Post on 25-Feb-2018
MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
OLEH AUDITOR SPESIALIS INDUSTRI DENGAN
ANALISIS FRAUD TRIANGLE
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Muhammad Fakhri Anshori
NIM. 1111082000046
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
ii
MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
OLEH AUDITOR SPESIALIS INDUSTRI DENGAN
ANALISIS FRAUD TRIANGLE
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
Muhammad Fakhri Anshori
NIM. 1111082000046
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP Reskino, SE.,M.Si.,Ak.,CA
NIP. 19730615 200501 1 009 NIP. 19740928 200801 2 004
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Jum’at, 13 Maret 2015 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Muhammad Fakhri Anshori
2. NIM : 1111082000046
3. Jurusan : Akuntansi/Audit
4. Judul Skripsi : Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Oleh
Auditor Spesialis Industri Dengan Analisis Fraud
Triangle
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Maret 2015
1. M. Nur Rianto al Arif, M.Si ( )
NIP. 19811013 200801 1 006 Penguji I
2. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA ( )
NIP. 19720516 200901 1 006 Penguji II
3. Fitri Yani Jalil, SE.,M.Sc ( )
NIDN. 2004068701 Penguji III
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Selasa, 21 April 2015 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Muhammad Fakhri Anshori
2. NIM : 1111082000046
3. Jurusan : Akuntansi/Audit
4. Judul Skripsi : Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan oleh
Auditor Spesialis Industri dengan Analisis Fraud
Triangle
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skirpsi, maka diputuskan bahwa mahasiwa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
1. Yulianti, SE.,M.Si ( )
NIP. 19820318 201101 2 011 Ketua
2. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA ( )
NIP. 19720516 200901 1 006 Sekretaris
3. Fitri Damayanti, SE.,M.Si ( )
NIP. 19810731 200604 2 003 Penguji Ahli
4. Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP ( )
NIP. 19730615 200501 1 009 Pembimbing I
5. Reskino, SE.,M.Si.,Ak.,CA ( )
NIP. 19740928 200801 2 004 Pembimbing II
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Muhammad Fakhri Anshori
No. Induk Mahasiswa : 1111082000046
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar aturan diatas, maka saya siap untuk dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya.
Jakarta, 7 April 2015
Muhammad Fakhri Anshori
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Muhammad Fakhri Anshori
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Juli 1993
3. Alamat : Jl. Telaga 2 RT.013/009 No. 16, Pekayon,
Pasar Rebo, Jakarta Timur
4. Telepon : 08990717290
5. Email : fakhrianshori@outlook.com,
muhammad.fakhri@akuntanindonesia.or.id
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Pekayon 15 Pagi Tahun 1999-2005
2. SLTPN 184 Jakarta Tahun 2005-2008
3. SMAN 106 Jakarta Tahun 2008-2011
4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2015
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Company Visit (Forensic Audit) di PricewaterhouseCoopers (PwC)
Indonesia dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2013.
2. National Audit Competition ATV 2013 di Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia sebagai Semi-finalist tahun 2013.
3. Regional Accounting Competition (Accounting Fair) di FEB UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sebagai Koordinator Lomba tahun 2014.
4. Company Visit (Internal Audit) di Deloitte Indonesia dan Pertamina tahun
2014.
5. National Audit Competition ATV 2014 di Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia sebagai Juara Ke-3 tahun 2014.
6. Workshop “Current Challenges For Auditor & How They Can
Demonstrate Their Value” di Graha Akuntan Ikatan Akuntan Indonesia
tahun 2014.
vii
7. Workshop Microsoft Excel (Training) oleh Microsoft (MUGI) di FAH
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
8. Training PSAK 65 Laporan Keuangan Konsolidasian dan PSAK 66
Pengaturan Bersama di Deloitte Indonesia tahun 2015.
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai Akuntan Muda tahun 2013-
sekarang.
2. Komunitas @JagoAkuntansi Indonesia (KJAI) sebagai Staf Sumber
Daya Manusia periode 2013-2014.
3. Komunitas @JagoAkuntansi Indonesia (KJAI) sebagai Staf Penilaian
Kinerja SDM periode 2014-2015.
V. PENGALAMAN KERJA
1. Kantor Akutan Publik Achmad, Rasyid, Hisbullah, & Jerry sebagai
Junior Auditor periode Februari-Maret 2014
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Drs. Muhammad Lili Sanusi
2. Ibu : Rohana Sari
3. Alamat: : Jl. Telaga 2 RT.013/009 No.16, Pekayon,
Pasar Rebo, Jakarta Timur
viii
DETECTING MODEL FINANCIAL STATEMENT FRAUD BY
AUDITOR INDUSTRY SPECIALIZATION WITH
FRAUD TRIANGLE ANALYSIS
ABSTRACT
This research aims to create a model in detecting fraudulent financial
statements. This research examined fraud triangle variable and industry
specialist auditors with fraudulent financial statements variable. This research
also used the companies listing in Indonesia Stock Exchange (BEI) and cases
sanctioned by Otoritas Jasa Keuangan (OJK) in 2011-2013 as its sample. The
sample is consisted from 30 companies with fraud and 30 companies without
fraud. The sampling method used in this research is purposive sampling by
judgment sampling, while data processing methods used the Whitney U test and
the discriminant analysis.
In the study there are only two of five variables that can be tested using the
discriminant analysis. Result of this research shows that financial targets can
detect fraudulent financial statements, while the financial stabililty can not detect
fraudulent financial statements.
Keyword: fraud triangle analysis, financial targets, financial stability, auditor
industry specialization, financial statement fraud.
ix
MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
OLEH AUDITOR SPESIALIS INDUSTRI DENGAN
ANALISIS FRAUD TRIANGLE
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuat model dalam mendeteksi kecurangan
laporan keuangan. Penelitian ini menguji variabel fraud triangle dan auditor
spesialis industri dengan kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini
menggunakan sampel perusahaan listing Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terkena
sanksi dan kasus oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2011-2013. Jumlah
perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah 30 perusahaan fraud dan 30
perusahaan non-fraud. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam
penelitian adalah purposive sampling dengan judgement sampling, sedangkan
metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah uji mann-whitney u dan
analisis diskriminan.
Dalam penelitian hanya terdapat dua dari lima variabel yang dapat diuji
menggunakan analisis diskriminan. Hasil penelitian ini menunjukkan financial
targets dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan, sedangkan financial
stabililty tidak dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
Kata kunci: analisis fraud triangle, financial targets, financial stability, auditor
industry specialization, kecurangan laporan keuangan.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan oleh Auditor Spesialis
Industri dengan Analisis Fraud Triangle”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan
untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat, doa dan hal lainnya
kepada diri penulis.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP selaku dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah bersedia memberikan waktunya untuk membimbing
penulis selama proses penulisan skripsi ini.
5. Ibu Reskino, SE.,M.Si.,Ak.,CA, selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah bersedia memberikan waktunya untuk membimbing penulis selama
proses penulisan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan bantuan kepada penulis.
7. Teman-teman Akuntansi B 2011 yang selalu memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis, serta seluruh teman-teman Akuntasi 2011.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
xi
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak untuk menyempurkan skripsi ini.
Jakarta, 7 April 2015
Muhammad Fakhri Anshori
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................. i
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ........................................................ iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ..................................................... v
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... vi
Abstract ............................................................................................................ viii
Abstrak ............................................................................................................. ix
Kata Pengantar ................................................................................................. x
Daftar Isi........................................................................................................... xii
Daftar Tabel ..................................................................................................... xv
Daftar Gambar .................................................................................................. xvi
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9
A. Tinjauan Literatur ..................................................................... 9
1. Segitiga Kecurangan ............................................................ 9
xiii
2. Kecurangan .......................................................................... 20
3. Kecurangan Laporan Keuangan .......................................... 28
4. Auditor Spesialis Industri .................................................... 33
5. Peraturan Bapepam-LK ....................................................... 34
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................. 36
C. Kerangka Pemikiran ................................................................. 40
D. Hipotesis ................................................................................... 41
1. Financial Stability dan Kecurangan Laporan Keuangan ..... 41
2. Financial Targets dan Kecurangan Laporan Keuangan ...... 42
3. Inneffecting Monitoring dan Kecurangan Laporan Keuangan 43
4. Rationalization dan Kecurangan Laporan Keuangan .......... 45
5. Auditor Industry Specialization dan Kecurangan Laporan
Keuangan ............................................................................. 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 49
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 49
B. Metode Pemilihan Sampel ........................................................ 49
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 50
D. Metode Analisis Data ............................................................... 51
1. Uji Mann-Whitney U ........................................................... 51
2. Uji Analisis Diskriminan ..................................................... 52
E. Operasionalisasi Variabel ......................................................... 55
1. Variabel Dependen .............................................................. 55
2. Variabel Independen ............................................................ 56
xiv
a. Financial Stability ........................................................... 57
b. Financial Targets ............................................................ 57
c. Ineffective Monitoring ..................................................... 58
d. Rationalization ................................................................ 59
e. Auditor Industry Specialization ...................................... 60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................... 62
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................. 62
1. Deskripsi Objek Penelitian .................................................. 62
2. Deskripsi Sampel Penelitian ................................................ 63
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................. 64
1. Hasil Uji Mann-Whitney U Sampel Penelitian ................... 64
2. Hasil Uji Mann-Whitney U Variabel Penelitian .................. 66
3. Hasil Uji Analisis Diskriminan ............................................ 70
C. Pembahasan .............................................................................. 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 80
A. Kesimpulan ............................................................................... 80
B. Saran ......................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82
xv
Daftar Tabel
No. Tabel Keterangan Halaman
1.1 Daftar Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun
2011-2013 .............................................................................. 1
2.1 Penelitian Sebelumnya ........................................................... 36
3.1 Operasionalisasi Variabel....................................................... 61
4.1 Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK
Tahun 2011-2013 ................................................................... 62
4.2 Perbandingan Assets dan Sales Perusahaan Fraud
dan Non-Fraud ....................................................................... 64
4.3 Uji Normalitas Sampel ........................................................... 65
4.4 Uji Mann-Whitney U Assets dan Sales .................................. 65
4.5 Uji Normalitas Variabel ......................................................... 66
4.6 Uji Mann-Whitney U Variabel Independen ........................... 67
4.7 Hasil Test of Equality of Group Means .................................. 70
4.8 Hasil Wilks’ Lambda .............................................................. 71
4.9 Hasil Elgenvalues ................................................................... 72
4.10 Hasil Function Coefficients .................................................... 73
4.11 Hasil Function at Group Centroids ....................................... 73
4.12 Hasil Klasifikasi ..................................................................... 74
xvi
Daftar Gambar
No. Keterangan Halaman
2.1 Fraud Triangle ............................................................................ 10
2.2 Fraud Tree .................................................................................. 24
2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................... 40
xvii
Daftar Lampiran
No. Keterangan Halaman
1 Auditor Spesialis Industri ........................................................... 86
2 Kertas Kerja (Worksheet) Penelitian ........................................... 88
3 Output Hasil Pengujian Data ...................................................... 90
4 Surat Penelitian ........................................................................... 100
1
Bersambung pada halaman selanjutnya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus pelanggaran emiten di pasar modal merupakan salah satu
permasalahan yang kerap dihadapi oleh badan regulator dibidang pasar modal
(Sukirman, 2013:1). Menurut Ketua Bapepam-LK atau saat ini Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Sawega (2012:1) kasus dugaan pelanggaran pasar modal
yang ditangani merupakan kasus yang berkaitan dengan keterbukaan emiten
dan perusahaan publik, perdagangan efek, dan pengelolaan investasi. Selain
itu, Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal OJK, Nurhaida (2014:1)
mengatakan pelanggaran yang sering terjadi dalam pasar modal ialah
keterlambatan laporan keuangan berkala dan ada juga kasus pelanggaran
ketentuan di sektor pasar modal.
Berdasarkan data yang dimiliki OJK, pada tahun 2011-2013 terdapat
beberapa perusahaan yang melakukan pelanggaran dan terkena kasus yang
berkaitan dengan laporan keuangan dan pelanggaran lainnya. Berikut
merupakan ringkasan dari data tersebut:
Tabel 1.1
Daftar Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013
No Industri Jumlah
1 Agriculture 2
2 Mining 10
3 Basic Industry and Chemicals 13
4 Miscelleneous Industry 3
5 Consumer Goods Industry 1
6 Property, Real Estate and Building Construction 10
7 Infrasturcture, Utilities, and Transportation 8
2
Tabel 1.1 (Lanjutan)
Daftar Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013
No Industri Jumlah
8 Finance 2
9 Trade, Service, and Invesment 13
10 Securities 2
11 Private Company 10
Total 74
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan data diatas, ternyata masih banyak ditemukan pelanggaran
yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Jika melihat
kebelakang, kasus pelanggaran juga pernah terjadi di beberapa negara dan
merupakan kasus skandal akuntansi terbesar. Salah satu skandal akuntansi
terbesar yang pernah terjadi di dunia ialah kasus Satyam Computer Service
India tahun 2009. Satyam Computer Service India yang menyajikan laporan
keuangan yang salah dengan melebihkan laba selama beberapa tahun sekitar
US$1,04 miliar dengan memalsukan accrued interest, understated liability,
dan overstated debtors (Priantara, 2013: 85).
Tidak hanya di luar negeri, di Indonesia kasus overstated terbesar juga
pernah terjadi yaitu dilakukan oleh PT KAI tahun 2005. PT KAI menyajikan
laporan keuangan yang salah dengan menyajikan laba sebesar Rp 6,9 miliar,
ketika perusahaan sedang mengalami kerugian sebesar Rp 63 miliar dimana
hal tersebut diungkapkan oleh komisaris PT KAI Manao (2006:1)
Melihat fenomena diatas, hal ini merupakan fakta yang tidak baik bagi
lingkungan industri, khususnya di Indonesia. Perilaku kecurangan dalam
penyajian laporan keuangan penting menjadi perhatian agar tindakan ini dapat
dideteksi dan dihilangkan, sehingga laporan keuangan akan dapat dipercaya
3
oleh pemegang kepentingan dan masyarakat (Kusumawardhani, 2012:2).
Karena, pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan dapat
mengakibatkan turunnya integritas informasi keuangan dan dapat
mempengaruhi berbagai pihak seperti pemilik, kreditur, karyawan, auditor
dan bahkan kompetitor (Anshar, 2012:2).
Untuk meminimalisasi terjadinya kecurangan tersebut, tentu dibutuhkan
peran yang lebih oleh auditor selaku pihak yang bertugas memastikan
kewajaran atas suatu laporan keuangan. Tentu kualitas dari auditor itu sendiri
turut menentukan kebenaran dari informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan.
Gul, Fung & Jaggi (2009:9) mengatakan bahwa auditor spesialis industri
memiliki kemungkinan yang lebih untuk mendeteksi kekeliruan dan
penyimpangan dibandingkan auditor non-spesialis industri, terutama ditahun-
tahun awal penugasan audit. Auditor spesialis biasanya juga menyusun secara
spesifik database best practices industri, kesalahan dan risiko suatu industri
secara spesifik, dan transaksi yang tidak biasa, yang semua itu bertujuan
untuk mengingkatkan efektivitas audit (Krishnan, 2003:2).
Sun dan Liu (2013:5) juga mengatakan auditor spesialis industri lebih
mudah melihat manajemen laba dan mendeteksi kesalahan penyajian
akuntansi atau fraud. Hal inilah yang diharapkan agar kecurangan akuntansi
dapat diminimalisir.
Wilopo (2006:1) menyatakan meski kecurangan akuntansi diduga sudah
menahun, namun di Indonesia belum terdapat kajian teoritis dan empiris
4
secara komprehensif. Lou dan Wang (2009:2) penelitian terbaru pada
penilaian risiko kecurangan pelaporan keuangan telah difokuskan terutama
pada memeriksa beberapa faktor risiko penipuan potensial atau bendera
merah. Faktor risiko tersebut dapat bermacam-macam dan menyesuaikan
dengan lingkungan bisnis perusahaan.
Menurut Anshar (2012:2), kecurangan pelaporan keuangan sering
digunakan oleh perusahaan yang mengalami krisis finansial dan yang
dimotivasi oleh oportunisme yang salah arah (misguided opportunism). Selain
itu, Skousen, Smith dan Wright (2008:5) juga menyatakan kecurangan atau
fraud berdasarkan teori fraud triangle Cressey (1953) dalam kenyataannya
dapat disebabkan oleh berbagai macam motif, diantaranya dapat disebabkan
oleh adanya kesempatan berbuat curang, selain itu karena adanya tekanan
finansial dan juga adanya rasionalisasi atau pembenaran terhadap tindakan
tersebut. Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya kecurangan
karena pelaku mencari pembenaran atas tindakannya (Ratmono, Avrie, &
Purwanto, 2013:3).
Penelitian yang berkaitan dengan kecurangan laporan dalam beberapa
tahun belakang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti baik di Indonesia
maupun di luar negeri dan menjadi referensi peneliti dalam melakukan
penelitian. Penelitian kecurangan laporan keuangan yang berkaitan dengan
adanya financial stability diantaranya dilakukan oleh Skousen, Smith, &
Wright (2008:17), Kurniawati (2011:23), Kusumawardhani (2012:17),
Anshar (2012:19) dan Martantya (2013:9) yang hasil penelitiannya
5
menemukan pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Selanjutnya, penelitian kecurangan laporan keuangan yang menggunakan
faktor tekanan lainnya yaitu financial targets diantaranya dilakukan oleh Lou
dan Wang (2009:15), Anshar (2012:17), Martantya (2013:10), dan Firmanaya
(2014:8) yang hasil penelitiannya menemukan pengaruh yang signifikan
terhadap kecurangan laporan keuangan.
Penelitian kecurangan laporan keuangan lainnya menggunakan faktor
kecurangan ineffective monitoring yang diantaranya dilakukan oleh Skousen,
Smith, & Wright (2008:16), Antonia (2008:68) dan Sun dan Liu (2013:1)
yang hasil penelitiannya menemukan pengaruh yang signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan.
Selain itu, penelitian kecurangan laporan keuangan juga menggunakan
faktor terakhir dalam fraud triangle analysis yaitu rationalization yang
diantaranya dilakukan oleh Chen dan Elder (2007:21) dan Sukirman dan Sari
(2013:22) yang hasil penelitiannya menemukan pengaruh yang signifikan
terhadap kecurangan laporan keuangan.
Penelitian kecurangan laporan keuangan juga dilakukan dari sisi auditor
yaitu yang berkaitan dengan auditor industry specialization berdasarkan
manajemen laba diantaranya dilakukan oleh Januarsi (2008:1), Gul, Fung &
Jaggi (2009:1), Ratmono (2010:19), Junius dan Fitriyani (2011:21), Sun dan
Liu (2013:1) yang hasil penelitiannya menemukan pengaruh yang signifikan
terhadap kecurangan laporan keuangan.
6
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berkaitan dengan kecurangan laporan keuangan. Hal yang membuat
penelitian ini unik dan beda dari penelitian sebelumnya adalah:
1. Peneliti menggunakan variabel auditor spesialis industri untuk
mendeteksi kecurangan laporan keuangan secara langsung, yang dalam
penelitian sebelumnya diterapkan untuk mendeteksi manajemen laba.
2. Peneliti juga menggunakan sampel kasus terbaru di Indonesia yang
diperoleh langsung dari OJK yaitu tahun 2011-2013 yang pada penelitian
sebelumnya menggunakan sampel kasus di Amerika dari laporan SEC
Accounting and Auditing Enforcement Releases (AAERs) tahun 1992-
2001.
3. Penelti menggunakan alat uji mann-whitney u dan analisis diskriminan,
yang pada penelitian sebelumnya menggunakan wilcoxon test and logit
regression.
Penelitian ini penting untuk diteliti karena laporan keuangan menyajikan
informasi yang menggambarkan keadaan suatu entitas sehingga kebenaran
dari informasi tersebut harus dapat dipastikan. Jika kecurangan laporan
keuangan dapat diminimalisasi dan dideteksi sejak awal maka tingkat
terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan yang berdasarkan laporan
keuangan dapat lebih rendah keterjadiannya.
Selain itu, menurut Kurniawati dan Raharja (2011:5) supervisor
perusahaan dapat menerapkan penelitian ini untuk mengidentifikasi,
penyelidikan atau pemantauan perusahaan dengan tindak kecurangan dan
7
juga menghindari risiko kecurangan dan membantu dalam keputusan
investasi. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan
penelitian ini dengan judul “Model Pendeteksian Kecurangan Laporan
Keuangan oleh Auditor Spesialis Industri dengan Analisis Fraud
Triangle”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah variabel financial stability, financial target, ineffective monitoring,
rationalization, dan auditor industry specialization dapat mendeteksi
kecurangan laporan keuangan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Menguji secara empiris dan menganalisis variabel financial stability,
financial target, ineffective monitoring, rationalization, dan auditor industry
specialization dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan?
D. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat dibidang
akademik maupun praktik, sebagai berikut:
8
1. Bagi Akademisi:
a. Memberikan pengetahuan tentang kecurangan laporan keuangan yang
berbasis fraud triangle.
b. Memberikan informasi sebagai sumber referensi penelitian dengan
variabel kecurangan.
c. Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam penulisan
penelitian selanjutnya.
2. Bagi Praktisi:
a. Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam mengaudit
suatu perusahaan.
b. Memberikan analisis yang dapat digunakan untuk menilai kewajaran
suatu laporan keuangan.
c. Memberikan informasi tentang faktor pembentuk kecurangan laporan
keuangan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle)
Statement on Auditing Standards (SAS) No.99 (2002:8) menjelaskan
terdapat tiga kondisi umum yang hadir ketika kecurangan atau fraud terjadi.
Kondisi tersebut adalah:
a. Manajemen atau karyawan lainnya memiliki incentive atau dalam
tekanan, yang menyediakan mereka alasan untuk melakukan fraud.
b. Keadaan yang memungkinkan, seperti tidak adanya pengendalian,
pengawasan yang tidak efektif atau manajemen yang mengesampingkan
pengendalian.
c. Munculnya rasionalisasi saat melakukan fraud.
Konsep ini sejalan dengan teori fraud triangle Cressey (1953) dalam
Skousen et al. (2008:5) dimana ia membuat teori faktor kecurangan
berdasarkan wawancara secara langsung dengan orang yang dihukum karena
penggelapan. Dia menyimpulkan bahwa kecurangan disebabkan oleh tiga ciri
umum:
a. Pelaku penggelapan memiliki peluang untuk melakukan fraud.
b. Individu merasakan membutuhkan uang.
c. Munculnya rasionalisasi saat melakukan fraud.
10
Selanjutnya konsep faktor risiko kecurangan yang terdiri dari pressure,
opportunity, dan rationalization dikenal sebagai “fraud triangle”. Tiga faktor
tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Fraud Triangle
Opportunity
Pressure Rationalization
Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Cressey (Tuanakotta, 2014:207)
Pada penelitiannya Cressey tertarik pada embezzler yang disebutnya
“trust violator” atau pelanggar kepercayaan, ia secara khusus tertarik pada
hal-hal yang menyebabkan mereka menyerah kepada godaan dan
mengembangkan model tersebut yang sampai sekarang merupakan model
klasik untuk menjelaskan occuptional offender atau pelaku fraud ditempat
kerja (Tuanakotta, 2014:201). Berikut merupakan penjabaran dari konsep
fraud triangle:
a. Incentive/Pressure (Tekanan)
Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari suatu tekanan
yang menghimpitnya (Tuanakotta, 2014:207). Pada umumnya tekanan
muncul karena kebutuhan atau masalah finansial tapi banyak juga yang hanya
terdorong oleh keserakahan (Priantara, 2013:44). Dalam SAS No.99
(2002:44) dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA 240 (2013:44)
11
terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya pressure atau
tekanan dalam kecurangan laporan keuangan:
1) Financial stability or profitability (stabilitas dan profitabilitas keuangan)
terancam oleh kondisi ekonomi, industri atau keadaan operasi entitas,
seperti (atau seperti diindikasikan oleh):
a) Ketatnya kompetisi atau kejenuhan pasar, yang disertai dengan
penurunan margin.
b) Tingginya kerentanan terhadap perubahan yang pesat, seperti
perubahan dalam teknologi, keusangan produk, atau tingkat bunga.
c) Penurunan signifikan dalam permintaan pelanggan dan peningkatan
kegagalan bisnis, baik dalam industri maupun ekonomi secara
keseluruhan.
d) Kerugian operasi menjadi ancaman terjadinya kebangkrutan,
penyitaan, atau pengambilalihan dengan menggunakan tekanan
dalam waktu dekat.
e) Arus kas negatif operasi yang berulang atau ketidakmampuan untuk
menghasilkan arus kas dari operasi sementara entitas masih
melaporkan laba dan pertumbuhan laba.
f) Pertumbuhan profitabilitas yang pesat atau tidak biasa, terutama
ketika dibandingkan dengan entitas lain dalam industri yang sama.
g) Kebijakan akuntansi atau peraturan perundang-undangan yang baru.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya
tekanan financial stability lebih berkaitan dengan kondisi perusahaan dan
12
lingkungan bisnis disekitarnya, karena berkaitan dengan persaingan
bisnis dengan kompetitor untuk menunjukkan bahwa perusahaan mereka
memiliki kondisi yang bagus.
2) Excessive pressure (tekanan yang eksesif) terhadap managemen untuk
memenuhi ketentuan atau ekspektasi pihak ketiga yang disebabkan oleh
hal-hal berikut ini:
a) Ekspektasi tingkat profitabilitas atau tren dari analisis investasi,
investor institusional, kreditur signifikan, atau pihak eksternal
lainnya (terutama ekspektasi yang terlalu agresif atau tidak realistis),
termasuk ekspektasi yang diciptakan oleh manajemen dalam, sebagai
contoh, pesan yang disampaikan dalam siaran pers atau laporan
tahunan yang terlalu optimis.
b) Kebutuhan untuk memperoleh pembiayaan utang atau ekuitas
tambahan untuk tetap kompetitif, termasuk pembiayaan untuk riset
dan pengembangan atau pengeluaran modal yang besar.
c) Kemampuan marginal untuk memenuhi ketentuan di pasar modal
atau ketentuan pembayaran kembali utang atau ketentuan perjanjian
utang.
d) Efek yang terlihat atau nyata dari melaporkan kinerja keuangan yang
buruk atas transaksi yang belum terealisasikan yang signifikan,
seperti penggabungan bisnis atau penandatanganan kontrak.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya
tekanan financial targets lebih berkaitan dengan adanya tekanan dari
13
pihak yang memiliki kepemilikan akan perusahaan tersebut dan untuk
menarik agar investasi tetap berjalan.
3) Informasi yang tersedia mengindikasikan bahwa situasi keuangan
personal manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
terancam oleh kinerja keuangan entitas, yang disebabkan oleh adanya
hal-hal sebagai berikut:
a) Kepentingan keuangan yang signifikan dalam entitas.
b) Bagian yang signifikan dari kompensasi mereka (sebagai contoh,
bonus, opsi saham, dan pengaturan earn-out) tergantung dari
pencapaian target yang agresif atas harga saham, hasil operasi, posisi
keuangan, atau arus kas.
c) Jaminan personal atas utang entitas.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya
tekanan personal financial needs lebih berkaitan dengan kebutuhan
internal perusahaan terhadap motif keuangan, sehingga mereka akan
melakukan apa saja untuk mencapai tujuan mereka.
4) Terdapat tekanan yang eksesif terhadap manajemen atau personel operasi
untuk memenuhi target keuangan yang ditetapkan oleh pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, termasuk target insentif penjual atau
profitabilitas.
Berdasarkan uraian diatas maka kecurangan dapat disebabkan oleh
adanya tekanan yang berasal dari financial stability, external pressure,
14
personal financial needs, dan financial targets baik yang berasal dari dalam
maupun luar perusahaan.
b. Opportunities (Peluang)
Peluang menyebabkan para pelaku fraud percaya bahwa aktivitas mereka
tidak akan terdeteksi (Priantara, 2013:46). Cressey berpendapat peluang ini
terdiri dari dua komponen yaitu general information dan technical skill
sehingga memungkinkan bagi pelaku untuk memanfaatkan komponen
tersebut (Tuanakotta, 2014:211). Dalam SAS No.99 (2002:46) dan SPAP
(2013:46) terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya
opportunity atau peluang dalam kecurangan laporan keuangan:
1) Nature of industry (lingkungan industri) menyediakan peluang untuk
terlibat dalam penyusunan pelaporan keuangan yang mengandung
kecurangan, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a) Transaksi signifikan dengan pihak yang berelasi yang tidak
dilakukan dalam kondisi dan ketentuan bisnis normal atau dengan
entitas yang berelasi yang tidak diaudit atau diaudit oleh KAP lain.
b) Kondisi atau kemampuan keuangan yang kuat untuk mendominasi
suatu sektor industri tertentu yang memungkinkan entitas untuk
mendikte kondisi atau ketentuan kepada pemasok atau pelanggan,
yang dapat mengakibatkan transaksi yang tidak semestinya atau
transaksi yang tidak dilakukan dengan pihak yang tidak berelasi.
15
c) Aset, liabilitas, pendapatan atau biaya yang didasarkan pada estimasi
signifikan yang melibatkan pertimbangan subjektif atau
ketidakpastian yang sulit untuk mendukung hasil yang disajikan.
d) Transaksi yang signifikan, tidak bisa atau mengandung kompleksitas
yang tinggi, terutama yang terjadi menjelang akhir periode
pelaporan, yang menimbulkan pertanyaan sulit tentang “substansi
melebihi bentuk”.
e) Operasi signifikan yang berlokasi atau dilakukan di lintas batas
internasional dalam yurisdiksi yang memiliki perbedaan lingkungan
dan budaya bisnis.
f) Penggunaan perantara bisnis yang tampaknya tidak dilandasi oleh
justifikasi bisnis yang jelas.
g) Rekening bank, atau anak perusahaan atau kantor cabang yang
signifikan di yudiriksi yang merupakan tax-haven yang tampaknya
tidak dilandasi oleh pertimbangan bisnis yang jelas.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya peluang
yang berasal dari nature of industry lebih berkaitan dengan faktor dari
lingkungan bisnis industri yang mendukung terjadinya permainan bagi
perusahaan untuk mengatur kondisi bisnis di industri tersebut.
2) Ineffective monitoring (pemantauan tidak efektif) oleh manajemen
sebagai akibat dari hal-hal berikut:
16
a) Dominasi manajemen oleh seseorang atau suatu kelompok kecil
(dalam bisnis yang tidak dikelola oleh pemilik) tanpa disertai oleh
pengendalian pengganti.
b) Pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
terhadap proses pelaporan keuangan dan pengendalian intern tidak
efektif.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya peluang
yang berasal dari ineffective monitoring lebih berkaitan dengan kurangnya
pengawasan yang seharusnya dilakukan sehingga adanya celah untuk
melakukan kecurangan.
3) Organizational structure (struktur organisasi) yang kompleks atau tidak
stabil, yang dibuktikan dengan adanya hal-hal sebagai berikut:
a) Kesulitan dalam menentukan organisasi atau individu yang memiliki
kepentingan pengendalian dalam entitas.
b) Stuktur organisasi yang terlalu kompleks yang melibatkan entitas
hukum atau garis wewenang manajerial yang tidak biasa.
c) Tingkat perputaran yang tinggi dari manajemen senior, penasihat
hukum, atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya peluang
yang berasal dari organizational structure lebih berkaitan dengan
ketidakstabilan struktur organisasi perusahaan yang disebabkan karena
pergantian posisi strategis, sehingga tugas pengendalian tidak berjalan dengan
baik.
17
4) Internal control (pengendalian internal) yang kurang baik yang
diakibatkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a) Pemantauan pengendalian yang tidak memadai, termasuk
pengendalian otomatis dan pengendalian terhadap pelaporan
keuangan interim (jika pelaporan eksternal disyaratkan).
b) Tingkat perputaran yang tinggi atau pengaryaan yang tidak efektif
dari staf akuntansi, audit internal, atau teknologi informasi.
c) Sistem akuntansi dan sistem informasi yang tidak efektif, termasuk
situasi yang melibatkan defisiensi pengendalian internal yang
signifikan.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya peluang
yang berasal dari internal control lebih berkaitan dengan tidak efektifnya
sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga tidak
bisa mencegah terjadinya kecurangan. Berdasarkan uraian diatas maka
kecurangan dapat disebabkan oleh adanya peluang yang berasal dari nature of
industry, ineffective monitoring, organizational structure, dan internal
control baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan.
c. Rationalization (Rasionalisasi)
Rasionalisasi atau mencari pembenaran sebelum melakukan kejahatan
merupakan bagian yang harus ada dari kejahatan itu sendiri, bahkan
merupakan bagian dari motivasi untuk melakukan kejahatan (Tuanakotta,
2014:212). Faktor risiko yang merefleksikan attitude/ rasionalisasi dewan
direksi, manajemen atau karyawan yang membiarkan kesalahan penyajian
18
laporan keuangan yang mungkin tidak dapat ditemukan oleh auditor (SAS
No.99, 2002:47). Meskipun demikian, auditor menjadi lebih berhati-hati
terhadap informasi tersebut dan dapat mengidentifikasi kesalahan material
dari laporan keuangan tersebut. Auditor mungkin menjadi sadar dengan
informasi yang ada dalam keadaan sebagai berikut:
1) Komunikasi, implementasi, dukungan atau penegakan nilai atau standar
etika entitas oleh manajemen, atau komunikasi nilai atau standar etika
yang tidak semestinya, yang tidak efektif.
2) Partisipasi atau campur tangan yang eksesif dari manajemen yang tidak
membawahi aspek keuangan dalam pemilihan kebijakan akuntansi atau
penentuan estimasi signifikan.
3) Riwayat yang diketahui tentang pelanggaran terhadap peraturan
perundangan-undangan tentang pasar modal, atau tuntutan terhadap
entitas, manajemen senior, atau pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola yang dicurigai terlibat dalam kecurangan atau pelanggaran
terhadap peraturan perundangan-undangan.
4) Kepentingan manajemen yang eksesif dalam menjaga atau meningkatkan
harga saham atau tren laba entitas.
5) Praktik manajemen dalam memberikan komitmen kepada analisis,
kreditur, dan pihak ketiga lainnya untuk mencapai perkiraan yang agresif
atau tidak realistis.
6) Kegagalan manajemen dalam menggunakan cara yang tidak tepat untuk
meminimumkan laba yang dilaporkan untuk tujuan perpajakan.
19
7) Kepentingan manajemen dalam menggunakan cara yang tidak tepat
untuk meminimumkan laba yang dilaporkan untuk tujuan perpajakan.
8) Usaha yang berulang dari manajemen untuk membenarkan suatu
transaksi atau perlakuan akuntansi yang tidak signifikan atau tidak tepat
dengan menggunakan alasan materialitas.
9) Hubungan yang tegang atau canggung antara manajemen dengan auditor
pengganti atau auditor pendahulu, seperti yang ditunjukkan oleh hal-hal
sebagai berikut:
a) Seringnya terjadi perbedaan pendapat dengan auditor pengganti atau
auditor pendahulu atas aspek akuntansi, ausit, atau pelaporan
b) Permintaan yang tidak masuk akal kepada auditor, seperti
pembatasan waktu yang tidak realistis mengenai penyelesaian audit
atau penerbitan laporan auditor.
c) Pembatasan akses auditor secara tidak tepat terhadap pihak atau
informasi atau kemampuan untuk berkomuniksi secara efektif
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
d) Perilaku manajemen yang dominan dalam berhubungan dengan
auditor, terutama yang melibatkan usaha untuk memengaruhi ruang
lingkup pekerjaan auditor, atau pemilihan atau keberlanjutan
personel yang ditugaskan atau yang diajak berkonsultasi dalam
perikatan audit.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya
rationalization yang berasal dari hubungan auditor lebih berkaitan dengan
20
hubungan antara perusahaan dan auditor yang kurang baik. Berdasarkan
uraian diatas maka kecurangan dapat disebabkan oleh adanya rasionalisasi
berkaitan dengan adanya pengetahuan menajemen tentang tindakan
kecurangan tersebut yang dapat berasal dari pengalaman dimasa lalu ataupun
hubungan yang tidak baik dengan auditor.
Ketiga faktor diatas merupakan elemen pembentuk dari perilaku
kecurangan yang terjadi dalam suatu kasus fraud. Menurut Priantara
(2013:46) dari ketiga elemen fraud triangle diatas, kesempatan
mengendalikan fraud terbesar adalah opportunity. Ini berarti kecurangan
terjadi tidak hanya karena adanya keinginan oleh individu tersebut, tetapi
karena adanya tekanan dan kesempatan melakukan hal tersebut.
2. Kecurangan (Fraud)
Fraud menurut the Institute of Internal Auditor tahun 2013, yaitu:
Any illegal act characterized by deceit, concealment, or violation of trust.
These acts are not dependent upon the threat of violence or physical force.
Frauds are perpetrated by parties and organizations to obtain: money,
property, or services; to avoid payment or loss of services; or to secure
personal or business advantage.
Yang dapat diartikan sebagai perbuatan yang dicirikan dengan
pangelabuan atau pelanggaran kepercayaan untuk mendapatkan uang, aset,
jasa atau mencegah pembayaran atau kerugian atau untuk menjamin
keuntungan / manfaat pribadi dan bisnis. Perbuatan ini tidak tergantung pada
ancaman kekerasan oleh pelaku terhadap orang lain (Priantara, 2013:4).
21
Selain itu menurut Black Law Dictionary (8th
Ed), definisi fraud yaitu:
The intentional use of deceit, a trick or some dishonest means to deprive
another of his money, property or lega right, either as a cause of action or as
fatal element in the action it self..
Definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai suatu perbuatan sengaja
untuk menipu atau membohongi, suatu tipu daya atau cara-cara yang tidak
jujur untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik
orang lain baik karena suatu tindakan atau dampak yang fatal dari tindakan
itu sendiri (Priantara, 2013:5).
Pengertian tersebut sejalan dengan penjelasan fraud yang terkandung
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 372 tentang
penggelapan (Priantara, 2013:78) yang kutipannya adalah sebagai berikut:
“Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan…”
Berdasarkan definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa fraud itu adalah
tindakan yang dapat berupa kebohongan atau tindakan melawan hukum yang
dilakukan dengan sengaja, dan dampaknya dapat merugikan orang lain.
Untuk mengetahui apakah suatu tindakan fraud itu sudah terjadi atau belum,
berikut ini terdapat uraian yang berisi unsur-unsur dari suatu tindakan fraud:
(Priantara, 2013:6)
22
a. Terdapat penyataan yang dibuat salah atau menyesatkan
(misrepresentation) yang dapat berupa suatu laporan, data atau informasi,
ataupun bukti transaksi.
b. Bukan hanya pembuatan pernyataan yang salah, tetapi fraud adalah
perbuatan melanggar peraturan, standar, ketentuan dan dalam situasi
tertentu melanggar hukum;
c. Terdapat penyalahgunaan atau pemanfaatan kedudukan, pekerjaan, dan
jabatan untuk kepentingan dan keuntungan pribadinya
d. Meliputi masa lampau atau sekarang karena perhitungan kerugian yang
diderita korban umumnya dihubungkan dengan perbuatan yang sudah
dan sedang terjadi;
e. Didukung fakta bersifat material (material fact), artinya mesti didukung
oleh bukti objektif dan sesuai dengan hukum;
f. Kesengajaan perbuatan atau ceroboh yang disengaja (make-knowingly or
recklessly); apabila kesengajaan itu dilakukan terhadap suatu data atau
informasi atau laporan atau bukti transaksi, hal itu dengan maksud
(intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi atau terpengaruh atau
salah atau tertipu dalam membaca dan memahami data;
g. Pihak yang dirugikan mengandalkan dan tertipu oleh pernyataan yang
dibuat salah (misrepresentation) yang merugikan (detriment). Artinya
ada pihak yang menderita kerugian, dan sebaliknya ada pihak yang
mendapat manfaat atau keuntungan secara tidak sah baik dalam bentuk
uang atau harta maupun keuntungan ekonomis lainnya.
23
Ketika unsur-unsur yang diuraikan pada paragraf diatas ditemui dalam
kondisi suatu perusahaan, maka dapat disimpulkan kondisi tersebut
merupakan tindakan fraud. Karena jika tidak maka kondisi tersebut masih
berada pada tahap kesalahan atau kelalaian, karena fraud itu dilakukan
dengan sengaja (Priantara, 2013:7)
Organisasi internasional yang merupakan asosiasi akuntan forensik di
Amerika Serikat (Association of Certified Fraud Examiner, disingkat ACFE)
menggambarkan fraud dalam sebuah bentuk fraud tree atau pohon
kecurangan dan pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam
hubungan kerja, beserta ranting dan anak rantingnya (Tuanakotta, 2014:195).
Berikut merupakan gambar fraud tree (ACFE, 2014:1.202):
24
Gambar 2.2
Fraud Tree
25
Gambar fraud tree diatas terdiri dari tiga cabang utama, yakni
corupption, asset misappropriation, dan fradulent statements. Masing-masing
induk cabang akan dibahas dibawah ini:
a. Corruption
Istilah corruption disini serupa tetapi tidak sama dengan istilah korupsi
yang ada dalam perundang-undangan Indonesia, UU No. 31 tahun 1999
meliputi 30 tindak pidana korupsi dan bukan empat bentuk seperti yang
digambarkan dalam ranting-ranting: conflict of interest, bribery, illegal
gratuities, economic extortion (Tuanakotta, 2014:196).
Conflict of interest atau benturan kepentingan sering kita jumpai dalam
berbagai bentuk diantaranya bisnis pelat merah atau bisnis pejabat (penguasa)
dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan
lembaga-lembaga pemerintah dan didunia bisnis sekalipun (Tuanakotta,
2014: 196).
Dari tindakan tersebut maka muncul istilah Bribery atau penyuapan
untuk memuluskan rencana mereka agar proses berjalan lancar. Tidak hanya
itu terkadang muncul juga illegal gratuities atau pemberian hadiah
terselubung untuk si individu dan tidak jarang individu tersebut mendapat
ancaman atau economic extortion jika tidak melaksanakan perintah yang
diamanatkan. Keempat elemen corruption itu saling berkaitan dalam tindak
pidana korupsi, karena semua pihak ingin merasa aman dan lancar dalam
mencapai tujuannya.
26
b. Asset Misappropriation
Asset misappropriation atau pengambilan aset secara ilegal dalam bahasa
sehari-hari disebut mencuri, namun dalam istilah hukum, mengambil aset
secara ilegal (tidak sah, atau melawan hukum) yang dilakukan seseorang yang
diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut, disebut
menggelapkan (Tuanakotta, 2014:199).
Dalam cabang asset misappropriation dikenal dua bentuk fraud yaitu
cash dan non-cash (ACFE, 2014:1.202 ). Asset misappropriation dalam
bentuk penjarahan cash atau cash misappropriation dilakukan dalam tiga
bentuk yaitu skimming, larceny, dan fraudulent disbusrsement, sedangkan
dalam bentuk non-cash dilakukan dalam bentuk misuse dan larceny
(Tuanakotta, 2014:199).
Pada cash misappropriation tindakan fraud bisa dilakukan pada saat
uang tersebut belum masuk ke perusahaan (skimming). Selain itu, jika uang
tersebut sudah masuk, fraud yang bisa dilakukan ialah dengan mencuri atau
pencurian (larceny). Arus uang yang masuk sudah terekam oleh sistem
akuntansi perusahaan, maka penjarahan uang melalui pengeluaran yang tidak
sah disebut (fraudulent disbursements) (Tuanakotta, 2014:199).
Dalam fraud fraudulent disbursements terdapat beberapa tindakan yang
melingkupi fraud tersebut diantaranya melalui pembebanan tagihan atau
pembuatan supplier fiktif (billing schemes), melalui pembayaran gaji dengan
27
membuat karyawan fiktif (payroll schemes), atau bisa juga melalui
pembayaran kembali biaya-biaya yang sudah keluar (expense reimbursement
schemes). Selain itu ada juga yang melalui pemalsuan cek untuk pembayaran
(check tampering) dan penggelapan uang pengembalian atau refund dari
pelanggan (register disbursement) (Tuanakotta, 2014:200).
Selanjutnya pada non-cash misappropriation tindakan yang dapat terjadi
adalah pencurian inventory (larceny) dan penyalahgunaan jabatan
menggunakan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi (misuse)
(Tuanakotta, 2014:203).
Untuk melakukan tindakan fraud diatas tentu si pelaku telah memiliki
kemampuan untuk melakukan tindakan tersebut, karena tanpa kemampuan
atau jabatan yang dimiliki sulit untuk pelaku melakukan fraud karena harus
melakukan kontak fisik langsung dengan proses bisnis perusahaan.
c. Fraudulent Statements
Fraudulent statement sangat dikenal para auditor dalam melakukan
general audit karena berkenaan dengan penyajian laporan keuangan yang
sangat menjadi perhatian auditor, masyarakat atau para LSM (Tuanakotta,
2014:203).
Fraud ini berupa salah saji (missatement baik overstatements maupun
understatements) yang terdiri dari dua ranting cabang yaitu financial dan non-
financial. Pada financial fraud tindakan yang terjadi dapat berupa penyajian
aset atau pendapatan yang lebih tinggi dari yang sebenarnya (Asset / revenue
overstatements) atau penyajian yang lebih rendah dari yang sebenarnya (Asset
28
/ revenue understatements). Sedangkan untuk non-finacial fraud tindakan
yang terjadi dapat berupa penyampaian laporan non-keuangan yang
menyesatkan, laporan yang lebih bagus dari yang sebenarnya atau pemalsuan
atau pemutarbalikan keadaan yang biasanya laporan tersebut digunakan untuk
keperluan intern maupun ekstern perusahaan (Tuanakotta, 2014:203).
Tindakan fraud jenis ini tentu sangat merugikan jika informasi tersebut
salah karena bisa menyesatkan pengguna laporan yang harus mengambil
keputusan berdasarkan informasi yang ada pada laporan tersebut.
3. Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statements)
Definisi kecurangan laporan keuangan menurut ACFE (2014:1.203) adalah:
Financial statement fraud is the deliberate misrepresentation of the financial
condition of an enterprise accomplished through the intentional misstatement
or omission of amounts on disclosures in the financial statements to deceive
financial statement users.
Yang dapat diartikan sebagai penggambaran atau penyajian kondisi
finansial suatu organisasi yang disengaja salah yang dapat tercapai melalui
salah saji yang disengaja atau penghilangan suatu nilai/jumlah atau
pengungkapan di laporan keuangan yang bertujuan untuk mengelabui
pengguna laporan keuangan.
Selain itu, menurut Black Law Dictionary, definisi fraudulent
misstatement ialah:
1. A knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact
to induce another to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some
cases (esp. when the conduct is willful) it may be a crime, 2. A
misrepresentation made recklessly without belief in its truth to induce another
person to act, 3. A tort arising from knowing misrepresentation, concealment
of material fact, or reckless misrepresentation made to induce another to act
to his or her detriment.
29
Yang dapat diartikan sebagai 1. salah penyajian yang disadari terhadap
suatu kebenaran atau penyembunyian fakta material untuk mempengaruhi
orang lain melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya
merupakan kesalahan, namun dalam beberapa kasus khususnya yang
dilakukan secara disengaja mungkin merupakan suatu kejahatan; 2. Penyajian
yang salah/keliru yang dibuat secara ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa
dapat dipercaya kebenarannya untuk mempengaruhi atau menyebabkan orang
lain bertindak atau berbuat; 3. Suatu kerugian yang timbul akibat salah
penyajian yang disadari, penyembunyian fakta material, atau penyajian yang
ceroboh/tanpa perhitungan agar orang lain berbuat atau bertindak yang
merugikannya. (Priantara, 2013:4).
Definisi diatas sejalan dengan Kitab KUHP Indonesia yang mengatur
pula tentang tindak pidana yang berkaitan dengan perbuatan membuat laporan
atau laporan keuangan yaitu dalam pasal 392 yang kutipannya adalah sebagai
berikut: (Priantara, 2013:79)
“Seorang pengusaha, seorang pengurus atau komisaris persero terbatas,
maskapai andil Indonesia atau koperasi, yang sengaja mengumumkan daftar
atau neraca yang tidak benar diancam pidana…”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecurangan laporan
keuangan adalah tindakan salah yang disengaja dengan menghilangkan
informasi penting dalam suatu laporan keuangan yang tujuannya untuk
menyesatkan pengguna laporan keuangan. Karena, menurut Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) Indonesia, kesalahan penyajian dalam
30
laporan keuangan dapat timbul karena kecurangan atau kesalahan, dan faktor
yang membedakan antara kecurangan dan kesalahan adalah apakah tindakan
yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya kesalahan penyajian dalam
laporan keuangan adalah tindakan yang disengaja atau tidak disengaja (SPAP
SA 240, 2013:1).
Menurut Priantara (2013:91) fraudulent financial reporting yang
bertujuan untuk mengelabui investor dan kreditur dilakukan dengan cara
meninggikan nilai aset dan pengakuan pendapatan, serta sebaliknya
merendahkan nilai liabilitas dan pembebanan ongkos operasional dan biaya
produksi. Sedangkan untuk mengelabui pemerintah, misal untuk Pajak
Penghasilan, perlakuan sebaliknya dengan cara merendahkan nilai aset dan
pengakuan pendapatan, serta sebaliknya meninggikan nilai liabilitas dan
pembebanan ongkos operasional dan bisa produksi.
Selain itu menurut ACFE (2014:1.204) terdapat beberapa alasan umum
mengapa seseorang melakukan kecurangan laporan keuangan diantaranya:
a. Mendorong investasi melalui pelepasan saham.
b. Menunjukkan peningkatan laba per saham atau laba dari persekutuan
yang pada akhirnya meningkatkan bonus atau dividen.
c. Menutupi ketidakmampuan menghasilkan arus kas.
d. Menghilangkan persepsi negatif publik terhadap kinerja organisasi.
e. Mendapatkan pembiayaan atau mendapatkan syarat pembiayaan yang
lebih menguntungkan.
f. Mendapatkan harga yang tinggi untuk akuisisi.
31
g. Menunjukkan kepatuhan terhadap perjanjian pembiayaan.
h. Untuk mencapai tujuan perusahaan.
i. Mendapatkan kinerja yang baik untuk tujuan bonus.
Dari uraian diatas dapat dilihat motivasi dalam melakukan kecurangan
laporan keuangan lebih kepada kepentingan individu pelaku yang dilain pihak
sekaligus untuk mencapai tujuan lainnya yaitu bagi perusahaan. Untuk
mencapai tujuan mereka tentu mereka akan berusaha membuat laporan
keuangan mereka menjadi terlihat lebih menarik. Mulford dan Comiskey
dalam Priantara (2013:90) menjelaskan teknik financial number game yang
biasa digunakan oleh manajemen untuk memperindah laporan keuangan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Aggressive Accounting: Pemilihan dan penerapan prinsip akuntansi yang
bertujuan agar laba tahun berjalan lebih tinggi (higher current earnings),
terlepas dari apakah praktik tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum atau tidak.
b. Earnings Management: Manipulasi laba secara aktif untuk suatu target
yang sudah ditentukan sebelumnya untuk suatu proyeksi keuangan yang
sudah dibuat, atau untuk mendapatkan suatu angka yang konsisten
dengan arus kas dan trend laba yang tidak fluktuatif dan lebih
berkelanjutan (smoother, more sustainable earnings stream).
c. Income Smoothing: Suatu bentuk earnings management yang didesain
untuk menghilangkan aliran laba yang fluktuatif, termasuk cara-cara
untuk mereduksi dan “menyimpan” laba pada saat kinerja keuangan
32
sedang membaik agar laba tersebut bisa dimanfaatkan pada saat kinerja
keuangan sedang menurun.
d. Fraudulent Financial Reporting: Penyajian keliru (misstatement) yang
disengaja atau penyembunyian (ommision) atas suatu angka atau
pengungkapan di dalam laporan keuangan yang bertujuan untuk
memperdayai pengguna laporan keuangan.
e. Creative Accounting: Setiap langkah yang digunakan untuk memainkan
angka-angka laporan keuangan, yang mencakup aggressive accounting,
fraudulent financial reporting, income smoothing, dan earnings
management.
Dari kelima jenis financial number game diatas kelimanya dekat sekali
dengan kategori fraud karena didalamnya terdapat permainan yang dilakukan
oleh manajemen, sehingga laporan keuangan tidak terlihat seperti yang
seharusnya.
Priantara (2013:90) menyebutkan tindakan yang dilakukan oleh
manajemen dalam melakukan fraud diantaranya:
a. Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau
pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan.
b. Kesengajaan dalam penyajian atau sengaja menghilangkan (intentional
omissions) suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari laporan
keuangna.
c. Salah penerapan secara sengaja mengenai prinsip akuntansi (jumlah,
klasifikasi, penyajian, pengungkapan).
33
Selain itu, untuk melakukan kecurangan laporan keuangan terdapat
beberapa skema yang biasa dilakukan. Rezaee (2002:4) menyebutkan bahwa
kecurangan laporan keuangan dapat berkaitan dengan beberapa skema
berikut, yaitu:
a. Pemalsuan, pengubahan atau manipulasi dari catatan keuangan, dokumen
pendukung atau transaksi bisnis;
b. Kesalahan pencatatan material yang disengaja, penghapusan, atau
kesalahan presentasi dari kejadian, transaksi, akun, atau informasi
signifikan lainnya yang merupakan sumber informasi pembuatan laporan
keuangan;
c. Kesalahan yang disengaja pada penggunaan prinsip akuntansi, kebijakan,
dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan
dan mengungkapkan kejadian ekonomis dan transaksi bisnis;
d. Penghilangan secara sengaja dari pengungkapan atau penyajian
pengungkapan yang tidak memadai berkaitan dengan standar, prinsip,
praktek akuntansi dan informasi keuangan yang berhubungan;
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dilihat bahwa kecurangan
laporan keuangan itu merupakan tindakan yang secara garis besar dapat
dicirikan diantaranya manipulasi informasi akuntansi, kesalahan penggunaan
prinsip akuntansi dan penghilangan suatu informasi akuntansi yang disengaja.
4. Auditor Spesialis Industri (Auditor Industry Specialization)
Definisi Auditor spesialis menurut SAS 73 (AU Section 336) (2011:1) yaitu:
“an individual or organization possesing expertise in a field other than
accounting or auditing, whose work in that field is used by auditor to assist
34
the auditor in obtaining sufficient appropriate audit evidence. An auditor's
specialist may be either an auditor's internal specialist (i.e., a partner or
staff, including temporary staff, of the auditor's firm or a network firm) or an
auditor's external specialist”.
Definisi diatas dapat diartikan sebagai individu atau organisasi yang
memiliki keahlian selain dibidang akuntansi dan audit, yang bekerja pada
bidang tersebut dan berguna bagi auditor untuk membantu auditor
mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat. Auditor spesialis tersebut
dapat berupa auditor spesialis internal (yaitu partner atau staf, termasuk staf
temporer dari kantor auditor atau sebuah kantor rekanan) atau auditor
spesialis eksternal.
Neal dan Riley (2004:2) menjelaskan bahwa auditor spesialis industri
dapat diukur menggunakan pendekatan pangsa pasar (market share
approach), yaitu dimana auditor tersebut memiliki pangsa pasar yang berbeda
dengan kompetitorya. Selanjutnya, Gul et al., (2009:12) mengukur auditor
spesialis industri menggunakan market share atau pangsa pasar berdasarkan
persentase tertinggi dari total aset perusahaan yang diaudit dalam suatu
industri.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam hal ini auditor spesialis industri
dapat berarti auditor yang memiliki kemampuan khusus menangani suatu
industri tertentu karena pengalaman dan menguasai pangsa pasar audit dalam
suatu industri tertentu.
5. Peraturan Bapepam (saat ini OJK)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan regulator pemerintah yang
bertugas mengawasi lembaga keuangan dan pasar modal (UU OJK, 2011).
35
Dalam menjalankan tugasnya OJK memiliki peraturan yang sebelumnya
dibuat oleh Bapepam-LK (Bapan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan) yang saat ini menjadi OJK. Berikut adalah Peraturan yang
dimiliki oleh OJK yang mengatur tentang pelanggaran yang berkaitan dengan
penyajian laporan keuangan dan transaksi material entitas yang peneliti
gunakan dalam dalam penentuan sampel penelitian;
a. IX.E.2: Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama
b. VIII.G.7: Pedoman Penyajian Laporan Keuangan
Peraturan diatas berkaitan dengan teori kecurangan yang dikeluarkan
oleh ACFE dimana salah satu hal yang menyebabkan terjadinya kecurangan
ialah kesalahan dalam penyajian laporan keuangan.
36
37
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 berikut merupakan penelitian-penelitian yang menjadi sumber referensi dalam penelitian ini:
Tabel 2.1
No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Muchammad
Syafruddin
Fira Firmanaya
(2014)
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Kecurangan Laporan
Keuangan
Variabel kecurangan
laporan keuangan,
financial stability,
financial targets,
dan rationalization
Proksi ROA dan
audit report
Penelitian kuantitatif
Sumber data laporan
keuangan di
Indonesia
Proksi LEV,
SALTA,
RPTRANS, INVTA,
CPA, GC, dan
LnASSETS
Populasi perusahaan
publik non keuangan
tahun 2008-2011
Regresi logistk
Profitabilitas berpengaruh
signifikan sedangkan
leverage, rasio perputaran
modal, transaksi pihak
istimewa, ukuran
perusahaan audit, rasio
persediaan, perantian
auditor, opini audit, dan
kemampuan going concern
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kecurangan laporan
keuangan.
2 Puspatrisnanty
dan Fitriyani
(2014)
Analisis Hubungan
Manajemen Laba dan
Fraud dalam Laporan
Keuangan
Variabel kecurangan
laporan keuangan
Proksi ROA
Penelitian kuantitatif
Sumber data laporan
Variabel aggregated
prior discretionary
accruals, abnormal
book-tax differences,
unexpected revenue
Aggregated prior
dicretionary accruals dan
unexpected revenue
memiliki hubungan positif
dan abnormal book-tax
Bersambung pada halaman selanjutnya
38
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Sebelumnya
No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
keuangan di
Indonesia
per employee,
capital productivity,
pertumbuhan
penjualan
Populasi perusahaan
publik non keuangan
tahun 2002-2012
Regresi logistik
differences memiliki
hubungan negatif yang
signifikan sedangkan
pertumbuhan penjualan
dan ROA tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kecurangan
laporan keuangan
3 Jerry Sun dan
Gouping Liu
(2013)
Auditor Industry
Specialization, Board
Governance, and
Earnings Management
Variabel auditor
industry
specialization
Proksi IND, AISPE
atau SPEC
Penelitian kuantitatif
Sumber data laporan
keuangan di
Amerika Serikat
Variabel earning
management
Proksi FSIZE, LEV,
MB, ICLAIM,
NOA, LITI, dan
LOSS
Populasi perusahaan
tahun 1996-2010 di
Amerika Serikat
Regresi berganda
Auditor spesialis industri
dan komite audit
independen berpengaruh
negatif terhadap
manajemen laba.
4 Dwi Ratmono
(2010)
Manajemen Laba Riil
dan Berbasis Akrual:
Dapatkah Auditor yang
Berkualitas
Mendeteksinya?
Variabel auditor
industry
specialization
Proksi IMS atau
SPEC
Variabel manajemen
laba akrual dan
manajemen laba riil
Proksi abnormal
CFO, abnormal
Auditor yang mempunyai
spesialisasi industri dapat
mendeteksi besarnya
manajemen laba akrual
dibandingkan manajemen
Bersambung pada halaman selanjutnya
39
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Sebelumnya
No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian kuantitatif
Sumber data laporan
keuangan di
Indonesia
discretionary
expenses, abnormal
production costs dan
discresionary
accruals
Populasi perusahaan
perbankan publik
tahun 2001-2008
Regresi berganda,
analisis sensitivitas
laba riil
5 Christopher J.
Skousen,
Kevin R.
Smith, dan
Charlotte J.
Wright
(2008)
Detecting and
Predicting Financial
Statement Fraud: The
Effectiveness Of The
Fraud Triangle and
SAS No. 99
Variabel financial
stability, financial
targets, ineffective
monitoring,
rationalization, dan
kecurangan laporan
keuangan
Proxy ROA,
ACHANGE, IND,
dan audit report
Jenis penelitian
kuantitatif
Sumber data laporan
Variabel external
pressure, personal
financial need,
nature of industry,
dan organizational
structure
Proksi GPM,
SCHANGE, CATA,
SALAR, SALTA,
INVSAL, LEV,
FINANCE, FREEC,
OSHIP, 5%OWN,
RECEIVABLE,
ACHANGE, 5%OWN,
CEO berhubungan positif
sedangkan FINANCE,
OSHIP, FREEC dan IND
berhubungan negatif
dengan kemungkinan
terjadinya kecurangan
laporan keuangan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
40
Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Sebelumnya
No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
keuangan di
Amerika Serikat
INVENTORY,
FOPS, BDOUT,
AUDCOMM,
AUDSIZE,
EXPERT, CEO,
TOTALTURN,
AUDCHANG, dan
Tacc
Populasi perusahaan
publik tahun 1992-
2001 di Amerika
Serikat
Logit regression,
wilcoxon test,
sensitivity analysis
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
41
C. Kerangka Pemikiran
Berikut merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini:
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
Fraud yang terjadi
pada perusahaan
listing BEI
Perusahaan listing
patuh pada peraturan
OJK
Metode Analisis:
Mann-Whitney U
Analisis Diskriminan
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kecurangan
Laporan Keuangan
Financial stability
Financial targets
Ineffective monitoring
Rationalization
Auditor Industry
Specialization
Kesimpulan dan Saran
Basis Teori:
Fraud Triangle
42
D. Hipotesis
1. Financial Stability dan Kecurangan Laporan Keuangan
Financial Stability atau keuangan yang stabil merupakan keadaan dimana
kondisi keuangan suatu perusahaan berada dalam titik aman. Setiap tahun
tentu manajamen perusahaan akan selalu ditekan untuk berusaha mencapai
pendapatan dan laba yang telah ditargetkan agar kondisi perusahaan terlihat
stabil. Selain itu, bonus akhir tahun akan menjadi sumber penghasilan yang
besar sehingga manajemen akan sengaja untuk memanipulasi labanya demi
mendapatkan pendapatan (Ratmono et al., 2013:4). Hal ini terjadi karena
dalam (SAS No. 99, 2002:4) ketika stabilitas keuangan atau profitabilitas
terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi
maka kecurangan dapat terjadi.
Untuk dapat membuat laporan keuangan terlihat bagus, maka manajemen
mungkin akan memanipulasi agar pertumbuhannya terlihat stabil (Skousen et
al., 2008:8). Dia menggunakan change in assets atau ACHANGE sebagai
proxi untuk financial stability (Beasley, 2000 dalam Skousen et al., 2008:9)
Penelitian tentang kecurangan yang menganalisisi kecurangan
berdasarkan financial stability sudah dilakukan oleh beberapa peneliti
diantaranya dilakukan oleh Kusumawardhani (2012:17) yang menemukan
financial stability berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan. Selain itu Skousen et al., (2008:15) juga menemukan financial
stability yang diproksikan dengan growth in assets berpengaruh positif
terhadap kecurangan laporan keuangan.
43
Hasil yang berbeda ditemukan oleh Ratmono et al., (2013:13), dimana
dalam penelitiannya ia menemukan financial stability tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Sukirman
dan Sari (2013:23) juga menemukan bahwa financial stability tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.
Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan
perbedaan dalam penelitian financial stability, maka berdasarkan hal tersebut
peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1: Financial Stability dapat mendeteksi kecurangan laporan
keuangan.
2. Financial Targets dan Kecurangan Laporan Keuangan
Financial Targets dapat dikatakan sebagai target keuangan yang
ditetapkan oleh dewan komisaris atau pemilik yang harus dicapai manajemen.
Target tersebut biasanya berkaitan dengan target profitabilitas. Profitabilitas
itu sendiri adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam
hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Anshar,
2012:12). ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Skousen et al., 2008:9).
Tentu dengan adanya target profitabilitas akan memberikan tekanan
tersendiri bagi manajemen yang membuat mereka harus bekerja keras untuk
merealisasikannya. Dalam SAS No. 99 (2002:44) salah satu indikasi adanya
tekanan kepada manajemen adalah adanya target profitabilitas dari investor.
44
Hal tersebut dapat menyebabkan manajemen melakukan kecurangan
dalam membuat laporan keuangannya, karena menurut Martantya (2013:5)
untuk mencapai target keuangan yang ditetapkan sebelumnya manajemen
akan berupaya untuk melakukan manipulasi, misalnya dengan manipulasi
laba.
Penelitian tentang kecurangan yang berhubungan dengan financial
targets sudah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya oleh Anshar
(2012:20) yang menemukan hubungan yang signifikan antara financial
targets dengan kecurangan laporan keuangan. Martantya (2013:10) juga
melakukan penelitian tentang financial targets yang hasilnya berpengaruh
signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.
Hasil berbeda ditemukan oleh Skousen et at., (2008:16) yang tidak
menemukan pengaruh antara financial targets yang diproksikan dengan
return on assets dengan kecurangan laporan keuangan. Sukirman dan Sari
(2013:24) juga tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara financial
targets perusahaan fraud dengan non-fraud.
Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan
perbedaan dalam penelitian financial targets, maka berdasarkan hal tersebut
peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H2: Financial Targets dapat mendeteksi kecurangan laporan
keuangan.
3. Ineffective Monitoring dan Kecurangan Laporan Keuangan
45
Monitoring atau pengawasan merupakan hal yang penting bagi
perusahaan untuk memastikan semua rencana yang ditargetkan berjalan
lancar. Pengawasan tersebut dilakukan oleh komite audit yang ditunjuk oleh
dewan komisaris. Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris
dan bertugas untuk mengawasi proses pelaporan keuangan dalam perusahaan
(Antonia, 2008:21).
Ketika pengawasan terhadap laporan keuangan tidak berjalan baik tentu
hal ini akan menimbulkan efek negatif terhadap proses pembuatan laporan
keuangan. Menurut Martantya (2013:5) meluasnya skandal akuntansi dan
praktik kecurangan merupakan salah satu dampak lemahnya pengawasan
yang dilakukan oleh perusahaan yang telah memberikan peluang kepada
seseorang untuk bertindak sesuai dengan kepentingan pribadinya. Hal ini
sejalan dengan uraian dalam SAS No.99 (2002:46) dimana kecurangan terjadi
karena adanya peluang dari tidak efektifnya pengawasan. Selanjutnya,
Skousen et al., (2008:11) menyatakan bahwa percentage of independent audit
committee member merupakan proksi dari ineffective monitoring.
Penelitian tentang kecurangan yang berkaitan dengan ineffective
monitoring sudah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya oleh Antonia
(2008:68) yang menemukan hubungan negatif ineffective monitoring terhadap
manajemen laba. Selain itu, Skousen et al., (2008:18) juga melakukan
penelitian tentang kecurangan menggunakan variabel ineffective monitoring
dengan menggunakan proksi percentage of independent audit committee
46
member dan menemukan pengaruh negatif terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Hasil berbeda ditemukan oleh Martantya (2013:11) yang melakukan
penelitian ineffective monitoring juga dan tidak menemukan pengaruh yang
signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Ratmono et al., (2013:12)
juga melakukan penelitian tersebut dan tidak menemukan pengaruh yang
signifikan diantara ineffective monitoring dengan kecurangan laporan
keuangan.
Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan
perbedaan dalam penelitian ineffective monitoring, maka berdasarkan hal
tersebut peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H3: Ineffective Monitoring dapat mendeteksi kecurangan laporan
keuangan.
4. Rationalization dan Kecurangan Laporan Keuangan
Rasionalisasi merupakan tindakan pembenaran atas suatu tindakan yang
dilakukan (Sukirman dan Sari, 2013:9). Tindakan pembenaran ini bisa saja
terjadi dalam sebuah perusahaan dimana tindakan tersebut dianggap biasa
saja dan sering terjadi dalam perusahaan tersebut, salah satunya adalah
tindakan curang. Rendahnya integritas yang dimiliki seseorang menimbulkan
pola pikir dimana orang tersebut merasa dirinya benar saat melakukan
kecurangan (Ratmono et al., 2013:5).
SAS No.99 (2002:47) menjelaskan salah satu tindakan kecurangan yang
disebabkan oleh rasionalisasi adalah kepentingan manajemen dalam menjaga
47
atau meningkatkan tren laba. Manajemen laba yang dilakukan menggunakan
diskresionari akrual mungkin menyebabkan perusahaan tersebut mendapatkan
qualified audit opinions atau wajar dengan pengecualian (Skousen et al.,
2008:16).
Penelitian tentang kecurangan yang berkaitan dengan rationalization
sudah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Sukirman dan Sari
(2013:22) yang menemukan perbedaan rationalization yang signifikan antara
perusahaan fraud dan non-fraud. Chen dan Elder (2007:21) yang melakukan
penelitian tentang kecurangan laporan keuangan juga menemukan
rationalization berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Hasil berbeda ditemukan oleh Ratmono et al., (2013:16) juga tidak
menemukan pengaruh yang signifikan antara variabel rationalization dengan
kecurangan laporan keuangan. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh
Fimanaya (2014:9) juga tidak menemukan pengaruh yang signifikan.
Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan
perbedaan dalam penelitian rationalization, maka berdasarkan hal tersebut
peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H4: Rationalization dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
5. Auditor Industry Specialization dan Kecurangan Laporan Keuangan
Auditor Industry Specialization atau Auditor spesialis industri memiliki
peran penting dalam peningkatan kebenaran laporan keuangan. Pengetahuan
tentang suatu industri yang dimiliki auditor spesialis dapat memberikan
48
kemampuan untuk mendeteksi manajemen laba dan meminimalisasi
kesalahan (Balsam, Krishnan, dan Yong, 2003:3). Sun dan Liu (2013:5) juga
mengatakan auditor spesialis industri lebih mudah melihat manajemen laba
dan mendeteksi kesalahan penyajian akuntansi atau fraud.
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Gul et al.,
(2009:23) yang menemukan bahwa perusahaan besar, perusahaan yang
berada dalam lingkungan industri yang rentan berperkara, dan perusahaan
yang memiliki rasio solvabilitas tinggi lebih sering menggunakan jasa auditor
spesialis. Selain itu Krishnan (2003:2) mengatakan auditor spesialis biasanya
juga mengembangkan database tentang industry specific best practice, risiko
industri dan eror juga transaksi yang tidak biasa, yang semuanya bertujuan
untuk menciptakan efektivitas audit.
Penelitian tentang auditor spesialis industri sudah dilakukan oleh
beberapa peneliti diantaranya Januarsi (2008:17) yang menemukan auditor
spesialis industri berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba akrual.
Dimana dengan adanya auditor spesialis maka manajemen laba akrual dapat
berkurang yang berarti kecurangan berkurang. Karena Puspatrisnanti dan
Fitriany (2014:17) menemukan menemukan hubungan positif antara
manajemen laba dengan kecurangan. Selanjutnya penelitian juga dilakukan
oleh Ratmono (2010:19) menemukan auditor spesialis industri berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
Hasil berbeda ditemukan oleh Nuryaman (2008:18), ia tidak menemukan
pengaruh yang signifikan antara auditor spesialis industri dengan manajemen
49
laba. Aditya (2013:14) juga menemukan auditor spesialis industri tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan
perbedaan dalam penelitian auditor spesialis industri, maka berdasarkan hal
tersebut peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H5: Auditor Industry Specialization dapat mendeteksi kecurangan
laporan keuangan.
50
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu tipe penelitian dengan
dengan karakteristik masalah berupa hubungan korelasional antara dua
variabel atau lebih dan bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya
korelasi antar variabel atau membuat prediksi berdasarkan korelasi antar
variabel (Indriantoro dan Supomo, 2002:27). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pendeteksian kecurangan laporan keuangan oleh auditor
spesialis industri dengan analisis fraud triangle. Populasi penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
terkena sanksi dan kasus oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) tahun 2011-
2013.
B. Metode Pemilihan Sampel
Sampel merupakan perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2011-2013. Data tersebut merupakan data sekunder
yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) atau
www.idx.co.id dan situs perusahaan yang bersangkutan. Metode yang
digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan
sampel bertujuan (purposive sampling), dengan teknik berdasarkan
pertimbangan (judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel
52
secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan
pertimbangan tertentu (Sekaran, 2006:136) dengan kriteria sebagai berikut:
50
1. Sampel perusahaan fraud merupakan perusahaan yang terdaftar (listing)
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan terkena kasus dan sanksi OJK tahun
2011-2013.
2. Sampel perusahaan fraud merupakan perusahaan yang melanggar
peraturan Bapepam nomor IX.E.2 dan VIII.G.7.
3. Sampel perusahaan non-fraud merupakan perusahaan yang tidak
memiliki indikasi adanya fraud dan jumlah aset dan penjualan yang
sebanding atau hampir sama dengan perusahaan fraud pada tahun 2011-
2013 pada sektor industri yang sama.
4. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan audited selama
periode 2011-2013.
5. Adanya akses untuk mengunduh laporan keuangan perusahaan audited.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan
data sekunder. Data sekunder dapat diperoleh dari perusahaan yang diteliti
atau data yang dipublikasikan untuk umum (Indriantoro dan Supomo,
2002:149) Berikut merupakan metode pengumpulan data dalam penelitian
ini:
1. Data Internal
Data internal merupakan dokumen-dokumen akuntansi dan operasi yang
dikumpulkan, dicatat dan disimpan di dalam suatu organisasi (Indriantoro dan
Supomo, 2002:149). Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan
51
perusahaan yang terkena sanksi dan kasus dengan meminta data tersebut
dengan mendatangi kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data tersebut
didapat dari data internal Direktorat Penetapan Sanksi dan Keberatan Pasar
Modal OJK.
2. Data Eksternal
Data sekunder eksternal umumnya disusun oleh suatu entitas selain
peneliti dari organisasi yang bersangkutan (Indriantoro dan Supomo,
2002:149). Peneliti memperoleh data sekunder yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti melalui buku dan majalah, publikasi pemerintah,
ikhtisar statistik, basis data, media, laporan tahunan perusahaan dan
sebagainya (Sekaran, 2006:65). Data yang digunakan oleh peneliti merupakan
data yang dapat diakses oleh siapa saja di situs BEI dan perusahaan yang
bersangkutan.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian
yaitu salah satunya dengan mengolah data menggunakan statistik
nonparametrik. Salah satu syarat untuk menggunakan statistik nonparametrik
adalah data terdistribusi normal ataupun tidak normal dan tipe data adalah
nominal, ordinal, interval maupun rasio pada data berjumlah seratus ataupun
sepuluh (Santoso, 2014:3). Berikut metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini:
1. Uji Mann-Whitney U
52
Mann-Whitney U adalah uji dua sampel bebas pada statistik
nonparametrik mempunyai tujuan yang sama dengan uji t pada statistik
parametrik, yakni ingin mengetahui apakah dua buah sampel yang bebas
berasal dari populasi yang sama (Santoso, 2014:104). Data tersebut bertipe
nominal atau ordinal. Syarat untuk menggunakan statistik nonparametrik
ialah data tidak terdistribusi normal, oleh karena itu peneliti menggunakan
uji normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan uji statistik kolmogorov-
smirnov. Jika hasil signifikansi dibawah 0,05 maka hipotesis nol ditolak atau
data tidak terdistribusi normal (Ghazali, 2013:34). Setelah itu uji mann-
whitney u digunakan untuk menguji ukuran perusahaan fraud dengan non-
fraud, dan yang kedua untuk menguji variabel independen. Variabel yang
lolos uji adalah yang memiliki nilai signifikansi dibawah 0,05.
2. Analisis Diskriminan
Analisis Diskriminan merupakan bentuk regresi dengan variabel terikat
berbentuk non-metrik atau kategori. Analisis ini membantu mengidentifikasi
variabel bebas yang membedakan variabel terikat berskala nominal (Sekaran,
2006:302). Tujuan dari analisis diskriminan ini adalah untuk; (Ghazali,
2013:290)
a) Mengidentifikasi variabel-variabel yang mampu membedakan antara dua
kelompok.
b) Menggunakan variabel-variabel yang telah teridentifikasi untuk
menyusun persamaan atau fungsi untuk menghitung variabel baru atau
indek yang dapat menjelaskan perbedaan antara kedua kelompok.
53
c) Menggunakan variabel yang telah teridentifikasi atau indek untuk
mengembangkan aturan atau cara mengelompokkan observasi di masa
datang kedalam satu dari kedua kelompok.
Variabel yang dapat diuji pada analisis diskriminan adalah variabel yang
lolos uji beda mann-whitney u. Karena jika variabel dapat membedakan
kedua kelompok, maka variabel ini akan digunakan untuk membentuk fungsi
diskriminan (Ghazali, 2013:292). Selanjutnya, dalam analisis diskriminan ini
terdapat beberapa analisis untuk menjelaskan hasil pengujian tersebut
diantaranya:
a) Test of Equality of Group Means
Tes ini digunakan untuk melihat apakah secara univariate ada perbedaan
pendekatan variabel dependen dilihat dari variabel independen, dan variabel
independen mampu membedakan variabel dependen (Ghazali, 2013:305).
Variabel dikatakan dapat membedakan jika nilai signifikansi dibawah 0,05.
Hasil ini akan menjawab hipotesis dalam penelitian ini.
b) Wilks’ Lambda
Dalam pengambilan keputusan terdapat dua cara yaitu melihat nilai
wilks’ lambda dan nilai F tes atau signifikansi (Santoso, 2014:176). Dalam
hal ini, nilai wilk’s lambda akan dilihat apakah mendukung nilai signifikansi
yang ada pada test of equality of group means dengan menguji variabel secara
bersama-sama dengan nilai signifikansi dibawah 0,05. Karena hal ini dapat
menyimpulkan bahwa fungsi diskriminan signifikan secara statistik yang
54
berarti nilai means atau rata-rata score diskriminan untuk kedua kelompok
perusahaan berbeda secara signifikan.
c) Elgenvalues
Canonical correlation dalam tabel elgenvalues mengukur keeratan
hubungan antara discriminant score dengan grup (Santoso, 2014:187). Selain
itu, nilai tersebut juga untuk mengukur variasi antara kedua kelompok
perusahaan yang dapat dijelaskan oleh variabel diskriminan. (Ghazali,
2013:296). Nilai tersebut akan dikuadratkan untuk mendapatkan nilai
persentase.
d) Canonical discriminant function coefficients
Dalam hasil uji analisis diskriminan terdapat suatu persamaan atau fungsi
yang dihasilkan dari analisis tersebut. Kegunaan fungsi ini untuk mengetahui
sebuah case masuk pada grup yang satu, ataukah tergolong pada grup yang
lainnya (Santoso, 2014:189).
e) Function at group centroids
Dalam hasil ini terdapat nilai dari masing-masing kelompok variabel
dependen. Pada analisis ini, hasil dari tabel function at group centroids adalah
nilai cut off, yang dipilih pada nilai yang meminimumkan jumlah incorrect
classification atau kesalahan misklasifikasi (Ghazali, 2013:299). Rumus cut
off adalah sebagai berikut (Santoso, 2013:193): Z =
55
f) Classification result
Setelah fungsi diskriminan dibuat, kemudian dilakukan klasifikasi untuk
melihat seberapa jauh klasifikasi tersebut sudah tepat atau seberapa persen
terjadi misklasifikasi pada proses klasifikasi tersebut. (Santoso, 2014:195).
Berdasarkan hasil analisis diatas maka akan didapat suatu nilai yang
dapat menjawab hipotesis penelitian ini. Sebelumnya, berikut adalah model
penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini:
FRAUD = ß0 + ß1ACHANGE + ß2ROA + ß3IND + ß4AUDREPORT +
ß5SPEC + εi
Keterangan:
ß0 = koefisien regresi konstanta
ß1,2,3,4,5 = koefisien regresi masing-masing proksi
ACHANGE = persentase perubahan total aset selama 2 tahun
ROA = rasio tingkat pengembalian aset
IND = rasio komite audit independen
AUDREPORT = opini audit laporan keuangan
SPEC = auditor spesialis industri
εi = error
E. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Dependen (Kecurangan Laporan Keuangan)
Kecurangan laporan keuangan merupakan variabel dependen dalam
penelitian ini. Kecurangan laporan keuangan merupakan salah satu cabang
56
dan ranting yang menggambarkan fraud dalam label fraudulent statement
dalam fraud tree yang berkenaan dengan penyajian laporan keuangan
(Tuankotta, 2014:203). Definisi dari kecurangan laporan keuangan itu sendiri
salah satunya adalah salah penyajian yang disadari terhadap suatu kebenaran
atau penyembunyian fakta material yang mempengaruhi orang lain
melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan
kesalahan, namun dalam beberapa kasus khususnya yang dilakukan secara
sengaja mungkin merupakan kejahatan (Priantara, 2013:4).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi kecurangan. Pendekatan yang
dilakukan oleh peneliti dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan
adalah menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang terkena sanksi
dan kasus OJK tahun 2011-2013. Peneliti menggunakan dummy variabel
dalam penelitian ini yaitu angka 1 untuk perusahaan fraud dan angka 0 untuk
perusahaan non-fraud (Martantya, 2013: 6). Karena data tersebut berbentuk
kategorik, maka variabel dinyatakan sebagai dummy variabel (Ghazali, 2013:
178).
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah fraud triangle dan
auditor spesialis industri. Varibel fraud triangle terdiri dari tiga bagian yaitu
pressure, opportunity, dan rationalization. Selanjutnya dari tiga bagian
tersebut terdapat beberapa bagian lagi diantaranya sebagai berikut:
57
a. Financial Stability
Salah satu sisi dari teori fraud triangle adalah tekanan. Dalam SAS No.
99 (2002:44) financial stability adalah kecurangan yang disebabkan oleh
tekanan salah satu jenisnya adalah stabilitas atau profitabilitas keuangan yang
terancam oleh kondisi ekonomi, industri, atau operasi entitas. Salah satu
indikasi adanya tekanan yang disebabkan oleh terancamnya stabilitas
keuangan suatu perusahaan adalah kerugian operasi yang menjadi ancaman
terjadinya kebangkrutan, penyitaan, atau pengambilalihan dengan
menggunakan tekanan dalam waktu dekat (SPAP, 2013:44).
Skousen et al., (2008:7) dalam penelitiannya menggunakan change in
assets sebagai proksi dari variabel financial stability dan hasil penelitiannya
menunjukkan adanya hubungan positif antara financial stability dengan
kecurangan laporan keuangan. Martantya (2013:6) juga menggunakan proksi
pertumbuhan aset untuk variabel stabilitas keuangan atau financial stability.
Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan proksi pertumbuhan
aset karena jika pertumbuhan aset terlihat stabil maka ini berarti tingkat laba
perusahaan juga stabil. Selanjutnya, untuk menghitung growth in assets atau
ACHANGE dapat menggunakan rumus sebagai berikut: (Skousen et al.,
2008:7 dan Martantya, 2013:6)
ACHANGE =
b. Financial Targets
Dalam SAS No. 99 (2002:45) financial targets adalah kecurangan yang
disebabkan oleh tekanan salah satu jenisnya adalah tekanan yang eksesif
58
terhadap manajemen atau personel operasi. Salah satu indikasi adanya
tekanan yang disebabkan oleh tekanan yang eksesif terhadap manajemen
adalah adanya target keuangan yang ditetapkan oleh pihak yang
bertanggungjawab atas kelola, termasuk target insentif penjual atau
profitabilitas (SPAP, 2013:45).
Skousen et al., (2008:7) dalam penelitiannya menggunakan return on
assets sebagai proksi dari variabel financial targets dan hasil penelitiannya
menunjukkan adanya hubungan negatif antara financial targets dengan
kecurangan laporan keuangan. Martantya (2013:7) juga menggunakan proksi
tingkat laba terhadap aset atau ROA untuk variabel target keuangan atau
financial targets. Anshar (2012:15) juga menggunakan proksi yang sama
untuk variabel financial targets
Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan proksi return on assets
karena itu merupakan rasio yang sering digunakan untuk melihat profitabilitas
suatu perusahaan. Selanjutnya, untuk menghitung return on assets atau ROA
dapat menggunakan rumus sebagai berikut: (Skousen et al., 2008:9).
ROA =
c. Ineffective Monitoring
Dalam SAS No. 99 (2002:46) ineffective monitoring adalah kecurangan
yang disebabkan oleh peluang salah satu jenisnya adalah pemantauan
manajemen yang tidak efektif . Salah satu indikasi adanya peluang yang
disebabkan oleh adanya pemantauan yang tidak efektif adalah pengawasan
oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terhadap proses pelaporan
59
keuangan dan pengendalian intern yang tidak efektif (SPAP, 2013:47). Dalam
hal ini adalah dewan direksi dan komite audit (SAS No. 99, 2002:46).
Skousen et al., (2008:11) dalam penelitiannya menggunakan percentage
of independent audit committe atau IND sebagai proksi dari variabel
ineffective monitoring dan hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan
negatif antara ineffective monitoring dengan kecurangan laporan keuangan.
Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan proporsi komite audit
independen karena mereka merupakan orang diluar perusahaan dan tidak
memiliki kepentingan apapun terhadap keuntungan perusahaan. Selanjutnya,
untuk menghitung percentage of independent audit committe atau IND dapat
menggunakan rumus sebagai berikut: (Skousen et al., 2008:11)
IND =
d. Rationalization
Dalam SPAP (2013:47) rationalization adalah kecurangan yang
disebabkan oleh adanya indikasi manajemen memiliki kepentingan yang
eksesif dalam menjaga atau meningkatkan harga saham atau tren laba entitas.
Untuk menjaga laba yang dimiliki stabil atau meningkat tentu manajemen
memerlukan treatment atau perlakuan tertentu agar laba perusahaan menjadi
terlihat bagus, salah satunya menggunakan diskesionari akrual dalam
manajemen laba. Penggunaan diskresionari akrual menyebabkan suatu
perusahaan mungkin mendapatkan opini quailified audit opinions atau wajar
dengan pengecualian (Skousen et al., (2008:13).
60
Skousen et al., (2008:13) menggunakan opini audit atau audit report
sebagai proksi dari variabel rasionalisasi. Sukirman dan Sari (2013:10) juga
menggunakan opini audit sebagai proksi dari variabel rasionalisasi dan
menemukan terdapat perbedaan yang signifikan pembentuk rasionalisasi
antara perusahaan fraud dan non-fraud. Dalam penelitian ini, peneliti juga
menggunakan opini audit sebagai proksi berdasarkan penelitian sebelumnya
diatas.
Selanjutnya, untuk mengitung opini audit, karena ini merupakan data
kualitatif maka peneliti menggunakan dummy variabel yaitu angka 1 untuk
perusahaan yang mendapatkan opini tanpa modifikasi atau unqualified
opinion (wajar tanpa pengecualian) dan angka 0 untuk perusahaan yang
mendapatkan opini modifikasi lainnya.
e. Auditor Industry Specialization
Auditor spesialis industri adalah auditor yang telah memenuhi syarat
tertentu yaitu menguasi pangsa pasar audit dalam suatu industri tersebut.
Untuk mengukur auditor spesialis industri Balsam et al., (2003:5)
menggunakan industry market share (menggunakan sales klien). Gul et al.,
(2009:12) juga menggunakan volume industri bisnis untuk mengukur auditor
spesialis industri.
Selain itu, ada juga penelitian yang menggunakan aset klien dalam
pengukuran auditor spesialis industri yaitu oleh Sun dan Liu (2013:3).
Siregar, Fitriany, Wibowo dan Anggraita (2011:9) juga menggunakan pangsa
pasar berdasarkan total aset klien dalam penelitiannya. Dalam penelitian ini
61
peneliti menggunakan perbandingan aset klien untuk mengukur auditor
spesialis industri yang dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
(Setiawan dan Fitriany, 2011:8)
SPEC =
x
Suatu KAP dikatakan spesialis jika KAP tersebut menguasai 20% atau
lebih industry market share (Rusmin, 2010:7). Karena data merupakan data
kualitatif maka peneliti menggunakan dummy variabel yaitu angka 1 untuk
perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri dan angka 0 untuk
perusahaan yang diaudit oleh bukan auditor spesialis industri.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel No Variabel Jenis Variabel Indikator Skala
1 Kecurangan Laporan
Keuangan
(Martantya, 2013)
Dependen Variabel dummy, nilai 1
untuk perusahaan fraud,
dan 0 untuk perusahaan
tidak fraud.
Nominal
2 Financial Stability
(Skousen et al.,2008)
Independen ACHANGE = (Total
Asset t – Total Asset t-1 )
/ Total Asset t
Rasio
3 Financial Targets
(Skousen et al.,2008)
Independen ROA = Net Income
before extraordinary
item t-1 / Total Asset t
Rasio
4 Ineffective
Monitoring
(Skousen et al.,2008)
Independen IND = Jumlah anggota
komite audit independen
/ Jumlah total komite
audit
Rasio
5 Rationalization
(Skousen et al.,2008)
Independen Variabel dummy, nilai 1
untuk opini unqualified
opinion, dan 0 untuk
opini modifikasi lainnya.
Nominal
6 Auditor Industry
Specialization
(Setiawan dan
Fitriyani, 2011)
Independen Variabel dummy, nilai 1
untuk perusahaan yang
diaudit oleh auditor
spesialis industri, dan 0
untuk perusahaan yang
diaudit oleh bukan
auditor spesialis industri
Nominal
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
62
Bersambung pada halaman selanjutnya
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan listing Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang terkena sanksi dan kasus oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK). Perusahaan tersebut merupakan entitas yang terkategori dalam
pengelompokkan seluruh industri di BEI. Dalam penelitian ini, laporan
keuangan perusahaan tersebut digunakan sebagai bahan untuk dianalisis oleh
peneliti.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui permohonan permintaan data
kepada OJK secara langsung dengan mendatangi Direktorat Penetapan Sanksi
dan Keberatan Pasar Modal OJK. Perolehan data tersebut dilaksanakan pada
tanggal 15 Oktober 2014. Selajutnya data tersebut dikirim kepada peneliti
melalui email. Data yang peneliti peroleh ialah daftar perusahaan listing BEI
yang terkena sanksi dan kasus tahun 2011-2013. Tabel 4.1 berikut ini
menyajikan data yang diperoleh peneliti dalam pengumpulan data tersebut:
Tabel 4.1
Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013
No Industri Jumlah
1 Agriculture 2
2 Mining 10
3 Basic Industry and Chemicals 13
4 Miscelleneous Industry 3
5 Consumer Goods Industry 1
6 Property, Real Estate and Building Construction 10
63
Tabel 4.1
Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013
No Industri Jumlah
7 Infrasturcture, Utilities, and Transportation 8
8 Finance 2
9 Trade, Service, and Invesment 13
10 Securities Company 2
11 Private Company 10
Total Perusahaan 74
Perusahaan non sekuritas 72
Perusahaan listing equity atau modal 61
Perusahaan sanksi VIII.G.7 dan IX.E.2 37
Perusahaan memiliki laporan keuangan audited 30
Sumber: Data sekunder yang diolah
Peneliti mengambil sampel sebanyak 30 perusahaan dari total 74
perusahaan fraud yang terkena sanksi dan kasus OJK yang tersebar di semua
industri. Dari total tersebut, 72 perusahaan merupakan perusahaan non-
sekuritas dan 61 diantaranya merupakan perusahaan yang terdaftar atau
listing BEI berdasarkan modal atau saham. Selanjutnya peneliti menyeleksi
kembali jumlah tersebut dengan kriteria perusahaan yang melanggar
peraturan Bapepam-LK No. VIII.G.7 dan IX.E.2 didapatkan 37 perusahaan.
Dari jumlah tersebut, terdapat 30 perusahaan yang menerbitkan laporan
keuangan dan tahunannya di situs BEI atau situs resmi perusahaan. Dengan
demikian, sampel 30 perusahaan fraud itulah yang digunakan oleh peneliti
dalam penelitian ini.
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive sampling
dengan judgement sampling. Berdasarkan pada tabel 4.1 diatas, maka dalam
penelitian ini peneliti menggunakan sampel pembanding perusahaan fraud
diatas dengan perusahaan non-fraud. Pemilihan perusahaan pembanding
64
tersebut dilakukan dengan cara memilih perusahaan yang berada pada industri
atau core-business yang sama berdasarkan jumlah aset dan penjualan yang
hampir sama. Berikut adalah data pembanding kedua perusahaan:
Tabel 4.2
Perbandingan Asset dan Sales Perusahaan Fraud dan Non-Fraud
N
o Industry
Fraud Non-Fraud
Asset Sales Asset Sales
1 Agriculture 1213 25 2241 682
2 Mining 19924 11890 23831 19850
3 Basic Industry and Chemicals 17590 20726 4002 4509
4 Miscellaneous Industry 1874 1004 2377 2270
5
Property, Real Estate and Building
Construction 2865 467 2503 430
6 Infrastructure, Utilities, and Transportation 2273 658 3081 2906
7 Finance 2442 210 3382 1124
8 Trade, Service, and Invesment 24845 2940 24869 20857
Total 73026 37920 66286 52628
Sumber: data sekunder yang diolah
Data diatas terdiri dari 30 perusahaan fraud dan 30 perusahaan non-fraud
sebagai data pembanding agar penelitian ini bisa dilakukan. Peneliti akan
menguji sampel tersebut, untuk melihat apakah kedua sampel memiliki
ukuran yang sama. Karena jika ukuran berbeda, maka sampel tersebut tidak
dapat digunakan dalam penelitian ini.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Mann-Whitney U Sampel Penelitian
Analisis yang pertama sebelum menguji variabel penelitian adalah
menguji sampel. Peneliti menguji sampel dengan uji mann-whitney u tetapi
65
sebelum itu peneliti akan melakukan uji normalitas terlebih dahulu dan
hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Uji Normalitas Sampel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,49905374
Most Extreme Differences Absolute ,302
Positive ,262
Negative -,302
Test Statistic ,302
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
Sumber: output SPSS
Tabel 4.3 diatas menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000.
Ini berarti data tidak terdistribusi normal karena nilai signifikansi berada
dibawah 0,05. Oleh karena itu, statistik non-parametrik dapat digunakan
untuk menguji sampel.
Selanjutnya, peneliti menggunakan sampel penelitian yang sama yaitu
terdiri dari 30 perusahaan fraud dan 30 perusahaan non-fraud di uji dengan
menggunakan uji beda non-parametrik atau Mann-Whitney U untuk melihat
karakteristik perusahaan berdasarkan jumlah assets dan sales. Berikut
merupakan tabel dari hasil pengujian tersebut:
Tabel 4.4
Uji Mann- Whitney U
Asset dan Sales Test Statisticsa
Asset Sales
66
Tabel 4.4 menunjukkan nilai signifikansi pada asset dan sales masing-
masing adalah 0,636 dan 0,290. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang
signifikan diantara sampel fraud dan non-fraud yang mengacu pada ukuran
perusahaan berdasarkan jumlah asset dan sales karena memiliki nilai
signifikansi diatas 0,05 atau > 0,05.
Berdasarkan hasil diatas, ini juga dapat berarti bahwa perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki karakteristik assets dan sales
yang sama, tidak terjadi perbedaan jarak yang signifikan diantara kedua
sampel perusahaan tersebut, sehingga dapat disimpulkan perusahaan dapat
dibandingkan dan digunakan dalam penelitian ini.
2. Hasil Uji Mann-Whitney U Variabel Penelitian
Berikutnya, peneliti menguji variabel independen dengan uji mann-
whitney u tetapi sebelum itu peneliti akan melakukan uji normalitas terlebih
dahulu dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Uji Normalitas Variabel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,47954291
Most Extreme Differences Absolute ,246
Mann Whitney U 418,000 378,500
Wilcoxon W 883,000 843,500
Z -,473 -1,057
Asymp. Sig. (2-tailed) ,636 ,290
Sumber: output SPSS
67
Positive ,246
Negative -,230
Test Statistic ,246
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
Sumber: output SPSS
Tabel 4.5 diatas menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000.
Ini berarti data tidak terdistribusi normal karena nilai signifikansi berada
dibawah 0,05. Oleh karena itu, statistik non-parametrik dapat digunakan
untuk menguji variabel independen.
Selanjutnya, penelitian menggunakan sampel yang sama yang peneliti
miliki yaitu 30 perusahaan fraud dan 30 perusahaan non-fraud dan
melakukan uji beda non-parametrik atau mann-whitney u untuk melihat
apakah ada perbedaan yang signifikan diantara kedua sampel dari variabel
tersebut. Berikut merupakan tabel dari hasil pengujian tersebut:
Tabel 4.6
Uji Mann-Whitney U Variabel Independen
Test Statisticsa
ACHANGE ROA IND AUDREPORT SPEC
Mann-Whitney U 296,500 5,500 434,000 405,000 450,000
Wilcoxon W 761,500 700,500 899,000 870,000 915,000
Z -2,270 -3,171 -,626 -1,076 ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,023 ,002 ,531 ,282 1,000
Sumber: output SPSS
Tabel 4.6 menunjukkan signifikansi pada variabel independen dengan
proksi ACHANGE (0,023), ROA (0,002), IND (0,531), AUDREPORT
(0,282), dan SPEC (1,000). Hal ini berarti bahwa ACHANGE dan ROA
perusahaan fraud memiliki perbedaan yang signifikan dengan ACHANGE
dan ROA perusahaan non-fraud, karena memiliki nilai signifikansi dibawah
68
0,05 atau < 0,05. Sedangkan IND, AUDREPORT, dan SPEC perusahaan
fraud tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan IND, AUDREPORT,
dan SPEC perusahaan non-fraud, karena memiliki nilai signifikansi diatas
0,05 atau > 0,05.
Penjelasan lebih lanjut mengenai hasil pengujian diatas akan dijelaskan
dengan uraikan sebagai berikut:
a. Nilai ACHANGE atau persentase perubahan aset berdasarkan hasil
pengujian diatas cenderung memiliki nilai yang berbeda antara
perusahaan fraud dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti terdapat
perbedaan pertumbuhan aset, karena perusahaan fraud cenderung
memiliki ACHANGE yang lebih rendah dibandingkan perusahaan non-
fraud yang menunjukkan kestabilan pada perusahaan fraud tidak terjaga
dan rentan terjadinya kecurangan. Karena nilai ACHANGE yang
merupakan proksi dari variabel financial stability memiliki nilai
perbedaan yang signifikan, maka proksi ini dapat di uji lebih lanjut
dengan menggunakan uji analisis diskriminan.
b. Nilai ROA atau rasio laba terhadap aset berdasarkan hasil pengujian
diatas cenderung memiliki nilai yang berbeda antara perusahaan fraud
dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti terdapat kebijakan
akuntansi yang berbeda atau perbedaan kemampuan antara perusahaan
fraud dan non-fraud, karena perusahaan fraud cenderung memiliki ROA
yang lebih kecil dibandingkan perusahaan non-fraud. Karena nilai ROA
yang merupakan proksi dari variabel financial targets memiliki
69
perbedaan nilai yang signifikan, maka proksi ini dapat di uji lebih lanjut
dengan menggunakan uji analisis diskriminan.
c. Nilai IND atau persentase komite audit independen berdasarkan hasil
pengujian diatas cenderung memiliki nilai yang sama antara perusahaan
fraud dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti setiap perusahaan
telah mematuhi peraturan tentang komposisi komite audit yang salah satu
syaratnya diwajibkan memiliki komite audit independen. Karena nilai
IND yang merupakan proksi dari variabel ineffective monitoring tidak
memiliki perbedaan nilai yang signifikan, maka proksi ini tidak dapat di
uji lebih lanjut dengan menggunakan uji analisis diskriminan dan
hipotesis 3 tidak dapat dijawab atau disimpulkan.
d. Nilai AUDREPORT atau laporan auditor independen yang mendapatkan
opini wajar tanpa pengecualian atau unqualified opinion berdasarkan
hasil pengujian diatas cenderung memiliki nilai yang sama antara
perusahaan fraud dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti setiap
perusahaan yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian tidak
selalu dikategorikan sebagai perusahaan yang bersih, karena opini
tersebut hanya sebatas wajar dalam hal penyajiannya bukan memiliki
kebenaran yang absolut. Karena nilai AUDREPORT yang merupakan
proksi dari variabel rationalization tidak memiliki perbedaan nilai yang
signifikan, maka proksi ini tidak dapat di uji lebih lanjut dengan
menggunakan uji analisis diskriminan dan hipotesis 4 tidak dapat dijawab
atau disimpulkan.
70
Sumber: output SPSS
e. Nilai SPEC atau auditor spesialis industri berdasarkan hasil pengujian
diatas cenderung memiliki nilai yang sama antara perusahaan fraud
dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti setiap auditor memiliki
kemampuan yang sama walaupun auditor tersebut bukan auditor spesialis
industri. Karena perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri
tetap tergolong perusahaan fraud yang terkena sanksi dan kasus OJK.
Karena nilai SPEC yang merupakan proksi dari variabel auditor industry
specialization tidak memiliki perbedaan nilai yang signifikan, maka
proksi ini tidak dapat di uji lebih lanjut dengan menggunakan uji analisis
diskriminan dan hipotesis 5 tidak dapat dijawab atau disimpulkan.
3. Hasil Uji Analisis Diskriminan
Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Variabel yang
dapat diuji dengan analisis diskriminan yaitu variabel yang telah lolos uji
mann-whitney u. Terdapat beberapa tahapan dalam pengujian dengan
menggunakan analisis diskriminan ini yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tests of Equality of Group Means
Ini adalah tahap awal pengujian variabel yang menggunakan analisis
diskriminan. Tahap ini akan menguji apakah means diantara kedua variabel
independen memiliki perbedaan yang signifikan dan hasilnya akan menjawab
hipotesis penelitian. Berikut merupakan dari hasil pengujian tersebut:
Tabel 4.7
Hasil Test of Equality of Group Means
Tests of Equality of Group Means
Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.
ACHANGE ,958 2,569 1 58 ,114
71
ROA ,908 5,892 1 58 ,018
Tabel 4.7 diatas menunjukkan nilai signifikansi ACHANGE dan ROA
masing-masing sebesar 0,114 dan 0,018. Hal ini berarti ACHANGE tidak
nilai perbedaan yang signifikan karena memiliki nilai signifikansi diatas 0,05
atau > 0,05. Sedangkan ROA memiliki perbedaaan yang signifikan karena
memiliki nilai signifikansi dibawah 0,05 atau < 0,05. Penjelasan lebih lanjut
mengenai hasil pengujian diatas akan dijelaskan pada sub bab pembahasan
diakhir bab iv (empat) ini.
b. Wilks’ Lambda
Hasil uji beda diatas juga dapat dibuktikan dengan melihat nilai wilk’s
lambda dan menentukan ada tidaknya perbedaan mean dicriminants score
diantara kedua sampel yang mendukung uji test of equality of group means.
Berikut merupakan dari hasil pengujian tersebut:
Tabel 4.8
Hasil Wilks’ Lambda
Wilks' Lambda
Test of Function(s) Wilks' Lambda Chi-square Df Sig.
1 ,908 5,563 1 ,018
Sumber: ouput SPSS
Tabel 4.8 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,018 yang dapat
berarti nilai mean score diskriminan diantara kedua kelompok memiliki
perbedaan yang signifikan. Nilai diatas dapat juga berarti ROA dapat
mengindentifikasi perusahaan fraud dan non-fraud karena nilai ROA kedua
perusahaan tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Dan hal ini juga
menjelaskan bahwa, hasil pengujian hipotesis pada uji test of equality of
72
group means hasilnya benar signifikan, karena hasil uji wilks’ Lambda
mendukung hasil signifikansi tersebut. Karena hanya ada satu variabel yang
signifikan, maka nilai signifikansi pada uji ini sama dengan test of equality of
group means.
c. Elgenvalues
Hasil berikut akan menunjukkan seberapa besar variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variabel independen. Berikut merupakan dari hasil pengujian
tersebut:
Tabel 4.9
Hasil Elgenvalues
Eigenvalues
Function Eigenvalue % of Variance Cumulative %
Canonical
Correlation
1 ,102a 100,0 100,0 ,304
Sumber: output SPSS
Tabel 4.9 menunjukkan nilai canonical correlation sebesar 0,304 atau
besarnya square canonical correlation (CR2) = (0,304)
2 atau sama dengan
0,0924. Hal ini berarti, dapat disimpulkan bahwa 9% variasi antara kelompok
perusahaan fraud dan non-fraud dapat dijelaskan oleh variabel diskriminan
rasio ROA. Sedangkan sisanya 91% dijelaskan oleh variabel lain diluar
model ini. Karena diluar model ini masih terdapat variabel yang memiliki
kemungkinan dapat mengidentifikasi sampel seperti financial stability.
d. Canonical Discriminant Function Coefficients
73
Selajutnya, analisis diskriminan ini akan menghasilkan suatu koefisien
yang membentuk fungsi diskriminan. Berikut merupakan dari hasil pengujian
tersebut:
Tabel 4.10
Hasil Function Coefficients
Canonical Discriminant
Function Coefficients
Function
1
ROA 7,271
(Constant) -,153
Sumber: output SPSS
Tabel 4.10 menyajikan persamaan estimasi fungsi diskrimninan
unstandarized yang dapat dilihat dari output canonical discriminant function
coefficients dengan persamaan sebagai berikut:
Z = -0,153 + 7,271 ROA
Hasil ini dapat digunakan untuk mendapatkan nilai diskriminan yang
akan menentukan sampel akan masuk kedalam kelompok perusahaan fraud
atau perusahaan non-fraud dengan memasukkan nilai ROA perusahaan
dengan melihat hasil casewise result.
e. Functions at Group Centroids
74
Hasil dari analisis diskriminan ini juga akan menghasilkan suatu fungsi
untuk menentukan score cut off atau batas sampel masuk kedalam kelompok
fraud atau non-fraud. Berikut merupakan dari hasil pengujian tersebut:
Tabel 4.11
Hasil Function at Group Centroids
Functions at Group Centroids
Perusahaan
Function
1
Non-Fraud ,313
Fraud -,313
Sumber: output SPSS
Tabel 4.11 menunjukkan nilai fungsi perusahan non-fraud dan fraud
masing-masing sebesar 0,313 dan -0,313. Selanjutnya nilai score cut off dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
score cut off = ( ) ( )
= 0
Maka, berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan, Jika:
a. nilai > 0, maka perusahaan masuk kelompok perusahaan fraud.
b. nilai < 0, maka perusahaan masuk kelompok persahaan non-fraud.
f. Classification Result
Bagian terakhir dari analisis diskriminan adalah pengklasifikasian
kelompok. Hasil ini akan menunjukkan seberapa tepat pengklasifikasian
kelompok tersebut berdasarkan variabel independen. Berikut merupakan dari
hasil pengujian tersebut:
Tabel 4.12
Hasil klasifikasi
Classification Resultsa
Perusahaan Predicted Group Membership Total
75
Sumber: output SPSS
Non-Fraud Fraud
Original Count Non-Fraud 24 6 30
Fraud 11 19 30
% Non-Fraud 80,0 20,0 100,0
Fraud 36,7 63,3 100,0
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa analisis diskriminan mampu menentukan
sampel sebesar 24 perusahaan masuk kategori non-fraud dan 19 perusahaan
masuk kategori fraud. Klasifikasi tersebut dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Percentage classification = ( )
x 100% = 71,66%
Hal ini menunjukkan bahwa model dapat mengidentifikasi sampel dan dapat
mengklasifikasikannya dengan ketetapan yang tinggi yaitu sebesar 71,66%.
C. Pembahasan
1. Financial stability dengan kecurangan laporan keuangan
Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan analisis diskriminan
menunjukkan variabel financial stability yang diproksikan dengan change in
assets atau ACHANGE memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,114.
Meskipun pada tahap awal pengujian beda antar variabel menunjukkan
perbedaan yang signifikan tetapi ternyata ketika di uji dengan variabel
dependen untuk membedakan perusahaan fraud dan non-fraud dengan
analisis diskriminan variabel tidak mampu membedakan kedua perusahaan
tersebut. Hal ini menunjukkan setiap perusahaan memiliki kecenderungan
pertumbuhan aset yang sama, walaupun perusahaan fraud memiliki nilai yang
76
lebih rendah tapi tetap variabel tersebut tidak dapat membedakan antara
perusahaan fraud dengan perusahaan non-fraud.
Melihat hasil pengujian dalam penelitian ini, nilai perubahan aset yang
dimiliki oleh perusahaan fraud dan perusahaan non-fraud cenderung sama.
Tinggi rendahnya stabilitas keuangan perusahaan dalam hal ini tidak
menyebabkan manajemen otomatis akan melakukan kecurangan untuk
meningkatkan stabilitas perusahaan. Rasio perubahan aset merupakan analisis
yang biasa digunakan untuk melihat stabilitas keuangan perusahaan apakah
disetiap tahunnya perusahaan dapat meningkatkan aset yang dimilikinya, dan
dalam hal ini mencerminkan kinerja yang bagus dari perusahaan dan dengan
kata lain perusahaan memiliki kondisi yang bagus dan stabil. Nilai dari rasio
tersebut ternyata dalam penelitian ini tidak dapat menjadi acuan suatu
perusahaan melakukan fraud atau tidak. Karena ada faktor lain yang dapat
mempengaruhi stabilitas keuangan perusahaan selain faktor yang berasal dari
dalam perusahaan. Faktor yang berasal dari luar perusahaan seperti
lingkungan bisnis juga dapat mempengaruhi stabilitas keuangan. Karena
lingkungan bisnis meliputi faktor-faktor diluar perusahaan yang dapat
menimbulkan peluang atau ancaman bagi perusahaan (Wispandono, 2010:3).
Bisa saja saat perusahaan memiliki stabilitas keuangan yang rendah, ternyata
perusahaan sejenis di industri yang sama juga memiliki stabilitas yang
rendah. Sehingga hal ini tidak menjadi kekhawatiran manajemen akan
kehilangan investor mereka karena kondisi ini dialami juga oleh pesaing
mereka.
77
Dari hasil pengujian diatas juga, dapat dikatakan variabel financial
stability yang diproksikan dengan ACHANGE tidak mampu mengidentifikasi
mana perusahaan yang termasuk dalam kategori fraud dan mana perusahaan
yang termasuk kategori non-fraud. Sehingga variabel financial stability
dalam penelitian ini disimpulkan tidak dapat mendeteksi kecurangan laporan
keuangan dan hipotesis 1 atau H1 ditolak.
Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ratmono et al.,
(2013:13), dimana ia menemukan financial stability yang diproksikan dengan
ACHANGE tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan.
Akan tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Skousen et al., (2008:22) dan Kusumawardhani (2012:17)
yang menemukan bahwa financial stability yang diproksikan dengan
ACHANGE memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan.
2. Financial targets dengan kecurangan laporan keuangan
Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan analisis diskriminan
menunjukkan variabel financial targets yang diproksikan dengan return on
assets atau ROA memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,018. Hal ini berarti
terdapat motif yang berbeda diantara kedua perusahaan tersebut, karena
perusahaan fraud cenderung memiliki ROA yang lebih rendah dibandingkan
perusahaan non-fraud. Kondisi demikian akan memberikan tuntutan kepada
manajemen untuk mencapai target laba yang setidaknya sama dengan yang
78
diperoleh tahun sebelumnya sehingga menjadikan manajemen terpacu untuk
melakukan suatu tindak kecurangan laporan keuangan (Daljono, 2013:10).
Selanjutnya, menurut Anshar (2012:2) kecurangan pelaporan keuangan
sering digunakan oleh perusahaan yang mengalami krisis finansial dan yang
dimotivasi oleh oportunisme yang salah arah (misguided opportunism). Dapat
kita pahami bahwa kecurangan muncul karena adanya krisis yang dialami
oleh suatu perusahaan.
Melihat hasil pengujian dalam penelitian ini, perusahan fraud memiliki
nilai ROA yang rendah diakibatkan oleh rendahnya laba yang dapat
dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini dapat mengakibatkan manajemen harus
bekerja lebih keras agar dapat memperbaiki kondisi keuangan perusahaan
yang sedang tidak sehat. Karena salah satu indikator dalam menilai kinerja
suatu perusahaan adalah dari nilai rasio profitabilitasnya atau ROA (Antari
dan Dana, 2012:4). Motif-motif seperti inilah yang dapat menyebabkan
adanya tekanan yang dihadapi manajemen dalam menjalankan tugasnya.
Disatu sisi manajemen harus membuat perusahaan berada dalam kondisi
keuangan yang bagus, dan disisi lain manajemen juga tetap pada koridor
peraturan yang ada agar terciptanya good corporate governance (GCG). Oleh
karena itu, disini manajemen akan mulai melakukan manipulasi terhadap
kebijakan akuntansi dan laporan keuangan dan membuat seminimal mungkin
manipulasi tersebut dapat disembunyikan dan tidak terdeteksi oleh auditor.
Dari hasil pengujian diatas juga, dapat dikatakan variabel financial
targets yang diproksikan dengan ROA mampu mengidentifikasi mana
79
perusahaan yang termasuk dalam kategori fraud dan mana perusahaan yang
termasuk kategori non-fraud. Sehingga variabel financial targets dalam
penelitian disimpulkan dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan dan
hipotesis 2 atau H2 diterima.
Temuan mendukung penelitian yang dilakukan oleh Martantya (2013:10)
dimana ia menemukan perusahaan yang melakukan kecurangan cenderung
memiliki ROA lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
melakukan kecurangan. Dalam penelitian lain, Anshar (2012:20) juga
menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan.
Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Skousen et al., (2008:20) dan Sukirman (2013:24) karena
dalam penelitian mereka variabel financial targets yang diproksikan oleh
ROA ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan.
80
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui financial targets, financial
stability, ineffective monitoring, rationalization, dan auditor industry
specialization dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 60 perusahaan yang terdiri dari 30 perusahaan fraud
dan 30 perusahaan non-fraud. Sampel perusahaan fraud ialah perusahaan
yang terkena sanksi dan kasus Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2011-
2013 berdasarkan pelanggaran peraturan Bapepam-LK No. IX.E.2 dan
VIII.G.7. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang
telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan analisis
diskriminan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis diskriminan, financial stability pada
perusahaan fraud tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan
perusahaan non-fraud. Hal ini berarti financial stability tidak dapat
mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Ratmono et al., (2013:13) dan Sukirman dan Sari
(2013:23) yang tidak menemukan pengaruh signifikan antara financial
stability terhadap kecurangan laporan keuangan. Tetapi hasil ini tidak
mendukung hasil penelitian Kusumawardhani (2012:17) dan Skousen et
al., (2008:17).
82
2. Berdasarkan hasil analisis diskriminan, financial targets pada perusahaan
fraud memiliki perbedaan yang signifikan dengan perusahaan non-fraud.
81
Hal ini berarti financial targets dapat mendeteksi kecurangan laporan
keuangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Anshar (2012:17) dan Martantya (2013:10) yang menemukan pengaruh
yang signifikan financial targets terhadap kecurangan laporan keuangan.
Tetapi hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Skousen et al.,
(2008:31) dan Sukirman dan Sari (2013:24).
B. Saran
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih baik lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai
beberapa hal diantaranya:
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah sampel
penelitian perusahaan fraud menjadi lebih banyak dan tahun pengamatan
penelitian yang lebih lama antara 5 sampai 10 tahun.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi internal
kontrol sebagai proksi dari variabel opportunity karena belum banyak
penelitian yang menggunakan proksi internal kontrol untuk data sekunder
dan mencari proksi lain untuk variabel rationalization.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data perusahaan
yang terkena kasus setiap tahun minimal 2 tahun untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik.
82
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Naufal. “Pengaruh Kualitas Auditor, Debt to Asset dan Ukuran
Perusahaan terhadap Manajemen Laba” (Studi Empiris Pada Perusahaan
Sector Aneka Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-
2012). 2013.
American Institue of Certified Public Accountants (AICPA). “Statement of
Auditing Standard No. 99”. 2002.
American Institue of Certified Public Accountants (AICPA). “Statement of
Auditing Standard No. 73 (AU Section 336)”. 2011.
Amina, Zaidatul. “Kajian Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia:
Melihat dari Pengalaman di Negara Lain”. 2012.
Antari dan Dana. “Pengaruh Struktur Modal, Kepemilikan Manajerial, dan
Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan”. 2012.
Antonia, Edgina. “Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi
Komite Audit Independen terhadap Manajemen Laba”. 2008.
Anshar, Muhammad. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan
Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Publik di Indonesia”. 2012.
Association of Certified Public Accountans (ACFE). “Fraud Examiners Manual
(International Edition)”. New York. 2014.
Balsam, Krishnan, & Yang. “Auditor Industry Specialization and Earnings
Quality”. Auditing: A Journal of Practice & Theory. 2003.
Chen dan Elder. “Fraud Risk Factors and the Likelohood of Fraudulent Financial
Reporting: Evidence from Statement on Auditing Standards No. 43 in
Taiwan”. 2007.
Fimanaya. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Laporan
Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011)”. 2014
Ghazali, Imam. “Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update
PLS Regresi Edisi 7”. Semarang: Badan Penerbit Unvinersitas Dipenogoro.
2013.
Gul, Fung, & Jaggi. “Earnings Quality: Some Evidence on the Role of Auditor
Tenure and Auditors’ Industry Expertise”. 2009.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). “Standar Profesional Akuntan Publik”.
Jakarta: Salemba Empat. 2013.
Indriantoro dan Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi &
Manajemen Edisi Pertama”. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. 2002.
83
Januarsi, Yeni. “Peran Auditor Spesialis Industri dalam Mengurangi Manajemen
Laba Akrual dan Manajemen Laba Real pada Perioda Sebelum dan Setelah
Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002”. 2008.
Junius dan Fitriyani. “Pengaruh Audit Capacity Stress, Pendidikan Profesi
Lanjutan (PPL), Ukuran KAP, Spesialisasi, terhadap Manajemen Laba
Akrual dan Manipulasi Aktivitas Riil”. 2011.
Krishnan, Gopal V. “Does Big 6 Auditor Industry Expertise Constrain Earnings
Management?”. 2003.
Kurniawati dan Raharja. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial
Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle”. 2011.
Kusumawardhani, Prisca. “Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis
Fraud Triangle pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI”. 2012.
Lou dan Wang. “Fraud Risk Factor of the Fraud Triangle Assessing the
Likelihood of Fraudulent Financial Reporting”. 2009
Martantya, Daljono. “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui
Faktor Risiko Tekanan dan Peluang (Studi Kasus pada Perusahaan yang
Mendapat Sanksi dari Bapepam Periode 2002-2006)”. 2013.
Manao, Hekinus. “Laporan Keuangan Kereta Api Diduga Salah” artikel diakses
tanggal 1 April 2015, pukul 14.39 dari http : / /www. tempo. co / read /news
/2006 /08/07/05681332/Laporan-Keuangan-Kereta-Api-Diduga-Salah
Mubarok dan Dewi. “Analisis Kinerja Keuangan dan Perusahaan dengan Metode
Economic Value Added (EVA) (Studi Kasus Perusahaan Otomotif Go
Publik“. 2010.
Neal dan Riley. “Auditor Industry Specialist Research Design”. Auditing: A
Journal of Practice & Theory. 2004.
Nurhaida. “OJK Sudah Periksa 75 Emiten Pasar Modal” artikel diakses tanggal
25 Maret 2015, pukul 11.34 dari http : // economy.okezone.com / read / 2014
/ 08 /14/278/1024496/ojk-sudah-periksa-75-emiten-pasar-modal.
Nuryaman. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”. 2008.
Otoritas Jasa Keuangan. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan”. 2011.
Priantara, Diaz. “Fraud Auditing & Investigation”. Jakarta: Mitra Wacana Media.
2013.
Puspatrisnanti dan Fitriyani. “Analisis Hubungan Manajemen Laba dan Fraud
dalam Laporan Keuangan”. 2014.
84
Ratmono, Dwi. “Manajemen Laba Riil dan Berbasis Akrual: Dapatkah Auditor
yang Berkualitas Mendeteksinya?”. 2010.
Ratmono, Avrie, & Purwanto. “Dapatkan Teori Fraud Triangle Menjelaskan
Kecurangan dalam Laporan Keuangan”. 2013.
Rezaee, Zabihollah. “Financial Statement Fraud. Prevention and Detection”.
New York: John Wiley & Sons, Inc. 2002.
Rusmin, Rusmin. “Auditor Quality And Earnings Management: Singaporean
Evidence”. 2010.
Santoso, Singgih. “Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS Edisi
Revisi”. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2014.
Santoso, Singgih. “Statistik NonParametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS
Edisi Revisi”. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2014.
Sawega, Ngalim. “85 Perusahaan Efek Kena Kartu Kuning selama 2012” artikel
diakses tanggal 25 Maret 2015, pukul 11.34 dari http : // bisnis.liputan6.com /
read/476820/85-perusahaan-efek-kena-kartu-kuning-selama-2012
Sekaran, Uma. “Research Methods for Business Metodologi Penelitian untuk
Bisnis Edisi 4 Buku 2”. Jakarta: Salemba Empat. 2006.
Setiawan dan Fitriany. “Pengaruh Workload dan Spesialisasi Auditor terhadap
Kualitas Audit dengan Kualitas Komite Audit sebagai Variabel Moderasi”.
2011.
Siregar, Fitriany, Wibowo, dan Anggraita. “Rotasi dan Kualitas Audit: Evaluasi
atas Kebijakan Menteri Keuangan KMK No. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa
Akuntan Publik”. 2011.
Skousen dan Wright. “Contemporaneous Risk Factors and the Prediction of
Financial Statement Fraud”. 2006.
Skousen, Smith, & Wright. “Detecting and Predicting Financial Statement
Fraud: the Effectiveness of the Fraud Triangle and SAS No. 99”. 2008.
Sun dan Liu. “Auditor Industry Specialization, Board Governance and Earnings
Management”. 2013.
Tuanakotta, Theodorus M. “Akuntansi Forensik & Audit Investigatif”. Jakarta:
Salemba Empat. 2014.
Wilopo. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha
Milik Negara Di Indonesia ”. 2006.
Wispandono. “Pengaruh Lingkungan Bisnis terhadap Kinerja Pengrajin Industri
Batik di Kabupaten Bangkalan”. 2010.
85
LAMPIRAN PENELITIAN
Lampiran Auditor Spesialis Industri
1 Agriculture Auditor Spesialis Industri:
2011: EY, Moorestephens
2012: EY, Moorestephens
2013: EY, Moorestephens
86
No KAP 2013 2012 2011
1 EY 0,380162 0,354118 0,358496
2 PwC 0,107031 0,101953 0,098251
3 BDO 0,159233 0,157649 0,181636
4 Moorestephens 0,220263 0,229665 0,231888
2 Mining
No KAP 2013 2012 2011
1 EY 0,088290 0,137824 0,124221
2 PwC 0,493417 0,475565 0,531781
3 Mazars 0,265762 0,272033 0,306223
3 Basic Industry and Chemicals
No KAP 2013 2012 2011
1 EY 0,255744 0,300429 0,361131
2 Deloitte 0,254369 0,169517 0,178707
3 RSM 0,023334 0,097837 0,017002
4 Mazars 0,306185 0,293913 0,303496
4 Miscelleneous Industry
No KAP 2013 2012 2011
1 EY 0,128289 0,109208 0,099600
2 PwC 0,674678 0,696276 0,697465
3 Deloitte 0,105764 0,103884 0,132798
4 PKF 0,013081 0,004279 0,007955
5 Consumer Goods Industry
No KAP 2013 2012 2011
1 EY 0,439254 0,419470 0,427700
2 PwC 0,201416 0,218613 0,197063
3 KPMG 0,195834 0,195063 0,218589
6 Property, Real Estate, & Building Construction
No KAP 2013 2012 2011
1 EY 0,164899 0,155304 0,196857
2 RSM 0,202032 0,215795 0,167286
Auditor Spesialis Industri:
2011: PwC, Mazars
2012: PwC, Mazars
2013: PwC, Mazars
Auditor Spesialis Industri:
2011: EY, Mazars
2012: EY, Mazars
2013: EY, Mazars, Deloitte
Auditor Spesialis Industri:
2011: PwC
2012: PwC
2013: PwC
Auditor Spesialis Industri:
2011: EY, KPMG
2012: EY, PwC
2013: EY, PwC
87
3 Deloitte 0,113808 0,112980 0,123405
4 Moorestephens 0,148352 0,151382 0,172736
7 Infrastructure, Utilities, & Transportation
No KAP 2013 2012 2011
1 EY 0,510295 0,682827 0,248476
2 Deloitte 0,174873 0,199904 0,186739
3 PwC 0,079678 0,084071 0,342149
4 RSM 0,079345 0,074887 0,023260
8 Finance
No KAP 2013 2012 2011
1 EY 0,347146 0,348849 0,492584
2 PwC 0,371952 0,373607 0,277555
3 Deloitte 0,043670 0,044687 0,003702
4 KPMG 0,162666 0,172200 0,115872
9 Trade, Services & Investment
No KAP 2013 2012 2011
1 EY 0,256324 0,232874 0,229811
2 PwC 0,149225 0,175300 0,191449
3 Deloitte 0,182168 0,213665 0,172574
4 RSM 0,100906 0,093968 0,113590
Auditor Spesialis Industri:
2011: tidak ada
2012: RSM
2013: RSM
Auditor Spesialis Industri:
2011: EY, PwC
2012: EY
2013: EY
Auditor Spesialis Industri:
2011: EY, PwC
2012: EY, PwC
2013: EY, PwC
Auditor Spesialis Industri:
2011: EY
2012: EY, Deloitte
2013: EY
88
Lampiran Kertas Kerja (Worksheet) Penelitian
Fraud ACHANGE ROA IND AUDRPT SPEC
1 0,089 0,027 1,000 1 0
2 0,196 0,127 0,714 1 0
3 -0,040 0,123 1,000 1 0
4 -0,074 0,023 1,000 1 0
5 0,656 0,002 1,000 1 0
6 0,072 0,074 1,000 1 0
7 -1,577 -0,869 0,667 0 0
8 -0,112 0,192 1,000 1 0
9 0,332 -0,002 1,000 0 0
10 0,010 0,007 1,000 1 0
11 -0,015 0,036 1,000 1 0
12 0,026 -0,003 1,000 1 0
13 0,086 0,029 1,000 1 0
14 0,055 -0,066 1,000 1 0
15 0,188 0,012 1,000 1 0
16 -0,096 -0,085 1,000 0 0
17 0,007 0,013 1,000 1 1
18 -0,146 -0,023 1,000 1 0
19 0,131 0,111 1,000 1 0
20 -0,186 -0,105 1,000 0 1
21 -0,252 -0,214 1,000 1 0
22 -0,025 0,014 1,000 1 0
23 0,886 -0,004 1,000 1 0
24 0,899 0,009 1,000 1 0
25 0,089 0,029 1,000 1 1
26 0,078 0,038 1,000 1 1
27 -0,167 -0,026 1,000 1 1
28 -1,031 -0,067 1,000 0 0
29 0,023 0,012 1,000 1 0
30 -0,053 -0,077 1,000 0 0
89
Non-Fraud ACHANGE ROA IND AUDRPT SPECC
1 0,182 0,100 1,000 1 0
2 0,979 0,136 1,000 1 0
3 -0,021 0,093 1,000 1 0
4 0,828 0,120 1,000 1 0
5 0,275 0,030 1,000 1 0
6 0,014 0,084 1,000 1 0
7 -0,127 0,041 1,000 0 1
8 0,023 -0,107 1,000 0 0
9 0,100 0,121 1,000 1 0
10 0,055 0,019 1,000 1 0
11 0,162 0,025 1,000 1 0
12 0,133 0,069 1,000 1 0
13 0,139 0,022 0,800 1 1
14 -0,025 -0,070 1,000 1 0
15 0,077 0,104 1,000 1 1
16 0,023 0,004 1,000 1 0
17 0,068 -0,013 1,000 1 0
18 0,076 -0,094 1,000 1 1
19 0,057 0,300 1,000 1 0
20 0,110 0,066 1,000 1 0
21 0,153 0,198 1,000 1 0
22 0,289 0,054 1,000 1 0
23 -0,071 0,059 1,000 1 0
24 0,161 0,111 1,000 1 0
25 -0,007 0,081 1,000 0 0
26 0,136 0,107 1,000 1 1
27 0,023 0,077 1,000 1 0
28 0,125 0,030 1,000 1 0
29 0,283 0,075 1,000 1 0
30 0,304 0,081 1,000 1 0
Lampiran Output Hasil Pengujian Data
90
Hasil Uji Normalitas Sampel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,49905374
Most Extreme Differences Absolute ,302
Positive ,262
Negative -,302
Test Statistic ,302
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Hasil Uji Mann-Whitney U Asset dan Sales
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
Asset Non-Fraud 30 31,57 947,00
Fraud 30 29,43 883,00
Total 60
Sales Non-Fraud 30 32,88 986,50
Fraud 30 28,12 843,50
Total 60
Test Statisticsa
Asset Sales
Mann-Whitney U 418,000 378,500
Wilcoxon W 883,000 843,500
Z -,473 -1,057
Asymp. Sig. (2-tailed) ,636 ,290
a. Grouping Variable: Perusahaan
Hasil Uji Normalitas Variabel
91
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,47954291
Most Extreme Differences Absolute ,246
Positive ,246
Negative -,230
Test Statistic ,246
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Hasil Uji Mann-Whitney U Variabel
Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks
ACHANGE Non-Fraud 30 35,62 1068,50
Fraud 30 25,38 761,50
Total 60
ROA Non-Fraud 30 37,65 1129,50
Fraud 30 23,35 700,50
Total 60
IND Non-Fraud 30 31,03 931,00
Fraud 30 29,97 899,00
Total 60
AUDREPORT Non-Fraud 30 32,00 960,00
Fraud 30 29,00 870,00
Total 60
SPEC Non-Fraud 30 30,50 915,00
Fraud 30 30,50 915,00
Total 60
Test Statisticsa
ACHANGE ROA IND AUDREPORT SPEC
92
Mann-Whitney U 296,500 235,500 434,000 405,000 450,000
Wilcoxon W 761,500 700,500 899,000 870,000 915,000
Z -2,270 -3,171 -,626 -1,076 ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,023 ,002 ,531 ,282 1,000
a. Grouping Variable: Perusahaan
Hasil Uji Analisis Diskriminan
Analysis Case Processing Summary
Unweighted Cases N Percent
Valid 60 100,0
Excluded Missing or out-of-range group
codes 0 ,0
At least one missing
discriminating variable 0 ,0
Both missing or out-of-range
group codes and at least one
missing discriminating variable
0 ,0
Total 0 ,0
Total 60 100,0
Group Statistics
Perusahaan
Valid N (listwise)
Unweighted Weighted
Non-Fraud ACHANGE 30 30,000
ROA 30 30,000
Fraud ACHANGE 30 30,000
ROA 30 30,000
Total ACHANGE 60 60,000
ROA 60 60,000
Tests of Equality of Group Means
Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.
ACHANGE ,958 2,569 1 58 ,114
ROA ,908 5,892 1 58 ,018
Variables Entered/Removeda,b,c,d
93
Step Entered
Wilks' Lambda
Statistic df1 df2 df3
Exact F
Statistic df1 df2 Sig.
1 ROA ,908 1 1 58,000 5,892 1 58,000 ,018
At each step, the variable that minimizes the overall Wilks' Lambda is entered.
a. Maximum number of steps is 4.
b. Maximum significance of F to enter is .05.
c. Minimum significance of F to remove is .10.
d. F level, tolerance, or VIN insufficient for further computation.
Variables in the Analysis
Step Tolerance
Sig. of F to
Remove
1 ROA 1,000 ,018
Variables Not in the Analysis
Step Tolerance Min. Tolerance Sig. of F to Enter Wilks' Lambda
0 ACHANGE 1,000 1,000 ,114 ,958
ROA 1,000 1,000 ,018 ,908
1 ACHANGE ,648 ,648 ,849 ,907
Wilks' Lambda
Step
Number of
Variables Lambda df1 df2 df3
Exact F
Statistic df1 df2 Sig.
1 1 ,908 1 1 58 5,892 1 58,000 ,018
Eigenvalues
Function Eigenvalue % of Variance Cumulative %
Canonical
Correlation
1 ,102a 100,0 100,0 ,304
a. First 1 canonical discriminant functions were used in the analysis.
Wilks' Lambda
94
Test of Function(s) Wilks' Lambda Chi-square df Sig.
1 ,908 5,563 1 ,018
Standardized
Canonical
Discriminant
Function Coefficients
Function
1
ROA 1,000
Structure Matrix
Function
1
ROA 1,000
ACHANGEa ,593
Pooled within-groups
correlations between
discriminating variables and
standardized canonical
discriminant functions
Variables ordered by absolute
size of correlation within
function.
a. This variable not used in the
analysis.
Canonical Discriminant
Function Coefficients
Function
1
ROA 7,271
(Constant) -,153
Unstandardized coefficients
Functions at Group
Centroids
95
Perusahaan
Function
1
Non-Fraud ,313
Fraud -,313
Unstandardized canonical
discriminant functions
evaluated at group means
Classification Processing Summary
Processed 60
Excluded Missing or out-of-range group
codes 0
At least one missing
discriminating variable 0
Used in Output 60
Prior Probabilities for Groups
Perusahaan Prior
Cases Used in Analysis
Unweighted Weighted
Non-Fraud ,500 30 30,000
Fraud ,500 30 30,000
Total 1,000 60 60,000
96
Casewise Statistics
Case
Number Actual Group
Highest Group Second Highest Group
Discriminant
Scores
Predicted Group
P(D>d | G=g)
P(G=g | D=d)
Squared
Mahalanobis
Distance to
Centroid Group P(G=g | D=d)
Squared
Mahalanobis
Distance to
Centroid Function 1
p Df
Original 1 1 0** ,787 1 ,507 ,073 1 ,493 ,127 ,044
2 1 0** ,647 1 ,618 ,209 1 ,382 1,175 ,771
3 1 0** ,668 1 ,614 ,183 1 ,386 1,113 ,742
4 1 0** ,765 1 ,502 ,089 1 ,498 ,108 ,015
5 1 1 ,861 1 ,522 ,031 0 ,478 ,204 -,138
6 1 0** ,943 1 ,560 ,005 1 ,440 ,488 ,385
7 1 1 ,000 1 ,983 37,914 0 ,017 46,024 -6,471
8 1 0** ,352 1 ,686 ,865 1 ,314 2,423 1,243
9 1 1 ,884 1 ,526 ,021 0 ,474 ,231 -,167
10 1 1 ,832 1 ,516 ,045 0 ,484 ,172 -,102
11 1 0** ,838 1 ,517 ,042 1 ,483 ,178 ,109
12 1 1 ,890 1 ,527 ,019 0 ,473 ,238 -,174
13 1 0** ,799 1 ,509 ,065 1 ,491 ,138 ,058
14 1 1 ,750 1 ,598 ,102 0 ,402 ,895 -,633
97
15 1 1 ,804 1 ,510 ,061 0 ,490 ,143 -,065
16 1 1 ,647 1 ,618 ,209 0 ,382 1,175 -,771
17 1 1 ,799 1 ,509 ,065 0 ,491 ,138 -,058
18 1 1 ,995 1 ,550 ,000 0 ,450 ,401 -,320
19 1 0** ,733 1 ,601 ,116 1 ,399 ,936 ,654
20 1 1 ,547 1 ,640 ,363 0 ,360 1,512 -,916
21 1 1 ,163 1 ,745 1,947 0 ,255 4,088 -1,709
22 1 1 ,793 1 ,508 ,069 0 ,492 ,133 -,051
23 1 1 ,895 1 ,528 ,017 0 ,472 ,245 -,182
24 1 1 ,821 1 ,514 ,051 0 ,486 ,160 -,087
25 1 0** ,799 1 ,509 ,065 1 ,491 ,138 ,058
26 1 0** ,849 1 ,519 ,036 1 ,481 ,191 ,124
27 1 1 ,977 1 ,553 ,001 0 ,447 ,429 -,342
28 1 1 ,744 1 ,599 ,107 0 ,401 ,909 -,640
29 1 1 ,804 1 ,510 ,061 0 ,490 ,143 -,065
30 1 1 ,690 1 ,610 ,159 0 ,390 1,052 -,713
31 0 0 ,794 1 ,589 ,068 1 ,411 ,788 ,574
32 0 0 ,601 1 ,628 ,273 1 ,372 1,321 ,836
33 0 0 ,834 1 ,581 ,044 1 ,419 ,700 ,523
34 0 0 ,684 1 ,611 ,165 1 ,389 1,067 ,720
35 0 0 ,804 1 ,510 ,061 1 ,490 ,143 ,065
98
36 0 0 ,885 1 ,571 ,021 1 ,429 ,595 ,458
37 0 0 ,867 1 ,523 ,028 1 ,477 ,210 ,145
38 0 1** ,537 1 ,642 ,381 0 ,358 1,548 -,931
39 0 0 ,679 1 ,612 ,171 1 ,388 1,082 ,727
40 0 1** ,765 1 ,502 ,089 0 ,498 ,108 -,015
41 0 0 ,776 1 ,505 ,081 1 ,495 ,117 ,029
42 0 0 ,972 1 ,554 ,001 1 ,446 ,439 ,349
43 0 0 ,760 1 ,501 ,094 1 ,499 ,103 ,007
44 0 1** ,728 1 ,602 ,121 0 ,398 ,951 -,662
45 0 0 ,772 1 ,593 ,084 1 ,407 ,841 ,603
46 0 1** ,849 1 ,519 ,036 0 ,481 ,191 -,124
47 0 1** ,947 1 ,539 ,004 0 ,461 ,314 -,247
48 0 1** ,601 1 ,628 ,273 0 ,372 1,321 -,836
49 0 0 ,086 1 ,781 2,942 1 ,219 5,484 2,028
50 0 0 ,989 1 ,551 ,000 1 ,449 ,410 ,327
51 0 0 ,330 1 ,691 ,948 1 ,309 2,561 1,287
52 0 0 ,941 1 ,538 ,005 1 ,462 ,306 ,240
53 0 0 ,970 1 ,543 ,001 1 ,457 ,348 ,276
54 0 0 ,733 1 ,601 ,116 1 ,399 ,936 ,654
55 0 0 ,902 1 ,568 ,015 1 ,432 ,562 ,436
56 0 0 ,755 1 ,597 ,097 1 ,403 ,881 ,625
99
57 0 0 ,925 1 ,563 ,009 1 ,437 ,519 ,407
58 0 0 ,804 1 ,510 ,061 1 ,490 ,143 ,065
59 0 0 ,937 1 ,561 ,006 1 ,439 ,498 ,393
60 0 0 ,902 1 ,568 ,015 1 ,432 ,562 ,436
**. Misclassified case
100
Lampiran Surat Penelitian
101
Surat Penelitian dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
102