Post on 16-Feb-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagai mahasiswa fakultas kedokteran yang baru memasuki tahap awal
pembelajaran dibidang kedokteran banyak hal yang perlu dipelajari dan dipahami
terutama hal yang menyangkut tentang Sistem Reproduksi dalam hal ini lebih spesifik
pada alat kontrasepsi. Dan dengan adanya proses tutorial, maka kami diberi kesempatan
untuk lebih mengenal dan berusaha memahami tentang berbagai hal yang menyangkut
alat kontrasepsi dalam praktik kedokteran.
Untuk itulah pada kesempatan berharga ini, kami sebagai mahasiswa berusaha
untuk mencari tahu dan menggali lebih dalam tentang alat kontrasepsi dan hal lain yang
menyangkut alat kontrasepsi.
Pada tugas ini, kami diminta untuk menganalisa suatu kasus klinis mengenai
segala hal yang bersangkutan dengan alat kontrasepsi.
Yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini adalah pemberian tugas dan rasa
keingintahuan kami akan berbagai hal yang harus dipertimbangkan oleh seorang dokter
dalam mengambil keputusan ketika melakukan suatu praktik kedokteran. Dalam makalah
ini, kasus yang kami analisa berfokus pada pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan
kondisi klien.
1.2 TUJUAN
Meningkatkan rasa ingin tahu dan pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran
UPN “VETERAN” Jakarta semester 2 Blok RPS khususnya dalam menganalisa,
mengolah, dan mengambil keputusan mengenai suatu kasus klinis yang kompleks.
1.3 METODE PENGAMBILAN DATA
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode secara langsung.
Metode ini mengkaji berbagai referensi tentang alat kontrasepsi.
1 | P a g e
BAB II
ISI
TUTORIAL HARI PERTAMA
2.1 KASUS
Halaman 1
Ny. Ola, P2A0, 29 tahun, datang ke klinik untuk konseling KB. Dia telah melahirkan anak 2
kali dan sampai saat ini tidak menginginkan anak lagi. Selama ini dia hanya memakai
kondom dan senggama terputus. Akan tetapi Ny. Ola tidak menginginkan menggunakan IUD
dan implant karena ketakutannya terhadap proses pemasangan. Dia juga mengaku suaminya
tidak mengizinkan untuk disteril. Dia lebih menginginkan memakai oral kontrasepsi.
Riwayat menstruasi teratur, 28 hari selama 5 hari, tidak ada riwayat operasi.
Riwayat hipertensi (-) pada dirinya dan keluarganya.
Riwayat pribadi: tidak meminum alcohol dan tidak merokok.
1. Pemeriksaan apa yang anda butuhkan untuk menunjang keinginan Ny. Ola?
Halaman 2
Pemeriksaan fisik
BB : 48 kg, TB : 160 cm
Tanda vital : T 120/80 mmHg
N 82x/min
R 18x/min
S 36,80 C
Jantung dan Paru : tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Pemeriksaan pelvik
Genitalia eksterna : tidak ada kelainan
Vagina : t.a.k
Cerviks : t.a.k
Uterus : anteversi dan ukuran normal
Adnexa : tidak ada kelainan
2 | P a g e
1. Berdasarkan pemeriksaan fisik tersebut, kontrasepsi apa yang anda sarankan kepada
Ny. Ola yang tidak ingin hamil lagi?
Halaman 3
Ny. Ola disarankan untuk memilih kontrasepsi yang bertahan lama seperti IUD dan implant,
akan tetapi Ny. Ola menolak. Dokter memberikan kontrasepsi oral kombinasi bifasik.
1. Jelaskan indikasi dan kontraindikasi kontrasepsi hormonal?
2. Jelaskan farmakodinamik dan farmakokinetik!
2.2 LEARNING PROGRESS REPORT
Terminologi
IUD
Problem
1. Mengapa dengan memakai kondom dan senggama terputus, Ny. Ola khawatir bisa
hamil lagi?
2. Mengapa Ny. Ola takut menggunakan IUD dan implant?
3. Mengapa Ny. Ola lebih memilih menggunakan oral kontrasepsi?
4. Mengapa ditanyakan riwayat menstruasi, riwayat hipertensi, riwayat pribadi, dan
riwayat operasi? Dan apa hubungannya dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi?
5. Mengapa ditanyakan/dilakukan pemeriksaan jantung, paru dan abdomen?
Hipotesis
Pemilihan alat kontrasepsi
Tidak ada kontraindikasi alat kontrasepsi
Mekanisme
1. Penggunaan Spermatisid
Penis + Kondom → koitus → ejakulasi → sperma → sperma mati
spermatisid
2. Penggunaan Kondom
Penis + Kondom → koitus → ejakulasi → sperma tertahan → sperma tidak masuk
ke uterus
3. Penggunaan IUD
IUD → mengandung Cu → Cu oksidasi ec asam → proses peradangan
3 | P a g e
Sperma masuk
Leukosit T
Sperma mati
4. Penggunaan KB hormonal
Estrogen Progesteron
↓ ↓
↓ LH dan FSH mengentalkan mucus serviks
↓ ↓
Mencegah pematangan sel telur mencegah sperma masuk ke uterus
5. Hipertensi sebagai kontraindikasi dari konrasepsi oral
Estrogen eksogen → efek permisif → efinefrin → vasodilatasi generalisata → TD ↑
More Info?
1. Anamnesis
o Riwayat penyakit DM, gangguan tiroid
o Masa Laktasi
2. Pemeriksaan Fisik
o BMI
o Vital sign
o Status lokalis
o Head to toe
3. Pemeriksaan Obstetrik
o Vaginal toucher
I Don’t Know
1. Apakah setiap kondom selalu ada spermatisid? Bagaimana mekanisme kerjanya?
2. Apakah DM dan gangguan tiroid menjadi kontraindikasi pengguanaan kontrasepsi
oral?
3. Penyakit yang menjadi kontaindikasi alat kontasepsi
4. Pemeriksaan apa yang dilakukan sebagai screening untuk pemilihan alat kontrasepsi?
5. Mekanisme kerja IUD dan jenis IUD
6. Jenis-jenis kondom dan cara pemakaiannya (pria dan wanita)
4 | P a g e
7. Mekanisme kerja KB hormonal dan jenisnya
8. Mengapa hipertensi menjadi kontraindikasi KB hormonal?
Learning Issue
1. Kontrasepsi
Jenis-jenisnya
Prinsip kerja
Indikasi dan kontraindikasi
Efek samping
Cara pemakaian
Screening
Tingkat keberhasilan
Masa kerja
TUTORIAL HARI KEDUA
2.3 PEMBAHASAN
KONTRASEPSI
Definisi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan usaha-usaha
itu dapat bersifat sementara, dapat juga besifat permanen.
Klasifikasi
1. Kontasepsi Alami
o Koitus Interuptus
o Metode Laktasi Amenore (MLA)
o Pantang Berkala
2. Kontrasepsi Non-alami
o Hormonal:
Secara oral atau berupa pil: progestin atau kombinasi
IUD (AKDR) hormonal: progestasert dan levonorgestrel.
5 | P a g e
Non-hormonal: Koitus Interuptus, Kondom, Pantang Berkala, Amenore Laktasi, IUD non-hormonal, Kontrasepsi Mantap
Hormonal : IUD hormonal, Pil (kombinasi, progestin), Implan, Suntik (Kombinasi. progestin)
Implant.
Suntik: progestin suntik dan injeksi medroksiprogesteron asetat atau
astradiol sipionat.
o Non hormonal
IUD non-hormonal: cooper T 380A.
Kondom: pria dan wanita
Spermatisida
Kontrasepsi mantap
- Wanita: tubektomi
- Pria : vasektomi
A. KONTRASEPSI ALAMI
1. Koitus interuptus
Pengertian
Koitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga
berencana tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis)
dari vagina sebelum mencapai ejakulasi. Cara ini merupakan cara kontrasepsi
yang tertua dan mungkin masih banyak digunakan cara ini sampai sekarang
walaupun banyak yang mengalami kegagalan.
Mekanisme Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak
masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan
kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi
kemungkinan air mani mencapai rahim.
Efektifitas
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan
kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih efektif.
Manfaat
Koitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun
nonkontrasepsi.
- Manfaat kontrasepsi
6 | P a g e
1. Alamiah
2. Efektif bila dilakukan dengan benar
3. Tidak mengganggu produksi ASI
4. Tidak ada efek samping
5. Tidak membutuhkan biaya
6. Tidak memerlukan persiapan khusus
7. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain
8. Dapat digunakan setiap waktu.
- Manfaat non kontrasepsi
1. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi
2. Menanamkan sifat saling pengertian
3. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB
Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara lain:
a) Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan
tumpahan sperma selama senggama
b) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme)
c) Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah
interupsi coitus
d) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual
e) Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
Penilaian Klien
Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi koitus
interuptus tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan
penjelasan baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi
pengguna kontrasepsi ini adalah:
Coitus Interuptus
Sesuai untuk Tidak sesuai untuk
Suami yang tidak mempunyai masalah
dengan interupsi pra orgasmik.
Suami dengan ejakulasi dini.
7 | P a g e
Pasangan yang tidak mau metode
kontrasepsi lain.
Suami yang tidak dapat mengontrol
interupsi pra orgasmik.
Suami yang ingin berpartisipasi aktif
dalam keluarga berencana.
Suami dengan kelainan fisik/psikologis.
Pasangan yang memerlukan kontrasepsi
segera.
Pasangan yang tidak dapat bekerjasama.
Pasangan yang memerlukan metode
sementara, sambil menunggu metode lain.
Pasangan yang tidak komunikatif.
Pasangan yang membutuhkan metode
pendukung.
Pasangan yang tidak bersedia melakukan
senggama terputus.
Pasangan yang melakukan hubungan
seksual tidak teratur.
Menyukai senggama yang dapat dilakukan
kapan saja/tanpa rencana.
Cara Koitus Interuptus
a. Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling membangun
kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan
dan sepakat untuk menggunakan metode senggama terputus.
b. Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan
kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan
sperma dari ejakulasi sebelumnya.
c. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari
vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
d. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
e. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
f. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.
2. Amenorea laktasi
Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk
menjadi hamil lebih kecil apabila mereka terus menyusui anaknya setelah
melahirkan. Maka, memperpanjang masa laktasi sering dilakukan untuk mencegah
kehamilan, metode ini disebut dengan Metode Amenore Laktasi (MLA).
Pengertian
8 | P a g e
MLA merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan
pemberian ASI pada bayinya. MLA akan tetap mempunyai efek kontrasepstif
apabila:
Menyusukan secara penuh (eksklusif)
Belum haid
Usia bayi kurang dari 6 bulan
Efektif hingga 6 bulan
Bila ingin tetap belum ingin hamil,kombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain setelah bayi berusia 6 bulan
Mekanisme Kerja
• Sekresi GnRH yang tidak teratur menganggu pelepasan hormon
FSH(follicle stimulating hormone) dan LH (leutinizing hormone)untuk
menghasilkan sel telur dan menyiapkan endometrium.
• Penghisapan ASI yang intensif secara berulang kali akan menekan
sekresi hormon GnRH (gonadotrophin releasing hormone) yang
mengatur kesuburan.
• Rendahnya kadar hormon FSH dan LH menekan perkembangan folikel
di ovarium dan menekan ovulasi
Keuntungan kontrasepstif
• Cukup efektif dalam mencegah kehamilan (1-2 kehamilan per 100
wanita di 6 bulan pertama penggunaan)
• Bila segera menyusukan secara eksklusif maka efek kontraseptif akan
segera pula bekerja efektif
• Tidak mengganggu proses sanggama
• Tidak ada efek samping sistemik
• Tidak perlu dilakukan pengawasan medis
• Tidak perlu pasokan ulangan,cukup dengan selalu memberikan ASI
secara eksklusif bagi bayinya
Keuntungan Non Kontraseptif
1) Bagi anak:
• Imunisasi pasif dan perlindungan terhadap berbagai penyakit
infeksi lainnya
• Sumber nutrisi terbaik bagi bayi
9 | P a g e
• Mengurangi terkenanya kontaminasi dalam air,susu atau
formula lain,atau pada peralatan
2) Bagi Ibu:
• Mengeratkan hubungan psikologis ibu-anak
• Mengurangi risiko anemia
• Keterbatasan sangat tergantung dengan motivasi pengguna bila
memang ingin menggunakan MLA sebagai metode kontrasepsi
(pemberian ASI Eksklusif)
• Untuk kondisi atau alasan tertentu mungkin sulit untuk
dilaksanakan. Tingkat efektivitasnya sangat tergantung tingkat
esklusifitas menyusukan bayi (hingga usia 6 bulan atau mulai
mendapat menstruasi)
• Tidak melindungi pengguna dari PMS
Indikasi
• Wanita yang Menyusukan bayinya secara eksklusif(memberikan ASI
secara penuh tanpa suplementasi lainnya)
• Belum mendapat haid sejak melahirkan bayinya
• Menyusukan secara eksklusif sejak bayi lahir hingga bayi berusia 6
bulan
Kontraindikasi
Setelah beberapa bulan amenorea, klien mulai mendapat haid
Tidak menyusukan secara eksklusif
Bayi telah berusia diatas 6 bulan
Ibu bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam dalam sehari
Edukasi Klien
Memberikan ASI (secara penuh) dari kedua payudara sesuai kebutuhan
(sekitar 6-10 kali/hari)
Memberikan ASI paling sedikit satu kali pada malam hari (tidak boleh
lebih dari 4-6 jam diantara 2 pemberian)
Jangan gantikan jadwal pemberian ASI dengan makanan/cairan lain
Jika frekuensi menyusukan kurang dari 6-10 kali perhari atau atau bayi
tidur semalaman tanpa menyusu (mendapatASI), maka MLA kurang
dapat diandalkan untuk metode kontrasepsi
10 | P a g e
3. P antang B erkala ( rhythm method )
Cara ini diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann
Knaus dari Jerman, cara ini sering juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik
tolak dari hasil penyelidikan seorang wanita hanya dapat hamil selama beberapa
hari saja dalam tiap daur haidnya. Masa subur yang juga disebut fase ovulasi
mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Dan setelah
masa itu, wanita tersebut berada dalam masa tidak subur.
Untuk penggunaan kontrasepsi ini biasanya dokter meminta pasien untuk
melakukan observasi siklus haidnya terlebih dahulu sekurangnya 6 bulan atau 1
tahun. Dan dalam metode pantang berkala ini, ada beberapa metode yang
digunakan diantaranya:
a) Metode Irama Kalender
Berpatokan dengan masa ovulasi.
Dimana jika siklus menstruasi teratur 28 hari setelah observasi,
umumnya ovulasi terjadi 14 hari ± 2-3hari sebelum terjadinya
menstruasi selanjutnya.
Contoh : jika seorang wanita dengan HPHT tanggal 14 Juni
2012 maka bisa dikatakan ovulasinya terjadi pada tanggal 31
Mei 2012 dan masa hidup sperma dalam uterus dari tanggal 28-
30 Mei 2012 dan masa hidup ovum dari tanggal 1-3 Juni 2012.
Jadi masa suburnya tanggal 28 Mei 2012 sampai 3 Juni 2012.
Sedangkan untuk wanita dengan siklus tridak teratur masa subu
ditentukan dengan metode perhitungan daur haid terpendek
dikurang 18 hari (-18) dan daur terpendk dikurang 11 hari (-11).
Contoh : jika seorang wanita pernah haid dengan siklus
terpendeknya setelah observasi 28 hari maka 28-18=10. Siklus
terpanjangnya 30 hari maka 30-11=19, dengan demikian masa
suburnya tanggal 10 sampai tanggal 19.
Sehingga untuk menghidari konsepsi, koitus diharus dihindari
sekurang-kurangnya 3 hari (72 jam) sebelum terjadinya ovulasi
dan 3 hari setelah terjadinya ovulasi. Untuk siklus tidak teratur
angka yang didapat adalah waktu yang dipantang untuk koitus.
b) Metode Irama Suhu
11 | P a g e
Berpatokan pada perubahan suhu basal. Biasanya sebelum ovulasi
terjadi peningkatan suhu terjadi sekitar 0,4 F (0,2 C) dan setelah
ovulasi suhu basal akan menetap tinggi sampai haid terjadi lagi.
Memilik angka kegagalan 2 %
Prinsip penggunaan:
1) Untuk mendapatkan efektifitas tinggi hindari koitus saat
terjadi peningkatan sampai jauh setelah terjadi
peningkatan suhu.
2) Wanita tersebut tidak boleh berhubungna sejak haid
pertama sampai hari ke-3 peningkatan suhu.
3) Pengukuran dilakukan pagi hari setiap sesudah haid
sampai haid berikutnya dengan termometer yang ditaruh
pada rektum selama 5 menit.
c) Metode Irama Mukus Serviks
Berpatokan pada perubahan mukus ada serviks. Saat akan terjadi
ovulasi vagina akan terasa lebih basah dan lembab sedangkan setelah
terjadi ovulasi vagina akan terasa kering. Ini merupakan akibat adanya
rangsangan dari estrogen sesaat sebelum terjadinya ovulasi ke kelenjar
bartolin yang membuat konsistensi mukus menjadi lebih jernih, licin
dan elastis. Setelah ovulasi karena prosgesteron yang tinggi membuat
mukus menjadi lebih kental dan vagina lebih kering.
Wanita tersebut dilarang berhubungan sejak awal haid sampai 4
hari setelah timbulnya mukus licin. Angka kegagalan 3 %.
d) Metode Simtotermal
Merupakan perpaduan dari metode suhu, mukus dan kalender.
Kesulitan cara ini adalah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk
ditentukan, ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-14 (dalam siklus normal 28
hari) atau kurang lebih 2 hari sebelum haid yang akan datang. Pada wanita yang
haidnya tidak teratur sulit sekali untuk di tentukan waktu ovulasinya untuk
perhitungan. Untuk penggunaan kalender ini baiknya jika wanita tersebut
mempunyai catatan haidnya selama bulan bahkan lebih baik lagi sampai 1 tahun.
B. KONTRASEPSI NON-ALAMI
Kontrasepsi non-alami dibedakan menjadi kontrasepsi hormonal dan non-hormonal.
12 | P a g e
1. Kontrasepsi Hormonal
Yang termasuk ke dalam kontrasepsi hormonal diantaranya adalah
kontasepsi oral (pil kombinasi dan progestin), IUD hormonal, implant, suntik
(kombinasi dan progestin).
a) Kontrasepsi Oral
Klasifikasi
1. Kontrasepsi Estrogen Plus Progestin
Kontrasepsi estrogen plus progestin adalah kombinasi suatu zat
estrogen dan bahan progestasional.
Mekanisme kerja dari kontrasepsi ini yaitu:
o Supresi ovulasi yang sangat efektif.
o Blokade penetrasi sperma oleh mukus serviks.
o Penghambat implantasi di endometrium.
o Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur
dengan sendirinya akan terganggu pula.
Dosis, dosis terendah diukur berdasarkan kemampuannya untuk
mencegah breakthrough bleeding.
o Estrogen: biasanya 20 sampai 35 µg etinil estradiol.
o Progestin, ada 2 cara:
a. dosis progestin tetap sepanjang siklus (monofasik).
b. dosis progestin dan estrogen bervariasi sepanjang siklus
(bifasik dan trifasik).
Pil fasik berguna untuk mengurangi jumlah progestin total
persiklus tanpa mengorbankan efektivitas atau kontrol siklus.
Jenisnya ada 3 macam, yaitu:
Monofastik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif E/P dalam dosis yang sama,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mgandung hormon aktif E/P dengan 2 dosis yang beda,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
13 | P a g e
Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif E/P dengan 3 dosis yang beda,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Kontrasepsi Oral (Pil Kombinasi)
Pengertian
Kontrasepsi pil kombinasi adalah pil yang mengandung sintetik
estrogen dan preparat progesteron yang mencegah kehamilan dengan
cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung
telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH.
Mekanisme Kerja
Efek terpenting yaitu mencegah ovulasi dengan menekan
gonadotropin-releasing factors menghambat LH dan FSH.
• Estrogen:
Menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin.
Menghambat implantasi dengan mengubah pematangan
endometrium.
Mempercepat transportasi ovum
• Progesteron:
Terbentuk mukus yang kental, sedikit, selular dan
menghambat perjalanan sperma.
Menghambat kapasitasi sperma.
Menyebabkan endometrium kurang layak untuk
implantasi.
Menghambat ovulasi
Gambar 6.Macam – macampilKontrasepsi
(Sumber : http://www.dechacare.com)
14 | P a g e
Efektivitas
Efektifitasnya tinggi, kehamilan terjadi pada 0,1–5/100 wanita
Keuntungan
o Selain untuk kontrasepsi, pil kombinasi dapat digunakan untuk
menangani dismenorea (nyeri saat haid), menoragia, dan
metroragia,
o Menurunkan ketidakteraturan menstruasi dan anemia yang
berkaitan dengan menstruasi,
o Mencegah kanker ovarium dan kanker endometrium, dan
o Frekuensi koitus tidak perlu diatur.
Kerugian
o Tidak direkomendasikan untuk ibu menyusui
o Tidak melindungi diri dari Infeksi Menular Seksual (IMS)
o Harus diminum setiap hari
o Perlu resep dokter
o Mahal
o Ada interaksi dengan beberapa jenis obat
Indikasi
o Ingin kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
o Anemia karena menoragia
o Siklus haid tidak teratur
o Diabetes Mellitus tanpa komplikasi ginjal, pembuluh darah,
mata, dan saraf
o Tiroid, PID, endometritis, tumor ovarium jinak, varises vena
Kontraindikasi absolute pil kombinasi
o Tromboplebitis atau tromboemboli.
o Sebelumnya dengan tromboplebitis atau tromboemboli.
o Kelainan serebrovaskuler atau penyakit jantung koroner.
o Diketahui atau diduga karsinoma mammae.
o Diketahui atau diduga karsinoma endometrium.
o Diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen.
15 | P a g e
o Perdarahan abnormal genitalia yang tidak diketahui
penyebabnya
o Adenoma hepar, karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar.
o Diketahui atau diduga hamil.
o Gangguan fungsi hati.
o Tumor hati yang ada sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau
produk lain yang mengandung estrogen.
Kontraindikasi relative pil kombinasi
o Sakit kepala (migrain).
o Disfungsi jantung atau ginjal.
o Diabetes gestasional atau pre diabetes.
o Hipertensi.
o Depresi.
o Varises
o Umur lebih 35 tahun, perokok berat
o Fase akut mononukleosis.
o Penyakit sickle cell.
o Asma.
o Kolestasis selama kehamilan.
o Hepatitis atau mononucleosis tahun lalu.
o Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang terkena penyakit
rheumatic yang fatal atau tidak fatal atau menderita DM
sebelum usia 50 tahun.
o Pil kombinasi tidak direkomendasikan untuk wanita menyusui,
sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan. Estrogen yang
terdapat di dalam pil kombinasi yang diminum oleh ibu
menyusui, dapat mengurangi jumlah air susu dan kandungan
zat lemak serta protein dalam ASI, karena itu untuk ibu
menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung
progestin, yang tidakmempengaruhi pembentukan ASI.
Efek Samping
a. Efek karena kelebihan estrogen
16 | P a g e
- Rasa mual
- Retensi cairan
- Sakit kepala
- Nyeri pada mamma
- Fluor albus
b. Efek karena kelebihan progesteron
- Perdarahan tidak teratur
- Bertambahnya nafsu makan & berat badan
- Akne
- Alopesia
- Mamma mengecil
- Fluor albus
- Hipomenorea
c.Efek sampingan yang berat
- Tromboemboli
- Tromboflebitis
- Emboli paru-paru
- Trombosis otak
Cara pemakaian
Pil diminum setiap hari secara teratur, pil pertama diminum
pada hari ke lima siklus haid, dianjurkan agar meminum pil pada
waktu yang sama, contoh : pagi hari (setelah bangun tidur). Bila satu
pil lupa diminum, telan segera setelah ingat. Jika lupa 2 pil berturut-
turut, minum 2 pil segera ketika ingat dan 2 pil lagi pada waktu
biasanya pada hari berikut, dan gunakan alat kontrasepsi lain (contoh :
kondom).
Kemasan pil kombinasi
1. Kemasan 28 hari 7 pil (digunakan selama minggu terakhir pada
setiap siklus) tidak mengandung hormon wanita. Sebagai
gantinya adalah zat besi atau zat inert. Pil-pil ini membantu
pasien untuk membiasakan diri minum pil setiap hari.
17 | P a g e
2. Kemasan 21 hari. Seluruh pil dalam kemasan ini mengandung
hormon. Interval 7 hari tanpa pil akan menyelesaikan 1 kemasan
(mendahului permulaan kemasan baru) pasien mungkin akan
mengalami haid selama 7 hari tersebut tetapi pasien harus
memulai siklus pil barunya pada hari ke-7 setelah
menyelesaikan siklus sebelumnya walaupun haid datang atau
tidak. Jika pasien merasa mungkin hamil, ia harus
memeriksakan diri. Jika pasien yakin ia minum pil dengan
benar, pasien dapat mengulangi pil tersebut sesuai jadwal
walaupun haid tidak terjadi.
Komplikasi
Efek metabolik
o Meningkatkan trigliserida dan kolesterol total.
o Menurunkan toleransi glukosa.
o Meningkatkan pembentukan berbagai globulin oleh hati
Efek kardiovaskuler
o Tromboembolisme: resiko trombosis vena dalam dan
embolisme paru. Terbentuk lesi-lesi khas di tunika intima
dan tunika media pembuluh darah pada trombus oklusif,
terjadi akselerasi agregasi trombosit dan aktivitas
antitrombin III plasma serta aktivator plasminogen endotel
menurun. Yang paling beresiko wanita dengan mutasi faktor
V Leiden dan mereka yang mengalami defisiensi protein C
dan S.Faktor predisposisi yang meningkatkan yaitu
hipertensi, obese, diabetes, merokok, gaya hidup yang tidak
banyak aktivitas fisik. Resiko menurun cepat setelah
kontrasepsi dihentikan atau dengan pengurangan atau
penurunan kadar estrogen.
o Stroke dan trombosis arteri: jarang terjadi, resiko meningkat
pada wanita yang merokok.
o Hipertensi: akibat respon progestin.
o Infark miokardium: resiko pada wanita merokok.
18 | P a g e
Penyakit Hati: penyakit kandung empedu pada wanita yang
rentan.
Nyeri kepala migrain: peningkatan resiko stroke trombotik dan
hemoragik.
Neoplasia: hiperplasia dan kanker hati, adenoma hipofisis,
kanker serviks, kanker payudara.
Pada reproduksi: Amenore pasca pil, cacat bawaan.
Lainnya: Mukorea Serviks, hiperpigmentasi, mioma uteri,
pertambahan berat badan, depresi.
Kontrasepsi Progestasional
Kontrasepsi progestasional adalah pil yang hanya mengandung
progestin 350 μg atau kurang yang diminum setiap hari.
Mekanisme Kerja
Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di
ovarium (tidak bgitu kuat).
Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit.
Mengentalkan lendir serviks sehingga mnghambat penetrasi
sperma.
Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu.
Dosis dan Pemberian
Kemasan dengan isi 35 pil: 300 μg levonogestrel / 350 μg
noretindron.
Kemasan dengan isi 28 pil: 75 μg norgestrel.
Diminum setiap hari dan harus diminum pada waktu yang sama
atau hampir sama setiap harinya.
Kelebihan
Sangat efektif bila digunakan secara benar.
Tidak mengganggu hubungan seks.
Tidak mempengaruhi ASI.
Kesuburan cepat kembali.
Nyaman dan mudah digunakan.
Sedikit efek samping.
19 | P a g e
Dapat dihentikan setiap saat.
Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid.
Menurunkan anemia.
Mencegah kanker endometrium.
Melindungi penyakit radang panggul.
Tidak meningkatkan pembekuan darah.Kurang meningkatkan
nyeri kepala, depresi
Kekurangan
Peningkatan insiden kehamilan ektopik.
Perdarahan uterus yang tidak teratur jelas jelas menjadi
kekurangan dan berupa amenore, spotting, breakthrough
bleeding.
Amenore atau menoragi dalam waktu yang lama.
Kista ovarium fungsional.
Kontraindikasi
Wanita berumur dengan perdarahan uterus yang tidak jelas.
Riwayat kehamilan ektopik terganggu.
Riwayat kista ovarium fungsional
Kontrasepsi pasca senggama
Pil Sekuensial
Namun pil sekuensial ini tidak seefektif pil kombinasi dan
juga jarang di edarkan di Indonesia.
Mekanisme Kerja
Dengan dosis estrogen yang lebih tinggi daripada dosis
estrogen dalam pil kombinasi, pil sekuensial bekerja dengan
menghambat terjadinya ovulasi dan juga implantasi.
Cara Pemakaian
Minum pil yang hanya mengandung estrogen saja untuk
14-16 hari, disusul dengan pil yang mengandung estrogen dan
progesteron untuk 5-7 hari.
Efektivitas
20 | P a g e
Tingkat kehamilan teoritis dan pemakaian masing-masing 0,5
dan 1,4 per 100 wanita.
Morning after pill
Merupakan pil yang berisi estrogen yang diberikan setelah
melakukan koitus yang tidak terlindungi (tidak menggunakan
kondom atau alat kontrsepsi lain). Pil ini digunakan paling lama
72 jam setelah terjadi hubungan seksual tanpa kontrasepsi atau
metode kontrasepsi yang digunakan gagal, misalnya terjadi
kebocoran pada kondom.
Kerugian
Mual muntah (karena tinggi estrogen).
Kehamilan yang sudah terjadi tidak terganggu
b) IUD Hormonal
IUD atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah alat
kontrasepsi yang terbuat dari plastik (tembaga) yang bekerja dengan cara
merubah keadaan lingkungan/ suasana dalam rahim. IUD memiliki 2 jenis,
yaitu IUD hormonal dan IUD non-hormonal.
Jenis-jenis IUD hormonal
1) Progestasert-T = Alza T
• Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang ekor
warna hitam
• Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan
65mcg progesteron per hari
• Daya kerja :18 bulan
2) LNG-20
• Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan pelepasan
20mcg per hari
21 | P a g e
• Angka kegagalan sangat rendah: <0,5/100/tahun
• Penghentian pemakaian karena persoalan perdarahan
>dibandingkan IUD lainnya (25% amenore / perdarahan haid
sangat sedikit)
• Dapat dipakai 5 thn
Cara Pemasangan
1. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan bentuk, ukuran &
posisi uterus
2. Singkirkan kemungkinan kehamilan dan infeksi pelvik
3. Servik dibersihkan beberapa kali dengan larutan antiseptik
4. Spekulumà servik ditampilkan, servik dijepit dengan cunan servik
5. Masukkan sonde uterus untuk menentukan arah sumbukanalis dan
uterus, panjang kavum uteri, dan posisi osteum uteri internum
6. Tentukan arah ante atau retroversi uterus
7. Jika sonde masuk kurang dari 5 cmatau kavum uteri terlalu sempit,
insersi AKDR jangan dilakukan
8. Tabung penyalur dengan AKDR di dalamnya dimasukkan melalui
kanalis servikalis
9. AKDR dilepaskan dalam kavum uteri dengan cara menarik keluar
tabung penyalur atau dapat pula dengan mendorong penyalur ke
dalamkavumuteri, cara pertama agaknya dapat mengurangi perforasi
oleh AKDR
10. Tabung dan penyalur kemudian dikeluarkan, filamen AKDR
ditinggalkan 2-3cm
Mekanisme kerja
• Teori reaksi radang nonspesifik dengan serbukan leukosit
• Teori reaksi benda asing yang membentuk sejumlah besar sel-sel
makrofag pada permukaan mukosa rahim yang menelan sperma /
ovum
• Teori perubahan hormonal dengan meningkatnya kadar
prostaglandin intrauterine
• Teori efek mekanik menimbulkan kontraksi rahim yang
menghalangi jlnnya sperma
22 | P a g e
• Teori perubahan sekresi biokimia & enzimatik karbonik-
anhidrase & alkali fosfatase dalam uterus à tembaga
Efektivitas
o Angka keh amilan dengan IUD à 1,5-3 / 100 wanita pada tahun
pertama
o Faktor yang mempengaruhi angka kehamilan à jenis IUD; ukuran,
besar, & luasnya permukaan IUD; umur akseptor; lama pemakaian;
kurang teratur kontrol
Indikasi
Usia reproduktif, nullipara
Ingin menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Ibu menyusui yang ingin menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan & tidak menyusui
Setelah mengalami abortus & tidak terlihat adanya infeksi
Risiko rendah dari IMS
Perokok
Gemuk ataupun kurus
Kontraindikasi
• Kehamilan
• Peradangan panggul
• Perdarahan uterus abnormal
• Karsinoma organ panggul
• Malformasi rahim
• Mioma uteri
• Dismenorea berat
• Stenosis kanalis serviks
• Anemi berat dan gangguan pembekuan darah
• Penyakit jantung rematik
Waktu pemasangan
o Sedang haid
o Pasca persalinan
o Pasca keguguran
o Masa interval (setelah masa ovulasi)
23 | P a g e
o Sewaktu SC
o After morning : dilakukan koitus, IUD dipasang 72 jam kemudian
à sblm implantasi
Komplikasi
a) Infeksi
b) Perforasi
– Kontraksi uterus à AKDR terdorong menembus dind
uterus à rongga perut. Perhatikan benang !
– IUD tertutup à berlubang à ileus
– IUD dengan Cu à perlekatan dengan organ dalam perut
c) Kehamilan dengan IUD insitu
– ≠ cacat pada bayi à terletak antar selaput ketuban dan
dinding rahim
– Jika benang masih terlihat lebih baik dikeluarkan à abortus
– Jika menggunakan IUD tanpa logam dan benang tidak
terlihat à teruskan kehamilan
d) Nyeri dan mulas. Umumnya hilang sampai beberapa minggu
setelah pemasangan
e) Perdarahan à diberikan obat
f) Keputihan. Mungkin disebabkan reaksi organ genitalia terhadap
benda asing à bulan-bulan p1
g) Dismenorea
h) Disparenia
i) Ekspulsi
Faktor IUD. Jarang terjadi pada IUD tertutup, ukuran besar
Waktu pemasangan. Biasanya pada bulan p1 pasca partus
Faktor akseptor. Umur, paritas, kelainan alat genitalia
(inkompentesi serviks, uterus), kanalis serviks terbuka
Efek Samping
• Perdarahan
• Rasa nyeri dan kejang di perut
• Gangguan pada suami
• Ekspulsi (pengeluaran sendiri) :
24 | P a g e
– Umur dan paritas : umur dan paritas↓ à ekspulsi
– Lama pemakaian : paling sering 3 bulan pertama setelah
pemasangan
– Jenis dan ukuran
– Psikis : motilitas uterus
c) Implant
Definisi
•Memasukkan atau mencangkokkan (jaringan, bahan radioaktif, inert) ke
dalam jar utuh atau rongga tubuh. (Dorland)
• Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah
dalam berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih
pendek dan pada batang korek api dan dalam setiap batang mengandung
hormon levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan
(BKKBN, 2006).
Profil
• Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk jadena, indoplant, dan
implanon.
•Dapat dipakai oleh semua Ibu dalam usia reproduksi.
• Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.
• Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut.
• Aman dipakai pada masa laktasi.
Jenis-jenis Implan
1) Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm, yang berisi 36 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2) Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm, dan diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg 3-keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3) Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Mekanisme Kerja
Pada kapsul implant yang mengandung levonorgestrel, hormon
yang terdapat dalam kapsul implant bekerja secara difusi melalui membran
dengan kecepatan yang lambat dan konstan. Dalam 24 jam setelah insersi
25 | P a g e
kadar hormon dalam plasma darah sudah cukup tinggi untuk mencegah
ovulasi. Pelepasan hormon setiap harinya berkisar antara 85µg perhari
selama 6-8hari pertama, kemudian menurun 50µg/hari dan bertahap
menurun sampai 25-30µg/hari untuk beberapa tahun berikutnya.
Dengan konsep kerja yang ditimbulkan:
- Dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi.
- Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi
spermatozoa.
- Menipiskan endometrium sehingga tidak siap menjadi tempat
nidasi.
Efektifitas
Sangat efektif. Angka kegagalan norplant 0,2-1 per 100 wanita
pertahun dalam lima tahun pertama. Ini lebih rendah dibandingkan
kontrasepsi oral, IUD dan metode barier.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Kekurangan
Daya guna tinggi, perlindungan jangka
panjang (sampai 5 tahun)
Perlu pembedahan minor untuk insersi dan
pengeluaran
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat
setelah pencabutan
Efektivitas menurun bila konsumsi obat TB
(rifampisin) atau obat epilepsi (barbiturate,
fenitoin)
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam Nyeri payudara
26 | P a g e
Bebas dari pengaruh estrogen Peningkatan/penurunan berat badan
Perdarahan yang terjadi lebih ringan Tidak memberi efek protektif terhadap IMS
maupun AIDS
Resiko kehamilan ektopik < pemakaian
AKDR
Nyeri kepala, mual
Tidak mengganggu kegiatan senggama Kadang ditemukan gangguan pola haid
(amenore, hipermenorea, spotting)Tidak mengganggu ASI
Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada
keluhan
Indikasi dan Kontraindikasi
Waktu Pemasangan
Waktu yang paling baik untuk pemasangan implant adalah sewaktu
haid berlangsung pada hari ke-2 sampai ke-7 atau masa pra-ovulasi
dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan.
Menyusui antara 6 minggu-6 bulan
27 | P a g e
Apabila klien sudah menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin
menggantinya, penggantian dilakukan pada jadwal kunjungan
kontrasepsi selanjutnya dan diyakini klien tidak hamil.
Apabila sebelumnya klien menggunakan kontasepsi suntik, implant
diberikan pada jadwal kontrasepsi tersebut diberikan.
Apabila kontrasepsi yang sebelumnya adalah kontasepsi
nonhormonal kecuali AKDR/IUD, maka insersi dapat dilakukan
kapan saja asalkan klien diyakini tidak hamil.
Apabila kontrasepsi yang digunakan sebelumnya adalah
AKDR/IUD, maka insersi dilkukan pada hari ke-7 siklus haid dan
diyakini bahwa klien tidak hamil, selain itu klien dan pasangannya
juga tidak boleh berhubungan seksual atau dapat berhubungan
seksual dengan menggunakan kontrasepsi lain, e.g. kondom, selama
7 hari.
Edukasi untuk klien
Daerah insersi harus dijaga bersih dan kering selama 48 jam
pertama untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka insisi.
Mungkin terjadi rasa perih, pembengkakan, atau lebam pada daerah
insisi
Hindari benturan, gesekan, atau penekanan pada daerah insersi
Apabila timbul tanda-tanda infeksi seperti demam, peradangan, atau
bila rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke
klinik
Efek Samping
Amenore
Spotting ringan
Infeksi pada daerah insersi
Berat badan naik/turun
Sakit kepala, nyeri payudara
Masa Kerja
Norplant → 5 tahun
Implanon → 3 tahun
Jadena dan Indoplant → 3 tahun
28 | P a g e
d) Kontrasepsi Suntik
Definisi
Kontrasepsi yang diberikan kepada wanita yang mendapat suntikan
periodik untuk mencegah kehamilan.
Jenis-Jenis Komtrasepsi Suntik
1. Kontrasepsi Progestin, yaitu kontrasepsi suntik yang hanya
mengandung progestin
a. Depo Medroksiprogesteron Asetat
Mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan
dengan cara di suntik intramuskular, diberikan di daerah bokong.
b. Depo Noretisteron Enantat
Mengandung 200 mg Noretdon Enantat, diberikan setiap 2
bulan dengan cara disuntik intramuskular.
2. Kontrasepsi Kombinasi
a. Depo estrogen-progesteron
Jenis suntikan kombinasi ini terdiri dari 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Sipionat,
diberikan secara intramuscular setiap sebulan sekali.
b. Selain itu ada juga kontrasepsi suntik kombinasi yang terdiri atas
50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberkan injeksi intramuscular sebulan sekali.
Mekanisme Kerja
Menghambat ovulasi dan menekan proliferasi endometrium.
3 – 4 hari pasca injeksi, kadar estradiol mencapai puncaknya
selama 10-14 hari.
Penurunan kadar estradiol menyebabkan perdarahan lucut 10-20
hari setelah penyuntikan.
Mencegah ovulasi.
Kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan luteinizing
hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi.
Kadar follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan
tidak terjadi lonjakan LH (LH Surge). Menghambat perkembangan
29 | P a g e
folikel dan mencegah ovulasi. Progestogen menurunkan frekuensi
pelepasan (FSH) dan (LH).
Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan
mukus serviks yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahan-
perubahan siklus yang normal pada lendir serviks. Sekret dari
serviks tetap dalam keadaan di bawah pengaruh progesteron hingga
menyulitkan penetrasi spermatozoa.
Membuat endometrium menjadi kurang layak/baik untuk
implantasi dari ovum yang telah di buahi, yaitu mempengaruhi
perubahan-perubahan menjelang stadium sekresi, yang diperlukan
sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari
ovum yang telah dibuahi.
Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba
fallopi atau memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi
ovum (telur) melalui tuba.
Kelebihan
Sangat efektif
Meningkatkan kuantitas air susu pada ibu yang menyusui
Efek samping sangat kecil
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
Sangat cocok pada wanita yang mempunyai cukup anak
Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun
Kekurangan
Terlambat pemulihan kesuburan
Ketergantungan pasien terhadap pelayanan kesehatan
Efektivitas
Pada suntikan kombinasi efektifitasnya 1 - 4 kehamilan per 1000
perempuan sebelum tahun pertama penggunaan, sedangkan suntikan
progestin 3 kehamilan per 1000 perempuan per tahun asal penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Kegagalan yang
terjadi pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan untuk datang pada
jadwal suntikan yang telah di tentukan atau teknik penyuntikan yang salah.
Injeksinya harus benar-benar intragluteal.
Cara penggunaan
30 | P a g e
Kontrasepsi suntikan progestin jenis DMPA di berikan setiap 3 bulan
dengan cara di suntik intramuskular dalam di daerah glutea. Apabila suntikan
di berikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan
tidak bekerja segera dan tidak efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari.
Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat diberikan setiap 8 minggu.
Sedangkan untuk suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan
intramuskular dalam dan datang kembali setiap 4 minggu. Suntikan ulang
diberikan hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan.
Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal
saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.
Indikasi
Usia reproduksi
Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektifitas tinggi
Menyusui
Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
Setelah abortus atau keguguran
Tidak banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
Perokok.
Kontraindikasi
Gangguan tromboflebitis vena dalam/gangguan tromboembolus.
Penyakit serebrovaskular/arteri koroner.
Karsinoma payudara.
Karsinoma endometrium/dicurigai neoplasia dependen-estrogen.
Perdarahan genitalia dengan sebab tidak jelas.
Ikterus kolestatik pada kehamilan atau setelah pakai KB.
Adenoma/karsinoma hati.
Diketahui/dicurigai hamil.
Efek Samping
Gangguan Haid.
Berat badan bertambah.
Mual, muntah, sakit kepala, panas dingin, pegal-pegal, nyeri perut.
31 | P a g e
Pada penggunaan jangka panjang yaitu diatas 3 tahun penggunaan
dapat menurunkan kepadatan tulang, menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido.
Waktu mulai menggunakan
Suntikan pertama diberikan pada/dalam waktu 7 hari pertama siklus
haid.
Bila suntikan pertama diberkan setelah lewat 7 hari pertama siklus
haid maka klien tidak boleh berhubungan seksual atau menggunakan
kontrasepsi lain ketika akan berhubungan seksual selama 7 hari.
Apabila sebelumnya pasien menggunakan AKDR/IUD ataupun
kontrasepsi nonhormonal, maka pemberian kontrasepsi suntik harus
menunggu datangnya haid dan pemberiannya diberikan pada hari ke
1-7 siklus haid, dan AKDR/IUD harus dicabut.
Edukasi Klien
Apabila klien tidak haid selama 2 bulan atau lebih, maka harus
dilakukan cek kehamilan
Klien harus diberi penjelasan mengenai efek samping yang mungkin
terjadi
2. Kontrasepsi Non-hormonal
a) Kondom
Kondom Pada Pria
Definisi
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan, seperti karet, plastic atau bahan alami yang dipasang di
penis saat berhubungan seksual.
Profil
o Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah
IMS termasuk HIV/AIDS
o Efektif bila dipakai dengan baik dan benar
o Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS
o Tipe kondom terdiri atas kondom biasa, kondom berkontur,
kondom beraroma, dan kondom tidak beraroma
32 | P a g e
Mekanisme Kerja
Kondom bekerja sebagai alat kontrasepsi dengan mencegah sperma
masuk ke dalam uterus melaui penampungan sperma diujung karet yang
dipasang pada penis, sehingga sperma tidak bertemu dengan ovum.
Kelebihan
o Mencegah kehamilan.
o Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat
hubungan seks.
o Dapat diandalkan.
o Relatif murah.
o Sederhana, ringan, disposable.
o Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau follow-up.
o Reversibel.
o Pria ikut secara aktif dalam program KB.
Kekurangan
o Angka kegagalan relatif tinggi.
o Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan
seks guna memasang kondom.
o Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada
setiap senggama.
Cara penggunaan
Membuka bungkus kondom jangan di tengah karena dapat ikut
merobek karet kondom yang ada di dalamnya. Sobek pada bagian
pinggir saja dengan penuh kehati-hatian. Bila sobek, buang dan
beli lagi yang baru.
Pakai kondom saat burung yang laki-laki sedang kondisi tegang
maksimal. Sebaiknya memasang kondom dibantu yang perempuan
agar kondisi rangsangan dapat terus berlanjut.
33 | P a g e
Berikan ruang yang cukup pada ujung penis pria tanpa udara.
Jangan dipakaikan semua agar ada ruang untuk udara yang
mungkin timbul serta cairan pria yang mungkin dapat keluar secara
tiba-tiba. Pakaikan seperti memakai kaos kaki yang ujungnya
disisakan.
Memakaikan kondom dengan cara menggulung lipatannya, bukan
dengan cara dipanjangkan dulu baru dipakaikan.
Jangan dioleskan atau dikenakan pada cairan berminyak karena
dapat merusak bahan karet sehingga kondom dapat jebol sewaktu-
waktu tanpa diduga.
Jika kondom robek segera hentikan hubungan seks dan ganti
dengan yang baru dan bersih.
Buang kondom bekas yang sudah anda pakai ke tempat sampah
yang jauh dari jangkauan anak-anak agar kuman dan bibit penyakit
menular seksual yang mungkin saja ada tidak menulari anggota
keluarga anda. Ikat kondom agar sperma tidak tumpah kemana-
mana.
Beli kondom jangan yang bajakan atau tiruan, karena bisa saja
kualitasnya tidak baik yang nantinya hanya akan merugikan anda
dan pasangan anda.
34 | P a g e
Indikasi
a. Penyakit genitalia.
b. Sensitivitas penis terhadap sekret vagina.
c. Ejakulasi prematur
Kontraindikasi
a. Pria dengan ereksi yang tidak baik.
b. Riwayat syok septik.
c. Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner seksual
Efektivitas
Cukup efektif, dengan angka kegagalan yaitu 2-12 kehamilan per
100 perempuan per tahun.
Kondom Pada Wanita
Mekanisme Kerja
35 | P a g e
Kondom pada wanita bekerja sebagai alat kontrasepsi dengan
mencegah sperma masuk ke dalam uterus melaui penampungan sperma
diujung inner ring yang terletak dekat serviks, sehingga sperma tidak
bertemu dengan ovum.
Kelebihan
o Mencegah kehamilan.
o Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan
seks.
o Dapat diandalkan.
o Relatif murah.
o Sederhana, ringan, disposable.
o Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau follow-up.
o Reversibel.
Kekurangan
o Angka kegagalan relatif tinggi.
o Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada
setiap senggama.
Indikasi
Vaginitis, termasuk yang dalam pengobatan.
Ingin kontrsepsi yang bersifat sementara
Ingin kontrasepsi yang hanya digunakan saat berhubungan seksual
Beresiko tinggi terkena IMS
Kontraindikasi
Alergi terhadap bahan dasar kondom
Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
Tidak ingin repot dengan persiapan saat akan berhubungan seksual
Cara Penggunaan
1. Buka bungkusan kondom, dalam membukanya harus hati-hati dan
jangan gunakan benda tajam karena dikhawatirkan dapat merusak
kondom
36 | P a g e
2. Perhatikan pada kondom wanita terdapat dua buah ring, yaitu outer
ring dan inner ring.
3. Pegang inner ring dengan ibu jari dan jari lainnya pada sisi inner
ring, kemudian tekan inner ring, sehingga bentuk inner ring menjadi
lonjong.
4. Atur posisi yang nyaman untuk memasang kondom. Posisi dapat
berdiri, jongkok, atau berbaring
37 | P a g e
5. Masukkan inner ring ke dalam vagina dengan hati-hati. Sewaktu
inner masuk ke dalam vagina gunakan jari telunjuk untuk menekan
inner ring lebih jauh ke dalam vagina.
6. Setelah koitus, keluarkan kondom dengan hati-hati dengan memutar
kondom bagian outterr ring untuk menjaga agar sperma yang
tertampung dalam kondom tidak keluar.
b) Spematisida
Definisi
Bahan kimia digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma.
Bahan aktifnya berupa nonoksinol 9 atau oktosinol 9.
Durasi efektivitas maksimum biasanya lebih dari 1 jam. Pencucian
vagina harus dihindari selama paling sedikit 6 jam setelah berhubungan
kelamin. Terdiri atas 2 komponen yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan
spermatozoa dan vehikulum yang non aktif dan diperlukan untuk membuat
tablet atau cream/ jelly. Yang paling baik berupa busa.
Mekanisme Kerja
o Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah.
38 | P a g e
o Memperlambat motilitas sperma.
o Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Pilihan
o Aerosol (busa) akan efektif setelah
dimasukkan (insersi).
Aerosol dianjurkan
bila spermisida digunakan sebagai
pilihan pertama atau
metode kontrasepsi lain tidak sesuai
dengan kondisi klien.
Cara penggunaan:
Sebelum digunakan, kocok
tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer dengan posisi ke
atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi
busa. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan
posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik
aplikator, pastikan untuk Spermisida aerosol (busa) dimasukkan
dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum melakukan hubungan
seksual.
o Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan
disimpan. Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah
dimasukkan (insersi) sebelum hubungan seksual.
o Jenis spermisida jelli biasanya digunakan bersamaan
dengan diafragma.
Cara penggunaan krim dan jelly:
Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau jeli
dengan inserter
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan
aplikator dan atau mengoles di atas penis.
Krim atau jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau
kap serviks, atau dapat juga digunakan bersama kondom.
Masukkan spermisida 10-15menit sebelum melakukan
hubungan seksual.
39 | P a g e
Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke
dalam vagina mendekatiserviks. Pegang aplikator dan dorong
sampai krim atau jeli keluar.
Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera
dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.
Cara penggunaan suppositoria:
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka
kemasan.
Lepaskan tablet vagina atausuppositoria dari kemasan.
Sambil berbaring, masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina.
Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual.
Manfaat kontrasepsi:
Efektif seketika (busa dan krim).
Tidak mengganggu produksi ASI.
Sebagai pendukung metode lain.
Tidak mengganggu kesehatan klien.
Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
Mudah digunakan.
Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.
Lubrikasi mungkin meningkatkan kenikmatan.
Tidak mempengaruhi future fertility
Manfaat non kontrasepsi:
Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular
seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.
Keterbatasan
Efektiviatas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan per
tahun pertama).
Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.
40 | P a g e
Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu dipakai setiap
melakukan hubungan seksual.
Pengguna harus menunggu 10-15 menit
setelah spermisida dimasukkan sebelum melakukanhubungan
seksual.
Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
Spermisida akan jauh lebih efektif, bila
menggunakan kontrasepsi lain (misal kondom, cervical cap,
diafragma).
Efek Samping
Alergi Jarang terjadi bila ada kita adakan penanganan efek samping
Efek samping dan Masalah Penanganan
Iritasi vagina Periksa adanya vaginitis dan IMS. jika
penyebab spermisida, alihkan ke spermisida
lainya dengan komposisi kimia berbeda atau
bantuan klien memilih metode lain.
Iritasi penis dan tidak nyaman Periksa IMS, jika penyebabnya spermisida,
alihkan ke spermisida lainya dengan
kompisisi kimia berbeda atau bantuan klien
memilih metode lain.
Gangguan rasa panas di vagina Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan
bahwa rasa hangat adalah normal. Bila tidak
ada perubahan, sarankan
menggunakan spermisida jenis lain atau
bantu memilih metode kontrasepsi lain.
Kegagalan tablet tidak larut Pilih spermisida lain dengan komposisi
bahan kimia berbeda atau bantu memilih
metode kontrasepsi lain.
c) AKDR/IUD non-hormonal
Jenis-jenis
AKDR CuT-380A
41 | P a g e
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu)
AKDR lain yang beredar di Indonesia adalah NOVA-T (Schering)
Mekanisme Kerja
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopii
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilisasi
Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba Fallopii.
Immobilisasi spermatozoa saat melewati kavum uteri.
Gangguan/terlepasnya blastokis yang berimplantasi pada endometrium,
sehingga memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam
uterus
Sedangkan pada AKDR yang mengandung Cu, memiliki mekanisme
kerja sebagai berikut:
o Antagonisme kationik yang spesifik terhadap Zn terdapat
dalam enzim karbonik anhidrase yaitu
salah satu enzim traktus genitalia wanita
dimana Cu menghambat reaksi karbonik
anhidrase sehingga tidak memungkinkan
terjadinya implantasi; juga menghambat
aktivitas alkali phosphatase.
o Mengganggu pengambilan estrogen endogen oleh mukosa
rahim dan jumlah DNA dalam sel endometrium.
o Mengganggu metabolisme glikogen.
Keuntungan
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI pada ibu yang
memberikan ASI eksklusif
42 | P a g e
Dapat digunakan sampai menopause
Membantu mencegah kehamilan ektopik
Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
Kerugian
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
Memerlukan prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik dalam
pemasangannya
Butuh tenaga medis yang ahli
Menimbulkan nyeri dan spotting segera setelah pemasangan AKDR
Indikasi
Usia reproduktif
Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
Menyusui dan menginginkan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
Resiko rendah dari IMS
Tidak disiplin dalam meminum pil KB
Kontraindikasi
Sedang hamil/dicurigai hamil
Perdarahan vagina yang belum diketahui penyebabnya
Menderita IMS
Menderita Penyakit Radang Panggul (PRP)
Kanker alat genital
Cavum uteri kurang dari 5 cm
Efektivitas
Sangat efektif, dengan angka kegagalan 0,6-0,8 kehamilan/100
perempuan dalam 1 tahun pertama.
Waktu Pemasangan
Sewaktu haid yang sedang berlangsung.
Pemasangan AKDR dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-
hari terakhir haid. Keuntungannya:
1. Pemasangan lebih mudah oleh karena servik pada waktu itu agak
terbuka dan lembek.
2. Rasa nyeri tidak seberapa keras.
43 | P a g e
3. Pendarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak
seberapa dirasakan.
4. Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang
hamil tidak ada
Sewaktu postpartum.
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
1. Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang pada
wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion) yaitu AKDR dipasang dalam
masa tiga bulan setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR dipasang
sesudah masa tiga bulan setelah partus atau abortus.
Sewaktu postbortum.
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena
dari segi fisiologis dan psikologis waktu itu adalah paling ideal. Tetapi
septik abortion merupakan kontraindikasi
Beberapa hari setelah haid berakhir.
Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang
untuk bersenggama sebelum AKDR dipasang. Sebelum pemasangan
AKDR dilakukan sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk
AKDR yang dipasang dan bagaimana AKDR terletak dalam uterus
setelah terpasang.
Efek Samping
Amenorea
Pendarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
d) Kontrasepsi Mantap (Kontap)
Kontap dapat dilakukan pada pria dan wanita. Pada pria kontrasepsi
mantap berupa vasektomi, sedangkan pada wanita kontrasepsi mantap berupa
tubektomi.
Vasektomi
Definisi
44 | P a g e
Pengangkatan ductus (vas) deferens, atau sebagian darinya
secara bedah, dilakukan untuk menghasilkan infertilitas atau
bersamaan dengan prostatektomi.
Tindakan yang dilakukan pada kedua vas deferens pria, yang
menyebabkan yang bersangkutan tidak menyebabkan
kehamilan
Mekanisme Kerja
Testis menghasilkan sperma à Vasektomi (pengangkatan duktus vas
deferens) à sperma tidak bisa disalurkan keluar karena duktusnya
telah diangkatàbenar-benar steril jika telah mengalami 8-12 kali
ejakulasi
Indikasi
Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi adalah
bahwa pasangan suami-istri tidak menghendaki kehamilan lagi dan
pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada
dirinya
Kontraindikasi
Sebetulnya tidak ada kontraindikasi untuk vasektomi, tapi jika
ada kelainan lokal atau umum yg dpt menganggu sembuhnya luka
operasi, kelainan harus disembuhkan
Keuntungan
o Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental
o Tidak mengganggu libido seksualitas
o Dapat dikerjakan secara poliklinis
Kegagalan
45 | P a g e
o Rekanalisasi spontan
o Gagal mengenai & memotong vas deferens
o Tidak diketahui adanya anomaly dari vas deferens, misalnya
ada dua vas deferens disebelah kanan/kiri
o Koitus dilakukan sebelum vesikula seminalisnya betul-betul
kosong (jika telah mengalami 8-12 ejakulasi atau selama 3
bulan) jika tidak maka dapat terjadi konsepsi, untuk
mengantisipasi hal tersebut maka jika ingin melakukan koitus
sebelum 3 bulan maka koitus dilakukan dengan kontrasepsi lain
Komplikasi
o Infeksi pada sayatan
o Rasa nyeri/sakit
o Terjadi hematom karena perdarahan kapiler, epididymitis &
terbentuknya granuloma
Teknik Pengerjaan
o Awalnya kulit skrotum dibersihkan di daerah yang akan
dioperasi. Kemudian dilakukan anestesi lokal dengan larutan
xilokain. Anestesia dilakukan di kulit skrotum dan jaringan
sekitarnya di bagian atas, dan pd jaringan di sekitar vas
deferens
o Vas dicari dan setelah ditentukan lokalisasinya, dipegang
sedekat mungkin di bawah kulit skrotum. Setelah itu dilakukan
sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5 sampai 1 cm di dekat
tempat vas deferens.
o Setelah vas kelihatan, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan
(harus diyakinkan betul, bahwa memang vas yang dikeluarkan
itu), vas dipotong sepanjang 1 sampai 2 cm dan kedua
ujungnya diikat. Setelah itu kulit dijahit, tindakan diulangi pada
sebelah lainnya
o Seorang yang telah mengalami vasektomi baru dapat dikatakan
betul2 steril jika dia telah mengalami 8 sampai 12 ejakulasi
setelah vasektomi. Oleh karena itu yg bersangkutan dianjurkan
pada koitus memakai cara kontrasepsi lain
46 | P a g e
o Komplikasi vasektomi: infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit,
terjadinya hematoma oleh karena perdarahan kapilar,
epididimitis, terbentuknya granuloma
o Kegagalan bisa terjadi karena: terjadi rekanalisasi spontan,
gagal mengenal dan memotong vas deferens, tidak mengetahui
adanya anomali vas deferens.
TubektomiDefinisi
Adalah salah satu metode kontrasepsi secara bedah sukarela
untuk mencegah kehamilan dengan menghentikan kesuburan seorang
wanita.
Mekanisme Kerja
Dengan mengoklusi tuba Fallopii (mengikat dan memotong
atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum.
Keuntungan
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
Tidak bergantung pada faktor senggama
Tidak mempengaruhi proses menyusui
Mengurangi resiko kanker ovarium
Kekurangan
Klien dapat menyesal dikemudian hari
Tidak melindungi diri dari IMS
47 | P a g e
Adanya rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka waktu
pendek
Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih
Indikasi
Usia > 26 tahun
Paritas > 2
Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya
Pada kehamilannya dapat menimbulkan resiko kesehatan yang
serius.
Kontraindikasi
Hamil atau dicurigai hamil
Pendarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
Infeksi sistemik atau pelvic yang akut
Waktu Pelaksanaan Tubektomi
Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara
rasional klien tersebut tidak hamil
Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi (fase
proliferasi)
Pascapersalinan
o Minilaparoskopi: dalam waktu 2 hari atau setelah 6
minggu atau 12 minggu
o Laparoskopi: tidak tepat untuk klien-klien
pascapersalinan
Pascakeguguran
o Triwulan pertama: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak
ada bukti infeksi pelvic (untuk minilaparoskopi dan
laparoskopi)
o Triwulan kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak
ada bukti infeksi pelvic (untuk minilaparoskopi saja)
Pelaksanaan Tubektomi
Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba
Minilaporotomi
48 | P a g e
Sayatan dibuat di garis tengah di atas simfisis sepanjang 3
cm sampai menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba
dimasukkan alat khusus (elevator uterus) ke dalam cavum uteri.
Laparoskopi
Mula-mula dipasang cunam serviks pada bibir depan
porsio uteri, dengan maksud supaya kelak dapat menggerakkan
uterus jika hal itu diperlukan pada waktu laparoskopi. Dibuat
sayatan kulit di bawah pusat sepanjang lebih 1 cm, kemudian di
tempat luka dilakukan pungsi sampai rongga peritoneum dengan
jarum khusus (jarum Veres). Melalui jarum dibuat
pneumoperitoneum dengan memasukkan CO2 sebanyak 1 sampai
3 liter dengan kecepatan kira-kira 1 liter per menit.
Setelah pneumoperitoneum dirasa cukup, jarum Veres
dikeluarkan dan sebagai gantinya dimasukkan troikar (dengan
tabungnya). Sesudah itu troikar diangkat dan dimasukkan
laparoskop melalui tabung. Untuk memudahkan pengliatan uterus
pasien diletakan dalam posisi Trendelenburg dan uterus digerakan
melalui cunam serviks pada porsio uteri. Kemudian dengan cunam
yang masuk dalam rongga peritoneum bersama-sama dengan
laparoskop, tuba dijepit dan dilakukan penutupan tuba dengsn
kauterisasi, atau dengan memasang pada tuba cincin Yoon atau
cincin Falope atau Clip Hulka.
Cara Penutupan Tuba
Prosedur Irving
Prosedur ini merupakan proses yang paling kecil
kegagalanya. Prosedur ini berupa pemutusan tuba fallopii dan
pemisahan tuba bagian medial dari mesosalphing secukupnya
sehingga membentuk suatu segmen medial tuba. Puntung distal
dari segmen tuba proksimal ditanam di dalam suatu terowongan
di miometrium, sedangkan ujung distal di tanam di mesosalphing.
Prosedur Pomeroy
49 | P a g e
Pada metode ini pemisahan tuba yang paling sederhana
dan efektif. Untuk mengikat lengkung tuba harus digunakan
catgut polos, karena dasar ini adalah absorsi cepat ligasi dan
kemudian pemisahan ujung-ujung tuba yang terpotong.
Prosedur Parkland
Dikembangkan pada tahun 1960-an dan dirancang untuk
menghindari aproksimasi ujung-ujung tuba fallopii yang dipotong
seperti pada prosedur Pomeroy. Dibuat sebuah insisi kecil di
dinding abdomen infraumbilikus. Tuba fallopii didentifikasi
dengan menjepit bagian tengah dengan sebuah klem Babcock dan
memastikanya melalui identifikasi langsung fimbriae di bagian
distal.
50 | P a g e
Prosedur Madlener
Prosedur ini serupa dengan operasi pomeroy, teapi
lengkung tuba dihancurkan dan diligasi dengan benang yang tidak
dapat diserap dan tidak dilakukan reseksi. Prosedur ini tidak
dianjurkan karena angka kehamilan atau kegagalanya mencapai
7%.
51 | P a g e
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W. A. Newman, Kamus Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC, 2002.
Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2009
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2010
52 | P a g e