Post on 29-Nov-2020
PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA
YANG MEMANFAATKAN LITERASI DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
ROPITA DEWI SARTIKA
141314007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA
YANG MEMANFAATKAN LITERASI DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
ROPITA DEWI SARTIKA
141314007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT., skripsi ini
saya persembahkan kepada:
1. Kedua orangtuaku “Bapak Rosikin dan Ibu Sartini” serta adikku “Rolista
Susilo Rahayu” yang senantiasa mendoakanku, mendukungku,
menyemangatiku, menyayangiku, dan mencintaiku dengan sepenuh dan
setulus hati.
2. Keluarga besarku yang selalu menyemangati dan mendukungku dalam setiap
langkah dan perjuanganku.
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M. Pd dan bapak Hendra Kurniawan, M. Pd. Selaku
dosen pembimbing yang dengan sabar dan ikhlas membimbing,
menyemangati, memotivasi, dan mengarahkan penulis.
4. Sahabat dan teman seperjuanganku dalam menyelesaikan skripsi ini
”Catharina Ginong Pratidhina” yang selalu ada, mendukung, menyemangati,
dan memotivasiku.
5. Keluarga besar “KOS UNO” yang selalu mendukung dan menyemangatiku
terkhusus ibu kos tercinta “drg. Pratiwi Setyowati,Sp. Ort.
6. Semua pihak yang selalu mendukung dan membantu kelancaran penulisan
skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Man Jadda Wa Jada”
Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil
(Pepatah Arab)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA
YANG MEMANFAATKAN LITERASI DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK
Ropita Dewi Sartika
141314007
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai: (1) perencanaan
pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, (2) pelaksanaan
pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, (3) hasil
pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus. Guru dan peserta didik kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik menjadi
informan dalam penelitian ini yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, kuesioner, wawancara, dokumen dan dokumentasi. Teknik analisis data
dalam penelitian ini menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang
meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) perencanaan yang dilakukan
oleh guru adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
mengandung unsur-unsur literasi dengan baik, (2) pelaksanaan pembelajaran telah
dilakukan oleh guru dengan baik sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru. (3) hasil pembelajaran sejarah
Indonesia yang memanfaatkan literasi pada aspek kognitif menunjukkan sebanyak
26 orang peserta didik sudah mencapai KKM 75 dengan rata-rata 84,64
(92,86%). Pada aspek afektif minat belajar sejarah peserta didik dengan
pembelajaran literasi menunjukkan kategori tinggi (82,14%). Pada aspek
psikomotorik menunjukkan hasil keterampilan peserta didik melalui penugasan
teks naratif sudah mencapai KKM dengan rata-rata 81,25.
Kata Kunci: literasi, pembelajaran, Sejarah Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
HISTORY OF INDONESIA LEARNING USING LITERACY AT SMA
NEGERI 1 NGANGLIK
Ropita Dewi Sartika
141314007
This research aims to describe: (1) the learning plan of History of
Indonesia using literacy, (2) the implementation of History of Indonesia learning
using literacy, and (3) the results of History of Indonesia learning using literacy.
This research uses qualitative approach with case study method. The
teacher and the students of X IPS 1 class of SMA Negeri 1 Ngaglik become the
subjects of this research who are chosen by using purposive sampling technique.
The data gathering methods used in this research are observation, questionnaire,
interview, document and documentation. The data analysis technique of this
research uses Miles and Huberman’s interactive model which covers data
gathering, reduction, presentation, and conclusion drawing.
Based on the analysis, the results show that: (1) the planning conducted by
the teacher is arranging the lesson plan which contains literacy elements, (2) the
learning implementation has been conducted based on the lesson plan, that is
made by the teacher, (3) the result of History of Indonesia learning that make use
of literacy on cognitive aspect shows that 26 students can achieve the Minimum
Criteria of Mastery Learning value 75 with the mean 84, 64 or 92, 86%.
On affective aspect, students’ interest on History learning to literacy
learning shows high category with the percentage of 82.14%. On psychometric
aspect, it shows that the result of students’ proficiency has achieved the Minimum
Criteria of Mastery Learning with the mean 81.25.
Keywords: Literacy, Learning, History of Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat dan
rahmat-Nya yang senantiasa dilimpahkan, sehingga penulis dapat ,menyelesaikan
skipsi yang berjudul “ Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan
Literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik “. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada Program Studi Pendidikan Sejarah,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali hambatan dan rintangan yang
penulis hadapi. Namun, semua itu dapat penulis hadapi dan lalui berkat bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini
penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M.Si. , selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S. Pd., M. Si., selaku ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, dan sekaligus menjadi Dosen Pembimbing I yang dengan sabar
dan ikhlas membimbing, menyemangati, memotivasi, dan mengarahkan
penulis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan
dengan baik.
4. Bapak Hendra Kurniawan, M. Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, dan sekaligus menjadi Dosen Pembimbing II
yang dengan sabar dan ikhlas membimbing, menyemangati, memotivasi, dan
mengarahkan penulis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Drs. A. Kardiyat Wiharyanto, M. M. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang senantiasa memberikan motivasi, semangat, dan bimbingan
pada penulis dengan sabar dan ikhlas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Hlm
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….......... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………… iv
HALAMAN MOTTO …………………………………………………… v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………… vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……………………. vii
ABSTRAK ……………………………………………………………….. viii
ABSTRACT ……………………………………………………………… ix
KATA PENGANTAR …………………………………………………… x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... xii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xiv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….......... xv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….......... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………… 8
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………......... 8
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………. 11
A. Kajian Teori …………………………………………………......... 11
1. Gerakan Literasi Sekolah ……………………………………... 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2. Pembelajaran Sejarah …………………………………………. 29
3. Konstruktivisme ………………………………………………. 37
4. Kurikulum 2013 ………………………………………………. 39
B. Penelitian yang Relevan…………………………………………… 42
C. Kerangka Pikir…………………………………………………….. 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………… 47
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………….......... 47
B. Pendekatan Penelitian ……………………………………….......... 47
C. Sumber Data ………………………………………………………. 49
D. Metode Pengumpulan Data ………………………………….......... 49
E. Instrumen Pengumpulan Data ……………………………….......... 52
F. Teknik Sampling …………………………………………….......... 55
G. Validitas Data ……………………………………………………... 56
H. Analisis Data ……………………………………………………… 59
I. Sistematika Penulisan …………………………………………….. 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………......... 63
A. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………………......... 63
B. Deskripsi Hasil Penelitian ………………………………………… 70
C. Pembahasan ………………………………………………….......... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………. 113
A. Kesimpulan ………………………………………………………... 113
B. Saran ………………………………………………………………. 115
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 117
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Hlm
Tabel 1. Pelaksanaan Komponen Literasi ………………………………… 14
Tabel 2. Ekosistem Sekolah yang Literat …………………………………. 23
Tabel 3. Fokus Kegiatan dan Tahapan Literasi Sekolah …………….......... 27
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian …………………………………... 47
Tabel 5. Kisi-Kisi Kuesioner ……………………………………………… 53
Tabel 6. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Penelitian ………………………. 54
Tabel 7. Data Hasil Penilaian Kognitif …………………………………… 86
Tabel 8. Data Minat Belajar Peserta Didik Melalui
Pembelajaran Literasi……………………………………………. 88
Tabel 9. Kriteria Penilaian Keterampilan Peserta Didik …………….......... 89
Tabel 10. Data nilai Aspek Psikomotorik ………………………………… 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Hlm
Gambar I. Kerangka Pikir ………………………………………………… 46
Gambar II. Model Interaktif Miles dan Huberman ………………….......... 60
Gambar III. Papan Slogan Visi dan Misi SMA Negeri 1 Ngaglik ………... 66
Gambar IV. Papan Kebijakan Mutu Sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik ……. 68
Gambar V. Wawancara Guru Sejarah Indonesia …………………….......... 69
Gambar VI. Kegiatan Diskusi dan Mengumpulkan Informasi untuk
Membuat Teks Naratif…………………….............................. 80
Gambar VII. Kegiatan Wawancara Peserta Didik ……………………........ 83
Gambar VIII. Kegiatan Wawancara Peserta Didik ………………….......... 85
Gambar IX. Diagram Hasil Minat Belajar Sejarah ……………………...... 88
Gambar X. Kegiatan Diskusi Kelompok ……………………...................... 98
Gambar XI. Penampilan Hasil Produk Literasi Kelompok ……………….. 99
Gambar XII. Produk Literasi ……………………........................................ 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Hlm
Lampiran 1. Instrumen Observasi……………………………………......... 121
Lampiran 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Peserta Didik…………......... 123
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara Peserta Didik………………... 124
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru………………………… 125
Lampiran 5. Daftar Narasumber…………………………………………… 126
Lampiran 6. Catatan Lapangan 1………………………………………….. 127
Lampiran 7. Catatan Lapangan 2………………………………………….. 129
Lampiran 8. Catatan Lapangan 3………………………………………….. 132
Lampiran 9. Catatan Lapangan 4………………………………………….. 134
Lampiran 10. Catatan Lapangan 5……………………………………........ 136
Lampiran 11. Catatan Lapangan 6……………………………………........ 138
Lampiran 12. Catatan Lapangan 7……………………………………........ 140
Lampiran 13. Catatan Lapangan 8……………………………………........ 142
Lampiran 14. Catatan Lapangan 9……………………………………........ 144
Lampiran 15. Catatan Lapangan 10……………………………………….. 146
Lampiran 16. Catatan Lapangan 11……………………………………….. 148
Lampiran 17. Silabus Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X………… 150
Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)………………… 157
Lampiran 19. Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif………………………………… 187
Lampiran 20. Soal Tes Kognitif…………………………………………… 190
Lampiran 21. Data Nilai Kognitif Peserta Didik Kelas X IPS 1…………... 195
Lampiran 22. Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner……………………………... 196
Lampiran 23. Lembar Kuesioner………………………………………….. 197
Lampiran 24. Data Minat Belajar Sejarah Peserta Didik………………….. 200
Lampiran 25. Instrumen Penilaian Keterampilan…………………………. 202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Lampiran 26. Daftar Nilai Psikomotorik Peserta Didik…………………… 203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kehidupannya
sebagai seorang individu dan sebagai warga negara.1 Sementara pendidikan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2 Selama proses pendidikan
peserta didik memperoleh bekal penguasaan berbagai disiplin ilmu pengetahuan
dan keterampilan. Hal ini dikemas berdasarkan pada kurikulum terbaru yang
diharapkan dapat menghasilkan generasi muda bangsa yang bukan hanya unggul
dan berkarakter dalam tataran dalam negeri melainkan mampu memainkan peran
pentingnya dalam konteks internasional.3
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi
sistem pendidikan nasional, Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi,
dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional
1 Suryosubroto, Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2015, hlm.2.
2 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 3 Yunus Abidin, Pembelajaran Multiliterasi: Sebuah Jawaban atas Tantangan Pendidikan Abad
ke-21 dalam Konteks Keindonesiaan, Bandung: PT.Refika Aditama, 2015, hlm. 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan manusia,
dan berdaya saing dalam kehidupan global.4
Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia sejak tahun
1920an telah mengumandangkan pemikiran bahwa pendidikan pada umumnya
merupakan suatu daya dan upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter,
kekuatan bathin), pikiran (intellect), dan jasmani anak-anak yang sesuai dengan
kondisi alam dan masyarakatnya. Demikian juga dengan pendapat Driyarkara
yang mendefinisikan pendidikan sebagai suatu upaya untuk memanusiakan
manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Jadi dapat
dikatakan bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
kehidupan, khususnya bagi kaum muda untuk membenahi diri supaya lebih
berkarakter dan berbudaya.
Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi di Indonesia seputar dunia
pendidikan. Banyak pula solusi yang diberikan oleh pemerintah untuk
menghadapi permasalahan-permasalahan pendidikan tersebut. Salah satu
permasalahan yang jelas terlihat dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini
adalah rendahnya minat baca peserta didik. Rendahnya minat baca peserta didik
juga terjadi di kota Yogyakarta yang merupakan kota pelajar.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun
2016, Daerah Istimewa Yogyakarta hanya menempati peringkat ke-empat dalam
minat bacanya.5 Padahal pada tahun 2014 Yogyakarta memiliki indeks baca
4 Suryosubroto, op.cit.,hlm. 294.
5 https://jogja.antaranews.com/berita/342002/minat-baca-pelajar-diy-cukup-tinggi (di akses pada
tanggal 8 Februari 2018, pukul 16.25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tertinggi di Indonesia.6 Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa minat baca
peserta didik di Yogyakarta mengalami penurunan.
Melihat permasalahan tersebut, pemerintah kemudian menciptakan sebuah
strategi yang khusus ditujukan untuk meningkatkan minat baca peserta didik.
Strategi pemerintah tersebut diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
sesuai dengan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 yang salah satu tujuannya
adalah untuk menumbuhkan budi pekerti pada diri peserta didik. Pembudayaan
Budi Pekerti (PBP) adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di
sekolah yang dimulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), SMP, dan SMA/SMK.
Dasar pelaksanaan Pembudayaan Budi Pekerti atau yang selanjutnya
disingkat dengan PBP adalah pada pertimbangan bahwa masih terabaikannya
implementasi dasar-dasar kemanusiaan yang berakar dari Pancasila yang masih
terbatas pada pemahaman nilai dalam tataran konseptual, belum sampai mewujud
menjadi nilai aktual dengan cara yang menyenangkan di lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat. Pelaksanaan PBP didasarkan pada nilai-nilai dasar
kebangsaan dan kemanusiaan. Salah satunya adalah dengan penghargaan terhadap
keunikan potensi peserta didik untuk dikembangkan, yaitu mendorong peserta
didik gemar membaca dan mengembangkan minat baca sesuai dengan potensi dan
bakatnya untuk memperluas cakrawala kehidupan di dalam mengembangkan
dirinya sendiri.7
6 http://jogja.tribunnews.com/2014/12/21/minat-baca-warga-diy-masih-rendah (di akses pada
tanggal 8 Februari 2018, pukul 17.15) 7 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti, hlm. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
2015, penumbuhan budi pekerti menjadi pokok yang utama dan Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) ini sebagai salah satu penguatnya. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
ini merupakan sebuah gerakan sosial yang mendapat dukungan kolaboratif dari
berbagai elemen. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah upaya menyeluruh yang
melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/ wali, dan
masyarakat) sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) ini bertujuan untuk membiasakan dan memotivasi peserta didik supaya
gemar membaca dan menulis untuk menumbuhkan budi pekerti dalam diri peserta
didik itu sendiri.
Untuk mewujudkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), upaya yang ditempuh
adalah dengan memberikan pembiasaan membaca pada peserta didik. Tahap
pembiasaan ini dilakukan dengan membaca buku non-pelajaran (novel,komik,dll)
dengan alokasi waktu 15 menit setelah bel tanda masuk berbunyi dan sebelum
pelajaran dimulai. Setelah pada tahap pembiasaan membaca ini sudah terbentuk,
selanjutnya akan diarahkan pada tahap pengembangan dan pembelajaran. Hal ini
karena pada Gerakan Literasi Sekolah (GLS) terdapat tiga tahap didalamnya yaitu
tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran. Khusus untuk
tahap pembelajaran harus disertai tagihan yang berdasarkan pada kurikulum
2013. Dengan terbentuknya tahap pembiasaan membaca pada peserta didik, hal
ini tentunya akan membuat peserta didik untuk semakin banyak mengetahui
tentang semua mata pelajaran termasuk pelajaran sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Pembelajaran sejarah dalam praktiknya masih banyak mengalami hambatan
di antaranya, pelajaran sejarah terkesan menjadi pelajaran yang kering dan
membosankan padahal sebenarnya pelajaran sejarah ini sangat kaya akan sumber.
Kebanyakan guru mata pelajaran sejarah hanya terfokus pada buku mata pelajaran
dan dalam mengajar terlalu banyak memberi ceramah.
Melihat hambatan-hambatan yang terjadi dalam pembelajaran sejarah, maka
akan semakin lebih baik jika gaya mengajar maupun pendekatan pembelajaran
sejarah yang demikian haruslah diubah dengan prinsip-prinsip yang berdasarkan
pada literasi. Pembelajaran sejarah membutuhkan media yang menarik untuk
dapat mengembangkan rasa kepedulian dan ketertarikan peserta didik terhadap
pelajaran sejarah. Guru dapat memanfaatkan Gerakan Literasi sekolah (GLS)
dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan Literasi ini
berkaitan dengan tahapan dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yaitu pada tahap
ketiga tentang pembelajaran. Semua kegiatan dalam tahap pembelajaran ini
dilakukan untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 yang mengharapkan
peserta didik memiliki semangat dan minat baca yang tinggi. Di samping itu,
pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi juga dapat meningkatkan
kemampuan pada diri peserta didik untuk lebih mampu memaknai peristiwa-
peristiwa sejarah dalam kehidupan peserta didik. Dalam tahap pembelajaran ini
salah satu yang dapat dilakukan adalah menggunakan lingkungan fisik, sosial dan
afektif, serta akademik disertai dengan beragam bacaan (cetak, visual, auditori,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dan digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya
pengetahuan dalam mata pelajaran.8
Beberapa sekolah di Indonesia sudah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS). Di Yogyakarta, beberapa sekolah juga sudah menerapkan Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) salah satunya di SMA Negeri 1 Ngaglik. SMA Negeri 1 Ngaglik
merupakan salah satu SMA Negeri yang ada di Yogykarta. SMA Negeri 1
Ngaglik terletak di Jalan Kayunan, desa/kelurahan Donoharjo, kecamatan
Ngaglik, kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Meskipun berada cukup jauh dari pusat kota, namun SMA Negeri 1 Ngaglik
tidak kalah prestasi dengan sekolah-sekolah lain yang ada di Yogyakarta
khususnya di Kabupaten Sleman. SMA Negeri 1 Ngaglik memiliki banyak
prestasi yang dapat dilihat dan dibuktikan melaui piala-piala yang berjajar rapi di
Loby SMA Negeri 1 Ngaglik. Prestasi-prestasi yang berhasil diraih oleh SMA
Negeri 1 Ngaglik sangat beragam baik dari akademik maupun non akademik.
Di SMA Negeri 1 Ngaglik telah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) yang sudah mulai diterapkan pada Tahun ajaran baru 2017. Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) yang dijalankan di SMA Negeri 1 Ngaglik sudah berjalan
dengan baik dalam pelaksanaannya. Dilihat dari manfaatnya Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) sangat banyak manfaatnya terutama dalam mendukung proses
pembelajaran. gerakan literasi sekolah juga dapat membantu untuk menumbuhkan
minat baca peserta didik.
8 Dirjendikdamen, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, Jakarta:
Kemendikbud, 2016, hlm. 22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
SMA Negeri 1 Ngaglik telah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
pada tahap pertama yaitu tahap pembiasaan. Pada tahap pembiasaan telah
dilaksanakan secara rutin setiap hari selama 15 menit sebelum proses
pembelajaran dimulai. Kegiatan yang dilakukan adalah membaca buku non teks
pelajaran, dan khusus setiap hari kamis diadakan literasi agama yaitu membaca
kitab suci sesuai agama masing-masing.
Selanjutnya pada tahap pengembangan, yang dilakukan adalah dengan
membuat buku kemajuan literasi yang di dalamnuya berisi mengenai rangkuman
singkat dari buku yang dibaca oleh masing-masing peserta didik. Buku kemajuan
literasi kemudian diletakkan di setiap kelas. Pada tahap pengembangan ini juga
masih terus mengalami perkembangan salah satu contohnya adalah dengan
disediakannya lemari buku di setiap kelas yang nantinya akan digunakan sebagai
pojok bacaan.Pada tahap ketiga yaitu tahap pembelajaran, guru mata pelajaran
sejarah Indonesia sudah membawa kegiatan literasi ini dalam proses
pembelajaran. Contohnya adalah guru meminta peserta didik untuk membaca
materi pelajaran kemudian pada pertemuan selanjutnya peserta didik diminta
untuk menjelaskannya di depan kelas.
Untuk itu peneliti memilih SMA Negeri 1 Ngaglik sebagai tempat penelitian
seperti pemaparan dalam latar belakang di atas. Peneliti ingin mengetahui
penerapan Gerakan Literasi Sekolah pada tahap ke tiga yaitu tahap pembelajaran
dalam proses pembelajaran sejarah di SMA Negeri Ngaglik. Peneliti mengambil
judul Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di SMA
Negeri 1 Ngaglik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Sejarah Indonesia dengan
memanfaatkan literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik ?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Sejarah Indonesia dengan
memanfaatkan literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik ?
3. Bagaimana hasil pembelajaran Sejarah Indonesia dengan memanfaatkan
literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah
untuk mendeskripsikan tentang :
1. Perencanaan pembelajaran Sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi di
SMA Negeri 1 Ngaglik
2. Pelaksanaan pembelajaran Sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi di
SMA Negeri 1 Ngaglik.
3. Hasil pembelajaran Sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi di SMA
Negeri 1 Ngaglik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi universitas,
penulis, sekolah, dan guru yang diuraikan sebagai berikut :
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Universitas
Sanata Dharma dalam hal kajian pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
dalam pembelajaran yang memanfaatkan literasi.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pegangan ketika kelak telah menjadi
seorang pengajar dan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan pemanfaatan literasi dalam pembelajaran
sehingga dapat menjadi suatu media baru bagi peneliti saat mengajar.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan peneliti untuk menjadi guru
yang professional.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi sekolah
untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran dengan
memanfaatkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
4. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru khususnya
guru mata pelajaran sejarah untuk memanfaatkan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) dalam pembelajaran supaya pembelajaran menjadi lebih bermakna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
5. Bagi Peserta didik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar,
menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan peserta didik. Melalui
pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah ini, diharapkan dapat
menumbuhkan budi pekerti dalam diri peserta didik dan juga dapat
meningkatkan rasa nasionalisme serta patriotisme pada peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
a. Literasi
Secara umum, literasi adalah kemampuan individu mengolah dan
memahami informasi saat membaca atau menulis. Secara tradisional, literasi
dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis. Pengertian literasi
selanjutnya menjadi lebih berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis,
berbicara, dan menyimak. Sementara menurut KBBI, literasi memiliki arti
kemempuan membaca dan menulis.9 Jadi dapat disimpulkan bahwa literasi adalah
kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki individu dalam hal ini adalah
peserta didik yang dalam perkembangannya juga juga melatih keterampilan
menyimak dan berbicara.
Deklarasi di Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga
mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga
bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa,
dan budaya. Deklarasi UNESCO juga menyebutkan bahwa literasi informasi
terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan,
menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi,
menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai
9 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
persoalan. Kemampuan-kemampuan itu perlu dimiliki oleh tiap individu sebagai
syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak
dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.10
b. Komponen Literasi
Literasi tidak hanya sekedar membaca dan menulis yang akan
dikembangkan. Dalam literasi juga harus mencakup keterampilan berpikir
menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk media cetak, visual,
digital, dan auditori. Pada abad ke-21 ini, kemampuan-kemampuan yang demikian
disebut sebagai literasi informasi. Clay dan Ferguson menjabarkan bahwa
komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi
perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Komponen
literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut11
:
(1) Literasi Dini (Early Literacy), merupakan kemampuan untuk menyimak,
memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan.
Kemampuan-kemapuan ini dibentuk oleh pengalamannya selama berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya dirumah.
(2) Literasi Dasar (Basic literacy), adalah kemampuan untuk mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (Counting). Kemampuan ini
berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (Calculating),
mempersepsikan informasi (Perceiving), mengomunikasikan, serta
10
Dirjendikdasmen, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, Jakarta: Kemendikbud, 2016,hlm. 7. 11
Ibid., hlm. 54.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
menggambarkan informasi (Drawing) berdasarkan pemahaman dan
pengambilan kesimpulan secara pribadi.
(3) Literasi Perpustakaan (Library Literacy), tujuannya antara lain adalah untuk
memberikan pemahaman tentang cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi,
memanfaatkan koleksi referensi dan periodical. Selain itu literasi perpustakaan
juga membantu untuk memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi
pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan,
memahami penggunaan katalog dan pengindeksan.
(4) Literasi Media (Media Literacy), merupakan kemampuan untuk mengetahui
berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik
(media radio, media televisi), media digital (media internet). Selain untuk
mengetahui berbagai bentuk media, literasi media juga berfungsi untuk
memahami tujuan penggunaannya.
(5) Literasi Teknologi (Technology Literacy), merupakan kemampuan dalam
memahami kelengkapan teknologi seperti piranti keras (Hardware), piranti
lunak (Software), serta etika dalam memanfaatkan teknologi. Selanjutnya
kemampuan dalam memahami teknologi akan membantu untuk mencetak,
mempresentasikan, dan mengakses internet. Dengan semakin luasnya
informasi saat ini, maka pemahaman dalam penggunaan teknologi sangat
diperlukan dalam pengelolaan informasi tersebut.
(6) Literasi Visual (Visual Literacy), merupakan pemahaman tingkat lanjut antara
literasi media dan literasi teknologi. Literasi visual inilah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan
materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat.
Dalam pelaksanaan komponen literasi ini tentunya ada pihak-pihak yang
memiliki peran aktif di dalamnya. Dengan adanya pihak-pihak tersebut maka
pelaksanaan komponen literasi ini akan menjadi lebih baik dan menjadi lebih
terarah lagi. Adapun pihak yang berperan aktif dalam pelaksanaan komponen
literasi dipaparkan pada tabel berikut ini12
:
Tabel 1. Pelaksanaan Komponen Literasi
NO Komponen Literasi Pihak Yang Berperan Aktif
1. Literasi usia dini Orang tua dan keluarga, guru/PAUD,
pamong/pengasuh
2. Literasi dasar Pendidikan formal
3. Literasi perpustakaan Pendidikan formal
4. Literasi teknologi Pendidikan formal dan keluarga
5. Literasi Media Pendidikan formal, keluarga, dan
lingkungan sosial
6. Literasi Visual Pendidikan formal, keluarga, dan
lingkungan sosial
Literasi yang komprehensif dan saling terkait ini nantinya akan menjadikan
seseorang untuk berkontribusi kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan
perannya sebagai warga Negara global (global citizen). Peran aktif para pemangku
kepentingan yaitu kepala sekolah, guru sebagai pendidik, tenaga kependidikan,
dan pustakawan dalam pendidikan formal, tentunya sangat berpengaruh untuk
memfasilitasi pengembangan komponen literasi peserta didik. Agar lingkungan
literasi tercipta, diperlukan perubahan paradigma semua pemangku kepentingan
12
Ibid., hlm. 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
demi kelancaran dan kemajuan literasi di sekolah. Dalam pelaksanaanya
diperlukan juga pendekatan cara belajar-mengajar yang dapat mendukung
komponen-komponen literasi ini.13
c. Prinsip-Prinsip Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Praktik-praktik yang baik dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) haruslah
menekankan pada prinsip-prinsip yang ada. Adanya prinsip-prinsip ini tentunya
untuk mendukung dan mengarahkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) agar dapat
terlaksana dengan baik. Ada enam prinsip dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
diantaranya adalah sebagai berikut14
:
1) Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat
diprediksi
Perkembangan literasi haruslah berjalan sesuai dengan tahap perkembangan
yang ada. Tahap pengembangan anak dalam belajar membaca dan menulis saling
berkaitan dengan tahap perkembangan. Dengan memahami setiap tahap
perkembangan literasi pada peserta didik, maka selanjutnya dapat membantu
sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat
dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik.
2) Program literasi yang baik bersifat berimbang
Program literasi yang dilaksanakan di sekolah sifatnya haruslah seimbang.
Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang harus menyadari bahwa
tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh sebab itu, strategi
13
Ibid., hlm. 10. 14
Ibid., hlm. 11-12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
membaca dan jenis teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan
jenjang pendidikan dan kebutuhan dari peserta didik yang berbeda-beda tersebut.
3) Program literasi terintegrasi dengan kurikulum
Pembiasaan dan pembelajaran literasi disekolah menjadi tanggung jawab
bagi semua guru di semua mata pelajaran. Hal ini karena pembelajaran dalam
mata pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis.
Dengan demikian, pengembangan professionalitas guru dalam literasi perlu
diberikan kepada guru semua mata pelajaran termasuk guru mata pelajaran sejarah
Indonesia.
4) Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun
Dalam pelaksanaannya, kegiatan membaca dan menulis dapat dilakukan
kapanpun dan dimanapun. Misalnya dalam „menulis surat kepada presiden‟ atau
„membaca untuk ibu‟ merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.
Contoh kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
bila memang ada kesempatan.
5) Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan
Literasi yang kuat diharapkan dapat memunculkan berbagai kegiatan lisan
misalnya berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran dikelas. Kegiatan
diskusi ini dapat membuka kemungkinan untuk terjadi perbedaan pendapat agar
kemampuan berpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk
menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan
menghormati perbedaan pandangan. Dalam kegiatan inilah peserta didik dapat
belajar tentang hal itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
6) Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman
Tentunya dalam lingkungan sekolah terdapat keberagaman baik dalam segi
agama, suku, maupun budaya. Warga sekolah dapat belajar menghargai perbedaan
melalui kegiatan literasi di sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu
merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar mereka dapat memahami dan
memaknai pengalaman multicultural yang selanjutnya dapat diterapkan dalam
kehidupan nyata sehari-hari.
d. Landasan Filosofis dan Landasan Hukum Gerakan Literasi Sekolah
(GLS)
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan
secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran
yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Berdasarkan buku
panduan yang dikeluarkan oleh Kemendikbud, terkait kebijakan ini, Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) memiliki15
:
1) Landasan Filosofi
Sumpah Pemuda butir ketiga (3) menyatakan, “Menjunjung bahasa
persatuan bahasa Indonesia” yang memiliki makna pengakuan terhadap
keberadaan ratusan bahasa daerah yang memiliki hak hidup dan peluang
penggunaan bahasa asing sesuai dengan keperluannya.
a) Butir ini menegaskan pentingnya pembelajaran berbahasa dalam pendidikan
nasional.
15
Ibid., hlm. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
b) Konvensi PBB tentang Hak Anak pada tahun 1989 tentang pentingnya
penggunaan bahasa ibu. Indonesia yang memiliki beragam suku bangsa,
khususnya mikrokultur-mikrokultur tertentu perlu difasilitasi dengan bahasa
ibu saat mereka memasuki pendidikan dasar kelas rendah (kelas I, II, III).
c) Konvensi PBB di Praha tahun 2003 tentang kecakapan literasi dasar dan
kecakapan perpustakaan yang efektif merupakan kunci bagi masyarakat yang
literat dalam menghadapi derasnya arus informasi teknologi. Lima komponen
yang esensial dari literasi informasi itu adalah basic literacy, library literacy,
media literacy, technology literacy, dan visual literacy.
2) Landasan Hukum
Selain landasan filosfis, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) juga memiliki
landasan hukum yang menjadi dasarnya. Landasan hukum dalam Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) adalah sebagai berikut16
:
a) Undang-Undang Dasar 1945, pasal 31, Ayat 3: “Pemerintahan mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang.”
b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan.
d) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.
e) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
f) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor
43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
16
Ibid., hlm. 4-5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
g) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pedoman bagi
Kepala Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara dan
Bahasa Daerah.
h) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah (SMA/MA).
i) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
j) Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019.
e. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Dalam tujuan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini terdapat tujuan umum dan
tujuan khusus yang akan di paparkan sebagai berikut:
a) Tujuan Umum
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) agar mereka menjadi pembelajaran sepanjang hayat.17
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah18
:
1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
3) Menjadikan sekolah sebagai tempat belajar yang menyenangkan dan ramah
anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku
bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
f. Ruang Lingkup Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Ruang Lingkup dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS), meliputi19
:
a) Lingkungan fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana literasi).
17
Ibid., hlm. 5. 18
Ibid., hlm. 5. 19
Ibid., hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
b) Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua warga
sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi.
c) Lingkungan akademik (adanya program literasi yang nyata dan bisa
dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah).
g. Sasaran Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Sasaran Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah seluruh ekosistem sekolah
pada jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah atas.20
Dalam
penelitian ini yang menjadi sasaran dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngaglik adalah seluruh ekosistem di SMA Negeri
1 Ngaglik. Harapannya adalah melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS), seluruh
ekosistem yang ada di SMA Negeri 1 Ngaglik dapat menjadi warga sekolah yang
literat.
h. Target Pencapaian Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dipersiapkan untuk menyongsong
pendidikan abad ke-21. Oleh karena itu, pembelajaran perlu memperhatikan
secara khusus terhadap upaya penguatan karakter, pengembangan kemampuan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Tinking Skill/ HOTS), pemanfaatan literasi,
dan pengembangan 4C yang meliputi creativity, critical thinking, communication,
dan collaboration. Selanjutnya, untuk mengetahui dan memastikan
20
Ibid., hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
keterlaksanaannya dalam pembelajaran maka berbagai aspek ini harus tertuang
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.21
Terkait dengan aspek literasi, secara khusus Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) digagas untuk mendukung kegiatan tersebut.22
Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) diharapkan dapat menciptakan ekosistem Sekolah Menengah Atas yang
literat, yang dapat menumbuhkan budi pekerti peserta didik. Ciri-ciri ekosistem
sekolah yang literat adalah sebagai berikut23
:
a) Menyenangkan dan ramah anak, sehingga dapat menumbuhkan semangat
warganya dalam belajar;
b) Semua warganya mampu menunjukkan sikap empati, peduli, dan menghargai
sesama;
c) Menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan pada warganya;
d) Memampukan warganya untuk cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi
kepada lingkungan sosialnya;
e) Mengakomodasikan partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal SMA.
i. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah
Menurut Beers, agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam
pengembangan budaya literasi, hendaknya perlu menyampaikan beberapa strategi
untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah. Strategi ini akan
mendukung budaya literasi dapat terlaksana dengan baik, sehingga nantinya akan
memberikan dampak positif bagi seluruh warga sekolah. Beberapa strategi
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut24
:
1) Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi
21
Hendra Kurniawan, 2018, “Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah”, Historia
Vitae, Vol 32, No. 1, Universitas Sanata Dharma, hlm. 2. 22
Ibid., hlm. 2. 23
Dirjendikdasmen, op.cit., hlm. 34. 24
Ibid., hlm. 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga
sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif
untuk kegiatan pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya
literasi sebaiknya memajang karya peserta didik di seluruh area sekolah, termasuk
koridor, kantor kepala sekolah dan guru.
Karya-karya peserta didik ini kemudian diganti secara rutin untuk
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik. Selain itu, peserta didik
dapat mengakses buku dan bahan bacaan lain di sudut baca di semua kelas,
kantor, dan area lain di sekolah. Ruang pimpinan dengan pajangan karya peserta
didik akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap
pengembangan budaya literasi.
2) Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan
interaksi yang literat
Lingkungan sekolah dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan
interaksi seluruh komponen sekolah. Hal itu dapat dikembangkan dengan
pengakuan atas capaian peserta didik sepanjang tahun. Pemberian penghargaan
dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai kemajuan
peserta didik di semua aspek. Prestasi yang dihargai bukan hanya akademik, tetapi
juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik
mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah.
Literasi juga diharapkan dapat mewarnai semua perayaan penting di
sepanjang tahun pelajaran. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk festival buku,
lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sekolah selayaknya berperan aktif dalam menggerakkan literasi, antara lain
dengan membangun budaya kolaboratif antarguru dan tenaga kependidikan.
Dengan demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai kemampuannya masing-
masing. Peran orang tua dalam gerakan literasi juga akan semakin memperkuat
komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literasi.
3) Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat
Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan
akademik. Ini dapat diketahui berdasarkan perencanaan dan pelaksanaan gerakan
literasi di sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup
banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan
membaca dalam hati dan guru membacakan buku dengan nyaring selama 15
menit sebelum pembelajaran berlangsung. Untuk menunjang kemampuan guru
dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan
tenaga kependidikan untuk peningkatan pemahaman tentang program literasi,
pelaksanaan, dan keterlaksanaannya.
Tabel di bawah ini mencantumkan beberapa parameter yang dapat
digunakan sekolah untuk membangun budaya literasi sekolah yang baik.
Tabel 2. Ekosistem Sekolah yang Literat
a. Lingkungan Fisik
1) Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk
koridor dan kantor (kepala sekolah, guru, administrasi, bimbingan
konseling).
2) Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan
yang seimbang kepada semua peseta didik.
3) Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang
kelas.
4) Buku dan materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
tua/ pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas.
5) Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan
untuk anak.
6) Kepala sekolah bersedia berdialog dengan warga sekolah.
b. Lingkungan Sosial dan Afektif
1) Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademik dan nonakademik)
diberikan secara rutin (tiap minggu/bulan). Upacara hari senin merupakan
salah satu kesempatan yang tepat untuk pemberian penghargaan
mingguan.
2) Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi.
3) Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya
merayakan Hari Kartini dengan membaca surat-suratnya.
4) Terdapat budaya kolaborasi antarguru dan staf, dengan mengakui
kepakaran masing-masing.
5) Terdapat wakyu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi dalam
menjalankan program literasi dan hal-hal yang terkait dengan
pelaksanaannya.
6) Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama
dalam menjalankan program literasi.
c. Lingkungan Akademik
1) Terdapat TLS yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan. Bila
diperlukan, ada pendampingan dari pihak eksternal.
2) Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan
pembiasaan literasi: membaca dalam hati (sustained silent reading),
membaca buku dengan nyaring (reading aloud), membaca bersama
(shared reading), membaca terpandu (guided reading), diskusi buku,
bedah buku, presentasi (show-and-tell presentation).
3) Waktu berkegiatan literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk
kepentingan lain.
4) Disepakati waktu berkala untuk TLS membahas pelaksanaan Gerakan
Literasi Sekolah (GLS).
5) Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah.
Buku cerita fiksi sama pentingnya dengan buku berbasis ilmu
pengetahuan.
6) Ada beberapa buku yang wajib dibaca oleh warga sekolah.
7) Ada kesempatan pengembangan professional tentang literasi yang
diberikan untuk staf, melalui kerja sama dengan institusi terkait
(perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, atau berbagi
pengalaman dengan sekolah lain).
8) Seluruh warga sekolah antusias menjalankan program literasi, dengan
tujuan membangun organisasi sekolah yang suka belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
j. Tahapan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dilaksanakan secara bertahap dengan
mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini
mencakup kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana
dan prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan pendukung lainnya
(partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang
relevan). Untuk memastikan keberlangsungannya dalam jangka panjang, Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahapan Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) adalah sebagai berikut25
:
1) Tahap pertama adalah tahap Pembiasaan kegiatan membaca yang
menyenangkan di ekosistem sekolah. Pembiasaan ini bertujuan untuk
menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam
diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi
pengembangan kemampuan literasi peserta didik. Pada pembelajaran sejarah,
kegiatan pembiasaan yang diberikan oleh guru biasanya adalah dengan
membaca materi-materi sejarah yang akan dipelajari. Peserta didik diminta
untuk membaca buku pelajaran dan juga diminta untuk mencari sumber lain.
Kegiatan ini dilakukan ketika akan memasuki materi baru atau ketika akan
ulangan.
2) Tahap kedua adalah tahap Pengembangan minat baca untuk meningkatkan
kemampuan literasi. Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan
mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan
25
Ibid., hlm 28-30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi
secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan. Dalam
pembelajaran sejarah kegiatan pada tahap pengembangan yang dilakukan
adalah dengan dengan membuat rangkuman dan mengaitkannya dengan
kehidupan nyata yang dapat dijadikan contoh.
3) Tahap ketiga adalah tahap Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi.
Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan
kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi,
berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui
kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran.
Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung pelaksanaan kurikulum
2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks pelajaran yang
dapat berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau
teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu
sebanyak 6 buku bagi siswa SD, 12 buku bagi siswa SMP, dan 18 buku bagi
siswa SMA/SMK. Buku laporan kegiatan membaca pada tahap pembelajaran
ini disediakan oleh wali kelas. Dalam pembelajaran sejarah literasi dapat
dijadikan sebagai model pembelajaran yang mampu menumbuhkan empat
keterampilan dalam diri peserta didik yaitu membaca, menyimak, menulis, dan
berbicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Pada tabel berikut ini akan dipaparkan tahap dan kegiatan literasi sekolah.
Tabel 3. Fokus Kegiatan dan Tahapan Literasi Sekolah
TAHAPAN KEGIATAN
PEMBIASAAN
(belum ada tagihan)
1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum
jam pelajaran melalui kegiatan membaca buku
dengan nyaring (read aloud) atau seluruh warga
sekolah membaca dalam hati (sustained silent
reading). Di SMA Negeri 1 Ngaglik telah rutin
dilaksanakan setiap hari selama 15 menit sebelum
proses pembelajaran dimulai. Khusus untuk hari
kamis diadakan literasi agama yaitu membaca
kitab suci sesuai dengan agama masing-masing.
2. Membangun lingkungan fisik sekolah yang kaya
literasi, antara lain: (1) menyediakan perpustakaan
sekolah; (2) pengembangan sarana lain (UKS,
kantin, kebun sekolah); dan (3) penyediaan koleksi
teks cetak, visual, digital, maupun multimodal
yang mudah diakses oleh seluruh warga sekolah;
(4) pembuatan bahan kaya teks (print-rich
materials). Di SMA Negeri 1 Ngaglik sudah
memadai dan sedang dalam tahap untuk
melengkapinya.
PENGEMBANGAN
(ada tagihan
sederhana untuk
penilaian non-
akademik)
1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum
jam pelajaran melalui kegiatan membaca buku
dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca
bersama, dan/atau membaca terpadu diikuti
kegiatan lain dengan tagihan non-akademik,
contoh: membuat peta cerita (story map),
menggunakan graphic organizers, bincang buku.
2. Mengembangkan lingkungan fisik, sosial, afektif
sekolah yang menghargai keterbukaan dan
kegemaran terhadap pengetahuan dengan berbagai
kegiatan, antara lain: (a) memberikan penghargaan
kepada capaian perilaku positif, kepedulian sosial,
dan semangat belajar peserta didik; penghargaan
ini dapat dilakukan pada setiap upacara bendera
hari Senin dan/atau peringatan lain; (b) kegiatan-
kegiatan akademik lain yang mendukung
terciptanya budaya literasi di sekolah (belajar di
kebun sekolah, belajar di lingkungan luar sekolah,
wisata perpustakaan kota/daerah dan taman bacaan
masyarakat, dll.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3. Pengembangan kemampuan literasi melalui
kegiatan di perpustakaan sekolah/ perpustakaan
kota/daerah atau taman bacaan masyarakat atau
sudut baca kelas dengan berbagai kegiatan, antara
lain: (a) membaca buku dengan nyaring, membaca
dalam hati, membaca bersama (shared reading),
membaca terpandu (guided reading), menonton
film pendek, dan/atau membaca teks visual/digital
(materi dari internet); (b) peserta didik merespon
teks (cetak/visual/digital), fiksi dan nonfiksi,
melalui beberapa kegiatan sederhana seperti
menggambar, membuat peta konsep, berdiskusi,
dan berbincang tentang buku. Secara keseluruhan
kehiatan dalam tahap pengembangan ini sudah
mulai terlaksana ditandai dengan telah
disediakannya buku kemajuan literasi di setiap
kelas.
PEMBELAJARAN
(ada tagihan
akademik)
1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum
jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku
dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca
bersama, dan/atau membaca terpandu diikuti
dengan kegiatan lain dengan tagihan non-akademik
dan akademik.
2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran, disesuaikan
dengan tagihan akademik di kurikulum 2013.
3. Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami
teks dalam semua mata pelajaran (misalnya,
dengan menggunakan graphic organizers).
4. Menggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan
akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual,
auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku
teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan
dalam mata pelajaran. Dalam mata pelajaran
sejarah Indonesia sudah diterapkan.
Dalam tahap pembelajaran, semua mata pelajaran sebaiknya menggunakan
ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam buku-buku pengayaan atau
informasi lain di luar buku pelajaran. Guru diharapkan bersikap kreatif dan
proaktif mencari referensi pembelajaran yang relevan.26
Khusus pada tahap ketiga
26
Ibid., hlm. 30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
yaitu tahap pembelajaran, pemanfaatan literasi dalam proses pembelajaran
dirancang untuk mendukung implementasi kurikulum 2013 yang harapannya
dapat menjawab tantangan pendidikan pada abad ke 21.27
2. Pembelajaran Sejarah
a) Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang
diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut kemudian mendapatkan
imbuhan awalan “pe” dan akhiran “an” yang kemudian menjadi Pembelajaran.
Pembelajaran memiliki arti sebagai sebuah proses, cara, dan perbuatan mengajar
pada peserta didik yang dilakukan oleh pendidik supaya peserta didik mau belajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pembelajaran adalah sebuah
proses, cara, serta perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.28
Sementara pembelajaran menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.29
Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada pasal 3 juga menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
27
Hendra Kurniawan, op. cit., hlm. 1. 28
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 29
www.dosenpendidikan.com/22-pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli-terlengkap, diakses
pada Rabu, 11 Maret 2018, pukul 15.22 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.30
Pembelajaran ini menjadi sangat penting karena dalam kegiatan ini terdapat
proses interaksi antara guru sebagai sebagai pembawa informasi dan peserta didik
sebagai penerima informasi. Arti penting pembelajaran ini memberikan penjelasan
bahwa pembelajaran merupakan proses yang tidak bisa dianggap remeh dalam
proses kemajuan suatu bangsa.31
Dalam proses pembelajaran informasi menjadi bagian yang sangat penting
untuk diperoleh. Peserta didik perlu melakukan pengolahan terhadap informasi-
informasi yang didapatnya. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang
bagaimana peserta didik mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah
besar informasi yang diterima peserta didik.32
Dalam teori pengolahan informasi terdapat komponen belajar yang meliputi:
(1) perhatian ditujukan pada stimulus, (2) pengodean stimulus, (3) penyimpanan
dan mendapatkan kembali (retrival). Atas dasar komponen belajar tersebut,
selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran yang dapat dilakukan adalah33
:
1) Membimbing Peserta Didik dalam Penerimaan Stimulus
Sistem memori manusia dapat melakukan seleksi atas stimulus-stimulus
yang dapat diperhatikannya. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan
30
Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme: Teori dan Aplikasi Pembelajaran
dalam Pembentukan Karakter, 2013, Bandung: Alfabeta. hlm. 90. 31
Ibid., hlm. 56. 32
Karwono dan Heni Mularsih, Belajar dan pembelajaran: Serta Pemanfaatan Sumber Belajar,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2017, hlm. 150. 33
Ibid., hlm. 153-156.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
berkaitan membimbing perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus
antara lain: (a) memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang dipilih,
(b) mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Hal penting agar
kegiatan menyajikan fokus adalah memudahkan peserta didik menerima informasi
yang cermat dan lengkap.
2) Memperlancar Mengode
Selama belajar, fungsi pengodean adalah untuk menyiapkan informasi baru
untuk disimpan ke dalam memori jangka panjang. Proses ini menghendaki
transformasi informasi menjadi kode ringkasan untuk memudahkan mengingat
kembali diwaktu kemudian. Ada dua rancangan yang berbeda yang dapat
memudahkan pengodean, yaitu dengan memberikan pengisyarat, elaborasi, dan
cara titian ingatan (mneomonik) sebagai pembantu untuk menyusun sandi,
pandangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran.
3) Memperlancar Penyimpanan dan Retrival
Siasat pengodean penting karena dapat meningkatkan kemampuan
mengingat kembali kelak. Elaborasi berbasis pembelajaran dan elaborasi basis
peserta kedua memberikan sumbangan dalam mengingat kembali. Proses
pemnculan kembali apa yang telah disimpan dalam ingatan (retrival process)
dianalogikan dengan mekanisme menelusuran (search mechanism). Asumsi yang
dipakai dalam penelusuran informasi dalam ingatan adalah: bahwa ingatan terdiri
dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusurannya bergerak
secara hierarkis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang
umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, pembelajaran dapat diartikan
sebagai sebuah proses yang di dalamnya terjadi interaksi antara peserta didik,
pendidik, dan sumber belajar. Tujuan dari pembelajaran ini adalah membuat
peserta didik memperoleh ilmu dan pengetahuan, pembentukan sikap, dan
kepercayaan diri dalam dirinya. Pembelajaran menjadi jantung dari proses
pendidikan dalam suatu institusi pendidikan.34
b) Sejarah
Sejarah berasal dari kata Syajaratun (bahasa Arab) yang berarti pohon.
Sejarah dalam bahasa Inggris adalah history (Bahasa Latin dan yunani Historio).35
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sejarah mengandung tiga makna
yaitu36
: (1) kesusasteraan lama (silsilah, asal-usul), (2) kejadian dan peristiwa
yang benar-benar terjadi pada masa lalu, dan (3) ilmu, pengetahuan, cerita,
pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau, atau juga disebut riwayat.
Sejarah dalam pandangan R. Mohammad Ali adalah (1) jumlah perubahan-
perubahan, kejadian-kejadian, dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar
kita, (2) cerita tentang perubahan-perubahan itu dan lain sebagainya, dan (3) ilmu
yang bertugas menyelidiki tentang perubahan dan sebagainya. Definisi sejarah Ali
34
Heri Susanto, Seputar pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan, dan Strategi Pembelajaran,
Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2014, hlm. 43. 35
Kunto Wijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm. 1. 36
Abd. Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta:
Ombak, 2011. hlm. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menunjuk pada tiga hal pokok yakni: peristiwa dan perubahan, cerita, dan ilmu
yang mempelajari tentang peristiwa dan perubahan.37
Sejarah dimaksudkan sebagai rekonstruksi masa lalu dan yang di
rekonstruksi sejarah adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan,
dirasakan, dan dialami manusia. Pada umumnya orang memakai istilah sejarah
untuk menunjuk cerita sejarah, pengetahuan sejarah, gambaran sejarah, yang
semuanya itu sebenarnya adalah sejarah dalam arti subjektif. Sejarah dalam arti
subjektif ini merupakan suatu konstruk, yang merupakan bangunan yang disusun
oleh penulis sebagai satu uraian atau cerita. Sejarah dalam arti objektif menunjuk
pada kejadian atau peristiwa itu sendiri, yaitu peristiwa sejarah dalam
kenyataannya. Kejadian itu sekali terjadi tidak dapat diulang atau terulang lagi.38
Mengajar sejarah berarti membantu peserta didik untuk mempelajari sejarah
sehingga kita perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran
sejarah sebelum menelaah strategi dan teknik yang dapat digunakan guru untuk
membantu peserta didik dalam belajar.39
Sampai saat ini sebagian besar
pembelajaran sejarah di sekolah menengah masih menitikberatkan pada kegiatan
menghafal fakta-fakta sejarah. Untuk itu sebagai sorang calon guru, sebaiknya
kebiasaan yang demikian haruslah diubah. Dalam pembelajaran sejarah sebaiknya
jangan hanya menerapkan sistem menghafal yang dapat membuat bosan peserta
37
Ibid., hlm. 7. 38
Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011, hlm. 13-15. 39
Brian Garvei dan Mary Krug, Model-model Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2015, hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
didik, tetapi juga harus mencari dan menerapkan inovasi-inovasi baru dengan
menggunakan strategi, model, dan metode yang tepat dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran sejarah, peran penting pembelajaran terlihat jelas
bukan hanya sebagai proses transfer ide, akan tetapi juga proses pendewasaan
pada diri peserta didik untuk memahami identitas, jati diri, dan kepribadian
bangsa melalui pemahaman terhadap peristiwa sejarah. Dengan demikian
pembelajaran sejarah hendaknya memperhatikan beberapa prinsip40
:
1) Pembelajaran yang dilakukan haruslah adaptif terhadap perkembangan peserta
didik dan perkembangan zaman. Kendatipun sejarah bercerita tentang
kehidupan masa lalu, bukan berarti sejarah tidak bisa diajarkan secara
kontekstual. Banyak nilai dan fakta sejarah yang bila disampaikan dengan
benar dan sesuai dengan alam pikiran peserta didik akan mampu
membangkitkan pemahaman dan kesadaran peserta didikterhadap nilai-nilai
nasionalisme, patriotisme, dan persatuan.
2) Pembelajaran sejarah hendaklah berorientasi pada pendekatan nilai.
Menyampaikan fakta memang sangat penting dalam pembelajaran sejarah,
akan tetapi juga tidak kalah penting adalah bagaimana mengupas fakta-fakta
tersebut dan mengambil intisari nilai yang terdapat di dalamnya sehingga
pembelajar akan menjadi lebih mawas diri sebagai akibat dari pemahaman
nilai tersebut.
40
Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah:isu, gagasan, dan strategi pembelajaran,
Yogyakarta: Aswaja Pressido, 2014. hlm. 56-57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3) Strategi pembelajaran yang digunakan hendaklah tidak mematikan kreativitas
dan memaksa peserta didik hanya untuk menghafal fakta dalam buku teks.
Sejarah sudah saatnya diajarkan dengan cara yang berbeda, kebekuan
pembelajaran yang terjadi seringkali dikarenakan rendahnya kreatifitas dalam
pembelajaran sejarah. Sebagai akibatnya kejenuhan seringkali menjadi faktor
utama yang dihadapi guru dalam mengajarkan sejarah dan peserta didik dalam
belajar sejarah.
Pembelajaran sejarah nasional menurut Moh. Ali mempunyai tujuan sebagai
berikut41
:
(1) Membangkitkan, mengembangkan serta memelihara semangat kebangsaan;
(2) Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-cita kebangsaan dalam segala
lapangan;
(3) Membangkitkan hasrat mempelajari sejarah kebangsaan dan mempelajarinya
sebagai bagian dari sejarah dunia;
(4) Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional (Pancasila dan Undang-undang
Pendidikan) serta perjuangan tersebut untuk mewujudkan cita-cita itu
sepanjang masa.
Pembelajaran sejarah yang baik dapat menolong peserta didik untuk berpikir
kritis. Berpikir kritis inilah yang sebenarnya dapat menunutun peserta didik untuk
memahami makna sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah umum. Untuk
itu, pembelajaran sejarah harus diorganisir dan dalam kegiatan-kegiatan yang
bersifat nyata, menarik, dan berguna bagi diri peserta didik.42
Pembelajaran sejarah dapat disampaikan dengan model-model yang menarik
agar peserta didik lebih mudah untuk memahaminya dan peserta didik menjadi
lebih tertarik untuk belajar sejarah. Salah satu model pembelajaran yang dapat
41
Ibid., hlm. 57. 42
Aman, op.cit., Hlm. 110.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
diterapkan dalam pembelajaran sejarah adalah model pembelajaarn Cooperative
Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Dalam
pengertiannya, Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah
satu metode yang menerapkan prinsip bahwa peserta didik diminta untuk bekerja
bersama-sama dalam kelompok.43
Pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD) merupakan suatu bentuk pembelajaran kooperatif dimana peserta
didik belajar secara berkelompok dan berdiskusi guna menemukan dan memahami
konsep-konsep dalam pembelajaran.44
Semua ini juga dimaksudkan untuk
memupuk rasa kerja sama dalam kelompok, menyelesaikan tugas dengan baik,
dan menghindarkan dari rasa iri pada diri peserta didik.45
Model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat di kombinasikan dengan pembelajaran literasi dalam mata
pelajaran sejarah Indonesia. Pembelajaran literasi dalam matapelajaran sejarah
memiliki tujuan penting diantaranya adalah sebagai berikut46
:
1. Meningkatkan dan memperdalam minat, khususnya minat membaca, dan
motivasi belajar sejarah peserta didik.
2. Mengembangkan kemandirian peserta didik sebagai pembelajar sejarah yang
mampu menelusuri berbagai sumber sejarah terpercaya secara kritis, kreatif,
dan inovatif sehingga selanjutnya produktif menghasilkan karya literasi
sejarah.
3. Mendukung upaya pendidikan karakter dengan menguatkan kesadaran sejarah
terutama dalam internalisasi nilai-nilai kebangsaan, kebhinekatunggalikaan,
dan patriotisme.
4. Membentuk peserta didik menjadi peminat sejarah, pembaca sejarah, penulis
sejarah, dan komunikator strategis dengan kesadaran sejarah yang tinggi.
43
https://portal-ilmu.com/metode-pembelajaran-stad/, diakses pada hari Selasa, 13 Juni 2018,
pukul 11.05 WIB. 44
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013, Bandung: PT
Refika Aditama, 2014, hlm. 248. 45
Aman, op.cit., Hlm. 114. 46
Hendra Kurniawan, op. cit., hlm. 6-7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
5. Meningkatkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kebiasaan berpikir
pada peserta didik yang menenmpatkan sejarah sebagai salah satu pijakan
pikir atau perspektif atas suatu permasalahan aktual.
3. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang biasa
diterapkan untuk ilmu-ilmu eksakta seperti matematika, fisika, kimia, dan lain-
lain. Tetapi sayangnya, konstruktivisme masih jarang diterapkan untuk ilmu-ilmu
sosial-humaniora seperti pendidikan nilai-moral.47
Konstruktivisme adalah aliran
filsafat pengetahuan yang berpendapat bahwa pengetahuan (knowledge)
merupakan hasil konstruksi dari orang yang sedang belajar.48
Pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme menuntut
agar seorang pendidik atau guru mampu menciptakan pembelajaran yang menarik.
Tujuannya adalah untuk melibatkan peserta didik secara aktif dalam mencari dan
mengumpulkan materi pelajaran melalui interaksi sosial yang terjalin di dalam
kelas.
Konstruktivisme merupakan suatu filsafat pengetahuan yang secara ringkas
menjelaskan bahwa pengetahuan itu merupakan konsruksi seseorang. Orang
tersebut membentuk pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan
sekitarnya.49
Sebagai filsafat pengetahuan, konstruktivisme membatasi diri pada
bagaimana pengetahuan itu dianggap benar. Pengetahuan dibentuk oleh pengamat
yang berhubungan langsung dengan pengalaman baik fisik maupun mental.
47
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter: Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi
Pendekatan Afektif, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014, hlm. 161. 48
Ibid., hlm. 161. 49
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 1997, hlm. 85.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Dalam pandangan konstruktivisme ini, pengetahuan selalu bersifat subjektif
karena dibentuk oleh pengamat.50
Titik krusial dalam pandangan konstruktivisme adalah terkait dengan proses
pembelajaran. Konstruktivisme memandang bahwa dalam pembelajaran yang
lebih ditekankan adalah prosesnya. Dalam konstruktivisme, belajar dianggap
sebagai proses aktif untuk mengkonstruksi pengetahuan. Proses aktif tersebut
sangat didukung oleh terciptanya interaksi antara peserta didik dan guru, dan
interaksi antar peserta didik.51
Yang sangat penting dalam konstruktivisme ini adalah bahwa dalam proses
pembelajaran, peserta didiklah yang harus berperan aktif. Peserta didik harus aktif
dalam mengembangkan pengetahuan mereka. Peserta didik juga harus
bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya tersebut. Kreativitas dan keaktifan
peserta didik dalam pembelajaran akan membantu peserta didik untuk lebih
mandiri dalam mengembangkan aspek kognitif mereka.52
Dalam konstruktivisme
ini, peran guru adalah sebagai fasilitator selama proses pembelajaran sementara
yang berperan aktif adalah peserta didik.
Dalam pembelajaran sejarah, pendekatan konstruktivisme memungkinkan
peserta didik melakukan dialog kritis dalam pembelajaran dan menggali informasi
sebanyak mungkin dari berbagai sumber.53
Melalui pendekatan konstruktivisme,
50
Ibid., hlm. 79. 51
Sigit Mangun Wardoyo, op. cit., hlm. 25-26. 52
Suparno Paul, op. cit., hlm. 81. 53
Aman, op.cit., Hlm. 109.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
peserta didik dapat mengaitkan antara pengalaman masa lalu atau materi dengan
kehidupan nyata sehari-hari untuk memperoleh pengetahuan baru.
4. Kurikulum 2013
Kurikulum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai
perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan.54
Secara
modern, kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial (isi/materi)
yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di dalam kelas, di halaman
sekolah, maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai
tujuan pendidikan.55
Tujuan kurikulum yang tertera dalam Undang-undang Sistem
pendidikan Nasional Tahun 1989 BAB I Pasal 1 menyebutkan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar
mengajar.56
Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai
keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang
digariskan dalam haluan Negara. Kurikulum 2013 diharapkan dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia
pendidikan pada masa ini, terutama dalam memasuki era globalisasi yang penuh
54
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 55
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011, hlm. 4 56
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dengan berbagai macam tantangan.57
Implementasi kurikulum 2013 diharapkan
dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif.
Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai
perkembangan serta pertumbuhan yang sedang berlangsung dewasa ini, dalam
pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi perlu
memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut58
:
1) Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik.
3) Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian
kompetensi.
4) Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dan
kebutuhan masyarakat, Negara, serta perkembangan global.
5) Standar Isi dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan.
6) Standar Proses dijabarkan dari Standar Isi.
7) Standar Penilaian dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi,
dan Standar Proses.
8) Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan ke dalam Kompetensi Inti.
9) Kompetensi Inti dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar yang
dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran.
10) Kurikulum satuan pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional,
daeyrah, dan satuan pendidikan.
(1) Tingkat nasional dikembangkan oleh pemerintah
(2) Tingkat daerah dikembangkan oleh pemerintah daerah
(3) Tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh satuan pendidikan.
11) Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
12) Penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk.
13) Proses belajar dengan pendekatan ilmiah (scientific approach).
57
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013, hlm. 163.
58 Ibid., hlm. 81-82.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada
tingkat dasar yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Pendidikan
karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan
hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar
kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.59
Secara praktis, Kurikulum 2013 menganut (1) pembelajaran yang dilakukan
guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa
kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat. (2) pengalaman belajar
langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung
individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar
seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum. Pembelajaran dalam konteks
kurikulum 2013 merupakan pembelajaran yang menuntut peserta didik belajar
melalui serangkaian pengalaman bekerja ilmiah secara berdiferensiasi.60
Dalam implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat
diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat
dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-
nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan
dengan konteks, kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter pada tingkat satuan
pendidikan mengara pada pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-
59
Ibid., hlm. 7. 60
Yunus Abidin, 2014, hlm. 22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol
yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah/madrasah, dan masyarakat
sekitarnya. Budaya sekolah/madrasah merupakan ciri khas, karakter atau watak,
dan citra sekolah/madrasah tersebut dimata masyarakat luas.61
Keberhasilan Kurikulum 2013 dalam membentuk kompetensi dan karakter
di sekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak dalam
setiap aktivitas peserta didik dan warga sekolah lainnya. Perilaku tersebut antara
lain diwujudkan dalam bentuk kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan,
kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam bertindak, kecermatan, ketelitian, dan
komitmen.62
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Eko Nudiyanti dan Edi Suryanto yaitu
Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas V
Sekolah Dasar. Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa hasil penelitian
menunjukkan keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran literasi pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Melalui pembelajaran literasi pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia Siswa kelas V SD, pemahaman terhadap bacaan pun menjadi
cukup baik. Sementara pada keterampilan menulis juga menunjukkan hasil yang
memuaskan.
61
Mulyasa, op.cit., hlm. 7. 62
Ibid., hlm. 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Indikator keberhasilan pada pembelajaran literasi ini didasarkan pada
ketuntasan nilai yang telah dicapai peserta didik. Dalam pembelajaran literasi ada
empat keterampilan yang harus dikembangkan pada diri peserta didik diantaranya
adalah membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Pada pembelajaran literasi
mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diterapkan pada siswa kelas V SD juga
mengalami keberhasilan dalam mengembangkan keterampilan menulis. Hal ini
terlihat dari banyaknya hasil tulisan peserta didik dalam majalah dinding sekolah
(mading).63
Penelitian lain yang juga senada dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Aditya Rakhmawan, Agus Setiabudi, dan Ahmad Mudzakir.
Penelitian tersebut mengangkat topik Perancangan Pembelajaran Literasi Sains
Berbasis Inkuiri Pada Kegiatan Laboratorium. Penelitian tersebut dilakukan di salah
satu SMA di kota Bandung. Dalam pelaksanaannya penelitian tersebut mengalami
keberhasilan.
Keberhasilan dari pembelajaran literasi sains ini terlihat dari peningkatan
keaktifan peserta didik. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa peserta didik
menjadi lebih aktif dalam bertanya dan mengkonfirmasi pemahaman selama kegiatan
laboratorium berlangsung. Pembelajaran sains berbasis inkuiri ini juga terbukti dapat
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar sains.64
Mengacu pada kedua penelitian diatas, maka dapat dilakukan penelitian
serupa tetapi pada jenjang dan mata pelajaran yang berbeda. Jika pada penelitian
63
Eko Nurdiyanti dan Edi Suryanto, Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar, Universitas Sebelas Maret, 2010. 64
Aditya Rakhmawan, dkk., Perancangan Pembelajaran Literasi Sains Berbasis Inkuiri Pada
Kegiatan Laboratorium, Universitas Pendidikan Indonesia, 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
yang pertama pembelajaran literasi diterapkan pada peserta didik Sekolah Dasar
(SD) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kemudian penelitian kedua
pembelajaran literasi diterapkan pada siswa SMA dalam mata pelajaran Sains,
maka penelitian ini akan tertuju pada peserta didik Sekolah Menengah Atas
(SMA) dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia.
C. Kerangka Pikir
Permasalahan yang terkait dengan mutu pendidikan di Indonesia adalah
rendahnya minat baca yang dimiliki oleh peserta didik. Melihat permasalahan
tersebut, pemerintah selalu berupaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan menetapkan sebuah Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 tahun 2015
tentang penumbuhan budi pekerti yang dilaksanakan melalui pembelajaran
literasi.
Pembelajaran literasi yang dicanangkan pada tahun 2015 sudah mulai
terlaksana dengan baik pada tahun 2017 seperti di SMA Negeri 1 Ngaglik.
Penerapan pembelajaran literasi ini mengharapkan agar peserta didik dapat
menguasai empat keterampilan yang juga merupakan aktivitas wajib dalam
program literasi. Keempat keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri
peserta didik ini meliputi keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan
berbicara. Guru dapat menerapkan empat aktivitas wajib dalam pembelajaran
literasi sebagai strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Melalui empat aktivitas dalam pembelajaran literasi guru sejarah juga dapat
memanfaatkannya sebagai proses pembiasaan pada peserta didik untuk gemar
berliterasi. Pembiasaan ini dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan dengan
memanfaatkan lingkungan fisik, sosial, afektif dan akademik disertai beragam
bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya akan informasi dan dapat
menambah pengetahuan peserta didik dalam semua pelajaran khususnya dalam
pelajaran sejarah.
Pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi, dapat membantu
peserta didik dalam mengembangkan pengetahuannya. Pengembangan
pengetahuan yang didapat peserta didik meliputi tiga aspek diantaranya kognitif,
afektif dan psikomotorik. Dalam aspek kognitif, pengetahuan yang didapatkan
oleh peserta didik semakin bertambah. Sementara pada aspek afektif, peserta didik
menjadi lebih menyukai pembelajaran sejarah Indonesia dengan memanfaatkan
lietrasi sehingga akan mempengaruhi juga proses pembelajaran. selanjutnya pada
aspek psikomotorik, empat keterampilan dalam diri peserta didik yaitu membaca,
menyimak, menulis, dan berbicara juga akan berkembang.
Dari uraian diatas, maka dapat digambarkan skema kerangka pikir sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Gambar I. Kerangka Pikir
MENULIS
AFEKTIF
PSIKOMOTORIK
LITERASI
PEMBELAJARAN
SEJARAH
S
GURU
PESERTA
DIDIK
HASIL
BELAJAR
MEMBACA
MENYIMAK
BERBICARA
KOGNITIF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngaglik yang beralamat di
jalan Kayunan, Donoharjo, Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2018 dengan jadwal
penelitian sebagai berikut:
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
NO KEGIATAN BULAN
MARET APRIL MEI JUNI
1 Penyusunan Proposal √
2 Perizinan √
3 Pengumpulan data √ √
4 Analisis data √ √
5 Penulisan Laporan √
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus. Penelitian kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan
dalam mengungkapkan permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi
pemerintah, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olah raga, seni
dan budaya, sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk demi kesejahteraan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
bersama. Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari
proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan
antarfenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.65
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.
Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna
yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori,
untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.66
Dasar
penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang mempercayai bahwa kenyataan
itu berdimensi jamak, interaktif, dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang
diinterpretasikan oleh setiap individu.67
Penelitian studi kasus adalah salah satu jenis penelitian kualitatif deskriptif
yaitu penelitian yang dilakukan terfokus pada satu kasus tertentu untuk diamati
dan dianalisis secara cermat sampai tuntas. Kasus yang dimaksud dapat berupa
kasus tunggal atau jamak, misalnya berupa individu atau kelompok. Di sini perlu
dilakukan analisis secara tajam terhadap berbagai faktor yang terkait dengan kasus
tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh kesimpulan yang akurat.
Dalam bidang pendidikan studi kasus diartikan sebagai metode penelitian
deskriptif untuk menjawab permasalahan pendidikan yang mendalam dan
komprehensif dengan melibatkan subjek penelitian yang terbatas sesuai dengan
jenis kasus yang diselidiki. Subjek penelitian dalam studi kasus bisa bersifat
65
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013,
hlm. 80. 66
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Teori Konsep Dasar dan
Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 287. 67
Imam Gunawan., op.cit., hlm. 83.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
individu, kelompok, lembaga, atau golongan masyarakat tertentu. Data studi kasus
dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam
studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber.
C. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan.68
Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan
data seperti wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observsi yang
telah dituangkan dalam catatan lapangan. Bentuk lain dari data kualitatif adalah
gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.69
Dalam
penelitian ini sumber data yang digunakan adalah peserta didik dan guru sebagai
subjek penelitian. Sementara objeknya adalah pembelajaran sejarah yang
memanfaatkan literasi yang diharapkan dapat meningkatkan empat keterampilan
peserta didik yaitu membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan
perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan
gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk
68
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014,
hlm. 157. 69
Hamid Darmadi., op. cit. hlm. 36.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
membantu mengerti perilaku manusia, atau kejadian, dan untuk evaluasi yaitu
melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap
pengukuran tersebut.70
Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk
mengetahui aktivitas peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran sejarah
yang memanfaatkan literasi di kelas.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak
langsung.71
Kuesioner diberikan kepada peserta didik lalu kemudian kuesioner
dijawab oleh peserta didik. Dalam penelitian ini kuesioner merupakan alat yang
berfungsi untuk mengetahui ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran sejarah.
Tujuan penyebaran kuesioner ini adalah untuk mencari informasi yang lengkap
mengenai suatu masalah dari responden.
3. Wawancara
Dalam penelitian kualitatif, wawancara merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang (narasumber) yang
diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal.72
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah
tertentu yang merupakan proses tanya jawab lisan di mana ada dua orang atau
lebih berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau
70
Ibid., hlm. 291. 71
Sudaryono, Metode Penelitian pendidikan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hlm. 77. 72
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian.73
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan
untuk mengetahui ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran sejarah yang
memanfaatkan literasi.
4. Dokumen dan Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentu
tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi
dokumen menjadi metode pelengkap dalam penelitian kualitatif. Dokumen
sebagai sumber data banyak dimanfaatkan oleh para peneliti, terutama untuk
menguji dan menafsirkan data.
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat, catatan
harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini
tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti
untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.74
Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek
73
Imam Gunawan, op.cit., hlm. 160. 74
Hamid Darmadi., op.cit., hlm. 292.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah
satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran
dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang
ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.75
Dalam penelitian
ini dokumen digunakan untuk mengetahui kesiapan, pelaksanaan, dan hasil dari
pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi yang diterapkan oleh guru.
Dokumen yang digunakan berupa RPP, bahan ajar, daftar nilai setelah
pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), dan hasil karya atau produk literasi
peserta didik. Dokumentasi berupa foto selama proses kegiatan penelitian
berlangsung.
E. Instrumen Pengumpulan Data
1. Instrumen Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi pada proses pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di kelas. Peneliti melakukan observasi langsung dengan
menggunakan lembar observasi yang berupa check list dengan option “Ya” dan
“Tidak” untuk setiap pernyataan yang telah disiapkan. Check list merupakan
pedoman observasi yang berisi daftar aspek yang diamati dalam hal ini adalah
aktivitas pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi.
2. Instrumen Kuesioner
Kuesioner dalam penelitian digunakan untuk mengetahui minat dan
ketertarikan peserta didik pada pembelajaran sejarah Indonesia yang
75
Ibid., hlm. 176-181.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
memanfaatkan literasi. Untuk penentuan skor pada kuesioner menggunakan skala
likert yang terdiri dari lima kategori, yaitu: pada pernyataan positif, pilihan
jawaban “Sangat Setuju” (SS) diberi skor 5, “Setuju” (S) diberi skor 4, “Kurang
Setuju” (KS) diberi skor 3, “Tidak Setuju” (TS) diberi skor 2, dan “Sangat Tidak
Setuju” (STS) diberi skor 1. Begitupula sebaliknya, untuk pernyataan negatif
“Sangat Setuju” (SS) diberi skor 1, “Setuju” (S) diberi skor 2, “Kurang Setuju”
(KS) diberi skor 3, “Tidak Setuju” (TS) diberi skor 4, dan “Sangat Tidak Setuju”
(STS) diberi skor 5.76
Berikut ini merupakan kisi-kisi dari kuesioner yang akan
diberikan:
Tabel 5. Kisi-Kisi Kuesioner
Variabel Definisi Variabel Indikator
Pembelajaran
literasi
Pembelajaran literasi adalah
pembelajaran yang memuat
empat keterampilan yaitu
membaca, menyimak, menulis,
dan berbicara yang bertjuan
untuk mengenalkan peserta
didik tentang dasar-dasar
mebaca, menulis, memelihara
kesadaran bahasa, dan
memotivasi untuk belajar.
Penerapan literasi dalam
proses pembelajaran
sejarah
Kegiatan belajar
3. Instrumen Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada peserta didik di SMA
Negeri 1 Ngaglik yang sedang menempuh pelajaran sejarah. Wawancara ini
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik. Daftar pertanyaan
wawancara disusun berkaitan dengan pemanfaatan pembelajaran literasi dalam
76
Sugiyono, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012, Hlm. 93.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
mata pelajaran sejarah. Daftar pertanyaan wawancara juga disusun berdasarkan
kisi-kisi yang dibuat oleh peneliti sebagai berikut:
Tabel 6. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Penelitian
Fokus
Penelitian Indikator Butir-butir Pertanyaan NO
Pembelajaran
sejarah yang
memanfaatkan
literasi
Pelaksanaan
pembelajaran
sejarah yang
memanfaatkan
literasi
Kelebihan proses
pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran
literasi
Kesulitan yang dihadapi dalam
proses pembelajan sejarah
dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi
Cara mengatasi kesulitan yang
dihadapi
Pemahaman yang didapatkan
dalam pelajaran sejarah
dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi
Kesan peserta didik dalam
proses pembelajaran sejarah
yang memanfaatkan literasi
1
2
3
4
5
4. Instrumen Dokumen dan Dokumentasi
Dalam hal ini peneliti mempelajari dokumen resmi yang dikeluarkan oleh
pemerintah yaitu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi
Pekerti dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Peneliti juga mempelajari
perangkat pembelajaran dan penilaian yang dibuat oleh guru berupa RPP, daftar
nilai, bahan ajar, dan produk literasi. Selain itu peneliti juga melakukan
dokumentasi berupa foto kegiatan pembelajaran di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
F. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling
yang digunakan. 77
pada dasarnya teknik sampling dibedakan menjadi dua yaitu
Probability Sampling dan Non- probability sampling. Probability Sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap
unsur (anggota) untuk dipilih menjadi anggota sampel. Non- probability sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota untuk dipilih menjadi sampel.78
Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah
purposive sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu.79
Pertimbangan ini misalnya, orang
yang dipilih tersebut adalah yang dianggap paling tahu tentang informasi apa yang
kita harapkan untuk memudahkan peneliti menjelajahi obyek/ situasi sosial yang
diteliti.
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling sumber yang dipilih oleh peneliti adalah 9 orang peserta didik dan guru
mata pelajaran sejarah Indonesia. Peserta didik yang dipilih untuk diwawancarai
diambil dari data hasil kuesioner yang disebarkan, keaktifan peserta didik ketika
mengikuti proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi, serta
berdasarkan pada nilai tes yang diperoleh peserta didik.
77
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014, Hlm. 52. 78
Sugiyono, 2012, op. cit., hlm. 84. 79
Ibid., hlm. 85.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
G. Validitas Data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data
yang valid adalah data yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan oleh peneliti
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Dalam penelitian
kualitatif, untuk menguji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil
penelitian kualitatif dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis
kasus negatif, membercheck. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji
keabsahan atau kredibilitas data dengan menggunakan triangulasi, meningkatkan
ketekunan, dan diskusi teman sejawat.80
1) Triangulasi
Dalam menganalisis data perlu menggunakan triangulasi data. Triangulasi
data digunakan sebagai proses memantapkan derajat kepercayaan (kredibilitas/
validitas) dan konsentrasi (reliabilitas) data, serta bermanfaat juga sebagai alat
bantu analisis data di lapangan.81
Terdapat empat macam triangulasi yaitu :
a) Triangulasi teori
Triangulasi teori adalah memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu dan
dipadu. Triangulasi teori ini berdasarkan pada anggapan bahwa fakta tertentu
tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Untuk
itu, diperluka rancangan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data yang
80
Sugiyono., op.cit, hlm. 267. 81
Imam Gunawan., op. cit, hlm. 218.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
lengkap, dengan demikian maka akan dapat memberikan hasil yang lebih
komprehensif. Triangulasi teori ini dapat meningkatkan kedalaman pemahaman
asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoritik secara mendalam atas hasil
analisis data yang telah diperoleh. Dalam penelitian ini teori yang digunakan
adalah teori literasi, Gerakan Literasi Sekolah (GLS), pembelajaran sejarah,
konstruktivisme, dan kurikulum 2013.
b) Triangulasi sumber
Triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui
melalui berbagai sumber dalam memperoleh data. Dalam triangulasi sumber, yang
terpenting adalah mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-
perbedaan tersebut. Dengan demikian, triangulasi sumber berarti membandingkan
(mencek ulang) informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber penelitian adalah guru dan peserta didik.
c) Triangulasi teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.82
Dalam
penelitian ini, peneliti memperoleh data melalui observasi, kuesioner, wawancara,
dan kemudian dilengkapi dengan dokumen dan dokumentasi.
d) Triangulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara diwaktu yang tepat akan memberikan data yang lebih
82
Sugiyono, 2012, op. cit., hlm. 274.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
valid sehingga lebih kredibel.83
Dalam penelitian ini, waktu yang dipilih oleh
peneliti dalam melakukan wawancara adalah ketika istirahat jam pertama yaitu
sekitar pukul 10.15-10.30 WIB. Waktu ini dipilih karena peserta didik belum
terlalu letih mengikuti kegiatan pembelajaran dan suasananya masih sejuk
sehingga peserta didik juga merasa nyaman ketika diwawancarai.
2) Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan bererti melakukan pengamatan secara lebih cermat
dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data urutan
peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.meningkatkan ketekunan
dapat meningkatkan kredibilitas data. Dengan meningkatkan ketekunan, maka
peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan
itu salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti
dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang
diamati.84
Dalam hal ini peneliti meningkatkan ketekunan dengan melakukan
pengamatan secara cermat dan berkesinambungan terkait dengan proses evaluasi
pembelajaran.
3) Diskusi Teman Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh melalui diskusi dengan teman-teman sejawat. Dengan
demikian pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan
mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang
83
Ibid., hlm. 274. 84
Sugiyono., op.cit, Hlm. 272.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat
me- review persepsi, pandangan, dan analisis yang sedang dilakukan. Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan pemeriksaan dengan teman-teman sejawat yang
juga melakukan penelitian yang sama seperti peneliti. Selain dengan teman-teman
sejawat, peneliti juga melakukan diskusi dengan dosen.
H. Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang telah diperoleh dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan data ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
serta membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.85
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data model
interaktif menurut Miles dan Huberman. Berikut ini adalah proses analisis data
model interaktif menurut Miles dan Huberman dalam buku Haris Herdiansyah
(2012) 86
:
85
Ibid., hlm. 244. 86
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba
Humanika, 2012, hlm. 164.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar II. Model Interaktif Miles dan Huberman
1) Tahap Pengumpulan Data
Pada penelitian kulaitatif, proses pengumpulan data dilakukan sebelum
penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya, proses
pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep atau
draft. Pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak memiliki waktu
tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses pengumpulan
data dapat dilakukan.87
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari
hasil observasi, kuesioner, wawancara, kemudian dilengkapi dengan dokumen dan
dokumentasi. Hasil yang peneliti dapatkan dari tahap pengumpulan data ini
berupa checklist observasi, jawaban kuesioner, catatan lapangan hasil wawancara,
dan checklist dokumen serta dokumentasi.
87
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba
Humanika, 2012, hlm. 164.
Pengumpulan data
Display data/
Penyajian data Reduksi data
Kesimpulan/
Verifikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
2) Tahap Reduksi Data
Pada intinya, reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman
segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang yang akan
dianalisis.88
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yan pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian,
dta yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.89
Pada
tahap reduksi data ini tujuan sebenarnya adalah untuk membuang hal-hal yang
tidak diperlukan, memilah-milah hasil pengumpulan data, serta mengarahkan
peneliti untuk mempermudah dalam menarik kesimpulan. Dalam penelitian ini,
data yang direduksi adalah data yang tidak mendukung penelitian.
3) Tahap Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif penyajian datadapat dilakukan dengan bentuk
tabel, grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian tersebut, maka data dapat
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah
difahami. Dengan mendisplay data (penyajian data), maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
dengan apa yang telah difahami tersebut.90
4) Tahap Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Verifikasi dan penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses
analisis data. Pada tahap ini peneliti mengungkapkan kesimpulan dari data-data
88
Ibid., hlm. 165. 89
Sugiyono., op.cit. hlm. 92. 90
Ibid., hlm. 95.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
yang telah diperoleh. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencari makna
terhadap data-data yang telah dikumpulkan dengan mencari hubungan,
persamaan, atau perbedaannya.
I. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini dimuat dalam lima bab yang akan dipaparkan
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, di dalamnya berisi pokok bahasan utama yang menjadi
latar belakang penelitian ini. Pada bab ini isinya mencakup latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
BAB II Kajian Pustaka, mencakup kajian teori yang di dalamnya termuat
deskripsi teori gerakan literasi sekolah, pembelajaran sejarah, dan kurikulum
2013. Kemudian penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir juga berada
dalam BAB II.
BAB III Metodologi Penelitian, di dalamnya mencakup tempat dan waktu
penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan data,
instrument pengumpulan data, teknik cuplikan, validitas data, analisis data, dan
sistematika penulisan.
BAB IV Hasil Penelitian, pada BAB ini berisi tentang deskripsi mengenai
latar tempat penelitian, deskripsi dari hasil penelitian, dan kemudian dilanjutkan
dalam pembahasan.
BAB V Kesimpulan dan Saran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngaglik, salah satu SMA
Negeri yang terletak di Kabupaten Sleman. SMA Negeri 1 Ngaglik terletak di
Kayunan, Donoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. SMA Negeri 1 Ngaglik
resmi dibuka terhitung mulai tanggal 2 Februari 1968 dengan nama SMA Negeri
Donoharjo Filial SMA Negeri Sleman. Pada saat itu jabatan kepala sekolah
dijabat oleh Bapak R. Sukar berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tanggal 28 Agustus 1974, nomor 0219/O/1974. Terhitung mulai 1
Juli 1974, SMA Negeri Donoharjo Filial SMA Negeri Sleman berubah menjadi
SMA Negeri 1 Donoharjo. 91
Untuk pertama kalinya, pelaksanaan Proses Belajar Mengajar menempati
gedung milik Kelurahan Donoharjo. Dengan terbitnya Surat Keputusan Nomor
2.4.1.0020 Kep 1976, tanggal 13 Januari 1976 secara resmi diangkat sebagai
Kepala Sekolah Bapak Suratno. Dari periode 2009 sampai dengan 2010 Kepala
Sekolah dijabat oleh Bapak Drs. Suharno, pada saat ini jabatan kepala sekolah
dijabat oleh Bapak Drs. Subagyo. Guru yang bekerja di SMA N 1 Ngaglik terdiri
dari 43 orang dengan kualifikasi guru PNS yang telah sertifikasi terdapat 31 orang
91
Dokumen sekolah, diperoleh dari bagian Tata Usaha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
guru, 5 orang guru PNS belum sertifikasi, dan 8 orang guru bukan PNS belum
sertifikasi.92
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kelas X IPS 1 sebagai objek
penelitian. Kelas X IPS 1 letaknya berada di tengah sekolah bagian ujung barat.
Kelas X IPS 1 letaknya berjajar dengan kelas X IPS 2. Tepat di belakang gedung
kelas X IPS 1 adalah gedung koperasi dan perpustakaan. Karena letaknya di
ujung, suasana kelas menjadi agak sedikit lebih gelap karena terlindung oleh
bangunan di depannya. Di dalam kelas X IPS 1 terdapat sepasang meja dan kursi
guru, papan tulis white board, meja dan kursi peserta didik yang digunakan untuk
30 peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain meja dan kursi
peserta didik dan juga guru serta papan tulis, di kelas ini juga terdapat lemari buku
literasi, struktur organisasi kelas, jadwal pelajaran, tata tertib sekolah dan tulisan-
tulisan motto yang dimiliki oleh peserta didik di kelas X IPS 1.
Secara umum kondisi kelas X IPS 1 terlihat rapi. Ruangan kelas juga terlihat
bersih karena setiap pagi peserta didik di kelas X IPS 1 melaksanakan tugas piket
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Di kelas X IPS 1 terdapat proyektor
yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media.
Namun sayangnya, proyektor tersebut tidak menghasilkan tampilan yang terang.
Tampilannya akan berwarna kuning sehingga peserta didik terkadang kesulitan
untuk mengamata dengan jelas. Speaker tidak disediakan di kelas-kelas. Tetapi
jika ingin menggunakannya, speaker dapat di pinjam di ruang tata usaha.
92
Dokumen sekolah, diperoleh dari bagian Tata Usaha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
1. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Ngaglik
a. Visi SMA Negeri 1 Ngaglik
Visi yang ada di SMA Negeri 1 Ngaglik adalah menjadi SMA sebagai
komunitas beriman dan bertakwa, cerdas, berprestasi, berkecakapan hidup, serta
berkarakter kebangsaan Pancasila. Slogan (Tagline):
“Berkarakter – Cerdas –Berprestasi - Terampil”
(Good Character – Smart –High Achievement – Life Skills)
b. Misi SMA Negeri 1 Ngaglik
Misi yang dimiliki SMA Negeri 1 Ngaglik adalah sebagai berikut93
:
1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sarana-prasarana, proses
pembelajaran, dan budaya organisasi secara terus-menerus yang mampu
meningkatkan/memantapkan kecerdasan warga komunitas SMA Negeri 1
Ngaglik.
2) Menyelenggarakan pendidikan karakter kebangsaan Pancasila (termasuk
akhlak mulia dan budi pekerti luhur) bagi seluruh warga SMA.
3) Memberikan pendidikan soft skills.
4) Semakin memantapkan kurikulum sekolah yang mendukung keunggulan,
sesuai dengan kebutuhan peserta didik, budaya dan kearifan lokal, maupun
tuntutan lokal-regional-nasional-global.
5) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran dan bimbingan guna
mengembangkan kreativitas, integritas, kejujuran, dan kemandirian peserta
didik.
6) Meningkatkan keterampilan dan sikap-mental positif peserta didik melalui
kegiatan ekstrakurikuler, sesuai dengan potensi yang dimiliki.
7) Meningkatkan imtaq sesuai ajaran agama yang dianut dalam kehidupan sehari-
hari dan di lingkungan masyarakat.
8) Mengimplementasikan pendidikan berbasis budaya.
93
Dokumen sekolah, diperoleh dari bagian Tata Usaha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Visi, Misi, dan Slogan SMA Negeri 1 Ngaglik dapat dilihat dalam papan
Slogan Visi dan Misi yang di pajang di Loby sekolah seperti gambar berikut ini:
Gambar III. Papan Slogan Visi dan Misi SMA Negeri 1 Ngaglik
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
2. Tujuan SMA Negeri 1 Ngaglik
Tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Secara
lebih rinci tujuan SMA Negeri 1 Ngaglik adalah sebagai berikut94
:
1) Meningkatkan mutu pendidikan dalam perolehan Nilai Ujian Akhir
2) Membekali generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing dan melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi
3) Membekali generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik agar memiliki
kemampuan yang lebih dalam bidang bahasa
4) Membekali generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik agar memiliki
keterampilan teknologi informasi dan komunikasi serta mampu
mengembangkan diri sendiri
94
Dokumen sekolah, diperoleh dari bagian Tata Usaha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
5) Mempersiapkan generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta budi pekerti luhur
6) Menanamkan generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik sikap ulet dan gigih
dalam berkompetisi, beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan
sikap sportifitas
7) Mempersiapkan generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik agar menjadi
manusia yang berkepribadian cerdas, berkualitas dan berprestasi dalam bidang
olahraga dan seni
8) Membantu generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik agar dapat mengenal
potensi dirinya sehingga dapat berkembang secara optimal
9) Membekali generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik yang berdisiplin dan
berkualitas tinggi, sehingga mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi
10) Membekali lulusan SMA N 1 Ngaglik dengan keterampilan hidup agar
mampu terjun di dunia kerja (bagi yang tidak melanjutkan di jenjang
pendidikan yang lebih tinggi) maupun untuk menempuh studi lanjut (bagi
yang berkesempatan).
SMA Negeri 1 Ngaglik juga mempunya kebijakan mutu yang tujuannya
adalah untuk menghasilkan lulusan yang CAKAP (Cerdas, Akhlak Mulia,
Kecakapan Hidup, Amanah, Prestasi). Selain menhasilkan lulusan yang Cakap,
tujuannya adalah juga untuk menghasilkan lulusan yang BERBAKAT
(Berkarakter Pancasila, Empati, Ramah, Berbudaya, Antusias, Kreatif, Adab,
Tangguh). Kebijakan Mutu sekolah ini dapat terlihat dari papan poster yang
terpasang di lingkungan sekolah seperti gambar berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Gambar IV. Papan Kebijakan Mutu Sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
3. Kurikulum SMA Negeri 1 Ngaglik
Dalam melaksanakan sistem pendidikan SMA Negeri 1 Ngaglik
menggunakan kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk
kelas XII, serta Kurikulum 2013 untuk kelas X dan XI.
Menyesuaikan dengan kurikulum 2013 dan melaksanakan permendikbud
No. 3 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti, maka di SMA Negeri 1
Ngaglik kemudian menjalankan Gerakan Literasi Sekolah(GLS) sesuai dengan
peraturan pemerintah. Pada dasarnya pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) di SMA Negeri 1 Ngaglik sudah berjalan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Di SMA Negeri 1 Ngaglik Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sudah
dilaksanakan sejak dicanangkan oleh pemerintah. Jika dilihat dari manafaatnya
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sangat banyak sekali manfaatnya terutama untuk
mendukung proses pembelajaran. Waktu pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) biasanya diambil pada pagi hari sebelum KBM dimulai. Perkembangan
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang terlaksana di SMA Negeri 1 Ngaglik
dipantau melalui bukti-bukti fisik yang ada seperti presensi dan buku kemajuan
GLS di kelas.95
Informasi ini di dapat berdasarkan wawancara dengan guru mata
pelajaran sejarah Indonesia seperti gambar di bawah ini:
Gambar V. Wawancara Guru Sejarah Indonesia
SMA Negeri 1 Ngaglik
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
95
CL2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Perencanaan Proses Pembelajaran Sejarah yang Memanfaatkan Literasi
Gerakan Literasi Sekolah merupakan sebuah terobosan baru yang
dikeluarkan oleh pemerintah guna mengatasi masalah rendahnya minat baca
peserta didik. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini sesuai dengan Permendikbud
Nomor 23 Tahun 2015 yang salah satu tujuannya adalah untuk menumbuhkan
budi pekerti pada diri peserta didik. Ada tiga tahapan dalam gerakan literasi
Sekolah (GLS) yang meliputi tahap Pembiasaan, pengembangan, dan
pembelajaran. SMA Negeri 1 Ngaglik sendiri telah menerapkan Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) pada tahap pertama yaitu pengembangan yang juga dilanjutkan
dalam tahap pengembangan dan pembelajaran.
Pada tahap pembelajaran, guru sudah memanfaatkan literasi ke dalam proses
pembelajaran sejarah. Sebelum melaksanakan pembelajaran sejarah yang
memanfaatkan literasi tentunya guru harus mempunyai perencanaan yang matang.
Adapun perencanaan yang dilakukan oleh guru sebelum melaksanakan proses
pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi adalah sebagai berikut:
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan power point,
menyiapkan teks narasi, menyiapkan cuplikan video, memberikan sumber belajar
lain, dan selanjutnya membuat soal tes serta instrument penilaian keterampilan.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama melakukan penelitian, guru
melaksanakan proses pembelajarana sejarah dengan memanfaatkan literasi di
kelas X IPS 1. Hal pertama yang dilakukan oleh guru adalah menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Kompetensi Dasar ( KD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
3.8 dan 4.8. Kompetensi Dasar (KD) 3.8 berisi, menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat, pemerintahan dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku
pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. Sementara Kompetensi Dasar
(KD) 4.8 berisi, menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-
nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih
berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.
Dari Kompetensi Dasar (KD) tersebut, guru kemudian mengembangkan
beberapa indikator pelaksanaan kompetensi diantaranya adalah sebagai berikut96
:
3.8.1. Menganalisis sumber-sumber sejarah dari kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam di Nusantara.
3.8.2. Mengidentifikasi bukti-bukti peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam di Nusantara.
3.8.3. Menunjukkan letak dari kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di
Nusantara.
3.8.4. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik, dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan kerajaan Samudra Pasai.
3.8.5. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan Kerajaan Malaka
3.8.6. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan Kerajaan Aceh
3.8.7. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan Kerajaan Pajang
3.8.8. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan Kerajaan Demak.
3.8.9. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan Kerajaan Mataram Islam.
3.8.10. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan Kerajaan Gowa dan Tallo
3.8.11. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan Kerajaan Ternate dan Tidore.
4.8.1. Menyajikan informasi pendukung mengenai perkembangan kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara dalam bentuk teks naratif.
96
Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4.8.2. Menyajikan proses berdirinya kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di
Nusantara melalui mind mapping.
Dalam penelitian ini peneliti hanya mengamati 4 indikator saja. Keempat
indikator tersebut adalah sebagai berikut97
:
3.8.1. Menganalisis sumber-sumber sejarah dari kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam di Nusantara.
3.8.2. Mengidentifikasi bukti-bukti peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam di Nusantara.
3.8.3. Menunjukkan letak dari kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di
Nusantara.
4.8.1. Menyajikan informasi pendukung mengenai perkembangan kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara dalam bentuk teks naratif.
Untuk metode pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah, tanya
jawab, diskusi dan penugasan. Sementara untuk pendekatan pembelajaran pada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru adalah Student
Center Learning. Selanjutnya untuk model pembelajaran pada Kompetensi Dasar
(KD) ini guru menggunakan model cooperative learning tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) karena guru melihat latar belakang peserta didik
dari pembelajaran sebelumnya, dimana peserta didik kesulitan untuk bekerja
secara individu.
Dalam pengertiannya, Student Teams Achievement Division (STAD)
merupakan salah satu metode yang menerapkan prinsip bahwa peserta didik
diminta untuk bekerja bersama-sama dalam kelompok.98
Kerja sama yang
dilakukan tersebut adalah dalam hal belajar dan bertanggung jawab terhadap
teman-teman yang terdapat dalam kelompok maupun dirinya sendiri. Jika
97
Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
98 https://portal-ilmu.com/metode-pembelajaran-stad/, diakses pada hari Selasa, 13 Juni 2018,
pukul 11.05 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
dihubungkan dengan pembelajaran literasi, model cooperative learning tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) ini sangat efektif untuk membantu
peserta didik dalam mengembangkan empat keterampilan dalam literasi yaitu
membaca, menyimak, menulis dan berbicara. Dalam kerja sama kelompok ini
akan ada peserta didik yang menjadi penanggung jawab dalam jalannya diskusi
kelompok agar diskusi kelompok dapat berjalan dengan baik.
Perencanaan selanjutnya, hal yang dilakukan oleh guru adalah
mempersiapkan video untuk kemudian ditayangkan di kelas. Fungsi dari
penayangan video ini adalah untuk mempermudah peserta didik dalam
memperoleh informasi yang terkait dengan materi. Selanjutnya, guru akan
meminta peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok untuk membuat
sebuah produk berupa teks naratif berdasarkan pada teks narasi yang telah
disiapkan dan dibagikan guru serta dari penayangan video.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran tersebut
sesuai dengan teori konstruktivisme. Peserta didik harus aktif dalam
mengembangkan pengetahuan mereka. Peserta didik juga harus bertanggung
jawab terhadap hasil belajarnya tersebut. Kreativitas dan keaktifan peserta didik
dalam pembelajaran akan membantu peserta didik untuk lebih mandiri dalam
mengembangkan aspek kognitif mereka.99
Dalam konstruktivisme ini, peran guru
adalah sebagai fasilitator selama proses pembelajaran sementara yang berperan
aktif adalah peserta didik.
99
Paul Suparno, op. cit., hlm. 81.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Terkait dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh peserta didik,
guru kemudian berencana untuk menampilkan video lagi yang tujuannya adalah
untuk menyimpulkan pembelajaran. Dalam video yang akan ditayangkan ini,
diharapkan peserta didik dapat mengaitkan antara pembelajaran dengan kehidupan
nyata sebagai bahan pertimbangannya.
Setelah penayangan video, guru kemudian akan memberikan soal tes.
Tujuannya adalah untuk mengetahui pemahaman peserta didik terkait dengan
materi tentang kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara sesuai dengan
KD 3.8 dan 4.8 yang sampaikan dengan memanfaatkan literasi. Dalam
peelaksanaan pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi, guru
melaksanakannya sebanyak dua kali pertemuan.
Adapun sintak dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada
pertemuan pertama yang dibuat oleh guru meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan waktu yang
dialokasikan oleh guru adalah selama 10 menit. Guru akan melakukan beberapa
kegiatan yang tujuannya adalah untuk membangun karakter peserta didik dengan
cara mengajak peserta didik untuk berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-
masing. Setelah itu, guru akan memberi salam pada peserta didik sebagai
pembuka pembelajaran. guru juga akan memberikan stimulus pada peserta didik
untuk mengantarkan pada materi yang akan dibahas.
Setelah kegiatan pendahuluan, kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan
oleh guru adalah kegiatan inti. Waktu yang akan dialokasikan untuk kegiatan inti
ini adalah selama 70 menit. Dalam kegiatan inti ini guru akan menjelaskan sedikit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
tentang materi kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Nusantara lalu kemudian
peserta didik akan membentuk kelompok dan berdiskusi kelompok. Pada kegiatan
inti, yang akan dilakukan meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah kegiatan
mengamati. Dalam kegiatan mengamati ini, guru akan membagikan teks narasi
mengenai kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara yang sebelumnya sudah disiapkan
oleh guru pada masing-masing kelompok. Selanjutnya masing-masing kelompok
akan mengamati teks narasi tersebut.
Setelah menlakukan kegiatan mengamati, kegiatan selanjutnya adalah
mengumpulkan informasi. Dalam hal ini peserta didiklah yang memiliki peran
besar dalam pelaksanaannya. Dalam kegiatan mengumpulkan informasi guru akan
meminta peserta didik untuk menggunakan sumber-sumber lain untuk
memperdalam materi yang didapat oleh kelompok yang dapat dilakukan melalui
studi literasi, studi pustaka, maupun melalui internet.
Kegiatan lain setelah mengumpulkan informasi adalah kegiatan
mengasosiasi. Pada kegiatan mengasosiasi ini guru meminta peserta didik untuk
berdiskusi dalam kelompok dan saling bertukar pendapat terkait dengan materi
yang telah diberikan oleh guru. Dalam kegiatan ini akan muncul keterampilan
dalam diri peserta didik yaitu membaca, menyimak, dan menulis. Peserta didik
akan membaca teks narasi yang dibagikan oleh guru pada setiap kelompok.
Kemudian kemampuan menyimak peserta didik juga akan muncul melalui
kegiatan membaca atau mendengarkan teman yang membaca teks narasi.
Selanjutnya peserta didik juga akan menulis konsep produk teks naratif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pada pertemuan pertama, kegiatan yang dilakukan peserta didik baru sampai
pada tahap mengasosiasi. Setelah kegiatan mengasosiasi dilakukan, guru
kemudian menutup pembelajaran dengan memberikan kesimpulan dan penguatan
pada peserta didik. Guru juga meminta peserta didik untuk menyelesaikan dan
membuat semenarik mungkin tugas teks naratif tersebut dirumah. Untuk kegiatan
mengkomunikasikan akan dilakukan pada perteman selanjutnya atau pertemuan
kedua.
Pada pertemuan kedua sintak Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
dibuat oleh guru adalah meliputi kegiatan Pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Pada dasarnya semua kegiatan yang dilakukan pada pertemuan
kedua ini sama seperti pada pertemuan pertama. Hanya saja pada pertemuan
kedua pada kegiatan inti yang dilakukan adalah kegiatan mengkomunikasikan teks
naratif yang telah dibuat.
Pada kegiatan pendahuluan dipertemuan kedua ini, waktu yang dialokasikan
oleh guru adalah selama 5 menit. Guru akan melakukan beberapa kegiatan yang
tujuannya adalah untuk membangun karakter peserta didik dengan cara mengajak
peserta didik untuk berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Setelah itu,
guru akan memberi salam pada peserta didik sebagai pembuka pembelajaran. guru
juga akan memberikan stimulus pada peserta didik untuk mengantarkan pada
materi yang akan dibahas.
Setelah kegiatan pendahuluan, kemudian akan dilanjutkan dengan kegiatan
inti. Pada kegiatan inti, waktu yang di alokasikan oleh guru adalah selama 50
menit. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan inti ini adalah masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
kelompok menampilkan teks naratif yang telah dibuat di depan kelas. Masing-
masing kelompok diberi waktu selama 5 menit untuk penampilan teks naratif.
Saat penampilan teks naratif tentunya guru akan memberikan penilaian terhadap
penampilan setiap kelompok yang maju.
Setelah semua kegiatan pada kegiatan inti sudah terlaksana, guru kemudian
akan menutup pembelajaran. Dalam kegiatan penutup ini, waktu yang
dialokasikan adalah 35 menit. Pada kegiatan penutup ini guru akan memberikan
soal tes pada peserta didik. Sembari peserta didik mengerjakan soal tes, guru juga
menayangkan sebuah cuplikan video yang tujuannya adalah untuk membuat
peserta didik dapat mengambil nilai-nilai dari pembelajaran.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan
Literasi
Peneliti mengamati pelaksanaan pembelajaran literasi yang dilakukan oleh
guru dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 25
April 2018 jam ke 1 dan 2 yaitu pada pukul 07.15 sampai 08.45. Pelajaran dimulai
pada pukul 07.15 karena pada pukul 07.00-07.15 diadakan kegiatan rutin literasi
sekolah pada tahap pembiasaan. Ketika diadakan literasi sekolah, guru berada di
dalam kelas dan mengawasi jalannya literasi sembari guru juga mengikuti literasi.
Di sela-sela mengawasi kegiatan rutin literasi sekolah, guru juga sembari
menyiapkan laptop, speaker, dan menyambungkan laptop pada proyektor. Setelah
bel tanda selesai literasi di bunyikan, peserta didik beserta guru kemudian berdiri
dengan tertib dan menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Setelah selesai menyanyi, guru kemudian menginstruksikan pada peserta
didik untuk berdoa sesuai dengan agamanya masing-masing. Kemudian setelah
selesai berdoa guru memberikan salam pada peserta didik tanda bahwa
pembelajaran akan segera dimulai. Tetapi sebelumnya, guru memberikan stimulus
terlebih dahulu pada peserta didik sebagai pengantar untuk menuju materi yang
akan dipelajari dihari itu yaitu mengenai kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di
Nusantara.
Guru menjelaskan sedikit mengenai materi yang dipelajari hari itu.
Penjelasan materi dilakukan guru dengan menggunakan media power point yang
telah disiapkan guru dan juga menayangkan cuplikan video yang berkaitan dengan
materi yang dibahas. Setelah memeberikan penjelasan singkat dan menayangkan
video, guru kemudian meminta peserta didik untuk membentuk kelompok yang
terdiri dari 4-5 orang dan bersifat heterogen. Tujuan dibentuknya kelompok ini
adalah untuk membangun kerjasama dalam diri peserta didik karena dalam
pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi itu akan
menghasilkan sebuah produk teks naratif.
Setelah kelompok terbentuk dan masing-masing peserta didik sudah
berkumpul dengan anggota kelompoknya yang lain. Dalam setiap kelompok guru
menunjuk seorang anggota kelompok sebagai penanggung jawab dan pengatur
jalannya diskusi dalam kelompok tersebut. Guru kemudian membagikan teks
narasi tentang kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Untuk selanjutnya peserta
didik akan berdiskusi mengenai teks narasi yang didapatkan oleh kelompoknya
dan membuat sebuah konsep untuk tugas teks naratif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Pada kegiatan diskusi ini akan muncul empat keterampilan dalam diri
peserta didik yaitu keterampilan membaca, menyimak, menulis dan selanjutnya
adalah berbicara. Aktivitas membaca yang dilakukan peserta didik adalah
membaca teks narasi yang dibagikan oleh guru yang dapat menjadi sumber dalam
membuat teks naratif. Selain itu kelompok juga dapat mencari sumber lain seperti
internet untuk mengumpulkan sumber. Selanjutnya adalah aktivitas menyimak
yang dilakukan peserta didik dalam kelompok adalah dengan menyimak tayangan
video yang ditampilkan oleh guru yang berkaitan dengan materi tentang Kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara. Kemudian setelah membaca dan
menyimak, aktivitas selanjutnya adalah menulis.
Kelompok kemudian membuat tulisan berupa teks naratif berdasarkan dari
informasi yang didapatkan yaitu melalui kegiatan membaca dan menyimak.
Setelah menulis, aktivitas selanjutnya yang dilakukan kelompok adalah berbicara.
Dalam hal ini, kelompok akan menampilkan dan mempresentasikan hasil
tulisannya di depan kelas. Berikut ini gambar mengenai kegiatan diskusi
kelompok untuk membuat teks naratif:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar VI. Kegiatan Diskusi dan mengumpulkan informasi
untuk membuat teks naratif.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pada pertemuan hari rabu, tanggal 25 April 2018, progress yang terjadi baru
sampai pada kegiatan membaca teks narasi yang dibagikan oleh guru dan mencari
referensi sumber lain, menyimak bacaan yang dibacakan oleh teman kelompok
atau diri sendiri, dan menulis konsep untuk penampilan teks naratif bersama
dengan kelompok. Sementara penampilan teks naratif itu sendiri dilaksanakan
pada tanggal 9 Mei 2018 . penampilan dilakukan pada pertemuan selanjutnya
mengingat waktu yang tidak mencukupi pada pertemuan pertama.
Pada penampilan teks naratif, guru melakukan penilaian. Penampilan
disetiap kelompok berbeda-beda, namun kebanyakan setiap kelompok memilih
untuk mendongeng, bercerita, dan ada satu kelompok yang menggunakan media
gambar yang digambar secara manual oleh kelompok. Dari penampilan teks
naratif ini dapat terlihat juga keberanian dan keterampilan berbicara peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
peserta didik dalam menyampaikan informasi mengenai topik yang dibahas
kelompoknya.
Setelah penampilan teks naratif selesai dilaksanakan, guru kemudian
menayangkan sebuah cuplikan video yang tujuannya adalah untuk membuat
peserta didik dapat mencerna dan mengaitkan antara materi yang dipelajari
dengan keadaan sehari-hari.selain itu dari video refleksi yang ditampilkan peserta
didik dapat memahami arti keharmonisan dan toleransi dalam kehidupan sehari-
hari. Selanjutnya, guru meminta peserta didik untuk kembali ketempat duduk
masing-masing dan membagikan soal tes. Pemberian soal tes ini tujuannya adalah
untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi tentang kerajaan-
kerajaan Islam di Nusantara yang disampaikan oleh guru dan teman-teman dalam
kelompok melalui penampilan teks naratif.
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah
Indonesia yang memanfaatkan literasi telah terlaksana dengan baik. Guru telah
melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan tahapan kegiatan dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup telah terlaksana secara runtut sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun. Selain itu, pebelajaran sejarah
Indonesia yang memanfaatkan literasi juga memiliki dampak yang positif bagi
peserta didik.
Pembelajaran ini dapat menjadi penyegaran bagi peserta didik dalam belajar
sejarah yang selalu terkenal dengan pelajaran menghafal dan selalu terkesan
membosankan. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
yang mengatakan bahwa proses pembelajaran sejarah Indonesia yang
memanfaatkan literasi sangat baik dan menyenangkan. Peserta didik mengatakan
bahwa pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi membuat
peserta didik menjadi lebih kreatif dan mandiri.100
Peserta didik menyatakan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia yang
memanfaatkan literasi lebih mudah diterima dan diserap oleh peserta didik karena
cara pembelajarannya lebih menarik dan mengasyikkan.101
Selanjutnya peserta
didik juga mengatakan bahwa belajar sejarah dengan memanfaatkan literasi lebih
mudah untuk mencerna dan memahami materinya karena juga memanfaatkan
gaya, animasi serta media sehingga lebih mudah memahaminya.102
Berikut ini
gambar wawancara terhadap peserta didik kelas X IPS 1 di SMA Negeri 1
Ngaglik:
100
CL3, CL4, dan CL8 101
CL6. 102
CL7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Gambar VII. Kegiatan Wawancara Peserta Didik
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ada pula peserta didik yang merasa melalui pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi peserta didik bisa lebih rajin membaca, menambah kosa
kata dan pemahaman istilah-istilah baru, menambah wawasan dan informasi baru,
serta dapat meningkatkan fokus dan konsentrasi peserta didik.103
Ada sebagian
peserta didik yang meskipun menyukai pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi namun mereka juga mengalami kesulitan. Kesulitan yang
mereka hadapi rata-rata adalah jika menemukan kosa kata dan istilah-istilah baru
dalam pembelajaran. kemudian cara mereka mengatasi kesulitan tersebut adalah
dengan searching di internet, bertanya kepada teman, atau bertanya pada guru dan
orang yang lebih memahami materi.104
103
CL9. 104
CL4, CL5, CL9, dan CL10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Peserta didik lain mengatakan bahwa mereka tidak mengalami kesulitan
melakukan pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi. Peserta didik
mengatakan bahwa belajar sejarah dengan memanfaatkan literasi membuat peserta
didik menjadi lebih kreatif dan mandiri.105
Ada pula peserta didik yang
mengatakan tidak mengalami kesulitan karena mereka hobi dan terbiasa membaca
bahkan mereka mengatakan jika ditambah video justru sangat bagus karena
menjadi lebih cepat memahaminya.106
Peserta didik lain juga mengatakan bahwa
tidak mengalami kesulitan karena cara belajar sejarah dengan memanfaatkan
literasi sudah sangat tepat dan sangat mengasyikkan sehingga mudah memahami
materi.107
Pemahaman yang didapatkan peserta didik selama proses pembelajaran
sejarah dengan memanfaatkan literasi semakin meningkat. Rata-rata dari mereka
mengatakan bahwa dengan belajar sejarah yang memanfaatkan literasi, wawasan
mereka menjadi semakin bertambah.108
Sementara itu kesan mereka terhadap
pembelajaran sejarah adalah sangat baik. Peserta didik mengatakan bahwa sangat
senang belajar sejarah dengan memanfaatkan literasi karena lebih asyik dan lebih
enak memahaminya. Pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi harus
diteruskan karena sangat membantu kita dalam belajar, karena menurut saya
pribadi saya menjadi mudah memahami materi sejarah melalui pembelajaran
105
CL3. 106
CL8 dan CL11 107
CL6. 108
CL3, CL4, CL5, CL6, CL7, CL8, CL9, CL10, dan CL11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
literasi.109
Berikut ini gambar kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti untuk
mendapatkan informasi (catatan lapangan):
Gambar VIII. Kegiatan Wawancara Peserta Didik
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
3. Hasil Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi
Pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia pada dasarnya
bertujuan untuk mengembangkan empat keterampilan pada diri peserta didik yaitu
keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Tujuan selanjutnya
adalah untuk memvariasi pembelajaran sejarah Indonesia supaya tidak
membosankan seperti yang selama ini dirasakan peserta didik. Pelaksanaan
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada tahap pembelajaran ini tujuan utamanya
adalah sebagai perantara dalam mengatasi rendahnya minat baca peserta didik
109
CL7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
terutama dalam pelajaran sejarah Indonesia yang dianggap peserta didik identik
dengan membaca dan menghafal.
Dalam hasil pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi
akan menghasilkan aspek-aspek pada peserta didik. Aspek-aspek yang akan
muncul pada peserta didik tersebut diantaranya adalah aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek psikomotorik yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Aspek Kognitif
Dalam aspek kognitif, yang dilihat adalah kemampuan peserta didik dalam
memahami dan mengingat kembali materi. Dalam hal ini guru melakukan tes pada
peserta didik. Sebelumnya, guru membuat kisi-kisi soal tes dan kemudian dari
kisi-kisi tersebut guru membuat soal tes tentang materi kerajaan-kerajaan Islam di
Nusantara. Soal tes materi kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara tersebut
kemudian diberikan kepada peserta didik. Dari tes yang diberikan guru, nilai yang
diperoleh peserta didik sangat baik. Hal ini dapat terlihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 7. Data Hasil Penilaian Kognitif pada Pembelajaran Sejarah yang
Memanfaatkan Literasi
No NIS Nama KKM Nilai Ket.
1 8762 Afrizal Fathan Raharjo 75 85 Tuntas
2 8767 Aldila Ayu Permatasari 75 90 Tuntas
3 8769 Alita Adha Raihanifa 75 85 Tuntas
4 8772 Alvia Cindy Margaretha 75 85 Tuntas
5 8776 Anantama Faris Endarto 75 80 Tuntas
6 8781 Annisa Nurul Fadhilah 75 85 Tuntas
7 8787 Astuti Purwaning Wijayanti 75 85 Tuntas
8 8802 Debira Inge Puspaningrum 75 90 Tuntas
9 8804 Dewi Bulan Nurdaningrum 75 85 Tuntas
10 8807 Dian Nita Utami 75 75 Tuntas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
11 8811 Dita Puspita Sari 75 80 Tuntas
12 8822 Farhan Aditya Nugraha 75 90 Tuntas
13 8829 Geger 75 90 Tuntas
14 8837 Hardya Wimas Angesti 75 80 Tuntas
15 8838 Hasnani Iza Nahida 75 90 Tuntas
16 8840 Hendy Surya Ahdim 75 70 Tidak Tuntas
17 8855 Mardhatilla Leksono 75 70 Tidak Tuntas
18 8869 Muh. Arif satrio wibowo 75 95 Tuntas
19 8892 Primaselia Pramudita 75 85 Tuntas
20 8897 Raditya Fauzan 75 85 Tuntas
21 8911 Rio Noor Hendrawan 75 85 Tuntas
22 8913 Rizky meisaida putri. S 75 85 Tuntas
23 8916 Rosita Nur Alizha 75 85 Tuntas
24 8920 Salsabila Mutiara Sari 75 75 Tuntas
25 8923 Satwika Fajar Wicaksi 75 85 Tuntas
26 8934 Thoriq Abdillah Mutiara 75 80 Tuntas
27 8937 Titik Handayani 75 95 Tuntas
28 8944 Yudha mahendra wahyu. P 75 100 Tuntas
Jumlah 2370
Rata-rata 84,64
Prosentase Tuntas 92,86%
Berdasarkan tabel 7. di atas, terlihat bahwa peserta didik memperoleh nilai
yang sudah mencapai bahkan melebihi KKM yang ditetapkan di SMA Negeri 1
Ngaglik yaitu 75 dengan prosentase sebesar 92,86%. Namun, ada juga peserta
didik yang memperoleh nilai belum mencapai KKM tetapi tidak pula jauh dari
KKM. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia dengan
memanfaatkan literasi mempengaruhi daya ingat peserta didik yang terbukti
dengan perolehan nilai yang sudah sangat baik.
b. Aspek Afektif
Aspek afektif merupakan aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai dalam
peserta didik. Aspek afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
sikap, emosi, dan nilai. Dalam hal ini peneliti memberikan angket yang tujuannya
adalah untuk mengetahui minat peserta didik dalam pembelajaran sejarah yang
memanfaatkan literasi. Dari angket yang dibagikan hasil yang didapatkan akan
terlihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 8. Data Minat Belajar Peserta Didik Melalui Pembelajaran Literasi
Rentang Jumlah Persentase Keterangan
100-81 0 0% Sangat Tinggi
80-61 23 82,14% Tinggi
60-41 5 17,86% Sedang
40-21 0 0% Rendah
20-0 0 0% Sangat Rendah
Jumlah 28 100%
Berikut ini adalah diagram minat peserta didik terhadap pembelajaran
sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi:
Gambar IX. Diagram Hasil Minat Belajar Sejarah Peserta Didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Dari tabel dan diagram di atas, dapat terlihat bahwa minat belajar peserta
didik dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi sudah
tinggi. Hal ini bisa dilihat dari prosentase dalam tabel dan diagram di atas yang
menunjukkan angka 82,14%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peserta
didik menjadi lebih berminat belajar sejarah Indonesia dengan memanfaatkan
literasi.
c. Aspek Psikomotorik
Aspek psikomotorik merupakan aspek yang berkaitan dengan keterampilan
atau skill serta kemampuan dalam bertindak setelah peserta didik melakukan
pembelajaran. Dalam aspek psikomotorik ini, yang dilihat adalah keterampilan
peserta didik dalam menyelesikan tugas teks naratif. Keterampilan peserta didik
ini dapat dilihat dari penilaian tugas teks naratif yang dilakukan guru. Adapun
kriteria penilaian keterampilan peserta didik dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 9. Kriteria Penilaian Keterampilan Peserta didik dalam tugas teks
naratif
Dalam penilaian teks naratif yang ditampilkan peserta didik, kriteria yang
diperhatikan adalah konsep/ gagasan. konsep/ gagasan ini berkaitan dengan
bentuk teks naratif yang akan ditampilkan. Konsep/ gagasannya haruslah jelas
supaya penampilan akan menjadi lebih menarik. Kriteria yang kedua adalah Isi
No. Kriteria
1 Konsep/Gagasan
2 Isi Cerita
3 Penyampaian Cerita
4 Teknik dan Gaya Bercerita
5 Kreatifitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
cerita. Tentunya isi juga sangat berpengaruh dalam penampilan teks naratif.
Kejelasan isi dan kelengkapan isi menjadi faktor utama dalam penilaian
penampilan teks naratif.
Kriteria selanjutnya adalah penyampaian, teknik, dan gaya bercerita.
Tentunya jika penyampaiannya jelas, tekniknya tepat, dan gayanya sesuai maka
informasi yang didapat juga akan menjadi lebih jelas lagi. Kemudian kreatifitas
dalam penampilan teks naratif juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini kreatifitas
yang dinilai baik dari segi pembuatan sampai pada penampilan.
Dalam penelitian ini, hasil dari penilaian psikomotorik peserta didik dapat
dilihat tabel daftar nilai penampilan teks naratif peserta didik. Adapun tabel daftar
nilai penampilan teks naratif peserta didik kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik
adlah sebagai berikut:
Tabel 10. Data Nilai Aspek Psikomotorik
No Nama Kelompok KKM Nilai
1. Kerajaan Samudra Pasai 75 80
2. Kerajaan Malaka 75 85
3. Kerajaan Aceh 75 75
4. Kerajaan Demak 75 80
5. Kerajaan Pajang 75 75
6. Kerajaan Mataram Islam 75 90
7. Kerajaan Ternate-Tidore 75 80
8. Kerajaan Gowa-Tallo 75 85
Jumlah 650
Rata-rata 81,25
Aspek psikomotorik peserta didik dinilai dari penugasan dan penampilan
teks naratif. Berdasarkan pada tabel 10. di atas, terlihat bahwa peserta didik
mendapat nilai yang sudah mencapai KKM. Dalam penugasan dan penampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
teks naratif tersebut peserta didik sudah memenuhi kriteria-kriteria yang sudah
ditentukan meskipun masih ada beberapa yang belum sempurna.
Kelompok pertama, mendapat tema tentang kerajaan Samudera Pasai. Pada
penampilan kelompok Samudera Pasai, pada dasarnya telah memenuhi kriteria
penilaian yang dibuat oleh guru. Konsep teks naratif telah dibuat dengan baik dan
isi dari teks naratif juga sudah jelas dan lengkap. Namun, ketika menampilkan
teks naratif di depan kelas, kelompok masih terlalu terpaku dengan teks sehingga
komunikasi dengan teman-teman lain belum terlihat.
Kelompok kedua mendapat tema Kerajaan Malaka. Sama seperti kelompok
pertama, teks naratif yang dibuat sudah memenuhi kriteria yang telah ditentukan
oleh guru. Konsep dan isi teks naratif juga dibuat dengan menarik dan juga jelas.
Dalam menampikan teks naratif di depan kelas, kelompok sudah tidak terpaku
pada teks, namun kelompok masih terkesan malu-mali dalam menyampaikan
materi di depan kelas.
Kelompok ketiga mendapat tema Kerajaan Aceh. Teks naratif yang dibuat
oleh kelompok ini pada dasarnya sama seperti dua kelompok sebelumnya yaitu
telah memenuhi kriteria yang ditentukan guru. Namun sayangnya dalam
menampilkan teks naratif di depan kelas kelompok masih kurang serius dan masih
terpaku dengan teks.
Kelompok keempat mendapat tema kerajaan Demak. Secara umum
kelompok ini telah membuat teks naratif sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Kelengkapan isi dalam teks naratif juga sudah sangat baik dan jelas.
Namun dalam penyampaiannya kelompok masih terlihat kurang serius. Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
masih sering tertawa sehingga mengganggu penyampian materi pada teman yang
lain.
Kelompok kelima mendapat tema tentang kerajaan Pajang. Teks naratif
tentang kerajaan Pajang ini dibuat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Pada dasarnya isi dari teks naratif tersebut sudah sangat baik karena sudah
lengkap dan berurutan. Hanya sayangnya, kelompok menyampaikan materi masih
terlalu terpaku dengan teks dan seolah-olah hanya membaca untuk dirinya sendiri.
Selanjutnya adalah kelompok keenam yang mendapat tema tentang kerajaan
Mataram Islam. Dari beberapa kelompok yang telah maju, kelompok Mataram
Islam ini terlihat sedikit menonjol. Isi teks naratif dibuat sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan oleh guru. Dalam hal ini kelompok Mataram Islam
mengambil tema khusus dalam teks naratifnya sehingga terlihat lebih bervariasi
namun tetap tersampaikan dan tetap sesuai dengan materi pokok hari itu. Dalam
penyampaiannya, kelompok juga sudah tidak terpaku dengan teks, hanya saja
kelompok terlihat malu-malu.
Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan tema yang didapatkan oleh
kelompok ketujuh. Kelompok membuat teks naratif sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan. Dalam menyampaikan materi pada teman-teman yang lain juga
sudah baik tetapi masih terpaku pada teks. Sementara yang terakhir adalah
kelompok delapan yang mendapat tema kerajaan Gowa dan Tallo. Pada umumnya
kelompok telah membuat dan menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik
dan sesuai dengan kriteria ketentuan. Namun sayangnya dlam menyampaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
materi kelompok ini kurang fokus karena ada beberapa teman yang mengganggu
sehingga konsentrasi mereka terbagi.
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa setiap kelompok telah membuat hasil
karya teks naratif dengan baik dan jelas. Keterampilan pada peserta didik juga
sudah terlihat dari teks naratif yang dihasilkan. Tidak hanya keterampilan
menulis, tetapi keterampilan peserta didik dalam berbicara atau menyampaikan
materi di depan kelas. Namun masih ada hambatan-hambatan yang terlihat yaitu
peserta didik kurang fokus dan serius serta masih terlalu terpaku pada teks. Tetapi
secara umum aspek psikomotorik peserta didik telah terbentuk melalui
pembelajaran literasi ini.
Dalam pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi selain
mengembangkan tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik, maka dalam
diri peserta ddik juga akan tumbuh karakter positif. Keingintahuan dalam diri
peserta didik terhadap materi pembelajaran akan muncul melalui pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi. Selain itu, dalam diri peserta didik akan
muncul dan berkembang sikap keharmonisan dan toleransi melalui pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi dalam materi tentang kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam di Nusantara. Tentunya sikap keharmonisan dan toleransi yang
muncul dalam diri peserta didik sangat baik untuk kehidupan sehari-hari
khususnya untuk kelas X IPS 1 yang sifatnya heterogen dari segi agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
C. Pembahasan
1. Perencanaan Proses Pembelajaran Sejarah yang Memanfaatkan Literasi
Literasi merupakan kemampuan individu mengolah dan memahami
informasi saat membaca atau menulis. Dalam literasi sebenarnya tidak hanya
keterampilan membaca atau menulis saja yang dikembangkan tetapi juga melatih
keterampilan menyimak dan berbicara. Hal ini karena dalam literasi yang
menjadi fokusnya adalah pengembangan empat keterampilan dalam diri individu
dalam hal ini adalah peserta didik yaitu keterampilan membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara.
Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan sebuah
terobosan baru yang gunanya adalah untuk mengatasi masalah rendahnya minat
baca peserta didik yaitu Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) dikeluarkan berdasarkan pada Permendikbud Nomor 23 Tahun
2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
terdapat tiga tahapan yaitu tahap pembiasan, tahap pengembangan, dan tahap
pembelajaran. Khusus pada tahap ketiga yaitu tahap pembelajaran, pemanfaatan
literasi dalam proses pembelajaran dirancang untuk mendukung implementasi
kurikulum 2013 yang harapannya dapat menjawab tantangan pendidikan pada
abad ke 21.110
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dipersiapkan untuk menyongsong
pendidikan abad ke-21. Oleh karena itu, pembelajaran perlu memperhatikan
secara khusus terhadap upaya penguatan karakter, pengembangan kemampuan
110
Hendra Kurniawan., op. cit., hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Tinking Skill/ HOTS), pemanfaatan literasi,
dan pengembangan 4C yang meliputi creativity, critical thinking, communication,
dan collaboration.111
Tentunya hal ini juga harus dikembangkan dalam
pembelajaran sejarah Indonesia.
Pembelajaran literasi dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran termasuk
untuk mata pelajaran sejarah Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa mata pelajaran
sejarah Indonesia memiliki begitu banyak sumber sehingga sangat cocok bila
pembelajajaran literasi diterapkan di dalamnya. Penerapan literasi dalam
pembelajaran sejarah indonesia ini sesuai dengan tahapan dalam Gerakan Literasi
Sekolah yaitu tahap ketiga. Dengan diterapkannya literasi dalam pembelajaran
sejarah Indonesia maka akan membuat peserta didik dapat berpikir tingkat tinggi
(Higher Order Tinking Skill/ HOTS). Hal ini karena peserta didik harus mengelola
sendiri informasi yang didapatnya. Selain HOTS, melalui pemanfaatan literasi
dalam pembelajaran sejarah Indonesia juga akan memunculkan dan
mengembangkan 4C dalam diri peserta didik.
Dalam tahap ketiga atau tahap pembelajaran ini, seluruh kegiatan yang
dilakukan sebagai upaya tindak lanjut dari tahap kedua atau tahap pembiasaan.
Dalam tahap ketiga atau tahap pembelajaran ini seluruh kegiatan yang dilakukan
oleh peserta didik akan dinilai secara akademik. Ini sesuai dengan tagihan yang
terdapat dalam kurikulum 2013 yang sifatnya akademis. Dalam tahap ketiga ini
peserta didik diharapkan mampu mengolah dan mengelola kemampuannya dalam
111
Hendra Kurniawan., op. cit., hlm 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
berkomunikasi secara kreatif. Hal-hal ini dapat diperoleh oleh peserta didik
melalui kegiatan literasi baik menggunakan buku maupun menggunakan media
lainnya.
Sebelum melaksanakan pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi
tentunya guru harus sudah mempunyai perencanaan yang matang. Yang pertama-
tama disiapkan oleh guru adalah Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Dalam penelitian ini RPP yang dibuat oleh guru adalah berdasarkan pada KD 3.8
dan 4.8. Dari KD 3.8 dan 4.8 kemudian guru mengembangkannya menjadi
indikator pelaksanaan kompetensi. Dalam penelitian ini hanya diamati 2 kali
pertemuan saja untuk indikator pelaksanaan kompetensi sebagai berikut112
:
3.8.1. Menganalisis sumber-sumber sejarah dari kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam di Nusantara.
3.8.2. Mengidentifikasi bukti-bukti peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam di Nusantara.
3.8.3. Menunjukkan letak dari kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di
Nusantara.
4.8.2. Menyajikan informasi pendukung mengenai perkembangan kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara dalam bentuk teks naratif.
Dalam RPP dengan KD 3.8 dan 4.8 guru menggunakan pendekatan
Student Center Learning. Untuk model pembelajaran, guru menggunakan model
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Sementara untuk
metode pembelajarannya, guru menggunakan metode pembelajaran berupa
ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan.
Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan
suatu bentuk pembelajaran kooperatif dimana peserta didik belajar secara
112
Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
berkelompok dan berdiskusi guna menemukan dan memahami konsep-konsep
dalam pembelajaran.113
Dengan demikian, secara umum penerapan model
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dalam proses
pembelajaran khususnya pebelajaran sejarah Indonesia dapat menumbuhkan rasa
tanggung jawab dalam diri peserta didik. Selain itu peserta didik juga menjadi
lebih aktif dalam memahami materi dan diskusi kelompok. Jika dihubungkan
dengan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia, model pembelajaran
Student Teams Achievement Division (STAD) sangatlah efektif untuk membantu
peserta didik dalam mengembangkan empat keterampilan yang akan dimunculkan
literasi yaitu keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.
Dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi dengan
menggunakan model Student Teams Achievement Division (STAD), peserta didik
kemudian diminta untuk membentuk kelompok dengan dipandu oleh guru.
Kelompok yang dibuat harus bersifat heterogen, baik dari segi agama, suku,
gender, dan juga prestasi. Semua ini dimaksudkan untuk memupuk rasa kerja
sama dalam kelompok, menyelesaikan tugas dengan baik, dan menghindarkan
dari rasa iri pada diri peserta didik.114
Setelah pembentukan kelompok, selanjutnya guru memberikan tugas pada
peserta didik untuk membuat sebuah karya berupa teks naratif. Untuk membantu
kelompok mengerjakan tugas tersebut, guru menayangkan sebuah video yang
berkaitan dengan materi yang diajarkan atau dibahas ketika itu. Penayangan video
ini tujuannya adalah untuk memudahkan setiap kelompok dalam memperoleh
113
Yunus Abidin, 2014, op. cit., hlm. 248. 114
Aman., op.cit., hlm. 114.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
informasi yang nantinya akan membantu dalam pembuatan teks naratif. Peserta
didik dalam kelompok juga diminta untuk mencari sumber-sumber lain baik dari
buku maupun internet untuk memperdalam materi yang didapat. Dalam hal ini,
teks naratif yang dibuat peserta didik merupakan produk yang dihasilkan dalam
pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi. Berikut ini adalah kegiatan
diskusi kelompok yang dilakukan oleh peserta didik:
Gambar X. Kegiatan Diskusi dan Mengumpulkan Informasi
dari Sumber Lain oleh Kelompok.
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Dengan berperannya peserta didik dalam mengumpulkan informasi, itu akan
membantu peserta didik untuk lebih aktif dan mandiri lagi dalam mencari maupun
memahami materi. Selanjutnya, teks naratif yang dihasilkan oleh setiap kelompok
kemudian ditampilkan di kelas dihadapan guru dan kelompok lainnya. Ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
penampilan tersebut, maka akan terjadi proses transfer pengetahuan antara
kelompok yang mendapat giliran tampil kepada kelompok lainnya dan begitu
seterusnya. Dengan begitu maka keterampilan berbicara peserta didik juga akan
muncul ketika menjelaskan narasi yang dibuat oleh kelompoknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Gambar XI. Penampilan Hasil Produk literasi Kelompok di Depan
Kelas.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Dari kegiatan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi
ini, keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara pada diri peserta
didik akan muncul dengan baik. Peserta didik juga akan menjadi lebih aktif dan
lebih mandiri dalam mempelajari materi yang sedang ditempuh. Selain itu,
karakter dalam diri peserta didik juga akan muncul dalam diri peserta didik
melalui proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi. Hal ini karena
melalui pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi maka akan muncul
pembiasaan-pembiasaan positif dalam diri peserta didik yang juga akan
mempengaruhi karakter dan perilaku peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
2. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan
Literasi
Terkait dengan aspek literasi, secara khusus Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) digagas untuk mendukung kegiatan tersebut.115
Sesuai dengan
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 yang dikeluarkan pemerintah tentang
penumbuhan budi pekerti, maka Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dikeluarkan
untuk menjadi penguat dalam usaha tersebut. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
dapat menjadi solusi baru dalam pengembangan pembelajaran literasi. Dalam
pelaksanaannya, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) mempunyai tiga tahapan yaitu
tahap pertama adalah tahap pembiasaan, tahap kedua adalah tahap pengembangan,
dan tahap ketiga adalah tahap pembelajaran.
Semenjak tahun 2017 Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sudah mulai
terlaksana dengan baik di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia termasuk di
Yogyakarta salah satunya di SMA Negeri 1 Ngaglik. Berdasarkan informasi yang
diberikan guru, pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1
Ngaglik sudah terlaksana dengan baik pada tahap pembiasaan dan sedang
dilanjutkan pada tahap pengembangan dan pembelajaran. dalam pembelajaran
sejarah Indonesia guru sudah menerapkan literasi ke dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, dalam proses pembelajaran
sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, peserta didik mendapatkan tugas
sebagai produk dari literasi berupa teks naratif. Sebagian besar peserta didik
mengatakan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi
115
Hendra Kurniawan., op. cit., hlm. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
justru membuat pembelajaran sejarah Indonesia menjadi lebih menarik. Peserta
didik dapat menjadi lebih mandiri dan kreatif dalam mencari dan mengembangkan
materi pembelajaran.
Pada dasarnya, pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia
memiliki tujuan yang penting. Tujuan dari dimanfaatkannya literasi ke dalam
pembelajaran sejarah Indonesia adalah sebagai berikut116
:
1. Meningkatkan dan memperdalam minat, khususnya minat membaca, dan
memotivasi peserta didik untuk belajar.
2. Mengembangkan kemandirian peserta didik sebagai pembelajar sejarah yang
mampu menelusuri berbagai sumber sejarah terpercaya secara kritis, kreatif,
dan inovatif sehingga selanjutnya produktif menghasilkan karya literasi
sejarah.
3. Mendukung upaya pendidikan karakter dan menguatkan kesadaran sejarah
terutama dalam internalisasi nilai-nilai kebangsaan, kebhinekatunggalikaan,
dan patriotisme.
4. Membentuk peserta didik menjadi peminat sejarah, pembaca sejarah, penulis
sejarah, dan komunikator strategis dengan kesadaran sejarah yang tinggi.
5. Meningkatkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kebiasaan berpikir
pada peserta didik yang menempatkan sejarah sebagai salah satu pijakan pikir
atau perspektif atas suatu permasalahan aktual.
Tentunya, sebelum melaksanakan pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi guru harus memiliki persiapan-persiapan yang matang. Hal-hal yang perlu
dipersiapkan oleh guru adalah seperti alat atau bahan-bahan ajar yang dapat
menunjang proses pembelajaran sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi
ini. Semua ini dipersiapkan guru tentunya untuk mempermudah peserta didik
dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi.
116
Ibid., hlm. 6-7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Pada awalnya peserta didik mengira bahwa literasi selalu berkaitan dan
berhubungan dengan membaca buku. Kebanyakan dari mereka juga mengira
bahwa pembelajaran sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi akan
membosankan. Namun, setelah mengikuti proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi, peserta didik justru mengatakan bahwa pembelajaran
sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi justru mengasyikkan dan
menyenangkan. Tak banyak yang mengetahui bahwa literasi tidak hanya terkait
dengan membaca buku. Kegiatan literasi bisa dilakukan baik dengan literasi
media misalnya dengan menonton televisi, literasi teknologi misalnya
mempelajari perangkat-perangkat komputer, maupun literasi visual misalnya
belajar melalui video.
Dalam kegiatan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi
dapat pula dimanfaatkan video sebagai sarana pendukung penyampaian materi.
Ada peserta didik yang mengatakan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia yang
memanfaatkan literasi lebih mudah dipahami materinya. Hal ini dikarenakan
dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi juga
dimanfaatkan media lain seperti video sehingga materi pelajaran lebih mudah
untuk dicerna dan dipahami. Ada pula peserta didik yang mengatakan bahwa
pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi lebih menrik dan
mengasyikkan karena lebih banyak variasinya.
Dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi,
memang peserta didik dituntut untuk lebih kreatif dan mandiri. Mandiri dalam hal
ini adalah peserta didik harus mencari materi tambahan dari berbagai sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
dalam proses pembelajaran. sementara kreatif peserta didik harus bisa merancang
sebuah karya yang menarik mengenai materi pembelajaran yang kemudian akan
disampaikan di depan kelas. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan yang
didefinisikan UU Nomor 20 Tahun 2013 sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.117
Melalui proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi, ada
peserta didik yang merasa bahwa mereka menjadi lebih rajin membaca,
pemahaman terhadap kosa kata dan istilah-istilah baru juga semakin meningkat.
Ini membuktikan bahwa melalui pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi, wawasan peserta didik semakin bertambah. Fokus dan konsentrasi peserta
didik juga semakin meningkat. Namun, dalam pelaksanaannya peserta didik juga
ada yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran sejarah Indonesia yang
memanfaatkan literasi. Sebagian dari peserta didik mengatakan bahwa kesulitan
yang dihadapi adalah ketika menemui kosa kata atau istilah-istilah baru mereka
kesulitan untuk memahami.
Peserta didik yang mengalami kesulitan tersebut nyatanya sudah memiliki
solusi untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Berdasarkan
penelitian, peserta didik yang mengalami kesulitan tersebut akan searching di
internet, bertanya pada teman yang lebih tahu, atau bertanya pada guru atau orang
117
Yunus Abidin., op. cit., 2014, hlm. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
yang lebih paham. Ini menandakan bahwa kemandirian pada diri peserta didik
sebenarnya sudah terbentuk secara pribadi.
Meskipun ada beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, namun ada
peserta didik yang menyukainya. Alasannya karena peserta didik tersebut
memang memiliki hobby dalam membaca atau literasi. Peserta didik tersebut juga
mengatakan bahwa jika pembelajaran literasi dikombinasikan dengan media lain
seperti media lain maka tentunya akan membuat materi yang disampaikan akan
menjadi lebih mudah untuk dipahami. Dari situ dapat terlihat bahwa pemanfaatan-
pemanfaatan media lain dapat menunjang keberhasilan peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan penelitian, melalui proses pembelajaran sejarah Indonesia yang
memanfaatkan literasi peserta didik mengatakan bahwa pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran sejarah Indonesia semakin meningkat. Dalam hal ini
dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang dibuat guru dalam pembelajaran
literasi ini sangat berhasil untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan
pengetahuannya terhadap materi pelajaran sejarah Indonesia.
Selain mengembangkan pengetahuan, dari penayangan video refleksi yang
dilakukan oleh guru peserta didk menjadi lebih mengerti tentang keharmonisan
yang harus dijaga. Dari video yang ditayangkan peserta didik dapat belajar saling
toleransi terhadap sesama manusia. Tentunya hal itu sangat positif dalam
membangun suasana keharmonisan terutama di lingkngan sekolah yang penuh
keberagaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
3. Hasil Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi
Pembelajaran berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan seperti yang
dikehendaki Kurikulum 2013 akan berdampak bagi guru dalam hal memilih dan
menggunakan strategi pembelajaran yang tepat.118
Literasi dapat menjadi solusi
yang baik untuk mengembangkan hal tersebut. Dengan dimanfaatkannya literasi
ke dalam proses pembelajaran sejarah, maka hal tersebut akan membantu peserta
didik dalam mengembangkan empat keterampilan seperti membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara pada diri peserta didik. Tentunya hal tersebut sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013 dan sesuai dengan Permendikbud Nomor 23
Tahun 2015.
Selain empat keterampilan yang akan muncul dalam diri peserta didik, akan
dilihat pula aspek-aspek yang ada pada diri peserta didik. Aspek-aspek tersebut
diantaranya adalah aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan, pembelajaran sejarah Indonesia yang
memanfaatkan literasi terbukti dapat mampu memunculkan ketiga aspek tersebut.
Pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi terbukti dapat
mengembangkan aspek kognitif dalam diri peserta didik. Hal yang dilihat dalam
aspek kognitif dalam diri peserta didik ini adalah kemampuan peserta didik dalam
memahami dan mengingat kembali materi yang telah disampaikan. Cara untuk
melihat perekambangan kognitif peserta didik ini adalah melalui tes. Dari tes yang
diberkan maka akan dapat diketahui seberapa jauh tingkat pemahaman dan daya
118
Yunus Abidin., op. cit., hlm. 36.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
ingat peserta didik terhadap materi pelajaran sejarah Indonesia yang disampaikan
dengan memanfaatkan literasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa dengan pembelajaran
sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, peserta didik menjadi lebih mudah
memahami materi pelajaran. Pembelajaran ini dapat membantu peserta didik
dalam mengelola dan memanagemen pengetahuan yang didapat sehingga tidak
hilang begitu saja. Hasilnya adapat diketahui melalui tes yang diberikan oleh
guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai peserta didik dalam pembelajaran
sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi menunjukkan hasil yang sangat
baik. Sebagian besar peserta didik memperoleh nilai yang sudah mencapai bahkan
melebihi KKM.
Dari penjelasan tersebut dapat terlihat bahwa pembelajaran sejarah
Indonesia yang memanfaatkan literasi mempengaruhi daya ingat serta mampu
menumbuhkan rasa ingin tahu dan cinta pengetahuan pada peserta didik. Hal ini
karena dalam proses pembelajaran ini, peserta didik dilibatkan secara aktif
sehingga apapun materi yang didapat peserta didik akan mudah diingat. Selain itu
penyampaian dengan gaya-gaya baru juga akan mempengaruhi ingatan peserta
didik. Seperti dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi
ini dimana dalam pembelajaran ini peserta didik menghasilkan sebuah produk
berupa teks naratif dan kemudian akan ditampilkan di sepan kelas untuk
menyampaikannya pada peserta didik lainnya. Dalam hal ini akan terjadi
pertukaran dan penambahan informasi baru dalam diri peserta didik sehingga
pengetahuan peserta didik semakin luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Tentunya hal ini juga akan mempengaruhi pemahaman peserta didik. Akan
banyak materi yang terekam dan diingat peserta didik jika peserta didik tersebut
benar-benar merasa nyaman dengan proses pembelajaran tersebut. Jika demikian
makan bukan hal yang mustahil jika peserta didik memperoleh hasil yang
memuaskan dalam tes. Dalam penilaian untuk mengetahui perkembangan
pengetahuan peserta didik hendaknya benar-benar diorientasikan untuk
membangun kompetensi peserta didik. 119
Selain aspek kognitif, aspek afektif dalam diri peserta didik juga mengalami
perkembangan dalam proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan
literasi. Dalam aspek afektif ini, yang dilihat adalah sikap dan nilai dalam diri
peserta didik. Cakupan dalam aspek afektif ini meliputi watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Melalui pembelajaran literasi ini, empati,
kepedulian,dan sikap saling menghargai akan muncul dalam diri peserta didik
seiring dengan berjalannya waktu selama proses pembelajaran berlangsung.
Perkembangan afektif peserta didik ini dapat pula dilihat dari partisipasi
aktif peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran sejarah yang
memanfaatkan literasi. Tentunya akan terlihat bagaimana sikap, perasaan, minat,
emosi, dan nilai peserta didik terhadap proses pembelajaran. Untuk melihat aspek
afektif yang berkembang dalam diri peserta didik, maka dalam hal ini peneliti
menggunakan kuesioner untuk mengetahuinya. Dari kuesioner ini dapat terlihat
bagaimana respon peserta didik terhadap proses pembelajaran sejarah Indonesia
yang memanfaatkan literasi.
119
Yunus Abidin., op. cit., hlm. 102.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Dalam penelitian ini, diketahui bahwa perasaan peserta didik terhadap
proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi adalah sangat
senang. Peserta didik mengatakan bahwa mereka lebih mudah menerima materi
pelajaran karena kegiatan pembelajaran lebih mengasyikkan. Tentunya perasaan
ini sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh peserta didik. Dari perasaan
senang yang muncul dalam diri peserta didik, maka kemudian nantinya akan
menumbuhkan semangat minat peserta didik terhadap pembelajaran sejarah
Indonesia.
Kebanyakan peserta didik menganggap bahwa pelajaran sejarah Indonesia
merupakan pelajaran yang membosankan. Namun setelah pelajaran sejarah
Indonesia memanfaatkan literasi dalam prosesnya, justru peserta didik
beranggapan sebaliknya. Ada peserta didik yang mengatakan bahwa pembelajaran
sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi menjadi lebih menyenangkan dan
mereka lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan. Hal ini karena
dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi juga
memanfaatkan media-media lain sehingga dapat menjadi penyegaran bagi peserta
didik dalam belajar. Peserta didik justru lebih berminat untuk belajar sejarah
Indonesia dengan memanfaatkan literasi.
Di samping aspek afektif, aspek lain yang berkembang dalam diri peserta
didik adalah aspek psikomotorik. Aspek pasikomotorik ini selalu berhubungan
dengan keterampilan motorik dalam diri peserta didik. Dalam pembelajaran
sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi keterampilan dalam diri peserta
didik akan dimunculkan diantaraya keterampilan menulis pada diri peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Keterampilan menulis ini akan muncul ketika peserta didik mengerjakan sebuah
produk berupa teks naratif.
Dari penugasan yang diberikan oleh guru tersebut, keterampilan menulis
dalam diri peserta didik sudah terlihat muncul dengan baik. Hal ini terlihat dari
hasil kerja peserta didik dalam menghasilkan teks naratif bersama kelompoknya.
Peserta didik sangat kreatif dalam membuat teks naratif yang ditugaskan oleh
guru. Dari cara penyajian juga demikian, peserta didik memiliki cara yang
berbeda-beda dalam menampilkan teks naratif mereka. Dengan penampilan-
penampilan tersebut maka keterampilan berbicara pada diri peserta didik juga
akan muncul. Selain itu kemampuan peserta didik dalam menyimak materi yang
disampaikan oleh teman mereka juga akan muncul. Berikut ini adalah gambar
hasil karya teks naratif yang di buat kelompok:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Gambar XII. Poduk Literasi Kelompok Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan
Malaka, Kerajaan Aceh, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan
Mataram Islam, Kerajaan Gowa-Tallo, dan Kerajaan Ternate-Tidore.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia yang
memanfaatkan literasi sangatlah baik untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan keterampilan yang ada pada dirinya. Dengan pembelajaran ini
perkembangan dalam diri peserta didik juga akan terlihat baik dari segi
pengetahuan, keterampilan maupun sikap atau minat. Pembelajaran literasi yang
dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah Indonesia ini sesuai dengan Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Dalam UU tersebut pada pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.120
120
Sigit Mangun Wardoyo., op.cit., hlm. 90.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi di
SMA Negeri 1 Ngaglik sudah baik. Hal tersebut nampak dari semua
perencanaan yang dibuat oleh guru mulai dari menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) yang telah
ditentukan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru ini
mengandung unsur-unsur literasi di dalamnya. Guru juga menyiapkan alat-alat
serta bahan-bahan berupa laptop, speaker, video, dan materi dalam bentuk
power point untuk mendukung kegiatan pembelajaran. selain itu guru juga
Guru juga sudah menyusun instrumen evaluasi berupa tes kognitif,
psikomotorik, dan afektif.
2. Pelaksanaan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi
sudah terlaksana dengan sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan sudah
terlaksananya semua kegiatan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang dibuat oleh guru. Dimulai dengan kegiatan pendahuluan, pada
kegiatan ini guru mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung proses
pembelajaran literasi agar kegiatan dapat berjalan dengan sesuai rencana. Pada
kegiatan ini guru juga mengajak peserta didik untuk berdoa sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
agamanya masing-masing. Kemudian guru memberikan apersepsi pada
peserta didik dengan menanyakan seputar materi minggu lalu. Setelah
kegiatan pendahuluan, kegiatan selanjutnya adalah kegiatan ini. Pada kegiatan
inti inilah proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi
terjadi. Diawali dengan guru menjelaskan sedikit materi kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara sebagai pengantar pembelajaran bagi peserta didik dan
menayangkan video. Setelah itu guru membentuk kelompok dan meminta
peserta didik untuk berdiskusi untuk menghasilkan sebuah karya berupa teks
naratif sebagai produk dari literasi. Setelah kegiatan inti, kegiatan selanjutnya
adalah kegiatan penutup. Pada kegiatan ini guru beserta peserta didik secara
bersama-sama menyimpulkan pembelajaran hari itu. Dalam kegiatan ini pula
guru menayangkan cuplikan video singkat yang tujuannya adalah untuk
membantu dan membuat peserta didik dapat mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan kehidupan nyata. Selain itu juga untuk menumbuhkan
nilai keharmonisan dan toleransi terhadap sesama, terutama dilingkungan
sekolah yang juga sangat beragam.
3. Hasil pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi terbukti
mampu untuk membantu perkembangan peserta didik dalam aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Dalam aspek kognitif, pemahaman peserta didik
menjadi semakin bertambah. Hal ini terbukti dari hasil tes yang diberikan pada
pesera didik dengan rata-rata 84,64. Sementara itu, 92,86% peserta didik telah
mencapai nilai KKM yaitu 75. Selanjutnya dalam aspek afektif, peserta didik
menjadi lebih berminat untuk belajar sejarah Indonesia dengan memanfaatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
literasi. Hal ini dapat diketahui melalui kuesioner yang dibagikan yang
menunjukkan kategori tinggi dengan rata-rata 82,14%. Kemudian pada aspek
psikomotorik, keterampilan pada diri peserta didik semakin berkembang. Hal
ini terlihat dari proses peserta didik dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru yaitu membuat karya berupa teks naratif. Nilai yang diperoleh
sudah mencapai KKM 75 dengan rata-rata sebesar 81,25. Empat keterampilan
dalam diri peserta didik juga semakin terlihat yaitu keterampilan membaca,
menyimak, menulis, dan berbicara. Di samping itu pembelajaran literasi dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah menjadi pembelajaran yang
menyenangkan yang juga dapat mempengaruhi suasana dalam belajar sejarah.
B. Saran
Berdasarkan penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pemanfaatan literasi ke dalam pembelajaran sejarah
Indonesia. Saran-saran yang dapat disampaikan yaitu:
1. Bagi Sekolah, diharapkan pembelajaran literasi semakin ditingkatkan lagi. Hal
ini mengingat respon peserta didik yang posiitif terhadap pembelajaran
literasi. Selain itu juga karena pembelajaran literasi ini merupakan tahapan
ketiga dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Harapan lainnya adalah
sekolah dapat menambah sumber buku untuk mendukung pelaksanaan
pembelajaran literasi.
2. Bagi Guru, diharapkan untuk dapat terus mengembangkan literasi ke dalam
proses pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah Indonesia. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
mengingat respon peserta didik yang sangat baik terhadap pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi. Maka akan lebih baik lagi jika literasi
tetap dikembangkan dalam proses pembelajaran sejarah Indonesia dan sebisa
mungkin untuk memvariasinya agar menjadi semakin menarik bagi peserta
didik.
3. Bagi Peserta Didik, diharapkan untuk lebih aktif lagi dalam mengikuti
pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi. Selain itu juga
selalu berupaya untuk selalu meningkatkan pemahaman dan kreativitas yang
dimiliki supaya dapat memperoleh hasil dan pengalaman yang memuaskan
dan lebih luas lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid. 2011 .Pengantar Ilmu
Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
Brian Garvei dan Mary Krug. 2014. Model-model Pembelajaran Sejarah.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Dirjendikdasmen. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:
Kemendikbud.
Dirjendikdasmen. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah
Atas. Jakarta: Kemendikbud.
Hamid Darmadi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Teori Konsep
Dasar dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Haris Herdiansyah. 2012. Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Heri Susanto. 2014. Seputar pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan, dan Strategi
Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Presindo.
Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima. Aplikasi luring resmi Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Karwono dan Heni Mularsih. 2017. Belajar dan pembelajaran: Serta
Pemanfaatan Sumber Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kunto Wijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Sigit Mangun Wardoyo. 2013. Pembelajaran Konstruktivisme: Teori dan Aplikasi
Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. Bandung: Alfabeta.
Sudaryono. 2016. Metode Penelitian pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Sugiyono. 2012. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Suryosubroto. 2015. Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Yunus Abidin. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum
2013. Bandung: PT Refika Aditama.
Yunus Abidin. 2015. Pembelajaran Multiliterasi: Sebuah Jawaban atas
Tantangan Pendidikan Abad ke-21 dalam Konteks Keindonesiaan.
Bandung: PT.Refika Aditama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Zainal Arifin. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Jurnal:
Aditya Rakhmawan, dkk., 2015. Perancangan Pembelajaran Literasi Sains
Berbasis Inkuiri Pada Kegiatan Laboratorium. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Eko Nurdiyanti dan Edi Suryanto. 2010. Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Hendra Kurniawan. 2018. “Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah”.
Historia Vitae. Vol 32. No. 1. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sumber Internet:
https://jogja.antaranews.com/berita/342002/minat-baca-pelajar-diy-cukup-tinggi
(di akses pada tanggal 8 Februari 2018, pukul 16.25)
http://jogja.tribunnews.com/2014/12/21/minat-baca-warga-diy-masih-rendah
(di akses pada tanggal 8 Februari 2018, pukul 17.15)
www.dosenpendidikan.com/22-pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli-
terlengkap, diakses pada Rabu, 11 Maret 2018, pukul 15.22 WIB.
https://portal-ilmu.com/metode-pembelajaran-stad/, diakses pada hari Selasa, 13
Juni 2018, pukul 11.05 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
INSTRUMEN OBSERVASI
AKTIVITAS GURU DI KELAS SECARA UMUM
Sekolah : SMA Negeri 1 Ngaglik
Kelas : X IPS 1
Jam ke : 1-2
Mata pelajaran : Sejarah Indonesia
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Hari, tanggal : 25 April dan 9 Mei 2018
PETUNJUK:
1. Amati kegiatan pembelajaran di kelas dalam melaksanakan pembelajaran
literasi!
2. Tuliskan tanda cek (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai keadaan yang Anda
amati!
NO BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK
1 Guru membuka pelajaran dengan salam
2 Guru mengabsen/meriksa kehadiran peserta didik
3 Guru mempersiapkan alat yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran
4 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dan rencana kegiatan yang akan dilakukan
5 Guru memberi stimulus guna menghantarkan peserta
didik pada materi pembelajaran
6 Guru mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran
literasi
7 Guru menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik
dalam pelaksanaan pembelajaran literasi
8
Guru membimbing peserta didik agar dapat
menjalankan kegiatan pembelajaran literasi dengan
baik
9 Guru membimbing peserta didik untuk mengamati
bahan ajar yang sudah di sediakan guru
10 Peserta didik diberi kesempatan membaca dan
memahami bahan ajar yang disediakan guru
Lampiran 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
11
Guru menjalankan pembelajaran literasi dengan desain
metode dan model pembelajaran yang telah dirancang
oleh guru
12
Guru menerapkan pembelajaran literasi dengan
menggunakan 4 aktivitas seperti membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara
13 Guru menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta
didik dalam pembelajaran literasi
14 Guru melibatkan peserta didik dalam pembelajaran
literasi
15 Guru memberikan penugasan pada peserta didik untuk
menghasilkan produk dari pembelajaran literasi
16 Merefleksikan materi pelajaran sejarah yang di dapat
dari pembelajaran literasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA PESERTA DIDIK
Fokus
Penelitian Indikator Butir-butir Pertanyaan NO
Pembelajaran
sejarah yang
memanfaatkan
literasi
Pelaksanaan
pembelajaran
sejarah yang
memanfaatkan
literasi
Kelebihan proses
pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran
literasi
Kesulitan yang dihadapi dalam
proses pembelajan sejarah
dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi
Cara mengatasi kesulitan yang
dihadapi
Pemahaman yang didapatkan
dalam pelajaran sejarah
dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi
Kesan peserta didik dalam
proses pembelajaran sejarah
yang memanfaatkan literasi
1
2
3
4
5
Lampiran 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA PESERTA DIDIK
1. Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi ?
2. Apa kesulihan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi ?
3. Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi ?
4. Apa pemahaman yang didapatkan dalam pembelajaran literasi sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi ?
5. Apa kesan peserta didik dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi ?
Lampiran 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA GURU
1. Bagaimana menurut guru tentang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang
dicanangkan oleh pemerintah ?
2. Apakah guru pernah memperoleh sosialisasi atau pelatihan mengenai Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) ?
3. Bagaimana pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS) di SMA Negeri 1
Ngaglik ?
4. Bagaimana antusias atau tanggapan peserta didik menegenai Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) yang dilaksanakan 15 menit sebelum proses pembelajaran
dimulai ?
5. Bagaimana yang guru ketahui mengenai Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada
tahap pembelajaran ?
6. Apakah guru pernah mencoba penerapan literasi dalam pembelajaran?
7. Apakah guru pernah mencoba menerapkan literasi ( media) pada pembelajaran
sejarah ?
8. Apakah guru pernah memberikan tugas terkait dengan literasi ?
Lampiran 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
DAFTAR NARASUMBER
Guru Mata Pelajaran Sejarah Indonesia SMA Negeri 1 Ngaglik
1. Bapak Triyana, S. Pd.
Peserta Didik Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik
1. Geger
2. Aldila Ayu Permatasari
3. Yudha Mahendra Wahyu Pratama
4. Debira Inge Puspaningrum
5. Alita Adha Raihanifa
6. Dian Nita Utami
7. Astuti Purwaning Wijayanti
8. Titik Handayani
9. Hasnani Iza Nahida
Lampiran 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
CATATAN LAPANGAN 1
HASIL OBSERVASI
AKTIVITAS GURU DI KELAS SECARA UMUM
Sekolah : SMA Negeri 1 Ngaglik
Kelas : X IPS 1
Jam ke : 1-2
Mata pelajaran : Sejarah Indonesia
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Hari, tanggal : 25 April dan 9 Mei 2018
PETUNJUK:
3. Amati kegiatan pembelajaran di kelas dalam melaksanakan pembelajaran
literasi!
4. Tuliskan tanda cek (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai keadaan yang Anda
amati!
NO BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK
1 Guru membuka pelajaran dengan salam √
2 Guru mengabsen/meriksa kehadiran peserta didik √
3 Guru mempersiapkan alat yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran
√
4 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dan rencana kegiatan yang akan dilakukan
√
5 Guru memberi stimulus guna menghantarkan peserta
didik pada materi pembelajaran
√
6 Guru mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran
literasi
√
7 Guru menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik
dalam pelaksanaan pembelajaran literasi
√
8
Guru membimbing peserta didik agar dapat
menjalankan kegiatan pembelajaran literasi dengan
baik
√
9 Guru membimbing peserta didik untuk mengamati
bahan ajar yang sudah di sediakan guru
√
Lampiran 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
10 Peserta didik diberi kesempatan membaca dan
memahami bahan ajar yang disediakan guru
√
11
Guru menjalankan pembelajaran literasi dengan desain
metode dan model pembelajaran yang telah dirancang
oleh guru
√
12
Guru menerapkan pembelajaran literasi dengan
menggunakan 4 aktivitas seperti membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara
√
13 Guru menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta
didik dalam pembelajaran literasi
√
14 Guru melibatkan peserta didik dalam pembelajaran
literasi
√
15 Guru memberikan penugasan pada peserta didik untuk
menghasilkan produk dari pembelajaran literasi
√
16 Merefleksikan materi pelajaran sejarah yang di dapat
dari pembelajaran literasi
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
CATATAN LAPANGAN 2
WAWANCARA GURU MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA
Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di
SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Triyana, S. Pd.
Waktu : 30 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan
P. Bagaimana menurut guru tentang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang
dicanangkan oleh pemerintah ?
I. Kebetulan kami sudah melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sejak
dicanangkan oleh pemerintah. Memang jika dilihat dari manafaatnya GLS
sangat banyak sekali manfaatnya terutama untuk mendukung proses
pembelajaran dan dari sekolah sudah menyarankan agar literasi sekolah buku-
buku yang dibaca jangan hanya buku-buku fiksi atau novel-novel atau cerita-
cerita fiksi tetapi buku-buku yang ada ikatannya dan menguatkan daripada
pembelajaran yang ada di sekolah.
P. Apakah guru pernah memperoleh sosialisasi atau pelatihan mengenai Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) ?
I. Sudah dua kali dari Dinas Provinsi. Jadi dari Dinas itu hanya ditekankan agar
GLS tetap diajarkan. Waktunya biasanya diambil pada pagi hari sebelum
KBM dimulai. Dinas juga menekankan agar kegiatan GLS itu dipantau
Lampiran 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
dengan bukti-bukti fisik yang ada seperti presensi dan buku kemajuan GLS di
kelas.
P. Bagaimana pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS) di SMA Negeri 1
Ngaglik ?
I. GLS ini sifatnya fluktuatif. Artinya jika KBM normal maka GLS berjalan
dengan baik. Namun jika ada kegiatan-kegiatan di sekolah atau seperti
sekarang yang sedang Ulangan Kenaikan Kelas itu GLS tidak berjalan dengan
baik. Tetapi jika KBM berjalan normal maka kegiatan GLS ini berjalan
dengan baik.
P. Bagaimana antusias atau tanggapan peserta didik menegenai Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) yang dilaksanakan 15 menit sebelum proses pembelajaran
dimulai ?
I. Tanggapannya sangat beragam. Ada yang benar-benar berambisi dan serius,
ada yang karena takut sama guru, ada yang karena hanya sekedar memenuhi
kewajiban rutin, tetapi pada umumnya GLS ini berjalan sudah sangat bagus di
sekolah ini.
P. Bagaimana yang guru ketahui mengenai Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada
tahap pembelajaran ?
I. Pada umumnya GLS ini memang untuk mendukung dan memperkuat kegiatan
pembelajaran. Namun yang menjadi masalah disini adalah terkait dengan
evaluasi. Tugas guru kan tidak hanya satu tetapi banyak, tetapi sesekali ketika
rapat atau pertemuan guru hal itu dibahas sambil membawa dan melihat bukti-
bukti yang ada seperti buku kemajuan GLS di kelas.
P. Apakah guru pernah mencoba penerapan literasi dalam pembelajaran?
I. Pernah. Biasanya beberapa hari sebelum ulangan harian peserta didik diminta
untuk membaca buku-buku. Buku-buku yang dibaca tentunya bukan novel
atau cerita-cerita fiksi tetapi buku-buku yang ada kaitannya dengan materi.
P. Apakah guru pernah mencoba menerapkan literasi ( media) pada pembelajaran
sejarah ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
I. Kalau untuk literasi media belum pernah. Tetapi untuk pelaksanaan seperti
peserta didik saya minta untuk membaca buku dan saya beri waktu sekitar 10
menit lalu kemudian saya akan meminta peserta didik untuk maju satu persatu
kedepan kelas dan menyampaikan tentang apa yang dibaca dan dipahami tapi
tidak pakai media.
P. Apakah guru pernah memberikan tugas terkait dengan literasi ?
I. Sering sekali memberikan tugas terkait literasi ini biasanya pada minggu
berikutnya ketika pelajaran sejarah Indonesia saya akan meminta peserta didik
untuk menampilkannya. Biasanya tugas itu berupa softfile, kertas folio, atau
membuat cerita-cerita yang terkait dengan sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
CATATAN LAPANGAN 3
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di
SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Geger
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan
P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I. Menurut saya, kelebihan dari proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi itu dapat membuat peserta didik lebih kreatif dan lebih
mandiri
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Saya pribadi tidak. Alasannya karena menurut saya sejarah itu materinya lebih
banyak hafalan. Jadi kalau lebih banyak literasi akan lebih baik untuk
memahami materi.
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
I. Secara pribadi pemahaman saya semakin meningkat dengan dimanfaatkannya
literasi dalam pembelajaran sejarah. Selain itu juga saya menjadi lebih banyak
mengetahui tentang sejarah khususnya materi yang sedang dipelajari dengan
Lampiran 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
menggunakan literasi. Pengalaman saya juga lebih banyak, karena disini saya
banyak mencari sendiri informasi-informasi seputar materi.
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Kesan saya ya sangat kreatif. Jadi jangan hanya guru saja yang menjelaskan
materi tetapi kita juga harus bisa menjelaskan tentang apa yang kita ketahui
pada teman-teman juga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
CATATAN LAPANGAN 4
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di
SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Aldila Ayu Permatasari
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan
P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I. Menurut saya pribadi, kelebihan belajar sejarah dengan literasi itu membuat
peserta didik menjadi lebih mandiri.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi adalah ketika mengamati atau menonton video terkadang sering
muncul kata-kata atau istilah-istilah yang kurang saya mengerti.
P. Bagaimana cara anda dalam mengatasi kesulitan yang muncul ?
I. Cara saya mengatasi kesulitan adalah dengan browsing, bertanya pada teman
yang lebih mengetahui, dan juga guru. Setelah mengetahui jawabannya saya
kemudian dipahami dan pelajari lagi dirumah.
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
Lampiran 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
I. Dari pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi ini saya pribadi dapat
menjadi lebih paham daripada hanya terus-menerus mendengarkan penjelasan
dari guru. Banyak hal yang saya dapatkan dari belajar sejarah melalui literasi
ini baik dari membaca buku maupun menonton video. Jadi yang saya rasakan
setelah belajar sejarah dengan literasi pemehaman saya semakin meningkat
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Kesan saya, saya sangat senang belajar sejarah dengan literasi. Saya juga
sangat setuju jika literasi diterapkan dan terus dilanjutkan dalam pelajaran
sejarah. Alasannya karena sejarah itu kan memerlukan sumber-sumber lain
untuk memperkuat pemahaman mengenai sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
CATATAN LAPANGAN 5
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di
SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Yudha Mahendra Wahyu Pratama
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan
P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I. Kelebihan pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi itu menurut saya
adalah dapat meningkatkan imajinasi peserta didik dan meningkatkan
kemampuan interpersonal sehingga peserta didik bisa menjadi lebih mandiri
dan kreatif.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Kesulitan yang saya hadapi itu adalah memahami istilah-istilah baru yang
muncul ketika saya sedang membaca buku atau menonton video.
P. Bagaimana cara anda dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi ?
I. Cara saya menghadapi kesulitan itu adala dengan bertanya pada guru, bertanya
juga pada teman yang lebih tahu, dan juga browsing internet.
P. Apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses pembelajaran sejarah
dengan memanfaatkan pembelajaran literasi ?
Lampiran 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
I. Pemahaman saya menjadi semakin bertambah. Banyak sekali hal-hal baru
yang saya dapatkan. Pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi dapat
melatih kreatifitas dan kami dapat belajar menjadi lebih berani untuk berbicara
di depan kelas.
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Kesan saya sangat baik. Alasannya karena pembelajaran sejarah yang
memanfaatkan literasi dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam
membaca buku-buku sejarah dan berdiskusi sehingga dapat memahami
sejarah-sejarah pada masa lampau secara mendetail.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
CATATAN LAPANGAN 6
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di
SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Debira Inge Puspaningrum
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan
P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I. Menurut saja kelebihan pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi
adalah lebih mudah diterima dan diserap oleh peserta didik karena cara
pembelajarannya lebih menarik dan mengasyikkan.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Saya pribadi tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran sejarah
dengan memanfaatkan literasi. Alasannya karena caranya memang sudah tepat
dan mudah untuk menerima materi.
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
I. Untuk pemahaman lebih meningkat karena secara tidak langsung kita
mendapat materinya atau pengetahuannya meskipun penyampaiannya melalui
cerita atau penayangan video. Jadi dapat mengerti hal-hal baru.
Lampiran 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Kesannya, saya sangat senang dan tertarik. Saya juga berpendapat bahwa
literasi cocok diterapkan dalam pembelajaran sejarah karena lebih enak
digunakan dan peserta didik menjadi tidak bosan, peserta didik juga menjadi
lebih berani untuk berbicara di depan kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
CATATAN LAPANGAN 7
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di
SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Alita Adha Raihanifa
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan
P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I. Pembelajaran sejarah yang pakai literasi itu menurut saya lebih mudah untuk
dicerna materinya. Fokusnya tidak hanya pada tulisan dan bacaan saja karena
juga menggunakan animasi dan video. Menurut saya lebih mudah untuk
memahami pelajaran sejarah dengan literasi daripada hanya menjelaskan di
papan tulis.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Saya pribadi tidak mengalami kesulitan. karena menurut saya lebih jelas dan
tidak ribet seperti kalau diterangkan di papan tulis.
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
I. Banyak sekali yang saya dapatkan. Pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi itu membuat materi yang kita pelajari menjadi lebih mudah untuk
Lampiran 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
dipahami. Pemahaman yang didapatkan lebih banyak karena banyak sumber
yang digunakan dan penyampaiannya juga menggunakan gaya baru jadi lebih
enak untuk memahami materi.
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Kesan saya itu belajar sejarah dengan memanfaatkan literasi lebih asyik dan
lebih enak memahaminya. Pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi
harus diteruskan karena sangat membantu kita dalam belajar, karena menurut
saya pribadi saya menjadi mudah memahami materi sejarah melalui
pembelajaran literasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
CATATAN LAPANGAN 8
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di
SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Dian Nita Utami
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan
P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I. Menurut saya kelebihannya adalah peserta didik menjadi lebih mandiri,
kreatif, tidak ketergantungan pada guru. Jadi peserta didik dapat melatih
kemandiriannya untuk belajar dan mencari bahan atau materi tambahan.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Kalau saya pribadi tidak mengalami kesulitan karena saya hobby membaca.
Jika diselingi dengan literasi video malah lebih bagus karena malah jadi cepat
paham juga.
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
I. Pemahaman saya semakin meningkat karena dari metodenya sendiri saya
sudah suka. Jadi, pembelajaran yang disampaikan lebih mudah untuk
dipahami.
Lampiran 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Kesan, saya sangat senang belajar sejarah dengan literasi karena saya sendiri
suka membaca. Kalau untuk jangka panjang saya sangat setuju jika
pembelajaran sejarah disampaikan dengan memanfaatkan literasi dapat
melatih kemandirian dan kreatifitas peserta didik. Kemudian peserta didik
juga dapat mengeksplore pengetahuan tentang sejarah lebih luas lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
CATATAN LAPANGAN 9
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di
SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Astuti Purwaning Wijayanti
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan
P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I. Menurut saya proses pembelajaran sejarah dengan literasi banyak manfaatnya
dan kelebihannya. Jadi peserta didik bisa lebih rajin membaca, menambah
kosa kata dan pemahaman istilah-istilah baru, menambah wawasan dan
informasi baru, serta dapat meningkatkan fokus dan konsentrasi peserta didik.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Kesulitan yang saya hadapi adalah suka bingung sama kosa kata baru dan
bingung mau memulai literasi dari mana.
P. Bagaimana cara anda dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi ?
I. Cara saya menghadapi kesulitan biasanya saya bertanya pada teman dan juga
browsing di internet. Jika belum mendapat jawaban dari teman atau internet
saya baru akan bertanya pada guru atau pada orang yang lebih mengetahui
tentang materi itu.
Lampiran 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
I. Pemahaman yang saya dapatkan itu semakin meningkat karena saya dapat
menambah wawasan dan banyak mengetahui kosa kata atau istilah-istilah baru
dari pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi.
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Saya sangat senang dengan pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi.
Saya juga sangat setuju jika literasi di terapkan dalam pembelajaran sejarah
dalam jangka panjang. Alasannya karenadapat membantu peserta didik lebih
semangat dalam belajar, menambah wawasan, dan juga menjadi lebih aktif di
kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
CATATAN LAPANGAN 10
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di
SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Titik Handayani
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan
P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I. Kelebihan pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi adalah dapat
meningkatkan daya pemahaman dari peserta didik. Kemudian peserta didik
juga menjadi lebih mandiri dalam proses pembelajaran ini karena disini
peserta didik juga berproses dalam mengumpulkan informasi seputar materi
yang dipelajari.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Saya pribadi mengalami kesulitan ketika muncul atau menemukan kosa kata
atau istilah-istilah baru yang terkadang saya tidak mengetahuinya.
P. Bagaimana cara anda dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi ?
I. Cara saya untuk mengatasi kesulitan yang saya hadapi adalah dengan
searching di internet, jika belum mendapat jawaban saya bertanya pada teman
yang lebih tahu. Namun jika belum mendapatkan jawaban juga, saya akan
Lampiran 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
bertanya pada guru atau orang yang lebih memahami supaya tidak terjadi
kekeliruan dalam mengartikan sesuatu.
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
I. Pemahaman saya setelah pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi
semakin meningkat. Tetapi saya juga masih harus terus belajar karena
terkadang saya juga sedikit sulit untuk memahami materi pembelajaran.
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Saya sangat senang belajar sejarah dengan memanfaatkan literasi. Saya juga
sangat setuju jika pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi
diteruskan kedepannya karena menurut saya dampaknya sangat positif
misalnya kita dilatih untuk lebih mandiri dan melatih kita untuk semakin
berani dalam berbicara dan bertanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
CATATAN LAPANGAN 11
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di
SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Hasnani Iza Nahida
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan
P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I. Kelebihannya menurut saya sangat banyak diantaranya adalah dapat
menambah wawasan kita menjadi luas lagi. Peserta didik juga tidak hanya
terpaku pada buku paket saja, jadi dapat berproses untuk mencari sumber lain
juga. Belajar sejarah dengan literasi itu membuat peserta didik mudah
memahami materi jadi gampang ngerti.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Kalau menurut saya pribadi saya tidak mengalami kesulitan. Menurut saya
belajar sejarah dengan literasi itu lebih mudah untuk memahami materi karena
saya juga suka membaca jadi saya tidak mengalami kesulitan.
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
Lampiran 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
I. Pemahaman saya tentunya semakin meningkat. Belajar sejarah dengan literasi
dapat menambah pengetahuan saya tentang bab yang sedang dipelajari.
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Kalau saya, saya sangat senang belajar sejarah dengan memanfaatkan literasi.
Dan menurut saya pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi ini
sangat cocok diterapkan dalam jangka panjang karena disini peserta didik
dilatih mandiri juga dalam menambah pengetahuan tentang materi. Jadi
peserta didik bisa mencari sendiri tambahan sumber buku atau internet untuk
mendalami materi jadi tidak hanya terpaku pada satu buku dan penjelasan
guru saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
SILABUS MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA KELAS X
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.1 Memahami konsep berpikir
kronologis, diakronik, sinkronik,
ruang, dan waktu dalam sejarah
4.1 Menyajikan hasil penerapan konsep
berpikir kronologis, diakronik,
sinkronik, ruang, dan waktu dalam
peristiwa sejarah dalam bentuk
tulisan atau bentuk lain
Cara Berpikir Sejarah
Cara berpikir kronologis
dalam mempelajari sejarah
Cara berpikir diakronik dalam
mempelajari sejarah
Cara berpikir sinkronik dalam
mempelajari sejarah
Membaca buku teks dan/melihat tayangan film
pendek tentang aktivitas manusia sehari-hari
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
klarifikasi tentang konsep berpikir kronologis,
diakronik, sinkronik, ruang, dan waktu dalam
sejarah
Mengumpulkan informasi terkait dengan
konsep berpikir kronologis, diakronik,
sinkronik, ruang, dan waktu dalam sejarah dari
sumber tertulis, sumber lainnya dan/atau
internet.
Menganalisis hasil informasi mendapatkan
kesimpulan tentang konsep berpikir kronologis,
diakronik, sinkronik, ruang, dan waktu dalam
sejarah
Menyajikan secara tertulis kesimpulan tentang
Lampiran 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
konsep berpikir kronologis, diakronik,
sinkronik, ruang, dan waktu dalam sejarah
3.2 Memahami konsep perubahan dan
keberlanjutan dalam sejarah
4.2 Menerapkan konsep perubahan dan
keberlanjutan dalam mengkaji
peristiwa sejarah
Konsep Perubahan dan
Keberlanjutan
Makna perubahan
Makna keberlanjutan
Membaca buku teks dan/melihat tayangan film
pendek tentang aktivitas manusia sehari-hari
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
klarifikasi tentang konsep perubahan dan
keberlanjutan dalam sejarah
Mengumpulkan informasi terkait dengan
konsep perubahan dan berkelanjutan dalam
sejarah dari sumber tertulis, sumber lainnya
dan/atau internet
Menganalisis hasil informasi mendapatkan
kesimpulan tentang konsep perubahan dan
berkelanjutan dalam sejarah
Menyajikan secara tertulis kesimpulan tentang
konsep perubahan dan berkelanjutan dalam
sejarah
3.3 Menganalisis kehidupan manusia
purba dan asal-usul nenek moyang
bangsa Indonesia (Melanesoid, Proto,
dan Deutero Melayu)
Indonesia Zaman Praaksara: Awal
Kehidupan Manusia Indonesia
Manusia purba
Asal-usul nenek moyang
bangsa Indonesia
Membaca buku teks dan/atau melihat gambar-
gambar tentang aktifitas kehidupan masyarakat
zaman praaksara, peta persebaran asal-usul
nenek moyang bangsa Indonesia dan
peninggalan hasil kebudayaan pada zaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.4 Memahami hasil-hasil dan nilai-nilai
budaya masyarakat praaksara
Indonesia dan pengaruhnya dalam
kehidupan lingkungan terdekat
4.3. Menyajikan informasi mengenai
kehidupan manusia purba dan asal-
usul nenek moyang bangsa
Indonesia (Melanesoid, Proto, dan
Deutero Melayu) dalam bentuk
tulisan
4.4. Menyajikan hasil-hasil dan nilai-
nilai budaya masyarakat praaksara
Indonesia dan pengaruhnya dalam
kehidupan lingkungan terdekat
dalam bentuk tulisan
Corak kehidupan masyarakat
Hasil-hasil budaya masyarakat
Nilai-nilai budaya masyarakat
praaksara.
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
klarifikasi tentang kehidupan manusia purba,
asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia,
hasil-hasil budaya dan nilai-nilai budaya zaman
praaksara
Mengumpulkan informasi terkait dengan
pertanyaan mengenai kehidupan manusia
purba, asal-usul nenek moyang bangsa
Indonesia, hasil-hasil dan nilai-nilai budaya
masyarakat praaksara melalui bacaan sumber-
sumber yang ada di museum atau peninggalan-
peninggalan yang ada di lingkungan terdekat
Menganalisis informasi dan data-data yang
didapat baik dari bacaan maupun dari sumber-
sumber lain yang terkait untuk mendapatkan
kesimpulan tentang kehidupan manusia purba,
asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia,
hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat
praaksara Indonesia
Menyajikan informasi dalam bentuk laporan
tertulis mengenai ; kehidupan manusia purba,
asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia,
hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat
praaksara Indonesia dan pengaruhnya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
kehidupan lingkungan terdekat
3.5 Menganalisis berbagai teori tentang
proses masuknya agama dan
kebudayaan Hindu dan Buddha ke
Indonesia
3.6 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan, dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Hindu dan
Buddha di Indonesia serta
menunjukkan contoh bukti-bukti
yang masih berlaku pada kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini
4.5. Mengolah informasi tentang proses
masuknya agama dan kebudayaan
Hindu dan Buddha ke Indonesia
serta pengaruhnya pada kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini serta
mengemukakannya dalam bentuk
tulisan
4.6. Menyajikan hasil penalaran dalam
bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan
unsur budaya yang berkembang pada
Indonesia Zaman Hindu dan
Buddha: Silang Budaya Lokal dan
Global Tahap Awal
Teori-teori masuknya agama
dan kebudayaan Hindu dan
Buddha
Kerajaan-kerajaan Hindu dan
Buddha
Bukti-bukti kehidupan
pengaruh Hindu dan Buddha
yang masih ada sampai masa
kini
Membaca buku teks dan/atau melihat gambar-
gambar peninggalan zaman Hindu dan Buddha
di Indonesia
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
klarifikasi tentang teori masuknya agama dan
kebudayaan Hindu dan Buddha, perkembangan
masyarakat, pemerintahan dan budaya kerajaan-
kerajaan Hindu dan Buddha, serta bukti-bukti
pengaruh Hindu dan Buddha yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini.
Mengumpulkan informasi terkait dengan
pertanyaan mengenai teori masuknya agama
dan kebudayaan Hindu dan Buddha,
perkembangan masyarakat, pemerintahan dan
budaya kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha,
serta bukti-bukti pengaruh Hindu dan Buddha
yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini melalui bacaan,
pengamatan terhadap sumber-sumber zaman
Hindu dan Budha yang ada di museum atau
peninggalan-peninggalan yang ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
masa kerajaan Hindu dan Buddha
yang masih berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa Indonesia pada
masa kini
lingkungan terdekat
Menganalisis informasi dan data-data yang
didapat dari bacaan maupun sumber-sumber
lain yang terkait untuk mendapatkan
kesimpulan tentang teori masuknya agama dan
kebudayaan Hindu dan Buddha, perkembangan
masyarakat, pemerintahan dan budaya kerajaan-
kerajaan Hindu dan Buddha, serta bukti-bukti
pengaruh Hindu dan Buddha yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini
Menyajikan informasi dalam bentuk laporan
tertulis mengenai teori masuknya agama dan
kebudayaan Hindu dan Buddha, perkembangan
masyarakat, pemerintahan dan budaya kerajaan-
kerajaan Hindu dan Buddha, serta bukti-bukti
pengaruh Hindu dan Buddha yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini
3.7 Menganalisis berbagai teori tentang
proses masuknya agama dan
kebudayaan Islam ke Indonesia
3.8 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat, pemerintahan
dan budaya pada masa kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia serta
menunjukkan contoh bukti-bukti
Zaman Kerajaan-Kerajaan Islam
di Indonesia
Teori-teori masuknya agama
dan kebudayaan Islam
Kerajaan-kerajaan Islam
Bukti-bukti kehidupan
pengaruh Islam yang masih ada
Membaca buku teks dan melihat gambar-
gambar peninggalan zaman kerajaan Islam di
Indonesia
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
klarifikasi tentang teori masuknya agama dan
kebudayaan Islam, perkembangan kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
yang masih berlaku pada kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini
4.7. Mengolah informasi teori tentang
proses masuknya agama dan
kebudayaan Islam ke Indonesia
dengan menerapkan cara berpikir
sejarah, serta mengemukakannya
dalam bentuk tulisan
4.8. Menyajikan hasil penalaran dalam
bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan
unsur budaya yang berkembang pada
masa kerajaan Islam dan masih
berkelanjutan dalam kehidupan
bangsa Indonesia pada masa kini
sampai masa kini masyarakat, pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta
menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini
Mengumpulkan informasi terkait dengan
pertanyaan tentang teori masuknya agama dan
kebudayaan Islam, perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta
menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini melalui bacaan, pengamatan terhadap
sumber-sumber zaman kerajaan-kerajaan Islam
yang ada di museum atau peninggalan-
peninggalan yang ada di lingkungan terdekat
Menganalisis informasi dan data-data yang
didapat baik dari bacaan maupun dari sumber-
sumber lain yang terkait untuk mendapatkan
kesimpulan tentang teori masuknya agama dan
kebudayaan Islam, perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang
masih berlaku pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini
Menyajikan informasi dalam bentuk laporan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
tertulis tentang teori masuknya agama dan
kebudayaan Islam, perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta
menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Ngaglik
Kelas/ Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Materi Pokok :Pengaruh agama dan kebudayaan
Islam di Indonesia
Alokasi waktu : 2 X 45 menit
Jumlah Pertemuan : 2
A. Kompetensi Inti :
Kompetensi sikap spiritual yaitu, “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, “Memiliki
sikap jujur, disiplin, kerjasama, responsif, dan proaktif dalam mencari solusi
permasalahan, sehingga dapat menyadari dirinya sebagai mahluk ciptaan yang
Maha Kuasa serta menjalankan kewajibannya sesuai dengan agama yang
dianutnya”.
KI.3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KI.4.Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
Lampiran 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi :
Kompetensi Dasar
Pengetahuan Keterampilan
No Uraian No Uraian
3.8 Menganalisis
perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintahan
dan budaya pada masa
kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia serta
menunjukkan contoh
bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan
masyarakat Indonesia
masa kini
4.8 Menyajikan hasil penalaran
dalam bentuk tulisan tentang
nilai-nilai dan unsur budaya
yang berkembang pada masa
kerajaan Islam dan masih
berkelanjutan dalam kehidupan
bangsa Indonesia pada masa kini
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.8.1 Menganalisis sumber-
sumber sejarah dari
kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam di
Nusantara.
4.8.1 Menyajikan informasi
pendukung mengenai
perkembangan kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam
di Nusantara dalam bentuk teks
naratif. 3.8.2 Mengidentifikasi bukti-
bukti peninggalan kerajaan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
kerajaan yang bercorak
Islam di Nusantara.
3.8.3 Menunjukkan letak dari
kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam di
Nusantara.
3.8.4 Menganalisis kehidupan
sosial-ekonomi, politik, dan
budaya masyarakat pada
zaman perkembangan
kerajaan Samudra Pasai.
4.8.2 Menyajikan proses berdirinya
kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam di Nusantara
melalui mind mapping.
3.8.5 Menganalisis kehidupan
sosial-ekonomi, politik dan
budaya masyarakat pada
zaman perkembangan
Kerajaan Malaka
3.8.6 Menganalisis kehidupan
sosial-ekonomi, politik dan
budaya masyarakat pada
zaman perkembangan
Kerajaan Aceh
3.8.7 Menganalisis kehidupan
sosial-ekonomi, politik dan
budaya masyarakat pada
zaman perkembangan
Kerajaan Pajang
3.8.8 Menganalisis kehidupan
sosial-ekonomi, politik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
budaya masyarakat pada
zaman perkembangan
Kerajaan Demak.
3.8.9 Menganalisis kehidupan
sosial-ekonomi, politik dan
budaya masyarakat pada
zaman perkembangan
Kerajaan Mataram Islam.
3.8.10 Menganalisis kehidupan
sosial-ekonomi, politik dan
budaya masyarakat pada
zaman perkembangan
Kerajaan Gowa dan Tallo
3.8.11 Menganalisis kehidupan
sosial-ekonomi, politik dan
budaya masyarakat pada
zaman perkembangan
Kerajaan Ternate dan
Tidore.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) yang berbasis literasi, peserta didik diharapkan
dapat menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta menunjukkan
contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini sekaligus mampu menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan
tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam
dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.
Selain itu dengan menggunakan pembelajaran aktif dan bermakna yang berbasis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
literasi, peserta didik juga dapat memiliki minat yang tinggi dalam pembelajaran
sejarah.
D. Materi Pembelajaran
1. Fakta : Bukti awal agama dan kebudayaan Islam di Indonesia
2. Konsep : Islam Nusantara
3. Prosedur : Perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
4. Meta Kognitif : Keterkaitan antara perkembangan Islam di Indonesia
dengan kemunculan kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran : Student Center Learning
2. Model Pembelajaran : Cooperative Learning tipe Student Teams
Achievement Division (STAD).
3. Metode Pembelajaran : Ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan.
F. Media/Alat dan Bahan Pembelajaran
1. Alat: LCD
Laptop
Speaker
2. Bahan:
Power point tentang kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
Teks narasi tentang kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
Video yang terkait dengan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
G. Sumber Belajar
1. Sumber Belajar:
Hapsari, Ratna. 2012. Sejarah Indonesia untuk SMA/ MA Kelas X:
Kelompok Wajib. Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia III.
Yogyakarta: Kanisius
2. Referensi Lain:
http://zozoco.blogspot.co.id/2013/04/kerajaan-kerajaan-islam-di-
nusantara.html
http://hafidzrifatjagoanku.blogspot.co.id/2013/10/kerajaan-kerajaan-
islam-di-nusantara.html dan alamat web lainnya yang berkaitan
dengan materi.
3. Lingkungan:
Hasil kebudayaan Islam di D. I. Yogyakarta, misalnya Keraton
Kesultanan Ngayogyokarto Hadiningrat
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I (2 JP) 2 x 45 Menit
IPK 3.8.1, 3.8.2, 3.8.3.
KEGIATAN
URAIAN KEGIATAN ALOKASI
WAKTU Kegiatan Peserta Didik
Pendahuluan
Membangun Karakter
1. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa
sesuai dengan agamanya masing-masing.
2. Guru memberi salam pada peserta didik
3. Peserta didik menjawab sapaan salam dari
guru dan menyampaikan informasi
kehadiran peserta didik ketika guru
menanyakan kehadiran peserta didik.
4. Peserta didik menyimak stimulus
(stimulation) yang disampaikan guru
berupa tayangan video dan gambar seputar
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
KEGIATAN
URAIAN KEGIATAN ALOKASI
WAKTU Kegiatan Peserta Didik
kerajaan Islam di Indonesia
5. Peserta didik menyimak penjelasan guru
tentang tujuan dan skenario pembelajaran.
6. Peserta didik menyiapkan buku sumber dan
sumber belajar lainnya untuk mencapai
penguasaan kompetensi religius, sosial,
pengetahuan dan keterampilan
7. Guru meminta peserta didik membentuk 8
kelompok dengan masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang
bersifat heterogen baik dari jenis kelamin,
suku,dan prestasi. Sementara dalam Agama
dalam kelas X IPS 1 seluruhnya beragama
Islam.
Inti
Mengamati
Guru membagikan teks narasi mengenai
kerajaan-kerajaan Islam yang ada di
Indonesia.
Peserta didik membaca teks narasi
mengenai kerajaan-kerajaan Islam yang ada
di Indonesia yang telah dibagikan guru
pada setiap kelompok.
Mengumpulkan Informasi
Secara berkelompok peserta didik
menemukan permasalahan antara lain: Apa
saja bukti-bukti dan sumber-sumber berita
70 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
KEGIATAN
URAIAN KEGIATAN ALOKASI
WAKTU Kegiatan Peserta Didik
tentang berdirinya kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam di Indonesia? Di mana letak
kerajaan serta bagaimana kehidupan politik,
ekonomi, dan sosial kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam di Indonesia? Bagaimana
proses berdirinya dan perkembangan serta
keruntuhan kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam di Indonesia?
Peserta didik mengumpulkan informasi
mengenai bukti-bukti dan sumber-sumber
berita tentang berdirinya kerajaan-kerajaan
yang bercorak Islam di Indonesia,
mengidentifikasi informasi mengenai letak
kerajaan, kehidupan politik, kehidupan
ekonomi, dan sosial kerajaan-kerajaan
bercorak Islam di Indonesia, serta proses
berdirinya, perkembangan dan keruntuhan
kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di
Indonesia, melalui studi literasi, studi
pustaka, internet.
Mengasosiasi
Peserta didik berdiskusi dalam kelompok
dan saling bertukar pendapat terkait dengan
materi yang telah diberikan guru.
Peserta didik mengkritisi literasi melalui
diskusi, konfirmasi tentang letak kerajaan,
kehidupan politik, kehidupan ekonomi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
KEGIATAN
URAIAN KEGIATAN ALOKASI
WAKTU Kegiatan Peserta Didik
sosial kerajaan-kerajaan bercorak Islam di
Indonesia proses berdirinya, perkembangan
dan keruntuhan kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam di Indonesia sembari
menghasilkan draft untuk Teks Naratif.
Guru memberi penugasan pada peserta
didik untuk mempersiapkan Teks Naratif
yang akan ditampilkan pada pertemuan
selanjutnya.
Penutup 1. Peserta didik menyimak penguatan konsep
yang disampaikan guru, dan mencatatnya di
buku catatan harian
2. Guru menutup pelajaran dengan salam
10 menit
Pertemuan II (2 JP) 2 x 45 Menit
IPK 4.8.1
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN ALOKASI
WAKTU
Kegiatan Peserta Didik
Pendahuluan
Membangun Karakter
1. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa
sesuai dengan agamanya masing-masing.
2. Guru memberi salam pada peserta didik
3. Peserta didik menjawab sapaan salam dari
guru dan menyampaikan informasi
5 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN ALOKASI
WAKTU
Kegiatan Peserta Didik
kehadiran peserta didik ketika guru
menanyakan kehadiran peserta didik.
4. Guru menanyakan pada peserta didik
mengenai materi yang telah disampaikan
minggu lalu.
5. Guru juga menanyakan kesiapan tugas
kelompok untuk presentasi teks naratif
yang telah dibuat oleh masing-masing
kelompok.
Inti
Mengkomunikasikan
Setiap kelompok menyampaikan hasil
kesimpulan dari diskusi tentang kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia
yang mencakup tentang letak kerajaan,
kehidupan politik, kehidupan ekonomi, dan
sosial kerajaan-kerajaan bercorak Islam di
Indonesia proses berdirinya, perkembangan
dan keruntuhan kerajaan-kerajaan bercorak
Islam di Indonesia melalui presentasi teks
naratif.
50 menit
Penutup 1. Menyimak penguatan konsep yang
disampaikan guru, dan mencatatnya di buku
catatan harian
2. Guru melakukan refleksi pembelajaran
3. Secara jujur peserta didik menyampaikan
nilai karakter apa saja yang diperoleh
35 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN ALOKASI
WAKTU
Kegiatan Peserta Didik
setelah proses pembelajaran hari ini.
4. Guru menutup pelajaran dengan salam
I. Instrumen Penilaian hasil Belajar
Teknik Penilaian
1. Penilaian Sikap : angket minat
2. Penilaian Pengetahuan : tes tertulis
3. Penilaian Keterampilan : penugasan
Bentuk Penilaian
1. Penilaian Sikap : kuesioner
2. Penilaian Pengetahuan : soal pilihan ganda
3. Penilaian Keterampilan : rubrik teks naratif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Mengetahui
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik
Drs. Subagyo
NIP. 19620712 198703 1 011
Yogyakarta, 18 April 2018
Guru Mata Pelajaran Sejarah
Triyana, S.Pd
NIP. 196706301992031002
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
MATERI
A. Sumber dan Bukti Awal Agama serta Kebudayaan Islam di Nusantara
1. Batu nisan Islam yang tertua ditemukan di Leran, Gresik, Jawa Timur.
Nisan itu milik seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun. Nisan
tersebut berangka tahun 475 H atau 1802 M. Dilihat dari hiasannya, nisan
tersebut dibuat di luar Indonesia. Penemuan bukti ini memunculkan
pendapat bahwa masuknya Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke-11
Masehi.
2. Batu nisan sultan Kerajaan Samudera Pasai yang pertama, Sultan Malik As
Saleh. Nisan tersebut bertarikh 696 H (1297 M).
3. Dua batu nisan bertarikh 781 H (1380) dan 789 H (1389 M) di Munje
Tujoh, Aceh Utara. Kedua nisan ini menunjukkan tahun meninggalnya
putra sultan Samudera Pasai ketiga, yaitu Sultan Malik Az Zahir.
4. Beberapa batu nisan yang memuat kutipan dari Alquran ditemukan di
kuburan Trowulan dan Troloyo, Jawa Timur. Tempat tersebut berdekatan
dengan bekas istana Kerajaan Majapahit. Ciri dari batu nisan ini adalah
bertuliskan huruf Arab, tetapi menggunakan tarikh Saka dan angka-angka
Jawa Kuno. Nisan di Trowulan bertarikh 1920 Saka (1268-1369 M) dan
beberapa nisan di Troloyo bertarikh 1293-1533 Saka (1371-1611 M).
Makam ini dimungkinkan milik keluarga raja dari Kerajaan Majapahit.
5. Batu nisan milik Maulana Malik Ibrahim ditemukan di Gresik. Ia adalah
salah seorang dari wali sanga. Nisan ini bertarikh 822 H (1419 M). Hal ini
menunjukkan bahwa pada tahun itu agama Islam sudah masuk di pesisir
utara Jawa.
Masuk dan berkembangnya pengaruh agama dan kebudayaan Islam di
Indonesia juga diperkuat dengan beberapa sumber yang berasal dari luar negeri.
Sumber-sumber tersebut di antaranya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
1. Berita Arab
Diketahui melalui para pedagang Arab yang melakukan aktivitas
perdagangan dengan bangsa Indonesia. Para pedagang Arab telah datang ke
Indonesia sejak masa Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 M) yang menguasai jalur
pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Selat
Malaka. Hubungan para pedagang Arab dengan Kerajaan Sriwijaya terbukti
dengan adanya sebuah sebutan para pedagang Arab untuk Kerajaan Sriwijaya,
yaitu Zabaq, Zabay, atau Sribusa.
2. Berita Eropa
Berasal dari Marcopolo dan Tome Pires. Marcopolo adalah orang Eropa
yang pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia, ketika ia kembali dari Cina
menuju Eropa melalui jalur laut. Ia mendapatkan tugas dari kaisar Cina untuk
mengantarkan putrinya yang dipersembahkan kepada kaisar Romawi. Dalam
perjalanannya ia singgah di Pulau Jawa bagian utara. Di daerah tersebut ia
menemukan adanya kerajaan Islam yaitu Kerajaan Samudera dengan ibukotanya
di Pasai. Tome Pires dalam bukunya Suma Orientalmenyebutkan bahwa pada
awal abad ke-16 daerah bagian pesisir timur Sumatra dari Aceh sampai
Palembang, telah banyak masyarakat yang beragama Islam. Namun, di daerah
pedalaman masyarakat setempat pada umumnya masih menganut keyakinan lama.
Proses Islamisasi ke daerah pedalaman Aceh dan Sumatra Barat terjadi sejak Aceh
melakukan ekspansi politik ke daerah pedalaman pada abad ke-16 sampai 17.
3. Berita India
Disebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat memiliki peranan
penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Di samping
berdagang mereka juga aktif mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada
masyarakat Indonesia, terutama masyarakat yang berada di daerah pesisir pantai.
4. Berita Cina
Diketahui melalui catatan dari Ma-Huan, seorang penulis yang mengikuti
perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Dalam tulisannya, ia menyatakan bahwa sejak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
sekitar tahun 1400 M telah ada saudagar-saudagar Islam yang bertempat tinggal di
pantai utara Pulau Jawa.
B. Islam Nusantara
Sejarah telah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari
India & Tiongkok sudah mempunyai hubungan dengan bangsa
Indonesia/penduduk Indonesia. Tetapi, kapan tepatnya Islam datang ke
Nusantara? Telah menimbulkan berbagai teori. Walaupun ada beberapa pendapat
tentang kedatangan agama Islam ke Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung
percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan berita
Tiongkok zaman Dinasti Tang. Berita tersebut telah mencatat bahwa awad ke-7,
ada permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, yakni daerah pantai
barat Sumatera Utara. Kemudian pada abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada
perkembangan Islam bersamaan dengan mulai tumbuhnya kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara. Dari pendapat ini, berdasarkan catatan perjalanan yang
pernah dilakukan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di
Perlak pada 1292 & berjumpa dengan orang-orang yang sudah menganut agama
Islam. Bukti lain yang memperkuat pendapat tersebut ialah ditemukannya nisan
makam Raja Samudera Pasai, Sultan Malik Al-Saleh yang berangka tahun 1297.
Agama Islam masuk & berkembang di Nusantara dibawa oleh para
pedagang dari Gujarat, Arab, & Persia. Agama Islam yang dibawa oleh para
pedagang itu untuk pertama kalinya melewati Selat Malaka & daerah yang
terpengaruh Islam adalah Barus & Perlak. Kemudian setelah itu muncul kerajaan
Samudera Pasai, yang mempercepat tersebarnya agama Islam ke pedalaman Pulau
Sumatera, serta menyebar ke arah selatan melewati Siak & Palembang. Dari Pulau
Sumatera, agama Islam selanjutnya menyebar ke wilayah Jawa, yakni kerajaan
Demak yang berperan dalam proses menyebarkan agama Islam ke Banten,
Cirebon, Gresik, & daerah-daerah di pesisir utara Pulau Jawa. Kerajaan Demak
mengembangkan Islam ke Kalimantan Selatan (Banjar), Sulawesi Selatan (Gowa-
Tallo) & Maluku (Ternate-Tidore). Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) di Sulawesi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Selatan ternyata berperan juga menyebarkan agama Islam ke Kalimantan Timur,
Bali, Lombok Sumba, Sumbawa & Timor.
C. Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara
Terdapat banyak kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia. Beberapa
kerajaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kesultanan Samudra Pasai (1267-1521)
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Samudra Pasai adalah kerajaan pertama di Indonesia yang menganut
agama Islam. Letaknya di pantai utara Sumatera (Aceh), dekat Perlak (Malaysia).
Kesultanan ini didirikan oleh Meurah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh,
sekitar tahun 1267. Sumber sejarah yang menyebutkan tentang keberadaan
kerajaan ini adalah berita Marco Polo, berita Ibnu Batutah, hikayat Raja-raja
Pasai.
b. Bidang Politik
Setelah resmi menjadi kerajaan Islam (kerajaan bercorak Islam pertama di
Indonesia), Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan
pusat studi Islam yang ramai. Pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina
serta daerah di sekitarnya banyak berdatangan di Samudera Pasai. Samudera Pasai
setelah pertahanannya kuat segera meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman,
meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang,
Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai.
Dalam rangka islamisasi, Sultan Malik al Saleh menikah dengan putri Raja
Perlak.
Sultan Malik al Saleh mangkat pada tahun 1297 dan dimakamkan di
Kampung Samudera Mukim Blang Me dengan nisan makam berciri Islam.
Jabatan Sultan Pasai kemudian diteruskan oleh putranya, Sultan Malik al Thahir.
Sultan ini memiliki dua orang putra, yaitu Malik al Mahmud dan Malik al
Mansur. Ketika masih kecil, keduanya diasuh oleh Sayid Ali Ghiatuddin dan
Sayid Asmayuddin. Kedua orang putranya itulah yang kemudian mewarisi takhta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
kerajaan. Sementara itu, kedua pengasuhnya itu diangkat menjadi perdana
menteri. Ibu kota kerajaan pernah dipindahkan ke Lhok seumawe. Pemegang
kekuasaan Samudera Pasai selanjutnya adalah Sultan Ahmad Perumadal Perumal.
Pada masa pemerintahannya, Samudera Pasai sudah menjalin hubungan dengan
Kesultanan Delhi (India). Buktinya, ketika Muhammad Tughluq dari India pada
tahun 1345 mengirimkan utusan yang bernama Ibn Battuta ke Cina, utusan
tersebut sempat singgah dahulu diSamudera Pasai. Sekembalinya dari Cina
(1346), Ibn Battuta singgah lagi dan diterima baik oleh Sultan Ahmad Perumadal
Perumal.
c. Aspek Kehidupan Sosial budaya dan Ekonomi
Para pedagang asing yang singgah di Malaka untuk sementara menetap
beberapa lama untuk mengurusi perdagangan mereka. Dengan demikian, para
pedagang dari berbagai bangsa itu bergaul selama beberapa lama dengan
penduduk setempat. Kesempatan itu digunakan oleh pedagang Islam dari Gujarat,
Persia, dan Arab untuk menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, kehidupan
sosial masyarakat dapat lebih maju, bidang perdagangan dan pelayaran juga
bertambah maju. Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh Islam. Hal itu
terbukti terjadinya perubahan aliran Syiah menjadi aliran Syafi’i di Samudera
Pasai ternyata mengikuti perubahan di Mesir. Pada saat itu di Mesir sedang terjadi
pergantian kekuasaan dari Dinasti Fatimah yang beraliran Syiah kepada Dinasti
Mameluk yang beraliran Syafi’i. Aliran syafi’i dalam perkembangannya di Pasai
menyesuaikan dengan adatistiadat setempat sehingga kehidupan sosial
masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan adat istiadat setempat.
2. Kesultanan Malaka (1396-1511)
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Kesultanan Malaka merupakan kesultanan Islam kedua setelah Samudra
Pasai. Berdiri di akhir abad ke- 14, pusatnya adalah di daerah Malaka. Suatu
wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Malaysia. Wilayah kekuasaannya dan
pengaruhnya meliputi tidak saja Semenanjung Malaya, melainkan juga sampai ke
Riau (Indonesia). Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui melalui beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
sumber yaitu Sulalatus Salatin, berita Cina/ Tiongkok, Laporan kunjungan
Laksamana Cheng ho dari Dinasti Ming.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Secara geografis, posisi Malaka sangat strategis, yaitu berada di jalur
pelayaran dan perdagangan internasional. Kapal-kapal dapat merapat di segala
musim. Bersekutu dengan Orang Laut, yaitu para perompak pengembara yang
senang berlalu lalang di Selat Malaka. Karena fasilitas dan pelayanan yang cukup
baik, kapal-kapal dagang tersebut lama-kelamaan singgah dengan sendirinya
tanpa harus di paksa. Kesultanan Malaka dalam urusan kenegaraan telah memiliki
susunan tata pemerintahan yang rapi. Kekuasaan sultan bersifat absolut. Dalam
administrasi pemerintahan sultan dibantu beberapa pembesar seperti bendahara,
tumenggung, penghulu bendahari, dan syahbandar. Terdapat pula beberapa
menteri yang bertanggung jawab atasan beberapa urusan Negara. Selain itu
terdapat jabatan Laksamana yang pada awalnya diberikan kepada kelompok
masyarakat Orang Laut.
c. Sistem Ekonomi Kehidupan Sosial-Budaya
- Perdagangan
- Pelayaran/ Nelayan
Pada kehidupan budaya, Perkembangan seni sastra Melayu mangalami
perkembangan yang sangat pesat seperti munculnya karya karya sastra yang
menggambarkan tokoh tokoh kepahlawanan dari kerajaan Malaka seperti Hikayat
Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat. Sedangkan Kehidupan
Sosial Kerjaan Malka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam dan lingkungan
wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, hubungan sosial
masyarakat sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat
sifat individualisme. Kelompok masyarakatpun bermunculan, seperti adanya
golonga buruh dan majikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
3. Kesultanan Aceh (1507-1903)
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Kesultanan Aceh (1507-1903), yang terletak di Aceh Rayeuk didirikan
oleh Ali Mughayat Syah pada tahun 1496 di atas bekas wilayah Kesultanan
Lamuri yang ditaklukkan oleh Mughayat Syah. Sumber sejarah tentang kesultanan
ini adalah Kitab Bustanul’salatin karya Nuruddin ar-Raniri tahun 1637 yang berisi
tentang silsilah sultan-sultan Aceh; batu nisan makam Sultan Ali Mughayat Syah.
Di batu nisan ini disebutkan Sultan Ali Mughayat Syah wafat pada 12 Zulhijah
tahun 936 H atau 7 Agustus 1530 M.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Meskipun Kesultanan Aceh merupakan Negara Islam, kehidupan
masyarakatnya tetap feudal. Dalam tatanan masyarakatnya Aceh memiliki
golongan bangsawan yang memiliki gelar teuku, dan golongan ulama yang
bergelar tengku; kedua golongan ini sering bersaing untuk berebut pengaruh
dalam masyarakat. Dalam bidang politik yang jelas terlihat adalah adanya
perebutan kekuasaan, terutama antara golongan bangsawan (teuku) dengan
golongan ulama (tengku). Diantara para ulama sendiiri juga sering terjadi
pertikaian karena perbedaan aliran dalam agama. Aliran-aliran tersebut
diantaranya adalah aliran Syi’ah dan Ahlussunnah wal Jama’ah.
c. Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya
Letak Aceh yang strategis menyebabkan perdagangannya maju pesat.
Dengan demikian, kebudayaan masyarakatnya juga makin bertambah maju karena
sering berhubungan dengan bangsa lain. Contoh dari hal tersebut adalah
tersusunnya hukum adat yang dilandasi ajaran Islam yang disebut Hukum Adat
Makuta Alam. Menurut Hukum Adat Makuta Alam pengangkatan sultan haruslah
semufakat hukum dengan adat. Oleh karena itu, ketika seorang sultan dinobatkan,
ia berdiri di atas tabal, ulama yang memegang Al-Qur’an berdiri di kanan,
sedangkan perdana menteri yang memegang pedang berdiri di kiri. Pada
umumnya, di Aceh pangkat sultan turun kepada anak. Sultan diangkat oleh rakyat
atas mufakat dan persetujuan ulama serta orang-orang cerdik pandai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Jika sultan mangkat sebelum ada pengganti oleh karena beberapa sebab
lain, Panglima Sagi XXII Mukim yang menjadi wakil raja. Ia bertugas
menjalankan pemerintahan dan menerima hasil yang didapat dari Aceh sendiri
dan daerah taklukkan. Jika sudah ada yang patut diangkat menjadi sultan,
perbendaharaan itu pun dengan sendirinya berpindah kepada yang berhak. Dalam
menjalankan kekuasaan, sultan mendapat pengawasan dari alim ulama, kadi, dan
Dewan Kehakiman. Mereka terutama bertugas memberi peringatan kepada sultan
terhadap pelanggaran adat dan syara’ yang dilakukan. Sultan Iskandar Muda
berhasil menanamkan jiwa keagamaan pada masyarakat Aceh yang mengandung
jiwa merdeka, semangat membangun, rasa persatuan dan kesatuan, serta semangat
berjuang antipenjajahan yang tinggi. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika
Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah. Itulah sebabnya, bangsa-bangsa Barat
tidak mampu menembus pertahanan Aceh.
Bidang perdagangan yang maju menjadikan Aceh makin makmur. Setelah
Sultan Ibrahim dapat menaklukkan Pedir yang kaya akan lada putih, Aceh makin
bertambah makmur. Dengan kekayaan melimpah, Aceh mampu membangun
angkatan bersenjata yang kuat. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda,
Aceh mencapai puncak kejayaan. Dari daerah yang ditaklukkan didatangkan lada
dan emas sehingga Aceh merupakan sumber komoditas lada dan emas. Pada masa
pemerintahan Iskandar Muda muncul ahli tasawuf yang terkenal, yaitu Hamzah
Fansyuri dan muridnya Syamsudin as Sumatrani. Sultan Iskandar Muda mangkat
pada tahun 1636 dan digantikan oleh menantunya, Iskandar Thani (1636–1641).
Masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani tidak lama karena ia tidak memiliki
kepribadian dan kecakapan yang kuat seperti Sultan Iskandar Muda. Pengawasan
kepada para panglima yang mengurusi perdagangan mengendur sehingga mereka
dapat berbuat semaunya. Daerah-daerah yang jauh dari pemerintah pusat mulai
kurang loyal terhadap sultan. Terlebih lagi setelah Nur ar Din al Raniri (Nurrudin
ar Raniri) ahli tasawuf yang beraliran ortodoks dari Gujarat datang ke Aceh. Sejak
Sultan Iskandar Muda mangkat, Aceh terus-menerus mengalami kemunduran dan
akhirnya pada permulaan abad ke-20 (1935) dapat dikuasai oleh Belanda
walaupun dengan susah payah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
4. Kesultanan Demak (1500-1568)
a. Lokasi dan Sumber sejarah
Kesultanan Demak (1500-1568) berlokasi di Demak, Jawa Tengah, adalah
merupakan kesultanan Islam pertama terbesar di Pantai Utara Jawa. Sebelum
menjadi kesultanan, Demak merupakan kadipaten dari Kerajaan Majapahit,
dengan Raden Patah sebagai adipatinya sejak 1478. Raden Patah jugalah perintis
sekaligus peletak dasar kesultanan Demak sejak tahun 1478. Kesultanan ini
merupakan pelopor penyebaran agama Islam di Jawa dan Indonesia umumnya.
Kesultanan Demak tidak berumur lama karena adanya perebutan kekuasaan di
antara kerabat kerajaan.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Dalam bidang politik, terjadi konflik perebutan takhta di antara anggota
keluarga kesultanan. Akibat konflik yang terus berlanjut, kemudian berkembang
menjadi perang saudara.
c. Bidang Ekonomi, sosial, dan budaya
Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting karena mempunyai daerah
pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain
beras, madu, dan lilin. Barang tersebut diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan
Jepara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih baik.
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur.
Pemerintahan diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau tradisi-
tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja. Hasil kebudayaan Kerajaan Demak
merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Hasil kebudayaannya yang
cukup terkenal dan sampai sekarangmasih tetap berdiri adalah Masjid Agung
Demak. Masjid itu merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam.
Masjid Agung Demak selain kaya dengan ukir-ukiran bercirikan Islam juga
memiliki keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari kumpulan sisa-sisa
kayu bekas pembangunan masjid itu sendiri yang disatukan (tatal). Selain Masjid
Agung Demak, Sunan Kalijaga salah seorang dari Wali Sanga juga meletakkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
dasar-dasar perayaan Sekaten pada masa Kerajaan Demak.Perayaan itu digunakan
oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat agar masuk Islam. Sekaten
ini kemudian menjadi tradisi atau kebudayaan yang terus dipelihara sampai
sekarang.
5. Kerajaan Pajang
a. Letak dan Sumber Sejarah Kerajaan Pajang
Kesultanan Pajang pada awal terbentuknya dipimpin oleh Jaka Tingkir.
Sebelum menjadi Kesultanan Islam Utama di kawasan Jawa Tengah dan Jawa
Timur, Pajang menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit dan Kesulatanan
Demak. Pada masa Kerajaan Majapahit, Pajang lebih dikenal dengan nama
Pengging. Pengging pada saat itu tidak memiliki andil besar dalam kekuasaan
Majapahit. Hayam Wuruk pernah melewati daerah Pengging hanya satu kali
dalam setahun untuk menuju Sungai Bengawan Solo. Pengging pada massa
Majapahit dipimpin oleh seorang adipati bernama Jayadiningrat. Ketika awal
berdirinya Kesultanan Demak, Pengging masih menganut agam Budha yang
dianut Kerajaan Majapahit. Ketika keturunan Adipati Jayadiningrat memimpin
daerah Pengging, maka Pengging memeluk agama Islam.
Pada masa Kesultanan Demak, pemimpin daerah Pengging, yaitu Ki Kebo
Kenanga melakukan tindakan tidak menyenangkan terhadap Kesultanan Demak.
Pengging tidak memberi Demak upeti tahunan. Sultan Demak melihat hal itu
mengambil kesimpulan bahwa Pengging akan melakukan pemberontakan. Maka
Sultan Demak mengutus Sunan Kudus untuk menemui pemimpin Pengging.
Pemimpin Pengging menolak untuk menghadap ke Demak, maka Sunan Kudus
dan Pemimpin Pengging mengadu ilmu. Dalam pertarungan tersebut Ki Kebo
Kenanga terbunuh oleh Sunan Kudus, kemudian Pengging tunduk menjadi daerah
kekuasaan Demak. Setelah kejadian tersebut daerah Pengging lebih dikenal
dengan nama Pajang. Pajang baru memiliki andil yang cukup berpengaruh dalam
kekuasaan Demak. Daerah Pajang memiliki daerah yang subur, beras merupakan
komoditas utama yang diperjual belikan. Batu bata merah juga komoditas yang
penting dalam membangun ekonomi Pajang, karena terdapat pusat pembuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
batu bata merah. Sebagian besar rumah penduduk Pajang dibangun menggunakan
batu bata merah. Keraton Pajang hampir seluruh bangunannya terdiri dari batu
bata merah. Hal ini membantu ekonomi Kesultanan Demak dalam hal pangan dan
pembangunan. Hal tersebut semakin maju pada masa kepepimpinan Jaka Tingkir.
b. Bidang ekonomi, sosial, dan Budaya Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang ini bisa dikatakan sebagai kerajaan bekas dari Demak.
Hal ini karena sejarah berdirinya Kerajaan Pajang tidak bisa dipisahkan dari
Kerajaan Demak. Pendiri Kerajaan Pajang adalah Joko Tingkir yang kala itu
berhasil menumpas Aryo Penangsang. Aryo Penangsang sendiri adalah raja di
Demak yang tidak diinginkan oleh peihak keluarga besar Demak. Dari sini
kemudian keluarga meminta bantuan Joko Tingkir untuk menyingkirkan Aryo
Penangsang. Setelah berjalannya waktu, Kerajaan Demak runtuh maka Joko
Tingkir kemudian menggeser pusat pemerintahan di Demak ke Pajang yang
sekaligus menjadi penanda berdirinya Kerajaan Islam Pajang. Kehidupan politik
Kerajaan Pajang ini sebenarnya mulai mapan dan stabil. Namun disayangkan
perjalanan Kerajaan Islam Pajang tidak cukup lama karena beberapa konflik yang
terjadi. Kerajaan Pajang sendiri berpusat di Jawa Tengah bekas Kerajaan Demak
lebih tepatnya yaitu di daerah Kartasura dekat Surakarta atau Solo. Kerajaan
Pajang ini sebenarnya meski muncul belakangan, pernah juga disebut oleh Hayam
Wuruk dalam kitab Negarakertagama. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit,
kerajaan Pajang dan kerajaan Demak sudah disinggung di dalam kitab tersebut.
Meski merupakan kerajaan baru jika dibanding dengan Kerajaan Demak,
namun secara ekonomi Kerajaan Pajang sangatlah baik. Kesejahteraan rakyatnya
cukup terjamin dengan berbagai hasil bumi yang dihasilkan. Ketika Kerajaan
Demak masih berkuasa, bahkan Kerajaan Pajang ini sudah berhasil mengekspor
beras ke beberapa daerah melalui perniagaan dengan memanfaatkan Bengawan
Solo sebagai jalur transportasi. Pada umumnya, masyarakat Pajang mengandalkan
hasil kebun dan pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan Pajang
berhasil menjadi lumbung beras pada sekitar abad ke 16 dan ke 17. Hal ini karena
irigasi di daerah Pajang sangat bagus dengan adanya Bengawan Solo sehingga
irigasi lancar yang kemudian membuat hasil pertanian melimpah. Kelemahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
masyarakat Pajang pada saat itu adalah ketidakmampuan dalam bidang
perniagaan. Sehingga meski memiliki hasil agraris yang sangat melimpah,
kedigdayaan ekonomi Kerajaan Pajang ini tidak berlangsung lama. Terlebih lagi
perniagaan dengan basis laut atau maritim yang sedang ngetrend pada saat itu,
semakin membuat Kerajaan Pajang tertinggal dengan kerajaan lain di bidang
ekonomi perniagaan. Karena masyarakat pajang kurang ahli dalam masalah
kelautan, padahal pada saat itu semua perdagangan hampir dilakukan di lautan.
Meski kerajaan Pajang merupakan salah satu Kerajaan Islam di Jawa,
namun pengaruh tradisi Hindu masih kentara. Sehingga beberapa kebudayaan pun
masih ada yang menggunakan tradisi-tradisi Hindu. Masyarakat di Pajang juga
masih banyak yang menjalankan beberapa tradisi yang sudah turun temurun dari
nenek moyang mereka. Pada masa kejayaan Kerajaan Pajang, terjadi akulturasi
budaya antara Hindu dan Islam yang kuat. Bahkan, kemunculan Kerajaan Pajang
ini juga banyak yang menafsirkan kembalinya kekuasaan Islam kejawen dari
Islam ortodok.
6. Kesultanan Mataram (1586-1755)
a. Lokasi dan sumber sejarah
Kesultanan Mataram (Islam) tidak ada hubungannya dengan kerajaan
Mataram Hindu; kebetulan saja memakai nama yang sama. Kemungkinan juga
pemakaian nama yang sama ini di dorong keinginan untuk menjadi besar seperti
kerajaan Mataram Kuno. Pemindahan pusat pemerintahan dari Pajang ke Mataram
pada tahun 1586 oleh Senopati menandai berdirinya Kesultanan Mataram.
Pusatnya adalah di kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Pada awalnya
pemerintahan Senopati mendapat banyak tantangan dari para bupati di sepanjang
Pantai Utara Jawa yaitu di Demak, Jepara, Kudus, Gresik, dan Surabaya.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Sultan Agung membagi sistem pemerintahan Kesultanan Mataram seperti:
1) Kutanegara, daerah pusat keratin, pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh
patih lebet yang dibantu oleh wedana lebet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
2) Negara Agung, daerah sekitar Kutanegara, pelaksanaan pemerintahan
dipegang patih jawi (patih luar) yang dibantu wedana jawi.
3) Mancanegara, daerah luar Negara Agung, pelaksanaan pemerintahannya
dipegang oleh para bupati.
4) Pesisir, daerah pesisir. Pemerintahan dipegang oleh bupati atau syahbandar.
Selain tangguh, Sultan Agung juga dikenal sebagai seorang yang ahli
politik, sastra, filsafat (Jawa), serta Agama. Pada masa ini tumbuh Kebudayaan
Kejawen, yaitu akulturasi antara kebudayaan Jawa asli, Hindu, Buddha, dan
Islam.
d. Bidang Sosial, ekonomi dan budaya
Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, raja merupakan pemegang
kekuatan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan yang diserahi
tugas-tugas tertentu. Kebesaran kerajaan dan kewibawaan raja lazim dicerminkan
dalam keraton sebagai kompleks bangunan kediaman raja, seperti sitinggil dan
masjid besar. Kesenian yang ada di kerajaan mempunyai fungsi untuk
melambangkan status raja. Segala benda di sekeliling raja, upacara, dan perayaan-
perayaan, selain mempunyai fungsi sakral-magis juga dapat menambah semarak
suasana kerajaan dengan segala keagungannya. Di bidang keagamaan terdapat
jabatan penghulu, ketib, naib, dan suranata. Pejabat-pejabat keagamaan ini disebut
abdi dalam pametakan atau abdi dalem pemutihan. Penghulu istana merupakan
jabatan tertinggi dalam bidang keagamaan. Tugas penghulu istana adalah
memimpin upacara-upacara keagamaan.
Di bidang pengadilan, dalam istana terdapat jabatan jaksa. Jabatan ini
merupakan wewenang wedana-wedana keparak. Di dalam sidang pengadilan
istana, jaksa berhak mengemukakan bukti dan mengajukan tuntutan, sedangkan
yang berhak mengadili adalah raja. Pejabat-pejabat kerajaan, seperti wedana dan
bupati tidak mendapat imbalan berupa gaji, tetapi mendapat hak tanah gaduhan
sebagai tanah lungguh. Dari hasil tanah tersebut para pejabat menggunakan
sebagai biaya keperluan hidupnya, sedangkan sebagian hasilnya harus diserahkan
kepada kas kerajaan. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan diciptakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
peraturan yang dinamakan angger-angger yang harus ditaati oleh seluruh
penduduk.
Letak geografisnya yang berada di pedalaman didukung tanah yang subur,
menjadikan kerajaan Mataram sebagai daerah pertanian (agraris) yang cukup
berkembang, bahkan menjadi daerah pengekspor beras terbesar pada masa itu.
Rakyat Mataram juga banyak melakukan aktivitas perdagangan laut. Hal ini dapat
terlihat dari dikuasainya daerah-daerah pelabuhan di sepanjang pantai Utara Jawa.
Perpaduan dua unsur ekonomi, yaitu agraris dan maritim mampu menjadikan
kerajaan Mataram kuat dalam percaturan politik di nusantara.
7. Kesultanan Gowa-Tallo (1528-1670-an)
a. Lokasi dan sumber sejarah
Kesultanan Gowa-Tallo (1528-1670-an) letaknya sangat strategis yaitu di
antara wilayah barat (Malaka) dan Timur Nusantara (Maluku). Makassar menjadi
Bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya akan rempah-rempah.
Kerajaan ini memiliki pelaut-pelaut yang tangguh, yang dapat memperkuat
barisan pertahanan laut Makassar. Sumber asing tertulis pertama dari catatan
Tome Pires. Dalam catatannya, ia melukiskan kemampuan pelayaran dan
perdagangan orang-orang Makassar. Tome Pires menulis bahwa orang-orang
Makassar telah berdagang sampai ke Malaka, Jawa, Borneo, Negeri Siam, dan
juga semua tempat yang yang terdapat antara Pahang dan Siam.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Kesultanan ini desebut-sebut kaya akan beras, bahan-bahan makanan
lainnya, daging, dan kapur barus hitam. Mereka memasok barang-barang
dagangan dari luar, antara lain jenis pakaian dari Cambay, Bengal, dan Keling.
Penemuan banyak jenis keramik dari masa Dinasti Sung dan Ming di daerah
Sulawesi Selatan juga membuktikan kerajaan ini telah menjalin hubungan baik
dengan Cina. Meski memiliki kebebasan dalam mencapai kesejahteraan hidup,
dalam kehidupan sosial sehari-hari mereka sangat terikat dengan norma adat yang
mereka anggap sacral. Norma kehidupan sosial Makassar diatur berdasarkan adat
dan agama Islam yang disebut Pangadakkang. Selain norma tersebut, masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Makassar juga mengenal sistem pelapisan sosial: lapisan yang merupakan
golongan bangsawan disebut ”anakarung/ karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan
disebut “to maradeka”, dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya
disebut golongan “ata”.
c. Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan
internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti
Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di
Makasar. Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga
yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE
sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar
menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat. Selain perdagangan,
Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga
menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.
Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah
nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah
kemakmuran hidupnya.Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut,
kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari
Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk
Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan
Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini. Setahun kemudian hampir
seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa
menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari
Minangkabau. Raja Gowa Tallo sangat besar perannya dalam menyebarkan Islam,
sehingga bukan rakyat saja yang memeluk Islam tapi kerajaan-kerajaan
disekitarnya juga menerima Islam, seperti Luwu, Wajo, Soppeg, dan Bone. Wajo
menerima Islam tahun 1610 M. Raja Bone pertama yang menerima Islam bergelar
Sultan Adam. Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha
dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan
masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut
PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-
norma tersebut.
Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan
sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan
keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan
disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya
disebut dengan golongan “Ata”. Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar
banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia
pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh
orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi dan Lombo
merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.
8. Kesultanan Ternate (1257-sekarang) dan
Kesultanan Tidore (1322-akhir abad ke-18)
a. Lokasi dan sumber sejarah
Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore adalah dua dari empat
kesultanan Islam di Maluku. Secara geografis letak kedua kesultanan ini di
Kepulauan Maluku, antara lain Sulawesi dan Papua. Kesultanan Ternate didirikan
oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Sumber berita yang menyatakan
tentang keberadaan kesultanan Ternate dan Tidore adalah sejarawan Belanda
F.S.A. de Clercq yang mencatat pada tahun 1334 Tidore dipimpin oleh seorang
yang bernama Hasan Syah.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Awalnya Ternate dan Tidore hidup berdampingan dengan damai. Konflik
terjadi ketika para pedagang Eropa mulai datang. Bangsa Portugis memilih untuk
berhubungan dengan Ternate, sedangkan Spanyol sama-sama ingin menguasai
wilayah-wilayah yang ada dalam persekutuan kedua kesultanan. Sehingga,
mereka sengaja melancarkan taktik dengan cara membina hubungan baik dengan
penguasa setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
c. Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat
sehingga pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para
pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras
untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan
keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat
membangun armada laut yang cukup kuat.
Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Nuku (1780–1805). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore
untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta
terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapatkan apa-apa
kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan
waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis,
Spanyol, Belanda, maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus
meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Pulau
Halmahera, Kepulauan Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya,
Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Mengetahui
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik
Drs. Subagyo
NIP. 19620712 198703 1 011
Yogyakarta, 18 April 2018
Guru Mata Pelajaran Sejarah
Triyana, S.Pd
NIP. 196706301992031002
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
KISI-KISI SOAL TES KOGNITIF
KISI-KISI ULANGAN PEMBELARAJAN SEJARAH
Satuan Pendidikan : SMA N 1 Ngaglik Hari, tanggal : 18 April 2018
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Waktu : 2 x 45 Menit
Kelas : X IPS 1 Tahun Pelajaran : 2017/2018
No Kompetensi
Dasar
Materi Pokok Indikator Tingkat
Kesulitan
Bentuk
Soal
No
Soal
Kunci
Jawaban
1 2 3 4 5 6 7 8
1. 3.8
Menganalisis
perkembangan
kehidupan
masyarakat,
pemerintahan
dan budaya pada
masa kerajaan-
kerajaan Islam
Mengidentifikasi kerajaan Islam pertama
di Indonesia C4 PG 1 D
2. Mengidentifikasi pedagang Islam yang
pertama kali masuk ke Indonesia C1 PG 2 A
3. Mengklasifikasikan faktor-faktor
pendukung utama perkembangan kerajaan
Samudera Pasai.
C3 PG 3 A
Lampiran 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
4. di Indonesia
serta
menunjukkan
contoh bukti-
bukti yang
masih berlaku
pada kehidupan
masyarakat
Indonesia masa
kini
Mengidentifikasi cara kerajaan Banjar
memperluas daerah kekuasaannya. C1 PG 4 D
5. Mengidentifikasikan raja pertama dari
kerajaan Samudera Pasai C1 PG 5 D
6. Menentukan pusat masuknya Islam di
Maluku C3 PG 6 A
7. Mengidentifikasi tokoh di kerajaan Gowa-
Tallo C1 PG 7 A
8. Menemukan penyebab raja Ternate
memeluk agama Islam C4 PG 8 A
9. Mengidentifikasi tujuan kedatangan
bangsa Portugis ke kepulauan Maluku C4 PG 9 B
10. Menunjukkan peletak dasar kerajaan
Demak C1 PG 10 E
11. Menunjukkan pendiri kerajaan Demak C1 PG 11 E
12. Menggali informasi mengenai
pemindahan ibukota kesultanan dari
Demak ke Pajang
C3 PG 12 C
13. Menunjukkan pendiri kerajaan Pajang C1 PG 13 C
14. Menggali informasi mengenai masa
pemerintahan Sultan Agung C3 PG 14 A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
15. Menggali informasi mengenai masa
pemerintahan Amangkurat II C3 PG 15 A
16. Mengidentifikasi berbagai informasi
mengenai Kesultanan Malaka yang
dipimpin oleh Parameswara.
C4 PG 16 E
17. Menunjukkan letak kerajaan Banjar C1 PG 17 A
18. Menunjukkan bukti spesifik Kerajaan
Mataram Islam di Pulau Jawa C1 PG 18 D
19. Mengidentifikasi peninggalan Kerajaan
Demak C4 PG 19 E
20. Mengidentifikasi peninggalan dari
Kerajaan Gowa-Tallo C4 PG 20 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
SOAL TES KOGNITIF
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Program : X/IPS
Hari/Tanggal : Senin, 30 April 2018
Waktu : 30 menit
1. Pernyataan yang paling tepat di bawah ini adalah ….
A. Kerajaan Mataram merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara
B. Kerajaan Malaka merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara
C. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara
D. Kerajaan samudera pasai merupakan kerajaan pertama di Nusantara
E. Kerajaan Aceh merupakan kerajaan Islam di Nusantara
2. Pertama kali para pedagang Islam datang di Nusantara adalah pada zaman
kerajaan….
A. Samudra Pasai
B. Majapahit
C. Sriwijaya
D. Demak
E. Aceh
3. Faktor - faktor pendukung utama perkembangan Kerajaan Samudera Pasai di
dunia maritim adalah….
A. Letaknya strategis yaitu di jalur perdagangan
B. Armada lautnya yang kuat
C. Bandar-bandar dagang yang aman
D. Terdapat sumber-sumber perdagangan
E. Tidak pernah terjadi perebutan kekuasaan
Lampiran 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
4. Tokoh di bawah ini yang merupakan pendiri kerajaan Aceh adalah….
A. Sultan Hasanuddin
B. Sultan Ageng Tirtayasa
C. Sultan Trenggono
D. Sultan Ali Mughayat Syah
E. Sultan Agung
5. Berikut ini pernyataan yang tepat dari Kerajaan Samudra Pasai adalah….
A. Zainal Abidin merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai
B. Sultan Ahmad merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai
C. Malik Al Tahir merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai
D. Malik Al Saleh merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra
Pasai
E. Al Kamil merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai
6. Pusat masuknya agama Islam di Maluku yaitu….
A. Ternate
B. Halmahera
C. Tidore
D. Wetar
E. Ambon
7. Tokoh yang mendapat julukan “Ayam Jantan dari Timur” adalah….
A. Sultan Hasanudin
B. Amanna Gappa
C. Sultan Baabullah
D. Sultan Alaudin
E. Sultan Zainal Abidin
8. Penyebab raja Ternate tertarik untuk mengikuti ajaran agama Islam yaitu ....
A. Ada seseorang dari jawa yang namanya Maulana Husayu yang
menunjukkan kemahirannya dalam menulis dan membaca huruf
arab dalam Al-Qur’an sehingga raja Ternate tertarik untuk
mempelajarinya
B. Karena Islam tidak membedakan kedudukan dalam masyarakat
C. Berbagai upacara dalam islam dilakukan secara sederhana
D. Ajaran Islam berupaya untuk dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat
dengan adanya kewajiban zakat
E. Islam dilakukan dengan damai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
9. Tujuan kedatangan bangsa Portugis di kepulauan Maluku adalah ....
A. Berwisata dan menikmati keindahan pulau Maluku
B. Menjalin perdagangan dan memperoleh rempah-rempah
C. Menanamkan semua bidang kehidupan di Maluku
D. Menjalin hubungan perdagangan dan mendirikan persekutuan dagang
E. Menyebarkan agama Protestan kepada penduduk Maluku
10. Berikut ini tokoh yang menjadi peletak dasar Kerajaan Demak adalah….
A. Pati Unus
B. Abdul Mufakir
C. Maulana Yusuf
D. Sultan Haji
E. Raden Patah
11. Pernyataan di bawah ini yang paling tepat mengenai Raden Patah adalah ….
A. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan Pajang
B. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan Aceh
C. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan malaka
D. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan Mataram
E. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan Demak
12. Berikut ini perubahan besar yang dilakukan oleh Sultan Hadiwijaya adalah….
A. Membangun Masjid Demak
B. Kerajaan Mataram Islam terpecah menjadi dua
C. Pemindahan ibu kota kesultanan dari Demak ke Pajang
D. Peletak dasar kerajaan Demak
E. Menyejahterakan kehidupan rakyatnya
13. Tokoh yang merupakan pendiri Kerajaan Pajang adalah ….
A. Raden Patah
B. Sultan Malik Al Saleh
C. Sultan Hadiwijaya
D. Sultan Iskandar Muda
E. Sunan Kalijaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
14. Perhatikan data berikut ini
(1) Menyatukan pulau jawa di bawah kekuasaan Mataram.
(2) Menyusun Karya sastra yang berjudul Gending.
(3) Menyerang Belanda ke Batavia.
(4) Menulis cerita wayang dengan lakon yang bernapaskan Islam.
(5) Menyerang karajaan-kerajaan kecil di Bali.
Dari data tersebut hal mana sajakah yang telah dilakukan Sultan Agung pada
masa Pemerintahannya di Mataram?
A. (1), (2), (3)
B. (1), (2), (4)
C. (2), (3), (4)
D. (2), (3), (5)
E. (3), (4), (5)
15. Pada masa pemerintahan Amangkurat II, wilayah Kerajaan Mataram semakin
sempit karena sebagian besar dikuasai oleh Belanda. Hal ini dibuktikan
dengan adanya perjanjian pada 1755 M, yaitu….
A. Perjanjian Giyanti.
B. Perjanjian Tuntang.
C. Perjanjian Bongaya.
D. Perjanjian Salatiga.
E. Perjanjian Saragosa
16. Penguasa pertama Kesultanan Malaka disebutkan bernama Parameswara.
Setelah memeluk agama Islam ia kemudian mengganti nama menjadi
sultan….
A. Mahmud Syah
B. Mudzafat Syah
C. Allauddin Syah
D. Baharuddin
E. Iskandar Syah
17. Kehidupan ekonomi masyarakat Aceh bergerak dalam bidang ….
A. Pelayaran dan perdagangan
B. Peternakan dan perkebunan
C. Pertanian dan perkebunan
D. Pertanian dan peternakan
E. Perikanan dan peternakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
18. Bukti spesifik Kerajaan Mataram Islam di Pulau Jawa adalah….
A. Candi
B. Pendopo Agung
C. Masjid istiqlal
D. Keraton
E. Masjid Gede
19. Keempat tiang ini merupakan salah satu kekhasan yang ada di masjid Demak.
Tiang ini dibuat sebagai penopang masjid yang terinspirasi dari konstruksi
tiang kapal jung Tiongkok. Salah satu tiang yang dibuat dari potongan-
potongan kayu yaitu….
A. Saka Bledeg yang dibuat oleh Sunan Gunung Jati
B. Saka Guru yang dibuat oleh Sunan Kalijaga
C. Saka Serambi yang dibuat oleh Sunan Ampel
D. Saka Tiang yang dibuat oleh Sunan Bonang
E. Saka tatal yang dibuat oleh Sunan Kalijaga
20. Salah satu peninggalan dari kerajaan Gowa-Tallo adalah….
A. Benteng Marborough
B. Benteng Vredeburgh
C. Benteng ford Ratterdam
D. Masjid Agung Banten
E. Keraton
Nilai = X 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
DATA NILAI KOGNITIF PESERTA DIDIK KELAS X IPS 1
No NIS Nama Peserta Didik KKM Nilai Ket.
1 8762 Afrizal Fathan Raharjo 75 85 Tuntas
2 8767 Aldila Ayu Permatasari 75 90 Tuntas
3 8769 Alita Adha Raihanifa 75 85 Tuntas
4 8772 Alvia Cindy Margaretha 75 85 Tuntas
5 8776 Anantama Faris Endarto 75 80 Tuntas
6 8781 Annisa Nurul Fadhilah 75 85 Tuntas
7 8787 Astuti Purwaning Wijayanti 75 85 Tuntas
8 8802 Debira Inge Puspaningrum 75 90 Tuntas
9 8804 Dewi Bulan Nurdaningrum 75 85 Tuntas
10 8807 Dian Nita Utami 75 75 Tuntas
11 8811 Dita Puspita Sari 75 80 Tuntas
12 8822 Farhan Aditya Nugraha 75 90 Tuntas
13 8829 Geger 75 90 Tuntas
14 8837 Hardya Wimas Angesti 75 80 Tuntas
15 8838 Hasnani Iza Nahida 75 90 Tuntas
16 8840 Hendy Surya Ahdim 75 70 Tidak Tuntas
17 8855 Mardhatilla Leksono 75 70 Tidak Tuntas
18 8869 Muh. Arif satrio wibowo 75 95 Tuntas
19 8892 Primaselia Pramudita 75 85 Tuntas
20 8897 Raditya Fauzan 75 85 Tuntas
21 8911 Rio Noor Hendrawan 75 85 Tuntas
22 8913 Rizky meisaida putri. S 75 85 Tuntas
23 8916 Rosita Nur Alizha 75 85 Tuntas
24 8920 Salsabila Mutiara Sari 75 75 Tuntas
25 8923 Satwika Fajar Wicaksi 75 85 Tuntas
26 8934 Thoriq Abdillah Mutiara 75 80 Tuntas
27 8937 Titik Handayani 75 95 Tuntas
28 8944 Yudha mahendra wahyu. P 75 100 Tuntas
JUMLAH 2370
RATA-RATA 84,64
PROSENTASE 92,86%
Lampiran 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
KISI-KISI INSTRUMEN KUESIONER
Variabel Definisi Variabel Indikator
Pembelajaran
literasi
Pembelajaran literasi adalah
pembelajaran yang memuat
empat keterampilan yaitu
membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara yang
bertujuan untuk mengenalkan
peserta didik tentang dasar-
dasar membaca, menulis,
memelihara kesadaran bahasa,
dan memotivasi untuk belajar.
Penerapan literasi dalam
proses pembelajaran
sejarah
Lampiran 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
KUESIONER
PENERAPAN PEMBELAJARAN LITERASI DALAM PEMBELAJARAN
SEJARAH INDONESIA DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK TAHUN AJARAN
2017/2018
A. Pengantar
Kuesioner ini bertujuan sebagai alat pengumpul data peneliti. Dalam
kuesioner ini anda diminta untuk dapat memberikan jawaban secara jujur dan
benar sesuai dengan apa yang dialami dan telah Anda lakukan dengan
sebenarnya. Adapun jawaban Anda tidak akan berpengaruh terhadap nilai
apapun dan kerahasiaannya terjamin.
Kesediaan Anda dalam mengisi kuesioner ini merupakan jasa yang sangat
berharga bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Atas
ketersediaanya penulis mengucapkan terima kasih.
B. Petunjuk Pengisian
1. Tulislah data identitas Anda secara lengkap.
2. Bacalah semua pernyataan dan pilih salah satu jawaban sesuai dengan
penilaian Anda sendiri.
3. Berilah tanda check list (√) pada butir-butir pernyataan berikut ini sesuai
dengan kriteria sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang
Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
4. Sebelum Anda kembalikan kepada peneliti, periksalah kembali kuesioner
Anda apakah semua pertanyaan telah dijawab.
5. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, jawaban yang jujur sangat
diharapkan.
C. Data Responden
1. Nama :
2. Kelas :
Lampiran 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
PENERAPAN PEMBELAJARAN LITERASI DALAM PEMBELAJARAN
SEJARAH INDONESIA DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK TAHUN AJARAN
2017/2018
NO PERNYATAAN SKOR SS S KS TS STS
1 Saya senang belajar sejarah dengan
pembelajaran literasi
2 Minat belajar sejarah saya meningkat
setelah menggunakan pembelajaran literasi
3 Pembelajaran literasi pada mata pelajaran
sejarah sangat membosankan
4 Saya mudah memahami materi sejarah
dengan menggunakan pembelajaran literasi
5 Saya dapat memaknai sejarah melalui
pembelajaran literasi
6
Pembelajaran literasi memudahkan saya
untuk mendapatkan informasi dalam
pelajaran sejarah
7
Pembelajaran literasi dapat menumbuhkan
empat keterampilan membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara pada diri saya
8 Saya lebih senang belajar sejarah tanpa
menggunakan pembelajaran literasi
9
Pembelajaran literasi tidak cocok
digunakan dalam proses pembelajaran
sejarah
10 Saya sangat tertarik belajar sejarah dengan
menggunakan pembelajaran literasi
11
Dalam menerapkan empat aktivitas yang
ada dalam literasi, Saya menjadi lebih aktif
dalam proses pembelajaran sejarah
12
Melalui pembelajaran literasi saya mudah
mengingat dan berpikir kritis tentang
materi sejarah
13
Pembelajaran literasi dapat
mengembangkan pengetahuan dalam diri
saya
14 Pembelajaran literasi membuat saya
terbiasa untuk membaca buku
15 Pembelajaran literasi membuat saya
semangat dalam belajar sejarah
16 saya sangat nyaman belajar sejarah dengan
menerapkan pembelajaran literasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
17 Saya tidak tertarik belajar sejarah dengan
menggunakan pembelajaran literasi
18
Pelajaran sejarah dengan menggunakan
pembelajaran literasi membuat saya
kesulitan dalam memahami materi
pembelajaran
19 Saya sangat antusias mengikuti pelajaran
sejarah dengan pembelajaran literasi
20
Saya senang belajar sejarah menggunakan
pembelajaran literasi dengan desain
pembelajaran yang menarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
DATA MINAT BELAJAR SEJARAH PESERTA DIDIK
No NIS Nama No. Pertanyaan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 8762 Afrizal Fathan Raharjo 1 3 3 3 4 4 3 5 3 3 3 4 4 1 3 3 4 3 4 3 64
2 8767 Aldila Ayu Permatasari 2 3 3 3 3 4 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 56
3 8769 Alita Adha Raihanifa 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 73
4 8772 Alvia Cindy Margaretha 3 3 4 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 55
5 8776 Anantama Faris Endarto 2 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 69
6 8781 Annisa Nurul Fadhilah 3 3 3 3 4 4 4 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 60
7 8787 Astuti Purwaning .W 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 3 4 5 5 4 3 4 3 3 4 77
8 8802 Debira Inge .P 2 4 3 2 4 4 3 2 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 68
9 8804 Dewi Bulan .N 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 67
10 8807 Dian Nita Utami 5 5 1 5 5 5 5 2 2 4 4 5 5 5 5 4 4 1 4 3 79
11 8811 Dita Puspita Sari 2 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 60
12 8822 Farhan Aditya Nugraha 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 71
13 8829 Geger 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 69
14 8837 Hardya Wimas Angesti 3 4 3 4 4 4 5 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 74
15 8838 Hasnani Iza Nahida 3 4 3 4 5 5 4 2 1 3 3 4 4 4 3 3 4 1 3 4 67
16 8840 Hendy Surya Ahdim 3 3 3 3 3 3 4 5 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 65
17 8855 Mardhatilla Leksono 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 77
Lampiran 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
18 8869 Muh. Arif satrio wibowo 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
19 8892 Primaselia Pramudita 2 3 5 3 2 4 4 4 4 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 55
20 8897 Raditya Fauzan 3 4 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 66
21 8911 Rio Noor Hendrawan 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 66
22 8913 Rizky Meisaida Putri. S 4 4 3 4 4 5 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 77
23 8916 Rosita Nur Alizha 3 4 5 3 4 4 4 2 2 5 5 4 4 4 4 4 5 3 2 3 74
24 8920 Salsabila Mutiara Sari 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 71
25 8923 Satwika Fajar Wicaksi 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 72
26 8934 Thoriq Abdillah Mutiara 2 4 4 3 3 3 4 5 4 3 3 3 4 3 3 3 3 5 3 3 68
27 8937 Titik Handayani 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 68
28 8944 Yudha Mahendra. W . P 3 4 1 4 5 5 3 2 2 4 3 3 3 4 4 4 4 2 4 4 68
JUMLAH 1899
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
INSTRUMEN PENILAIAN KETRAMPILAN
“Mengkomunikasikan informasi mengenai kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam
di Indonesia melalui teks naratif”
Rubrik penilaian Keterampilan:
Anggota Kelompok:
1. ……………………………………
2. ……………………………………
3. ……………………………………
4. ……………………………………
dst.
Keterangan:
4 = sangat baik,
3 = baik,
2 = cukup baik,
1 = kurang baik
Nilai= X100
No. Kriteria Skor
4 3 2 1
1 Konsep/Gagasan
2 Isi Cerita
3 Penyampaian Cerita
4 Teknik dan Gaya Bercerita
5 Kreatifitas
Jumlah skor
Lampiran 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
DAFTAR NILAI PSIKOMOTORIK PESERTA DIDIK
No Nama Kelompok KKM Nilai
1. Kerajaan Samudra Pasai 75 80
2. Kerajaan Malaka 75 85
3. Kerajaan Aceh 75 75
4. Kerajaan Demak 75 80
5. Kerajaan Pajang 75 75
6. Kerajaan Mataram Islam 75 90
7. Kerajaan Ternate-Tidore 75 80
8. Kerajaan Gowa-Tallo 75 85
Jumlah 650
Rata-rata 81,25
Lampiran 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI