Post on 22-Jun-2015
LAPORAN HASIL SURVEY PERENCANAAN SISTEM DI MA WAHID
HASYIM SLEMAN, YOGYAKARTA
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan
Sistem Kependidikan Islam
Dosen Pengampu : Drs. H. Jamroh Latief, M.Si
Disusun Oleh :
Ali Murfi 11470082
Dewi Fatonah 11470083
Nikuwati 11470072
Emha Mutjtaba A 11470073
Jurusan Kependidikan Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Semester Genap
Tahun Ajaran 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan nikmat-Nya sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan
judul “Ketauladanan sebagai Metode Pendidikan Islam”.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sedalam - dalamnya kepada :
1) Bapak. Drs. H. Jamroh Latief, M.Si Selaku Dosen pengampu mata Perencanaan Sistem
Kependidikan Islam, yang telah dengan sabar memberi pengarahan dalam penyusunan
karya tulis ini.
2) Seluruh teman – teman jurusan Kependidikan Islam kelas A, yang telah bersedia untuk
bekerja sama dalam penyusunan karya tulis ini.
Terlepas dari segala kekurangan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
Yogyakarta, 20 Mei 2013
1
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Perencanaan adalah sesuatu yang penting sebelum melakukan sesuatu yang lain.
Perencanaan dianggap penting karena akan menjadi penentu dan sekaligus memberi
arah terhadap tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian suatu kerja akan berantakan
dan tidak terarah jika tidak ada perencaan yang matang, perencaan yang matang dan
disusun dengan baik akan memberi pengaruh terhadap ketercapaian tujuan. Penjelasan
ini makin menguatkan alasan akan posisi stragetis perencanaan dalam sebuah lembaga
dalam perencanaan merupakan proses yang dikerjakan oleh seseorang manajer dalam
usahanya untuk mengarahkan segala kegiatan untuk meraih tujuan.1
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami perencanaan menentukan
berhasil tidaknya suatu program, program yang tidak melalui perencanaan yang baik
cenderung gagal. Dalam arti kegiatan sekecil dan sebesar apapun jika tanpa ada
perencanaan kemungkinan besar berpeluang untuk gagal.
Hal tersebut juga berlaku dalam sebuah lembaga, seperti lembaga pendidikan,
lebih khusus lembaga pendidikan Islam. Lembaga pendidikan yang tidak mempunyai
perencanaan yang baik akan mengalami kegagalan. Hal ini tentunya makin memperjelas
posisi perencanaan dalam sebuah lembaga.
Untuk memperlancar jalannya sebuah lembaga diperlukan perencanaan, dengan
perencanaan akan mengarahkan lembaga tersebut menuju tujuan yang tepat dan benar
menurut tujuan lembaga itu sendiri. Artinya perencanaan memberi arah bagi
ketercapaian tujuan sebuah system, karena pada dasarnya system akan berjalan dengan
baik jika ada perencanaan yang matang. Perencanaan dianggap matang dan baik jika
memenuhi persyaratan dan unsur-unsur dalam perencanaan itu sendiri.
1 Asnawir, Manajemen Pendidikan, (Padang: IAIN IB Press, 2006), hlm 6
2
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hal-hal yang tertulis dalam latar belakang dan berdasarkan petunjuk untuk
memperoleh informasi yang termuat dalam surat pengantar, maka penulis dalam hal ini
akan merumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Apa Visi, Misi dan Tujuan MA Wahid Hasyim ?
2. Apa perencanaan program untuk mencapai Visi, Misi dan Tujuan tersebut?
3. Bagaimana model pengelolaan system untk meningkatkan kualitas di MA Wahid
Hasyim ?
4. Apa langkah-langkah untuk yang di lakukan MA Wahid Hasyim untuk
mengembangkan madrasahnya ?
5. Apa kendala-kendala yang dihadapi upayanya dalam mengembangkan
madrasahnya ?
3. TUJUAN SURVEY
Tujuan diadakannya observasi ini adalah untuk mengetahui, memahami dan
mengidentifikasi Visi, Misi, Tujuan, Perencanaan Program, Model Pengelolaan,
Langkah-langkah Pengembangan, Hambatan-hambatan yang dihadapi serta segala hal
yang ada di MA Wahid Hasyim Sleman, Yogyakarta.
4. MANFAAT SURVEY
Terdapat beberapa manfaat dari laporan ini khusunya bagi penulis sendiri maupun
pembaca, yaitu sebagai berikut :
a. Memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengetahui, memahami dan
mengidentifikasi Visi, Misi, Tujuan, Perencanaan Program, Model Pengelolaan,
Langkah-langkah Pengembangan, Hambatan-hambatan yang dihadapi serta segala
hal yang ada di MA Wahid Hasyim Sleman, Yogyakarta.
b. Memberikan kesempatan kepada penulis untu lebih mengenal calon lembaga
sekolah/madarah yang akan diterjuni/dikelola maupun untuk mengenal calon peserta
didik.
c. Melatih kita dalam membuat suatu karya tulis agar terbisa dan lebih baik.
3
Tidak hanya bagi penulis, laporan ini juga bermanfaat bagi pembaca untuk :
a. Lebih mendekatkan kepada pembaca khusunya para orang tua untuk mengetahui,
memahami dan mengidentifikasi bagaimana kualitas lembaga sekolah/madrasah yang
sesuai dengan keinginan para orang tua yang pada giliranya akan membawa pilihan
yang tepat bagi anaknya dalam melanjutkan sekolah.
b. Mengetahui masalah yang sudah terjadi maupun yang akan dihadpi oleh sebuah
lembaga sekolah/madrasah.
c. Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kepedulian yang dihadapi oleh sekolah/madrasah.
5. METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan teknik dokumen dan wawancara.
6. WAKTU DAN TEMPAT
Penulis melakukan beberapa kali kunjungan ke MA Wahid Hasyim di Jl. KH. Wahid
Hasyim Gaten Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta 55283 Telp. (0274) 4333191,
yakni pada tanggal 06 Mei dan 13 Mei 2013.
4
BAB II
HASIL OBSERVASI
A. PROFIL MADRASAH
1. Nama Sekolah : MA Wahid Hasyim
2. Alamat : Jl. KH. Wahid Hasyim Gaten Condongcatur
Depok Sleman Yogyakarta 55283 Telp. (0274)
4333191
3. Nama Yayasan : Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim
4. Alamat : Jl. KH. Wahid Hasyim No. 3 Gaten Condongcatur
Depok Sleman Yogyakarta 5528 Telp. (0274) 484284
5. NSM : 312340408022
6. Jenjang Akreditasi : Terakreditasi “A”
7. Tahun Didirikan : 02 Februari 1968
8. Tahun Beroperasi : 02 Februari 1968
9. Status Tanah : Milik Yayasan
9.1. Surat Kepemilikan Tanah : Sertifikat (Tanda Bukti Tanah Wakaf)
9.2. Luas Tanah : 1194 m2
10. Status Bangunan : Milik Yayasan
10.1. Surat Ijin Bangunan : -
10.2. Luas Bangunan : 297 m2
B. VISI, MISI DAN TUJUAN MADRASAH
Visi : Terbentuknya madrasah Aliyah Wahid Hasyim sebagai lembaga
pendidikan agama Islam terunggul dan populis di wilayah DIY,
populis, tingginya tingkat spiritualitas, penguasaan IPTEK, berjiwa
mandiri, dan berdaya saing.
Misi :
a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang menuju pada
kualitas pendidikan.
b. Menyelenggarakan pendidikan keagamaan baik kajian keilmuwan
maupun amaliyah keseharian.
5
c. Menyelenggarakan pendidikan ketrampilan sebagai bekal
kemandirian siswa di masa yang akan datang.
Tujuan :
a. Menyiapkan siswa didik yang berkemampuan unggul dalam hal
bahasa dan keilmuan.
b. Membekali siswa didik dengan kemampuan yang berbasis
kepesantrenan.
c. Menjadikan siswa didik berkepribadian unggul dan berakhlakul
karimah.
d. Membekali siswa didik dalam kemampuan al-Qur’an.
D. KURIKULUM MA WAHID HASYIM
Adapun kurikulum yang digunakan oleh MA Wahid Hasyim yaitu:
1. Kurikulum Diknas
2. Kurikulum Pesantren
3. Kurikulum Depag
Dalam implikasi kurikulum tersebut dilakukan secara fullday
dari pagi sampai malam mulai pukul 07.00-21.00 WIB. Adapun
materi yang diberikan yaitu berupa materi umum dan agama,
seperti IPA, IPS, B.Inggris, Matematika dan materi umum yang
lainnya. Adapun materi agama yang diberikan yaitu seperti kajian
kitab kuning, ilmu nahwu, shorof dan lain-lainnya yang berhubungan
dengan ilmu agama. Selain materi tersebut diberikan juga materi
tambahan seperti Qira’atul Kutub dan les bahasa baik bahasa Inggris
maupun bahasa Arab.
6
E. MODEL PENGELOLAAN SISTEM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
MADRASAH
Model pengelolaan system dalam MA Wahid Hasyim menggunakan
system terbuka, karena di dalam proses kegiatanya memperoleh
masukan atau hubungan secara dinamis dengan system yang lain di
luar lingkungan sistemnya.
Adapun hal-hal/ kegitan-kegiatan terperincinya adalah sebagai berikut :
Program yang telah direncanakan dalam proses pencapaian visi misi
yang telah dijelaskan dimuka yaitu:
1. Study Banding siswa ke Prambanan, Benteng, dan Jurnalistik
2. Pengembangan potensi staff pengajar dan siswa
3. PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru)
PPDB yang telah diprogramkan oleh MA Wahid Hasyim setiap
menjelang tahun ajaran baru sangat membantu dalam pemasukan
siswa siswi. Apalagi sejak terakreditasi A, siswa siswi yang menimba
ilmu di MA Wahid Hasyim bertambah dan meningkat.
Adapun managemen pengelolaan yang diterapkan di MA Wahid
Hasyim adalah bersifat independen. Akan tetapi walaupun
independen masih tetap diawasi oleh pihak yayasan. Jika terdapat
kendala-kendala, maka para staf akan berkonsultasi dengan pihak
yayasan guna untuk menemukan penyelesaian dari masalah
tersebut.
F. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN MADRASAH
Langkah strategis yang ditempuh untuk melakukan pengembangan MA Wahid
Hasyim adalah sebagai berikut :
1. Membangun Mindset Secara Kolektif
7
Mindset yang perlu dibangun maksutnya adalah menanamkan keyakinan dan
tekad bersama kepada seluruh warga madrasah. Mereka digerakkan untuk
memperjuangkan keunggulan institusi, dengan cara mengimplementasikan visi,
misi, tradisi, orientasi dan mimpi-mimpinya ke depan selalu disosialisasikan oleh
pimpinan di semua tingkatan melalui berbagai bentuk publikasi, baik secara lisan,
tulisan dan bahkan media lainnya secara terus menerus ke seluruh warga
madrasah atau sekolah.
Mindset secara kolektif tersebut menjadi modal sosial (social capital) bagi
pengembangan kultur akademik di madrasah ke depan. Madrasah membutuhkan
lingkungan akademik yang handal dan tekad bersama. Inspirasi dan semangat
inilah yang harus dibangun dan dikembangkan untuk meningkatkan mutu
akademik dan institusinya.
2. Menciptakan Inovasi secara Terus Menerus
Inovasi merupakan usaha dan kerja nyata untuk mencari dan membuat hal baru
demi meraih kemajuan dan keunggulan bagi lembaga pendidikan itu sendiri.
Inovasi ini didasarkan pada kebutuhan idealita dan realita agar lembaga madrasah
dan sekolah Islam itu terus maju dan berkembang.
Inovasi tiada henti harus terus menerus digerakkan untuk memacu kualitas dan
daya saing yang tinggi. Inovasi tidak saja diperlukan untuk selalu
menyempurnakan kondisi madrasah, tetapi juga penting untuk membangun
keutuhan (holistika) tujuan pendidikan madrasah. Usaha dan kerja nyata itu
ditempuh secara serentak, menyeluruh dan padu di antara beberapa elemen yang
ada di madrasah dan sekolah Islam.
Bentuk inovasi itu misalnya, perbaikan atau penambahan sarana fisik, akademik,
tenaga guru dan karyawan, perekrutan siswa dan seluruh aspek yang ada. Inovasi
lainnya misalnya menciptakan kultur madrasah berbasis bilingual, mentradisikan
hafalan al-qur’an, menggerakkan pusat seni dan olah raga, dan seterusnya. Modal
seperti inilah yang harus dituangkan dalam visi dan orientasi madrasah dan
sekolah Islam unggul itu.
3. Memanfaatkan Teknologi Informasi
8
Pendidikan madrasah jangan sampai tertinggal di bidang teknologi informasinya.
Dengan pemanfaat IT tersebut para siswa dapat belajar lebih intensif, disamping
melalui sistem reguler dan kurikuler. IT dimanfaatkan sebagai sumber belajar
yang mudah dan berjangkauan luas, tanpa hambatan waktu dan tempat.
Adapun langkah-langkah terperincinya adalah sebagai berikut :
1. AHA (Abdul Hadi Award)
2. Adanya penerbitan majalah anak-anak
3. Study banding ke SMA Angkasa Magelang
4. Kerja sama dengan PPL Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta setiap tahunnya
5. Adanya Ekskul
6. Mengikuti lomba-lomba Drumband, Tekwondo, Karya Tulis
dan Puspornas Nasional
7. Profesionalisme SDM guru
AHA termasuk acara perlombaan di bidang seni dan bahasa
khususnya seni bernafas Islamserta Bahasa Arab dan Bahasa
Inggris yang berlangsung pada 28 April 2013. AHA juga termasuk
salah satu program yang baru dilaksanakan tahun ini yang
bertujuan untuk mengembangkan madrasah. Selain itu, AHA
(Abdul Hadi Award) juga bertujuan untuk mengenang dan acara
Haulnya KH Abdul Hadi Asy-Syafi’I pengasuh sekaligus pendiri
Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim. AHA termasuk acara
perlombaan di bidang seni dan bahasa khususnya seni bernafas
Islamserta Bahasa Arab dan Bahasa Inggris yang berlangsung
pada 28 April 2013.
G. KENDALA-KENDALA DALAM PENGEMBANGAN
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan MA Wahid
Hayim adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya pendanaan yang mendukung proses belajar mengajar
9
2. Penunggakan pembayaran SPP siswa
3. Kurangnya sarana prasarana
4. Kurangnya lokasi kelas dalam proses belajar mengajar
5. Kurangnya kaderisasi staf pengajar yang tetap
6. Staf pengajar yang terlalu cepat keluar dari mengajar dan mencari
pengganti pengajar yang sulit
Berkenaan dengan sarana dan prasarana, MA Wahid Hasyim sangat
kekurangan lokasi proses belajar mengajar. Kemudian berbicara
masalah solusi dari masalah tersebut yaitu dengan ditambahnya
gedung MA dan asrama MA Wahid Hasyim yang terletak terpisah dari
MA pusat. Akan tetapi walaupun demikian, masih tetap satu yayasan.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. TEORI PERENCANAAN
1. Teori Radikal
Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi lokal untuk
melakukan perencanaan sndiri, dengan maksud agar dapat cepat mengubah
keadaan lembaga supaya tepat dengan kebutuhan. Pandangan para penganut teori
ini adalah tidak ada lembaga pendidikan atau organisasi pendidikan lokal yang
persis sama satu dengan yang lain. Oleh sebaba itu kalau perencanaan tidak
dilakukan oleh lembaga atau organisasi lokal itu sendiri, maka ia
merupakanperencanaan yang naif. Hanya perencanaan yanga bersifat
desentralisasidengan partisipasi maksimum dari pemerintah pusat/ manajer
tertinggilah yang dapat dipandang perencanaa yang benar.
Dengan partisipasi mkasimum individu-individu lembaga pendidikan/ organisasi
pendidikan lokal dimaksudkan untuk mempercepat perkembangan personalia agar
mampu menangani lembaganya sendiri terutama dalam perencanaan. Partisipasi
disini juga mengacu kepada pentingnya kerja sama antarpersonalia. Dengan kata
lain teori radikal menginginkan agar lembaga pendidikan dapat mandiri menengani
lembaganya. Begitu pula pendidikan daerah dapat mandiri menangani
pendidikannya.
2. Teori Advocacy
Teori ini menekankan hal-hal yang bersifat umum ataujamak. Perbedaan-perbedaan
lembaga, perbedaan-perbedaan lingkungan, dan perbedaan-perbedaan daerah tidak
begitu dihiraukan. Dasar perencaan tidak bertitik tolk dari pengamatan secara
empiris, tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis, dan bernilai (advocacy=
mempertahankan dengan argumentasi).
Kebaikan teori ini adalah untuk kepentingan umun secara nasional. Karena ia
meningkatkan kerja sama secara nasional, toleransi, kemanusiaan, perlindungan
terhadap minoritas, menekankan hak sama, dan meningkatkan kerja sama umum.
Perencanaan yang memakai tepri ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah/ badan
pusat.
11
3. Teori Transactive
Teori ini menekankan harkat individu, menjunjung tinggi kepentingan pribadi.
Keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan nilai-nilai individu diteliti satu per satu
sebelum perencanan dimulai. Kontak empat mata dilakukan berkali-kali, komunikasi
antar pribadi diadakan. Demikianlah ide-ide dievolusikan secara perlahan-lahan
kepada orang-orang yang menaruh perhatian terhadap pendidikan terutama
dikalangan personalia lembaga pendidikan.
Teori ini juga menekankan sifat perencanan yang desentralisasi, suatu desentralisasi
yang transactive yaitu berkembang diri individu ke individu secara keseluruhan. Ini
berarti penganutnya juga menekankan pengembnagn individu dalam kemampuan
mengadakan perencanaan. Perencanaan yang dilakukan oleh personalia lembaga
pendidikan itu sendiri menunjukan perkembangan lembaga lebih maju, berarti
terkandung pula didalamnya ada usaha-usaha mengembangkan organisasi
pendidikan dari dalam.
4. Teori Synoptic
Teori ini adalah teori yang palaing komprehensif. Sebab itu didalam kepustakaan
sering disebut system planning, rational system approach, atau rational
comprehensive planning. Teori ini sudah memakai model berfikir sistem dalam
perencanaan. Obyek yang direncanakan dipandang sebagai suatu kesatuan yang
bulat, dengan tujuan yang satu yang disebut misi. Obyek atau tujuan ini lalau
diuraikan menjadi bagian-bagian dengan memakai model analisa sistem sehingga
sistem menampakan strukturnya. Dengan menstruktur sistem sampai kepada
komponen-komponennya, maka pekerjaan perencanaan menjadi lebih mudah. Sebab
ia menghadapi tugas-tugas yang sudah spesifik.
Proses perencanan synoptic memakai langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pengenalan problem dan lingkungan.
b. Mengestimasi ruang lingkup problem dan lingkungan.
c. Mengklasifikasikan kemungkinan penyelesaian.
d. Menginvestigasi problem dan lingkungan
e. Memprediksi alternatif
f. Mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian yang spesifik.
12
Langkah a-c merupakan bagian pertama yang disebut analisis sistem. Langkah d-e
merupakan bagian kedua yang disebut penjelasan masalah. Dan langkah f
merupakan bagian ketiga yang sering disebut implementasi, penilaian, dan review.
5. Teori Incremental
Teori incremental dalam perencanan berpegang kepada kemampuan lembaga dan
performan para personalianya. Teori ini berhati-hati sekali terhadap ruang lingkup
objek yang akan ditanganinya. Obyek yang ditangani selalu diukur atau
dibandingkan dengan kemampuan lembaga dan performan personalia, kalau cocok
dalam arti dapat dikerjakan dengan perkiraan hasil yang memadai maka barulah
direncanakan.
Atas dasar pertimbangan tersebut diatas, maka perencaan tidakdibuat jangka panjang
sebab disamping sukar meramal dalam waktu yang panjang juga sukar menentukan
kemampuan lembaga dan performan personalianya. Jadi perencanan ini menekankan
perencanaan dalam jangka pendek saja. Perencanan untuk masa beberapa tahun
dilakukan dengan menambahkan perencanaan-perencanaan pendek yang sudah
lampau. Inilah artinya increment.
Perencanan ini juga menekankan sifat desentralisasi. Ia selalu berusaha mengadakan
kontak hubungan dengan lingkungan atau masyarakat. Artinya si perencana dalam
merencanakan obyek tertentu dalam lembaga pendidikan, selalu mempertimbngakan
faktor-faktor lingkungan. Ada kerja sama yamng akrab antara lembaga pendidikan
dengan lingkunagan dalam merencanakan sesuatu. Hal ini mengingatkan kita kepada
perencanan dengan pendekatan sistem. Memang teori ini juga sudah memakai
pendekatan sistem, hanya dipakai dalamwaktu yang terbatas, yaitu jangka pendek.
Karena jangka pendek lebih riil dan lebih mudah diwujudkan dari pada jangka
panjang.
→ Berdasarkan teori yang telah di paparkan di atas
yang kami turunkan dari literature, kemudian
berdasarkan dari hasil survey (wawancara dengan Ibu
Nurchasanah), maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa
teori yang digunakan oleh MA Wahid Hasyim adalah “
Teori Transactive”. Maksud dari teori Transactive itu
sendiri yaitu suatu teori yang bersifat desentralisasi
13
yang mengembangkan potensial individu dan institusi
SDM pendidik serta melakukan identifikasi kebutuhan.
B. PENDEKATAN PERENCANAAN
1. Pendekatan Kebutuhan Sosial (Social Demand Approach)
Alternatif pendekatan perencanaan pendidikan dalam pendekatan
Kebutuhan Sosial ini lebih menekankan pada pemerataan
kesempatan atau kuantitatif dibandingkan dengan aspek
kualitatif. Pendekatan kebutuhan sosial ini adalah pendekatan
tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyedsiakan
lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan-tekanan
untuk memasukan sekolah serta memungkinkan pemberian
kesempatankepada pemenuhan keinginan-keinginan murid dan
oarng tuanya secara bebas. Dalam model kebutuhan sosial ini,
tugas perencana pendidikan adalah harus menganalisa kebutuhan
pada masa yang akan datang dengan menganalisa :
a. Pertumbuhan penduduk
b. Partisipasi dalam pendidikan
c. Arus murid
d. Keinginan masyarakat
2. Pendekatan Kebutuhan Ketenagakerjaan (Man Power
Approach)
Alternatif pendekatan perencanaan pendidikan dalam pendekatan
Kebutuhan Ketenagakerjaan mengutamakan kepada keterkaitan
lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja
pada berbagai sektor pembangunan dengan tujuan yang akan
dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk membantu
14
lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik sehingga
tingkat kehidupannya dapat diperbaiki.
Tekanan dalam pendekatan Kebutuhan Ketenagakerjaan ini
adalah relevansi program pendidikan didalam berbagai sektor
pembangunan dilihatdari pemenuhan ketenagaan. Pendekatan
Kebutuhan Ketenagakerjaan ini bertujuan mengarahkan kegiatan-
kegiatan pendidikan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan
nasional akan tenaga kerja, sehingga diharapkan dapat
memberikan keyakinan penyediaan fasilitas dan pengarahan arus
murid benar-benar didasarkan atas perkiraan kebutuhan tenaga
kerja.
3. Pendekatan Efisiensi Biaya (Rate of Return Approach)
Alternatif pendekatan perencanaan pendidikan dalam pendekatan
Efisiensi Biaya ini bersifat ekonomi, karena memiliki pandangan
pendidikan memerlukan investasi yang besar dan karena itu
keuntungan dari infestasi tersebut harus dapat diperhitungkan
bilamana pendidikan itu memang mempunyai nilai ekonomi.
Pendekatan Efisiensi Biaya merupakan penentuan besarnya
investasi dalam dunia pendidikan sesuai dengan hasil,
keuntungan atau evektifitas yang akan diperoleh.
Pendekatan Efisiensi Biaya mempunyai implikasi sesuai dengan
prinsip ekonomi yaitu program pendidikan yang mempunyi nilai
ekonomi tinggi menempati urutan atau prioritas penting, karena
pendekatan untung rugi mempunyi keterkaitan dengan
pendekatan ketenagaan.
4. Pendekatan Sistem Terpadu (Integrated System Approach)
Pendekatan sistem merupakan suatu kerangka ilmu pengetahuan
yang dapat memadukan berbagai pendekatan yang sifatnya
15
parsial menjadi suatu pendekatan yang bersifat menyeluruh dan
terpadu.
Didasarkan pada asumsi tersebut, dapat dikemukakan bahwa
pendekatan sistem dapat berfungsi sebagai kerangka yang
memadukan ketiga pendekatan perencanaan sistem pendidikan
yang bersifat menyeluruh dan terpadu. Dari hasil kajian teoretik
dapat disimpulkan bahwa pendekatan sistem merupakan cara
berfikir berdasarkan konsep sistem atau teori umum sistem.
Sebagai suatu metode, pendekatan sistem memiliki tiga
karakteristik, yaitu sistemik, analitik, dan sistematik. Sistemik
dalam arti permasalahan dilihat dari konteks keseluruhan; analitik
dalam arti setiap permasalahan dianalisis sebab dan akibatnya
dikaitkan dengan berbagai masalah yang ada, baik di dalam
maupun di luar sistem; sistematik dalam arti cara kerjanya
beraturan atau runtut. Hal ini dapat dilihat dari proses
kegiatannya, yaitu perumusan masalah, penelitian, peilaian,
penelaahan, pemeriksaan, dan pelaksanaan.
→ Berdasarkan pendekatan yang telah di paparkan di atas
yang kami turunkan dari literature, kemudian berdasarkan
dari hasil survey (wawancara dengan Ibu Nurchasanah),
maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa pendekatan yang
digunakan oleh MA Wahid Hasyim adalah “Man Power
Approuch” Maksud dari “MAN Power Approuch” adalah
perencanaan pendidikan yang harus membuat perkiraan
jumlah dan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
setiap kegiatan pembangunan. Tujuan dari pada MPA yaitu
untuk mengarahkan kegiatan pendidikan dalam memenuhi
kebutuhan tenaga kerja.
Alasan MA Wahid Hasyim menggunakan pendekatan Man
Power Approuch adalah :
1. MA Wahid Hasyim lebih mementingkan proses
profesionalisme dan SDM Pendidik
16
2. Desentralisasi pendidikan
3. Desain kurikulum yang diorientasikan pada kebutuhan
sector pembangunan
C. JENIS PERENCANAAN
Ada beberapa jenis perencanaan menurut waktu, sifat, sector
regional, jangkauan, wewenang pembuat, obyeknya dan jenjang.
Akan tetapi penulis ingin membahas hanya menurut jangkauan
karena ada hubungan yang signifikan dengan hasil survey. Adapun
cakupan dari perencanaan menurut jangkauan adalah sebagai
berikut :
1. Perencanaan Makro
Perencanaan makro adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang
akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara mencapai tujuan itu pada
tingkat nasional. Rencana pembangunan nasional dewasa ini meliputi rencana dalam
bidang ekonomi dan sosial. Dipandang dari sudut perencanaan makro, tujuan yang
harus dicapai negara (khususnya dalam bidang peningkatan SDM) adalah
pengembangan sistem pendidikan untuk menghasilkan tenaga pembangunan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif pendidikan harus
menghasilkan tenaga yang cukup banyak sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Sedangkan secara kualitatif harus dapat menghasilkan tenaga pembangunan yang
terampil sesuai dengan bidangnya dan memiliki jiwa pancasila.
2. Perencanaan Meso
Perencanaan makro adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang
akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara mencapai tujuan itu pada
tingkat nasional. Rencana pembangunan nasional dewasa ini meliputi rencana dalam
bidang ekonomi dan sosial. Dipandang dari sudut perencanaan makro, tujuan yang
harus dicapai negara (khususnya dalam bidang peningkatan SDM) adalah
pengembangan sistem pendidikan untuk menghasilkan tenaga pembangunan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif pendidikan harus
menghasilkan tenaga yang cukup banyak sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Sedangkan secara kualitatif harus dapat menghasilkan tenaga pembangunan yang
terampil sesuai dengan bidangnya dan memiliki jiwa pancasila.
17
3. Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat instituisional dan
merupakan penjabaran dari perencanaan tingkat messo khususnya dari lembaga
mendapatkan perhatian, namun tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah
ditetapkan dalam perencanaan makro ataupun messo.
→ Berdasarkan jenis perencanaan yang telah di paparkan di
atas yang kami turunkan dari literature, kemudian
berdasarkan dari hasil survey (wawancara dengan Ibu
Nurchasanah), maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa
jenis perencanaan yang digunakan oleh MA Wahid Hasyim
adalah ” Perencanaan Mikro” karena perencanaan ini pada tingkat
instituisional dan merupakan penjabaran dari perencanaan tingkat messo
khususnya dari lembaga mendapatkan perhatian, namun tidak boleh
bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan makro
ataupun messo.
BAB IV
KESIMPULAN
18
Berdasarkan teori perencanaan, pendekatan perencanaan, dan jenis
perencanaan yang telah dipaparkan (Bab III Pembahasan) yang kami
turunkan dari literature, kemudian berdasarkan dari survey (wawancara
dengan Ibu Nurchasanah dan Dokumen), maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa MA Wahid Hasyim menggunakan Teori Transactive,
yaitu suatu teori yang bersifat desentralisasi yang mengembangkan
potensial individu dan institusi SDM pendidik serta melakukan identifikasi
kebutuhan. Sedangkan pendekatan yang di pakai adalah “MAN Power
Approuch” yaitu perencanaan pendidikan yang harus membuat perkiraan
jumlah dan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan
pembangunan. Dan jenis perencanaan yang digunakan adalah ”
Perencanaan Mikro” karena perencanaan ini pada tingkat instituisional dan merupakan
penjabaran dari perencanaan tingkat messo khususnya dari lembaga mendapatkan perhatian,
namun tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan makro
ataupun messo.
19
DAFTAR RUJUKAN
Asnawir. 2006. Manajemen Pendidikan, Padang: IAIN IB Press.
Latief, Jamroh. 2013. Hand Out Perkuliahan: Perencanaan Sistem
Kependidikan Islam. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Sunarya, Endang. 2000. Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan
Berdasarkan Pendekatan Sistem. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
20
21