Post on 19-Feb-2016
description
Skizofrenia dengan Halusinasi PendengaranPendahuluan
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk di
dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Dewasa ini dengan tuntutan kehidupan
yang semakin hari semakin meningkat mengakibatkan tingkat gangguan psikotik pada
manusia di seluruh dunia juga meningkat. Hal ini bisa terjadi karena mereka tidak mampu
mencari pemecahan dari masalah tersebut ataupun masalah demi masalah yang bertubi-tubi
menimpa mereka memberikan suatu stress ataupun depresi berat. Dalam menyembuhkan
penderita seperti ini dibutuhkan keterlibatan semua pihak. Tidak hanya dibutuhkan dokter
ataupun psikiater tapi dibutuhkan juga keterlibatan keluarga, kerabat, ataupun temen-temen
dekat. Yang menjadi masalah disini adalah banyaknya penyalahtafsiran akan gangguan ini
sehingga banyak juga terjadi diskriminasi terhadap orang-orang yang mengalami gangguan
kejiwaan baik dari masyarakat maupun keluarga pasien sendiri. Salah satu gangguan psikotik
yang sering adalah skizofrenia paranoid. Pada makalah ini akan dibahas lebih jauh mengenai
gangguan, apa penyebab serta bagaimana cara mengatasinya.
AnamnesisDalam anamnesis hal yang pertama dilakukan adalah menanyakan identitas dari pasien
tersebut, kemudian dilanjutkan dengan menanyakan keluhan utama pasien, keluhan penyerta,
riwayat obat, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat
sosialnya. Data identitas memberikan rangkuman demografik yang memadai mengenai
pasien. Psikiater harus mengetahui apakah pasien datang atas kemauannya sendiri, dirujuk
oleh orang lain atau diantar oleh orang lain. Data identitas dimaksudkan untuk memberikan
gambaran kasar mengenai karakteristik pasien. Keluhan utama dalam bahasa pasien sendiri,
menyatakan mengapa ia datang atau dibawa untuk memperoleh bantuan. Keluhan ini harus
dicatat bahkan apabila pasien tidak dapat berbicara, dan deskripsi mengenai orang yang
memberikan informasi harus disertakan. Penjelasan pasien, tak peduli betapa aneh dan tidak
relevan harus dicatat menggunakan kata-kata pasien pada bagian keluhan utama. Individu
lain yang hadir sebagai sumber informasi nantinya dapat menceritakan versi mereka tentang
kejadian saat itu pada bagian riwayat penyakit sekarang.1
Riwayat psikiatri adalah catatan mengenai kehidupan pasien, catatan ini memungkinkan
seorang psikiater memahami siapa diri pasien, darimana ia berasal dan ke arah mana
kecenderungan pasien di masa depan. Riwayat tersebut merupakan kisah hidup pasien yang
1
diceritakan ke psikiater dalam bahasa pasien sendiri dari sudut pandangnya sendiri. Sering
kali, riwayat juga mencantumkan informasi mengenai pasien yang diperoleh dari sumber lain,
seperti keluarga. Riwayat psikiatri dapat digunakan untuk memformulasikan rencana terapi.
Teknik terpenting untuk memperoleh riwayat psikiatri adalah dengan kata-kata mereka
sendiri dalam urutan yang mereka rasa paling penting. Saat pasien menghubung-hubungkan
ceritanya, pewawancara harus mengenali intinya.1
Riwayat penyakit sekarang memberikan gambaran komprehensif dan kronologis mengenai
kejadian yang mengarahkan ke peristiwa terkini dalam kehidupan pasien. Kapan awitan
episode sekarang, dan apa kejadian pencetus atau pemicu terdekat yang menimbulkannya?
Pemahaman mengenai riwayat penyakit sekarang membantu menjawab pertanyaan,
“Mengapa sekarang?” Mengapa pasien datang ke dokter saat ini? Seperti apa situasi dalam
kehidupan pasien saat awitan gejala atau perubahan perilaku, dan bagaimana situasi tersebut
memengaruhi pasien sehingga timbul manifestasi gangguan yang terjadi saat ini? Mengetahui
kepribadian pasien yang sebelumnya sehat juga membantu memberikan perspektif mengenai
pasien yang kini sakit.1
Evolusi gejala pasien harus ditentukan dan dirangkum dalam susunan yang teratur dan
sistematik. Gejala yang tidak muncul harus disebutkan. Pemicu apa di masa lalu yang
menjadi bagian rantai peristiwa yang mengarahkan ke kejadian yang baru terjadi. Bagaimana
penyakit pasien memengaruhi aktivitas kehidupannya, misalnya pekerjaan, hubungan yang
penting, dan lainnya. Bagaimana sifat disfungsi, misalnya detail mengenai perubahan faktor
seperti pasien tidak bisa tidur dan bicara melantur. Adakah gejala psikofisiologis, bila ada
harus dijelaskan lokasi, intensitas dan fluktuasinya. Adanya hubungan gejala fisik dengan
psikologis harus dicatat. Deskripsi mengenai ansietas pasien saat ini, baik menyeluruh dan
nonspesifik atau secara spesifik berkaitan dengan situasi tertentu. Bagaimana pasien
mengatasi ansietas ini juga perlu dijelaskan.1
Pernyataan singkat tentang adanya penyakit, rawat inap, dan tatalaksana psikiatri pada
anggota keluarga dekat pasien harus dituliskan pada bagian ini. Adakah riwayat
penyalahgunaan alkohol atau zat lain atau perilaku antisosial dalam keluarga, selain itu,
riwayat keluarga harus mencakup deskripsi kepribadian dan tingkat intelegensi berbagai
orang yang tinggal serumah dengan pasien. Psikiater juga harus mendefinisikan peran tiap
anggota keluarga dalam pembentukan karakter pasien. Psikiater juga perlu mengetahui
bagaimana pemahaman keluarga terhadap penyakit pasien, apakah keluarga memberikan
support, acuh atau destruktif terhadap pasien. Pertanyaan lain yang dapat memberikan
informasi yang berguna adalah mengenai sikap pasien terhadap keluarga.1 Psikiater juga perlu
2
memahami secara menyeluruh masa lalu pasien dan hubungannya dengan masalah emosional
yang ada sekarang. Psikiater juga perlu menggetahui riwayat pendidikan pasien.1
Pemeriksaan Status MentalHindari melaporkan gambaran-gambaran yang terdahulu pada status mental, laporan
merupakan suatu potret keadaan pasien saat itu juga.2 Berikut ini hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pemeriksaan status mental:
1. Penampilan dan perilaku2
Pakaian, perawatan diri, misalnya pemakaian warna-warna dan riasan yang cerah dapat
terlihat pada pasien mania, pengabaian terlihat pada pasien depresi. Perilaku selama
wawancara: kegelisahan, kesedihan, kontak mata, mudah marah, kesesuaian, mudah
teralihkan. Psikomotor: kemiskinan, stereotipe, ritual, gerakan-gerakan abnormal lainnya.3
2. Bicara2
Kecepatan: lambat/terbelakang, atau tertahan/tidak dapatdiinterupsi. Irama: normal,
intonasi datar atau berlebihan. Volume: berbisik, tenang, keras. Isi: mempermainkan kata-
kata yang berlebihan, asosiasi bunyi (clang association), berbicara satu-satu suku kata
(monosyllabic), spontan atau hanya menjawab pertanyaan. Periksa juga adanya disfasia
maupun disartria.3
3. Mood2
Amati mood pasien selama wawancara dan tanyakan juga bagaimana perasaan mereka: (1)
secara objektif/afek: kesan Anda (sesuai/tidak sesuai)—depresi, elasi, eutimia, tumpul atau
datar, cemas. (2) Secara subjektif: bagaimana pasien melaporkan mood yang dominan,
depresi, elasi
NB: Di sini Anda dapat merekam gambaran-gambaran biologis dari depresi jika tidak
terdapat dalam riwayat penyakit. Cari juga apakah ada kemungkinan untuk bunuh diri.3
4. Isi Pikiran2
a. Gangguan isi pikiran formal (bentuk pikiran abnormal)
Pasien tidak mengikuti susunan yang umum dalam komunikasi dan akibatnya
pembicaraan menjadi kurang berarti. Biasanya pada skizofrenia.
Derailment (gerakan Knight): terdapat kekacauan kata-kala secara tiba-tiba dari waktu
ke waktu, yang seharusnya sesuai, namun tidak dalam konteks ini (jalannya isi pikiran
menjadi keluar jalur).
3
Circumstantiality (asosiasi ionggar): isi pikiran menjadi somar-samar dan tampak
campur aduk.
Bloking isi pikiran: sensasi-sensasi isi pikiran tiba-tiba berhenti.2
b. Tempo isi pikiran abnormal
Akselerasi (isi pikiran ditekan, Sight of ideas dapat timbul tanpa penekanan untuk
bicara) atau retordasi.
c. Kepemilikan isi pikiran abnormal
Pasien merasa pikirannya dikendalikan oleh sesuatu dari luar—penarikan isi pikiran,
insersi, penyiaran (merasa pikiran seseorang ditarik oleh orang lain).
d. Isi pikiran abnormal
Preokupasi/ide yang berlebihan (ide-ide ini sangat kuat dan dominan dan tidak selalu
tidak logis atau tidak layak secara budaya). Obsesi, kompulsi, ruminasi. Trias kognitif
Beck, pandangan negatif terhadap diri, dunia dan masa depan.2
5. Waham-waham (delusi)
Waham adalah kepercayaan yang salah, tidak mudah digoyahkan, di luar sistem
kepercayaan sosial dan budaya normal seorang individu.2 Tipe-tipe waham:
Grandiose (kebesaran): percaya bahwa mereka memiliki kemampuan dan misi khusus.
Poverty (kemiskinan): percaya bahwa mereka telah dibuat miskin.
Guilt (rasa bersalah): percaya bahwa mereka telah melakukan kejahatan dan pantos
dihukum.
Nihilistic (ketidakberadaan): percaya bahwa mereka tidak berarti atau tidak ada.
Hypochondriacal: percaya bahwa mereka mengidap suatu penyakit fistk.
Persecutory (penganiayaan): percaya bahwa semua orang berkonspirasi melawan
mereka.
Reference (referensi): percaya bahwa mereka dipengaruhi oleh maja-lah/televisi.
Jealousy (kecemburuan): percaya bahwa pasangan mereka tidak setia meskipun tidak
ada buktinya.
Amorous (penuh cinta): percaya bahwa orang lain sedang jatuh cinta dengan mereka.
Infestation (serbuan): percaya bahwa mereka diserbu oleh serangga atau parasit.
Passivity experiences: percaya bahwa mereka disuruh melakukan se-suatu, atau
merasakan emosi-emosi, atau dikendalikan dari luar; somatic passivity—merasa seolah-
olah mereka dipindahkan dari luar.2
4
Waham kemungkinan sesuai dengan mood, misalnya waham kebesaran, penganiayaan
dalam moodelasi; waham hipokondrik, kemiskinan, bersalah, dan nihilistic dalam mood
depresi. Waham dapatdiklasifikasikan menjadi primer dan sekunder:
Waham primer timbul 'entah dari mana' tanpa ada contoh yang dapat diidentifikasi.
Waham sekunder timbul dari mood yang mendasari, fenomena psikosis atau kerusakan
kognisi dan dapat dipahami dalam konteks tersebut. Waham ini timbul ketika berusaha
memahami kejadian penyakit primernya.2
6. Persepsi2,4
Gangguan sensorik: sensitivitas terhadap suara atau warna meningkat.
Ilusi: salah menginterpretasikan stimuli yang normal.
Halusinasi: persepsi yang salah tanpa adanya stimulus apapun; merasa hal itu berasal
dari luar dirinya.
Pendengaran: suara-suara orang kedua langsung diarahkan kepada
pasien. Tanyakan waktu terjadi, pemicu, jumlah suara, orang pertama atau kedua,
misalnya suara tersebut mungkin mengatakan "saya tidak berguna".
Penglihatan
Penciuman: biasanya bau yang tidak sedap
Pengecapan: biasanya suatu perasaan bahwa sesuatu terasa berbeda dan ini
diinterpretasikan sebagai akibat peracunan.
Sensasi somatik: misalnya, sensasi adanya serangga di bawah kulitatau gerakan sendi-
sendi.
Pemeriksaan Penunjang5
1. Brain imaging
a. CT-scan - atrofi kortikal pada 10-35% pasien; pembesaran ventrikel III dan lateral pada
10-50% pasien; atrofi vermis serebelar dan turunnya radiodensitas parenkim otak.
Mungkin ada korelasi antara CT abnormal dan adanya gejala negatif (misal, afek datar,
withdrawal sosial, retardasi psikomotor, kurang motivasi), gangguan neuropsikiatrik,
naiknya frekuensi gejala ekstrapiramid akibat obat antipsikotik, dan riwayat premorbid
lebih buruk.
b. Positron emission tomography (PET) -- pada sebagian penderita dapat ditemukan
turunnya metabolism lobus frontal dan parietal, metabolisme posterior relatif tinggi, dan
lateralitas abnormal.
5
c. Aliran darah serebral (CBF = cerebral blood flow) - pada sebagian penderita, dapat
ditemukan kadar istirahat aliran frontal turun, aliran darah parietal naik, dan aliran
darah otak keseluruhan turun. Bila studi PET dan CBF digabungkan dengan CT-scan,
disfungsi lobus frontal paling jelas terlibat. Disfungsi lobus frontal mungkin sekunder
terhadap patologi tempat lain di otak.
2. EEG (Electroencephalography)
Umumnya pasien skizofren memiliki EEG normal tapi sebagian menunjukkan turunnya
aktivitas alfa dan naiknya aktivitas teta dan delta; gangguan paroksismal; dan naiknya
kepekaan terhadap prosedur aktivasi, misal deprivasi tidur.
3. Laboratorium
Tidak ada hasil laboratorium karakteristik ditemukan dalam skizofrenia. Seperti pada
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium ini dapat digunakan untuk menyingkirkan
dugaan-dugaan kelainan yang berhubungan dengan sistem tubuh pasien sendiri.
Pemeriksaan rutin berikut yang harus dilakukan pada semua pasien, pada awal penyakit
dan secara berkala setelah itu, pemeriksaan itu antara lain:
Hitung darah lengkap
Hati, tiroid, dan tes fungsi ginjal
Elektrolit, glukosa, B12, folat, dan kalsium.
Jika sejarah pasien memberikan alasan untuk mencurigai, memeriksa HIV; RPR,
ceruloplasmin, ANA, urin untuk kultur dan sensitivitas dan / atau obat-obatan dari
penyiksaan; am kortisol, dan koleksi urin 24 jam untuk porfirin, tembaga, atau logam
berat.
Jika pasien adalah wanita usia subur, tes kehamilan itu penting.
Jika kecurigaan kuat neurosifilis ada, tes treponemal tertentu dapat membantu.
Diagnosis kerjaDiagnosis skizofrenia mencakup evaluasi multiaksial disertai dengan kriteria tertentu yang
sesuai dengan diagnosis suatu gangguan, dalam hal ini dipakai pedoman dari Klasifikasi
Gangguan Mood PPDGJ.
Evaluasi multiaksial
6
Diagnosis multiaksial terdiri dari 5 aksis:6
Aksis I : *Gangguan klinis
*Kondisi lain yang menajdi fokus perhatian klinis
Aksis II : *Gangguan kepribadian
*Retardasi mental
Aksis III : *Kondisi medik umum
Aksis IV : *Masalah psikososial dan lingkugan
Aksis V : *Penilaian fungsi secara global
Antara aksis I, II, III tidak selalu harus ada hubungan etiologik atau patogenesis. Hubungan
antara “Aksis I-II-III” dan “Aksis IV” dapat timbal balik saling mempengaruhi.6
Ada beberapa subtipe skizofrenia yang diidentifikasi berdasarkan variabel klinik, antara lain:7
F 20.0 Skizofernia paranoid
F 20.1 Skizofrenia disorganisasi (herbefrenik)
F 20.2 Skizofrenia katatonik
F 20.3 Skizofrenia tak terinci
F 20.4 Depresi pasca skizofrenia
F 20.5 Skizofrenia redisual
F 20.6 Skizofrenia simpleks
F 20.7 Skizofrenia lainnya
F 20.8 Skizofrenia yang tak tergolongkan
Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh ditandai dengan
terdapatnva perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku pasien yang terkena.
Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala fundamental (atau primer)
spesifìk, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan asosiasi, khususnya
kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental lainnya adalah gangguan afektif autisme, dan
ambivalensi, Sedangkan gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi. Berdasarkan
DSM-IV, skizofrenia merupakan gangguan yang terjadi dalam durasi paling sedikit selarna 6
bulan, dengan I bulan fase aktif gejala (atau lebih) yang diikuti munculnya delusi, halusinasi,
pembicaraan yang tidak terorganisir, dan adanva perilaku yang katatonik serta adanya gejala
negatif.5 Berdasarkan definisi dan kriteria diagnostic tersebut, skizofrenia di dalam DSM-IV
dapat dikelompokkan menjadi beberapa subtype, yaitu:1
7
Tipe paranoid. Tipe ini paling stabil dan paling sering. Awitan subtipe ini biasanya terjadi
lebih belakangan bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia lain. Gejala terlihat
sangat konsisten, sering paranoid, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya.
Pasien sering tak kooperatif dan sulit untuk mengadakan kerjasama, dan mungkin agresif,
marah, atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali memperlihatkan perilaku inkoheren atau
disorganisasi. Waham dan halusinasi menonjol sedangkan afek dan pembicaran hampir tidak
terpengaruh. Beberapa contoh gejala paranoid yang sering ditemui, antara lain:7,8
1. Waham kejar, rujukan, kebesaran, waham dikendalikan, dipengaruhi, dan cemburu.
2. Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah, atau menghina.
Tipe Katatonik. Pasien mempunyai paling sedikit satu dari beberapa bentuk katatonia,
yaitu stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak berespons terhadap lingkungan atau
orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung di sekitarnya. Negativisme
katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau usaha-usaha untuk
menggerakkan fisiknya. Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku atau rigit.
Postur katatonik yaitu pasien mempertahankan posisi yang tak biasa atau aneh. Kegembiraan
katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira. Mungkin dapat mengancam jiwanya,
misalnya, karena kelelahan.7
Skizofrenia Hebefrenik (Tak Terorganisasi). Onsetnya dini dan memiliki prognosis buruk.
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat ditebak, mood yang tidak sesuai, dan
afek yang tidak wajar, mungkin dengan tertawa cekikikan, mannerisme, dan kelakar yang
tidak pantas; pikiran yang tidak selaras dan waham dan halusinasi yang tidak menonjol dapat
muncul.8
Tipe Tak Terinci. Pasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala psikosis aktif
yang menonjol, misalnya, kebingungan, inkoheren, atau memenuhi kriteria skizofrenia tetapi
tidak dapat digolongkan pada tipe paranoid, katatonik, hebefrenik, residual, dan depresi pasca
skizofrenia.7
Tipe Residual. Pasien dalam keadaan remisi dari keadaan akut tetapi masih
memperlihatkan gejala-gejala residual seperti penarikan diri secara sosial, afek datar atau tak
serasi, perilaku eksentrik, asosiasi melonggar, atau pikiran tak logis.7
Depresi Pasca Skizofrenia. Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan
timbul sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap
ada tetapi tidak mendominasi gambaran klinisnya. Gejala-gejala yang menetap tersebut dapat
berupa gejala positif (tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai
gangguan afek) atau negatif (seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
8
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan mennurunnya kinerja sosial), biasanya lebih sering gejala negatif.
Sebagai pedoman diagnostik adalah:7
a. Pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan terakhir.
b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada.
c. Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi sedikitnya kriteria untuk
suatu episode depresif dan telah ada paling sedikit dua minggu.
Kriteria Diagnostik SkizofreniaMenurut Kaplan & Sadock, terdapat beberapa kriteria diagnostik skizofrenia di dalam
DSM-IV antara lain:5
a. Karakteristik gejala
Terdapat dua (atau lebih) dan kriteria di bawah ini, masing-masing ditemukan secara
signitìkan selama periode satu bulan (atau kurang bila berhasil ditangani):
1) Delusi (waham)
2) Halusinasi
3) Pernbicaraan yang tidak terorganisasi (misalnya, topiknya sering menyimpang atau
tidak berhubungan).
4) Perilaku yang tidak terorganisasi secara luas atau munculnya perilaku katatonik yang
jelas.
5) Gejala negatif yaitu adanya afek yang datar, alogia atau avolisi (tidak adanva
kemauan).
Catatan: Hanya diperlukan satu gejala dan kriteria A, jika delusi yang muncul bersifat
kacau (bizzare) atau halusinasi terdiri dan beberapa suara yang terus menerus
mengornentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling
berbincang antara satu dengan yang Iainnya.5,9
b. Disfungsi sosial atau pekerjaan
Untuk kurun waktu yang signifikan sejak rnunculnya onset gangguan, ketidakberfungsian
ini meliputi satu atau lebih fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau
perawatan dini, yang jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset
pada masa anak-anak atau remaja, adanya kegagalan untuk mencapai beberapa tingkatan
hubungan interpersonal, prestasi akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).5
c. Durasi
9
Adanya tanda-tanda gangguan yang terus-menerus menetap selama sekurangnya enam
bulan. Pada periode enam bulan ini, harus termasuk sekurangnya satu bulan gejala (atau
kurang, bila berhasil ditangani) yang memenuhi kriteria A (yaitu fase aktif gejala) dan
mungkin termasuk pula periode gejala prodromal atau residual. Selama periode prodrornal
atau residual ini, tanda-tanda dan gangguan mungkin hanya dimanifestasikan oleh gejala
negatif atau dua atau Iebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang
lemah.5,10
d. Di luar gangguan Skizoafektifdan gangguan Mood5
Gangguan-gangguan lain dengan ciri psikotik tidak dimasukkan, karena:
1) Tidak ada episode depresif mayor, manik atau episode campuran yang terjadi secara
bersamaan yang terjadi bersama dengan gejala fase aktif.
2) Jika episode mood terjadi selarna gejala fase aktif maka durasi totalnya akan relatif
lebih singkat bila dibandingkan dengan durasi periode aktif atau residualnya.
e. Di luar kondisi di bawah pengaruh zat atau kondisi medis umurn
Gangguan tidak disebabkan oleh efek fìsiologis langsung dan suatu zat (penyalahgunaan
obat, pengaruh medikasi) atau kondisi medis urnum.
f. Hubungan dengan perkembangan pervasive5
Jika ada riwayat gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasive lainnya,
diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika muncul delusi atau halusinasi secara
menonjol untuk sekurang kurangnya selama satu bulan (atau kurangjika berhasil
ditangani).
Skizofrenia ParanoidPerjalanan penyakit pada skizofrenia tipe paranoid agak konstan. Jarang terjadi hendaya
dalam kemampuan fungsi sehari-hari apabila isi waham tidak disentuh. Biasanya fungsi
intelektual dan pekerjaan dapat dipertahankan walaupun gangguan tersebut bersifat kronik.
Fungsi sosial dan kehidupan perkawinannya pada umumnya cukup terganggu.11
Pada skizofrenia paranoid gambaran utama yang menonjol adalah:5
Waham kejar atau waham kebesaran, misalnya kelahiran luar biasa (excited birth),
urusan penyelamat bangsa, dunia dan agama, seperti misalnya kenabian atau mesias,
perubahan tubuh atau halusinasi yang mengandung isi kerajaan/kebesaran.
Sebagai tambahan, waham cemburu dapat pula ditemukan.
Gambaran penyertanya meliputi:11
10
Kecemasan tak berfokus.
Kemarahan.
Suka bertengkar/berdebat.
Melakukan kekerasan.
Kadang ditemukan kebingungan tentang identitas jenis atau ketakutan bahwa dirinya
diduga oleh orang lain sebagai orang-orang homoseksual.
Onset tipe ini cenderung timbul dalam usia yang lebih lanjut dibandingkan dengan tipe
lainnya, dan ciri-cirinya lebih stabil dalam jangka panjang. Apabila seseorang penderita
skizofrenia tipe paranoid mempunyai keluarga yang menderita skizofrenia biasanya anggota
keluarganya menderita skizofrenia tipe paranoid.
Kriteria Diagnostik Skizofrenia Paranoid
a. Waham kejar.
b. Waham besar.
c. Waham cemburu.
d. Halusinasi yang berisi kejaran atau kebesaran.
Diagnosis skizofrenia paranoid diberikan kepada sejumlah besar pasien yang akhir-akhir
ini dirawat di rumah sakit jiwa. Kunci diagnosis ini adalah adanya waham. Waham kejaran
adalah yang paling umum, namun pasien dapat mengalami waham kebesaran, di mana
mereka memiliki rasa yang berlebihan mengenai pentingnya, kekuasaan, pengetahuan, atau
identitas diri mereka. Beberapa pasien terjangkit waham cemburu, suatu keyakinan yang
tidak herdasar bahwa pasangan seksual mereka tidak setia. Waham lain yang disebutkan
terdahulu, seperti merasa dikejar atau dimata-matai, juga dapat terlihat jelas.12
Halusinasi pendengaran yang jelas dan nyata dapat rnenyertai waham. Para pasien yang
menderita skizofrenia paranoid sering kali mengalami ideas of reference; mereka
memasukkan berbagai peristiwa yang tidak penting ke dalam kerangka waham dan
mengalihkan kepentingan pribadi mereka ke dalam aktivitas tidak berarti yang dilakukan
orang lain. Contohnya, mereka mengira bahwa potongan percakapan yang tidak sengaja
mereka dengar adalah percakapan tentang diri mereka, bahwa sering munculnya orang yang
sama di suatu jalan yang biasa mereka lalui berarti mereka sedang diawasi, dan bahwa apa
yang mereka lihat di televisi atau baca di majalah dengan satu atau lain cara merujuk pada
mereka. Para individu yang mengalami skizofrenia paranoid selalu cemas„.argumentatif,
marah, dan kadang kasar. Secara emosional mereka responsive, meskipun mereka kaku,
formal, dan intens kepada oranglain. Mereka juga lebih sadar dan verbal disbanding para
pasien skizofrenia tipe lain. Bahasa yang mereka gunakan meskipun penuh rujukan pada
11
delusi, tidak mengalamai disorganisasi. Bila ada pasien skizofrenia yang mengalami masalah
hukum, biasanya mereka dari kelompok yang menderita subtipe paranoid.12
EtiologiFaktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamin yang menyatakan bahwa skizofrenia
disebabkan oleh aktivitas dopaminergik yang berlebihan di bagian kortikal otak, dan
berkaitan dengan gejala positif dan skizofrenia. Penelitian terbaru juga menunjukkan
pentingnya neurotransmiter lain termasuk serotonin, norepinefrin, glutamat dan GABA.
Selain perubahan yang sifatnya neurokimiawi, penelitian menggunakan CT Scan ternyata
ditemukan perubahan anatorni otak seperti pelebaran lateral rentrikel, atropi koteks atau
atropi otak kecil (cerebellum), terutama pada penderita kronis skizofrenia.5 Faktor keluarga.
Kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan penting dalam menimbulkan
kekambuhan dan mempertahankan remisi. Pasien yang pulang ke rumah sering relaps pada
tahun berikutnya bila dibandingkan dengan pasien yang ditempatkan di panti penitipan.
Pasien yang berisiko adalah pasien yang tinggal bersama keluarga yang hostil,
memperlihatkan kecemasan yang berlebihan, sangat protektif terhadap pasien, terlalu ikut
campur, sangat pengeritik, disebut Ekspresi Emosi tinggi. Pasien skizofrenia sering tidak
“dibebaskan” oleh keluarganya.11
Faktor Sosial. Skizofrenia juga berhubungan dengan penurunan sosio-ekonomi dan
kejadian hidup yang berlebihan pada tiga minggu sebelum onset gejala akut. Penderita
skizofrenia pada keluarga dengan ekspresi emosi tinggi (expressed emotion [EE]) memiliki
peluang lebih besar untuk kambuh.13
EpidemiologiHampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala
skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki
biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Awitan setelah umur 40
tahun jarang terjadi.7 Studi epidemiologi menyebutkan bahwa perkiraan angka prevalensi
skizofrenia secara umum berkisar antara 0,2 % hingga 2 % tergantung di daerah atau negara
mana studi dilakukan. Selanjutnya dikemukakan bahwa lifetime prevalensi skizofrenia
diperkirakan antara 0,5 % dan 1 %. Di Indonesia sendiri angka penderita skizofrenia 25 tahun
yang lalu diperkirakan 1/1000 penduduk dan proyeksi 25 tahun mendatang mencapai 3/1000
penduduk.1 Di Amerika serikat terutama di kalangan penduduk perkotaan menunjukkan
12
angka yang lebih tinggi hingga 2 %. Di Indonesia angka yang tercatat di departemen
kesehatan berdasarkan survei di Rumah Sakit (1983) adalah antara 0,05 % sampai 0,15 %.1,5
Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan, tetapi
laki-laki memiliki onset lebih awal daripada perempuan. Puncak insidensi antara usia 15-24
tahun pada laki-laki dan pada perempuan lebih terlambat.
Manifestasi Klinis SkizofreniaBerdasarkan DSM-IV, ciri yang terpenting dan skizofrenia adalah adanya campuran dan
dua karakteristik (baik gejala positif maupun gejala negatif). Secara urnum, karakteristik
gejala skizofrenia (kritenia A), dapat digolongkan dalarn tiga kelompok:5,11
a. gejala positif
b. gejala negatif
c. gejala lainnya
Gejala positif adalah tanda yang biasanya pada orang kebanyakan tidak ada. namun pada
pasien Skizofrenia justru muncul. Gejala positif adalah gejala yang bersifat aneh, antara lain
berupa delusi, halusinasi, ketidakteraturan pembicaraan, dan perubahan perilaku.5
Gejala negatif adalah menurunnya atau tidak adanya perilaku tertentu. seperti perasaan
yang datar, tidak adanva perasaan yang bahagia dan gembira, menarik diri, ketiadaan
pembicaraan yang berisi, mengalami gangguan sosil serta kurangnya motivasi untuk
beraktivitas.5
Kategori gejala yang ketiga adalah disorganisasi. antara lain perilaku yang aneh (misalnya
katatonia, dimana pasien menampilkan perilaku tertentu berulang-ulang, menampilkan pose
tubuh yang aneh; atau waxy flexibility, yaitu orang lain dapat memutar atau membentuk
posisi tertentu dan anggota badan pasien, yang akan dipertahankan dalam waktu yang lama)
dan disorganisasi pembicaraan. Adapun disorganisasi pembicaraan adalah masalah dalam
mengorganisasikan ide dan E pembicaraan, sehingga orang lain mengerti (dikenal dengan
gangguan berpikir formal). Misalnya asosiasi longgar, inkoherensi. dan sebagainya.11
PenatalaksanaanAntipsikotik merupakan penatalaksanaan yang utama. Antipsikotik efektif mengobati
“gejala positif’ pada episode akut, misalnya halusinasi, waham, fenomena passivity, dan
mencegah kekambuhan. Obat psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan untuk
menghilangkan gejala skizofrenia. Golongan obat psikofarmaka yang sering digunakan di
13
Indonesia (2001) terbagi dua: golongan generasi pertama (typical) dan generasi kedua
(atypical), yang termasuk golongan typical antara lain Chlorpromazine HCl, Trifluoperazine,
dan Haloperidol. Sedangkan golongan atypical antara lain: Risperidone, Clozapine,
Quetiapine, Olanzapine, Zotetine dan Aripriprazmidol. Obat atypical memiliki kelebihan,
yaitu dapat menghilangkan gejala positif dan negatif, efek samping Extra Piramidal
Symptoms (EPS) sangat minimal atau boleh dikatakan tidak ada, dan memulihkan fungsi
kognitif. Sedangkan pemakaian obat golongan typical 30% penderita tidak memperlihatkan
perbaikan klinis bermakna, diakui bahwa golongan obat typical hanya mampu mengatasi
gejala positif tetapi kurang efektif untuk mengatasi gejala negatif.1,13 Penatalaksanaannya
adalah dengan dosis terendah yang secara efektif mengendalikan gejala dan meminimalkan
efek samping, sebagian teknik ini berkaitan dengan kepatuhan yang rendah. Apabila pasien
mengalami efek samping ekstrapiramidal (misalnya distonia), obat antikolinergik, misalnya
prosiklidin, benztropin, harus diberikan segera, bila perlu secara intramuskular. Obat
antiparkinson yang teratur harus dihindari karena obat tersebut mengakibatkan efek samping
yang tidak diinginkan, misalnya penglihatan rabun, mulut kering, yang dapat menyiksa dan
dapat memperburuk atau mencetuskan diskinesia tardif (tardive dyskinesia, TD). TD dapat
merespons terhadap pengurangan/penghentian antipsikotik atau tetrabenazin, tetapi kondisi
ini ireversibel pada 50% kasus. Seiring dengan peningkatan berat badan, aritmia jantung, dan
diabetes dapat menjadi masalah saat pengobatan dengan antipsikotik atipikal, pasien
memerlukan pemantauan teratur berat badan, profil lipid, dan glukosa, serta ECG. Penderita
skizofrenia dapat menjadi tertekan dan memerlukan obat antidepresan. Jarang ditemui,
electroconvulsive therapy (ECT) yang berguna, misalnya pada stupor katatonik, kegembiraan
berlebihan.8
Penatalaksanaan Psikologis. Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioural therapy,
CBT) seringkali bermanfaat dalam membantu pasien mengatasi waham dan halusinasi yang
menetap. Tujuannya adalah untuk mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan, dan tidak
secara langsung menghilangkan gejala. Dukungan psikologis penting bagi penderita
skizofrenia dan keluarganya. Terapi keluarga dapat membantu mereka mengurangi ekspresi
emosi yang berlebihan, dan terbukti efektif mencegah kekambuhan. Bantuan mandiri,
contohmya organisasi Hearing Voices, dapat membantu penderita psikosis untuk berbagi
pengalaman dan cara untuk menghadapi gejalanya. Psikoanalisis jarang berguna.8
Dukungan Sosial. Membantu penderita untuk kembali bekerja atau sekolah sangat penting
dalam menjaga kepercayaan diri dan kualitas hidupnya. Bila hal ini tidak dapat dilakukan,
pusat rehabilitasi dapat membantu merestrukturisasi kegiatan mereka. Tempat tinggal yang
14
layak sangat penting. Penderita dengan gejala sisa, contohnya gejala negatif dan kognitif,
mungkin tidak dapat hidup mandiri. Rawat inap dan layanan rehabilitasi masyarakat
bertujuan untuk memaksimalkan kemandirian pasien, contohnya dengan melatih
keterampilan hidup sehari-hari. Berbagai layanan untuk hidup sehari-hari, mulai dari tempat
penampungan/rumah singgah dengan staf yang bekerja 24 jam hingga perumahan khusus
dengan pekerja pendukung yang datang seminggu sekali, tersedia untuk memenuhi
kebutuhan.8
Rehabilitasi. Program rehabilitasi penting dilakukan sebagai persiapan penempatan
kembali penderita ke keluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga
(institusi) rehabilitasi misalnya di rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan
berbagai kegiatan antara lain: terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama,
kegiatan kesenian, terapi fisik seperti olah raga, keterampilan khusus/kursus, bercocok tanam,
rekreasi dan lain – lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung 3-6 bulan.
Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu sebelum dan sesudah program
rehabilitasi atau sebelum penderita dikembalikan ke keluarga dan masyarakat.1
PrognosisSebanyak 90% pasien yang mengalami episode psikotik yang pertama akan sembuh dalam
waktu 1 tahun, tetapi sekitar 80% akan mengalami episode berikutnya dalam 5 tahun.
Penelitian baru-baru ini menemukan bahwa 75% pasien akan menghentikan pengobatannya
dalam waktu 18 bulan pertama, dan mereka yang menghentikan pengobatan antipsikotik
tersebut memiliki peluang 5 kali lebih besar untuk kambuh. Selain menjalani pengobatan,
menghindari penggunaan zat terlarang khususnya ganja dan stres yang berlebihan dapat
mengurangi risiko kambuh.8
Faktor prognosis yang buruk mencakup jenis kelamin pria, onset pada saat usia muda,
lajang, isolasi sosial, penggunaan obat terlarang, onset awal yang tersembunyi, gejala negatif,
kelas sosio-ekonomi rendah, kepribadian pramorbid abnormal, dan riwayat keluarga positif
skizofrenia. Risiko bunuh diri selama hidup adalah 10%. Risiko ini lebih tinggi pada pria
muda dengan halusinasi atau waham yang menetap dan pada penderita dengan riwayat
penggunaan obat-obatan terlarang dan percobaan bunuh diri sebelumnya, khususnya
sebelum/selama 3 bulan pertama setelah selesai perawatan.8
Diagnosis banding
15
Psikotik Akut
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang
terjadi selama 1 hari hingga kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali
ke tingkat fungsional premorbid.5 Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian
besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan
biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres
berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit
parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis
reaktif singkat.5 Gambaran utama perilaku yang pasien rasakan atau perilaku yang
diperlihatkan oleh pasien yaitu :5
• Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
• Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
• Kebingungan atau disorientasi
• Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan
berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta
marah-marah atau memukul tanpa alasan. Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk
sekurang kurangnya satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi
tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa
klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi, dan gangguan pemusatan perhatian
mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat daripada gangguan psikotik
kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional,
pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan gangguan daya
ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi.5
Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang mungkin
terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur
berbicara, berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh
pikiran atau perilaku, kegelisahan, halusinasi, delusi, disorientasi, perhatian terganggu,
konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan wawasan miskin.5 Seperti pada pasien
psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat
diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi
mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan riwayat ingesti
zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis
saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat tentang
ada atau tidaknya stressor pencetus.5
16
Gangguan Waham
Gangguan waham merupakan salah satu gangguan psikiatri yang didominasi oleh gejala-
gejala waham. Waham pada gangguan waham bisa berbentuk: kebesaran, penganiayaan,
cemburu, somatic, atau campuran. Waham merupakan suatu keyakinan atau pikiran yang
salah karena bertentangan dengan kenyataan (dunia realitas), serta dibangun atas unsur-unsur
yang tak berdasarkan logika, namun individu tidak mau melepaskan wahamnya walaupun ada
bukti tentang ketidakbenaran atas keyakinan itu. Keyakinan dalam bidang agama dan budaya
tidak dianggap sebagai waham.5 Pedoman untuk melakukan diagnosis pada gangguan waham
adalah sebagai berikut:5
• Waham merupakan satu-satunya ciri khas klinik atau gejala yang paling mencolok.
Waham tersebut bisa tunggal maupun sebagai suatu sistem waham, sekurangnya sudah 3
bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi dan bukan budaya setempat.
• Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap mungkin terjadi
secara intermitten, dengan syarat bahwa waham-waham tersebut menetap pada saat-saat
tidak terdapat gangguan afektif itu.
• Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.
• Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat
sementata.
• Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siaran pikiran,
penumpulan afektif, dan sebagainya.
Kesimpulan Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik yang ditandai dengan distorsi proses pikir,
persepsi, emosi dan perilaku. Gangguan ini mempunyai 2 gejala khas yaitu gejala positif dan
gejala negatif. Gejala positif berupa peningkatan atau distorsi dari fungsi yang normal
sedangkan gejala negatif berupa pengurangan atau kehilangan dari fungsi normal. Kita dapat
melakukan 2 penanganan dalam skizofrenia yaitu penanganan biologis dan penanganan
psikologis atau psikososial. Penanganan farmakoterapi dan penanganan psikologis berupa
psikoterapi, terapi kognitif-behavioral, dukungan sosial, rehabilitasi. Dalam proses
penyembuhannya diperlukan keterlibatan semua pihak tidak hanya pihak dokter, suster
ataupun psikiater tapi dibutuhkan juga keterlibatan anggota keluarga, kerabat ataupun temen
dekat pasien.
17
Daftar Pustaka1. Hawari. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2006.h.1-11.
2. Hibber Aison, Godwin Alice, Dear Frances. Rujukan cepat psikiatri. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2008.h.3-9;94-101.
3. Gleadle J. At a galance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007.h.11;58.
4. Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia; 2010.h.152-3.
5. Sadock BJ, Sadock WA. Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Edisi 2. Jakarta:
EGC;2010.h.147-68.
6. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta:
PT Nuh jaya; 2001. h.11,12, 46, 47, 58, 59 60-3.
7. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar
Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2010.h.170-85.
8. Katona C, Cooper C, Robertson M. At a glance psikiatri. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit
Erlangga;2012.h.18-21.
9. Kaplan HI, Sadock BJ. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya
Medika.;2003.h.407-13.
10. Davidson, Gerald C. Psikologi abnormal. Edisi ke-9. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada;2006.h.134-47.
11. Nolen, Susan, Hoeksoma. Abnormal Psychology. Ed.4th. Philadelphia: McGraw-Hill
Higher Education;2006.h.1019-1087.
12. Semiun Y. Kesehatan mental. Edisi ke-3. Yogyakarta: Kanisius;2006.h.20-87.
13. Barnes TRE. Evidence-based guidelines for the pharmacological treatment of
schizophrenia: recommendations from the british association for psychopharmacology.
Journal of Psychopharmacology 2011; 0(0): 1-54.
18