospasial, 2016), tentunya menyimpan banyak
potensi yang bisa dikembangkan, terutama potensi perikanan. Pada tahun 2010 Indonesia
merupakan negara produsen ikan terbesar ketiga di dunia, dengan menghasilkan 10,5 juta ton.
Indonesia berada di bawah India (14 juta ton) dan Tiongkok (55 juta ton). Sumber daya
berlimpah tersebut bisa menjadi peluang yang sangat besar bagi Indonesia.
Stivani, Pengaruh Pemahaman Tentang Masyarakat.... 95
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Belawan yang memiliki letak yang
sangat strategis di kawasan ASEAN. Kecamatan Medan Belawan memiliki salah satu
pelabuhan tersibuk di Pulau Sumatera. Posisi Kecamatan Medan Belawan yang berada pada
jalur lintas perdagangan internasional berpotensi memberikan peluang bagi kemajuan
perekonomian. Berdasarkan Statistik tahun 2015, jumlah penduduk Kecamatan Medan
Belawan adalah 98.113 jiwa, sebanyak 4.726 jiwa diantararanya berprofesi sebagai nelayan.
Dari beberapa uraian dan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Indonesia yang sudah
memasuki era pasar bebas ASEAN melalui MEA selama dua tahun telah membuka
kesempatan kepada berbagai sektor terkait untuk bersaing dalam pasar bebas. Salah satu
sektor yang menjadi perhatian pemerintah dan terkait dengan MEA adalah sektor maritim.
Perlu dikaji bagaimana dampak penerapan MEA pada kesejahteraan nelayan di Indonesia pada
umumnya, dan nelayan di Kecamatan Medan Belawan secara khusus. Oleh karena itu, peneliti
ingin melakukan penelitian secara komprehensif mengenai “Pemahaman Tentang Masyarakat
Ekonomi ASEAN Terhadap Kesejahteraan Nelayan Kecamatan Medan Belawan”.
II. PEMBAHASAN
Association of South East Asian Nations (ASEAN) merupakan organisasi perhimpunan
bangsa-bangsa kawasan Asia Tenggara yang berdiri sejak 8 Agustus 1967 di Bangkok,
merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia
Tenggara. Pada tahun 1992 negara-negara anggota ASEAN menyepakati ASEAN Free Trade
Area (AFTA) pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN (ASEAN Summit) ke-4. Melalui
AFTA negara-negara ASEAN mendorong modernisasi politik dan globalisasi di antara
negara-negara anggota ASEAN dengan persiapan selama 15 tahun. Kemudian pada tahun
2007 perjanjian ini mengalami perubahan akibat masuknya Cina pada tahun 2012, yang
kemudian dikenal dengan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) dengan keputusan
pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015. Tujuan dari kerjasama tersebut
adalah untuk menjadikan kawasan ASEAN menjadi tempat produksi yang kompetitif sehingga
produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global, menarik lebih banyak FDI (Foreign
Direct Investment) serta meningkatkan perdagangan antar negara-negara ASEAN (Abdurofiq,
2014).
96. Jurnal PIR Vol. 3 No. 1 Agustus 2018 ISSN: 2528-7192
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang
Kebijakan Kelautan Indonesia (2017) visi untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim
dunia tersebut didasarkan pada perhatian komprehensif terhadap konstetasi hubungan antar
negara di Asia serta berbagai insiatif yang ada di kawasaan seperti ASEAN Community.
Adapun berdasarkan dokumen kebijakan tersebut terdapat tujuh pilar yang menjadi kebijakan
kelautan Indonesia, yaitu: Pengelolaan sumber daya kelautan dan pengembangan sumber daya
manusia; Pertahanan, keamanan, penegakan hukum dan keselamatan di laut; Tata kelola dan
kelembagaan laut; Ekonomi dan infrastruktur kelautan dan peningkatan kesejahteran;
Pengelolaan ruang laut dan pelindungan lingkungan laut; Budaya bahari; Diplomasi maritim
(Sekretaris Kabinet, 2017).
Berdasarkan kepemilikan alat tangkap nelayan dibedakan menjadi tiga, yaitu nelayan
buruh (nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain), nelayan juragan (nelayan
yang memiliki alat tangkap dan dioperasikan oleh orang lain) dan nelayan perorangan
(nelayan yang memiliki alat tangkap sendiri dan mengoperasikannya sendiri) (Mulyadi, 2005).
Berdasarkan penggolongan sosialnya nelayan dibagi menjadi tiga sudut pandang yaitu dari
penguasaan alat produksi, dari skala investasi modal usahanya dan berdasarkan tingkat
teknologi peralatan tangkap ikan (Suyanto, 2013).
Negara bukan aktor independen dalam hubungan internasional sehingga kebijakan
yang dikeluarkan setiap negara akan berpengaruh terhadap hubungannya dengan negara lain.
Masing-masing negara akan mendapatkan keuntungan karena setiap negara memiliki national
interest. Dalam penelitian ini interdependensi dalam kerjasama ASEAN saling bergantung
satu sama lain antara masing-masing negara anggota.
Keohane dan Nye (1977) menjelaskan bahwa teori interdepndensi menegaskan bahwa
negara bukan aktor independen secara keseluruhan, melainkan negara saling bergantung satu
sama lainnya. Tidak adanya negara yang secara keseluruhan dapat memenuhi sendiri
kebutuhannya, masing-masing bergantung pada sumber daya dan produk dari negara lainnya.
Oleh karena itu kebijakan yang dikeluarkan oleh suatu negara akan memberikan akibat yang
cepat dan serius pada kebijakan negara lainnya, bahkan kebijakan domestik bisa memiliki
implikasi yang lebih luas ke negara lainnya.
Defenisi pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuatu yang
dipahami dan dimengerti dengan benar. Sehingga indikator pemahaman tentang MEA diukur
Stivani, Pengaruh Pemahaman Tentang Masyarakat.... 97
berdasarkan dua faktor yang nantinya akan dibedakan menjadi variabel X1 dan X2, yaitu (1)
Faktor Internal, yaitu faktor usia, pengalaman, dan jenis kelamin. (2) Faktor Eksternal, yaitu
faktor pendidikan, pekerjaan, dan jenis informasi. Menurut Badan Pusat Statistik (2005)
indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan, yaitu
pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat
tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan,
kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan dan kemudahan mendapatkan fasilitas
transportasi.
Gambar 1. Kerangka Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat kecamatan Medan Belawan
yang berprofesi sebagai nelayan. Sedangkan dalam menentukan sampel dari populasi tersebut,
peneliti menggunakan teknik multi stage cluster sampling, yaitu proses pengambilan sampel
dilakukan melalui dua tahap atau lebih (Cochran, 1977:314). Dimana masyarakat yang
berprofesi sebagai nelayan di kecamatan Medan Belawan dibedakan berdasarkan kepemilikan
alat tangkap, adapun nelayan dibedakan menjadi tiga, yaitu nelayan buruh (nelayan yang
bekerja dengan alat tangkap milik orang lain), nelayan juragan (nelayan yang memiliki alat
tangkap dan dioperasikan oleh orang lain) dan nelayan perorangan (nelayan yang memiliki
alat tangkap sendiri dan mengoperasikannya sendiri) (Mulyadi, 2005).
98. Jurnal PIR Vol. 3 No. 1 Agustus 2018 ISSN: 2528-7192
Uji validitas diperlukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur yaitu
apakah data yang didapat setelah setelah penelitian merupakan data yang valid dengan
alat ukur yang digunakan (kuesioner). Apabila instrumen sudah disusun, instrumen
disebarkan kepada kelompok responden. Setelah instrumen dikembalikan, maka dapat
dilakukan pengujian validitas secara statistik. Pengujian validitas dalam penelitian ini
menggunakan bantuan software SPSS (Statistic Package and Social Science) 20.0 for
windows.
Tabel 1. Hasil Pengujian Validitas Instrumen
VARIABEL ITEM NILAI
KORELASI
PROBABILI
TAS
KETERANG
AN
FAKTOR
INTERNAL DAN
EKSTERNAL
YANG
MEMPENGA-
RUHI
PEMAHAMAN
NELAYAN (X)
Pertanyaan 4 0,358 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 5 0,325 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 6 0,629 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 7 0,186 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 8 0,617 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 9 0,372 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 10 0,503 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 11 0,616 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 12 0,638 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 13 0,755 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 14 0,659 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 15 0,843 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 16 0,908 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 17 0,802 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 18 0,919 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 19 0,871 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
INDIKATOR
KESEJAH-
TERAAN (Y)
Pertanyaan 20 0,943 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 21 0,312 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 22 0,717 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 23 0,768 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 24 0,513 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 25 0,542 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 26 0,895 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 27 0,797 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 28 0,933 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Stivani, Pengaruh Pemahaman Tentang Masyarakat.... 99
Pertanyaan 29 0,945 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 30 0,944 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 31 0,680 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 32 0,896 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 33 0,896 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 34 0,827 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Pertanyaan 35 0,827 (Positif) 0,000 < 0,05 VALID
Tabel diatas menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai nilai korelasi yang
positif dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua
indikator dari masing-masing variabel instrumen penelitian ini adalah valid dan dapat
dilanjutkan kepada pengujian reliabilitas instrumen. Tujuan pengujian reliabilitas adalah untuk
melihat apakah instrumen penelitian merupakan instrumen yang handal dan dapat dipercaya.
Pengujian validitas dalam penelitian ini juga menggunakan bantuan software SPSS (Statistic
Package and Social Science) 20.0 for windows.
Tabel 2. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Faktor Eksternal Dan
Internal (X)
0.816 > 0.50 Reliabilitas Tinggi
Indikator
Kesejahteraan (Y)
0.594 > 0.50 Realibiltas Cukup
Moderat
Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel (X) mempunyai koefisien reliabilitas alpha
yang cukup besar yaitu 0,816 dengan nilai Alpha Cronbach diantara 0,70 – 0,90 maka
reliabilitas tinggi, sehingga dapat dikatakan Reliabel, dan pada variabel (Y) mempunyai
koefisien reliabilitas alpha 0,594 dengan nilai Alpha Cronbach diantara 0 ,42 s.d. 0,60 maka
reliabilitasnya cukup.
Tabel 3. Tabel Paired Samples Test
Paired Differences T df Sig.
(2-
tailed) Mean Std.
deviati
on
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
Jumlah
6,7771
7
6,0757
5
,31672 6,1543
6
7,3999
9
21,394 367 ,000
100. Jurnal PIR Vol. 3 No. 1 Agustus 2018 ISSN: 2528-7192
X-
Jumlah
Y
Terlihat pada tabel di atas bahwa ada sebanyak 369 data responden, dengan rata-rata
selisih variabel adalah 6,777, dengan simpangan baku sebesar 6,075. Selanjutnya dengan
Paired Sample T-test menghasilkan nilai t hitung sebesar 21,398 dengan derajat bebas 367
dan sig (2 tailed) sebesar 0,000. Karena nilai sig (2-tailed) ini lebih kecil daripada alpha (α =
0,95), hal ini menunjukkan bahwa variabel pemahaman nelayan berpengaruh positif terhadap
variabel kesejahteraan nelayan di Kecamatan Medan Belawan. Dapat disimpulkan dalam
pengujian Uji-T bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yakni terdapat pengaruh pemahaman
tentang MEA terhadap kesejahteraan nelayan Kecamatan Medan Belawan. Secara parsial
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (pemahaman tentang MEA)
terhadap variabel terikat (kesejahteraan nelayan).
Tabel 4. Model Summary
Model R R Square Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate
1 0,821a ,673 ,672 4,76479
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel
bebas terhadap variabel terikat. Jika koefisien determinasi (R2) semakin besar (mendekati
satu) menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y dimana 0<R2<1. Sebaliknya
jika R2 semakin kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas
adalah kecil terhadap variabel terikat. Dari hasil pengolahan data tabel di atas maka dapat
dijelaskan bahwa nilai R square (R2) sebesar 0,675, berarti 67,5% variabel pemahaman
tentang MEA dapat menjelaskan variabel Kesejahteraan nelayan. Sedangkan sisanya sebesar
32,5% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Nilai R square sebesar 67,5% tergolong kedalam angka yang cukup besar. Hal ini dapat
menjelaskan bahwa pemahaman nelayan terhadap MEA, seperti melalui sosialisisi, pelatihan
dan sebaginya cukup mempengaruhi tingkat kesejahteraan nelayan di Kecamatan Medan
Belawan. Sedangkan variabel-variabel lain yang kemungkinan dapat menjelaskan model
seperti dalam penelitian ini antara lain, akses informasi, faktor pemerintah dan sebagainya.
Stivani, Pengaruh Pemahaman Tentang Masyarakat.... 101
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antas pengaruh
variabel yang diteliti. Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
korelasi product moment pearson yaitu untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan
timbal balik antara dua variabel. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kuat atau tidaknya
hubungan antara X dan Y disebut koefisien korelasi (r). Dari tabel di atas, dapat dilihat juga
bahwa dengan R = 0,821 berarti pengaruh antara variabel Pemahaman tentang MEA terhadap
variabel Kesejahteraan nelayan sebesar 0,822. Artinya, pengaruh variabel Pemahaman
tentang MEA dapat dikatakan “sangat kuat” seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 5. Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi
-1 ≤ r ≤ 1 Tingkat Keeratan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Statistika untuk penelitian, Sugiyono (2009)
Sebelum menyebarkan kuisioner kepada sampel yang menjadi responden dalam
penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reabilitas terhadap variabel
X dan Y yang menjadi variabel dalam penelitian. Berdasarkan uji validitas didapatkan bahwa
semua instrumen mempunyai nilai korelasi yang positif dengan nilai probabilitas lebih kecil
dari 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua instrumen dari masing-masing instrument
penelitian ini adalah valid dan dapat dilanjutkan kepada pengujian reliabilitas instrument.
Kemudian uji selanjutnya adalah uji realibitas yang dilakukan untuk untuk melihat apakah
instrument penelitian merupakan instrument yang handal dan dapat dipercaya. Hasil yang
didapatkan adalah variabel (X) mempunyai koefisien reliabilitas alpha yang cukup besar yaitu
0,816 dengan nilai Alpha Cronbach diantara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi, sehingga
dapat dikatakan Reliabel, dan pada variabel (Y) mempunyai koefisien reliabilitas alpha 0,594
dengan nilai Alpha Cronbach diantara 0 0,40 – 0,60 maka reliabilitasnya cukup.
102. Jurnal PIR Vol. 3 No. 1 Agustus 2018 ISSN: 2528-7192
Setelah dipastikan bahwa variabel dan pertanyaan-pertanyaan tiap variabel lolos uji
validitas dan realibilitas, maka penelitian dapat dilanjutkan dengan penyebaran kuisioner
kepada sampel yang menjadi respnden. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 369 responden. Dari jumlah tersebut, sebanyak 85,1% nya berjenis kelamin laki-laki,
sedangkan sisanya 14,9% nya adalah perempuan dan 100% beragama islam. Usia rata-rata
responden di atas 17 tahun, yakni sebesar 85,9% dengan pengalaman bekerja sebagai nelayan
selama lebih dari lima tahun sebesar 67,2%. Berdasarkan kuisioner yang disebar didapatkan
hasil bahwa masyarakat nelayan di Kecamatan Medan Belawan mayoritas adalah nelayan
perorangan dan sudah mendapatkan pendidikan dasar (SD, SMP, SMA), dengan sebagian
kecil (2,4%) yang mendapatkan pendidikat tinggi. Sebagian besar responden sudah
mengetahui penerapan MEA (26,2% sangat setuju dan 35% menjawab setju) dan mendapatkan
pemberitahuan resmi oleh lembaga/pemerintah. Dan kepercayaan responden terhadap
penerapan MEA juga cukup tinggi, yaitu 46,4%. Berdasarkan angka-angka tersebut kita dapat
menyimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat Medan Belawan tentang MEA cukup tinggi
dan hal tersebut dipengaruhi juga oleh tingkat pendidikan, tingkat umur, dan sosialisasi serta
pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah.
Tabel 6. Sebaran Hasil Kuisioner Variabel X
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Usia LB PN KAK TPR PMEA SMEA KMEA PPMEA
ST
S
KS
Keterangan:
ST : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
LB : Lama Bekerja
PN : Pelatihan Profesi Nelayan
KAK : Kepemilikan Alat Kerja
TPR : Tingkat Pendidikan Responden
Stivani, Pengaruh Pemahaman Tentang Masyarakat.... 103
PMEA : Pengetahuan Mengenai MEA
SMEA : Sosialisasi Mengenai MEA
KMEA : Kepercayaan terhadap MEA
PPMEA : Pemanfaatan Program MEA
Sementara pada variabel Y, yakni indikator kesejahteraan nelayan angka-angka yang
menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan tergolong baik. Seperti sudah disebutkan
sebelumnya bahwa menurut Badan Pusat Statistik, indikator yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan, yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran
keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga,
kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke jenjang
pendidikan dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi. Data dari kuisioner
menunjukkan bahwa masyarakat Nelayan yang menjadi responden memiliki pendapatan
antara 5-10juta per bulannya. Mayoritas (26,3% sangat setju dan 25,2% setuju) nelayan juga
sudah memiliki rumah dalam bentuk permanen dan tergolong berfasilitas lengkap. Selain itu,
tingkat kualitas kesehatan, pendidikan, dan transportasi juga rata-rata berada di angka yang
ckup tinggi. Sementara kepemilikan kendaraan roda dua sebesar (62,1%) dan roda empat
sebesar (28,2%) artinya hanya beberapa responden saja yang tidak memiliki kendaraan
pribadi.
Tabel 7. Sebaran Hasil Kuisioner Variabel Y
0
10
20
30
40
50
60
70
IDP IJRT IKTT ITK IKMP IKK IKAT
ST
S
KS
Keter
angan:
ST : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
IDP : Indikator Tingkat Pendapatan
IJRT : Indikator Jenis Rumah Tinggal
IKTT : Indikator Kualitas Tempat Tinggal
104. Jurnal PIR Vol. 3 No. 1 Agustus 2018 ISSN: 2528-7192
ITK : Indikator Tingkat Kesehatan
IKMP : Indikator Kemudahan Mendapatkan Pendidikan
IKK : Indikator Kepemilikan Kenderaan
IKAT : Indikator Kemudahan Akses Transportasi
Dengan melihat sebaran hasil kuisioner di atas dapat kita lihat bahwa variabel X
(faktor pengetahuan terhadap MEA) berada pada persentase yang cukup tinggi. Artinya, dapat
disimpulkan bahwa mayoritas nelayan di Kecamatan Medan Belawan memiliki pengetahuan
yang cukup mengenai MEA. Pengetahuan tersebut tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti usia, tingkat pendidikan, lama bekerja, dan campur tangan pemerintah melalui
sosialisasi-sosialisasi yang dilakukan. Walaupun pada beberapa responden, persentase tidak
mendapatkan sosialisasi dari pemerintah masih cukup tinggi, namun mayoritas sudah pernah
mendapatkan sosialisasi sehingga mengetahui adanya MEA. Selain itu, mayoritas nelayan juga
sudah mulai memanfaatkan MEA untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, artinya mereka
juga percaya bahwa MEA dapat bermanfaat untuk meningkatkan taraf hidup mereka sebagai
nelayan. Hipotesa tersebut terbukti dengan melihat sebarah hasil kuisioner pada variabel Y
(Indikator Kesejahteraan). Dapat dilihat bahwa mayoritas nelayan memiliki tingkat
pendapatan yang cukup tinggi (5juta-10jt rupiah), memiliki rumah permanen, kendaraan
(minimal roda dua), memiliki akses yang mudah terhadap pendidikan, kesehatan dan
transportasi. Untuk tingkat pendapatan nelayan Kecamatan Medan Belawan yang berada di
kisaran 5-10 Juta rupiah, dapat dikatakan tinggi apabila dibandingkan dengan Upah Minimun
Provinsi) Sumatera Utara yang sebesar 2,1 Juta dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)
Medan yang sebesar 2,7 Juta rupiah.
Sementara dari hasil analisis data penelitian didapat bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pemahaman nelayan terhadap MEA, baik itu faktor eksternal maupun faktor
internal, dengan tingkat kesejahteraan nelayan di Kecamatan Medan Belawan. Hal ini
didasarkan pada hasil perhitungan nilai thitung sebesar 27,627 > ttabel 2,250 dan nilai signifikansi
dari tabel coefficients diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 dibawah nilai 0,05. Hal ini
menandakan bahwa ada pengaruh yang cukup kuat antara pemahaman nelayan tentang MEA
terhadap tingkat kesejahteraan mereka. Hal ini juga sekaligus menjawab pertanyaan ketiga
dari penelitian ini, yakni “Apakah pemahaman tentang MEA berpengaruh terhadap
kesejahteraan nelayan Kecamatan Medan Belawan?”
Stivani, Pengaruh Pemahaman Tentang Masyarakat.... 105
Hal tersebut juga dapat di lihat dari hasil analisis regresi linear sederhana yang telah
dilakukan, dimana diperoleh persamaan Y = 14,941 + 0,644X. Rumus regresi linear
sederhana digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor internal dan eksternal
(Variabel X) terhadap kesejahteraan nelayan (Variabel Y). Sehingga dari persamaan tersebut
menunjukkan nilai konstanta (a) sebesar 14,729, hal ini menunjukkan bahwa jika nilai
variabel pemahaman tentang MEA adalah sama dengan 0, maka variabel kesejahteraan
nelayan adalah sama dengan 14,941. Persamaan tersebut juga menunjukkan nilai koefisien X
sebesar 0,644, angka tersebut menunjukkan bahwa variabel (X) pemahaman tentang MEA
berpengaruh positif terhadap variabel (Y).
Dapat disimpulkan juga melalui pengujian Uji-T bahwa H0 ditolak dan Ha diterima,
yakni terdapat pengaruh pemahaman tentang MEA terhadap kesejahteraan nelayan
Kecamatan Medan Belawan. Kesimpulan tersebut di dapat setelah pengujian terhadap
hipotesis menggunakan uji signifikansi parsial. Berdasarkan uji signifikansi parsial yang
dilakukan, tampak bahwa ada sebanyak 369 data responden, dengan rata-rata selisih variabel
adalah 6,777, dengan simpangan baku sebesar 6,075. Selanjutnya dengan Paired Sample T-
test menghasilkan nilai t hitung sebesar 21,398 dengan derajat bebas 367 dan sig (2 tailed)
sebesar 0,000. Karena nilai sig (2-tailed) ini lebih kecil daripada alpha (α = 0,95), hal ini
menunjukkan bahwa variabel pemahaman nelayan berpengaruh positif terhadap variabel
kesejahteraan nelayan di Kecamatan Medan Belawan.
Derajat hubungan antara variabel juga sangat tinggi, seperti dapat di lihat dalam
penghitungan terhadap analisis korelasi yang menggunakan teknik korelasi product moment
pearson yang dapat mengetahui derajat atau kekuatan hubungan timbal balik antara dua
variable. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara X dan Y
disebut koefisien korelasi (r). Dari penghitungan didapatkan nilai R sebesar 0,821 berarti
pengaruh antara variabel Pemahaman tentang MEA terhadap variabel Kesejahteraan nelayan
sebesar 0,821. Artinya, pengaruh variabel Pemahaman tentang MEA dapat dikatakan “sangat
kuat”.
Sementara itu, berdasarkan penghitungan nilai koefisien determinasi yang dilakukan
untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika
koefisien determinasi (R2) semakin besar (mendekati satu) menunjukkan semakin baik
kemampuan X menerangkan Y dimana 0<R2<1. Sebaliknya jika R2 semakin kecil (mendekati
106. Jurnal PIR Vol. 3 No. 1 Agustus 2018 ISSN: 2528-7192
nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah kecil terhadap variabel
terikat. Hasil penghitungan menghasilkan nilai R square (R2) sebesar 0,673, berarti 67,3%
variabel pemahaman tentang MEA dapat menjelaskan variabel Kesejahteraan nelayan.
Sedangkan sisanya sebesar 32,7% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. Nilai R square sebesar 67,3% tergolong kedalam angka yang
cukup besar. Hal ini dapat menjelaskan bahwa pemahaman nelayan terhadap MEA, seperti
melalui sosialisisi, pelatihan dan sebaginya cukup mempengaruhi tingkat kesejahteraan
nelayan di Kecamatan Medan Belawan. Sedangkan variabel-variabel lain yang kemungkinan
dapat menjelaskan model seperti dalam penelitian ini antara lain, akses informasi, faktor
pemerintah dan sebagainya.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian didapat bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pemahaman nelayan terhadap MEA, baik itu faktor eksternal maupun faktor
internal, dengan tingkat kesejahteraan nelayan di Kecamatan Medan Belawan. Hal ini
didasarkan pada hasil perhitungan nilai thitung sebesar 27,461 > ttabel 2,250 dan nilai signifikansi
dari tabel coefficients diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 dibawah nilai 0,05. Hal ini
menandakan bahwa ada pengaruh yang cukup kuat antara pemahaman nelayan tentang MEA
terhadap tingkat kesejahteraan mereka.
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
nelayan di Kecamatan Medan Belawan sudah memiliki pemahaman yang baik tentang
penerapan MEA di Indonesia. Sejalan dengan pemahaman tersebut, nelayan di Kecamatan
Medan Belawan juga sudah dapat menikmati penerapan MEA terbukti dengan cukup
tingginya tingkat kesejahteraan mereka sebagai nelayan. Pelaksanaan MEA sendiri berdampak
pada penurunan biaya tarif ekspor-impor menjadi 0-5 persen serta penghapusan batasan
kuantitatif dan hambatan non tarif lainnya. Pembukaan perdagangan bebas dikawasan Asia
Tenggara ini diprediksi akan mampu menstimulasi hal positif bagi pembangunan ekonomi
Indonesia. Hal tersebut dapat menjadi peluang tersendiri jika nelayan di Kecamatan Medan
Belawan dapat memanfaatkan hal tersebut dengan baik.
Stivani, Pengaruh Pemahaman Tentang Masyarakat.... 107
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas berkat dan rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian dosen pemula dengan judul “PENGARUH
PEMAHAMAN TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN TERHADAP
KESEJAHTERAAN NELAYAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN”. Tak lupa
penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu demi kelancaran penelitian ini, yaitu antara lain kepada :
Pihak Kementrisn Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
(KEMENRISTEKDIKTI) yang telah mendanai penelitian ini.
Universitas Potensi Utama yang telah mendukung sepenuhnya sehingga penelitian ini
dapat diselesaikan.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Potensi Utama
yang telah membimbing dan memberikan banyak arahan dalam penelitian ini.
Tentu saja penelitian ini masih memiliki kelemahan yang perlu disempurnakan untuk masa
yang akan datang. Saran dan kritik bagi penulis sangatlah membantu dalam proses
menyempurnakan maupun pengembangan bidang keilmuan. Akhir kata semoga penelitian ini
dapat membantu dalam proses pengambangan bidang keilmuan untuk waktu yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Dibb, Paul, 2001, Indonesia: The Key to South-East Asia’s Security, dalam International
Affairs
Ganesan, N., dan Ramses Amer. International Relations in Southeast Asia Between
Bilateralism and Multilateralism. Singapura: ISEAS Publishing, 2010.
Martin, Griffiths dan Terry O’Callghan, 2002, International Relations: The Key Concepts,
New York: Routledge.
Mulyadi, S. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT Grafindo Persada.
S. Nuraeni, Deasy Silvya, dan Arifin Sudirman. 2010. Regionalisme dalam Studi Hubungan
Internasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sidney Siegel. 2002. Statistika Non Parametrik Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Siregar, Y. I. (2015). Menggali Potensi Sumber Daya Laut Indonesia. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Suyanto, Bagong. 2013. Anatomi Kemiskinan dan Strategi Penanganannya,
Surabaya:In-Trans Publishing.
108. Jurnal PIR Vol. 3 No. 1 Agustus 2018 ISSN: 2528-7192
Stewart-Ingersoll, Robert, 2012, Regional Powers and Security Orders: A Theoretical
Framework, Routledge.
Jurnal :
AbduRofiq, Atep. Menakar pengaruh masyarakat ekonomi asean 2015 terhadap
pembangunan indonesia. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i 1.2 (2014).
Arianto, Adi, Kerjasama Segitiga Maritim Dunia, Indonesia, Tiongkok, Rusia: Indonesia,
Kunci Keamanan Maritim Asia Tenggara dan Dunia, Power in International Relation,
Vol.1, No.2 (2017) ISSN 2528-7192.
Afandi, Moch. Masykur. 2011. Peran dan Tantangan ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
(AEC) Dalam Mewujudkan Integrasi Ekonomi Kawasan di Asia Tenggara, Jurnal Ilmu
Politik Hubungan Internasional, Volume 8 Nomor 1, hal 83-87.
Connelly, Aaron L. Sovereignty and the Sea: President Joko Widodo’s Foreign Policy
Challenges, Contemporary Southeast Asia Vol. 37, No. 1 (2015), pp. 1–28DOI:
10.1355/cs37-1a.
Connelly, Aaron. Indonesian Foreign Policy Under President Jokowi, Lowy Institute For
International Policy.2014.
Fathun, Laode, Kebijakan Geopolitik Poros Maritimdi Era Jokowi Dalam Filosofi Frame
Ideologis, Power in International Relation, Vol.1, No.2 (2017) ISSN 2528-7192.
Pratiwi, Mutiara, (2015), Pengaruh MEA 2015 Terhadap Integrasi Pada Sistem Perdagangan
di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.3 No.4, hal 293-307, ISSN 2303-
3525.
Winarno, Budi, Globalisasi dan Rezim Demokrasi Poliarki: Kebijakan Integrasi Ekonomi
Indonesia, Hubungan Internasional, Vol.3, No.1 (2014) ISSN 1829-5088.