Post on 18-Sep-2015
description
LAPORAN PRAKTIKUM ASUHAN GIZI KLINIK 2
TATA LAKSANA DIET PADA PASIEN
CA RECTI
Disusun Oleh:
Kelompok 15 / Shift 3
1. Karina Candrakirana D. (12/335320/KU/15133)
2. Rahmawati Hanifah (12/335322/KU/15135)
3. Izzati Hayu Andari (12/335335/KU/15148)
4. Mustika Cahya N.D. (12/335345/KU/15158)
PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
ASSESMENT GIZI
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. YG No RM : 01.37.56.86
Umur : 53 th Ruang : Cendana A1
Sex : laki-laki Tgl Masuk :16 Oktober 2014
Pekerjaan : Pedagang Tgl Kasus :17 Oktober 2014
Pendidikan : SMP Alamat : Pituruh Purworejo
Agama : Kristen Diagnosis Medis : Ca Recti
2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit
Keluhan Umum Pasca kemoterapi II pada penderita Ca Recti Locally Advance
Riwayat Penyakit Sekarang px adalah penderita Ca recti locally advance, tegak dengan PA HC-11-4098 operasi/biopsy rectum : Adeno Carcinoma Colon, NOS, diferensiasi baik. px direncanakan kemoterapi dengan regimen Mayo, sebanyak 6 seri, dengan interval 21 hari. px juga direncanakan untuk dilakukan radioterapi. px telah dilakukan operasi/colostomy 2 bulan yang lalu di RS Palang Biru
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat operasi (+) colostomy bulan Agustus 2014
Riwayat Penyakit Keluarga
3. Berkaitan dengan Riwayat Gizi
Data Sosio ekonomi Penghasilan : 950.000
Jumlah anggota keluarga : 7 orang
Suku : Jawa
Aktifitas fisik Jenis pekerjaan : Pedagang , Jumlah jam kerja : 8 jam Jenis olahraga : - , Frekuensi : - Jumlah jam tidur sehari : 6 jam
Alergi makanan Makanan : - Penyebab : - Jenis diet khusus : - Alasan : - Yang Menganjurkan : -
Masalah gastrointestinal
Nyeri ulu hati (tidak), Mual (ya), Muntah (tidak),
Diare (tidak), Konstipasi (ya), Anoreksia (tidak)
Perubahan pengecapan/penciuman (tidak)
Penyakit kronik Jenis penyakit : - Modifikasi diet : - Jenis dan lama pengobatan :
Kesehatan mulut/menelan
Sulit menelan (tidak), Stomatitis (tidak), Gigi lengkap (ya)
Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi : -
Frekuensi dan jumlah : -
Perubahan berat badan
Berkurang 5 kg lamanya : 2 bulan Tidak disengaja
Mempersiapkan makanan
Fasilitas memasak : Kayu, panci, wajan Fasilitas menyimpan makanan : Lemari makan Makanan dimasak oleh istri px
Riwayat / pola makan Pola makan px 3x/hari makan utama, dan 2-3x/hari makan selingan. px jarang makan lauk hewani. Makanan pokok : nasi 3x/hari @1 centong, singkong 1-2x/minggu @ 2 potong LH : Telur 1-2x/minggu @1 butir, ayam 2-3x/minggu @1 potong LN : Tempe/Tahu 3x/hari @1 potong secara bergantian Sayur : Bayam, kangkung, daun singkong 2-3x/minggu @ 1 sendok sayur Buah : Jeruk/apel 1-2x/bulan @1 buah, pisang 2-3x/minggu @2 buah Minuman : air putih 7-8 gelas/hari, teh manis 1x/hari @1 gelas
Kesimpulan :
Pasien didiagnosa mengalami ca recti. Keluhan utama pasca kemoterapi II pada
penderita Ca Recti Locally Advance yaitu pasien dalam masa kemoterapi dan telah menjalani
kemoterapi kedua. Saat didiagnosa, kanker berkembang lokal di kolon.
Pembahasan Anamnesis :
Keluhan yang dialami pasien yaitu telah menjalani kemoterapi II Ca Recti Locally
Advance, yaitu pasien telah menjalani kemoterapi kedua, dan kanker berkembang lokal di
daerah kolon. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan PA HC-11-4098 operasi/biopsy
rektum : Adeno Carcinoma Colon, NOS (not otherwise specific) dengan diferensiasi baik .
Saat ini pasien sedang direncanakan untuk menjalani kemoterapi regimen Mayo
(regimen kemoterapi yang ditetapkan dari Mayo Clinic yaitu berisi 5FU 425 mg/m2 dan
leucovorin 20 mg/m2 intravena [IV). Kemoterapi dijadwalkan sebanyak 6 seri dengan interval 21
hari. Pasien juga direncanakan akan menjalani radioterapi. Dua bulan sebelumnya, pasien telah
meakukan kolostomi atau tindakan pembedahan untuk membuat lubang terbuka pada usus
besar yang digunakan sebagai saluran pengeluaran feses (Grace & Borley, 2006).
Dalam kurun waktu dua bulan, pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
disengaja sebanyak 5 kg. Penurunan berat badan ini disebabkan karena gangguan
gastrointestinal dimana pasien merasa mual sehingga mengalami penrunan nafsu makan.
Selain itu, pasien juga mengalami konstipasi.
Ditinjau dari kebiasaan makan, pasien makan utama tiga kali sehari dengan 2-3x
selingan namun jarang mengkonsumsi lauk hewani. Konsumsi nasi sebanyak 3x/hari masing-
masing 1 centong, singkong 1-2x/minggu masing-masing 2 potong. Konsumsi lauk hewani
hanya 2-3x per minggu berupa telur dan ayam. Sedangkan setiap hari pasien mengkonsumsi
3x lauk hewani masing-masing 1 potong berupa tahu dan tempe secara bergantian. Konsumsi
serat dari sayuran masih rendah dilihat dari kebiasaan konsumsi sayur yang hanya 2-3x/minggu
berupa sayur bayam, kangkung, daun singkong. Konsumsi buah 2-3x /minggu berupa buah
pisang, dan buah jeruk/apel 1x/minggu.
B. ANTROPOMETRI
TB BB
155 cm 49 kg
IMT =
=
= 20, 39 kg/m2
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan indeks massa tubuh dengan menggunakan berat badan dan
tinggi badan pasien, yaitu 49 kg dan 155 cm, maka diperoleh hasil 20,39 kg/m2. Dapat
disimpulkan bahwa status gizi pasien termasuk normal. Menurut, WHO dalam Supariasa 2012,
IMT normal berkisar antara 18,5-23 kg/m2.
C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA
Pemeriksaan Satuan [Nilai Normal]
Awal Kasus Keterangan
WBC 103/mL [4,8-10,8] 9,62 103/mL Normal
RBC 106/mL [4,2-5,4] 3,93 103/mL Rendah
HGB g/dL [12-16] 10.5 g/dL Rendah
HCT % [37-47] 32,8 % Rendah
MCV fL [79-99] 83,5 fL Normal
MCH pg [27-31] 28,4 pg Normal
MCHC g/dL [33-37] 34 g/dL Normal
PLT 103/L [150-450] 390 103/L Normal RDW-CV % [11,5-14,5] 13,8 % Normal
MPV fl [7,2-11,1] 7,5 fl Normal
NEUT# 103/L [1,8-8] 7,25 103/L Normal LYMP# 103/L [0,4-5,2] 1,21 103/L Normal MONO# 103/L [0,16-1] 0,49 103/L Normal BASO# 103/L [0-0,2] 0,72 103/L Tinggi Kesimpulan :
Ditinjau dari pemeriksaan biokimia, nilai RBC, HGB, HCT pasien termasuk rendah.
Sedangkan basofil termasuk tinggi.
Pembahasan :
Red blood cells atau sel darah merah merupakan komonen darah yang berfungsi untuk
membawa oksigen, mengedarkannya ke seluruh tubuh. Penurunan kadar RBC disebabkan
karena adanya anemia (kecuali talasemia), leukemia, hipertiroid, penyakit hati kronik,
hemolysis, penyakit lupus, dan kanker. Pada pasien terjadi penurunan jumlah sel darah merah.
Penurunan kadar hemoglobin dalam darah dapat disebabkan karena adanya anemia,
kanker, penyakit-penyakit ginjal, pemberian cairan intravena yang berlebihan, dan penyakit
hodgkins. Pada pasien ini, penurunan kadar hemoglobin disebabkan karena adanya kanker.
Hematokrit merupakan volume sel-sel darah merah dalam 100 mL (1 dL) darah, yang
dihitung dalam persen. Pengukuran hematocrit darah bertujuan untuk mengukur konsentrasi
sel-sel darah merah dalam darah. Penurunan kadar hematocrit dapat disebabkan karena
adanya kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodginks, limfosarkoma, myeloma
multiple, gagal ginjal kronis, sirosis hepatis, malnutrisi, defisiensi vitamin B, dan C, kehamilan
SLE, arthritis rheumatoid, ulkus peptikum, gagal sumsum tulang.
Peningkatan kadar basophil dalam sel darah putih dapat disebabkan karena adanya prosen
inflamasi, leukemia, fase penyembuhan infeksi atau inflamasi, adanya anemia hemolitik
(Wahyuningsih, 2013).
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan Umum : Sedang, compos mentis
2. Vital Sign :
Pemeriksaan Awal Masuk RS Awal Kasus
Tensi 120/80 mmHg 110/80 mmHg
Respirasi 20 x/menit 22 x/menit
Nadi 88 x/menit 78 x/menit
Suhu 36,7oC 36,5oC
3. Kepala/Abdomen/Extremitas :
Kepala : conjunctiva anemic (-), sclera ikterik (-)
Leher : tekanan vena jugularis tidak naik
Abdomen : terasa massa perut bawah 5x6 cm, kolostomi di kolon desenden
Kesimpulan :
Secara umum pasien dalam kondisi compos mentis, sedang. Pemeriksaan tanda vital
pasien pada awal masuk rumah sakit tekanan darah termsuk pre hipertensi (JNC 7, 2003),
nadi, suhu dan respirasi termasuk normal. Pemeriksaan pada awal kasus tekanan darah
normal, respirasi termasuk takipnea, nadi dan suhu tubuh termasuk normal (Wahyuningsih,
2013).
Pemeriksaan kepala tidak terlihat adanya anemia pada konjungtiva. Pemeriksaan
konjungtiva dilakukan sebagai salah satu skrining adanya anemia. Apabila konjungtiva terlihat
pucat, kemungkinan seseorang mengalami anemia. Sedangkan pemeriksaan sclera ikterik
negatif menunjukkan sclera mata tidak menguning. Ikterik disebabkan karena adanya
peningkatan produksi bilirubin, atau karena adanya sumbatan di salurn empedu sehingga
bilirubin masuk ke dalam aliran darah.
Pemeriksaan leher menunjukkan tekanan vena jugularis tidak naik, sehingga termasuk
dalam kategori normal. Pemeriksaan abdomen terasa massa perut bawah 5x6 cm, terdapat
kolostomi di kolon desenden. Kolostomi ini dimaksudkan untuk membuat saluran defekasi
untuk pasien karena telah mengalami ca recti.
E. ASUPAN ZAT GIZI
Hasil Recall 24 jam diet rumah sakit
Tanggal : 16 Oktober 2014
Diet RS : Lunak TKTP + ekstra putih telur
Implementasi Energi (kcal)
Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g)
Asupan Oral 1269,4 69,4 31,0 177,1
Standar RS 2289,8 82,41 72,5 342,7
% Asupan 55,44% 84,21% 42,76% 51,67%
Kesimpulan :
Diet dari rumah sakit yang diberikan kepada pasien merupakan diet lunak tinggi kalori dan
tinggi protein, dengan ekstrak putih telur. Pemenuhan kebutuhan energy pasien tidak adekuat
karena hanya memenuhi 55,44%. Pemenuhan yang adekuat hanya terdapat pada pemenuhan
protein yaitu sebesar 84,21%. Pemenuhan energy, lemak dan karbohidrat masih kurang.
Asupan dikatan adekuat apabila sudah memenuhi 80% dari total kebutuhan (Wahyuningsih,
2013).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hanya dilakukan EKG
G. TERAPI MEDIS
Jenis Obat / Tindakan
Fungsi Interaksi dengan zat gizi
Solusi
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Menjaga keseimbangan elektrollit.
Dapat menyebabkan hipernatremia, hypokalemia, asidosis, mual, dan muntah.
Mengurangi penggunaan garam dalam makanan, menambah asupan makanan sumber kalium, dan menghindari makanan yang merangsang.
Leucovorin 20 mg/m (I-V)
Obat yang diberikan bersamaan dengan obat kemoterapi lain, berfungsi untuk memperkuat efektivitas obat maupun sebagai chemoprotectant. Pada kanker kolon dan rectal, Leucovorin diberikan bersama obat fluororacil.
Terdapat efek samping obat berupa mual dan muntah, meskipun umumnya jarang terjadi.
Tidak diminum bersama dengan makanan
5 FU 425 mg/m (I-V)
Fluorouracil adalah obat kemoterapi yang termasuk dalam golongan antometabolit, yang berfungsi mencegah proliferasi sel kanker dan memperbaiki DNA.
Diare, lesu, mual. Menghindari makanan yang berbumbu taham
PRC Packed Red Cell, transfuse darah untuk meningkatkan kadar Hb
- -
BAB II
DIAGNOSIS GIZI
1. NI-1.2 Peningkatan kebutuhan energi dan protein berkaitan dengan peningkatan stress
metabolik pada kondisi kanker dibuktikan oleh penurunan berat badan yang tidak
disengaja dan diagnosis medis Ca recti locally advance.
2. NI-2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan mual pada kondisi pascakemoterapi
dibuktikan oleh hasil recall 24 jam memenuhi 55% energi, 42% lemak dan 51%
karbohidrat.
BAB III
INTERVENSI GIZI
1. Tujuan Diet:
a. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat pada kondisi kanker
b. Mencegah penurunan berat badan
c. Memberikan makanan sesuai daya terima
2. Prinsip/Syarat Diet:
a. Energi tinggi sesuai kebutuhan dikoreksi dengan faktor aktivitas dan faktor stress
b. Protein tinggi 1,5 g/kg BB
c. Lemak cukup 25% total energi
d. Karbohidrat cukup sesuai kebutuhan.
e. Cairan cukup
f. Serat cukup
g. Memberikan makanan yang tidak berbumbu tajam
h. Makanan diberikan secara bertahap sesuai daya terima pencernaan pasien
3. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
a. Kebutuhan Energi
BMR = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) (6,8 x U)
= 66 + (13,7 x 49) + (5 x 155) (6,8 x 53)
= 66 + 671,3 + 775 360,4
= 1151,9 kkal
TEE = BMR x FA x FS
= 1151,9 x 1,2 x 1,4
= 1935,19 kkal
b. Kebutuhan protein
Kebutuhan protein = 1,5 g/kgBB
= 1,5 x 49
= 73,5 g
= 294 kkal
c. Kebutuhan lemak
Kebutuhan lemak = 25% x 1935,19 kkal
= 483,8 kkal
= 53,75 g
d. Kebutuhan karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat = kebutuhan total energi protein energi lemak
= 1935,19 294 483,8 (kkal)
= 1202, 39 kkal
= 300, 6 g
4. Rekomendasi Diet
Terapi diet : Tinggi Energi Tinggi Protein
Bentuk makanan : Lunak
Cara pemberian : Oral
Rencana Diet
Waktu Makan Rekomendasi Menu Bahan Makanan Jumlah (gram)
Makan Pagi
Nasi tim Nasi tim 200
Semur ayam
Daging ayam 40
Telur ayam 45
Kentang 20
Minyak kelapa sawit 5
Sayur bening Bayam segar 20
Wortel 20
Selingan Pagi Bubur kacang hijau
Kacang hijau 30
Mutiara 20
Roti tawar 10
Santan 30
Makan Siang
Nasi tim Nasi tim 200
Pepes ikan tahu
Ikan kembung 40
Tahu 40
Daun kemangi 10
Tomat 10
Sayur Sop
Makaroni 20
Wortel 20
Buncis 20
Selingan Siang Jus jambu
Jambu biji 50
Susu kental manis 10
Gula pasir 26
Krekers Krekers 20
Makan Malam
Nasi tim Nasi tim 200
Ayam fillet crispy
Daging ayam 40
Telur 10
Tepung terigu 10
Minyak kelapa sawit 5
Ca buncis
Buncis 20
Wortel 20
Minyak kelapa sawit 5
Selingan Malam Susu Susu sapi 200
Buah pepaya Buah pepaya 110
Kajian Rekomendasi Diet
Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Rekomendasi Diet 1988,6 72,6 58,5 293,3
Kebutuhan (planning) 1935,19 73,5 53,75 300,6
% rekomendasi/kebutuhan 102,7% 98,8% 108,8% 97,6%
Preskripsi Diet
Penilaian status gizi pasien menggunakan rumus indeks massa tubuh (IMT) untuk
menentukan apakah pasien memerlukan penambahan kebutuhan energi dan zat gizi lainnya.
Perhitungan kebutuhan energi menggunakan rumus Harris-Benedict dengan
mempertimbangkan faktor berat badan, tinggi badan, dan usia, serta dikoreksi dengan faktor
aktivitas dan faktor stress. Pada pasien Tn. YG, besarnya faktor aktivitas yang digunakan yaitu
1,2 karena pasien hanya istirahat di tempat tidur. Sedangkan faktor stres yang digunakan
sebesar 1,4 karena adanya stres akibat kanker (Almatsier, 2010). Kebutuhan protein yang
diberikan tinggi yaitu 1,5g/kg berat badan karena pasien mengalami stres akibat kanker yang
membutuhkan tinggi protein untuk membantu regenerasi sel yang masih sehat. Kebutuhan
lemak yang diberikan cukup, sebesar 25% dari total kebutuhan energi karena tidak ada indikasi
untuk melakukan peningkatan ataupun penurunan kebutuhan lemak. Kebutuhan karbohidrat
dihitung dengan carbohydrate by difference.
5. Monitoring dan Evaluasi
Yang diukur Pengukuran Evaluasi/Target
Antropometri Berat badan Timbangan Tidak mengalami penurunan
Biokimia RBC, HGB,HCT, dan basofil
Cek laboratorium RBC, HGB, HCT tidak semakin rendah dan basofil tidak semakin tinggi.
Fisik Klinik Vital sign: tekanan darah, respirasi, denyut nadi, suhu tubuh
Sphygmomanometer, thermometer, palpasi
Normal. Tekanan darah 120/80 mmHg, respirasi 14-20x/menit, suhu tubuh 37oC
Asupan zat gizi Persen kebutuhan energi, protein, karbohidrat, dan lemak
Recall Asupan adekuat (80%)
6. Konseling
Masalah gizi Tujuan Materi Konseling Keterangan
Peningkatan kebutuhan energi dan protein
Memenuhi kebutuhan karena adanya stress metabolik pada kondisi kanker
a. Memberikan penjelasan mengenai peningkatan kebutuhan energi dan protein karena kondisi kesehatan.
b. Memberikan pengetahuan mengenai jumlah makanan yang harus dikonsumsi dalam bentuk URT untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
c. Memberikan pengetahuan mengenai alternatif cara mengolah makanan / variasi makanan yang dapat dikonsumsi
Konseling diberikan kepada
pasien dan keluarga pasien
Asupan oral inadekuat
Memenuhi asupan sesuai kebutuhan
Memberikan pengetahuan tentang pentingnya pemenuhan asupan zat gizi sesuai kebutuhan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan pemeriksaan antropometri menggunakan IMT, diketahui bahwa pasien
memiliki status gizi baik (IMT 20,39 kg/m2).
2. Berdasarkan pemeriksaan biokimia, diketahui pasien mengalami penurunan kadar
RBC, HGB, HCT dan peningkatan kadar basofil karena adanya kanker.
3. Berdasarkan pemeriksaan fisik klinis, tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh pasien
normal, takipnea, serta mendapatkan kolostomi di kolon desenden.
4. Berdsarkan hasil recall 24 jam, persentase pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi
pasien inadekuat, yaitu hanya memenuhi energi 55,44%, protein 84,21%, lemak
42,76% dan karbohidrat 51,67%.
B. SARAN
1. Sebaiknya pasien memilih bahan-bahan makanan yang tidak berbumbu tajam supaya
tidak memperparah mual pasca kemoterapi
2. Sebaiknya keluarga pasien meningkatkan motivasi pasien untuk meningkatkan asupan
makanan.
BAB 5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat, dan tidak terkendali (Melia, 2013). Kanker kolorektal merupakan tumor ganas yang
ditemukan pada kolon dan rektum yang merupakan bagian dari sistem pencernaan atau disebut
juga traktus gastrointestinal. Tumor pada rektum atau sigmoid bersifat lebih infiltrative pada
waktu diagnosis dari lesi proksimal, maka prognosisnya akan lebih jelek (Ramachandaram,
2010).
Karsinoma rekti merupakan keganasan yang muncul pada rektum, yang sebagian besar
adalah tumor ganas. Jenis keganasan terbanyak pada rectum adalah Adenokarsinoma (KPKN,
2015). Resiko terjadinya adenokarsinoma rekti beserta distribusinya banyak dihubungkan
dengan faktor genetik ( familial adenomatous polyposis, Gardner syndrome, Peutz Jeghers
syndrome) keadaan usus yang didapat misalnya inflammatory bowel disease terutama
ulcerative colitis, dilakukannya skrining, dan juga faktor lingkungan (Gondhowiardjo, 2003).
Tanda dan gejala awal dugaan adanya karsinoma rekti yaitu perdarahan per-anum disertai
peningkatan frekuensi defekasi dan/atau diare selama minimal 6 minggu pada semua usia,
defekasi seperti kotoran kambing, perdarahan per-anum tanpa gejala anal pada individu berusia
diatas 60 tahun, peningkatan frekuensi defeksi atau buang air besar berlendir, massa
intraluminal di dalam rectum, dan tanda-tanda obstruksi mekanik usus (KPKN, 2015).
Resiko terjadinya kanker kolorektal secara nyata akan meningkat pada usia 50 tahun dan
menjadi dua kali lipat lebih besar pada dekade berikutnya. Karsinoma rectum lebih banyak
terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Perkembangan kanker kolorektal merupakan
interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor lingkungan multipel beraksi
terhadap predisposisi genetik atau defek yang didapat dan berkembang menjadi kanker
kolorektal (Sander, 2008).
Menurut Sander (2008), deteksi dini sangat diperlukan untuk memperoleh hasil yang
optimal yaitu meningkatkan survival dan menurunnya tingkat mortalitas pada penderita kanker
kolorektal. Macam-macam deteksi dini pada kanker kolorektal yaitu deteksi dini pada populasi
(tes darah tersamar pada feses setiap tahun serta sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi),
deteksi dini pada masyarakat yang beresiko tinggi (penderita colitis ulserativ > 10 tahun,
penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma korektal, individu dengan adanya
riwayat keluarga, dan individu resiko tinggi FAP). Berdasarkan perkembangannya, kanker
kolorektal dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Diturunkan (inherited) mencakup kurang dari 10%. Yaitu mereka yang dilahirkan sudah
dengan mutasi germlineI, pada salah satu alel dan terjadi mutasi somatik pada alel yang
lain.
2. Sporadik sekitar 70%
3. Familial 20%.
B. Sistem Klasifikasi dan Stadium
Sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistim Astler-Coller yang diperkenalkan pada
tahun 1954 dan kemudian direvisi tahun 1978, berdasarkan atas kedalaman invasi tumor,
keterlibatan kelenjar getah bening, dan adanya metastasis jauh yaitu: 1) stadium A: hanya
terbatas pada lapisan mukosa; 2) stadium B: sudah masuk dalam lapisan muskularis propria
(B1), masuk dalam lapisan subserosa (B2), masuk sampai ke struktur-struktur yang berdekatan
(B3); 3) stadium C: bila sudah ada keterlibatan kelenjar (Cl sampai C3); 4) stadium D : bila
sudah ada metastasis baik secara limfatik atau hematogen.
Stadium karsinoma kolorektal berdasarkan sistem TNM American joint committee on cancer
tahun 2009 yaitu: 1) ekstensi tumor (T) dibagi atas T1 s/d T4; 2) adanya keterlibatan kelenjar
(N) dibagi atas: N1 bila < 4 kelenjar, N2 bila > 4 kelenjar, N3 bila terdapat kelenjar sepanjang
pembuluh darah; 3) adanya metastasis jauh (M1).
Tumor Primer (T)
Tx : Tumor primer tak dapat ditentukan
To : Tidak ditemukan tumor primer
Tis : Carcinoma in situ: invasi intraepithelial ke lamina propria
T1 : Tumor invasi submucosa
T2 : Tumor invasi muscularis propria
T3 : Tumor menembus muscularis propria ke dalam jaringan perikolorektal
T4a : Tumor penetrasi ke permukaan peritoneum visceral
T4b : Tumor invasi langsung atau menempel pada organ atau struktur lain
Kelenjar Limfe Regional (N)
Nx : KGB Regional tidak dapat ditentukan
No : Tak terdapat keterlibatan KGB regional
N1 : Metastasis ke 1-3 KGB regional
N2 : Metastasis ke 4 atau lebih KGB regional
Metastasis jauh (M)
Mo : Tidak ditemukan metastasis jauh
M1 : Ditemukan metastasis jauh
Definisi Stadium
Stadium 0 Tis, No, Mo
Stadium I T1, No, Mo
T2, No, Mo
Stadium 11 T3, No, Mo
T4, No, Mo
Stadium III Semua T, N1, Mo
Sernua T, N2, Mo
Stadium IV Semua T, Semua N, M1
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan atau pengobatan utama pada kanker meliputi:
1. Pembedahan
Satu-satunya penanganan kuratif yang telah diterima secara luas. Dilakukan mengan
mengeksisi regional lymphadenektomi dengan batas yang luas dan maksimal, serta
mempertahankan fungsi kolon sebisanya.
2. Terapi Radiasi
Dilakukan dengan menggunakan x-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker.
Terdapat dua cara oemberian radiasi, yaitu internal radiasi dan eksternal radiasi. Pemilihan
cara ini tergantung dari tipe dan stadium dari kanker.
3. Adjuvan Kemoterapi
Kemoterapi sangat efektif diaplikasikan saat kehadiran tumor sangat sedikit dan fraksi dari
sel maligna yang berada pada fase pertumbuhan banyak. Kemoterapi dilakukan untuk
membunuh sel kanker dengan obat anti kanker. Kemoterapi memberikan efek yang buruk
terhadap status fungsional pasien seperti supresi sumsum tulang, gejala gastrointestinal
(mual, muntah, kehilangan BB, perubahan rasa, konstipasi, diare) dan gejala lainnya
(alopesia, fatigue, pwerubahan emosi, perubahan system saraf) (Melia, 2008).
D. Pencegahan
Menurut Zahari (2010), usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker kolon
dan rectum diantaranya:
1. Diet
Diet tinggi lemak, protein, kalori, serta daging merah dan daging putih berhubungan dengan
peningkatan insiden kanker kolon dan rektum. Menurut Ramachandaram (2010), diet tinggi
serat pada pasien yang mempunyai diet tinggi lemak dapat menurunkan insidensi terjadinya
kanker. Rekomendasi diet dari The National Research Council yaitu: menurunkan lemak
total dari 40% menjadi 30% dari total kalori, meningkatkan konsumsi serat, membatasi
makanan olahan, membatasi makanan berpengawet, dan mengurangi konsumsi alkohol.
2. Kalsium
Pemberikan kalsium menekan kekambuhan adenoma secara bermakna. Dosis yang dipakai
antara 1250-2000 mg.
3. Vitamin
Suplementasi vitamin E. vitamin D, dan asam folat berperan menurunkan kejadian kanker
kolon dan rectum.
4. Konsumsi Buah dan Sayur
Makanan yang mengandung serat dapat memberikan efek protektif terhadap kejadian
adenoma kolon dan rectum.
5. Kelebihan Berat Badan
Terdapat hubungan yang positif antara obesitas dengan kanker kolon dan rektum. Resiko
karsinoma kolon meningkat 15% pada overweight dan meningkat 30% pada obesitas.
6. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat menekan resiko karsinoma kolon hingga 50%.
7. Obat NSAID
Obat ini akan menghambat produksi prostalglandin melalui hambatan pada COX yang akan
merangsang angiogenesis kanker. Sehingga obat ini dapat mencegah terbentuknya
adenoma. Selain itu, obat anti inflamasi non steroid memiliki efek protektif dimana dapat
menurunkan ukuran dan jumlah polip sehingga dapat menurunkan insiden kanker
kolorektal.
8. Merokok
Perokok jangka lama (30-40 tahun) memiliki resiko 1,5-3 kali lebih besar untuk terjadi
kanker kolon dan rektum.
9. Pengobatan Sulih Hormon Wanita
Estrogen Replacement therapy menurunkan resiko kanker, tetapi diikuti efek yang tidak baik
yaitu meningkatnya penyakit jantung koroner, stroke, emboli paru, dan kanker payudara.
HRT dapat menurunkan resiko terjadinya kanker kolorektal sebesar 40% dan efek
protektifnya menghilang setelah 5 tahun pemakaian HRT dihentikan.
10. Kolonoskopi
Kolonoskopi dan pengangkatan polip adenomatosa pada usus besar dapat mengurangi
resiko kanker.
11. Test darah samar
Skrining dengan tes darah samar, diikuti kolonoskopi atau kolonografi dan sigmoidoskopi
setiap tahun dengan follow up 18 tahun dapat menurunkan insiden kanker kolon dan rectum
sebesar 20%.
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association. 2003. Seventh report of the joint national committee on prevention,
detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. Dallas : American Heart
Association
Gondhowiardjo, Soehartati. 2003. Brakhiterapi dalam Terapi Kanker Anorektal. Makara,
Kesehatan, Vol 7, No 2, Desember 2003.
Grace, Pierce A dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Komite Nasional Penanggulangan Kanker (KPKN). 2015. Panduan nasional Penanganan kanker
Rektum Versi 1.0. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Melia, Putrayasa, dan Azis. 2013. Hubungan Antara Frekuensi Kemoterapi dengan Status
Fungsional Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di RS Sanglah Denpasar.
Universitas Udayana.
Ramachandaram, Anantaraju. 2010. Gambaran Kelompok Usia dan Jenis Histopatologi pada
Pasien Kanker Kolorektal di RSUP H. Adam Malik Medan dari Juni 2008 Hinggan
Desember 2009. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Sander, Mochamad Aleq. 2008. Profil Penderita Kanker Kolon dan Rektum di RSUP Hasan
Sadikin Bandung. Universitas Muhammadiyah Malang.
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Yogyakarta : Graha Ilmu
Zahari, Asril. 2010. Deteksi Dini, Diagnosa, dan Penatalaksanaan Kanker Kolon dan Rektum.
RS.Dr.M.Djamil Padang.
LAMPIRAN
NUTRISURVEY RENCANA DIET
=====================================================================
HASIL PERHITUNGAN DIET/
=====================================================================
Nama Makanan Jumlah energy carbohydr.
__________________________________________________________________________
Makan Pagi
nasi tim 200 g 234.2 kcal 51.4 g
daging ayam 40 g 114.0 kcal 0.0 g
kentang 20 g 18.6 kcal 4.3 g
telur ayam 45 g 69.8 kcal 0.5 g
bayam segar 20 g 7.4 kcal 1.5 g
wortel 20 g 7.2 kcal 1.6 g
minyak kelapa sawit 5 g 43.1 kcal 0.0 g
air mineral 200 mL - -
Meal analysis: energy 494.3 kcal (25 %), carbohydrate 59.3 g (20 %)
Selingan Pagi
kacang hijau 30 g 34.8 kcal 6.2 g
mutiara 20 g 69.8 kcal 16.9 g
roti tawar 10 g 27.4 kcal 5.2 g
santan (kelapa dan air) 30 g 31.8 kcal 1.4 g
air mineral 100 mL - -
Meal analysis: energy 163.8 kcal (8 %), carbohydrate 29.7 g (10 %)
Makan Siang
nasi tim 200 g 234.2 kcal 51.4 g
ikan kembung 40 g 44.8 kcal 0.0 g
tahu 40 g 30.4 kcal 0.8 g
daun kemangi mentah 10 g 2.1 kcal 0.5 g
tomat masak 10 g 2.1 kcal 0.5 g
Makaroni 20 g 68.5 kcal 15.7 g
wortel 20 g 7.2 kcal 1.6 g
buncis mentah 20 g 7.0 kcal 1.6 g
air mineral 200 mL - -
Meal analysis: energy 396.3 kcal (20 %), carbohydrate 72.0 g (25 %)
Selingan Siang
jambu biji 50 g 25.5 kcal 5.9 g
susu kental manis 10 g 32.0 kcal 5.4 g
gula pasir 26 g 100.6 kcal 26.0 g
krekers 20 g 100.8 kcal 12.2 g
air mineral 100 mL - -
Meal analysis: energy 158.1 kcal (8 %), carbohydrate 37.4 g (13 %)
Makan Malam
nasi tim 200 g 234.2 kcal 51.4 g
daging ayam 40 g 114.0 kcal 0.0 g
tepung terigu 10 g 36.4 kcal 7.6 g
telur ayam 10 g 15.5 kcal 0.1 g
buncis mentah 20 g 7.0 kcal 1.6 g
wortel 20 g 7.2 kcal 1.6 g
minyak kelapa sawit 10 g 86.2 kcal 0.0 g
air mineral 200 mL - -
Meal analysis: energy 500.5 kcal (25 %), carbohydrate 62.3 g (21 %)
Selingan Malam
susu sapi 200 g 131.9 kcal 9.6 g
pepaya 110 g 42.9 kcal 10.8 g
air mineral 100 mL - -
Meal analysis: energy 275.6 kcal (14 %), carbohydrate 32.6 g (11 %)
=====================================================================
HASIL PERHITUNGAN =====================================================================
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
______________________________________________________________________________
energy 1988.6 kcal 1935.19 kcal 102.7 %
protein 72.6 g 73.5 g 98.8 %
fat 58.5 g 53.75 g 108.8 %
carbohydr. 293.3 g 300.6 g 97.6 %
dietary fiber 12.3 g 25.0 g 49 %
alcohol 0.0 g - -
PUFA 7.0 g 10.0 g 70 %
cholesterol 340.9 mg - -
Vit. A 1356.6 g 1000.0 g 136 %
carotene 0.0 mg - -
Vit. E 0.0 mg - -
Vit. B1 0.6 mg 1.1 mg 54 %
Vit. B2 1.2 mg 1.3 mg 93 %
Vit. B6 1.2 mg 1.5 mg 79 %
folic acid eq. 0.0 g - -
Vit. C 178.5 mg 100.0 mg 179 %
sodium 355.5 mg 2000.0 mg 18 %
potassium 1886.5 mg 3500.0 mg 54 %
calcium 740.1 mg 1000.0 mg 74 %
magnesium 262.6 mg 350.0 mg 75 %
phosphorus 991.9 mg 700.0 mg 142 %
iron 8.8 mg 10.0 mg 88 %
zinc 7.0 mg 10.0 mg 70 %