Post on 16-Oct-2021
LAPORAN PENELITIANHIBAH KOMPETITIF PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL
TAHUN 2011
TEMA: KETAHANAN DAN KEAMANAN PANGAN
MODEL APLIKATIF PEMANFAATAN TANAMAN MURBEI SEBAGAI SUMBER PAKAN BERKUALITAS GUNA MENINGKATKAN
PENDAPATAN PETANI SERTA MENDUKUNG PRODUKSI TERNAK BERKELANJUTAN
OlehDr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si.
Ir. Rohmiyatul Islamiyati, M.Si.
Dibiayai olehDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional sesuai
dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasional Nomor: No.: 0541/023-04.1.01/00/2011,
Tanggal 20 Desember 2010
UNIVERSITAS HASANUDDINDESEMBER 2011
Tema: Ketahanan dan Keamanan Pangan
Bidang Ilmu Peternakan
LEMBAR PENGESAHANHIBAH KOMPETITIF PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL
1. Judul Penelitian : Model Aplikatif Pemanfaatan Tanaman Murbei sebagai Sumber Pakan Berkualitas Guna Meningkatkan Pendapatan Petani serta Mendukung Produksi Ternak Berkelanjutan
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si.
b. Jenis Kelamin (L/P) : Perempuan
c. NIP/NIK/ID lainnya : 19651112 199003 2 001
d. Jabatan Struktural : Pembina/Gol Iva
e. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
f. Perguruan Tinggi : Universitas Hasanuddin
g. Fakultas/Jurusan : Peternakan/Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak
h. Pusat Penelitian : Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin
i. Alamat : Fak. Peternakan UNHAS, Jl. P. Kemerdekaan KM 10 Tamalanrea, Makassar, 90245
j No. Telpon/Faks. : Telp. (0411) 587126/Faks. (0411) 587217
k. Alamat Rumah : Perumahan Dosen UNHAS Tamalanrea Blok N9, Makassar, 90245
l. No. Telpon/Faks : Telp. (0411) 585972
m E-mail : nanisyahrir@yahoo.co.id
3. Jangka Waktu Penelitian : 2 (dua) tahun
4. Usulan Tahun ke… : 2 (kedua)
5. Pembiayaan
a. Jumlah yang didanai Dikti tahun I
: Rp. 67.000.000,- (enam puluh tujuh juta rupiah)
b. Jumlah yang didanai Dikti tahun II
: Rp. 73.500.000,- (Tujuh puluh tiga juta lima ratus ribu rupiah)
Makassar, 10 Nopember 2011Mengetahui,Dekan Fak. Peternakan UNHAS Ketua Peneliti,
Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc. Dr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si.NIP.: 19520923 197903 1 002 NIP.: 19651112 199003 2 001
Mengetahui:Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Hafied Cangara, M.Sc.NIP.: 19520412 197603 1 007
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, atas segala
karunia-Nya sehingga rangkaian kegiatan penelitian dengan judul Model Aplikatif
Pemanfaatan Tanaman Murbei sebagai Sumber Pakan Berkualitas Guna
Meningkatkan Pendapatan Petani serta Mendukung Produksi Ternak Berkelanjutan
telah rampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih Rektor UNHAS, Ketua
LPPM UNHAS beserta staf, dan Dekan Fak. Peternakan UNHAS atas kesempatan
dan kerjasama yang terjalin sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian ini
dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh tim peneliti
atas kerjasamanya, sehingga pekerjaan yang sulit menjadi mudah diselesaikan. Tak
lupa ucapan terima kasih tak terhingga kepada para petani murbei di To’Cemba atas
peran pentingnya dalam menyukseskan penelitian ini.
Kepada pimpinan dan staf Badan DP2M Ditjen Dikti, penulis menghaturkan
terima kasih atas bantuan dana, sarana dan kerjasamanya. Semoga kerjasama ini
dapat terus ditingkatkan kualitasnya.
Hasil penelitian ini kiranya bermanfaat bagi masyarakat Indonesia dan dunia
ilmu pengetahuan.
Makassar, Nopember 2011
P E N U L I S
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii
RINGKASAN ........................................................................................ iii
SUMMARY ........................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................... .......... x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xii
PENDAHULUAN ................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................... 1
Tujuan Khusus ......................................................................... ... 2
Urgensi Penelitian....................................................................... 2
STUDI PUSTAKA DAN ROADMAP................................................... 5
Studi Pustaka ............................................................................. 5
Roadmap Penelitian ................................................................... 10
METODE PENELITIAN .............................................. ......................... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 16
Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian……………….……. 16Performa Beberapa Model Aplikatif Integrasi Tanaman Murbei-Ternak ……………………………….……. 17
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 24
LAMPIRAN .............. ........................................................................... 27
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Luas areal tanaman murbei (ha) di Indonesia............................. 7
2 Komposisi nutrien daun murbei ................................................ 8
3 Komposisi asam amino daun murbei.......................................... 8
4 Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Petani Murbei yang Menerapkan Model Aplikatif Mengintroduksi 2 Ekor Ternak Kambing Ke dalam Usaha Pemeliharaan 1 boks Ulat Sutra............................................................................................ 18
5 Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Petani Murbei yang Menggantikan Pemeliharaan Ulat Sutra dengan Pemeliharaan Sapi Potong............................... …………… 20
6 Pendapatan Petani Tanaman Murbei Model Aplikasi Pemanfaatan Tanaman Murbei sebagai Penghasil Tepung Daun untuk Bahan Baku Konsentrat ……………… 21
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Kebun murbei petani di Kab. Enrekang Sulsel......................... 6
2 Roadmap Penelitian Potensi Murbei Sebagai Sumber Pakan Berkualitas dan Model Aplikatif Penerapannya Guna Meningkatkan Pendapatan Petani serta Mendukung Produksi Ternak Berkelanjutan................................................................. 12
3 Bagan Kegiatan Penelitian........................................................ 13
1
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
Upaya menuju swasembada daging, khususnya daging merah (sapi, domba,
kambing) pada tahun 2014 harus ditindaklanjuti dengan mengoptimalkan nilai
guna seluruh sumberdaya lokal agar populasi dan produktivitas ternak meningkat
secara berkelanjutan. Pakan adalah salah satu sendi penting proses perbaikan
populasi dan produktivitas ternak. Kenyataannya, untuk mencukupi kebutuhan
pakan dalam negeri, beberapa bahan pakan strategis seperti bungkil kedelai, meat
bone meal serta tepung daun masih harus diimpor. Kondisi tersebut menjadi
penyebab ketidakmampuan peternak memenuhi kebutuhan pakan yang baik, yang
berdampak pada lemahnya daya saing ternak lokal, khususnya ternak sapi, domba
dan kambing.
Memanfaatkan bahan pakan lokal secara optimal merupakan pilihan
strategis dan bijak. Pilihan tersebut menberikan harapan yang baik untuk
meningkatkan kemandirian bangsa pada sektor peternakan. Tanaman murbei
sebagai sumberdaya lokal berpotensi menjadi bahan pakan yang berkualitas
karena potensi produksi, kandungan nutrien dan daya adaptasi tumbuhnya yang
baik. Potensi produksi daun murbei mencapai 19 ton BK/ha/tahun. Potensi
produksi tersebut lebih tinggi dibanding dengan leguminosa lain seperti gamal
(Gliricidia sepium) dengan potensi produksi sebesar 7 - 9 ton BK/ha/tahun (Horne
et al., 1994) dan lamtoro mini (Desmanthus virgatus) dengan potensi produksi
sebesar 7 - 8 ton BK/ha/tahun (Suyadi dkk. 1989).
Pemanfaatan tanaman murbei di Indonesia baru sebatas sebagai pakan ulat
sutra. Padahal, mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan dengan
mengintroduksi tanaman murbei sangat mungkin secara signifikan dapat
mengurangi ketergantungan impor pakan guna memenuhi kebutuhan pakan
ternak. Manajemen integrasi tanaman ternak yang baik dengan mengedepankan
manfaat/keuntungan bagi petani, akan sekaligus dapat mendukung peningkatan
produksi ternak secara berkelanjutan. Karena itu dibutuhkan kajian model sistem
pertanian terintegrasi, khususnya integrasi tanaman murbei dan ternak yang
aplikatif.
2
Penelitian STRANAS Tahap I (2010) yang telah dilaksanakan menghasilkan
informasi potensi produksi dan manajemen yang efektif ditingkat petani, yakni
aplikasi pupuk dan pepotongan tanaman murbei pada umur 2 bulan menjadi
alternatif manajemen yang optimal untuk mendapatkan produktivitas dan kualitas
terbaik dari tanaman murbei yang akan digunakan sebagai bahan pakan ternak.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah menghasilkan model pengelolaan
sistem tanaman murbei dan ternak yang terintegrasi, yang meningkatkan
pendapatan petani serta mendukung produksi ternak yang berkelanjutan.
Urgensi Penelitian
Target kecukupan daging sapi tahun 2014 harus ditindaklanjuti dengan
mengoptimalkan nilai guna seluruh sumberdaya lokal agar populasi dan
produktivitas sapi potong meningkat secara berkelanjutan. Pakan adalah salah
satu sendi penting proses perbaikan populasi dan produktivitas ternak, dan
pemanfaatan limbah pertanian serta bahan lokal yang terbaharukan secara optimal
sebagai bahan pakan adalah pilihan strategis dan bijak .
Berupaya meningkatkan fermentabilitas bahan pakan, khususnya pakan
berserat seperti limbah untuk ternak ruminansia harus terus dilakukan, antara lain
dengan menyediakan karbohidrat non struktural=readily available carbohydrate
(RAC) dan amoniak/nitrogen secara seimbang dan berkesinambungan dalam
sistem rumen. Mekanisme lepas lambat (slow release) urea adalah alternatif yang
efektif untuk memenuhi kebutuhan amoniak/nitrogen. Penyediaan RAC
umumnya dilakukan dengan pemberian konsentrat. Namun, konsentrat yang
tinggi dalam ransum dapat mengakibatkan dominasi bakteri homofermentatif
asam laktat dalam sistem rumen. Dominasi bakteri tersebut memicu akumulasi
asam laktat, sehingga keseimbangan mikroba rumen terganggu, bahkan
konsentrasi RAC yang ekstrim dalam sistem rumen dapat mengakibatkan
kematian (Stewart, 1991; Wiryawan and Brooker, 1996). Oleh karena itu,
penyediaan RAC yang berkesinambungan dalam sistem rumen dengan
mekanisme lepas lambat (slow release) RAC juga dibutuhkan.
3
Salah satu senyawa aktif yang dapat menjadi agen slow release RAC
adalah senyawa 1-deoxynojirimycin (DNJ). Senyawa ini mampu menghambat
proses hidrolisis oligosakarida menjadi monomer-monomernya (Breitmeier, 1997;
Arai et al., 1998), namun penghambatannya tidak komplit (Gross et al., 1981).
Senyawa aktif DNJ masuk ke sisi aktif enzim glukosidase (Romaniouk et al.
2004; Chapel et al., 2006), sehingga menghambat kinerja enzim untuk
menghidrolisis substrat. Karena itu, senyawa DNJ diduga dapat melepas RAC
secara perlahan dalam sistem rumen. Kemampuan ini akan menjaga
kesinambungan penyediaan RAC, sehingga mikroba-mikroba penghasil enzim
pencerna serat dapat berkembang optimal. Senyawa DNJ ditemukan terdapat pada
tanaman murbei sebanyak 0.24% (Oku et al., 2006). Oleh karena itu tanaman
murbei berpotensi menjadi agen slow release RAC dalam sistem rumen.
Selain kandungan senyawa aktif DNJ, tanaman murbei mempunyai
potensi sebagai bahan pakan yang berkualitas karena potensi produksi, kandungan
nutrien dan daya adaptasi tumbuhnya yang baik. Penelitian terhadap potensi dan
produksi dan kualitas daun murbei untuk kebutuhan penggunaan daun murbei
sebagai pakan ulat sutra menghasilkan informasi potensi produksi daun murbei
mencapai 19 ton BK/ha/tahun. Potensi produksi tersebut lebih tinggi dibanding
dengan leguminosa lain seperti gamal (Gliricidia sepium) dengan potensi
produksi sebesar 7 - 9 ton BK/ha/tahun (Horne et al., 1994) dan lamtoro mini
(Desmanthus virgatus) dengan potensi produksi sebesar 7 - 8 ton BK/ha/tahun
(Suyadi dkk. 1989).
Adaptasi tumbuh tanaman murbei relatif mudah. Tanaman ini dapat
tumbuh pada lokasi dengan variasi suhu, pH tanah dan ketinggian dari
permukaan laut yang sangat besar. Oleh karena itu tanaman ini mudah
dikembangkan, untuk kebutuhan lain, seperti sebagai sumber pakan ternak.
Tanaman murbei juga sangat baik digunakan untuk mencegah erosi.
Kandungan protein kasar daun murbei sebesar 20.4% (Machii et al.
2000), merupakan salah satu indikator kualitas daun murbei yang baik. Pada
daun murbei juga teridentifikasi adanya kandungan asam askorbat, karotene,
vitamin B1, asam folat, pro vitamin D, mineral Mg, P, K, Ca, Al, Fe dan Si.
4
Uraian di atas menguak potensi tanaman murbei sebagai sumber bahan
pakan, mensubstitusi konsentrat, khususnya untuk ternak ruminansia. Selanjutnya
tanaman murbei dapat diintroduksi dalam sistem integrasi tanaman-ternak.
Informasi potensi produksi dan kualitas daun murbei untuk kebutuhan
pemanfaatan daun murbei sebagai pakan ternak belum banyak dilaporkan. Untuk
itu diperlukan penelitian manajemen tanaman murbei yang efektif dan aplikatif,
mendukung pemanfaatan daun murbei sebagai bahan pakan.
Integrasi tanaman murbei dan ternak dapat optimal bila diterapkan
manajemen yang aplikatif, yakni mengedepankan keuntungan bagi petani,
sehingga dapat sustainable. Pakan yang tersedia dengan baik dan menguntungkan
petani dapat mendukung produksi ternak yang berkelanjutan. Penelitian
STRANAS Tahap I (2010) yang telah dilaksanakan menghasilkan informasi
potensi produksi dan manajemen yang efektif ditingkat petani, yakni aplikasi
pupuk dan pepotongan tanaman murbei pada umur 2 bulan menjadi alternatif
manajemen yang optimal untuk mendapatkan produktivitas dan kualitas terbaik
dari tanaman murbei yang akan digunakan sebagai bahan pakan ternak. Namun,
sebelum hasil penelitian diaplikasikan, masih sangat diperlukan kajian model
pengelolaan yang aplikatif menguntungkan petani, dan pada akhirnya akan
mendukung produksi ternak yang berkelanjutan.
5
BAB IISTUDI PUSTAKA DAN ROADMAP
Studi Pustaka
Informasi potensi produksi tanaman murbei telah banyak dilaporkan,
namun informasi tersebut terkait dengan kebutuhan daun murbei sebagai pakan
ulat sutra. Penelitian pemanfaatan murbei sebagai pakan ternak baru dijumpai
sebagian kecil di India, Jepang dan Korea. Percobaan pemanfaatan daun murbei
sebagai pengganti konsentrat unggas di Jepang telah dilaporkan oleh Machii et al.
(2002), sedangkan untuk bahan pakan ternak ruminansia, penelitian telah
dilakukan antara lain oleh Singh & Makkar (2002), yang melakukan pengujian
secara in vitro. Sanchez (2002) melaporkan bahwa di Indonesia, tanaman murbei
baru digunakan sebagai pakan ulat sutra, sedangkan penelitian atau pemanfaatan
daun murbei sebagai pakan ternak belum dijumpai. Kondisi yang berbeda terjadi
di negara-negara bagian Amerika yang telah menggunakan daun murbei sebagai
bahan pakan ternak.
Tanaman murbei mempunyai potensi sebagai bahan pakan yang
berkualitas karena potensi produksi, kandungan nutrien dan daya adaptasi
tumbuhnya yang baik (Singh & Makkar 2002). Produksi daun murbei sangat
bervariasi, tergantung pada varietas, lahan, ketersediaan air dan pemupukan.
Martin et al. (2002) melaporkan produksi biomassa murbei mencapai 25 ton
BK/ha/thn dan produksi daun sebesar 16 ton BK/ha/thn, sedangkan Boschini
(2002) melaporkan produksi daun sebesar 19 ton BK/ha/tahun. Potensi produksi
tersebut lebih tinggi dibanding dengan leguminosa lain seperti gamal (Gliricidia
sepium) dengan potensi produksi sebesar 7-9 ton BK/ha/tahun (Horne et al. 1995)
dan lamtoro mini (Desmanthus virgatus) dengan potensi produksi sebesar 7-8 ton
BK/ha/tahun (Suyadi et al. 1989).
Tanaman murbei sangat cocok ditanam pada lahan terbuka karena
membutuhkan banyak cahaya untuk dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi (Atmosoedarjo et al. 2000). Tanaman murbei dapat tumbuh di
daerah temperit sampai ke daerah tropik yang kering. Tanaman ini toleran
tumbuh pada suhu lingkungan 5.9 sampai 27.5o C dan pH tanah dari 4.9 sampai
8.0. Di India dilaporkan bahwa tanaman murbei dapat tumbuh pada daerah pantai
6
sampai daerah dengan ketinggian 3.300 m dpl. Gambar 1 adalah salah satu areal
tanaman murbei yang dimiliki petani ulat sutra.
Gambar 1. Kebun murbei petani di Kab. Enrekang Sulsel.
Sebagian besar wilayah Indonesia belum tertanam tanaman murbei.
Tabel 1 tersaji data luas areal tanaman murbei disetiap propinsi di Indonesia.
Sampai tahun 2004, areal tanaman murbei di Indonesia baru seluas ±10.000 ha,
jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara lain, yang dapat diartikan bahwa
Indonesia masih mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk mengembangkan
tanaman murbei. misalnya Jepang seluas 14.884 ha (Machii et al. 2002), Brasil
seluas 37.745 ha (Almeida & Fonseca 2002), Thailand seluas 35.000 ha, bahkan
India dan Cina masing-masing mencapai 280.000 dan 626.000 ha (Sanchez 2002).
Potensi produksi, kualitas dan daya adaptasi yang baik dari tanaman murbei
menjadikan tanaman murbei berpotensi untuk dikembangkan dan disebarluaskan,
tidak hanya sebagai pakan ulat sutra tetapi juga untuk kebutuhan lain, misalnya
sebagai pakan ternak. Penanaman murbei dilahan-lahan yang baru dibuka dapat
memenuhi sebagian kebutuhan pakan lokal sehingga menjadi alternatif
pengurangan import pakan ternak.
Kandungan nutrien daun murbei meliputi 22-23% PK, 8-10% total gula,
12-18% mineral, 35% ADF, 45.6% NDF, 10-40% hemiselulosa, 21.8% selulosa
(Datta et al. 2002) . Kandungan nutrien daun beberapa varietas murbei disajikan
pada Tabel 2. Kualitas daun murbei yang tinggi juga ditandai oleh kandungan
asam aminonya yang lengkap. Tabel 3 disajikan komposisi asam amino daun
murbei yang dianalisis dari 119 varietas murbei (Machii et al. 2002). Pada daun
7
murbei juga teridentifikasi adanya asam askorbat, karotene, vitamin B1, asam
folat dan pro vitamin D (Singh 2002).
Tabel 1 Luas areal tanaman murbei (ha) di Indonesia No. Propinsi 2000 2001 2002 2003 2004**
1. Nangroe Aceh Darusalam - - - - -
2. Sumatera Utara 140.0 140.0 140.0 140.0 140.0
3. Riau - - - - -
4. Sumatera Barat 868.0 868.0 868.0 868.0 3.5
5. Jambi - - - - -
6. Bengkulu - - - - -
7. Sumatera Selatan - - - - -
8. Bangka Belitung - - - - -
9. Lampung - - - - -
10. Jawa Barat 2 029.0 2 992.0 2 992.0 2 992.0 2 992.0
11. Banten - - - - -
12. Jawa Tengah 584.0 941.3 941.3 941.3 941.3
13. D. I. Yogyakarta 584.0 313.6 483.5 496.2 496.2
14. Jawa Timur 530.0 540.0 540.0 540.0 540.0
15. Kalimantan Barat - - - - -
16. Kalimantan Selatan - - - - -
17. Kalimantan Timur - - - - -
18. Kalimantan Tengah - - - - -
19. Sulawesi Utara - - - - -
20. Gorontalo - - - - -
21. Sulawesi Tengah 122.0 122.0 122.0 122.0 122.0
22. Sulawesi Selatan 5 270.0 6 588.2 6 037.7 4 216.3 4 184.5
23. Sulawesi Tenggara - - - - -
24. Bali - 25.0 25.0 25.0 25.0
25. Nusa Tenggara Barat - - - - -
26. Nusa Tenggara Timur - 20.0 20.0 20.0 20.0
27. Maluku - - - - -
28. Maluku Utara - - - - -
29. Papua - - - - -
30. Irian Jaya Barat - - - - -
31. DKI Jakarta - - - - -
Jumlah/Total 10 127.0 12 581.5 12 198.4 10 338.7 9 492.5
Sumber: Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan SosialKeterangan: (-)= Tidak Ada Kegiatan; **)= Angka Berdasarkan Laporan s/d Juli 2005
8
Tabel 2 Komposisi nutrien daun murbei
KomposisiNutrien
Varietas Murbei
MorusAlba
MorusNigra
Morusmulticaulis
Moruscathayana
MorusAustralis
Air (%) 84.28 83.17 77.11 79.55 83.89
Protein Kasar (%) 20.15 20.06 15.51 18.53 19.44
Serat Kasar (%) 13.27 16.19 12.55 12.89 12.82
Lemak Kasar (%) 3.62 3.63 3.64 3.69 4.10
Abu (%) 10.58 10.77 10.97 14.84 10.63
Sumber : Samsijah (1992)
Tabel 3 Komposisi asam amino daun murbei
Asam Amino
Kandungan (mg/g BK)
% Asam Amino STD CV
Asp 20.49 10.0 3.63 17.72
Thr 10.52 5.2 1.75 16.63
Ser 10.12 5.0 1.60 15.79
Glu 23.23 11.3 3.96 17.03
Pro 10.93 5.4 3.73 34.10
Gly 12.02 5.9 1.95 16.22
Ala 15.75 7.7 2.90 18.44
Val 12.83 6.3 2.17 16.92
Cys 1.17 0.6 0.25 21.72
Met 2.99 1.5 0.61 20.48
Ileu 10.04 4.9 1.88 18.68
Leu 19.45 9.5 3.10 15.93
Tyear 7.40 3.6 1.39 18.74
Phe 12.26 6.0 2.06 16.78
GABA 2.6 1.1 0.69 30.70
NH3 2.89 1.4 0.54 18.70
Lys 12.33 6.0 2.58 20.91
His 4.61 2.3 0.82 17.78
Arg 12.96 6.3 2.72 20.95
Total 204.25 100.0
N (%) 4.36 0.42 9.63
Sumber: Machii et al. (2002)
9
Komposisi nutrien yang lengkap serta produksi daun yang tinggi,
menjadikan tanaman murbei potensial dijadikan bahan pakan ternak,
menggantikan konsentrat khususnya untuk ternak ruminansia (Doran et al. 2006).
Selain kandungan nutriennya yang lengkap, tanaman murbei juga mengandung
senyawa aktif 1-deoxynojirimycin (DNJ) yang berpotensi menjadi agen slow
release RAC.
Senyawa DNJ ditemukan terdapat pada tanaman murbei sebanyak 0.24%
(Oku et al., 2006). Senyawa ini mampu menghambat proses hidrolisis
oligosakarida menjadi monomer-monomernya (Breitmeier, 1997; Arai et al.,
1998), namun penghambatannya tidak komplit (Gross et al., 1981). Senyawa
DNJ masuk ke sisi aktif enzim glukosidase (Romaniouk et al. 2004; Chapel et al.,
2006), sehingga menghambat kinerja enzim untuk menghidrolisis substrat.
Karena itu, senyawa DNJ diduga dapat melepas RAC secara perlahan. Khusus
pada ternak ruminansia, mekanisme slow release RAC dalam sistem rumen akan
menjaga kesinambungan penyediaan RAC, sehingga mikroba-mikroba penghasil
enzim pencerna karbohidrat struktural dapat berkembang optimal.
Selain dapat menyediakan RAC secara berkesinambungan, mekanisme
lepas lambat RAC dalam sistem rumen juga akan meningkatkan efisiensi energi
pakan. Harmon (2006) menyatakan bahwa perubahan lokasi pencernaan
karbohidrat non struktural dalam saluran pencernaan ternak ruminansia
mempengaruhi efisiensi energi pakan; Efisiensi energi pakan ruminansia akan
meningkat bila lebih dari 75% karbohidrat non struktural dicerna di usus halus.
Hal senada diungkapkan oleh Nagaraja et al. (1997) bahwa pencernaan
karbohidrat di usus halus akan meningkatkan efisiensi sumber energi sebesar
42%.
Penelitian untuk menguji daya hidrolisis beberapa jenis karbohidrat dalam
sistem rumen oleh senyawa DNJ diperoleh informasi bahwa masing-masing
karbohidrat mempunyai pola hidrolisis yang berbeda dalam rumen. Penambahan
ekstrak daun murbei yang mengandung senyawa 1-deoxynojirimycin berdampak
pada perbaikan kondisi sistem rumen, khususnya pada penggunaan sumber
karbohidrat yang mudah terhidrolisis (Syahrir, dkka. 2009). Pengujian terhadap
daya substitusi konsentrat dengan daun murbei dalam ransum dengan sumber
10
serat pakan berupa jerami padi juga telah dilakukan. Penelitian tersebut
menghasilkan informasi bahwa tingkat substitusi optimum daun murbei terhadap
konsentrat sebesar 50%. Penggunaan daun murbei menggantikan konsentrat
dalam ransum yang mengandung jerami padi sebesar 50% efektif meningkatkan
biofermentasi dalam rumen (Syahrir, dkkb. 2009).
Roadmap Penelitian
Terkait dengan rencana kegiatan penelitian ini, beberapa kegiatan penelitian
yang telah dilaksanakan meliputi:
1. Kajian potensi senyawa DNJ murbei untuk menjadi agen lepas lambat
(slow release) karbohidrat non struktural (RAC) dalam system rumen
(penelitian KKP3T Litbang Pertanian, 2007).
2. Kajian asupan senyawa DNJ murbei dari system rumen ke system pasca
rumen (penelitian KKP3T Litbang Pertanian, 2008).
3. Uji substitusi konsentrat komplit dengan murbei dalam pakan dengan
jerami padi sebagai sumber serat (penelitian KKP3T Litbang Pertanian,
2008).
4. Optimalisasi potensi daun murbei sebagai pengganti konsentrat Guna
mendukung peningkatan produktivitas ternak (program hibah kompetitif
penelitian sesuai prioritas batch I, 2009).
5. Produktivitas dan Kualitas Murbei di Lahan Subur dengan Aplikasi
Pemupukan dan Umur Pemotongan yang Berbeda (Program Penelitian
STRATEGIS NASIONAL, 2010)
Informasi penting yang telah diperoleh dari penelitian di atas antara lain:
1. Senyawa DNJ dapat menjadi agen lepas lambat RAC dalam system
rumen, namun penghambatannya spesifik terhadap jenis karbohidrat
tertentu (Syahrir, dkk., 2009a)
2. Fermentasi dalam system rumen mengurangi efek negatif senyawa DNJ
dalam system pasca rumen (Syahrir, dkk., 2009b)
3. Daun murbei dapat secara optimum mensubstitusi konsentrat komplit sapi
potong sebesar 50% (Syahrir, Wiryawan dan Sari, 2009ab)
11
4. Kombinasi daun murbei dengan bahan yang berbeda menjadi konsentrat
menghasilkan respon produksi ternak yang berbeda pula (Kartiarso, dkk,
2009).
5. Potensi produksi dan manajemen yang efektif ditingkat petani, yakni
aplikasi pupuk dan pepotongan tanaman murbei pada umur 2 bulan
menjadi alternatif manajemen yang optimal untuk mendapatkan
produktivitas dan kualitas terbaik dari tanaman murbei yang akan
digunakan sebagai bahan pakan ternak (S. Syahrir dan R. Islamiyati,...
sedang dalam proses penerbitan).
Setelah menghasilkan informasi potensi kualitas daun murbei yang
sangat baik untuk menjadi bahan pakan, khususnya sebagai pengganti
konsentrat pakan serta manajemen kebun murbei petani yang optimal untuk
mendapatkan produktivitas dan kualitas terbaik dari tanaman murbei yang
akan digunakan sebagai bahan pakan ternak, maka selanjutnya dibutuhkan
penelitian ditingkat petani yang mengkaji model pengelolaan yang aplikatif
dan menguntungkan petani serta mendukung produksi ternak berkelanjutan.
Karena itu roadmap penelitian ini digambarkan seperti pada Gambar 2.
12
- DNJ (?) + DNJ (?)
Gambar 2. Roadmap Penelitian Potensi Murbei Sebagai Sumber Pakan Berkualitas dan Model Aplikatif Penerapannya Guna Meningkatkan Pendapatan Petani serta Mendukung Produksi Ternak Berkelanjutan
Limbah Pertanian
I.2: Uji Efektivitas daun murbei dan
EDM dalam Sistem Rumen
I.1:Uji enzim & daya Lepas Lambat
Karbohidrat dalam Sistem Rumen
II.2: Uji substitusi konsentrat dengan murbei dalam pakan komplit yang dikombinasikan dengan jerami padi
Murbei
Penelitian Tahap I
Penelitian Tahap II
Keluaran I Pakan sapi potong yang berkualitas dengan mengganti konsentrat dengan daun murbei
I.3: Kajian asupan EDM dari sistem rumen ke sistem
pasca rumen
Penelitian Pendahuluan
Analisis senyawa Fitokimia
Analisis nutrien
Sudah
dilaksanakan
Penelitian Tahap I
(Tahun I)
Akan
dilaksanakan
Keluaran Model Aplikatif Pemanfaatan Tanaman Murbei sebagai Sumber Pakan Berkualitas Guna Meningkatkan Pendapatan Petani serta Mendukung Produksi Ternak Berkelanjutan
Penelitian Tahap II
(Tahun II)
Kajian model pengelolaan sistem tanaman murbei dan ternak yang terintegrasi, yang meningkatkan pendapatan petani serta mendukung produksi ternak yang berkelanjutan.
Kajian kualitas dan potensi produksi daun murbei yang ditanam petani pada daerah dengan lingkungan dan interfal defoliasi yang berbeda
13
BAB IIIMETODE PENELITIAN
Bagan penelitian untuk mengkaji model aplikatif pemanfaatan tanaman
murbei sebagai sumber pakan berkualitas guna meningkatkan pendapatan petani
serta mendukung produksi ternak berkelanjutan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Bagan Kegiatan Penelitian
Penelitian Tahap I
(Tahun I)
Keluaran
Penelitian Tahap II
(Tahun II)
Kajian model pengelolaan sistem tanaman murbei dan ternak yang terintegrasi, yang meningkatkan pendapatan petani serta mendukung produksi ternak yang berkelanjutan.
Kajian kualitas dan potensi produksi daun murbei yang ditanam petani pada daerah dengan lingkungan dan interfal defoliasi yang berbeda
Model Aplikatif Pemanfaatan Tanaman Murbei sebagai Sumber Pakan Berkualitas Guna Meningkatkan Pendapatan Petani serta Mendukung Produksi Ternak Berkelanjutan
Tahapan Penelitian
Kegiatan Penelitian Indikator capaian
Informasi potensi produksi dan kualitas daun murbei yang ditanam petani pada daerah dengan lingkungan dan interval defoliasi yang tepat.
informasi model integrasi sistem tanaman murbei dan ternak, yang meningkatkan pendapatan petani serta mendukung produksi ternak berkelanjutan (Model I, II atau III)
14
KEGIATAN PENELITIAN
Luaran
Penelitian tahun II akan menghasilkan luaran berupa informasi model
pengelolaan sistem tanaman murbei dan ternak yang terintegrasi, yang
meningkatkan pendapatan petani serta mendukung produksi ternak yang
berkelanjutan.
Materi dan Metode
Penelitian menggunakan lahan berupa 3 petak kebun tanaman murbei
petani di Kab. Enrekang, dengan masing-masing petak berukuran + 3000 m2
(setara dengan luas kebun murbei yang dibutuhkan untuk memelihara 3 box ulat
sutra).
Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok,
sehingga setiap petak kebun murbei akan mendapatkan perlakuan berupa model
integrasi tanaman murbei ternak. Model Integrasi sebagai perlakuan adalah
sebagai berikut:
Perlakuan I (Model I)
: Mengintroduksi 2 ekor ternak kambing kedalam usaha
pemeliharaan 1 box ulat sutra sehingga ternak dapat
memanfaatkan daun murbei yang tidak dikonsumsi oleh ulat.
Perlakuan II (Model II)
: Mengganti pemeliharaan ulat sutra dengan 2 ekor sapi potong
yang akan digemukkan. Pada model II ini, petani
membandingkan pendapatan dari usaha pemeliharaan ulat
sutra dengan penggemukan sapi potong, sehingga sebagian
dari tanaman murbei petani akan di berikan pada sapi potong.
Perlakuan III (Model III)
: Petani menghasilkan daun murbei untuk dijual sebagai bahan
konsentrat. Harga jual daun murbei akan disesuaikan dengan
harga tepung daun dipasaran.
15
Pelaksanaan penelitian dilapangan ditargetkan selama 6 bulan (dua periode
pemelihaaan ulat sutra sampai menjadi kokon dan satu periode penggemukan sapi
potong).
Seluruh biaya pemeliharaan ulat sutra dan pakan tambahan (selain daun
murbei) yang digunakan pada model I dan model II dihitung sebagai biaya input
produksi. Demikian pula hasil penjualan kokon dan ternak pada model I dan II
dihitung sebagai pendapatan.
Peubah utama yang diukur adalah: produktivitas ternak, biaya input
produksi dan total pendapatan setiap model aplikatif. Data yang dihasilkan akan
disajikan secara deskriptif.
16
BAB IVHASIL DANPEMBAHASAN
Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian
Rangkaian kegiatan penelitian yang telah dilakukan terdiri atas penentuan
lokasi lahan murbei petani sebagai lokasi penelitan. Sebelum kegiatan tersebut
dilakukan, terlebih dahulu dilakukan kegiatan pelengkap administratif yakni
berupa penyampaian secara langsung kegiatan penelitian kepada instansi terkait,
yakni Kelurahan setempat dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Enrekang.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan melakukan negosiasi final
langsung dengan petani murbei. Kegiatan ini merupakan pemantapan penentuan
lokasi, karena sebelum kegiatan ini dilaksanakan, telah dilakukan pendekatan
kepada petani dengan memberikan gambaran rencana kegiatan penelitian. Pada
kesempatan tersebut, telah disepakati masing-masing 3 kebun murbei petani
dengan kondisi lahan yang berbeda untuk digunakan sebagai lokasi penelitian.
Setelah lokasi/lahan murbei siap digunakan, dilakukan defoliasi awal guna
mendapatkan kondisi kebun murei yang seragam. Agar defoliasi selanjutnya
dapat dilakukan dengan tepat dan penanganan hasil panen dapat dilakukan dengan
baik, maka setiap hari hanya dilakukan defoliasi pada 1 (satu) petak lahan kebun
murbei. Pemupukan diaplikasikan pada lahan masing-masing setelah 14 hari
dilakukan defoliasi awal.
Selama pelaksanaan penelitian ini terjadi dua musim yang sangat berbeda
yakni musim kemarau, dimulai dari bulan Juni sampai bulan September, dan
musim hujan di mulai di awal Oktober sampai akhir penelitian (Awal Nopember).
Musim tersebut sangat mempengaruhi produktivitas tanaman murbei dan
kegiatan pemeliharaan ulat sutra. Pada saat musim kemarau produksi biomassa
tanaman murbei berkurang, bahkan beberapa tempat daun murbei di serang hama,
sehingga tidak dapat dijadikan pakan ulat sutra.
17
Performa Beberapa Model Aplikatif Tanaman Murbei-Ternak
Penelitian telah dilakukan sesuai dengan waktu yang di rencanakan.
Ketiga model aplikatif yang diterapkan menghasilkan keunikan model, sehingga
ketiganya dapat menjadi model yang dapat diaplikasikan. Pemilihan model yang
diaplikasikan oleh petani akan sangat dipengaruhi oleh modal petani untuk
mendapatkan sapi atau induk kambing serta musim dan kondisi tanaman murbei.
Masing-masing model aplikatif yang dihasilkan diuraikan di bawah ini.
A. Model P1: Mengintroduksi 2 Ekor Ternak Kambing Kedalam UsahaPemeliharaan 1 Box Ulat Sutra
Model aplikatif integrasi usaha pemeliharaan ulat sutra dengan ternak
kambing (P1) ditujukan untuk memaksimumkan pemanfaatan tanaman
murbei. Pada model integrasi ini, petani memelihara ulat sutra dengan
menyediakan tanaman murbei seluas +1000 m2.
Sebagian tanaman murbei tidak termanfaatkan pada saat pemeliharaan
ulat sutra, karena petani selalu menyediakan luasan tanaman murbei melebihi
jumlah kebutuhan, mengantisipasi kondisi tanaman murbei yang kurang
efektif. Sisa daun murbei yang sudah diberikan sebagai pakan ulat sutra tetapi
tidak dimakan seluruhnya juga selalu tersedia. Introduksi ternak kambing
pada petani ulat sutra dapat mengotimalkan pemanfaatan anaman murbei,
sehingga pendapatan petani bertambah.
Selama 5 (lima) bulan kegiatan uaha tani tanaman murbei, tambahan
penghasilan petani dengan mengintroduksi kambing sebanyak 2 ekor rata-rata
sebesar Rp. 633.000,-. Tambahan pendapatan tersebut hampir sama dengan
pendapatan utama dari pemeliharaan ulat sutra sebesar Rp. 643.667 (Tabel 4).
Keuntungan lain dengan introduksi 2 ekor ternak kambing kedalam usaha
pemeliharaan ulat sutra adalah tersedianya pupuk kompos dari feses kambing
yang sangat membantu mengurangi biaya produksi tanaman murbei.
18
Tabel 4. Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Petani Murbei yang Menerapkan Model Aplikatif Mengintroduksi 2 Ekor Ternak Kambing Kedalam Usaha Pemeliharaan 1 Box Ulat Sutra
NO URAIAN ASRI DIDA MAJIDRATAAN
(Rp)
A . Penghasilan utama dari usaha ulat sutra
Biaya Produksi
- Pemeliharaan I (Rp) 128,000 128,000 128,000 128,000
- Pemeliharaan II (Rp) 183,000 183,000 183,000 183,000
Total Biaya (Rp) 311,000 311,000 311,000 311,000
Penerimaan (Rp) 960,000 944,000 960,000 954,667
Pendapatan (Rp) 649,000 633,000 649,000 643,667
B. Penghasilan Tambahan Dari Introduksi Kambing
Biaya Produksi
- Harga Kambing (Rp) 1,675,000 1,725,000 1,600,000 1,666,667
- Vaksinasi Dan Obat (Rp) 100,000 100,000 100,000 100,000
Total Biaya (Rp) 1,775,000 1,825,000 1,700,000 1,766,667
Penerimaan (Rp) 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Pendapatan (Rp) 625,000 575,000 700,000 633,333
TOTAL PENDAPATAN (Rp) 1,274,000 1,208,000 1,349,000 1,277,000
Introduksi 2 ekor ternak kambing kedalam usaha pemeliharaan 1 box
ulat sutra menjadi alternatif model yang dapat diaplikasikan oleh petani mubei
jika lahan tanaman murbei yang tersedia terbatas hanya untuk menyediakan
pakan bagi ulat sutra yang diperihara.
19
B. Model P2: Mengganti Pemeliharaan Sebagian Ulat Sutra dengan 2 Ekor Sapi Potong Yang Akan Digemukkan.
Model aplikatif penggantian pemeliharaan ulat sutra dengan 2 ekor
sapi potong yang digemukkan (P2) dilakukan oleh petani yang mempunyai
lahan tanaman murbei untuk 2 boks ulat sutra. Pada saat mengaplikasikan
model ini, petani hanya memelihara 1 boks ulat sutra, sehingga sebagian
tanaman murbeinya diberikan sebagai pakan sapi potong yang digemukkan.
Secara deskriptif dapat dilihat data pada Tabel 5, bahwa dalam kurun
waktu penelitian (5 bulan), rataan pendapatan petani dari usaha pemeliharaan
ulat sutra hanya sebesar Rp. 577.000,-. Dari lahan tanaman murbei yang
berdampingan, diperoleh rataan pendapatan petani sebesar Rp. 1.833.000,- jika
tanaman murbeinya digunakan untuk pakan sapi potong yang digemukkan.
Pendapatan petani dari pemeliharaan sapi potong lebih baik lagi jika biaya
pengadaan rumput untuk pakan sapi potong yang dihitung sebagai biaya
pemeliharaan sebesar + Rp. 950.000,-/petani, juga dimasukkan sebagai
pendapatan petani. Selain pendapatan petani dari selisih harga beli dan harga
jual sapi yang digemukkan, petani juga dapat memperoleh keuntungan dari
produksi feses ternak sapi. Feses yang dihasilkan seekor sapi sekitar 3 kg
BK/hr, sehingga setiap petani dapat memperoleh keuntungan lebih dari
produksi feses sebanyak 6 kgBK/hr. Hasil feses ini dapat menggantikan
sebagian besar biaya pupuk untu tanaman murbei.
Model aplikatif penggantian pemeliharaan ulat sutra dengan 2 ekor
sapi potong (P2) sangat efektif meningkatkan pendapatan petani tanaman
murbei. Hanya saja dibutuhkan modal awal petani untuk mendapatkan sapi
bakalan yang siap untuk digemukkan.
20
Tabel 5. Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Petani Murbei yang Menggantikan Pemeliharaan Ulat Sutra dengan Pemeliharaan Sapi Potong
NO URAIAN SUKRI HUSAIN WAWAN RATAAN (Rp)
A. USAHA ULAT SUTRA
Biaya:
- Pemeliharaan I (Rp) 473,000 128,000 573,000 391,333
- Pemeliharaan II (Rp) 573,000 183,000 403,000 386,333
Total Biaya (Rp) 1,046,000 311,000 976,000 777,667
Penerimaan:
- Pemeliharaan I (Rp) 800,000 512,000 768,000 693,333
- Pemeliharaan II (Rp) 768,000 448,000 768,000 661,333
Total Penerimaan (Rp) 1,568,000 960,000 1,536,000 1,354,667
TOTAL PENDAPATAN (Rp) 522,000 649,000 560,000 577,000
B. PENGGEMUKAN SAPI
Biaya:
- Harga Beli Sapi (Rp) 9,200,000 9,000,000 9,000,000 9,066,667
- Rumput (Rp) 1,050,000 900,000 900,000 950,000
- Vaksinasi Dan Obat (Rp) 100,000 100,000 100,000 100,000
Total Biaya (Rp) 10,350,000 10,000,000 10,000,000 10,116,667
Penerimaan:
- Sapi I (Rp) 6,000,000 6,000,000 5,500,000 5,833,333
- Sapi II (Rp) 6,500,000 6,000,000 6,000,000 6,166,667
Total Penerimaan (Rp) 12,500,000 12,000,000 11,500,000 12,000,000
TOTAL PENDAPATAN (Rp) 2,150,000 2,000,000 1,500,000 1,833,333
21
C. Model P3: Petani Menghasilkan Daun Murbei untuk Dijual sebagai Bahan Konsentrat
Aplikasi model P3 yakni petani tanaman murbei menghasilkan bahan baku
berupa biomassa tanaman murbei yang dijual untuk menjadi bahan pakan
konsentrat juga merupakan salah satu alternatif yang layak dlakukan. Pada kurun
waktu 5 bulan pelaksanan penelitian, pendapatan petani dari hasil penjualan daun
murbei kering yang biasanya digunakan untuk pakan 1 boks ulat sutra sebesar
Rp.1.119.000,- (Tabel 6). Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
pendapatan petani yang hanya memelihara ulat sutra yakni sebesar Rp. 643.667,-,
namun sedikit lebih kecil dbandingkan dengan pendapatan petani murbei yang
memelihara ulat sutra dan mengintroduksi kambing sebanyak 2 ekor yakni sebesar
Rp. 1.277.00,- (Tabel 4).
Tabel 6. Pendapatan Petani Tanaman Murbei Model Aplikasi Pemanfaatan Tanaman Murbei sebagai Penghasil Tepung Daun untuk Bahan Baku Konsentrat
No Uraian Ismail Sahrun Iskandar Rataan
1. Panen I Produksi Bahan Segar (kg) 532 526 521 526
Produksi Bahan Kering (kg) 138 155 153 149
Pendapatan* (Rp). *Harga/kg BK =Rp. 3.000 414,000 465,000 459,000 446,000
2. Panen II Produksi Bahan Segar (kg) 1,040 890 988 973
Produksi Bahan Kering (kg) 232 209 232 224
Pendapatan* (Rp). *Harga/kg BK =Rp. 3.000
696,000 627,000 696,000 673,000
TOTAL PRODUKSI
- Murbei Segar (kg) 1,572 1,416 1,509 1,499
- Murbei Kering (kg) 370 364 385 373
TOTAL PENDAPATAN (Rp) 1,110,000 1,092,000 1,155,000 1,119,000
22
Aplikasi model P3 efektif dilakukan bagi petani yang menghadapi masalah
khusus, sehingga tidak sempat memelihara ulat sutra pada kurun waktu tertentu.
Selama ini kondisi petani tanaman murbei dilapangan pada saat tidak dapat
emelihara ulat sutra karena kendala tertentu, tanaman murbeinya dibiarkan
tumbuh dan baru dipangkas pada saat petani sudah siap untuk memelihara ulat
sutra. Hasil pangkasan tanaman murbei biasanya hanya dibiarkan melapuk tanpa
ada nilai pendapatan.
Kendala aplikasi model P3 adalah pengeringa daunmurbe padasaa musim
hujan. Karena itu perludilakukan antisipasi mode yang diaplikasikan oleh petani
dengan mengamati kondisi lingkungan dan musim yang terjadi.
23
BAB V
KESIMPULAN
Model-model integrasi tanaman murbei-ternak memiliki kekhasan-
masing-masing untuk diaplikasikan. Karena itu hasil penelitian dengan penerapan
3 model aplikatif diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendapatan petani tertinggi diperoleh jika seluruh tanaman murbei digunakan
sebagai bahan pakan sapi potong yang digemukkan (Model P2).
2 Pendapatan petani yang memelihara ulat sutra akan meningkat jika
menerapkan model P1, yakni mengintroduksi ternak kambing sebanyak 2
ekor induk untuk setiap boks ulat sutra yang dipelihara.
3. Petani tanaman murbei yang menghadapi masalah khusus pada waktu-waktu
tertentu dapat memanen tanaman murbeinya dan dikeringkan, sehingga dapat
dijual untuk bahan tepung daun konsentrat (Model P3).
4. Pemilihan model aplikatif yang akan diterapkan petani sangat ditentukan oleh
kemampuan mengadakan sapi atau kambing yang akan dipelihara
untukmendukung model integrasi tanaman murbei-ternak serta
memperhatikan perkiraan musim hujan atau kemarau.
24
DAFTAR PUSTAKA
Almeida JE and Fonseca TC. 2002. Mulberry germplasm and cultivation in Brazil. Di dalam: Sanchez MD, editor. Mulberry for Animal Production.Proceedings of an electronic conference carried out, May and August 2000. Roma: FAO Animal Production and Health Paper 147. hlm 73 -96
Arai M et al. 1998. N-Methyl-1-deoxynojirimycin (MOR-14), an α-glucosidase inhibitor, markedly reduced infarct size in rabbit hearts. A Heart Assoc97:1290-1297
Atmosoedarjo S et al. 2000. Sutra Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Sarana Jaya
Baldwin RL, Allison MJ. 1983. Rumen Metabolism. J Anim Sci 57:461 Boschini CF. 2002. Nutritional quality of mulberry cultivation for ruminant
feeding. Di dalam: Sanchez MD, editor. Mulberry for Animal Production.Proceedings of an electronic conference carried out, May and August 2000. Roma: FAO Animal Production and Health Paper 147. hlm 173-182
Breitmeier D. 1997. Acarbose and 1.deoxynojirimycin inhibit maltose and maltooligosaccharide hydrolysis of human intestinal glucoamylase-maltase in two different substrate-induced modes. Archives Biochem & Biophys 346(1): 7-14.
Chapel C et al. 2006. Antiviral effect of -glucosidase inhibitors on viral morphogenesis and binding properties of hepatitis C virus-like particles. J Gen Virol 87: 861-871
Datta RK. 2002. Mulberry cultivation and utilization in India. Di dalam: Sanchez MD, editor. Mulberry for Animal Production. Proceedings of an electronic conference carried out, May and August 2000. Roma: FAO Animal Production and Health Paper 147. hlm 45-62.
Dawson KA, Rasmussen MA, Allison MJ. 1997. Digestive disorders and nutritional tixicity. Di dalam: Hobson PN, Stewart CS, editor. The Rumen Microbial Ecosystem. Ed ke-2. London: Blackie Academic & Professional. hlm 633-660.
Doran MP, Laca EA and Sianz RD. 2006. Foliage (Morus alba), alfalfa hay and oat hay in sheep. J Anifeed Sci 2006:11.016
25
Gross V et al. 1983. 1-Deoxynojirimycins impairs oligosaccharide processing of alpha 1-proteinase inhibitor and inhibits its secretion in primary cultures of rat hepatocytes. J Biol Chem 258 (20): 12203-12209.
Harmon DL. 2006. Factors influencing assimilation of dietary starch in ruminants. XII th AAAP Animal Science Congress. Busan. September 18 -22, 2006. Korea.
Horne PM, Pond KR, Batubara LP. 1995. Sheep under rubber: prospects and research proirities in Indonesia. Di dalam: Mullen BF, Shelton HH, Editor. Integration of Ruminants into Plantation Systems in Southeast Asiap. 58- 64
Kartiarso, Wiryawan KG, Satoto KB dan Syahrir S, 2009. Optimalisasi potensi daun murbei sebagai pengganti kosentrat guna mendukung peningkatan produktivitas ternak. Laporan Penelitian program hibah kompetitif penelitian sesuai prioritas batch I, 2009)
Machii H, Koyama A, Yamanouchi H. 2002. Mulberry Breeding, Cultivation and Utilization in Japan. Sanchez MD, editor. Mulberry for Animal Production. Proceedings of an electronic conference carried out, May and August 2000. Roma: FAO Animal Production and Health Paper 147. hlm 63-72
Martin G, Reyes F, Hernandez I, Milera M. 2002. Agronomic studies with mulberry in Cuba. Di dalam: Sanchez MD, editor. Mulberry for Animal Production. Proceedings of an electronic conference carried out, May and August 2000. Roma: FAO Animal Production and Health Paper 147. hlm 103-114.
Nagaraja TG, Newbold CJ, Van Nevel CJ, Demeyer DI. 1997. Manipulation of ruminal fermentation. Di dalam: Hobson PN, Stewart CS, editor. The Rumen Microbial Ecosystem. Ed ke-2. London: Blackie Academic & Professional. hlm 523-632.
Oku T et al. 2006. Inhibitory effects of extractives from leaves of Morus alba on human and rat small intestinal disaccaridase activity. J of Nutr 95: 933-938.
Romaniouk AV, Silva A, Feng J, Vijay IK. 2004. Synthesis of a novel photoaffinity derivative of 1-deoxynojirimycin for active site-directed labeling of glucosidase I. Glycobiology 14 (4): 301-310
Samsijah. 1992. Pemilihan tanaman murbei (Morus sp.) yang sesuai dengan daerah Sindang Resmi Sukabumi, Jawa Barat. Bul Penelitian Hutan.547:45-59.
26
Sánchez MD. 2002. World distribution and utilization of mulberry and its potential for animal feeding. Di dalam: Sanchez MD, editor. Mulberry for Animal Production. Proceedings of an electronic conference carried out,May and August 2000. Roma: FAO Animal Production and Health Paper 147. hlm 1-11
Singh B, Makkar HPS. 2002. The potential of mulberry foliage as a feed supplement in India. Di dalam : Sánchez MD. Editor. Mulberry for animal production. Proceedings of an electronic conference carried out,May and August 2000. FAO Animal Production and Health Paper 147. hlm 139-156.
Stewart CS. 1991. The rumen bacteria. Di dalam : Jouany JP, editor. Rumen Microbial Metabolism and Ruminant Digestion. Paris: INRA Editions, Paris. p. 15 – 26
Suyadi, Soedomo, Mahmud A. 1989. Produksi biji legum Desmanthus virgatus. Di dalam: Wodzicka M, Tomaszewska M, Thompson JA, Editor. Forage Production Proceeding of A Workshop Conducted at IPB. Bogor. Indonesia. IPB-Australian Project
Syahrir, S., K.G. Wiryawan, A. Parakkasi, M. Winugroho and C. Lini, 2009a. The Effect of mulberry leave extract fermentation in feed to performance of mice. Proceding The 1st International Seminar on Animal Industry, Bogor, 23-24 November 2009
Syahrir, S., K.G. Wiryawan, A. Parakkasi, M. Winugroho, 2009b. Potensi Ekstrak Daun Murbei sebagai Agen Lepas Lambat Karbohidrat Non Struktural dalam Sistem Rumen. Proseding Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan, UNPAD Bandung, 23 – 24 Okrober 2009
Syahrir, S., K.G. Wiryawan, O.N. Sari. 2009a. Efektivitas Daun Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat dalam Sistem Rumen. Media Peternakan, Vol. 32 No. 2.
Syahrir, S., K.G. Wiryawan, O.N. Sari. 2009b. Fermentabilitas Pakan Berserat dalam Rumen in vitro yang diberi Eksrak Daun Murbei. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan Vol. XIII (2) Juli 2009
Wiryawan KG, Brooker JD. 1996. Probiotic control of lactate accumulation in acutely grain fed sheep. Aust J Agric Res 46:1555-1568
27
LAMPIRAN 1. DATA PRIMER MASING-MASING MODEL APLIKATIF INTEGRASI TANAMAN MURBEI-TERNAK
Model P1 : Mengintroduksi 2 ekor ternak kambing kedalam usaha pemeliharaan1 box ulat sutra
Tgl Uraian Asri Dida Majid
2/7/2011Kambing di serahkan ke Masing-masing Petani Sutra:
Kambing I 850,000 750,000 750,000
Kambing II 825,000 975,000 850,000
16/7/2011 Pengambilan data I
Input Produksi sutra
Bibit (Rp. 80.000/Boks) 80,000 80,000 80,000
Pupuk - - -Konsumsi TK - - -Kapur 8,000 8,000 8,000Kaporit 15,000 15,000 15,000Racun Rumput 25,000 25,000 25,000Alas Koran bekas - - -
Hasil Sutra 512,000 512,000 512,000
27/8/2011 Pengambilan data II
Tidak memelihara
ulat sutra karena daun
murbei kerdil dan terserang
hama (keriting),
daun diberikan ke
Kambing untuk
dimakan
Tidak memelihara
ulat sutra karena daun
murbei kerdil dan terserang
hama (keriting),
daun diberikan
ke Kambing untuk
dimakan
Tidak memelihara
ulat sutra karena daun
murbei kerdil dan terserang
hama (keriting),
daun diberikan
ke Kambing untuk
dimakan
Input Produksi sutra
Bibit Cina (Rp. 240.000/Boks)
PupukKonsumsi TK
Kapur
Kaporit
Racun Rumput
Alas Koran bekas
Hasil Sutra
28
17/9/2011 Pengambilan data III
Input Produksi sutraBibit Cina (Rp.
240.000/Boks) 120,000 120,000 120,000
Pupuk - - -
Konsumsi TK - - -Kapur 8,000 8,000 8,000Kaporit 15,000 15,000 15,000Racun Rumput 25,000 25,000 25,000Alas Koran bekas 15,000 15,000 15,000
4/11/2011 Hasil Sutra 448,000 432,000 448,000Kondisi Kambing Bunting Bunting BuntingRataan perkiraan harga
kambing 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Obat dan Vaksin 60,000 60,000 60,000
Model P2 : Mengganti pemeliharaan ulat sutra dengan 2 ekor sapi potong yang akan digemukkan
Tgl Uraian Sukri Husain Wawan
2/7/2011 Sapi di serahkan ke Masing-masing Petani Sutra:
Sapi I 4,100,000 4,500,000 4,500,000 Sapi II 5,100,000 4,500,000 4,500,000
16/7 Pengambilan data IInput Produksi sutra
Bibit (Rp. 80.000/Boks) 140,000 80,000 -Pupuk 170,000 - -Konsumsi TK 100,000 - -Kapur 8,000 8,000 -Kaporit 15,000 15,000 -Racun Rumput 25,000 25,000 -
Alas Koran bekas 15,000 - -Hasil Sutra
800,000 512,000 -
29
27/8 Pengambilan data IITidak
memelihara ulat sutra
karena daun murbei
terserang hama
(keriting), daun
diberikan ke Sapi untuk dimakan
Tidak memelihara
ulat sutra karena daun
murbei kerdil dan terserang
hama (keriting),
daun diberikan ke Sapi untuk dimakan
Input Produksi sutra
Bibit Cina (Rp. 240.000/Boks) 240,000
Pupuk 170,000Konsumsi TK 100,000Kapur 8,000Kaporit 15,000Racun Rumput 25,000Alas Koran bekas 15,000
Hasil Sutra 768,000
17/9 Pengambilan data III
Input Produksi sutra Bibit Cina (Rp.
240.000/Boks)240,000 120,000 240,000
Pupuk 170,000 - -
Konsumsi TK 100,000 - 100,000
Kapur 8,000 8,000 8,000
Kaporit 15,000 15,000 15,000
Racun Rumput 25,000 25,000 25,000
Alas Koran bekas 15,000 15,000 15,000
4/11/2011
Hasil Sutra 768,000 448,000 768,000
Harga Sapi :
- Sapi I 6,000,000 6,000,000 5,500,000
- Sapi II 6,500,000 6,000,000 6,000,000
Perkiraan Nilai Harga Pakan Sapi (Rumput) Tambahan 1,050,000 900,000 900,000
Obat dan Vaksin 100,000 100,000 100,000
30
Model P3 : Petani menghasilkan daun murbei untuk dijual sebagai bahan konsentrat
Tgl Uraian Ismail Sahrun Iskandar
2/7/2011 Dilakukan defoliasi awal Defoliasi awalDefoliasi awal Defoliasi awal
Dilakukan pemupukanDipupuk dengan pupuk organik
Dipupuk dengan pupuk organik
Dipupuk dengan pupuk organik
16/7/2011 Pengambilan data I
Produksi Bhn Segar Daun dan ranting muda
Belum dipanen
Belum dipanen
Belum dipanen
17/9/2011 Pengambilan data I:
Produksi Bahan Segar (kg) 532
526
521
Produksi Bahan Kering (kg) 138
155
153
Pendapatan* (Rp). *Harga/kg BK =Rp. 3.000
414,000
465,000
459,000
4/11/2011 Pengambilan data II:
Produksi Bahan Segar (kg) 1,040
890
988
Produksi Bahan Kering (kg) 232
209
232
Pendapatan* (Rp). *Harga/kg BK =Rp. 3.000
696,000
627,000
696,000
TOTAL PENDAPATAN(Rp) 1,110,000
1,092,000 1,155,000