Post on 24-Feb-2018
OPTIMALISASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA NOMOR
CABANG OLAHRAGA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SD Negeri 1 Keyongan Nogosari
Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010)
Skripsi
Oleh: Karlina Dwi Jayanti
NIM. K.5605030
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
ii
OPTIMALISASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA NOMOR
CABANG OLAHRAGA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SD Negeri 1 Keyongan Nogosari
Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010)
Oleh:
Karlina Dwi Jayanti NIM. K.5605030
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A 2009
iii
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes. Drs. H. M. Mariyanto, M.Kes. NIP. 19620518 198702 1 001 NIP. 19591229 198702 1 001
iv
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. H. Agustiyanto, M.Pd
Sekretaris : Drs. Agus Mukholid, M.Pd
Anggota I : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes
Anggota II : Drs. H. M.Mariyanto, M.Kes
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001
v
ABSTRAK
Karlina Dwi Jayanti. OPTIMALISASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA NOMOR CABANG OLAHRAGA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, September 2009.
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Tingkat optimalisasi penerapan model pembelajaran PAIKEM dalam cabang olahraga lompat jauh gaya jongkok pada siswa SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali tahun 2009/2010. (2) Tingkat motivasi belajar siswa SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali tahun 2009/2010 terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model PAIKEM.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sumber data dalam penelitian ini siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 30 orang yang terdiri atas 14 siswa putri dan 16 siswa putra. Teknik pengumpulan data dengan kuisioner tertutup. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif yang didasarkan pada analisis kuantitatif melalui frekuensi dan prosentase.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan (1) Model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM dengan melompati kardus dan melompati teman sangat baik untuk kegiatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2009/2010. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan yang signifikan antara siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 pembelajaran melompati kardus memiliki kategori Baik atau Nilai 4 (11.33%), pada siklus 2 pembelajaran melompati teman memiliki kategori Baik Sekali atau Nilai 5 (10%). (2) Motivasi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 dengan model PAIKEM meningkat. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan yang signifikan antara siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 pembelajaran melompati kardus memiliki kategori Baik atau Nilai 4 (22.33%) dan siklus 2 pembelajaran melompati taman memiliki kategori Baik Sekali atau Nilai 5 (20.67%).
vi
MOTTO Barang siapa yang memberi kemudahan kepada orang lain yang sedang
mengalami kesulitan, maka Allah akan memudahkan kepadanya dunia dan
akhirat.
(HR. Ibnu dari Abu Hurairah)
Kerjakanlah apa yang dapat dikerjakan hari ini, karena waktu terus berjalan
dan tidak akan pernah kembali lagi.
(Penulis)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta
Putra Nabuasa
Sahabat tersayang
Teman-teman Angkatan 2005
Adik-adik JPOK FKIP UNS
Almamater
viii
KATA PENGANTAR
Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan
skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes. sebagai pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Drs. H. M. Mariyanto, M.Kes. sebagai pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Keyongan Boyolali yang telah memberikan
ijin penelitian.
7. Para siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali yang telah bersedia
menjadi sumber data dalam penelitian ini.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang
Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat
bermanfaat.
Surakarta, September 2009
KDJ
ix
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ................................……………………………………………….
PENGAJUAN ...............................………………………………………….
PERSETUJUAN .........................…………………………………………..
PENGESAHAN ..............................………………………………………..
ABSTRAK .................………………………………………………………
MOTTO .....................………………………………………………………
PERSEMBAHAN .............................……………………………………….
KATA PENGANTAR ..................................………………………………
DAFTAR ISI ......................................………………………………………
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN ...............................……………………………….
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….
B. Identifikasi Masalah ..…………………………………………..
C. Pembatasan Masalah ...................……………………………..
D. Perumusan Masalah ......……………………………………….
E. Tujuan Penelitian .....……………………………………………
F. Manfaat Penelitian .....………………………………………….
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………..
A. Tinjauan Pustaka ...……………………………………………..
1. Lompat Jauh………………………………………………….
a. Lompat Jauh Gaya Jongkok………………………………
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Lompat
Jauh………………………………………………………
c. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok……………………..
2. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar……
a. Pengertian Model Pembelajaran…………………………
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xii
xvi
1
1
5
5
6
6
6
7
7
7
7
8
8
14
14
x
b. Macam - Macam Model Pembelajaran Pendidikan
Jasmani Sekolah Dasar………………………………….
c. Ciri-Ciri dalam Pembelajaran…………………………….
d. Prinsip-Prinsip dalam Pembelajaran…………………….
3. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan………………………………………………
a. Pengertian Pembelajaran………………………………….
b. Pengertian PAIKEM……………………………………..
c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam PAIKEM………
d. PAIKEM dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Sekolah Dasar…………………………………………….
4. Motivasi Belajar……………………………………………..
a. Pengertian Motivasi……………………………………….
b. Sumber Motivasi………………………………………….
B. Kerangka Pemikiran .......………………………………………
BAB III METODE PENELITIAN .............………………………………..
A. Setting Penelitian………………………………………………
B. Metode Penelitian……………………………………………..
C. Subjek Penelitian………………………………………………
D. Sumber Data…………………………………………………..
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data…………………………..
F. Validasi Data………………………………………………….
G. Analisis Data…………………………………………………
H. Indikator Kinerja………………………………………………
I. Prosedur Penelitian……………………………………………
J. Proses Penelitian……………………………………………..
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................………………………………
A. Survei Awal……………………………………………………
B. Dekripsi Data………………………………………………….
C. Mencari Reliabilitas……………………………………………
D. Hasil Penelitian………………………………………………..
16
20
23
27
27
28
30
31
33
33
34
35
38
38
38
39
39
39
40
41
41
42
44
48
48
49
49
50
xi
E. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN………………………..
A. Simpulan………………………………………………………
B. Implikasi………………………………………………………
C. Saran………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA .............................…………………………………..
LAMPIRAN…………………………………………………………………
.
74
77
77
77
79
81
83
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui
aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,
mengembangkan ketrampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan
aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai melalui
pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara menyeluruh.
Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi
juga aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual.
Pendidikan jasmani dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki
peranan sangat penting yaitu, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani,
olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.
Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik
dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat
dan bugar sepanjang hayat.
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani didalamnya diajarkan
beberapa macam cabang olahraga yang terangkum kurikulum pendidikan jasmani.
Salah satu cabang olahraga yang diajarkan dalam pendidikan jasmani yaitu atletik.
Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga yang diajarkan dari sekolah
tingkat paling rendah (SD) bahkan Perguruan Tinggi (PT). Seperti dikemukakan
Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman (1999/2000: 1) bahwa, “atletik
merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan jasmani kepada siswa dari
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) dan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)”.
Seorang guru pendidikan jasmani dan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembelajaran atletik, harus memperhatikan perkembangan anak,
karakteristik anak, kemampuan anak dan kesukaan anak serta tujuan yang harus di
xiii
capai. Cabang olahraga atletik didalamnya terdiri dari empat nomor utama yaitu
jalan, lari dan lempar. Dari setiap nomor tersebut didalamnya terdapat beberapa
nomor yang diperlombakan. Untuk nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak
menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross
county. Nomor lompat meliputi: lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit,
lompat tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing,
tolak peluru dan lontar martil.
Berkaitan dengan nomor-nomor atletik, penelitian ini akan mengkaji
dan meneliti nomor lompat khususnya lompat jauh gaya jongkok. Lompat jauh
gaya jongkok merupakan suatu rangkaian gerakan yang diawali dengan berlari,
menumpu untuk menolak, melayang di udara dengan sikap jongkok dan mendarat
sejauh-jauhnya. Upaya membelajarkan lompat jauh gaya jongkok pada siswa
sekolah perlu diterapkan cara mengajar yang baik dan tepat. Hal ini karena, para
siswa pada umumnya belum menguasai teknik lompat jauh gaya jongkok, bahkan
para siswa kurang senang dengan pembelajaran atletik.
Anak tidak pada tempatnya bila mereka dilatih untuk mencapai
prestasi tinggi dalam olahraga tetapi sebaliknya mereka harus dibimbing sesuai
dengan kemampuannya. Dalam pengajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar
harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa baik ditinjau dari segi fisik
maupun ditinjau dari segi mental.
Berdasarkan observasi dibeberapa SD di kecamatan Nguntoronadi
kabupaten Wonogiri pada tahun 2008, dapat diketahui bahwa masih banyak guru
pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi di dalam pembelajaran atletik
cenderung pada penguasaan teknik dan prestasi, sehingga banyak siswa SD yang
tidak berminat atau tidak tertarik pada cabang olahraga atletik tersebut. Akibat
tidak berminat dan kurang tertarik banyak siswa enggan untuk mengikuti
tambahan atau ekstrakurikuler pada cabang ini.
Selanjutnya menurut Djumidar (2007: 11.31) “dunia anak lebih dekat
dengan situasi permainan dari pada yang serius, di dalam pembelajaran disajikan
banyak variasi-variasi agar supaya tidak mudah jenuh sebab siswa kerap kali juga
cepat bosan melaksanakan kegiatannya”.
xiv
Model pendekatan bermain, dimaksudkan untuk mengembangkan
aspek-aspek kemampuan motorik melalui aktivitas bermain yang variatif,
berjenjang tingkat kesulitannya. Permainan atletik merupakan kombinasi antara
kegembiraan gerak dan tantangan tugas gerak yang dekat dengan pengalaman
nyata. Dengan demikian guru dapat memanfaatkan pendekatan bermain ini untuk
memotivasi siswa melakukan lompat jauh gaya jongkok dengan memberikan
materi yang merangsang untuk bermain, yaitu menggunakan tali sebagai
rangsangan tinggi dan lingkaran sebagai rangsangan jarak.
Pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu tali dan lingkaran
sebagai rangsangan tinggi dan jarak merupakan bentuk pembelajaran lompat jauh
yang bertujuan untuk merangsang siswa agar mampu melompat sejauh-jauhnya.
Namun dari kedua bentuk pembelajaran tersebut belum diketahui efektivitasnya,
karena masing-masing pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan,
sehingga belum diketahui pembelajaran mana yang lebih baik pengaruhnya
terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.
Pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu tali dan
lingkaran sebagai rangsangan tinggi dan jarak bertujuan meningkatan
pencapaian lompatan yang sejauh-jauhnya. Di sisi lain juga bertujuan untuk
mengembangkan penguasaan teknik lompat jauh gaya jongkok. Namun
demikian, lompatan dapat dicapai sejauh-jauhnya tidak hanya dipengaruhi
pembelajaran yang baik dan terprogram tetapi juga kecepatan merupakan unsur
penting dalam lompat jauh seperti yang diungkapkan Soedarminto (2004; 6.5)
“pada lompat jauh, kecepatan awalan meupakan faktor yang penting guna
mengembangkan daya pada waktu bertolak’’.
Permasalahan yang telah dikemukakan di atas melatarbelakangi judul
penelitian “Pengaruh Pembelajaran Lompat Jauh Dan Kecepatan Lari terhadap
Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Putra Kelas IV dan V SD
Negeri 1 Kedugrejo Nguntoronadi Wonogiri Tahun 2008/2009’’.
xv
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
masalah dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Masih banyak guru pendidikan jasmani kurang paham dan tidak mengetahui
pendekatan pembelajaran model bermain yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan keterampilan lompat jauh gaya jongkok.
2. Belum diterapkannya pendekatan model bermain didalam pembelajaran
pendidikan jasmani disekolah dasar.
3. Belum diketahui pengaruh pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu
tali dan lingkaran karet (ban) sebagai rangsangan tinggi dan jarak terhadap
hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.
4. Belum diketahui hasil pembelajaran lompat jauh dengan alat bantu yang
dipengaruhi oleh kecepatan.
5. Perlu pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh
gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri 1 Kedungrejo
Nguntoronadi Wonogiri Tahun pelajaran 2008/2009.
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian maka perlu dibatasi
agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam
penelitian sebagai berikut:
1. Pengaruh pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu tali dan
lingkaran sebagai rangsangan tinggi dan jarak terhadap hasil belajar lompat
jauh gaya jongkok.
2. Pengaruh kecepatan tinggi dan rendah terhadap hasil belajar lompat jauh gaya
jongkok.
3. Hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD
Negeri 1 Kedungrejo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.
xvi
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh pembelajaran lompat jauh menggunakan alat
bantu tali dan lingkaran sebagai rangsangan tinggi dan jarak bertahap terhadap
hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD
Negeri 1 Kedungrejo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 ?
2. Adakah perbedaan pengaruh kecepatan tinggi dan rendah terhadap hasil
belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri
1 Kedungrejo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 ?
3. Adakah interaksi antara penggunaan alat bantu dan kecepatan lari terhadap
hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD
Negeri 1 Kedungrejo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian
ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu tali
dan lingkaran sebagai rangsangan tinggi dan jarak secara bertahap terhadap
hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD
Negeri 1 Kedungrejo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.
2. Perbedaan pengaruh kecepatan tinggi dan rendah terhadap hasil belajar lompat
jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri 1 Kedungrejo
Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.
3. Ada tidaknya interaksi antara penggunaan alat bantu dan kecepatan terhadap
hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD
Negeri 1 Kedungrejo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.
xvii
F. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan
dapat memberi manfaat antara lain:
1. Dapat meningkatkan penguasaan teknik lompat jauh gaya jongkok, sehingga
dapat mendukung pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok bagi siswa
yang dijadikan obyek penelitian.
2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru Penjaskes SD
Negeri 1 Kedungrejo Nguntoronadi Wonogiri pentingnya penggunaan alat
bantu dalam pembelajaran lompat jauh agar diperoleh hasil belajar yang
optimal.
3. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan dan memilih
pembelajaran yang lebih baik dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar
lompat jauh gaya jongkok untuk siswanya.
xviii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pusataka
1. Lompat Jauh
a. Lompat Jauh Gaya Jongkok
Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga
atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat, melayang dan
mendarat sejauh-jauhnya. Gerakan-gerakan dalam lompat jauh tersebut harus
dilakukan secara baik dan harmonis tidak diputus-putus pelaksanaannya agar
diperoleh lompatan sejauh-jauhnya. Berkaitan dengan lompat jauh Aip
Syarifuddin (1992:90) menyatakan, “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan
melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat
badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat
dan dengan jalan melalui tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang
sejauh-jauhnya”. Pendapat lain dikemukakan Yudha M. Saputra (2001: 47)
bahwa, “Lompat jauh adalah keterampilan gerak berpindah dari satu tempat ke
tempat lainnya dengan satu kali tolakan ke depan sejauh mungkin”.
Prinsip dari lompat jauh yaitu mencapai jarak lompatan sejauh-jauhnya.
Untuk mencapai jarak lomptan yang sejauh-jauhnya, maka seorang pelompat
dapat melakukannya dengan berbagai gaya salah satunya gaya jongkok. Lompat
jauh gaya jongkok disebut juga gaya duduk di udara (sit down in the air).
Dikatakan gaya jongkok karena gerakan yang dilakukan pada saat melayang di
udara membentuk gerakan seperti orang jongkok atau duduk. Gerakan jongkok
atau duduk ini terlihat saat membungkukkan badan dan kedua lutut ditekuk, kedua
tangan ke depan. Pada saat mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan, mendarat
dengan bagian tumit lebih dahulu dan kedua tangan ke depan. Untuk menghindari
kesalahan saat mendarat, maka diikuti dengan menjatuhkan badan ke depan.
xix
Lompat jauh gaya jongkok merupakan gaya yang paling mudah dilakukan
terutama bagi anak-anak sekolah dan gaya yang paling mudah untuk dipelajari
(Aip Syarifuddin, 1992:93). Lompat jauh gaya jongkok dianggap mudah karena
tidak banyak gerakan yang harus dilakukan pada saat melayang di udara, jika
dibandingkan dengan gaya lainnya. Salah satu hal yang harus diperhatikan pada
gaya jongkok terletak pada membungkukkan badan dan menekuk kedua lutut
serta menjulurkan kedua kaki ke depan dengan kedua lengan tetap ke depan untuk
mendarat.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Lompat Jauh
Mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya dan dinyatakan sah
berdasarkan peraturan yang berlaku adalah tujuan dari lompat jauh. Namun untuk
mencapai prestasi lompat jauh secara maksimal banyak faktor yang
mempengaruhinya. Tamsir Riyadi (1985: 95) menyatakan, “Unsur-unsur yang
berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh
meliputi daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi dan
keseimbangan”. Menurut Jonath U., Haag E. dan Krempel R. (1987:196)
persyaratan yang harus dipenuhi pelompat jauh yaitu: ”Faktor kondisi fisik yaitu,
kecepatan, tenaga loncat, kemudahan gerak khusus, ketangkasan dan rasa irama.
Faktor teknik yang meliputi ancang-ancang, lepas tapak tahap melayang dan
pendaratan”.
Berdasarkan dua pendapat di atas menunjukkan bahwa, untuk mencapai
prestasi lompat jauh dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan faktor teknik
melompat. Ditinjau dari kondisi fisik, komponen fisik yang dapat mempengaruhi
pencapaian prestasi lompat jauh antara lain daya ledak, kecepatan, kekuatan,
kelincahan, kelentukan, koordinasi. Sedangkan ditinjau dari teknik melompat
meliputi awalan, tolakan, melayang di udara dan pendaratan. Untuk mencapai
prestasi yang maksimal dalam lompat jauh, maka kedua faktor tersebut harus
dimiliki oleh seorang pelompat melalui latihan secara sistematis dan montinyu.
c. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok
xx
Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam
melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan suatu
proses gerakan dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga, atau dengan kata
lain teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang
memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau perlombaan.
Teknik lompat jauh merupakan faktor yang sangat penting dan harus
dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jauh terdiri beberapa bagian yang
dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan harmonis. Menurut
Jonath U. Haag & Krempel R. (1987: 197) bahwa, "Lompat jauh dapat dibagi ke
dalam ancang-ancang, tumpuan, melayang dan mendarat". Sedangkan Soegito
(1992: 55) menyatakan, “Faktor-faktor yang sangat menentukan untuk mencapai
prestasi lompat jauh adalah awalan, tumpuan, lompatan, saat melayang, dan
pendaratan”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik lompat jauh
terdiri empat tahapan yaitu awalan, tumpuan, melayang dan mendarat. Keempat
tahapan tersebut harus dikuasai dan harus dilakukan dengan harmonis dan tidak
terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Untuk lebih jelasnya
keempat teknik lompat jauh gaya jongkok dapat diuraikan secara singkat sebagai
berikut:
1) Awalan
Awalan merupakan tahap pertama dalam lompat jauh. Tujuan awalan
adalah untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada saat akan melompat dan
membawa pelompat pada posisi yang optimal untuk tolakan. Awalan yang benar
merupakan prasyarat yang harus dipenuhi, untuk menghasilkan jarak lompatan
yang sejauh-jauhnya.
Awalan lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya sebelum
salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan. Menurut Jes Jerver (2005: 34)
bahwa “Maksud berlari sebelum melompat ini adalah untuk meningkatkan
kecepatan horisontal secara maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu
take of ”. Jarak awalan tidak perlu terlalu jauh, tetapi sebagaimana pelari
xxi
mendapatkan kecepatan tertinggi sebelum salah satu kaki menolak. Jarak awalan
tersebut antara 30-35 meter. Berkaitan dengan awalan lompat jauh Tamsir Riyadi
(1985: 95) menyatakan:
Jarak awalan tergantung dari masing-masing atlet. Bagi pelompat yang dalam jarak relatif pendek sudah mampu mencapai kecepatan maksimal (full speed) maka jarak awalan cukup dekat/pendek saja (sekitar 30-35 m atau kurang dari itu). Sedangkan bagi atlet lain dalam jarak relatif jauh baru mencapai kecepatan maksimal, maka jarak awalan harus lebih jauh lagi sekitar 40-45 meter atau lebih jauh dari itu. Bagi pemula sudah barang tentu jarak awalan lebih pendek dari ancer-ancer tersebut.
Jarak awalan lompat jauh tidak ada aturan khusus, namun bersifat
individual tergantung dari masing-masing pelompat. Hal terpenting dalam
mengambil jarak awalan yaitu pelompat dimungkinkan memperoleh kecepatan
yang maksimal. Kecepatan awalan harus sudah dicapai tiga atau empat langkah
sebelum balok tumpuan. Tiga atau empat langkah terakhir sebelum menumpu
tersebut dimaksudkan untuk mengontrol saat menolak dibalok tumpuan.
Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan dengan
kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah agar diperoleh ketepatan
bertumpu pada balok tumpuan. Menurut Aip Syarifuddin (1992: 91) bahwa,
"Untuk menjaga kemungkinan pada waktu melakukan awalan itu tidak cocok,
atau ketidak tepatan antara awalan dan tolakan, biasanya pelompat membuat dua
buah tanda (cherkmark) antara permulaan akan memulai melakukan awalan
dengan papan tolakan". Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi
pemberian tanda untuk membuat cherkmark untuk ketepatan tumpuan sebagai
berikut:
Bak Pasir Tanda Tanda pertama kedua Papan tolak
Gambar 1. Ilustrasi Awalan Lompat Jauh
(Aip Syarifuddin, 1992:91)
xxii
2) Tumpuan
Tumpuan merupakan perubahan gerak datar ke gerak tegak atau ke atas
yang dilakukan secara cepat. Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu, sebelumnya
pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan sekuat-kuatnya
pada langkah terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di
udara. Tolakan dilakukan dengan menolakkan salah satu kaki untuk menumpu
tanpa langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke depan atas
yang besar. Jes Jerver (2005: 26) menyatakan, “Maksud dari take off adalah
merubah gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak
lurus, sambil mempertahankan kecepatan horisontal semaksimal mungkin”.
Lompatan dilakukan dengan mencondongkan badan ke depan membuat sudut
lebih kurang 45 dan sambil mempertahankan kecepatan saat badan dalam posisi
horisontal.
Daya dorong ke depan dan ke atas dapat diperoleh secara maksimal dengan
menggunakan kaki tumpu yang paling kuat. Ketepatan melakukan tumpuan akan
menunjang keberhasilan lompatan. Kesalahan menumpu (melewati balok
tumpuan), lompatan dinyatakan gagal atau diskualifikasi. Sedangkan jika
penempatan kaki tumpu berada jauh sebelum balok tumpuan akan sangat
merugikan terhadap pencapaian jarak lompatan. Menurut Tamsir Riyadi (1985:
96) teknik menumpu pada lompat jauh sebagai berikut:
1) Tolakan dilakukan dengan kaki yang terkuat. 2) Sesaat akan bertumpu sikap badan agak condong ke belakang (jangan
berlebihan) untuk membantu timbulnya lambungan yang lebih baik (sekitar 45.
3) Bertumpu sebaiknya tepat pada papan tumpuan. 4) Saat bertumpu kedua lengan ikut serta diayunkan ke depan atas.
Pandangan ke depan atas (jangan melihat ke bawah). 5) Pada kaki ayun (kanan) diangkat ke depan setinggi pinggul dalam posisi
lutut ditekuk Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak sebagai
berikut:
xxiii
Gambar 2. Tumpuan dalam Lompat Jauh
(Soegito, 1992:38)
3) Melayang di Udara
Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan kecepatan
awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu lepas dari papan tolak, badan si
pelompat dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang disebut “daya penarik bumi”.
Daya penarik bumi ini bertitik tangkap pada suatu titik yang disebut titik berat
badan (T.B./center of gravity). Titik berat badan ini letaknya kira-kira pada
pinggang si pelompat sedikit di bawah pusar agak ke belakang.
Salah satu usaha untuk mengatasi daya tarik bumi tersebut yaitu harus
melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dengan
kedua tangan ke arah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan
yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat badan
melayang di udara. Dengan demikian akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih
jauh, karena kedua kedua kecepatan itu akan mendapatkan perpaduan (resultante)
yang menentukan lintasan gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu
diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh,
sehingga akan membantu pendaratan. Jonath et al. (1987: 200) menyatakan, “Pada
fase melayang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan mempersiapkan
pendaratan”.
Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melayang di udara lompat jauh gaya
jongkok sebagai berikut:
xxiv
Gambar 3. Sikap Melayang di Udara
(Aip Syarifuddin, 1992:93)
4) Pendaratan
Pendaratan merupakan tahap terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh.
Pendaratan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat jauh. Mendarat dengan
sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh
pelompat. Mendarat dengan sikap badan hampir duduk dan kaki lurus ke depan
merupakan pendaratan yang efisien. Pada waktu mulai menyentuh pasir, pelompat
memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke depan, sehingga badan bagian
atas menjadi agak tegak dan lengan mengayun ke depan. Menurut Soegito (1992:
41) teknik pendaratan sebagai berikut:
Pada saat badan akan jatuh di pasir lakukan pendaratan sebagai berikut: a) Luruskan kedua kaki ke depan. b) Kedua kaki sejajar. c) Bungkukkan badan ke depan. d) Ayunkan kedua tangan ke depan. e) Berat badan dibawa ke depan.
Pada saat jatuh di pasir atau mendarat : a) Usahakan jatuh pada ujung kaki sejajar. b) Segera lipat kedua lutut. c) Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah arah
belakang. Berikut ini disajikan ilustrasi teknik gerakan mendarat lompat jauh gaya jongkok
sebagai berikut:
xxv
Gambar 4. Teknik Pendaratan Lompat Jauh
(Soegito, 1992:42)
2. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran telah dilakukan sejak dahulu pada tahun 1950-an
yang dilakukan oleh peneliti dari Amerika Serikat yaitu Marc Belth. Marc Belth
kemudian mendorong ahli-ahli pendidikan di antaranya Joyce dan Weil untuk
melakukan penelitian tentang model pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil yang
dikutip Suharno, Sukardi, Chotijah dan Suwalni S (1998: 25-26) bahwa, “Model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (suatu rencana pembelajaran jangka panjang) merancang
bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang
lain. Menurut Nurulwati yang dikutip Trianto (2007: 5) bahwa, “Maksud dari
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Pendapat lain
dikemukakan Syaiful Sagala (2005: 176) bahwa:
Model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka koseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Berdasarkan pengertian model pembelajaran yang dikemukakan tiga ahli
tersebut menunjukkan bahwa, model pembelajaran merupakan suatu pola atau
perencaan yang digunakan sebagai pedoman dalam mengajar. Dalam model
xxvi
pembelajaran ini dibutuhkan perangkat-perangkat yang mendukung kegiatan
pembelajaran. Dengan pola pembelajaran yang baik dan didukung perangkat-
perangkan pembelajaran yang baik dan ideal, maka tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada
strategi, metode atau prosedur. Dengan demikian, model pembelajaran
mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut Nieveen (1999) yang dikutip Trianto (2007:
8) bahwa suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria yaitu,
“Sahih (valid), praktis dan efektif”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, model pembelajaran
yang baik memiliki ciri valid, praktis dan efektif. Namun untuk melihat tingkat
kelayakan model untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk
memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan untuk aspek
kepraktisan dan efektifitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran untuk
melaksanakan model pembelajaran yang dikembangkan, sehingga untuk melihat
kedua aspek tersebut perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk
suatu topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan.
Selain itu juga, perlu dikembangkan instrument penelitian yang sesuai dengan
tujuan yang diinginkan.
Pada dasarnya tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik. Setiap
model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Hal ini sesuai
pendapat Arends (2001: 24) yang dikutip Trianto (2007: 9) bahwa, “Tidak ada
satu model pembelajaran yang paling baik di antara yang lainnya, karena masing-
masing model pembelajaran dapat dirasakan baik apabila telah diujicobakan untuk
mengajar materi tertentu”. Untuk mengetahui sejauh mana suatu model
pembelajaran baik atau tidak, maka perlu dilakukan seleksi. Dalam mengajarkan
suatu pokok pembahasan atau materi tertentu harus dipilih model pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih
model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan misalnya materi
pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, sarana atau fasilitas yang
tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
xxvii
b. Macam-Macam Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar
Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan pelajaran lainnya. Pendidikan jasmani
merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas gerak untuk
mengembangkan aspek-aspek yang ada dalam diri siswa untuk mendukung
pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Untuk membelajarkan
pendidikan jasmani yang tepat, maka perlu diterapkan model pembelajaran yang
baik dan tepat. Menurut Siedentop (1984), Smith (1996), Seefeld (1996) dalam
Hartono (2000: 33-40) model pembelajaran pendidikan jasmani untuk siswa
sekolah dasar antara lain, “(1) Model eclectic, (2) Model movement
education/experinces, (3) Model pendidikan olahraga, (4) Model pendidikan
rekreasi dan (5) Model pendidikan kesegaran jasmani”. Untuk lebih jelasnya
model-model pembelajaran pendidikan jasmani sekolah dasar diuraikan secara
singkat sebagai berikut:
1) Model Eclectic
Model pembelajaran eclectic merupakan suatu model pembelajaran yang
menekankan kepada penyediaan kesempatan kepada siswa (horisontal dan
vertikal) untuk dapat berpartisipasi aktif dalam sutau aktifitas sesuai dengan minat
dan kebutuhannya melalui penyediaan program/aktifitas yang bervariasi, baik
bentuk maupun macamnya, baik secara horisontal maupun vertikal (horisontal =
dalam kelompok itu sendiri, vertikal = sesuai dengan tingkat usia/jenjang kelas).
Sebaiknya, sifat kegiatannya maju berkelanjutan (sequential progresive,
horisontal and vertical) atau serial dan tingkat kesulitannya bergerak dari yang
rendah/pedia menuju ke arah lebih kompleks (ludus). Sedangkan macam
aktivitasnya, mulai dari gerak bebas dengan mulai menirukan gerak binatang,
aktivitas ini disebut “self testingactivities” atau “free activities”, sampai ke
bentuk-bentuk permainan sederhana, (low-organized-games/sport), lead-up
games/sport, dan modified games-sport.
xxviii
2) Model Movement Education/Experinces
Model pembelajaran ini lebih menekankan pada pemahaman konsep gerak
dan pengembangan konsep gerak, dan pengatasan masalah (self directed dan self
discovery). Pada model ini pembelajaran ini tertuntun yakni, bagaimana gerak itu
dilakukan dan pemahaman faktor-faktor/aspek-aspek yang memberikan dampak
kepada tubuh pada waktu gerak daripada masalah gerak itu sendiri, dalam
meningkatkan kemampuan siswa mengelola gerak (self directed dan self
discovery).
Sebagai konsekuensinya, siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya
untuk meraih keberhasilan tugasnya sesuai dengan tingkat keterampilan dan
tingkat usia kelasnya. Dengan demikan, model pembelajaran ini lebih berorientasi
kepada kebutuhan/kepentingan siswa (student oriented) daripada gerak itu sendiri.
Selanjutnya dengan hal tersebut, program aktivitasnya tidak dibenarkan
menghasilkan bintang olahraga dari kalangan siswa dan lebih menekankan pada
pengajaran terbuka (open skills instructions) dan prinsip-prinsip permainan
(principles of the games). Model pembelajaran ini juga mengembangkan
intelektual melalui gerak/aktivitas jasmani (perceptual motor skill development)
khususnya untuk kelompok kelas bawah (SD kelas 1,2,3) dan sampai pada tingkat
multilateral skills dan keterampilan terpadu (integrated skills). Sedangkan untuk
kelompok kelas atas (SD kelas 4,5,6) sampai mencapai tingkat sport skills
(spesifikasi unsur-unsur keterampilan olahraga permainan).
3) Model Pendidikan Olahraga
Pendidikan olahraga dalam konteks pendidikan jasmani di sekolah
termasuk Sekolah Dasar (SD) terutama kelompok kelas atas (4,5,6) dapat
berfungsi dan berperan lebih aktif, hanya dilaksanakan dalam bentuk modifikasi
(low-organized games sport, lead-up-games/sport dan modified games sport)
yang sesuai kebutuhan siswa dengan tidak mengabaikan nilai-nilai dan prinsip-
prinsip permainan/olahraga itu sendiri.
Fungsi dan peran utama model pendidikan olahraga dalam konteks
pendidikan jasmani ini semata-mata sebagai media sosialisasi keterampilan fisik
xxix
dan psikologis siswa (pemecahan masalah, bermasyarakat, pemimpin tim, pelatih
kelompoknya, pencacat nilai, ofisial, wasit, atau administrasi dan organisasi,
termasuk kegiatan-kegiatan sekolah yang sifatnya ekstrakurikuler dan
kemampuannya dalam mensosialiasikan nilai-nilai aktivitas jasmani itu sendiri
untuk meningkatkan tidak hanya performance skills (sport skills), tetapi juga
menyediakan peluang sebagai peserta yang sportif (agood sport participation).
Adapun yang dimaksud dengan performance skills (sport skills) dalam pendidikan
olahraga merupakan gambaran hasil interaksi antara efisiensi strategi yang
dilaksanakan dengan taktiknya, kemudian unsur-unsur keterampilan persepsi
motorik dan keterampilan jasmani yang spesifik sesuai dengan bentuk permainan
dan aktivitasnya.
Dengan keterampilan pada tingkat ini diharapkan siswa dapat
berpartisipasi dalam cabang-cabang olahraga yang diminati kemudian di
masyarakat luas. Untuk itu, maka program aktivitas dengan model ini lebih
diutamakan pada kelompok kelas atas (upper class) dan yang penting tidak ada
model coaching.
4) Model Pendidikan Rekreasi
Model pembelajaran ini memberikan suasana kelas atau proses belajar
mengajar lebih banyak memberikan suasana yang rileks dan kemerdekaan kepada
siswa untuk melakukan aktivitasnya. Dengan demikian siswa akan merasakan
kegembiraan, kebahagiaan, dan kepuasan selama dan sesudah mengikuti kegiatan.
Dukungan suasana yang demikian akan sangat membantu siswa memperoleh
kesegarannya hingga dapat mengikuti aktivita selanjutnya dengan rasa senang dan
segar sampai pelajaran kelas usai. Untuk jangka panjangnya siswa mampu
meningkatkan kesegaran jasmaninya secara bertahap. Dengan model
pembelajaran seperti ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas program dan
proses belajar mengajar pendidikan jasmani di sekolah dan menjadi lebih
potensial dalam mengembangkan siswa.
Beberapa alasan dengan menggunakan model pembelajaran pendidikan
rekreasi yaitu: meminimalkan terjadinya pelanggaran, maksimal partisipasi dapat
xxx
dicapai dan menyesuaikan dengan kondisi dan situasi. Namun pada kenyataannya
guru pendidikan jasmani cendrung menyukai pendekatan deduktif dan pengajaran
tertutup (tradisional). Dengan pendekatan ini terkesan keengganan guru
memberdayakan daya kreasi baik pada diri guru maupun siswa. Pendekatan
tradisional cenderung berorientasi pada hasil pencapaian belajar melalui
penguasaan cabang olahraga melalui penguasaan teknik (pendekatan teknik) dan
kepentingan guru/sekolah cenderung diutamakan dan tidak memberi kesempatan
siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan dan keiingannya.
5) Model Pendidikan Kesegaran Jasmani
Pada dasarnya model pembelajaran pendidikan kesegaran jasmani
menekankan pentingnya bentuk kegiatan berupa suatu perpaduan antara bentuk-
bentuk aktivitas bebas (self testing activities) dan bentuk-bentuk permainan tim
(team games) yang kesemuanya itu selalu dimulai dari yang paling sederhana
(pedia) sampai ke tingkat yang lebih kompleks/sulit (ludus), baik horisontal
(dalam kelompok itu sendiri), maupun vertikal (jenjang kelompok/kelas) dan
materi aktivitasnya disusun dalam satu paket/kemasan.
Dengan perencanaan yang baik maka program pendidikan jasmani akan
menjadi lebih potensial dalam memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan
pada umumnya dan bagi kepentingan sekolah pada khususnya, terutama bagi
kepentingan dan kebutuhan siswa. Model pembelajaran ini pada dasarnya lebih
mengarah kepada usaha pengembangan budaya hidup sehat aktif kepada para
siswa melalui aktivitas jasmani dengan mengabaikan hasil pelaksanaan tugas
(prestasi). Di samping itu, model pendidikan kesegaran jasmani juga lebih
menekankan partisipasi maksimal, kesenangan (enjoy), fun, dan mengembangkan
daya kreasi. Oleh karena itu, karakteristik dan misi pendidikan jasmani sekolah
termasuk sekolah dasar model pembelajaran yang digunakan harus mengandung
unsur-unsur pendidikan rekreasi, pendidikan olahraga, pendidikan/pengalaman
gerak, kesegaran jasmani dan sifatnya harus serial (sequental progresive), baik
vertikal (sesuai dengan jenjang kelas/usianya) maupun horisontal (sesuai dengan
kondisi kelas yang heterogen).
xxxi
Selain beberapa model pembelajaran di atas, ada satu model pembelajaran
pendidikan jasmani yang disampaikan Cholik Mutohir dengan istilah pendekatan
modifikasi olahraga. Modifikasi olahraga dimaksudkan untuk mengganti model
pengajaran tradisional. Modifikasi dapat dilakukan pada alat, ukuran lapangan,
aturan permainan dan sebagainya. Seorang guru dikatakan berhasil apabila ia
dapat mencapai kepuasan profesional dan ia secara kreatif mampu menggunakan
berbagai keterampilan mengajar serta berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan pembelajaran. Guru harus mampu memanfaatkan lingkungan yang ada
secara optimal sehingga dapat menumbuhkan situasi dan kondisi dimana anak
terangsang untuk senang belajar.
Konsep modifikasi olahraga pada dasarnya berpedoman pada DAP
(Developmentally Apropriate Practice) yang mengacu pada pembelajaran
individual (individualize instructional approach). Pembelajaran berpusat pada
anak didik dan berusaha disesuaikan dengan kondisi fisik dan psikis anak. Model
ini dirancang untuk membantu anak dalam mengembangkan suatu pengertian
yang lebih baik tentang diri dan lingkungannya serta hubungannya dengan
olahraga yang digemari dan media yang digunakan. Dalam program ini siswa
diminta untuk menjelaskan secara luas tentang masalah-masalah termasuk
konstruksi media kesegaran, tingkah laku sportif dan kesamaan hak dalam
pendidikan jasmani dan olahraga. Anak diajak untuk terlibat aktif dalam proses
pembuatan keputusan dalam kelas dan belajar melalui diskusi dan pemcahan
masalah. Guru bertindak sebagai fasilitator untuk mengarahkan siswa dalam
belajar.
c. Ciri-Ciri dalam Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan menyampaikan informasi
atau pengetahuan dari seorang guru kepada siswa agar terjadi perubahan
pengetahuan atau keterampilan pada diri siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka
dalam pembelajaran terdapat ciri-ciri tertentu.
Ciri-ciri pembelajaran pada dasarnya merupakan tanda-tanda upaya guru
mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan
xxxii
siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan
belajar dapat tercapai. Menurut H. J. Gino dkk, (1998: 36) menyatakan, “Ciri-ciri
pembelajaran terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar
siswa yaitu (1) motivasi belajar, (2) bahan belajar, (3) alat bantu belajar, (4)
suasana belajar dan (5) kondisi subyek belajar”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri-ciri pembelajaran
terdiri dari lima macam yaitu, motivasi belajar, bahan belajar, suasana belajar dan
kondisi siswa belajar. Ciri-ciri pembelajaran tersebut harus diperhatikan dalam
proses belajar mengajar. Secara singkat ciri-ciri pembelajaran dijelaskan sebagai
berikut:
1) Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, bila seorang siswa tidak dapat
melakukan tugas pembelajaran, maka perlu dilakukan upaya untuk menemukan
sebab-sebabnya dan kemudian mendorong siswa tersebut mau melakukan tugas
ajar dari guru. Dengan kata lain siswa tersebut perlu diberi rangsangan agar
tumbuh motivasi pada dirinya.
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu
dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak suka
tersebut. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu
tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah
pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai.
2) Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi
belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan
karakteristik siswa agar dapat diminati siswa.
xxxiii
Bahan pengajaran merupakan segala informasi yang berupa fakta, prinsip
dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan
yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang
daya cipta atau yang bersifat menantang agar menumbuhkan dorongan pada diri
siswa untuk menemukan atau memecahkannya masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran.
3) Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat alat yang dapat
membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar. Alat bantu pembelajaran
adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan
maksud menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Guru harus berusaha agar
materi yang disampaikan atau disajikan mampu diserap dengan mudah oleh siswa.
Apabila pengajaran disampikan dengan bantuan alat-alat yang menarik, maka
siswa akan merasa senang dan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
4) Suasana Belajar
Suasana belajar sangat penting dan akan berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan pembelajaran. Suasana belajar akan berjalan dengan baik, apabila terjadi
komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan siswa. Di samping itu juga, adanya
kegairahan dan kegembiraan belajar. Suasana belajar mengajar akan berglangsung
dengan baik, dan isi pelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa, maka
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
5) Kondisi Siswa yang Belajar
Siswa atau anak memiliki sifat yang unik atau sifat yang berbeda, tetapi
juga memiliki kesamaan yaitu memiliki langkah-langkah perkembangan dan
memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran. Dengan
kondisi siswa yang demikian akan dapat berpengaruh pada partisipasi siswa dalam
proses belajar. Untuk itu, kegiatan pengajaran lebih menekankan pada peranan
xxxiv
dan partisipasi siswa bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan
sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pembimbing.
d. Prinsip-Prinsip dalam Pembelajaran
Belajar suatu keterampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa
suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip H.J.
Gino dkk (1998: 51) bahwa, “Perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai
jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap,
pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala
aspek organisme atau pribadi seseorang”.
Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa. Untuk
mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses
pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) bahwa, “Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi
perhatian dan motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan,
tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip-prinsip pembelajaran
meliputi tujuh aspek yaitu perhatian dan motivasi, keterlibatan langsung atau
berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan
individual. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka prinsip-prinsip
pembelajaran tersebut harus diterapkan dalam pembelajaran dengan baik dan
benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip pembelajaran tersebut diuraikan secara
singkat sebagai berikut:
1) Perhatian dan Motivasi Belajar
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran
sesuai dengan kebutuhan siswa. H.J. Gino dkk. (1998: 52) menyatakan,
“Perhatian siswa waktu belajar akan sangat mempengaruhi hasil belajar. Belajar
dengan penuh perhatian (konsentrasi) pada materi yang dipelajari akan lebih
terkesan lebih mendalam dan tahan lama pada ingatan”.
xxxv
Perhatian mempunyai peran penting untuk mencapai hasil belajar yang
optimal. Apabila pelajaran yang diterima siswa dirasakan sebagai kebutuhan,
maka akan membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Sedangkan
yang dimaksud motivasi menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) adalah,
“Tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang”. Dengan
motivasi belajar yang tinggi, maka siswa akan lebih bersemangat dalam belajar.
Belajar yang dilakukan dengan penuh semangat akan dapat mencapai hasil belajar
yang optimal.
2) Keaktifan Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan
belajarnya secara efektif siswa dituntut untuk atif secara fisik, intelektual dan
emosional. Tanpa ada keaktifan dari siswa, maka tidak akan terjadi proses belajar.
Hal ini sesuai pendapat H.J. Gino dkk. (1998: 52) bahwa, “Dari semua unsur
belajar, boleh dikatakan keaktifan siswalah prinsip yang terpenting, karena belajar
sendiri merupakan suatu kegiatan. Tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seorang
belajar”.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bermacam-macam bentuknya.
Hal ini sesuai dengan jenis atau masalah yang dipelajari siswa. Menurut S.
Nasution (1988:93) yang dikutip H.J. Gino dkk. (1998: 52-53) macam-macam
keaktifan belajar siswa antara lain: “Visual activities, oral activities, listening
activities, drawing activities, motor activities, mental activities, emotional
activities”.
Keaktifan-keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tersebut tidak
terpisah satu dengan lainnya. Misalnya dalam keaktifan motoris terkandung
keaktifan mental dan disertai oleh perasaan tertentu. Dalam setiap pelajaran dapat
dilakukan bermacam-macam keaktifan.
3) Keterlibatan Langsung Siswa
Belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri siswa. Dalam proses
belajar sangat kompleks. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organ-
xxxvi
organ siswa mengubah tingkah lakunya sebagai hasil pengalaman yang
diperolehnya. Dapat dikatakan bahwa, belajar merupakan hasil pengalaman, sebab
pengalaman-pengalaman yang diperoleh itulah yang menentukan kualitas
perubahan tingkah laku siswa. Jadi peristiwa belajar terjadi apabila terjadi
perubahan tingkah laku pada diri siswa.
Belajar adalah tanggungjawab masing-masing siswa, sebab hasil belajar
adalah hasil dari pengalaman yang diperoleh sendiri, bukan pengalaman yang
didapat oleh orang lain. Oleh karena itu, kualitas hasil belajar berbeda-beda antara
siswa satu dengan lainnya tergantung pada pengalaman yang diperoleh dan
kondisi serta kemampuan setiap siswa.
4) Pengulangan Belajar
Salah satu prinsip belajar adalah melakukan pengulangan. Dengan
melakukan pengulangan yang banyak, maka suatu keterampilan atau pengetahuan
akan dikuasai dengan baik. Menurut Davies (1987:32) yang dikutip Dimyati dan
Mudjiono (2006: 52) bahwa, “Penguasaan secara penuh dari setiap langkah
memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. Dari pernyataan inilah
pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran”. Sedangkan
Suharno HP. (1993: 22) berpendapat, “Untuk mengotomatisasikan penguasaan
unsur gerak fisik, teknik, taktik dan keterampilan yang benar atlet harus
melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi sebanyak-banyaknya secara
kontinyu”.
Mengulang materi pelajaran atau suatu keterampilan adalah sangat
penting. Dengan melakukan pengulangan gerakan secara terus menerus, maka
gerakan keterampilan dapat dikuasai dengan secara otomatis. Suatu keterampilan
yang dikuasai dengan baik, maka gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien.
5) Tantangan
Tantangan merupakan salah satu bagian yang penting dalam pembelajaran.
Dengan adanya tantangan maka akan memotivasi siswa untuk memecahkan
xxxvii
permasalahan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai pendapat H.J. Gino dkk
(1998: 54) bahwa, “Materi yang dipelajari oleh siswa harus mempunyai sifat
merangsang atau menantang. Artinya, materi tersebut mengandung banyak
masalah-masalah yang merangsang untuk dipecahkan. Apabila siswa dapat
mengatasi masalah yang dihadapinya, maka ia akan mendapatkan kepuasan”.
Memberikan tantangan dalam proses belajar mengajar adalah sangat
penting. Dengan adanya tantangan yang harus dihadapi atau dipecahkan siswa
dalam belajar, maka siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk
memecahkan masalah tersebut. Jika siswa mampu memecahkan masalah yang
dipelajarinya, maka siswa akan memperoleh kepuasan dan mencapai hasil belajar
yang optimal.
6) Balikan dan Penguatan
Pemberian balikan pada umumnya memberi nilai positif dalam diri siswa,
yaitu mendorong siswa untuk memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan
usaha belajarnya. Tingkah laku dan usaha belajar serta penampilan siswa yang
baik, diberi balikan dalam bentuk senyuman ataupun kata-kata pujian yang
merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan penampilan siswa.
Penguatan (reinforcement) adalah respon terhadap tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Memberi
penguatan dalam kegiatan belajar kelihatannya sederhana sekali, yaitu tanda
persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa. Namun demikian, penguatan ini
sangat besar manfaatnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
7) Perbedaan Individu
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu
dengan lainnya. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo atau
kecepatannya masing-masing. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa
lain akan membantu siswa menentukan cara belajar serta sasaran belajar bagi
dirinya sendiri. Manfaat pembelajaran akan lebih berarti jika proses pembelajaran
yang diterapkan, direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan
xxxviii
kondisi masing-masing siswa. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka
guru harus memperhatikan perbedaan setiap individu dan dalam
membelajarkannya harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing
individu.
3. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAIKEM)
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan antara guru dan
siswa. Guru bertugas sebagai pemberi pelajaran, sedangkan siswa sebagai
penerima pelajaran. Berkaitan dengan pembelajaran H.J. Gino, Suwarni, Suripto,
Maryanto dan Sutijan. (1998: 32) menyatakan, “Pembelajaran atau
instruction/instruksional atau pengajaran merupakan usaha sadar dan disengaja
oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern
dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar”. Menurut Sukintaka (2004:
55) bahwa, “Pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru
mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi
peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya”.
Berdasarkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan dua ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa, dalam kegiatan pembelajaran terjadi tiga kejadian
secara bersama yaitu: (1) ada satu pihak yang memberi, dalam hal ini guru, (2)
pihak lain yang menerima yaitu, perserta didik atau siswa dan, (3) tujuan yaitu
perubahan yang lebih baik pada diri siswa. Adapun yang dimaksud dengan ketiga
komponen tersebut menurut H.J. Gino dkk., (1998: 30) sebagai berikut:
Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan
xxxix
perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor dan afektif.
Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, jika siswa dapat
berinteraksi dengan guru dan bahan pengajaran di tempat tertentu yang telah
diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
maka perlu dibuat program pembelajaran yang baik dan benar. Program
pembelajaran merupakan rencana kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar
dan teori pokok secara rinci yang memuat metode pembelajaran, alokasi waktu,
indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dari setiap pokok mata pelajaran.
b. Pengertian PAIKEM
PAIKEM adalah kepanjangan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan. Model pembelajaran PAIKEM merupakan salah satu
usaha mendorong terus ditingkatkannya pelaksanaan pembelajaran di lapangan
yang benar-benar berorientasi kepada siswa sebagai subjek belajar dan efektif
hasilnya. Adapun maksud dari masing-masing kata tersebut menurut Madya
Ekosusilo (2007: 2) yaitu:
1) Aktif yaitu guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan pendapat/gagasan.
2) Inovatif yaitu guru harus menciptakan kondisi belajar dan kegiatan pembelajaran yang baru sesuai dengan tuntutan dan perkembangan pendidikan.
3) Kreatif yaitu guru menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
4) Efektif yaitu pembelajaran harus dapat mencapai tujuan/kompetensi yang ditetapkan.
5) Menyenangkan yaitu guru harus mampu menciptakan suasana belajar mengjar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada apa yang sedang dipelajari.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efketif dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk mandiri dan aktif
dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan guru bertugas sebagai monitoring dan
xl
fasilitator. Setiap kegiatan yang dilakukan siswa selalu dipantau oleh guru, dan
setiap kesulitan yang dihadapi siswa memberi solusi atau jalan keluar. Lebih
lanjut Madyo Ekosusilo (2007: 3) berpendapat:
1) PAIKEM dari segi guru yaitu: a) Aktif:
- Memantau kegiatan belajar siswa. - Memberi umpan balik. - Mengajukan pertanyaan yang menantang. - Mempertanyakan gagasan siswa
b) Inovatif: - Menciptakan hal-hal yang baru dalam pembelajaran yang baru.
c) Kreatif: - Mengembangkan kegiatan yang beragam. - Membuat alat bantu belajar sederhana.
d) Efektif: - Mencapai tujuan pembelajaran.
e) Menyenangkan: - Tidak membuat anak:
- Takut salah - Takut ditertawakan - Takut dianggap sepele - Takut dimarahi dan lain sebagainya
2) PAIKEM dari siswa: a) Aktif:
- Bertanya - Mengemukakan pendapat - Mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya.
b) Inovatif: - Berusaha menemukan hal-hal yang baru.
c) Kreatif: - Merancang/membuat sesuatu. - Menulis/mengarang.
d) Efektif: - Menguasai keterampilan yang diperlukan.
e) Menyenangkan: - Membuat anak berani:
- Mencoba/berbuat - Bertanya - Mengemukakan pendapat/gagasan - Mempertanyakan gagasan orang lain.
xli
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, PAIKEM dilihat dari
guru dan siswa merupakan hubungan timbal balik. Guru berusaha merancang dan
mengorganisasi pembelajaran sebaik mungkin, sedangkan siswa harus aktif dalam
mengikuti pembelajaran. Dengan kata lain, antara guru dan siswa terjalin
koordinasi pembelajaran yang interaktif dan setiap kegiatan yang dilakukan siswa
selalu dipantau oleh guru.
c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam PAIKEM
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan
(PAIKEM) merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut Madyo
Ekosusilo (2007: 4) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam PAIKEM
yaitu:
1) Memahami sifat yang dimiliki anak: Anak memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi-modal dasar perkembangannya sikap kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus diolah guru sehingga subur untuk perkembangannya kedua sifat tersebut.
2) Mengenal anak secara perorangan: Anak berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Perbedaan individu harus diperhatikan dan tercermin dalam pembelajaran.
3) Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar: Sebagai makhluk sosial suka berkelompok, tugas kelompok, bertukar pikiran dan berinteraksi.
4) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif dan kemampuan: Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah, maka perlu kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sehingga melahirkan alternatif pemecahan masalah. Tugas guru mengembangkan dengan cara memberi tugas atau mengajukan pertanyaan secara terbuka.
5) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik: Hasil pekerjaan siswa perlu dipajang secara rapi untuk memberi motivasi bekerja lebih baik lagi. Pajangan dapat menimbulkan inspirasi bagi siswa lainnya dan dapat sebagai rujukan bagi guru.
6) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar: Lingkungan (fisik, sosial, budaya) sebagai bahan ajar dan sumber belajar perlu dimanfaatkan oleh guru, sehingga anak menjadi lebih lebih senang, dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati, mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,
xlii
mengklasifikasi, membuat tulisan, membuat gambar dan lain sebagainya.
7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan: Umpan balik merupakan bentuk interaksi guru-siswa, hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan dan perlu diberikan secara santun untuk menanamkan rasa percaya diri siswa. Guru harus konsisten memberikan hasil pekerjaan siswa.
8) Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental: Aktif mental harus diutamakan sehingga menimbulkan keberanian bagi siswa. Guru harus mampu menghilangkan penyebab rasa takut.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) yaitu: memahami sifat anak,
mengenal secara peroarangan, memanfaatkan perilaku anak, mengembangkan
kemampuan berfikir kritis, kreatif, mengembangkan ruang kelas sebagai
lingkungan belajar yang menarik, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar, memberikan umpan balik dan membedakan antara aktif fisik dan aktif
mental. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka memberi peluang yang
besar pembelajaran akan berhasil. Adapun ciri-ciri keberhasilan PAIKEM
menurut Madyo Ekosusilo (2007: 5) yaitu: “Berfikir kritis, kreatif, produktif,
belajar mandiri, bertanggungjawab, bias bekerjasama, mencari dan memanfaatkan
informasi, memacahkan masalah dan siap menghadapi perubahan”.
d. PAIKEM dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar
PAIKEM merupakan model pembelajaran yang mempunyai peran penting
dalam pendidikan jasmani terutama pendidikan jasmani sekolah dasar. Hal ini
karena, dalam PAIKEM menuntut guru untuk aktif menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif, menciptakan kondisi pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan dan pertumbuhan siswa, menciptakan kegiatan belajar
mengajar yang bervariasi, berusaha tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
efektif dan pembelajaran harus dilakukan dengan suasana yang menyenangkan.
Sedangkan PAIKEM bagi siswa yaitu menuntut siswa untuk aktif bertanya,
mengemukakan pendapat, inovatif yaitu berusaha menemukan hal yang baru,
kreatif membuat sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran, efektif yaitu
berusaha menguasai keterampilan yang dipelajari serta merasa senang dengan
xliii
pembelajaran yang diikutinya. Jika dikaitkan dengan pendidikan jasmani,
PAIKEM sangat membantu untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Adapun
tujuan pendidikan jasmani sekolah dasar, Agus Mahendra (2004: 18)
menggambarkan skema sebagai berikut:
Gambar 5. Skematis Tujuan Penjas Sekolah Dasar
(Agus Mahendra, 2004: 18)
Berdasarkan skema tujuan pendidikan jasmani sekolah dasar tersebut,
maka PAIKEM akan sangat membantu untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani
tersebut. Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani tersebut, maka guru harus
aktif menciptakan suasana belajar yang baik, sehingga tujuan kognitif dapat
tercapai. Untuk mencapai tujuan psikomotorik seorang guru harus inovatif
menciptakan kondisi pembelajaran yang variatif agar siswa tidak merasa bosan
dengan pembelajaran yang diterimanya. Dan hal yang tak kalah pentingnya
bahwa, seorang guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan agar siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran. Dengan
demikian tujuan pendidikan jasamni akan tercapai dengan efektif. Tercapainya
tujuan pendidikan jasmani akan sangat membantu pencapaian tujuan
pembelajaran secara keseluruhan.
4. Motivasi Belajar
PEMBELAJARAN PENJAS
KOGTITIF Konsep gerak Arti sehat Memacahkan
masalah Kritis, cerdas
PSIKOMOTOR Gerak dan
keterampilan Kemampuan fisik
dan motorik Perbaikan fungsi
organ tubuh
AFEKTIF Menyukai kegiatan
fisik Merasa nyaman
dengan diri sendiri.
Ingin terlibat dalam pergaulan sosial
xliv
a. Pengertian Motivasi
Dalam kegiatan belajar mengajar banyak faktor yang mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan
belajar mengajar sangat kompleks. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam
kegiatan belajar mengajar mencakup faktor siswa, faktor latihan, lingkungan,
faktor guru dan lain sebagainya. Dari faktor-faktor tersebut, faktor siswa
merupakan faktor penentu utama yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Hal ini
sesuai pendapat Sugiyanto (1998: 380) bahwa, “Faktor pelajar/siswa merupakan
faktor penentu utama dalam proses belajar gerak. Faktor pelajar meliputi
perhatian, persepsi, emosi, kepribadian, karakteristik fisik dan motivasi”.
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa. Hal ini karena motivasi sebagai motor penggerak dalam proses
belajar agar siswa melakukan kegiatan belajar secara sungguh-sungguh agar
mencapai hasil yang maksimal. Berkaitan dengan motivasi Cratty (1983) yang
dikutip Harsono (1988: 250) menyatakan, “Secara umum motivasi mengacu
kepada faktor-faktor dan proses-proses yang bermaksud untuk mendorong orang
untuk bereaksi atau untuk tidak bereaksi dalam berbagai situasi”. Menurut Rusli
Lutan (1988: 357) bahwa, “Motivasi merupakan kondisi internal yang
menggerakan atau menggiatkan orang berbuat sesuatu dalam rangka memenuhi
keinginannya atau kebutuhannya baik berupa kebutuhan biologis, psikologis
maupun sosial”. Pendapat lain dikemukakan Sugiyanto (1998: 380) bahwa,
“Motivasi merupakan mekanisme internal dan rangsangan ekternal yang timbul
dan mengatur perilaku siswa”.
Berdasarkan pendapat tiga ahli tersebut menunjukkan bahwa, motivasi
merupakan kondisi internal dari dalam maupun eksternal dari luar yang dapat
mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan atau
aktivitas sesuai keinginannya. Hal ini artinya, motivasi dapat mempengaruhi
perilaku seseorang baik sebagai pembangkit atau tindakan dan penggerak
perbuatan dan aktivitas seseorang. Sugiyanto (1998: 381) menggambarkan siklus
motivasi sebagai berikut:
xlv
Gambar 6. Siklus Pebuatan Termotivasi (Sugiyanto (1998: 381)
Berdasarkan siklus tersebut menunjukkan bahwa, ada tiga komponen
utama dari siklus motivasi yaitu: timbulnya motivasi, perbuatan yang termotivasi
dan kondisi terpuaskan. Dari ketiga komponen tersebut merupakan suatu proses
dari mulainya suatu kebutuhan atau dorongan, kemudian melakukan tindakan-
tindakan dan akhirnya tercapai sasaran atau tujuan yang dapat memuaskan
kebutuhan tersebut.
b. Sumber Motivasi
Motivasi yang dapat membangkikan kegiatan atau aktivitas seseorang
dapat datang dari dalam maupun dari luar. Hal ini artinya, sumber motivasi dapat
digolongkan menjadi dua yaitu: “(1) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
timbul karena adanya rangsangan dari luar atau bersifat eksternal dan (2)
Motiviasi instrinsik timbul dari dalam diri atlet atau bersifat internal (Sugiyanto,
1998: 383)”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, sumber motivasi dikelompokkan
menjadi dua yaitu motivasi dari luar dan motivasi dari dalam. Motivasi dari luar
dikenal adanya bentuk hadian (reward) dan hukuman (punishment) sebagai
bentuk pembangkit motivasi. Dengan pemberian hadiah, maka seseorang akan
termotivasi untuk mendapatkan hadiah tersebut. Sedangkan hukuman yang
dimaksud yaitu, seseorang akan termotivasi melakukan kegiatan sebaik mungkin
agar tidak terjadi kesalahan. Apabila terjadi kesalahan maka akan mendapat
hukuman. Dengan demikian, adanya hadiah dan hukuman akan dapat memotivasi
seseorang untuk melakukan kegiatan atau aktivitas sebaik mungkin.
Perbuatan termotivasi
Timbulnya motivasi
Kondisi terpuaskan
xlvi
Sedangkan motivasi instrinsik berupa dorongan untuk berbuat yang timbul
atas kemauan dari diri sendiri. Motivasi instriksik meliputi dorongan aktualisasi
diri yang melibatkan ego misalnya, seseorang selalu berusaha untuk mendapatkan
nilai yang tinggi, ingin selalu berpenampilan bagus dan lain sebagainya.
Seseorang yang melakukan kegiatan-kegiatan tersebut bukan karena ingn
mendapatkan hadiah, pujian, sanjungan atau yang lainnya, tetapi ingin
memperoleh kepuasan dirinya.
Aktivitas dengan dorongan motivasi instrinsik cenderung dapat bertahan
lama dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu, mejadi tugas
seorang guru untuk dapat menimbulkan motivasi, mengembangkan dan
meningkatkan motivasi instrinsik kepada siswanya dalam setiap kegiatan belajar.
Namun untuk menumbuhkan atau membangkitkan motivasi instrinsik tersebut
terkadang sangat sulit. Menyikapi hal tersebut, maka seorang guru harus berusaha
dengan cara yang lain atau memberikan dorongan untuk menumbuhkan motivasi
ekstrinsik kepada para siswanya.
B. Kerangka Pemikiran
Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang tidak kalah
pentingnya dengan mata pelajaran lainnya seperti Matematika, IPA, IPS dan lain-
lain. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai
peran penting untuk mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan
jasmani merupakan suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan
olahraga, dimana pendidikan jasmani mempunyai maksud dan tujuan untuk
mendidikan siswa. Hal yang membedakan dengan mata pelajaran lainnya adalah
alat yang digunakan yaitu gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar.
Gerak tersebut dirancang secara sadar oleh gurunya untuk merangsang
pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Dalam membelajarkan pendidikan jasmani harus dilakukan dengan baik
dan tepat. Pendidikan jasmani merupakan program pendidikan melalui gerak atau
permainan dan olahraga yang di dalamnya terkandung bahwa gerakan, permainan
xlvii
atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Dalam
hal ini mendidik keterampilan fisik, motorik, keterampilan berfikir dan
keterampilan memecahkan masalah dan juga keterampilan emosional dan sosial.
Dalam membelajarkan pendidikan jasmani harus diterapkan model
pembelajaran yang baik dan tepat. Banyaknya model pembelajaran menuntut
seorang guru pendidikan jasmani harus menguasai dan memahami model-model
pembelajaran pendidikan jasmani. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Model Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan
pembelajaran yang menuntut guru untuk aktif menciptakan suasana pembelajaran,
sehingga memicu siswa untuk aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Inovatif
menuntut seorang guru untuk menemukan hal-hal yang baru dalam pembelajaran
pendidikan jasmani. Kreatif menuntut seorang guru untuk menciptakan kegiatan
belajar mengajar yang beragam atau bervariasi, sehingga memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa. Efektif yaitu menghendaki tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Sedangkan menyenangkan menuntut seorang guru mencitptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan, siswa tidak memiliki rasa takut, sehingga
perhatian siswa lebih terarah terhadap pelajaran yang diterimanya.
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAIKEM) menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa dituntut untuk akif mengemukakan pendapat atau bertanya atau
mempertanyakan gagasan orang lain. Siswa harus mampu menemukan hal-hal
baru dalam proses pembelajaran. Siswa harus kreatif merancang atau membuat
sesuatu. Dengan siswa terlibat aktif, maka tujuan pembelajaran akan tercapai
secara efektif. Dan hal yang terpenting siswa harus mempunyai keberanian
bertindak, bertanya atau mengemukakan pendapat. Keberhasilan dari
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)
yaitu siswa berfikir kritis, kreatif, produktif, belajar mandiri, bertanggungjawab,
bisa bekerjasama, mampu mencari dan memanfaatkan informasi, mampu
memecahkan masalah dan siap menghadapi perubahan. Untuk mencapai hasil
xlviii
belajar pendidikan jasmani yang optimal, maka menerapkan model pembelajaran
yang tepat sangat penting. Model pembelajaran PAIKEM merupakan model
pembelajaran yang baik untuk membelajarkan pendidikan jasmani. Dengan model
pembelajaran PAIKEM, maka motivasi belajar siswa akan menjadi meningkat
karena pembelajaran yang diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan
pertumbuhan siswa. Dengan motivasi belajar yang meningkat, maka akan
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan jasmani lebih optimal.
Berkaitan dengan permasalahan dalam penelitiani ini, alur kerangka
pemikiran dalam penelitian ini secara skematis sebagai berikut:
Kondisi awal
Guru: kurang kreatif & inovatif dalam mengajar pelajaran lompat jauh gaya jongkok
Siswa: - siswa kurang tertarik &
cepat bosan dengan model pembelajaran lompat jauh
- hasil belajar lompat jauh gaya jongkok rendah
xlix
Gambar 1: Alur Kerangka Berpikir
B. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diajukan hipotesis: melalui model
pembelajaran PAIKEM motivasi siswa kelas V SD Negeri I Keyongan
Nogosari Boyolali dapat meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Tindakan
Meningkatkan motivasi belajar lompat jauh gaya jongkok dengan model PAKIEM
Kondisi akhir
Siklus I: guru & peneliti menyusun bentuk gerakan & permainan melalui pembelajaran lompat jauh dengan melompati kardus dengan tujuan meningkatkan motivasi siswa.
Siklus II: upaya perbaikan dari tindakan dari siklus I sehingga melalui model pembelajaran PAIKEM dapat berhasil meningkatkan motivasi siswa.
Melalui model PAIKEM motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok meningkat
l
Penelitian ini dilaksanakan setelah test Akhir Semester Genap yaitu selama 3
bulan, mulai bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2009. Untuk lebih
jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian sebagai berikut:
Tabel 1: Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
N
o
Kegiatan
Bulan
M
a
r
A
p
rl
M
ei
J
u
ni
J
ul
i
A
gs
t
S
e
pt
1 Persiapan survei awal sampai penyusunan proposal
xxxx
xxxx
2 Seleksi informan, penyiapan instrumen dan alat
xx--
3 Pengumpulan data dan treatment
--xx
xxxx
xxxx
xx--
4 Analisis data --xx
5 Penyusunan laporan xxxx
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali.
Alasan peneliti memilih tempat penelitian di SD Negeri 1 Keyongan Nogosari
Boyolali, karena hasil pembelajaran atletik khususnya nomor cabang lompat jauh
gaya jongkok di SD Negeri tersebut masih rendah sehingga perlu ditinggatkan
agar motivasi pembelajaranya dapat tercapai dengan baik melalui model
pembelajaran PAIKEM.
li
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas V SD Negeri 1
Keyongan Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 30 .
Dengan rincian siswa putra terdiri atas 14 dan siswa putri 16 anak. Dan guru
olahraganya berjumlah 1.
D. Sumber Data
Data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primernya
adalah hasil anget motivasi siswa yang diberikan kepada siswa dan data
sekundernya kepuasan siswa, kreativitas guru, RPP, APP, Pelaksanaan
pembelajaran, semangat dan keaktivan siswa.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik dan Alat pengumpulan data meliputi teknik non tes dan tes
meliputi :
Tabel 2. Teknik/ Alat pengumpulan data non tes
Aspek yang diteliti Teknik/ Alat Pengumpulan Data Motivasi belajar penjas Angket yang diberikan sebelum diberi model
pembelajaran PAIKEM dan setelah diberi model pembelajaran tiap siklusnya.
Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran
Kartu Ceria, wawancara
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Studi simak (RPP yang dibuat peneliti dan diajarkan oleh guru )
Kreativitas guru dalam menciptakan permainan yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat terutama pada cabang lompat jauh gaya jongkok.
Observasi dan pengamatan lapangan
Alat Bantu Pembelajaran - Studi simak: untuk melihat rancangan alat
lii
(APP) bantu yang akan digunakan. - Observasi lapangan: untuk melihat
ketersediaan dan pemanfaatan alat bantu yang sudah direncanakan digunakan
Pelaksanaan Pembelajaran Lembar Observasi Semangat dan keaktivan siswa pengamatan lapangan
Teknik pengumpulan data tes yaitu dengan menggunakan angket tertutup
(quisioner). Suharsimi Arikunto (1998: 140) menyatakan, “Kuisioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal lain yang diketahui.
Sedangkan kuisioner tertutup yaitu suatu pertanyaan yang sudah disediakan
jawabannya sehingga tinggal memilih”.
Untuk memperoleh nilai dari kuisioner, penilaian dalam penelitian ini
menggunakan skala sikap likert dari Nur Hasan (2001: 114) sebagai berikut:
Sangat setuju = 5
Setuju = 4
Tiada pendapat = 3
Tidak setuju = 2
Sangat tidak setuju = 1
Adapun skor pada setiap kategori pernyataan yang direspon oleh
responden disesuaikan dengan alternatif jawaban yaitu:
1) Untuk pernyataan yang positif, pemberian skor pada setiap alternatif yaitu 5, 4, 3, 2, 1. Jadi untuk alternatif pilihan sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, tiada pendapat diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1.
2) Untuk pernyataan negatif, pemberian bobot skor pada setiap alternatif pilihan jawaban dengan urutan1, 2, 3, 4, 5. Untuk alternatifpilihan jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2, tiada pendapat diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 4 dan sangat tidak setuju diberi skor 5 (Nur Hasan, 2001: 115).
F. Validasi Data
liii
Dalam penelitian untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka
validitas datanya dapat dilakukan dengan trianggulasi. Triangulasi data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah: dengan cara menggunakan berbagai sumber
dan metode serta observasi.
Sebelum angket diujicobakan terlebih dahulu dilakukan try out. Adapun
langkah-langkah dari validitas data dari try out angket yang disebar sebagai
berikut:
1. Uji Validitas
Uji vailiditas penelitian ini menggunakan rumus prodduct moment dari
Suharsimi Arikunto (1998: 256) sebagai berikut:
N. XY - X.Y
r XY = {N.X2 - (X)2} {N.Y2 - (Y)2} Keterangan :
N = Jumlah sampel
rXY = Korelasi antara X dan Y
X = Variabel prediktor
Y = Variabel kriterium
= Jumlah
2. Mencari Reliabilitas
Uji reliabilitas data dalam penelitian ini menggunakan koefisien
reliabilitas belah dua dari Mulyono B. (1997: 28) sebagai berikut:
N.Y1Y2 - (Y1) (Y2) rY1Y2 =
{N.Y12 - (Y1)2} {N. Y22 - (Y2)2
Hasil penghitungan korelasi di atas kemudian dimasukkan ke dalam rumus
reliabilita dari Sperman Brown sebagai berikut:
2. (rY1Y2) r` = 1 + rY1Y2
liv
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
komparatif yaitu Dengan membandingkan hasil jawaban angket skala sikap
sebelum diberi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM dan
setelah mendapat pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model
PAIKEM pada siklus 1 dan siklus 2 untuk meningkatkan motivasi siswa.
H. Indikator Kinerja
Melalui pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model PAIKEM
diharapkan motivasi belajar siswa meningkat menjadi lebih baik dibandingkan
sebelumnya. Kemampuan yang diharapkan antara lain:
1. Dapat mengembangkan kebugaran jasmani.
2. Dapat mengembangkan kerjasama.
3. Dapat mengembangkan skill.
4. Dapat mengembangkan sikap kompettetif.
I. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap, yaitu:
(1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan
interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Secara jelas langkah-langkah tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut :
Siklus I Siklus II
Plan Revised Plan dst
Reflect Act Reflect Act
Observe Observe
lv
Gambar 2 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Kemmis & Taggart dalam Rochiati Wiriaatmadja, 2006: 66)
Keterangan:
1. Plan (perencanaan tindakan): peneliti mengobservasi siswa yang dijadikan
subyek penelitian dan merencanakan bentuk-bentuk pembelajaran lompat jauh
gaya jongkok dengan model PAIKEM.
2. Act (pelaksanaan tindakan) : melakukan kuisioner untuk mengetahui motivasi
siswa sebelum diberi model pembelajaran PAIKEM dan setelah diberi model
pembelajaran PAIKEM. guru dan peneliti berkolaborasi menyusun bentuk
gerakan & permainan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa.
3. Observe (observasi dan interpretasi): mengamati proses penerapan model
PAIKEM apakah motivasinya meningkat dalam pembelajaran lompat jauh
atau belum.
4. Reflect (analisis dan refleksi): mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan
model pembelajaran PAIKEM yang telah dilakukan pada siklus 1 dan 2
Untuk memperoleh hasil penelitian seperti yang diharapkan, prosedur penelitian
ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Survei Awal
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah:
Peneliti mengobservasi sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian dan
mengobservasi hasil lompat jauh dan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok..
2. Tahap Seleksi Informan, Penyiapan Instrumen dan Alat
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi:
a. Menentukan subjek penelitian
b. Menyiapkan alat dan instrumen penelitian dan evaluasi
lvi
3. Tahap Pengumpulan Data dan Treatment
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data tentang:
- Mengisi angket motivasi siswa terhadap pembelajaran lompat jauh dengan
menggunakan model pembelajaran PAIKEM.
- Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran
- Ketepatan Rencana Pelaksanaan Pebelajaran (RPP)
- Kreativitas guru dalam menciptakan permainan yang sesuai untuk
meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat khususnya cabang olahraga
lompat jauh gaya jongkok.
- Alat Bantu Pembelajaran (APP)
- Pelaksanaan Pembelajaran
- Semangat dan keaktivan siswa
4. Tahap Analisis Data
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan analisis data dari semua hasil
penelitian Untuk mengetahui motivasi belajar siswa, maka dari jawaban
frekuensi dan prosentase masing-masing butir soal diakumulasikan atau
dijumlahkan. Setelah hasil ditemukan peneliti dapat menjawab hipotesis yang
bertujuan untuk menguji kebenarannya melalui tindakan yang telah
direncanakan.
5. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan dari awal survei
sampai dengan menganalisis data yang dilakukan pada waktu penelitian.
J. Proses Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya kesegaran
jasmani pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Nogosari Boyolali melalui
model pembelajaran PAIKEM. Setiap tindakan upaya pencapaian tujuan
tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri atas
empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
lvii
observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi untuk perencanaan
siklus berikutnya. Penelitian ini, direncanakan dalam 3 siklus.
a. Rancangan Siklus I
1) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun:
(a) Skenario pembelajaran sebagai berikut:
- Guru bersama peneliti menyusun bentuk gerakan dan permainan
dengan model PAIKEM untuk meningkatkan motivasi siswa
- Guru bersama peneliti membuat media yang diperlukan dalam
pembelajaran lompat khususnya pada cabang lompat jauh gaya
jongkok yaitu meliputi pembelajaran melompati kardus, melewati
teman, melompati ban dan melompat dari atas kotak/meja.Media
yang digunakan yaitu kardus, ban bekas, bilah, kotak/meja, dll.
(b) Instrumen untuk evaluasi yang berupa tes angket motivasi model
pembelajaran PAIKEM dan pengisian kartu ceria.
(c) Menetapkan indikator ketercapaian tujuan sebagai berikut:
Tabel 7: Indikator Ketercapaian Belajar Siswa
Aspek
yang Diukur
Persentase Target Capaian
Cara mengukur Sebelum diberi
pembelajaran
model PAIKEM
Siklus 1
Siklus 2
Keaktivan siswa selama pembelajaran
30%
40%
50%
Diamati saat guru memberikan materi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sebelum diberi model pembelajaran PAIKEM kepada siswa pada awal pembelajaran dan pada saat pembelajaran model PAIKEM.
lviii
Keaktivan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran Siswa yang sudah mampu melakukan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok untuk meningkatkan motivasi siswa.
40%
40%
50%
45%
60% 50%
Diamati dari peningkatan hasil angket motivasi yang dberikan peneliti kepada siswa sebelum diberi pembelajaran model PAIKEM dan setelah diberi pembelajaran model PAIKEM tiap siklusnya. Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menunjukkan kesung-guhan dalam kegiatan belajar mengajar. Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti.
Ketuntasan hasil belajar (hasil dari tes angket motivasi yang diberikan setelah pembelajaran model PAIKEM).dan hasil lompat jauhnya.
40% 50% 65% Dilihat dari tingkat peningkatan frekuensi dan prosentase masing-masing butir soal diakumulasikan dan dijumlahkan.
Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran
40% 55% 60% Diamati setelah pembelajaran dengan menggunakan kartu ceria.
2) Tahap pelaksanaan, dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan, Tahap ini dilakukan bersamaan
dengan observasi terhadap dampak tindakan.
lix
3) Tahap observasi dan interpretasi, dilakukan dengan mengamati dan
menginterpretasikan model pembelajaran PAIKEM maupun pada hasil
pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang
kekurangan dan kemajuan aplikasi tindakan pertama.
4) Tahap analisis dan refleksi, dilakukan dengan menganalisis hasil observasi
dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu
diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi
target.
b. Rancangan Siklus II
Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah
dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut
dengan materi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sesuai dengan silabus
mata pelajaran pendidikan jasmani yang dibuat guru kemudian setelah
pembelajaran berlangsung siswa disuruh mengerjakan angket model
pembelajaran PAIKEM pada lompat jauh gaya jongkok dan Motivasi
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model PAIKEM. Dari itu bisa
dilihat apakah mengalami peningkatan atau tidak.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Survei Awal
lx
Untuk memulai pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terlebih
dahulu dilakukan survei terhadap objek yang akan diteliti untuk mengetahui
kondisi atau keadaan nyata yang ada di lapangan. Hasil kegiatan survei awal
sebagai berikut:
1. Siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Nogorasi Boyolali yang mengikuti
pelajaran Penjas berjumlah 30 anak yang terdiri atas 14 siswa putra dan 16
siswa putri. Dilihat dari hasil penilaian harian siswa yang nilainya baik nomor
cabang olahraga lompat jauh gaya jongkok hanya berjumlah 10 siswa, dan
selebihnya nilainya dalam kategori cukup.
2. Siswa terlihat kurang memperhatikan dan motivasi belajar kurang saat
pelajaran pendidikan jasmani (Penjas) berlangsung. Kurangnya perhatian dan
motivasi siswa kurang disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya fasilitas
seperti peralatan olahraga yang tidak memadai dan pembelajaran dari guru
terlalu monoton.
3. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa siswa
cenderung sulit diatur saat pembelajaran Penjas berlangsung. Hal ini dapat
dibuktikan oleh peneliti saat melakukan pengamatan secara langsung di
lapangan. Saat mengikuti pelajaran Penjas, siswa menunjukkan sikap
seenaknya sendiri, tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak
memperhatikan pelajaran dengan sepenuhnya (sambil lalu), ada yang
berbicara dengan teman, bahkan ada yang bermain sendiri dengan temannya.
4. Terbatasnya sarana dan prasarana Penjas
Terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses
pembelajaran Penjas. Hal itu terbukti dengan minimnya peralatan olahraga
yang dimiliki sekolah untuk pembelajaran Penjas. Seperti bola sepak hanya
memiliki 1 buah, bola kasti diganti dengan bola tenis yang hanya memiliki 3
buah saja, tidak memiliki stopwatch, dan lain sebagainya.
5. Guru kurang kreatif menciptakan modifikasi alat-alat untuk pembelajaran
Penjas. Hal tersebut dapat dilihat bahwa selama ini pembelajaran Penjas
kreativitas guru kurang maksimal dengan terbatasnya sarana. Guru jarang
lxi
sekali menggunakan alat-alat bantu dalam pembelajaran lompat jauh seperti
kotak, kardus, tali, ban bekas dan lain sebagainya
6. Guru tidak pernah menerapkan model-model pembelajaran yang relevan
dengan perkembangan dan pertumbuhan siswa. Model pembelajaran yang
monoton atau konvensional mengakibatkan motivasi belajar siswa menurun,
sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan lompat jauh gaya jongkok.
B. Deskripsi Data
Tujuan penelitian dapat dicapai melalui pengambilan data terhadap sampel
yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan dari hasil jawaban kuisioner yang
meliputi dua indikator yaitu: model-model pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok dan motivasi pembelajaran lompat jauh sebelum dan sesudah diberi
model pembelajaran PAIKEM. Namun sebelum alat ukur (kuisioner) diajukan dan
dijawab sampel penelitian, alat ukur diujicobakan (try out). Try out dimaksudkan
untuk mengetahui alat ukur yang digunakan valid atau tidak. Adapun deskripsi
data hasil try out dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Try Out Kuisioner Model Pembelajaran PAIKEM
terhadap Motivasi Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok N Jumlah
Soal
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
R tabel 5% Jumlah Soal
yang Valid
Jumlah Soal
yang Tidak
Valid
30 25 0.739 0.031 0.361 22 3
C. Mencari Reliabilitas
Sebelum kuisioner tersebut digunakan sebagai alat ukur perlu dilakukan uji
reliabilitas. Hasil uji reliabilitas data try out dalam penelitian sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Data
Bentuk Tes Reliabilitas Kategori
lxii
Kuisioner 0.7747 Cukup
Berdasarkan hasil uji reliabilitas try out yang dilakukan dalam penelitian
ini diperoleh nilai 0.7747. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat
reliabilitasnya cukup. Untuk mengkategorikan hasil uji reliabilitas tersebut
menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter yang dikutip
Mulyono B. (1992: 22) sebagai berikut:
Tabel 4. Range Kategori Reliabilitas
Kategori Reliabilita
Tinggi Sekali 0,90 – 1,00
Tinggi 0,80 – 0,89
Cukup 0,60 – 0,79
Kurang 0,40 – 0,59
Tidak Signifikan 0,00 – 0,39
D. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini dipaparkan model-model pembelajaran lompat jauh
gaya jongkok dan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali
tahun pelajaran 2009/2010 terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
sebelum dan sesudah mendapat model pembelajaran PAIKEM.
Untuk mengetahui model pembelajaran lompat jauh dan motivasi belajar
siswa, maka dari jawaban frekuensi dan prosentase masing-masing butir soal
diakumulasikan atau dijumlahkan. Dari lima alternatif jawaban (sangat setuju,
setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju) tersebut, disimpulkan dari
jumlah prosentase masing-masing jawaban. Jika prosentase jawaban lebih banyak
pada jawaban sangat setuju, maka simpulannya baik sekali, jika jawabannya
lebih banyak pada jawaban setuju maka simpulannya baik, jika jawabannya lebih
banyak ragu-ragu maka simpulannya cukup, jika jawabannya lebih banyak pada
jawaban tidak setuju maka simpulannya kurang dan jika jawabannya lebih
banyak pada jawaban sangat tidak setuju maka simpulannya kurang sekali.
lxiii
Berikut ini disajikan secara berturut-turut data penelitian sesuai dengan
permasalahan yang ada dalam penelitian sebagai berikut:
1) Model Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok sebelum Diberi
Model Pembelajaran PAIKEM
Kondisi awal pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V
SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 sebelum diberi
perlakuan model pembelajaran PAIKEM disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 5. Rekapitulasi Model Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok sebelum Diberi Model Pembelajaran PAIKEM
No Soal Jawaban SS/5 S/4 3/R 2/TS 1/STS
1 0% 0% 23.33% 60% 16.67% 2 0% 3.33% 30% 40% 26.67% 3 0% 0% 23.33% 22.67% 50% 4 0% 0% 23.33% 43.33% 33.33% 5 0% 13.33% 10% 50% 26.67% 6 6.67% 16.67% 16.67% 43.33% 16.67% 7 0% 10% 16.67% 40% 33.33% Jumlah 6.67% 86.66% 143,33% 299.33% 203.34% Rata-Rata 0.22% 2.89% 4.78% 9.98% 6.78%
Berdasarkan hasil akumulasi dari prosentase masing-masing jawaban
model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sebelum diberi model
pembelajaran PAIKEM pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali
tahun pelajaran 2009/2010 adalah kurang dengan jumlah nilai 299.33% atau
9.98%.
2) Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Lompat Jauh Gaya
Jongkok sebelum Diberi Model Pembelajaran PAIKEM
lxiv
Kondisi awal motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan
Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 terhadap pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok sebelum diberi perlakuan model pembelajaran PAIKEM disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 6. Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa terhadap Pembelajaran Lompat Jauh
Gaya Jongkok sebelum Diberi Model Pembelajaran PAIKEM
No Soal Jawaban SS/5 S/4 3/R 2/TS 1/STS
8 3.33% 3.33% 3.33% 46.67% 43.33% 9 3.33% 3.33% 13.33% 56.67% 23.33% 10 3.33% 10% 13.33% 56.67% 16.67% 11 0% 6.67% 10% 40% 43.33% 12 10% 20% 16.67% 20% 33.33% 13 10% 3.33% 3.33% 36.67% 46.67% 14 0% 6.67% 10% 40% 43.33% 15 6.67% 3.33% 20% 43.33% 26.67% 16 3.33% 20% 10% 56.67% 10% 17 3.33% 13.33% 13.33% 50% 20% 18 3.33% 3.33% 16.67% 46.67% 30% 19 3.33% 6.67% 6.67% 60% 23.33% 20 3.33% 6.67% 20% 56.67% 16.67% 21 10% 26.67% 10% 30% 23.33% 22 3.33% 13.33% 20% 50% 13.33% Jumlah 66.64% 146.66% 186.66% 690.02% 413.32% Rata-rata 2.22% 4.89% 4.44% 23% 13.78%
Berdasarkan hasil akumulasi dari prosentase masing-masing jawaban
motivasi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sebelum diberi model
pembelajaran PAIKEM pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali
tahun pelajaran 2009/2010 adalah kurang dengan jumlah nilai 690.02% atau
23%.
Berdasarkan model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dan motivasi
belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010
sebelum diberi model pembelajaran PAIKEM yaitu kurang. Untuk meningkatkan
motivasi siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran
2009/2010, maka dalam penelitian ini diberikan model pembelajaran PAIKEM.
lxv
Model pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
terhadap cabang olahraga lompat jauh gaya jongkok dalam penelitian ini
diberikan dua siklus (perlakuan). Setiap perlakuan pada masing-masing siklus,
angket atau kuisioner yang sama diberikan kepada sampel. Hal ini dimasudkan
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh terhadap motivasi siswa dengan diberi
model pembelajaran PAIKEM.
Proses penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus yang masing-masing
siklus terdiri atas 4 tahapan, yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi.
1. Siklus I
Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model PAIKEM pada
siklus 1 yaitu melompat melewati kardus. Untuk lebih jelasnya berikut ini
disajikan ilustrasi pembelajaran lompat jauh model PAIKEM dengan
menggunakan kardus sebagai berikut:
Gambar 8. Pembelajaran Lompat Jauh Model PAIKEM Menggunakan Kardus (Yudha M. Saputra, 2001: 126) Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM menggunakan kardus ini
dilakukan selama satu kali pertemuan tiap minggu. Setelah siswa diberi
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM dengan melompati
kardus, selanjutnya angket yang sama diberikan kepada siswa. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruhnya dibandingkan sebelum
diberi perlakukan.
lxvi
a. Perencanaan Tindakan I
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari sabtu, 15 Juni
2009 di SD Negeri I Keyongan Nogosari Boyolali. Peneliti dan guru kelas
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses
penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I
akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan, sesuai dengan jadwal olahraga
kelas V di SD Negeri I Keyongan Nogosari Boyolali. Guru bersama peneliti
mengukur tingkat pembelajaran lompat jauh dengan model pembelajaran
PAIKEM dan motivasi penjas dengan model PAIKEM melompati kardus
pada lompat jauh gaya jongkok yaitu dengan siswa disuruh mengisi angket
model-model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dan motivasi
pembelajaran lompat jauh sebelum diberi model pembelajaran PAIKEM.
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut karena tingkat optimalisasi siswa
dengan model pembelajaran PAIKEM dan tingkat motivasi siswa masih
rendah maka guru bersama peneliti merencanakan tindakan I meliputi kegiatan
sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru merancang skenario model pembelajaran PAIKEM
melompati kardus untuk meningkatkan motivasi siswa , yaitu dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Peneliti menjelaskan tentang pelaksanaan pembelajaran Penjas yang
sedikit berbeda dengan biasanya, seperti model pembelajaran
PAIKEM pada cabang lompat jauh gaya jongkok yaitu dengan
memodifikasi pembelajaran berupa melompati kardus.
b) Pembelajaran Penjas ini bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran
lompat jauh gaya jongkok melalui model pembelajaran PAIKEM dan
untuk meningkatkan motivasi siswa.
c) Peneliti memberikan contoh permainan yang berhubungan dengan
unsur kesegaran jasmani kepada siswa agar motivasinya meningkat
melalui pembelajaran PAIKEM melompati kardus.
d) Peneliti dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar
yang telah dilakukan.
lxvii
2) Peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
untuk materi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok melompati kardus.
3) Guru bersama peneliti membuat media yang diperlukan dalam
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yaitu kardus, bilah, tali, cangkul
dll
4) Peneliti dan guru menyusun media pembelajaran yakni berupa tes dan non
tes. Instrumen tes dinilai hasil peningkatan angket model pembelajaran
PAIKEM dan motivasi belajar siswa dengan model PAIKEM
menggunakan kardus . Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan
pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati
keaktivan dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan
dengan kartu ceria.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Pelaksanaan tindakan I ini direncanakan selama dua kali pertemuan
dalam dua minggu, yakni tiap hari senin pada tanggal 22 juni 2009 dan 29 juni
2009 di lapangan SD Negeri I Keyongan Nogosari Boyolali. Masing-masing
pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit. Sesuai dengan skenario
pembelajaran pada siklus I ini pembelajaran dilakukan oleh peneliti, dan
peneliti sekaligus melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan
wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir.
Materi pelaksanaan tindakan I, pada pertemuan pertama (Senin, 22 Juni
2009 ini adalah model pembelajaran PAIKEM dengan Melompat dengan satu
kaki dan melompat dua kaki/katak dengan jarak tertentu dan melompat dengan
posisi kardus ditata semakin tinggi.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi
peningkatan kesegaran jasmani dan memberikan permainan-permainan
agar siswa tidak merasa bosen dalam pembelajaran penjas.
2) Peneliti menjelaskan materi lompat jauh gaya jongkok dengan
memodifikasi gerakan-gerakan melompati kardus.
lxviii
3) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.
4) Peneliti memberi contoh bagaimana cara melakukan gerakan melompati
kardus dengan baik dan benar. Misalnya Melompat kardus dengan satu
kaki bergandengan bersama teman dengan jarak tertentu, melompati
kardus dengan posisi kardus ditata semakin tinggi.
5) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM
dengan melompati kardus tersebut dengan baik.
6) Siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM yang disampaikan dan
dicontohkan oleh peneliti.
7) Peneliti memotivasi siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan
model pembelajaran tersebut.
8) Di akhir pembelajaran, siswa diberi kartu ceria oleh peneliti.
Materi pada pelaksanaan tindakan I, pada pertemuan kedua (29 Juni
2009) ini adalah model pembelajaran PAIKEM melompati rintangan berupa
kardus dengan jarak 1 meter tiap kardus secara bergantian.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi
kesegaran jasmani dan permainan-permainan yang dimodifikasi misalnya
permainan hitam -hijau.
2) Peneliti menjelaskan materi Penjas yang berhubungan dengan unsur-unsur
kesegaran jasmani. Tes kompetisi di lakukan bersamaan dengan pemberian
materi dengan tujuan anak lebih termotivasi.
3) Siswa mendengarkan penjelasan dari peneliti.
4) Peneliti memberi contoh bagaimana cara melakukan gerakan-gerakan
melompati kardus dengan baik dan benar. Misalnya cara melompati
rintangan berupa kardus dengan jarak 1 meter tiap kardus dan saling
berkompetisi.
5) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM
tersebut dengan baik.
6) Peneliti meyuruh siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM dengan
sifat kompetisi antar teman.
lxix
7) Siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM yang disampaikan dan
dicontohkan oleh peneliti.
8) Peneliti memotivasi siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan
model pembelajaran tersebut.
9) Diakhir pembelajaran, siswa disuruh mengerjakan angket yang sama
sebelum diberi pembelajaran PAIKEM dan memberikan kartu ceria.
Dalam tahap ini peneliti bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan
pembelajaran, sedangkan guru hanya bertindak sebagai partisipan pasif.
c. Observasi dan Interpretasi
1) Peneliti mengamati proses pembelajaran bermain untuk meningkatkan
kesegaran jasmani. Pada pertemuan pertama (Senin, 22 Juni 2009 selama 2
x 35 menit), peneliti mengajarkan materi yang berhubungan dengan
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang dimodifikasi. Gerakan-
gerakan melompat dengan satu dan dua kaki serta melompati kardus
dengan posisi kardus ditata semakin tinggi.Setelah itu, siswa diminta
untuk melakukan permainan tersebut. Pada pertemuan kedua Senin, 29
Juni 2009 selama 2 x 35 menit), peneliti memberikan model pembelajaran
PAIKEM dengan model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang
berbeda dengan model pembelajaran yang sebelumnya yaitu ndengan
dibuat lebih menarik dengan membuat lebih tinggi kardus yang akan
dilompati dan saling berkompetisi melompati kardus dengan
bergandengan tangan. Model pembelajaran ini disertai kompetisi untuk
lebih memotivasi siswa. Dari kegiatan tersebut, diperoleh deskripsi tentang
jalannya proses belajar mengajar Penjas dengan model pembelajaran
PAIKEM sebagai berikut:
2) Sebelum mengajar, peneliti dan guru telah membuat rencana pembelajaran
yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana
pembelajaran tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yakni
Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
lxx
3) Peneliti sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran Penjas khususnya
berkaitan dengan materi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan
benar, yaitu dengan cara mengajar secara konseptual. Artinya, peneliti
mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas dan terencana. Pada awal
pembelajaran, peneliti memberikan angket model pembelajaran PAIKEM
dan motivasi belajar sebelum diberi pembelajaran PAIKEM kemudian
siswa diberikan pembelajaran model PAIKEM lompat jauh gaya jonggok
pada pertemuan awal. Setiap akhir pembelajaran guru memberikan kartu
ceria untuk dipilih siswa sesuai kondisinya. Kartu ceria diberikan untuk
mengetahui apakah anak merasa senang, biasa atau merasa tidak senang
setelah diberi pembelajaran PAIKEM pada lompat jauh gaya jongkok
tersebut.
4) Peneliti memotivasi siswa agar melakukan model pembelajaran PAIKEM
untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Sebelumnya guru memberikan
contoh permainan dengan benar. Siswa dengan semangat melakukan apa
yang di perintah oleh guru.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar diperoleh
gambaran tentang motivasi dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut:
a) Siswa yang aktif selama pemberian materi lompat jauh gaya jongkok yang
berkaitan dengan unsur-unsur kesegaran jasmani sebesar 45%, sedangkan
55% lainnya tampak berbicara dengan temannya, melamun, dan bermain
sendiri bersama teman yang lain. Dari hasil wawancara dengan siswa yang
kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, diperoleh
penjelasan bahwa di antara mereka ada yang kurang menyukai materi.
b) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar
55%, sedangkan 45% lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari
peneliti. Siswa tersebut bermain sendiri dengan temannya. Sedangkan
posisi peneliti lebih banyak berada di depan dan kurang kerasnya suara
yang dijelaskan peneliti. Jadi siswa yang berada di bagian belakang merasa
lxxi
tidak diperhatikan dan kurang mendengar intruksi atau cara pelaksanaan
permainan, sehingga bisa berbuat seenaknya saja.
Adapun berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi:
a) Siswa yang sudah mampu melakukan gerakan-gerakan lompat jauh gaya
jongkok yang dimodifikasi dengan baik sebesar 55%, sedangkan siswa
yang lainnya melakukan permainan tanpa disertai gerakan yang benar,
sehingga terkesan asal melakukan gerakan.
b) Siswa yang dapat melakukan tes kompetisi pada pertemuan kedua siklus
pertama dengan mendapat nilai baik (mendapat nilai 65 ke atas) 60%,
sedangkan siswa yang lainnya belum sempurna nilainya. Hal ini
disebabkan mereka kesulitan dan merasa asing melakukan tes kompetisi.
c) 65% siswa merasa senang dengan model pembelajaran bermain (hasil
kartu ceria)
Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh peneliti yang terlihat dalam
kegiatan ini yaitu:
1) Model pembelajaran menggunakan kardus masih belum meningkatkan
motivasi anak secara maksimal sehingga anak merasa bosan dan lelah.
Terbukti dengan mereka bermain dengan teman maupun berbicara dengan
teman.
2) Posisi peneliti lebih banyak berada di depan, sehingga ia tidak dapat
memonitor siswa yang berada di bagian belakang.
3) Suara peneliti yang kurang keras dalam memberikan penjelasan sehingga
siswa kurang begitu jelas tentang cara pelaksanaan permainan.
4) Peneliti masih belum bisa membangkitkan semangat siswa untuk mau
melakukan permainan dengan benar.
Sedangkan dari sisi siswa ditemukan beberapa kekurangan, yakni
sebagai berikut:
1) Pada awalnya, siswa sudah tertarik dengan permainan tersebut. Namun,
setelah materi yang diberikan terlalu banyak maka siswa menjadi bosan
sehingga terlihat beberapa siswa yang kurang memperhatikan pelajaran.
lxxii
2) Siswa masih kesulitan dalam melakukan permainan karena dari hasil
wawancara dengan siswa mereka merasa asing atau belum pernah
mendapat permainan tersebut. Hanya 55% siswa yang mampu melakukan
gerakan permainan dengan benar, sedangkan siswa yang lain masih asal
dalam melakukan permainan tesebut.
3) Siswa kurang antusias dalam permainan karena kurang adanya materi
kompetisi antar kelompok.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti melakukan analisis dan
refleksi sebagai berikut:
1) Agar siswa tidak merasa cepat bosan dan lelah tehadap pembelajaran
lompat jauh menggunakan kardus maka peneliti sebaiknya lebih inovatif
lagi menciptakan pembelajaran model PAIKEM agar motivasinya dapat
meningkat.
2) Agar siawa tidak cepat bosan maka siswa sebaiknya diberi pembelajaran
yang berbeda-beda,dengan peralatan yang berbeda, dan lebih banyak lagi
tapi tidak menghilangkan pembelajaran dengan melompati kardus
3) Peneliti tidak hanya berada di depan saat memberikan penjelasan kepada
siswa. Peneliti juga harus memonitor siswa yang berada di bagian
belakang, agar mereka juga ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
4) Agar siswa tidak merasa asing dengan permainan tersebut maka peneliti
memberikan penjelasan cara bermain dengan benar dalam pembelajaran
PAIKEM untuk meningkatkan motivasi.
5) Peneliti sebaiknya memberikan materi permainan kompetisi antar
kelompok sehingga siswa semakin antusias dalam bermain.
6) Peneliti perlu tetap terus memberikan pemahaman dan motivasi sistem
pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran PAIKEM.
7) Untuk mendorong siswa agar lebih aktif dalam melakukan pembelajaran,
sebaiknya peneliti memberikan reward kepada siswa, misalnya berupa
pujian seperti: bagus sekali, baik sekali, tepat sekali, bagus, dan
lxxiii
sebagainya ataupun dengan memberi nilai tambahan kepada siswa
tersebut.
Data hasil pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siklus 1 disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
1) Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Model PAIKEM
dengan Menggunakan Kardus
Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM dengan
menggunakan kardus pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun
pelajaran 2009/2010 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 7. Rekapitulasi Model Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok dengan
Model PAIKEM Menggunakan Kardus
No Soal Jawaban SS/5 S/4 3/R 2/TS 1/STS
1 30% 63.33% 6.67% 0% 0% 2 26.67% 66.67% 3.33% 3.33% 0% 3 20% 40% 33.33% 6.67% 0% 4 10% 46.67% 40% 3.33% 0% 5 6.67% 46.67% 36.67% 6.67% 3.33% 6 20% 33.33% 20% 20% 6.67% 7 30% 43.3% 26.67% 0% 0% Jumlah 143.34% 339.97% 133.34% 40% 10% Rata-Rata 4.78% 11.33% 4.44% 1.33% 0.33%
Berdasarkan hasil akumulasi dari prosentase masing-masing jawaban
model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model pembelajaran PAIKEM
menggunakan kardus pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun
pelajaran 2009/2010 adalah baik dengan jumlah nilai 339.99% atau 11.33%.
2) Motivasi Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok dengan Model
PAIKEM Menggunakan Kardus
Motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun
pelajaran 2009/2010 terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan
lxxiv
model PAIKEM menggunakan kardus disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 8. Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa terhadap Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok dengan Model PAIKEM Menggunakan Kardus
No Soal Jawaban SS/5 S/4 3/R 2/TS 1/STS
8 16.67% 60% 13.33% 3.33% 6.67% 9 26.67% 50% 20% 3.33% 0% 10 20% 43,33% 30% 6,67% 0% 11 23,33% 36,67% 36,67% 23,33% 3,33% 12 30% 46,67% 10% 10% 3,33% 13 6,67% 36,67% 33,33% 23,33% 0% 14 30% 46,67% 16,67% 3,33% 3,33% 15 33,33% 50% 10% 6,67% 0% 16 23,33% 30% 33,33% 10% 3,33% 17 6,67% 63,33% 23,33% 6,67% 0% 18 30% 40% 23,33% 6,67% 0% 19 16,67% 36,67% 30% 10% 6,67% 20 23,33% 46,67% 20% 6,67% 3,33% 21 16,67% 40% 40% 3,33% 0% 22 40% 43,33% 13,33% 3,33% 0% Jumlah 343.34% 670.01% 352.43% 126.66% 26.99% Rata-rata 11.44% 22.33% 11.75% 4.22% 0.99%
Berdasarkan hasil akumulasi dari prosentase masing-masing jawaban
motivasi belajar lompat jauh gaya jongkok setelah diberi model pembelajaran
PAIKEM dengan menggunakan kardus pada siswa kelas V SD Negeri 1
Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 adalah baik dengan jumlah nilai
670.01% atau 22.33%.
2. Siklus II
Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model PAIKEM pada
siklus 2 yaitu melompat melewati teman yang berbaring di lantai. Untuk lebih
jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi pembelajaran lompat jauh model PAIKEM
dengan melompati teman sebagai berikut:
lxxv
Gambar 9. Pembelajaran Lompat Melewati Teman (Yudha M. Saputra, 2001: 127)
a. Perencanaan Tindakan II
Pada hari Senin, 6 Juli 2009 di kantor SD Negeri I Keyongan Nogosari
Boyolali, peneliti dan guru Penjas mengadakan diskusi. Dalam kesempatan
kali ini, peneliti menyampaikan analisis hasil observasi terhadap siswa kelas V
yang dilakukan pada siklus I. Peneliti menyampaikan segala kelebihan dan
kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran PAIKEM untuk
meningkatkan motivasi siswa pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
pada siklus I.
Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada, akhirnya peneliti dan
guru Penjas mengambil keputusan sebagai berikut:
1) Peneliti menambah materi pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan
motivasi siswa pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
2) Peneliti memberikan pembelajaran yang berbeda dengan siklus I dan
dengan peralatan yang berbeda pula tapi tidak menghilangkan
pembelajaran pada siklus I
3) Peneliti mengubah posisi saat mengajar dengan berdiri berpindah-pindah
mendekati siswa yang kurang bersemangat, guru sesekali berada di depan
lxxvi
siswa dan sesekali berada di belakang maupun di tengah saat pembelajaran
tersebut.
4) Peneliti dalam memberikan penjelasan harus dengan suara yang lantang
atau keras sehingga semua anak dapat mendengar intruksi dengan jelas.
5) Peneliti memberikan penjelasan yang jelas dan benar sehingga anak tidak
merasa asing lagi.
6) Peneliti memberikan materi permainan kompetisi antar kelompok kerja
sama sehingga siswa semakin antusias dalam pembelajaran lompat jauh
gaya jongkok tersebut
7) Peneliti lebih memberikan motivasi kepada siswa, dengan memberi
semangat saat pembelajaran tersebut.
Peneliti akan memberikan reward bagi siswa yang aktif dan memperoleh nilai
tertinggi saat berlangsungnya pembelajaran bermain.
Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) Peneliti bersama guru Penjas merancang skenario pembelajaran PAIKEM
untuk meningkatkan motivasi , yaitu dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
(1) Peneliti menjelaskan mengenai materi yang akan diajarkan pada hari
itu, siswa menyimak.
(2) Peneliti memberikan contoh pembelajaran sesuai dengan materi
berkaitan dengan berbagai modifikasi pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok kepada siswa.
(3) Peneliti dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar
yang telah dilakukan.
b) Peneliti dan guru menyusun Rencana Pembelajaran (RPP) untuk materi
yang berkaitan dengan pembelajran lompat jauh gaya jongkok yang
inovatif.
c) Guru Penjas bersama peneliti membuat media yang diperlukan dalam
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model pembelajaran
PAIKEM. Media pembelajaran lompat jauhnya yaitu melompati teman
menggunakan tali, ban bekas, dll.
lxxvii
d) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan
non tes. Instrumen tes dinilai dari hasil jawaban angket setelah dikasih
pembelajaran PAIKEM pada siklus 1 dan pada akhir pembelajaran
biberikan angket yang sama . Sedangkan instrumen non tes dinilai
berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati
keaktivan dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan tindakan II ini direncanakan berlangsung selama dua kali
pertemuan, yakni pada hari Senin , 13 Juli 2009 dan Senin, 20 Juli 2009 di
lapangan SD Negeri I Keyongan Nogorasi Boyolali. Masing-masing
pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit. Dalam kegiatan ini peneliti
menerapkan solusi yang telah disepakati dengan guru Penjas untuk mengatasi
kekurangan pada proses pembelajaran PAIKEM dalam siklus I.
Sesuai dengan skenario pembelajaran pada siklus II ini pembelajaran
dilakukan oleh peneliti. Peneliti sekaligus melakukan observasi terhadap
proses pembelajaran dan wawancara kepada beberapa siswa setelah
pembelajaran berakhir.
Materi pelaksanaan tindakan II, pada pertemuan pertama (Senin, 13 Juli
2009) ini adalah model pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan motivasi
siswa terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan melompati
teman
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dan membuat berbagai permainan
misalnya permainan jala ikan.
2) Peneliti menjelaskan materi yang berkaitan dengan pembelajaran lompat
jauh gaya jongkok dengan melompat teman dan siswa mendengarkan
penjelasan dari peneliti.
lxxviii
3) Peneliti memberi contoh bagaimana cara melakukan pembelajaran dengan
baik. Misalnya cara melompati teman yang tiarap atau jongkok, melompat
dari atas meja atau balok tanpa awalan
4) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM
tersebut dengan baik.
5) Siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM yang disampaikan dan
dicontohkan oleh peneliti.
6) Peneliti memotivasi siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan
model pembelajaran tersebut.
7) Diakhir pembelajaran, siswa diberi kartu ceria oleh peneliti.
Materi pada pelaksanaan tindakan II, pada pertemuan kedua (20 Juli
2009) ini adalah model pembelajaran PAIKEM pada lompat jauh gaya
jongkok untuk meningkatkan motivasi siswa.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dan membuat berbagai
permainan.
2) Peneliti menjelaskan menjelaskan materi yang berkaitan dengan
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan Tes kompetisi antar
kelompok di lakukan bersamaan dengan pemberian materi dengan tujuan
anak lebih termotivasi. Siswa mendengarkan penjelasan dari peneliti.
3) Peneliti memberi contoh bagaimana cara melakukan pembelajaran lompat
jauh gaya jongkok dengan baik. Misalnya cara loncat-loncatan dengan satu
kaki atau dua kaki, melompat kijang/langkah panjang cara lari sambung
dan tarik tambang beregu.
4) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM
tersebut dengan baik.
5) Peneliti meyuruh siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM dengan
sifat kompetisi.
6) Siswa melakukan model pembelajaran PAIKEM yang disampaikan dan
dicontohkan oleh peneliti.
lxxix
7) Peneliti menanyakan kepada siswa apakah ada yang merasa kesulitan
dalam melakukan model pembelajaran PAIKEM.
8) Peneliti memotivasi siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan
model pembelajaran tersebut.
9) Diakhir pembelajaran, siswa diberi kartu ceria oleh peneliti.
Dalam tahap ini peneliti bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan
pembelajaran di lapangan.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengajar sekaligus melakukan observasi pada siswa kelas V di
lapangan SD Negeri I Keyongan Nogosari Boyolali. Kegiatan observasi ini
dimaksudkan untuk medeskripsikan apakah kekurangan-kekurangan pada
siklus I sudah bisa diatasi atau belum. Seperti pada siklus I, pelaksanaan
tindakan II dilaksanakan selama satu kali pertemuan tiap minggu yakni Pada
pertemuan pertama (Senin, 13 Juli 2009 selama 2 x 35 menit), pertemuan
kedua (Senin, 20 Juli 2009 selama 2 x 35 menit). Peneliti mengamati sekaligus
mengajar proses pembelajaran PAIKEM pada lompat jauh gaya jongkok untuk
meningkatkan motivasi siswa
Seperti pada kegiatan observasi sebelumnya, peneliti mengamati seluruh
kegiatan yang terjadi di dalam lapangan tersebut. Dari kegiatan observasi
tersebut, diperoleh deskripsi tentang jalannya proses belajar mengajar dengan
model pembelajaran PAIKEM sebagai berikut:
1) Sebelum mengajar, peneliti telah membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar dan
mengacu RPP yang dibuat guru. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yakni KTSP.
2) Pada awal pembelajaran, guru dengan jelas mengemukakan apa yang akan
diajarkan pada hari itu kepada siswa, yaitu bagaimana menerapkan model
pembelajaran PAIKEM pada lompat jauh gaya jongkok untuk
meningkatkan motivasi siswa. Guru memberikan gerakan pemanasan yang
berkaitan dengan materi kesegaran jasmani. Pada pertemuan pertama (2 x
35 menit) guru menjelaskan materi pembelajaran lompat jauh gaya
lxxx
jongkok dalam bentuk permainan yaitu melompati teman . Untuk siklus II
ini lebih diperbanyak pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan
berkelompok atau kompetisi secara beregu/ berkelompok, karena anak
pada masa kelas V (usia 10-12 tahun) mempunyai karakteristik sangat
menyukai dengan permainan berkelompok, selain itu model pembelajaran
yang diberikan tambah jumlahnya agar anak tidak cepat bosan karena
pembelajaranya itu-itu terus. Pembelajaran lompat jauh dengan melompati
kardus dalam siklus II masih diberikan dan pada pembelajaran ini
ditambahkan melompati teman. Pada pertemuan kedua (2 x 35 menit) guru
menjelaskan materi yang sama dengan pertemuan pertama. Setiap akhir
pembelajaran guru memberikan kartu ceria untuk dipilih siswa sesuai
kondisinya. Kartu ceria berikan untuk mengetahui apakah anak merasa
senang, biasa atau merasa tidak senang setelah diberi pembelajaran
bermain tersebut.
3) Pada saat memberikan penjelasan dan melakukan permainan bersama
dengan siswa, guru dan peneliti mengambil posisi di depan, di tengah, dan
di bagian belakang kelas untuk mengontrol dan mengendalikan seluruh
siswa, khususnya siswa yang berdiri bagian belakang. Akhirnya, siswa
yang pada awalnya kurang semangat dan merasa tidak diperhatikan guru
menjadi semangat untuk memperhatikan pemberian materi. Selain itu
peneliti dalam memberikan intruksi juga dengan suara yang lantang dan
jelas.
4) Guru memotivasi siswa agar melakukan model pembelajaran PAIKEM
pada lompat jauh gaya jongkok untuk meningkatkan motivasi siswa.
Sebelumnya guru memberikan contoh pembelajaran yang dengan benar.
Siswa dengan semangat melakukan apa yang di perintah oleh guru.
5) Guru, peneliti dan siswa selalu memberikan applause pada setiap
penampilan siswa. Guru dan peneliti juga memberikan reward berupa
pujian, seperti: “Bagus sekali”, “Ayo semangat”, “ Ya Bagus”, “Bravo”,
dan lain-lain. Suasana tampak hidup dengan semangat dan antusiasme
siswa yang tinggi.
lxxxi
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran PAIKEM ,
diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas siswa selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut:
a) Siswa yang aktif selama pemberian materi pembelajaran lompat jauh gaya
jongko dalam bentuk permainan sebesar 65%, sedangkan 35% lainnya
tampak berbicara dengan temannya, melamun, dan bermain sendiri
bersama teman yang lain. Dari hasil wawancara dengan siswa yang kurang
aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, diperoleh penjelasan
bahwa di antara mereka ada yang tidak mendapat pasangan saat bermain,
siswa masih bingung dengan permainan yang di berikan.
b) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar
70%, sedangkan 30% lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari guru.
Siswa tersebut bermain sendiri dengan temannya.
Adapun berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi:
a) Siswa yang sudah mampu melakukan permainan dengan baik dan dengan
gerakan yang benar sebesar 75%, sedangkan siswa yang lainnya
melakukan permainan tanpa disertai gerakan yang benar, sehingga
terkesan asal melakukan gerakan.
b) Siswa yang dapat melakukan tes kompetisi antar kelompok pada
pertemuan kedua siklus pertama dan yang mendapat nilai baik (mendapat
nilai 65 ke atas) 80%, sedangkan siswa yang lainnya belum sempurna
nilainya. Hal ini disebabkan ada beberapa siswa yang masih belum paham
dengan materi permainan yang diberikan sehingga hasil tes kurang
maksimal.
c) 85% siswa merasa senang dengan model pembelajaran bermain (hasil
kartu ceria).
Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh peneliti yang terlihat dalam
kegiatan ini yaitu:
1) Ada beberapa siswa yang masih belum paham dengan materi pembelajaran
lompat jauh gaya jongkok yang diberikan sehingga hasil lompat jauh
kurang maksimal.
lxxxii
2) Ada beberapa siswa yang masih takut untuk melakukan pembelajaran
lomp[at jauh gaya jongkok tersebut.
3) Untuk lebih bisa membangkitkan semangat pembelajaran lopat jauh gaya
jongkok antar kelompok maka guru perlu memberikan hukuman bila ada
kelompok yang kalah salah satunya dengan loncat di tempat sehingga
lebih membangkitkan semangat.
4) Terlalu banyak waktu senggang karena guru terlalu lama melakukan
persiapan alat untuk materi yang selanjutnya sehingga siawa bermain
sendiri atau bercanda dengan temannya menunggu persiapan guru.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan II
Proses pembelajaran bermain untuk meningkatkan kesegaran jasmani di lapangan SD Negeri I Keyongan Nogosari Boyolali pada siklus II yang dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yakni pada hari Senin, 13 Juli 2009 dan Senin, 20 Juli 2009 berjalan dengan lancar. Siswa merespon dengan semangat dan antusias. Siswa sudah mulai tidak cepat bosan dengan model pembelajaran PAIKEM yang diberikan. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya telah dapat diatasi. Siswa yang pada awalnya kurang aktif dan merasa tidak senang dan antusias dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan melopati teman , akhirnya menjadi aktif dan lebih bersemangat ketika diberi pembelajaran PAIKEM. Secara keseluruhan, proses belajar mengajar berjalan dengan lancar Siswa juga tidak cepat bosan dengan berbagai pembelajaran PAIKEM pada lompat jauh gaya jongkok melompati teman yang diberikan. Guru telah mampu memancing respons siswa terhadap stimulus yang diberikannya. Siswa terlihat semangat untuk melakukan permainan. Siswa sudah mampu melakukan permainan dengan baik, meskipun masih ada beberapa yang kurang baik. Peningkatan indikator-indikator ini dapat dilihat juga dari hasil jawaban angket yang dikerjakan siswa pada siklus I dan siklus II.
Data hasil jawaban koasioner angket lompat jauh gaya jongkok model
PAIKEM dan Motivasi belajar lompat jauh gaya jongkok dengan model PAIKEM
melompati teman dapat dilihat sebagai berikut :
lxxxiii
1) Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Model PAIKEM
dengan Melompati Teman
Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM dengan
melompati teman pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun
pelajaran 2009/2010 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 9. Rekapitulasi Model Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Model PAIKEM dengan Melompati Teman
No Soal Jawaban SS/5 S/4 3/R 2/TS 1/STS
1 70% 20% 6,67% 0% 3,33% 2 26,67% 56,67% 10% 0% 6,67% 3 40% 33,33% 16,67% 3,33% 6,67% 4 43,33% 33,33% 13,33% 10% 0% 5 36,67% 30% 23,33% 3,33% 6,67% 6 36,67% 46,67% 3,33% 6,67% 6,67% 7 46,67% 33,33% 13,33% 3,33% 3,33% Jumlah 300.01% 253.34% 86.67% 26.67% 33.34% Rata-Rata 10% 8.44% 2.89% 0.89% 1.11%
Berdasarkan hasil akumulasi dari prosentase masing-masing jawaban
model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM dengan
melompati teman pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun
pelajaran 2009/2010 adalah baik sekali dengan jumlah nilai 300.01% atau 10%.
2) Motivasi Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Model PAIKEM
dengan Melompati Teman
Motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun
pelajaran 2009/2010 terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model
PAIKEM dengan melompati teman disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
lxxxiv
Tabel 10. Rekapitulasi Motivasi Siswa terhadap Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Model PAIKEM dengan Melompati Teman
No Soal Jawaban SS/5 S/4 3/R 2/TS 1/STS
8 40% 30% 16,67% 10% 3,33% 9 43,33% 33,33% 13,33% 10% 0% 10 36,67% 50% 6,67% 6,67% 0% 11 33,33% 30% 23,33% 6,67% 6,67% 12 26,67% 40% 23,33% 3,33% 6,67% 13 43,33% 30% 16,67% 10% 0% 14 46,67% 23,33% 20% 6,67% 3,33% 15 40% 43,33% 6,67% 6,67% 3,33% 16 50% 30% 16,67% 3,33% 0% 17 33,33% 23,33% 23,33% 6,67% 3,33% 18 40% 46,67% 6,67% 6,67% 0% 19 50% 23,33% 10% 13,33% 3,33% 20 50% 36,67% 3,33% 6,67% 3,33% 21 36,67% 36,67% 20% 3,33% 3,33% 22 50% 30% 10% 6,67% 3,33% Jumlah 620% 506.63% 216.64% 106.68% 39.98% Rata-rata 20.67% 16.88% 7.22% 3.56% 1.33%
Berdasarkan hasil akumulasi dari prosentase masing-masing jawaban
motivasi belajar lompat jauh gaya jongkok setelah diberi model PAIKEM dengan
melompati teman pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun
pelajaran 2009/2010 adalah baik sekali dengan jumlah nilai 620% atau 20.67%.
Berdasarkan hasil jawaban motivasi belajar yang diberikan siswa setelah
mendapat pembelajaran model PAIKEM dengan dua siklus ternyata mengalami
peningkatan. Selain itu juga, berdasarkan hasil tes lompat jauh gaya jongkok juga
mengalami peningkatan. Berikut ini disajikan hasil tes kemampuan lompat jauh
gaya jongkok sebelum dan sesudah diberi model pembelajaran PAIKEM sebagai
berikut:
Tabel 11. Rekapituasi Hasil Tes Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Sebelum dan Sesudah Diberi Model Pembelajaran PAIKEM
No Nama Kemampuan awal Siklus 1 Siklus 2 1 Lesmono Sadewo 2.25 m 2.40 m 2.65 m 2 Aji Prasetya 2.20 m 2.30 m 2.45 m
lxxxv
3 Astutik Setiasih 1.70 m 1.85 m 1.95 m 4 Bayu Prasojo 2.15 m 2.40 m 2.50 m 5 Nia Kurniati 1.50 m 1.65 m 1.70 m 6 Ammar Abdul Wahab 2.30 m 2.50 m 2.65 m 7 Dandy Irawan 2.45 m 2.65 m 2.75 m 8 Dian Susanti 1.80 m 1.85 m 1.95 m 9 Duwi Suryaningsih 1.65 m 1.75 m 1.80 m 10 Qosmiatun Munawaroh 1.30 m 1.40 m 1.55 m 11 Nanda Dewi Larasati 1.60 m 1.75 m 1.85 m 12 Nita Sari 1.50 m 1.60 m 1.70 m 13 Nur Alim 2.65 m 2.80 m 2.95 m 14 Nur Anissa 1.25 m 1.35 m 1.45 m 15 Pristiawanto 2.60 m 2.75 m 2.80 m 16 Sari Pamungkas 1.45 m 1.60 m 1.65 m 17 Siska Dwi Rahayu 1.35 m 1.40 m 150 m 18 Sufitri 1.25 m 1.35 m 1.45 m 19 Titan Abdul Rahmat M. 2.40 m 2.55 m 2.60 m 20 Untung Saputra 2.45 m 2.65 m 2.80 m 21 Wiwid Cahyani 1.25 m 1.30 m 1.40 m 22 M. Rosyid R. 2.70 m 2.75 m 2.85 m 23 Agus Santoso 2.65 m 2.75 m 2.85 m 24 Noval Rul Aziz 2.70 m 2.80 m 2.90 m 25 Andika Fajar M. 2.50 m 2.65 m 2.75 m 26 Dewi Larasati 1.45 m 1.50 m 1.55 m 27 Ika P. 1.55 m 165 m 1.70 m 28 Ika N.R. 1.40 m 1.50 m 1.60 m 29 Safrudin Setyabudi 2.70 m 2.80 m 2.85 m 30 Sista Sari Devi 1.45 m 1.50 m 1.55 m
Berdasarkan data hasil tes kemampuan lompat jauh gaya jongkok sebelum
diberi model PAIKEM dan setelah dilakukan Peneltian Tindakan Kelas dengan
model PAIKEM dengan diberi dua siklus perlakuan menunjukkan bahwa,
kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan
Botolali tahun pelajaran 2009/2010 mengamali peningkatan.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar siswa terhadap
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1
lxxxvi
Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010. Berikut ini disajikan pembahasan
dari masing-masing permasalahan yang ada dalam penelitian sebagai berikut:
1. Model-Model Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Model
PAIKEM
Kondisi awal sebelum dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada
kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 model
pembelajaran lompat jauh masih konvensional. Para siswa dihadapkan pada
gerakan lompat jauh gaya jongkok yang sebenarnya. Kondisi ini menyebabkan
siswa jenuh dan cepat bosan dengan model pembelajaran yang demikian, sehingga
motivasi belajar siswa menurun.
Dengan diterapkan model PAIKEM dalam pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok dengan melompati kardus dan melompati teman, ternyata siswa
menemukan hal yang baru dan sangat menyenangkan. Siswa merasa tertantang
dan saling berlomba untuk menunjukkan kemampuannya. Dengan model
PAIKEM pembelajaran menjadi menyenangkan, sehingga motivasi belajar siswa
meningkat. Hal ini dapat dilihat atau dibandingkan model pembelajaran lompat
jauh sebelum diberi model PAIKEM dan setelah diberi model PAIKEM pada
siklus 1 dan siklus 2 melalui angket yang diajukan pada sampel disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Perbandingan Kuisioner Model Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Sebelum Diberi Model PAIKEM dan Setelah Diberi Model PAIKEM dengan Siklus 1 dan Siklus 2
Sebelum Diberi PAIKEM SIKLUS 1 SIKLUS 2
Jumlah Prosentase Kategori Jumlah Prosentase Kategori Jumlah Prosentase Kategori 299.33% 9.98% Kurang
(Nilai 2) 339.97% 11.33% Baik
(Nilai 4) 300% 10% Baik
sekali (Nilai 5)
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran lompat jauh
gaya jongkok model PAIKEM dengan melompati kardus dan teman sangat efektif
lxxxvii
untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran lompat jauh model PAIKEM
dengan melompati kardus dan melompati teman sangat baik untuk meningkatkan
motivasi belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1
Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010.
2. Motivasi Belajar Siswa terhadap Pembelajaran Lompat Jauh dengan
Model PAIKEM
Bentuk pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD
Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 yang masih konvensional
kurang efektif untuk mengembangkan unsur-unsur yang ada dalam pendidikan
jasmani. Pembelajaran yang masih konvensional berdampak rendahnya motivasi
belajar siswa.
Melalui bentuk-bentuk pembelajaran yang unik dan menarik dengan
model PAIKEM yaitu dengan melompati kardus dan melompati teman, siswa
mendapat suasana yang baru. Para siswa menjadi senang dan gembira, sehingga
unusr-unsur dalam pendidikan jasmani dapat dikembangkan. Hal ini dapat dilihat
atau dibandingkan motivasi belajar siswa sebelum diberi model PAIKEM dan
setelah diberi model PAIKEM pada siklus 1 dan siklus 2 melalui angket yang
diajukan pada sampel disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 13. Hasil Perbandingan Kuisioner Motivasi Belajar Siswa terhadap Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Sebelum Diberi Model PAIKEM dan Setelah Diberi Model PAIKEM dengan Siklus 1 dan Siklus 2
Sebelum Diberi PAIKEM SIKLUS 1 SIKLUS 2
Jumlah Prosentase Kategori Jumlah Prosentase Kategori Jumlah Prosentase Kategori 690.02% 23% Kurang
(Nilai 2) 670.01% 22.33% Baik
(Nilai 4) 620% 20.67% Baik
sekali (nilai 5)
lxxxviii
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran lompat jauh
gaya jongkok model PAIKEM dengan melompati kardus dan teman memberikan
pengaruh yang baik terhadap motivasi belajar siswa. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa, model PAIKEM dapat meningkatkan motivasi belajar lompat
jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran
2009/2010.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas V SD
Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 dilaksanakan dalam dua
siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah
diungkapkan pada BAB IV, diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok model PAIKEM dengan
melompati kardus dan melompati teman sangat baik untuk kegiatan
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1
Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010. Dari hasil analisis data
diperoleh peningkatan yang signifikan antara siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus
1 pembelajaran melompati kardus memiliki kategori baik atau nilai 4
(11.33%), pada siklus 2 pembelajaran melompati teman memiliki kategori
baik sekali atau nilai 5 (10%).
2. Motivasi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD
Negeri 1 Keyongan Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 dengan model
PAIKEM meningkat. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan yang
signifikan antara siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 pembelajaran melompati
lxxxix
kardus memiliki kategori baik atau nilai 4 (22.33%) dan siklus 2
pembelajaran melompati taman memiliki kategori baik sekali atau nilai 5
(20.67%).
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa
keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta alat/media pembelajaran yang
digunakan. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan
materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam
mengelola kelas, metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, serta
teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi.
Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Ketersediaan alat/media pembelajaran yang menarik dapat
juga membantu motivasi siswa belajar siswa sehingga akan diperoleh hasil belajar
yang optimal.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus
diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru
dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di
lapangan. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan
materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana dan
prasarana yang sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik.
Materi tersebut akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat
dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif,
efektif, dan efisien.
Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan
penerapan model PAIKEM dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa (baik proses maupun hasil), sehingga
penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin
menggunakan media yang berupa peralatan yang sederhaha seperti kardus, ban
xc
bekas, temannya sendiri ataupun alat yang lain sebagai media alternatif dalam
pembelajaran lompat jauh. Bagi guru bidang studi Pendidikan Jasmani dan
Olahraga, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam
melaksanakan proses pembelajaran Penjas khususnya yang berkaitan dengan
peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok yang efektif dan menarik
yang membuat siswa lebih aktif serta menghapus persepsi siswa mengenai
pembelajaran Penjas yang pada awalnya membosankan menjadi pembelajaran
yang menyenangkan. Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan yang lebih
kreatif dalam membuat model-model pembelajaran yang lebih banyak. Ia dapat
menyalurkan kemampuannya tersebut dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di
sekolah dalam upaya meningkatkan kinerja sebagai seorang pendidik yang
profesional dan inovatif.
Dengan diterapkannya model pembelajaran PAIKEM untuk motivasi
belajar siswa terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok, maka siswa
memperoleh pengalaman baru dan berbeda dalam proses pembelajaran Penjas.
Pembelajaran Penjas yang pada awalnya membosankan bagi siswa, menjadi
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
Pemberian tindakan dari siklus I dan II memberikan deskripsi bahwa
terdapatnya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada
pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaaan tindakan
yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat
dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran Penjas (baik proses
maupun hasil) dan peningkatan motivasi belajar siswa. Dari segi proses
pembelajaran Penjas, penerapan model PAIKEM ini dapat merangsang aspek
motorik siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran
Penjas yang nantinya dapat bermanfaat untuk mengembangkan kebugaran
jasmani, mengembangkan kerjasama, mengembangkan skill dan mengembangkan
sikap kompettetif yang kesemuanya ini santa penting dalam pendidikan jasmani.
C. Saran
xci
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya
Sekolah Dasar Negeri 1 Keyongan Boyolali yang dijadikan obyek penelitian
sebagai berikut:
1. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas,
sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat
seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru
hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan,
saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajarnya.
2. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode untuk
menyampaikan materi pembelajaran.
3. Sekolah hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat mendukung
kelancaran kegiatan belajar mengajar.
4. Kepada guru yang belum menerapkan model pembelajaran PAIKEM
hendaknya mencoba teknik tersebut dalam pembelajaran Penjas sehingga
nantinya dapat bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar anak didiknya.
5. Penelitian ini dapat diterapkan di kelas lain maupun di sekolah lain. Namun
tentu saja dalam penerapannya harus diikuti oleh penyesuaian dan modifikasi
seperlunya sesuai dengan konteks kelas ataupun sekolah masing-masing. Hal
ini disebabkan meskipun sekolah-sekolah yang ada di Indonesia ini pada
dasarnya hampir sama satu dengan yang lainnya, namun tetap memiliki suatu
karakteristik khusus yang hanya dimiliki oleh masing-masing kelas atau
sekolah sebagai akibat dari keanekaragaman yang dimiliki oleh masing-
masing individu yang ada di kelas atau sekolah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adang Suherman.2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
xcii
Agus Mahendra. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. Bagian Proyek Pengendalian dan Peningkatan Mutu Guru Penjas Dikdasmen.
Aip Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan. Depdiknas. 2007/2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. Harsono. 1988. Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak
Kusuma Jakarta. H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 1998. Belajar dan
Pembelajaran II. Surakarta: UNS Press. Jess Jarver. 2005. Belajar dan Berlatih Atletik. Bandung: Pioner Jaya. Jonath U., Haag E., & Krempel R. 1987. Atletik I. Alih Bahasa Suparno. Jakarta:
PT. Rosda Jaya Putra. Madyo Ekosusilo. 2007. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan). Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan. Mulyono B. 1997. Tes dan pengukuran dalam Olahraga. Surakarta: UNS Press. Nur Hasan. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani Prinsip-
Prinsip dan Penerapannya. Jakarta: Depdiknas. Ditjen pendidikan Dasar dan Menengah Bekerjasama dengan Ditjen Olahraga.
Rusli Lutan. 1988. Belajar Ketrampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode.
Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Soegito. 1992. Atletik I. Surakarta: UNS Press. Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press. 1998. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Depdikbud.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru Penjaskes. SD Setra D-II.
xciii
Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. UNS Press.
Suharno HP. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sukintaka. 2004. Teori Pendidikan Jasmani Filosofi Pembelajaran dan Masa
Depan. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia. Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV.
ALFABETA. Tamsir Riyadi. 1985. Petunjuk Atletik. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Toho Cholik Mutohir. dan Rusli Lutan. 2001. Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan. Bandung: CV. Maulana. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Beorientasi Konstruktif
Konsep, Landasan Teoritis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Yudha M. Saputra. 2001. Dasar-Dasar Keterampilan Atletik Pendekatan Bermain
untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Jakarata: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar & Menengah. Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.
xcv
Lampiran 1 Langkah-Langkah Penyusunan Angket
1. Menentukan tujuan angket
Dengan menentukan tujuan angket terlebih dahulu akan memberikan
arahan dalam penelitian ini, mendapatkan item-item pertanyaan sesuai
dengan komponen-komponen yang ada pada angket. Tujuan dari
penyusunan angket yaitu mengetahui sejauh mana motivasi belajar siswa
dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan model
pembelajaran PAIKEM.
2. Menyusun matrik/spesifik data atau menyusun indikator
Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan permasalahan yang dituangkan
dalam angket termasuk batasan konsep yang akan diteliti. Indikator yang
dituangkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok sebelum diberi pembelajaran model PAIKEM.
b. Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok setelah mendapat pembelajaran model PAIKEM.
c. Membandingkan motivasi belajar siswa sebelum diberi model
PAIKEM dan setelah mendapat pembelajaran model PAIKEM.
3. Menyusun kisi-kisi angket try out
Menyusun kisi-kisi angket dengan tujuan agar dalam penyusunan butir-
butir item angket dapat menyebar ke seluruh variabel maupun indikator
yang telah ditetapkan.
4. Merumuskan item angket try out
Pada saat merumuskan item angket yang menggunakan kata-kata yang
menunjukkan tindakan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.
5. Menentukan skala nilai setiap alternatif jawaban
Apabila responden menjawab sangat setutu (SS) nilainya 5, jawaban
setuju (S) nilainya 4, jawaban tiada pendapat (TP) nilainya 3, jawaban
tidak setuju (TS) nilainya 2 dan jawaban sangat tidak setuju (STS)
nilainya 1.
xcvi
6. Uji coba angket (try out)
Uji coba angket dilaksanakan untuk mengetahui kelemahan angket yang
dibuat sesuai tingkat kesulitan yang ada, serta untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas.
7. Uji validitas dan reliabilitas
Uji validitas data digunakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
dari item-item soal try out yang telah dilaksanakan.
8. Revisi angket
Dasar dari revisi angket adalah hasil try out yang telah dilaksanakan,
angket yang tidak valid dihilangkan.
9. Memperbanyak angket
Setelah item angket yang tidak valid dihilangkan, langkah selanjutnya
memperbanyak angket yang dibutuhkan.
xcvii
Lampiran 2
Kisi-Kisi Angket Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Lompat Jauh
Gaya Jongkok dengan Model PAIKEM
Indikator Sub Indikator Nomor pertanyaan Model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
1. Model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu
2. Aalat-alat yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok variatif
3. Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu tali
4. Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan kotak atau kardus
5. Pembelajaran lompat jauh menggunakan ban bekas
6. Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dilakukan dengan cara melompat dari atas kotak
7. Penggunaan alat bantu dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok membuat siswa menjadi senang
8. Siswa merasa asing dan aneh dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu
9. Para siswa baru pertama kali melakukan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu
10. Para siswa saling berlomba dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Motivasi 11. Pembelajaran lompat jauh variatif dan menyenangkan
12. Siswa dilibatkan dalam merancang pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25
xcviii
13. Siswa diberi kesempatan bertanya dan menanggapi pembelajaran yang diberikan guru
14. Pembelajaran lompat jauh dapat meningkatkan kerjasama
15. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran lompat jauh
16. Keterampilan lompat jauh menjadi meningkat
17. Pembelajaran lompat jauh dapat membuat badan segar
18. Siswa tidak ada yang mengeluh dengan bentuk-bentuk pembelajaran lompat jauh
19. Para siswa ingin mengulang-ulang pembelajaran lompat jauh yang menyenangkan
20. Motivasi belajar siswa meningkat 21. Siswa saling berkompetisi 22. Para siswa sangat antusias dalam
mengikuti pembelajaran lompat jauh 23. Para siswa berani bertanya 24. Para siswa memahami maksud dan
tujuan dari pembelajaran lompat jauh 25. Para siswa meningkat kemampuan
lompat jauh gaya jongkok
xcix
Lampiran 3
Angket Try Out Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Lompat
Jauh Gaya Jongkok dengan Model PAIKEM
Data Responden
Nama :……………………………………………………..
Kelas :……………………………………………………..
Jenis kelamin :……………………………………….......................
Umur :……………………………………………...............
Petunjuk Pengisian Angket
1) Isilah identitas diri anda dengan jelas dan lengkap
2) Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban
3) Harap diisi sesuai dengan keadaan yang anda temui dan anda yakini
kebenarannya
4) Keterangan pilihan jawaban sebagai berikut:
SS : Sangat setuju (nilai 5)
S : Setuju (nilai 4)
TP : Tiada pendapat (nilai 3)
TS : Tidak setuju (nilai 2)
STS : Sangat tidak setuju (nilai 1)
5) Setelah selesai mengisi angket, serahkan kembali angket kepada petugas.
A. Model-Model Pembelajaran Lompat Jauh
No Pertanyaan SS S TP TS STS
1 Model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok selalu menggunakan alat bantu
2 Peralatan yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok variatif
3 Dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu tali
4 Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu kotak atau kardus
c
5 Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu ban bekas
7 Siswa menjadi senang dengan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu
8 Aalat bantu yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok membuat siswa merasa asing atau aneh, namun menyenangkan
9 Para siswa baru pertama mengalami pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu yang variatif
10 Dari peralatan yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok para siswa saling berlomba untuk menampilkan kemampuannya secara maksimal
B. Motivasi Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok
11 Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sangat variatif dan menyenangkan sekali
12
Dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok siswa selalu dilibatkan untuk menemukan ide-ide yang tepat sesuai dengan keinginan siswa
13 Siswa selalu diberi kesempatan untuk bertanya atau menanggapi setiap bentuk pembelajaran lompat jauh yang diberikan
14 Pembelajaran lompat jauh yang diberikan dapat meningkatkan unsur kerjasama antara siswa yang satu dengan siswa lainnya
15 Siswa selalu dilibatkan dalam merancang pembelajaran lompat jauh, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran
16 Melalui pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif, keterampilan atau kemampuan siswa mejadi lebih baik
17 Melalui pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif, badan siswa menjadi lebih bugar
18 Semua siswa tidak ada yang mengeluh dengan pembelajaran lompat jauh yang diterapkan guru penjas
19 Para siswa selalu ingin mengulang-ulang gerakan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif
ci
20 Para siswa merasa motivasi belajarnya meningkat, karena pembelajaran lompat jauh sangat menggembirakan
21 Para siswa saling berkompetisi dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh yang inovatif dan variatif
22 Para siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang diterapkan guru
23 Para siswa berani bertanya kepada guru penjas, karena pembelajaran lompat jauh berbeda dari biasanya
24 Para siswa dapat memahami maksud dan tujuan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang inovatif dan variatif
25
Para siswa merasa memiliki kemampuan lompat jauh yang lebih baik dengan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif dan inovatif
cii
Lampiran 4
Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 1 Keyongan Boyolali
Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam Pembelajaran Lompat
Jauh Gaya Jongkok dengan Model PAIKEM
Data Responden
Nama :……………………………………………………..
Kelas :……………………………………………………..
Jenis kelamin :……………………………………….......................
Umur :……………………………………………...............
Petunjuk Pengisian Angket
2) Isilah identitas diri anda dengan jelas dan lengkap
3) Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban
4) Harap diisi sesuai dengan keadaan yang anda temui dan anda yakini
kebenarannya
5) Keterangan pilihan jawaban sebagai berikut:
SS : Sangat setuju (nilai 5)
S : Setuju (nilai 4)
TP : Tiada pendapat (nilai 3)
TS : Tidak setuju (nilai 2)
STS : Sangat tidak setuju (nilai 1)
6) Setelah selesai mengisi angket, serahkan kembali angket kepada petugas.
A. Model-Model Pembelajaran Lompat Jauh
No Pertanyaan SS S TP TS STS
1 Model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok selalu menggunakan alat bantu
2 Peralatan yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok variatif
3 Dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu tali
4 Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu ban bekas
ciii
5 Alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok membuat siswa merasa asing atau aneh, namun menyenangkan
6 Para siswa baru pertama mengalami pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan alat bantu yang variatif
7 Dari peralatan yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok para siswa saling berlomba untuk menampilkan kemampuannya secara maksimal
B. Motivasi Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok
8 Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sangat variatif dan menyenangkan sekali
9
Dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok siswa selalu dilibatkan untuk menemukan ide-ide yang tepat sesuai dengan keinginan siswa
10 Siswa selalu diberi kesempatan untuk bertanya atau menanggapi setiap bentuk pembelajaran lompat jauh yang diberikan
11 Pembelajaran lompat jauh yang diberikan dapat meningkatkan unsur kerjasama antara siswa yang satu dengan siswa lainnya
12 Siswa selalu dilibatkan dalam merancang pembelajaran lompat jauh, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran
13 Melalui pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif, keterampilan atau kemampuan siswa mejadi lebih baik
14 Melalui pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif, badan siswa menjadi lebih bugar
15 Semua siswa tidak ada yang mengeluh dengan pembelajaran lompat jauh yang diterapkan guru penjas
16 Para siswa selalu ingin mengulang-ulang gerakan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif
17 Para siswa merasa motivasi belajarnya meningkat, karena pembelajaran lompat jauh sangat menggembirakan
civ
18 Para siswa saling berkompetisi dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh yang inovatif dan variatif
19 Para siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang diterapkan guru
20 Para siswa sangat aktif mengikuti pembelajaran lompat jauh karena bentuk pembelajarnnya sangat menarik
21 Para siswa dapat memahami maksud dan tujuan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang inovatif dan variatif
22
Para siswa merasa memiliki kemampuan lompat jauh yang lebih baik dengan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang variatif dan inovatif