Post on 08-Mar-2018
PEMBERIAN POSISI FOWLER UNTUK MENGURANGI
TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN
NY.W DENGAN HIPERTENSI DI RUANG
INSTALASI GAWAT DARURAT
(IGD) RSUD WONOGIRI
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
MAHENDRATA PURWA KUSUMA
NIM. P.12 037
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
PEMBERIAN POSISI FOWLER UNTUK MENGURANGI
TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN
NY.W DENGAN HIPERTENSI DI RUANG
INSTALASI GAWAT DARURAT
(IGD) RSUD WONOGIRI
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan ProgramDiploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
MAHENDRATA PURWA KUSUMA
NIM.P.12037
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA
HUSADASURAKARTA
2015
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian posisi fowler untuk mengurangi tekanan
darah pada asuhan Keperawatan Ny. W dengan hipertensi di ruang IGD RSUD
Wonogiri.”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak , oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. IbuAtiek Murharyati, S.Kep. Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi
DIIIKeperawatanyang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Meri Oktariani, S.Kep.,Ns., M.Kep., selaku Sekretaris Ketua Program
Studi DIIIKeperawatanyang telah memberikan kesempatan untuk dapat
menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Anissa Cindy Nurul Afni S.Kep. Ns., M.Kep., selaku Dosen Pembimbing
sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalambimbingan
serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Atiek Murharyanti, S.Kep. Ns., M.Kep., selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalambimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
5. Siti Mardyah S.kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalambimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosenProgram Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
vi
7. Kedua orangtuaku, yang selaku menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Ika Yuliana Kuniawati yang selalu memberi motivasi untuk terselesaikannya
tugas akhir karya tulis ilmiah ini.
9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2015
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .....................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................v
DAFTAR ISI .....................................................................................................vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xi
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah.....................................................................1
B. Tujuan penulisan ...............................................................................3
C. Manfaat penulisan .............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori ...................................................................................6
1. Hipertensi ....................................................................................6
2. Tekanan darah .............................................................................18
3. Posisi fowler ............................................................................. ..20
B. Kerangka teori ..................................................................................22
C. Kerangka konsep...............................................................................23
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek aplikasi riset .........................................................................24
B. Tempat dan waktu ............................................................................24
C. Media dan alat yang digunakan ........................................................24
D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ....................................25
E. Alat ukur evaluasi tindakan aplikasi riset .........................................26
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas klien ....................................................................................27
viii
B. Pengkajian .........................................................................................27
C. Perumusan masalah keperawatan......................................................32
D. Perencanaan.......................................................................................33
E. Implementasi .....................................................................................34
F. Evaluasi .............................................................................................35
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian .........................................................................................37
B. Perumusan masalah keperawatan......................................................41
C. Perencanaan.......................................................................................44
D. Implementasi .....................................................................................47
E. Evaluasi .............................................................................................50
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................................................52
B. Saran..................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Pathway…….........................................................................10
Gambar 2Posisi fowler………..............................................................21
Gambar 3 Kerangka teori………...........................................................22
Gambar 4 Keangka konsep……………………………………………23
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada dewasa..............................19
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar observasi
Jurnal utama
Dokumentasi asuhan keperawatan
Usulan judul
Lembar konsultasi karya tulis ilmiah
Lembar log book
Lembar pendelegasian pasien
Surat pernyataan
Daftar riwayat hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta
warga dunia setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) Angka
memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring
dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang,
diproyeksikan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi (Kompas, 2013).
Prosentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di
negara berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable
Disesases 2010 dari WHO menyebutkan, 40% negara ekonomi
berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya
35%. Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang
setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan
darah tinggi (Kompas, 2013).
Angka penderita hipertensi di Indonesia mencapai 32% pada 2008 dengan
kisaran usia di atas 25 tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7%,
sedangkan 39,2% adalah wanita. Sedangkan data Riset Kesehatan Dasar
2007 menyebutkan, propinsi dengan angka prevelansi paling tinggi
ditempati Kepulauan Natuna dengan 53,3%. Sedangkan posisi terbayak
ditempati Propinsi Papua Barat dengan angka prevalensi 6,8%. Banyaknya
2
penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta bangsa Indonesia tetapi
hanya 4% yang controlled hypertension (Kompas, 2013).
Prevalensi hipertensi di Pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-
masing provinsi 36,6%. Prevalensi di perkotaan 39,9% dan di pedesaan
44,1%. Menurut Boedi Darmojo, bahwa antara 1,8–28,6% penduduk
dewasa adalah penderita hipertensi. Angka 1,8% berasal dari penelitian di
desa Kalirejo Jawa Tengah tahun 1997, sedangkan nilai 28,6% dilaporkan
dari hasil penelitian di Sukabumi Jawa Barat (Lany, 2005).
Hipertensi yang terus-menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja
ekstra keras. Pada akhirnya, kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada
pembuluh darah jantung, ginjal, otak, dan mata. Jantung yang bertugas
mendistribusikan darah ke seluruh tubuh tidak bisa lagi menjalankan
fungsinya (Susilo dan Wulandari, 2011).
Hipertensi membutuhkan pengendalian, peralihan dari posisi berbaring
menjadi posisi duduk atau berdiri mengurangi “venous return” dan “stroke
volume” ventrikel, dan menambah resistensi vascular perifer,
menyebabkan frekuensi jantung meningkat (Tilkian & Conover).
Penelitian yang dilakukan oleh Romauli Pakpahan dosen tetap
Keperawatan STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam (2011) menyebutkan
bahwa ada pengaruh posisi fowler terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi.
3
Posisi Fowler adalah posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk.
Perubahan posisi menyebabkan berkurangnya darah yang menuju ke
jantung, misalnya perubahan dari berbaring ke posisi berdiri atau jongkok
yang relatif lama sebagai akibat pengumpulan darah di dalam reservoar
vena seperti hati, limpa dan vena-vena besar lainnya (Ronny dkk, 2010).
Hasil studi pendahuluan yang di lakukan penulis dengan perawat IGD
Wonogiri perawat hanya member obat anti hipertensi dan belum mengerti
tentang tentang pemberian posisi fowler dapat digunakan untuk
mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi, dan dari observasi pasien
hipertensi di RSUD Wonogiri jumlah prevelensi pasien hipertensi sebanyak
638 pasien.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik
mengaplikasikan riset dengan judul ”Pemberian posisi fowler untuk
mengurangi tekanan darah pada asuhan keperawatan Ny.W dengan
hipertensi di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Wonogiri”.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mengaplikasikan tindakan pemberian posisi fowler pada pasien dengan
hipertensi.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan
hipertensi.
4
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan hipertensi.
c. Penulis mampu menyusun intervensi pada pasien dengan hipertensi.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan
hipertensi.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan hipertensi.
f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian posisi fowler pada
pasien dengan hipertensi.
C. Manfaat penulisan
1. Bagi penulis
Memperoleh pengetahuan dan keterampilan mengenai tindakan
pemberian posisi Fowler pada pasien dengan hipertensi.
2. Bagi profesi
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi keperawatan
mengenai tindakan pemberian berbaring dengan posisi fowler pada
pasien dengan hipertensi.
3. Bagi institusi dan instansi
a. Rumah sakit
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan masukan
mengenai tindakan pemberian posisi Fowler pada pasien dengan
hipertensi.
5
b. Pendidikan
Sebagai bentuk sumbangan pengetahuan dan referensi tentang asuhan
keperawatan mengenai tindakan pemberian posisi Fowler pada
pasien dengan hipertensi dan mungkin bisa menjadi salah satu
rujukan bagi pengaplikasian riset selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90
mmHg (Riskesdas, 2007).
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami
suatu peningkatan tekanan darah di tunjukan oleh angka systolic
dan angka diastolic (Wahdah, 2011).
Hipertensi adalah kondisi medis dimana seseorang mengalami
peningktan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
resiko kesakitan dan kematian (Susilo dan Wulandari, 2011).
Hipertensi adalah tekanan tinggi dalam arteri dengan tanda
systolic di atas 140 mmHg dan diastolic di atas 90 mmHg (Yuliarti,
2011).
b. Etiologi
Menurut Susilo dan Wulandari (2011), penyebab hipertensi adalah:
1) Toksin
Toksin adalah zat-zat sisa pembuangan yang bersifat racun.
Toksin yang menumpuk di saluran darah akan menghambat
7
kelancaran peredaran darah sahingga jantung harus bekerja
lebih keras dan mengakibatkan tekanan darah tinggi.
2) Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi.
3) Umur
Individu yang berusia 60 tahun, 50–60% mempunyai tekanan
darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg, yang
merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang
bertambah usianya.
4) Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai struktur organ dan hormon yang
berbeda. Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk
menderita hipertensi lebih awal.
5) Etnis
Setiap etnis memiliki kekhasan masing-masing. Hipertensi lebih
banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit
putih. Orang kulit hitam kadar reninnya lebih rendah dan
senstivitas terhadap vasopresin yang lebih besar sehingga lebih
rentan terkena hipertensi.
6) Stres
Stres yang dialami seseorang akan membangkitkan saraf
simpatetik yang akan memicu kerja jantung dan meningkatkan
8
tekanan darah.
7) Kegemukan (Obesitas)
Kegemukan (Obesitas) merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit berat, salah
satunya hipertensi. Yang sangat mempengaruhi tekanan darah
adalah kegemukan pada tubuh bagian atas dengan peningkatan
jumlah lemak pada bagian perut atau kegemukan terpusat.
8) Nutrisi
Sodium yang terdapat pada garam adalah pemicu pengeluaran
hormon natriouretik yang akan meningkatkan tekanan darah.
9) Merokok
Merokok merupakan faktor resiko terkena hipertensi.
10) Narkoba
Zat aditif dalam narkoba dapat mimicu peningkatan tekanan
darah.
11) Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat memicu
tekanan darah.
12) Kafein
Kafein yang terdapat pada kopi dapat meningkatkan tekanan
darah.
9
13) Kolestrol tinggi
Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat
menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh
darah.
c. Pathway
Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang
olahraga, genetik, alkohol, konsentrasi garam, obesitas.
Hipertensi
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
ginjal jaringan otak
vasokontriksi suplai O2 retensi pembuluh suplai
pembuluh darah pada darah otak O2 ke
ginjal jaringan otak
tekanan darah fatigue
pada ginjal
respon RAA
merangsang aldosteron
retensi natrium
edema
Gambar 1: pathway hipertensi(Nurarif, 2013)
Kelebihan
volume
cairan
Intoleran
aktivitas
Nyeri
akut Resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
otak
10
d. Jenis hipertensi
Menurut Wahdah (2011), jenis hipertensi ada 2 macam yaitu :
1) Hipertensi utama (primary hypertension)
Suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai
akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan.
2) Hipertensi sekunder (secondary hypertension)
Suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggi sebagai akibat seseorang mengalami atau menderita
penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau
kerusakan sistem hormon tubuh.
e. Gejala/ manifestasi klinis
Menurut Wahdah (2011), gejala hipertensi sebagai berikut :
1) Sakit kepala
2) Kelelehan
3) Mual
4) Muntah
5) Sesak nafas
6) Gelisah
7) Pandangan menjadi kabur
f. Komplikasi
Menurut Susilo dan Wulandari (2011), komplikasi dari hipertensi
adalah berikut:
11
1) Gagal ginjal
Tekanan darah yang tidak terkontrol dapat merusak ginjal karena
tekanan darah yang tnggi membuat ginjal harus bekerja ekstra,
akibatnya sel-sel ginjal akan rusak.
2) Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan
jantung seseorang bekerja ekstra akibatnya oto-otot jantung
akan rusak. Jantung yang seharusnya mendistribusikan dararah
keseluruh tubuh tidak bisa lagi menjalankan fungsinya.
3) Kerusakan otak
Akibat tekanan darah yang tinggi dapat menimbulkan kerusakan
pada pembuluh darah di otak (neurisma) akibatnya fungsi otak
terganggu.
4) Stroke
Hipertensi menyebabkan kebocoran darah (hemorrhage) atau
gumpalan darah (thrombosis) di pembuluh darah ke otak
sehingga terjadi stroke.
12
g. Pencegahan
Menurut Wahdah (2011), cara untuk mencegah hipertensi antara lain
:
1) Menerapkan pola hidup yang sehat
Hipertensi dapat diceegah dengan pengaturan pola makan yang
baik dan aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya
seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol.
2) Gizi untuk penderita hipertensi
Penderita hipertensi dianjurkan untuk mengkonumsi beberapa
makanan yaitu : buah-buahan, sayur, serat, karbohidrat, vitamin
dan mineral, dan teh.
3) Kurangi asupan garam
Cara pertama adalah diet rendah garam, yang terdiri dari diet
ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah
(1,25-3,75 gram per hari) dan berat (kurang dari 1,25 gram per
hari). Cara kedua, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas.
Cara ketiga, diet tinggi serat. Dan cara keempat, diet rendah
energi (bagi yang kegemukan).
h. Penyembuhan
Menurut Susilo dan Wulandari (2011), penyembuhan hipertensi ada
2 macam yaitu :
13
1) Pengobatan tradisional
Yaitu menggunakan bahan-bahan alami yang ada di sekitar kita.
Pengobatan seperti ini biasanya tidak memiliki efek samping
tetapi pengobatannya tidak bisa secara langsung, perlu sabar,
ketelatenan, dan manfaatnya akan kelihatan dalam jangka
panjang.
2) Pengobatan modern
Pengobatan yang menggunakan obat-obatan kimia. Biasanya
pengobatan modern dengan obat-obat kimia ini ditangani dan
diawasi oleh dokter setelah pasien penderita hipertensi
menjalani serangkaian proses pemeriksaan.
i. Asuhan keperawatan
1) Pengakjian
Berikut adalah pengkajian asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi (Sudarta, 2013).
a) Data subjektif
(1) Riwayat sakit kepala pagi hari, vertigo, mata merah,
epitaksis spontan.
(2) Penglihatan menjadi kabur.
(3) Perubahan BAB.
(4) Perubahan pola makan.
(5) Stressor di tempat kerja dan dalam lingkungan.
14
b) Data objektif
(1) Mengukur tekanan darah sekurang-kurangnya 3 kali
pembacaan dengan interval waktu 5 menit, tekanan darah
meningkat, nadi berubah-ubah.
(2) Pembacaan sebaiknya klien berbaring setelah periode
istirahat.
(3) Periksa berat badan secara rutin, karena pada pasien
hipertensi mengalami mual atau muntah yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan intrakranial.
(4) Periksa pada leher adanya getaran carotis.
(5) Palpasi nadi perifer, irama frekuensi kualitasnya.
(6) Pada pemeriksaan mata dengan funduscopi ditemukan pupil
edema.
(7) Dengarkan suara jantung adanya bunyi murmur.
2) Diagnosa keperawatan
Berikut diagnosa keperawatan pasien dengan hipertensi (Nurarif,
2013).
a) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
b) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak.
c) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi
natrium.
15
d) Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3) Intervensi keperawatan
Berikut intervensi keperawatan pasien dengan hipertensi (Sudarta,
2013).
a) Intervensi mandiri
(1) Pantau tekanan darah kedua tangan untuk evaluasi awal.
(2) Catat keberadaan, kualitas denyut sentral dan perifer.
(3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
(4) Observasi warna kulit kelembapan, suhu dan pengisian
kapiler.
(5) Kaji respon pasien terhadapaktivitas, perhatikan
frekuensi nadi lebih dari 20x/menit di atas frekuensi
istirahat, peningkatan tekanan darah yang nyata selama
dan sesudah aktivitas.
(6) Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas bertahap jika
dapat ditoleransi.
(7) Pertahankan posisi baring selama fase akut.
(8) Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan
nyeri kepala, seperti guided imagery.
(9) Berikan makanan lunak, cairan dan perawatan mulut,
bila terjadi perdarahan.
16
(10)Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk
orang terdekat.
(11)Tetapkan dan nyatakan tekanan darah normal, jelaskan
tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh
darah, ginjal.
(12)Bantu pasien untuk mengembangkan jadwal yang
sederhana memudajkan untuk minum obat.
b) Manajemen kolaboratif
(1) Beriakan obat-obatan sesuai indikasi:
- Diuretik tiazid: chlorotiazid, hidrokloro tiazid.
- Diuretik hemat kalium aldactor triamterence.
- Inhibitor simpatis: propanolo.
- Vasodelator: hidrasilin.
(2) Berikan pembatasan cairan dan diet natrium sesuai
indikasi.
(3) Berikan obat atau pembedahan bila ada indikasi.
(4) Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.
c) Evaluasi keperawatan
Hasil yang diharapkan pada pasien hipertensi (Sudarta, 2013).
(a) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan
darah.
(b) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
17
(c) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur.
(d) Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
(e) Menunjukkan perubahan pola makan, baik kualitas maupun
kuantitas.
(f) Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan
memelihara kesehatan optimal.
(g) Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan
komplikasi.
2. Tekanan darah
a. Pengertian
Tekanan darah adalah tekanan yang terjadi di pembuluh arteri akibat
jantung memompa darah ke seluruh anggota tubuh (Herlambang,
2013).
b. Pengaturan tekanan darah
Menurut Herlambang (2013), tekanan darah dapat dilihat dengan
mengambil dua ukuran dan biasanya ditunjukkan dengan angka
seperti 120/80 mmHg.
Tekanan Systolik atau saat jantung berkontraksi ditujukan oleh angka
120.
Tekanan Diastolik atau saat jantung berelaksasi di tunjukan oleh
angka 80.
18
c. Faktor yang mempengaruhi
Menurut Herlambang (2013), faktor yang mempengaruhi takanan
darah adalah :
1) Usia
Anak-anak secara nomal memiliki takanan darah yang jauh lebih
rendah daripada dewasa.
2) Aktifitas fisik
Aktifitas yang tinggi akan membuat tekanan darah lebih tinggi,
dan akan lebih rendah ketika beristirahat.
3) Waktu
Pada malam hari saat tidur tekanan darah akan lebih rendah, pada
waktu pagi hari akan tinggi.
d. Klasifikasi tekanan darah pada dewasa
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada dewasa
Kategori Tekanan darah
Sistolik
Tekanan darah
Diastolik
Nomal Di bawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
(Hipertensi ringan)
140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang)
160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi berat)
180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi maligna)
210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
Sumber : Herlambang, 2011
19
3. Posisi fowler
a. Pengertian
Posisi Fowler adalah posisi duduk, dimana bagian kepala tempat
tidur lebih tinggi atau dinaikkan 90º (Hidayat, 2008).
b. Fungsi
Menurut Hidayat (2008), fungsi posisi fowler yaitu posisi ini
dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi
fungsi pernafasan pasien.
Menurut Tilkian & Conover (2011), posisi fowler dapat digunakan
untuk mengurangi tekanan darah karena dapat mengurangi aliran
darah balik ke jantung yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi karena
semakin banyak darah yang masuk ke jantung semakin jantung
berkontraksi yang menyebabkan tekanan darah meningkat.
c. Cara pelaksanaan
Menurut Hidayat (2008), cara pelaksanaannya yaitu :
1) Jelaskan pada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan
2) Dudukkan pasien
3) Beri sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur
untuk posisi fowler 900
4) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk dengan
sudut 90º
20
Gambar 2: Posisi Fowler (hidayat, 2008)
21
B. Kerangka teori
Gambar 3: Kerangka teori
Faktor penyebab:
1. Toksin
2. Genetik
3. Umur
4. Jenis kelamin
5. Etnis
6. Stres
7. Kegemukan
8. Nutrisi
9. Merokok
10. Narkoba
11. Alkohol
12. Kafein
13. Kurang olahraga
14. Kolestrol tinggi
Hipertensi
Manifestasi klinis:
1. Sakit
kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan
menjadi
kabur
Resiko ketiakefektifan perfusi
jaringan otak
Penatalaksanaan
medis :
Pemberian obat
farmakologis
Penatalaksanaan keperawatan :
Pemberian posisi fowler
Tekanan darah berkurang
Menurunkan venous return
Menurunkan volume darah
sekuncup
Gaya gravitasi bumi
Menurunkan kontraksi otot
jantung
Menurunkan aktivitas saraf
simpatis
22
C. Kerangka Konsep
Gambar 4: Kerangka Konsep
Hipertensi Posisi Fowler Perubahan Tekanan Darah
Pasien Hipertensi
23
BAB III
METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek aplikasi riset
Subyek aplikasi riset ini adalah Ny.W usia 70 tahun dengan Hipertensi.
B. Tempat dan waktu
Tempat dan waktu dalam pengambilan kasus ini adalah pada tanggal 10
Maret 2015 selama 1 hari di ruang IGD RSUD Wonogiri.
C. Media dan alat yang digunakan
1. Media untuk wawancara :
a. Format pengkajian pada pasien hipertensi
b. Buku tulis
c. Bolpoint
2. Alat untuk pemeriksaan :
a. Bed
b. Bantal
c. Stetoskop
d. Sphygmomanometer
24
D. Prosedur tindakan
Cara posisi fowler
Fase orientasi :
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan langkah prosedur
5. Menempatkan alat ke dekat pasien
6. Membuat kontrak waktu
7. Mencuci tangan
Fase kerja :
8. Menjaga privasi pasien
9. Perawat membantu klien dalam posisi stengah duduk
10. Menyusun bantal (2-5 bantal) di belakang punggung klien
11. Membiarkan kepala menyandar pada bantal dengan nyaman
12. Meletakkan bantal pada kedua lengan bawah
13. Meletakkan bantal ditelapak kaki
14. Membereskan alat
15. Merapikan alat
Fase terminasi :
16. Melakukan evaluasi tindakan
17. Mencuci tangan
18. Berpamitan
25
E. Alat ukur
Alat ukur yang digunakan untuk pemeriksaan hipertensi yaitu Stetoskop dan
Sphygmomanometer.
26
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas klien
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 10 Maret 2015
dengan metode pegkajian autoanamnesa dan alloanamnnesa, dan didapat
data sebagai berikut : identitas pasien Ny.W, umur 70 tahun, jenis kelamin
perempuan, agama Islam, pasien tidak sekolah, pasien tidak memiliki
pekerjaan, alamat Iromoko, Wonogiri, nomor rekam medis 493597. Masuk
pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 10.30 WIB. Dengan diagnosa
hipertensi, yang bertanggung jawab atas klien adalah anaknya bernama
Tn. S, umur 40 tahun, pekerjaan swasta, pendidikan terakhir SD, dan
alamat sama dengan klien yaitu Wonogiri.
B. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan klien
Dari hasil pengkajian yang dilakukan dengan metode allonamnesa
dan autoanamnesa pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 10.30 WIB,
keluhan utama dari hasil pengkajian yang dilakukan keluhan utama
yang dirasakan klien adalah sesak nafas dan sakit perut. Adapun
riwayat pengkajian saat ini pasien mengatakan mulai dari seminggu
kemarin batuk berdahak, dahaknya sulit keluar, sesak nafas dan sakit
perut seperti diremas, skala 4, nyeri timbul saat bergerak dibagian kiri
27
atas. Tekanan darah 190/110 mmHg, frekuensi nadi 135x/menit, suhu
37,2 0C, frekuensi pernafasan 29x/menit, klien tampak sulit bernafas
dan meringis menahan nyeri perut kemudian pasien dan keluarga
memutuskan untuk membawanya ke RSUD Wonogiri kemudian
masuk ke IGD.
Riwayat penyakit dahulu klien mengatakan bahwa pasien pernah
masuk RSUD Wonogiri kerena hipertensi dan kepalanya pusing
sekitar 2 tahun yang lalu dan diopname. Riwayat penyakit keluarga
klien mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai atau menderita
penyakit menurun seperti diabetes militus, hipertensi dan jantung,
klien juga mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
atau menderita penyakit menular seperti hepatitis dan TBC.
Gambar 4.1 Genogram
- - - - - - - - - - - - - - - - - -
Ny.W (70 th)
- - - - - - - - - - - -
28
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien Perempuan
: Meninggal dunia
--------------- : Tinggal serumah
2. Pola pengkajian primer
Menurut pengkajian yang dilakukan Selasa 10 Maret 2015 pasien
sesak nafas, batuk tidak efektif, jalan nafasnya ada sumbatan sekret,
tidak ada lidah jatuh, tidak ada oedema di jalan napas, terdengar
gargling, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, tidak terlihat
nafas cuping hidung, pernafasan 29 x/menit, tekanan darah 190/110
mmHg, nadi kuat 135 x/menit, kesadaran composmentis/ sadar penuh,
dan suhu 37,20C, tidak ada injuri.
3. Pola pengkajian sekunder
Menurut pengkajian tanggal 10 maret 2015 jam 10.30 pasien
pernah dirawat inap di RSUD Wonogiri karena Hipertensi dan
merasakan pusing, pasien tidak memiliki alergi obat/ makanan, dan
29
sebelumnya pernah minum obat dari Bidan. Klien juga mengatakan
sehari terakhir makan 2 kali dengan nasi 2 porsi, sayuran dan minum 2
gelas air putih/ 400 cc. Pola pengkajian sekunder yaitu klien tampak
sulit bernafas dan meringis menahan nyeri perut kemudian pasien dan
keluarga memutuskan untuk membawanya ke RSUD Wonogiri
kemudian masuk ke IGD.
4. Hasil pemeriksaan fisik
Keadaan/ pennampilan umum kesadaran composmentis, tekanan
darah 190/110 mmHg, frekuensi nadi 135x/ menit, suhu 37,2 0C,
frekuensi pernafasan 29x/ menit.
Kepala bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih, rambut
berwarna putih dan penyebaran merata. Pada muka simetris, tidak ada
luka. Mata palpebra normal, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, pupil normal, diameter kanan kiri simetris, reflek terhadap
cahaya kanan dan kiri baik, pasien menggunakan alat bantu
penglihatan (kacamata plus). Hidung bersih, tidak ada pembesaran
polip, mulut kebersihan cukup, tidak ada stomatitis. Gigi berwarna
coklat, sudah tidak lengkap, dan banyak yang sudah tanggal/ ompong.
Telinga bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
dan tidak memakai alat bantu. Leher tidak ada luka, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
Dari pemeriksaan paru didapatkan hasil inspeksi pengembangan
dada kanan dan kiri sama, palpasi vokal fremitus kanan dan kiri sama
30
pada paru, perkusi sonor di semua lapang paru, auskultasi suara nafas
vesikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan. Pemeriksaan jantung
didapatkan hasil inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus
cordis teraba di ICS 5 kiri, perkusi batas kanan ICS 2 dan ICS 4 kanan
kiri, ICS 2 dan ICS 6 kiri, auskultasi bunyi jantung I dan bunyi jantung
II murni tidak terdengar suara tambahan. Pada pemeriksaan abdomen
hasil inspeksi simetris, auskultasi hasilnya peristaltik usus 14 x/menit,
perkusi hasilnya timpani, dan palpasi abdomen terdapat nyeri tekan di
kuadran 2. Pemeriksaan genetalia didapatkan hasil bersih, tidak
terpasang selang pipis/ kateter, tidak ada perdarahan. Rektum bersih,
tidak iritasi, tidak ada benjolan haemoroid, tidak ada perdarahan.
Ekstermitas atas pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes per
menit. Bawah pada kaki kekuatan otot penuh normal, tidak ada
kelainan.
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 Maret 2015 didapatkan
hasil hematologi dan kimia : WBL dengan hasil 11,0 K/ul (normalnya
4,1–10,9), LYM dengan hasil 2,6 (normalnya 0,6-4,1), MID dengan
hasil 0,8 (normalnya 0,0-1,8), GRAN dengan hasil 7,6 (normalnya 2,0-
7,8), RBL dengan hasil 4,49 M/ul (normalnya 4,20-6,30), HGB dengan
hasil 12,5 gr/dl (normalnya 12,0 – 18,0), HCT dengan hasil 38,5%
(normalnya 37,0-51,0), MCV dengan hasil 85,7 fl (normalnya 80,0-
97,0), MCH dengan hasil 27,8 pg (normalnya 26,0-32,0), MC HC
31
dengan hasil 32,5 g/dl (normalnya 31,0-36,0), RDW dengan hasil
14,6% (normalnya 11,5-14,5), PLT dengan hasil 329 K/ul (normalnya
140-440), dan MPV dengan hasil 7,2 fl (normalnya 0,0-99,8).
Terapi yang didapatkan klien pada tanggal 10 Maret 2015 adalah infus
RL 20 tetes per menit, injeksi ranitidin 2x1gr adalah golongan obat
antasida dan saluran cerna, dengan indikasi untuk pengobatan jangka
pendek tukak lambung dan duo denum, injeksi cefoperazone 2x1gr
adalah obat anti biotik dengan indikasi: membunuh mikro bakteri,
injeksi furosemide 1x20mg adalah obat golongan deuretik dengan
indikasi untuk udema karena gangguan jantung, hipertensi ringan dan
sedang dan kontra indikasi: auria dan hipersensitif , injeksi norages
3x1gr adalah golongan obat analgesik dengan indikasi untuk
meringankan rasa sakit dan kontra indikasi: hipersensitif wanita hamil
dan menyusui, efek samping: reaksi hipersensitifitas, dan minum obat
amlodipin 1x5mg adalah obat golongan anti hipertensi dengan indikasi
mengobati hipertensi, ambroxol syrup 3x1 adalah obat golongan
mukolitik dengan indikasi gangguan saluran nafas .
C. Daftar perumusan masalah
Pada tanggal 10 Maret 2015, pukul 10.35 WIB
Diagnosa pertama ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan sekresi tertahan. Didapat data subyektif klien mengatakan batuk,
sesak nafas, dahak sulit keluar (batuk tidak efektif). Data obyektif terdapat
32
suara gargling (karena penumpukan sekret jalan nafas). Frekuensi
pernafasan 29x/ menit, klien tampak sulit bernafas.
Diagnosa kedua adalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
berhubungan dengan hipertensi (karena merupakan faktor resiko dari
hipertensi). Didapatkan data tekanan darah 190/110mmHg, nadi
135x/menit.
Diagnosa ketiga didapat nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (karena asam lambung meningkat). Didapat data subyektif klien
mengatakan sakit perut. Data obyektif sakit perut seperti diremas, skala 4,
nyeri timbul saat bergerak dibagian kiri atas. klien tampak meringis
menahan nyeri perut.
D. Perencanaan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x20 menit
diharapkan masalah bersihan jalan nafas menjadi efektif dengan kriteria
hasil pasien bernafas normal, pernafasan normal menjadi 18-24 x/menit,
dan dahak keluar. Intervensi observasi tanda-tanda vital terutama
mengetahui pernafasan, berikan oksigen, berikan posisi fowler untuk
membuka jalan nafas, ajarkan batuk efektif dengan teknik mengeluarkan
dahak, kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat mukolitik
(Ambroxol) untuk menghilangkan dahak.
Setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 1x1jam masalah resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan otak tidak terjadi dengan kriteria hasil
33
tekanan darah turun 150-170 mmHg. Intervensi observast tanda-tanda vital
terutama tekanan darah berikan posisi fowler untuk mengurangi tekanan
darah, kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat anti hipertensi
(Amlodipin).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x2 jam diharapkan
masalah nyeri perut teratasi dengan kriteria hasil pasien terlihat rileks tidak
meringis, nyeri berkurang, skala nyeri 2, Intervensi observasi nyeri,
ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri, kolaborasi
dengan tim medis untuk pemberian analgesik (Norages) untuk
menghilangkan nyeri.
E. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada tanggal
10 Maret 2015 untuk diagnosa pertama memberikan oksigen 3 liter,
respon subyektif klien mengatakan bersedia dipasang oksigen, data
obyektif klien menurut dan tidak ada alergi. Pukul 11.00 WIB memberikan
posisi fowler pada klien didapatkan respon subyektif klien bersedia diberi
posisi, respon obyektif klien tampak menurut.
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk diagnosa kedua
adalah pemberian posisi fowler untuk mengurangi tekanan darah sudah di
lakukan pukul 11.00 bersama diagnosa pertama dengan fungsi untuk
menurunkan tekanan darah pasien. Pukul 11.40 WIB memeriksa tanda-
tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur
34
tanda-tanda vitalnya, respon obyektif klien tampak menurut, didapat hasil
tekanan darah 170/95 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi
pernafasan 27 x/menit, dan suhu 36,50C, dan memberikan obat anti
hipertensi (Amlodipin) dan pasien mengatakan “mau” untuk meminum
obat.
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada
tanggal 10 Maret 2015 untuk diagnosa kedua pukul 11.45 WIB
memberikan injeksi analgesik norages, didapatkan respon subyektif klien
mengatakan nyeri berkurang skala 3, respon obyektif klien tampak tenang,
tidak ada respon alergi. Pukul 11.50 WIB memberikan obat mukolitik
ambroxol dengan respon subyektif klien mengatakan mau diberikan obat
dan respon obyektifnya klien tampak mau meminum obat dan tidak ada
respon alergi. Pukul 11.55 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
dengan respon subyektif klien mengatakan “mau” untuk diajarkan teknik
relaksasi.
F. Evaluasi
Pada tanggal 10 Maret 2015, pukul 12.00 WIB untuk diagnosa pertama
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi tertahan
diperoleh data subyektif klien mengatakan sesak nafasnya berkurang, data
obyektif klien tampak terlihat lega didapat hasil, , frekuensi pernafasan 27
x/menit, maka disimpulkan masalah teratasi sebagian, lanjutkan intervensi
35
kaji observasi tanda-tanda vital terutama pernafasan, lanjutkan terapi
dokter.
Pada tanggal 10 Maret 2015, pukul 12.10 WIB dagnosa kedua resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan otak tidak terjadi, dengan data obyektif
pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 170/95 mmHg, frekuensi
nadi 100 x/menit, dan suhu 36,50C.
Pada tanggal 10 Maret 2015, pukul 12.13 WIB untuk diagnosa ketiga
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis diperoleh data
subyektif klien mengatakan nyeri berkurang, data obyektif klien tampak
tenang, skala nyeri 3, maka disimpulkan masalah teratasi sebagian,
lanjutkan terapi dokter, obsevasi nyeri.
Pada tanggal 10 Maret 2015 WIB, pukul 12.15 WIB pasien dipindah
ke bangsal.
36
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan pada
Ny.W dengan Hipertensi di Ruang IGD RSUD Wonogiri. Pembahasan pada
bab ini terutama membahas adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara
teori dengan kasus. Asuhan keperawatan memfokuskan pada pemenuhan
kebutuhan dasar manusia melalui tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan pasien (Muslihatun, 2010). Pengkajian
adalah proses pengumpulan, pengorganisasian, validasi, dan pencatatan
data tentang status klien (Maryam, 2008). Pengkajian secara umum
yang ditemukan pada pasien hipertensi secara subjektif subyektif
menurut Bruner & Sudart, (2013) adalah adanya sakit kepala pada pagi
hari, mata menjadi merah, pengelihtan menjadi kabur, adanya
perubahan BAB, perubahan pola makan. Namun tidak semua keluhan
itu muncul pada Ny.W, Dari pengkajian Ny.W Keluhan utama klien
juga mengatakan mengeluhkan batuk berdahak, dahaknya sulit keluar,
sesak nafas dan sakit perut seperti diremas, skala 4, nyeri timbul saat
37
bergerak dibagian kiri atas. Dan pengkajian yang dilakukan secara
obyektif Tekanan darah 190/110 mmHg, frekuensi nadi 135x/menit,
suhu 37,20C, frekuensi pernafasan 29x/menit, klien tampak sulit
bernafas dan meringis menahan nyeri perut.
Berdasarkan hal tersebut, kondisi Ny.W mengalami tekanan darah
lebih dari 140/90 mmHg yang dinyatakan sebagai hipertensi berat
(Herlambang, 2013).
Hasil pemeriksaan Airway terdapat sekret di jalan nafas, tidak ada
lidah jatuh karena pasien dalam keadaan sadar penuh, tidak ada edema
jalan nafas. Hasil pemeriksaan Breathing pasien mengalami sesak nafas
karena terdapat sekret di jalan nafas pasien di tandai dengan terdapat
suara Gargling saat pasien bernafas, pasien bernafas 29x/menit. Batuk,
sesak nafas dan sakit perut yang dialami Ny.W tidak secara langsung
berhubungan dengan penyakit hipertensi yang dialaminya. Pada lansia
umumnya lebih rentan terhadap berbagai penyakit seperti penyakit
pernafasan atau pencernaan (Nugroho, 2008).
Menurut Nugroho, (2008) penyakit pernafasan yang dialami Ny.W
dikarenakan otot pernafasan mengalami kelemahan karena kehilangan
kekuatan, aktifitas silia menurun, paru kehilangan elastisistas sehingga
menarik nafas lebih berat, reflek kemampuan batuk berkurang, dan
kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun
seiring bertambahnya usia. Sedangkan penyebab penyakit pencernaan
38
diakibatkan oleh pelebaran eksofagus, asam lambung menurun, fungsi
absrobsi melemah.
Hasil pemeriksaan Circulation nadi pasien 135x/menit, dan tekanan
darah Ny.W 190/110 mmHg, pada lansia nadi yang meningkat
disebabkan karena takanan darahnya meningkat menyebabkan denyut
nadi ikut meningkat hal ini di rumuskan oleh Nugroho,(2008) dengan
rumus 200 dikurangi usia (200 – usia). Hasil pemeriksaan Disability
pasien sadar penuh, GCS E4,V5,M6. Hasil pemeriksaan Exposure suhu
37,2ºC. tidak ada injuri. Hasil pemeriksaan sampel pasien tidak
memiliki alergi obat dan makanan.
Tekanan darah meningkat yang terjadi pada lansia umumnya
disebabkan karena hipertopi/pembesaran jantung, rongga bilik kiri juga
mengalami penurunan akibat dari berkurannya aktifitas, kekuatan sel
otot jantungpun juga menurun sehingga jantung harus bekerja lebih
keras (Nugroho, 2008). Hipertensi pada lansia berusia 70 tahun
umumnya pada wanita akan mengalami tekanan darah mencapai 170/90
mmHg dan pada pria akan mencapai 160/100 mmHg (Nugroho, 2008).
Hasil pemeriksaan riwayat penyakit dahulu Ny.W memiliki riwayat
Hipertensi selama 2 tahun, dan tidak ada dampak yang spesifik pada
pasien. Pada lansia tekanan darah yang meningkat cenderung tidak
menjadi alasan pasien untuk mencari pelayanan kesehatan, namun
komplikasi ataupun penyakit yang menyertai dapat menjadi penyebab,
39
hal ini sesuai yg terjadi pada Ny.W datang ke IGD karena keluhan nyeri
perut dan di temukan tekanan darah meningkat.
Pemeriksaan SAMPLE adalah pengkajian yang digunakan untuk
mengetahui riwayat alergi, keluhan yang dirasakan secara menyeluruh
dan bagaimana proses keluhan dan gejala muncul. Sebagai acuan yang
lebih detail untuk segala sesuatu yang ada kaitannya dengan pasien.
Hasil pemeriksaan SAMPLE yang ditemukan pada Ny.W pasien
mengeluh batuk berdahak, sesak nafas dan sakit perut. Pasien tidak
memeliki alergi obat dan makanan. Pasien pernah minum obat dari
bidan sebelum dibawa ke rumah sakit. 2 tahun lalu pernah di opname
karena riwayat hipertensi. Pasien terakir makan seperti biasa, karena
mengalami gejala tersebut pasien dibawa ke rumah sakit jam 10.00.
Hasil pemeriksaan riwayat kesehatan keluarga pasien tidak
memiliki riwayat penyakit menular atau menurun. Seperti HIV,
Diabetes Militus dan Hipertensi.
Hasil pemeriksaan fisik menunjukan dalam batas normal. Secara
teori menurut Sudarta, (2013) pada pasien hipertensi umumnya akan
muncul tekanan darah yang tinggi, adanya getaran carotis pada
pemeriksaan leher, akan muncul juga pupil edema, dan akan muncul
suara murmur pada auskultasi suara jantung. Namun tidak semua gejala
tersebut tidak muncul pada Ny.W, yang muncul pada Ny.W hanya
peningkatan tekanan darah saja.
40
2. Perumusan masalah
Diagnosa keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan dan
merupakan suatu pernyataan dari masalah klien baik aktual maupun
risiko berdasarkan data pengkajian yang sudah dianalisis (Maryam,
2008).
Perumusan masalah keperawatan yang diambil oleh penulis dari
pengkajian Ny.W adalah :
a. Masalah Keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Diagnosa : ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan sekresi tertahan. Definisi yaitu ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi/obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan kebersihan jalan napas (ed. Heather, 2009).
Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis kebersihan
jalan nafas yang telah disesuaikan dengan diagnosa yang ada dalam
teori. Perumusan masalah keperawatan yang diambil oleh penulis
adalah sesak nafas dengan alasan mengacu pada data pengkajian
yang didapatkan pada Ny.W berdasarkan data subyektif klien
mengatakan batuk berdahak, dahaknya sulit keluar, sesak nafas
sehingga klien mengatakan jalan nafasnya ada sumbatan sekret,
dan terdengar gargling. Data obyektifnya frekuensi pernafasan
29x/menit, klien tampak sulit bernafas.
Batasan karakteristik ketidakefektifan bersihan jalan nafas
dalam NANDA 2009-2011 yaitu batuk yang tidak efektif, suara
41
napas tambahan, dan sputum dalam jumlah yang berlebihan (ed.
Heather, 2009).
Berdasarkan data tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa
diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan batasan karakteristik
yang sesuai dengan teori (ed. Heather, 2009).
b. Masalah keperawatan resiko ketidak efektifan jaringan otak.
Diagnosa: Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan
dengan hipertensi.
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak adalah resiko
penurunan sirkulasi jaringan otak (ed. Heather, 2009).
Penulis menambahkan perumusan diagnosa resiko ketidak efektifan
perfusi jaringan otak karena merupakan resiko dari penyakit
hipertensi yang dialami pasien ditandai dengan di temukan nya
peningkatan tekanan darah yaitu 170/110 mmHg.
Perumusan masalah keperawatan yang di ambil penulis resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan otak telah di sesuaikan dengan
diagnosa teori dan dalam buku. Perumusan masalah keprawatan
yang di ambil penulis adalah resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan otak dengan alasan mengacu pada resiko penyakit
hipertensi yang dialami Ny.W berdasarkan data subyektif pasien
mengatakan memiliki penyakit hipertensi selama 2 tahun. Data
obyektifnya ditemukan tekanan darah 190/110 mmHg, frekuensi
nadi 135x/menit, suhu 37,2 0C.
42
Berdasarkan data tersebut di atas penulis menyimpulkan
bahwa diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan diagnose
NANDA 2009-2011 (ed. Heather, 2009).
c. Masalah Keperawatan Nyeri akut
Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan
actual/potensial/digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(ed. Heather, 2009).
Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis nyeri
akut yang telah disesuaikan dengan diagnosa yang ada dalam buku.
Perumusan masalah keperawatan yang diambil oleh penulis adalah
nyeri akut dengan alasan mengacu pada data pengkajian yang
didapatkan pada Ny.W berdasarkan data subyektif klien
mengatakan sakit perut seperti diremas, skala 4, nyeri timbul saat
bergerak dibagian kanan atas. Data obyektifnya ditemukan klien
tampak meringis menahan nyeri perut.
Batasan karakteristik nyeri akut adalah perubahan tekanan darah,
perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan,
perubahan selera makan, perubahan posisi untuk menghindari
nyeri, dilatasi pupil, gangguan tidur, melaporkan nyeri secara
verbal.
43
Berdasarkan data tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa
diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan batasan karakteristik
yang sesuai dengan diagnose NANDA 2009-2011 (ed. Heather,
2009).
3. Intervensi
Intervensi atau perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah
sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan
tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Maryam, 2008).
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi
tertahan
Dengan intervensi observasi tanda-tanda vital terutama mengetahui
pernafasan, berikan oksigen melalui nasal kanula untuk mencegah
hipoksia yang akan berakibat kematian karena sekresi tertahan
menurunkan efektifitas penghantaran oksigen (Potter dan perry,
2006).
Intervensi berikutnya berikan posisi fowler untuk membuka jalan
nafas, karena memungkinkan rongga dada dapat berkembang
secara luas dan pengembangan paru juga akan meningkat, sehingga
oksigen dapat masuk ke rongga paru dengan baik dan pernafasan
kembali normal (Melani, 2011). Ketika kepala dan tubuh dinaikan
44
90 menyebabkan oksigen yang masuk ke paru meningkat dan
mempermudah saat bernafas (Safitri & Adriyani, 2011).
Intervensi selanjutnya ajarkan batuk efektif untuk
mempertahankan kepatenan jalan nafas, penutupan glotis,
kontraksi aktif otot-otot ekspirasi dan pembukaan glotis
menyebabkan terjadinya tekanan intra thorak yang tinggi saat
glotis membuka aliran udara keluar dengan kecepatan tinggi
memberikan mukus kesempatan bergerak kejalan nafas bagian
atas, sehingga dapat mengeluarkan dahak yang tertahan (Potter dan
Perry, 2006).
Intervensi berikutnya kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian obat mukolitik (Ambroxol). Obat mukolitik Ambroxol
adalah obat yang berfungsi mengencerkan dahak dan untuk
menghilangkan dahak, sehingga dahak yang menyumbat jalan
nafas pasien dapat keuar (Kasim, 2012). Pada kasus Ny.W penulis
melakukan rencana tindakan selama 1x20 menit diharapkan
masalah kebersihan jalan nafas menjadi efektif dengan kriteria
hasil pasien bernafas normal, pernafasan normal menjadi 18-24
x/menit, dan dahak keluar, klien tampak lebih lega.
b. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Dengan intervensi observasi tanda-tanda vital terutama
mengetahui tekanan darah. Tekanan darah pada pasien hipertensi
harus di kaji karena kita dapat mengetahui pasien mengalami
45
hipertensi dari pemeriksaan tekanan darah pasien. Karena tekanan
darah yang tinggi dan terus menerus akan menyebabkan jantung
seseorang bekerja ekstra, pada akhirnya akan berakibat terjadinya
kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak, dan mata.
Karena jantung tidak bisa lagi menjalankan fungsinya (Susilo dan
Wulandari, 2011).
Intervensi selanjutnya berikan posisi yang nyaman/fowler agar
pasien nyaman dan tekanan darah berkurang karena perubahan
posisi menyebabkan berkurangnya arah menuju ke jantung.
Peralihan dari posisi berbaring menjadi posisi duduk ata berdiri
mengurangi “venous return” yaitu aliran darah balik ke jantung
yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi karena semakin banyak darah
yang masuk ke jantung semakin jantung berkontraksi karena
pengaruh dari sarah simpatis yang menyebabkan tekanan darah
meningkat (Tilkian dan Conover, 2011).
Intevensi selanjutnya adalah kolaborasikan dengan tim medis
untuk pemberian obat anti hipertensi (Amlodipin) adalah oba yang
befungsi untuk menurunkan tekanan darah sehingga tekanan darah
dapat turun (Kasim, 2012).
Pada kasus Ny.W penulis melakukan rencana tindakan 1x1 jam
diharapkan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak tidak
teerjadi dengan kriteria hasil tekanan darah turun 150-170 mmHg,
frekuensi nadi turun80-100x/menit.
46
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Intervensi yang dilakukan adalah mengobservasi nyeri, yang
bertujuan untuk mengetahui penyebab nyeri, kualitas nyeri, lokasi
nyeri, sekala nyeri, dan wktu timbulnya nyeri.
Intervensi selanjutnya ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
untuk mengurangi nyeri, kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian analgesik (Norages) adalah obat yang berfungsi untuk
menghilangkan nyeri, untuk menghilangkan nyeri pasien (Kasim,
2012).
Pada kasus Ny. W penulis melakukan rencana tindakan selama
1x2 jam diharapkan masalah nyeri perut teratasi dengan kriteria
hasil pasien terlihat rileks tidak meringis, nyeri berkurang, skala
nyeri 2.
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan yang
terkait dengan pelaksanaan perencanaan yang telah dibuat dan mengacu
pada rencana keperawatan yang telah dibuat (Maryam, 2008).
a. Implementasi diagnosa pertama ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan sekresi tertahan.
Hari pertama dimulai pada tanggal 10 Maret 2015 untuk
diagnosa pertama memberikan oksigen 3 liter, respon subyektif
klien mengatakan bersedia dipasang oksigen, data obyektif klien
47
menurut dan tidak ada alergi. Pukul 11.00 WIB memberikan posisi
fowler pada klien didapatkan respon subyektif klien bersedia diberi
posisi, respon obyektif klien tampak menurut.
Pada Ny.W, yang terjadi setelah dilakukan cara penggunaan
cara pemberian posisi yang nyaman/fowler adalah klien rileks,
sesak nafas berkurang. Klien tampak lebih lega setelah dilakukan
pemberian posisi fowler, pada klien dengan posisi fowler rongga
dada akan berkembang secara luas dan pengembangan paru akan
ikut meningkat dan oksigen dapat masuk dengan baik sehingaga
pernafasan kembali normal, tindakan nonfarmakologis yaitu
dengan cara pemberian posisi fowler dapat digunakan untuk
membuka jalan nafas.
b. Implementasi diagnosa kedua resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan otak berhubungan dengan hipertensi.
Penulis memberikan tindakan posisi fowler pada klien. Saat sebelum
dilakukan tindakan tekanan darah Ny.W 190/110 mmHg dan
setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh tekanan darah
menjadi 170/95 mmHg. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh
pemberian obat medis, sehingga penulis memberikan edukasi
kepada klien agar tetap memposisikan yang nyaman/fowler ini
menjadi salah satu alternatif pilihan disaat ingin menstabilkan
tekanan darah saat kondisi klien dirumah, meskipun saat di rumah
sakit sudah dimulai relaksasi tersebut.
48
Menurut Tilkian & Conover (2011), posisi fowler dapat
digunakan untuk mengurangi tekanan darah karena dapat
mengurangi aliran darah balik ke jantung yang dipengaruhi oleh
gaya gravitasi karena semakin banyak darah yang masuk ke
jantung semakin jantung berkontraksi yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, sehingga tidak terjadi peningkatan tekanan darah.
Pemberian terapi non farmakologis relatif praktis dan efisien,
karena terapi non farmakologi salah satu jenis pengobatan atau
penyembuhan dengan cara pemberian posisi fowler untuk
mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi.
c. Implementasi diagnosa ketiga Nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis.
Penulis memberikan tindakan dengan cara pemberian teknik
relaksasi nafas dalam, pengaturan posisi yang nyaman/fowler dan
terapi berupa injeksi dan obat oral. Saat sebelum dilakukan klien
tampak meringis menahan nyeri perut, skala nyeri 4 dan setelah
dilakukan tindakan keperawatan diperoleh nyeri berkurang, skala
nyeri 3. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh pemberian obat medis,
sehingga penulis memberikan edukasi kepada klien agar tetap
melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan pengaturan posisi yang
nyaman/fowler, ini menjadi salah satu alternatif pilihan disaat ingin
mengurangi rasa nyeri saat kondisi klien dirumah, meskipun saat di
rumah sakit sudah dimulai relaksasi tersebut.
49
Hari pertama penggunaan teknik relaksasi nafas dalam,
pemberian posisi yang nyaman/fowler dan pemberian terapi
didapatkan hasil yang dimulai pada tanggal 10 Maret 2015 untuk
diagnosa kedua pukul 11.45 WIB mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam, pengaturan posisi yang nyaman/fowler dan
pemberian injeksi analgesik norages, didapatkan respon subyektif
klien mengatakan nyeri berkurang, tekanan darah 170/95 mmHg,
skala 3, respon obyektif klien tampak tenang, tidak ada respon
alergi. Pukul 11.50 WIB memberikan obat mukolitik ambroxol
dengan respon subyektif klien mengatakan mau diberikan obat dan
respon obyektifnya klien tampak mau meminum obat dan tidak ada
respon alergi. Pukul 11.55 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam dan pemberian posisi yang nyaman/fowler dengan respon
subyektif klien mengatakan “mau” untuk diajarkan teknik relaksasi
dan pengaturan posisi yang nyaman/fowler dan respon obyektif
klien tampak mengikuti perawat.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan diarahkan
untuk menentukan respon klien terhadap intervensi keperawatan serta
sebatas mana tujuan/kriteria hasil sudah tercapai (Maryam, 2008).
Pembahasan dari evaluasi yang meliputi subyektif, obyektif,
analisa dan rencana :
50
Evaluasi hari pertama untuk diagnosa pertama ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi tertahan masalah
teratasi sebagian, klien tampak terlihat lega didapat hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital, frekuensi pernafasan 27 x/menit, dan suhu 36,50C.
Evaluasi hari pertama untuk diagnosa kedua resiko ketidakefektifan
jaringan otak berhubungan dengan hipertensi adalah resiko tidak terjadi,
di dapat hasil pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 170/95
mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit.
Evaluasi hari pertama untuk diagnosa ketiga nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis masalah teratasi sebagian,
klien mengatakan nyeri berkurang, data obyektif klien tampak tenang,
skala nyeri 3.
Berdasarkan evaluasi diatas, diperoleh hasil bahwa cara pemberian
posisi yang nyaman/fowler pada Ny.W dapat menyebabkan
berkurangnya darah yang menuju ke jantung dan menurunkan tekanan
darah. Sebelum dilakukan tindakan tekanan darah Ny.W 190/110
mmHg dan setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh tekanan
darah menjadi 170/95 mmHg. Tindakan yang dilakukan penulis juga
dipengaruhi oleh terapi medis atau obat-obatan penurun tekanan darah.
Sehingga penulis memberikan intervensi keperawatan untuk tetap
melakukan selama di rumah.
51
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang Asuhan Keperawatan
Ny.W dengan Hipertensi di Ruang IGD RSUD Wonogiri dengan
mengaplikasikan hasil penelitian tentang pemberian posisi fowler dapat
ditarik kesimpulan :
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang secara umum di temukan pada pasien
hipertensi seperti Ny. W adalah adanya peningkatan tekanan darah dan
nadi juga meningkat. Tekanan darah 190/110 mmHg, frekuensi nadi
135x/ menit, suhu 37,2 0C, frekuensi pernafasan 29x/ menit, pada lansia
dapat di temukan keluhan lain seperti batuk sesak nafas dan nyeri perut.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
Hipertensi pada Ny. W adalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
otak, peningkatan tekanan darah (Hipertensi).
3. Intervensi
Intervensi yang disusun oleh penulis untuk menyelesaikan masalah
pada Ny.W dengan Hipertensi di antaranya adalah observasi tanda-
tanda vital, beri tindakan nonfarmakologi pemberian posisi fowler untuk
52
menurunkan tekanan darah. Posisi fowler dapat juga digunakan untuk
membuka jalan nafas untuk mengurangi sesak pada Ny.W.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan penulis pada pasien Hipertensi
seperti Ny.W meliputi mengukur tanda-tanda vital, memberikan posisi
yang nyaman/fowler dan teknik relaksasi nafas dalam untuk
menurunkan tekanan darah dan untuk membuka jalan nafas Ny.W.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi secara umum dengan 2 jam pengelolaan masalah
keperawatan nyeri akut teratasi karena tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat penulis tercapai. Klien mengatakan sesak nafas berkurang, nyeri
berkurang, skala nyeri 3, hasil tanda- tanda vital tekanan darah 170/95
mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi pernafasan 27 x/menit,
dan suhu 36,50C, pasien tampak tenang. Masalah teratasi sebagian,
intervensi dilanjutkan.
6. Analisa
Hasil analisa pada Ny.W dengan Hipertensi menunjukan bahwa
pemberian posisi fowler dapat menurunkan tekanan darah.
53
B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
hipertensi, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif
khususnya dibidang kesehatan antara lain :
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit)
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan
dengan terapi non farmakologis yaitu teknik pemberian posisi fowler
untuk menurunkan tekanan darah dan mempertahankan hubungan
kerjasama baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada
pasien hipertensi.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih
maksimal, khususnya pada klien dengan hipertensi. Perawat diharapkan
dapat memberikan pelayanan professional dan komprehensif.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih
berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat
professional, trampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan
asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik
keperawatan terutama memberikan terapi-terapi non farmakologi.
DAFTAR PUSTAKA
Heather, H. 2011. Nanda Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Herlambang. 2013. Menaklukan Hipertensi Dan Diabetes. Jogjakarta: Tugu
Publiser
Hidayat, A. 2008. Edisi 2 Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Salemba Medika.
Kasim, F. 2012. ISO Indonesia. Jakarta: ISFI
Maryam, S. 2008. Buku Ajar Berfikir Kritis Dalam Proses Keperawatan. Jakarta:
EGC
Melanie, R. 2011. Analisi Pengaruh Posisi Tidur Terhadap Kualitas Tidur dan
Tanda Vital Pada pasien Gagal Jantung Di Ruang Rawat Intensif RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Nugroho, W. 2008. Edisi 3 Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik. Jakarta: EGC
Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC. MediAction: Jakarta
Pakpahan, R. 2011. Pengaruh Posisi Fowler Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Deli Serdang Lubuk Pakam
Potter & Perry. 2006. Edisi 4 Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Riskesdas, 2007. Hipertensi dan faktor resikonya dalamkajian epidemologi.
http//:wordpress.com. Diakses tanggal 16 Febuari 2015.
Safitri dan Andriyani, 2011. Keefektifan Penberian Posisi Semi Fowler Terhadap
Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Asma Di Ruang Rawat Inap Kelas
III RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Susilo, Y. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. CV. Andi. 47-127.
Wahdah, N. 2011. Menaklukan Hipertensi Dan Diabetes. CV. Multi Solusindo.
ISBN. 7-100.
Widiyani, R. 2013. Penderita Hipertensi Terus Meningkat.
http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.
Terus.Meningkat. Diakses tanggal 16 Febuari 2015.
Wilkinson, J. 2012. Edisi 9 Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Yuliarti, N. 2011. Libas Hipertensi Dengan Herbal. Jogjakarta: Gajayana Publiser
LAMPIRAN