Post on 16-Aug-2019
1
Bidang Unggulan : Ketahanan Pangan
Kode/Nama Bidang Ilmu : 153 Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman
LAPORAN AKHIR
HIBAH PENELITIAN UNGGULAN UDAYANA
UJI EFIKASI MINYAK ATSIRI BUAH PALA (Myristica fragans Houtt)
SEBAGAI ATRAKTAN LALAT BUAH (Bactrocera dorsalis Complex)
TIM PENELITI
Prof. Ir. I Wayan Susila, MS (0029015408)
Prof. Dr. Ir. I Wayan Supartha MS (0030035703)
Ir. I Ketut Sumiartha, M.Agr (0013125602)
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
Pebruari 2015
`
2
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Uji Efikasi Minyak Atsiri Buah Pala
(Myristica fragans Houtt) sebagai Atraktan
Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Complex)
Peneliti/Pelaksana :
Nama Lengkap : Prof. Ir. I Wayan Susila,MS
NIDN : 0029015408
Jabatan Fungsional : Guru Besar
Program Studi : Agroekoteknologi
Nomor HP : 081339628447
Alamat Surel (e-mail) : w1sus@yahoo.com
Anggota (1) :
Nama Lengkap : Prof. Dr. Ir. I Wayan Supartha, MS.
NIDN : 0030035703
Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
Anggota (2) :
Nama Lengkap : Ir. I Ketut Sumiartha, M.Agr
NIDN : 0013125602
Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
Penanggung Jawab : Prof. Ir. I Wayan Susila,MS.
Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 2 dari rencana 3 tahun
Biaya Tahun Berjalan :Rp 40.000.000,00
Biaya Keseluruhan :Rp 150.000.000,00
Denpasar, 20 Nopember 2015
Dekan/Ketua
DAFTAR ISI
3
Ringkasan
Lalat buah (Diptera: Tephritidae) merupakan salah satu hama penting yang dapat
menurunkan produksi buah-buahan dan sayur–sayuran di Indonesia. Kerusakan buah-buahan
dan sayur-sayuran bisa mencapai 90-100% tanpa usaha pengendalian. Hal tersebut disebabkan
karena imago meletakkan telur pada buah dengan ovipositornya. Selanjutnya telur-telur tersebut
menetas menjadi larva dan larva inilah memakan daging buah yang pada akhirnya buah menjadi
busuk sebelum masak.
Penelitian ini merupakan penelitian tahun ke dua mengenai uji efikasi minyak atsiri buah
pala (Myristica fragans Houtt) sebagai atraktan lalat buah (Bactrocera dorsalis Complex). Pada
penelitian ini akan diuji beberapa konsentrasi (100%, 75%, 50%, dan 25%) yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi minyak atsiri buah pala terhadap daya tarik lalat buah di
lapang, waktu yang diperlukan untuk membunuh 100% (LT100) populasi lalat buah yang
diujikan setelah kontak dengan masing-masing konsentrasi minyak atsiri buah pala, waktu yang
diperlukan untuk membunuh 100% lalat buah yang diujikan setelah masuk perangkap,
konsentrasi efektif minimum (MEC), Lethal Concentration (LC50), dan Lethal Time (LT50)
masing-masing konsentrasi minyak atsiri buah pala.
Penelitian ini terdiri dari penelitian lapang dan laboratorium. Penelitian lapang yang
bertujuan untuk mengetahui daya atraktansi dari masing-masing konsentrasi minyak atsiri buah
pala terhadap lalat buah. Penelitian lapang dilakukan di wilayah Kota Denpasar yaitu Denpasar
Tengah, Timur, Selatan, Barat, dan Utara dengan memasang perangkap yang didalamnya diisi
atraktan minyak atsiri buah pala. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
dengan 10 ulangan. Penelitian laboratorium bertujuan untuk mengetahui daya racun kontak dan
pernafasan minyak atsiri buah pala terhadap lalat buah dengan cara penyemprotan untuk menguji
racun kontak dan membiarkan lalat buah bergerak bebas di dalam perangkap untuk menguji
kombinasi racun kontak dan pernafasan. Peubah yang diamati adalah LT100, LT50, LC50, dan
MEC dengan menggunakan Analasis Probit dan Analisis Varian yang dilanjutkan dengan uji
BNT bila berpengaruh nyata terhadap peubah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi minyak atsiri buah pala berpengaruh
nyata (P>0,05) terhadap rata-rata jumlah serangga terperangkap per hari, waktu kematian lalat
buah setelah kontak atau terkena minyak atsiri buah pala, dan waktu kematian lalat buah setelah
4
masuk perangkap. Makin tinggi konsentrasi minyak atsiri buah pala makin tinggi daya
atraktansinya terhadap lalat buah jantan, makin cepat proses kematiannya setelah kontak dengan
minyak atsiri buah pala, dan semakin cepat pula kematiannya setelah mencium bau minyak atsiri
buah pala. Masa aktif masing-masing konsentrasi di lapang tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata (P<0,05) sampai 45 hari. Ada tiga jenis lalat buah yang tertarik terhadap minyak atsiri
buah pala yaitu Bactrocera carambolae, B. papayae, dan B. umbrosa dan yang dominan adalah
B.carambolae, dan B. papayae. Waktu yang diperlukan untuk membunuh 50% (LT50) lalat buah
yang diujikan untuk konsentrasi 100% adalah 30,2 menit, LT50 untuk konsentrasi 75% adalah
50,12 menit, LT 50 untuk konsentrasi 50% adalah 98 menit, dan LT 50 untuk konsentrasi 25%
adalah 141 menit. Sedangkan LC50 minyak atsiri buah pala adalah 71 menit. Konsentrasi efektif
minimun (MEC) minyak atsiri buah pala adalah 15% dengan jumlah lalat buah terperangkap
262,12 ekor .
Kata kunci: Buah pala, atraktan, lalat buah
5
PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Hyang Widdhi Wasa
karena atas rahmat dan karuniaNya laporan penelitian dengan judul Uji Efekasi Minyak Atsiri
Buah Pala (Myristica fragans Houtt) Sebagai Atraktan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis
Complex) dapat kami selesaikan sesuai dengan rencana.
Laporan ini merupakan hasil penelitian yang penulis laksanakan dengan Tim peneliti
yang berlangsung selama 4 bulan. Dalam melaksanakan penelitian ini berbagai sarana dan
fasilitas telah penulis dapatkan utamanya dari Fakultas Pertanian, Loboratorium Pengendalian
Hama dan Penyakit Terpadu, Laboratrorium Forensik Poltabes Denpasar, Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana serta Kementerian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi RI.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana,
2. Kepala Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Fakultas Pertanian
Unud
3. Kepala Laboratorium Forensik Poltabes Denpasar
4. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
5. Rektor Universitas Udayana
6. Kemenristek Dikti Republik Indonesia
Atas bantuan pendanaan, fasilitas laboratorium, sarana dan dukungan moril sehingga penelitian
dan laporan ini dapat penulis selesaikan tepat waktu.
Penulis sangat menyadari bahwa hasil penelitian dan laporan ini masih belum sempurna
oleh karena itu sangat diperlukan perbaikan dan penelitian lanjutan. Untuk itu koreksi dan
masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya laporan hasil
penelitian ini.
Bukit-Jimbaran, Nopember 2015
Penulis
6
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
Tabel 1. Jumlah serangga terperangkap pada beberapa konsentrasi 15
minyak atsiri buah pala (15 kali pengamatan)
Tabel 2. Kematian lalat buah pada uji racun kontak 17
Tabel 3. Kematian lalat buah setelah masuk perangkap 18
Tabel 4. Waktu yang diperlukan untuk membunuh 50% (LT50) lalat buah
yang diujikan
Tabel 5. Konsentrasi efektif minimum (MEC) minyak atsiri buah pala
7
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
Gambar 1. Masa aktif minyak atsiri buah pala di lapang
Gambar 2. Komposisi spesies lalat buah yang terperangkap di lapang
8
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………………...
HALAMAN PENGESAHAN..……………………………………………………………
1
2
RINGKASAN………...…………………………………………………….……………… 3
PRAKATA…….…………………………………………………………………………… 5
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………….
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………..……..
6
7
9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………...………….... 10
2.1.LALAT BUAH ……………………………….……………… 10
2.1.1. KLASIFIKASI ………………………………………………………..… 10
2.1.2. BIOEKOLOGI …………………………………………………..……… 11
2.1.3. PENGENDALIAN DENGAN ATRAKTAN …………………............ 13
BAB III. TUJUAN DN MANFAAT PENELITIAN……………………………………..
3.1. TUJUAN PENELITIAN………………………………………………….
3.2. MANFAAT PENELITIAN………………………………………………
BABA IV. BAHAN DAN METODE PENELITIA…………………………..…………..
14
14
15
15
4.1. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN……………………………….. 15
4.2. BAHAN DAN ALAT ……………………………………………..…..… 15
4.3. PELAKSANAAN PENELITIAN……………………………….………… 15
4.3.1. PERBANYAKAN LALAT BUAH………………………….…………. 15
4.3.2. PEMBUATAN MINYAK ATSIRI BUAH PALA ……………….…… 16
4.3.3. UJI DAYA ATRAKTANSI KONSENTRASI MINYAK ATSIRI BUAH
PALATERHADAP LALAT BUAH……….……………………………..
16
4.3.4. UJI EFEK DAYA RACUN KONTAK BERBAGAI
KONSENTRASI MINYAK ATSIRI BUAH PALA….………………….
4.3.5. UJI EFEK MINYAK ATSIRI BUAH PALA TERHADAP LALAT
BUAH SETELAH MASUK PERANGKAP……………………………...
16
17
4.3.6. ANALISIS DATA .…………………………….………………………... 17
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………………………..
5.1. UJI DAYA ATRAKTANSI KONSENTRASI MINYAK ATSIRI BUAH
PALATERHADAP LALAT BUAH………………………………………..
5.2. UJI EFEK DAYA RACUN KONTAK BERBAGAI
KONSENTRASI MINYAK ATSIRI BUAH PALA……………………….
5.3. WAKTU YANG DIPERLUKAN UNTUK MEMBUNUH 100% (LT 100)
LALAT BUAH YANG DIUJIKAN SETELAH MASUK PERANGKAP…
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………..
6.1. KESIMPULAN
6.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA ..…………..…………………..…………………………………….
17
17
19
20
22
22
22
23
9
BAB I. PENDAHULUAN
Lalat buah (Diptera: Tephritidae) merupakan salah satu hama penting yang dapat
menurunkan produksi buah-buahan dan sayur–sayuran di dunia termasuk Indonesia. Kerusakan
buah disebabkan karena larva lalat buah memakan daging buah yang pada akhirnya buah
menjadi busuk sebelum masak. Serangan lalat buah umumnya terjadi pada buah menjelang
masak dan kehilangan hasil mencapai 90-100%, tergantung dari populasi lalat buah, lokasi,
varietas dan musim (Asian Fruit Fly IPM Project, 2011). Menurut Sodiq (1994) kehilangan hasil
panen akibat serangan lalat buah dapat mencapai 80%. Menurut Syahfari dan Mujiyanto (2013)
persentase serangan lalat buah pada jambu air dapat mencapai 84%. Kurang lebih 75 % dari
tanaman buah dapat diserang oleh lalat buah (Sutrisno,1991). Di India sekitar 50% tanaman
Cucurbitaceae diserang oleh B. cucurbitae (Singh dan Singh, 1998). Menurut Siwi dkk. (2006)
di Indonesia ada 16 spesies lalat buah yang dikatagorikan menjadi hama penting .
Sampai saat ini beberapa cara sudah dilakukan untuk mengendalikan lalat buah di
Indonesia, namun penggunaan pestisida masih dominan. Penggunaan pestisida yang kurang
bijaksana dapat merangsang timbulnya resistensi hama, terbunuhnya musuh alami dan
pencemaran terhadap lingkungan ( Sosromarsono et al., 1988; Djojosumarto, 2008; Untung,
1993). Perlu dicarikan alternatif lain untuk menghindarkan semakin parahnya permasalahan
yang ditimbulkan akibat penggunaan insektisida. Alternatif lain adalah pengendalian dengan
pendekatan ekologi yakni pengendalian hama terpadu (Smith dan van den Bosch, 1967, Untung,
1993).
Penggunaan zat penarik serangga yang disebut atraktan adalah salah satu komponen
pengendalian hama terpadu. Cara ini merupakan cara pengendalian yang sangat efektif, efisien
dan ramah lingkungan. Atraktan dari bahan sintetis disebut paraferomon karena respons yang
diberikan sama dengan feromon yang diproduksi oleh serangga. Contoh paraferomon adalah
trimedlure dan tert-butil 4 (dan 5)-kloro-2-metilsiklo-heksan-1-karboksilat (Alexander et al,
1962). Saat ini sudah diperjualbelikan atraktan sintetis lalat buah dengan nama dagang
Petrogenol, Leilla dan Revo.
Selain atraktan sintetis, ada juga atraktan yang berasal dari tanaman yaitu tanaman
aromatik. Tanaman aromatik yakni tanaman yang mampu mengeluarkan aroma yang
10
menyebabkan lalat buah tertarik. Contohnya adalah tanaman selasih (Ocidium), pala (Myristica
fragans Houtt), dan lain-lain. Penggunaan atraktan alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
sedang dikembangkan untuk mengendalikan lalat buah. Hasil penelitian Effendi dkk. (2010)
tanaman cengkeh cukup efektif sebagai sumber atraktan lalat buah. Tanaman pala (Myristica
fragrans Houtt) diduga mengandung minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai atraktan lalat
buah. Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak atsiri dan lemak
khusus yang berasal dari biji dan fuli (Departemen Pertanian Bagian Proyek Informasi Pertanian
Irian Jaya, 1986). Minyak atsiri buah pala mengandung sekitar 20 jenis senyawa kimia
diantaranya yang dominan adalah 34,6% sabinene, 19,0% α –pinene: 11, 3% β-pinene; 5,6%
terpinen-4-ol; 3,7% limonene; 3,3% merysticin, dan lain-lain (Lawrence, 1990). Buah pala
mengandung zat-zat pembius yaitu miristin, pinen, kampen (Pelawi, 2010). Susila dkk. (2014)
menyatakan bahwa minyak atsiri buah pala disamping bersifat sebagai atraktan juga bersifat
sebagai racun kontak dan racun pernafasan terhadap lalat buah. Sebagai atraktan minyak atsiri
buah pala mampu menarik imago jantan lalat buah 12,22 ekor perhari dengan masa aktif di
lapang sampai 43 hari. Ada tiga spesies lalat buah yang tertarik yaitu Bactrocera carambolae, B.
papayae, dan B. umbrosa. Sebagai atraktan lalat buah karena minyak atsiri buah pala
mengandung Methyl eugenol.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. LALAT BUAH
2.1.1. Klasifikasi
Lalat buah (fruit flies) termasuk ke dalam ordo Diptera, famili Tephritidae, subfamili
Dacinae, tribe Dacini. Di dunia, kelompok Tephritidae berjumlah kurang lebih 4000 spesies dan
dikelompokkan ke dalam 500 genera. Jumlah tersebut termasuk yang terbesar di antara jenis lalat
Diptera yang secara ekonomi mempunyai arti penting. Secara morfologi tribe Dacini dibagi ke
dalam tiga genera, yaitu genus Bactrocera, Dacus, dan Monacrostichus (White et al., 1992
dalam Siwi dkk., 2006). Famili Tephritidae mudah dikenal dari bentuk imago dengan ciri
karakteristik pembuluh sayap yang mempunyai pola indah beranekaragam. Lalat buah
Tephritidae sering ditemui hinggap pada daun atau bunga pada siang hari (Siwi dkk., 2006).
11
Di Asia, terdapat 160 genus Tephritidae dan yang termasuk tribe Dacini kira-kira ada 180
spesies Bactrocera dan 30 spesies Dacus (Siwi dkk., 2006). Menurut Singh (2003) ada sekitar
400 spesies lalat buah dari genus Bactrocera menjadi hama penting pada tanaman buah dan
sayuran tersebar di Asia Tropik, Cina, Jepang, Micranesian, Pasifik Selatan, Hawai, dan
Australia. Menurut Hardy (1977) tribe Dacini kebanyakan dimasukan ke dalam subgenus:
Bactrocera (Bactrocera), Bactrocera (Strumeta), Bactrocera (Zeugodacus), genus Dacus,
Anastrepha, Ceralitis dan Rhagotetis. Genus Bactrocera merupakan spesies asli dari daerah
tropika yang secara ekonomis merupakan jenis lalat buah penting yang berasosiasi dengan
berbagai buah buahan tropika, kecuali untuk sub genus Bactrocera (Zeugodacus) inangnya
berupa bunga hias dan buah dari family Cucurbitaceae. Genus Dacus yang sebelumnya
dinyatakan terdapat di daerah tropika kemudian setelah diidentifikasi ulang ternyata merupakan
spesies asli Afrika dan biasanya berasosiasi dengan bunga dan buah tumbuhan Cucurbitaceae
dan polong kacang-kacangan. (White et al. 1992 dalam Siwi dkk.,2006).
Di Indonesia bagian barat terdapat 90 spesies lalat buah yang termasuk jenis lokal
(indigenous), tetapi hanya delapan spesies termasuk hama penting yaitu Bactrocera (Bactrocera)
albistrigata (de Meijere), B. (B.) carambolae Drew dan Hancock, B. (B.) umbrosa (Fabricius), B.
(Z.) cucurbitae (Coquillett), B. (Z.) tau (Walker), dan Dacus (Callantra) longicornis
(Wiedermann) (Orr, 2002). Hasil penelitian Muryati et al. (2004) di Sumatra Barat dan Riau
ditemukan 43 spesies Bactrocera yang telah teridentifikasi. Disumatera Selatan ditemukan 5
spesies sebagai hama penting yaitu B. dorsalis, B. cucurbitae, B. albistrigatus, B. umbrosus dan
B. caudatus (Balai Karantina Bom Baru, 2003)
2.1.2. Bioekologi
Lalat buah betina meletakkan telurnya dengan alat peletak telur (ovipositor) dibawah kulit
buah. Lalat buah betina meletakkan telur berkisar 1- 10 butir pada buah dan dalam satu hari
sampai meletakkan 40 butir telur (Kardinan, 1998). Selanjutnya telur-telur tersebut menetas
menjadi larva dan larva inilah memakan daging buah yang pada akhirnya buah menjadi busuk
sebelum masak. Ferrar ( - ) menyatakan bahwa larva mengalami tiga instar yaitu instar I, II, dan
III. Ke tiga instar larva tersebut berlangsung di dalam buah. Setelah menjadi instar III, larva
tersebut berhenti makan dan meninggalkan buah dan jatuh ke bawah serta membentuk pupa di
dalam tanah. Lalat buah merupakan serangga yang polifag karena dapat hidup dari berbagai jenis
12
tananam inang. B. dorsalis terdapat pada berbagai tanaman buah, misalnya di China dan Jepang
pada Annona squamosa, apel (Malus pumila), Averrhoa carambola, pisang (Musa paradisiaca),
Capsicum, klausena Lansium, jambu biji (Psidium guajava), mangga (Mangifera indica), jeruk
(Citrus sinensis), pepaya (Carica papaya), persik (Prunus persica), plum (Prunus domestica),
Pyrus spp. dan tomat (Lycopersicon esculentum) (Clausen et al, 1965;. Koyama, 1989).
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2003) lebih dari 100 jenis
tanaman hortikultura diduga menjadi sasaran serangan lalat buah. Lalat buah dapat hidup
didaerah tropis dan sub tropis (Hasyim et al, 2008). Menurut Singh (2003) ada sekitar 400
spesies lalat buah dari genus Bactrocera yang menjadi hama penting pada tanaman buah dan
sayuran yang tersebar diseluruh Asia Tropik, Cina, dan jepang, Hawai, Pasifik Selatan, Australia,
dan Micranesian. Di Indonesia ada 16 spesies lalat buah penting, lalat buah tersebut diantaranya:
Bactrocera (Bactrocera) dorsalis (Hendel), Bactrocera (Zeugodacus) emittens (Walker),
Bactrocera.(Bactrocera) albistrigata (de Meijere), Bactrocera {Zeugodacus) calumniata
(Hardy), Bactrocera {Zeugodacus) tau (WaIker), Bactrocera (Bactrocera) carambolae (Drew
dan Hancock), Bactrocera {Bactrocera) papayae (Drew dan Hancock), Bactrocera
{Zeugodacus) caudate (Fabricius), Bactrocera (Zeugodacus) cucurbitae (Coquillet), Bactrocera
(Bactrocera) curreyi Drew, Bactrocera (Bactrocera) curvifera (Walker), Bactrocera
(Buffadacus) megregori (Bezzi), Bactrocera {Bactrocera) papayae (Drew dan Hancock),
Bactrocera {Zeugodacus) persignata (Hering), Bactrocera {Zeugodacus) synnephes (Hendel),
Bactrocera {Zeugodacus) tau (WaIker), Bactrocera (Bactrocera) umbrosa (Fabricius), dan
Dacus (Callantra) longicornis (Wiedeman) (Siwi dkk., 2006).
Hasil Pemantauan Pusat Karantina Pertanian sejak tahun 1979/1980 menunjukkan saat ini
terdapat 66 spsies lalat buah tetapi baru beberapa diketahui tanaman inangnya seperti: B. dorsalis
menyerang berbagai jenis tanaman seperti belimbing, mangga, jeruk, jambu, pisang susu, pisang
raja sere, cabai merah, B. cucurbitae menyerang tanaman mentimun, melon, dan beberapa
tanaman dari famili Cucurbitaceae, B. umbrosus yang menyerang nangka dan beberapa tanaman
dari family Moraceae, B. caudatus menyerang beberapa tanaman dari family Cucurbitaceae.
Sasaran utama serangan lalat buah adalah belimbing manis, jambu air, jambu biji, mangga,
nangka, semangka, melon, cabai, jeruk (Deptan, 2002).
Kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan lalat buah mencapai 30-60% (Sauers &
Muller, 2005). Lalat buah telah diperkirakan merusak sekitar 17.000 hektar tanaman jeruk di
13
daerah Kabupaten Karo dan menyebabkan penurunan produksi perhektarnya mencapai 20 ton
dari sebelumnya 60 ton (Manik dan Bangun, 2004). Pada cabai merah persentase serangan
mencapai 13.15 %/200 m2 (Herlinda dkk.,2007).
Di alam lalat buah dikendalikan oleh musuh alaminya berupa parasitoid yaitu Bioteres
sp. Psyttalia fletcheri (Silvestri), P. fijiensis (Fullaway), dan Opius sp. (Warton, 1987). Herlinda
dkk. (2007) melaporkan ada empat parasitoid yang ditemukan di pertanaman cabai yaitu
Psyttalia fijiensis, P. incise, P. fletcheri, dan Opius sp. dengan tingkat parasitisasi berturut-turut
8,1%, 25,06%, 9,31%, dan 1,23%.
2.1.3. Pengendalian dengan Atraktan
Telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengatasi serangan lalat buah diantaranya
membersihkan kebun dari buah yang terserang lalat buah, pembungkusan buah, teknik jantan
mandul (Sterile Insect Technique), umpan protein (Bait Application Technique ), penggunaan
parasitoid, penyemprotan dengan insektisida dan penggunaan atraktan.
Pengggunaan atraktan merupakan alternatif pengendalian yang mempunyai prospek
untuk dikembangkan di Indonesia. Menurut hasil penelitian Samad et al., (2001) penggunaan
perangkap metil eugenol pada tanaman cabai dapat menurunkan populasi lalat buah sampai 58%
dan mengurangi kerusakan sampai 29%. Menurut Muryati et al. (2004) ada 17 spesies
Bactrocera yang tertarik atraktan metil eugenol yaitu B. araceae, B. carambolae, B. dorsalis, B.
exornata, B. indonesiae, B. latilineola, B. muiri, B. nigrita, B. occipitalis, B. papaya, B.
platamus, B. raiensis, B. sulawesiae, B. thailandica, B. unimaculata, B. verbascifoliae, dan
spesies Anonym 2. Bila menggunakan Cue lure sebagai atraktan maka ada 19 spesies lalat buah
yang dominan tertangkap pada perangkap yaitu B. bifasciata, B. bogoriensis, B. calumniate, B.
cibodasae, B. cilifera, B. dubiosa, B.heinrichi, B. lateritaenia, B. malayensis, B. merapiensis, B.
neocognata, B. nigrotibialis, B. penecognata, B. persignata, B. scutellata, B. sembaliensis, B.
trifasciata, B. usitata, dan spesies Anonim 1. Sedangkan 19 spesies yang tertarik pada kedua
jenis atraktan (metil eugenol dan Cue lure ) yaitu B. albistrigata, B. caudate, B. cucurbitae, B.
fuscitibia, B. kinabalu, B. melastomatos, B. propinqua, B. tau dan B. umbrosa. Sedangkan
menurut Direktorat Perlindungan Hortikultura (2002) spesies lalat buah yang tertangkap adalah
14
B. cucurbitae, B. fraunfeldi, B. trivialis, B. neohumerralis. Hasil penelitian Susila dkk. (2014)
menemukan bahwa minyak atsiri buah pala dapat menarik lalat buah dari spesies Bactrocera
carambolae, B. papayae, dan B. umbrosa.
Penggunaan atraktan alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sedang dikembangkan
untuk mengendalikan lalat buah. Hasil penelitian Effendi dkk. (2010) tanaman cengkeh cukup
efektif sebagai sumber atraktan lalat buah. Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) diduga
mengandung minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai atraktan lalat buah. Sebagai tanaman
rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak atsiri dan lemak khusus yang berasal dari biji
dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15% minyak atsiri dan 30 - 40 % lemak, sedangkan
fuli menghasilkan 7 - 18 % minyak atsiri dan 20 - 30 % lemak (fuli adalah arie yang berwarna
merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus biji) (Departemen Pertanian Bagian
Proyek Informasi Pertanian Irian Jaya, 1986). Minyak atsiri buah pala mengandung sekitar 20
jenis senyawa kimia diantaranya yang dominan adalah 34,6% sabinene, 19,0% α –pinene: 11,
3% β-pinene; 5,6% terpinen-4-ol; 3,7% limonene; 3,3% merysticin, dan lain-lain (Lawrence,
1990). Buah pala mengandung zat-zat minyak terbang (miristin, pinen, kampen (zat pembius),
dipenten, pinen, saprol, eugenol, iso-eugenol, alkohol), glicelida (asam miristinat, asam oleat,
borneol, giraniol), protein, lemak, pati, gula, vitamin A, B1, dan C. Minyak tetap mengandung
Trimyristin (Pelawi, 2010). Susila dkk. (2014) menyatakan bahwa minyak atsiri buah pala
mengandung Methyleugenol (8.33%), senyawa kimia Camphene (0.895), Carene (3.33%),
Camphogen (2.18%), Terpinolene (2.91%), 5-(1-propenyl)1,3-benzodioole (1.13%), α-cubebene
(1.11%), Caryophyllene (0,62%), Methylisoeugenol (5.02%), Myristicine (6.58%) dan 1,2,3-
trimethyl-5-(2-propenyl)benzene (3%).
BAB III. Tujuan dan Manfaat Penelitian
3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penitian adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi minyak atsiri buah pala
terhadap daya tarik lalat buah di lapang, masa aktif masing-masing konsentrasi di lapang, jenis
spesies lalat buah yang tertarik, waktu yang diperlukan untuk membunuh 100% (LT 100) populasi
lalat buah yang diujikan setelah kontak dan mencium bau masing-masing konsentrasi minyak
15
atsiri buah pala, konsentrasi efektif minimum (MEC), Lethal Concentration (LC50), dan Lethal
Time (LT50) masing-masing konsentrasi minyak atsiri buah pala.
3.2. Manfaat Penelitian
Mafaat penelitian dari segi keilmuan adalah dapat menambah kakhasanah ilmu
pengetahuan dan dari segi apliatifnya dapat dirancang suatu teknologi pengendalian lalat buah
yang efektif, mudah dilaksanakan dan ramah lingkungan.
BAB IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan September 2015 di
Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu, Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Penelitian lapangan dilakukan di wilayah Kota
Denpasar. .
3.2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah pala, alkohol 90%, kapas,
dan kertas label
Alat-alat yang digunakan adalah Mikroskop, botol plastik transparan yang panjangnya
32 cm dengan diameter 8 cm, kawat aluminium, spuite volume 3 cc, gelas ukur, kuas, kamera
digital, alat destilasi, alat-alat tulis, botol koleksi, dan kurungan pemeliharaan lalat buah.
3.3. Pelaksanaan Penelitian
3.3.1. Perbanyakkan Lalat Buah
Perbanyakan lalat buah dilakukan dengan mengambil buah belimbing yang terserang
lalat buah di lapang. Buah-buah yang terserang di masukkan ke dalam kantong plastik dan
selanjutnya dibawa ke laboratorium. Di laboratorium buah-buah yang terserang dimasukkan
kedalam kurungan pemeliharaan yang di bawahnya berisi pasir setinggi 3 cm. Larva-larva yang
16
keluar dari buah terserang akan membentuk pupa didalam pasir. Selanjutnya ditunggu sampai
muncul lalat dewasa yang cukup untuk pelaksanaan pengujian.
3.3.2. Pembuatan Minyak Atsiri Buah Pala Melalui Metode Destilasi Kukus.
Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium dengan menggunakan alat destilasi kukus.
Ketel yang digunakan berkapasitas 50 kg. Buah pala yang terdiri dari biji, fuli dan daging buah
dipotong seragam dan dikeringkan 5-7 hari. Setelah kering dimasukkan ke dalam ketel yang
sudah berisi air setinggi 5 cm di bawah sarang. Selanjutnya ketel ditutup rapat-rapat kemudian
dipanaskan. Proses ini berjalan kurang lebih 24 jam. Minyak atsiri dan air dipisahkan corong
pemisah. Minyak atsiri hasil destilasi akan digunakan untuk pengujian-pungujian lebih lanjut.
3.3.3. Uji Daya Atraktansi Konsentrasi Minyak Atsiri Buah Pala terhadap lalat buah
Tujuannya adalah untuk mendapatkan konsentrasi yang terbaik untuk menarik lalat buah.
Konsentrasi minyak atsiri yang diuji adalah 100% ,75%, 50%, dan 25% serta diulang 10 kali.
Pengujian akan dilakukan di lapang di lima lokasi diwilayah Kodya Denpasar dengan empat
perlakuan. Adapun caranya adalah menggunakan perangkap lalat buah yag terbuat dari botol
plastik transparan dengan ukuran diameter 8 cm dan panjang 32 cm. Pada bagian ujungnya
dipotong 7 cm dan diletakkan terbalik sebagai penutup. Ke dalam perangkap I (B1) dimasukkan
kapas yang sudah ditetesi 1,5 cc minyak atsiri buah pala konsentrasi 75%, ke dalam perangkap II
(B2) dimasukkan kapas yang sudah ditetesi 1,5 cc minyak atsiri buah pala konsentrasi 50%, dan
ke dalam perangkap III (B3) dimasukkan kapas yang ditetesi 1,5 cc minyak atsiri buah pala
konsentrasi 25% dan ke dalam perangkap IV (B4) dimasukkan kapas yang ditetesi 1,5 cc minyak
atsiri buah pala murni (100%). Kapas-kapas yang sudah ditetesi minyak atsiri dari konsentrasi
yang berbeda diletakkan menggantung pada bagian dalam perangkap. Selanjutnya keempat
perangkap digantungkan pada tanaman dengan ketinggian kurang lebih 2 sampai 3 m diatas
tanah. Jarak masing-masing perlakuan kurang lebih 40-50m dan jarak ulangan sekitar 4-5 km.
Pengujian ini diulang 10 kali dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok .
3.3.4. UJI Efek Daya Racun Kontak Berbagai Konsentrasi Minyak Atsiri Buah Pala
Pengujian efek daya racun kontak minyak atsiri buah pala terhadap imago lalat buah
dilakukan dengan metode penyemprotan. Pengujian ini menggunakan rancangan acak kelompok
17
(RAK) dengan empat perlakuan dan lima ulangan. Ke dalam masing-masing perangkap dengan
ukuran diameter 8 cm dan panjang 32 cm yang diberi kode B1, B2, B3 dan B4 dimasukkan
sepuluh ekor imago lalat buah. Selanjutnya dilakukan dua kali penyemprotan larutan minyak
atsiri buah pala dengan konsentrasi 75% ke B1, konsentrasi 50% ke B2, dan konsentrasi 25% ke
B3, dan konsentrasi 100% (minyak atsiri murni) ke B4. Penelitian ini akan dilakukan di
Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu. Peubah yang diamati adalah persentase
dan lama waktu kematian lalat buah.
3.3.5. Pengujian Efek Minyak Atsiri Buah Pala Setelah Lalat Buah Masuk Perangkap
Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk membunuh 100% lalat
buah setelah masuk perangkap. Caranya adalah ke dalam perangkap yang sudah berisi 10 ekor
lalat buah dimasukkan kapas yang sudah ditetesi 1,5 ml minyak atsiri buah pala konsentrasi
100%. Kapas yang sudah ditetesi minyak atsiri buah pala diletakkan menggantung pada bagian
dalam perangkap. Hal yang sama dilakukan pada konsentrasi 75%, 50%, dan 25 %. Peubah yang
diamati adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh 100% (LT100) lalat buah.
3.3.5. Analisis Data
Data akan dianalisis dengan menggunakan Analisis Probit dan analisis varian dan
apabila perlakuaan memberikan pengaruh nyata terhadap peubah maka akan dilanjutkan dengan
uji BNT
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Dayan Atraktansi Konsentrasi Minyak Atsiri Buah Pala terhadap Lalat Buah
Hasil penelitian daya tarik beberapa konsentrasi minyak atsiri buah pala terhadap lalat
buah tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah serangga terperangkap pada beberapa konsentrasi minyak atsiri buah pala
dalam 15 kali pengamatan
Konsentrasi
(%) Jumlah lalat buah terperangkap pada ulangan ke……. Jlh Rata-
rata/hari I II III IV V VI VII VIII IX X
100 368 724 654 1041 648 358 210 308 916 547 5774 12,8 a
75 291 230 303 549 613 298 190 144 380 341 3339 7,4 b
18
50 151 151 320 280 210 189 86 95 236 227 1945 4,3 c
25 41 32 181 115 130 106 65 37 124 123 954 2,1 d
Jumlah 851 1137 1458 1985 1601 951 551 584 1656 1238 12012
Keterangan : Pengambilan data dilakukan tiga hari sekali. Angka yang diikuti oleh huruf yang
berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji BNT
5% (P>0,05).
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah lalat buah yang terperangkap per hari
tertinggi pada konsentrasi 100% yaitu 12,8 ekor, selanjutnya diikuti konsentrasi 75% yaitu 7,4
ekor, konsentrasi 50% adalah 4,3 ekor dan konsentrasi 25% adalah 2,1 ekor. Hasil analisis
statistika menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan konsentrasi
(P>0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya kandungan bahan aktif penarik lalat
buah yang disebut methyl eugenol, yang terkandung pada minyak atsiri buah pala sangat
berpengaruh terhadap jumlah lalat buah yang tertarik atau terperangkap. Zat penarik yang
mengandung komponen tunggal (penarik jantan) yang disebut pharapheromone hanya efektif
untuk menarik lalat buah jantan. Senyawa methyl eugenol memiliki karakteristik yang sama
dengan pharapheromone yang dapat menarik serangga jantan ( Iwahashi et al., 1996; Manrakhan
dan Price, 1999). Menurut Susila dkk. (2014) minyak atsiri buah pala mengandung 8,33%
methyl eugenol, yang mana methyl eugenol tersebut dapat menarik lalat buah jantan.
Jika dilihat dari masa aktifnya di lapang, masing-masing konsentrasi buah pala tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata sampai 45 hari (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa
tinggi rendahanya kandungan methyl eugenol pada minyak atsiri buah pala tidak mempengaruhi
masa aktifnya di lapang
19
Gambar 1. Masa aktif minyak atsiri buah pala di lapang
Hasil identifikasi dari lalat buah yang terperangkap ditemukan tiga spesies lalat buah
yaitu Bactrocera carambolae, B. papayae dan B. umbrosa. B. carambola dan B. papayae adalah
lalat buah yang dominan terperangkap (Gambar 1). Hal ini memperkuat hasil penelitian Susila
dkk. (2014)
Gambar 2. Komposisi spesies lalat buah yang terperangkap di lapang
4.2. UJI Efek Daya Racun Kontak berbagai Konsentrasi Minyak Atsiri Buah Pala
Hasil penelitian mengenai efek daya racun kontak pada beberapa konsentrasi minyak
atsiri buah pala terhadap kematian lalat buah tersaji pada Tabel 2.
0
10
20
30
40
50
60
70
H3 H6 H9 H12 H15 H18 H21 H24 H27 H30 H33 H36 H39 H42 H45
Jum
lah
se
ran
gga
terp
era
ngk
ap
Interval Waktu Pengamatan (hari)
K 100% K 75%
K 50% K 25%
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
B. carambolae B. papayae B. umbrosa
20
Tabel 2. Kematian lalat buah pada uji racun kontak
Konsentrasi
(%)
Waktu (detik) yang diperlukan untuk membunuh
100% lalat buah yang diujikan pada ulangan
ke……..
Jlh
Rata-
rata I II III IV V
K 100 90 75 90 75 80 410 82
K 75 150 120 135 135 140 680 136
K 50 165 165 180 135 150 795 159
K 25 240 225 180 300 235 1180 236
Keterangan : data dianalisis setelah ditransformasi ke √x+0,5. Angka-angka yang diikuti oleh
huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
taraf uji BNT 5% (P<0,05)
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata waktu yang diperlukan untuk membunuh 100%
(LT100) lalat buah yang diujikan pada konsentrasi 100% adalah 82 detik, dan ini tidak berbeda
nyata dengan hasil uji konsentrasi 75% yaitu 136 detik, namun berbeda nyata denganhasil uji
konsentrasi 50% (159 detik) dan hasil uji 25% (236 detik). Susila dkk. (2014) menyatakan
bahwa untuk membunuh lalat buah dengan metode penyemprotan atau kontak langsung dengan
minyak atsiri buah pala (konsentrasi 100%) diperlukan waktu sekitar 2 menit.
4.3. Waktu yang Diperlukan untuk Membunuh 100% (LT 100) Lalat Buah yang Diujikan Setelah
Masuk Perangkap
Keunikan Minyak atsiri buah pala adalah selain berisifat sebagai atraktan juga dapat
bersifat sebagai insektisida kontak dan pernafasan (Susila dkk., 2014). Hasil penelitian
laboratorium menunjukkan bahwa rata-rata waktu yang diperlukan dari masing-masing
konsentrasi minyak atsiri buah pala untuk membunuh 100% (LT100) lalat buah yang diujikan
tersaji pada Tabel 3. Pada konsentrasi 100% rata-rata waktu yang diperlukan adalah 43 menit
dan perlakuan ini berbeda nyata (p>0,05) dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi yang
lainnya. Hal ini mungkin disebabkan akibat adanya perbedaan konsentrasi bahan aktif
insektisida yang terkandung pada masing-masing konsentrasi minyak atsiri buah pala yang
diujikan.
Tabel 3. Kematian lalat buah setelah masuk perangkap
Konsentrasi
minyak atsiri
buah pala (%)
Waktu yang diperlukan untuk membunuh 100%
(LT100) lalat buah yang diujikan
Total
waktu
(menit)
Rata-rata
waktu
(menit
I II III IV V
21
100 40 45 45 40 45 215 43 d
75 65 70 70 65 70 340 68 c
50 140 145 135 130 145 695 139 b
25 210 215 220 210 215 1070 214 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunujukkan perbedaan yang nyata pada tarat uji BNT 5% (p>0,05)
Hasil analisis Probit menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan oleh masing-masing
konsentrasi untuk membunuh 50% (LT 50) lalat buah yang diujikan tersaji pada Tabel 4. Pada
Tabel 4 terlihat bahwa waktu paling singkat yang diperlukan untuk membunuh 50% (LT50) lalat
buah yang diujikan adalah pada konsentrasi 100% yaitu 30,2 menit. Hal ini diduga pada
konsentrasi 100% kandungan bahan aktif insektisida lebih tinggi dibadingkan konsentrasi yang
lain. Hasil penelitian Ghanin (2013) campuran Methyleugenol-fentrithion yang mana konsentrasi
metil eugenol 100% menunjukkan bahwa jumlah rata-rata mingguan lalat buah jantan tertangkap
pada 10 minggu berturut-turut sangat berbeda nyata (87,3 individu / blok) dengan perlakuan
yang lebih rendah..
Tabel 4. Waktu yang diperlukan untuk membunuh 50% (LT50) lalat yang diujikan
Konsentrasi minyak Atsiri buah pala (%) LT 50 (menit)
100 30,2
75 50,1
50 98,0
25 141,0
Hasil Analisis Probit menunjukan bahwa konsentrasi efektif minimum (Minimun
Effektive Concentration) yang disingkat dengan MEC adalah 15% dengan jumlah lalat buah
terperangkap 262,12 ekor (Tabel 5).
Tabel 5. Konsentrasi Efektif Minimum minyak atsiri buah pala.
Konsentrasi minyak atsiri
buah pala (%)
Konsentrasi efektif minimum
(%)
Jumlah lalat buah
terperangkap (ekor)
100
15
262,12 75
50
25
Keterangan : Data bersumber dari Tabel 1
22
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi minyak atsiri buah pala berpengaruh
nyata (P>0,05) terhadap rata-rata jumlah serangga terperangkap per hari, waktu kematian lalat
buah setelah kontak atau terkena minyak atsiri buah pala, dan waktu kematian lalat buah setelah
masuk perangkap. Makin tinggi konsentrasi minyak atsiri buah pala makin tinggi daya
atraktansinya terhadap lalat buah jantan, makin cepat proses kematiannya setelah kontak dengan
minyak atsiri buah pala, dan semakin cepat pula kematiannya setelah mencium bau minyak atsiri
buah pala. Masa aktif masing-masing konsentrasi di lapang tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata (P<0,05) sampai 45 hari. Ada tiga jenis lalat buah yang tertarik terhadap minyak atsiri
buah pala yaitu Bactrocera parambolae, B. papayae, dan B. umbrosa dan yang dominan adalah
B. carambola, dan B papayae. Waku yang diperlukan untuk membunuh 50% (LT50) lalat buah
yang diujikan untuk konsentrasi 100% adalah 30,2 menit, LT50 untuk konsentrasi 75% adalah
50,12 menit, LT 50 untuk konsentrasi 50% adalah 98 menit, dan LT 50 untuk konsentrasi 25%
adalah 141 menit. Sedangkan LC50 minyak atsiri buah pala adalah 71 menit. Konsentrasi efektif
minimun (MEC) minyak atsiri buah pala adalah 15% dengan jumlah lalat buah terperangkap
262,12 ekor.
6.2. Saran
Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan meningkatkan kandungan Methyl eugenol dari
minyak atsiri buah pala sehingga mempunyai daya atraktansi yang lebih kuat terhadap lalat buah.
23
DAFTAR PUSTAKA
Asian Fruit Fly IPM Project. 2011. Field Exercise Guide on Fruit Flies Integrated Pest
Management for farmer’s field school and training of trainers courses on Fruit
flies Integrated Pest Management. Area-wide Integrated Pest Management of
Fruit Flies in South and Southeast Asia. 58 hal
Alexander, B.H., Beroza, T.A. Oda, L.F. Steiner, D.H. Miyashita, and W.C. MitChell. 1962. The
development of male melon fly attractants. J. Agric. and Food Chem. 10:270-276
Balai Karantina Boom Baru. 2003. Laporan Tahunan Pemantauan Lalat Buah di Sumatera
Selatan. Palembang. (Online)
Clausen, C.P.; Clancy, D.W.; Chock, Q.C. (1965) Biological control of the oriental fruit fly
(Dacus dorsalis Hendel) and other fruit flies in Hawaii. United States
Department of Agriculture, Technical Bulletin No. 1322, 102 pp
Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbi Kanisius, Yogyakarta. 211
hal.
Effendi, T.A., R. Rani, dan S. Samad. 2010. Pengujian beberapa jenis tanaman sebagai sumber
atraktan lalat buah (Bactrocera spp.)(Diptera: Tephritidae) pada tanaman cabai
(Capsicum annuum L.)
Ferrar, P. - Fruit Flies in Asia (especially Southeast Asia). Species, biology and management.
20 hal. (Online)
http://ipm.ait.asia/test/inception/IWS_DOCS/FRUIT%20FLIES%20IN%20ASI
A%20paper-Paul-27%20Aug.%202010.pdf. Diakses 5 Pebruari 2014.
Ghanim, NM. 2013. Influence of Methyl Eugenol diluted with Paraffin Oil on Male Annihilation
Technique of Peach Fruit Fly, Bactrocera zonata (Saunders)(Diptera:
Tephritidae). Entomol Omithol Herpestol 2:114.
Herlinda, S., R. Mayasari, T. adam, Y. Pujiastuti, dan Y. Windusari. 2007. Populasi dan serangan
lalat buah Bactrocera dorsalis (Hendel) (Diptera: Tephritidae) serta potensi
parasitoidnya pada pertanaman cabai (Capsicum annuum L.). Kongres Ilmu
Pengetahuan Wilayah Indonesia Bagian Barat.
Hardy, D.E. 1997. The Fruitflies (Diptera: Tephritidae) Bordering Countries. Pacific Insects
Monograph. 31:1-353 (RAE 62:2962)
Iwahashi, O., T.S.S. Subazar, and S. Sastrodihardjo, 1996. Atractiveness of methyl eugenol to
fruitfly Bactrocera carambolae (Diptera: Tepritidae) in Indonesia. Ann. Entomol.
Soc. Am. 89(5):653-660
24
Koyama, J. (1989) Pest status; south-east Asia and Japan. In: World Crop Pests 3(A). Fruit flies;
their biology, natural enemies and control (Ed. by Robinson, A.S.; Hooper, G.),
pp. 63-66. Elsevier, Amsterdam, Netherlands
Lawrence, B.M., 1990. Comperative chemical composition of various nutmeg oils. Perfumer &
Flavorist. 15:66
Muryati, A. Hasyim, dan W. Jan de Kogel. 2004. Distribusi Spesies Lalat Buah di Sumatera
Barat dan Riau. Balai Penelitian Tanaman Buah Solok. Solok.
Samad, S., Arinafril, dan Abdi, N. Pengaruh methyl eugenol dalam pengendalian hama lalat
buah Bactrocera dorsalis pada tanaman cabe di Kabupaten Ogan Komering Ulu,
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.
Singh, S. 2003. Efects of Aqueous Extract of Neem Seed Kernel and Azadiracthin on the
Fecundity and Post-Embryonic Development of the Melon Fly, Bactrocera
cucurbitae and the Oriental Fruit Fly, Bactrocera dorsalis Complex (Diptera:
Tephritidae). Departemant of Zoology, University of Delhi, Delhi, India.
Singh,S. dan R.P. Singh. 1998. Neem (Azadirachta indica) seed kernel extracts and Azadirachtin
as oviposition deterrents the Melon fly (Bactrocera dorsalis). Department of
Entomology, India Agricultural Research Institute New Delhi. India.
Siwi, S.S, P. Hidyat, dan Suputa. 2006. Taxonomi dan bioekologi lalat buah penting di Indonesia
(Diptera: Tephritidae). Kerjasama Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian dengan Departement of
Agriculture, Fisheries and Forestry Australia.65 hal
Sodiq, M. 1994. Pengendalian lalat buah dengan tindakan agronomis. Makalah Acara Pertemuan
Konsultasi Alih Teknologi Perlindungan Tanaman Hortikultura, Malang.
Sosromarsono, S., J. Soejitno, M. Amir, S. Sastrosiswojo, dan Suhardi. 1988. Peranan pestisida
dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman pangan. Makalah Simposium
Penggunaan Pestisida Secara Bijaksana. Himpunan Perlindungan Tumbuhan
Indonesia, Jakarta. 51 hal.
.
Sutrisno, S. 1991. Current fruit fly problems in Indonesia. In Kawasaki, O., K. Iwahashi, and
K.Y. Kaneshiko (Eds.) Procceding of international symposium on the biology
and control of fruit flies. Okinawa-Japan 2-4 September. Hal.72-78
Susila, W., W. Supartha, dan Kt. Sumiartha. 2014. Uji efektivitas minyak atsiri buah pala sebagai
atraktan dan insektisida nabati lalat buah (bactrocera dorsalis complex. Laporan
Penelitian Unggulan Udayana. 31 hal.
Syahfari, H. dan Mujiyanto. 2013. Identifikasi hama lalat buah (Diptera: Tephritidae) pada
berbagai macam buah-buahan. Ziraa’ah. Vol.36. No.1