Post on 31-Dec-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur)
batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu
yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta
menjelaskan proses pembentukannya. Geologi struktur lebih menekankan pada studi mengenai
unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan
sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik.
Pemahaman mengenai ilmu geologi struktur memberikan pengetahuan mengenai identifikasi
kenampakan struktur batuan dan outcrop. Dasar-dasar teori yang didapat ppada perkuliahan
umumnya memberikan pengetahuan yang bersifat ideal dan sangat teoritis sedangkan pada
kenyataannya tidaklah ideal dan tidak selalu sama dengan teori. Untuk dapat memahami ilmu
geologi struktur seutuhnya, maka dilakukan praktikum ini. Sehingga praktikan dapat
mengaplikasikan dan membandingkan ilmu teoritis dengan praktik di lapangan.
Dari berbagai ilmu, konsep, dan teori yang telah dipelajari dapat diaplikasikan pada praktikum
ini. Dengan adanya praktikum, maka praktikan akan lebih mengetahui mengenai proses
pembentukan suatu struktur batuan.
Pengalaman akan memberikan ilmu yang sangat berharga kepada praktikan. Dengan pengalaman
juga, ilmu teoritis yang didapat dapat senantiasa berkembang, dan tidak terpaku pada satu teori saja.
Pola pikir praktikan akan lebih meluas dan melihat suatu permasalahan bukan hanya dari satu sisi
saja.
1.2 Tujuan
Kegiatan mempelajari dan melakukan praktikum pengenalan alt geologi struktur dilaksanakan
agar dapat:
1. Mengetahui penampakan dari masing-masing jenis batuan;
2. Mengetahui fungsi dari tiap alat;
3. Mampu melakukan penyelidikan secara struktural dengan menggunakan alat;
4. Mampu mempelajari, mengumpulkan data, dan mengambil sampelnya.
1
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah memberikan pemahaman kepada praktikan mengenai struktur
kekar dan joint. Memberikan pengalaman yang sangat berharga kepada praktikan dalam
mengidentifikasi suatu jenis batuan dan zona subduksi.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka bumi maupunyang
terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk bentuk arsitektur yang
bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Bentuk arsitektur susunan batuan di suatu wilayah
pada umumnya merupakan batuan-batuan yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya
yang bekerja pada batuan tersebut. Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun patahan/
sesar. Dalam ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan batuan, seperti sinklin dan
antiklin. Jenis perlipatan dapat berupa lipatan simetri, asimetri, serta lipatan rebah
(recumbent/overtune), sedangkan jenis-jenis patahan adalah patahan normal (normal fault), patahan
mendatar (strike slip fault), dan patahan naik (trustfault) (Djahauri,2009).
Dalam analisis sesar/ patahan dapat dikerjakan dengan metode grafis maupun metode
stereografis. Dengan metode grafis dapat dianalisis kedudukan suatu titik, garis dan bidang serta
arah dan besar pergeserannya. Dengan stereografis jarak tidak bisa ditentukan. Beberapa istilah
yang dipakai dalam analisis sesar cara grafis antara lain: sesar, jurus sesar, kemiringan sesar, net
slip, dan rake. Sesar (fault) adalah bidang rekahan atau zona rekahan pada batuan yang sudah
mengalami pergeseran. Jurus sesar (strike of fault) merupakan arah garis perpotongan bidang sesar
dengan bidang horisontal, biasanya diukur dari arah utara. Kemiringan sesar (dip of fault) adalah
sudut yang dibentuk antara bidang sesar dengan bidang horisontal, diukur tegak lurus strike. Net
slip adalah pergeseran relatif suatu titik yang semula berimpit pada bidang sesar akibat adanya
sesar. Rake merupakan sudut yang dibentuk oleh net slip dengan strike slip (pergeseran horizontal
searah jurus) pada bidang sesar. Pengenalan sesar di lapangan biasanya cukup sulit. Beberapa
kenampakan yang dapat digunakan sebagai penunjuk adanya sesar antara lain: Adanya struktur
yang tidak menerus (lapisan yang terpotong dengan tiba-tiba). Adanya perulangan lapisan atau
hilangnya lapisan batuan. Kenampakan khas pada bidang sesar, seperti cermin sesar, gores-garis,
dll. Kenampakan khas pada zona sesar, seperti seretan (drag), breksi sesar, horses atau slices,
milonit, dll. Silisifikasi dan mineralisasi sepanjang zona sesar. Perbedaan fasies sedimen. Petunjuk
fisiografi, seperti gawir (scarp), scarplets (piedmont scarp), triangular facet, terpotongnya bagian
depan rangkaian pegunungan struktural. (Husein, 2008).
Tenaga pembentuk muka bumi secara garis besar dapat dibagi menjadi tenaga endogen, eksogen,
dan ekstrateresterial. Tenaga endogen berasal dari dalam bumi dan bersifat membangun permukaan
bumi. Gaya endogen adalah gaya yang berasal dari dalam bumi. Gaya yang berasal dari dalam bumi
dapat berupa gempabumi, magmatisme, volkanisme, orogenesa dan epirogenesa. Aktivitas Tektonik
adalah aktivitas yang berasal dari pergerakan lempeng-lempeng yang ada pada kerak bumi
3
(lithosphere). Hasil dari tumbukan antar lempeng dapat menghasilkan gempabumi, pembentukan
pegunungan (orogenesa), dan aktivitas magmatis/ aktivitas gunungapi (volcanism). Aktivitas
magmatis adalah segala aktivitas magma yang berasal dari dalam bumi (Graha,1987).
Pada hakekatnya aktivitas magmatis dipengaruhi oleh aktivitas tektonik, seperti tumbukan
lempeng baik secara convergent, divergent dan atau transform.Terdiri atas tiga unsur: tektonis,
vulkanis, dan seismis. Tenaga Eksogen berasal dari luar bumi dan bersifat merusak. Terdiri atas
empat unsure yaitu: pelapukan, erosi, pengangkutan, dan sedimentasi. Bentangalam eksogen adalah
bentuk-bentuk bentangalam yang proses pembentukannya/ genetikanya dikontrol oleh gaya
eksogen. Bentangalam eksogen dikenal juga sebagai bentangalam destruksional (destructional
landforms).Tenaga Ekstrateresterial berasal dari ruang angkasa. Contohnya meteor (Blyth dan
Freitas, 1974).
Erupsi explosif terjadi ketika gas larut didalam batuan cair (magma) yang mengalami ekspansi
dan melepaskan secara ledakan kedalam udara, dan juga ketika air dipanaskan oleh magma dan
melepas secara tiba-tiba kedalam uap. Gaya pelepasan gas bersuara keras mematahkan batuan
padat. Sementara gas yang berekspansi juga mendesak magma dan meledak keudara, selanjutnya
ketika dia membeku terbentuk kedalam pecahan-pecahan batuan kecil vulkanik dan gelas. Pada saat
diudara angin akan menghembus butiran abu kecil tersebut sejauh beberapa kilometer dari pusat
erupsi. Ketika terjadi erupsi vulkanik ini material yang tersembur berupa batuan piroklastis atau
material kecil terlontarkan bersama dengan uap air dan gas. Partikel yang kecil disebut abu,
ukurunnya lebih besar disebut lapili (pasir dan kerikil vulkanik) dan batu batu besar (bom).
Sedimentasi dari debu vulkanik dan batu pasir akan membentuk batuan kompak yang disebut tuff
vulkanik (Bayuseno, dkk., 2010).
Andesit termasuk jenis batuan beku kategori menengah sebagai hasil bentukan lelehan magma
diorit. Nama andesit sendiri diambil berdasarkan tempat ditemukan, yaitu di daerah Pegunungan
Andes, Amerika Selatan. Peranan bahan galian ini penting sekali di sektor konstruksi, terutama
dalam pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya, gedung, jembatan, saluran air/irigasi dan
lainnya. Dalam pemanfaatannya dapat berbentuk batu belah, split dan abu batu. Sebagai negara
yang sedang membangun, Indonesia membutuhkan bahan galian ini yang terus setiap tahun.
Pembentukan andesit berasal dari jenis magma diorit merupakan salah satu magma terpenting
dalam golongan kapur alkali sebagai sumber terbentuknya andesit. Lelehan magma tersebut
merupakan kumpulan mineral silikat yang kemudian menghablur akibat pendinginan magma pada
temparatur antara 1500 – 2500 C membentuk andesit berkomposisi mineral felspar plagioklas jenis
kalium felspar natrium plagioklas, kuarsa, felspatoid serta mineral tambahan berupa hornblenda,
biotit dan piroksen. Dasar pengukuran suatu titik berorientasi pada garis dan bidang, Dalam
orientasinya garis dan bidang dinyatakan dalam srtike dan dip. Strike adalah orientasi sebuah garis
4
horizontal pada bidang, yang nilainya diukur dari arah utara searah dengan jarum jam. Dip adalah
sudut antara garis horizontal dan bidang yang diukur secara pependikular ke garis strike yang
arahnya ke bawah. Pada kenampakan di alam strike dan dip dapat diukur dengan menggunakan
kompas dan papan. Penulisannya yaitu dengan urutan tiga besaran secara berurutan yaitu strike ,
dip, dan arah dip. Orientasi garis dan bidang dapat juga direpresentasikan oleh plunge dan trend.
Plunge merupakan sudut vertikal antara sebuah garis dengan proyeksi garis tersebut pada bidang
horisontal. Trend adalah jurus dari bidang vertikal yang melalui garis dan menunjukkan arah
penunjaman garis tersebut. Sedangkan sudut nya disebut pitch. Pitch merupakan sudut antara garis
dengan jurus dari bidang yang memuat garis tersebut. Trend dan plunge didefinisikan sebagai
kedudukan suatu garis dalam dimensi ruang (Grongshong, 2006).
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya disertai
oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar /
patahan dapat dikenal melalui:
a) Gawir sesar atau bidang sesar;
b) Breksiasi, gouge, milonit;
c)Deretan mata air;
d)Sumber air panas;
e) Penyimpangan/ pergeseran kedudukan lapisan;
f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif pergeserannya.
Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan kemiringan juga
dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur dan
ditentukan(Djahauri,2009).
Dip Slip Faults– adalah patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined) dan pergeseran
relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau offset terjadi disepanjang arah
kemiringannya. Sebagai catatan bahwa ketika kita melihat pergeseran pada setiap patahan, kita
tidak mengetahui sisi yang sebelah mana yang sebenarnya bergerak atau jika kedua sisinya
bergerak, semuanya dapat kita tentukan melalui pergerakan relatifnya. Untuk setiap bidang patahan
yang yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita tentukan bahwa blok yang berada diatas
patahan sebagai “hanging wall block” dan blok yang berada dibawah patahan dikenal sebagai
“footwall block”.
Normal Faults adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional horisontal pada batuan
yang bersifat retas dimana “hangingwall block” telah mengalami pergeseran relatif ke arah bagian
bawah terhadap “footwall block”.
5
Gambar 2.1 Normal Fault
Horsts & Gabens dalam kaitannya dengan sesar normal yang terjadi sebagai akibat dari tegasan
tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal yang berpasang pasangan dengan bidang patahan
yang berlawanan. Dalam kasus yang demikian, maka bagian dari blok-blok yang turun akan
membentuk “graben” sedangkan pasangan dari blok-blok yang terangkat sebagai “horst”. Contoh
kasus dari pengaruh gaya tegasan tensional yang bekerja pada kerak bumi pada saat ini adalah
“East African Rift Valley” suatu wilayah dimana terjadi pemekaran benua yang menghasilkan suatu
“Rift”. Contoh lainnya yang saat ini juga terjadi pemekaran kerak bumi adalah wilayah di bagian
barat Amerika Serikat, yaitu di Nevada, Utah, dan Idaho.
Gambar 2.2 Sesar / Patahan Normal Yang Disebabkan Oleh Gaya Tegasan Tensional Horisontal, Dimana Hangingwall Bergerah Kebagian Bawah Dari Footwall (Djauhari,2009)
Gambar 2.3 Rangkaian patahan normal sebagai hasil dari gaya tegasan tensional horisontal yang membentuk Horst dan Graben (Djauhari, 2009)
Half-Grabensadalah patahan normal yang bidang patahannya berbentuk lengkungan dengan
besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah sehingga dapat menyebabkan blok
yang turun mengalami rotasi.
6
Gambar 2.4 Patahan Normal Yang Bidang Patahannya Berbentuk Lengkungan Dengan Besar Bidang Kemiringannya Semakin Mengecil Kearah Bagian Bawah (Djauhari,2009)
Gambar 2.5 Berbagai Jenis Patahan Normal Sebagai Hasil Dari Gaya Tegasan Tensional
Horisontal (Djauhari,2009)
Reverse Faultsadalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal pada batuan yang
bersifat retas, dimana “hangingwall block” berpindah relatif kearah atas terhadap “footwall block”.
7
Gambar 2.6 Reverse Fault
Gambar 2.7 Reverse Fault Sebagai Hasil Dari Gaya Tegasan Kompresional, Dimana Bagian Hangingwall Bergerak Relatif Kebagian Atas Dibandingakan Footwallnya
(Djauhari,2009)
Thrust Fault adalah patahan “reverse fault” yang kemiringan bidang patahannya lebih kecil dari
150. . Pergeseran dari sesar “Thrust fault” dapat mencapai hingga ratusan kilometer sehingga
memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai menutupi batuan yang lebih muda.
Gambar 2.8 Thrust Fault Adalah Suatu Patahan “Reverse Fault” Yang Bidang
Patahannya Mempunyai Kemiringan Kurang Dari 150 (Djauhari,2009)
Strike Slip Faults adalah patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal mengikuti arah
patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang bekerja di dalam kerak bumi. Patahan
jenis “strike slip fault” dapat dibagi menjadi 2(dua) tergantung pada sifat pergerakannya. Dengan
mengamati pada salah satu sisi bidang patahan dan dengan melihat kearah bidang patahan yang
berlawanan, maka jika bidang pada salah satu sisi bergerak kearah kiri kita sebut sebagai patahan
“left-lateral strike-slip fault”. Jika bidang patahan pada sisi lainnya bergerak ke arah kanan, maka
kita namakan sebagai “right-lateral strike-slip fault”. Contoh patahan jenis “strike slip fault” yang
sangat terkenal adalah patahan “San Andreas” di California dengan panjang mencapai lebih dari
600 km.
8
Gambar 2.9 Strike Slip Fault Adalah Patahan Yang Pergerakan RelatifnyaBerarah Horisontal Mengikuti Arah Patahan(Djauhari,2009)
Gambar 2.10 Peta Sebaran Batuan Yang Memperlihatkan Pergeseran (Off Set) Batuan Disepanjang Bidang Patahan Mendatar (Strike Slip Fault) Jenis “Left-Lateral Strike-Slip
Fault” Dimana Blok Kiri Bergerak Relatif Ke Selatan Dan Blok Kanan Bergerak Relatif Ke Utara (Djauhari,2009)
Transform-Faults adalah jenis patahan “strike-slip faults” yang khas terjadi pada batas lempeng,
dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara horisontal. Jenis patahan transform
umumnya terjadi di pematang samudra yang mengalami pergeseran (offset), dimana patahan
transform hanya terjadi diantara batas kedua pematang, sedangkan dibagian luar dari kedua batas
pematang tidak terjadi pergerakan relatif diantara kedua bloknya karena blok tersebut bergerak
dengan arah yang sama. Daerah ini dikenal sebagai zona rekahan (fracture zones). Patahan “San
Andreas” di California termasuk jenis patahan “transform fault”.
BAB III
9
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Lokasi yang dituju pada praktikum fieldtrip ini adalah Desa tambak asri Kec. Tambak Asri
Kab. Malang.dengan koordinat 26o49’LS 06o94’075” BT dengan elevasi 78 mdpl. Kuliah lapangan
ini dilakukan pada tanggal 21 Desember 2013, praktikan berangkat ke lokasi pukul 08.00 WIB dari
depan gedung FMIPA, Universitas Brawijaya dengan alat transportasi truck tentara. Sampai pada
lokasi praktikum sekitar pukul 10.00 WIB. Kemudian kembali ke Universitas Brawajiya sekitar
pukul 14.00 WIB.
3.2 Alat-Alat yang digunakan
1. Kompas Geologi Kompas geologi digunakan untuk mengukur arah (azimuth) pada suatu titik ataupun
kelurusan struktur, mengukur kemiringan lereng,maupun mengukur jurus ataupun kedudukan perlapisan dan kemiringan lapisan batuan.
Gambar 3.3.1 Kompas Geologi
2. Palu GeologiPalu geologi digunakan untuk mengambil sampel batuan. Ada dua jenis palu geologi,
yaitu palu untuk batuan beku dan palu batuan sedimen. Palu batuan beku atau disebut juga pick point, yaitu jenis palu yang berujung runcing dan umumnya dipakai untuk jenis batuan keras. Selain digunakan untuk batuan beku, palu ini juga bisa digunakan untuk batuan metamorf. Palu batuan sedimen disebut juga chisel point, yaitu jenis yang berujung lebar seperti pahat umumnya dipakai untuk batuan berlapis seperti sedimen.
Gambar 3.3.2 Palu Batuan Beku 3.3.3 Palu Batuan Sedimen
10
3. GPSMerupakan instrumen atau alat sistem yang digunakan untuk menentukan letak di
permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan (synchronization) sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu
Gambar 3.3.5 GPS
4. KameraAlat yang digunakan untuk mengambil gambar, baik gambar sampel batuan, outcrop,
dan langkah percobaan yang sesuai prosedur.
Gambar 3.3.6 Kamera
5. Skala Alat yang digunakan sebagai pembanding pada saat batuan maupun singkapan diambil
gambarnya.
6. HVS dan bolpointAlat tulis yang digunakan untuk mencatat informasi yang didapat pada saat
melaksanakan percobaan & langkah-langkah percobaan yang dilakukan.
11
Gambar 3.3.7 HVS Gambar 3.3.8 Bolpoin
7. ClipboardPapan ini digunakan untuk mempermudah pencatatan data dilapangan atau sebagai alas
kompas geologi pada saat pengukuran unsur struktur pada bidang lapisan batuan yang tidak rata.
Gambar 3.3.9 Clipboard
8. Kantong SampelKantong sampel atau kantong contoh batuan dapat digunakan kantong plastik yang kuat
atau kantong jenis lainnya asal kuat yang dapat dipakai untuk membungkus contoh-contoh batuan dengan alat yang baik, yaitu dengan ukuran kurang lebih 13 x 9 x 3 cm.
Gambar 3.3.10. Kantong Sampel
12
BAB IV
PEMBAHASAN
1, Stop site 1
Pada posisi 49 L North 06 94 075 East 90 75 064 utm dengan elevasi 78 mdpl ditemukan batu ungkal (termasuk batuan metamorf dari kaolin,clay). Batuan ini diperkirakan berumur 5 juta tahun dengan massa meosin awal ( terbentuknya gunung api disebelah selatan).
13
Pada gambar diatas terlihat jelas struktur rekahan dan join dan kemungkinan terjadi kekar. Kekerasannya apabila dibandingkan dengan kuku,maka lebih keras batuan ungkal(>2,5). Proses metamorfisnya hanya tekanan saja. Fungsi utama batuan ini hanya untuk pengerasan jalan saja. Selain itu,batuan ini bias dibentuk dan fungsinya lain batuan ini bisa digunakan sebagai tekel dan porselen.
Gambar4.1 (a) Terdapat air dibawah batuan (b) bagian atas terdiri dari soil
Dari gambar diatas juga terlihat warna merah,yang berarti batuan ini teroksidasi dan kandungannya terdiri dari Fe. Batuan ini teroksidasi karena ada air dan diakibatkan oleh kekar. Nama batuan ini sebenarnya masih belum diketahui, tetapi orang sekitar biasa menyebutnya batuan ungkal(batuan yang biasa dipakai untuk mengasah pisau).
2. Stopsite 2 Laguna
Stop site ini terletak pada zona 49 L 06 95 221 North 90 72 575 East dengan elevasi 0 mdpl. Pada stop site ini tepatnya pada pantai Tambaksari terdapat laguna. Laguna adalah sekumpulan air asin yang terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa pasir lalu rasa airnya payau karena air laut berevaporasi dan terkena darat dan ada aliran air tawar. Jadi, kalau air laut pasang,maka air laut akan masuk ke laguna. Laguna ditemukan dibalik perbukitan.
14
Gambar 4.2 Laguna
3. Stop site 3
Lokasi pada stop site terakhir ini sama dengan lokasi stop site 2. Pada stop site ini ditemukan batu gamping monolitis,gamping-gamping halus dan terdapat fosil-fosil didalamnya. Lineasi pada stop site ini sangat terlihat jelas.
Dan pada tebing ini mempunyai ketinggian sekitar 50 m. Itu artinya bahwa didaerah ini adalah zona subduksi. Terjadi 2 periode pengangkatan dalam waktu yang berbeda.
Batu gamping pada stop site ini semuanya berjenis karbonat baik yang berwarna biru,putih maupun abu-abu. Karena setelah dites menggunakan HCl,batuan tidak berubah warna. Dan dilakukan juga
pengukuran strike dan depth , Strike dan dip pada tebing ini adalah N 350 E/ 40.
15
LAGUNA
BAB V
PENUTUP
5.1 KesimpulanDari pelaksanaan praktikum geologi struktur dapat disimpulkan bahwa geologi struktur adalah
studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya. Unsur-unsur struktur secara geometris pada dasarnya hanya terdiri daridua unsur geometris yaitustruktur bidang dan struktur garis dimanastruktur bidang terdiri dari Bidang perlapisan kekar, sesar, foliasi dansumbu perlipatan sedangkan struktur garis terdiri dari gores-garis, perpotongan dua bidang, liniasi dan lain-lain.
5.2 Saran
16
Semoga untuk praktikum selanjutnya para praktikan lebih serius lagi dalam mendengarkan penjelasan dari dosen pembimbing yang hadir di lapangan dan semoga cuaca mendukung untuk melakukan praktikum.
LAMPIRAN
Peta Geologi
Foto Peserta Fieldtrip 17
DAFTAR PUSTAKA
Athearn, R.G.1960. High Country empire : the high Plains and Rocky Mountains. Newyork Mc. Graw-hill.
Bayuseno, A. P., dkk. 2010. Sintesis semen geopolimer berbahan dasar abu vulkanik dari erupsi gunung
merapi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Blyth, F.G.H dan Freitas. 1974. A Geology For Engineers. London: Edward Arnold Publishers Ltd.
Djahauri, N.2009. Pengantar Geologi. Bogor: CV Graha Ilmu.
Graha, Doddy S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.
Grongshong, R. H. 2006. 3-D Structural Geology A Practical Guide To Quantitative Surface And Subsurface
Map Interpretation Second Edition. Netherlands: Springer.
Husein, Salahuddin. 2008. Geologi Struktur: Latihan Pengolahan Data dan Analisa. Yogyakarta: UGM.
Solehhudin. 2009. Kreasi Unik Batu Alam. Jakarta : Penebar Swadaya
18