Post on 11-Feb-2018
PENGARUH INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN PENALARAN MORAL
TERHADAP KONTROL DIRI PADA SISWA KELAS XI SMKN 1
KASIHAN BANTUL TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nandar Pamungkas Sari
NIM 11104241076
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JANUARI 2016
i
PENGARUH INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN PENALARAN MORAL
TERHADAP KONTROL DIRI PADA SISWA KELAS XI SMKN 1
KASIHAN BANTUL TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nandar Pamungkas Sari
NIM 11104241076
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JANUARI 2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
Biarkanlah Orang Lain Berkata Apa Tentang Saya, Karena Setelah Sedikit Waktu
Berlalu, Mereka Bukan Siapa-Siapa.
(Penulis)
Sebaik-Baik Manusia Adalah Orang Yang Paling Bermanfaat Bagi Manusia.
(HR. Thabrani dan Daruquthni)
Sesungguhnya Allah Tidak Akan Mengubah Nasib Suatu Kaum Kecuali Kaum Itu
Sendiri Yang Mengubah Apa-apa Yang Ada Pada Diri Mereka.
(QS. Ar-ra’d Ayat 11)
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada :
• Ibuku tercinta
• Ibuku tersayang
• Ibuku terkasih
• Kedua orangtuaku yang selalu memberikan segalanya yang terbaik bagiku
dalam keadaan apapun
• Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta
• Agama, Nusa, dan Bangsa
vii
PENGARUH INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN PENALARAN MORAL
TERHADAP KONTROL DIRI PADA SISWA KELAS XI SMKN 1
KASIHAN BANTUL TAHUN AJARAN 2014/2015
Oleh
Nandar Pamungkas Sari
NIM. 11104241076
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh interaksi teman
sebaya dan penalaran moral terhadap kontrol diri siswa, (2) pengaruh interaksi
teman sebaya terhadap kontrol diri siswa, (3) pengaruh penalaran moral terhadap
kontrol diri siswa kelas XI di SMKN 1 Kasihan Bantul Tahun Ajaran 2014/2015.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis regresi.
Penelitian dilakukan di SMKN 1 Kasihan Bantul pada bulan Desember 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan Bantul
Tahun Ajaran 2014/2015. Sampel diambil menggunakan teknik Quote Random
Sampling dengan jumlah 3 kelas. Alat pengumpul data berupa skala interaksi
teman sebaya, skala penalaran moral, dan skala kontrol diri. Uji validitas dan
reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Analisis data menggunakan teknik regresi berganda pada uji hipotesis pertama,
dan regresi sederhana pada uji hipotesis kedua dan ketiga dengan nilai signifikansi
5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh positif dan
signifikan interaksi teman sebaya dan penalaran moral terhadap kontrol diri pada
siswa dengan sumbangan efektif sebesar 45,71%, (2) terdapat pengaruh positif
dan signifikan interaksi teman sebaya terhadap kontrol diri siswa dengan
sumbangan efektif sebesar 18,16%, dan (3) terdapat pengaruh penalaran moral
terhadap kontrol diri pada siswa dengan sumbangan efektif sebesar 27,71%.
Kesimpulan penelitian ini adalah interaksi teman sebaya dan penalaran moral,
baik secara bersama-sama ataupun masing-masing dapat memprediksi kontrol diri
pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan Bantul Tahun Ajaran 2014/2015.
Kata kunci: interaksi teman sebaya, penalaran moral, kontrol diri
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, inayah, dan rizki-Nya, sehingga Tugas Akhir Skripsi ini dapat
terselesaikan dengan lancar. Tugas Akhir Skripsi ini berjudul “Pengaruh Interaksi
Teman Sebaya dan Penalaran Moral Terhadap Kontrol Diri Pada Siswa Kelas XI
SMKN 1 Kasihan Bantul Tahun Ajaran 2014/2015”.
Tugas Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
untuk menjalani dan menyelesaikan studi.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan fasilitas
akademik sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.
3. Bapak Sugihartono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu, membimbing, memberikan ilmu, dan mengarahkan,
serta memberi masukan kepada penulis selama penyusunan Tugas Akhir
Skripsi.
4. Seluruh dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY atas
ilmu yang bermanfaat selama penulis menjalani masa studi.
5. Kepala sekolah SMKN 1 Kasihan dan Ibu Purwanti, S.Pd. atas bantuan
dan kerjasama sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan
lancar.
6. Ibuku tercinta, Ibu Walgirah yang tanpa lelah memberikan doa dan selalu
berusaha membantu baik secara moril maupun materi. Semoga Allah SWT
senantiasa memberi kesehatan, memberi perlindungan, dan memberi
kebahagiaan dunia akhirat. Amiin.
7. Kedua orangtuaku, yang selalu mendukung agar terus maju dan
berkembang. Semoga Allah SWT membalas kasih sayang mereka.
ix
8. Saudari-saudariku tersayang yang selalu memberikan nasihat dan
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan lancar.
9. Sahabat-sahabatku tersayang yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu. Terimakasih, karena sepanjang pertambahan usiaku, kalian adalah
pemberian Tuhan paling indah yang pernah ku terima.
10. Seluruh teman-teman khususnya BK B 2011 yang telah memberikan
banyak kenangan, keceriaan, dan kebahagiaan sepanjang penulis
menjalankan studi.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang baik secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam
penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Skripsi ini masih
memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, penulis dengan senang hati dan terbuka
menerima komentar, kritik, dan saran yang membangun. Besar harapan penulis
agar skripsi ini dapat bermanfaat. Amiin.
Yogyakarta, 18 Januari 2016
Penulis,
Nandar Pamungkas Sari
x
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 7
C. Batasan Masalah ........................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8
G. Definisi Operasional ..................................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Tentang Interaksi Teman Sebaya ...................................................... 11
1. Interaksi Teman Sebaya .......................................................................... 11
a. Pengertian Interaksi Sosial ................................................................... 11
b. Pengertian Teman Sebaya .................................................................... 13
xi
c. Pengertian Interaksi Teman Sebaya ..................................................... 15
2. Aspek-aspek Interaksi Teman Sebaya .................................................... 17
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Teman Sebaya ................. 20
4. Cara Mengukur Interaksi Teman Sebaya ................................................ 22
B. Kajian Tentang Penalaran Moral .................................................................. 23
1. Pengertian Penalaran Moral .................................................................... 23
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penalaran Moral.............................. 26
3. Tahapan Perkembangan Moral ............................................................... 30
4. Cara Mengukur Penalaran Moral ............................................................ 35
C. Kajian Tentang Kontrol Diri ......................................................................... 36
1. Pengertian Kontrol Diri ........................................................................... 36
2. Aspek-aspek Kontrol Diri ....................................................................... 39
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri .................................... 43
4. Fungsi Kontrol Diri ................................................................................. 46
5. Cara Mengukur Kontrol Diri .................................................................. 47
D. Kajian Tentang Remaja Sebagai Siswa SMK ............................................... 48
1. Pengertian Remaja .................................................................................. 48
2. Pembagian Masa Remaja ........................................................................ 50
3. Tugas Perkembangan Remaja ................................................................. 52
E. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 54
F. Pengaruh Interaksi Teman Sebaya dan Penalaran Moral Terhadap
Kontrol Diri Pada Remaja ............................................................................. 56
G. Paradigma Penelitian .................................................................................... 60
H. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 61
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ................................................................................... 63
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 63
C. Subjek Penelitian ........................................................................................... 63
1. Populasi ................................................................................................... 63
2. Sampel ..................................................................................................... 64
xii
D. Variabel Penelitian ........................................................................................ 66
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 66
F. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 67
1. Skala Interaksi Teman Sebaya ................................................................ 68
2. Skala Penalaran Moral ............................................................................ 73
3. Skala Kontrol Diri ................................................................................... 77
G. Uji Coba Instrumen ....................................................................................... 81
1. Uji Validitas ............................................................................................ 81
2. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 85
H. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 87
1. Uji Prasyarat Analisis .............................................................................. 87
a. Uji Normalitas ................................................................................... 87
b. Uji Linearitas ..................................................................................... 88
c. Uji Multikolinearitas ......................................................................... 88
2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 88
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum SMKN 1 Kasihan ........................................................... 90
B. Deskripsi Data Hasil Penelititan .................................................................. 91
1. Deskripsi Data Interaksi Teman Sebaya ............................................... 92
2. Deskripsi Data Penalaran Moral ........................................................... 95
3. Deskripsi Data Kontrol Diri .................................................................. 97
C. Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 100
1. Uji Prasyarat Analisis ........................................................................... 100
a. Uji Normalitas ............................................................................... 100
b. Uji Linearitas ................................................................................. 103
c. Uji Multikolinearitas ...................................................................... 104
2. Uji Hipotesis ......................................................................................... 105
a. Hasil Uji Hipotesis Mayor ............................................................. 106
b. Hasil Uji Hipotesis Minor 1 ........................................................... 108
c. Hasil Uji Hipotesis Minor 2 ........................................................... 109
xiii
3. Sumbangan Efektif dan Relatif ............................................................. 111
D. Pembahasan ................................................................................................. 112
E. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 122
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................. 124
B. Saran ............................................................................................................ 125
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 128
LAMPIRAN ....................................................................................................... 131
xiv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Populasi Penelitian ................................................................................ 64
Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban Skala .............................................................. 67
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Interaksi Teman Sebaya ........................................ 72
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Penalaran Moral .................................................... 76
Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Kontrol Diri ........................................................... 80
Tabel 6. Rentang Skor Validitas Masing-masing Instrumen .............................. 83
Tabel 7. Instrumen Interaksi Teman Sebaya Setelah Uji Coba .......................... 84
Tabel 8. Instrumen Penalaran Moral Setelah Uji Coba. ..................................... 85
Tabel 9. Instrumen Kontrol Diri Setelah Uji Coba ............................................. 85
Tabel 10. Inteprestasi Koefisien Korelasi ........................................................... 86
Tabel 11. Reliabilitas Instrumen ......................................................................... 87
Tabel 12. Deskripsi Data Interaksi Teman Sebaya ............................................. 93
Tabel 13. Batas Interval Kategorisasi Interaksi Teman Sebaya.......................... 93
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Interaksi Teman Sebaya .................................... 94
Tabel 15. Deskripsi Data Penalaran Moral ......................................................... 95
Tabel 16. Batas Interval Kategorisasi Penalaran Moral ...................................... 96
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Penalaran Moral ................................................ 96
Tabel 18. Deskripsi Data Kontrol Diri ................................................................ 98
Tabel 19. Batas Interval Kategorisasi Kontrol Diri ............................................ 98
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Kontrol Diri ....................................................... 99
Tabel 21. Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 101
Tabel 22. Hasil Uji Linearitas ............................................................................. 104
Tabel 23. Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................. 105
Tabel 24. Hasil Uji Hipotesis Mayor .................................................................. 107
Tabel 25. Hasil Uji Hipotesis Minor 1 ................................................................ 108
Tabel 26. Hasil Uji Hipotesis Minor 2 ................................................................ 110
Tabel 27. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif ....................................... 111
xv
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Paradigma Penelitian ......................................................................... 61
Gambar 2. Distribusi Frekuensi Interaksi Teman Sebaya................................... 95
Gambar 3. Distribusi Frekuensi Penalaran Moral ............................................... 97
Gambar 4. Distribusi Frekuensi Kontrol Diri ..................................................... 100
Gambar 5. Grafik P-P Plot Normalitas ............................................................... 102
Gambar 6. Histogram Uji Normalitas ................................................................. 103
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Lembar Uji Expert Judgement ....................................................... 132
Lampiran 2. Instrumen Penelitian Sebelum Uji Coba ........................................ 152
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Interaksi Teman Sebaya ........ 158
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Penalaran Moral..................... 159
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kontrol Diri ........................... 160
Lampiran 6. Instrumen Penelitian Setelah Uji Coba........................................... 161
Lampiran 7. Distribusi Skor Data Penelitian ...................................................... 166
Lampiran 8. Data Kategorisasi............................................................................ 178
Lampiran 8. Rumus Penghitungan Kategori ....................................................... 180
Lampiran 9. Penghitungan Kelas Interval .......................................................... 182
Lampiran 9. Hasil Uji Kategorisasi..................................................................... 183
Lampiran 10. Hasil Uji Deskriptif ...................................................................... 184
Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 185
Lampiran 12. Hasil Uji Linearitas ...................................................................... 186
Lampiran 13. Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................... 187
Lampiran 14. Hasil Uji Hipotesis ....................................................................... 188
Lampiran 15. Surat Permohonan Ijin Penelitian ................................................. 189
Lampiran 16. Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................. 192
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa
dewasa dan merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan
manusia. Zakiah Daradjat (1982: 28) menyebut remaja sebagai tingkatan umur
dimana individu tidak lagi anak-anak, tetapi belum dapat dipandang sebagai orang
dewasa. Dapat dikatakan bahwa masa remaja merupakan jembatan antara masa
anak-anak dan masa dewasa. Perubahan banyak terjadi pada individu yang
memasuki masa remaja. Perubahan tersebut meliputi semua aspek perkembangan
seperti perubahan fisik, perubahan emosi, perubahan sosial, moral, dan juga
kepribadian.
Monks, dkk (2002: 262) menjelaskan bahwa masa remaja secara global
berlangsung antara usia 12 hingga 21 tahun. Masa remaja ini juga seringkali
disebut dengan masa badai dan topan dikarenakan kedudukan remaja yang berada
pada masa transisi dari anak-anak menuju dewasa membuat remaja mengalami
perubahan struktur sosial. Hal tersebut seringkali menjadikan remaja rawan
mengalami krisis identitas. Mereka merasa kebingungan mengenai status sosial
yang diberikan kepadanya. Para remaja bertanya-tanya mengenai siapa dirinya
dan apa peranannya dalam masyarakat.
Ditinjau dari tingkat pendidikan, seorang remaja yang berusia antara 14
hingga 18 tahun umumnya telah berada pada jenjang sekolah menengah atas
(SMA/ SMK). Sekolah ibarat rumah kedua bagi remaja karena sebagian besar
2
waktu remaja setiap harinya dihabiskan di lingkungan sekolah. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan sendiri memiliki tujuan salah satunya adalah menghasilkan
output pendidikan berupa siswa yang memiliki kualitas baik di bidang akademik
maupun non akademik. Harapan dari pihak sekolah dan juga orangtua dari proses
pendidikan tersebut yaitu agar siswa dapat mencapai kematangan dalam berbagai
aspek perkembangan sesuai dengan tugas perkembangannya.
Sementara melihat fenomena yang ada saat ini, seringkali orangtua dan
sekolah dihadapkan pada berbagai masalah yang terjadi pada remaja sebagai
siswa. Seperti kasus tawuran yang belum lama ini terjadi di Sleman, Yogyakarta.
Polres Sleman mengamankan 2 pihak pelajar setelah terlibat aksi tawuran di
kawasan Karanggayam, Sumberejo. Akibat dari tawuran tersebut salah satu siswa
pingsan karena terkena lemparan benda keras (jogja.tribunnews.com). Masalah
siswa yang masuk dalam kategori kekerasan kini juga tidak hanya terjadi pada
siswa putra, bahkan juga melibatkan siswi. Beberapa waktu yang lalu terjadi
tindak kekerasan yang terjadi di kalangan siswi sekolah menengah atas
dikarenakan masalah tato “Hello Kitty”. Korban disekap dan disiksa oleh
sedikitnya 9 (sembilan) orang dimana 6 (enam) diantaranya adalah pelajar lain
(rri.co.id).
Kasus-kasus di atas merupakan contoh dari rendahnya kontrol diri pada
remaja. Kontrol diri dijelaskan oleh Berk (Singgih D. Gunarsa, 2006: 251) sebagai
kemampuan individu untuk menahan keinginan dan dorongan sesaat yang
bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial. Kontrol
diri berkaitan dengan bagaimana seseorang mengolah informasi, mengendalikan
3
tingkah laku, dan juga mengambil keputusan. Kekurangmampuan remaja dalam
mengolah stimulus atau informasi dari lingkungan sekitar seringkali menyebabkan
remaja cenderung mengambil keputusan secara cepat tanpa mempertimbangkan
dampak dari tindakan yang diambil. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika
remaja lebih sering melakukan perilaku-perilaku yang oleh orang dewasa disebut
dengan perilaku maladaptif.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti bertempat di
SMKN 1 Kasihan Bantul, peneliti menjumpai adanya siswa yang berbicara
dengan guru menggunakan bahasa jawa “ngoko” yang dianggap kurang pantas
digunakan kepada orang yang lebih tua. Peneliti juga sering melihat beberapa
siswa yang mengikuti pelajaran hanya menggunakan kaos dengan alasan gerah
setelah pelajaran praktik. Masalah bolos sekolah dan kedisiplinan siswa dalam
jam masuk kelas juga masih sering terjadi. Sementara setelah melakukan
wawancara dengan guru BK di sekolah tersebut, peneliti mendapat keterangan
bahwa beberapa hari sebelum melakukan observasi, ada siswa kelas XI yang
kedapatan membawa minuman keras di lingkungan sekolah. Alhasil siswa
tersebut terjaring razia polisi dan mendapatkan pembinaan. Masalah-masalah
yang terjadi pada beberapa siswa di SMKN 1 Kasihan ini juga merupakan bentuk
dari kontrol diri yang kurang baik akibat dari siswa yang kurang mampu dalam
menghadapi stimulus yang diterimanya dengan baik yang dalam hal ini bisa
berupa peraturan sekolah.
Selain itu juga didapat keterangan bahwa masalah kesulitan siswa dalam
berinteraksi dengan temannya juga masih sering terjadi. Interaksi teman sebaya
4
dijelaskan oleh Bimo Walgito (2011: 74) sebagai hubungan antar individu dalam
suatu kelompok dalam lingkungan masyarakat dimana anggota-anggotanya
berada pada usia yang relatif sama. Berbeda dengan sekolah menengah atas atau
sekolah menengah kejuruan yang lain, SMKN 1 Kasihan merupakan sekolah
kejuruan dimana di dalamnya terdapat kompetensi keahlian seperti menari, teater,
dan karawitan. Kompetensi keahlian tersebut membutuhkan ketrampilan
berinteraksi yang baik karena dalam setiap praktiknya selalu berkelompok. Siswa
harus memiliki kemampuan berinteraksi dengan orang lain agar dapat
bekerjasama dengan baik.
Guru BK di sekolah tersebut juga memberikan keterangan bahwa siswa
yang melakukan penyimpangan biasanya adalah siswa yang dihindari oleh teman-
temannya. Sementara kebanyakan siswa yang memiliki penyesuaian diri yang
baik terhadap lingkungannya lebih dapat diterima oleh teman-temannya dan
seringkali terhindar dari penyimpangan. Hal tersebut sesuai dengan keterangan
yang didapatkan peneliti ketika mewawancarai beberapa siswa di sekolah
tersebut. Beberapa siswa tersebut menyatakan bahwa mereka kurang menyukai
siswa yang tidak dapat bekerjasama dengan baik ketika dalam satu kelompok.
Para siswa ini juga menyatakan bahwa ketika berada dalam satu kelompok
praktikum, mereka akan berusaha menjalankan tanggung jawab sebagai anggota
kelompok dengan baik sehingga tujuan kelompok dapat tercapai dengan baik.
Wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa juga menyangkut
pemahaman mereka mengenai peraturan-peraturan sekolah. Beberapa siswa dapat
mengerti bahwa peraturan sekolah dibuat demi kebaikan dan kelancaran proses
5
belajar di sekolah. Siswa-siswa ini juga memahami bahwa melanggar peraturan
sekolah hanya akan mendatangkan kerugian bagi diri mereka sendiri dan tidak ada
manfaatnya, sehingga mereka berusaha untuk mentaati peraturan tersebut. Dari
keterangan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa siswa-siswa tersebut telah
memiliki penalaran moral yang cukup baik. Sarwono (Solvia Karina Tarigan dan
Ade Rahmawati Siregar, 2013: 80) menjelaskan bahwa penalaran moral berkaitan
dengan jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana seseorang sampai pada
keputusan bahwa suatu hal dapat dianggap baik atau buruk. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa pemahaman siswa mengenai peraturan-
peraturan sekolah tersebut juga merupakan bagian dari penalaran moral.
Selain itu juga ada beberapa siswa yang diwawancarai memberikan
keterangan yang kurang lebih menganggap bahwa peraturan sekolah dibuat hanya
untuk formalitas saja. Ada juga siswa yang menganggap peraturan sekolah yang
ada hanya membatasi mereka untuk bebas berekspresi. Mereka menganggap
peraturan sekolah kurang penting untuk dilaksanakan dan yang terpenting adalah
prestasi siswa. Berdasarkan keterangan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
masih ada siswa yang memiliki penalaran moral yang kurang baik. Hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya siswa yang memakai seragam sekolah tidak sesuai
aturan dan bahkan menggambari seragam sekolah mereka dengan gambar-gambar
animasi.
Masalah-masalah tersebut apabila tidak ditangani dan tidak mendapatkan
perhatian khusus dari berbagai pihak, tentu saja akan mengganggu proses
perkembangan pada siswa yang berada pada usia remaja. Misalnya saja masalah
6
interaksi remaja dengan teman sebayanya yang kurang baik dan menimbulkan
penolakan dapat berakibat kurang baik pada psikis remaja. Penjelasan tersebut
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Hightower (Santrock, 2003: 220)
yang menjelaskan bahwa hubungan dengan teman sebaya yang harmonis pada
masa remaja berhubungan dengan kesehatan mental yang positif pada usia
pertengahan.
Hasil penelitian yang dilakukan Santi Praptiani (2013) yang mengaitkan
variabel kontrol diri dan agresivitas menyimpulkan bahwa kontrol diri merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi agresivitas seseorang. Sementara itu ada
dugaan bahwa faktor sosial dan ekonomi merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kontrol diri seseorang. Berdasarkan hal tersebut dan juga melihat
masalah-masalah yang terjadi, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh interaksi dengan teman sebaya dan penalaran moral terhadap
kontrol diri pada siswa yang memasuki usia remaja. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan yaitu penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh antara variabel interaksi teman sebaya dan variabel
penalaran moral terhadap variabel kontrol diri. Sejauh pengetahuan peneliti,
belum ada penelitian yang dilakukan yang terkait dengan ketiga variabel tersebut.
Oleh karena itu, peneliti akan mengambil judul “Pengaruh Interaksi Teman
Sebaya dan Penalaran Moral Terhadap Kontrol Diri pada Siswa kelas XI di
SMKN 1 Kasihan” dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
tersebut.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas identifikasi masalah yang
ada antara lain:
1. Adanya siswa kelas XI di SMKN 1 Kasihan yang kurang mampu
melakukan kontrol diri dengan baik sehingga melakukan penyimpangan
atau pelanggaran tata tertib.
2. Kontrol diri yang kurang baik pada beberapa siswa kelas XI di SMKN 1
Kasihan menyebabkan siswa mengambil keputusan dengan cepat tanpa
memikirkan dampak yang ditimbulkan.
3. Adanya siswa kelas XI di SMKN 1 Kasihan yang seringkali masih
kesulitan dalam berinteraksi sehingga kurang dapat menyesuaikan diri
dengan kelompok pertemanan.
4. Adanya siswa kelas XI di SMKN 1 Kasihan yang masih kesulitan
memahami peraturan sekolah sehingga melanggar peraturan atau tata
tertib.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan juga dikarenakan keterbatasan
waktu, dana, tenaga, dan teori serta agar penelitian yang dilakukan tidak meluas
maka perlu adanya pembatasan masalah. Peneliti dalam penelitian ini membatasi
masalah pada pengaruh interaksi sosial teman sebaya dan penalaran moral
terhadap kontrol diri pada siswa kelas XI di SMKN 1 Kasihan, Bantul Tahun
Ajaran 2014/2015.
8
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka
perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh interaksi sosial teman sebaya dan penalaran moral
terhadap kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan?
2. Bagaimana pengaruh interaksi sosial teman sebaya terhadap kontrol diri
pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan?
3. Bagaimana pengaruh penalaran moral terhadap kontrol diri pada siswa
kelas XI SMKN 1 Kasihan?
E. Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini nantinya akan menjawab rumusan masalah yang
disebutkan di atas. Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh interaksi sosial teman sebaya dan penalaran moral
terhadap kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan.
2. Mengetahui pengaruh interaksi sosial teman terhadap kontrol diri pada
siswa kelas XI SMK N 1 Kasihan.
3. Mengetahui pengaruh penalaran moral terhadap kontrol diri pada siswa
kelas XI SMK N 1 Kasihan.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Ditinjau dari sisi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam dunia pendidikan sebagai ilmu pengetahuan khususnya
9
dalam bidang ilmu Bimbingan dan Konseling yang mengkaji tentang
pengaruh interaksi sosial teman sebaya dan kontrol diri terhadap penalaran
moral pada remaja sebagai siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak sekolah khususnya guru BK.
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat membantu guru BK
dalam upaya peningkatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di
sekolah sehingga bisa menjadi lebih baik lagi.
b. Bagi pihak orangtua.
Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah wawasan serta
pengetahuan orangtua dalam usaha peningkatan perhatian dan
pengawasan terhadap anak, mengingat anak-anak yang memasuki usia
remaja lebih banyak menghabiskan waktu di luar lingkungan keluarga.
c. Bagi siswa yang memasuki usia remaja.
Bagi siswa diharapkan setelah membaca penelitian ini dapat
menjadikan tulisan ini sebagai pembelajaran dan pengetahuan
khususnya ketika bersikap dan bertingkahlaku di lingkungan sekolah.
G. Definisi Operasional
1. Interaksi Teman Sebaya
Interaksi teman sebaya adalah hubungan yang dinamis antara satu
orang dengan orang lain yang kurang lebih sama secara usia maupun
kematangan psikologis dimana di dalamnya terjadi hubungan timbal balik
yang saling mempengaruhi.
10
2. Penalaran Moral
Penalaran moral dimaknakan sebagai pemahaman seseorang mengenai
jawaban mengapa suatu hal dapat dianggap benar atau salah, baik atau
buruk, aturan yang harus dipatuhi dan lain sebagainya, dan berperan
sebagai kendali atas tingkah laku agar sesuai dengan norma masyarakat.
3. Kontrol Diri
Kontrol diri adalah kemampuan individu dalam menyusun,
membimbing, mengarahkan perilakunya, dan mengendalikan dirinya
untuk menahan keinginan yang bertentangan dengan norma sosial.
Individu yang memiliki kontrol diri dapat mematuhi peraturan dan
bekerjasama dengan orang lain serta berperilaku sesuai dengan norma
sosial.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Tentang Interaksi Teman Sebaya
Dalam kajian tentang interaksi teman sebaya ini akan dibahas mengenai
pengertian interaksi teman sebaya, aspek-aspek interaksi sosial teman sebaya,
faktor yang mempengaruhi interaksi teman sebaya, dan cara mengukur interaksi
teman sebaya.
1. Interaksi Teman Sebaya
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam perkembangan
kehidupan manusia dimana Havighurts (Syamsu Yusuf, 2011: 74)
menjelaskan bahwa seseorang yang berada dalam tahap ini memiliki tugas
perkembangan salah satunya adalah mencapai kematangan dalam
hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebaya. Hubungan
remaja dengan teman sebaya ini memiliki fungsi untuk saling berbagi
informasi mengenai dunia di luar lingkungan keluarga. Dapatlah dipahami
bahwa remaja memerlukan interaksi dengan teman sebaya untuk mencapai
pola hubungan sosial yang lebih matang.
a. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut
sebagai hubungan sosial yang dinamis antara orang perseorangan dan
orang perseorangan, antara perseorangan dan kelompok, serta antara
kelompok dan kelompok yang di dalamnya menggunakan bahasa.
Hubungan dinamis memiliki arti bahwa dalam suatu interaksi sosial
12
terjadi perubahan-perubahan diantara orang-orang yang terlibat di
dalamnya. Terdapat unsur bahasa dalam suatu interaksi yang
digunakan untuk berkomunikasi oleh orang-orang tersebut.
Bimo Walgito (2003: 65) menjelaskan interaksi sebagai hubungan
antara satu orang dengan orang lain dimana satu orang dapat
mempengaruhi orang lain atau sebaliknya. Interaksi dapat terjadi
antara satu orang dengan orang lain, satu orang dengan kelompok, atau
bahkan satu kelompok dengan kelompok lain yang mana dalam
interaksi tersebut terdapat hubungan timbal balik. Pengertian yang
kurang lebih sama juga disampaikan oleh Mohammad Ali dan
Mohammad Asrori (2010: 87) yang menyatakan bahwa interaksi sosial
merupakan hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan
masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran
secara aktif. Hubungan timbal balik berarti seseorang tidak hanya
menerima suatu interaksi dari orang lain tetapi juga memberikan
interaksi kepada orang lain. Oleh karena itu, dalam suatu interaksi
orang-orang yang terlibat memiliki peranan yang sama. Unsur-unsur
interaksi sosial menurut pengertian ini adalah adanya hubungan timbal
balik dan peran aktif dari orang-orang yang terlibat di dalamnya.
H. Bonner (Slamet Santosa, 2004: 11) memberikan rumusan
tentang interaksi sosial yang disebutnya sebagai hubungan antara dua
orang atau lebih dimana perilaku satu orang dapat memberikan
pengaruh pada perilaku orang lain dan begitu juga sebaliknya.
13
Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu interaksi, orang-orang
yang terlibat di dalamnya memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan pengaruh terhadap orang lain. Senada dengan rumusan
tersebut, Thibaut dan Kelley (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori,
2010: 87) mendefinisikan interaksi sosial sebagai peristiwa saling
mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir
bersama, menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi
satu sama lain. Pengertian interaksi sosial dari kedua ahli ini memiliki
kesamaan unsur yaitu bahwa dalam suatu interaksi terjadi proses saling
mempengaruhi antar orang-orang yang terlibat.
Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah disampaikan oleh
beberapa ahli di atas mengenai pengertian interaksi sosial, maka dapat
disimpulkan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan yang dinamis
antara satu orang dengan orang lain, satu orang dengan kelompok, atau
satu kelompok dengan kelompok lain menggunakan komunikasi
berupa simbol bahasa baik verbal maupun non-verbal didalamnya dan
terjadi hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi.
b. Pengertian Teman Sebaya
Santrock (2003: 291) menjelaskan bahwa teman sebaya adalah
individu-individu yang berada dalam tingkatan usia yang sama dan
tingkat kedewasaan yang sama serta memainkan peran penting dalam
perkembangan remaja. Bersama dengan teman sebayanya inilah
remaja akan menerima umpan balik dan belajar mengenai hal-hal yang
14
dilakukannya apakah lebih baik, sama baiknya, atau bahkan lebih
buruk daripada yang dilakukan remaja lain. Teman sebaya
memberikan lingkungan bagi remaja untuk belajar mengenai hal-hal
yang tidak dapat remaja pelajari di lingkungan keluarga.
Lebih lanjut, Horrock dan Benimoff (Hurlock, 1996: 214)
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kelompok teman sebaya
adalah dunia nyata bagi individu dimana ia dapat menguji diri sendiri
dan orang lain yang sejajar dan seusia dengan dirinya serta dapat
merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya. Disinilah remaja
melakukan sosialisasi dalam situasi dimana nilai-nilai yang berlaku
bukanlah nilai-nilai dan sanksi-sanksi yang ditetapkan oleh orang
dewasa yang biasanya dihindari oleh remaja. Berdasarkan pengertian
ini diketahui bahwa konsep diri remaja juga dipengaruhi oleh
lingkungan teman sebaya. Penghindaran remaja pada otoritas orang
dewasa membuat dirinya bersama dengan teman sebaya membentuk
suatu kelompok dimana di dalamnya terdapat aturan tersendiri.
Sementara itu Slamet Santosa (2004: 79) memberikan gagasan
tentang teman sebaya yaitu kelompok usia sebaya yang anggota-
anggotanya memiliki kemampuan komunikasi serta interaksi yang baik
serta hal-hal yang dialami oleh anggota kelompok tersebut adalah hal-
hal yang menyenangkan saja. Kesamaan tingkat usia tersebut
cenderung menimbulkan kesamaan minat anggota kelompok yang
mana hal tersebut membuat aktivitas-aktivitas dalam kelompok
15
dianggap menyenangkan. Senada dengan pendapat tersebut Umar
Tirtarahardja dan La Sulo (1995: 186) menyampaikan bahwa yang
dimaksud dengan teman sebaya atau kelompok teman sebaya adalah
suatu kelompok yang terdiri dari individu-individu yang bersamaan
usianya, seperti kelompok bermain pada masa kanak-kanak, kelompok
dengan anggota yang berjenis kelamin sama, atau bahkan kelompok
anak dengan perilaku menyimpang. Ciri umum yang dimaksud dengan
teman sebaya adalah kesamaan usia.
Berdasarkan uraian-uraian mengenai pengertian teman sebaya di
atas, dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan teman
sebaya adalah individu-individu yang berada pada tingkatan yang
kurang lebih sama baik secara usia maupun psikologis dimana
individu-individu tersebut memiliki kemampuan untuk berinteraksi
serta berkomunikasi. Teman sebaya memberikan kesempatan untuk
menguji dan menilai diri individu mengenai apakah yang ia lakukan
lebih baik, sama baiknya, atau bahkan lebih buruk. Banyak hal yang
dilakukan oleh kelompok teman sebaya adalah hal-hal yang bersifat
menyenangkan.
c. Pengertian Interaksi Teman Sebaya
Interaksi teman sebaya dijelaskan oleh Bimo Walgito (2011: 74)
sebagai hubungan antar individu dalam suatu kelompok dalam
lingkungan masyarakat dimana anggota-anggotanya berada pada usia
yang relatif sama atau sebaya sehingga hal tersebut menciptakan suatu
16
keterikatan antar individu-individu yang terlibat. Persamaan tingkat
usia pada anggota-anggota kelompok sebaya tersebut menyebabkan
remaja merasa berada pada posisi yang sama, sehingga remaja berpikir
bahwa teman-teman sebayanya tersebut lebih dapat memahami dirinya
dibandingkan orang lain. Interaksi yang terjadi juga menjadi lebih
intens ketika memasuki usia remaja karena sebagian besar waktu
remaja dihabiskan bersama dengan teman sebaya. Interaksi dalam
kelompok sebaya tersebut menimbulkan ikatan yang kuat antar
anggota di dalamnya.
Iis Lusiana (2014: 85) menjelaskan bahwa interaksi sosial yang
terjadi pada remaja antara lain interaksi dengan teman sebaya, interaksi
dengan lingkungan keluarga, dan interaksi dengan orang tua. Interaksi
remaja dengan teman sebaya merupakan keingingan untuk diterima
dalam kelompok teman sebaya sehingga remaja harus bisa
menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya. Penerimaan oleh
teman sebaya berkaitan dengan kebahagiaan dimana hal tersebut
merupakan kebutuhan batin seorang remaja. Penilaian positif dan
pengakuan akan keberadaan remaja oleh teman sebaya tersebut
menyebabkan remaja melakukan penyesuaian diri demi kelancaran
proses penyatuan dirinya dengan aktivitas kelompok teman sebaya.
Interaksi teman sebaya dijelaskan oleh Monks, dkk (2002: 187)
sebagai permulaan hubungan persahabatan dan hubungan dengan
teman sebaya serta dimaknakan sebagai hubungan timbal balik yang
17
memiliki sifat-sifat antara lain saling pengertian, saling membantu,
saling percaya, serta saling menghargai dan menerima. Beberapa dari
teman sebaya akan menjadi sahabat dimana hubungan tersebut dapat
terjalin lebih lama serta memiliki ikatan emosional yang lebih kuat.
Keterikatan tersebut terjadi dikarenakan unsur-unsur interaksi teman
sebaya yang ada dalam pengertian ini yaitu kerjasama. Bersama
dengan teman sebaya, remaja belajar hidup bersama dengan orang lain
di luar anggota keluarga.
Berdasarkan pengertian interaksi sosial dan pengertian teman
sebaya yang telah dijelaskan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan interaksi teman sebaya adalah hubungan yang
dinamis antara satu orang dengan orang lain yang kurang lebih sama
secara usia maupun kematangan psikologis dimana di dalamnya terjadi
hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Interaksi teman
sebaya yang terjadi akan membentuk kelompok pertemanan dengan
sifat saling membantu, saling pengertian, saling percaya, dan saling
menghargai serta menerima.
2. Aspek-aspek Interaksi Teman Sebaya
Aspek-aspek yang muncul ketika remaja berinteraksi dengan teman
sebaya disampaikan oleh Mildred B. Parten (Save Dagun, 2002: 86) yaitu :
a. Jumlah waktu remaja berada di luar rumah, remaja mempunyai
kesempatan lebih banyak untuk berbicara dengan bahasa dan dengan
persoalan mereka sendiri kepada teman sebaya.
18
b. Keterlibatan remaja bermain dengan temannya, remaja menganggap
bahwa teman sebaya lebih dapat memahami keinginannya dan belajar
mengambil keputusan sendiri.
c. Kecenderungan remaja bermain sendiri, remaja yang suka bermain
sendiri biasanya introvert atau bila menghadapi suatu tekanan hanya
berperan sebagai penonton.
d. Kecenderungan remaja bermain peran, remaja berusaha menyesuaikan
diri dengan keadaan dimana remaja aktif bermain dengan teman
sebaya. Perkembangan sosial yang meningkat pada remaja tampak
terlihat dalam keinginannya untuk mendapatkan berbagai stimulan
luar.
e. Bermain asosiatif, remaja lebih suka bermain dengan teman sebayanya
dan melepaskan diri dari lingkungan orangtua untuk menemukan jati
dirinya.
f. Sikap kerjasama, pada kelompok teman sebaya untuk pertama kalinya
remaja menerapkan prinsip hidup bersama, sehingga terbentuk norma-
norma, nilai-nilai, dan simbol-simbol tersendiri.
Aspek-aspek tersebut menunjukkan keterlibatan remaja dalam
aktivitas-aktivitas dalam kelompok teman sebaya. Seringkali remaja
berpikiran bahwa teman sebaya lebih dapat memahami dirinya
dibandingkan orangtua mereka. Teman sebaya merupakan lingkungan
pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain di
luar keluarga, sehingga tidak mengherankan jika sebagian besar waktu
19
remaja dihabiskan bersama dengan teman sebayanya. Dari aspek-aspek
tersebut terdapat satu aspek yang kurang relevan yaitu kecenderungan
remaja untuk bermain sendiri.
Sedangkan aspek-aspek interaksi teman sebaya yang disampaikan
Hartup (Save Dagun, 2002: 55) sebagai berikut :
a. Perasaan ketergantungan pada teman sebayanya lebih besar daripada
terhadap orang dewasa.
b. Perasaan simpati dan perasaan cinta semakin bertambah.
c. Ia ingin mempengaruhi yang lain, ingin menjadi pemimpin atas
temannya.
d. Perasaan kompetisi bertambah.
e. Suka bertengkar.
f. Aktivitas bernada agresif semakin bertambah.
Aspek-aspek interaksi teman sebaya yang disampaikan oleh Hartup di
atas menunjukkan bahwa pada saat berinteraksi dengan teman sebaya,
seseorang akan cenderung memiliki keinginan untuk berkompetisi.
Hampir sama dengan salah satu aspek yang disampaikan oleh Parten,
dalam aspek-aspek ini juga terdapat unsur dimana seseorang memiliki
kecenderungan bergantung pada teman sebaya daripada orangtua.
Berdasarkan aspek-aspek yang telah disampaikan di atas, maka
dapatlah disimpulkan bahwa aspek-aspek dalam interaksi sosial remaja
dengan teman sebaya adalah jumlah waktu remaja berada di luar rumah,
keterlibatan remaja bermain dengan teman sebayanya, kecenderungan
untuk bermain peran, bermain asosiatif, sikap kerjasama. Sementara itu
aspek-aspek yang bersifat negatif seperti kecenderungan remaja bermain
sendiri dihilangkan karena dianggap kurang relevan dengan aspek-aspek
interaksi sosial yang lain.
20
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Teman Sebaya
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi interaksi teman sebaya
disampaikan oleh Bonner (W.A. Gerungan, 2004: 62) yaitu antara lain :
a. Faktor imitasi, merupakan peniruan terhadap perilaku orang lain dan
kemudian melakukan tingkah laku yang sama dengan perilaku
tersebut. Peranan imitasi dalam interaksi sosial biasanya terjadi pada
masa awal perkembangan anak.
b. Faktor sugesti, dapat dimaknakan sebagai proses dimana seseorang
menerima suatu cara pandang atau pedoman-pedoman tingkah laku
baik dari diri sendiri maupun dari orang lain dan berpengaruh secara
psikis bagi orang tersebut.
c. Faktor identifikasi, merupakan kecenderungan seseorang untuk
menjadi identik dengan orang lain. Interaksi yang terbentuk dari proses
identifikasi bersifat lebih mendalam dibandingkan dengan hubungan
yang berlangsung dari proses sugesti maupun imitasi.
d. Faktor simpati, dapat dimaknakan sebagai ketertarikan perasaan
seseorang terhadap orang lain. Ketertarikan yang timbul bukan karena
faktor tertentu tetapi karena keseluruhan cara bertingkah laku orang
tersebut.
Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan perkembangan afektif dan
kognitif seseorang. Seperti misalnya faktor sugesti dan simpati dimana
seseorang belajar untuk menerima pandangan orang lain dan memiliki
ketertarikan perasaan terhadap orang lain. Sehingga pengalaman-
21
pengalaman hubungan sosial serta perkembangan afektif dan kognitif
orang itu sendiri yang menjadi faktor yang dapat mempengaruhi interaksi
sosialnya.
Sementara itu Monks, dkk (2004: 276) menjelaskan bahwa ada
beberapa faktor yang cenderung mempengaruhi interaksi teman sebaya
pada remaja yaitu :
a. Umur, konformitas semakin besar dengan bertambahnya usia, terutama
terjadi pada usia 15 tahun atau belasan tahun.
b. Keadaan sekeliling, kepekaan pengaruh dari teman sebaya lebih besar
dari pada perempuan.
c. Kepribadian ekstrovet, anak-anak yang tergolong ekstrovet lebih
cenderung mempunyai konformitas dari pada anak introvet.
d. Jenis kelamin, kecenderungan laki-laki untuk berinteraksi dengan
teman lebih besar dari pada anak perempuan.
e. Besarnya kelompok, pengaruh kelompok menjadi semakin besar bila
besarnya kelompok bertambah.
f. Keinginan untuk mempunyai status, adanya suatu dorongan untuk
memiliki status, kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya interaksi
diantara sebayanya. Individu akan menemukan kekuatan dalam
mempertahankan dirinya di dalam perebutan tempat dari dunia orang
dewasa.
g. Interaksi orang tua, suasana rumah yang tidak menyenangkan dan
adanya tekanan dari orang tua menjadi dorongan individu dalam
berinteraksi dengan teman sebayanya.
h. Pendidikan, pendidikan yang tinggi adalah salah satu faktor dalam
interaksi teman sebaya karena orang yang berpendidikan tinggi
mempunyai wawasan dan pengetahuan luas yang akan mendukung
dalam pergaulannya.
Faktor-faktor yang disebutkan Monks, dkk ini tidak hanya berasal dari
lingkungan sosial remaja tetapi juga kepribadian remaja itu sendiri. Selain
itu hubungan keluarga yang kurang harmonis juga dapat mempengaruhi
interaksi remaja dengan teman sebaya. Monks, dkk juga menjadikan faktor
pendidikan sebagai hal yang disorot dalam perkembangan interaksi
seseorang dengan teman sebaya.
22
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada berbagai faktor
yang mempengaruhi interaksi teman sebaya yaitu antara lain faktor
imitasi, sugesti, identifikasi, dan faktor simpati. Selain itu interaksi teman
sebaya juga dapat dipengaruhi oleh faktor umur, keadaan sekeliling,
kepribaian ekstrovert, jenis kelamin, besarnya kelompok, keinginan untuk
memiliki status, interaksi orangtua, dan juga pendidikan.
4. Cara Mengukur Interaksi Teman Sebaya
Cara pengukuran interaksi remaja dengan teman sebaya menggunakan
skala interaksi teman sebaya. Penggunaan skala ini bertujuan untuk
mengungkap interaksi teman sebaya pada remaja (siswa) dengan
mengukur perilaku-perilaku yang dikategorikan sebagai bagian dari
interaksi teman sebaya. Penelitian ini menggunakan aspek-aspek yang
disampaikan oleh Mildred B. Parten (Save Dagun, 2002: 86) mengenai
interaksi teman sebaya, antara lain:
a. Jumlah waktu remaja di luar rumah
b. Keterlibatan remaja bermain dengan teman sebaya
c. Kecenderungan remaja bermain sendiri
d. Kecenderungan remaja bermain peran
e. Kecenderungan remaja bermain asosiatif
f. Sikap kerjasama
Terdapat satu aspek yang dianggap kurang relevan dengan aspek yang
lain yaitu kecenderungan remaja untuk bermain sendiri. Sehingga dalam
penelitian ini aspek tersebut dihilangkan. Selanjutnya dari aspek-aspek
23
tersebut dibuat menjadi angket dengan menjabarkan aspek-aspek tersebut
dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mengukur
interaksi remaja dengan teman sebaya.
B. Kajian Tentang Penalaran Moral
Kajian mengenai penalaran moral ini akan membahas mengenai
pengertian penalaran moral, faktor-faktor yang mempengaruhi penalaran moral,
tahapan perkembangan moral, dan cara mengukur penalaran moral.
1. Pengertian Penalaran Moral
Istilah moral berasal dari bahasa latin yaitu “mos” atau “moris” yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai, serta tatacara
kehidupan (Syamsu Yusuf, 2010: 132). Sementara pengertian moral dalam
kamus besar Bahasa Indonesia adalah ajaran tentang baik buruk, perbuatan
dan kelakuan akhlak, kewajiban dan sebagainya. Chaplin (2006: 309)
menjelaskan bahwa moral menyinggung akhlak, moril, dan tingkah laku
yang sesuai dengan norma sosial, mengenai baik dan buruk suatu
perbuatan, dan menyinggung hukum atau adat kebiasaan yang mengatur
tingkah laku. Penjelasan mengenai moral dari ketiga sumber tersebut
menegaskan bahwa moral erat kaitannya dengan adat istiadat dalam
kehidupan bermasyarakat. Ajaran mengenai baik atau buruk suatu hal
dapat terjadi dikarenakan adanya adat istiadat tersebut. Moral dalam
pengertian ini memiliki unsur antara lain norma sosial, akhlak, dan adat
istiadat itu sendiri.
24
Wahab dan Solehuddin (Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 143) menjelaskan
bahwa moral mengacu pada baik buruk dan benar salah yang berlaku
dalam masyarakat luas. Berdasarkan penjelasan ini dapatlah dipahami
bahwa moral sendiri merupakan bagian dari kehidupan bermasyarakat.
Suatu lingkungan masyarakat memiliki nilai dan aturan yang dijunjung di
dalamnya, sehingga untuk dapat hidup berdampingan seseorang harus
mengikuti dan mematuhi peraturan yang ada. Sejalan dengan hal tersebut
Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 143) dalam bukunya menyimpulkan bahwa
moral adalah ajaran tentang baik buruk, benar salah, akhlak, aturan yang
harus dipatuhi dan sebagainya. Moral dimaknakan sebagai kendali atau
kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai kehidupan
seperti norma dalam masyarakat dan prinsip-prinsip yang menjadi
pegangan hidup seseorang. Moral juga merupakan salah satu bagian
penting yang berhubungan dengan perkembangan sosial dalam membuat
penilaian ataupun keputusan dalam berperilaku. Penjelasan ini kurang
lebih sama dengan penjelasan-penjelasan sebelumnya yang menitik
beratkan moral sebagai ajaran mengenai baik atau buruk serta aturan-
aturan yang harus dipatuhi. Penjelasan ini juga menambahkan bahwa
moral memiliki peran dalam kontrol diri dimana aturan atau norma sosial
membuat seseorang berusaha mematuhi aturan tersebut agar perilakunya
tidak menyimpang dari norma sosial yang berlaku.
Lawrence Kohlberg (Desmita, 2010: 206) menjelaskan bahwa moral
merupakan bagian dari penalaran dan kemudian menyebutnya penalaran
25
moral (moral reasoning) dan dimaknakan sebagai keleluasaan wawasan
mengenai relasi antara diri dan orang lain, hak dan kewajiban. Sejalan
dengan pengertian tersebut, Setiono (Desmita, 2010: 206) menyebut
moralitas pada hakikatnya adalah penyelesaian konflik antara diri dan diri
orang lain, antara hak dan kewajiban. Moral berkaitan dengan bagaimana
seseorang menjalin hubungan dengan orang lain, dimana dalam menjalin
hubungan tersebut seseorang perlu untuk memahami prinsip-prinsip moral
demi tercapainya hubungan yang baik dengan orang lain. Unsur-unsur
moral yang terdapat dalam pengertian ini antara lain relasi atau hubungan
sosial, hak, serta kewajiban.
Sementara itu Sarwono (Solvia Karina Tarigan dan Ade Rahmawati
Siregar, 2013: 80) menjelaskan bahwa penalaran moral berkaitan dengan
jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana seseorang sampai pada
keputusan bahwa suatu hal dapat dianggap baik atau buruk. Pengertian
dari Sarwono ini memiliki makna yang lebih dalam dibanding pengertian-
pengertian yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada pengertian sebelumnya
moral dikatakan sebagai ajaran mengenai baik atau buruk suatu hal.
Sementara pada pengertian ini moral atau penalaran moral dimaknakan
sebagai alasan-alasan mengapa suatu hal dapat dikataan baik atau buruk.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli mengenai penalaran moral
di atas, dapat disimpulkan bahwa moral merupakan bagian dari penalaran
dan kemudian disebut dengan penalaran moral serta dimaknakan sebagai
pemahaman seseorang mengenai jawaban atas suatu hal dapat dianggap
26
benar atau salah, baik atau buruk, aturan yang harus dipatuhi dan lain
sebagainya, dan berperan sebagai kendali atas tingkah laku agar sesuai
dengan norma masyarakat.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penalaran moral
Proses individu dalam perkembangan penalaran moral sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya terutama orangtua. Berikut ini
beberapa sikap orangtua yang perlu diperhatikan kaitannya dengan
perkembangan moral anak menurut Syamsu Yusuf (2011: 133) :
a. Konsisten dalam mendidik anak
Orangtua baik ayah dan ibu memiliki peran yang penting dalam
menerapkan suatu aturan dalam lingkungan keluarga. Orangtua harus
memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau
memperbolehkan suatu tingkah laku tertentu kepada anak secara
konsisten.
b. Sikap orangtua dalam keluarga
Melalui proses peniruan (imitasi) yang dilakukan anak terhadap
sikap orangtua baik ayah maupun ibu, secara tidak langsung dapat
mempengaruhi proses perkembangan moral anak tersebut. Orangtua
yang menerapkan gaya pengasuhan otoriter dapat menyebabkan
timbulnya sikap disiplin yang hanya bersifat semu pada anak.
Sementara sikap orangtua yang acuh tak acuh atau tidak peduli
terhadap anak dapat menyebabkan anak mengembangkan sikap kurang
bertanggung jawab dan tidak mempedulikan norma atau aturan.
27
Orangtua yang memberikan kasih sayang, perhatian, menerapkan sikap
keterbukaan, serta konsisten dapat memberikan dampak yang positif
terhadap perkembangan moral anak.
c. Penghayatan dan pengalaman agama yang dianut
Orangtua dalam lingkungan keluarga seringkali dijadikan anak
sebagai panutan (teladan) tidak hanya dalam bersikap tetapi juga
menjadi panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang
menciptakan iklim religius di lingkungan keluarga dengan
mengajarkan anak tentang nilai-nilai agama akan membuat anak
mengalami perkembangan moral yang baik.
d. Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma
Agar anak tidak melakukan kebohongan dan memiliki sikap jujur
dalam dirinya, maka orangtua harus menjauhkan diri mereka sendiri
dari perilaku yang tidak jujur. Akan percuma jika orangtua
mengajarkan kepada anak agar berperilaku jujur dan tidak berbohong,
berbicara dengan kata-kata yang sopan, bertanggung jawab, dan taat
beragama, tetapi orangtua sendiri menunjukkan perilaku yang
sebaliknya. Hal ini akan menyebabkan konflik dalam diri anak. Anak
akan menjadikan ketidak konsistenan orangtua tersebut sebagai alasan
untuk tidak melakukan apa yang diinginkan dan diajarkan oleh
orangtua, dan bahkan mungkin anak akan meniru perilaku orangtuanya
tersebut.
28
Faktor-faktor yang diuraikan oleh Syamsu Yusuf ini menekankan pada
peran orangtua dalam perkembangan moral anak. Bagaimana sikap
orangtua dalam mendidik anak, dan situasi lingkungan keluarga yang
dapat mempengaruhi perkembangan moral anak.
Sementara itu Kohlberg (1995: 143-159) menjelaskan bahwa terdapat
beberapa faktor umum yang menjadi faktor pemberi kontribusi dalam
perkembangan moral seseorang yaitu :
a. Kesempatan mengambil peran
Perkembangan penalaran moral individu akan meningkat apabila
terlibat dalam situasi yang memungkinkan dirinya dapat mengambil
perspektif sosial misalnya dalam keadaan dimana individu tersebut
sulit untuk menerima ide, perasaan, opini, keinginan, kebutuhan, hak,
kewajiban, nilai, dan standar orang lain.
b. Situasi Moral
Setiap lingkungan sosial memiliki karakteristik seperti hak dan
kewajiban fundamental yang terdistribusikan serta melibatkan
keputusan. Keputusan dalam suatu lingkungan sosial diambil sesuai
dengan aturan, tradisi, hokum, atau figure otoritas (tahap 1 dalam
perkembangan moral). Sementara itu dalam lingkungan sosial yang
lain keputusan bisa jadi didasarkan pada pertimbangan sesuai sistem
yang tersedia (tahap 4 atau lebih tinggi dalam perkembangan moral).
Situasi yang menstimulasi orang untuk menunjukkan nilai moral dan
29
norma moral itu yang menjadi pendorong bagi berkembangnya
penalaran moral individu.
c. Konflik moral kognitif
Beberapa individu bertentangan dengan orang lain yang
mempunyai tingkat penalaran moral yang lebih tinggi ataupun yang
lebih rendah. Hal tersebut dapat memicu perkembangan penalaran
moral individu. Misalnya saja seorang remaja yang mengalami
pertentangan dengan orang lain yang memiliki tingkat penalaran lebih
tinggi akan menunjukkan perkembangan penalaran moral yang lebih
tinggi daripada remaja yang mengalami pertentangan dengan orang
yang memiliki kesamaan tingkat penalaran moral dengan dirinya. Oleh
karena itu dapatlah dipahami bahwa konflik moral kognitif merupakan
pertentangan penalaran moral individu terhadap penalaran moral orang
lain.
Kohlberg (Santrock, 2003: 443) juga setuju dengan pendapat Piaget
dimana dirinya percaya bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya
dianggap sebagai bagian penting dari stimulus sosial yang dapat
menantang individu untuk mengubah orientasi moralnya.
Penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi perkembangan moral
seseorang yang disampaikan oleh Kohlberg ini tidak berfokus pada peran
orangtua. Moral berkembang melalui proses-proses sosial seperti
pengalaman berinteraksi dengan orang lain, dan pengalaman-pengalaman
mengenai dilema moral ketika seseorang berada pada situasi moral
30
tertentu. Peran teman sebaya juga dianggap memiliki kontribusi dalam
perkembangan moral seseorang.
Berdasarkan uraian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa faktor
yang mempegaruhi perkembangan moral individu adalah peranan dan
pengasuhan orangtua terhadap anak, kesempatan pengambilan peran oleh
individu, situasi moral itu sendiri, konflik moral kognitif individu dengan
orang lain, dan juga interaksi individu dengan teman sebayanya.
3. Tahapan perkembangan penalaran moral
Perkembangan penalaran moral yang disampaikan Piaget (Rita Eka
Izzati, dkk, 2008: 144) didasarkan pada perkembangan kognitif. Kemudian
Piaget membagi penalaran moral ke dalam beberapa tingkatan dan menitik
beratkan pada pengertian dan pemahaman individu sesuai dengan
perkembangan kognitifnya.
a. Penalaran moral heteronom.
Penalaran moral heteronom terjadi pada usia 2 sampai 7 tahun.
Individu memandang tingkah laku baik buruk atau benar salah bukan
dari niatnya tetapi lebih kepada akibatnya. Perbuatan yang berakibat
buruk dianggap salah meskipun niat dari perbuatan tersebut baik.
Individu berpikir bahwa peraturan berasal dari orang yang lebih tua
dan bersifat mutlak. Pada tahap ini anak bertingkah laku baik untuk
menjauhi hukuman dan tidak berdasarkan kesadaran.
31
b. Penalaran moral otonom.
Terjadi pada individu yang berusia 10 tahun keatas. Umumnya
individu pada tahap ini telah mengetahui bahwa moral ditentukan
berdasarkan kesepakatan bersama. Individu mematuhi peraturan yang
ada sebagai hasil kesepakatan bersama dan dilakukan dengan penuh
kesadaran. Mereka paham bahwa peraturan dapat diubah berdasarkan
kepentingan dan kesepakatan. Berbeda dengan individu yang berada
pada tahap penalaran moral heteronom, pada tahap ini individu sadar
bahwa benar atau salah suatu perbuatan didasarkan pada niatnya bukan
pada akibatnya.
c. Penalaran moral transisi.
Periode ini terjadi pada usia 7 sampai 10 tahun dimana pada tahap
ini penalaran moral individu masih berubah-ubah. Pandangan individu
mengenai peratura dan perbuatan terkadang masih seperti individu
pada tahap penalaran moral heteronom, dan kadang-kadang sudah
seperti individu padatahap penalaran moral otonom.
Perkembangan moral yang disampaikan Piaget di atas pada dasarnya
hanya terjadi dalam 2 (dua) tingkatan yaitu penalaran moral heteronom
dan penalaran moral otonom. Sementara penalaran moral transisi bukan
sebagai suatu tingkatan penalaran moral tersendiri tetapi hanya sebagai
proses peralihan dari kedua tingkatan penalaran moral yang terjadi.
Sementara itu Kohlberg (1995: 231) menjelaskan mengenai
perkembangan penalaran moral dan membagi menjadi 3 tingkat yang
32
terjadi sesuai dengan perkembangan usia individu. Perkembangan tersebut
meliputi penalaran prakonvensional, konvensional, dan post-konvensional.
Tiga tingkat tersebut kemudian dibagi menjadi 2 tahap dalam setiap
tingkatannya, yaitu:
a. Penalaran Prakonvensional.
Penalaran prakonvensional (preconventional reasoning)
merupakan tingkatan terendah dalam teori perkembangan moral yang
disampaikan oleh Kohlberg. Pada tingkatan ini individu tidak
menunjukkan adanya internalisasi nilai-nilai moral dan penalaran
dikendalikan oleh hadiah atau reward dan hukuman eksternal.
Tahap 1) orientasi hukuman dan kepatuhan.
Merupakan tahap pertama dalam teori perkembangan moral
Kohlberg. Pada tahap ini pemikiran moral didasarkan pada hukuman.
Sebagai contoh, anak-anak dan remaja mematuhi orang dewasa karena
orang dewasa menyuruh mereka untuk patuh.
Tahap 2) individualisme dan tujuan.
Tahap kedua dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap
ini pemikiran moral didasarkan pada hadiah atau reward dan minat
pribadi. Sebagai contoh, anak-anak dan remaja bersikap patuh bila
mereka mau mematuhinya dan jika apa yang harus mereka patuhi
menguntungkan mereka. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan
baik dan apa yang menghasilkan reward.
33
b. Penalaran Konvensional.
Penalaran konvensional adalah tingkatan kedua atau menengah,
dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkatan ini
internalisasi sifatnya menengah. Individu mematuhi beberapa standar
tertentu (internal), tetapi standar tersebut merupakan standar orang lain
(eksternal), misalnya orangtua atau hukum yang berlaku di
masyarakat.
Tahap 3) norma interpersonal.
Tahap ketiga dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap
ini individu menganggap rasa percaya, rasa sayang, dan kesetiaan
terhadap orang lain sebagai dasar untuk melakukan penilaian moral.
Anak-anak dan remaja pada tahap ini seringkali mengambil standar
moral orang tua mereka, hal ini dilakukan karena mereka ingin
orangtua mereka menganggap mereka sebagai anak yang baik.
Tahap 4) moralitas sistem sosial.
Tahap keempat dari teori perkembangan Kohlberg. Pada tahap ini
penilaian moral didasarkan pada pemahaman terhadap aturan, hukum,
keadilan, dan tugas sosial. Sebagai contoh, remaja dapat mengatakan
bahwa supaya suatu komunitas dapat bekerja secara efektif, maka
komunitas tersebut perlu dilindungi oleh hukum yang ditaati oleh
seluruh anggota komunitas.
34
c. Penalaran Postkonvensional.
Penalaran postkonvensional adalah tingkatan tertinggi dalam teori
perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkatan ini moralitas
diinternalisasi sepenuhnya dan tidak lagi didasarkan pada standar
orang lain. Individu mengetahui adanya pilihan moral yang lain
sebagai alternatif, memperhatikan pilihan-pilihan tersebut, dan
kemudian memutuskan sesuai dengan kode moral pribadinya.
Tahap 5) hak komunitas vs hak individu.
Tahap kelima dari teori perkembangan Kohlberg. Pada tahap ini,
seorang memiliki pemahaman bahwa nilai dan hukuman adalah relatif
dan standar yang dimiliki satu orang akan berbeda dengan orang lain.
Ia menyadari bahwa hukum memang penting bagi suatu masyaarakat,
namun hukum sendiri dapat diubah. Ia percaya bahwa beberapa nilai,
seperti kebebasan lebih penting dari hukuman.
Tahap 6) prinsip etis universal.
Tahap keenam dan tertinggi dari teori perkembangan moral
Kohlberg. Pada tahap ini seseorang sudah membentuk standar moral
yang didasarkan pada hak manusia secara universal. Ketika
dihadapkan pada suatu konflik antara hukum dan kata hati, ia akan
mengikuti kata hatinya, walaupun keputusannya ini dapat
memunculkan resiko pada dirinya.
Tingkatan penalaran moral dari Kohlberg ini memiliki batasan yang
jelas dari tingkat satu terhadap tingkatan yang lain. Dijelaskan juga bahwa
35
dalam setiap tingkatan tersebut terdapat tahap-tahap penalaran moral.
Setiap tahapan moral menunjukkan ciri-ciri tertentu, sehingga perilaku
atau tindakan yang diambil oleh seseorang dapat mencerminkan tingkatan
penalaran moralnya.
Berdasarkan teori mengenai perkembangan moral yang disampaikan
oleh kedua ahli di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa perkembangan
moral terjadi secara berurutan sesuai dengan usia. Dimulai dari penalaran
moral heteronom menurut Piaget dan penalaran moral prakonvensional
menurut Kohlberg, lalu bertransisi menjadi penalaran moral yang lebih
matang yaitu moral otonom menurut teori Piaget atau yang menurut
Kohlberg disebut dengan penalaran moral konvensional, lalu berkembang
menjadi lebih matang pada penalaran post-konvensional. Penelitian ini
mengacu pada teori Kohlberg, sehingga pengukuran penalaran moral
subjek penelitian didasarkan pada tingkatan moral menurut Kohlberg yaitu
prakonvensional, konvensional, dan postkonvensional.
4. Cara Mengukur Penalaran Moral
Peneliti menggunakan skala penalaran moral untuk mengukur tingkat
penalaran moral pada siswa. Skala ini memiliki 4 (empat) alternatif
jawaban. Penggunaan skala ini bertujuan untuk mengungkap tingkat
penalaran moral pada siswa dengan mengukur pertimbangan-
pertimbangan siswa ketika melakukan suatu hal. Skala penalaran moral
dalam penelitian ini mengacu pada tahapan perkembangan moral yang
disampaikan oleh Kohlberg (1995: 231) yaitu:
36
a. Prakonvensional
b. Konvensional
c. Postkonvensional
Tahapan dalam perkembangan moral tersebut kemudian dianalisis dan
diuraikan ke dalam indikator dan deskriptor. Kemudian dari deskriptor
tersebut dikembangkan menjadi alat ukur dengan cara menjabarkan
deskriptor ke dalam butir-butir aitem pernyataan.
C. Kajian Mengenai Kontrol Diri
Kajian tentang kontrol diri ini akan membahas mengenai pengertian
kontrol diri, aspek-aspek kontrol diri, faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol
diri, fungsi kontrol diri, dan cara mengukur kontrol diri.
1. Pengertian Kontrol Diri
Tangney, dkk (2004: 275) memberikan penjelasan mengenai kontrol
diri sebagai berikut :
Selfcontrol is the ability to override or change one’s inner
responses, as well as to interrupt undesired behavioral tendencies
and refrain from acting on them.
Kontrol diri merupakan kemampuan seseorang untuk
mengesampingkan atau mengubah respons dari dalam diri, kecenderungan
untuk menghindari perilaku yang mengganggu, dan menahan diri dari
tindakan yang tidak diinginkan. Perilaku mengganggu dapat dimakanakan
sebagai tindakan yang dapat memberikan dampak kurang baik bagi dirinya
sendiri ataupun orang lain di sekitarnya. Pada pengertian ini terdapat
37
beberapa unsur kontrol diri diantaranya mengubah respon, menghindari
perilaku, dan menahan diri dari perilaku-perilaku menyimpang.
M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S. (2014: 21) menjelaskan bahwa
kontrol diri merupakan kemampuan individu untuk menyusun,
membimbing, mengatur, dan mengarahkan perilaku yang dapat membawa
ke arah konsekuensi yang positif, serta dapat dikembangkan dan
digunakan seseorang dalam proses kehidupan. Kontrol diri dalam
pengertian ini dapat dimaknakan sebagai aktivitas yang berkaitan dengan
pengaturan diri untuk terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan dirinya.
Kontrol diri bukan merupakan suatu kemampuan khusus karena kontrol
diri dapat dikembangkan melalui proses belajar atau pengalaman-
pengalaman hidup.
Gilliom et al. (Singgih D. Gunarsa, 2006: 251) mendefinisikan kontrol
diri sebagai kemampuan individu untuk mengendalikan tingkah laku,
bekerja sama dengan orang lain, mematuhi peraturan, dan kemampuan
untuk mengungkapkan pemikirannya kepada orang lain. Bagaimana
seseorang melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu dengan
orang lain, mereka juga perlu melakukan kontrol diri. Sehingga kontrol
diri dalam pengertian ini juga diperlukan ketika berinteraksi dengan orang
lain.
Selanjutnya Singgih D. Gunarsa (2006: 252) sendiri dalam bukunya
menjelaskan bahwa kontrol diri merupakan kemampuan individu dalam
menahan keinginan yang bertentangan dengan perilaku yang tidak sesuai
38
dengan norma sosial serta dapat diidentikkan sebagai kemampuan individu
untuk berperilaku sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Pada dasarnya
manusia merupakan makhluk sosial dimana untuk dapat hidup
berdampingan mereka perlu untuk mengatur perilakunya sedemikian rupa
agar tidak menyimpang dari norma sosial.
Sementara itu Calhoun dan Acocella (M. Nur Ghufron dan Rini
Risnawita S., 2014: 22) memberikan gagasannya tentang kontrol diri
sebagai suatu kemampuan untuk mengatur proses-proses fisik, psikologis,
dan perilaku individu, atau dapat dikatakan sebagai serangkaian proses
pembentukan diri. Pemenuhan kebutuhan fisik seperti makan dan minum
juga memerlukan kontrol diri, sehingga seseorang dapat memenuhi
kebutuhan tersebut dengan seimbang. Seseorang juga perlu untuk
mengendalikan emosi agar tidak mudah terjerumus pada perilaku-perilaku
yang dapat merugikan dirinya sendiri.
Kontrol diri dalam penelitian yang dilakukan oleh Santi Praptiani
(2013: 4) adalah kemampuan remaja untuk berperilaku yang tidak
impulsif, dapat memikirkan resiko dari perilakunya, berusaha mencari
informasi sebelum mengambil keputusan, tidak mengandalkan kekuatan
fisik dalam menyelesaiakan masalah, dan tidak bersikap egois atau mudah
marah. Kontrol diri dimaknakan sebagai proses remaja dalam mengolah
informasi-informasi dan memikirkan terlebih dahulu suatu tindakan atau
keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sebelum
keputusan tersebut diambil. Kontrol diri juga melibatkan aspek afektif
39
dimana melalui kontrol diri, remaja dapat mengatur emosi sehingga tidak
mudah marah.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan kontrol diri adalah kemampuan individu dalam
menyusun, membimbing, mengarahkan perilakunya, dan mengendalikan
dirinya untuk menahan keinginan yang bertentangan dengan norma sosial.
Individu yang memiliki kontrol diri dapat mematuhi peraturan dan
bekerjasama dengan orang lain serta berperilaku sesuai dengan norma
sosial.
2. Aspek-aspek Kontrol Diri
Aspek-aspek kontrol diri yang disampaikan oleh Tangney, dkk (2004:
283) adalah :
a. Disiplin diri
Disiplin diri dapat dimaknakan sebagai kemampuan individu
dalam melakukan disiplin diri. Ketrampilan disiplin diri yang dimiliki
individu dapat membantu dirinya dari berbagai hal yang dapat
mengganggu konsentrasinya.
b. Kehati-hatian
Merupakan ketrampilan individu dalam mempertimbangkan dan
memikirkan berbagai aktivitas atau tindakan tertentu dengan hati-hati
dan tidak tergesa-gesa. Individu yang memiliki ketrampilan ini
cenderungakan lebih tenang dalam mengambil keputusan atau
tindakan.
40
c. Kebiasaan baik
Aspek ini dapat dimaknakan sebagai kemampuan individu dalam
mengatur pola perilaku menjadi kebiasaan yang baik. Individu dengan
kemampuan ini cenderung akan menolak sesuatu yang dapat
menimbulkan dampak buruk bagi dirinya meski hal tersebut
menyenangkan. Kebiasaan baik ini akan membuat individu tersebut
mengutamakan hal-ha yang dapat memberikan dampak positif bagi
dirinya meski dampak yang dihasilkan tidak dirasakan secara
langsung.
d. Etika kerja
Etika kerja berkaitan dengan penilaian individu terhadap
kemampuan mengatur dirinya sendiri dalam layanan etika kerja.
Individu dengan etika kerja yang baik mampu menyelesaikan
pekerjaanya dengan baik tanpa dipengaruhi hal-hal di luar tugasnya
meski hal tersebut bersifat menyenangkan. Oleh karena itu individu
yang memiliki etika kerja tinggi memiliki perhatian yang tinggi pada
pekerjaan yang sedang dilakukannya.
e. Reliabilitas
Aspek ini terkait dengan penilaian individu terhadap kemampuan
dirinya dalam pelaksanaan rancangan jangka panjang untuk target
tertentu. Individu yang memiliki reliabilitas tinggi secara konsisten
akan mengatur perilakunya untuk mencapai tujuan dala setiap
rencananya.
41
Unsur-unsur pokok dalam aspek-aspek kontrol diri di atas antara lain
disiplin diri, kehati-hatian, kebiasaan baik, etika kerja, dan reliabilitas.
Aspek-aspek tersebut berkaitan dengan bagaimana seseorang mengatur
dirinya dalam berbagai aktivitas. Seseorang yang memiliki kontrol diri
yang baik akan dapat menjalani aktivitas-aktivitas tersebut dengan baik.
Sementara itu pandangan Averill (M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita
S., 2014: 29) mengenai aspek-aspek dalam kontrol diri yang ia sebut
dengan kontrol personal antara lain yaitu kontrol perilaku, kontrol
kognitif, dan kontrol pengambilan keputusan.
a. Kontrol perilaku
Kontrol perilaku merupakan kesiapan atau tersedianya respons
yang digunakan untuk mengambil tindakan secara konkret guna
mengurangi dampak dari situasi yang tidak menyenangkan berupa
tekanan-tekanan dalam diri. Kontrol perilaku ini dibagi menjadi dua
komponen yaitu kemampuan mengatur pelaksanaan dan kemampuan
memodifikasi stimulus.
1) Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan ketrampilan
seseorang dalam menentukan siapa yang mengendalikan situasi
atau keadaan. Apakah yang mengendalikan situasi tersebut dirinya
sendiri dengan menggunakan kemampuannya, atau menggunakan
sumber-sumber dari luar diri apabila individu tersebut tidak
mampu untuk mengendalikan situasi yang ada. Individu yang
memiliki kontrol diri yang baik ia akan mampu mengatur perilaku
42
dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu
individu tersebut akan menggunakan sumber eksternal.
2) Sementara kemampuan memodifikasi stimulus merupakan
ketrampilan untuk memahami bagaimana stimulus tersebut
dihadapi. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghadapi
stimulus tersebut adalah mencegah atau menjauhi stimulus,
menempatkan tenggang waktu diantara stimulus tersebut,
menghentikan stimulus, dan membatasi intensitas stimulus
tersebut.
b. Kontrol kognitif
Kontrol kognitif adalah ketrampilan individu dalam memproses
informasi-informasi yang tidak diinginkan. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi tekanan-tekanan dengan cara memodifikasi informasi
tersebut menggunakan proses dan strategi yang telah dipikirkan oleh
individu tersebut. Kontrol kognitif ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian
yaitu memperoleh informasi dan melakukan penilaian.
1) Individu dapat memperoleh informasi dari pengalaman-
pengalaman hidup yang ia alami. Informasi yang diperoleh
individu tersebut dapat digunakan untuk memahami berbagai
keadaan atau situasi. Informasi yang dimiliki oleh individu ini
dijadikan dasar untuk melakukan pertimbangan dalam
mengantisipasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.
43
2) Sementara melakukan penilaian berarti individu berusaha
mengidentifikasi suatu keadaan atau situasi dengan memperhatikan
sisi positif secara subjektif.
c. Kontrol pengambilan keputusan
Kontrol pengambilan keputusan merupakan kemampuan individu
untuk menentukan hasil atau keputusan untuk bertindak berdasarkan
pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol pengambilan
keputusan pada individu akan berfungsi dalam menentukan pilihan
dalam berbagai kemungkinan tindakan yang akan diambil.
Aspek-aspek yang disampaikan Averill ini terbagi menjadi 3 (tiga)
komponen yaitu bagaimana seseorang dapat mengontrol perilaku,
mengontrol kognitif, serta bagaimana seseorang mengambil keputusan.
Dijelaskan bahwa kontrol diri dalam aspek-aspek ini berasal dari 2
(dua) sumber yaitu sumber internal dan sumber eksternal. Seseorang
yang memiliki kontrol diri akan memikirkan dengan berbagai
pertimbangan sebelum dirinya mengambil suatu keputusan.
Penelitian ini mengacu pada aspek-aspek yang disampaikan oleh
Averill yaitu kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan kontrol
pengambilan keputusan.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kontrol Diri
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kontrol diri seseorang. M.
Nur Ghufron dan Rini Risnawita S. (2014: 32) menyebutkan bahwa
faktor-faktor tersebut diantaranya ada faktor internal dan faktor eksternal.
44
a. Faktor internal yang menjadi faktor berpengaruh dalam perkembangan
kontrol diri adalah faktor usia. Sama seperti perkembangan moral,
kontrol diri berkembang seiring dengan pertambahan usia dimana
semakin bertambah usia seseorang, kemampuan kontrol dirinya juga
semakin baik.
b. Faktor eksternal diantaranya adalah lingkungan keluarga dimana
lingkungan keluarga terutama orangtua menentukan bagaimana
kemampuan mengontrol diri seseorang. Orangtua dengan gaya
pengasuhan yang demokratis serta menerapkan sikap disiplin dalam
lingkungan keluarga cenderung akan membuat remaja semakin
memiliki kemampuan kontrol diri yang baik.
Bertambahnya usia serta melalui pengalaman-pengalaman hidup
membuat kontrol diri seseorang juga semakin berkembang menjadi lebih
baik. Selain itu faktor hubungan anak dengan orangtua juga dapat menjadi
penentu perkembangan kontrol diri pada anak tersebut. Orangtua yang
memiliki kontrol diri yang baik akan membuat anak-anak mereka juga
memiliki kontrol diri yang baik dikarenakan pada dasarnya seorang anak
akan belajar sesuatu dari orangtua mereka melalui proses imitasi.
Sementara itu faktor internal yang mempengaruhi kontrol diri juga
disampaikan oleh William Stern (Iga Serpianing Aroma dan Dewi Retno
Suminar, 2012: 4) yaitu faktor gen dimana ia menyatakan bahwa sejak
individu lahir, mereka telah memiliki sifat baik dan buruk dalam diri. Gen
yang dibawa individu sejak lahir tersebut dapat berkembang atau bahkan
45
bisa mati jika tidak mendapatkan stimulus dari lingkungan. Sementara itu
Chapple menyatakan bahwa kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang berasal dari luar (eksternal). Faktor-faktor eksternal tersebut antara
lain faktor lingkungan seperti lingkungan keluarga, teman sebaya, dan
lingkungan tempat tinggal individu tersebut. Pendapat dari kedua ahli
tersebut menunjukkan bahwa faktor internal seperti gen dan faktor
lingkungan sama pentingnya dalam pembentukan kontrol diri pada
individu.
Gen dianggap sebagai faktor penentu kemampuan kontrol diri pada
seseorang dimana apabila gen tersebut diberi stimulan positif maka akan
berkembang kontrol diri yang baik. Selain itu faktor sosial seperti
kelompok teman sebaya juga memberikan kontribusi dalam perkembangan
kontrol diri seseorang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kontrol diri pada
individu dipengaruhi oleh faktor internal seperti usia dan gen. Sementara
dari faktor eksternal, kontrol diri dipengaruhi lingkungan sekitar seperti
keluarga, guru, teman sebaya, dan lingkungan dimana individu tersebut
tinggal. Salah satu faktor yang cukup kuat berpengaruh dalam
pembentukan kontrol diri terutama pada individu yang memasuki masa
remaja adalah faktor lingkungan teman sebaya. Pada masa remaja
sebagian besar waktu individu lebih banyak dihabiskan bersama dengan
teman sebaya dibandingkan dengan orangtua. Dapatlah dipahami bahwa
46
pengaruh yang diberikan oleh teman sebaya lebih besar dibandingkan
faktor eksternal lainnya.
4. Fungsi Kontrol Diri
Messina & Messina (Singgih D. Gunarsa, 2006: 255) berpendapat
bahwa fungsi dari kontrol diri adalah sebagai berikut:
a. Membatasi perhatian individu kepada orang lain.
Kontrol diri pada remaja akan membatasi perhatiannya terhadap
orang lain mengenai kebutuhan, kepentingan, atau juga keinginan
orang lain di lingkungannya. Perhatian remaja yang dilakukan secara
berlebihan atas kebutuhan, kepentingan, atau keinginan orang lain
tersebut cenderung akan membuat remaja kurang fokus terhadap
kebutuhannya sendiri, sehingga kebutuhan pribadinya dapat terabaikan
bahkan terlupakan.
b. Membatasi keinginan individu untuk mengendalikan orang lain di
lingkungannya.
Individu akan membatasi keinginan dirinya atas keinginan orang
lain dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berada
dalam ruang aspirasinya masing-masing. Individu yang memiliki
kontrol diri tidak lagi memikirkan dirinya sendiri tetapi sudah
memiliki kesadaran untuk menempatkan dirinya sebagai orang lain
sebagai individu yang berhak memiliki kesempatan yang sama.
47
c. Membatasi individu untuk bertingkah laku negatif.
Kontrol diri pada remaja berfungsi untuk menghindarkan individu
pada tingkah laku negatif. Tingkah laku negatif yang tidak sesuai
dengan norma sosial akan mengakibatkan penolakan sosial. Tingkah
laku negatif misalnya saja ketergantungan pada penggunaan obat-
obatan terlarang, minum-minuman beralkohol, dan merokok.
d. Membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara
seimbang.
Individu yang memiliki kontrol diri yang baik akan berusaha
memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut dalam takaran yang sesuai
dengan kebutuhan hidup yang ingin dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan
hidup secara seimbang tersebut misalnya tidak memakan makanan
secara berlebihan atau melakukan kegiatan berbelanja secara
berlebihan yang melampaui batas kemampuan keuangan.
Berdasarkan fungsi kontrol diri yang telah diuraikan di atas dapatlah
disimpulkan bahwa fungsi kontrol diri antara lain membatasi perhatian
individu terhadap orang lain, membatasi keinginan individu untuk
mengendalikan orang lain, membatasi individu untuk bertingkah laku
negatif, dan membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara
seimbang.
5. Cara Mengukur Kontrol Diri
Peneliti menggunakan skala kontrol diri untuk mengukur tingkat
kontrol diri pada siswa. Skala ini memiliki 4 (empat) alternatif jawaban.
48
Penggunaan skala ini bertujuan untuk mengungkap tingkat kontrol diri
pada siswa dengan mengukur baik perilaku-perilaku maupun aktvitas
kognitif yang dikategorikan sebagai pengendalian diri. Skala kontrol diri
dalam penelitian ini mengacu pada aspek-aspek kontrol diri yang
disampaikan oleh Averill (M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S., 2014:
29) yaitu :
a. Kontrol perilaku
b. Kontrol kognitif, dan
c. Kontrol pengambilan keputusan.
Aspek-aspek tersebut kemudian dianalisis dan dijabarkan ke dalam
pernyataan-pernyataan sesuai dengan indikator yang terdapat dalam aspek
tersebut.
D. Kajian Tentang Siswa SMK Sebagai Remaja
1. Pengertian Remaja (Sebagai Siswa SMK)
Istilah adolescence dalam bahasa inggris yang berarti remaja berasal
dari bahasa latin yaitu adolecere yang merujuk pada artian tumbuh, atau
tumbuh menuju kematangan. Zakiah Daradjat (1982: 28) menyebut remaja
sebagai tingkatan umur dimana individu tidak lagi anak-anak, tetapi belum
dapat dipandang sebagai orang dewasa. Oleh karenanya remaja merupakan
jembatan atau juga disebut masa peralihan dari masa anak-anak menuju
masa dewasa. Keberadaan remaja pada masa transisi ini membuat remaja
terkadang masih berpikiran seperti anak-anak tetapi juga terkadang
berpikir dengan cara orang dewasa.
49
Andi Mappiare (1982: 27) menyampaikan bahwa masa remaja pada
wanita berlangsung antara umur 12 hingga 21 tahun, sementara pada pria
berlangsung pada usia 13 hingga 22 tahun. Perbedaan rentang usia masa
remaja pada pria dan wanita ini disebabkan karena faktor hormon pada
tubuh manusia. Perbedaan hormon antara pria dan wanita ini
menyebabkan wanita lebih cepat memasuki usia remaja dibandingkan
dengan laki-laki. Masa remaja pada putri juga berakhir lebih cepat
dibandingkan dengan remaja putra.
Sementara itu istilah remaja (adolescence) yang disampaikan oleh
Hurlock (1980: 206) memiliki arti yang lebih luas mencakup seluruh
perkembangan remaja baik itu perkembangan fisik, intelektual, emosi dan
sosial. Senada dengan penjelasan tersebut Santrock (2007: 20)
mendefinisikan masa remaja (adolescence) sebagai masa transisi dari masa
anak-anak menuju masa dewasa, dimana periode tersebut melibatkan
perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional.
Perkembangan masa remaja melibatkan seluruh aspek dalam diri, sehingga
tidak jarang seseorang menjadi lebih agresif ketika memasuki usia remaja.
Hal tersebut seringkali disebabkan karena perubahan fisik dan
berkembangnya hormon dalam tubuh.
Dadang Sulaeman (1995: 2) memberikan gagasannya bahwa masa
remaja merupakan suatu masa dimana para remaja dihadapkan pada
tantangan, batasan, dan kekangan-kekangan yang berasal dari diri sendiri
maupun orang lain. Memasuki usia remaja, seseorang tidak dapat lagi
50
dikatakan sebagai anak-anak. Para remaja tidak lagi bergantung pada
orangtua, sehingga remaja berusaha untuk mencapai kemandirian.
Seringkali pada masa remaja, seseorang dihadapkan pada berbagai
masalah yang dapat menyebabkan dirinya rentan terpengaruh hal-hal yang
dapat merugikan dirinya.
Berdasarkan perjelasan serta uraian mengenai pengertian remaja di
atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan remaja
merupakan individu yang berusia antara 12 hingga 22 tahun dan berada
pada masa transisi dari usia anak-anak menuju usia dewasa dimana ia
mengalami perubahan dalam aspek biologis, kognitif, dan sosio-
emosional. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan remaja adalah
mereka yang berada pada usia 15 hingga 18 tahun yang umumnya berada
pada tingkat sekolah menengah atas atau kejuruan jika ditinjau dari tingkat
pendidikan.
2. Pembagian Masa Remaja
Pembagian masa remaja yang disampaikan oleh Monks, dkk (2002:
262) yang secara global berlangsung antara usia 12 hingga 21 tahun.
Rentang usia remaja tersebut kemudian digunakan untuk membagi masa
remaja ke dalam tiga fase yaitu usia 12 hingga 15 tahun merupakan masa
remaja awal, usia 15 hingga 18 tahun sebagai fase remaja pertengahan,
dan usia 18 hingga 21 tahun diklasifikasikan sebagai masa remaja akhir.
Sementara itu Remplein (Monks, dkk, 2002: 264) menyebut usia
antara 12 hingga 21 tahun sebagai masa adolensi. Kemudian Remplein
51
membagi masa adolensi tersebut menjadi beberapa fase dengan
menyisipkan apa yang disebutnya dengan “jugencrise” (krisis remaja)
diantara fase pubertas dan fase kematangan adolesensi. Pembagian masa
adolensi tersebut yaitu usia 13 hingga 16 tahun sebagai fase pubertas, usia
15 hingga 17 tahun sebagai fase krisis remaja, dan usia 16 hingga 21 tahun
sebagai fase kematangan adolesensi.
Perkembangan masa remaja yang dijelaskan oleh Petro Blos (Sarlito
Wirawan Sarwono, 2005: 24-25) yang ia bagi menjadi tiga tahap
perkembangan yaitu :
a. Remaja awal dimana pada tahap ini remaja masih mengalami
kebingungan akan perubahan fisik yang terjadi. Remaja cenderung
akan cepat tertarik dengan lawan jenis dan cepat terangsang secara
erotis.
b. Remaja madya, remaja membutuhkan lebih banyak interaksi dengan
teman sebayanya pada tahap ini. Remaja akan merasa senang jika
lingkungan dimana dia berada menyukai dirinya. Remaja juga akan
membentuk suatu kelompok pertemanan dengan sifat-sifat atau
ketertarikan yang sama.
c. Remaja akhir, merupakan tahap dimana remaja mengalami konsolidasi
akhir menuju kedewasaan.
Senada dengan hal tersebut, Thornberg (Agoes Dariyo, 2002: 14) juga
membagi masa remaja menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal yang
berlangsung antara usia 13 hingga 14 tahun, remaja pertengahan yang
52
berlangsung antara usia 15-17 tahun, dan remaja akhir yang berlangsung
pada usia 18 hingga 21 tahun.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja
dibagi atas beberapa tahap diantaranya remaja awal (13-14 tahun),
kemudian remaja madya atau pertengahan (15-17 tahun), dan yang
terakhir remaja akhir (18-21) tahun. Remaja yang duduk dibangku sekolah
menengah atas atau kejuruan pada umumnya berada pada tahap remaja
madya dimana pada usia tersebut remaja membutuhkan interaksi yang
lebih banyak dengan teman sebayanya.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Setiap tahap perkembangan manusia terdapat tugas-tugas tertentu dan
merupakan harapan dari masyarakat yang harus dipenuhi oleh individu.
Tugas-tugas ini disebut dengan tugas perkembangan dimana keberhasilan
dalam mencapai tugas perkembangan ini berkaitan dengan keberhasilan
seseorang dalam mencapai tugas perkembangan pada tahap selanjutnya.
Pada masa remaja, tugas-tugas perkembangan tersebut disebutkan
Havighurst (Hendrianti Agustiani, 2006: 62) sebagai berikut:
a. Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan teman seusia
dari kedua jenis kelamin.
b. Mencapai maskulinitas dan feminitas dari peran sosial.
c. Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara efektif.
d. Mencapai ketidaktergantungan emosional dari orangtua dan orang
dewasa lainya.
53
e. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
f. Menyiapkan diri untuk karir ekonomi.
g. Menemukan set dari nilai-nilai dan sistem etika sebagai petunjuk
dalam berperilaku mengembangkan ideologi.
h. Mencapai dan diharapkan untuk memiliki tingkah laku sosial secara
bertanggung jawab.
Tugas-tugas perkembangan tersebut menjelaskan bahwa pada masa
remaja terjadi perubahan struktur sosial, perubahan fisik, serta
perkembangan moral. Remaja dituntut untuk dapat memenuhi tugas-tugas
perkembangan tersebut sebelum memasuki masa dewasa. Sehingga masa
remaja ini merupakan suatu fase untuk mempersiapkan seseorang
memasuki masa dewasa.
Sementara itu William Kay (Syamsu Yusuf, 2011: 72) menyebutkan
tugas-tugas perkembangan remaja yang harus terpenuhi yaitu :
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
c. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan belajar
bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual
maupun kelompok.
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
f. Memperkuat self-contol (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar
skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup (Weltanschauung).
g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/ perilaku)
kekanak-kanakan.
Pada masa remaja kebutuhan interaksi sosial berkembang menjadi
lebih luas, dan bagaimana remaja menjalin hubungan dengan orang lain
54
tersebut mereka membutuhkan ketrampilan berinteraksi yang baik. Remaja
juga diharukan untuk mencapai kemandirian sehingga dirinya tidak lagi
bergantung dengan orangtua.
Berdasarkan tugas-tugas yang telah disampaikan oleh para ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa pada masa remaja, individu harus mencapai
beberapa tugas perkembangan antara lain menerima fisiknya, mencapai
kemandirian, mencapai kematangan dalam hubungan interpersonal,
menemukan identitas diri, menyiapkan diri dalam karir, mencapai
kematangan sistem moral, dan memperkuat kontrol diri.
E. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Desi Azti (2011: 75) yang berjudul
“Pengaruh Penalaran Moral dan Religiusitas Terhadap Self-Control Dalam
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja”. Data yang diperoleh
pada hasil uji korelasi melalui tabel correlation bahwa, taraf signifikasi
yang didapat < dari taraf signifikansi alpha yaitu (p=0.00<p=0.05) maka
Ho ditolak dan dinyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
penalaran moral dan religiusitas terhadap self-control dalam pencegahan
penyalahgunaan narkoba pada remaja. Sumbangan efektif dari variabel
penalaran moral dan religiusitas terhadap vairabel kontrol diri sebesar
67,8% dimana hal tersebut berarti masih terdapat sekitar 32,2% dari faktor
lain yang berkontribusi terhadap kontrol diri yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
2. Penelitian lain dilakukan oleh Santi Praptiani (2013: 11) dengan judul
“Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Agresivitas Remaja Dalam Menghadapi
55
Konflik Sebaya Dan Pemaknaan Gender”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada pengaruh kontrol diri terhadap agresivitas remaja dalam
menghadapi konflik sebaya. Selain itu diperkirakan ada faktor sosial dan
ekonomi berpengaruh terhadap masalah kontrol diri dan agresivitas
remaja, sehingga memberikan implikasi untuk peneliti selanjutnya perlu
melakukan penelitian mengenai kontrol diri dan agresivitas dengan
mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan keluarga.
3. Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dady Aji
Prawiro Sutarjo (2014: 74) yang berjudul “Hubungan Antara Interaksi
Sosial Teman Sebaya Dengan Penerimaan Sosial Pada Siswa Kelas X
SMA Negeri 9 Yogyakarta”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
adanya hubungan positif dan signifikan antara interaksi sosial teman
sebaya dengan penerimaan sosial pada siswa kelas X di SMA Negeri 9
Yogyakarta. Semakin tinggi tingkat interaksi sosial teman sebaya maka
semakin tinggi pula tingkat penerimaan sosial pada siswa kelas X di SMA
Negeri 9 Yogyakarta, demikian juga sebaliknya semakin rendah tingkat
interaksi sosial teman sebaya maka semakin rendah pula tingkat
penerimaan sosial pada siswa kelas X di SMA Negeri 9 Yogyakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tersebut
diketahui bahwa penalaran moral memberikan pengaruh positif terhadap
kontrol diri seseorang. Semakin tinggi penalaran moral seseorang, maka
semakin tinggi pula kontrol diri orang tersebut. Selain itu ada
kemungkinan bahwa kontrol diri juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
56
berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, dan keluarga. Aspek sosial
tersebut bisa jadi berasal dari interaksi seseorang dengan orang lain,
misalnya interaksi remaja dengan teman sebayanya.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut digunakan oleh
peneliti sebagai bahan acuan dalam penelitian ini. Perbedaan dari
penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan yaitu
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel
interaksi teman sebaya dan variabel penalaran moral terhadap variabel
kontrol diri. Sejauh pengetahuan peneliti, belum banyak penelitian yang
dilakukan yang terkait dengan ketiga variabel tersebut.
F. Pengaruh Interaksi Teman Sebaya dan Penalaran Moral Terhadap
Kontrol Diri Pada Siswa Remaja
Remaja merupakan individu dimana mereka tidak lagi disebut anak-anak
tetapi juga belum dapat disebut sebagai orang dewasa. Dapat dikatakan bahwa
remaja merupakan masa peralihan dari kedua fase kehidupan manusia tersebut.
Pada usia ini individu mengalami banyak perkembangan. Salah satu
perkembangan yang paling menonjol adalah perkembangan dalam aspek sosial.
Perkembangan sosial remaja ditunjukkan dengan ketertarikannya untuk menjalin
hubungan dengan orang lain terutama dengan teman sebaya.
Teman sebaya memainkan peran penting dalam kehidupan remaja.
Sebagian besar waktu remaja dihabiskan bersama dengan teman sebaya
dibandingkan dengan orangtuanya Remaja menaruh perhatian yang lebih terhadap
kelompok teman sebaya. Ketika berada dalam kelompok teman sebaya, remaja
57
belajar berperilaku sebagaimana orang dewasa berperilaku. Misalnya
mengorganisasikan kegiatan sosial, memilih pemimpin, dan menciptakan
peraturan dalam kelompok.
Adanya peraturan dalam kelompok tersebut membuat remaja secara
sukarela harus mematuhi dan menjalankan peraturan yang ada dalam kelompok
untuk mempermudah proses penyatuan dirinya terhadap aktivitas kelompok.
Remaja yang mematuhi aturan dalam kelompok akan berusaha mengontrol
dirinya agar perilakumya tidak menyimpang dari norma atau peraturan kelompok
tersebut.
Syamsu Yusuf (2011: 60) menyampaikan bahwa melalui interaksi dengan
teman sebaya, remaja dapat belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain,
mengontrol tingkah laku sosial, mengembangkan ketrampilan, dan bertukar
perasaan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapatlah disimpulkan bahwa interaksi
teman sebaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kontrol diri
remaja. Hal tersebut dikarenakan kontrol tingkah laku merupakan salah satu aspek
kontrol diri.
Melalui berbagai pengalaman berinteraksi dengan orang lain seperti
orangtua, guru, teman sebaya, dan orang dewasa lain, remaja mengalami
perkembangan dalam aspek moral. Remaja telah memiliki penalaran moral yang
lebih baik bila dibandingkan dengan pada saat usia anak-anak. Mereka memiliki
pemahaman mengenai nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral seperti kejujuran,
keadilan, sopan santun, dan kedisiplinan.
58
Pemahaman remaja mengenai konsep-konsep moral tersebut membuat
remaja semakin paham tentang baik buruk atau benar salah suatu tindakan atau
perilaku. Remaja tidak hanya berusaha memenuhi kebutuhan fisiknya tetapi juga
kebutuhan psikis. Perasaan puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif
dari orang lain dapat menimbulkan perasaan bahagia. Oleh karena itu pada remaja
muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang
lain.
Rita Eka Izzati, dkk (2008: 143) menjelaskan mengenai pengertian moral
yaitu ajaran tentang baik buruk, benar salah, akhlak, dan aturan yang harus
dipatuhi, serta dimaknakan sebagai kendali dalam bersikap dan bertingkah laku
sesuai dengan nilai-nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat. Penalaran
moral merupakan pemahaman mengenai jawaban mengapa dan bagaimana suatu
hal dapat dinilai benar atau salah, baik atau buruk. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka dapatlah diketahui bahwa seseorang yang paham mengenai konsep-
konsep moralitas akan mendasarkan perilakunya pada norma masyarakat. Dengan
demikian penalaran moral merupakan salah satu faktor seseorang dalam
melakukan kontrol diri.
Pada awal perkembangannya, kontrol diri banyak dipengaruhi oleh faktor
yang berasal dari luar diri individu. Faktor yang berasal dari luar tersebut adalah
keberadaan orang-orang disekitar individu tersebut tinggal seperti orangtua, teman
sebaya, dan orang dewasa lainnya. Peran orang-orang disekitar individu tersebut
adalah sebagai kontrol eksternal perilaku dimana individu melakukan
pengendalian diri terhadap suatu hal berdasarkan kontrol eksternal tersebut.
59
Misalnya saja seorang anak yang melakukan suatu perbuatan bukan karena
berdasarkan kemauan sendiri tetapi melakukan hal tersebut karena takut terhadap
hukuman yang mungkin akan diterimanya apabila tidak melakukan perbuatan
tersebut.
Seiring dengan pertambahan usia, perkembangan moral individu semakin
berkembang menjadi lebih matang. Remaja pada umumnya telah sampai pada
tahap konvensional dimana salah satu tugas perkembang remaja adalah
mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok terhadap dirinya dan kemudian
membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus terus
dibimbing, diawasi, didorong, atau bahkan diancam menggunakan hukuman
seperti pada masa anak-anak. Pada tahap ini remaja sudah mulai
menginternalisasikan aturan atau prinsip-prinsip moralitas dan mulai menyadari
bahwa ia hidup dalam lingkungan masyarakat. Remaja tidak lagi melakukan
perbuatan atau melaksanakan peraturan karena takut akan hukuman atau sekedar
mendapatkan imbalan. Mereka berusaha untuk menjadi pribadi yang
menyenangkan bagi orang lain dan baik secara sosial demi mendapatkan tempat
dalam kehidupan bermasyarakat.
Pada penalaran moral prakonvensional, individu mematuhi norma sosial
atas dasar rasa takut terhadap hukuman atau untuk mendapatkan suatu imbalan
dan kontrol dirinya berasal dari luar. Dapat diartikan bahwa individu tersebut
memiliki kontrol diri namun bukan berasal dari dalam diri tetapi berasal dari luar
seperti orangtua, teman sebaya, dan orang dewasa lainnya. Sedangkan pada tahap
penalaran moral konvensional, kontrol diri individu sudah berasal dari dalam diri
60
karena nilai-nilai moral telah diinternalisasikan dalam dirinya. Hal tersebut
ditunjukkan dengan kemauan individu untuk mematuhi norma sosial karena ia
sadar bahwa dirinya hidup dalam lingkungan masyarakat serta keinginan individu
untuk menyenangkan orang lain.
Uraian di atas didukung oleh teori dari Sunarto dan Agung Hartono (2002:
168) mengatakan bahwa moral berkaitan dengan kemampuan untuk memahami
konsep benar atau salah dan dimaknakan sebagai kendali dalam tingkah laku.
Singgih D. Gunarsa (2006: 252) juga menyampaikan bahwa pada individu yang
memiliki penalaran moral prakonvensional bertindak atas dasar kontrol diri dari
luar untuk sekedar menghindari hukuman dan mendapatkan imbalan. Didukung
lagi oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Santi Praptiani (2013: 11) yang
menyebutkan bahwa kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial dan
ekonomi. Faktor sosial disini dapat berasal dari interaksi remaja dengan teman
sebayanya.
Berdasarkan uraian di atas dan juga didukung teori-teori yang ada, maka
dapat disimpulkan bahwa interaksi teman sebaya dan penalaran moral dapat
mempengaruhi kontrol diri pada remaja. Teman sebaya dapat menjadi pendukung
kontrol diri internal yang didasarkan pada nilai-nilai moral bagi remaja.
G. Paradigma Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir mengenai pengaruh interaksi teman sebaya
dan penalaran moral terhadap kontrol diri pada remaja (siswa), paradigma
penelitian dapat digambarkan dengan bagan di bawah ini :
61
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Keterangan :
H1 : Hipotesis Mayor
H2 : Hipotesis Minor 1
H3 : Hipotesis Minor 2
→ : Arah Pengaruh
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah duraikan, hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini antara lain:
1. Terdapat pengaruh positif antara varibel interaksi teman sebaya dan
penalaran moral terhadap variabel kontrol diri. Hal tersebut berarti
semakin tinggi interaksi remaja dengan teman sebaya dan penalaran
moralnya, maka kontrol diri remaja tersebut juga semakin tinggi.
Sebaliknya apabila interaksi remaja dengan teman sebayanya rendah dan
memiliki tingkat penalaran moral yang rendah, maka remaja juga
cenderung memiliki kontrol diri yang rendah.
H2
H1
H3
X1
Interaksi Teman Sebaya
X2
Penalaran Moral
Y
Kontrol Diri
62
2. Terdapat pengaruh positif varibel interaksi teman sebaya terhadap variabel
kontrol diri. Hal ini berarti semakin tinggi interaksi teman sebaya yang
terjadi pada remaja, maka semakin tinggi pula tingkat kontrol diri pada
remaja tersebut.
3. Terdapat pengaruh positif variabel penalaran moral terhadap varibel
kontrol diri. Hal ini berarti semakin tinggi penalaran moral pada remaja,
maka semakin tinggi juga kontrol diri remaja tersebut.
63
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kuantitatif data yang terkumpul berupa
angka yang dianalisis menggunakan analisis statistika (Sugiyono, 2007: 51).
Penelitian ini merupakan penelitian regresi dan bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dari satu variabel terhadap variabel lain serta mengetahui besarnya
pengaruh tersebut.
Pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis regresi pada penelitian ini
bertujuan untuk mengertahui bagaimana pengaruh antara variabel interaksi teman
sebaya dan penalaran moral terhadap kontrol diri pada siswa kelas XI di SMKN 1
Kasihan, Bantul Tahun Ajaran 2014/2015 dan mengetahui besarnya pengaruh
tersebut.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 1 Kasihan yang beralamat di Jl. PG.
Madukismo, Bugisan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55182 pada
bulan Desember 2015.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Pengertian populasi yang disampaikan oleh Sugiyono (2007: 117)
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek ditetapkan
oleh peneliti dengan karakteristik tertentu untuk dipelajari dan kemudian
64
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XI di SMKN 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Tabel 1. Populasi Penelitian
No Kelas & Jurusan Jumlah Siswa
1 XI Karawitan 1 25
2 XI Karawitan 2 23
3 XI Karawitan 3 25
4 XI Tari 1 22
5 XI Tari 2 22
6 XI Tari 3 22
7 XI Tari 4 22
8 XI Teater 6
9 XI Pedalangan 4
Jumlah 171 Siswa
2. Sampel
Sampel merupakan bagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
Sugiyono (2007: 118) menjelaskan bahwa bila populasi berjumlah besar,
dan tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mempelajari semua populasi
yang ada dikarenakan waktu, dana, dan tenaga, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Suharsimi
Arikunto (2005: 112) menjelaskan bahwa terdapat patokan dalam
menentukan sampel yang dapat digunakan yaitu jika subjek yang akan
diteliti jumlahnya kurang dari 100 akan lebih baik jika diambil semua
sehingga dapat dikatakan sebagai penelitian populasi. Jika jumlah subjek
besar atau terlalu banyak maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%
atau bisa lebih.
Teknik sampling merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk
menentukan jumlah sampel yang akan diambil (Suharsimi Arikunto, 2010:
65
177). Variabel dalam penelitian ini tidak dipengaruhi oleh jurusan tertentu,
dengan pertimbangan tersebut peneliti menggunakan teknik Quote
Random Sampling untuk menentukan subjek penelitian. Quote digunakan
karena penelitian ini didasarkan pada jumlah sampel yang telah ditentukan
sebelumnya. Peneliti akan mengambil 3 (tiga) kelas dari total 9 (sembilan)
kelas karena diduga jumlah tersebut sudah menggambarkan keseluruhan
dari jumlah populasi yang ada. Sementara random sampling digunakan
karena masing-masing kelas dianggap sama. Peneliti memberikan hak
yang sama kepada seluruh kelas untuk dipilih menjadi sampel penelitian
tanpa memilih atau mengistimewakan satu atau beberapa jurusan untuk
dijadikan sampel.
Langkah-langkah dalam penentuan sampel yaitu :
a. Dikarenakan kelas XI Tari 3, XI Pedalangan, dan XI Teater sudah
dipakai sebagai subjek uji coba, maka kelas ini tidak lagi
berkesempatan menjadi subjek penelitian.
b. Membuat gulungan yang berisi kelas dan nama jurusan sejumlah 6
(enam) buah antara lain XI Karawitan 1, XI Karawitan 2, XI
Karawitan 3, XI Tari 1, XI Tari 2, dan XI Tari 4.
c. Memasukan gulungan ke dalam toples sehingga setiap gulungan
memiliki kesempatan yang sama untuk terambil.
d. Mengambil 3 (tiga) gulungan secara acak.
e. Gulungan yang terambil merupakan kelas yang akan dijadikan subjek
penelitian.
66
f. Terpilih 3 kelas yaitu kelas XI Tari 2 berisi 22 siswa, XI Tari 4 berisi
22 siswa, dan XI Karawitan 3 berisi 25 siswa. Sehingga total sampel
dalam penelitian ini berjumlah 69 siswa.
D. Variabel Penelitian
Suharsimi Arikunto (2005: 9) menyatakan bahwa variabel adalah objek
penelitian yang ditatap dalam sebuah penelitian yang menunjukkan variasi.
Sementara itu Sugiyono (2007: 61) menjelaskan variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
mengenai hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Variabel penelitian dapat
dibedakan menjadi:
1. Variabel Independen (variabel bebas): merupakan variabel pengaruh atau
sebab terjadinya perubahan pada variabel terikat. Variabel bebas pada
penelitian ini adalah interaksi teman sebaya (X1) dan penalaran moral
(X2).
2. Variabel Dependen (variabel terikat): merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat
pada penelitian ini adalah kontrol diri (Y).
E. Metode Pengumpulan Data
Muhammad Iqbal Hasan (2002:83) menjelaskan bahwa pengumpulan data
adalah pencatatan keseluruhan informasi yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan dari sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau
mendukung penelitian. Pengumpulkan data tersebut dilakukan dengan metode
tertentu sesuai dengan tujuannya. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam
67
berbagai macam setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Sugiyono (2007:
193) menyatakan bahwa dalam pengumpulan data terdapat beberapa cara antara
lain wawancara (interview), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan
bahkan gabungan dari ketiga cara tersebut. Pemilihan cara pengumpulan data dari
variabel terutama disesuaikan dengan jenis data serta ciri responden.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interaksi
teman sebaya, skala penalaran moral, dan skala kontrol diri dengan empat
alternatif jawaban tersebut antara lain sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai
(TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Peneliti tidak menggunakan alternatif
jawaban ragu-ragu (R) dikarenakan seseorang akan cenderung memilih jawaban
ragu-ragu dan mengabaikan pilihan jawaban sesuai ataupun tidak sesuai pada
aitem-aitem pernyataan dalam skala pengukuran. Sementara untuk pemberian
skor pada masing-masing alternatif jawaban telah ditetapkan seperti pada tabel di
bawah ini :
Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban Skala
Alternatif Jawaban Skor
Favorable (+) Unfavorable (-)
Sangat sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak sesuai 2 3
Sangat tidak sesuai 1 4
F. Instrumen Penelitian
Suharsimi Arikunto (2010:101) menjelaskan bahwa instrumen penelitian
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan menjadi lebih
68
mudah. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui interaksi teman sebaya,
penalaran moral, dan kontrol diri dalam penelitian ini disusun berdasarkan
indikator-indikator yang terdapat pada aspek-aspek variabel penelitian.
Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen penelitian dijelaskan oleh
Suharsimi Arikunto (2005: 135) sebagai berikut :
1. Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam
rumusan judul penelitian atau yang tertera dalam problematika penelitian.
2. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.
3. Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel.
4. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator.
5. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen.
6. Melengkapi instrumen dengan (pedoman atau instruksi) dan kata
pengantar.
Terdapat 3 (tiga) variabel dalam penelitian ini yaitu interaksi teman
sebaya, penalaran moral, dan kontrol diri, sehingga dalam penelitian ini terdapat 3
(tiga) skala yaitu skala interaksi teman sebaya, skala penalaran moral, dan skala
kontrol diri. Berdasakan penjelasan mengenai langkah-langkah penyusunan
instrument penelitian di atas, peneliti menyusun instrumen penelitian sebagai
berikut.
1. Skala Interaksi Teman Sebaya
a. Mengidentifikasi variabel-variabel dalam rumusan judul penelitian
Variabel pertama dalam penelitian ini adalah interaksi teman
sebaya. Interaksi teman sebaya adalah hubungan yang dinamis antara
satu orang dengan orang lain yang kurang lebih sama secara usia
maupun kematangan psikologis dimana di dalamnya terjadi hubungan
timbal balik yang saling mempengaruhi. Aspek-aspek dalam interaksi
sosial remaja dengan teman sebaya adalah jumlah waktu remaja berada
69
di luar rumah, keterlibatan remaja bermain dengan teman sebayanya,
kecenderungan untuk bermain peran, bermain asosiatif, sikap
kerjasama.
b. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.
Variabel di atas dapat dijabarkan menjadi sub atau bagian variabel
sebagai berikut.
1) Jumlah waktu remaja di luar rumah
2) Keterlibatan remaja bermain dengan teman sebayanya
3) Kecenderungan remaja untuk bermain peran
4) Bermain asosiatif
5) Sikap kerjasama
c. Mencari Indikator setiap sub atau bagian variabel
Indikator dari setiap sub atau bagian variabel interaksi teman
sebaya dalam penelitian ini adalah:
1) Jumlah waktu remaja di luar rumah
Berkaitan dengan kesempatan remaja bertemu dengan teman
sebaya serta intensitas remaja bertemu dengan teman-teman
sebayanya.
2) Keterlibatan remaja bermain dengan teman sebaya
Berkaitan dengan peran teman sebaya bagi remaja dan juga
pastisipasi remaja dalam kelompok teman sebaya.
70
3) Kecenderungan remaja bermain peran
Berkaitan dengan penyesuaian diri remaja dalam kelompok
teman sebaya dan umpan balik yang diberikan serta diterima oleh
remaja.
4) Bermain asosiatif
Berkaitan dengan sikap toleran remaja terhadap teman sebaya
dan juga sikap akomodasi remaja terhadap teman sebaya.
5) Sikap kerjasama
Berkaitan dengan peraturan yang ada dalam kelompok teman
sebaya dan juga keterikatan remaja dengan kelompok teman
sebaya.
d. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator
Selanjutnya dari setiap indikator tersebut dijabarkan menjadi
bagian yang lebih kecil yaitu deskriptor. Deskriptor dari indikator di
atas antara lain:
1) Jumlah waktu remaja di luar rumah
a) Kesempatan remaja bertemu dengan teman sebaya: akses untuk
bertemu dengan teman sebaya.
b) Intensitas remaja bertemu dengan teman sebaya: frekuensi
remaja bertemu dengan teman sebaya.
2) Keterlibatan remaja bermain dengan teman sebaya
a) Peran teman sebaya bagi remaja: dukungan positif oleh teman
sebaya dan penerimaan positif oleh teman sebaya.
71
b) Partisipasi remaja dalam kelompok: mampu berperan serta
dalam kegiatan kelompok dan mampu mempertimbangkan
tindakan-tindakan dalam aktivitas kelompok.
3) Kecenderungan remaja bermain peran
a) Penyesuaian diri remaja terhadap kelompok: mampu
menyesuaikan diri dengan aktivitas kelompok
b) Umpan balik yang diberikan serta diterima oleh remaja:
pengaruh yang diberikan oleh teman sebaya dan memberi
pengaruh terhadap teman sebaya.
4) Bermain asosiatif
a) Sikap toleran remaja terhadap teman sebaya: mampu menerima
kekurangan dan kelebihan teman.
b) Sikap akomodasi remaja terhadap teman sebaya: mampu
mengatasi ketegangan dengan teman sebaya.
5) Sikap kerjasama
a) Peraturan yang ada dalam kelompok teman sebaya: mampu
mentaati peraturan yang ada dalam kelompok.
b) Keterikatan remaja dengan kelompok teman sebaya: perasaan
memiliki dan dimiliki oleh kelompok.
e. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen
Selanjutnya, deskriptor di atas dirumuskan menjadi butir-butir
instrumen yang kemudian disusun menjadi kisi-kisi instrumen. Berikut
adalah kisi-kisi instrumen interaksi teman sebaya :
72
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Interaksi Teman Sebaya.
Variabel Sub variabel Indikator Deskriptor
No. Butir
Aitem Jumlah
+ −
Interaksi
Teman
Sebaya
Jumlah waktu
remaja berada
di luar rumah
Kesempatan
remaja bertemu
dengan teman
sebaya
1) Akses remaja untuk bertemu
dengan teman sebaya 1 2 2
Frekuensi
remaja bertemu
dengan teman
sebaya
1) Tingkat keseringan remaja
bertemu dengan teman
sebaya 3 4 2
Keterlibatan
remaja
bermain
dengan teman
sebaya
Peran teman
sebaya bagi
remaja
1) Dukungan positif oleh teman
sebaya 5 6 2
2) Penerimaan positif oleh
teman sebaya 7 8 2
Pastisipasi
remaja dalam
kelompok
teman sebaya
1) Mampu berperan serta dalam
kegiatan kelompok 9 10 2
2) Mampu mempertimbangkan
tindakan-tindakan dalam
aktivitas kelompok 11 12 2
Kecenderung
an remaja
untuk
bermain peran
Penyesuaian diri
remaja dalam
kelompok
teman sebaya
1) Mampu mnyesuaikan diri
dengan aktivitas kelompok 13 14 2
Umpan balik
yang diberikan
serta diterima
oleh remaja
1) Pengaruh yang diberikan
oleh teman sebaya 15 16 2
2) Mampu memberikan
pengaruh terhadap teman
sebaya 17 18 2
Bermain
asosiatif
Sikap toleran
remaja terhadap
teman sebaya
1) Mampu menerima
kekurangan dan kelebihan
teman
19 20 2
Sikap
akomodasi
remaja terhadap
teman sebaya
1) Mampu mengatasi
ketegangan dengan teman
sebaya 21 22 2
Sikap
kerjasama
Peraturan dalam
kelompok
teman sebaya
1) Mampu mentaati peraturan
yang ada dalam kelompok 23 24 2
Keterikatan
remaja dengan
kelompok
teman sebaya
1) Perasaan dimiliki dan
memiliki dalam kelompok 25 26 2
Jumlah Butir Aitem 13 13 16
f. Melengkapi instrumen dengan petunjuk pengisian dan kata pengantar
Kata pengantar ini berisi tentang tujuan dari penelitian dan
memberikan ucapan terimakasih kepada responden atas kerjasamanya.
Pada petunjuk pengisian responden diminta untuk memilih jawaban
73
yang sesuai dengan memberikan tanda checklist (√) pada pilihan
jawaban “SS : Sangat Sesuai”, “S : Sesuai”, “TS : Tidak Sesuai”, dan
“STS : Sangat Tidak Sesuai”.
2. Skala Penalaran Moral
a. Mengidentifikasi variabel-variabel dalam rumusan judul penelitian
Variabel kedua dalam penelitian ini adalah penalaran moral.
Penalaran moral merupakan pemahaman seseorang mengenai jawaban
mengenai suatu hal dapat dianggap benar atau salah, baik atau buruk,
aturan yang harus dipatuhi dan lain sebagainya, dan berperan sebagai
kendali atas tingkah laku agar sesuai dengan norma masyarakat.
Penalaran moral memiliki beberapa tingkatan yaitu penalaran moral
prakonvensional, konvensional, dan postkonvensional yang terjadi
secara berurutan sesuai dengan pertambahan usia.
b. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.
Variabel di atas dapat dijabarkan menjadi sub atau bagian variabel
sebagai berikut.
1) Penalaran moral prakonvensional
2) Penalaran moral konvensional
3) Penalaran moral postkonvensional
c. Mencari Indikator setiap sub atau bagian variabel
Indikator dari setiap sub atau bagian variabel penalaran moral
dalam penelitian ini adalah :
74
1) Penalaran moral prakonvensional
Merupakan tingkatan terendah dalam teori perkembangan
moral yang disampaikan oleh Kohlberg. Pada tingkatan ini
individu tidak menunjukkan adanya internalisasi nilai-nilai moral
dan penalaran dikendalikan oleh hadiah atau reward dan hukuman
eksternal. Tingkatan ini kemudian terbagi lagi menjadi 2 (dua)
tahap yaitu tahap orientasi hukuman dan kepatuhan serta tahap
individualisme dan tujuan.
2) Penalaran moral konvensional
Tingkatan kedua atau menengah, dari teori perkembangan
moral Kohlberg. Pada tingkatan ini internalisasi sifatnya
menengah. Individu mematuhi beberapa standar tertentu (internal),
tetapi standar tersebut merupakan standar orang lain (eksternal),
misalnya orangtua atau hukum yang berlaku di masyarakat.
Tingkatan ini juga dibagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu tahap norma
interpersonal dan tahap moralitas sistem sosial.
3) Penalaran moral postkonvensional
Tingkatan tertinggi dalam teori perkembangan moral Kohlberg.
Pada tingkatan ini moralitas diinternalisasi sepenuhnya dan tidak
lagi didasarkan pada standar orang lain. Individu mengetahui
adanya pilihan moral yang lain sebagai alternatif, memperhatikan
pilihan-pilihan tersebut, dan kemudian memutuskan sesuai dengan
kode moral pribadinya. Tingkatan ini terbagi menjadi 2 (dua) tahap
75
yaitu tahap hak komunitas vs hak individu dan tahap prinsip etis
universal.
d. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator
Selanjutnya dari setiap indikator tersebut dijabarkan menjadi
bagian yang lebih kecil yaitu deskriptor. Deskriptor dari indikator di
atas antara lain:
1) Penalaran moral prakonvensional
a) Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan: pemikiran moral
didasarkan pada hukuman.
b) Tahap individualisme dan tujuan: pemikiran moral didasarkan
pada hadiah dan minat pribadi.
2) Penalaran moral konvensional
a) Tahap norma interpersonal: pemikiran moral didasarkan pada
standar orangtua, keinginan untuk dianggap sebagai anak baik.
b) Tahap moralitas sistem sosial: pemikiran moral didasarkan
pada aturan, hukum, dan tugas sosial.
3) Penalaran moral postkonvensional
a) Tahap hak komunitas vs hak individu: memahami bahwa
pendapat-pendapat dan nilai-nilai pada setiap orang berbeda-
beda. Memahami bahwa penting untuk menghormati dan
menghargai orang lain tanpa memihak.
76
b) Tahap prinsip etis universal: pemikiran moral didasarkan pada
hak manusia secara umum serta melibatkan kata hati dalam
penyelesaian konflik.
e. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrument
Deskriptor di atas selanjutnya dirumuskan menjadi butir-butir
instrumen yang kemudian disusun menjadi kisi-kisi instrumen. Berikut
adalah kisi-kisi instrumen penalaran moral :
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Penalaran Moral.
Variabel Tingkatan Indikator Deskriptor
No. Butir
Aitem
Jumlah
+ -
Penalaran
Moral
Prakonvensional Tahap orientasi
hukuman dan
kepatuhan
Pemikiran moral didasarkan
pada hukuman
1, 3 2 3
Tahap
individualisme
dan tujuan
Pemikiran moral didasarkan
pada hadiah dan minat pribadi
4 5, 6 3
Konvensional Tahap norma
interpersonal
Pemikiran moral didasarkan
pada standar orangtua,
keinginan untuk dianggap
sebagai anak baik.
7, 8 9 3
Tahap
moralitas
sistem sosial
Pemikiran moral didasarkan
pada aturan, hukum, keadilan,
dan tugas sosial
10,
12
11 3
Postkonvensional Tahap hak
komunitas vs
individu
Memahami bahwa pendapat-
pendapat dan nilai-nilai pada
setiap orang berbeda-beda.
Memahami bahwa penting
untuk menghormati dan
menghargai orang lain tanpa
memihak
13,
15
14,
16
4
Tahap prinsip
etis universal
Pemikiran moral didasarkan
pada hak manusia secara umum
serta melibatkan kata hati dalam
penyelesaian konflik
17,
19
18,
20
4
Jumlah Soal 11 9 20
f. Melengkapi instrumen dengan petunjuk pengisian dan kata pengantar
Kata pengantar ini berisi tentang tujuan dari penelitian dan
memberikan ucapan terimakasih kepada responden atas kerjasamanya.
77
Pada petunjuk pengisian responden diminta untuk memilih jawaban
yang sesuai dengan memberikan tanda checklist (√) pada pilihan
jawaban “SS : Sangat Sesuai”, “S : Sesuai”, “TS : Tidak Sesuai”, dan
“STS : Sangat Tidak Sesuai”.
3. Skala Kontrol Diri
a. Mengidentifikasi variabel-variabel dalam rumusan judul penelitian
Variabel ketiga dalam penelitian ini adalah kontrol diri. Kontrol
diri merupakan kemampuan individu dalam menyusun, membimbing,
mengarahkan perilakunya, dan mengendalikan dirinya untuk menahan
keinginan yang bertentangan dengan norma sosial. Kontrol diri
memiliki beberapa aspek yaitu kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan
kontrol pengambilan keputusan.
b. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.
Variabel di atas dapat dijabarkan menjadi sub atau bagian variabel
sebagai berikut.
1) Kontrol perilaku
2) Kontrol kognitif
3) Kontrol pengambilan keputusan
c. Mencari Indikator setiap sub atau bagian variabel
Indikator dari setiap sub atau bagian variabel kontrol diri dalam
penelitian ini adalah:
78
1) Kontrol perilaku
Kontrol perilaku merupakan kesiapan atau tersedianya respons
yang digunakan untuk mengambil tindakan secara konkret guna
mengurangi dampak dari situasi yang tidak menyenangkan berupa
tekanan-tekanan dalam diri. Kontrol perilaku ini berkaitan dengan
kemampuan mengatur pelaksanaan dan kemampuan memodifikasi
stimulus.
2) Kontrol kognitif
Kontrol kognitif adalah ketrampilan individu dalam memproses
informasi-informasi yang tidak diinginkan. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi tekanan-tekanan dengan cara memodifikasi informasi
tersebut menggunakan proses dan strategi yang telah dipikirkan
oleh individu tersebut. Kontrol kognitif ini berkaitan dengan
memperoleh informasi dan melakukan penilaian.
3) Kontrol pengambilan keputusan
Kontrol pengambilan keputusan merupakan kemampuan
individu untuk menentukan hasil atau keputusan untuk bertindak
berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol
pengambilan keputusan pada individu akan berfungsi dalam
menentukan pilihan dalam berbagai kemungkinan tindakan yang
akan diambil.
79
d. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator
Selanjutnya dari setiap indikator tersebut dijabarkan menjadi
bagian yang lebih kecil yaitu deskriptor. Deskriptor dari indikator di
atas antara lain:
1) Kontrol perilaku
a) Kemampuan mengatur pelaksanaan: mampu mengendalikan
stimulus yang berasal dari dalam dirinya dan mampu
mengendalikan stimulus yang berasal dari luar.
b) Kemampuan memodifikasi stimulus: mampu mengubah
stimulus yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan.
2) Kontrol kognitif
a) Kemampuan memperoleh informasi: mampu memahami serta
mengenali berbagai stimulus yang diterima.
b) Kemampuan melakukan penilaian: mampu melakukan
penilaian erhadap suatu keadaan atau situasi dengan baik dan
mampu mengantisipasi stimulus yang tidak menyenangkan.
3) Kontrol pengambilan keputusan
Kemampuan memilih hasil atau tindakan: mampu mengambil
tindakan untuk menghadapi suatu masalah, dan mampu melakukan
pertimbangan terhadap suatu tindakan dari berbagai sisi.
e. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrument
80
Deskriptor di atas kemudian dirumuskan menjadi butir-butir
instrumen yang kemudian disusun menjadi kisi-kisi instrumen. Berikut
adalah kisi-kisi kontrol diri :
Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Kontrol Diri.
Variabel Sub variabel Indikator Deskriptor
No. Butir
Aitem Jumlah
+ −
Kontrol
Diri
Kontrol
perilaku
Mengatur
pelaksanaan
1) Mampu mengendalikan
stimulus yang berasal dari
dalam dirinya
1 2 2
2) Mampu mengendalikan
stimulus yang berasal dari
luar 3 4 2
Memodifikasi
stimulus
1) Mampu mengubah stimulus
yang tidak menyenangkan
menjadi menyenangkan
5 6 2
Kontrol
kognitif
Memperoleh
informasi
1) Mampu memahami serta
mengenali berbagai stimulus
yang diterima
7 8 2
Melakukan
penilaian
1) Mampu melakukan penilaian
terhadap suatu keadaan atau
situasi dengan baik
9 10 2
2) Mampu mengatisipasi
stimulus yang tidak
menyenangkan
11 12 2
Kontrol
pengambilan
keputusan
Kemampuan
memilih hasil
atau tindakan
1) Mampu mengambil tindakan
untuk menghadapi suatu
masalah
13 14 2
2) Mampu melakukan
pertimbangan terhadap suatu
tindakan dari berbagai sisi
15 16 2
Jumlah Butir Aitem 8 8 16
f. Melengkapi instrumen dengan petunjuk pengisian dan kata pengantar.
Kata pengantar ini berisi tentang tujuan dari penelitian dan
memberikan ucapan terimakasih kepada responden atas kerjasamanya.
Pada petunjuk pengisian responden diminta untuk memilih jawaban
yang sesuai dengan memberikan tanda checklist (√) pada pilihan
jawaban “SS : Sangat Sesuai”, “S : Sesuai”, “TS : Tidak Sesuai”, dan
“STS : Sangat Tidak Sesuai”.
81
G. Uji Coba Instrumen
Uji coba (try out) instrument pada penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Instrumen yang baik harus
memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Suharsimi Arikunto,
2010: 211), sehingga instrumen penelitian sebelum digunakan dalam penelitian
yang sebenarnya harus diuji validitas dan reliabilitasnya.
a. Uji Validitas
Suharsimi Arikunto (2010: 211) menjelaskan bahwa validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengukap data dari variabel
yang diteliti secara tepat. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas
yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid mempunyai yang
rendah.
Validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas
konstruk dengan meminta pertimbangan kepada para ahli, agar secara
sistematis diperiksa dan dievaluasi apakah butir-butir instrumen tersebut
telah mewakili apa yang hendak diukur. Pengujian butir-butir aitem oleh
ahli ini biasa disebut dengan uji expert judgement. Tujuan dari uji expert
judgement ini untuk mendapatkan keterangan mengenai kesesuaian antara
instrumen dengan tujuan penelitian yang dapat menggambarkan indikator
setiap variabel. Selain itu ahli juga memeriksa butir-butir pernyataan
82
dalam instrumen yang disesuaikan dengan konsep keilmuan sehingga
kalimat pada butir aitem dapat dipahami oleh responden.
Setelah dilakukan uji expert judgement diperoleh hasil pada skala
interaksi teman sebaya yaitu kekurang sesuaian antara aspek dengan
indikator sehingga perlu dilakukan perbaikan. Selain itu pada butir aitem
nomor 14 dan 16 juga perlu dilakukan perbaikan dikarenakan tata bahasa
dan redaksi kalimat yang kurang sesuai.
Pada skala penalaran moral butir aitem nomor 1 perlu dilakukan
perbaikan karena terdapat kesalahan tata tulis. Deskriptor pada tahap post
konvensional juga perlu untuk lebih dioperasionalkan. Selain itu butir
aitem nomor 17 perlu untuk lebih dispesifikkan lagi.
Hasil uji expert judgement pada skala kontrol diri menunjukkan bahwa
aitem nomor 4 tidak cocok dengan deskriptor variabel kontrol diri
sehingga perlu diganti dan diperbaiki. Butir aitem nomor 14 dan 15 juga
terdapat beberapa kata yang kurang sesuai sehingga harus diperbaiki agar
skala tersebut dapat memenuhi syarat sebelum digunakan sebagai alat
ukur.
Setelah dilakukan uji expert judgement, selanjutnya dilakukan uji coba
instrumen kepada beberapa responden. Uji coba dilakukan terhadap
kurang lebih 30 orang. Sugiyono (2007: 177) menjelaskan bahwa patokan
untuk subjek uji coba sekitar 30 orang, dengan 30 orang ini maka
distribusi skor akan mendekati kurva normal. Subjek uji coba instrumen
tidak termasuk subjek penelitian, sehingga tidak terjadi subjek uji coba
83
instrumen sekaligus pula menjadi objek penelitian. Pada penelitian ini,
instrumen penelitian diuji cobakan kepada 32 siswa di SMKN 1 Kasihan
yaitu pada siswa kelas XI Tari 3 dengan jumlah siswa 22 orang, XI Teater
berjumlah 6 siswa, dan XI Pedalangan dengan jumlah 4 siswa. Setelah
data diperoleh, selanjutnya diuji validitasnya dengan menggunakan
Corrected Item-Total Corelation yang terdapat pada program komputer
IBM SPSS Statistics 22. Hasil uji validitas menunjukkan rentang skor
variabel interaksi teman sebaya 0,188 sampai dengan 0,639. Pada variabel
penalaran moral rentang skor validitasnya yaitu antara -0,075 sampai
0,724. Sementara untuk variabel kontrol diri rentang skor validitasnya
adalah 0,166 sampai 0,633. Syarat suatu faktor dapat menjadi konstruk
yang kuat dan memiliki validitas yang baik adalah apabila korelasi tiap
faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 keatas (Sugiyono, 2007: 178).
Berikut merupakan tabel hasil uji validitas butir item pada
masing-masing variabel :
Tabel 6. Rentang Skor Validitas Butir Aitem Pada Masing-masing
Variabel.
Variabel Rentang Skor
Interaksi Teman Sebaya 0,423 – 0,639
Penalaran Moral 0,418 – 0,724
Kontrol Diri 0,461 – 0,633
Berikut juga disajikan butir-butir aitem yang sahih setelah dilakukan
uji coba. Item dengan tanda bintang (*) merupakan item yang dinyatakan
tidak valid :
84
Tabel 7. Instrumen Interaksi Teman Sebaya Setelah Uji Coba.
Variabel Sub variabel Indikator
No. Butir
Aitem ∑
+ −
Interaksi
Teman
Sebaya
Jumlah waktu
remaja berada di
luar rumah
Kesempatan remaja
bertemu dengan teman
sebaya
1 2 2
Frekuensi remaja bertemu
dengan teman sebaya 3 4 2
Keterlibatan
remaja bermain
dengan teman
sebaya
Peran teman sebaya bagi
remaja 5 6 2
7 8 2
Pastisipasi remaja dalam
kelompok teman sebaya 9 10* 1
11 12 2
Kecenderungan
remaja untuk
bermain peran
Penyesuaian diri remaja
dalam kelompok teman
sebaya
13 14 2
Umpan balik yang
diberikan serta diterima
oleh remaja
15 16 2
17 18 2
Bermain asosiatif Sikap toleran remaja
terhadap teman sebaya 19 20 2
Sikap akomodasi remaja
terhadap teman sebaya 21 22 2
Sikap kerjasama Peraturan dalam kelompok
teman sebaya 23 24 2
Keterikatan remaja dengan
kelompok teman sebaya 25 26 2
Jumlah Butir Aitem 13 12 25
85
Tabel 8. Instrumen Penalaran Moral Setelah Uji Coba.
Variabel Tingkatan Indikator No. Butir Aitem ∑
+ -
Penalaran
Moral
Prakonvensional Tahap orientasi
hukuman dan
kepatuhan
1, 3* 2 2
Tahap individualisme
dan tujuan
4 5, 6 3
Konvensional Tahap norma
interpersonal
7, 8 9 3
Tahap moralitas sistem
sosial
10, 12 11 3
Postkonvensional Tahap hak komunitas
vs individu
13, 15 14, 16 4
Tahap prinsip etis
universal
17, 19 18, 20 4
Jumlah Soal 10 9 19
Tabel 9. Instrumen Kontrol Diri Setelah Uji Coba.
Variabel Sub variabel Indikator No. Butir Aitem
∑ + −
Kontrol
Diri
Kontrol perilaku Mengatur pelaksanaan 1 2 2
3 4 2
Memodifikasi stimulus 5 6 2
Kontrol kognitif Memperoleh informasi 7* 8 1
Melakukan penilaian 9 10 2
11 12 2
Kontrol
pengambilan
keputusan
Kemampuan memilih
hasil atau tindakan
13 14 2
15 16 2
Jumlah Butir Aitem 7 8 15
b. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan berkali-
kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi dapat disebut
pengukuran yang reliabel. Saifuddin Azwar (2006: 9) menambahkan
86
bahwa reliabilitas dinyatakan oleh koefisisen reliabilitas yang angkanya
berkisar 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas
mendekati angka 1, maka semakin tinggi reliabilitasnya. Koefisien yang
semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.
Salah satu fungsi dilakukannya uji coba sebelum penelitian adalah
untuk mengetahui reliabilitas instrumen penelitian tersebut. Penelitian ini
menggunakan uji reliabilitas instrumen Cronbach’s Alpha karena data
variabel dalam penelitian ini berjenis data interval yang instrumen
jawabannya dalam bentuk skala. Sebagai pedoman untuk memberikan
intepretasi koefisien korelasi dari reliabilitas yang telah diketahui
validitasnya dapat digunakan tabel sebagai berikut (Sugiyono, 2007: 257) :
Tabel 10. Inteprestasi Koefisien Korelasi.
Interval Koefisien rhitung Intepretasi
0,80-1,00 Reliabilitas sangat kuat
0,60-0,799 Reliabilitas kuat
0,40-0,599 Reliabilitas sedang
0,20-0,399 Reliabilitas rendah
0,00-0,199 Reliabilitas sangat rendah
Reliabilitas butir aitem diuji dengan melihat koefisien Alpha dengan
melakukan Reliabillity Statistics dengan bantuan program komputer IBM
SPSS Statistics 22. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa pada variabel
interaksi teman sebaya diperoleh koefisien sebesar 0,913. Pada variabel
penalaran moral nilai koefisiennya sebesar 0,883. Sementara pada variabel
kontrol diri, nilai koefisiennya sebesar 0,860. Berdasarkan hasil uji
87
reliabilitas yang telah diperoleh tersebut, maka instrument dalam
penelitian ini dinyatakan sudah reliabel.
Berikut merupakan tabel hasil uji reliabilitas instrumen pada masing-
masing variabel :
Tabel 11. Reliabilitas Instrumen Masing-masing Variabel
Variabel Koefisien Reliabilitas
Interaksi Teman Sebaya 0,913
Penalaran Moral 0,883
Kontrol Diri 0,860
H. Teknik Analisis Data
Analisis data mencakup seluruh kegiatan mendiskripsikan, menganalisis,
dan menarik kesimpulan dari semua data kuantitatif yang terkumpul dalam
penelitian. Data yang terkumpul tersebut kemudian diolah menggunakan analisis
statistik. Analisis statistik tepat digunakan dalam penelitian yang berhubungan
dengan data berupa angka-angka atau data yang dikuantitatifkan.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah skor variabel
yang menjadi objek penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov
melalui program IBM SPSS Statistics 22. Penjabarannya adalah jika
p>0,05 maka data tersebut berdistribusi normal, dan sebaliknya jika p
≤ 0,05 maka data tersebut berdistribusi tidak normal.
88
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara
variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat) berbentuk
linear atau tidak. Peneliti melakukan uji linearitas yang dalam
pelaksanaanya menggunakan analisis varians melalui program IBM
SPSS Statistics 22. Hubungan antara variabel X dan Y adalah linear
apabila p < 0,05 dan sebaliknya apabila p ≥ 0,05 maka hubungan
antara variabel X dan Y tidak linear.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan antara variabel independen (bebas) dan
mengetahui seberapa besar hubungan tersebut. Pengujian
multikolinearitas dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya
korelasi antar variabel independen (bebas). Danang Sunyoto (2010:
100) menjelaskan bahwa variabel dapat dikatakan tidak ada hubungan
satu sama lain apabila jika nilai tolerance > 0,10 atau 10% dan nilai
VIF (Variance Inflation Factor) < 10.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel
dalam penelitian. Terdapat 3 (tiga) variabel utama dalam penelitian ini,
sehingga peneliti menggunakan analisis regresi ganda untuk mengetahui
hipotesis mayor dalam penelitian. Uji hipotesis dilakukan secara simultan
dengan regresi berganda untuk mengetahui pengaruh 2 variabel bebas
89
terhadap variabel terikat. Sementara untuk menguji hipotesis minor 1 dan
2, akan dilakukan secara parsial menggunakan regresi sederhana. Peneliti
menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 22 untuk
menganalisis data yang dimaksudkan.
90
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMKN 1 Kasihan
Sekolah ini beralamat di Jalan PG. Madukismo, Bugisan, Bantul. Pada
awal berdirinya SMKN 1 Kasihan bernama Konservatori Tari Indonesia dan
selanjutnya disingkat KONRI di Yogyakarta sesuai dengan surat keputusan
Mentri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun
1961. Selanjutnya pada tahun 1976, KONRI secara resmi merubah nama menjadi
Sekolah Menengah Karawitan Indonesia atau disingkat SMKI dan dikukuhkan
dengan surat keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 0292/O/1976 pada Desember 1976. Sehubungan dengan perubahan
program pendidikan menengah yang terbagi menjadi 2 (dua) program yaitu SMU
dan SMK pada tahun 1997, maka Sekolah Menengah Karawitan Indonesia
kembali merubah nama menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Kasihan
yang masih dipakai sampai sekarang.
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Kasihan (SMKN 1 Kasihan) atau
biasa disebut dengan SMKI merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan di
Yogyakarta yang berfokus pada ketrampilan seni. Sekolah ini memiliki 4 (empat)
jurusan antara lain Seni Karawitan, Seni Tari, Seni Teater, dan Seni Pedalangan.
Hampir sama dengan sekolah menengah kejuruan pada umumnya, sekolah ini
juga memiliki tujuan yaitu menghasilkan tamatan siap kerja tingkat menengah.
Pelaksanaan layanan BK di sekolah ini sendiri dapat dikatakan belum
sesuai dengan standar yang ada. Misalnya saja rasio guru BK dengan jumlah
91
siswa di sekolah ini. Hanya terdapat satu guru BK pokok dan satu guru BK tidak
tetap yang hanya bertugas pada hari-hari tertentu saja di sekolah ini dan
mengampu semua kelas dan jurusan. Sementara itu jumlah keseluruhan siswa dari
kelas X sampai kelas XII sebanyak 582 siswa. Padahal rasio ideal guru BK
dengan jumlah siswa yang diampu adalah 1:150. Program-program BK lain di
sekolah ini juga belum dapat terlaksana dengan baik dikarenakan tidak adanya
jadwal khusus untuk BK masuk kelas.
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Penyajian hasil penelitian ini dipaparkan berdasarkan data-data yang
diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Data yang terkumpul dalam
penelitian ini berupa analisis dari hasil skala yang telah diisi oleh siswa kelas XI
SMKN 1 Kasihan. Terdapat 3 (tiga) buah skala dalam penelitian ini antara lain
skala interaksi teman sebaya, skala penalaran moral, dan skala kontrol diri. Skala
ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara interaksi teman sebaya dan
penalaran moral terhadap kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini memiliki rentang skor 1 sampai
dengan 4. Agar dapat mengetahui tingkat interaksi teman sebaya, penalaran
moral, dan kontrol diri perlu dilakukan kategorisasi pada data yang diperoleh.
Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk kategorisasi tiap variabel
(Saifuddin Azwar, 2007: 147) :
1. Menentukan skor tertinggi dan terendah
Skor tertinggi = 4 x jumlah butir aitem
Skor terendah = 1 x jumlah butir aitem
92
2. Menghitung mean ideal (M)
M = ½ (skor tertinggi + skor terendah)
3. Menghitung standar deviasi (SD)
M = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)
Hasil penghitungan dari skor maksimal, skor minimal, mean, dan standar
deviasi tersebut kemudian digunakan untuk menentukan kategorisasi pada
masing-masing variabel dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tinggi apabila X ≥ M + SD
2. Sedang apabila M – SD ≤ X < M + SD
3. Rendah apabila X < M – SD
Kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan
keterangan dari data penelitian. Berikut merupakan deskripsi dari data yang telah
didapatkan :
1. Deskripsi Data Interaksi Teman Sebaya
Interaksi teman sebaya pada penelitan ini diukur dengan menggunakan
skala interaksi teman sebaya. Skala tersebut meliputi 25 butir aitem
dimana masing-masing aitem memiliki skor tertinggi yaitu 4 dan skor
terendah yaitu 1. Deskripsi data interaksi sosial teman sebaya yang
disajikan meliputi data secara umum antara lain skor minimal, skor
maksimal, mean, dan standar deviasi. Berikut ini merupakan hasil
perhitungan dari data interaksi sosial teman sebaya :
93
Tabel 12. Deskripsi Data Interaksi Teman Sebaya
Variabel Jumlah
Aitem
Statistik Hipotetik Empirik
Interaksi
Teman
Sebaya
25 Skor Maksimal 100 86,00
Skor Minimal 25 62,00
Mean 62,5 73,7246
SD 12,50 5,43649
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor maksimal
hipotetik pada skala interaksi teman sebaya adalah 100 dan skor
minimalnya adalah 25. Sementara untuk nilai rata-rata hipotetiknya adalah
62,5 dan standar deviasi hipotetiknya sebesar 12,50. Kemudian data
empiriknya yaitu skor maksimal 86,00, skor minimal 62,00, mean sebesar
73,7246, dan standar deviasinya sebesar 5,43649. Sehingga dari tabel
tersebut bisa didapatkan batasan skor untuk kategorisasi interaksi teman
sebaya.
Adapun batasan skor untuk kategorisasi interaksi teman sebaya dapat
dilihat pada tabel 13 di bawah ini :
Tabel 13. Batas Interval Kategorisasi Interaksi Teman Sebaya
Interaksi Teman Sebaya
Tinggi X ≥ M + SD
Sedang M – SD ≤ X < M + SD
Rendah X < M – SD
Kategori Skor
Tinggi X ≥ 75,00
Sedang 50,00 ≤ X < 75,00
Rendah X < 50,00
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa kategori tinggi didapat
apabila X (total skor jawaban responden) lebih dari atau sama dengan
94
75,00. Sementara kategori sedang didapat apabila skor X berada diantara
50,00 sampai 74,99. Kategori rendah apabila skor X kurang dari 50,00.
Berikut ini merupakan distribusi frekuensi yang diperoleh dari
penghitungan kategorisasi :
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Interaksi Teman Sebaya
Kategori Frekuensi Persentase
Tinggi 30 43,5%
Sedang 39 56,5%
Rendah 0 0%
Jumlah 69 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari total keseluruhan
responden yang berjumlah 69 siswa, sebanyak 30 siswa (43,5%) memiliki
tingkat interaksi teman sebaya yang tinggi dan sebanyak 39 (56,5%) siswa
memiliki tingkat interaksi teman sebaya yang sedang. Sementara siswa
dengan tingkat interaksi teman sebaya rendah tidak ada (0%). Dapatlah
disimpulkan dari hasil yang diperoleh tersebut bahwa tingkat interaksi
teman sebaya pada siswa kelas XI di SMKN 1 Kasihan mayoritas berada
pada kategori sedang. Sebaran data pada masing-masing kategori disajikan
dalam diagram pada gambar 2 berikut ini :
95
Gambar 2. Distribusi Frekuensi Interaksi Teman Sebaya
2. Deskripsi Data Penalaran Moral
Penalaran moral pada penelitan ini diukur dengan menggunakan skala
penalaran moral. Skala tersebut meliputi 19 butir aitem dimana masing-
masing aitem memiliki skor tertinggi yaitu 4 dan skor terendah yaitu 1.
Deskripsi data penalaran moral yang disajikan meliputi data secara umum
antara lain skor minimal, skor maksimal, mean, dan standar deviasi.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan dari data penalaran moral :
Tabel 15. Deskripsi Data Penalaran Moral
Variabel Jumlah
Aitem
Statistik Hipotetik Empirik
Penalaran
Moral
19 Skor Maksimal 76 68,00
Skor Minimal 19 44,00
Mean 47,5 56,3043
SD 9,5 5,05646
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor maksimal
hipotetik pada skala penalaran moral adalah 76 dan skor minimalnya
adalah 19. Sementara untuk nilai rata-rata hipotetiknya adalah 47,5 dan
standar deviasi hipotetiknya sebesar 9,5. Kemudian data empiriknya yaitu
3039
Interaksi sosial teman sebaya
Tinggi
Sedang
96
skor maksimalnya sebesar 68,00, skor minimalnya 44,00, rata-ratanya
adalah 6,3043, dan standar deviasinya sebesar 5,05646. Sehingga dari
tabel tersebut bisa didapatkan batasan skor untuk kategorisasi penalaran
moral.
Adapun batasan skor untuk kategorisasi penalaran moral dapat dilihat
pada tabel 16 di bawah ini :
Tabel 16. Batas Interval Kategorisasi Penalaran Moral
Penalaran Moral
Tinggi X ≥ M + SD
Sedang M – SD ≤ X < M + SD
Rendah X < M – SD
Kategori Skor
Tinggi X ≥ 57,00
Sedang 38,00 ≤ X < 57,00
Rendah X < 38,00
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa kategori tinggi didapat
apabila X (total skor jawaban responden) lebih dari atau sama dengan
57,00. Sementara kategori sedang didapat apabila skor X berada diantara
38,00 sampai 56,99. Kategori rendah apabila skor X kurang dari 38,00.
Berikut ini merupakan distribusi frekuensi yang diperoleh dari
penghitungan kategorisasi :
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Penalaran Moral
Kategori Frekuensi Persentase
Tinggi 34 49,3%
Sedang 35 50,7%
Rendah 0 0%
Jumlah 69 100%
97
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari total keseluruhan
responden yang berjumlah 69 siswa, sebanyak 34 siswa (49,3%) memiliki
tingkat penalaran moral yang tinggi dan sebanyak 35 (50,7%) siswa
memiliki tingkat penalaran moral yang sedang. Sementara siswa dengan
tingkat penalaran moral rendah tidak ada (0%). Dapatlah disimpulkan dari
hasil yang diperoleh tersebut bahwa tingkat penalaran moral pada siswa
kelas XI di SMKN 1 Kasihan mayoritas berada pada kategori sedang.
Sebaran data pada masing-masing kategori disajikan dalam diagram pada
gambar 3 berikut ini :
Gambar 3. Distribusi Frekuensi Penalaran Moral
3. Deskripsi Data Kontrol Diri
Kontrol diri pada penelitan ini diukur dengan menggunakan skala
kontrol diri. Skala tersebut meliputi 15 butir aitem dimana masing-masing
aitem memiliki skor tertinggi yaitu 4 dan skor terendah yaitu 1. Deskripsi
data interaksi sosial teman sebaya yang disajikan meliputi data secara
umum antara lain skor minimal, skor maksimal, mean, dan standar deviasi.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan dari data kontrol diri :
3435
Penalaran moral
Tinggi
Sedang
98
Tabel 18. Deskripsi Data Kontrol Diri
Variabel Jumlah
Aitem
Statistik Hipotetik Empirik
Kontrol Diri 15 Skor Maksimal 60 49,00
Skor Minimal 15 31,00
Mean 37,5 41,4783
SD 7,5 3,29263
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor maksimal
hipotetik pada skala kontrol diri adalah 60 dan skor minimalnya adalah 15.
Sementara untuk nilai rata-rata hipotetiknya adalah 37,5 dan standar
deviasi hipotetiknya sebesar 7,5. Kemudian data empiriknya yaitu skor
maksimalnya adalah 49,00, skor minimalnya 31,00, rata-ratanya 41,4783,
dan standar deviasinya sebesar 3,29263. Sehingga dari tabel tersebut bisa
didapatkan batasan skor untuk kategorisasi kontrol diri.
Adapun batasan skor untuk kategorisasi kontrol diri dapat dilihat pada
tabel 19 di bawah ini :
Tabel 19. Batas Interval Kategorisasi Kontrol Diri
Kontrol Diri
Tinggi X ≥ M + SD
Sedang M – SD ≤ X < M + SD
Rendah X < M – SD
Kategori Skor
Tinggi X ≥ 45,00
Sedang 30,00 ≤ X < 45,00
Rendah X < 30,00
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa kategori tinggi didapat
apabila X (total skor jawaban responden) lebih dari atau sama dengan
99
45,00. Sementara kategori sedang didapat apabila skor X berada diantara
30,00 sampai 44,99. Kategori rendah apabila skor X kurang dari 30,00.
Berikut ini merupakan distribusi frekuensi yang diperoleh dari
penghitungan kategorisasi :
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Kontrol Diri
Kategori Frekuensi Persentase
Tinggi 30 43,5%
Sedang 39 56,5%
Rendah 0 0%
Jumlah 69 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari total keseluruhan
responden yang berjumlah 69 siswa, sebanyak 14 siswa (20,3%) memiliki
tingkat kontrol diri yang tinggi dan sebanyak 55 (79,7%) siswa memiliki
tingkat kontrol diri yang sedang. Sementara siswa dengan tingkat kontrol
diri rendah tidak ada (0%). Dapatlah disimpulkan dari hasil yang diperoleh
tersebut bahwa tingkat kontrol diri pada siswa kelas XI di SMKN 1
Kasihan mayoritas berada pada kategori sedang. Sebaran data pada
masing-masing kategori disajikan dalam diagram pada gambar 4 berikut
ini :
100
Gambar 4. Distribusi Frekuensi Kontrol Diri.
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Prasyarat Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian regresi dimana bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat serta
mengetahui besarnya pengaruh tersebut. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah interaksi teman sebaya dan penalaran moral, sementara variabel
terikatnya adalah kontrol diri. Sebelum melakukan uji hipotesis, harus
dilakukan uji prasyarat analisis antara lain uji normalitas, uji linearitas, dan
uji multikolinearitas dengan bantuan program komputer IBM SPSS
Statsitic 22.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah skor variabel
yang menjadi objek dalam penelitian ini berdistribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik akan menunjukkan data terdistribusi
normal. Penjabarannya dijelaskan oleh Sugiyono (2012: 173) bahwa
jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka dapat
14
55
Kontrol diri
Tinggi
Sedang
101
dinyatakan data tersebut terdistribusi normal, sebaliknya jika nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka data tersebut
terdistribusi tidak normal. Pada penelitian ini untuk mengetahui
apakah data yang terdistribusi bersifat normal atau tidak, digunakan
rumus Kolmorogorov Smirnov pada program IBM SPSS Statistic 22.
Berikut merupakan hasil uji normalitas :
Tabel 21. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Interaksi
Teman Sebaya
Penalaran
Moral
Kontrol Diri
Kolmogorov-
Smirnov Z
0,853 0,775 1,021
Signifikansi 0,460 0,585 0,248
Berdasarkan tabel tersebut didapatkan hasil bahwa nilai
signifikansi (p) pada variabel interaksi teman sebaya sebesar 0,460,
nilai signifikansi (p) pada variabel penalaran moral sebesar 0,585, dan
nilai signifikansi (p) pada variabel kontrol diri sebesar 0,248.
Keseluruhan signifikansi (p) dalam penelitian ini memiliki nilai lebih
dari 0,05 (p > 0,05), dengan demikin maka dapatlah disimpulkan
bahwa skor dari keseluruhan variabel dalam penelitian ini terdistribusi
normal. Grafik sebaran sampel ditunjukkan pada gambar 5 berikut ini :
102
Gambar 5. Grafik P-P Plot Normalitas
Berdasarkan gambar 5 di atas, dapat dilihat bahwa data tersebar
disekitar garis diagonal dan data tersebar mengikuti garis diagonal
tersebut. Hasil uji normalitas juga ditampilkan pada histogram di
bawah ini :
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Ex
pec
ted
Cu
m P
rob
Dependent Variable: Kontrol_diri
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
103
Gambar 6. Histogram Uji Normalitas
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
apakah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat berbentuk
linear atau tidak. Oleh karena dalam penelitian ini terdapat dua
variabel bebas dan satu variabel terikat, maka uji linearitas dilakukan
secara parsial untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas
memiliki hubungan linear terhadap variabel terikat atau tidak. Dua
variabel dikatakan linear apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p >
0,05) dan Fhitung lebih kecil dari Ftabel (2,062). Berikut merupakan hasil
dari uji linearitas yang telah dilakukan :
3210-1-2-3-4
Regression Standardized Residual
20
15
10
5
0
Fre
qu
en
cy
Mean = -1.36E-15Std. Dev. = 0.985N = 69
Dependent Variable: Kontrol_diri
Histogram
104
Tabel 22. Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Variabel Fhitung Signifikansi
Interaksi_Teman_Sebaya*Kontrol_Diri 0,801 0,704
Penalaran_Moral*Kontrol_Diri 0,890 0,596
Berdasakan tabel di atas diketahui bahwa pada variabel interaksi
teman sebaya dan kontrol diri nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel yaitu
0,801 < 2,062. Nilai signifikansi pada variabel interaksi teman sebaya
dan kontrol diri lebih besar dari 0,05 yaitu 0,707. Maka dapatlah
disimpulkan bahwa X1*Y memiliki hubungan yang linear. Demikian
juga pada variabel penalaran moral dan kontrol diri, nilai Fhitung lebih
kecil dari Ftabel yaitu 0,890 < 2,062. Nilai signifikansi variabel
penalaran moral dan kontrol diri lebih besar dari 0,05 yaitu 0,596.
Maka dapatlah disimpulkan bahwa X2*Y memiliki hubungan yang
linear.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel bebas dan
mengetahui seberapa besar hubungan tersebut. Pengujian
multikolinearitas dapat dilakukan apabila telah diketahui besarnya
korelasi antar variabel bebas. Danang Sunyoto (2010: 100)
menjelaskan bahwa variabel dikatakan tidak ada hubungan satu sama
lain apabila nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF (Variance
105
Inflation Factor) kurang dari 10. Berikut merupakan data hasil uji
multkolinearitas :
Tabel 23. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
Variabel Statistik Multikolinearitas
Toleransi VIF
Interaksi Teman Sebaya 0,644 1,552
Penalaran Moral 0,644 1,552
Variabel Terikat : Kontrol Diri
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa nilai Tolerance pada
variabel interaksi teman sebaya dan penalaran moral sebesar 0,644
dimana berarti nilai Tolerance dari kedua variabel bebas tersebut di
atas 0,1. Kemudian nilai VIF pada variabel interaksi teman sebaya dan
penalaran moral diperoleh sebesar 1,552. Hal tersebut berarti bahwa
nilai VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 (VIF < 10).
Maka dapatlah disimpulkan bahwa kedua variabel bebas tersebut tidak
ada hubungan.
2. Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan prediksi atau jawaban sementara dari masalah
yang dirumuskan yang harus diuji kebenarannya secara empiris. Pada
penelitian ini terdapat dua jenis hipotesis yaitu hipotesis nihil (Ho) dan
hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nihil (Ho) merupakan hipotesis yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel satu dengan
yang lainnya. Sementara hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya. Sebelum analisis statistik dilakukan perlu diajukan
106
hipotesis nihilnya terlebih dahulu untuk membuktikan hipotesis alternatif
yang diajukan. Tujuannya adalah agar dalam pembuktian tersebut tidak
terjadi prasangka dan tidak terpengaruh dari pernyataan hipotesis
alternatifnya.
Penelitian ini memiliki dua variabel bebas, sehingga hipotesis yang
diajukan ada 3 yaitu hipotesis mayor dan 2 buah hipotesis minor.
Pengujian hipotesis mayor dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi berganda untuk menguji hipotesis secara simultan. Sementara
untuk hipotesis minornya digunakan analisis regresi sederhana guna
menguji hipotesis secara parsial. Pengujian hipotesis disini menggunakan
bantuan program komputer IBM SPSS Statistic 22.
Uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi
apabila kurang dari 0,05 (p < 0,05) maka dapat dikatakan terdapat
pengaruh antara variabel satu dengan variabel lainnya, sehingga hipotesis
alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak. Sebaliknya
apabila signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,05) maka dapat dikatakan tidak
terdapat pengaruh antar variabel tersebut, sehingga hipotesis alternatif
(Ha) ditolak dan hipotesis nihil (Ho) diterima. Berikut merupakan hasil
analisis dari uji hipotesis :
a. Hasil Uji Hipotesis Mayor
Hipotesis alternatif (Ha) pada hipotesis mayor dalam penelitian ini
adalah “terdapat pengaruh positif antara interaksi teman sebaya dan
penalaran moral terhadap kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1
107
Kasihan”. Hipotesis alternatif (Ha) mayor dinyatakan diterima apabila
nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05). Besarnya Fhitung juga
harus lebih besar dari Ftabel (Fhitung > Ftabel) yang dalam hal ini Ftabel
diperoleh sebesar 3,128. Digunakan analisis regresi berganda untuk
menguji hipotesis secara simultan. Ringkasan hasil uji hipotesis
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 24. Hasil Uji Hipotesis Mayor
ANOVAb
Variabel Fhitung Signifikansi
Bebas :
Interaksi Teman Sebaya dan Penalaran Moral
Terikat :
Kontrol Diri
27,783 0,000a
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi
sebesar 0,000a yang mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05.
Kemudian nilai Fhitung diketahui sebesar 27,738 yang mana nilai
tersebut lebih besar dari nilai Ftabel yaitu 3,128. Nilai signifikansi yang
lebih kecil dari 0,05 tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan. Apabila ada peningkatan atau kenaikan pada variabel
interaksi teman sebaya (X1) diikuti kenaikan atau peningkatan pada
variabel penalaran moral (X2) dan variabel kontrol diri (Y) juga akan
mengalami kenaikan atau peningkatan. Dapat diartikan bahwa semakin
tinggi interaksi teman sebaya dan penalaran moral, maka semakin
tinggi juga kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan. Begitu
juga sebaliknya, semakin rendah interaksi teman sebaya dan penalaran
108
moral maka semakin rendah juga kontrol diri pada siswa kelas XI
SMKN 1 Kasihan, Bantul Tahun Ajaran 2014/2015. Dapatlah ditarik
kesimpulan bahwa hipotesis alternatif (Ha) mayor yang berbunyi
“terdapat pengaruh positif antara interaksi teman sebaya dan penalaran
moral terhadap kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan,
Bantul Tahun Ajaran 2014/2015” diterima dan hipotesis nihil (Ho)
ditolak.
b. Hasil Uji Hipotesis Minor 1
Hipotesis alternatif (Ha) pada hipotesis minor 1 dalam penelitian
ini adalah “terdapat pengaruh positif interaksi teman sebaya terhadap
kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan”. Hipotesis
dinyatakan diterima apabila signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05 (0 <
0,05), nilai thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) yang dalam hal ini
ttabel diperoleh sebesar 1,994. Selain itu koefisien regresi harus bernilai
positif. Pengujian hipotesis minor ini menggunakan teknik analisis
regresi sederhana untuk menguji hipotesis secara parsial. Ringkasan
hasil uji hipotesis tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 25. Hasil Uji Hipotesis Minor 1
Coefficientsa
Variabel Koefisien Regresi t hitung Signifikansi
Bebas :
Interaksi Teman Sebaya
Terikat :
Kontrol Diri
0,191 2,786 0,007
109
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pada variabel interaksi
teman sebaya nilai signifikansi sebesar 0,007 yang mana nilai tersebut
lebih kecil dari 0,05. Kemudian nilai thitung diketahui sebesar 2,786
yang mana nilai tersebut lebih besar dari nilai Ftabel yaitu 1,994. Nilai
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 tersebut menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan. Apabila ada peningkatan atau kenaikan pada
variabel interaksi teman sebaya (X1), variabel kontrol diri (Y) juga
akan mengalami kenaikan atau peningkatan. Dapat diartikan bahwa
semakin tinggi interaksi teman sebaya, maka semakin tinggi juga
kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah interaksi teman sebaya maka semakin
rendah juga kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan.
Dapatlah ditarik kesimpulan bahwa hipotesis alternatif (Ha) minor 1
yang berbunyi “terdapat pengaruh positif interaksi teman sebaya
terhadap kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan, Bantul
Tahun Ajaran 2014/2015” diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak.
c. Hasil Uji Hipotesis Minor 2
Hipotesis alternatif (Ha) pada hipotesis minor 2 dalam penelitian
ini adalah “terdapat pengaruh penalaran moral terhadap kontrol diri
pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan”. Hipotesis dinyatakan diterima
apabila signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05 (0 < 0,05), nilai thitung lebih
besar dari ttabel (thitung > ttabel) yang dalam hal ini ttabel diperoleh sebesar
1,994. Selain itu koefisien regresi harus bernilai positif. Pengujian
110
hipotesis minor ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana
untuk menguji hipotesis secara parsial. Ringkasan hasil uji hipotesis
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 26. Hasil Uji Hipotesis Minor 2
Coefficientsa
Variabel Koefisien Regresi t hitung Signifikansi
Bebas :
Interaksi Teman Sebaya
Terikat :
Kontrol Diri
0,286 3,889 0,000
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pada variabel penalaran
moral nilai signifikansi sebesar 0,000 yang mana nilai tersebut lebih
kecil dari 0,05. Kemudian nilai thitung diketahui sebesar 3,889 yang
mana nilai tersebut lebih besar dari nilai Ftabel yaitu 1,994. Nilai
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 tersebut menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan. Apabila ada peningkatan atau kenaikan pada
variabel penalaran moral (X2), variabel kontrol diri (Y) juga akan
mengalami kenaikan atau peningkatan. Dapat diartikan bahwa semakin
tinggi penalaran moral, maka semakin tinggi juga kontrol diri pada
siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan. Begitu juga sebaliknya, semakin
rendah penalaran moral maka semakin rendah juga kontrol diri pada
siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan. Dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis alternatif (Ha) minor 2 yang berbunyi “terdapat pengaruh
positif penalaran moral terhadap kontrol diri pada siswa kelas XI
111
SMKN 1 Kasihan, Bantul Tahun Ajaran 2014/2015” diterima dan
hipotesis nihil (Ho) ditolak.
3. Sumbangan Efektif dan Relatif
Besarnya sumbangan efektif pengaruh dari variabel interaksi teman
sebaya dan penalaran moral terhadap kontrol diri remaja ditunjukkan pada
tabel berikut :
Tabel 27. Tabel Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif
Coefficientsa
Variabel Kontribusi
Efektif Relatif
Interaksi Teman Sebaya 18,16% 39,72%
Penalaran Moral 27,55% 60,28%
Jumlah 45,71% 100,00%
Variabel Terikat : Kontrol Diri
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sumbangan efektif variabel
interaksi teman sebaya terhadap kontrol diri sebesar 18,16%. Sementara
sumbangan relatifnya sebesar 39,72%. Kemudian untuk variabel penalaran
moral memberikan sumbangan efektf sebesar 27,55% dan sumbangan
relatif sebesar 60,28%. Besarnya sumbangan efektif dapat diketahui dari
koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi (R2) dari interaksi teman
sebaya dan penalaran moral terhadap kontrol diri diperoleh sebesar 0,457,
sehingga dapat disimpulkan bahwa sumbangan efektif dari interaksi teman
sebaya dan penalaran moral terhadap kontrol diri remaja sebesar 45,7%.
Dengan demikian, masih terdapat 54,3% faktor lain yang mempengaruhi
kontrol diri siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan, Bantul Tahun Ajaran
2014/2015.
112
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya diketahui
bahwa dari total keseluruhan responden yang berjumlah 69 siswa kelas XI SMKN
1 Kasihan, tidak ditemukan siswa dengan kategori interaksi teman sebaya pada
tingkat rendah (0%), semetara itu sebanyak 30 siswa (43,5%) memiliki tingkat
interaksi teman sebaya yang tinggi, dan sebanyak 39 (56,5%) siswa memiliki
tingkat interaksi teman sebaya yang sedang. Dari hasil yang diperoleh tersebut
diketahui bahwa tingkat interaksi teman sebaya pada siswa kelas XI di SMKN 1
Kasihan mayoritas berada pada kategori sedang. Tingkat interaksi teman sebaya
pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan ini menunjukkan bahwa siswa memiliki
cukup ketertarikan dengan teman sebayanya. Ditambah dengan tidak adanya
siswa yang masuk dalam kategori rendah, hal tersebut menunjukkan bahwa
ketrampilan interaksi sosial siswa di sekolah ini sudah cukup baik.
Mayoritas siswa yang interaksi teman sebayanya masih berada pada
kategori sedang tersebut mendukung hasil wawancara yang dilakukan sebelum
penelitian. Hal ini berarti siswa telah memiliki ketrampilan dalam bergaul yang
cukup baik, tetapi tidak menutup kemungkinan siswa mengalami masalah seputar
interaksi dengan teman sebayanya. Sebelumnya didapatkan keterangan dari guru
BK bahwa masih sering terjadi permasalahan seputar interaksi siswa dengan
teman sebayanya. Masalah tersebut terjadi karena masih sering terjadi “klik”
diantara para siswa tersebut, sehingga ketika berada pada satu kelompok dengan
teman yang tidak disukai, siswa cenderung kurang dapat bekerjasama.
113
Siswa kelas XI pada umumnya telah memasuki usia remaja dimana
mereka mengalami perubahan struktur sosial yang menyebabkan kebutuhan akan
interaksi sosial dengan teman sebayanya menjadi meningkat. Kebutuhan akan
interaksi tersebut tidak lepas dari tugas perkembangan yang harus dicapai pada
usia remaja. Hal tersebut ditunjukkan dalam penelitian ini sesuai dengan butir
aitem nomor 1 yaitu “saya memiliki banyak teman” dan aitem nomor 18 “tidak
memilih-milih dalam berteman” yang paling sering dipilih oleh siswa. Hal
tersebut sesuai dengan salah satu tugas perkembangan yang disampaikan
Havighurst (Hendrianti Agustiani, 2006: 62) yaitu mencapai relasi baru dan lebih
matang bergaul dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin.
Berdasarkan hasil analisis dari jawaban siswa pada skala yang telah
disebar, menunjukkan bahwa interaksi teman sebaya pada siswa kelas XI SMKN
1 Kasihan memberikan pengaruh yang besar baik secara psikologis maupun
secara perilaku. Pengaruh secara psikologis ditunjukkan dengan banyaknya siswa
yang memilih aitem pernyataan nomor 5 yaitu “dukungan dari teman-teman
sangat penting bagi saya”. Sementara yang menunjukkan pengaruh terhadap
perilaku yaitu butir aitem nomor 32 yang sering menjadi pilihan siswa yaitu
“menerima peraturan kelompok sebagai kesepakatan bersama yang harus ditaati”.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa interaski tersebut memiliki peran yang
penting dalam perkembangan remaja. Hal tersebut didukung pernyataan yang
disampaikan oleh Geldard (2011: 72) bahwa remaja menjadi bagian dari
kelompok teman sebaya umumnya mengalami tekanan untuk menyesuaikan diri
114
dengan aktivitas kelompok dimana hal tersebut menyebabkan tingkah laku, minat,
sikap, dan pikiran remaja banyak dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya.
Kemudian pada variabel penalaran moral, sesuai dengan hasil penelitian
yang sudah didapat. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 34 siswa (49,3%)
memiliki tingkat penalaran moral yang tinggi, dan sebanyak 35 (50,7%) siswa
memiliki tingkat penalaran moral yang sedang. Sementara siswa dengan tingkat
penalaran moral rendah tidak ada (0%). Dapatlah disimpulkan dari hasil yang
diperoleh tersebut bahwa tingkat penalaran moral pada siswa kelas XI di SMKN 1
Kasihan mayoritas berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil tersebut maka
dapat dikatakan bahwa siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan telah memiliki
pemahaman mengenai baik atau buruk suatu hal atau tindakan dengan cukup baik.
Pemahaman mengenai suatu perbuatan, tingkah laku, atau tindakan dapat
dikatakan baik atau buruk ini dapat mengarahkan siswa kepada perilaku yang
baik. Meski demikian tidak menutup kemungkinan siswa yang memiliki
pemahaman yang cukup baik mengenai suatu hal dapat dikatakan baik atau buruk
tersebut untuk melakukan suatu perilaku yang negatif. Hal tersebut sesuai dengan
apa yang disampaikan Kohlberg (Duska dan Whelan, 1984: 57) yang menyatakan
bahwa penalaran moral bukan merupakan satu-satunya penentu perilaku. Artinya
kematangan penalaran moral seseorang tidak dapat hanya dilihat dari perilaku
yang ditunjukkan orang tersebut.
Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain, penalaran moral siswa
berkembang menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan ketika berada pada
masa anak-anak. Penalaran moral yang lebih baik ini salah satunya ditunjukkan
115
dengan pemahaman siswa mengenai prinsip moralitas sistem sosial sehingga
remaja tidak lagi egosentris, ini ditunjukkan dengan butir aitem nomor 14 yang
menjadi aitem paling sering dipilih oleh siswa yaitu “senang mendapat masukan
dari orang lain”, dan butir aitem nomor 12 yaitu “dapat menerima pendapat orang
lain”. Pernyataan tersebut didukung dengan pendapat Kohlberg (1995: 143) yang
menyatakan bahwa situasi yang menstimulasi seseorang untuk menunjukkan nilai
dan norma moral menjadi pendorong berkembangnya penalaran moral.
Selain itu penalaran moral yang semakin meningkat ini juga membuat
siswa paham lebih memahami baik atau buruk suatu hal atau tindakan. Seperti
butir aitem nomor 9 yaitu “menolak ajakan teman untuk merokok atau minum-
minuman beralkohol” yang juga menjadi aitem paling sering dipilih. Dengan
demikian, panalaran moral yang baik akan memberikan kesempatan bagi siswa
untuk memikirkan suatu tindakan dengan berbagai berbagai pertimbangan dari
berbagai sisi sehingga siswa lebih dapat mengarahkan tindakan atau perilakunya.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rita Eka Izzati, dkk (2008: 143) yang
memaknakan penalaran moral sebagai kendali atau kontrol dalam bersikap dan
bertingkah laku sesuai dengan nilai kehidupan seperti norma dan prinsip hidup
bermasyarakat.
Sementara untuk variabel kontrol diri, tidak ada siswa yang memiliki
kategori kontrol diri rendah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditunjukkan
sebelumnya sebanyak 14 siswa (20,3%) memiliki tingkat kontrol diri yang tinggi,
dan sebanyak 55 (79,7%) siswa memiliki tingkat kontrol diri yang sedang.
Dapatlah disimpulkan dari hasil yang diperoleh tersebut bahwa tingkat kontrol diri
116
pada siswa kelas XI di SMKN 1 Kasihan mayoritas berada pada kategori sedang.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kontrol diri
pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan sudah cukup baik. Siswa telah mampu
mengendalikan perilaku dan tindakan dengan cukup baik.
Hasil penelitian yang menunjukkan mayoritas siswa berada pada kategori
kontrol diri sedang tersebut cukup mendukung hasil observasi yang dilakukan
sebelum penelitian. Artinya siswa telah memiliki kontrol diri yang cukup baik,
tetapi tidak menutup kemungkinan masih sering mengalami masalah terkait
kontrol diri. Pada observasi yang telah dilakukan, ditemukan beberapa siswa yang
melakukan beberapa penyimpangan yang menyangkut permasalahan kontrol diri.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kartono (Taufik Aji Permono, 2014: 1) yang
menyatakan bahwa perilaku delinkuen remaja pada dasarnya merupakan
kegagalan sistem pengontrolan diri remaja terhadap dorongan instingnya,
akibatnya remaja tidak dapat menyalurkan dorongan tersebut pada perbuatan yang
bermanfaat.
Siswa yang memiliki kontrol diri baik, akan menunjukkan perilaku yang
teratur serta dapat mengambil keputusan secara matang berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan terterntu. Hal tersebut berarti kecil kemungkinan
siswa melakukan perilaku-perilaku yang oleh orang dewasa disebut dengan
perilaku maladaptif. Sesuai dengan salah satu fungsi kontrol diri yang
disampaikan oleh Messina & Messina (Singgih D. Gunarsa, 2006:225) yaitu
membatasi individu untuk bertingkah laku negatif.
117
1. Pengaruh interaksi teman sebaya dan penalaran moral terhadap kontrol diri
pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan, Bantul Tahun Ajaran 2014/2015.
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan teknik regresi berganda,
diketahui bahwa nilai signifikansi variabel interaksi teman sebaya dan
penalaran moral sebesar 0,000a yang mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05.
Kemudian nilai Fhitung diketahui sebesar 27,738 yang mana nilai tersebut lebih
besar dari nilai Ftabel yaitu 3,128. Oleh karena nilai p,<0,05 dan nilai
Fhitung>Ftabel maka hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan.
Berdasarkan hasil analisis perhitungan dengan menggunakan regresi berganda
tersebut maka hipotesis alternatif (Ha) mayor yang diajukan diterima yaitu
terdapat pengaruh positif antara interaksi teman sebaya dan penalaran moral
terhadap kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan. Hasil analisis
tersebut menunjukkan bahwa interaksi teman sebaya dan penalaran moral
dapat secara bersama-sama memprediksikan kontrol diri pada remaja.
Pengaruh interaksi teman sebaya dan penalaran moral terhadap kontrol diri
pada siswa dapat terlihat dari hasil analisis kuesioner yang telah diisi oleh
siswa. Siswa telah memiliki pemahaman mengenai norma moral seperti aturan
dan nilai ketika hidup berdampingan dengan orang lain khususnya teman
sebaya. Siswa telah paham apa yang kurang lebih diharapkan oleh teman
sebaya dari dirinya. Perilaku negatif yang melanggar atau menyimpang dari
norma moral tersebut dapat menimbulkan penolakan dari teman sebaya.
Sehingga dari pemahaman mengenai norma moral serta harapan sosial pada
dirinya tersebut, siswa berusaha membentuk, mengatur, dan mengarahkan
118
perilakunya agar tidak menyimpang dari norma tersebut. Hal tersebut
ditunjukkan pada banyaknya siswa yang menyatakan mereka dapat menerima
kritik dan saran dari teman-temannya. Siswa juga menunjukkan
ketidaksetujuannya pada pernyataan bahwa mereka dapat melakukan apa saja
tanpa peduli teman disekitarnya. Hal ini dikarenakan dalam suatu kelompok
teman sebaya terdapat suatu aturan tersendiri yang secara sukarela harus
dipatuhi oleh remaja, Horrocks dan Benimoff (Hurlock, 1996: 214).
Hasil analisis tersebut mendukung beberapa hasil dari penelitian terdahulu
yang mengaitkan variabel kontrol diri dengan beberapa variabel lain seperti
agresivitas remaja dan konflik sebaya (Santi Praptiani, 2013), kenakalan
remaja (Iga Serpianing Aroma dan Dewi Retno Suminar, 2012), serta
penelitian yang dilakukan Tangney, dkk (2004) yang mengaitkan kontrol diri
dengan nilai dengan keberhasilan hubungan interpersonal.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, meski telah disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh antara interaksi teman sebaya dan penalaran moral terhadap
kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan, tetapi kedua variabel bebas
tersebut bukan sepenuhnya yang mempengaruhi siswa dalam melakukan
kontrol diri. Artinya, kontrol diri yang dilakukan siswa tidak hanya
disebabkan oleh penalaran moral yang dimilikinya ataupun karena lingkungan
teman sebayanya. Hal ini dapat dilihat dari hasil penghitungan yang
menunjukkan bahwa besarnya sumbangan efektif variabel interaksi teman
sebaya dan penalaran moral terhadap kontrol diri siswa kelas XI SMKN 1
Kasihan sebesar 45,7%. Maka dapatlah disimpulkan bahwa masih ada sekitar
119
54,3 faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang dapat
mempengaruhi kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan misalnya
faktor usia, faktor eksternal seperti pengaruh keluarga, dan faktor lain (M. Nur
Ghufron dan Rini Risnawita S., 2014).
2. Pengaruh interaksi sosial teman sebaya terhadap kontrol diri pada siswa kelas
XI SMKN 1 Kasihan, Bantul Tahun Ajaran 2014/2015.
Hasil uji hipotesis minor yang pertama menunjukkan bahwa variabel
interaksi teman sebaya terhadap kontrol diri memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,007 yang mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Kemudian nilai
thitung diketahui sebesar 2,786 yang mana nilai tersebut lebih besar dari nilai
Ftabel yaitu 1,994, dan koefisien regresi bernilai positif. Dengan nilai
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 tersebut menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis perhitungan dengan menggunakan
regresi sederhana tersebut maka hipotesis alternatif (Ha) minor 1 yang
diajukan diterima yaitu ada pengaruh positif interaksi teman sebaya terhadap
kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa variabel interaksi teman sebaya dapat memprediksikan
kontrol diri pada remaja.
Berdasarkan hasil penghitungan tersebut, meski telah diketahui adanya
pengaruh positif interaksi teman sebaya terhadap kontrol diri pada siswa kelas
XI SMKN 1 Kasihan, tetapi variabel interaksi teman sebaya tersebut bukan
merupakan satu-satunya faktor yang menyebabkan siswa melakukan kontrol
diri. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya sumbangan efektif variabel
120
interaksi teman sebaya terhadap variabel kontrol diri yang hanya sebesar
18,16%. Hal ini berarti bahwa masih ada sekitar 81,84% dari faktor lain yang
dapat mempengaruhi kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan salah
satunya adalah faktor penalaran moral.
Hasil uji hipotesis tersebut sejalan dengan pendapat yang disampaikan
Syamsu Yusuf (2011: 71) yang menyatakan bahwa faktor sosio-emosional
utama yang mempengaruhi kontrol diri adalah keluarga dan teman sebaya.
Teman sebaya berfungsi sebagai kontrol eksternal apabila remaja atau siswa
tidak mampu mengontrol dirinya dengan kontrol internal. Hal tersebut bersifat
seolah-olah bahwa teman sebaya merupakan sumber hukuman sosial bagi
remaja apabila dirinya melakukan penyimpangan perilaku. Sehingga remaja
atau siswa menjadikan sumber eksternal tersebut sebagai dasar melakukan
kontrol diri. Sesuai dengan salah satu aspek kontrol diri yang disampaikan
Averill (M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S., 2014: 29) yaitu kontrol
perilaku pada komponen mengatur pelaksanaan dimana seseorang dapat
mengontrol situasi dengan dirinya sendiri, dan menggunakan sumber eksternal
apabila orang tersebut tidak mampu mengendalikan situasi.
3. Pengaruh penalaran moral terhadap kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1
Kasihan, Bantul Tahun Ajaran 2014/2015.
Hasil uji hipotesis minor kedua menunjukkan bahwa pengaruh variabel
penalaran moral terhadap kontrol diri memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000
yang mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Kemudian nilai thitung diketahui
sebesar 3,889 yang mana nilai tersebut lebih besar dari nilai Ftabel yaitu 1,994,
121
dan koefisien regresi bernilai positif. Dengan nilai signifikansi yang lebih kecil
dari 0,05 tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan.
Berdasarkan hasil analisis perhitungan dengan menggunakan regresi
sederhana tersebut maka hipotesis alternatif (Ha) minor 2 yang diajukan
diterima yaitu ada pengaruh positif penalaran moral terhadap kontrol diri pada
siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa variabel penalaran moral dapat memprediksikan kontrol diri pada
remaja.
Berdasarkan hasil penghitungan tersebut, meski telah diketahui adanya
pengaruh positif penalaran moral terhadap kontrol diri pada siswa kelas XI
SMKN 1 Kasihan, tetapi variabel penalaran moral tersebut bukan merupakan
satu-satunya faktor yang menyebabkan siswa melakukan kontrol diri. Hal
tersebut dapat dilihat dari besarnya sumbangan efektif variabel penalaran
moral terhadap variabel kontrol diri yang hanya sebesar 27,55%. Hal ini
berarti bahwa masih ada sekitar 72,45% dari faktor lain yang dapat
mempengaruhi kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan salah
satunya adalah faktor interaksi teman sebaya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kohlberg (Duska dan Whelan, 1984: 57) yang menyatakan bahwa penalaran
moral bukan merupakan satu-satunya penentu perilaku dan kematangan
penalaran moral seseorang tidak dapat hanya dilihat dari perilaku yang
ditunjukkan orang tersebut.
Penalaran moral merupakan pemahaman seseorang mengenai jawaban atas
suatu hal dapat dianggap benar atau salah, baik atau buruk, aturan yang harus
122
dipatuhi, dan lain sebagainya. Ketika seorang siswa telah mampu memahami
suatu hal dapat dikatakan baik atau buruk, salah atau benar yang didasarkan
pada norma sosial, maka siswa tersebut akan berusaha mengatur dan
mengarahkan perilakunya agar sesuai dengan norma sosial tersebut. Semakin
pemahaman tersebut diinternalisasi ke dalam dirinya, maka kemampuan siswa
untuk mengatur dan mengarahkan perilakunya juga semakin baik. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Sunarto dan Agung Hartono (2002: 168) yang
mengatakan bahwa moral berkaitan dengan kemampuan untuk memahami
konsep benar atau salah dan dimaknakan sebagai kendali dalam tingkah laku.
Sebagai contoh, seorang siswa yang penalaran moralnya masih berada
dalam tingkatan prakonvensional (rendah) yang penalaran moralnya
berorientasi pada hukuman dan kepatuhan. Siswa mungkin mematuhi
peraturan sekolah karena dia takut terkena hukuman sehingga ia mentaati
peraturan tersebut. Dengan demikian, bukan berarti siswa tersebut tidak
memiliki kontrol diri, tetapi siswa tersebut melakukan kontrol diri hanya saja
yang mengontrol dirinya adalah faktor dari luar dirinya.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak lepas dari kekurangan, hambatan, dan keterbatasan.
Beberapa hambatan dan keterbatasan dalam penelitian ini adalah :
1. Keterbatasan yang terjadi mungkin dapat mengganggu hasil penelitian
yang dilakukan, diantaranya karena penelitian ini baru dilakukan pada
tingkat awal untuk mengetahui pengaruh variabel interaksi teman sebaya
dan penalaran moral terhadap kontrol diri pada siswa. Sehingga hasil yang
123
diperoleh menunjukkan bahwa pengaruh dari kedua variabel bebas
tersebut sebesar 45,7% dan faktor lain sebesar 54,3% tidak diteliti dalam
penelitian ini.
2. Selain itu waktu penelitian ini dilaksanakan berdekatan dengan jadwal
ujian akhir semester, sehingga penelitian yang dijadwalkan dilaksanakan
pada bulan November mundur ke bulan Desember. Hal ini menyebabkan
waktu penyelesaian penelitian menjadi tertunda.
3. Penyebaran kuesioner yang dilakukan secara serentak menyebabkan
pengawasan terhadap pengisian kuesioner tersebut menjadi kurang
terfokus. Banyaknya siswa yang secara bersamaan mengisi kuesioner
tersebut menyebabkan kemungkinan siswa kurang serius dalam mengisi
kuesioner tersebut.
124
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan hasil penelitian berupa :
1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan interaksi teman sebaya dan
penalaran moral terhadap kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1
Kasihan, Bantul Tahun Ajaran 2014/2015. Hal tersebut berarti bahwa
semakin tinggi interaksi dengan teman sebaya dan penalaran moral pada
siswa, maka semakin tinggi juga kontrol diri pada siswa tersebut. Besarnya
sumbangan efektif pengaruh variabel interaksi teman sebaya dan penalaran
moral terhadap kontrol diri sebesar 45,7%, dengan demikian masih terdapat
sekitar 54,3% faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan interaksi teman sebaya terhadap
kontrol diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan, Bantul Tahun Ajaran
2014/2015. Artinya semakin tinggi interaksi siswa dengan teman sebayanya,
maka semakin tinggi juga kontrol diri pada siswa tersebut. Besarnya
sumbangan efektif pengaruh variabel interaksi teman sebaya terhadap
kontrol diri sebesar 18,18%.
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan penalaran moral terhadap kontrol
diri pada siswa kelas XI SMKN 1 Kasihan, Bantul Tahun Ajaran
2014/2015. Artinya semakin tinggi penalaran moral pada siswa, maka
semakin tinggi juga kontrol diri pada siswa tersebut. Besarnya sumbangan
125
efektif pengaruh variabel penalaran moral terhadap kontrol diri sebesar
27,55%.
B. Saran
Dari hasil penelitian, pembahasan, serta kesimpulan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut :
1. Bagi sekolah khususnya Guru BK
Memberikan layanan kepada siswa dengan materi yang berkaitan dengan
kerjasama, sehingga diharapkan ketrampilan siswa dalam berinteraksi
dengan oranglain dapat meningkat menjadi lebih baik. Guru BK juga dapat
memberikan penyuluhan mengenai peraturan-peraturan sekolah agar siswa
menjadi lebih paham mengenai fungsi adanya peraturan sekolah. Selain itu
Guru BK juga dapat melakukan kolaborasi dengan kesiswaan terkait
peningkatan tata tertib sekolah sehingga diharapkan tata tertib tersebut dapat
menjadi kontrol eksternal bagi siswa dalam betingkah laku di sekolah.
2. Bagi Para Orangtua
Orangtua perlu untuk membangun hubungan yang baik dengan anak,
misalnya dengan berdiskusi dengan anak membahas cara mengatasi
pertengkaran atau mengatasi rasa malu, sehingga interaksi anak dengan
teman sebayanya dapat menjadi lebih baik. Pendidikan moral sejak dini juga
harus diterapkan oleh orangtua terhadap anak, misalnya dengan memberikan
pemahaman bahwa mencuri, berbohong, dan menipu bukan merupakan
tindakan yang baik. Dengan demikian diharapkan nilai-nilai moral tersebut
akan tertanam pada diri anak sejak dini dan terbawa sampai dewasa. Selain
126
itu orangtua juga dapat mengajarkan kepada anak untuk berpikir dahulu
sebelum mengambil keputusan, atau dengan kata lain mempertimbangkan
keputusan dari sisi positif dan negatif. Dengan demikian diharapkan
ketrampilan mengontrol diri pada anak-anak mereka juga semakin
meningkat dan terhindar dari perilaku-perilaku negatif.
3. Bagi Siswa
Siswa perlu untuk terus meningkatkan ketrampilan berinteraksi dengan
teman sebaya, dengan demikian siswa akan belajar memahami apa yang
diharapkan teman-teman dari dirinya dan berusaha untuk mengatur
perilakunya agar tidak mengganggu teman-temannya. Selain itu siswa perlu
untuk memahami bahwa peraturan sekolah dibuat demi kebaikan bagi siswa
itu sendiri dan secara sukarela harus mentaati peraturan yang ada, sehingga
proses belajar di sekolah menjadi lebih lancar. Siswa juga harus dapat
mempertimbangkan dari berbagai sisi sebelum melakukan mengambil
keputusan, sehingga keputusan tersebut dapat membawa siswa pada
konsekuensi yang positif dan tidak merugikan dirinya atau oranglain.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti kontrol diri pada remaja dapat
meneliti faktor lain yang mempengaruhi kontrol diri tersebut misalnya
faktor keluarga seperti gaya pengasuhan, hubungan keluarga, dan faktor
sosio-ekonomi. Sementara bagi peneliti yang akan melakukan penelitian di
SMKN 1 Kasihan dapat melakukan penelitian tindakan kelas atau
eksperimen untuk meningkatkan ketrampilan kontrol diri agar siswa
127
terhindar dari perilaku-perilaku maladaptif mengingat tingkat kontrol diri
pada siswa di SMKN 1 Kasihan masih banyak berada dalam kategori
sedang yang berarti siswa bukan tidak mungkin terlibat pada perilaku-
perilaku maladaptif.
128
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Dariyo. (2002). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia
Andi Mappiare. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Bimo Walgito. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi
Offset
_______. (2011). Psikologi Kelompok. Yogyakarta: Andi Offset
Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. (diterjemahkan oleh Kartini
Kartono). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Dadang Sulaeman .(1995). Psikologi Remaja. Bandung: Mandar Maju
Dady Aji Prawira Sutarjo. (2014). Hubungan Antara Interaksi Sosial Teman
Sebaya dengan Penerimaan Sosial pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9
Yogyakarta. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Danang Sunyoto. (2010). Pengukuran Khi Kuadrat & Regresi untuk Penelitian.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Desi Azti. (2011). Pengaruh Penalaran Moral dan Religiusitas Terhadap Self-
Control dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja.
Skripsi. Tidak Diterbitkan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Duska, Ronald & Whelan, Mariellen. (1984). Perkembangan Moral.
(pengindonesiaan diselenggarakan oleh IKIP Sanata Dharma).
Yogyakarta: Kanisius
Geldard, Kathryn. (2011). Konseling Remaja: Pendekatan Proaktif untuk Anak
Muda. Yogyakarta: Rineka Cipta
Hendriati Agustiani. (2006). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi
Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja.
Bandung: Refika Aditama
Hurlock, Elisabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. (alih Bahasa: Isti Widayanti dan
Soedjarwo). Edisi 5. Jakarta: Erlangga
_______. (1996). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Cetakan Ke 5. Jakarta: Erlangga
Iga Serpianing Aroma dan Dewi Retno Sunimar. (2012). Hubungan Antara
Tingkat Kontrol Diri dengan Kecenderungan Perilaku Kenakalan Remaja.
129
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol 01 No.02.
Universitas Airlangga.
Iis Lusiana. (2014). Interaksi Sosial Antara Remaja yang Tinggal Bersama Orang
Tua dan Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan. Jurnal Fakultas Psikologi
Vol 02. Universitas Negeri Malang.
Kohlberg, Lawrence. (1995). Perkembangan Moral (diterjemahkan oleh: John De
Santo dan Agus Cremers). Yogyakarta: Kanisius
M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S. (2014). Teori-teori Psikologi. Cetakan IV.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. (2010). Psikologi Remaja:
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara
Monks, F.J., dkk. (2002). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Cetakan ke 14. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
_______. (2004). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Muhammad Iqbal Hasan. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Bandung: Ghalia
Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Press
Saifuddin Azwar. (2006). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
_______. (2007). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Santi Praptiani. (2013). Pengaruh Kontrol Diri dan Agresivitas Remaja dalam
Menghadapi Konflik Sebaya dan Pemaknaan Gender. Jurnal Sains dan
Praktik Psikologi. Vol 1. Universitas Muhammadiyah Malang.
Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja Edisi Ke 6
(diterjemahkan oleh: Shinto B. Adelar; Sherli Saragih). Jakarta: Erlangga
_______. (2007). Life Span Develompent: Perkembangan Masa Hidup Jilid II
(alih bahasa: Ahmad Chuasairi). Jakarta: Erlangga
Sarlito Wirawan Sarwono. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers
Save Dagun. (2002). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta
Singgih D. Gunarsa. (2006). Bunga Rampai Psikologi Perkembangan: Dari Anak
Sampai Usia Lanjut. Jakarta: Gunung Mulia
Slamet Santoso. (2004). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara
Solvia Karina Tarigan dan Ade Rahmawati Siregar. (2013). Gambaran Penalaran
Moral pada Remaja yang Tinggal di Daerah Konflik. Jurnal Psikologia
Vol 8. Universitas Sumatra Utara.
130
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
_______. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suharsimi Arikunto. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
_______. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Sunarto dan Agung Hartono. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta
Syamsu Yusuf. (2010). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya
_______. (2011). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Tangney, et al. (2004). High Self-Control Predicts Good Adjustment, Less
Pathology, Better Grades, and Interpersonal Success. Jurnal Of
Personality Departmen Of Psychology. Case Western Reserve University.
Taufik Aji Permono. (2014). Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku
Delinkuen pada Remaja SMA Negeri 1 Polanharjo. Naskah Publikasi.
Tidak Diterbitkan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Umar Tirtarahardja dan La Sulo. (1995). Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
W.A. Gerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama
Zakiah Daradjat. (1982). Pembinaan Remaja. Cetakan Ke 4. Jakarta: Bulan
Bintang
Santo Ari. (2015). Pelaku Tawuran Pelajar di Sleman dijemput Polisi. Diakses
pada kamis, 11 Juni 2015 pukul 20:10 WIB dari
http://jogja.tribunnews.com/2015/01/07/pelaku-tawuran-pelajar-di-sleman-
dijemput-polisi
Wuri Damaryanti Suparjo. (2015). Yogyakarta: Kekerasan Siswa Bertato Hello
Kitty. Diakses pada kamis, 11 Juni 2015 pukul 20:04 WIB dari
http://rri.co.id/yogyakarta/post/berita/140849/hukum_-
_kriminal/yogyakarta_kekerasan_siswa_bertato_hello_kitty.html
131
LAMPIRAN
132
LAMPIRAN 1. LEMBAR UJI EXPERT JUDGEMENT
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
LAMPIRAN 2. INSTRUMEN PENELITIAN SEBELUM UJI COBA
KUESIONER SISWA
Kepada,
Siswa-Siswi SMKN 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Berikut ini merupakan kuesioner interaksi teman sebaya dan kuesioner kontrol
diri pada siswa remaja SMKN 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Kuesioner ini
disusun untuk memperoleh data tentang tingkat interaksi teman sebaya dan
kontrol diri pada siswa remaja SMK yang kemudian akan bermanfaat bagi
pengembangan ilmu bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, saya meminta
bantuan kepada para siswa-siswi untuk meluangkan waktunya guna mengisi
pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan sejujur-jujurnya. Atas kesediaan dan
kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 14 Oktober 2015
Peneliti
Nandar Pamungkas S
153
PETUNJUK PENGISIAN
1. Isilah identitas diri secara lengkap pada kolom yang telah disediakan.
2. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Setiap pernyataan dalam
kuesioner ini memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu:
a. SS : Sangat Sesuai
b. S : Sesuai
c. TS : Tidak Sesuai
d. STS : Sangat Tidak Sesuai
3. Jawablah setiap pernyataan dengan memberikan tanda cek (√) pada pilihan
jawaban sesuai dengan keadaan diri Anda di kolom jawaban yang telah
disediakan.
4. Jawaban dari setiap pernyataan adalah BENAR dan tidak ada jawaban
yang salah karena mewakili keadaan masing-masing individu.
5. Jawaban Anda TIDAK berpengaruh terhadap prestasi sekolah dan akan
dijamin kerahasiaanya, sehingga diharapakn jawaban yang Anda berikan
sesuai dengan keadaan diri Anda yang sebenarnya.
6. Atas kesediaan dan kerjasama Anda, saya ucapkan terima kasih.
Contoh Pengisian
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya merasa senang saat bermain dengan
teman-teman.
√
IDENTITAS SISWA
NAMA :
KELAS :
USIA : Tahun
JENIS KELAMIN : L / P
154
SKALA 1
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya mempunyai banyak teman
2 Kesulitan dalam bergaul dengan lawan jenis
3 Bisa bermain dengan teman-teman kapan saja
saya mau
4 Sebagian besar waktu saya gunakan untuk
bermain sendiri
5 Dukungan dari teman-teman sangat penting
bagi saya
6 Teman-teman saya menghambat prestasi saya
7 Diterima dalam kelompok adalah hal yang
penting bagi saya
8 Saya bukan termasuk siswa yang populer
9 Ikut serta dalam diskusi kelompok
10 Saya bertindak atas dasar kemauan saya
sendiri
11 Saya mampu mempertahankan pendapat saya
dalam diskusi kelompok
12 Ikut membolos karena banyak teman yang
membolos
13 Mudah mengikuti topik pembicaraan teman-
teman
14 Lebih senang belajar di tempat yang sepi
15 Dukungan dan semangat dari teman-teman
membuat saya lebih percaya diri
16 Tetap percaya diri meski penampilan saya
tidak mengikuti tren teman-teman
17 Teman-teman bercerita mengenai masalah
pribadi kepada saya
18 Susah mengajak teman untuk belajar bersama
155
19 Tidak memilih-milih dalam berteman
20 Susah menghadapi teman yang tidak aktif
dalam kegiatan kelompok
21 Tidak keberatan berada dalam satu kelompok
dengan teman yang tidak saya sukai
22 Kesulitan untuk bekerjasama dengan teman
baru
23 Menerima peraturan kelompok sebagai
kesepakatan bersama yang harus ditaati
24 Merasa bebas melakukan apa saja ketika
dengan teman-teman karena seumuran
25 Saya merasa memiliki tanggungjawab dalam
kelompok
26 Tidak harus melaksanakan tugas kelompok
karena anggota kelompok sudah banyak
SKALA 2
No Pernyataan SS S TS STS
1 Menaati peraturan sekolah karena takut terkena
hukuman
2 Ikut membolos saat banyak teman lain yang
membolos
3 Rajin mengikuti pelajaran karena guru galak
4 Aktif di dalam pelajaran agar dekat dengan
guru dan mendapat nilai bagus
5 Takut ditunjuk untuk mengerjakan tugas atau
praktek di depan teman-teman
6 Malas ikut organisasi sekolah karena tidak ada
manfaatnya
7 Senang menghibur teman meski saya sendiri
sedang sedih
8 Aktif mengikuti kegiatan sekolah agar
156
dianggap sebagai siswa yang rajin
9 Tidak peduli dengan permasalahan orang lain
10 Menolak ajakan teman untuk merokok atau
minum minuman beralkohol
11 Tidak harus mengerjakan piket kelas karena
sudah ada petugas kebersihan
12 Tetap membuang sampah pada tempatnya
meski ada petugas kebersihan
13 Dapat menerima pendapat orang lain
14 Sulit menepati janji karena banyak kegiatan/
sibuk
15 Senang mendapat masukan dari teman-teman
16 Melaksanakan tata tertib sekolah karena malas
berurusan dengan guru BK
17 Semangat berangkat sekolah meskipun sedang
malas
18 Menghindari teman yang tidak disukai oleh
teman-teman yang lain
19 Tetap mendengarkan penjelasan guru meski
ada teman yang ngobrol sendiri
20 Bermain HP di kelas saat pelajaran untuk
menghindari rasa ngantuk
SKALA 3
No Pernyataan SS S TS STS
1 Menolak ajakan teman untuk membolos
sekolah
2 Ikut mencontek saat teman-teman yang lain
juga mencontek
3 Menghindari perkelahian dengan teman yang
lain
157
4 Bebas melakukan sesuatu tanpa peduli teman
yang lain
5 Dapat menerima kritik dan saran dari teman-
teman
6 Kesulitan untuk bekerjasama dengan teman
yang tidak saya sukai
7 Cepat mengerti apa yang disampaikan oleh
orang lain
8 Sulit memahami masalah yang sedang saya
hadapi
9 Mengerti bahwa perkelahian hanya akan
memperbesar masalah
10 Peraturan sekolah hanya memberatkan siswa
11 Berhati-hati dalam berbicara
12 Berkata jujur meskipun itu menyakitkan
13 Saya tidak segan untuk meminta maaf terlebih
dahulu
14 Kesulitan memahami cara menghadapi
masalah yang saya alami
15 Mempertimbangkan resiko dari tindakan saya
16 Bertindak cepat dalam menyelesaikan masalah
TERIMAKASIH
158
LAMPIRAN 3. HASIL UJI VALIDITAS DAN REABILITAS INTERAKSI
TEMAN SEBAYA
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS (INTERAKSI TEMAN SEBAYA)
Reliability
Case Processing Summary
32 100,0
0 ,0
32 100,0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
,913 26
Cronbach's
Alpha N of Items
Item-Total Statistics
71,3438 85,781 ,600 ,909
71,6250 87,145 ,423 ,911
71,9688 85,386 ,459 ,911
71,8750 85,468 ,486 ,910
71,4375 86,512 ,450 ,911
71,5938 85,733 ,589 ,909
71,7813 85,725 ,516 ,910
72,1563 84,910 ,491 ,910
71,7188 87,951 ,561 ,910
72,5625 89,157 ,188 ,916
71,8750 85,790 ,546 ,909
71,4375 84,706 ,560 ,909
71,9063 86,023 ,507 ,910
72,2500 84,194 ,480 ,911
71,5625 85,867 ,556 ,909
72,9063 85,378 ,518 ,910
71,9688 84,160 ,639 ,908
72,1250 84,500 ,609 ,908
71,5313 84,967 ,461 ,911
72,1250 84,113 ,555 ,909
71,8750 85,984 ,588 ,909
72,0313 85,064 ,586 ,909
71,7813 87,338 ,537 ,910
71,9063 85,443 ,513 ,910
71,7188 84,789 ,597 ,908
71,6875 84,931 ,563 ,909
Interaksi1
Interaksi2
Interaksi3
Interaksi4
Interaksi5
Interaksi6
Interaksi7
Interaksi8
Interaksi9
Interaksi10
Interaksi11
Interaksi12
Interaksi13
Interaksi14
Interaksi15
Interaksi16
Interaksi17
Interaksi18
Interaksi19
Interaksi20
Interaksi21
Interaksi22
Interaksi23
Interaksi24
Interaksi25
Interaksi26
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
159
LAMPIRAN 4. HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
PENALARAN MORAL
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
(PENALARAN MORAL)
Reliability
Case Processing Summary
32 100,0
0 ,0
32 100,0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
,883 20
Cronbach's
Alpha N of Items
Item-Total Statistics
55,5000 51,484 ,556 ,875
55,2188 53,209 ,443 ,879
55,7813 58,370 -,075 ,894
55,5313 50,967 ,527 ,876
55,4375 51,738 ,666 ,872
55,2500 52,194 ,524 ,876
55,2813 53,047 ,451 ,879
55,5313 50,257 ,623 ,873
55,4688 52,451 ,559 ,875
55,2500 52,323 ,418 ,881
55,6563 50,491 ,635 ,872
55,2500 53,355 ,486 ,878
55,1875 52,867 ,724 ,873
55,6563 53,136 ,446 ,879
55,2813 54,338 ,509 ,878
56,0938 50,991 ,586 ,874
55,1563 53,555 ,518 ,877
55,4688 53,418 ,561 ,876
55,2500 53,742 ,441 ,879
55,8750 52,306 ,439 ,880
Penalaran1
Penalaran2
Penalaran3
Penalaran4
Penalaran5
Penalaran6
Penalaran7
Penalaran8
Penalaran9
Penalaran10
Penalaran11
Penalaran12
Penalaran13
Penalaran14
Penalaran15
Penalaran16
Penalaran17
Penalaran18
Penalaran19
Penalaran20
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
160
LAMPIRAN 5. HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KONTROL
DIRI
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
(PENALARAN MORAL)
Reliability
Case Processing Summary
32 100,0
0 ,0
32 100,0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
,883 20
Cronbach's
Alpha N of Items
Item-Total Statistics
55,5000 51,484 ,556 ,875
55,2188 53,209 ,443 ,879
55,7813 58,370 -,075 ,894
55,5313 50,967 ,527 ,876
55,4375 51,738 ,666 ,872
55,2500 52,194 ,524 ,876
55,2813 53,047 ,451 ,879
55,5313 50,257 ,623 ,873
55,4688 52,451 ,559 ,875
55,2500 52,323 ,418 ,881
55,6563 50,491 ,635 ,872
55,2500 53,355 ,486 ,878
55,1875 52,867 ,724 ,873
55,6563 53,136 ,446 ,879
55,2813 54,338 ,509 ,878
56,0938 50,991 ,586 ,874
55,1563 53,555 ,518 ,877
55,4688 53,418 ,561 ,876
55,2500 53,742 ,441 ,879
55,8750 52,306 ,439 ,880
Penalaran1
Penalaran2
Penalaran3
Penalaran4
Penalaran5
Penalaran6
Penalaran7
Penalaran8
Penalaran9
Penalaran10
Penalaran11
Penalaran12
Penalaran13
Penalaran14
Penalaran15
Penalaran16
Penalaran17
Penalaran18
Penalaran19
Penalaran20
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
161
LAMPIRAN 6. INSTRUMEN PENELITIAN SETELAH UJI COBA
PETUNJUK PENGISIAN
1. Isilah identitas diri secara lengkap pada kolom yang telah disediakan.
2. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Setiap pernyataan dalam
kuesioner ini memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu:
e. SS : Sangat Sesuai
f. S : Sesuai
g. TS : Tidak Sesuai
h. STS : Sangat Tidak Sesuai
3. Jawablah setiap pernyataan dengan memberikan tanda cek (√) pada pilihan
jawaban sesuai dengan keadaan diri Anda di kolom jawaban yang telah
disediakan.
4. Jawaban dari setiap pernyataan adalah BENAR dan tidak ada jawaban
yang salah karena mewakili keadaan masing-masing individu.
5. Jawaban Anda TIDAK berpengaruh terhadap prestasi sekolah dan akan
dijamin kerahasiaanya, sehingga diharapakn jawaban yang Anda berikan
sesuai dengan keadaan diri Anda yang sebenarnya.
6. Atas kesediaan dan kerjasama Anda, saya ucapkan terima kasih.
Contoh Pengisian
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya merasa senang saat bermain dengan
teman-teman.
√
IDENTITAS SISWA
NAMA :
KELAS :
USIA : Tahun
JENIS KELAMIN : L / P
162
SKALA 1
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya mempunyai banyak teman
2 Kesulitan dalam bergaul dengan lawan jenis
3 Bisa bermain dengan teman-teman kapan saja
saya mau
4 Sebagian besar waktu saya gunakan untuk
bermain sendiri
5 Dukungan dari teman-teman sangat penting
bagi saya
6 Teman-teman saya menghambat prestasi saya
7 Diterima dalam kelompok adalah hal yang
penting bagi saya
8 Saya bukan termasuk siswa yang populer
9 Ikut serta dalam diskusi kelompok
10 Saya mampu mempertahankan pendapat saya
dalam diskusi kelompok
11 Ikut membolos karena banyak teman yang
membolos
12 Mudah mengikuti topik pembicaraan teman-
teman
13 Lebih senang belajar di tempat yang sepi
14 Dukungan dan semangat dari teman-teman
membuat saya lebih percaya diri
15 Tetap percaya diri meski penampilan saya
tidak mengikuti tren teman-teman
16 Teman-teman bercerita mengenai masalah
pribadi kepada saya
17 Susah mengajak teman untuk belajar bersama
18 Tidak memilih-milih dalam berteman
19 Susah menghadapi teman yang tidak aktif
163
dalam kegiatan kelompok
20 Tidak keberatan berada dalam satu kelompok
dengan teman yang tidak saya sukai
21 Kesulitan untuk bekerjasama dengan teman
baru
22 Menerima peraturan kelompok sebagai
kesepakatan bersama yang harus ditaati
23 Merasa bebas melakukan apa saja ketika
dengan teman-teman karena seumuran
24 Saya merasa memiliki tanggungjawab dalam
kelompok
25 Tidak harus melaksanakan tugas kelompok
karena anggota kelompok sudah banyak
SKALA 2
No Pernyataan SS S TS STS
1 Menaati peraturan sekolah karena takut terkena
hukuman
2 Ikut membolos saat banyak teman lain yang
membolos
3 Aktif di dalam pelajaran agar dekat dengan
guru dan mendapat nilai bagus
4 Takut ditunjuk untuk mengerjakan tugas atau
praktek di depan teman-teman
5 Malas ikut organisasi sekolah karena tidak ada
manfaatnya
6 Senang menghibur teman meski saya sendiri
sedang sedih
7 Aktif mengikuti kegiatan sekolah agar
dianggap sebagai siswa yang rajin
8 Tidak peduli dengan permasalahan orang lain
9 Menolak ajakan teman untuk merokok atau
164
minum minuman beralkohol
10 Tidak harus mengerjakan piket kelas karena
sudah ada petugas kebersihan
11 Tetap membuang sampah pada tempatnya
meski ada petugas kebersihan
12 Dapat menerima pendapat orang lain
13 Sulit menepati janji karena banyak kegiatan/
sibuk
14 Senang mendapat masukan dari teman-teman
15 Melaksanakan tata tertib sekolah karena malas
berurusan dengan guru BK
16 Semangat berangkat sekolah meskipun sedang
malas
17 Menghindari teman yang tidak disukai oleh
teman-teman yang lain
18 Tetap mendengarkan penjelasan guru meski
ada teman yang ngobrol sendiri
19 Bermain HP di kelas saat pelajaran untuk
menghindari rasa ngantuk
SKALA 3
No Pernyataan SS S TS STS
1 Menolak ajakan teman untuk membolos
sekolah
2 Ikut mencontek saat teman-teman yang lain
juga mencontek
3 Menghindari perkelahian dengan teman yang
lain
4 Bebas melakukan sesuatu tanpa peduli teman
yang lain
5 Dapat menerima kritik dan saran dari teman-
teman
165
6 Kesulitan untuk bekerjasama dengan teman
yang tidak saya sukai
7 Sulit memahami masalah yang sedang saya
hadapi
8 Mengerti bahwa perkelahian hanya akan
memperbesar masalah
9 Peraturan sekolah hanya memberatkan siswa
10 Berhati-hati dalam berbicara
11 Berkata jujur meskipun itu menyakitkan
12 Saya tidak segan untuk meminta maaf terlebih
dahulu
13 Kesulitan memahami cara menghadapi
masalah yang saya alami
14 Mempertimbangkan resiko dari tindakan saya
15 Bertindak cepat dalam menyelesaikan masalah
TERIMAKASIH
166
LAMPIRAN 7. TABULASI DATA PENELITIAN
NO INTERAKSI TEMAN SEBAYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 JML
1 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 4 4 1 4 1 4 3 4 1 4 3 4 1 3 3 78
2 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 4 1 4 1 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 86
3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 72
4 3 3 2 3 4 3 4 2 3 3 4 3 2 4 1 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 77
5 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 71
6 4 3 4 3 4 3 4 2 3 3 4 3 2 4 1 2 1 4 3 3 3 4 3 3 3 76
7 4 4 4 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 3 1 1 3 4 2 3 2 3 2 3 2 70
8 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 74
9 4 4 3 3 4 3 3 2 4 4 4 3 2 4 2 3 2 4 1 3 3 4 3 4 4 80
10 4 4 3 3 4 4 4 2 3 2 2 3 3 4 1 3 4 4 2 3 3 3 2 3 4 77
11 4 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 1 4 3 4 3 4 3 4 1 3 3 79
12 4 2 3 3 4 2 4 2 4 3 4 3 2 4 2 4 3 4 3 3 3 3 3 1 4 77
13 2 3 2 2 4 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 1 3 2 3 2 3 2 2 3 62
14 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 63
15 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 2 3 2 3 3 2 2 3 4 3 2 3 4 71
16 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 68
17 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 71
167
18 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 72
19 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 74
20 4 3 4 2 4 4 4 1 3 4 4 4 1 4 1 4 2 4 1 4 4 4 2 4 4 80
21 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 4 1 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 70
22 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 1 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 4 4 76
23 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 76
24 4 4 1 4 4 4 4 3 3 3 2 4 1 4 1 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 84
25 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 2 4 1 3 3 4 4 4 3 4 1 4 4 83
26 4 3 3 3 4 3 2 3 4 4 3 4 2 4 1 4 2 4 3 4 3 4 2 4 3 80
27 4 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 1 4 2 3 3 2 3 2 3 2 2 4 3 71
28 3 2 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3 2 2 3 3 70
29 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 63
30 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 71
31 3 1 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 1 3 3 4 2 3 2 3 3 2 3 67
32 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 2 3 3 3 2 3 4 72
33 4 3 2 3 4 3 4 3 4 2 3 4 1 4 1 4 3 4 3 4 3 4 1 4 3 78
34 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 1 3 2 3 2 4 2 3 3 3 2 3 3 67
35 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 1 4 1 4 2 3 2 3 2 3 2 3 2 68
36 4 3 2 3 3 4 3 2 4 2 2 2 1 3 1 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 73
37 4 1 3 4 4 2 4 4 3 2 2 3 2 4 1 3 2 3 1 3 2 3 2 3 3 68
38 4 3 4 3 2 1 4 4 4 4 4 2 1 3 1 2 4 3 3 1 2 1 1 4 4 69
39 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 1 3 2 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 71
168
40 4 4 3 2 4 4 3 3 4 3 4 4 2 4 2 3 2 4 1 3 3 3 3 3 2 77
41 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 4 3 2 3 4 74
42 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4 3 4 3 2 3 4 85
43 4 3 2 3 3 4 3 2 4 3 4 3 4 4 2 2 3 4 1 2 3 3 4 4 4 78
44 3 4 4 4 4 4 4 1 3 1 4 4 2 4 1 3 4 4 3 3 1 3 2 1 2 73
45 4 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 69
46 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 1 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 72
47 4 2 3 4 4 3 4 1 3 2 4 3 1 4 1 2 1 4 1 4 1 4 4 4 4 72
48 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 67
49 4 3 4 2 4 3 4 2 4 4 3 4 1 4 2 2 1 4 2 4 2 2 1 4 2 72
50 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 72
51 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 2 3 2 4 2 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 77
52 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 69
53 4 4 3 3 4 4 4 2 3 3 2 3 2 4 2 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 82
54 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 2 4 1 4 1 4 3 4 1 4 4 4 1 3 3 79
55 3 3 2 2 4 3 3 2 3 2 2 3 2 4 1 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 66
56 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 3 2 3 4 76
57 4 3 3 4 3 4 3 3 3 2 4 3 2 3 2 4 3 4 2 3 3 4 2 3 4 78
58 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 2 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 78
59 4 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 2 2 3 3 2 3 2 75
60 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 2 4 1 3 2 4 2 3 3 3 2 3 3 72
61 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 2 4 2 3 2 3 3 3 3 72
169
62 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 1 4 1 3 2 4 2 4 3 3 2 4 3 78
63 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 74
64 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4 3 4 3 2 3 4 85
65 3 2 4 2 4 2 2 4 2 4 2 2 3 4 2 3 1 1 4 2 2 4 1 4 1 65
66 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
67 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 1 3 2 4 2 3 3 3 1 4 3 78
68 4 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 4 2 67
69 3 3 2 3 3 4 3 2 4 3 4 3 4 4 2 2 3 4 1 2 4 3 3 2 4 75
170
NO PENALARAN MORAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 JML
1 4 4 3 3 3 4 2 3 4 3 4 3 1 4 3 4 3 3 2 60
2 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 1 4 1 3 3 4 3 3 2 61
3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 50
4 4 4 4 2 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3 3 4 63
5 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57
6 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3 3 4 60
7 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 57
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 56
9 4 4 4 4 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 67
10 3 2 3 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 4 1 3 3 3 3 57
11 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 55
12 3 3 3 4 4 3 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 57
13 3 4 3 4 3 2 2 3 4 3 2 3 3 2 2 2 3 4 3 55
14 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 50
15 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 57
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 53
17 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 54
18 2 4 2 3 3 3 3 3 1 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 55
19 2 4 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 4 3 3 2 3 3 53
20 1 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 68
171
21 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 2 3 3 3 2 50
22 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 1 3 3 4 3 63
23 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 56
24 3 2 1 3 4 4 2 4 2 3 4 4 3 4 2 1 4 1 1 52
25 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 4 4 3 4 1 3 3 4 4 65
26 3 3 2 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 1 4 3 4 3 62
27 3 2 3 3 3 4 2 3 4 2 4 3 2 4 2 4 3 2 3 56
28 1 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 58
29 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 49
30 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 53
31 4 3 3 3 3 4 2 2 4 3 3 2 2 4 3 3 3 2 2 55
32 3 4 3 3 3 3 2 4 1 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 57
33 4 3 4 3 3 4 4 2 4 3 4 4 3 4 1 4 3 4 2 63
34 3 2 3 2 3 2 3 3 4 3 2 2 3 2 3 2 3 2 1 48
35 3 3 2 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 2 4 2 2 2 52
36 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 54
37 3 2 4 2 4 3 3 4 4 3 4 3 2 3 2 3 3 3 2 57
38 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 4 4 3 3 1 4 1 4 1 53
39 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 59
40 4 4 2 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 2 4 3 4 3 66
41 3 3 3 4 4 3 3 2 4 2 3 4 3 4 2 3 4 4 2 60
42 3 3 3 4 4 3 3 2 4 2 3 4 3 4 2 3 4 4 2 60
172
43 4 4 3 2 3 4 2 4 4 1 4 4 1 1 2 3 4 3 3 56
44 2 1 1 1 1 4 2 4 4 1 4 4 2 4 3 4 3 3 1 49
45 3 2 4 3 3 3 2 3 4 3 2 3 1 4 3 4 2 3 3 55
46 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 57
47 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 68
48 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 51
49 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 1 3 1 4 2 2 2 2 2 48
50 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 52
51 3 2 2 3 2 3 2 1 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 51
52 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 53
53 3 2 3 3 3 4 2 3 4 4 4 4 2 4 2 3 3 3 2 58
54 3 2 3 3 3 4 4 3 4 2 3 4 2 4 1 4 4 2 1 56
55 2 2 2 3 3 4 2 3 1 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 50
56 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4 3 4 2 3 2 3 2 58
57 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 59
58 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 63
59 3 4 4 3 3 2 3 3 4 3 4 4 2 3 2 3 3 3 2 58
60 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 57
61 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 2 3 3 4 3 4 3 58
62 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 1 4 3 2 1 61
63 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 54
64 3 3 3 4 4 3 3 2 4 2 3 4 3 4 2 3 4 4 2 60
173
65 3 2 3 2 2 2 1 3 1 1 4 2 2 4 1 4 1 4 2 44
66 3 3 2 3 3 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 54
67 3 2 4 4 3 4 3 2 2 2 4 4 3 4 2 3 2 2 3 56
68 3 2 3 2 3 4 3 4 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 48
69 2 3 2 4 3 4 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 58
174
NO KONTROL DIRI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 JML
1 4 2 3 4 4 4 1 4 1 4 1 4 1 4 1 42
2 4 2 4 3 4 3 1 4 4 4 1 4 1 4 1 44
3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 38
4 4 2 3 4 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 1 43
5 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 43
6 4 2 3 4 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 1 43
7 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 39
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 41
9 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 1 4 3 4 1 49
10 3 2 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 3 3 2 46
11 4 2 3 2 2 4 2 2 3 3 3 4 2 2 2 40
12 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 39
13 4 4 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 1 3 3 41
14 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 37
15 2 3 2 3 3 3 2 3 3 4 1 4 2 3 2 40
16 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 37
17 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 41
18 4 1 4 3 3 3 3 2 3 4 1 4 3 3 2 43
19 4 1 4 3 3 3 3 2 3 4 1 4 3 4 2 44
20 4 3 4 3 4 2 2 4 4 2 1 4 3 4 1 45
175
21 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 38
22 1 3 4 3 4 3 3 4 2 4 3 1 3 4 2 44
23 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 2 42
24 2 1 2 3 4 3 4 4 3 4 1 4 3 3 3 44
25 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 2 1 3 4 1 47
26 3 3 4 3 4 1 1 4 3 4 1 2 1 4 1 39
27 2 3 3 3 3 3 1 3 3 4 1 2 1 4 3 39
28 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 1 41
29 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 39
30 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 42
31 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 40
32 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 41
33 4 3 4 3 4 3 2 4 3 4 1 4 3 4 1 47
34 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 34
35 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 37
36 2 2 4 3 3 2 1 4 3 4 3 3 1 3 2 40
37 2 2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 43
38 4 3 4 2 3 2 3 4 3 4 2 3 2 3 2 44
39 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 40
40 4 3 4 3 4 2 3 4 1 3 1 4 3 4 2 45
41 4 2 1 3 4 3 4 4 4 4 1 2 3 4 1 44
42 4 2 1 3 4 3 4 4 4 4 2 2 3 4 1 45
176
43 4 2 4 4 4 2 3 4 4 4 1 4 3 3 2 48
44 1 4 1 4 4 1 1 1 1 4 1 1 1 4 2 31
45 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 1 3 3 3 2 39
46 4 2 3 4 3 2 3 3 3 3 1 2 3 3 2 41
47 2 4 4 4 4 4 1 4 3 4 1 4 1 4 1 45
48 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 41
49 4 3 3 1 4 3 2 3 3 4 1 4 3 3 1 42
50 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 40
51 3 2 3 3 4 3 2 4 3 3 2 4 2 3 2 43
52 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 38
53 3 2 4 4 4 4 2 4 4 4 1 1 3 4 1 45
54 2 2 4 3 4 3 2 4 3 4 2 4 3 4 1 45
55 3 2 3 3 4 3 1 4 3 3 1 4 1 3 2 40
56 4 2 3 2 3 2 2 4 3 4 2 3 2 3 2 41
57 4 4 3 4 3 3 2 4 4 3 2 3 2 3 2 46
58 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 46
59 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 1 3 2 3 2 38
60 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 1 2 2 3 2 41
61 3 1 3 1 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 1 39
62 4 2 3 2 4 2 3 4 3 4 1 4 1 2 1 40
63 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 41
64 4 2 1 3 4 3 4 4 4 4 2 2 3 4 1 45
177
65 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 36
66 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 40
67 3 2 2 3 4 3 2 3 3 4 1 3 1 4 1 39
68 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 41
69 4 2 3 3 4 2 2 3 2 4 2 2 3 3 2 41
178
LAMPIRAN 8. DATA KATEGORISASI
No
Interaksi teman sebaya KTG
Penalaran moral KTG Kontrol diri KTG
1 78 Tinggi 60 Tinggi 42 Sedang
2 86 Tinggi 61 Tinggi 44 Sedang
3 72 Sedang 50 Sedang 38 Sedang
4 77 Tinggi 63 Tinggi 43 Sedang
5 71 Sedang 57 Tinggi 43 Sedang
6 76 Tinggi 60 Tinggi 43 Sedang
7 70 Sedang 57 Tinggi 39 Sedang
8 74 Sedang 56 Sedang 41 Sedang
9 80 Tinggi 67 Tinggi 49 Tinggi
10 77 Tinggi 57 Tinggi 46 Tinggi
11 79 Tinggi 55 Sedang 40 Sedang
12 77 Tinggi 57 Tinggi 39 Sedang
13 62 Sedang 55 Sedang 41 Sedang
14 63 Sedang 50 Sedang 37 Sedang
15 71 Sedang 57 Tinggi 40 Sedang
16 68 Sedang 53 Sedang 37 Sedang
17 71 Sedang 54 Sedang 41 Sedang
18 72 Sedang 55 Sedang 43 Sedang
19 74 Sedang 53 Sedang 44 Sedang
20 80 Tinggi 68 Tinggi 45 Tinggi
21 70 Sedang 50 Sedang 38 Sedang
22 76 Tinggi 63 Tinggi 44 Sedang
23 76 Tinggi 56 Sedang 42 Sedang
24 84 Tinggi 52 Sedang 44 Sedang
25 83 Tinggi 65 Tinggi 47 Tinggi
26 80 Tinggi 62 Tinggi 39 Sedang
27 71 Sedang 56 Sedang 39 Sedang
28 70 Sedang 58 Tinggi 41 Sedang
29 63 Sedang 49 Sedang 39 Sedang
30 71 Sedang 53 Sedang 42 Sedang
31 67 Sedang 55 Sedang 40 Sedang
32 72 Sedang 57 Tinggi 41 Sedang
33 78 Tinggi 63 Tinggi 47 Tinggi
34 67 Sedang 48 Sedang 34 Sedang
35 68 Sedang 52 Sedang 37 Sedang
179
36 73 Sedang 54 Sedang 40 Sedang
37 68 Sedang 57 Tinggi 43 Sedang
38 69 Sedang 53 Sedang 44 Sedang
39 71 Sedang 59 Tinggi 40 Sedang
40 77 Tinggi 66 Tinggi 45 Tinggi
41 74 Sedang 60 Tinggi 44 Sedang
42 85 Tinggi 60 Tinggi 45 Tinggi
43 78 Tinggi 56 Sedang 48 Tinggi
44 73 Sedang 49 Sedang 31 Sedang
45 69 Sedang 55 Sedang 39 Sedang
46 72 Sedang 57 Tinggi 41 Sedang
47 72 Sedang 68 Tinggi 45 Tinggi
48 67 Sedang 51 Sedang 41 Sedang
49 72 Sedang 48 Sedang 42 Sedang
50 72 Sedang 52 Sedang 40 Sedang
51 77 Tinggi 51 Sedang 43 Sedang
52 69 Sedang 53 Sedang 38 Sedang
53 82 Tinggi 58 Tinggi 45 Tinggi
54 79 Tinggi 56 Sedang 45 Tinggi
55 66 Sedang 50 Sedang 40 Sedang
56 76 Tinggi 58 Tinggi 41 Sedang
57 78 Tinggi 59 Tinggi 46 Tinggi
58 78 Tinggi 63 Tinggi 46 Tinggi
59 75 Tinggi 58 Tinggi 38 Sedang
60 72 Sedang 57 Tinggi 41 Sedang
61 72 Sedang 58 Tinggi 39 Sedang
62 78 Tinggi 61 Tinggi 40 Sedang
63 74 Sedang 54 Sedang 41 Sedang
64 85 Tinggi 60 Tinggi 45 Tinggi
65 65 Sedang 44 Sedang 36 Sedang
66 75 Tinggi 54 Sedang 40 Sedang
67 78 Tinggi 56 Sedang 39 Sedang
68 67 Sedang 48 Sedang 41 Sedang
69 75 Tinggi 58 Tinggi 41 Sedang
180
LAMPIRAN 9. RUMUS PENGHITUNGAN KATEGORI
Interaksi_sosial_teman_sebaya
Skor Max 4 x 25 = 100
Skor Min 1 x 25 = 25
Mi 125 / 2 = 62,5
Sdi 75 / 6 = 12,50
Tinggi
: X ≥ M + SD
Sedang
: M – SD ≤ X < M + SD
Rendah
: X ≤ M – SD
Kategori
Skor
Tinggi
: X ≥ 75,00
Sedang
: 50,00 ≤ X < 75,00
Rendah : X < 50,00
Penalaran_moral
Skor Max 4 x 19 = 76
Skor Min 1 x 19 = 19
Mi 95 / 2 = 47,5
Sdi 57 / 6 = 9,5
Tinggi
: X ≥ M + SD
Sedang
: M – SD ≤ X < M + SD
Rendah
: X ≤ M – SD
Kategori
Skor
Tinggi
: X ≥ 57,00
Sedang
: 38,00 ≤ X < 57,00
Rendah : X < 38,00
181
Kontrol_diri
Skor Max 4 x 15 = 60
Skor Min 1 x 15 = 15
Mi 75 / 2 = 37,5
Sdi 45 / 6 = 7,5
Tinggi
: X ≥ M + SD
Sedang
: M – SD ≤ X < M + SD
Rendah
: X ≤ M – SD
Kategori
Skor
Tinggi
: X ≥ 45,00
Sedang
: 30,00 ≤ X < 45,00
Rendah : X < 30,00
182
LAMPIRAN 10. PENGHITUNGAN KELAS INTERVAL
1. Interaksi sosial teman sebaya
Min 62,0
No. Interval F %
Max 86
1 83,0 - 86,4 5 7,2%
R 24
2 79,5 - 82,9 4 5,8%
N 69
3 76,0 - 79,4 18 26,1%
K 1 + 3.3 log n
4 72,5 - 75,9 9 13,0%
7,068
5 69,0 - 72,4 21 30,4%
≈ 7
6 65,5 - 68,9 8 11,6%
7 62,0 - 65,4 4 5,8%
P 3,43
Jumlah 69 100,0%
≈ 3,4 2. Penalaran moral
Min 44,0
No. Interval F %
Max 68
1 65,0 - 68,4 5 7,2%
R 24
2 61,5 - 64,9 5 7,2%
N 69
3 58,0 - 61,4 15 21,7%
K 1 + 3.3 log n
4 54,5 - 57,9 20 29,0%
7,068
5 51,0 - 54,4 14 20,3%
≈ 7
6 47,5 - 50,9 9 13,0%
7 44,0 - 47,4 1 1,4%
P 3,43
Jumlah 69 100,0%
≈ 3,4 3. Kontrol diri
Min 31,0
No. Interval F %
Max 49
1 47,2 - 49,8 2 2,9%
R 18
2 44,5 - 47,1 12 17,4%
N 69
3 41,8 - 44,4 16 23,2%
K 1 + 3.3 log n
4 39,1 - 41,7 21 30,4%
7,068
5 36,4 - 39,0 15 21,7%
≈ 7
6 33,7 - 36,3 2 2,9%
7 31,0 - 33,6 1 1,4%
P 2,57
Jumlah 69 100,0%
≈ 2,6
183
LAMPIRAN 11. HASIL UJI KATEGORISASI
HASIL UJI KATEGORISASI
Frequencies
Interaksi_sosial_teman_sebaya
30 43,5 43,5 43,5
39 56,5 56,5 100,0
69 100,0 100,0
Tinggi
Sedang
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Penalaran_moral
34 49,3 49,3 49,3
35 50,7 50,7 100,0
69 100,0 100,0
Tinggi
Sedang
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Kontrol_diri
14 20,3 20,3 20,3
55 79,7 79,7 100,0
69 100,0 100,0
Tinggi
Sedang
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
184
LAMPIRAN 12. HASIL UJI DESKRIPTIF
HASIL UJI DESKRIPTIF
Frequencies
Statistics
69 69 69
0 0 0
73,7246 56,3043 41,4783
73,0000 56,0000 41,0000
72,00 57,00 41,00
5,43649 5,05646 3,29263
24,00 24,00 18,00
62,00 44,00 31,00
86,00 68,00 49,00
Valid
Missing
N
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Range
Minimum
Maximum
Interaksi_sosial_
teman_sebaya Penalaran_moral Kontrol_diri
185
LAMPIRAN 13. HASIL UJI NORMALITAS
HASIL UJI NORMALITAS
NPar Tests
GRAFIK P-P PLOT NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
69 69 69
73,7246 56,3043 41,4783
5,43649 5,05646 3,29263
,103 ,093 ,123
,103 ,093 ,123
-,060 -,056 -,081
,853 ,775 1,021
,460 ,585 ,248
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Interaksi_sosial_
teman_sebaya Penalaran_moral Kontrol_diri
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Ex
pec
ted
Cu
m P
rob
Dependent Variable: Kontrol_diri
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
186
LAMPIRAN 14. HASIL UJI LINEARITAS
HASIL UJI LINEARITAS
Means
Kontrol_diri * Interaksi_sosial_teman_sebaya
Kontrol_diri * Penalaran_moral
ANOVA Table
377,029 22 17,138 2,189 ,013
245,265 1 245,265 31,323 ,000
131,763 21 6,274 ,801 ,704
360,189 46 7,830
737,217 68
(Combined)
Linearity
Deviation from Linearity
Between
Groups
Within Groups
Total
Kontrol_diri * Interaksi_
sosial_teman_sebaya
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
ANOVA Table
406,412 20 20,321 2,949 ,001
289,909 1 289,909 42,066 ,000
116,503 19 6,132 ,890 ,596
330,806 48 6,892
737,217 68
(Combined)
Linearity
Deviation from Linearity
Between
Groups
Within Groups
Total
Kontrol_diri *
Penalaran_moral
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
187
LAMPIRAN 15. HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS
HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS
Regression
Variables Entered/Removedb
Penalaran_moral, Interaksi_
sosial_teman_sebayaa . Enter
Model1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Kontrol_dirib.
Model Summary
,676a ,457 ,441 2,46259
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Penalaran_moral, Interaksi_
sosial_teman_sebaya
a.
ANOVAb
336,971 2 168,485 27,783 ,000a
400,247 66 6,064
737,217 68
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Penalaran_moral, Interaksi_sosial_teman_sebayaa.
Dependent Variable: Kontrol_dirib.
Coefficientsa
11,314 4,216 2,684 ,009
,191 ,068 ,315 2,786 ,007 ,644 1,552
,286 ,074 ,439 3,889 ,000 ,644 1,552
(Constant)
Interaksi_sosial_
teman_sebaya
Penalaran_moral
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kontrol_diria.
188
LAMPIRAN 16. HASIL UJI REGRESI
HASIL UJI REGRESI
Regression
Variables Entered/Removedb
Penalaran_moral, Interaksi_
sosial_teman_sebayaa . Enter
Model1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Kontrol_dirib.
Model Summary
,676a ,457 ,441 2,46259
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Penalaran_moral, Interaksi_
sosial_teman_sebaya
a.
ANOVAb
336,971 2 168,485 27,783 ,000a
400,247 66 6,064
737,217 68
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Penalaran_moral, Interaksi_sosial_teman_sebayaa.
Dependent Variable: Kontrol_dirib.
Coefficientsa
11,314 4,216 2,684 ,009
,191 ,068 ,315 2,786 ,007
,286 ,074 ,439 3,889 ,000
(Constant)
Interaksi_sosial_
teman_sebaya
Penalaran_moral
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Kontrol_diria.
189
LAMPIRAN 17. SURAT IZIN PENELITIAN
190
191
192
LAMPIRAN 18. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN