Post on 06-Feb-2018
PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN BAGI NARAPIDANA DI RUMAHTAHANAN NEGARA KLAS IIBENREKANG
ENJOYMENT OF EDUCATION FOR STATE PRISON INMATES IN CLASS
IIB ENREKANG
Muhammad Sain, Budimawan ,Abdul Razak
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Alamat Korensponden:
Muhammad Sain
Jl. Andi pangeran paettarani kel. Coppo, barru
081355020347
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bentuk-bentuk pendidikan Narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang; 2) kendala-kendala pelaksanaan pendidikan Narapidana, dan 3) Mengidentifikasi strategi peningkatan efektifitas pendidikan dan relevansi pendidikan narapidana.Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survey lapangan. Penetuan sampel dilakukan secara sengaja atau purposive sampling, yiatu suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus yang sesuai dengan tujuan dan keinginan peneliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pendidikan dan pembinaan narapidana di Rutan Klas IIB Enrekang dilaksanakan dengan mengacu pada Undang-Undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, yang terdiri dari dua jenis, yaitu pendidikan kepribadian dan pendidikan kemandirian. Pendidikan kepribadian berupa:pendidikan kesadaran beragama, pendidikan kesadaran berbangsa, pendidikan kesadaran hokum, pendidikan mengintegrasikan diri dan pendidikan kecerdasan Paket A, B, dan C. Sedangkan pendidikan kemandirian berupa: pendidikan pertukangan kayu, pertanian, peternakan dan perikanan, 2) Kendala-kendala pelaksanaan pendidikan Narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang berupa:kendala yuridis, keterbatasan dana, waktu dan bentuk pembinaan, sumberdaya manusia Rutan, sarana dan prasarana rutan, kesejahteraan petugas, kualitas program, masyarakat dan keluarga korban serta faktor motivasi narapidana, dan 3) strategi peningkatan efektifitas pendidikan dan relevansi pendidikan narapidana adalah dengan mengoptimalkan peran petugas rutan, meningkatkan motivasi warga belajar dan meningkatkan kerjasama dengan pihak luar lingkungan rutan. Kata Kunci: Pendidikan tahanan,Rumah tahanan, kejahatan, ABSTRACT
This studyaims to determine(1)the formsof educationStatePrisonInmatesinClassIIBEnrekang, 2) implementation constraintsinmateeducation, and3)Identifystrategiesto increase the effectivenessandrelevance ofeducationprisonereducation. The research wasconductedatthe StatePrisonEnrekangClassIIB. The method usedinthesurveyresearchfield.Determinationof samplesintentionalorpurposivesampling, a techniqueof determiningthe sampleyiatuwithspecialconsiderationin accordance with thegoals anddesiresof researchers.Data analysisin this study usinga qualitative-descriptive methods.The results showedthat 1)Education andtraininginmates at thedetention centerEnrekangClassIIBimplementedby referring toAct12of 1995 OnPenitentiary,which consistsoftwotypes, namelyeducationandeducationalindependence ofpersonality. Personalityin the form ofeducation: educationof religiousconsciousness, national consciousnesseducation, education, legalawareness, educationandeducationintegrateintelligencePackageA,B, andC.While theindependenceofeducation: educationas carpentry,agriculture, animal husbandryandfisheries, 2) constraintsonthe implementation ofeducationalPrisonInmatesStateEnrekangaClassIIB: legalconstraints, limited funds, time andform ofdevelopment, Rutanhuman resources, facilities and infrastructure prisons, welfareofficers, the quality ofthe program, communitiesandfamiliesof victimsandinmatesmotivationalfactors, and3)strategiesto increase the effectivenessand relevance ofeducationis tooptimize therole ofconvictprisonsofficers, increasing the motivation ofcitizensto learnandimprovecooperation with theoutside of thecrease. Keywords: Prisoner education, Prison, ciminal
PENDAHULUAN
Satu tujuan sistem peradilan pidana adalah mengusahakan agar mereka yang pernah
melakukan tindak pidana tidak mengulangi lagi kejahatannya (Atmasasmita, 1996).Tujuan
yang diharapkan oleh sistem peradilan pidana tersebut adalah berkaitan dengan pemidanaan.
Pemidanaan dalam sistem peradilan pidana merupakan proses paling kompleks karena
melibatkan banyak orang dan institusi yang berbeda (Sholehuddin, 2003).
Penyelenggaraan peradilan pidana akan terlihat dengan bekerjanya komponen
penegakan hukum yaitu, Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, dan Lembaga Pemasyarakatan.
Penyelenggaraan peradilan tersebut, adalah merupakan suatu sistem, yaitu suatu keseluruhan
terangkai yang terdiri dari unsur-unsur yang saling berhubungan secara fungsional (Anwar
dan Adang, 2009).Sebagai suatu sistem, komponen-komponen sistem peradilan atau sub
sistem peradilan pidana bekerja untuk mencapai tujuan peradilan pidana berdasarkan
wewenangnya masing-masing.Lembaga pemasyarakatan melalui sistem pemasyarakatan
memberikan perlakuan yang lebih manusiawi kepada narapidana dengan pola pembinaan.Hal
ini tentu saja berbeda dengan sistem sebelumnya yaitu system kepenjaraan.Perlakuan terhadap
narapidana pada sistem kepenjaraan dengan penjara sebagai tempat melaksanakannya lebih
menekankan kepada unsur balas dendam serta cenderung menggunakan perlakuan yang keras
dan kasar.Beralihnya sistem kepenjaraan kepada sistem pemasyarakatan membawa perubahan
dalam bentuk perlakuan terhadap narapidana.Demikian juga halnya dengan istilah penjara
kemudian beralih menjadi Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut
Lapas.Perubahan istilah tersebut tidak hanya sekedar menghilangkan kesan menakutkan dan
adanya penyiksaan dalam sistem penjara, tetapi lebih kepada bagaimana memberikan
perlakuan yang manusiawi terhadap narapidana tersebut (Samosir, 1992).
Suryosburoto (2010) memberikan batasan pengertian pendidikan sebagai suatu
kegiatan yang sadar akan tujuan dimana tujuan pendidikan dalam rangka membawa anak
kearah tingkat kedewasaan. Sedangkan menurut Henderson dalam Sadulloh (2010),
pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interakasi
individu dengan lingkungan social dan lingkungan fisik, berlansung sepanjang hayat sejak
manusia lahir. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional,
antara lain Pemerintah telah mencanangkan sistem wajib belajar 9 tahun dan programlainnya
seperti ; Keaksaraan Fungsional (KF), Kejar Paket A, B dan C. Melalui kegiatanpemerataan
pendidikan kepada warga negaranya termasuk narapidana untuk dapat
mengikutipembelajaraan yang telah diprogramkan dimaksudkan untuk dilakukan
penyeimbangan polapendidikan Formal Nonformal dan Informal.
Pada umumnya efektivitas sering dihubungkan dengan efisiensi dalam pencapaian
tujuan organisasi.Padahal suatu tujuan atau saran yang telah tercapai sesuai dengan rencana
dapat dikatakan efektif, tetapi belum tentu efisien.Walaupun terjadi suatu peningkatan
efektivitas dalam suatu organisasi maka belum tentu itu efisien.Jelasnya, jika sasaran atau
tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya dapat dikatakan
efektif.Jadi bila suatu pekerjaan itu tidak selesai sesuai waktu yang telah ditentukan, maka
dapat dikatakan tidak efektif.Efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau
keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterkaitan antara
nilai-nilai yang bervariasi.Sedarmayanti (2001) menyatakan bahwa efektivitas merupakan
suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pengertian
efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan
kurang menjadi perhatian utama.Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka
walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat.
Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah
organisasi.Untuk memperoleh teori efektivitas peneliti dapat menggunakan konsep-konsep
dalam teori manajemen dan organisasi khususnya yang berkaitan dengan teori
efektivitas.Efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi.Karena keduanya memiliki arti
yang berbeda, walaupun dalam berbagai penggunaan kata efisiensi lekat dengan kata
efektivitas.Efisiensi mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan
efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian tujuan.Atmosoeprapto (2002)
menyatakan efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah
melakukan hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan
efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah sebagai berikut : (1) Bagaimana relevansi pendidikan Narapidana
pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang, (2) Apa kendala-kendala pelaksanaan
pendidikan Narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang (3) Bagaimana
strategi peningkatan efektifitas pendidikan dan relevansi pendidikan narapidana pada Rumah
Tahanan Negara Klas IIB Enrekang. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui relevansi pendidikan narapidana dan mengidentifikasi kendala-kendala
pelaksanaan pendidikan narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang.Selain
itu untuk mengidentifikasi strategi peningkatan efektifitas pendidikan dan relevansi
pendidikan narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan jenis deskriptif, yaitu
jenis penelitian yang bertujuan menemukan data yang berkaitan dengan “pemenuhan hak
pendidikan bagi narapidana di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang”. Penelitian ini
dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu bulan Nopember sampai Desember 2011.Lokasi
penelitian ini difokuskan pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang. Lokasi ini dipilih
dengan pertimbangan bahwa Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang merupakan institusi
tempat peneliti dan dekat dengan tempat tinggal peneliti.
Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survey lapangan. Penetuan
sampel dilakukan secara sengaja atau purposive sampling, yiatu suatu teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan khusus yang sesuai dengan tujuan dan keinginan
peneliti.Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif.
HASIL
Tahapan dan Jenis Pendidikan Bagi Narapidana Rutan Klas IIB Enrekang
Tahap pendidikan dan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan di Rutan Klas IIB
Enrekan sebagai berikut: 1). Pembinaan Tahap Awal (Pasal 9 (1) PP 31/99) ;Pembinaan pada
tahap ini terdapat narapidana yang memenuhi syarat diberikan cuti menjelang bebas atau
pembebasan bersyarat dan pembinaannya dilakukan di luar lapas oleh balai pemasyarakatan
(bapas) yang kemudian disebut pembimbingan klien pemasyarakatan, 2). Pembinaan Tahap
Lanjutan (Pasal 9 (2) a PP 31/99) ;Tahap Pertama, waktunya dimulai sejak berakhirnya tahap
awal sampai dengan 1/2 dari masa pidananya. Pada tahap ini pembinaan masih dilaksanakan
di dalam lapas dan pengawasannya sudah memasuki tahap medium security, 3) Pembebasan
tahap akhir (Pasal 9 (3) PP 31/99); Tahap kedua dimulai sejak berakhirnya masa lanjutan
pertama sampai dengan 2/3 masa pidananya.Pada tahap ini pengawasan kepada narapidana
memasuki tahap minimum security.Dalam tahap lanjutan ini, narapidana sudah memasuki
tahap asimilasi.Selanjutnya, narapidana dapat diberikan cuti menjelang bebas atau
pembebasan bersyarat dengan pengawasan minimum security.
Berdasarkan hasil wawacara dengan petugas Rutan Klas IIB Enrekang, maka tahapan
pendidikan dan pembinaan adalah sebagai berikut: 1).Tahap Pertama Menurut Nur Ansyar, SH.,
selaku Subseksi pelayanan tahanan, bahwa pendidikan dan pembinaan tahap I merupakan
pembinaan tahap awal yang didahului dengan masa pengenalan lingkungan, sejak diterima
sampai sekurang-kurangnya 1/3 dari masa pidana yang sebenarnya. Pengamatan dan penelitian
terhadap narapidana dilakukanoleh Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP)”. 2).Tahap Kedua adalah
pembinaan lanjutan diatas 1/3 sampai sekurang-kurangnya ½ dari masa pidana yang sebenarnya,
dan dalam kurun waktu tersebut narapidana menunjukkan sikap dan perilakunya atas hasil
pengamatan TPP. 3). Tahap Ketiga adalah pembinaan lanjutan ½ sampai sekurang-kurangnya 2/3 dari
masa pidana sebenarnya dan sudah diperoleh kemajunan fisik, mental dan keterampilan maka
wadah pembinaan diperluas dengan mengadakan asimilasi dengan masyarakat. Tahap ketiga
merupakan tahap asimilasi, yaitu tahap pembinaan yang dilaksanakan dengan cara membaurkan
narapidana dengan masyarakat. Asimilasi yang dilaksanakan di Rutan Klas IIB Enrekang ada
dua macam yaitu Asimilasi Internal (dalam lingkungan Rutan), kegiatannya dapat berupa
membersihkan ruangan, mencabut rumput dikebun dalam Rutan dan menyapu, sedangkan
Asimilasi Eksternal seperti: kerja pada pihak luar, cuti mengunjungi keluarga, kerja mandiri dan
lain-lain. Tahap Keempat Menurut Nur Ansyar, tahap pembinaan lanjutan diatas 2/3 dari masa
pidananya dan yang bersangkutan dinilai sudah siap untuk diterjunkan kembali ke
masyarakat, untuk narapidana dapat diusulkan untuk mendapatkan pembebasan bersyarat
(PB) dan cuti menjelang bebas (CMB )”. 4) Tahap keempat merupakan tahap terakhir dimana
narapidana sudah hampir selesai menjalani masa pemidanaannya, dan berhak untuk diusulkan
mendapat pembebasan bersyarat setelah memenuhi syarat-syarat tertentu sebelum akhirnya di
putuskan untuk benar-benar bebas. Tahap pembinaan yang meliputi empat tahap pembinaan
didasarkan pada dua unsur yaitu masa pidana dan tingkah laku narapidana, dimana kedua
unsur tersebut saling berkaitan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Pendidikan dan Pembinaan Kepribadian
Merupakan Program Pembinaan dalam rangka pembentukan jati diri/ kepribadian
narapidana dengan tujuan meningkatkan kualitas Ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kematangan sikap dan perilaku, intelektualitas yang baik, profesional dalam karyanya serta
kemapanan dalam kesehatan jasmani dan rohani.Pendidikan dan Pembinaan Kepribadian
meliputi pendidikan dan pembinaan kesadaran beragama, Pendidikan dan pembinaan
kesadaran berbangsa dan bernegara, pendidikan dan pembinaan kesadaran hukum, dan
pendidikan dan pembinaan kemampuan kecerdasan
Usaha ini diperlukan agar pengetahuan serta kemampuan berfikir warga binaan
pemasyarakatan semakin meningkat sehingga dapat menuniang kegiatan-kegiatan positif yang
diperlukan selama masa pembinaan.Pembinaan kecerdasan dapat dilakukan baik melalui
pendidikan formal maupun melalui pendidikan non-formal.Untuk mengejar ketinggalan di
bidang pendidikan baik formal maupun non formal, maka pihak Rutan saat ini sedang
menggalakkan cara belajar melalui Program Kejar Paket A, B, dan C. Pendidikan umum ini
berupa program pemberantasan buta huruf melalui Program Kejar Paket A, B, dan C yang
diikuti oleh Narapidana yang buta huruf sama sekali dan yang tidak tamat Sekolah Dasar, dan
yang belum tamat SMP, serta belum tamat SMA. Program ini dilaksanakan tiga kali dalam
seminggu yaitu pada hari Kamis. Sedangkan pendidikan keterampilan diadakan lima kali
dalam satu minggu. Kendala dalam pendidikan Kejar Paket, adalah apabila para narapidana
yang ikut program tersebut belum bisa membaca dan menulis tapi sudah bebas, sedangkan
untuk narapidana yang baru berarti program harus mulai dari awal lagi.
Berdasarkan hasil wawancara (table 2) dengan Nur Ansyar, SH., selaku Subseksi
pelayanan tahanan, bahwa dalam pelaksannan program Kejar peket A, B, dan C ini hanya
merupakan inisiatif dari Pengelola Rutan, karena belum ada kerjasama dengan Dinas
Pendidikan Kota Enrekang. Begitu uuga dengan acuan dalam memberikan pelajaran hanya
berdasarkan situasi dan kemampuan mengajar dari petugas rutan.Hal ini sesuai dengan
informasi yang diperoleh dari salah seorang peserta Kejar Paket “TAS” bahwa materi yang
diajarkan tidak berutan tergantung yang memberikan pelajaran, sehingga pelajaran yang
diterima hanya ditujukan untuk meningkatkan kemapuan menulis, membaca dan menghitung
saja bagi anak didiknya.
Pembinaan Kemandirian
Kegiatan pembinaan kemandirian untuk narapidana antara lain seperti: pertukangan,
perbengkelan, cuci mobil/motor, peternakan dan pemeliharaan ikan. Kegiatan ini sepenuhnya
dilaksanakan dan dibimbing oleh Petugas dari internal Rutan Klas IIB Enrekang. Untuk
selanjutnya narapidana akandiarahkan sesuai bakat dan keterampilannya masing-masing
dalam mengikuti program keterampilan.
Pendidikan dan pelatihan pertukangan kayu
Menurut Kepala Subseksi pengelolaan Rutan, Hasbih, S.H., bahwa kegiatan
pendidikan dan pelatihan perbengkelan ini dimulai sejak tahun 2000 dan sudah berjalan
dengan baik meski masih banyak kendalanya terutama dalam hal permodalan,
instruktur/pembina dan pemasaran. Berkaitan dengan program pendidikan dan pembinaan,
pendapat narapidana dalam menerima program kegiatan tersebut dapat diketahui wawancara
berikut ini dengan responden “NI” umur 21 tahun yang mengatakan bahwa: dulu sebelum
saya disini saya tidak punya keterampilan apa-apa, disini banyak sekali kegiatan dan keterampilan
yang sangat bermanfaat, sehingga sekarang saya sudah bisa punya keterampilan pertukangan kayu.
Kegiatan disini sangat bermanfaat sekali buat saya.
Pendidikan dan pelatihan Bengkel
Kegiatan pendidikan dan pelatihan perbengkelan mulai dirintis oleh Rutan Klas IIB
Enrekang pada tahun 2007, dengan perkembangan yang sudah bagus meski belum ada
dukungan dari luar Rutan.Program ini difokuskan pada usaha perbengkelan sepeda
motor.Kegiatan ini dalam perkembangannya dikembangkan secara bersamaan dengan cuci
motor/mobil pada tahun 2007.Jumlah narapidana yang mengikuti pendidikan dan pelatihan
perbengkelan sebanyak tiga orang. Berdasarkan wawancara dilakukan pada responden “Sy” umur 19
tahun bahwa kegiatan perbengkelan memang bermanfaat dulu saya tidak tahun memperbaiki
motor yang rusaknya sedikit, tetapi saat ini saya sudah mampu memperbaikinya.
Pendidikan dan pelatihan pertanian
Menurut Nur Ansyar, SH., selaku Subseksi pelayanan tahanan, bahwa kegiatan
pendidikan dan pelatihan pertanian bertujuan untuk menyiapkan narapidana menjadi warga
negara yang terampil di bidang pertanian. Hal ini juga dimaksudkan agar narapidana
memiliki bekal keterampilan dimasa yang akan datang bila kelak mereka bebas dari rutan dan
menempuh hidup di masyarakat. Program ini baru dimulai pada akhir tahun 2011 dengan
memanfaatkan lahan kosong di areal Rutan.Jumlah narapidana yang mengikuti pendidikan
dan pelatihan pertanian sebanyak empat orang dan hasilnya berupa sayuran-sayuran, tomat,
jagung diperuntukkan bagi keperluan internal Rutan Klas IIB Enrekang.Berdasarkan
wawancara dilakukan pada responden “Say” umur 19 tahun bahwa kegiatan pertanian sangat
bermanfaat bagi saya saat ini dan bisa menjadi bekal jika saya bebas nanti.Hasil dari tanaman
sayur ini sebagian dimanfaatkan untuk konsumsi internal Rutan, sebagiannya lagi dijual
kepada pedagang dari luar rutan.
Pendidikan dan pelatihan peternakan Sapi dan Biogas
Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan narapidana menjadi warga negara yang
terampil di bidang peternakan dan biogas. Hal ini juga dimaksudkan agar narapidana
memiliki bekal keterampilan dimasa yang akan datang bila kelak mereka bebas dari rutan dan
menempuh hidup di masyarakat. Program ini dimulai pada akhir tahun 2010 dengan
memanfaatkan lahan kosong di areal Rutan.Jumlah narapidana yang mengikuti pendidikan
dan pelatihan peternakan dan biogas sebanyak tiga orang.Berdasarkan wawancara dilakukan pada
responden “Mar” umur 19 tahun bahwa kegiatan peternakan sangat bermanfaat bagi saya saat ini
dan bisa menjadi bekal jika saya bebas nanti.
Pendidikan dan Pelatihan pemeliharaan Ikan
Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan narapidana menjadi warga negara yang
terampil di bidang pemeliharaan ikan di tambak air tawar. Hal ini juga dimaksudkan agar
narapidana memiliki bekal keterampilan dimasa yang akan datang bila kelak mereka bebas
dari rutan. Program ini dimulai pada akhir tahun 2011 dengan memanfaatkan lahan kosong di
areal Rutan.Jumlah narapidana yang mengikuti pendidikan dan pelatihan peternakan dan
biogas sebanyak tiga orang. Berdasarkan wawancara dilakukan pada responden “Say” umur
20 tahun bahwa kegiatan pertambakan ikan ini sangat bermanfaat bagi saya saat ini dan bisa
menjadi bekal jika saya bebas nanti. Hasil dari usaha ini dimanfaatkan untuk konsumsi
narapidana di Rutan Klas IIB Enrekang.
PEMBAHASAN
Kendala-Kendala Pelaksanaan Pendidikan Narapidana di Rutan Klas IIB Enrekang
Setiap bentuk pendidikan dan pembinaan yang dikerjakan hampir pasti memiliki
kendala, baik itu yang berskala besar atau kecil. Kendala yang ada selama dalam upaya
pemenuhan hak pendidikan dan pembinaan narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Enrekang adalah:
Kendala Yuridis
Menurut Kepala Rutan Enrekang Bapak Heri Azhari, bahwa salah satu kendala yang
dihadapi Rutan Klas IIB Enrekang dari aspek yuridis yaitu belum adanya peraturan
pelaksanaan yang mengatur secara khusus mengenai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
bagi narapidana pada Rutan atau Lapas di Indonesia pada umumnya.
Dana
Dana merupakan faktor utama yang menunjang untuk pelaksanaan pendidikan dan
pembinaan narapidana. Kurang atau tidak adanya dana menjadi salah satu faktor penyebab
yang menjadi faktor penghambat bagi pelaksanaan pendidikan dan pembinaan, karena dapat
mengakibatkan tidak berjalan dan tidak terealisasinya semua program pendidikan dan
pembinaan bagi narapidana akibat sangat minimnya dana yang tersedia.
Waktu dan bentuk pembinaan
Waktu pelaksanaan pembinaan untuk narapidana pendek, terutama bagi narapidana
yang masa pidana relatif singkat, sehingga program pembinaan yang diberikan lebih banyak
mengarah pada pembinaan agama dari pada pembinaan keterampilan.
Sumber daya manusia Rutan
Menurut Kepala Rutan, kualitas petugas pemasyarakatan selama ini disebabkan
kurangnya pendidikan dan latihan teknis pemasyarakatan, karena pendidikan dan latihan
selama ini hanya diikuti sebagian kecil petugas pemasyarakatan Rutan Enrekang
sehingga pelaksanaan/ penerapan tugasnya hanya berdasarkan pada pengalaman yang ada
tanpa didasari dengan ilmu dan keterampilan yang cukup.
Sarana dan Prasarana
Terbatasnya sarana pendidikan dan pembianaan bagi narapidana. Meneurut hasil
wawancara dengan Bapak Heri Azhari, terungkap bahwa salah satu kendala yang dihadapi
dalam pemenuhan hak pendidikan anak didik Rutan Klas IIB Enrekang adalah terbatasnya
sarana pendidikan dan pembinaan, baik pendidikan/pembinaan kemandirian maupun untuk
pembinaan kepribadian.
Faktor Narapidana
Narapidana.Keberhasilan dari terlaksananya program pendidikan dan pembinaan
terhadap narapidana tidak hanya tergantung dari faktor petugasnya, melainkan juga dapat
berasal dari faktor narapidana itu sendiri juga memegang peran yang sangat penting. Adapun
hambatan-hambatan yang berasal dari narapidana antara lain : a) Tidak adanya minat, b)
Tidak adanya bakat dan c) Watak diri narapidana
Kesejahteraan petugas
Disadari sepenuhnya bahwa faktor kesejahteraan petugas Rutan di Indonesia
memang dibilang masih memprihatinkan, hal ini disebabkan karena keterbatasan dana dan
kemampuan untuk memberikan tunjangan bagi petugas Rutan. Maka imbalan yang
diperolehnya menjadi belum seimbang dibandingkan dengan tenaga yang mereka
sumbangkan untuk bekerja siang dan malam tanpa mengenal lelah di dalam Rutan.Namun
pada dasarnya faktor kesejahteraan petugas ini jangan sampai menjadi faktor yang
menyebabkan lemahnya pendidikan, pembinaan dan keamanan serta ketertiban di dalam
Rutan.
Kualitas program pendidikan dan pembinaan
Kualitas dan bentuk-bentuk program pendidikan dan pembinaan tidak semata-mata
ditentukan oleh anggaran maupun sarana dan fasilitas yang tersedia.Tetapi diperlukan
program-program pendidikan dan pembinaan yang kreatif dan murah serta mudah untuk
dilakukan, sehingga dapat berdampak sebagai pembelajaran yang optimal bagi narapidana
sebagai bekal keterampilannya untuk kelak setelah keluar dari Rutan.
Masyarakat dan pihak korban
Pada dasarnya masyarakat juga merupakan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
pendidikan dan pembinaan terhadap narapidana, karena masyarakat secara tidak langsung
menjadi penentu berhasil tidaknya proses pendidikan dan pembinaan di Rutan. Dalam hal
pendidikan dan pembinaan berupa program integrasi, masih terdapat kendala-kendala seperti
kebanyakan lingkungan masyarakat dan pihak korban untuk dapat menerima narapidana
secara terbuka tanpa penuh kecurigaan, mengasingkan, dan sebagainya.
Kerjasama yang belum berjalan antara Rutan dengan Diknas
Pendidikan adalah hak setiap warga negara, begitu juga para warga binaan
pemasyarakatan yang sementara waktu berada di balik tembok rutan untuk mempertanggung
jawabkan perbuatan melanggar hukum yang telah dilakukannya. Untuk menyelenggarakan
hak para warga binaan dalam memperoleh pendidikan formal Rutan Klas IIB Enrekang
melakukan program Kejar Paket A, B, dan C dengan harapan peserta Kejar di Rutan
Enrekang dapat mengikuti ujian nasional penyesuaian ijazah dan mendapat ijazah dapat
digunakan untuk melanjutkan pendidikan formal ke jenjang lebih tinggi lagi atau sebagai
modal mencari pekerjaan yang lebih baik lagi.Namun karena belum adanya kerjasama dengan
Dinas Pendidikan Kota Enrekang, maka peserta Kejar paket yang di jalankan tidak bisa
mengikuti ujian nasional untuk mendaptkan ijazah.
Strategi Peningkatan Efektifitas dan Relevansi Pendidikan
Berdasarkan pendekatan-pendekatan dalam efektivitas organisasi yang telah
dikemukakan sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas organisasi adalah sebagai berikut: (1) Adanya tujuan yang jelas, (2) Struktur
organisasi. (3) Adanya dukungan atau partisipasi masyarakat, (4) Adanya sistem nilai yang
dianut.
Menurut Bapak Heri Azhari, BC.IP, S.Sos selaku Kepala Rutan, strategi untuk
meningkatkan efiktifitas pendidikan narapidana dilakukan yaitu: 1). Pendidikan dan pelatihan
teknis pemasyarakatan selama ini dirasa kurang oleh petugas, sehingga petugas Rutan dalam
melakukan pembinaan sesuai kemampuan yang ada. Petugas rutan yang merupakan motor
penggerak terlaksananya pembinaan terhadap narapidana. Walaupun masih banyak
kekurangannya, program dan realisasi pelayanan tahanan dan pembinaan narapidana tetap
dilaksanakan. Petugas Rutan dalam melaksanakan tugasnya mempunyai peranan sebagai
orang tua, guru, teman, kakak dan sebagainya, 2).Narapidana sebagai warga binaan
pemasyarakatan diarahkan untuk mau secara tulus ikhlas berperan aktif dalam kegiatan
pembinaan tersebut.Narapidana pada umumnya bersikap patuh. Apabila ada narapidna yang
bersikap tinggi hati atau ingin dianggap sebagai pemimpin maka narapidana tersebut justru
tidak akan mendapat tempat dalam pergaulan dengan sesama narapidana, dan 3). Peran serta
masyarakat.Untuk mengatasi meningkatkan efektifitas pembinaan, khususnya program
Rumah Tahanan yang berhubungan dengan pembinaan asimilasi, masyarakat di luar lembaga
pemasyarakatan yang terlalu mempunyai pikiran negatif terhadap mantan narapidana, maka
upaya yang dilakukan adalah pada waktu kembali kemasyarakat, maka kepada narapidana
disampaikan agar berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya bagi yang beragama
Islam harus mengikuti sholat berjema’ah dimesjid, mengikuti pengajian-pengajian rutin
seperti tahlil antar tetangga. Selanjutnya adalah berperan aktif pada kegiatan sosial di
daerahnya seperti, selalu berperan aktif dalam kegiatan gotong royong yang ditujukan untuk
membersihkan lingkungan.
KESIMPULAN
Pendidikan dan pembinaan narapidana di Rutan Klas IIB Enrekang dilaksanakan
dengan mengacu pada Undang-Undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, yang
terdiri dari dua jenis, yaitu pendidikan kepribadian dan pendidikan kemandirian. Pendidikan
kepribadian berupa:pendidikan kesadaran beragama, pendidikan kesadaran berbangsa,
pendidikan kesadaran hokum, pendidikan mengintegrasikan diri dan pendidikan kecerdasan
Paket A, B, dan C. Sedangkan pendidikan kemandirian berupa: pendidikan pertukangan
kayu, pertanian, peternakan dan perikanan.Kendala-kendala pelaksanaan pendidikan
Narapidana pada Rumah Tahanan Negara Klas IIB Enrekang berupa:kendala yuridis,
keterbatasan dana, waktu dan bentuk pembinaan, sumberdaya manusia Rutan, sarana dan
prasarana rutan, kesejahteraan petugas, kualitas program, masyarakat dan keluarga korban
serta faktor motivasi narapidana. Strategi peningkatan efektifitas pendidikan dan relevansi
pendidikan narapidanadilakukan dengan caramengoptimalkan peran petugas rutan,
meningkatkan motivasi warga belajar dan meningkatkan kerjasama dengan pihak luar
lingkungan rutan
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Y dan Adang(2009).Sistem Peradilan Pidana (Konsep, Komponen, dan Pelaksanaannya Dalam Penegakan Hukum Di Indonesia), Bandung : Widya Padjdjaran.
Atmosoeprapto, Kisdarto.(2002). Menuju SDM Berdaya – Dengan Kepemimpinan Efektif dan Manajemen Efisien, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Atmasasmita, R. (1996).Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) : Perspektif Eksistensialisme Dan Abolisionisme, Jakarta : Bina Cipta.
Sedarmayanti .(2000). Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja.Mandar Maju. Bandung.
Sholehuddin,M. (2003), Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana: Ide Dasar Double Track System&Implementasinya, Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada
Suryosubroto, B. Drs. (2010). Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Samosir, D. (1992).Fungsi Pidana Penjara Dalam Sistem Pemidanaan Di Indonesia, Bandung : Bina Cipta.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional.
Tabel 1.Daftar Narapidana Klas IIB Enrekang Peserta Pendidikan dan Pelatihan
Keterampilan
No Nama
Narapidana
Bidang Pendidikan dan Keterampilan
Pertukangan
Kayu
Bengkel
Motor
Perikanan Peternakan/
Biogas
Pertanian
1 Ronsen
Tuwonw
2 Nirwan
3 Anwar
Junaedi
4 Syamsul
Bachri
5 Syamsuddin
6 Kamaruddin
7 Mulla
8 Dini
9 Mardan
10 Irwan
11 Tasbih
12 Imi Bin Baco
13 Suwati
14 Sampe
15 Sayidin
Sumber: Rutan Klas IIB Enrekang, 2012
Tabel 2.Daftar Narapidana Klas IIB Enrekang Peserta Program Paket A, B, dan C.
No Nama
Narapidana
Program Kelompok Belajar
Paket A Paket B Paket C
1 Wadan
2 Jumadi
3 Suwati
4 Edi Cakra
5 Imi Bin Baco
6 Sampe
7 Rasul Bin Tara
8 Indra Bakti
9 Juhari
10 Syamsuddin
11 Komaruddin
12 Tasbih
13 Muh. Haris
14 Muh. Putra
15 Sayidin
16 Saiful
17 Nirwan
18 Sulfikar
19 Hermawan
Sumber: Rutan Klas IIB Enrekang, 2012