Post on 01-Feb-2021
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PT SRITEX SUKOKARJO & ANAK PERUSAHAANNYA (PENINJAUAN
PENGOLAHAN LIMBAH)
MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2018-2019 TANGGAL 19 – 21 OKTOBER 2018
SEKRETARIAT KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA
JAKARTA, 12 SEPTEMBER 201
I. PENDAHULUAN
Program Peringkat Kinerja Perusahaan dalam pengelolaan limbah adalah
program strategis dan penting karena berkaitan erat dengan keberlanjutan usaha dan
kelestarian lingkungan. Pelaksanaan PROPER menggunakan dasar acuan UU No 32
Tahu 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan secara periodik
mengumumkan tingkat ketaatan perusahaan terhadap perlindungan dan pengelolaan
lingkungan. Prinsip pelaksanaan PROPER adalah keadilan, transparasi, dan
akunabilitas.
Ada lima kriteria PROPER yaitu: (1) Emas – adalah untuk usaha dan atau
kegiatan yang telah secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan
(environmental excellency) dalam proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan
bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat; (2) untuk usaha
dan atau kegiatan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan sistem
pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumberdaya secara efisien melalui upaya 4R
( Reduce, Reuse, Recycle dan Recovery), dan melakukan upaya tanggung jawab
sosial (CSR/Comdev) dengan baik; (3) Biru - untuk usaha dan atau kegiatan yang
telah melakukan upayapengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku; (4) Merah - upaya
pengelolaan lingkungan yang dilakukan belum sesuai dengan persyaratan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan dalam tahapan
melaksanakan sanksi administrasi; (5) Hitam - untuk usaha dan atau kegiatan yang
sengaja melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau tidak melaksanakan sanksi administrasi.
Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI 19 sampai dengan 21 Oktber
adalah untuk melihat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pilihan
Perusahaan yang dijadikan obyek kunjungan kerja adalah PT Sritex, PT RUM, dan
PT KGS. PT Sritex telah melakukan upaya yang serius dalam pengelolaan lingkungan
hidup. Pada tahun 2009 penilaian PROPER PT Sritex masih berada pada peringkat
hitam, namun pada tahun 2016 sudah mampu meraih peringkat biru yaitu telah
mematuhi segala ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan hidup.
PT Sritex memiliki kepedulian yang tinggi terhdap kemampuan swasemada
tekstil Indoensia. Berdasarkan informasi yang didalami oleh Panja Limbah dan
Lingkungan Komisi VII DPR RI bahwa sekitar 60% bahan baku (raw material) tekstil
untuk industri di Indonesia masih impor. Hal itu karena minimnya ketersediaan di
dalam negeri. Impor bahan baku kebanyakan dipasok dari TIongkok. Bahan baku
yang masih diimpor, di antaranya, cotton, rayon, hingga poliester. Bahan baku tekstil
sebenarnya bisa dibuat di dalam negeri namun membutuhkan dukungan dari
Pemerintah, berupa kebijakan dalam mendukung industri turunan dalam
menyediakan bahan baku.
Salah satu strategi jangka panjang PT Sritex adalah Memastikan tersedianya
serat rayon berkualitas tinggi sebagai bahan baku penting dalam proses produksi.
Salah satu divisi dari PT Sritex adalah divisi pemintalan. Produk yang dihasilkan
berupa benang rayon, katun dan polyester. Sepanjang 2016, Sritex memproduksi
benang sebanyak 591.814 bal, meningkat 5,5% dari hasil produksi 2015 sebesar
560.738 bal. Sebanyak 28,9% hasil produksi benang digunakan internal untuk
memproduksi greige atau kain mentah. Benang rayon yang diproduksi PT Sritex pada
tahun 2016 mencapai 112.147 bal (18,1%) dari total produksi benang. 28,4%
digunakan untuk kepentingan domestic.
Upaya memperkuat pasar dalam negeri dan luar negeri PT Sritex membangun
industry tekstil terpadu mulai dari hulu ke hilir. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau
Sritex memperluas bisnisnya di sektor hulu. Perseroan pada tahun 2016 membangun
pabrik rayon yang menghasilkan bahan baku benang. Pembangunan itu dilaksanakan
melalui anak usahanya, yaitu PT Rayon Utama Makmur, fasilitas produksi rayon dua
lini mempunyai kapasitas total mencapai 80 ribu ton per tahun.
PT RUM adalah anak perusahaan PT Sritex yang bergerak dalam produksi
serat rayon. Ini adalah perusahaan yang relative baru, namun dalam operasi
produksinya telah menimbulkan polusi udara berupa bau menyengat dan diprotes
oleh masyarakat.
PT Rayon Utama Makmur (PT RUM) adalah perusahaan yang bergerak di
bidang pembuatan serat rayon beralamat di Jl. Raya Songgorunggi – Jatipuro KM 3,8
No. 8, Plesan, Kec. Nguter, Kab. Sukoharjo. Pemegang saham PT RUM adalah PT
Summit Rayon Company Limited, PT Kapas Agung Abadi dan PT Jaya Perkasa
Textile yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh keluarga Lukminto Halim. PT
RUM pernah dikunjungi oleh Menteri Perindustrian Saleh Husin pada tanggal 23
Januari 2016 dalam rangka meninjau perluasan pabik garmen milik Sritex Group. PT
RUM dibangun dengan investasi Rp 7 triliun ini ditargetkan mampu memproduksi
80.000 ton serat rayon per tahun. Pabrik serat rayon PT RUM berada di lahan seluas
65 hektar.
Ketika pabrik ini mulai beroperasi, muncul keluhan dari masyarakat karena
limbah udara berbau busuk. Warga dari tiga desa di Kecamatan Nguter, Sukoharjo
melakukan aksi demonstrasi di PT Rayon Utama Makmur (RUM). Mereka mendesak
pabrik rayon atau serat tekstil sintetis itu segera mengendalikan limbah udara berbau
busuk. Pihak perusahaan mengakui ada kesalahan. Untuk melihat duduk
permasalahan yang berkaitan dengan polusi yang disebabkan oleh operasi pabrik PT
Rayon dibentuk tim penelitian independen yang merupakan gabungan dari akademisi
perguruan tinggi di kawasan Surakarta.
Hasil penelitian tim independen menghasilkam sejumlah temuan. Tiga
parameter yang diamati adalah Total Dissolved Solid (TDSP, Chemical Oxigen
Demand, dan Ph limbah cair. Dua paramater dari tiga parameter dari hasil analisis
sembilan sampel limbah cair PT Rayon Utama Makmur (RUM) Sukoharjo tidak
memenuhi ambang baku mutu limbah cair.
Dua paramater itu adalah parameter Total Dissolved Solid (TDS) dan Chemical
Oxygen Demand (COD). Paramater pH limbah cair memenuhi ambang baku mutu.
Analisis sembilan sammpel limbah cair PT RUM diambil antara 31 Januari hingga 5
Februari 2018 di beberapa titik pembuangan hingga radius 500 meter. Uji sampel di
laboratorium Teknik Kimia UMS Surakarta hasilnya parameter pH berkisar antara 6.67
sampai 7,35. Ambang batas normal pH limbah cair 6-9 sesuai Permen Lingkungan
Hidup Nomor 5 Tahun 2014. Parameter TDS berkisar 1410-3730 ppm dinyatakan
tidak memenuhi ambang baku mutu dan parameter COD berkisar 24,48-420,24
mg/liter, sedangkan ambang batas normal COD lebih kecil dari 100 ppm maka
dinyatakan tidak memenuhi ambang baku mutu. Tim mengindikasikan pengolahan
limbah gas dari proses produksi belum maksimal mereduksi kandungan gas H2S
sehingga masih berdampak pada masyarakat sekitar pabrik.
Tim Independen merekomendasikan tiga hal untuk mengatasi dampak polusi
akibat beroperasinya PT RUM. Pertama, adanya pencemaran udara sebagai dampak
terberat yang dialami masyarakat harus menjadi perhatian serius PT RUM agar
segera membuat instalasi teknologi pengurangan dampak limbah agar bisa
meminimalkan dampak tersebut. Kedua, sosialisasi dan pemberian informasi yang
memadai dari PT RUM kepada masyarakat harus terus dilakukan secara intens agar
konflik yang terjadi tidak semakin membesar dan bisa menghasilkan solusi bersama.
Ketiga, Ketiga, upaya mediasi dengan melibatkan pemerintah, PT RUM, dan
masyarakat sebagai bagian upaya mencari solusi bersama harus segera diajukan
agar penyelesaian masalah ini bisa menghasilkan solusi terbaik bagi semua pihak.
PT Rayon Utama Makmur (RUM) telah berjanji menghentikan operasional
pabrik pada 24 Februari 2018. Meski demikian, warga Sukoharjo masih menuntut
penutupan pabrik serat rayon tersebut karena yang limbahnya mencemari udara
desa-desa sekitarnya. Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo mensyaratkan agar
PT RUM Bisa beropearsi kembali harus melaksanakan tiga ketentuan yaitu:
1. pemasangan mesin kendali bau gas yg disebut mesin Wet Scrubber,
2. memasang alat berbasis komputer yang memantau secara terus-menerus atas
keluaran gas di cerobong atau disebut CEMS (Continuous Emission Monitoring
System).
3. pipanisasi keluaran hasil olahan limbah cair yang sudah sesuai baku mutu, dari
pabrik hingga sungai.
Akibat polusi yang ditimbulkan oleh pabrik rayon PT RUM, Pemerintah
memberikan sanksi berupa paksaan penghentian sementara kegiatan produksi
selama 18 bulan ini berdasar Surat Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor: 660.1/207
Tahun 2018. Surat itu mensyaratkan PT RUM agar segera melengkapi dan
menyelesaikan tiga hal tersebut.
Untuk melaksanakan amanat SK Bupati Sukoharajo PT RUM memasang
fasilitas Wet-Scrubber. Wet Scrubber adalah alat untuk menghilangkan bau yang
bisa ditimbulkan dalam proses pembuatan serat rayon dalam proses pembuatan
serat rayon. Alat ini bekerja dengan menyemprotkan cairan tertentu pada udara di
sistim exhaust, cairan ini akan memerangkap partikel-partikel penyebab bau di
udara. Alat tersebut sudah dipasang pada 29 Juni 2018. Pemerintah memberikan
waktu 18 bulan kepada PT RUM untuk mempersiapkan penanganan limbah sejak
ijin operasional dibekukan sementara.
Pada 21 September 2018 lalu, PT RUM melakukan uji coba produksi dengan
mesin Wet Scrabber, Muspida, Masyarakat, Peneliti, dan Dinas Lingkungan Hidup
diundang untuk melihat uji coba kerja wet scrubber. Dalam uji coba tersebut muncul
bau mirip kopi, bau itu muncul dari sisa limbah padatan yang baunya mirip kopi, tapi
tidak sekuat/sesemerbak kopi. Selain masih tercium bau yang tidak sedap warga
juga menuding lmbah cair PT RUM mencemari anak Sungai Bengawan Solo
sehingga membuat ikan mati.
Panja Limbah dan Lingkugan Komisi VII DPR RI ingin melihat dan
membandingkan tata kelola limbah pabrik tekstil PT Sritex yang berhasil keluar dari
daftar hitam perusahan yang limbahnya mencemari lingkugnan menjadi perusahaa
yang mendapat proper biru, PT RUM anak perusahaan Sritex yang masih
menghadapi persoalan dalam mengatasi limbah udara, berupa udara yang berbau
meskipun sedang melakukan uji coba pemasangan wet scrubber dan
membandingkan dengan pengelolaan limbah yang dilakukan oleh PT KGS yang
beralamtkan di jalan Dalon, Ingas Rejo, desa Plesungan kecamatan Gondangrejo,
Kabupaten Karang Anyar.
I. DASAR HUKUM KUNJUNGAN
Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI dilaksanakan berdasarkan Hasil
Keputusan Rapat Intern Komisi VII DPR RI tanggal 20 Agustus 2018 Masa
Persidangan I Tahun Sidang 2018-2019 dan merujuk pada Peraturan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1/DPR RI/I/2014 tentang Tata
Tertib DPR RI.
II. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN
Maksud dan Tujuan diadakannya Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI
ke PT RUM untuk melihat secara langsung implementasi pengolahan limbah
yang selama ini dikeluhkan
IV. WAKTU DAN LOKASI KEGIATAN
Waktu pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke adalah
tanggal 19 sampai dengan 21 Oktober 2018. Adapun agenda tim Kunjungan
Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI adalah sebagai berikut : (terlampir)
1. Pertemuan dengan Dirjen PPKL Kementerian LHK, Dirut PT Sritek, Dirut
PT RUM Sukoharjo, Dirut PT KGS, Bupati Sukoharjo, Kepala Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah.
2. Peninjauan Lapangan lokasi pengolahan Limbah
V. SASARAN DAN HASIL KEGIATAN
Sasaran dari kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke PT RUM
adalah untuk mengetahui secara tepat tentang permasalahan operasi
pengolahan limbah khususnya limbah B3 yang dilakukan oleh PT RUM yang
dianggap telah mencemari lingkungan di Kecamatan Nguter Kabupten
Sukoharjo. Hasil kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI
diharapkan bisa menjadi referensi untuk ditindaklanjuti dalam Rapat Kerja dan
Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Pemerintah dan mitra terkait.
VI. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
Metode pelaksanaan kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI
adalah sebagai berikut :
a. Persiapan
- Menghimpun data dan informasi awal.
- Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang akan menjadi
lokasi kunjungan kerja.
- Mempersiapkan administrasi keberangkatan
b. Pelaksanaan Kunjungan KerjaSpesifik
Pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI dilakukan
dengan cara kunjungan lapangan dan diskusi didalam ruangan.
c. Pelaporan
Pelaporan merupakan resume kegiatan yang dituangkan secara deskriptif.
VII ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI
Adapun anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI yang
melakukan Kunjungan ke Kabupaten Sukoharjo sebagai berikut : (terlampir)
No. NAMA PESERTA No.Angg. FRAKSI JABATAN
1 Ir. Ridwan Hisyam A-286 P. Golkar Ketua Tim
2 Tamsil Linrung A-121 PKS WK Tim
3 Ir. H. Daryatmo Mardiyanto A-170 PDIP Anggota
4 Nazarudin Kiemaz A-134 PDIP Anggota
5 Adian Yunus Yusak Napitupulu A-156 PDIP Anggota
6 Drs. Gandung Pardiman, MM A-281 P. Golkar Anggta
7 Aryo P.S. Djojohadikusumo A-342 P. Gerindra Anggota
8 H. Bambang Riyanto, SH, MH, MSi. A-357 P. Gerindra Anggota
9 H. Ihwan Datu Adam, SE A-447 P.Demokrat Anggota
10 Dr.Ir. Andi Yuliani Paris. M.Sc A-502 PAN Anggota
11 H.Abdul Kadir Karding, SPI, M.Si A-55 PKB Anggota
12 H. Joko Purwato A-515 PPP Anggota
13 H. Abdul Halim A-533 PPP Anggota
14 Mukhtar Tompo, S.Psi A-560 P.Hanura Anggota
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASIL KUNJUNGAN KERJA
2.1. Kunjungan ke PT Sritex Tbk
PT Sritex Tbk Didirikan oleh H.M Lukminto sebagai usaha dagang
Tekstil Tradisional di Pasar Klewer, Solo pada tahun 1966. Usahanya
mulai berkembang, pada tahun 1968 mendirikan pabrik printing pertama
yang memproduksi bleached dan dyed fabric di Solo. Pada tahun 1982
perusahaan melakukan ekspansi usaha ke bidang penenunan., sepuluh
tahun kemudian perusahaan mampu melakukan integrasi vertikal dan
menjadi usaha teksntil terpadu dari hulu ke hilir. Tahun 1994
mendapatkan sertifikasi sebagai pemasok seragam militer pasukan
NATO dan tentara Jerman. Tahun 2013 mencatatkan sahamnya di Bursa
Efek Indonesia.
Kunjugan Spesifik Komisi VII DPR RI ke PT Sritex Tbk
Tukar Menukar Cenderamata antara PT Sritex Tbk dengan Komisi VII DPR RI
Kunjungan Kerja Spesifik ke PT Sritex Tbk difokuskan pada aspek pengelolaan
dan pemantauana lingkungan di sekitar lokasi pabrik tekstil, dan melihat tata kelola
limbah. PT Sritex Tbk sebagai perusahaan tekstil terintegrasi dalam proses
produksinya menghasilkan limbah, yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah udara.
Untuk melihat sejauh mana pengelolaan dan pemantauan lingkungan, laporan
ini akan fokus pada empat aspek yaitu:
1. Dokumen lingkungan
2. Pengendaian pencemaran
3. Pengendalian Pencemaran Udara
4. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
PT Sritex telah melengkapi dokumen lingkungan yang disyarakat oleh
Pemerintah yang meliputi:
Jenis Dokumen Lingkungan:
Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup
Keputusan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kab. Sukoharjo No.
660.1/08/2018
Ijin Lingkungan No. 503. 654.1/003/IL/II/2018 dikeluarkan oleh Kepala
Dinas Penanaman Modal & Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sukoharjo yang
berlaku mulai 1 Februari 2018
Pelaporan RKL/RPL telah dilakukan secara rutin tiap 6 bulan sekali kepada
: DLH Kabupaten, DLH Provinsi Jawa Tengah & Kementrian Lingkungan
Hidup & Kehutanan (KLHK)
Untuk pengendalian limbah cair PT Sritex Tbk telah mendapatkan ijin
pembuangan limbah cair (IPLC) No. 503/IPLC/001/2017 dikeluarkan oleh Bupati
Sukoharjo, berlaku untuk masa 5 (lima) tahun, ijin akan berakhir pada 12 Juni 2022.
Aktivitas produksi berupa dying, printing, dan finishing menghasilkan limbah
cair. Pengelolaan limbah cair diatur melalui Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
No. 5 tahun 2012 tentang Baku Mutu Air Limbah. Limbah cair harus memenuhi
ketentuan sama atau dibawah parameter yang telah ditetapkan yaitu:
TSS (Total Suspended Solid) : 50 mg/L
COD (Chemical Oxigen Demand) : 150 mg/L
BOD (Biological Oxigen Demand) : 60 mg/L
Phenol : 0,5 mg/L
Total Chrom : 1,0 mg/L
NH₃-N (Amoniak) : 8,0 mg/L
Sulfida : 0,3 mg/L
Minyak & Lemak : 3,0 mg/L
pH : 6,0 – 9,0
Hasil pemantauan Kualitas Air Limbah PT Sritex Tbk Periode Januari 2017
sampai dengan Agustus 2018 sebagai berikut:
Kualitas limbah yang dihasilkan oleh PT Sritex Tbk sudah sesuai dengan Perda
No. 5 tahun 2012 tentang Baku Mutu Air Limbah. Ini ditunjukkan melalui 9 (Sembilan
parameter
Dalam proses produksi di lingkungan PT Sritex digunakan beberapa peralatan
yang berpotensi menimbulkan polusi. Diantaranya adalah:
1. Genset bertenaga diesel
Jumlah: 1 unit
Digunakan pada saat listrik di WWTP padam
Bahan bakar solar
Cara pengelolaan dampak dengan menggunakan cerobong.
2. Boiler
Jumlah: 8 unit
Digunakan untuk proses produksi
Bahan bakar batu bara
Cara pengelolaan dampak dengan menggunakan cerobong dan water
scrubber
3. Oil Heater
Jumlah: 6 unit
Digunakan untuk proses produksi
Bahan bakar batu bara.
Cara pengelolaan dampak dengan menggunakan cerobong dan water
scrubber
Pengelolaan limbah gas berdasarkan pemantauan yang dilakukan laboratorium
independen menunjukkan kesesuaian dengan regulasi yang ada. Hasil pemantauan
kualitas udara menunjukkan bahwa kualitas udara di lingkungan PT Sritex Tbk
memenuhi baku mutu.
Untuk pengelolaan Limbah B3 PT Sritek Ijin TPS No.
503.654.1/09/LB3/XII/2017 Dikeluarkan oleh Kepala Dinas Penanaman Modal
& Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sukoharjo. Berlaku selama 5
(lima) tahun atau sampai dengan 22 Desember 2022
Jenis limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Sritex Tbk dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
FasilitasTepat Penyimpanan Semetnara Limbah B3 yang dimiliki oleh PT Sritex dapat
dilihat pada gambar-gambar di bawah ini.
Sejak tahun 2010 PT Sritex Tbk memperoleh Proper Biru atau compliance
dengan acuan UU No 32 Tahu 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan..
Fasilitas dan Peralatan Pengendalian Lingkungan di PT Sritex Tk
2.2. Kunjungan ke PT RUM Anak Perusahaan PT Sritex
PT Rayon Utama Makmur adalah anak perusahaan PT Sritex yang bergerak di
bidang produksi serat rayon. PT RUM sahamnya dimiliki oleh PT Kapas Agung Abadi
sebesar 98% dengan modal disetor US$ 73.500.000, PT Jaya Perkasa Textile 0k20%
dengan modal disetor 0,20%. Saham pihak asing yaitu Summit Rayon Company Ltd
sebesar 1,8% dengan modal disetor US$ 1.350.000
Pabrik ini baru beroperasi sekitar 2 bulan kemudian mendapatkan protes masyarakat
karena mengeluarkan bau busuk yang berasal dari pelepasa hydrogen sulfida dari
proses produksi rayon. Pada Februari 2018 Pabrik Rayo dihendikan produksinya oleh
Pemerintah Kabupten Sukoharjo. September 2018 mulai lagi ujicoba produksi, namun
masih diprotes masyarakat karena mengeluarkan bau seperti kopi dan limbah cairnya
mencemari sungai.
Untuk itu Komisi VII DPR berkunjung ke PT RUM untuk melihat secara
langsung caa pengelolaan limbah di perusahaan tersebut. Seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya persoalan yang menjadi keluhan utama masyarakat adalah
bau tidak sedap. Pihak PT RUM telah memenuhi ketentuan 3 persyaratan agar pabrik
itu beroperasi yakni:
1. pemasangan mesin kendali bau gas yg disebut mesin Wet Scrubber,
2. memasang alat berbasis komputer yang memantau secara terus-menerus atas
keluaran gas di cerobong atau disebut CEMS (Continuous Emission Monitoring
System).
3. pipanisasi keluaran hasil olahan limbah cair yang sudah sesuai baku mutu, dari
pabrik hingga sungai.
Proses Pengelolalan Limbah di PT RUM
Untuk pengolahan limbah cair PT RUM telah memasang sejumlah alat
pengolah limbah yang dipersyaratkan oleh ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Ada tiga jenis inlet antara lain inlet acid dengan karakter pH
antara 2-4,inlet alkali dengan karakter pH antara 11-14 dan inlet zinc dengan karakter
pH antara 1-3, serta bak equalisasi dan bak emergensi untuk masing-masing inlet,
khusus untuk bak emergency zink digabungkan dengan bak emergensi untuk
acid,untuk volume masing-masing bak equalisasi dan emergensi sebagai berikut :
1. Acid
Bak Equalisasi = 2484 m3
Bak Emergensi = 1480 m3
2. Alkali
Bak equalisasi = 1102 m3
Bak emergensi = 850 m3
3. Zink
Bak emergensi = 472 m3
Air limbah dari bak equalisasi alkali dan zink ditransfer menuju bak hidrolisis
yang mempunyai kapasitas sebesar 1196 m3 dan memiliki kondisi operasi pH antara
2-4, di bak hidrolisis terdapat beberapa bahan kimia seperti asam sulfat, caustik soda
dan juga kapur yang bertujuan untuk menaikan atau menurunkan pH sesuai dengan
kondisi operasi pada bak hidrolis, untuk proses pencampuran ditambahkan aerator
blower, pada saat pencampuran air limbah alkali dan air limbah zink akan melepas
gas h2s dan gas cs2, gas tersebut akan di hisap oleh exhause di alirkan menuju wet
scraber.
Air limbah dari bak equalisasi acid akan di transfer menuju bak primari reaksi
yang mempunyai kapasitas 673 m3 dan memiliki kondisi operasi pH antara 2-4 serta
terdapat beberapa bahan kimia seperti asam sulfat,caustik soda dan juga kapur yang
bertujuan untuk menaikan atau meurunkan pH sesuai dengan kondisi operasi pada
bak primari reaksi. Pada bak ini juga di tambahkan aerator blower untuk
mempercepat reaksi, pada saat aerator blower menyala akan melepaskan gas h2s
dan gas cs2, gas tersebut akan di alirkan menuju wet scruber dengan menggunakan
exhause.
Air limbah dari bak hidrolisis dan primari reaksi akan mengalir menuju bak
primari sedimen yang memiliki kapasitas 3192 m3,air limbah yang bersatu antara
bak hidrolisis dan bak primari reaksi akan mengalami pembentukan lumpur dan akan
mengendap dengan mengandalkan gaya gravitasi, lumpur yang mengendap pada
bak primari sedimen akan ditransfer dengan menggunakan pompa menuju sludge
tickner. Sedangkan air limbah dari bak primari reaksi akan mengalir menuju bak
sekondari reaksi.
Setiap bak equalisasi dilengkapi dengan aerator blower untuk meyamakan
kualitas air limbah, untuk gas h2s dan gas cs2 yang lepas saat proses aerasi akan di
vakum dengan menggunakan exhause menuju wet scraber.
Bak sekondari reaksi memiliki kapasitas 2244 m3 dengan kondisi operasi pH
antara 6-8 dan terdapat beberapa bahan kimia seperti,caoustik soda dan juga kapur
yang bertujuan untuk menaikan atau menurunkan pH agar sesuai dengan kondisi
operasi yang diharapkan, untuk memper cepat reaksi di bantu dengan aeator blower.
Pada bak sekondari reaksi terdapat bak flokulan dengan menambahkan pac untuk
pembentukan mikro flok dan bak koagulan dengan menambahkan pam untuk
pembentukan makro flok.
Air limbah dari bak sekondari reaksi yang telah mengalami proses koagulasi dan
flokulasi akan mengalir menuju bak secondary sediment yang memiliki kapasitas 5047
m3, air limbah tersebut mengalami proses pengendapan lumpur secara grafitasi,
lumpur yang telah mengendap akan di pompa menuju ke bak sludge tickner,
sedangkan air limbah akan mengalir secara grafitasi menuju bak decalcified.
Bak decalcified dengan kapasitas 2530 m3 dengan kondisi operasi pH 7 – 8 dan
terdapat bahan kimia seperti asam sulfat dan caustic soda yang bertujuan untuk
menaikan atau menurunkan pH agar sesuai dengan kondisi operasi, untuk
mempercepat reaksi dengan menggunakan aerator blowerdi dalam bak decalcified,
pada bak decalcified juga terdapat proses pengendapan, lumpur yang mengendap di
decalcified di pompa menuju ke bak sludge tickner, sedangkan air limbah akan
mengalir dan di tampung di bak middle dengan kapasitas 2200 m3 sebelum di pompa
ke cooling tower dan di masukan ke cass tank.
Cooling tower difungsikan pada saat air dari middle tank memiliki suhu lebih dari
38o c untuk proses pendinginan karena apabila suhu terlalu tinggi maka di kawatirkan
akan menggangu proses lumpur aktif di cass tank.
Untuk mengatasi polusi bau PT RUM telah memasang mesin kendali bau bau
gas yang disebut mesin Wet Scrubber bekerja seperti yang ada pada diagram di
bawah ini.
1. Gas H2S dari hasil produksi masuk ke Tangki Wet Scrubber T01, T02, dan T03.
2. Pada tangki T01, T02, dan T03 harus sudah terisi Alkali/Caustic, diawali dari
Tangki T03 mencapai titik di ketinggian 1,5 m, sehingga 3 Tangki akan terisi
Alkali/Caustic dengan ketinggian 1,5 m pada masing-masing Tangki.
3. Pada saat Gas H2S sudah mulai masuk ke Tangki T01 , maka Alkali / Caustic
(NaOH) dipompakan dari Tangki bawah ke atas dengan System Spray
(disemprotkan) secara terus-menerus dari Tangki T01, T02, dan T03.
4. Setelah proses dalam 3 tangki maka sisa Gas bersih hasil proses Wet Scrubber
masuk Flueduct, Selanjutnya dilepas lewat Chimney.
5. Gas yang keluar lewat Chimney telah melalui monitoring CEMS sesuai dengan
Baku Mutu Industri Serat Rayon.
6. Dalam proses Wet Scrubber, Alkali akan mengalami kejenuhan dalam waktu
±8 jam, akan menghasilkan cairan NaHS yang akan ditampung di tangki
(T102A & T102B) selanjutnya dikelola oleh pihak ketiga.
7. Tangki T01 akan disuplay lagi dengan Alkali/Caustic (NaOH) baru (dari Tangki
Caustic) diproses lagi secara bergantian untuk 3 Tangki ( T01, T02, dan T03).
8. Selalu dilakukan Control secara terus menerus selama 24 jam agar kondisi
tetap stabil sesuai dengan Standar Baku Mutu .
Pemasangan Wet Scrubber atau alat pengendali pencemaran udara yang
berfungsi untuk mengumpulkan partikel-partikel halus yang terbawa dalam gas
secara signifikan telah berhasil mengurangi bau tidak sedap. Per tanggal 17
oktober 2018 emisi gas 0,71, bisa dimonitor setiap saat jauh dibawah ambang
batas.
Saat ini pabrik masih dalam upaya uji coba peralatan dan sedang mencari
kinerja optimum alat tersebut, jika masih mengeluarkan bau adalah sesuatu yang
wajar namun diupayakan agar bau tersebut tidak mengganggu warga.
Pengelolaan Limbah B3
Penanganan limbah B3 di PT RUM dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku. Gambar-gambar di bawah ini menjelaskan
bagaimana limbah B3 itu dikelola.
Dokumen-dokumen Pengelolaan Limbah PT RUM
2.3. Pengelolaan Limbah di PT KGS
PT Kesindo Grand Sejahtera adalah perusahaan yang dijadikan pembanding
dalam pengelolaan limbah di lingkungan kabupaten Sukoharjo. Proses pengelolaan
limbah di PT KGS adalah sebagai berikut:
Proses Pertama (1) limbah ditampung di empat penampungan limbah cair yang
dihasilkan oleh proses produksi.
Proses Kedua (2), dilakukan pemisahanantara air dengan zat warna
menggunakan zat kapur
Proses ketiga (3), proses penetralan Ph yaitu memisahkan air bersih dengan
lumpur menggunakan SPT/Asam Sulfat.
Proses keempat (4), Proses pengendapan flok dengan polimer
Proses kelima (5), pengendapkan lumpur dan memisahkan lumpur dari air
bersih
Proses keenam (6) lumpur yang ditampung penampungan lumpur selanjutnya
diproses menjadi lumpur padat.
Proses ketujuh (7), mesin pres digunakan untuk memadatkan lumpir dan hasil
akhir yang diperoleh adalah lumpur kering.
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
PT Sritex Tbk telah mengikuti semua ketentuan peraturan perundangan
yang berkaitan dengan pegelolaan lingkungan. Sejak tahun 2010
hingga 2018PT Sritex Tbk mendapatkan Proper Biru.
Kualitas pengelolaan limbah telah memenuhi persyaratan dan baku
mutu limbah yang dihasilka masih di bawah ambang batas.
PT RUM telah memenuhi ketentuan yang disyaratkan ole Pemerintah
Kabupaten Sukoharjo yaitu:
1. pemasangan mesin kendali bau gas yg disebut mesin Wet Scrubber,
2. memasang alat berbasis komputer yang memantau secara terus-
menerus atas keluaran gas di cerobong atau disebut CEMS
(Continuous Emission Monitoring System).
3. pipanisasi keluaran hasil olahan limbah cair yang sudah sesuai baku
mutu, dari pabrik hingga sungai.
Saat ini PT RUM sedang melakukan ujicoba pemaangan Wet Scrubber
dan CEMS (Continues Emission Monitoring System) masih terbuka
kemungkinan munculnya bau tidak sedap.
Kemunculan bau tidak sedap sedang diatasi dengan melakukan
kalibrasi Wet Scrubber.
Rekomendasi
PT Sritex harus lebih peka dan peduli pada persoalan limbah dan
lingkungan karena reputasi Sritex sebagai perusahaan yang berhasil
melakukan penetrasi pasar di tingkat global.
PT Sritex perlu upaya ekstra untuk naik kelas dalam hal pengelolaan
lingkungan yang semula Proper Biru menjadi Proper Emas agar dapat
menjadi Benchmark pengelolaan lingkungan untuk industry tekstil
terpadu.
PT RUM secepatnya menyelesaikan persoalan limbah dengan
melakukan studi banding dan mendapatkan benchmark the best
practice pengelolaan limbah di industry rayon.
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo perlu membuat model pengelolaan
lingkungan dengan membentuk Sekretariat Bersama Pengelolaan
Lingkungan Hidup di yang beranggotakan Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta, Dinas
Lingkungan Hidup Kab. Sukoharjo, dan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar yang melakukan sinergi dan koordinasi dalam
menangani persoalan lingkungan di wilayah yang telah ditetapkan
sebagai sentra industry tekstil dengan payung hukum Peraturan
Gubernur.
Pemerintah Daerah setempat harus proaktif melakukan pencegahan
pencemaran dengan bersikap proaktif melakukan monitoring
pengelolaan lingkungan.
Perlu ada inovasi dan terobosan pengelolaan limbah yang diprakarsai
oleh Pemerintah Daerah melalui pilot project pengelolaan lingkungan
agar limbah di bawah ambang batas, dan tidak mengganggu
ekosistem dan aktivitas masyarakat.
BAB IV
PENUTUP
Demikian Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke lokasi PT Sritex
Tbk. Diharapkan laporan ini menjadi acuan pelaksanaan fungsi pengawasan
khususnya di bidang lingkungan dan limbah.
Jakarta, 26 Oktober 2018
Tim Kunjungan Kerja Spesifik Panja
Limbah dan Lingkungan
Komisi VII DPR RI
Ketua Tim,
Muhammad Nasir