Post on 23-Jul-2015
Fiqh Transaksi Keuangan Kontemporer
Pembiayaan berbasis utang (kontroversi)
Oleh:
*Muhammad Arif
*Muhammad Yusuf
Pengertian Bai’ Inah
Bai al-Inah adalah akad jual beli ketika penjual menjual asetnya
kepada pembeli dengan janji untuk dibeli kembali (sale and buy
back) dengan pihak yang sama. Bai al-Inah adalah penjualan
tunai (cash sale) dilanjutkan dengan pembelian kembali dengan
tangguh (deferred payment sale / BBA)
Bai’ Inah Menurut Para Ulama
Al-Haskafi: "Menjual sesuatu secara ditangguhkanuntuk mendapat keuntungan. Pihak yang berhutangakan menjualnya kembali pada harga yang lebihrendah untuk menjelaskan utangnya”.
Al-Zaila`i: “Menjual barang secara ditangguhkan,dan membelinya kembali dengan harga yang lebihrendah secara tunai. “
Al-Dardir: "Penjualan yang dilakukan olehseseorang yang diminta darinya sesuatu yang tidakdalam pemilikannya”.
Ibnu Qudamah: "Menjual sesuatu kepada orang laindengan harga tangguh, dan membelinya kembalidengan harga yang lebih rendah”.
Skema Bai’ Inah
Bai’ Inah Menurut Para Ulama
Imam Syafi'i: "Membeli sesuatu dari seseorang secara
hutang, kemudian setelah barang tersebut diterima
olehnya (Qabdh), barang tersebut dijual kembali kepada
pemilik asal atau ke pihak ketiga baik dengan harga
tunai yang lebih rendah atau lebih tinggi, atau secara
hutang atau dengan penukaran barang.
Al-Rafi`i: "Menjual sesuatu kepada orang lain dengan
harga tangguh. Barang tersebut diserahkan kepada
pembeli, dan sebelum menerima pembayaran penjualan
(pertama), dia membelinya kembali secara tunai dengan
harga yang lebih rendah”.
Landasan Hukum
Dari Ibnu Umar ra, bahwa Nabi saw bersabda, “Apabila
kamu berjualbeli secara ‘inah dan 'memegangi ekor-ekor
sapi' [kinayah/kiasan sibuk dengan urusan
peternakan/keduniaan] dan puas dengan pertanian serta
meninggalkan jihad, maka Allah akan menguasakan atas
kamu kehinaan, dia tidak akan mencabut hingga kamu
kembali kepada agamamu.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir
no:423 dan “Aunul Ma’bud IX:335 no:3445)
Perbedaan Pendapat diantara Para
Ulama
• Hanafi berpendapat bahwa bai’ al-inah diperbolehkan
hanya jika melibatkan pihak ketiga.
• ulama yang membolehkan bai’ al-inah diantaranya
adalah Syafi’i dan Zahiri. Imam Syafi’i : ”menurut satu
riwayat membolehkan bai’ al-inah berdasarkan sabda
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id dan
Abu Hurairah, “Tukarkanlah kurma yang jelek dengan
uang dirham, kemudian dengan uang dirham itu
hendaklah engkau membeli kurma yang bagus”.
Perbedaan Pendapat diantara Para
Ulama
• Mayoritas ulama menyatakan bahwa bai’ al-inah dilarang sebab ia mengandung suatu cara (zari’ah) untuk melegitimasi riba.
• Diriwayatkan dari Anas bahwa ia pernah ditanya perihal bai’ al-inah maka jawabnya, “Sesungguhnya Allah tidak pernah menipu (hamba_nya), (bai’ al-inah) termasuk hal-hal yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya.
• Ibnu Taimiyah membagi penjualan menjadi 3 (tiga) kelompok : – seseorang membeli barang dengan tujuan untuk dikonsumsi. Tentu saja
dalam hal ini hukum Islam membolehkannya.
– seseorang membeli barang dalam rangka untuk dijual kembali. Dalam hal ini pun Islam tidak melarangnya.
– seseorang membeli barang bukan untuk tujuan seperti kelompok pertama dan kedua, namun untuk mendapatkan uang. Karena meminjam uang sangat sulit, ia harus membeli barang dengan harga yang lebih tinggi dan segera setelah itu dijual kembali kepada pihak yang sama untuk mendapatkan uang kas
Pengertian Bai’ Tawarruq
Tawarruq adalah bentuk akad jual beli yang melibatkan tiga
pihak, ketika pemilik barang menjual barangnya kepada
pembeli pertama dengan harga dan pembayaran tunda, dan
kemudian pembeli pertama menjual kembali barang tersebut
kepada pembeli akhir dengan harga dan pembayaran tunai.
Harga tunda lebih tinggi dari harga tunai, sehingga pembeli
pertama seperti mendapatkan pinjaman uang dengan
pembayaran tunda.
• Tawaruq adalah “wariq” yang artinya : simbol ataukarakter dari perak (silver). Kata tawarruq ini digunakan untuk mengartikan, mencari perak, samadengan kata Ta allum,yang arti nya mencari ilmu, yaitubelajar atau sekolah.
• Istilah tawarruq ini di perkenalkan oleh MazhabHanbali.
• Secara literatur arti nya adalah berbagai cara yang ditempuh untuk mendapat kan uang tunai atau likuditas.
• Mazhab Shafi’i mengenal tawarruq dengan sebutan“zarnagah”, yang arti nya bertambah atauberkembang.
Skema Bai’ Tawarruq
Pendapat Para Ulama Mengenai
Tawarruq
I. Membolehkan• Para Ulama yang merestui transaksi Tawarruq ini mempunyai
dalil dari ayat ayat Al-Qur’an yang di unversalkan dan mereka
berpendapat bahwa semua transaksi jual beli itu halal (di perboleh
kan), kecuali ada bukti yang kuat untuk melarang nya. Secara
universal memang transaksi al-bay adalah halal/legal. Tawarruq
adalah salah satu transaksi al-bay yang termasuk dalam universal
dari semua transaksi al –bay dan di anggap legal/halal walaupun
tidak ada satu ayat dari Al-qur’an dan satu kutipan Hadist, serta
tidak ada satu pun tindakan dari sahabat Nabi Muhammad SAW
yang menyatakan Tawarruq tidak halal/di larang.
Pendapat Para Ulama Mengenai
TawarruqII. Tidak membolehkan, diantaranya:• Para Ulama dari Mazhab Hanbali, Ibn Taymiyyah, adalah salah
satu yang menentang tawarruq, dan beliau mengatakan bahwa tawarruqtidak jauh berbeda dengan inah yang hanya bertujuan untukmendapatkan dana segar/likuditas. Pemilik modal (penyandang dana)menjual asetnya kepada seseorang, bukan memberi nya uang, untukmendapat kan keuntungan lebih nantinya, ketika (pihak kedua) orangtersebut menjual aset itu kembali kepada penjual nya (pihak pertama),itu adalah inah, kalau di jual kepada orang lain (pihak ke tiga)itu adalah tawarruq.
• Ibn Qayim, muridnya Ibn Taymiyyah menolak untuk mengizinkan praktekdari tawarruq, karena indikasi untuk mendapatkan riba ada dalamtransaksi tawarruq.
• Ibn Taymiyyah menyatakan bahwa sangat tidak mungkin untuk Syariahmelegal kan kerusakan yang besar sementara melarang kerusakan yanglebih kecil, yaitu riba. Beliau mengutip statement yang di berikan olehUmar ibn Abdul Aziz : tawarruq adalah saudaranya riba.
Perbedaan Tawarruq dengan Inah
Bay’ al-inah, seseorang yang membutuhkan dana membeli
barang dengan cara kredit, lalu menjualnya kembali kepada
si penjual/pemilik barang dalam bentuk tunai, yang
harganya lebih rendah dari harga kreditnya.
Tawarruq adalah ketika seseorang yang membutuh kan
dana segar/uang tunai membeli barang dengan cara kredit
lalu menjualnya kepada pihak ke 3 dengan cara tunai
dengan harga yang lebih rendah, struktur transaksinya
tidak meng indikasikan hilah (melegalkan cara untuk
mendapatkan riba), karena barang tersebut tidak kembali
pada pemilik asalnya.
Pengertian Bai’ Al-Dayn (Jual Beli
Hutang)
Bai’ al-Dayn adalah akad jual beli ketika yang diperjual
belikan adalah dayn atau hutang. Dayn dapat diperjual
belikan dengan harga yang sama, tetapi sebahagian besar
ulama Fuqaha berpendapat bahwa jual beli dayn atau
hutang dengan diskon tidak dibolehkan secara syariah.
Bai’ al-dayn atau bai’ nasiah bin nasiah atau Nabi SAW
sering menyebutnya bai’ kaly bi kaly adalah menjual hutang
dengan hutang, membeli barang dengan hutang dan
uangnya juga hasil hutang
Bai’ Al-Dayn dalam Terapan …?
Bai’ al-dayn adalah akad penyediaan pembiayaan untuk jual-beli barang dengan menerbitkan surat hutang dagang atausurat berharga lain berdasarkan harga yang telah disepakatiterlebih dahulu. Pembiayaan ini bersifat jangka pendek (kurangdari satu tahun) dan hanya mencakup surat-surat berhargayang memiliki nilai rating investasi yang baik
Bai’ al-dayn merujuk kepada pembiayaan hutang. Di dalamprinsip ini pembiayaan dibuat berdasarkan jual beli dokumenperdagangan dan pembiayaan digunakan bagi tujuanpengeluaran, perdagangan.
Keputusan DPS pada awal operasinya bank syariahberdasarkan keadaan darurat dimana bank syariah masihsebagai pemain tunggal, baik syariah diijinkan denganmemanfaatkan excess (kelebihan) atau idle fund denganmenggunakan perangkat al-dayn.
Tanya Jawab…????
Jawab Tanya…????• A.Rijal: alasan Logis pengharaman Bai
Inah?? Apakah ada Bay ad Dayn secara
Syaria??
• M. Ihsan: Terapan Bay Al inah Malaysia??
• Abd.Rob: Studi Kasus Bay Tawarruq ??
Meskipun mayoritas ahli fikih mengharamkannya, Shariah Advisory Council
(Dewan Pengawas Syariah) Malaysia tetap berpendapat bahwa bai' al-inah
boleh dipergunakan sebagai konsep bagi produk-produk keuangan Islam di
Malaysia, dengan merujuk pada pendapat Syafi'i dan Zahiri. Akibatnya,
banyak orang kemudian menganggap bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara bank syariah dan bank konvensional. Kemudian, kalangan
perbankan Islam di Malaysia pun mengalami kesulitan untuk menarik dana-
dana investasi dari Timur Tengah, karena para investor Timteng
berpendapat bahwa bai' al-inah tetap dilarang, apapun alasannya. Berkaca
pada pengalaman di Malaysia tersebut, kita seharusnya lebih bangga
sekaligus percaya diri akan perbankan syariah di Indonesia. Alhamdulilah,
Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional MUI masih memegang teguh
prinsip bahwa bai'al-inah tidak dapat dilaksanakan dalam praktik perbankan.
Yang juga tidak kalah penting adalah bagaimana kalangan perbankan
syariah nasional mampu meningkatkan kinerja, sekaligus mendatangkan
investasi, terutama dari Timur Tengah.
Make money by Copying: http://bit.ly/copy_win
Kesimpulan
• Bai al-inah dan bai al-dayn merupakan dua konsep Syariah yang
masih diterapkan dalam perbankan Islam di Asia Tenggara
meskipun ditolak oleh ulama timur tengah, exm: Malaysia, Kini
produk yang berbasis bai al-inah masih dilakukan berdasarkan
keputusan Dewan Penasihat Syariah Bank Negara Malaysia dan
Dewan Penasehat Syariah Komisi Sekuritas.
• Konsep al-dayn tidak digunakan oleh bank-bank Islam di Timur
Tengah, oleh karena pendapat ulama setempat yang berprinsip
bahwa bai’ al dayn adalah jual beli hutang yang tidak diperbolehkan.
Dan menurut Ibnu Taimiyah bai’ aldayn itu tidak ada manfaatnya,
karena transaksi ini hanya bisa dilakukan dalam dunia maya, dan ini
akan menimbulkan keharaman.