Post on 11-Jun-2019
PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR (Studi Kasus di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
SITI RODLIYAH NIM : 21112016
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
i
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi,
maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Siti Rodliyah
NIM : 21112016
Judul : PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR
(STUDI KASUS DI DESA BANYUURIP KECAMATAN KLEGO
KABUPATEN BOYOLALI)
Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam
sidang munaqasah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 17 Maret 2017
Pembimbing
M. Yusuf Khummaini S.Hi M.H
NIP: 198105082003121003
iii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula Sadewa V no.9 Telp (0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR (STUDI KASUS DI DESA BANYUURIP KECAMATAN KLEGO
KABUPATEN BOYOLALI)
Oleh: SITI RODLIYAH
NIM: 21112016
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 24 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Hukum Islam.
Dewan Sidang Munaqasah
Ketua Sidang : Dr. H. Muh Irfan Helmy, Lc., M.A :
Sekretaris Sidang : M. Yusuf Khummaini S.Hi M.H :
Penguji I : Drs. Machfudz, M. Ag :
Penguji II : Heni Satar Nurhaida, M.Si :
Salatiga, Maret 2017
Dekan Fakultas Syari’ah
Dra. Siti Zumrotun, M.Ag
NIP:196701151998032002
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Rodliyah
NIM : 21112016
Fakultas : Syari’ah
Jurusan : Hukum Keluarga Islam
Judul Skripsi : PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR
(Studi Kasus di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten
Boyolali)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 17 Maret 2017
Yang menyatakan,
Siti Rodliyah
NIM: 21112016
v
MOTTO
“Setiap ada kemauan, usaha serta do’a pasti keberhasilan itu akan terwujud”
“Hiasi hidup seperti bintang di langit”
vi
PERSEMBAHAN
Atas nama cinta dan kasih dari dalam jiwa, skripsi ini penulis persembahkan
untuk,
Bapak, ibu ku tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dukungan
serta do’a dan semangat sepanjang masa buat saya.
Kakak-kakak ku yang selalu memberikan dorongan, mendampingi
dalam proses, serta memberikan bantuan dalam penyelesaian proses
belajar ku untuk menyelesaikan srata satu.
Semua teman seperjuangan di Ahwal Al-Syakhshiyyah angkatan 2012
Teman-teman yang terlibat dalam proses ku di IAIN Salatiga yang
mendampingi dan menberikan semangat dalam pembuatan skripsi ini,
juga selalu memotivasi, menemani suka dan duka, semoga pertemanan
kita akan abadi.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Segala puji bagi Allah swt dan puji syukur peneliti panjatkan
kepadaNya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw yang kita nanti syafaatnya di
hari akhir nanti.
Dengan segala kerendahan hati, peneliti menyadari keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki, sehingga bimbingan, pengarahan dan bantuan telah
banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku dekan Fakultas Syari’ah.
3. Bapak Sukron Ma’mun, S.Hi., M.Si. selaku ketua jurusan Ahwal Al
Syakhsiyyah.
4. Bapak M. Yusuf Khummaini S.Hi, M.H Selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya serta memotivasi guna
membimbing terselesaikannya skripsi ini.
5. Seluruh dosen IAIN Salatiga yang mengajar dari semester satu sampai
delapan telah membagi ilmunya yang bermanfaat.
6. Bapak Kepala Desa Banyuurip.
7. Para informan keluarga orang tua karir di Desa Banyuurip.
viii
8. Ayah Ibu, dan keluargaku tercinta terima kasih atas doa dan pengorbanan
selama ini.
9. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu terima kasih
atas kerjasama, semangat, motivasi dan perhatiannya.
Teriring do’a dan harapan semoga amal baik semua pihak tersebut di
atas akan mendapat balasan dari Allah swt.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Penulis
ix
ABSTRAK
Siti Rodliyah, 21112016, Pengalihan Pengasuhan Anak Orang Tua Karir (Studi Kasus di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali), Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah IAIN Salatiga.
Kata kunci: pengasuhan dan orang tua karir
Bekerja merupakan aktivitas serta tuntutan yang harus di lakukan untuk para orang tua. Kesulitan ekonomi, penghasilan yang tidak menentu serta kebutuhan sehari-hari yang makin meningkat memaksa para suami dan para istri untuk bekerja dan berkarir. Karena hal bekerja tersebut orang tua mengalihkan pengasuhan anak dan menitipkan kepada orang lain. Seperti yang terjadi di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali yang mana faktor ekonomi yang melanda mereka menitipkan anaknya dalam pengasuhan orang lain. Permasalahan yang dikaji dalam hal ini adalah: (1) bagaimana pola pengasuhnan anak pada keluarga orang tua karir di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali? (2) apa faktor-faktor penyebab pengalihan pengasuhan anak kepada orang lain di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali? (3) bagaimana pandangan hukum mengenai pengasuhan anak di Desa Banyuurip Klego Kabupaten Boyolali?
Lokasi penelitian ini adalah di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali. Dengan jenis penelitiannya adalah kualitatif dengan pendekatan normative yuridis dan sosiologis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan yang digunakan adalah dengan cara menitipkan kepada nenek dan menitipkan kepada tetangga. kemudian faktor penyebab terjadinya pengalihan pengasuhan anak adalah faktor ekonomi, faktor usia, faktor pendidikan, faktor kebosanan. Dalam hal ini memiliki dampak kepada anak yaitu anak kurang kasih sayang dan anak tidak mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tua. Kemudian untuk pembentukan karakter anak akan ditentukan oleh cara pengasuhan yang diterapkan oleh lingkungan dalam ini adalah keluarga yang berperan sangat penting. Sebagai orang tua berkewajiban untuk mengasuh, memelihara serta mendidik anak dengan baik.
x
DAFTAR ISI
Sampul
Lembar berlogo
Judul ................................................................................................................... i
Nota Pembimbing .............................................................................................. ii
Pengesahan Kelulusan ....................................................................................... iii
Pernyataan keaslian ............................................................................................ iv
Motto .................................................................................................................. v
Persembahan ...................................................................................................... vi
Kata Pengantar ................................................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................... ix
Daftar isi ............................................................................................................. x
Daftar lampiran .................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 10
D. Penegasan Istilah ..................................................................................... 11
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 11
F. Metode Penelitan ..................................................................................... 14
G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Perkawinan, Keluarga dan Orang Tua Karir ...................... 19
xi
1. Perkawinan ........................................................................................ 19
2. Keluarga ..................................................................................................... 20
3. Orang Tua Karir ........................................................................................ 22
B. Tinjauan Terhadap Pola Pengasuhan Anak ...................................................... 24
1. Pengertian Pengasuhan ............................................................................... 24
2. Pola Asuh Anak .......................................................................................... 27
a. Pola Asuh Otoriter ............................................................................... 29
b. Pola Asuh Demokrasi .......................................................................... 30
c. Pola Asuh Permisif .............................................................................. 31
C. Kewajiban Pengasuhan Anak Dalam Pandangan Hukum Islam dan
Undang-undang ................................................................................................. 32
1. Kewajiban Pengasuhan Anak Menurut Hukum Islam ............................... 32
2. Kewajiban Pengasuhan Anak Menurut Undang-undang ............................ 39
BAB III PRATIK PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA
KARIR DI DESA BANYUURIP KECAMATAN KLEGO
A. Gambaran Umum Desa Banyuurip ................................................................... 44
1. Letak Geografis .......................................................................................... 44
2. Keadaan Penduduk ..................................................................................... 45
a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Dukuh dan Jenis Kelamin .................. 45
b. Penduduk Berdasarkan Agama yang dianut ........................................ 45
c. Penduduk Menurut Mata Pencaharian ................................................. 46
d. Pendidikan ........................................................................................... 47
e. Kehidupan Sosial Ekonomi dan Budaya Keagamaan .......................... 48
B. Praktik Pengalihan Pengasuhan Anak Orang Tua Karir ................................... 49
1. Profil Keluarga Orang Tua Karir ................................................................ 49
xii
a. Keluarga Bapak AM dan Ibu NK ........................................................ 49
b. Keluarga Bapak BA dan Ibu DF .......................................................... 51
c. Keluarga Bapak MS dan Ibu TR .......................................................... 52
d. Keluarga Bapak KH dan Ibu UM ........................................................ 54
e. Keluarga Bapak MH dan Ibu DM ........................................................ 56
2. Faktor Penyebab Pengalihan Pengasuhan Anak ......................................... 58
a. Faktor ekonomi .................................................................................... 58
b. Faktor Usia ........................................................................................... 60
c. Faktor Pendidikan ................................................................................ 61
d. Faktor Kebosanan ................................................................................ 62
3. Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Orang Tua Karir ........................... 63
a. Pola pengasuhan Anak Ibu NK ............................................................ 63
b. Pola Pengasuhan Anak Ibu DF ............................................................ 64
c. Pola Pengasuhan Anak Ibu TR ............................................................ 65
d. Pola Pengasuhan Anak Ibu UM ........................................................... 67
e. Pola Pengasuhan Anak Ibu DM ........................................................... 68
4. Dampak Pengalihan Pengasuhan Anak ...................................................... 69
a. Dampak Ekonomi ................................................................................ 69
b. Dampak Pendidikan ............................................................................. 70
c. Dampak Keharmonisan ........................................................................ 72
BAB IV ANALISIS
A. Analisis Terhadap Pola dan Landasan Pengasuhan Anak Orang Tua
Karir .................................................................................................................. 73
B. Analisis Terhadap Faktor Penyebab Pengalihan Pengasuhan Anak orang
Tua Karir ........................................................................................................... 76
xiii
C. Menurut Pandangan Hukum Islam dan Undang-undang .................................. 80
1. Menurut Hukum Islam ............................................................................... 80
2. Menurut Undang-undang ........................................................................... 89
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................................................. 94
B. SARAN ............................................................................................................. 98
DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Daftar Riwayat Hidup
Lampiran II Foto Akta Nikah Keluarga
Lampiran III Foto KTP Pelaku
Lampiran IV Permohonan Izin Penelitian
Lampiran V Daftar Nilai SKK
Lampiran VI Nota Pembimbing Skripsi
Lampiran VII Lembar Konsultasi Skripsi
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhan Yang Maha Esa (UU no 1
thn 1974 pasal 1). Perkawinan merupakan salah satu sunntullah yang berlaku
pada semua makhluk tuhan, perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah
sebagai jalan bagi manusia untuk beranak-pinak, berkembang biak, dan
melestarikan hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan
perannya yang positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan ( Ghazaly Ahmad,
2006:10).
Perkawinan mengandung aspek hukum, melangsungkan perkawinan
ialah saling mendapatkan hak dan kewajiban serta bertujuan mengadakan
hubungan pergaulan yang dilandasi tolong menolong. Dalam Kompilasi Hukum
Islam pengertian perkawinan dan tujuannya dinyatakan dalam pasal 2 dan 3
sebagai berikut:
Pasal 2 : Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu
akad yang sangat kuat atau mutsaqon ghalizhan untuk menaati perintah Allah
dan melaksanakannya merupakan ibadah. Perkawinan itu adalah sunnah Allah
jika dilaksanakan dengan menurut ketentuan tertentu hukum Islam maka akan
mendapatkan pahala karena bernilai ibadah.
1
Pasal 3: Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah
tangga yang sakinah, mawadah, warahmah. Yang artinya keluarga yang selalu
diberikan kedamaian hati, dilapisi dengan kasih sayang antar anggota keluarga,
dan mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Dan tujuan itu akan tercapai jika para
anggota keluarga untuk saling tolong menolong (KHI, pasal 2 dan 3).
Seperti yang dijelaskan diatas, bahagia dalam rumah tangga itu ketika
suami istri saling tolong menolong dan bahu membahu dalam melakukan
pekerjaannya. Serta bekerja sama untuk mendidik anaknya dengan baik. Suami
adalah kepala keluarga dan ibu menggurus rumah tangga. Tugas suami adalah
memberikan nafkah kepada seluruh anggota keluarganya sedangkan tugas ibu
mengurus rumah tangganya. Dalam Al Qur’an surat Annisa ayat 34
menyebutkan:
أنـفقوا من أمواهلم فالصاحلات الرجال قـوامون على النساء مبا فضل الله بـعضهم على بـعض ومبا
ضاجع قانتات حافظات للغيب مبا حفظ الله والاليت ختافون نشوزهن فعظوهن واهجروهن يف الم
غوا عليهن سبيال إن الله كان عليا كبرياواضربوهن فإن أطعنكم فال تـبـ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri,ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
2
Apabila istri dan suami mampu membina keluarganya dan mereka
mampu untuk melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing, maka keluarga
yang kekal dan bahagiapun akan terwujud, karena semuanya mempunyai peran
yang optimal. Disisi lain ada suatu keluarga yang suami dan istri sama-sama
bekerja. Dalam hal ini istri yang seharusnya mengurus rumah tangga, melayani
dan mengasuh anak, tetapi karena dalam situasi tertentu dan kondisi tertentu
mengaruskan bekerja sama seperti yang dilakukan oleh suami yaitu bekerja.
Kemudian timbul masalah mengenai bagaimana mereka dalam mengurus anak.
Padahal pengasuhan yang baik adalah ketika suami dan istri bekerja sama untuk
mengasuh dan memberikan pendidikan.
Orang tua merupakan orang yang penting dalam proses pengasuhan dan
pendidikan anak. Orang tua dalam ranah ini adalah pengembangan dalam upaya
membentuk kepribadian anak, mengembangkan potensi akademik maupun non
akademik melalui olah potensi, rasio, etika dan moral. Kedekatan orang tua
terhadap anak, sungguh sangat member pengaruh besar dalam proses
pembentukan anak, dibandingkan pengaruh yang diberikan oleh komponon
pendidikan lainya. Pola pengasuhan maupun pendidikan anak di lingkungan
keluarga sangat ditentukan oleh kualitas dan kesiapan keluarga (suami istri)
sendiri untuk melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya melalui peran edukasi
(pendidikan). Dilingkungan keluarga peran ibu atau istri sangat dominan karena
ditangannyalah akan menentukan kehidupan bagi anak dan suaminya.
(Fuaduddin, 1999: 9).
3
Dalam mendidik anak, kedua orang tua merupakan sosok manusia
yang pertama kali dikenal anak. Yang karenanya perilaku keduanya akan sangat
mewarnai tehadap proses perkembangan kepribadian anak selanjutnya, sehingga
faktor keteladanan dari keduanya menjadi sangat diperlukan. Orang tua memiliki
andil yang sangat besar dalam menentukan karakter dan memaksimalkan
kecerdasan yang harus senantiasa dimiliki oleh anak. Apa yang didengar, dilihat
dan dirasakan anak di dalam berinteraksi dengan kedua orang tuanya akan
sangat membekas dalam memori anak. Orang tua janganlah hanya disibukkan
dengan urusan duniawi semata, tetapi urusan lainya pula yaitu mengenai
pendidikan akhlak dan moral itu sangatlah penting. Orang tua yang tidak
memperhatikan kasih sayang terhadap anaknya dan hanya disibukkan dengan
urusan duniawi semata maka akan menyebabkan si anak menyimpang tingkah
lakunya, di samping itu juga dapat menyebabkan si anak kehilangan pegangan.
(Juwairiyah, 2010: 5).
Pengasuhan anak merupakan suatu kewajiban suami istri, karena anak
merupakan darah daging mereka. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan
yang maha Esa, yang senantiasa harus di jaga karena di dalam dirinya melekat
harkat, martabat, dan hak-hak sebagai anak atau manusia, seperti dalam bunyi
Kompilasi Hukum Islam pada pasal 77 poin 3 yaitu; “suami istri memikul
kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai
pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan
agamanya”. Sejatinya seorang anak membutuhkan fikur kedua orang tuanya
(ayah dan ibu) dalam perkembangan kematangan kepribadiannya. Fenomena
4
yang terjadi pada sekarang ini, dan nyaris membudidaya di kalangan masyarakat
adalah adanya pengalihan pengasuhan anak kepada orang lain. Dengan alasan
kesibukan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Mereka menitipkan
mengenai pengasuhan anaknya kepada orang lain. Hal ini disebabkan oleh ayah
dan ibu sama-sama bekerja. Dan orang tua kurang memperhatikan
perkembangan si anak.
Kewajiban orang tua adalah untuk memelihara dan mendidik anak
mereka dengan sebaik-baiknya. Pemeliharaan ini mencakup masalah ekonomi,
pendidikan, dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok dan kebutuhan
sekunder anak. Pengasuhan juga berarti sebuah tanggung jawab orang tua untuk
mengawasi, memberi pelayanan yang senantiasa yang semestinya serta
mencukupi kebutuhan hidup seorang anak oleh orang tuanya. Anak merupakan
amanat bagi orang tua, serta merupakan anugrah dan amanah dari Allah kepada
manusia yang menjadi orang tuanya. Oleh karena itu orang tua bertanggung
jawab penuh agar anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang
berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya
sesuai dengan tujuan dan kehendak Tuhan.
Dalam surat Al Baqarah ayat 233 telah diterangkan dengan jelas
sebagai berikut :
وعلى المولود ◌ لمن أراد أن يتم الرضاعة ◌ والوالدات يـرضعن أوالدهن حولين كاملين
ال تضار والدة بولدها وال ◌ ال تكلف نـفس إال وسعها ◌ له رزقـهن وكسوتـهن بالمعروف
5
هما وتشاور ◌ لك ◌ وعلى الوارث مثل ذ ◌ مولود له بولده فإن أرادا فصاال عن تـراض منـ
اح وإن أردتم أن تستـرضعوا أوالدكم فال جن ◌ فال جناح عليهما
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. (QS. Al Baqarah : 233).
Dalam ayat tersebut mewajibkan agar kedua orang tua anak menjaga
sikap saling mengerti dan penuh keharmonisan dan kecintaan. Dan pemeliharaan
anak menjadi tanggung jawab ayah tetapi ayah seorang bayi itu wajib
mengeluarkan nafkah untuk ibunya dan memberikan pakaian tanpa disertai
ucapan dan sikap yang menyakitkan, tetapi dengan cara yang ma’ruf , atau
pemberian yang disertai rasa cinta, saling menghormati dan saling memahami
(Al-Shabbagh, 1994:199). Kemudian dalam hadits Rasulullah saw yang artinya:
“Jika salah seorang diantara kamu sekalian mau mendidik anaknya, maka perbuatan itu lebih baik baginya ketimbang bersedekah setengah sha’ setiap hari untuk para fakir miskin”.
Maksud dari hadits tersebut adalah orang tua yang mau mendidik anak nya
dengan baik berdasarkan ajaran agama Islam maka itu lebih baik dari pada
mereka bersedekah yang banyak.
Imam Ali bin AbiThalib berkata: “sebaik-baiknya yang diwariskan oleh
bapak kepada anak adalah pendidikan. “IbnMas’ud berkata: “setiap pendidikan
sangat senang diadili bersama didikannya. Dan sesungguhnya pendidikan Allah
adalah Al-Qur’an. Kebahagian anak tidak dapat dinilai dari banyaknya materi
6
yang diberikan oleh orang tua tetapi pendidikan mengenai moral dan etika yang
baik itulah yang harus diberikan oleh orang tuanya ”(Al Shabbagh, 1994:204-
205).
Dalam Undang-undang perkawinan No 1 tahun 1974 pasal 45
disebutkan bahwa:
Ayat 1: Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak
mereka sebaik-baiknya”. Dengan mengunakan ahklak dan anjuran yang
berdasarkan Al Quran orang tua dianjurkan untuk mendidik dan mengasuh
anaknya. Untuk menjadikan anak tumbuh kembang dengan baik.
Pasal 2: Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana
berlaku meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus. Dalam mengasuh
dan mendidik anak itu sampai mereka dapat mengurus dirinya sendiri dan
sehingga dapat membedakan antara hal yang baik dan hal yang buruk.
Kemudian dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 83 ayat 2 yang
berbunyi “Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-
hari dengan sebaik-baiknya. Sebagai seorang istri ia adalah wakil dari suaminya
untuk itu berkewajiban untuk membantu suaminya dengan cara untuk mengatur
rumah tangganya dan merawat anak-anaknya dirumah. Melayani suaminya dan
mendidik anak-anaknya.
Dalam Undang-undang perlindungan anak pasal 2 disebutkan bahwa:
1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun didalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.
7
2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan negara yang baik dan berguna.
3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.
4. Anak berhak perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar (UU RI No.23 th 2002).
Pola pengasuhan anak yang ideal adalah apabila dilakukan oleh kedua
orang tuanya. Ayah dan ibu saling bekerja sama untuk mengasuh dan mendidik
anak. Mereka menyaksikan dan memantau tumbuh perkembangan anak secara
langsung dan optimal. Namun dalam kenyataannya kondisi ideal tersebut tidak
dapat diwujudkan karena hal-hal tertentu.
Disisi lain ada beberapa keluarga yang kedua orang tuanya berkarir atau
bekerja dan meninggalkan anak mereka dan menitipkan kepada orang lain.
Sehingga ada suatu peran yang tidak dapat berfungsi lagi. Dalam hal ini istri
yang seharusnya melayani suami, mengasuh anak tidak dilakukan lagi, dan
kewajiban suami istri tersebut adalah mendidik, mengasuh anak-anaknya supaya
tumbuh menjadi anak yang berguna bagi semuanya. Pengasuhan anak sangatlah
berpengaruh kepada kepribadian dan pertumbuhan anak kelak.
Dalam kasus yang terjadi di Desa Banyuurip ini adalah adanya
pengalihan pengasuhan anak kepada orang lain ketika ditinggal bekerja. Bahkan
diantara mereka ada yang menitipkan anaknya dari usia dini sampai ia tumbuh
dewasa itu dalam pengasuhan orang lain, melainkan tidak langsung diasuh kedua
orang tuanya. Fenomena yang terjadi saat ini semakin merabah yaitu dengan
cara pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain. Dan otomatis disini akan
muncul sebuah problem seperti kurangnya pelayanan istri terhadap suaminya
8
karena sibuk bekerja, kurangnya kasih sayang yang dirasakan oleh anak-
anaknya. Karena anak bukan hanya membutuhkan perhatian materiil saja, tetapi
juga membutuhkan kehadiran orang tuanya dalam berbagai hal. Namun, pada
kenyataannya banyak orang tua yang bekerja dan meninggalkan anaknya dan
menitipkan kepada orang lain. Padahal pola pengasuhan yang baik adalah saat
ayah dan ibu bekerja sama, bahu membahu dalam memberikan pengasuhan,
perhatian, kasih sayang dan pendidikannya.
Dengan bekerjanya kedua orang tua otomatis dalam ranah ini akan
timbul kurangnya keharmonisan dan kedekatan keluarga karena kedua orang tua
telah meninggalkan waktu untuk keluarganya dan menyebabkan anak menjadi
kurang kasih sayang, mereka menjadi tidak terurus. Kemudian kurangnya
komunikasi antara suami istri dan anak-anak akan menyebabkan ketidak
harmonisan dalam sebuah keluarga. Dan dari kurannya waktu dan pendidikan
yang diberikan oleh kedua orang tua ini akan mempengaruhi kehidupan anak
dimasa yang akan datang, yaitu ahklak anak yang tidak baik.
Berangkat dari latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk
meneliti kasus yang terjadi di Desa Banyuurip, Kecamatan Klego, Kabupaten
Boyolali dengan judul “Pengalihan Pengasuhan Anak Orang Tua Karir”. Studi
kasus pada keluarga yang kedua orang tuanya berkarir dan menitipkan anaknya
kepada orang lain.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti
merumuskan pokok masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pola dan landasan pengasuhan anak pada keluarga orang tua
karir di Desa Banyuurip, Kecamatan Klego, KabupatenBoyolali?
2. Apa faktor-faktor penyebab pengalihan pengasuhan anak kepada orang
lain di Desa Banyuurip, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali?
3. Bagaimana pandangan Hukum megenai pengasuhan anak di Desa
Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali?
C. Tujuan Penelitian
Berpijak pada masalah diatas maka tujuan penulis melakukan penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana pola dan landasan pengasuhan anak yang
dilakukan oleh kedua orangtua yang berkarir di Desa Banyuurip,
Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali.
2. Mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab pengalihan pengasuhan anak
kepada orang lain di Desa Banyuurip, Kecamatan Klego, Kabupaten
Boyolali.
3. Mengetahui bagaimana pandangan hukum mengenai pengasuhan anak
yang benar.
10
D. Penegasan Istilah
1. Pengalihan adalah pemindahan. Yang dimaksud dalam pengalihan dalam
kasus ini adalah pemindahan pengasuhan anak yang seharusnya dilakukan
oleh kedua orang tua ini dialihkan kepada orang lain.
2. Anak adalah keturunan, keturunan yang memiliki hubungan darah yang
dihasilkan oleh pasangan suami istri yang dapat meneruskan kedua orang
tuanya.
3. Pengasuhan adalah penjagaan anak, dalam kasus ini pengasuh adalah orang
yang menjaga dan merawat anak. Kemudian pengasuhan adalah cara yang
digunakan oleh orang yang mendidik,
4. Karir adalah perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan. Yang dimaksud
dalam karir dalam hal ini adalah kedua orang tua bekerja.
E. Tinjauan Pustaka
Ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara suami dan istri
dimana yang terbentuk dalam kelompok kecil masyarakat yang disebut dengan
keluarga. Keluarga disini memiliki anggota yang berupa ayah sebagai kelapa
rumah tangga, ibu sebagai wakil atau pembantu ayah dan sebagai ibu rumah
tangga, serta terdapat anak-anak yang mereka yang membutuhkan kasih serta
perhatian dari kedua orang tua. Suami dan istri memiliki tanggung jawab yang
harus dikerjakan masing-masing di dalam keluarganya.
Pembahasan mengenai pengasuhan anak orang tua karir belum
dilakukan, yang banyak diteliti yaitu mengenai istri sebagai nafkah utama dalam
11
pemenuhan keluarganya, sedangkan skripsi ini akan merujuk pembahasan
mendalam mengenai pengalihan pengasuhan anaknya ketika kedua orang tuanya
sama-sama berkarir atau bekerja.
Dalam penelitian ilmiah yang berupa skripsi peneliti mememukan
beberapa karya yang terkait dengan masalah pengasuhan anak dan orang tua
karir, karya-karya tersebut adalah skripsi Sholechah yang berjudul “Istri Karier
dalam Perspektif Hukum Islam” (Studi terhadap Istri Pencari Nafkah di Desa
Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang). Skripsi ini memilki tiga rumusan
masalah yaitu: Apa alasan ulama tentang kebolehan istri berkarir; Bagaimana
latar belakang serta peran istri karier di Desa Gedangan Kec. Tuntang Kab.
Semarang; Bagaimana sosok istri karier dan implikasi terhadap pemberian
nafkah keluarga di Desa Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa istri boleh berkarir tetapi tetap
ada batasan tentang kebolehan tersebut dan selama tidak menentang dengan
syari’at islam, kemudian adanya faktor pendorong tertentu.
faktor tertentu yang mengharuskan mereka untuk berkarir. Menurut mereka
pemenuhan nafkah keluarga merupakan tanggung jawab bersama antara suami
dan istri (Sholechah 2006:9)
Skripsi selanjutnya yaitu skripsi Akmal janan Absor yang berjudul:
“Pola Asuh Orang Tua Karir dalam Mendidik Anak” (Studi Kasus Keluarga
Sunaryadi, Komplek TNI AU Blok K No12 LANUD Adisutjipto Yogjakarta)
skripsi ini memiliki tiga rumusan masalah yaitu bagaimanakah pola asuh orang
tua karir dikeluarga sunaryadi dalam mendidik anak; faktor apa sajakah yang
12
menjadi pendukung dan penghambat pola asuh orang tua karir dikeluarga
Sunaryadi dalam mendidik anak; bagaimanakah hasil pola asuh orang tua karir
di keluarga Sunaryadi dalam mendidik anak. Dalam penelitian ini disimpulkan
bahwa bentuk pola asuh orang tua karir di keluarga Sunaryadi dalam mendidik
anak adalah demokratis. Kemudian faktor pendukungnya adalah keadaan
ekonomi orang tua, pengalaman, pendidikan, keadaan anak, bantuan dari pihak
lain, dan lingkungan yang representatif sedangkan faktor penghambat yaitu
pekerjaan yang menyebabkan keterbatasan waktu, kelelahan, dan juga
keterbatasan agama. Dan hasil yang dicapai dari pola asuh demokratis
terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik (Akmal Janan
Absor 200:57).
Penelitian selanjutnya yaitu Yeni Fauziah yang berjudul“Hak dan
Kewajiban Suami Istri dalam Perspektif Hukum Islam” (Studi Nilai Keadilan
Gender terhadap Kewajiban Mendidik Anak). Skripsi ini memiliki tiga rumusan
masalah yaitu: bagaimana hak dan kewajiban suami istri dalam islam;
bagaimana konsep kesetaraan gender dalam islam; bagaimana pembagian peran
antara suami istri dalam mendidik anak tanpa menafikan konsep kesetaraan
gender. Dalam skripsi ini dapat disimpulkan mengenai pembahasan hak dan
kewajiban suami istri dalam kacamata Islam yakni kesetaraan gender peran
antara laki-laki dan perempuan.
Dalam tinjauan penelitian yang terdahulu penulis memiliki perbedaan
yaitu mengenai pengasuhan anak yang dialihkan kepada orang lain dimana yang
berkewajiban mengasuh anak adalah kedua orang tua dan fenomena itu menjadi
13
sering dilakukan pada sekarang ini. Dalam hal diatas belum ada yang meneliti
secara khusus, untuk itu penulis tertarik untuk meneliti dengan judul
“Pengalihan Pengasuhan Anak Orang Tua Karir”.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya (suharsimi, 2010:203). Adapun metode
penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Jenis penelitian
a. Metode dan Pendekatan
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian
lapangan (Field Research) yang bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menunjukan bahwa pelaksanaannya
terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak
dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekan pada deskripsi secara
alami. guna memperoleh gambaran yang jelas dan dapat memberikan data
yang detail tentang obyek yang diteliti (Suharsimi, 2010 :27)
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih banyak
menggunakan kualitas subyektif, mencakup penelahaan dan pengungkapan
berdasarkan persepsi untuk memperoleh pemahaman terhadap fenomena
sosial dan kemanusiaan yang terjadi (Asep Hermawan, 2004:14).
b. Lokasi penelitian
14
Penelitian ini berlokasi di Desa Banyuurip Kecamatan Klego
Kabupaten Boyolali dirumah masing-masing keluarga yang orang tuanya
berkarir dan untuk pengasuhannya dengan cara mengalihkan atau
menyerahkan anaknya kepada orang lain. Penelitian ini menggunakan dua
sumber data yaitu:
1) Data primer
Data primer adalah data yang dihimpun secara langsung dari
sumbernya dan diolah sendiri oleh peneliti ( Rosady Ruslan,
2010:138). Data yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan fakta
lapangan yang diperoleh langsung dari keterangan para pelaku yang
melakukan pengalihan pengasuhan anak.
2) Data sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara dihasilkan dari pihak lain (Rosadi
Ruslan, 2010:138). Merupakan data yang mencangkup dokumen-
dokumen resmi dari buku, artikel, hasil penelitian sebelumnya yang
menunjang sebagai landasan teori.
2. Teknik pengumpulan data
a. Observasi (pengamatan)
Observasi adalah kegiatan mengamati dan mencermati serta melakukan
pencatatan data atau informasi yang sesuai dengan konteks penelitian
(mahi, 2011:73). Dalam pengumpulan data peneliti melakukan observasi
15
langsung di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali
dirumah masing-masing pihak yang bersangkutan.
b. Wawancara (interview)
Teknik wawancara (interview) adalah teknik pencarian data atau informasi
mendalam yang diajukan kepada responden dalam bentuk pertanyaan dan
jawaban (Mahi,2011:79). Wawancara yang akan dilakukan peneliti adalah
wawancara langsung kepada pelaku. Dan pihak yang terkait dalam hai ini
adalah kedua orang tua yang sama-sama bekerja di Desa Banyuurip
Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali dan pengasuhan dan perawatan
anak dari orang tua tersebut dilakukan oleh orang lain.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sejumlah fakta dan data yang tersimpan dalam bahan
yang berbentuk dokumentasi. Data yang dimaksud dalam hal ini adalah
mengenai foto dan hal surat menyurat. Sifat utama data ini tak terbatas
pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk
mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Setiap bahan
tertulis ataupun film, dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan
bahan untuk meramal.
Dalam hal ini peneliti melakukan tanya jawab langsung kepada pelaku,
kemudian dalam proses tanya jawab tersebut disertakan dengan
merekamnya dan menulis apa yang telah disampaikan oleh informan serta
peneliti juga meminta surat-surat yang terkait dengan keluarga tersebut
16
seperti KTP, Akta Nikah dan KK. Dan hal tersebut menjadi dapat
dijadikan dokumentasi dalam penelitian ini. (Lexy j. Moleong, 2009).
3. Analisis Data
Data penelitian yang telah dikumpulkan ataupun diperoleh, dianalisis
secara kualitatif dengan cara mengambarkan masalah jelas dan mendalam.
Jenis analisis yang digunakan oleh peneliti adalah metode diskripsi kualitatif,
yaitu peneliti berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang
terjadi sekarang. Metode diskripsi kualitatif dalam penelitian ini yaitu dengan
menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan mengenai pola
pengasuhan anak orang tua karir, faktor-faktor penyebab pengalihan
pengasuhan anak orang tua karir, kemudian bagaimana pandangan hukum
terhadap pengalihan pengasuhan anak orang tua karir yang terjadi di Desa
Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam mencerna masalah yang dibahas, penulis
menggunakan sistematika ini terdiri dari lima bab yang terdiri sebagai berikut:
BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka,
metode penelitian, sistematika penulisan.
BAB II : Dalam bab ini merupakan kajian pustaka yang menjelaskan tinjauan
tentang perkawinan, keluarga, dan Orang Tua Karir, Tinjauan terhadap
17
pola pengasuhan anak, Kewajiban pengasuhan anak dalam pandangan
hukum Islam dan hukum positif atau Undang-undang..
BAB III: Dalam bab ini menjelaskan paparan data dan hasil penelitian yang
berupa gambaran umum Desa Banyuurip, Praktik pengalihan
pengasuhan anak orang tua karir, yang berisi bagaimana pola
pengasuhan anak orang tua berkarir di Desa Banyuurip, faktor-faktor
penyebab pengalihan pengasuhan anak di Desa Banyuurip dan dampak
yang ditimbulkan.
BAB IV: Dalam bab ini berisi analisis data mengenai hasil penelitian, analisis
pola pengasuhan anak, analisis faktor-faktor pengalihan pengasuhan
anak, analisis hukum terhadap pengalihan pengasuhan anak.
BAB V: Dalam bab ini adalah penutup yang berisi dari kesimpulan, saran dan
penutup.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Perkawinan, Keluarga Dan Orang Tua Karir
1. Perkawinan
Perkawinan ialah suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan
hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka
mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa ketentraman
serta kasih sayang dengan cara yang diridhai Allah yang dilakukan oleh
pasangan laki-laki dan perempuan yang telah memenuhi syarat. (Departemen
Agama, 1984:49). Dalam Islam, perkawinan merupakan sesuatu yang sakral
dan menjadi salah satu bentuk ibadah kepada Allah. Banyak ayat, hadits
maupun Undang-undang yang mengatur tentang perkawinan. Perkawinan
merupakan sesuatu yang amat penting bagi manusia.
Tujuan dari perkawinan adalah untuk memenuhi petunjuk agama
dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.
Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota, sejahtera artinya
terciptannya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan
hidup lahir dan batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang
antar anggota keluarga. Setiap anggota keluarga diharapkan untuk dapat
memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing, untuk mencapai
kebahagian sesuai dengan tujuan perkawinan (Ghazaly, 2006:22). Naluri
manusia mempunyai kecenderungan untuk mempunyai keturunan yang diakui
19
oleh dirinya sendiri masyarakat, negara dan kebenaran keyakinan agama
memberi jalan untuk itu. Agama memberi jalan hidup manusia agar hidup
bahagia di dunia dan diakhirat. Kebahagiaan dunia dan akhirat dicapai dengan
hidup berbakti kepada Tuhan secara sendiri-sendiri, berkeluarga, dan
bermasyarakat. Kehidupan keluarga bahagia, umumnya antara lain ditentukan
oleh kehadiran anak-anak. Anak merupakan buah hati dan belahan jiwa bagi
setiap pasangan yang telah menikah. Kesempurnaan perkawinan, apabila
dalam rumah tangga hadir anak-anak sebagai buah hati pengarang jantung
bagi suami istri (Ghazaly, 2006:24).
2. Keluarga
Dari definisi tentang perkawinan yang ada, keluarga adalah unit
terkecil dari suatu masyarakat, yang terdiri atas suami-istri, suami istri anak-
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Tidak akan ada
masyarakat bila tidak ada keluarga, masyarakat merupakan kumpulan
keluarga-keluarga. Jadi, baik dan buruknya masyarakat tergantung pada baik
dan buruknya keluarga. Keluarga juga dapat dipahami sebagai sebuah sistem
yang saling berhubungan dan saling ketergantungan, saling mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh lingkungannya (Aziz, 2015:16).
Setiap keluarga pada hakikatnya memiliki berbagai macam fungsi,
yaitu salah satunya fungsi sosial adalah keluarga merupakan sarana pertama
dalam proses interaksi sosial dan menjalin hubungan yang erat baik dalam
satu keluarga maupun secara luas. Fungsi sosial ini dapat dimaknai pula
bahwa keluarga adalah sumber inspirasi pertama dalam membangun
20
komunikasi melalui proses bicara secara sopan, dan tepat dan juga keluarga
menjadi tempat pertama seseorang untuk memulai kehidupannya. Keluarga
membentuk suatu hubungan yang sangat erat antara ayah, ibu dan anak.
(Aziz, 2015:18).
Makna dan fungsi keluarga serta pelaksanaannya dipengaruhi oleh
kebudayaan sekitar dan intensitas keluarga dalam turut sertanya dengan
kebudayaan dan lingkungannya, keyakinan, pandangan hidup dan system
nilai yang menggariskan tujuan hidup serta kebijaksanaan keluarga dalam
rangka melaksanakan tata laksana (manajemen keluarga). Keluarga
merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak. Iklim lingkungan
keluarga, sikap dan kebiasaan hidup semua anggota keluarga, keberagamaan
dalam keluarga, akan memberi kontribusi yang besar bagi pembentukan
kepribadian anak kelak. Anak sebagai generasi yang baru lahir dari suatu
keluarga akan sangat dipengaruhi oleh suasana keluarga dimana ia hidup.
Dalam hal ini keluarga merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan
anak karena keluarga sebagai kelompok primer yang di dalamnya terjadi
proses sosialisasi. Selanjutnya dikemukakan makna dari proses sosialisasi
sebagai berikut :
a. Proses belajar yaitu proses akomodasi dengan mana individu menahan,
mengubah, implus-implus dalam dirinya dan mengambil oper cara hidup
atau kebudayaan masyarakat di sekitar.
21
b. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-
ide, pola-pola nilai dan tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup.
Dalam hal ini lingkungan sangat menentukan.
c. Semua sifat dan kecakapan yang di pelajari dan di dapatkan dalam proses
sosialisasi itu di susun dan di kembangkan sebagai suatu kesatuan system
dalam diri pribadinya.
Terlaksananya fungsi sosialisasi dalam keluarga, diharapkan dapat
menjadi upaya membantu anak mempersiapkan dirinya menjadi anggota
masyarakat yang baik (Ulfatmi, 2011:22).
3. Orang Tua Karir
Menurut Undang-undang Republik Indonesia no. 4 tahun 1979
tentang kesejahteraan anak pasal 1 ayat 3, Orang tua adalah ayah dan atau ibu
kandung. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia karier berarti
pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Jadi, orang tua karir adalah
ayah dan ibunya sama-sama bekerja. Bekerja itu merupakan aktivitas sosial
bagi manusia yang memilki motivasi untuk mendapatkan nilai-nilai ekonomis
tertentu dalam wujud gaji, honorium, premi, bonus dan lain-lain. Dalam hal
ini maksud dan harapan dari orang tua yaitu ayah dan ibu yang sama-sama
bekerja untuk dapat memperbaiki perekonomian keluarganya yang bertujuan
untuk kemajuan dalam hidupnya serta dapat memenuhi kebutuhan hidup
keluarga. (Kartono, 1998:15).
Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam satu
keluarga atau rumah tangga yang biasa disebut ibu dan bapak, orang tua yaitu
22
orang-orang yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anak. Untuk
itu orang tua dituntut untuk mencari nafkah untuk anak-anak mereka. Dalam
hal ini kewajiban untuk mencari nafkah adalah laki-laki. Para ulama
menetapkan bahwa pemeliharaan anak itu hukumnya wajib, sebagaimana
wajib memeliharanya selama berada dalam ikatan perkawinan. Adapun dasar
hukumnya mengikuti umum perintah Allah untuk membiayai anak dan istri
dalam firman Allah pada surat al- Baqarah (2) ayat 233:
وعلى المولود له رزقـهن وكسوتـهن بالمعروف
Adalah kewajiban ayah untuk memberi nafkah dan pakaian untuk anak dan istrinya.
Kewajiban membiayai anak yang masih kecil bukan hanya berlaku
selama ayah dan ibu masih terikat dalam tali perkawinan saja, namun juga
berlanjut setelah terjadinya perceraian. Setelah ayah dan ibu bercerai perlu
diadakanya musyawarah untuk menjamin kelangsungan hidup anak, yang
sejahtera, untuk menghindari kehidupan anak menjadi terbengkalai
(Syarifuddin, 2006:328).
Kemudian kewajiban seorang ibu sekaligus istri pada hakikatnya
memiliki hak dan kewajiban yang sama-sama berat dalam membangun
keluarga yang unggulan. Menjadi seorang perempuan istri dan ibu adalah
bentuk penyerahan diri untuk menjadi seorang manager rumah tangga.
Menurut Anna Wilson Smith yang dikutip dalam bukunya Kartono dalam
masyarakat ada kepercayaan bahwa pernikahan yang ideal pernikahan yang
inside the door(ranah private sphere) perempuan menjadi tuan, artinya dia
23
mengatur seluruh kebutuhan rumah tangga, seperti melayani suami,
membereskan rumah dan mengurus anak-anaknya. Mencari nafkah adalah
merupakan kewajiban yang mutlak bagi orang tua. Tetapi, kewajiban orang
tua terhadap anaknya bukan hanya mencari nafkah dan memberikan pakaian,
atau kesenangan-kesenangan yang sifatnya duniawi, tetapi lebih dari itu orang
tua harus mengarahkan anak-anaknya untuk mengerti kebenaran, mendidik
akhlaknya, memberi contoh yang baik-baik, serta mendo’akannya. Menjadi
orang tua karir akan disibukan atas pekerjaanya namun jagan sampai
melalaikan kewajiban-kewajiban lainya (Kartono, 1998).
B. Tinjauan Terhadap Pola Pengasuhan Anak
1. Pengertian pengasuhan
Pengasuhan atau biasa disebut parenting merupakan proses
menumbuhkan dan mendidik anak dari kelahiran anak hingga anak tumbuh
dewasa. Tugas ini dilakukan oleh ibu dan ayah (orang tua biologis anak).
Pengasuhan yang akan diberikan akan menentukan sifat atau karakter anak.
Salah satu tujuan syariat Islam adalah memelihara kelangsungan keturunan
atau hifzh an-nasal melalui perkawinan yang sah menurut agama, diakui oleh
Undang-undang dan diterima sebagai bagian dari budaya masyarakat.
Keluarga adalah lembaga yang sangat penting dalam proses pengasuhan anak.
Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor, keluarga merupakan unsur
yang sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian dan kemampuan
anak. Secara teoritis dapat dipastikan bahwa dalam keluarga yang baik, anak
24
memiliki dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan yang cukup kuat untuk
menjadi manusia dewasa. Ibu dan ayah dapat dikatakan sebagai komponen
yang sangat menentukan kehidupan anak, khususnya pada usia dini. Baik
ayah maupun ibu, keduanya adalah pengasuh utama dan pertama bagi sang
anak dalam lingkungan keluarga, baik karena alasan biologis maupun
psikologis (Fuadudin, 1999:5).
Orang tua diwajibkan untuk mengasuh dan mendidik anak dengan
baik sesuai ajaran agama dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat
dan anak diwajibkan untuk memahami dan memperdalam ilmu agama. Orang
tua harus berperan aktif dalam mengembangkan kemampuan dan
memebentuk karakter anak. Peran orang tua dalam mendidik anak yaitu:
a. Berperilaku sesuai ajaran agama, perilaku tersebut misalkan
adalah melaksanakan kewajiban shalat fardhu setiap harinya,
kemudian ibadah-ibadah yang diwajibkan. Dan orang tua yang
berperilaku yang baik maka akan menjadi teladan bagi anaknya.
b. Memahami karakter dan kemampuan anak, dalam membimbing
ataupun memberikan pemahaman tentang agama selayaknya
dapat memahami tingkat kemampuan setiap anaknya.
c. Berperan aktif dalam memberikan bimbingan dan nasihat,
sehingga anak terkontrol dalam bergaul dengan baik. Anak dapat
memfilter terhadap pengaruh negatif yang akan merusak ahklak
bahkan mengubah pola berfikir anak kedepannya. Yang harus
dilakukan adalah:
25
a) Membekali diri dengan ilmu agama
Dengan cara menjadi teladan yang baik dalam ilmu dan amal.
Memberikan materi pendidikan akidah dan ahklak, sabar
menghadapi berbagai karakter anak, bersikap rendah hati dan
menggunakan kata-kata yang baik.
b) Memahami kepribadian anak
Setiap anak mempunyai kepribadian yang berbeda-beda.
Kepribadian mereka terbentuk oleh lingkungan kepribadian
adalah bagian dari diri yang sangat unik. Kita cenderung untuk
merespon segala sesuatu dengan memahami kepribadian anak,
sebagai pengasuh yang baik harus mampu mencari celah atau
solusi terhadap masaalaah yang terjadi.
c) Memahami anak dalam bertindak
Apa yang dilakukan anak haruslah selalu diperhatikan dengan
baik. Untuk menghindari tindakan anak yang buruk yang dapat
mempengaruhi sikap anak. Serta mengarahkan anak untuk
berahklak mulia (Rif’ani, 2013:114).
Manusia diciptakan dengan tanggung jawab yang cukup banyak demi
kemaslahatan manusia itu sendiri. Semakin bertanggung jawab terhadap
amanah yang diberikan tentu semakin menjadikan manusia menempati derajat
yang tinggi pula. Diantara tanggung jawab tersebut adalah anak. Bagi orang
tua harus mampu menjadikan anak sebagai amal jariyah baginya. Dengan cara
26
pendidikan yang telah diajarkan. Hal utama yang harus dilakukan orang tua
adalah membimbing anaknya supaya berahklak mulia.
Anak hendaknya terbiasa ditanamkan pada ahklak mulia, etika, moral
dan nilai-nilai yang baik. Sehingga akan menjadikan mahluk yang bermanfaat
bagi dirinya. Keluarganya dan semua yang mengasuh. Ahklak mulia dan
agama merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Anak jangan
diajarkan dan jangan dibiarkan untuk melakukan akhlak tercela (Rif’ani,
2013:76).
2. Pola Asuh Anak
Pola asuh merupakan bagian dari proses pemeliharaan anak dengan
menggunakan tehknik dan metode yang menitik beratkan pada kasih sayang dan
ketulusan cinta yang mendalam dari kedua orang tua. Pola asuh tidak akan terlepas
dari adanya sebuah keluarga dalam hal ini adalah orang tua si anak. Keluarga
merupakan suatu kesatuan kekerabatan yang juga merupakan satuan tempat tinggal
yang di tandai oleh adanya kerja sama orang tua untuk mendidik dan membesarkan
anak. Sebagai orang tua di haruskan untuk mempunyai waktu untuk berkumpul
bersama keluarga , saling menghargai antara sesama dan rasa saling memiliki. Pola
asuh merupakan cara yang di lakukan orang tua yaitu ayah dan ibu dalam
memberikan kasih sayang dan cara mengasuh yang mempunyai pengaruh yang
besar tentang kehidupan.
Peran orang tua dalam mengasuh sangat berpengaruh untuk perkembangan
jiwa anak mulai dari hal-hal negative dan positif. Untuk membentuk karakter dan
27
kepribadiannya agar interaksi antara orang tua terdapat dua dimensi perilaku orang
tua yaitu:
a. Dimensi pertama adalah hubungan emosional antara kedua orang tua
dan anak. Faktor kasih sayang, kepuasan, emosional, perasaan aman,
dan kehangatan yang diperoleh anak. melalui pemberian perhatian,
pengertian dan kasih sayang dari orang tuanya.
b. Dimensi kedua adalah cara orang tua untuk mengontrol perilaku
anaknya. Kontrol yang dimaksud disini adalah disiplin. Disiplin
mencakup tiga hal yaitu peraturan, hukuman, dan hadiah. Tujuan dari
disiplin ini adalah untuk memberikan pengertian mana yang baik dan
mana yang buruk dan mendorongnya untuk berperilaku sesuai standar
(Ilahi, 2013:133).
Pola asuh anak dalam keluarga yakni usaha orang tua dalam membina anak
dan membimbing anak baik jiwa maupun raganya sejak lahir sampai dewasa. selain
itu yang dimaksud dengan pola asuh adalah kegiatan kompleks yang meliputi
banyak perilaku spesifik yang bekerja sendiri atau bersama yang memiliki dampak
pada anak. Tujuan utama pola asuh yang normal adalah menciptakan kontrol.
Meskipun tiap orang tua berbeda-beda dalam cara pengasuhan anaknya, namun
tujuan utama orang tua adalah sama yaitu untuk menjadi anaknya menjadi anak
yang shaleh. Pola asuh orang tua adalah pola asuh yang diterapkan pada anak yang
bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu.
Anak akan menjadi cikal bakal penerus keturunan bagi orang tuanya
juga akan membuktikan kesempurnaan ikatan cinta dan kasih sayang diantara
28
mereka. Pada umumnya orang tua berharap kelak seorang anak akan mampu
mewujudkan harapan dan cita-citanya yang belum tercapai. Pola asuh ini
dapat dirasakan oleh anak baik negatif maupun positif. Untuk itu pola asuh
akan menentukan karakter anak dan orang tua diperintahkan untuk mendidik
dengan penuh perhatian dan kasih sayang (Witanto, 2012).
Metode asuh yang digunakan oleh orang tua kepada anak menjadi
faktor utama yang menentukan potensi dan karakter seorang anak. Menurut
Baumrind dalam bukunya Muhamad Takdir Ilahi mengatakan ada tiga macam
pola asuh orang tua, jenis-jenis pola asuh tersebut adalah:
a. Pola Asuh Otoriter
Otoriter itu sendiri berarti sewenang-wenang. Pola asuh otoriter adalah
pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras, dan kaku dimana
orang tua membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-
anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Pola asuh ini adalah pola
asuh yang keras. Anak yang menginjak usia remaja maupun dewasa akan
sangat tertekan dengan pola pengasuhan semacam ini. Sisi baik dari pola
asuh ini adalah bahwa sikap orang tua yang otoriter paling tidak
menunjang perkembangan kemandirian dan tanggung jawab sosial. Anak
menjadi patuh, sopan, rajin mengerjakan pekerjaan yang diminta.
Akibatnya yang negatif dari pola asuh ini adalah mudah tersinggung,
penakut, pemurung tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah stress, tidak
mempunyai masa depan yang jelas, tidak bersahabat, dan gagap (rendah
diri).
29
b. Pola Asuh Demokratis
Adalah jenis pola asuh dimana anak diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapat, gagasan maupun keinginannya. Jadi, anak dapat
berpartisipasi dalam penentuan keputusan-keputusan dalam keluarga
dengan batas-batas tertentu. Pola asuh demokrasi ini ditandai dengan
adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat aturan
yang di setujui bersama. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan
pendapat, perasaan, keinginannya. Jadi, dalam pola asuh ini terdapat
komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.
Responsif dan memberikan perhatian penuh tanpa mengekang
kebebasannya kemudian perhatian penuh. Orang tua bersikap fleksibel,
responsive dan merawat. Orang tua melakukan pengawasan dan tuntutan
tetapi, dengan hangat, rasional, dan berkomunikasi. Pemberian kebebasan
terhadap anak disertai pengawasan dariorang tua dan yang mempunyai
acuhan. Dan orang tua mempunyai kontrol untuk mendorong anak
kedalam kepribadian yang baik.
Anak yang dibesarkan di keluarga yang mempunyai pola asuh
demokrasi, perkembangan anak akan lebih luwes dan anak dapat
menerima kekuasaan secara rasional. Adapun ciri-ciri pola asuh demokrasi
adalah sebagai berikut:
1) Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami,
dimengerti oleh anak.
30
2) Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang dapat perlu,
dipertahankan dan yang tidak baik agar di tingalkan
3) Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian
4) Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga
5) Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orang tua dan anak
serta sesama keluarga.
c. Pola asuh permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola asuh anak yang cuek terhadap
anak. Jadi, apapun yang akan dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak
sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas
negatif, matrialistis, dan sebagainya. Pola asuh orang tua permitif bersifat
terlalu lunak, tidak berdaya, memberi kebebasan terhadap anak tanpa
adanya norma-norma yang harus diikuti oleh mereka.
Pola asuh ini cenderung membebaskan anak tanpa batas, tidak
mengendalikan anak, lemah dalam keteraturan hidup, dan tidak memberi
hukuman apabila anak melakukan kesalahan, dan tidak memiliki standart
bagi perilaku anak, serta hanya memberikan sedikit perhatian dalam
membina kemandirian dan kepercayaan diri anak. biasanya pola
pengasuhan anak oleh orang tua semacam ini diakibatkan oleh orang tua
yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Kesibukan atau urusan lain yang
akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Anak
hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan
31
berkembang menjadi apa. Pola asuh ini dapat diterapkan dalam
pengasuhan anak-anak.
Akibatnya anak tumbuh menjadi seseorang yang berperilaku agresif
dan anti sosial, karena sejak awal ia tidak diajari untuk patuh pada
peraturan social. Dalam hal ini anak dianggap mampu berfikir sendiri.
Selain itu ketidak acuhan orang tua mengembangkan emosi anak yang
tidak stabil pada anak memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak
untuk melakukan sesuatu sesuai kehendaknya tidak adanya pengawasan,
bahkan cenderung membiarkan anak tanpa nasihat dan arahan (Ilahi,
2013:136)
C. Kewajiban Pengasuhan Anak Dalam Pandangan Hukum Islam Dan
Undang-Undang Di Indonesia
1. Kewajiban Pengasuhan Anak Menurut Hukum Islam
Setiap orang tua berkewajiban mendidik dan mengasuh anak agar
menjadi manusia shalih, berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Lebih khusus
lagi membuat kebahagiaan kedua orang tua, baik ketika masih didunia
maupun setelah diakhirat kelak. Bukankah Al-Qur’an telah memerintahkan:
ها مل ظ ئكة غال يــأيـها الذين أمنـوا قـوا أنـفسكم وأهليكم نارا وقـودها الناس واحلجارة عليـ
شداد ال يـعصون اهللا ما أمرهم ويـفعلون ما يـؤمرون
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,
32
yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan( QS. At-Tahrim:6).
Maksud dari ayat tersebut adalah Allah memerintahkan kepada
orang-orang yang beriman, dalam hal ini adalah orang tua agar memelihara
keluarganya dari api neraka dengan mendidik dan memeliharanya agar
menjadi orang yang melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi
larangan-larangannya. Anak termasuk salah satu anggota keluarga. Maka
wajib bagi orang tua untuk mendidik dan memeliharanya. Jadi terpeliharanya
dari api neraka merupakan hak anak yang wajib dilaksanakan oleh orang
tuanya (Ghazaly, 2006:183).
Orang tua bertanggung jawab dihadapan Allah terhadap pendidikan
anak-anaknya. Sebab merekalah generasi yang akan memegang tongkat
estafet perjuangan agama dan khalifah dibumi. Oleh karena itu, bila
pendidikan terhadap anak-anak baik, maka berbahagialah orang tua, baik di
dunia maupun di akhirat kelak. Sebaliknya, kalau orang tua mengabaikan
pendidikan terhadap anak-anaknya, maka akan sengsara sejak di dunia hingga
di akhirat nanti (mahalli, 2007:532).
Pemeliharaan anak dalam bahasa Arab disebut dengan istilah
“hadhanah”. Hadhanah menurut bahasa berarti “meletakkan sesuatu dekat
tulang rusuk atau di pangkuan”, karena ibu waktu menyusukan anaknya
meletakkan anak itu di pangkuannya, seakan-akan ibu di saat itu melindungi
dan memelihara anaknya, sehingga hadhanah dijadikan istilah yang
maksudnya adalah pendidikan dan pemeliharaan anak sejak dari lahir sampai
33
sanggup berdiri sendiri mengurus dirinya yang dilakukan oleh kerabat anak
itu. Dalam hadhanah terkandung pengertian pemeliharaan jasmani dan
rohani, di sampimg itu terkandung pula pengertian pendidikan terhadap anak
(Ghazaly, 2006).
Dalam istilah teknis sehari-hari, kata hadhanah atau al hidhanah
lazim digunakan untuk maksud pengasuhan dan pengerjaan mengasuh anak.
Pada prinsipnya hukum merawat dan mendidik anak adalah kewajiban orang
tua, karena apabila anak yang masih kecil atau belum mumayyiz tidak
dirawat dan di didik dengan baik, maka akan berakibat buruk pada diri dan
masa depan mereka (Summa, 2005:100).
Para ulama sepakat bahwasanya hukum hadhanah, mendidik dan
merawat anak wajib. Tetapi mereka berbeda dalam hal, apakah hadhanah ini
menjadi hak orang tua (terutama ibu) atau hak anak. Ulama mazhab Hanafi
dan Maliki misalnya berpendapat bahwa hak hadhanah itu menjadi hak ibu
sehingga ia dapat saja menggugurkan haknya. Tetapi menurut jumhur ulama,
hadhanah itu menjadi hak bersama antara orang tua dan anak.Bahkan
menurut wahbah al-Zuhaily, hak hadhanah adalah hak bersyarikat antara ibu,
ayah dan anak. Hadhanah yang dimaksud dalam hal ini adalah kewajiban
orang tua untuk memelihara dan mendidik anak mereka dengan sebaik-
baiknya. Pemeliharaan ini mencangkup masalah ekonomi, pendidikan,dan
segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok si anak (Ghazaly, 2006).
Pemeliharaan anak juga mengandung arti sebuah tanggung jawab
orang tua untuk mengawasi, memberikan pelayanan yang semestinya serta
34
mencukupi kebutuhan hidup dari seorang anak oleh orang tua. Selanjutnya,
tanggung jawab pemeliharaan berupa pengawasan dan pelayanan serta
pencukupan nafkah anak tersebut bersifat kontinu sampai anak tersebut
mencapai batas umur yang legal sebagai orang dewasa yang telah mampu
berdiri sendiri. Sedangkan yang dimaksud pendidikan adalah kewajiban orang
tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran yang memungkinkan anak
tersebut menjadi manusia yang mempunyai kemampuan dan kecakapan
sesuai dengan pembawaan bakat anak tersebut yang akan dikembangkan di
tengah-tengah masyarakat Indonesia sebagai landasan hidup dan
penghidupannya setelah ia lepas dari tanggung jawab orang tua (Nuruddin
Tarigan, 2014).
Kedua orang tua anak wajib menjaga sikap saling mengerti dan
penuh keharmonisan dan kecintaan. Dan pemeliharaan anak menjadi
tanggung jawab ayah tetapi ayah seorang bayi itu wajib mengeluarkan nafkah
untuk ibunya dan memberikan pakaian tanpa disertai ucapan dan sikap yang
menyakitkan, tetapi dengan cara yang ma’ruf, atau pemberian yang disertai
rasa cinta, saling menghormati dan saling memahami. Antara ayah dan ibu
diperlukan adanya kerja sama untuk mendidik anak-ananya (Al-Shabbagh,
1994:199).
Keluarga yang kondusif bagi proses pendidikan anak dalam Islam
adalah keluarga sakinah. Keluarga ini dicirikan dengan dua hal pokok yaitu:
a. Adanya kesetiaan dalam kasih sayang antara ayah, ibu dan anak
35
b. Terciptanya sistem pembagian kerja yang adil antara suami dan istri
dengan melihat kebutuhan dan kenyataan yang dihadapi.
Keluarga sakinah dibangun atas dasar prinsip kesetaraan antara
suami dan istri sehingga satu sama lain saling mengisi dan menghargai.
Dalam kondisi ini anak mendapatkan kesempatan berkembang dengan baik
tanpa tekanan dan paksaan. Keluarga sakinah mendorong perkembangan anak
sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik yang bersifat fisik maupun
nonfisik. Dalam banyak hal sang ayah dan ibu bisa mengambil langsung
mendidik anak dalam lingkungan keluarga. Bimbingan akan etika anak dalam
bersikap, bertindak, dan berkomunikasi dapat dilakukan langsung oleh orang
tua, antara lain dengan memberikan contoh secara terus-menerus dalam
kehidupan sehari-hari. Adanya saling pengertian antara ayah dan ibu adalah
penting bagi proses anak, sehingga satu sama lain tidak merasa dibebani tugas
yang berlebihan. Sinergi hubungan kedua orang tua itulah yang menjadi
kekuatan utama dalam keberhasilan anak menjalani pendidikan dilingkungan
keluarga.
Islam menuntut supaya para ibu dan bapak mendidik anak-anaknya
dengan pendidikan keagaman dan keluhuran budi, serta kecerdasan akal otak.
Untuk menjadikan mereka orang yang berbakti dan berharga. Anak itu
amanah Allah yang harus dijaga keselamatan lahir dan batinnya. Pendidikan
yang harus diajarkan oleh para orang tua adalah pendidikan yang berdasarkan
dunia dan akhirat. yaitu pendidikan yang berlandasan ajaran Islam yang
36
mencakup semua aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia. Untuk
membentuk manusia yang berahklak mulia (Ash Shiddieqy, 1952:388).
Salah satu dasar pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak
adalah sabda Rasullulah Saw yang menyatakan bahwa:
سانه كل مولود يـولد على الفطرة فأبـواه يـهودانه أو يـنصرانه أو ميج
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi. (H.R Al Aswad Ibnu sari).
Berdasarkan hadits ini jelas sekali bahwa anak dilahirkan dalam
keadan suci seperti kertas putih yang belum terkena noda. Anak adalah
karunia Allah yang tidak dapat di nilai dengan apapun ia menjadi tempat
curahan kasih sayang orang tua. Ia akan berkembang sesuai dengan
pendidikan yang di peroleh dari kedua orang tuanya dan juga lingkungan
sekitar. Yang akan membentuk karakter anak kelak adalah orang tuanya
sendiri, akankah menjadi baik atau pun menjadi buruk (Leter, 1985:221).
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak
kecil hingga dewasa sangat menentukan perkembangan kepribadian anak
selanjutnya. Hal ini disebabkan oleh:
a. pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama yang didapat oleh anak
b. pengaruh yang diterima oleh anak masih terbatas jumlah dan luasnya.
c. intensitas pengaruh itu tinggi karena berlangsung terus menerus
d. umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman dan bersifat untim
dan bernada emosional (Baharudin, 2007:225).
37
Terdapat berbagai cara mendidik anak yang baik, antara lain:
1) Jujur dalam bergaul dengan anak
2) Mendampingi anak dalam melakukan sesuatu hal
3) Melatih anak untuk beribadah
4) Mengajari anak tentang Al qur’an dan hadits
5) Mengajari anak tentang etika dan moral
Seperti pesan Rasullullah saw yaitu “ajarkanlah kebaikan (moral dan
etika) kepada anak-anakmu (laki-laki dan perempuan) dan keluargamu dan
didiklah (memberi kesempatan belajar mereka)”.
Sungguh sangat berat beban yang di tanggung oleh orang tua
terhadap anak-anak mereka yang menjadi buah hati pengarang jantung. Jika
orang tua dapat memenuhi segala yang diperlukan oleh pendidikannya,
berbahagialah mereka (para orang tua). Sebaliknya jika berlaku taksir dalam
persoalan pendidikan dan pengsuhannya, celakalah mereka. Para orang tua
hendaklah mendidik anaknya dengan akhlakul karimah.
Sabda Nabi s.a.w
ترمذى )( رواه ا ما حنل والد ولده افضل من ادب حسن
“Tiada seorang ayah memberi kepada anaknya sesuatu pemberian yang lebih utama dari memberikan adab (didikan) yang baik”. (H.R. At Turmudzi). (Ash-Shiddieqy, 1952:393).
Peran keluarga dalam mengasuh anak pengaruhnya adalah memainkan
peranan yang besar dalam memberikan pengarahan dan membentuk pribadi anak.
Sejauh mana nilai-nilai pendidikan itu diberikan oleh orang tua kepada anak, sejauh
itulah anak terbentuk, tumbuh, berkembang, serta menghadapi masyarakat dengan
38
segala permasalahnya. Sebagai orang tua untuk mengajarkan tentang nilai-nilai
agama, moral, pembentukan keluarga, pendidikan anak, dan hubungan masyarakat.
Diantara nilai-nilai pendidikan yang terpenting dan harus ditanamkan adalah
kejujuran dan amanah. Peran ibu adalah mampu menjadikan anak sebagai anggota
yang berpartisipasi secara positif dan mengajaran mengenai tatanan nilai sosial.
Kemudian peran ayah juga sangat besar dalam menentukan kepribadian anak.
Kenyataan budaya ini sangat fleksibel, karena ajaran Islam memang hanya
menyediakan prinsip-prinsip pengasuhan dan pendidikan anak secara umum.
Prinsip penting dalam kaitan ini adalah pandangan bahwa anak adalah manusia
yang sempurna sehingga ia harus diberikan perhatian secara utuh dan penuh
(Fuadudin, 1999:23-24).
2. Kewajiban Pengasuhan Anak dalam Undang-Undang di Indonesia
Menurut Undang-undang perlindungan anak No. 23 tahun 2002,
keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,
atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya,
atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan
derajat ketiga. Kemudian orang tua adalah ayah dan atau ibu kandung, atau
ayah dan ibu tiri, atau ayah dan ibu angkat. Dan anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam
kandungan.
Untuk mengenai kewajiban dan tanggung jawab orang tua terhadap
anaknya dalam Undang-undang perlindungan anak nomor 23 tahun 2002 ini
tercantum dalam bab IV pasal 26 yaitu:
39
1. Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak
b. Menumbuhkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya
c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak
Untuk itu sebagai orang tua dituntut untuk mengasuh dan mendidik
anak dengan sebaik-baiknya untuk membentuk kebribadian yang baik
dan untuk membentuk karakter anak kelak baik pula.
2. Dalam hal orang tua tidak ada (tidak diketahui keberadanya) atau karena
suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajibanya dan tanggung jawab
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dapat beralih kepada
keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal ini hanya berlaku ketika orang tuanya tidak ada, tetapi selama
orang tua itu masih ada maka kewajiban itu harus dilakukan oleh orang tu
tersebut.
Kemudian dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang
perkawinan bab X pasal 45 menyebutkan mengenai hak dan kewajiban antara
orang tua dan anak yaitu:
1. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka
sebaik-baiknya
2. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku
sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri kewajiban mana berlaku
terus menerus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.
40
Dalam bab ini menjelaskan bahwasanya kewajiban orang tua terhadap
harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sampai anak itu dapat berdiri
sendiri meskipun kedua orang tuanya ada yang bercerai.
Kemudian dalam Undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang
kesejahteraan anak disebutkan pada bab 1 pasal 1 yaitu;
a. Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan
yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembanganya dengan
wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Kesejahteraan itu
harus diciptakan atau diberikan terhadap anak meskipun orang tua
sibuk bekerja.
b. Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial yang
ditunjukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak
terutama terpenuhinya kebutuhan pokok anak. Misalnya dengan
memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup kepada anak.
Kemudian, memenuhi kebutuhan yang diperlukan untuk anak.
Dalam Undang-undang ini merumuskan hak-hak anak sebagai berikut:
1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang yang baik dalam keluarganya maupun di
dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.
Dengan memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup maka
kesejahteraan dan ketentraman anak akan tercipta.
2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan
kehidupan sosialnya, sesuai dengan kepribadian bangsa dan untuk
41
menjadi warga negara yang baik dan berguna. Orang tua diharapkan
dapat mengerti potensi-potensi yang dimiliki oleh sang anak agar
tidak salah dalam menentukan langkah untuk anak.
3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan dari pihak terkait,
baik sesama dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.
4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang
dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan
perkembangan yang wajar. Untuk pemenuhan hak anak ini harus
diberikan dari orang tua dan orang-orang disekitarnya. Sebagai orang
tua untuk mengawasi semua yang dilakukan anak supaya tidak
membahayakan.
Dari penjelasan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kewajiban orang tua
terhadap anaknya telah diatur dengan jelas. Untuk itu orang tua harus menjalankan
kewajiban-kewajiban dalam rangka pemenuhan hak anak dan untuk perkembangan
sang anak yang lebih baik. Dan para pengasuh yang menjadi mengasuh anak
diharapkan juga dapat mengasuh dam membimbing anak dengan sebaik-baiknya.
Apabila anak hanya diberikan pengawasan dan pengetahuan yang kurang maka
akan mempengaruhi kepribadian kehidupan sang anak. Ayah dan ibu berkewajiban
mempersiapkan tubuh, jiwa dan sifat anak-anaknya untuk sanggup menghadapi
pergaulan masyarakat. Memang memberikan ajaran yang sempurna kepada anak
itulah tugas yang terbesar bagi orang tua. Kewajiban itu diberikan di pundaknya
oleh agama dan hukum masyarakat. Untuk itu seseorang yang tidak mau
42
memperhatikan pendidikan anak, dianggap orang yang menghianati amanah Allah
dan etika sosial (Al Ashee, 2004:99).
43
BAB III
PRAKTIK PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR DI
DESA BANYUURIP KECAMATAN KLEGO
A. Gambaran Umum Desa Banyuurip
1. Letak Geografis
Desa Banyuurip terletak di Jl. Karanggede-Gemolong Km 09
Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali. Secara geografis Desa Banyuurip
letaknya sangat strategis, Desa ini terletak di pingir jalan raya yang sering
dilalui oleh kendaraan umum, sehingga Desa Banyuurip cukup mudah
untuk diakses. Desa Banyuurip memilki luas 4000 000 Ha. Dusun yang
ada di Desa Banyuurip berjumlah 6 Dukuh yaitu Dukuh Ngijo, Dukuh
Pelemrejo, Dukuh Jlegong, Dukuh Banyuurip, Dukuh Tlogosari dan
Dukuh Ngliyangan.
Untuk menjangkau lokasi penelitian ini tidaklah sulit, karena
terdapat transportasi umum jenis bus dan angkutan melewati di jalan ini.
Masyarakat Desa Banyuurip yang sudah memilki sepeda motor dapat
digunakan untuk sarana transportasi dapat mempermudah transportasi
mereka. Secara geografis, Desa Banyuurip memilki batas administrasi
sebagai berikut:
a. Sebelah utara Desa Kendal
b. Sebelah selatan Desa Sangge
c. Sebelah barat Desa Bade
44
d. Sebelah timur Desa Sumber Agung
(Sumber: Monografi Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten
Boyolali)
2. Keadaan Penduduk
Adapun keadaan penduduk Desa Banyuurip Kecamatan Klego
Kabupaten Boyolali dilihat dari rekapitulasi data jumlah penduduk pada
bulan juli 2016 dapat dibagi sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk berdasarkan dukuh dan jenis kelamin
Tabel I
Dukuh Laki-Laki Perempuan Jumlah Jumlah KK
Ngijo 455 426 881 253
Pelemrejo 298 281 579 174
Jlegong 478 406 884 235
Banyuurip 498 482 900 293
Tlogosari 303 289 592 165
Ngliyangan 398 371 769 220
Jumlah 2,430 2,255 4,685 1340
(Sumber: Data Monografi Desa Banyuurip)
b. Penduduk berdasarkan agama yang dianut
Tabel 2
Agama Jumlah
Islam 4,484
45
Kristen 41
Khatolik 10
Sumber: Desa Banyuurip
c. Penduduk Menurut Mata Pencahariaan
Adapun masyarakat Desa Banyuurip yang berumur 35-60
tahun bermata pencaharian sebagai petani, hal ini dibuktikan dengan
lingkungan persawahan yang masih luas. Namun demikian
masyarakat yang berumur sekitar 20-35 tahun bermata pencaharian
sebagai karyawan swasta, karena lingkup Desa Banyuurip juga
berdekatan dengan pabrik. Daftar mata pencaharian di Desa
Banyuurip:
Tabel 3
Mata Pencaharian Jumlah
Karyawan PNS 63
Karyawan TNI/POLRI
11
Karyawan Swasta 1231
Pedagang 46
Petani 1547
Pertukangan 7
Buruh Tani 756
Pensiunan 16
Sumber: Desa Banyuurip
46
d. Pendidikan
Fasilitas pendidikan yang ada di Desa Banyuurip Kecamatan
Klego sudah bisa dikatakan maju karena banyaknya fasilitas
pendidikan yang ada di daerah Desa Banyuurip.
Tabel 4
Fasilitas Jumlah
PAUD 6
TK 6
SD/MI 8
SMP/MTS 3
SMA/SEDERAJAT 2
PERGURUAN TINGGI 1
PONDOK PESANTREN 2
Sumber: Desa Banyuurip
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Banyuurip sudah
sedikit maju hal ini dibuktikan masyarakat yang sudah sampai
perguruan tinggi. Namun, mayoritas masih banyak yang sampai
SMA bahkan SMP sudah putus sekolah. Hal ini berpengaruh
terhadap kondisi sosial ekonomi keluarga yang rendah pula.
e. Kehidupan Sosial Ekonomi dan Budaya Keagamaan
Kehidupan sosial antar masyarakat di Desa Banyuurip cukup
baik, mereka hidup rukun, saling tolong menolong, dan memiliki
47
rasa sosial yang tinggi terhadap satu sama lain. Contohnya ketika
ada yang meninggal mereka berbondong-bondong datang kerumah
untuk takziah.
Ekonomi memegang peranan yang sangat penting dalam
suatu tatanan kehidupan. Pada faktor pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi mereka melakukan pekerjaan yang bermacam-
macam seperti bertani, karyawan dan sebagainya. Mayoritas
masyarakat Banyuurip pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga yang berusia 40 tahun keatas adalah petani.
Sedangkan, masyarakat Desa Banyuurip yang berumur 40 tahun
kebawah adalah menjadi karyawan swasta.
Dari sisi keagamaan mayoritas agama masyarakat di Desa
Banyuurip adalah agama Islam. Dalam masalah kegiatan sosial
keagamaan di Desa Banyuurip tergolong cukup baik, setiap hari
kamis malam ada pengajian rutin bapak-bapak yang dibentuk dalam
kelompok per RT. Kemudian, pengajian membaca sholawat nabi
atau yang biasa di sebut di Desa Banyuurip adalah Diba’an
dilakukan oleh ibu-ibu pada hari minggu malam yang dibentuk
dalam kelompok satu Desa. Kegiatan mujahadah bareng oleh bapak-
bapak, ibu-ibu serta para santri yang dilakukan di pondok pesantren
Ummul Qurok di Desa Banyuurip setiap satu bulan sekali. Kegiatan
pengajian yang dilakukan setiap satu bulan sekali di masjid Desa
48
Banyuurip yang diikuti oleh seluruh masyarakat. Berikut fasilitas
ibadah yang ada di Desa Banyuurip sebagai adalah:
Tabel 5
Nama tempat ibadah Jumlah
Masjid 6
Musola 20
Gereja 1
Pura 0
Vihara 0
B. Praktik Pengalihan Pengasuhan Anak Orang Tua Karir
1. Profil Keluarga Orang Tua Karir
a. Keluarga Bapak AM dan Ibu NK
Bapak AM dan Ibu NK merupakan pasangan muda yang
pengasuhan anaknya diserahkan kepada orang lain. Bapak NK adalah
seorang laki-laki yang berusia 22 tahun. Ia berasal dari Desa
Senggrong Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Bapak AM
bekerja sebagai karyawan swasta di Desa Senggrong. Pendidikan
Bapak AM adalah tamat SMA. Bapak AM menikah dengan Ibu NK.
49
Ibu NK adalah seorang ibu muda. Ia bekerja sebagai karyawan di
salah satu pabrik swasta di Kecamatan. Klego. Saat ini Ibu NK berusia
21 tahun. Ibu NK berasal dari Desa Banyuurip Kecamatan Klego
Kabupaten Boyolali. Pendidikan Ibu NK adalah tamat SMA. Setelah
lulus SMA Ibu NK sudah bekerja sebagai karyawan swasta disalah
satu pabrik di Kecamatan Klego.
Menurut pengakuan Ibu NK, Ibu NK kenal dengan Bapak AM
berawal di saat mereka masih duduk dibangku SMA sampai akhirnya
mereka memutuskan untuk menikah. Pasangan Bapak AM dan Ibu
NK dikaruniani satu anak perempuan yang beri nama NS. NS lahir
pada tahun 2016, saat ini usia NS adalah 11 bulan. Mereka tinggal di
Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali, yaitu tempat
dimana Ibu NK berasal. Setelah menikah dan punya anak, Ibu Nk
memutuskan untuk tetap bekerja menjadi karyawan pabrik. Bapak AM
dan Ibu NK bekerja, mereka memutuskan untuk meninggalkan anak
dan menitipkan kepada orang lain.
Dengan kesibukkan pekerjaan yang dilakukan oleh Bapak AM
dan Ibu NK, Ibu NK memang tidak terlalu memikirkan tentang sosial
keagamaan yang ada di Desa Banyuurip seperti pengajian, tahlilan,
dan lain-lain bahkan untuk kewajiban shalat lima waktu jarang ia
lakukan.
b. Keluarga Bapak BA dan Ibu DF
50
Bapak BA dan Ibu DF adalah pasangan orang tua karir yang
mengalihkan pengasuhan anaknya kepada orang lain. Bapak BA
adalah seorang laki-laki yang berumur 28 tahun. Bapak BA berasal
dari Kecamatan Simo. Bapak BA bekerja sebagai buruh serabutan
yang tidak menentu. Pendidikan Bapak BA adalah tamat SMA. Bapak
BA menikah dengan Ibu DF.
Ibu DF adalah ibu muda yang bekerja di salah satu pabrik di
Kecamatan Klego. Ibu DF bekerja sebagai karyawan swasta. Saat ini
Ibu DF berusia 25 tahun. Pendidikan Ibu DF adalah tamat SMA.
Setelah lulus SMA ia memutuskan untuk bekerja di sebuah toko
didaerah Kecamatan Simo sampai akhirnya ia bertemu dengan pak BA
yang berasal dari daerah dimana bu DF bekerja, yaitu di Kecamatan
Simo. Mereka menjalin hubungan sampai akhirnya ke jenjang
pernikahan
Setelah menikah Ibu DF sempat berhenti bekerja selama
beberapa waktu, namun selang beberapa waktu ia kembali bekerja.
Dari pernikahannya Bapak BA dan Ibu DF dikaruniai seorang anak
laki-laki yang diberi nama AR. Setelah menikah ia bertempat tinggal
di Desa Banyuurip Kecamatan Klego yaitu tempat berasal dari Ibu DF.
Sebelumnya mereka tinggal bersama orang tua Ibu DF dan akhirnya
sampai sekarang ia dapat membangun sebuah rumah sendiri yang
ditempati oleh keluarga kecilnya tersebut.
51
Dari hasil tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti bersama
Ibu DF, setelah melahirkan Ibu DF memutuskan untuk bekerja sebagai
karyawan swasta di salah satu pabrik di Kecamatan Klego, sampai
sekarang, karena merasa kebutuhan ekonominya yang semakin terus
meningkat serta kurangnya penghasilan suami karena sebagai buruh
serabutan. Ketika Ibu DF dan Pak BA bekerja meraka sepakat untuk
menitipkan anaknya tersebut kepada Ibu YT. Ibu YT tinggal disebelah
rumah Ibu DF, Ibu YT merupakan seorang perempuan yang berumur
55 tahun. Ia adalah pengasuh anak dari ibu DF. Alasan ia mau untuk
mengasuh AR karena melihat keadaan ekonomi dari ibu DF.
Dengan sosial keagamaan Ibu DF mengaku tidak pernah
mengikuti kegiatan agama yang di adakan oleh masyarakat Desa
Banyuurip, karena mengaku tidak adanya waktu untuk mengikutinya
dan sibuk akan pekerjaannya. Serta jika dilakukan setelah selesai
bekerja itu akan terasa capek. Untuk shalat lima waktu yang harus
dikerjakan Ibu DF mengaku jika ia ingat maka dilakukan tetapi jika
tidak ingat maka ia tidak melakukan.
c. Keluarga Bapak MS dan Ibu TR
Bapak MS dan Ibu TR merupakan pasangan orang tua karir
yang mengalihkan pengasuhan anaknya kepada orang lain. Bapak MS
adalah seorang laki-laki yang berumur 37 tahun. Bapak MS berasal
dari Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali. Bapak
52
MS bekerja sebagai Wiraswasta. Pendidikan Bapak MS adalah
Diploma pendidikan. Bapak MS menikah dengan Ibu TR.
Ibu TR adalah seorang ibu yang masih dibilang muda. Ibu TR
saat ini berusia 30 tahun. Ibu TR merupakan seorang yang
berpendidikan terbukti dia tamat dibangku kuliah, yaitu Diploma
Pendidikan. Ibu TR berasal dari Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali.
Setelah lulus kuliah, Bapak MS dan Ibu TR sudah mulai
bekerja sampai akhirnya Ibu TR menikah degan Bapak MS. Setelah
menikah mereka tinggal bersama suami serta anaknya di Desa
Banyuurip tempat dimana sang suami berasal. Pak MS merupakan
sosok laki-laki yang disiplin dalam bekerja sampai sebelum menikah
ia sudah bisa membangun rumah sendiri yang rumahnya sekarang
menjadi tempat tinggal bersama istri dan anaknya. Pak MS merupakan
seorang pekerja wiraswasta yang ulet, sehingga dapat menafkahi
keluarganya untuk makan dan keperluannya sehari-hari.
Pasangan ini mempunyai satu anak perempuan yang bernama
QD saat ini usia QD masih balita yaitu umur 2 tahun. Bapak MS dan
Ibu TR merupakan sosok orang tua karir. Karena orang tua disibukkan
dengan pekerjaannya mereka memutuskan untuk meninggalkan dan
menitipkan anaknya kepada neneknya. Pasangan ini mempercayaan
anaknya dalam pengasuhan neneknya. Dari QD bayi sampai sekarang
ketika ditinggal Ibu TR dan Bapak MS bekerja selalu dalam
pengasuhan neneknya. Sang nenek merupakan ibu kandung dari pak
53
MS yang berusia sudah 65 tahun, ia merupakan seorang petani, ia
memiliki sebidang tanah yang harus dikerjakan untuk makan sehari-
hari bersama keluarganya. Ia mengerjakan sebidang tanah bersama
suaminya. dengan memiliki sebidang tanah dan harus mengurus
keluarganya juga ia disibukkan dengan hal itu, meskipun begitu
dengan alasan dari pada ibu TR mengeluarkan uang untuk membayar
orang lain untuk pengasuhan QD lebih baik ia mengasuhnya saja.
Tetapi ketika musim bercocok tanam dan musim panen tiba QD dapat
dititipkan kepada orang lain atau tetangganya.
Untuk masalah keagamaan, jika ada pengajian mereka jarang
untuk mrengikutinya. Tetapi, dalam hal masalah ibadah shalat lima
waktu mereka berusaha untuk melakukannya.
d. Keluarga Bapak KH dan Ibu UM
Bapak KH dan Ibu UM merupakan pasangan suami istri yang
disibukkan oleh pekerjaan. Pasangan Bapak KH dan Ibu UM
merupakan orang tua karir yang mengalihkan pengasuhan anak. Bapak
KH merupakan seorang ayah yang saat ini berumur 70 tahun. Bapak
KH berasal dari Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten
Boyolali. Bapak KH bekerja sebagai petani dan perkebunan di
Sumatra. Bapak KH menikah dengan Ibu UM.
Ibu UM merupakan seorang ibu yang berumur 50 tahun. Ibu
UM berasal dari Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten
54
Boyolali. Ibu UM bekerja sebagai seorang petani dan perkebunan di
Sumatra. Pendidikan Ibu UM adalah tamat SD.
Bapak KH dan Ibu UM mempunyai tiga orang anak. Yaitu 1
anak perempuan dan 2 anak laki-laki. Anak pertamanya adalah
perempuan yang bernama FN, saat ini FN telah menikah. Pernikahan
anak pertamanya baru saja dilaksanakan pada tahun ini. Kemudian
anak yang ke 2 adalah laki-laki yang bernama AA. Saat ini AA telah
menginjak bangku kuliah di perguruan tinggi di Salatiga. Dan anak ke
3 yang bernama IB. saat ini IB masih duduk di bangku SMA.
Ibu UM dan Bapak KH setelah memilki anak, mereka
memutuskan untuk merantau ke Sumatra untuk bekerja. Dan
menitipkan anak-anaknya kepada orang lain. Orang yang dipercayai
untuk mengawasai anaknya tersebut sudah tua. Pasangan Ibu UM dan
Bapak KH menitipkan anak-anak mereka sejak dari kecil yaitu
sebelum anaknya belum sekolah, kemudian sekolah, masuk kuliah
bahkan sampai sudah ada yang menikah itu hanya dalam pengasuhan
orang lain.
Ketika peneliti datang untuk melakukan wawancara, peneliti
tidak dapat ketemu langsung dengan Bapak KH dan Ibu UM, karena
mereka sedang bekerja merantau dan jarang untuk pulang. Namun,
peneliti bertemu langsung terhadap anak-anak dari Bapak KH dan Ibu
yang sedang berada dirumah. Menurut pengakuannya sebenarnya
anak-anak mereka tidak mau di tinggal orang tuanya untuk bekerja,
55
karena mereka merasa dengan ditinggal kedua orang tuanya selama ini
mereka merasa tidak dapat merasakan kasih sayang, perhatian,
perawatan, pendidikan, dan perlindungan dari orang tuanya, yang
seharusnya dilakukan atau diberikan oleh kedua orang tuanya. Orang
tuanya hanya melakukan pengawasan melalui komunikasi lewat
telephone, itu pun tidak setiap hari. Anak-anaknya mengaku bahwa
terkadang jawaban yamg dikatakan belum tentu sesuai dengan
kenyataanya, karena ia merasa orang tuanya tidak dapat mengetahuai
secara langsung. Itu merupakan bentuk kekecewaan yang dirasakan
oleh anakya terhadap orang tuanya. Anak-anak mereka merasa tidak
diperhatikan sama orang tuanya . akhirnya mereka dalam melakukan
suatu hal-hal sesuai dengan kehendak mereka sendiri secara bebas, hal
ini karena mereka merasa tidak ada yang mengkontrol kelakuannya.
Dan orang tua hanya menberikan materi saja terhadap anak-anaknya.
Dalam hal ibadah anak tidak terlalu memikirkanya dan tak
jarang ia melakukan ibadah shalat wajib dan kegiatan-kegiatan
keagamaan lainya yang ada di Desa Banyuurip. Karena tidak adanya
pendidikan yang diajarkan oleh kedua orang tuanya.
e. Keluarga Bapak MH dan Ibu DM
Bapak MH dan Ibu DM adalah pasangan orang tua karir yang
mengalihkan pengasuhan anak. Bapak MH seorang laki-laki yang saat
ini berumur 40 tahun. Bapak MH berasal dari Desa Bandung
Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Bapak MH bekerja sebagai
56
pedagang di luar kota. Pendidikan Bapak MH adalah tamat SMP.
Bapak MH menikah dengan Ibu DM.
Ibu DM merupakan seorang ibu yang saat ini masih berumur
42 tahun, umur Ibu DM lebih muda dari Bapak MH yaitu selisih 2
tahun. Ibu DM berasal dari Desa Banyuurip Kecamatan Klego
Kabupaten Boyolali. Ibu DM bekerja sebagai seorang pedagang di
luar kota. Pendidikan Ibu DM adalah tamat SMP. Bapak MH dan Ibu
DM memiliki seorang anak perempuan yang bernama IN. anaknya
saat ini telah menginjak dewasa yaitu duduk dibangku SMA.
Ketika peneliti datang kerumahnya peneliti tidak dapat
bertemu langsung oleh Bapak MH dan Ibu DM melainkan hanya
bertemu dengan anaknya yaitu IN. Menurut pengakuannya IN
ditinggal oleh kedua orang tuanya sejak ia masuk bangku SD. Selama
ia ditinggal oleh kedua orang tuanya ia dalam pengasuhan orang lain
dan hanya dalam pengawasan neneknya yang sudah tua. Mengenai hal
makan dan kebutuhan sehari-hari ia beli diluar. Orang tua hanya
memberikan materi yang berupa uang saja untuk dipergunakan
keseharian anak.
Sebenarnya anak tidak mau ditinggal oleh kedua orang tuanya.
Namun pada kenyataanya keadaan lah yang memaksakannya. Ketika
peneliti bertanya bagaimana perasaannya ketika ditinggal orang
tuanya, ia mengaku bahwa ia sudah terbiasa dan justru karena
kepergian orang tuanya IN mengaku lebih bebas untuk melakukan
57
suatu hal yang ia kehendaki, karena tidak adanya pengawasan secara
langsung dari orang tuanya.
Dalam hal kegiatan ibadah seperti pengajian dan tahlilan yang
ada di Desa Banyuurip mereka jarang untuk mengikutinya. Dan untuk
shalat wajib lima waktu menurut pengakuannya mereka sering
melakukan tetapi juga sering meninggalkan juga. Hal ini disebabkan
ketidak adanya pengawasan dari orang tuanya.
2. Faktor Penyebab Pengalihan Pengasuhan Anak
a. Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi adalah masalah yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Semakin tingginya kebutuhan hidup dan
kurangnya penghasilan suami untuk memenuhi kebutuhan hidup
merupakan faktor yang mengharuskan para istri mencari pekerjaan
dengan harapan dapat membantu ekonomi keluarganya. Untuk dapat
memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Pada dasarnya seorang istri
enggan untuk meninggalkan anaknya. Namun kondisilah yang
memaksakan untuk meninggalkan anaknya.
Seperti alasan yang dikemukakan oleh Ibu NK yang
mengatakan bahwa alasan ia bekerja dan mengalihkan pengasuhan
anaknya kepada orang lain adalah masalah ekonomi. Gaji suaminya
yang bekerja sebagai karyawan swasta tidak dapat memenuhi
kebutuhan keluarganya. Untuk itu ia bermaksud untuk membantu
suaminya untuk bekerja.
58
Penghasilan yang didapat oleh suaminya yaitu Bapak AM
perbulan adalah 1.200.000. dengan penghasilannya itu masih di
potong untuk transportasi sehari-hari untuk berangkat kerja dan
sebagainya kurang lebih Rp 150.000. Kemudian cicilan motor yang
belum lunas yaitu sebesar Rp 500.000. masih sisa Rp 600.000 jika
digunakan untuk makan, kebutuhan anak yang masih balita dan
keperluan sehari-hari dirasa kurang, untuk itu Ibu NK berinesiatif
untuk bekerja sebagai karyawan pabrik dengan penghasilan perbulan
yaitu Rp 1.400.000. dari hasil kerjanya Ibu NK dapat membantu
kebutuhan keluarganya tersebut. Kemudian untuk biaya investasi
untuk anak Ibu NK belum bisa menabung karena, uang yang didapat
oleh Bapak AM dan Ibu NK hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-
hari.
Alasan yang dikatakan oleh Ibu DF untuk mengalihkan hak
asuhnya juga masalah ekonomi. Suaminya yang sebagai pekerja buruh
serabutan dan gaji suami yang tidak menentu memaksa ia untuk
bekerja dan mengalihkan pengasuhan anaknya kepada orang lain.
Penghasilan dari Bapak BA adalah tidak menentu, karena
kadang ada pekerjaan dan kadang juga tidak ada. Jika ia mendapatkan
pekerjaan gaji yang didapat kurang lebihnya adalah Rp 50.000
perharinya. Tetapi itu tidak menentu, untuk makan biaya anak dan
keperluan sehari-hari tidak cukup jika hanya mengandalkan gaji dari
suaminya. maka dari itu Ibu DF memutuskan untuk bekerja sebagai
59
karyawan pabrik dengan jumlah gaji pokok yaitu Rp 1.400.000. jika
ada lemburan maka gaji dari Ibu DF akan bertambah. Akan tetapi
penghasilan yang diperoleh Ibu DF digunakan untuk transportasi
setiap harinya dan juga untuk membayar cicilan motor yang harus
dibayarnya. Sedangkan uang yang digunakan untuk investasi anak
belum ada karena penghasilannya itu dirasa kurang memenuhi
kebutuhannya.
Kemudian alasan yang dikemukakan oleh Ibu UM dan Ibu DM
adalah juga karena faktor ekonomi dan peluang untuk bekerja di luar
kota lebih mudah dibandingkan di dalam kotanya sendiri. Dengan
minimnya peluang yang ada didaerah mereka tinggal, mereka
memutuskan untuk bekerja diluar kota demi memenuhi kebutuhan
keluarganya dan sekolah untuk anak-anak mereka.
b. Faktor usia
Memiliki usia yang masih muda adalah merupakan faktor
pendukung untuk melakukan sebuah pekerjaan. Pada era sekarang ini
yang dibutuhkan adalah tenaga yang berumur masih muda. Selain itu
karena usianya yang masih muda menimbulkan keinginan untuk
bersama teman-temanya masih tinggi.
Seperti alasan yang dikatakan oleh Ibu NK. Ibu NK merupakan
seorang ibu yang masih berumur 21 tahun. Usia yang masih sangat
muda untuk dikatakan sebagai seorang ibu. Untuk itu, alasan ia
mengalihkan pengasuhan anaknya kepada orang lain adalah ingin
60
bekerja karena usianya yang masih muda dan masih kuat untuk
berkarir. Selain ingin berkarir dan usia ia juga ingin bergaul bersama
teman-teman sebayanya. Tetapi keputusan Ibu NK untuk bekerja
mengharuskan ia untuk menitipkan anaknya kepada orang lain yang
memiliki dampak terhadap anaknya yang masih bayi.
Kemudian alasan dari Ibu DF dan Ibu TR, mereka mengatakan
karena usianya masih bisa dikatakan muda dan masih cukup untuk
melakukan pekerjaan dapat dimanfaatkan untuk berkarir. Meskipun
harus meninggalkan anak-anaknya dalam pengasuhan orang lain.
c. Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
kehidupan. Dengan menpunyai pendidikan yang tinggi akan lebih
mudah untuk mengembangkan kreatifitas, dan potensi. Pendidikan
juga akan menjadikan manusia memiliki pandangan, pengalaman,
serta wawasan yang dapat di praktikan dalam kehidupanya. Manfaat
dari pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak seseorang.
Seperti yang dikatakan oleh ibu TR, alasan ia mengalihkan
pengasuhan anaknya kepada orang lain adalah karena Ibu TR memiliki
pendidikan yang tinggi, yang harus disalurkan ilmu yang telah
didapatkan di masa kuliahnya. Ibu TR juga merasa jika ilmu yang ia
punyai tidak disalurkan akan menjadi sia-sia. Dan juga dengan
pendidikannya yang tinggi ia merasa malu jika tidak bekerja.
61
d. Faktor kebosanan
Kebosanan atau perasaan bosan terhadap suatu hal meskipun
sepele tapi bisa juga berdampak serius. Kebosaanan itu sendiri adalah
keadaan dimana pikiran mengiginkan perubahan, mendambakan
sesuatu yang baru, dan mengiginkan berhentinya rutinitas hidup dan
keadaan yang monoton dari waktu ke waktu. Sebuah cara yang logis
untuk mengatasi perasaan bosan adalah dengan mencari sesuatu yang
mengairahkan untuk dilakukan.
Seperti hal nya yang dilakukan oleh Ibu NK, Ibu DF, dan Ibu
TR. Menurut pengakuannya mengapa mereka melakukan pengalihan
pengasuhan anaknya kepada orang lain adalah karena merasa bosan.
Mereka bosan jika dirumah yang mereka lakukan itu saja. Untuk itu
mereka berusaha mengatasi perasaan bosannya dengan cara mencari
kegiatan dan kesibukan yaitu memutuskan untuk bekerja dan mencari
suasana yang baru bersama teman-teman kerja lainya ditempat mereka
bekerja. Dengan bersama teman-temannya mereka mengaku akan bisa
lebih asyik dari pada diam diri dirumah.
Dengan perasaan bosan yang dirasakan oleh mereka dirumah
menyebabkan suatu hal yang tidak baik. Yaitu mengharuskan
kehilangan waktu yang seharusnya mereka dapatkan dengan
keluarganya. Sebenarnya rasa bosan itu akan hilang dengan cara ia
menikmati setiap apa yang akan ia lakukan.
3. Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Orang Tua Karir
62
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak akan
menentukan karakter anaknya kelak. Pola asuh yang dimaksud adalah
cara yang dilakukan orang tua untuk mendidik anak. Keberhasilan
mendidik anak-anak dengan baik adalah impian semua orang tua. Untuk
itu orang tua dituntut untuk mendidik anak-anaknya dengan sebaik-
baiknya. Dalam hal ini pola pengasuhan yang diterapkan pada keluarga
orang tua karir di Desa Banyuurip adalah sebagai berikut:
a. Pola Pengasuhan Anak Ibu NK
Dalam kasus Ibu NK, anak Ibu NK masih balita yaitu umur 11
bulan, Ibu NK menitipkan NS kepada orang lain untuk merawat dan
mengurusi keperluan NS di saat ia dan suami bekerja. Pengasuhan
tersebut berupa Perawatan. Yang dilakukan oleh pengasuh NS tersebut
menyangkut berbagai hal mengenai kebutuhan keseharian NS, baik
kebutuhan NS jasmani yaitu untuk makan, minum, buang air bahkan
perkembangan pengetahuan NS seperti cara berbicara, belajar dan
sebagainya. Serta kebutuhan rohani si anak, berupa pengetahuan si
anak, yaitu bagaimana caranya berjalan, berbicara dan sebagainya.
Untuk pemenuhan ekonomi seperti uang kebutuhan si anak,
Ibu NK menitipkan uang kepada pengasuh untuk diberikan kepada
anak, yang digunakan untuk keperluan apapun si anak.
Sebagai imbalan pengasuhan NS, Ibu NK memberikan upah
kepada sang pengasuh atas jasanya untuk mengasuh NS. Pengasuhan
yang dilakukan oleh pengasuh NS dilakukan ketika Ibu NK dan Bapak
63
AM bekerja, yaitu sejak pagi hari hingga sore hari, bahkan terkadang
hingga larut malam ketika NS sudah tidur.
NS dititipkan kepada Ibu MT yang merupakan tetangga dari
Ibu NK dan Bapak AF. Ibu MT mengasuh dan merawat anak dari
pasangan Bapak AM dan Ibu NK setiap hari. Menurut Ibu MT dia
hanya bertugas untuk mengasuh NS yang berupa kebutuhan sehari-
hari, kalau untuk masalah pengetahuan agama Ibu MT tidak
mendidiknya secara khusus.
b. Pola Pengasuhan Anak Ibu DF
Menurut pengakuan Ibu DF pada saat wawancara Ibu DF
menerapkan pengasuhan anaknya tidak mempunyai cara-cara yang
khusus dia hanya memberikan uang saku kepada anaknya untuk
digunakan untuk jajan, kemudian ia memberika didikan seperti anak
yang lainnya.
Ibu DF menitipkan atau mengalihkan pengasuhan anaknya
kepada orang lain disaat ia dan suami bekerja. Pengasuhan tersebut
berupa perawatan dan mengurus kebutuhan si anak. Kebutuhan.
Kebutuhan tersebut baik menyangkut kebutuhan jasmani maupun
rohani. Kebutuhan jasmani berupa memberikan makan, memandikan
dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan rohaninya adalah pendidikan
akhlak dan pembelajaran pengetahuan anak.
Penyerahan pengasuhan anak dari Ibu DF kepada si pengasuh
diserahkan ketika pagi hari sewaktu Ibu DF dan Bapak BA akan
64
berangkat bekerja dan akan mengambilnya kembali pada saat mereka
telah selesai bekerja dan pulang dari tempat pekerjaanya. Sebagai
imbalan untuk pengasuhan akan anaknya Ibu DF memberikan upah
kepada si pengasuh sebagai ganti akan jasa pengasuhannya yang telah
diberikan kepada si anak.
Ibu YT adalah seorang Ibu yang berusia kurang lebih 50 tahun
ia bertugas untuk mengasuh AR anak dari pasangan Bapak BA dan
Ibu DF. Ibu YT merupakan tetangga dari Ibu DF. Dari hasil observasi
yang dilakukan oleh peneliti Ibu YT tidak memberikan pengetahuan
akhlak agama yang mendalam untuk diberikan kepada AR, ia hanya
bertugas untuk menjaga sang anak ketika ditinggal oleh kedua orang
tuanya.
c. Pola Pengasuhan Anak Ibu TR
Ibu TR mengalihkan pengasuhan anaknya kepada sang nenek
di saat ia dan suami bekerja. Pengasuhan tersebut berupa pengawasan
dan didikan yang baik. Untuk kebutuhan jasmani si anak seperti akan
makan pagi, mandi Ibu TR telah menyempatkan waktunya sebelum
berangkat. Jadi, ketika anak diserahkan kepada pengasuhnya si anak
sudah dalam keadaan kenyang dan bersih. Pengasuhnya hanya
bertugas untuk mengawasi dan merawat si anak ketika ditinggal Bapak
MS dan Ibu TR bekerja.
65
Menurut Ibu TR pola yang diterapkan pada anaknya adalah
termasuk dalam kategori pola asuh otoriter. Yaitu pola asuh yang
bersifat keras. Ibu TR sering memaksakan anaknya untuk melakukan
hal-hal yang disuruh dengan alasan jika ia melakukan secara tegas
akan menjadikan anak lebih dapat menghargainya. Kemudian
tujuannya adalah untuk membentuk karakter anak yang kreatif, patuh,
serta disiplin. Namun, pola asuh semacam ini akan mengakibatkan si
anak menjadi tertekan karena aturan yang dibuat orang tuanya. Sering
kali pola pengasuhan semacam ini akan menjadikan anak tidak
bahagia.
Sedangkan pengasuhan yang dilakukan oleh pengasuh QD
adalah pengawasan ketika si anak bermain dan menjaga dari hal-hal
yang dapat membahayakan anak. Kalau untuk masalah pengetahuan
pengasuh QD menyerahkan kepada orang tuanya karena pengasuh
juga memiliki kesibukan sendiri dan umur yang sudah tua.
d. Pola Pengasuhan Anak Ibu UM
Pengasuhan yang dilakukan oleh keluarga Bapak KH dan Ibu
UM ini adalah termasuk dalam kategori pola asuh permisif yaitu
membebaskan anak tanpa adanya pengawasan yang baik. Hal ini
disebabkan oleh orang tua yang bekerja di luar kota dan tidak
memberikan pengawasan terhadap anak-anaknya secara langsung.
Orang tua yang terlalu sibuk dalam pekerjaannya akhirnya tidak dapat
mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Orang tua dalam keluarga
66
ini, hanya memberikan sedikit perhatian terhadap anaknya, dan
memberikan materi atau harta saja terserah anak mau bagaimana.
Orang tua lebih mempercayakan untuk anak berbuat apa yang
dikehendakinya.
Bapak KH dan Ibu UM mengalihkan pengasuhan anaknya
secara total kepada orang lain sejak anak-anaknya masih kecil.
Kebutuhan jasmani dan rohani anaknya diserahkan kepada pengasuh,
karena Bapak KH dan Ibu UM yang bekerja di luar kota dan jarang
sekali untuk pulang. Mereka hanya berkomunikasi tentang bagaimana
keadaan anaknya melalui telephone. Dan menberikan uang untuk
dipergunakan kebutuhan sehari-hari si anak seperti kebutuhan makan,
dan kebutuhan sekolah si anak.
e. Pola Pengasuhan Anak Ibu DM
Bapak MH dan Ibu DM mengalihkan dan menitipkan
pengasuhan anaknya kepada orang lain selama mereka bekerja di luar
kota. Untuk pemenuhan kebutuhan si anak yang berupa kebutuhan
jasmani dan rohani si anak dipercayakan kepada orang lain untuk
mengawasinya. Pengalihan pengasuhan si anak kepada orang lain
diserahkan sejak si anak masuk ke bangku pendidikan sekolah dasar.
Ketika peneliti mewawancarai terhadap anak dari Ibu DM,
anak mengaku bahwa selama ini anak hanya mendapatkan
pengawasan yang kurang dari orang tuanya. Ia mengaku bahwa orang
tuanya membebaskan anaknya untuk berbuat apapun yang
67
dikehendaki, hal ini disebabkan karena orang tua terlalu percaya
terhadap anaknya. Namun, karena kesibukan dari orang tuanya anak
merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh. Sedangkan untuk
pengasuh dari IN merupakan neneknya sendiri sang nenek
memberikan pengasuhan, perawatan yang tidak terlalu intens hanya
sebatas pengawasan mengenai makan dan minum. Kemudian kalau
untuk masalah pendidikan ahklak, etika dan moral nenek tidak dapat
memberikan karena usianya yang sudah tua. Dan nenek hanya
membiarkan dan beranggapan bahwa itu semua akan di dapat di
sekolah.
Dari hasil pemaparan mengenai pola pengasuhan anak di Desa
Banyuurip di atas maka dapat di komparasikan dalam bentuk diagram
dengan hasil di bawah ini:
Pengasuhan anak dialihkan kepada nenek sebesar 60%. Dan
pengasuhan anak yang dialihkan kepada tetangga 40%.
Sales; diasuh oleh
tetangga; 40; 40%
Sales; diasuh oleh
nenek; 60; 60%
diasuh oleh tetangga
diasuh oleh nenek
68
4. Dampak Pengalihan Pengasuhan Anak
Sebagai orang tua yang berkarir dan mengalihkan pengasuhan
anaknya yang seharusnya dilakukan orang tua kepada orang lain
memiliki beberapa dampak negatif dan positif. Seperti yang terjadi di
Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali pengasuhan anak
dialihkan kepada nenek dan kepada orang tua yaitu:
a. Dampak Ekonomi
Perekonomian atau ekonomi akan menjadi masalah yang
sering terjadi dalam kehidupan bagi seseorang yang bekerja, karena
ekonomi menyangkut kepada penghasilan. Konflik keuangan ini
sering menjadi masalah dalam suatu hubungan rumah tangga. Seperti
kasus yang terjadi di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten
Boyolali yang keluarga menjadi orang tua karir. Dengan adanya kedua
orang tua karir yaitu ayah dan ibu sama-sama bekerja maka akan
memberikan dampak perekonomian keluarganya akan menjadi lebih
baik. Mereka akan lebih mudah untuk membiayai kebutuhan sehari-
hari keluarganya. Hal ini dapat dilihat dari kasus yang terjadi di Desa
Banyuurip, berikut diskripsinya:
1) Pada keluarga Ibu NK dan pada keluarga Ibu NF dengan adanya
seorang istri membantu pekerjaan suami mereka dapat dan
memiliki penghasilan yang dapat digunakan untuk membayar
cicilan motor yang menjadi tanggung jawab mereka. Kemudian
dapat membantu untuk kebutuhan si anak yang masih balita.
69
Namun meskipun ibu ikut bekerja juga di rasa kurang jika untuk
menabung atau investasi di masa depan anak.
2) Pada keluarga Ibu UM dan Ibu DM motif ekonomi merupakan
alasan utama untuk bekerja di luar kota. Hasil bekerja diluar kota
keluarga Ibu UM dapat mensekolahkan atau membiayai
pendidikan anaknya sampai keperguruan tinggi dan dapat
menghidupi keperluan sehari-hari, sedangkan dampak yang
dirasakan oleh Ibu DM yaitu mereka dapat membiayai kebutuhan
sekolah anak dan untuk kebutuhan sehari-hari mereka.
b. Dampak pendidikan
Pendidikan merupakan suatu aktivitas yang harus diberikan
oleh orang tua terhadap anak untuk mengembangkan seluruh
kepribadian anak. Namun pendidikan anak pada sekarang ini mulai
rentan karena kurangnya perhatian orang tua terhadap anak itu sendiri.
Pendidikan yang penting dalam suatu keluarga dapat meliputi
sikap, perilaku, serta moral. Dampak pendidikan yang terjadi bagi
keluarga orang tua karir terhadap anak-anaknya adalah sebagai
berikut:
1) Dalam kasus keluarga Bapak KH dan Ibu UM. Dengan
kesibukan kedua orang tuanya menjadikan anak yang bebas tanpa
adanya pengawasan. Anak yang kurang kasih sayang dari orang
tua menjadikan karakter anak yang tidak baik. Yaitu sifat yang
bandel, nakal dan sifat negatif lainnya. Perubahan tersebut
70
dikarenakan orang tua yang tidak memperhatikan dan
memberikan pengasuhan mengenai ahklak terhadap anak.
Sedangkan mereka hanya dikasih uang saja. Sedangkan nenek
yang menjadi pengasuh anak-anak mereka sudah tua dan hanya
memperhatikan masalah makan dan minum saja.
2) Dalam kasus keluarga Bapak MH dan Ibu DM. orang tua bekerja
di luar kota dan disibukkan dengan pekerjaan sehingga tidak
dapat mengawasi secara langsung perkembangan anak. Anak
yang ditinggal oleh kedua orang tua akan menjadi pribadi yang
bandel dan rentan terhadap pergaulan remaja yang bebas. Dari
hasil observasi yang peneliti lakukan anak dari pasangan
keluarga ini sering bermain diluar dan sering pulang malam. Dan
tak jarang IN membawa teman-teman sekolahnya untuk
kerumah. Hal itu dilakukan karena tidak adanya pengawasan dari
orang tua.
c. Dampak Keharmonisan
Keluarga yang harmonis dan berkualitas yaitu keluarga yang
rukun berbahagia, keluarga yang penuh ketenangan, serta keluarga
yang penuh kasih sayang. Keluarga yang harmonis hanya akan tercipta
jika kebahagian, ketenangan, dan kasih sayang yang diberikan oleh
antar anggota keluarganya terpenuhi.
71
Keharmonisan pada keluarga yang pengasuhan anaknya
diberikan kepada orang lain tidak terpenuhi. Kasus tersebut terjadi
pada semua keluarga di Desa Banyuurip yang pengasuhan anaknya
diberikan kepada orang lain. Hal tersebut terjadi karena orang tua yang
sibuk bekerja tidak dapat berkomunikasi secara intensif dengan anak-
anaknya dan anak-anak yang diasuh oleh orang lain menjadikan
mereka lebih dekat dengan pengasuhnya dari pada kepada orang tua
kandungnya. Hak ini dibuktikan dengan adanya sifat dan moral anak
yang bebas dan cenderung dekat dengan pengasuhnya dibandingkan
dengan kedua orang tuanya.
72
BAB IV
ANALISIS
A. Analisis Terhadap Pola dan Landasan Pengasuhan Anak Orang Tua
Karir
Dalam pola yang dilakukan oleh orang tua maupun oleh pengasuh itu
diharapkan akan menjadi pembentukan karakter anak yang memiliki akhlak dan
perilaku yang baik. Yaitu dengan cara mengajarinya tentang keagaaman yang lebih
khusus, karena anak itu akan menirukan apa yang akan dilakukan oleh orang-orang
yang ada disekitar mereka.
Mendidik anak dengan baik dan benar, mengajarinya budi pekerti yang luhur
merupakan tugas dan tanggung jawab yang berada dipundak ayah dan ibu (orang
tua). Dilain pihak anak sangat memerlukan pendidikan akhlak yang baik menurut
ajaran Islam dari orang tua dan dari orang-orang disekitarnya seperti mengajari
shalat, sopan santun serta etika yang baik. Hak anak adalah orang tua bertanggung
jawab untuk mengajarkan kepadanya akhlakul karimah, mengenalkan kepada tuhan
dan membantunya untuk patuh kepadanya. Tugas ini merupakan tugas yang berat
yang harus dilakukan oleh orang tua, yang memiliki pahala sangat besar. Tetapi
sebaliknya, jika tugas tidak dilakukan dan melalaikan maka siksaan menunggu.
Berikut pengasuhan yang terjadi di Desa Banyuurip kecamatan Klego Kabupaten
Boyolali:
Pengasuhan anak pada keluraga Bapak AM dan Ibu NK. Anak yang masih
balita dititipkan kepada tetangga dari pagi hingga sore bahkan sampai malam hari.
73
Dan pengasuhnya tidak mengajari mengenai pengetahuan ahklak dan agama yang
baik. Dengan begitu anak akan menjadi kurang pengetahuaan keagamaan. Dan
menjadikan anak kurang kasih sayang dari orang tuanya.
Pengasuhan anak pada keluarga Bapak BA dan Ibu DF. Anak yang masih
balita dititipkan kepada orang lain yang yang rumahnya disamping rumah mereka.
Dari pagi, sore dan malam hari dari perawatan mengenai kebutuhan primer yaitu
makan dan minum semuanya diatur oleh pengasuhnya. Orang tua tidak dapat
mendidik anaknya secara langsung mengenai akhlak yang baik menurut islam dan
sedangkan pengasuhnya pun tidak memberikan pembelajaran terhadap anak
tersebut.
Pengasuhan anak dari Bapak MS dan Ibu TR. Pasangan ini mengalihkan
pengasuhan anaknya kepada neneknya. Pasangan ini sempat memberikan waktu
untuk mendidik anaknya tetapi waktu yang dapat diluangkan hanya terbatas.
Dampak dari pengalihan pengasuhan pada keluarga ini adalah anak menjadi lebih
dekat terhadap neneknya dibandingkan pada orang tuanya sendiri.
Pengasuhan anak Dari Bapak KH dan Ibu UM. Pasangan ini menitipkan
anaknya kepada nenek yang sudah tua. Bapak KH dan Ibu UM bekerja diluar kota
dan meninggalkan anak-anaknya sejak dari kecil. Untuk kebutuhan primer dan
sekundernya dititipkan kepada pengasuhnya tersebut kemudian orang tua hanya
memberikan uangnya saja. Sedangkan untuk pendidikan akhlakul karimah tidak
dapat diberikan dari orang tuanya untuk anak-anakya karena kesibukkan mereka
dan jarang pulang.
74
Pengasuhan anak Bapak MH dan Ibu DM. pengasuhan yang diterapkan oleh
orang tua ini adalah menitipkan anak Dari kecil dan ditinggal untuk bekerja di luar
kota. Sedangkan mereka hanya mengirimkan uang untuk kebutuhan sang anak
sehari-hari. Dan untuk kebutuhan akan pengetahuan akhlak si anak tidak dapat
diberikan oleh orang tuanya kepada anaknya.
Dari pola pengasuhan yang diterapkan oleh para keluarga yang kedua orang
tuanya bekerja mereka mengunakan pola asuh permisif yaitu pola asuh anak yang
cuek. Orang tua membiarkan dan memberikan kebebasan sepenuhnya terhadap
anak. Orang tua tidak memberikan pengarahaan, pengawasan mengenai
perkembangan anak. Dan dari pengasuhan yang didapat oleh anak dari orang
tuanya tersebut menjadikan karaakter dan pembentukan kepribadian anak yang
bebas tanpa adanya pengawasan dari orang tuanya. Dan anak memiliki sifat yang
tidak baik di masa yang akan datang.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan bagi anak untuk mengenal dunia
sosialnya adalah dalam keluarga namun yang terjadi di Desa Banyuurip adalah
seperti yang dipaparkan diatas akibatnya menjadikan anak kurang perhatian dari
orang tua. Hal ini mengakibatkan terbatasnya Interaksi orang tua dengan anak dan
mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar. Yaitu anak akan lebih senang
berada di luar rumah dan merasa tidak betah di rumah karena merasa kesepian.
Kemudian, anak menjadi nakal karena kurangnya perhatian dari orang tuanya.
Seperti apa yang ada di kandungan surat At Tahrim ayat 6 yaitu:
75
ها مل ئكة غالظ يــأيـها الذين أمنـوا قـوا أنـفسكم وأهليكم نارا وقـودها الناس واحلجارة عليـ
ما أمرهم ويـفعلون ما يـؤمرون شداد ال يـعصون اهللا
Allah memerintahkan kepada orang tua untuk memelihara keluarga nya dari
api neraka dengan cara mendidik dan memelihara anak menjadi orang yang
melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjahui larangan-laranganya. Namun,
pada hal ini yang terjadi di Desa Banyuurip orang tua tidak dapat menjalankan
peritah Allah yang tergantung pada surat tersebut. Yaitu memelihara keluarganya
dari api neraka dengan cara menjalankan mendidik anak-anaknya. Mereka
membiarkan anak-anak mereka bebas dan tidak mengawasi apa yang dilakukan
oleh anak serta tidak memberikan pendidikan ahklak yang baik karena, kesibukan
yang mereka lakukan.
B. Analisis Terhadap Faktor Penyebab Pengalihan Pengasuhan Anak
Orang Tua Karir
Dalam kasus yang terjadi di Desa Banyuurip adalah terjadinya pengalihan
pengasuhan anak yang seharusnya dilakukan oleh kedua orang tua. Namun orang
tua tersebut mengalihkannya kepada orang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya adalah:
Faktor penyebab pengalihan anak pada keluarga Bapak AM dan Ibu NK
adalah karena tuntutan bekerja dan alasan dari mereka bekerja adalah karena faktor
76
ekonomi, faktor usia dan faktor kebosanan. Untuk faktor ekonomi mereka adalah
pemenuhan kebutuhan hidup yang harus ditanggungnya seperti kebutuhan primer
makan, minum, pakaian, dan kebutuhan sekunder lainnya. Penghasilan dari Bapak
AM kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya jadi Ibu NK ikut bekerja
untuk membantu keuangan keluarganya. Untuk faktor usia mereka beranggapan
bahwa usia masih muda yang mereka alami saat ini, dapat memicu semangat untuk
bekerja. Kemudian, faktor kebosanan yang mereka alami adalah bosan jika hanya
mengurus rumah tangga seperti mengurus rumah, mengurus anak dan itu-itu saja
yang dapat dilakukan maka akan merasa bosan. Padahal menurut ajaran Islam yang
berlaku apapun alasan yang diberikan oleh orang tua, orang tua tetap berkewajiban
untuk mengasuh dan mendidik anak-anak mereka. Orang tua diharapkan dapat
memberikan waktu untuk melaksanakan kewajibannya. Dan orang tua dapat saling
membantu atau bekerja sama untuk keluarganya tanpa harus meninggalkan
kewajibannya untuk mengasuh anak.
Faktor penyebab dari pengalihan pengasuhan anak pada pasangan Bapak BA
dan Ibu DF adalah faktor ekonomi, pendapatan yang didapatkan oleh suaminya
tidak menentu dan tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari untuk itu Ibu DF
bekerja untuk membantu suaminya. kemudian disebabkan oleh faktor usia Ibu DF
adalah Ibu yang masih memilki usia muda dan masih sanggup untuk bekerja, untuk
itu ia memanfaatkan usianya untuk bekerja, kemudian faktor kebosanan yang dapat
dialami oleh Ibu DF karena hanya mengurus rumah dan anaknya tidak ada
pengalaman lain selain itu. Sedangkan didalam ajaran Islam orang yang
bertanggung jawab untuk memenuhi nafkah keluarga adalah seorang suami. Tetapi
77
dalam hal ini Ibu DF juga ikut serta memenuhi kebutuhan hidup mereka dan
mengalihkan pengasuhan anaknya kepada orang lain meskipun kewajiban orang tua
adalah untuk mendidik dan mengasuh anak-anaknya.
Faktor penyebab dari pengalihan pengasuhan anak pada pasangan orang tua
karir yaitu Bapak MS dan Ibu TR adalah faktor pendidikan, dengan pendidikan
tinggi yang telah ia capai maka mereka sama-sama bekerja. Mereka mengalihkan
pengasuhan anaknya kepada orang lain. Padahal pendidikan anak itu juga penting
untuk diberikan Dari orang tuanya. Faktor kebosanan yang dialami oleh Ibu TR jika
sering dirumah menjadikan ia mencari pengalaman lain diluar rumah yaitu bekerja.
Kemudian faktor usia yang masih muda yang dialaminya saat ini ia manfaatkan
untuk bekerja. Padahal dalam islam kewajiban orang tua terhadap anak adalah
mendidik serta mengasuh anak dengan baik supaya menjadika karakter anak yang
baik pula.
Faktor penyebab pengalihan pengasuhan anak pada keluarga Bapak KH dan
Ibu UM adalah faktor ekonomi. mereka bekerja untuk memenuhi ekonomi
keluarga. Mereka bekerja di luar kota untuk kebutuhan hidup seperti untuk
membiayai makan dan sekolah anak-anak mereka. Untuk itu mereka mengalihkan
tanggung jawabnya sebagai orang tua yaitu mendidik dan mengasuhnya kepada
orang lain.
Faktor penyebab pengalihan pengasuhan anak pada keluarga Bapak MH dan
DM adalah faktor ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya mereka
bekerja di luar kota yaitu di lampung. Mereka menitipkan anaknya dari kecil
78
kepada orang lain. Hasil bekerja mereka gunakan untuk kebutuhan hidup seperti
untuk makan dan untuk sekolah anak.
Namun pada kenyataannya landasan yang digunakan oleh para orang tua
yang bekerja di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolai ini yang
berupa karena faktor ekonomi, tidaklah tepat karena dengan adanya ibu ikut bekerja
daan mengalihkan pengasuhan anaknya kepada orang lain gaji yang di dapat juga
dirasa kurang untuk pemenuhan kebutuhannya karena hanya di gunakan untuk
keperluan yang tidak penting dan untuk investasi anak di masa depan belum
terfikirkan oleh mereka. Kemudian dampak yang ditimbulkan terhadap anak dan
keluarganya juga banyak yang negatif.
Sikap anak dan karakter anak di masa yang akan datang adalah tergantung
kepada pendidikan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya hal ini seperti yang
ada di dalam penjelasan hadits
سانه كل مولود يـولد على الفطرة فأبـواه يـهودانه أو يـنصرانه أو ميج
Hadits tersebut telah dijelaskan pada bab sebelumnya yaitu “ setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi”. Hal itu seperti yang ada terjadi di Desa
Banyuurip. Dengan kedua orang tua yang bekerja maka akan kurang perhatian dan
kasih sayang yang dapat diterima akibatnya mereka menjadi bebas dan menjadikan
ahlak anak yang tidak baik. Hal itu sesuai dengan apa yang dilakukan oleh orang
tuanya terhadap pengasuhannya. Yaitu orang tua sibuk terhadap pekerjaanya dan
orang tua tidak memberikan pendidikan atau ajaran yang baik.
79
C. Menurut Pandangan Hukum Islam dan Undang-undang
1. Menurut Hukum Islam
Kewajiban orang tua kepada anak adalah untuk mengasuh dan mendidik
anak dengan sebaik-baiknya. Mengasuh berarti orang tua harus memenuhi
kebutuhan keseharian anak, yang dapat diwujudkan dalam bentuk ekonomi dan
pendidikan akhlak. Mendidik anak berimplikasi untuk memenuhi kebutuhan
pengetahuan anak, dalam bentuk pemenuhan pendidikan, sehingga anak mampu
untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Menurut Ash-Shiddieqy (1952) ada
empat tingkatan pendidikan dan pemegang peranannya adalah sebagai berikut:
a. Tingkatan pertama, dari masih dalam kandungan ibu sampai sang
bayi berumur dua tahun. Dalam tingkatan ini, ibu lah yang memegang
peranan yang terpenting karena anak masih membutuhkan air susu ibu
untuk hidupnya.
b. Tingkatan kedua, dari anak berumur dua tahun hingga berumur tujuh
tahun. Dalam tingkatan ini, ibu dan para keluarga rumah tangga yang
memegang peranan. Tingkatan ini seorang ibu butuh bantuan untuk
menjalankan perannya karena anak yang semakin tumbuh dan
berkembang.
c. Tingkatan ketiga, dari anak berumur tujuh tahun hingga dewasa.
Dalam tingkatan ini rumah pendidikan perguruan tinggilah yang
memegang peranan terpenting. Para guru dan pembantu-pembantunya
yang mengendalikan pendidikan anak-anak dibantu di rumah tangga
oleh orang tua dan keluarga. Pada tingkatan ini anak mulai melihat
80
dunia luar, untuk itu untuk semua pihak yang ada disekitarnya
diharapkan untuk dapat terlibat untuk mengawasinya.
d. Tingkatan keempat, dari anak itu keluar dari sekolah hingga
selanjutnya sampai kepada masa ia menghembuskan nafas. Maka
dalam tingkatan yang keempat ini, masyarakatlah yang memegang
peranan pendidikan seseorang manusia. Dalam tingkatan ini anak
telah terjun kedalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu masyarakat
sekitar turut serta dalam membimbing anak tersebut.
Dalam hal ini penulis menggolongkan pengasuhan anak dari orang tua karir di
Desa Banyuurip sesuai dengan tingkatan pendidikan dan pemegang peranannya
sebagai berikut:
1) Pengasuhan anak Ibu NK
Dari pengasuhan anak Ibu NK termasuk dalam kategori
tingkatan pertama, karena NS yang masih berumur 11 bulan.
Sehingga yang harus memegang peranan untuk mengasuh dan
mendidik NS adalah Ibu NK secara langsung. Namun, dalam hal ini
anak yang seharusnya ibu yang memegang peranan penting untuk
mengasuh, merawat, mendidik anak tidak dapat terpenuhi, karena
kedua orang tua yang sibuk bekerja dari pagi sampai sore hari,
bahkan sampai malam.
Anak tersebut tidak mendapatkan apa yang seharusnya di
dapat seperti anak seusianya. Anak juga tidak dapat merasakan kasih
sayang secara langsung dari kedua orang tuanya. Dalam Pengasuhan
81
anak Ibu NK dapat dikatakan bahwa, Ibu NK lalai dalam
menjalankan kewajibannya untuk mengasuh dan mendidik anak
secara langsung.
2) Pengasuhan anak Ibu DF
Dari keluarga Ibu DF termasuk dalam kategori kedua, yaitu
anak itu berumur dua tahun sampai umur tujuh tahun ibu dan para
keluarga rumah tangga. Anak dari Ibu DF masih berumur 4 tahun,
dalam hal ini untuk pengasuhan, pendidikan, perawatan yang
seharusnya dilakukan oleh ibu dan keluarganya tidak dapat terpenuhi
pula. Karena anak mereka dititipkan dan dalam pengasuhan kepada
orang lain yang bukan termasuk keluarga si anak. Sehingga dapat
dikatakan Pengasuhan anak ibu DF tidak terpenuhi atau Ibu DF
beserta keluarga lalai dalam mengasuh dan mendidik anak secara
langsung..
3) Pengasuhan anak Ibu TR
Pengasuhan anak Ibu TR termasuk dalam kategori tingkatan
pertama. Yaitu ibulah yang memegang peranan yang terpenting.
Namun, dalam kenyataan Pengasuhan anak Ibu TR kurang
terpenuhi. Yaitu anak yang masih balita yaitu umur 16 bulan
dititipkan kepada orang lain, ditinggal untuk berkarir atau bekerja.
Meskipun Ibu TR pada kenyataannya masih mengasuh anak
secara langsung ketika ia pulang dari kerja, namun pengasuhan dan
pendidikan yang Ibu TR lakukan kepada anaknya tidak terpenuhi
82
secara sempurna. Hal tersebut penulis katakana karena Ibu TR
mampu untuk mengasuh anak pada jam dimana anak dalam keadaan
nyang tidak produktif.
4) Pengasuhan anak Ibu UM
Pengasuhan anak ibu UM ini termasuk dalam kategori
tingkatan ketiga. Yaitu dalam tingkatan anak yang berumur tujuh
tahun hingga dewasa. Anak Ibu UM dapat dikatakan termasuk
kategori dewasa karena anak-anak Ibu UM sudah masuk dalam
dunia pendidikan pada tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA)
dan ada yang sudah masuk Perguruan Tinggi, dengan hal ini rumah
pendidikan dan perguruaan yang memegang peranan.
Pada kenyataannya mereka tidak dapat terpenuhi karena dari
waktu kecil mereka dititipkan kepada orang lain, sedangkan kedua
orang tuanyan bekerja ke luar kota dan jarang pulang, bahkan
sampai bertahun-tahun. Akibatnaya mereka memilih tindakan dan
pendidikan sesuka hati mereka tanpa memikirkan akibat yang akan
timbul. Karena kedua orang tuanya tidak mengetahui perkembangan
anaknya, yang mereka lakukan hanya memberikan kecukupan dalam
hal materi saja.
Jika dari tingkat pertama kebutuhan anak tidak terpenuhi,
maka sampai anak dewasa juga akan bersikap sesuai dengan apa
83
yang mereka inginkan, tanpa dapat terkontrol dan sesuai dengan
harapan orang tuanya. Maka dalam hal pemenuhan pendidikan pada
anak Ibu UM tidak terpenuhi secara sempurna.
5) Pengasuhan anak Ibu DM
Pengasuhan anak ibu DM ini termasuk dalam tingkatan
ketiga kerena anaknya sudah masuk bangku sma, yaitu berumur
sekitar 16 tahun. Dari Kecil ia telah dititipkan orang tuanya kepada
orang lain dan hanya mendapat pengawasan semata dari orang
tersebut tanpa adanya pendidikan dan pengawasan secara langsung
dari orang tuanya. Sehingga si anak rawan terjerumus dalam
pergaulan bebas anak-anak remaja.
Akan tetapi jika salah satu pendidikan itu berlawan dan bertentangan,
akibatnya anak-anak tersebut akan lebih mudah terombang ambing dipukul badai
dan ombak. Pada dasarnya pendidikan yang akan menentukan perilaku anak
berawal dari rumah tangga atau dalam keluarga. Maka dari itu jika kita biasakan
kebajikan dalam mengajarinya besarlah ia dalam mengaruhi kebajikan,
berbahagialah ia di dunia akhirat. Namun, sebaliknya jika kita biasakan kejahatan
dan melengahkan pendidikannya, maka celaka dan sesatlah akhirnya. Dan
kesalahan itu dipikul oleh kedua orang tuannya.
Kemudian dalam hadist yang disebutkan penulis dalam bab sebelumnya
yaitu:
84
سانه كل مولود يـولد على الفطرة فأبـواه يـهودانه أو يـنصرانه أو ميج
yang menerangkan bahwa setiap anak yang lahir itu dalam keadaan suci,
dan yang menjadikan anak tersebut menjadi baik dan buruk adalah orang tunya
sendiri. Yang membentuk karakter anak setelah dewasa adalah orang tuanya
sendiri. Hadist tersebut benar adanya. Namun, pengasuhan yang dilakukan oleh
keluarga orang tua karir di Desa Banyuurip salah, mereka memberikan pengasuhan,
perawatan anaknya tidak secara langsung. Yaitu melalui dititipkan kepada orang
lain. Sehingga menyebabkan pertumbuh anak menjadi anak yang tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan orang tua atau tidak sesuai dengan akhlak islam. Anak
menjadi pribadi yang semaunya sendiri dan bebas.
Kemudian dalam hadist At Turmudzi yang telah dijelaskan pada
bab sebelumnya yaitu:
( رواه اترمذى ) من ادب حسن ما حنل والد ولده افضل
yang berarti tidak ada sesuatu pemberian yang lebuh utama
kecuali untuk pemberian didikan yang baik. Orang tua di wajibkan
untuk memberikan didikan kepada anak dengan ahklak etika sesuai
dengan ajaran Islam dan pendidikan itu harus diberikan dengan penuh
perhatian dan secara utuh. Pada kenyataannya yang terjadi di Desa
Banyuurip tidak demikian. Orang tua hanya sibuk bekerja sedangkan
untuk pengasuhannya di titipkan kepada orang lain. Orang tua kurang
memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap anak. Sehingga
85
menyebabkan tumbuh perkembangan anak menjadi tidak baik
dikemudian hari. Berikut perilaku anak yang kurang perhatian dan
pendidikan dari orang tuanya:
a) Anak cenderung dekat oleh pengasuhnya dibandingkan oleh
kedua orang tuanya. Untuk anak yang masih balita terkadang
bila didekati oleh orang tuanya tidak mau karena anak telah
menemukan figure orang yang sering bersamanya.
b) Perilaku anak yang telah tumbuh dewasa akan menjadi tidak
sopan dan kurang menghargai orang-orang disekitarnya.
c) Sering mengikuti pergaulan diluar rumah bersama teman-
temannya seperti lebih berfoya-foya dengan uang yang
diberikan oleh orang tuanya. Dan yang lebih parah akan di
khawatirkan masuk daan terjerumus kedalam pergaulan
bebas.
d) Bertingkah semaunya sendiri dan bebas melakukan hal
apapun tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
e) Sikap tidak mau patuh atau membangkang.
Dalam kaidah fikih mengenai teori kemaslahatan yaitu untuk menjaga
kemaslahatan dan menolak kemudaratan. Segala bentuk kebaikan dan kemaslahatan
harus terus diusahakan, sedangkan semua bentuk mudarat dan mafsadat wajib
dihindari. Atas dasar
ال ضر ر و ال ضرا ر
86
“ tidak boleh terjadi suatu kemudaratan dan tidak boleh saling
memudaratkan”
Darar artinya perbuatan yang menimbulkan mafsadat atau tindakan yang
merugikan pihak lain. Dalam hal ini orang tua melakukan pekerjaan namun dari
perbuatan yang dilakukan oleh orang tua tersebut menyebabkan anak menjadi
kurang perhatian dan kurang pendidikan dari orang tuanya. Kemudian kaidah lain
yaitu:
ما ا بيح للصر و ر ة ىقد ر بقد ر
“Apa yang dibolehkan karena darurat, hendaknya dilakukan dengan ukuran
sekadarnya”
Kaidah ini menjelaskan bahwa pencegahan terhadap yang menimbulkan
bahaya harus disesuaikan dengan kadar kebutuhanya. Apabila bertemu antara
keburukan dan kebaikan yang ditimbulkan maka wajib untuk mempertimbangkan
mana yang lebih penting diantara keduanya. Dalam bekerja otomatis akan
memberikan dampak ekonomi yang baik bagi keluarganya. Seperti akan dapat lebih
mudah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka untuk kebutuhan anak serta untuk
kebutuhan lainnya. Namun dampak dari kedua orang tua yang bekerja yaitu
kurangnya waktu untuk keluarganya serta anak-anaknya. Komunikasi terhadap
keluarga menjadi kurang baik. Anak kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua
orang tua dan menjadikan anak tumbuh berkembang semaunya sendiri. Kemudian
jika Ibu tidak membantu sang suami maka untuk ekonomi kebutuhan keluarganya
rendah. Tapi manfaatnya orang tua akan lebih dekat dan dapat mendidik anak
dengan baik.
87
Dalam hal yang dilakukan oleh para orang tua karir di Desa Banyuurip
Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali manfaat yang di dapat dan dampak negatif
yang di timbulkan lebih banyak dampak yang negative terutama kepada anak dari
pada manfaatnya. Manfaatnya hanya membantu kebutuhan ekonomi yang sejatinya
untuk perkara ekonomi atau nafkah keluarga hanya dibebankan kepada kepala
keluarga atau menjadi tanggung jawab dan kewajiban kepala keluarga dalam hal ini
adalah ayah. Kemudian dampak negative yang ditimbulkan kepada anak adalaah
masalah kehidupannya yaitu kurangnya pendidikan dan ajaran mengenai etika,
moral dan hal itu sangat mempengaruhi kehidupan dimasa sekarang dan di masa
depan. Anak menjadi pribadi yang nakal karena tidak adanya kontrol dari orang
tuanya. Dan dampak lainya adalah kurangnya kasih sayang yang didapat oleh anak
dari orang tuanya.
2. Menurut Undang-undang
Sebagai orang tua memiliki kewajiban serta tanggung jawab terhadap anak-
anaknya. Sesuai dengan yang tercantum dalam bab IV pasal 26 Undang-undang
anak nomor 23 tahun 2002, yaitu kewajiban orang tua untuk mengasuh, memelihara
serta mendidik dan melindungi anak. Pada kenyataannya yang terjadi pada keluarga
orang tua karir di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali adalah:
a. Keluarga Ibu NK
Pada keluarga Ibu NK dan pak AM sebagai orang tua mereka
tidak dapat menjalankan kewajibanya yang berupa mengasuh,
memelihara, mendidik serta melindungi secara langsung karena anak
mereka masih kecil ketika orang tua pulang kerja ia sudah tertidur dan
88
ketika mau berangkat bekerja sang ank masih tertidur. Dari mulai
memberikan makanan, memandikan serta merawat dan mendidik anak
ia serahkan kepada orang lain. Jadi jarang sekali ia berinteraksi langsung
dengan anaknya kecuali hari libur. Dan juga orang tua tidak dapat
melindungi anak dari bahaya yang mungkin akan mengancam anaknya
karena orang tua tidak disamping dan tidak memberikan pengawasan.
b. Keluarga Ibu DF
Pada keluarga ibu DF dan pak BA. Mereka juga merupakan
orang tua karir yang disibukkan dengan pekerjaanya. Sehingga dalam
mendidik anaknya ia tidak terpenuhi. Untuk pak BA ia masih bisa
mengunakan waktu setelah pulang kerja walaupun hanya sebentar.
Waktu yang Bapak BA dapatkan itu, di manfaatkan untuk bermain
bersama anaknya, tetapi tidak maksimal. Sebaliknya, Ibu DF yang
bekerja sebagai karyawan pabrik yang sering pulang malam ia jarang
mempunyai waktu untuk bersama anaknya. Akibatnya Ibu DF tidak
dapat mengasuh dan mendidik AR secara langsung. Dan Bapak BA
merasa jika iaa adalah seorang laki-laki jadi untuk kedekatan emosional
terhadap anak kurang. Jadi, tidak terlalu intens dalam kebersamaan
anaknya. ia lebih sering membiarkan anaknya main bersama teman-
temanya sendiri.
c. Keluarga Ibu TR
Pada keluarga Ibu TR dan Bapak MS, Ibu TR yang bekerja
sebagai pengajar disekolah ia dapat mendidik anaknya walaupun dengan
89
waktu yang terbatas. Yaitu pada waktu setelah ia pulang dari mengajar.
Namun, pengasuhan dan pendidikan yang diberikan terhadap anak
kurang maksimal. Meskipun ada waktu walaupun sedikit Ibu TR tidak
dapat memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anaknya karena
anak lebih dekat oleh pengasuhnya dari pada ibunya sendiri meskipun
ibu telah berada di rumah.
d. Keluarga Ibu UM
Pada keluarga Ibu UM dan KH. Ibu UM dan pak KH merupakan
pekerja yang sangat sibuk dan mereka bekerja diluar kota. Karena
kesibukannya ia sama sekali tidak bisa mengasuh, merawat, dan
mendidik secara langsung. Mereka jarang sekali pulang kerumah bahkan
sampai bertahun-tahun. Dan membiarkan anaknya bebas dalam
menjalani kehidupannya tanpa adanya pengawasan dan kontrol dari
orang tuannya serta beranggapan anak mampu berfikir sendiri.
e. Keluarga Ibu DM.
Orang tua dari keluarga ini tidak dapat menjalankan kewajibanya
untuk mengasuh serta mendidik anaknya. Anak dari ibu DM tidak dapat
merasakan pendidikan, pengawasan dan pengasuhan secara langsung
dari orang tuanya, karena kesibukan orang tuanya yang bekerja di luar
kota.
Dari data yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa
3 dari 5 keluarga yang kedua orang tuanya berkarir, anaknya dititipkan
90
dalam pengasuhan nenek. Sedangkan 2 diantaranya penitipan dan
pengasuhannya diberikan kepada tetangganya.
Lebih jelas lagi dalam Undang-undang nomor 4 tahun 1979
pasal 1 tentang kesejahteraan anak, anak berhak atas kesejahteraan,
perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang yang baik
dalam keluarganya, tetapi pada kenyataannya yang terjadi pada keluarga
Ibu NK, Ibu DF, Ibu TR, Ibu UM dan Ibu DM dalam pengasuhan,
perawatan, dan bimbingan anaknya tidak dapat diberikan secara
langsung terhadap anak. Hal ini disebabkan kesibukan bekerja kedua
orang tuanya. Karena waktu yang disempatkan untuk anak-anak mereka
kurang maksimal. Dan untuk perawatan, pengasuhan dan bimbingan
yang diberikan oleh pengasuh dari anak-anak tersebut juga tidak dapat
diberikan secara maksimal karena pengasuh hanya bertugas untuk
mengawasinya saja.
Dengan kesibukan yang orang tua lakukan yaitu menjadikan
anak kurang perhatian dan kasih sayang. Orang tua kurang meluangkan
waktu untuk anak. Hal ini menyebabkan tingkah laku anak menjadi
pribadi yang kurang baik. Menjadikan anak bebas melakukan hal-hal
yang mereka inginkan karena tidak adanya kontrol dan pengawasan
yang diberikan oleh orang tua.
Di dalam Undang-undang yang telah dijelaskan yaitu mengenai
kewajiban untuk mendidik anak dan mengasuh anak memang harus
dilakukan oleh kedua orang tua. Namun, dengan keadaan ekonomi yang
91
ditanggung oleh keluarga orang tua karir di Desa Banyuurip
mengharuskan untuk bekerja untuk meringkankan beban yang
ditanggung. Tetapi seharusnya meskipun disibukkan dengan
pekerjaannya orang tua menjalankan kewajibannya untuk mengasuh
anak itu juga dilakukan dengan cara memberikan waktu luang untuk
sang anak dan menjaga komunikasi yang lebih terhadap anak dan
keluarganya. Supaya anak tetap dalam pengawasan orang tua dan
menjadikan anak tumbuh dengan sesuai yang dikendaki oleh kedua
orang tuanya.
92
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data penelitian yang telah didapat dan dianalisa oleh
peneliti dari bab I sampai dengan bab IV maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pola dan Landasan Pengasuhan Anak Orang Tua Karir
Pola yang di terapkan oleh orang tua karir untuk anak-anak akan
menentukan tumbuh kembang si anak kelak. Menentukan sifat pribadi
anak di masa yang akan datang. Sebagai orang tua berkewajiban untuk
mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya.
Pada kasus yang terjadi di Desa Banyuurip yaitu keluarga yang
kedua orang tuanya berkarir atau bekerja. Orang tua mengalihkan
pengasuhan anaknya kepada orang lain. Ketika kedua orang tuanya itu
bekerja. Kemudian orang tua hanya memberikan kebutuhan anaknya
saja tanpa memperdulikan kebutuhan pendidikan akhlak anak.
Sedangkan, pengasuh juga hanya sekedar menjaga dan merawat serta
pengawasan yang tidak begitu intens dan maksimal. Pengasuh hanya
memberikan kebutuhan makan dan minum anak. Sebagai gantinya jaga
untuk pengasuhan sang anak, pengasuh diberikan upah. Dengan alasan
kesibukan dari orang tua.
93
Pola pengasuhan anak orang tua karir yang terjadi di Desa
Banyuurip adalah dengan mengalihkan kepada orang lain yaitu:
a. Dititipkan kepada tetangga
b. Dititipkan kepada nenek atau orang tua dari bapak dan ibu anak
Landasan yang digunakan adalah karena untuk memenuhi
kebutuhan pribadi dan untuk memenuhi kebutuhan sosial keluarganya.
Sedangkan untuk tanggung jawab orang tua untuk pendidikan dan
pengasuhannya tidak dapat dilaksanakan dan tidak diberikan kepada
anak-anaknya.
Dengan sebagai ayah serta ibu sama-sama bekerja, mereka
disibukkan dengan pekerjaannya, memilki dampak yaitu anak kurang
figure dari kedua orang tuanya. Serta kurangnya kasih sayang terhadap
anak dan juga kurangnya pendidikan mengenai akhlak yang seharusnya
diberikan orang tua. Hal ini menyebabkan anak tumbuh menjadi sosok
yang kurang baik, dan menjadikan anak bebas tanpa batas, karena tidak
adanya pengawasan yang lebih dari orang tuanya.
2. Faktor penyebab pengalihan pengasuhan anak
Faktor penyebab pengalihan pengasuhan anak pada keluarga orang
tua karir di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali
adalah sebagai berikut:
a. Faktor Ekonomi
94
Kebutuhan ekonomi yang tinggi terhadap pelaku pengalihan anak
di Desa Banyuurip tersebut dapat memicu untuk melakukan
pekerjaan yang ekstra demi memenuhi kebutuhan kelaurganya
b. Faktor Usia
Dengan memilki usia yang masih muda mereka dapat kesempatan
untuk melakukan pekerjaan yang dapat membantu kebutuhan hidup
keluarganya. Dan rasa ingin bergaul bersama teman-teman
sebayanya juga merupakan factor pendukungnya.
c. Faktor Pendidikan
Pendidikan tinggi yang dimilki oleh orang tuanya menjadi factor
penyebab adanya pengalihan pengasuhan anak kepada orang lain.
Orang tua yang memiliki pendidikan tinggi malu jika tidak bekerja
dan juga merasa dengan pengalaman kerja dalam pendidikan akan
dijadikan pedoman untuk anaknya.
d. Faktor Kebosanan
Rasa bosan yang dirasakan oleh para orang tua untuk berada di
rumah mengurus anak dan mengurus rumah menjadikan mereka
untuk mencari pengalaman baru di luar.
3. Pandangan Hukum Mengenai Pengasuhan Anak
Setiap orang tua berkewajiban untuk mendidik dan mengasuh anak
agar menjadi manusia yang shalih, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Orang tua bertanggung jawab di hadapan Allah terhadap pendidikan
anak-anaknya. Dalam pandangan hukum Islam pemeliharaan anak di
95
sebut dengan hadhanah yang artinya pendidikan dan pemeliharaan anak
sejak dari lahir sampai anak sanggup berdiri sendiri. Pemeliharaan anak
juga mengandung arti sebuah tanggung jawab orang tua untuk
mengawasi, memberikan pelayanan yang semestinya serta mencukupi
kebutuhann hidup anak.
Kedua orang tua yang sama-sama bekerja dan tidak mengasuh anak
dengan baik maka orang tua akan bertanggung jawab atas perbuatannya
tersebut. Dalam pandangan hukum Islam untuk pengalihan pengasuhan
anak jika itu menimbulkan keburukan bagi anak, dan yang dilakukan
oleh kedua orang tuanya tersebut lebih banyak menimbulkan
kemadharatan maka harus dihindari. Dan jika ingin dilakukan bersama-
sama maka sesibuk apapun orang tua harus tetap mengasuh dan
memberikan pendidikan kepada anak.
Kemudian dalam hukum per Undang-undangan yang berlaku di
Indonesia kewajiban orang tua terhadap anak terdapat dalam UU
perlindungan anak No 23 tahun 2002 yaitu orang tua berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara dan melindungi anak.
Serta mendidik anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya
anak. Namun pada kenyataannya yang terjadi di Desa Banyuurip orang
tua tidak mematuhi peraturan per Undang-undangan yang berlaku di
Indonesia tersebut karena kesibukan yang mereka lakukan.
96
B. SARAN
Dari penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang perlu
sekiranya untuk dipertimbangkan, diantaranya adalah:
1. Bagi orang tua yang bekerja, meskipun disibukkan dengan pekerjaannya
agar selalu memperhatikan setiap perkembangan anak-anaknya.agar anak
tidak lepas kontrol, atau anaknya dititipkan kepada tempat penitipan anak
yang sudah memiliki kualitas bagus yang disitu diberikan pendidikan
sesuai dengan usianya.
2. Diharapkan bagi para orang tua karir untuk bisa menjaga keharmonisan
keluarga dengan saling komunikasi secara inten antar anggota keluarga
terutama kepada anak.
3. Untuk para pengasuh anak diharapkan untuk memberikan pendidikan
akhlak kepada anak. Bukan hanya sekedar mengasuh saja.
97
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an dan Terjemah
Kompilasi Hukum Islam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak
Al Ashee, Ibnu Husein. 2004. Pribadi Islam Ideal. Semarang: Pustaka Nuun
Al Shabbaqh. Mahmud. 1994. Tuntutan Keluarga Bahagia Menurut Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Ash Shiddieqy. Hasbi. 1952. Al Islam Jilid II. Jakarta: Bulan Bintang
Aziz. Syarifudin. 2015. Pendidikan Keluarga (Konsep dan Strategi). Yogyakarta: Gavo Media
Dedikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Kencana
Departemen Agama Republik Indonesia. 1985. Ilmu Fiqh Jilid 2
Fadal. Moh Kurdi. 2008. Kaidah-Kaidah Fiqih. Jakarta: CV Arta Rivera
Fuaduddin. 1999. Pengasuhan anak Dalam Keluarga Islam. Jakarta: Lembaga Kajian Agama Gender
Ghazaly. Abd Rahman. 2006. Fqih Munakahat. Jakarta: Kencana
Hermawan. Asep. 2004. Kiat Praktis Menulis Skripsi Tesis dan Disertai Untuk konsentrasi Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia
Hikmat. M Mahi. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu
Juwairiyah. 2010. Dasar-Dasar Pendidikan. Anak Dalam Al Qur’an. Yogyakarta:
Teras
Letter, M Bdg. 1985. Tuntutan Keluarga Muslim dan Keluarga Berencarna.
Padang: Anggota Raya
Mahalli, A Mudjab. 2007. Menikahlah Engkau Menjadi Kaya. Yogyakarta: Mitra Pustaka
Moleong, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PP Remaja Rosdakarya Offset
Nuruddin, Amiur & Azhari Akmal Tariqan. 2014. Hukum Perdata Islam di Indonesia ( Studi krisis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqh, UU N0.1 Tahun 1974 sampai KHI). Jakarta Kencana Prenada Media Group
Rif’ani, Nur Kholish. 2013. Cara Bijak Rasulullah Dalam Mendidik Anak. Yogyakarta: Real Books
Ruslan. Rosady. 2010. Metode penelitian (Public Reation dan Komunikasi). Jakarta: Rajawali Press
Shohih Bukhari
Sholechah. 2006. Hukum Anak Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Summa, Muhammad Amin. 2005. Hukum keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Suharsimi. Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Syarifuddin. Amir. 2006. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqh Munakakahat & UU perkawinan. Jakarta: Kencana
Ulfatmi. 2011. Keluarga Sakinah dalam Perspektif Hukum Islam( Studi Terhadap Pasangan yang Berhasil Mempertahankan Keutuhan Perkawinan di Kota Padang). Jakarta: Kementrian Agama RI
Witanto, 2012. Hukum Keluarga Hak dan Kewajiban (pasca keluarnya putusan MK tentang uji materiil UU perkawinan). Jakarta: Prestasi pustakarya
Akmal, Janan Absor. 2008. Pola Asuh Orang Tua Karir dalam Mendidik Anak (Studi Kasus Keluarga Sunaryadi Komplek TNI AU B lio K No.12 LANUD Adisutjipto Yogyakarta)
Ester. Alfiana. 2013. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak dalam Keluarga Pada Bidang Pendidikan (Studi Kasus di Dusun Pandanan Desa Pandanan Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten). Klaten Fakultas Ilmu Sosial UNY
Sholechah. 2006. Istri Karier dalam Perspektif Hukum islam (Studi Terhadap Istri pencari Nafkah Di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang). Jurusan Ahwal Al Syakhshiyyah STAIN Salatiga
Yeni Fuziah. 2008. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Nilai Keadilan Gender Terhadap Kewajiban Mendidik Anak. STAIN Salatiga
Data Monografi Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : Siti Rodliyah
Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 14 Juli 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Asal : Jlegong Rt 11/ Rw 03, Banyuurip, Klego, Boyolali
No Hp : 085741514014
Nama Orang Tua
a. Ayah : Sukarmin
b. Ibu : Sumiatun
Riwayat Pendidikan
a. RA Perwanida Wates
b. MI Nahi Munkar Jlegong
c. SMP N 1 Klego
d. MA Al Azhar Andong
e. IAIN Salatiga
DAFTAR SKK
Nama : Siti Rodliyah Fakultas : Syari’ah
NIM : 211-12-016 Jurusan : Ahwal Al Syakhshiyyah
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
1. OPAK STAIN Salatiga oleh DEMA STAIN Salatiga
26-27 Agustus 2013 Peserta 3
2. OPAK SYARIAH 2013 oleh HMJ Syariah
29 Agustus 2013 Peserta 3
3. Seminar Entrepreneurship dan Perkoperasian 2012 oleh MAPALA MITAPASA dan KSEI
11 september 2012 Peserta 2
4. Achivement Motivation Traning oleh JQH dan LDK
12 september 2012 Peserta 2
5. Kegiatan Sosialisasi Pancasila, UUD tahun 1945 oleh Pimpinan MPR RI
Tahun 2012 Peserta 6
6. Library User Education oleh UPT Perpustakaan STAIN Salatiga
16 September 2013 Peserta 2
7. Semalam Sehati oleh HMJ Syariah STAIN Salatiga
14 Oktober 2012 Peserta 2
8. Orientasi Dasar Keislaman (ODK) oleh ITTAQO dan CEC
10 September 2012 Peserta 3
9. Seminar Nasional “Peran Lembaga Perbankan Syari’ah dengan adanya Otoritas Jasa Keuangan (UU No. 21 tahun 2011 tentang OJK) oleh HMJ Syari’ah
29 November 2012 Peserta 6
10. Tabligh Akbar oleh JQH STAIN Salatiga 1 Desember 2012 Peserta 2
11. Peringatan Maulud Nabi SAW tahun 1434 H
27 Januari 2013 Peserta 2
12. Seminar Pencegahan Bahaya NAPZA, HIV/AIDS, mewaspadai Pergaulan Bebas Untuk Membentuk Remaja yang Tangguh
29 April 2013 Peserta 2
13. Seminar Nasional dan Dialog Publik “Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi
27 Juni 2013 Peserta 6
14. Seminar Nasional “mengawal pengendalian BBM bersubsidi, kebijakan BLSM yang tepat sasaran serta pengendalian inflasi dalam negeri sebagai dampak kenaikan harga BBM bersubsidi”
08 Juli 2013 Peserta 6
15. Kegiatan pekan olahraga mahasiswa STAIN (PORS “V”) oleh SSC STAIN Salatiga
04-05 Mei 2013 Peserta 2
16. Sosialisasi dan Silahturahim Nasional oleh HMJ Tarbiyah dan Syari’ah STAIN Salatiga
13 September 2013 Peserta 6
17. Kegiatan PORS VI oleh SSC STAIN Salatiga
24-25 Maret 2014 Peserta 2
18. Dialog Interaktif & Edukatif “Diaspora Politik Indonesia di tahun 2014 memilih untuk Salatiga hati beriman oleh Sema STAIN Salatiga
1 April 2014 Peserta 2
19. PUBLIC HEARING “STAIN menuju IAIN dari mahasiswa oleh mahasiswa untuk mahasiswa” Oleh SEMA STAIN Salatiga
10 Juni 2014 Peserta 2
20. Kajian Intensif Mahasiswa LDK Darul Amal STAIN Salatiga
27 Juni 2014 Peserta 2
21. Internasional Seminar “ASEAN Economic Community 2015: Prospects and Challenges for Islamic Higher” oleh STAIN Salatiga
28 Februari 2015 Peserta 8
22. Seminar Lalu Lintas dalam rangka operasi simpatik candi 2015 oleh polres Salatiga
20 April 2015 Peserta 2
23. WORKSHOP “pelatihan naib dalam rangka mengawali bahtera mahligrai rumah tangga” oleh HMJ AS
Mei 2015 Peserta 3
24. Seminar Nasional “Kesehatan Islami” 10 Agustus 2015 6
25. Seminar Nasional “Pemuda, peradapan islam dan kemandirian.
2 September 2015 Peserta 6
26. Seminar nasional HMJ komunikasi dan penyiaran islam “peran media massa terhadap kelestarian lingkungan hidup” oleh Fakultas Dakwah
19 November 2015 Peserta 6
27. Workshop Pelatihan Advokasi “Advokasi oleh DEMA Fakultas Syariah
03 November 2015 Peserta 3
28. Seminar / Tabligh Remaja “menanam iman membangun negeri”
27 Desember 2015 Peserta 2
29. Seminar Nasional “Geliat Masyarakat Urban” oleh LPM Dinamika IAIN Salatiga
25 Maret 2016 Peserta 6
30. Workshop Forex Trading For Living oleh 23 April 2016 Peserta 2
31. Seminar nasional “Khilafah; Tinjauan Akidah dan Syariah” oleh fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora
25 Mei 2016 Peserta 6
32. Seminar nasional problematika hakim dan peradilan “rekontruksi ideal system peradilan di Indonesia” oleh HMJ AS
22 September 2016 Peserta 8
33. TALKSHOW “satu jam lebih dekat bersama kandidat walikota dan wakil walikota salatiga” oleh HMI salatiga
5 November 2016 Peserta 2
Jumlah Total Nilai SKK: 123
Mengetahui,
Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Fakultas Syari’ah
Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si
NIP. 197909302003121001