Post on 13-Apr-2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis yang melanda bangsa Indonesia sejak tahun 1996 tidak hanya berpengaruh
terhadap dunia usaha, tetapi juga berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat luas. Dunia
kerja semakin sempit, sementara masyarakat yang membutuhkan lapangan kerja semakin
meningkat. Pengangguran yang disebabkan ketiadaan lapangan kerja pada akhirnya menjadi
beban masyarakat juga. Pengangguran ini akibat dari semakin sulitnya mendapatkan
pekerjaan terutama di kota-kota besar.
Masyarakat yang tinggal di perkotaan sering mengharapkan mendapat pekerjaan
formal di kantor-kantor, sementara penawaran pekerjaan di sektor formal sangat terbatas.
Tuntutan kualitas sumber daya manusia makin lama makin tinggi dan menuntut kekhususan
yang lebih sulit untuk dipenuhi. Lapangan kerja yang terbatas membuat orang mencari jalan
untuk bertahan hidup agar dapat hidup layak. Dengan melihat situasi tersebut maka sektor
informal merupakan alternatif yang dapat membantu menyerap pengangguran. Berwirausaha
merupakan satu alternatif jalan keluar terbaik. Wirausaha adalah seseorang yang berkemauan
keras melakukan tindakan yang bermanfaat. Wirausaha juga didefinisikan sebagai orang yang
memiliki gaagasan dan mengelola serta menjalankan gagasannya tersebut. Kewirausahaan
ialah kemampuan menggerakkan orang-orang dan berbagai sumber daya untuk berkreasi,
1
mengembangkan dan menerapkan solusi terhadap berbagai masalah agar dapat menciptakan
makna dan memenuhi kebutuhan manusia.
Berdasarkan situasi diatas, kehadiran dan peranan wirausaha tentu saja akan
memberikan pengaruh terhadap kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan
ekonomi di Indonesia sekarang ini. Menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan
menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang mengumpulkan sumber – sumber daya yang
diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang – peluang tersebut.
Dengan meningkatnya kewirausahaan, diharapkan perekonomian di Indonesia juga
meningkat.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka masalah
penelitian ini adalah bagaimana keterkaitan antara perkembangan kewirausahaan dengan
perekonomian di Indonesia, apa saja pengaruh positif perkembangan kewirausahaan terhadap
tingkat perekonomian Indonesia, serta apakah resiko wirausahawan dalam pengembangan
bisnis.
Dengan demikian, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis sampai berapa jauh keterkaitan antara perkembangan kewirausahaan dengan
perekonomian di Indonesia, untuk mengetahui pengaruh positif perkembangan
kewirausahaan terhadap tingkat perekonomian Indonesia, serta untuk mengetahui resiko
wirausahawan dalam pengembangan bisnis di Indonesia.
2
Bagi pengusaha, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bahwa tingkat
keinginan untuk berwirausaha akan menjadi penentu kelangsungan hidup usaha tersebut.
Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang dapat dijadikan
bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang. Bagi penulis,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu menambah wawasan
pengembangan ilmu mengenai kewirausahaan dan pengaruhnya terhadap perekonomian di
Indonesia, serta meningkatkan kesadaran pembaca untuk berwirausaha dalam rangka
meningkatkan perekonomian di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Tentang Kewirausahaan
Beberapa decade ini telah terjadi perubahan sosial dan ekonomi yang sangat pesat
sebagai akibat dari proses globalisasi dalam berbagai sektor. Di sisi lain keprihatinan pun
muncul oleh adanya inflasi, pengangguran, serta dilema ekologi untuk memperoleh gol
ekologis dan daya dukung ekonomi serta keseimbangan di planet bumi ini. Hal tersebut
menuntut adanya kepemimpinan yang kreatif dalam menyelesaikan berbagai permasalahan
yang rumit. Generasi sekarang dan berikutnya dituntut untuk mampu dan terlatih untuk
menghadapi hal ini dan berbagai perubahan sosial serta kebutuhan manusia.
Di negara yang dilanda keterpurukan dalam berbagai aspek seperti Indonesia sekarang
ini, kekurangan pangan dan bencana kelaparan serta tragedi kemanusiaan sering terjadi.
Kondisi seperti ini mengakibatkan hilangnya kepercayaan atas kemampuan diri dan
kemampuan mengelola masa depan.
Melihat fakta-fakta di atas tentang kehidupan ekonomi yang tidak berjalan dengan
baik, sejauh mana relevansi kewirausahaan dapat memberikan solusi ekonomi, lingkungan,
sosial maupun masalah kemanusiaan. Kewirausahaan memiliki peranan yang sangat penting
4
dalam segala dimensi kehidupan ini. Masyarakat yang dibangun kembali memiliki vitalitas
dan energi yang bermula dari aktivitas kewirausahaan.
B. Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah kemampuan menggerakkan orang-orang dan berbagai sumber
daya untuk berkreasi, mengembangkan dan menerapkan solusi terhadap berbagai masalah
agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Suatu masyarakat yang didalamnya terdapat
orang-orang yang memiliki jiwa kewirausahaan akan mampu merespon perubahan kebutuhan
dan realitas. Jiwa kewirausahaan ini ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk mengambil
inisiatif dan bersifat kreatif serta inovatif dalam mengelola orang dan sumber daya agar
tercapai hasil yang memuaskan. Wirausahawan merupakan agen dari perubahan sosial,
politik dan ekonomi.
Pada umumnya, orang mengasosiasikan jiwa kewiraushaan adalah perintis perusahaan
di sektor ekonomi. Sesungguhnya jiwa kewirausahaan dapat tumbuh dan berkembang dalam
sektor atau organisasi non ekonomi seperti : organisasi komunitas yang baru, pusat
rehabilitasi yang baru, atau institusi baru di bidang seni. Karakter unik dari kewirausahaan
adalah merintis dan membangun sesuatu yang baru dan lebih efektif dibandingkan dengan
meneruskan sesuatu yang sudah ada.
C. Keterkaitan antara Perkembangan Kewirausahaan dengan Perekonomian
5
Selama dua tahun belakangan ini, kondisi Indonesia di berbagai bidang tidak
menunjukkan perubahan berarti. Kebijakan pemerintah masih simpang siur, hukum semakin
tidak jelas, musibah di mana-mana, dan kondisi sosial kian tidak menentu. Di bidang
ekonomi, tidak ada perubahan kearah yang lebih baik. PHK tetap berlangsung karena banyak
wirausahawan tidak lagi berminat memulai atau mengembangkan usahanya, dan para
investor asing sudah banyak yang memutuskan untuk memindahkan usahanya ke negara lain
yang lebih menjanjikan.
Di sisi lain, jumlah populasi dengan usia produktif tidak bisa begitu saja menganggur.
Hidup tetap harus berjalan dan penghasilan tetap mesti dicari untuk menutupi biaya hidup
yang kian mahal. Berbagai ide bisnis bermunculan dan di diskusikan dalam berbagai forum
pertemuan baik formal maupun informal. Sebagian ide tersebut memang hanya merupakan
“mimpi yang indah” tetapi sebagian lagi ditanggapi dengan antusiasme yang tinggi. Dari hal
ini terlihat bahwa masyarakat kita justru merasa terpacu ketika dihadapkan pada suatu krisis
yang berkepanjangan. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan David Fagin
(dalam buku Crouch, tahun 2002), yang mengatakan bahwa sebagian besar tantangan dapat
dihadapi dengan kreativitas. Tanpa kreativitas, problem jarang menjelma menjadi
kesempatan.
Sumbangan kewirausahaan terhadap pembangunan ekonomi suatu negara tidaklah
disangsikan lagi. Suatu negara agar dapat berkembang dan dapat membangun secara ideal,
harus memiliki wirausahawan sebesar 2% dari jumlah penduduk (PBB). Wirausahawan yang
6
dimaksud adalah yang sesuai dengan kriteria memiliki keahlian profesional, memiliki
karakter entrepreneur yang kuat, memiliki motivasi berprestasi tinggi (McClelland) dan
kemampuan berinovasi (Drucker) serta kemampuan dalam berafiliasi atau membangun
aliansi.
D. Pengaruh Positif Kewirausahaan
Dampak positif sosio-ekonomis dengan adanya wirausaha yaitu menciptakan
lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan pemerataan pendapatan,
memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas nasional,
serta meningkatkan kesejahteraan pemerintahan melalui program pemerintahan, seperti pajak
dan lain-lain.
Hendra Esmara mengemukakan gagasan pengukuran pembangunan Indonesia yang
terdiri dari tiga komponen. Ketiga komponen tersebut adalah penduduk dan kesempatan
kerja, pertumbuhan ekonomi, serta pemerataan dan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan
gagasan tersebut maka kewirausahaan dapat meningkatkan pembangunan Indonesia karena
kewirausahaan dapat menyediakan lapangan pekerjaan sehingga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Menurut Michael P. Todaro, sumber kemajuan ekonomi bisa meliputi berbagai
macam faktor, akan tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa sumber-sumber utama bagi
pertumbuhan ekonomi adalah adanya investasi-investasi yang mampu memperbaiki kualitas
7
modal atau sumber daya manusia dan fisik, yang selanjutnya berhasil meningkatkan kuantitas
sumber daya produktif dan yang bisa menaikkan produktivitas seluruh sumber daya melalui
penemuan-penemuan baru, inovasi, dan kemajuan teknologi. Berdasarkan pendapat tersebut,
kewirausahaan dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Dengan adanya dampak positif wirausaha tersebut, maka pencari lapangan kerja yang
semula hanya berminat pada sektor formal diharapkan merubah pandangannya dan beralih
pada sektor informal. Menurut Stephen R. Covey, perubahan tersebut seringkali merupakan
proses yang menyakitkan. Ia merupakan perubahan yang harus dimotivasi oleh suatu tujuan
yang lebih tinggi, oleh kesediaan untuk menomorduakan apa yang anda pikir anda inginkan
sekarang untuk apa yang anda inginkan di kemudian hari.
E. Manfaat kewirausahaan terhadap Sosial
Kewirausahaan memiliki empat manfaat sosial; memperkuat pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan produktivitas, menciptakan teknologi, produk dan jasa baru, serta mengubah
dan meremajakan pasar.
1. Pertumbuhan Ekonomi. Dengan kewirausahaan, dapat menciptakan lowongan pekerjaan
baru bagi masyarakat. Contohnya dalam bidang elektronika yang berdiri kurang dari 5
tahun akan lebih menciptakan pekerjaan daripada perusahaan yang sudah berdiri lebih
dari 20 tahun. Dengan meningkatnya penciptaan pekuang atau lapangan pekerjaan baru
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
8
2. Produktivitas. Yaitu kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa
dengan tenaga kerja dan input lain yang lebih sedikit. Fungsi wirausaha adalah
menjalankan aset organisasi untuk mendesain, menguji dan menghasilkan produk baru.
3. Teknologi, Produk dan Jasa baru. Kewirausahaan memainkan peran penting dalam
memajukan perubahan teknologi, produk dan jasa inovatif. Contoh usaha inovatif yang
dihasilkan dari kewirausahaan misalnya: penemuan radio FM, penisilin, mesin fotocopy,
bolpen dan lain-lain. Kewirausahaan juga menciptakan revolusi industri pada abad
kedelapan belas, yaitu industri penenunan kain dari kapas di Inggris yang awalnya
diimpor dari India. Karena kapasitas mesin terbatas, maka kuantitas kain yang dihasilkan
tidak maksimal. Proses yang panjang dari penenunan kain tersebut pada akhirnya
menciptakan suatu mesin pintal yang meningkatkan kapasitas produksi.
4. Perubahan Pasar. Dengan globalisasi akan menciptakan pasar baru yang sebelumnya
tidak mendapat perhatian dari pengusaha lain. Contohnya pasar komputer yang awalnya
dikuasai oleh IBM mendapat pesaing dari microsoft serta Apple computer.
F. Resiko Wirausahawan dalam Pengembangan Bisnis
Seiring dengan perkembangan usaha yang biasanya diikuti dengan perubahan gaya
manajemen, maka pada saat yang sama para wirausahawan dihadapkan pada berbagai resiko.
Pada dasarnya ada dua resiko yang dihadapi oleh para wirausahawan ketika diberikan
kesempatan untuk mengembangkan usahanya. Kedua resiko tersebut adalah resiko riil, yaitu
9
resiko yang terlihat, bisa dihitung, bisa diantisipasi dan bisa dihindari dan resiko psikologis,
yaitu resiko yang tidak terlihat, tidak bisa dihitung, bisa diantisipasi, tetapi belum tentu bisa
dihindarkan.
a) Risiko Riil, adalah risiko yang terlihat, bisa dihitung, bisa diantisipasi dan bisa dihindari.
Termasuk dalam risiko ini adalah:
1. Kehilangan modal baik yang sudah ditanam dan akan ditanamkan ke dalam perusahaan
2. Kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan, di masa sekarang ataupun masa
depan
3. Kehilangan mata pencaharian untuk menutupi kebutuhan sehari-hari
4. Kehilangan kendali atas kekuasaan yang selama ini dimilikinya (decision-making) karena
ada pengalihan gaya bisnis keluarga menjadi gaya bisnis profesional
b) Risiko Psikologis, adalah risiko yang tidak terlihat, tidak bisa dihitung, bisa diantisipasi,
tetapi belum tentu bisa dihindarkan. Termasuk dalam risiko ini adalah:
a. Kehilangan reputasi (hilang muka, nama besar, citra, dsb) dan risiko menanggung malu
b. Kehilangan kepercayaan pada diri sendiri dan pada orang lain (Menjadi paranoid atau
blind-dependency)
c. Kehilangan perasaan mampu yang akan menyebabkan hilangnya rasa percaya diri
d. Kehilangan jati diri (terutama bagi mereka yang sudah menganggap keberadaan
perusahaan sebagai keberadaan dirinya sendiri)
10
e. Kehilangan motivasi untuk berjuang
Dari keempat risiko riil yang dihadapi oleh seorang wirausahawan seperti yang
disebutkan di atas, risiko yang seringkali terlewatkan dan tidak dipertimbangkan secara
mendalam adalah risiko terakhir, yaitu kehilangan kendali atau kekuasaan karena perubahan
gaya bisnis keluarga ke gaya bisnis profesional. Banyak wirausahawan yang menganggap hal
ini bukan sebuah risiko yang harus dipertimbangkan dan tetap memaksakan untuk
mempertahankan gaya bisnis lama ke dalam perusahaannya. Kenyataannya, gaya ini
seringkali tidak bertahan lama dan mungkin akan membawa kerugian lain (kehilangan
kesempatan). Di lain pihak penerapan gaya bisnis tersebut justru membuat para profesional
tidak dapat memberikan kemampuan terbaik yang mereka miliki.
Dampak utama dari pengabaian resiko tersebut adalah perusahaan yang lamban
berkembang dan sumberdaya yang ada menjadi tidak efisien. Revenue perusahaan tetap tetapi
cost menjadi lebih tinggi karena adanya investasi baru dan menyebabkan menurunnya
keuntungan. Selain itu, para pekerja menjadi bingung karena banyak keputusan yang
ambivalen dan tidak jelas arahnya sesuai dengan kebingungan dan ketidak-jelasan sikap
wirausahawan. Ibaratnya, perusahaan menjadi sebuah mobil mewah dengan kapasitas 4000
cc dengan harga beli miliaran tetapi hanya bisa digunakan beberapa kali saja saat liburan
karena beban biaya untuk digunakan di Jakarta ketika jam bubaran kantor di tengah hujan
rintik sangat tinggi. Akibatnya, si pemilik akan mengencangkan ikat pinggang dan berusaha
11
menekan pengeluaran lain, biasanya pengeluaran variabel, seperti gaji, fasilitas, dan logistik
demi mempertahankan cash-flownya. Keuntungan akan menjadi kerugian dan pemilik akan
merasa kelelahan sendiri karena bekerja lebih keras hanya untuk menutupi biaya yang
bertambah besar itu.
Menurut Walter Wriston (dalam buku Chouch, tahun 2002), kehidupan merupakan
proses pengaturan resiko, bukan penghapusannya. Keluhan-keluhan seperti yang disebutkan
di atas seharusnya tidak perlu terjadi jika para wirausahawan sudah mempersiapkan
infrastruktur sumber daya manusia sejak keputusan pengembangan perusahaan dibuat. Dalam
kenyataannya, perencanaan SDM ini jarang dilakukan oleh para wirausahawan bahkan
seringkali dilupakan. Penempatan para profesional di dalam perusahaan menjadi proses
tambal sulam, akibatnya pembajakan terhadap tenaga profesional sering terjadi, padahal
belum tentu profesional hasil bajakan tersebut tepat dengan kebutuhan perusahaan, akhirnya
tidak jarang wirausahawan menjadi kecewa.
Menurut pendapat Douglas Mc Gregor (dalam buku Sadarachmat, tahun 2001), ada
dua jenis teori yang menunjukkan sifat-sifat manusia dalam bekerja, yaitu teori X dan teori Y.
Teori X berasumsi bahwa pada dasarnya manusia itu pemalas, selalu berusaha sedikit
mungkin, tidak mempunyai ambisi, tidak ingin berinisiatif yang mereka inginkan hanyalah
rasa aman, tidak mempunyai tanggung jawab. Sedangkan teori Y berasumsi bahwa manusia
pada dasarnya tidak menentang kebutuhan berorganisasi dan memandang bahwa bekerja
12
sebagai suatu kegiatan yang wajar atau kebutuhan, seperti halnya makan, tidur, istirahat, dan
sebagainya. Manusia salalu siap dan ingin memikul tanggung jawab. Berdasarkan teori
tersebut, kita bisa membayangkan jika asumsi-asumsi mengenai teori X tersebut berada di
sekeliling kita, betapa beratnya dan sukarnya mengurus suatu organisasi. Hal ini lah yang
menghambat perkembangan kewirausahaan.
G. Kendala dalam berwirausaha
Mengapa begitu sulit bagi seorang wirausahawan menyerahkan kendali perusahaan
kepada para profesionalnya? Jawabnya adalah karena banyak diantara mereka merasa
frustrasi dengan para profesional yang seringkali bersikap arogan dan tidak nyambung
dengan kebutuhan, visi dan misi si wirausahawan. Frustrasi para pemilik ini lalu dilontarkan
sebagai keluhan bahwa mencari manajer atau orang yang tepat sangat sulit, apalagi mencari
orang yang memiliki profesionalisme yang tinggi. Berikut adalah beberapa contoh kendala
yang sering dikeluhkan oleh para pengusaha:
a. Kita bukannya tidak mau memberikan wewenang dan tanggungjawab kepada para
profesional tetapi tolonglah carikan orang yang tepat. Kita sering kecewa dengan para
manager.
b. kitasulit untuk berbisnis besar di Indonesia karena kualitas sumberdaya manusianya
begitu rendah sehingga tidak mungkin produktivitas itu tinggi
13
c. Yang paling susah punya bisnis di Indonesia adalah urusan ketenaga-kerjaan; susah
sekali mengatur orang, sudah malas, bodoh, tidak mau mengerti, bisahanya menuntut,
dan harus diatur dengan keras karena seringkali diberi hati malah minta ampela.
Keluhan-keluhan seperti yang disebutkan di atas seharusnya tidak perlu terjadi jika
para wirausahawan sudah mempersiapkan infrastruktur sumber daya manusia sejak
keputusan pengembangan perusahaan dibuat. Seperti halnya dalam perencanaan keuangan,
sumberdaya ini harus dibuat secara rinci dan jelas mengikuti rencana pengembangan
perusahaan. Hal-hal yang harus dipikirkan adalah arah pengembangan perusahaan, ruang
lingkup & fungsi SDM yang dibutuhkan (manager lini atau eksekutif puncak), kualitas yang
sesuai dengan visi dan keadaan perusahaan, wewenang & tanggung jawab yang dia akan
miliki, jenis kepribadian yang sesuai dengan perusahaan dan wirausahawan, dsb.
Dalam kenyataannya, perencanaan SDM ini jarang dilakukan oleh para wirausahawan
bahkan seringkali dilupakan. Hal yang lebih sering terjadi adalah SDM baru dicari dan
direkut ketika kebutuhan untuk itu sudah sangat mendesak, sehingga proses pencarian
profesional seringkali tidak efektif, karena dilakukan tergesa-gesa dan tanpa perencanaan
yang matang. Penempatan para profesional di dalam perusahaan menjadi proses tambal
sulam. Akibatnya, pembajakan terhadap tenaga profesional sering terjadi, padahal belum
tentu profesional hasil bajakan tersebut tepat dengan kebutuhan perusahaan, mengingat
kondisi dan iklim kerja yang berbeda. Akhirnya tidak jarang si wirausahawan menjadi
kecewa apalagi ditambah dengan biaya rekrutmen yang biasanya cukup tinggi. Idealnya
14
proses rekrutmen dan seleksi tentu harus melalui beberapa tahapan, termasuk perencanaan
dan standard kualitas SDM yang rinci, agar perusahaan bisa mendapatkan para profesional
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
Kehadiran dan peranan wirausaha akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan
perekonomian dan perbaikan pada keadaan ekonomi di Indonesia sekarang ini karena
wirausaha dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup masyarakat,
meningkatkan pemerataan pendapatan, memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya untuk
meningkatkan produktivitas nasional, serta meningkatkan kesejahteraan pemerintahan.
Dengan demikian, meningkatnya perkembangan kewirausahaan dapat meningkatkan
perekonomian di Indonesia.
B. Saran
Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh perkembangan kewirausahaan terhadap
tingkat perekonomian Indonesia , maka disarankan wirausaha dapat menjadi alternatif dalam
usaha pengentasan kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Pemerintah diharapkan dapat
mendukung kemajuan kewirausahaan di Indonesia dengan cara memberikan bantuan modal
sehingga wirausahawan dapat mendirikan usaha tanpa halangan mengenai biaya modal.
Pencari lapangan kerja yang semula hanya berminat pada sektor formal juga diharapkan
merubah pandangannya dan beralih pada sektor informal yaitu wirausaha.
16
DAFTAR PUSTAKA
Covey, Stephen R. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta : Binarupa Aksara.
Crouch, Van. 2002. Buku Saku Para CEO (Chief Executive Officer). Jakarta : Harvest
Publication House.
Esmara, Hendra. 1986. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta : PT.
Gramedia.
Sadarachmat, Duduh. 2001. Bunga Rampai Manajemen. Surabaya : Majalah Mitra.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Ketujuh. Jakarta :
Erlangga.
17
18