Post on 31-Jul-2019
PEMBINAAN KINERJA GURU MELALUI KEGIATAN
SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI
SD AN-NISAA’ TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
EDWIAN RAMADHAN
NIM 1112018200052
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
PEMBINAAN KINERJA GURU MELALUI KEGIATAN
SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI
SD AN-NISAA’ TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
EDWIAN RAMADHAN
NIM 1112018200052
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M. / 1440 H.
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul
Pembinaan Kinerja Guru Melalui Kegiatan Supervisi Akademik Kepala
Sekolah di SD An-Nisaa’, disusun oleh Edwian Ramadhan, NIM.
1112018200052, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah diuji
kebenarannya oleh Dosen Pembimbing Skripsi pada tanggal 30 April 2019
Jakarta, 30 April 2019
Pembimbing
Drs. Mu’arif SAM, M.Pd
NIP 19650717 199403 1 005
i
ABSTRAK
Edwian Ramadhan (NIM : 1112018200052). Pembinaan Kinerja Guru Melalui
Kegiatan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di SD An-Nisaa’.
Skripsi, Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Pembinaan kinerja guru adalah upaya membantu dan melayani guru untuk
peningkatan kualitas pengetahuan, keterampilan, sikap, kedisiplinan, serta
pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan guru agar memiliki kemauan dan
kemampuan berkreasi dan usaha untuk selalu meningkatkan kinerjanya dalam rangka
meningkatkan proses belajar mengajar dan dalam mencapai keberhasilan pendidikan.
Salah satu kegiatan untuk menunjang pembinaan kinerja guru di sekolah yaitu
dilakukannya supervisi akademik oleh kepala sekolah. Supervisi akademik kepala
sekolah adalah kegiatan atau proses pembinaan bagi guru sehingga dapat membantu
kegiatan-kegiatan guru baik pada kegiatan pembelajaran maupun kegiatan
administrastif yng dilakukan guru sehingga berjalan efektif. mencapai tujuan
pembelajaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
kegiatan supervisi akademik Kepala Sekolah, serta mengamati pembinaan kinerja
guru di SD An-Nisaa’. Penelitian ini dilaksanakan di SD An-Nisaa’ Tangerang
Selatan dengan menggunakan metode kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan kinerja guru melalui
kegiatan supervisi akademik kepala sekolah di SD An-Nisaa’ berhasil dilakukan
dengan adanya beberapa kegiatan serta pelatihan yang dilaksanakan secara rutin oleh
pihak sekolah. Selain itu, membangun kerjasama serta komunikasi antara guru
dengan kepala sekolah merupakan hal yang menunjang agar kegiatan pembinaan
kinerja guru dapat berjalan dengan efektif.
Kata kunci : Pembinaan Kinerja Guru, Supervisi Akademik Kepala Sekolah
ii
ABSTRACT
Edwian Ramadhan (NIM : 1112018200052). Development of Teacher
Performance Through Principal Of Academic Supervision Activities in An-
Nisaa’ Elementary School South Tangerang.
Development of teacher performance is an effort to help and serve teachers to
improve the quality of knowledge, skills, attitudes, discipline, and fulfill the needs
and welfare of teachers in order to have the willingness and creative ability and effort
to always improve their performance in order to improve teaching and learning and
achieve educational success. One of the activities to support the development of
teacher performance in schools is to conduct academic supervision by the principal.
Academic supervision of the principal is an activity or process of guidance for the
teacher so that it can assist teacher activities both in learning activities and
administrative activities carried out by the teacher so that they run effectively.
achieve learning goals.
The purpose of this study was to find out how the school principal's academic
supervision was carried out, as well as observe teacher performance development at
An-Nisaa’ Elementary School. This research was conducted at An-Nisaa ’Elementary
School in South Tangerang using qualitative methods. The data collection techniques
in this study through observation, interviews and documentation studies.
The results showed that development of teacher performance through
principal academic supervision activities in An-Nisaa’ Elementary School was
successfully carried out with the existence of several activities and training that were
routinely carried out by the school. Beside it, building cooperation and
communication between teachers and principal is a supportive thing so that teacher
performance development activities can run effectively.
Key Word : Development of Teacher Performance, Principal Academic
Supervision
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penulis ucapkan karena
berkat rahmat, karunia, serta ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan para pembaca.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat
manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi seluruh alam,
sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang terdapat di dalamnya. Namun berkat dukungan, bimbingan, serta do’a dari
berbagai pihak, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dengan segala
kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M. Ag. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan, atas nasehat,
arahan dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
3. Dr. Mu’arif SAM, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan
waktu, tenaga, serta pikiran dengan penuh kesabaran membimbing dan
mengarahkan proses penulisan skripsi ini.
4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen jurusan Manajemen Pendidikan yang telah mendidik,
mengajar, dan melatih dengan memberikan ilmu dan pengetahuannya selama
perkuliahan.
iv
5. Muhammad Romli, M. Pd, Kepala SD An-Nisaa’ yang telah memberikan izin dan
memfasilitasi penulis dalam melakukan penelitian dan bersedia menjadi
narasumber penulis hingga selesai.
6. Bapak/Ibu guru dan karyawan SD An-Nisaa’ yang telah membantu penulis untuk
mendapatkan informasi yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
7. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Bapak (Yusuf) dan Mama (Tati Turyati)
yang tidak pernah lelah mendidik penulis sampai saat ini, yang senantiasa
memberikan do’a, dukungan moril maupun materil, arahan, nasihat dan
bimbingan setiap saat tanpa ada henti-hentinya, sampai akhirnya penulis dapat
menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi.
8. Partner terbaik Henny Widiastuti yang selalu mengingatkan penulis agar segera
menyelesaikan perkuliahan dan memberikan dukungan sampai terselesaikannya
skripsi ini.
9. Sahabat terbaik Alprilia Nuriani Rachmawati dan Wahidin Sudhiro Elzham yang
selalu sabar dan setia membantu serta memotivasi saya dari awal sampai
terselesaikannya skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2012, Tim Power
Ranger, Tim Semut Ranger dan Teman MP-B yang selalu indah untuk dikenang,
selalu berbaik hati dan saling support satu sama lain.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga seluruh kebaikan,
jasa, dan do’anya yang telah diberikan kepada penulis menjadi pintu datangnya
ridho dan kasih sayang oleh Allah SWT di dunia dan akhirat kelak.
Penyusunan skripsi ini tentunya masih belum sempurna, oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat konstruktif penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca sekalian. Aamiin.
v
Jakarta, 13 Mei 2019
Hormat saya,
Penulis
Edwian Ramadhan
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
UJI REFERENSI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ............................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ ........ 5
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembinaan Kinerja Guru ........................................................................... 7
1. Pengertian Pembinaan Kinerja Guru ................................................... 7
2. Tujuan Pembinaan Kinerja Guru ........................................................ 9
3. Ruang Lingkup Pembinaan Kinerja Guru ........................................... 11
4. Strategi dan Metode Pembinaan Kinerja Guru ................................... 16
a. Strategi Pembinaan Kinerja Guru .................................................. 16
viii
b. Metode Pembinaan Kinerja Guru ................................................... 19
5. Tanggung Jawab Pembinaan Kinerja Guru ......................................... 21
B. Supervisi Akademik Kepala Sekolah ........................................................ 23
1. Pengertian Supervisi Akademik Kepala Sekolah ................................ 23
2. Tujuan Supervisi Akademik ................................................................ 26
3. Prinsip Supervisi Akademik ................................................................ 27
4. Teknik Supervisi Akademik ................................................................ 30
5. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Akademik .................................. 34
C. Penelitian Relevan ..................................................................................... 35
D. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 39
B. Metode Penelitian ...................................................................................... 39
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .......................................... 40
D. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ....................................... 44
E. Analisis Data ............................................................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 47
1. Sejarah SD An-Nisaa’ ......................................................................... 47
2. Konsep Sekolah ................................................................................... 49
3. Kurikulum ........................................................................................... 49
4. Metode Pembelajaran .......................................................................... 49
5. Visi dan Misi SD An-Nisaa’ ............................................................... 50
6. Data Kepala dan Guru SD An-Nisaa’ ................................................. 52
7. Data Siswa SD An-Nisaa’ ................................................................... 53
8. Sarana dan Prasarana SD An-Nisaa’ ................................................... 54
ix
B. Deskripsi dan Analisis Data ...................................................................... 56
1. Kegiatan Supervisi Akademik Kepala Sekolah .................................. 56
a. Kunjungan Kelas ............................................................................ 57
b. Kegiatan Rapat Guru ...................................................................... 59
2. Pembinaan Kinerja Guru ..................................................................... 63
a. Pelatihan Tahsin ............................................................................. 67
b. Pelatihan Bahasa Inggris ................................................................ 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 71
B. Saran .......................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................................... 75
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 39
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ................................................................................... 41
Tabel 3.3 Pedoman Observasi ...................................................................................... 42
Tabel 3.4 Daftar Ceklis Dokumen .............................................................................. 42
Tabel 3.5 Instrumen Pengumpulan Data ...................................................................... 43
Tabel 4.1 Jumlah Siswa dan Rombongan Belajar ........................................................ 51
Tabel 4.2 Data Hasil Wawancara Tertutup Guru SD An-Nisaa’ ................................. 61
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ................................................... 76
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Guru .................................................................... 77
Lampiran 3 Hasil Wawancara Kepala SD An-Nisaa’ ............................................... 79
Lampiran 4 Hasil Wawancara Guru SD An-Nisaa’ .................................................. 84
Lampiran 5 Data Tenaga Pendidik SD An-Nisaa’ .................................................... 109
Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian ................................................................... 112
Lampiran 7 Surat Permohonan Bimbingan ............................................................... 113
Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian .......................................................... 114
Lampiran 9 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ............... ........................................... 115
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat. Hal ini
ditunjukkan dengan semakin pesatnya perkembangan pendidikan di
Indonesia. Tantangan akan peningkatan mutu pendidikan sejalan dengan
peningkatan kualitas guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.1 Guru
bukan hanya sekedar mengajar siswa akan tetapi juga mendidik siswa
kearah yang lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah di
tetapkan.
Guru berperan sangat penting dalam dunia pendidikan, terutama
dalam menentukan keberhasilan peserta didik. Karena hal itu guru di
tuntut untuk lebih optimal dalam tugasnya sebagai pendidik. Guru
merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya
proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Tuntutan demi tuntutan
peningkatan kualitas guru semakin bertambah guna memaksimalkan
kinerjanya dalam mendidik. Peningkatan kualitas guru akan sejalan pula
dengan peningkatan kinerja guru. Akan tetapi dalam hal meningkatkan
kinerja guru bukan lah hal yang mudah untuk di lakukan. Perencanaan,
pelaksanaan, Pelatihan, evaluasi dan supervisi rasanya sangat di perlukan
untuk meningkatkan kinerja guru. Kriteria profesionalisme guru meliputi
kemampuan: menguasai bahan, mengelola kegiatan belajar mengajar,
mengelola kelas, mengelola media, menguasai landasan kependidikan,
mengenal interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa, mengenal
fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan, dan mengenal
1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
hlm. 2
2
administrasi sekolah.2 Semua itu akan berdampak pada kinerja guru jika
tidak didasarkan pada kompetensi seorang guru yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial semua itu akan menjadikan
siswa kurang memahami apa yang telah disampaikan oleh guru tersebut di
kelas.
Peningkatan kinerja guru menjadi sangat penting dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran yang nantinya akan berefek kepada
mutu lulusan dan akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Oleh karena itu pemerintah terus mengupayakan
berbagai hal untuk mendongkrak dan meningkatkan kompetensi guru agar
guru memiliki kinerja yang baik. Diantaranya adalah dengan memberikan
peluang untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, mewajibkan
kepada guru menempuh pendidikan minimal strata satu, memberikan
pelatihan dan seminar dan memberikan tunjangan sertifikasi.
Namun faktanya, kualitas dan kompetensi guru di Indonesia masih
belum sesuai dengan yang diharapkan. Di Indonesia jumlah guru menurut
data Kemendikbud ada sebanyak 3.015.315 guru. Dari jumlah itu,
sebanyak 2.294.191 guru berstatus PNS dan guru tetap yayasan (GTY).
Sedangkan sisanya sebanyak 721.124 guru berstatus guru tidak tetap
(GTT) dan tidak bersertifikasi. Dari 3 (tiga) juta guru tersebut tidak sedikit
yang masih bermasalah, baik dari segi profesionalisme maupun
kepribadian.3 Data ini memperkuat dugaan bahwa kualitas dan kompetensi
guru masih jauh dari harapan pendidikan Indonesia.
Banyak faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya kualitas guru
Indonesia. Rendahnya honor guru terutama guru swasta membuat mereka
harus bekerja diluar jam mengajar untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Akibatnya kewajibannya sebagai pengajar menjadi
terbengkalai. Guru merasa cukup dengan satu gelar dan selembar sertifikat
2 Endang Pristiawaty, Kompetensi Profesional Guru yang Bersertifikat dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, Medan, h.3 3 Miftahur Rohman, “Problematika Guru dan Dosen dalam Sistem Pendidikan Nasional”,
Jurnal, 2016, h. 53
3
yang menyatakan guru profesional tanpa dibarengi dengan usaha belajar
terus-menerus dan perbaikan kinerja. Rendahnya intensitas pengawas
pendidikan juga berpengaruh dalam melakukan kegiatan supervisi
akademik. Kalaupun pengawas datang ke sekolah mereka hanya datang ke
ruang kepala sekolah tanpa melihat ruang-ruang kelas. Masih sangat
sedikit kepala sekolah yang memahami perannya sebagai supervisor.
Sehingga sulit ditemukan kepala sekolah yang mau datang dari kelas ke
kelas untuk melakukan kegiatan kunjungan kelas dalam rangka
menjalankan peran sebagai supervisor akademik. Pemerintah saat ini
memang tidak pernah secara periodik melakukan pembinaan dan pelatihan
untuk guru-guru. Padahal, semestinya pembinaan dan pelatihan dilakukan
secara periodik untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru.
Dengan demikian pembinaan dan pelatihan terhadap kinerja guru
merupakan sebuah keharusan yang wajib dilaksanakan oleh kepala
sekolah. Dalam upaya peningkatan kinerja guru di sekolah maka
dibutuhkan sebuah program pembinaan yang terencana dengan baik,
sehingga dengan pembinaan tersebut diharapkan kinerja guru juga akan
meningkat.
Realitas seperti itu terjadi di banyak sekolah, salah satunya adalah
di SD An-Nisaa’ Kota Tangerang. Lembaga yang berdiri sejak 1995
memiliki 51 guru, baik yang berstatus guru tetap maupun guru kontrak.
Namun, setelah 4 tahun yang lalu kuota guru tetap sudah terpenuhi, maka
pihak personalia sekolah hanya membuka rekrutmen tenaga pendidik/guru
untuk status guru kontrak yang diselenggarakan minimal satu tahun sekali
sesuai dengan kebutuhan sekolah. Permasalahan yang ditemukan di SD
An-Nisaa’ untuk pembinaan guru ialah penanganan untuk masing-masing
guru khususnya karakter yang berbeda-beda. Hal tersebut mengharuskan
pelaksana pembinaan menerapkan gaya yang berbeda untuk tiap guru
tersebut. Namun untuk pembinaan yang bersifat instruksi, pelaksana
4
menerapkan 1 gaya untuk dilakukan ke semua guru.4 Permasalahan ini
berpengaruh terhadap kinerja guru, sebab kemampuan yang dimiliki oleh
guru harus selalu dikembangkan dan harus berkompeten dibidangnya,
sehingga nantinya akan bermuara kepada kinerja guru yang optimal dalam
proses pengajaran.
Supervisi menjadi hal yang penting bagi kepala sekolah, karena
kepala sekolah memiliki tanggung jawab terhadap kinerja guru.
Berdasarkan fenomena dan permasalahan di atas penulis menyadari
bahwa pentingnya kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah
akan berdampak kepada kinerja guru sehingga penulis tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut yang tentang dalam judul Pembinaan Kinerja
Guru Melalui Kegiatan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Di SD
An-Nisaa’ Tangerang Selatan.
B. Identifikasi Masalah
Kinerja guru dipengaruhi banyak faktor berdasarkan hasil observasi
yang penulis lakukan, maka dapat diidentifikasikan sejumlah
permasalahan dalam pembinaan kinerja guru, yaitu :
1. Kurangnya kegiatan kunjungan kelas secara berkala
2. Belum maksimalnya pembinaan kinerja guru oleh kepala sekolah
3. Terbatasnya waktu kepala sekolah dalam melakukan kegiatan supervisi
4. Rendahnya intensitas pengawas pendidikan dalam melakukan kegiatan
supervisi akademik
C. Pembatasan Masalah
Karena terbatasnya kemampuan, tenaga, waktu, dan biaya, peneliti
membatasi penelitian pada pembinaan kinerja guru melalui kegiatan
supervisi akademik kepala sekolah.
4 Hasil wawancara dengan Ibu Diana, S.Si, Kepala Sekolah, pada tanggal 3 November
2017, pukul 10.00 wib
5
D. Perumusan Masalah
Dari permasalahan yang telas dijelaskan, maka perumusan masalah
yang di ajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pembinaan kinerja guru di SD An-Nisa’a Kota Tangerang
Selatan?
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah
dalam rangka membina kinerja guru di SD An-Nisa’a Kota Tangerang
Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai
dari hasil penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan pembinaan kinerja guru di SD An-Nisa’a Kota
Tangerang Selatan.
2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan supervisi akademik
kepala sekolah di SD An-Nisa’a Kota Tangerang Selatan.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1. Secara teoritis, untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini
dapat memberikan kontribusi pengembangan pengetahuan bagi
pekerja sosial, khususnya yang berfokus pada bidang pendidikan yang
melakukan pembinaan kinerja guru melalui kegiatan supervisi
akademik kepala sekolah.
2. Bagi praktis,
a. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan bagi SD An-Nisa’a Kota
Tangerang Selatan dan pihak terkait dalam pembinan kinerja guru.
6
b. Bagi penulis, memberikan motivasi untuk penulis untuk belajar lebih
banyak serta dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
pembinaan kinerja guru di madrasah.
c. Bagi peneliti lain, hasil penelitian dapat dijadikan rujukan untuk
meneliti dan mengkaji lebih lanjut terkait pembinaan kinerja guru.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembinaan Kinerja Guru
1. Pengertian Pembinaan Kinerja Guru
Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan
dianaggap sebagai orang yang berperan penting dalam pencapaian tujuan
pendidikan yang merupakan pencerminan mutu pendidikan. Untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan guru dituntut untuk memiliki kinerja
yang baik. Sehingga kemampuan guru tersebut berpengaruh terhadap
jalannya pendidikan di sekolah.
Kinerja merupakan terjemahan dari kata “performance” (Job
performance). Secara etimologis performance berasal dari kata “to
perform” yang berarti menampilkan atau melaksanakan.5 Dari penjelasan
tersebut dapat diambil pengertian bahwa kinerja atau performance
merupakan tindakan menampilkan atau melaksanakan suatu kegiatan.
Kinerja juga dapat dikatakan kemampuan individu dalam melaksanakan
kewajibannya sesuai dengan tugas yang diberikan kepadanya.
Kinerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
melaksanakan, menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
harapan dan tujuan yang telah ditetapkan.6 Maka dapat dijelaskan kinerja
adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam melakukan tugasnya
sebagai pegawai sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
Pada dasarnya kinerja merupakan istilah yang hampir sama
penerapannya di berbagai lingkungan termasuk pendidikan. Pengertian
kinerja yang telah dijabarkan di atas dapat digunakan untuk menjelaskan
pengertian dari kinerja guru. Kinerja guru dalam proses belajar mengajar
adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan
5 Uhar Suharsaputra. Administrasi Pendidikan. (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h.
144-145 6 Supardi. Kinerja Guru. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 45
8
tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar didepan kelas,
sesuai dengan kriteria tertentu.7 Dengan demikian di dalam kinerja guru
menekankan kepada sikap yang dimiliki oleh seorang guru dalam
menjalankan tugasnya.
Kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah dan bertanggung jawab atas
peserta didik di bawah bimbingan dengan meningkatkan prestasi belajar
peserta didik.8 Kinerja guru merupakan perilaku atau kemampuan
sesorang guru dalam melaksanakan tugasnya secara profesional, sesuai
dengan tujuan pengajaran atau kewajibannya sebagai pengajar atau
pendidik.
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa agar kinerja guru dapat
terlaksana dan berjalan dengan baik adalah dengan melakukan kegiatan
pembinaan. Pembinaan dilakukan untuk membantu guru dalam
melaksanakan tugasnya di sekolah secara profesional.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pembinaan berasal dari kata
bina yang berarti pelihara, mendirikan atau usaha dan kegiatan yang
dilakukan secara berhasil dan guna memperoleh hasil yang baik.9 Dapat
disimpulkan bahwasanya pembinaan merupakan upaya yang dilakukan
guru untuk memperoleh hasil yang maksimal guna
menumbuhkembangkan kepribadian peserta didik.
Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru
merupakan komponen yang harus dibina dan dikembangkan terus-
menerus. Pembinaan guru sangatlah penting dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Pembinaan guru selama ini adalah dari kepala sekolah dan
pengawas. Menjadi pengawas bukanlah mencari-cari kesalahan guru,
7 Uhar Suharsaputra. Administrasi Pendidikan. (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h.
176 8 Supardi. Kinerja Guru. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 54 9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1995) h. 135
9
melainkan membina guru agar lebih profesional dalam menjalankan
tugasnya.
Departemen pendidikan dan kebudayaan terhadap guru sebenarnya
didasarkan atas suatu anggapan, bahwa di tangan gurulah mutu pendidikan
kita banyak bergantung. Hal ini dapat dipahami dari kenyataan, tidak
berdayanya sekolah-sekolah kita bila tidak ada gurunya. Guru dipandang
sebagai faktor kunci karena ia yang berinteraksi secara langsung dengan
muridnya dalam proses belajar mengajar di sekolah.10 Pembinaan guru
merupakan kegiatan membantu dan melayani guru agar diperoleh guru
yang lebih bermutu yang selanjutnya diharapkan terbentuknya situasi
proses belajar mengajar yang lebih baik.
Pembinaan guru berarti serangkaian usaha bantuan kepada guru
terutama bantuan berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh
kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta Pembina lainnya,
untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.11 Jadi pembinaan
kinerja guru adalah usaha kepala sekolah dalam meningkatkan proses
pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah.
Dapat disimpulkan bahwa pembinaan kinerja guru adalah upaya
membantu dan melayani guru untuk peningkatan kualitas pengetahuan,
keterampilan, sikap, kedisiplinan, serta pemenuhan kebutuhan dan
kesejahteraan guru agar memiliki kemauan dan kemampuan berkreasi dan
usaha untuk selalu meningkatkan kinerjanya dalam rangka meningkatkan
proses belajar mengajar dan dalam mencapai keberhasilan pendidikan.
2. Tujuan Pembinaan Kinerja guru
Pembinaan kinerja guru bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan guru dalam proses belajar mengajar. Melalui kegiatan
pembinaan diharapkan guru akan lebih profesional dalam menjalankan
tugasnya. Berikut beberapa tujuan pembinaan kinerja yaitu:
10 Ali Imron. Pembinaan Guru di Indonesia. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995) h.3 11 Ali Imron. Pembinaan Guru di Indonesia. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h.12
10
a. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi.
b. Meningkatkan produktivitas kerja.
c. Meningkatkan kualitas kerja.
d. Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia.
e. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.
f. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara
maksimal.
g. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
h. Menghindarkan keusangan.
i. Meningkatkan perkembangan pribadi pegawai.12
Dengan demikian tujuan pembinaan adalah dapat
meningkatkan kinerja seorang guru maupun staff, baik itu dalam segi
kualitas kerjanya maupun perkembangan pribadi mereka. Maka tujuan
yang hendak dicapai adalah untuk meningkatkan efektifitas dalam
mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut
Sedarmayanti, tujuan pembinaan meliputi :
a. Meningkatkan kesetiaan dan ketaatan
b. Menghasilkan tenaga kerja yang berdaya guna dan berhasil guna
c. Meningkatkan kualitas, keterampilan, serta menumpuk semangat
dan moral kerja
d. Mewujudkan iklim kerja yang kondusif
e. Memberikan pembekalan dalam rangka distribusi tenaga kerja13
Pada dasarnya tujuan pembinaan tidak akan tercapai apabila
tidak dilaksanakan secara berkesinambungan. Hal ini karena dalam
pelaksanaan pembinaan diperlukan waktu dan usaha yang sangat
panjang. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembinaan kepala sekolah
harus mampu menerapkannya dengan baik. Maka inti dari tujuan
pembinaan kinerja adalah meningkatkan etos kerja guru maupun staff
agar terciptanya iklim kerja yang kondusif.
Lebih rinci Depdiknas mengatakan tujuan pembinaan kinerja
yaitu :
12 A. A. Anwar Prabu Mangkunegara. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia. (Bandung: PT Refika Aditama), h. 52 13 Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Bandung: PT Refika Aditama),
h.10
11
a. Meningkatkan pemahaman kompetensi guru terutama kompetensi
pedagogik, dan kompetensi profesionalisme menyangkut tugas
pokok dan fungsi guru, kompetensi guru, dan pemahaman KTSP.
b. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan dan standar
penilaian.
c. Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun penelitian
tindakan kelas.14
Berdasarkan beberapa uraian di atas mengenai tujuan
pembinaan kinerja dapat di jelaskan bahwa tujuan pembinaan kinerja
guru yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan
keterampilan guru dalam proses belajar mengajar. Sehingga guru
tersebut menjadi lebih efektif dan profesional dalam melaksanakan
tugasnya.
3. Ruang Lingkup Pembinaan Kinerja Guru
Agar tugas, peranan, dan tanggung jawab guru selalu up-to date
maka secara terus menerus kepala sekolah mengupayakan guru agar
selalu mengembangkan kompetensinya dengan mengikuti berbagai
macam kegitan guna mendukung dalam tugas mengajarnya.
Peningkatan profesional guru secara terus menerus hendaknya
dilakukan dengan cara pembinaan dan pengembangan profesi dan
karier. Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen Pasal 32 ayat 1 menyatakan bahwa pembinaan dan
pengembangan profesi guru yakni:
a. Pembinaan dan pengembangan profesi dan karier.
b. Pembinaan dan pengembangan guru sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
c. Pembinaan dan pengembangan guru sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dilakukan melalui jabatan fungsional.
14 Nur Aedi. Pengawasan pendidikan tinjauan teori dan praktik. (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2014) h.190
12
d. Pembinaan dan pengembangan guru sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 meliputi penugasan, kenakikan pangkat dan promosi.
Dari isi Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen Pasal 32 ayat 1 dapat dijelaskan bahwa pembinaan guru di
Indonesia meliputi pembinaan pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Sebagai seorang pendidik guru selayaknya harus mampu
menguasai salah satu bidang studi yang ditekuni sebagai dasar
pembelajaran.15 Agar guru dapat melaksanakan kinerjanya dengan
baik, maka guru harus memenuhi persyaratan kualifikasi dan
kompetensi.
Guru sebagai seorang pendidik harus memiliki kemampuan
dasar dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan tersebut meliputi
kemampuan pedagogik, kemampuan professional, kemampuan
kepribadian, serta kemampuan sosial. Dengan mengimplementasikan
kemampuan tersebut, diharapkan guru dapat melaksanakan tanggung
jawabnya secara optimal dan proses kegiatan belajar mengajar dapat
berlangsung seperti yang diharapkan dan berjalan lancar. Adapun
penjelasan mengenai keempat kompetensi guru tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.16
Selain dari pada itu dijelaskan juga bahwa kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik. Hal ini harus mampu diwujudkan oleh
15 Anisha Putri Andriani, “Pembinaan Profesional oleh Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta”, Skripsi pada Universitas Negeri Yogyakarta, 2015, h. 46, tidak
publikasikan 16 Farida Sarimaya. Sertifikasi Guru Apa, Mengapa dan Bagaimana?. (Bandung: CV
Yrama Widya. 2008), h.19.
13
setiap guru untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Lebih lanjut,
dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3)
butir (a) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi ragam potensi
yang dimilikinya.17 Dapat disimpulkan kompetensi pedagogik ini
sebagai ajang aktualisasi diri yang dimiliki oleh peserta didik dari
berbagai ragam potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
b. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional dapat didefinisikan sebagai
kemampuan guru untuk menguasai mata pelajaran mereka secara
mendalam dan cara untuk tepat menyampaikannya kepada siswa
(Syahrudin, Ernawati, Abdul Rahman, & Sihes, 2013), kompetensi
yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan
tugas utamanya mengajar (Mulyasa, 2007), kemampuan yang
berhubungan erat dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan.18
Ada pula yang mendefinisikan kompetensi professional
merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metedologi
keilmuannya.19 Berdasarkan dua pengertian tersebut mengenai
kompetensi professional, dapat dipahami bahwa kompetensi
tersebut mengharuskan seorang guru agar mampu menguasai mata
17 Putri Balqis, Nasir Usman, Sakdiah Ibrahim, “Kompetensi Pedagogik Guru Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada SMPN 3 Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar”, Jurnal
Administrasi Pendidikan, 2014, h. 26-27. 18 Adman Rizkiana Nurutami, “Kompetensi Profesional Guru Sebagai Determinan
Terhadap Minat Belajar Siswa”, Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 2016, h. 128. 19 Farida Sarimaya. Sertifikasi Guru Apa, Mengapa dan Bagaimana?, (Bandung: CV
Yrama Widya. 2008), h. 21.
14
pelajaran yang diampu secara mendalam dan dapat menyampaikan
denga benar kepada peserta didik.
c. Kompetensi Kepribadian
Kepribadian guru dalam proses pembelajaran dapat
mempengaruhi minat belajar peserta didik terhadap pelajaran yang
diberikan oleh guru. Peserta didik akan merasa senang mengikuti
pembelajaran jika gurunya menyenangkan. Suasana menyenangkan
yang dirasakan oleh peserta didik akan memperlancar proses
pembelajaran, hal tersebut memberi andil yang sangat besar
terhadap tercapainya tujuan pembelajaran pada khususnya, dan
keberhasilan pendidikan pada umumnya. Oleh karena itu,
menumbuhkan minat peserta didik dalam pembelajaran adalah
suatu keputusan yang sangat penting dan tepat. Minat dan bakat
peserta didik akan tumbuh mana kala guru yang membimbingnya
memiliki kepribadian yang baik menyenangkan dan berwibawa,
guru adalah seseorang tempat curhat siswa dari berbagai
permasaalahan yang dihadapi siswa baik di dalam kelas maupun di
luar kelas, bahkan permasalahan siswa di dalam keluargapun atau
di masyarakat guru seharusnya mempu memberikan solusi.20
Dalam hal ini, baik buruknya kepribadian seorang guru
pastinya akan mempengaruhi proses kegiatan belajar mengajar
peserta didik. Bahkan apabila seorang guru memiliki pembawaan
yang menyenangkan pada saat proses berlangsung dapat
memperlancar berlangsungnya pembelajaran peserta didik.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
20 Alimin, “Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam SMP di
Tarakan”, Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, 2015, h. 62.
15
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.21
Dalam kaitannya dengan interaksi guru dan siswa maka
dibutuhkan kecakapan atau kompetensi sosial guru. Menurut pakar
psikologi pendidikan Gadner (1983) menyebut kompetensi sosial
itu sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan
sosil merupakan salah satu dari 9 kecerdasan (logika, bahasa,
musik, raga, uang, pribadi, alam, kuliner) yang berhasil
diidentifikasi oleh Gadner. Mengajar di depan kelas merupakan
perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Sedangkan
kompetensi sosial guru dianggap sebagai salah satu daya atau
kemampuan guru untuk mempersiapkan siswa menjadi anggota
masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik dan
membimbing masyarakat dalam menghadapi masa yang akan
datang. Selain itu, guru dapat menciptakan kondisi belajar yang
nyaman.22
Keempat kompetensi tersebut wajib dimiliki guru. Kompetensi
pedagogik wajib dimiliki karena berkaitan dengan kemampuan guru
dalam pemahaman terhadap peserta didik dan pengelolaan
pembelajarannya. Selain itu, ada pula kompetensi profesional yakni
terkait dengan kemampuan guru untuk menguasai atau memahami
mata pelajaran yang diajarkan. Selanjutnya yaitu kompetensi
kepribadian yang mana disini guru perlu memiliki kepribadian yang
baik agar dapat menumbuhkan minat belajar siswa dan memperlancar
proses pembelajaran. Sedangkan yang terakhir yaitu kompetensi sosial
dimana kemampuan berkomunikasi dan interaksi yang dimiliki guru
agar mencipatkan suasana belajar yang nyaman dan efektif.
21 Farida Sarimaya. Sertifikasi Guru Apa, Mengapa dan Bagaimana?. (Bandung: CV
Yrama Widya. 2008), h. 22. 22 M. Hasbi Ashsiddiqi, “Kompetensi Sosial Guru dalam Pembelajaran dan
Pengembangannya”, Artikel Ta’dib, 2012, h. 61.
16
4. Strategi dan Metode Pembinaan Kinerja Guru
a. Strategi Pembinaan Kinerja Guru
Dalam melakukan kegiatan pembinaan kinerja guru, di
butuhkan sebuah strategi yang tepat guna membantu guru dalam
meningkatkan kinerjanya. Istilah strategi (strategy) berasal dari
kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani. Sebagai kata
benda, strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan
ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti
merencanakan (to plan).
Dalam dunia pendidikan, strategi di artikan sebagai a plan,
method, or series of activities designed to archieves a particular
educational goal. Strategi merupakan perencanaan, teknik atau
cara untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tanpa strategi
pembinaan kinerja, guru tidak akan mencapai hasil yang maksimal
dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah.
Pendidikan merupakan sektor utama yang menjadi tulang
punggung dalam mencetak generasi yang cerdas dan berdaya
saing. Ada beberapa strategi yang sejauh ini telah dikembangkan
oleh pemerintah Indonesia antara lain:
1) Pendidikan dan Pelatihan
a) In-house training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT
adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di
KKG/MGMP, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan
melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa
sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan
karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi
dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi
kepada guru lain yang belum memiliki kompetensi. Dengan
strategi ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan
biaya.
17
b) Program magang. Program magang adalah pelatihan yang
dilaksanakan di institusi/industri yang relevan dalam rangka
meningkatkan kompetensi profesional guru. Program
magang ini terutama diperuntukan bagi guru kejuruan dan
dapat dilakukan selama periode tertentu, misalnya, magang
di industri otomotif dan yang sejenisnya. Program magang
dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa
keterampilan tertentu khususnya bagi guru-guru sekolah
kejuruan memerlukan pengalaman nyata.
c) Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah
dapat dilaksanakan bekerjasama dengan institusi
pemerintah atau swasta dalam keahlian tertentu.
Pelaksanaannya dapat dilakukan disekolah atau di tempat
mitra sekolah. Pembinaan melalui mitra sekolah diperlukan
dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan
yang dimiliki mitra dapat dimanfaatkan oleh guru yang
mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
profesionalnya.
d) Belajar jarak jauh.pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat
dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan peserta
pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan
sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya.
Pembinaan melalui belajar jarak jauh dilakukan dengan
pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah
terpencil dapat mengikuti pelatihan di tempat-tempat
pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota kabupaten atau
di propinsi.
e) Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis
ini dilaksanakan di P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain
yang diberi wewenang, di mana program pelatihan disusun
berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi.
18
Pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan berdasarkan
kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan
baru dalam keilmuan tertentu.
f) Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya.
Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya
dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kompetensi guru
dalam beberapa kemampuan seperti melakukan penelitian
tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan,
melaksanakan dan menevaluasi pembelajaran, dan lain-lain
sebagainya.
g) Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini
dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang
memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi
tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan,
diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya.
h) Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui
pendidikan lanjut juga merupakan alternatif bagi
pembinaan profesi guru di masa mendatang.
Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat
dilaksanakan dengan memberi tugas belajar, baik didalam
maupun di luar negeri, bagi guru yang berprestasi.
Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan menghasilkan guru-
guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam
upaya pengembangan profesi.23
Strategi pembinaan yang dilakukan tersebut juga harus disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing sekolah, dan ditentukan oleh kepala
sekolah yang menyelenggarakan pembinaan, sebab kepala sekolahlah
yang mengetahui kondisi guru dan karyawan yang akan dilakukan
pembinaan. Peran strategi pembinaan disini sangatlah penting, karena
23 Bustami, “Strategi Supervisor dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru MIN di
Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan”, Jurnal, 2014, h.675-676
19
dengan melakukan strategi pembinaan terhadap guru dan karyawan,
maka kompetensi atau kemampuan mereka akan semakin meningkat
dan dapat memperlancar proses kegiatan belajar mengajar, yang mana
hal tersebut akan berdampak kepada peserta didik.
b. Metode Pembinaan kinerja guru
Pelaksanaan pembinaan (training and education) harus
didasarkan pada metode-metode yang telah ditetapkan dalam
program pengembangan sebuah lembaga pendidikan. Penerapan
metode program pembinaan yang ditujukan kepada guru dan
karyawan pendidikan, diantaranya:
1) On the job
On the job training dapat dilakukan dengan menggunakan
bagan, gambar, pedoman, contoh yang sederhana, demonstrasi,
dan lain-lain.24 Dalam hal ini, peserta pelatihan dapat belajar
secara langsung, sehingga mengetahui kondisi real pekerjaan
dan segala aspek pendukung pekerjaan.
2) Demonstration and Example
Demonstration and Example adalah metode latihan yang
dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan bagaimana
cara-cara mengerjakan sesuatu pekerjaan melalui contoh-
contoh atau percobaan yang didemonstrasikan. Demonstrasi
merupakan metode latihan yang sangat efektif karena peserta
melihat sendiri teknik mengerjakannya dan diberikan
penjelasan-penjelasanya, bahkan jika perlu boleh dicoba
mempraktekannya.25 “Metode demonstrasi biasanya
dikombinasikan dengan alat bantu belajar seperti gambar-
gambar, teks materi, ceramah dan diskusi.”26 Dalam membina
kompetensi pedagogik guru, seorang pembina atau kepala
24 H. Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h.77
25 Ibid, h. 78
26 A. A. Anwar Prabu Mangkunegara. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 54
20
sekolah dapat mendemontrasikan kegiatan mengajar dengan
memberikan setiap penjelasan tentang penyelenggaraan
pembelajaran.
3) Classroom Methods
“Metode ruang kelas merupakan metode yang dilakukan di
dalam kelas walaupun dapat pula dilakukan di area
pekerjaan.”27 “Metode pertemuan dalam kelas meliputi lecture
(pengajaran), conference (rapat), programmed instruction,
metode studi kasus, role playing, metode diskusi dan metode
seminar.”28 Metode ini yang sering kita jumpai diberbagai
proses pembelajaran, karena metode ini mudah untuk dilakukan
dari berbagai macam usia.
Dengan adanya beberapa pilihan metode yang disediakan untuk
pembinaan guru dan karyawan, maka kepala sekolah dapat
memilihkan mana metode yang sesuai untuk diterapkan pada saat
pembinaan. Hal ini penting untuk diketahui agar proses pembinaan
dapat berlangsung dengan lancar dan tepat sasaran sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan pemaparan di atas terkait dengan metode dan
strategi, dapat kita ketahui bahwasanya dalam rangka pembinaan
kinerja guru, Kepala Sekolah terlebih dulu menentukan strategi apa
yang akan dipilih guna keberhasilan pembinaan yang diadakan.
Setelah menentukan strategi, maka Kepala Sekolah akan memilihkan
metode pembinaannya. Metode disini berkaitan dengan pemilihan cara
pengajaran pembinaan yang dilakukan, karena apabila strategi tidak
disertai dengan metode maka pembinaan tidak aka berjalan dengan
lancar. Pemilihan strategi dan metode harus dilihat dari segi kebutuhan
guru yang akan dibina, hal ini diperlukan guna pembinaan yang
dilakukan tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
27 Ibid, h. 54
28 H. Malayu, Op. cit, h. 78
21
5. Tanggung Jawab Pembinaan Kinerja guru
Pembinaan sangatlah dibutuhkan oleh guru untuk meningkatkan
kinerjanya. Kinerja guru harus terus dibina guna menghadapi
perkembangan pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang
dengan pesat. Dalam pelaksanaannya, pembinaan merupakan tanggung
jawab dari pemerintah, kepala sekolah dan yang terpenting adalah guru
itu sendiri. Dari sektor pemerintah, mereka terus mengupayakan
berbagai hal untuk mendongkrak dan meningkatkan kompetensi guru
nagar guru memiliki kinerja yang baik. Diantaranya adalah dengan
memberikan peluang untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi,
mewajibkan kepada guru menempuh pendidikan minimal strata satu,
memberikan pelatihan dan seminar dan memberikan tunjangan
sertifikasi.29
Selain itu, ada peran serta dari Kepala Sekolah yang merupakan
pemimpin di sekolah dan berperan sebagai garda paling depan dalam
pelaksanaan pembinaan kinerja guru, sebab kepala sekolah yang
merancang strategi pembinaan agar tercapainya tujuan yang
diharapkan.
Kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
pengelolaan kegiatan pendidikan yang berada di sekolah guna
mencapai tujuan pendidikan. Ngalim purwanto mengemukakan bahwa
tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai berikut:
a. Menyediakan tempat gedung yang baik
b. Menyediakan perlengkapan sekolah
c. Menyiapkan staf mengajar
d. Menyelenggarakan penataan guru-guru
e. Menilai pengajaran guru
f. Menambah kesejahteraan guru
29 Lailatussaadah, “Upaya Peningkatan Kinerja Guru”, Jurnal Intelektualita, 2015, h. 15.
22
g. Memberikan konsultasi dan membina anggota staf mengajar.30
Berdasarkan pengertian tersebut, kepala sekolah bertanggung
jawab atas pembinaan guru maupun staff di sekolah. Selain membina,
kepala sekolah juga mengemban tugas sebagai administrator
pendidikan sekaligus sebagai supervisor akademik di sekolah.
menyiapkan staff dan mengadakan penataran yang tujuannya
meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan hubungan
dengan masyarakat, sebab guru tidak dapat mengisolasikan diri dalam
melaksanakan dan memajukan pendidikan.
Peran kepala sekolah dan tanggung jawab utamanya yaitu
memperbaiki dan mengembangkan mutu program pengajaran di
sekolahnya melalui pembinaan yang diberikannya kepada guru-guru
sehingga mereka dapat meningkatkan kinerjanya sebagai guru
khususnya, dan secara otomatis dapat mengefektifkan proses belajar
mengajar yang mereka lakukan. Kepala sekolah juga bertanggung
jawab atas pengawasan terhadap semua tugas dan kewajiban yang
dibebankan kepada seluruh guru maupun staff di sekolah. Rasa
tanggung jawab inilah yang diperlukan sebagai penggerak dan
penghasil potensi yang maksimal.
Dalam pelaksanaannya kepala sekolah tidak boleh bergerak
sendiri, melainkan juga harus dapat menggerakan seluruh komponen
pendukung dunia pendidikan baik pihak eksternal. Seperti pemerintah,
organisasi keguruan, perguruan tinggi dan lainnya. Sedangkan yag
terpenting adalah kemampuan kepala sekolah mengajak seluruh aspek
internal yag berada di sekolah untuk bersama-sama ikut serta jalannya
program pembinaan tersebut.
30 Ngalim Purwanto. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), h.116
23
B. Supervisi Akademik Kepala Sekolah
1. Pengertian Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah pemimpin yang menjalankan perannya dalam
memimpin sekolah sebagai lembaga pendidikan dan berperan sebagai
pemimpin pendidikan.31 Kepala sekolah tidak hanya memiliki jabatan
sebagai pemimpin institusi pendidikan, tetapi di samping jabatan tersebut
kepala sekolah memiliki peran signifikan untuk kemajuan sekolah dengan
melakukan berbagai kebijakan-kebijakan yang ditetapkan. Roland S. Bart
dalam buku Uhar Saputra menyatakan bahwa kepala sekolah merupakan
kunci sekolah yang baik dan berkualitas, faktor potensial penentu iklim
sekolah, serta sebagai pendorong bagi pertumbuhan para guru.32 Dari
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa kepala sekolah bukan hanya
pemimpin lembaga pendidikan, melainkan mengemban tugas untuk
menerapkan kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas dari lembaga
pendidikan itu sendiri. Selain itu, kepala sekolah juga bertanggung jawab
sebagai pengawas atau supertvisor dalam pembinaan kinerja guru agar
tercapainya kualitas guru yang diharapkan.
Menurut Piet A. Sahertian, supervisi adalah suatu usaha menstimulasi,
mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru
di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih
mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.33
Pendapat ini memiliki orientasi terhadap pembinaan yang dilakukan terus
menerus.
Menurut Sergiovani dan Starrat, “supervisi merupakan suatu proses
yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor
dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan
pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih
31 Uhar Saputra. Administrasi Pendidikan. (Bandung: Aditama, 2010), h. 135 32 Ibid., Uhar., h. 137 33 Piet A. Sahertian. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h.17
24
baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan
sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif”.34
Pada pengertian Sergio dan Starrat terdapat beberapa pihak sebagai
objek dalam supervisi yaitu guru dan orang yang melakukan supervisi atau
supervisor. Keduanya menjadi pelaku dalam kegiatan supervisi. Dalam hal
ini supervise lebih ditunjukan untuk memberikan pelayanan kepada kepala
sekolah dalam melakukan pengelolaan kelembagaan secara efektif dan
efisien serta mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan.
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni supervisi
akademik dan supervisi manajerial. Supervisi akademik menitikberatkan
pada pengamatan pengawasan terhadap kegiatan akademik, berupa
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Supervisi manajerial
menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan
administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya
pembelajaran.
Supervisi akademik memiliki beragam pandangan dari tokoh-tokoh
yang mumpuni di bidangnya. Secara garis besar pengertian supervisi
akademik berkenaan dengan kegiatan pengawasan terhadap aktivitas yang
berkaitan dengan akademik. Namun untuk mendapatkan pandangan yang
lebih komprehensif terkait pengertian supervisi akademik berikut penulis
jabarkan pendapat dari beberapa ahli.
Menurut Glickman dalam Nur Aedi supervise akademik merupakan
serangkaian aktivitas dalam membantu para guru untuk mengembangkan
kemampuannya dalam mengelola proses belajar mengajar guna mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.35 Esensi dari pengawasan
akademik bukanlah mengukur atau menilai kinerja para guru melainkan
sebagai upaya untuk membantu para guru dalam mengembangkan
kapabilitas profesionalnya. Supervise akademik dilakukan pengawas
sekolah serta kepala sekolah.
34 E. Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004) h. 111 35 Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h.182
25
Di sisi lain, Alfonso, Firth, dan Neville memiliki pandangan bahwa
terdapat tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian supervisi akademik,
yaitu:
a. Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi
perkembangan perilaku guru dalam mengelola proses belajar
mengajar.36 Inilah karakteristik esensial supervise akademik.
Sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa
hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua
kegiatan pengembangan perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku
supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru.
b. Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan
kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu
mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain
tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang
mengarah pada tujuan tertentu.37 Oleh karena supervisi akademik
merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka
alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan
guru.
c. Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar para guru semakin
mampu memfasilitasi belajar para siswanya.38
Singkat kata, ketiga konsep di atas memiliki perhatian khusus dalam
kegiatan supervisi akademik yaitu timbal balik, strategi pengembangan,
dan capaian akhir.
Dengan demikian, dapat dismpulkan bahwa supervisi akademik adalah
kegiatan atau proses pembinaan bagi guru sehingga dapat membantu
kegiatan-kegiatan guru baik pada kegiatn pembelajaran maupun kegiatan
administrastif yng dilakukan guru sehingga berjalan efektif. mencapai
tujuan pembelajaran.
36 Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Perkasa, 2014). H.184 37 Ibid., 38 Ibid.,
26
2. Tujuan Supervisi Akademik
Supervisi akademik dilakukan untuk menghasilkan sesuatu dan
mencapai titik tertentu. Hal ini perlu diperhatikan mengingat aktivitas ini
harus memilih arah dalam pelaksanaannya. Sehingga apa yang disebut
dengan tujuan supervisi perlu penulis jabarkan agar menghasilkan suatu
pemahaman. Berikut akan penulis kemukakan tujuan supervise akademik
dari beberapa ahli.
Menurut Syaiful Sagala, tujuan supervisi akademik adalah untuk
meningkatkan situasi dan proses belajar mengajar berada dalam rangka
tujuan pendidikan nasional dengan membantu guru-guru untuk lebih
memahami mutu, pertumbuhan, dan peranan sekolah ubtuk mencapai
tujuan dimaksud.39 Pendapat tersebut mengatakan bahwa supervise
akademik bertujuan untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya
dalam melaksanakan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan
kegiatan pembinaan bagi guru dalam melakukan pengelolaan kelas atau
proses pembelajaran di kelas.
Sejalan dengan apa yang dikatakan dengan Syaiful Sagala, Sahertian
mengemukakan bahwa tujuan supervisi ialah memberikan layanan dan
bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada
gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.40 Sahertian
mengatakan perlu adanya layanan dan bantuan agar kualitas pembelajaran
dapat ditingkatkan.
Pendapat ini sesuai apa yang dikemukakan Olive bahwa sasaran
supervise pendidikan ialah:
a. Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah
b. Meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah
c. Mengembangkan Seluruh staf di sekolah41
39 Syaiful Sagala. Administrasi pendidikan kontemporer. (Bandung: Alfabeta, 2012)
h.236 40 Piet A. Sahertian. Konsep dasar dan teknik supervise pendidikan dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h.19 41 Piet A. Sahertian. Konsep dasar dan teknik supervise pendidikan dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h.19
27
Ketiga poin di atas adalah selalu berusaha agar bagaimana kegiatan
pembelajaran dapat selalu dikembangkan mulai dari kurikulumnya, tenaga
pengajar dan staf agar proses belajar mengajar dapat meningkat.
Lebih detail, sergiovanni menyatakan bahwa terdapat tiga tujuan
supevisi akademik, yaitu:
a. Supervisi akademik dilaksanakan untuk membantu guru
mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam hal pemahaman
akademik, kehidupan kelas, keterampilan mengajar dan menggunakan
keterampilan tersebut melalui berbagai teknik
b. Supervisi akademik dilaksanakan untuk memonitor atau memantau
proses belajar mengajar di sekolah. Tujuan ini dicapai dengan
melakukan kunjungan kelas selam jam belajar, berkomunikasi secara
personal dengan guru atau kolegannya, atau berkomunikasi dengan
beberapa siswa
c. Supervisi akademik dilaksanakan untuk mendukung guru menerapkan
kemampuannya dalam tugas mengajarnya dan melakukan
pengembangan diri serta memiliki komitmen terhadap tanggung
jawabnya.42
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa tujuan supervisi
akademik adalah agar terjadi perubahan kondisi dari kondisi sebelumnya
pada guru berupa peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran yang
ditempuh dengan cara peningkatan mutu pengetahuan, dan keterampilan
guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi
kurikulum, pemeliharaan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat
pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran guru.
3. Prinsip Supervisi Akademik
Menurut Sahertian prinsip-prinsip yamg harus dipedomani dan
diterapkan pengawas sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi
akademik adalah sebagai berikut:
a. Prinsip ilmiah yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
1) Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data obyektif yang
diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar-mengajar.
42 Nur Aedi. Pengawasan pendidikan tinjauan teori dan praktik. (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2014) h.185
28
2) Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti
angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
3) Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis,
berencana, dan kontinu.43
Objektif artinya data yang didapat berdasarkan pada observasi nyata,
bukan tafsiran pribadi. Dengan menggunakan alat/instrument seperti
angket, observasi, dan percakapan pribadi yang dapat memberikan
informasi terhadap proses belajar mengajar.
b. Prinsip demokratis
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan
kemanusiaan yang akrab. Demokratis mengandung makna menjunjung
tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan
bawahan, tapi berdasarkan rasa kejawatan.44
c. Prinsip kerjasama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi Sharing
of idea, sharing of experience, member support (mendorong),
menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.45
Seluruh staff sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan usaha
bersama dalam menciptakan sittuasi belajar mengajar yang lebih baik.
d. Prinsip kontruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi
kreatifitas kalau supervisi mampu menciptaan suasana kerja yang
menyenangkan, bukan menakut-nakuti.46 Prinsip ini menekankan
bahwa kegiatan supervise dilaksanakan untuk membangun dan
mengembangkan potensi kreatif para guru. Supervise diharapkan
dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, bukan menakut-
nakuti. Dengan begitu para guru lebih termotivasi untuk
mengembangkan potensi mereka.
43 Piet A. Sahertian. Konsep dasar & teknik supervisi pendidikan dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia. (Jakarta, PT Renika Cipta, 2000) h.20 44 Ibid,. 45 Ibid,. 46 Ibid,.
29
Hal ini selaras dengan Depdiknas dalam bukunya Nur Aeda,
menyebutkan tentang prinsip-prinsip yang dipegang dalam melaksanakan
supervise akademik yaitu:
a. Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan
kemanusiaan yang harmonis
Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka,
kesetiakawanan, dan informal. Oleh sebab itu, supervisor harus
memiliki sifat-sifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka,
jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor.47 Jadi antara supervisor
dan guru akan tercipta suasana yang harmonis.
b. Supervisi akademik harus dilaksanakan secara berkesinambungan
Supervisi akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya
dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Supervisi akademik
merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program
sekolah.48 Supervisi akademik harus dilaksanakan secara
berkesinambungan, karena permasalahan proses pembelajaran selalu
berkembang.
c. Supervisi akademik harus demokratis
Supervisor harus melibatkan secara aktif guru yang dibinanya.
Tanggung jawab perbaikan program akademik bukan hanya pada
supervisor melainkan juga pada guru.49 Jadi supervisor tidak boleh
mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya.
d. Program supervisi akademik harus integral dengan program
pendidikan
Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik
dan harmons antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program
pendidikan. Antara satu system dengan system lainnya harus
47 Nur Aedi. Pengawasan pendidikan tinjauan teori dan praktik. (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2014) h.186 48 Ibid, h.187 49 Ibid, h.187
30
dilaksanakan secara integral.50 Maka program supervisi akademik
integral dengan program pendidikan secara keseluruhan.
e. Supervisi akademik harus komprehensif
Prinsip ini untuk memenuhi tuntutan multi tujuan supervisi akademik,
berupa pengawasan kualitas, pengembangan profesional, dan
memotivasi guru.51 Program supervisi akademik harus mencakup
keseluruhan aspek pengembangan akademik,.
f. Supervisi akademik harus konstruktif
Supervisi akademik akan mengembangkan pertumbuhan dan
kreatifitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem
akademik yang dihadapi.52 Jadi supervisi akademik bukan mencari-cari
kesalahan guru, melainkan untuk membantu guru dalam proses belajar
mengajar.
g. Supervisi akademik harus obyektif
Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan
program supervisi akademik harus obyektif. Obyektif dalam
penyusunan program berarti bahwa program supervisi akademik harus
disusun berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesi guru.53
Jadi untuk mengukur seberapa kemampuan guru dalam mengelola
proses pembelajaran.
Prinsip-prinsip di atas mengarahkan tindakan bagaimana seharusnya
supervie akademik dilakukan. Agar tercipta supervisi yang baik maka
prinsip-prinsip tersebut perlu diawasi pula sudah sejauh mana tingkat
penerapannya dalam mewujudkan hasil yang sesuai harapan.
4. Teknik Supervisi Akademik
Umumnya alat dan teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua
macam teknik. Teknik yang bersifat individual, yaitu teknik yang
50 Ibid, h.187 51 Ibid, h.188 52 Ibid, h.188 53 Ibid, h.188
31
dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan teknik yang
bersifat kelompok, yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari
satu orang.
Adanya dua perbedaan ini disebabkan karena pada kenyatannya
supervisi akan menemui berbagai kondisi yang mana perlu adanya teknik
supervisi yang tepat di mana cenderung bersifat kelompok atau individual.
Diantara teknik-teknik tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Teknik yang bersifat individual
1) Kunjungan kelas
Pengawas atau supervisor datang ke kelas untuk melihat atau
mengamati cara guru mengajar di kelas. Tujuannya memperoleh
data menganai keadaan sebenarnya selama guru mengajar. Dengan
data tersebut supervisor dapat mendiskusikan mengenai kesulitan
yang dihadapi guru. Kunjungan kelas ini berfungsi sebagai alat
untuk mendorong guru agar meningkatkan kualitas cara mengajar
guru dan belajar siswa. Ada tiga macam kunjungan kelas yaitu
kunjungan tanpa diberi tahu, kunjungan dengan cara member tahu,
dan kunjungan kelas atas undangan guru.
2) Observasi kelas
Melalui kunjungan kelas, supervisor dapat mengobservasi situasi
mengajar yang sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas, yaitu:
a) Observasi langsung: dengan menggunakan alat observasi,
supervisor mencatat absen yang dilihat pada saat guru sedang
mengajar.
b) Observasi tidak langsung: orang yang diobservasi dibatasi oleh
ruang kaca dimana murid-murid tidak mengethuiny (bisanya
dilakukan dalam laboratorium untuk pengajaran mikro)
Tujuannya adalah untuk memperoleh data yang seobjektif
mungkin, data yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam usaha memperbaiki
proses belajar mengajar.
32
3) Percakapan pribadi
Antara supervisor dan guru melakukan pertemuan untuk
membicarakan masalah-masalah yang dihadapi guru. Tujuannya
yaitu memberikan kemungkinan pertumbuhn jabatan guru melalui
pemecahan kesulitan yang dihadapi, memupuk dan
mengembangkan cara mengajar yang lebih baik, memperbiki
kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang sering dialami guru,
serta menghilangkan dan menghindari segala prasangka yang
bukan-bukan.
4) Saling mengunjungi kelas
Yang dimaksud dengan mengunjungi kelas ialah saling
mengunjungi antara guru yang satu dengan guru yng lain yang
sedang mengajar. Kegiatan ini dimaksudkan untuk bertukar
pengalaman. Keuntungan yaitu mengamati rekan lain yang sedang
mengajar, membantu guru-guru lain memperoleh pengalaman atau
keterampilan tentang teknik dan metode mengajar, member
motivasi yang terarah terhadap aktivitas mengajar, member
motivasi yang terarah terhadap aktivitas mengajar, dan sifat
bawahan dengan pimpinan tidak ada sama sekali.
5) Menilai diri sendiri
Salah satu tugas yang tersukar adalah menilai kemampuan diri
sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Di samping menilai
murid-muridnya, penilaian terhadap diri sendiri merupakan teknik
yang dapat membantu guru dalam pertumbuhannya. Alat yang
dapat digunakan yaitu: daftar pandangan/pendapat yang
dsampaikan pada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu
aktivitas, menganalisis tes-tes terhadap unit-unit kerja, mencatat
aktivitas murid-murid dalam suatu catatan (record) baik mereka
bekerja secara kelompok maupun perorangan.54
54 Piet A. Sahertian. Konsep dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) h. 53-58
33
b. Teknik kelompok
1) Rapat guru
Pelaksanaan dan pengembangan kurikulum, pembinaan
atau tata laksana sekolah, serta pengelolaan keuangan merupakan
hal-hal yang dijadikan materi rapat dalam rangka kegiatan
supervisi. Tujuannya adalah untuk member bantuan kepada seluruh
guru secara umum.
2) Mengadakan diskuksi kelompok
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk
kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. Kelompok-
kelompok yang telah terbentuk diprogramkan untuk mengadakan
pertemuan/diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan
dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar.
Dalam setiap diskusi, supervisor atau pengawas dapat memberikan
pengarahan, bimbingan, dan nasihat-nasihat ataupun saran-saran
yang diperlukan.
3) Mengadakan penataran-penataran
Teknik kelompok yang dilakukan melalui penataran-
penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk
guru-guru bidang studi tertentu, penataran tentang metedologi
pengajaran, dan penataran tentang administrasi pendidikan.55
Baik teknik supervisi yang dilakukan secara berkelompok maupun
secara individu, keduanya sama-sama berupaya menciptakan pengawasan
yang dapat mengayomi semua permasalahan yang ada. Tinggal bagaimana
teknik-teknik tersebut dipraktekkan dalam kondisi yang memungkinkan
terhadap pemecahan masalah. Dengan demikian penulis menyimpulkan
teknik supervisi terdiri dari teknik individu dan berkelompok.
55 Ngalim Purwanto. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), Cet Ke-15, h. 122
34
5. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Akademik
Kepala sekolah harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan
pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan.
Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan
pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk
mencegah agar para tenaga kependidikan berhati-hati dalam melaksanakan
pekerjaan. 56 Dengan adanya tindakan pencegahan tersebut, kepala sekolah
dapat mengendalikan kegiatan dengan terarah, serta dapat meningkatkan
kualitas kerja dari guru maupun staff.
Kepala sekolah selaku Supervisor akademik dalam usahanya
memberikan bantuan atau pelayanan profesional kepada guru selalu
menaruh perhatian yang sungguh-sungguh terhadap aspek-aspek yang
dapat mengganggu tugas guru dalam proses belajar mengajar. Dalam hal
ini, kepala sekolah senantiasa mempelajari secara obyektif dan terus
menerus masalah-masalah yang menjadi kendala guru dalam pelaksanaan
tugasnya. Wahjosumidjo menyatakan bahwa apabila seorang kepala
sekolah ingin berhasil menggerakkan para guru dalam menjalankan
tugasnya, maka : 1. Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan memaksa
atau bertindak keras terhadap guru, 2. Harus mampu melakukan perbuatan
yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan
percaya diri terhadap guru dengan: menyakinkan (persuade) dan
membujuk (induce) bahwa apa yang dilakukan adalah benar.
Keinginan guru untuk tumbuh dan berkembang begitupun kualitas
tugas sesuai dengan kompetensi professional menuntut perhatian dari
kepala sekolah untuk dapat menjaring dan memenuhi kebutuhan tersebut.
Kepala sekolah dituntut membantu menciptakan iklim yang kondusif bagi
pertumbuhan profesional guru sehingga guru terbebas dari rasa takut,
ancaman atau paksaan. Untuk itu kepala Sekolah dapat menggunakan pola
56 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan
MBS dan KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. IV, h. 118
35
pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik guru.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka fungsi dan peranan kepala
sekolah sebagai supervisor dan pemimpin pendidikan akan efektif apabila
(1) melakukan program intruksional akademik secara efektif, (2) melalui
kepemimpinan yang dinamis, (3) mengacu proses pembelajaran guru, (4)
membantu menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan
professional guru, (5) menggunakan pola pendekatan yang sesuai
kebutuhan dan karakteristik guru, (6) dan memberikan bantuan kepada
guru secara langsung melalui kunjungan kelas, pembicaraan/bimbingan
individual pemberian petunjuk tentang cara memajukan proses belajar
mengajar.
Faktor kemampuan atau kompetensi kepala sekolah dalam
supervisi sangat menentukan terlaksananya kegiatan supervisi akademi di
sekolahnya masing-masing. Kompetensi itu meliputi pengetahuan tentang
supervisi, kemampuan dalam hubungan antar pribadi dan keterampilan
teknis dalam supervisi. Ketiga hal tersebut merupakan faktor kemampuan
yang mutlak dimiliki oleh setiap kepala sekolah sebagai supervisor
akademik.57 Maka dari itu, peran kepala sekolah sebagai supervisor
akademik harus memiliki sikap yang dapat membangun semangat kerja
dari guru agar terciptanya suasana iklim kerja yang kondusif. Selain itu,
kepala sekolah juga harus dapat mengetahui karakteristik masing-masing
guru agar dapat mengetahui pendekatan mana yang dapat digunakan
dalam proses pembinaan kinerja.
C. Penelitian Relevan
Berdasarkan penelitian terdahulu, adapun penelitian yang relevan dengan
penelitian yang penulis lakukan adalah :
1. Siti Aini Zubaidah, skripsi, “Pelaksanaan Supervisi Klinis untuk
Meningkatkan Kinerja Guru Di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan” tahun
57 Sepriadi dan Syarwani Ahmad. “Pengaruh Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Akademik terhadap Kinerja Guru di SMK PGRI Tanjung Raja”. Jurnal Manajemen,
Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan. 2017. h. 56.
36
2010, membahas tentang peningkatan kinerja guru dengan cara melakukan
kegiatan supervisi klinis kepala sekolah. Yang membedakan dari
penelitian sebelumnya penulis memfokuskan pada aspek pembinaan
kinerja guru melalui kegiatan supervisi akademik kepala sekolah dengan
tujuan untuk mendeskripsikan pembinaan kinerja guru dan untuk
mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah.
2. Anita Greanti, skripsi, “Fungsi Supervisi Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Kinerja Guru di MTs Pembangunan UIN Jakarta” tahun
2014, membahas tentang peran kepala sekolah dalam meningkatkan
kinerja guru. penelitian ini memfokuskan pada fungsi supervisi kepala
sekolah. Yang membedakan dari penelitian sebelumnya penulis
memfokuskan pada aspek pembinaan kinerja guru melalui kegiatan
supervise akademik kepala sekolah dengan tujuan untuk mendeskripsikan
pembinaan kinerja guru dan untuk mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan
supervisi akademik kepala sekolah.
3. Lestari Handayani, skripsi, “Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Supervisi
Akademik Pengawas Sekolah di SMK Negeri 1 Cikarang Barat” tahun
2015, membahas tentang persepsi guru dalam pelaksanaan supervisi
akademik yang dilakukan oleh pengawas sekolah apakah pelaksanaan
supervisi akademik sudah efektif. Yang membedakan dari penelitian
sebelumnya penulis memfokuskan pada aspek pembinaan kinerja guru
melalui kegiatan supervise akademik kepala sekolah dengan tujuan untuk
mendeskripsikan pembinaan kinerja guru dan untuk mendeskripsikan
pelaksanaan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah.
D. Kerangka Berfikir
Agar lebih terarah, penulis membuat kerangka berfikir sebagai
pedoman dalam melaksanakan penelitian tentang pembinaan kinerja guru
melalui kegiatan supervisi akademik kepala sekolah.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah akan berjalan baik jika tenaga
pengajarnya berkualitas, memiliki tanggung jawab, berkomitmen, mau
37
bekerja keras dan bertanggung jawab. Guru memiliki peran penting dalam
mengelola pembelajaran agar peserta didik menjadi seperti yang diharapkan.
Untuk itu kinerja guru di tuntut lebih maksimal. Melalui kegiatan supervisi
akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah menjadi salah satu cara kepala
sekolah dalam membina guru dalam memaksimalkan kinerjanya.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana
pembinaan kinerja guru, efek pembinaan kinerja guru, upaya kepala sekolah
dalam membina kinerja guru dengan cara melakukan kegiatan supervisi
akademik. Yang nantinya akan membantu guru dalam membina kinerjanya di
sekolah agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif.
Untuk lebih jelasnya, kerangka berfikir yang telah dipaparkan di atas
akan digambarkan melalui diagram sebagai berikut:
38
Diagram
Kerangka Berpikir
Feedback
Masalah
1. Penanganan
karakter guru
yang berbeda-
beda pada saat
dilakukan
pembinaan
2. Program
pembinaan
guru agama
masih belum
efektif
dikarenakan
banyaknya
program
sekolah
Strategi
1. Peningkatan untuk
guru (khususnya Guru
bidang studi Al-
Qur’an) dilakukan
dengan
seminar/pelatihan di
luar sekolah &
mengundang ke
sekolah untuk
pelatihan
2. Pembinaan
mengundang
motivator
3. Adanya POMG
(Persatuan Orangtua
Murid dan Guru)
untuk
mengadakan/mengun
dang guru untuk
pembinaan rohani
Proses
Kondisi nyata
1. Terdapat 2 macam
pembinaan yang
dilaksanakan, yaitu yang
diselenggarakan oleh
Litbang & Ketua
Keguruan
2. Pada saat pembinaan,
dibantu oleh Wakasek
dan koordinator level
3. Proses monitoring
pembinaan dilakukan
oleh koordinator level
4. Penilaian pembinaan
dilaksanakan melalui
supervise setiap 1
semester 1 kali
5. Pelatihan
diselenggarakan sesuai
dengan kebutuhan
Output Input
Hasil
1. Guru mampu
memodifikasi
RPP dan
Silabus dengan
kreatif
2. Terciptanya
pembelajaran
yang nyaman
dan efektif
3. Merefresh
guru-guru
dengan
diadakan
pembinaan
yang rutin
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD An-Nisaa’. Adapun waktu penelitian
direncanakan mulai dari bulan Januari hingga April 2019.
Tabel 3.1
Rencana Pelaksanaan Penelitian
No. Kegiatan
2019
Januari Februari Maret April
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Wawancara dengan
Kepala Sekolah v v
2
Wawancara dengan
Guru (Wali Kelas &
Guru Mata Pelajaran)
v v
3 Observasi Rencana
Kerja terkait Kinerja v
4 Pengumpulan dokumen
SD An-Nisaa’ v v
5 Penyusunan laporan
hasil penelitian v v v v v v
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menitikberatkan pada implementasi, sehingga bukan
dimaksudkan untuk menguji hipotesis maupun eksperimen. Oleh
karenanya, metode penelitian yang sesuai untuk mengkaji permasalahan
tersebut adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif merupakan penelitian yang berlandaskan
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
isntrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
40
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.1
Dengan demikian, dapat dipahami bahawa metode kualitatif
merupakan metode yang digunakan untuk meneliti suatu keadaan yang
alamiah dengan mendeksripsikan kejadian tersebut ke dalam sebuah
deskripsi.
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan beberapa instrumen antara lain:
1. Wawancara
Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau
kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara.2
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan dua metode wawancara,
yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
Wawncara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang
kan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti
telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang alternative jawabannya telah disiapkan. Dalam
melakukan wawancara terstruktur ini, peneliti mengambil sample
yaitu 12 guru dari 50 guru yang mengajar di SD An-Nisaa’, dengan
perincian 6 guru mata pelajaran dan 6 guru kelas.
Sedangkan untuk wawancara tidak terstruktur, wawancara ini
bertujuan untuk memperoleh informasi tertentu. Peneliti
mewawancarai Kepala Sekolah untuk memperoleh informasi
1 Prof. Dr. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2006), h. 9-10
2 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2013), cet ke 15, h.198
41
mengenai pembinaan kinerja guru melalui kegiatan supervisi
akademik kepala sekolah SD An-Nisaa’. Berikut yang terlampir yaitu
pedoman wawancara tidak terstruktur.
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
NO KISI-KISI WAWANCARA KETERANGAN
1 Tanggapan mengenai Kinerja Guru
2 Tanggapan mengenai pelaksanaan
kegiatan supervisi akademik Kepala
Sekolah
3 Strategi dan Metode yang digunakan
dalam pembinaan kinerja guru
4 Teknik supervisi akademik Kepala
Sekolah
5 Peran Kepala Sekolah sebagai
supervisor akademik
6 Hambatan yang dialami dalam
pembinaan kinerja guru serta solusinya
2. Observasi
Dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula
dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap
sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.3 Metode
observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
langsung.
Aspek yang di observasi adalah kegiatan pembinaan kinerja guru.
Peneliti hanya sebagai pengamat yang tidak mengikuti secara penuh
seluruh kegiatan yang dilakukan oleh Wali Kelas sebanyak 6 orang
dalam pembinaan kinerja guru melalui kegiatan supervisi akademik
Kepala Sekolah di SD An-Nisaa’. Pedoman observasi yang digunakan
merupakan pedoman yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3 Ibid, h. 199
42
Tabel 3.3
Pedoman Observasi
NO ASPEK YANG DIOBSERVASI KET.
1 Kegiatan pembinaan kinerja guru
2 Kegiatan supervisi akademik kepala sekolah
3. Studi Dokumen
Dokumentasi, berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya.4
Studi dokumen ini dibutuhkan untuk memperoleh data
pendukung hasil wawancara dan observasi. Adapun dokumen yang
dibutuhkan berupa visi dan misi Sekolah, data-data pengajar, jadwal
kegiatan, kalender pendidikan, kegiatan pembinaan kinerja guru,
serta data lainnya yang relevan dengan penelitian.
Tabel 3.4
Daftar Ceklis Dokumen
NO NAMA DOKUMEN ADA TIDAK KETERANGAN
1 Profil SD An-Nisaa’ v
2 Visi dan Misi SD An-
Nisaa’ v
3 Data Guru v
4 Kalender Pendidikan v Ada, tahun ajaran 2018-2019
5 Program Tahunan v Ada, Kegiatan Pembinaan
Kinerja Guru
6 Program Semester v Ada, Kegiatan Pembinaan
Kinerja Guru
7 Program Pembinaan
Kinerja Guru v
Ada, Perangkat Kinerja Guru
4 Ibid, h. 201.
43
Untuk lebih jelasnya, penggunaan ketiga instrumen pengumpulan data
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.5
Instrumen Pengumpulan Data
No. Aspek yang Diteliti Instrumen Pengumpulan Data
Wawancara Observasi Dokumentasi
1 Tanggapan mengenai
Kinerja Guru v
2
Tanggapan mengenai
pelaksanaan kegiatan
supervisi akademik
Kepala Sekolah
v
3
Strategi dan Metode yang
digunakan dalam
pembinaan kinerja guru
v
4 Teknik supervisi
akademik Kepala Sekolah v
5
Peran Kepala Sekolah
sebagai supervisor
akademik
v
6
Hambatan yang dialami
dalam pembinaan kinerja
guru serta solusinya
v
7 Kegiatan pembinaan
kinerja guru v
8 Kegiatan supervisi
akademik kepala sekolah v
9 Profil SD An-Nisaa’ v
10 Visi dan Misi SD An-
Nisaa’ v
11 Data Guru v
12 Kalender Pendidikan v
14 Program Tahunan v
15 Program Semester v
16 Program Pembinaan
Kinerja Guru v
44
D. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Penelitian merupakan suatu karya ilmiah yang tentu saja harus
dipertanggung jawabkan kebenaran dan kesahihannya. Oleh karenanya,
keabsahan data merupakan kosep untuk mengetahui kesahihan dan
keterdalaman sebuah data. Moleong dalam Iskandar menyatakan bahwa
untuk menetapkan keabsahan (trushworthineness) data diperlukan teknik
pemeriksaan melalui tiga tahap yaitu objektivitas, kesahihan dan
keterdalaman.5
1. Objektivitas
Objektivitas merupakan proses kerja yang dilakukan untuk mencapai
kondisi obyektif. Kriteria objektivitas yang memenuhi syarat minimum
adalah:
a) Desain penelitian dibuat secara baik dan benar;
b) Fokus penelitian tepat;
c) Kajian literatur tepat;
d) Instrumen dan cara pendataan yang akurat;
e) Analisis data dilakukan secara benar; dan
f) Hasil Penelitian bermanfaat bagi pegembangan ilmu pengetahuan.6
2. Kesahihan
Untuk dapat mengetahui kesahihan sebuah data, dapat dilakukan
melalui 2 cara yaitu kesahihan internal dan kesahihan ekternal.
a) Kesahihan Internal
Moleong, Danmin Sudarwan dan Sugiono dalam Iskandar
menyatakan bahwa kesahihan internal dapat dilakukan dengan
beberapa kriteria teknik pemeriksaan, yaitu:
1) Perpanjangan keikutsertaan peneliti dilapangan
2) Meningkatkan ketekunan pengamatan
5 Dr. Iskandar, M.Pd., Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta:
Referensi,2013), cet ke 5, h. 230
6 Ibdi, h. 231
45
3) Triangulasi
4) Analisis kasus negatif
5) Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
6) Tersedianya referensi
7) Member check7
b) Kesahihan Eksternal
Danim dalam Iskandar menyatakan bahwa kriterium kesahihan
eksternal meminta peneliti kualitatif untuk menghasilkan penelitian
yang dapat mendiskripsikan rekonstruksi realita secara lengkap dan
detail sebagaimana dikonstruksikan oleh responden penelitiannya.8
3. Keterdalaman
Pengujian keterdalaman dapat dilakukan dengan mengaudit proses
jalannya penelitian secara keseluruhan. Audit dapat dilakukan mulai
dari bagaimana peneliti mulai menelaah dan menentukan fokus
penelitian, interaksi peneliti dengan lokasi, penguasaan terhadap teori,
turun ke lapangan, kedalaman dan ketajaman peneliti melakukan
analisis dan interpretasi data yang dijadikan sebahai bahan penyusunan
laporan penelitian.9
Keabsahan data digunakan untuk mengetahui kebenaran sebuah data
dengan melakukan tiga tahapan objektivitas, kesahihan dan keterdalaman
sebuah data. Objektivitas dimaksudkan untuk memposisikan proses kerja
pada posisi yang objektif sehingga data yang di dapat pun memiliki hasil
yang objektif. Kesahihan data baik internal ataupun eksternal untuk
mengetahui kesahihan sebuah data. Keterdalaman merupakan evaluasi dan
peninjauan kembali data dan inftomasi yang telah di dapatkan.
E. Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif
terdapat dua model seperti model Mules dan Huberman dan model
Spradley. Analisis pengumpulan data dilakukan selama dan setelah
penelitian berlangsung. Model analisis data Miles dan Huberman dalam
7 Ibid, h. 231
8 Ibid, h. 237
9 Ibid, 237-238
46
Sugiyono menyatakan terdapat tiga langkah yang dapat digunakan dalam
model ini: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Reduksi
data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan,
keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.10 Reduksi data juga
merupakan proses pengumpulan data penelitian, seorang peneliti dapat
menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak
apabila peneliti mampu menerapkan metode observasi, wawancara
atau dokumen yang berhubungan dengan subjek yg diteliti.11
2. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data (data display) dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan menyajikan data, akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.12
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan penemuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi
atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubunga kasual
atau interaktif, hipotesis atau teori.13
Mereduksi data, menyajikan, dan penarikan kesimpulan merupakan
langkah-langkah dalam menganalisis data. Mereduksi berarti memilih dan
merangkum data atau informasi yang diperoleh. Setelah itu, data disajikan
melalui uraian dan dideskripsikan melalui kata-kata. Terakhir penarikan
kesimpulan merupakan membuat kesimpulan atas data yang diperoleh.
10 Prof. Dr. Sugiono, Op. Cit., h. 278
11 Iskandar, Op. Cit., h. 225
12 Sugiono, Op. Cit., h. 280
13 Sugiono, Op. Cit., h. 284
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah SD An-Nisaa’
Sekolah An-Nisaa’ didirikan pada tahun 1995 oleh Bapak Rasyid
Izada dan Ibu Rosfia Rasyid ditengah keprihatinan semakin
menurunnya moral dan akhlak bangsa yang berkembang semakin
tidak bernurani. Keadaan tersebut sangat mengkhawatirkan bahkan
membahayakan masa depan bangsa.
Sekolah An-Nisaa’ telah beroperasi sejak tahun 1995 dimulai dari
Taman Kanak- Kanak. Pada Saat ini, Sekolah An-nisaa’ telah
berkembang dan menyelenggarakan pendidikan bermutu pada tingkat
Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar
(SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk mendukung
tujuannya, Sekolah An-nisaa’ melengkapi diri dengan berbagai sarana
dan prasarana sekolah yang memadai, diantaranya ruangan kelas yang
representatif, lingkungan yang lapang dan bernuasa asri, dua
perpustakaan yang nyaman dan memiliki koleksi memadai, lab
komputer, lab sains, ruang musik, ruang musik kedap suara, antar
jemput, caterring, kantin, mushola yang luas, area parkir, green lab,
UKS, aula, ruang serbaguna, lapangan sepak bola, lapangan futsal dan
lapangan basket.
Berawal dari keinginan “Pendiri” ketika hendak mulai pensiun
tahun 1994 berusaha dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat khususnya
bagi “Generasi Penerus” yang nantinya akan berperan sebagai “Calon
Pemimpin Bangsa” yang akan hidup pada masa datang, penuh dengan
berbagai tantangan, dapat memberikan kemakmuran bagi Bangsa ini.
Dorongan keinginan tersebut timbul dari kenyataan yang menyedihkan
karena Kaum Elit Pemimpin Bangsa yang harusnya mensejahterakan
dan memberi kemakmuran pada rakyat, telah melakukan perbuatan
48
yang tidak terpuji. Mempertahankan kedudukan, pangkat dan jabatan
serta upaya memperkaya diri secara tidak wajar, merupakan tujuan
utama dalam hidup dan sebagai cerminan dari harga diri.
Cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan melalui kekuasaan,
merubah dan mencari kelemahan hukum, melakukan kemunafikan,
membodohi orang awam dan membohongi kebenaran dengan dalih
yang dibuat-buat, dilakukan tanpa merasa berdosa dan malu, malahan
sebaliknya merasa bangga dan terhormat. Rasa nurani pada lubuk hati
yang terdalam, yang mampu melahirkan kebenaran sudah terbelenggu
menjadi tidak berfungsi. Sudah terjadi pergeseran pandangan dan nilai
hidup.
Keadaan tersebut mencerminkan terjadinya krisis akhlaq dan moral
yang sangat membahayakan masa depan Negara dan Bangsa. Bila
dibiarkan apa yang akan terjadi di masa depan jika pola hidup dan
kegiatan serupa berlanjut terus. Kita harus berbuat sesuatu merubah
pola pikir dan pandangan hidup generasi Bangsa. Untuk itu perlu
secara sadar melaksanakan pendidikan umum berbasis agama yang
dapat melahirkan akhlaq dan moral serta nurani yang dibungkus oleh
iman dan taqwa. Arahnya ditujukan pada anak-anak sejak usia dini,
yang akan menjadi pemimpin Bangsa dan Negara di masa depan.
Mereka harus dibekali dengan iman dan taqwa, rasa takut pada Allah
SWT, dan tidak melaksanakan agama secara seremonial, demi
mencapai tujuan dan cita-cita itu kita bersedia berkorban baik materi,
waktu maupun tenaga.
Alhamdulillah berkat ridho-Nya, keinginan tersebut dapat
terwujud, semoga di masa yang akan datang salah seorang siswa/i
Yayasan dapat menjadi Pemimpin Bangsa yang beriman, bertaqwa dan
bernurani. Semoga Allah meridhoi kegiatan ummat yang berusaha di
atas jalannya. Amin.1
1 Website SD An-Nisaa’ http://sekolah-annisaa.sch.id/ di unduh pada 29 April 2019 pukul
22.30 Wib
49
2. Konsep Sekolah
Sekolah An-Nisaa’ merupakan sekolah umum yang bernuansa
nilai-nilai Islam. Namun demikian, Sekolah An-Nisaa’ bukan sekolah
untuk golongan tertentu yang ekslusif sebaliknya, Sekolah An-nisaa’
mendidik siswa dari berbagai latar belakang, menyediakan pendidikan
bermutu guna membekali siswa dengan berbagai kecakapan hidup,
kemampuan intelektual, pengelolaan emosional, dan pemahaman
agama sesuai Al-Qur’an dan Hadits.
3. Kurikulum
Kurikulum Sekolah An-nisaa’ mengacu pada kuriklum DepDiknas
yang diperkaya. Dalam penerapannya, berbagai mata pelajaran saling
dikaitkan melalui tema-tema tertentu yang disebut spider web, dengan
nilai-nilai agam dan nilai-nilai kebaikan universal menjadi ruhnya.
Pengintegrasian berbagai mata pelajaran ditujukan agar siswa
memahami secara mendalam menyeluruh berbagai materi yang
diajarkan dan dapat melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut
pandang disiplin ilmu yang berbeda. Sementera itu, pengintegrasian
nilai-nilai agama dan nilai-nilai kebaikan universal dilakukan dalam
semua pelajaran agar menghasilkan output siswa yang tidak hanya
cerdas secara intelektual, namun juga memiliki akhlak terpuji dan
mampu memahami serta mengaplikasikan ajaran agama sesuai
levelnya.
4. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran active learning merupakan metode
pendidikan yang dipilih oleh sekolah An-Nisaa. Dengan metode active
learning, siswa berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan
analitis, eksplorasi, kritisme sikap ilmiah, dan kemampuan sharing ide
(melalui presentasi atau program lainnya) secara optimal. Guru lebih
50
berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan membimbing siswa
untuk menemukan dan memahami pengetahuan yang sedang
dipelajarinya. Metode ini juga mengacu siswa untuk mandiri dan
kreatif.
Sebagai penunjang, sekolah menyediakan berbagai prasarana
seperti perpustakaan yang dilengkapi buku-buku dan media lain yang
dibutuhkan seperti internet dan berbagai source dari National
Geographic, Discovery, dan lainnya. Ada juga fasilitas Green Lab
untuk media eksplorasi siswa
Sistem pembelajaran melalui tema-tema biasanya diakhiri dengan
puncak tema, yaitu suatu kegiatan yang akan menghimpun semua
pengetahuan yang telah dipelajari. Punck tema dapat berupa
Performace, Field trip ke tempat yang sesuai, mengerjakan suatu
project, atau pameran.
5. Visi dan Misi SD An-Nisaa’
Setiap sekolah memiliki cita-cita bersama yang ini dicapai. Cita-
cita tersebut dituangkan ke dalam visi dan misi sehingga tergambar
jelas kegiatan yang dilakukan untuk mencapi cita-cita tersebut.
Adapun visi dan misi SD An-Nisaa’ adalah:
a) Visi
Menjadi institusi pendidikan terkemuka di dunia demi terwujudnya
pemimpin sejati yang tangguh dan amanah
b) Misi
1) Menyediakan SDM handal yang High Quality yang mengarah
pada kinerja world class, berkualitas di bidangnya, berkarakter
kuat, dan mampu berkomunikasi dalam bahasa internasional
2) Menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang
berkualitas minimal sesuai dengan standard Nasional.
3) Mewujudkan akhlak mulia dalam kehidupan sehari hari serta
prestasi akademik dan non akademik bertaraf Internasional.
51
4) Menghasilkan Excellent Outcome melalui pembentukan
karakter kepemimpinan setiap siswa/i sesuai usia dan
kemampuannya.
5) Menerapkan kurikulum tingkat pendidikan yang diperkaya dan
standar kompetensi lulusan yang sesuai dengan usia dan
kemampuan peserta didik.
6) Melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif,
yang menyenangkan guna mendorong peningkatan motivasi
belajar sepanjang hayat.
7) Menerapkan pelayanan prima, yang ramah, tanggap-akurat
dengan cara penerapan sistem manajemen mutu bertaraf
internasional.
8) Mempersiapkan lembaga yang berorientasi masa depan dan
berkelanjutan
9) Mengukur efektifitas ketercapaian pelaksanaan misi.2
Perumusan visi biasanya menggunakan kata “menjadi”
karena berbicara mengenai cita-cita dan keinginan. Misalnya:
Menjadi institusi pendidikan terkemuka di dunia demi terwujudnya
pemimpin sejati yang tagguh dan amanah. Misi merupakan
kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai visi. Misi tersebut
diharapkan mampu mendukung pencapain visi yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, pihak sekolah harus mampu
melaksanakan misi tersebut dalam bentuk kegiatan yang nyata
sehingga ada manfaat yang diperoleh dalam mencapai visi yang
telah ditetapkan. Dalam visi sekolah An-nisaa ada beberapa point
yang mengarah kepada proses pembinaan guru, pada point 1 dan 6
yang berbunyi “menyediakan SDM yang handal yang High Quality
yang mengarah pada kinerja world class, berkualitas di bidangnya,
berkarakter kuat, dan mampu berkomunikasi dalam bahasa
2 Data dokumentasi Sekolah
52
internasional dan Melaksanakan proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, inovatif, yang menyenangkan guna mendorong
peningkatan motivasi belajar sepanjang hayat” pada kedua point
tersebut berlandasan pada teori yang ada menyebutkan bahwa
usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru
merupakan komponen yang harus dibina dan dikembangkan terus
menerus. Pembinaan guru sangatlah penting dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Pembinaan guru selama ini adalah dari kepala
sekolah dan pengawas. Maka dari pada itu sekolah lebih
mengedepankan SDM yang handal yang High Quality yang
mengarah pada kinerja world class guna memajukan sekolah An-
Nisaa’ menjadi lebih baik lagi kedepannya.
6. Data Kepala dan Guru SD An-Nisaa’
Kepala SD An-Nisaa’ adalah Muhammad Romli, M.Pd. Beliau
menjabat sebagai Kepala Sekolah mulai dari tahun 2018-Sekarang.
Jumlah guru di SD An-Nisaa’ tahun ajaran 2018-2019 berjumlah
51 orang guru. Jumlah guru tersebut merupakan gabungan antara guru
tetap dan tidak tetap. Guru tetap berjumlah 43 orang dan guru tidak
tetap berjumlah 8 orang. 49 guru lulusan S1 dan 2 guru lulusan S2.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran table 4.1. Latar
belakang pendidikan terakhir yang dimiliki beberapa guru tidak semua
sesuai dengan mata pelajaran yang diampu yaitu ada beberapa guru
lulusan S1 Sosiologi mengajar sebagai guru agama, S1 Pendidikan
Teknik Pembangunan mengajar sebagai guru kelas, S1 Pendidikan
Teknik Elektro mengajar sebagai guru kelas, S1 Kedokteran Hewan
mengajar sebagai Guru Kelas, S1 Ilmu hukum mengajar sebagai guru
kelas, S1 pendidikan Ekonomi akuntansi mengajar sebagai guru kelas,
S1 Teknik elektro mengajar sebagai guru kelas, kurang lebih ada
sekitar 18 guru yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.
Hal ini akan sangat berdampak kepada proses belajar mengajar
53
didalam kelas sebagai kepala sekolah harus lebih meningkatkan
pembinaan terhadap guru-guru yang tidak sesuai dengan mata
pelajaran yang diampu yaitu melalui proses pembinaan kinerja guru
dikelas, guna meningkatkan pemahaman kompeternsi guru terutama
kompetensi pedagogik, dan kompetensi profesionalisme menyangkut
tugas pokok dan fungsi guru, kompetensi guru, dan pemahaman
kurikulum, selain itu kepala sekolah yang berfungsi sebagai supervisor
juga harus meningkatkan kemampuan guru dalam
mengimpelementasikan standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan dan standar penilaian bagi guru-guru yang bukan berasal dari
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, walaupun belum sepenuhnya lulusan
PGSD memahami akan kompetensi yang harus dimiliki seorang guru.
Berdasarkan data guru diatas, dapat diketahui bahwa guru sekolah
An-nisaa merupakan guru yang harus selalu diberikan binaan dan
supervisi akademik secara profesional sesuai dengan komponen
supervisi yang ada dan juga harus berkelanjutan. Jika dilihat dari latar
belakang pendidikan terakhir mereka, kepala sekolah harus
memberikan pelatihan yang cukup terkait dengan peningkatan
profesionalisme seorang guru, karena ketidaksesuaian latar belakang
pendidikan akan berdampak serius bagi pembelajaran dikelas nantinya.
Maka daripada itu kepala sekolah harus lebih memperhatikan latar
belakang pendidikan seorang guru yang akan mengajar disekolah
tersebut pada waktu proses rekruitmen guru baru nantinya.
7. Data Siswa SD An-Nisaa’
Data siswa di SD An-nisaa’ tahun ajaran 2019-2020 masing-
masing memiliki 3 rombongan belajar pada tiap tingkatanya. Kelas I
memiliki 83 siswa, kelas II memiliki 83 siswa, kelas III memilik 83
siswa, kelas IV memiliki 84 siswa, kelas V memiliki 82 siswa, dan
54
kelas VI memiliki 84 siswa. Jadi, siswa SD An-nisaa’ berjumlah 499
siswa.3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1
Jumlah Siswa dan Rombongan Belajar
No. Data Siswa Kelas
I
Kelas
II
Kelas
III
Kelas
IV
kelas
V
Kelas
VI Total
1 Jumlah Siswa 83 83 83 84 82 84 499
2 Rombongan
Belajar 3 3 3 3 3 3 18
Sumber: Dokumentasi Sekolah
Data tersebut menunjukkan bahwa sekolah tersebut dapat
dikategorikan sebagai sekolah yang cukup diminati. Dan juga sekolah
sudah sangat ideal dalam pembagian jumlah siswa dan guru. Idealnya,
satu guru membina 10 orang siswa di Sekolah. Jika 51 guru : 499
siswa maka satu guru membina 9 orang siswa. Hal ini sudah sangat
membantu dalam pembinaan guru. Hal ini akan lebih memudahkan
pada pembinaan yang dilakukan guru dan sudah sesuai dengan standar
yang ada.
8. Sarana dan Prasarana SD An-Nisaa’
Sarana prasarana yang dimiliki SD An-Nisaa’ sudah memadai
untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Dan seiring perkembangan
waktu SD An-Nisaa’ terus menerus menambah sarana dan prasarana
sesuai dengan kebutuhan. Sarana dan prasarana yang ada di SD An-
Nisaa’ terdiri dari:
a. Ruang kelas yang berjumlah 18, sesuai dengan rombongan belajar
siswa dengan rataan 28 siswa tiap kelas
b. Laboratorium Komputer yang berjumlah 2
c. Ruang Perpustakaan
3 Dokumen Profil SDIT An-Nisaa 2019-2020
55
d. Ruang Sanitasi yang berjumlah 13
e. Ruang Kepala Sekolah
f. Ruang Guru
g. Ruang Ibadah
h. Ruang Musik
i. Ruang Serbaguna
j. Ruang studio Musik
k. Ruang UKS
l. Sarana Olahraga
m. Sarana Antar Jemput
n. Sarana Parkir.4
Berdasarkan data yang ada dari dokumen sekolah, sarana prasarana
yang dimiliki sudah cukup untuk mencapai visi dan misi sekolah.
Ruang kelas sebanyak 18 kelas dengan rataan 28 siswa setiap kelas,
ruangan ini sesuai dengan jumlah rombongan belajar sehingga
membantu ketercapaian visi dan misi yang ada. Dari data yang ada
semua sarana dan prasarana sekolah An-nisaa’ sudah sesuai dengan
standar yang ada yaitu memiliki 2 laboratorium komputer, 13 ruang
sanitasi, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru,
1 ruang ibadah, 1 ruang musik, 1 ruang serbaguna, 1 ruang Studio
musik, 1 ruang UKS, Sarana Antar jemput, dan sarana parkir. Dalam
Peraturan Pemerintah No.24 tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana
sekolah menyebutkan Sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki
prasarana sebagai berikut : 1). Ruang kelas, 2) ruang perpustakaan, 3)
laboratorium IPA, 4). Ruang pimpinan, 5) ruang guru, 6).Tempat
ibadah, 7). Ruang UKS, 8). Jamban, 9).Gudang, 10).Ruang sirkulasi,
11). Tempat bermain/olahraga5.
Berdasarkan data yang ada diatas, dapat disimpulkan bahwa sarana
prasarana sekolah An-Nisaa’ sudah memenuhi standar dari peraturan
4 Dokumentasi Sekolah
5 Peraturan Pemerintah No.24 tahun 2007 tentang standar Sarana dan prasarana sekolah
56
pemerintah no.24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana
sekolah, hal ini dapat menunjang keberhasilan seorang kepala sekolah
dalam melakukan binaan terhadap guru-guru pada sekolah An-Nisaa
dengan lebih baik dan profesional.
B. Deskripsi dan Analisis Data Penelitian
Berdasarkan informasi yang telah didapatkan dengan wawancara,
observasi, dan dokumentasi, diperoleh informasi bahwa pembinaan kinerja
guru melalui kegiatan supervisi akademik dan pendidikan dan pelatihan
terkait hal-hal yang dibutuhkan oleh guru dalam mengembangkan
profesinya.
1. Kegiatan Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Salah satu tugas Kepala Sekolah adalah merencanakan
supervisi akademik. Agar Kepala Sekolah dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik, maka Kepala Sekolah harus memiliki
kompetensi membuat rencana program supervisi akademik.
Perencanaan supervisi merupakan pedoman bagi Kepala Sekolah untuk
memberikan arah pelaksanaan supervisi yang memuat tujuan dan
sasaran supervisi yaitu guru. Tujuan dari diadakannya supervisi adalah
agar guru mampu menjalankan tugasnya dan menjadi guru yang
profesional. Penelitian yang dilakukan di SD An-Nisaa membahas
mengenai pelaksanaan, teknik supervisi dan tindak lanjut supervisi
akademik. Berdasarkan temuan penelitian tersebut diketahui bahwa
tujuan supervisi akademik di SD An-Nisaa adalah memberikan
bantuan kepada guru-guru yang memerlukan pembinaan, tindak lanjut
maupun untuk perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Madrasah
(M.Romli, 11 Maret 2019) mengatakan bahwa pelaksanaan supervisi
akademik dilaksanakan minimal setahun dua kali yaitu pada semester
ganjil dan semester genap, biasanya dilaksanakan masing-masing
dipertengahan semester yang dilakukan oleh wakil kepala sekolah dan
juga yayasan.
57
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi di
SD An-Nisaa sudah berjalan dengan baik, berdasarkan kajian teori
yang ada seorang supervisor harus memenuhi prinsip supervisi
akademik yaitu kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis,
berencana dan kontinu.
Selain pelaksanaan supervisi akademik seorang kepala Sekolah
harus mengerti dan paham dengan teknik dalam supervisi akademik
baik teknik bersifat individual, yaitu dengan teknik yang dilaksanakan
oleh seorang guru secara individual dan teknih yang bersifat
kelompok, yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu
orang.
a. Kunjungan Kelas
Supervisi merupakan kegiatan pembinaan yang dilakukan
kepala sekolah kepada guru untuk membantu memperbaiki situasi
pembelajaran agar para siswa dapat belajar lebih efektif dengan
prestasi belajar yang meningkat. Supervisi kunjungan kelas adalah
salah satu teknik supervisi yang dilakukan kepala sekolah dengan
cara mengunjungi kelas untuk mengamati secara langsung
bagaimana performa guru dalam pembelajaran serta membantu
meningkatkan proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa
semakin baik. Proses pembelajaran (instruction) adalah kegiatan
yang dilakukan guru untuk membantu siswa belajar. Dalam proses
pembelajaran di kelas siswa dianggap telah belajar apabila tujuan
pelajaran yang dirumuskan (TPK) telah dikuasai oleh siswa. Peran
guru sangat besar dalam proses pembelajaran karena sebagai
penanggung jawab dan sebagai pengelola proses pembelajaran di
kelas. Kinerja Guru adalah hasil pekerjaan yang dikerjakan sesuai
dengan tuntutan profisi guru, yang ditunjukkan dengan
produktivitas kerja tinggi yang semakin lama semakin baik dan
bermutu.
58
Kegiatan kunjungan kelas yang diadakan Kepala SD An-
Nisaa’ dilakukan rutin setiap bulannya, hal ini dilakukan untuk
memantau performa masing-masing guru dan mengkomunikasikan
kepada guru yang bersangkutan apabila dalam proses
pembelajaran menemui hambatan atau kendala. Sejauh ini
kegiatan kunjungan kelas dirasakan cukup efektif, hal ini
disampaikan oleh salah satu guru yaitu Ibu Warningsih selaku
guru kelas 5 SD. Beliau menyampaikan dengan adanya kunjungan
kelas ini cukup membantu, karena jikalau beliau menemukan
hambatan pada proses pembelajaran kepala sekolah memberikan
solusi terhadap masalah yang dihadapinya.6
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD
An-Nisa mengatakan bahwa teknik supervisi yang biasa dilakukan
dimulai dengan pembuatan program tahunan, silabus, RPP, lalu
kemudian diperiksa dan dilakukan penilaian dari salah satu item
tersebut. Kemudian ada teknik kunjungan kelas, yang mana guru
dipantau langsung ketika sedang mengajar, serta ada banyak poin-
poin yang dinilai dan setelah itu guru diberikan masukan agar pada
saat supervisi selanjutnya guru bisa menjalankan sesuai dengan
arahan sebelumnya. 7
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepala Sekolah SD
An-Nisaa sudah melakukan teknik yang bersifat individual yaitu
dengan melakukan kunjungan Kelas sebagai supervisor yaitu
dengan melihat atau mengamati cara guru mengajar di Kelas
dengan tujuan untuk memperoleh data menganai keadaan
sebenarnya selama guru mengajar. Kunjugan kelas ini juga sangat
membantu guru untuk meningkatkan kualitas cara mengajar dan
belajar siswa ketika supervisor menemukan kekurangan pada guru
tersebut maka akan ada masukan yang diberikan oleh seorang
supervisor agar kedepannya kegiatan belajar dan mengajar menjadi
lebih baik lagi. Selain kunjungan kelas Kepala Sekolah SD An-
6 Hasil wawancara tertutup dengan Ibu Warningsih 7 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Bapak Muhammad Romli
59
Nisaa juga melakukan metode percakan pribadi, hal ini sesuai
dengan kajian teori yang ada, yaitu seorang supervisor dan guru
melakukan pertemuan untuk membicarakan masalah-masalah yang
dihadapi guru dengan tujuan untuk memberikan kemungkinan
pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang
dihadapi, menumpuk dan mengabankan cara mengajar yang lebih
baik.
b. Kegiatan Rapat Guru
Adapun selain teknik bersifat individual kepala sekolah SD
An-Nisaa juga melakukan salah satu teknik Kelompok yaitu Rapat
guru, dimana pelaksanaan dan pengembangan kurikulum,
pembinaan atau tata laksana sekolah yang dijadikan materi rapat
dalam rangka kegiatan supervisi dengan tujuan untuk memberikan
bantuan kepada seluruh guru secara umum.
Selain teknik kunjungan kelas, teknik percakapan langsung
juga digunakan dimana kepala sekolah mengkomunikasikan
dengan guru terkait hambatan-hambatan apa yang sering dialami
guru pada saat mengemban tugasnya, lalu kepala sekolah
memberikan solusinya atas permasalahan yang dihadapi. Teknik
yang terakhir yaitu kepala sekolah melibatkan atau
mengikutsertakan guru dalam kegiatan rapat guru.8
Akan tetapi untuk menghasilkan hasil supervisi yang lebih
baik seorang kepala sekolah tidak hanya melakukan teknik
kelompok rapat guru saja, melainkan dengan mengadakan diskusi
kelompok, mengadakan penataran-penataran baik untuk guru-guru
bidang studi tertentu, metodologi pengajaran, serta penataran
tentang administrasi pendidikan, semua dapat menunjang
keberhasilan guru dan kepala sekolah dalam menciptakan sekolah
yang unggul dan kompetitif.
8 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Bapak Muhammad Romli
60
Kegiatan rapat guru di SD An-Nisaa’ dilakukan secara rutin
setiap bulannya yang dipimpin langsung oleh kepala sekolah.
Kegiatan rapat guru ini ditujukan untuk menginformasikan arah
dan kebijakan sekolah terbaru juga tentang program-program
kegiatan pembelajaran inovatif. Selain itu, memberi kesempatan
kepada guru untuk saling berinteraksi, serta saling bertukar ide
dalam mengatasi dan mengelola kesulitan dikelas. Serta kegiatan
rapat ini digunakan sebagai pengumuman hasil evaluasi kinerja
guru pada bulan lalu
serta memotivasi dan mengumumkan kinerja yang diharapkan pada
bulan yang akan mendatang.
Rapat guru juga diadakan rutin setiap semester dan setiap
tahun menjelang tahun ajaran baru sekolah. Berdasarkan hasil
wawancara yang saya lakukan, hampir semua guru di SD An-
Nisaa’ mengikuti kegiatan rapat ini. Salah satu gurunya yakni Ibu
Tuti Alawiyah selaku Guru Kelas, beliau menyampaikan bahwa
rutin mengikuti kegiatan rapat yang diselenggarakan di SD An-
Nisaa’.9 Dengan kegiatan rapat rutin ini diharapkan dapat
meningkatkan profesionalisme mereka sebagai guru dan sebagai
bahan evaluasi untuk meningkatkan kinerja atau performa mereka.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara tertutup dengan
para guru SD An-Nisaa terkait dengan Supervisi Akademik kepala
sekolah dengan mengambil sample 12 guru yang diwawancarai
dengan hasil sebagai berikut :
9 Hasil wawancara tertutup dengan Ibu Tuti Alawiyah
61
Tabel 4.2
Data Hasil Wawancara Tertutup Guru SD An-Nisaa’
Supervisi Akademik Kepala Sekolah
1 Kepala Sekolah bersama guru menetapkan waktu/jadwal
kegiatan supervisi 10 2 -
2
Kepala Sekolah bersedia melakukan penjadwalan ulang
kegiatan supervisi akademik ketika guru tidak bisa
melaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan
9 3 -
3 Saya merasa nyaman pada saat kepala sekolah
melakukan kunjungan kelas 6 5 1
4 Kepala Sekolah membawa instrumen ketika melakukan
supervisi akademik 10 2 -
5 Kepala Sekolah mengisi instrumen ketika melakukan
supervisi akademik 10 2 -
6
Kepala Sekolah membuat rekaman tertulis terhadap
peristiwa penting yang terjadi ketika melakukan
supervisi akademik
10 2 -
7 Kepala Sekolah melakukan analisis terhadap hasil
supervisi akademik 10 2 -
8
Kepala Sekolah menanyakan kesan guru terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan pada waktu di
supervisi
5 3 4
9 saya merasa memperoleh manfaat dari hasil supervisi
akademik Kepala Sekolah 6 5 1
10 Kepala Sekolah menyampaikan hasil supervisinya
kepada guru tentang apa yang telah di supervisi 5 3 4
11
Kepala Sekolah memberikan saran-saran
perbaikan/peningkatan pembelajaran sebagai tindak
lanjut supervisi
5 3 4
Berdasarkan hasil wawancara tertutup maka diperoleh data
sebagaimana terlampir ditabel atas yaitu Kepala Sekolah bersama
guru menetapkan waktu/jadwal kegiatan supervisi dengan nilai
tertinggi 10 (Selalu) hal ini berarti kepala sekolah selalu
melibatkan para guru dalam membuat perencanaan supervisi
akademik hal ini diperkuat berdasarkan Permendiknas no.39 tahun
2009 yang menyebutkan bahwa ruang lingkup supervisi akademik
meliputi : a) membina guru dalam merencanakan, melaksanakan
dan menilai proses pembelajaran, b) memantau pelaksanaan
standar isi, c) memantau pelaksanaan standar proses, d) memantau
62
pelaksanaan standar kompetensi kelulusan, e) memantau
pelaksanaan standar tenaga pendidik dan f)memantau pelaksanaan
standar penilaian. Sedangkan untuk Kepala sekolah bersedia
melakukan penjadwalan ulang kegiatan supervisi akademik ketika
guru tidak bisa melaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan
mendapatkan hasil 9 (Selalu) dan hasil 3 (Sering) dalam artian
Kepala Sekolah selalu memberikan kesempatan bagi setiap guru
yang berhalangan untuk dilakukan supervisi akademik oleh Kepala
Sekolah guna untuk memperbaiki kekurangan guru yang
ditemukan saat dilakukannya supervisi akademik, pada point
selanjutnya guru merasakan nyaman pada saat Kepala Sekolah
melakukan kunjungan ke kelas yaitu dengan hasil tertinggi 6
(selalu), 5 (Sering), 1 (kadang) dalam artian banyak dari guru
merasakan nyaman atas kedatangan Kepala Sekolah dalam
kunjungan ke kelas, sedangkan adapula guru yang merasakan tidak
nyaman ketika Kepala Sekolah datang berkunjung ke kelas mereka.
Hal ini berdasarkan dari kajian teori tentang penilaian
teknik yang bersifat individual yaitu superivisor datang ke kelas
untuk melihat atau mengamati cara guru mengajar di kelas hal ini
dapat memperkuat bahwa Kepala Sekolah melakukan Supervisi
Akademik melalui teknik yang bersifat individual, selain
merasakan nyaman kepala sekolah juga membawa instrumen
ketika melakukan supervisi akademik, Kepala Sekolah mengisi
instrumen ketika melakukan supervisi akademik, kepala sekolah
membuat rekaman tertulis terhadap peristiwa penting yang terjadi
ketika melakukan supervisi akademik, dan kepala sekolah
melakukan analisis terhadap hasil supervisi akademik dari 4 point
tersebut mendapatkan hasil dengan nilai tertinggi 10 (Selalu), 2
(Sering) hal tersebut menyatakan bahwa Kepala Sekolah SD An-
Nisaa’ sudah melakukan supervisi akademik sesuai dengan tujuan
dan prinsip supervisi akademik yaitu supervisi akademik
63
dilaksanakan untuk memonitor atau memantau proses belajar
mengajar di sekolah hal ini dapat dicapai dengan melakukan
kunjugan kelas selama jam belajar, berkomunikasi secara personal
dengan guru atau kolegannya, atau berkomunikasi dengan
beberapa siswa. Selain itu Kepala Sekolah An-Nisaa’ sudah
melakukan penilaian akademik sesuai dengan apa yang ada pada
teori yang ada yaitu dengan membawa instrumen penilaian sebagai
alat ukur sebagai acuan untuk menilai kinerja guru.
2. Pembinaan Kinerja Guru
Dengan menganalisis jawaban yang telah diberikan oleh
beberapa narasumber, mulai dari kepala sekolah dan guru, ternyata
pembinaan kinerja guru memiliki manfaat dan dampak yang positif.
Hal yang paling terasa ialah oleh guru itu sendiri, karena guru lah yang
memiliki dampak langsung dengan adanya pembinaan kinerja guru.
Menurut beberapa guru, dengan adanya pembinaan kinerja
guru sangat bermanfaat bagi pengembangan profesionalitas guru. Hal
ini dirasakan oleh salah satu guru di SD An-Nisaa’ yaitu Bu Maya
yang mana beliau merupakan tenaga pengajar Bahasa Inggris. Seperti
yang kita ketahui, bahwasanya pembinaan guru berarti serangkaian
usaha bantuan kepada guru terutama bantuan berwujud layanan
profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan
pengawas serta pembina lainnya, untuk meningkatkan proses dan hasil
belajar siswa.10 Maka dengan adanya pembinaan kinerja guru, terjadi
peningkatan kualitas guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Selain itu, dengan diadakannya pembinaan seperti ini guru
dapat menerapkan apa yang mereka sudah dapat pada saat pelatihan
dalam setiap proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Dengan adanya pelatihan ini memberikan manfaat
10 Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h.12
64
bagi pengembangan profesi mereka sebagai guru. Pelatihan yang
diselenggarakan oleh Kepala SD An-Nisaa’ dalam rangka
meningkatkan kinerja guru antara lain pelatihan bahasa Inggris,
pelatihan Tahsin, serta diikutsertakan dalam kegiatan rapat guru.
Berdasarkan hasil wawancara saya dengan Kepala SD An-
Nisaa’ ada beberapa kegiatan pembinaan yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan kinerja guru :
Ada beberapa program pembinaan yang sudah berjalan maupun
yang akan dilakukan secara berkala yang sudah direncanakan,
misalnya seperti supervisi yang sudah dilaksanakan ke semua guru,
pelatihan-pelatihan guru seperti pelatihan bahasa inggris, pelatihan
tahsin, lalu ada program HOTS (High Other Thinking Skill) yang
mana pelatihan ini ditujukan bagi guru untuk pembuatan soal-soal,
selain itu ada pula kegiatan rutinitas lainnya seperti rapat guru yang
dilakukan sebulan sekali, serta seminar-seminar di sekolah maupun
diluar sekolah yang mana disesuaikan dengan kebutuhan guru yang
akan dilakukan pembinaan. Pembinaan kinerja juga ditinjau dari
kedisiplinan guru berupa kehadiran dan persiapan kelas, karena disini
guru bukan hanya memiliki tugas untuk mengajar, melainkan juga
bagaimana guru dapat membuat murid-murid tertarik dan mencontoh
apa saja yang sudah diajarkan oleh guru.11
Dari hasil pemaparan tersebut dapat kita ketahui bahwasanya
pelatihan yang diselenggarakan dilaksanakan secara rutin dan
terencana. Hal ini dimaksudkan semata-mata untuk mengembangkan
profesionalitas guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Salah satu guru yang merasakan dengan adanya kegiatan
pelatihan yaitu Bu Nana selaku guru kelas 2, yang mana beliau
merasakan manfaat dari adanya kegiatan pelatihan yang
diselenggarakan oleh pihak sekolah. Bu Nana menerangkan
bahwasanya beliau mengikuti setiap kegiatan pelatihan, antara lain
pelatihan bahasa Inggris, pelatihan tahsin, serta pelatihan dan seminar
lainnya yang diselenggarakan.12 Namun ada guru yang kurang antusias
dengan pelatihan yang ada, hal ini terlihat dari kurangnya antusias
11 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Bapak Muhammad Romli 12 Hasil wawancara tertutup dengan Ibu Nana
65
yang dirasakan.13 Dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa
kepala sekolah disini menggunakan strategi dan metode yang
disesuaikan dengan kebutuhan guru itu sendiri. Pemilihan strategi dan
metode ini diperlukan guna pembinaan yang dilakukan tepat sasaran
dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Apabila ada hal yang
kurang sesuai dengan guru yang bersangkutan maka diperlukan
komunikasi antara kepala sekolah dengan guru itu sendiri, agar dapat
mengetahui kendala apa yang dirasakan pada saat pelatihan.
Pembinaan disini tidak berfokus pada guru itu sendiri,
melainkan bagaimana cara kepala sekolah untuk dapat melaksanakan
pembinaan dengan tepat sasaran dan berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Kepala sekolah disini melakukan cara supervisi klinis
yaitu kepala sekolah selaku supervisor mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap cara guru mengajar dan melaksanakan diskusi
balikan antara guru dan kepala sekolah. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh umpan balik terkait dengan apa saja yang dirasakan oleh
guru pada saat proses berlangsung, sehingga jika ditemukan kendala
dapat dicarikan solusi untuk memperbaikinya, serta apabila ada hal
positif yang dirasakan dapat dibagikan kepada guru yang lainnya yang
menemukan kesulitan.
Berdasarkan hasil wawancara, beberapa guru merasakan
dampak adanya kegiatan supervisi klinis yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah disela-sela kegiatan pembinaan tersebut. Salah satu guru yang
merasakan manfaat tersebut ialah Ibu Darmaniarty selaku guru mata
pelajaran di SD An-Nisaa’, beliau menuturkan bahwasanya beliau
dengan kepala sekolah selalu mengkomunikasikan apabila menemui
hambatan dalam proses kegiatan pembelajaran. Selain itu, kepala
sekolah juga menanyakan terkait perkembangan/kemajuan yang telah
dicapai dalam mengemban tugas profesi sebagai guru.14 Hal ini
13 Hasil wawancara tertutup dengan Ibu Lisa 14 Hasil wawancara dengan Ibu Darmaniarty
66
dilakukan agar kepala sekolah dapat memperoleh umpan balik terkait
proses pembinaan yang diselenggarakan, serta dapat menjadi bahan
evaluasi selanjutnya agar jauh lebih baik.
Dalam melakukan pembinaan kinerja guru pastinya ditemui
hambatan atau kendala pada saat pelaksanaannya. Hal ini diungkapkan
oleh Kepala SD An-Nisaa’ :
Selama ini hampir tidak ada hambatan yang berarti, guru dapat
mengikuti dan memahami program-program pembinaan yang sudah
ditetapkan sejak awal. Permasalahan yang biasa ditemukan hanya
masalah waktu atau kehadiran guru ketika sudah ada jadwal
pembinaan, guru yang bersangkutan tidak dapat hadir. Lalu solusi
yang bisa kami berikan yaitu penjadwalan ulang untuk dilakukan
pembinaan kembali.15
Dari pemaparan beliau dapat diketahui bahwasanya kendala
yang dirasakan yakni terkait dengan penjadwalan dari kegiatan
pembinaan itu sendiri, baik itu pelatihan atau seminar yang
dilaksanakan di luar ataupun di dalam sekolah. Hal yang bisa
dilakukan oleh kepala sekolah selaku supervisor yaitu dengan
penjadwalan ulang dengan masing-masing guru tersebut. Penjadwalan
ulang disini dilihat dari kegiatan pembinaan yang dilakukan. Apabila
diselenggarakan oleh pihak sekolah (intra) bisa saja dilakukan
penjadwalan sewaktu-waktu, namun bila dilakukan oleh pihak luar
maka akan dikonfirmasi terlebih dulu kepada pihak yang bersangkutan
terkait dengan guru yang tidak bisa hadir. Disini kepala sekolah
pastinya mencari jalan terbaik agar seluruh guru dapat merasakan
manfaat dari kegiatan pembinaan yang diselenggarakan.
Untuk memaksimalkan kegiatan pembinaan kinerja guru,
Kepala SD An-Nisaa’ memfasilitasi guru-guru dengan diadakannya
pelatihan agar meningkatkan performa atau kinerja mereka dalam
proses kegiatan pembelajaran. Berikut beberapa kegiatan pelatihan
yang diselenggarakan.
15 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Bapak Muhammad Romli
67
a. Pelatihan Tahsin
Sebagai salah satu insitusi pendidikan islam, sudah
sepatutnya sumber daya manusianya terutama para tenaga pendidik
diberi bekal atau wawasan keislaman. Salah satu bentuk kegiatan
pembinaan yang disediakan oleh SD An-Nisaa’ yaitu pelatihan
tahsin. Tahsin sendiri yaitu suatu metode menyempurnakan
pengucapan huruf-huruf Al-Qur’an. Tujuan dari adanya pelatihan
tahsin ini yaitu agar guru dapat menyempurnakan pembacaan Al-
Qu’ran sesuai dengan kaidah bacaan tajwid dan agar
menghindarkan diri dari kesalahan bacaan Al-Qur’an. Selain itu,
apabila guru sudah dinilai baik dalam mengimplementasikan
metode tahsin ini, diharapkan mereka dapat mengajarkan kepada
peserta lainnya yang belum paham, sehingga adanya transfer ilmu
antara guru yang satu dengan guru yang lainnya, dan ilmu yang
didapatkan jauh lebih bermanfaat.
Pelatihan tahsin ini diadakan setiap 2 kali setiap bulannya
dan pengajarnya yaitu dari pihak SD An-Nisaa’ sendiri, dan waktu
pelaksanaannya bergantian dengan pelatihan bahasa inggris.
Metode pengajaran yang diterapkan yaitu ceramah dan tanya
jawab. Pada saat proses pembelajaran, guru didampingi oleh
pelatih pada saat praktik membaca satu per satu. Biasanya setelah
diadakan pelatihan, pada hari yang bersamaan juga dilaksanakan
evaluasi dari kegiatan tersebut. Evaluasi yang diadakan yaitu guru
mencoba membaca ayat pada Al-Qur’an satu persatu. Penentuan
ayat biasanya disesuaikan dengan materi yang sedang dibahas,
sehingga ada korelasi antara materi dan bacaan yang dibaca. Guru
juga diberikan modul materi tersendiri, hal ini dimaksudkan agar
mereka dapat mempelajarinya secara terus-menerus dan
mempermudah pada saat pelatihan sedang berlangsung.
Dengan diadakannya pelatihan tahsin ini, banyak guru yang
merasakan manfaat dari adanya pelatihan ini. Salah satu guru yang
68
merasakan manfaatnya yaitu Bapak Nur Rokhmad selaku Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) di SD An-Nisaa’. Beliau
merasakan manfaat dari adanya pelatihan ini, meskipun beliau
memang merupakan guru pengampu pelajaran Pendidikan Agama
Islam namun dengan diadakannya pelatihan ini, wawasan beliau
semakin berkembang dan mampu meningkatkan serta mengasah
kemampuan beliau dalam pengucapan bacaan Al-Qur’an.16
Pelatihan tahsin di SD An-Nisaa’ dinilai sudah berhasil
dilakukan kepada guru-guru dikarenakan antusias yang besar dan
respon positif dari mereka. Diharapkan pelatihan tahsin ini dapat
terus diadakan secara berkelanjutan dan tidak hanya diadakan
selama 2 kali setiap bulannya. Sebab pelatihan tahsin ini salah satu
pelatihan yang diminati oleh guru-guru di SD An-Nisaa’. Selain
itu, baiknya pelatihan tahsin ini mengundang pengajar dari pihak
luar, karena pelatihan yang sedang berjalan sekarang ini masih
diajar oleh guru yang mengajar di SD An-Nisaa’. Alangkah
baiknya agar guru merasakan suasana pembelajaran yang baru,
sewaktu-waktu dapat mengundang pengajar dari luar sekolah.
b. Pelatihan Bahasa Inggris
Seiring tumbuhnya peradaban baru dalam pengembangan
pengetahuan dan teknologi, maka perlu ditekankan bahwa
komunikasi adalah hal terpenting yang paling mendasar. Tentu saja
dalam memberikan pengertian dan pemahaman kita dituntut
mampu mengikuti perubahan jaman dengan tidak berpangku pada
kebiasaan. Kita dituntut berbenah dan berubah dengan cerdas
dalam artian dapat menginterprestasikan diri dengan terus belajar
terutama Bahasa Inggris. Sesuai dengan misi dari SD An-Nisaa’
yaitu menyediakan SDM handal yang High Quality yang mengarah
pada kinerja world class, berkualitas di bidangnya, berkarakter
16 Hasil Wawancara Tertutup, Bapak Nur Rokhmad
69
kuat, dan mampu berkomunikasi dalam bahasa internasional, maka
pihak sekolah pun menyediakan pembinaan bagi gurunya yaitu
berupa pelatihan bahasa inggris. Bahasa inggris merupakan bahasa
yang sudah disepakati sebagai bahasa internasional yang hampir
digunakan di seluruh dunia. Mempelajari bahasa inggris di era
globalisasi saat ini merupakan hal yang penting guna bekal
melewati tantangan berat di era pendidikan saat ini.
Waktu pelatihan bahasa inggris yang diselenggarakan di
SD An-Nisaa’ sama seperti pelatihan tahsin yaitu 2 kali setiap
bulannya dan durasi setiap pertemuannya yaitu 2 jam. Pengajar
yang melatih guru-guru dalam pelatihan bahasa inggris yaitu guru
yang berasal dari SD An-Nisaa’ sendiri yang sudah memiliki
kemampuan dibidangnya. Metode yang digunakan dalam pelatihan
sendiri yaitu ceramah, tanya jawab, dan diskusi kelompok. Metode
tersebut digunakan agar guru jauh lebih memahami dan mengerti
penggunaan bahasa inggris terutama agar guru dapat
berkomunikasi dengan baik dan benar. Disetiap akhir
pembelajaran, pelatih mengevaluasi apa saja yang sudah dipelajari
dengan mereview ulang materi yang sudah diberikan. Sama halnya
dengan pelatihan tahsin, guru juga dibekali dengan modul
pembelajaran agar mereka dapat mempelajari lebih mudah.
Namun tidak seperti pelatihan tahsin, pelatihan bahasa
inggris ini meskipun dirasa manfaatnya sungguh besar tetapi ada
sebagian guru yang tidak merasakan hal yang serupa. Bapak
Samsuri selaku guru Al-Qur’an di SD An-Nisaa’ memaparkan
bahwasanya beliau kurang merasakan manfaat dari pelatihan
bahasa inggris.17 Hal ini bisa dikarenakan waktu pelaksanaannya
yang kurang dan penyampaian materi yang sulit dicerna. Oleh
karena itu, perlu adanya pembawaan materi yang semenarik
17 Hasil wawancara tertutup dengan Bapak Samsuri
70
mungkin dari si pelatih itu sendiri, sehingga guru-guru lebih mudah
untuk menangkan materi pembelajaran bahasa inggris.
Secara keseluruhan untuk pelatihan bahasa inggris dinilai
kurang begitu efektif dilakukan. Perlu adanya evaluasi dari
pelatihan bahasa inggris, mungkin dari segi metode yang diajarkan
harus lebih bervariatif sehingga guru tidak mengalami kejenuhan
pada saat proses pembelajaran. Selain itu, pihak sekolah mungkin
dapat mengundang pihak dari luar sekolah ataupun sewaktu-waktu
dapat mengundang Native Speaker sehingga guru dapat secara
langsung mempraktikkan berkomunikasi langsung dengan orang
asing dan guru semakin antusias untuk mempelajari bahasa inggris.
Pelatihan bahasa inggris perlu ditingkatkan sebab sebagai salah
satu penunjang aktivitas keseharian guru dalam melaksanakan
tugasnya sekaligus upaya meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme guru.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa pembinaan kinerja guru melalui kegiatan supervisi
akademik kepala sekolah di SD An-Nisaa’ adalah sebagai berikut :
1. Pembinaan kinerja guru di SD An-Nisaa’ dilaksanakan melalui
beberapa kegiatan yang dilakukan secara berkala dan sudah terencana.
Pembinaan yang rutin dilakukan antara lain pelatihan tahsin dan
pelatihan bahasa inggris.
2. Kegiatan supervisi akademik kepala sekolah yang dilakukan dalam
rangka pembinaan kinerja guru antara lain kunjungan kelas dan rapat
guru. Dalam melaksanakan kegiatan supervisi akademik, kepala
sekolah menetapkan penjadwalan supervisi, melakukan kunjungan
kepada guru yang hendak disupervisi, melakukan analisa, mengisi
instrumen, serta menerima masukan dari guru atas kegiatan supervisi
yang dilaksanakan. Dari hasil kesimpulan di atas dapat dirumuskan
teori bahwa pembinaan kinerja guru melalui kegiatan supervisi
akademik kepala sekolah di SD An-Nisaa’ berhasil dilakukan dengan
adanya beberapa kegiatan serta pelatihan yang dilaksanakan secara
rutin oleh pihak sekolah. Selain itu, membangun kerjasama serta
komunikasi antara guru dengan kepala sekolah merupakan hal yang
menunjang agar kegiatan pembinaan kinerja guru dapat berjalan
dengan efektif.
72
B. Saran
Berdasarkan paparan dan kesimpulan tersebut, maka penulis
menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk
kedepannya agar pembinaan kinerja guru melalui kegiatan supervisi
akademik kepala sekolah berjalan secara maksimal, antara lain :
1. Kepala sekolah harus mencari ide yang kreatif dan pendekatan yang
berbeda pada saat melakukan kegiatan supervisi agar guru pada saat
disupervisi tidak seperti diawasi dan guru jauh lebih terbuka terhadap
kendala yang dirasakan pada saat proses pembelajaran.
2. Kegiatan pembinaan yang diselenggarakan harus lebih bervariatif lagi,
hal ini dilakukan agar guru tidak mudah jenuh dan meningkatkan
antusias guru-guru pada saat menghadirinya.
3. Memberikan reward terhadap guru yang ikut serta dan aktif pada saat
proses kegiatan pembinaan berlangsung, sehingga menstimulus guru
lain untuk dapat antusias menghadiri kegiatan pembinaan yang
diselenggarakan.
73
DAFTAR PUSTAKA
Aedi, Nur. Pengawasan pendidikan tinjauan teori dan praktik. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2014.
Alimin. Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam SMP di
Tarakan. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, 2015.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Supervisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Ashsiddiqi, M. Hasbi. Kompetensi Sosial Guru dalam Pembelajaran dan
Pengembangannya. Artikel Ta’dib, 2012.
Bustami. Strategi Supervisor dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru MIN di
Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Jurnal. 2014.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Drajat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Imron, Ali. Pembinaan Guru Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya, 1995.
Lailatussaadah, Upaya Peningkatan Kinerja Guru. Jurnal Intelektualita. 2015.
Malayu, H. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. Perencanaan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Bandung: PT Refika Aditama
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004.
Nurutami, Adman Rizkiana. Kompetensi Profesional Guru Sebagai Determinan
Terhadap Minat Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen
Perkantoran. 2016.
Pristiawaty, Endang. Kompetensi Profesional Guru yang Bersertifikat dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, Medan.
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005.
74
Putri Andriani, Anisha. “Pembinaan Profesional oleh Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Depok
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta”, Skripsi pada
Universitas Negeri Yogyakarta, 2015, h. 46, tidak publikasikan
Putri Balqis, Nasir Usman, Sakdiah Ibrahim. Kompetensi Pedagogik Guru Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada SMPN 3 Ingin Jaya
Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Administrasi Pendidikan, 2014.
Rohman, Miftahur. Problematika Guru dan Dosen dalam Sistem Pendidikan
Nasional. Jurnal, 2016.
Sagala, Syaiful. Administrasi pendidikan kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2012.
Sahertian, Piet A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
Sahertian, Piet A. Konsep dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Sarimaya, Farida. Sertifikasi Guru Apa, Mengapa dan Bagaimana?. Bandung: CV
Yrama Widya. 2008.
Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Refika Aditama
Sepriadi dan Syarwani Ahmad. Pengaruh Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Akademik terhadap Kinerja Guru di SMK PGRI Tanjung Raja. Jurnal
Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan. 2017.
Suharsaputra, Uhar. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama,
2010.
Supardi, Kinerja Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen.
75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
76
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
KEPALA SEKOLAH
1. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai kinerja para guru yang ada di SD An-
Nisaa’?
2. Apa sajakah program pembinaan kinerja guru yang diterapkan di SD An-
Nisaa’?
3. Selaku Kepala Sekolah, apa strategi serta metode yang diterapkan dalam
melaksanakan program pembinaan kinerja guru?
4. Selama melakukan pembinaan kinerja guru, apa sajakah kendala atau hambatan
yang dihadapi? Serta bagaimana solusinya?
5. Bagaimana tanggapan Bapak dalam melaksanakan kegiatan supervisi akademik
yang dipantau langsung oleh Bapak selaku Kepala Sekolah dalam kaitannya
dengan pembinaan kinerja guru?
6. Apa teknik supervisi akademik Kepala Sekolah yang diterapkan oleh Bapak
dalam kaitannya dengan pembinaan kinerja guru di SD An-Nisaa’?
7. Apa saja kegiatan pembinaan kinerja guru yang dilakukan yang berhubungan
dengan:
8. Apakah menurut Bapak sejauh ini kegiatan pembinaan kinerja guru melalui
kegiatan supervisi akademik Kepala Sekolah sudah berjalan sesuai dengan yang
diharapkan?
9. Apa harapan Bapak kedepan terkait kinerja guru di SD An-Nisaa’ dan adakah
rencana untuk pembuatan program pembinaan yang terbaru yang akan
diterapkan di SD An-Nisaa’?
77
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
GURU
No. Pernyataan SL SR KD TP
A Pembinaan Kinerja Guru
1 Saya merasakan manfaat dari pelatihan bahasa inggris
2 Saya merasakan manfaat dari pelatihan tahsin
3 Saya mengikuti setiap pelatihan yang diselenggarakan
oleh sekolah
4 Saya mengikuti kegiatan rapat guru
5 Saya mengikuti kegiatan seminar yang dianjurkan oleh
Kepala Sekolah
6
Kegiatan pembinaan kierja guru yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah memberi manfaat bagi pengembanga
profesi saya sebagai guru
7 Setiap pelatihan yang saya ikuti saya terapkan dalam
proses pembelajara
8 Seluruh program pembinaan yang disenggarakan sekolah
bermanfaat bagi pngembangan profesionalitas guru
9 Saya berkomunikasi dengan Kepala Sekolah bila
menemui hambatan dalam kegiatan pembelajaran
10 Kepala sekolah memberi solusi terhadap permasalahan
pembelajaran yang saya hadapi
11 Solusi yang diberikan Kepala Sekolah berdampak positif
bagi peningkata kinerja saya
12 Setiap semester Kepala Sekolah mengadakan evaluasi
terkait dengan kinerja guru
13 Saya menerima kritik/saran dari Kepala Sekolah dengan
senang hati
14 Kepala Sekolah menanyakan perkembangan/kemajuan
yang telah saya capai dalam mengemban tugas profesi
B Supervisi Akademik Kepala Sekolah
15 Kepala Sekolah bersama guru menetapkan waktu/jadwal
kegiatan supervisi
16
Kepala Sekolah bersedia melakukan penjadwalan ulang
kegiatan supervisi akademik ketika guru tidak bisa
melaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan
17 Saya merasa nyaman pada saat kepala sekolah
melakukan kunjungan kelas
78
18 Kepala Sekolah membawa instrumen ketika melakukan
supervisi akademik
19 Kepala Sekolah mengisi instrumen ketika melakukan
supervisi akademik
20
Kepala Sekolah membuat rekaman tertulis terhadap
peristiwa penting yang terjadi ketika melakukan
supervisi akademik
21 Kepala Sekolah melakukan analisis terhadap hasil
supervisi akademik
22
Kepala Sekolah menanyakan kesan guru terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan pada waktu di
supervisi
23 saya merasa memperoleh manfaat dari hasil supervisi
akademik Kepala Sekolah
24 Kepala Sekolah menyampaikan hasil supervisinya
kepada guru tentang apa yang telah di supervisi
25
Kepala Sekolah memberikan saran-saran
perbaikan/peningkatan pembelajaran sebagai tindak
lanjut supervisi
79
Lampiran 3
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Senin, 11 Maret 2019
Interviewee : Muhammad Romli, M. Pd
Jabatan : Kepala SD An-Nisaa’
Waktu : 10.30 WIB
Tempat : Ruang Kepala SD An-Nisaa’
Pokok Pembicaraan
1. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai kinerja para guru yang ada di
SD An-Nisaa’?
Jawaban: Kinerja guru saat ini sudah berjalan dengan baik, sesuai dengan
program pembinaan kinerja yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dalam
waktu satu setengah semester.
2. Apa sajakah program pembinaan kinerja guru yang diterapkan di SD
An-Nisaa’?
Jawaban: Ada beberapa program pembinaan yang sudah berjalan maupun
yang akan dilakukan secara berkala yang sudah direncanakan, misalnya
seperti supervisi yang sudah dilaksanakan ke semua guru, pelatihan-pelatihan
guru seperti pelatihan bahasa inggris, pelatihan tahsin, lalu ada program
HOTS (High Other Thinking Skill) yang mana pelatihan ini ditujukan bagi
guru untuk pembuatan soal-soal, selain itu ada pula kegiatan rutinitas lainnya
seperti rapat guru yang dilakukan sebulan sekali, serta seminar-seminar di
sekolah maupun diluar sekolah yang mana disesuaikan dengan kebutuhan guru
yang akan dilakukan pembinaan. Pembinaan kinerja juga ditinjau dari
kedisiplinan guru berupa kehadiran dan persiapan kelas, karena disini guru
bukan hanya memiliki tugas untuk mengajar, melainkan juga bagaimana guru
dapat membuat murid-murid tertarik dan mencontoh apa saja yang sudah
diajarkan oleh guru.
80
3. Selaku Kepala Sekolah, apa strategi serta metode yang diterapkan dalam
melaksanakan program pembinaan kinerja guru?
Jawaban: Strategi dan metode sudah dipersiapkan sejak awal semester sesuai
dengan kebutuhan. Saya selaku kepala sekolah pun tidak sendiri dalam
menetapkan strategi dan metode pembinaan yang akan digunakan, tetapi
dibantu oleh yayasan, wakil kepala sekolah dan guru itu sendiri. Penerapan
yang dilakukan, seperti pelatihan berjenjang, pembinaan internal, rapat guru,
seminar-seminar, dan lain sebagainya.
4. Selama melakukan pembinaan kinerja guru, apa sajakah kendala atau
hambatan yang dihadapi? Serta bagaimana solusinya?
Jawaban: Selama ini hampir tidak ada hambatan yang berarti, guru dapat
mengikuti dan memahami program-program pembinaan yang sudah
ditetapkan sejak awal. Permasalahan yang biasa ditemukan hanya masalah
waktu atau kehadiran guru ketika sudah ada jadwal pembinaan, guru yang
bersangkutan tidak dapat hadir. Lalu solusi yang bisa kami berikan yaitu
penjadwalan ulang untuk dilakukan pembinaan kembali.
5. Bagaimana tanggapan Bapak dalam melaksanakan kegiatan supervisi
akademik yang dipantau langsung oleh Bapak selaku Kepala Sekolah
dalam kaitannya dengan pembinaan kinerja guru?
Jawaban: Pelaksanaan supervisi akademik sudah berjalan dengan baik, hal ini
dikarenakan supervisi dilaksanakan minimal setahun dua kali yaitu pada
semester ganjil dan semester genap, biasanya dilaksanakan masing-masing
dipertengahan semester. Pelaksanaan supervisi tidak hanya dilakukan oleh
saya sendiri, melainkan bersama-sama dengan wakil kepala sekolah dan
yayasan.
81
6. Apa teknik supervisi akademik Kepala Sekolah yang diterapkan oleh
Bapak dalam kaitannya dengan pembinaan kinerja guru di SD An-
Nisaa’?
Jawaban: Teknik supervisi yang biasa dilakukan dimulai dengan pembuatan
program tahunan, silabus, RPP, lalu kemudian diperiksa dan dilakukan
penilaian dari salah satu item tersebut. Kemudian ada yang dinamakan teknik
kunjungan kelas, yang mana guru dipantau langsung ketika sedang mengajar,
serta ada banyak poin-poin yang dinilai dan setelah itu guru diberikan
masukan agar pada saat supervisi selanjutnya guru bisa menjalankan sesuai
dengan arahan sebelumnya. Pada saat penilaian supervisi akademik, kepala
sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah atau yayasan untuk menilai item-
item tersebut. Teknik selanjutnya yaitu percakapan langsung dengan guru,
dimana kepala sekolah mengkomunikasikan dengan guru terkait hambatan-
hambatan apa yang sering dialami guru pada saat mengemban tugasnya, lalu
kepala sekolah memberikan solusinya atas permasalahan yang dihadapi.
Teknik yang terakhir yaitu kepala sekolah melibatkan atau mengikutsertakan
guru dalam kegiatan rapat guru.
7. Apa saja kegiatan pembinaan kinerja guru yang dilakukan yang
berhubungan dengan:
a. Pengembangan perangkat pembelajaran;
Pembuatan silabus dan RPP
b. Pengembangan metode pembelajaran;
ada
c. Pengembangan media pembelajaran untuk guru;
ada
d. Pengembangan bahan ajar;
Pembuatan power point dengan melibatkan langsung pihak yang kompeten
dibidangnya (tim IT)
e. Pengembangan penilaian Tes dan Non Tes;
Ada,
82
f. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Saintifik;
Ada, karna kurikulum 2013 mesti menggunakan metode saintifik.
Intinya pembinaan ini semua memang dilakukan, baik dari sekolah
maupun dari luar sekolah
8. Apakah menurut Bapak sejauh ini kegiatan pembinaan kinerja guru
melalui kegiatan supervisi akademik Kepala Sekolah sudah berjalan
sesuai dengan yang diharapkan?
Jawaban: Kegiatan pembinaan sudah berjalan dengan baik, namun harus tetap
disempurnakan mengikuti kebutuhan yang ada.
9. Apa harapan Bapak kedepan terkait kinerja guru di SD An-Nisaa’ dan
adakah rencana untuk pembuatan program pembinaan yang terbaru
yang akan diterapkan di SD An-Nisaa’?
Jawaban: Harapan saya terkait dengan pembinaan kinerja ini semakin kedepan
semakin meningkat dan semakin baik, serta disesuaikan dengan kebutuhan
guru yang akan dilakukan pembinaan. Karena diakhir semester pasti diadakan
evaluasi terkait dengan kinerja guru itu sendiri. Selain itu, saya memiliki
rencana untuk terus meng-upgrade setiap program yang ada dan disesuaikan
dengan kebutuhan. Belum lagi ini kami mengajak guru untuk refreshing, yang
mana kegiatannya antara lain tim building dan outing. Kami juga
mengikutsertaka guru dalam game kebersamaan, mendatangkan motivator
juga, sehingga pembinaan dilakukan tidak hanya dikelas atau sekolah namun
juga perlu keluar, jadi sambil refreshing juga sambil belajar atau melakukan
pembinaan
83
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Kepala Sekolah Penulis
Muhammad Romli, M. Pd Edwian Ramadhan
84
Lampiran 4
HASIL WAWANCARA
GURU
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
Lampiran 5
DATA TENAGA PENDIDIK
SD AN-NISAA’
NO NAMA LENGKAP STTS LULUSAN TMT JABATAN
1 Rina Fajarwati, S.P GTY S1 Sosial Ekonomi Pertanian 5/2/2001 Guru Kelas
2 Siti Rohimah, S.Ag GTY S1 Pendidikan Agama Islam 6/8/2001 Waka. Kurikulum
3 Yanti Rismayanti, S.Hut GTY S1 Manajemen Hutan 1/10/2002 Waka. Kurikulum
4 Tuti Alawiyah, S.Pd GTY S1 PBSI 1/7/1999 Guru Kelas 1
5 Asmanah, S.Ag GTY S1 Pendidikan Agama Islam 1/7/1999 Guru Kelas 2
6 Shanti Hayuningtyas, S.Si GTY S1 F.Mipa 1/1/2000
7 Dewi Sulistyowati, S.Kom GTY S1 Manajemen Informatika 1/4/2000 Guru Kelas 4
8 Devi Lorela, S.P GTY S1 Agronomi 1/10/2000 Waka. Kesiswaan/
Guru Kelas 3
9 Diana, S.Pd GTY S1 Pendidikan Bahasa
Inggris 1/3/2001 Guru Pendamping
10 Warningsih, S.Si GTY S1 Kimia 5/2/2001 Guru Kelas 5
11 Aminah, S.E, M.Pd GTY S2 Pendidikan 1/5/2001 Guru Pendamping
Kelas 2
12 Ahmad Arudin, S.E GTY S1 Manajemen Keuangan 1/2/2006 Guru Kelas 4
13 Dadan Wahyu A, S.Pd GTY S1 Pendidikan Teknik
Bangunan 21/08/2000 Guru Kelas 6
14 Erna Nurliati, M.A GTY S2 Hukum Islam 5/11/2001 Guru Kelas 1
15 Dewi Febiyani, S.Sos GTY S1 Sosiologi 1/12/2003 Guru Agama Islam
16 Mediasari, S.Pd GTY S1 Pendidikan Teknik
Bangunan 1/10/2002 Guru Kelas 3
17 M. Sri Lestari, S.Si GTY S1 Biologi 1/12/2003 Guru Kelas 5
18 Meida, S.Pd GTY S1 Pendidikan Teknik
Elektro 1/3/2004 Guru Kelas 1
19 Nuria Agustin, drh GTY S1 Kedokteran Hewan 1/10/2004 Guru Kelas 4
20 Ungu Rosanti, S.H GTY S1 Ilmu Hukum 12/12/2006 Guru Pendamping
Kelas 3
21 Yeni Farhati, S.Pd GTY S1 Pendidikan Teknik
Elektro 14/01/2005 Guru Kelas 6
22 Yunita Damayanti, S.E GTY S1 Ekonomi Akuntansi 7/6/2005 Guru Kelas 2
23 Muhana S.Pd GTY S1 PGSD 18/07/2005 Guru Al-Quran
24 Syamsuri S. Ag GTT S1 Pendidikan Agama Islam Guru Al-Quran
25 Anas Aminudin, S.T GTY S1 Teknik Elektro 30/08/2005 Guru Kelas 3
26 Sumiati, S.Pd GTY S1 Pendidikan Bahasa
Inggris 3/12/2005
Guru Bahasa
Inggris
110
27 Suparno, S.Pd.I GTY S1 Pendidikan Agama Islam 1/2/2006 Guru Pendamping
Kelas 5
28 Syarif Hidayatullah, S.Pd.I GTY S1 Pendidikan Agama Islam 10/8/2006 Guru Agama Islam
29 Ade Gunawan, S.Si GTY S1 Dirasat Islamiyah 1/10/2006 Guru Al-Quran
30 Disa Miltasia, S.Pd GTY S1 Pendidikan Bahasa
Inggris 4/10/2006
Guru Bahasa
Inggris
31 Darmaniarti, S.Kom GTY S1 Teknik Informatika 8/11/2006 Guru Komputer
32 Ahmad Fatoni, S.Pd GTT S1 Pendidikan Guru Pendamping
33 Nur Rochmad. S.Ag GTY S1 Pendidikan Agama Islam 6/9/2007 Guru Agama Islam
34 Fatmalisah, S.T GTY S1 Teknik Informatika 6/2/2008 Guru Komputer
35 Farah Anugrahaniah, S.Sos GTY S1 FISIP 24/12/2008 Guru Pendamping
Kelas 6
36 Anengsih, S.Pd GTT S1 Pendidikan Matematika Guru Pendamping
Kelas 2
37 Tata S.Pd GTT S1 Pendidikan Guru Pendamping
Kelas 4
38 Rika Herawati, S.P GTY S1 Pertanian 5/6/2009 Guru Pendamping
Kelas 6
39 Salahudin, S.Pd GTY S1 Pendidikan Olahraga 1/12/2009 Guru Olahraga
40 Mayadewi Ruswaningsih,
S.S GTY S1 Sastra Inggris 1/2/2010
Guru Bahasa
Inggris
41 Rista, S.Pd GTT S1 Pendidikan Guru Pendamping
Kelas 4
42 Yuni Handayani, S.Pd.I GTY S1 Manajemen Pendidikan 1/4/2011 Guru Pendamping
Kelas 5
43 Sutino, S.E GTY S1 Ekonomi Manajemen 1/4/2011
44 Iwan Satibi, S.Psi GTY S1 Psikologi Pendidikan 11/5/2011 Guru Pendamping
Kelas 2
45 Anin, S.Pd GTY S1 Pendidikan Matematika Guru Pendamping
Kelas 4
46 Hari Lenna Puspita Sari,
S.Pd GTY
S1 Pendidikan Bahasa
Inggris 1/12/2011
Guru Pendamping
Kelas 6
47 Herawati, S.Pd GTY S1 PGSD 1/6/2011 Guru Pendamping
Kelas 3
48 Oman Rochmana, S.Pd GTY S1 Pendidikan Seni Musik 30/11/1998 Guru Musik
49 Drs. Agus Wihendri GTT S1 Pendidikan Musik Guru Musik
50 Aliza Yulinda, S.Pd GTT S1 Pendidikan Bahasa
Inggris
Guru Bahasa
Inggris
51 Susi Susana S.E GTT S1 Ekonomi
112
Lampiran 6
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
113
Lampiran 7
SURAT PERMOHONAN BIMBINGAN
114
Lampiran 8
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
115
Lampiran 9
Dokumentasi Kegiatan Penelitian
1. Penulis bersama Kepala Sekolah dan Guru
116
2. Foto Pelatihan Bahasa Inggris
117
3. Foto Pelatihan Tahsin