Post on 03-Mar-2019
MENGENAL LABORATORIUM DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH IKAHA TEBUIRENG JOMBANG
(Konsep Dasar Tahun 1997)*
Oleh: Sokhi Huda
A. Sejarah Perkembangan
LABDA (Laboratorium Dakwah) digagas tanggal 8 Mei 1996 yang dibuktikan
dengan konsep dasarnya sebagai upaya pengembangan keilmuan dan keprofesian
dakwah, oleh penyusun buku ini. Kemudian penggagas utama melibatkan dua
mitra, yaitu Drs. M. Agussalim dan Drs. Agoes Moh. Moefad.
Gagasan tersebut ditawarkan kepada Pimpinan/Dekan (Bapak Drs. Rusman
Pausin). Kemudian beliau meresponnya dengan hangat dan mengajukan usulan
pelembagaan LABDA ke tingkat institut. Sebagai respon balik terhadapnya,
dikeluarkan Surat Keputusan Rektor No. KEP/IKAHA/A/0431/IX/1997, tertanggal
1 September 1997, yang padanya penggagas dipercaya sebagai kepala (dalam
bahasa SK disebut koordinator) LABDA.
Meskipun demikian, Pak Dekan masih berkeinginan untuk menggodog konsep
LABDA dalam diskusi di tingkat dosen sekaligus sebagai langkah sosialisasi, yang
kemudian terlaksana pada tanggal 20 Oktober 1997. Kritik peserta diskusi tertuju
pada kurusnya dana yang dikonsepkan. Kemudian konsep dana digemukkan sebagai
revisi sesuai masukan diskusan, dari Rp 59.999.500,- menjadi 150.040.000,-.
Sekitar sebulan kemudian, dilakukan sosialisasi di tingkat mahasiswa.
Konsep dasar LABDA dapat dikatakan benar-benar berangkat hanya dengan
“bismillah”, karena kosongnya tangan penggagas dan kondisi objektif Fakultas
Dakwah. Akan tetapi perjuangan untuk mewujudkan lembaganya terus melaju
kencang dengan berbagai upaya yang cerdas. Konsentrasi berikutnya tertuju pada
pemenuhan sarana dan prasarana. Untuk itu, diluncurkan momen ”Kemilau Jariyah
Laboratorium Dakwah (KJLD)”, mulai 27 Oktober 1997. Sasarannya adalah (1)
pimpinan, dosen dan karyawan di lingkungan IKAHA; (2) para wali mahasiswa
dan alumni fakultas Dakwah IKAHA; (3) lembaga-lembaga dan tokoh-tokoh (LIPI,
da’i, seniman, pengusaha, menteri, presiden, penerbit buku, dan sebagainya);
sponsor; dan (4) pihak-pihak lain yang dianggap perlu. Ketika itu, ada sekitar 300
proposal yang disebarkan ke Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, NTT, NTB,
Bali, Irian Jaya, dan Timor-Timur.
Semua penjariyah direncanakan untuk direkam dalam “Agenda Emas”, karena
sedemikian penting posisinya dalam pembidanan LABDA. Akan tetapi, karena
setelah pengiriman itu ekonomi Indonesia tergoncang, maka dapat dimaklumi
apabila hasilnya jauh dari harapan. Meskipun demikian, minimal ada satu hal yang
penting dicatat, yaitu nuansa informasi yang ditawarkan dalam proposal tersebut.
Ini merupakan sesuatu yang bermakna promotif (jangka sedang dan panjang) dan
* Dari Buku Memori Peresmian LABDA Fakultas Dakwah IKAHA Tebuireng Jombang, pada
Agustus 1999; materi gagasan dipresentasikan pada “Rapat Kerja Fiksasi Program Akademik
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IKAHA Tahun Akademik 2003-
2004,” pada tanggal 16 Maret 2004.
2
kredibel secara keilmuan maupun kelembagaan, apalagi datanya telah masuk ke
LIPI.
Dalam waktu yang bersamaan, secara struktural diperjuangkan tersedianya
ruang khusus LABDA. Sebagai hasilnya adalah diserahkannya kunci ruang oleh
pimpinan Institut —sebagai tanda pengesahan pemakaian— LABDA, di lantai II
ruang A2.8 (ujung Selatan-Barat), pada bulan Desember 1997. Pemberian ruang itu
benar-benar memompa semangat untuk melangkah lebih jauh. Dari hasil sedikit
demi sedikit jariyah yang masuk dan terutama subsidi dari Institut,
sarana/prasarana LABDA dipenuhi sebagaimana disajikan pada bagian berikutnya
dalam memori ini.
Berdasarkan gambaran di atas, selama 23 bulan (mulai September 1997 hingga
Juli 1999) energi terkuras untuk berjuang dalam penyebaran informasi dan
pemenuhan sarana/prasarana awal, dan selama itu pula LABDA secara formal
hanya mempunyai seorang tenaga, yaitu kepalanya —tanpa tangan dan kaki. Hal
tersebut juga menyebabkan kestatisan LABDA. Ini terbukti pada
ketidakterlaksanaan program eksperimen/konsolidasi awal ”praktik siar eLDeHA
FM” bagi para mahasiswa yang berminat.
Persiapan program praktik siar tersebut (pendaftaran calon penyiar, pembinaan
khusus, dan kualifikasi) dijadualkan selama bulan Maret dan April 1999, dan
pelaksanaan praktik siarnya pada bulan Mei dan Juni 1999. Akan tetapi itu tidak
terlaksana karena alasan teknis ketenagaan. Alasan ini juga berkenaan dengan
bidang-bidang lainnya, seperti tenaga tata usaha. Memang ada “dawuh” pimpinan
untuk memperbantukan seorang dari staf tata usaha Fakultas. Itupun tidak dapat
efektif, karena ada beberapa pekerjaan besar di samping pekerjaan rutin yang
menuntut kesungguhan penyelesaian.
Untuk efektifitas operasionalisasi, ada tiga hal utama yang direncanakan pasca
peresmian LABDA, yaitu: (1) tenaga tetap tata usaha dan operator praktikum, (2)
pelibatan tenaga edukatif mata kuliah praktikum mikro (retorika, dakwah dialogis,
protokoler, jurnalistik, grafika, dan siaran RTF) dan (3) penyediaan kesempatan
magang bagi para lulusan terbaru. Khusus magang, kesempatan dibatasi maksimal
satu semester. Pada tiap semesternya dibutuhkan dua alumni (pria dan wanita).
Tenaga pria dipetakan pada penguasaan operasi pelayanan praktikum, dan tenaga
wanita pada penguasaan sistem dan pelayanan administrasi LABDA.
B. Konsep Dasar
1. Latar Belakang (Dasar Pemikiran)
Dalam kancah akademik, Dakwah di Indonesia dilahirkan oleh Fakultas
Ishuluddin sebagai salah satu jurusannya, pada tahun 1970. Dua tahun kemudian
(1972) Dakwah eksis sebagai fakultas. Dengan ini kemandiriannya tertantang,
terutama secara filosofis maupun metodologis; yang keduanya merupakan syarat
mutlak dalam keilmuan.
Terdapat sejumlah karya keilmuan dakwah yang dipelajari dan dikaji lebih
jauh oleh para aktivis. Namun dalam perkembangannya, —diakui atau tidak—
karya-karya senada tidak cukup subur. Meskipun hal ini tetap dalam konteks
menjunjung tinggi nilai kontributif sejumlah karya yang telah hadir.
3
Dakwah pada dasarnya diharapkan tampil secara ”berani” sebagai profesionalitas.
Ini berarti, bahwa perangkat pengembangan keilmuan maupun pengayaan
praktik merupakan paduan serasi yang diperlukannya.
Dalam peta formal-keilmuan, melalui usul Bapak Prof. Dr. Harun Nasution,
Dakwah masuk dalam jajaran ilmu-ilmu keislaman yang diakui oleh LIPI (SK
LIPI tahun 1982). Peta ilmu-ilmu tersebut adalah: (1) Ilmu al-Qur’an, (2) Ilmu
Hadith, (3) Ilmu Pemikiran Islam (Kalam, Filsafat, Tasawuf), (4) Ilmu Hukum
dan Pranata Sosial Islam, (5) Ilmu Sejarah dan Peradaban Islam, (6) Ilmu
Pendidikan Islam, (7) Ilmu Dakwah Islam, dan (8) Ilmu Aliran-Aliran Modern di
Dunia Islam (AMDI). Ilmu AMDI dijadikannya sebagai argumentasi utama, agar
ilmu-ilmu keislaman diakui secara metodologis.
Kemudian dalam peta pembangunan di Indonesia, sebagaimana rumusan
Dewan Riset Nasional (DRN), Dakwah bergerak dalam program-program utama
sosial, falsafah dan perundang-undangan: (1) peningkatan kualitas sumber daya
manusia; (2) pengembangan dan pemanfaatan potensi sosial-budaya Indonesia;
(3) pengelolaan lingkungan hidup; (4) peningkatan kualitas data. (Imron Arifin,
1994: 114-115) Dakwah sebagai aktivitas berkepentingan terhadap program
nomor (1), (2) dan (3). Sedangkan LABDA berkompetensi terhadap program
nomor (1), (2) dan (4).
Sementara di Fakultas Dakwah IKAHA Tebuireng sendiri, bukan tidak
mungkin bahwa benih-benih kreatif maupun inovatif, ada, atau bahkan bernilai
fresh dalam panggung keilmuan. Akan tetapi sarana/prasarana atau sistem
kelembagaannya belum memberikan porsi yang mapan untuk itu. Di sisi lain
praktik-praktik dakwah oleh mahasiswa —dalam bentuk apapun dan di
manapun— tidak dapat dikontrol dan dievaluasi, dan karenanya hasil aktivitas-
aktivitas tersebut tidak dapat dikaji secara intensif maupun dikembangkan. Untuk
menjembatinya, kehadiran laboratorium dakwah tidak dapat disimplikasikan,
sebagai kebutuhan opsi dan alternatif bagi pemecahan masalah. Sebab
laboratorium inilah yang dapat dan diharapkan berfungsi:
1. Menginventarisasi karya-karya pikir dan hasil-hasil penelitian yang
mengarah dan bertujuan mengembangkan ilmu dakwah, sehingga dapat
dicandra maupun dikontrol secara empiris dan berkesinambungan dari
generasi tertentu ke generasi berikutnya. Mengembangkan skala potensi dan
kerangka metodologis dakwah dari derajat tertentu yang sudah ada ke derajat
yang lebih mapan demi kemandiriannya sebagai sains, secara lebih kokoh.
2. Menjadi miniatur dan ladang penelitian dan pengembangan (litbang)
dakwah, baik sebagai ilmu (murni dan terapan) maupun aktivitas, dalam
sistemasi tridharma perguruan tinggi.
3. Menjadi tumpuan bagi penggodogan profesionalitas dakwah, sesuai dengan
spesifikasi tertentu.
4. Keempat hal itu bersumber pada asumsi umum bahwa laboratorium
merupakan lembaga infrastruktur dalam pendidikan tinggi yang salah satu
darmanya adalah penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, untuk
menciptakan lulusan yang profesional di bidangnya.
4
2. Jati Diri LABDA
Laboratorium adalah tempat mengadakan percobaan (penyelidikan dan
sebagainya) segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia dan
sebagainya (Poerwadarminta: 1976: 547). Ia merupakan tempat yang dilengkapi
dengan peralatan dan “reagen” untuk melakukan eksperimen keilmuan,
penyelidikan, pengujian ilmiah thread produk dan proses. Laboratorium terdapat
di sekolah dan universitas, lembaga riset pemerintah maupun swasta dan industri.
Berkat adanya laboratorium manusia menemukan berbagai hal baru dalam dunia
ilmu. Laboratorium juga merupakan tempat berlatih para ilmuwan muda.
Penemuan dari laboratorium, setelah lewat laboratorium pengembangan dan
proyek perintis akhirnya muncul di pasar sebagai benda-benda yang dapat dibeli
oleh masyarakat.” (Ensiklopedi Nasional Jilid 9, 1990: 265-266) Sedangkan
Laboratorium Dakwah merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan
berbagai kegiatan penopang bagi aktivitas dakwah (Mulkhan, 1996: 234-235).
Ada empat hal yang penting dicatat kaitannya dengan jati diri LABDA, yaitu
merupakan (1) tempat untuk mengadakan eksperimen untuk menghasilkan dan
mengembangkan teori-teori ilmu dakwah, (2) tempat penggodogan profesionalitas,
3) sebagai miniatur keilmuan dan kelembagaan, (4) sebagai pusat informasi dan
pelayanan umum strategi dan teknologi dakwah. Jati diri ini secara lebih dekat
dijelaskan pada sub-sub sajian berikut.
3. Fungsi-Fungsi
Berbagai fungsi yang menggambarkan bentuk-bentuk aktivitasnya adalah
sebagai:
a. Pusat informasi dan pemanfaatan dakwah (PIPD);
b. Pusat penelitian dakwah (PPD);
c. Pusat pengkajian masalah dakwah (PPMD);
d. Pusat pengembangan metodologi dan teknologi dakwah (PPMTD); dan
e. Pusat latihan subjek dakwah (PLSD).
4. Perlengkapan
Dalam rangka mengembangkan fungsi-fungsi tersebut, LABDA dilengkapi
dengan unit-unit kegiatan, antara lain sebagai berkut:
a. Unit Perpustakaan dan Penerbitan (UPUSBIT);
b. Unit Penelitian dan Pengembangan (ULITBANG);
c. Unit Pendidikan dan Latihan (UDIKLAT);
d. Unit Analisis, Komputasi dan Sistem Informasi (UAKSI);
e. Unit Operasi Audio-Visual (UAV) /Unit Teknologi Dakwah (UTD);
f. Unit Public Relations dan Human Relation (UPRHR);
g. Unit Kedanaan dan Pengembangan Sarana/Prasarana (UKPS); dan
f. Ketatausahaan.
5. Pelayanan Umum (Public Service)
Sebagai pusat informasi dakwah, LABDA menjalin hubungan dengan
lembaga-lembaga/pusat-pusat dakwah. Kerjasama dalam berbagai hal akan
memungkinkan LABDA menyerap informasi dan seterusnya menyebarkan
informasi dakwah kepada semua lembaga/pusat dakwah tersebut, maupun
kepada perorangan (da’i).
5
Unit pendidikan dan latihan merupakan salah satu aktivitas “public service”
guna menopang penyelenggaraan dakwah yang dikoordinasikan oleh lembaga-
lembaga/pusat-pusat dakwah. Bentuk-bentuk latihan meliputi antara lain:
a. Latihan Kader Dakwah (skala umum);
b. Latihan Retorika Dakwah;
c. Latihan Jurnalistik dan Grafika Dakwah;
d. Latihan Bimbingan dan Penyuluhan Islam;
e. Latihan Pelayanan dan Pengembangan Sosial (Peta/Geografi Dakwah)
f. Latihan Manajemen Dakwah;
g. Latihan Penelitian dan Perencanaan Dakwah;
h. Latihan Statistik Dakwah;
i. Latihan Analisis, Komputasi dan Sistem Informasi;
j. Latihan Pengelolaan Perpustakaan; dan
k. Latihan Pengoperasian Piranti Audio-Visual.
6. Penggodogan Profesionalitas
Pada substansi pokoknya, laboratorium dakwah menekankan pada
pengembangan masing-masing jurusannya sebagai profesi (keahlian). Mengenai
ini, dapat digambarkan demikian;
a. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI):
Mahasiswa dididik menjadi ahli komunikasi dan penyiaran Islam dengan tiga
kemampuan (profesionalitas); komunikasi tabligh, dakwah dialogis,
jurnalistik, dan grafika.
b. Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI):
Mahasiswa dididik menjadi tenaga profesional dakwah Islam di bidang
bimbingan mental (terapi kejiwaan), pelayanan penyuluhan masyarakat dan
konsultasi keagamaan.
c. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI):
Mahasiswa dididik menjadi ahli pengembangan masyarakat yang kemampuan
pokoknya adalah mengorganisasi dan sekaligus memberdayakan sumber daya
insan (SDI) untuk kepentingan pembangunan mental keagamaan dalam sistem
pembangunan masyarakat seutuhnya.
d. Jurusan Manajemen Dakwah (MD):
Mahasiswa dididik menjadi ahli manajemen dakwah yang berkemampuan
mengorganisasi potensi-potensi dakwah menjadi suatu keterpaduan sistematis
dan progresif. Sehingga, melalui ini, diharapkan dakwah memiliki kekuatan
strategis
Dalam kaitan laboratorium sebagai tempat mengadakan eksperimen, maka di
dalam laboratorium dakwah diintensifikasi pendalaman keahlian masing-masing,
sebagaimana pemaparan di atas, melalui percobaan-percobaan. Konsep ini
kemudian melahirkan operasionalisasi “micro practicings” untuk masing-masing
keahlian.
Dalam hubungannya dengan laboratorium dakwah sebagai lembaga yang
menyelenggarakan berbagai kegiatan penopang bagi aktivitas dakwah, maka di
dalamnya, selebih pendalaman masing-masing keahlian tersebut, juga dilakukan
studi yang berkenaan dengan empat dimensi dakwah (sebagai karakteristik
6
ajaran Islam, aktivitas, ilmu pengetahuan dan profesionalitas). Konsep ini
kemudian menjadikan laboratorium dakwah sebagai ‘miniatur keilmuan dan
kelembagaan’. Sebagai miniatur, dalam LABDA digelar ladang penelitian dan
pengembangan (litbang) dakwah; baik sebagai ilmu maupun aktivitas, dalam
sistemasi tridarma perguruan tinggi.
Khusus bagi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam KPI), jenis dan
tahapan praktik disampaikan demikian.
a. Jenis Praktik Mikro:
1) Mikro Retorika (mayor, lainnya minor);
2) Mikro Dakwah Dialogis;
3) Mikro Protokoler/Persentasi;
4) Mikro Siar Dakwah eLDeHA FM (Siaran RTF); dan
5) Mikro Jurnalistik.
b. Tahapan Praktik Mikro:
1) Bekal teoritik (lewat perkuliahan),
2) Penyiapan materi praktik,
3) Kualifikasi pra-praktik, dan
4) Pelaksanaan praktik.
7. Manajemen
a. Ketenagaan
Tenaga-tenaga yang dibutuhkan mengacu pada operasionalisasi fungsi-
fungsi LABDA, yakni para ahli dalam bidang-bidang berikut:
1) perpustakaan dan penerbitan;
2) penelitian dan pengembangan ilmu;
3) pendidikan dan pelatihan;
4) analisis, komputasi dan sistem informasi;
5) audio-visual (teknologi dakwah);
6) public relations dan human relations; dan
7) penggalian dana dan pengembangan sarana/prasarana.
Ketujuh ahli-bidang tersebut didukung oleh sekretaris (selevel kepala tata
usaha) yang bertanggungjawab dalam pengadministrasian seluruh kegiatan.
Khusus dalam unit pendidikan dan pelatihan, dibutuhkan tenaga-tenaga
pelatih yang menjangkau komposisi sebagaimana penjelasan B.5. di atas.
b. Organisasi Kerja
1) Pembina : Rektor
Para Pakar Ilmu
2) Penanggungjawab : Dekan
3) Kepala :
4) Sekretaris :
5) Bendahara :
6) Kepala-Kepala Unit :
7) Tatausaha
7
c. Deskripsi Bidang Kerja
Deskripsi bidang kerja ini dimaksudkan sebagai jobs description yang
menjadi acuan sekaligus kontrol efiensi kerja, yang tentunya bersifat
fungsional antar bagian.
Secara praktis, deskripsi tersebut dapat dicandra lewat tabel pada
halaman berikut.
TABEL DESKRIPSI BIDANG KERJA LABORATORIUM DAKWAH
NO. BIDANG KERJA UNIT-UNIT SARANA/PRASARANA
KERJA 1 Unit Perpustakaan dan Penerbitan
1. Mengorganisasi dan Mengembangkan referensi
1. Kereferensian dan Kurikulum 2. Komputer Multimedia
2. Mengorganisasi dan menerbitkan hasil penelitian
3. Info Media Massa 4. Almari dan kaitannya
3. Menerbitkan buku/diktat kuliah 5. Alat-alat penerbitan 4. Menerbitkan
Jurnal/Bulletin/Majalah ilmiah 6. Informasi perkembangan buku
dan hasil penelitian
2
Unit Penelitian dan
Pengembangan
1. Mengorganisasi hasil penelitian 1. Kereferensian 2. Merumuskan panduan/buku
metodologi penelitian 2. Panduan Penelitian
3. Intensifikasi diskusi 3. Hasil-hasil Penelitian 4. Memprogram penelitian berkala
(secara individual/kolektif) 4. Rekaman dan Laporan Kegiatan
5. Upgrading metodologi penelitian 5. Tenaga Peneliti dan Ahli
(Konsultan) 6. Komputer (Sistem Analisis Data)
7. Alat-alat diskusi/pertemuan 3 Unit Pendidikan dan Latihan
1. Menyelenggarakan diklat dalam aneka bentuk
1. Piranti Audio-Visual
2. Mengorganisasi hasil diklat sesuai dengan jenis dan klasifikasinya
2. Tenaga pelatih 3. Pengorganisasian secara
insidentil 4. Kondisional
4
Unit Analisis, Komputasi, dan
Sistem Informasi
1. Mengolah data /fakta 1. Kereferensian 2. Mengorganisasi hasil analisis
dengan sistem komputer 2. Hasil-hasil penelitian
3. Menyajikan informasi dalam
ragam bentuk dan muatannya 3. Laporan-laporan Kegiatan 4. Fakta-Fakta/Data-data Kegiatan 5. Komputer (Analisis dan
Aksesoris)
8
5 Unit Operasi Audio-Visual 1. Merekam kegiatan/fakta di dalam
dan di luar Laboratorium 1. Video-System (Multisystem)
2. Mengorganisasi data-data audio-
visual 2. HandyCame
3. Mendistribusikan data-data sesuai
dengan kategorinya 3. Camera Kodak 4. Speaker Set 5. OHP/Slide Projector 6. Tape-Recorder
6
Unit Public Relations dan Human
Relations
1. Membentuk Jaringan Internal dan
Eksternal 1. Telepon dan Faximile
2. Menumbuhkan iklim dinamis
kerja 2. Akses Internet Komputer
3. Mengevaluasi produktifitas SDI 3. Human Approach 4. Media Massa (Cetak &
Elektronik) 7 Unit Penggalian Dana dan
Pengembangan Sarana/Prasarana
1. Menggali dana dari dalam dan luar dengan pola-pola kondisional
1. Teknisi
2. Mengembangkan Sarana/Prasarana
2. Perawat Sarana/Prasarana
3. Mengendalikan tatarawat
Sarana/Prasarana program unit-unit
3. Jaringan Internal/Eksternal
4. Melakukan sekuriti Sarana/Prasarana
4. Pengembangan
8
Ketatausahaan
1. Menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan administratif 1. Alat-alat administrasi
2. Menyusun sistem administrasi
terpadu/terpeta 2. Komputer (program sistem data)
3. Mensistemasi arsip untuk evaluasi
terbuka dan laporan
berkala/konstelatif
3. Almari data dan
perlengkapannya 4. Manajemen data (sistem arsip)
5. Databoard 6. Kondisional
8. Jaringan-Jaringan
a. Input
1) Kepustakaan;
2) Hasil-hasil penelitian dan diskusi;
3) Laporan-laporan Kegiatan;
4) Informasi media massa;
5) Akses internet
6) Studi Komparatif; dan
7) Rekaman fakta-fakta/informasi multisumber.
9
b. Output
Output ini merupakan informasi, advis dan atau pelayanan mengenai:
1) Ilmu dan profesi dakwah secara umum;
2) Metodologi penelitian;
3) Metodologi dan teknologi dakwah;
4) Gagasan strategis;
5) Strategi umum dakwah dan pembinaan bidang-bidang khusus;
6) Hasil micro-practicings sesuai jurusan/keahlian;
7) Hasil pelatihan-pelatihan;
8) Penguasaan komputasi keahlian; dan
9) Jalinan profit-oriented.
c. Kerjasama Internal
Ini merupakan kerjasama dengan lembaga-lembaga/biro-biro di lingkungan
IKAHA, antara lain:
1) Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3);
2) Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M);
3) Bulletin al-Fikrah;
4) Lembaga Pelatihan Performansi Manusia Utama (Formata) Fakultas
Tarbiyah/Laboratorium Tarbiyah;
5) Laboratorium Syari’ah;
6) Perpustakaan Fakultas dan Institut; dan
7) Media-Media Informasi SMF dan SMI.
d. Kerjasama Eksternal
Kerjasama dengan pihak-pihak di luar IKAHA; baik regional, nasional,
maupun internasional;
1) Lembaga-Lembaga Dakwah (pendidikan dan organisasi);
2) Laboratorium-Laboratorium Dakwah;
3) Organisasi-Organisasi Islam;
4) Instansi-Instansi Pemerintah;
5) Lembaga-Lembaga Kajian keilmuan, Keislaman dan Kemsyarakatan;
6) Media-Media Massa (Cetak dan Elektronik);
7) Para Alumni;
9) Informan/Koresponden; dan
10) Internet Serving Provider (ISP).
9. Komposisi Laboratorium Dakwah
a. Referensi (R):
1) Referensi Umum (RU)
2) Referensi Umum Keislaman (RUK)
3) Referensi Umum Dakwah (RUD)
4) Referensi Keahlian Dakwah (RKD):
a) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
b) Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)
c) Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
d) Manajemen Dakwah (MD)
10
5) Referensi Bidang-Bidang Khusus (RBK):
a) Ayat-Ayat Dakwah (AD)
b) Hadits-Hadits Dakwah (HD)
c) Fiqh Dakwah (Fq_D)
d) Metodologi Dakwah (Mt_D)
e) Rijalud-Dakwah (RD)
f) Psikologi Dakwah (PD)
g) Sosiologi Dakwah (SD)
h) Filsafat Dakwah (Fl_D)
i) Manajemen Dakwah (Mn_D)
j) Geografi Dakwah (GD)
6) Referensi Metodologi Penelitian Dakwah (MPD)
7) Referensi Pendukung (RP)
b. Hasil Penelitian (HP):
1) Penelitian Dosen (PDs):
a) Makalah Diskusi (MD)
b) Diktat Kuliah (DK)
c) Laporan Riset (LR)
2) Makalah Diskusi Eksternal (MDE)
3) Riset Aksi (RA)
4) Skripsi (S)
5) Riset Kolektif Mahasiswa (RKM)
6) Studi Komparatif Mahasiswa (SKM)
c. Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat (PPM):
1) Bhakti Sosial Mahasiswa (BSM)
2) Studi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (SPPM)
3) Strategi Pembinaan Bidang-bidang Khusus (SPBK):
a) Organisasi Sosial Keagamaan (OSK)
b) Kemasjidan (K)
c) Majlis Ta’lim (MT)
d) Lembaga Kajian Keislaman (LKK)
e) Yayasan Sosial Keislaman (YSK)
f) Yayasan Pendidikan Islam (YPI):
(1) Formal (F)
(2) Non-Formal (NF):
(a) Pondok Pesantren (PP)
(b) Madrasah Diniyah (MD)
(c) Taman Pendidikan Qur-an (TPQ)
d. Praktikum Mahasiswa (PM):
1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
2) Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)
3) Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
4) Jurusan Manajemen Dakwah (MD)
e. Gagasan Strategis (GS):
1) Problematika Stimulatif (PS)
2) Gagasan Strategis-Kreatif-Inovatif (GSKI)
11
3) Inventarisasi Gagasan Strategis (IGS)
f. Jaringan Internal dan Eksternal (JIE):
1) Jaringan Internal (JI)
2) Jaringan Eksternal (JE)
g. Mitra Data:
1) Papan Struktur Kelembagaan Laboratorium Dakwah
2) Peta Jombang
3) Komputer (Hardware dan Software ), termasuk internet
4) White Board Agenda/Informasi
5) White Board Tutorial
6) Video System
7) Kamera kodak
8) HandyCamera
9) Saling tukar informasi dengan media penerbitan kampus; majalah, bulletin,
atau jurnal ilmiah
10) Media Massa (Langganan):
a) Koran
b) Majalah
c) Jurnal Ilmiah
d) dan atau sebagainya.
C. Motto dan Lambang
Motto LABDA Fakultas Dakwah IKAHA Tebuireng Jombang adalah:
“Bersama Anda LABDA Melangkah”. Maksud motto ini adalah bahwa LABDA
lahir dari keterlibatan beberapa pihak, baik internal kelembagaan maupun
eksternal. Kemudian dalam perjalanannya (fungsi dan perkembangannya),
LABDA tetap terkait dengan partisipasi mereka.
Di lingkungan internal, LABDA hidup dengan partisipasi seluruh Sivitas
Akademika Fakultas Dakwah, dalam asuhan Institutnya. Kata ”Anda” itu secara
khusus tertuju pada Sivitas tersebut. Kemudian, gerak interaktifnya terkait juga
dengan lembaga-lembaga/unit-unit di lingkungan IKAHA sebagaimana penjelasan
di muka. Sedangkan pada level eksternal, LABDA berkembang dalam jalinan
informatif maupun kontributif dengan pihak-pihak di luarnya. Sehingga peran
mereka juga diakui di dalamnya. Atas partisipasi pihak-pihak di luar Sivitas
Akademika Fakultas Dakwah, kata “Anda” memiliki khitab secara umum.
D. Lambang
Lambang (logo) digagas oleh kemitraan Bapak Drs. H.M. Yusuf Zawawi dan
penggagas (Sokhi Huda), menjelang peluncuran Kemilau Jariyah Laboratorium
Dakwah (KJLD), pada minggu pertama bulan Oktober 1997.
1. Unsur-Unsur dan Makna Lambang
a. Kitab suci al-Qur’an yang terbuka berwarna putih: melambangkan landasan
hidup serta pedoman dalam bersikap dan bertindak.
12
b. Pohon kelapa dalam posisi tegak lurus berwarna hijau tua dengan bayangan
warna kuning emas di sebelah kanan: melambangkan manusia yang teguh
iman dan pendirian serta berguna bagi masyarakat.
c. Sembilan tangkai daun kelapa berwarna hijau tua: melambangkan
keberadaan “Wali-Songo” sebagai perintis Islam di bumi Nusantara.
d. Mihrab berwarna putih: melambangkan aktivitas dakwah di tengah-tengah
umat dengan dijiwai oleh niat yang tulus dalam mengemban amanat.
e. Daun kelapa berwarna hijau muda: melambangkan kedamaian dan
kesejahteraan, serta dinamika mencapai cita-cita luhur dan mulia.
f. Lima buah kelapa berwarna hijau tua dengan bayangan warna kuning emas
di sebelah kanan: melambangkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa
Indonesia.
g. Microscup (Kaca Pembesar) berwarna hitam: berarti tempat melakukan
penyelidikan dan pengembangan ilmu dan profesi.
h. Gradasi Cahaya berwarna kuning dari solid ke terang: melambangkan segala
usaha untuk mencapai kebenaran.
i. Tulisan ”FAKULTAS DAKWAH INSTITUT KEISLAMAN HASYIM
ASY’ARI” berwarna putih: melambangkan ketulusan, kejernihan jiwa,
kejujuran serta menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, dengan warna dasar
kuning matang, melambangkan keluhuran, kebesaran jiwa, kematangan
mental dan semangat patriotik.
j. Tulisan ”LABORATORIUM DAKWAH” berwarna biru di luar lingkaran
(identik warna samudra): melambangkan luasnya wawasan ilmu
pengetahuan.
2. Bentuk Lambang
E. Sarana/Prasarana yang Telah Dimiliki
Perkembangan sarana/prasarana yang telah dimiliki LABDA hingga saat ini
(tahun 1999) terlampir secara khusus pada tabel terlampir (pada konsep ter-upload ini
tidak disertakan).
13
STUDIO SIAR aL-DeHA FM
Studio Siar Pertama Kali yang Dimiliki oleh LABDA
Fakultas Dakwah IKAHA Tahun 1999
14
DOKUMEN MEMORI OF UNDERSTANDING
FAKULTAS DAKWAH IKAHA DENGAN HARIAN DUTA MASYARAKAT
SURABAYA PADA JANUARI 2004 UNTUK KERJASAMA PRAKTIKUM
JURNALISTIK SEBAGAI REALISASI PROGRAM LABDA
Drs. H. A. Mustain Syafi’ie, M.Ag.
Dekan Fakultas Dakwah IKAHA
Tebuireng Jombang
Drs. H. Choirul Anam
Pemimpin Umum Harian Duta
Masyarakat Surabaya