Post on 12-Aug-2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki riwayat
pemanfaatan yang sangat panjang. Penyediaan bahan bakar minyak (BBM) mulai
kritis karena cadangannya terbatas sedangkan sumber kayu bakar juga kritis karena
luas kawasan hutan (terutama jawa) sudah kurang dari persyaratan ideal. Jadi salah
satu sumber energi alternatif adalah batubara. Akhir-akhir ini harga bahan bakar
minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada meningkatnya harga jual bahan
bakar minyak termasuk Minyak Tanah di Indonesia. Minyak Tanah di Indonesia
yang selama ini di subsidi menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah
Indonesia karena nilai subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari 49 trilun rupiah
per tahun dengan penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun.
Untuk mengurangi beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha
mengurangi subsidi yang ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat
miskin. Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini Minyak
Tanah diperlukan bahan bakar alternatif yang murah dan mudah didapat.
Briket batubara merupakan salah satu bahan bakar padat alternatif yang
terbuat dari batubara, bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar alternatif
pengganti minyak tanah yang mempunyai kelayakan teknis untuk digunakan sebagai
bahan bakar rumah tangga, industri kecil ataupun menengah. Briket juga mempunyai
keuntungan ekonomis karena dapat diproduksi secara sederhana, memiliki nilai kalor
1
1
yang tinggi, dan ketersediaan batubara cukup banyak di Indonesia sehingga dapat
bersaing dengan bahan bakar lain.
Atas dasar itulah praktikum pembuatan briket batubara diadakan
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud Praktikum
Adapun maksud diakannya praktikum pembuatan briket batubara yaitu untuk
barpengaplikasian secara langsung materi pembuatan briket batubara.
1.2.2 Tujuan Praktikum
Tujuan diadakannya praktikum pembuatan briket batubara adalah sebagai
berikut:
1) Memahami materi pembuatan briket batubara,
2) Memahami jenis briket batubara,
3) Memahami prosedur pembuatan briket batubara,
4) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang pembuatan briket batubara.
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan briket batubara
adalah sebagai berikut:
1) Kain ataupun plastik, untuk pengalas saat batubara dihaluskan,
2) Palu ataupun batu yang padat/ kompak, untuk alat yang menghaluskan
batubara,
2
1
3) Wadah atau baskom, untuk tempat pengcampuran bahan-bahan pembuatan
briket batubara,
4) Panci dan kompor, untuk memasak air yang digunakan pada pengcampuran
kanji,
5) Timbangan, untuk menimbang bahan-bahan pembuatan briket batubara.
1.3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan briket batubara adalah
sebagai berikut:
1) Batubara
2) Sekam padi
3) Kanji
4) Air
3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batubara
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses
fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara
termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Proses mengubah tumbuhan menjadi
batubara disebut dengan pembatubaraan (coalification). Batubara terbentuk dari
tumbuhan purba yang berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang
berlangsung selama jutaan tahun. Karena berasal dari material organik yaitu selulosa,
batubara tergolong mineral organik. Reaksi pembentukan batubara adalah sebagai
berikut:
5(C6H10O5) ---> C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
C20H22O4 adalah batubara, dapat berjenis lignit, sub-bituminus, bituminus,
atau antrasit, tergantung dari tingkat pembatubaraan yang dialami. Konsentrasi unsur
C akan semakin tinggi seiring dengan tingkat pembatubaraan yang semakin berlanjut.
Sedangkan gas-gas yang terbentuk yaitu metan, karbon dioksida serta karbon
monoksida, dan gas-gas lain yang menyertainya akan masuk dan terperangkap di
celah-celah batuan yang ada di sekitar lapisan batubara.
2.1.1 Komponen-Komponen dalam Batubara
Komponen-komponen yang terdapat dalam batubara adalah sebagai berikut:
A. Air4
1
Air dalam batubara dibagi menjadi dua bagian yaitu air bebas (free moisture)
yaitu air yang terikat secara mekanik dengan batubara dan mempunyai tekanan uap
normal dimana kadarnya dipengaruhi oleh pengeringan dan pembasahan selama
penambangan, transportasi, penyimpanan, dan lain-lain. Air lembab (moisture in air
dried) yaitu air yang terikat secara fisika dalam batubara dan mempunyai tekanan
uap di bawah normal.
B. Karbon, Hidrogen, dan Oksigen
Karbon, hidrogen, dan oksigen merupakan unsur pertama pembentuk
batubara. Dari ketiga unsur ini dapat memberikan gambaran mengenai umur, jenis,
dan sifat-sifat batubara.
C. Nitrogen
Kandungan nitrogen dalam batubara umumnya tidak lebih dari 2%. Nitrogen
dalam batubara terdapat sebagai senyawa organik yang terikat pada ikatan karbon.
D. Sulfur
Sulfur dalam batubara terdiri dari sulfur besi dan sering disebut pirit sulfur,
sulfur sulfat dalam bentuk kalsium sulfat dan besi sulfat, serta sulfur organik.
E. Abu
Abu yang terbentuk pada pembakaran batubara berasal dari mineral-mineral
yang terikat kuat pada batubara seperti silika, titan, dan oksida alkali. Mineral-
mineral ini tidak menyublim pada pembakaran di bawah 925ºC. Abu yang terbentuk
ini diharapkan akan keluar sebagai sisa pembakaran batubara tersebut.
5
1
F. Kalor
Pada umumnya logam-logam alkali seperti natrium, kalium, dan litium terikat
sebagai garam klorida, sedangkan kadarnya antara 0,3-0,4%. (Setiawan, 2005).
2.1.2 Jenis Batubara
Batubara merupakan suatu campuran padatan yang heterogen dan terdapat di
alam dalam tingkat (grade) yang berbeda mulai dari lignite, sub-bituminous,
bituminous, dan anthrasite.
Tabel 2.1 Jenis Batubara
No Jenis Nyala (menit) Nilai Kalor (kal/gr)
1 Antrasit 5-10 7.222-7.778
2 Semi Antrasit 9-10 5.100-7.237
3 Bituminus 10-15 4.444-8.333
4 Sub-bituminus 10-20 4.444-6.111
5 Lignit 15-20 3.056-4.611
(sumber: Sukandarrumidi, 1995)
2.1.3 Klasifikasi batubara berdasarkan sifat fisiknya
a. Sifat batubara jenis antrasit
Berwarna hitam sangat mengkilat, kompak, nilai kalor sangat tinggi,
kandungan karbon sangat tinggi, dan kandungan sulfur sangat tinggi.
6
1
b. Sifat batubara jenis semi antrasit
Berwarna hitam mengkilat, kompak, nilai kalor tinggi, kandungan karbon
tinggi, dan kandungan sulfur tinggi.
c. Sifat batubara jenis bituminus
Berwarna hitam mengkilat, kurang kompak, nilai kalor tinggi, kandungan
karbon relatif tinggi, kandungan air sedikit, kandungan abu sedikit, dan kandungan
sulfur sedikit.
d. Sifat batubara jenis lignit
Berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah, kandungan karbon sedikit,
kandungan air tinggi, kandungan abu tinggi, dan kandungan sulfur juga tinggi.
2.2 Briket Batubara
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan
sedikit campuran seperti jerami, ampas tebu, dan molases. Briket Batubara mampu
menggantikan sebagian dari kegunaan Minyak tanah seperti untuk pengolahan
makanan, pengeringan, pembakaran, dan pemanasan. Bahan baku utama briket
batubara adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai
cadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun. Teknologi pembuatan briket tidaklah
terlalu rumit dan dapat dikembangkan oleh masyarakat maupun pihak swasta dalam
waktu singkat. Briket batubara dipilih oleh masyarakat sebagai bahan bakar alternatif
karena dilihat dari segi keunggulannya.
Adapun keunggulan briket batubara adalah:
a. lebih murah;
b. nilai kalor yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran yang
7
1
lama;
c. tidak beresiko meledak/terbakar;
d. tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga;
e. sumber batubara melimpah.
Briket batubara memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan awal memakan
waktu 5 – 10 menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak tanah sebagai
penyalaan awal, briket batubara hanya efisien jika digunakan untuk jangka waktu di
atas 2 jam.
Tabel 2.2 Perbandingan Pemakaian Minyak Tanah dengan Briket (Nilai Ekonomi)
No Penggunaan Minyak Tanah Briket Penghematan
1 Rumah tangga 3
ltr/hari
Rp 9000/hari Rp 5400/hari Rp 3600/hari
2 Warung makan 10
ltr/hari
Rp 30.000/hari Rp 18000/hari Rp 3600/hari
3 Industri kecil 25
ltr/hari
Rp 75.000/hari Rp 45000/hari Rp 3600/hari
4 Industri menengah
1000 ltr/hari
Rp 2.000.000/hari Rp1.502.450/
hari
Rp 3600/hari
(sumber ; pt. ba, bppt)
8
1
Tabel 2.3 Perbandingan antara Minyak Tanah dan Briket
No Parameter Minyak Tanah Briket
1 Nilai kalor 9000 kkal/ltr 5.400 kkal/kg
2 Ekivalen 1 ltr 1,60 kg
3 Biaya Rp 2.800 Rp 1.300
(sumber ; pt. ba, bppt)
2.2.1 Proses Pembuatan Briket Batubara
Jenis proses pembuatan briket batubara dapat dibagi menjadi 2, yaitu: jenis
berkarbonisasi dan jenis non karbonisasi.
A. Karbonisasi (super)
Jenis ini mengalami terlebih dahulu proses dikarbonisasi sebelum menjadi
Briket. Dengan proses karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung dalam briket
batubara tersebut diturunkan serendah mungkin sehingga produk akhirnya tidak
berbau dan berasap, namun biaya produksi menjadi meningkat karena pada batubara
tersebut terjadi rendemen sebesar 50%. Briket ini cocok untuk digunakan untuk
keperluan rumah tangga serta lebih aman dalam penggunaannya. Pembuatan briket
batubara berkarbonisasi dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.
9
1
Gambar 2.1 Flow chart pembuatan briket batubara berkarbonisasi (super)
B. Non Karbonisasi (biasa)
Jenis yang ini tidak mengalamai dikarbonisasi sebelum diproses menjadi
briket dan harganya pun lebih murah. Karena zat terbangnya masih terkandung
dalam briket batubara maka pada penggunaannya lebih baik menggunakan tungku
(bukan kompor) sehingga akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana
seluruh zat terbang yang muncul dari briket akan habis terbakar oleh lidah api
dipermukaan tungku. Briket ini umumnya digunakan untuk industri kecil. Pembuatan
briket batubara berkarbonisasi dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.
10
1
Gambar 2.2 Flow chart pembuatan briket batubara non karbonisasi (biasa)
Tabel 2.4 Standart Bahan Baku Briket Batubara
N
o
Jenis
Bahan
Baku
Kadar
Abu
(% Berat)
Nilai
kalor
(Kkl/kg)
Total
Sulfur
(% Berat)
Keterangan
1 Terkar
bonisas
i
< 5 > 3500 < 1
Karbonisasi akan menaikkan
nilai kalor dan abu
2 Tanpa
Karbon
isasi
< 10 > 5100 < 1Penambahan binder akan
menaikkan abu dan
menurunkan nilai kalor
(sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2006)
11
1
Tabel 2.5 Standart Kualitas Briket Batubara
No Jenis Briket
Batubara
Air
Lembab
(%)
Zat
Terbang
(%)
Nilai
Kalor
(Kkal/kg)
Total
Sulfur
(%)
Beban
Pecah
(kg/cm2)
1 Briket batubara
terkarbonisasi
Jenis batubara muda
Maks 20 Maks 15 Min 4000 Maks
1
Min 60
2 Briket batubara
terkarbonisasi
Jenis batubara bukan
batubara muda
Maks 7,5 Maks 15 Min 5500 Maks
1
Min 60
3 Briket batubara tanpa
karbonisasi
Tipe telur
Maks 12 Sesuai
batubara
asal
Min 4400 Maks
1
Min 65
4 Briket batubara tanpa
karbonisasi
Tipe sarang tawon
Maks 12 Sesuai
batubara
asal
Min 4400 Maks
1
Min 10
5 Briket bio-batubara Maks 15 Sesuai
dengan
bahan
baku
Min 4400 Maks
1
Min 65
(sumber: Badan Standarisasi Nasional, 1998)
Spesifikasi briket batubara terkarbonisasi mengacu pada SNI 13-4931-1998.
12
1
2.2.2 Pemilihan Metode Proses
Salah satu masalah dalam pengembangan industri briket di Indonesia adalah
perlunya karbonisasi dalam proses pembuatannya. Hal ini terutama karena batubara
yang digunakan termasuk dalam peringkat (rank) rendah dengan kadar zat terbang
rata-rata diatas 35%, sehingga dalam pembakarannya menimbulkan asap dan bau.
Sedangkan di Korea, Cina, dan Vietnam batubara yang digunakan untuk briket
adalah dari jenis antrasit sehingga tidak perlu dilakukan proses karbonisasi karena
kadar zat terbangnya rata-rata dibawah 15%.
Proses yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan proses non
karbonisasi.
2.2.3 Komposisi Briket Batubara
Proses pembriketan batubara dapat didefinisikan sebagai suatu proses
pengolahan batubara, dimana briket yang dihasilkan mempunyai bentuk, ukuran
fisik, sifat kimia tertentu dengan menggunakan teknik yang tepat.
A. Batubara
Briket batubara dapat dibuat dari bermacam-macam rank batubara, tergantung
pada jenis batubara yang ada, misalnya: lignite, sub-bituminous, bituminous, semi
antrasit dan anthrasite. Kualitas briket batubara dapat dipengaruhi oleh kualitas
batubara yang digunakan. Batubara yang mengandung zat terbang yang terlalu tinggi
cenderung mengeluarkan asap hitam dan berbau tidak sedap. Batubara yang
digunakan pada penelitian ini adalah batubara jenis semi antrasit.
13
1
B. Jerami
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang mempunyai potensi
yag cukup besar sebagai sumber bahan bakar. Ketersediaan limbah ini biasanya pada
saat musim kering dimana persediaan hijauan telah berkurang baik kualitas maupun
kuantitasnya.
C. Ampas Tebu
Ampas tebu merupakan Iimbah pabrik gula yang banyak ditemukan di
berbagai daerah seperti Medan, Jakarta, dan kota-kota lainnya dan sangat
mengganggu apabila tidak dimanfaatkan. Saat ini belum banyak peternak
menggunakan ampas tebu tersebut untuk bahan pakan ternak, hal ini mungkin karena
ampas tebu memiliki serat kasar dengan kandungan lignin sangat tinggi ( 19.7%)
dengan kadar protein kasar rendah (28%). Namun limbah ini sangat potensi sebagai
bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatn briket.
D. Tetes (Molasses)
Molases diperoleh dari proses kristalisasi larutan tebu yang tidak dapat
menghasilkan gula lagi. Molases merupakan larutan kental berwarna coklat
kehitaman yang dapat digunakan sebagai bahan perekat untuk batubara dan bahan
campurannya.
Pemilihan perekat berdasarkan pada:
1) perekat harus memiliki daya adhesi yang baik bila dicampur dengan
semikokas;
2) perekat harus mudah didapat dalam jumlah banyak dan harganya murah;
3) perekat tidak boleh beracun dan berbahaya. (Subroto, 2006)
14
1
2.2.4 Bentuk-Bentuk Briket Batubara
Berikut ini gambar yang menunjukkan bentuk dari ketiga briket batubara.
Gambar 2.3 Bentuk Briket Batubara
Keterangan:
a. Bentuk seperti telur : sebesar telur ayam
b. Bentuk kubus : 12,5 x 12,5 x 5 cm
c. Bentuk silinder : 7 cm (tinggi) x 12 cm garis tengah
Briket bentuk telur cocok untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan,
sedangkan bentuk kubus dan silinder digunakan untuk kalangan industri
kecil/menengah. (K.D Maison, 2006)
15
1
2.2.5 Tungku Briket Batubara
Penggunaan briket batubara harus dibarengi serta disiapkan kompor atau
tungku, jenis dan ukuran harus disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnya
tungku terdiri atas 2 jenis.
a. Tungku Portabel, umumnya memuat briket antara 1 s/d 8 kg serta dapat
dipindah- pindahkan. Jenis ini digunakan untuk keperluan rumah tangga atau
rumah makan.
b. Tungku Permanen, memuat lebih dari 8 kg briket dibuat secara permanen.
Jenis ini dipergunakan untuk industri kecil/menengah.
Persyaratan tungku harus memiliki:
a. ada ruang bakar untuk briket
b. adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang atas dengan
melewati ruang bakar briket yang terdiri dari aliran udara primer dan sekunder
c. ada ruang untuk menampung abu briket yang terletak di bawah ruang bakar briket.
Tungku Rumah
Tangga
(Portabel)
Tungku Industri
Kecil/Menengah
(Portabel)
Tungku Industri Kecil/Menengah
(Permanen)
Gambar 2.4 Tungku Briket
16
1
Rancangan tungku pada dasarnya dibuat untuk mencapai efisiensi pembakaran
yang tinggi. Jenis tungku sangat bergantung pada sektor penggunaannya. Tungku
untuk industri ukurannya lebih besar dari pada tungku rumah tangga. Rata-rata
tungku untuk industri memiliki kapasitas briket batubara 5-10 kg, sedangkan untuk
rumah tangga hanya 1-2 kg.
Jenis tungku yang sudah banyak di pasaran saat ini terbuat dari bahan tembikar
(tanah liat), selain murah juga sudah terbukti keandalannya, terutama dalam menekan
laju emisi. Jenis tungku ini dilengkapi dengan penutup untuk memperoleh suhu yang
sesuai dengan kebutuhan oroduksi, tungku untuk industri biasanya dilengkapi dengan
blower. Kinerja (performance) dalah karakteristik pembakaran yang ditentukan oleh
faktor waktu, suhu, dan kualitas udara. Pembakaran briket batubara dipengaruhi oleh
jumlah briket batubara yang dibakar dan jenis tungku yang digunakan. (K.D Maison,
2006).
2.2.6 Dampak Lingkungan Pembakar Briket
Nilai strategis dan ekonomis pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar sering
terkendala oleh dampak lingkungan yang berasal dari emisi dan sisa pembakaran,
yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh kepada kesehatan manusia.
Selain itu, pembakaran batubara dengan jumlah yang sangat banyak akan
mempengaruhi kondisi lingkungan, antara lain berupa gas rumah kaca seperti CO2
dan lain-lain.
Secara umum polutan yang timbul akibat pembakaran batubara antara lain
partikel halus, belerang, NOx, dan trace element (seperti flourin, selenium, dan
arsen) serta bahan-bahan organik yang tidak terbakar secara sempurna. Unsur-unsur
17
1
ini terbentuk pada saat pembentukan sebagai proses alam. Dengan demikian
sederhana untuk mendapatkan kondisi pembakaran yang bersih, semua zat pengotor
tersebut harus ditiadakan paling tidak dicegah agar tidak merebak menjadi polutan
yang teremisikan.
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lingkungan akibat dari
pembakaran briket batubara.
A. Jenis bahan baku (batubara)
Jenis bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan harus menggunakan
bahan yang bersih dari polutan. Semakin baik bahan yang digunakan, semakin sedikit
emisi yang ditimbulkan. Emisi berbahaya, seperti gas SOx dan NOx pada dasarnya
ditimbulkan dari batubara yang memiliki kadar pengotor yang tinggi. Bahan pengikat
yang berasal dari lempung yang tidak mengandung zat-zat yang berbahaya,
B. Tungku
Tungku yang digunakan hendaknya mampu memfasilitasi pembakaran yang
sempurna, artinya dapat menyeimbangkan aliran udara (oksigen) dengan baik.
Tungku dengan penutup pengurang emisi yang dikembangkan oleh tekMIRA
ternyata sangat membantu mengurangi emisi secara signifikan.
C. Ruangan (dapur) tempat memasak
Ruangan tempat memasak hendaknya memiliki ventilasi yang baik, artinya
udara segar dapat bersirkulasi dengan cepat. Kondisi ini akan sangat membantu
menghindari dampak langsung dari polusi kepada kesehatan pemasak.
Dengan memperhatikan ketiga faktor diatas, secara teoritis dapat dihindari
berbagai dampak negatif atas penggunaan briket batubara dari pengukuran emisi
18
19
1
(SOx, NOx, dan CO) yang dilakukan tekMIRA, diperoleh kesimpulan bahwa
penggunaan briket batubara secara umum masih aman dengan kadar emisi masih
jauh dibawah ambang batas yang diperkenankan oleh kementrian lingkungan hidup.
Pembakaran briket batubara pada menit pertama diawali pembakaran biasa
yang memiliki kadar CO yang mencapai 1000 ppm, SOx 250 ppm dan NOx mencapai
100 ppm. Selang 10 menit kemudian terutama jika pembakaran sempurna emisi ini
boleh dikatakan sudah tidak terdeteksi. Kondisi yang terbaik jika menggunakan
tungku dengan penutup pengurang emisi (PPE) dan dapur mempunyai ventilasi yang
baik.
BAB III
PEMBAHASAN
1
Pada praktikum pembuatan briket batubara ini menggunakan bahan dasar
batubara dari daerah Mallawa. Keadaan batubara sebelum dibuat menjadi briket
masih dalam keadaan berbentuk bongkahan, maka batubara dihaluskan terlebih
dahulu menggunakan palu atau batu yang kompak sampai halus. Pada saat proses
penghalusan, terlebih dahulu batubara dialasi plastik atau kain untuk memudahkan
proses pemindahan kedalam suatu wadah. (foto 3.1 dan foto 3.2)
Foto 3.1 Bongkahan batubara yang dialasi plastik
Foto 3.2 Batubara yang sudah dihaluskan
21
20
1
Batubara yang telah dihaluskan ditakar dan dicampur oleh sekam yang juga
ditakar. Dimana komposisi batubara dengan sekam adalah 9:2 yaitu 9 wadah
batubara dan 2 wadah batubara dicampur (wadah yang digunakan pada batubara
dengan sekam sama). ( foto 3.3 dan 3.4 )
Foto 3.3 Sekam yang digunakan pada briket batubaru
Foto 3.4 Batubara yang dicampur oleh sekam
Selanjutnya memanasi air untuk dicampur dengan kanji. Campuran tersebut
digunakan sebagai perekat antara batubara dengan sekam. Setelah ketiga-tiganya
22
1
menyatu (batubara,sekam dan larutan kanji) maka selanjutnya dicetak atau dibentuk.
Bentuk briket batubaranya adalah bulat. (foto3.5)
Foto 3.5 campuran bahan briket batubara yang sudah dibentuk
Briket yang telah dicetak tersebut belum bisa langsung digunakan karena masih
dalam keadaan basah akibat dari pencampuran dengan air pada proses mixing
(percampuran) sebelumnya, sehingga harus dikeringkan terlebih dahulu. Proses
pengeringan briket dilakukan dengan cara menjemur briket batubara yang sudah
dicetak. Sebenarnya proses pengeringan bisa juga dengan cara dibakar didalam oven.
Setelah kering, briket tersebut sudah dapat digunakan sebagai pengganti
minyak tanah.
Pada praktikum pembuatan briket batubara ini, tidak dilakukan karbonisasi dan
tidak dipress. Selain itu, briket batubara ini juga tidak diadakan uji kadar air, kadar
abu, waktu pembakaran, waktu nyala, temperatur pembakaran, dan uji nilai kalor
pembakaran. Karena pada prinsipnya praktikum ini lebih ditekannya pada
23
1
pemahaman proses pembuatan briket batubara non karbonisasi. Sehingga mutu
briket batubara yang dihasilkan masih jauh dari standar nasional indonesia (SNI).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum pembuatan briket batubara adalah
sebagai berikut:
1) Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan
sedikit campuran seperti jerami, ampas tebu, dan molases. Briket yang dibuat
oleh praktikan menggunakan sedikit campuran sekam padi dan kanji sebagai
perekat.
1
2) Jenis briket batubara yang dibuat oleh praktikan merupakan briket batubara
non karbonisasi yaitu jenis briket yang tidak dilakukan karbonisasi pada saat
proses pembuatan.
3) Prosedur pembuatan briket batubara non karbonisasi adalah batubara
dihaluskan – dicampur sekam + larutan kanji – dibentuk – dikeringkan..
4.2 Saran
Adapun saran dari praktikan adalah alangkah baiknya sebagai penerus bangsa
sudah seyogyanya meneliti pembuatan briket batubara yang aman dan sehat sesuai
dengan standar internasional sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada
minyak tanah dan kayu dari pepohonan. Dengan demikian bumi bebas dari
pemanasan global.
DAFTAR PUSTAKA
ww.id.scribd.com/BRIKET BATUBARA (diakses pada hari sabtu tanggal 1
Desember 2012 pukul 20.00 WITA)
www.tekmira.esdm.go.id/km/kajiankebijakan/AnalisisPotensi.doc (diakses pada hari
sabtu tanggal 1 Desember 2012 pukul 20.00 WITA)
www.ristek.go.id/ briket/briket batu (diakses pada hari sabtu tanggal 1 Desember
2012 pukul 20.30 WITA)
wahyu diq.blogspot.com (diakses pada hari sabtu tanggal 1 Desember 2012 pukul
20.30 WITA)
24
1
www.indonetwork.co.id/bima express briket/1225019/briket-batu-bara.htm (diakses
pada hari sabtu tanggal 1 Desember 2012 pukul 20.30 WITA)