Post on 08-Jul-2018
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
1/15
2/11/2016 MY GAYO LAND: SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI GAYO
http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html
MY GAYO LAND
Sabtu, 05 Mei 2012
SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI
GAYO
Add capti on
February 21, 2010 in Adat & Budaya,
Uncategorized | Tags: Arye's chi
Bensue | Leave a comment
Arye's chi Bensue
Dingin merangsek masuk dari celah-
celah papan yang mulai jarang. Asap
mengepul dari bara api yang terbakar
diatas dapur kayu. Aroma daun pisang
yang terbakar sedikit menyengat mata.
Perlahan rasa dingin yang menusuktulang mulai sirna karena secangkir
kopi dan beberapa potong kue lepat
bakar menemani.
Sebaris cerita melirik “sekelumit”
kebiasaan masyarakat dataran tinggi
Gayo, dengan berbagai tradisi yang
mereka miliki. Dataran tinggi Gayo,
memiliki iklim yang cukup dingin,
terletak di ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Pegunungan melingkari daerah berhawa
sejuk itu. Namun dibalik sejuknya tanah Gayo, ada terselip tradisi yang mulai terkikis dan dilupakan
oleh masyarakatnya.
Sederatan tradisi masyarakat di dataran tinggi Gayo, ketika menjelang bulan suci Ramadhan,
maupun pada saat menyambut hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha ada ciri khas tersendiri,
dalam menyambut datangnya hari-hari besar itu. Salah satu ciri khasnya adalah dari segi panganan
yaitu lepat gayo.
Lepat Gayo, adalah salah satu panganan dari sederetan tradisi masyarakat di dataran tinggi Gayo
dalam menyambut hari besar keagamaan ataupun hari besar lainya. Mungkin panganan lepat gayo
ini, tidak jauh berbeda dengan “kue timpan” panganan tradisi masyarakat Aceh bagian pesisir.
“Serupa tapi tak sama” pantas disebutkan bagi kedua jenis panganan di Serambi Mekkah ini.
Perbedaan antara kue timpan dengan lepat gayo, panganan dari dataran tinggi gayo itu, bisa
bertahan lebih lama, sedangkan kue timpan yang biasanya Aceh bagian pesisir bisa dijumpai di
warung-warung kopi. Sedangkan kue lepat ini, bisa dinikmati nyaris hanya setahun sekali.
Dataran tingi Gayo yang kita kenal memiliki beragam etnis, yang mendiami daerah daerah itu, selain
Masyarakat dataran tinggi Gayo, dan Aceh pesisir sendiri ada juga etnis Jawa, Padang, Batak dan
banyak lagi yang lainya. Sebagian besar dari mereka yang tinggal dan menetap di Takengon, atau
Bener Meriah, telah mengenal panganan kue lepat Gayo, bahkan ada juga dari mereka yang
mengikuti tradisi pembuatan lepat gayo menjelang hari besar seperti menyambut bulan Ramadhan
dan hari besar lainya.
“Saya menetap di Takengon ini, sudah sejak kecil, dulu orang tua saya tinggal di Kampung Isak,sebagai buruh perkebunan. Jadi tradisi ini, sudah saya kenal sejak 45 tahun silam, sampai dengan
sekarang setiap bulan ramadhan atau lebaran kami tidak lupa menyiapkan panganan lepat Gayo.”
Cerita Inen Su, seorang ibu yang asli berdarah jawa.
Terbukti, panganan lepat Gayo bukan saja dikenal ataupun dikonsumsi oleh orang Gayo sendiri,
tetapi kue berbalut daun pisang itu, telah “menjalar” ke rumah-rumah masyarakat yang bukan etnis
Gayo.
Panganan lepat gayo hanya didapat pada saat menjelang bulan puasa maupun dalam menyambut
hari raya lainnya. Panganan yang terbuat dari tepung beras yang diberi isi kelapa yang telah diparut
dan dibungkus lembaran daun pisang ini, “nyaris” di setiap rumah dapat dijumpai menjelang bulan
suci Ramadhan.
Salah satu keunikan dari kue lepat gayo, yang dalam bahasa daerahnya, “penan lepat gayo” ini, bisa
bertahan hingga satu bulan diawetkan dengan menggunakan asap dari tungku kayu bakar. Umumnya
masyarakat dataran tinggi Gayo masih banyak yang menggunakan kayu bakar untuk memasak
didapur, Nah untuk mengawetkan lepat gayo ini, kebiasaan masyarakat gayo hanya dengan
Tradisi Lepat Gayo
▼ 2012 (1)
▼ Mei (1)SEJARAH SINGKAT
ADAT, BUDAYA, DANTRADISI GAYO
Arsip Blog
armaya chi benchue
Dengan menyebut nama ALLAH yang mahapengasih dan mahapenyanyang.
Lihat profil lengkapku
Mengenai Saya
0 Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masu
http://3.bp.blogspot.com/-nMZjRc7zvNs/T6UQkVGnqKI/AAAAAAAAABA/wIidTzmZ7-4/s1600/ILG-1.jpghttps://www.blogger.com/profile/05363069839473505215https://www.blogger.com/profile/05363069839473505215https://www.blogger.com/profile/05363069839473505215http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.htmlhttp://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.htmlhttp://void%280%29/http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012_05_01_archive.htmlhttp://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/https://www.blogger.com/https://www.blogger.com/https://www.blogger.com/home#createhttps://www.blogger.com/next-blog?navBar=true&blogID=1881528243221565534https://www.blogger.com/https://www.blogger.com/profile/05363069839473505215https://www.blogger.com/profile/05363069839473505215https://www.blogger.com/profile/05363069839473505215http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.htmlhttp://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012_05_01_archive.htmlhttp://void%280%29/http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/search?updated-min=2012-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2013-01-01T00:00:00-08:00&max-results=1http://void%280%29/http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/tradisi-lepat-gayo/http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/tradisi-lepat-gayo/#respondhttp://kenigayo.wordpress.com/category/uncategorized/http://kenigayo.wordpress.com/category/adat-budaya/http://3.bp.blogspot.com/-nMZjRc7zvNs/T6UQkVGnqKI/AAAAAAAAABA/wIidTzmZ7-4/s1600/ILG-1.jpghttp://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
2/15
2/11/2016 MY GAYO LAND: SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI GAYO
http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html 2
mengantung kue lepat diatas para-para dapur kayu hingga mengering.
Lepat yang telah mengering diawetkan diatas para-para dapur kayu itu, sewaktu-waktu dapat
dikonsumsi sebagai panganan untuk berbuka puasa dengan cara memangang diatas bara api atau di
wadah yang telah dibubuhi minyak makan.
Sayangnya kini, kue lepat gayo yang sudah menjadi tradisi masyarakat daerah penghasil kopi ini,
mulai memudar seiring dengan berjalananya waktu. Pembuatan kue tersebut, terbilang sederhana,
namun “tergilas” dengan kemajuan zaman dan moderenisasi, sehingga sebagian besar masyarakat
lebih memilih makanan yang berbau mentega dan keju.
“Jujur saja, saya selaku putra daerah yang berdarah asli Gayo, pada saat menjelang bulan suci
Ramadhan, hampir tidak pernah lagi membuat lepat Gayo. Padahal itu kan makanan ciri khas kita.”
Ungkap Aman Win
Tidak bisa dipungkiri, makanan kegemaran dan ciri khas orang Gayo itu, lama-kelamaan tenggelamditelan zaman. Namun sebagian besar masyarakat yang masih tinggal di daerah pinggiran masih
menggemari makanan itu, sebagai salah satu khas yang tidak boleh dilupakan.
Lepat gayo, hanyalah salah satu dari sekian banyak ciri khas panganan dari daerah dataran tinggi
gayo. Tapi lepat Gayo, mempunyai “musim” tersendiri. Umumnya pembuatan panganan itu, dibuat
menjelang bulan suci Ramadhan.
Panganan musiman itu, jika dikonsumsi kurang lengkap rasanya jika t idak ditemani dengan
secangkir kopi panas. Apalagi seperti yang k ita tau, Dataran tinggi gayo merupakan penghasil kopi
terbesar di Aceh. Rasa-rasanya kopi dan kue lepat hampir tidak bisa dipisahkan karena ada
kenikmatan tersendiri dalam mengkonsumsinya keduanya.
February 21, 2010 in Sejarah | Tags: Arye's chi Bensue |
Oleh Arye's chi Bensue*)
“Mungkin” bagi banyak orang sebutan Radio Rimba Raya masih sangat asing terdengar di telinga,
atau sama sekali tidak pernah terdengar, bahkan yang mengejutkan kita, beberapa sejarawan
nasional yang cukup popular, pernah ditanya soal Radio Rimba Raya, apakah pernah mendengar
atau mengetahui tentang sejarah dan peranan Radio Rimba Raya pada era perjuangan kemerdekaan?
Jawaban mereka sungguh diluar dugaan, TIDAK PERNAH. Mengapa? Apakah sejarah Radio Rimba
Raya sengaja disembunyikan? Ataukah sejarah Radio Rimba Raya merupakan sebuah dongeng?
Karena itu bukan sebuah kebenaran, sehingga tidak layak untuk dicuatkan ke permukaan. Siapa
yang menyangka? bahwa Radio tersebut pernah menyelamatkan Indonesia dan mengabarkan kepada
dunia bahwa Indonesia masih ada, dan masih tetap eksis. Dengan mengirimkan berita dan pesan-
pesan dari radio tersebut ke dunia internasional, Indonesia berhasil mematahkan propaganda
Belanda, yang mengatakan bahwa Indonesia sudah tidak ada lagi, sebab pada saat itu Jogjakarta
sebagai ibukota negara berhasil mereka kuasai, serta menahan Soekarno dan Hatta, ini terjadi pada
saat agresi militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948.
Salah satu berita yang penting yang disuarakan oleh Radio Rimba Raya sekaligus menyelamatkan
eksistensi Indonesia di dunia adalah : “ Republik Indonesia masih ada, Pemerintah Republik masih
ada, Wilayah Republik masih ada, dan disini adalah Aceh”. Demikian berita yang disuarakan oleh
Radio Rimba Raya pada saat itu dari pedalaman Aceh, tepatnya di desa Rime Raya kabupaten
Bener Meriah.
Asal usul dan peranan Radio Rimba Raya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, sudah
pernah dituliskan, dan dimuat pada Koran Serambi Indonesia di Aceh, bahkan beberapa buku yang
mengulas tentang sejarah Radio Rimba Raya juga sudah pernah diterbitkan Saat ini peranan tentang
Radio Rimba Raya, juga sedang digarap oleh saudara Ikmal Gopi, ke dalam bentuk film dokumenter,
diharapkan semoga film tersebut dapat ditayangkan dalam waktu dekat, sehingga dapat memberikan
gambaran yang lebih detil betapa pentingnya kiprah Radio Rimba Raya dalam memperjuangkan
kemerdekaaan Republik Indonesia
Dari beberapa ulasan diatas tentunya dapat kita fahami bahwa kiprah dan peranan Radio Rimba Raya
sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan, Ada pertanyaan menggelitik yang perlu kita cari tahu
jawabannya :
Apakah Sejarah Radio Rimba Raya merupakan bagian dari sejarah nasional bangsa? Lantas, apa
upaya kita untuk melestarikan sejarah radio tersebut? Guru besar Emeretus Universitas GadjahMada, Sartono Kartodirdjo mengatakan tentang sejarah nasional : “ Perkembangan Indonesia selama
berabad-abad dimana bagian-bagiannya secara bertahap terintegrasi kedalam satu unit tunggal”
Kalau kita menilik kepada definisi beliau, tentunya pertanyaan diatas sudah terjawab, bahwa sejarah
Radio Rimba Raya merupakan bagian dari sejarah nasional, tetapi, mengapa dalam acara
memperingati hari radio nasional sejarah Radio Rimba Raya tidak pernah disinggung?
Pada era orde baru sejarah menjadi tidak normal, sejarah dijadikan sebagai alat legitimasi
pemerintah, menjadi alat kepentingan politik penguasa, pada saat itu para sejarawan cenderung hati-
hati ketika berbicara mengenai sejarah.
Namun, era sekarang ini semua menjadi serba “bebas” dan terbuka, masyarakat sudah tidak perlu
takut lagi untuk bicara, menyampaikan aspirasi, kritikan, atau protes terhadap kebijakan penguasa,
tentunya sesuai dengan aturan yang berlaku.
Ada beberapa solusi yang mungkin bisa saya bermanfaat dalam upaya kita memelihara dan
melestarikan sejarah, terutama sejarah Radio Rimba Raya, yaitu netralitas sejarah terhadap
penguasa harus dipertahankan, supaya tidak terjadi pemanfaatan kepentingan untuk penguasa,
Radio Rimba Raya Dongeng?
http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/radio-rimba-raya-dongeng/http://kenigayo.wordpress.com/category/sejarah/
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
3/15
2/11/2016 MY GAYO LAND: SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI GAYO
http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html 3
kemudian sejarah bisa kita jadikan sebagai kritik social terhadap kebijakan-kebijakan penguasa.
Sejalan dengan otonomi daerah, dan dalam upaya kita untuk mencuatkan sejarah tentang Radio
Rimba Raya kepada masyarakat, pentingnya pemerintah daerah Aceh untuk melakukan berbagai
upaya untuk menonjolkan sejarah Radio Rimba Raya, mengingat peran penting radio tersebut dalam
perjuangan kemerdekaan.
Dan juga perlunya pemerintah mengupayakan sejarah perjuangan Radio Rimba Raya masuk ke
dalam pelajaran sejarah nasional yang diajarkan di sekolah-sekolah dan universitas. Agar regenerasi
kita dapat memahami arti pentingnya sejarah. Masihkah sejarah Radio Rimba Raya menjadi sebuah
dongeng??
*) Penulis & Pustakawan
February 21, 2010 in Kekeberen (Cerita Rakyat) | Tags: Arye's chi Bensue | Leave a comment
Oleh Arye's chi Bensue
Dele jema berpendepet, mumerinen apabile bur mubeltak mekesute lagu Bur Ni Telong so ke basa
Indonesiae gunung merapi, mubeltak sara waktu tangkuh ari wan bur a, wih, rara, tanoh cempege,
ledak, atu bene sana si ara wan tuke ni bur a tangkuh lagu jema peloahan. Bekase si taring nge
mujadi keltung renyel wih pe mugenang, pemarine mujadi lut, lagu lut Tawar-te ni. Danau basa
Indonesiae. Ike sinting beta asal usul ni lut atawa danai bewe ne, keta nge trang sengkiren Bur Ni
Telong so mubeltak, meletus nge turah lo ari pe lut atawa danau. Buge entimi bur a mubeltak kuneh
lo ari pe, ata meh mureh muremok lengas mujadi rata kase. Senuen, manuksie, koro, kude, kaming,
bebiri, ume a bene rusak gere ne tehunei. Syukur ike gere sampe ku nyawa.
Keta kekeberan ni jema tetue tentang asal usul ni Danau Laut Tawar-te ni, cube keta ipengen,
kadang te kase nguk gunei kin isi nate kin pengemasan, orop cerak-cerak berakah.
Pudaha, silun, sedenge beta kire-kire, ara sara jema ulama, jema malim ke kene pakea pudaha oyale
si ulie. Si ulie ni si gatine keta beribedet i Mekkah, si nge terang tentu ike semiang Jemat. Nge mari
muniri-niri renyelwe berangkat ku Mekkah. Ke bukeneh pe jarake, sejep we nge minter sawah, keta
mari semiang kase ulakwe mien ku Gayo ni. Sana i genie, gere kubetih, gere ara seder jema kadang
te begene burak lagu nabi mekraj, mi kadang ta betul pe, kadang te temerbang, oya pe gere ara
seder jema, si mehate remalan we si ara mukeber.
Si ulie ni ne bedene kul, atas, anyong, langkahe pe pepien meteri, seger jangkang pe kadang te nge
orap si pe, kekirentemi we munyawahne. Gere sidah pe atas ni bur si teridah kite engon ni, relem
narul, kolak ni lut, nguk perin nise gere ara nyanya. Gere ara perasante si nguk mulintang langkahe
ke kusih pe we male beluh. Betale kire-kire kul ni bedene, kolak ni jangkange, angong ni tubuhe buh
jeme persine Unok.
Se ni pe k in pengalut ni jema ke ara jema bi bejangkang kolak, kul bedene, keta renyel rasi jema, kul
ni beden pe lagu Unok, beta kedah.
Jadi ike munurut kekeber ni jema jemen, Danau Laut Tawar-te nipudaha gerele lagu besilo ni koleke,
kucak we, lagu kulem. Wihe mujelobok mumata ter ari tuyuh, jernih pedi, sonele dirodari muneniri
bersesangulen sesabi dirie, mari-mari niri ho ulak mien ku langit. Kene jema petere Bensu pe, yonele
muniri, bepangir urum aka-akae I sagi-sagi ni karang so Malim Dewa munenep sesire beserune
muguel bensi, mungantehi pateri Bensu. Nge mari muniri, keta ulak temerbang mien ku nenggeri
Antara, beta kene jema.
I geniring ni kulem a ne ara sara batang ni kayu kul pedi. Ton ni benatang-benatang uten a belongoh
porak le so, begegolahan kadang te gerahan keta minum ku wan kulem a. Manuk pe beta
mumangani uah ni kayu a ne, gerahan-gerahan so keta ne renye minum kone. Batang kayu len pe
dele ilen one ara seba mi, ara si muah ara si gere tempat ni manuk berdediang terbang ari ranting ku
cabang memangani uah, mungenali iyok kin isi ni pogenge.
Jadi pede serlo ter bilangan si jeroh ketika si bise, turun ilham ku Unok ni ne bahwa kase sara masa
male terjadi turun ni Tuhen cubeen ku makhluk atan denie ni munuji sahan-sahan si berimen, sahan
si gere. Si berimen keta selamat kerna we mumengen manat, keta si gere nge terang mudepet ezeb
kerna darohaka. Male geh kase wih kul, banjir kene basa besilo ni, bur si atas-atas pe meh apus buh
wih kula, denie ni mugenang. Jadi turah tos sara perau kul kin tempat besilu. Atau perau a ne le
berumah, i one mangan minum, imah perbekalan si genap dirie kin papien lo ni kadang te sawah pe
ku ulen ku tun beta mulo. Perau kul a ne turah tir itos imungen, si nge turah ara bepari i sara tempat,
si kire-kire murah berhubungan urum Mekkah.Jadi, nge putus makripet ni Unok ne gere ara len pilihne, keta batang kayu kul si genering ni kulem a
ne le si turah ijadin kin perau kul, ke nume oya keta gere sidah pe kase is ie.
Tar bilangan si jeroh tar ketike s i bise, putus makripet bulet ate tumung kekire ni Unok ni, kayu kul si
genering ni nin a nepe ijerhutne. Mujergut urum uyet-uyete, tar one ieyate maran-aran renyel sawah
ku serap ni lut Acih so tar one renyel ku Mekkah.
Ale bekas ni perdu ni kayu a ne, tanohe ke nge mubungker lagu kul nge mukelong mukultung, renyel
mujadi kulem kul, kulem uyet ni kayu kul a ne nyap-nyapan relem sari ku wan tanoh se mupantik.
Loloten kayu si sare Unok a ne oyale kebere mujadi arul kucak, meh kemokotne memakin relem
memakin kolak, wihe pe renye memakin deras.
Oyale keta ne asal usu ni Dana Laut Tawar-te ni urum wih kul si bergeral Sungai Pesangan, si mujaril
sawah ku Lut Acih so.
****
Sumber:
Hakim, A.R. 1986. Bunga Rampai Cerita Rakyat Gayo, Seri IV. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Unok
http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/unok/http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/unok/#respondhttp://kenigayo.wordpress.com/category/kekeberen-cerita-rakyat/
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
4/15
2/11/2016 MY GAYO LAND: SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI GAYO
http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html 4
Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.
February 21, 2010 in Sejarah | Tags: Arye's chi Bensue | Leave a comment
Oleh Arye's chi Bensue
Pada masa Belanda (1927 – 1937) di Gayo Lues pernah ada warung di atas buk it is inya ada nasi
goreng, roti, dan minuman kaleng. Warung tidak dijaga. Siap makan bayar, kalau tidak ada uang, isi
formulir, letakkan di atas meja atau jepit di dinding. Awal bulan potong gaji.
Barangkali judul di atas dianggap orang lelucon saja, atau sesuatu yang tak masuk akal, atau
perbuatan orang gila. Tetapi benar adanya. Ada warung di kaki gunung Burni Peparik, ada warung di
kaki gunung Burni Leme, ada warung di Burni Palok, ada warung di Burni Badak. Isi warung nasi
goreng, minuman kaleng dan roti kering. Nasi goreng dijual agar jangan cepat basi, minuman kalengdijual agar tahan lama dan juga roti kering yang tak cepat berjamur. Tujuan pembuatan warung ini
agar serdadu yang operasi setiap hari jangan kelaparan, jangan kehausan. Serdadu yang operasi
berangkat pagi pulang sore, berangkat sore pulang pagi dst. Serdadu yang operasi tidak membawa
perbekalan yang lengkap. Supaya jangan kelaparan, kehausan, didirikanlah warung, di setiap tempat
yang strategis jauh dari tangsi. Semula memang hanya untuk serdadu Belanda, tetapi lama
kelamaan juga untuk rakyat jelata.
Pagi-pagi sekali orang suruhan serdadu Belanda, mengantar nasi goreng, roti, dan minuman kaleng
ke setiap warung. Sesampai di warung, petugas tadi menyusun dengan rapi, nasi goreng, kaleng
minuman dan roti pada tempat yang sesuai. Kemudian para petugas pulang, dan mengunci warung.
Kunci diletakkan di tempat yang aman dan mudah dilihat orang. Ada juga pintu dikunci dengan kayu,
tapi kodenya/cara membukanya diberitahu dengan tulisan. Kalau semua dianggap sudah selesai,
serdadu dengan orang suruhan pulang ke tangsi.
Jadi warung tidak dijaga?. Betul, warung tidak ada penjaganya. Untuk membantu pelanggan, di sana
telah ada daftar harga. Misalnya nasi satu piring 10 sen, ikan satu potong 5 sen, minuman kaleng 1
kaleng 2 ½ sen, dsb. Dengan demikian orang dapat makan dan minum sesuai dengan isi
kantongnya, atau kemampuannya. Misalnya pelanggan masuk, lalu makan dan minum. Dia sudah
tahu berapa uang yang harus dibayar. Misalnya dia makan 2 piring nasi dan minum 2 kaleng, maka
dia harus bayar 2 x 10 sen + 2 x 2 ½ sen = 20 + 5 sen = 25 sen. Uang dimasukkan ke dalam kotak
yang sudah tersedia. Oh itu untuk orang yang ada uang, bagaimana kalau uang tak ada.
Jangan takut, ada caranya. Sesudah makan dan minum, lalu dia tulis makanan dan minuman yang
sudah dihabiskannya, di satu formulir yang sudah tersedia. Lalu formulir ini disimpan di tempat yang
sudah disediakan. Itu kalau pegawai, kalau rakyat biasa yang tak bergaji bagaimana. Jangan
binggung, jalan masih terbuka. Misalnya ada seberu/sebujang sedang berutem, kelaparan dan
kehausan. Silakan mampir, makan dan minum terus, yang penting harus diingat apa yang dimakan
dan diminum. Nanti sore, lapor kepada petugas, dan bulan depan bayar. Bila bulan depan pun uang
tak ada, dipakai cara yang agak kasar, yaitu datang ke tangsi, dan jumpai komandan jaga ;
“Pak, hari Minggu lalu saya makan dan minum di warung Burni Peparik. Nasi goreng 2 piring,
minuman kaleng 2 buah. Saya tak punya uang pak, bagaimana caranya ?”
“Kau harus membersihkan / mencangkul tangsi seluas 25 m² “
Atau kalau keberatan mencangkul boleh pilih yang lain, misalnya membawa kayu masak 10 jangkat,
atau boleh juga memikul beban serdadu yang operasi selama seminggu, dsb.
Lalu timbul pertanyaan, apakah tidak ada penipuan, pencurian, penggarongan. Misalnya, dia makan 4
piring ngaku 1 piring, minum 5 kaleng, dibilang 2, dsb. Atau roti dibawa beberapa bungkus.
Hampir 10 tahun keberadaan warung ini, hanya ada satu orang yang menipu, menurut pengarang
buku ATJEH, H. C. ZENTGRAAFF yang diterjemahkan dengan judul buku Kisah-kisah Lama Di
Daerah Gayo Lues, hal. 59, dilakukan oleh seorang dokter hewan yang lebih banyak sifat hewan di
hatinya daripada sifat manusia. Dalam 10 tahun, beribu pelanggan keluar masuk warung yang menipu
hanya 1 orang, luar biasa. Sukses, mengagumkan. Dasar pemikiran setiap pelanggan adalah
kejujuran dan itikat baik. Betul-betul tertanam di dalam hati. Semboyan umum pada waktu itu adalah
:
“ ASAL JANGAN SAYA YANG MENIPU “
Dan di dinding setiap warung tertulis kata mutiara,
“ SAYA TAK AKAN MEMBOHONGI HATI NURANI SAYA “
Kalau saya minum 2 kaleng, saya bilang satu kaleng, maka saya telah membohongi hati nurani. Hatinurani tak dapat dibohongi.
Nah, sekarang sudah banyak orang Gayo Lues yang kaya, yang dianggap mampu membuat warung
ala Belanda tersebut. Investasi perlu ditanam, dan kalau melihat warung Belanda tersebut, untungnya
sungguh menjanjikan, mengiurkan !.
Caranya, tak usah malu-malu ikuti saja cara warung Belanda. Kalau boleh saya mengusulkan satu
dibuat di BUKIT CINTA, Blangtenggulun. Pada hari minggu atau hari besar lainnya tempat ini penuh
muda-mudi, lebih-lebih waktu bulan muda. Satu lagi di BERAWANG LOPAH, di BLANG TASIK, di
BLANG SERE, di KALA PINANG, di ATU PELTAK, dan di KACANG MINYAK arah Pining.
Ada 3 pihak yang beruntung, yaitu penanam modal, untung besar menanti, rakyat sebagai
pelanggan, dan penambahan PAD Pemda.
Ah, itu teori. Prakteknya bagaimana. Bisa-bisa, bukan saja nasinya habis, minuman habis, roti habis,
juga warungnya bisa hilang. Tapi mari kita coba dulu, jangan pesimis. Belanda yang kafir kok bisa,
kita yang muslim kenapa tidak?.
Warung di Atas Bukit
http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/warung-di-atas-bukit/http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/warung-di-atas-bukit/#respondhttp://kenigayo.wordpress.com/category/sejarah/
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
5/15
2/11/2016 MY GAYO LAND: SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI GAYO
http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html 5
February 21, 2010 in Adat & Budaya, Seni | Tags: Arye's chi Bensue | Leave a comment
Oleh Yusradi Usman Al-Gayoni
Tawar Sedenge
Engon ko so tanoh Gayo Si megah mu reta dele Rum batang uyem si ijo, kupi bako e
Pengen ko tuk ni korek so Uwet mi ko tanoh Gayo Seselen pumu ni baju, netah dirimu
Enti daten bur kelieten Mongot pude deru Oya le rahmat ni Tuhen, ken ko bewen mu
Uwetmi ko tanoh Gayo Semayak bajangku Ken tawar roh munyang datu, uwetmi masku
Ko matangku si mu mimpim Emah uyem ko ken soloh Katiti k iding enti museltu, i lah ni dene
O kiding kao ken cermin Remalan enti berteduh Enti mera kao tang duru, ton jema dele
Enti osan ku pumu jema Pesaka si ara Tenaring ni munyang datu, ken ko bewene muUwet mi ko tanoh Gayo Ko opoh bajungku Ken tawar roh munyang datu, uwetmi masku
Inilah salah satu puisi A.R. Moese yang diciptakannya di Baleatu pada tahun 1956. Karya
monumental ini cukup populer di kalangan masyarakat Gayo. Betapa tidak, lagu ini kerap
dinyanyikan di acara-acara formal baik di pemerintahan tanoh Gayo maupun ti tingkat masyarakat
Gayo. Oleh pemerintah daerah, lagu ini kemudian ditetapkan sebagai lagu wajib daerah. Tidak hanya
di tanoh Gayo, lagu ini selalu dinyanyinkan oleh anak negeri di perantauan ’pang – pang pendidikan’.
Tidak jarang, saat mereka menyanyikan lagu ini, mereka merasa tersentuh sambil menangis, ingin
berbuat sesuatu terhadap negeri mereka ’dataran tinggi tanoh Gayo’ dan pada saat yang sama,
seolah mereka dibawa terbang ke tanah kelahiran mereka. Karya ini begitu menyetuh perasaan,
cukup menggugah dan memberikan efek perubahan bagi pendengarnya ’urang Gayo’ sekaligus
menjadi motivator bagi urang Gayo itu sendiri. Akibatnya, mereka ’urang Gayo’ ingin berbuat dan
memberikan yang terbaik bagi negeri mereka ’tanoh Gayo’. Tentu kita ’masyarakat dan generasi
Gayo hari ini’ cukup mengapresiasi karya besar A.R. Moese diatas.
Engon ko so tanoh Gayo (lihatlah tanah Gayo), si megah rum reta dele (yang terkenal dengan harta
yang melimpah), rum batang uyem si ijo, kupi bako e (dengan batang pinus yang hijau serta
kopinya). Pengarang mengajak pembacanya untuk melihat dan mengetahui tanoh Gayo yang
terkenal dengan harta melimpah. Dalam hal ini, tanoh Gayo tidak hanya Takengon (Aceh Tengah),
tetapi juga Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Lokop Serbejadi (Aceh Timur), Kalul
(A.Tamiang) dan sebagian kecil di Aceh Selatan. Gambaran harta yang melimpah ’kekayaaan tanoh
Gayo’ adalah pinus mercusi, kopi dan tembakau. Tentu pinus mercusi, kopi Gayo jenis Arabika dan
tembakau, merupakan sebagian kecil kekayaan yang dimiliki daerah ini. Selain itu, tanoh Gayo
terkenal sebagai daerah pertanian ’holtikultura’ ’asam keprok sebagai komoditi nasional’ dan dulunya
(zaman kolonialis Belanda), daerah ini (sekarang Bener Meriah) memiliki teh yang sempat merambah
pasar ke benua Eropa dengan brand ’teh Redelong’. Juga daerah ini memiliki kualitas ganja yang
tidak kalah di dunia. Kemudian, tanoh Gayo juga mengandung potensi tambang yang cukup
pontensial seperti emas, batu bara, tembaga, uranium, gas, dan lain-lain. Iwan Gayo sendiri
’penyusun buku pintar & pemeta dataran tinggi tanoh Gayo’ menyebut daerah ini sebagai jamrud
khatuliswa mengingat potensi alam yang cukup kaya dan melimpah. Tak hanya itu, tanoh Gayo
memiliki wajah memikau yang sempurna dengan danau kecilnya ’Danau Laut Tawar’ serta warisan
budaya yang kerap hidup dan terpelihara dalam masyarakatnya.
Tanoh Gayo merupakan rahmat dan karunia Allah SWT kepada penghuninya sebagaimana
disebutkan pengarang kemudian. Masyarakat yang mendiaminya harus bersyukur dengan karunia ini.
Rasa syukur tersebut mesti diwujudkan dengan kerja keras, senantiasa menggali potensi diri, belajar
tiada henti, perilaku yang positif dengan saling melengkapi kekurangan dan kelebihan yang ada,
mendorong inovasi, kreativitas serta partisifasi aktif masyarakatnya dalam membangun negeri ini
’negeri penuh misteri ini’. Yang tidak kalah penting adalah menjaga warisan leluhur dan ciptaan Tuhan
yang luar biasa ini.
Pengen ko tuk ni korek so (dengarlah suara ayam berkokok), uwet mi ko tanoh Gayo (bangunlah
tanah Gayo), seselen pumu ni baju (singsingkan lengan baju), netah dirimu (untuk memperbaiki
dirimu). Dalam bait ini, A.R. Moese yang juga seorang musisi ini mengajak tanah Gayo ’masyarakat
dataran tinggi tanoh Gayo’ untuk bangun ’tuk ni korek so & uwet mi ko tanoh Gayo’ dan bangkit
untuk memperbaiki diri ’seselen pumu ni baju’. Bangun dan bangkit bearti berbuat dan berkarya untuk
negeri ’tanoh Gayo’. Karena tidak ada orang lain yang mampu mengubah kondisi dataran tinggi tanoh
Gayo, mengangkat harkat, derajat dan martabat orang Gayo, selain orang Gayo itu sendiri (QS: Ar Ra’du: 11). Sehingga mereka ’bangsa Gayo’ akan menghargai diri mereka sendiri, ”the greater the
man soul, the deeper he loves”, semakin besar jiwa seseorang, semakin dalam dia mencintai,
demikian kata Leonardo da Vinci – pelukis Monalisa.
Enti daten bur kelieten, mongot pude deru (jangan biarkan gunung Kelieten menangis haru), oya le
rahmat ni Tuhen (itulah rahmat Tuhan), ken ko bewen mu (untuk kamu semua). Hal menarik disini,
kenapa gunung Kelieten sampai menangis? Penulis menapsirkan, hal tersebut tidak terlepas dari
persepsi, konsep dan paradigma berpikir serta perilaku masyarakat Gayo sendiri. Kedua, merujuk
kepada gunung Kelieten sebagai perwakilan kekayaan hutan dan alam tanoh Gayo. Untuk yang
pertama, kita perlu melihat sejarah daerah ini yang masih kabur, konflik berkepanjangan yang
menghilangkan ribuan nyawa, harta serta berimbas pada lemahnya ekonomi masyarakat, perubahan
yang lamban terjadi, sikut kuwen kiri, tulok wan opoh kerung, perbedaan uken dan towa; kita
memang ditakdirkan dan dilahirkan berbeda, ada uken, ada towa, ada Gayo Lut,Gayo Deret, Gayo
Lues, Gayo Lukup, Gayo Kalul & Gayo Alas, namun mari jadikan perbedaan tersebut sebagai
kekuatan dan kayanya jati diri kita (Al Gayoni). Untuk yang terakhir, Prof. H. Muhammad Daud, SH.,
Tawar Sedenge
http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/tawar-sedenge/http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/tawar-sedenge/#respondhttp://kenigayo.wordpress.com/category/seni/http://kenigayo.wordpress.com/category/adat-budaya/
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
6/15
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
7/15
2/11/2016 MY GAYO LAND: SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI GAYO
http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html 7
tenaring ni munyang datu (peninggalan munyang datu/pendahulu negeri), ken ko bewene mu (untuk
kamu semua). Melalui ini Tawar Sedenge, pengarang berpesan agar urang Gayo, tidak memberikan
pusaka yang ada sebagai warisan leluhur ke tangan orang lain. Untuk itu, masyarakat Gayo harus
selalu menjaga harta yang menjadi warisan lelulur tersebut baik fisik maupun non-fisik sehingga kita
dapat mengapresiasi niat baik, kerja keras, tetesan-tetesan pemikiran pendahulu-pendahulu k ita yang
telah menghasilkan peradaban ini. Bagaimana pun, mereka ’pendahulu kita’ telah meninggalkan
sesuatu buat kita hari ini. Bagaimana pun, mereka telah berbuat untuk kita hari ini. Tinggal lagi,
giliran kita untuk berbuat, membuktikan dan berkarya untuk mewariskannya kepada generasi k ita
seterusnya. Jangan tanya orang lain namun tanya dirimu, ”Apa yang telah engkau berikan pada orang
lain.” (Al Gayoni)
Uwet mi ko tanoh Gayo (bangkitlah tanah/bangsa Gayo), ko opoh bajungku (engkaulah pakaianku),
ken tawar roh munyang datu (sebagai tawar untuk munyang datu/pendahulu), uwetmi masku (bangun
dan bangkitlah masku). Di akhir puisinya, A. R. Moese kembali membangkitkan dan mengobarkan
semangat yang tiada hentinya kepada bangsa Gayo, ”bangunlah tanah Gayo,” ”bangkitlah orang
Gayo”, ”tunjukkan bahwa kamu mampu,” ”buktikan pada luluhur mu bahwa kamu bisa,
”bangkitlah,”warnai sejarah negeri ini dengan kegigihan, kerja keras, keyakinan, karya dan
prestasimu.”
February 21, 2010 in Pendidikan, Sejarah | Tags: Ali Bambang Teruna, Arye's chi Bensue | Leave a
comment
Oleh Arye's chi Bensue
(I sadur ulang wan bahasa Gayo oleh ZULFIKAR AHMAD ari tulisen ALI MAMBANG TERUNA,
Kumpu ni Teuk u Reje Ma’un, Nask ah demu wan Musyawarah Ulama ke II MPU Aceh Tengah 20
November 2008)
Teuku Reje Ma’un keturunen langsung ari Muyang Sengeda (keturunen ke siwah). Teuku Ma’un lahir
tun 1312 H (1895) I Kebayaken Aceh Tengah.
Ama ni Teuku Ma’un bergeral Teuku Reje Mamat. Teuku Reje Mamat ulak ku tuhen tun 1902.
Sebelum wafat Teuku Reje Mamat pernah besumpah “Ike tanoh Gayo ni gere ne lepas I bela ari
serangan belene nguk ken matee dari pada menengon salak ni Belene” Makbul sumpah ni Reje
Mamat ni, tun 1903 Belene mayo ku Tanoh Gayo se tun ,mari Reje Mamat Ulak ku Tuhen. Umur ni
reje Ma’un ter ketike oya teku 8 tun ilen.
Kerna Putra Mahkota, Reje Ma’un kucak ilen, bedel (wakil) kejurun I osah ku kile Reje Mamat si
begeral Kuti Nyak Gam Aman Beramat.
Aman Beramat ulak ku tuhen orom lime syuhada wan perang I tengge besi mulewen Belene si
menyerbu ku Tanoh Gayo. Oya serangan Belene pertama ku Tanoh Gayo.
Tanoh Gayo baro lepas ku pumu Belene tun 1905 si kuasai e sawah Jepang mayo.
Ter lo minggu wan tanggal 16 Rabiul awal 1323 H (21 Mei 1905 M) Belene bermarkas I Kayumi
Pegasing. Menurut keber ari kesultanan Aceh masa oya, I tanoh Gayo ara reje kucak putra mahkota
ari Kejurun Bukit si begeral Teuku Reje Ma’un. Tar Senen tanggal 22 Mei 1905 Belene mumerikse
jep-jep umah I Kebayakan mungenal Reje Kucak si tunin ine e wan keben. Ine ni Reje Kucak s i
begeral Cut Komariah tereh anak ke mujadi kapir.
Belene gere mera beloh ari Kebayakan sebelum demu Reje Kucak, oya perintah ari kutereje mujulen
Reje Kucak ku kutereje kati I sekulahen. Mari I terangen orom pener jemah, Cut Komariah mu
noruhen isi Reje Ma’un I tonin.
Tar lo Senin tanggal 22 Mei 1905 oya Teuku Reje Ma’un mu nyerahen kejurun Bukit ku Pun/Pakcek e
Besah Aman Seri Kuala selama Teuku Reje Ma’un beloh sekulah. Besah Aman Seri Kuala ama ari
Reje Ilang si begeral Jemelah.
Mari penyerahan jabatan Kejurun, Teuku Reje Ma’un, ine e orom pepien pengawal beluh ku Kayumi
Pegasing sebelum berangkat ku kutereje.
I Kutereje, Reje Teuku Ma’un taring I komplok Istana Sultan Aceh. Segele biaya selama Reje Ma’un
sekulah I tanggung Belene.
Selama sekulah Reje Ma’un faseh bebahasa Melayu, basa Belene, Belejer hukum, ilmu
pemerintahen. Selain oya, Reje Ma’un peh pane be Biola orom alat musik gambus.
Mari ari Kutereje, Reje Ma’un selama se tun ‘kerja praktek’ orom pemerintah Belene I Takengen. Tar
lo senen 26 Muharam 1328 H (7 Februari 1910) I lantik kin Kejurun Bukit wan bahasa BeleneBestuerder Van Boetket. Tar masa oya kantur e I jelen Gentala. Kantor e besupu ilen. (Kantur Bupati
pemulo, seni nge kin kantur MPU-red)
Wan tun 1913 Reje Ma’un mu nos umah pitu ruang I Mampak Kebayakan. Sebelum oya Reje Ma’un
Taring I Kampung Bale Hakim (Seni nge kin SMP 2 I paluh ni Buntul Kubu-Red).
Wan Tun 1914 Reje Ma’un mularang/muhapus temuluk (Perbudakan) I Tanoh Gayo. Wan Masa oya
bewen ne temuluk turah ara tutur e nguk adik, anak, kumpu atau barik sana sipenting ara tutur e wan
keluarga. Tapi biase e si le tutur ni temuluk kumpu atau si lebih renah ari oya. Reta tenaring I bagi
orom bekas temuluk, kune bagi kin anak diri, lagu oya kin bekas temuluk. Masa oya ike ara si
murasi jema orom sebuten temuluk, atau anak temuluk, Teuku Reje Ma’un mu hukum jema si murasi
atau medene orom hukumen si beret. Menurut keber, keturunen temuluk seni ara si lebih kaya, lebih
pane dan ara si mujadi pejebet negara seni.
Teuku Reje Ma’un dor mu bela urang te ike kona tengkam orom Belene. Puset-puset perlawanan tar
tun 1915 ara I daerah deret, Jamat, Linge, Samar Kilang. Ari daerah oya gati kona tengkam
gerilyawan muslim.
Teuku Reje Ma’un (Urang Gayo Pertama si Besekulah)
http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/teuku-reje-maun-urang-gayo-pertama-si-besekulah/http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/teuku-reje-maun-urang-gayo-pertama-si-besekulah/#respondhttp://kenigayo.wordpress.com/tag/ali-bambang-teruna/http://kenigayo.wordpress.com/category/sejarah/http://kenigayo.wordpress.com/category/pendidikan/
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
8/15
2/11/2016 MY GAYO LAND: SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI GAYO
http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html 8
Teuku Reje Ma’un gere setuju gerilyawan I ayon wan tutupen, ketike oya Reje Ma’un muniro tawanan
I luwahen. Kene Reje Ma’un ‘ike pake ya (tawanan) musangka Reje Ma’un aku kin jaminen e,
timakan aku” Akhire Belene setuju orom jaminen oya, bewen tawanan perang I luwahen tuwe mude,
rawan banan I kamolen I Mampak I osah perupohen ne, I osah mangan e.
Jelen Takengen – Bireun munge I tos tun 1911, Reje Ma’un si paham ilmu ekonomi tekala tun 1913
menosah “Syarat Do’a” ku tanoh Blang Rakal kin Tanoh Peruweren. Bewen Rakyat Gayo si nempu
koro iyo gere berlop, soboh gere berluah nguk mu main koro e ku Blang Rakal………..
Biasa e, Reje Ma’un ike mugesek Biola si Jangin ne jangin Gayo atau Pepongoten.
Belene gere begitu galak ate we kin Teuku Reje Ma’un. Teuku Reje Ma’un pernah idedik Kapten
Belene tap mu lapor buet ni kapten ne si korupsi ku kutereje. Tap laporan ne ya kapten Belene ne
waktu ulak ku tangsi e I Takengen itimak ke ulue orom bedil.
Belene berusaha mungadu Teuku Reje Ma’un orom sudere e Reje Bukit Eweh. Tar Jum’at 13 Oktober
1925 Teuku Reje Ma’un ulak ku tuhen tap kona tenik ulak semiang Jum’at (Menurut hitungen kami si
munyusun ulang naskah ni, tanggal 13 Oktober 1925 nume lo Jum’at tapi lo Selasa – Red).
Anak ni Teuku Reje Ma’un masa oya kucak ilen gerel le Teuku Reje Muhammad Zainuddin, kin
munganti Reje Ma’un sementara Kejurun Bukit I pimpin oleh Jemelah (Reje Ilang) Pakcek ni Reje
Muhammad Zainuddin.
Tun 1937 Reje Muhammad Zainuudin ulak sekulah ari kutereje I angkat menjadi Kejurun Bukit hingga
awal kemerdekaan Indonesia (Mei 1946).
February 21, 2010 in Kekeberen (Cerita Rakyat) | Tags: Arye's chi Bensue | Leave a comment
Oleh Arye's chi Bensue
Si kedele ne manuk si peralai jema oyale kukur. Ike kukur galak keta nguk isabung, ijalu. Keta iaran
taroh. Mera we raie taroh a ne ku sepuluh ribu, due puluh ribu, mera we koro atawa kude pe bun jema
kin taroh. Dum kul nate, beta mulo ke dah. Menang kalahe keta terserah ku nasib, ara kukur galak
gere lepas mah taroh, keta talu. Nguk perin kukur ijalu kin peme rah ni nepekah. Gere tubah lagu
jema betaroh tekala pacu kude so, kude si musangka ke mujontor de lahe seneta, si betaroh keta
mumangan sedep, mangan ku bajak rum kul ni kutep.
Si menang a keta nge tetnine ike si kalah a keta pukekucip, pupeperus gumis, nome kelam gere ne
mis, pe ng wan beb nge meh titis.
Sara macam mi keta gere kin kukur sabung orop nge iperalai kin lelon kin dediangan, igegeneng,
ipepanang, ipeperus, ipenirin dum galak nate.
Iyo soboh iengon-engon, ikerteken pumu kukur pe mungku, tuke mulape lagu si nge korong, osop
gerahan basah gerngong. Ku si beluh oya kin temengen, beluh ku empus atawa ku rebe, si gere pu
udah keta ku mersah atawa ku umesegit.
Sentan soboh dabuh mencer matan lo cap renyel iuetan rungang beranir-anir bergegiring, isantiren ku
tetulok itatangan pora tetemas pecengan, ileweni lagu becerak urum budak. Ikumuren wih isempuren
ku bedene, ipeperus sire we bejunte atan jejari pumu kiri, ikerteki kin pumu kuen. Kene pake a iejer
mentalu.
Ke nge porak kase o ayon ku wan rungang igenengen isantiren ku cabang nasam, ku labang sagi
rumah tuyuh ni teroto. Anak dirie pe kadang ipenirine sana kene jema banan. Lagu si gere ara lupen
sejap pe, betale kul nate.
Kukur mentalu, ate galak, kukur mungku guke isimak, mangan sempat lupen, utang ku Tuhen gere
ne beriro. Kelaman ara kin regge ni jagong pakan kukur penan ni kumpu barik enti mi.
Ulak ari empus atawa ari ume, cube mi ingetei kune kin cara ni pake si bekukur a. Dumna guree
kadang te ara uah ni kupi ben kutip wan karung, keta katan ulu renye ijujung, kadang batang ni pete
atawa cabang ni kayu kedah male kin utem atawa kin tersik kin tiang ni penjemur nupuh, keta katan
kerlang dabuh iarang parang pe itemeng ike perlu anak pe iemen mien, keta ne kukur wan rungan
mien itemeng kin pumu kiri. Sengkiren uren pe lo buet lagu noya gere muketapi. Kite mi we
munengone lagu si nge sawah dehdohe. Kune kin kinen muniti atang mulengkahi atang, muneki kite
ike dene jeral gere bike mukelset. Muniti petal pe gere mukekunah, sengkiren kedang male
musentat, adik kukur a ne mukunah, lagu si nguken anak s i wan nemen a ne mutuh. Beta se ba
jema ari kul nate mununung galak, lupen we kin tengkeh ni jema, arok mupolok galak muselpak.
Kati kite paham kukur ni lagu si ara roa macam, pertama kukur si sedakala kite egon iperalai jema,
kita sara mi kukur gunung. Lagu si ara ilen sara mi, si begeral merbuk k ire-kire bensa ni kukur. Kekukur gunung lagi si mupenilang pora jangute gere olok iperalai jema sebeb gere kita betih sanae si
paral. Gere lagu kukur pedih ne betami kena, linge iparal, guke pane mentalu, keta kin pengantin bun
jema ike munama aring, munama getah, munama katir. Kona ni kukur ari guke beta kene tengkeh.
Boh pengen gelah jeroh, keta ni kekeberni jejok. Jejok ni ara si bergeral jejok balu, jejok ines, jejok
berbakan, nta jejok si gati kite egon terbang-terbang atau tamas, ari batang ni anar ku batang ni beke
mengenal iyok mumangani uah. Entah si si jejok si tulu ni si peralai jema mal regee pe, lagu si jejok
balu, lagu si berbakan ke die gere selese tu aku. Tapi ara, jelas jejok. Ke jejok umum a ne te, lagu si
gere iroi jema, suket tukang letap. A biasae nantine lo uren mulo. Mari uren a nge sidang beta kedah
baru beluh muletep munep-nep tuyuh munem muah.
Jejok si peralai jema ne ikekus delahe urum mas kati pane becerak, lepas itununge iuru-urue sana si
gati pengewe cerak ni jema empu numah a. Misele berpepiulen, gure asal mumengewe, lagu tiung pe
kene jema lepas lagu noya.
Jejok gere ara ijalu jema lagu kukur. Iperalai bis kin lelon we. Lenge iparal. Ike si galak a kedah
tekala geh kite ho renyel we muling seulah-ulah kin pesalamanne. Senang atente. Pakene pe murah
Jejok
http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/jejok/http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/jejok/#respondhttp://kenigayo.wordpress.com/tag/a-r-hakim/http://kenigayo.wordpress.com/category/kekeberen-cerita-rakyat/
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
9/15
2/11/2016 MY GAYO LAND: SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI GAYO
http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html 9
we, awal tasak, pertik tasak, lede pentek, nguk perin uah ni kayu. Cume citnalahe pengalut ni jejok ni
oyale, awahe mumangan, keta cret crot teie pe renye tangkuh, lagu si redik di. Buh jema kin
pengalutan enti lagu jejok, cret crot sesire mangan. Tah mumangan kuwih kul.
Jadi ke beta ya pede serlo, beluh mi we kami ku empus i Paya Tumpi. Nge beta bang peloh ni
manuksie ni, uru-uru. Berempus jema berempus aku pe, bekupi jema bekupi kite pe. Ke makin tekala
kupi murege, munengon jema si bekupi a mubeli gule ku kede sentan ulak so nge betemengen iken
pedih mowa-owa atau hondae. Murip nesunte pe, bekupi mi bang kite pe dabuh mengas, gere ninget
kune kin keberni bawal merges.
Jadi ni kami ne wan empus a ara kupi, ara asam kelele, ara awal, ara nangka, ara agur nguk perin
lengkap. Uet ari umah bangun si nge sawah sunguhe sentan sawah pe ku empus negon kerpe nge
sejenyong kita nge apus kupi, dabuh sabet.
Itebesle pora-pora irerampis. Kane ananmu, ni kite sibetule dele tu rangkamle buet ni, ujudne
pemarine kebatangan. Gere ara buet si ucus bene mupuyuken. Le tu cabang ni buet. Gere tededik.
Engon ku kerpe lagu lingku mulo ne nge apus kupi, cabang ni kupi gere beserlak nge mumah ni
musangan. Opos umah nakalku, lagu si gere terkekiren naku ne si de si mali kumulon.
Dang-dang pubebeta nge atas pe lo, buet gere ilen murupe, gere ilen sanah pe mengonen.
Dosa lehe nge buet te ni, a kene ananmu. Kune dosae kenaku, lagi si nge malim di. Sana si gere
dosa, reta gere itetahi iluah jaluhen pelin gere bertentu. Gere ubah, amanah ni Tuhen gere iperalai ke
lagu ini sakit ni ling, lagu si nge daten mubazir. Ibarat ume lagu si nge beseje irohen, empus ni beta
lagu si male italun.
Lo pe rerenyel ruhul tuke nge dabuh mulape. Tekediren ananmu nge mujerang. We sesire mujerangle
becerak a ne ari wan jamur isutie lingku.
Koh kini mi keta mulo renye mangan, mutalu ananmu ari wan jamur. Jadi kami ne beluh ku empus
gere tubah lagu minah mangan pelin we. Tekok di kite nguk sedep di mangan i empus ni mangan
pelin we. Tekok di kite nguk sedep di mangan i empus ni. Gere dalih berpong kero. Rebusen rukut,
pipisen lede, terasi tikik buh agur kemero anconge, cap celet ku legen a, lagu si gere tegilahine,
gemok silente, sesara kemul ku was, lagu nege mnelgap, bet-bet lukup suepte. Meminter ngeborehen. Pora muser e kunulte genyuren kiding dabuh poap-oap geh tunuh. Ike itunungen renyel
munjadi.
Tengah kami mangan a ne, tenenge ling ni tung-tung i umah ni Pak Serun. Sana die mien oya.
Kupene pe Pak Serun a munalu kurike iguel tung-tung, meh temabur bersangkanan kurik-kurik si
bejamah wan empuse a ne ulak kumah. Kupen beta jep ruhul kurik a ulak mulo sejep iosah pakene
jagong isempak atawa kacang kuning. Mari mangan a ulak mien dediang bejamaah mumerah pakan
wan-wan kupi a iyok, kerudik, lompong, ketol, sanah-sanah. Yo kase muling mien pukul-pukul 5, a
tene ulak lup ku wan kepuh nome demu mien mangan.
Si kin pikirenku nume sana nguk betihi korik a pe le ling ni tong-tong a ne hiren aku. Nge mengerti.
Dup kurik kenatingku nguk kupen iejer mera taat. Sana kati manuksie mera wa cules gereke beta ya,
semiang soboh so ingerti ko pe, jema azan nge jep sagi bertuken mantong sempat ilen, pora-pora mi
petetowet singkih kuen balik kiri, upuh jebel pe ikelkupen mien. Arake patut. Olok Bantat manuksie
ni. Lagu si nge patah ejer.
Nge mari semiang gere nasup ne mumebes. Nangkap asam mi we kin nemah ulak. Kemana uah
nasam ne ara jarang-jarang. Aku munik, ananmu kukeni mungamul. Sesara keranyang beta nge
engkip-engkip so kuturunen betali, lagu munebuk wih ari wan telege.
Nume tetine kupi nge royo buh kerpe, keta asam ni pe lagu nge jep cahang mukayu malu. Sesire
munangkap uah nasam, enta ke kumulon munetuh. Munetuhi cabang nasam si mukayu nalue.
Bengis ananmu dabuh mungelemeng, sana kati asam a itetuhi, sana kati cabang nasam a si tetah.
Enta ke gere cube pe ipikiriko kune mununuh kayu nalu wa. We murip yone murum muyet ku cabang
nasam a.
Ningkam a kati buet delen sie-sie, gere ningetke kam kin cabang oya tengah a muah dele ge
mutetewah nge muselewan, enta se ni dabuh itetuh. Kena nge gere muah ne betake, a ling nananmu
bangun si giging. Ke gere kune keta mununuhi kayu nalu ni kenaku, aku pe lagu si nge okeng,
turuhen kam pe. Gere ara jelen len nge turah itetuh cabang a pe kunehen ara nguk. Tengah a we
muah se ni gere ne, te nge pelin kayu nalu.
Salah di kam. Sa salah, kenaku mien. Kam salah, kite nile salah kena kite empu ni empus a kite
empu nasam a. Tengah kucak kayu nalu a cube tetir renyel iunuhen ke gere dalih urum cecabang
nasam a pe renye turah murelas. Cit ni reta gere berurus. Sileple kam oya, kenaku. Kite gere salah.
Ipikiri gelah jeroh. Cube ingeti mulo ari sihen kin ralik ni kayu nalu ni. Sa munyuene. Sana kati dalih
atas asamte a murip. Ku kayu len so mukune atawa katan bumi a lues ni denie.
Ke lagu oya kekire perin jema pe kite pekak. Say nyuen kayu nalu, selo ara besuen murip dirie. Ke
gere tetine atan asamte ni, ni jema len so pe ke ara. So atan batang nangka, so, atan batang ni
temung so gereke nge oya pelin. Gere ara pe ne nyaris ulung ni temung a teridah. Cume ni jema
asame betetah, gere idaten mulumut lagu gere berempu. Pedehal empue jemamakal. Ike becerak
urum dele ni cara, buet gere orop sih pe.
“Yah, kune ling a ya, lagu si mugeratak di le.”
“Enta gereke. Kita jema makal. B iak si remalan ter mulo, kunul ter uken. Si mungajin kenduri wan
jema dele so. Ale lale munetahi jema dele empus diri pe gere ne beriro. Inget kamke didong ni
Kebinet, lale aku beketor meh jongor selap sane oyale kite. Rere jantar pengate.”
“Ahal jejok nile si munos lagu.”
“Sana kati minter musalit ku jejok, sana nise.”
“Jejok nile si jahat gere medet gere mubetih kemel, gere betehe buet melarat ku jema, lagu si kenak
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
10/15
2/11/2016 MY GAYO LAND: SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI GAYO
http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html 10
diri pelin.”
“Sana pulang kati ku jejok mempas.”
“Ari we geh ni penyakit.”
“Arake patut, lagu si gere pan akal.”
“Kune gere, jejok nile si jahat. Wele munemah inih ni kayu nalu a ku jep-jep batang nasam a. Pikiri
cuhe, gereke kase betul lingku ni. Jejok a mangan uah ni kayu nalu, bubunmi mulo i atan batang ni
temung so. Nge mari mangan a ke nge korong nge engkip pogenge ku jep-jep batang nasam a. pikiri
cuhe, gereke kase betul lingku ni. Jejok a mangan uah ni kayu nalu, bubunmi mulo i atan batanga ni
temung so. Nge mari mangan a ke nge korong nge engkip pogenge, we temerbang. Com ku atan
batang nasamte ni. Uang ni kayu nalu si pangane oya ne iecengne sone, lekat i cabang nasam a ne.
Meh kemokot ne sawah masae renye murip. A macam buet buet ni kayu nal. Ralike ahal ari jejok
micing, pikiriko kune male mungoa jejok kati enti micing katan batang nasamte. Selo bang lepas.
Suket itos peger sawah ku langit.
“A kati kenaku ne ke tengah kucak kayu nalu a murah mununuhe gere dalih cabang nasam a pe
kona tetuh.”
“Enta ini nge lepas pe mulo murip nge kul. Kunehen ne ara nguk. Suket jejok a itatar mulo kati enti
micing ku si kenak gere betihe kenyanyan jema.”
“Si rerume si gere pangan akal sana si ucep. Manuk, selo bang ara kekiree si mujadine. Manuk
gerale pe selo betihe wajib mutempat warus barang kapat. Ike manuksie ne lagu manuk a nguk perin
lagu jejok a lague perangwew, mampat perlu itatar. Ke mepat bang tempat ni pericingen, gere nguk
ku si kenak gere mupereturen. Si lagu-lagu nyale si turah mepat parie. Gere bang awa manuksie ni si
rejen lagu jejok a.”
……………………………”Kul pengepak ne tei ni jejok ni ku kupen.”
Uraian ringkas
Jejok adalah burung yang salat satu jenisnya disenangi orang karena dapat diajar berbicara sepatah
dua patah kata dan bunyinya amat merdu seperti halnya burung beo. Makanannya buah-buahan dan
serangga. Jejok ini pulalah pembawa bibit/benih benalu yang dapat merusak tanaman keras lainnya,seperti jeruk dan sebagainya, yang dibawanya melalui kotoran dari pohon-pohon lain.
Jejok ini dipelihara orang untuk kesenangan belaka, lain halnya dengan burung balam yang dipelihara
dan disenangi masyarakat pada zaman itu untuk disabung sambil bertaruh. Burung balam itu oleh
sebagian kecil orang laki-laki Gayo sangat disayangi melebihi dari benda-benda yang lain, dirawat
dan dibawa kemana pun mereka pergi.
Dewasa ini kebiasaan memelihara dan menyabung balam itu sudah tidak ada lagi, sedangkan pada
waktu silam memelihara dan merawatnya sampai lupa makan dan pekerjaan lain.
Sumber:
Hakim, A.R. 1986. Bunga Rampai Cerita Rakyat Gayo, Seri IV. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.
February 21, 2010 in Adat & Budaya, Seni | Tags: Arye's chi Bensue | Leave a comment
Oleh Arye's chi Bensue
Didong adalah kesenian khas gayo yang mengandalkan tepukan tangan diiringi seorang ceh sebagai
vokalis utama dengan dibantu sekitar 30 orang penepuk, dalam sebuah grup didong.
Didong memang menarik, unik, dan hanya menggunakan kekuatan tubuh sebagai alat sekaligus
media didong. Selebihnya, peran ceh , vokalis utama, membuat didong menjadi sebuah seni yang
identik dengan komunitas masyarakat gayo. Menjadi sebuah seni ethno.
Lantas, kapan didong mulai ?, menurut Ismuha, (13/7) ,Kabid kebudayaan Pemkab Bener Meriah,
kesenian didong dimulai sejak Reje Linge ke 13. Sejarah didong mengalami masa jaya dan masa-
masa dimana didong menjadi stagnasi, dari periode ke periode.
Seiring waktu, rinci Ismuha, didong mengalami perubahan dan penambahan kreasi yang masuk
kedalam kesenian didong, meski sebelumnya atau aslinya tidak ada. Contohnya, penggunaan bantal
untuk tepukan.
“Awalnya didong hanya mengandalkan kekuatan tepukan tangan, tanpa alat bantu. Tapi kemudian
tepukan bantal yang kini dipakai dalam didong, dimulai oleh Ceh To’et tahun 1964 di Bintang, dalam
sebuah didong jalu”, kata Ismuha, mengupas sejarah didong.
Toet , seniman yang cukup popular dan menasional, menurut Ismuha kaya akan lirik didong daninovatif. Toetlah yang memulai penggunaan bantal untuk tepukan pada didong.
Sepanjang sejarah didong, lanjut Ismuha, didong ikut mewarnai sejarah khidupan orang gayo sendiri.
Awalnya didong digelar dibawah rumah –rumah panggung warga warga gayo yang di periode awal
memang tinggi.
Rumah ini dikenal dengan rumah adat “Pitu Ruang”. “Sepanjang sejarah didong, didong memang
selalu menampilkan dua grup dalam sebuah penampilan. Kedua grup ini saling mengadu
ketangkasan kata.
Seperti berbalas pantun dalam budaya melayu. Hanya saja, didong menggunakan bahasa asli gayo
dalam didong jalu. “Meski saling menyerang dengan kata-kata, di periode awal didong, kata-kata
yang digunakan menyerang lawan dalam perang kata-kata, menggunakan bahasa istilah yang dalam
dan kaya makna”, sebut Ismuha.
Tapi kemudian, kata Ismuha, dalam didong jalu, perang kata-kata vulgar dan tanpa istilah peribahasa
kemudian juga berkembang seiring komersialisasi didong. ‘Kalau kata-katanya ngak kasar dan saling
menghina dan menghujat, penonton merasa kurang seru. Mulailah didong saling mlah grenghujat dan
Didong Dimulai Sejak Jaman Reje Linge XIII
http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/didong-dimulai-sejak-jaman-reje-linge-xiii/http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/didong-dimulai-sejak-jaman-reje-linge-xiii/#respondhttp://kenigayo.wordpress.com/category/seni/http://kenigayo.wordpress.com/category/adat-budaya/
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
11/15
2/11/2016 MY GAYO LAND: SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI GAYO
http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html 1
membuka aib”, jelas Ismuha.
Salah satu grup didong yang suka menggunakan kata-kata bukan istilah adalah grup Arita, ujar
Ismuha. Didong kemudian bukan saja menjadi ajang mencurahkan rasa perberkesenian saja.
“Didong juga kemudian dipakai sarana menggalang dana untuk berbagai keperluan umum. Seperti
membangun Mersah (Menasah), sekolah, jembatan dan sejumlah kepentingan umum.
Dua grup didong bertanding, kepada penonton dikenakan tiket. Uang penjualan tiket dipakai untuk
membangun sarana umum.
Didong Mengalami Stagnasi
Menurut Ismuha satu grup didong bisa mengalami stagnasi atau kevakuman dalam berkarya. Hal ini
disebabkan daya tarik grup didong sudah tidak ada lagi. “Daya tarik grup didong biasanya pada suara
ceh dan kepinterannya mengungkapkan sesuatu melalui lirik didong yang dibawakan”, papar Ismuha
seraya menambahkan,
Biasanya, jika dalam satu grup didong ada ceh kucak dengan suara yang merdu da fasih
melantunkan bait-bait didong, maka grup didong ini akan banyak diundang untuk tampil dalam
banyak kesempatan.
“Tapi saat ceh kucak ini mengalami masa-masa pubertas, dimana suaranya tidak lagi menarik, grup
didong ini akan mengalami masa suramnya”, imbuh Ismuha. Parahnya lagi, kata Ismuha, banyak
grup didong yang muncul, kemudian tenggelam karena tidak konsisten.
“Penyebab tidak konsistennya sebuah grup didong karena masing-masing personilnya harus bekerja
untuk ekonomi keluarganya. Sementara didong belum bisa dijadikan sumber utama ekonomi”, ujar
Ismuha lagi.
Saat ini di Bener Meriah, sambung Ismuha, sudah ada 32 grup didong. Empat diantaranya sudah
professional dengan tarip sekali tampil bisa mencapai Rp.3.5 juta.
February 21, 2010 in Adat & Budaya | Tags: Arye's chi Bensue | Leave a comment
Takengon, 11 Nopember 2008
Oleh Arye's chi Bensue
Menghimpun dari beberapa tulisan atau ucapan lisan dari para tokoh adat atau orang-orang tua maka
tutur dapat diartikan sebagai penempatan panggilan yang terkait dengan kedudukan, umur, aliran
darah, kekeluargaan dan persaudaraan. Dalam adat Gayo masalah tutur berada dalam posisi
terhormat, artinya apabila seorang yang tidak bertutur atau bertutur tidak dengan semestinya maka
yang bersangkutan tergolong orang yang tidak berahlakulkharimah. Dengan demikian dari tutur kita
dapat mengukur keperibadiaanya, kesombongan, keangkuhan yang tercermin pada diri seseorang
tersebut.
Dari penjelasan di atas tutur yang merupakan jalur penghubung untuk menguatkan ikatan
kekerabatan dalam suatu keluarga, kampung, dan lain sebagainya. Menurut para tokoh-tokoh adat ;
bahwa kunci adat Gayo adalah tutur bahasa Gayo, apabila tutur ini tidak di terapkan, baik dalam
kehidupan keluarga maupun kehidupan masyarakat, maka adat gayo tidak dapat dikembalikan
kepada zaman para leluhur kita. Dalam memanggil bapak atau ibu harus dekembalikan kepada tutur
bahasa Gayo yaitu “ Ama “ dan “ Ine “ ( bapak atau ibu ), juga seperti “ paman ” harus dikembalikan
kepada “ Pun ” karena kedudukan “ Pun “ menurut tutur adat Gayo sangat mulia dan dihormati.
Diantara dari sejumlah tutur yang terdapat dalam masyarakat Gayo adalah sebagaimana tersebut di
bawah ini :
63 TUTUR DALAM BAHASA GAYO :
1. Rekel : Generasi paling tua
2. Entah : Turunan dari Rekel
3. Muyang : Moyang, di bawah Entah
4. Datu : Para datu-datu adalah di bawah moyang (1 s/d 4, sudah termasuk leluhur)
5. Datu Rawan : Oarng tua ( bapak dari kakek )
6. Datu Banan : Orang tua ( Ibu dari kakek )
7. Awan Pedih : Kakek ( bapak dari ayah )
8. Anan Pedih : Nenek ( ibu dari ayah )
9. Awan Alik : Kakek ( bapak dari ibu )
10. Anan Alik : Nenek ( ibu dari ibu )
11. Uwe : Kakak tertua dari ibu kandung12. Ama Kul : Bapak Wo ( saudara laki-laki sulung dari bapak )
13. Ine Kul : Mak Wo ( istri dari Pak Wo/ istri abang tertua dari bapak )
14. Ama : Bapak
15. Ine : Ibu
16. Ama Engah : Bapak Engah ( tengah ), adik dari ayah
17. Ine Engah : Ibu Engah ( tengah ), adik dari ibu
18. Ama Ecek/Ucak : Pakcik ( saudara laki-laki bungsu dari bapak )
19. Ine Ecek/Ucak : Makcik
20. Encu : Ucu ( terbunsu ) laki-laki
21. Encu : Ucu ( terbungsu ) perempuan
22. Ibi : Bibi ( adik atau kakak kandung ayah )
23. Kil : Suami dari bibi, apabila bibi ikut suami. ( juelen )
24. Ngah/Encu : Perobahan Kil menjadi Engah atau encu apabila ikut istri ( angkap )
25. Abang : Abang
Tutur Dan Keharmonisan Masyarakat Gayo
http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/tutur-dan-keharmonisan-masyarakat-gayo/http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/tutur-dan-keharmonisan-masyarakat-gayo/#respondhttp://kenigayo.wordpress.com/category/adat-budaya/
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
12/15
2/11/2016 MY GAYO LAND: SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI GAYO
http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html 12
February 21, 2010 in Adat & Budaya | Leave a comment
“ Tradisi pembasuhan kaki pengantin pria dalam perkawinan masyarakat Gayo Tidak dilakukan oleh
pengantin wanita, tetapi oleh adik perempuan pengantin wanita “
Secara garis besar, kebudayaan Gayo, terdiri dari beberapa unsur yaitu kebudayaan Gayo Lues,
yang berpusat disekitar Aceh Tenggara, kebudayaan Gayo Serbejadi di kawasan Aceh Timur,
kebudayaan Gayo Linge dan kebudayaan Lut di Aceh Tengah. Setiap unsur kebudayaan dari tiap
suku bangsa tersebut tentu saja memiliki keunikan dan kekayaan tradisi masing – masing dimana di
dalamnya juga terkandung nilai – nilai luhur untuk kemuliaan hidup. Tak terkecuali kebudayaan
masyarakat Gayo yang berada di sekitar kawasan Takengon Aceh Tengah ( Gayo Lut ) saat
mempersiapkan sebuah hajat besar seperti upacara perkawinan yang harus melewati beberapa
tahapan adat, yang tiap tahapannya tersimpan makna yang sakral untuk kebahagiaan hidup rumah
tangga pasangan pengantin. Berikut adalah beberapa tahapan prosesi upacara perkawinana
masyarakat Gayo :
RISIK KONO ( Perkenalan Keluarga )
26. Aka : Kakak
27. Engi : Adik
28. Anak : Anak
29. Ume : Bisan
30. Empurah : Mertua ( orang tua dari istri )
31. Tuen : Mertua ( bapak dari istri )
32. Inen Tue : Mertua ( ibu dari istri )
33. Lakun : Sebutan sesama ipar
34. Inen Duwe : Istri abang dengan istri adiknya abang
35. Kawe : Istri abang dengan saudara perempuan dari suaminya
36. Era : Adik laki-laki dari abang dengan istri abang yang bersangkutan
37. Temude : Abang dari istri
38. Impel : Anak bibi yang kawin juelen dengan anak dari saudara laki-lakinya (anak saudara
perempuan dari ibu )
39. Kumpu : Cucu
40. Piut : Cicit
41. Ungel : Anak semata wayang ( tunggal )
42. Aman Nuwin : Putra pertamanya laki-laki ( untuk bapak )
43. Inen Nuwin : Putra pertamanya laki-laki ( untuk ibu )
44. Aman Nipak : Putra pertamanya perempuan ( untuk bapak )
45. Inen Nipak : Putra pertamanya perempuan ( untuk ibu )
46. Aman Mayak : Remaja ( Laki-laki yang telah menikah dan belum berketurunan )
47. Inen Mayak : Remaja ( Putri yang menikah dan belum berketurunan )
48. Empun : Perubahan panggilan dari posisi kakek ( awan ) menjadi Empun dengan memanfaatkan
salah satu nama cucu.
49. Win : Panggilan untuk anak laki-laki
50. Ipak : Panggilan untuk anak perempuan51. Periben : Karena nama bersamaan atau sesama suami dari istri yang bersaudara kandung
52. Utih, Mok, Item, Ecek, Ucak, Onot : Panggilan kesayangan sementara nama yang bersangkutan
bukan itu. Panggilan tersebut boleh jadi karena warna kulit, raut wajah, bentuk badan.
53. Serinen : Satu saudara kandung baik laki-laki maupun perempuan
54. Biak : Kenalan yang sudah dipandang sebagai saudara
55. Dengan : Saudara laki-laki dengan saudara perempuannya ( kandung )
56. Pun : Saudara laki-laki dari ibu
57. Ine Pun : Istri dari saudara laki-laki dari ibu
58. Pun Kul : Abang kandung yang sulung dari ibu
59. Pun Lah : Abang kandung ibu antara sulung dengan yang bungsu
60. Pun Ucak : Abang kandung ibu yang bungsu
61. Kile : Menantu laki-laki
62. Pemen : Menantu Perempuan
63. Until : Anak saudara kandung perempuan
Dengan memahami 63 tutur bahasa Gayo di atas kiranya telah mewakili dari semua tutur yang ada
yang tidak tertera dalam tulisan ini. Betapa tidak, anatara tutur diatas saling terkait sehingga kita
dengan jelas mengetahui siapa kita dalam kekeluargaan. Dengan demikian maka ahlakulkharimah
akan terbawa dengan sendirinya karena kita tau hubungan kekeluargaan, persaudaraan dan
sebagainya yang pada gilirannya secara tidak langsung tercipta keharmonisan di dalam
kekeluargaan. Lebih jauh keharmonisan dalam keluarga, kelompok, suku (belah), kampung, akhirnya
bermuara pada Bhinneka Tunggal Ika (bersatu kita teguh bercerai kita runtuh). Kalaulah penempatan
tutur di hayati dan dilaksanakan dengan baik maka tidak akan terjadi perselisihan di antara kita
karena anjuran atau nasehat dari orang tua di hormati oleh orang muda atau sebaliknya orang, orang
muda merasa di sayangi oleh orang tua.
Catatan : “ Sara urang ( belah ) sara kemalun “
“ Sara kampung sara kekemelen “
Sumber: Gayolinge.com
Upacara Perkawinan Masyarakat Gayo
http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/upacara-perkawinan-masyarakat-gayo/http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/21/upacara-perkawinan-masyarakat-gayo/#respondhttp://kenigayo.wordpress.com/category/adat-budaya/
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
13/15
2/11/2016 MY GAYO LAND: SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI GAYO
http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html 13
Acara ini merupakan ajang perkenalan keluarga calon pengantin. Orang tua pengantin pria, biasanya
di wakilkan oleh ibunya, akan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka untuk
berbesan dengan orang tua pengantin wanita. Biasanya acara akan di mulai dengan ramah tamah
serta senda gurau sebagai awal perkenalan dan barulah selanjutnya mengarah pada pembicaraan
seriuz mengenai kemungkinan kedua keluarga ini bisa saling berbesan.
MUNGINTE ( Meminang / Melamar )
Tahapan peminangan ini tidak dilakukan oleh orang tua pengantin pria secara langsung tetapi
diwakilkan oleh utusan yang disebut telangkai atau telangke. Biasanya mereka terdiri dari tiga atau
lima pasang suami – istri yang masih berkerabat dekat dengan orang tua pengantin pria.
Dalam acara ini yang banyak berperan adalah kaum ibu. Mereka datang sambil membawa bawaan
yang antara lain berisi beras, tempat sirih lengkap dengan isinya, sejumlah uang, jarum dan benang.
Barang bawaan ini disebut Penampong ni kuyu yang bermakna sebagai tanda pengikat agar keluarga
pengantin wanita tidak menerima lamaran dari pihak lain. Selanjutnya barang bawaan ini diserahkan
dan ditinggal di rumah pengantin wanita sampai ada kepastian bahwa lamaran tersebut diterima atau
tidak. Keluarga pengantin wanita diberi waktu sekitar 2-3 hari untuk memutuskan hal tersebut. Dalam
waktu tersebut biasanya keluarga pengantin wanita akan mencari sebanyak mungkin tentang
informasi calon pengantin pria mulai dari bagaimana pribadinya, pendidikannya, agama, tingkah laku
samapi ke soal bibit, bobot dan bebetnya. Jika lamaran diterima maka barang bawaan tersebut tidak
dikembalikan lagi tetapi sebaliknya jika t idak, maka Penampong kayu akan dikembalikan pada
pengantin pria lagi.
Setelah mendapat kepastian lamaran diterima selanjutnya akan dilakukan pembicaraan antara dua
pihak keluarga mengenai kewajiban apa saja yang harus dipenuhi oleh keluarga masing – masing,
termasuk membicarakan mengenai barang dan jumlah uang yang diminta oleh keluarga penganti
wanita yang disebut sebagai acara Muno sah nemah ( Menetapkan bawaan )
Dalam pembicaraan ini keluarga pengantin pria akan diwakili oleh talangke yang harus pandai
melakukan tawar menawar atau negosiasi dengan keluarga pengantin wanita. Sementara untuk
mahar yang menentuakan adalah calon mempelai wanita sendiri dan mahar yang diminta tidak bolehditawar lagi.
TURUN CARAM ( Mengantar Uang )
Acara mengantar uang ini biasa dilakukan pada saat matahari mulai naik antara pukul 09.00 – 12.00
dengan harapan agar nantinya kehidupan rumah tangga pasangan pengantin ini, termasuk rezekinya
akan selamanya bersinar.
SEGENAP dan BEGENAP ( Musyawarah dan Keluarga )
Dalam acara ini akan dilakukan pembagian tugas saat acara pernikahan berlangsung. Yang
mendapat tugas melakukan berbagai persiapan pesta perkawinan adalah para kerabat serta tetangga
dekat. Acara akan berlangsung pada malam hari.
Pada malam begenap acara akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok orang tua yang akan
membicarakan mengenai tata cara serah terima calon pengantin kepada Imam ( Pemuka Agama )
sementara kelompok kedua yaitu para muda – mudi yang berkelompok membuat kue onde – onde
untuk disantap bersama – sama. Setelah itu datanglah utusan dari kelompok orang tua ke kelompok
anak muda tersebut sambil membawa batil ( cerana ) lalu mereka makan sirih bersama sebagai
tanda permintaan orang tua pengantin wanita agar muda mudi itu rela melepas salah satu teman
mereka untuk menikah.
BEGURU ( Pemberian Nasihat )
Acara ini didiadakan sesudah acara malam begenap yaitu pada pagi hari sesudah salat subuh.
Beguru artinya belajar, dimana calon pengantin akan diberi berbagai nasehat dan petunjuk tentang
bagaimana nantinya mereka bersikap dan berprilaku dalam membina rumah tangga. Acara beguru di
rumah calon mempelai wanita ini biasanya akan diiringi juga dengan acara bersebuku ( meretap )
yaitu pengantin wanita melakukan sungkeman kapada kedua orang tuanya untuk memohaon restu
dan doa.
JEGE UCE ( Berjaga – jaga )
Acara ini dilaksanakan menjelang hari pernikahan. Disini para kerabat dan tetangga dekat akan
berjaga – jaga sepanjang malam dengan melakukan berbagai kegiatan adat seperti acara guru didong
( berbalas pantun ) serta tari tarian. Pada malam itu calon pengantin wanita akan diberi inai oleh
pihak ralik ( keluarga pengantin wanita ).
BELULUT dan BEKUNE ( Mandi dan Kerikan )
Dahi, pipi dan tengkuk calon pengantin wanita akan dikerik oleh juru rias atau wakil keluarga ibunya
yang paling dekat setelah sebelumnya dilakukan acara mandi bersama di kediaman masing –
masing yang disebuat acara belulut. Bekas bulu – bulu halus kerikan tadi selanjutnya akan ditaruh
dalam sebuah wadah berisi air bersih dan dicampurkan dengan irisan jeruk purut untuk ditanam.
Dipercayai nantinya rambut pengantin akan tumbuh subur dan lebat.
MUNALO ( Menjemput Pengantin Pria )
Pada hari dan tempat yang telah disepakati rombongan pengantin wanita yang dipimpin oleh
telangkai, selanjutnya disebut sebagai pihak beru, sambil menabuh canang yang dilakukan oleh para
gadis bersiap menunggu kedatangan rombongan penantin pria yang disebut pihak bei. Sementara itu
pengantin wanita di rumahnya telah didandani dan menanti dalam kamar pengantin. Canang akan
semakin keras ditabuh dan terdengar bersahutan ketika pihak bei sudah mulai kelihatan dari
kejauhan.
Saat pihak bei telah tiba, tabuhan canang dihentikan dan pihak beru akan membuka percakapan
sebagai ucapan selamat datang dan permohonan maaf jika terdapat kekurangan dalam acara
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
14/15
2/11/2016 MY GAYO LAND: SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI GAYO
http://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html 14
Diposkan oleh armaya chi benchue di 04.45
penyambutan tersebut. Setelah itu dilakukan tarian guel dan sining serta saling berpantun. Disini
pengantin pria akan diajak ikut menari bersama. Setelah itu calon pengantin pria diarak beramai
ramai menuju kediaman pengantin wanita.
MAH BEI ( Mengarak Pengantin Pria )
Sebelum rombongan pengantin pria sampai ke rumah pengantin wanita, mereka akan terlebih dahulu
berhenti di rumah persinggahan yang disebut Umah selangan selama 30 – 60 menit. Ditempat ini
rombongan akan menanti datangnya kiriman makanan yang dibawa oleh utusan pihak beru. Bila
kiriman itu dianggap berkenan maka rombongan akan melanjutkan perjalanan menuju rumah
pengantin wanita, setelah mendengar kabar bahwa kelurga pengantin wanita telah siap menerima
kedatangan. Sebaliknya bla tidak berkenan maka acara bisa tertunda bahkan batal. Dalam perjalanan
ini, pengantin pria diapit telangkai yang bisanya terdirri dari dua orang laki – laki yang sudah
menikah. Pada acara ini orang tua mempelai pria boleh tidak mendampingi karena tugas tersebut
telah diwakilkan.
Setibanya rombongan bei di rumah pengantin wanita, tiga orang ibu akan langsung datang
menyambut dan saling bertukar batil tempat sirih lalu diadakan acara basuh kidding ( cuci kaki ) di
depan pintu masuk. Uniknya yang melakukan acara basuh kidding ini adalah adik perempuan
pengantin wanita. Jika pengantin wanita tidak memiliki adik perempuan maka tugas ini bisa
digantikan oleh anak pakciknya. Setelah itu sebagai tanda terima kasih, pengantin pria akan
memberikan sejumlah uang kepada adik pengantin wanita tersebut.
Selanjutnya pengantin pria akan melakukan acara tepung tawar yang dilakukan oleh keluarga
pengantin wanita. Sambil dibimbing masuk rumah, pengantin pria akan diserahkan oleh keluarganya
dan didudukkan berhadapan dengan ayah pengantin wanita untuk acara akad nikah yang disebut
acara Rempele ( Penyerahan ).
Sebelum akad nikah dimulai telah disiapkan satu gelas air putih, satu wadah kosong dan sepiring
ketan kunung untuk melakukan tata acara adat. Selesai akad pengantin pria memberikan S apBatil
Mangas kepada mertua laki – lakinya. Selama akad berlangsung pengantn wanita yang telah
didandani tetap tinggal di dalam kamar sambil menunggu dipertemukan dengan suaminya. Acarainilah yang disebut kamar dalem.
MUNENES ( Ngunduh Mantu )
Acara ini sebagai simbol perpisahan antara pengantin wanita dengan orang tuanya karena telah
bersuami dan akan berpisah tempat tnggal, termasuk juga sebagai acara perpisahan di masa lajang
ke kehidupan berkeluarga. Pengantin wanita akan diantar ke rumah pengantin pria sambil membawa
barang – barangnya dari peralatan rumah tangga sampai bekal memulai hidup baru. Setelah itu
diadakan acara makan bersama. Biasanya setelah tujuh hari pengantin wanita berada di rumah
pengantin pria, orang tua pengantin pria akan dating ke rumah besannya sambil membawa nasi
beserta lauk pauk. Acara yang disebut Mah Kero Opat Ingi ini bertujuan untuk lebih saling mengenal
antar dua keluarga yang sudah bebesan.
WASSALAM,,
Arye's chi Bensue.
Rekomendasikan ini di Google
2 komentar:
Rahayu Munte 13 April 2013 20.43
Belangi,,,tingkatkan
Balas
aida 23 Juni 2013 08.41
membuatku menjadi lebih banyak tahu..
suka sekali!!!!
Balas
http://armaya-chi-benscue.blogspot.com/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html?showComment=1372002097764#c7352860773724077135https://www.blogger.com/profile/12327652486714446350http://armaya-chi-benscue.blogspot.com/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.html?showComment=1365911029501#c4267462189851681226https://www.blogger.com/profile/07462866659498560873https://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1881528243221565534&postID=4065141613353953215&target=pinteresthttps://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1881528243221565534&postID=4065141613353953215&target=facebookhttps://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1881528243221565534&postID=4065141613353953215&target=twitterhttps://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1881528243221565534&postID=4065141613353953215&target=bloghttps://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1881528243221565534&postID=4065141613353953215&target=emailhttp://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/2012/05/add-caption-tradisi-lepat-february-21.htmlhttps://www.blogger.com/profile/05363069839473505215
8/19/2019 My Gayo Land_ Sejarah Singkat Adat, Budaya, Dan Tradisi Gayo
15/15
2/11/2016 MY GAYO LAND: SEJARAH SINGKAT ADAT, BUDAYA, DAN TRADISI GAYO
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Masukkan komentar Anda...
Beri komentar sebagai: Google Accou
Publikasikan Pratinjau
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger .
https://www.blogger.com/http://armaya-chi-benscue.blogspot.com/feeds/4065141613353953215/comments/defaulthttp://armaya-chi-benscue.blogspot.co.id/