Post on 01-Dec-2015
description
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
PASANG SURUT
MODUL II
MATLAB
Disusun Oleh:
RANDI FIRDAUS
26020212130059
TIM ASISTEN :WULANSARI RAHMAWATI K2E 009 023MOHAMAD IQBAL PRIMANANDA 26020210110028RIMA MELINA F. NAPITUPULU 26020210120053ANISSA CINTYA ANDIKA ASRI 26020210120051SEPTI NUR FAJARIN 26020210110046ICE TRISNAWATI TOGATOROP 26020210120056KIRANA CANDRASARI 26020210120041HAFIZ ACHMAD T. 26020210141011
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG2013
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN
NO Keterangan Nilai
1 Pendahuluan
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi Metode
4 Hasil dan Pembahasan
5 Kesimpulan N
6 Daftar Pustaka
7 Lampiran
Nilai Akhir
Semarang, 2 Juni 2013
Asisten Praktikan,
Rima Melina F. Napitulu Randi Firdaus NIM 26020210120053 NIM.26020212130059
Mengetahui,
Kordinator Mata Kuliah
Pasang Surut
Ir. Warsito Atmodjo, M.SiNIP.19590328 198902 1 001
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pasang surut merupakan fluktuasi muka air laut yang diakibatkan oleh
gaya gravitasi benda angkasa terutama matahari dan bulan. Sistem bumi bulan dan
matahari sedemikian rupa, dan merupakan suatu yang setimbang dan kontinyu.
Hal ini menyebabkan pasang surut bisa di prediksi dengan memperhatikan
pergerakan dari benda langit tersebut, serta karakteristik bumi dan kondisi
perairan itu sendiri.
Pengetahuan mengenai waktu, tinggi dan arus pasnag surut memegang
peranan penting. Baik dalam kegiatan kelautan, kegiatan penangkapan ikan
sampai peluncuran satelit, pengetahuan mengenai pasang surut sangat penting.
Terutama untuk perairan Jawa Timur khususnya di sepanjang selat Madura yang
merupakan lalu lintas kapal. Data pasang surut yang hanya berupa tabel akan
mempersulit pembacaan kedalaman. Dengan mengolah data pasang surut menjadi
sebuah grafik akan mempermudah proses pembacaan terjadinya pasang maupun
surut (Yuliastuti dkk).
Metode konvensional dalam memprediksi pasang surut yang populer
adalah metode Admiralty. Peramalan pasang surut menggunakan metode
admiralty rentan terhadap kesalahan diakibatkan banyaknya data yang harus
diproses dengan perhitungan yang berbeda-beda untuk setiap skema. Meskipun
demikian, metode admiralty biasanya lebih akurat dibandingkan metode lainnya,
jika input data dan perhitungan pada metode ini benar.
Metode lain yang jauh lebih sederhana dan praktis adalah metode
worldtide atau least square. Metode ini menggunakan bahasa MATLAB untuk
menganalisa data komponen pasang surut. Metode ini sangat berguna dan lebih
praktis dibandingkan metode admiralty. Kelemahan metode ini adalah tidak
bisanya menganalisa pasut periode pendek.
Matlab hadir dengan membawa w a r n a y a n g b e r b e d a . H a l i n i
k a r e n a matlab membawa keistimewaan dalam f u n g s i - f u n g s i
m a t e m a t i k a , f i s i k a , s t a t i s t i k , d a n v i s u a l i s a s i .
M a t l a b dikembangkan oleh MathWorks, yang pada awalnya dibuat untuk
memberikan kemudahan mengakses data matrik pada proyek LINPACK dan EISPACK.
Saatini matlab memiliki ratusan fungsi yang dapat digunakan sebagai problem solver
m u l a i d a r i s i m p l e s a m p a i m a s a l a h - masalah yang kompleks
dari berbagai disiplin ilmu (Rudolf).
I.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Menentukan nilai komponen pasang surut, nilai formzahl, serta elevasi
muka air menggunakan program worldtide dengan bahasa pemrograman
MATLAB.
2. Membandingkan hasil analisa komponen pasang surut, nilai formzahl,
serta elevasi mukai air menggunakan program worldtide dan metode
admiralty.
3. Memprediksi pasang surut pada tahun 2015 menggunakan program
worldtide.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 MATLAB
MATLAB adalah sebuah bahasa dengan (high-performance) kinerja tinggi
untuk komputasi masalah teknik. Matlab mengintegrasikan komputasi, visualisasi,
dan pemrograman dalam suatu model yang sangat mudah untuk pakai dimana
masalah-masalah dan penyelesaiannya diekspresikan dalam notasi matematika
yang familiar. Penggunaan Matlab meliputi bidang–bidang:
• Matematika dan Komputasi
• Pembentukan Algorithm
• Akusisi Data
• Pemodelan, simulasi, dan pembuatan prototipe
• Analisa data, explorasi, dan visualisasi
• Grafik Keilmuan dan bidang Rekayasa
(Santoso dan Huda)
MATLAB merupakan suatu sistem interaktif yang memiliki elemen data
dalam suatu array sehingga tidak lagi kita dipusingkan dengan masalah dimensi.
Hal ini memungkinkan kita untuk memecahkan banyak masalah teknis yang
terkait dengan komputasi, kususnya yang berhubungan dengan matrix dan
formulasi vektor, yang mana masalah tersebut merupakan momok apabila kita
harus menyelesaikannya dengan menggunakan bahasa level rendah seperti
Pascall, C dan Basic (Santoso dan Huda).
Nama MATLAB merupakan singkatan dari matrix laboratory. MATLAB
pada awalnya ditulis untuk memudahkan akses perangkat lunak matrik yang telah
dibentuk oleh LINPACK dan EISPACK. Saat ini perangkat MATLAB telah
menggabung dengan LAPACK dan BLAS library, yang merupakan satu kesatuan
dari sebuah seni tersendiri dalam perangkat lunak untuk komputasi matrix. Dalam
lingkungan perguruan tinggi teknik, Matlab merupakan perangkat standar untuk
memperkenalkan dan mengembangkan penyajian materi matematika, rekayasa
dan kelimuan. Di industri, MATLAB merupakan perangkat pilihan untuk
penelitian dengan produktifitas yang tingi, pengembangan dan analisanya
(Santoso dan Huda).
II.2 Sistem MATLAB
II.2.1 Development Environment
Merupakan sekumpulan perangkat dan fasilitas yang membantuanda untuk
menggunakan fungsi-fungsi dan file-file MATLAB. Beberapa perangkat ini
merupakan sebuah graphical user interfaces (GUI). Termasuk didalamnya adalah
MATLAB desktop dan Command Window, command history, sebuah editor dan
debugger, dan browsers untuk melihat help, workspace, files, dan search path
(Santoso dan Huda).
II.2.2 MATLAB Mathematical Function Library
Merupakan sekumpulan algoritma komputasi mulai dari fungsi-fungsi
dasar sepertri: sum, sin, cos, dan complex arithmetic, sampai dengan fungsi-fungsi
yang lebih kompek seperti matrix inverse, matrix eigenvalues, Bessel functions,
dan fast Fourier transforms (Santoso dan Huda).
II.2.3 MATLAB Language
Merupakan suatu high-level matrix/array language dengan control flow
statements, functions, data structures, input/output, dan fitur-fitur object-oriented
programming. Ini memungkinkan bagi kita untuk melakukan kedua hal baik
"pemrograman dalam lingkup sederhana " untuk mendapatkan hasil yang cepat,
dan "pemrograman dalam lingkup yang lebih besar" untuk memperoleh hasil-hasil
dan aplikasi yang komplek (Santoso dan Huda).
II.2.4 Graphics
MATLAB memiliki fasilitas untuk menampilkan vector dan matrices
sebagai suatu grafik. Didalamnya melibatkan high-level functions (fungsi-fungsi
level tinggi) untuk visualisasi data dua dikensi dan data tiga dimensi, image
processing, animation, dan presentation graphics. Ini juga melibatkan fungsi level
rendah yang memungkinkan bagi anda untuk membiasakan diri untuk
memunculkan grafik mulai dari benutk yangsederhana sampai dengan tingkatan
graphical user interfaces pada aplikasi MATLAB anda (Santoso dan Huda).
II.2.5 MATLAB Application Program Interface (API)
Merupakan suatu library yang memungkinkan program yang telah anda
tulis dalam bahasa C dan Fortran mampu berinterakasi dengan MATLAB. Ini
melibatkan fasilitas untuk pemanggilan routines dari MATLAB (dynamic
linking), pemanggilan MATLAB sebagai sebuah computational engine, dan untuk
membaca dan menuliskan MAT-files (Santoso dan Huda).
II.3 Worltide
World Tides adalah sebuah program komputer yang dikembangkan oleh
John D. Boon (seorang marine consultant) yang dapat digunakan untuk
menganalisis dan memprediksi pasang surut di suatu perairan (Boon, 2006).
Program ini didesain sangat mudah pemakainnya, dengan menggunakan
Graphical User Interface (GUI). Konsep yang digunakan adalah metode least
square dengan menghasilkan lebih dari 35 konstanta pasut. Setelah mengetahui
konstanta pasut dari hasil analisis, pengguna dapat langsung mengetahui
peramalan paeutnya. World Tides menggunakan bahasa oemrograman MATLAB.
Metode yang digunakan dalam pengembangan World Tides adalah
Harmonic analysis by method of least square (HAMELS), yang persamaannya
adalah sebagai berikut:
Dimana:
Least square akan memberikan solusi konstanta harmonik dengan
melakukan perhitungan harga minimum yang mungkin dari persamaan dibawah
ini:
Untuk itu, kita perlu mengubah persamaan diatas menjadi bentuk lain yang
equivalent sebagai berikut:
Variabel A0, Aj, Bj dalam persamaan diatas yang belum diketahui ini dapat
dipecahkan dengan menggunakan matriks pendekatan persamaan least square:
(Rufaida, 2008)
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1 Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis/30 Mei 2013
Waktu : 16.20 – 19.30 WIB
Tempat : Ruangan E.206 Jurusan Ilmu Kelauatan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
3.1.2 Alat
- Laptop
- Software MATLAB
- Worldtide
3.1.3 Bahan
- Data Pasang Surut Pantai Semarang bulan September tahun 2012.
3.2. Metode
3.2.1 Pembuatan Data Excel
Praktikum ini menggunakan data pasang surut dari BMKG Semarang,
dalam hal ini data selama bulan September.
1. Data pasang surut per jam yang horizontal, di copy. Klik pada sheet 2,
kemudian klik pada kolom b dan di paste transpose kan, sehingga data yang
semual horizontal menjadi vertikal. Di kolom c, data pada kolom b kemudian
di bagi 10 (supaya tinggi pasutnya menjadi meter).
Gamba 3.1 contoh data pasang surut
gambar 3.2 proses mentranspose data excel dan membaginya dengan bilangan 10.
2. Setelah mentranspose semua data (tanggal 1-30) dan membaginya dengan 10,
data pad kolom d pada sheet 2 di copy semua, kemudian di pastekan di book
excel baru, pada kolom c. Pada kolom a di tulis 49, yang merupakan kode
untuk Indonesia. Pada kolom b ditulis bulan/tanggal/tahun_jam.
Gambar 3.3. tanggal pengamat, kode negara serta tinggi pasut (meter)
3. Simpan file di folder worldtide dengan format Nama_NIM dengan type file
excel 97-2003.
3.2.2 Membuka Aplikasi Worldtide
1. Setelah menyimpan data excel, aplikasi matlab di buka. Klik pada bagian pojok
MATLAB yang bertuliskan “browse for folder”, kemudian pilih folder
worldtide.
Gambar 3.5 membuka program worltide
Setelah itu muncul tampilan seperti ini:
Gambar 3.6 menjalankan worltide
2. Klik dua kali pada data excel, kemudian tunggu hingga muncul tampilan
seperti gambar dibawah ini, kemudian klik dua kali pada data terakhir klik
finish.
gambar 3.7 langkah terakhir membuka program worldtide
3.2.3 Menggunakan Aplikasi Tide Analysis
Setelah langkah 3.2.3 diatas, maka pada matlab di pilih worltide.fig,
kemudian tunggu hingga muncul tampilan dengan menu tide analysis atau tide
prediction.
Gambar 3.8 Tampilan worldtide
1. Dengan mengklik “tide analysis” maka akan muncul tampilan seperti dibawah
ini, dan pada tampilan itu di ceklist item seperti feet, low band periodogram,
enable print to file, compute datum, serta 9 komponen utama pasut. Tunggu
file hingga ready for analysis kemudian klik analyze.
gambar 3.9 tampilan tide analysis
2. Setelah mengklik analyse, maka akan muncul 2 grafik seperti gambar dibawah
ini, kemudian grafik tersebut disimpan.
gambar 3.10 grafik hasil analisis komponen pasut
3. Pada kotak dialog to save harmonic constant, ketik nama dan nim, kemudian
pilih save (lihat pada gambar 3.9).
3.2.4 Menggunakan Aplikasi Tide Prediction
Membuka aplikasi tide prediction sama dengan membukan aplikasi tide
analysis. Setelah mengklik worldtide.fig, maka akan muncul tampilan seperti
gambar 3.8.
1. Klik tide prediction, maka akan muncul kotak dialog seperti gambar dibawah
ini. Pada gambar tersebut ceklist item seperti meter, enable print to file,
histogram. Klik 2 kali pada data hasil simpanan dari tide analysis. Isikan bulan
sesuai dengan yang di prediksi, pada kotak tahun, diisi 2015 (karena tahun ini
yang akan diprediksi). Kemudian klik predict.
gambar 3.11 Tampilan program tide prediction
2. Setelah mengklik predict, maka akan muncul grafik, dan kotak – kotak yang
semula kosong, akan muncul angka dari 1-30 (tanggal) dan W1 sampai W4
(munggu) serta M (bulan). Klik pada setiap tanggal, W, serta M. Dan setiap
grafik disimpan.
Gambar 3.12 Grafik yang muncul ketika di klik predict
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1 Tide Analysis
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, maka didapatkan hasil
untuk tide analysis sebagai berikut:
Gambar 4.1 grafik pasang surut pada bulan September 2012 hasil tide analysis.
4.1.2 Tide Prediction
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, maka didapatkan hasil
untuk tide prediction sebagai berikut:
Gambar 4.3 prediksi pasang surut pada bulan September 2015
Gambar 4.2 hubungan antara frekuensi dan energi pasang surut
Gambar 4.3b hubungan antara LAT dengan frekuensi terjadinya
4.2. Pembahasan
4.2.1 Perbandingan Antara Hasil Admiralty dan Hasil Tide Analysis
Dalam pengolahan data menggunakan metode Admiralty yang dilakukan
pada modul sebelumnya, hasil yang didapat adalah:
gambar 4.4a tabel perhitungan komponen pasut, nilai
formzahl, serta muka air.
Sedangkan dengan menggunakan pengolahan data metode tide analysis,
diperoleh data berikut:
Gambar 4.4b komponen
pasang surut berdasarkan tide analysis pada program
worldtide
Data pada gambar 4.4b merupakan amplitudo dalam meter, kemudian data
diatas dipindahkan ke microsoft excel dan diubah menjadi centimeter, kemudian
diolah untuk menentukan elevasi serta nilai formzahl, sehingga didapat
perbandingan lengkapnya sebagai berikut:
Gambar 4.4c perbandingan metode admiralty dengan tide analysis
Berdasarkan tabel pada gambar 4.4c terdapat kesesuaian antara
perhitungan komponen pasut, nilai formzahl serta elevasi muka air. Nilai formzahl
berdasarkan admiralty adalah 2,62 sedangkan dengan menggunakan worldtide
nilainya 2,06, tipe pasang surutnya sama-sama campuran harian tunggal. Begitu
juga dengan nilai LLWL yaitu 15,23 cm (admiralty) dan 14,2 cm (Worltide),
MSL yaitu 52,51 cm (admiralty) dan 50,88 cm (worldtide) , serta HHWL yaitu
72,53 cm (Admiralty) dan 68,2 cm (worldtide). Terdapat kecocokan sekitar 98 %
antara metode admiralty dengan worldtide. Namun perbedaan yang sangat jauh
terjadi pada fase (g) komponen pasang surutnya.
Peluang terjadinya perbedaan ini lebih kepada metode admiralty. Pada
metode admiralty dibutuhkan ketelitian yang tinggi, karena pengolahan datanya
lebih kompleks, sehingga peluang human error nya lebih besar dibandingkan
dengan metode worldtide yang usernya tinggal mengklik saja. Kedua metode ini
dasar peramalannya adalah dengan memperhatikan faktor penyebab pasut seperti
gaya pembangkit pasut (gaya astronomi maupun nonastronomi) serta kondisi
lokal suatu perairan. Sehingga jika metode admiralty yang dikerjakan benar-benar
teliti, maka hasil yang akan didapatkan adalah hampir sama dengan hasil
worldtide.
4.2.2 Tide Prediction
Menggunakan sistem worltide untuk memprediksi pasang surut, bisa
didapatkan grafik frekuensi amplitudo pasang surut selama 1 bulan. Berdasarkan
grafik, terlihat bahwa LAT (rendah pasang) terbesar terjadi pada kisaran 0,05
meter yaitu sebesar 40%, kemudian 0,08-0,09 meter sebesar 20%, 0,1 – 0,5 meter
sekitar 12%, 06-0,7 meter sebesar 8%, serta 0,02-0,04 sebesar 5%. Hal ini
menunjukkan bahwa di pantai semarang, selama bulan September tahun 2015
akan terjadi rendah pasang yang paling dominan adalah pada kisaran 0,05 meter.
Selain di dapatkan grafik frekuensi amplitudo pasut, dengan
menggunakan worltide bisa juga didapatkan grafik pasang surut harian. Pada
grafik hari 1 terlihat bahwa terjadi satu kali pasang dengan ketinggian pasang 0,17
m pada pukul 1:60 kemudian terdapat surut pada pukul 9:48 dengan ketinggian
muka air laut 0,05 m, pada pukul 13:24 terukur muka air laut, naik menjadi 0,06
m, kemudian pada pukul 18.22 turun lagi menjadi 0,05. Pada hari kedua di bulan
September, pada jam yang sama (1:60) ketinggian pasang yang terukur
mengalami perubahan menjadi lebih rendah yaitu 0,14 m. Surut terendahnya juga
bergeser menjadi pukul 17:12, dengan ketinggian 0,05 m. Secara keseluruhan,
tinggi pasang setiap harinya mengalami penurunan hingga tanggal 10 September.
Pada tanggal 11 September, ketinggian pasang surut menjadi tingi lagi. Hal ini
menunjukkan bahwa pada tanggal 11 September adalah kondisi saat pasang
purnama, kemungkinan pada saat tanggal itu terjadi bulan purnama ataupun bulan
mati. Selama 1 bulan, secara keseluruhan terjadi 1 kali pasang dan 1 kali surut,
namun terkadang juga terdapat 2 kali pasang dan dua kali surut, dengan periode
yang sangat berbeda seperti pada tanggal 5 hingga 12 September. Kondisi ini
menyebabkan di tipe pasang surut di pantai Semarang adalah campuran dominan
harian tunggal, karena lebih dominan terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
dibandingkan 2 kali pasang dan 2 kali surut.
Pada minggu pertama di bulan September berdasarkan prediksi pasut
dengan metode worldtide, terlihat bahwa pada tiap harinya selama seminggu
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Terkecuali pada tanggal 6 dan 7
terdapat dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi pasang surut yang
sangat berbeda jauh. Hal ini menunjukkan dalam seminggu pertama, tipe pasang
surut di pantai Semarang adalah campuran harian tunggal. Pada minggu kedua
dibulan september terdapat dua kali pasang dan dua kali surut, dengan tinggi
pasang surut yang sangat jauh berbeda. Pada minggu kedua ini juga, pasang nya
mencapai pasang tertinggi. Pada minggu ketiga, hanya terjadi satu kali pasang dan
satu kali surut. Pada minggu ketiga, merupakan tinggi pasang yang terendah. Pada
saat ini posisi bulan adalah seperempat akhir. Pada saat ini posisi bulan
membentuk sudut 90o terhadap bumi dan matahari, sehingga gravitasi bumi dan
bulan saling menghilangkan. Pada minggu keempat juga dominan terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut, pada minggu keempat, tinggi pasang mencapai
maksimum, mengindikasikan pada saat itu adalah bulan mati.
Grafik satu bulan prediksi pasang surut pada bulan September tahun 2015
terlihat bahwa terdapat dua pasang dan surut tertinggi, yaitu pada tanggal 11
September dan 27 September. Berdasarkan simulasi dengan software stellarium
yang penulis lakukan, didapati bahwa pada tanggal 11 September 2015 adalah
bulan baru (mati). Pada saat bulan baru, matahari, bumi dan bulan berada pada
satu garis lurus. Posisi ketiga benda langit pada kondisi ini adalah, bulan berada
ditengah-tengah matahari dan bumi. Bagian bumi yang menghadap kearah bulan
(otomatis ke arah matahari juga) akan mengalami pasang yang tertinggi, karena
gaya gravitasi matahari dan bulan tehadap bumi saling menguatkan. Pada bagian
bumi yang berada 180o dari arah bulan dan matahari akan mengalami pasang
tertinggi juga yang disebabkan oleh gaya sentrifugal akibat rotasi bumi.
Sementara bagian bumi yang posisinya 90o terhadapa arah matahari dan bulan
akan mengalami surut yang paling rendah, hal ini disebabkan oleh teori
kesetimbangan, dimana jika pada satu sisi terjadi penambahan, maka pada sisi
lainnya akan ada pengurangan. Sementara pada tanggal 27 September 2015
berdasarkan simulasi yang penulis lakukan dengan software stellarium, didapati
bahwa tanggal itu merupakan saat ketika fase bulan purnama. Pada bulan
purnama, konfigurasi bulan-bumi-matahari beradada pada satu garis lurus, namun
pada keadaan ini bumi berada ditengah. Kejadian ini sama halnya dengan kejadian
pada tanggal 11 September.
Gambar 4.5 Fase bulan pada tanggal 11 September 2015.
Gambar 4.6 fase bulan pada tanggal 27 September 2015
Berdasarkan grafik prediksi satu bulan, pada tanggal 5 dan 20 September,
merupakan tinggi ketika pasang terendah. Berdasarkan simulasi yang penulis
lakukan menggunakan aplikasi stellarium untuk melihat fase bulan pada tahun
2015. Penulis mendapati bahwa pada tanggal 5 dan 20 September, fase bulan
berturut-turut adalah quarter akhir dan quarter awal. Pada fase ini, konfigurasi
bumi, matahari dan bulan membentuk sudut 90o. Pada kondisi ini gaya gravitasi
matahari dan bulan terhadap bumi saling meniadakan, efeknya dibumi hanya
mengalami pasang yang tidak terlalu tinggi. Gaya gravitasi merupakan vektor.
Rumus gaya gravitasi apabila sistem benda tersebut bersudut adalah:
F=± Gm1. m 2
r2cosθ apabila θ 90o, maka cos 90 sama dengan 0, sehingga gaya
gravitasinya minimum (kasus pada tanggal 5 dan 20 September 2015, sedangkan
jika θ nya 0o, cos 0 sama dengan 1. Sehingga gaya gravitasinya maksimum (kasus
pada tanggal 11 dan 27 September 2015). Berikut adalah fase bulan pada tanggal
5 dan 20 September 2015, berdasarkan aplikasi stellarium.
Gambar 4.7 fase bulan pada tanggal 5 September 2012
Gambar 4.8 fase bulan pada tanggal 20 September 2015.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan analisa data serta pembahasan yang telah
dilakukan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat kesesuaian nilai komponen pasang surut, nilai formzahl, LLWL,
MSL, serta HHWL hasil perhitungan metode admiralty dengan worldtide
di pantai Semarang pada bulan September 2013.
2. Nilai komponen pasang surut berdasarkan metode worldtide dengan
bahasa MATLAB di pantai semarang adalah:
DAFTAR PUSTAKA
Boon, J.D.: 2006, World Tides User Manual, USA.
Rufaida, 2008. Perbandingan Metode Least Square (Program World Tides dan Program TIFA) dengan Metode Admiralty dalam Analisis Pasang Surut. Tugas Akhir Program Studi Oseanografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung.
Santoso dan Huda. Modul 1 Praktikum Sinyal dan Sistem: Dasar-Dasar Operasi MATLAB.
Yulistiati, dkk. Analisa Pasang Surut Di Perairan Jawa Timur Dengan Menggunakan Metode Fourier Transform. Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Lampiran