Post on 23-Sep-2015
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PENGAMATAN PROSES BLENDING BATUBARA
DI PT SUMBER KURNIA BUANA, DESA SALAM BABARIS
KECAMATAN TAPIN SELATAN, KABUPATEN TAPIN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
OLEH :
FERDIYAN C. GIRSANG (H1C111031)
BALYA MUHAMMAD AKBAR (H1C111053)
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
BANJARBARU
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan
Kerja Praktek ini untuk memenuhi tugas yang telah diberikan.
Penyusunan Laporan Kerja Praktek ini dapat tersusun dengan baik atas
bimbingan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Dr. Ing. Yulian Firmana Arifin selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Lambung Mangkurat.
2. Bapak Riswan, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknik, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
3. Ibu Sari Melati, MT selaku dosen pembimbing laporan Kerja Praktek.
4. Bapak Ahmad Sufrin . selaku Head of Human Resources General Accounting
PT. Sumber Kurnia Buana
5. Bapak Haryadi selaku Head of Geology PT. Sumber Kurnia Buana
6. Bapak Ahmad Gazali selaku Quality Control PT. Sumber Kurnia Buana
sekaligus pembimbing saya selama Kerja Praktek.
7. Karyawan PT Sumber Kurnia Buana yang telah memberikan masukan dan
pengarahannya selama Kerja Praktek.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat diharapkan.
Banjarbaru, Desember 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pesatnya kemajuan ilmu teknologi dan munculnya pemikiran-pemikiran dalam
mengelola sumberdaya alam yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
terutama batubara sumberdaya alam yang banyak sekali kegunaannya seperti
pembangkit tenaga listrik atau bahan bakar. Kalimantan Selatan merupakan salah
satu Provinsi yang mempunyai cadangan sumberdaya batubara yang cukup banyak
tersebar dimana-mana yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dan menambah
sumber devisa negara. Sedangkan, batubara adalah sumberdaya alam yang tidak bisa
diperbaharui, maka dari itu kita harus mengelolanya dengan baik.
Dalam hal ini juga berkaitan dengan adanya suatu kegiatan praktek kerja
lapangan ini yang merupakan salah satu unsur dalam dunia pendidikan dan
menambah ilmu pengetahuan. Banyak sekali perusahaan tambang yang telah
menggali dan memanfaatkan batubara sebagai salah satu komoditas ekspor dan untuk
meningkatkan komoditas ekspor batubara perlu adanya batubara dengan kualitas
yang baik. Maupun tahap-tahap penambangannya yang baik sehingga hasil yang
didapatkannya memuaskan pembeli.
Adapun blending atau mixing merupakan bagian dari kegiatan pertambangan
untuk memperoleh batubara dengan nilai kalori yang diinginkan konsumen. Hal ini
berkaitan sekali dengan pemasaran batubara itu sendiri. Manfaatnya selain untuk
mengaplikasikan semua pengetahuan yang didapat selama di bangku perkuliahan,
juga bermanfaat untuk penunjangan dalam usaha pencarian lapangan pekerjaan. Oleh
karena itu, dilakukan suatu Praktek Kerja Lapangan di PT Sumber Kurnia Buana
sebagai perusahaan yang bergerak pada dunia pertambangan terutama pada tambang
batubara.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud diangkatnya judul ini adalah untuk mengamati bagaimana proses
blending dan mengetahui perbandingan blending yang digunakan untuk memenuhi
permintaan pasar.
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah:
a. Menghitung jumlah tonase batubara dengan kalori berbeda yang harus disediakan
oleh PT Sumber Kurnia Buana untuk memenuhi permintaan pasar dengan proses
blending.
b. Menghitung ritase alat angkut (dump truck) yang diperlukan untuk kebutuhan
blending.
c. Mengetahui cara penentuan kualitas dan kuantitas batubara.
1.3. Metode Penelitian
Beberapa metode yang digunakan dalam penyusunan laporan praktek kerja
lapangan ini antara lain:
a. Metode Observasi adalah metode yang digunakan untuk menumpulkan data
dengan mengamati secara langsung dilapangan.
b. Metode Interview adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
dengan cara bertanya langsung pada karyawan atau nara sumber yang terkait.
c. Metode Literatur atau Study Pustaka adalah suatu metode yang didapat dibangku
kuliah, berupa laporan hasil praktikum dan buku yang dianggap relevan dalam
penyusunan laporan ini.
1.4. Batasan Masalah
Dalam penyusunan laporan ini penulis hanya membatasi mengenai proses
pencampuran/blending/mixing untuk mendapatkan kalori seperti yang diminta
pasar/buyer pada PT Sumber Kurnia Buana.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah dan Perkembangan PT Sumber Kurnia Buana
PT Sumber Kurnia Buana (SKB) merupakan perusahaan yang bergerak pada
kegiatan usaha pertambangan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Kantor
operasionalnya berada di Jl. A. Yani Km.88, Desa Pualamsari, Kecamatan Binuang,
Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan.
Sesuai dengan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara
(PKP2B) antara Departemen Pertambangan dan Energi dengan PT Sumber Kurnia
Buana yang telah di tandatangani pada tanggal 31 Mei 1999, PKP2B PT SKB
meliputi wilayah Kecamatan Bungur, Tapin Selatan dan Binuang di Kabupaten
Tapin dan Kecamatan Simpang Empat, di Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan
Selatan.
Proyek pertambangan batubara PT SKB dengan kode wilayah KW 98 AGB
072 meliputi luas lokasi 10,924 Ha. Lokasi ini dibagi menjadi 3 blok, yaitu blok
Karet di daerah tengah, blok Paringguling di bagian utara dan blok selain blok Karet
dan blok Paringguling, berada di bagian selatan, sedangkan lokasi stockpile berada di
desa Pualamsari, Kecamatan Binuang dengan luas area 4 Ha.
2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Secara geografis PKP2B PT SKB terletak pada 115o 6 32- 115o 15 32 BT
dan 3o
00 10- 3o 11 52 LS. Kantor site PT SKB berlokasi di Desa Pualam Sari,
Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin, Propinsi Kalimantan Selatan, dapat dicapai
melalui jalan darat dengan rute:
1. Dari Simpang Empat Banjarbaru ke Simpang Tiga Binuang dengan jarak
52km dengan waktu tempuh 80 menit dengan kondisi jalan beraspal.
2. Dari Simpang Tiga Binuang ke Desa Pualamsari berjarak 4 km dengan waktu
tempuh 10 menit dengan kondisi jalan beraspal.
3. Dari jalan Desa Pualamsari masuk menuju kantor Site PT SKB berjarak 0.5km
dengan kondisi jalan tidak beraspal.
4. Dari kantor Site PTSKB menuju daerah penelitian berjarak 17 km.
Lambung Mangkurat
Gambar 2.1
Peta Lokasi Kesampaian Daerah
2.3. Iklim dan Cuaca
Iklim adalah cuaca rata-rata dari suatu daerah atau tempat selama bertahun-
tahun, dimana iklim dipengaruhi oleh letak lintang, letak ketinggian relief terhadap
benua dan samudera, kondisi geografis lokal.
Cuaca adalah keadaan atmosfer pada waktu tertentu atau dalam periode pendek
ditandai dengan berbagai fenomena meteoris yaitu tekanan udara, suhu, kelembaban
dan curah hujan.
Lokasi penambangan batubara PT SKB beriklim tropis dengan suhu rata-rata
2030C. Dengan 2 kali pergantian musim yaitu musim penghujan dan musim
kemarau. Keadaan iklim dan cuaca ini sangat berpengaruh pada aktivitas kerja, baik
di daerah penambangan maupun di stockpile.
2.4. Keadaan Geologi
2.4.1. Morfologi
Secara regional daerah penelitian merupakan dataran rendah, dataran rendah
pedalaman, dan perbukitan rendah yang dicirikan dengan ketinggian absolut berkisar
antara 26 170 meter. Dengan kelas relief yang datar hampir datar, berombak dan
berombak bergelombang, menurut klasifikasi satuan morfologi (lihat tabel 2.1).
Tabel 2.1
Klasifikasi Satuan Morfologi
Kelas Relief Kemiringan
Lereng ( % )
Perbedaan
Ketinggian
(m)
Datar - Hampir datar 0 2 < 5
Berombak 3 7 5 - 50
Berombak -
Bergelombang
8 13 25 - 75
Bergelombang -
Berbukit
14 20 75 - 200
Berbukit - Pegunungan 21 55 200 - 500
Pegunungan curam 55 - 140 500 - 1.000
pegunungan sangat
curam
> 140 > 1.000
*Sumber: Van Zuidam, 1985 (diolah)
Di daerah penelitian kondisi morfologinya terdiri atas perbukitan rendah
berombak-bergelombang dengan dicirikan pada ketinggian mencapai 130 meter di
atas permukaan laut dan perbedaan ketinggian yang mencapai 30 meter dengan
kemiringan lereng mencapai 18 %. Sungai-sungai di daerah ini sebagian besar terdiri
dari anak-anak sungai yang mengalir dari puncak-puncak bukit menuju sungai-
sungai utama seperti Sungai Tapin, Sungai Tajau, Sungai Lampinit, Sungai Tarik,
Sungai Bumbu, dan lain-lain dengan membentuk pola pengaliran dendritik.
2.4.2. Stratigrafi
Secara regional daerah penelitian terdiri atas satuan batuan jura, kapuas, tersier,
dan quarter.
1. Satuan batuan jura terdiri dari:
a. Batuan Ultramafik (Mub) yaitu Hazburgit, wehrlit, websterlite, piroksenit
dan serpentinit;
b. Batuan Malihan (Mm) yaitu sekis horenblenda, sekis muskovit, sekis klorit
dan kuarsit muskovit;
2. Satuan batuan kapur terdiri dari:
a. Gabro (Mgb) yaitu gabro berwarna kelabu kehijauan, berhablur penuh,
hipidiomorf, berbutir seragam;
b. Diorit (Mdi) berwarna kelabu, berhablur penuh hipidiomorf berbutir
seragam;
c. Granit (Mgr) yaitu Granit, berwarna putih kecoklatan, berhablur penuh,
hipidiomorf berbutir seragam;
d. Diabas (Mdb) Diabas, berwarna kelabu, berhablur penuh hipidiomorf,
berbutir seragam, butiran 0,5-1,5 mm;
e. Basal (Mba) basal berwarna kelabu hitam, berhablur penuh hipidiomorf,
berbutir tak seragam berbutir halus-sedang, porforitik dengan fenokris
plagioklas (labradorit) dan piroksen (augit);
f. Formasi Pitanak (Kvpi) lava andesit berwarna kelabu, coklat bila lapuk;
g. Andesit Porfir (Man) Andesit berwarna kelabu, berhablur penuh
hipidiomorf, berbutir tak seragam, porfiritik;
h. Formasi Paau (Kvp) breksi gunungapi, berwarna kelabu kehitaman,
berkomponen batuan andesit-basal;
i. Formasi Batununggal (Klb) yaitu batugamping klastika berwarna kelabu
hitam, berlapis baik, setempat merupakan breksi batugamping;
j. Formasi Paniungan (Kpn) yaitu Batulempung berwarna kelabu, gampingan
dan agak rapuh;
k. Olistolit Kintap, Formasi Pudak (Kok) Batugamping klastika pejal sampai
berlapis tebal, berwarna kelabu muda-tua dan putih kekuningan. Bagian
bawah mengandung batupasir konglomeratan warna kelabu kehitaman,
terpilah buruk, bentuk butir menyudut-menyudut tanggung, sangat padu;
l. Anggota Batukora, Formasi Pudak (Kab) yaitu andesit piroksen porfir, hijau
tua-hitam, dengan fenokris plagioklas dan piroksen, masadasar tansatmata;
m. Formasi Pudak (Kap) lava dengan perselingan konglomerat/breksi
vulkaniklastik (hialoklastik) dan batupasir kotor dengan olistolit
batugamping, basal porfir, ignimbrit, batuan malihan dan ultra mafik;
n. Formasi Keramaian (Kak) yaitu perselingan batupasir (vulkarenite)
berwarna kelabu kehitaman sangat padat; dengan batulanau dan
batulempung, setempat sisipan batugamping konglomeratan, tebal
perlapisan berkisar 2-50 cm;
o. Formasi Manunggal (Km) konglomerat aneka bahan, berwarna kelabu
kemerahan, dengan komponen batuan mafik, ultramafik, rijang, kuarsit,
sekis dan batuan sedimen.
3. Satuan batuan tersier terdiri dari:
a. Formasi Tanjung (Tet) yaitu batupasir kuarsa berbutir halus sampai kasar
dengan tebal perlapisan 50-150 cm, berstruktur sedimen perairan halus dan
perlapisan silang-siur; sisipan batulempung berwarna kelabu setempat
menyerpih, ketebalan perlapisan 30-150 cm, dijumpai pada bagian atas
formasi; sisipan batubara berwarna hitam, mengkilat, pejal, dijumpai pada
bagian bawah formasi dengan tebal lapisan 50-150 cm setempat dijumpai
lensa batugamping warna kelabu kecoklatan;
b. Formasi berai (Tomb) Batugamping berwarna putih kelabu, berlapis baik
dengan ketebalan 20 sampai 200 cm, setempat kaya akan koral, foraminifera
dan gangang, bersisipan napal berwarna kelabu muda padat dan berlapis
baik (10-15 cm), mengandung foraminifera plankton, dan batulempung
berwarna kelabu setempat tersepihkan dengan ketebalan 25 sampai 75 cm;
c. Formasi Warukin (Tmw) yaitu perselingan batupasir kuarsa halus-kasar
setempat konglomeratan (5-30 cm) dan batulempung (3-100 cm), dengan
sisipan batulempung pasiran dan batubara (20-50cm) yang terendapkan
dalam lingkungan paralik dengan ketebalan diperkirakan 1250 m;
4. Satuan batuan antara tersier da quarter terdiri dari formasi Dahor (TQd) yaitu
batupasir kuarsa kurang padu, konglemerat dan batulempung lunak, dengan
sisipan lignit (5-10 cm), kaolin (30-100 cm), dan limonit;
5. Satuan batuan tersier terdiri dari alluvial (Qa) yang terdiri dari kerikil, pasir,
lanau, lempung dan lumpur.
Formasi Tanjung di wilayah PT SKB terletak di tepi timur Cekungan Barito,
dialasi oleh batuan Pratersier berupa batuan malihan, beku, vulkanik, dan sedimen.
Formasi Tanjung ini tersusun oleh batupasir kasar dan konglomerat di bagian bawah,
batulempung dengan sisipan batubara dan batupasir di bagian tengah, dan
perselingan batulanau dan batupasir halus dengan struktur sedimen laminasi sejajar,
serta lapisan wavy-lenticular dan flaser bersisipan batupasir berbutir sedang sampai
kasar di bagian atas. Seluruh runtunan batuan tersebut ditindih oleh Anggota
Batulempung Formasi Tanjung.
*Sumber: Lampiran A
Gambar 2.2
Skala Waktu Geologi
2.4.3. Struktur Geologi.
Struktur geologi yang menonjol di daerah ini secara umum berupa struktur
homoklin dimana lapisan batuan miring seragam kearah baratlaut dengan antiklin
dan sinklin yang membentuk antiklomorium pada sayap pengunungan
meratus.Terindikasi perlipatan secara umum mempunyai pola arah sumbu lipatan
timurlaut baratdaya dan umumnya sejajar dengan arah sesar normal.
Sesar turun pada umumnya dijumpai dalam bentuk sesar-sesar minor dengan
besar pergerakan sebesar 2 sampai 4 meter dengan arah memanjang searah dengan
jurus (strike) perlapisan batuan. Di beberapa lokasi sesar naik ini menyebabkan
perlapisan batuan terpotong dan terbelokkan dan bahkan ada yang menghancurkan
batubara.
2.5. Sumberdaya dan Produksi Batubara
Secara umum batubara yang terdapat di PT SKB, dikenal tiga seam utama
yaitu berturut-turut dari lapisan atas ke lapisan bawah adalah seam A
(A1a,A1b,A2a,A2b), B (B1a,B1b) dan C dengan target penambangan yaitu seam A2
(A2a,A2b)dan C dengan ketebalan masingmasing yaitu berkisar 0.50 1 m dan
2.5 5 m.
Sumberdaya terukur di PT SKB pada tahun 2008 tercatat sebesar 12.920.103
Ton. Produksi batubara dalam beberapa tahun dapat dilihat pada grafik berikut.
*Sumber: Laporan Produksi Batubara PT SKB, 2012 (diolah)
Gambar 2.3
Produksi Batubara
6,182,250
5,749,698
6,545,403
5,146,674
305,582 478,753 352,119
501,201
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
2008 2009 2010 2011
OB
COAL
OB (BCM) COAL (TON)
2.6. Kualitas Batubara
Kualitas batubara PT SKB meliputi beberapa parameter dan rentang kendali
nilai (range of value), dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan untuk nilai Hardgrove
Grindability Index (HGI) berkisar antara 35-40.
Tabel 2.2
Kualitas Batubara
No Analysis Parameter
Kualitas Rata-rata
Satuan AR ADB DAF
1 Calorific Value Nilai Kalori 6733 7011 8048 Cal/g
2 Proximate Kelembapan Total (TM ) 8.11 - - %
Kelembapan Asal (IM) - 4.32 - %
Kadar Abu (AC) - 8.57 - %
3 Ultimate Kandungan Sulfur - 0.98 - % *Sumber: Laporan Analysis PT Geoservices, 2014 (diolah)
BAB III
DASAR TEORI
3.1. Ganesa Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur
utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan
tumbuhan, keduanya terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini disebabkan batubara
terbentuk dari jaringan tumbuhan yang mengalami proses pembatubaraan
(coalification).
Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya
terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Teori pembentukan batubara
dikenal dengan dua istilah :
a. Teori insitu menjelaskan tempat dimana batubara terbentuk sama dengan tempat
terjadinya proses coalification dan sama pula tempat dimana tumbuhan asalnya
berkembang. Beberapa ciri yg digunakan dalam memberlakukan teori insitu pada
daerah tambang batubara:
1) Terdapatnya Harz adalah geteh tumbuhan yang telah membatu. Warna harz
kuning tua sampai kuning kehitaman, relatif lunak jika dibandingkan dengan
kuku manusia dan mudah digerus menjadi butir-butir halus, jika dibakar
berbau kemenyan
2) Terdapatnya imprint adalah tikas tulang daun tumbuhan yang tumbang dan
tertutup oleh batuan sedimen, umumnya sedimen berbutir halus/jenis batu
lempung.
b. Teori drift menjelaskan bahwa endapan batubara yang berada pada cekungan
sedimen berasal dari tempat lain, dengan kata lain tempat terbentuknya batubara
berbeda dengan tempat semula tumbuhan asal batubara. Oleh kerena itu bahan
pembentuk batubara telah mengalami proses transportasi, sortasi dan terakumulasi
pada suatu cekungan sedimen, dimana keberadaan harz dan imprint tidak
didapatkan, selain itu lapisan batubara dengan lapisan statigrafi yang diatasnya
berbeda.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,
panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas:
a. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air
kurang dari 8%.
b. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia.
c. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
d. Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung
air 35-75% dari beratnya.
e. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
rendah.
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara disebut
dengan istilah pembatubaraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang
terjadi, yakni:
a. Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi
hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini
adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan
proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta
membentuk gambut.
b. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
bituminus dan akhirnya antrasit.
Dikenal serangkaian faktor yang akan berpengaruh dan akan menentukan
terbentuknya batubara (Hutton dan Jones, 1995 dalam Sukandarrumidi, 2005)
diantaranya: posisisi geoteknik, keadaan topografi daerah, iklim daerah, proses
penurunan cekungan sedimen, umur geologi, jenis tumbuh-tumbuhan, proses
dekomposisi, sejarah pengendapan, struktur geologi cekungan, dan metamorfisme
organik.
3.2. Proses Pengolahan Batubara
Bahan galian yang selesai di tambang umumnya harus diolah terlebih dahulu.
Hal ini disebabkan karena tercampurnya pengotor bersama bahan galian, perlunya
spesifikasi tertentu untuk dipasarkan serta kalau tidak diolah harga jualnya relatif
rendah jika dibandingkan dengan yang sudah diolah. Proses pemisahan dan
pengolahan batubara merupakan proses awal penyiapan produksi batubara setelah
keluar dari area pertambangan sebelum dipasarkan.
3.2.1. Kominusi
Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses
pengolahan batubara. Kominusi ada 2 macam, yaitu :
a. Peremukan / pemecahan (crushing)
Peremukan adalah proses reduksi ukuran dari bahan galian yang langsung
dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100
cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm. Peralatan yang
dipakai antara lain adalah : jaw crusher, gyratory crusher, cone crusher, roll crusher,
impact crusher, rotary breaker, hammer mill.
b. Penggerusan / penghalusan (grinding)
Penggerusan adalah proses lanjutan pengecilan ukuran dari yang sudah
berukuran 2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus. Pada proses penggerusan
dibutuhkan media penggerusan yang antara lain terdiri dari Bola-bola baja atau
keramik (steel or ceramic balls).
1) Batang-batang baja (steel rods).
2) Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau bijihnya sendiri yang disebut
semi autagenous mill (SAG).
3) Tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau bijihnya yang saling
menggerus dan disebut autogenous mill.
Peralatan penggerusan yang dipergunakan adalah Ball mill dengan media
penggerus berupa bola-bola baja atau keramik.
1) Rod mill dengan media penggerus berupa batang-batang baja.
2) Semi autogenous mill (SAG) bila media penggerusnya sebagian adalah bahan
galian atau bijihnya sendiri.
3) Autogenous mill bila media penggerusnya adalah bahan galian atau bijihnya
sendiri.
3.2.2. Sizing
Setelah bahan galian diremuk dan digerus, maka akan diperoleh bermacam-
macam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan berdasarkan
ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada proses pengolahan
yang berikutnya.
a. Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala
industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium. Saringan
(sieve) yang sering dipakai di laboratorium adalah: hand sieve, vibrating sieve
series / tyler vibrating sive, sieve shaker / rotap, wet and dry sieving.
Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri antara lain : stationary
grizzly, roll grizzly, sieve bend, revolving screen, vibrating screen (single deck,
double deck, triple deck), shaking screen, rotary shifter. Produk dari proses
pengayakan/penyaringan ada 2, yaitu :
1) Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).
2) Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).
b. Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan
pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam
suatu alat yang disebut classifier. Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi
dalam tiga cara (concept), yaitu : partition concept, tapping concept, rein concept.
Produk dari proses klasifikasi ada 2, yaitu :
1) Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas
disebut overflow.
2) Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah
(dasar) disebut underflow.
Hal ini dapat berlangsung apabila sejumlah partikel dengan bermacam-
macam ukuran jatuh bebas di dalam suatu media atau fluida (udara atau air), maka
setiap partikel akan menerima gaya berat dan gaya gesek dari media. Pada saat
kecepatan gerak partikel menjadi rendah (tenang/laminer), ukuran partikel yang
besar-besar mengendap lebih dahulu, kemudian diikuti oleh ukuran-ukuran yang
lebih kecil, sedang yang terhalus (antara lain slimes) akan tidak sempat mengendap.
Peralatan yang umum dipakai dalam proses klasifikasi adalah : scrubber, log
washer, sloping tank classifier (rake, spiral & drag), hydraulic bowl classifier,
hydraulic clindrical tank classifier, hydraulic cone classifier, counter current
classifier, pocket classifier, hydrocyclone, air separator, solid bowl centrifuge,
elutriator.
3.2.3. Konsentrasi (Concentration)
Agar bahan galian yang mutu atau kadarnya rendah (marginal) dapat diolah
lebih lanjut, maka kadar bahan galian itu harus ditingkatkan dengan proses
konsentrasi. Proses pencucian batubara ialah usaha yang dilakukan untuk
memperbaiki kualitas batubara, agar batubara tersebut memenuhi syarat penggunaan
tertentu. Termasuk di dalamnya pembersihan untuk mengrangi impurities anorganik.
Karakteristik batubara dan impurities yang utama ditinjau dari segi pencucian secara
mekanis ialah komposisi ukuran yang disebut size consist, perbedaan berat jenis dan
material yang dipisahkan, kimia permukaan, friability relative dan batubara yang
impurities-nya serta kekuatan dan kekerasan.
a. Jig
Pencucian dengan alat ini didasarkan pada specific gravity. Proses yang
dilakukan Jig ini adalah adanya stratifikasi dalam bed sewaktu adanya air hembusan.
Kotoran cenderung tenggelam dan batubara bersih akan timbul di atas.
Basic jig, Baum jig sesuai digunakan untuk pencucian batubara ukuran besar,
walaupun Baum jig dapat melakukan pencucian pada batubara ukuran besar tetapi
lebih efektif melakukan pencucian pada ukuran 10-35 mm dengan spesifik gravity
1,5 1,6. Modifikasi Baum jig adalah Batac jig biasa digunakan untuk batubara
ukuran halus.
Untuk batubara ukuran sedang, prinsipnya sama yaitu pulsing (tekanan) air
hembusan berasal dari samping atau dari bawah bed. Untuk menambah bed atau
mineral keras yang digunakan untuk meningkatkan stratifikasi dan menghindari
percampuran kembali, mineral yang digunakan biasanya adalah felspar yang berupa
lump silica dengan ukuran 60 mm.
b. Dense Medium Separator (DMS)
Dense medium juga dioperasikan berdasarkan perbedaan spercific gravity.
Menggunakan medium pemisahan air, yaitu campuran magnetite dan air. Medium
campuran ini mempunyai spesific gravity antara batubara dan pengotornya. Slurry
magnetite halus dalam air dapat mencapai densitas relatif sekitar 1,8 ukuran batubara
yang efektif untuk dilakukan pencucian adalah 0,5 - 150 mm dengan spesifik gravity
1,3- 1,9 tipe dense-medium separator yang digunakan dapat berupa bath cyclone dan
cylindrical centrifugal . Untuk cylinder centrifugal separator digunakan untuk
pencucian batubara ukuran besar dan sedang.
Dense medium cyclone bekerja karena adanya kecepatan dense medium,
batubara pengotor oleh gaya centrifugal. Batubara bersih ke luar menuju ke atas dan
pengotornya menuju ke bawah. Faktor penting dalam operasi berbagai
dense medium sistem didasarkan pada magnetite dan efisiensi recovery magnetite
yang digunakan lagi.
c. Hydrocyclone
Hydrocyclone adalah water cyclone dimana partikel-partikel berat
mengumpul dekat dengan dinding cyclone dan kemudian akan ke luar lewat cone
bagian bawah. Partikel-partikel yang ringan (partikel bersih) menuju pusat dan
kemudian keluar lewat vortex finder. Diameter cyclone sangat berpengaruh terhadap
efektifitas pemisahan. Kesesuaian ukuran partikel batubara yang akan dicuci adalah
0,5 150 cm dengan spesifik gravity 1,3 - 1,5.
d. Concentration Tables
Proses konsentrasi table adalah konsentrasi meja miring terdiri dari rib-rib
(tulang-tulang) bergerak ke belakang dan maju terus menerus dengan arah yang
horizontal. Partikel-partikel batubara bersih (light coal) bergerak ke bawah table,
sedangkan partikel-partikel kotor (heavy partical) merupakan partkel yang tidak
diinginkan terkumpul dalam rib dan bergerak ke bagian akhir table.
Batubara ukuran halus dapat dcuci dengan alat ini secara murah tetapi
kapasitasnya kecil dan hanya efektif untuk melakukan pencucian pada batubara
dengan specific gravity lebih besar 1,5 dengan ukuran partikel batubara yang dicuci
0,5 15 mm.
e. Froth Flotation
Froth Flotation merupakan metode pencucian batubara yang banyak
digunakan untuk ukuran batubara halus. Froth flotation cell digunakan untuk
membedakan karakteristik permukaan batubara. Campuran batubara dan air
dikondisikan dengan reagen kimia supaya gelembung udara melekat pada batubara
dan mengapung sampai ke permukaan, sementara itu partikel-partikel yang tidak
diinginkan akan tenggelam. Gelembung udara naik ke atas melalui slurry di dalam
cell dan batubara bersih terkumpul dalam gelembung busa di atas. Kesesuaian
ukuran butir batubara yang dicuci
3.3. Blending Batubara
Sebagai salah satu jenis bahan bakar pembangkit energi, disamping gas alam
dan minyak bumi, batubara diperlukan dengan nilai-nilai kalori tertentu. Apabila
persediaan batubara di Stockpile tidak memiliki kalori seperti yang diminta
konsumen/buyer maka blending dilakukan.
Blending atau mixing adalah pencampuran dua jenis batubara dengan kalori
yang berbeda untuk menghasilkan batubara dengan nilai kalori yang diinginkan
dengan rumus tertentu.
Rumus blending yang digunakan yaitu:
Keterangan
A : Berat batubara a
B : Berat batubara b
C : Berat batubara yang diinginkan sesuai permintaan
X : Kalori batubara a
Y : Kalori batubara b
Z : Kalori yang diinginkan sesuai permintaan
Cara-cara blending (Muchjidin, 2006) antara lain:
a. Chevron stockpiling ialah suatu cara blending dengan membentuk tumpukan
menurut garis bujur dari penampang silang (cross section) berbentuk segitiga
dimana komponen-komponen berurutan ditimbun sama rata sepanjang poros
tengah tumpukan. Cara blending tumpukan ini merupakan salah satu cara yang
banyak dipakai.
(C . Z) = (A . X) + (C A).Y
C A = B
Gambar 3.1
Chevron
b. Windrow stockpiling ialah suatu cara blending dengan membentuk tumpukan
menurut garis bujur dari penampang saling berbentuk segitiga dimana komponen-
komponen berurutan ditimbun dalam tumpukan yang berdampingan maju
membentuk keseluruhan tumpukan. Cara blending ini memberikan derajat
kehomogenan paling tinggi.
Gambar 3.2
Windrow
c. Layered stockpiling merupakan cara membentuk tumpukan dimana komponen-
komponen berurutan ditambahkan dalam bentuk lapisan. Jika hal ini dikerjakan
untuk mem-blending, komponen yang berurutan tersebar merata ke seluruh daerah
tumpukan. Cara ini umumnya digunakan untuk mem-blending tumpukan yang
kecil dan jumlah batubaranya tidak terlalu banyak.
Gambar 3.3
Layered
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1. Pemuatan dan Pengangkutan Batubara
Bahan-bahan hasil tambang akan memerlukan pemrosesan yang terlebih
dahulu sebelum dipasarkan. Batubara hasil penambangan PT Sumber Kurnia Buana
(SKB) dari tempat penggalian atau pit akan diangkut langsung ke Stockpile dengan
menggunakan dump truck.
Pemuatan (coalgetting) merupakan kegiatan lanjutan setelah kegiatan
pembongkaran atau penggalian dilakukan. Dimana pemuatan dapat didefinisikan
sebagai serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil dan memuat
material (batubara) ke dalam suatu alat angkut, ke dalam tempat penampungan
material ataupun ke dalam suatu alat pengatur aliran material/batuan. Sebagaimana
defenisi diatas, kegiatan pemuatan yang mula-mula dilakukan oleh PT SKB terjadi
ditambang dengan menggunakan Excavator Back Hoe Doosan 500 LCV.
Gambar 4.1
Excavator Back Hoe Doosan 500 LCV
Untuk kegiatan pengangkutan (hauling) batubara hasil tambang, PT SKB
bekerjasama dengan perusahaan kontraktor dimana untuk biaya jasa tiap
angkutannya telah disepakati oleh kedua belah pihak yaitu pihak kontraktor dan PT
SKB. Jarak pengangkutan batubara dari pit ke stockpile 10 Km. Kelancaran
kegiatan pengangkutan sangat mempengaruhi keekonomisan suatu penambangan.
Alat angkut yang digunakan adalah dump truck jenis HINO FM260JD.
Gambar 4.2
Dump Truck
4.2. Pengolahan Batubara
Batubara yang ditambang memiliki ukuran tidak seragam dan ukuran yang
telah disepakati antara pihak kontraktor dengan PT SKB maksimal 50 cm. Oleh
karena itu pengolahan batubara disini bertujuan untuk menghancurkan atau
memperkecil ukuran batubara sesuai dengan kebutuhan pasar atau permintaan buyer.
Gambar 4.3
Batubara Sebelum Crushing
Gambar 4.4
Crushing
Gambar 4.5
Batubara Hasil Crushing
Batubara yang telah melewati proses crushing akan ditumpuk menurut
pit/kualitas masing-masing dimana batubara tersebut dapat dibagi menjadi:
a. Batubara Pit Gunung Pakan
b. Batubara Pit Karet 3B
Loader
Dump Truck Haulage Batubara hasil Crushing
Pit Karet 3B
Batubara hasil Crushing Crusher
Pit Gunung Pakan
Hopper
Timbangan
Loader
ROM (Run Of Mine)
Pit Gunung Pakan Pit Karet 3B
Gambar 4.6
Layout Stockpile PT SKB
4.3. Proses Blending Batubara
Adapun proses blending oleh PT SKB dilakukan terlebih dahulu perencanaan
komposisi blending batubara, meliputi kode batubara dan tonase beserta urutan
sequence pengirimannya. Dilanjutkan loading/ memuat batubara hasil crushing ke
dalam dump truck sesuai dengan perencanaan komposisi blending. Selanjutnya truck
melakukan hauling dari stockpile Tatakan ke TCT (Tapin Coal Terminal) sejauh 29
Km. Sesampai di TCT, truck melakukan dumping di hopper yang ditentukan.
Batubara yang masuk kedalam hopper kemudian diangkut belt conveyor ke stockpile
yang ditentukan. Setelah sequence pengiriman komplit, maka batubara sudah
terblending secara berlapis dan sudah siap diangkut ke tongkang kemudian
dilanjutkan dengan proses pengapalan (untuk foto kegiatan lihat pada lampiran F).
Coal Mining Crushing Tatakan Stockpile
Coal transport to the port Hopper
TCT Stockpile
29 Km
Barge
Gambar 4.7
Sketsa proses blending batubara
4.4. Pengapalan
Secara sederhana pengapalan diartikan sebagai proses fisik pengangkutan
batubara dengan kegiatan memasukkan batubara kedalam tongkang untuk dibawa ke
tempat tujuan tertentu. Pengapalan inilah yang menjadi ujung tombak kegiatan yang
dilakukan oleh PT SKB untuk pemasaran batubaranya.
Untuk penentuan kualitas dan kuantitas batubara hasil blending dilakukan oleh
Surveyor Independent yang telah disepakati kedua belah pihak. Untuk Surveyor
Independent PT SKB menggunakan jasa PT Geoservices. Adapun kualitas batubara
tersebut mencakup :
a. Gross calorific Value atau Gross Specific Energy diartikan dengan pada volume
konstan ditentukan dengan mengukur jumlah panas yang dikeluarkan ketika
sebuah massa batubara yang telah diketahui dan dipanaskan sesuai dengan
kondisi standar.
b. Total Moisture, yaitu seluruh jumlah air yang terdapat pada batubara dalam
bentuk inherent dan adherent pada kondisi saat batubara tersebut diambil
contohnya (as sampled) atau pada pada kondisi saat batubara tersebut diterima
(as received).
c. Equilibrium moisture adalah parameter penentuan moisture sebagai pendekatan
untuk menentukan inherent moisture atau insitu moisture dalam batubara.
d. Ash Content, yaitu istilah parameter di mana setelah batubara dibakar dengan
sempurna, material yang tersisa dan tidak terbakar adalah ash atau abu sebagai
sisa pembakaran. Jadi ash atau abu merupakan istilah umum sebagai sisa
pembakaran.
e. Fixed Carbon, yaitu parameter yang tidak ditentukan secara analisis melainkan
merupakan selisih 100 % dengan jumlah kadar moisture, ash, dan volatile matter.
f. Total sulfur, yaitu kadar sulfur yang ada pada batubara baik dalam bentuk sulfur
organik (sulfur dalam batubara seiring dengan pembentukan batubara yang
berasal dari tumbuhan pembentuk batubara tersebut) dan sulfur anorganik (sulfur
berasal dari lingkungan di mana batubara tersebut terbentuk).
g. HGI, yaitu suatu bilangan yang menunjukkan mudah tidaknya batubara digerus
menjadi bahan bakar serbuk.
Sedangkan untuk mengetahui kuantitas batubara, Surveyor Independent
menggunakan teknik Draft Survey yang terdiri dari 2 kegiatan, yaitu :
a. Initial Draft, yaitu draft yang dilakukan ketika tongkang dalam keadaan kosong.
b. Final Draft, yaitu draft yang dilakukan ketika tongkang telah selesai diisi
batubara.
Gambar 4.8
Tongkang Kosong
Gambar 4.9
Tongkang Berisi Batubara
Draft Survey adalah menentukan besarnya Weight of Displacement atau berat
benaman kapal pada suatu draft tertentu dengan jalan penilikan draft kapal. Dengan
kata lain dapat diartikan sebagai angka yang menunjukkan batas permukaan air pada
bagian tongkang yang tenggelam pada saat tongkang dalam keadaan kosong ataupun
terisi batubara. Selisih dari kedua proses pengukuran draft ini akan diperoleh nilai
kuantitas batubara yang masuk kedalam tongkang.
4.5. Formula Kalori Blending Batubara
PT SKB telah melakukan perjanjian kontrak terhadap pihak Buyer untuk
menyediakan batubara dengan kalori 6500 kcal/kg. Sedangkan persediaan batubara
dari Pit Karet 3B dengan kalori 6300 kcal/kg dan batubara Pit Gunung Pakan
berkalori 6800 kcal/kg tidak memenuhi kriteria permintaan pihak Buyer. Maka dari
itu PT SKB akan melakukan blending batubara dari Pit Karet 3B dan Pit Gunung
Pakan dengan memperoleh perhitungan tonase yang harus disediakan sebagai
berikut:
a. 4.500 Ton batubara kalori 6300 kcal/kg = 60% untuk 1 tongkang dengan
b. 3.000 Ton batubara kalori 6800 kcal/kg = 40% kapasitas 7500 Ton
(Untuk perhitungannya lihat pada lampiran E).
Dari hasil perhitungan diatas, untuk mengetahui jumlah total rit yang harus
disediakan oleh perusahaan dengan kapasitas dump truck per 1 Rit yaitu 30 Ton,
maka:
a. Untuk batubara yang memiliki kalori 6300 kcal/kg sebanyak
4.500 : 30 = 150 Rit
b. Untuk batubara yang memiliki kalori 6800 kcal/kg sebanyak
3.000 : 30 = 100 Rit
Selanjutnya proses blending dilakukan dengan memasukkan 150 rit batubara
berkalori 6300 kcal/kg dan 100 rit batubara berkalori 6800 kcal/kg ke dalam hopper
di TCT secara berselang-seling sampai termuat 7500 Ton batubara dengan kalori
6500 kcal/kg.
4.6. Keuntungan Dilakukannya Blending Batubara
Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan dilakukannya blending batubara
antara lain :
a. Mudah mendapatkan kalori batubara yang diinginkan.
b. Batubara yang kalorinya rendah tetap ditambang karena dapat digunaka
untuk blending sehingga memaksimalkan hasil penambangan.
c. Mengurangi jumlah batubara yang parameter kualitasnya tidak sesuai
permintaan buyer.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpluan
Adapun hasil kegiatan blending batubara yang dilakukan di PT Sumber
Kurnia Buana (SKB) adalah sebagai berikut:
1. Dalam memenuhi permintaan pasar dengan kalori 6500 kcal/kg, maka PT SKB
harus menyediakan 4.500 Ton batubara kalori 6300 kcal/kg dan 3.000 Ton
batubara kalori 6800 kcal/kg untuk 1 tongkang dengan kapasitas 7.500 Ton.
2. Untuk alat angkut jenis HINO FM260JD yang berkapasitas rata-rata 30 Ton/rit
maka diperlukan 150 rit batubara berkalori 6300 kcal/kg dan 100 rit batubara
berkalori 6800 kcal/kg.
3. Sampling bertujuan untuk mengetahui kualitas batubara dengan melakukan
analisa di laboratorium, sedangkan draft survey bertujuan untuk mengetahui
kuantitas batubara di tongkang.
5.2. Saran
1. Untuk menjaga kualitas batubara, sebaiknya kegiatan penambangan dilakukan
dengan cara yang benar supaya kualitas batubara yang akan dipasarkan tidak jauh
berbeda dengan kualitas batubara insitu.
2. Pada saat proses handling sebaiknya dilakukan pengawasan lebih oleh pihak staff
perusahaan, baik dalam hal mengangkut dan menumpuk material batubara.
3. Untuk pengambilan sample sebaiknya dengan cara mechanical sampling agar
dapat mewakili kualitas batubara secara keseluruhan pada saat uji lab.
4. Proses blending batubara akan lebih baik apabila memperhitungkan parameter
kualitas yang lain seperti total moisture, inherent moisture, ash, dan total sulfur.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009, Peta Lokasi Blok Penambangan PT SKB, Divisi Eksplorasi PT
Sumber Kurnia Buana (SKB), Binuang.
Muchjidin, 2006, Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara. ITB , Bandung hal,
372-376.
Hatt, Rod, 1997, Washed Coal from a Utilization Perspective, Versailles, KY pada
http://www.academia.edu/5448002/Proses_Pencucian_batubara diakses pada tanggal
05 November 2014 pukul 09.00 WITA
Sukandarrumidi, 2005, Batuan dan Pemanfaatannya, Gajah Mada University Press,
Yogjakarta.
Zuidam, Van, 1985, Aerial Photo-Interpretation Terrain Analysis and
Geomorphology Mapping. Smith Publisher The Hague, ITC pada
http://dony.blog.uns.ac.id/2010/05/30/morfometri/ diakses pada tanggal 08
November 2014 pukul 08.00 WITA
LAMPIRAN
Pengolahan Data
Untuk memenuhi permintaan Buyer yaitu batubara yang kalorinya 6500
kcal/kg, dengan persediaan batubara Karet 3B berkalori 6300 kcal/kg dan batubara
Gunung Pakan berkalori 6800 kcal/kg. Sebagai contoh perhitungan seperti di bawah
ini :
Diketahui: X = 6300 kcal/kg
Y = 6800 kcal/kg
Z = 6500 kcal/kg
C = 7500 Ton (kapasitas untuk 1 tongkang)
Ditanya: A = ?
B = ?
Perhitungan:
7.500 x 6.500 = (A x 6.300) + (7.500 A) x 6.800
48.750.000 = 6.300A + 51.000.000 6.800A
2.250.000 = 500A
A = 4.500
B = 7.500 4.500
B = 3.000
Jadi untuk mendapatkan batubara dengan kalori 6500 kcal/kg, diperlukan :
1. 4.500 Ton batubara kalori 6300 kcal/kg = 60% untuk 1 tongkang dengan
2. 3.000 Ton batubara kalori 6800 kcal/kg = 40% kapasitas 7500 Ton
(C . Z) = (A . X) + (C A).Y
C A = B
ROM Loader
Crushing Hopper
Sampling Hasil Crushing
Loading Hauling
TCT Stockpile Hopper
Port Sampling Barging