Post on 12-Aug-2019
1
PENGARUH PEMAHAMAN MENGENAI PERSAMAAN KEDUDUKAN
WARGA NEGARA TERHADAP SIKAP MULTIKULTURAL
(STUDI PADA SISWA KELAS X SMA ASSALAAM DI SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2011/2012)
Skripsi
Oleh :
DWI PRASTYA
K 6408026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Dwi Prastya
NIM : K6408026
Jurusan/Program Studi : P. IPS/PPKN
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGARUH PEMAHAMAN
MENGENAI PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA
TERHADAP SIKAP MULTIKULTURAL (STUDI PADA SISWA KELAS X
SMA ASSALAAM DI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012) ” ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi
yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Dwi Prastya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
PENGARUH PEMAHAMAN MENGENAI PERSAMAAN KEDUDUKAN
WARGA NEGARA TERHADAP SIKAP MULTIKULTURAL
(STUDI PADA SISWA KELAS X SMA ASSALAAM DI SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2011/2012)
Oleh :
DWI PRASTYA
K 6408026
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan pembimbing
Dosen Pembimbing I
Dra. Rusnaini, M. Si
NIP. 19600229 198803 2 001
Dosen Pembimbing II
Drs. Hassan Suryono, SH, MH, M. Pd
NIP. 19560515 198503 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
ABSTRACT
Dwi Prastya. EFFECT ON UNDERSTANDING OF EQUAL CITIZENSHIP STATUS Multicultural Attitude (X CLASS STUDENTS TO STUDY SMA Assalaam Sukoharjo ACADEMIC YEAR 2011/2012). Thesis, Surakarta: Faculty of Education and Pedagogy University of Surakarta of March.
The purpose of this study was to determine whether there is significant influence between the understanding of the equality of the citizens of multicultural attitudes (study on high school class X Assalaam Sukoharjo Academic Year 2011/2012.
The research was carried out using quantitative descriptive method. The study population is the entire high school class X Assalaam Sukoharjo Academic Year 2011/2012 which amounted to 170 students. The sample used by 42 student researchers. Data collection techniques for variable understanding of citizen equality using the test, while for the multicultural attitudes using a questionnaire. Data analysis technique used is a predictor of regression analysis techniques.
Based on the results of the study concluded: "There was a significant influence on the understanding of equality of citizens of multicultural attitudes in high school class X Assalaam Sukoharjo Academic Year 2011/2012. This is shown in the tcount of 2.28 and has consulted with the TTable of 1.684 with a significant level of 5% (tcount> TTable or 2.28> 1, 684) means that the t count> t table shows the influence of variable X to variable Y . As for the correlation coefficient advance of the variables X and Y are rxy = 0.3408 and r = 0.304 table with significant level of 5% means that the variables X and Y have a positive relationship. For the regression equation was Y = 70.9867 + 0.2010X means that every increase of one unit of the variable Y will be followed by the variable X increases by 0.2010 units. As for the determination of the amount of the contribution of 11.61% means that the multicultural attitudes are influenced by an understanding of the equality of citizens and the remaining 11.61% 88.39% influenced by other factors.
Key words: Attitude, Multicultural, Equation position, Citizens
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
ABSTRAK
Dwi Prastya. PENGARUH PEMAHAMAN MENGENAI PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA TERHADAP SIKAP MULTIKULTURAL (STUDI PADA SISWA KELAS X SMA ASSALAAM SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga Negara terhadap sikap multikultural (Studi pada siswa kelas X SMA Assalaam Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Assalaam Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012 yang berjumlah 170 siswa. Sampel yang digunakan peneliti sebanyak 42 siswa. Teknik pengumpulan data untuk variabel pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga Negara menggunakan tes, sedangkan untuk sikap multikultural menggunakan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi satu prediktor.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: “Ada pengaruh signifikan pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara terhadap sikap multicultural pada siswa kelas X SMA Assalaam Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan pada hasil thitung sebesar 2,28 dan telah dikonsultasikan dengan ttabel sebesar 1,684 dengan taraf signifikan 5% (thitung> ttabel atau 2,28 > 1, 684) artinya bahwa t hitung > t tabel menunjukkan adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Sedangkan untuk koefisien korelasi anatar variabel X dan variabel Y adalah rxy = 0,3408 dan r tabel =0,304 dengan taraf signifikan 5% artinya antara variabel X dan variabel Y ada hubungan positif. Untuk persamaan garis regresinya adalah Y = 70.9867 + 0.2010X artinya bahwa setiap ada kenaikan satu unit variabel Y akan diikuti dengan kenaikan variabel X sebesar 0,2010 unit. Sedangkan untuk besarnya sumbangan determinasi sebesar 11,61% artinya bahwa sikap multikultural dipengaruhi oleh pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara sebesar 11,61% dan sisanya 88,39% dipengaruhi oleh faktor lain.
Kata kunci : Sikap , Multikultural, Persamaan kedudukan, Warga negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
MOTTO
Demokrasi tidak menjamin kesamaan kondisi kehidupan, melainkan
hanya menjamin kesamaan kesempatan. (Irving Kristol)
In the end antiblack, antifemale, and all forms of discrimination are
equivalent to the same thing. Pada akhirnya antikulit hitam,
antiperempuan, dan semua bentuk diskriminasi lainnya sama dengan
antikemanusiaan. (Shirley Chisholm)
Attitude is a little thing, but can make big differences. – Sikap adalah
suatu hal kecil, tetapi dapat menciptakan perbedaan yang besar. (Skinner)
Kita senantiasa memerlukan impian sebagai kontrol terhadap sikap dan
mencapai kemajuan hidup yang berarti. (William Faulkner)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah
memberikan dukungan dan doa selama ini
2. Dik Mur dan Mbak Ika yang memberikan
keceriaan dirumah
3. Diajeng Lilis Janatun Rohmah sebagai
tempat mencari Inspirasi, berbagi, dan
berdiskusi
4. Sahabatku Dimas, Chairul, Ari, Danang,
Anggit, Danau, dan Mifta terima kasih untuk
semangat dan motivasinya selama ini.
5. Temen-temen PPKn 2008
6. Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis
untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Menyadari bahwa penulisan skrpsi ini banyak mengalami hambatan, tapi
berkat bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin
untuk penelitian.
2. Drs. Saiful Bachri, M. Pd, ketua Jurusan pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,
yang telah memberikan ijin untuk penelitian.
3. Dr. Sri Haryati, M. Pd, Ketua Program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, yang telah memberikan ijin untuk penelitian.
4. Dra. Rusnaini, M. Si, Pembimbing I yang memberikan pengarahan dan
bimbingan, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Drs. Hassan Suryono, SH, MH, M. Pd, pembimbing II yang memberikan
pengarahan dan bimbingan, sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Bambang Arif Rahman, M. A selaku kepala SMA Assalaam Sukoharjo,
yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam
penelitian.
7. Ustad Wahyudi selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan SMA
Assalaam Sukoharjo, yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam
penelitian.
8. Para siswa kelas X SMA Assalaam Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012
yang telah bersedia berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………… ii
HALAMAN PENGAJUAN ………………………………………………... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………... iv
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………... v
HALAMAN ABSTRAK…………………………………………………… vi
HALAMAN MOTTO………………………………………………………. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………….... x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. Xvi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. Xvii
BAB I PENDAHULUHAN …………………………………………… 1
A. Latar belakang Masalah ………………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………… 4
C. Pembatasan Masalah …………………………………………… 4
D. Perumusan Masalah ……………………………………………. 4
E. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 5
F. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 5
BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………….. 6
A. Tinjauan Pustaka …………………………………….................. 6
1. Tinjauan Tentang Pemahaman Persamaan Kedudukan
Warga Negara ……………………………………………..
6
2. Tinjauan TentangSikap Multikultural …………………….. 14
B. Penelitian yang Relevan………………………………………... 22
C. Kerangka Berpikir ……………………………………………... 23
D. Hipotesis ……………………………………………………….. 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………. 26
A. Tempat Dan Waktu Penelitian …………………………………. 26
1. Tempat Penelitian………………………………………….. 26
2. Waktu Penelitian…………………………………………... 26
B. Rancangan Penelitian…………………………………………... 26
1. Pengertian Metode…………………………………………. 26
2. Pengertian Penelitian………………………………………. 27
C. Populasi dan Sampel……………………………….................... 28
1. Populasi …………………………………………………… 28
2. Sampel ……………………………………………………. 28
D. Teknik pengambilan Sampel …………………………………... 30
E. Pengumpulan Data …………………………………………….. 32
1. Variabel Penelitian………………………………………… 32
2. Penyusunan Instrumen ……………………………………. 32
a. Pengertian Tes …………………………………………. 33
b. Pengertian Angket……………………………………… 37
F. Analisis Data …………………………………………………. 44
1. Uji Prasyarat Analisis ……………………………………... 44
2. Uji Hipotesis ………………………………………………. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN…………………………………………. 50
A. Deskripsi Data………………………………………………….. 50
1. Data Tentang Pemahaman mengenai Persamaan
Kedudukan Warga Negara (X) ……………………………
50 2. Data Tentang Sikap Multikultural (Y) …………………… 52
B. Pengujian Prasyarat Analisis…………………………………… 53
1. Uji Normalitas…………………………………………….. 53
2. Uji Linearitas……………………………………………… 54
3. Uji Independen…………………………………………….. 54
4. Uji Keberartian Regresi…………………………………… 54
C. Pengujian Hipotesis…………………………………………….. 55
1. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana Antara X dan Y 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Uji Keberartian Koefisien Korelasi……………………….. 56
3. Menghitung Besarnya Sumbangan Determinasi………… 56
4. Menghitung Harga Dari Persamaan Regresi Linear………. 56
D. Pembahasan Hasil Analisis Data………………………………. 57
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN………………… 60
A. Kesimpulan……………………………………………………... 60
B. Implikasi………………………………………………………... 60
C. Saran……………………………………………………………. 60
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 62
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1.
Kerangka
Berpikir………………………………….................
25
Gambar
2.
Grafik Histogram Data Pemahaman Mengenai Persamaan
Kedudukan Warga Negara pada siswa SMA Assalaam
Tahun Ajaran
2011/2012……………………………………………...
51
Gambar
3.
Grafik Histogram data sikap multikultural pada siswa SMA
Assalaam Tahun Ajaran
2011/2012…………………………...
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadwal
Kegiatan………………………………………………..
26
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Pemahaman mengenai Persamaan
kedudukan Warga Negara pada siswa SMA Assalaam Tahun
Ajaran
2011/2012……………………………………………….
51
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Multikultural pada siswa SMA
Assalaam Tahun Ajaran
2011/2012…………………………….
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daftar Responden Uji Coba ………………………………...... 65
Lampiran 2. Kisi-kisi Uji Coba Tes Pemahaman Mengenai Persamaan
Kedudukan Warga Negara…………………………………….
66
Lampiran 3. Tes Uji Coba Pemahaman Persamaan Kedudukan Warga
Negara……………………………………………………........
69
Lampiran 4. Uji Validitas dan Uji Reliabelitas Tes Pemahaman mengenai
Persamaan Kedudukan Warga Negara………………………..
78
Lampiran 5. Contoh Perhitungan Uji validitas Tes Pemahaman Mengenai
Persamaan Kedudukan Warga Negara………………………..
81
Lampiran 6. Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Angket Sikap Multikultural….... 82
Lampiran 7. Uji Coba Angket Sikap Multikultural ………………………... 83
Lampiran 8. Uji Validitas dan Uji Reliabelitas Sikap Multikultural ………. 86
Lampiran 9. Contoh Perhitungan Uji Reliabelitas Pemahaman mengenai
Persamaan Kedudukan Warga Negara dan Sikap
Multikultural……………………………………………….....
89
Lampiran 10. Daftar Sampel Penelitian Siswa Kelas X SMA Assalaam
Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012 …………………………
91
Lampiran 11. Kisi-Kisi Tes Pemahaman mengenai Persamaan Kedudukan
Warga Negara…………………………………………………
92
Lampiran 12. Tes Pemahaman Persamaan Kedudukan Warga Negara…….. 95
Lampiran 13. Kisi-kisi Angket Sikap Multikultural………………………… 100
Lampiran 14. Angket Sikap Multikultural………………………………….. 101
Lampiran 15. Data Induk Penelitian………………………………………… 104
Lampiran 16. Uji Normalitas Tes Pemahaman mengenai Persamaan
Kedudukan Warga Negara……………………………………
105
Lampiran 17. Uji Normalitas Angket Sikap Multikultural …………………. 106
Lampiran 18. Tabel nilai kritis Uji Lilifors ……………………………........ 107
Lampiran 19. Data Uji Linearitas …………………………………………… 108
Lampiran 20. Tabel Harga Distribusi F …………………………………….. 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Lampiran 21. Contoh Perhitungan Uji Independen ……………………....... 112
Lampiran 22. Contoh perhitungan Uji keberartian Regresi ……………....... 114
Lampiran 23. Contoh Perhitungan Koefisien Korelasi Sederhana Antara X
dan Y …………………………………………………………
117
Lampiran 24. Tabel Nilai R Product Moment …………………………........ 118
Lampiran 25. Contoh Perhitungan Uji Signifikansi……………………........ 119
Lampiran 26. Tabel Harga T ……………………………………………….. 120
Lampiran 27. Besarnya Sumbangan Determinasi …………………………... 121
Lampiran 28. Contoh Perhitungan harga Persamaan Regresi …………........ 122
Lampiran 29. Dokumentasi Penelitian…………………………………….... 123
Lampiran 30. Surat Permohonan mencari data Pra Penelitian ……………… 127
Lampiran 31. Surat Permohonan Ijin menyusun Skripsi Kepada Dekan
FKIP UNS…………………………………………………....
128
Lampiran 32. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS Tentang Ijin Penyusunan
Skripsi…………………………………………………………
129
Lampiran 33. Surat Permohonan Ijin Reaserch/Try out Kepada Mudir PPMI
ASSALAAM…………………………………………………
130
Lampiran 34. Surat Permohonan Ijin reacserch/ try out kepada Rektor
UNS……………………….. …………………………………
131
Lampiran 35. Surat Pengantar Ijin Penelitian kepada Badan Kesbang dan
Linmas Kabupaten Sukoharjo…………………………............
132
Lampiran 36. Surat keterangan Pemberian Ijin Bapeda Sukoharjo………..... 133
Lampiran 37. Surat Disposisi Pimpinan Assalaam………………………….. 134
Lampiran 38. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari SMA
ASSALAAM………………………………………………….
135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB I
PENDAHULUHAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan keragaman suku,
bahasa, adat istiadat dan agama. Faktor geografis tersebut berpengaruh besar
terhadap terciptanya multikultural suku bangsa di Indonesia, maka dengan adanya
bentuk kepualauan tersebut mengakibatkan perbedaan budaya. Penyebab
perbedaan itu dapat ditemukan pada etnik. Setiap satuan etnik terdiri dari
sejumlah orang yang disatukan oleh ikatan emosional serta memandang diri
mereka sebagai suatu jenis tersendiri.
Untuk menggambarkan tentang Indonesia Lombard dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa “ Indonesia berada dalam persimpangan pengaruh budaya
internasional, bangsa Indonesia bukan hanya terdiri dari berbagai suku, tetapi juga
dengan berbagai jenis kebudayaan sesuai dengan pengaruh kebudayaan dunia
yang telah memasuki Indonesia sejak berabad-abad lalu”, (H. A. Dandri Hasyim
dan Yadi Hartono, 2008:3)
Sehingga dengan adanya perbedaan tersebut di Indonesia kultur awal
menunjukkan suatu kesatuan yang jelas dalam sikap budaya. Keragaman
merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di
masa silam, kini dan waktu-waktu yang akan datang. Sebagai fakta, keragaman
sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi diterima sebagai fakta yang dapat
memperkaya kehidupan bersama, tetapi disisi lain dianggap sebagai faktor
penyulit. Kemajemukkan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun juga
bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat Indonesia sendiri
jika tidak terkelola dengan baik.
Sehingga dengan corak masyarakat yang majemuk tersebut dipandang
bukan sekedar keaanekaragaman suku bangsa dan kebudayaannya, melainkan
keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat Indonesia. Dalam
penjelasan kostitusi di Negara Indonesia UUD 1945 terungkap seperti dalam
penjelasan Pasal 32 ayat 1 UUD 1945 yang telah diamandemen berbunyi: “Negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-
nilai budayanya”. Maka dengan adanya kostitusi yang telah menjamin kepastian
mengenai kebudayaan daerah maupun nasional diharapkan pemahaman, sikap
menghargai, dan keterbukaan terhadap budaya lain hendaknya lebih ditingkatkan.
Berdasarkan pemahaman dan sikap menghargai terhadap perbedaan
tersebut ditingkat pendidikan juga disajikan materi belajar tentang pendidikan
yang menghargai perbedaan. Pada materi pelajaran PKn untuk SMA kelas X telah
tersaji dalam kurikulum yaitu Standar Kompetensi Menghargai persamaan
kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan, dengan adanya
pembelajaran diharapkan peserta didik bisa lebih memahami tentang persamaan
kedudukan warga negara tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan,
budaya dan suku. Untuk selanjutnya saat peserta didik sudah memahaami materi
dan lulus dari sekolah serta berada dalam masyarakat akan tercipta kebiasaan yang
akan terbentuk sikap multikultural, dalam hal ini pengertian sikap multkiultural
adalah sikap yang memahami, menghormati, tolerasi dengan berbagai perbedaan
baik berupa budaya, ras, gender, suku juga agama.
Melihat kenyataan di sekolah SMA ASSALAAM menurut survey awal
penelitian, mendapatkan titik permasalahan yaitu ketika siswa SMA pada waktu
awal masuk sekolah masih berteman secara berkelompokan baik itu berdasarkan
asal daerah, sekolah, maupun status yang sama. Berdasarkan pengelompokan
yang terjadi seperti itu akan mengakibatkan gejala yang menjadikan peserta didik
yang biasa akan cenderung pasif. Keadaan ini juga ditemukan dalam organisasi
kelas maupun intrasekolah yang ikut juga sebagian besar anak yang mempunyai
status yang tinggi dalam hal budaya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
Andrik Purwarsito (2003:228) bahwa “Etnosentrisme adalah egoisme budaya,
sebuah komunitas mengganggap bahwa budaya dirinya paling superior diantara
budaya lainnya atau dengan kata lain penilaian budaya sendiri yang lebih baik.”
Sedangkan untuk masalah sikap yang terjadi akibat adanya perpedaan persepsi di
masyarakat, dalam hal ini peneliti mengambil contoh seperti yang terjadi di kota
Solo, di mana kota Solo merupakan salah satu kota yang terdiri dari berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
macam budaya maupun golongan penduduknya. Kajian mengenai sikap seseorang
terhadap seseorang yang berbeda akan lebih nampak. Untuk faktor-faktor yang
mempengaruhi ketegangan tersebut, Yadi Hartono menyatakan bahwa
“Ketegangan di kota Solo disebabkan ketidaksesuaian antara kerangka kerja
makna dan pola interaksi sosial, ketidaksesuaian yang disebabkan oleh ketahanan
sebuah realitas keagamaan dengan realitas soaial ekonomi, dan relasi kuasa yang
tidak seimbang antarentitas sosial.” (H. A. Dandri Hasyim dan Yadi Hartono
2008:11)
Beberapa usaha untuk mewujudkan masyarakat yang saling menghargai
perbedaan budaya maupun perbedaan yang lain, dalam dunia pendidikan untuk
pembelajaran dan pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara
lebih dioptimalkan lagi, karena dengan adanya pemahaman tersebut akan
terbentuk sikap yang lebih baik. Seperti pendapat para ahli yang mengkaitkan
antara pemahaman mengenai perbedaan terhadap sikap. Lawrence J. Saha
menyatakan “Pendidikan multikultural diarahkan untuk mewujudkan kesadaran,
toleransi, pemahaman, dan pengetahuan yang mempertimbangkan perbedaan
kultural, dan juga perbedaan dan persamaan antar budaya dan kaitannya dengan
pandangan dunia, konsep, nilai, keyakinan, dan sikap”.( Eko Winarto, 2007:54)
Dari uraian di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa untuk
membentuk sikap menghargai perbedaan budaya atau sikap multikultural
kemungkinan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, dalam hal ini faktor tersebut
meliputi pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara. Untuk
membuktikan apakah faktor itu benar-benar memiliki pengaruh dengan sikap
multikultural pada seseorang, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh
Pemahaman mengenai Persamaan Kedudukan Warga Negara terhadap sikap
Multikultural (Studi pada siswa Kelas X SMA Assalaam Di Sukoharjo Tahun
Ajaran 2011/2012)”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah diajukan, dapat
diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Adanya sikap multikultural yang rendah disebabkan karena rendahnya
pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara yang rendah.
2. Dengan terdapatnya berbagai pemahaman mengenai persamaan kedudukan
warga negara dari setiap orang kemungkinan berpengaruh pada sikap
multikultural setiap orang juga.
3. Adanya perbedaan sikap multikultural seseorang yang memiliki tingkat
pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara yang tinggi dan
tingkat pemahaman mengenai persamaaan kedudukan warga negara yang
rendah.
C. Pembatasan Masalah
Suatu penelitian akan lebih jelas dan spesifik apabila dibatasi ruang
lingkupnya. Dari sekian banyak permasalahan yang dapat diteliti sebagaimana
tersebut diatas, maka dapat dibatasi penelitian ini pada masalah nomor 2, yaitu
pengaruh pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara terhadap
sikap multikultural.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah atau sering diistilahkan problematika merupakan
bagian penting yang harus ada di dalam penulisan suatu karya ilmiah. Oleh karena
itu sebelum melakukan penelitihan harus mengetahui terlebih dahulu
permasalahan yang ada. Dengan adanya permasalahan yang jelas, maka proses
pemecahannya pun akan terarah dan terfokus pada permasalahan tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: Adakah pengaruh yang
signifikan pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga Negara terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sikap multikultural pada siswa kelas X SMA Assalaam Di Sukoharjo Tahun
Ajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan penelitian,
sebab dengan adanya tujuan maka efektifitas penelitian yang akan dilakukan
semakin jelas dan terarah. Adapun dalam penelitian ini mempunyai tujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan pemahaman mengenai
persamaan kedudukan warga negara terhadap sikap multikultural pada siswa kelas
X SMA Assalaam Di Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai suatu karya ilmiah maka hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan bagi UNS pada
khususnya dan masyarakat luas pada umumnya berkaitan dengan pengaruh
pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara terhadap sikap
multikultural (Studi pada siswa kelas X SMA Assalaam Di Sukoharjo Tahun
Ajaran 2011/2012. Dengan demikian untuk meningkatkan sikap multikultural
pada siswa perlu dikaji lebih lanjut berkaitan dengan pemahaman mengenai
persamaan kedudukan warga negara dalam materi PKn.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan sumbangan pemikiran bagi masyarakat umum agar
berupaya meningkatkan pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga
negara, dengan adanya pemahaman tersebut diharapkan sikap multikultural yang
menghargai budaya orang lain dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pemahaman Mengenai Persamaan Kedudukan Warga
Negara
a. Pengertian Pemahaman
Mengenai pengertian pemahaman seseorang atau memaknai sesuatu
tersebut selalu berbeda-beda, untuk itu peneliti mengkaji terlebih dahulu
mengenai pemahaman tersebut dari para ahli antara lain definisi pemahaman
yang disampaikan oleh Dilthey “Pemahaman adalah pengertian tentang akal
pikiran manusia. Akal pikiran membentuk gabungan-gabungan dan hubungan-
hubungan berbagai macam peristiwa dalam membentuk pola” (Sumaryono,
1993:54)
Sedangkan definisi yang lain mengenai pemahaman Suharsimi
Arikunto (1999:134) menyatakan bahwa, “Pemahaman (Comprehension)
adalah mempertahankan, membedakan, menduga (estimatis), menerangkan,
memperluas, menyimpulkan, mengganalisis, memberikan contoh, menuliskan
kembali, memperkirakan.”
Pemahaman dalam arti ini tidak hanya menghendaki seseorang
mengerti, tetapi menambah agar dapat menggunakan bahan-bahan yang telah
dipahami dengan layak dan efektif. Pemahaman sebagai kerja pikir dimana
seseorang pengajar dalam taraf ini hanya menyampaikan isi pelajaran dan
individu (subjek didik) harus membuat gambaran tentang objek tersebut.
Berdasarkan uraian di atas jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemahaman adalah merupakan suatu proses, perbuatan dan kemampuan
menangkap makna, arti serta penguasaan terhadap bahan-bahan yang
dipelajari. Pemahaman meletakkan pola dasar suatu kegiatan belajar, tanpa hal
tersebut maka suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan
tidak akan bermakna serta proses belajar yang dialami oleh peserta didik tidak
membawa hasil yang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Persamaan Kedudukan
Dalam bahasa ilmu politik, persamaan kedudukan warga negara biasa
disebut dengan istilah’persamaan politik’ (political equality), dalam hal ini
peneliti mengutip pendapatnya Ranney mengenai definisi persamaan politik
bahwa, “Persamaan politik dapat didefinisikan sebagai keadaan di mana setiap
anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama sebagaimana yang
lainnya untuk berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik negara”
(Bambang Suteng, 2007:168)
Berdasarkan pendapat Ranney maka dengan demikian lebih
menekankan prinsip persamaan politik adalah persamaan kesempatan untuk
berpartisipasi, bukan persamaan partisipasi nyata masyarakat. Lebih jelasnya
adalah secara sosial ekonomi kedudukan warga negara yang satu dengan yang
lainnya berbeda-beda. Ada yang kaya, ada pula yang miskin. Ada yang secara
sosial ekonomi mampu, ada yang kurang mampu. Ada yang lebih kuat, karena
memiliki kekuasaaan ada pula yang lemah, karena tak memiliki kekuasaan.
Demikian pula, mereka memiliki latar belakang ras, agama, jender, golongan,
budaya, ataupun suku yang berbeda-beda.
Berbagai perbedaan tersebut tidak boleh menjadi alasan adanya
perbedaan dalam hal kesempatan untuk ikut serta dalam proses pembuatan
keputusan politik. Dalam arti semua harus diberikan kesempatan yang sama
untuk ikut serta berpartisipasi menentukan jalannya kehidupan bernegara.
Dalam hal ini ada dua prinsip persamaan menurut Harnol J. Laski menurutnya
prinsip persamaan kedudukan warga negara memiliki dua dimensi, yaitu:
“Tidak adanya keistimewaan khusus, kesempatan yang sama diberikan kepada
setiap orang”. (Bambang Suteng, 2007:169)
c. Landasan Yang Menjamin Persamaan Kedudukan Warga Negara
1) Makna Persamaan Kedudukan Warga Negara
Persamaan merupakan perwujudan kehidupan di dalam masyarakat
yang saling menghormati dan menghargai orang tanpa membedakan suku,
agama, ras, dan antar golongan (SARA). Menurut Setiadi & Retno Listyarti
(2006:136) “Pada Umumnya, Negara-negara berkembang (termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Indonesia) lebih memaknai persamaan hidup secara kultur, karena faktor
adapt istiadat dan budaya yang ditetapkan secara turun-menurun”.
Berdasarkan pasal 26 ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa
“Warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan
undang-undang sebagai warga negara”. Pengertian yang lebih sederhana
menyatakan bahwa” warga negara artinya warga atau anggota dari suatu
negara (Winarno, 2006:47). Jadi, warga negara adalah anggota dari suatu
negara yang disahkan undang-undang sebagai warga negara
2) Jaminan Persamaan Hidup (Pendekatan Kultur)
Jaminan persamaan hidup dalam kehidupan bangsa Indonesia
secara kultur telah tertanam melalui adat dan budaya yang relative memiliki
nilai-nilai yang sama. Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” mengindikasikan
bahwa dalam kurun waktu perjalanan hidup bangsa Indonesia hingga saat
ini. Beberapa nilai kultur bangsa Indonesia yang patut dilestarikan dalam
upaya memberikan jaminan persamaan keidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara antara lain:
a) Nilai religius
b) Nilai gotong-royong
c) Nilai ramah-tamah, dan
d) Nilai kerelaan berkorban dan cintah tanah air
3) Jaminan Persamaan Hidup Dalam Konstitusi Negara
Oleh karena konstruksi yang dibangun oleh bangsa Indonesia
bersumber dari keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan dengan
semboyan Bhineka Tunggal Ika, Negara berkewajiban untuk mampu
memberikan jaminan persamaan hidup dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Adapun beberapa bidang kehidupan di Indonesia
yang telah dijamin dalam konstitusi untuk masalah persamaan kedudukan
warga Negara adalah sebagai berikut:
a) Dalam bidang ekonomi antara lain terdapat pada pasal:
(1) Pasal 27 ayat 2 berbunyi, “Tiap-tiap warga Negara berhak atas
pekerjaaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
(2) Pasal 28 C ayat 1 berbunyi, “Setiap orang berhak mengembangkan
diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia”.
(3) Pasal 28 D ayat 2 berbunyi, “Setiap orang berhak untuk bekerja serta
mendapat imbalan dan perlakuan yang sama di hadapan hukum”.
b) Dalam bidang hukum dan politik
(1) Pasal 28 D ayat 1 berbunyi, “setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di hadapan hukum”.
(2) Pasal 28 D ayat 3 berbunyi, “Setiap warga Negara berhak memperoleh
kesempatan yang sama dalam pemerintahan”.
(3) Pasal 28 E ayat 3 berbunyi, “Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.
(4) Pasal 28 G ayat 2 berbunyi, “Setiap orang berhak untuk bebas dari
penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat
manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain”.
c) Dalam bidang keagamaan dan bidang sosial budaya
(1) Pasal 28 C ayat 1 berbunyi, “Setiap orang berhak mengembangkan
diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia”.
(2) Pasal 31 ayat 1 berbunyi, “Setiap warga Negara berhak mendapatkan
pendidikan”.
(3) Pasal 28 E ayat 1 berbunyi, “Setiap orang bebas memeluk agama dan
beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran,
memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah Negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
(4) Pasal 28 E ayat 2 berbunyi, “Setiap orang berhak atas kebebasan
menyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan
hati nuraninya.”
(5) Pasal 28 F berbunyi, “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.
(6) Pasal 28 I ayat 3 berbunyi, “Identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman
peradapan”.
(7) Pasal 29 ayat 2 berbunyi, “Negara menjamin kemerekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
d) Dalam bidang pertahanan dan keamanan
Pasal 30 ayat 1 berbunyi, “tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara”.
d. Pengertian Warga Negara
Upaya untuk mendefinisikan warga Negara dan siapa yang menjadi
warga negara untuk suatu negara tidak mudah karena pengertian warga negara
sangat dipengaruhi oleh ketentuan Konstitusi yang berlaku di negara masing-
masing. Hal inilah yang mengakibatkan pengertian warga negara di suatu
negara berbeda dengan pengertian warga negara di negara lainnya. Adapun
beberapa definisi warga negara dari beberapa ahli sebagai berikut:
Pengertian warga negara menurut pendapat Turner adalah bahwa,
“Warga negara merupakan anggota dari sekelompok manusia yang hidup atau
tinggal di wilayah hukum tertentu.” (Abdul Aziz Wahad dan Sapriya
,2011:202)
Sedangkan untuk pengertian warga negara dalam UUD 1945 pasal 26
ayat 1 sebagai konstitusi tertulis di Indonesia merumuskan bahwa ”Yang
menjadi warga negara Indonesia ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga
negara”.
Sementara itu Bambang Suteng (2007: 151) menyatakan bahwa
“Warga Negara adalah orang-orang yang memiliki kedudukan resmi sebagai
anggota penuh suatu negara. Mereka dituntut untuk memberikan kesetiaannya
kepada negara itu, menerima perlindungan darinya serta menikmati hak untuk
ikut dalam proses politik.”
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
warga negara adalah anggota dari sekelompok orang yang ada dalam wilayah
suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku pada negara tersebut yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara.
e. Perspektif Teori Belajar Gestalt Tentang Pemahaman Mengenai
Persamaan Kedudukan Warga Negara terhadap Sikap Multikultural
Teori Gestalt untuk pembelajaran, Max Wertheimer dalam pendapatnya
“menekankan insight (pemahaman) untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Artinya bahwa dalam teori gestalt, belajar yang penting bukan mengulang hal-hal
yang dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight (pemahaman).” (Winfred
F. Hill, 2009:137)
Teori Belajar gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving,
dari pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolahan
dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.
Suatu konsep yang penting dalam psikologi Gestalt tentang insight yaitu
pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar
bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan
atau bagian-bagian dalam bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.
Dalam teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika,
tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas
belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti. Artinya proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
secara keseluruhan sangat dipentingkan dalam teori Gestalt ini. Hal tersebut
berguna untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Dalam materi belajar Pendidika Kewarganegaraan ada salah satu cakupan materi
yaitu mengenai persamaan kedudukan warga Negara yang terdapat pada kelas X
tingkat SMA.
Seperti pendapat Winfred F. Hill (2009:136-137) yang menyatakan
bahwa:
“Pendekatan Wertheimer bersifat dinamis,yang berurusan dengan pola-
pola utuh yang ada dalam kesadaran setiap peserta didik. Seringkali pembelajaran
terjadi secara tiba-tiba disertai perasaan bahwa peserta didik itu benar-benar telah
mengerti setelah mengikuti pembelajaran. Perubahan tersebut bisa berlangsung
melalui pengalaman baru yang diperoleh peserta didik bisa melalui pikiran atau
sekedar dengan berlalunya waktu.”
Dalam proses belajar, dalam teori gestalt ini bahwa makin lama akan
timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi terhadap materi
pelajaran yang dipelajari, sehingga tujuan pembelajaran dapat dengan mudah
tercapai. Artinya bahwa, menurut teori gestalt ini bahwa proses pembelajaran
dengan menekankan pemahaman terhadap peserta didik itu sangat penting untuk
dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Demikian juga dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Pada dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran
yang memiliki cakupan materi untuk membentuk sikap atau karakter siswa dan
mempunyai peran penting dalam mengembangkan perilaku dan sikap
multikultural dikalangan siswa dalam pergaulan sehari-hari. Pada pembentukan
sikap multikultural tersebut dapat terrealisasi pada siswa dengan pemahaman yang
benar terhadap materi mengenai persamaan kedudukan warga negara yang ada
pada materi pendidikan kewarganegaraan.
Oleh karena itu mengacu pada teori gestalt tersebut dimana pemahaman
merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka pemahaman peserta
didik mengenai persamaan kedudukan warga negara yang terintegrasikan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang secara tersirat tercantum dalam
materi pokok persamaan kedudukan warga negara merupakan hal terpenting
untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dengan adanya pemahaman pada
peserta didik mengenai persamaan kedudukan warga negara, maka akan terbentuk
sikap multikultural dikalangan peserta didik tersebut. Untuk membentuk
pemahaman yang mendalam pada diri peserta didik, maka pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan ditekankan pembentukan sikap yang diperoleh dari
pemahaman mengenai materi yang ada pada pelajaran pendidikan
kewarganegaraan tersebut.
f. Definisi Konseptual Pemahaman Mengenai Persamaan Kedudukan
Warga Negara
Pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara adalah
suatu proses, perbuatan dan kemampuan menangkap makna, arti serta
penguasaan terhadap persamaan kedudukan anggota dari sekelompok orang
yang ada dalam wilayah suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada negara.
g. Definisi Operasional Pemahaman Mengenai Persamaan Kedudukan
Warga Negara
Untuk definisi Operasional dalam pemahaman mengenai persamaan
kedudukan warga Negara peneliti mengacu pada Kompetesi Dasar yang
diajarkan di kelas X pada Standar Kompetensi menghargai persamaan
kedudukan warga negara antara lain:
1) Mendeskripsikan kedudukan warga negara dan pewarganegaraan di
Indonesia.
2) menganalisis persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3) menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras,
agama, gender, golongan, budaya dan suku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
1. Tinjauan Tentang Sikap Multikultural
a. Pengertian Sikap
Sudah kita ketahui bahwa orang di dalam berhubungan dengan orang
lain tidak hanya berbuat begitu saja, tetapi juga menyadari perbuatan yang
dilakukan dan menyadari pula situasi yang ada sangkut pautnya dengan
perbuatan yang dilakukan itu. Kesadaran ini tidak hanya mengenai tingkah
laku yang sudah terjadi, tetapi juga tingkah laku yang mungkin akan terjadi.
Kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan nyata dan
perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi itulah yang dinamakan sikap.
Berkaitan dengan pengertian sikap, ada beberapa ahli yang mengemukakan
diantaranya sebagai berikut:
Definisi sikap menurut Allport adalah, “Sikap merupakan kesiapan
mental, yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang, bersama
dengan pengalaman individual masing-masing, mengarahkan dan menentukan
respon terhadap berbagai objek dan situasi.” (Tim Penulis Fakultas Psikologi
UI ,2009:81)
Adapun pendapat lain mengenai definisi sikap di dalam Jurnal
Business And Economics--Banking And Finance dikemukakan bahwa:
Attitude is all about how you relate to your clients. Your style of connecting with them, your way of communicating, your respect of them and your behavior towards them are all reflections of your attitude. Ultimately, your professional image and your attitude help form the first impression your clients have of you. (Dana May Casperson, 2001, http://search.proquest.com/docview/230138232?accountid=44945)
Artinya bahwa sikap adalah tentang bagaimana anda berhubungan
dengan klien anda. Gaya anda menghubungkan dengan mereka, cara anda
berkomunikasi, rasa hormat dari mereka dan perilaku anda terhadap mereka
semua adalah refleksi dari sikap anda. Pada akhirnya, citra profesional anda
dan sikap anda membantu membentuk kesan pertama klien anda miliki tentang
anda
Sehubungan dengan definisi sikap menurut Thustone dan Charles
Osgood mengemukakan bahwa, “Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung
atau memihak (Favorable) ataupun perasaan tidak mendukung (unfavorable)
objek tertentu”. (Saifuddin Azwar 2002:3)
Pendapat yang lain mengemukakan, “Sikap adalah disposisi atau
keadaan mental di dalam jiwa dan diri seseorang individu untuk bereaksi
terhadap lingkungan, maupun fisiknya” (Koentjaraningrat, 1994 : 26)
Berdasarkan beberapa pendapat tentang sikap tersebut maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa, sikap adalah kesiapan mental yang ada pada diri
seseorang bersamaan dengan pengalaman individual masing-masing yang
mengarahkan dan menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi yang
nantinya akan ditentukan oleh perasaan mendukung atau perasaan yang tidak
mendukung.
1) Karakter sikap
Sax menyatakan karakter sikap antara lain, “Arah, intensitas,
keluasan, konsistensi, dan spontanitas”, (Saifuddin Azwar , 2002:2-4).
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a) Arah
Arah dalam sikap ada dua yakni sikap positif, artinya sikap yang
menunjukkan dan memperlihatkan persetujuan serta melaksanakan
norma-norma yang berlaku di tempat individu itu berada serta masyarat
dapat menerimanya dengan yang disesukan dengan adat istiadat
setempat. Yang kedua yaitu sikap negative, artinya sikap yang
menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui
terhadap norma-norma yang berlaku di tempat individu itu berada yang
biasanya akan berdampak negatif dalam kehidupan di masyarakat.
b) Intensitas
Intensitas merupakan derajat kekuatan sikap seseorang, di mana
sikap positif atau negative yang sama-sama dimiliki oleh dua orang
terhadap sesuatu mungkin tidak sama intensitasnya, bisa saja yang satu
lebih positif atau lebih negative daripada yang satunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
c) Keluasaan
Keluasaan sikap menunjukkan kepada luas tidaknya cakupan
aspek obyek yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang. Dan
bagaimana seseorang tersebut menghendaki atas cangkupan yang ada
sehingga pembentukan sikap terbentuk.
d) Kosistensi
Konsistensi sikap ditunjukkan oleh kesesuaian antara pernyataan
sikap yang dikemukakan oleh subyek dengan responnya terhadap obyek
sikap. Sehingga kesesuaian antara perilaku yang ditunjukan oleh
seseorang dalam waktu yang lama akan senantiasa tetap.
e) Spontanitas
Spontanitas menunjukkan sejauh mana kesiapan obyek untuk
menyatakan sikapnya secara spontan. Subyek dikatakan memiliki
spontanitas yang tinggi apabila sikap yang dinyatakan tanpa perlu
pengungkapan atau desakan.
2) Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Saifuddin Azwar (2002:30-35) faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah “pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain
yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan
lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu”,
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a) Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meningalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan
lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan
emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih
lama berbekas dalam diri seseorang. Untuk itu pengalaman yang ada
pada diri seseorang tersebut yang baik agar diberi kesempatan yang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
juga, agar seseorang yang mendapatkan pengalaman tersebut dapat
bersikap baik juga terhadap orang lain maupun pada dirinya.
b) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Seseorang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang
yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi
kita (significant others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap
kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting
bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi,
teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-
lain.
c) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaan itulah yang member corak
pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok
masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan
dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam
pembentukan sikap individu.
d) Media Massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media
massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap
hal tersebut. Pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut,
apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu
hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu
e) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari
pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
f) Pengaruh Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian
merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah
hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih konsisten dan
tahan lama.
b. Pengertian Multikultural
Perlu dilakukan penumbuhan rasa saling memiliki aset-aset nasional
yang berasal dari nilai-nilai adiluhung bangsa Indonesia, khususnya dari suku-
suku bangsa, sehingga mendorong terbentuknya persatuan antar budaya yang
kokoh. Artinya upaya membuat seseorang dari kawasan Indonesia berbagai
daerah dapat menghargai, menikmati dan merasakan sebagai milik sendiri
berbagai unsur kebudayaan yang terdapat di kawasan Indonesia seluruhnya,
sehingga nantinya meningkatkan pemahaman multikulturalisme di Indonesia.
Berkaitan dengan pengertian multikultural, ada beberapa pendapat dari para
ahli antara lain:
Sebelum mengemukakan pengertian tentang multikultural, terlebih
dahulu akan dikemukakan definisi kultur itu sendiri. Untuk definisi kultur
menurut pendapat Sir E.B. Taylor bahwa,”Kultur adalah keseluruhan hal yang
kompleks termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan yang lain yang diperoleh manusia
sebagai anggota manusia”. (Andrik Purwasito, 2003:96)
Sedangkan untuk definisi multikulturalisme menurut C.W. Waston
mengemukakan bahwa,”multikulturalisme merupakan paham yang mengakui
dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individual
maupun secara kebudayaan yang ada pada masyarakat tersebut”, (H. A. Dadiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Hasyim dan Yudi Hartono, 2008:23). Dalam hal ini multikultural lebih menitik
beratkan pada mengakui perbedaan dan kesederajatan dalam kebudayaan.
Adapun pendapat dari Ngaiun Naim dan Achmad Sauqi (2008:126)
bahwa, “multikulturalisme merupakan konsep dimana sebuah komunitas dalam
konteks kebangsaan dapat mengakui keberagaman, perbedaan, dan
kemajemukan budaya, baik ras, suku, etnis dan agama.”
Sementara pendapat lain menurut Calhoun, light, & keller
menjelaskan tentang Multikultural yaitu “Multiculturalism is an approach to
life in a pluralistic society which calls for finding ways for people to
understand and interact with one another that do not depend on their sameness
but rather on respect for their differences.” (Hermana Somantri, 2011: 35)
yang artinya bahwa multikulturalisme adalah suatu pendekatan untuk
kehidupan dalam suatu masyarakat pluralistik, yang menuntut untuk
menemukan cara-cara bagi orang-orang untuk memahami dan berhubungan
dengan yang lainnya yang tidak tergantung kepada persamaan mereka, tetapi
lebih pada penghargaan dari perbedaan mereka.
Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa multikultural
adalah suatu pemahaman maupun paham yang mengakui tentang perbedaan
budaya, adat istiadat, kemampuan serta kebiasaan yang lain yang diperoleh
manusia baik secara individual maupun secara kebudayaan dapat mengakui
keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku, etnis dan
agama.
1) Jenis-jenis Multikulturalisme
Dalam cara pandang untuk mengartikan multikultural definisi yang
timbul dari beberapa ahli berbeda-beda, di satu pihak merupakan suatu
paham dan di lain pihak merupakan suatu pendekatan yang menawarkan
paradigma kebudayaan untuk mengerti perbedaan-perbedaan yang selama
ini ada di tengah-tengah masyarakat. Untuk lebih jelas mengenai
multikultalisme menurut Ibid Alfons Taryadi mengemukakan ada lima jenis
multikulturalisme yaitu: “multikulturalisme isolasionis, multikulturalisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
akomodatif, multikulturalisme mandiri, multikulturalisme kritis atau
interaktif, dan multikulturalisme cosmopolitan.”, (Andre Atan Ujan et al,
2009:15-16)
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a) Multikultural Isolasionis
Mengacu pada visi masyarakat sebagi tempat kelompok-kelompok
budaya yang berbeda, menjalani hidup mandiri dan terlibat dalam saling
interaksi minimal sebagai syarat yang niscaya untuk hidup bersama
sehingga membentuk suatu masyarakat yang harmonis.
b) Multikultural Akomodatif
Multikultural Akomodatif mengacu pada visi masyarakat yang bertumpu
pada satu budaya dominan, dengan penyesuaian-penyesuaian dan
pengaturan yang pas untuk kebutuhan budaya minoritas.
c) Multikultural Mandiri
Mengacu pada visi masyarakat dimana kelompok-kelompok budaya
besar mencari kesetaraan dengan budaya dominan dan bertujuan
menempuh hidup mandiri dalam satu kerangka politik kolektif yang
dapat diterima oleh masyarakat itu sendiri, sehingga nantinya masyarakat
tersebut dapat dengan sendirinya membentuk masyarakat yang terdiri
dari beragam kebudayaan.
d) Multikultural Kritis atau Interaktif
Multikultural kritis atau interaktif merujuk pada sebuah visi masyarakat
sebagai tempat kelompok-kelompok kultural kurang peduli untuk
menempuh hidup mandiri, dan lebih peduli dalam menciptakan satu
budaya kolektif yang mencerminkan dan mengakui perspektif mereka
yang berbeda-beda.
e) Multikultural Cosmopolitan
Mengacu pada visi masyarakat yang berusaha menerobos ikatan-ikatan
cultural dan membuka peluang bagi para individu yang kini tidak terikat
pada budaya khusus, secara bebas bergiat dalam eksperimen-eksperimen
antarkultur dan mengembangkan satu budaya milik mereka sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Untuk mengkaji tentang gambaran yang lebih luas mengenai
multikultural peneliti mengutip dari pendapat ahli ciri khas atau karakteristik dari
masyarakat multikultural. Adapun karakteristik masyarakat multikultural menurut
Pierre L. van de Berghe mengemukakan bahwa masyarakat multikultural
mempunyai beberapa karakteristik yang khas, sebagai berikut:
1) masyarakat terbagi dalam segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok latar budaya subbudaya yang berbeda,
2) memiliki struktur social yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer, kurang adanya kemauan untuk mengembangkan consensus antaranggota masyarakatnya tentang nilai-nilai sosial yang fundamental,
3) kurangnya kesadaran mengembankan consensus relative sering menumbuhkan konflik antarkelompok subbudaya tersebut,
4) konflik bisa dihindari dan integrasi sosial dapat terjadi, tetapi dengan jalan secara relative menggunakan paksaan ditambah adanya ketergantungan satu sama lain dalam bidang ekonomi,
5) adanya dominasi politik kelompok satu atas kelompok yang lain. Andrik Purwasito (2003:301)
c. Definisi Konseptual Variabel Sikap multikultural
Sikap multikultural adalah sikap bersedia menerima adanya
kesederajatan diantara keragaman budaya, kebiasaan yang lain yang diperoleh
manusia baik secara individual maupun secara kebudayaan dapat mengakui
keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku, etnis dan
agama.
d. Definisi Operasional variabel sikap multikultural
Sikap atau perilaku yang mencerminkan rasa
1) Keadilan
2) Bertoleransi
3) Menghormati perbedaan
4) Menghargai perbedaan
5) Menjalin kerjasama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B. Penelitian yang Relevan
1. Ali Rachman, 2007, Penerapan Bimbingan kelompok dalam Pengembangan
kesadaran Multikultural Siswa SMA
Berdasarkan penerapan bimbingan kelompok dalam pengembangan kesadaran
multikultural siswa SMA, ditemukan bahwa Pemahaman dan sikap
multikultural siswa mengalami peningkatan. Hal ini bermanfaat bagi konselor
sekolah. Melalui penelitian ini, konselor memperoleh gambaran bagaimana
membimbing siswa di sekolah. Konselor dapat merancang dan menggunakan
bimbingan kelompok sesuai dengan tujuan yaitu meningkatkan pemahaman
dan sikap sosial siswa terhadap keberagaman budaya yang ada disekitarnya.
2. Muhammad Fauzi, 2009, Peran Pendidikan Islam untuk mengembangkan sikap
Multikultural Siswa (Studi korelasi di MTs. Pembangunan UIN Jakarta)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan
antara peran pendidikan Islam dengan sikap multikultural siswa MTs.
Pembangunan UIN Jakarta. Dan penelitian ini juga menunjukan kontribusi
yang besar mengenai pendidikan agama Islam terhadap sikap multikultural
siswa MTs. Pembangunan UIN Jakarta.
3. Santoso, 2005, Implementasi synoptic method dalam meningkatkan kesadaran
Multikultural
Gambaran synoptic method yang ditemukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: pertama, kegiatan berkomunikasi. Kedua, kegiatan
mengkonstruk pengetahuan. Ketiga, kegiatan berpikir dan bertindak. Keempat,
siswa diminta untuk mengekspresikan diri. Berdasarkan implementasi tersebut,
ditemukan bahwa pengetahuan dan sikap multikultural siswa mengalami
peningkatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Dari beberapa penelitian yang relevan tersebut menunjukkan bahwa
variabel sikap multikultural telah banyak digunakan di dalam beberapa penelitian.
Hal yang paling menarik dalam penelitian ini adalah mengkaitkan pemahaman
mengenai persamaan kedudukan warga negara yang ada pada materi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan tingkat SMA kelas X mempunyai pengaruh atau
tidak terhadap sikap multikultural pada siswa kelas X yang telah mendapatkan
materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan tersebut. Berdasarkan pada teori
belajar gestalt yang menitikberatkan proses belajar pada pemahaman siswa,
sehingga siswa tersebut dalam mengaplikasikan materi yang telah diterima sesuai
dengan apa yang akan dilakukannya.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir pada dasarnya merupakan alur atau penalaran untuk
dapat sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.
Mengacu pada permasalahan dan kajian teori sebagaimana yang telah diuraikan di
atas, maka peneliti dapat mengemukakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini
sebagai berikut:
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang
wajib diajarkan dalam setiap jenjang setiap jenjang alur pendidikan formal.
Pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran mempunyai peran
dalam membelajarkan materi persamaan kedudukan warga negara. Setelah adanya
pembelajaran persamaan kedudukan warga negara berarti pendidikan
kewarganegaraan memberikan pengaruh pada perubahan sikap atau kepribadian
pada siswa untuk bersikap saling menghormati, menghargai, toleransi terhadap
perbedaan orang lain atau bisa disebut dengan sikap multikultural.
Keberhasilan di dalam pembelajaran persamaan kedudukan warga
negara yang ada dalam pendidikan kewarganegaraan dapat dilihat dari proses
belajar mengajar dalam mentransformasikan materi tentang pemahaman mengenai
persamaan kedudukan warga negara pada siswa. Pemahaman mengenai
persamaan kedudukan warga negara yang ada dalam mata pelajaran Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Kewarganegaraan akan membawa perubahan pada cara berfikir dan akhirnya
terwujud dalam cara bersikap maupun berkepribadian siswa.
Berdasarkan pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara
yang ada dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan ini jika bisa
dipahami dengan baik, maka siswa tersebut dapat dengan baik pula dalam
menentukan sikap multikultural dalam kehidupan sehari-hari terhadap orang lain
tanpa memandang orang lain tersebut dari segi apapun. Dari penerimaan proses
pembelajaran yang baik dapat mendorong siswa untuk berkepribadian baik pula
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman
mengenai persamaan kedudukan warga Negara yang terdapat dalam mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan mempunyai pengaruh terhadap sikap
multikultural pada siswa. Untuk memperjelas kerangka pemikiran ini dapat
digambarkan dengan kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 1: Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu kesimpulan yang sifatnya sementara atau
menduga, dimana kebenarannya masih harus dibuktikan. Untuk definisi hipotesa
dari Winarno Surakhmad (1992:39) “Hipotesis adalah perumusan jawaban
sementara terhadap suatu hal yang dimaksud sebagai tuntutan sementara dalam
penelitian untuk mencari jawaban yang sebenar-benarnya”. Sedangkan dari ahli
Materi PKn
Pembelajaran
Teori gestalt
Civic disposition
Civic knowledge
Sikap multikultural
Pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
lain menyatakan untuk definisi hipotesa tersebut adalah “pernyataan yang masih
lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannya.” (Sutrisno Hadi
,1992:157)
Untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh variabel X terhadap variabel
Y dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis bahwa,”Ada pengaruh yang
signifikan pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara terhadap
sikap multikultural (studi pada siswa kelas X SMA Assalaam Di Sukoharjo Tahun
Ajaran 2011/2012)”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini mengambil lokasi di SMA Assalaam Sukoharjo,
yang beralamat di Pabelan, Kartasura, Kotak Pos 286 Surakarta 57102. Alasan
mengambil tempat di SMA Assalaam Sukoharjo karena sekolah ini merupakan
sekolah yang berbasis multikultural, sehingga dalam pemilihan tempat sesuai
dengan judul yang diajukan.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat dalam tabel, sebagai
berikut:
Tabel. 1 Jadwal Kegiatan
Kegiatan TAHUN 2012
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Pengajuan judul
Penyusunan
Proposal
Pengumpulan
Data
Pengolahan
Data
Penyusunan
Laporan
B. Rancangan Penelitian
1. Pengertian Metode
Dalam melakukan suatu penelitian seorang peneliti harus menggunakan
metode penelitian tersebut secara tepat dan akurat supaya nantinya akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
mendapatkan hasil yang baik dan tepat. Pengertian mengenai metode penelitian
peneliti mengutip pendapat dari beberapa ahli antara lain sebagai berikut:
Dalam mendefinisikan metode perlu acuan dari para ahli antara lain
pengertian metode oleh Winarno Surakhmad (1982:96) “metode adalah cara yang
dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan”,.
Adapun pendapat lain mengenai metode penelitian dari Sugiyono
(2009:3) bahwa, “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Sedangkan pengertian yang lain dari Sutrisno Hadi (1992:4) metodologi
research adalah “Pelajaran yang memperbincangkan tentang bagaimana cara atau
jalan yang harus ditempuh guna mencapai suatu tujuan, khususnya dalam
kegiatan-kegiatan ilmiah”. Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh guna
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunanan tertentu khususnya dalam
kegiatan ilmiah.
2. Pengertian Penelitian
Sutrisno Hadi memberikan definisi research atau penelitian sebagai
berikut: Sesuai dengan tujuannya, research dapat didefinisikan sebagai usaha
untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan,
usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Sedangkan menurut Djarwanto Ps (1986:5) “Penelitian adalah
penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan”.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
adalah kegiatan yang terencana, sistematis dan mengikuti metode ilmiah dalam
mencari jawaban atas suatu masalah dengan tujuan untuk memperoleh pengertian,
pengetahuan, dan pemahaman dari gejala-gejala atau proses penyelidikan bidang
ilmu tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian metodologi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pada hakekatnya metodologi penelitian adalah cara-cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
ilmiah yang harus dilakukan untuk mencari jawaban atas masalah-masalah yang
dihadapi dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengungkapkan masalah dengan jalan mengumpulkan data, menyusun,
mengklarifikasikan, menganalisa, dan menginterpretasikan data berupa angka dan
skor.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dapat diberi makna yang cukup beragam, Sutrisno Hadi
(1992:34) berpendapat Populasi adalah “Seluruh penduduk yang dimaksud untuk
diselidiki disebut universum”.
Menurut Sumanto (1995:39) “Populasi adalah seluruh subjek di dalam
wilayah penelitian yang dijadika subjek penelitian”. Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto (2010:173) “Populasi adalah Keseluruhan subjek Penelitian”.
Selanjutnya Hadari Nawawi (1988:37) menyatakan bahwa “Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, tumbuhan, gejala-
gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu sebagai sumber pilihan”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas yang dimaksud dengan populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian yang mempunyai sifat-sifat yang sama.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X
SMA Assalaam Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012”.
2. Sampel
Berbagai sumber banyak yang mendefinisikan pengertian sampel. Dalam
penelitian ini, penulis mengambil pengertian sampel dan cara menentukan ukuran
maupun jumlah dari sampel tersebut dari beberapa ahli antara lain:
Menurut Sutrisno Hadi (1992:75), yang dimaksud dengan sampel adalah
“Sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Sedangkan pengertian sampel menurut Sugiyono (2009:118) adalah
“Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Iqbal Hasan (2002:56) yang mengutip pendapat L.R. Gay mengatakan
jumlah sampel yang terkecil yang dapat diterima tergantung pada jenis risetnya,
yaitu:
“a. Riset deskriptif = 10% dari populasi
b. Riset korelasi = 25% dari subjek
c. Riset kausal komperatif = 30% dari subjek/kelompok
d. Riset eksperimen = 50% dari subjek”
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dalam penelitian ini peneliti
mengambil sample sebanyak 25% dari jumlah subjek. Untuk pengambilan sampel
dalam sebuah penelitian itu sangat penting, berdasarkan pendapat dari Nayak
Barun di dalam jurnal internasioanal Indian Journal of Ophthalmology
(November, 2010) menyatakan bahwa:
sample size calculation is a very important aspect of any study. It should be done at the time of planning a study, based on the type of the research question and study design. It is advisable to take the help of a statistician at this stage of the study as well. Authors must provide detailed information regarding the sample size calculation used
Artinya bahwa perhitungan ukuran sampel adalah aspek yang sangat penting
studi apapun. Ini harus dilakukan pada saat perencanaan studi, didasarkan
pada jenis pertanyaan penelitian dan desain penelitian. Dianjurkan untuk
mengambil bantuan ahli statistik pada tahap penelitian juga. Penulis harus
memberikan informasi rinci tentang perhitungan ukuran sampel digunakan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
penentuan besarnya sampel penelitian sangat penting, maka sebelum melakukan
penelitian hendaknya konsultasi terlebih dahulu dengan ahli statistika. Sampel
yang diambil di dalam penelitian agar benar-benar sampel yang representative
sehingga dapat untuk digeneralisasikan dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
D. Teknik Pengambilan Sampel
1. Sampling
Dalam setiap kegiatan penelitian sampel yang digunakan haruslah benar-
benar mencerminkan kondisi riil populasi yang ada, melalui serangkaian aturan
tertentu dalam pengambilan sampel yang disebut sampling. Menurut Sutrisno
Hadi (1992:226) “Sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk
mengambil sampel”. Untuk pengertian macam-macam sampling menurut
Suharsimi Arikunto (2010:181-185) antara lain “sampel berstrata, sampel
wilayah, sampel proporsi, sampel bertujuan, sampel kuota, sampel kelompok,
sampel kembar”. Adapun penjelasan mengenai sampling tersebut adalah:
a. Sampel Berstrata atau Stratified Sample
Teknik dalam pengambilan sampel ini adalah berdasarkan tingkatan-tingkatan
atau strata. Adanya strata tidak boleh diabaikan dan setiap strata tersebut harus
diwakili sebagai sampel. Sampel berstrata digunakan apabila peneliti
berpendapat ada perbedaan ciri atau karakteristik antara strara-strata yang ada
karena perbedaan tersebut mempengaruhi variabel.
b. Sampel Wilayah atau Area Probability Sample
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil wakil dari
setiap wilayah yang terdapat dalam populasi.
c. Sampel Proporsi atau Proportional Sample
Teknik pengambilan sampel secara proporsi atau sampel imbangan ini
dilakukan apabila jumlah subjek yang terdapat dalam strata atau wilayah tidak
sama. Sehingga nantinya dalam pengambilan menurut banyaknya subjek
masing-masing.
d. Sampel bertujuan atau Purposive Sample
Teknik pengambilan sampel dengan cara ini dilakukan bukan dasar pada strata
maupun wilayah subjek tertentu melainkan berdasarkan adanya tujuan tertentu
dalam sebuah penelitian.
e. Sampel Kuota atau Quota Sample
Teknik pengambilan sampel ini juga tidak dilakukan mendasarkan diri pada
strata atau daerah, tetapi mendasarkan pada jumlah yang sudah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
f. Sampel kelompok atau Cluster Sample
Teknik pengambilan sampel ini berdasarkan kelompok-kelompok yang bukan
merupakan kelas atau strata. Di dalam menentukan jenis kelompok harus
dipertimbangkan dengan masak-masak dan cirri-ciri yang ada.
g. Sampel Kembar atau Double Sampel
Teknik pengambilan sampel ini adalah dua sampel yang sekaligus diambil pleh
peneliti dengan tujuan untuk melengkapi jumlah apabila ada data yang tidak
masuk dari sampel pertama.
Penelitian ini yang digunakan untuk mengambil sampel adalah
proporsional random sample atau sampel proporsi dengan cara undian. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Membuat suatu daftar yang berisi semua objek, peristiwa yang ada dalam populasi.
2) Memberi kode-kode yang berwujud angka-angka, peristiwa, atau kelompok-kelompok.
3) Menulis kode masing-masing dalam selembar kertas kecil. 4) Menggulung kertas itu baik-baik. 5) Memasukkan gulungan kertas tersebut ke dalam kaleng atau tempat
semacamnya. 6) Mengocok baik-baik kaleng itu. 7) Mengambil kertas gulungan itu sebanyak yang dibutuhkan (Sutrisno
hadi, 1992:76).
Dalam pengambilan sampel penelitian agar mendapatkan sampel yang
benar-benar representative harus melakukan pengambilan secara proporsional
random sampling. Artinya bahwa pengambilan sampel penelitian diambil secara
random tetapi yang mengambil proporsional menurut jumlah bagian-bagian
sampel. Dalam penelitian ini untuk populasi yaitu siswa kelas X SMA
ASSALAAM Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012 yang terdiri atas 170 siswa dan
tersebar pada 6 kelas, yaitu untuk kelas putrid 3 kelas dan putra 3 kelas. Untuk
sampel yang digunakan berjumlah 42 dari hasil perhitungan dari 25% x 170.
Sehingga dapat digambarkan persebaran siswanya untuk sampel sebagai berikut:
Kelas X1 = 27 170
27= x 42 = 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Kelas X2 = 28170
28= x 42 = 7
Kelas X3 = 30170
30= x 42 = 8
Kelas X4 = 24170
24= x 42 = 5
Kelas X5 = 30170
30= x 42 = 8
Kelas X6 = 30170
30= x 42 = 8
Penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 42 siswa dan agar
mendapatkan sampel yang representative peneliti menggunakan pengambilan
sampel dengan proposional random sampling.
E. Pengumpulan Data
Untuk menguji kebenaran hipotesis diperlukan data-data relevan dan
dapat dipertanggungjawabkan, yang didasarkan pada tujuan penelitian untuk itu
data yang dikumpulkan juga harus sesuai dengan yang diperlukan. Adapun cara
pengumpulan data dan instrument yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel sebagai berikut:
a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau disebut variabel
penyebab, dalam penelitian ini yaitu pemahaman mengenai persamaan
kedudukan warga negara(X)
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebut variabel tergantung.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap multikultural(Y)
2. Penyusunan Instrumen
Teknik penyusunan instrumen untuk memperoleh data dengan
menggunakan tes dan angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
a. Pengertian Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (1999:5) “Tes adalah alat ukur, prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan
cara atau aturan yang sudah ditentukan”. Sedangkan menurut W.S Winkel
(1994:325), “tes adalah suatu seri pertanyaan, soal yang harus dijawab dan
dipecahkan”.
Dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat mengukur sesuatu yang
berupa pertanyaan atau tugas yang harus diselesaikan oleh seorang individu yang
akan diukur kemampuannya itu dengan standar penilaian tertentu pula.
1) Bentuk-bentuk Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (1999:162-163), “bentuk tes ada
dua yaitu tes subyektif dan tes Objektif”. Penjelasan dari kedua bentuk
tes tersebut adalah sebagai berikut:
a) Tes subjektif yang pada umumnya berbentuk essay (uraian). Tes ini
untuk mengukur prestasi belajar yang memerlukan jawaban yang
bersifat pembahasan atau uraian kata-kata
b) Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan
secara objektif. Tes ini macamnya adalah tes benar salah, tes pilihan
ganda, tes menjodohkan, tes isi
2) Syarat-syarat Tes
Agar tes dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sebagai
alat ukur untuk mengetahui pemahaman mengenai persamaan kedudukan
warga Negara, maka tes harus memenuhi syarat. Menurut Suharsimi
Arikunto (1999:57-58) “Persyaratan tes yang baik adalah harus memiliki:
Validitas, reliabelitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis”.
Pendapat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Validitas. Suatu tes disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Istilah valid dapat disamakan dengan istilah
sahih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b) Reliabelitas. Suatu tes dikatakan reliable jika hasil tes tersebut
menunjukan ketepatan. Dengan kata lain, jika kepada siswa
diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap
siswa akan tetap berada dalam urutan yang sama dalam
kelompoknya.
c) Objektifitas. Suatu tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam
melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif atau unsure pribadi
yang mempengaruhi terutama dalam pemberian skornya.
d) Praktikabilitas. Suatu tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi
apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah dan waktu yang lama.
e) Ekonomis. Suatu tes dikatakan ekonomis jika tes tersebut dalam
pembuatannya, pelaksanaannya dan pemeriksaannya tidak
memerlukan biaya yang banyak.
3) Langkah-Langkah Penyusunan Tes
Langkah-langkah dalam penyusunan tes adalah sebagai berikut:
a) Menentukan tujuan menggunakan tes, b) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan, c) Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan, d) Menyusun dan mengidentifikasi tingkah laku yang dikehendaki
berdasarkanaturan yang telah disusun, e) Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi aspek berpikir
yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut, f) Menuliskan butir-butir soal didasarkan atas aturan, dan aspek tingkah
laku yang telah disusun (Suharsimi Arikunto, 1999:53)
Sebelum tes digunakan sebagai alat ukur, maka tes tersebut perlu try out
atau diuji cobakan lebih dahulu. Pelaksanaan try out adalah hari senin 8 Mei 2012
pada siswa kelas X SMA Assalaam di Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012 dengan
jumlah subjek responden 30 siswa. Untuk perinciannya dalam uji coba yaitu 15
siswa kelas XE dan 15 siswa kelas XF. Dalam penelitian ini mengambil setengah
dari jumlah siswa tiap kelas karena dalam pengambilan responden uji coba
dianjurkan untuk responden tersebut diluar sampel penelitian. Untuk data
responden uji coba lihat lampiran 1. Adapun untuk kisi-kisi uji coba tes
pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara terdapat pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
lampiran 2 , sedangkan untuk tes uji coba pemahaman mengenai persamaan
kedudukan warga negara terdapat pada lampiran 3 .
b. Uji Coba Tes
1) Uji validitas
Dalam pengujian validitas tes ini peneliti menggunakan pengujian
validitas isi. Menurut pendapatnya Sugiyono (2009:182), “Pengujian
validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara instrument
dengan materi yang telah diajarkan”. Dalam variabel pemahaman
mengenai persamaan kedudukan warga Negara ini merupakan salah satu
materi yang diajarkan pada SMA kelas X sehingga instrument
dibandingkan terlebih dulu. Pengujian validitas tes pemahaman
mengenai persamaan kedudukan warga negara yang dipakai adalah
menggunakan formula korelasi Point-Biserial (pbr ), dengan rumus
sebagai berikut:
i
i
t
tipbi q
p
S
XXr
−=
Keterangan :
iX : Rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir-
butir ke-i
tX : Rata- rata skor total semua responden
iP : Proporsi jawaban benar untuk butir ke-i
iq : Proporsi jawaban yang salah ke-i
tS Standar deviasi total
2) Uji reliabilitas
Untuk menguji reliabelitas tes pemahaman persamaan kedudukan
warga negara dalam pengujian reliabelitas ini lebih sesuai dengan
menggunakan teknik KR-20. Dalam Penelitian ini lebih memilih teknik
pengujian reliabelitas dengan teknik KR-20 karena dalam teknik ini tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
terikat instrument dengan jumlah ganjil maupun genap. Teknik KR-20 ini
rumusnya sebagai berikut:
−
−= ∑
tV
pq
K
Kr 1
111
Keterangan:
11r : Koefisien reliabelitas KR-20
K : Banyaknya butir soal
P : Proporsi siswa yang menjawab benar pada suatu butir
q : Proporsi siswa yang menjawab salah
tV : Varians total (Suharsimi Arikunto, 2010: 231)
a) Uji analisis item soal
(1) tingkat kesukaran, dengan rumus:
N
niP =
Keterangan:
in : banyaknya siswa yang menjawab item dengan benar
N : banyaknya siswa yang menjawab item
Kriteria harga P adalah:
0,0 ≤ P < 0,3 = Sukar
0,3 ≤ P < 0,7 = Sedang
0,7 ≤ P < 1,0 = Mudah
(2) daya beda, dengan rumus:
NR
n
NT
nd tRiT −=
Keterangan:
iTn : Banyaknya penjawab item dengan benar dari kelompok tinggi
NT : Banyaknya penjawab dari kelompok tinggi
tRn : banyaknya penjawab item dengan benar dari kelompok rendah
NR : Banyaknya penjawab dari kelompok rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Setelah instrument tes telah diujicobakan pada siswa kelas X SMA
Assalaam Tahun Ajaran 2011/2012 yang tidak dijadikan sampel , maka
selanjutnya adalah melakukan uji validitas dan uji reliabelitas pada instrument tes
pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara. Adapun untuk hasil
uji validitas dan uji reliabelitas pada tes pemahaman mengenai persamaan
kedudukan warga negara dapat dilihat pada lampiran 4, sedangkan untuk contoh
perhitungan uji validitas dan uji reliabelitas tes pemahaman mengenai persamaan
kedudukan warga negara dapat dilihat pada lampiran 5.
a. Pengertian Angket
Suharsimi Arikunto (1999:124) mengatakan bahwa “Angket adalah
sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui”. Kemudian Husaini Usman (2000:24) mengemukakan” Anget
adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang dikirimkan kepada responden
baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui pos atau perantara)”.
Sedangkan Iqbal Hasan (2002:83) berpendapat bahwa “Angket adalah
teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar
pertanyaan untuk diisi oleh responden”.
Dari beberapa pengertian tentang angket di atas dapat disimpulkan
bahwa angket adalah teknik pengumpulan data berupa daftar pertanyaan
atau pernyataan yang harus diisi oleh responden untuk memperoleh
informasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Penggunaan metode
angket dalam penelitian ini berfungsi untuk mendapatkan informasi tentang
sikap multikultural siswa.
1) Jenis-Jenis Angket
Suharsimi Arikunto (2010: 195) mengemukakan bahwa “Kuesioner dapat
dibeda-bedakan atas beberapa jenis tergantung pada sudut pandang antara lain
:cara menjawab, jawaban yang diberikan, bentuknya.” Adapun penjelasannya
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
a) Dipandang dari cara menjawab, maka ada:
(1) Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimat sendiri.
(2)Kuesioner tertutup, yang disediakan jawabannya sehingga responden
tinggal memilih.
b) Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:
(1) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya sendiri
(2) Kuesioner tidak langsung yaitu responden menjawab tentang orang lain.
c) Dipandang dari bentuknya ada:
(1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner
tertutup.
(2) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.
(3) Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda
check (√) pada kolom.
(4) Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh
kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari
sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.
Dipandang dari cara menjawab dan bentuk angketnya, dalam penelitian ini
macam angket yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan bentuk check list
sehingga responden tinggal membubuhkan tanda check (√) pada kolom jawaban yang
telah disediakan.
2) Kelemahan dan Kelebihan Kuesioner
Alasan digunakannya angket sebagai alat atau instrumen pengumpulan
data, bahwa angket mempunyai beberapa keuntungan seperti yang
dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2010: 195) yaitu:
a) Tidak memerlukan hadirnya peneliti b) Dapat dibagikan secara serempak kepada responden c) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masingmasing dan
menurut waktu senggang responden. d) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-
malu menjawab. e) Dapat stándar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan
yang benar-benar sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Selain memiliki kelebihan, angket juga memiliki kelemahan. Menurut
Suharsimi Arikunto (2010: 195-196) kelemahan-kelemahan angket sebagai
berikut:
“a) Untuk Responden tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan
yang tidak dijawab, padahal jika diberikan kembali angket tersebut
kepada responden yang telah mengisi, peneliti mengalami kesulitan.
b) Dalam hal mencari validitas tiap instrument soal sulit ditemukan.
c) Walaupun dibuat tanpa adanya identitas dilembar angket, responden
dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan keadaan
dirinya.
d) Untuk angket yang dikirim lewat pos seringkali tidak kembali.
e) Untuk Pengembalian angket waktunya tidak serentak.
f) Sebagian ada yang tidak kembali kepada peneliti.”
3) Langkah-langkah Menyusun Angket
Dalam penyusunan angket ada beberapa tahapan yang harus dilalui.
Faisal Sanapiah (1981: 30) menyatakan bahwa prosedur penyusunan angket
yaitu: “ Spesifikasi data dan sumbernya, Menyusun angket, Uji coba dan
revisi angket”. Agar lebih jelas akan diuraikan sebagai berikut:
a) Spesifikasi Data dan Sumbernya
Langkah ini merupakan langkah pertama yang perlu dilakukan dalam
penyusunan angket, yaitu melakukan spesifikasi data dan sumbernya.
Pertama-tama penyusunan angket harus menjabarkan sespesifik mungkin
data yang diperlukan, selain itu penyusunan angket juga harus
menegaskan sumber atau responden yang diperlukan dari masing-masing.
b) Menyusun angket
Langkah ini meliputi penyusunan item-item pertanyaan, membuat
petunjuk pengisian angket dan membuat surat pengantar. Sehubungan
dengan hal tersebut maka prosedur yang ditempuh adalah :
(1) Merencanakan dan menetapkan jumlah item angket
Jumlah item angket direncanakan dan ditetapkan berdasarkan jumlah
indikator masing-masing variabel. Setelah menetapkan jumlah item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
angket maka langkah selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi angket
berdasarkan variabel dan indikator. Maksud penyusunan kisi-kisi
angket adalah untuk mempermudah pembuatan item-item pertanyaan
atau pernyataan.
(2) Merumuskan dan membuat item
Item pertanyaan atau pernyataan dirumuskan dan dibuat berdasarkan
kisi-kisi angket. Item pertanyaan atau pernyataan yang disusun
meliputi item positif dan item negatif.
(3) Pemberian skor angket
Menurut ET Ruseffendi (1994: 120) ada beberapa model skala sikap
yaitu: “(1) Skala Likert, (2) Skala Diferensial, Sematik, (3) Skala
Thurstone, (4) Skala Guttman”. Dalam penelitian ini pemberian Skor
Penilaian Angket berpedoman pada skala Likert. Digunakannya skala
Likert karena dalam penelitian ini responden diminta untuk
menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap isi pertanyaan
atau pernyataan sesuai kategori jawaban yang telah disediakan. Dalam
skala Likert yang asli tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan
responden dalam angket dikelompokkan dalam lima kategori. Skala
Likert meminta pada kita sebagai individual untuk menjawab suatu
pertanyaan dengan jawaban angat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (ST). Masing-masing jawaban
dikaitkan dengan angka atau nilai misalnya, SS = 4, S = 3, T = 2, ST =
1 bagi suatu pernyataan yang mendukung sikap positif dan sebaliknya
yaitu SS=1, S = 2, N = 3, ST = 4 bagi suatu pernyataan yang
mendukung sikap negatif.
Dalam penelitian ini memodifikasi opsi jawaban menjadi 4 (empat)
tingkat atau 4 (empat) pilihan. Memodifikasi terhadap skala Likert ini
dimaksud untuk menghilangkan kelemahan yang terkandung dalam skala lima
tingkat dengan alasan seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (2001:
19) sebagai berikut :
(a) Kategori undecided itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
aslinya) bisa diartikan netral, setuju tidak, tidak setuju tidak, bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban yang ganda arti (multi interpretable) ini tentu saja tidak diharapkan dalam satu instrumen.
(b) Tersedianya jawaban di tengah itu menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya ke arah setuju ataukah ke arah tidak setuju.
(c) Maksud kategori jawaban SS-S-TS-STS ialah terutama untuk melihat kecenderungan pendapat responden, ke arah setuju atau ke arah tidak setuju jika disediakan kategori jawaban itu akan menghilangkan banyak data sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring dari para responden.
Sebelum angket digunakan sebagai alat ukur, maka angket tersebut
perlu try out atau diuji cobakan lebih dahulu. Pelaksanaan try out sama pada
pelaksanaan uji coba tes yaitu pada siswa kelas X SMA Assalaam di
Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah subjek responden 30
orang siswa. Adapun untuk kisi-kisi angket uji coba sikap multikultural
dapat dilihat pada lampiran 6, sedangkan untuk angket uji coba sikap
multikultural dapat dilihat pada lampiran 7
b. Uji Coba Angket
Setelah angket diedarkan dan dijawab oleh responden, maka
hasilnya dianalisis untuk diuji terlebih dahulu. Untuk menguji angket uji
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Uji Validitas
Validitas adalah ketepatan alat pengukur sebagai gejala yang
diteliti. Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu
Validitas Eksternal dan Validitas Internal. Adapun penjelasan macam-
macam validitas sebagai berikut:
a) Validitas Eksternal adalah instrument yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrument tersebut sesuai dengan data atau informasi lain yang mengenai variabel penelitian dimaksud.
b) Validitas Internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrument dengan instrument secara keseluruhan (Suharsimi Arikunto, 2010: 2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Di sini peneliti dalam menguji validitas angket sikap multikultural
menggunakan Validitas Konstruk. Untuk penghitungannya menggunakan rumus
product moment dengan angka kasar. Adapun rumusnya seperti yang
diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2010: 213)
( )( )( ){ } ( ){ }∑∑ ∑
∑ ∑∑−Σ−
−=
2222 yYNxxN
yxxyNrxy
Dimana :
N : banyaknya subyek
xyr : koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
x : skor yang diperoleh subyek dalam tiap item
y : skor yang diperoleh subyek dari seluruh item
∑ x : jumlah skor dalam distribusi x
∑ y : jumlah skor dalam distribusi y
∑ xy : jumlah perkalian x dan y
Selanjutnya untuk mengukur taraf validitas tiap butir (item) dalam
angket tersebut maka hasil perhitungannya dikonsultasikan dengan tabel r
product moment pada taraf signifikasi 5% dengan N : 30 adalah 0,361
dengan ketentuan:
Bila r hitung > r tabel berarti valid
Bila r hitung < r tabel berarti tidak valid
2) Uji Reliabelitas
Menurut Suharsimi Arikunto (1999:83) “Reliabelitas adalah
ketepatan suatu tes apabila diteskan terhadap subjek yang sama”. Dengan
kata lain reliabelitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan
sejauh mana suatu hasil pengukuran relative konsisten apabila
pengukuran diulang dua kali atau lebih. Secara garis besar ada dua jenis
reliabelitas, yaitu reliabelitas eksternal dan reliabelitas internal. Untuk
lebih jelasnya mengenai macam-macam reliabelitas menurut pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Suharsimi Arikunto ada dua yaitu “Reliabelitas Eksternal dan
Reliabelitas Internal” adapun penjelasannya sebagai berikut:
a) Reliabelitas eksternal
Untuk reliabelitas ini diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan
yang berbeda, baik dari instrument yang berbeda maupun yang sama.
b) Reliabelitas internal
Untuk reliabelitas internal ini diperoleh dengan cara menganalisis data
dari satu kali hasil pengetesan. ( 2010:170)
Dalam pengujian reliabilitas yang digunakan adalah dengan
reliabelitas Internal. Pengujian angket teknik yang digunakan adalah
dengan rumus alpha. Dalam ini sesuai dengan pendapatnya Suharsimi
Arikunto (1999:193), “ Untuk tes prestasi belajar yang berbentuk uraian
atau angket dan skala bertingkat (rating scale) diuji dengan rumus
alpha”. Peneliti menyesuaikan adanya angket sikap multikultural dengan
Check List yang penyusunan instrumennya menggunakan berbagai
pilihan pada jawaban yang telah tersedia, sehingga responden tinggal
membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai. Reliabelitas
angket sikap multikultural menggunakan teknik alpha dari Suharsimi
Arikunto (2010:239), sebagai berikut:
−
−= ∑
2
2
11 11 t
i
k
kr
σσ
Keterangan:
11r = koefisien reliabelitas instrumen
k = banyaknya butir soal
∑ 2iσ = Jumlah varians butir
2tσ = Varians total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Setelah dilakukan uji coba angket terhadap responden uji coba, maka
selanjutnya dilakukan uji validitas dan uji reliabelitas. Untuk uji validitas dan uji
reliabelitas angket sikap multikultural dapat dilihat pada lampiran 8, sedangkan
untuk contoh perhitungan uji validitas dan uji reliabelitas sikap multikultural
dapat dilihat pada lampiran 9.
F. Analisis Data
Setelah data terkumpul dengan lengkap dan benar, maka langkah
selanjutnya adalah menganallisis data dengan cara menyederhanakan data
kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca agar dapat menjawab hipotesis yang
peneliti lakukan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi. Analisis regresi adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk
mengukur ada atau tidaknya korelasi antar variabel. Sebelum dianalisis terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat antara lain sebagai berikut:
1. Uji Prasarat Analisis
a. Uji Normalitas
Ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemahaman
mengenai persamaan kedudukan warga negara terhadap sikap multikultural
mengikuti distribusi normal. Uji normalitas ini akan menggunakan uji lilefors
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Hitung:
Zi : angka baku
X : rata-rata
N
xi∑=
S = Simpangan baku
( ) ( )( )1
2
2
2
1
−−
= ∑∑NN
xxN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
2) Setiap angka baku dengan menggunakan daftar distribusi normal baku,
hitung peluang F(zi)=P (Z S Zi)
3) Menghitung S (Zi)
S(Zi) = N
Zi yang.Zn , Z, ZBanyaknya 21 <…
4) Hitung selisih F (Zi)-S (Zi) tentukan harga mutlaknya
5) Cari nilai yang terbesar dari selisih F (Zi)-S (Zi) jadikan L hitung atau l
hit
6) Kesimpulan :
a) Jika L hit ≥ L tabel atau L kritis, hipotesis ditolak, jadi tidak normal
b) Jika L hit < tabel hipotesis diterima, jadi normal
(Hassan Suryono, 2005:79)
b. Uji Linearitas
Menurut Hassan Suryono (2005 : 86) “Uji linearitas ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah model persamaan yang kita peroleh cocok atau
tidak”. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Nilai Xi yang sama disusun beserta pasangannya.
2) Menghitung :
a) JK (E)
−= ∑
N
YiYi
22
b) JK =TC JKres-JK (E)
3) Menghitung :
a) dFe = N-K atau d Fres-dFTC
K= banyaknya kelompok X
b) JKTC = K-2
4) Menghitung : RJK (TC) RJK (E)
a) RJK )(
)(
EdF
EJK=
b) RJK (TC) )(
)(
TCdF
TCJK=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
5) F hitung = (E)RJK
(TC)RJK
6) Ftabel (1-x)(k-2,N-K)
a) Jika F hitung ≥ Ho ditolak, berarti persamaannya tidak linear
b) Jika F hitung < F tabel Ho diterima, berarti persamaannya
linear
c. Uji Independen
Menurut Hassan Suryono (2005: 83), uji independen dimaksudkan
untuk “memberikan informasi apakah kriterium benar-benar tergantung pada
prediktor atau tidak”.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Menghitung :
a) JKT ∑= Yi2
b) JKregN
Yi∑=2
c) JKreg (b/a)( )( )
−= ∑∑∑
N
YiXiXiYib
2
d) JKres = JKT – JKreg(b/a)
Catatan : b( )( )
( )∑ ∑∑ ∑∑
−
−=
2XiXiN
YiXiXiYiN
2) Menghitung :
a) dFreg (a) : banyak predictor = 1
b) dFreg (b/a) : banyak predictor = 1
c) dFres : N- (d Freg (a) + dFreg (b/a))
3) Menghitung :
a) RJKreg (a) )(
)(
adFreg
aJKreg=
b) RJKreg (b/a) )/(
)/(
abdFreg
abJKreg=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
c) RJKreg dFreg
aJKreg )(=
d) RJKreg RJKreg
abRJKreg )/(=
4) F tabel (1−α)(1.N−2)
a) Jika Fhit ≥ Ftabel Ho ditolak
Berarti Y tidak independent atau dependen pada X
Jadi X dapat mempredikasi Y
b) Jika Fhit < Ftabel Ho diterima
Berarti Y independent pada X
Jadi X tidak dapat mempredikasi Y (Hassan Suryono, 2005 : 83)
d. Uji Keberartian Regresi
Uji ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan regresi linear dalam
meramalkan hubungan antara variabel bebas deangan variabel terikat dan
keberartian dari arah regresi tersebut untuk menguji signifikansi garis
regresinya perlu digunakan analisis regresi. Analisis regresi sebenarnya adalah
analisis variansi terhadap garis regresi, dengan maksud untuk menguji
signifikansi garis F sebagaimana halnya jika kita mengadakan analisis variansi.
Untuk analisis regresi bilangan F diperoleh dari rumus :
JKreg( )∑∑=
2
2
x
xy
JKres( )
∑∑∑−=
2
2
2
x
xyy
Dbreg = 1
Dbres + N – 2
Keterangan :
Freg = harga bilangan F untuk garis regresi
RKreg =Rerata kuadrat garis regresi; dan
RKres =Rerata kuadrat residu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2. Uji Hipotesis
Setelah data terkumpul selanjutnya adalah menganalisis data. Dengan uji
prasyarat yang dilakukan semua sudah memenuhi. Untuk selanjutnya dilakukan
uji Hipotesis dalam hal ini supaya lebih mudah untuk dibaca dan dipahami.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
regresi. Analisis regresi adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur
ada atau tidaknya korelasi antar variabel. Adapun tugas pokok regresi adalah :
a. Mencari korelasi antar kriterium dengan prediktor. b. Menguji apakah korelasi itu signifikan ataukah tidak. c. Mencari persamaan garis regresinya. d. Menemukan sumbangan relative antar sesama prediktor, jika prediktor
lebih dari satu (Sutrisno Hadi, 2001 : 2)
Teknik analisis data yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah
sebagai berikut:
a. Menghitung Koefisien Korelasi antara X dan Y
( )( )( ){ } ( ){ }∑∑ ∑
∑ ∑∑−Σ−
−=
2222 yYNxxN
yxxyNrxy
Keterangan :
N : banyaknya subyek
xyr : koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
x : skor yang diperoleh subyek dalam tiap item
y : skor yang diperoleh subyek dari seluruh item
∑ x : jumlah skor dalam distribusi x
∑ y : jumlah skor dalam distribusi y
∑ xy : jumlah perkalian x dan y
Berdasarkan rumus di atas Riduwan (2003:227) menyatakan bahwa
“Apabila rhitung > r tabel maka terdapat hubungan antara variabel X terhadap
Variabel Y (H0 ditolak dan Ha diterima), sebaliknya jika rhitung < rtabel ,
maka tidak terdapat hubungan antara variabel X terhadap variabel Y (H0
diterima dan Ha ditolak).”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
b. Uji Signifikansi
21
2
r
Nrt
−
−=
Keterangan :
thitung = uji signifikansi
r = koefisien korelasi
n = jumlah sampel
Untuk menentukan kesimpulan uji signifikansi menurut Riduwan
(2003:229) adalah “Jika t hitung > t tabel maka koefisiennya berarti. Jika t
hitung < t tabel maka koefisien korelasinya tidak berarti”
c. Menentukan Besarnya Sumbangan Koefisien Determinasi
Untuk menentukkan besarnya sumbangan koefisien determinasi, dalam
penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:
“KP = r2 x 100%
Keterangan:
KP = Besarnya koefisien determinasi
r2 = koefisien korelasi” (Riduwan, 2009:228)
d. Menghitung Harga dari Persamaan Regresi Linear
Sedangkan untuk menghitung model persamaan regresi linear dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
“Y = a0 + a1X
dimana
∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
=221 )(
))(()(
XXN
YXXYNa
−−−= 11 XaYao ” (Riduwan, 2003:230)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Berdasarkan variabel yang terdapat dalam penelitian ini, maka data yang
dikumpulkan bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian. Data tersebut meliputi
dua variabel, yaitu pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara
dan sikap multikultural. Data yang terkumpul untuk variabel pemahaman
mengenai persamaan kedudukan warga negara diperoleh dari hasil tes yang diisi
oleh para siswa-siswa kelas X SMA Assalaam Sukoharjo sebagai populasi
penelitian ini. Sedangkan data tentang sikap multikultural diperoleh dari angket.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada hari Senin, dan Rabu, tanggal 15 dan 17
Mei 2012 dengan sampel sebanyak 42 siswa kelas X SMA Assalaam Sukoharjo
tahun ajaran 2011/2012. Adapun untuk data sampel penelitian lebih lanjut dapat
dilihat pada lampiran 10.
Dalam penelitian ini dibutuhkan data sebagai berikut: Data pemahaman
mengenai persamaan kedudukan warga negara (X), Data sikap multikultural (Y).
Data pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara (X) dikumpulkan
dengan memberi tes, adapun untuk kisi-kisi tes dalam penelitian ini dapat dilihat
pada lampiran 11, sedangkan untuk tes pemahaman mengenai persamaan
kedudukan warga negara dapat dilihat pada lampiran 12
Data sikap multikultural (Y) dikumpulkan dengan menggunakan angket
kepada siswa, di mana kisi-kisi angket sikap multikultural dalam penelitian ini
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 13, sedangkan angket sikap
multikultural dapat dilihat pada lampiran 14.
1. Data Tentang Pemahaman Mengenai Persamaan Kedudukan Warga
Negara (X)
Untuk mendapatkan data pemahaman mengenai persamaan kedudukan
warga negara, dalam penelitian ini dibuat soal tes yang terdiri dari 30 butir soal.
Dari tes tersebut telah diuji cobakan, maka diperoleh 28 butir soal yang memenuhi
syarat validitas dan reliabilitas, sehingga siap digunakan untuk mengumpulkan
data yang diperlukan dalam penelitian terhadap 42 siswa yang menjadi anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
sampel dari 170 jumlah populasi. Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada data
induk penelitian lampiran 15.
Berdasarkan data tersebut diperoleh skor terendah 53.57 dan skor
tertinggi 85.71 dan Rentang nilai (R) 32.14 Banyaknya Kelas (K) 6.35 dibulatkan
6 dan Panjang Kelas (i) 5.06 dibulatkan 5, sedangkan Mean (x ) 68.53, Median
67.85 , dan Modus 71.42 Tabel Distribusi frekuensinya sebagai berikut ini:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Pemahaman mengenai persamaan kedudukan
warga Negara pada siswa SMA Assalaam Tahun Ajaran 2011/2012
NO Interval Skor Nilai Tengah Frekuensi
1 53.57 – 58.57 56.07 8
2 59.57 – 64.57 62.07 10
3 65.57 – 70.57 68.07 4
4 71.57 – 76.57 74.07 9
5 77.57 – 82.57 78.07 10
6 83.57 – 88.57 84.07 1
Daftar distribusi frekuensi kumulatif pemahaman mengenai
persamaan kedudukan warga negara sebagaimana tersebut di atas dapat
digambarkan dengan grafik histogram sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
56.07 62.07 68.07 74.07 78.07 84.07
kelas interval
Gambar 2. Grafik histogram data Pemahaman mengenai persamaan
kedudukan warga Negara pada siswa SMA Assalaam Tahun
Ajaran 2011/2012
2. Data Tentang Sikap Multikultural (Y)
Kriteria penilaian untuk skala tentang sikap multikultural yang digunakan dengan kriteria penilaian pada uji coba. Hasil skor nilai dari 42 siswa yang
Frekuensi Nilai Tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
terkumpul didapat skor tertinggi 95 dan skor terendah 77, Mean (x ) 84.76, Median 85 , dan Modus 92 . untuk rentang nilai (R) 18 , banyaknya kelas (K) 6.35 dibulatkan 6 dan Panjang Kelas (i) 3. Bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sikap Multikultural pada siswa SMA Assalaam
Tahun Ajaran 2011/2012
NO Interval Skor Nilai Tengah Frekuensi
1 75 – 78 76.5 6
2 79 – 82 80.5 12
3 83 – 86 84.5 9
4 87- 90 88.5 8
5 91- 94 92.5 5
6 95 – 98 96.5 2
Dari data distribusi frekuensi pada tabel 6. dapat dibuat grafik histogram
0
2
4
6
8
10
12
76.5 80.5 84.5 88.5 92.5 96.5
kelas Interval
Gambar 3. Grafik histogram, data sikap multikultural pada siswa SMA Assalaam
Tahun Ajaran 2011/2012
B. Uji Prasyarat Analisis
Dalam pengujian hipotesis yang telah dirumuskan, maka data yang
terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisa regresi 1 prediktor, yang
sebelumnya dianalisis terlebih dahulu dengan uji persyarat. Adapun uji
persyaratan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Nilai Tengah
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang akan
dianalisa berasal dari distribusi normal atau tidak, dikatakan data berdistribusi
normal apabila L hitung lebih kecil dari pada L tabel
a. Data Tentang Pemahaman Mengenai Persamaan Kedudukan Warga
Negara (X)
Dari uji normalitas data tentang persamaan kedudukan warga negara
yang telah dilakukan diperoleh L hitung = 0,1094 sedang L tabel. sebesar
0,1367 untuk N = 42.
Dari hasil L hitung = 0,1094 maka Lhitung lebih kecil dari pada Ltabel
Sebesar 0,1367 atau 0,1094 < 0,1367 dengan demikian data pemahaman
mengenai persamaan kedudukan warga Negara dalam penelitian ini
berdistribusi normal. Adapun uji normalitas Pemahaman mengenai persamaan
kedudukan warga negara dapat dilihat pada lampiran 16
b. Data Tentang Sikap Multikultural (Y)
Dari uji normalitas data tentang Sikap multikultural yang telah
dilakukan diperoleh Lhitung= 0.1271 sedang Ltabel sebesar 0.1367 untuk N=42.
Dari hasil Lhitung= 0.1271 maka Lhitung lebih kecil dari pada Ltabel
Sebesar 0,1367 atau 0.1271 < 0,1367 dengan demikian data Sikap multikultural
dalam penelitian ini berdistribusi normal. Adapun uji normalitas Sikap
multikultural dapat dilihat pada lampiran 17, sedangkan untuk mengetahui
besarnya L tabel pada uji normalitas ini dapat dilihat dengan menghitung
berdasarkan tabel nilai kritis pada Uji lilifors dengan sampel 42 dan taraf
signifika 5% dapat dilihat pada lampiran 18
2. Uji Linieritas
Uji linearitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model
persamaan yang diperoleh cocok atau tidak. Adapun uji linearitas antara data
pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara(X) terhadap sikap
multikultural (Y):
Dari uji linearitas antara data pemahaman mengenai persamaan
kedudukan warga negara terhadap sikap multikultural diperoleh Fhitung= -3.99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
telah dikonsultasikan dengan Ftabel dengan dk pembilang 8 dan dk penyebut 32
pada taraf signifikansi 5% diperoleh Ftabel= 2,25 sehingga dapat diketahui bahwa
Fhitung= -3,99 dari Ftabel= 2,25, maka Ho diterima, sebab Fhitung= -3,99 jatuh diluar
daerah kritik. Jadi model regresi antara pemahaman mengenai persamaan
kedudukan warga Negara(X) dengan sikap multikultural (Y) adalah linear. Untuk
mengetahui data dari uji linearitas dapat dilihat pada lampiran 19 , sedangkan
untuk mencari F tabel dengan dk pembilang 8 dan dk penyebut 32 pada taraf
signifikansi 5% dapat dilihat tabel harga distribusi F pada lampiran 20.
3. Uji Independen
Uji independen ini dimaksudkan untuk memberi informasi apakah
kriterium (Y) benar-benar tergantung pada prediktor (X) atau tidak.
Dari Uji Independen antara data pemahaman mengenai persamaan
kedudukan warga negara terhadap sikap multikultural diperoleh Fhitung= 5,25 Dan
telah dikonsultasikan dengan Ftabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 40
pada taraf signifikansi 5% diperoleh Ftabel = 4,08 sehingga dapat diketahui bahwa
Fhitung= 5,25 lebih besar dari Ftabel= 4,08 atau 5,25 > 4,08, maka Ho ditolak, Y
tidak dependen terhadap X. Karena itu X dapat memprediksi Y. Perhitungan lebih
lanjut dapat dilihat pada lampiran 21
4. Uji keberartian Regresi
Uji keberartian regresi yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan uji analisis regresi 1 prediktor.
Dari tabel pengujian regresi (Freg) diperoleh nilai F reg sebesar 5,25. Hasil
ini kemudian dikonsultasikan dengan F tabel pada taraf signifikansi 5% =4,08
disimpulkan bahwa keberartian regresi sampel dapat diterima (Ho awal diterima).
Dengan kata lain X dapat memprediksi Y. Perhitungan lebih lanjut mengenai cara
mendapatkan hasil F reg pada uji keberartian regresi dapat dilihat pada lampiran
22
C. Pengujian Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Pengujian hipotesis pada dasarnya merupakan langkah untuk menguji
apakah persyaratan yang akan dikemukakan dalam perumusan hipotesis bisa
diterima kebenarannya atau ditolak kebenarannya. Hipotesis diterima apabila data
yang didapat mendukung persyaratan dalam hipotesis yang diajukan. Dan
sebaliknya ditolak apabila fakta-fakta empiris yang ada tidak dapat mendukung
persyaratan dalam hipotesis yang diajukan. Adapun teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis korelasi sederhana.
Berdasarkan penghitungan uji hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut.
1. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana Antara X dan Y.
Setelah membuat tabel kerja langkah selanjutnya adalah melakukan
penghitungan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan sebelumnya.
Penghitungan selengkapnya lihat pada lampiran 23
Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan rumus Product Moment
diketahui hasil sebagai berikut r hit = 0,3408 dan r tabel= 0,304 Karena r hit > r tabel
yaitu 0,3408 > 0,304 maka dapat dibuat kesimpulan bahwa antara variabel
pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara terhadap sikap
multikultural ada hubungan yang positif (H0 ditolak dan Ha diterima). Untuk
mengetahui cara mencari r tabel dapat dilihat nilai-nilai r product moment pada
lampiran 24.
2. Uji Keberartian Koefisien Korelasi
Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan rumus, maka diperoleh
nilai t hitung sebesar 2,29. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai ttabel dengan
n = 42 dan taraf signifikansi 5% sebesar 1,684 untuk mengetahui lebih lanjut
perhitungan dalam mencari t tabel dapat dilihat pada lampiran 25
Karena t hitung > t tabel yaitu t hitung = 2,28 > t tabel = 1,684 , maka dapat
dibuat kesimpulan bahwa koefisien korelasinya signifikan (H0 ditolak sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Ha diterima). Lebih lanjut untuk mencari nilai t tabel dengan n = 42 dan taraf
signifikansi 5% dapat dilihat pada lampiran 26
3. Menghitung Besaran Sumbangan Determinasi
Dari hasil perhitungan besaran pengaruh pemahaman mengenai
persamaan kedudukan warga Negara terhadap sikap multikultural pada siswa
kelas X SMA Assalaam Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012 diketahui besarnya
pengaruh yaitu 11,61%. Artinya 11,61% sikap multikultural pada siswa kelas X
SMA Assalaam Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012 dipengaruhi oleh pemahaman
mengenai persamaan kedudukan warga negara. Untuk mengetahui peghitungan
besarnya sumbangan determinasi dapat dilihat pada lampiran 27
4. Menghitung Harga Dari Persamaan Regresi Linear
Persamaan garis regresi yang dicari yaitu Y = a+bX. Dari hasil
penghitungan dari persamaan tersebut diperoleh Y = 70,9867+ 0,2010X.
Kemudian hasil perhitungan dari persamaan garis regresi linear tersebut dapat
diintrepretasikan sebagai berikut: Y menyatakan sikap multikultural pada siswa
kelas X SMA Assalaam Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012, X menyatakan
pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara.
Artinya sikap multikultural pada siswa kelas X SMA Assalaam
Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012 akan tetap atau konstan apabila tidak ada
peningkatan pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga Negara sebesar
70,9867 dan setiap ada kenaikan satu unit sikap multikultural pada siswa kelas X
SMA Assalaam Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012 akan diikuti dengan kenaikan
pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara sebesar 0,2010 unit.
Perhitungan lebih lanjut mencari harga persamaan regresi linear dapat dilihat
pada lampiran 28.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Setelah melakukan analisis data untuk pengujian hipotesis, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan pembahasan terhadap hasil analisis data.
Pembahasan hasil analisis data selengkapnya sebagai berikut:
Pengaruh pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara terhadap sikap multikultural pada siswa kelas X SMA Assalaam Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012 hipotesisnya berbunyi “Ada pengaruh yang signifikan pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara terhadap sikap multikultural (studi pada siswa kelas X SMA Assalaam Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012)” dinyatakan diterima. Hal ini disebabkan karena r hitung > r tabel, yaitu 2,21 > 1,684 dan r hitung > r tabel atau 2,21 > 1,684
Dari hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara (X) terhadap sikap multikultural (Y). adapun besaran sumbangan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dapat diketahui sebesar 11.61%, artinya 11.61% sikap multikultural pada siswa kelas X SMA Assalaam Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012 dipengaruhi oleh pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat dinyatakan bahwa 11,61% sikap multikultural pada siswa SMA Assalaam Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012 dipengaruhi oleh pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara. Sedangkan 88,39% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini.
Berdasarkan hal tersebut maka pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap multikultural, sedangkan menurut Saifuddin Azwar (1995:30) faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah “pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu”. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meningalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Seseorang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting baggi individu adalah orang tua,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami , dan lain-lain.
3. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan itulah yang member corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individu.
4. Media Massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga Pendidikan serta Lembaga Agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Pengaruh Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih konsisten dan tahan lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengajuan hipotesis dan hasil analisis data, maka dalam bab ini akan disampaikan kesimpulan hasil penelitian. Adapun hasil penelitiannya adalah: “Ada pengaruh signifikan pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara terhadap sikap multikultural (Studi Pada Siswa kelas X SMA ASSALAAM Sukoharjo tahun Ajaran 2011/2012)”.
Hal ini didasarkan atas hasil analisis data yaitu hasil t hitung= 2,28 dan telah dikonsultasikan dengan t tabel = 1,684 atau 2,28 > 1,684 dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan tersebut diterima.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, maka implikasi yang dapat disampaikan sebagai berikut:
Karena ada pengaruh signifikan antara pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara terhadap sikap multikultural (Studi Pada Siswa kelas X SMA ASSALAAM Sukoharjo tahun Ajaran 2011/2012) , maka pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara merupakan salah satu penentu dalam pembentukan sikap multikultural pada siswa.
C. Saran
Dalam rangka turut menyunbangkan pemikiran-pemikiran yang
berkenaan dengan pembentukan sikap pada diri siswa terutama untuk sikap multikultural, maka berdasarkan hasil penelitian ini diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Hendaknya guru (pendidik) dapat memberikan suri teladan bagi murid terutama pada saat mengampu pelajaran agar di dalam memberikan pelajaran menyeluruh sehingga siswa akan mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelajaran dan merasa diperlakukan sama dengan teman yang lain. Dengan adanya pengaruh yang signifikan dari penelitian ini, maka hendaknya guru dalam memberikan materi pelajaran terutama mengenai persamaan kedudukan warga negara dapat dioptimalkan. Sehingga nantinya siswa akan bersikap multikultural.
2. Bagi Siswa
Hendaknya siswa selalu memperlakukan sama terhadap teman yang lain. Selalu bersikap positif terhadap teman tanpa membeda-bedakan teman tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
dari segi apapun. Sehingga akan terbentuk sikap yang selalu terbuka, menghormati, tolerasi, memperlakukan orang secara adil dan menghargai perbedaan.
3. Bagi Akademisi
Dalam penelitian ini terdapat kesimpulan bahwa pemahaman mengenai persamaan kedudukan warga negara mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan sikap multikultural, sehingga hendaknya bagi para akademisi dan peneliti di bidang ilmu sosial khususnya bisa melakukan penelitian selanjutnya mengenai sikap multikultural.
4. Bagi Yayasan
Sesuai dengan hasil penelitian, untuk saran bagi pihak yayasan hendaknya memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh siswa dan membentuk lingkungan yang berbasis multikultural sesuai dengan karakter siswa yang terdapat di komplek Assalaam yaitu siswa yang beranekaragam baik dari budaya, asal daerah, ras, suku, dan golongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Wahab dan Sapriya. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta
Ali Rachman. 2007. Penerapan Bimbingan kelompok dalam Pengembangan
kesadaran Multikultural Siswa SMA. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.
php/disertasi /article/view/1081 Diakses Pada hari rabu 14 maret 2012
jam 12.50 wib
Andre Atan Ujan. 2009. Multikultural Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan.
Jakarta: Indeks
Andrik Purwasito. 2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta : Muhammadiyah
University Press
Anonim. 2010. UUD Negara Republik Indonesia. Jakarta: Sekretariat jendral dan
kepaniteraan Mahkamah Konstitusi republik Indonesia.
Bambang Suteng et al. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA kelas X.
Jakarta : Erlangga
Dana May Camerson. 2001. Could your attitude be killing the deal. Business And Economics--Banking And Finance , volum 103, nomor 8, hal 53-60 Diperoleh 24 April 2012, dari http://search.proquest. com/docview/ 230138232?accountid=44945
Djarwanto Ps. 1986. Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknik Penulisan
Skripsi. Yogyakarta: Liberty
Eko Winarto. 2007. Pendidikan kewarganegaraan Sebagai Alat Dalam mendidik
Di Masyarakat Multikultural. Jakarta: Erlangga
ET. Ruseffendi et. al. 1994. Data-data Penelitian Pendidikan dan Bidang Non
Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.
Faisal Sanapiah. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya: Usaha
Nasional
Hadari nawawi. 1988. Metodologi Research Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Hassan Suryono. 2005. Statistik Pedoman, Terapan dan Aplikasi. Surakarta : UNS
Press
Hermana Somantrie. 2011. Konflik dalam perspektif pendidikan multikultural.
Jurnal pendidikan dan kebudayaan. Vol 17, nomor 6, November 2011,
halaman 34 – 42
Husnaini Usman. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta :Gajah Mada
University
H.A. Dandiri Hasyim dan Yadi Hartono. 2008. Pendidikan Multikultural di
Sekolah. Surakarta : UNS Press
Iqbal Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Jakarta : Ghalia Indonesia
Jallaludin Rachmad. 1996. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia
Muhammad Fauzi. 2009. Peran Pendidikan Islam untuk mengembangkan sikap
Multikultural Siswa (Studi korelasi di MTs. Pembangunan UIN Jakarta).
http://tulis.uinjkt.ac.id/opac/themes/katalog/detail.jsp?id=92765&lokasi=
lokal diakses pada hari rabu 14 maret 2012 pukul 13.17 wib
Nayak Barun. 2010. studies may be underpowered to detect. Indian Journal of
Ophthalmology volume 58 no 6 (Nov 2010): halaman 469-476.
http://search.proquest.com/docview/762286866/13826224741538A4AF7
/2?accountid=44945 Diakses tanggal 13 maret 2012 pukul 11
Ngainun Naim dan Achmad Sauqi. 2008. Pendidikan Multikultural Konsep dan
Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz media
Riduwan. 2003. Dasar-dasar Statistika. Bandung : Alfabeta
Santosa. 2005 . Implementasi synoptic method dalam meningkatkan kesadaran
Multikultural http://library.um.ac.id/freecontents/index.php/pub/detail/
implementasisynoptic method-dalam-meningkatkan-kesadaran-
multikultural karolus-sola-35441. html Diakses pada hari rabu 14
maret 2012 pukul 13.35 wib
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Setiadi & Retno Listyarti. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMK Kelas
X. Jakarta: Erlangga
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R dan D. Bandung : Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakara : Bina
Aksara
_______________ . 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek edisi
revisi. Jakarta : Rineka Cipta
Sumanto. 1995. Evaluasi Instruksional .Bandung: Remaja Rosdakarya
Sumaryono. 1993. Hermeneutik. Yogyakarta: Kanisius
Sutrisno Hadi. 1992. Metodologi Research Jilid III. Yogyakarta: Andi Offset
___________ . 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset
Saifuddin Azwar. 2002. Sikap manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta.
Liberty
Tim Penulis Fakultas Psikologi UI. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba
Humanika
W. S Winkel. 1994. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:
Gramedia
Winfred F. Hill. 2009. Theories of learning teori-teori pembelajaran. Bandung:
Nusa Media
Winarno. 2006. Paradigma Baru pendidikan kewarganegaraan. Jakarta: Bumi
Aksara
Winarno Surakhmad. 1982. Dasar-dasar dan Teknik Research. Bandung:
Tarsitoode dan teknik. Bandung : Tarsito
------------------------- . 1992. Pengantar Penelitian Ilmiah, dasar, metode dan
teknik. Bandung : Tarsito
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
KISI-KISI UJI COBA
INSTRUMEN TES PEMAHAMAN MENGENAI PERSAMAAN
KEDUDUKAN WARGA NEGARA
Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Indikator
No
item
soal
Pemahaman
mengenai
persamaan
kedudukan
warga
Negara (X)
Pemahaman
mengenai
persamaan
kedudukan
warga negara
adalah suatu
proses,
perbuatan dan
kemampuan
menangkap
makna, arti
serta
penguasaan
terhadap
bahan-bahan
yang dipelajari
pada materi
persamaan
kedudukan
warga Negara
(Standar
Kompetensi)
Menghargai
1) Mendeskripsika
n kedudukan
warga Negara
dan pewarga
negaraan di
Indonesia.
2) Menganalisis
a. Mendeskripsika
n kedudukan
warga Negara
yang diatur
dalam UUD
1945
b. Menguraikan
persyaratan
untuk menjadi
warga Negara
Indonesia dan
hal yang
menyebabkan
hilangnya status
kewarganegaraa
n
c. Menjelaskan
asas
kewarganegaraa
n yang berlaku
secara umum
a. Menunjukkan
1, 3,
4
2, 5,
6
7,8,9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
persamaan
kedudukan
warga Negara
dalam berbagai
aspek
kehidupan.
persamaan
kedudukan
warga Negara
dalam
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa, dan
bernegara
persamaan
kedudukan
warga Negara
dalam
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara
b. Mendeskripsika
n landasan
persamaan
kedudukan
warga Negara
dalam
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara
c. Memberikan
contoh perilaku
yang
menampilkan
persamaan
kedudukan
warga Negara
dalam
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara
10,
11,
12
13,
14,
15
16,
17,
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
3) Menghargai
persamaan
kedudukan
warga Negara
tanpa
membedakan
ras, agama,
gender,
golongan,
budaya dan
suku
a. Menunjukkan
persamaan
kedudukan
warga Negara
tanpa
membedakan
ras, agama,
gender,
golongan,
budaya dan
suku
b. Mengidentifikas
i cirri ras,
agama, gender,
golongan,
budaya, dan
suku secara
garis besar
c. Menghargai
persamaan
kedudukan
warga Negara
tanpa
membedakan
ras, agama,
gender,
golongan,
budaya dan
suku
19, 20, 21, 22 23, 24, 25, 26 27, 28, 29, 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
KISI-KISI UJI COBA INSTRUMEN ANGKET SIKAP MULTIKULTURAL
Variabel Definisi
Konsep
Definisi
Operasional Indikator
No Item Soal
Positi
f
Negativ
e
Sikap
multikultur
al (Y)
Sikap
multikultura
l adalah
sikap
bersedia
menerima
adanya
kesederajata
n diantara
keragaman
budaya.
1) Suatu
bentuk
evaluasi
atau reaksi
perasaan
dalam
memandan
g orang
lain yang
berbeda-
beda.
2) pengalama
n
individual
masing-
masing,
mengarah
kan dan
menentuka
n respon
terhadap
berbagai
Sikap yang
mencerminka
n rasa
keadilan,
Sikap yang
mencerminka
n rasa
bertoleransi,
Sikap yang
mencerminka
n
menghormati
perbedaan,
Sikap yang
mencerminka
n menghargai
perbedaan,
Sikap yang
mencerminka
n menjalin
1, 2
5, 6,
7, 8
11,
12
17,
18,19
22,
23,
24 ,
3, 4
9, 10
13, 14,
15, 16
20, 21
30
25, 26,
27, 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
objek dan
situasi.
kerjasama. 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user