Post on 06-Jul-2018
8/16/2019 Mengejar Mentari
1/29
Mengejar Mentari
“Yaaa itulah tadi penampilan dari d’SunShine!!!nice perform, guys,” ujar Obiet –host acara
musik yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi swasta– pada sebuah grup band
yang terdiri dari dua cewek –satuvocalist satu pianist– dan empat cowok –satudrummer,
dua guitarist, dan satubassist.
“Makasih,” ujar sangvocalist, mewakili grup band yang lagi naik daun di blantika musik
Indonesia, sambil berlalu meninggalkan panggung menujubackstage.
“LAGIII LAGIII LAGIII LAGIII LAGIII!!!” teriak penonton acara musik itu, sebagian besar yang
berteriak adalah para Shiners,fans grup band itu sendiri.
“Tenaaaaaanngg Shiners, d’Sunshine pasti bakal tampil lagi kok. Sekarang kita saksikan
penampilan dari d’Chazha!!!Check this out!!!”
Sementara itu direst area, dua cewek personel grup band itu langsung melepas
sepatuheels yang melekat di kaki jenjang mereka. Nampaknya keberadaanheels itu justru
membuat mereka tidak nyaman.
“Aduh kaki gue pegel nih gara-garaheels sialan ini,” rutuk satu diantara dua cewek itu. Seorang
gadis tirus dengan rambut panjangnya yang sekarang diikat ekor kuda. Dialah
sang pianist d’SunShine, Ify Sunny –nama panggungnya; Sunny untuk personel perempuan dan
Shine untuk personel laki-laki.
8/16/2019 Mengejar Mentari
2/29
“Sama, kaki gue juga pegel nih. Urghheels sialan! Untung aja tadi lagunyamellow,” rutuk gadis
lainnya tak kalah kesal. Via Sunny, gadis chubby yang kali ini mengenakan kupluk untuk
menutupi rambut pendeknya, dialahvocalist d’SunShine.
Keempat rekannya menatap keduanya dengan tatapan meledek. “Kalian berdua tuh cewek
bukan sih? Disuruh pakeheels aja ngeluh,” ledek cowok gondrong –Ray Shine;drummer– pada
Ify dan Via.
“Tau nih, baju sih bolehdress, tapi pakeheels aja takut, cemen ah,” cowok berambut sedikit
jabrik –Cakka Shine;lead guitarist– menimpali. Matanya menelusuri penampilan dua gadis itusekilas. Ify dengandress putih selutut berlengan pendek dengan ban di pinggang dan Via
dengan dress yang juga putih berlengan panjang dengan ban hitam di pinggang. Kedua gadis
itu memiliki selera yang sama dalam masalah penampilan. Walau Via lebih memilih memakai
kupluk untuk menutupi rambut pendeknya dan Ify yang memilih mengikat kuda rambut
panjangnya. Tapi tetap saja, dua gadis itu tetap manis dan cantik. Adanyaheels di kaki jenjang
mereka justru membuat keduanya tampak aneh.
“Dasar cowok ngga berperikemanusiaan!” rutuk Ify sekali lagi.
“Gue ngga pernah suka pakeheels, gila!” timpal Via tak kalah sebal.
“Udah deh, ribut aja yang dibesarin. Nih Vi, Fy, pake ini aja. Daripada perform ntar lo berdua
bikin malu –jatuh misalnya. Masih untung tadi kita bawain lagumellow jadi lo berdua ngga
keliatan ngga enaknya,” seru cowok hitam manis –Rio Shine;another guitarist– seraya
menyerahkan duawedges ke arah Via dan Ify. Dia tau kalau dua gadis itu sangat tidak suka
kalo disuruh memakaiheels. Tapi entah kenapa manajer mereka –kak Febby– malah menyuruh
mereka mengenakanheels untuk perform perdana tadi.
8/16/2019 Mengejar Mentari
3/29
“Nah ini baru bener, dari tadi kek,” seru Ify girang sambil memasangwedges hitam bertali itu di
kaki jenjangnya, setelah sebelumnya melemparheelsnya sembarangan. Meskipun sama-sama
memiliki hak setinggi 9cm, paling tidak dia tidak perlu menopang seluruh berat badannya padahak yang hanya seukuran jari kelingkingnya lagi.
Berbeda dengan Ify yang langsung menerima dengan girangwedges yang disodorkan Rio, Via
malah hanya menatapwedges itu tanpa berniat menerimanya.
“Heh, bengong aja. Pake nih, daripada lo ngamuk-ngamuk ngga karuan, bentar lagi
kita perform nih,” tegur Rio sambil kembali menyodorkanwedges ditangannya untuk Via.
Via melengos dan memilih duduk di tempat yang telah disediakan, tanpa
mengambilwedges yang disodorkan Rio maupunheels yang tadi dilemparnya asal. Tangannya
mulai mencari sesuatu di dalam tasnya.Ipoddanearphone tentu saja. Tapi konsentrasinya
terpecah ketika salah satu rekannya menghampiri dan duduk disampingnya.
Tanpa aba-aba Alvin Shine –bassist d’SunShine– rekan yang duduk disampingnya itu,
menyodorkan sebuah kotak dihadapannya.
“Apaan nih?” tanya Via heran.
“Buka aja,” jawab Alvin enteng lantas menyambarIpoddanearphone yang dikenakan Via.
8/16/2019 Mengejar Mentari
4/29
8/16/2019 Mengejar Mentari
5/29
“Lo tuh kali yang ngga dikasih jatah sama Rio,” celetuk Ray yang langsung dihadiahi jitakan dari
Rio.
“Jangan ngelibatin gue bisa kali ya,” ujar Rio jengah.
“Oke guys, udah cukup istirahatnya. 5 menit lagi kalian akan kembali naik panggung!” seruan
Febby membuat keenam personel d’SunShine mengeluh dan mau tak mau kembali bersiap-
siap. Bagaimanapun juga, mereka tetap saja remaja yang kadang masih seenaknya sendiri.
Remaja yang kadang tak mengerti arti tanggung jawab dan profesionalitas kerja.
Alvin memakai kembali jaket yang tadi dilemparnya asal. Melihat itu, Via tergerak untuk
membetulkan jaket yang dikenakan Alvin. Setelah dirasa oke, Alvin menaikkan sesiku kedua
lengan jaketnya dan memakai tudung jaket untuk menutupi rambutnya. Via mengacungkan
kedua ibu jarinya sebelum akhirnya mereka menyusul Rio, Ray, Cakka dan Ify yang telah
menaiki panggung terlebih dahulu. Tanpa keduanya sadari, teman-temannya tersenyum penuh
arti melihat kejadian barusan.
***
“Hoahm…” Ray menguap lebar sambil mengangkat tinggi kedua tangannya. Tampaknya dia
sedang ngantuk berat, keliatan dari matanya yang sayu.
8/16/2019 Mengejar Mentari
6/29
“Ray, pleasedeh jagaimage dikit kenapa?” tegur Ify yang berjalan disamping kanannya kesal.
Disamping kiri Ray sendiri ada Cakka, sedangkan di samping kanan Ify ada Rio.
“Tau nih lo Ray. Apa kata Shiners –terlebih RayReady– kalo ngeliat idola mereka ternyata kaya
gini,” timpal Via yang berjalan dibelakang bersama Alvin.
Ray mencibir mendengar perkataan dua gadis itu. “Dasar perfeksionis! Gue ngantuk, gila! Tadi
baru tidur jam 3 dan jam 5 udah harus bangun lagi. Bayangin deh gue cuma tidur 2 jam!”
umpatnya kesal.
“Gue yang tidur jam 2 bangun jam 4 aja ngga ribut tuh,” ujar Via nyeletuk.
Rio terkekeh geli dan tergerak untuk mengacak rambut gondrong Ray. “Justru karna mereka
perfeksionisimage kita tetep terjaga, bocah!”
Ray cemberut mendengar Rio menyebutnya bocah. Dia memang yang paling muda diantara
mereka semua. Tapi tetap saja dia ngantuk dan urusan jagaimage semakin membuat
ngantuknya menjadi.
“Eh Ray, hari ini bu Karin ngga masuk kan? Basket aja yok!” ajak Cakka begitu menyadari kalau
guru yang mengajar Matematika di dua jam pertama tidak masuk karena sedang sakit. Diantaramereka berenam, Ray dan Cakka sekelas di kelas XA, Ify sekelas dengan Via di XI IA3, dan Rio
dengan Alvin di XII IA1. Keenamnya bersekolah di sekolah yang sama, VeronaHigh School–
VHS.
8/16/2019 Mengejar Mentari
7/29
Ajakan Cakka membuat kekesalan Ray sirna. “Ikut main yok, Vin, Yo,” meski Alvin dan Rio dua
tahun diatasnya, tapi baik Cakka maupun Ray tidak memanggil keduanya dengan embel-embel
kakak. Begitu juga dengan Ify dan Via.
Rio melirik Alvin yang berjalan di belakangnya, seakan menanyakan pendapat Alvin.
“Terserah. Hari ini kitafree kok, guru-guru pada rapat,” jelas Alvin yang sibuk sendiri dengan
Via. Kadang mereka membicarakan game yang mereka mainkan dini hari tadi, atau lagu-lagu
baru dari penyanyi manca negara favorit mereka.
“Rapat apaan?” tanya Ify.
“Rapat ulang tahun sekolah,” jelas Via. Orangtuanya dan Alvin adalah pemilik yayasan dari
VHS, jadi wajar saja jika mereka tahu –tanpa sengaja diberitahu.
“Lo berdua mau ikut ngga?” tanya Rio pada Ify dan Via.
Keduanya saling pandang sejenak, lantas mengangguk dan mengekor di belakang Alvin, Rio,
Ray, dan Cakka ke lapangan basketindoor. Lapangan basket yang jarang digunakan murid-
murid VHS, meskipun pada jam kosong seperti saat ini.
Ray dan Cakka langsung melepas dasi dan kemeja biru mereka, menampakkan T-shirt hitam
yang dikenakan sebagai dalaman. Via dan Ify mengangkat alis melihat pemandangan itu.
8/16/2019 Mengejar Mentari
8/29
“Tumben lo berdua pake dalaman. Biasa juga kalo buka baju langsung telanjang dada,” tanya
Ify heran.
Ray dan Cakka tersenyum licik. “Kenapa, kalian––”
“––ngga usah mesum deh Ray, Cakka!” sewot Via kesal begitu menyadari senyuman licik Ray
dan Cakka.
Alvin dan Rio terkekeh geli melihat pertengkaran mereka berempat. Keduanya tidak melepas
kemeja, hanya melonggarkan ikatan dasi yang membelit leher mereka.
“Jadi main ngga?” seruan Rio menghentikan pertengkaran tak jelas Ify-Via dan Ray-Cakka.
Ray dan Cakka juga Alvin dan Rio langsung memulai permainan mereka, memperebutkan satubola bundar berwarna oranye untuk dimasukkan ke dalam ring.
Sementara cowok-cowok itu main basket, Ify dan Via tampak sibuk dengan kertas juga pen dan
laptop milik Ify. Seperti biasa, keduanya tengah sibuk mengaransemen lagu baru mereka. Ah
bukan mengaransemen, memperbaiki lebih tepatnya. Rio dan Cakka sudah
membuatdraftkasar lagu baru mereka nanti, tinggal mereka berdua yang memperbaikinya.
Tentu saja termasuk lirik yang sesuai. Selama ini yang membuat nada dan irama adalah paraShine, sedangkan Sunny yang memperbaiki dan membuat liriknya.
“Kayanya bagian reffnya kurang greget deh, Fy,” usul Via begitu mendengar sekilas aransemen
yang dibuat Rio.
8/16/2019 Mengejar Mentari
9/29
“Gue bingung deh, ini sebenernya lagumellow ato RnB sih?” tanya Ify bingung.
“Kayaknyamellow deh, Fy. Gimana kalo kita bikin tentang Ibu aja? Gue tiba-tiba kangen Nyokap
nih,” jelas Via sambil menatap jauh ke depan. Diantara mereka berenam, hanya Via yang tak
pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu. Ibunya meninggal ketika dia berusia lima tahun.
Dan selama ini, Mama Alvin yang menggantikan peran Ibu dihatinya. Makanya dia bisa dekat
dengan Alvin.
Ify mengelus punggung tangan Via perlahan. “Keluarin aja kalo lo emang mau nangis, ada gue
disini,” ujarnya lembut.
Via mengerjapkan matanya perlahan lantas menatap Ify, “Gue ngga pa-pa kok. Ohya, gue udah
punya bayangan liriknya nih, lo selesein aransemennya ya, ntar sore kita diskusiin lagi sama
mereka,” jelas Via sambil menunjuk Rio, Alvin, Ray, dan Cakka yang tengah asyik dengan bola
bundar oranye itu.
Ify tersenyum melihat Via yang –seperti biasa– bisa mengendalikan emosinya dengan baik.
“Oke, mari kita buat mereka terkesan dengan hasil kerja kita ini.”
Sementara itu, seseorang melirik keduanya dan mengernyitkan keningnya melihat mata gadis
itu berkaca-kaca.Kenapa, Mentari? Merindukan Ibumu?Dan nampaknya dia tak lagi terkejut
begitu raut sedih gadis itu menghilang, digantikan dengan senyum ceria seperti biasa. Tapi dia
tau, senyum ceria itu palsu.
8/16/2019 Mengejar Mentari
10/29
Kenapa kau harus berpura-pura, Mentari? Menangis saja jika memang kau ingin menangis.
Jangan pernah berpura-pura sementara hatimu menjerit, Mentari. Atau kau ingin menangis
disisiku?
***
“I’m in love with you … and all these little things …”
“Lagu apaan, Vi? Baru denger gue,” ujar Ify yang memasuki mini studio di rumah Alvin bersama
Rio. Ray dan Cakka sendiri masih menyibukkan diri dimini bar yang terletak tak jauh darimini
studioini.
Seperti biasa, sore ini mereka latihan dimini studio yang ada di rumah Alvin.Studio ini memiliki
satu setdrummilik Ray, piano milik Ify, serta gitar milik Rio, Cakka, dan Alvin tentu saja.
Sembari menunggu teman-temannya berkumpul, Via yang memang rumahnya berdekatan
dengan rumah Alvin memilih mengutak-atik gitar hitam Alvin, seperti saat ini.
“Little ThingsnyaOne Direction. Gue baru tau ni lagu dari SH ato apa deh gue juga ngga tau
tufandom apa yang ngemention gue tadi,” jelas Via sambil memperlihatkanIphone soft bluenyapada Ify.
8/16/2019 Mengejar Mentari
11/29
@V_ANHcover laguLittle Things dari 1D dongs @SunnyVia @AlvShine ! Tu lagu keren
gila!
@Are_thaSH ngbayangin klo @AlvShine nyanyiin laguLittle Things buat @SunnyVia
pastisweetabis!
@RayShineotewe to@AlvShinehouse cc @RioShine @CakkaShine @SunnyIfy
@SunnyVia
@Cherry_NH NW :Little Things - @AlvShine @SunnyVia *ngayalmodeon*
@CakkaShine sbelum k rumah @AlvShine mampir KFC dulu bareng @RayShine
“Oh jadi lo disuruhcover lagu sama Alvin olehfans lo itu?” tanya Ify begitu membaca
beberapamention yang masuk di akun twitter Via.
“Gue juga kaget pas buka twitter, kok mendadak banyak yangrequesttu lagu. Tapi lagunya
emang keren sih, lo harus kudu wajib dengerin lagunya!”
“Dan dia langsung maksa gue nyari kunci gitar tu lagu. Dikira gampang apa nyarinya,” rutuk
Alvin yang sedari tadi berkutat dengan gitar putihnya. Ditelinganya menjuntaiheadset merah
yang terhubung denganIpod soft bluemilik Via.
Via langsung nyengir dan menampilkan wajah tanpa dosanya. “Abis lagunya keren sih. Kapan-
kapan kitacoverlagu itu yah,” usul Via enteng.
8/16/2019 Mengejar Mentari
12/29
Rio memutar matanya lantas menyambar gitar miliknya dan duduk berselonjor di dekat Alvin.
“Jadi, gimana dengan lagu baru kita? Lo berdua udah ada gambaran?” tanya Rio.
“Tadi gue udah ngutak-ngatik dikit aransemen lo, dan Via juga udah ngasih lirik buat lagunya.
Kita tunggu Ray dan Cakka aja dulu,” ujar Ify sambil merebahkan diri di sofa dekat Via.
“Sekarang, kita ngapain?” tanya Via.
“Terusin lagu kalian tadi aja, gue belum denger lagunya kaya gimana,” usul Ify, sembari
mengeluarkan kertas binder tempatnya mencoret-coret aransemen dan lirik lagu dari Via tadi.
Via menatap Alvin sekilas, seolah mengkode untuk melanjutkan lagu yang tadi mereka
mainkan. Alvin memutar matanya malas lantas kembali memetik gitarnya, mengikuti kemauan
gadis chubby itu.
You can't go to bed,
Without a cup of tea,
And maybe that's the reason why you talk in your sleep
And all those conversations
Are the secrets that I keep
Though it makes no
sense to me
I know you've never loved the sound of your voice on tape
You never want to know
how much you weigh
You still have to squeeze into your jeans
But you're perfect to
me
8/16/2019 Mengejar Mentari
13/29
Ify dan Rio terdiam mendengar bait-bait nada dan lirik yang keluar dari mulut Via. Terasa sangat
menyentuh. Seolah mereka –Alvin dan Via– tengah berusaha menyampaikan perasaan mereka
lewat lagu itu. Seolah mereka telah sangat mengenal satu sama lain. Ify teringat salah
satumention darifans Via dan Alvin yang mengatakan bahwa lagu itu sungguh romantis jika
mereka yang membawakan. Dan gotcha!Nilai seratus untukfanstersebut.
Iseng, Ify mengarahkan tatapannya ke Alvin yang mengiringi Via dengan permainan gitarnya.
Walau tak sebagus Rio dan Cakka, tapi Alvin masih lebih baik dibanding Ray dan dirinya, jugaVia. Alvin bisa mencari kunci lagu hanya dengan mendengar lagu tersebut berulang kali.
Dan betapa terkejutnya Ify melihat Alvin menatap Via. Penuh cinta! Sangat intens, seolah takut
kehilangan gadis itu bahkan untuk sedetik. Sangat memuja, seolah Via adalah dewi dari
kahyangan. Sangat mendamba, seolah tanpa Via semua terasa sia-sia. Dan sangat mencinta
tentu saja, tampak dari senyumnya yang tak pernah lepas saat memandang gadis itu.
Diam-diam Ify menarik napas tegang begitu menyadari reaksi Via. Tatapan mata terluka, takut
berharap, takut untuk kembali jatuh cinta, terlihat jelas di kedua manik mata gadis chubby itu.
Luka masa lalu yang teramat dalam membuat Via menutup rapat hatinya, bahkan dari Alvin
sahabatnya sendiri. Tapiwho knows? Bisakah Ify sedikit berharap sahabatnya akan kembali
seperti Via yang dulu? Via yang tak ragu untuk jatuh cinta.
And I've just let these little things slip out of my mouth,
8/16/2019 Mengejar Mentari
14/29
Because it's you,
Oh it's you,
It's you,
They add up to
And
I'm in love with you,
And all these little things,
“Hayoooo latian ngga ngajak-ngajak yaa!”
***
Via menatapmention yang masuk di akun twitternya satu persatu. Banyak yang memuji
penampilan dan lagu baru mereka yang dibawakannya tak kurang dari setengah jam yang lalu.
Tapi banyak juga yang mencela dan mencemoohnya. Tidak apa-apa, sudah biasa baginya.
@SunnyVia Miss you Mama :* {} Tidur yang nyenyak ya disana :)
Sementara itu tak jauh dari tempatnya berada, ada seseorang yang mengawasi tindak tanduk
Via. Di tangannya tergenggamIphone dengan aplikasi twitter yang sedang dibukanya. Salah
satutimeline membuatnya menatap gadis chubby itu.
8/16/2019 Mengejar Mentari
15/29
Merindukan Ibumu, Mentari?
***
@AlvShine mengejar mentari. Wish me luck, guys!
@SunnyIfy bawa mentari pulang yak! Sukses Vin! RT @AlvShine mengejar mentari. Wishme luck, guys!
***
“Mau kemana sih, Vin?” tanya Via heran begitu pulang sekolah Alvin men’culik’nya ketika dia
tengah bersama Ify dan teman-teman sekelasnya.
Tanpa menjawab Alvin melajukan Mazda merahnya menjauhi VeronaHigh School menuju
tempat-yang-hanya-Alvin-yang-tau.
“Alvin!” seru Via kesal karna Alvin tak kunjung menjawab pertanyaannya.
8/16/2019 Mengejar Mentari
16/29
“Hm?”
“Kita mau kemana?” tanya Via berusaha sabar. Kalau saja dia tidak kenal lama Alvin, mungkin
dia sudah melempar cowok oriental itu dengan tas sekolahnya. Sayangnya, dia dan Alvin sudah
bersahabat sejak mereka masih bayi. Dan dia memang sudah harus terbiasa dengan sikap
cuek Alvin.
“Menurut lo?” tanya Alvin balik.
Via mendengus kesal. “ALVIN!”
“Cerewet deh. Duduk diem aja disitu, bentar lagi nyampe kok,” ujar Alvin sambil
memberhentikan mobilnya sejenak karena lampu lalu lintas di depannya berwarna merah.
Via mengerucutkan bibirnya sebal. Lantas membuka aplikasi twitter dariIphone soft bluenya
dan mengetikkan sesuatu.
@SunnyVia @AlvShine sialan!
8/16/2019 Mengejar Mentari
17/29
“Heh, ngetweet yang aneh-aneh lagi nih pasti!” tanya Alvin curiga.
Via tersenyum tanpa dosa. “Itu karena lo ngga mau jawab pertanyaan gue!” ujarnya penuh
kemenangan.
Alvin memutar matanya malas. Gadis ini selalu saja punya cara untuk menaklukkannya.
“Emang lo nanya apaan?”
“Kita mau kemana?”
“Mengejar Mentari,” jawab Alvin singkat, tapi mampu membuat Via bungkam seribu bahasa.
“Men… Mentari?”
“Kita bakal ngejar mentari yang dulu pernah hilang,” ucap Alvin yakin tanpa memandang Via
sedikitpun.
Via? Dia membeku di tempatnya. Kepingan memori di otaknya seakan memaksa untuk keluar,
membuatnya menutup kedua telinganya seketika.
“NGGA! MENTARI UDAH MATI! NGGA ADA LAGI MENTARI! MENTARI UDAH LAMA MATI!”
teriak Via sambil menutup mata dan telinganya, seolah enggan menerima atau mendengar
8/16/2019 Mengejar Mentari
18/29
apapun tentang Mentari. Sayangnya kepingan memori di otaknya selalu saja muncul tanpa
ampun, seolah ingin menunjukkan kenyataan yang ada padanya.
“Bagi gue, Mentari masih ada. Dia masih hidup di hati dan hidup gue,” tandas Alvin yakin.
“LO EGOIS! GUE BENCI LO, ALVIN!” raung Via, matanya menatap Alvin terluka. Tidak
mengertikah Alvin, dia tengah membuka kembali luka lama Via?
“Gue ngga egois. Gue cuma mau Mentari gue balik. Itu aja.”
Selesai. Pembicaraan itu selesai dengan sendirinya.
***
“Ngapain kesini?” tanya Via ketus begitu menyadari kemana Alvin membawanya. Dufan.
“Kan udah gue bilang gue mau ngejar Mentari, gimana sih lo?” sahut Alvin santai tanpa
mempedulikan nada ketus yang digunakan Via. Alvin juga tak peduli reaksi Via setelah
mendengar kata-katanya. Dia dengan entengnya menarik tangan Via menuju salah satu stan
yang menjual pakaian ganti untuk para pengunjung. Jelas mereka harus mengganti bajunya
karena mereka masih mengenakan seragam VHS.
8/16/2019 Mengejar Mentari
19/29
“Mau ngapain?” tanya Via curiga saat Alvin kembali dengan bungkusan di tangannya. Kemeja
sekolahnya sudah berganti dengan T-shirt hitam lengan panjang yang ditarik sesiku.
Alvin menyeringai dan menyerahkan bungkusan di tangannya pada Via, kemudian setengah
memaksa menyeret gadis chubby itu ke ruang ganti.
“Aturan pertama : ganti baju lo dengan baju ini, sekarang!” titah Alvin lantas mendorong Via
masuk ruang ganti tanpa berminat mendengar apapun dari gadis itu.
Sementara di dalam, Via membatu. Tangannya menatap kosong T-shirt putih di depannya.
"Aturan pertama: ganti baju lo dengan baju ini, sekarang!”
“Kenapa harus ganti baju sih? Pake baju ini kenapa?”
“Kita masih pake seragam, nona bawel! Lo mau kita diusir gara-gara ni seragam? Udah deh
ngga usah cerewet ikutin aja aturan gue.”
8/16/2019 Mengejar Mentari
20/29
Tanpa diduga, air mata jatuh membasahi wajah chubbynya. Isakan kecil terdengar menggema
di ruang ganti ini.
“Kenapa? Kenapa lo lakuin ini, Alvin?” isaknya pilu.
Alvin menghela napas mendengar isakan gadis chubby itu. “Maaf, Vi. Hanya ini satu-satunya
cara. Gue cuma mau Mentari gue balik. Maaf kalo gue harus ngebuat lo ngerasain luka itu lagi,”
gumamnya penuh sesal. Lantas dia menutup matanya sejenak dan membukanya lagi.
“Udah belom? Lama amat sih ganti baju doang? Tidur ya?” tanya Alvin. Dia bukannya tidak
mendengar isakan Via tapi ini demi keberhasilan rencana yang sudah disusunnya jauh-jauh hari
demi mendapatkan kembali Mentarinya yang dulu hilang.
Tak lama Via keluar dengan bibir mengerucut. Cemberut. Ngambek. Itu yang ditangkap Alvin
begitu gadis chubby itu keluar. Tapi dia tak peduli. Gadis itu memang sering ngambek
dengannya, tapi tak lama gadis itu pasti akan mengajaknya bicara lagi.
“Mau ngapain sih disini?” tanyanya ketus. Tuhkan.
“Aturan kedua: ngga boleh ada protes selama lo sama gue hari ini,” ujar Alvin sambil menarik –
menggenggam lebih tepatnya– tangan Via menuju beberapa wahana yang ada di depanmereka.
Lagi, Via tertegun. Kilatan masa lalu kembali terngiang di benaknya.
8/16/2019 Mengejar Mentari
21/29
“Aturan kedua: ngga boleh ada protes selama lo sama gue hari ini,”
“Kok gitu sih? Ngga adil dong!”
“Suka-suka gue, orang lo lagi sama gue ini. Udah ah dibilang ngga usah protes juga,”
“Tapi––”
“––Lo protes sekali lagi gue cium nih!”
“Iya iya iya ngga bakal protes lagi,”
“Nah gitu dong, anak manis,”
“Nyebelin!”
8/16/2019 Mengejar Mentari
22/29
Via mengerjapkan matanya perlahan.Ngga! Gue ngga bakal kalah sama Mentari! Gue bakal
buktikan Mentari itu udah mati! “Lepasin!” ujarnya dingin sambil berusaha menyentakkan tangan
Alvin.
Alvin menoleh mendengar nada dingin yang digunakan Via. Dia mendesah. Gadis itu kembali
menutup dirinya. “Gue udah bilang ngga ada protes, kan? Atau lo mau gue cium disini?”
“Cium aja kalo berani!” tantang Via. Sebenarnya dia takut juga sih, tapi entah kenapa berada di
Dufan bareng Alvin jauh lebih menakutkan.
“Gue ngga pernah main-main sama ucapan gue. Lo tau itu kan?” secara perlahan Alvin
mempersempit jarak antara mereka. Tangan kanannya meraih dagu Via dan mendekatkan
wajahnya pada gadis chubby itu. Tepat ketika bibir mereka akan bersentuhan, Via memekik
histeris.
“Okay fine!Lo menang kali ini. Silakan kejar mentari lo tanpa gue!”
“Lo gila? Mana mungkin gue ngejar mentari kalo lo ngga ada!” tukas Alvin kesal. Sial! Ternyata
gadis ini benar-benar menutup dirinya sendiri.
“Kenapa? Bukannya lo bisa ngedapetin apapun yang lo mau tanpa ngelibatin gue?”
“Karna lo itu Mentari, Via!”
8/16/2019 Mengejar Mentari
23/29
“GUE BUKAN MENTARI! MENTARI UDAH MATI! NGGA ADA LAGI MENTARI!” raung Via
sambil berlari menjauhi Alvin.
Alvin mengacak rambutnya frustasi. Sial! Dia tidak mengira akan sesulit ini mengejar mentarinya
yang dikubur rapat-rapat oleh Via itu.
***
Via terduduk di pantai dengan kedua lengan yang memeluk lututnya. Terlalu banyak kenangan
masa lalu yang melintas di benaknya membawanya ke pantai ini.
Sebuah jaket yang tersampir di bahunya tidak membuatnya merubah posisinya tadi. Dia tau
siapa pemilik jaket yang sudah duduk disampingnya sekarang.
“Kenapa lo lakuin ini ke gue?” tanyanya datar. Dan dingin.
“Gue cuma mau Mentari gue balik. Itu aja,” ujar Alvin cuek. Dia memang sudah
memperhitungkan semuanya, dan tidak akan melepaskan Mentarinya lagi untuk yang kedua
kali.
“Mentari udah mati!” desis Via.
8/16/2019 Mengejar Mentari
24/29
8/16/2019 Mengejar Mentari
25/29
Via diam. Matanya menatap kosong laut di depannya. Entahlah, mungkin luka dihatinya sudah
teramat besar hingga sekarang dia mati rasa.
“Gue minta maaf karna ngga bisa ada disamping lo dulu, ngga bisa nemenin lo saat masa-
masa suram dalam hidup lo. Tapi gue mohon, Vi, jangan siksa diri lo kaya gini. Sakit tau ngga
ngeliatnya,”
Lagi-lagi Via tak menjawab. Sinar ceria dimatanya meredup.
“Sivia Mentari …” ujar Alvin akhirnya. Dia tau satu kata itu akan kembali membangkitkan jiwa
kelam Via.
“GUE BUKAN MENTARI! DAN JANGAN PERNAH SEBUT NAMA ITU DI DEPAN GUE LAGI!”
“SIVIA MENTARI!” tanpa sadar Alvin membentak Via, membuat Via diam tak berkutik.
“Bagus, bahkan sekarang lo berani ngebentak gue gara-gara mentari. Ucapkan selamat tinggal
pada Mentari, Alvin, karna dia benar-benar udah mati sekarang!” ujar Via dingin lantas berdiri
dan berlalu meninggalkan Alvin.
“Please… jangan pergi lagi. Jangan tinggalin gue lagi. Maaf kalo selama ini gue ngga pernah
ada saat lo perlu gue. Gue tau gue salah, tapi tolong jangan giniin gue lagi. Sakit Vi ngeliat lo
kaya gini terus,” ujar Alvin yang kini memeluk erat Via dari belakang. Masa bodo dengan
statusnya sebagaientertainer, yang penting dia bisa mendapatkan Mentarinya kembali.
8/16/2019 Mengejar Mentari
26/29
“Alvin, lepasin! Gue bukan Mentari! Mentari udah lama mati!”
“Udah Via berhenti! Berhenti pura-pura! Berhenti bilang lo bukan Mentari! Berhenti nipu diri lo
sendiri! Gue mohon…”
“Siapa lo nyuruh-nyuruh gue? Papa gue aja udah ngga peduli sama gue lagi! Kenapa lo harus
pura-pura perhatian sama gue?” tanya Via dingin. Tapi Alvin bersumpah suara gadis itu
bergetar, dan ada genangan air mata di pelupuk matanya.
“Gue Langit lo, Via. Lo lupa? Alvin Cakrawala! Lo selalu punya gue, jadi kenapa harus
menghindar lagi?”
“Ngga pernah ada LANGIT! Ngga pernah ada MENTARI! Mereka berdua udah mati! Lo sendiri
yang bunuh mereka, Alvin!” ujar Via sambil berusaha melepaskan rangkulan Alvin. Tapi sia-sia,
sekuat apapun dia mencoba, Alvin tak akan pernah melepasnya. Hingga akhirnya dia terduduk
lemah di pasir pantai, diikuti Alvin tentu saja.
“Gue benci lo, Alvin! Lo pembohong! Lo bilang bakal selalu ada buat gue, tapi mana? Lo ngga
ada saat gue perlu lo banget! Lo lebih milih temen-temen lo daripada gue, PACAR LO! Uups,
mantan pacar, maksud gue,” ujar Via lirih, tapi nadanya mendingin saat menyebut kata ‘mantan’.
Alvin terdiam. Dia memang tak berniat membalas ucapan Via tadi. Dia lebih memilih
mendengarkan seluruh unek-unek gadis di pelukannya ini daripada mengelak segala tuduhan
yang dituduhkan padanya. Untuk apa mengelak? Toh dia memang seperti itu. Kenyataannya dia
8/16/2019 Mengejar Mentari
27/29
tidak ada saat gadis itu terpuruk. Dia lebih –bukan kemauannya– memilih teman-temannya
daripada pacarnya. Kali ini dia tidak akan menyangkal lagi. Tidak jika hal itu bisa
mengembalikan Mentarinya.
“Lo egois, Alvin! Pernah ngga sih sekali aja lo mikirin gue waktu itu? Mikirin perasaan gue?
Mikirin mental gue? Saat kakak kesayangan gue meninggal di depan mata kepala gue sendiri,
orang yang gue harapkan menjadi penopang waktu gue rapuh malah ngga ada. Lo malah
ngebentak gue waktu gue nangis-nangis mohon-mohon minta lo temenin waktu itu. Lo lupa?
Sekarang lo dengan seenaknya minta Mentari balik lagi? At your dreams!”seru Via penuh
emosi.
Lagi, Alvin membiarkannya mengeluarkan semua unek-uneknya. Lagi, Alvin tidak menyangkalapapun yang diucapkan Via.
“Lo jahat banget sih, Vin? Setelah apa yang lo lakuin ke gue dulu, sekarang dengan seenaknya
lo nuntut gue yang dulu? Lo lupa kalo lo yang udah bunuh gue yang dulu? Kenapa sekarang lo
berubah pikiran? Kenapa, Alvin? KENAPA?!”
“…”
“Lo jahat banget, Alvin… jahat… jahat… jahat…” kali ini Via terisak. Badannya gemetar.
Rasanya semuanya terlalu berat untuk ditanggung sendiri. Luka yang terus-menerus
dipendamnya sendiri.
Alvin hanya bisa diam sambil mempererat pelukannya di tubuh gadis rapuh itu. Sebenarnya
hatinya teriris pilu mendengar isakan pedih gadis chubby itu. Tapi hanya ini yang bisa dia
lakukan. Hanya ini yang bisa dia perbuat untuk mengembalikan Mentarinya yang dulu hilang.
8/16/2019 Mengejar Mentari
28/29
“Udah?” tanya Alvin saat disadarinya tubuh itu tak lagi gemetar.
Via menatap Alvin, seolah menumpahkan semua luka dan sakit hatinya lewat tatapan mata.
“Sekarang giliran gue ngomong. Selama gue ngomong, gue harap lo ngga nyela pembicaraan
gue kaya dulu lagi, karna gue ngga bakal bilang ini lebih dari satu kali, ngerti?” tanya Alvin.
Tanpa jawaban dari Via. Toh Alvin sendiri tidak membutuhkan jawaban.
“Gue tau gue salah ninggalin lo dulu. Gue juga tau percuma gue minta maaf karna lo ngga
bakal pernah mau maafin gue. Gue ngga ngarepin maaf dari lo karna gue tau kesalahan gue di
mata lo ngga termaafkan. Gue juga ngga bakal ngebelain diri gue kaya dulu lagi. Gue cuma
mau lo tau, gue masih Langit yang akan selalu jadi tempat kembali buat Mentari. Gue masih
Langit yang akan selalu ada buat Mentari. Gue masih Langit yang akan memberikan apapun
buat Mentari. Dan gue juga masih Langit yang akan selalu sayang sama Mentari. Langit ngga
akan pernah berubah buat Mentari, dan gue harap Mentari juga ngga akan pernah berubah
demi Langit. Gue pengen Mentari gue kembali, itu aja. Maaf kalo gue udah berani meminta
sama lo. Gue tau lo ngga bakal ngabulin permintaan gue kali ini, tapi gue bener-bener minta
sama lo, kembali jadi Mentari buat gue,” ujar Alvin panjang lebar. Kali ini mereka berdua duduk
berhadapan dengan tangan Alvin menggenggam erat kedua tangan Via.
“Gue tau gue egois, dan gue ngga menampik hal itu. Sekali lagi, gue pengen egois sekali lagi,
bolehkah gue berharap Mentari bakal balik ke gue lagi?” tanya Alvin penuh harap.
8/16/2019 Mengejar Mentari
29/29
Selesai. Selesai semua perjuangannya. Perjuangan selama bertahun-tahun demi mendapatkan
Mentarinya kembali. Sekarang semuanya tergantung kepada Via. Perjuangannya bertahun-
tahun ada di tangan gadis chubby itu.
***
@AlvShine perjuangan berat, doain gue guys!
@AlvShine selesai … semuanya selesai sampai disini … Selamat tinggal Mentari …
mungkin aku emang harus relakan dirimu …
@AlvShine I love you, My Sun