Post on 05-Dec-2014
description
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan
menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya seperti
mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai
kelompok dan jenis, sehingga diperlukan suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian. Hal
itu Nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman, menimbulkan
penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai pada kematian. Pengendalian mikroorganisme
sangat esensial dan penting di dalam industri dan produksi pangan, obat-obatan, kosmetika dan
lainnya. Alasan utama pengendalian organisme adalah :
1) Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.
2) Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi
3) Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1.Mendefinisikan Pengendalian Mikroorganisme secara kimia
2. Mengetahui Istilah-istilah yang terdapat pada pengendalian mikroorganisme secara kimia
3. Menjelaskan Zat Kimia Pengendalian mikroorganisme
4. Menjelaskan Disinfektan dan Antiseptik
5. Manajemen
2
BAB II. PEMBAHASAN
1. Pengendalian Mikroorganisme secara kimia
Dasar - dasar Pengendalian
Berbagai macam sarana proses fisik telah tersedia untuk mengendalikan populasi mikroba.
Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara mematikan mikro-organisme, menghambat
pertumbuhan dan metabolismenya, atau secara fisik menyingkirkannya. Cara pengendalian mana
yang digunakan tergantung kepada keadaan yang berlaku pada situasi tertentu.
Pemberian suhu tinggi/terutama pada uap bertekanan, merupakan salah satu cara yang paling
efisien dan efektif untuk mensterilkan sesuatu bahan. Namun demikian bahan-bahan tertentu yang
biasa digunakan di laboratorium, rumah-rumah penduduk, dan rumah-rumah sakit mudah rusak
bila dikenai suhu tinggi. Prosedur sterilisasi pilihan seperti radiasi, penggunaan berkas elektron,
atau penyaringan harus digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang akan rusak bila diberi
suhu tinggi.
Tersedia berbagai zat kimia dipakai untuk mengendalikan mikroorganisme. Penting sekali
memahami ciri-ciri pembeda masing-masing zat ini dan organisme yang dapat dikendalikannya
serta bagaimana zat-zat tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya. Setiap zat kimia mempunyai
keterbatasan dalam keefektifannya, bila digunakan dalam kondisi praktis keterbatasan-
keterbatasan ini perlu di amati. Tujuan yang dikehendaki dalam hal pengendalian mikroorganisme
tidak selalu sama. Pada beberapa kasus mungkin perlu mematikan semua organisme (sterilisasi)
sedangkan pada kasus-kasus lain mungkin cukup mematikan sebagian mikroorganisme tetapi tidak
semua (sanitasi). Dengan demikian pemilihan suatu bahan kimia untuk penggunaan praktis
dipengaruhi juga oleh hasil antimikrobial yang diharapkan daripadanya.
Cara kerja zat-zat kimia dalam menghambat atau mematikan mikroorganisme itu berbeda-beda,
beberapa diantaranya mengubah struktur dinding sel atau membran sel yang lain menghambat
sintetis komponen-komponen seluler yang vital atau yang mengubah keadaan fisik bahan selular.
Pengetahuan mengenai perilaku khusus tentang bagaimana suatu zat kimia menghasilkan efek anti
mikroba sangat berguna baik untuk mempertimbangkan kemungkinannya bagi penggunaan praktis
maupun untuk mengusulkan perbaikan-perbaikan apa yang mungkin dilakukan untuk merancang
bahan bahan kimia baru.
Desinfeksi adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena bertujuan merusak agen-
agen patogen. Berbagai istilah digunakan berkaitan dengan agen-agen kimia sesuai dengan
3
kerjanya atau organisme yang khas yang terkena. Istilah-istilah ini meliputi desinfektan, antiseptic,
agen bakteriostasis, bakterisida, germisida, sporisida, virisida, fungisida, dan preservative
(pengawet).
Mekanisme desinfektan mungkin beraneka dari satu desinfektan ke desinfektan yang lain dapat
menyebabkan kerusakan pada membran sel atau oleh tindakan pada protein sel atau pada gen yang
khas yang berakibat kematian atau mutasi.
Faktor yang mengubah laju desinfeksi mencakup macam agen konsentrasi, waktu dan suhu,
jumlah mikroorgansime dengan ciri-cirinya (misalnya perbedaan jenis, spora, dan kapsul) dan
keadaan medium yang mengelilinginya.
Dalam merencanakan desinfeksi, desinfektan harus dipilih sesuai organisme yang akan
dihancurkan dan material yang akan diperlakukan. Keamanan selalu menjadi pertimbangan utama,
dan variabel perlu ditangani sebagaimana diperlukan untuk menjamin hasil yang aman.
Berbagai uji dalam penggunaan untuk menilai agen-agen kimia. Semuanya menyediakan jumlah
tertentu informasi yang berguna namun harus diingat keterbatasan uji yang digunakan.
Sumber: http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/pengendalian-mikroorganisme/
Mikroorganisme, Penyakit-Resistensi dan Pemindah sebarannya
Tubuh manusia mempunyai flora normal yang mulai diperolehnya segera setelah lahir. Setiap
bagian tubuh mempunyai keadaan lingkungan khusus yang didiami berbagai macam mikroba yang
berbeda-beda.
Hasil interaksi antara inang dan mikroba ada yang menyerang inang. Apakah suatu
mikroorganisme itu akan menimbulkan penyakit ditentukan oleh tidak hanya sifat- sifatnya, tetapi
juga oleh kemampuan inangnya untuk menekan infeksi.
Resistensi inang dapat berupa resistensi alamiah atau resistensi khusus. Resistensi alamiah
bergantung kepada sejumlah faktor. Faktor-faktor resistensi yang dibawa sejak lahir adalah;
spesies, ras dan perorangan. Faktor-faktor luar meliputi rintangan mekanis dan kimiawi tubuh.
Diantara faktor-faktor pertahanan internal adalah peradangan, fagositosis, komplemen, dan
interferon.
4
Penyakit yang dipindahsebarkan melalui udara meliputi wahana tetesan liur dan sekresi pernafasan
liurnya, debu tercemar, dan fomit. Gerbang masuk bagi penyebab penyakit adalah nasofaring.
Beberapa infeksi asal udara ini menyerang sistem organ lain pada tubuh meskipun mereka
memasuki tubuh melalui hidung maupun tenggorokan.
Penyakit asal makanan ditularkan melalui penelanan makanan yang tercemar oleh jenis-jenis
mikroorganisme tertentu dalam jumlah cukup tinggi sehingga mencakup dosis infektif. Ada dua
mekanisme yang terlibat pada peracunan makanan oleh mikrorganisme, yaitu infeksi asal makanan
dan keracunan makanan.
Sumber infeksi asal air yang sesungguhnya ialah tinja yang telah mencemari air. Bahan tinja
mengandung mikroorganisme patogenik bila berasal dari orang-orang yang terinfeksi atau penular.
Sayangnya, air merupakan wahana yang baik bagi penularan dan penyebaran penyakit-penyakit
enterik semacam itu, yang kesemuanya mempunyai rute tinja ke mulut ke usus. Rute ini harus
dihambat untuk dapat mengendalikan infeksi enterik asal air dengan baik.
Arthropoda tidak hanya merupakan penular mekanis penyakit ( seperti penularan demam tifoid
oleh lalat rumah), tetapi juga merupakan vektor biologis, karena mikroba patogenik yang
ditularkannya berinkubasi dan berkembang di dalam diri mereka.
Terdapat sejumlah besar penyakit yang ditularkan oleh arthropoda. Mereka menyerang berjuta-juta
manusia dan tersebar luas diseluruh muka bumi.
Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir, dihambat
dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia.
Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a) Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi mikroorganisme pada
suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat
menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar
populasi mikroba.
5
b) Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap peralatan, lantai,
dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada
benda dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
c) Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk melawan infeksi
atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau menghambat
aktivitas mikroba.
d) Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril. Sterilisasi seringkali
dilakukan dengan pengaplikasian udara panas. Ada dua metode yang sering digunakan, yaitu :
1) Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk sterilisasi karena
menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat
tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur.
Suhu efektifnya adalah 121oC pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat yang
digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.
2) Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium. Suhu
efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang digunakan pada umumnya adalah oven.
e) Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya
Terdapat beberapa macam Pengendalian mikroba dengan suhu panas yaitu sebagai berikut
a) Pasteurisasi :
Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali berdasarkan waktu kematian termal
bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh
hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya.
Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur dan makanan asam lainnya. Suhu
pemanasan adalah 65oC selama 30 menit.
b) Tyndalisasi :
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat
membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam
makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu
tiga hari berturut-turut.
c) Boiling :
Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu 100oC selama 10-15
menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang patogen maupun non patogen. Namun
6
spora dan beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat kedokteran gigi,
alat suntik, pipet, dll.
d) Red heating :
Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus) sampai berpijar merah.
Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana seperti jarum ose.
e) Flaming :
Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar bunsen dengan alkohol atau spiritus
tanpa terjadinya pemijaran.
f) Pengendalian Mikroba dengan Radiasi
Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh dengan penyinaran sinar ultraviolet (UV)
dan sinar-sinar ionisasi.
a) Sinar UV :
Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan permukaan suatu benda yang terpapar
sinar UV akan mati.
b) Sinar Ionisasi :
Sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa, sinar beta dan sinar gamma. Sterilisasi dengan sinar
ionisasi memerlukan biaya yang besar dan biasanya hanya digunakan pada industri farmasi
maupun industri kedokteran;
a) Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar.
b) Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak memiliki daya penetrasi.
c) Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada sinar X.
d) Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk sterilisasi bahan makanan.
f) Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi
Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara.
a) Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang tidak tahan
terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi
prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja. Diantara jenis
filter bakteri yang umum digunakan adalah : Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari
porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.
b) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High Efficiency
Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang
tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow)
g) Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia
Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh atau menghambat mikroba.
Penelitian dan penemuan senyawa kimia baru terus berkembang. Agen kimia yang baik adalah
7
yang memiliki kemampuan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa
merusak bahan atau alat yang didisinfeksi.Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan
menjadi :
a) Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
b) Agen kimia yang merusak enzim mikroba.
c) Agen kimia yang mendenaturasi protein.
Sumber:http://nurilmiyati-mb.blogspot.com/2011/04/11-pengendalian-mikroorganisme.html
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas agen kimia di dalam mengendalikan mikroba,
yaitu :
a) Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya maka efektivitasnya
semakin meningkat.
b) Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan maka
hasilnya akan semakin baik.
c) Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih resisten dibandingkan
yang berkapsul dan berspora.
d) Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat menurunkan
efektivitas agen kimia.
e) pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah seiring dengan perubahan
pH.
a) Agen Kimia yang merusak membran sel
1. Golongan Surfaktans (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik, kationik dan
nonionik.
2. Golongan fenol.
b) Agen Kimia merusak enzim
1. Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.
2. Golongan oksidator seperti golongan halogen, peroksida hidrogen dan formaldehid.
c) Agen Kimia yang menyebabkan denaturasi protein
Agen kimiawi yang menyebabkan terjadinya koagulasi dan presipitasi protoplasma,
seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis.
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya
dapat dilihat dengan menggunakan lensa pembesar atau mikroskop. Makhluk yang sangat kecil
tersebut disebut mikroorganisme atau mikroba, dan ilmu yang mempelajari tentang mikroba yang
sering ditemukan pada pangan disebut mikrobiologi pangan. Yang dimaksud dengan pangan disini
mencakup semua makanan, baik bahan baku pangan maupun yang sudah diolah.
Sumber:http://nurilmiyati-mb.blogspot.com/2011/04/11-pengendalian-mikroorganisme.html
8
2. Istilah-istilah yang terdapat pada pengendalian mikroorganisme secara kimia
Prokariota adalah organisme yang tidak memiliki nuklei dan membran untuk menyimpan bahan-
bahan genetika (berbeda sekali dengan organisme Eukariota yang memiliki nuklei dan membran
pada inti selnya, sehingga bahan-bahan genetikanya terkumpul di nuklei tersebut) dan pada
umumnya merupakan organisme uniselular (tapi pada beberapa kasus, ada juga organisme
prokariota yang multiselular).
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses
infeksi oleh bakteri.
Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung
aglutinogen dan N-asetilglukosamin
Asam-kubu adalah properti fisik dari beberapa bakteri mengacu pada perlawanan mereka untuk
penghilangan warna dengan asam selama prosedur pewarnaan
asidofilik tahan link asam..
Bakteri gram-positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses
pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop,
sedangkan bakteri gram-negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan klasifikasi
antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri.
basofilik.. tahan link basa..
Disinfektan adalah zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri
Endositosis adalah proses pemasukan zat ke dalam sel
Fagositosis adalah proses seluler dari fagosit dan protista yang menggulung partikel padat dengan
membran sel dan membentuk fagosom internal
Fenetik adalah suatu studi yang mengklasifikasikan berbagai macam organisme berdasarkan
kesamaan atau kemiripan morfologi dan sifat lainnya yang bisa diobservasi tidak tergantung pada
asal evolusi organisme bersangkutan. Jadi dalam studi ini, lebih ditekankan adanya proses
konvergensi evolusi
Filogenetik adalah studi yang membahas tentang hubungan kekerabatan antar berbagai macam
organisme melalui analisis molekuler dan morfologi.
Glikokaliks merupakan lapisan ekstrasel (terletak di luar sel) yang menyelubungi dinding sel.
Tersusun oleh polisakarida dan polipeptida. Glikokaliks bisa berupa kapsul atau lendir.
Halophiles adalah extremophile organisme yang berkembang dalam lingkungan dengan
konsentrasi yang sangat tinggi garam
homeostasis Kemampuan atau kecenderungan dari suatu organisme atau sel untuk menjaga
keseimbangan internal dengan menyesuaikan proses fisiologis
9
hyperthermophile adalah organisme yang tumbuh subur di lingkungan yang sangat panas-dari 60
derajat C (140 derajat F) ke atas. Suhu optimal bagi keberadaan hyperthermophiles di atas 80 ° C
(176 ° F)
lithotroph adalah organisme yang menggunakan substrat anorganik (mineral biasanya asal) untuk
memperoleh mengurangi setara untuk digunakan dalam biosintesis (misalnya, karbon dioksida
fiksasi) atau konservasi energi melalui respirasi aerobik atau anaerobik
mesophile adalah organisme yang tumbuh paling baik di suhu moderat, tidak terlalu panas atau
terlalu dingin, biasanya antara 15 dan 40 ° C (77 dan 104 ° F)
Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel.
Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu menggunakan
katalisator enzim
Methanogens adalah mikroorganisme yang menghasilkan metana sebagai produk sampingan
metabolik dalam kondisi anoxic
Organisme anaerobik atau anaerob adalah setiap organisme yang tidak memerlukan oksigen
untuk tumbuh.
* Anaerob fakultatif dapat menggunakan oksigen jika tersedia.
* Anaerob obligat akan mati bila terpapar pada oksigen dengan kadar atmosfer.
* Organisme aerotoleran dapat hidup walaupun terdapat oksigen di sekitarnya, tetapi mereka
tetap anaerobik karena mereka tidak menggunakan oksigen sebagai terminal electron acceptor
(akseptor elektron terminal).
organotroph adalah organisme yang memperoleh hidrogen atau elektron dari substrat organik
(suatu bentuk chemotroph)
Peptidoglikan (murein) yaitu susunan yang terdiri dari polimer besar dan terbuat dari N–asetil
glukosamin dan asam N–asetil muramat yang saling berikatan silang (cross linking) dengan ikatan
kovalen
Phototroph adalah organisme (biasanya tumbuhan) yang melakukan fotosintesis untuk
memperoleh energi
Pinositosis merupakan proses dimana partikel-partikel kecil yang berupa cairan ditangkap oleh sel
dengan cara memecah partikel-pertikel kecil tersebut menjadi partikel-partikel yang lebih kecil
thermophile adalah organisme - jenis extremophile - yang tumbuh subur pada suhu relatif tinggi,
antara 45 dan 80 ° C [1] (113 dan 176 ° F)
Tubuh Inklusi sitoplasma nuklir atau stainable agregat dari zat, biasanya protein
Sumber:http://ardiawan-1990.blogspot.com/2011/03/istilah-populer-mikrobiologi.html
10
Sterilisasi : Membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun
Disinfeksi: Mematikan atau menyingkirkan organisme yang dapat menyebabkan infeksi. Pada
umumnya disinfeksi dimaksudkan untuk mematikan sel-sel vegetatif yang lebih sensitive tetapi
bukan spora-spora yang tahan panas
Disinfektan: bahan yang digunakan untuk melaksanakan disinfeksi. Biasanya ditujukan untuk
benda-benda mati, seperti lantai, piring, pakaian, dll.
Antiseptika: Bahan-bahan yang dapat mematikan atau menghambat mikroorganisme, khususnya
yang berkontak dengan tubuh tanpa mengakibatkan kerusakan besar pada jaringan.
Bakteriostatika: Zat yang bersifat menghambat multiplikasi, akan tetapi bila zat
penghambat itu telah dihilangkan, maka multiplikasi dilanjutkan kembali
Bakterisida: Setiap zat atau agen yang dapat membunuh atau memusnahkan bakteri. Meliputi
antibiotika, antiseptika, dan disinfektan
Bakterin: Vaksin yang dibuat dari bakteri yang mati, dan dapat menimbulkan kekebalan pada
tubuh terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri jenis itu
Bakteriosilin: Jenis antibody yang terbentuk dalam darah dan dapat menghancurkan bakteri
Bakteriolisis: Pembasmian dan pelarutan bacterium
Bakteriostasis: Pencegahan atau penghentian pertumbuhan bakteri
Bakteriostat: Substansi atau agen yang menghambat pertumbuhan atau perkembangbiakan bakteri
Bakterisidal: Berkemampuan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri
Bakteritik: Sifat atau karakter yang ditimbulkan oleh bakteri
Bakteriuria: Terdapatnya bakteri dalam urin
Sepsis: Status toksis atau sakit yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang merusak
setelah berkontak dengan jaringan yang menghasilkan pus atau nanah
Septik: Berkenaan dengan kondisi sepsis
Septikimia: Persistenal dan multiplikasi bakteri hidup di dalam darah
Asepsis: Dalam arti sempit asepsis menunjukkan pada keadaan dimana tidak adanya
mikroorganisme dalam jaringan hidup atau dengan kata lain tidak ada sepsis (pembusukan). Tetapi
istilah asepsis biasanya digunakan untuk teknik pengerjaan dalam menghindarkan adanya
mikroorganisme yang tidak dikehendaki terdapat dalam lingkungan pengamatan itu
Antibiotika: zat yang dihasilkan oleh organisme (mikroorganisme) hidup, yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain, bahkan dapat memusnahkannya
Sumber: http://rahma02.wordpress.com/2009/04/17/mikrobiologi-umum/
3. Zat Kimia Pengendalian mikroorganisme
Panas, radiasi ultraviolet, antibiotik dan bahan kimia dapat digunakan untuk mengendalikan
bakteri, virus dan mikroorganisme lainnya.
11
Cara Agen/Bahan Pengendali Merusak Mikroba:
Ada berbagai metode yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme.
Namun, modus tindakan pengendalian mikroba umumnya berkisar pada salah satu dari 4 kategori
dasar.
1. Perubahan Dinding Sel: Dinding sel bakteri mempertahankan integritas sel, memungkinkan
untuk menjaga bentuknya bahkan ketika ditempatkan di lingkungan hipotonik. Ketika dinding sel
melemah atau terganggu tidak dapat berfungsi lagi mencegah sel dari luapan/muntahan karena
efek osmotik (air mengalir ke dalam sel).
2. Perubahan Membran Plasma: membran luar sel mengandung sitoplasma dan seluruh isi sel
internal, serta mengendalikan lorong bahan kimia yang masuk dan keluar dari sel. Ketika rusak,
membran plasma memungkinkan isi selular bocor keluar.
Beberapa virus (partikel aselular) dikelilingi oleh membran yang disebut bungkus/selaput virus.
Selaput ini bertanggung jawab pada penggabungan virus pada sel sasaran, sehingga kerusakan
pada selaput virus mengganggu proses replikasi untuk virus yang terbungkus. Virus yang tidak
terselaput (yang hanya memiliki kapsid dan asam nukleat) memiliki toleransi yang lebih besar
terhadap kondisi yang berat.
3. Interferensi/Gangguan Struktur Protein: fungsi protein tergantung pada bentuk molekul 3-D.
Panas yang ekstrim atau bahan kimia tertentu dapat mengubah sifat suatu benda atau mengubah
bentuk protein. Sebuah protein yang terdenaturasi tidak dapat lagi melaksanakan fungsinya dalam
sel.
4. Interferensi/Gangguan Asam nukleat Struktur: asam nukleat (DNA dan RNA) dapat rusak atau
hancur oleh bahan kimia, radiasi, dan panas. Hasilnya bisa berupa produksi mutasi fatal pada DNA
atau gangguan sintesis protein melalui tindakan pada RNA.
Jenis Agen/Bahan Pengendalian Mikroba:
Ada 3 kategori umum agen pengendali mikroba:
* Fisik: panas, pembekuan kering, radiasi ultraviolet dan filtrasi merupakan semua agen
pengendali fisik.
* Kimia: agen pengendali kimia seperti desinfektan Lysol,Karbol atau Clorox dapat
menghancurkan sebagian sel-sel vegetatif dan virus.
12
* Kemoterapi: Antimikroba adalah obat (antibiotik) yang digunakan untuk mengobati pasien yang
didiagnosis penyakit menular.
Kepekaan Mikroba terhadap Agen Pengendali
Berbagai jenis mikroba memiliki berbagai tingkat kepekaan terhadap pengaruhi bahan kimia dan
fisik dari agen pengendali. Endospora bakteri dan spora protozoa sangat sulit untuk dihancurkan.
Penggunaan autoclave (panas yang dikombinasikan dengan tekanan) adalah cara yang paling dapat
diandalkan untuk menghilangkannya.
Bahkan beberapa sel vegetatif (sel metabolisme aktif adalah kebalikan endospores dorman) lebih
sulit untuk dihancurkan daripada yang lain. Sebagai contoh, Mycobacterium dan bakteri Nocardia
memiliki dinding sel yang mengandung asam mikolat yang berlilin. Lilin tersebut menyebabkan
sel-sel ini lebih tahan terhadap kerusakan daripada yang lain.
Virus umumnya lebih mudah untuk dihancurkan dari sel-sel vegetatif. Virus yang tidak
terbungkus/terselaput lebih sulit untuk dihancurkan dari virus yang terbungkus.
Selektivitas Agen Pengendali Mikroba
Baik agen pengendali kimia maupun fisik bukan merupakan agen yang khusus mengarah pada
target/sasaran. Mikroba yang terkena dampak, sel inang dan lingkungan, semuanya rentan
terhadap efek racun dari agen umum ini. Sebaliknya, agen kemoterapi, seperti obat antibiotik
adalah racun yang selektif. Antibiotik dapat membahayakan bakteri selama tidak merugikan sel-sel
kita karena antibiotik menargetkan pada beberapa aspek metabolisme mikroba, seperti sintesis
protein atau produksi sel dinding. Terdapat banyak kelas antibiotik yang berbeda, masing-masing
dengan modus tindakan menargetkan aspek yang berbeda dari metabolisme bakteri.
Cara Pengujian Agen Pengendali Mikroba
Prinsip dasar untuk pengujian agen pengendali (baik suhu, kimia atau antibiotik) selalu sama:
1. Paparkan organisme terhadap agen.
2. Hilangkan agen.
3. Masukkan organisme ke dalam media pertumbuhan yang menguntungkan.
4. Setelah inkubasi, cari reproduksi organisme.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/bioengineering-and-biotechnology/2070409-cara-
membunuh-bakteri-dan-mikroba/#ixzz1b8th3age
13
4. Disinfektan dan Antiseptik
Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan
kulit dan membran mukosa. Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik
digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pada benda mati. Hal ini disebabkan antiseptik lebih aman
diaplikasikan pada jaringan hidup, daripada disinfektan. Penggunaan disinfektan lebih ditujukan
pada benda mati, contohnya wastafel atau meja. Namun, antiseptik yang kuat dan dapat
mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialihfungsikan menjadi disinfektan contohnya adalah
fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun disinfektan. Penggunaan antiseptik
sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat memperlambat penyebaran
penyakit.
Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor,
misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi memengaruhi adsorpsi atau penyerapan
komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia
membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut. Ketika konsentrasi antiseptik
tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam sel dan mengganggu fungsi
normal seluler secara luas, termasuk menghambat biosintesis(pembuatan) makromolekul dan
persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA}. Lama paparan antiseptik
dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus.
Jenis-jenis Antiseptik
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya saja dengan
mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan)
cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah
hydrogen peroksida, garam merkuri, boric acid, dan triclosan.
1. Hidrogen peroksida
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah agen oksidasi, merupakan antiseptik kuat namun tidak
mengiritasi jaringan hidup. Senyawa ini dapat diaplikasikan sebagai antiseptik pada membrane
mukosa. Kelemahan dari zat ini adalah harus selalu dijaga kondisinya karena zat ini mudah
mengalami kerusakan ketika kehilangan oksigen.
14
2. Garam merkuri
Senyawa ini adalah antiseptik yang paling kuat. Merkuri klorida (HgCl) dapat digunakan untuk
mencuci tangan dengan perbandingan dalam air 1:1000. Senyawa ini dapat membunuh hampir
semua jenis bakteri dalam beberapa menit. Kelemahan dari senyawa ini adalah berkemungkinan
besar mengiritasi jaringan karena daya kerja antimikrobanya yang sangat kuat.
3. Asam Borat
Asam Borat merupakan antiseptik lemah, tidak mengiritasi jaringan. Zat ini dapat digunakan
secara optimum saat dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:20.
4. Triclosan
struktur kimia triclosan
Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam sabun, obat kumur,
deodoran, dan lain-lain. Triclosan mempunyai daya antimikroba dengan spektrum luas (dapat
melawan berbagai macam bakteri) dan mempunyai sifat toksisitas minim. Mekanisme kerja
triclosan adalah dengan menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikroba kehilangan
kekuatan dan fungsinya.
Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Antiseptik
ANTISEPTIK
Banyak zat kimia yang digolongkan sebagai antiseptik. Berikut antiseptik yang umumnya
digunakan :
1. Alkohol 60-90% (etil, atau isopropil, atau ”methylated spirit”).
2. Klorheksidin glukonat 2-4% (Hibiclens, Hibiscrub, Hibitane).
3. Klorheksidin glukomat dan setrimide, dalam berbagai konsetrasi (Savlon).
4. Yodium 3%, yodium dan produk alkohol berisi yodium atau tincture (yodium tinktur).
5. Iodofor 7,5-10% berbagai konsentrasi (Betadine atau Wescodyne).
15
6. Kloroksilenol 0,5-4% (para kloro metaksilenol atau PCMX) berbagai konsentrasi
(Dettol).
7. Triklosan 0,2-2% .
Dalam pemilihan suatu antiseptik, perlu diperhatikan karakteristik yang diinginkan
(misalnya absorpsi dan daya tahan), keamanan, efektivitas, ketersediaan, penerimaan oleh
staf dan yang terpenting biayanya (Boyce dan Pitter 2002; Larson 1995; Rutala 1996).
Larutan antiseptik yang dianjurkan, aktivitas mikrobiologinya dan potensi
penggunaannya. (sistem gradasi yang digunakan pada kolom adalah sangat baik, baik,
cukup dan tidak) .
Sumber: http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/konsep-desinfektan.html
KONSEP DASAR DESINFEKTAN
PENGERTIAN DESINFEKTAN
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus,
juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit
lainnya.
Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau
membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan
hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai,
ruangan, peralatan dan pakaian.
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya
batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak
merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan
desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses
pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat
berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.
Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan
efektivitas dan fungsi serta target mikroorganisme yang akan dimatikan. Dalam proses
desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia
(penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia,
khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.
16
Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya
dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia
yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang
mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa
kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus-X; golongan fenol dan fenol
terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan
golongan biguanida.
Telah dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan
glutaraldehid) dan halogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme
Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan
tujuan untuk mengetahui keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan halogen yang
dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol.
Fenol digunakan sebagai kontrol positif, aquadest sebagai kontrol negatif dan larutan
aldehid dan halogen dalam pengenceran 1 : 100 sampai 1 : 500 dicampur dengan suspensi
bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi resisten ampisilin yang telah
diinokulum, keburaman pada tabung pengenceran menandakan bakteri masih dapat
tumbuh.
Nilai koefisien fenol dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan fenol
dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji. Hasil dari uji koefisien fenol menunjukan
bahwa disinfektan turunan aldehid dan halogen lebih efektif membunuh bakteri
Staphylococcus aureus dengan nilai koefisien fenol 3,57 ; 5,71 ; 2,14 ; 2,14 berturut-turut
untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit, begitu juga dengan bakteri
Salmonella typhi, disinfektan aldehid dan halogen masih lebih efektif dengan nilai
koefisien fenol 1,81 ; 2,72 ; 2,27 dan 2,27 berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid,
iodium dan hipoklorit.
PENGGUNAAN DESINFEKTAN
Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan membantu
mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis
yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh
penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat.
a. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1. Golongan pertama
Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B.
17
1. Klorhexidine (Hibitane, Savlon).
2. Cetrimide (Cetavlon, Savlon).
3. Fenol-fenol (Dettol).
Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :
1. Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).
2. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang terkena
darah.
Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit
fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan
almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai.
2. Golongan kedua
Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatistis B.
a). Desinfektan yang melepaskan klorin.
Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium tosilkloramid,
Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda
terklorinasi, bubuk pemutih)
b). Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah)
1. Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol.
2. Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex).
3. Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2.
PERBEDAAN STERILISASI DAN DESINFEKSI
a. Sterilisasi
1. Semua mikroba termasuk spora bakteri akan terbunuh.
2. Dapat dilakukan dengan menggunakan pemanasan uap (autoklav) atau dengan panas
kering.
3. Dapat juga dilakukan dengan penjenuhan dengan glutaraldehid atau formaldehid selama
10 jam.
b. Desinfeksi tingkat tinggi
18
1. Semua mikroba, sebagian dari spora bakteri terbunuh.
2. Dapat dilakukan dengan pendidihan selama 20 menit atau dengan penjenuhan dengan
jumlah besar disinfektan selama 30 menit misalnya dengan mengunakan glutaraldehid
atau H2O2
c. Desinfeksi tingkat rendah
Akan menghilangkan jumlah mikroba sehingga peralatan atau permukaan badan aman
untuk dipegang. Desinfeksi ini dapat dilakukan dengan beberapa macam disinfektan.
Desinfeksi dan Antiseptik
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia
atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan dalam
membunuh mikroorganisme patogen. Disenfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan
tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada
jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Disinfectant dapat pula
digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris
organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Sumber: http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/konsep-desinfektan.html
Cara Membedakan Bahan Kimia Desinfeksi
Untuk berbagai keperluan tentunya kita telah mengenal, bahkan mungkin menggunakan beberapa
produk keperluan rumah tangga, laboratorium, atau rumah sakit yang bernama desinfektan. Tak
jarang istilah desinfektan dirancukan dengan istilah lain yakni antiseptik. Padahal, keduanya
memiliki definisi dan fungsi yang berbeda.
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan
antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh
pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan
19
desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan
pakaian.
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan
dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan
tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai
salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada
kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses
sterilisasi.
Walaupun kita sering menggunakan produk desinfektan, sebagian besar konsumen tentunya
belum mengenal jenis bahan kimia apa yang ada dalam produk tersebut. Padahal, bahan kimia
tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi
serta target mikroorganime yang akan dimatikan.
Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia
(penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya
jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.
Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan
ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -
COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen
atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus
-X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan
pengoksidasi, dan golongan biguanida.
Sumber: http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/1/2/l2.htm
Sterilisasi
Sterilisasi adalah pemusnahan atau eliminasi semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri, yang
sangat resisten.
Teknik-teknik sterilisasi (bagian 1: cairan dan padatan)
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu mengharapkan tidak
terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan tumbuh dan mengganggu
proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung pada jenis material. Bagian pertama
akan menjelaskan secara singkat dan sederhana bagaiman sterilisasi cairan dan padatan.
20
Sterilisasi cairan
Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang mengandung gula, garam fosfat,
ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-lain. Secara umum ada dua cara sterilisasi cairan yaitu
dengan panas dan disaring (filtrasi). Sterilasi dengan panas dilakukan di dalam autoclave, di mana
steam tekanan tinggi diinjeksikan ke dalam chamber untuk mencapai temperatur 121 derajat C dan
tekanan tinggi (sekitar 15 psig). Durasinya bervariasi, namun umumnya diinginkan cairan
dipertahankan pada 121 derajat C selama minimal 15 menit. Jika termasuk waktu untuk heating
dan cooling steps, total waktu berkisar 1-2 jam tergantung volume cairan yang disterilisasi.
Terkadang temperatur bisa diset pada 134 derajat C (untuk medis).
Untuk skala industri, cairan disterilisasi dengan panas menggunakan beberapa pilihan teknik.
Gambar di bawah menjelaskan salah satu bagan proses sterilisasi cairan media di industri. Banyak
jenis proses baik secara batch atau continuous yang diterapkan di industri, misalnya direct steam,
indirect heating, indirect steam, dan lainnya.
21
Cairan dapat disterilisasi juga dengan disaring menggunakan membrane filter berpori 0.22 atau
0.45 micro meter. Metode ini cocok untuk volume cairan yang kecil (1-2 liter) dan bahan kimia
yang bisa rusak karena panas misalnya gula dan protein.
Sterilisasi padatan
Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet, dan beberapa jenis tabung
dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas umumnya dilakukan dengan autoclave
mirip seperti sterilisasi cairan namun ditambah proses pengeringan. Biosafety cabinet disterilkan
22
dengan bantuan radiasi UV dan disemprot ethanol 70 %. Udara dalam cabinet disaring dengan
filter (detilnya akan dibahas di bagian ke-2 tentang sterilisasi gas).
A. Sediaan Steril
1. Definisi Sediaan steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi – bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril.
Secara tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran
dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah
istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas
dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba
2. Macam – macam sediaan
Macam-macam sediaan steril umumnya terdiri atas sediaan parenteral, sediaan untuk mata, dan
larutan irigasi.
a. Sediaan parenteral
Merupakan sediaan yang disuntikan melalui kulit atau membrane mukosa ke bagian dalam tubuh.
Karena sediaan tersebut harus menembus membrane kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus
bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis dan harus mempunyai tingkat
kemurnian yang tinggi.
23
b. Sediaan untuk mata
Merupak sediaan yang membutuhkan sterilitas karena walaupun sediaan ini tidak dimasukkan
kedalam rongga bagian dalam tubuh , namun ditempatkan berhubungan dengan jaringan-jaringan
yang sangat peka terhadap kontaminasi
c. Larutan irigasi
Larutan irigasi harus memiliki standard yang sama dengan larutan parenteral, karena selama
pemberian dengan irigasi, sejumlah zat dari larutan dapat memasuki aliran darah secara langsung
melalui pembuluh darah luka yang terbuka atau membrane mukossa yang lecet.
a. Pelarut air
Pembawa yang paling sering digunakan untuk produk steril adalah air, karena air merupakan
pembawa untuk semua cairan tubuh. Air yang digunakan dalam larutan parenteral dan irigasi harus
bebas pirogen
b. Pelarut bukan air
Dalam formulasi produk farmasi steril, kadang – kadang perlu mengeliminasi air secara
keseluruhan atau sebagian dari bahan pembawa, terutama karena factor kelarutan atau reaksi
hidrolisis
4. Zat-zat Tambahan
Zat-zat tambahan yang lazim digunakan dalam formulasi suatu sediaan steril antara lain pengawet,
pendapar, , antioksidan,kosolven, bahan pengisotonis dan lain-lain. Setiap jenis zat tambahan
mempunyai karakteristik serta keunggulan masing-masing dan agar mendapatkan sediaan yang
baik, karakteristik ini harus dikenal sehingga tidak sampai salah memilh bahan saat formulasi.
a. Antioksidan : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan sulfit adalah yang
paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu digunakan :Asam askorbat, Sistein,
Monotiogliseril, Tokoferol.
b. Bahan antimikroba atau pengawet : Benzalkonium klorida, Benzil alcohol, Klorobutanol,
Metakreosol, Timerosol, Butil p-hidroksibenzoat, Metil p-hidroksibenzoat, Propil p-
hidroksibenzoat, Fenol.
24
c. Buffer : Asetat, Sitrat, Fosfat.
d. Bahan pengkhelat : Garam etilendiamintetraasetat (EDTA).
e. Gas inert : Nitrogen dan Argon.
f. Bahan penambah kelarutan (Kosolven) : Etil alcohol, Gliserin, Polietilen glikol, Propilen glikol,
Lecithin
g. Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat.
h. Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl
i. Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum manusia.
j. Bahan penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin.
5. Macam-macam Sterilisasi
Tujuan sterilisasi adalah menjamin sterilitas produk mauppun karakteristik kualitasnya, termasuk
stabilitas produk. Adapun cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk steril
adalah sebagai berikut ;
a. Terminal Sterilization (Sterilisasi Akhir)
Cara sterilisasi umum dan paling banyak digunakan.
Zat aktif harus stabil terhadap molekul air dan pada suhu sterilisasi. Sediaan disterilkan pada tahap
terakhir pembuatan sediaan. Semua alat setelah lubang-lubangnya ditutup dengan kertas
perkamen, disterilkan dengan cara sterilisasi yang sesuai.
1. overkilled method adalah suatu metode strerilisasi menggunakan uap panas pada 1210 C selama
15 menit. Metode ini dapat digunakan untuk bahan – bahan yang tahan panas dan metode ini
merupakan metode yang lebih efisien, cepat dan aman
25
2. Bioburden Sterilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring yang ketat dan
terkontrol, yaitu tingkat sterilitas yang dipersyaratkan SAL 10-6
b. Cara Aseptik
Terbatas pada sediaan yang mengandung zat aktif peka suhu tinggi dan dapat mengakibatkan
penguraian atau penurunan kerja farmakologinya. Antibiotika dan beberapa hormon tertentu
merupakan zat aktif yang sebaiknya diracik secara aseptik. Cara aseptik bukanlah suatu metode
sterilisasi , melainkan suatu cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan mencegah
kontaminasi jasad renik dalam sediaan. Dalam FI III hal 18, proses aseptik adalah cara
pengurusan bahan steril menggunakan teknik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya
cemaran kuman hingga seminimum mungkin. Teknik aseptik dimaksudkan untuk digunakan
dalam pembuatan sediaan steril yang tidak dapat dilakukan proses sterilisasi akhir karena
ketidakmantapan zatnya. Sterilitas hasil akhir hanya dapat disimpulkan jika hasi itu memenuhi
syarat Uji Sterilitas yang tertera pada Uji Keamanan Hayati. Teknik aseptik penting sekali
diperhatikan pada waktu melakukan sterilisasi menggunakan cara sterilisasi C dan D tepatnya
sewaktu memindahkan atau memasukkan bahan steril kedalam wadah akhir steril. Dalam
pembuatan larutan steril menggunakan proses ini, obat steril dilarutkan atau didispersikan dalam
zat pembawa steril, diwadahkan dalam wadah steril, akhirnya ditutup kedap untuk melindungi
terhadap cemaran kuman. Semua alat yang digunakan harus steril. Ruangan yang digunakan harus
disterilkan terpisah dan tekanan udaranya diatur positif dengan memasukkan udara yang telah
dialirkan melalui penyaring bakteri. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan tabir pelindung atau
dalam aliran udara steril.
Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2090149-sterilisasi/
#ixzz1YNqsDdZ9
Macam-macam sterilisasi
a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
b. Sterilisasi secara fisik
· Pemanasan
- Dengan api langsung
- Panas kering
- Uap air panas
26
- Uap air panas bertekanan
· Penyinaran UV
c. Sterilisasi secara kimia à dengan larutan disinfektan
3. Prosedur/Teknik aseptis
a. Mensterilkan meja kerja
b. Memindahkan biakan (streak)
c. Menuang media
d. Pipetting
4. Prinsip cara kerja autoklaf
5. Sterilisasi dengan cara penyaringan
6. Tyndalisasi
7. Sterilisasi dengan udara panas
8. Prinsip kerja Biological Safety Cabinet
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22
mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini
ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
-Pemanasan:
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat :
jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok
untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat
menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
· Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh
mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
Steril merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam lab mikrobiologi. Dalam melakukan
sterilisasi, diperlukan teknik-teknik agar sterilisasi dapat dilakukan secar sempurna, dalam arti
27
tidak ada mikroorganisme lain yang mengkontaminasi media. Sterilisasi adalah proses untuk
menjadikan alat-alat terbebas dari segala bentuk kehidupan. Seperti yang telah disebutkan bahwa
tujuan sterilisasi untuk mematikan mikroorganisme yang tidak diinginkan agar tidak ikut tumbuh.
Ada beberapa teknik sterilisasi, yaitu dengan cara fisik dengan panas, mekanik dengan filtrasi dan
kimia dengan senyawa-senyawa kimia. Dalam praktikum ini kami mencoba mempelajari
bagaimana cara mensterilisasi alat-alat yang nantinya dipakai untuk bekerja di dalam laboratorium
mikrobiologi. Kami mencoba untuk melakukan sterilisasi guna bekal untuk keberhasilan dalam
menumbuhkan suatu biakan koloni mikroorganisme yang diinginkan dengan berhasil.
Ada 5 metode umum sterilisasi, yaitu : Sterilisasi Uap (Panas Lembab), Sterilisasi Panas Kering,
Sterilisasi dengan Penyaringan (Filtrasi), Sterilisasi Gas dan Sterilisasi dengan Radiasi.
Metode yang biasa digunakan untuk sterilisasi alat dan bahan pengujian mikrobiologi adalah
metode sterilisasi uap (panas lembab) dan metode sterilisasi panas kering.
1. Sterilisasi Uap (Panas Lembab)
Sterilisasi Uap dilakukan menggunakan autoclave dengan prinsipnya memakai uap air dalam
tekanan sebagai pensterilnya. Temperatur sterilisasi biasanya 121℃, tekanan yang biasa
digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm. Lamanya sterilisasi tergantung
dari volume dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-40 menit
tergantung dari volume bahan yang disterilkan. Sterilisasi media yang terlalu lama menyebabkan :
Penguraian gula, Degradasi vitamin dan asam-asam amino, Inaktifasi sitokinin zeatin riboside,
perubahan pH yang berakibatkan depolimerisasi agar.
Bila ada kelembapan (uap air) bakteri akan terkoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih
rendah dibandingkan jika tidak ada kelembapan. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air
panas adalah terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial dari organisme
tersebut.
Kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi uap dengan menggunakan autoclave adalah :
- Suhu 115,5 ℃, waktu 30 menit
- Suhu 121,5 ℃, waktu 20 menit
- Suhu 126,5 ℃, waktu 15 menit
Metode sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi dan bahan-bahan lain
yang tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan tahan terhadap penembusan uap air,
28
larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas, pembalut untuk bedah, penutup karet dan plastik, dan
media untuk pekerjaan mikrobiologi.
2. Sterilisasi Panas Kering
Sterilisasi Panas Kering dilakukan menggunakan oven pensteril, karena metode sterilisasi panas
kering kurang efektif untuk membunuh mikroba dibandingkan dengan sterilisasi uap. Metode ini
memerlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang, sterilisasi panas kering
biasanya ditetapkan pada temperatur 160-170 ℃ dengan waktu 1-2 jam. Umumnya digunakan
untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air, seperti minyak lemak,
minyak mineral, gliserin (berbagai jenis minyak), petrolatum jelly, lilin, wax, dan serbuk yang
tidak stabil dengan uap air. Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah.
Karena tingginya suhu yang diterapkan dalam sterilisasi panas kering, maka metode ini dapat
digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan. Contohnya alat ukur dan penutup
karet atau plastik. Kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering dengan menggunakan
oven steril adalah :
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan
mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh
oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati.
3. Sterilisasi dengan Penyaringan (filtrasi)
Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi) digunakan untuk
sterilisasi larutan yang termolabil, penyaringan ini menggunakan
filter bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh pori-
pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan teknik aseptik yang baik dalam
melakukan metode ini. Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi
tidak bebas dari virus. Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi
ini menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan
mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui penyaring dengan
matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme untuk dapat melaluinya. Cara
sterilisasi ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau bahan yang tidak tahan terhadap
panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara sterilisasi lain. Teknologi tinggi membran filtrasi
meningkatkan penggunaan sterilisasi filtrasi, khususnya jika digunakan berpasangan dengan
sistem proses aseptik.
No Suhu waktu
1 170°C 1 jam
2 160°C 2 jam
3 150°C 2,5 jam
4 140°C 3 jam
29
4. Sterilisasi Gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan
sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi
adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi yang
digunakan dalam bidang farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan dan menghilangkan dari bahan
yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan kereaktifannya terhadap bahan
yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin, dan streptomisin kehilangan
protein ketika disterilkan dengan etilen oksida. Sterilisasi gas berjalan lambat waktu sterilisasi
tergantung pada keberadaan kontaminasi kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida.
Konsentrasi minimum etilen oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85°C dan 50%
kelembaban relatif dibutuhkan 4-5 jam pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000 mg/L
membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau
uap, seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton,
metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan
biologi, makanan, plastik, antibiotik. Aksi antimikrobialnya adalah gas etilen oksida mengadisi
gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2 dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein
mengalami kerusakan dan mikroba mati.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas, suhu dan
distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada adanya
kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada
pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas.
5. Sterilisasi dengan Radiasi
Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk bahan/produk dan alat-alat medis yang peka terhadap
panas (termolabil) dan jika residu etilen oksida tidak diharapkan. Pengukuran presisi dari dosis
radiasi, yang tidak berhubungan dengan suhu, adalah merupakan faktor kontrol dalam sterilisasi
radiasi selama dengan waktu radiasi. Monitoring dan kotrol proses sangat sederhana, tetapi kehati-
hatian akan keamanan harus dilakukan oleh operator sterilisasi. Prinsip sterilisasi radiasi adalah
radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba
mengalami mutasi. Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik
(sinar x, sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α dan β).
Antiseptik, adalah zat fisis atau kimiawi yang mencegah pembusukan, infeksi, dan perubahan
analog seperti pada makanan dan jaringan hidup dengan menghancurkan atau menghentikan
perkembangan mikroorganisme. Sejak dahulu pengawetan makanan menggunakan zat antiseptik
30
seperti penggunaan panas pada proses memasak; natrium, garam, dan asam cuka pada asinan dan
acar; dan pengasapan pada daging asap. Di zaman modern, prinsip antiseptik ini digunakan untuk
mengawetkan makanan melalui pemanasan dan pendinginan seperti pada proses pengalengan,
pasteurisasi, dan pembekuan. Iridiasi tengah diteliti sebagai alat pengawet makanan.
Praktik penggunaan antiseptik dalam perawatan dan pengobatan luka dipelopori oleh ahli bedah
Inggris Joseph Lister pada tahun 1865. Dasar penelitiannya adalah temuan dari ahli fisioligi
Jerman Theodor Schwann dan ahli biokimia Perancis Louis Pasteur, Lister melakukan disinfeksi
luka bedah atau luka trauma dengan larutan asam karbolat, dan dalam lima tahun berhasilkan
menurunkan angka kematian utama akibat amputasi yang mencapai 50% menjadi sekitar 12%.
Banyak jenis antiseptik yang digunakan kemudian, di antaranya yang paling sering digunakan
adalah mercury, iodine, boric acid, alcohol, the hypochlorites, mercurochrome, and Merthiolate.
Klorin digunakan untuk mensterilkan air dan terutama sistem air publik (PAM) dan kolam renang.
Sumber: http://yalun.wordpress.com/2009/01/09/teknik-teknik-sterilisasi-bagian-1-cairan-dan-
padata/
5. Manajemen Antiseptik
31
BAB 111. DAFTAR PUSTAKA
http://ardiawan-1990.blogspot.com/2011/03/istilah-populer-mikrobiologi.html Diakses pada
tanggal 20 Oktober 2011 Pukul 14.00 WIB
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/konsep-desinfektan.html Diakses pada tanggal 20
Oktober 2011 Pukul 15.00 WIB
http://id.shvoong.com/exact-sciences/bioengineering-and-biotechnology/2070409-cara-
membunuh-bakteri-dan-mikroba/#ixzz1b8th3age Diakses Pada tanggal 22 Oktober 2011 Pukul
19.00 WIB
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2090149-sterilisasi/#ixzz1YNqsDdZ9
Diakses Pada tanggal 22 Oktober 2011 Pukul 20.00 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Antiseptik Diakses Pada tanggal 23 Oktober 2011 Pukul 20.45 WIB
http://nurilmiyati-mb.blogspot.com/2011/04/11-pengendalian-mikroorganisme.html Diakses Pada
tanggal 24 Oktober 2011 Pukul 11.00 WIB
http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/pengendalian-mikroorganisme/ Diakses Pada tanggal 24 Oktober 2011 Pukul 13.00 WIB
http://rahma02.wordpress.com/2009/04/17/mikrobiologi-umum/ Diakses Pada tanggal 24
Oktober 2011 Pukul 13.45 WIB
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/1/2/l2.htm Diakses Pada tanggal 24 Oktober 2011
Pukul 14.19 WIB
http://yalun.wordpress.com/2009/01/09/teknik-teknik-sterilisasi-bagian-1-cairan-dan-padata/
Diakses Pada tanggal 24 Oktober 2011 Pukul 15.00 WIB