Post on 22-Jun-2015
MAKALAH
CYANOBACTERI (ALGA HIJAU – BIRU)
NAMA : AHMAD AZMI KHOIRUL U. NIM : 115050100111132
MATA KULIAH MIKROBIOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2013
1 | P a g e
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan Kasih-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Taksonomi
Tumbuhan Rendah yang berjudul “Alga Hijau-Biru (Cyanobacteria)”.
Didalam makalah ini kami menjelaskan tentang struktur tubuh, reroduksi,
dan hal-hal lain yang berupa informasi mengenai Alga Hijau-Biru
(Cyanobacteria). Kami juga memaparkan beberapa gambar, agar teman-teman
sekalian dapat memahami makalah kami.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membantu
teman-teman dalam memahami matakuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah,
khususnya di materi Aga Hijau Biru (Cyanobacteria) dan dapat menambah
wawasan serta bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Akhir kata, kritik dan saran dari teman-teman sangat kami harapkan demi
kemajuan dan kesempurnaan makalah ini.
Malang, 8 juli 2013
Penulis
2 | P a g e
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................ 2
Daftar Isi .................................................................................................. 3
Daftar Gambar ........................................................................................ 4
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 5
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
1.3. Tujuan ................................................................................................. 6
BAB II Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7
BAB III Pembahasan
1.1. Morfologi Cyanobacteri................................................................. 9
1.2. Struktur Sel Cyanobacteri ............................................................ 10
1.3. Sistem Reproduksi Cyanobacteri………………………………... 11
1.4. Pengaruh Lingkungan .................................................................. 13
1.5. Manfaat Cyanobacteri…………………………………………… 14
BAB IV Penutup
4.1. Kesimpulan.......................................................................................... 17
Daftar Pustaka
Lampiran
3 | P a g e
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Sel Cyanobacteri………………………... ....................... 6
4 | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Monera berasal dari bahasa Yunani, moneres yang berarti tunggal. Monera
meliputi organisme bersel satu yang mempunyai struktur tubuh amat sederhana
dan bersifat prokariotik. Sel prokariotik adalah sel yang materi genetiknya belum
terlindungi oleh selaput inti atau karioteka. Monera, menurut system klasifikasi
Carl Woose 1977 dikelompokkan menjadi dua subkingdom, yaitu Eubacteria dan
Archaebacteria. Cyanobacteria termasuk anggota subkingdom Eubacteria.
Alga ini disebut alga hijau-biru karena berwarna hijau kebiruan. Warna itu
diakibatkan oleh warna klorofil dan pigmen biru (fikosianin). Alga hijau-biru
banyak dijumpai di tempat-tempat yang lembap, misalnya diatas tanah, batu
tembok, sawah, parit, dan di laut. Jika mengering, koloni alga hijau biru
mengelupas seperti kerak. Alga hijau biru biasanya hidup dilingkungan yang
sedikit asam hingga basa. Selain hidup bebas, alga hijau biru juga ada yang hidup
bersimbiosis dengan organisme lain.
Alga hijau biru sama seperti bakteri, juga bersifat prokariotik. Alga hijau
biru ada yang bersel satu dan ada pula yang bersel banyak. Yang bersel satu ada
yang hidup soliter dan ada yang berkoloni, sedangkan yang bersel banyak
umumnya berbentuk benang. Alga hijau-biru dapat hidup di batuan di tempat
organisme lain sulit hidup. Dengan adanya alga hijau-biru, terjadilah pelapukan
batuan sehingga memungkinkan alga dan tumbuhan lain hidup. Alga hijau-biru
dapat bertahan pada lingkungan yang suhunya mencapai 85°C. Itulah sebabnya
alga hijau-biru dikatakan sebagai tumbuhan perintis.
5 | P a g e
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat di rumusakan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana Struktur Sel dan Morfologi Cyanobacteri?
2) Bagaimana Sistem Reproduksi Cyanobacteri?
3) Bagaiamana pengaruh lingkungan serta peranan Cyanobacteri?
1.3. Tujuan
Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui Struktur Sel dan Morfologi Cyanobacteri
2) Mengetahui Sistem Reproduksi Cyanobacteri
3) Mengetahui pengaruh lingkungan serta peranan Cyanobacteri
6 | P a g e
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik yang
termasuk dalam kelas alga, diameternya antara 3-30 μm, baik sel tunggal maupun
koloni yang hidup di seluruh wilayah perairan tawar maupun laut, yang lazim
disebut fitoplankton. Di dunia mikrobia, mikroalga termasuk eukariotik,
umumnya bersifat fotosintetik dengan pigmen fotosintetik hijau (klorofil), coklat
(fikosantin), biru kehijauan (fikobilin), dan merah (fikoeritrin). Morfologi
mikroalga berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi belum ada pembagian
tugas yang jelas pada sel-sel komponennya. Hal itulah yang membedakan
mikroalga dari tumbuhan tingkat tinggi (Romimohtarto, 2004).
Isnansetyo dan Kurniastuty (1995), menyatakan bahwa terdapat empat
kelompok mikroalga antara lain : diatom (Bacillariophyceae), alga hijau
(Chlorophyceae), alga emas (Chrysophyceae) dan alga biru (Cyanophyceae).
Penyebaran habitat mikroalga biasanya di air tawar (limpoplankton) dan air laut
(haloplankton), sedangkan sebaran berdasarkan distribusi vertikal di perairan
meliputi : plankton yang hidup di zona euphotik (ephiplankton), hidup di zona
disphotik (mesoplankton), hidup di zona aphotik (bathyplankton) dan yang hidup
di dasar perairan / bentik (hypoplankton) (Eryanto et.al, 2003).
Algae termasuk mikroorganisme eukariotik. Mereka umumnya bersifat
fotosintetik dengan pigmen fotosintetik hijau (klorofil), biru kehijauan (fikobilin),
coklat (fikosantin), dan merah (fikoeritrin). Secara morfologi, algae ada yang
berbentuk uniseluler dan ada pula yang multiseluler tetapi belum ada pembagian
tugas pada komponen sel-selnya. Algae uniseluler (mikroskopik) dapat betul-betul
berupa sel tunggal, atau tumbuh dalam bentuk rantaian atau filamen. Ada
beberapa jenis algae yang sel-selnya membentuk koloni, misalnya pada Volvox,
koloni terbentuk dari 500-60.000 sel. Koloni-koloni inilah yang dapat dilihat
dengan mata biasa. Algae multiseluler (makroskopik) mempunyai ukuran besar
sehingga dapat dilihat dengan mata biasa. Algae makroskopik biasanya
mempunyai berbagai macam struktur khusus. Beberapa jenis algae mempunyai
struktur yang disebut hold fast yang mirip dengan sistem perakaran pada tanaman.
7 | P a g e
Fungsinya adalah untuk menempelnya algae pada batuan atau substrat tertentu.
Hold fast tidak dapat digunakan untuk menyerap air atau nutrien (Anonim, 2010).
Algae termasuk golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh
yang secara relatif tidak berdiferensiasi, tidak membentuk akar batang dan daun.
Tubuh Algae atau ganggang secara keseluruhan disebut dengan talus ganggang
dan golongan Thallopyta yang lain dianggap sebagai bentuk tumbuhan rendah
yaitu tumbuhan yang mempunyai hubugan kekeluargaan yang sangat erat dengan
organisme lain yang paling primitif dan mulai muncul pertama di bumi sifat
tumbuhan rendah yang memiliki stuktur yang kompleks, diperkirakan terdapat
sekitar 30.0000 spesies ganggang yang tumbuh di bumi, kebanyakan diantaranya
hidup dilaut, species yang hidup diair tawar kelihatannya mempunyai arah
perkembangan yang lebih leluasa, jika dibandingkan dengan bentuk yang hidup di
darat (Tjitrosoepomo, 1983).
Algae tidak memerlukan sistem transport nutrien dan air, karena nutrien
dan air dapat dipenuhi dari seluruh sel algae. Struktur khusus yang lain adalah
bladder atau pengapung, yang berguna untuk menempatkan algae pada posisi
tepat untuk mendapatkan cahaya maksimum. Tangkai atau batang pada algae
disebut stipe, yang berguna untuk mendukung blade, yaitu bagian utama algae
yang berfungsi mengabsorbsi nutrien dan cahaya (Anonim, 2010).
Menurut Ciremai (2008), bahwa sampai permulaan abad 20 telah dikenal 4
kelas Algae, yaitu Chlorophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae dan
Myxophyceae (Cyanophyceae). Menurut Nontji (1981), Chlorophyceae
merupakan kelompok terbesar dari vegetasi Algae. Perbedaan dengan divisi
lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat
tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan
dibangkan karotin dan xantofil. Hasil asimilasi dari beberapa amilum,
penyusunnya sama seperti pada tumbuhan tingkattinggi yaitu amilose dan
amilopektin. Algae berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis
Algae yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat
bergerak aktif merupakan penyusun fitoplankton.
8 | P a g e
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Morfologi Cyanobacteria
Ciri-ciri utama dari alga hijau-biru adalah bersifat prokariotik dan
klorofilnya tidak didalam kloroplas.
a. Prokariotik
Seperti halnya bakteri, alga ini tidak memiliki membran inti. Bahan ini
terdapat pada suatu daerah didalam sitoplasmanya. Jadi alga hijau biru tergolong
organisme prokariotik.
b. Klorofil tidak dalam kloroplas dan memiliki fikosianin
Alga ini mempunyai klorofil a dan pigmen biru (fikosianin). Klorofil tidak
terdapat dalam kloroplas, melainkan pada membran tilakoid. Oleh karena
memiliki klorofil dan dapat berfotosintesis, maka alga ini dapat menghasilkan
gula dan oksigen. Inilah sifat yang tidak dimiliki oleh bakteri pada umumnya.
Pigmen fikosianin mengakibatkan warna hijau kebiruan. Beberapa dari
alga ini ada juga yang berwarna cokelat, hitam, kuning, merah, dan hijau. Warna
merah disebabkan oleh pigmen fikoeritrin sedangkan warna kuning disebabkan
oleh pigmen karoten.
Pada umumnya alga hijau biru memiliki kemampuan menambat nitrogen
dari udara. Proses penambatan nitrogen ini dilakukan oleh sel khusus yang disebut
heterosista. Heterosista dihasilkan oleh alga hijau biru berbentuk benang. Ukuran
heterosista lebih besar dibandingkan sel didekatnya serta memiliki dinding sel
yang lebih tebal. Oleh karena kemampuan menambat nitrogen ini, alga hijau biru
dapat menyuburkan habitatnya, atau menguntungkan organisme lainyang
bersimbiosis dengannya.
Alga hijau biru ada yang mampu menghasilkan racun (toksin). Racun yang
dikeluarkan di perairan dapat mematikan organisme lain.
3.2. Struktur Sel Cyanobacteri
9 | P a g e
Adapun struktur sel dari cyanobacteria sebagai berikut :
Gambar 1. Struktur Sel Cyanobacteri
a. Selubung Lendir
Selubung lendir terdapat disebelah luar dinding sel. Selubung lendir
berfungsi mencegah sel dari kekeringan. Selain itu, lendir dapat memudahkan sel
bergerak, karena beberapa alga ini dapat bergerak dengan gerakan osilasi (maju
mundur). Belum dapat dipastikan apa yang menyebabkan alga ini bergerak.
b. Dinding Sel
Dinding sel mengakibatkan sel memiliki bentuk yang tetap.
c. Membran Sel
Membran sel berfungsi mengatur keluar-masuknya zat dari dan kedalam sel.
Terdapat pelipatan membrane sel kearah dalam membentuk lamella fotosintetik
atau membran tilakoid. Pada membran tilakoid inilah terdapat klorofil. Jadi
berbeda dengan sel eukariotik yang memiliki klorofil didalam kloroplas, alga
hijau biru tidak memiliki kloroplas.
d. Sitoplasma
10 | P a g e
Sitoplasma merupakan koloid yang tersusun atas air, protein, lemak, gula,
mineral-mineral, enzim, ribosom, dan DNA. Di dalam sitoplasma inilah
berlangsung proses metabolisme sel.
e. Asam inti atau Asam Nukleat (DNA)
DNA terdapat pada suatu lokasi di dalam sitoplasma, namun tidak
memiliki membran inti. Karena itulah alga hijau-biru digolongkan kedalam
prokariotik.
f. Mesosom dan Ribosom
Ribosom merupakan organel untuk sintesis protein, sedangkan mesosom
merupakan penonjolan membran kearah dalam yang berperan sebagai penghasil
energi.
3.3. Reproduksi Cyanobacteri
Ada 3 cara reproduksi alga hijau-biru yaitu pembelahan sel, fregmentasi, dan
membentuk spora.
a. Pembelahan Sel
Alga hijau-biru dapat bereproduksi dengan pembelahan biner. Pembelahan
biner merupakan pembelahan sel secara langsung. Dengan pembelahan sel, baik
sel tunggal (organisme uniseluler) maupun sel penyusun filamen (benang) akan
bertambah banyak. Filamen akan bertambah panjang karena adanya pembelahan
sel. Sel membelah menjadi 2 yang saling terpisah sehingga membentuk sel – sel
tunggal, pada beberapa generasi sel – sel membelah searah dan tidak saling
terpisah sehingga membentuk filamen yang terdiri atas deretan mata rantai sel
yang disebut trikom. Tempat – tempat tertentu dari filamen baru setelah
mengalami dormansi ( istirahat yang panjang ). Heterokist dapat mengikat
nitrogen bebas di udara contoh pada Gleocapsa. Heterokist adalah sel yang pucat,
kandungan selnya terlihat homogen (terlihat dengan mikroskop cahaya) dan
memiliki dinding yang transparan. Heterokist terbentuk oleh penebalan dinding
sel vegetatif. Sedangkan akinet terbentuk dari penebalan sel vegetatif sehingga
11 | P a g e
menjadi besar dan penuh dengan cadangan makanan (granula cyanophycin) dan
penebalan-penabalan eksternal oleh tambahan zat yang kompleks.
b. Fragmentasi
Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang
kemudian membentuk individu baru. Fragmentasi terutama terjadi pada
Oscillatoria. Pada filamen yang panjang bila salah satu selnya mati maka sel mati
itu membagi filament menjadi 2 bagian atau lebih. Masing – masing bagian
disebut hormogonium. Fragmentasi juga dapat terjadi dari pemisahan dinding
yang berdekatan pada trikom atau karena sel yang mati yang mngkin menjadi
potongan bikonkaf yang terpisah atau necridia. Susunan hormogonium mungkin
meliputi kerusakan transeluler.
Fragmentasi dilakukan oleh alga hijau-biru berbentuk benang. Dengan
fragmentasi (pemenggalan), filamen yang panjang akan terputus menjadi dua atau
lebih benang pendek yang disebut hormogonium. Setiap hormogonium akan
tumbuh menjadi filamen baru. Tempat pemutusan filamen adalah sel mati yang
terdapat diantara sel penyusun filamen.
c. Pembentukan Spora
Pada keadaan yang kurang menguntungkan Cyanobacteria akan
membentuk spora yangmerupakan sel vegetatif. Spora membesar dan tebal karena
penimbunan zat makanan.Jika kondisi buruk, misalnya kurang air, diantara sel-sel
alga hijau-biru ada yang dapat membentuk endospora, seperti pada bakteri.
Dindingnya menebal, dan ukuran sel membesar. Bentuka ini disebut sebagai
akinet, misalnya pada Nostoc. Spora tahan terhadap lingkungan yang jelek. Jika
kondisi lingkungan telah pulih, spora tumbuh menjadi alga yang baru.
3.4. Peranan dan Manfaat Cyanobacteri
Alga hijau-biru ada yang bersifat merugikan, ada pula yang bersifat
menguntungkan bagi manusia.
12 | P a g e
a. Alga Hijau-Biru yang merugikan
Telah diuraikan bahwa beberapa alga hijau-biru yang hidup di air ada yang
mengeluarkan racun. Racun yang terlarut didalam air dapat meracuni organisme
yang meminumnya. Contohnya di Australia banyak biri-biri mati setelah minum
air telaga. Ini merupakan sifat merugikan alga hijau biru.
Sifat merugikan lainnya adalah alga ini dapat tumbuh di tembok dan batu,
sehingga tembok akan m udah lapuk. Demikian pula bangunan candi dari batu
yang banyak terdapat di Indonesia banyak yang terancam menjadi lapuk karena
alga.
b. Alga Hijau-Biru yang Menguntungkan
Alga Hijau-Biru ada yang bermanfaat di bidang pertanian dan industri makanan.
1) Pengikat nitrogen bebas
Nostoc, Gleocapsa, dan Anabaena merupakan alga hijau-biru yang
dapat menangkap nitrogen dari udara. Kemampuan menangkap nitrogen ini
disebut pula sebagai kemampuan melakukan fiksasi nitrogen. Anabaena
azollae dapat bersimbiosis dengan tumbuhan Azolla pinnata, yaitu tumbuhan
yang banyak djumpai di sawah dan mengapung di atas air. Alga hijau-biru itu
melakukan fiksasi nitrogendari udara dan mengubahnya dengan anonia.
Akibatnya, dan Azolla pinnata banyak mengandung ammonia. Hal demikian
menguntungkan petani. Azolla pinnatad dapat dijadikan pupuk hijau yang
mengandung nitrogen.
(2) Sebagai bahan makanan
Ada pula alga hijau-biru yang dapat dijadikan makanan karena
mengandung protein yang cukup tinggi. Misalnya alga hijau-biru yang
bentuknya spiral dan disebut Artrospira. Kan alga ini terkenal, kemudian para
pakar telah berhasil membudidayakan alga ini untuk dipanen proteinnya. Di
masa depan ada kemungkinan alga ini dapat dikembangbiakkan dalam
jumlah besar untuk menghasilkan protein bagi kebutuhan umat manusia.
13 | P a g e
3.5. Faktor Lingkungan Yang Berpengaruh Terhadap Cyanobacteri
a) Nutrien
Ketika nutrien dan suhu tidak lagi membatasi pertumbuhan Cyanobacteri,
cahaya menjadi faktor dominan yang memengaruhi proses kultivasi. Cahaya
dibutuhkan oleh semua organisme fotosintetik dan apabila kekurangan maka
fotosintesis berlangsung tidak normal. Pencahayaan pada kultur dapat dipengaruhi
oleh tingkat intensitas pencahayaan, lamanya pencahayaan dan bergantung dari
kepadatan sel yang akan memengaruhi pembentukan bayangan sel itu sendiri
(Richmond 1988).
Pertumbuhan Cyanobacteri membutuhkan bermacam-macam nutrien yang
secara umum dibagi menjadi unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro
merupakan nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar, terdiri dari N, P, K, Na,
S, C, H, O, Mg, sedangkan unsur mikro merupakan nutrien yang dibutuhkan
dalam jumlah sedikit namun penting, terdiri dari Bo, Mo, Cu, Zn dan Co (Fogg
1987). Penentuan komposisi unsur makro dan unsur mikro harus tepat, karena
apabila tidak tepat dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan mikroalga
(Fay 1983).
Nitrogen (N) merupakan komponen esensial dari struktur dan fungsional
protein pada sel alga. Secara umum, mikroalga memiliki kemampuan yang
terbatas untuk memproduksi material penyimpan nitrogen ketika tumbuh pada
kondisi nitrogen yang mencukupi kecuali cyanophycin dan phycocyanin
(Boussiba dan Richmond 1980). Mikroalga yang tumbuh pada kondisi nitrogen
terbatas akan mengalami degradasi fikobillisome. Fotosintesis terus berlanjut
meskipun dengan laju yang terus menurun ketika nitrogen dalam sel turun hingga
di bawah nilai ambang batasnya (Hu 2004).
Fosfor (P) adalah makro nutrient yang memegang peranan penting dalam
proses metabolisme seluler dengan membentuk berbagai struktur dan fungsi dari
komponen-komponen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
mikroalga. Beberapa gejala dari kekurangan fosfor mirip dengan kultur dengan
nitrogen terbatas. Kandungan klorofil cenderung mengalami penurunan
14 | P a g e
sedangkan kandungan karbohidrat akan mengalami peningkatan pada kondisi
penurunan senyawa fosfor (Healey 1982).
Natrium (Na+) dan Kalium (K+) adalah dua komponen yang tidak dapat
tergantikan pada media pertumbuhan Cyanobacteri . Penghambatan terjadi ketika
rasio K+ : Na+ >5. Selama nilai dari rasio ini di bawah 5, pertumbuhan tidak
mengalami penghambatan meski dengan konsentrasi Na+ yang sangat tinggi
seperti 18 g/L (Richmond 1988).
b) Suhu
Suhu merupakan faktor pembatas yang sangat penting di dalam kultivasi
mikroalga baik indoor maupun outdoor (Richmond et al. 1992). Mikroalga,
seperti halnya mikroorganisme lain memiliki suhu optimum untuk tumbuh.
Peningkatan suhu akan merangsang aktivitas molekul sehingga laju difusi
meningkat, sedangkan penurunan suhu dapat menyebabkan penurunan laju
fotosintesis (Borowitzka dan Borowitzka1988). Penurunan suhu pertumbuhan di
bawah suhu optimalnya biasanya meningkatkan derajat tidak jenuh lipid di dalam
sistem membran. Meningkatnya stabilitas dan fluiditas dari membran sel,
khususnya pada membran tilakoid (melalui peningkatan sejumlah asam lemak
tidak jenuh di dalam membran lipid) melindungi perangkat fotosintesis dari foto-
inhibisi pada suhu rendah (Nishida dan Murata 1996 dalam Hu 2004).
Cyanobacteri termasuk ke dalam mikroalga mesofilik, yang dapat tumbuh
pada temperatur 20-40 oC dengan suhu optimum pertumbuhannya 25-33 oC.
Suhu minimum untuk pertumbuhannya adalah antara 18-20 oC. Umumnya
kisaran temperatur untuk pertumbuhan mikroalga hijau biru lebih besar
dibandingkan jenis mikroalga lainnya (Borowitzka dan Borowitzka1988).
c) Cahaya
Ketika nutrien dan suhu tidak lagi membatasi pertumbuhan Cyanobacteri,
cahaya menjadi faktor dominan yang memengaruhi proses kultivasi. Cahaya
dibutuhkan oleh semua organisme fotosintetik dan apabila kekurangan maka
fotosintesis berlangsung tidak normal. Pencahayaan pada kultur dapat dipengaruhi
oleh tingkat intensitas pencahayaan, lamanya pencahayaan dan bergantung dari
15 | P a g e
kepadatan sel yang akan memengaruhi pembentukan bayangan sel itu sendiri
(Richmond 1988).
Pada skala laboratorium sumber pencahayaan berasal dari lampu TL (tube
light) yang digunakan sebagai penyuplai energi bagi mikroalga pada kultur. Untuk
media cair, intensitas cahaya dari lampu TL sebesar 2150-4300 lux. Intensitas
5400 lux digunakan untuk mempercepat pertumbuhan maksimum sedangkan
untuk stok kultur diperlukan intensitas 540-1100 lux (Vonshak 1985 diacu dalam
Diharmi 2001). Intensitas cahaya yang optimal untuk pertumbuhan Spirulina
berkisar antara 1500-3000 lux dan tidak melebihi 4000 lux untuk menghindari
foto inhibisi (Chen et al. 1996).
d) Nilai pH dan Agitasi
Penentuan nilai pH media tumbuh sangatlah penting untuk pertumbuhan
Spirulina sp. Nilai pH merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan
Spirulina yang dapat menentukan kemampuan biologi mikroalga dalam
memanfaatkan unsur hara (Fogg dan Thake 1987). Besarnya nilai pH pada media
pertumbuhan Spirulina umumnya antara 8-11, namun ada beberapa jenis
Spirulina yang dapat bertahan hidup pada lingkungan dengan pH mendekati 7
atau di atas 11 (Richmond 1988).
Agitasi atau proses pengadukan merupakan faktor yang penting dalam
mengoptimalkan proses pertumbuhan Spirulina. Agitasi dilakukan untuk menjaga
kelarutan CO2, meratakan penyebaran nutrien dan cahaya serta mencegah
pengendapan sel-sel alga (Fogg dan Thake 1987). Salah satu cara agitasi yang
termudah dan efektif adalah dengan aerasi, yaitu dengan memberikan udara ke
dalam media tumbuh (Umebayashi 1975).
BAB IV
KESIMPULAN
16 | P a g e
Alga Hijau-Biru (Cyanobacteria) merupakan organisme uniseluler dan
multiseluler yang bersifat prokariotik serta memiliki klorofil dan fikosianin. Alga
yang uniseluler ada yang hidup soliter dan ada yang berkoloni, sedangkan yang
multiseluler pada umumnya berbentuk benang.
Alga Hijau-Biru (Cyanobacteria) termasuk dalam kingdom Monera. Meskipun
alga ini memiliki klorofil, namun alga ini tidak dapat digolongkan kepada
kingdom plantae. Karena alga hijau biru masih berupa prokariotik, sementara
yang ada di kingdom plantae adalah yang eukariotik.
DAFTAR PUSTAKA
17 | P a g e
Ciremai. 2008. Biologi Laut. Gramedia. Jakarta.
Notji, A. 1981. Biologi Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Plezar, M. J. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiolgi. UI Press. Jakarta.
Taylor. 1960. Biologi. Ganeca Exact. Bandung.
Tjitrosoepomo, G. 1983. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. UGM Press.
Yogyakarta.
Volk dan Wheeler. 1993. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Erlangga. Jakarta.
Amin, Mohamad. 2009. Biologi. Jakarta : Bailmu
Syamsuri, Istamar. 2007. Biologi. Jakarta : Erlangga
18 | P a g e