Post on 22-Nov-2021
i
PENGARUH ASIMETRIS INFORMASI DAN
KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN
TERHADAP BUDGETARY SLACK
PADA SKPD KAB.LUWU
SKRIPSI
OLEH: MAGFIRAH.R 105731132116
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR 2020
ii
PENGARUH ASIMETRIS INFORMASI DAN
KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN
TERHADAP BUDGETARY SLACK
PADA SKPD KAB.LUWU
SKRIPSI
Oleh
MAGFIRAH.R
NIM 105731132116
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Akuntansi (S1)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
iii
MOTTO HIDUP
“Dan (Ingatlah Juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-ku sangat pedih”.(Q.S
Ibrahim:7)
“Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan ALLAH”
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Allah SWT. Atas rahmat yang diberikan
Ibu, Bapak, serta Kakak tersayang yang tak henti-hentinya mendoakan
dan memberikan dukungan.
Teman-teman terkasihku GIRL’S dan sahabat sejak dibangku sekolah
serta seluruh pihak yang selalu men-support dan menyertai
Serta untuk semua orang yang bertanya kapan saya wisuda.
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
MAGFIRAH. R, 2020. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Budgetary Slack Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh pembimbing I Ismail Badollahi dan pembimbing II Muhammad Nasrun.
Asimetri Informasi berpengaruh meningkatkan terjadinya Budgetary Slack dalam proses penyusunan anggaran kepemerintahan. Dibawah Asimetri Informasi maka Budget Slack akan menjadi lebih besar karena informasi yang tidak sama mendorong bawahan atau pelaksana anggaran membuat pebedaan yang jelas terhadap penyusunan anggaran. Sedangkan Ketidakpastian lingkungan yang tinggi menyebabkan terjadinya sebuah penyesuaian terhadap kondisi organisasi dengan lingkungan yang tidak dapat dipastikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asimerti informasi dan ketidakpastian lingkungan terhadap kesenjangan anggaran (Budgetary Slack) Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu . Jenis dari penelitian ini adalah kuantitatif dengan tekhnik pengumpulan data menggunakan kuisioner yang disebar pada instansi pemerintah daerah. Melalui Metode Ordinary Least Square, ditemukan hasil bahwa asimetri informasi dan ketidakpastian lingkungan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kesenjangan anggaran.
Kata Kunci : Asimetri Informasi, Ketidakpastian Lingkungan, Budget Slack,
viii
ABSTRACT
MAGFIRAH. R, 2020. The Impact of Assimetric Information and Environment Uncertainties to the Budgetary Slack on Luwu’s Local Government. Thesis for Accounting Program of the Economic dan Business Faculty Muhammadiyah University of Makassar, Supervised by I Ismail Badollahi and mentor II Muhammad Nasrun.
Information asymmetry has the effect of increasing the occurrence of Budgetary Slack in the government budgeting process. Under Information Asymmetry, the Budget Slack becomes bigger because different information encourages budget executives to create gaps in budget preparation. Meanwhile, high environmental uncertainty causes an unexpected adjustment to the organization with uncertain conditions.
This study aims to determine the effect of assimilation of information and environmental uncertainty on the budget gap (Budgetary Slack) in the Local Government of Luwu Regency. This type of research is quantitative with data collection techniques using questionnaires distributed to local government agencies. Through the Ordinary Least Square Method, it was found that information asymmetry and environmental uncertainty had a positive and significant effect on the budget gap.
Key Words: Assimetric Information, Environment Uncertainties, Budgetary Slack
ix
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tidak ternilai
manakala Penulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Asimetris Informasi Dan
Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Budgetary Slack Pada SKPD
Kab.Luwu.”
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan program sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tua penulis bapak Alm.RASDIN dan ibu MUSRIFAH yang
senangtiasa memberi harapan, semangat,perhatian, kasih sayang dan do’a tulus
tampa pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senangtiasa mendukung
dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar
atas segala pengorbanan, dukungan dan do’a restu yang telah diberikan dengan
keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah kalian
berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan dan
akhirat.
x
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terimakasih banyak di sampaikan
dengan hormat kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong,SE.,MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Imail Badollahi, SE., M.Si. AK. CA. CSP., Selaku Ketua Program
Studi Akuntani Universitas Makasar dan selaku Pembimbing I yang
senangtiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis,
sehingga skripsi selesai dengan baik.
4. Bapak Muhammad Nasrun,S.ST.,M.Si, Ak, CA, CPA, Selaku Pembimbing II
yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga
ujian skripsi.s
5. Bapa\Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah.
6. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
7. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis program stusi
Akuntansi angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit
bantuannya.
xi
8. Untuk sahabat terkasihku GIRL’S yang selama kurang lebih 4 tahun terakhir
selalu meluangkan waktunya untuk mensuport dan membantu penulis dalam
banyak hal.
9. Terimakasih untuk semua kerabat yang tidak dapat saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan semua
dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini sungguh
masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utama para
pembaca yang budiman, penulis senangtiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak uatamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar
Billahi fii sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr,Wb
Makassar, …. … 2021
MAGFIRAH.R
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................................... I
SAMPUL ................................................................................................................. II
PERSEMBAHAN .................................................................................................... III
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. IV
KATA PENGANTAR ............................................................................................... V
ABSTRACK ......................................................................................................... VIII
DAFTAR ISI ........................................................................................................... IX
DAFTAR TABEL .................................................................................................... XI
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... XII
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 10
A. .......................................................................................................................... T
injauan Teori .............................................................................................. 10
B. ..........................................................................................................................
Tinjauan Empiris ........................................................................................ 23
C. .......................................................................................................................... K
erangka Pemikiran ..................................................................................... 27
D. .......................................................................................................................... H
ipotesis Penelitian .................................................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................. 30
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 30
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................................................... 30
xiii
C. Definisi Operasional Variabel Dan Pengukuran ........................................... 31
D. Populasi Dan Sampel ................................................................................. 32
E. Jenis Pengumpulan Data ........................................................................... 34
F. Instrumen Penelitian ................................................................................... 35
G. Tehnik Analisis ........................................................................................................ 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 40
A. Hasil Analisis Data ...................................................................................... 40
B. Demografi Responden ................................................................................ 41
C. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian ...................................................... 44
D. Pengujian Instrumen Penelitian .................................................................. 47
E. Pembahasan .............................................................................................. 57
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 60
A. Kesumpulan ............................................................................................... 60
B. Saran ......................................................................................................... 60
C. Implikasi Penelitian ..................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 66
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 24
Tabel 3.1 Defini oprasional variabel ................................................................. 31
Tabel 3.2 Daftar SKPD Kab.LUWU ................................................................... 32
tabel 3.3 Tabel untuk Koresponden .................................................................. 35
Tabel 4.1 Penyebaran kuisioner ...................................................................... 40
Tabel 4.2 klasifikasi responden ......................................................................... 42
Tabel 4,3 Klasifikasi berdasarkan usia .............................................................. 43
Tabel 4.4 Klasifikasi berdasarkan penghasilan ................................................. 43
Tabel 4.5 klasifikasi berdasarkan tingkat pendidikan ........................................ 44
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi jawaban responden variabel budget slck ............ 45
Tabel 4,7 Distribusi frekuensi jawaban responden variabel asimetris informasi 46
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi jawaban responden variabel ketidakpastian
lingkungan ........................................................................................................ 47
Tabel 4.9 Hasil uji validitas variabel budget slack ............................................ 49
Tabel 4.10 validitas variabel asimetris informasi ............................................... 50
Tabel 4.11 Hasil uji validitas variabel ketidakpastian lingkungan ....................... 51
xv
Tabel 4.12 kriteria penilaian reabilitas ................................................................ 52
Tabel 4.14 hasil uji reabilitas instrumen penelitian semua variabel .................... 52
Tabel 4.15 hasil analisis koefisien determinasi .................................................. 56
Tabel 4.16 hasil analisis linear berganda ........................................................... 57
Tabel 4.17 hasil analisis uji secara parsial uji (uji T) ........................................... 59
Tabel 4,18 Hasil analisis uji secara simultan (uji F) ............................................ 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 28
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Budgetary Slack seringkali menjadi tantangan bagi pembuat kebijakan
dan penentu anggaran pemerintah. Budgetary Slack adalah Proses
penganggaran yang ditemukan adanya distorsi secara sengaja dengan
menurunkan pendapatan yang dianggarkan dan meningkatkan biaya yang
dianggarkan sehingga target anggaran dapat dengan mudah dicapai. Dengan
kata lain, adanya kesengajaan untuk menyetel target anggaran pendapatan
untuk mengontrol realisasi biaya yang akan dikeluarkan. Indikasi adanya
Budgetary Slack baru dapat dinilai pada saat anggaran direalisasikan. Slack
terjadi apabila realisasi pendapatannya cenderung melebihi target yang
ditetapkan dari anggaran dan realisasi belanja cenderung dibawah target yang
telah ditetapkan dari anggaran, Basyir (2017). Diantara proses perencanaan
menuju realisasi maka selalu ditandai dengan eksistensi dari anggaran.
Anggaran adalah cerminan dari tujuan yang akan direalisasikan oleh sebuah
organisasi pada bentuk fisik atau kenyataan. Anggaran merupakan rencana
kegiatan yang rinci dari sejumlah target yang akan dicapai oleh suatu organisiasi
yang dinyatakan dalam bentuk keuangan atau angka dari suatu kebijakan dan
harus diwujudkan dalam waktu tertentu, Nasution (2017).
Anggaran sektor publik merupakan alat pengelolaan dana publik dan
untuk melaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik. Sistem
anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi sebagai alat
untuk mencapai tujuan organisasi. Gambaran tersebut tercermin pada isi dan
besarnya anggaran, yang secara langsung mencerminkan arah dan tujuan
2
2
pelayanan masyarakat yang diharapkan. Pemberlakuan otonomi daerah
berdasarkan UU No.32 Tahun 2004, membuat pemerintah daerah Kabupaten
Luwu juga ikut mengalami perubahan sistem penganggaran. Perubahan sistem
penganggaran dari sistem anggaran tradisional (traditional budget system)
menjadi sistem berbasis kinerja (Performance budget system). Sistem anggaran
tradisional bersifat tersentralisasi. Dimana penyusunan anggaran yang dilakukan
secara terpusat, sehingga tidak ada tolak ukur penilaian kinerja dalam
pencapaian tujuan dan sasarannya serta informasi yang tidak memadai sehingga
menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Sedangkan penerapan sistem
anggaran berbasis kinerja digunakan untuk meminimalisir kelemahan dari sistem
anggaran tradisional dan menggunakan kinerja sebagai tolak ukurnya.
Anggaran dijadikan sebagai patokan Kinerja sebuah organisasi apakah
telah menyelesaikan tujuannya dengan cara yang paling optimal. Didalam
perusahaan, korelasi antara Budget Line dan Income seharusnya berbanding
terbalik, dimana Income harus berada diposisi kemungkinan tertinggi dengan
menggunakan Budget Line yang paling Minimal. Hal ini menunjukan tingkat
progresif berlawananan antara pendapatan dan biaya, semakin tinggi
pendapatan dengan biaya terendah maka menunjukan tingkat produktifitas
perusaahaan yang berada pada titik optimal. Namun, lain halnya posisi budget
pada sistem pemerintahan, dibandingkan dengan Perusahaan yang memiiki sifat
progresif terhadap budget yang berasal dari Stakeholder. Pada sistem
pemerintahan justru memiliki acuan yang berbeda, budget yang dianggarkan
adalah bentuk realisasi keuangan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah, Penyelanggaraan keuangan ini kemudian akan diawasi oleh
badan Legislatif dan otoritas keuangan. Rangkuman Anggaran Pengeluaran
3
Daerah dan realisasinya akan menjadi titik tumpu penilaian masyarakat
terhadap kinerja dan nama baik Pemerintah Daerah. Lalu, untuk mencapai tujuan
tersebut, maka pemerintah daerah akan menyusun sedemikian rupa dan
merencanakan sebaik mungkin APBD yang akan direalisasikan. Dalam kasus ini,
sering terjadi sebuah fenomena yang biasa disebut dengan Budgetary Slack.
Variabel yang mempengaruhi Budget Slack adalah karena adanya
asimetri informasi. Menurut Basyir (2016) Pengaruh informasi asimetri terhadap
timbulnya budgetary slack dimana senjangan anggaran akan menjadi lebih besar
dalam kondisi informasi asimetri karena informasi asimetri mendorong bawahan
atau pelaksana anggaran membuat senjangan anggaran. Keadaan ini terjadi
karena bawahan/ eksekutif memiliki informasi yang lebih banyak mengenai apa
yang diperlukan organisasinya dibandingkan dengan atasan/ legislatif, dan
bawahan cenderung ingin menghindari resiko dengan memberikan informasi
yang tidak sesuai sehingga memudahkan untuk mencapai target anggaran.
Variabel Asimetri Informasi diduga berpengaruh untuk meningkatkan terjadinya
Budgetary Slack dalam proses penyusunan anggaran kepemerintahan. Menurut
Irfan (2016) Asimetri informasi merupakan suatu kondisi apabila prinsipal tidak
mempunyai informasi yang cukup mengenai kinerja agen baik itu dalam kinerja
aktual, motivasi dan tujuan, sehingga atasan tidak dapat menentukan kontribusi
bawahan terhadap hasil aktual perusahaan atau organisasi, kinerja agen dinilai
berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran, maka agen termotivasi
untuk tidak memberikan seluruh informasi yang dimilikinya pada saat
perencanaan anggaran. Senjangan anggaran akan menjadi lebih besar dalam
kondisi asimetri informasi karena asimetri informasi mendorong bawahan atau
pelaksana anggaran membuat senjangan anggaran.
4
Variabel kedua yang diduga mempengaruhi Budgetary Slack Adalah
Ketidakpastian Lingkungan yang terjadi. Menurut Putri (2017) Ketidakpastian
lingkungan yang tinggi mendorong terjadinya budgetary slack karena
keterbatasan atasan dalam menganalisis seluruh informasi. Atasan perlu
bantuan bawahan untuk memproses informasi agar menghasilkan analisis yang
akurat. Kondisi ini dapat dimanfaatkan bawahan untuk melakukan tindakan
negatif demi kepentingan pribadinya dengan memberikan informasi biasa kepada
atasan. Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu faktor yang sering
menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi
dengan lingkungan. Bagi suatu organisasi, sumber utama ketidakpastian berasal
dari lingkungan yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator, dan
teknologi yang organisasi berada pada level rendah. Hal ini terjadi karena
bawahan tidak memiliki keinginan untuk memenuhi pencapaian tujuan
organisasi. Pada kondisi ketidakpastian yang tinggi individu sulit untuk
memprediksi kegagalan dan keberhasilan dari keputusan-keputusan yang
dibuatnya. ketidakpastian lingkungan adalah bentuk situasi seseorang yang
terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk
melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut. Implikasinya,
Dalam ketidakpastian yang rendah (lingkungan relative stabil), individu dapat
memprediksi keadaan dimasa yang akan datang sehingga langkah-langkah yang
akan dilakukan dapat direncanakan dengan lebih akurat. Kemampuan
memprediksi keadaan dimasa yang akan datang dengan kondisi ketidakpastian
yang rendah dapat terjadi pada kondisi dimana individu ikut berpartisipasi dalam
penyusunan anggaran. Hal tersebut juga didukung dengan kemampuan
menganalisis informasi tersebut akan mendukung atasan dalam penyusunan
5
anggaran jika bawahan bersedia memberikan informasinya kepada
atasannya. Namun bisa juga sebaliknya, jika bawahan tidak memberikan
informasi tersebut karena ada alasan kepentingan pribadi. Dalam kondisi ini
bawahan melakukan kesenjangan anggaran.
Pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Luwu dapat ditemukan juga
sebuah indikasi yang menandakan adanya budgetary slack. Kesenjangan
anggaran tidak selalu ditandai dengan ciri ciri dimana penyusun anggaran
cenderung memperkecil anggaran dan mempelebar budget, tapi juga bisa dalam
bentuk penekanan Realisasi budget yang lebih kecil dibandingkan dnegan
anggaran yang sudah ditentukan. Hal ini memiliki tujuan untuk memperlihatkan
kepada masyarakat bahwa pemerintah setempat memiliki image dan kinerja
bagus, padahal hal tersebut belum tentu sesuatu yang bersifat efisien. Pengelola
budget yang baik adalah dimana anggaran yang telah ditentukan sama persis
dengan realisasi yang dilakukan, hal ini menandakan tidak adanya sumber daya
yang terbuang sia sia atau tidak terpakai.
Berdasarkan data yang dipublikasi oleh Pemerintah Kabupaten Luwu
pada LKPD Kabupaten luwu pada tahun 2019 menunjukan bahwa terdapat
indikasi Budget Slack dimana Realisasi anggaran pendapatan cenderung lebih
kecil dibandingkan Realisasi anggaran pendapatan yang sudah ditentukan.
Realisasi anggaran pada tahun 2019 mencapai 1.473 Triliun Rupiah, sementara
Anggaran Pendapatan yang ditentukan pada tahun 2019 adalah sekitar 1.479
Triliun Rupiah. Hal ini memperlihatkan tidak tercapainya anggaran pendapatan
yang sudah pemerintah rancang di awal. Hal ini menunjukan indikasi
kesenjangan antara Anggaran Pendapatan dengan Realisasi Anggaran
Pendapatan. Sedangkan menurut Anggaran Belanja Daerah Pemerintah
6
Kabupaten Luwu menganggarkan proporsi untuk Belanja Daerah pada
tahun 2019 adalah sebesar 1.219 Triliun Rupiah. Sedangkan Realisasi Belanja
Daerah adalah sebesar 1.175 Triliun Rupiah, hal ini menandakan Realisasi
Belanja lebih kecil dari Anggaran Belanja Daerah. Hal ini berhubungan dengan
tidak tercapainya proyeksi pendapatan anggaran sehingga pemerintah harus
memperkecil belanja sehingga terjadi kesenjangan budget. Berdasarkan data
tersebut dapat dicurigai bahwa adanya kecenderungan Budget Slack pada
Pemerintahan Kabupaten Luwu.
Maka Fokus dari Penelitian ini adalah menguji faktor faktor yang
mempengaruhi Budget Slack pada pemerintahan Kabupaten Luwu, Variabel
yang diduga mempengaruhi Budget Slack adalah Asimetri Informasi dan
Ketidakpastian Lingkungan. Asimetri Informasi diduga berpengaruh terhadap
meningkatnya Budget Slack karena perbedaan informasi menimbulkan
perbedaan pemahaman antara atasan dengan bawahan, ketidak cocokan
informasi yang diberikan oleh bawahan berpotensi untuk merugikan organisasi
dan menambah biaya menjadi lebih besar dari yang seharusnya, oleh sebab itu
bisa menyebabkan terjadinya kesenjangan anggaran. Sedangkan Ketidakpastian
Lingkungan diduga berpengaruh terhadap kesenjangan anggaran dikarenakan,
untuk mencegah dan mengcover biaya yang tidak pasti yang tidak terprediksi
dimasa yang akan datang penyusun budget kadang melebihkan estimasi biaya
dan anggaran dari yang seharusnya. Maka hal ini menyebabkan terjadinya
Budget Slack. Atau terjadi sebaliknya, Budgetary Slack justru malah muncul
disaat kondisi ketidak pastian yang rendah, karena pada kondisi tersebut tidak
ada ancaman yang harus diwaspadai sehingga kedisiplinan terhadap budget
tidak begitu diperhitungkan.
7
Alasan atau motivasi dari pemilihan judul ini adalah, karena penulis ingin
menguji, Faktor faktor yang mempengaruhi Budget Slack dengan pembahasan
yang lebih inklusif. Khususnya pada penelitian ini Faktor yang mempengaruhi
Budget Slack akan lebih banyak ditinjau dari Asimetri Informasi dan
Ketidakpastian Lingkungan. Dengan arti kata lain, Pengaruh dari luar dan dalam
membawa dampak tersendiri terhadap Budget Slack.
Dampak pengaruh dari luar dan dalam ini mempengaruhi jalannya
pemerintahan selama periode dan juga mempengaruhi kebijakan yang dihasilkan
oleh pemerintah, jika seandainya terdapat gangguan dari luar atau secara
eksternal, Pengaruh tersebut diduga akan mempengaruhi Budgetary Slack dan
menganggu penganggaran yang sudah ditetapkan seefisien mungkin. Oleh
sebab itu, maka ditarik Judul dari Penelitian ini adalah “Pengaruh Asimetri
Informasi dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Budgetary Slack Pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu”.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, ialah sebagai berikut:
1. Apakah Asimetri Informasi berpengaruh terhadap Budgetary Slack pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu?
2. Apakah Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh terhadap Budgetary Slack
di Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu?
C. Tujuan penelitian
Berikut adalah tujuan yang melatar belakangi penelitian ini dalam menguji
beberapa hal sebagai berikut:
8
1. Untuk menguji Pengaruh Asimeti Informasi terhadap Budgetary Slack di
Pemerintah Kabupaten Luwu.
2. Untuk menguji Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan terhadap Budgetary
Slack di Pemerintahan Kabupaten Luwu.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Penulis Berharap penelitian ini dapat memberi kontribusi akademis bagi
siapapun juga, Memberikan Sumber pemikiran dan temuan teori terhadap
Budgetrary Slack serta hal hal yang dapat mempengaruhi penyusunan anggaran
pada Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu. Serta memberikan Kontribusi Ilmiah
dengan memberikan hasil penelitian faktor faktor yang mempengaruhi Budgetary
Slack. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan Budgetary Slack pada organisasi pemerintahan.
2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapapun, baik itu
untuk penulis sendiri sebagai bukti bahwa menambah wawasan dan pengalaman
langsung tentang penyusunan Budget dan Faktor Faktor mempengaruhi
Budgetary Slack. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi
Pemerintah Daerah sebagai bahan acuan untuk evaluasi oleh Pemerintah yang
bersangkutan dalam mengambil keputusan soal Anggaran dan penanggulangan
Budgetary Slack. Serta untuk peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini bias
digunakan sebagai bahan referensi dan salah satu sumber yang bisa dijadikan
sebagai teori pendukung.
9
3. Kebijakan Pemerintah
Melalui penelitian ini diharapkan bisa mewakili pemerintah daerah dalam
perihal penyusunan anggaran dan budget yang se-efisien mungkin, serta
pemerintah dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan dalam membuat
kebijakan dimasa yang akan datang.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Agency Theory
Agency theory muncul karena prinsipal dan agen memiliki kepentingan
yang tidak selaras. Widodo (2016) menjelaskan hubungan keagenan sebagai
“agency relationship as a contract under which one or more person (the
principals) engage another person (the agent) to perform some service on their
behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.
Dengan kata lain, teori ini mengasumsikan bahwa masing-masing individu
semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan
konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Teori keagenan menggambarkan
hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan
manajemen sebagai agen. Sebagai pihak yang dikontrak oleh pemegang saham,
manajemen bekerja demi kepentingan pemegang saham sehingga pihak
manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada
pemegang saham dalam bentuk laporan keuangan. Di sinilah peran audit
dibutuhkan oleh prinsipal untuk memeriksa laporan keuangan yang dihasilkan
oleh manajemen. Selain itu, audit diperlukan untuk memberikan penilaian.
Atas kinerja dan pertanggungjawaban yang telah disusun oleh pihak
manajemen. Setelah melaksanakan audit, pihak auditor memberikan opini yang
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemilik dalam hal
pengambilan putusan. Berdasarkan hal tersebut, auditor yang berkompetensi,
berpendidikan, dan profesional dibutuhkan oleh pemilik untuk dapat memeriksa
11
11
laporan keuangan, sehingga dapat menghasilkan pertimbangan dalam
pengambilan putusan dengan tepat. agency problem terjadi baik pada sektor
privat antara pemegang saham dan manajemen maupun sektor publik antara
politisi dan voters (rakyat). Kepentingan politisi adalah agar dapat dipilih kembali
oleh rakyat, sehingga eksekutif dapat memanfaatkan anggaran negara demi
kepentingan individu/kelompok. Oleh karena itu, rakyat membutuhkan
transparansi yang jelas dalam penggunaan anggaran negara untuk memastikan
kesejahteraan mereka terpenuhi. Maka dari pada itu untuk mengurangi asimetri
informasi antara politisi dan rakyat, laporan keuangan yang dananya berasal dari
APBN/APBD perlu diaudit oleh pihak yang independen.
Menurut Basyir (2017) teori keagenan adalah konsep yang menjelaskan
hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen, yaitu antara dua atau lebih
individu, kelompok atau organisasi. Pihak prinsipal adalah pihak yang mengambil
keputusan dan memberikan mandat kepada pihak lain (agen). Hal yang banyak
terjadi dalam teori agensi dimana agen lebih memahami perusahaan/ organisasi
sehingga menimbulkan informasi asimetri yang menyebabkan prinsipal tidak
mampu menentukan apakah usaha yang dilakukan agen benar-benar optimal.
Agen dan prinsipal di asumsikan termotivasi oleh kepentingannya sendiri,
dan seringkali kepentingan antara keduanya berbenturan. Menurut pandangan
prinsipal, kompensasi yang diberikan kepada agen tersebut di dasarkan pada
hasil, sementara menurut pandangan agen, agen lebih suka jika system
kompensasi tersebut tidak semata-mata melihat hasil tetapi juga tingkat
usahanya. Konflik kepentingan antara agen dan prinsipal akan terus meningkat,
karena prinsipal tidak dapat memonitor kegiatan agen setiap hari. Sebaliknya,
agen memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan
12
kerja dan organisasinya secara keseluruhan. Hal inilah yang menimbulkan
adanya informasi asimetri atau disebut dengan ketidakseimbangan informasi
antara prinsipal dan agen. Jika agen ikut berpartisipasi dalam proses
penyusunan anggaran serta mempunyai informasi khusus tentang kondisi unit
organisasinya, maka hal ini akan memungkinkan agen dapat memberikan
informasi yang dimilikinya untuk membantu organisasinya. Tetapi keinginan
prinsipal tidak selalu sama dengan agen sehingga hal ini dapat menimbulkan
konflik. agen cenderung memberikan informasi yang bias agar anggaran dapat
mudah dicapai sehingga rewards akan diberikan sesuai dengan pencapaian
anggaran tersebut. Kondisi inilah yang memicu terjadinya budgetary slack.
Berdasarkan Penjelasan para ahli diatas maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan mengenai inti dari teori agensi dan implikasinya kedalam
pemerintahan. Dalam hal ini Teori Agency menjelaskan hubungan timbal balik
antara Legislatif yang bersifat sebagai principal dan Eksekutif yang berperan
sebagai agen. Ditengah komunikasi antara legislatif dan eksekutif diduga dapat
menimbulkan budgetary slack. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan objektif
dan sudut pandang antara tim eksekutif dengan legislatif. Kesenjangan inilah
yang akan menimbulkan informasi yang tidak sesuai dan Budgetary Slack
dimungkinkan untuk terjadi.
2. Akuntansi Pemerintahan
Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong
pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas publik.
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
13
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan
secara periodik. Sebagai salah satu bentuk dari pertanggungjawaban dalam
penyelenggaraan pemerintahan diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, yang berupa Laporan Keuangan. Laporan
keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber
daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas. Diani (2014) menyatakan bahwa
tujuan utama dalam pelaporan keuangan organisasi non bisnis seperti unitunit
kepemerintahan yaitu untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para
penyedian dana dan pemakain lain, baik berjalan maupun potensial, dalam
membuat keputusan-keputusan rasional tentang alokasi dana ke organisasi
tersebut.
Pemerintah sudah seharusnya meningkatkan kualitas laporan keuangan
yang mengandung informasi keuangan yang dibutuhkan berbagai pihak.
Peningkatan kualitas laporan keuangan dimaksudkan agar dapat meningkatkan
kredibilitasnya, menyajikan informasi yang lengkap dan sesuai dengan
kebutuhan pemakai, dan pada gilirannya akan dapat mewujudkan transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Kualitas laporan
keuangan dapat dilihat dari karakteristik kualitatif laporan keuangan. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, adapun karakteristik kualitatif
laporan keuangan pemerintah yang merupakan prasyarat normatif sebagaimana
disebutkan dalam Rerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan antara lain
dapat dipahami (understandability), relevan (relevance), handal (reliability), dan
dapat dibandingkan (comparability). Apabila informasi yang terdapat di dalam
14
laporan keuangan pemerintah daerah memenuhi kriteria karakteristik kualitatif
laporan keuangan pemerintah seperti yang disyaratkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, berarti pemerintah daerah mampu
meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah tersebut.
3. Budget Pemerintah.
Menurut Pangkey (2016) anggaran public atau yang biasa disebut
dengan Budget pemerintah berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan
dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan
moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran publik merupakan
suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi
yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktifitas.
Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi
dana untuk tiap-tiap program dan aktifitas dalam satuan moneter penganggaran
merupakan suatu proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran
dengan tahap yang sangat rumit dan mengandung nuansa politik yang kental
karena memerlukan pembahasan dan pengesahan dari wakil rakyat di parlemen
yang terdiri dari berbagai utusan partai politik. Pada sektor publik, anggaran
harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi
masukan. Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai
dengan uang publik.
Meningkatkan kesejahteraan pemerintah daerah dituntut untuk
meningkatkan manajemen keuangan daerah fokusnya pada penyusunan
perancanaan dan pembentukan Budget, Budget adalah sesuatu yang
mempresentasikan kebutuhan, kinerja, dan arah organisasi dalam waktu tertentu.
15
Oleh sebab itu dalam gambaran Budget pemerintah daerah maka
menggambarkan kebutuhan dari Daerah tersebut secara umum, Tantangan
utama yang dihadapi oleh pemerintah adalah bagaimana mengatur Budget yang
sifatnya terbatas demi memenuhi kebutuhan alokasi yang tidak terbatas. Maka
Dalam hal ini penyusunan prioritas sangatlah perlu ditentukan sejak awal. Selain
mencerminkan kebutuhan Daerah, Budget juga berperan sebagai tolak ukur
kinerja pemerintah daerah, Dimana didalam Budget diikut sertakan bagian
penting seperti Implikasi Program Kerja, Integrasi dan Alokasi dari Keuangan
Daerah. Erlina (2017) Dari pendapat para ahli ekonomi di atas jelas bahwa
anggaran merupakan alat bantu bagi pemerintah dalam melaksanakan fungsinya
dan merupakan pedoman dalam usaha bagi pencapaian tujuan di masa akan
datang, sebagai rencana dan sasaran tertentu, anggaran membandingkan hasil
yang dicapai dengan rencana yang merupakan dasar pengendalian dan
pengkoordinasian kegiatan dari seluruh bagian-bagian yang ada dalam suatu
pemerintahan. Dengan adanya suatu rencana maka seluruh kegiatan yang ada
saling menunjang dan secara bersama menuju sasaran yang telah ditetapkan.
Disimpulkan bahwa anggaran adalah suatu rencana yang terinci dan
sistematis yang meliputi seluruh kegiatan dalam instansi pemerintahan yang
dinyatakan dalam satuan moneter dan rencana masa depan untuk jangka waktu
tertentu dan disusun secara formal, artinya bahwa anggaran tersebut disusun
dengan sengaja dan bersungguh-sungguh dalam bentuk tertulis. Didalam
penyusunan Budget Pemerintah Daerah maka diperlukan adanya Akuntabilitas
dan sifat disiplin dan jujur yang harus dimiliki oleh pemerintah daerah mengenai
penusunan rencana, dan keuangan Daerah. Anggaran adalah pernyataan
tentang estimasi kinerja yang akan dicapai selama periode tertentu dan
16
dinyatakan dalam ukuran finansial sedangkan penganggaran adalah proses atau
metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Penganggaran sektor publik
terkait dengan proses jumlah alokasi dana untuk suatu program atau kegiatan.
Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggung jawaban mengenai
integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Bentuk pertanggungjawaban ini adalah laporan keuangan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku mencakup penerimaan,
penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintah Penilaian
pemerintah telah bekerja dengan ekonomis, efisien, dan efektif atau belum bisa
dilihat dari hasil dari laporan program yang telah dilaksanakan sehingga
masyarakat bisa menilainya. Gunawan (2016).
4. Budgetary Slack
Teori mengenai Budget Slack sering di perdebatkan oleh ahli mengenai
dampak yang sebenarnya dari Slack didalam perekonomian, namun dari
sebagian besar teori menitik beratkan bahwa Budgetary Slack membawa
konsekuensi ekonomi yang negatif. Salah satunya menurut Harvey (2015) yang
menyatakan sebuah Budget Theory dimana dalam teori agensi Budget Slack
selalu mengenai kesenjangan antara sumberdaya yang tersedia dengan biaya
organisasi yang digunakan untuk mempertahankan koalisi dan nama baik.
Sebuah organisasi yang telah terinfeksi dengan indikasi Budget Slack maka tidak
lagi mengutamakan tujuan utama organisasi dan orientasi masyarakat, namun
justru terfokus pada tujuan individu yang mengatas namakan orang banyak.
Dengan hal ini dalam indikasi Budget Slack akan ditemukan didalam sebuah
organisasi beberapa kriteria seperti Managerial Biasing, Excess Consumption
dan Deceptive Behaviours. Budget Slack Membawa budaya organisasi yang
17
lebuh gelap, bersifat konsumtif, Kepemimpinan yang Bias dan adanya tingkah
laku manipulasi.
Implikasi penerapan teori keagenan dapat menimbulkan hal positif dalam
bentuk efisiensi, tetapi lebih banyak yang menimbulkan hal negatif dalam bentuk
perilaku dysfunctional. Seperti hal yang diungkapkan oleh Rukmana Paingga
(2013) menyatakan bahwa mekanisme anggaran akan mempengaruhi perilaku
bawahan yaitu mereka akan merespon positif atau negatif tergantung pada
penggunaan anggaran. Bawahan dan atasan akan berperilaku positif apabila
tujuan pribadi bawahan dan atasan sesuai dengan tujuan organisasi. Selanjutnya
bawahan akan berperilaku negatif apabila anggaran tidak diadministrasikan
dengan baik, sehingga bawahan dapat menyimpang dari tujuan organisasi.
Perilaku dysfunctional ini diwujudkan dalam Budget Slack.
Menururt Basyir (2017) budgetary slack adalah Proses penganggaran
yang ditemukan adanya distorsi secara sengaja dengan menurunkan
pendapatan yang dianggarkan dan meningkatkan biaya yang dianggarkan
sehingga target anggaran dapat dengan mudah dicapai. Budgetary slack ini
dapat terjadi oleh beberapa alasan. Ada beberapa alasan eksekutif sebagai
penyusun anggaran melakukan budgetary slack. ada tiga alasan pokok eksekutif
melakukan senjangan anggaran, yaitu (1) budgetary slack akan membuat kinerja
seolah terlihat lebih baik di mata atasan jika mereka dapat mencapai target
anggaran, (2) budgetary slack sering digunakan untuk mengatasi ketidakpastian
memprediksi masa yang akan datang, (3) pengalokasian sumber daya akan
dilakukan berdasarkan proyeksi anggaran biaya, sehingga senjangan membuat
fleksibel. Menurut HR Varian (2014) Budget Slack adalah alasan kenapa
terciptanya sebuah Dead Weight Loss dalam perekonomian. Dead Weight Loss
18
aalah istilah untuk terbuangnya Sumber daya secara sia sia karena kebijakan
yang tidak tepat. Pengalihan kebijakan tidak lagi menunjang kebutuhan yang
semestinya sehingga menyebabkan ketidak- efisienan dalam membuat
kebijakan.
Tiga penyebab utama manajer melakukan senjangan anggaran
(budgetary slack) menurut Nasution (2017): Pertama, Orang-orang yang selalu
percaya bahwa hasil pekerjaan mereka akan terlihat bagus di mata atasan jika
mereka dapat mencapai anggarannya. Kedua, Senjangan anggaran selalu
digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian. Jika tidak ada kejadian yang
tidak terduga, yang terjadi manajer tersebut dapat melampaui/mencapai
anggarannya. Ketiga, Rencana anggaran selalu dipotong dalam proses
pengalokasian sumber daya. Dalam penggunaan dana lebih dibatasi dan harus
sesuai dengan perencanaan anggaran dana yang lebih ekonomis.
Ketidaksesuaian antara penggunaan dana yang lebih besar dari anggaran dana
yang telah direncanakan sebelumnya bisa terjadi, hal ini disebut budget slack.
Menurut Kuniawati (2018) Budgetary slack dapat berdampak buruk pada
organisasi sektor publik yaitu dimana alokasi sumber daya bisa kurang optimal.
Alokasi yang kurang optimal pun dapat menurunkan efisiensi dalam suatu
organisasi. Secara kuantitatif, indikasi adanya budgetary slack baru dapat dinilai
pada saat anggaran tersebut direalisasikan. Biasanya, slack terjadi apabila
pendapatannya cenderung melebihi target yang ditetapkan dari anggaran dan
pencapaian biaya cenderung di bawah target yang telah ditetapkan dari
anggaran. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya selisih dan
dianggap menjadi pengaruh timbulnya budgetary slack. Faktor-faktor tersebut
terdiri dari banyaknya pihak yang berpartisipasi dalam proses penyusunan
19
anggaran dan seringnya seorang bawahan memberikan informasi yang bias
serta anggaran yang digunakan sebagai penilaian kinerja bawahan.
Dalam prakteknya, tidak seluruh individu dalam organisasi yang ikut
berpartisipasi dalam penyusunan budget {budgetary participation) memberikan
semua informasi yang ada (asimetri informasi) sehingga menimbulkan budgetary
slack. Slack umumnya terjadi adalah dengan meninggikan biaya sehingga misi
yang dijalankan tidak terhenti di tengah jalan, namun mudah dalam membuat
laporan yang accountable sesuai dengan anggaran. Dengan demikian slack yang
ada digunakan untuk tujuan tertentu atau disimpan untuk dapat dipergunakan di
kemudian hari pada saat kekurangan dana atau terdapat keperluan dana
mendesak, Wayang (2016).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Budgetary Slack
a. Asimetri Informasi
Asimetri informasi yaitu perbedaan informasi yang dimiliki agen dan
prinsipal, sehingga prinsipal tidak mampu memonitor kemampuan agen yang
sesungguhnya. Asimetri informasi merupakan suatu kondisi apabila prinsipal
tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai kinerja agen baik itu dalam
kinerja aktual, motivasi dan tujuan, sehingga atasan tidak dapat menentukan
kontribusi bawahan terhadap hasil aktual perusahaan atau organisasi (Irfan,
2017).
Basyir (2017) menyatakan bahwa Pengaruh informasi asimetri terhadap
timbulnya senjangan anggaran akan menjadi lebih besar dalam kondisi
informasi asimetri karena informasi asimetri mendorong bawahan atau
pelaksana anggaran membuat senjangan anggaran. Keadaan ini terjadi
karena bawahan/ eksekutif memiliki informasi yang lebih banyak mengenai
20
apa yang diperlukan organisasinya dibandingkan dengan atasan/ legislatif,
dan bawahan cenderung ingin menghindari resiko dengan memberikan
informasi yang tidak sesuai sehingga memudahkan untuk mencapai target
anggaran kinerja agen dinilai berdasarkan tercapai atau tidaknya target
anggaran, maka agen termotivasi untuk tidak memberikan seluruh informasi
yang dimilikinya pada saat perencanaan anggaran. Senjangan anggaran
akan menjadi lebih besar dalam kondisi asimetri informasi karena asimetri
informasi mendorong bawahan atau pelaksana anggaran membuat
senjangan anggaran. Hasil penelitian Basyir (2017) menyatakan bahwa
interaksi partisipasi anggaran dan asimetri informasi berpengaruh positif dan
signifikan pada senjangan anggaran.
b. Ketidakpastian Lingkungan
Menurut Putri (2017) Ketidakpastian lingkungan yang tinggi mendorong
terjadinya budgetary slack karena keterbatasan atasan dalam menganalisis
seluruh informasi. Atasan perlu bantuan bawahan untuk memproses
informasi agar menghasilkan analisis yang akurat. Kondisi ini dapat
dimanfaatkan bawahan untuk melakukan tindakan negatif demi kepentingan
pribadinya dengan memberikan informasi biasa kepada atasan.
Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu faktor yang sering
menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi
organisasi dengan lingkungan. Bagi suatu organisasi, sumber utama
ketidakpastian berasal dari lingkungan yang meliputi pesaing, konsumen,
pemasok, regulator, dan teknologi yang organisasi berada pada level rendah.
Hal ini terjadi karena bawahan tidak memiliki keinginan untuk memenuhi
pencapaian tujuan organisasi.
21
Kemampuan pihak manajemen dalam penyelarasan antara perencanaan,
pengkoordinasian dan pengendalian berbagai aktivitas dan sumber daya
yang dimiliki oleh perusahaan sangat diperlukan demi terwujudnya efektifitas
dan efisiensi perusahaan. Berkaitan dengan persaingan dewasa ini, tentunya
resiko ketidakpastian lingkungan dalam bisnis yang dihadapi oleh pihak
manajemen akan semakin tinggi pula. Ketidakpastian lingkungan merupakan
salah satu hal yang menjadi kendala dalam penyusunan anggaran.
Ketidakpastian lingkungan yang tinggi mengurangi kemampuan individu
untuk memprediksi lingkungan secara akurat. Meskipun informasi mudah
diperoleh pada kondisi ketidakpastian rendah, kemampuan analisis tetap
terbatas. Atasan tidak sepenuhnya mengambil keputusan yang optimal
karena keterbatasan dalam memproses informasi teknis yang lebih dikuasai
bawahan yang membidanginya Nitiari (2014). Ketidakpastian (uncertainty)
menurut Griffin Fatmawati (2014) adalah “suatu kekuatan pendorong yang
disebabkan oleh perubahan dan kompleksitas dan mempengaruhi banyak
keputusan organisasi”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ketidakpastian
lingkungan yang paling kecil dihadapi oleh organisasi yang berada dalam
lingkungan yang stabil dan sederhana.
Menurut Putri (2017) Ketidakpastian lingkungan rendah mendorong
terjadinya budgetary slack karena keterbatasan atasan dalam menganalisis
seluruh informasi. Atasan perlu bantuan bawahan untuk memproses
informasi agar menghasilkan analisis yang akurat. Kondisi ini dapat
dimanfaatkan bawahan untuk melakukan tindakan negatif demi kepentingan
pribadinya dengan memberikan informasi biasa kepada atasan.
Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu faktor yang sering
22
menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi
organisasi dengan lingkungan. Bagi suatu organisasi, sumber utama
ketidakpastian berasal dari lingkungan yang meliputi pesaing, konsumen,
pemasok, regulator, serta distribusi dan teknologi yang dibutuhkan. Adanya
Ketidakpastian lingkungan yang tinggi akan meningkatkan pengaruh
partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran. Dalam kondisi
ketidakpastian yang rendah, partisipasi anggaran memiliki hubungan yang
positif dengan senjangan anggaran, dan sebaliknya akan berhubungan
negatif bila kondisi ketidakpastian lingkungan tinggi. Menurut Fatmawati
(2014) ketidakpastian lingkungan sebagai volatilitas lingkungan. Volatilitas
lingkungan adalah perubahan atau variabilitas dalam lingkungan eksternal
organisasi. Ketidakpastian lingkungan yang rendah dimana lingkungan relatif
stabil, individu dapat memprediksi keadaan mendatang dan mengambil
keputusan secara lebih akurat. ketidakpastian lingkungan adalah
ketidakmampuan individu untuk menilai probabilitas seberapa besar
keputusan yang telah dibuat akan gagal atau berhasil yang disebabkan
karena kesulitan untuk memprediksi kemungkinan yang akan terjadi.
Pada kondisi ketidakpastian yang tinggi individu sulit untuk memprediksi
kegagalan dan keberhasilan dari keputusan-keputusan yang dibuatnya.
ketidakpastian lingkungan adalah bentuk situasi seseorang yang terkendala
untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk melakukan
sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut. Implikasinya, Dalam
ketidakpastian yang rendah (lingkungan relative stabil), individu dapat
memprediksi keadaan dimasa yang akan datang sehingga langkah-langkah
yang akan dilakukan dapat direncanakan dengan lebih akurat. Kemampuan
23
memprediksi keadaan dimasa yang akan datang dengan kondisi
ketidakpastian yang rendah dapat terjadi pada kondisi dimana individu ikut
berpartisipasi dalam penyusunan anggaran. Hal tersebut juga didukung
dengan kemampuan menganalisis informasi tersebut akan mendukung
atasan dalam penyusunan anggaran jika bawahan bersedia memberikan
informasinya kepada atasannya. Namun bisa juga sebaliknya, jika bawahan
tidak memberikan informasi tersebut karena ada alasan kepentingan pribadi.
Dalam kondisi ini bawahan melakukan kesenjangan anggaran.
B. Tinjauan Empiris Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Tahun
Judul
Variabel
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Kusniawati (2018).
Pengaruh
Partisipasi
Anggaran,
Penekanan
Anggaran,
Asimetri
Informasi
terhadap
Budgetary Slack
pada SKPD
Kota
Samarinda.
Budget Slack,
Partisipasi
Anggaran,
Penekanan
Anggaran,
Asimetri
Informasi
Dengan
menggunakan Hasil
Kuisioner Panel
Data dari 112 orang
Responden yang
merupakan
pegawai yang
tersebar pada
SKPD Samarinda
Kusniawati (2018). menemukan bahwa
Asimetri Informasi
terjadi karena adanya
perbedaan informasi
antara atasan dan
bawahan, namun jika
pada perusahaan/
organisasi telah
menerapkan system
kerja yang mengakar
serta menyeluruh
maka Assimetri
informasi tidak akan
terjadi
Putri
(2020)
Pengaruh Partisipasi Anggaran, Asimetri Informasi, Komitmen
Partisipasi
Anggaran,
Asimetri
Informasi,
Komitmen
Survey pada 132
orang respondne
yang bekerja pada
pemerintah daerah
Klungkung, Jawa
Menemukan bahwa
Assimetri informasi
berpengaruh positif
terhadap Budget
Slack, dikarenakan
24
Organisasi, Dan Ketidakpastian Lingkungan Pada Senjangan Anggaran.
Organisasi, Dan
Ketidakpastian
Lingkungan
Barat perberdaan informasI
menciptakan
kesenjangan pada
laporan keuangan.
Sedangkam
Partisipasi anggaran
berpengaruh negatif
pada Budget slack
dikarenakan
pernagkat daerah
menjadi lebih disiplin
disaat kondisi
lingkungan tidak dapat
diprediksi
Fitriyana, M. (2020).
Pengaruh Partisipasi Anggaran, Asimetri Informasi, Penekanan Anggaran Dan Locus Of Control Terhadap Budgetary Slack (Studi Pada Pemerintah Desa Di Kecamatan Wedi), Universitas Widya Dharma.
Budget Slack,
Uncertainty,
External
Pressure
Survey [ada 57
aparat Desa
Kecamatan Wedi.
Asimetri informasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap budgetary
slack pada
pemerintah desa di
Kecamatan Wedi. Ini
terjadi karena
semakin tinggi
asimetri informasi
maka akan semakin
tinggi senjangan
anggaran yang terjadi
pada pemerintah desa
di Kecamatan Wedi.
Terjadinya asimetri
informasi karena
adanya
ketidakseimbangan
dalam kepemilikan
informasi antara
manajer atas dan
manajer bawah
seperti melaporkan
anggaran dibawah
kinerja yang
diharapkan serta
membuat target
anggaran yang mudah
tercapai.
25
Nasution
D. A. D
(2020)
“Effect of Budgetary Participation on the Budgetary Slack with Information Asymmetry, Environmental Uncertainty, and Budget Emphasis as Variables Moderation.” Budget Emphasis, Budgetary Participation, Budgetary Slack, Information Asymmetry, Environmental Uncertainty
Budget Slack,
Information
Assymetry,
Environtmental
Uncertainty
Dengan metode
penelitian
penyebaran
kuisinair pada 105
sampel di 27 SKPD
Sulawesi Selatan.
Hasil dari penelitian
menunjukan bahwa
Budget Participation
memiliki dampak
positif signifikan
terhadap Budgetary
Slack.Semakin
banyak orang yang
berpengaruh dalam
penyusunan Budget
maka akan
memperbesar
kemungkinan untuk
terjadinya Slack.
Semua hal tersebut
dikarenakan oleh
adanya
kecenderungan untuk
meningkatkan
keuntungan pribadi
diatas kepentingan
organisasi. Assymetric
Informartion terbukti
positif signifikan pada
Budget Slack.
Uncertainty Bersifat
bersifat Negatif pada
Budget Slack.
Kusuma
I.C (2018)
Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Slack Anggaran Dengan Penekanan Anggaran Dan Ketidakpastian Lingkungan Sebagai Variabel
Moderating
Partisipasi
Anggaran,
Penekanan
Anggaran
Ketidak Pastian
Lingkungan
Metode kuantitatif dengan pendekatan hubungan kausalitas atau sebab akibat. Sampling pada penelitian ini menggunakan purposive sampling, jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 48 responden. Metode analisis data dengan menggunakan
Partisipasi anggaran secara parsial memiliki pengaruh negatif serta signifikan terhadap slack anggaran hotel-hotel berbintang di Kota Bogor. Partisipasi anggaran serta ketidakpastian lingkungan memiliki pengaruh signifikan terhadap slack anggaran hotel-hotel berbintang di
26
analisis regresi berganda
Kota Bogor. Artinya bahwa variabel ketidakpastian lingkungan memoderasi (memperkuat) hubungan pengaruh antara partisipasi anggaran padaslack anggaran.ketidakpastian lingkungan berperan sebagai variabel
moderating dan
merupakan Quasi
Moderating
Nasution,
M. B.
(2017).
Pengaruh
Asimetri
Informasi, Job
Relevant
Information Dan
Efektivitas
Pengendalian
Anggaran
Terhadap
Budgetary Slack
(Studi Empiris
Pada Skpd Kota
Padang)
Budgetary Slack, Asimetri Informasi, Job Relevant Information, Efektivitas Pengendalian Anggaran.
Pemilihan sampel dengan metode total sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda, dengan kesenjangan anggaran sebagai variabel terikat. asimetri informasi, job relevant information dan efektivitas pengendalian sebagai variabel bebas.
asimetri informasi memiliki pengaruh terhadap budgetary slack. asimetri informasi memiliki pengaruh signifikan positif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa job relevant information memiliki pengaruh secara signifikan positif terhadap budgetary slack
Frihatni, Abbas (2020).
"The Effect Of Environment Dimensions Of Contingency On Budgetary Slack." Sebagai Pemoderasi
Budget Slack,
Information
Assymetry,
Environtmental
Uncertainty,
Organizational
Comittment
Sampel penelitian ini adalah 60 auditor internal pemerintahan BPKP di Sulawesi Selatan.
Assimetri Informasi berpengaruh posititf terhadap Budget Slack dikarenakan baik itu bawahan atau atasan masing masing harus memiliki hubungan komunikasi dua arah agar tidak terjadi perbedaan persepsi dan tujuan. Semakin besar
ketidakpastian
27
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan teori dan review penelitian terdahulu sebelumnya maka
dapat ditarik sebuah kerangka pikir dari penelitian ini yang diadopsi melalui teori
dan kerangka pikir penelitian terdahulu yang digabungkan oleh penulis sesuai
dengan metode penelitian maka berikut Kerangka konseptual yang menjabarkan
Asimetri Informasi dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Budgetary Slack
seperti yang dijabarkan didalam kerangka dibawah ini:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Sumber : Data diolah, 2021
lingkungan yang
dihadapi maka akan
memperbesar
kemungkinan
terjadinya budget
slack dalam
organisasi.
Asimetri Informasi
(X1)
Ketidakpastian
Lingkungan (X2)
Budgetary
Slack (Y)
(Y)
28
D. HIPOTESIS
a. Asimetri Informasi berpangaruh positif terhadap Budgetary Slack
Asimetri informasi yaitu perbedaan informasi yang dimiliki agen dan
prinsipal, sehingga prinsipal tidak mampu memonitor kemampuan agen yang
sesungguhnya. Asimetri informasi merupakan suatu kondisi apabila prinsipal
tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai kinerja agen baik itu dalam
kinerja aktual, motivasi dan tujuan, sehingga atasan tidak dapat menentukan
kontribusi bawahan terhadap hasil aktual perusahaan atau organisasi (Irfan,
2016). Seperti yang ditemukan oleh Basyir (2016) yang telah membuktikan
bahwa dimana Asimetri Informasi Berpengaruh positif dan siginifikan
mempengaruhi Budgetary Slack. Maka dapat ditarik hypothesis pertama dari
penelitianini yaitu sebagai berikut.
H1: Asimetri Informasi berpengaruh positif terhadap Budgetary Slack
b. Ketidakpastian lingkungan berpengaruh positif terhadap Budgetary
Slack.
Ketidakpastian Lingkungan adalah bentuk dari kondisi lingkungan baik
secara geografis, ekonomis, dan politik yang tidak dapat ditaksir atau tidak
menentu. Semakin tinggi ketidak pastian lingkungan diduga akan
mempengaruhi Budgetary Slack. Sebab, Budgetary Slack sering kali dijadikan
tameng untuk menghadapi perubahan Lingkungan yang tiba tiba. Hal ini juga
ditemukan oleh Nasution (2020) dimana Ketidakpastian Lingkungan
berpengaruh terhadap Budgetary Slack dan signifikan, maka dapat ditarik
hipotesis kedua sebagai berikut:
H2: Ketidakpastian lingkungan berpengaruh positif terhadap Budgetary
Slack.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian
Jenis Metodologi penelitian ini bersifat Kuantitatif. Menurut Sugiyono
(2011) Metode penelitian Kuantitatif adalah penilitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Kausal
Komparatif (Causal Comparative Reasearch) Dimana pengertiannya menurut
Sugiyono (2011) Kausal Komparatif merupakan tipe penelitian dengan
karakteristik masalah yang berisi hubungan sebab akibat antara dua variabel
atau lebih. Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis fakta yang
terjadi sebagai variabel yang dipengaruhi dan melakukan penyelidikan terhadap
variabel-variabel yang mempengaruhi.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah SKPD Kabupaten Luwu dengan tujun
menganalisis secara rinci identifikasi Budgetary Slack pada Instansi
pemerintahan Kabupaten Luwu. Pemilihan Instansi akan di sesuaikan dengan
merata dan menyebar pada SKPD Kabupaten Luwu. Terutama diprioritaskan
Intansi yang paling dekat guna mengefisiesnsi proses penelitian dan
30
mempermudah penarikan sampel. Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu
pada bulan Desember 2020-januari 2021..
C. Defenisi Operasional Variabel
Tabel 1.3
Defenisi Operasional Variabel
No Variabel Defenisi Operasional Variabel
Indikator Sumber
1
Budget Slack (Y)
Proses penganggaran
yang ditemukan adanya
distorsi secara sengaja
dengan menurunkan
pendapatan yang
dianggarkan dan
meningkatkan biaya
yang dianggarkan
1) Pencapaian anggaran
2) Standar anggaran
3) Batasan anggaran
4) Tuntutan anggaran,
5) Target anggaran,
6) Tingkat kesulitan
pencapaian target
anggaran.
Basyir, A. A. (2017)
2
Asimetri Informasi
(X1)
Atasan mungkin
mempunyai
pengetahuan dan
wawasan yang lebih dari
pada bawahan ataupun
sebaliknya.
1) Kecukupan
informasi
2) Informasi organisasi
3) Informasi pekerjaan
4) Informasi kinerja
potensial
5) Pemahaman
informasi
6) Kesesuain informasi
Basyir, A. A. (2017)
3
Ketidakpastian Lingkungan (X3)
Perubahan yang tidak menentu dari Lingkungan sekitar dan bersifat mendadak.
1) Keyakinan dengan
metode yang
digunakan.
2) Perolehan informasi
penting untuk
mendukung keputusan.
3) Unsur diluar
pengendalian yang
dapat mempengaruhi
suatu keputusan.
4) Tekanan dari pusat
5) Situasi politik
Putri S. T., Tanjung, A. R., & alamsyah Hasan, M. (2017).
31
D. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2011) Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas : obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Pada penelitian ini populasinya adalah SKPD Kabupaten Luwu
yang terdaftar. Berikut daftar SKPD yang akan diteliti :
Tabel 3.2
DAFTAR SKPD
NO NAMA INSTITUSI/SKPD
1. Dinas pendidikan
2. Dinas kesehatan
3. Dinas pertanian
4. Dinas perikanan
5. Dinas dukcapil
6. Dinas koperasi UMKM
7. Dinas perhubungan dan kominfo
8. Dinas tata ruang
9. Dinas pendapatan daerah
10. Dinas pekerjaan umum
11. Dinas perpustakaan dan kearsipan
12. Dinas pengendalian penduduk dan KB
13. Dinas perdagangan
14. Dinas sosial
15. Dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu
2. Sampel
Sampel Menurut Sugiyono (2011) adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk sampel yang
diambil dari populasi harus betu-betul representative (mewakili) keadaan
sebenarnya dari lapangan. Pegawai Instansi level bawah/ Menengah
32
yang berperan dalam penyusunan budget, seperti pegawai tata usaha
dan keuangan. Metode pengambilan sampling yang digunakan didalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan Rumus Slovin dalam
Sugiyono (2011).
2)(1 eN
Nn
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal
N = jumlah populasi keseluruhan
e = persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan
pengembalian sampel yang masih dapat ditolerir atau
digunakan, (1%,5%,10%).
Berdasarakan data SKPD Kabupaten Luwu terbaru, diketahui
bahwa jumlah pegawai negeri yang tercatat adalah sebanyak 5567 orang
pegawai, Oleh karena itu untuk menemukan kisaran jumlah sampel
minimal maka akan dioperasikan jumlah tersebut kedalam Rumus Slovin
sebagai berikut:
Berdasakan perhitungan formulasi diatas maka didapatkanlah
jumlah sampel minimal pada penilitian ini sebanyak 100 sampel. Namun
untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih berkualitas maka tidak
33
menutup kemungkinan jika pada penelitian ini akan menggunakan sampel
yang berlebih dari jumlah minimal. Teknik pengambilan sampel
menggunakan non probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel Sugiyono
(2011).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan metode Studi Lapangan (Field
Research) adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mendekati
langsung responden baik dengan melakukan wawancara, observasi, maupun
dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini yang menjadi subjek
penelitian adalah pegawai negeri yang terlibat dalam penyusunan budget atau
bekerja dibidang keuangan. Data penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner, yaitu suatu pengumpulan data digunakan dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden
dengan harapan responden memberikan jawaban yang sebenarnya sesuai
dengan apa yang mereka alami.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien, metode angket
atau kuesioner cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar
diwilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan
tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau
dikirim melalui pos, atau internet Sugiyono (2011). Untuk mendapatkan data
primer maka peneliti menggunakan angket atau kuesioner yang diukur dengan
34
skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert,
variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Semua instrumen
menggunakan skala likert, dengan 5 skala nilai yaitu:
Tabel 3.3
Skor Untuk Jawaban Responden
Pilihan Jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Netral (N) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
G. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji validitas
Menurut Situmorang (2011), validitas menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu pengukuran
instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur
construct sesuai dengan tujuan dan harapan peneliti. Uji validitas dilakukan
dengan membandingkan nilai corrected item – total correlation atau disebut
denganr hitung pada setiap butir pertanyaan terhadap nilai rtabel. Pengujian
validitas akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS, dengan
kriteria sebagai berikut:
Jika r ≥ 0.361, maka butir instrumen tersebut dinyatakan valid.
Jika r < 0.361, maka butir instrumen tersebut dinyatakan tidak
valid.
35
b. Uji reabilitas
Menurut Situmorang dan Luthfi (2011) Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala
yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat
pengukur tersebut reliabel. Reliabilitas menunjukkan akurasi dan konsistensi
dari pengukurannya. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap
subjek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa butir pertanyaan disebut reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pertanyaan bersifat konsisten dari waktu ke waktu.
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Menurut Situmorang dan Luthfi (2011), regresi linear berganda
ditujukan untuk menentukan hubungan linear antar beberapa variable bebas
yang biasa disebut X1,X2,X3,X4 dan seterusnya dengan variabel terikat yang
disebut Y. hubungan fungsional antara variabel terikat dan variabel bebas di
buat sebagai berikut :
Keterangan:
Y = Budget Slack
X1 = Asimetri Informasi
X2 = Ketidakpastian Lingkungan
a = Konstanta
b = Slope / Koefisien
36
Analisis regresi linear berganda memerlukan pengujian secara
serempak dengan menggunakan F hitung. Signifikansi ditentukan dengan
membandingkan F hitung dengan F tabel atau melihat signifikansi pada
output SPSS. Dalam analisis regresi linear berganda memerlukan pengujian
asumsi klasik untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan
benar-benar bebas dari adanya gejala heterokedastisitas, gejala
multikolinearitas, gejala autokorelasi. Pallant (2013).
H. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini maka digunakan dua jenis uji
hipotesis secara statitistik yaitu Uji Serentak atau yang biasa disebut dengan Uji
F, dan Uji Parsial atau Uji T. Kedua uji tersebut dirincikan dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Uji Serentak (Uji F)
Pengujian F statistik merupakan pengujian regresi secara keseluruhan
yang menunjukkan apakah variabel bebas secara keseluruhan mempunyai
pengaruh terhadap variabel terikat, Sugiyono (2011).
Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan sebesar 5%
untuk mendapatkan nilai Ftabel, sedangkan untuk menarik kesimpulan dari
persamaan yang didapat, digunakan pedoman H0 diterima, jika Fhitung ≤ Ftabel atau
sig F ≥ α (0,05) dan H1 diterima, jika Fhitung> Ftabel atau sig F < α (0,05)
b. Uji Signifikasi Parsial (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat Penelitian ini
dilakukan dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,5. Menurut Sugiyono
37
(2011) Untuk menguji hipotesis ini dilakukan dengan cara membandingkan
thitung dengan t-tabel dengan ketentuan sebagai berikut H0 diterima, jika thitung ≤
ttabel atau sig t ≥ α (0,05), dan H1 diterima, jika thitung > ttabel atau sig t < α (0,05).
c. Analisis Koefisien Determinasi ( R2 )
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh
antar variabel yang diteliti, maka dihitung koefisien determinasi (Kd) dengan
asumsi dasar faktor-faktor lain diluar variabel dianggap konstan atau tetap. Nilai
variabel bebas ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Semakin
besar nilai koefisien determinasi, maka menunjukkan bahwa persamaan regresi
yang dihasilkan baik untuk mengestimasi variabel terikat. Sugiyono (2011).
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Data
Pada bagian ini akan dijelaskan hasil analisis mengenai “Pengaruh
Assimetri Informasi Dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Budgetary Slack
Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu” Pembahasan hasil analisis akan
dimulai dari analisis kualitatif yang meliputi profil responden, uji validitas dan
reliabilitas, analisis deskripsi variabel penelitian, uji asumsi klasik, analisis regresi
linier berganda, dan pengujian hipotesis. Penjelasan pada bab sebelumnya
bahwa pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara memberikan
kuesioner kepada responden penelitian yaitu Pegawai negeri yang bekerja pada
15 instansi SKPD di Pemerintahan Kabupaten Luwu. Penelitian ini disebarkan
sebanyak 230 kuesioner dengan target 100 responden. Kuesioner yang
dikembalikan sebanyak 100 eksemplar, dimana dapat disimpulkan bahwa
persentase responden sebanyak 100%. Kuesioner yang terjawab lengkap
dengan baik dan layak dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 100 kuesioner.
Tabel 4.1
Penyebaran Kuisioner
R
No Keterangan Jumlah Presentase
1 Kuesioner Disebar 230 eksemplar 100%
2 Kuesioner Kembali 100 eksemplar 75^%
3 Kuesioner yang Dapat Diolah 100 eksemplar 75%
Sumber: Data Diolah Penulis
39
incian perolehan kuesioner dalam penelitian ini dapat dilihat pada
lampiran rekapitulasi data. Setelah data terkumpul, kemudian data diedit
(editing), diberi kode (coding), dan ditabulasikan (tabulating).
B. Demografi Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 230
responden pada 15 Instansti Pemerintahan Kabupaten Luwu maka dapat
diidentifikasikan mengenai sebaran responden pada tiap instansi dan
karakteristik responden seperti dibawah ini :
1. Sebaran Responden Pada Setiap Instansi
Sebaran responden yang diambil pada setiap intansi Pemerintahan
Kabupaten Luwu yang dijadikan sebagai Lokasi penelitian. Responden dalam
penelitian ini berjumlah dengan 230 orang dimana pada setiap instansi
pengambilan responden mewakili 10 hingga 15 orang, dengan target 100
responden kembali.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan Jenis Kelamin koresponden, maka jumlah responden dari
penelitian ini yang dapat di olah oleh peneliti sebanyak 100 dengan dikategorikan
jumlah responden pria dan wanita sebagai data dibawah ini:
Tabel 4.2
Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Presentase
1 Pria 58 58%
2 Wanita 42 42%
Total 100 100%
Sumber: Data Diolah Penulis
40
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat disimpulkan bahwa responden dala
penelitian ini sebagian besar adalah laki-laki sebanyak 58 responden atau 58%.
Sedangkan perempuan sebanyak 42 responden atau 42% dari total sampel. Hal
ini dikarenakan bahwa dalam pengambilan sampel di lapangan mayoritas
responden pria yang lebih mudah untuk ditemui dan bersedia untuk membantu
proses wawancara dan pengisian kuisioner.
3. Usia
Berdasarkan usia dari responden yang dapat diolah peneliti sebanyak
100, maka responden dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan kedalam
kelompok umur sesuai tabel yang ada dibawah ini. Hal tersebut dikarenakan saat
pengambilan responde tidak membedakan usia, oleh karena itu terbentuklah
responden dari berbagai kalangan usia seperti yang ditunjukan oleh tabel
dibawah ini:
Tabel 4.3
Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Persentase
1 <25th 8 8%
2 25-35 57 57%
3 36-45 33 33%
4 >45th 2 2%
Total 100 100%
Sumber: Data Diolah Penulis Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat disimpulkan bahwa responden
dalam penelitian ini adalah sebagian besar berusia 25-35 tahun yaitu sebanyak
57 responden atau sebesar 57%. Sedangkan sebagian kecil responden berusia
<25 tahun yaitu sebanyak 8 responden atau sebesar 8%. Hal ini menunjukkan
41
bahwa dari segi umur pegawai yang menjadi Responden dalam penelitian ini
mayoritas berada pada kisaran umur 25 tahun ketas.
4. Penghasilan.
Berdasarkan klasifikasi menurut penghasilan dari 100 responden yang
dapat diolah peneliti, maka responden dalam penelitian ini dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
Tabel 4.4
Klasifikasi Responden Berdasarkan Penghasilan
Berdasarkan dari data tabel 4.4 diatas terlihat bahwa sebagian besar dari
responden memiliki pendapatan yang berkisar 4,4 juta keatas. Pendapatan
tersebut diklasifikasikan sebagai pendapatan menengah, sedangkan responden
dengan posisi pendapatan yang berkisar 2,5 juta – 4,5 juta hanya berkisar 37
orang dari total responden.
5. Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan responden sebanyak 230 dan sebanyak
100 eksmpler yang kembali yang yang dapat diolah peneliti, maka responden
dalam penelitian ini dapat dikelompokkan kedalam tabel dibawah ini :
Penghasilan Jumlah Persentase
2,5 juta - 4,5 juta 37 37%
4,5 juta Keatas 63 63%
Sumber: Data Diolah Penulis
42
Tabel 4.5
Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
D
A
Dari data tabel 4.5 diatas dapati dilihat bahwa kebanyakan dari
responden adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan telah
menyelesaikan gelar sarjana dengan presentase 58%, sedangkan bagi
responden yang memiliki pendidikan tinggi setelah paska sarjana yaitu sebesar
24%. Sebagian lainnya masih tamatan SMA biasanya diwakili oleh pegawai
honorer yaitu sebesar 18%.
C. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel Budgetary Slack sebagai variabel
dependen, sedangkan variabel Independen adalah faktor faktor yang
mempengaruhi terjadinya Budget Slack yaitu Asimetri Informasi dan
Ketidakpastian Lingkungan. Penyusunan Kuisioner merujuk pada indikator yang
mewakili masing masing variable. Berikut ini akan dideskripsikan jawaban
responden terhadap masing-masing variable penelitian berdasarkan bulir dari
setiap pertanyaan pada kuisionair seperti dibawah ini.
No Pendidikan Jumlah Persentase
1 SD/SMP/SMA 18 18%
2 Sarjana D1/D2/D3/S1 58 58%
3 Pasca Sarjana S2/S3 24 24%
Total 100 100%
Sumber: Data Diolah Penulis
43
1. D
istribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Variabel Budget Slack.
Dalam penelitian ini, untuk variabel Budget Slack menggunakan 5
instrumen pernyataan, instrumen pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Variabel Budget Slack.
2. D
istribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Variabel Asimerti
Informasi
No Karakteristik Variabel Penelitian SS S N TS STS Total
1 Terkadang instansi tempat saya bekerja
sering mengalami masalah untuk
mencocokkan anggaran dengan realisasi
7 25 28 39 1 100
2 Instansi tempat saya bekerja mengalami
kesulitan dalam menjalankan program
dikarenakan anggaran yang tidak sesuai
18 25 50 6 1 100
3 Intansi tempat saya bekerja sering
menghadapi target anggaran yang cukup
sulit.
14 29 53 4 0 100
4 Beberapa program yan direncakan oleh
instansi saya terkadang gagal terlaksana
karena permasalahan anggaran
15 19 54 12 0 100
5 Saya memahami konsep kesenjangan
anggaran, dan berusaha untuk
meminimalkan agar hal itu tidak terjadi
8 40 47 4 1 100
44
Dalam penelitian ini, variabel Asimetri Informasi menggunakan 5
instrumen pernyataan, instrumen pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel :
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Variabel Asimerti
Informasi
3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Variabel Ketidakpastian
Lingkungan
Dalam penelitian ini, variable Ketidakpastian Lingkungan menggunakan 5
instrumen pernyataan, instrumen pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
No Karakteristik Variabel Penelitian SS S N TS STS Total
1
Pada saat bekerja saya pernah
mendapatkan informasi yang berbeda dari
yang seharusnya.
5 39 49 7 0 100
2
Kecukupan informasi sangat diperlukan
dalam bekerja, jika informasi tidak cukup
maka itu akan mempengaruhi kinerja dan
program yang akan dikerjakan
7 21 62 10 0 100
3
Dalam bekerja, saya pernah mendapatkan
hambatan eksternal namun itu
mempengaruhi kinerja saya 7 28 55 10 0 100
4
Saya sangat memahami setiap informasi
dari instansi tempat saya bekerja mulai
dari Program, sumberdaya. Alur pekerjaan
dan tujuan organisasi
15 19 54 12 0 100
5
Saya mengenali dengan baik asal usul
berdirinya instansi saya dan memahami
budaya kerja yang ada
8 40 47 4 1 100
45
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Variabel Ketidakpastian Lingkungan
D. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Data
Pengujian validitas dilakukan dengan metode korelasi yaitu dengan melihat
angka koefisien (rxy) dan nilai signifikansinya (probabilitas statistik) pada item
korelasi yang menyatakan hubungan antara skor pertanyaan dengan skor total.
Dengan jumlah sampel uji coba kuesioner sebanyak 100 responden, maka
dilakukan analisis korelasi antara skor pertanyaan dengan skor total. Apabila nilai
rxy > r-tabel = 0,1964 atau sig. < 0,05, maka dapat dinyatakan item tersebut
No Karakteristik Variabel Penelitian SS S N TS STS Total
1
Saya sering menyesuaikan cara kerja saya
dengan kondisi yang sedang terjadi. 6 28 54 11 1 100
2
Keadaan yang tidak terprediksi dimasa
yang akan datang mempengaruhi kinerja
organisasi yang akan dilaksanakan.
9 24 35 25 7 100
3
Terkadang dalam bekerja saya pernah
mendapatkan hambatan diluar kendali
instasi yang saya pimpin.
11 25 48 11 5 100
4
Tekanan dari pemerintah pusat seperti
peraturan, pembatasan hak dan wewenang
serta kebijakan baru, mempengaruhi
rencana program instansi.
16 22 50 10 2 100
5
Situasi politik yang tidak kondusif kadang
mempengaruhi kinerja dan Budget
anggaran tempat saya bekerja.
7 22 61 10 0 100
46
valid, sehingga seluruh pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid. Nilai r
tabel yang digunakan adalah dengan titik signifikansi dua arah dengan rentang
signifikansi sebesar 5%. Selanjutnya kuesioner tersebut akan digunakan dalam
penelitian. Nilai rxy harus lebih besar dari nilai r-tabel yang telah ditentukan.
Berikut adalah hasil dari uji validitas pada masing masing variabel penelitian ini.
a. Validitas Variabel Budget Slack
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel budget Slack
Dari tabel tersebut terlihat setiap butir dari variabel Budget Slack secara
keseluruhan menunjukkan nilai r-hitung lebih besar dari nilai tabel (rtabel Product
moment), pada taraf signifikan (P) 5% dan df = 100 yang menunjukkan angka
0,1964. Table di atas perbandingan tersebut ,maka seluruh butir-butir pernyataan
yang terdapat pada variable Budget Slack (Y) dapat dinyatakan valid atau dapat
mewakili nilai yang sebenarnya dari penelitian.
b. Validitas Variabel Assimetri Informasi
Variabel No.
Butir
𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒓𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍𝟓% Status
N = 100 Df = N =100
Validitas Variabel
Budget Slack
Y.1 0,813 0,1964 Valid
Y.2 0,798 0,1964 Valid
Y.3 0,788 0,1964 Valid
Y.4 0,777 0,1964 Valid
Y.5 0,668 0,1964 Valid
Sumber Data diolah SPSS 20.0
47
Berikut adalah hasil dari Uji Validitas dari Variabel Asimetri Informasi
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.10
Validitas Variabel Asimetri Informasi
Tabel diatas tersebut terlihat setiap butir variable Asimeteri Informasi
secara keseluruhan menunjukkan nilai r-hitung lebih besar dari nilai tabel (rtabel
Product moment), pada taraf signifikan (P) 5% dan df = 100 yang menunjukkan
angka 0,1964 dari perbandingan tersebut maka seluruh butir-butir pernyataan
dari variable Asimetri Informasi (X1) dinyatakan valid.
c. Validitas Ketidakpastian Lingkungan
Berikut adalah hasil dari Uji Validitas dari Variabel Ketidakpastian
Lingkungan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Variabel Ketidakpastian Lingkungan
Variabel No. Butir
𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒓𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍𝟓% Status
N = 100 Df = N =100
Validitas
Variabel
Asimetri
Informasi
X1.1 0,725 0,1964 Valid
X1.2 0,844 0,1964 Valid
X1.3 0,733 0,1964 Valid
X1.4 0,599 0,1964 Valid
X1.5 0,704 0,1964 Valid
Sumber Data diolah SPSS 20.0
𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒓𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍
48
Tabel tersebut terlihat setiap terlihat setiap butir dari variabel
Ketidakpastian Lingkungan secara keseluruhan menunjukkan nilai r-hitung lebih
besar dari nilai tabel (rtabel Product moment), pada taraf signifikan (P) 5% dan df
= 100 yang menunjukkan angka 0,1964 dari perbandingan tersebut maka seluruh
butir-butir pernyataan dari variabel Ketidakpastian Lingkungan (X2) dinyatakan
valid.
2. Uji Realibilitas Data
Untuk pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik cronbach alpha
dengan jumlah sampel uji coba kuesioner sebanyak 100 responden. Suatu
instrumen penelitian dinyatakan reliabel apabila nilai ralpha > 0,6. Perhitungan
reliabilitas alat ukur penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 20.0
Berikut ini adalah hasil reliabilitas dari kuisioner penelitian :
Tabel 4.12
Kriteria Penilaian Reliabilitas
Interval Tingkat Hubungan
< 0,6 Kurang baik
0,6-0,7 Dapat diterima
0,8 Baik
0,9 Sangat baik
Sumber: U Sekaran ( 2016)
Variabel No. Butir
𝟓% Status
N = 100 Df = N =100
Validitas Variabel
Ketidakpastian
Lingkungan
X1.1 0,725 0,1964 Valid
X1.2 0,844 0,1964 Valid
X1.3 0,733 0,1964 Valid
X1.4 0,599 0,1964 Valid
X1.5 0,704 0,1964 Valid
Sumber Data diolah SPSS 20.0
49
Tabel 4.13
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Semua Variabel
Dari tabel 4.14 di atas terlihat seluruh instrumet berdasarkan analisis
reliabilitas atas variabel penelitian menunjukkan bahwa nilai Cronbanch’s alpha
untuk semua variabel adalah diatas 0,6. Untuk itu seluruh variable dalam
penelitian ini bisa dikatakan reliable (handal).
3. Analisis Regresi
a. Analisis Koefisien Determinasi
Uji determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien
determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
Variabel
N=100
Rule of thumb
Keputusan
Jumlah item pernyataan
Cronbach Alpha
Budget Slack (Y)
6 0,827 0,6 Reliable
Asimetri Informasi (X1)
5 0,776 0,6 Reliable
Ketidakpastian Lingkungan (X2)
4 0,794 0,6 Reliable
Data diolah SPSS 20
50
menerangkan variasi dari variabel dependen. Koefisien determinasi dapat
diperoleh dengan cara mengkuadratkan koefisien korelasi atau R Squared (R2).
Hasil uji determinasi dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14
Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Mod
el
R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Chang
e
df1 df2 Sig. F
Change
1 .584a .341 .328 2.71819 .341 25.140 2 97 .000
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Data Diolah SPSS 20
Dari hasil tabel 4.14 diatas dapat dilihat bahwa nilai koefeisan determinasi
(Adjusted R Square) adalah sebesar 0,584 dimana dapat diartikan bahwa,
kekuatan variabel independen yaitu Asimetri informasi (X1) dan Ketidakpastian
Lingkungan (X2) dalam mempengaruhi variabel dependen Budget Slack (Y)
adalah sebesar 54%. Sedangkan sisanya 46% dipengaruhi faktor lain di luar
penelitian.
b. Analisis Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk menguji pengaruh
simultan maupun parsial dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel
terikat. dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan persamaan
51
kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS). Hasil pengujian regresi
linear berganda dapat dilihat pada tabel 4.15 sebagai berikut:
Tabel 4.15
Hasil Analisis Linear Berganda
Data diolah SPSS 20
Berdasarkan dari hasil Regresi Linear berganda diatas maka dapat
dituliskan kedalam persamaan dibawah ini:
Y= a + B1X1 + B2X2
Y= -0,213+0,717 X1 + 0,32 X2
Keterangan:
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standard
ized
Coefficie
nts
T Sig. 95.0% Confidence
Interval for B
Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Lower
Bound
Upper
Bound
Tolera
nce
VIF
1
(Const
ant) -.213 2.495
-.085 .932 -5.165 4.739
X1 .717 .107 .569 6.707 .000 .505 .929 .943 1.060
X2 .321 .084 .325 3.833 .000 .155 .487 .943 1.060
a. Dependent Variable: Y
52
Y = Budget Slack
X1 = Assimetri Informasi
X2 = Ketidakpastian Lingkungan
Dimana dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan mengansumsikan bahwa semua variabel independen adalah nol
maka dapat diartikan nilai dari kemungkinan terjadinya budget slack akan
sebesar -0.213.
2. Koefisien regresi variable Assimetri informasi (X1) adalah sebesar 0,717
dimana dapat diartikan bahwa setelah adanya peningkatan oleh 1 % oleh
variable Asimetri Informasi maka Budget Slack akan meningkat sebesar
0,717.
3. Koefisien regresi variabel Ketidakpastian Lingkungan (X2) adalah sebesar
0,321 dimana dapat diartikan bahwa setelah adanya peningkatan oleh 1 %
oleh variabel X2 maka Ketidakpastian Lingkungan akan meningkat sebanyak
0,321.
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Secara Parsial (uji t)
Analisis pengujian individual atau parsial (Uji t) diperlukan untuk
mengetahui bahwa variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadapvariabel dependen. Pengambilan keputusan dalam uji ini
didasarkan pada tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Hasil uji T dapat
dilihat pada tabel 4.16 berikut :
53
Tabel 4.16
Hasil Analisis Uji Secara Parsial (uji t)
Data Diolah SPSS 20
Berdasarkan tabel hasil uji T maka dilakukan uji parsial berikut adalah
pengujiannya digunakan T hitung dengan melihat hasil T hitung pada tabel 4.16
Berdasarkan uji parsial yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1) Pengujian Hipotesis Variabel Asimetri Informasi (X1) Pengujian terhadap
hipotesis ini dilakukan melalui pengujian p-value dari variable Asimetri
Informasi. Hipotesis pertama penelitian ini menyatakan Asimetri informasi
(X1) berpengaruh terhadap Budget Slack (Y). Dari hasil analisis di atas,
dihasilkan nilai nilai p-value atau signifikansi adalah sebesar 0,000. Pada
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficient
s
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Consta
nt) -.213 2.495
-.085 .932
X1 .717 .107 .569 6.707 .000
X2 .321 .084 .325 3.833 .000
a. Dependent Variable: Y
54
tingkat signifikasi α=5%, nilai tersebut dinyatakan signifikan karena nilai p-
value 0,000<0,05. Sedangkan menurut ketentuan hasil yang diperoleh untuk t
tabel dengan signifikan 0,05 dan derajat df = n-k atau 100-6=94, didapatkan
nilai acuan t- tabel sebesar 1,960. jika dibandingkan dengan nilai T hitung
yang diperoleh yaitu 6707 maka nilai t hitung lebih besar dari nilai t-tabel
(6707>1,960). oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Asimetri Informasi
(X1) berpengaruh signifikan terhadap Budget Slack (Y) sehingga hipotesis
pertama penelitian ini didukung dengan menerima H1 dan menolak H0.
2) Pengujian Hipotesis Variabel Ketidakpastian Lingkungan (X2) Hipotesis
kedua penelitian ini menyatakan Ketidakpastian Lingkungan (X2)
berpengaruh terhadap Budget Slack (Y) Dari hasil analisis di atas, dihasilkan
nilai nilai p-value sebesar 0,000. Pada tingkat signifikasi α=5%, nilai tersebut
dinyatakan signifikan karena nilai p-value 0,000< 0,05. Sedangkan menurut
ketentuan hasil yang diperoleh untuk t tabel dengan signifikan 0,05 dan
derajat df = n-k atau 100-6=94, didapatkan nilai acuan t- tabel sebesar 1,960.
Jika dibandingkan dengan nilai T hitung yang diperoleh yaitu 3,833 maka nilai
t hitung lebih besar dari nilai t-tabel (3,833>1,960). oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa Ketidakpastian Lingkungan (X2) berpengaruh signifikan
terhadap Budget Slack (Y) sehingga hipotesis kedua penelitian ini didukung
dengan menerima H2 dan menolak H0.
b. Uji Secara Simultan ( Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Hasil dari uji F ditunjukkan oleh tabel 4.18 dibawah ini:
Tabel 4.17
55
Hasil Analisis Uji Secara Simultan (uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 371.501 2 185.750 25.140 .000b
Residual 716.689 97 7.389
Total 1088.190 99
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
Dari tabel ANOVA di dapat nilai F hitung sebesar 25,140 dengan tingkat
probabilitas signifikansi 0,000. Karena probabilitas signifikan jauh lebih kecil dari
5% atau 0,000 < 0,05 maka Ho di tolak dan Ha diterima. Hal ini berarti variabel
Asimetri Informasi (X1), Ketidakpastian Lingkungan (X2), Berpengaruh Signifikan
terhadap Budget Slack (Y).
E. Pembahasan
1. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Budget Slack
Berdasarkan uraian dari analisis regresi dan hasil Hipotesis, telah
disimpulkan bahwa Faktor Asimetri Informasi (X1), (Dapat Diandalkan)
Berpengaruh secara positif dan Signifikan terhadap Budget Slack (Y). Hal ini
ditandai dengan nilai T hitung yang diperoleh lebih besar dari nilai t-tabel
(6707>1,960). Terbukti bahwa, semakin besar Asimetri Informasi terjadi pada
sebuah instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu maka juga akan
mempengaruhi peningkatan terjadinya Budget Slack. Hal ini juga didukung oleh
penelitian terdahulu oleh Putri (2020) Yang menemukan bahwa Assimetri
informasi berpengaruh positif terhadap Budget Slack, dikarenakan perberdaan
56
informasi menciptakan kesenjangan pada laporan keuangan. Perbedaan
informasi ini biasanya paling sering terjadi pada informasi biaya, karena biasanya
perspektif atasan dan bawahan dalam soal biaya biasanya berbeda. Ini
menyebabkan terjadinya kesenjangan dikarenakan informasi yang tidak sama.
Hal yang sama juga ditemukan oleh Fitrayana (2020) Asimetri informasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap budgetary slack pada pemerintah
desa di Kecamatan Wedi. Ini terjadi karena semakin tinggi asimetri informasi
maka akan semakin tinggi senjangan anggaran yang terjadi pada pemerintah
desa di Kecamatan Wedi. Hal yang menyebabkan asimetri informasi terjadi
karena adanya ketidakseimbangan dalam kepemilikan informasi antara manajer
atas dan manajer bawah seperti melaporkan anggaran dibawah kinerja yang
diharapkan serta membuat target anggaran yang mudah tercapai. Hasil dari
penelitian ini disimpulkan bahwa Asimetri Informasi terbukti berpengaruh positif
dalam mempengaruh Budgetary Slack pada Pemerintahan Kabupaten Luwu.
2. Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Budget Slack
Berdasarkan uraian dari analisis regresi dan hasil Hipotesis, telah
disimpulkan bahwa Faktor Ketidakpastian Lingkungan (X2) Berpengaruh secara
positif dan Signifikan terhadap Budget Slack (Y). Hal ini ditandai dengan nilai T
hitung yang diperoleh lebih besar dari nilai t-tabel (3,833>1,960). Terbukti bahwa,
semakin tinggi tingkat Ketidakpastian Lingkungan maka akan secara positif
meningkatkan Budget Slack. Ketidakpastian Lingkungan dalam hal ini mencakupi
beberapa ruang lingkup yaitu, Kondisi ekonomi yang terjadi saat itu, tekanan dari
pemerintahan pusat, situasi politik dan adanya kebijakan baru. Pada penelitian ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh
terhadap Budget Slack. Hal ini juga didukung oleh penlitian terdahulu dari
57
penelitian lainnya yang mendukung hasil hipothesis ini dari Frihatni Abbas (2020)
yang menemukan bahwa Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh secara
signifikan terhadap Budget Slack. Hal ini dikarenakan adanya sebuah momen
atau peristiwa yang tidak diduga mampu merubah rencana budget yang telah
ditentukan dengan baik dengan secara instan, kesenjangan pun sewaktu waktu
bisa terjadi dengan mudah dibawah kondisi lingkungan yang tidak menentu.
Kusuma (2018) juga menemukan bahwa Ketidakpastian lingkungan adalah salah
satu faktor yang mensuport terjadinya Budget Slack sebagai pemoderasi.
Penelitian ini dibawah tekanan lingkungan yang tidak dapat terprediksi partisipasi
anggaran makin cepat dalam mempengaruhi budget slack. Dimana dapat
diartikan bahwa adanya sebuah kecenderungan antara pihak yang menyusun
budget untuk melakukan kesenjangan dibawah tekanan lingkungan tak menentu
dengan alasan kondisional.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini akan disajikan mengenai kesimpulan dari penelitian yang
telah dilakukan oleh penulis, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
Asimetris Informasi dan Ketidakpastian lingkungan terhadap Budgetary slack
pada SKPD Kab.Luwu, maka diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel Asimetri Informasi terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap Budgetary Slack Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu. Hal ini
karena perbedaan informasi mempengaruhi pencatatan biaya dan anggaran
yang ada pada sebuah instansi.
2. Variabel Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap Budgetary Slack Pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Luwu. Hal ini dikarenakan sutuasi yang tidak menentu mampu
mempengaruhi anggaran yang telah direncanakan.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas, terdapat beberapa saran yang diberikan penulis
kepada pihak perusahaan,yaitu:
1. Untuk pemerintah daerah diharapkan untuk menunjang system penyusunan
anggaran yang transparan, terbuka, apa adanya dan berdasarkan keadaan
sebenarnya. Sebagai peneliti berharap bahwa pemerintah daerah memiliki
tanggung jawab dan kepercayaan yang baik tentang anggaran dan memiliki
dialog yang transparan dengan masyarakat mengenai penyusunan rencana
60
anggaran, rencana jangka pendek, dan rencana jangka panjang demi
memajukan daerah.
2. Untuk instansi yang terkait. Diharapkan untuk instansi-instansi daerah,
yaitu SKPD Kab.Luwu agar membudayakan nilai lembaga, transparan,
jujur, dan adil serta terbuka dalam melaksanakan dialog dengan
masyarakat, dikarenakan pada saat penelitian terkadang ada sebagian
instansi yang masih kurang tebuka untuk menerima dialog dari peneliti.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan sampel yang digunakan hendaknya dapat
diperbesar sehingga dapat mewakili jumlah populasi yang ada. Misalnya
sebanyak 300-400 kuesioner. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk
menambah variabel penelitian agar dapat mengetahui lebih banyak lagi
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Budget Slack pada
penyusunan anggaran yang tidak termasuk didalam penelitian ini.
C. Impilkasi Penelitian
1. Pemerintah Daerah Kabubapten Luwu
Melalui penelitian ini diharapkan Pemerintah Kabupaten Luwu dapat
menjadikan teori dan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan
dalam membantu agar terhindarnya kesenjangan saat menyusun
anggaran serta mendapatkan sedikit acuan tentang hal hal apa saja yang
dapat mempengaruh kesenjangan anggaran.
2. Masyarakat dan peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi ilmiah yang
berkaitan dengan persoalan kesenjangan anggaran untuk penelitian
berikutnya.
60
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S., & Nazry, R. (2015). Analisis Varian Anggaran Pemerintah Daerah.
Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis, 6(2). Andriyani, L., DP, E. N., & Anggraini, L. (2016). Pengaruh Tekanan Eksternal,
Komitmen Manajemen, Ketidakpastian Lingkungan, Gaya Kepemimpinan, Dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Penerapan Transparansi Pelaporan Keuangan (Survei Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Pelalawan). Riau University
. Asiri, N., Khan, T., & Kend, M. (2020). Environmental management accounting in the
Middle East and North Africa region: Significance of resource slack and coercive isomorphism. Journal of Cleaner Production, 121870.
Erlina, A. S. and I. Muda (2017). "Antecedents of Budget Quality Empirical Evidence
from Provincial Government In Indonesia." International Journal of Economic Research 14(12): 301-312.
Basyir, A. A. (2017). Pengaruh partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan
kapasitas individu terhadap budgetary slack pada skpd pemerintah kota samarinda. AKUNTABEL, 13(2), 82-102.
Diani, D. I. (2014). "Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Pemanfaatan Sistem
Informasi Akuntansi Keuangan Daerah Dan Peran Internal Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Pariaman)." Jurnal Akuntansi 2(1).
Hudha, C. (2017). "Pengaruh tingkat pendidikan, pengetahuan akuntansi dan
pelatihan akuntansi terhadap penggunaan informasi akuntansi dimoderasi ketidakpastian lingkungan usaha kecil menengah." Jurnal Ekonomi Pendidikan dan Kewirausahaan 5(1): 68-90.
Fatmawati, I., & Widyaningsih, A. (2014). Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap
Senjangan Anggaran: Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan sebagai Variabel Moderating. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan, 2(2), 338-351.
Fitriyana, M. M. (2020). PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, ASIMETRI
INFORMASI, PENEKANAN ANGGARAN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP BUDGETARY SLACK (Studi pada Pemerintah Desa di Kecamatan Wedi), Universitas Widya Dharma.
Gunawan, D. R. (2016). "Penerapan Sistem E-Budgeting Terhadap Transparansi
61
Dan Akuntabilitas Keuangan Publik (Studi Pada Pemerintah Kota Surabaya)." AKRUAL: Jurnal Akuntansi 8(1): 72-102.
Harvey, M. E. (2015). The effect of employee ethical ideology on organizational
budget slack: An empirical examination and practical discussion. Journal of Business & Economics Research (JBER), 13(1), 83-90.
Huseno, T. (2017). Pengaruh Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi Dan
Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Senjangan Anggaran Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Teori dan Riset Administrasi Publik, 1(1).
Kusniawati, H., & Lahaya, I. A. (2018). Pengaruh Partisipasi Anggaran, Penekanan
Anggaran, Asimetri Informasi terhadap Budgetary Slack pada SKPD Kota Samarinda. AKUNTABEL, 14(2), 144-156.
Kusuma, I. C., & Hidayat, H. (2018). Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Slack
Anggaran Dengan Penekanan Anggaran Dan Ketidakpastian Lingkungan Sebagai Variabel Moderating (Survei Pada Hotel Berbintang Di Kota Bogor). JURNAL AKUNIDA, 4(1), 35-44.
Murtin, A., & Septiadi, T. B. (2016). Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Kejelasan
Sasaran Anggaran terhadap Budgetary Slack Dengan Informasi Asimetri, Komitmen Organisasi, dan Budget Emphasis Sebagai Pemoderasi. Journal of Accounting and Investment, 12(2), 175-184.
Nasution, D. A. D. (2020). Effect of Budgetary Participation on the Budgetary Slack
with Information Asymmetry, Environmental Uncertainty, and Budget Emphasis as Variables Moderation. The International Journal of Business Management and Technology, 4(2), 113-120.
Nasution, M. B. (2017). PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, JOB RELEVANT
INFORMATION DAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN ANGGARAN TERHADAP BUDGETARY SLACK (Studi Empiris pada SKPD Kota Padang). Jurnal Akuntansi, 5(1).
Nitiari, N. L. N., & Yadnyana, K. (2014). Pengaruh Partisipasi Penganggaran,
Komitmen Organisasi, Dan Ketidakpastian Lingkungan Pada Senjangan Anggaran. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 9(3), 829-841.
Okafor, C., & Otalor, J. (2018). Budget Participation And Budgetary Slack: Evidence
From Quoted Firms In Nigeria. International Journal of Accounting and Finance (IJAF), 7(2), 106-118.
Pangkey, I. and S. Pinatik (2016). "Analisis Efektivitas dan Efisiensi Anggaran
Belanja pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara." Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 3(4).
62
Pamungkas, I. M. B. W., ADIPUTRA, I. M. P., SE, S., & Sulindawati, N. L. G. E.
(2014). Pengaruh partisipasi anggaran, informasi asimetri, budaya organisasi, kompleksitas tugas, reputasi, etika dan self esteem terhadap budgetary slack (studi pada satuan kerja perangkat daerah kabupaten jembrana). JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Undiksha, 2(1).
Pallant, J. (2013). SPSS survival manual: McGraw-Hill Education (UK). Pradita, K. D., Hartono, A., & Mustoffa, A. F. (2019). Pengaruh Tekanan Eksternal,
Ketidakpastian Lingkungan, dan Komitmen Manajemen terhadap Penerapan Transparansi Pelaporan Keuangan. ISOQUANT: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, 3(2), 87-100.
Purwantini, C., & Suratno, I. B. (2015). Perbedaan Partisipasi Anggaran Ditinjau dari
Jenis Jabatan, Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin dan Pengalaman Kerja (Studi Empirik pada Perguruan Tinggi Swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta). Journal of Accounting and Investment, 8(1), 33-45.
Putra, B. M. (2016). "Pengaruh Tekanan Eksternal, Pengendalian Internal,
Ketidakpastian Lingkungan, Komitmen Manajemen dan Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Penerapan Transparansi Pelaporan Keuangan." Skripsi Repository Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Putri, K. E. Y. and S. A. P. A. Indraswarawati (2020). "PENGARUH PARTISIPASI
ANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, KOMITMEN ORGANISASI, DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN PADA SENJANGAN ANGGARAN." Hita Akuntansi dan Keuangan 1(1): 49-73.
Putri, S. T., Tanjung, A. R., & alamsyah Hasan, M. (2017). Pengaruh Partisipasi
Anggaran Terhadap Budgetary Slack Dengan Asimetri Informasi, Ketidakpastian Lingkungan, Komitmen Organisasi, Dan Reward Sebagai Variabel Moderating Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Di Provinsi Riau. Riau University.
Ridha, M. A., & Basuki, H. (2012). Pengaruh tekanan eksternal, ketidakpastian
lingkungan, dan komitmen management terhadap penerapan transparansi pelaporan keuangan. Simposium Nasional Akuntansi, 15.
Rifqi, R. A., Subekti, I., & Rahman, A. F. (2017). The Effect of Budget Participation to
Budgetary Slack with External Pressure as Moderating Variable. Journal of Accounting and Business Education, 2(1), 178-201.
Rukmana, P. (2013). Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Asimetri Informasi
Terhadap Timbulnya Budget Slack (Studi Empiris Pada Pemerintah Kota Padang). Jurnal Akuntansi, 1(1).
63
Setiawan, B. M., & Ghozali, I. (2016). The effect of budget participation on budgetary
slack in local government with organizational commitment and environmental uncertainty as the moderating variable. International Journal of Applied Business and Economic Research, 14(10), 7099-7120.
Sugiyono, P. (2011). Metodologi penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Alpabeta, Bandung.
Shujun, S. (2019). Literature Review on the Budget Slack. Paper presented at the
2019 3rd International Conference on Education, Management Science and Economics (ICEMSE 2019).
Suputra, I. D., Suardhika, I. M. S., & Ardianti, P. N. H. (2015). Pengaruh
Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack dengan Asimetri Informasi, Self Esteem, Locus Of Control dan Kapasitas Individu sebagai Variabel Moderasi. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 4, 44739.
Syahrir, A. D. (2017). Pengaruh Penganggaran Partisipatif Terhadap Budget Slack
dengan Sikap sebagai Variabel Moderating. InFestasi (Jurnal Bisnis dan Akuntansi), 13(1), 243-252.
Varian, H. R. (2014). Intermediate microeconomics with calculus: a modern
approach: WW Norton & Company. Wang, P. D., & Song, J. (2012). Is budget slack immoral? Available at SSRN
2173733.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Model Summaryb
Mod
el
R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .584a .341 .328 2.71819 .341 25.140 2 97 .000
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Model Summaryb
Mod
el
R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .584a .341 .328 2.71819 .341 25.140 2 97 .000
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Correlations
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y
Y1
Pearson Correlation 1 .575** .498** .508** .482** .813**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Y2
Pearson Correlation .575** 1 .561** .504** .402** .798**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Y3
Pearson Correlation .498** .561** 1 .603** .406** .788**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Y4
Pearson Correlation .508** .504** .603** 1 .360** .777**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Y5
Pearson Correlation .482** .402** .406** .360** 1 .668**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Y
Pearson Correlation .813** .798** .788** .777** .668** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1
X1.1
Pearson Correlation 1 .624** .492** .170 .384** .725**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .092 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
X1.2
Pearson Correlation .624** 1 .516** .438** .497** .844**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
X1.3
Pearson Correlation .492** .516** 1 .280** .526** .773**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .005 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
X1.4
Pearson Correlation .170 .438** .280** 1 .221* .599**
Sig. (2-tailed) .092 .000 .005 .027 .000
N 100 100 100 100 100 100
X1.5 Pearson Correlation .384** .497** .526** .221* 1 .704**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .027 .000
N 100 100 100 100 100 100
X1
Pearson Correlation .725** .844** .773** .599** .704** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2
X2.1
Pearson Correlation 1 .550** .697** .210* .443** .763**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .036 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
X2.2
Pearson Correlation .550** 1 .655** .339** .519** .843**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
X2.3
Pearson Correlation .697** .655** 1 .238* .443** .822**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .017 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
X2.4
Pearson Correlation .210* .339** .238* 1 .345** .581**
Sig. (2-tailed) .036 .001 .017 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
X2.5
Pearson Correlation .443** .519** .443** .345** 1 .711**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
X2
Pearson Correlation .763** .843** .822** .581** .711** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.776 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
X1.1 13.2000 4.747 .555 .733
X1.2 13.3700 4.215 .726 .672
X1.3 13.3000 4.434 .610 .714
X1.4 13.4100 5.073 .352 .804
X1.5 13.2000 4.929 .540 .739
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.794 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
X2.1 12.9500 7.907 .635 .742
X2.2 13.1900 6.378 .698 .712
X2.3 12.9600 6.867 .683 .718
X2.4 12.8200 8.493 .346 .827
X2.5 12.9600 8.322 .573 .761
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.827 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Y1 13.9300 6.652 .664 .782
Y2 13.3800 7.066 .659 .782
Y3 13.3800 7.511 .667 .783
Y4 13.5400 7.221 .630 .791
Y5 13.4100 8.244 .512 .822
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 2.69059219
Most Extreme Differences
Absolute .093
Positive .093
Negative -.056
Kolmogorov-Smirnov Z .928
Asymp. Sig. (2-tailed) .356
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.