Post on 26-Dec-2015
AKHLAK DAN TASAWUF
A.Akhlak dalam IslamKata akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata khuluqun
yang secara etimologis bermakna tabi’at, budi pekerti, adat dan kebiasaan. Sedangkan pendekatan lain bisa dari kata khalaqa sangat erat kaitannya dengan kata khaliq yang menciptakan dan makhluk yang diciptakan. Dari sini ada korelasi hubungan yang baik antara khaliq (Tuhan) dengan makhluk (manusia).
Definisi akhlak secara terminologis :
1. Ibnu Maskawaih menjelaskan bahwa akhlak adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa ia memikirkan.
2. Al-Ghazali akhlak adalah keadaan jiwa yang menumbuhkan perbuatan dengan mudah dilakukan tanpa perlu berfikir lebih lama.
3. Ahmad Amin, akhlak adalah kehendak yang dibiasakan.
Model akhlak yang yang harus kita contoh dan teladani adalah akhlak Rasulullah Muhammad SAW. Sesuai firman Allah SWT dalam QS. Al-Qalm, (68):4, “Sesungguhnya, Engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti (khuluqin) yang luhur”. Karena itu, Rasulullah SAW merupakan teladan bagi umat manusia dalam mewujudkan akhlak mahmuda, akhlak yang islami. Hal ini dipertegas dalam QS. Al-Ahzab, (33):21, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak menyebut Allah.” Bahkan Nabi sendiri dalam sabdanya menjelaskan, “Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Akhmad)Adakah persamaan antara etika, moral dengan akhlak ? Pengertian etika, moral, dan akhlak terkesan sama, apalagi kalau ketiga istilah itu disandarkan pada Islam. Oleh karena itu, hal tersebut perlu dijelaskan, bahwa kata “etika” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “ethos” artinya adat kebiasaan. Etika bisa saja merupakan istilah lain dari akhlak atau moral, tetapi memiliki perbedaan yang substansial karena konsep akhlak berasal dari pandangan agama terhadap tingkah laku manusia, sedangkan etika adalah pandangan tentang tingkah laku manusia dalam persfektif filsafat. Kalau ada persamaan adalah sama-sama membicarakan tabiat manusia.
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sisyem tata nilai suatu masyarakat tertentu. Sementara moral secara etimologis berasal dari bahasa latin “mores”, kata jamak dari “mos” yang berarti adat kebiaasaan, atau tata susila. Dalam hal ini yang dimaksud adat kebiasaan adalah tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide umum yang diterima masyarakat, mana yang baik dan wajar.
Ciri Perbuatan Akhlak:
1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya
2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.3. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada
paksaan atau tekanan dari luar.4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.5. Dilakukan dengan ikhlas.
Ruang lingkup Kajian Ilmu Akhlak:· Perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk.· Objeknya adalah norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut.· Perbuatan tersebut baik perbuatan individu maupun kolektif.
Manfaat mempelajari Ilmu Akhlak:
a. Menetapkan criteria perbuatan yang baik dan buruk.b. Membersihkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.c. Mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia.d. Memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengetahui perbuatan yang baik atau buruk.
Pembagian akhlak :
a. Akhlak kepada Allah SWT
1. Tauhid :Tauhid artinya mengesakan Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. QS. Al-Ikhlas, (122):1, “katakanlah (Muhammad) Allah itu esa. Menyekutukan Allah dengan lainnya adalah syirik dan orangnya disebut musyrik. Dosa syirik kepada Allah adalah dosa besar, bahkan dosa yang tidak terampuni.
2. Taqwa :Definisi taqwa yang paling popular adalah “memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya”. Taqwa makna asal adalah pemeliharaan diri. Diri harus dipelihara dari yang ditakuti, dan yang paling ditakuti adalah siksa Allah SWT. Muttaqin adalah orang-orang yang memelihara diri mereka dari azab dan kemarahan Allah dengan cara berhenti di garis batas yang telah ditentukan, melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
3. Tawakkal :Tawakkal adalah membebaskan hari dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatu kepada-Nya. Tawakkal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal 9 ikhtiar. Tidaklah dinamai tawakkal kalau hanya pasrah menunggu nasib sambil berpangku tangan tanpa melakukan apa-apa. Rasulullah pernah menegur seorang badui yang tidak mengikat untanya karena menurut dia itulah cerminan sikap tawakkal. “ikat dan tawakkallah” (HR. Tarmidzi,
Ibnu Khuizaimah, dan Tabrani). Sebab apabila seseorang telah berusaha dengan sunguh-sungguh untuk menggapai sesuatu, mengerahkan segala tenaga dan pikiran, membuat perencanaan dan lain sebagainya, kalau kemudian gagal, tidak sesuai yang diharapkan dia tidak putus asa, ia bertawakkal kepada Allah.
4. TaqarrubTaqarrub adalah cara mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan melaksanakan ibadah yang wajib, dan ibadah sunnah lainnya.
5. TaubatTaubat berakar kata taaba yang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah SWT adalah orang yang kembali dari sesuatu (yang jelek) menuju sesuatu (yang baik).
b. Akhlak terhadap makhluk
Akhlak pada diri sendiri :Sebagai hamba Allah, manusia diwajibkan untuk selalu bersikap
tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Manusia yang tidak mau tunduk dan patuh kepada-Nya disebut manusia yang ingkar, yang dalam bahasa Al-Quran disebut dengan kafir. Golongan kafir ada 2 macam :
1. Kafir aqidah yaitu orang yang tidak menerima islam sebagai agamanya.2. Kafir ni’mat yaitu orang yang mengakui islam dengan utuh dan baik.
Pengaruh akhlak terhadap Allah pada diri pribadi ialah :
1. Dapat bersikap wara’ atau penuh pertimbangan dalam bertindak, apakah perbuatan itu sesuai dengan hukum Allah, tidak melanggar hak orang lain dan sebagainya.
2. Pandai mensyukuri nikmat.3. Sabar dan tawakkal.4. Optimis dan sportif.5. Tawadhu’ atau rendah hati.6. Syaja’ah atau berani menegakkan kebenaran.7. Ikhlas dan ridho.8. Zuhud berarti tidak diperdayakan oleh godaan duniawi dan
hawa nafsu, hidup sederhana, dan tidak berlebihan baik menurut dirinya maupun menurut lingkungan sekitarnya, terutama menurut ketentuan Allah, serta tidak tergolong mubazzir.
c. Akhlak terhadap keluarga atau pada orang lain :
Akhlak terhadap orang tua :Orang tua adalah penyebab perwujudan kita. Kalaulah mereka itu tidak ada, kitapun tidak akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai dengan kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga banyaknya., plus berbagi rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih paya mereka untuk menghindarkan bahaya dari diri kita. Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka memberikan kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri. Mereka memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang sulit kita bayangkan.Dengan demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan tidak bisa diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan petunjuk allah mempunyai peranan yang sangat besar, tentunya siapa tahu pula bagaimana harus berbuat baik kepada orang yang semestinya diperlakukan dengan baik., bersikap mulia terhadap orang yang telah membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kenikmatan sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang\orang yang bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya.
Kewajiban kepada ibu
Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung, maka bapak pun merawatnya, mencari nafkahnya, membesarkannya, mendidiknya dan menyekolahkannya, disanping dusaha ibu. Kalau mulai menganduna sampai masa muhariq (masa dapat membedakan mana yang baik dan buruk), seorang ibu sangat berperan, maka setelah mulai memasuki masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah terhadap putranya, maka secara perbandingan, tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu dari pada tugas ayah. Coba bandingkan, banyak sekali yang tidak bisa dilakukan oleh seorang ayah terhadap anaknya, yang hanya seorang ibu saja yang dapat mengatasinya tetapi sebaliknya banyak tugas ayah yang bisa dikerjakan oleh seorang ibu. Barangkali karena demikian inilah maka penghargaan kepada ibunya. Walaupun bukan berarti ayahnya tidak dimuliakan, melainkan hendaknya mendahulukan ibu daripada mendahulukan ayahnya dalam cara memuliakan orang tua.
Berbuat baik kepada ibu dan ayah, walaupun keduanya lalim
Seorang anak menusut ajaran islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai si anak menyinggung perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang tua berbuat lalim kepada anaknya, dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas, mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya, allah tidak meridhainya sehingga orang tua itu meridhainya.
Menurut ukuran secara umum, si orang tua tidak sampai akan aniaya kepada ananya. Kalaulah itu terjadi penaniayaan kepada orang tua kepada anaknya adalah disebakan perbuatan si anak itu sendiri yang menyebabkan marah dan aniayanya orang tua kepada anaknya. Didalam kasus demikian seandainya si orang tua marh kepada anaknya dan berbuat aniaya sehingga ia tiada ridha kepada anaknya, allah pun tidak meridhai si anak tersebut lantaran orang tua.
Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah
Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang kuat terhadap sikap si anak. Dalam hal berkata pun demikian. Apabila si ibu sering menggunakan kata-kata halus kepada anaknya, si anak pun akan berkata halus. Kalau si ibu atau ayah sering mempergunakan kata-kata yang kasar, si anakpun akan mempergunakan kata-kata kasar, sesuai yang digunakan oleh ibu dan ayahnya. Sebab si anak mempunyai insting menir yang lebih mudah ditiru adalah orang yang terdekat dengannya, yaitu orang tua, terutama ibunya. Agar anak berlaku lemah lembut dan sopan kepada orang tuanya, harus dididik dan diberi contoh sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana sianak berbuat, bersikap, dan berbicara. Kewajiban anak kepada orang tuanya menurut ajaran islam harus berbicara sopan, lemah-lembut dan mempergunakan kata-kata mulia.
Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya yang sudah tiada. Dalam hal ini menurut tuntunan ajaran islam sebagaimana yang disiarkan oleh rasulullah dari Abu usaid : ”kami pernah berada pada suatu majelis bersama nabi, seorang bertanya kepada rasulullah: wahai rasulullah, apakah ada sisa kebajikan setelah keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada kedua orang tuaku. “rasulullah bersabda: ”ya, ada empat hal :mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya, menempati / melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman kedua orang tua, dan bersilaturrahim
yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali karena kedua orang tua”.
Cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila beliau-beliau itu sudah tiada yaitu:
Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada
allah dari segala dosa orang tua kita. Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang tua
mempunyai janji kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya beliau akan naik haj, yang belum sampai melaksanakannya. Maka kewajiban anaknya menunaikan haji orang tua tersebut.
Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya ibu atau
ayah mempunyai teman akrab, ibu atau ayah saling tolong-menolong dengan temannya dalam bermasyarakat. Maka untuk berbuat kebajikan kepada kedua orang tua kita yang telah tiada, selain tersebut di atas, kita harus memuliakan teman ayah dan ibu semasa ia masih hidup.
Bersilalaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan karena
kedua orang tua. Maka terhadap orang yang dipertemukan oleh ayah atau ibu sewaktu masih hidup, maka hal itu termasuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita yang sudah meninggal dunia.
Tetapi bagaimana jikalau kita ingin berbuat baik kepada ibu dan ayah serta patuh terhadapnya, terkadang perintah yang di berikannya tidak sesuai dengan ketentuan islam.
Adapun cara menghadapi perintah kedua orang tua yang bertentanga dengan ajaran islam:
Jika suatu saat kamu disuruh berbohong oleh ibu atau ayah, sebaiknya
katakan kepada keduanya bahwasanya allah melihat kita. Jangan sekali-kali membantah perintah orang tua dengan nada kesal dan
ngotot, sebab tidak akan mambuahkan hasil. Akan tetapi hadapi dengan tenang dan penuh keyakinan dan percaya diri.
Ayah dan ibu itu manusia biasa yang tak luput dari kesalaha dan
kekurangan. Jangan posisikan kedua orang tua seperti nabi yang tak pernah berbuat salah. Maafkan mereka, bila kita anggap cara dan perintah orang tua bertentangan dari hati nurani atau nilai-nilai yang kamu yakini kebenarannya.
d.Akhlak dalam kehidupan masyarakat dan bernegara
e. Akhlak pada alam lingkungan Prinsip pertama,
Bahwa disisi Allah manusia adalah makhluk yang mulia.Allah telah menundukkan semua yang ada dilangit dan dibumi untuk memeudahkan manusia. Allah berfirman:“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,kami angkut mereka didaratan dan dilautan,kami beri mereka rizqi dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan” (Q.S Al-Israa:70).Kemuliaan yang diberikan Allah kepada manusia adalah bentuk yang indah, kemampuan untuk berbicara, free will, dan kemampuan berjalan dimuka bumi, di udara, dan di lautan dengan berbagai bentuk kendaraan. Disamping itu, mereka juga mendapatkan anugerah rizqi yang berlimpah berupa makanan yang lezat dan baik. Di tambah lagi keutamaan akal, pikiran, wahyu, Rasul, dan lainnya, serta kemuliaan dan karomah jika taat kepada Allah.
Prinsip keduaManusia dituntut untuk memakmurkan dan melestarikan bumi. Hal ini dapat
terimplementasi dalam beberapa hal sebagai berikut: Belajar, mencari ilmu dan mengajar. Menunaikan amar ma’ruf nahi munkar. Berjihad dijalan Allah dengan tujuan agar ajaran Allah tetap jaya. Mematuhi konsep dan aturan Islam dalam kehidupan yang merupakan bentuk ibadah kepada
Allah, serta mengikuti prinsip musyawarah, keadilan, menolak kerugian, serta mewujudkan kemaslahatan.
Prinsip ketigaManusia dituntut untuk berfikir dan merenungkan apa yang ada dilangit dan apa yang
ada bumi. Hal ini bertujuan agar kehidupan mereka menjadi lebih baik dengan memanfaatkan yang ada di sekelilingnya, serta lebih dapat mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh ridlo-Nya. Akan tetapi, dalam menggunakan akal, pikiran, dan dalam perenungannya, manusia tidak boleh melampaui apa yang telah digariskan oleh Allah.
Prinsip keempatManusia dituntut untuk menghiasi diri mereka dengan keutamaan-keutamaan,
meninggalkan hal-hal yang tercela dan berinteraksi dengan baik antar sesama manusia dan lingkungannya.
Prinsip kelimaInteraksi manusia dengan alam lingkungan bukanlah sebuah konflik ataupun
peperangan.Akan tetapi, interaksi manusia dengan alam lingkungan adalah ketundukan alam untuk membantu manusia dengan tetap menjaga keseimbangan yang menempatkan manusia dan alam lingkungn pada posisinya masing-masing.
Prinsip keenamAjaran Islam telah memberikan kebebasan kepada umat manusia dalam
berakidah,beribadah,mengungkapkan pendapat, bekerja dan mencari bekal hidup, serta kebebasan-kebebasan lain yang sangat mereka butuhkan dalam kehidupan.
Pengertian dan Ruang Lingkup AkhlakDalam pembinaan akhlak mulia merupakan ajaran dasar dalam Islam dan pernah diamalkan seseorang, nilai-nilai yang harus dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil.Ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al-Qur’an dikaitkan dengan taqwa, dan taqwa berarti pelaksanaan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya. Larangan Tuhan berhubungan perbuatan tidak baik, orang bertaqwa adalah orang yang menggunakan akalnya dan pembinaan akhlak adalah ajaran paling dasar dalam Islam.Dalam persepktif pendidikan Islam, pendidikan akhlak al-karimah adalah faktor penting dalam pembinaan umat manusia, oleh karena itu, pembentukan akhlak al-karimah dijadikan sebagai bagian dari tujuan pendidikan Islam. Pendapat Atiyah al-Abrasyi, bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan mencapai kesempurnaan akhlak merupakan tujuan pendidikan Islam.Firman Allah swt. dalam QS. (29): 45
�ر� �ك �م�ن و�ال اء� �ف�ح�ش� ال ع�ن� �ه�ى �ن ت �ة� الص&ال �ن& إ �ة� الص&ال � �ق�م و�أTerjemahnya:“… dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar…”.Firman Allah swt. dalam QS. (3): 159
�ك� ح�و�ل م�ن� نـف�ض1وا � ال �ق�ل�ب� ال �يظ� غ�ل ف�ظ>ا �ت� �ن ك �و� و�ل �ه�م� ل �ت� �ن ل &ه� الل م�ن� Bح�م�ة ر� �م�ا ف�بTerjemahnya:Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.Dari dua ayat di atas sangat jelas menekankan kita untuk menjadikan akhlak sebagai landasan segala tingkah laku yang berasal dari Al-Qur’an.Secara garis besar, mata pengajaran aqidah akhlak berisi materi pokok sebagai berikut:1. Hubungan manusia dengan akhlakHubungan vertikal antara manusia dengan khaliqnya mencakup dari segi aqidah yang meliputi, iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikatnya, iman kepada kitab-kitabnya, iman kepada rasul-rasulnya, dan kepada qada’ dan qadarnya.2. Hubungan manusia dengan hambaMateri yang dipelajari meliputi akhlak dalam pergaulan hidup sesama manusia, kewajiban membiasakan diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.3. Hubungan manusia dengan lingkungannyaMateri yang dipelajari meliputi akhlak menusia terhadap lingkungannya, baik lingkungan
dalam arti yang luas, maupun akhlak hidup selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan
Tasawuf dalam islam1. Pengertian tasawuf
Ajaran tasawuf (sufisme) telah sangat populer selama berabad-abad dalam dunia islam, hingga sekarang ini. Tasawuf adalah salah satu bidang kajian studi islam yang memusatkan perhatiannya pada upaya pembersihan pada aspek batiniah yang dapat menghidupkan kegairahan akhlak yang mulia. Istilah tasawuf sendiri berasal dari kata “sufi” yang mengandung arti suci. Secara umum kata itu terdiri dari 3 huruf, yaitu shad, wau, dan fa, dibaca “shawafa”. Shawafa berasal dari bahasa arab, yaitu :a. Shafwaa atau safwe, yang berarti orang-orang bersih, atau orang-orang terpilih.b. Shuffa, disebut ahlush-shuffah yaitu orang-orang beranda.c. Shuuf, yang berarti bulu domba.d. Shaaf, yaitu barisan atau deret.e. Teoshofie, bahasa Yunani teos bermakna Tuhan, shopos bermakna hikmat.
Latar belakang munculnya tasawuf dalam islam :Munculnya aliran tasawuf dalam islam para ahli berbeda pendapat , ada yang mengatakan tasawuf muncul sesudah umat islam mempunyai kontak atau hubungan dengan filsafat Yunani, agama kristen, agama hindu, budha, dan katolik. Sehingga muncul anggapan bahwa tasawuf lajir dari luar islam. Pendapat ini terjadi pro dan kontra karena dalam sejarah kehidupan rasul ternyata mengandung nilai-nilai sufisme. Bila ditelusuri banyak ayat dan hadist serta perilaku Rasulullah SAW yang sama dengan nilai-nilai yang ada dalam tasawuf.
Sumber Ajaran Tasawuf:
· Unsur Islam: - Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk: mencintai Tuhan (QS. Al-Maidah: 54), bertaubah dan mensucikan diri (QS> At-Tahrim: 8), manusia selalu dalam pandangan Allah dimana saja (QS. Al-Baqarah: 110), Tuhan memberi cahaya kepada HambaNya (QS. An-Nur: 35), sabar dalam bertaqarrub kepada Allah (QS. Ali Imran: 3) - Hadis Nabi seperti tentang rahasia penciptaan alam adalah agar manusia mengenal penciptanya. - Praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-shiddiq, Umar Ibn Khattab, Usman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Talib, Abu Zar Al-Ghiffari, Hasan Basri, dll.
· Unsur Non Islam:a. Nasrani: Cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah.b. Yunani: Unsur filsafat tentang masalah ketuhanan.c. Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain.
Landasan teologis tasawuf dalam islam :Landasan atau dasar utama tasawuf juga adalah Al-Quran dan hadist karena di dalam Al-Quran lah terkandung kedamaian, ketenangan, petunjuk-petunjuk, dan hukum-hukum Allah yang benar. Seluruh kandungan Al-Quran adalah dasar tasawuf itu sendiri.Maqamat wa Al-AhwalMaqamatAdalah bentuk jama dari kata maqam. Maqam adalah disiplin keruhanian yang ditunjukkan oleh seseorang berupa pengalaman-pengalaman yang dirasakan dan diperoleh melalui usaha-usaha tertentu. Sedangkan ahwal jama dari kata hal adalah sikap rohaniah yang dianugerahkan kepada manusia, tanpa diusahakan olehnya. Maqam menurut pembagian dan susunan Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi dalam bukunya Kitab al-luma’ fi’t Tashawwuf ada 7 yaitu :1. Maqam TaubatTaubat yang dimaksudkan sufi ialah tobat yang sebenar-benarnya, tobat yang tidak akan membawa kepada dosa lagi.2. Maqam Wara’Pengertian sufi wara adalah meninggalkan segala yang dalamnya terdapat syubhat (keragu-raguan) tentang halalnya sesuatu.3. Maqam ZuhudZuhud yaitu keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian.Menurut Al-Junaid zuhd adalah keadaan jiwa yang kosong dari rasa memiliki dan ambisi menguasai.Menurut Ibn Qadamah al-Muqaddasi zuhd ialah pengalihan keinginan dari sesuatu kepada yang lebih baik.Menurut Imam al-Gazali zuhd ialah mengurangi keinginan kepada dunia dan menjauhi daripadanya dengan penuh kesadaran dan dalam hal yang mungkin dilakukan.Menurut Imam al-Qusyairi zuhd ialah tidak merasa bangga dengan kemewahan dunia yang telah ada di tangannya dan tidak merasa bersedih dengan hilangnya kemewahan tadi dari tangannya.4. Maqam FakirFakir ialah tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada diri kita.5. Maqam SabarSabar dalam menjalankan perintah-perintah Allah, dalam menjauhi segala larangan-Nya dan dalam meneruma segala cobaan-cobaan yang ditimpakan pada diri kita.6. Maqam TawakkalDari segi bahasa tawakkal merupakan bentuk kata dari al-wakalah yang mengandung arti menyerahkan, menyadarkan, dan memercayakan.7. Maqam RidhaAl-Junaid mengartikan ridha dengan (tarku al-ikhtiar) “meninggalkan usaha”. Sedangkan Dzu al-Nun al-Misri, ridha ialah : menerima qada dan qadar dengan kerelaan hati (sururul qalbi bimarri al-qadha).Pergeseran tasawuf ke tarekatPengertian tarekat (thariqah, jamaknya taraiq) secara etimologis antara lain berarti jalan (khaifiyah), metode, sistem (al-uslub), haluan (madzhab), atau keadaan (al-halah). Secara istilah tarekat bisa bermacam-macam pengertian yakni :a. Perjalanan seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara mensucikan diri atau perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.b. Tarekat adalah organisasi keagamaan dalam Islam yang menghimpun angota-anggota sufi yang sepaham bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.c. Tarekat bisa juga bermakna wirid atau dzikir-dzikir yang dirumuskan sedemikian rupa yang harus dibaca dengan jumlah tertentu.d. Tarekat berasal dari kata “thariqah” yang artinya “jalan”.Tasawuf modern/neosufismeBeberapa contoh penerapan atau hubungan tasawuf dengan ilmu-ilmu sekuler, misalnya :a. Pertemuan tasawuf dengan fisika atau sains modern yang holistik.b. Pertemuan tasawuf dengan ekologi yang menyadarkan mengenai pentingnya kesinambungan alam ini dengan keanekaragaman hayati.c. Pertemuan tasawuf dengan penyembuhan alternatif yang memberikan kesadaran bahwa masalah kesehatan bukan hanya bersifat fisikal.d. Pertemuan tasawuf dengan psikologi baru yang menekankan segi transpersonl.Hubungan tasawuf dengan akhlakAkhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak. Jika kata “tasawuf” dengan kata “akhlak” disatukan, akan terbentuk sebuah frase, yaitu tasawuf akhlaki. Secara etimologis, tasawuf akhlaki bermakna membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku. Tasawuf adalah proses pendekatan diri pada Tuhan dengan cara mensucikan hati sesuci-sucinya. Dalam tasawuf akhlaki, sistem pembinaan akhlak menganut 3 cara yaitu :1. TakhalliSebagai langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang sufi dengan cara mengosongkan diri dari akhlak tercela serta memerdekakan jiwa dari hawa nafsu duniawai.2. TahalliSebagai upaya mengisi jiwa dengan akhlak yang terpuji.3. TajalliYaitu terungkapnya cahaya kegaiban atau “nur gaib”.
4. HUBUNGAN ANTARA AKHLAK DAN TASAWUF B. HUBUNGAN NYA
Para ahli ilmu tasawuf pada umum nya membaga tasawuf kepada tiga bagian. Pertama tasawuf filsafi, kedua tasawuf akhlaki, ketiga tasawuf amali. Ketiga macam tasawuf ini tujuannya sama, yaitu mendekatkan diri kepada Allh dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Dengan demikian dalam proses pencapaian tujuan bertasawuf seserorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia. Ketiga macam tasawuf berbeda dalam hal pandekatan yang digunakan. Pada taswuf filsafi
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan rasio atau akal pikiran, karena dalam taswuf ini menggunakan bahan-bahan kajian atau pemikiran yang trdapat dalam kalngan filosof, seperti filsafat tentang Tuhan -, manusia, manusia dengan tuhan dan lain sebagainya. Pada tasawuf akhlaki pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak yang tahapan nya terdiri dari takholli(mengosongkan diri dari akhlak yang buruk), tahalli(menghiasi dengan akhlak yang terpuji), dan tajalli(terbukanya dinding penghalang/ hijab) yang membatasi manusia dengan Tuhan, sehingga Nur ilahi tampak jelas paadanya. Sedangkan pada tasawof amali pendekatan yang digunakan adalh pendekatan amaliyah atau wirid, yang selanjutnya mengambil bentuk torikot. Dengan mengmalkan tasawuf baik yang bersifat filsafi, akhlaki atau amali, seseorang dengan sendirinya berskhlak baik. Perbuatan yang demikian itu ia lakukan dengan sengaja, sadar, pilihan sendiri, dan bukan karena terpaksa. Hubungan antara akhlak dengan tasawuf menurut uraian yang diberikan oleh Harun Nasution ketika mempelajari tasawuf ternyata pula bahwa Al- Quran dan Hadist mementingkan akhlak. Al-Quran dan Hadis menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, keadilan, tolong menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik sangka, berkata benar, pemurah, keramahan, bersih hati, berani, kesucian, hemat, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu dan berpikiran lurus. Nilai- nilai serupa ini yang harus dimiliki seorang muslim, da ndimasukkan kedalam dirinya dari semasa ia kecil.Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah sangat meninjol, karna bertasawuf itu pada hakikat nya melakukan serngkaian ibadah seperti shalat, puasa, zakat dll, yang semuanya itu uantuk mendekatka diri kepada Allah . ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf itu ternyata erat hubungannya dengan akhlak. Ibadah dalam Islam erat kali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al-Quran dikaitkan dengan takwa, dan takwa itu secara otomatis melaksanakan perintah tuhan dan menjauhi larangannya. Singkatnya setiaap orang yang bertakwa pasti baik akhlaknya. Harun Nasutioan berkata oarang shufilah, terutama yang pelaksanaan ibadah mya membawa kepada pembinaan akhlak mulia dalam diri mereka. Hal itu, dalam istilah shufi disebut dengan al-takholluq bi akhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti Allah, mensifati diri dengan sifat-sifat yamg dimiliki Allah.
5. AKHLAK DAN AKTUALISASINYA DALAM KEHIDUPAN
Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan iman yang
dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari-hari.
Dan akhlak seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan seorang muslim seperti di bawah
ini.
1. Akhlak terhadap Allah
a. Mentauhidkan Allah
Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah dan Beriman
bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya
b. Banyak Berzdikir pada Allah
Zikir (atau Dzikir) artinya mengingat Allah di antaranya dengan menyebut dan memuji nama
Allah. Zikir adalah satu kewajiban. Dengan berzikir hati menjadi tenteram.
c. Berdo’a kepada Allah SWT.
berdo’a adalah inti dari ibadah. Orang-orang yang tidak mau berdo’a adalah orang-orang
yang sombong karena tidak mau mengakui kelemahan dirinya di hadapan Allah SWT.
d. Bertawakal Hanya Pada Allah
Tawakal kepada Allah SWT merupakan gambaran dari sikap sabar dan kerja keras yang
sungguh-sungguh dalm pelaksanaanya yang di harapkan gagal dari harapan
semestinya,sehingga ia akan mamppu menerima dengan lapang dada tanpa ada
penyesalan.
e. Berhusnudzhon ,kepada Allah
yakni berbaik sangka kepada Allah SWT karena sewsungguhnya apa saja yang di berijan
Allah merupakan jalan yang terbaik untuk hamba-Nya.
2. Akhlak terhadap Rasulullah
a. Mengikuti atau menjalankan sunnah Rosul
mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah menjalani Hidupnya atau
garis-garis perjuangan / tradisi yang dilaksanakan oleh Rasulullah. Sunnah merupakan
sumber hukum kedua dalam Islam, setelah Al-Quran.
b. Bersholawat Kepada Rosul
Mengucapkan puji-pujian kepada Rosulullah S.A.W . Sesungguhnya Tuhan beserta para
malaikatnya semua memberikan Sholawat kepada Nabi (dari Allah berarti memberi rakhmat,
dan dari malaikat berarti memohonkan ampunan). Hai orang-orang beriman, ucapkanlah
Sholawat kepadanya (AQ Al Ahzab : 56)
3. Akhlak Terhadap diri sendiri
a. Sikap sabar
Sabar adalah menahan amarah dan nafsu yang pada dasarnya bersifat negative. Kemudian
manusia harus sabar dalam menghadapi segala cobaan.
b. Sikap Syukur.
Dalam keseharian, kadang atau bahkan sering kali kita lupa untuk ber-Syukur,
atau men-Syukuri segala Nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. ada 3
(tiga) Cara yang mudah untuk men-Syukuri Nikmat Allah yaitu bersyukur
dengan hati yang tulus, mensyukuri dengan lisan yang dilakukan dengan memuji Allah
melalui ucapan Alhamdulillah, dan bersyukur dengan perbuatan yang dilakukan
dengan menggunakan Nikmat dan Rahmat Allah pada jalan dan perbuatan yang
diridhoi-Nya
c. Sikap Tawadlhu’
Tawadlhu’ atau Rendah hati merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia jadi sudah
selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap tawadhu, karena tawadhu merupakan salah
satu akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh setiap umat islam. Orang yang tawadhu’ adalah
orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT
d. Bertaubat.
apabila melakukan kesalahan, maka segera bertaubat dan tidak mengulanginya lagi.
Apabila ada dari kita yang merasa telah terlalu banyak berbuat dosa dan maksiat sebaiknya
kita jangan berputus asa dari rahmat ampunan Allah, karena Allah SWT selalu memberikan
kesempatan pada kita untuk bertobat,
4. Aklak Terhadap Sesama Manusia
a. Merajut Ukhuwah atau Persaudaraan
Membina persaudaraan adalah perintah Allah yang diajarkan oleh semua agama, termasuk
agama Islam. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya kalau semua elemen membangun
ukhuwwah dalam komunitasnya. Apabila ada kelompok tertentu dengan mengatas-namakan
agama tetapi enggan memperjuangkan perdamaian dan persaudaraan maka perlu
dipertanyakan kembali komitmen keagamaannya,
b. Ta’awun atau saling tolong menolong
Dalam Islam, tolong-menolong adalah kewajiban setiap Muslim. Sudah semestinya konsep
tolong-menolong tidak hanya dilakukan dalam lingkup yang sempit. Tolong-menolong
menjadi sebuah keharusan karena apapun yang kita kerjakan membutuhkan pertolongan
dari orang lain. Tidak ada manusia seorang pun di muka bumi ini yang tidak membutuhkan
pertolongan dari yang lain.
c. Suka memaafkan kesalahan orang lain
Islam mengajar umatnya untuk bersikap pemaaf dan suka memaafkan kesalahan orang lain
tanpa menunggu permohonan maaf daripada orang yang berbuat salah kepadanya. Pemaaf
adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikit pun rasa
benci dan dendam di hati. Sifat pemaaf adalah salah satu perwujudan daripada ketakwaan
kepada Allah.
d. Menepati Janji
Janji memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan. Menepati janji adalah bagian
dari iman. Maka seperti itu pula ingkar janji, termasuk tanda kemunafikan.
5. Akhlak Terhadap sesama Makhluk
a. Tafakur (Berfikir)
salah satu ciri khas manusia yang membedakanya dari makhluk yang lain, bahwa manusia
adalah makhluk yang berpikir. Dengan kemampuan itulah manusia bisa meraih berbagai
kemajuan, kemanfaatan, dan kebaikan.
b. Memanfaatkan Alam
Kedudukan manusia di bumi ini bukanlah sebagai penguasa yang sewenang-wenang, tetapi
sebagai khalifah yang mengemban amanat Allah. Karena itu, segala pemanfaatan manusia
atas bumi ini harus dengan penuh tanggung jawab dan tidak menimbulkan kerusakan.
Sebab, Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan
Dalam ilmu akhlak dijelaskan bahwa kebiasaan yang baik harus diperhatikan dan
disempurnakan, serta kebiasaan yang buruk harus dihilangkan, karena merupakan factor
yang sangat penting dalam membentuk karakter manusia berakhlak. Al-Ghozali
menjelaskan bahwa mencapai akhlak yang baik ada tiga cara.
1. Akhlak merupakan anugrah dan Rahmat Allah, yakni orang memiliki akhlak baik secara
alamiah (bi-althabi;ah wa al-fitroh). Sesuatu yang diberikan Allah kepada seseorang sejak ia
dilahirkan.
2. Mujahadah, Selalu berusaha keras untuk merubah diri menjadi baik dan tetap dalam
kebaikan, serta menahan diri dari sikap putus asa.
3. Riyadloh, adalah melatih diri secara spiritual untuk senantiasa dzikir (ingat) kepada Allah.
Al-Ghozali juga berpendapat bahwa upaya mengubah akhlak buruk adalah kesadaran
seseorang akan akhlaknya yang jelek. Ada empat cara untuk dapat membantu seseorang
mengubah akhlaknya yang jelek menjadi baik.
1. menjadikan murid seorang pembimbing spiritual (syekh)
2. Minta bantuan seorang yang tulus, taat, dan punya pengertian.
3. Berupaya unuk mengetahui kekurangan diri kita dari sesorang yang tidak senang (benci)
dengan kita.
4. Bergaul bersama orang banyak dan memisalkan kekurangan yang ada pada orang lain
bagaikan yang ada pada kita
Sedangkan menurut Achmad Amin, upaya mengubah kebiasaan buruk sebagaimana yang
dikutip Ishak solih (1990) adalah hal-hal sebagai berikut ini.
1. Menyadari perbuatan buruk, dan bertekad untuk meninggalkannya.
2. Mencari Waktu yang baik untuk mengubah kebiasaan itu untuk mewujudkan niat atau tekad
semula.
3. menghindari diri dari segala yang dapat menyebabkan kebiasaan buruk itu terulang lagi.
Kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk memiliki akhlak (akhlak karimah) dan
berupaya dapat menjauhi akhlak jelek (akhlak sayiah). Jika kita ingin memiliki Negara yang
baldatun thoyibatun warobun ghofur (Negara yang, baik, makmur, dan senantiasa dalam
ampunan-Nya) kuncinya adalah masyarakat, bangsa tersebut harus berakhlak baik. Jika
tidak, kehancuran dan kehinaan akan meliputi masyarakat, bangsa tersebut.
6. JALAN MENUJU AKHLAKUL KARIMAHAllah menciptakan manusia sebagai makhluk yang
sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lain dan juga manusia sebagai penerima dan pelaksana ajaran-Nya. Oleh karena itu manusia ditempatkan pada kedudukan yang mulia jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Agar manusia dapat mempertahankan kedudukan yang mulia dan tinggi tersebut. Maka Allah membekali manusia dengan akal dan perasaan yang memungkinkan manusia untuk menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam suatu proses pendidikan. Kemudian mengembangkan ilmu tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari, serta akal pula yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Selain itu akal dan perasaan dapat menentukan kedudukan seseorang dalam lingkungan sosial dalam melaksanakan segala hal bentuk kegiatan dengan penuh cermat dan tanggung jawab.Agama Islam merupakan suatu agama yang didalamnya, mengandung ajaran bagi seluruh umat-Nya. Salah satu ajaran Islam yang paling mendasar adalah masalah akhlak. Yang mana akhlakul karimah tersebut di wajibkan oleh
Allah. Sebagaimana yang telah disebut dalam salah satu firman Allah surat Luqman yang berbunyi:
7. 17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Berdasarkan ayat diatas maka akhlakul karimah dalam
keluarga ini diwajibkan pada setiap orang. Yang mana
akhlak tersebut banyak menentukan sifat dan karakter
seseorang, khususnya dalam pergaulannya.
Seseorang akan dihargai dan dihormati apabila memiliki
sifat atau mempunyai akhlak mulia. Demikian juga
sebaliknya dia akan dicampakkan dan dibenci apabila dia
berakhlak yang buruk dan tercela, bahkan di hadapan Allah
akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang yang
dilakukannya.
Sebagaimana juga kita ketahui bahwa nilai dan harga
manusia itu terletak pada akhlaknya yaitu tingkah laku dan
amal perbuatannya, semakin luhur akhlak seseorang,
semakin tinggi nilai dan harga dirinya. Karena itu upaya
pembinaan dan peningkatan akhlak dalam melestarikan
martabat manusia adalah teramat penting dan dalam hal ini
Islam dengan segenap aspek ajarannya merupakan salah
satu alternative sebagai pedoman dan tuntunan.
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial yaitu
tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain,
dengan kata lain manusia hidup dalam suatu masyarakat,
dalam kehidupan bermasyarakat ini akhlak mempunyai
peranan yang penting sekali, khususnya dalam kehidupan
sehari-hari, sebab kejayaan suatu negara itu terletak pada
akhlak masyarakatnya.
Demikian pula kehancuran di muka bumi ini disebabkan
perbuatan manusia itu sendiri sebagaimana firman Allah
dalam surat Ar-Rum ayat 41 yang berbunyi :
41. telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar) ..
8. Pengertian akhlakul karimah
Menurut bahasa atau etimologi kata akhlak berasal dari
bahasa arab akhlaq ( ق اخال ) bentuk jamak dari khuluq (خلق)
yang artinya perangai. Dalam pengertian sehari-hari akhlaq
di samakan dengan arti kata budi pekerti, watak, tabiat.
Sedangkan menurut terminologi kata budi pekerti terdiri
dari kata budi dan pekerti yang dapat diartikan sebagai
berikut:
“Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan
dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran rasio yang
disebut character. Pekerti ialah apa yang terlihat pada
manusia, karena di dorong oleh perasaan hati yang disebuit
behaviour”. Jadi akhlak atau budi pekerti merupakan
perpaduan dari rasio dan rasa yang bermanifestasi pada
karsa dan tingkah laku. Dalam arti bahwa wujud akhlak
adalah merupakan tingkah laku manusia yang tampak dan
dapat dilihat pada dirinya yang didorong oleh hati nurani,
pemikiran, serta rasio.
Untuk lebih jelasnya ada beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh para ulama ilmu akhlak, diantaranya:
a. Menurut al-Qurthuby bahwasannya yang dinamakan
akhlak itu adalah, diantaranya:
�أخ�د�يه� م�ا � ه�و�ي ا ن� اال ه� ن� س� ��ع�س� م&ى د�ب� اال م�ن� ن �س� �ق�ا ي ل &ه� ال خ� �ر� ن �ص��ي ل�قة� م�ن� ي �خ� ال
�ه� ف�ي
“suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab
kesopanan disebut akhlak, karena perbuatan-perbuatan itu
termasuk bagian dari kejadian”.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwasannya yang
dimaksud akhlak itu adalah perbuatan-perbuatan manusia
yang mana perbuatan tersebut masuk bagian yang
dialaminya dan hal tersebut bersumber pada adab dan
kesopananya.
b. Ibnu maskawih dalam kitabnya “Tahzibul Akhlak Wal
Tathirul A’roq menyatakan bahwa AM A itu adalah
ا �ة للنف�س لS ح� ي �ل�ى� له�ا د�اع� �ه�ا اف�ع�ا ا �ر� م�ن� ل �ر� غ�ي &ةB ف�ك و��رو�ي
“keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakuakan perbuatan- perbuatan tanpa melakukan
pertimbangan lebih dahulu”.
c. Di dalam Al-Mu’jam Al-Wasit yang disadur oleh Asmaran
disebutkan definisi akhlak adalah:
“akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam jiwa, yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau
buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.”
d. Kemudian dr. Abdullah Dirraj dalajm bukunya “Kalimatun
Fimabadi’iil Akhlak (beberapa kalimat dalam prinsip-prinsip
akhlak) yang disadur oleh Humaidi tatapangarsa, beliau
mengatakan:
“Akhlak itu adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang
mantap, kekuatan kehendak yang berkombinaasi membawa
kecenderungan pada pemilihan-pihak yang benar (dalam
hal yang baik)atau pihak yang jahat (dalam hal yang jahat).”
Sedangkan menurut Abdullah Dirroz, perbuatan-perbuatan
manusia dapat dianggap sebagai manifestasi dari
akhlaknya, apabila memenuhi dua syarat yakni perbuatan-
perbuatan itu dilakukan berulangkali dalam bentuk yang
sama, sehingga menjadi kebiasaan. Yang kedua perbuatan-
perbuatan itu dilakukan karena dorongan-dorongan emosi
jiwanya, bukan karena adanya tekanan-tekanan yang
datang dari luar seperti paksaan dari orang lain sehingga
menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan-
harapan yang indah.
Berpijak pada beberapa definisi yang dikemukajan oleh
para ulama diatas, pada hakikatnya yang dinamakan akhlak
(budi pekerti) itu adalah suatu kondisi atau sifat yang telah
meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari
situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara yang
spontan dan mudah tanpa di buat-buat dan tanpa
memerlukan pemikiran. Dari hal tersebut maka timbullah
kelakuan yang baik dan teruji yang dinamakan budi pekerti
atau akhlak mulia dan sebaliknya apabila lahir kelakuan
buruk maka disebutlah budi pekerti yang tercela atau
akhlak yang tercela.
Sedangkan kata karimah berasal dari bahasa arab juga
artinya terpuji, baik atau mulia. Berdasarkan pengertian
kata akhlak dan kata karimah, maka dapat penulis ambil
kesimpulan bahwasannya yang dimaksud akhlakul karimah
adalah segala budi pekerti yang baik yang ditimbulkan
manusia tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan yang
mana sifat itu dapat menjadi budi pekerti yang utama dan
dapat meningkatkan martabat manusia.
2. Fungsi Akhlakul Karimah
Akhlak bukanlah merupakan barang-barang mewah yang
mungkin tidak terlalu di butuhkan tetapi akhlak adalah
merupakan pokok-pokok kehidupan yang esensial, yang
diharuskan agama sangat menghormati orang-orang yang
memilikinya. Oleh karena Islam datang untuk
mengantarkan manusia ke jenjang kehidupan yang
gemilang dan bahagia serta sejahtera melalui beberapa segi
keutamaan akhlak yang luhur.
Djazuli dalam bukunya Akhlaq Dasar Islam mengemukakan
ada tiga kegunaan akhlakul karimah yaitu :
a. akhlak yang baik harus ditanamkan kepada manusia
supaya manusia mempunyai kepercayaan yang teguh dan
berpendirian yang kuat.
b. Sifat-sifat yang terpuji atau akhlak yang baik merupakan
latihan bagi pembentukan sikap sehari-hari, sefat sifat ini
banyak di bicarakan dan berhubungan dengan rukun Islam
sehari-hari, sifat-sifat ini banyak dibicarakan dan
berhubungan dengan rukun Islam dan ibadah seoperti :
sholat, puasa, zakat, haji, shodaqoh, tolong menolong dan
sebagainya.
c. Untuk mengatur hubungan yang baik antara manusia
dengan Allah dan manusia dengan manusia.
Kegunaan yang pertama berhubungan dengan iman yaitu
mengetahui dan meyakini akan ke Esaan Allah SWT
sedangkan kegunaan yang kedua berhubungan dengan
ibadah yang merupakan perwujudan dari iman. Bila kedua
hal ini terpisah dari budi pekerti (akhlak) pastilah akan
merusak kemurnian jiwa dan kehidupan manusia.
Dalam mempergunakan dan menjalankan bagian akidah
dan ibadah perlu untuk berpegang teguh dalam
mewujudkan bagian lain yang disebut dengan akhlakul
karimah. Sejarah telah membuktikan bahwa kebahagiaan di
segenap kehidupan hanya diperoleh dengan berakhlak
mulia.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita ambil suatu
kesimpulan bahwa akhlakul karimah perlu ditanamkan pada
manusia agar dalam menjalankan kehidupannya dia akan
hidup tenteram dan akhlakul karimah dapat berfungsi
sebagai pedoman tingkah laku manusia.
9. 3.)Tujuan Pembinaan Akhlakul Karimah
Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan
sadar, berencana, teratur dan terarah serta bertanggung
jawab untuk mengembangkan kepribadian dengan segala
aspeknya.
Yang dimaksud dengan kepribadian adalah kepribadian
yang sempurna. Menurut Ali Al-Qodli, kepribadian yang
sempurna itu adalah :
a. kepribadian yang mantap, yang sanggup memproduksi
hal-hal yang rasional selaras dengan batas-batas
kemampuan bakatnya.
b. Sanggup mempererat hubungan yang sehat dengan
segala lapisan masyarakat.
c. Sanggup menanggung beban kehidupan dengan rasa
tanpa adanya kontradiksi di dalam tingkah lakunya.
Jadi tujuan dari pembinaan akhlakul karimah disini adalah
untuk membentuk pribadi-pribadi yang sempurna yang
dapat dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan
masyarakat dan negara.
4.) Sumber Hukum Akhlakul karimah
Apabila di perhatikan kehidupan lingkungan umat manusia
maka akan di jumpai tingkah laku manusia yang bermacam-
macam yang berbeda antara yang satu dengan yang lainya,
bahkan dalam penilaian tentang tingkah laku itu berbeda
tergantung pada batasan pengertian baik dan buruk dalam
suatu lapisan masyarakat atau lebih dikenal dengan
sebutan norma. Dan norma inilah yang menjadi sumber
hukum akhlak seseorang.
Namun yang penulis maksud dengan sumber akhlak yang
didasarkan pada norma-norma ajaran Islam yaitu norma
yang datangnya dari allah SWT dan Rasulnya dalam bentuk
ayat-ayat Al-Qur’an dan pelaksanaanya di lakukan oleh
Rasulullah. Sumber itu adalah hukum Al-qur’an dan al-
Hadist yang mana kedua sumber ini merupakan hukum
ajaran Islam.
Disamping kedua sumber hukum ajaran Islam yang disebut
di atas, sumber hukum akhlak juga didasarkan pada hasil
pemikiran Ulama dan filosof. Jadi dengan demikian yang
menjadi sumber hukum akhlakul karimah itu ada tiga yaitu
Al-qur’an, al-Hadist dan hasil pemikiran para Ulama’ dan
filosof.
Sehubungan dengan sumber hukum akhlakul karimah
diatas, banyak ayat –ayat al-qur’an dan Hadist nabi yang
menjadi dasar hukum akhlak di antaranya adalah :
a. surat Al-Qalam ayat 4:
10. Artinya: “dan Sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.”
b. Sedangkan hadist nabi yang menjadi dasar sumber
hukum akhlak adalah:
ة� ابى ع�ن� �ر� ي ض��ى ه�ر� �ه� الله ر� و ل ق�ا : ق�ل� ع�ن �ه� الله صل& الله� ل� رس� �ي ]م� ع�ل ل و�س�
&م�ا �ت� ان �ع�ث ��م1م� ال ب �ا ت ق خال األ رم� م�ك
(رواهاحمد)
Artinya : “Dari abu Hurairah r.a berkata : bahwa rasullullah
bersabda : sesungguhnya aku diutus ke muka bumi adalah
untuk menyempurnakan akhlak yang baik. (H.R. Ahmad)
Itulah sebagian ayat-ayat al-qur’an dan Hadist nabi yang
dapat penulis kemukakan sebagai sumber hukum akhlak
yang mulia atau akhlakul karimah, dimana kesemuanya itu
mencerminkan atau tercermin dalam kepribadian
Rasullullah.
5)Dasar Pembinaan Akhlakul Karimah
Dasar Pembinaan Akhlakul karimah ini penulis
bagi ,menjadi dua yaitu dasar agama yang di ambil dari Al-
Qur’an dan Hadist Nabi, sedangkan dasar yang kedua
adalah dasar yuridis Nasional.
A. al-Qur’an yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist
nabi.
a. Al-qur’an:
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.
11. 41. telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).
12. b.) Sunnah/Hadist Nabi
�ان علهوسلم الله صلى الله ل رسو ل قا البخار رواه)القران خ�لسقه ك
(ومسلم
Artinya : “Akhlaknya Rasullullah adalah Al-Qur’an.” (H.R.
Buchori-Muslim)
Yang dimaksud dengan akhlak Al-Qur’an disini adalah
bahwasannya setiap perilaku, perintah dan larangan
Rasullullah itu selalu berpegang pada ada apa yang
terdapat dalam isi kandungan Al-Qur’an. Jadi pribadi beliau
adalah realisasi dan manifestasi dari ajaran Al-Qur’an.
B. Dasar Yuridis
a). Negara berdasarkan atas asas Ketuhanan Yang Maha
Esa.
b). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing dan
untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
c). Undang-undang RI. Nomor 2 tahun 1989 tentang system
pendidikan nasional Bab XI, pasal 39 ayat 2 yang berbunyi:
isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan
wajib memuat:
1. Pendidikan pancasila.
2. pendidikan agama.
3. Pendidikan kewarganegaraan. Menurut isi undang-
undang di atas bahwasannya pendidikan agama itu
merupakn unsur utama dari pendidikan nasional. Oleh
karena itu semua jenis dan jenjang pendidikan mulai dari
tingkat kanak_kanak (TK) sampai ke tingkat perguruan
tinggi harus mengajarkan tentang pendidikan agama.
6.) Macam-Macam Akhlakul Karimah
Sebagaimana telah penulis uraikan di atas, bahwa akhlak
mempunyai perilaku atau tabiat, sehingga akhlak
merupakan ukuran dari segala perbuatan manusia atau
merupakan alat pengontrol tiap perbuatan manusia. Oleh
karena itu untuk lebih jelasnya dalam pembahasan
selanjutnya penulis akan menguraikan macam-macam
tentang akhlak.
a. Mahmudah (akhlak yang baik)
Akhlak mahmudah artinya akhlak yang baik yang telah
dimiliki Nabi Muhammad SAW yang patut kita contoh.
1. Al-amanah artinya Jujur, dapat dipercaya
Seorang mukmin hendaknya berlaku amanat, jujur dengan
segala anugrah Allah SWT kepada dirinya, menjaga anggota
lahir dan anggota batin dari segala maksiat serta
mengerjakan perintah-perintah Allah SWT.
2. Al-Aliefah artinya disenangi
Orang yang bijaksana tentulah dapat menyelami segala
anasir yang hidup di tengah masyarakat, menaruh
perhatian kepada segenap situasi dan senantiasa mengikuti
setiap fakta dan keadaan yang penuh dengan aneka
percobaan.
3. Al-Afwu artinya pemaaf
Manusia tiada sunyi dari khilaf dan salah. Maka apabila
orang berbuat sesuatu terhadap dirimu yang mungkin
karena khilaf atau salah, maka patutlah engkau
memaafkannya.
4. Anie Satun artinya manis muka.
Dengan manis muka, senyum yang menghiasi bibir
lawanmu akan jatuh tersungkur mengaku kalah dan engkau
akan selalu digemari orang.
5. Al-Khairu artinya kebaikan atau baik.
Sudah tentu tiada patut engkau hanya pandai menyuruh
orang lain saja berbuat baik, sedangkan engkau sendiri
enggan mengerjakannya, dari itu mulailah dengan dirimu
sendiri berbuat baik.
6. Al-Khusyu’ artinya tekun sambil menundukkan diri.
Kerjakanlah Ibadah dengan merendahkan diri,
menundukkan hati, tekun dan tetap, senantiasa bertasbih,
bertakbir, bertahmid, bertahklil, memuja asma Allah,
menundukkan hati keopada-Nya, khusyu’ di kala
sembahyang, memelihara penglihatan, menjaga
kehormatan, jangan berjalan dimuka bumi Allah ini dengan
sombong.
7. Adh Dfhiyaafah artinya menghormati tamu.
Menghormati tamu adalah suatu ciri orang yang benar-
benar beriman kepada Allah SWT.
8. Al-Khufran artinya suka memberi maaf.
9. Al-Hayaau artinya malu kalau dirinya di cela.
Orang yang memiliki sifat ini, semua anggotanya gerak-
geriknya akan senantiasa terjaga dari hawa nafsu, karena
setiap akan mengerjakan perbuatan yang rendah, ia
tertegun, tertahan dan akhirnya tiada jadi, karena desakan
malunya, takut mendapat nama yang buruk, takut
menerima siksaan Allah SWT kelak di akhirat.
10. Al-Hilmu artinya menahan diri dari berlaku maksiat.
Manusia dijadikan indah susunan anggota lainnya,
kesempurnaan lahir itu hendaknya diikuti pula dengan
kebersihan bathin, di antaranya menahan diri dari maksiat,
baik maksiat dhohir maupun maksiat bathin, agar kesucian
diri tetap terpelihara.
11. al_Hukmu Bil’adli artinya menghukum secara adil.
Adil dalam setiap sikap artinya memberikan hak kepada
yang mempunyai, adil terhadap sesama manusia dalam
perkataan atau perbuatan.
12. al-Ikhaaau artinya menganggap bersaudara.
Persaudaraan Islam, tidaklah terikat oleh batas
kebangsaan-nasionalitas, tetap lebih luas lagi, ia
merupakan keseluruhan di muka bumi, siapa saja yang
beriman adalah saudara bagi yang lain, walaupun berlainan
suku, bangsa atau ras sekalipun.
13. Al-Ihsan artinya berbuat baik.
Ihsan adalah berbuat baik dalam ketaatan kepada Allah
SWT
14. Al Ifafah artinya memelihara kesucian diri.
Sederhanakalah terhadap ketenangan dan tundukkan mafsu
kepada akal, sebab sebagian besar keburukan-keburukan
itu disebaban orang tiada sanggup mengendalikan
nafsunya.
15. Sal-Muruuah artinya berbudi tinggi.
Sifat Muruuah artinya berbudi tinggi, kesatria dalam
membela yang benar, malu dan tidak puas bila maksud
belum tercapai
16. An-Nadhaafah artinya bersih.
Membersihkan badan, pakaian, tempat tinggal adalah
suruhan agama, maka seyogyanya manusia membersihkan
badannya dengan mandi.
17. Ar-Rahmah artinya belas kasih.
Batas kasih sayang yang engkau terima dari orang lain,
lebih banyak jumlahnya daripada belas kasih yang pernah
engkau berikan kepada orang lain.
18. As-Sakhaau artinya pemurah.
Pemurah adalah memberikan harta sebagai tambahan dari
yang wajib dan ini adalah sifat yang baik, perangai yang
terpuji
19. As-Salaam artinya kesentosaan
Kesentosaan di katakana kepada orang yang berjiwa tenang
, tentram dan damai.
20. As-Shalihat artinya beramal saleh.
21. Ash Shabru artinya sabar.
Sabar bukan berarti menyerah tanpa syarat, tetapi sabar
adalah terus berusaha dengan hati yang tetap, berikhtir,
sampai cita-cita dapat berhasil.
22. Ash-Shidqatu artinya benar dan jujur
Benar atau jujur adalah alat tercapainya keselamatan,
keberuntungan dan kebahagiaan
23. Asy-Syaja’ah artinya pemberani / berani.
Berani adalah keteguhan hati dalam membela dan
mempertahankan yang benar.
24. At-Ta’aawun artinya bertolong-tolongan.
Bertolong-tolongan adalah ciri kehalusan budi, kesucian
jiwa, ketinggian akhlak dan membuahkan cinta antara
teman.
25. At-Tadhararu’ artinya merendahkan diri kepada ASllah
SWT.
Beribadat, berdo’a atau memohon kepada Allah SW
hendaknya merendahklan diri kepada-Nya.
26. At-Tawaadhu’ artinya merendahkan diri terhadap
sesama manusia.
Tawaadhu’ adalah memelihara pergulan dan hubungan
dengan sesama manusia tanpa perasaan kelebihan diri dari
orang lain serta tidak merendahkan orang lain.
27. Qana’ah artinya merasa cukup dengan apa yang ada.
Qana’ah itu adalah qana’ah hati, bukan qana’ah ikhtiar, jadi
berusaha dengan cukup, bekerja dengan giat, sebab hidup
berarti bekerja, jangan sekali-kali kaku dalam menghadapi
hidup.
28. Izzatun Nafsi artinya berjiwa kuat.
Dengan jiwa yang kuat manusia akan memperoleh
kehormatan dan kemulyaan di dunia dan akherat.
b. Akhlak Jelek / Buruk (akhlak madzmuuman)
2. Al-Anaaniah artinya egois.
3. Al-Baghayu artinya pelacur.
4. Al-Bukhlu artinya kikir.
Orang kikir biasanya pintu rezekinya pun akan tertutup dan
tidak banyak mempunyai sahabat.
5. Al-Buhtaan artinya berdusta.
Maksudnya adalah mengada-adakan suatu yang sebenarnya
tidak ada, dengan maksud untuk menjelekkan orang.
6. Al-Khamru artinya peminum khamar.
Khamar diharamkan meminumnya sebab mengkibatkan
mabuk, dan hilang akalnya.
7. Al-Khiyanah artinya kianat.
Amanat membawa kelapangan rezeki, sedangkan khianat
menimbulkan kefakiran.
8. Adh-Dhulum artinya aniaya
Aniaya adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya,
atau mengurangi hak yang seharusnya tidak di berikan.
9. Al-Jubun artinya pengecut.
Sifat pengecut hina sekali, sebab tiada berani mencoba,
belum mulai sudah ragu.
10. Al-Fawaahisy artinya dosa besar.
Termasuk dosa besar antara lain ialah : syirik, sihir,
membunuh orang, memakan riba, memakan harta anak
yatim dan sebagainya.
11. Al-Ghadab artinya pemarah.
Marah mengakibatkan kemudaratan bagi orang yang di
marahin. orang yang kuat bukanlah orang yang kuat
bergulat tetapi yang sebenarnya kuat o itu adalah yang
dapat menahan dirinya dari marah.
12. Al-Ghasysyu artinya mengicuhkan atau menipu.
Mengicuh atau menipu yang dimaksudkan disini adalah
orang yang apabila menerima sukatan dari orang lain
dimintanya dengan cukup.
13. Al-Ghibah artinya mengumpat.
Mengumpat adalah menyebut atau memperkatakan
seseorang dengan apa yang dibencinya.
14. Al-Ghina artinya merasa tidak perlu pada orang lain.
15. Al-Ghuruur artinya memperdayakan.
16. Al-Hayaatud dunya artinya kehidupan dunia.
Maksudnya menepuk cinta kepada selain Allah SWT seperti
mencintai nama popularitas guna membesarkan diri,
mencintai harta atau sesuatu sehingga lupa beribadat.
17. Al-Hasat artinya dengki.
Dengki adalah membenci nikmat Tuhan yang
dianugerahkan kepada orang lain dengan keinginan agar
nikmat orang lain itu terhapus.
18. Al-Hiqdu artinya dendam.
Haqad ialah dengki yang telah mengakibatkan permusuhan.
19. Al-Ifsad artinya berbuat kerusakan.
Orang yang berbuat kerusakan, jiwanya seperti jiwa
serigala yaitu selalu berusaha bagaimana caranya
menganiaya orang lain.
20. Al-Intihaa’ artinya menjerumuskan diri atau bunuh diri.
21. Al-Israaf artinya berlebih-lebihan.
Meyia-nyiakan sesuatu tanpa manfaat.
22. Al-Istibar artinya takabur.
Takabuur ialah membesarkan diri, menganggap dirinya
lebih dari orang lain.
23. Al-Kazbu artinya dusta.
Orang yang berdusta mwenunjukkan kelemahan dirinya dan
dusta adalah salah satu dari tanda munafik.
24. al-Kufraan artinya mengingkari nkmat.
25. Al-Liwaathah artinya homoseksual.
26. Al-Makru artinya penipuan.
Penipuan ialah usaha untuk memperoleh keuntungan
dengan tidak jujur.
27. An-Namiemah artinya mengadu domba
Menyampaikan perkataan seseorang atau menceritakan
keadaan seseorang atau mengabarkan pekerjaan seseorang
kepada orang lain dengan maksud mengadu domba.
28. Qatlun nafsi artinya membunuh.
29. Ar-ribaa artinya mencari muka.
30. Ar-Ryaa artinya mencari muka.
31. As-Sikhariyaah artinya berolok-olok.
Berolok-olok ialah menghina ke’aiban atau kekurangan
orang dengan menertawakannya.
32. As-Sirqah artinya mencuri.
Mecuri ialah mengambil barang yang sama sekali atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
memiliki barang itu.
33. Asy-Asyawat artinya pengikut hawa nafsu.
Nafsu adalah daya penggerak berupa keinginan yang sesuai
dengan tuntunan hati manusia.
34. At-Tabdzier adalah berlebih-lebihan menggunakan
harta, berarti menyia-nyiakan harta.
2. Faktor-Faktor Pendukung / Penghambat dalam
Pembinaan akhlakul karimah
Membina dan mendidik akhlakul karimah tidak selamanya
berjalan mulus tanpa halangan dan rintangan bahkan
sering terjadi berbagai masalah dan mempengaruhi proses
pembinaan akhlakul karimah dlm keluarga muslim.
Dalam pembinaan akhlakul karimah pada keluarga muslim
ada faktor pendukung dan ada juga faktor penghambat
yang sangat berpengaruh dalam pembinaan akhlakul
karimah pada keluarga muslim. Untuk lebih jelasnya faktor-
faktor tersebut sebagai berikut:
A. Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana
dalam kehidupan manusia. Anggota-anggotanya terdiri atas
ayah, ibu, dan anak-anak. Bagi anak-anak keluarga
merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenalnya.
Dengan demikian kehidupan keluarga menjadi fase
sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan anak
Sigmund Freud dengan konsep Father Image (citra
Kebapakan) menyatakan bahwa perkembangan jiwa
keaganmaan anak-anak di pengaruhi oleh citra anak
terhadap bapaknya. Jika seorang bapak menunjukkan sikap
dan tingkah laku yang baik, maka anak akan cenderung
mengidentifikasikan sikap dan tingkah laku sang bapak
pada dirinya. Demikian pula sebaliknya jika bapak
menampilkan sikap buruk juga akan ikut berpengaruh
terhadap pembentukan kepribadian anak.
Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa
keagamaan anak dalam pandangan islam sudah lama di
sadari. Oleh karena itu sebagai intervensi terhadap
perkembangan jiwa keagamaan tersebut, kedua orang itu di
beri beban tanggung jawab. Ada semacam rangkaian
ketentuan yang dianjurkan kepad orang tua, yaitu
mengazankan ke telinga bayi yang baru lahir, mengakikah,
memberi nama yang baik, mengajarkan membaca Al-
Qurt’an, membiasakan shalat serta bimbingan lainnya yang
sejalan dengan perintah agama. Keluarga dinilai sebagai
faktor yang sangat dominant dalam meletakkan dasar bagi
perkembangan jiwa keagamaan.
Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
lungkungan keluarga adalah merupakan suatu hal yang
sangat berpengaruh sekali terhadap proses pendidikan
akhlak yang selama ini di terima siswa, dalam arti apabila
lingkungan keluarga baik, maka baik pula pada kepribadian
anak, yang mana hal tersebut merupakan alat penunjang
dalam pembinaan akhlak siswa. Begitu juga sebaliknya
ketika lingkungan keluarga buruk, maka buruk pula
kepribadian anak dan hal tersebut merupakan penghambat
dalam pembinaan akhlak.
A. Lingkungan Institusional (sekolah)
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi
pengaruh dalam membantui perkembangan kepribadian
anak. Menurut singgih D. Gunarsa pengaruh itu dapat
dibagi tiga kelompok, yaitu:
1. Kurikulum dan anak
2. Hubungan guru dan murid; dan
3. Hubungan antar anak.
Dilihat dari kaitannya dengan perkembangan jiwa
keagamaan, tampaknya ketiga kelompok tersebut ikut
berpengaruh. Sebab pada prinsipnya perkembangan jiwa
keagamaan tak dapat dilepaskan dari upaya untuk
membentuk kepribadian yang luhur. Dalam ketiga
kelompok itu secara umum tersirat unsur-unsur yang
menopang pembentukan seperti ketekunan, disiplin,
kejujuran, simpati, sosiobilitas, toleransi, keteladanan,
sabar dan keadilan. Perlakuan dan pembiasaaan bagi
pembentukan sifat-sifat seperti itu umumnya menjadi
bagian dari pendidikan sekolah.
Melalui kurikulum, yang berisi materi pelajaran, sikap dan
keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar
teman di sekolah dinilai berperan dalam menanamkan
kebiasaan yang baik. Pembiasaan yang baik merupakan
bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya
dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.
Lingkungan Masyarakat (pergaulan)
Meskipun tampaknya longgar, namun kehidupan
bermasyarakat di batasi oleh berbagai norma dan nilai-nilai
yang didukung warganya. Karena itu setiap warga berusaha
untuk menyesuaikan sikap dan tingkah laku dengan norma
dan nilai-nilai yang ada. Dengan demikian kehidupan
bermasyarakat memiliki suatu tatanan yang terkondisi
untuk di patuhi bersama.
Sepintas lingkungan masyarakat bukan merupakan
lingkungan yang mengandung unsur tanggung jawab,
melainkan hanya merupakan unsur pengaruh belaka, tetapi
norma dan tata nilai yang ada terkadang lebih mengikat
sifatnya. Bahkan terkadang pengaruhnya lebih besar dalam
perkembangan jiwa keagamaan baik dalam bentuk positif
maupaun negative. Misalnya lingkungan masyarakat yang
memilii tradisi kragamaan yang kuat akan berpengruh
positif bagi perkembangan anak, sebab kehidupan
keagamanan terkondisi dalam tatanan nilai maupun
institusi keagamaan. Keadaan seperti ini akan
berpengartuh dalam pembentukan jiwa keagamaan
warganya. Memahami penjelasan di atas, penulis
menyimpulkan bahwa ketika anak di lingkungan
masyarakat (pergaulan) baik, maka hal tersebut akan
berpengaruh positif pada anak dan hal tersebut merupakan
penunjang dalam pembinaan akhlakul karimah. Sebaliknya
jika anak tinggal di lingkungan yang rusak, sebab
bagaimanapun juga mereka akan bergaul dengan teman-
temannya dan berinteraksi dengan lingkungannya sehingga
kemungkinan besar mereka akan terpengaruh oleh
lingkungan pergaulannya, sehingga hal tersebut dapat
menghambat pembinaan akhlakul karimah pada keluarga
muslim.
13. 3. Tinjauan Tentang Keluarga Muslim
1) Pengertian Keluarga Muslim
Dalam Islam, Keluarga di kenal dengan istilah usroh, nasl,
‘ali dan nasb, keluarga dapat diperoleh melalui keturunan
(anak, cucu) perkawinan (suami, istri) persusuan dan
pemerdekaan. Sedangkan pembentukan keluarga bermula
dari hubungan suci yang terjalin antara seseorang laki-laki
dan seorang perempuan melalui perkawinan yang sah.
Keluarga (kawula dan warga) dalam pandangan antropologi
adalah suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh
manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat
tinggal dan di tandai oleh kerja sama ekonomi,
berkembang, mendidik, ayah, ibu dan anak.
Abu Ahmadi mengartikan keluarga sebagai berikut:
1. keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang
umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak.
2. hubungan antara anggota keluarga di jiwai oleh
suausana afeksi dan rasa tanggung jawab
3. hubungan sosial di antara keluarga relative tetap dan
didasarkan pada ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi.
4. fungsi keluarga adalah memelihara, merawat dan
melindungi anak dalam rangka sosialnya agar mereka
mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
keluarga adalah suatu kelompok terkecil dalam masyarakat
yang terdiri dari ayah(suami), ibu (istri) dan anak, meskipun
kadang-kadang di dalamnya juga terdapat kakek, nenek,
paman, bibi dan lain sebagainya, serta terdiri dari unsur-
unsur antara lain perkawinan atau adopsi. Setiap hari
anggota memiliki hak dan kewajiban timbal balik, serta
memiliki fungsi utama sosialisasi pada anak.
Uraian-uraian diatas menjelaskan tentang pengertian
keluarga secara umum, sedangkan yang dimaksud dengan
keluarga muslim adalah keluarga yang terikat berdasarkan
aktivitas pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan
syariat Islam
Suatu keluarga hanya terbentuk dengan melalui proses
perkawinan yang sah, tanpa perkawinan tiada keluarga
karena perkawinan itulah yang membedakan manusia
dengan hewan di dalam memenuhi instingnya. Didalam
agama islam pembentukan suatu keluarga di awali dengan
proses pernikahan, yaitu suatu perjanjian yang suci kuat
dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang
laki-laki dan seorang perempuan membentuk keluarga yang
kekal, saling menyayangi dan bahagia.
Sebuah rumah tangga yan muslim yang kokoh terjadi
karena keduanya menyatukan cipta, rasa dan karsa, mereka
satu tujuan, terciptanya sebuah rumah tangga yang
berpijak pada kasih sayanh, ketentraman dan ridhlo Allah
SWT. Untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia dan
harmonis, hidup tenang, rukun dan damai serta diliputi oleh
kasih sayang untuk mendapatkan keturunan yang sah, yang
bakal melanjutkan cita-cita orang tuanya.
Landasan pembentukan keluarga dalam Islam ialah Q.S Ar-
Rum ayat 21:
21. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
2) Fungsi Keluarga Muslim
Secara umum fungsi keluarga adalah merawat, memelihara
serta melindungi anggota. Lebih spesifik lagi menurut
Jalaluddin Rahmad, keluarga mempunyai fungsi sebagai
berikut :
a. Fungsi biologis
Setiap wanita dan pria memiliki kebutuhan biologis dalam
bentuk kebutuhan seksual. Keluarga yang dibentuk melalui
ikatan perkawinan merupakan sarana yang sah bagi
pasangan suami istri untuk memenuhi kebutuhannya itu.
Jadi keluarga berfungsi sebagai sarana pemenuhan
kebutuhan biologis manusia, yang secara khusus dalam
bentuk hubungan seks itu agar manusia tidak memenuhi
kebutuhan tersebut secara bebas seperti binatang.
Dari pemenuhan biologis tersebut pada hakekatya akan
menuju pada pengembang biakan keturunan (anak).
Dengan demikian keluarga pun berfungsi sebagai sarana
reproduksi atau sarana untuk mengembangkan dan
selanjutnya keturunan di muka bumi ini secara sah.
Kebutuhan akan keterlindungan fisik, seperti kesehatan
jasmani dapat pula dapat pula digolongkan pada kebutuhan
biologis.
b. Fungsi edukatif
Fungsi edukatif atau fungsi pendidikan keluarga merupakan
salah satu tanggung jawab yang paling penting yang dipikul
oleh orang tua. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan
yang pertama bagi anak. Yang berperan melaksanakan
pendidikan tersebut adalah ibu dan bapaknya. Kehidupan
keluarga sehari-hari pada saat tertentu beralih menjadi
suatu situasi pendidikan yang dihayati oleh anak-anaknya.
Dalam keluarga anak-anak dididik berjalan,sikapnya,
perilaku keagamaannya dan pengetahuan serta kemampuan
lainnya. Tidak semua hal dapat diajarkan atau dididik oleh
orang tua, sehingga anak-anak mesti dikirim ke sekolah.
Namun demikian di keluarga tetap merupakan dasar atau
landasan utama bagi anak (khususnya dalam pembinaan
kepribadian) untuk mengembangkn pendidikan selanjutnya.
c. Fungsi religius
Keluarga mempunyai fungsi religius artinya keluarga
berkewajiban memperkenalkan atau mengajak anak dan
anggota keluarga yang lain kepada kehidupan beragama.
Untuk melaksanakannya orang tua sebagai tokoh di dalam
keluarga itu serta anggota lainnya terlebih dahulu harus
menciptakan iklim suasana religius dalam keluarga itu.
d., Fungsi protektif atau perlindungan
Keluarga dapat menjalankan fungsi protektif atau fungsi
memberikan perlindungan bagi seluruh anggota keluarga.
Diantara alasan seseorang melangsungkan perkawinan dan
membentuk keluarga adalah untuk mendapatkan rasa
keterjaminan dan keterlindungan hidupnya, baik secara
fisik (jasmani) maupun psikologis (rohani)
e. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan fungsi pendidikan karena fungsi pendidikan
terkandung upaya sosialisasi dan demikian pula sebaliknya.
anak memperoleh sosialisasi yang pertama di lingkungan
keluarganya. Orang tua mempersiapkan dia untuk menjadi
anggota masyarakat yang baik.
f. Fungsi rekreasi
Fungsi rekresasi ini tidak berarti bahwa keluarga seolah-
olah harus berpesta pora atau selalu berekreasi di luar
rumah. Rekreasi itu dirasakan orang apabila ia menghayati
suatu suasana yang damai, tenang, jauh dari ketegangan
batin, segar dan santai serta kepada yang bersangkutan
memberikan perasaan bebas terlepas dari kesibukan sehari-
hari.
Keluarga dapat menjalankan fungsi rekreasi dengan
menciptakan suasana yang akrab, ramah dan hangat di
antara anggota-anggotamnya. Suasana keluarga yang
kering dan gersang sukar untuk mengembangkan rasa
nyaman dan santai pd anggota-anggotanya, sehingga
mereka akan lebih mencari hiburan diluar rumah.
g. fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi keluarga sangat penting bagi kehidupan
keluarga, karena merupakan pendukung utama bagi
kebutuhan dan kelangsungan keluarga. Fungsi keluarga
meliputi pencarian nafkah, perencanaanya serta
penggunaanya. Pelaksanaan fungsi ekonomi oleh dan untuk
semua anggota keluarga. Keluarga mempunyai
kemungkinan menambah saling pengertian, solidaritas dan
tanggungjawab bersama dalam keluarga itu.
Dalam kaitannya dengan fungsi edukatif maka keluarga
merupakan lembaga yang pertama dan utama. Dikatakan
utama karena di dalam keluarga itulah anak banyak
menghabiskan waktu bersama anggota keluarga yang lain.
Dan dikatakan pertama karena didalam keluarga itulah
anak dilahirkan dan mulai belajar dan mengenal segala
sesuatu. 3) Pembinaan Akhlakul karimah Pada Keluarga
Muslim
Sebagaimana menurut ajaran Islam berdasarkan praktek
Rasullullah, pendidikan akhlakul karimah (akhlak mulia)
adalah suatu faktor penting dalam membina suatu umat
atau membangun suatu bangsa. Yang diperlukan oleh
pembangunan ialah keikhlasan, kejujuran, jiwa manusia
yang tinggi, sesuai dengan perbuatan, oleh karena itu
program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha
ialah pembinaan akhlak mulia. Ia harus ditanamkan kepada
seluruh lapisan dan tingkatan masyarakat, mulai dari
tingkat atas sampai ke lapisan bawah dan pada lapisan atas
itulah yang pertama wajib memberikan teladan yang baik
kepada masyarakat dan rakyat.
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama seseorang
tinggal. Dalam keluarga, pertama kali pada seorang anak
ditanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang berasal dari
agama dan dapat diterima dalam masyarakat.
Disebutkan oleh B. Simanjutak dengan mengutip
pandangan D. Klerk bahwa keluarga itu memberikan dasar
kehidupan kelak dan bahwa itu merupakan dasar bagi
integral sosial antara perorangan dan pergaulan hidup.
Keluarga itu dunia sosial pertama atau lebih kongkrit dalam
lingkungan anak-anak untuk pertama kali dalam
penghidupannya berkenalan dengan situasi pergaulan.
Keluarga mempunyai fungsi penting dalam menciptakan
ketentraman batin anak. Bila dia merasa adanya
kehangatan, kasih sayang, dan ketentraman ibu bapak
terhadap dirinya maka jiwanya tentram, sebaliknya anak
dapat pula terdorong untuk menentang dan berkelakuan
baik, apabila orang tua atau keluargnya tidak sayang
kepadanya dan tidak mengerti apa yang dialaminya.
Dengan kata lain keluarga merupakan tempat pertama kali
mendapatkan pendidikan. Dalam keluarga seseorang
belajar banyak, seseorang anak belajar berperilaku dengan
mencontoh kedua orang tua atau orang-orang yang ada
dalam lingkungan keluarga. Jadi lingkungan keluarga
mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan
akhlak anak, karena seorang pertama kalinya mendapatkan
pendidikan nilai-nilai dan norma-norma agama dan
masyarakatnya dari orang tuanya. Oleh karena itu dalam
keluarga perlu adanya komunikasi antara anak-anak dan
orang tua.
Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar atas
terselenggaranya pendidikan khususnya dalam hal
membina anaknya berakhlak yang mulia. Karena jika orang
tua atau keluarga sejak mulai dini tidak memperhatikan
atau membiarkan akhlak yang selama ini diterimanya.