Post on 23-Oct-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversible atau
irreversible, berdasarkan pada cara bahan cetak tersebut mengeras. Istilah
ireversible menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi.Jadi bahan sudah
tidak dapat diubah kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi.
Misalnya hidrokoloid alginat , pasta cetak oksida eugenol, dan plaster of
paris mengeras dengan reaksi kimia, sedang bahan cetak elastomerik
mengeras dengan polimerisasi. Sebaliknya, reversible berarti bahan
tersebut melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan,
tanpa terjadi perubahan kimia.Hidrokoloid reversible dan komponen cetak
termasuk dalam kategori ini. Kompound cetak adalah campuran resin dan
malam serta diklasifikasikan sebagai substansi termoplastik (Anusavice,
2003).
Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia.
Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia Di
alam, gips merupakan massa yang padat dan berwarna abu-abu, merah
atau coklat. Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat,
oksida besi, anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain. Secara
kimia, gips yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium
sulfat dihitrat (CaSO4.2H2O) murni. Jika gips tersebut dicampur dengan
air, maka strukturnya berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat dan
menimbulkan panas(Anusavice, 2003).
Malam atau wax atau lilin dipergunakan sejak pertama kali di dunia
Kedokteran Gigi sekitar abad 18, untuk tujuan pencatatan cetakan rahang
yang tidak bergigi. Meskipun telah ditemukan bahan baru yang lainnya,
malam masih digunakan dalam jumlah yang besar untuk keperluan klinik
dan pekerjaan laboratorium.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut malam
gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan sintetis (E.C. Combe, 1992).
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan macam-macam bahan cetak dan malam yang dipakai di
kedokteran gigi?
2. Menjelaskan macam-macam gips yang dipakai di kedokteran gigi?
3. Menjelaskan struktur, sifat mekanis, fisis, biologis bahan cetak, gips dan
malam yang dipakai di kedokteran gigi?
4. Menjelaskan pemakaian dan pengaplikasian bahan cetak, malam, dan
gips yang dipakai di kedokteran gigi?
1.3 Hipotesa
Material cetak, gypsum, dan malam berperan penting dalam bidang
kedokteran gigi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Bahan Cetak
2.1.1 Pengertian Bahan Cetak
Bahan cetak atau impression material merupakan material yang
digunakan untuk mengambil cetakan dari rahang atau jaringan mulut
beserta gigi-giginya (Dyah, 2009).
2.1.2 Fungsi Bahan Cetak
Bahan cetak berfungsi untuk membuat replika akurat dari jaringan
keras dan lunak rongga mulut (Dyah, 2009).
2.1.3 Syarat Bahan Cetak
Menurut Anusavice (2003) kriteria suatu bahan cetak, yaitu:
1. Bahan cetak tersebut harus cukup air untuk beradaptasi dengan
jaringan mulut, serta cukup kental untuk tetap berada di dalam
sendok cetak yang menghantarkan bahan cetak ke dalam mulut.
2. Selama di mulut bahan cetak harus berubah (mengeras) menjadi
benda padat menyerupai karet dalam waktu tertentu, idealnya
waktu pengerasan harus kurang dari 7 menit.
3. Cetakan yang sudah mengeras harus tidak berubah atau robek
ketika dikeluarkan dari mulut, dan dimensi bahan harus tetap stabil
sehingga bahan cor dapat dituangkan.
Menurut Anusavice (2003) syarat bahan cetak adalah sebagai berikut:
1. Bahan tersebut tidak boleh membahayakan pulpa dan jaringan
lunak.
2. Bahan tersebut tidak boleh mengandung substansi toksik yang larut
dalam air, yang dapat dilepaskan dan diserap kedalam sistem
sirkulasi sehingga menyebabkan respons toksik sistemik.
3. Bahan tersebut harus bebas dari bahan berpotensi menimbulkan
sensitivitas yang dapat menyebabkan suatu respons alergi.
4. Bahan tersebut harus tidak memiliki potensi karsinogenik.
3
2.1.4 Klasifikasi
Bahan cetak dapat dikelompokan sebagai reversible dan
irreversible, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah
irreversible menunjukan bahwa reaksi kimia telah terjadi, bahan tidak
dapat diubah kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi.
Misalnya hidrokoloid alginat, pasta cetak oksida seng eugenol (OSE),
dan plaster of paris mengeras dengan reaksi kimia, sedangkan bahan
cetak elastomerik mengeras dengan sebaliknya, reversibel berarti bahan
tersebut melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan,
tanpa terjadi ikatan kimia. Hidrokoloid reversibel dan kompound cetak
termasuk ke dalam kategori ini (Anusavice, 2003).
Cara lain mengelompokan bahan cetak gigi adalah menurut
penggunaannya. Beberapa bahan cetak menjadi keras dan tidak dapat
dikeluarkan melalui undercut tanpa mematahkan atau mengubah bentuk
cetakan. Bahan cetak tidak elastis ini digunakan untuk semua cetakan
sebelum ditemukannya agar. Meskipun bahan tersebut sudah tidak
dipakai lagi untuk pasien bergigi bahan cetak ini memiliki keunggulan
dalam pembuatan cetakan untuk pasien tak bergigi (Anusavice, 2003).
Bahan cetak elastik termasuk ke dalam penggunaan kedua. Bahan
ini dapat secara akurat mereproduksi baik struktur keras maupun lunak
dari rongga mulut, termasuk undercut dan celah interproksimal.
Meskipun bahan ini dapat dipakai untuk mencetak pasien tanpa gigi,
kebanyakan digunakan untuk membuat model cor untuk gigi tiruan
sebagian cekat atau lepasan serta untuk unit restorasi (Anusavice,
2003).
Klasifikasi bahan cetak menurut Anusavice (2003) sebagai berikut:
Berdasarkan cara
pengerasannya
Non Elastic Elastic
Ireversible Plaster of Paris; Oksida
seng eugenol
Hidrokoloid; Elastomer
(Polisulfid, Polieter,
4
Silikon kondensasi,
silikon tambahan)
Reversible Kompoun; Malam Agar Hidrokoloid
2.1.5 Aplikasi Bahan Cetak
Menurut Anusavice (2003) macam-macam aplikasi dari bahan
cetak adalah sebgai berikut:
No Bahan Cetak Fungsi
1. Plaster Of Paris Edentulous Ridge
2. Oksida Seng Eugenol Interoclusal Record
3. Kompoun/Wax Preliminary Impression
4. Alginat Gigi dan Jaringan Lunak
5. Agar Gigi dan Jaringan Lunak
6. Elastomer Gigi dan Jaringan Lunak
2.1.6 Sifat-Sifat Bahan Cetak
Bahan cetak siloxane memiliki beberapa sifat fisis, mekanis
dan biologis. Sifat fisis terdiri atas kekerasan, creep, viskositas,
dan resilience. Sifat mekanis terdiri atas tear strength, elastisitas, flow,
dan fleksibilitas. Sifat biologis terdiri atas reaksi hipersensitivitas
dan toksisitivitas (Rinaldy, 2009).
A. Sifat fisis
1. Creep
Creep adalah perubahan dimensi yang berangsur-angsur tetapi
permanen yang terdapat pada bahan cetak dibawah muatan statis
atau tekanan konstan. Bahan cetak dapat mengalami deformasi
permanen jika load diberikan dalam waktu yang lama walaupun
load yang diberikan dibawah elastik limit (Rinaldy, 2009).
2. Viskositas
5
Viskositas adalah ukuran konsistensi suatu bahan beserta
ketidakmampuannya untuk mengalir. Bahan dengan viskositas
rendah memiliki kemampuan untuk mengalir lebih baik dari
pada bahan dengan viskositas yang tinggi. Viskositas suatu
bahan juga dipengaruhi oleh shear force yang diberikan
kepada bahan ketika pengadukan. Viskositas bahan dapat
berkurang dengan meningkatnya tekanan dari luar atau shear
stress. Sehingga, bahan dengan viskositas rendah hanya
membutuhkan sedikit stress untuk menghasilkan flow yang
tinggi (Rinaldy, 2009).
B. Sifat Mekanis
1. Flow
Flow adalah sifat bahan yang memungkinkan untuk berubah
bentuknya bila diberikan suatu load walaupun load tersebut tidak
diperbesar lagi (konstan). Bahan cetak yang memiliki flow
yang tinggi mengalir dengan baik dan dapat mencetak detail
yang baik (Rinaldy, 2009).
2. Elastisitas
Elastisitas adalah sifat suatu benda yang dimungkinkan
untuk diubah bentuknya dengan beban yang bila beban tersebut
dihilangkan akan kembali kebentuk semula. Sifat elastisitas
yang baik pada suatu bahan dapat ditunjukkan dengan melihat
besarnya elastic recovery dan perubahan dimensi bahan
tersebut (Rinaldy, 2009).
3. Tear strength
Tear strength adalah ketahanan suatu bahan cetak terhadap
sobekan. Nilai tear strength dapat dilihat dengan adanya tear
resistance. Tear resistance pada bahan cetak merupakan
pertimbangan yang penting selama bahan cetak dipindahkan dari
mulut (Rinaldy, 2009).
4. Fleksibilitas
6
Fleksibilitas adalah kemampuan suatu bahan untuk berubah
bentuk setelah diberikan sedikit stress. Maksimum fleksibilitas
pada bahan cetak elastis dibutuhkan untuk berdeformasi tanpa
menyebabkan perubahan bentuk yang permanen. Makin rendah
nilai fleksibilitas suatu bahan cetak makin sulit bahan cetak
tersebut diangkat dari mulut (Rinaldy, 2009).
C. Sifat biologis
Hipersensitivitas dan toksisitivitas. Contohnya: Bahan cetak
alginat tidak mengiritasi, tidak beracun, dan dapat ditolerir oleh
jaringan mulut. Bau dan rasanya biasanya bisa ditolerir (Rinaldy,
2009).
2.2 Malam (Wax)
2.2.1 Pengertian Wax
Malam adalah suatu campuran dari beberapa macam bahan organik
dengan berat molekul dan kekuatan rendah serta mempunyai sifat
thermoplastic (Dyah, 2009).
2.2.2 Fungsi Wax
Malam berfungsi sebagai pola, material pembantu dalam proses,
atau material untuk pencetakan gigi (Dyah, 2009).
2.2.3 Syarat Wax
Menurut juliarti (2011) syarat malam (wax) adalah sebagai berikut:
1. Stabil pada suhu mulut
2. Dapat mengisi rongga cetak
3. Non iritan dan Non toxic
4. Tidak meninggalkan residu
5. Tidak berubah sifat fisis jika dipanaskan
7
2.2.4 Komposisi Malam
Menurut Juliarti (2011) malam berdasarkan komposisi dibagi
menjadi :
1. Mineral, seperti malam parafin, dan mikrokristalin,
1). Parafinwax
a. Tipe : mineral
b. Sumber : diperoleh sewaktu penyulingan minyak mentah
(petroleum dan shale oil).
c. Struktur : rantai lurus hidrokarbon dengan kristal berbentuk
plat jarum.
d. Sifat :lunak pada suhu 37-55derajat celcius, cair pada suhu
48-70 derajat celcius.
e. Tidak memperlihatkan permukaan yang licin dan
mengkilap.
2). Microcrystalline
a. WaxTipe : mineral.
b. Sumber : sama dengan parafin wax.
c. Struktur: rantai polykristal hydrocarbon yang bercabang
dengan kristal yang lebih halus.
d. Sifat : cair pada suhu 65-90 derajat celcius, lebih keras dari
parafin wax, BM lebih tinggi.
2. Hewan
1. Bee’s wax
a. Tipe : Serangga
b. Sumber : Derivat dari indung madu atau sarang madu lebah
c. Struktur :Terdiri dari sebagian kristalin natural polyester.
d. Sifat :Sering dicampur dengan parafin wax untuk
memodifikasi sifat dari parafin wax sehingga menjadi tidak
begitu rapuh/getas pada suhu kamar serta mengurangi flow di
bawah stress pada suhu lebih tinggi (misal suhu mulut).
8
3. Tumbuhan
1. Carnauba wax
a. Tipe : tumbuhan
b. Sumber : sejenis pohon palm di Amerika selatan
c. Sifat : lunak pada suhu 80C, cair pada suhu 84C
d. Berwarna hijau atau kuning, keras dan kuat. Dicampur
dengan parafinwax untuk mengontrol suhu pelunakan dan
modifikasi sifat-sifatnya.
e. Mempunyai bau enak dan permukaan mengkilap
2). Candellila wax
a. Tipe : tumbuhan
b. Sumber : tumbuhan
c. Sifat : lunak pada suhu 63-68 derajat celcius, lebih keras dari
carnauba wax, berwarna coklat muda.
2.2.5 Klasifikasi Wax
Menurut juliarti (2011) malam (Wax) di klasifikasikan menjadi tiga,
sebagai berikut:
1. Pattern wax (malam pola)
a). Inlay wax (malam inlay)
a. Disebut juga sebagai inlay casting wax/inlaypattern wax.
b. Dipergunakan untuk pembuatan pola inlay.
c. Juga digunakan untuk pembuatan pola dari crown (mahkota tiruan)
&bridge (GTJ).
9
d. Tersedia dalam bentuk batangan yang bulat atau agak lonjong
dengan diameter 5-6mm panjang 7-8cm, cones kecil atau dalam
bentuk padat plastis.
e. Berwarna biru tua atau hijau tua, kuning gading (ivory) khusus
untuk tipe soft.
b). Casting wax/sheet casting wax (lembaran malam tuang)
a. Tersedia dalam bentuk lembaran tipis ukuran 10x10cm, berwarna
merah muda, atau dalam bentuk siap pakai (ready made shape)
dalam berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan bentuk-bentuk
komponen gigitiruan kerangka logam, berwarna biru, merah atau
hijau.
b. Digunakan pada pembentukan model dari suatu gigitiruan kerangka
logam (frame denture/steel denture)Base plate wax/denture
modelling wax (model malam gigitiruan).
c. Lebih populer disebut malam merah.
d. Berbentuk lembaran dengan ukuran (umumnya) panjang 12-15cm,
lebar 7,5-9 cm dan tebal 1-1,3 cm, berwarna merah atau merah
muda.
c).Base plate wax/denture modelling wax (model malam gigitiruan).
Klasifikasi base plate wax, tiga tipe base plate wax menurut
ADAS No.24 :
a. Tipe I : malam lunak (soft wax) untuk membangun/membentuk
bagian luar pola gigi tiruan malam.
b. Tipe II :medium wax untuk membuat pola malam yang dapat
dicobakan dalam mulut.
c. Tipe III :hard waxpaling sering digunakan untuk membuat dan
mengukir pola malam dari GT akrilik (GTS dan GTP), dapat juga
10
digunakan untuk pembuatan pola dari plat ortodontik yang nantinya
akan terbuat dari bahan akrilik heat curing.
2. Processing wax
1. Boxing wax
a. Memiliki aliran tinggi pada suhu kamar dan sangat mudah dibentuk
tanpa membutuhkan pemanasan.
b. Digunakan dalam laboratorium untuk membuat dinding batas /box
dari cetakan sebelum dilakukan pengisian dengan dental stone.
c. Lunak pada temperatur 21 derajat celcius dan bertahan bentuknya
sampai suhu 35 derajat celcius.
d. Bentuk : berupa pilahan atau lembaran dengan panjang 30cm, lebar
4cm, dan tebal 1mm, berwarna hitam atau hijau.
2. Utility wax
a. Digunakan untuk menambah sayap atau panjang sendok cetak.
b. Membuat box pada cetakan.
c. Oleh pabrik digunakan untuk melekatkan gigi artifisial pada
tempatnya untuk dipasarkan.
d. Lunak dan dapat dibentuk tanpa melakukan pemanasan.
e. Terbuat dari bees wax, petrolatum, dan malam-malam lainnya
dengan berbagai perbandingan.
f. Sedikit melekat pada suhu 20-24 temperatur Celcius.
g. Warna merah tua atau orange.
h. Di bidang ortodontik disebut perphery wax.
i. Dalam bentuk stick berwarna putih/kuning muda.
11
3. Sticky wax
a. Dikenal juga dengan sebutan malam perekat
b. Mengandung bees wax dan beberapa resin alami
c. Berbentuk batangan bulat, panjang 7-10cm, diameter 7-8mm,
berwarna kuning atau merah coklat
d. Keras dan rapuh serta bersifat adesif
e. Lebih keras dan lebih getas dibanding malam inlay
f. Digunakan dalam lab untuk berbagai hal di mana dibutuhkan
penyambungan sementara, misalnya untuk menyatukan bagian-
bagian logam sewaktu penyolderan atau pada waktu reparasi GT
yang patah
g. Mencair pada temp 60-65C, flow pada temperatur 20-25 derajat
Celcius.
3. Impression wax
a). Corrective impression wax
a. Digunakan sebagai malam pelapis pada pinggiran sendok cetak
untuk mendapatkan hasil yang lebih cermat
b. Mengandung paraffin wax, ceresin, dan partikel-partikel metal
c. Flow pada temp 37 derajat celcius adalah 100%
b). Bite registration wax
a. Digunakan untuk pencatatan oklusi/keadaan gigitan dari gigi
rahang atas dan bawah (seluruh gigi atau hanya pada regio
tertentu).
b. Mengandung bees wax, paraffin atau ceresin, serta partikel
aluminium atau copper.
12
c. Flow pada temperatur 37 derajat celcius berkisar 2,5-22%.
d. Berbentuk lembaran atau berbentuk huruf U atau sesuai dengan
bentuk rahang.
2.2.7 Sifat-Sifat Malam
a). Sifat fisis
1. Temperatur transisi solid-solid
Ketika temperatur wax meningkat, transisi solid-solid terjadi
ketika bentuk lattice kristal stabil (orthombic di kebanyakan
dental wax) dimulai untuk merubah bentuk heksagonal yang
berada di bawah titik cair wax. selama perubahan progresif dari
satu tipe lattice ke tipe lattice lainnya, wax dapat dimanipulasi
tanpa putus, pecah, atau tertekan. keberadaan titik trnasisi solid-
solid dan temperatur yang terjadi tidak hanya membuat wax dapat
dimanipulasi dengan baik, tetapi juga menjelaskan sifat fisis dan
kesesuaian untuk beberapa prosedur klinis dan laboratorium.Wax
yang sesuai dengan transisi solid-solid dalam mulut diatas 370C.
2.Thermal ekpansi dan kontraksi
Wax akan mengalami ekspansi ketika dipanaskan dan
berontraksi jika temperatur diturunkan. Wax mempunyai
koefisien thermal ekspansi lebih besar dibandingkan bahan
kedokteran gigi lainnya. Suhu wax dapat menurun dari 37 – 200 C
dan penyusutan linear lebih kurang 0,6% dapat terjadi dengan
koefisien thermal ekspansi 350.10 -6 /celcius.
3. Flow
Merupakan sifat yang sangat penting terutama pada
pembuatan inlay. flow akan meningkat dengan temperatur yang
tinggi diatas temperatur transisi solid-solid.
4. Tekanan internal
Wax mempunyai thermal conductility rendah, sehingga sulit
untuk mencapai hasil yang seragam. jikawax dibentuk atau
diadaptasikan ke bentuk tanpa pemanasan yang adekuat di atas
13
temperatur transisi solid-solid, kemungkinan terjadi stress pada
pembentukan bahan ini. bentuk dari stess akan menyebabkan
distorsi.
b). Sifat mekanis
Modulus elastis, proporsional limit, dan tekanan compressive
wax paling rendah dibandingkan bahan kedokteran gigi yang lain.
Kekuatan wax tergantung temperatur, jika temperatur rendah maka
wax akan lebih keras karena pada thermal ekspansi yang tinggi wax
menjadi lunak dan cair. sifat mekanis terdiri dari tekanan residual
serta ductility yang tergantung pada temperatur.
2.3 Gipsum
2.3.2 Pengertian Gipsum
Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan
dunia. Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses
kimia Di alam, gips merupakan massa yang padat dan berwarna abu-
abu, merah atau coklat. Warna tersebut disebabkan adanya zat lain
seperti tanah liat, oksida besi, anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau
oksida lain. Secara kimia, gips yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran
gigi adalah kalsium sulfat dihitrat (CaSO4.2H2O) murni. Jika gips
tersebut dicampur dengan air, maka strukturnya berubah menjadi
kalsium sulfat hemihidrat dan menimbulkan panas (Anusavice, 2003).
2.3.3 Fungsi Gipsum
Dalam bidang ilmu material kedokteran gigi kita banyak
menemui aplikasi penggunaan gips, baik untuk keperluan klinik
maupun pekerjaan laboratorium. Material gips ini banyak dipergunakan
antara lain dalam pembuatan model studi dari rongga mulut, die,
articulating cast, mould, refractory investment dan sebagai piranti
penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan
pembuatan protesa gigi (Anusavice, 2003).
2.3.4 Syarat Gipsum
1. Sifat mekanis baik.
2. Dapat mereproduksi detail yang halus dengan batas yang tajam.
14
3. Memiliki stabilitas dimensional yang baik.
4. Bahan cetak tidak terjadi interaksi antara permukaan cetakan dengan
permukaan model, die.
5. Murah dan mudah dipergunakan.
2.3.5 Komposisi Gipsum
Menurut Annusavice (2004) adapun komposisi gypsum adalah:
a) Calcium (Ca) : 23,28 %
b) Hidrogen (H) : 2,34 %
c) Calcium Oksida (CaO) : 32,57 %
d) Air (H2O) : 20,93 %
e) Sulfur (S) : 18,62 %
2.3.6 Klasifikasi Gipsum
Menurut Anusavice (2004) tersaji 5 jenis gipsum yang terdaftar
oleh Spesifikasi ADA No. 25, dan sifat-sifat yang dihasilkan masing-
masing, yaitu:
a. Plaster Cetak (Tipe I)
Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan
zat tambahan untuk mengatur waktu pergeseran dan ekspansi
pergeseran. Ciri dari plaster tipe I ini Cocok sebagai finishing, bukan
bahan materi, dan digunakan untuk mencetak rahang tak bergigi dan
memiliki kompresi 580 + 290 psi. warna dari gypsum ini ada biru
dan kuning
Gambar 1: Gipsum tipe I
15
b. Plaster Model (Tipe II)
Plaster model ini atau plaster laboratium tipe II sekarang
digunakan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan protesa bila
ekspansi pergeseran tidaklah penting dan kekuatan cukup, sesuai
batasan yang disebutkan dalam spesifikasi. Biasanya dipasarkan
dalam warna putih alami, jadi terlihat kontras dengan stone yang
umumnya berwarna.
Gambar 2: Gipsum Tipe 2
c. Stone Gigi (Tipe III)
Bahan ini ditujukan untuk pengecoran dalam membentuk gigi
tiruan penuh yang cocok dengan jaringan lunak.Die stone merupakan
reproduksi gigi yang dipreparasi dimana protesa dibuat pada atau di
dalam model tersebut. Ciri dari stone gigi ini memiliki kekuatan
tekan 3000 psi, dan diperdagangkan dalam warna biru dan kuning.
Gambar 3 : Gipsum Tipe 3
16
d. Stone Gigi, Kekuatan Tinggi (Tipe IV)
Diperlukan permukaan keras bagi suatu die yang terbuat dari
stone, karena preparasi kavitas diisi dengan malam dan diukir
sehimgga selaras dengan tipe-tipe die. Suatu instrumen yang tajam
digunakan untuk tujuan ini, karenanya stone harus tahan terhadap
abrasi. Rata-rata kekerasan permukaan kering dari stone tipe IV
(stone die) kurang lebih 92, stone tipe III adalah 82. Ciri nya
permukaan lebih keras dan kekuatan tekan 5000 psi, digunakan
untuk pembuatan model restorasi.
Gambar 4 : Gipsum Tipe IV
e. Stone Gigi, Kekuatan Tinggi, Ekspansi Tinggi (Tipe V)
Ini merupakan produk gipsum yang dibuat akhir-akhir ini, dan
memiliki kekuatan kompresi yang lebih tinggi dibandingkan stone
gigi tipe IV. Sebagai tambahan, ekspansi pengerasan ditingkatkan
dari maksimal 0,10%-0,30%. Gipsum ini berwarna Orange dan
digunakan untuk casting atau pembentukan positif logam.
Gambar 5: Gipsum tipe V
17
2.3.7 Sifat-Sifat Gipsum
1. Sifat kimia, menurut Craig dkk (1987)adalah:
a. Solubility (daya larut) adalah banyaknya bagian dari suatu zat yang
dilarutkan dengan 100 bagian pelarut pada temperatur dan tekanan
tertentu yang dinyatakan dalam persen berat/volume.
b. Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras
dan dihitung sejak gips kontak dengan air. Setting time terdapat dua
tahap sebagai berikut :
1. Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu
campuran .Gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir
ke dalam cetakan. Secara visual ditandai dengan hilangnya
kemengkilatan. Keadaan dimana gips tidak dapat hancur tapi masih
dapat dipotong dengan pisau.
2. Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk
bereaksi secara lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun
reaksi dehidrasinya belum selesai. Tandanya antara lain adalah
kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum maksimum dan
dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah.
2. Sifat mekanis, menurut Craig dkk (1987) antara lain :
a. Compressive strength (kekuatan tekan hancur) kekuatan gips
berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa gips. Partikel
dental stone lenih halus, maka air air yang diperlukan untuk
mencampur lebih sedikit jika dibanding dengan air yang dibutuhkan
untuk pencampuran plaster of paris.
b. Tensile strength (daya rentang) Daya rentang dari gips sangat penting
pada saat gips dikeluarkan dari bahan cetak. Karena tidak adanya
sifat lentur pada gips, model akan cenderung patah. Daya rentang
gips keras dua kali lebih besar dari pada gips lunak baik dalam
keadaan basah maupun kering.
18
c. Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan
dan daya tahan abrasi. Kekerasan permukaan gips berhubungan
dengan kekuatan tekan hancur. Daya tahan abrsai meningkat dan
meningkatnya kekuatan tekan hancur. Daya tahan terhadap abrasi
maksimal didapat ada saat gips mencapai daya strength. Gips keras
merupakan gips yang memiliki daya tahan abrasi tinggi.
19
MATERIAL CETAK
MANIPULASI
ELASTIK(Hidrokoloid & Elastomer)
NON-ELASTIK(Gips & Malam)
STRUKTUR KOMPOSISISIFAT
APLIKASI
BAB III
CONCEPTUAL MAPPING
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversible atau ireversible,
berdasarkan pada cara bahan cetak tersebut mengeras. Istilah ireversibel
menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi.Jadi bahan sudah tidak dapat
diubah kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi. Misalnya
hidrokoloid alginat , pasta cetak oksida eugenol, dan plaster of paris mengeras
dengan reaksi kimia, sedang bahan cetak elastomerik mengeras dengan
polimerisasi. Sebaliknya, reversible berarti bahan tersebut melunak dengan
pemanasan dan memadat dengan pendinginan, tanpa terjadi perubahan kimia.
Hidrokoloid reversible dan komponen cetak termasuk dalam kategori ini.
Kompound cetak adalah campuran resin dan malam serta diklasifikasikan
sebagai substansi termoplastik (Anusavice, 2003) .
Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia.
Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia Di alam,
gips merupakan massa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat.
Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi,
anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain. Secara kimia, gips yang
dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihitrat
(CaSO4.2H2O) murni. Jika gips tersebut dicampur dengan air, maka
strukturnya berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat dan menimbulkan
panas.
Pada hakikatnya malam atau wax / liliin merupakan salah satu bahan
yang memegang peranan penting di dalam ilmu bidang Kedokteran
Gigi.Malam atau wax atau lilin dipergunakan sejak pertama kali di dunia
Kedokteran Gigi sekitar abad 18, untuk tujuan pencatatan cetakan rahang yang
tidak bergigi.Meskipun telah ditemukan bahan baru yang lainnya, malam
masih digunakan dalam jumlah yang besar untuk keperluan klinik dan
pekerjaan laboratorium.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut malam gigi
biasanya dicampur dari bahan alami dan sintetis (E.C. Combe, 1992).
21
Sebuah malam dental juga harus memiliki syarat-syarat tertentu sehingga
malam tersebut mampu memenuhi kebutuhan baik itu malam yang digunakan
secara direct ataupun indirect. Pada proses laboratorium malam dental
digunakan dalam banyak kepentingan, dan penggunaannya disesuaikan dengan
jenis malam dan sifat dari masing-masing malam dental (E.C. Combe, 1992).
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bahan cetak, Gypsum dan malam berperan penting dalam kedokteran
gigi dan mempunyai peran dan fungsi masing-masing sesuai kebutuhannya.
5.2 Saran
1. Seorang calon dokter gigi harus memahami pengertian, jenis, macam-
macam, dan persyaratan dari bahan cetak, malam, dan gypsum.
2. Seorang calon dokter gigi harus memahami pengaplikasian dari bahan
cetak, malam, dan gypsum.
3. Seorang calon dokter gigi diharapkan mengikuti perkembangan cetak,
malam, dan gypsum yang terus berubah penggunaannya seiring dengan
perkembangan jaman.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran
Gigi.Jakarta EGC. Hal: 157-158, 162, 167-169.
Anonim. 2009. Gypsum Product. Yogyakarta: FKG UGM.
Craig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental Material: 11th
edition. United State of America : Mosby.
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta :
Balai Pustaka.
Hayati, Kumala. 2003. Skripsi: Sifat-sifat wax dalam kedokteran gigi.
Universitas Sumatra Utara:Medan. Web: http://repository.usu.ac.id.
Date: 3 desember 2012. Time: 19:13:58.
Juliatri. 2011. Malam kedokteran gigi / dental wax. PTI, PSKG FK UNSRAT.
Irnawati, Dyah. 2009. Material Cetak. Yogyakarta: FKG UGM.
Irnawati, Dyah. 2009. Wax. Yogyakarta: FKG UGM.
Rinaldy, Riny Zoraya. 2009. Skripsi: Hubungan Elastisitas dengan Stabilitas
Dimensional pada Bahan Cetak Siloxane. Universitas Sumatra
Utara.web: http://repository.usu.ac.id. Date: 5 desember 2012. Time:
15:23. Hal: 11,17-21.
24