Post on 20-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada zaman sekarang, dengan semakin majunya teknologi menyebabkan aktivitas
masyarakat semakin meningkat, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Kebutuhan
masyarakat yang semakin kompleks juga menyebabkan perlu dicari suatu cara yang praktis
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, salah satunya adalah dalam hal makan dan minum.
Banyak produk-produk instan yang dikemas dalam kaleng, botol maupun kemasan lainnya
yang ditawarkan untuk memudahkan masyarakat dalam mengkonsumsinya.
Produk instan ini pun tidak luput dari bahan pengawet. Pengawet merupakan bahan
yanng ditambahkan untuk mencegah atau menghambat menghambat pertumbuhan mikroba
dalam makanan dan meningkatkan umur simpan makanan tersebut. Pengawet yang banyak
digunakan di pasaran adalah Benzoat, yang biasa terdapat dalam bentuk Natrium Benzoat
karena lebih mudah larut.
Natrium Benzoat yaitu garam atau ester dari asam benzoat (C6H5COOH) secara
komersial dibuat dengan sintesis kimia. Rumus kimia Natrium Benzoat yaitu C7H5NaO2.
Natrium Benzoat ini banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran, dan termasuk ke dalam
zat pengawet organik. Produk pangan yang banyak menggunakan Natrium Benzoat sebagai
pengawet adalah minuman rngan serta produk minuman yang terbuat dari buah.
Kemampuan suatu zat pengawet dalam menghambat pertumbuhan mikroba
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi zat pengawet, jenis, jumlah, umur dan
keadaan mikroba, suhu, waktu, dan sifat-sifat kimia serta fisik dari makanan kadar air , pH,
jenis dan komponen yang ada di dalamnya.
1.2. Tujuan
Menghitung kadar zat pengawet Na-benzoat yang terdapat pada suatu bahan pangan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan
pengawet, bahan pangan dpat dibebaskan dari kehidupan mikroba. Baik yang bersifat
pathogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun
microbial yang nonpatogen yang menyebabkan kerusakan bahan pangan, misalnya
pembusukan. Namun di sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang
merupakan bahan asing yang masuk bersama dengan bahan pangan yang dikonsumsi.
Apabila macam pemakaian bahan pangan dan dosisnya tidak diatur dan diawasi,
kemungkinan besar menimbulkan kerugian bagi pemakainya, baik yang bersifat langsung
atau komulatif mislanya apabila bahan pengawet yang digunakan bersifat karsinogenik.
Dalam kehidupan sekarang, bahan pengawet seringkali ditambahkan ke dalam bahan pangan
agar sediaan memiliki umur simpan lebih lama sehingga memperluas jangkauan
distribusinya.
Keberadaan bahan pengawet pada bahan makanan tidak bisa
dipungkirikeberadaannya. Pengawet merupakan bahan yang ditambahkan untuk mencegah
ataumenghambat terjadinya kerusakan atau pembusukkan minuman atau makanan.Dengan
penambahan pengawet tersebut produk pangan tersebut diharapkan dapatterpelihara
kesegarannya.Pengawet yang banayak dijual di pasaran dan digunakan untuk
mengawetkanberbagai bahan makanan adalah benzoat, yang biasa terdapat dalam bentuk
natriumbenzoat karena lebih mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk
mengawetkanberbagai produk pangan dan minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus
tomat,saus sambal, selai, jeli, manisan, kecap dan lain-lain.Garam atau ester dari asam
benzoat secara komersil dibuat dengan sintesiskimia. Natrium benzoat berwarna putih, ranula
tanpa bau, bubuk kristal atau serpihandan lebih larut dalam air dibandingkan dengan asam
benzoat dan juga dapat larutdalma alkohol.Dalam bahan pangan garam benzoat terurai
menjadi lebih efektif dalambentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi. Memiliki fungsi
sebagai anti mikroba yangoptimum pada pH 2,5-4,0 untuk mrnghambat pertumbuhan kapang
dan khamir.Penetapan natrium benzoat Dilakukan dengan cara titrasi pada sampel yang
terlebihdahulu sudah diekstrak dengan bahan-bahan kimia yang setelahnya dititrasi
denganNaOH.
Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan
suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume
dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini
banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri.
Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui
konsentrasinya diletakkan di dalam buret (lihat gambar) dan larutan ini disebut sebagai
larutan standar atau titran atau titrator, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya
diletakkan di Erlenmeyer (lihat gambar) dan larutan ini disebut sebagai analit.
Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan dimana
titran bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi dengan
analit keadaan ini disebut sebagai titik equivalen.
Mungkin kamu bertanya apabila kita menggunakan dua buah larutan yang tidak
bewarna seperti H2SO4 dan NaOH dalam titrasi, bagaimana kita bisa menentukan titik
equivalent?
Titik equivalent dapat ditentukan dengan berbagai macam cara, cara yang umum
adalah dengan menggunakan indicator. Indikator akan berubah warna dengan adanya
penambahan sedikit mungkin titran, dengan cara ini maka kita dapat langsung menghentikan
proses titrasi.
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Bahan tambahan pangan atau zat aditif bahan pangan didefiniskan sebagai suatu zat
bukan gizi yang ditambahkan ke dalam bahan pangan dengan sengaja, yang pada umumnya
dalam jumlah kecil untuk memperbaiki kenampakan, cita rasa, tekstur, atau sifat-sifat
penyimpangannya. Zat yang ditambahkan terutama yang mempunyai nilai gizi, seperti
vitamin dan mineral tidak dimasukkan ke dalam golongan ini.
Berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/IX/88, golongan
Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan diantaranya adalah, sebagai berikut:
1. Antioksidan (Antioxidant)
2. Antikempal (Anticacking Agent)
3. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)
4. Pemanis buatan (Artificial Sweetener)
5. Pemutih dan Pematang tepung (Flour Treatment Agent)
6. Pengemulsi, pemantap, dan pengental (Emulsifier, Stabilizer,Thickener)
7. Pengawet (Preservative)
8. Pengeras (Firming Agent)
9. Pewarna (Colour)
10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (Flavour; Flavour enhancer)
11. Sekuestran (Sequestrant)
Bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam makanan menurut Permenkes RI
No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan No. 1168/ Menkes/Per/X/1999 sebagai berikut:
1. Natrium Tetraborat (Boraks)
2. Formalin (Formaldehyde)
3. Minyak nabati yang dibrominasi/brominated vegetable oil
4. Kloramfenikol (Chlorampenicol)
5. Kalium klorat (Potassium Chlorate)
6. Dietil pirokarbonat (Diethyl Pyrocarbonate, DEPC)
7. Nitrofurazon (Nitrofurazon)
8. P- phenetilkarbamida (P- phenethycarbamide, dulcin, 4- ethoxyphenyl uea)
9. Asam salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and its salt)
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999,
selain bahan tambahan pangan di atas masih ada tambahan kimia yang dilarang, seperti
Rhodamin B (pewarna merah), Methanyl Yellow (pewarna kuning), Dulsin (pemanis sintesis)
dan Potassium Bromat (pengeras).
BAHAN PENGAWET
Bahan pengawet makanan adalah bahan (senyawa) yang ditambahkan ke dalam
makanan dan minuman yang bertujuan untuk mencegah atau menghambat terjadinya
kerusakan makanan oleh kehadiran organisme. Tujuan umum pemberian bahan pengawet ke
dalam makanan dan minuman adalah untuk memelihara kesegaran dan mencegah kerusakan
makanan atau bahan makanan. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses
fermentasi, pengasaman, atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba. Penggunaan
pengawet dalam bahan pangan harus tepat, baik jenis dan dosisnya.
Berdasarkan Permenkes No. 722/88 terdapat 26 jenis pengawet yang diizinkan untuk
digunakan dalam makanan. Adapun kelompok pengawet tersebut adalah: asam benzoat, asam
propionat, asam sorbat, belerang dioksida, etil p-hidroksi benzoat, kalium benzoat, kalium
bisulfit, kalium nitrat, kalium nitrit, kalium propionat, kalium sorbat, kalium sulfit, kalsium
benzoat, kalsium propionat, kalsium sorbat, natrium benzoat, metil p-hidroksi benzoat,
natrium bisulfit, natrium metabisulfit, natrium nitrat, natrium nitri, natrium propionat,
natrium sulfit, nisin, propil -p- hidroksi benzoat.
Secara umum penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan sebagai berikut:
1. Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang bersifat
patogen maupun yang tidak patogen.
2. Memperpanjang umur simpan pangan
3. Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan pangan yang
diawetkan.
4. Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.
5. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau
yang tidak memenuhi persyaratan.
6. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan
NATRIUM BENZOAT
Natrium benzoat adalah garam sodium dari asam benzoat dan berada dalam bentuk
garam ketika dilarutkan dalam air. Dapat diproduksi dengan mereaksikan sodium hidroksida
dengan asam benzoat. Pengawet ini banyak dijual dipasaran dan digunakan untuk
mengawetkan barbagai bahan makanan. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan
berbagai pangan dan minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal,
selai, jeli, manisan, kecap dan lain-lain. Rumus kimia natrium benzoat yaitu C6H5COONa,
dan struktur bangunnya sebagai berikut :
Struktur Natrium Benzoat
Natrium benzoat mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 100,5%
C7H5NaO2, dihitung terhadap zat anhidrat. Berbentuk granul atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau, atau praktis tidak berbau, stabil di udara. Kelarutannya mudah larut di air, agak sukar
larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%. Penyimpanannya dalam wadah
yang tertutup baik.
Natrium benzoat dapat menghambat pertumbuhan kapang, khamir dan bakteri.
Efektivitas fungsi senyawa benzoat dapat bertambah jika produk yang dibuat mengandung
garam dan gula pasir. Penggunaan pengawet ini diperbolehkan digunakan dalam jumlah
tertentu. Pada produk makanan senyawa benzoat hanya boleh digunakan dengan kisaran
konsentrasi 400-1000 mg/kg bahan. Penambahan benzoat dapat menghasilkan penurunan
kapasitas buffer diet, dan setelah itu akan meningkatkan keasaman dari urin. Natrium benzoat
lebih disukai penggunaannya karena 200 kali lebih mudah larut dibandingkan dengan asam
benzoat.
Penambahan benzoat dalam minuman ringan dengan konsentrasi tidak lebih dari 0.1%
tidak akan membahayakan tubuh. Tubuh manusia mampu melakukan proses detoksifikasi
terhadap asam benzoat. Melalui reaksi antara asam benzoat dengan asam amino glisin, maka
akan terbentuk asam hipurat. Asam hipurat akan dibuang oleh tubuh misalnya melalui urin.
Na-benzoat efektif digunakan pada pH 2,5 sampai 4. Daya awetnya akan menurun
dengan meningkatnya pH, karena keefektifan dan mekanisme anti mikroba berada dalam
bentuk molekul yang tidak terdisosiasi.
Pengaruh pH pada disosiasi Asam Benzoat
pH Asam yang tidak terdisosiasi (%)
3 93.5
4 59.3
5 12.8
6 1.44
7 0.144
pKa 4.19
Mekanisme kerja asam benzoat atau garamnya berdasarkan pada permeabilitas
membran sel mikroba terhadap molekul-molekul asam yang tidak terdisosiasi. Isi sel mikroba
mempunyai pH yang selalu netral. Bila pH sitoplasma mikroba menjadi asam atau basa,
maka akan terjadi gangguan pada organ-organ sel sehingga metabolisme terhambat dan
akhirnya sel mati. Membran sel mikroba hanya permeabel terhadap molekul asam yang tidak
terdisosiasi, maka untuk mendapatkan efektivitas yang tinggi sebaiknya asam-asam tersebut
digunakan dalam lingkungan asam. Hal ini juga disebabkan pada pH netral dan basa, asam-
asam organik terurai menjadi ion-ionnya.
Batas penggunaan benzoat yang diijinkan dalam makanan 0,1% di Amerika Serikat,
sedangkan untuk negara-negara lain berkisar antara 0,15-0,25%. Untuk negara-negara Eropa
batas penggunaan benzoat berkisar 0,015-0,5%.
Dampak Negatif Penggunaan Na Benzoat
Penggunaan natrium benzoat sebagai pengawet dalam minuman dan makanan harus
mengikuti takaran yang dibenarkan. Penggunaan pengawet yang diizinkan dan takaran yang
benar diharapkan dapat memberikan perlindungan terhadap konsumen dan kemungkinan
penggunaan zat yang mengandung bahaya. Hak konsumen atas keamanan dan keselamatan
terhadap barang yang dikonsumsi harus dihormati oleh produsen. Lama dan seringnya
mengonsumsi makanan dengan pengawet kemungkinan menimbulkan terjadinya akumulasi
zat-zat tertentu yang bisa memicu reaksi yang menyebabkan sakit.
Adapun dampak negatif dari penggunaan natrium benzoat berlebih pada tubuh manusia
adalah sebagai berikut:
Penggunaan pengawet natrium benzoat dalam jangka panjang dapat menimbulkan
penyakit Lupus (Systemic Lupus Eritematosus/SLE).
Efek samping lain yang bisa timbul adalah edema (bengkak) akibat dari retensi
(tertahannya cairan di dalam tubuh) dan bias juga karena naiknya tekanan darah
sebagai akibat bertambahnya volume plasma akibat pengikatan air oleh natrium.
Dapat menyebabkan kanker karena natrium benzoat berperan sebagai agen
karsinogenik. Misalnya saja pada minuman berisotonik dimana vitamin C (ascorbic
acid) yang ditambahkan dalam minuman isotonik akan bereaksi dengan natrium
benzoat menghasilkan benzen. Benzen tersebut dikenal sebagai polutan udara dan
dapat menyebabkan kanker.
Untuk asam benzoat dan natrium benzoat bisa menimbulkan reaksi alergi dan
penyakit saraf.
Berdasarkan penelitian Badan Pangan Dunia (FAO), konsumsi benzoat yang
berlebihan pada tikus akan menyebabkan kematian dengan gejala-gejala hiperaktif,
sariawan, kencing terus-menerus serta penurunan berat badan.
Dalam riset yang dilakukan oleh Sheffield University di Inggris terhadap bahan
pengawet makanan dan minuman yang umum digunakan, menyatakan bahwa natrium
benzoat diperkirakan dapat merusak DNA. Hal ini dikemukakan oleh Pete Piper
(professor bidang biologi molekuler dan bioteknologi) yang telah meneliti natrium
benzoat sejak 1999. Ia pernah menguji natrium benzoat pada sel ragi yang hidup, yang
akhirnya menemukan bahwa substansi tersebut (natrium benzoat) dapat merusak
DNA mitokondria pada ragi. Di dalam tubuh, mitokondria berfungsi menyerap
oksigen untuk menghasilkan energi. Dan bila dirusak, seperti terjadi pada sejumlah
kondisi pada saat sakit, maka sel mulai mengalami kegagalan fungsi yang sangat
serius. Sehingga di dalam tubuh akan terjadi kerusakan DNA di dalam mitokondria.
Penanggulangan Terhadap Dampak Pemakaian Natrium Benzoat
Semakin banyaknya isu terhadap bahaya bahan pengawet khususnya natrium benzoat
menjadikan konsumen lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan, dan lebih memilih
bahan-bahan alami yang aman bagi kesehatan. Konsumsi yang terlalu sering sebaiknya
dihindari karena akan menimbulkan penumpukan bahan pengawet di dalam tubuh.
International Programme on Chemical Safety tidak menemukan adanya dampak
terhadap kesehatan manusia dengan dosis sebesar 647-825 mg/kg berat badan per hari.
Degradasi Sodium Benzoat (yang dihasilkan dalam tubuh dari garam sodium) telah dipelajari
secara detail dan menunjukkan bahwa bahan-bahan ini tidak berbahaya. Sekitar 75-80%
dalam jangka waktu 6 jam dikeluarkan melalui urine sebagai asam hipurat dan asam benzoil
glukoronat (± 10%), 0.1% melalui paru-paru sebagai CO2 dan 2% tertinggal dikarkas dan
seluruh dosis akan dikeluarkan dari dalam tubuh dalam jangka waktu sekitar 10 jam. Batasan
yang ditentukan untuk Sodium Benzoat dalam makanan bukan karena sifat racunnya,
melainkan karena jumlahnya melebihi 0.1%, bahan ini dapat meninggalkan rasa tertentu di
mulut.
Penetapan Kadar Natrium Benzoat
Natrium benzoat dapat ditetapkan kadarnya secara KCKT dan alkalimetri, sebab
metode KCKT mempunyai banyak keuntungan, diantaranya adalah prosesnya yang cepat,
daya pisah baik, peka, detektor unik, kolom dapat dipakai kembali, ideal untuk molekul besar
dan mudah memperolah kembali cuplikan.
Sedangkan alkalimetri merupakan metode yang paling sederhana, hanya memerlukan
biaya yang murah, serta dapat memperoleh hasil yang diteliti, metode ini dilakukan
berdasarkan penetralan asam basa dengan indikator fenolftalein atau pp, sehingga akan
terlihat perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.
BAB III
METODOLOGI
Alat-alat :
- Neraca analitik
- Labu ukur
- Gelas ukur
- Erlenmeyer
- Gelas piala
- Pipet tetes
- Corong dan kertas saring
- Pipet ukur
- pH universal
- corong pemisah
- buret
Bahan-bahan :
- sampel: sirup markisa
- kloroform
- NaOH 10 %
- NaCl 30 %
- Aquades
- HCl (1:3)
- Alkohol (4:1)
- NaOH 0,05 N
- Indikator PP
Cara kerja :
1. Sampel sirup markisa dimasukkan sebanyak 50 gr dan diencerkan sampai 150 mL
2. Ke dalam sampel ditambahkan 5 mL NaOH 10 % dan 5 mL NaCl 30 % kemudian
ditambahkan air sampai volume 200 mL dan disaring, kemudian dikocok selama 30
menit
3. Ditambahkan air suling ke dalam labu takar sampai volumenya 250 mL kemudian
disaring dengan kertas saring
4. Filtrat hasil saringan dipipet sebanyak 50 mL, kemudian dinetralkan dengan HCl (1:3)
dan dites dengan indikator pH universal
5. Ditambahkan 25 mL kloroform dan dikocok perlahan untuk menghindari terbentuk
emulsi selama 30 menit
6. Sampel dipindahkan ke dalam corong pisah untuk dipisahkan larutannya, kemudian
diambil 12,5 mL cairan melalui kran (bagian bawah), dan dimasukkan ke dalam gelas
piala, didiamkan beberapa waktu hingga kloroform menguap habis
7. Untuk melarutkan residu, ditambahkan 5 mL alkohol (4:1) kemudian ditambah 5 mL
air suling dan dititrasi denga NaOH 0,05 N sampai pH tepat 0,1 atau merah jambu
dengan menggunakan indikator PP
Bagan kerja
penyiapan samp
el
sampel 50 gr diencerkan 150 mL, ditambahkan 5 mL NaOH 10 % dan 5 mL NaCl 30 %, encerkan hingga 200 mL, disaring dan kocokad aquades hingga 250 mL, disaring dan dipipet 50 mL, dinetralkan dengan HCL
Penarikan
Na Benzoat
ditambahkan 25 mL kloroform dan dikocok perlahan untuk menghindari emulsi selama 30 menitpisahkan dengan corong pemisah, diambil 12,5 mL, kloroform diuapkan
titrasi
residu dilarutkan dengan 5 mL alkohol (4:1) + aquades 5 mL titrasi dengan NaOH 0,05 N dengan indikator PP
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Titrasi Volume Awal
(ml)
Volume Akhir
(ml)
Volume Titer
(ml)
Sirup Markisa 9,3 10 0,7 ml
Perhitungan
1 ml NaOH 0.05 N = 0.0072 gram Na Benzoat Anhidrat
Na Sirup Markisa dalam 250 mL (sampel+pelarut) = 50 gr
Na Sirup Markisa dalam 50 mL filtrat = 50 g
250 ml= x
50 ml = 10 gr
Na Sirup Markisa dalam 50 mL filtrate + 25 mL Kloroform = Na Benzoat
Sirup Markisa dalam 50 mL filtrate
Na Benzoat dalam 12.5 mL Kloroform = 10 g25 ml
= x12.5 ml
x = 5 gr
( mgkg sampel )=Volume titer
1 ml NaOHx gr Na Benzoat(setara dengan 1 ml NaoH 0.05 N )
Kadar ( mgkg sampel )=0.7 ml
1 mlx0.0072 gr
Kadar ( mgkg sampel )= 0.00504 gr
5 gr sampel
Kadar ( mgkg sampel )= 1, 008 mg
kgsampel
Ppm Na Benzoat Anhidrat
V titer x N NaOH x 144 xV larutan pada persiapan sampel x106
V yangdiambil xberat sampel x1000
0 .7 x 0 . 05 x 144 x50 x 106
5 x 50 x 1000=1 ,008ppm
PEMBAHASAN
Dalam praktikum analisis makanan obat dan kosmetika halal
dilakukan penetapan kadar zat pengawet dalam sampel makanan
maupun minuman. Sampel yang kelompok kami analisis kadar natrium
benzoat adalah minuman syrup markisa. Berdasarkan peraturan kepala
badan pengawas obat dan makanan republik Indonesia nomor 36 tahun
2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan
pengawet dalam hal ini natrium benzoate dalam sirup buah adalah 600
mg/kg.
Dalam percoobaan kali ini penetapan kadar natrium benzoate
dilakukan dengan metode titrasi asam-basa alkalimetri. Titrasi asam basa
adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan reaksi
asam basa. Sebagai titran digunakan larutan baku asam maka penetapan
kadarnya menggunakan metode asidimetri sedang bila larutan standar
yang digunakan bersifat basa maka penetapan kadarnya menggunakan
metode alkalimetri.
Sampel diambil sebanyak 50 ml dengan menggunakan gelas ukur.
Kemudian pindahkan ke erlemeyer dan diencerkan menggunakan
aquadest sampai 150 ml. tambahkan 5 ml NaOH 10% dan 5ml NaCl 30%.
Penambahan NaCl ditujukan untuk mengubah asam benzoate menjadi
natrium benzoate yang larut air dengan penambahan NaOH. Penggunaan
larutan NaoH dan NaCl ditambahkan untuk mendapatkan larutan yang
bersifat alkalis. Jika larutan natrium benzoate diasamkan dengan HCl
berlebih akan terbentuk asam benzoate yang larut dalam air dan dapat
diekstraksi dengan kloroform. Residu yag mengandung asam benzoat
dilarutkan dalam alkohol dan di titrasi.
Menjenuhkan larutan sampel, NaOH ditambahkan ditujukan untuk
menarik asam benzoate. Asam benzoat yang bersifat lemah dapat
membentuk garam yaitu Natrium benzoate karena penambahan NaOH
yang bersifat basa kuat sehingga terpisah dari bahan-bahan lain yang ada
diminuman syrup tersebut. Adapun reaksinya :
Setelah tercampurkan tambahkan aquadest ad sampai 200 ml dan
saring menggunakan kertas saring untuk memisahkan endapan maupun
pengotor dan filtratnya, kocok sampai tercampur. Kemudian pindahkan ke
dalam labu ukur dan ad dengan aquadest sampai mencapai 250 ml. Pipet
50 ml hasil kocokan dan masukkan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan
HCl beberapa tetes untuk menetralkan sampai pH 6-9, untuk mengecek
pH digunakan indikator universal. Dalam percobaan ini, kami
menambahkan 3 tetes HCl untuk mencapai pH netral. Lalu tambahkan 25
ml kloroform. Penambahan kloroform ini dilakukan untuk menarik natrium
benzoat dari bahan-bahan yang bersifat non polar yang mampu terlarut
dalam air. Natrium benzoate ini bersifat hidrofobik dan dapat terlarut
dalam kloroform.
Kemudian masukkan ke dalam corong pisah untuk di ekstraksi
dengan kloroform dan kocok-kocok sampai 30 menit (sampai larutan
antara kloroform dan sampel terpisah). Setelah terpisah ambil larutan
bagian bawahnya lewat kran bawah dan tampung dengan memakai gelas
beacker. Bagian bawah ini, berisikan kloroform yang mengandung
natrium benzoat. Kloroform memiliki berat jenis yang lebih tinggi daripada
air, sehingga kloroform terletek di bawah pada corong pisah. Lalu ambil
12,5ml larutan tersebut dan masukkan ke dalam cawan penguap.dan
panaskan hingga kloroform menguap dan hanya meninggalkan residu
(natrium benzoat).
Residu diencerkan dengan 5ml alkohol dan 5ml aquadest dan
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Tambahkan PP sebagai pewarna yang
akan dikeluarkan saat titrasi mencapai titik akhir titrasi (titik ekivalen)
dimana jumlah asam dan basa berada dalam jumlah yang sama.
Perubahan warna yang terjadi adalah dari tak berwarna menjadi merah
muda. PP yang digunakan sebanyak 3 tetes, phenolftalein ini dipilih
karena penggunaan pewarna ini akan menunjukkan hasil warna yang jelas
dan stabil pada kisaran pH 8-9,6. Sampel ini dititrasi dengan
menggunakan NaOH 0,05 N.
Reaksi yang terjadi pada titrasi alkalimetri ini adalah
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Reaksi yang terjadi pada netralisasi ini adalah reaksi yang bersifat
eksotermis, reaksi eksotermis adalah reaksi eksoterm adalah reaksi yang
disertai dengan perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan ( kalor
dibebaskan oleh sistem ke lingkungannya ); ditandai dengan adanya
kenaikan suhu lingkungan di sekitar sistem.ada yang bersifateksotermis
(the enthalpy of neutralization) seperti reaksi antara natrium hidroksida
dengan asam klorida.
Pada saat titrasi kami hanya melakukan 1 kali titrasi, karena waktu
kurang untuk mengerjakan duplo karena proses penyaringan sampel yang
terlalu lama yaitu 2 jam. Hasil yang didapatkan yaitu 1,008 mg /kg, dimana
hasil menunjukkan bahawa dalam sirup markisa mengandung natrium
benzoat yang diperbolehkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
722/Menkes/Per/IX/1998 maupun SNI 01-354-1994 yaitu 600mg/kg.
BAB V
KESIMPULAN
1. Sirup markisa yang dianalisa mengandung 1,008 mg /kg
2. Kadar natrium benzoat pada sirup markisa dapat dikatakan aman
karena tidak melebihi batas maksimum yaitu 600 mg/kg untuk
minuman ringan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1988. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang
Batas Penggunaan Bahan Tambahan Makanan. Jakarta: Department Kesehatan RI
Anonim. 1999. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1168/Menkes/per/X/1999 tentang
perubahan atas permenkes No 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan
Pangan. Jakarta: Department Kesehatan RI
Cahyadi, W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi
Aksara
Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: UI Press
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Winarno F.G. 1994. Bahan Tambahan Makanan dan Kontaminan. Jakarta: Penerbit
Pustaka Sinar Harapan
Day, R.A., Soedoro, R., dan Underood A.L., 1999, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi
V, diterjemahkan oleh A Laysius Handyana Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta, 461.
Deman, J.M., 1997, Kimia Makanan, Edisi II, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata, ITB, Bandung, 529.
Fatah, A.M., dan Mursyidi, A., 1978, Pengantar Kimia Farmasi Analitik Volumetri
dan Gravimetri , Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta, 34-38
Siaka, I.M.. 2009. Jurnal Kimia Analisis Bahan Pengawet Pada Saos Tomat yang
Beredar di Wilayah Kota Denpasar. Bukit Jambiran: Universitas Udayana
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS OBAT MAKANAN DAN
KOSMETIK
PENETAPAN NATRIUM BENZOAT
Disusun oleh :
Kelompok II-C
Sutar 1111102000077
Athirotin Halawiyah 1111102000075
Brasti Eka P 1111102000061
Rizza Permana S 1111102000082
Sry Wardiah 1111102000058
Fio Noviany 1111102000074
Erlin Febrianti 1111102000069
Rianisa Karunia D 1111102000064
FARMASI V-C
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014