Post on 27-Jan-2017
1
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCT YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007-2011
Oleh:
DWI RAHMALIA
NPM : 0811031028
TELP : 085269897778
E-mail : rahmalia_dw@yahoo.com
Pembimbing I : Susi Sarumpaet, S.E., Akt, M.B.A., Ph.D
Pembimbing II : Pigo Nauli, S.E., M.Sc.
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi pengaruh intellectual capital (yang
diukur menggunakan metode VAICTM
), modal fisik, dan modal finansial terhadap
kinerja perusahaan (dengan proksi PER dan PBV).
Penelitian ini menggunakan Partial Least Square sebagai alat analisis. Perusahaan
yang menjadi obyek pengamatan adalah perusahaan Automotive and Allied
Product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2011.
Dari hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan yaitu intellectual capital (yang
diukur dengan VAICTM
), modal fisik, dan modal finansial berpengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan Automotive and Allied Product selama tahun 2007-
2011.
Kata Kunci : VAICTM
, Intellectual Capital, Modal Fisik, Modal Finansial, Kinerja
Perusahaan, Partial Least Square.
2
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fenomena intellectual capital mulai berkembang di Indonesia terutama setelah
munculnya PSAK Nomor 19 tentang aktiva tidak berwujud. Menurut PSAK No.
19 aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan
tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan
atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk
tujuan administratif. Definisi tersebut mengandung penjelasan yaitu sumber daya
tidak berwujud disebutkan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan
implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual,
pengetahuan mengenai pasar, dan merk dagang. Elemen intellectual capital yang
selanjutnya akan diuraikan belum diatur oleh PSAK, karena sifatnya yang tidak
berwujud atau tidak terlihat (IAI, 2002 dalam Ulum dkk, 2008).
Di Indonesia pengakuan intellectual capital dan pelaporannya dalam neraca
belum diperhatikan secara serius, sehingga elemen intellectual capital yang
sebenarnya mungkin dikuasai oleh suatu perusahaan tidak diakui dan tidak
dilaporkan sebagaimana mestinya. Implementasi intellectual capital merupakan
sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi di lingkungan bisnis
global. Pada umumnya kalangan bisnis masih belum menemukan jawaban yang
tepat mengenai nilai lebih apa yang dimiliki perusahaan. Stewart (1997) dalam
Kuryanto dan Syafruddin (2008) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di
Indonesia cenderung menggunakan praktik akuntansi tradisional (praktik
akuntansi yang berdasarkan sumber daya alam, sumber daya keuangan, dan aktiva
3
fisik lainnya) dalam menjalankan bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkan
belum maksimal akan kandungan teknologinya. Praktik akuntansi tradisional
tidak mengungkapkan identifikasi dan pengukuran aktiva tidak berwujud pada
organisasi, khususnya organisasi berbasis pengetahuan. Aktiva tidak berwujud ini
seperti kompetensi staf, sistem komputer, dan hubungan dengan pelanggan tidak
memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional.
Menurut Pulic (1998) dalam Ulum dkk. (2008), tujuan utama dalam ekonomi
yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan value added. Sedangkan
untuk dapat menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang
physical capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intellectual potential
(dipresentasikan oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang
melekat kepada mereka). Lebih lanjut Pulic (1998) menyatakan bahwa intellectual
ability (yang kemudian disebut dengan VAICTM
) menunjukan bagaimana kedua
sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential) telah secara
efisiensi dimanfaatkan oleh perusahaan.
Penelitian yang menghubungkan intellectual capital dengan kinerja perusahaan
belum menunjukan hasil yang konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Ulum
dkk. (2008), menunjukan bahwa secara statistik intellectual capital berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Firer dan Wiliams
(2003), Chen et al. (2005) dalam Ulum dkk. (2008), juga menunjukan hasil yang
sama bahwa intellectual capital mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan. Tetapi terdapat hasil yang berbeda dari penelitian Yuniasih dkk.
4
(2010) yang menyatakan tidak ada pengaruh positif antara intellectual capital
dengan kinerja perusahaan.
Penelitian ini mereplikasi penelitian Ulum dkk. (2008). Perbedaannya terletak
pada variabel bebas, variabel terikat, dan sampel penelitian. Penelitian Ulum dkk.
(2008) variabel bebas diproksikan dengan VACA, VAHU, STVA, dan ROGIC.
Variabel terikat diproksikan dengan ROA, ATO, dan GR. Sampel penelitian
adalah sektor Perbankan. Sedangkan dalam penelitian ini, variabel bebas
diproksikan dengan VACA, VAHU, dan STVA. Variabel terikat diproksikan
dengan PER dan PBV. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor
Automotive and Allied Product, serta peneliti menambahkan variabel kontrol
yang diproksikan dengan modak fisik dan modal finansial agar mendapatkan
model empiris yang lebih lengkap dan lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan
Automotive and Allied Product yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2011”.
LANDASAN TEORI
A. Resources Based Theory (RBT)
Resources Based Theory dipelopori oleh Penrose (1959) yang mengemukakan
bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif
yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter
unik bagi tiap-tiap perusahaan. Pendekatan RBT menyatakan bahwa perusahaan
dapat mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan dan memperoleh
5
keuntungan superior dengan memiliki atau mengendalikan aset-aset strategis baik
yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
Empat kriteria sumber daya sebuah perusahaan mencapai keunggulan kompetitif
yang berkelanjutan, yaitu: (a) sumber daya menambah nilai positif bagi
perusahaan, (b) sumber daya bersifat unik atau langka diantara pesaing, (c)
sumber daya sukar ditiru, dan (d) sumber daya tidak dapat digantikan dengan
sumber lainnya oleh perusahaan pesaing.
B. Knowledge Based View (KBV)
Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan/Knowledge Based View (KBV)
adalah ekstensi baru dari pandangan berbasis sumber daya perusahaan/ Resources
Based Theory (RBT) dari perusahaan dan memberikan teoritis yang kuat dalam
mendukung intellectual capital.
Pendekatan KBV membentuk dasar untuk membangun keterlibatan modal
manusia dalam kegiatan rutin perusahaan. Hal ini dicapai melalui peningkatan
keterlibatan karyawan dalam perumusan tujuan operasional dan jangka panjang
perusahaan. Pandangan berbasis pengetahuan, perusahaan mengembangkan
pengetahuan baru yang penting untuk keuntungan kompetitif dari kombinasi unik
yang ada pada pengetahuan (Fleming 2001, Nelson dan Winter 1982).
Dari penjelasan tersebut, menurut RBT dan KBV, intellectual capital memenuhi
kriteria-kriteria sebagai sumber daya yang unik untuk menciptakan value added.
Value added ini berupa adanya kinerja yang semakin baik di perusahaan
6
C. Intellectual Capital
Penulis dapat menyimpulkan bahwa intellectual capital merupakan sumber daya
berupa pengetahuan yang tersedia pada perusahaan yang akan mendatangkan
keuntungan di masa depan pada perusahaan tersebut.
Sedangkan komponen-komponen intellectual capital itu sendiri antara lain:
a. Value Added Capital Employed (VACA) adalah indikator untuk VA yang
diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic (1998)
mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE (Capital Employed)
menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain,
maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya.
b. Value Added Human Capital (VAHU) merupakan pengetahuan, skill, dan
pengalaman yang dibawa pegawai ketika meninggalkan perusahaan
(Starovic dan Mar dalam Astuti, 2005) yang meliputi pengetahuan
individu suatu organisasi yang ada pada pegawainya (Bontis, Crossan dan
Hulland dalam Astuti, 2005) yang dihasilkan melalui kompetensi, sikap,
dan kecerdasan intelektual (Roos, Edvinson dan Dragonetti dalam Astuti,
2005). Value Added Human Capital (VAHU) menunjukan berapa banyak
VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja.
c. Structural Capital Value Added (STVA) adalah jumlah structural capital
yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan
indikasi bagaimana keberhasilan structural capital dalam penciptaan nilai
(Ulum, 2008). Structural capital (modal organisasi) merupakan
kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas
perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk
7
menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara
keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses
manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk
intellectual property yang dimiliki perusahaan (Sawarjuwono, 2003).
Metode VAICTM
ini dikembangkan oleh Ante Pulic pada tahun 1998 yang
didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset
berwujud dan aset tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan. VAICTM
merupakan metode untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan.
Pendekatan ini relatif mudah dan memungkinkan untuk dilakukan karena
menggunakan akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan.
Intellectual capital yang dimiliki tiap perusahaan diyakini memiliki perbedaan,
hal ini disebabkan oleh sektor industri yang mempunyai perbedaan di bidang
operasinya. Beberapa peneliti menggunakan beberapa standar yang ada untuk
melihat sektor-sektor idustri yang memiliki nilai intellectual capital yang tinggi.
Salah satu standar yang cukup dipercaya untuk membedakan nilai intellectual
capital (IC) yang dimiliki oleh perusahaan ialah klasifikasi Woodcock dan
Whiting. Standar ini membedakan perusahaan yang meiliki nilai intellectual
capital yang tinggi dan juga perusahaan dengan intellectual capital yang rendah.
Dalam penelitian ini, penulis memilih sektor Automotive and Allied Product
dikarenakan sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki intellectual capital
paling tinggi menurut klasifikasi Woodcock dan Whiting (2009).
8
D. Price to Earning Ratio (PER)
Robert Ang (1997) menyatakan bahwa price to earning ratio digunakan untuk
melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap
kinerja perusahaan tersebut. Semakin besar PER suatu saham maka saham
tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya.
PER akan meningkat seiring dengan kenaikan harga sahamnya, sehingga PER
yang tinggi juga menunjukkan bahwa harga saham cenderung tinggi dan return
saham tersebut akan semakin tinggi pula. Hal tersebut juga dapat terjadi karena
PER dapat menjadi petunjuk bagi indikator pertumbuhan laba (Cragg dan Malkiel
dalam Penman, 1996) dan mengindikasikan pertumbuhan laba di masa mendatang
(Penman, 1996).
E. Price to Book Value (PBV)
Robert Ang (1997) menyatakan bahwa price to book value digunakan untuk
mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini
menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan
terhadap jumlah modal yang diinvestasikan, semakin tinggi rasio tersebut maka
semakin berhasil perusahaan menciptakan return bagi pemegang saham
(Siddharta Utama dan Anto Yulianto, 1998).
Perusahaan yang berjalan dengan baik, rasio PBV-nya diatas 1, hal ini
menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin
besar rasio PBV maka semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor.
Dengan demikian semakin tinggi rasio PBV akan berdampak positif terhadap
9
harga saham dari perusahaan yang bersangkutan, hal tersebut menunjukkan
kinerja perusahaan semakin baik dengan PBV yang semakin tinggi.
F. Desain Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Intellectual Capital (IC) yang
diproksikan oleh VACA, VAHU, dan STVA. Sedangkan variabel dependen
dalam penelitian ini adalah variabel kinerja perusahaan yang difokuskan tentang
kinerja pasar yang diproksikan oleh rasio PER dan PBV.
Gambar 1 Kerangka Penelitian
Keterangan :
VAICTM
: Intellectual Capital
VACA : Value Added Capital Employed
VAHU : Value Added Human Capital
STVA : Structural Capital Value Added
KP : Kinerja Perusahaan
PER : Price to Earning Ratio
PBV : Price to Book Value
G. Pengembangan Hipotesis
Hasil penelitian Chen et.al (2005) menunjukkan bahwa investor cenderung akan
membayar lebih tinggi atas saham perusahaan yang memiliki sumber daya
intelektual yang lebih dibandingkan terhadap perusahaan dengan sumber daya
intelektual yang rendah. Harga yang dibayar oleh investor tersebut mencerminkan
nilai perusahaan. Market value terjadi karena masuknya konsep modal intelektual
Kinerja Perusahaan
(KP)
Intellectual Capital
(VAICTM) VACA
VAHU
STVA
PER
PBV
10
yang merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan
(Abidin dalam Ulum 2009).
Menurut pandangan knowledge-based view yaitu apabila perusahaan dapat
memanfaatkan intellectual capital untuk meningkatkan kinerja perusahaan, maka
nilai perusahaan akan meningkat. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para
investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya. Hal ini sesuai
dengan pandangan resource based theory, intellectual capital merupakan sumber
daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga
dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik dan menciptakan
nilai bagi perusahaan.
Rasio PER dan PBV yang rendah menunjukan persepsi pasar bahwa perusahaan
hanya akan mengalami pertumbuhan yang rendah, sedangkan rasio PER dan PBV
yang tinggi menunjukkan persepsi pasar yang baik terhadap pendapatan yang
tinggi pada masa mendatang atau perusahaan memiliki potensi pertumbuhan yang
tinggi. Semakin tinggi intellectual capital (VAICTM
) maka nilai perusahan akan
meningkat dan membuat sahamnya akan banyak diminati oleh investor sehingga
permintaan akan saham perusahaan tersebut akan naik dan menyebabkan harga
saham menjadi naik. Oleh karena itu, intellectual capital diyakini memegang
peran penting dalam meningkatkan nilai perusahaan di mata pelaku pasar modal.
Semakin baik perusahaan dalam mengelola ketiga komponen intellectual capital,
yaitu Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed
(VACA) dan Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan semakin
baik perusahaan dalam menarik pasar untuk melihat prospek kemajuan
11
perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
Hipotesis: Terdapat pengaruh positif Intellectual Capital (VAICTM
) terhadap
Kinerja Perusahaan (KP) sektor Automotive and Allied Product
di Indonesia.
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen dari penelitian ini adalah Intellectual Capital yang diukur
dengan menggunakan model Pulic VAIC™ (Value Added Intellectual
Coeffisient). Intellectual Capital yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kinerja intellectual capital yang diukur berdasarkan value added yang diciptakan
oleh capital employed (VACA), human capital (VAHU), dan structural capital
(STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama
VAIC™ yang dikembangkan oleh Pulic (1998). Formulasi perhitungan VAIC™
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Value Added
VA = OUT – IN
Sumber : Pulic (1998)
Keterangan:
Output (OUT) : Total penjualan dan pendapatan lain.
Input (IN) : Beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan).
Value Added (VA) : Selisih antara Output dan Input
12
2. Menghitung nilai VACA, VAHU, STVA
a. Value Added Capital Employed (VACA) : Rasio dari VA terhadap CE. Rasio
ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value
added organisasi. Nilai CE adalah sebesar nilai buku aset bersih.
VACA = VA/CE
Sumber : Pulic (1998)
Keterangan:
Capital Employed (CE) : Dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)
b. Value Added Human Capital (VAHU) : Rasio dari VA terhadap HC. Rasio ini
menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam
HC terhadap value added organisasi. Nilai HC adalah sebesar beban gaji
karyawan.
VAHU = VA/HC
Sumber : Pulic (1998)
Keterangan:
Human Capital (HC ) : Beban karyawan.
c. Structural Capital Value Added (STVA) : Rasio dari SC terhadap VA. Rasio ini
mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan
merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. Nilai SC
merupakan selisih antara nilai VA dengan nilai HC.
STVA = SC/VA
Sumber : Pulic (1998)
d. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™): Mengindikasikan kemampuan
intelektual organisasi.
VAICTM
= VACA + VAHU +STVA
Sumber : Pulic (1998)
13
2. Variabel Dependen
Variabel dependen penelitian ini adalah variabel kinerja perusahaan yang
diproksikan oleh rasio PER dan PBV.
a. Price to Earning Ratio (PER)
Price to earning ratio (PER) merupakan salah satu indikator yang digunakan
investor dalam menilai mahal tidaknya suatu saham. Rasio ini menggambarkan
tingkat pengembalian investasi, yaitu berapa lama (tahun) investasinya (sebesar
harga pasar suatu saham) dapat kembali. Secara teknis PER adalah hasil bagi
antara harga saham dan laba bersih per saham. Harga saham di pasar merupakan
harga yang berlaku. Sedangkan laba bersih merupakan laba bersih per saham
proyeksi tahun berjalan (A.Manurung,2004)
PER= Harga Per Lembar Saham Biasa
Laba Per Lembar Saham Biasa
b. Price to Book Value (PBV)
Rasio PBV merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku
ekuitas (Aggarwal et al., 1992 dan Wirawati, 2008).
PBV = Harga Per Lembar Saham Biasa
Nilai Buku per Lembar Saham Biasa
Nilai buku ekuitas yang digunakan adalah nilai buku per 31 Desember (t),
sedangkan harga saham penutupan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
harga saham penutupan pada tanggal publikasi laporan keuangan auditan di
website BEI. Penelitian ini tidak menggunakan harga saham tanggal 31 Desember
dikarenakan laporan keuangan auditan belum diterbitkan pada tanggal tersebut
14
dan pasar belum mengetahui nilai buku ekuitas perusahaan sehingga harga pasar
tanggal tersebut tidak mencerminkan nilai buku ekuitas perusahaan.
3. Variabel Kontrol
a. Modal Fisik
Modal fisik adalah kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan dan
terdapat dalam neraca sebelah debet. Modal fisik mengacu pada setiap aset
non-manusia yang dibuat oleh manusia dan kemudian digunakan dalam
produksi. Terdapat dua jenis modal fisik yaitu aset lancar dan aset tetap.
Modal fisik = Aset lancar + Aset tetap
b. Modal Finansial
Modal finansial yaitu sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Modal
finansial mengacu pada dana yang diberikan oleh pemberi pinjaman
(investor) atau dana yang disetor oleh pemilik untuk membeli peralatan
modal riil untuk memproduksi barang / jasa.
Modal finansial = kewajiban lancar + kewajiban tidak lancar + ekuitas
B. Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Automotive and
Allied Product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2011.
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah metoda purposive sampling.
Kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
15
1. Sampel adalah sektor Automotive and Allied Product yang terdaftar di BEI
yang mempublikasikan laporan keuangannya selama 5 tahun (2007-2011) dan
tidak delisting selama periode penelitian.
2. Perusahaan Automotive and Allied Product tidak memperoleh laba negatif
selama periode pengamatan. Laba negatif akan menyebabkan nilai modal
intelektual perusahaan menjadi negatif.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder
yang diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin
diterbitkan setiap tahunnya. Sumber data yang digunakan ini diperoleh melalui
penelusuran dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), website
www.idx.co.id, Jakarta Stock Exchange (JSX).
D. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar deviasi (Ghozali,
2006). Dalam penelitian ini, dengan melihat gambaran dari data-data yang ada,
maka akan diperoleh informasi yang jelas mengenai pengaruh intellectual capital
terhadap kinerja perusahaan.
2. Partial Least Square (PLS)
Partial Least Square (PLS) merupakan metode analisis yang sangat baik karena
tidak mendasarkan pada berbagai asumsi, dapat digunakan untuk memprediksi
model dengan landasan teori yang lemah, dapat digunakan pada data yang
16
mengalami “penyakit” asumsi klasik, dapat digunakan untuk ukuran sampel kecil
dan dapat digunakan untuk konstruk formatif dan reflektif (Jogiyanto, 2009).
Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari :
1. Outer model, yang menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan
indikatornya. Model persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:
Untuk variabel laten VAICTM
Formatif:
1 = X1 X1 + X2 X2 + X3 X3 + 1
Untuk variabel laten Modal Fisik Formatif:
2 = X4 X4 + X5 X5 + 2
Untuk variabel laten Modal Finansial Formatif:
3 = X6 X6 + X7 X7 + X8 X8 + 3
Untuk variabel laten Kinerja Perusahan Formatif:
= Y1 Y1 + Y2 Y2 + 4
2. Inner model, yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten (structural
model). Model persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:
= 1 1 + 2 2 + 3 3
X8
2
3
X8
X7
X6
X7
X5
X4
3
X3
X1
X2
X4
X5
2
1
1
X1
X2
X3
4
y1
y2
Y2
Y1
X6
17
Gambar 2 Diagram Jalur Partial Least Square (PLS)
Keterangan:
- X1 = VACA
- X2 = VAHU
- X3 = STVA
- X1 = (lambda kecil), loading faktor indikator VACA
- X2 = (lambda kecil), loading faktor indikator VAHU
- X3 = (lambda kecil), loading faktor indikator STVA
- = (ksi) VAICTM
- X4 = Aset Lancar
- X5 = Aset Tetap
- X4 = (lambda kecil), loading faktor indikator aset lancar
- X5 = (lambda kecil), loading faktor indikator aset tetap
- = (ksi) Modal Fisik
- X6 = Kewajiban Lancar
- X7 = Kewajiban Tidak Lancar
- X8 = Ekuitas
- X6 = (lambda kecil), loading faktor indikator Kewajiban Lancar
- X7 = (lambda kecil), loading faktor indikator Kewajiban Tidak Lancar
- X8 = (lambda kecil), loading faktor indikator Ekuitas
- = (ksi) Modal Finansial
- Y1 = PER
- Y2 =PBV
- Y1 = (lambda kecil), loading faktor indikator PER
- Y2 = (lambda kecil), loading faktor indikator PBV
- = (eta) Kinerja Perusahaan
- 1 = (gamma) koefisien pengaruh variabel VAICTM
terhadap Kinerja Perusahaan
- 2 = (gamma) koefisien pengaruh variabel Modal Fisik terhadap Kinerja
Perusahaan
- 3 = (gamma) koefisien pengaruh variabel Modal Finansial terhadap Kinerja
Perusahaan - 1 = vektor varibel residual VAIC
TM
- 2 = vektor varibel residual Modal Fisik
- 3 = vektor varibel residual Modal Finansial
- 4 = vektor varibel residual Kinerja Perusahaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Tabel 1
Sampel Penelitian No Kriteria Jumlah Akumulasi
1 Perusahaan Automotive and Allied Product yang terdaftar di
BEI tahun 2007-2011
13
18
2 Perusahaan Automotive and Allied Product yang melakukan
delisting tahun 2007-2011 dari BEI
(2) 11
3 Memiliki saldo laba negatif selama perioda pengamatan
(2007-2011)
(2) 9
Jumlah perusahaan sampel total selama periode penelitian 9
Sumber: Data sekunder yang diolah
B. Pengujian Hipotesis
1. Statistik Deskriptif
Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
VACA 45 -.7460 4.0620 .629911 1.0643422
VAHU 45 -20.6450 142.3640 7.885556 22.8744849
STVA 45 -6.0240 1.6960 .453200 1.1952000
AL 45 95004281416 7.E13 5.79E12 1.396E13
AT 45 39057271003 9.E13 7.49E12 1.885E13
KL 45 34628303463 5.E13 4.47E12 1.047E13
KTL 45 2509964000 4.E14 1.27E13 6.464E13
EK 45 77839844496 8.E13 5.98E12 1.514E13
PER 45 .8000 843.1200 40.672889 134.0900934
PBV 45 .2400 7.0000 1.798222 1.5226656
Valid N (listwise) 45
Sumber: Output SPSS, data olahan
2. Hasil Pengujian Partial Least Square
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan software smartPLS 2.0.
Pemilihan metode smartPLS didasarkan pada pertimbangan bahwa seluruh
variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel laten yang tidak
bisa diukur secara langsung, variabel laten dibentuk dengan indikator formatif dan
hasil penelitian ini akan dapat digunakan untuk melihat hubungan antar variabel
laten berdasarkan indikator pembentuk variabel laten. PLS juga memungkinkan
analisis sekaligus atas variabel laten dengan beberapa indikator. Model indikator
dalam data penelitian ini merupakan model indikator formatif, yang
mengasumsikan bahwa setiap indikator mempengaruhi konstruk. Arah hubungan
kausalitas mengalir dari indikator ke konstruk laten dan indikator sebagai grup
19
secara bersama-sama menentukan konsep atau makna empiris dari konstruk laten
(Jogiyanto, 2009).
a. Menilai Outer Model atau Measurement Model
Parameter yang diukur ketika melakukan outer model konstruk reflektif berbeda
dengan konstruk formatif. Pada konstruk reflektif, uji model pengukuran
digunakan untuk uji validitas konstruk dan uji reliabilitas, maka pada konstruk
formatif tidak dapat dilakukan uji reliabilitas karena masing-masing indikator
dalam suatu variabel laten diasumsikan tidak saling berkorelasi (independen)
sehingga nilai reliabilitas tidak dapat diukur. Selain itu, untuk uji validitas pada
konstruk reflektif dilakukan dengan melakukan regresi antara masing-masing
indikator terhadap variabel, sedangkan untuk konstruk formatif tidak karena
konstruk formatif tidak memiliki nilai AVE, composite reliability, dan cronbachs
alpha (Jogiyanto, 2009).
Dalam model reflektif, jika terdapat indikator dengan nilai convergent validity,
composite reliability dan discriminant validity yang tidak memenuhi kriteria maka
harus didrop dari model karena dianggap tidak valid. Namun dalam model
formatif, dengan menghilangkan (dropping) satu indikator dalam model akan
menimbulkan persoalan yang serius. Menurut para ahli psikometri, indikator
formatif memerlukan semua indikator yang membentuk konstruk. Jadi
menghilangkan satu indikator akan menghilangkan bagian yang unik dari
konstruk laten dan merubah makna dari konstruk (Jogiyanto, 2009). Sehingga
prosedur dropping tidak dapat diterapkan dalam model formatif (Vinzi et al.,
2010). Hasil outer model berfungsi untuk mengetahui keandalan indikator, yaitu
20
indikator yang kuat ataupun yang lemah berkontribusi dalam membangun atau
mendukung konsep pengukuran konstruk.
b. Menilai Inner Model atau Structural Model
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan
antara konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian. Dalam
menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel
laten dependen. Nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel
laten independen terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh
yang substantif. Pengambilan keputusan atas penerimaan atau penolakan hipotesis
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Melihat nilai outer model masing-masing indikator. Nilai T-statistic di atas
1.282 untuk p < 0.10; 1.645 untuk p < 0.05; dan 2.326 untuk p < 0.01 (one
tailed). (Jogiyanto, 2009).
2. Melihat nilai inner model dari hubungan antar variabel laten. Nilai Tstatistic di
atas 1.282 untuk p < 0.10; 1.645 untuk p < 0.05; dan 2.326 untuk p < 0.01
(one tailed). (Jogiyanto, 2009).
21
Gambar 3 Model Pengujian Partial Least Square (PLS)
a. Goodness-fit Model
R Square
IC
M.Fisik
M.Finansial
KP 0.430816
Tabel 3 R-square
Tabel 3 menunjukkan nilai R-square sebesar 0,430816. Variabel intellectual
capital (VAICTM
), modal fisik, dan modal finansial mampu menjelaskan variabel
kinerja perusahaan (KP) sebesar 43,0816%, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain
diluar model penelitian.
b. Uji Outer Model atau Measurement Model
Gambar 4 Output Loading Factor dan Path Coefficient
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa konstruk dengan indikator formatif tidak
dapat dianalisis dengan melihat convergent validity, composite reliability, dan
22
discriminant validity. Karena konstruk formatif pada dasarnya merupakan
hubungan regresi dari indikator ke konstruk latennya, maka cara menilainya
adalah dengan melihat nilai signifikansi dari koefeisien regresi tersebut yang
terdapat pada output outer weights. Nilai Tstatistic di atas 1.282 untuk p < 0.10;
1.645 untuk p < 0.05; dan 2.326 untuk p < 0.01 (one tailed). (Jogiyanto, 2009).
Berdasarkan hasil pengujian outer model dengan PLS sebagaimana ditunjukkan
gambar 4 di atas, diketahui bahwa dari tiga indikator yang membentuk VAICTM
,
VACA dan VAHU yang memiliki nilai t-statistics signifikan pada p < (0.01).
Pada konstruk laten modal fisik, aset lancar signifikan pada p < (0.01) dan aset
tetap signifikan pada p < (0.05). Pada konstruk laten modal finansial , indikator
yang signifikan pada p < (0.01) adalah ekuitas dan kewajiban lancar. Sementara
indikator-indikator untuk kinerja pasar hanya PBV yang signifikan pada
p < (0.05). Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4 Result for Outer Weight
Original
Sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(|O/STERR|) Keterangan
STVA -> IC -0.407721 -0.363463 0.360702 0.360702 1.130352 t-stat < t-tabel
VACA -> IC 1.062637 1.011624 0.185665 0.185665 5.723411*** t-stat > t-tabel (0.01)
VAHU -> IC -0.837146 -0.821806 0.290137 0.290137 2.885351*** t-stat > t-tabel (0.01)
AL -> M.Fisik 8.447754 9.881822 3.490527 3.490527 2.420195*** t-stat > t-tabel (0.01)
AT -> M.Fisik -7.615571 -9.307362 3.800820 3.800820 2.003665** t-stat > t-tabel (0.05)
EK -> M.Finansial -4.723461 -4.951129 1.513889 1.513889 3.120085*** t-stat > t-tabel (0.01)
KL -> M.Finansial 5.390991 5.438797 1.215964 1.215964 4.433512*** t-stat > t-tabel (0.01)
KTL -> M.Finansial -0.008591 0.010174 0.112715 0.112715 0.076220 t-stat < t-tabel
PBV -> KP 0.850387 0.679945 0.371250 0.371250 2.290605** t-stat > t-tabel (0.05)
PER -> KP 0.272247 0.365053 0.415314 0.415314 0.655522 t-stat < t-tabel
Keterangan: * signifikan pada p < 0.10; ** p < 0.05; *** p < 0.01 (1-tailed)
23
Tabel 4 menunjukkan hasil pengujian outer model. Berdasarkan hasil uji outer
model hipotesis penelitian, dapat dilihat bahwa untuk konstruk laten intellectual
capital, indikator yang signifikan terhadap VAICTM
pada perusahaan Automotive
and Allied Product di Indonesia tahun 2007-2011 adalah Value Added Capital
Employed (VACA) dengan nilai original sample 1,062637 dan nilai t-statistik
5,723411 serta Value Added Human Capital (VAHU) dengan nilai original
sample 0,837146 dan nilai t-statistik 2,885351. Hal ini menunjukkan bahwa
indikator VACA yang memiliki pengaruh paling tinggi terhadap VAICTM
pada
perusahaan Automotive and Allied Product di Indonesia, hal ini menggambarkan
bahwa perusahaan tersebut mengandalkan tiap-tiap unit modal fisiknya sebagai
faktor utama untuk menciptakan value added perusahaan, lalu mengembangan
sumber daya manusianya (pengetahuan dan skill karyawan) dari setiap rupiah
yang diinvestasikan untuk karyawan.
Pada konstruk laten modal fisik, seluruh indikator signifikan yaitu aset lancar
dengan nilai Original Sample 8,447754 dan aset tetap dengan nilai Original
Sample 7,615571. Pada konstruk laten modal finansial, indikator yang signifikan
adalah ekuitas dengan nilai Original Sample 4,723461 dan kewajiban lancar
dengan nilai Original Sample 5,390991. Pada konstruk laten kinerja pasar ,
indikator yang signifikan adalah Price to Book Value (PBV) dengan nilai
Original Sample 0,850387.
c. Uji Inner Model atau Structural Model
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa IC (VAICTM
)
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (PER dan PBV). Selain itu,
24
peneliti menambahkan variabel kontrol berupa modal fisik dan modal finansial.
Dalam konteks ini, intellectual capital, modal fisik, dan modal finansial diuji
terhadap kinerja perusahaan pada tahun yang sama.
Gambar 5 Output Bootstrapping T-Statistik
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan
antara konstruk. Penerimaan pengujian hipotesis yang diajukan dapat dilihat dari
besarnya nilai t-statistik dari hubungan antar variabel laten. Nilai T-statistic di
atas 1.282 untuk p < 0.10; 1.645 untuk p < 0.05; dan 2.326 untuk p < 0.01 (one
tailed). (Jogiyanto, 2009).
Tabel 5 Hasil Uji Inner Model
Original
Sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(|O/STERR|) Keterangan
IC -> KP 0.391257 0.423590 0.185690 0.185690 2.107043** t-stat > t-tabel (0.05)
M.Fisik -> KP 0.200950 0.149470 0.152958 0.152958 1.313764* t-stat > t-tabel (0.10)
M.Finansial -> KP 0.286111 0.241477 0.117445 0.117445 2.436119*** t-stat > t-tabel (0.01)
Keterangan: * signifikan pada p < 0.10; ** p < 0.05; *** p < 0.01 (1-tailed)
25
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan hasil pengujian inner model atau model
structural yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel laten (konstruk
laten). Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hipotesis secara utuh diterima.
Artinya, Intellectual Capital berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
Automotive and Allied Product di Indonesia pada tahun 2007-2011. Sedangkan
untuk variabel kontrol modal fisik dan modal finansial juga menunjukkan hasil
yang sama yaitu berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dari hasil statistik
tersebut dapat diketahui bahwa modal finansial yang memiliki pengaruh paling
tinggi terhadap kinerja perusahaan Automotive and Allied Product di Indonesia,
artinya perusahaan tersebut masih mengandalkan dana-dana yang dimiliki
perusahaan untuk menciptakan value added dami keberlanjutan perusahaan. Hasil
ini mendukung penelitian Kuryanto (2008) yang berpendapat bahwa ada indikasi
penggunaan modal fisik dan modal finansial yang masih mendominasi untuk
memberi kontribusi pada kinerja pasar perusahaan.
Secara umum, hasil pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini relatif sama
dengan penelitian yang dilakukan Ulum (2008) yang juga menyatakan bahwa
intellectual capital berhubungan positif dengan kinerja perusahaan, penelitian
yang dilakukan Tan et al. (2007) yang melakukan penelitian di Singapura, dan
Chen et al. (2005) yang melakukan penelitian di Taiwan dengan menggunakan
sektor perbankan menyatakan bahwa tiga komponen VACA, VAHU, dan STVA
secara statistik signifikan untuk menjelaskan konstruk VAICTM
dan juga
signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
26
Hasil dari penelitian ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Firer
dan Williams (2003) untuk kasus perusahaan publik di Afrika Selatan dan
penelitian Yuniasih (2010) dan Dimitrios Maditinos (2011). Dalam penelitiannya,
Yuniasih menyatakan tidak ada hubungan positif antara intellectual capital
perusahaan publik yang terdaftar di BEI terhadap kinerja perusahaannya.
Sementara itu, Dimitrios Maditinos (2011) menyatakan bahwa hampir tidak ada
bukti statistik relevan yang menunjukkan pengaruh VAICTM
atas kinerja
keuangan dan nilai pasar perusahaan, kecuali terdapat hubungan signifikan antara
efisiensi human capital dengan kinerja keuangan.
Perusahaan Automotive and Allied Product di Indonesia secara umum telah
mampu mengoptimalkan tiga elemen utama organisasi (human capital, structural
capital, dan capital employed) yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi
yang dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan berupa keunggulan bersaing
organisasi.
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan sebagaimana yang telah disajikan
pada bagian sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan:
1. Berdasarkan hasil pengujian Partial Least Square (PLS) diketahui bahwa
secara statistik terbukti terdapat pengaruh positif intellectual capital
terhadap kinerja perusahaan, khusunya kinerja pasar yang tercermin dalam
27
PER dan PBV perusahaan Automotive and Allied Product selama lima
tahun pengamatan (2007-2011). Maka Hipotesis diterima.
2. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan PLS diketahui secara
statistik terbukti terdapat pengaruh positif modal fisik terhadap kinerja
perusahaan Automotive and Allied Product yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2007-2011.
3. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan PLS diketahui secara
statistik terbukti terdapat pengaruh positif modal finansial terhadap kinerja
perusahaan Automotive and Allied Product yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2007-2011.
4. Intellectual capital memiliki kontribusi yang lebih banyak dalam
menciptakan value added perusahaan dibandingkan dengan modal fisik
perusahaan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa saran untuk perbaikan penelitian
serupa di masa yang akan datang, yaitu :
1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk meneliti pengaruh
intellectual capital terhadap kinerja perusahaan tahun berikutnya.
2. Human Capital dalam penelitian selanjutnya sebaiknya memasukkan jenis
tunjangan karyawan lainnya, tidak hanya menggunakan biaya gaji dan
tunjangan karyawan bagian umum dan administrasi.
3. Memperluas penelitian dengan cara memperpanjang periode penelitian
dan menambah sampel dengan memasukkan sektor-sektor lain.
28
C. Implikasi
1. Bagi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan BAPEPAM sebagai regulator,
dapat menetapkan standar yang tepat mengenai pengungkapan intellectual
capital dalam laporan keuangan perusahan.
2. Investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan sebaiknya
mempertimbangkan, tidak hanya modal fisik dan modal finansial
perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan tapi juga intellectual
capital perusahaan karena intellectual capital terbukti secara empiris
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ante Pulic. 1998. Measuring the Performance of Intellectual Potential in
Knowledge Economy (presented in 1998 at the 2nd McMaster World
Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian
Team for Intellectual Potential)
Astuti, P.D. dan A. Sabeni. 2005. Hubungan Intellectual Capital dan Business
Performance. Simposium Nasional Akuntansi VII Solo.
Badingatus Solikhah dan Abdul Rohman dan Wahyu Meiranto. 2010. “Implikasi
Intellectual Capital terhadap Financial Performance, Growth dan Market
Value; Studi Empiris dengan Pendekatan Simplistic Specification”.
Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.
Chen, Ming-Chin, et.al. 2005. An Empirical Investigation of Relationship
Between Intellectual Capital and Firm’s Market Value and Financial
Performance. Journal of Intellectual Capial. Vol. 6 No.2, pp. 159-176.
Bradford.
Farah Mrgaretha dan Arief Rakhman. 2006. Analisis Pengaruh Intellectual Capital
Terhadap Market Value dan Financial Performance Perusahaan dengan
Metode Value Added Intellecual Capital. Jurnal Bisnis Akuntansi Vol.8,
No.2
29
Firer, S dan Williams, M. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures of
Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No. 3, pp.
348-360.
Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika. Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS
17. Semarang: Penerbit BPUNDIP.
Ghozali, Imam. 2006. Structural Equation Modelling; Metode Alternatif dengan
PLS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.
19. Jakarta: Salemba Empat.
Imam Ghozali. dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.
Imaningati. 2007. Pengaruh Intellectual Capital pada Nilai Pasar Perusahaan
dan Kinerja Perusahaan. Program Studi Magister Akuntansi Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informatika. Yogyakarta: Penerbit
Andi
Jogiyanto. 2009. Konsep & Aplikasi PLS untuk Penelitian Empiris. Yogyakarta:
Penerbit BPFE-Yogyakarta.
Kieso, Donald E. et al., 2001. Akuntansi Intermediate. Edisi Kesepuluh. Jakarta:
Erlangga.
Kuryanto, Benny dan M.syafruddin. 2008. Pengaruh Modal intelektual Terhadap
Kinerja Perusahan. Simposium Nasional Akuntansi XI.
Neil Rupidara. 2008. “Modal Intelektual dan Strategi Pengembangan Organisasi
dan Sumber Daya Manusia”. Paper disajikan pada Diskusi Modal
Intelektual UKSW. Salatiga, 21 Februari 2008.
Pulic, A. 1998. Measuring the performance of intellectual potential in knowledge
economy. available at: www.vaic-on.net
Purnomosidhi, Bambang. Januari 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual
pada Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.
9, No. 1, Hal. 1-20.
Sangkala. 2006. Intellectual Capital Management. Jakarta. YAPENSI
Subramanyam dan John. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kesatu.
Jakarta: Salemba Empat.
30
Subramanyam dan John. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Jakarta:
Salemba Empat.
Serra Ekowati, Oman Rusmana, dan Mafudi.2011. Penaruh Modal Fisik, Modal
Finansial, Dan Modal Intelektual Tehadap Kinerja Perusahaan Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.
Tim Penyusun. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.
Penerbit Universitas Lampung: Bandar Lampung.
Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali, dan Anis Chariri. 2008. Intellectual Capital Dan
Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis Dengan Pendekatan
Partial Least Squares. Simposium Nasional Akuntansi XI.
Ulum, Ihyaul. 2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Woodcock, J., H.R. Whiting. 2009. “Intellectual Capital Disclosure by Australian
Companies”. Paper accepted for presentation at the AFAANZ
Conference, Adelaide, Australia. Juli 2009
Yuniasih, Ni Wayan, Dewa Gede Wirama, dan I Dewa Nyoman Badera. 2010.
Eksplorasi Kinerja Pasar Perusahaan: Kajian Berdasarkan Modal
Intelektual (Studi Empiris Pada Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
_______ , Indonesia Capital Market Directory 2006 - 2011
________. “Soft Copy Laporan Keuangan”. www.idx.co.id.
________.“Software Java Runtime Environment”.
http://java.sun.com/j2se/1.4/2/download.html. (diakses Juni 2012).
________.”Software Smartpls 2.0 M3”. www.smartpls.de. (diakses Juni 2012).
www.businessdictionary.com/definition/intellectual-capital.html
www.duniainvestasi.com
www.idx.co.id
www.yahoofinance.com