Post on 08-Apr-2016
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
i
Sesuai dengan SP No. KPA/SP/DPU-I-S/PU/X/2011 tanggal 17 Oktober 2011 antara
Pengguna Jasa pekerjaan ini adalah Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimahi Kuasa Pengguna
Anggaran Bidang Permukiman dan Perumahan dengan PT. Secon dWitunggal Putra
tentang Pekerjaan Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi, maka kami
melaporkan :
LAPORAN INTERIM
Dalam laporan ini diuraikan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Apresiasi,Lokasi,
Koordinasi dan Arahan, Tinjauan Sosial Ekonomi, Tinjauan RTRW, Hidrologi, Identifikasi
dan Inventarisasi Kondisi Eksisting serta Konsep Penyusunan Master Drainase.
Demikian Laporan ini disampaikan untuk memberikan gambaran pekerjaan, saran dan
masukan dari direksi pekerjaan diharapkan dapat menyempurnakan laporan ini.
Bandung, Desember 2011 PT. SECON Dwitunggal putra
DRS. Radjulaini, MPd Team Leader
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
ii
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang I-1
1.2 Maksud dan Tujuan I-2
1.3 Sasaran I-2
1.4 Waktu Pelaksanaan I-4
1.5 Nama Organisasi Pengguna Jasa I-4
1.6 Nama dan Ruang Lingkup Wilayah Pekerjaan I-4
1.7 Lingkup Kegiatan I-7
BAB II. APRESIASI, LOKASI, KOORDINASI DAN ARAHAN
2.1 Wilayah Administratif Cimahi II-1
2.2 Kondisi Fisik Kota Cimahi II-3
2.2.1 Kondisi Geologi II-3
2.2.2 Kondisi Topografi II-3
2.2.3 Kondisi Hidrologi II-4
2.2.4 Iklim dan Curah Hujan II-5
2.3 Tata Guna Lahan II-5
2.4 Kondisi Prasarana dan Sarana Jalan II-5
2.5 Rekap Hasil Koordinasi dan Arahan II-6
2.6 Batas – batas Daerah Perencanaan II-6
2.7 Identifikasi dan Inventarisasi Permasalahan Umum dan
Spesifikasi Lokasi II-8
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
iii
2.8 Permasalahan Kawasan Perkotaan Cimahi II-9
BAB III. TINJAUAN SOSIAL DAN EKONOMI
3.1 Tinjauan Sosial III-1
3.1.1 Fasilitas Pendidikan III-1
3.1.2 Fasilitas Kesehatan III-7
3.1.3 Fasilitas Peribadatan III-9
3.1.4 Fasilitas Permukiman/Perumahan III-12
3.2 Tinjauan Ekonomi III-13
3.2.1 Ekonomi Makro III-13
3.2.2 Ekonomi III-18
3.2.3 Usaha Masyarakat III-20
BAB IV. HIDROLOGI
4.1 Analisa Curah Hujan IIV-1
4.2 Intensitas Hujan IIV-2
4.2.1 Model Intensitas Hujan Mononobe IIV-2
4.2.2 Model Intensitas Hujan Mononobe Modifikasi (MMK) IIV-9
4.3 Debit Banjir Rencana Berdasarkan Intensitas Hujan IIV-24
BAB V. IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI KONDISI EKSISTING
5.1 Identifikasi Dan Inventarisasi Lapangan IV-1
5.2 Kondisi Drainase Ekisting IV-1
5.2.1 Permasalahan Drainase Perkotaan IV-2
5.2.2 Permasalahan Drainase Ibukota Kecamatan IV-6
BAB VI. KONSEP PENYUSUNAN MASTER DRAINASE
6.1 Umum VI-1
6.2 Acuan Teknis Formal VI-1
6.3 Konsep Eko-Hidraulik dalam Drainase VI-8
6.3.1 Fungsi Sungai sebagai Saluran Drainase VI-8
6.3.2 Pelurusan Sungai, Sudetan dan Tanggul VI-9
6.3.3 Drainase Ramah Lingkungan VI-9
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
iv
6.3.4 Eko-Engineering dalam Eko-Hidraulik VI-12
6.4 Prinsip-prinsip Teknis Master Plan Drainase Kota Cimahi VI-17
6.5 Strategi Pelaksanaan Pekerjaan VI-17
6.6 Indikasi Program VI-21
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
v
Tabel 2.1 Data Administrasi Kota Cimahi II-2
Tabel 2.2 Data DAS Kota Cimahi II-11
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk dan Komposisi Penduduk Kabupaten
Sumedang Tahun 2003 – Tahun 2009 II-24
Tabel 2.4 Kepadatan Penduduk Kota Cimahi Tahun
2003 - Tahun 2009 (sampai 17 Agustus 2009) II-25
Tabel 3.1 Jumlah TK, Kelas dan siswa menurut Kelompok di Kota Cimahi III-2
Tabel 3.2 Jumlah SD, siswa Negeri dan swasta Menurut kelas di Kota
Cimahi III-3
Tabel 3.3 Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Siswa Negeri dan swasta di
Kota Cimahi III-4
Tabel 3.4 Jumlah SLTP, Siswa Menurut Kelas di Kota Cimahi III-5
Tabel 3.5 Jumlah SMU,Siswa Menurut Kelasa di kota Cimahi III-6
Tabel 3.6 Jumlah SMK, Siswa Menurut Kelas di Kota Cimahi III-7
Tabel 3.7 Jumlah Rumah Sakit Menurut Kecamatan di Kota Cimahi III-9
Tabel 3.8 Jumlah Rumah Sakit Menurut Kecamatan di Kota Cimahi III-10
Tabel 3.9 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan di Kota Cimahi III-11
Tabel 3.10 Jumlah Tempat Perbadatan Umat Islam di Kota Cimahi III-12
Tabel 3.11 Jumlah sarana Peribadatan Agama Kristen Protestan, Katolik,
Hindu dan Budha di Kota Cimahi III-13
Tabel 4.1 Nomor Urut Data Intensitas Hujan Berdasarkan Metode
Gingorten IV-5
Tabel 4.2 Nilai Intensitas Hujan Berdasarkan Metode Gingorten IV-5
Tabel 4.3 Tabel Perhitungan Nilai tetapan Model Intensitas Hujan
Mononobe untuk Periode ulang T = 2 IV-6
Tabel 4.4 Nilai tetapan m dan R24/24 untuk setiap Periode Ulang IV-7
Tabel 4.5 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe untuk Lokasi kajian IV-8
Tabel 4.6 Nomor Urut Data, Curah Hujan Harian dan Koefisien R 24
24
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
vi
Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Dago Pakar IV-11
Tabel 4.7 Nomor Urut Data, Curah Hujan Harian dan Koefisien R 24
24
Berdasarkan data curah hujan Stasiun Pengamatan Cipeusing IV-11
Tabel 4.8 Nomor Urut Data, Curah Hujan Harian dan Koefisien R 24
24
Berdasarkan data curah hujan Stasiun Pengamatan Margahayu IV-12
Tabel 4.9 Formulasi untuk Menghitung Tetapan mh untuk Setiap t (jam)
Berdasarkan data curah hujan Stasiun Pengamatan Cipeusing IV-13
Tabel 4.10 Formulasi untuk Menghitung Tetapan mh untuk Setiap t (jam)
Berdasarkan data curah hujan Stasiun Pengamatan Margahayu IV-13
Tabel 4.11 Formulasi untuk Menghitung Tetapan mh untuk Setiap t (jam)
Berdasarkan data curah hujan Stasiun Pengamatan Dago Pakar IV-14
Tabel 4.12 Formulasi dan Tetapan mh untuk Model Mononobe yang Telah
Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun
Hujan Margahayu IV-14
Tabel 4.13 Formulasi dan Tetapan mh untuk Model Mononobe yang Telah
Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun
Cipeusing IV-15
Tabel 4.14 Formulasi dan Tetapan mh untuk Model Mononobe yang Telah
Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun
Margahayu IV-15
Tabel 4.15 Hubungan antara mh dengan Durasi Hujan (t:jam) dan Formulasi
Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan
data curah hujan Dago Pakar IV-16
Tabel 4.16 Hubungan antara mh dengan Durasi Hujan (t:jam) dan Formulasi
Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan
data curah hujan Cipeusing IV-16
Tabel 4.17 Hubungan antara mh dengan Durasi Hujan (t:jam) dan Formulasi
Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan
data curah hujan Stasiun Margahayu IV-17
Tabel 4.18 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Dago Pakar IV-18
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
vii
Tabel 4.19 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah
Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun
Hujan Cipeusing IV-19
Tabel 4.20 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah
Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun
Hujan Margahayu IV-21
Tabel 4.21 Harga C Berdasarkan Type Catchment Area IV-23
Tabel 5.1 Rekapitulasi Permasalahan Drainase Eksisting V-2
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
viii
Gambar 2.1 Citra Google Earth Daerah Perkotaan Cimahi II-7
Gambar 2.2 Drainase dijalan Melong drainase tertutup sedimen sampah II-9
Gambar 2.3 Drainase rusak di sekitar daerah Melong dan tertutup sedimen II-9
Gambar 2.4 Sungai yang tertutup sedimen sehingga air menjadi tinggi II-10
Gambar 2.5 Drainase di sekitar Cibeureum yang dialiri air limbah II-10
Gambar 2.6 Saluran Drainase yang tertutup sampah di daerah Cibeureum II-11
Gambar 2.7 Saluran drainase tertutup di bawah fly Over Cimindi II-11
Gambar 2.8 Drainase di sekitar Cimindi yang tertutup sedimen dan sampah II-12
Gambar 2.9 Gorong-gorong di bawah Fly Over Cimindi yang tertutup sampah II-12
Gambar 2.10 Dimensi Gorong-gorong yang kecil dan tertutup sampah di sekitar
Cimindi II-13
Gambar 2.11 Drainase tertutup sedimen, sampah dan batu II-13
Gambar 2.12 Saluran Drainase di daerah Cibaligo II-14
Gambar 2.13 Dimensi saluran yang tidak memadai di sekitar Cibaligo II-14
Gambar 2.14 Drainase yang menempel dengan rumah warga serta tertutup
sedimen II-15
Gambar 2.15 Drainase di daerah Cihanjuang dan tertutup sampah II-15
Gambar 2.16 Pada tanggal 22 Oktober di Cihanjuang terjadi banjir akibat hujan
yang cukup besar serta dimensi saluran yang tidak memadai II-16
Gambar 2.17 Akibat dimensi yang tidak memadai air meluap dan menggenang
di jalan II-16
Gambar 2.18 Hujan yang cukup deras menggenangi jalan di bawah fly over
Cimindi II-17
Gambar 2.19 Debit air yang cukup besar di salah satu saluran drainase di
sekitar Cimindi II-17
Gambar 2.20 Akibat air meluap ke jalan aktivitas terganggu sehingga
mengakibatkan kemacetan II-18
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
ix
Gambar 2.21 Drainase di Cisangkan yang tertutup sedimen dan batu II-18
Gambar 2.22 Sedimen dan sampah yang cukup tebal menghambat aliran air II-19
Gambar 2.23 Saluran yang rusak akibat kurangnya pemeliharaan II-19
Gambar 2.24 Saluran yang tetutup sampah di wilayah Leuwi gajah II-20
Gambar 2.25 Saluran yang menuju sungai dengan dimensi yang kecil dan
tertutup material II-20
Gambar 2.26 Embung Leuwi gajah II-21
Gambar 2.27 Pencatatan hasil survey lapangan dan pengambilan koordinat
dengan menggunakan GPS II-21
Gambar 2.27 Koordinasi pada saat survey lapangan II-22
Gambar 4.1. Flowchart Analisis Hidrologi IV -3 Gambar 4.2. Grafik Model Intensitas Hujan (Gringorten) IV -5 Gambar 4.3. Grafik Model Intensitas Hujan Mononobe IV -8 Gambar 4.4. Flowchart Analisis Hidrologi Menggunakan MMK IV -10 Gambar 4.5 Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan
(MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Dago
Pakar
IV -18
Gambar 4.6. Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan
(MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Cipeusing IV -19
Gambar 4.7. Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan
(MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan
Margahayu
IV -20
Gambar 4.9. Langkah Perhitungan Debit Banjir Maksimum Drainase IV -24 Gambar 6.1. Ilustrasi alur air hujan di rumah VI -11 Gambar 6.2. Kerangka berpikir penyusunan Master Plan Drainase Kota
Cimahi VI -19
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
I - 1
1.1. Latar Belakang
ota Cimahi terletak 10 KM di sebelah barat Kota Bandung sebagai ibu kota Propinsi
Jawa Barat. Kota Cimahi terdiri dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu Kecamatan Cimahi
utara, Kecamatan Cimahi Tengah, dan Kecamatan Cimahi Selatan dengan ketinggian 730 m
diatas permukaan laut, topografi bergelombang dan kemiringan antara 0-15% hampir seluruh
wilayah kota. Hanya tiga kelurahan yang mempunyai kemiringan lebih dari 15% yaitu
kelurahan Cipageran, Padasuka dan Cibeber.
Kota Cimahi mempunyai enam sungai alam yang mengalir dari arah utara ke selatan. Sungai-
sungai tersebut terdapat pada wilayah bagian timur sampai ke barat, yang meliputi Sungai
Cibeureum, Sungai Cilember, Sungai Mancong, Sungai Cimahi, Sungai Cisangkan dan Sungai
Cisasak. Keseluruhan sungai mempunyai daerah pengaliran sungai (DPS) tersendiri yang
bermuara di Sungai Citarum. Sungai-sungai tersebut melalui kawasan permukiman hingga
kawasan industri. Daerah persawahan yang sebelumnya ada, saat ini sudah mulai terkonversi
oleh bangunan-bangunan permukiman dan lain-lain seiring dengan perkembangan kota dan
pertumbuhan penduduk yang memerlukan lahan untuk ditempati. Lebih jauh, dengan
terjadinya alih fungsi sawah menjadi area terbangun, telah menyebabkan alih fungsi saluran
irigasi menjadi saluran drainase yang tentunya memiliki prinsip pengaliran yang berlawanan.
Penduduk Kota Cimahi yang setiap tahunnya bertambah tentunya membutuhkan peningkatan
sarana dan prasarana yang berakibat terhadap perubahan tata guna dan tutupan lahan.
Tutupan lahan dengan perekerasan semakin meningkat karena peningkatan jumlah pemukiman
yang cenderung mengurangi infiltrasi air hujan atau meningkatkan limpasan permukaan (run
off). Perubahan sifat dan karakteristik aliran permukiman ini tentunya harus diikuti dengan
penyesuaian prasarana drainase. Banyaknya konversi lahan yang tidak diikuti dengan
penanganan drainase yang tepat dan berwawasan lingkungan telah menimbulkan banyak
masalah belakangan ini. Konsep drainase yang hanya bertujuan untuk mengalirkan air hujan
secepatnya telah mengakibatkan banyaknya lokasi banjir berikut peningkatan banjir di
beberapa kawasan. Lebih jauh, konsep ini telah menyebabkan berkurangnya resapan air tanah
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
I - 2
yang secara langsung mengancam kelestarian air tanah dan menyebabkan kekeringan. Sistem
drainase yang berwawasan lingkungan menggunakan konsep peningkatan waktu tinggal air
hujan yang jatuh di darat semaksimum mungkin berada di daratan. Usaha yang dilakukan
untuk peningkatan waktu tinggal air hujan di daratan adalah dengan meningkatkan inflitrasi,
perkolasi dan mengurangi debit limpasan air hujan. Meskipun demikian konsep drainase
berwawasan lingkungan harus tetap mampu menjalankan fungsi drainase Pengentasan
masalah banjir tentunya tidak bisa hanya diselesaikan tempat per tempat secara parsial. Untuk
mengatasi permasalahan saluran ini harus dibuat suatu perencanaan yang menyeluruh dan
terintegrasi agar tidak terjadi ‘pemindahan’ masalah banjir dari satu tempat ke tempat yang
lain. Dalam rangka penyelesaian masalah banjir dan penertiban drainase di seluruh kawasan di
Kota Cimahi, pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Pekerjaan Umum selaku instansi teknis
pelaksanaan pembangunan fisik di Kota Cimahi akan membuat masterplan drainase yang
mencakup pekerjaan perencanaan drainase yang menyeluruh dan terintegrasi di seluruh
wilayah kota berikut rencana teknis pelaksanaannya.sebagai pencegah terjadinya genangan
dan banjir.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud : Maksud dari pekerjaan ini adalah sebagai petunjuk bagi Konsultan Perencana yang
memuat azas, kriteria dan proses yang harus dipenuhi, diperhatikan dan
diinterpretasikan di dalam melaksanakan tugas pekerjaan ini.
Tujuan : Tujuannya adalah membuat suatu masterplan drainase sebagai referensi dalam
perencanaan detail teknis drainase Kota Cimahi. Di beberapa lokasi prioritas akan
dilakukan Detail Engineering Design teknis (DED).
1.3. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah secara khusus untuk mengatasi banjir dan secara umum sebagai
bagian dari upaya penataan kota yang manfaatnya diharapkan dapat dirasakan oleh
masyarakat sekota Cimahi. Secara terperinci, sasaran kegiatan ini dapat diuraikan sebagai
berikut :
Menganalisa sistem drainase di Kota Cimahi berdasarkan hasil survey lapangan dan
hasil kajian yang telah ada di Kota Cimahi
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
I - 3
Melakukan perhitungan secara akurat mengenai sistem drainase di Kota Cimahi
sampai dalam kurun waktu 20 tahun ke depan
Menyajikan suatu program secara komprehensif mengenai rencana pembangunan
dan pengembangan saluran drainase Kota Cimahi untuk jangka menengah dalam
rentang waktu 20 tahun ke depan.
Membuat jadwal penanganan prioritas setiap tahunnya
Memilah kegiatan alternatif yang dapat dikelola oleh masyarakat, pemerintah
maupun privatisasi.
1.4. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan untuk Pekerjaan Master Plan Drainase di Kota Cimahi ini adalah 90
(sembilan puluh) hari kalender, terhitung semenjak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai
kerja (SPMK).
1.5. Nama dan Organisasi Pengguna jasa Kegiatan Perencanaan Master Plan Drainase di Kota Cimahi, Kuasa Pengguna Anggaran
Bidang Permukiman dan Perumahan Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimahi.
1.6. Lokasi Pekerjaan Lokasi Pekerjaan Master Plan Drainase di Kota Cimahi secara administrasi berada di Kota
Cimahi.
1.7. Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup pekerjaan ini meliputi:
1. Kegiatan Persiapan
a. Pengumpulan data masukan baik primer maupun sekunder
b. Melakukan review data dari laporan studi terdahulu untuk mendapatkan rumusan
permasalahan dan potensi wilayah studi
c. Persiapan Survey
d. Sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat yang melibatkan organisasi
kemasyarakatan, diantaranya Forum Kota Sehat.
2. Kegiatan Survey Lapangan
a. Pengukuran topografi dan pemetaan Masterplan dan Penyusunan DED
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
I - 4
b. Survey Hidrologi, peninjauan ketersediaan air, sedimentasi dan genangan air banjir
serta pengecekan kondisi debit serta pengamatan kondisi catchment areanya
c. Kegiatan Investigasi Geologi / Mekanika Tanah.
3. Kegiatan Analisis data hidrologi dan hidrolika
a. Analisis Hidrologi Kota Cimahi
b. Analisis permasalahan genangan
c. Analisis perhitungan debit limpasan pada DPS
d. Analisis perhitungan unit pelengkap
e. Analisis perhitungan aliran dan dimensi ideal saluran yang mampu mengatasi
permasalahan banjir dalam kurun waktu 5 tahun ke depan berikut alternatif
penyelesaian masalah genangan dan banjir di Kota Cimahi.
4. Kegiatan Pembuatan Master Plan dan DED Drainase
a. Kerangka sistem dan rencana sistem drainase
b. Perencanaan Struktur Desain dan DED Drainase
c. Sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat yang melibatkan organisasi
kemasyarakatan, diantaranya Forum Kota Sehat.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 1
2.1. Wilayah Administratif Kota Cimahi
uas wilayah administratif Kota Cimahi adalah 4.025 Ha yang terdiri atas 3 (tiga)
Kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan.
Batas Wilayah Meliputi :
Sebelah utara : Kecamatan Parongpong, Cisarua dan Ngamprah.
Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari, Sukajadi, Cicendo dan Andir Kota Bandung
Sebelah Selatan : Kecamatan Marga asih, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat
dan Bandung Kulon kota Bandung.
Sebelah Barat : Kecamatan Padalarang, Batujajar, dan Ngamprah Kabupaten
Bandung Barat.
Kota Cimahi memiliki tiga Kecamatan dan 15 Kelurahan, yaitu:
1. Kecamatan Cimahi utara:
• Kelurahan Pasirkaliki
• Kelurahan Cibabat
• Kelurahan Citeureup
• Kelurahan Cipageran.
2. Kecamatan Cimahi Tengah
• Kelurahan Baros
• Kelurahan Karang Mekar
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 2
• Kelurahan Cigugur Tengah
• Kelurahan Setiamanah
• Kelurahan Padasuka
• Kelurahan Cimahi
3. Kecamatan Cimahi Selatan
• Kelurahan Cibeber
• Kelurahan Leuwigajah
• Kelurahan Utama
• Kelurahan Melong
• Kelurahan Cibeureum.
Gambar 2.1. Peta Lokasi Kajian
a. RW 02 Melong
b. Kelurahan utama
c. Kelurahan Padasuka
d. Kelurahan Cibeureum
e. Kelurahan Pasirkaliki
f. Jalan Cihanjuang
g. Kali Cimahi
h. Kelurahan Cibabat
i. Aliran Cibaligo
j. Fly Over Cimindi b
c
a
a
g
f
a
d
h
i
e
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 3
Luas wilayah Kecamatan Cimahi Utara 13,31 km², Kecamatan Cimahi Utara 10 km² dan
Kecamatan Cimahi Selatan 40,25 km².
Secara geografis wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah selatan,
dengan ketinggian di bagian utara ± 1,040 meter dpl ( Kelurahan Cipageran Kecamatan Cimahi
Utara), yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Perahu serta
ketinggian di bagian selatan sekitar ± 685 meter dpl (Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi
Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum.
Sungai yang melalui Kota Cimahi adalah Sungai Cimahi dengan debit air rata-rata 3.830 l/dt,
dengan anak sungainya ada lima yaitu Kali Cibodas, Ciputri, Cimindi, Cibeureum (masing-
masing di bawah 200 l/dt) dan Kali Cisangkan (496 l/dt), sementara itu mata air yang terdapat
di Kota Cimahi adalah mata air Cikuda dengan debit air 4 l/dt dan mata air Cisintok (93 l/dt).
2.2. Kondisi Fisik Kota Cimahi
2.2.1. Geologi
Kondisi geologi alam kota cimahi, terdiri atas 4 (empat) formasi tanah yaitu
• Batuan tufa, berbatu apung sedang, penyebarannya di sebagian besar wilayah
kecamatan cimahi tengah dan kecamatan cimahi selatan.
• Batuan basal tinggi, penyebaranya di wilayah cimahi utara dan sebagian kecil di
kelurahan cibeber kecamatan cimahi selatan.
• Batuan andesit, penyebarannya di sebagian wilayah kecamatan cimahi selatan yaitu
kelurahan cibeber dan kelurahan leuwigajah.
• Tufa pasir, penyebarannya di sebagian kecil wilayah kelurahan cipageran kecamatan
cimahi utara.
2.2.2. Kondisi Topografi
Kondisi topografi dan kemiringan Kota Cimahi dapat dikelompokan dalam 3 (tiga) klasifikasi
yaitu:
• Tingkat kemiringan 0 – 8 %, pada kawasan atau lahan seluruh wilayah Kota Cimahi
yang berada pada ketinggian antara +700 hingga +800 m di atas permukaan laut (dpl).
• Tingkat kemiringan 8 – 15 %, berada pada kawasan sebelah utara cimahi yaitu di
Kelurahan Cipageran terletak pada ketinggian antara +725 sampai +800 m dpl.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 4
• Tingkat kemiringan 15 – 40 %, berada di kawasan Kecamatan Cimahi Selatann,
tepatnya di perbukitan Gunung Bohong, Kelurahan Cibeber dan Kelurahan Leuwigajah
pada ketinggian antara +800 dan +1000 m dpl.
2.2.3. Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi Kota Cimahi yang terletak di
hulu Sungai Citarum. Kota Cimahi berada dalam bagian cekungan Bandung dan salah satu
daerah lembah Sungai Citarum. Hujan yang jatuh padaDPS di Kota Cimahi cenderung
memberikan limpasan yang cukup besar akibat perubahan tutupan lahan yang terjadi. Tutupan
lahan di Kota Cimahi sebagian besar merupakan tutupan bukan vegetasi. Data penggunaan
lahan di Kota Cimahi pada tahun (2003) menunjukan bahwa :
• Permukiman : 66,52 %
• Pemerintahan : 0,55 %
• Kompleks Militer : 7,97 %
• Perdagangan dan jasa : 1,98 %
• Industri : 6,51 %
Total luas lahan bukan vegetasi adalah 83,53%. Total luas lahan dengan tutupan vegetasi
hanya tinggal 16,47 %. Tutupan lahan vegetasi ini meliputi lahan untuk sawah, lahan kering,
kolam jalur hijau dan peruntukan lahan lainnya. Kecilnya tutupan lahan vegetasi ini
menentukan sifat hidrologi yaitu dengan semakin kecik infiltrasi dan perkolasi yang terjadi.
Kecilnya air hujan yang terinfiltrasi tersebut dapat mengakibatkan terancamnya cadangan air
tanah di Kota Cimahi maupun daerah yang berada di hilir dari DPS yang berada di Kota Cimahi.
Ancaman terhadap cadangan air tanah Kota Cimahi ini dapat dikurangi dengan meningkatkan
infiltasi dengan mempergunakan rekayasa imbuhan buatan.
Berkaitan dengan kondisi hidrologi Kota Cimahi yang spesifik tersebut maka system drainase
Kota Cimahi harus memergunakan system drainase berwawasan lingkungan dengan
mempertahankan waktu tinggal air hujan selama mungkin berada di darat. System drainase
konvensional dengan mempersingkat waktu tinggal air hujan berada di darat akan mengancam
kelestarian air tanah Kota Cimahi. Berkurangnya air tanah di Kota Cimahi akan menyebabkan
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 5
berkurangnya volume air tanah dan dapat menyebabkan bencana kekeringan di Kota Cimahi
pada waktu yang akan datang.
2.2.4. Iklim Dan Curah Hujan
Keadaan iklim Kota Cimahi tidak jauh berbeda dengan keadaan iklim daerah sekitarnya seperti
Kabupaten dan Kota Bandung. Jumlah curah hujan rata-rata setiap harinya yaitu sebesar 50,13
mm, musim hujan biasanya terjadi pada bulan November – April dan musim kemarau terjadi
padabulan Mei – Oktober. Suhu udara di Kota Cimahi berkisar antara 18° - 32°C, suhu
minimum berkisar antara 18° - 26°C dan suhu maksimum berkisar antara 27° - 32°C.
2.3. Tata Guna lahan
Berdasarkan data tahun 1976 penggunaan lahan di Kota Cimahi sebagian besar penggunaan
lahannya berupa sawah dengan luas sebesar 2.033,277 Ha atau 48,48% dari luas wilayah Kota
Cimahi. Sedangkan penggunaan lahan untuk pemukiman hanya seluas 768,887 Ha (18,31%).
Seiring dengan perkembangan wilayah Cimahi menjadi kawasan perkotaan terjadi ergeseran
penggunaan lahan ( 1976 – 1986 ) yaitu dari kawasan pertanian (sawah, lahan kering, dan
kolam) menjadi kawasan pemukiman yang luasnya sebesar 1.929,649 Ha (45,99%) dari luas
wilayah Cimahi. Pergeseran tersebut secara fungsional keterkaitan dengan wilayah skitar kota,
terutama yang berbatasab langsung dengan arah barat yaitu Kota Bandung dan sebelah timur
yaitu Padalarang dan ngamprah, hal ini terlihat denganmembentuk pola kawasan yang sah
terbangun mengikuti ruas jalan raya utama.
Ditinjau dari prosentase perkembangan per tahun (1976 – 2000), perkembangan terbesar
terjadi pada penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa (14,42%), pemukiman (10,34%),
pemerintahan sebesar (9,93%), serta industry (7,03%). Sedangkan penurunan terbesar adalah
penggunaan lahan untuk jalur hijau (-3,73% per tahun) dan sawah (-3,55% per tahun).
2.4. Kondisi Prasarana dan Sarana Jalan
Sistem jaringan transportasi di Kota Cimahi menyangkut sistem transportasi darat, yaitu
jaringan jalan utama dan jaringan jalan kereta api. Jaringan jalan utama di Kota Cimahi saat ini
yang membentuk struktur kota akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan arus barang
dan orang ke Kota Cimahi. Jaringan jalan utama di Kota Cimahi berdasarkan fungsi jalanya
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 6
dapat diklasifikasikan ke dalam jalan tol jalan arteri sekunder, sedangkan berdasarkan status
jalan dari hasill sensus adalah sebagai berikut:
• Jalan tol : Panjang 17 Km, lebar 12 – 40 m
• Jalan Nasional/Negara : Panjang 8 Km, lebar 13 – 20 m
• Jalan Kabupaten : Panjang 43 Km, lebar 3 – 11 m
• Jalan Desa : Panjang 88 Km, lebar 3 – 6 m
Berdasarkan kondisi jalan yang ada tercatat bahwa 73,44% pada kondisi baik, 17,19% pada
kondisi sedang, 3,13% pada kondisi rusak. Jaringan jalan utama yaitu pada jalan raya Cimahi
dan seolah-olah membagi dua bagian, merupakan tempat pertemuan arus lalu lintas berbagai
simpul jalan, sehingga akan menjadi penyumbang padatnya lalu lintas dan ditandai adanya
kemacetan. Kemacetan lainnya di Kota Cimahi dapat diidentidikasikan dari beberapa ruas jalan
seperti Persimpangan Tagog, Jalan Baros, Jalan Cimindi, Jalan Kerkof dan pasar antri.
2.5. Rekap Hasil Koordinasi dan Arahan
Berdasarkan hasil koordinasi dengan Bidang Permukiman dan perumahan Dinas Pekerjaan
Umum Kota Cimahi diinformasikan daerah banjir/Genangan di Kota Cimahi sebagai berikut:
1. RW 02 Melong
2. Kelurahan Utama Ciujung
3. Kelurahan Padasuka (Cisangkan & Jalan Usman Damiri)
4. Kelurahan Cibeureum
5. Kelurahan Pasir Kaliki ( Ciwaruga Selatan)
6. Jalan Cihanjuang
7. Kali Cimahi
8. Cibabat (RS - Bank Jabar)
9. Aliran Cibaligo
10. Fly Over Cimindi
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 7
2.6. Batas-batas Daerah Perencanaan
Sesuai dengan arahan Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pekerjaan Master Plan Drainase Perkotaan
Kota Cimahi dan arahan rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan, maka cakupan lokasi
pekerjaan adalah
1. Secara administratif. lokasi pekerjaan mencakup seluruh wilayah Kota Cimahi.
2. Secara Umum yaitu Daerah Kota Cimahi
3. Kawasan, mencakup gambaran utuh dan rencana induk yang menyeluruh, namun fokus
kajian adalah kawasan fasilitas sosial, fasilitas umum, pemerintahan, pemukiman dan
pariwisata.
4. Secara hidrologis, mencakup satuan-satuan hidrologis menurut batas-batas basin
(cekungan) di Kota Cimahi dan Sekitarnya.
Gambar 2.1. Citra Google Earth Daerah Perkotaan Cimahi
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 8
2.7. Identifikasi dan inventarisasi permasalah umum dan spesifik lokasi
Berdasarkan hasil koordinasi dan pengamatan dapat dikemukakan beberapa permasalahan
umum drainase saat ini. Permasalahan tersebut antara lain adalah:
(1) Luapan dan genangan limpasan permukaan (limpasan hujan) yang terjadi pada hampir
setiap kejadian hujan. Kondisi ini berpotensi, merusak atau mempercepat kerusakan
sarana dan prasarana kota, memberikan ketidaknyaman bagi warga.
(2) Kapasitas saluran dan gorong-gorong yang sudah tidak memadai. Kondisi ini, dapat
disebabkan oleh desain yang tidak memadai atau karena volume limpasan permukaan
yang sudah jauh meningkat dibanding ketika saluran drainase didesain/dibangun.
(3) Pertumbuhan kawasan kota yang cepat, alih fungsi lahan, pembangunan kawasan
pemukiman baru, berkurangnya kawasan retensi dan resapan, dan tidak/kurang-nya
upaya pengendalian limpasan di tingkat lokal, memberikan andil signifikan terhadap
pertambahan volume limpasan
(4) Integrasi dan konsistensi sistem jaringan drainase yang belum memadai. Dalam hal ini
terkait belum terciptanya satuan sistem drainase yang saling terkait, saling mendukung
dan terintegrasi, mulai dari tersier, sekunder hingga primer. Sistem drainase eksisting,
masih bersifat spot-spot (setempat) baik dilihat dari aspek sistem jaringan maupun
dimensinya.
(5) Adanya Saluran-saluran drainase yang terputus.
(6) Sangat terbatasnya upaya pembangunan dan operasi dan pemeliharaan. Pembangunan
saluran/sistem drainase baru cenderung lebih lambat dibandingkan dengan pertubuhan
fasilitas dan penduduk kota. Di sisi lain, operasi dan pemeliharaan pada jaringan yang
ada, tidak bisa mengimbangi penurunan fungsi dan laju kerusakan jaringan drainase
yang ada.
(7) Kondisi daerah yang relatif datar dan berada di posisi cekungan/ lebih rendah dari
badan jalan atau sungai.
(8) Rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terkait dengan optimalisasi fungsi
saluran/system drainase. Terdapat di hampir setiap lokasi prioritas, saluran drainase
yang ada tidak dapat berfungsi atau bahkan saluran sudah tidak tampak lagi karena
sedimentasi dan sampah
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 9
2.8. Permasalahan Kawasan Perkotaan Cimahi Hampir seluruh item permasalahan yang disebutkan pada Subab 2.4 di atas secara jelas
ditemui di kawasan Perkotaan Cimahi dan sekitarnya. foto lapangan berikut akan memperjelas
kondisi di lokasi.
Gambar 2.2. Drainase dijalan Melong drainase tertutup sedimen sampah
Gambar 2.3. Drainase rusak di sekitar daerah Melong dan tertutup sedimen
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 10
Gambar 2.4. Sungai yang tertutup sedimen sehingga air menjadi tinggi
Gambar 2.5. Drainase di sekitar Cibeureum yang dialiri air limbah
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 11
Gambar 2.6. Saluran Drainase yang tertutup sampah di daerah Cibeureum
Gambar 2.7. Saluran drainase tertutup di bawah fly Over Cimindi
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 12
Gambar 2.8. Drainase di sekitar Cimindi yang tertutup sedimen dan sampah
Gambar 2.9. Gorong-gorong di bawah Fly Over Cimindi yang tertutup sampah
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 13
Gambar 2.10. Dimensi Gorong-gorong yang kecil dan tertutup sampah di sekitar Cimindi
Gambar 2.11. Drainase tertutup sedimen, sampah dan batu
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 14
Gambar 2.12. Saluran Drainase di daerah Cibaligo
Gambar 2.13. Dimensi saluran yang tidak memadai di sekitar Cibaligo
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 15
Gambar 2.14. Drainase yang menempel dengan rumah warga serta tertutup sedimen
Gambar 2.15. Drainase di daerah Cihanjuang dan tertutup sampah
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 16
Gambar 2.16. Pada tanggal 22 Oktober di Cihanjuang terjadi banjir akibat hujan yang cukup besar serta dimensi saluran yang tidak memadai
Gambar 2.17. Akibat dimensi yang tidak memadai air meluap dan menggenang di jalan
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 17
Gambar 2.18. Hujan yang cukup deras menggenangi jalan di bawah fly over Cimindi
Gambar 2.19. Debit air yang cukup besar di salah satu saluran drainase di sekitar Cimindi
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 18
Gambar 2.20. Akibat air meluap ke jalan aktivitas terganggu sehingga mengakibatkan kemacetan
Gambar 2.21. Drainase di Cisangkan yang tertutup sedimen dan batu
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 19
Gambar 2.22. Sedimen dan sampah yang cukup tebal menghambat aliran air
Gambar 2.23. Saluran yang rusak akibat kurangnya pemeliharaan
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 20
Gambar 2.24. Saluran yang tetutup sampah di wilayah Leuwi gajah
Gambar 2.25. Saluran yang menuju sungai dengan dimensi yang kecil dan tertutup material
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 21
Gambar 2.26. Embung Leuwi gajah
Gambar 2.27. Pencatatan hasil survey lapangan dan pengambilan koordinat dengan menggunakan GPS
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 22
Gambar 2.28. Koordinasi pada saat survey lapangan
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 1
3.1. Tinjauan Sosial
Kebijaksanaan pembangunan dibidang sosial menyangkut berbagai aspek memang sangat
kompleks, selain berdampak terhadap ekonomi juga dalam sosial politik masyarakat. Bahkan
keberhasilan pembangunan bidang sosial dapat di evaluasi dan dijadikan sebagai indikator
tahun-tahun selanjutnya.
Keberhasilan pembangunan bidang sosial tidak hanya dapat dilihat dari bentuk fisik saja ,
namun harus dilihat secara keseluruhan, yaitu dari segi fisik dan mental. Segi fisik meliputi
pembangunan sarana dan prasarana misalnya gedung atau penunjang lainnya, sedangkan segi
mental meliputi kondisi mental penduduknya.
Salah satu upaya untuk mencapai delapan jalur pemerataan yang mencakup
usaha/pemerataan dalam rangka pembangunan sosial budaya, Pemerintah Kota Cimahi telah
mengupayakan berbagai usaha meliputi bidang pendidikan, kesehatan, agama dan kehidupan
sosial lainnya.
3.2.1. Fasilitas Pendidikan
penggerak pembangunan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan di samping
sumber daya alam. Kebijakan pemerintah di dunia pendidikan sangat menentukan arah dan
mutu pendidikan itu sendiri. Untuk mengambil kebijakan yang tepat sasaran pemerintah sangat
membutuhkan data-data pendidikan yang akurat. Pada bab ini disajikan data-data jumlah
sekolah, siswa dan jumlah guru pengajar serta status kepegawainnya.
Pada tahun ajaran 2009/2010, rasio perbandingan jumlah murid terhadap jumlah guru adalah
sebagai berikut; untuk Taman Kanak-kanak (TK) 44,4, Sekolah Dasar (SD) 25,5 murid per
guru, Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 13,98 murid per guru serta Sekolah Menengah
Umum (SMU) adalah 13,43.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 2
Tabel 3.1. Jumlah TK, Kelas dan siswa menurut Kelompok di Kota Cimahi
No
Kecamatan Jumlah
Tk
Siswa
Kelompok
A
Siswa
Kelompok
B
Total Urut BPS
1 010 Cimahi
Selatan
46 549 1576 2125
2 020 Cimahi
tengah
54 644 2020 2664
3 030 Cimahi utara 45 541 1108 1649
2009 145 1.734 4.704 6.438
2008 92 1.355 3.666 5.113
2007 92 1.355 3.666 5.113
2006 88 1.056 3.434 4.490
2005 82 880 2.408 3.288
2004 76 905 3.283 4.188
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 3
Tabel 3.2. Jumlah SD, siswa Negeri dan swasta Menurut kelas di Kota Cimahi
No Jml
SD
Siswa Per Kelas ( Negeri + Swasta) Jml
BPS Kec I II III IV V VI
010 Cimahi
Selatan 46
3.660 3.528 3.407 3.344 2.901 2.881 19.721
020 Cimahi
tengah 40
3.666 3.436 3.430 3.390 2.978 3.065 19.965
030 Cimahi
utara 31
2.705 2.348 2.250 2.217 1.919 1.832 13.271
2009 117 1.0031 9.312 9.087 8.951 7.798 7.778 52.957
2008 141 9.657 9.377 8.093 8.322 8.209 8.271 51.929
2007 141 9.657 9.377 8.093 8.322 8.209 8.271 51.929
2006 143 10.581 9.068 9.437 9.422 9.442 8.269 56.219
2005 185 8.343 8.441 8.624 8.741 8.430 7.894 50.473
2004 184 8.412 8.733 9.001 8.539 8.069 7.651 50.405
2003 185 8.557 8.873 8.675 8.191 7.907 7.406 49.609
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 4
Tabel 3.3. Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Siswa Negeri dan swasta
Menurut kelas di Kota Cimahi
No Jml
MI
Siswa Per Kelas ( Negeri + Swasta) Jml
BPS Kec I II III IV V VI
010 Cimahi
Selatan 6 252 267 253 222 170 151 1315
020 Cimahi
tengah 5 144 158 122 85 57 644 644
030 Cimahi
utara 2 78 109 98 101 100 562 562
2009 13 474 534 473 408 324 308 2.521
2008 12 580 477 387 359 338 266 2.407
2007 12 580 477 387 359 338 266 2.407
2006 11 932 820 784 765 720 292 4.313
2005 11 409 384 356 292 288 245 1.974
2004 10 394 346 295 303 264 242 1.844
2003 10 337 295 289 267 242 215 1.430
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 5
Tabel 3.4. Jumlah SLTP, Siswa Menurut Kelas di Kota Cimahi
No Jumlah
Negeri
SLTP Siswa Per kelas Jml
BPS Kec Swasta I II III
010 Cimahi
Selatan 5 8 2.448 2.413 2.426 7.287
020 Cimahi
tengah 6 8 2.376 2.773 2.560 7.709
030 Cimahi
utara 2 6 1.874 1.619 1.492 4.985
2009 13 22 6.698 6.805 6.478 19.981
2008 12 22 6.944 6.882 6.585 20.441
2007 12 22 6.944 6.882 6.585 20.441
2006 10 24 7.128 14.072 6.400 27.600
2005 10 22 6.823 6.322 6.181 19.326
2004 10 23 6.091 5.779 5.549 17.419
2003 10 24 6.523 6.255 5.584 18.362
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 6
Tabel 3.5. Jumlah SMU,Siswa Menurut Kelasa di kota Cimahi
No Jumlah
Negeri
SMU Siswa Per kelas Jml
BPS Kec Swasta I II III
010 Cimahi
Selatan 2 2 1.024 965 974 2.963
020 Cimahi
tengah 3 5 1.412 1.470 1.469 4.351
030 Cimahi
utara 1 3 668 676 733 2.077
2009 6 10 3.104 3.111 3.176 9.391
2008 6 10 3.473 3.778 3.618 10.869
2007 6 10 3.473 3.778 3.618 10.869
2006 6 10 4.064 4.307 3.649 12.020
2005 6 10 3.969 3.859 3.545 11.373
2004 6 11 4.084 3.757 3.698 11.539
2003 6 11 3.914 3.815 3.647 11.376
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 7
Tabel 3.6. Jumlah SMK, Siswa Menurut Kelas di Kota Cimahi
No Jumlah
Negeri
SLTP Siswa Per kelas Jml
BPS Kec Swasta I II III
010 Cimahi
Selatan 1 3 857 799 1.193 2.849
020 Cimahi
tengah 1 3 1.125 1.164 819 3.108
030 Cimahi
utara 2 8 2.827 2.595 2.194 7.616
2009 4 14 4.809 4.558 4.206 13.573
2008 2 15 4.425 3.218 3.218 11.184
2007 2 15 4.425 3.218 3.218 11.184
2006 2 15 3.897 3.372 3.343 10.612
2005 2 14 3.625 3.111 2.771 9.731
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 8
3.2.2. Fasilitas Kesehatan
Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan
antara lain dengan meningkatkan fasilitas dan sarana kesehatan. Pembangunan dibidang
kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan
secara mudah, merata dan murah, dengan upaya tersebut di harapkan akan tercapai derajat
kesehatan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas.
Pada tahun 2009 jumlah rumah sakit di Kota Cimahi sebanyak 8 rumah sakit yang terdiri dari
rumah sakit pemerintah 2 buah, swasta 2 buah dan rumah sakit bersalin 4 buah. Sedangkan
jumlah puskesmas pada tahun 2009 mengalami peningkatan kuantitas dari tahun sebelumnya
yaitu terdiri dari puskesmas umum sebanyak 11 buah, dan puskesmas pembantu 5 buah
sedangkan untuk posyandu posyandu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya
sebanyak 380 menjadi 382 posyandu .
Jumlah keluarga pra sejahtera ( pra KS) sebanyak 7.182 Keluarga di tahun 2009 atau 5,85
persen dari jumlah keluarga di Kota Cimahi. Jumlah pra KS tertinggi terdapat di Kecamatan
Cimahi Selatan yaitu sebesar 3638 keluarga.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 9
Tabel 3.7. Jumlah Rumah Sakit Menurut Kecamatan di Kota Cimahi
No Rumah Sakit
Pemerintah
Rumah
Sakit
Rumah Sakit
BPS Kec Swasta Bersalin
010 Cimahi
Selatan 0 1 1
020 Cimahi
tengah 1 1 3
030 Cimahi
utara 1 1 1
2009 2 2 5
2008 1 3 5
2007 2 2 4
2006 2 2 4
2005 2 2 4
2004 2 4 4
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 10
Tabel 3.8. Jumlah Puskesmas dan Balai Pengobatan di Kota Cimahi
No Puskesmas Balai
Pengobat
an
Posyan
du
Pengobat
an
Altenatif BPS Kec Umum Pembantu Keliling
010 Cimahi
Selatan 4 1 0 27 132
020 Cimahi
tengah 3 3 0 15 140
030 Cimahi
utara 4 1 1 12 110
2009 11 5 1 54 382 -
2008 9 3 1 82 380 8
2007 9 5 - 57 372 534
2006 9 5 9 41 370 517
2005 9 5 - 38 350 -
2004 8 5 - 30 341 6
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 11
Tabel 3.9. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan di Kota Cimahi
No Dokter Bidan Dukun
BPS Kec Laki-
laki
Perem-
puan
Non
BDD BDD Terlatih
Belum
Terlatih
010 Cimahi
Selatan 51 66 0 NR NR
020 Cimahi
tengah 116 33 1 NR NR
030 Cimahi
utara 64 46 0 NR NR
2009 231 145 1 NR NR
2008 148 162 35 - 54 24
2007 148 162 33 - 54 24
2006 22 9 32 - 59 1
2005 160 204 31 - 38 20
2004 81 72 144 - 59 1
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 12
3.2.3. Fasilitas Peribadatan
Jumlah sarana peribadatan islam sebanyak 839 buah yang terdiri dari mesjid 352 buah,
langgar 272 dan mushola 215 buah, tempat peribadatan agama lainnya berjumlah 23 buah
terdiri dari gereja protestan 28 buah, gereja kartolik 1 buah dan pura hindu 1 buah.
Tabel 3.10. Jumlah Tempat Perbadatan Umat Islam di Kota Cimahi
No
BPS Kec Mesjid Langgar Mushola Jumlah
010 Cimahi
Selatan 140 102 97 339
020 Cimahi
tengah 105 79 76 260
030 Cimahi
utara 107 91 42 240
2009 352 272 215 839
2008 359 272 356 987
2007 356 272 215 843
2006 355 272 215 842
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 13
2005 360 179 256 795
2004 330 179 176 685
Tabel 3.11. Jumlah sarana Peribadatan Agama Kristen Protestan, Katolik,
Hindu dan Budha di Kota Cimahi
No
BPS Kec Greja
Protestan
Greja
Katolik
Pura
Hindu
Vihara
Budha
010 Cimahi
Selatan 4 0 0 0
020 Cimahi
tengah 20 1 1 0
030 Cimahi
utara 4 0 0 0
2009 28 1 1 -
2008 21 1 1 -
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 14
2007 21 1 1 -
2006 18 1 1 -
2005 17 1 1 -
2004 17 1 1 -
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 15
3.2. Tinjauan Ekonomi
3.2.1. Struktur Ekonomi
Dalam pembentukan struktur ekonomi wilayah, masalah-masalah yang perlu ditanggapi
dalam pola kegiatan ekonomi yang kompleks seperti penyebaran sumber daya alam,
kegiatan-kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi dan biaya transport serta biaya komunikasi,
kesemuanya itu memperhitungkan unsur-unsur tata ruang terutama lokasi. Penyebaran
sektor-sektor pembangunan yang tersusun dalam suatu pola ruang yang baik akan
memberikan pendapatan yang tinggi bagi daerah tersebut, sehingga akan meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi.
Laju pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang.
Penekanan pada proses ini mengandung unsur dinamis, perubahan atau perkembangan.
Laju pertumbuhan ekonomi diukur melalui indikator perkembangan PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) dari tahun ke tahun berdasarkan harga konstan. penyajian atas harga
konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap satu tahun. Dalam hal ini semua
barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara yang digunakan ataupun nilai tambah
masing-masing sektor dinilai tambah bruto masing-masing sektor, sesuai dengan tahun
yang berjalan. Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat produksi
suatu wilayah.
Angka-angka pendapatan regional menggambarkan adanya kenaikan ataupun penurunan
tingkat pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Kenaikan/penurunan itu dapat
disebabkan oleh faktor kenaikan/penurunan riil yaitu kenaikan/penurunan tingkat
pendapatan yang tidak dipengaruhi oleh faktor perubahan harga, bila terjadi kenaikan riil
pendapatan penduduk berarti daya beli penduduk di daerah tersebut meningkat dan
kenaikan/penurunan pendapatan disebabkan karena adanya faktor perubahan harga,
kenaikan pendapatan yang banyak disebabkan karena adanya inflasi (menurunnya nilai
uang) akan melemahkan daya beli penduduk.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 16
3.2.2. Prospek Perkembangan Ekonomi dan Sektor Unggulan
Prospek perkembangan ekonomi di Kota Cimahi berdasarkan Dari kontribusi sektoral
terhadap PDRB Kota Cimahi maka sektor yang mempunyai basis kuat untuk menjadi sektor
ungulan adalah pertanian, perdagangan dan jasa serta industri pengolahan.
Pembangunan sektor pertanian dan industri yang saat ini, masih pada urutan paling bawah
harus dapat didorong dalam rangka terwujudkan struktur ekonomi yang semakin seimbang
dan kokoh bagi Kota Cimahi pada masa datang dengan diciptakannya pengembangan
Agrotekno, agrobisnis dan agroindustri, sehingga tidak merusak lingkungan dan dapat
menampung tenaga kerja yang cukup banyak .
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 1
4.1. Analisis Curah Hujan
1. Ketersediaan Data
Dalam menghitung besar debit banjir rencana pada perencanaan drainase di
suatu wilayah tertentu diperlukan data curah hujan dari stasiun-stasiun
pencatat yang berada di sekitar wilayah perencanaan.
2. Data Sekunder
Data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Foto dokumentasi lapangan.
Gambar peta rupa bumi, skala 1 : 25.000 yang mencakup wilayah Kota
Cimahi, sumber dari Bakosurtanal edisi Tahun 1999 dan Tahun 2000 .
Data curah hujan menitan atau intensitas hujan dari stasiun yang dianggap
mewakili catchment area wilayah kajian.
Data curah hujan harian dari stasiun terdekat dengan lokasi kajian, antara
lain data curah hujan harian dari stasiun hujan Cipeusing, Dago Pakar,
Margahayu dan data curah hujan harian dari Stasiun Pengamat Dirgantara
Tanjungsari.
3. Data Curah Hujan.
Data curah hujan untuk penghitungan debit banjir puncak dalam perencanaan
drainase perkotaan Kota Cimahi diambil dari stasiun hujan terdekat yang dapat
mewakili dan menggambarkan karakteristik hujan di lokasi perencanaan.
Data curah hujan yang digunakan untuk kepentingan tersebut adalah:
1. Stasiun Cipeusing
2. Stasiun Dago Pakar
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 2
3. Stasiun Margahayu
Data ini dapat mewakili dan digunakan untuk perencanaan drainase di wilayah
Kota Cimahi.
4.2. Intensitas Hujan
4.2.1. Model Intensitas Hujan Mononobe
Intensitas hujan adalah tinggi curah hujan yang terjadi secara kontinyu pada suatu
kurun waktu tertentu dimana air tersebut berkonsentrasi. Intensitas hujan biasa
dinotasikan dengan huruf I dengan satuan mm/jam.
Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan dalam menghitung dan
menentukan model intensitas hujan, antara lain metode :
a. Jenis Talbot (1881) :
Ia
t b=
+'
…………………………………………………………. 1
b. Jenis Sherman (1905) :
Iat n= ……………………………………………………………. 2
c. Jenis Ishiguro (1953)
Ia
t b=
+……………………………………………………….. 3
d. Jenis Mononobe :
IR
t
m
=⎛⎝⎜
⎞⎠⎟
2 4
2 42 4 ………………………………………………….. 4
Metode yang digunakan dalam menghitung intensitas hujan rencana dalam kajian
ini adalah Metoda Mononobe. Data curah hujan yang diperlukan dalam
penggunaan metode tersebut adalah data curah hujan menitan, dalam hal ini data
jumlah curah hujan harian dalam durasi 0.25 ; 0.5; 1.0 ; 1.5 ; 2.0 ; 3.0 ; 4.0 ; 5.0
dan 7.0 jam.
Langkah atau prosedur analisa proyeksi intensitas hujan menggunakan metode
Mononobe disajikan pada Gambar 4.1.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 3
1. Input dan Pengurutan data Curah Hujan harian Menitan
Langkah analisa debit puncak diawali dengan input data. Model intensitas hujan
menurut Metoda Mononobe (Persamaan 4) menghendaki tetapan m dan
tetapan R 24
24. Nilai tetapan ini dihitung dari data curah hujan kumulatif dalam 24
jam dan lama (durasi) hujan pada hari yang bersangkutan (jam).
Data intensitas hujan dikelompokan berdasarkan durasi hujannya, kemudian pada
setiap kelompok tersebut data diurut dari nilai terbesar hingga terkecil.
Mulai
Input Data Curah hujan
Tentukan Nomor Urut Data Menggunakan Gringorten untuk
menentukan Periode Ulang Hujan dalam setiap Kelompok Hujan
Formula Model Intensitas Hujan Mononobe pada setiap Periode Ulang
Proyeksi Intensitas pada berbagai Periode Ulang
Hitung Debit Banjir Saluran DenganMetoda Rasional
Tentukan Nilai Tetapan Metode Mononobe (R24/24 dan m)
Formulasikan Model Intensitas Hujan Mononobe pada setiap Periode Ulang
Kelompokan Data Curah /Intensitas Hujan-Berdasarkan Durasi hujan yang sama
Gambar 4.1 Flowchart Analisis Hidrologi
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 4
Besarnya intensitas hujan untuk setiap ti dan periode ulang kejadian hujan
(Ti) ditentukan berdasarkan Gringorten (1963) :
TNd
=+−
0 120 44
,,
…………………………………………………….. 5
atau :
dN T
T=
+ +( , ) ,0 1 2 0 4 4……………………………… 6
dengan :
d = Nomor urut data setelah data diurut dari yang terbesar hingga terkecil
N = Banyaknya data kejadian hujan
T = Periode ulang (tahun)
• Persamaan ini, digunakan karena sifat distribusi hujan jangka pendek
bersifat eksponential.
• Nilai T yang digunakan adalah 2 ; 3 ; 5 ; 7 ; 10 ; 15 dan 20 tahun.
Nilai ini digunakan dengan asumsi bahwa dalam lingkup cekungan kecil
umur kegiatan beberapa tindakan pengelolaan sumberdaya air
biasanya diproyeksikan dalam kisaran waktu tersebut.
Nilai N, ditentukan berdasarkan banyaknya data kejadian hujan untuk
setiap durasi hujan (ti). Dasar penentuan untuk nilai N ini diambil dengan
pertimbangan bahwa hasil pemodelan ini merupakan masukan bagi model
infiltrasi-kolom tanah untuk menduga besarnya surface runoff pada setiap
kejadian hujan.
Dengan menggunakan data yang tersedia, data dari stasiun pencatat hujan
automatis milik RLKT di kawasan Malangbong, dan mengacu pada
persamaan 6 dapat ditentukan nomor urutan data (d) intensitas hujan hasil
pengukuran (urutan dari yang terbesar ke yang terkecil) untuk menentukan
intensitas hujan pada masing-masing durasi hujan (t) dan periode ulang
(T). Nomor urutan (d) hasil perhitungan disajikan pada Tabel 4.1.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 5
Tabel 4.1 Nomor Urut Data Intensitas Hujan Berdasarkan Metode Gingorten
T Nomor Urut Data (d) pada t (jam) (tahun) 0.25 0.50 1.00 1.50 2.00 3.00 4.00 5.00 7.00
2 8 13 19 8 11 8 8 5 5 3 5 9 12 5 7 5 5 3 4 5 3 5 8 3 4 3 3 2 2 7 2 4 6 2 3 2 3 2 2
10 2 3 4 2 2 2 2 1 1 15 1 2 3 1 2 1 1 1 1 20 1 2 2 1 1 1 1 1 1
Tabel 4.2 Nilai Intensitas Hujan Berdasarkan Metode Gingorten
T Intensitas Hujan : I (mm/jam) pada Durasi Hujan ; t (jam)
(tahun) 0.25 0.5 1 1.5 2 3 4 5 7 2 6.40 3.80 2.30 2.93 1.10 1.67 3.50 1.92 1.363 12.80 4.60 3.70 10.13 2.15 3.57 7.40 4.90 1.365 16.00 9.40 5.10 17.40 4.10 4.13 9.55 7.32 5.667 20.80 10.00 8.20 21.13 5.05 8.73 9.55 7.32 5.66
10 20.80 12.00 10.02 21.13 9.50 8.73 10.43 8.90 7.4415 38.40 20.00 17.00 32.73 9.50 14.90 10.68 8.90 7.4420 38.40 20.00 20.40 32.73 13.55 14.90 10.68 8.90 7.4425 38.40 29.00 20.40 32.73 13.55 14.90 10.68 8.90 7.44
0
2
4
6
8
10
12
14
0.25 0.5 1 1.5 2 3 4 5 7
Intensitas Hujan
; I (m
m/jam
)
Durasi Hujan; t (jam)
T = 2
T = 3
T = 5
T = 7
T = 10
T = 15
T 20
Sumber : hasil analisis data
Gambar 4.2 Grafik Model Intensitas Hujan (Gringorten)
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 6
2. Formulasi Model Intensitas Hujan Mononobe
Formulasi model intensitas hujan dengan menggunakan metode mononobe untuk
berbagai periode ulang diawali dengan penentuan nilai tetapan R24/24 dan m.
Berikut tahapan formulasi model Intensitas hujan Mononobe.
• Ubah bentuk persamaan (4) ke dalam bentuk persamaan regresi linier
sederhana.
………………………… (7)
Dimana :
Y = Log I
A = Log R24/24
B = m
X = Log (24/t)
Dengan melakukan teknik perhitungan matematik dan regresi linier sederhana
maka diperoleh nilai tetapan m dan R24/24. Contoh Perhitungan tersebut disajikan
pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Tabel Perhitungan Nilai tetapan Model Intensitas Hujan Mononobe untuk Periode ulang T = 2
log I 24/t log (24/t)(= Y) (=X)
1 0.25 6.40 0.81 96.00 1.98 1.60 3.932 0.50 3.80 0.58 48.00 1.68 0.97 2.833 1.00 2.30 0.36 24.00 1.38 0.50 1.904 1.50 2.93 0.47 16.00 1.20 0.56 1.455 2.00 1.10 0.04 12.00 1.08 0.04 1.166 3.00 1.67 0.22 8.00 0.90 0.20 0.827 4.00 3.50 0.54 6.00 0.78 0.42 0.618 5.00 1.92 0.28 4.80 0.68 0.19 0.469 7.00 1.36 0.13 3.43 0.54 0.07 0.29
Jumlah 3.44 10.22 4.57 13.45
No. ti I (=X*Y) (=X^2)
Sumber : Hasil Analisis
Nilai tetapan m diperoleh dengan formula statistik :
……………………………….. (8) ( )∑ ∑∑ ∑ ∑
−
−= 22 XXn
YXXYnB
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 7
Nilai tetapan R24/24 diperoleh melalui penyelesaian persamaan
………………………………… (9)
Nilai tetapan m dan R24/24 Model Intensitas Hujan Mononobe untuk setiap
periode ulang selengkapnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Nilai tetapan m dan R24/24 untuk setiap Periode Ulang
No. T R24/24 m Formulasi Model
(Tahun) Mononobe
1 2 0.937 0.361 I2 = 0.937.(24/t)0.361
2 3 1.789 0.357 I3 = 1.789.(24/t)0.357
3 5 4.126 0.236 I5 = 4.126.(24/t)0.236
4 7 4.530 0.283 I7 = 4.530.(24/t)0.283
5 10 6.004 0.242 I10 = 6.004.(24/t)0.242
6 15 4.836 0.437 I15 = 4.836.(24/t)0.437
7 20 5.056 0.443 I20 = 5.056.(24/t)0.443
8 25 4.647 0.491 I25 = 4.647.(24/t)0.491
Sumber : hasil analisis data
3. Proyeksi Intensitas Hujan Menurut Model yang Terbentuk
Berdasarkan formula pada Tabel 4.5, proyeksi intensitas hujan untuk setiap
durasi hujan (t ; jam) pada setiap periode ulang dapat dihitung dan digambarkan.
Hasil perhitungan untuk wilayah kajian disajikan dalam bentuk tabel dan gambar
berikut ini.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 8
Tabel 4.5 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe untuk Lokasi Kajian
T Intensitas Hujan : I (mm/jam) pada Durasi Hujan ; t (jam)
(tahun) 0.25 0.5 1 1.5 2 3 4 5 7
2 4.87 3.79 2.95 2.55 2.30 1.98 1.79 1.65 1.46 3 9.13 7.13 5.56 4.81 4.34 3.76 3.39 3.13 2.78 5 12.12 10.29 8.73 7.94 7.42 6.74 6.30 5.97 5.52 7 16.48 13.55 11.14 9.93 9.15 8.16 7.52 7.06 6.42
10 18.12 15.32 12.96 11.74 10.95 9.93 9.26 8.78 8.09 15 35.54 26.25 19.39 16.24 14.32 12.00 10.58 9.60 8.29 20 38.19 28.09 20.67 17.27 15.20 12.70 11.18 10.13 8.73 25 43.70 31.09 22.12 18.13 15.74 12.90 11.20 10.04 8.51
Sumber : hasil analisis data
Berdasarkan nilai pada Tabel 4.5, untuk setiap periode ulang, dapat
dibentuk grafik yang menyatakan hubungan durasi hujan dan besar intensitas
hujan (mm/jam).
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
0.25 0.5 1 1.5 2 3 4 5 7
Intensita
s Hujan; I (m
m/jam
)
Durasi Hujan; t (jam)
T = 2
T =3
T = 5
T = 7
T = 10
T = 15
T = 20
T = 25
Power (T = 25)
Gambar 4.3 Grafik Model Intensitas Hujan Mononobe
Berdasarkan hasil perhitungan model intensitas hujan mononobe seperti
diuraikan di atas maka diketahui :
• Berdasarkan data dan grafik proyeksi intensitas hujan selanjutnya
dapat ditentukan besar intensitas hujan pada berbagai periode ulang
dengan terlebih dahulu menghitung waktu konsentrasi.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 9
• Formula model intensitas hujan Mononobe tersebut di atas (Tabel 4.4)
dapat digunakan untuk wilayah perencanaan drainase perkotaan Kota
Cimahi bagian sebelah selatan (Wado, Darmaraja, Situraja,
Jatinunggal).
5.2.2 Model Intensitas hujan Mononobe Modifikasi (MMK)
Fakta menunjukan, Ketersediaan data curah hujan dalam durasi pendek (menit
atau jam) di beberapa wilayah sering kali ditemukan tidak lengkap, jumlahnya
tidak memadai atau bahkan tidak tersedia samasekali. Hal ini menjadi kendala
utama dalam perhitungan model intensitas hujan (I). Kondisi ini juga ditemui
ketika melakukan analisis intensitas hujan untuk beberapa lokasi perencanaan
drainase di perkotaan Sumedang. Oleh karena itu dalam kajian ini akan digunakan
Metoda Mononobe Modifikasi atau yang Dikembangkan (MMK) yang lebih fleksibel
dalam penyediaan data. Metode tersebut dikembangkan melalui pendekatan
pemanfaatan data curah hujan harian yang durasinya tidak diketahui, dengan
mengacu pada pada model mononobe yang terbentuk berdasarkan data curah
hujan yang durasinya diketahui. Prosedur atau langkah-langkah metoda Mononobe
yang Dikembangkan (MMK) dalam mentukan model Intensitas Modifikasi secara
garis besar dapat dilihat pada Gambar 4.4.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 10
Gambar 4.4 Flowchart Analisis Hidrologi Menggunakan MMK
1. Input Data dan Model Mononobe Modifikasi atau yang Dikembangkan
Acuan dasar Model Mononobe sangat sesuai untuk digunakan karena salah satu
parameternya adalah R24 (curah hujan maksimum harian). Dalam hal ini
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 11
parameter R24, dimodifikasi menjadi curah hujan kumulatif yang jatuh selama 24
jam ( 1 hari).
Dengan menggunakan persamaan Gringorten (persamaan 6) dapat ditentukan
nomor urut data dan curah hujan harian untuk setiap periode ulang. Dari data ini
kemudian dihitung koefisien R 2 4
2 4. Hasil perhitungan untuk Stasiun Pengamatan
Dirgantara Tanjung sari, Dago Pakar, Cipeusing dan Stasiun Margahayu disajikan
dalam Tabel 4.6, Tabel 4.7, dan Tabel 4.8 dan Tabel 4.9.
Tabel 4.6 Nomor Urut Data, Curah Hujan Harian dan Koefisien R 24
24
Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Dago Pakar
T Urutan Data (d) Curah hujan R24/24(Tahun) Harian (mm)
2 688 11.0 0.45833 458 19.5 0.81255 275 30 1.25007 197 40.0 1.666710 138 52 2.166715 92 70.0 2.916720 69 100.0 4.166725 55 120.0 5.0000
Sumber : hasil analisis data
Tabel 4.7 Nomor Urut Data, Curah Hujan Harian dan Koefisien R 24
24
Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Cipeusing
T Urutan Data (d) Curah hujan R24/24(Tahun) Harian (mm)
2 682 11.0 0.45833 455 17.0 0.70835 273 25.0 1.04177 195 31.0 1.291710 137 36.0 1.500015 91 43.0 1.791720 69 46.5 1.937525 55 50.0 2.0833
Sumber : hasil analisis data
Tabel 4.8 Nomor Urut Data, Curah Hujan Harian dan Koefisien R 24
24
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 12
Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Margahayu
T Urutan Data (d) Curah hujan R24/24(Tahun) Harian (mm)
2 508 10.0 0.41673 338 15.0 0.62505 203 23.0 0.95837 145 27.5 1.145810 102 34.0 1.416715 68 40.0 1.666720 51 43.0 1.791725 41 45.0 1.8750
Sumber : hasil analisis data
2. Formulasi Model Monobe yang Telah Dikembangkan (MMK)
Berdasarkan formulasi intensitas hujan Model Mononobe yang telah diperoleh
sebelumnya (Tabel 4.4) dan Nilai R 2 4
2 4 (Tabel 4.6, Tabel 4.7, Tabel 4.8 dan Tabel
4.9), dapat diformulasilkan suatu persamaan modifikasi untuk menghitung nilai
tetapan m modifikasi (disebut mh) untuk setiap durasi hujan (t: jam). Formulasi
Model Mononobe modifikasi diperoleh dengan cara mengganti tetapan R 2 4
2 4
dengan nilai yang baru (Tabel 4.6; Tabel 4.7 dan Tabel 4.8). Formulasi Model
Mononobe modifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.9, Tabel 4.10 dan Tabel 4.11.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 13
Tabel 4.9 Formulasi untuk Menghitung Tetapan mh untuk Setiap t (jam) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Dago Pakar
No. T Model Mononobe R24/24(Tahun)
1 2 I2=0.937.(24/t)0.361 0.45833 I2 = 0.45833 .(24/t)mh
2 3 I3=1.789.(24/t)0.357 0.81250 I3= 0.81250 .(24/t)mh
3 5 I5=4.126.(24/t)0.236 1.25000 I5 = 1.25000 .(24/t)mh
4 7 I7=4.530.(24/t)0.2831.66667 I7= 1.66667 .(24/t)mh
5 10 I10=6.004.(24/t)0.242 2.16667 I10= 2.16667 .(24/t)mh
6 15 I15=4.836.(24/t)0.437 2.9167 I15= 2.91667 .(24/t)mh
7 20 I20=5.056.(24/t)0.443 4.16667 I20 = 4.16667 .(24/t)mh
8 25 I25=4.647.(24/t)0.491 5.00000 I25= 5.00000 .(24/t)mh
Model Mononobe Modifikasi
Sumber : hasil analisis data
Tabel 4.10 Formulasi untuk Menghitung Tetapan mh untuk Setiap t (jam) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Cipeusing
No. T Model Mononobe R24/24(Tahun)
1 2 I2=0.937.(24/t)0.361 0.45833 I2 = 0.45833 .(24/t)mh
2 3 I3=1.789.(24/t)0.357 0.70833 I3= 0.70833 .(24/t)mh
3 5 I5=4.126.(24/t)0.236 1.04167 I5 = 1.04167 .(24/t)mh
4 7 I7=4.530.(24/t)0.2831.29167 I7= 1.29167 .(24/t)mh
5 10 I10=6.004.(24/t)0.242 1.50000 I10= 1.50000 .(24/t)mh
6 15 I15=4.836.(24/t)0.437 1.7917 I15= 1.79167 .(24/t)mh
7 20 I20=5.056.(24/t)0.443 1.93750 I20 = 1.93750 .(24/t)mh
8 25 I25=4.647.(24/t)0.491 2.08333 I25= 2.08333 .(24/t)mh
Model Mononobe Modifikasi
Sumber : hasil analisis data
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 14
Tabel 4.11 Formulasi untuk Menghitung Tetapan mh untuk Setiap t (jam) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Margahayu
No. T Model Mononobe R24/24(Tahun)
1 2 I2=0.937.(24/t)0.361 0.41667 I2 = 0.41667 .(24/t)mh
2 3 I3=1.789.(24/t)0.357 0.62500 I3= 0.62500 .(24/t)mh
3 5 I5=4.126.(24/t)0.236 0.95833 I5 = 0.95833 .(24/t)mh
4 7 I7=4.530.(24/t)0.283 1.14583 I7= 1.14583 .(24/t)mh
5 10 I10=6.004.(24/t)0.242 1.41667 I10= 1.41667 .(24/t)mh
6 15 I15=4.836.(24/t)0.437 1.6667 I15= 1.66667 .(24/t)mh
7 20 I20=5.056.(24/t)0.443 1.79167 I20 = 1.79167 .(24/t)mh
8 25 I25=4.647.(24/t)0.491 1.87500 I25= 1.87500 .(24/t)mh
Model Mononobe Modifikasi
Sumber : hasil analisis data
Tabel 4.12 Formulasi dan Tetapan mh untuk Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Dago Pakar
T
(Tahun) 0.25 0.5 1 1.5 2 3 4 5 7
2 mh2= (log(2.04511))/Log(24/t)+0.361011 0.518 0.546 0.586 0.619 0.649 0.705 0.760 0.817 0.942
3 mh3= (log(2.20212))/Log(24/t)+0.356658 0.530 0.561 0.605 0.641 0.674 0.736 0.797 0.860 0.997
5 mh5= (log(3.3008))/Log(24/t)+0.235882 0.498 0.544 0.612 0.667 0.716 0.810 0.902 0.997 1.205
7 mh7= (log(2.71780))/Log(24/t)+0.283026 0.502 0.541 0.598 0.644 0.685 0.764 0.841 0.920 1.094
10 mh10= (log(2.77129))/Log(24/t)+0.242056 0.465 0.505 0.563 0.610 0.652 0.732 0.811 0.892 1.069
15 mh15= (log(1.65792))/Log(24/t)+0.437293 0.548 0.568 0.596 0.620 0.641 0.680 0.719 0.760 0.848
20 mh20= (log(1.21351))/Log(24/t)+0.443059 0.485 0.493 0.504 0.513 0.521 0.536 0.551 0.566 0.600
25 mh25= (log(0.92942))/Log(24/t)+0.491102 0.475 0.472 0.468 0.465 0.462 0.456 0.450 0.444 0.432
Nilai Koefisien mh pada durasi hujan (t:Jam)Formula
mh
Sumber : hasil analisis data
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 15
Tabel 4.13 Formulasi dan Tetapan mh untuk Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Cipeusing
T
(Tahun) 0.25 0.5 1 1.5 2 3 4 5 7
2 mh2= (log(2.04511))/Log(24/t)+0.361011 0.518 0.546 0.586 0.619 0.649 0.705 0.760 0.817 0.942
3 mh3= (log(2.52596))/Log(24/t)+0.356658 0.560 0.596 0.648 0.691 0.730 0.802 0.874 0.947 1.109
5 mh5= (log(3.96096))/Log(24/t)+0.235882 0.537 0.591 0.669 0.732 0.790 0.898 1.004 1.113 1.353
7 mh7= (log(3.50684))/Log(24/t)+0.283026 0.558 0.607 0.678 0.736 0.788 0.886 0.983 1.083 1.301
10 mh10= (log(4.00297))/Log(24/t)+0.242056 0.546 0.600 0.678 0.742 0.800 0.909 1.016 1.126 1.368
15 mh15= (log(2.69894))/Log(24/t)+0.437293 0.655 0.694 0.750 0.795 0.837 0.915 0.991 1.070 1.243
20 mh20= (log(2.60970))/Log(24/t)+0.443059 0.653 0.691 0.745 0.789 0.829 0.904 0.978 1.055 1.222
25 mh25= (log(2.23061))/Log(24/t)+0.491102 0.667 0.698 0.744 0.780 0.814 0.877 0.939 1.003 1.142
Nilai Koefisien mh pada durasi hujan (t:Jam)Formula
mh
Sumber : hasil analisis data
Tabel 4.14 Formulasi dan Tetapan mh untuk Model Mononobe yang Telah
Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Margahayu
T
(Tahun) 0.25 0.5 1 1.5 2 3 4 5 7
2 mh2= (log(2.24963))/Log(24/t)+0.361011 0.539 0.570 0.616 0.653 0.687 0.751 0.814 0.878 1.019
3 mh3= (log(2.86276))/Log(24/t)+0.356658 0.587 0.628 0.688 0.736 0.780 0.862 0.944 1.027 1.210
5 mh5= (log(4.305391))/Log(24/t)+0.235882 0.556 0.613 0.695 0.762 0.823 0.938 1.051 1.167 1.421
7 mh7= (log(3.953165))/Log(24/t)+0.283026 0.584 0.638 0.716 0.779 0.836 0.944 1.050 1.159 1.399
10 mh10= (log(4.238440))/Log(24/t)+0.242056 0.558 0.615 0.696 0.763 0.823 0.937 1.048 1.163 1.414
15 mh15= (log(2.901361))/Log(24/t)+0.437293 0.671 0.712 0.772 0.821 0.866 0.950 1.032 1.116 1.302
20 mh20= (log(2.822120))/Log(24/t)+0.443059 0.670 0.711 0.770 0.817 0.861 0.942 1.022 1.104 1.285
25 mh25= (log(2.478457))/Log(24/t)+0.491102 0.690 0.726 0.777 0.818 0.856 0.928 0.998 1.070 1.228
Nilai Koefisien mh pada durasi hujan (t:Jam)Formula
mh
Sumber : hasil analisis data
Persamaan polinomial yang merupakan formulasi hubungan antara durasi hujan (t)
dengan nilai mh untuk setiap periode ulang untuk masing-masing stasiun hujan
disajikan pada Tabel 4.15, Tabel 4.16 dan Tabel 4.17. Dengan diperolehnya
hubungan ini, maka intensitas hujan Model Mononobe yang telah dikembangkan
(MMK) dapat diformulasikan dengan cara mengsubstitusikan persamaan polinomial
yang telah diperoleh pada setiap periode ulang hujan terhadap notasi mh pada MMK.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 16
Tabel 4.15 Hubungan antara mh dengan Durasi Hujan (t:jam) dan Formulasi
Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Dago Pakar
1 2 I2 = 0.45833 .(24/t)mh2 mh2 = 0.004t2 + 0.004t + 0.519
2 3 I3 = 0.81250 .(24/t)mh3 mh3 = 0.004t2 + 0.004t + 0.531
3 5 I5 = 1.25000 .(24/t)mh5 mh5= 0.007t2 + 0.007t + 0.500
4 7 I7 = 1.66667 .(24/t)mh7 mh7 = 0.006t2 + 0.005t + 0.504
5 10 I10 = 2.16667 .(24/t)mh10 mh10 = 0.006t2 + 0.006t + 0.467
6 15 I15 = 2.91667 .(24/t)mh15 mh15 = 0.003t2 + 0.003t + 0.549
7 20 I20 = 4.16667 .(24/t)mh20 mh20 = 0.001t2 + 0.001t + 0.485
8 25 I25 = 5.00000 .(24/t)mh25 mh25 = 0.0005t2 + 0.0004t + 0.4749
No. T (Tahunan)
Nilai mhMMK
Sumber : hasil analisis data
Tabel 4.16 Hubungan antara mh dengan Durasi Hujan (t:jam) dan Formulasi
Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Cipeusing
1 2 I2 = 0.45833 .(24/t)mh2 mh2 = 0.004t2 + 0.004t + 0.519
2 3 I3 = 0.70833 .(24/t)mh3 mh3 = 0.005t2 + 0.005t + 0.561
3 5 I5 = 1.04167 .(24/t)mh5 mh5= 0.008t2 + 0.008t + 0.540
4 7 I7 = 1.29167 .(24/t)mh7 mh7 = 0.007t2 + 0.007t + 0.560
5 10 I10 = 1.50000 .(24/t)mh10 mh10 = 0.008t2 + 0.008t + 0.549
6 15 I15 = 1.79167 .(24/t)mh15 mh15 = 0.006t2 + 0.005t + 0.657
7 20 I20 = 1.93750 .(24/t)mh20 mh20 = 0.006t2 + 0.005t + 0.655
8 25 I25 = 2.08333 .(24/t)mh25 mh25 = 0.005t2 + 0.0047t + 0.6686
No. T (Tahunan)
Nilai mhMMK
Sumber : hasil analisis data
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 17
Tabel 4.17 Hubungan antara mh dengan Durasi Hujan (t:jam) dan Formulasi Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Margahayu
1 2 I2 = 0.41667 .(24/t)mh2 mh2 = 0.005t2 + 0.004t + 0.540
2 3 I3 = 0.62500 .(24/t)mh3 mh3 = 0.006t2 + 0.006t + 0.589
3 5 I5 = 0.95833 .(24/t)mh5 mh5= 0.009t2 + 0.008t + 0.558
4 7 I7 = 1.14583 .(24/t)mh7 mh7 = 0.008t2 + 0.008t + 0.587
5 10 I10 = 1.41667 .(24/t)mh10 mh10 = 0.009t2 + 0.008t + 0.561
6 15 I15 = 1.66667 .(24/t)mh15 mh15 = 0.006t2 + 0.006t + 0.673
7 20 I20 = 1.79167 .(24/t)mh20 mh20 = 0.006t2 + 0.006t + 0.672
8 25 I25 = 1.87500 .(24/t)mh25 mh25 = 0.0057t2 + 0.0053t + 0.6920
No. T (Tahunan)
Nilai mhMMK
Sumber : hasil analisis data
3. Proyeksi Intensitas Hujan Menurut Model yang Telah Dikembangkan
(MMK)
Berdasarkan formulasi seperti tersaji dalam Tabel 4.15, Tabel 4.16 dan Tabel 4.17,
proyeksi intensitas hujan untuk setiap durasi hujan (t ; jam) pada setiap periode
ulang untuk masing-masing stasiun hujan dapat dihitung dan digambarkan, seperti
disajikan dalam Tabel 4.18, Tabel 4.19 dan Tabel 4.20; serta pada Gambar 4.5,
Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 berikut ini.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 18
Tabel 4.18 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Dago Pakar
Durasi Hujan
t 2 3 5 7 10 15 20 25
0.25 4.93 9.22 12.37 16.75 18.42 35.89 38.18 43.710.50 3.46 6.42 8.84 11.91 13.44 24.64 27.32 31.471.00 2.45 4.51 6.40 8.56 9.93 17.02 19.59 22.681.50 2.01 3.69 5.38 7.15 8.42 13.79 16.15 18.742.00 1.77 3.23 4.81 6.35 7.56 11.93 14.11 16.393.00 1.49 2.71 4.21 5.49 6.65 9.84 11.71 13.584.00 1.34 2.43 3.93 5.06 6.20 8.69 10.30 11.915.00 1.25 2.26 3.81 4.84 5.98 7.95 9.35 10.777.00 1.14 2.06 3.75 4.65 5.83 7.06 8.11 9.28
Intensitas Hujan pada Periode Ulang (T) : (Tahun)
Sumber : hasil analisis data
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
0.25 0.50 1.00 1.50 2.00 3.00 4.00 5.00 7.00
Intensita
s Hujan
(mm/jam
)
Durasi Hujan (jam)
t =2
t=3
t = 5
t =7
t = 10
t = 15
t = 20
t = 25
Gambar 4.5 Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Dago Pakar
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 19
Tabel 4.19 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Cipeusing
Durasi Hujan
t 2 3 5 7 10 15 20 25
0.25 4.93 9.23 12.39 16.81 18.59 36.21 38.80 44.310.50 3.46 6.31 8.62 11.52 12.86 23.15 24.84 27.991.00 2.45 4.35 6.10 8.01 9.03 14.97 16.09 17.731.50 2.01 3.53 5.06 6.56 7.47 11.74 12.62 13.602.00 1.77 3.08 4.49 5.77 6.61 9.98 10.73 11.293.00 1.49 2.58 3.91 4.93 5.74 8.11 8.73 8.704.00 1.34 2.32 3.65 4.53 5.34 7.16 7.71 7.245.00 1.25 2.16 3.54 4.32 5.17 6.61 7.12 6.297.00 1.14 2.00 3.52 4.17 5.12 6.04 6.51 5.10
Intensitas Hujan pada Periode Ulang (T) : (Tahun)
Sumber : hasil analisis data
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
0.25 0.50 1.00 1.50 2.00 3.00 4.00 5.00 7.00
Intensita
s Hujan
(mm/jam
)
Durasi Hujan (jam)
t =2
t=3
t = 5
t =7
t = 10
t = 15
t = 20
t = 25
Gambar 4.6 Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Cipeusing
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 20
Tabel 4.20 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Margahayu
Durasi Hujan
t 2 3 5 7 10 15 20 25
0.25 4.93 9.27 12.38 16.89 18.55 36.28 38.82 44.470.50 3.41 6.22 8.51 11.38 12.73 22.96 24.58 27.751.00 2.39 4.22 5.96 7.79 8.89 14.70 15.75 17.511.50 1.95 3.41 4.92 6.34 7.34 11.46 12.29 13.532.00 1.71 2.95 4.36 5.55 6.50 9.70 10.41 11.373.00 1.44 2.47 3.80 4.74 5.66 7.85 8.42 9.094.00 1.30 2.23 3.57 4.37 5.31 6.90 7.41 7.925.00 1.22 2.09 3.48 4.19 5.18 6.35 6.82 7.247.00 1.13 1.95 3.52 4.10 5.22 5.78 6.20 6.50
Intensitas Hujan pada Periode Ulang (T) : (Tahun)
Sumber : hasil analisis data
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
0.25 0.50 1.00 1.50 2.00 3.00 4.00 5.00 7.00
Intensita
s Hujan
(mm/jam
)
Durasi Hujan (jam)
t =2
t=3
t = 5
t =7
t = 10
t = 15
t = 20
t = 25
Gambar 4.7 Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Margahayu
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 21
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa :
• Berdasarkan data dan grafik proyeksi intensitas untuk masing-masing wilayah
kajian dapat ditentukan besar intensitas hujan pada berbagai periode ulang
dengan terlebih dahulu menghitung waktu konsentrasi. Salah satu metoda yang
bisa digunakan adalah persamaan Kirpich (1940).
• Proyeksi Intensitas hujan pada berbagai periode ulang berdasarkan model
Mononobe yang telah dikembangkan (MMK) berdasarkan data curah hujan yang
tersedia seperti digambarkan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.5, Gambar
4.6, Gambar 4.7 dan Gambar 4.8, menunjukan pola/trend yang hampir sama,
dimana besar intensitas hujan cenderung menurun/mengecil jika durasi
hujannya lebih lama. Intensitas hujan terbesar terjadi pada durasi hujan 0.25
jam pada periode ulang 25 tahunan.
• Terdapat perbedaan /selisih yang cukup signifikan antara Intensitas hujan 5
(Lima) tahunan dengan Intensitas hujan 25 (Dua puluh lima) tahunan.
Intensitas hujan rencana yang biasa digunakan dalam perencanaan drainase
adalah intensitas hujan 5 (lima) tahunan, sesuai dengan debit rencana yang
digunakan dalam Kajian ini yaitu debit puncak rencana lima tahunan (Q5).
4.1. Debit Banjir Rencana Berdasarkan Intensitas Hujan
Metoda yang digunakan untuk menghitung besar debit puncak pada sarana
drainase dalam kajian ini adalah Metoda Rasional Praktis (Sumber: Metode,
Spesifikasi dan Tata Cara, Dep. Permukiman dan Prasarana Wilayah).
Persamaan yang digunakan
AICQp ...00278.0= ......................................... (10)
Dimana :
Qp = Besarnya debit puncak
C = koefisien pengaliran
I = Intensitas Hujan (mm/jam) pada waktu konsentrasi (tc).
tc = 0.0195.I0.77.S-0.385
A = Luas Cathment Area (Ha)
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 22
Besar debit banjir maximum didalam suatu kawasan tergantung pada beberapa
variabel, antara lain Luas Cathment Area (A), Koefisien Pengaliran (C) dan besar
intensitas hujan yang terjadi pada kawasan tersebut. Besar intensitas hujan yang
digunakan untuk memperoleh debit banjir maksimum adalah besar intensitas hujan
yang terjadi selama waktu Konsentrasi (tc) di kawasan catchment area. Lihat
Tabel 4.21.
Besar koefisien pengaliran (c) pada suatu kawasan sangat tergantung pada type
kawasan Cathment area. Bila daerah pengaliran terdiri dari beberapa tipe kondisi
permukaan yang mempunyai nilai C yang berbeda, maka harga C rata-rata
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
C1 . A1 + C2 . A2 + C3 . A3 + ……. C = …………………… (11) A1 + A2 + A3 + ….. Keterangan :
C1, C2, C3, … = Koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi
permukaan
A1, A2, A3, … = Luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai
dengan kondisi permukaan
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 23
Tabel 4.21. Harga C berdasarkan type Catchment Area
1 Perumputan tanah pasir, datar, 2 % 0.05 - 0.10tanah pasir, rata-rata, 2- 7 % 0.10 - 0.15tanah pasir, curam, 7 % 0.15 - 0.20tanah gemuk, datar, 2 % 0.13 - 0.17tanah gemuk, rata-rata, 2- 7 % 0.18 - 0.22tanah gemuk, curam, 7 % 0.25 - 0.35
2 Business daerah kota lama 0.75 - 0.95daerah kota pinggiran 0.50 - 0.70
3 Perumahan daerah "single family" 0.30 - 0.50"multi unit", terpisah-pisah 0.40 - 0.60"multi unit", tertutup 0.60 - 0.75"suburban" 0.25 - 0.40daerah rumah-rumah apartemen 0.50 - 0.70
4 Industri daerah ringan 0.50 - 0.80daerah berat 0.60 - 0.90
5 Pertamanan, 0.10 - 0.25kuburan
6 Tempat bermain 0.20 - 0.35
7 Halaman Kareta Api 0.20 - 0.40
8 daerah yang tidak 0.10 - 0.30dikerjakan
9 Jalan beraspal 0.70 - 0.95beton 0.80 - 0.95batu 0.70 - 0.85
10 untuk berjalan dan 0.75 - 0.85naik kuda
11 atap 0.75 - 0.95
Type Daerah Aliran Keterangan Harga C
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air hujan yang jatuh di titik
terjauh di Cathment Area untuk sampai pada pada titik tinjau. Langkah
perhitungan debit banjir maksimum dapat dilihat pada Gambar 4.8.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 24
Intensitas Hujan (I)
Waktu Konsentrasi
(tc)
Intensitas Hujan pada Waktu Konsentrasi (Ic )
Luas Catment Area (A)
Koefisien Pengaliran (C)
Qtc = C.Ic. A
Lama Hujan (t)
Gambar 4.8 Langkah Perhitungan Debit Banjir Maksimum Drainase
Dalam perhitungan waktu konsentrasi pada suatu Cathment Area digunakan
persamaan Kirpich (1940) yang mempunyai bentuk persamaan sebagai berikut :
tc = 0.0195.I0.77.S-0.385 (12)
Dimana :
tc = waktu dalam menit
I = panjang saluran dalam m
S = Kemiringan lereng m/m
Debit banjir rencana yang akan digunakan dalam perencanaan drainase di Kota
Cimahi akan digunakan Debit puncak 5 tahunan. Besar debit tersebut selanjutnya
menjadi dasar dalam penentuan dimensi saluran drainase pada lokasi perenanaan.
Estimasi Debit Run off Wilayah Kajian
Estimasi debit run off ini adalah estimasi secara global. Debit ini tidak bisa dijadikan acuan
dalam perencanaan drainase dan hanya memberikan gambaran secara kasar/umum
mengenai debit yang akan diterima oleh catchment area yang selanjutnya akan mengalir
ke sungai. Metode yang digunakan adalah metode rasional :
AICQp ...00278.0=
Dimana :
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 25
Qp = Besarnya debit puncak
C = koefisien pengaliran
I = Intensitas Hujan (mm/jam) pada waktu konsentrasi (tc).
tc = 0.0195.I0.77.S-0.385
A = Luas Cathment Area (Ha)
Hasil Perhitungan disajikan dalam tabel berikut ini.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
V - 1
5.1. Identifikasi Dan Inventarisasi Lapangan
Survey Identifikasi dan nventarisasi dilakukan guna memperoleh gambaran menyeluruh
tentang kondisi daerah perencanaan saat ini (rona awal), baik on site maupun off site.
Beberapa aspek yang menjadi menjadi objek survey inventarisasi antara lain:
• Orientasi dan identifikasi batas-batas daerah perencanaan.
• Kondisi umum fisik-geografis dan lingkungan daerah kajian.
• Identifikasi dan inventarisasi permasalahan umum dan spesifik lokasi perencanaan
berkenaan dengan drainase di kawasan Kota Cimahi,
• Inventarisasi jaringan drainase yang sudah ada
• Identifikasi kemungkinan layout masterplan drainase
Survey inventarisasi dilakukan berdasarkan acuan dasar :
• Peta topografi (Peta Rupa Bumi) Kota Cimahi.
• Citra Satelit
• Data Kota Cimahi.
• Peta ikhtisar dan situasi hasil study dan perencanaan sebelumnya.
• Informasi aktual dari masyarakat setempat dan pemerintah Kota Cimahi
5.2. Kondisi Drainase Eksisting
Pekerjaan Master Plan Drainase Kota Cimahi, sesuai dengan arahan Kerangka Acuan Kerja
(KAK), Secara umum lokasi pekerjaan mencakup seluruh wilayah Kota Cimahi yaitu:
• RW 02 Melong
• Kelurahan Utama
• Kelurahan Padasuka
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
V - 2
• Keluraha Cibeureum
• Kelurahan Pasirkaliki
• Jalan cihanjuang
• Kali Cimahi
• Kelurahan Cibabat
• Aliran Cibaligo
• Fly Over Cimindi
Rekapitulasi permasalahan yang ada di perkotaan berdasarkan hasil survey dan identifikasi
lapangan adalah :
Tabel 5.1 Rekapitulasi Permasalahan Drainase Eksisting.
Permasalahan Kondisi Yang Ada Pemecahan Masalah
1. Rw 02 Melong
Beberapa bangunan di bangun di atas saluran drinase sehingga terjadi penyempitan
Saluran yang menyempit pada bagian hilir drainase
Perubahan arah aliran oleh pihak industri (Pabrik) menyebabkan banjir di sekitar.
Pendangkalan Sungai.
Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar Wilayah
Perlu dibuat kolam retensi banjir
Dilakukan OP untuk saluran yang telah ada.
2. Kelurahan Utama
Pengubahan arah aliran sungai untuk kepentingan pabrik
Pendangkalan outpole drainase
Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar kecamatan Tanjungsari
Dilakukan OP untuk saluran yang telah ada.
Normalisasi sungai
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
V - 3
Permasalahan Kondisi Yang Ada Pemecahan Masalah
3. Kelurahan padasuka
Sedimentasi dibeberapa ruas drinase
Run off Besar dari daerah bagian atas.
Penyempitan saluran drainase
Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar kecamatan Tanjungsari
Dilakukan OP untuk saluran yang telah ada.
4. Kelurahan Cibeureum
Beban drainase yang terlalu besar
Energi Air yang merusak karena topografi curam sehingga dibeberapa tempat jalan menjadi rusak
Beberapa saluran tersedimentasi
Diperlukan saluran baru untuk menampung aliran air hujan
Dilakukan OP untuk saluran yang telah ada
Pembuatan Kolam olakan
Normalisasi sungai
5. Kelurahan Pasirkaliki
Genangan banjir yg terjadi di Pangeran Kornel disebabkan oleh sedimentasi pada badan saluran oleh sampah dan kabel-kabel
Genangan yang terjadi disebabkan dua saluran dengan beban debit yang besar ketika hujan sedangkan gorong-gorong menuju saluran primer dimensinya kecil.
Di beberapa tempat saluran terpenuhi oleh tanah dan sampah
Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar kecamatan Sumedang selatan
Dilakukan OP untuk saluran yang telah ada
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
V - 4
Permasalahan Kondisi Yang Ada Pemecahan Masalah
6. Jalan Cihanjuang
Umumnya banjir terjadi karena imbas dari hujan.
Saluran drainase yang tersumbat sampah pasar.
Saluran drainase tertutup sedimen.
Beban drainase yang terlalu besar
Tertutupnya drainase oleh bangunan yang menyebabkan berkurangnya dimensi drainase.
Bangunan membuang langsung limpasan kejalan
Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar kecamatan sumedang utara
Agar dilakukan OP untuk saluran yang ada.
Diperlukan saluran baru untuk menampung aliran air hujan
7. Kali Cimahi
Dimensi Saluran tidak mencukupi
Beberapa saluran tersedimentasi
Saluran yang menyempit pada bagian hilir drainase
Diperlukan penambahan saluran baru untuk menampung aliran air hujan.
Dilakukan rehabilitasi saluran yang telah ada.
8. Kelurahan Cibabat
Umumnya banjir terjadi karena imbas dari hujan.
Saluran drainase yang tersumbat sampah pasar.
Saluran drainase tertutup sedimen.
Beban drainase yang terlalu besar
Tertutupnya drainase oleh
Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar kawasan permukiman di Kelurahan Cibabat.
Agar dilakukan OP untuk saluran yang ada.
Diperlukan saluran baru untuk menampung aliran air hujan
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
V - 5
Permasalahan Kondisi Yang Ada Pemecahan Masalah
bangunan
9. Aliran Cibaligo
Tertutupnya drainase oleh bangunan yang menyebabkan berkurangnya dimensi drainase.
Aliran Sungai Cilember di sepanjang jalan Cibaligo melalui area industri.
Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar kawasan permukiman di Kelurahan Cibabat.
Agar dilakukan OP untuk saluran yang ada.
Diperlukan saluran baru untuk menampung aliran air hujan
10. Fly Over Cimindi
Saluran drainase jalan berupa saluran tertutup dan sudah mengalami sedimentasi.
Lubang pembuang di trotoir pada saluran drainase jalan sudah tertutup.
Tertutupnya drainase oleh bangunan yang menyebabkan berkurangnya dimensi drainase.
Tertutupnya drainase oleh bangunan yang menyebabkan berkurangnya dimensi drainase.
Berkurangnya daya tampung saluran oleh sedimentasi dan sampah.
Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar kawasan permukiman di Kelurahan Cibabat.
Agar dilakukan OP untuk saluran yang ada.
Diperlukan saluran baru untuk menampung aliran air hujan
Sumber : Hasil Survey dan Identifikasi lapangan 2011
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 1
6.1. Umum
Dalam penyusunan dan pengembangan Master Plan Drainase Kota Cimahi terdapat bebe-
rapa kriteria dan standar yang dijadikan acuan. Acuan-acuan tersebut dapat berupa acuan
teknis formal dan acuan konsepsi yang bersifat ilmiah-aplikatif. Disamping itu, master plan
drainase perlu menegaskan beberapa prinsip dasar yang bersifat teknis-lingkungan.
Prinsip dasar ini dapat dipandang sebagai visi, atau cara pandang apa dan bagaimana
sistem drainase disusun dan dikembangkan. Strategi dan prosedur pelaksanaan
penyusunan master plan drainase Kota Cimahi dibuat dengan acuan dan cara pandang
tersebut.
6.2. Acuan Teknis Formal
Beberapa hal yang sangat penting terkait penyusunan masterplan drainase yang
digariskan dalam SNI ini, antara lain :
A. Lingkup SNI dan Beberapa Pengertian
Tata cara perencanaan Umum Drainase Perkotaan tertuang dalam SNI 02-2406-1991.
Dalam SNI, dengan tegas dinyatakan bahwa :
(1) proses perencanaan drainase perkotaan, berlandaskan pada konsep pembangunan
yang terlanjutkan (pembangunan yang berwawasan lingkungan) khususnya dalam
rangka konservasi sumberdaya air agar air permukiman dapat cepat dialirkan dan
diresapkan.
(2) Ruang ligkup perencanaan umum drainase perkotaan mencakup : perencanaan
drainase perkotaan sebagai pembuang air hujan dengan mempertimbangkan
pembangunan berwawasan lingkungan; tidak termasuk saluran pengendali banjir,
pembuang air limbah dan drainase pedesaan;
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 2
(3) perencanaann umum drainase perkotaan tidak mencakup perencanaan teknik
drainase perkotaan yang lebih terperinci.
Beberapa pengertian penting juga tercantum secara jelas dalam SNI ini, antara lain:
a) Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air
dan atau ke bangunan resapan buatan;
b) Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi mengendalikan
kelebihan air permukaan, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat
memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia;
c) Sistem drainase utama adalah sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan
sebagian besar warga masyarakat;
d) Sistem drainase lokal adalah sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan
sebagian kecil warga masyarakat;
e) Sistem drainase terpisah adalah sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan yang terpisah untuk air permukaan atau air limbah;
f) Sistem drainase gabungan adalah sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan.
B. Faktor-faktor umum
Beberapa faktor umum yang harus diperhatikan dalam penyusunan master plan drainase
adalah:
• Faktor sosial ekonomi
Pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan angkatan kerja;
Kebutuhan nyata dan prioritas daerah;
Keseimbangan pembangunan antarkota dan dalam kota;
Ketersediaan dan tataguna tanah;
Pertumbuhan fisik kota dan ekonomi pedesaan.
• Faktor medan dan lingkungan
Topografi, keberadaan jaringan saluran drainase, jalan, sawah, perkampungan, laut,
pantai, tataguna tanah, pencemaran lingkungan, estetika, dan sebagainya yang
mempengaruhi dan dipengaruhi sistem drainase perkotaan perlu dipertimbangkan
dan diperhitungkan dalam perencanaan;
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 3
Dalam merencanakan sistem drainase perkotaan yang terletak pada daerah lereng
pegunungan agar diperhitungkan terhadap masalah longsor yang disebabkan oleh
kandungan air tanah;
Dalam merencanakan sistem drainase perkotaan yang terletak pada daerah datar
agar diperhitungkan tersedianya air penggelontor untuk mengatasi kemungkinan
pengendapan dan pencemaran;
Dalam merencanakan sistem drainase perkotaan yang terletak pada daerah yang
terkena pengaruh pengempangan dari laut, danau atau waduk dan sungai agar
diperhitungkan terhadap masalah pembendungan atau pengempangannya.
C. Perencanaan
1. Landasan perencanaan
Perencanaan drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai
prasarana kota yang dilandaskan pada konsep pembangunan yang berwawasan
lingkungan. Konsep ini antara lain berkaitan dengan usaha konservasi sumberdaya air,
yang pada prinsipnya adalah mengendalikan air hujan supaya lebih banyak meresap ke
dalam tanah dan tidak banyak terbuang sebagai aliran permukaan, antara lain dengan
membuat bangunan resapan buatan, kolam tendon, penataan lansekap dan sengkedan.
2. Tahapan perencanaan
Tahapan perencanaan drainase perkotaan meliputi:
tahapan dilakukan melaui pembuatan rencana induk, studi kelayakan dan
perencanaan detil, dengan penjelasan:
• studi kelayakan dapat dibuat sebagai kelanjutan dari pembuatan rencana induk;
• perencanaan detil perlu dibuat sebelum pekerjaan konstruksi drainase perkotaan
dilaksanakan;
drainase perkotaan di kota-raya dan kota-besar perlu direncanakan secara
menyeluruh melalui tahapan rencana induk;
drainase perkotaan di kota-sedang dan kota-kecil dapat direncanakan melalui tahapan
rencana kerangka sebagai pengganti rencana induk;
drainase perkotaan di kota-sedang yang mempunyai pertumbuhan fisik dan
pertambahan penduduk yang cepat serta drainase perkotaan yang mempunyai
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 4
permasalahan rumit karena keadaan alam setempat, perlu perencanaan yang
menyeluruh melalui tahapan rencana induk;
drainase perkotaan agar direncanakan dengan berbagai alternatif, dan pemilihan
alternatif yang terbaik dilaksanakan melalui proses pengkajian dengan
mempertimbangkan aspek teknik, sosial ekonomi, finansial dan lingkungan;
survei yang dilakukan dalam rangka perencanaan drainase perkotaan meliputi lokasi,
topografi, hidrologi, geoteknik, tataguna tanah, sosial ekonomi, institusi atau
kelembagaan, peranserta masyarakat, kependudukan, lingkungan dan pembiayaan;
penyelidikan yang dilakukan dalam rangka perencanaan drainase perkotaan adalah
rincian lebih lanjut pekerjaan survei untuk mendapatkan parameter-parameter desain;
desain drainase perkotaan agar didasarkan pada pertimbangan hidrologi, hidraulik,
struktur, dan biaya;
penyiapan tanah untuk pembangunan drainase perkotaan agar dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
pelaksanaan drainase perkotaan agar dikerjakan sesuai dengan peraturan konstruksi
yang lazim dipakai dan disetujui instansi yang berwenang;
operasi dan pemeliharaan drainase perkotaan agar yang mengikuti peraturan yang
lazim dipakai dan disetujui instansi yang berwenang.
3. Data dan persyaratan
Data dan persyaratan untuk perencanaan drainase perkotaan dijelaskan sebagai berikut :
1) data primer adalah data dasar yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan drainase
perkotaan, yang diperoleh baik dari lapangan maupun dari pustaka, mencakup:
• data permasalahan dan data kuantitatif pada setiap lokasi genangan dan atau
banjir yang meliputi luas, lama, kedalaman rata-rata dan frekuensi genangan;
• data keadaan fungsi, sistem, geometri dan dimensi saluran;
• data daerah pengaliran sungai atau saluran meliputi topografi, hidrologi,
morfologi sungai, sifat tanah, tataguna tanah dan sebagainya;
• data prasarana dan fasilitas kota yang telah ada dan yang direncanakan;
2) data sekunder adalah data tambahan yang dipergunakan dalam perencanaan drainase
perkotaan yang sifatnya menunjang dan atau melengkapi data primer:
• rencana pengembangan kota;
• geoteknik;
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 5
• foto udara;
• pembiayaan;
• kependudukan;
• institusi atau kelembagaan;
• sosial ekonomi;
• peranserta masyarakat;
• keadaan kesehatan lingkungan permukiman;
3) persyaratan kualitas dan kuantitas data untuk analisis agar dikaji dan dipilih sesuai
dengan peralatan, metode perhitungan dan asumsi yang digunakan.
4. Sistem drainase perkotaan
Sistem drainase perkotaan adalah sebagai berikut :
1) ditinjau dari segi fisik, sistem drainase perkotaan terdiri atas saluran primer, sekunder,
tersier, kuarter dan seterusnya;
2) ditinjau dari segi fungsi pelayanan, system drainase perkotaan terdiri atas system
drainase utama dan lokal;
3) drainase perkotaan agar direncanakan sebagai system drainase terpisah, pada
keadaan tertentu dan mendesak, sistem drainase gabungan boleh direncanakan
dengan melalui koordinasi instansi yang berwenang;
4) saluran drainase perkotaan dapat direncanakan sebagai saluran terbuka atau saluran
tertutup dengan mempertimbankan terhadap faktor-faktor tersedianya tanah dan
keadaan alam setempat, pembiayaan, operasi dan pemeliharaan.
5. Kriteria perencanaan
a. Pertimbangan teknik
Saluran drainase perkotaan agar direncanakan dengan pertimbangan teknik
termasuk metode perhitungan yang lazim berlaku sebagai berikut :
1) aspek hidrologi;
• penentuan debit rencana agar dihitung melalui lengkung kekerapan durasi deras
hujan;
• penentuan debit desain dan tinggi jagaan agar didasarkan pada: macam kota (kota-
raya, kota-besar, kota-sedang dan kota-kecil), macam daerah (daerah perdagangan,
daerah industri dan daerah pemukiman), macam saluran (saluran primer, saluran
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 6
sekunder, saluran tersier, saluran jalan bebas hambatan, saluran jalan arteri dan
lain-lain);
• penetapan karakteristik darah aliran berupa luas daaerah aliran, koefisien aliran, dan
penetapan tinggi jagaan agar didasarkan pada macam kota-raya, kota-besar, kota-
sedang, kota-kecil, daerah perdagangan, daerah industri, dan daerah pemukiman;
• drainase perkotaan yang menggunakan bangunan stasiun pompa, perlu
mempertimbangkan penyediaan waduk atau kolam tendon dan memperhitungkan
volume total aliran serta waktu konsentrasi curah hujan;
2) aspek hidraulik;
• kecepatan maksimum aliran agar ditentukan tidak lebih besar dari pada kecepatan
maksimum yang diizinkan sehingga tidak terjadi kerusakan;
• kecepatan minimum aliran agar ditentukan tidak lebih kecil dari pada kecepatan
minimum yang diizinkan sehingga tidak terjadi pengendapan dan pertumbuhan
tanaman air;
• bentuk penampang saluran agar dipilih berupa segi empat, trapesium, lingkaran,
bagian dari lingkaran, bulat telur, bagian dari bulat telur, atau kombinasi dari
bentuk-bentuk tersebut;
• saluran sebaiknya dibuat dengan bentuk majemuk, terdiri atas saluran kecil dan
saluran besar, guna mengurangi beban pemeliharaan;
• kelancaran pengaliran air dari jalan ke dalam saluran drainase agar dilewatkan
melalui lubang pematus yang berdimensi dan berjarak penempatan tertentu;
• dimensi bangunan pelengkap seperti gorong-gorong, pintu air dan lubang
pemeriksaan agar ditentukan berdasarkan kriteria desain sesuai dengan macam
kota, daerah dan macam saluran;
3) aspek struktur;
• jenis dan mutu bahan bangunan agar dipilih sesuai dengan persyaratan desain,
tersedia cukup banyak dan mudah diperoleh;
• kekuatan dan kestabilan bangunan agar diperhitungkan sesuai dengan umur layan
yang ditentukan.
b. Pertimbangan Non Teknik
Saluran drainase perkotan agar direncanakan dengan pertimbangan segi-segi lainnya
sebagai berikut :
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 7
1) biaya:
• drainase perkotaan agar direncanakan sesuai dengan ketersediaan biaya;
• biaya agar dikelola dan dipertanggung-jawabkan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
2) pemeliharaan:
• drainase perkotaan agar dipelihara dengan membersihkan saluran dan merawat
bangunan pelengkapnya secara berkala sesuai dengan peraturan pemeliharaan yang
lazim dipakai;
• pembersihan saluran drainase dengan cara penggelontoran agar diperhitungkan
sejak tahap awal perencanaan, dan debit minimum untuk penggelontoran agar
diusahakan dari saluran yang ada di dalam atau di dekat perkotaan;
• drainase perkotaan agar dilindungi dengan garis sempadan yang batasnya dtetapkan
sesuai dengan macam saluran;
• drainase perkotaan agar dilengkapi dengan jalan inspeksi untuk keperluan
pemeliharaan dan dapat berfungsi ganda, yaitu disamping berfungsi sebagai jalan
inspeksi dapat pula berfungsi sebagai jalan akses, jalan lokal, jalan kolektor, atau
jalan arteri yang merupakan bagian dari jaringan jalan di dalam kota.
6. Lain-lain
a. Laporan
Laporan mengenai perencanaan drainase perkotaan dijelaskan sebagai berikut :
1) setiap aspek perencanaan baik yang menyangkut bangunan baru maupun
bangunan lama agar dilaporkan dan dikonsultasikan kepada instansi yang
berwenang dan bertanggung jawab atas drainase perkotaan;
2) laporan perlu dibuat secara berkala oleh perencana, dan dilaporkan kepada
instansi yang berwenang dan bertanggung jawab atas drainase perkotaan.
b. Koordinasi dan tanggung jawab perencanaan
1) seluruh penyelenggaraan teknis pekerjaan perencanaan drainase perkotaan agar
dilaksanakan di bawah koordinasi dan tanggung jawab seorang ahli yang
kompeten, dibantu tim terpadu yang karena pelatihan dan pengalamannya
berpengetahuan luas dan ahli dalam pekerjaan yang berkaitan dengan drainase
perkotaan;
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 8
2) apabila dalam tahapan perencanaan drainase perkotaan timbul masalah yang
tidak dapat diselesaikan oleh instansi yang berwenang, maka masalah tersebut
harus diajukan kepada pihak berwenang yang lebih tinggi.
Penjelasan teknis atas SNI ini (Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan)
terdapat pada Petunjuk Teknis Tata Cara Pembuatan Rencana Induk Drainase
Perkotaan (CT/Dr/Re-TC/001/98).
6.3. Konsep Eko-Hidraulik dalam Drainase.
6.3.1. Fungsi Sungai sebagai Saluran Drainase.
Sungai merupakan komponen drainase utama dalam suatu DAS (Daerah Aliran
Sungai). Bentuk dan ukuran sungai alamiah merupakan bentuk yang sesuai dengan
kondisi geologi, geografi, ekologi, dan hidrologi daerah tsb. Konsep alamiah drainase
adalah bagaimana membuang kelebihan air selambat-lambatnya ke sungai. Hal ini dapat
terlihat dari sungai yang memiliki bentuk alamiah tidak teratur.
Drainase konvensional yang banyak dianut selama ini didefinisikan sebagai usaha untuk
membuang / mengalirkan kelebihan air di suatu tempat secepat-cepatnya menuju sungai,
dan secepat-cepatnya dibuang ke laut. Hal ini bertentangan dengan konsep eko-hidraulik.
Dengan konsep pembuangan secepat-cepatnya ini akan terjadi akumulasi debit di bagian
hilir dan rendahnya konsevasi air untuk ekologi di hulu. Sungai di hilir akan menerima
beban debit yang lebih tinggi dan waktu debit puncak lebih cepat daripada keadaan
semula sehingga menimbulkan penurunan kualitas ekologi di daerah hulu.
Maryono, 2001, mengusulkan konsep drainase baru sebagai suatu usaha membuang
/ mengalirkan kelebihan air ke sungai dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak
menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan banjir di sungai yang terkait.
Pengelolaan sungai tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat fungsi hidraulisnya
saja dan mengabaikan fungsi ekologisnya. Pengelolaan sungai adalah usaha manusia guna
memanfaatkan sungai sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia dan lingkungan
secara integral dan berkesinambungan, tanpa menyebabkan kerusakan rezim dan kondisi
ekologis sungai yang bersangkutan.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 9
Konsep pengelolaan sungai seperti di atas disebut konsep Eko-Hidraulik (Maryono,
2001). Pengelolaan sungai dengan konsep Eko-Hidraulik bukan saja bertujuan untuk
melestarikan kondisi ekologis di lingkungan sungai, namun juga untuk memanfaatkan
komponen ekologis sungai dalam rekayasa hidraulis. Untuk menanggulangi banjir, maka
komponen ekologis di sepanjang alur sungai dapat dimanfaatkan sebagai komponen
retensi hidraulis yang menahan aliran air, sehingga terjadi peredaman banjir. Dengan
banyaknya genangan retensi lokal di sepanjang sungai, maka kualitas ekologi sungai pun
diharapkan akan meningkat. Prinsip pengelolaan sungai adalah bagaimana
mempertahankan kondisi sungai tersebut semaksimal mungkin pada kondisi alamiahnya
(back to nature concept).
6.3.2. Pelurusan Sungai, Sudetan dan Tanggul
Banjir dan permasalah genangan yang kerap kali terjadi di daerah perkotaan
memerlukan penanganan secara komprehensif, tidak hanya menggunakan metode
konvensional melainkan juga dengan metode penyelesaian banjir lainnya, seperti
ekohidrolik. Adapun yang dimaksud metode konvensional adalah membuat sudetan,
normalisasi sungai, pembuatan talud, dan berbagai macam konstruksi sipil lainnya.
Sedangkan metode ekohidrolik bertitik berat pada renaturalisasi, restorasi sungai, serta
peningkatan daya retensi lahan terhadap air hujan. Penyelesaian banjir dan permasalahan
drainase dengan konsep penanganan banjir secara konvensional yang hanya
mengutamakan faktor hidraulik, bertitik tolak pada penanganan dampak banjir secara
lokal. Hal ini perlu diimbangi dengan konsep ekohidrolik yang bertitik tolak pada
penanganan penyebab banjir dari segi ekologi dan lingkungan. Dengan dilakukannya
retensi air di bagian hulu, tengah, dan hilir, juga di sepanjang wilayah sungai, sempadan
sungai, badan sungai, dan saluran, selain berfungsi sebagai penanggulangan banjir juga
sekaligus menanggulangi kekeringan di kawasan yang bersangkutan.
6.3.3. Drainase Ramah Lingkungan
Eko-drainase atau drainase ramah lingkungan adalah sistim drainase yang
memperhatikan kelestarian lingkungan. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru
bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan man made world, segala sesuatu buatan
manusia, perlu dibuat dengan ramah terhadap lingkungan, yang pada gilirannya, artinya
juga perlu ramah terhadap manusia.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 10
Di bidang drainase, pertimbangan desain sistem drainase sampai saat ini masih
menggunakan paradigma lama yaitu bahwa air drainase harus secepatnya dibuang ke hilir
atau ke laut. Baru kemudian disadari bahwa paradigma ini tidak sesuai lagi dengan
keadaan masa kini ketika didapati fenomena defisit air dalam neraca keseimbangan air
antara ketersediaan dan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia yang semakin banyak.
Defisit neraca air ini ditandai dengan menurunnya permukaan air tanah, karena
disedot untuk berbagai keperluan, bahkan tidak hanya untuk keperluan primer manusia
seperti air minum, tetapi juga untuk keperluan sekunder yaitu industri. Tanda yang lain
dari defisit air ini adalah semakin menurunnya kuantitas dan kualitas ketersediaan air baku
akibat semakin membesarnya fluktuasi jumlah aliran permukaan persatuan waktu yang
terjadi di musim penghujan dibandingkan yang terjadi di musim kemarau.
Besarnya fluktuasi ini terjadi antara lain oleh kurangnya daerah resapan air di bagian
hulu dikarenakan gundulnya hutan dan kurangnya usaha membangun sistim tampungan
(tandon) air pada sistim drainase. Hal ini berakibat menurunnya recharging air tanah dan
pada gilirannya kemudian berefek pada turunnya base flow pada aliran sungai atau
menghilangnya mata air mata air dari hulu sungai.
Filosofi pembuatan sistim drainase dengan tampungan-tampungan ramah
lingkungan dalam usaha menanggulangi banjir mirip tetapi tidak sama dengan filosofi
pembuatan waduk penahan banjir. Waduk dibangun dalam skala besar, tidak hanya dalam
pengertian fisik, tapi juga besar dalam efek negatif yang terjadi. Sedangkan sistim
drainase dengan tampungan-tampungan air ramah lingkungan dibuat dan dikelola oleh
orang perorang dan oleh unit masyarakat kecil. Sedemikian sehingga perbedaan filosofi
diantara keduanya ialah bahwa waduk dimotori oleh sebuah otoritas, sedangkan sistim
drainase dengan tampungan-tampungan ramah lingkungan digerakkan oleh public
community.
Penerapan konsep drainase ramah lingkungan di lapangan yang diiringi oleh
program pengembangan masyarakat dilakukan pada berbagai bidang, seperti:
1. Sistem pembuangan air hujan di rumah
Dengan konsep bahwa air hujan harus ditahan selama mungkin dan sebanyak mungkin
diserap oleh tanah maka urutan aliran air hujan di setiap unit rumah dapat mengikuti
alur sebagai berikut :
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 11
Air hujan bungker air sumur resapan saluran
Ilustrasi alur air hujan di setiap unit rumah disajikan pada Gambar 6.1 berikut :
pengisian air tanah
air dapatdigunakan untukberbagai keperluan
air hujan ditampung
dalam bunker
bunker airselokan
sumurresapan
kelebihan air dari sumur resapanmengalir ke selokan
kelebihan air dari bunkermengalir ke sumur resapan
air hujan
Gambar 6.1 Ilustrasi alur air hujan di rumah
1. Pada tahap pertama, air hujan dari atap rumah disalurkan ke bunker air. Air yang
ditampung pada bungker ini di kemudian hari dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, seperti untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dll. Jika air
untuk keperluan-keperluan diatas dapat diambil dari bungker air yang ada maka
hal ini dapat secara langsung mengurangi beban air yang harus disuplai dari PAM.
2. Pada tahap kedua, air hujan yang tidak tertampung di bungker air dialirkan
menuju sumur resapan. Air dari sumur resapan ini berfungsi sebagai pengisian
kembali air tanah.
3. Pada tahap ketiga, air hujan yang tidak tertampung di sumur resapan kemudian
dialirkan ke selokan / saluran pembuangan air hujan. Hal ini merupakan tahapan
terakhir jika semua usaha untuk menahan air agar dapat meresap ke dalam tanah
telah dilakukan
Jika dihitung, proporsi volume air yang dapat ditampung dalam bungker untuk tiap
rumah mungkin tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan keseluruhan volume air
hujan yang turun. Namun jika setiap rumah dalam suatu kompleks perumahan
menggunakan cara seperti ini, maka jumlah volume air yang dapat ditampung akan
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 12
semakin besar. Hal ini juga berlaku dalam penggunaan sumur resapan pada setiap
unit rumah. Walaupun volume air yang dapat menyerap ke tanah untuk satu unit
rumah tidaklah besar, namun jika setiap rumah menerapkan hal ini maka jumlah
volume air yang dapat dikonvservasi akan semakin besar.
2. Saluran drainase sebagai long storage
Saluran drainase selain berfungsi untuk mengalirkan air hujan ke daerah yang lebih
rendah, juga dapat difungsikan sebagai long storage. Untuk beberapa kawasan, long
storage ini diperlukan karena air tidak dapat dibuang langsung ke laut akibat adanya
pengaruh pasang surut. Namun untuk beberapa kawasan lain, long storage ini dapat
berfungsi sebagai bagian dari proses retensi air hujan, agar volume air yang
menyerap ke dalam tanah semakin besar.
Selain itu, pada musim kemarau, keberadaan air di saluran drainase cukup penting
untuk menghindari pengendapan dan tertumpuknya berbagai kotoran yang dapat
menimbulkan bau tidak sedap. Dengan adanya long storage tersebut, air yang ada
dapat digunakan untuk melakukan penggelontoran saluran. Pengaturan air pada saat
akan dilakukan penggelontoran dapat dilakukan menggunakan bantuan pintu air
maupun bangunan air sejenis, yang dioperasikan oleh masyarakat setempat.
Dengan demikian, untuk lokasi-lokasi yang dianggap memenuhi persyaratan,
perencanaan saluran drainase perlu mengikutsertakan faktor retensi air, dengan
konsekuensi dimensi saluran drainase akan semakin besar.
3. Peningkatan luas badan air
Peningkatan luas badan air sungai dimaksudkan untuk meningkatkan daya retensi
sungai terhadap air. Komponen retensi alamiah di wilayah sungai, sempadan sungai,
dan badan sungai dapat ditingkatkan dengan cara menanami kembali sempadan dan
sungai yang telah rusak serta memfungsikan daerah genangan atau Folder alamiah
di sepanjang sempadan sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung banjir
4. Pemeliharaan kebersihan
6.3.4. Eko-Engineering dalam Eko-Hidraulik .
Teknologi berkelanjutan yang sekarang banyak diterapkan salah satunya adalah Bio-
Engineering, yaitu pemanfaatan tetumbuhan untuk perbaikan-perbaikan struktur fisik
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 13
wilayah sungai. Contoh penerapan Bio-Engineering atau Eko-Engineering adalah untuk
mengatasi permasalahan longsor. Longsoran tebing, erosi pada dinding penahan tanah,
erosi di sekitar pilar jembatan, dan jebolnya tanggul merupakan efek dari meningkatnya
kecepatan air dan debit air.
Bangunan perlindungan tebing sungai yang digunakan dalam teknik konvensional
adalah perkerasan tebing dengan pasangan batu. Konstruksi ini menutup seluruh
permukaan tebing. Bangunan semacam ini secara langsung akan memperpendek alur
sungai dan menurunkan faktor kekasaran dinding. Dalam konsep Eko-Engineering,
perlindungan tebing dapat dilakukan dengan menggunakan vegetasi lokal setempat.
Hermono, 2001, mengusulkan 3 buah vegetasi di Indonesia yang bisa digunakan, yaitu :
Vitiver grass (rumput akar wangi), Ipoema carrnia (karangkungan), dan Bombusa
(bambu).
A. Penggunaan Vertiver grass
Vertiver grass adalah tanaman yang sangat mudah tumbuh di berbagai tingkat
kesuburan tanah, tahan kekeringan dan tahan genangan air serta penanamannya mudah
relatif tanpa pemeliharaan. Akar vertiver ini tumbuh lebat menancap ke bawah (dapat
mencapai 3 m), sehingga tidak terjadi perebutan unsur hara dengan tanaman lain. Sifat
yang menguntungkan lainnya adalah umumya panjang dan dapat bertahan selama
puluhan tahun. Jenis Vertiver adalah yang tidak menghasilkan biji, tidak mempunyai akar
yang dapat menghasilkan tanaman baru dan sekaligus berfungsi sebagai ranting Dengan
karaktenstik ini Vertiver tidak akan berkembang liar di luar daerah rencana, tidak
mengganggu tanaman pertanian di sekitamya dan tikus tidak mau masuk karena bau
akarnya. Daun Vertiver relatif rimbun sebagai penangkal erosi akibat hujan Akarnya yang
kuat akan mengikat tanah disekitarnya Satu jalur Vertiver sepanjang kontur akan berfungsi
mengikat tanah, menahan sedimen dan lumpur yang terbawa air. Maka dapat terbentuk
bangku terasering yang stabil. Beberapa lokasi sungai di Indonesia yang sudah dilakukan
penanaman Vertiver untuk perlindungan tebing adalah Sungai Pecangaan dan Sungai
Wulan di Seluna Jawa Barat, Sungai Cisanggurung, Sungai Gjangkelok di Jawa barat.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 14
B. Penggunaan Ipoema carnia
Ipomea camia disebut juga Karangkungan atau Kangkung-kangkungan atau
Kangkung londo atau Lompong-lompongan. Ipomea ini merupakan tanaman rawa yang
dapat tumbuh di segala tempat dan tahan terhadap genangan dan arus air.
C. Penggunaan Bambusa (bambu)
Bambusa atau bambu; Bambu termasuk keluarga rumput-rumputan. Tanaman
bambu tumbuh alami di hampir semua benua. Sampai saat ini menurut FAO terdapat
sebanyak 75 genus bambu dan 1250 spesies. Batangnya berbentuk pipa, dengan buku-
buku sebagai pembatas pipa, mempunyai lapisan kulit khusus di bagian dalam dan luar
batangnya. Kekuatan tarik lapis luar 2 kali lipat dan bagian dalam. Memiliki kekuatan tinggi
secara axial dan memiliki sifat lentur. Dalam waktu 3-4 bulan dapat mencapai ketinggian
maksimum 40 meter dan diameter rumpunnya sekitar 15-30 cm.
Bambu ini dapat dijumpai di sebagian besar tebing sungai. Tebing sungai merupakan
habitat yang sangat cocok untuk tanaman bambu. Dalam kaitannya dengan perbaikan
tebing, bambu dapat ditanam di sepanjang bagian tebing yang dianggap rawan. Di
samping itu dapat juga dikombinasikan dengan tanaman Vertiver dan Ipomea.
D. Kombinasi antara bambu, Vertiver dan Ipoema
Kombinasi konstruksi Bambu, vertiver dan Ipomea sesuai untuk lokasi yang
mempunyai kondisi dimana kecepatan air saat banjir kurang dan 1,5 m/dt, air banjir
banyak membawa sedimen tersuspensi (banyak membawa lumpur) dan dasar sungai
bukan tersusun oleh batu kerikil.
Cara pemasangannya adalah batang bambu dipasang vertikal pada lokasi yang
tebingnya mengalami ancaman gerusan, batang melintang mendatar dipasang dan
diikatkan pada batang vertikal sebagai penguat. Di antara baris batang vertikal
dimasukkan ranting pohon (segala jenis ranting dan dahan pohon). Dengan ini
terbentuklah krib porous yang dapat menahan air banjir dan mengikat sedimen. Setelah
endapan terbentuk maka Karangkungan atau Vertiver ditanam Selanjutnya akan tumbuh
kuat dan tumbuhnya tidak teratur saling tindih dan terkait sehingga dapat mempercepat
proses pengendapan. Pada saat batang bambu mulai rapuh dimakan panas dan waktu,
vertiver atau karangkungan dan endapan baru pada kaki tebing sungai cukup stabil dan
mampu menahan gerusan.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 15
E. Penggunaan batang pohon yang tidak teratur
Batang pohon yang tak teratur, pohon tumbang baru dan belum dipotong dahan dan
rantingnya, dapat dipasang pada bagian yang longsor. Di daerah pegunungan dapat
dipakai pohon cemara. Bagian bawah (akarnya) diletakkan di hulu membujur di sepanjang
tebing yang longsor. Untuk dataran rendah dapat digunakan pohon-pohon atau bambu di
sekitar sungai yang ada. Pada longsoran yang panjang dapat digunakan sejumlah batang
pohon yang dipasang memanjang.
F. Gabungan batang dan ranting pohon membujur
Gabungan (ikatan) batang dan ranting pohon membujur dengan mengikat dahan
dan ranting pohon memanjang dapat dipasang dengan dipatok disepanjang kaki tebing
sungai Fungsi utamanya adalah untuk menahan kemungkinan longsornya tebing akibat
arus air. Jenis tumbuhan (ranting-dahan) dipilih di daerah setempat, misalnya batang
tanaman 'mantang-mantangan' atau bambu-bambu yang berukuran kecil. Ikatan tersebut
sebaiknya ditimbun tanah sebagian sehingga mendorong tumbuh. Untuk menjaga
kebasahan selama masa pertumbuhan, maka ikatan tersebut harus di letakkan di bawah
atau pada muka air rata-rata
G. Ikatan batang dan ranting pohon dengan batu
Ikatan batang dan ranting pohon dengan batu dan tanah di dalamnya memiliki
prinsip yang sama dengan ikatan batang, hanya di bagian dalam ikatan tersebut diisi
dengan batu dan tanah. Fungsi batu dan tanah ini adalah sebagai alat pemberat sehingga
ikatan tidak terbawa arus. Di samping itu mempermudah tumbuhnya batang dan ranting
tersebut.
H. Pagar datar
Pagar ini dapat dibuat dengan bambu atau batang atau ranting pohon yang ada di
sekitar sungai. Penancapan pilar pagar sekitar 50 cm dan jarak pilar antara 50-80 cm.
Pagar di pasang di dasar sungai dengan bagian atas di bawah tinggi muka air rata-rata.
Pemasangan pagar ini paling tepat sebelum musim penghujan. Tergantung jenis tanaman
setempat, dalam waktu berapa bulan tanaman di belakang pagar sudah bisa tumbuh.
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 16
I. Penutup tebing
Penutup tebing untuk menanggulangi erosi ini dapat dibuat dan berbagai macam
bahan, misalnya dari alang-alang, mantang-mantangan, jerami kering, rumput gajah
kering, daun kelapa dll. Di bagian bawah dipasang ikatan batang pohon untuk penahan.
Diantaranya bisa ditanami dengan vegetasi. Jenis vegetasi sebaiknya adalah vegetasi yang
ditemukan di sekitar lokasi tersebut
J. Tanaman tebing
Untuk melindungi erosi dan longsoran tebing yang terjal dapat digunakan
perlindungan dengan tanaman. Jenis tanaman disesuaikan dengan jenis tanaman yang
didapat di sekitar lokasi Panjang batangnya sekitar 60 cm masuk ke dalam tanah dengan
diurug diatasnya dan sekitar 20 cm yang di luar Dengan cara pengurugan ini didapat
kondisi tanah yang gembur dan memungkinkan hidupnya tanaman tersebut. Dengan
masukan sedalam 60 cm ke dalam tanah make akan didapat tanaman yang kuat mengikat
tebing sungai.
K. Penanaman tebing
Tebing-tebing sungai yang tanpa tanaman sebaiknya sesegera mungkin ditanami.
Jenis tanaman dapat dipilih dan daerah setempat Bambu adalah salah satu jenis vegetasi
yang banyak dijumpai di sepanjang sungai di Indonesia. Penanaman bambu dapat
dilakukan dengan memilih beberapa jenis bambu yang sesuai dengan lebar dan kedalaman
sungai. Jenis-jenis bambu yang pendek dan kecil dapat ditanam pada sungai yang relatif
kecil Sedang bambu tinggi dan besar batangnya digunakan pada tebing sungai besar.
Tanaman di tebing sungai ini selain berfungsi sebagai pelindung tebing juga berfungsi
sebagai retensi aliran, sehingga kecepatan aliran turun dan banjir di hilir dapat dikurangi.
L. Tanaman antara pasangan batu kosong
Pasangan batu kosong akan lebih kuat jika dicelah-celahnya ditanami tanaman-
tanaman yang sesuai. Dengan tanaman tersebut batu akan semakin kokoh terikat pada
tebingnya
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 17
6.4. Prinsip-prinsip Teknis Master Plan Drainase Kota Cimahi
Berdasarkan acuan teknis formal termasuk petunjuk teknisnya serta pertimbangan
ilmiah-aplikatif, maka penyusunan master plan drainase untuk Kota Cimahi dilakukan
dengan berpegang pada prinsip-prinsip teknik sebagai berikut:
1. Skema sistem saluran yang dikembangkan mulai dari hierarki sekunder, primer dan
saluran drainase utama (sungai) sebagai main out pole. Namun demikian
sejauhmungkin dapat mengakomodasi kemungkinan perkembangan sistem saluran
drainase yang akan datang.
2. Sistem saluran yang dikembangkan merupakan sistem saluran gabungan, yaitu
sistem saluran yang mempunyai saluran pembuang bersatu antara air permukaan
atau air limbah. Prinsip ini dapat dilakukan dengan syarat bahwa dalam jangka
menengah dan jangka panjang, semua limbah domestik yang akan dibuang ke
saluran drainase telah melalui proses pengolahan/netralisari terlebih dahulu.
3. Asumsi dasar penyusunan master plan drainase ini adalah bahwa :
(1) Dalam jangka menengah dan jangka panjang pengolahan limbah domestik dan
limbah industri atau atau limbah-limbah lain dirancang sedemkian rupa sehingga
terintegrasi dengan master plan ini.
(2) Upaya konservasi air, dalam jangka pendek dan jangka menengah secara
kontinyu dan terintegrasi dilakukan mulai dari tingkat rumah tangga, satuan
pemukiman, hingga ke tingkat satuan hidrologi yang lebih luas. Sehingga
drainase limpasan permukaan air hujan hanya dilakukan setelah seoptimal
mungkin dilakukan menahan dan meresapkan air sebanyak dan selama
mungkin.
(3) Prinsip-prinsip ekohidraulik dilakukan secara sistematis, mulai dari tingkat rumah
tangga, setiap hierarki saluran drainase, sungai, hingga ke tingkat satuan
hidrologi yang lebih luas.
4. Sesuai dengan petunjuk teknis, penyusunan master plan ini dirancanng untuk dapat
mengalirkan limpsan perukaan air hujan pada kala ulang 2 – 5 tahun.
6.5. Strategi Pelaksanaan Pekerjaan
Strategi penyusunan master plan drainase agar diperoleh master plan drainase Kota
Cimahi yang tepat sasaran, antara lain :
LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi
VI - 18
(1) Penyusunan dilakukan dengan menerapkan pendekatan dan metoda yang tepat.
Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan pemecahan masalah aktual dan
masalah potensial dengan kerangka berpikir yang sistematis. Metoda yang
digunakan adalah metoda deskriptif-analitik berdasarkan data dan fakta lapangan
serta dasar teoritik-aplikatif yang ada dan mutakhir.
(2) Penyusunan master plan dilakukan melalui sistematika/prosedur yang sistematis
sebagaimana disajikan pada bagan berikut ini.
LLLaaapppooorrraaannn AAAnnntttaaarrraaa Master Plan Drainase Kota Cimahi
VI - 19
Gambar 6.2 Kerangka berpikir penyusunan Master Plan Drainase Kota Cimahi
Masalah Drianse Perkotaan
Kajian Klimatologis (Hujan max , T , Water Balance )
Kajian Kondisi Drainase Daerah Kajian eksisting.
Perumusan permasalahan drainase Daerah Kajian
eksisting
Analisa topografi Kawasan Daerah.
Kajian
Zonasi satuan -satuan basin ( cekungan ) Daerah Kajian
Kajian : Sosial dan Lingkungan
Kajian/Analisa: Foto Udara dan/atau
Citra SatelitKajian : Renaca Tata Ruang Daerah Kajian
dan Sekitarnya
Kajian zonasi dan peruntukan lahan
Daerah Kajian
Rencana Jaringan Saluran Induk dan Saluran Sekunder
Drainase Daerah Kajian
Standar NasionalIndonesia (SNI) Sistem Drainase
Kota
Rencana site : retarding basin /embung /Zona Konserrvasi
Rencana sistem jaringan drainase Daerah Kajian :
• Sistem saluran • Pola Aliran
• Daerah tangkapan
Kajian Strategi Pembangunan Daerah Kajian
Rencana program dan kegiatan pelaksanaanpembangunan drainase Daerah Kajian
dan Detil Desain pada Tiga Lokasi Prioritas
Keluaran
LLLaaapppooorrraaannn AAAnnntttaaarrraaa Master Plan Drainase Kota Cimahi
VI - 20
6.6. Indikasi Program
Master Plan drainase Kota Cimahi, akan menghasilkan sejumlah program penanganan
sistem drainase dan pengendalian banjir di perkotaan. Banjir yang dikendalikan
merupakan banjir yang berasal dari limpasan permukaan air hujan. Program-program
tersebut antara lain:
1. Penataan sistem drainase secara umum. Penataan tersebut antara lain mencakup:
a. Hirarki saluran drainase yang tertata baik, mulai dari saluran tersier, sekunder,
primer hingga outpole pada saluran alami
b. Tata arah aliran yang terencana dalam satu satuan hidrologi. Dalam hal ini seluruh
wilayah Kabupaetn Sumedang terbagi habis ke dalam beberapa satuan hidrologi
c. Rencana penataan sistem drainase yang terintegrasi, antara rencana
rehabilitasi/peningkatan/pengembangan saluran drainase eksisting dengan
pengembaangan saluran drainase yang baru
2. Program pelaksanaan penataan sistem drainase, yang mencakup penjenjangan waktu
dan tahapan kegiatan serta skala prioritas kegiatan. Dalam program pelaksanaan ini
tercakup:
a. Skala prioritas. Skala prioritas ditentukan bedasarkan hasil analisis yang didasarkan
atas kriteria yang ditetapkan oleh Dirjen Ciptakarya
b. Skala waktu program pelaksanaan penataan sistem drainase. Skala waktu program
pelaksanaan terbagi atas:
• Program tahunan, mulai tahun 1 hingga tahun ke 5
• Program 5 tahunan: 6 – 10 tahun; 11 – 15 tahun; 16 – 20 tahun
c. Urutan tahapan kegiatan, mulai dari penyusunan master plan, studi kelayakan,
survey identifikasi dan desain, hingga detail desain, dan pelaksanaan fisik.
d. Pada setiap jenjang waktu dan tahapan kegiatan penanganan, tercakup indikasi
saluran dan/atau satuan hidrologi yang harus ditangani. Tingkat kerincian
informasi saluran dan/atau satuan hidrologi sangat tergantung pada tahapan
kegiatan yang direncanakan. Informasi saluran tersebut antara lain mencakup:
• Lokasi (satuan hidrologi, nama daerah) dan nama atau nomor ruas saluran
• Indikasi panjang dan dimensi
• Bentuk dan jenis penanganan
• Indikasi/estimasi biaya
• Dinas/instansi yang bertanggung jawab