PEEL OFF YANG MENGANDUNG EKSTRAK ETANOL 96%...

Post on 02-Mar-2019

236 views 0 download

Transcript of PEEL OFF YANG MENGANDUNG EKSTRAK ETANOL 96%...

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI DAN EVALUASI FISIK MASKER

PEEL OFF YANG MENGANDUNG EKSTRAK

ETANOL 96% KULIT BATANG NANGKA

(Artocarpus heterophyllus. Lamk) ASAM GLIKOLAT

DAN NIASINAMIDA

SKRIPSI

LUTHER PHINDO

1110102000049

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

JANUARI 2016

ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI DAN EVALUASI FISIK MASKER

PEEL OFF YANG MENGANDUNG EKSTRAK

ETANOL 96% KULIT BATANG NANGKA

(Artocarpus heterophyllus. Lamk) ASAM GLIKOLAT

DAN NIASINAMIDA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

LUTHER PHINDO

1110102000049

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

JANUARI 2016

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Luther Phindo

Program Studi : Farmasi

Judul : Formulasi dan Evaluasi Fisik Masker Peel-Off yang

Mengandung Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka

(Artocarpus heterophyllus. Lamk) Asam Glikolat

dan Niasinamida.

Ekstrak etanol 96% kulit batang nangka (Artocarpus heterophyllus)

mengandung senyawa polifenol yang memiliki aktivitas dalam menghambat

enzim tirosinase, sehingga dapat berperan sebagai agen depigmentasi kulit.

Ekstrak etanol 96% kulit batang nangka dikombinasi dengan asam glikolat dan

niasinamida yang diformulasikan dalam bentuk masker peel-off untuk

menghasilkan efek yang sinergis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

karakteristik fisik masker peel-off yang mengandung ekstrak etanol 96% kulit

batang nangka, asam glikolat dan niasinamid. Masker peel-off dibuat dalam empat

formula dengan memvariasikan konsentarasi ekstrak kulit batang nangka pada

F(1) 1%, F(2) 3%, F(3) 5% dan pada F(0) tanpa ekstrak kulit batang nangka.

Masker peel-off yang dihasilkan secara organoleptis berbau alkohol dan berwarna

coklat untuk formula yang mengandung ekstrak kulit batang nangka, tidak

berwarna (jernih) untuk formula tanpa ekstrak kulit batang nangka, viskositas

pada 50 rpm F(0) 3360 cps, F(1) 4060 cps, F(2) 5400 cps dan F(3) 5800 cps, pH

F(0) ±4,055, F(1) ±4,175, F(2) ±4,380 dan F(3) ±4,495, cycling test stabil, daya

sebar baik dan waktu kering yang baik F(0) 29,27menit, F(1) 30,19menit, F(2)

33,17menit dan F(3) 35,15menit, sehingga dapat disimpulkan masker peel-off

yang dihasilkan memiliki karakteristik fisik yang baik.

Kata kunci : Ekstrak etanol 96% kulit batang nangka, asam glikolat, niasinamida,

gel masker peel-off.

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Luther Phindo

Program study : Farmasi

Title : Formulation and Physical Evaluation Of Peel-Off Mask

Containing 96% Ethanol Extract Skin Stem Jackfruit

(Artocarpus heterophyllus. Lamk) Glycolic Acid

and Niasinamida

Cortex 96% ethanol extract of jackfruit (Artocarpus heterophyllus)

contains polyphenols compound that have activity in inhibiting the tyrosinase, so

it can act as skin depigmentation agents. Cortex 96% ethanol extract of jackfruit

combined with glycolic acid and niasinamida formulated in the form of a peel-off

mask to produce a synergistic effect. This study aimed to obtain physical

characteristics of the mask peel-off cortex 96% ethanol extract of jackfruit,

glycolic acid and niacinamide. Peel-off mask is made in four formulas with

varying concentrations of extracts of the bark of jackfruit in F (1) 1%, F (2) 3%, F

(3) 5% and the F (0) without cortex extract jackfruit. Mask peel-off generated

organoleptic smelled of alcohol and brown for the formula contains extracts of

bark jackfruit colorless (clear) to formula without bark extract jackfruit, viscosity

at 50 rpm F (0) 3360 cps, F (1) 4060 cps, F (2) 5400 cps and F (3) 5800 cps, pH F

(0) ± 4.055, F (1) ± 4.175, F (2) ± 4.380 and F (3) ± 4.495, cycling test stable,

dispersive power is good and dry time the good F(0) 29,27minute, F(1)

30,19minute, F(2) 33,17minute and F(3) 35,15minute, it can be concluded peel-

off mask produced has good physical characteristics.

Keywords: Cortex 96% ethanol extract of jackfruit, glycolic acid,niacinamide, gel

peel-off mask.

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita berbagai

macam nikmat, sehat, iman islam, rezeki, kekuatan, petunjuk,serta rahmat kasih

sayangNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Formulasi

dan Evaluasi Fisik Masker Peel off yang Mengandung Ekstrak Etanol 96% Kulit

Batang Nangka, Asam Glikolat dan Niasinamida. Shalawat serta salam semoga

tercurah selalu kepada nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat

hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi akan sangatlah sulit

untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Nelly Suryani, PhD., Apt selaku pembimbing I yang telah memberikan

waktu, motivasi, pikiran dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan

skripsi.

2. Ibu Afriani Rahma, M.Farm., Apt (alm) selaku pembimbing II yang telah

sempat memberikan waktu, motivasi, pikiran dan bimbingan selama

penelitian penyusunan skripsi dan semoga ibu tempatkan disyurganya

Allah.

3. Bapak Yardi, Ph.D., Apt selaku ketua Prodi Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Seluruh Staf dan keluarga besar UIN Syarif Hidaytullah Jakarta pada

umumnya dan segenap pengajar farmasi pada khususnya yang telah

memberi bimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di

Prodi Studi Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Syaiful dan Ibu Merry atas pengorbanan,

kasih sayang, motivasi dan doa yang telah ibu dan bapak berikan selama

ini.

6. Kakak laboran program studi farmasi (Kak eris, Kak Lisna, Kak Tiwi, Kak

Liken, Kak Rahmadi, Kak Rani dan Kak Anis) yang telah banyak

membantu dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses

penelitian.

7. Teman-teman farmasi angkatan 2010 “Andalusia” untuk segala

kebersamaan dan kekompakannya.

8. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang turut membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, namun demikian penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Wassalamu’alaikumWr. Wb

Jakarta , Januari 2016

Penulis

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............. x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 2

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 2

1.4. Hipotesis ................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Kulit ......................................................................... 4

2.2. Kulit Batang Nangka .............................................................. 6

2.2.1 Deskripsi Tanaman Nangka ........................................... 6

2.2.2 Kandungan Kimia ........................................................... 7

2.2.3Karakterisasi Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka . 9

2.2.4 Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat ........................... 11

2.3. Asam Glikolat ......................................................................... 12

2.4. Niasinamida .............................................................................. 13

2.5. Masker Peel Off ....................................................................... 14

2.6. Komponen Penyusun Masker Peel Off..................................... 14

2.6.1 Polivinil Alkohol (PVA) ................................................. 14

2.6.2 Metil Paraben .................................................................. 15

2.6.3 Gliserin ........................................................................... 16

2.6.4 Tween 80 ........................................................................ 16

2.6.5 Etanol 96% ..................................................................... 17

2.7. Evaluasi Fisik Gel Masker Peel Off ....................................... 17

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ............................. 19

3.1.1 Tempat Penelitian ........................................................... 19

3.1.2 Waktu Penelitian ............................................................ 19

3.2 Alat dan Bahan ........................................................................ 19

3.2.1 Alat ................................................................................. 19

3.2.2 Bahan .............................................................................. 19

3.3 Prosedur Kerja ......................................................................... 20

3.3.1 Formulasi Sediaan Gel Masker Peel Off ....................... 20

3.3.2 Pembuatan Sediaan Gel Masker Peel Off ........................ 20

3.3.3 Evaluasi Fisik Sedian Gel Masker Peel Off .................... 20

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.3.1 Pengamatan Organoleptis ................................... 20

3.3.3.2 Pengujian Homogenitas ...................................... 20

3.3.3.3 Pengujian Viskositas dan Rheologi..................... 21

3.3.3.4 Pengujian pH ...................................................... 21

3.3.3.5 Pengujian Stabilitas ............................................ 21

3.3.3.5.1 Pengujian Cycling test .......................... 21

3.3.4 Evaluasi Karakteristik Masker Peel Off .......................... 21

3.3.4.1 Pengujian Waktu Sediaan Mengering ................ 21

3.3.4.2 Pengujian Daya Sebar ........................................ 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Evaluasi Sediaan Masker Peel-Off ................................ 23

4.1.1 Hasil Pengujian Organoleptis ......................................... 23

4.1.2 Hasil Pengujian Homogenitas ......................................... 24

4.1.3 Hasil Pengujian Viskositas dan Rheologi ....................... 24

4.1.4 Hasil Pengujian pH .......................................................... 26

4.1.5 Hasil Pengujian Stabilitas ............................................... 28

4.1.5.1 Hasil Pengujian Cycling Test .............................. 31

4.2.1 Hasil Pengujian Daya Kering ......................................... 32

4.2.2 Hasil Pengujian Daya Sebar ........................................... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 35

5.2 Saran ........................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 36

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Kulit ............................................................................ 5

Gambar 2.2 Bagian Batang Artocarpus Heterophyllus Lamk ..................... 7

Gambar 2.3 Rumus Bangun Senyawa Aktif Kulit Batang Nangka .............. 8

Gambar 2.4 Reaksi Folin Ciocalteu dengan Senyawa Fenol ........................ 11

Gambar 2.5 Rumus struktur asam glikolat ................................................... 12

Gambar 2.6 Struktur Kimia Niasinamida ..................................................... 13

Gambar 2.7 Polivinil Alkohol ...................................................................... 14

Gambar 2.8 Metil Paraben ........................................................................... 15

Gambar 2.9 Gliserin ..................................................................................... 16

Gambar 2.10 Tween 80 .................................................................................. 16

Gambar 2.11 Struktur Kimia Etanol .............................................................. 17

Gambar 4.1 Sediaan Formula Masker Peel-Off ........................................... 23

Gambar 4.2 Pengujian Homogenitas ............................................................ 24

Gambar 4.3 Viskositas dan Rheologi Formula 0 dan Formula 1 .................. 25

Gambar 4.4 Viskositas dan Rheologi Formula 2 dan Formula 3 ................. 26

Gambar 4.5 Viskositas dan Rheologi Formula 0, 1, 2 dan 3 ........................ 29

Gambar 4.6 Kurva Diameter Daya Sebar Stabilitas ..................................... 30

Gambar 4.7 Kurva Diameter daya Sebar ..................................................... 33

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Uji Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak ................. 9

Tabel 2.1 Hasil Penapisan Fitokimia ............................................................. 10

Tabel 3.1 Formulasi Sediaan Masker Peel Off .............................................. 20

Tabel 4.1 pH Sediaan Masker Peel-Off........................................................... 26

Tabel 4.2 Pengujian pH Stabilitas .................................................................. 27

Tabel 4.3 Pengujian Daya Sebar Pada Suhu (40±20C) ................................. 29

Tabel 4.4 Pengujian Stabilitas Waktu Mengering........................................... 30

Tabel 4.5 Pengujian pH Cycling Test ............................................................ 31

Tabel 4.6 Pengujian Waktu Sediaan Mengering ............................................ 32

Tabel 4.7 Pengujian Daya Sebar .................................................................... 33

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alur Penelitian .......................................................................... 39

Lampiran 2 Data Pengujian Viskositas dan Rheologi ................................. 40

Lampiran 3 Kurva Pengujian Viskositas dan Rheologi ............................... 41

Lampiran 4 Data Pengujian Cycling Test .................................................... 42

Lampiran 5 Data Pengujian Organoleptis Stabilitas .................................... 45

Lampiran 6 Data Pengujian Stabilitas Daya Sebar ...................................... 51

Lampiran 7 Data Pengujian Stabilitas Viskositas dan Rheologi .................. 60

Lampiran 8 Kurva Stabilitas Viskositas dan Rheologi ................................ 61

Lampiran 9 Data Pengujian Daya Kering .................................................... 62

Lampiran 10 Data Pengujian Daya Sebar ...................................................... 63

Lampiran 11 Gambar Sediaan Masker Peel-Off ............................................ 65

Lampiran 12 Sertifikat PVA .......................................................................... 67

Lampiran 13 Bahan-bahan Penelitian ............................................................ 68

Lampiran 14 Alat-alat Penelitian ................................................................... 69

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit adalah salah satu organ paling penting dari tubuh kita. Umumnya,

wanita menginginkan kulit yang bersih dan cerah di mana seiring dengan

meningkatnya kebutuhan pasar kosmetik menjadi kebutuhan penting untuk

menghasilkan kulit yang bersih dan cerah serta mencegah penuaan. Salah satu

sediaan kosmetik untuk menjaga kebersihan dan perawatan kulit wajah adalah

masker wajah (Barel, 2009).

Produk masker yang telah beredar di masyarakat adalah masker bubuk,

masker krim, masker gel, dan masker kertas. Jenis masker yang praktis digunakan

yaitu masker gel yang setelah kering dapat langsung dikelupas atau biasa dikenal

dengan sebutan masker gel peel-off (Muliyawan, 2013). Oleh karena itu

dikembangkan sediaan masker peel-off. Masker peel-off memiliki banyak

keunggulan dibandingkan masker jenis lain yaitu sediaannya berbentuk gel yang

sejuk mampu merelaksasikan dan membersihkan wajah secara maksimal dengan

mudah (Morris, 1993).

Masker peel-off yang digunakan diharapkan dapat membersihkan dan

mencerahkan kulit. Oleh karena itu dibutuhkan kombinasi zat aktif yang dapat

mencerahkan kulit dengan mekanisme yang berbeda sehingga dapat menghasilkan

efek sinergis. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah nangka

(Artocarpus heterophyllus), di mana ekstrak etanol 96% kulit batang nangka

merupakan inhibitor kompetitif dari tirosinase dengan senyawa bioaktif adalah

senyawa polifenol yang berperan sebagai agen depigmentasi kulit. Pemilihan

bahan alami sebagai senyawa aktif pada penelitian ini adalah karena dari beberapa

penelitian diketahui ekstrak tanaman mampu menghambat sintesis melanin tanpa

bersifat sitotoksik terhadap sel melanosit (Chang, 2009).

Asam glikolat (glycolic acid) adalah jenis alpha hydroxy acid (AHA) yang

diperoleh dari tanaman tebu (Saccharum officinarum L). Asam glikolat dengan

rumus molekul C2H4O3 memiliki ukuran molekul terkecil, sehingga memberikan

keuntungan kimiawi, bersifat stabil, tak berwarna, tidak berbau, tidak peka

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap cahaya dan larut dalam air, tidak toksik meskipun dalam jumlah besar

serta bersifat higroskopik ringan (suka air). Mekanisme asam glikolat adalah

mengatur pembentukan stratum korneum baru dengan mengurangi kohesi seluler

antarkeratinosit sehingga sel mudah terlepas dan mengurangi ketebalan stratum

korneum (Budiningsih, 2005).

Selain itu niasiamida merupakan vitamin yang memiliki aktivitas

menghambat transfer melanosom ke keratinosit. Niasinamida juga mampu

meningkatkan fungsi penghalang lapisan kulit sehingga meningkatkan resistensi

kulit terhadap lingkungan dari senyawa yang dapat merusak seperti surfaktan,

pelarut, dan dapat mengurangi iritasi, inflamasi, dan kekasaran di mana dapat

menyebabkan penuaan pada kulit (Bissett, 2009).

Polimer yang digunakan sebagai basis dalam sediaan masker peel-off

adalah polivinil alkohol (PVA). PVA dapat menghasilkan gel yang cepat

mengering dan membentuk lapisan film yang transparan, kuat, plastis dan melekat

baik pada kulit (Rekso, 2007). Namun, salah satu yang berpengaruh terhadap

karakteristik fisik masker peel-off yang dihasilkan adalah variasi konsentrasi

ekstrak etanol 96% yaitu F(1) 1%, F(2) 3%, F(3) 5% dan F(0) tanpa ekstrak, yang

ditambahkan ke dalam formula. Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan

dilakukan penelitian mengenai formulasi dan evaluasi fisik masker peel-off yang

mengandung ekstrak etanol 96% kulit batang nangka, asam glikolat dan

niasinamid yang memiliki karakteristik fisik masker peel-off yang baik.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana karakteristik fisik masker peel-off yang mengandung ekstrak

etanol 96% kulit batang nangka, asam glikolat dan niasinamid dengan variasi

konsentrasi ekstrak etanol 96% F(1) 1%, F(2) 3%, F(3) 5% dan F(0) tanpa ekstrak

etanol 96% kulit batang nangka?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan karakteristik fisik masker peel-off yang mengandung

ekstrak etanol 96% kulit batang nangka, asam glikolat dan niasinamid dengan

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

variasi konsentrasi ekstrak etanol 96% F(1) 1%, F(2) 3%, F(3) 5% dan F(0) tanpa

ekstrak etanol 96% kulit batang nangka

1.4 Hipotesis

Masker peel-off yang mengandung konsentrasi ekstrak etanol 96% kulit

batang nangka, asam glikolat dan niasinamid memiliki karakteristik fisik yang

baik.

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Anatomi Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,

merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Tebalnya kulit bervariasi mulai

0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis

terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan

atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung,

bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda,

lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm

sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium

yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat (Perdanakusuma, 1998).

Kulit manusia terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan epidermis, lapisan

dermis, dan lapisan subkutan. Lapisan epidermis dibentuk dari beberapa lapisan

sel dengan ketebalan 0,1-1 mm dan berbeda-beda pada tiap bagian tubuh. Dari

luar ke dalam lapisan epidermis terdiri dari lapisan tanduk (stratum corneum),

lapisan jernih (stratum lucidum), lapisan berbutir-butir (stratum granulosum),

lapisan malphigi (stratum spinosum), dan lapisan basal (stratum germinativum).

Lapisan kedua atau lapisan dermis memiliki ketebalan yang lebih daripada

epidermis. Terbentuk oleh jaringan elastik dan fibrosa padat dengan elemen

selular, kelenjar, dan rambut sebagai adneksa kulit. Lapisan ini terdiri atas pars

papilaris, bagian yang menonjol ke dalam epidermis berisi ujung serabut saraf dan

pembuluh darah, dan pars retikularis, bagian bawah dermis yang berhubungan

dengan lapisan subkutan. Terdiri atas serabut penunjang kolagen, elasrin, dan

retikulin. Lapisan subkutan merupakan lapisan paling dalam dari kulit.

Merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel

lemak didalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke

pinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Tidak ada garis tegas yang

memisahkan dermis dan subkutan (Wasitaatmadja, 1997).

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

[Sumber: Subowo, 1993]

Gambar 2.1 Struktur Kulit

Kulit memiliki fungsi antara lain sebagai :

1. Proteksi, kulit ini akan menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis

atau mekanis. Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak

subkutan berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior

tubuh. Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh

dengan cara mencegah keluarnya air dari dalam tubuh dan mencegah

penguapan air, dapat berfungsi sebagai barier terhadap racun dari luar. Selain

itu, mantel asam dapat berfungsi untuk mencegah pertumbuhan bakteri di

kulit.

2. Absorpsi, beberapa bahan dapat diabsorpsi kulit masuk ke dalam tubuh

melalui dua jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebasea.

3. Ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi

atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan

ammonia.

4. Persepsi sensoris, kulit bertanggung jawab sebagai indera terhadap

rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu, dan nyeri.

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Pengaturan suhu tubuh, kulit melakukan peranan ini dengan cara

mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah

kulit.

6. Pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan

basal. Jumlah, tipe, ukuran, dan distribusi pigmen melanin akan menentukan

variasi warna kulit sesorang.

7. Keratinisasi, proses keratinisasi ini berlangsung secara normal kirakira selama

14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara

mekanis fisiologik

2.2. Kulit Batang Nangka

2.2.1 Deskripsi Tanaman Nangka

Nangka termasuk ke dalam suku Moraceae, nama ilmiahnya adalah

Artocarpus heterophyllus. Dalam bahasa Inggris, nangka dikenal dengan nama

jackfruit. Tanaman nangka dapat tumbuh di daerah beriklim subtropis. Tanaman

nangka berukuran sedang, ketinggiannya berkisar 8 – 25 meter dengan diameter

30 – 80 cm. Seluruh bagian tumbuhan mengeluarkan getah putih pekat apabila

dilukai yang dikenal sebagai lateks. Kulit batang nangka mengandung 3,3 % tanin

(Elevitch & Manner, 2006).

Klasifikasi tanaman nangka adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus heterophyllus Lamk

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

[Sumber : Elevitch & Manner, 2006]

Gambar 2.2 Bagian Batang Artocarpus heterophyllus Lamk

2.2.2 Kandungan Kimia

Batang nangka mengandung artokarpin, norartokarpin, kuwanon C,

albanin A, kudraflavon B, kudraflavon C, artokarpesin, 6-prenila pigenin,

brosimon I, dan 3-prenil luteolin, furanolflavon, artokarpfuranol, dihidromorin,

steppogenin, norartokarpetin, artokarpanon, sikloartokarpin, siklo arto karpesin,

arto karpetin, karpakromen, iso arto karpesin, dan sianoma klurin (Li, 2012).

Tanaman nangka mengandung senyawa potensial dalam menghambat

tirosinase, yaitu polifenol. Dari penelitian diketahui bahwa senyawa yang menjadi

penghambat tirosinase adalah senyawa golongan flavonoid pada beberapa

tanaman Artocarpus (Supriyanti, 1996). Flavonoid, salah satu dari polifenol,

memiliki peran besar dalam aktivitas tirosinase karena mengandung gugus fenol

dan cincin pyren. Struktur dari flavonoid secara prinsip sesuai sebagai substrat

dan mampu berkompetisi sehingga dapat menjadi penghambat tirosinase.

Golongan flavonoid yang terdapat dalam kulit batang nangka yaitu arto

carpetin (5,2′,4′-trihy droxy-7-methoxy flavone), norarto carpetin (5,7,2’,4’-

tetrahydroxyflavone), dihydromorin (5,7,2′,4′-tetra hydroxy flavanol), dan streppo

genin (5,7,2’,4’-tetra hydroxy flavanone) (Chang, 2009).

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

[Sumber : Chang, 2009]

Gambar 2.3 Rumus Bangun Senyawa Aktif Kulit Batang Nangka

Ekstrak kulit batang nangka diekstraksi dengan metode maserasi untuk

memperoleh senyawa flavonoid. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia

dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan

pada temperatur kamar (Anonim, 2000). Maserasi adalah proses penyarian

simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur kamar. Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana, sedangkan

kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama, membutuhkan pelarut yang banyak

dan penyarian kurang sempurna. Dalam maserasi (untuk ekstrak cairan), serbuk

halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan pelarut disimpan dalam

wadah tertutup untuk periode tertentu dengan pengadukan yang sering, sampai zat

tertentu dapat terlarut. Metode ini paling cocok digunakan untuk senyawa yang

termolabil (Tangri, 2011). Senyawa flavonoid umumnya diekstraksi dengan

menggunakan pelarut etanol (Harborne, 1987). Ekstrak etanol kulit batang nangka

berwarna cokelat kehitaman dengan bau harum kulit batang nangka. Ekstrak kulit

batang nangka bersifat asam lemah karena kandungan polifenol dan flavonoid. pH

ekstrak kulit batang nangka yaitu 6,23.

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.3 Karakterisasi Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka

Tabel 2.1 Hasil Uji Parameter Spesifik dan

Non Spesifik Ekstrak (Vernanda, 2015)

Parameter Hasil

Identitas:

Nama ekstrak

Nama latin

Bagian tanaman

Ekstrak etanol 96% kuli batang nangka

Artocarpus heterophyllus Lam.

Kulit batang

Organoleptik:

Warna

Bau

Bentuk

Coklat kehitaman

Khas kulit batang nangka

Ekstrak kental

Non spesifik:

Kadar abu

Kadar Air

1,32%

13,17%

Pengujian kadar abu dilakukan dengan metode gravimetri. Prinsip kerja

penentuan parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur dimana

senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap, sehingga tinggal

unsur mineral dan anorganik. Hasil kadar abu ekstrak etanol 96% kulit batang

nangka diperoleh sebesar 1,32%. Hal ini menunjukkan bahwa sisa anorganik yang

terdapat dalam ekstrak etanol 96% sebesar 1,32% (Vernanda, 2015). Hasil kadar

abu yang didapatkan tersebut sesuai dengan standar simplisia batang nangka di

Materia Medika Indonesia yaitu < 3,5% (Depkes, 2000).

Selain itu, pada penentuan parameter non spesifik dilakukan juga

pengujian kadar air pada ekstrak. Tujuan dari pemeriksaan kadar air adalah untuk

memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air dalam bahan

(Depkes RI, 2000). Dari pengujian yang dilakukan diperoleh hasil kadar air

ekstrak etanol 96% kulit batang nangka sebesar 13,17%. Ekstrak etanol 96% kulit

batang nangka ini merupakan ekstrak kental dan masuk ke dalam batas untuk

ekstrak kental yaitu 5-30% (Vernanda, 2015).

Pengujian penapisan fitokimia terhadap ekstrak etanol 96% kulit batang

nangka. Penapisan fitokimia bertujuan untuk mengetahui keberadaan golongan

senyawa metabolit sekunder yang ada didalam ekstrak etanol 96% kulit batang

nangka, serta dapat pula menjadi gambaran kandungan ekstrak secara kualitatif.

Penapisan fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak etanol 96% kulit batang

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

nangka (Artocarpus heterophyllus) yang berasal dari perkebunan LIPI Cibinong,

Bogor, memberikan hasil positif untuk alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan

polifenol. Berdasarkan hasil tersebut golongan senyawa aktif yang diinginkan

yaitu polifenol dapat teridentifikasi. Adapun data hasil pengujian penapisan

fitokimia ekstrak etanol 96% kulit batang nangka dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Hasil Penapisan Fitokimia (Vernanda, 2015)

Golongan senyawa Hasil penapisan

Alkaloid +

Flavonoid +

Saponin +

Steroid -

Tanin +

Polifenol +

Pada identifikasi alkaloid pereaksi yang digunakan adalah mayer,

dragendorf, dan bouchardat. Pereaksi ini bereaksi dengan alkaloid membentuk

senyawa kompleks yang mengendap. Hasil positif ditunjukkan dengan

terbentuknya endapan setelah penambahan pereaksi. Pada hasil uji ekstrak etanol

96% kulit batang nangka menunjukkan hasil positif (Vernanda, 2015).

Hasil positif pada identifikasi saponin diamati melalui banyak dan

stabilnya busa yang terbentuk. Pada hasil uji ini ekstrak etanol 96% kulit batang

nangka menunjukkan hasil yang positif (Vernanda, 2015).

Identifikasi tanin dilakukan dengan reaksi warna FeCl3. Warna yang

terbentuk dihasilkan dari reaksi antara inti fenolik yang terdapat pada tanin

dengan ion Fe³⁺ dari pereaksi FeCl3 membentuk senyawa kompleks berwarna

(Harborne, 1987). Hasil uji pada ekstrak etanol 96% kulit batang nangka

menunjukkan hasil yang positif (Vernanda, 2015).

Identifikasi steroid menunjukkan hasil yang positif ditandai dengan

terbentuknya cincin coklat kemerahan. Hasil uji ekstrak etanol 96% kulit batang

nangka menunjukkan hasil yang negatif (Vernanda, 2015).

Identifikasi flavonoid dilakukan dengan cara mereaksikan Mg/HCl

prinsipnya adalah reduksi menggunakan Mg. Pengamatan identifikasi flavonoid

adalah melalui lapisan amil alkohol berwarna merah, kuning, atau jingga yang

terbentuk. Hasil uji pada ekstrak etanol 96% kulit batang nangka menunjukkan

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hasil yang positif mengandung senyawa golongan flavonoid, dimana dari

penelitian diketahui bahwa senyawa yang menjadi penghambat enzim tirosinase

adalah senyawa golonga flavonoid pada beberapa tanaman Artocarpus (Vernanda,

2015).

2.2.4 Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat

Kadar fenolat total ekstrak etanol 96% kulit batang nangka (Artocarpus

heterophyllus) pada penelitian ini diukur dengan menggunakan prinsip Folin

Ciocalteau yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode Folin Ciocalteau

digunakan dalam menetapkan kadar polifenol dalam ekstrak etanol 96% kulit

batang nangka karena metode ini bersifat spesifik terhadap senyawa fenolik

(Singleton, 1965). Pereaksi Folin Ciocalteu merupakan larutan kompleks ion

polimerik yang dibentuk dari asam fosfomolibdat dan asam hetero

polifosfotungstat. Pereaksi ini terbuat dari air, natrium tungstat, natrium molibdat,

asam fosfat, asam klorida, litium sulfat, dan bromin (Folin, 1944).

Gambar 2.4 Reaksi Folin Ciocalteu dengan Senyawa Fenol (Folin, 1944)

Reagen Folin-Ciocalteau digunakan karena senyawa golongan fenol dapat

bereaksi dengan Folin membentuk larutan berwarna yang dapat diukur

absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer. Prinsip pengukuran

kandungan fenolat dengan reagen Folin Ciocalteau adalah terbentuknya senyawa

Ion Fenolat Senyawa Fenolat

H3PO4(MoO3)13

++ +

Pereaksi Folin-

Ciocalteu

H3(PMo13O40)

+ atau

H2(PMo13O40)

Kompleks

molybdenum-

blue Kuinon Senyawa Fenolat

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kompleks berwarna biru yang dapat diukur pada panjang gelombang maksimum.

Pereaksi ini mengoksidasi fenolat atau gugus hidroksi fenolik mereduksi asam

heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) yang terdapat dalam pereaksi Folin

Ciocalteau menjadi suatu kompleks molibdenum tungsten. Senyawa fenolik

bereaksi dengan reagen Folin Ciocalteau hanya dalam suasana basa agar terjadi

disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion fenolat. Untuk menciptakan

kondisi basa digunakan Na2CO3 15%. Warna biru yang terbentuk akan semakin

tua, setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk; artinya semakin besar

konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang akan

mereduksi asam heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) menjadi kompleks

molibdenum-tungsten sehingga warna biru yang dihasilkan semakin tua (Alfian,

2012).

Penentuan kadar fenolat total digunakan standar asam galat. Hal ini

dikarenakan asam galat lebih stabil untuk membuat standar. Selain itu asam galat

juga merupakan senyawa fenolat dan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat

(Nurhayati, 2012). Asam galat merupakan turunan dari asam hidroksibenzoat

yang tergolong asam fenol sederhana (Singleton, 1965). Asam galat merupakan

senyawa polifenol yang terdapat di hampir semua tanaman, kandungan fenol asam

organik ini bersifat murni dan stabil (Vermerris, 2006).

2.3. Asam Glikolat

Gambar 2.5 Rumus struktur asam glikolat (Budiningsih, 2005)

Asam glikolat merupakan asam yang diperoleh dari tebu. Tanaman tebu

(Saccharum officinarum L) adalah satu anggota familia rumput-rumputan

(Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika basah, namun masih dapat

tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada berbagai jenis tanah dari

daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan laut. Batang tebu

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mengandung air gula yang berkadar sampai 20%, yang menjadi sumber dari asam

glikolat (Budiningsih, 2005).

Asam glikolat dengan rumus molekul C2H4O3 memiliki ukuran molekul

terkecil, sehingga memberikan keuntungan kimiawi, bersifat stabil, tak berwarna,

tidak berbau, tidak peka terhadap cahaya dan larut dalam air, tidak toksik

meskipun dalam jumlah besar serta bersifat higroskopik ringan (suka air).

Mekanisme asam glikolat adalah mengatur pembentukan stratum korneum baru

dengan mengurangi kohesi seluler antar keratinosit sehingga sel mudah terlepas

dan mengurangi ketebalan stratum korneum (Budiningsih, 2005).

2.4. Niasinamida

Gambar 2.6 Struktur Kimia Niasinamida (Bissett, 2009)

Niasinamida berupa serbuk kristal putih atau hampir putih atau kristal tak

berwarna dan tidak berbau. Larut dalam 1 : 1,5 air, 1:10 air mendidih, 1:5,5 dalam

alkohol dehidrasi, dan larut dalam gliserol. Vitamin ini sangat stabil terhadap

panas, cahaya, oksigen dan kelarutannya dalam air juga mempermudah formulasi

niasinamida sebagai bahan pelembab (Draelos, 2000). Larutan 5% dalam air

memiliki pH 6,0-7,5 (Sweetman, 2009). Namun, untuk mencegah hidrolisis

menjadi asam nikotinat yang dapat menyebabkan merah, maka dalam formulasi

dapat dipilih pH 4-7 (Bissett, 2009).

Niasinamida mampu meningkatkan fungsi penghalang lapisan kulit

sehingga meningkatkan resistensi kulit terhadap lingkungan dari senyawa yang

dapat merusak seperti surfaktan, pelarut, dan dapat mengurangi iritasi, inflamasi,

dan kekasaran dimana dapat menyebabkan penuaan pada kulit. Selain itu, vitamin

ini dapat meningkatkan kandungan air pada lapisan tanduk, antigaris halus,

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

antikerut, antioksidan, mengurangi hiperpigmentasi dengan menghambat transfer

melanosom kekeratinosit, dan antijerawat. Efek antikerut niasinamida diperoleh

dengan meningkatkan produksi fibroblast untuk merangsang sintesis kolagen

(Bissett, 2009). Penggunaan dalam waktu lama dapat ditoleransi dengan baik oleh

kulit. Dosis topikal vitamin B3 ialah 1%-5% (Bissett, 2009).

2.5. Masker Peel-Off

Kosmetika wajah yang umumnya digunakan tersedia dalam berbagai

bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk masker wajah peel-off. Masker peel-

off biasanya dalam bentuk gel atau pasta, yang dioleskan ke kulit muka. Setelah

alkohol yang terkandung dalam masker menguap, terbentuklah lapisan film yang

tipis dan transparan pada kulit muka. Setelah berkontak selama 15-30 menit,

lapisan tersebut diangkat dari permukaan kulit dengan 14 cara dikelupas

(Slavtcheff, 2000).

Masker peel-off memiliki beberapa manfaat diantaranya mampu

merileksasikan otot-otot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan, dan

melembutkan kulit wajah (Vieira, 2009). Masker berbentuk gel mempunyai

beberapa keuntungan diantaranya penggunaan yang mudah, serta mudah untuk

dibilas dan dibersihkan.Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti

membran elastic (Harry,1973).

2.6. Komponen Penyusun Masker Peel-Off

2.6.1 Polivinil Alkohol (PVA)

Gambar 2.7 Polivinil Alkohol (drugfuture.com)

Polivinil alkohol (PVA) adalah polimer sintetis yang larut dalam air. PVA

berupa bubuk granular berwarna putih hingga krem, dan tidak berbau. PVA larut

dalam air, sedikit larut dalam etanol (95%), dan tidak larut dalam pelarut organik.

PVA umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun. Bahan ini bersifat

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

noniritan pada kulit dan mata pada konsentrasi sampai dengan 10%, serta

digunakan dalam kosmetik pada konsentrasi hingga 7% (Rowe, 2009).

PVA adalah polimer yang paling umum digunakan sebagai membrane

karena salah satu sifatnya, yaitu hidrofilik. PVA dapat larut dalam air dengan

bantuan panas yaitu pada temperature diatas 900C, pada suhu kamar PVA

berwujud padat, lunak dalam pemansan, kemudian elastis seperti karet dan

mengkristal dalam proses. PVA memiliki berat molekul 85.000-146.000,

mempunyai temperature transisi gelas (Tg) sebesar 850C, dan temperature leleh

(Tm) sebesar 228-256 0C, (Perry, 1997).

PVA komersial mengandung pengotor berupa gugus keton yang terisolasi

yang mungkin membentuk ikatan asetal dengan gugus hidoksil dari rantai lain

sehingga molekul cabangnya membentu kikatan crosslink. Membran PVA

mempunyai sifat sangat mudah mengembang (swelling) jika berinteraksi dengan

air. Hal ini disebabkan karena gugus –OH sehingga membrane bersifat hidrofilik,

molekul-molekul air akan berinteraksi dengan membrane melalui pembentukan

hidrogen. Gugus hidroksil yang terdapat pada rantai polimer menyebabkan

membran PVA bersifat polar. Sifat hidrofilik dan kepolaran membrane akan

menentukan selektivitas dan fluks membrane pada proses pervaporasi campuran

organic-air, (Jie, 2003).

2.6.2. Metil Paraben

Gambar 2.8 Metil Paraben (Rowe, 2009)

Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam

kosmetik, produk makanan, dan formulasi sediaan farmasi. Metil paraben dapat

digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan paraben lainatau dengan zat

antimikroba lainnya. Dalam kosmetik, metil paraben merupakan pengawet yang

paling sering digunakan (Rowe, 2009). Metil paraben (C8H8O) berbentuk kristal

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tak berwarna atau bubuk kristal putih. Zat ini tidak berbau atau hampir tidak

berbau (Rowe, 2009).

2.6.3. Gliserin

Gambar 2.9 Gliserin (Rowe, 2009)

Gliserin berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, kental,

higroskopis, serta berasa manis. Gliserin larut dalam air, etanol 95% dan

metanol.Gliserin digunakan secara luas dalam preparasi oral, topikal, dan

parenteral. Pada formulasi topikal dan kosmetik, gliserin digunakan sebagai

humektan dan emolien pada konsentrasi 30%. Selain itu, juga digunakan dalam

gel cair maupun non-cair, sebagai pelarut dan kosolven. Bahan ini tidak

kompatibel dengan agen pengoksidasi kuat, seperti kalium permanganate (Rowe,

2009).

2.6.4. Tween 80

Gambar 2.10 Tween 80 (Anonim, 2010)

Tween 80 atau Polysorbate 80 merupakan ester oleat dari sorbitol di mana

tiap molekul anhidrida sorbitolnya berkopolimerisasi dengan 20 molekul

etilenoksida. Tween 80 berupa cairan kental berwarna kuning dan agak pahit

(Rowe, 2009). Polysorbate digunakan sebagai emulsifying agent pada emulsi

topikal tipe minyak dalam air, dikombinasikan dengan emulsifier hidrofilik pada

emulsi minyak dalam air, dan untuk menaikkan kemampuan menahan air pada

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

salep, dengan konsentrasi 1-15% sebagai solubilizer. Tween 80 digunakan secara

luas pada kosmetik sebagai emulsifying agent (Smolinske, 1992). Tween 80 larut

dalam air dan etanol (95%), namun tidak larut dalam mineral oil dan vegetable

oil. Aktivitas antimikroba dari pengawet golongan paraben dapat mengurangi

jumlah polysorbate (Rowe, 2009).

2.6.5. Etanol 96%

Gambar 2.11 Struktur Kimia Etanol (Wade, 1994)

Spirtus fortior atau etanol 96% merupakan cairan bening yang mudah

menguap pada suhu rendah, jernih, memiliki bau yang khas dan mudah terbakar.

Etanol dapat bercampur dengan air, kloroform, eter dan gliserin. Etanol dapat

digunakan sebagai antimikroba (konsentrasi lebih dari 10% v/v), disinfektan dan

pelarut dalam sediaan topikal (konsentrasi 60-90% v/v). Etanol dalam formula ini

digunakan sebagai pelarut (Wade, 1994).

Alkohol 96% berupa cairan jernih, tidak berwarna, mudah menguap,

mudah terbakar, higroskopis, dan mangandung tidak kurang dari 95,1% v/v atau

92,6% b/b. Larut dalam air dan diklormetan. Etanol banyak digunakan sebagai

pelarut dan pendingin pada kulit (Wade, 1994).

2.7. Evaluasi Fisik Gel Masker Peel-Off

Parameter-parameter yang digunakan dalam uji kestabilan fisik adalah:

a. Organoleptis atau penampilan fisik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya perubahan bentuk,

kejernihan, timbulnya bau atau tidak dan perubahan warna.

b. Viskositas

Secara umum kenaikan viskositas dapat meningkatkan kestabilan sediaan.

c. Pemeriksaan pH

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gel sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 karena

jika gel memiliki pH yang terlalu basa akan menyebabkan kulit yang bersisik,

sedangkan jika pH terlalu asam maka yang terjadi adalah menimbulkan iritasi

kulit (Djajadisastra, 2004).

d. Uji Stabilitas

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik

untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang diterapkan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas dan

kemurnian produk. Definisi sediaan kosmetik yang stabil yaitu suatu sediaan

yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode waktu

penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan

yang dimilikinya saat dibuat (Djajadisastra, 2004).

Ketidak stabilan fisika dari sediaan ditandai dengan adanya perubahan

warna, timbul bau, pengendapan suspensi atau caking, perubahan konsistensi dan

perubahan fisik lainya (Djajadisastra, 2004). Nilai kestabilan suatu sediaan

farmasetika atau kosmetik dalam waktu yang singkat dapat diperoleh dengan

melakukan uji stabilitas dipercepat. Pengujian ini dimaksudkan untuk

mendapatkan informasi yang diinginkan dalam waktu sesingkat mungkin dengan

cara menyimpan sediaan sampel pada kondisi yang dirancang untuk mempercepat

terjadinya perubahan yang yang biasa terjadi pada kondisi normal. Jika hasil

pengujian suatu sediaan pada uji dipercepat diperoleh hasil yang stabil, hal itu

menunjukkan bahwa sediaan tersebut stabil pada penyimpanan suhu kamar

selama setahun. Pengujian yang dilakukan pada uji dipercepat yaitu cycling test.

Uji ini merupakan simulasi adanya perubahan suhu setiap tahun bahkan setiap

harinya selama penyimpanan produk (Djajadisastra, 2004).

19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Laboratorium Penelitian II Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dalam waktu 3 bulan, terhitung dari bulan

oktober 2015 – Desember 2015

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, Refrigerator (sanyo

medical, jepang), Viskometer Haake (Visco tester 6R, Jepang), Homogenizer,

Hotplate stirer (cimarec, Amerika), Neraca Analitik (AND GH-202, Jepang), pH

meter (pH meter F-52, Jepang), dan alat gelas yang umum digunakan di

laboratorium.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, PVA (Brataco,

Indonesia), ekstrak kulit batang nangka (Bogor, Indonesia), asam glikolat

(Brataco, Indonesia), niasinamida (Brataco, Indonesia), gliserin

(Brataco,Indonesia), Metil Paraben (Brataco,Indonesia), tween 80 (Brataco,

Indonesia), etanol 96% (Brataco, Indonesia), dan aquadest.

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Formulasi Sediaan Gel Masker Peel-off

Tabel 3.1 Formulasi sediaan gel masker peel-off

Bahan % Konsentrasi

Fungsi F0 F1 F2 F3

Ekstrak Kulit Batang Nangka

Asam Glikolat

Niasinamid

PVA

Gliserin

Metil Paraben

Tween 80

Etanol 96%

Aquadest

-

0,5

0,5

10

10

0,2

1

15

100

1

0,5

0,5

10

10

0,2

1

15

100

3

0,5

0,5

10

10

0,2

1

15

100

5

0,5

0,5

10

10

0,2

1

15

100

Skin lightening

Exfoliating Agent

Lightening

Gelling Agent

Humektan

Pengawet

Surfaktan

Pelarut

Pelarut

3.3.2 Pembuatan Sediaan Gel Masker Peel-off

PVA dikembangkan dengan aquadest suhu 900C hingga mengembang

sempurna, lalu dihomogenkan (M1). Ekstrak kulit batang nangka dilarutkan

dengan etanol 96% hingga larut, selanjutnya metil paraben dilarutkan dengan

etanol 96% hingga larut, niasinamid dilarutkan dalam aquadest hingga larut dan

asam glikolat dilarutkan dengan aquadest hingga larut (M2). M2 dimasukkan ke

dalam M1 sambil tetap diaduk dengan overhead stirers, kemudian ditambahkan

gliserin, tween 80, alkohol dan terakhir ditambahkan aquadest ad 100 ml sampai

terbentuk massa gel yang homogen.

3.3.3 Evaluasi Fisika Sediaan Gel Masker Peel-off

3.3.3.1 Pengujian Organoleptis

Pengujian organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan-

perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan masker gel (Septiani, 2011).

3.3.3.2 Pengujian Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan cara meletakkan sediaan

diantara dua kaca objek dan diamati ada atau tidaknya partikel kasar yang terdapat

dalam sediaan (Kuncari, 2014).

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.3.3 Pengujian Viskositas dan Rheologi

Sebanyak 100 gr gel dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml, kemudian

viskositasnya diukur dengan Viskometer Haake, spindle no R5 untuk formula (0)

dan formula (1), spindel no R6 untuk formula (2) dan formula (3). Putaran yang

digunakan dipillih (2, 4, 10, 50, 100, 50, 10, 4 dan 2 rpm). Data viskositas zat di

catat dalam centi poise (Cps), %Torque dan rpm. Data tersebut diplot antara

kecepatan geser dengan % Torque sumbu (x) dan rpm sumbu (y), sehingga

diperoleh kurva dan ditentukan sifat aliran (rheologi) cairan tersebut, sedangkan

untuk viskositas diplot antara %Torque sumbu (x) dan CPS sumbu (y) (Martin,

1993).

3.3.3.4 Pengujian pH

Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter.

Sejumlah gel masker peel-off dimasukan pada alat pH meter (Tranggono, 2007).

3.3.3.5 Pengujian Stabilitas

Sampel gel disimpan pada suhu dingin (4±20C), suhu kamar (27±2

0C) dan

suhu panas (40±20C) selama 21 hari dan dilakukan pengamatan organoleptis dan

fisikokimia pada hari ke 1, 7, 14 dan 21, pengujian pH, waktu Kering, daya sebar

pada hari ke 21 untuk semua formula dan semua suhu, sedangkan pengujian

viskositas dan rheologi dilakukan pada suhu panas (40±20C) di hari ke 21 (Butler,

2000).

3.3.3.5.1 Pengujian Cycling Test

Sampel gel disimpan pada suhu 40C selama 24 jam dan suhu 40

oC selama

24 jam dilakukan sebanyak 6 siklus dan diamati terjadinya perubahan fisika dari

gel pengamatan organoleptis (perubahan warna, bau dan pH) (Butler, 2000).

3.3.4 Evaluasi Karakteristik Masker Peel-off

3.3.4.1 Pengujian Waktu Sediaan Mengering

Sebanyak 1gr gel masker peel-off dioleskan pada kulit lengan dengan

panjang 7cm dan lebar 7cm. Kemudian dihitung kecepatan mengering gel hingga

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

membentuk lapisan film dari gel masker peel-off dengan menggunakan stop watch

(Lestari, 2013).

3.3.4.2 Pengujian Daya Sebar

Sebanyak 1 gram gel masker peel-off diletakkan di atas kertas grafik yang

sudah dilapisi plastik transparan kemudian ditutup dengan plastik transparan lain

dan diukur diameternya dari lima titik sudut. Beban 19 gram diletakkan di atas

lapisan gel, didiamkan selama 1 menit dan dicatat diameter gel yang menyebar.

Kemudian beban 20 gram ditambahkan kembali di atas gel, didiamkan selama 1

menit dan dicatat diameter gel yang menyebar. Beban 20 gram selanjutnya

ditambahkan diatas gel hingga beban maksimum diatas gel seberat 99 gram,

dansetiap kali beban ditambahkan diatas gel didiamkan selama 1 menit dan dicatat

diameter gel yang menyebar. Dibuat grafik hubungan antara beban dan luas gel

yang menyebar (Voight, 1994).

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Evaluasi Sediaan Masker Peel-Off

Evaluasi fisika gel masker peel-off meliputi pemeriksaan organoleptis, pH,

viskositas dan rheologi, cycling test, pemeriksaan stabilitas fisik. Evaluasi

karakteristik masker peel-off meliputi pemeriksaan waktu kering dan pemeriksaan

daya sabar.

4.1.1 Hasil Pengujian Organoleptis

Gambar. 4.1 Sediaan Formula Masker Peel-off

Keterangan : F (0) Basis formula gel masker peel-off, F (1) formula gel masker

peel-off dengan ekstrak 1%, F (2) formula gel masker peel-off

dengan ekstrak 3%, F (3) formula gel masker peel-off dengan ekstrak

5%

Gel masker peel-off secara organoleptis pada F(1), F(2) dan F(3) yang

mengandung ekstrak berwarna coklat, sedangkan formula gel masker peel-off

yang tidak mengandung ekstrak kulit batang nangka F(0) terlihat jernih (tidak

berwarna). Adapun konsistensi warna yang dihasilkan pada F(3) warna coklatnya

lebih tua dibandingkan F(1) dan F(2). Hal ini dikarenakan meningkatnya

konsentrasi ekstrak etanol 96% kulit batang nangka yang ditambahkan pada

masker peel-off, juga meningkatkan warna coklat yang dihasilkan, sedangkan

pada F(0) tidak mengandung ekstrak etanol 96% kulit batang nangka terlihat

jernih. Keempat gel masker peel-off yang dihasilkan berbau etanol karena adanya

kandungan etanol dalam formula dengan konsentrasi yang cukup tinggi, yaitu

15%, dan keempat formula yang dihasilkan berbentuk gel (Septiani, 2011).

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.2 Hasil Pengujian Homogenitas

F (0) F (1)

F (2) F (3)

Gambar 4.2 Pengujian Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas bertujuan untuk mengamati ada atau tidaknya

partikel kasar pada sediaan. Dari keempat sediaan, F(0), F(1), F(2) dan F(3)

memiliki homogenitas yang baik, karena tidak adanya partikel kasar pada sediaan

masker peel-off (Kuncari, 2014).

4.1.3 Hasil Pengujian Viskositas dan Rheologi

Pengujian viskositas gel masker peel-off masing-masing menggunakan Haake

Visco tester 6R dengan spindel R5 untuk F(0) dan F(1) pada rpm 50

menghasilkan nilai viskositas 3360 cps untuk F(0) dan 4060 cps untuk F(1),

sedangkan pada F(2) dan F(3) dengan spindel R6 pada rpm 50 menghasilkan nilai

viskositas 5400 cps untuk F(2) dan 5800 cps untuk F(3). Dari hasil uji viskositas

gel masker peel-off diperoleh hubungan semakin tinggi penggunaan konsentrasi

ekstrak dalam formula maka viskositas gel masker peel-off semakin meningkat.

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Peningkatan konsentrasi ekstrak dapat meningkatkan viskositas (Martin, 1993).

Adapun kurva Data Viskositas dapat dilihat pada Lampiran 2 Hal 3.

Pada pengujian rheologi gel masker peel-off menggunakan Haake Visco tester

6R dengan spindel R5 untuk F(0) dan F(1) pada rpm 50 menghasilkan nilai

rheologi 42%TQ untuk F(0) dan 50,7%TQ untuk F(1), sedangkan spindel R6 pada

F(2) dan F(3) pada rpm 100 menghasilkan nilai rheologi 51,2%TQ untuk F(2) dan

54%TQ untuk F(3). Dari kurva hasil uji rheologi gel masker peel-off memiliki

sifat thiksotropik (sistem non newton) yaitu semakin besar gaya yang diberikan

mengakibatkan penurunan viskositas sediaan. Hal ini dikarenakan secara

organoleptis ekstrak kulit batang nangka memiliki kekentalan yang cukup tinggi

(Martin, 1993). Data uji rheologi dapat di lihat pada Lampiran 2 Hal 31.

Gambar 4.3 Viskositas dan Rheologi Formula 0 dan Formula 1

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.4 Viskositas dan Rheologi Formula 2 dan Formula 3

4.1.4 Hasil Pengujian pH

Tabel 4.1 pH Sediaan Masker Peel-Off

Formula pH

F (0)

F (1)

F (2)

F (3)

±4,055

±4,175

±4,380

±4,495

Nilai pH dari keempat sediaan gel masker peel-off berkisar antara 4,055

sampai 4,495. Sediaan gel yang tidak mengandung ekstrak memiliki pH yang

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lebih asam dibandingkan dengan sediaan yang mengandung ekstrak. Hal ini

mungkin dipengaruhi dari penambahan ekstrak dimana pH ekstrak kulit batang

nangka tersebut bersifat basa yaitu 6,23 dalam etanol. Dari data yang dihasilkan,

nilai pH keempat sediaan gel masih berada dalam rentang pH yang dibolehkan

oleh badan pom yaitu pH >3,5 untuk sediaan yang mengandung asam glikolat.

Sediaan topikal sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5 –

6,5 karena jika gel memiliki pH yang terlalu basa maka dapat menyebabkan kulit

menjadi kering, sedangkan jika pH terlalu asam akan menimbulkan iritasi kulit.

Sediaan gel masker peel-off bersifat lebih asam dengan adanya kandungan asam

glikolat, namun sediaan gel masker peel-off tidak menyebabkan iritasi karena

penggunaannya tidak terlalu lama (±30 menit) dan yang dihasilkan juga

mendekati pH kulit (Tranggono, 2007).

4.1.5 Hasil Pengujian Stabilitas

Pengujian stabilitas ini untuk mengetahui apakah sediaan yang dihasilkan

stabil, setelah di amati secara organoleptis pada suhu dingin (4±20C), suhu ruang

(27±20C) dan suhu tinggi (40±20C) sediaan formula F (0), F (1), F (2), F (3) tetap

stabil atau tidak adanya yang perubahan, sedangkan pada suhu tinggi (40±20C)

terjadi perubahan warna ekstrak menumpuk sebagian, serta bentuk gelnya sedikit

mencair. Data pengujian organoleptis dapat dilihat pada Lampiran 4 hal 38.

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengujian pH setelah diamati tidak terjadinya penurunan pH yang

signifikan, masih berada dalam rentang pH kulit.

Tabel 4.2 Pengujian pH Stabilitas

Suhu Sediaan pH Awal pH Akhir

Suhu Panas (40±20C)

F (0)

F (1)

F (2)

F (3)

± 4,055

± 4,175

± 4.380

± 4,495

± 3,926

± 4,028

± 4,199

± 4,325

Suhu kamar (27±20C)

F (0)

F (1)

F (2)

F (3)

± 4,055

± 4,175

± 4.380

± 4,495

± 4,050

± 4,130

± 4,364

± 4,488

Suhu Dingin (4±20C)

F (0)

F (1)

F (2)

F (3)

± 4,055

± 4,175

± 4.380

± 4,495

± 4,018

± 4,136

± 4,298

± 4,395

Pengujian viskositas selama penyimpanan 21 hari pada suhu 40±20C

mengalami penurunan viskositas. Hal ini disebabkan karena basis PVA tidak

stabil pada suhu tinggi . Data viskositas dapat dilihat pada Lampiran 8 hal 52.

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.5 Viskositas dan Rheologi Formula 0, 1, 2 dan 3

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengujian daya sebar setelah disimpan selama 21 hari pada suhu dingin

(4±20C) dan suhu ruang (27±20C) masih relatif stabil, sedangkan pada suhu tinggi

(40±20C) daya sebarnya semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena

penurunan viskositas pada sediaan. Data pengujian daya sebar dapat dilihat pada

Lampiran 7 hal 46.

Tabel 4.3 Pengujian Daya Sebar Pada Suhu (40±20C)

Beban Diameter Daya Sebar Gel (Cm)

F0 F1 F2 F3

0

19

39

59

79

99

8,53

8,69

9,88

12,83

20,08

27,71

8,16

8,43

8,99

11,74

16,41

25,54

7,31

7,79

7,88

11,58

15,03

23,74

6,54

6,99

7,28

9,83

12,64

13,79

Gambar 4.6 Kurva Diameter Daya Sebar Stabilitas

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengujian waktu kering selama 21 hari penyimpanan masih relatif stabil

dan sesuai dengan syarat waktu mengering sediaan masker peel-off yaitu 15-30

menit.

Tabel 4.4 Pengujian Stabilitas Waktu Kering

Suhu Sediaan Waktu (Menit)

Suhu Panas (40±20C)

F(0)

F(1)

F(2)

F(3)

24,13

26,21

27,43

29,01

Suhu kamar (27±20C)

F(0)

F(1)

F(2)

F(3)

25,03

25,59

27,45

28,33

Suhu Dingin (4±20C)

F(0)

F(1)

F(2)

F(3)

27,03

28,14

29,30

30,54

4.1.5.1 Hasil Pengujian Cycling Test

Sebelum uji cycling test secara organoleptis gel masker peel-off yang

mengandung ekstrak kulit batang nangka berwarna coklat jernih sedangkan

formula gel masker peel-off yang tidak mengandung ekstrak kulit batang nangka

terlihat jernih (tidak berwarna). Ke empat gel masker peel-off berbau alkohol dan

secara homogenitas ke empat formula gel masker peel-off terlihat homogen.

Setelah evaluasi cycling test, penampilan gel masker peel-off tetap berwarna

coklat jernih pada formula yang mengandung ekstrak kulit batang nangka dan

masih terlihat jernih (tidak berwarna), pada formula gel yang tidak mengandung

ekstrak bau etanol berkurang serta sediaan gel masker peel-off masih terlihat

homogen secara fisik. Selain itu keempat formula gel masker peel-off tidak

mengalami sineresis. Sineresis merupakan gejala alamiah pengerutan gel karena

sebagian cairannya terkelupas keluar. Hal ini terjadi karena struktur matriks serat

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

gel yang terus mengeras dan akhirnya mengakibatkan keluarnya air dari gel

(Brinker, 1990).

Tabel 4.5 Pengujian pH Cycling Test

Formula Uji pH Cycling Test

Awal Akhir

F (0)

F (1)

F (2)

F (3)

±4,055

±4,175

±4,380

±4,495

±3,958

±4,095

±4,289

±4,374

Sebelum uji cycling test nilai pH dari keempat sediaan gel masker peel-off

berkisar antara 4,055 sampai 4,495. Setelah pemeriksaan cycling test, nilai pH

dari keempat formula mengalami penurunan. Penurunan nilai pH selama

penyimpanan dapat terjadi karena pengaruh CO2, karena CO2 bereaksi dengan

fasa air sehingga menjadi asam (Septiani, 2011). Namun nilai pH dari keempat

sediaan gel tidak terlalu signifikan masih berada dalam rentang pH normal kulit

yang dibolehkan, sehingga gel yang dihasilkan stabil (Anonim, 2003). Data uji

cycling test dapat di lihat pada Lampiran 3 Hal 34.

4.2.1 Hasil Pengujian Waktu Kering

Pengujian waktu kering gel bertujuan untuk mengetahui berapa lama gel

mengering pada permukaan kulit dan membentuk lapisan film. Waktu kering dari

keempat formula gel masker peel-off berkisar antara 28,27 menit sampai 35,15

menit. Formula yang tidak mengandung ekstrak F (0) memiliki waktu kering yang

lebih cepat dibandingkan ketiga formula lainnya yang mengandung ekstrak yaitu

F(1), F(2) dan F(3). Hal itu mungkin disebabkan karena penambahan ektrak

memperlama waktu penguapan etanol 96%, dari data yang diperoleh keempat

formula gel masker peel-off yang memenuhi waktu kering gel masker peel-off

yang baik sediaan F (0) dan F (1) yaitu antara 15-30 menit (Lestari, 2013). Data

Pengujian daya kering dapat dilihat pada Lampiran 9 Hal 55.

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.6 Pengujian Waktu Sediaan Mengering

Sediaan Waktu Kering (Menit)

F (0)

F (1)

F (2)

F (3)

28,27

30,19

33,17

35,15

4.2.2 Hasil Pengujian Daya Sebar

Tabel. 4.7 Pengujian Daya Sebar

Beban Diameter Daya Sebar Gel (Cm)

F0 F1 F2 F3

0

19

39

59

79

99

7,53

10,29

12,73

13,12

14,98

18,14

7,30

8,69

11,04

12,46

13,29

16,05

6,69

7,97

10,24

11,66

12,35

13,73

6,14

6,79

7,59

9,12

10,05

11,62

Gambar 4.7 Kurva Diameter Daya Sebar

Pengujian daya menyebar gel bertujuan untuk melihat kemampuan

menyebar gel di atas permukaan kulit saat pemakaian. Pengujian daya sebar gel

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang dilakukan dengan menggunakan beban 19 hingga 99 gram. Sebanyak 1 gram

gel masker peel-off diletakkan di atas kertas grafik yang sudah dilapisi plastik

transparan kemudian ditutup dengan plastik transparan lain dan diukur

diameternya dari lima titik sudut. Luas daya sebar keempat formula gel sebelum

diberi beban berkisar antara 7,53 hingga 6,14cm2. Pada beban 19 gram diperoleh

luas daya sebar gel keempat formula berkisar antara 10,29 hingga 6,79 cm2. Pada

beban 39 gram diperoleh luas daya sebar gel keempat formula berkisar antara

12,73 hingga 7,59cm2. Pada beban 59 gram diperoleh luas daya sebar gel keempat

formula berkisar antara 13,12 hingga 9,12cm2. Pada beban 79 gram diperoleh luas

daya sebar gel keempat formula berkisar antara 14,98 hingga 10,05 cm2, dan pada

beban 99 gram diperoleh luas daya sebar gel keempat formula berkisar antara

18,14 sampai 11,62 cm2. Dari keempat formula, formula (0) memiliki daya

menyebar gel paling besar dan formula (3) memiliki daya menyebar sedikit.

Berdasarkan hasil pengujian daya sebar gel yang diperoleh dapat disimpulkan

bahwa semakin meningkatnya penggunaan konsentrasi ekstrak dalam formula

maka daya menyebar gel akan berkurang. Penurunan daya sebar terjadi melalui

meningkatnya ukuran unit molekul karena telah mengabsorbsi pelarut sehingga

cairan tersebut tertahan dan meningkatkan tahanan untuk mengalir dan menyebar

(Voight, 1994). Data uji daya sebar dapat di lihat pada Lampiran 10 Hal 56.

35 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Masker peel-off pada beberapa konsentrasi yang mengandung ekstrak

etanol 96% kulit batang nangka (Artocarpus heterophyllus), asam glikolat dan

niasinamida memiliki karakteristik fisik yang baik dan stabil pada suhu 4±20C dan

suhu 27±20C, namun tidak stabil pada penyimpanan suhu tinggi yaitu 40±2

0C.

Masker peel-off juga memiliki karakteristik daya sebar dan waktu kering yang

baik.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan pengujian stabilitas yang lebih lama

2. Perlu dilakukan evaluasi kimia dari masker peel-off yang mengandung

ekstrak etanol 96% kulit batang nangka

3. Perlu dilakukan penelitian mengenai uji efektivitas dan uji iritasi sediaan

masker peel-off ekstrak kulit batang nangka.

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Riza Susanti, Hari, 2012. Detemination of total phenoliccontent of

methanolicextracts red rosell (Hibiscus sabdariffa L) calyxs in variation of

growing area by spectrophotometry, Yogyakarta: Fakultas Farmasi,

Universitas Ahmad Dahlan. 02 (1); 73-80

Barel, A. O., M. Paye, and H. I. Maibach. 2009. Handbook of Cosmetic Science

and Technology. Third Edition. New York:Informa Healthcare USA, Inc.

Pp. 233, 261-262.

Bissett, Donald. L. (2009). Common cosmeceuticals. Clinics in Dermatology, 27,

435-445.

Budiningsih, Titi Tyas Edi Niken. 2005. ”Perbedaan Efektivitas antara Krim

Asam Laktat 10% dan Asam Glikolat 10 % untuk Perawatan Kulit Kering

pada wanita periode Klimakterium”. Laporan Penelitian tidak diterbitkan.

Undip.

Butler, H. 2000. Poacher's Perfumes, Cosmetics and Soaps 10th Edition.

London:Kluwer Academic Publishers. Hal : 697-713.

Chang, T.S. 2009. An Updated Review of Tyrosinase Inhibitors.Department of

Biological Science and Technology. Taiwan: National University Tainan.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Acuan Sediaan Herbal. Direktorat Jendral

Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta: 115-117

Djajadisastra, J. (2004). Cosmetic Stability. Seminar Setengah Hari HIKI,

Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia, Depok.

Draelos, Z.D. (2000, September-Oktober). Novel Topical Therapies in Cosmetic

Dermatology. Curr Probl Dermatol , 235-239.

Elevitch, C. R., & Manner, H. I. (2006). Artocarpus heterphylluss (Jackfruit).

Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. www.traditionaltree.org.

Diaksespada 25 November 2014

Folin, Octo, Ciocalteu, Vintila, 1999. On tyrosinase and tryptophane

determinations in proteins. Journal Bio Chem. 73: 627-650

Harbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB.

Harry, Ralph G. 1973. Harry’s Cosmeticology. Edisi Keenam. New York.

Chemical Publishing Co., Inc. Hal: 103 – 109.

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jie, L., Nguyen, Q., Zhou, J., Ping, Z., (2003), “Poly(vinyl alcohol)/ poly(vinyl

pyrrolidone) interpenetrting polymer network: syntethesis and

pervaporation Properties,” Journal of Applied Polymer Science,

Vol.89,2808-2814.

Lestari, P.M., Sutyasningsih, R. B. and Ruhimat.2013. The Influence of Increase

Concentration Polivinil Alcohol (PVA) As a Gelling Agent On Physical

Properties of The Peel-Off Gel Of Pineapple Juice (Ananas comosus L.).

Asian Societies of Cosmetic Scientists Conference.

Li, Danhui. Zimei Wu. Nataly Martini. Jingyuan Wen. 2012. Advanced carrier

systems in cosmetics and cosmeceuticals. New Zealand: School of

Auckland. J. Cosmet. Sci. 62, 549-563

Martin, A., J. Swarbrick, and A Cammarata. 1993. Farmasi Fisik: Dasar-

dasarFarmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik. Edisi Ketiga.

Penerjemah:Yoshita. Jakarta: UI Press. Hal. 1124-1187.

Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier. Pp. 357-362.

Morris, K. 1993. Depilatories Mask Scrubs and Bleaching Preparation,

Paucher’s Perfumes Cosmetics and Soaps. Chapman and Hall: London.

Muliyawan, Dewi., dan Suriana, N. (2013). A-Z tentang Kosmetik, PT Elex

Media Komputindo, Jakarta.

Perdanakusuma, D. S, 1998. Skin Grafting. Surabaya: Airlangga UniversityPress,

hlm. 3-11.

Perry, R.H. and Green, D.W., (1997), Perry’s Chemical Engineer’s Handbooj,

7th

ed, McGrawHill

Prajapati, Bhupendra. 2010. Crosslinked Chitosan Gel for Local Drug Delivery of

Clotrimazole. Gujarat: Ganpat University.

Rekso, G.T dan Sunarni, A. 2007. Karakteristik Hidrogel Polivinil Alkohol

Kitosan Hasil Iradiasi Sinar Gamma. Jakarta : Pusat Aplikasi

TeknologiIsotop dan Radiasi (PATIR)- BATAN.

Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, E.Q. 2009. Handbook of Pharmaceutical

Excipients 6th

ed. Chicago, London: Pharmaceutical Press.

Rowe, Raymond C, P. J. Sheskey, S. C. Owen. 2006. Handbook of

Pharmaceutical Excipients, 5th

ed. London: The Pharmaceutical Press.

Septiani, S., N. Wathoni, dan S. R. Mita. 2011. Formulasi Sediaan Masker Gel

Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetum gnemon Linn.).

Jurnal Unpad.1(1): 4-24.

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Setijati, M.G. (1995). Paket pelatihan Perawatan Kulit Wajah Tidak Bermasalah.

Bogor: P3GK.

Singleton VL & Rossi JA. 1965. Colorimetry of total phenolics with

phosphomolybdic-phosphotungstic acid reagents. Am J Enol Vitic. 16 (3):

144-158

Slavtcheff, C.S. 2000. Komposisi Kosmetik untuk Masker Kulit Muka. indonesia

Patent 2000/0004913.

Smolinske, S.C., 1992, Handbook of Food, Drug and Cosmetic Excipient, 295-

296, CRC Press, USA

Sukmawati, N.M.A., Arisanti, C.I.S., Wijayanti, N.P.A.D. 2013. Pengaruh Variasi

Konsentrasi PVA, HPMC dan Gliserin Terhadap SifatFisika Masker

Wajah Gel Peel-off Ekstrak Etanol 96% Kulit Buah Manggis(Garcinia

mangostana L.). Bukit Jimbaran : FMIPA, Universitas Udayana.

Supriyanti, Florentina Maria Titin. 2009. Studi inhibisi ekstrak metanol kulit

batang Artocarpus sp. Dalam mencegah hiperpigmentasi kulit. Bandung:

FMIPA UPI

Sweetman, S.C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference (36th ed.).

London: Pharmaceutical Press.

Tangri et al. 2011. Niosomes: Formulation and Evaluation. Uttarakhand: Faculty

of Pharmacy-Mussoorie Diversion Road

Tranggono, Retno Iswari, Latifah, Fatmah. 2007. Buku Pegangan

IlmuPengetahuan Kosmetik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Vernanda Rianti Putri,. 2015. Pengaruh variasi konsentrasi surfaktan Pada ukuran

partikel Dan Efisiensi Penjerapan niosom Yang mengandung Ekstrak

Etanol 96% Kulit batang nangka (Artocarpus heterophyllus. Jakarta:

FKIK, UIN Syarif Hidaytullah.

Vieira, Rafael Pinto, et al. 2009. Physical and physicochemical stability

evaluation of cosmetic formulations containing soybean extract fermented

by Bifidobacterium animalis. Brazilian Journal of Pharmaceutical

Sciences vol. 45, n. 3, jul./sep.

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Terjemahan.

Yogyakarta:UGM Hal : 551-583.

Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press, 3-

6.

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1

Alur Penelitian

Formulasi Sediaan Gel Masker

Peel Off

Pembuatan Sediaan Gel

Masker Peel Off

Evaluasi Fisika

Sediaan Gel Masker Peel Off

Pengujian Organoleptis

Pengujian Viskositas dan

Rheologi

Pengujian pH

Pengujian Cycling Test

Pengujian Waktu Sediaan

Mengering

Pengujian DayaSebar Pengujian Homogenitas

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2

Data Pengujian Viskositas dan Rheologi

Rpm

F(0)

Spindel R5

F(1)

Spindel R5

F(2)

Spindel R6

F(3)

Spindel R6

CPS %TQ CPS %TQ CPS %TQ CPS %TQ

2 3950 1,9 4950 2,4 6900 1,3 7600 1,5

4 3890 3,8 4800 4,8 6600 2,6 7300 2,9

10 3730 9,3 4450 11,1 6200 6,2 6700 6,7

50 3360 42 4060 50,7 5400 27,1 5800 29,2

100 3300 82,5 3890 97,2 5100 51,2 5400 54

50 3390 42,3 4020 50,2 5400 27,1 5700 28,5

10 3730 9,3 4460 11,1 6300 6,3 6600 6,6

4 3950 2,9 4890 4,8 6700 2,7 7100 2,8

2 4170 2 5120 2,5 6900 1,3 7600 1,5

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3

Kurva Pengujian Viskositas dan Rheologi

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4

Data Pengujian Cycling Test

PENGA-

MATAN SIKLUS PERTAMA

F 0 F1 F2 F3

Warna Putih Coklat Coklat Coklat

Bau Alkohol Alkohol Alkohol Alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

pH ±4,055 ±4,175 ±4,380 ±4,495

PENGA-

MATAN SIKLUS KEDUA

F 0 F1 F2 F3

Sediaan

Warna Putih Coklat Coklat Coklat

Bau Alkohol Alkohol Alkohol Alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

pH 4,050 4,170 4,380 4,495

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGA

MATAN SIKLUS KETIGA

F 0 F1 F2 F3

Warna Putih Coklat Coklat Coklat

Bau Alkohol Alkohol Alkohol Alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

PENGAM

ATAN SIKLUS KE EMPAT

F 0 F1 F2 F3

Warna Putih Coklat Coklat Coklat

Bau Alkohol Alkohol Alkohol Alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGAM

ATAN SIKLUS KE LIMA

F 0 F1 F2 F3

Warna Putih Coklat Coklat Coklat

Bau Alkohol Alkohol Alkohol Alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

PENGAM

ATAN SIKLUS KE ENAM

F 0 F1 F2 F3

Warna Putih Coklat Coklat Coklat

Bau Alkohol Alkohol Alkohol Alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

pH 3,958 4,095 4,289 4,374

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5

Pengujian Organoleptis Stabilitas

Suhu dingin

40

C Hari Ke 1

F (0) F (1) F (2) F (3)

Warna putih coklat coklat coklat

Bau alkohol alkohol alkohol alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

Suhu dingin

40

C Hari Ke 7

F (0) F (1) F (2) F (3)

Warna putih Coklat coklat coklat

Bau alkohol Alkohol alkohol alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suhu dingin

40

C Hari Ke 14

F (0) F (1) F (2) F (3)

Warna putih coklat coklat coklat

Bau alkohol alkohol alkohol alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

Suhu dingin

40

C Hari Ke 21

F (0) F (1) F (2) F (3)

Warna putih coklat coklat coklat

Bau alkohol alkohol alkohol alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suhu Ruang

270C

Hari Ke 1

F (0) F (1) F (2) F (3)

Warna putih coklat coklat coklat

Bau alkohol alkohol alkohol alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

Suhu Ruang

270C

Hari Ke 7

F (0) F (1) F (2) F (3)

Warna putih coklat coklat coklat

Bau alkohol alkohol alkohol alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suhu Ruang

270C

Hari Ke 14

F (0) F (1) F (2) F (3)

Warna putih coklat coklat coklat

Bau alkohol alkohol alkohol alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

Suhu Ruang

270C

Hari Ke 21

F (0) F (1) F (2) F (3)

Warna putih coklat coklat coklat

Bau alkohol alkohol alkohol alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suhu Ruang

400C

Hari Ke 1

F (0) F (1) F (2) F (3)

Warna putih coklat coklat coklat

Bau alkohol alkohol alkohol alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

Suhu Ruang

400C

Hari Ke 7

F (0) F (1) F (2) F (3)

Warna putih coklat coklat coklat

Bau alkohol alkohol alkohol alkohol

Bentuk Gel Gel Gel Gel

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suhu Ruang

400C

Hari Ke 14

F (0) F (1) F (2) F (3)

Warna putih coklat coklat coklat

Bau alkohol alkohol alkohol alkohol

Bentuk Gel sedikit

encer

Gel sedikit

encer

Gel sedikit

encer

Gel sedikit

encer

Suhu Ruang

400C

Hari Ke 21

F (0) F (1) F (2) F (3)

Warna putih coklat coklat coklat

Bau alkohol alkohol alkohol alkohol

Bentuk Gel sedikit encer Gel sedikit encer Gel sedikit encer Gel sedikit encer

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6

Data Pengujian Stabilitas Daya Sebar

a. Pengujian Daya Sebar Pada Hari ke 21

Pengujian daya sebar pada suhu panas (40±20C)

BEBAN Diameter Daya Sebar Gel (Cm)

F0 F1 F2 F3

0

3,41 3,39 2,78 2,69

2,92 3,47 2,99 2,84

2,83 3,51 3,34 2,91

3,71 2,80 3,11 3,03

3,52 2,88 3,01 2,95

19

3,43 2,96 2,84 2,72

3,75 2,82 3,04 3,03

2,86 3,41 3,44 3,04

2,97 3,52 3,21 3,13

3,54 3,60 3,19 2,99

39

3,50 3,60 3,01 2.94

3,30 2,98 3,07 3,01

3,34 3,01 3,02 3,21

3,96 3,54 3,30 3,05

3,60 3,72 3,20 3,01

59

4,01 3,70 3,54 4,05

4,21 3,21 4,40 3,79

3,69 4,13 4,03 3,23

3,70 4,56 3,89 3,42

4,54 3,60 3,24 3,12

79

4,67 4,40 4,20 4,29

4,98 3,82 4,53 3,84

5,54 4,72 3,74 3,79

4,96 4,94 4,56 4,01

5,10 4,89 4,78 4,12

99

5,95 5,80 4,80 4,49

5,01 4,64 5,01 4,04

6,02 6,01 6,01 3,98

6,21 6,02 5,68 4,19

6,42 5,93 5,89 4,24

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Luas Daya sebar Pada Suhu Panas (40±20C)

BEBAN Luas Daya Sebar Gel (Cm

2)

F0 F1 F2 F3

0

9,13 9,02 6,06 5,68

6,69 9,45 7,02 6,33

6,29 9,67 8,76 6,65

10,80 6,15 7,59 7,20

9,73 6,51 7,11 6,83

Rata-rata 8,53 8,16 7,31 6,54

19

9,24 6,87 6,33 5,80

11,04 6,24 7,25 7,20

6,42 9,13 9,29 7,25

6,92 9,73 8,09 7,69

9,84 10,17 7,98 7,01

Rata-rata 8,69 8,43 7,79 6,99

39

9,62 10,17 7,11 6,78

8,55 6,97 8,54 7,11

8,76 7,11 7,16 8,08

12,31 9,84 8,55 7,30

10,17 10,86 8,04 7,11

Rata-rata 9,88 8,99 7,88 7,28

59

12,62 10,75 9,84 12,87

13,91 8,08 15,19 11,27

10,69 13,39 12,75 8,18

10,75 16,32 11,87 9,18

16,18 10,17 8,24 7,64

Rata-rata 12,83 11,74 11,58 9,83

79

17,12 15,20 13,84 14,44

19,47 11,45 16,10 11,57

24,09 17,49 10,98 11,27

19,31 19,16 16,32 12,62

20,42 18,77 17,93 13,32

Rata-rata 20,08 16,41 15,03 12,64

99

27,79 26,40 18,08 15,82

19,70 16,90 19,70 12,81

28,45 28,35 28,35 12,43

30,27 28,45 25,32 13,78

32,35 27,60 27,23 14,11

Rata-rata 27,71 25,54 23,74 13,79

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rata-rata pengujian diameter daya sebar pada suhu panas

Beban

Diameter Daya Sebar Gel (Cm2)

F0 F1 F2 F3

0

19

39

59

79

99

8,53

8,69

9,88

12,83

20,08

27,71

8,16

8,43

8,99

11,74

16,41

25,54

7,31

7,79

7,88

11,58

15,03

23,74

6,54

6,99

7,28

9,83

12,64

13,79

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengujian daya sebar Pada Suhu Kamar (27±20C)

BEBAN Diameter Daya Sebar Gel (Cm)

F0 F1 F2 F3

0

2,79 2,76 2,70 2,68

2,99 2,90 2,87 2,85

3,23 3,01 2,96 2,94

3,07 3,05 2,97 2,95

3,16 3,21 3,15 3,09

19

2,84 2,97 2,89 2,79

3,54 3,02 3,01 2,96

3,27 3,20 3,24 3,01

3,53 3,47 3,35 3,02

3,41 3,19 3,04 3,15

39

3,60 3,08 3,01 2,86

3,92 3,78 3,48 3,04

3,34 3,28 3,41 3,23

4,20 3,75 3,19 3,19

3,98 3,20 3,49 3,08

59

3,78 3,23 3,08 2,98

4,06 3,89 3,78 3,20

3,91 3,47 3,49 3,49

4,44 3,92 3,21 3,45

4,02 3,25 3,63 3,18

79

3,86 3,79 3,78 3,04

4,07 4,25 3,97 3,42

4,01 4,03 4,01 3,78

4,23 3,86 3,72 3,89

4,85 3,87 4,21 3,54

99

3,98 4,01 4,01 3,24

4,68 4,89 4,19 4,01

4,97 4,68 4,23 3,89

5,01 4,01 4,01 3,60

5,22 4,13 4,26 3,80

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Luas daya sebar Pada Suhu Kamar (27±20C)

BEBAN Luas Daya Sebar Gel (Cm

2)

F0 F1 F2 F3

0

6,11 5,98 5,72 5,64

7,02 6,60 6,46 6,37

8,19 7,11 6,87 6,78

7,40 7,30 6,92 6,83

7,84 8,08 7,79 7,49

Rata-rata 7,31 7,01 6,75 6,62

19

6,33 6,92 6,55 6,11

9,84 7,16 7,11 6,87

8,39 8,04 8,24 7,11

9,78 9,45 8,81 7,15

9,12 7,98 7,25 7,78

Rata-rata 8,69 7,91 7,59 7,00

39

10,17 7,44 7,11 6,42

12,06 11,21 9,50 7,25

8,75 8,44 9,13 8,18

13,85 11,04 7,98 7,98

12,43 8,04 9,56 7,45

Rata-rata 11,45 9,23 8,66 7,46

59

11,21 8,19 7,44 6,97

12,94 11,87 11,21 8,04

12,00 9,45 9,56 9,56

15,47 12,06 8,08 9,34

12,68 8,29 10,34 7,94

Rata-rata 12,86 9,97 9,33 8,37

79

11,69 11,27 11,21 7,25

13,00 14,17 12,37 9,18

12,62 12,75 12,62 11,22

14,04 11,69 10,86 11,88

18,46 11,75 13,91 9,84

Rata-rata 13,96 12,33 12,19 9,87

99

12,43 12,62 12,62 8,24

17,19 18,77 13,78 12,62

19,39 17,19 14,04 11,88

19,70 12,62 12,62 10,17

21,38 13,39 14,24 11,33

Rata-rata 18,02 14,92 13,46 10,85

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rata-rata pengujian daya sebar pada suhu kamar

Beban

Diameter Daya Sebar Gel (Cm)

F0 F1 F2 F3

0

19

39

59

79

99

7,31

8,69

11,45

12,86

13,96

18,02

7,01

7,91

9,23

9,97

12,33

14,92

6,75

7,59

8,66

9,33

12,19

13,46

6,62

7,00

7,46

8,37

9,87

10,85

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel. Pengujian Daya sebar pada Suhu Dingin (4±20C)

BEBAN Diameter Daya Sebar Gel (Cm)

F0 F1 F2 F3

0

2,70 2,73 2,68 2,62

2,85 2,68 2,57 2,49

2,79 2,69 2,60 2,58

2,93 2,89 2,79 2,62

3,01 2,86 2,80 2,73

19

2,80 2,79 2,70 2,92

3,35 3,24 2,89 2,54

3,25 3,15 2,96 2,80

3,48 3,36 3,01 2,69

3,29 3,12 3,24 3,02

39

3,80 3,80 2,79 3,01

3,26 3,25 3,01 2,78

3,54 3,36 3,13 2,98

3,56 3,47 3,21 2,84

4,11 3,84 3,64 3,16

59

3,69 3,84 3,20 3,11

4,01 4,11 3,60 2,90

3,81 3,78 3,84 3,30

4,21 3,94 3,65 3,49

3,98 3,60 4,01 3,64

79

3,80 3,68 3,54 3,35

4,01 3,94 3,85 3,62

3,96 4,01 3,98 3,70

4,11 3,99 3,78 3,69

4,68 4,29 4,01 3,86

99

3,89 4,68 4,39 3,79

4,50 4,87 4,63 4,50

4,81 4,97 4,79 4,11

4,98 3,79 3,64 3,70

5,01 4,34 4,21 4,19

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel. Luas Daya sebar pada Suhu Dingin (4±20C)

BEBAN Luas Daya Sebar Gel (Cm

2)

F0 F1 F2 F3

0

5,72 5,85 5,64 5,39

6,38 5,64 5,18 4,87

6,11 5,68 5,31 5,23

6,74 6,56 6,11 5,39

7,11 6,42 6,15 5,85

Rata-rata 6,41 6,03 5,68 5,35

19

6,15 6,11 5,72 6,69

8,81 8,24 6,56 5,06

8,29 7,79 6,88 6,15

9,51 8,86 7,11 5,68

8,50 7,64 8,24 7,16

Rata-rata 8,25 7,73 6,90 6,15

39

11,33 11,33 6,11 7,11

8,34 8,29 7,11 6,06

9,84 8,86 7,69 6,97

9,95 9,45 8,08 6,33

13,26 11,57 10,40 7,84

Rata-rata 10,54 9,90 8,08 6,86

59

10,69 11,57 8,04 7,59

12,62 13,26 10,17 6,60

11,39 11,21 11,57 8,55

13,91 12,19 10,46 9,56

12,43 10,17 12,62 10,40

Rata-rata 12,21 11,68 10,57 8,54

79

11,33 10,63 9,84 8,81

12,62 12,18 11,64 10,29

12,31 12,62 12,43 10,75

13,26 12,49 11,22 10,69

17,19 14,45 12,62 11,69

Rata-rata 13,34 12,47 11,55 10,45

99

11,88 17,19 15,13 11,27

15,89 18,62 16,83 15,89

18,16 19,39 18,01 13,26

19,47 11,27 10,40 10,75

19,70 14,79 13,91 13,78

Rata-rata 17,02 16,25 14,86 12,99

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rata-rata pengujian daya sebar pada suhu Dingin

Beban

Diameter Daya Sebar Gel (Cm)

F0 F1 F2 F3

0

19

39

59

79

99

6,41

8,25

10,54

12,21

13,34

17,02

6,03

7,73

9,90

11,68

12,47

16,25

5,68

6,90

8,08

10,57

11,55

14,86

5,35

6,15

6,86

8,54

10,45

12,99

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7

Data Pengujian Stabilitas Viskositas dan Rheologi

Rpm

F(0)

Spindel R5

F(1)

Spindel R5

F(2)

Spindel R6

F(3)

Spindel R6

CPS %TQ CPS %TQ CPS %TQ CPS %TQ

2 2050 1,9 2920 1,3 3800 2,1 4200 1,7

4 1990 3,7 2860 2,8 3500 4,8 3980 4,1

10 1840 9,7 2820 7 3300 9,3 3720 18,2

50 1750 43,8 2630 32,7 2700 38,7 3640 43,1

100 1680 84 2520 63 2200 72,2 3530 86,2

50 1760 43,9 2650 32,8 2760 39,1 3680 43,5

10 1950 9,7 2890 7,2 3380 9,3 3760 18,7

4 2030 4,1 2910 2,9 3620 4,9 4180 4,3

2 2070 2 2960 1,4 3840 2,2 4250 1,8

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8

Kurva Stabilitas Viskositas dan Rheologi

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9

Data Pengujian Daya Kering

Responden

Waktu Kering

F (0) F (1) F (2) F (3)

1 27.05 27.50 32.00 35.40

2 20.00 25.00 27.00 28.00

3 33.49 31.35 30.55 30.51

4 27.28 27.40 28.58 29.07

5 33.30 37.29 38.27 40.11

6 36.00 35.00 37.00 37.00

7 23.47 23.56 24.07 24.21

8 29.01 42.00 47.00 47.00

9 23.49 24.35 30.49 39.34

10 22.48 26.17 28.28 30.37

11 35.40 32.53 37.32 41.34

Jumlah 310.97 332.15 360.56 382.35

Rata-rata 28.27 30.19 33.17 35.15

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10

Data Pengujian Daya Sebar

BEBAN Diameter Daya Sebar Gel (Cm)

F0 F1 F2 F3

0

2,80 2,80 2,90 2,80

3,01 3,01 2,71 2,90

3,10 3,10 3,02 2,72

3,20 3,01 2,91 2,65

3,35 3,31 3,05 2,91

19

3,40 3,20 3,01 2,85

3,69 3,31 3,20 3,10

3,70 3,42 3,21 2,82

3,60 3,40 3,10 2,91

3,70 3,40 3,30 3,02

39

3,80 3,70 3,51 3,02

4,00 3,92 3,72 3,30

4,40 3,71 3,60 2,91

4,01 3,80 3,51 3,10

3,90 3,61 3,51 3,20

59

3,91 3,81 3,60 3,52

4,09 3,96 4,30 3,51

4,50 4,41 3,91 3,23

4,01 3,90 3,60 3,25

3,90 3,81 3,82 3,52

79

3,96 3,90 3,81 3,72

4,10 3,81 4,05 3,63

4,51 4,42 4,13 3,41

4,90 4,20 3,92 3,50

4,31 4,21 3,91 3,62

99

4,10 4,11 4,05 3,92

4,41 4,50 4,21 4,03

5,10 5,21 4,30 3,64

5,31 4,30 4,12 3,70

5,01 4,41 4,23 3,93

Contoh perhitungan luas daya menyebar gel gel pada formula 0

Diameter daya menyebar gel pada beban 19 gram = 3,40 cm

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jari – jari (r) daya menyebar gel pada beban 19 gram = 1,70 cm

Luas daya menyebar gel = π x r2 = 3,14 x 1,70

2 = 9,07 cm

2

Tabel. Luas Daya Sebar

BEBAN Luas Daya Sebar Gel (Cm

2)

F0 F1 F2 F3

0

6,15 6,15 6,60 6,15

7,11 7,11 5,76 6,60

7,54 7,54 7,16 5,81

8,04 7,11 6,65 5,51

8,81 8,60 7,30 6,65

Rata-rata 7,53 7,30 6,69 6,14

19

9,07 8,04 7,11 6,38

10,69 8,60 8,04 7,54

10,75 9,18 8,09 6,24

10,17 9,07 7,54 6,65

10,75 8,55 9,07 7,16

Rata-rata 10,29 8,69 7,97 6.79

39

11,34 10,75 9,67 7,16

12,56 12,06 10,86 8,55

15,20 10,80 11,34 6,65

12,62 11,34 9,67 7,54

11,94 10,23 9,67 8,04

Rata-rata 12,73 11,04 10,24 7,59

59

12,00 11,40 10,17 9,73

13,13 12,31 14,51 9,67

15,90 15,27 12,00 8,19

12,62 11,94 10,17 8,29

11,94 11,40 11,45 9,73

Rata-rata 13,12 12,46 11,66 9,12

79

12,31 11,94 11,40 10,86

13,19 11,40 12,88 10,34

15,97 15,34 13,39 9,13

18,85 13,85 12,06 9,62

14,58 13,91 12,00 10,29

Rata-rata 14,98 13,29 12,35 10,05

99

13,20 13,26 12,88 12,06

15,27 15,90 13,91 12,75

20,42 21,31 14,51 10,40

22,13 14,51 13,32 10,75

19,70 15,27 14,05 12,12

Rata-rata 18,14 16,05 13,73 11,62

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11

Gambar sediaan gel masker peel-off

1. Uji Cycling Test

Sebelum Cycling Test

Sesudah Cycling Test

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Uji Daya Sebar

Pada sediaan formula 1 dengan konsentrasi ekstrak 1%

0

gr 19 gr 39 gr

59 gr 79 gr 99 gr

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12

Sertifikat PVA

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13

Bahan-bahan Penelitian

Ekstrak Kulit batang Nangka

Asam Glikolat

Niasinamida

PVA

Metil Paraben

Tween 80

Gliserin

Alkohol 96% Aquadest

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14

Alat-alat Penelitian

Alat gelas Hot Plate Timbangan

Homogenizer stirer pH Meter Visco Tester 6R

Refrigerator

Oven Refrigerator