Post on 26-Dec-2015
description
LAPORAN KUNJUNGAN BLOK ADIKSI
BALAI BESAR REHABILITASI BNN & RSKO JAKARTA
Kelompok 1 :
Gabriella Clarissa ( 2011-060-015 )
Claresta ( 2011-060-019 )
Aisyah Novita D P ( 2011-060-020 )
Rulita Situmorang ( 2011-060-039 )
Gladys Mangkuliguna ( 2011-060-041 )
Anthonius Santoso Rulie ( 2011-060-044 )
Agnes Stefani Effendy ( 2011-060-045 )
Adi Jaya Temawan ( 2011-060-071 )
Vincensia Caroline ( 2011-060-129 )
Michael ( 2011-060-131 )
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA
2014
BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL
Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disebut Balai Besar
Rehabilitasi BNN, adalah pusat rujukan Nasional bagi pelaksanaan rehabilitasi korban pecandu
dan/atau penyalah guna narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, baik pemerintah,
swasta dan lembaga swadaya masyarakat. Terletak di Desa Wates Jaya, Kecamatan Cigombong,
Lido, Kabupaten Bogor, Balai Besar Rehabilitasi BNN yang memiliki lahan seluas 11 hektar ini
telah berdiri sejak tahun 2007.
Balai Besar Rehabilitasi BNN menggunakan sistem one stop centre (pelayanan terpadu)
dimana rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial untuk pengguna markoba berada dalam fasilitas
terlengkap dan terluas di Indonesia. Hal ini menjadikan Balai Besar Rehabilitasi BNN menjadi
focal point dan rujukan dalam bidang terapi dan rehabilitasi. Selain itu, pemenjaraan para
pengguna NAPZA dirasa tidak efektif karena hanya akan mencampurkan antara pengedar dan
pengguna. Oleh karena itu, para pengguna lebih baik direhabilitasi.
Hingga saat ini telah ditemukan 348 zat adiktif baru dan 28 zat diantaranya telah masuk
ke Indonesia. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah pengguna NAPZA dari
tahun ke tahun. Pada awal berdiri di tahun 2007, Balai Besar Rehabilitasi BNN menampung
sebanyak 30-40 residen. Sedangkan pada tahun 2014, pengguna NAPZA telah mencapai 3,5 juta
orang dan 300-400 orang diantaranya direhabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN dengan
prevalensi 90% laki-laki dan 10% perempuan dengan riwayat terbanyak adalah penyalahguna
opiat.
Visi
Visi dari Balai Besar Rehabilitasi BNN adalah menjadi pusat rujukan nasional pelaksanaan
rehabilitasi bagi penyalahguna dan atau pecandu narkoba secara profesional.
Misi
Misi Balai Besar Rehabilitasi BNN antara lain :
• Melaksanakan pelayanan secara terpadu rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan
atau pecandu narkoba.
• Memfasilitasi pengkajian dan pengembangan rehabilitasi.
• Melaksanakan wajib lapor pecandu.
• Memberikan dukungan informasi dalam rangka pelaksanaan pencegahan, pemberantasan,
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Motto
Love : bekerja dengan hati nurani, kasih sayang, ikhlas, dan saling membantu
Innovative : kreatif dan berwawasan luas
Dignity : kehormatan , harga diri, dan kebanggan
Optimistic : semangat dan pantang menyerah
Tugas
1. Melaksanakan pelayanan secara terpadu, meliputi rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial
2. Memfasilitasi pengkajian dan pengembangan rehabilitasi.
3. Pelayanan wajin lapor.
4. Memberikan dukungan informasi dalam rangka pelaksanaan pencegahan, pemberantasan,
penyalahgunaan dan peredaran nerkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya.
Pelayanan Balai Besar Rehabilitasi BNN:
A. Pelayanan Terpadu Rehabilitasi
• Rehabilitasi Medis, merupakan pelayanan rehabilitasi berbasis layanan kesehatan yang
meliputi:
• Detoksifikasi
• Penanganan komplikasi dampak buruk narkoba
• Voluntary Counseling and Test
• Pre-initial Individual Testing Counseling (PITC)
• Poliklinik Umum dan Gigi
• Layanan Psikiater
• Layanan medical check-up (Roentgen, EKG, EEG, USG, & laboratorium)
• Apotik
• Layanan gizi
• Fisioterapi
• Rehabilitasi Sosial
• merupakan suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental
maupun sosial agar bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi
sosial berbasis Program Therapeutic Community.
• Peningkatan Vokasional
• Komputer
• Bahasa Asing
• Multimedia ( Audio, Video, Radio)
• Percetakan dan Sablon
• Bengkel Otomotif
• Salon Kecantikan
• Kesenian
• Musik
• Tata Boga
• Kerajinan Tangan
• Terapi
• Individual
• Individual konseling & Psikoterapi
• Hipnoterapi
• Evaluasi Psikologi
• Konseling Adiksi, minat bakat dan pendidikan
• Kelompok
• Grup Terapi
• Grup Konseling
• Psikoedukasi
• Keluarga
• Family Support Group
• Family Counseling
• Rekreasi
• Family Outing
• Static Outing
B. Sarana Pengkajian dan Pengembangan Rehabilitasi
• Layanan Perpustakaan
• Layanan maganh pengkajian, penelitian & pengembangan bagi instansi pemerintah,
swasta & LSM
• Layanan pengkajian, pengembangan & uji coba metode rehabilitasi
C. Pelayanan Wajib Lapor Bagi Pecandu Narkoba
Balai Besar Rehabilitasi BNN merupakan salah satu Institusi Penerima Wajib Lapor
(selain rumah sakit dan puskesmas), berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1305/Menkes/SK/VI/2011 tentang Institusi Penerima Wajib Lapor; 131; 2 .
Fasilitas yang tersedia di Balai Besar Rehabilitasi BNN antara lain :
• Tempat Ibadah ( Masjid, Gereja dan Vihara)
• Mess karyawan
• Asrama residen
• Guest house (tempat keluarga residen dapat berkumpul atau menginap, maks.1 malam )
• Pendopo
• Gedung Serbaguna
• Gym
• Dapur
• Ruang broadcast
• Perpustakaan
• Gedung olahraga
• Ruang billiard dan tenis meja
• Kolam ikan
• Laundry
• Indomaret
• Lobby
• Tempat parkir
• Helipad
• Pos sekuriti
Di Balai Besar Rehabilitasi BNN, ada beberapa "rumah" (tempat rehabilitasi) yang
dikelompokkan sebagai berikut, yakni :
1. Detoks, adalah rumah bagi pecandu yang baru memulai penanganan. Rumah Detoks
terbagi menjadi dua, yakni untuk pria dan wanita. Di sini pecandu akan ditangani selama
rata-rata 2 minggu dalam sebuah bangsal yang berisi maksimal 15 orang. Pada tahap ini,
residen atau pecandu akan melewati tahap “pembersihan” zat, metode detoksifikasi yang
utama digunakan adalah terapi cold turkey.
2. Entry Unit, adalah rumah yang disinggahi pecandu yang sudah "dibersihkan"
sebelumnya di Rumah Detoks. Pada Entry Unit, setiap pecandu akan diberi pemahaman
mengenai program yang sedang dan akan dijalaninya selama 6 bulan ke depan.
3. Green House, adalah rumah tempat pelatihan dan pendidikan para pecandu laki-laki
yang berusia kurang dari 35 tahun. Di sini para pecandu akan dilatih sikap, tingkah laku,
dan kepribadiannya agar dapat diterima masyarakat. Program di rumah ini berlangsung
selama 4 bulan.
4. House of Hope, adalah rumah tempat pelatihan dan pendidikan para pecandu laki-laki
yang berusia di atas 30 tahun, atau pecandu yang sudah pernah keluar dari panti
rehabilitasi sebelumnya. Berbeda dengan rumah Green, di rumah Hope pecandu akan
diubah pola pikirnya agar tidak terikat pada narkoba dan diterima masyarakat. Program
di rumah ini berlangsung selama 4 bulan.
5. HoC (House of Change), rumah ini memiliki program yang sama dengan rumah Hope,
namun dikhususkan untuk para pegawai negeri sipil atau pejabat negara, dan militer atau
polisi. Program di rumah ini berlangsung selama 4 bulan.
6. Re-Entry, rumah ini adalah rumah terakhir dari keseluruhan program rehabilitasi di
Balai Besar Rehabilitasi BNN. Di sini pecandu akan dipantau, dan diberi
pelatihan/peningkatan keahlian serta juga perbaikan pola pikir agar dapat siap kembali
ke masyarakat. Program di rumah ini berlangsung selama 1 bulan.
7. Female, rumah khusus untuk perempuan (terbagi menjadi 4 bagian, yakni: Detoks, Entry
Unit, Green, dan Re-Entry). Pemisahan ini dilakukan atas dasar perbedaan kebutuhan
antara residen laki-laki dan perempuan dalam setiap tahap rehabilitasi, dimana residen
peremuan biasanya cenderung lebih sensitif dan sulit terbuka karena mereka umumnya
memiliki latar belakang trauma fisik maupun mental.
Rehabilitasi bagi pecandu di Balai Besar Rehabilitasi BNN ini dilakukan melalui alur
rehabilitasi yang mana sebagai berikut: melalui Rumah Detoks (2 minggu), dilanjutkan Entry
Unit (2 minggu), lalu memasuki program utama (Primary Programme) di Green House/House of
Hope (untuk rakyat sipil) atau HoC untuk PNS dan Militer selama 4 bulan dengan banyak peran
dari psikolog pada tahap ini. Selanjutnya pecandu akan melanjutkan di rumah Re-Entry selama 1
bulan, jadi total program rehabilitasi normal adalah 6 bulan. Namun tidak semua residen
menjalani program rehabilitasi selama 6 bulan, beberapa residen dapat melalui tahap-tahap
rehabilitasi lebih cepat atau lebih lambat sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Dalam hal menerima residen baru, Balai Besar Rehabilitasi BNN menetapkan beberapa
syarat calon residen :
1. Berusian 17-45 tahun keatas, untuk kasus tertentu akan diputuskan oleh tim.
2. Korban terbukti dengan tes urin positif atau memiliki riwayat penggunaan satu tahun
terakhir.
3. Ada orang tua atau wali yang bertanggung jawab.
4. Bukan penderita gangguan jiwa berat, dibuktikan dengan hasil pemeriksaan medis
atau rekomendasi Rumah Sakit Jiwa.
5. Tidak memiliki cacat fisik dan atau penyakit akut atau kronis berat.
6. Residen kiriman instansi pemerintah/swasta wajib membawa surat pengantar resmi.
7. Residen yang berasal dari anggota kepolisisan/TNI wajib menyertakan surat
pengantar dari kesatuan.
8. Calon residen hantaran/titipan wajib diantar oleh penyidik dengan surat pengantar
resmi.
9. Residen yang berasal dari putusan pengadilan wajib diantar oleh petugas kejaksaan
dengan membawa surat putusan pengadilan.
10. Calon residen wajib mengikuti seluruh tahapan rehabilitasi sampai dengan selesai.
11. Orang tua/wali wajib mengahadiri pertemuan yang dijadwalkan, antara lain: Family
Dialog (FD), konseling keluarga, FSG dan kunjungan.
Tidak hanya datang dengan gangguan pemakaian obat, para residen juga banyak yang
datang dengan komplikasi; seperti HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C, dan dual disorders
(gangguan bipolar, skizofrenia paranoid). Selain itu, tidak sedikit pula yang datang dengan
penyakit komorbid seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, dan perdarahan pasca abortus
provokatus.
Mengenai biaya rehabilitasi, hingga saat ini biaya rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi
BNN mendapat subsidi dari pemerintah, kecuali biaya operational pribadi residen yang tidak
berhubungan dengan proses rehabilitasi, seperti biaya untuk rokok, snack tambahan maupun
biaya pengobatan sakit ga tidak berhubungan dengan ketergantungan obatnya.
RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT (RSKO)
Sejarah Berdirinya RSKO
RSKO didirikan atas gagasan dari Ali Sadikin, sebagai gubernur DKI Jakarta saat itu,
Herman Susilo, sebagai Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Kusumanto Setyonegoro, sebagai
Kepala Ditkeswa Departemen Kesehatan. RSKO berdiri resmi pada tanggal 2 April 1972, pada
saat menerima pasien pertama yang berjenis kelamin wanita. RSKO didirikan sebagai upaya
memenuhi kebutuhan masyarakat luas akan adanya RS pemerintah yang secara khusus
memberikan pelayanan kesehatan di bidang gangguan penggunaan NAPZA. Sejak 2002, RSKO
terletak di gedung baru, Jalan Lapangan Tembak Raya 75 Cibubur, Jakarta Timur.
Visi RSKO adalah:
“Sebagai pusat pelayanan dan kajian nasional maupun regional dalam masalah gangguan yang
berhubungan dengan zat (GBZ)”.
Misi RSKO adalah :
1. Melaksanakan upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative dalam GBZ dan
penyakit terkait serta memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum
2. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga profesi serta masyarakat umum
dalam bidang GBZ
3. Melaksanakan penelitian dan pengembangan dalam bidang GBZ
Fasilitas yang tersedia, antara lain:
1. Instalasi Gawat Darurat
a. Gawat Darurat NAPZA
b. Gawat Darurat Jiwa
c. Gawat Darurat Umum
Pada Instalasi Gawat Darurat, tindakan-tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
- Resusitasi
- Penatalaksanaan intoksikasi zat
- Penjahitan luka
- Pengangkatan jahitan
- Nekrotomi
- Perawatan luka bakar
- Ekstraksi corpus alienum
- Eksplorasi/ cross incise
- Penggantian perban
- Pemasangan Foley kateter, NGT, Bidai
- Lavage lambung
- Pemeriksaan EKG
- Pemasangan nebulizer
2. Instalasi Rawat Jalan
a. Poliklinik NAPZA
b. Poliklinik Umum
c. Poliklinik Spesialis
i. Jiwa
ii. Penyakit Dalam
iii. Saraf
iv. Kebidanan dan Kandungan
v. Kulit dan Kelamin
vi. Gigi dan Mulut
vii. Paru
3. Instalasi Rawat Inap
a. Ruang Perawatan NAPZA
b. Ruang Komplikasi Medik
i. MPE / Rehabilitasi
c. Ruang High Care Unit (HCU)
4. Fasilitas Penunjang
a. Farmasi
b. Laboratorium
i. Pemeriksaan Patologi Klinik
* Pemeriksaan hematologi
* Pemeriksaan koagulasi
* Pemeriksaan urin
* Pemeriksaan kimia klinik
* Pemeriksaan imunoserologi
* Pemeriksaan BTA sputum
ii. Pemeriksaan Toksikologi
*Tes skrining dengan metode imunokromatografi (rapid test) atau
dengan metode Enzime Immuno Assay (EMIT= Enzime Multiplied
Immunoassay Technique)
*Tes konfirmasi dengan GCMS (Gas Chromatography Mass
Spectrophotometry)
c. Radiologi
i. Tr. Respiratorius
ii. Kraniofasial
iii. Tr. Digestivus
iv. Ekstremitas atas
v. Ekstremitas bawah
vi. Tulang belakang
vii. USG
d. Rehabilitasi Medik
i. Modalitas yang digunakan :
* MWD (Microwave Diathermy)
* TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)
* Stimulasi elektrik
* ultrasound
* Infrared
* Inhalasi
ii. Latihan yang diberikan :
* Latihan pasif
* Latihan aktif
* Latihan penguatan
* Latihan penguluran (stretching)
* Latihan jalan, koreksi postur
* Latihan pernapasan
e. Psikososial
f. Gizi
g. Pendidikan dan Penelitian
h. Dokumentasi, Publikasi dan Perpustakaan
Pelayanan Unggulan RSKO:
1. Pelayanan NAPZA komprehensif : penerimaan awal (initial intake), detoksifikasi,
rehabilitasi pelayanan untuk komplikasi medik, dual diagnosis dan terapi rumatan
metadon dan buprenorfin.
2. Sebagai pengampu layanan program rumatan metadon / PTRM
3. Memberi pelatihan dan pendidikan dari berbagai profesi di bidang pelayanan
ketergantungan NAPZA (pelayanan akibat gangguan yang berhubungan dengan zat)
4. Menjadi bagian dari jejaring dunia melalui kolaborasi badan dunia (WHO, UNODS,
UNAIDS) menyusun pedoman terapi dan pelatihan serta modulnya untuk kepentingan
internasional, regional dan nasional
5. Menjadi narasumber bagi pelatihan, pelayanan, dan penyusunan perencanaan terapi
ketergantungan NAPZA dan HIV/AIDS
6. Menjadi bagian jejaring pelayanan kesehatan HIV/AIDS dalam promosi, prevensi, terapi
dan penelitian
Motto dari RSKO adalah Ramah, Sigap, Kasih, Orientasi pada pasien. Menurut
sambutan dari Direktur Utama RSKO, dr. Laurensius Panggabean, Sp. KJ,MKK, motto orientasi
sebaiknya diubah menjadi Optimistik, karena pasien yang dirawat harus optimis dapat pulih.
Program Rumatan Methadone
Program rumatan methadone merupakan salah satu program unggulan dari RSKO. RSKO
mengadakan program rumatan methadone untuk tujuan Harm Reduction yaitu mencegah
penularan dari HIV AIDS, Hepatitis B dan C dan infeksi lain yang ditimbulkan akibat pemakaian
jarum suntik secara bergilir dan juga mengurangi angka kejadian tindak kriminal karena
penyalahgunaan zat.
Selain itu, terapi methadone memiliki manfaat lain yaitu:
a. Methadone dapat mendorong pasien untuk hidup lebih sehat.
b. Dosis methadone yang tepat diharapkan dapat menghentikan penggunaan heroin.
c. Methadone akan membuat pasien stabil mental dan emosional, sehingga dapat menjalani
hidup normal.
RSKO tidak memberikan terapi methadone kepada setiap pasien penyalahgunaan zat.
Syarat untuk mengikuti program terapi rumatan methadone di RSKO adalah:
1. Usia penderita ketergantungan opiat minimal 18 tahun, bersedia mengikuti program
rumatan selama minimal satu tahun.
2. Memiliki ketergantungan opiat minimal 1 tahun, memiliki riwayat peningkatan dosis
(toleransi) dan telah menjalani pengobatan cara lain namun tetap gagal
3. Ditemani oleh keluarga (orang tua/ wali) sesuai dengan peraturan dari RSKO
4. Bersedia menjalani pemeriksaan urin.
Dosis awal untuk terapi rumatan methadone adalah sekitar 20-30 miligram. Dosis ini
akan disesuaikan oleh dokter yang merawat dan bila perlu dapat dinaikkan secara bertahap
sampai terjadi kesesuaian dengan kebutuhan pasien dengan syarat tidak sampai 50 mg dalam 1
minggu. Metadhone yang diberikan harus diminum setiap hari dan di depan petugas klinik
methadone.
Instalasi Rehabilitasi RSKO
RSKO memiliki Residential Treatment House Halmahera untuk program rehabilitasi.
Pelayanan rehabilitasi RSKO merupakan perawatan yang bersifat Hospital Based, berbeda
dengan yang diterapkan pada program rehabilitasi BNN LIDO yang lebih bersifat Community
Based. Pendekatan yang dilakukan bersifat Therapeutic Community.
Pada Regular Program, Ada empat tahapan yang akan dijalankan oleh residen selama
masa pemulihannya di RSKO yaitu:
a. Fase Induksi
Tahap adaptasi untuk penyesuain diri residen terhadap program pemulihan yang akan
dijalani dan tahap pengenalan kepada kultur dan peraturan yang ada di Halmahera
house.
b. Program Primary
Program untuk mengarahkan residen menerima dan menyadari bahwa dirinya adalah
seorang pecandu yang membutuhkan pertolongan, menumbuhkan motivasi dari
dalam untuk berubah, serta menyadari bahwa di samping masalah penyalahgunaan
narkoba, ada masalah yang lebih penting yaitu masalah perilaku. Pada program ini,
residen akan diperkenalkan 12 langkah dari Narcotic Anonymous dan Therapeutic
Community.
c. Program Pre Re-Entry
Program ditujukan untuk stabilisasi sikap dan perilaku hidup sehat dan bertanggung
jawab. Program ini juga sebagai persiapan residen untuk masuk ke dalama fase Re-
Entry.
d. Program Re-Entry
Program ini bertujuan untuk mengembangkan sikap dan perilaku bertanggung jawab
serta pemantapan sikap dan perilaku hidup sehat di dalam lingkungan keluarga dan
lingkungan sosial. Program ini juga membekali residen dengan coping skill dan stress
management, mengendalikan emosi dan reaksi diri, serta penambahan wawasan untuk
masa depan.
Selain Regular Program, ada juga Special Program, di mana program ini ditujukan untuk
residen yang mempunyai masalah kecanduan narkoba dan gangguan mental atau gangguan fisik.
Program ini bersifat “tailored made” yang berarti setiap program untuk residen disesuaikan
dengan kebutuhan individu tersebut, dan dilakukan secara komprehensif dan profesional dari
berbagai disilplin ilmu.
Aftercare Program adalah salah satu program yang akan ditempuh oleh setiap residen
yang telah menyelesaikan baik Regular Program maupun Special Program. Aftercare Program
bertujuan untuk menyediakan dukungan bagi residen untuk kembali ke masyarakat dan untuk
memastikan penyelesaian program pemulihan secara keseluruhan.
Instalasi Psikososial
Layanan Klinik Psikologi RSKO berusaha membantu masyarakat dengan layanan baik
bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap. Layanan psikologi yang diberikan oleh instalasi
psikososial disesuaikan dengan berbagai kebutuhan dan usia pasien. Jenis layanan psikologi
yang bisa diberikan antara lain:
1. Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, layanan psikologi yang diberikan mencakup:
a. Tes kematangan sekolah
b. Tes IQ dan minat bakat
c. Seleksi penerimaan siswa baru
d. Seleksi Siswa kelas akselerasi penjurusan bidan studi (IPA-IPS) dan Bidang kerja
yang tepat untuk digeluti
2. Industri dan Organisasi
Dalam bidang industri dan organisasi, layanan psikologi yang diberikan mencakup:
a. Rekrutmen dan seleksi calon pegawai
b. Penempatan karyawan
c. Promosi karyawan
d. Coaching
e. Employee Assistant Program
3. Klinis
Dalam bidang klinis, layanan psikologi yang diberikan mencakup:
a. Konseling adiksi NAPZA
b. Konseling gangguan perkembangan anak dan remaja
c. Konseling masalah sosial, keluarga, pekerjaan, pernikahan
d. Konsultasi masalah pribadi dan sebagainya
Data Demografi Pasien RSKO
Pasien yang dirawat di RSKO kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Jenis zat yang
paling banyak digunakan pada pasien yang dirawat di RSKO baik rawat jalan maupun rawat inap
adalah heroin/putaw. Relaps Rate RSKO mencapai sekitar 30%. Masalah komplikasi utama yang
dirawat oleh RSKO adalah HIV-AIDS dengan infeksi oportunistik. Selain menerima pasien yang
datang dengan HIV-AIDS, RSKO juga sering menerima pasien rujukan rumah sakit lain yang
menderita HIV-AIDS. Berikut adalah tarif yang berlaku di RSKO:
Tarif Instalasi Rawat Jalan
Register poliklinik 10.000
Register metadon 5000
Surat Bebas Narkotika (SBN) Paket 210.000
Surat Keterangan Sehat Jiwa 500.000
- Konsultasi Dokter Spesialis 80.000
- Konsultasi Dokter Umum 40.000
- Konsultasi Dokter Gigi 40.000
- VCT/CST 40.000
- Pelayanan Metadon 10.000
Pemeriksaan Laboratorium
- Urinalisis 1 zat 50.000
- Urinalisis 3 zat 95.000
- Urinalisis 5 zat 140.000
- CD4 120.000
- Anti HIV 114.000
Pemeriksaan Radio Diagnostik
- Thorax PA 70.000
- USG Abdomen Lengkap 200.000
- EKG 50.000
Biaya Kamar Rawat Inap/hari
- VIP 550.000
- Kelas I 325.000
- Kelas II 250.000
- Kelas III 65.000
- High Care Unit 325.000
- Rehabilitasi 4.370.000