Post on 01-Jan-2016
Definisi
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada
tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan
proliferasi sel induk hematopoetik.
Leukimia adalah penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang abnormal dan
ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah yang berlebihan yang dapat
meyebabkan terjadinya anemia dan trombositopenia. Leukemia ini merupakan
penyakit kanker jaringan yang menghasilkan leukosit imatur dan berlebihan sehingga
jumlah menyusup ke berbagai organ, seperti sumsum tulang, mengganti unsur sel
yang normal sehingga mengakibatkan jumlah eritrosit berkurang. (Hidayat, 2006)
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau
banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada
waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis.
Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai
gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga
terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang,
kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.
Etiologi
Penyebab leukemia belum diketahui, tetapi hal ini dapat diakibatkan oleh interaksi sejumlah
faktor, yaitu:
1. Neoplasma
Ada persamaan antara leukemia dengan penyakit neoplastik lain, misalnya poliferasi sel
yang tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi organ. Lebih dari itu,
kelainan sumsum kronis lain dapat berubah bentuk yang akhirnya menjadi leukemia akut.
2. Infeksi Virus
Pada manusia, terdapat bukti kuat untuk etiologi virus baik satu jenis leukemia/limforma
sel T. Beberapa hasil penelitian menyokong teori sebagai penyebab leukemia antara lain:
enzyme reverase transciptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti
diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenikseperti retrovirus tipe C, yaitu
jenis virus RNA yang meyebabkan leukemia pada binatang. Enizm tersebut menyebabkan
1
virus yang bersangkutan dapat membentuk bahan genetik yang kemudian bergabung
dengan ganom sel yang terinfeksi.
3. Radiasi
Radiasi, khususnya sumsum tulang, bersifat leukaemogonik. Terdapat insiden leukemia
yang tetap hidup setelah bom atom di Jepang, pada pasien anjylosing spondylitis yang
telah menerima penyinaran spinal dan pada anak-anak yang ibunya menerima sinar X
abdomen selama hamil.
4. Keturunan/ Genetik
Ada laporan beberapa kasus yang terjadi pada suatu keluarga pada kembar identik. Ada
insiden yang lebih meningkat pada penyakit herediter, khususnya Sindrom Down (dimana
leukemia terjadi peningkatan frekuensi 20-30 kali lipat) anemia fanconui dan aoksi-
talangfeksia.
5. Zat Kimia
Terkena bensin kronie, yang dapat menyebakan displasia sumsum tulang dan perubahan
kromosom, merupakan penyebab leukemia yang ditetapkan mantap, khususnya obat yang
mengalkalisasi seperti khlorambusil, mustin, melfalan, dan prokarbazin.
6. Usia
7. Jenis kelamin
Penderita leukemia lebih banyak laki-laki daripada perempuan
8. Ras
Cenderung lebih banyak ras berkulit putih
9. Merokok
Rokok mengandung leukomogen yang berpotensial untuk seseorang menderita leukemia
10. Lingkungan
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan
kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian besar
kasus berasal dari kelompok petani.
2
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala awal penyakit leukimia misalnya demam, anemia, pendarahan,
kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan. Purpura serta
pembesaran hepar dan limpa juga dapat terjadi. Jika terdapat infiltrasi ke susunan saraf dapat
ditemukan tanda meningitis. Berikut adalah manifestasi dari penyakit leukimia :
-pucat -nyeri abdomen
-malaise -bb turun
-keletihan -iritabilitas
-Perdarahan di gusi -muntah
-mudah memar -sakit kepala
-ptekia
Selain manifestasi di atas, ada pula gejala berdasarkan jenis leukimia, yaitu :
1. Leukemia granulositik kronik (LGK)
Gejala LGK antara lain rasa lelah, penurunan BB, rasa penuh di perut dan mudah berdarah.
Pada pemeriksaan fisis hamper selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Juga
sering didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan hepatomegali. Kadang-kadang ada
purpura, perdarahan retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening dan kadang-kadang
priapismus.
2. Leukemia mieloblastik akut (LMA)
Gejala penderita LMA antara lain rasa lelah, pucat, nafsu makan hilang, anemia, petekie,
perdarahan, nyeri tulang, infeksi, pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar
mediastinum. Kadang-kadang juga ditemukan hipertrofi gusi, khususnya pada leukemia akut
monoblastik dan mielomonositik.
3. Leukemia limfositik kronik
Gejala LLK antara lain limfadenopati, splenomegali, hepatomegali, infiltrasi alat tubuh lain
(paru, pleura, tulang, kulit), anemia hemolitik, trombositopenia, hipogamaglobulinemia dan
gamopati monoklonal sehingga penderita mudah terserang infeksi.
3
4. Leukemia limfoblastik akut
Gejala penderita LLA adalah sebagai berikut: rasa lelah, panas tanpa infeksi, purpura, nyeri
tulang dan sendi, macam-macam infeksi, penurunan berat badan dan sering ditemukan suatu
masa yang abnormal. Pada pemeriksaan fisis ditemukan splenomegali (86%), hepatomegali,
limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimoses dan perdarahan retina.
Insidensi
- Leukemia akut merupakan jenis leukemia yang sering ditemukan yaitu sekitar 2-3
kasus per 100.000 orang dengan angka kematian sebesar 4%.
- Leukemia limfoblastik akut merupakan jenis leukemia yang paling sering didapatkan
pada anak usia 1-5 tahun dan terbanyak pada anak usia 3-4 tahun (80%) sedangkan
pada dewasa hanya 20%
- Insidensi leukemia limfoblastik akut juga berhubungan dengan jenis kelamin dan ras.
Kasus LLA pada laki-laki ditemukan lebih banyak daripada wanita dan lebih banyak
ditemukan pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam (Riadi Wirawan, 2002).
- LMA lebih sering ditemukan pada kelompok dewasa yaitu 85% sedangkan kelompok
anak-anak 15%.
- Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) di AS menyerang
semua umur, penderita sekitar 44.270 orang dewasa, 4.220 pada anak-anak.
- Data International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) penderita leukemia
pada anak di Rumah Sakit Kanker Dharmais bertambah setiap tahunnya. Pada tahun
2007 terdapat 6 kasus dan tahun 2008 bertambah menjadi 16 kasus.
- Insidensi Leukemia di Amerika adalah 13 per 100.000 penduduk /tahun ( Wilson,
1991 ) . Leukemia pada anak berkisar pada 3 – 4 kasus per 100.000 anak / tahun .
Untuk insidensi ANLL di Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000 penduduk pertahun.
- Leukemia merupakan kanker yang insidensinya paling sering pada anak yaitu 30%
dari semua insidensi kanker pada anak dibawah umur 15 tahun pada negara industri
(WHO, 2009).
- Menurut, RISKESDAS (2007) kasus leukemia pada tahun 2004 adalah sebanyak
2,648 kasus dan pada tahun 2005 adalah sebanyak 3,432 kasus. Manakala, pada tahun
2006 terdapat 2,513 kasus leukemia di Indonesia dan pada tahun 2007 terdapat
sebanyak 2,513 kasus leukemia di Indonesia.
4
- Yayasan Onkologi Anak Indonesia, tahun (2009) menyatakan, sebanyak 30% hingga
40% dari insidensi kanker pada anak merupakan penderita leukemia atau kanker darah
yaitu sekitar 3,850 anak yang mempunyai leukemia.
Klasifikasi
a. Menurut waktu berlangsungnya :
Leukemia akut . Pada leukemia akut , sel-sel darah abnormal adalah sel-sel darah
yang belum matang. Mereka tidak bisa melaksanakan pekerjaan normal mereka , dan
mereka berkembang biak dengan cepat , sehingga penyakit bertambah parah dengan
cepat . Leukemia akut membutuhkan agresif , pengobatan tepat waktu .
Leukemia kronis. Jenis leukemia melibatkan sel-sel darah yang lebih matang . Sel
darah ini mereplikasi atau menumpuk lebih lambat dan dapat berfungsi normal untuk
jangka waktu tertentu . Beberapa bentuk leukemia kronis pada awalnya tidak
memperlihatkan gejala dan bisa tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun .
b. Menurut jenis sel darah putih yang terkena :
Leukemia limfositik . Jenis leukemia mempengaruhi sel-sel limfoid ( limfosit ) , yang
membentuk limfoid atau jaringan limfatik . Jaringan limfatik membuat sistem
kekebalan tubuh.
Myelogenous ( MI - uh - uh - Loj - nus ) leukemia. Jenis leukemia mempengaruhi
sel-sel myeloid . Sel myeloid berfungsi menghasilkan sel darah merah , sel darah putih
dan sel trombosit
c. Jenis utama leukimia adalah :
Leukemia Limfositik Akut (LLA) : leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi
dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem lomfopoietik yang dapat mengakibatkan
organomegali (pembesaran organ dalam) dan kegagalan organ. LLA ditemukan pada
anak-anak (82%) dan dewasa (18%). Perkembangan penyakit cepat.
Leukemia Mielositik Akut (LMA) : leukemia yang mengenai sel stem hematopoietik
yang akan berdiferensiasi ke semua sel meiloid. LMA merupakan leukemia
5
nonlimfositik yang sering terjadi. LMA sering ditemukan pada dewasa (85%) dan
pada anak-anak (15%). Perkembangan penyakit cepat.
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) : penyakit keganasan klanal limfosit B.
Perjalanan penyakit ini perlahan dengan akumulasi progresif yang lambat dari
limfosit kecil yang berumur panjang. LLK dikenal sebagai kelainan ringan,
menyerang individu usia 50-70 th dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki.
Perkembangan penyakit lambat.
Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK) : gangguan mieloproliferatif
yang ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif
matang. LGK/LMK ini mencakup 20% kasus leukemia dan paling sering terjadi pada
dewasa pertengahan (40-50 th). Perkembangan penyakit lambat.
Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
a.Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal memproduksi sel
darah merah dalam umlah yang memadai, yaitu berupa:
- Lemah dan sesak nafas, karena anemia(sel darah merah terlalu sedikit)
- Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih
- Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
b. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi lebih
rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan kadar
leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
c. Hepatomegali (Pembesaran Hati). Membesarnya hati melebihi ukurannya yang normal.
d.Splenomegali (Pembesaran Limpa). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat
keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah
besar, bahkan beresiko untuk pecah.
e. Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar getah bening
dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.
f. Kematian
6
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang
leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit.
Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada
penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.
b. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang atau disebut juga dengan bone marrow puncture adalah
suatu tindakan untuk mengambil sampel massa dari sumsum tulang belakang dengan
cara mengebor pada ruas tulang tertentu divertebrae. Hasil pemeriksaan sumsum
tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular dengan
gambaran hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast). Jumlah
sel blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.
c. Biopsi
Biopsi adalah satu-satunya cara pasti untuk mengetahui apakah sel-sel leukemia ada
dalam sumsum tulang Anda. Hal ini memerlukan anestesi lokal untuk membantu
mengurangi rasa sakit. Dokter akan mengambil beberapa sumsum tulang dari tulang
pinggul atau tulang besar lainnya. Ada dua cara yang umum digunakan:
Aspirasi sumsum tulang: menggunakan jarum berongga tebal, yang diambil hanya
sumsum tulang
Biopsi sumsum tulang: menggunakan jarum berongga sangat tebal untuk mengangkat
sepotong kecil tulang dan sumsum tulang.
d. Sitogenik
Laboratorium akan meneliti kromosom dari sampel sel darah, sumsum tulang, atau
kelenjar getah bening. Jika kromosom abnormal ditemukan, tes dapat menunjukkan
jenis leukemia yang Anda miliki. Misalnya, orang dengan CML memiliki kromosom
abnormal yang disebut kromosom Philadelphia.
e. Spinal Tap
Dokter Anda dapat mengambil beberapa cairan cerebrospinal (cairan yang mengisi
ruang di dalam dan sekitar otak dan sumsum tulang belakang). Dokter menggunakan
jarum panjang tipis untuk mengeluarkan cairan dari tulang punggung bagian bawah.
Prosedur ini memakan waktu sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anestesi lokal.
Anda harus berbaring selama beberapa jam setelahnya, agar tidak pusing.
7
Laboratorium akan memeriksa cairan untuk meneliti adanya sel-sel leukemia atau
tanda-tanda lain dari masalah.
f. X-ray dada
X-ray dapat menunjukkan pembengkakan kelenjar getah bening atau tanda-tanda lain
dari penyakit di dalam dada anda.
8
Patofisiologi
9
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker.a. Kemoterapi pada penderita LLA Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase yang
digunakan untuk semua orang.
a. Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-
sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia.
Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin,
vincristin, prednison dan asparaginase.
b. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang
bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan
juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan
kemudian.
c. Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang
digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada
tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak
dan sistem saraf pusat.
d. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini
biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang membaik
dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi
penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi
lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai
dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
10
b. Kemoterapi pada penderita LMA
a. Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk
mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit.
Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam
tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi
menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.
b. Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi
konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan
obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan
pada fase induksi.
c. Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan
prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai :
a. Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
b. Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
c. Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
d. Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
e. Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3 dengan/tanpa gejala
pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat
konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan
kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I atau
II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV
diberikan kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat
hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-
rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat
bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
d. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
a. Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien
bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat
11
yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada
tindakan transplantasi sumsum tulang.
b. Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.
Manfaat Kemoterapi antara lain adalah sebagai berikut:
- Pengobatan. Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan
satu jenis Kemoterapi atau beberapa jenis Kemoterapi.
- Kontrol. Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan
Kanker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.
- Mengurangi Gejala. Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka
Kemoterapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul
pada penderita, seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih
baik serta memperkecil ukuran Kanker pada daerah yang diserang.
Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
- Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, danAntibiotik
Anthrasiklin obst golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti
sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
- Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel,
yang berakibat menghambat sintesis DNA.
- Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, danTaxanes bekerja
pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
- Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat
sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari
sel-sel kanker tersebut.
Kemoterapi dapat diberikan dengan cara :
- Dalam bentuk tablet atau kapsul yang harus diminum beberapa kali sehari.
Keuntungan kemoterapi oral semacam ini adalah: bisa dilakukan di rumah.
- Dalam bentuk suntikan atau injeksi. Bisa dilakukan di ruang praktek dokter,
rumah sakit, klinik, bahkan di rumah.
- Dalam bentuk infus. Dilakukan di rumah sakit, klinik, atau di rumah (oleh
paramedis yang terlatih).
12
Pola pemberian kemoterapi :
- Kemoterapi Induksi. Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa
tumor atau jumlah sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar
(Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau
limfoma, disebut juga dengan pengobatan penyelamatan.
- Kemoterapi Adjuvan. Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain
seperti pembedahan atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel
kanker yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
- Kemoterapi Primer. Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor
ganas, diberikan pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan
dahulu sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
- Kemoterapi Neo-Adjuvan. Diberikan mendahului/sebelum pengobatan
/tindakan yang lain seperti pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan
dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor
yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia.
Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh
tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel
seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat
diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah
bening setempat.
3. Tranplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak
dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh
dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang
juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada penderita
LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi
dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen
(HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita
yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda
yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
13
b. Penatalaksanaan Non Medis
meminimalkan prosedur invasif untuk mengurangi infeksi
menganjurkan kepada ibu untuk memberikan makanan yang disukai anak dan tetapi
tidak bertentangan dengan indikasi
menjaga kebersihan mulut
menjelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk kesembuhan
menganjurkan pda keluarga untuk memberikan makanan tinggi protein dan kalori
menganjurkan keluarga untuk menyediakan lingkungan yang baik
9. Pencegahan
1. Pencegahan primer yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan
sebelum hal itu terjadi
a. Pengendalian terhadap paparan sinar radioaktif
b. Pengendalian terhadap paparan zat kimia
c. Mengurangi/berhenti merokok
d. Pemeriksaan kesehatan pranikah
2. Pencegahan sekunder untuk menghentikan perkembangan penyakit atau cedera menjadi
lebih parah
a. Diagnose dini
b. Penatalaksanaan medis
3. Pencegahan tersier membutuhkan perawatan intensif berupa paliatif care dengan tujuan
mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas penyakit.
Selain itu perbaikan di bidang psikologi, social, spiritual dan dukungan moral dari orang
terdekat juga diperlukan.
14
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : An. D
Umur : 4 tahun
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : Anak mengeluh sering lemas, cepat cape serta
demam. Anak juga susah makan dan mengeluh sakit
dibagian perut dan sendi
Riwayat Kesehatan Sekarang : Cepat lelah, demam, susah makan dan nyeri pada perut
dan sendi
Riwayat Kesehatan Dahulu : Sejak 2 bulan yang lalu sering lemas, mudah cape dan
sering demam
Riwayat Kesehatan Keluarga : -
Riwayat Tumbuh Kembang : -
C. Pemeriksaan Fisik
BB : -
HR : -
RR : -
BP : -
Pemeriksaan Kepala Leher- Ronggamulut : -
- Konjungtiva : Pemeriksaan Integumen : -
Pemeriksaan Dada dan Thorax- Inspeksi : -
- Auskultasi: -
- Palpasi : -
- Perkusi :
-
15
Pemeriksaan abdomen : - Hepar : teraba 1-2 cm -
- Limpa : tidak teraba
D. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 7,8
Hct : 22
Leukosit : 62.000
Eritrosit : 2,32
Trombosit : 36.000
MCV : 93,1
MCH : 30,2
MCHC : 32,4
Albumin : 4,1
Protein : 6,3
Fe Ser : 108
TiBC : 257
Sel Blast : (+)
E. Data PsikoSosial
Ibu klien menangis karena bingung, klien adalah anak satu-satunya dan sangat
diharapakan
E. Terapi/penatalaksanaan
Pernah diberikan pengobatan DBD
16
F. Analisis Data
No. Data Etiologi Masalah
1. Ds : Klien mengeluh
sering demam sejak 2
bulan yang lalu
Do : demam
Faktor resiko
Peningkatan sel blast
leukimia
sel-sel leukemik
disfungi sumsum tulang
penurunan jumlah neutrofil
neutropenia
penurunan sistem imun
Resiko tinggi infeks
Resiko tinggi infeks
2. Ds : klien mengeluh
nyeri di bagian perut
dan sendi
Do : anak tidak mau
berjalan sendiri
Faktor Resiko
Peningkatan sel blast
leukimia
sel-sel leukemik
- menumpuk di sumsum tulang
- infiltrasi ke organ limfoid
Nyeri
17
- Nyeri tulang, sendi dan perut
3. Ds : Klien mengeluh
mudah lelah dan
lemas
Do : -
Faktor Resiko
Peningkatan sel blast
leukimia
sel-sel leukemik
Peningkatan konsumsi kalori
Sel neoplastik cepat membelah
Peningkatan laju metabolisme
Kelelahan, lemas
Intoleransi Aktifitas
Intolerasi aktifitas
4. Ds : Klien susah
makan
Do : -
Faktor Resiko
Peningkatan sel blast
leukimia
sel-sel leukemik
infiltrasi ke organ-organ limfoid
hepatomegali
Resti nutrisi kurang
dari kebutuhan
18
penekanan pada saraf vagal
susah makan
Resti Nutrisi kurang dari kebutuhan
5. Ds : Ibu klien
menangis, bingung
dan tidak percaya juga
mencemaskan biaya
pengobatan
Faktor Resiko
Peningkatan sel blast
leukimia
rencana kemoterapi
Biaya mahal
Keluarga cemas ttg prognosis
penyakit anak
Kecemasan
Kecemasan
2. Diagnosa
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun ditandai oleh
demam
2. Nyeri berhubungan menumpuknya sel-sel leukemik di sumsum tulang dan
hepatomegali ditandai oleh nyeri tulang, sendi dan perut
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme ditandai
dengan cepat lelah dan lemas
4. Resti nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penekanan saraf vagal
karena hepatomegali ditandai dengan klien susah makan
5. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit anak ditandai dengan ibu
menangis dan bingung
3. Intervensi
Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
19
Diagnosa 1 Tujuan: menurunkan
resiko terjadinya
infeksi
Kriteria hasil:
- peningkatan sistem
imun
-klien tidak demam
1. Pantau suhu dengan teliti
2. Anjurkan klien, semua
pengunjung dan staf
rumah sakit untuk
menggunakan teknik
mencuci tangan dengan
baik
3. Gunakan teknik
aseptik yang cermat
untuk semua prosedur
invasif
4. Inspeksi membran
mukosa mulut. Bersihkan
mulut dengan baik
5. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
1. untuk mendeteksi
kemungkinan infeksi
2. untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
3. untuk mencegah
kontaminasi
silang/menurunkan resiko
infeksi
4. rongga mulut adalah
medium yang baik untuk
pertumbuhan organisme
5. diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
Diagnosa 2 Tujuan: Rasa nyeri
dapat teratasi
Kriteria hasil:
-klien tidak merasa
nyeri
- klien sudah mau
berjalan sendiri
1. Kaji skala nyeri
2. Atur posisi pasien
3. Lakukan manajemen
nyeri
4. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
5. Berikan obat-obat anti
nyeri secara teratur
1. untuk mengetahui intensitas nyeri
2. memberikan kenyaman pada pasien.
3. membantu
meminimalisir nyeri
4. untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis dan waktu pemberian atau obat5. untuk memantau
masukan & keluaran, serta
mempermudah memantau
BB
20
6. untuk mencegah
kambuhnya nyeri
Diagnosa 3 Tujuan: pasien
menunjukkan
keseimbangan energi
yang adekuat
Kriteria hasil:
-pasien dapat
melakukan aktivitas
sesuai kemampuan
-istirahat dan tidur
tercukupi
1. ikuti pola istirahat
pasien, hindari
pemberian intervensi
pada saat istirahat
2. lakukan perawatan
dengan cepat, hindari
pengeluaran energi
berlebih dari pasien
3. bantu pasien memilih
kegiatan yang tidak
melelahkan
4. bantu pasien
melakukan latihan fisik
secara ringan dan
bertahap
1. membatasi penggunaan
energi & memaksimalkan
keefektifan istirahat pasien
2. meningkatkan kebutuhan
istirahat pasien dan
menghemat energi pasien
3. menghindari kegiatan
yang dapat memicu
meningkatnya beban kerja
jantung
4. meningkatkan toleransi
terhadap aktivitas
Diagnosa 4 Tujuan: kebutuhan
nutrisi tetap
tercukupi
Kriteria Hasil :
Klien sudah mau
makan
1. Dorong orang tua
untuk tetap rileks pada
saat anak makan
2. Izinkan anak memakan
semua makanan yang
dapat ditoleransi,
rencanakan untuk
memperbaiki kualitas
gizi pada saat selera
makan anak meningkat
3. Berikan makanan yang
tinggi kalori dan tinggi
protein
4. Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihanmakanan
1. jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibatlangsung dari proses
penyakit
2. untuk mempertahankan
nutrisi yang optimal
3. untuk memaksimalkan
kualitas intake nutrisi
4. untuk mendorong agar
anak mau makan
21
Diagnosa 5 Tujuan : Anak dan
keluarga tidak lagi
merasa cemas
Kriteria Hasil :
-Ibu merasa lebih
tenang
- Rasa cemas ibu
berkurang
1. Jelaskan kepada ibu
klien tentang garis besar
proses penyakit
2. Dengarkan semua
yang ibu klien rasakan
dan tenangkan
3. Membina trust dengan
ibu klien
4. beri solusi atau saran
dalam mengatasi biaya
pengobatan misalnya
dengan asuransi
1. Menambah pengetahuan ibu2. Agar ibu klien merasa lebih nyaman3. Agar ibu klien percaya untuk menceritakan apa yang dirasakannya4. Memberi jalan keluar dalam permasalahan biaya
22
Referensi
Suriadi& Rita Yulianni.2006. Asuhan Keperawatan Anak Edisi 2:SagungSeto. Jakarta.EGC
Buku Saku Dokter (Sumber : www.medicastore.com)
Corwin, Elizabeth J.2009.Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
Ngastiyah . 2005.Perawatan Anak Sakit.Edisi 2.Jakarta:EGC
Tambayong, Jan.2000.Patofisiologi.Jakarta.EGC
Media aeskulapius . 2000.Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta.
www.repository.usu.ac.id
23