Post on 23-Nov-2020
PEMAHAMAN PENGHUNI LAPAS TERHADAP AYAT-AYAT TAUBAT
DALAM AL-QUR’AN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS)
POLRES JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Nurpaiji Rahmat
NIM. 11150340000258
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1441 H
PEPIAHAP眈N PENGHUNILAPAS TERⅡ ADAP AYAT‐AYAT TAUBAT
DALAM AL‐ QUR'AN DILEMBAGA PEPIASYARAKATAN(LAPAS)POLRESJAKARTA SELATAN
Skripsi
Dittukanuntvemenuhi PersyaratanMttper01ch
Gelar Sttiana Agama(SoAD
C)lёh: 1 1
Nurpalii RahmatNI卜仁.11150340000258
Pembimbing :
PROGRAM STIIDIILMU AL― QUR'AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USIULUDDIN
UNIVERSITASISLAM NECERISYARIF ⅡIDAYATULLAH
JAKARTA
2019Ⅳ1/1441H
NIP:196508172000031001
PENGESAHAN PANITIA UЛ AN
Skripsi berJudul“ PEMAHAPIAN PENGⅡ UNI LAPAS TERⅡADAP AYAT‐AYAT TAUBAT DAL劇レIAL‐QUR'AN DILEMBAGAPEMASYARAKATAN eAPAS)POLRES JAKARTA SELATAN"telahdittiakan dalam sidang″α4α 9αツαtt Fakultas Ushuluddin UIN SyarifHidayatullah
Jakarta pada 01 0ktobcr 2019。 Skripsi ini telah ditcdma sebagai salah satu syarat
memperolch gelar SttanaAgalna(S.Ag)pada prOgram Studi1lmu Al― Qur'an dan
Tafsir.
Jakarta,01 0ktober 2019
Sidang Munaqasyah
K/ノヴ
etua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Fahrizal Mahdin Lc.MIRKH
NIP.198208162015031004
Drs.価 ad Rifqi Muchtar,MA
NIP.196908221997031002
Dr.Muhammad Zuhdi Zaini、 M.AQNIP.196508172000031001
19710217
Pentti II
Pembimbing
た
t′
1002
iv
ABSTRAK
Nurpaiji Rahmat
“Pemahaman Penghuni Lapas Terhadap Ayat-ayat Taubat dalam al-
Qur’an di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Polres Jakarta Selatan”
Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa, dalam
kehidupan dihadapkan dengan berbagai persoalan yang terkadang membuat
manusia melakukan perbuatan dosa. Secara fitrah manusia menginginkan kembali
kepada tuhannya dalam keadaan suci kembali maka dari itu untuk meminimalisir
dosa yang dilakukan setiap hamba, Allah memudahkan jalan baginya yakni
taubat. Taubat itu berarti kembali, pulang, dan menyesal. Ia merupakan praktik
ketakutan di dalam hati yang memotivasi seorang hamba dengan kuat untuk
kembali kepada Allah Swt.
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang pengumpulan
datanya dilakukan melalui penelitian, yakni field research (penelitian lapangan)
dengan metode pengambilan data melalui observasi non partisipan dimana penulis
hanya memfokuskan kepada responden dengan datang ke tempat penelitian 3-4
kali, wawancara dan dokumentasi dengan narapidana yang berjumlah 10 orang di
lembaga pemasyarakatan Jakarta Selatan.
Kesimpulan skripsi ini bahwa hampir sebagian narapidana mengetahui
ayat-ayat taubat dari 10 responden mengatakan bahwa ia faham dengan konsepan
taubat yang tertuang dalam ayat al-Qur‟an yang semuanya mengajak kepada
kebaikan dan meninggalkan perbuatan yang dilarang dalam syariat agama, dan
mengaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas berkat rahmat, limpahan kasih
sayang, kesabaran serta keistiqamahan sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini dengan judul: Pemahaman Penghuni lapas Terhadap Ayat-ayat Taubat
(Studi di Lembaga Pemasyarakatan Polres Jakarta Selatan. Shalawat serta salah
semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda alam Nabi Muhammad Saw
yang telah memberikan jalan kemudahan sampai sekarang ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk lulus pada program
Strata-1 di Jururusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Segenap civitas Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Prof.
Dr. Amani Lubis MA. Selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta jajarannya.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta segaligus dosen pembimbing
penasehat akadimik.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, MA. Selaku ketua jurusa Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir. Serta Bapak Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH. Selaku sekretaris
jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir.
4. Bapak Dr. Muhammad Zuhdi M.Ag. Selaku Dosen pembimbing
skripsi yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
dan selalu meluangkan waktunya, memberikan saran, sarahan serta
motivasinya kepada penulis. Terima kasih atas bimbingannya dan
mohon maaf sebesar-besarnya jika dalam proses penulisan banyak
merepotkan, semoga Allah senantiasa memberi kesehatan dan
meindungi bapak dan keluarga.
vi
5. Segenap Dosen Jurusan Imu Al-Qur‟an dan Tafsir beserta staf
karyawan fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
sudah membimbing dan memberikan ilmu, wawasan serta motivasi
yang diberikan terhadap penulis, semoga Allah membalas dengan
pahala yang berlipat ganda.
6. Terima kasih juga kepada Kapolres Jakarta selatan yang telah
memberikan perizinan untuk penelitian skripsi di Lembaga
Pemasyarakatan Jakarta Selatan.
7. Teruntuk kedua orang tua tercinta Mamah dan Abah yaitu Bapak
Adnan dan Ibu Jasih, yang telah membesarkan, mendidik dengan
cahaya cinta dan mengajarkan banyak hal. Semoga Allah senantiasa
menjaga dan memberikan kasih sayang terhadapnya sebagaimana
kasih kasangmu dahulu.
8. Tak lupa pula teruntuk Kakak-kakak ku Abdurrahman, S.HI,
Wahyudin, Muiyah, S.Sy, Fatwa, dan adik bungsu Muhammad Fahri,
terima kasih atas bantuannya baik materil atau moril serta doa kalian
semua sehingga ananda bisa menyelesaikan studi ini.
9. Kepada guru-guru khususnya pengasuh Pondok Pesantren UICCI
(United Islamic Cultural Center of Indonesia) Sulaimaniyah Musthafa
Atalar, HE. Selaku pimpinan Pondok Pesantren UICI Sulaimaniyah
cabang Ciputat, dan juga para Abi/Ustadz pengasuh Pondok Pesantren
UICCI Abi Sulaiman, HE, Abi Sinan HE, Abi Esad. HE, Abi Lutfi
Yeter. HE, Abi Miftahul Hasan. HE, Abi Farid. HE, dan Abi Ahmed
HE, berkat doa, kesabaran serta memberikan ilmu yang bermanfaat
semoga Allah selalu memberikan kesehatan sehingga banyak yang bisa
merasakan limpahan ilmu dari jalan dakwah ini.
10. Dan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah
berjuang bersama menimba ilmu khususnya teman di Pondok
Pesantren UICCI Sulaimaniyah yang merupakan satu angkatan Ilmu
al-Qur‟an dan Tafsir 2015 yaitu Ahmad Abidin Nuris Salam,
Abdurrahman Wahid, Ardi Kurniawan dan Ahmad Sopian. Perjuangan
vii
kita belum sampai disini kawan, masih banyak anak tangga yang harus
di daki.
11. Tak lupa pula kepada teman-teman seperjuangan Ilmu al-Qur‟an dan
Tafsir angkatan 2015 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang selalu mendukung dan memberikan semangat
12. Dan tak lupa juga kepada KKN HARMONI 042 yang telah mendorong
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis. Semoga bisa bermanfaat dan semoga Allah swt
membalas semua kebaikan dan mendapat keberkahan yang berlimpah.
Aamin yaa rabal alamin.
Ciputat, 13 September 2019
Nurpaiji Rahmat
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Dalam skripsi, tesis, dan disertasi bidang keagamaan (baca: Islam), alih aksara
atau transliterasi, adalah keniscayaan. Oleh karena itu, untuk menjaga konsistensi,
aturan yang berkaitan dengan alih aksara ini penting diberikan. Pengetahuan
tentang ketentuan ini harus diketahui dan dipahami, tidak saja oleh mahasiswa
yang akan menulis tugas akhir, melainkan juga oleh dosen, khususnya dosen
pembimbing dan dosen penguji, agar terjadi saling kontrol dalam penerapan dan
konsistensinya. Dalam dunia akademis, terdapat beberapa versi pedoman alih
aksara, antara lain versi Turabian, Library of Congress, Pedoman dari Kementian
Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta versi
Paramadina.Umumnya, kecuali versi Paramadina, pedoman alih aksara tersebut
meniscayakan digunakannya jenis huruf (font) tertentu, seperti font Transliterasi,
Times New Roman, atau Times New Arabic. Untuk memudahkan penerapan alih
aksara dalam penulisan tugas akhir, pedoman alih aksara ini disusun dengan tidak
mengikuti ketentuan salah satu versi di atas, melainkan dengan
mengkombinasikan dan memodifikasi beberapa ciri hurufnya. Kendati demikian,
alih aksara versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini disusun dengan logika yang
sama.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ث
Ts te dan es ث
J Je ج
ix
ḥ h dengan titik bawah ح
Kh ka dan ha ر
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy es dan ye ش
Ṣ es dengan titik bawah ص
ḍ de dengan titik bawah ض
ṭ te dengan titik bawah ط
ẓ zet dengan titik bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan „ ع
G Ge غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ى
x
w We و
h Ha ه
Apostrof ’ ء
y Ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,
ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ـــ A Fatḥah
I Kasrah ـــ
__ U ḍammah
Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i __ ي
__ و Au a dan u
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal pajang (madd) yang dalam bahsa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:
xi
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ā a dengan garis di ىا
atas
Ī i dengan garis di atas ىي
Ū u dengan garis di ىو
atas
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun
huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijāl, al-dīwān bukan ad-dīwān.
5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda (ـــ (dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang
yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak ditulis ad-
darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbūtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na„t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut
diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/
(lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
xii
Ṭarīqah طريقت 1
الإسلاهيت الجاهعت 2 al-jāmī‟ah al-islāmiyyah
الوجود وددة 3 waḥdat al-wujūd
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan 35
permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain.
Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata
sandangnya. Contoh: Abū Hāmid al-Ghazālī bukan Abū Hāmid Al-Ghazālī, al-
Kindi bukan Al-Kindi. Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring
(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan
cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari
dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya
berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd
al- Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi„l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di
atas:
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustādzu ذھة الأستاذ
xiii
Tsabata al- ajru ثبج الأجر
al- ẖ الذرمت العصريت arakah al-„ asriyyah
Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أشھد أى لا إلھ إلا الله
Maulānā Malik al- Ṣālih هولانا هلل الصالخ
Yu‟ atstsirukum Allah يؤثرمن الله
al- maẓāhir al-„ aqliyyah الوظاھر العقليت
xvi
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................v
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xix
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Pembatasan Masalah ................................................................................6
C. Perumusan Masalah .................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................7
E. Tujuan Penelitian .....................................................................................7
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................................7
G. Metodologi Penelitian ............................................................................10
1. Jenis Penelitian ......................................................................................10
2. Sumber Data ..........................................................................................10
3. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................11
4. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................................11
5. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................12
H. Sistematika Penulisan ............................................................................13
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MAKNA TAUBAT
A. Pengertian Taubat ..................................................................................15
B. Kata yang Semakna dengan Taubat .......................................................16
C. Ruang Lingkup Taubat ..........................................................................17
D. Kewajiban Taubat dan Keutamaannya ..................................................19
xvii
E. Penafsiran Ayat ......................................................................................22
F. Syarat Taubat .........................................................................................31
G. Penyematan kata al-Iṣ lah Setelah Perintah Taubat ..............................33
H. Tingkatan Taubat ...................................................................................34
I. Tatacara Bertaubat .................................................................................35
J. Tanda Diterimanya Taubat ....................................................................37
K. Hikmat Taubat .......................................................................................39
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA
PEMASYARAKATAN POLRES JAKARTA SELATAN
A. Lembaga Pemasyarakatan Polres Jakarta Selatan .................................41
1. Sejarah Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan .............41
a. Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Polres Jakarta Selatan ....................41
2. Program Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan..............................42
a. Kegiatan Di Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan ........................42
b. Program Rutinitas Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan ..............42
Salah satu program rutin adalah sarapan, pembersihan lapas, jam besuk setiap
hari selasa dan kamis. .................................................................................42
3. Visi dan Misi .........................................................................................42
4. Tujuan didirikan Polres Jakarta Selatan ................................................43
5. Struktur Organisasi Polres Jakarta Selatan ............................................44
6. Sarana dan Prasarana .............................................................................44
BAB IV PEMAHAMAN NARAPIDANA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN JAKARTA SELATAN TERHADAP AYAT-
AYAT TAUBAT
A. Pemahaman Narapidana Terhadap KonsepTaubat ................................47
1. Qs. al-Tahrim [66] : 8 ............................................................................56
2. Qs. Al-Nur [24] : 31...............................................................................56
3. Qs. Al-Baqarah [2] 37............................................................................56
4. Qs. al-Maidah [5] : 39 ............................................................................56
xviii
5. Qs. al-An- „am [6] 54.............................................................................57
6. Qs. al-Qashash [28] 67 ..........................................................................57
B. Pemahaman Narapidana Terhadap Ayat-ayat Taubat ...........................61
B. Pemahaman Narapidana terhadap Qs. al- Baqarah [2] 37 .....................67
C. Pemahaman Narapidana terhadap al-Maidah [5]: 39 ............................68
D. Pemahaman Narapidana terhadap Qs. al-An‟am [6]: 54 .......................70
E. Pemahaman Narapidana terhadap Qs. al-Qashash [28] 67) ..................71
F. Pengamalan Penghuni lapas di Lembaga Pemasyarakatan terhadap Ayat
Taubat ..........................................................................................................72
G. Pemahaman Ayat Tentang Taubat Nasūhā ............................................73
H. Urgensi Taubat terhadap Narapidana ....................................................74
I. Sikap Para Narapidana Terhadap Taubatan Nasūhā ..............................74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................76
B. Saran-saran ............................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................78
Lampiran-Lampiran ......................................................................................82
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Narapidana Reserse Narkotika Awal................................ 53
Tabel 1.2 Jumlah Narapidana Reserse Kriminal Awal .................................. 53
Tabel 1.3 Usia Narkotika ............................................................................... 54
Tabel 1.4 Usia Kriminal ................................................................................. 55
Tabel 1.5 Jumlah Narapidana Reskrim Akhir ................................................ 55
Tabel 1.6 Jumlah Narapidana Restik Akhir ................................................... 56
Tabel 1.7 Jumlah Narapidana Reskrim Akhir berumur 18-35 Tahun ............ 56
xx
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Jumlah Narapidana Kriminal Keluar Perbulan ............................. 57
Grafik 1.2 Jumlah Narapidana Narkotika Keluar Perbulan ........................... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an merupakan kitab otentik yang memperkenalkan dirinya dengan
berbagai ciri dan sifat. Salah satunya al-Qur‟an merupakan kitab yang senantiasa
terpelihara. Allah Swt berfirman:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami
benar-benar memeliharanya. (Qs. Al-Hijr [15]: 9).
Allah mewahyukan kitab suci al-Qur‟an sebagai sumber petunjuk serta
menjelaskan sistem yang komprehensif bagi kehidupan. Al-Quran menjelaskan
segala sesuatu yang esensial bagi semua manusia. Tiada bacaan seperti al-Qur‟an
yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosa katanya tetapi
juga kandungan yang tersurat, tersirat, bahkan sampai kepada kesan yang
ditimbulkannya, semua dituangkan dalam bentuk buku, dari generasi ke generasi.
Kemudian apa yang dituangkan dalam sumber yang tak pernah kering itu
berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan kecenderungan mereka dalam
menafsirkannya, namun semua mengandung kebenaran karena al-Quran layaknya
permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut
pandang mereka.1
Diantara lafadz-lafadz yang ada dalam al-Qur‟an yang banyak disebutkan
diantaranya ialah kalimat taubat yang diulang-ulang dalam al-Qur‟an, jika
ditelusuri pembicaraan masalah taubat ini muncul dalam beberapa surah yang
tersebar dalam 28 ayat.2
Hubungan antara ayat-ayat al-Qur‟an dengan pemahaman seseorang
tentang ayat-ayat taubat yang diulang-ulang dalam al-Qur‟an, bahwa pada
hakekatnya ayat al-Qur‟an yang banyak menyinggung tentang taubat baik dalam
bentuk fiil madi, fiil mudhari, masdar, isim fail, mubalaghah, bahkan kata yang
1 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 2007), h. 3
2 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, h. 253
2
semakna merupakan indikasi sebuah jalan bagi seseorang untuk kembali kepada
Allah Swt. Baik karena adanya kesalahan dan penyimpangan yang dilakukannya,
maupun karena kewajiban sebagai hamba Allah yang menggantungkan hidup
kepadanya.
Manusia tidak akan terlepas dari dosa dan kesalahan seperti halnya para
malaikat yang senantiasa terjaga dari dosa. Hal yang menjadi satu persoalan besar
yang dihadapi manusia adalah bagaimana agar terhindar dari perbuatan dosa yang
bisa menjerumuskan dirinya kedalam jurang keburukan. Pada dasarnya setiap
manusia tidak akan lepas dari perbuatan dosa. Hal ini dikarenakan manusia
bersifat lemah dan hampir tidak mempunyai daya untuk melawan keinginan
nafsunya sendiri yang mendorong untuk berbuat kejahatan.
Sesungguhnya salah satu hal yang sangat bermanfaat di dalam kehidupan
seorang hamba untuk memperkuat ruh di dalam peperangan batin (jihad akbar)
adalah bertaubat dari dosa, karena status manusia berbeda dengan para malaikat
yang penuh dengan kesucian dan kemuliaan dengan tabiat yang selalu patuh dan
taat kepada Allah Swt. Tetapi status manusia juga berlainan dengan Iblis yang
statusnya durhaka terus menerus3 akan tetapi manusia berada di antara keduanya.
Untuk meminimalisir dosa yang dilakukan setiap hamba Allah
memudahkan jalan baginya yakni taubat. Taubat itu berarti kembali, pulang, dan
menyesal. Ia merupakan manifestasi ketakutan di dalam hati yang memotivasi
seorang hamba dengan kuat untuk kembali kepada Allah Swt. Seorang yang
melakukan kesalahan perlu bertaubat kepada Allah dan menyesali semua
kesalahannya semata-mata untuk mendapatkan ampunan dari-Nya. Yang
dimaksud dengan taubat kepada Allah adalah menyesal dan melepaskan diri dari
segala dosa dan maksiat.4
Ibn Qayyim al-Jauziyah mengatakan bahwa hakikat taubat adalah
menyesali dosa-dosa yang telah dilakukuan di masa lampau, membebaskan diri
seketika itu dari dosa tersebut dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi di
3 Hamzah Ya‟qub, Tashawwuf dan Taqorrub (Bandung: Pustaka Madya, 1987), h. 238
4 Yusuf Al-Qardhawi, Taubat (Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 1998, cet. 1), h. 43
3
masa mendatang.5Banyak manusia yang salah mengartikan arti kata taubat dan
memaknai kata taubat. Mereka memahami bahwasannya Allah menerima taubat
hamba-hambanya tanpa melihat dosa yang telah dilakukan seseorang. Ketika
seseorang meninggalkan sesuatu, maka orang itu berusaha semaksimal mungkin
untuk mewujudkan apa-apa yang diinginkannya.
Begitupun sama halnya dengan orang yang berkomitmen benar-benar
menginginkan taubatnya diterima oleh Allah, seseorang akan memenuhi
persyaratan yang sudah ditentukan dalam al-Qur‟an. Syeikh Abdul Qadir al-Jilani
dalam kitab al-Ghunyah menjelaskan ada tiga syarat taubat pertama, menyesali
atas kesalahan dan kekeliruan ang dilakukan, yang bedasarkan hadis Rasulullah
Saw, menyesali kesalahan adalah taubat. Tanda dari penyesalah adalah lembutnya
hati dan berderainya air mata. Sebab itu Rasulullah mengatakan “berkumpullah
bersama orang yang bertaubat, karena hati mereka lembut. Kedua, meninggalkan
setiap kesalahan di manapun dan kapanpun. Ketiga, berjanji dan berusaha untuk
tidak kembali kepada dosa dan kesalahan.6
Banyak manusia di zaman sekarang khususnya penghuni lapas tidak
menyadari bahwa perbuatan yang mereka lakukan seolah-olah tidak terlihat oleh
Allah swt padahal Allah Maha Melihat akan sesuatu yang tak tampak dilihat oleh
mahluknya karena dia memiliki sifat al-Basir. Syekh Ibn Ath‟aillah mengatakan
dalam kitab Tajul Arus “usahakan untuk bertafakur sepanjang hidupmu.
Renungkan apa yang telah engkau perbuat pada siang hari, jika ternyata engkau
menghabiskan siangmu dalam ketaatan, bersyukurlah tapi, jika ternyata engkau
melakukan maksiat sesalilah lalu cepatlah beristighfar dan bertaubat kepada
Allah”7
Dalam sebuah hadis shahih Rasulullah Saw bersabda, yang artinya “Wahai
anak Adam sesungguhnya jika kamu berdoa kepadaku dan mengharapkanku maka
Aku akan mengampunimu atas semua dosa yang kamu lakukan, dan aku tidak
peduli. Wahai anak Adam andaikata dosa-dosamu itu sampai ke puncak langit
kemudian kamu meminta ampunan kepadaku niscaya aku ampuni dan aku tidak
5 Ibn Qayyim al-Jauziyah, Memuliakan diri dengan Taubat, Terj. Muzammal Noer.
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2015), h. 5 6 Abdul Qadir al-Jailani, al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqqi „Azza wa Jalla (Beirut,
Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1997), h. 30 7 Ibnu Attaillah As-Sakandary, Tajjul Arus (Jakarta: Zaman, 2013), h. 31
4
peduli. Wahai anak Adam, seandainya kamu datang kepadaku dengan dosa yang
besarnya seisi bumi seluruhnya, kemudian datang menemuiku dan tidak
menyekutukan Aku dengan yang lain niscaya Aku akan datang kepadamu dengan
ampunan yang besarnya seisi bumi seluruhnya. (HR. At- Tirmidzi no. 3540).”8
Dalam sebuah hadis qudsi disebutkan yang artinya “Wahai hamba-
hambaku, sesungguhnya kalian melakukan dosa dimalam hari, sedangkan Aku
mengampuni semua dosa maka mintalah kalian semua ampunan kepadaku niscaya
Allah akan mengampuni kalian.”9
Karena Allah Swt berfirman bertaubatlah kepada Allah setiap saat, karena
hal tersebut dianjurkan dan diperintahkan olehnya.
“Bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang
beriman supaya kalian beruntung. (Q.S Al-Nur : 31),
Taubat adalah sarana yang mengantarkan seseorang hamba menjadi kekasih
Allah
“Sungguh, Allah menyukai orang-oran yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222).
Al-„Aaz Al-Muzani r.a menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda yang
artinya “Kadangkala timbul perasaan dalam hatiku, maka aku beristighfar dan
memohon taubat kepada Allah lebih dari 70 kali”. (HR. Muslim). Dari Abu
Hurairah juga pernah mendeengar Rasulullah Saw bersabda “ Demi Allah, dalam
sehari aku beristighfar dan memohon taubat kepada Allah lebih dari 70 kali” (HR.
Bukhari).10
Dalam bait terakhir Syekh Ibn Athaliah mengatakan “tak ada majlis
bersama Allah yang paling bermanfaat bagimu selain majelis tempat engkau
menyesali diri. Jangan menyesali diri sambil tertawa senang. Tapi, sesalilah
dirimu dengan jujur seraya menunjukkan wajah muram, disertai dengan hati yang
sedih kecewa dan perasaan hina”. Jika seseorang bisa melakukan itu semua pasti
Allah akan menggantikan kesedihan dengan kegembiraan, kehinaan dengan
8 Muhammad bin Isa bin Tsaurah bin Musa as Sulami at-Tirmidzi, Jami‟ al-Kabir Kitab
Ahkam, Juz 2, No. 3540 (Beirut : Daar al-Arabi Islami, 1998 ), h. 387 9 „Aidh al-Qarni, La Tahzan (Jakarta: Qishti Press, 2004), h. 83
10 Ibnu Attaillah As-Sakandary, Tajjul Arus (Jakarta: Zaman, 2013), h. 30
5
kemuliaan, kegelapan dengan cahaya, ketertutupan dengan ketersingkapan
(kasyf).11
Seharusnya masyarakat memiliki hakikat dari taubat itu sendiri yakni
perasaan hati yang menyesali perbuaan maksiat yang sudah terjadi, lalu
mengarahkan hati kepada Allah Swt dalam sisa umurnya melakukan perbuatan
amal shaleh. Apakah seseorang yang tengah melakukan dosa benar-benar
melakukan syarat-syarat taubat yang telah ditentukan. Banyak sekali orang awam
hanya mengucapkan kata taubat dilisan saja, tanpa masuk ke dalam hati, sehingga
terkesan meremehkan apa-apa yang telah ditentukan Allah Swt.
Dalam hal ini penulis meneliti tentang pemahaman penghuni lapas yang
berada di Jakarta Selatan untuk menyadari akan pentingnya taubat dan untuk
meluruskan pemahaman yang berbeda dari para Napi yang sebagian dari mereka
tau dengan ayat taubat akan tetapi tidak sejalan dengan mestinya. Dalam hal ini
untuk meluruskan sejauh mana mereka Pahami tentang taubat yang sesungguhnya
atau taubatan nasūhā. Yang dimaksud dengan penghuni lapas disini adalah
Lembaga Pemasyarakatan untuk penempatan Narapidana dewasa laki-
laki/perempuan berumur lebih dari 18 (delapan belas) tahun.
Melihat hal demikian banyak Narapidana yang masuk Lapas kemudian
keluar dari lapas dan masuk kembali karena melakukan tindakan kriminal atau
sejenisnya tanpa membuat ia jera adalah salah satu tindakan bahwa orang tersebut
sulit untuk bertaubat dan salah memaknai dan memahami taubat. Contoh dalam
kasus pecandu narkoba yang sudah dua kali masuk lapas karena terbukti bersalah
menggunakan barang haram yang secara terang-terangan tertangkap oleh pihak
kepolisian Polda Metro Jaya Jakarta Selatan. Sehingga dalam hal ini penulis
mengkaji penelitian ini dengan judul “Pemahaman Penghuni lapas Terhadap
Ayat-ayat Taubat dalam Al-Qur’an di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Polres Jakarta Selatan”
11
Ibnu Attaillah As-Sakandary, Tajjul Arus, h. 33
6
B. Pembatasan Masalah
Membatasi permasalahan dalam suatu penelitian merupakan salah satu hal
yang sangat penting guna menghindari terjadinya kekaburan dan penyimpangan
terhadap pokok permasalahan, juga mengingat akan kemampuan dan pengetahuan
dari penulis yang terbatas. Dalam penelitian ini penulis mewawancarai 10
Narapidana diantaranya 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan dengan kasus
Reskrim (reserse kriminal) dan Restik (reserse narkotika), seluruhnya merupakan
orang dewasa yang berumur 18 tahun lebih. Perlu diketahui bahwa kategori umur
menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018 masa remaja awal
12-16 tahun, masa remaja akhir 17-25 tahun, masa dewasa awal 26-35, masa
dewasa akhir 36-45, masa lansia awal 46 - 55 tahun, masa lansia akhir 56- 65
tahun dan masa manula 65 - sampai atas.12
Dalam ilmu psikologi mengatakan
bahwa pemikiran mereka sudah berkembang dan dalam masa produktif.13
Dalam hal ini mereka para narapidana yang belum terpidana dan
menunggu putusan Hakim, dan masih terdakwa. Dalam al-Qur‟an terdapat
beberapa ayat yang menjelaskan tentang taubat disebutkan sebanyak 28 kali.
Adapun batasannya penulis meneliti ayat al-Qur‟an Qs. al-Tahrim [66] : 8,
Qs. Al-Nur [24] : 31, Qs. Al-Baqarah [2] 37, Qs. al-Maidah [5] : 39, Qs. al-
An„am [6] 54, Qs. al-Qashash [28] 67. Ayat-ayat tersebut dipilih karena
memberikan makna yang berbeda-beda terhadap pemahaman responden
terhadap ayat-ayat taubat dan pengamalan Narapidana terhadap makna taubat
dan juga dapat mewakili makna yang tercakup dalam ayat lain karena
memiliki persamaan makna.
C. Perumusan Masalah
Dari pemaparan tersebut penulis merumuskan permasalahan yakni
“Bagaimana Pemahaman Penghuni Lapas terhadap Ayat-ayat Taubat di
Lembaga Pemasyarakatan dan Pengamalan Narapidana terhadap Makna
Taubat”
12
Oscar Primadi, Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia (Jakarta: Data
Kesehatan RI, 2019), h. 127. 13
Zakia Darajat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta:Bulan Bintang,1970),h. 122
7
D. Manfaat Penelitian
1. Menambah wawasan khazanan keilmuan dalam bidang tafsir tentang
pemahaman ayat-ayat al-Qur‟an yang berhubungan dengan taubat.
2. Untuk memberikan gambaran yang riil tentang pemahaman yang sebenarnya
dalam memahami ayat-ayat taubat pada narapidana di lembaga
pemasyarakatan
3. Menyadarkan penghuni lapas untuk menghentikan kemaksiatan
4. Sebagai sumbangsih dalam dunia pendidikan dan bermanfaat bagi para
pembaca.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa perilaku para
penghuni lapas yang berada di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Jakarta
Selatan dalam pemahaman mereka tentang ayat-ayat al-Qur‟an yang berhubungan
dengan taubat. Adapun tujuan utama dalam penelitian skripsi ini adalah:
1. Pemahaman Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan terkait taubat yang juga
banyak di singgung dalam al-Qur‟an.
2. Meneliti perilaku Narapidana yang bertentangan dengan hukum dan syariat
Islam agar tindakan tersebut dapat diluruskan.
F. Tinjauan Pustaka
Sepanjang penelusuran yang dilakukan penulis, banyak penelitian yang
membahas terkait dengan taubat, dari beberapa penelitian terdapat 10 yang
releven antara lain:
1. Penafsiran ayat-ayat taubat menurut Muhammad Qurais Shihab, UIN
Sunan Kalijaga.
Signifikansi dari penelitian ini adalah meneliti mengenai penafsiran
muhammad Quraish Shihab dalam kitab tafsir al-Misbah tentang ayat-ayat
taubat dari kesyirikan, kemunafikan dan taubat dari kemurtadan. Sedagkan
metode yang ditempuh adalah dengan menggunakan metode tafsir maudhui
yang didasarkan kepada Tafsīr al-Misbah sebagai sumber data primer dan
menggunakan penelitian kualitatif. 14
14
Taufiqurrahman, “Penafsiran Ayat-ayat Taubat menutut Quraish Shihab”, Tesis UIN
Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 18 Oktober 2016.
8
1. Representasi Taubat dalam Film Syahadat Cinta, UIN Sunan Kalijaga.
Penelitian ini berisikan tentang nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam
film syahadat cinta dan kepribadian pemain filmnya. Analisis semiotika dalam
tokoh Iqbal 15
2. Tafsir sufistik tentang taubat dalam al-Qur‟an.
Dalam tulisan ini mengkaji ayat-ayat terkait dengan makna taubat.
Analisis dilakukan menggunakan pendekatan Sufistik berdasarkan pada kitab
tafsir karya Ibnu Arabi, at-Tustari dan Sa‟id hawa. Penelitian ini lebih kepada
library research.16
3. Konsep Taubat dalam Al-Qur‟an menurut Sayyid Qutub. UIN Sunan Kalijaga
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana Sayyid
Quthub mengartikan arti taubat di dalam Al-Qur‟an, dan dalam penelitian ini
menggunakan library research yang merujuk kepada kitab Fī Zhilalil
Qur‟an.17
4. Konsep taubat menurut Syeikh Abdul Qadir Jaelani, UIN al-Raniry.
Sama seperti penelitian sebelumnya bagaimana memaknai arti taubat
dalam pandangan Syeikh Abdul Qadir Jaelani. Dalam skripsi ini berisikan
tentang konsep taubat yang ditawarkan para ulama ada yang bercorak falsafi,
fiqih, bahkan bercorak tasawuf. Diantara ulama yang membahas tentang corak
tasawuf adalah Syeikh Abdul Qadir Jaelani. Konsep taubat menurut syeikh
Abdul Qadir Jaelani lebih bercorak tasawuf yakni lebih kepada menutup
pintu-pintu dosa yang dilakukan pada masa lalu dan akan menutup berlakunya
dosa pada masa akan datang. Dalam penelitian ini mengunakan penelitian
kualitatif yang bersifa perpustakaan (Library Research), sedangkan metode
yang digunakan adalah metode deskriptif.18
5. Konsep Taubat menurut Ibn Qayim al-Jauziyah, UIN Sunan Kalijaga
Tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam skripsi ini
berisikan tentang jawaban atau konsep taubat menurut Ibn Qayyim al-Jauziyah
dan untuk menjawab problem manusia modern. Penelitian ini merupakan
15
Budi Agung Adiatma, “Representasi Taubat dalam Film Syahadat Cinta”, Tesis UIN
Sunan Gunung Jati. Bandung. 1 Juni 2016. 16
Septiawati, “Tafsir Sufistik Tentang Taubat dalam Al-Qur‟an”, Jurnal Keagamaan
Islam, Volume 7, nomor 2, Desember 2013. 17
Zaky Taufik Hidayat, “Konsep Taubat dalam Al-Qur‟an Menurut Sayyid Quthub”,
Thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 25 Desember 2010. 18
Muhammad Nazeri bin Muhammad Yusuf, “Konsep Taubat Menurut Syeikh Abdul
Qadir Jaelani”, Skripsi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. 15 April 2014.
9
kualitatif dengan metode Kepustakaan (Library Research) dengan
menggunakan metode deskriptif.19
6. Empat tingkatan Taubat menurut al-Ghazali. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Meneliti terhadap pemahaman Imam al-Ghazali mengenai tentang taubat
dan tingkatan-tingkatan dalam pandangannya, penelitian ini studi pustaka
dengan metode penelitian kualitatif.20
7. Konsep Taubat dalam Perspektif Tasauf.
Untuk mencapai taubatan nasūhā seseorang harus memenuhi tiga hal yakni
ilmu, keadaan (kondisi), atau berbuatan yang saling bersinergi satu sama lain.
Keberadaan ilmu sangatlah penting untuk mengetahui tentang taubat dan
merubah diri seseorang memiliki rasa sesal untuk merubahnya dengan
perbuatan yang baik. Penggunaan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Library Research, melalui pembedahan terhadap satu sumber primer
karya al-Ghazali.21
8. Konsep taubat dalam tarekat Naqsibandiyah.
Dalam jurnal ini membahas tentang konsep taubat dalam pandangan ahli
tasawuf Syeikh Naqsibandiyah dalm bidang tasawuf yang awalnya adalah
aktivitas individu dalam mendekatkan diri kepada Allah.22
9. Pemahaman taubat dalam ayat-ayat al-Qur‟an pada pimpinan Tariqah
Qadiriyah Naqsibandiyah di Dusun Wekas Desa Kaponan Kecamatan Pakis.
Dalam penelitian ini untuk engetahui sejauh mana respon masyarakat
dusun wekas desa Kaponan Kecamatan Pakis khususnya pimpinan jamaah
Tariqah Naqsibandiyah terkait denga ayat-ayat yang erhubungan dengan
taubat, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya Tariqah
Naqsibandiyah didusun Tersebut. Dan penelitian ini bersifat Kualitatif yang
mencoba mendeskripsikn dan mengkaji adanya perkembangan dan
komunikasi yang ada hubungannya dengan Tariqah Naqsibandiyah dengan
menghubungkan metode library research terhadap satu kajian yang
19
Ikhsan, “Konsep Taubat Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah”, Skripsi UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. 23 Desember 2007. 20
Rahayu, “Empat Tingkatan Taubat Menurut Al-Ghazli”, Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2014. 21
Auliya Ning Ma‟rifati, “Taubat dalam Perspektif Al-Ghazali”, Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 25 September 2017. 22
M. Sholeh Hoddin, “Konsep Taubat Tarekat Naqsibandiyah”, Jurnal Tasawuf dan
Pemikiran Islam, Volume 2, nomor 1 Juni 2012.
10
berhubungan dengan ilmu tasawuf.dan peneliti menggunakan metode induktif
dan deduktif.23
G. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu24
1. Jenis Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif yang
cara pengumpulan datanya menggunakan penelitian Lapangan (field Research),
dan kepustakaan (Library Research). Penelitian lapangan (field Research)
merupakan penelitian dengan datang secara langsung ke lokasi yang menjadi
objek penelitian, dimana dalam memperoleh data-data penulis melakukan
wawancara secara langsung guna memperoleh data yang otentik.
Sedangkan penelitian kepustakaan (Library Research). Merupakan
penelitian dengan cara mencari bahan pengetahuan dari buku, kitab, jurnal atau
bahan bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian.
2. Sumber Data
a. Sumber data primer
Sumber primer penelitian ini pengumpulan data yang didapat
ketika dilapangan, seperti data yang didapat dari responden yang
diwawancarai langsung dari Narapidana, kepala BINMAS (binaan
masyarakat) dan beberapa kepolisian pendamping Lembaga
Pemasyarakatan.
b. Sumber data sekunder
Adapun sumber sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku
dan kaya ilmiah lainnya yang mendukung dalam proses penelitian bisa
dalam bentuk skripsi, tesis, desertasi, artikel, buku tafsir dan literatur
yang relevan dengan penelitian ini.
23 Mukhlasin, “Pemahaman Taubat dalam Ayat-ayat Al-Qur‟an, Pada Pimpinan Tariqah
Qadiriyah Naqsibandiyah di Dusun Wekas Desa Kaponan Kecamatan Pakis”, Skripsi IAIN
Salatiga 11 April 2015.
24 Kuncoroninrat,Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1997), h.33
11
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menjawab sebuah penelitian, sudah jelas membutuhkan data.
Data diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data.25
Untuk mendapatkan
data yang diperlukan harus ada teknik dalam pengumpulan data. Dalam
penelitian ini ada beberapa teknik yang digunakan, yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis
mengenai gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini menjadi salah satu teknik
pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan yang penelitian yang
direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dipertanggungjawabkan
keobjektifannya26
. Dalam observasi ini penulis menggunakan dengan observasi
non partisipan dimana penulis hanya memfokuskan kepada responden dengan
datang ke tempat penelitian 3-4 kali.
b. Wawancara
Metode wawancara atau interview, mencakup cara yang digunakan
seseorang dalam penelitian dengan tujuan suatu tugas tertentu, mencoba
mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden
dengan berbicara langsung dengan orang tersebut.27
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-
dokumen yan bisa diberikan informasi tentang judul yang bersangkutan, alat
pengumpulan datanya form pencatatan dokumen dan sumber datanya berupa
catatan atau dokumen yang tersedia28
Dalam penelitian ini penulis menggunakan form pencatatan dokumen dalam
bentuk angket/kuesioner, dokumen yang ada, dan pertanyaan-pertanyaan yang
telah disiapkan sebelumnya.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu:
a. Beberapa narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Jakarta
Selatan.
25
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta,PT. RajaGrafindo Persada,
2005), h. 113. 26
Iskandar, Metode Penelitian Kualitati (Jakarta, GP Press, 2009)h. 128 27
Koentjaranigrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1997), h. 128 28
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta,PT. RajaGrafindo Persada,
2005), h. 53
12
Subjek penelitian di atas yaitu sepuluh Narapidana baik kasus kriminal
maupun narkoba, yang akan diwawancara langsung untuk memperoleh data dan
informasi berkaitan dengan pemahaman penghuni lapas terhadap ayat-ayat
taubat di Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan.
Sedangkan objek penelitian ini yaitu pemahaman para Narapidana
terhadap ayat-ayat taubat dalam berprilaku yang bertentangan dengan hukum
dan syariat Islam agar tindakan tersebut dapat diluruskan.
5. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, lokasi yang diteliti di Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas) di daerah Jakarta Selatan di Jalan Wijaya II No/ 42 Kebayoran Jakarta
Selatan. Penelitian ini dilakukan di lokasi tersebut karena Narapidana kurang
memahami ayat taubat sehingga ketika di Lembaga pemasyarakatan yang
seharusnya mendapatkan pendidikan untuk merubah prilaku yang tidak baik
menjadi yang baik sesuai syariat Islam seakan-akan hanyalah formalitas saja dan
tidak diterapkan dalam aplikasi di masyarakat, dan kembali mengulangi
perbuatan yang tercela lagi.
Dalam hal ini penulis mencari dan meneliti letak kesalahpahaman mereka
terhadap ayat-ayat taubat agar setelah mereka paham dengan taubat dan tidak
mengulangi perbuatannya lagi. Adapun proses pelaksanaannya bertahap.
Pertama, tahap perencanaan yang meliputi penyusunan perangkat penelitian,
mengajukan dan meminta data-data terkait tempat yang sedang penulis kaji.
Kedua, tahap wawancara yang berlangsung bulan November, Mei dan Juli
Ketiga, tahap penyelesaian meliputi proses analisis data dan penyusunan laporan
penelitian.
6. Sampel Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu, pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas
ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-
ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya diterapkan secara sengaja oleh
13
peneliti. Dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan
kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.29
Sesuai data yang diperoleh dari Polres Jakarta Selatan. Dapat diketahui
bahwasannya para Narapidana yang berada di Polres Jakarta Selatan terhitung
masuk dari tanggal 17 Oktober 2018 - 3 Juli 2019 dengan total 438 orang. Setelah
masa tahanan sementara, hakim telah menetapkan tersangka menjadi terdakwa,
kemudian oleh pengadilan telah dibuktikan kesalahannya melakukan tindak
pidana yang dituduhkan kepada terdakwa karena ia dijatuhi hukuman tindak
pidana. Terpidana merupakan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
Setelah hakim menetapkan terdakwa menjadi terpidana yang mempunyai
kekuatan hukum tetap, kemudian para terpidana dipindahkan ke Lapas Cipinang
sebagai terpidana tetap dan direhabilitasi untuk mendapatkan pendidikan. Kurang
lebih setiap bulannya 40 narapidana yang di pindahkan ke Lapas Cipinang. Ini
menandakan setiap bulan terus mengurangi jumlah tahanan sementara.
Mengingat banyaknya jumlah populasi tersebut, maka penulis akan
membatasinya yang sesuai dengan judul yang dibahas yakni penghuni lapas yang
berusia antara 18-35 tahun karena dalam hal ini pada umur demikian pola
pemikiran mereka sudah berkembang dan dalam masa produktif.30
H. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai isi penelitian ini, maka
pembahasan dibagi menjadi lima bab.uraian masing-masing bab disusun sebagai
berikut:
Bab pertama, membahas tentang pendahuluan yang memuat latar belakang
yang mengerangkan secara umum konsep taubat, ruang lingkup, syarat dan
hikmah taubat. Rumusan masalah, berisi tentang pokok permasalahan yang
dirumuskan dalam bentuk pertanyan, Tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penelitian.
29
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 126 30
Zakia Darajat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta:Bulan Bintang,1970),h. 122
14
Bab kedua, berisi tentang sub bab kajian teoritis yang membahas tentang
uraian pengertian taubat menurut para ahli yang disebut di dalam Al-Qur‟an.
Namun penulis membatasinya dalam kaitan ayat yang berkenaan dengan tingkat
kepahaman narapidana tentang ayat tersebut. Dengan metode observasi dan
wawancara tentang relevansinya terhadap ayat-ayat yang membahas tentang
taubat.
Bab ketiga, mengenal lebih jauh terhadap narapidana yang berada di
lambaga pemasyarakatan, dan mengenal lebih dekat profil Lembaga
Pemasyarakatan, seperti sejarah, struktur organisasi, visi misi, sarana dan
prasarana yang ada di Jakarta selatan.
Bab keempat, pada bab ini merupakan penguraian berisi tentang analisis
tentang penelitian yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Jakarta
Selatan.
Bab kelima, kesimpulan penelitian, saran-saran, daftar pustaka, lampira-
lampiran yang memuat hasil wawancara baik dari narapidana ataupun dari
kepolisian yang mengelola lembaga pemasyarakatan.
15
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG MAKNA TAUBAT
A. Pengertian Taubat
Kata taubat berasal dari kata bahasa Arab. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata “taubat” mengandung dua pengertian. Pertama,taubat berarti
sadar atau menyesali dosanya (perbuatan salah atau jahat) dan berniat akan
memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya. Kedua, kata “taubat” berarti kembali
kepada agama (jalan, hal) yang benar. “Bertaubat” berarti menyadari, menyesali,
dan berniat hendak memperbaiki (perbuatan yang salah).1
Dalam bahasa Arab yang berarti kembali dari متابا -توبه -توبا –يتوب –تا ب
maksiat kepada taat2. Dalam Kamus Al-Munawwir, disebut تاب الى الله (bertaubat),
(menyesal) ندم ,(mengampuni) غفر له3
Kata tersebut berasal dari huruf ta-waw dan ba yang memiliki makna dasar al-
ruj‟ (kembali). Misalnya taba min zanbih, makanyanya raja‟anhu (telah kembali
dari dosanya).4
Taubat memiliki arti penyesalan dalam relung hati yang paling dalam, dan
menyesali ketika seseorang terjerumus kedalam lingkaran kemaksiatan.
Menyadari akan perbuatannya yang salah dengan bertekad kembali kepada Allah
yang maha pemberi taubat. Karena Allah Swt memiliki sifat tawwāb yang berarti
menerima taubatan hambanya.
Dosa menghalangi hamba dari Allah. Dan berpaling dari sesuatu yang
menjauhkan kita dari Allah adalah wajib. Hal itu hanya terwujud lewat ilmu.
Selama seorang hamba tidak mengetahui bahwa dosa merupakan sebab jauhnya
seseorang dari Allah, ia tak akan menyesal melakukan dosa dan tak akan merasa
sakit dengan perbuatannya itu. Dan bila ia tidak merasa sakit, ia juga tak akan
pernah kembali.
1 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3 cet 2, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Depdikbud Balai Pustaka, 2002), h. 1202. 2 Al-iman al-„Allamah Jamaluddin Abi Fadli Muhammad bin Makrom bin Mandur al-
Anshori, Lisanl „Arab juz 1 (Beirut: Dar al -Kotob al-Alamiyah), h. 224. 3 Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap
(Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997), h. 140-141. 4 Ibnu Zakariya, Mu‟jam Maqayiz al-Lughah, Jilid 1(Beirut: Dar al Jil, 1991), h. 90
16
Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyah hakikat taubat adalah menyesali
dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lampau, membebaskan diri seketika
itu pula dari dosa tersebut dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi di
masa mendatang.5
Dalam pandangan beberapa definisi ulama/ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa taubat mengandung arti penyesalan dan kembali kepadanya dengan
perasaan menyesali dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang dilakukannya
pada masa lalu dan berjanji dengan tekad tidak akan mengulangi kembali serta
senantiasa menaati perintahnya.
B. Kata yang Semakna dengan Taubat
Dalam kata taubat, terdapat makna yang semakna dengan taubat yang
tercantum dalam al-Qur‟an. Al-Qur‟an juga mengemukakan kata-kata yang
sinonim dengan kata taubat yakni kata dan memiliki makna kembali,
menyesal. Dalam al-Quran terdapat 15 ayat diantaranya Qs. al-Zumar [39] : 8, 17
dan 54, Ṣ had [38] : 24 dan 34, Hud [11]: 75 dan 88, al-Syura [42] : 10, al-Ruum
[42]: 31 dan 33, Saba‟ [34]: 9, Qaf [50]: 8 dan 33, al-Raad [13]: 27, Luqman [31] :
15.
Makna yang lain yakni inabah, dan aubah. Kata-kata inabah dalam berbagai
turunannya ditemukan dalam al-Qur‟an sebanyak 18 kali. (Q.S 13:12, 31:15,
38:24 dan 34, 39:17, 60:4, 11:88, 42:10, 40:13, 42:13, 39:54, 11:75, 34:9, 50:8,
dan 33, 39:8 dan 55, 50:32, 17:25, 13:29, dan 36, dan 78:22, dan 39).6
Kata taubah dan aubah secara leksikal searti dengan kata taubat yakni al-ruj,
meskipun di dalam al-Quran tidak ditemukan penjelasan secara eksplisit
perbedaan tiga kata tersebut, namun jika diperhatikan redaksi dari munasabah ayat
maka ketiganya memiliki perbedaan, taubat lebih berorientasi kepada orang-orang
yang sebelumnya melakukan pelanggaran berupa penyelewengan dan
penyimpangan. Inabah lebih berorientasi kepada orang-orang yang ikhlas dalam
5 Jamilah al- Mashriy, Metode Membersihkan Hati dari Kotoran Dosa, Terj. Fauzi Faizal
Bohresy (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2000), h. 17. 6 M. Shadiq, “Taubat dalam perspektif al-Qur‟an”, Jurnal Hunafa, volume 7, No.
Desember 2010, h. 209-202.
17
ketaatan kepada Allah. Dan aubah adalah orang yang senantiasa banyak
melakukan ketaatan, ibadah, dan permohonan ampun kepada Tuhan.
Dalam ensiklopedia Islam disebutkan taubat adalah kembali dari kejahatan
menuju kepada ketaatan, karena takut akan murka Allah dan siksa Allah Swt.
Inabah adalah kembali dari yang baik kepada yang lebih baik karena
mengharapkan pahala. Dan aubah adalah orang-orang yang bertaubat bukan
karena takut siksaan dan tidak pula karena mengharap tambahan pahala, tetapi
karena mengikuti perintah Allah.7
Kata lain yang semakna dengan taubat yaitu Ghafara (menutup), al-Takfir
(menutup), al-Wafa (memaafkan). Kata Ghafara yang memerintahkan untuk
beristighfar saja tanpa disertai dengan taubat, seperti dalam surah al-Ma‟arij [70]:
10-11, surah al-Naml [27]: 46, surah al-Baqarah [2]: 199, surah al-Anfal [8] 33.
Tetapi ada juga ayat lain yang memerintahkan untuk beristighfar dan juga disertai
dengan taubat seperti surah Hud [11]:3 dan 52.
Al-Takfir merupakan masdar dari kaffara yukaffiru yang mempunyai makna
al-Satr (menutup). Dalam al-Qur‟an yang mempunyai makna sepadan dengan kata
taubat atau mendapat pengampunan Allah yaitu kalimat kaffara yang terdapat
dalam surah Muhammad [47]: 2
Kata al-Wafa mempunyai arti memaafkan. Dalam al-Qur‟an kata al-afw
diulang 35 kali, diantaranya muncul dalam bentuk fiil madi, fiil mudhari, fiil amr,
masdar,isim fail, dan sifat mubalaghah.dari 35 kali kata al-afw tersebut 34 kali
diantaranya menunjukkan kepada penghapusan dosa, sedangkan satu istilah al-afw
tidak menunjukkan kepada arti penghapus dosa, yaitu yang muncul dalam surah
al-Baqarah [2]: 219.
C. Ruang Lingkup Taubat
Dalam pembahasan ini memaparkan tentang ruang lingkup taubat dimana
saling berkesinambungan satu sama lain diantaranya:
1. Ilmu yaitu mengetahui betapa besarnya bahaya dosa. Orang yang
mengetahui bahayanya sesuatu tentu akan menjauhi sesuatu. Orang yang
7Ensiklopedia Islam, , Jilid 5, Cet. III (Jakarta: Ikhtiar Baru, 1994), h. 111.
18
bertaubat adalah orang yang berpengetahuan atau mengetahui bahwa
semua dosa dan maksiat hanya melahirkan kesusahan, kemudaratan dan
kesengsaraan.
2. Hal yaitu kondisi hati dan kesadaran bahwa dosa dan meksiat akan
menjadi penutup atau hijab antara hamba dengan semua yang
dicintainya.
3. Perbuatan yaitu melakukan semua perbuatan baik untuk menutupi
aibnya dan memenuhi hatinya dengan iman dan amal shaleh.8
Ilmu, hal, dan perbuatan saling berkaitan mengantarkan seorang hamba
untuk kembali kepada jalan yang diridhainya. Dengan ilmu seseorang tau mana
yang salah dan benar, dengan hal atau keadaan hati menjadi lebih nyaman jauh
dari kemaksiatan melakukan perbuatan sesuai dengan syariat Islam dan perbuatan
amal shaleh.
Pada saat Allah mengisyaratkan taubat dia menjelaskan bahwa seseorang
yang melakukan perbuatan yang memiliki perbedaan kekuatan satu sama lain,
mungkin saja dia berada dalam kondisi yang lemah sehingga dia dapat
dipengaruhi oleh hawa nafsunya untuk itulah diisyaratkan taubat agar seseorang
jangan merasa putus asa untuk mendapat pengampunan atas dosa yang dilakukan,
karena Allah masih membukakan pintu taubat-Nya.9
Taubat adalah rahmat bagi Allah, karena jika tidak diterima akan semakin
bertambah dan luaslah kemaksiatan sejak pertama dilakukan. Lawan dari kata
taubat adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan menginginkan seseorang
untuk selalu berbuat dosa baru. Cenderung menuruti hawa nafsu akan
memalingkan seseorang untuk terjerumus kedalam kemaksiatan dan perbuatan
tidak baik sedangkan Allah telah menyiapan jalan kebenaran karena dialah tuhan
yang maha bijaksana. Sekali manusia menyimpang dari jalan kebenaran maka
Allah akan senantiasa mengembalikannya ke jalan kebenaran itu lagi, dan
8 Imam Abu Hamid, Menebus Dosa : Makna dan Tatacara Bertaubat, Penerjemah
Syaifuddin Zuhri (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), h. 21 9 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rawī, Tafsir Syarawi, terj. Safir al-Azhar (Jakarta:
PT. Ikrar Mandiri Abadi, 2006), h. 16.
19
mengatakan “aku memaafkanmu” hal tersebut dilakukan untuk melindungi alam
dari banyaknya kejahatan yang ada dimuka bumi ini.
Namun demikian orang yang mengikuti hawa nafsu tidak akan pernah
merasa puas, hawa nafsu mengantarkan kepada manusia untuk melakukan sesuatu
yang tidak pernah lepas dari unsur kejahatan. Karena hawa nafsu selalu
mengekang pribadi manusia yang meriman untuk menjatuhkan kadar
keimanannya yang lemah untuk menjerumuskan kepada jurang kemaksiatan.
D. Kewajiban Taubat dan Keutamaannya
Ketahuilah, bahwa kewajiban melakukan taubat itu sudah jelas
keterangannya dalam nash-nash al-Qur‟an dan hadis-hadis Rasulullah Saw.
Bahkan bagi orang yang terbuka mata hatinya dan dadanya dilapangkan oleh
Allah dengan nur iman, kewajiban itupun tampak jelas dengan cahaya mata
hatinya. Dengan cahaya mata hati itu ia mampu meneropong apa yang
dihadapinya dalam alam kegelapan kebodohan ini, tanpa perlu bantuan petunjuk
jalan pada setiap langkahnya.10
Kita ketahui bahwa ada berbagai ayat dan hadis yang menunjukan adanya
kewajiban bertaubat, seperti firman Allah Swt yang artinya, “Dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.” (QS. al- Nur [24]: 31) dalam ayat lain yang artinya “ Hai orang-orang
yang beriman , bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya,
mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu.” (QS. al-
Tahrim [66]: 8) begitu pula dengan ayat “Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertaubat” (QS. al-Baqarah [2]: 222).
Para ulama sepakat bahwa bertaubat itu hukumnya wajib. Jika engkau
bertanya, bagaimana taubat itu menjadi wajib, sementara ia merupakan buah dari
penyesalan tidak berasal dari kemauan pelaku dosa, akan tetapi merupakan suatu
tuntutan kesadarannya atas dosa yang telah ia lakukan, maka dari itu menyadari
dosa adalah suatu kewajiban, karena ia masuk kedalam taubat yang wajib. Jika
tidak bisa diartikan bahwa kesadaran itu diciptakan atau dimunculkan oleh
seorang hamba dalam hatinya. Bahkan kesadaran, penyesalan, perbuatan,
10
Imam al-Ghazālī, Ihya Ulumuddīn seri ii Hakikat Taubat (Jakarta: Pustaka Amani,
1988), h. 9.
20
kehendak, kemampuan dengan dan segala sesuatu itu berasal dari Sang
Mahakuasa.11
Keutamaan dari taubat berdasarkan sabda Nabi muhammad Saw :
Rasulallah saw bersabda: “Seorang yang bertaubat dari dosanya seperti
orang yang tidak mempunyai dosa sama sekal”.
Dalam hadis lain Raulullah bersabda:
.
Dari Abu Abdillah atau dari Abu Ja‟far berkata:
Ibn Qayyim r.a. berkata “Adapun adanya persangkaan taubat, karena
taubat itu sendiri sudah merupakan kewajibannya. Dia tidak yakin bahwa dirinya
sudah menjalankannya sesuai dengan tuntutan yang sebenarnya, maka ddia
khawatir kalau belum menunaikan kewajibannya dan taubatnya tidak diterima dan
dia belum mengerahkan upayanya demi keabsahan taubatnya. Dia khawatir kalau
taubatnya hanya merupakan taubat ilahi (taubat karena alasan atau untuk
mengatasi suatu ambisi), sedangkan ia tidak merasa.
Seperti taubatnya orang-orang yang mempunyai hajat, orang pailit dan
orang yang memelihara kedudukannya. Atau kahawatir kalau ia telah bertaubat
hanya karena ingin memelihara kondisinya, maka dia bertaubat untuk keperluan
itu, bukan karena takut kepada yang Maha Agung. Atau dia taubat karena mencari
keringanan hati dari keletihannya dalam mencari dosa. Atau karena ingin
memelihara, menghindari sesuatu yang ditakuti menimpa nama baik, harta dan
kedudukannya. Atau karena lemahnya dorongan maksiat dalam hatinya, dan
padamnya api syahwat dalam dadanya, atau karena maksiat menghalangi
permintaannya baik ilmu maupun rizki, atau alasan-alasan senada yang bisa
meragukan apakah taubatnya benar-benar karena Allah, karena
mengagungkannya, menghormatinya, karena takut jatuh martabatnya disisinya,
11
Imam al-Ghazālī, Ihya Ulumuddīn, Terj. Fadhailurrahman (Jakarta: Sahara Publisher,
2015), h. 412.
21
jauh dari kalimatnya dan tidak diberi kesempatan untuk melihat wajahnya
diakhirat. Maka taubat seperti ini berbeda dengan taubat Ilāhi.12
Adapun sebab diwajibkannya taubat ada dua 13
:
1. Supaya mudah bagimu dalam melakukan taat kepada Allah. Sebab,
buruknya dosa dapat menghalangi taat kepada Allah dan dapat
menimbulkan kehinaan. Dan jeratan dosa dapat mencegah kamu dari
berbakti kepada Allah karena tumpukan dosa akan memberatkan langkah
menuju kebaikan dan memalaskan kita untuk menaatinya.
Terus menerus melakukan dosa akan menghitamkan hati. Engkau akan
mendapati hatimu gelap, keras, tidak tulus dan murni, serta tidak merasakan lezat
dan manisnya berbuat taat. Jika saja Allah tidak merahmati, pelaku dosa-dosa itu
niscaya terjerumus dalam kekufuran dan kesengsaraan.
Sungguh mengherankan, bagaimana seseorang akan diberi kemudahan
untuk melakukan taat, sedangkan hatinya keras dan kotor. Bagaimana mungkin
seseorang mendaku sebagai pengabdi, sementara dia terus menerus berbuat dosa
dan maksiat, bagaimana ia bisa mendekatkan diri dengan bermunajat kepadanya,
sementara dirinya berlumur kotoraan dan najis, dalam hadis Rasulullah Saw.
Bersabda “Jika seseorang hamba berbohong doa malaikat14
akan menjauhinya,
karena tidak tahan mencium aroma busuk yang keluar dari mulutnya”
2. Supaya ibadahmu diterima Allah. Sebab, orang yang berpiutang pasti tidak
mau menerima hadiah dari orang yang berhutang kepadanya.
Bahwa taubat dari maksiat dan mencari keridhaan orang yang pernah
didzalimi merupakan kefardluan yang harus dilaksanakan, sedangkan kebanyakan
ibadah yang kamu lakukan adalah ibadah sunnah. Jadi bagaimana mungkin
hadiahmu (ibadah sunahmu), sedangkan hutangmu yang sudah masanya
membayar (kefardluan) belum kamu lunasi, bagaimana akan menjadi baik bila
kamu meninggalkan yang halal dan yang mubah, serta tidak henti-hentinya
12
Imam al-Ghazali, Petunjuk Jalan Lurus terj. Ahmad Najieh (Surabaya: Ampel Mulia
Surabaya, 2011), h. 28. 13
Imam al-Ghazali, Petunjuk Jalan Lurus terj. Ahmad Najieh, h. 30. 14
Dua malaikat tersebut adalah Rāqib dan Atid.
22
mengerjakan yang haram. Bagaimana akan menjadi baik jika kamu bermunajat
dan berdoa memuji serta memuji Tuhan, sedangkan Tuhanmu murka kepadamu
disebabkan kamu senantiasa mengerjakan sesuatu yang menjadikan Allah murka.
Demikianlah orang yang terus menerus berbuat maksiat.15
Dalam tabel ayat-ayat taubat16
penulis hanya mengambil enam surah
diantaranya:
(Qs.Al-Tahrim [66] 8), (Qs. Al-Nur [24] 31), (Qs. Al-Baqarah [2] 37), (Qs.
Al-Maidah [5] 39), (Qs. Al-An-an'am [6] 54), (Qs. Al-Qasas [28] 67). Yang akan
dibahas oleh para mufasir klasik dan modern.
Penulis merujuk kepada tafsir klasik seperti: Tafsīr ath-thabari, Tafsīr al-
Qurthubi,dan Tafsir Ibnu Katsir sedangkan tafsir modern penulis merujuk kepada
Tafsīr al-Misbāh, Tafsīr al-Azhar, dan Tafsīr Fī Zhilalil Qur‟an.
E. Penafsiran Ayat
1. Tafsir Klasik
a. Tafsīr Ath Thabari
Dalam penafsiran ini hanya beberapa ayat yang penulis angkat yang
relevan dengan penelitian. Beberapa ayat-ayat yang berhubungan dengan
taubat diantaranya sebagai berikut:
(QS. al-Tahrim [66] 8).
Artinya :
15
Imam al-Ghazālī, Petunjuk Jalan Lurus terj. Ahmad Najieh (Surabaya: Ampel Mulia
Surabaya, 2011), h. 30. 16
Tabel 1.1 tentang ayat-ayat taubat dalam al-Qur‟an, terlampir
23
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasūhāa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya
mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS.
al-Tahrim [66] 8).
Maksud ayat di atas adalah wahai orang-orang yang percaya kepada Allah,
bertaubatlah kepada Allah, kembalilah ke jalan yang benar dengan
meninggalkan dosa-dosa kalian menuju ketaatan kepada Allah dan jalan yang
diridhai.
Taubatan nasūha maksudnya adalah, dengan taubat sesungguhnya yang
tidak akan kembali lagi pada perbuatan dosa selamanya.
Senada dengan Imam Ath-Thabari terdapat beberapa pendapat para ahli tafsīr,
antara lain :
Hannad bin Al Sari menceritakan kepada kami, dia berkata: Abu Al
Ahwash menceritakan kepada kami dari Simak bin Harb, dari An Nu‟man bin
Basyir, dari umar, dia berkata, “Taubatan Nasūhā” adalah seorang bertaubat
dari suatu dosa dan tidak akan mengulaingi dosa itu lagi, atau tidak
berkeinginan untuk melakukannya lagi. Kan kepada kami, ia berkata, Sufyan
menceritakan kepada kami dari Simak bin Harb, dari an Nu'man bin Basyir,
berkhutbah dan berkata maksud dari taubatan nasūhā adalah dia berdosa,
kemudian tidak akan melakukannya lagi.
Nasūhā artinya sesuatu yang bersih (tidak bercampur dengan sesuatu yang
lain) diantara turunan kata Nasūhā adalah al-Nashihah, berdasarkan makna
bahasa ini disebut dengan taubatan Nasūhā jika pelaku taubat tersebut
memurnikan, ikhlas (hanya semata-mata untuk Allah), dan jujur dalam
taubatnya. Dan mencurahkan segala daya dan kekuatannya untuk menyesali
dosa-dosa yang telah diperbuat dengan taubat yang benar (jujur).
Ibnu Basysyar menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdurrahman
menceritkan kepada kami, ia berkata, Sufyan menceritakan kepada kami dari
24
Simak bin Harb, dari al Nu' man Taubatan Nasūhā: bertaubat dari dosa
kemudian tidak mengulanginya lagi, atau tidak ingin mengulangi lagi.17
b. Qs. al-Nur [24] 31
Artinya:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung.”(QS. Al-Nur [24]: 31).
Sebab turunnya ayat ini adalah sebagaimana diceritakan oleh Muqathil bin
Hayan, dia berkata “Telah sampai berita kepada kami, dan Allah maha tau dan
Jabir bin Abdillah al-Anshari menceritakan bahwa Asma binti Murtsid tengah
berada ditempatnya yaitu di Bani Haritsah tiba-tiba banyak wanita yang
menemuinya tanpa menutup aurat dengan rapi sehingga tampaklah paha mereka,
dan kepang rambutnya.
17
Abū Ja‟far Muhammad bin Jarū al- Ṯhabari, Tafsir al- Ṯhabari, Jilid 25 (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2009), h. 717
25
Imam al-Ṯ habari dalam menafsirkan firman Allah “Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman” Maksudnya adalah wahai
orang-orang yang beriman, kembalilah untuk taubat kepada Allah terhadap
perintah dan larangannya, yaitu menundukkan pandangan , menjaga kemaluan,
tidak masuk rumah yang bukan miliknya dengan tanpa izin dan salam, serta
sebagainya yang berupa perintah dan larangan-Nya.18
Penutup ayat “Supaya kamu Beruntung” maksudya adalah, agar kalian
menang dan mendapatkan keinginan kalian. Jika kalian menaati perintah dan
larangan-Nya.19
1. Tafsīr Al Qurthubi
a. Qs. al-Baqarah [2] 37
Artinya:
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah
menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. (al-Baqarah [2]: 37).
Pemberian kaliamat-kaliamat itu memberikan isyarat bahwa Allah
membuka pintu taubat-nya dan memberi taufik kepada mereka yang berdosa, yang
terketuk hatinya untuk kembali. Penerimaan kalimat-kaliamat dari tuhan itulah
yang mengantarkan Adam mengajukan permohonan ampun kepada Allah.
Al-Qurtubī berkata, Adam bertaubat dahulu sebelum turun kebumi,
kenyataan inilah diisyaratkan pula oleh perintah turun dari Allah yang kedua
kalinya. Adam turun kebumi setelah menerima taubatnya. Maksud menerima
beberapa kalimat adalah menerima dengan memegangnya secara teguh,
menerimanya, dan setelah tau isinya Adam mengamalkannya. Kalimat-kalimat itu
ialah firman Allah
18
Abū Ja‟far Muhammad bin Jarū al- Ṯhabari, Tafsir al- Ṯhabari, Jilid 19, h. 248 19
Tafsir al- Ṯhabari, Jilid 19, h. 249.
26
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri
(QS. al-A‟raaf [7]: 23).
Lanjut al-Qurtubî menafsirkan kata “Maka Allah menerima taubatnya”
yakni Allah menerima taubatnya, atau memberinya taufik untuk bertaubat. Asal
makna taubat adalah kembali.20
Qs. al-Maidah [5] 39
Artinya :
Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan
kejahatan itu dan memperbaiki diri, Maka Sesungguhnya Allah menerima
taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (al-
Maidah [5] 39).
Dalam penafsiran ini Imam Al-Qurṯ ubî, menafsirkan bahwa firman ini
merupakan Syarath, jawabannya adalah “maka sesungguhnya Allah menerima
taubatnya” maka firman Allah “Sesudah melakukan kejahatan itu” adalah, setelah
melakukan pencurian, maka sesungguhnya Allah akan mengampuninya. Namun
demikian, pemotongan tangan itu tidak bisa gugur hanya karena orang yang
melakukan pencurian itu telah bertaubat.
Kata “ dan memperbaiki diri” maksudnya sebagaimana Allah
menerima taubat dari pencurian, dia pun menerima taubat dari semua dosa dan
pendapat lain mengenai kata tersebut adalah meninggalkan kemaksiatan secara
keseluruhan. Adapun orang yang meninggalkan pencurian namun melakukan
perzinaan, atau meninggalkan agama Yahudi dengan masuk agama Nashrani, ini
bukanlah taubat. Penerimaan taubat oleh Allah atas seorang hamba adalah dengan
memberinya taufik untuk bertaubat. Menurut satu pendapat, dengan diterima
taubatnya.21
20
Syaikh Imam Al-Qurtubī, Tafsir Al-QurṮubî, Jilid 2, Terjemah Faturrahman dkk
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 713. 21
Syaikh Imam Al-QurṮubî, Tafsir Al-QurṮubî, Terjemah Faturrahman dkk, Jilid 6, h.
417-418.
27
2. Ibnu Katsīr
a. Qs. al-An‟am [6] 54
Artinya:
Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami itu datang
kepadamu, Maka Katakanlah: "Salaamun alaikum. Tuhanmu Telah
menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa
yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, Kemudian ia
bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, Maka
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. al-
An‟am [6] 54)
Dalam tafsir Ibn Katsīr “bahwasannya barangsiapa yang berbuat
kejahatan diantara kamu lantaran kejahatan”setiap orang yang bermaksiat
kepada Allah, dia adalah orang jahil.” Ikrimah berkata “ dunia seluruhnya
adalah kebodohan” diriwayatkan oleh Ibn Abī Haitam. “Kemudian ia
bertaubat setelah mengerjakan dan mengadakan perbaikan” tidak kembali
kepada kemaksiatan yang dulu dilakukan, menjauhkan diri darinya, dan
bertekad untuk tidak kembali mengulanginya. Dan memperbaiki amalan
untuk yang akan datang. 22
b. Qs. al-Qashash [28] 67
“Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang
saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung”. Qs. al-Qashash
[28] 67
Orang musyrik yang durhaka yang bertaubat dari kemusyrikan dan
kedurhakaannya dan beriman secara baik dan benar serta membuktikan kebenaran
imannya dengan mengerjakan amal yang shaleh, maka semoga dia termasuk
22
Muhammad Nasir ar-Rifa‟i, Tafsir Ibnu Katsīr Jilid 2, terj. Syihabuddin (Bandung:
Gema insan Press, 1999), h. 834.
28
kedalam orang-orang yang beruntung memperoleh kebahagiaan yan ia
dambakan.23
2. Tafsir Modern
1. Tafsir Fī Zhilalil Qur‟an
a. Qs. al-Tahrim [66] : 8
Tafsiran ayat ini adalah kelanjutan dari ayat sebelumnya yang membahas
tentang bagaimana orang mukmin menjaga diri dan keluarga mereka dari neraka,
al-Qur‟an menjelaskan jalannya kepada mereka, dan menumbuhkan optimisme
mereka, jalannya adalah taubatan nasūhā, yaitu taubat yang menasihati hati dan
memurnikannya, kemudian tidak mengelabuhinya dan tidak menipunya.
Taubat terhadap dosa dan maksiat dimulai dari penyesalan terhadap apa
yang telah terjadi, dan diakhiri dengan amal shaleh dan ketaatan. Jadi ketaatan
yang ada saat ini menasehati hati sehingga membebaskannya dari endapan-
endapan maksiat dan karat-karatnya, dan memotivasinya untuk beramal shaleh
setelahnya. Inilah yang disebut taubatan nasūhā, yaitu taubat yang senantiasa
mengingatkan hati sesedahnya dan menasihatinya agar tidak kembali kepada dosa.
Lalu Tuhan ajarkan kaliamat kepada Adam yang terdapat dalam Qs. al-A‟raf [7]
23.
Apabila demikian taubatnya, maka diharapkan Allah melebur dosa-dosa
dengan taubat tersebut, dan memasukkan mereka kedalam surga.24
b. Qs. al-Nur [24] 31
Pada akhir ayat surah al-Nur ayat 31 redaksi ayat mengarahkan hati-
hati kepada Allah. Ia membukakan pintu-pintu bagi taubat karena prilaku-
prilaku sebelum turunnya ayat ini.
“.... Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,hai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung”
23
Muhammad Nasir ar-Rifa‟i, Tafsir Ibnu Katsīr Jilid 5, terj. Syihabuddin, h. 388 24
Sayyid Qutb Ibrahim Husein Syadzili, Tafsir Fi- Zilalil Qur‟an : Dibawah Naungan al-
Qur‟an, Jilid 9, Terjemah Aunur Rofiq Shaleh (Jakarta : Gema Insani Press, 2004), h. 1058.
29
Dengan ayat itu dibandingkan perasaan akan kehadiran Allah dan
Pengawasannya, kasih sayangnya, penjagaannya, dan pertolongannya atas
manusia. Semua itu dibangkitkan terhadap kelemahan mereka dihadapan
kecenderungan hawa nafsu dan tabi‟at yang mendalam yang tidak
mungkin dapat mengekangnya sebaik pengekangan yang dipengaruhi oleh
perasaan pengawasan Allah dan ketakwaan kepadanya.25
2. Tafsir al-Azhar
a. Qs. al-Baqarah [2] 37
Hamka menafsirkan ayat ini merujuk kepada penyesalan Adam akan
Nasibnya. Dia yang bertanggung jawab sehingga isterinya pun telah turut
tergelincir karena rayuan setan itu. Dia memohon kepada tuhan agar
mereka diampuni diberi maaf, diberi taubat atas kesalahan itu, kesalahan
yang timbul karena belum ada pengalaman karena kurang awas atas
perdayaan musuh yang selalu mengintai kelemahan dan kelalaian. Akan
tetapi Adam tidak tahu dengan cara apa menyusun kata yang berkenaan
kepada Tuhan. Yang pantas buat diucapkannya agar permohonannya
diterima.
Dalam hadis Qudsi di Sebutkan “Rahmatku, kasih sayangku,
mengalahkan Murkaku.” Kemudian Tuhan mengajarkan kepada Adam
cara memohon ampun yang disebutkan dalam Qs. al-A‟raf ayat 23.
....
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami
sendiri (QS. al-A‟raaf [7]: 23).
Adam dan Hawa menyesal, tetapi tidak tahu dengan susun kata apa
untuk menyampaikan permohonan ampun, lalu diajarkannya. Dan
meminta ampun kemudian diampuninya.26
25
Sayyid Qutb, Tafsir Fi- Zilalil Qur‟an : Dibawah Naungan al-Qur‟an, Jilid 16, h. 48. 26
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 1 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), h. 224.
30
b. Qs. al-Maidah [5] 39
“Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah
melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, Maka Sesungguhnya
Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (al-Maidah [5] 39).
Hamka mengartika barang siapa yang bertaubat dari mencuri, segera
dikembalikannya harta yang dicurinya itu, dia menyesal atas kejahatannya dan
ditempuhnya kembali jalan yang lurus, diperbaiki dirinya, jiwanya dan budinya.
Lalu dibuktikan semua itu dengan perbuatan, misalnya dengan membela orang
lain yang teraniaya, memperbanyak berbuat baik dan bershadaqah, maka Tuhan
bersedia memberi taubat. Sedang sisa umur masih ada, masih ada pula
kesempatan taubat.27
3. Tafsir al-Misbāh
a. Qs. al-An‟am [6] 54
Ayat ini mengandung isyarat betapa orang-orang lemah lagi
mukmin memperoleh keistimewaan dari Allah Swt.
Pertama, jika mereka datang menghadap Rasul, maka Rasul Saw
yang diperintahkan untuk mengucapkan salam kepada mereka, padahal
secara umum yang merupakan tuntunan Allah dan Rasul-Nya adalah yang
memasuki ruangan yang hendaknya menyampaikan salam bukan yang ada
dalam ruangan, memang boleh perintah ini hanya diperintahkan sekali
saja, yakni ketika berita gembira tentang rahmat yang ditetapkan Allah
Swt atas dirinya, disampaikan kepada mereka sesuai bunyi di atas.
Kedua, berita gembira tentang pengampunan dan ridha Allah atas
mereka, apabila mereka bertaubat dan mengadakan perbaikan atas jiwa
dan aktivitas mereka.
Ayat di atas dikemukakan makna Bijahâlat atau kejahilan,
sementara ulama berpendapat bahwa kata ini tidak harus dipahami sebagai
pembatasan atau syarat, bagi pengampunan yang dijanjikan, karena setiap
dosa yang dilakukan seseorang pastilah dilakukaan oleh kejahilan dalam
27
Hamka, Tafsir al-Azhar Jilid 1, h. 246.
31
berbagai maknanya. Dengan demikian kata itu, sekedar menggambarkan
faktor dosa bukan syarat pengampunan. Pendapat in dikuatkan oleh sekian
banyak firman Allah antara lain :
Artinya:
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Qs. Al-Zumar [39] 53). 28
b. Qs. al-Qashash [28] 67
Dalam menafsirkan ayat ini menceritakan orang-orang kafir yang
membawa mati kemusyrikannya. Adapun orang yang musyrik yang
durhaka dan bertaubat dari kemusyrikan dan kedurhakaannya dan beriman
secara baik dan benar serta membuktikan kebenaran imannya dengan
mengerjakan amal shaleh, maka semoga dia termasuk orang-orang yang
beruntung memperoleh kebahagiaan yang ia dambakan.29
F. Syarat Taubat
Kalimat taubat adalah kalimat yang agung, memiliki petunjuk-petunjuk
yang dalam. Tidak seperti dugaan kebanyakan manusia, bahwa taubat itu hanya
cukup diucapkan dengan lisan, sementara masih tetap bergelimang dalam lumpur
dosa.
Sebagian ulama menyebutkan beberapa rincian mengenai syarat-syarat
bertaubat yang hakiki (nasuhā),yaitu:30
28
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbāh Jilid 4 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 118-119. 29
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbāh Jilid 10 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 387. 30
Muhammad Shaleh al-Munjid, Diterimakah Taubatku, terj. Ladzi Safroni (Surabaya:
Media Idaman, 1993), h. 18.
32
a. Berniat meninggalkan dosa lillah semata-mata karena Allah. Bukannya
meninggalkan perbuatan dosa lantaran tidak terbiasa dengan perbuatan
tersebut atau karena takut dicela orang.
Maka, tidaklah berarti taubat, orang yang meninggalkan maksiat lantaran
khawatir reputasinya terancam, kewibawaan hilang, martabat menurun, atau takut
dipecat atasannya. Tidak dikatakan taubat, bila alasan meninggalkan dosa adalah
demi menjaga kesehatan dan kekuatan semata, misalnya jera berzina karena takut
terkena penyakit kelamin atau karena dapat melemahkan tubuh dan mengurangi
daya ingatan.
b. Hendaklah bersegera melakukan taubat, sebab pada hakikatnya
memperlambat taubat adalah dosa yang perlu ditaubati
c. Menunaikan perintah Allah yang dahulu ditinggalkan, misalnya
mengeluarkan zakat, yang di dalamnya terdapat hak orang miskin.
d. Mengintropeksi diri, apakah dalam taubat yang sudah dijalani masih
terdapat kekurangan.
Dalam kitab Mukhtashar Minhājul Qashidīn disebutkan “ketahuilah
bahwa taubat itu adalah ungkapan dari rasa penyesalan yang menimbulkan tekad
dan maksud yang kuat. Penyesalan tersebut memberikan keyakinan bahwa
maksiat adalah penghalang antara manusia dengan kekasihnya”
Penyesalan terkadang menyakitkan hati ketika merasakan dengan adanya
perpisahan dengan yang dicintai. Sebagai tandanya adalah lamanya bersedih dan
menangis. Sesungguhnya orang yang merasakan adanya siksa yang menimpa
anaknya atau orang lain yang dicintai, dia akan menangis, bersedih untuk
beberapa waktu lamanya.
Sedangkan menurut Ibn Qoyim al-Jauziyah ada tiga syarat yang harus
terpenuhi dalam bertaubat. Yang pertama adalah menyesali dosa-dosa yang telah
dilakukan. Yang kedua, seketika itu membebaskan diri dari dosa yang diperbuat.
33
Dan yang ketiga, bertekad untuk tidak mengulangi lagi dosa-dosa yang telah
dilakukannya di masa mendatang.31
Seseorang yang bertaubat harus melakukan amal kabaikan yang banyak.
Sehingga, bila masih ada kalaliman yang tidak terhapus oleh obatnya, maka pada
hari kiamat hal itu bisa ditebus dengan amal kebaikannya, karena dengan begitu
maka amal buruk orang yang ia lalimi tidak diambil dan dipindahkan kepadanya.
“Tidak akan terjadi (bertaubat) orang yang berharap akhirat tanpa amal (soleh)
dan ingin bertaubat hanya dengan angan-angan. Dia berkata tentang dunia dengan
perkataan orang-orang zuhud, namun amalnya adalah amal orang-orang yang
mencintai dunia”
“Tidak disebut bertaubat orang-orang yang beramal buruk hingga ajal
menghampirinya seraya berkata, sekarang yang bertaubat”.32
G. Penyematan kata al-Iṣ lah Setelah Perintah Taubat
Terdapat beberapa ayat tentang taubat yang diikuti dengan Iṣ lah yakni
pengaplikasian untuk berubah kearah yang lebih baik lagi diantaranya Qs al-
Baqarah [2]:160, Qs al-Maidah [5]: 39, Qs al-An‟am [6]: 54, Qs al-Nisa [4]:146,
dan Qs al-Nahl [16]: 119.
Kata Iṣ lah yang berarti menperbaiki diri, meninggalkan kemaksiatan secara
keseluruhan. Kata Iṣ lah disini adalah perintah perbaikan setelah melakukan
taubat dari bentuk tindak kejahatan yang dilakukan seseorang, yakni melakukan
perbaikan kearah yang lebih baik lagi dan mengembalikan hak-hak seseorang
yang telah di rebut dari seseorang. Misalnya mencuri bentuk Iṣ lahnya adalah
31Ibn Qayyim al-Jauziyah, Majaridus salikin (Pendakian Menuju Allah) terj. Kathur
Suhardi, cet. 1 (Jakarta: Pustaka Al-Khausat 1998), h. 40
32 Imam Abu Hamid, Menebus Dosa : Makna dan Tatacara Bertaubat, Penerjemah
Syaifuddin Zuhri, h. 21
34
mengembalikan barang yang ia curi, menyakiti hati orang lain bentuknya dengan
meminta maaf dan berjanji untuk tidak melakukan perbuatan yang negatif lagi.
H. Tingkatan Taubat
Dalam bertaubat, manusia terbagi kedalam empat tingkatan :
1. Orang yang bertaubat secara istiqamah sampai akhir hayatnya. Ia
menghindarkan diri dari dosa dan tidak melakukan lagi kesalahan-
kesalahannya, kecuali kesalahan kecil yang memang tak bisa dihindari
manusia. Inilah yang disebut istiqamah dalam bertaubat. Orang yang
melakukan taubat ini akan berbuat kebaikan dengan sigap dan cekatan.
Taubat tersebut dinamakan taubat nasūhā (tulus). Sebagaimana firman
Allah dalam surah al-Tahrim ayat 8. Bahwa taubatan nasūhā adalah
taubat yang berlandaskan kejujuran dan bersih dari segala kepalsuan,
kekurangan dan kerusakan.33
Orang-orang dalam tingkatan berbeda-beda ada yang nafsu
syahwatnya telah tenang dan bisa dikendalikan oleh makrifahnya sehingga
syahwatnya melemah. Ada pula yang hawa nafsunya terus merongrong,
tetapi ia bisa melawannya dengan mujahadah (perjuangan keras) terus-
menerus.
2. Orang yang bertaubat dengan istiqamah dalam melakukan amal-amal
utama dan dalam menghindari dosa-dosa besar. Hanya saja, ia tidak
melepaskan diri dari kesalahan yang menimpanya secara kebetulan.
Sewaktu-waktu ia masih melakukan perbuatan dosa, padahal tak ada
keinginan kuat di hatinya untuk melakukan perbuatan tersebut. Setiap
kali kesalahan itu ia lakukan, ia mencela dirinya, menyesal, dan berjaga-
jaga agar tidak sampai terulang inilah yang disebut al-nasfs al-
lawwāmah, yaitu jiwa yang mencela diri sendiri karena perbuatan tercela
yang dilakukannya.
33 Jamilah al-Mashriy, Metode Membersihkan Hati dari Kotoran Dosa, terj. Fauzi Faisal
Bahreisy (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2000),h. 9
35
ini juga termasuk ke dalam tingkatan yang tinggi, walaupun berada sedikit
dibawah yan pertama. Ini pula kondisi kebanyakan manusia yang
bertaubat.
3. Orang yang bertaubat dengan istiqamah selama beberapa waktu, dan
setelah itu ia takluk lagi kepada nafsu syahwatnya untuk melakukan
beberapa dosa. Ia terjerumus dalam dosa tersebut karena tak mampu
melawan syahwat tadi. Walaupun begitu, ia masih tekun melaksanakan
amal-amal ketaatan, dan bisa juga meninggalkan beberapa dosa meskipun
ia mampu dan ingin melakukannya. Yang tidak mampu ia kendalikan
hanyalah satu atau dua nafsu syahwatnya padam, ia menyesal. Lalu ia
berjanji untuk bertaubat dari dosa itu. Jiwa yang seperti itu disebut
masullāh (yang bertanggung jawab).
4. Orang yang bertaubat dan sempat istiqamah, tetapi kemudian kembali
melakukan berbagai dosa tanpa memperbaharui dirinya dengan taubat lagi
serta tanpa merasa bersalah dengan perbuatannya. Ia termasuk orang yang
lekat dengan dosa. Jiwa yang demikian adalah jiwa yang amarah bis-su‟
(menyuruh kepada keburukan). Yang ditakutkan ia mati dalam keadaan
su‟ul khatīmah (akhir yang jelek), yakni tidak beriman.
jika ia bertauhid, ia masih bisa diharapkan terlepas dari siksa api neraka,
walaupun setelah merasakannya selama beberapa waktu.34
I. Tatacara Bertaubat
Dalam proses bertaubat, pertanyaan yang sering muncul adalah : “saya
telah terjerumus dalam perbuatan dosa, saya ingin bertaubat, tetapi bagaimana
caranya ?”
34
Jamīlah al-Mashrīy, Metode Membersihkan Hati dari Kotoran Dosa, terj. Fauzi Faisal
Bahreisy (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2000),h. 12
36
Artinya :
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya
itu, sedang mereka Mengetahui. (Qs. Ali Imran [3] : 135).
Dalam ayat ini mengisyaratkan kepada orang yang berbuat maksiat untuk
bertaubat dengan melaksanakan tatacara yang sesuai dengan syariat Islam
diantaranya sebagai berikut.
a. Perbuatan yang dilakukan oleh hati (amalul Qalbī), yaitu menyesal dan
bertekad untuk tidak mengulangi lagi dosa yang telah ditinggalkan
karena didorong oleh rasa takut kepada Allah.
b. Perbuatan yang dikerjakan oleh anggota badan (amalul jawārīh), yaitu
dengan melakukan berbagai macam kebajikan, di antaranya
menjalankan shalat taubat,35
sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang
artinya:
“Dari Abu Baqar r.a berkata: bahwa ia mendengar Rasul bersabda: “
tidak ada lagi seseorang yang melakukan dosa kemudian ia berdiri,
bersuci, melakukan shalat dua rakaat dan memohon ampunan kepada
Allah, kecuali Allah akan mengampuninya “ lalu beliau membaca ayat
(Ali Imran 135) berikut; “dan orang-orang yang apabila mereka
berbuat kejahatan atau menganiaya dirinya, mereka berbuat kejahatan
atau menganiaya dirinya, mereka ingat akan Allah, lalu memohon
ampunan atas dosanya itu. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain daripada Allah. Mereka tiada berkekalan atas perbuatan itu,
sedang mereka mengetahui.”
Dari ayat tersebut terdapat beberapa amalan untuk mendekatkan
dan memperbaiki diri kepada allah, beberapa Narapidana
mengamalkan beberapa amalan diantaranya sebagai berikut:
1. Berwudhu dengan sempurna
Seseorang yang melakukan wudhu dengan sempurna, maka
lunturlah dosa-dosanya terbawa oleh air wudhu. Untuk
menyempurnakan wudhu hendaklah
35
Muhammad Shaleh al-Munjid, Diterimakah Taubatku, Terj. Ladzi Syafrani (Surabaya:
Media Idaman, 1993), h. 49.
37
a. Membaca basmalah sebelum berwudhu, kemudian berniat dan
berdoa dalam hati agar air wudhu tersebut benar-benar dapat
mensucikan setiap anggota badan kita dari dosa dan dari najis.
b. Membaca doa sesudah wudhu.
2. Berdiri untuk melakukan shalat dua rakaat (sunnah taubat)
a. Menghadapkan wajah dan qalbu dengan sepenuh hati.
b. Tidak lengah (pikiran tidak melayang) selama melakukan shalat
c. Tidak berbicara dalam shalat maksudnya tidak berbicara dalam
hati yang tiada berhubungan dengan shalat.
d. Memperbaiki dzikir dan kekhusyukan
e. Memohon ampunan Allah dengan sungguh-sungguh.
3. Membaca Lafadz Istighfar
4. Shalat Tasbih
Maka hasil dari perbuatan taubat itu adalah:
1. Diperoleh ampunan dari dosa-dosa yang terdahulu
2. Diwajibkan atasnya surga36
J. Tanda Diterimanya Taubat
Ibn Qayyim berkata: Taubat yang diterima dan yang benar mempunyai
tanda-tanda diantaranya:
1. Seseorang setelah bertaubat harus lebih baik daripada sebelumnya.
2. Rasa takut senantiasa menyertainya, tidak merasa aman dari makar
Allah sekalipun sekejap. Rasa takutnya berlanjut sampai mendengar
ucapan utusan Allah untuk mencabut nyawanya (QS. Fushilat: 30)
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah"
Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan
turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang
Telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. al- Fushillat [41]: 30).
36
Disarikan dari hadis shahih dalam At-Targhib, Juz I, h. 94-95.
38
3. Hatinya teriris-iris, menyesal dan takut. Hal ini berbeda menurut besar
kecilnya dosa. Ini adalah penakwilan Ibn Uyainah terhadap firman Allah:
Artinya:
Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal
keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu Telah hancur.
Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Taubah [9]:
110).37
Dia berkata: “ hatinya hancur dengan taubat” memang rasa takut yang
tinggi terhadap siksa yang pedih akan menjadikan hati sakit dan merana,
itulah hancurnya hati. Dan inilah hakikat taubat, karena hatinya menangis,
menyesal terhadap keteledoran yang telah diperbuatnya, dan takut dari
akibat buruknya. Siap yang hatinya tidak hancur di dunia dengan
penyesalan, maka ia akan hancur di akhirat. Ketika menyaksikan
kenyataan-kenyataan yang dahsyat, melihat pahala orang yang taat dan
siksa orang yang maksiat, maka mau tidak mau hatinya harus hancur,
entah di dunia atau di akhirat.
4. Ada perasaan sakit dihati yang khusus dirasakan oleh orang yang
berdosa. Perasaan itu tidak bisa di gambarkan. Sampai Ibn al-Qayyim
berkata “demi Allah, alangkah manisnya ucapan orang yang berada
dalam suasana begini” : “Aku memohon kepada-Mu dengan kemuliaan-
Mu dan kehinaanku, aku mohon kepadamu dengan kekuatan-Mu, dan
kelemahanku, dengan kekayaan-Mu, dan kemiskinanku kepada-Mu,
inilah ubun-ubunkunyang dusta dan durhaka ada di hadapan-Mu.
Hamba-hamba-Mu selain aku banyak, tetapi aku tidak punya Tuhan
selain engkau. Tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri
kecuali kepada-Mu. 38
37
Ibn Qayyim al-Jauziyah, Majaridus salikin (Pendakian Menuju Allah) terj. Kathur Suhardi,
cet. 1, (Jakarta: Pustaka Al-Khausat 1998), h. 40 38
Abu Dzar al-Qolmuni, Debu-debu Maksiat dan Siraman Air Taubat, terj. Agus Hasan
Bashori (Jakarta Pusat, 1993), h. 88-89.
39
K. Hikmat Taubat
Bertaubat mempunyai banyak sekali hikmah. Kebaikan yang dijanjikan oleh Allah
swt kelak akan dinikmati oleh orang yang bertaubat baik di Dunia maupun di
akhirat. Hikmah taubat adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan Rahmat Allah
Orang yang telah melakukan banyak perbuatan dosa masih diperintahkan
oleh Allah agar tidak berputus asa untuk mendapatkan rahmat Allah. Allah Swt
berfirman:
Artinya:
“Agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang
paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang
lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan” (Qs. al-Zumar [39]: 35).
2. Membersihkan Jiwa
Orang yang mempunyai beban dosa, jiwanya menjadi kotor dan tidak
mampu menegakkan kebenaran. Dengan bertaubat, maka penyakit jiwa itu
akan hilang dan timbulah jiwa yang bersih dan mampu melihat kebenaran dan
menegakkannya. Jiwa yang bersih selalu menuju kebenaran. Kebenaran itu
akan mendekatkan kepada Allah dan melaksanakan amal-amal yang diridhai
Allah. Jiwa yang suci akan menciptakan manusia muqarrabīn, yaitu orang
yang dekat kepada Allah, merasa takut akan siksa Allah dan mengharapkan
rahmat Allah.
Artinya:
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
Masuklah ke dalam syurga-Ku.
3. Bebas dari kesusahan, lapang dari kesempitan dan murah rezeki
“Barangsiapa yang melazimkan istighfar, maka Allah akan membebaskannya
dari segala kesusahan, melapangkan dari kesempitan dan memberikan rizki
yang tidak disuga-duga”. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Hakim).
40
4. Meningkatkan Keimanan
Dengan menyadari bahwa segala perbuatan, besar atau kecil, nyata atau
termbunyi kelah allah akan mengetahui semua itu, dengan demikian keimanan
seseorang aan sempurna. Iman yang paling sempurna adalah mengetahui
bahwa Allah ada bersama dengan hamba-Nya.
“Iman yang paling utama adalah bahwa engkau mengetahui sesungguhnya
Allah bersama dengan engkau, dimanapun engkau berada” (HR. Thabrani)
Dengan demikian ketaatan kepadanya akan meningkat pula, serta
menghindarkan diri dari perbuatan dosa.
“Barangsiapa yang hendak digembirakan oelh buku catatan amalnya maka
hendaklah ia memperbanyak istighfar” (HR. Baihaqi)
5. Terhindar dari Azab
Allah tidak menimpakan azab kepada suatu kaum kecuali ada alasannya
seperti umat-umat terdahuhu yang menentang beliau. Demikian juga Allah
Swt akan menjauhkan suatu kaum dari azab selama mereka beristighfar.
Dengan istighfar maka rahmat Allahpun akan datang dan bencana akan jauh.39
39
Abdus Shamad Ngile, Taubat (Jakarta: Yayasan Pengkaji Ilmu Pengetahuan, 1991), h.
22.
41
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA
PEMASYARAKATAN POLRES JAKARTA SELATAN
A. Lembaga Pemasyarakatan Polres Jakarta Selatan
1. Sejarah Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan
Lembaga pemasyarakatan (lapas) Polres Jakarta Selatan didirikan
bersamaan dengan gedung Polres Jakarta Selatan yang diresmikan oleh Drs.
Muhammad Hendarto pada hari sabtu tanggal 18 Desember 1993 sekaligus
dengan peresmian gedung Polres Jakarta Selatan. Lembaga Pemasyarakatan
(lapas) di Mapolres Jakarta Selatan ini, hanya sementara yang dikhususkan
menampung terpidana kasus Rastik (Reserse Narkotik) dan Reskrim (Reserse
Kriminal), belum diputuskan sebagai terdakwa, setelah diputuskan hakim
sebagai terdakwa dengan pasal yang diterimanya barulah nantinya para napi
pindah ke Cipinang.1
a. Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Polres Jakarta Selatan
Bertempat Jl. Wijaya II No. 42 Kebayoran Baru Jakarta Selatan,
adapun lapas Polres Jakarta Selatan berada di lantai 3 dan 4 berada di
sebelah kiri gedung Polres Jakarta Selatan.
b. Jumlah Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan
Adapun jumlah penghuni Narapidana baik yang Reskrim dan Rastik
sebagai berikut
1) Daftar Tahanan Restik2 terhitung dari tanggal 26 Oktober 2018
sampai 3 Juli 2019 total keseluruhan narapidana masuk tahanan
berjumlah 306 Narapidana di Polres Jakarta Selatan dengan kasus
Rastik (reserse narkotika). Adapun total keseluruhan baik
narapidana tahanan masuk dan keluar terinci dalam lampiran3
1 Anton Tabah, Sejarah Perkembangan Polres Jakarta Selatan, Harian Kompas, 13
November 1993, h. 4. 2 Restik merupakan singkatan dari reserse narkotika
3 Polres Metro Jakarta Selatan, Daftar Tahanan Rastik Per Tanggal 3 Juli 2019 Pukul
11:00:00.
42
2) Daftar tahanan Reskrim4 terhitung dari 17 Oktober 2018 sampai 3
juli 2019 total keseluruhan narapidana masuk tahanan berjumlah
132 Narapidana dengan kasus Reskrim (reserse kriminal). Adapun
total keseluruhan baik narapidana tahanan masuk dan keluar terinci
dalam lampiran5
2. Program Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan
a. Kegiatan Di Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan
Kegiatan narapidana di lapas Sakarta Selatan diantaranya sebagai
berikut
1) Kegiatan keagamaan hanya seminggu diadakan oleh Staf Satbinmas
2) Shalat Jum‟at dilaksanakan di Lapas oleh Staf dan mendatangkan
Khotib masyarakat luar
3) Baca yasinan pada malam Jumat
4) Jam besuk hari Selasa dan Kamis dari pukul 09.00-12.00.
b. Program Rutinitas Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan
Salah satu program rutin adalah sarapan, pembersihan lapas, jam besuk
setiap hari selasa dan kamis.
3. Visi dan Misi
a. Visi
Terwujudnya Polres Metro Jakarta Selatan yang Profesional, Modern,
dan Terpercaya.
b. Misi
Berdasarkan uraian visi di atas, maka Polres Metro Jakarta Selatan
mendapatkan misi utama yang harus diraih agar visi tersebut bisa tercapai
antara lain:
1) Mewujudkan postur Polres Metro Jakarta Selatan yang ideal,
efektif, dan terpercaya.
2) Meningkatkan sumber daya manusia Polres Jakarta Selatn melalui
pendidikan dan latihan.
4 Reskrim merupakan singkatan dari Reserse Kriminal
5 Polres Metro Jakarta Selatan, Daftar Tahanan Reskrim Per Tanggal 3 Juli 2019 Pukul
11:00:00.
43
3) Meningkatkan kemampuan pencegahan kejahatan melalui deteksi
dini, pemolisian, proaktif dan sinergi polisional.
4) Meningkatkan stabilitas Kamtibmas dengan didukung oleh seluruh
komponen masyarakat.
5) Mewujudkan penegakan hukum yang berkeadilan dan menjamin
kepastian hukum dengan menunjang tinggi hak asasi manusia.
6) Meningkatkan pengawasan dalam rangka mewujudkan Polres
Jakarta Selatan yang profesional dan akuntabel.6
4. Tujuan didirikan Polres Jakarta Selatan
a. Terwujudnya situasi Kamtibmas yang kondusif diwilayah hukum Polres
Metro Jakarta Selatan
b. Tergelarnya Bhabinkamtibmas dikelurahan dalam rangka implementasi
Polmas dan melakukan deteksi dini terhadap potensi gangguan
keamanan dan gejala sosial masyarakat.
c. Meningkatkan keamanan,keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas.
d. Meningkatkan pengungkapan dan penyelesaian tindak pidana
e. Meningkatkan pelayanan publik kepolisian
f. Terdukungnya pelaksanaan tufoksi Polres Jakarta Selatan dengan
terpenuhnya sarana dan prasarana meliputi pengembangan fasilitas,
peralatan Kepolisian dan teknologi informasi kepolisian modern.
g. Terbangunnya postur Polres Metro Jakarta Selatan yang efektif,
profesional, modern, dan terpercaya.
h. Tergelarnya kekuatan Polri di Wilayah hukum Polres Metro Jakarta
Selatan.7
6 Anton Tabah, Sejarah Perkembangan Polres Jakarta Selatan, h. 4.
7 Seno Adji Idriyanto”Polisi Profesional” Jurnal Violence Culture, Volume 1, nomor 4,
Oktober 2012, h. 56
44
5. Struktur Organisasi Polres Jakarta Selatan
6. Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang kenyamanan dalam melayani masyarakat polres Jakarta
Selatan memiliki beberapa sarana dan prasarana diantaranya, ruang tunggu ber
AC, perpustakaan mini, ruang inisiasi, ruang pengaduan dan konsultasi, ruang
command center, ruang posko operasi, sarana bermain, toilet khusus difabel, toilet
khusus pria dan wanita, pc pendaftaran online, layanan Informasi (running teks,
website, instagram, facebook, LED, twitter, aplikasi smart Jakarta, spanduk,
banner, papan petunjuk), Sarana pengaduan masyarakat (kotak saran, email,
wibsite, aplikasi smart warga), temat ibadah (Masjid dan Mushola).8
Adapun 10 responden yang penulis wawancarai adalah sebagai berikut:
8 Anton Tabah, Sejarah Perkembangan Polres Jakarta Selatan, h. 5
45
1. Ivan penghuni tahanan 3 bulan di Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan
berumur 28 tahun bekerja sehari-hari sebagai koki restoran sebelum ia terjerat
kasus pencurian Mobil.
2. Muhammad Ihwan penghuni tahanan 2 bulan di Lembaga Pemasyarakatan
Jakarta Selatan berumur 25 tahun, pekerjaan sehari-hari sebagai Mahasiswa
semester 8 di Universitas Pancasila, Jurusan Teknik Industri, dengan kasus
Narkoba, bertempat tinggal di Depok.
3. Teguh Verry Juliansyah penghuni tahanan baru 26 hari di Lembaga
Pemasyarakatan pekerjaan sehari-hari sebagai sopir Grab, umur 33 tahun,
kasus yang ia alami adalah jual beli Narkoba. Bertempat tinggal di Jakarta
Selatan.
4. Siti Fatimah penghuni tahanan baru 33 Hari di Lembaga Pemasyarakatan
Jakarta Selatan pekerjaan sehari-hari sebagai penambang Nikel di sebuah
prusahaan, kasus yang ia alamai adalah penggelapan perempuan.9
5. Agus Setiawan penghuni tahanan titipan belum diproses pidana, di Lembaga
Pemasyarakatan Jakarta Selatan pekerjaan sehari-hari sebagai buruh umur 30
Tahun, kasus yang ia alami adalah terjerat kasus kriminal (pencurian motor)
alamat tinggal di Jakarta Selatan.
6. Ian penghuni tahanan titipan belum diproses pidana, di Lembaga
Pemasyarakatan Jakarta Selatan, umur 33 Tahun pekerjaan Buruh, dan kasus
yang ia alami adalah Kriminal (pencurian Motor) alamat tinggal di Jakarta
Selatan
7. Anggelita penghuni tahanan belum diproses Pidana, di lembaga
Pemasyarakatan Jakarta Selatan, umur 32 tahun, pekerjaan sehari-hari sebagai
Ibu Rumah Tangga, kasus yang ia alami adalah Narkoba, tinggal di Jl. Johar
Baru Jakarta Pusat.
8. Sandra Puspita tahanan belum diproses pidana, di Lembaga Pemasyarakatan
Jakarta Selatan, berumur 35 tahun pekerjaan sehari-hari sebagai wiraswasta,
9 Wawancara dengan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan, 13
November 2018.
46
kasus yang ia alami adalah penyalah gunaan jabatan di salah satu perusahaan.
Tempat tinggal di Sawangan Depok. 10
9. Ningsih terpidana sementara di Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan,
berumur 26 tahun, dengan kasus restik (Reserse Narkotika), terpidana pasal
112 dengan penyalahgunan Narkoba, tinggal di Pasar Minggu Jakarta.
10. Rosdiah terpidana sementara di Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan,
berumur 35 tahun, dengan kasus restik (Reserse Narkotika), terpidana pasal
112 dengan penyalahgunan Narkoba.11
10
Wawancara dengan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan, 23 Mei
2019. 11
Wawancara dengan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan, 3 Juli
2019.
47
BAB IV
PEMAHAMAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
JAKARTA SELATAN TERHADAP AYAT-AYAT TAUBAT
A. Pemahaman Narapidana Terhadap KonsepTaubat
Lembaga Pemasyarakatan merupakan sebuah wadah pembinaan bagi
narapidana. Lembaga Pemasyarakatan sebagai unit pelaksanaan teknis di
bidang pembinaan narapidana yang menangani sejumlah kasus pidana atau
perdata. Secara umum penghuni yang berada di Lapas Jakarta Selatan
mayoritas beragama Islam tapi tak sedikit beragama non Muslim, dalam
penelitian ini berfokus kepada Narapidana yang beragama Islam. Bagaimana
tanggapan dan pemahaman mereka terhadap ayat-ayat taubat yang terdapat
dalam al-Qur‟an. 1
Pengertian tentang taubat memang sudah tak asing lagi ditelinga
masyarakat, mereka hanya mengetahui sebatas kata taubat saja. Bahwa
menurut mereka taubat adalah kembali dan berhenti dari perbuatan yang
dilarang agama, dan belum jauh mengerti arti dari taubat dan taubatan nasūhā.
Namun dalam hal ini para „Alim ulama mendefinisikan dengan sederhana
bahwa taubat yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan taat
dan kembali kepadanya dengan memperbaiki niat (untuk melakukan) amal
kebajikan.
Dalam hal ini taubatan nasūhā adalah penyesalan dan kembali
kepadanya dengan perasaan menyesal atas perbuatan maksiat dan kejahatan
yang dilakukannya pada masa lalu dan berjanji tidak akan mengulangi
kembali serta senantiasa menaati perintahnya. Untuk diterima taubatnya itu
hendaknya memenuhi tiga syarat, pertama takut taubatnya tidak akan
diterima, kedua mengharap agar diterima, ketiga memulai saat itu memenuhi
hidup dengan taat.
1 C.I Harsono, Sistem Baru Pembinaan Narapidana (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 43
48
Narapidana yang ada di Jakarta Selatan merupakan Napi yang masih
dalam tahap pemeriksaan untuk dipertimbangkan apakah dia tersangka dan
dapat dijatuhkan sebagai terdakwa atau terpidana.
Narapidana yang berada di lembaga pemasyarakatan Polres Jakarta
Selatan sangat beragam, dari setiap kasus yang ia perbuat menjadi fokus
penanganannya adalah para pelaku narkoba dan kriminal.
Setelah penulis menjelaskan secara rinci tentang lokasi penelitian,
sebagaimana dipaparkan di atas, berikutnya penulis akan memaparkan hasil
penelitian yang telah penulis lakukan selama tiga bulan, selama penulis
melakukan penelitian, dengan cara membagi pertanyaan menjadi dua kategori
yakni:
Pertama : Pengetahuan Narapidana terhadap taubat dan ayat-ayat taubat,
kedua : Pemahaman dan pengamalan mereka terhadap ayat-ayat taubat.
Untuk lebih jelasnya penulis akan memaparkan sebagai berikut:
1. Data Penelitian
Di dalam penelitian penulis menggunakan Sampling Purposive yakni
pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu
seperti sifat-sifat populasi atau ciri-ciri populasi yang sudah diketahui
sebelumnya.2
Lazimnya didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu, jadi tidak
melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random.3
Maksud dari sampling ini ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari
rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu pada penelitian kualitatif tidak
ada sampling acak tetapi sample bertujuan (purposive sample). Dapat diketahui
bahwasannya para Narapidana yang berada di Polres Jakarta Selatan terhitung
masuk dari tanggal 17 Oktober 2018 - 3 Juli 2019 dengan total 438 orang. Setelah
2Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 61
3 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), h. 67.
49
masa tahanan sementara, Hakim telah menetapkan tersangka4 menjadi terdakwa
5,
kemudian oleh pengadilan telah dibuktikan kesalahannya melakukan tindak
pidana yang dituduhkan kepada terdakwa karena ia dijatuhi hukuman tindak
pidana. Terpidana6 merupakan putusan pengadilan yang telah mempunya
kekuatan hukum tetap.
Setelah hakim menetapkan terdakwa menjadi terpidana yang mempunyai
kekuatan hukum tetap, kemudian para terpidana dipindahkan ke lapas Cipinang
sebaagai terpidana tetap dan direhabilitasi untuk mendapatkan pendidikan. Kurang
lebih setiap bulannya 40 narapidana yang di pindahkan ke Lapas Cipinang. Ini
menandakan setiap bulan terus mengurangi jumlah tahanan sementara.
Mengingat banyaknya jumlah populasi tersebut, maka penulis akan
membatasinya yang sesuai dengan judul yang dibahas yakni penghuni lapas yang
berusia antara 18-35 tahun. Perlu diketahui bahwa kategori umur menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018 masa remaja awal 12-16
tahun, masa remaja akhir 17-25 tahun, masa dewasa awal 26-35, masa dewasa
akhir 36-45, masa lansia awal 46 - 55 tahun, masa lansia akhir 56- 65 tahun dan
masa manula 65 - sampai atas.7 Dari 438 orang tersebut terdapat 295 orang yang
berusia diantara 18-35 tahun, kemudian penulis mengambil sampel setengah lebih
dari satu yakni sample Strata, yakni sebanyak 148 orang. Kemudian dari jumlah
tersebut tidak sedikit yang menetap dalam sel tahanan dikarenakan sudah keluar
dan sudah diproses di pengadilan dengan pasalnya masing-masing kemudian para
narapidana yang terbukti bersalah selanjutnya akan di tempatkan di lembaga
pemasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur.
Dari jumlah akhir Narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan
terhitung tanggal 3 Juli 2019 tersisa dengan total 87 tahanan. Selanjutnya penulis
mengambil sampel dari para Narapidana yang tersisa di Jakarta Selatan dari 87
4 Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan
bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. 5 Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, diadili di persidangan.
6 Seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap. 7 Oscar Primadi, Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia (Jakarta: Data Kesehatan
RI, 2019), h. 127.
50
orang baik laki-laki maupun perempuan. Narapidana yang berumur 18-35 tahun
sebanyak 56 orang. Penulis mengambil 10 Narapidana yang masih menjalani
dakwaan menunggu putusan dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk
diwawancara mengenai pemahaman Narapidana terhadap ayat-ayat taubat.
Adapun daftar tahanan baik Restik atau Reskrim penulis cantumkan dalam
lampiran beserta jumlah para Narapidana yang keluar terhitung dari bulan 17
Oktober 2018 sampai 3 Juli 2019 yang terdiri dari dua jenis kaum laki-laki dan
perempuan, dengan beragam profesi, dan usia yang berbeda dari responden, maka
pemahamannya pun akan berbeda-beda pula, untuk itu penulis akan membuat
dalam bentuk tabel hasil penelitian guna untuk mempermudah pembaca untuk
memahami hasil penelitian ini.
Adapun data dari keseluruhan para napi dan responden maupun arsip yang
berkaitan dengan penelitian ini, penulis akan mencantumkan diakhir lampiran
skripsi. Untuk gambaran umum mengenai jumlah Narapidana dan responden
dapat dilihat dari tabel-tabel berikut ini.
Tabel 1.1
Jumlah Narapidana Reserse Narkotika Awal
NO Jenis Kelamin Jumlah Persentasi
1 Laki-laki 283 Orang 96,59
2 Perempuan 10 Orang 3,41
Total 293 Orang 100 %
Jumlah Narapidana Restik (reserse narkotika) yang ada di Lembaga
Pemasyarakatan, dengan jumlah total yang masuk terhitung dari tanggal 17
Oktober 2018 sampai 3 Juli 2019 dengan total 293, yang terdiri dari laki-laki 283
orang (96,59 %), dan Perempuan 10 orang (3,41 %).
51
Tabel 1.2
Jumlah Narapidana Reserse Kriminal Awal
NO Jenis Kelamin Jumlah Persentasi
1 Laki-laki 113 Orang 91,87
2 Perempuan 10 Orang 8,13
Total 123 Orang 100 %
Jumlah Narapidana Reskrim (reserse kriminal) yang ada di Lembaga
Pemasyarakatan, dengan jumlah total yang masuk terhitung dari tanggal 17
Oktober 2018 sampai 3 Juli 2019 dengan total 123 Orang yang terdiri dari 113
orang laki-laki dan 10 perempuan.Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa
jumlah laki-laki 113 orang (91, 87 %), dan jumlah Narapidana Reskrim 10 orang
(8, 13 %) sehingga jumlah keseluruhannya 100 %.
Tabel 1.3
Usia Narkotika
NO Usia Jumlah Persentasi
1 18-21 Tahun 29 orang 11,84
2 22-25 Tahun 99 orang 40,41
3 26-35 Tahun 117 orang 47,75
Total 245 orang 100 %
Usia Narapidana yang terjerat kasus Narkotika dalam hal ini penulis
membagi kedalam beberapa kriteria umur yang sesuai dengan penelitian yang
telah dibahas di atas yakni tentang penghuni lapas. Dalam penelitian ini dibagi
menjadi beberapa kategori usia menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2018 masa remaja awal 12-16 tahun, masa remaja akhir 17-25
tahun, masa dewasa awal 26-35, masa dewasa akhir 36-45, masa lansia awal 46-
55 tahun, masa lansia akhir 56- 65 tahun dan masa manula 65- sampai atas.
Sedangkan dalam penelitian ini hanya membahas tentang usia muda yakni
antara umur 18-35 tahun. Hal ini dikarenakan dalam usia tersebut seseorang dapat
52
dikatakan sudah mengerti dan memiliki pola fikir yang baik dan mampu
memahami persoalan dengan bijak.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang berusia
18-21 tahun 29 orang (11, 84 %), 22-25 tahun 99 orang (40,41 %), 26-35 tahun
117 orang (47,75%), sehingga jumlah keseluruhannya 100 %.
Tabel 1.4
Usia Kriminal
NO Usia Jumlah Persentasi
1 18-21 Tahun 16 orang 23,90
2 22-25 Tahun 14 orang 20,90
3 26-35 Tahun 37 orang 55,20
Total 67 orang 100 %
Begitu juga dengan usia para Narapidana yang terjerat kasus Kriminal,
penulis membagi kedalam beberapa kriteria umur yang sesuai dengan judul di atas
tentang penghuni lapas, bahwa yang dikatakan muda adalah seseorang yang
berusia dari 18-35 tahun merupakan anak muda yang selayaknya mampu
membedakan dan memahami mana yang dibenarkan syariat dan mana yang tidak
dibenarkan dalam syariat islam.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang berusia
18-21 tahun 16 orang (23,90 %), 22-25 tahun 14 orang (20,90 %), 26-35 tahun 37
orang (55,20 %), sehingga jumlah keseluruhannya 100 %.
Selanjutnya penulis menentukan dari sampel yang telah ditentukan tentang
kriteria penghuni lapas dari umur 18-35 tahun, dengan jumlah total Narapidana
295 orang dengan setiap bulan mengurangi pengurangan kurang lebih 40 orang
disetiap bulannya, dengan ini menandakan terus mengalami pengurangan.
53
Tabel 1.5
Jumlah Narapidana Reserse Kriminal Akhir
NO Jenis Kelamin Jumlah Persentasi
1 Laki-laki 23 Orang 92,00
2 Perempuan 2 Orang 8,00
Total 25 Orang 100 %
Jumlah akhir Narapidana kriminal (reskrim) yang ada di Lembaga
Pemasyarakatan, dengan jumlah total yang masuk terhitung 3 Juli 2019 dengan
total 25 orang, yang terdiri dari laki-laki 23 orang (92,00 %), dan Perempuan 2
orang (8,00 %).
Tabel 1.6
Jumlah Narapidana Reserse Narkotika Akhir
NO Jenis Kelamin Jumlah Persentasi
1 Laki-laki 61 Orang 98,4
2 Perempuan 1 Orang 1,6
Total 62 Orang 100 %
Jumlah akhir Narapidana kriminal (reskrim) yang ada di Lembaga
Pemasyarakatan, dengan jumlah total yang masuk terhitung 3 Juli 2019 dengan
total 62 orang, yang terdiri dari laki-laki 61 orang (98,4 %), dan Perempuan 1
orang (1,6 %). Dengan jumlah keseluruhan baik reskrim dan restik sebanyak 87
orang. Kemudian penulis akan menyampaikan jumlah para narapidana yang
berumur 18-35 tahun sebanyak 56 orang.
Tabel 1.7
Jumlah Narapidana Reserse Kriminal Akhir berumur 18-35 Tahun
NO Jenis Kelamin Jumlah Persentasi
1 Laki-laki 53 Orang 94,64
2 Perempuan 3 Orang 5,36
Total 56 Orang 100 %
54
Dari Jumlah akhir Narapidana yang berusia muda dengan umur 18-35
tahun terhitung 3 Juli 2019 dengan total 56 orang, yang terdiri dari laki-laki 53
orang (94,64 %), dan Perempuan 3 orang (5,36 %).
Untuk lebih spesifik dari total pengeluaran jumlah narapidana setiap
bulannya penulis menyajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
Grafik 1.1
Jumlah Narapidana Kriminal Keluar Perbulan
Dalam grafik tersebut terlihat jumlah napi yang keluar perbulannya
padabulan Januari sebanyak 25 orang, bulan Februari 11 orang, Maret 16 orang,
April 12 orang, Mei 25 orang, Juni 11 orang. Disetiap bulan mengalami
pengurangan atau pengeluaran dari lapas sementara di Jakarta Selatan.
Selanjutnya para narapidana akan dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan
Cipinang Jakarta Timur setelah melalui masa persidangan dan dinyatakan
tersangka oleh pihak Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
0
5
10
15
20
25
30
Januari Februari Maret April Mei Juni
55
Dalam grafik tersebut terlihat jumlah napi yang keluar perbulannya
padabulan Januari sebanyak 41 orang, bulan Februari 40 orang, Maret 59 orang,
April 39 orang, Mei 39 orang, Juni 23 orang. Hampir setiap bulan mengalami
pengurangan kurang lebih 40 orang
Grafik 1.2
Jumlah Narapidana Narkotika Keluar Perbulan
Dengan demikian jumlah napi yang tersisa di Lembaga Pemasyarakatan
Jakarta Selatan terhitung tanggal 3 Juli 2019 dengan total 87 orang, namun dalam
penelitian ini penulis hanya mencantumkan para napi untuk di wawancarai yakni
penghuni lapas yang berusia 18-35 tahun yang berjumlah 56 orang
Dalam penelitian ini penulis memilih 10 orang narapidana yang berumur
18-35 Tahun yang masih menjalani tahanan menunggu Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan. Dalam pemilihan 10 responden ini sudah berdasarkan kriteria sampel
sesuai dengan tujuan penelitian menurut sifat dan karakteristik responden.
Selama wawancara penulis terkendala untuk mendapatkan data dari
keseluruhan responden, penulis hanya bisa mewawancarai 10 responden dalam
kurun waktu 3 bulan dengan jumlah tiap bulan 4 orang responden diwawancarari
setelah melewati prosedur yang rumit. Dari 3 bulan itu penulis mendapatkan data
dari 10 responden yang dipilih berdasarkan umur dan izin dari KASATBINMAS
0
10
20
30
40
50
60
70
Januari Februari Maret April Mei Juni
56
(kepala dan staf binaan masyarakat), serta ketika wawancara dengan responden
tidak boleh di abadikan dalam bentuk foto.
Selama wawancara penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada
responden mengenai pemahaman ayat-ayat taubat, diantaranya sebagai berikut:
1. Qs. al-Tahrim [66] : 8
Potongan ayat sebagai berikut :
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasūhāa (taubat yang semurni-murninya). (QS. al-Tahrim [66] 8)
2. Qs. Al-Nur [24] : 31
Potongan Ayat sebagai berikut
Artinya :
“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.”(QS. Al-Nur [24]: 31)
3. Qs. Al-Baqarah [2] 37
Artinya :
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah
menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi
Maha Penyayang. (Qs. Al-Baqarah [2] 37).
4. Qs. al-Maidah [5] : 39
Ayat lengkapnya berbunyi :
57
Artinya:
“Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah
melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, Maka Sesungguhnya Allah
menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” (al-Maidah [5]: 39).
5. Qs. al-An- „am [6] 54
Artinya :
Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami itu datang
kepadamu, Maka Katakanlah: "Salaamun alaikum. Tuhanmu Telah
menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa
yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan Kemudian ia
bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, Maka
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Qs. al-An„am
[6] 54)
6. Qs. al-Qashash [28] 67
Artinya :
Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang
saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung. (Qs. al-Qashash
[28] 67)
Dari beberapa ayat taubat yang penulis teliti, penulis fokus terhadap enam
ayat yang di sampaikan kepada para responden yakni Qs. al-Tahrim [66] : 8, Qs.
Al-Nur [24] : 31, Qs. Al-Baqarah [2] 37, Qs. al-Maidah [5] : 39, Qs. al-An- „am
[6] 54, Qs. al-Qashash [28] 67. Dalam hal ini, penulis menanyakan kepada
responden tentang “bagaimana menurut pemahaman saudara/i memaknai istilah
taubat yang terdapat dalam ayat al-Quran yang telah disebutkan”.
58
IA mengaku ia sangat faham dengan ayat-ayat yang dibacakan penulis
ketika menmuinya wawancara dilapas, dan mengaku bahwa taubat adalah penting.
Ia sempat taubat dari kesalahannya sebelu ia masuk penjara. IA menjelaskan
bahwa taubat adalah kembali kepada kebaikan artinya segala bentuk kesalahan
yang pernah ia lakukan harus diiringi dengan kebaikan dan kembali kejalan yang
benar. Bahkan taubat bukan hanya tentang taubatnya saja melainkan kelevel
nasūhā yakni berjanji dengan sepenuh hati untuk tetap berada pada kebenaran dan
benar-benar tidak masuk pada lubang yang sama. Artinya tidak melakukan
kegiatan yang dilarang, memahami perintah Allah dan menjauhi larangannya.
IA ketika penulis bacakan enam surah tentang taubat ia mengerti tentang
ayat tersebut menurutnya ayat itu berisi tentang konsepan taubat. Dua ayat yang
dibacakan yakni Qs. al-Tahrim [66] 8 yang memang diawali dengan kata ajakan
untuk taubat nasūhā dan Qs. al-Nuur [24] 31 walaupun tidak begitu faham namun
ketika dibacakan arti dari ayat tersebut ia mengerti bahwa taubat adalah penting
dan “ketika kita bertaubat akan mendapatkan keberuntungan Allah”, tegasnya.
Adapun tentang pemahaman Qs. al- Maidah [5] 39 dan al-An‟am [6] 54 IA
selalu mengamalkan ayat tersebut sebelum terjerat kasus yang dihadapinya. IA
melakukan kejahatan kemudian diikuti dengan kebaikan. Mengutip kepada Qs. al-
Maidah [5] 39, yang menggambarkan taubatnya seorang pencuri yang sudah
melakukan kejahatan kemudian ia memperbaiki diri.8
Dalam pemahaman MI, berbeda dengan SF memahami ayat taubat dan
memaknainya sebagai sebuah anugerah yang Allah kabarkan kepada para pendosa
yang banyak melakukan dindak pidana, menurut SF taubat adalah mendekatkan
diri kepada Allah dan kembali untuk tidak melakukan dosa lagi dan berbenah
melakukan kebajikan secara kāffah. MI mengartikan taubat sebagai bentuk hadiah
yang termaktub dalam Qs al-Maidah [5] : 39.9
8 Wawancara dengan IAN, pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat. 9 Wawancara dengan Siti Fatimah, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi Lapas lantai
4. Pemahaman Responden tentang taubat.
59
Dalam memahami tentang taubat menurut TVJ, ia mengatakan bahwa
kurang begitu hafal dengan ayat-ayat taubat, namun yang familiar di kalangan
masyarakat yang dulu mengenal ayat-ayat tersebut di pengajian yang diadakan
oleh masyarakat setempat, yang ia fahami adalah kata Tūbū Illalahi Taubatan
Nasūhā,
bahwa taubatan nasūhā adalah menyudahi perbuatan maksiat dan menjadi
lebih baik lagi. Namun TVJ tidak sepenuhnya mengenal ayat-ayat tersebut yang
menjelaskan tentang taubat. Akan tetapi ia mengerti tentang konsepan taubat.10
Selain itu IV ia memahami konsepan taubat dari beberapa ayat yang
dicantumkan di atas yang ketika wawancara responden memberikan tanggapan
bahwa dirinya kurang begitu faham dengan semua ayat taubat, namun ketika
dibacakan ayat-ayat taubat Qs. al-Tahrim [66] ayat 8 dan Qs. al-Nur [24] ayat 31
ia mengatakan bahwa orang yang bertaubat itu beruntung, tidak dalam penjara ini
jauh lebih sengsara dan menyedihkan.
Walaupun IV seorang Chef sebuah restoran dan tak pernah mengenal ayat-
ayat yang berhubungan dengan taubat, namun ketika dibacakan ayat dan ia
membaca artinya, IV mengenali beberapa ayat tersebut. Namun ia kurang begitu
faham dengan konsepan dan pemaknaan taubat dari ayat tersebut. Yang ia ketahui
dari ayat tersebut adalah kata Tūbū Ilallah. 11
AS memahami taubat adalah menjauhi larangannya dan tidak melakukan
perbuatan yang dilarang lagi, menyesal atas perbuatannya. Ia mengartikan
menyesal disini adalah menyesali kehidupan sebelumnya dan sekarang. AS
menyesal karena perbuatannya itu AS tak pernah bertemu dengan anak dan
Isterinya akibat kasus yang menimpanya. Dan AS berjanji kepada dirinya sendiri
dengan penuh sadar ketika bebas dari sel tahanan dan memilih untuk menjadi
lebih baik lagi dari sebelumnya.
10
Wawancara dengan Teguh Very Juliansyah, pada tanggal 21 November 2018, lokasi
Lapas lantai 4. Pemahaman Responden tentang taubat. 11
Wawancara dengan Ivan , pada tanggal 21 November 2018, lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat.
60
Namun ketika dibacakan tentang ayat al-Qur‟an tentang taubat ia tidak
faham dan tidak mengerti tentang ayat tersebut, namun ketika penulis memberi
tahu dan menjelaskan arti dari makna ayat tersebut ia sedikit mengetahuinya dan
sedikit sekali yang AS ketahui tentang taubat termasuk ayat-ayatnya.12
Adapun responden yang lain MI mengaku bahwa dalam kehidupan
membutuhkan namanya taubat agar bisa berbenah dari yang jelek ke yang baik.
MI memahami bahwa taubat adalah penting karena ia adalah seorang mahasiswa
di universitas pancasila semester akhir, jurusan Teknik Industri, yang kemudian ia
terjerat karena faktor lingkungan yakni pergaulan bebas. MI menyesali akibat
perbuatan yang dilakukannya dan kehilangan semua yang ia cintai. Termasuk
pendidikan yang selama ini dijalani seharusnya sudah memberikan kontribusi
yang baik untuk keluarga dan masyarakat khususnya pribadi sendiri, hal itu pupus
akibat perbuatan yang tak semestinya terjadi dan menghancurkan segalanya. dari
pengalaman tersebut MI mengaku menyesal dan berjanji untuk tidak
mengulanginya lagi.
Walaupun MI seorang mahasiswa jurusan umum yang notabenenya tidak
menyentuh mata kuliah Agama, namun ia mengaku bahwa dalam ranah tentang
ayat-ayat yang penulis bacakan kepada informan MI faham tentang makna taubat.
Menurutnya taubat adalah mengakui bahwa dirinya adalah lemah dan
membutuhkan satu tindakan pasti untuk kemali ke arah yang lebih baik lagi dan
berjanji pada sang ilahi untuk tidak melakukan kegiatan maksiat yang telah
dilalui.13
AN merupakan tahanan di Lapas Jakarta Selatan ia juga seorang mualaf
yang memahami ayat taubat tidak terlalu mengerti dan memahami ayat tersebut,
tapi ketika penulis membacakan beberapa ayat yang berkaitan dengan ayat-ayat
taubat AN sedikit faham dengan kata taubat. Menurutnya taubat adalah jera,
kapok, dan tidak melakukan hal-hal yang dilarang Agama. Sedangkan dalam
pengertian taubatan nasūhā ia belum begitu faham.
12
Wawancara dengan Agus Setiawan, pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat. 13
Wawancara dengan Muhammad Ikhwan, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi
Lapas lantai 4. Pemahaman Responden tentang taubat.
61
Ibu dari satu anak ini mengaku pernah melakukan kejahatan yang sangat
dibenci Allah dan ia melakukan hal demikian setelah menjadi mualaf kurang lebih
dua tahun, dan baru mengerti tentang ayat-ayat taubat ketika penulis membacakan
ayat-ayat al- Qur‟an yang sudah penulis siapkan. Mendengar hal demikian AN
beranggapan bahwa dalam Qs. al-Tahrim [66] 8 Allah mengajak kepada orang-
orang yang beriman untuk melakukan taubat yang semurni-murninya, dalam hal
ini adalah taubatan nasūhā.14
Berbeda dengan teman-temannya satu Lapas bahwa SP ketika diwawancara
mengenai pemahaman ayat taubat dan pendapatnya tentang taubat, SP mengaku
tak tau apa-apa tentang ayat taubat, memang dalam membaca ayat al-Qur‟anpun
masih terbata-bata, lalu dilanjutkan membaca arti dari ayat-ayat tersebut barula SP
mengetahui ia mengartikan taubat itu meninggalkan hal-hal yang tidak baik dalam
hidup yang tidak sesuai dengan kitab suci. Dan menyesal atas perbuatan yang
selama ini ia lakukan diantara ayat yang ia fahami hanya beberapa ayat dalam
bentuk artinya saja. Yakni Qs. al- al-Tahrim [66] : 8, dan Qs. al-Nuur [24] : 31,
selebihnya SP tidak berkomentar apapun mengenai ayat-ayat taubat yang penulis
bacakan ketika wawancara. 15
B. Pemahaman Narapidana Terhadap Ayat-ayat Taubat
Dalam wawancara terhadap beberapa narapidana yang ada di Polres Jakarta
Selatan. Berdasarkan hasil wawancara dari sepuluh responden ketika di
wawancara kebanyakan responden mengerti dengan ayat yang berhubungan
dengan taubat, namun hanya sekedar kata yang berhubungan dengan taubat dan
tidak secara keseluruhan. Penulis membacakan 6 ayat dari sekian banyak ayat
yang membahas tentang taubat.
1. Pemahaman Narapidana terhadap Qs al-Tahrim [66]: 8
Penggalan ayat yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasūhāa (taubat yang semurni-murninya).
14
Wawancara dengan Anggelina, pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat. 15
Wawancara dengan Sandra Puspita, pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat.
62
Pemahaman responden pertama, IV menyatakan “ saya faham dengan ayat
al-Quran di atas, tapi hanya sebatas makna yang saya fahami yakni taubat”
kemudian IV menyatakan bahwa taubat adalah suatu hal yang mesti dicapai oleh
dirinya setelah melakukan kejahatan.
IV selaku Muslim merasa segala perbuatannya diawasi oleh Allah, dan taat dalam
perintahnya, namun ia khilaf dan terjerumus dalam hitamnya pergaulan, dan ia
selalu mengaplikasikan ketika taubat selalu ia barengi dengan kebaikan16
Pemahaman responden kedua, MI mengatakan “ taubat itu penting, karena
taubat adalah mengakui bahwa diri ini lemah dan butuh satu tindakan pasti untuk
kemali ke arah yang lebih baik lagi dan berjanji pada sang ilahi untuk tidak
melakukan kegiatan maksiat yang telah dilalui” taat kepada Allah adalah
segalanya yang mesti dicapai. Kejahatan banyak yang ia lalui namun dalam taubat
MI mengaku bahwa taubatan nasūhā adalah taubatan yang sebenar-benarnya.17
Pemahaman responden ketiga, TVJ ketika ditanyakan tentang Qs. al-
Tahrim [66] 8 tentang taubat dalam pemahaman ayat ia merespon kurang faham
dengan makna ayat dan penjelasan al-Qur‟an tersebut. Tapi ia memahami bahwa
ayat di atas menjelaskan tentang taubatan nasūhā yakni taubat yang semurni-
murninya, dan Allah telah menyiapkan ampunan seluas langit dan bumi untuk
para hambanya yang bertaubat secara sempurna. Dan ketika penulis tanyakan
apakah ia selalu beristighfar, ia mengatakan “kadang-kadang ia dan kadang-
kadang tidak, tapi dalam sehari saya beristighfar kepada Allah dari segala bentuk
kejahatan yang ia aplikasikan dari pemahaman ayat taubat”18
Pemahaman responden keempat, SF faham dan mengerti penjelasan dari
ayat al-Quran tersebut, tapi ia kurang faham denagn maknanya. Bahwa ayat di
atas menjelaskan tentang taubatan nasūhā yakni taubat yang semurni-murninya.
Menurut pendapatnya SF memahami ayat taubat dan memaknainya sebagai
sebuah anugerah yang Allah kabarkan kepada para pendosa yang banyak
melakukan dindak pidana, menurut SF taubat adalah mendekatkan diri kepada
16
Wawancara dengan Ivan , pada tanggal 21 November 2018, lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. at-Tahrim [66] 8 17
Wawancara dengan Muhammad Ikhwan, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi
Lapas lantai 4. Pemahaman Responden tentang taubat Qs. at-Tahrim [66] 8. 18
Wawancara dengan Teguh Very Juliansyah, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi
Lapas lantai 4. Pemahaman Responden tentang taubat Qs. at-Tahrim [66] 8.
63
Allah dan kembali untuk tidak melakukan dosa lagi dan berbenah melakukan
kebajikan secara kāffah. Adapun ketika penulis tanyakan tentang istighfar ia
mengatakan sering beristighfar kepada Allah atas apa yang ia lakukan sebelum
dan sesudah ia masuk lapas. 19
Pemahaman responden kelima, IA faham dan mengerti penjelasan ayat
tersebut, ia mengatakan ayat itu tentang konsepsi taubat, yang mengisyaratkan
ajakan untuk bertaubat, dan taat kepada Allah kembali kepada jalan yang
diridhainya, bahwa tidak ada keragu-raguan untuk terus bertaubat dan salah satu
cara bertaubat adalah dengan mengucapkan lafad istighfar.20
Pemahaman responden keenam, AN memahami Qs. al-tahrim [66] 8,
sebagai taubatan nasūhā yang secara tekstual saja, namun AN kurang memahami
makna ayat yang menjelaskan tentang taubatan nasūhā yaki taubatan yang
semurni-murninya. Ia mengatakan “bahwa taubat dalam artian taubat terhadap
hal-hal yang dilarang dalam agama terutama agama saya islam”, ketika di
wawancara di lapas lantai 4. Karena responden AN merupakan mualaf yang
kurang begitu faham dengan makna bahasa Arab namun mengerti dengan
penjelasan dalam bentuk latin. Sebagai pengamalan AN terus belajar dengan
rekan satu sel tahanan tentang islam dan mendalami lebih jauh tentang Islam dan
taubat dengan baca Yasin bersama-sama.21
Pemahaman ketujuh, SP mengenal ayat tersebut dan ia faham dan mengerti
penjelasan dari ayat tersebut, bahwa ayat itu tentang taubat nasūhā dan mengajak
kepada seluruh manusia yang beriman untuk bertaubat kepada Allah yang maha
penerima taubat, yang ampunannya lebih dari dunia dan seisinya. Namun SP
kurang begitu familiar dengan teks bahasa Arab, karenanya ia faham ketika
dibacakan huruf latin atau artian dari ayat Qs al-Tahrim [66] 8. Dalam memahami
ayat taubat ini ia mengatakan, ”taubat itu meninggalkan hal-hal yang tidak baik
dalam hidup yang tidak sesuai dengan kitab suci. Dan menyesal atas perbuatan
19
Wawancara dengan Siti Fatimah, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi Lapas lantai
4. Pemahaman Responden tentang taubat Qs. at-Tahrim [66] 8. 20
Wawancara dengan Ian , pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. at-Tahrim [66] 8. 21
Wawancara dengan Sandra Puspita, pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. at-Tahrim [66] 8.
64
yang selama ini ia lakukan di lingkungan masyarakat, diantara ayat yang ia fahami
hanya beberapa ayat dalam bentuk artinya saja"22
Pemahaman kedelapan, AS ia lebih santai ketika ditanyakan ayat tersebut
dan ia mengaku sering mendengar ayat tentang taubat ketika belum terjerat kasus.
Dalam pemahamannya terhadap ayat di atas ia mengatakan “ taubat nasūhā
memang diwajibkan bagi setiap umat islam, namun mesti ada proses yang panjang
dalam meneguhkan hati untuk benar-benar taubat nasūhā”. Selama di masyarakat,
memang ia terlena dengan dunia, namun ia begitu menyesalai perbuatannya dan
teringat keluarga dirumah. Ia ingin taubat seperti apa yang dikatakan dalam Qs.
al-tahrim: 8 23
Pemahaman kesembilan, RO dengan latar belakang sebagai Ibu pengajian
Majlis Ta‟lim di Desanya, yang tat dalam beribadan dan kumpulan Ibu-ibu, ia
faham dan fasih membaca ayat-ayat al-Quran tentang taubat dan selalu
mengamalkan dalam perbuatannya ketika dimasyarakat dengan membaca
istighfar, lafadz tasbih, shalawat, dan yasinan. Hal yang ia lakukan ketika di
dalam sel tahanan ia selalu shalat dan beristighfar menyesal atas perbuatan yang ia
lakukan ketika di Masyarakat dan ia berjanji ketika bebas agar senantiasa berbuat
baik dan memperbaiki segala kesalahan yang ia lakukan.24
Pemahaman kesepuluh, NI walaupun terbata-bata dalam membaca ayat al-
Qur‟an namun ia memahami perintah untuk bertaubat yang terdapat dalam Qs. al-
Tahrim [66] 8 dan ia tawakalkan kepada pemilik taubat dan berjanji untuk tidak
mengulanginya lagi dengan memberbaiki prilaku serta kehidupannya dengan
keluarga dan Masyarakat.25
1. Pemahaman Narapidana terhadap Qs. Al-Nur [24] : 31
Penggalan ayat yang artinya “Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”(QS. An-Nur [24]: 31)
22
Wawancara dengan Angelina, pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. at-Tahrim [66] 8. 23
Wawancara dengan Agus Setiawan, pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. at-Tahrim [66] 8. 24
Wawancara dengan Rosdiah, pada tanggal 3 Juli 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. at-Tahrim [66] 8. 25
Wawancara dengan Ningsih, pada tanggal 3 Juli 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. at-Tahrim [66] 8.
65
Dalam pertanyaan kedua tentang yang diajukan penulis kepada seluruh
responden setelah pertanyaan pertama tadi surah al-tahrim, selanjutnya
pertanyaan pemahaman ayat kepada responden adalah “Bagaimana
pemahaman saudara/i terhadap Qs. Al-Nur [24] : 31, ketaatan kepada Allah
dan pengaplikasian dari ayat tersebut baik sebelum atau sesudah terdakwa.
Berdasarkan hasil wawancara penulis mendapatkan 9 responden yang
menjawab Qs. al-Nur [24] 31 di atas. Terlebih dahulu penulis bertanya
beberapa hal : Bagaimana pemahaman Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap Qs. al-
Nuur [24] 31.
Pemahaman responden Pertama, AN mengaku ia tidak faham dengan ayat
di atas Qs al-Nuur: 31, namun ia hanya sedikit faham tentang arti dalam
bahasa latin dari ayat tersebut walau hanya penggalan ayat yang menunjukan
taubat dan tentang taubat yang ia fahami dari ayat itu AN mengaplikasikan
nilai-nilai taubat dalam kehidupan sehari-hari agar kita beruntung. 26
Pemahaman responden kedua, AS mengerti dengan ayat dan maknanya
dalam memahaminya ia selalu mengatakan seperti ada sebab dan akibat bahwa
ketika kita taubat maka akan mendapat balasan yakni keberuntungan dari
Allah. Serta menghadirkan Allah dalam setiap perbuatannya 27
Pemahaman responden ketiga, IA dalam memaknai dan memahami ayat
tersebut ia faham dengan maksud dari ayat yang penulis sampaikan, walaupu
terdapat sedikit yang ia belum fahami secara keseluruhan teks, dalam
mengaplikasikan sehari-hari ia terapkan, dengan beristighfar dan menjadi
lebih baik lagi, sempat IA bercerita di dalam sel tahanan ada seorang yang
berlaku kurang baik kepadanya, namun ia hanya diam dan membalas apa
adanya tidak kembali kembalas perbuatan yang ia lakukan terhadapnya, hal ini
memberikan kesan bahwa ia sudah pasrah dan kembalikan semuanya kepada
26
Wawancara dengan Angelina, pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. Al-Nuur [24] 31. 27
Wawancara dengan Agus Setiawan, pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. Al-Nuur [24] 31.
66
Tuhan yang maha menerima taubat, “mungkin ini balasan dari apa yang saya
lakukan dulu”, tegasnya.28
Pemahaman responden keempat, SF mengatakan baahwa taubat dari segala
bentuk kejahatan akan mendapatkan keberuntugan dan tempat yang terindah
dari Allah, ketika diwawancarai tentang pemahaman tentang taubat.29
Pemahaman responden kelima, TVJ dalam memahami Qs. al-Nur [24] 31.
Ia mengatakan, taubat itu dilakukan secara menyeluruh agar semuanya Allah
ampuni dosa-dosa yang teah kita perbuat. Dan menyerahkan kepada yang
kuasa untuk memohon minta agar diberikan keistiqamahan dalam menjalani
kehidupan setelah keluar dari sel, tegasnya.30
Pemahaman responden keenam, MI memahami ayat tersebuat ketika
diwawancarai kurang begitu faham karena membahas ayat sebelumya yang
bersangkutan. Namun setelah ke bagian akhir ayat tersebut ia memahami
bahwa taubat menjadikan kita tenang dan mendapat pahala serta keberkahan.
MI mengatakan ketika ia taubat dari dosa ia teringat kepada keluarga yang ia
tinggalkan terutama anak dan isterinya. Dan ia berjanji kepada penulis untuk
terus mengoreksi diri kearah yang positif.31
Pemahaman responden ketujuh, IV tidak memberikan komentar mengenai
ayat tersebut IV mengatakan bahwa ia juga menyesal, dan ingin cepat selesai
perkara dan taubat nasūhā32
Pemahaman responden kedelapan, NI mengatakan ia memang kurang
faham tentang ayatnya namun ia memang bersi keras ingin menjadi yang lebih
baik lagi dan memperoleh keberuntungan setelah ia bertaubat. Sehingga
28
Wawancara dengan IAN, pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. Al-Nuur [24] 31. 29
Wawancara dengan Siti Fatimah, pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. Al-Nuur [24] 31. 30
Wawancara dengan Teguh Very Juliansyah, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi
Lapas lantai 4. Pemahaman Responden tentang taubat Qs. al-Nuur [24] 31. 31
Wawancara dengan Muhammad Ikhwan, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi
Lapas lantai 4. Pemahaman Responden tentang taubat Qs. al-Nuur [24] 31. 32
Wawancara Ivan, pada tanggal November 2018 , lokasi Lapas lantai 4. Pemahaman
Responden tentang taubat Qs. al-Nuur [24] 31.
67
keluarganya kembali seperti semula lagi tanpa adanya keretakan dalam rumah
tangga akibat dirinya.33
Pemahaman responden kesembilan, RO sama sekali kurang memahami
dari ayat tersebut, dan dalam aplikasinya pun RO mengaku tidak begitu
faham. Namun, ketika penulis menjelaskan kepada responden barulah ia
mengetahui dan faham tentang taubat.34
B. Pemahaman Narapidana terhadap Qs. al- Baqarah [2] 37
Penggalan ayat berbunyi:
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah
menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang”. (Qs. Al-Baqarah [2] 37)
Pertanyaan pemahaman ayat kepada responden adalah “Bagaimana
pemahaman saudara/i terhadap Qs. al-Baqarah [2] 37, ketaatan kepada Allah dan
pengaplikasian dari ayat tersebuat.
Pemahaman responden pertama, RO ayat tersebut kurang familiar, dan dirasa
tidak begitu faham dengan maknanya, RO hanya mengatakan bahwa allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan cara saya untuk disukai Allah adalah
dengan membaca istighfar dan shalawat setiap malam35
Pemahaman responden kedua, SF menilai dari ayat tersebut bahwa Allah maha
penyayang dan menerima semua bentuk kejahatan dan menerima taubat tanpa
pandang dosa yang saya lakukan.36
Pemahaman responden ketiga, TVJ memahami ayat tersebut lebih kepada kasih
sayang Allah kepada mahluknya yang memang orang tersebut telah bertaubat
dengan sebenar-benarnya taubat. Adapun ia memahami bebrapa kalimat ketika
penulis jelaskan bahwa kalimat tersebut adalah permohonan Nabi Adam kepada
33
Wawancara dengan Ningsih, pada tanggal 3 Juli 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. al-Nur [24] 31. 34
Wawancara dengan Rosdiah, pada tanggal 3 Juli 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. al-Nuur [24] 31. 35
Wawancara dengan Rosdiah, pada tanggal 3 Juli 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. al-Baqarah [2] 37 36
Wawancara dengan Siti Fatimah, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi Lapas lantai
4. Pemahaman Responden tentang taubat Qs. al-Baqarah [2] 37
68
Rabbnya, TVJ berkata “begitu juga dengan saya, selalu mengucapkan kalimat
istighfar, ketika saya dalam keadaan berdosa”37
Pemahaman responden keempat, MI memahami kata taubat sebagai rasa cinta
Allah kepada hambanya, dan membimbing menuju jalan yang lurus. Dan Allah
memberikan taufik kepada hambanya untuk bertaubat. Dalam aplikasi ayat MI
berkata “ walaupun sebelumnya saya selalu berbuat salah, tapi Allah selalu
membuka pintu ampunan” tegasnya ketika diwawancara di lapas.38
C. Pemahaman Narapidana terhadap al-Maidah [5]: 39
Penggalan ayat berbunyi:
“Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan
kejahatan itu dan memperbaiki diri, Maka Sesungguhnya Allah menerima
taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (al-
Maidah [5]: 39).
Pertanyaan pemahaman ayat kepada responden adalah “Bagaimana pemahaman
saudara/i terhadap al-Maidah [5]: 39, ketaatan kepada Allah dan pengaplikasian
dari ayat tersebuat.
Pemahaman responden pertama, IV dalam hal ini merasakan akibat dari
perbuatannya, IV memang terdakwa kasus pencurian mobil, dan ia sangat
bersyukur bisa berada di penjara, artinya Allah sayang dan memberikan teguran
agar ia bertaubat. Dan ketika diwawancara IV memang faham dengan apa yang
sudah dibacakan oleh penulis mengenai hal tersebut. Dan ia berjanji ketika keluar
dari lapas tidak melakukan pencurian lagi dan bertaubat kepada Allah dengan
taubatan nasūhā.39
Pemahaman kedua, SF mengaku dengan segala kesalahan yang ia lakukan selama
bermasyarakat dan tidak amanah dalam bekerja, menjadi sebab ia masuk kedalam
sel penjara, dan SF ketika diwawancara mengenai pemahaman ayat ia mampu
memahaminya walaupun hanya sebatas arti latin saja. Ia mengatakan “Allah maha
37
Wawancara dengan Teguh Veri Juliansyah, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi
Lapas lantai 4. Pemahaman Responden tentang taubat Qs. al-Baqarah [2] 37. 38
Wawancara dengan Muhammad ikhwan, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi
Lapas lantai 4. Pemahaman Responden tentang taubat Qs. al-Baqarah [2] 37. 39
Wawancara dengan Ivan, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat al-Maidah [5]: 39.
69
penerima taubat dan membukakan pintu taubat bagi saya yang penuh dengan salah
dan khilaf”40
Pemahaman ketiga,IA tidak jauh berbeda dengan pemahaman yang sebelumya. IA
juga terlibat kasus pencurian motor dengan temannya yang menjadi sebab ia
masuk kedalam sel penjara, dalam memahami ayat tersebut IA beranggapan
bahwa “ketika seseorang mencuri, lalu memperbaiki diri, Allah terima taubatnya,
dengan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan yang serupa. Karena Allah
maha pengampun yang memberikan ampunan yang seluas-luasnya dan Allah
maha penyayang.41
Pemahaman responden keempat, AS bersama rekannya IA melakukan kriminal
yang berencana yakni dalam pencurian motor, dalam memahami ayat sebebnarnya
AS tidak begitu faham dari IA namun, dalam artian ayat ia memahami ayat
tersebut sebagai bentuk kebaikan yang tiada batasnya, sungguh Allah maha
pengampun dan penyayang yang memberikan pintu taubat seluas-luasnya
dibarengi dengan perbuatan baik dan ke arah yang lebih baik lagi, tegasnya ketika
diwawancara di lobi lantai 4 Lembaga Pemasyarakatan Jakarta Selatan. Ia berjanji
tidak akan mengulangi perbuatannya dan mengamalkan perbuatan baik di
masyarakat dan malu terhadap Allah dan juga masyarakat setempat dengan segala
prilakunya, akhirnya keduanya baik IA maupun AS menyesal atas segala
perbuatannya yang dilontarkan kepada penulis ketika diwawancara.42
Pemahaman responden kelima, RO memahami Qs al-Maidah ayat 39 sebaga
sebuah kejutan untuk orang yang berdosa, “seperti saya yang berdosa melakukan
kejahatan dan lupa akan segalanya”, kata RO ketika diwawancara. Baginya Allah
maha segalanya ia selalu membaca Asma al-Husna walau hanya 2 asma allah
yang menjadi favorit diucap oleh lisannya kata dari 99 asma Allah. Dan ia
mengaplikasikan ayat tersebut dengan selalu beristighfar dan shalat malam dan
40
Wawancara dengan Siti Fatimah, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi Lapas lantai
4. Pemahaman Responden tentang taubat al-Maidah [5]: 39. 41
Wawancara dengan Ian, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat al-Maidah [5]: 39. 42
Wawancara dengan Agung Setiawan, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi Lapas
lantai 4. Pemahaman Responden tentang taubat al-Maidah [5]: 39
70
membaca yasin sebagai indikasi bahwa RO benar benar memperbaiki diri dari
prilaku negatif. Begitupula staf lapas bapak Suyoto selaku penjaga lapas
mengatakan jika RO selalu bangunmalam dan membaca yasin bersama dengan
rekan sel tahanannya.43
D. Pemahaman Narapidana terhadap Qs. al-An‟am [6]: 54
Penggalan ayat berbunyi:
“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami itu datang
kepadamu, Maka Katakanlah: "Salaamun alaikum. Tuhanmu Telah menetapkan
atas Diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat
kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan Kemudian ia bertaubat setelah
mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, Maka Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs. al-An‟am [6]: 54)
Pemahaman pertama, NI memahami ayat tersebut sebagai tahapan dari proses
taubat yakni dengan berusaha sebisa mungkin selalu mengadakan perbaikan
dalam tindakan yang menagak kepada yang positif. NI mengatakan perbaikan itu
seperti mengaji yasin malam jumat, baca shalawat dan beristighfar. Dalam
memahami ayat NI sangat susah untuk faham. Namun ketika penulis memberikan
penjelasan secara rinci NI mulai faham sedikit demi sedikit. Dan NI berjanji
kepada penulis dalam wawancara tersebut tidak ingin mengilangi perbuatannya
yang sudah merugikan keluarga bahkan anak-anaknya.44
Pemahaman responden kedua, RO memahami ayat demi ayat begitu tersentuh
ketika penulis menanyakan tentang keluarga yang RO tinggalkan, mengenai
tentang ayat ini RO mengaku bahwa ia sangat membutuhkan taubat dan ingin
segera terbebas dari sel tahanan dan kembali kepada suami dan anak-anak mereka,
dalam memaknai ayat, RO sangat begitu faham bahwa akan ada hikmah dan
pertolongan Allah dibalik rencananya, dalam pengamalan pun RO selalu meminta
penulis ketika diwawancara untuk diajarkan tahapan taubat dan menyesali
perbuatannya agar Allah menerima taubatnya, kemudian penulis memberikan
beberapa amalan diantaranya lafadz, Istighfar, Sayyidul Istighfar, Subhanallah
wabihamdihi subhanallahil adzim, shalat tasbih dan asma al-husna yaitu Ya
43
Wawancara dengan Rosdiah, pada tanggal 3 Juli 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat al-Maidah [5]: 39 44
Wawancara dengan Ningsih, pada tanggal 3 Juli 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. al-An‟am [6]: 54
71
tawwab dan ya Ghafar. Dan memang RO selalu mengamalkan dengan membaca
lafadz istighfar, shalat tahajud, baca yasin, dan shalawat sebagai perbaikan diri
kearah yang lebih baik lagi.45
E. Pemahaman Narapidana terhadap Qs. al-Qashash [28] 67)
Penggalan ayat berbunyi:
“Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh,
semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung. (Qs. al-Qashash [28] 67).
Pemahaman responden pertama, TVJ mengatakan dalam pemahamannya,
ia sudah beberapa kali melakukan kejahatan menyalahgunakan barang yang
berbahaya, semua itu terus lolos dari pihak kepolisian, namun ketika ia tertangkap
dan dinyatakan bersalah TVJ sadar bahwa Tuhan maha Penyayang dan
memberikan kesempatan kepadanya untuk memperbaiki diri dengan bertaubat46
Pemahaman responden kedua, IA mengingat pengalaman sebelumnya
yang sangat kelam, dan bercerita kepada penulis tentang kejadian yang berada di
dalam sel tahanan, IA diperlakukan tidak biasa oleh orang yang berkuasa di dalam
sel tersebut. IA dipukuli, dicekoki dengan sabun cuci baju dan pernah tidak tidur
semalam. Semua yang diperlakukan kepadanya ia sabar dan pasrahkan saja,
walaupun penjaga sel tak sedikitpun respon kepadanya. Akibatnya tangan dan
kakinya terdapat bekas memar dan luka. IA berprasangka mungkin semua yang ia
terima adalah balasan dari apa yang telah ia lakukan terhadapnya. Dengan semua
yang ia lakukan kemudian ia bertaubat atas segala perbuatannya dan kembali
kepada Allah dengan taubatan yang sesungguhnya.47
Pemahaman ketiga, RO terlihat dimatanya yang berkaca-kaca ketika
penulis menanyakan tentang taubat dan penulis bacakan ayat taubat yang terakhir
RO memberikan pesan kepada penulis ingin diminta ajarkan amalan untuk ia
45
Wawancara dengan Rosdiah, pada tanggal 3 Juli 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. al-An‟am [6]: 54 46
Wawancara dengan Teguh Verry Juliansyah, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi
Lapas lantai 4. Pemahaman Responden tentang taubat Qs. al- Qashash [28] 67. 47
Wawancara dengan Ian, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. al- Qashash [28] 67.
72
amalkan ketika berada di sel berjanji kepada penulis untuk tidak melakukan
perbuatannya lagi dan berjanji untuk bertaubat kepada penulis dan disaksikan juga
oleh kepada staf kepolisian yang berjaga ditempat.48
F. Pengamalan Penghuni lapas di Lembaga Pemasyarakatan terhadap
Ayat Taubat
Dalam pengamalan terhadap ayat-ayat taubat, ada beberapa narapidana yang
ketika diwawancarai oleh penulis sering melakukan amalan untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan terdapat indikasi untuk sunggug-sungguh
bertaubat diantara responden yang selalu melakukan amalan ketika di
wawancara adalah sebagai berikut:
RO, selalu melakukan kegiatan religius, bersama teman-teman satu sel
tahanan di Lembaga Pemasyarakatan, RO sering melakukan shalat taubat
dalam seminggu sekali. Ia menceritakan bahwa shalat taubat merupakan
awalan untuk memohon meminta taubat. Selain shalat taubat iaselalu
mengamalkan hafalan asma al-husna setelah shalat fardhu, membaca surah
Yasin pada malam Jumat bersama rekan tahanan lainnya. Selain itu RO sering
melafalkan lafadz istighfar sebagai bentuk penyesalan baik dalam bentuk
perkataan maupun perbuatan.49
Selain RO yang sering melakukan pengamalan selain itu, AN juga
melakukan pengamalan dengan membaca surah Yasin dan Tadarus bareng di
Sel tahanan bersama temannya.50
Lain halnya dengan dua responden di atas yang melakukan pengamalan
untuk bertaubat dengan rasa sungguh-sungguh NI juga selalu melantunkan
istighfar 100 kali setelah selesai shalat dan tadarus membaca surah Yasin
48
Wawancara dengan Rosdiah, pada tanggal 3 Juli 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang taubat Qs. al-An‟am [6]: 54 49
Wawancara dengan Rosdiah, pada tanggal 3 Juli 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang pengamalan taubat 50
Wawancara dengan Anggelina, pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4.
Pemahaman Responden tentang pengamalan taubat
73
disetiap malam jumat. Ia mengaku tenang ketika membaca ayat tersebut dan
mengungat segala kesalahan dan menyesali perbuatan yang ia lakukan.51
G. Pemahaman Ayat Tentang Taubat Nasūhā
Dari hasil wawancara penulis kepada beberapa responden dan angket, rata
rata seluruh narapidana memahami ayat-ayat taubat yang ada di dalam al-
Quran, namun ada beberapa faktor yang menghambat mereka faham tentang
ayat taubat dikarenakan ia adalah seorang mualaf, kurangnya pengetahuan
agama yang ia miliki, dan bebasnya pergaulan sosial yang mengakibatkan ia
tidak bisa membaca al-Qur‟an dan membacanya dengan terbata-bata. Diantara
para Narapidana yang memahami ayat taubat namun terdapat beberapa faktor
penghambat yang penulis cantumkan di atas diantaranya adalah AN,
merupakan seorang mualaf yang ia masih belajar al-Qur‟an walaupun
bacaannya agak kurang namun ketika penulis mengarahkan dan membimbing
ia faham dengan konsep taubat. Selain AN, NI, TVJ, dan SP, mereka kurang
dalam hal membaca dan terbata-bata dalam melafalkan ayat suci al-Qur‟an
terutama ayat-ayat tentang taubat, selanjutnya mereka memahami apa yang
dimaksud dengan taubat, berikut ayat-ayatnya dengan arahan dan bimbingan
penulis ketika wawancara dan diskusi bersama.52
Selain keempat Narapidana yang memiliki keterbatasan dalam hal
memahami ayat terutama dalam hal membaca, terdapat narapidana yang
memang ia sangat sungguh-sungguh dalam bertaubat dan sangat antusias
ketika diwawancara dan diberikan angket untuk diisi sesuai dengan
pemahaman mereka diantaranya adalah sebagai berikut:
RO, IA, SF, AS, MI, IV dari keenam para narapidana yang penulis
wawancarai melihat latar belakang pendidikan mereka adalah lulusan Sekolah
menengah atas bahkan sudah sampai Mahasiswa, beberapa dari mereka sudah
mengenal ayat-ayat taubat di dalam kehidupan mereka pribadi entah itu dari
lingkungan, keluarga dan masyarakat umum sebelum mereka terjerat kasus.
51
Wawancara dengan NI, pada tanggal 3 Juli 2019 , lokasi Lapas lantai 4. Pemahaman
Responden tentang pengamalan taubat 52
Wawancara dengan beberapa responden mengenai pemahaman ayat-ayat al-Quran
74
Dalam hal ini mereka memaami dengan ayat taubat dan konsep taubatan
nasūhā yang penulis berikan lewat angket dan wawancara pribadi dengan
responden di Lembaga Pemasyarakatan.53
H. Urgensi Taubat terhadap Narapidana
Manusia pada dasarnya adalah suci kemudian turun kedunia yang kotor penuh
dengan godaan dan cobaan. Kemudian untuk kembali kepadanya harus dalam
keadaan suci kembali, dengan demikian perlu adanya pembersih jiwa dan hati
untuk bisa sampai kepada pemilik jiwa dibutuhkan adanya taubat dari segala
kesalahan yang pernah dilaluinya selama hidup didunia. Dari sinilah taubat
menjadi urgen dalam kehidupan khususnya dalam agama untuk membersihkan
kotoran hati dan perbuatan yang tercela yakni dengan bertaubat.
Taubat memiliki pemahaman bukan hanya sekedar penghapusan dosa, tetapi
sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Oleh karena itu adapun
manusia merasa tidak memiliki dosa sekalipun, sebaiknya untuk tetap bertaubat
kepada Allah. Begitu halnya dengan Narapidana yang ada di Lembaga
Pemasyarakatan Jakarta Selatan yang menganggap penting akan halnya taubat.
Misalnya RO, sangat terpukul dan tidak menyangka dengan apa yang telah dia
lakukan, RO menyesali perbuatannya dan terus memperbaiki diri dengan
bertaubat dan mengamalkan segala apa yang ia isa lakukan misalnya dengan
membaca surah yasin pada malam hari Jum‟at, melantunkan Asma al-Husna dan
Istighfar.54
Selain RO, rekan satu sel tahanannya juga merasa hal demikian NI dan AN
mengatakan bahwa taubat merupakan hal yang penting untuk dilakukan sesuai
dengan apa yang telah diperintahkan Allah Swt dalam al-Qur‟an.
I. Sikap Para Narapidana Terhadap Taubatan Nasūhā
SF memahami ayat taubat dan memaknainya sebagai sebuah anugerah yang
Allah kabarkan kepada para pendosa yang banyak melakukan dindak pidana,
menurut SF taubat adalah mendekatkan diri kepada Allah dan kembali untuk tidak
53
Wawancara dengan beberapa responden mengenai pemahaman ayat-ayat al-Quran 54
Wawancara dengan RO, pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4. Sikap
Responden tentang Urgensi Taubat
75
melakukan dosa lagi dan berbenah melakukan kebajikan secara kāffah. SF selalu
melafalkan istighfar setelah usai shalat fardhu sebagai dzikir hariannya.55
Selain SF, IAN pun menunjukan sikap yang sama dengan para Napi lainnya
yakni selalu mengamalkan kebaikan ketika dalam sel tahanan walaupun ia
mengaku sempat ada kekerasan yang ia alami di dalam sel dari para napi yang
satu kamar dengannya. Ia diperlakukan kasar dan lainnya, namun IAN selalu
sabar dan tabah karena ia merasa apa yang ia dapatkan sekarang merupakan
karma dari perlakuan IAN sebelum masuk tahanan. Sikap sabar dan tabah serta
terus melakukan kebaikan yang mengarah kepada urgensi taubatan nasūhā telah
ada dalam jiwa IAN bahwa akan ada kebaikan yang lain setelah ia melakukan
taubatan nasūhā.56
55
Wawancara dengan SF, pada tanggal 21 November 2018 , lokasi Lapas lantai 4. Sikap
Responden tentang Taubat Nasuha 56
Wawancara dengan IAN, pada tanggal 23 Mei 2019 , lokasi Lapas lantai 4. Sikap
Responden tentang Taubat Nasuha
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan
oleh penulis di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan dari
pemahaman penghuni lapas terhadap ayat-ayat taubat studi di Lembaga
Pemasyarakatan Jakarta Selatan, sebagai berikut:
Pertama, pemahaman para Narapidana yang berada di lembaga
pemasyarakatan terhadap ayat-ayat taubat yang penulis sajikan ketika
wawancara yakni Qs. al- Tahrim [66] 8, Qs. Al-Nur [24] : 31, Qs. Al-
Baqarah [2] 37, Qs. al-Maidah [5] : 39, Qs. al-An„am [6] 54, Qs. al-
Qashash [28] 67, sebagian responden memahami ayat tersebut walaupun
masih terbata-bata dalam membaca ayat suci al-Qur‟an dikarenakan
mereka tidak mengerti cara baca ayat al-Qur‟an dalam Bahasa Arab,
namun ketika dalam bentuk latin atau terjemahan ayat para narapidana
merespon mengerti dan faham dengan konsep taubat dan ketentuan taubat,
sehingga ketika wawancara semua responden menginginkan kembali
kearah yang lebih baik lagi, yakni taubatan nasūhā.
Kedua, dalam memahami ayat semua responden mengatakan bahwa
sebagai manusia yang tak terlepas dari dosa dan menyesal atas segala
perbuatan yang tidak seirama dengan perintah Allah yang termaktub dalam
al-Qur‟an. Sehingga membutuhkan jalan kembali yakni jalan taubat
dengan tekad tidak mengulanginya lagi dimasa yang akan datang.
Sebagian dari mereka yang mengenal ayat yang sudah familiar seperti
Taubatan Nasūhā, dan Qs. al-Tahrim [66]: 8 yang hampir semua
responden memahami ayat tersebut, namun tak banyak dari mereka tahu
ayat tersebut akan tetapi hanya dalam bentuk terjemahan ayat. Dengan
demikian kebanyakan dari narapidana menyesal dengan segala perbuatan
yang mereka lakukan.
Ketiga, beberapa responden yang memahami ayat-ayat taubat telah
mengaplikasikan pemahaman mereka tentang ayat yang berimplikasi
77
kepada pengamalan ketika di dalam sel seperti mengucapkan lafadz
Istighfar, Asma al-Husna, dan membaca yasin bersama. Ini
mengindikasikan bahwa ada rasa keinginan yang kuat dari narapidana
untuk bertaubat dari dosa yang telah dilakukan dan kembali kepada Allah
yang Maha Penerima Taubat.
Jadi, berdasarkan hasil penelitian tentang pemahaman penghuni lapas
terhadap ayat-ayat taubat di lembaga pemasyarakatan hampir sebagian
responden memahami ayat-ayat taubat walaupun hanya dengan latin dan
terjemahan saja mereka mengatakan menyesal dan bertaubat dari dosa
yang telah dilakukan.
B. Saran-saran
Penelitian ini hanya menyusun sedikit tentang bagaimana
pemahaman penghuni lapas terhadap ayat-ayat taubat di lembaga
pemasyarakatan Jakarta Selatan, yang kebanyakan adalah kasus kriminal
dan narkoba. Dalam penelitian ini penulis menggunakan living qur‟an
yang notabenenya menggunakan pendekatan field research. Dan penulis
hanya memfokuskan terhadap enam ayat tentang taubat, dan masih banyak
ruang yang harus dikaji untuk penelitian selanjutnya.
Berangkat dari hal tersebut penulis sangat menyarankan kepada
pembaca untuk kemudian melakukan penelitian lanjutan tentang
pemahaman penghuni lapas terhadap ayat-ayat taubat yang sekiranya bisa
dikaji dengan pendekatan dan metode yang mampu menjawab persoalan-
persoalan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini tentunya jauh dari
kesempurnaan, sehingga memungkinkan memiliki kesalahan baik dari
penyajiannya ataupun substansinya. Oleh karenanya, penulis sangat
terbuka terhadap kritik dan saran yang dapat dijadikan sebagai masukan
atau pertimbangan untuk kemudian dapat memberikan hasil yang baik
lagi. Terakhir penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan
manfaat serta dapat menjadi rujukan dan pelengkap atas kajian yang sudah
ada, baik dari kalangan akademik pada khususnya maupun umat Islam
pada umumnya.
78
78
DAFTAR PUSTAKA
Al- Thabari, Abū Ja‟far Muhammad bin Jarū, Tafsir al- Ṯhabari Cet. 9. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2009.
Al-Ghazali, Imam. Hakikat Taubat Sebagai Penebus Dosa. Gresik, CV Bintang
Pelajar.
______________ Ihya Ulumuddin seri II Hakikat Taubat. Jakarta: Pustaka
Amani, 1988.
_______________Ihya Ulumuddin Penerjemah Fadhailurrahman, Jakarta: Sahara
Publisher, 2015.
_______________ Petunjuk Jalan Lurus Penerjemah. Ahmad Najieh. Surabaya:
Ampel Mulia Surabaya, 2011.
Al-Jailani, Abdul Qadir, al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqqi „Azza wa Jalla,
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1997.
Al-Jauziyah, Ibn Qayyim. Majaridus salikin (Pendakian Menuju Allah)
Penerjemah Kathur Suhardi, cet. 1. Jakarta: Pustaka Al-Khausat, 1998.
______________ Memuliakan diri dengan Taubat Penerjemah Muzammal Noer.
Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Al-Mashriy, Jamilah. Metode Membersihkan Hati dari Kotoran Dosa Penerjemah
Fauzi Faisal Bahreisy Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2000.
Al- Mashriy, Jamilah . Metode Membersihkan Hati dari Kotoran Dosa
Penerjemah Fauzi Faizal B Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rawi, Tafsir
Syarawi Penerjemah Safir al-Azhar, Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi,
2006.
Al-Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap. Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997.
Al-Munjid, Muhammad Shaleh. Diterimakah Taubatku Penerjemah Ladzi
Syafrani, Surabaya: Media Idaman, 1993.
Al-Rifa‟i, Muhammad Nasir. Tafsir Ibnu Katsir Penerjemah Syihabuddin. Cet. 9,
Bandung: Gema insan Press, 1999.
Attaillah, Ibnu. As-Sakandary, Tajjul Arus. Jakarta: Zaman, 2013.
Al-Qurṯubî, Syaikh Imam. Tafsir Al-Qurṯubî, Penerjemah Faturrahman dkk. Jilid
2, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.
79
Al-Qolmuni, Abu Dzar. Debu-debu Maksiat dan Siraman Air Taubat, Penerjemah
Agus Hasan Bashori, Jakarta Pusat, 1993.
Auliya, Ning Ma‟rifati, Taubat dalam Perspektif Al-Ghazali. Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 25 September 2017.
Al-Tirmidzi, Muhammad bin Isa bin Tsaurah bin Musa as Sulami Jami‟ al-Kabir
Kitab Ahkam, Juz 2, No. 3540, Daar al-Arabi Islami. Beirut: 1998.
Al-Qarni, „Aidh, La Tahzan. Jakarta: Qishti Press, 2004.
Al-Qardhawi, Yusuf Taubat, Cetakan 1 Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 1998.
Budi, Agung Adiatma, “Representasi Taubat dalamFilm “Syahadat Cinta”, Tesis
UIN Sunan Gunung Jati, Bandung.
Dendy, Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005.
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 1, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.
Hamzah, Andi. Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Jakarta: Pradnya
Pramita, 1993.
Hamzah Ya‟qub, Tashawwuf dan Taqorrub. Bandung: Pustaka Madya, 1987.
Harsono, C.I. Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Jakarta: Djambatan, 1995.
Hoddin, M. Sholeh, “Konsep Taubat Tarekat Naqsibandiyah”, Jurnal Tasawuf
dan Pemikiran Islam, Volume 2, nomor 1 Juni 2012.
Ikhsan, “Konsep Taubat Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah”, Skripsi UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. 23 Desember 2013.
Koentjaranigrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1997.
Imam, al-Amanah Ibn Manzur, Lisan al-Arab. Jilid 2, Kairo: Dar al-Hadits, 2006.
Jamaluddin, al-„Allamah dan Fadli, Muhammad bin Makrom bin Mandur al-
Anshori. Lisanl „Arab, Beirut: Dar al-Kotob al-Almiyah, Juz 1.
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Buki Aksara,
1995.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
80
Muhammad Nazeri bin Muhammad Yusuf, “Konsep Taubat Menurut Syeikh
Abdul Qadir Jaelani”, Skripsi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. 15 April 2014.
Mukhlasin, “Pemahaman taubat dalam ayat-ayat al-Qur‟an pada pimpinan Tariqah
Qadiriyah Naqsibandiyah di Dusun Wekas Desa Kaponan Kecamatan
Pakis”, Skripsi IAIN Salatiga 11 April 2015.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
Narbuko, Khalid, Metode Penelitian : Memberikan Bekal Teoritis kepada
Mahasiswa Tentang metodologi Penelitian Serta Dapat Melaksanakan
Penelitian Dengan Langkah-langkah Yang Benar. Jakarta: Bumi Aksara,
2009.
Ngile, Abdus Shamad, Taubat. Jakarta: Yayasan Pengkaji Ilmu Pengetahuan,
1991.
Ohresy, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2000.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Depdikbud Balai Pustaka, 2002. Edisi 3 Cet 2.
Quṯub, Sayyid Ibrahim Husein Syadzili, Tafsir Fi- Zilalil Qur‟an Penerjemah
Aunur Rofiq Shaleh, Dibawah Naungan al-Qur‟an, Jakarta : Gema Insani
Press, 2004. Jilid 9,
Septiawati, “Tafsir Sufistik Tentang Taubat dalam Al-Qur‟an”, Jurnal
Keagamaan Islam, Volume 7, nomor 2, Desember 2013.
Shihab, Quraish, Tafsir al-Misbah, Jilid, Jakarta: Lentera Hati, 2002,
_____________ Wawasan al-Qur‟an, Jilid 4, Bandung: Mizan, 2007
_____________ Wawasan al-Qur‟an. Jilid 4, Bandung: Mizan, 2007
Suhardjo. Sistem Peradilan Pidana dan Kebijakan Kriminal. Semarang:Pustaka
Sinar Harapan, 1992
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005.
Tabah, Anton. Sejarah Perkembangan Polres Jakarta Selatan, Harian Kompas,
13 November 1993,
Taufiqurrahman, “Penafsiran Ayat-ayat Taubat menurut Quraish Shihab”, Tesis
UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta, 18 Oktober 2016.
81
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Depdikbud, Edisi 3. Cet 2, Jakarta: Balai Pustaka, 2012.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12. Tahun 1995 Tentang Lembaga
Pemasyarakatan.
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Aditama, 2009.
Prihartanti, Mega. Peranan Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Kesatuan
Konsep Sistem Peradilan Pidana, Skripsi Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Primadi, Oscar. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta: Data
Kesehatan RI, 2019.
Zaky Taufik Hidayat, “Konsep Taubat dalam Al-Qur‟an Menurut Sayyid Quthub,
Tesis”, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 25 Desember
2010.
82
Lampiran-Lampiran
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
83
Lampiran 2
Ayat-ayat Taubat Dalam Al-Qur’an
No
Nama Surat dan
Ayat Konten Ayat
1 Qs. Al-Tahrim [66]
8 Bertaubatlah kamu dengan taubatan nasūhā
2 Qs. Al-Nur [24] 31
Bertaubatlah kamu sekalian hai orang -orang
beriman
3 Qs. Al-Baqarah [2]
37
Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi
maha penyayang.
4 Qs. Al-Nisa [4] 17
Mereka itulah yang di terima Allah
Taubatnya
5 Qs. Al-Maidah [5]
39 Sesungguhnya Allah menerima Taubatnya
6 Qs. Al Nissa [4] 17 Mereka itulah yang di terima Allah Taubatnya
7 Qs. Al-Nisa [4] 18). Sesungguhnya saya bertaubat sekarang
8 Qs. Al-Baqarah [2]
160 Mereka itulah yang aku terima taubatnya
9 Qs. Al-Baqarah [2]
222
Allah menyukai orang yang bertauat dan
menyucikan diri
10 Qs. Al-Nisa [4] 27 Dan Allah Hendak menerima Taubatmu
11 Qs. Al-Nisa [4] 64
Niscaya mereka mendapati Allah sebagai yang
maha penerima taubat
12 Qs. Al-Nisa [4] 146
kecuali orang orang-orang yang bertaubat yang
memperbaiki diri
13 Qs. Al-Maidah [5]
74 Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah
14 Qs. Al-An-an'am [6]
54
Kemudian setelah itu dia bertaubat dan
memperbaiki diri
15 Qs. Al-A'raf [7] 153 Setelah itu Mereka bertaubat dan beriman
16 Qs. Al-Taubah [9]
27
Kemudian Allah menerima taubat kepada yang dia
kehendaki
17 Qs. Al-Taubah [9]
102-104 Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka
18 Qs. Al-Taubah [9]
112 Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat
19 Qs. Al-Taubah [9]
117-118
kemudian Allah menerima Taubat Mereka agar
tetap dalam taubatnya
20 Qs. Hud [10] 3
Bertaubatlah kamu kepadanya, yang memberikan
kenikmatan
21 Qs. Al-Nahl [16]
119
Sesungguhnya Tuhanmu mengampuni orang-orang yang
bertaubat
84
22 Qs. Maryam [19] 60 kecuali orang yang beriman dan beramal shaleh
23 Qs. Al-Furqan [25]
70
Dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang
sebenar-benarnya
24 Qs. Al-Qasas [28] 67
Orang yang bertaubat dan beramal shaleh dialah
orang yang beruntung
25 Qs. Ghafir [40] 3 Allah maha pengampun dan penerima taubat
26 Qs. Ghafir [40] 7
Maka berilah ampunan kepada orang yang
bertaubat
27 Qs. Al-Syura [42] 25
Dan dialah yang menerima taubat dari hamba-
hambanya
28 Qs. Al-Nasr [110] 3 Sesungguhnya dia maha penerima taubat
85
Lampiran 3
Daftar Tahanan Reserse Kriminal (Reskrim)
86
87
88
89
Lampiran 4
Daftar Tahanan Reserse Narkotika (Restik)
90
91
92
93
94
95
96
97
98
Lampiran 5
NO Pernyataan SS S N TS STS
1
Apakah anda percaya dengan adanya Allahh
sebagain Zat yang wajib di sembah
2 Dalam kehidupan al-Qur‟an sebagai pedoman kehidupan
3 Setiap hari sekali saya selalu membaca al-Qur‟an
dan memahami artinya
4 Dalam kehidupan terdapat beberapa problem yang
solusinya terdapat dalam Al-Qur'an
5 Segala kehidupan tentunya diatur dalam Al-Qur'an
seperti perintah dan larangan
6 terdapat beberapa perintah dan selalu saya taati
7 terdapat beberapa larangan yang saya langgar
8 Dalam ketaatan sepenuhnya saya patuhi
9 Dalam kehidupan bersosial tidak masalah ketika
saya berbuat hal yang dilarang
10 Dalam kehidupan banyak kemaksiatan yang saya
jalani
11 Dalam islam ketika saya bermaksiat, maka Tuhan
pasti melihat
12 Dalam islam ketika saya melakukan kejahatan akan
dihukum sebanding dan setimpal
13 Dalam agama saya, mudah untuk bermaksiat dan mudah
pula untuk kembali kejalannya
14 Islam tidak memberatkan umatnya untuk melakukan
segala hal dalam tindakan
15 Dan dalam islam mengenal dengan istilah Taubat
16 Dalam Hal ini yakni "Taubat" saya memahami konsepannya
17 Menurut saya Taubat adalah kembali kepada Allah dari
segala bentuk kemaksiatan
18 Taubat yang diterima adalah taubat yang sebenar-benarnya
yakni Taubatan Nasūhā
19 Taubat yang diterima adalah taubat yang sebenar-benarnya
yakni Taubatan Nasūhā
20 Taubatan Nasūhā adalah menjauhi kejahatan seluruhnya dan
tidak melakukannya kembali
99
Artinya "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasūhāa (taubat yang semurni-murninya. (QS. at-Tahrim [66]: 8)
21 Saya faham dan mengerti penjelasan dari ayat Al-Qur‟an diatas.
22 Saya kurang Faham dengan makna dan Penjelasan ayat
Al-Qur‟an diatas
23 Ayat diatas menjelaskan tentang taubatan nasūhā yakni
taubat yang semurni-murninya
24 Allah telah menyiapkan ampunan seluas langit dan bumi
untuk para hambanya yg bertaubat
25 Dalam sehari saya selalu beristighfar kepada Allah dari
segala bentuk kejahatan
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang
yang beriman supaya
kamu beruntung”(QS. An-Nur [24]: 31)
26 Saya Faham dengan maksud dari ayat tersebut
27 Saya kurang Faham dengan maksud dari ayat tersebut
28 Dari penjelasan tersebut saya kurang faham tapi dalam
aplikasi sehari-hari saya terapkan
29 Dalam memahami ayat-ayat taubat hanya segelintir saja
yang saya fahami dan saya mengerti
30
Namun dalam Aplikasinya didalam kehidupan saya
selalu menerapkan apa yang ada
dalam al-Quran khususnya tentang Taubatan Nasūhā
100
Angket Wawancara
Lampiran 6
Daftar Pertanyaan terkait pemahaman tentang ayat-ayat taubat
2. Bagaimana pendapat anda tentang konsep taubat ?
3. Bagaimana pendapat anda tentang ayat-ayat taubat yang terdapat dalam al-
Qur‟an ?
4. Bagaimana pendapat anda selaku kaum muda terhadap ayat-ayat taubat ?
5. Bagaimana Pengamalan anda selaku penghuni lapas terhadap taubat yang
diaplikasikan di Lembaga Pemasyarakatan ?
6. pengamalan apa saja yang dilakukan anda ketika berada di dalam sel ?
7. Menurut anda apakah taubat penting dilakukan ?
8. Sejauh manakah taubat penting dilakukan ?
9. Apa alasan anda jika taubat penting dilakukan ?
10. Bagaimana pemahaman anda tentang taubatan nasūhā ?
11. Bagaimana sikap anda tentang urgensi bertaubat ?
12. Apakah anda menyesal terhadap dosa yang telah dilakukan ? lalu, bagaimana
sikap dan tindakan anda untuk kembali kejalan yang benar ?
101
Lampiran 7
Transkrip Responden
Nama : Ivan
Umur : 27 Tahun
Kasus : Narkoba (Restik)
13. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang konsep taubat ?
Jawaban : sebenarnya dalam konsepan taubat, memang saya kurang begitu
faham mengenai hal ini. Tapi yang saya mengerti tentang konsep taubat
adalah seseorang contohlah saya dengan latar belakang seorang cheif/koki di
sebuah restoran dengan kasus tersebut saya sadar bahwa taubat itu penting
dan menjadi peletak dasar ketika kita ingin kembali untuk memperbaikinya.
14. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang ayat-ayat taubat yang
terdapat dalam al-Qur‟an ?
Jawaban : sejauh ini saya memang acuh terhadap ayat-ayat taubat di dalam
al-Quran dan ketika dijelaskan saya merasa tersentuh mendengar penjelasan
tadi.
15. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda selaku kaum muda terhadap ayat-
ayat taubat ?
Jawaban : Bagi saya ayat-ayat taubat sangat penting dan merupakan firman
Allah, di dalamnya berisi perintah dan larangan termasuk perintah taubat
yang notabenenya sangat banyak di dalam al-Quran. Jadi sebagai penghuni
lapas saya merasa malu karena belum pernah mengkaji ayat demi ayat apalagi
tentang taubat, namun saya sangat tersentuh dengan ayat taubat tersebut yang
di dalamnya terdapat perintah untuk bertaubat.
16. Pertanyaan : Bagaimana Pengamalan anda selaku penghuni lapas terhadap
taubat yang diaplikasikan di Lembaga Pemasyarakatan ?
Jawaban : Dalam pengamalan saya selalu melakukan kebaikan setelah
melakukan keburukan, intinya setiap saya lupa akan kehilafan saya
melakukan kejahatan dan segala tindakannya saya selalu mengimbangi
dengan kebaikan.
102
17. Pertanyaan : pengamalan apa saja yang dilakukan anda ketika berada di
dalam sel ?
Jawaban : mengingat masa lalu akibat perbuatan saya dulu, saya selalu
beristighfar mengingat Allah dan Shalat.
18. Pertanyaan : menurut anda apakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : Ya penting.
19. Pertanyaan : Sejauh manakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : sangat penting untuk dilakukan untuk kembali ke jalan yang
benar.
20. Pertanyaan : Apa alasan anda jika taubat penting dilakukan ?
Jawaban : untuk kembali ke jalan yang lurus dan menjadi orang yang lebih
baik lagi.
21. Pertanyaan : Bagaimana pemahaman anda tentang taubatan nasūhā ?
Jawaban : taubatan nasūhā adalah taubat yang tidak mengulangi lagi
perbuatan yang serupa.
22. Pertanyaan : Bagaimana sikap anda tentang urgensi bertaubat ?
Jawaban : taubat sangat penting untuk dilakukan terkait dosa manusia yang
selalu ada baik disengaja maupun tidak disengaja.
23. Pertanyaan : Apakah anda menyesal terhadap dosa yang telah dilakukan ?
lalu, bagaimana sikap dan tindakan anda untuk kembali kejalan yang benar ?
Jawaban : ya saya menyesal, tindakan saya cuman satu sekarang ini saya
ingin merubah hidup saya kearah yang lebih baik lagi dan meminta maaf
kepada keluarga atas kesalahan saya dan berjanji untuk berusaha lebih baik
lagi dalam hal peruatan.
Nama : Teguh Very Juliansyah
Umur : 33 Tahun
Kasus : Narkoba (Restik)
1. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang konsep taubat ?
Jawaban : taubat berarti kembali, walaupun saya tidak hafal dengan ayat
taubat, namun ada satu yang saya fahami yakni “tuubuu ilalahi Taubatan
103
Nasūhā” baha taubat berarti menyudahi perbuatan perbuatan maksiat dan
menjadi lebih baik lagi.
2. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang ayat-ayat taubat yang
derdapat dalam al-Qur‟an ?
Jawaban : dari sekian banyak ayat , saya mengenal Qs. al-Tahrim (88): 6 dan
Qs. an-Nuur (24): 34. Namun hanya sebatas taubat saja, dan tidak mengetahui
secara mendalam
3. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda selaku penghuni lapas terhadap ayat-
ayat taubat ?
Jawaban : selaku penghuni lapas dan saya jga sudah beristeri, dalam
memahami apa itu taubatsaya faham, namun yang seperti saya katakan
sebelmnya hanya sebatas memahami artian latin saja untuk bahasa arab saya
kurang pandai dalam membaca al-quran.
4. Pertanyaan : Bagaimana Pengamalan anda selaku penghuni lapas terhadap
taubat yang diaplikasikan di Lembaga Pemasyarakatan ?
Jawaban : saya tidak melakukan amalan khusus, cuman berdoa setelah shalat
fardhu.
5. Pertanyaan : pengamalan apa saja yang dilakukan anda ketika berada di
dalam sel ?
Jawaban : untuk pengaplikasiannya tentang taubat saya hanya berdoa untuk
berusaha lebih baik lagi dan mengingat allah dengan beristighfar.
6. Pertanyaan : menurut anda apakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : ya penting.
7. Pertanyaan : Sejauh manakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : karena untuk orang seperti saya dalam posisi sekarang hanya
taubat yang dilakukan
8. Pertanyaan : Apa alasan anda jika taubat penting dilakukan ?
Jawaban : sampai sekarang sangat penting dilakukan sampai saya keluar dari
sel ini saya akan terus bertaubat kepada Allah
9. Pertanyaan : Bagaimana pemahaman anda tentang taubatan nasūhā?
Jawaban : mungkin taubatan nasūhā itu adalah taubat yang tidak melakukan
dosa dan menyudahinya kali yah.
104
10. Pertanyaan : Bagaimana sikap anda terhadap urgensi taubat ?
Jawaban : ya sangat penting saya lakukan dan terus dengan melakukan
kearah yang lebih baik
11. Pertanyaan : apakah anda menyesal terhadap dosa yang telah dilakukan ?
lalu, bagaimana sikap dan tindakan anda untuk kembali kejalan yang benar ?
Jawaban : menyesal, maka dari itu saya bertaubat. Hal yang dilakukan saya
hanya ya tadi, yang sudah saya jelaskan sebelumnya.
Nama : Siti Fatimah
Umur : 30 Tahun
Kasus : Penggelapan Perempuan (Reskrim)
1. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang konsep taubat ?
Jawaban : taubat adalah anugerah bagi orang islam, dengan taubat kita bisa
bermuhasabah diri kembali kepadanya.
2. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang ayat-ayat taubat yang
derdapat dalam al-Qur‟an ?
Jawaban : banyak ayat-ayat al-Qur‟an yang berbicara tentang taubat
diantaranya Qs al-Tahrim ayat 8 yang tau itu perintah untuk bertaubat
3. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda selaku penghuni lapas terhadap ayat-
ayat taubat ?
Jawaban : selaku penghuni lapas, mungkin saya sudah tidak muda lagi
kerena saya sudah berkeluarga, mungkin karena umur kali yah, saya muda.
Memang saya faham tapi saya tidak bisa membacanya dengan lancar.
4. Pertanyaan : Bagaimana Pengamalan anda selaku penghuni lapas terhadap
taubat yang diaplikasikan di Lembaga Pemasyarakatan ?
Jawaban : shalat tahajud, tadarus, dan istighfar
5. Pertanyaan : pengamalan apa saja yang dilakukan anda ketika berada di
dalam sel ?
Jawaban : sama, amalannya hanya itu saja, diiringi dengan penyesalan
mungkin.
6. Pertanyaan : menurut anda apakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : ya penting
105
7. Pertanyaan : Sejauh manakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : karena saya orang awam dan banyak kesalahan, taubatlah obat
buat saya.
8. Pertanyaan : Apa alasan anda jika taubat penting dilakukan ?
Jawaban : ketika kita lupa dan melakukan kesalahan, dengan penuh
kesadaran saya segera bertaubat.
9. Pertanyaan : Bagaimana pemahaman anda tentang taubatan nasūhā ?
Jawaban : taubatan nasūhā adalah taubat yang semurni-murninya, dengan
cara yang dilakukan untuk menunjang kebersihan hati dan jiwa.
10. Pertanyaan : Bagaimana sikap anda terhadap urgensi taubat ?
Jawaban : sama seperti di atas urgensinya sangat penting dilakukan apalagi
para narapidana yang berbuat kesalahan.
11. Pertanyaan : apakah anda menyesal terhadap dosa yang telah dilakukan ?
lalu, bagaimana sikap dan tindakan anda untuk kembali kejalan yang benar ?
Jawaban : sangat menyesal, sikap saya hanya menyesal telah meninggalkan
keluarga dan kehilangan pekerjaan karena perbuatan saya. Untuk itu
kedepannya saya ingin bertaubat.
Nama : M. Ihwan
Umur : 28 Tahun
Kasus : Narkoba (Restik)
1. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang konsep taubat ?
Jawaban : taubat itu tidak mengulanginya lagi
2. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang ayat-ayat taubat yang
derdapat dalam al-Qur‟an ?
Jawaban : begitu banyak, hanya saja saya tidak mengenal secara banyak
namun beberapa yang familiar saya tau.
3. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda selaku penghuni lapas terhadap ayat-
ayat taubat ?
106
Jawaban : misalnya ayat ”Tubu ilalahi taubatan nasūhā” dan “Inallaha
yuhibu at tawabina wa yuhibu al mutatahiina”
4. Pertanyaan : Bagaimana Pengamalan anda selaku penghuni lapas terhadap
taubat yang diaplikasikan di Lembaga Pemasyarakatan ?
Jawaban : dari ayat itu saya bisa mengamalkan dengan pasrah dan
melakukan kebaikan.
5. Pertanyaan : pengamalan apa saja yang dilakukan anda ketika berada di
dalam sel ?
Jawaban : shalat setelahnya berdoa agar masalah saya cepat selesai
6. Pertanyaan : menurut anda apakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : sangat penting
7. Pertanyaan : Sejauh manakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : untuk bisa merubah perilaku buruk kepada yang baik.
8. Pertanyaan : Apa alasan anda jika taubat penting dilakukan ?
Jawaban : karena ketika dosa selalu ada dan mengulanginya lagi. Diri ini
lemah butuh pencerahan untuk lebih baik lagi.
9. Pertanyaan : Bagaimana pemahaman anda tentang taubatan nasūhā ?
Jawaban : taubatan nasūhā membutuhkan suatu tindakan pasti untuk kembali
kearah yang lebih baik lagi dan berjanji pada sang ilahi
10. Pertanyaan : Bagaimana sikap anda terhadap urgensi taubat ?
Jawaban : setidaknya kita melakukan hal-hal yang positif, bahwa taubat itu
memang penting dilakukan.
11. Pertanyaan : apakah anda menyesal terhadap dosa yang telah dilakukan ?
lalu, bagaimana sikap dan tindakan anda untuk kembali kejalan yang benar ?
Jawaban : ya sangat menyesal, sebagai generasi muda saya telah menyia-
nyiakan kesempatan untuk hidup di dunia, malah saya masuk penjara dan
janji untuk menjadi lebih baik lagi.
Nama : Anggelina
Umur : 31 Tahun
Kasus : Narkoba (Restik)
1. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang konsep taubat ?
107
Jawaban : dalam pembahasan taubat karena saya seorang mualaf, dan masuk
islam ketika di lapas. Karena perlakukan saya, saya masuk penjara, yang saya
fahami taubat itu jera, kapok, dan tidak melakukan hal-hal yang dilarang
agama.
2. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang ayat-ayat taubat yang
derdapat dalam al-Qur‟an ?
Jawaban : saya baru mengerti tentang ayat taubat ketika kakak membacakan
ayat tersebut, namun pemahaman tentang ayat tersebut sedikit faham
terutama Qs. at Taubah: 8
3. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda selaku penghuni lapas terhadap ayat-
ayat taubat ?
Jawaban : sedikit faham dengan ayat-ayat tersebut, cuman hanya latinnya
saja, namun keseluruhannya tidak faham
4. Pertanyaan : Bagaimana Pengamalan anda selaku penghuni lapas terhadap
taubat yang diaplikasikan di Lembaga Pemasyarakatan ?
Jawaban : dalam pengamalan saya terus memperbaiki dan belajar shalat,
bacaan, wudhu, dengan benar lagi agar taubat saya diterima.
5. Pertanyaan : pengamalan apa saja yang dilakukan anda ketika berada di
dalam sel ?
Jawaban : beristighfar setelah selesai shalat
6. Pertanyaan : menurut anda apakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : bagi saya penting tuk dilakukan.
7. Pertanyaan : Sejauh manakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : kaena untuk mencapai titik kebersihan diri dari dosa diawali
dengan taubat.
8. Pertanyaan : Apa alasan anda jika taubat penting dilakuka ?
Jawaban : sebagai gerbang pembuka bagi pendosa untuk mendekatkan diri
kepada Allah.
9. Pertanyaan : Bagaimana pemahaman anda tentang taubatan nasūhā ?
Jawaban : taubatan nasūhā adalah melakukan taubat yang semurni-murninya
sesuai dengan ayat tersebut yang kakak bacakan.
10. Pertanyaan : Bagaimana sikap anda terhadap urgensi taubat ?
108
Jawaban : penting dilakukan terutama bagi diri saya pribadi
11. Pertanyaan : apakah anda menyesal terhadap dosa yang telah dilakukan ?
lalu, bagaimana sikap dan tindakan anda untuk kembali kejalan yang benar ?
Jawaban : ya saya menyesal, kemudian saya masuk islam untuk
memperbaiki kesalahan saya. Di agama kristen memang tidak ada istilah
taubat yang hanya saya tau hanya berbuat baik saja.
Nama : Sandra Puspita
Umur : 35 Tahun
Kasus : Penggelapan dalam jabatan (Reskrim)
1. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang konsep taubat ?
Jawaban : taubat adalah meninggalkan hal-hal yang tidak baik dalam hidup
dan yang tidak sesuai dengan kitab suci.
2. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang ayat-ayat taubat yang
derdapat dalam al-Qur‟an ?
Jawaban : saya belum faham tentang ayat-ayatnya
3. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda selaku penghuni lapas terhadap ayat-
ayat taubat ?
Jawaban : sedikit faham, namun tidak menyeluruh hanya sebatas ingat dan
jera saja.
4. Pertanyaan : Bagaimana Pengamalan anda selaku penghuni lapas terhadap
taubat yang diaplikasikan di Lembaga Pemasyarakatan ?
Jawaban : berbuat baik kepada sesama
5. Pertanyaan : pengamalan apa saja yang dilakukan anda ketika berada di
dalam sel ?
Jawaban : hanya berusaha berbuat hal yang positif
6. Pertanyaan : menurut anda apakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : penting
7. Pertanyaan : Sejauh manakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : ketika kita taubat maka kita akan ingat kepada Allah
8. Pertanyaan : Apa alasan anda jika taubat penting dilakukan ?
109
Jawaban : seperti yang dibilang diawal bahwa taubat sangat penting tuk
dilakukan
9. Pertanyaan : Bagaimana pemahaman anda tentang taubatan nasūhā ?
Jawaban : taubat nasūhā berbuat yang baik dan bertekad dengan kuat agar
tidak terjerumus kepada yang jahat lagi
10. Pertanyaan : Bagaimana sikap anda terhadap urgensi taubat ?
Jawaban : sangat urgen bagi orang islam
11. Pertanyaan : apakah anda menyesal terhadap dosa yang telah dilakukan ?
lalu, bagaimana sikap dan tindakan anda untuk kembali kejalan yang benar ?
Jawaban : menyesal, dan saya tidak ingin melakukan narkoba lagi, saya mau
sama tetangga, lingkungan terutama keluarga.
Nama : Agus Setiawan
Umur : 30 Tahun
Kasus : Pencuruan Motor (Reskrim)
1. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang konsep taubat ?
Jawaban : taubat menjauhi larangannya dan tidak melakukan perbuatan
negatif lagi dan menyesal atas perbuatannya
2. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang ayat-ayat taubat yang
derdapat dalam al-Qur‟an ?
Jawaban : saya tidak mengerti ayatnya, karena kurang lancar bacaannya.
Namun saya faham ayat itu lewat latinnya saja.
3. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda selaku penghuni lapas terhadap ayat-
ayat taubat ?
Jawaban : saya kurang faham tentang ayat taubat ini, sedikit saya tau tentang
taubat ya taubat itu kembali tidak melakukan kesalahan lagi.
4. Pertanyaan : Bagaimana Pengamalan anda selaku penghuni lapas terhadap
taubat yang diaplikasikan di Lembaga Pemasyarakatan ?
Jawaban : shalat berjamaah dan setelahnya saya beristighfar dan berdzikir
5. Pertanyaan : pengamalan apa saja yang dilakukan anda ketika berada di
dalam sel ?
Jawaban : hanya itu saja dan berbuat baik
110
6. Pertanyaan : menurut anda apakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : penting
7. Pertanyaan : Sejauh manakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : karena saya ingin kembali pada Allah dengan kesucian dan selalu
berbuat baik kepada sesama, tidak mencuri dan yang lainnya.
8. Pertanyaan : Apa alasan anda jika taubat penting dilakukan ?
Jawaban : sangat penting bagi saya walaupun saya orang yang biasa saja,
tapi saya ingin selalu kembali kejalan yang lurus.
9. Pertanyaan : Bagaimana pemahaman anda tentang taubatan nasūhā ?
Jawaban : taubat nasūhā yang ada dalam fikiran saya, untuk kembali dan
tidak melakukan lagi.
10. Pertanyaan : Bagaimana sikap anda terhadap urgensi taubat ?
Jawaban : penting, seperti apa yang saya bicarakan tadi.
11. Pertanyaan : apakah anda menyesal terhadap dosa yang telah dilakukan ?
lalu, bagaimana sikap dan tindakan anda untuk kembali kejalan yang benar ?
Jawaban : sangat menyesal, karena saya ingat keluarga dan anak saya, saya
berjanji ketika keluar saya berbuat baik kepada sesama
Nama : Ian
Umur : 33 Tahun
Kasus : Pencurian Motor (Reskrim)
1. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang konsep taubat ?
Jawaban : tidak melakukan kegiatan negatif, mematuhi perintah Allah dan
menjauhi larangannya.
2. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang ayat-ayat taubat yang
derdapat dalam al-Qur‟an ?
Jawaban : saya faham dengan ayat-ayat taubat yang memang
keseluruhannya mengajak kepada taubat nasūhā.
3. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda selaku penghuni lapas terhadap ayat-
ayat taubat ?
Jawaban : banyak ayat tentang taubat, contohnya Qs. Al-Maidah [5]: 39 dan
al-An‟am [6]: 54 saya selalu mengamalkan ketika belum terjerat kasus ini.
111
4. Pertanyaan : Bagaimana Pengamalan anda selaku penghuni lapas terhadap
taubat yang diaplikasikan di Lembaga Pemasyarakatan ?
Jawaban : Istighfar dan shalat fardhunya diperbaiki lagi.
5. Pertanyaan : pengamalan apa saja yang dilakukan anda ketika berada di
dalam sel ?
Jawaban : berbuat baik misalnya Qs. al-Maidah yang menggambarkan
taubatnya seseorang pencuri yang sudah melakukan kejahatan terus ia
memperbaiki diri
6. Pertanyaan : menurut anda apakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : penting
7. Pertanyaan : Sejauh manakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : karena untuk memperbaiki taat dan patuh kepadanya.
8. Pertanyaan : Apa alasan anda jika taubat penting dilakukan
Jawaban : saya masih jauh dari kata taubat nasūhā, namun saya selalu ingat
kepada Allah, dan memperbaiki diri. Ketika kita taubat akan mendapat
keberuntungan dari Allah.
9. Pertanyaan : Bagaimana pemahaman anda tentang taubatan nasūhā
Jawaban : taubatan nasūhā adalah berusaha istiqamah untuk untuk selalu
memperbaiki diri.
10. Pertanyaan : Bagaimana sikap anda terhadap urgensi taubat ?
Jawaban : urgensinya adalah patuh, bertaubat dan beramal shalih.
11. Pertanyaan : apakah anda menyesal terhadap dosa yang telah dilakukan ?
lalu, bagaimana sikap dan tindakan anda untuk kembali kejalan yang benar ?
Jawaban : sangat sangat menyesal karena saya telah meninggalkan anak dan
isteri saya. Sejauh ini belum dua minggu anak saya meninggal dunia dan saya
sangat terpukul. Menyesal itu pasti dan berjanji untuk menjadi yang terbaik
lagi tidak berbuat jahat lagi.
Nama : Rosdiah
Umur : 35 Tahun
Kasus : Narkoba (Restik)
1. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang konsep taubat ?
112
Jawaban : Taubat adalah tidak mengulangi dalam kehidupan
2. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang ayat-ayat taubat yang
derdapat dalam al-Qur‟an ?
Jawaban : saya mengerti karena sebelumnya juga pernah mengaji besama
ibu-ibu sekampung
3. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda selaku penghuni lapas terhadap ayat-
ayat taubat ?
Jawaban : banyak ayat yang sangat familiar, namnun tadi seakan-akan saya
menutupi keburukan saya hingga akhirnya saya menyesal, baik sesama ibu-
ibu dan kelurga dekat.
4. Pertanyaan : Bagaimana Pengamalan anda selaku penghuni lapas terhadap
taubat yang diaplikasikan di Lembaga Pemasyarakatan ?
Jawaban : shalat berjamaah dengan rekan, menghadiri ceramah keagamaan
yang diadakan oleh pihak lapas yang hanya dilakukan sebulan sekali,
beristighfar, shalat tahajud, shalat taubat, dan baca asma al-husna.
5. Pertanyaan : pengamalan apa saja yang dilakukan anda ketika berada di
dalam sel ?
Jawaban : selalu beristighfar 100 kali sehari setelah shalat.
6. Pertanyaan : menurut anda apakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : penting banget pak.
7. Pertanyaan : Sejauh manakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : karena saya tau bahwa melihat segalanya saya malu telah
melakukan narkoba dan saya ingin bertaubat dengan taubatan nasūhā.
8. Pertanyaan : Apa alasan anda jika taubat penting dilakukan
Jawaban : karena dalam diri saya hanya satu yakni ingin berbuat baik agar
Allah terima taubat saya
9. Pertanyaan : Bagaimana pemahaman anda tentang taubatan nasūhā
Jawaban : taubatan nasūhā adalah tidak mengulangi lagi dan terus berbuat
baik sampai akhi hayat.
10. Pertanyaan : Bagaimana sikap anda terhadap urgensi taubat ?
Jawaban : penting dilakukan apalagi orang seperti saya.
113
11. Pertanyaan : apakah anda menyesal terhadap dosa yang telah dilakukan ?
lalu, bagaimana sikap dan tindakan anda untuk kembali kejalan yang benar ?
Jawaban : ya menyesal banget pak. Karena saya melakukan dengan sadar
suami sayapun liat. Namun, ketika disel tahanan mengajarkan pengalaman
bahwa diluar sana udara sangat baik.
Nama : Ningsih
Umur : 26 Tahun
Kasus : Narkoba (Restik).
1. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang konsep taubat ?
Jawaban : taubat adalah tidak mengulangi kesalahan yang sama
2. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang ayat-ayat taubat yang
derdapat dalam al-Qur‟an ?
Jawaban : saya masih terbata-bata dalam melafalkan ayat taubat. Namun
latin atau terjemahannya saya mengeri
3. Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda selaku penghuni lapas terhadap ayat-
ayat taubat ?
Jawaban : sedikit-sedikit faham dengan ayatnya dan lebih terkenal dan tidak
asing lagi adalah awal Qs at-Tahrim.
4. Pertanyaan : Bagaimana Pengamalan anda selaku penghuni lapas terhadap
taubat yang diaplikasikan di Lembaga Pemasyarakatan ?
Jawaban : baca stighfar, shalat tahajud walaupun jarang
5. Pertanyaan : pengamalan apa saja yang dilakukan anda ketika berada di
dalam sel ?
Jawaban : taubatan nasūhā adalah meluruskan niat tidak melakukan
kesalahan dalam jurang yang sama dan berjanji untuk tidak melakukan lagi.
6. Pertanyaan : menurut anda apakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : menurut saya penting.
7. Pertanyaan : Sejauh manakah taubat penting dilakukan ?
Jawaban : karena dengan bertaubat saya bisa memperbaiki diri, prilsku
saya khususnya, suami da anak-anak.
8. Pertanyaan : Apa alasan anda jika taubat penting dilakukan
114
Jawaban : penting ajah gitu, ibaratnya taubat itu pembuka untuk bisa
kembali kepadanya.
9. Pertanyaan : Bagaimana pemahaman anda tentang taubatan nasūhā ?
Jawaban : Taubatan nasūhā adalah taubat yang semurni-murninya, dengan
tahapan dan niatan yang kuat untuk kembali.
10. Pertanyaan : Bagaimana sikap anda terhadap urgensi taubat ?
Jawaban : dibilang penting mungkin ada penyesalan dan kesalahan,
makanya saya bertaubat. Dulu saya selalu lupa, ini memang pelajaran buat
saya dan keluarga khuusnya suami saya jangan sampai anak-anak saya seperti
saya.
11. Pertanyaan : apakah anda menyesal terhadap dosa yang telah dilakukan ?
lalu, bagaimana sikap dan tindakan anda untuk kembali kejalan yang benar ?
Jawaban : ya saya menyesal, saya selalu memohon dan meminta jangan
sampai anak-anak saya seperti ibunya, ya kalau sama mending saya
mengakhiri hidup saja. Ya kalau bisa semoga anal saya jauh lebih baik dari
saya shaleh dan shalehah.