Post on 02-Mar-2018
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
1/41
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman
Salmonella typhi atau Salmonella parathyphi.1 Organisme ini hampir selalu masuk melalui jalan
oral, biasanya dengan mengkontaminasi makanan dan minuman.2 Demam tifoid masih
merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penykit menular yang
tercantum dalam ndang!ndang nomor " #ahun 1$"2 tentang %abah. &elompok penyakit
menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang
sehingga dapat menimbulkan %abah.'
Demam tifoid ditemukan di masyarakat Indonesia, yang tinggal di kota maupun desa.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas perilaku hidup bersih dan sehat, sanitasi dan
lingkungan yang kurang baik. Selain masalah di atas ada beberapa masalah lain yang akan turut
menambah besaran masalah penyakit demam tifoid di Indonesia diantaranya adalah angka
kemiskinan di kota dan desa Indonesia yang mencapai 11,""(. Penyakit ini bersifat endemik dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat. Data )iskesdas 2**+ menunjukkan angka prealensi
tifoid yang didiagnosa oleh tenaga kesehatan adalah *,+$-. Sebesar 2*!*( kasus demam tifoid
harus menjalani pera%atan di rumah sakit. Penderita demam tifoid berpotensi menjadi carrier
atau pemba%a menahun setelah penyakitnya disembuhkan.
Permasalahan yang muncul ialah gejala klinik berariasi dari sangat ringan sampai berat
dengan komplikasi yang berbahaya, komorbid atau koinfeksi dengan penyakit lain, resistensi
yang meningkat terhadap obat yang la/im dipakai, meningkatnya kasus karier atau relaps, dan
masih sulit dibuat aksin yang efektif, terutama untuk masyarakat yang tinggal di daerahendemik. De%asa ini penyakit demam tifoid harus mendapat perhatian yang serius karena
permasalahannya yang makin kompleks sehingga menyulitkan upaya pengobatan dan
pencegahan.-
1.2. Tujuan Penulisan
1
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
2/41
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai
demam tifoid dan sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di bagian
Interna )SP Dr. Pirngadi 0edan.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
3/41
2.1. Definisi
Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Salmonella #yphi,
Salmonella Paratyphi , Salmonella Paratyphi , Salmonella Paratyphi 3, disebut pula
sebagai demam enterik dan tifus abdominalis. Demam tifoid merupakan penyakit yang dapat
bermanifestasi klinis berat karena komplikasinya dan mampu menyebabkan karier.-
2.2 Etilgi
asil penyebab tifoid adalah Salmonella typhi dan paratyphi dari genus Salmonella.
asil ini adalah gram negatif, bergerak, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, tetapi
memiliki fimbria, bersifat aerob dan anaerob fakultatif. kuran antara 42!5 6 *,"7m. Suhu
optimum untuk tumbuh adalah '+o3 dengan Ph antara "!8. asil ini dapat hidup sampai
beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampai debu. Sedangkan reseroir
satu!satunya adalah manusia yaitu seseorang yang sedang sakit atau karier. asil dibunuh
dengan pemanasan suhu "*o3 selama 1-!2* menit pateurisasi, pendidihan, dan klorinisasi.
0asa inkubasi tifoid 1*!1 hari pada anak. 0asa inkubasi berkisar -!* hari dengan
perjalanan penyakit kadang!kadang juga tidak teratur.-
2.! Patgenesis
0asuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh
manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuma. Sebagian kuman dimusnahkaan
dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. ila
respons imunitas humoral mukosa 4Ig5 usus kurang baik maka kuman akan menembus sel!
sel epitel 4terutama sel 05 dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman
berkembang biak dn difagosit oleh sel!sel fagosit terutama oleh makrofag. &uman dapat
hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya diba%a ke plak Peyeri ileum
distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus
torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah
4mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik5 dan menyebar ke seluruh organ
retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ!organ ini kuman meninggalkan
sel!sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya
masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengandisertai tanda!tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.
3
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
4/41
Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan
bersama cairan empedu diekskresikan secara intermitten ke dalam lumen usus. Sebagian
kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah
menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktiasi
dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator
inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti
demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas askular, gangguan mental,
dan koagulasi.
Di dalam plak Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan
4S. #yphi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitiitas tipe lambat hiperplasia jaringan
dan nekrosis organ5. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah
sekitar plague peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasis akibat akumulasi sel!
sel mononuklear di dinding usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang
hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan perforasi.
9ndotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya
komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardioaskuler, pernafasan, dan gangguan
organ lain.'
2." #ejala Klinis
:ambaran klinis demam tifoid sangat berariasi, dari gejala sangat ringan 4sehingga
tidak terdiagnosis5 atau dengan gejala yang khas 4sindrom demam tifoid5 sampai dengan
gejala klinis berat yang disertai komplikasi.&umpulan gejala!gejala klinis tifoid disebut
sindrom demam tifoid.-eberapa gejala klinis yang sering pada tifoid diantaranya adalah;
1. Demam
Demam atau panas adalah gejala utama demam tifoid. Pola demam tifoid
secara klasik digambarkan sebagai berikut; pada a%al sakit demam tidak terlalu
tinggi lalu akan makin meningkat dari hari ke hari, suhu pagi dibandingkan sore atau
malam hari lebih tinggi 4step ladder fashion5. Pada minggu ke!2 dan ke!' demam
akan terus!menerus dan demama akan turun pada akhir minggu ke!' dan minggu ke!
sampai mencapai suhu normal. Perlu diperhatikan bah%a demam yang khas tifoid
tersebut tidak selalu ada. #ipe demam menjadi tidak beraturan mungkin karena
interensi pengobatan atau komplikasi yang dapat terjadi lebih a%al.
4
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
5/41
&omplikasi demam tifoid terjadi pada fase demam di akhir minggu ke!2 dan
ke!'.
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
6/41
leukositosis ringan. &ejadian trombositopenia diduga akibat produksi yang menurun
dan destruksi yang meningkat pada sistem retikuloendotelial. Sedangkan anemia
dapat disebabkan oleh produksi hemoglobin yang menurun serta kejadian
perdarahan intestinal yang tidak nyata 4occult bleeding5. Perlu di%aspadai bila
terjadi penurunan hemoglobin secara akut pada minggu ke '!, karena bisa
disebabkan oleh perforasi usus yang menimbulkan peritonitis dan perdarahan dalam
abdomen.
Pemeriksaan 0ikrobiologi
1. iakan bakteri
Spesimen untuk biakan dapat diambil dari darah, sumsum tulang, feses, dan
urin. Pemilihan jenis spesimen tergantung patogenesis penyakit dan lama masa
sakit. &etentuan umum pengambilan spesimen adalah;
! Spesimen diambil pada saat pertama kali datang ke dokter.
! Spesimen diambil sebelum pemberian antibiotik.
! Spesimen diambil secara aseptik.
! 0enggunakan %adah yang steril, tertutup, dan tidak mudah bocor.
! ?olume spesimen cukup 4sesuai jenis spesimen5.
a. Darah
Spesimen darah dapat diambil mulai demam minggu pertama. Sebaiknya
darah diambil pada saat pasien demam. Darah pada pasien anak diambil sebanyak
2!- ml 41*( dari berat badan5 dan pada pasien de%asa 1* ml, masing!masing
sebanyak 2 tabung spesimen yang diambil dari 2 tempat pungsi ena yang berbeda
4lengan kanan dan kiri5. Darah diambil secara aseptik lalu dimasukkan ke dalam
botol biakan darah yang berisi -*!1** ml kaldu empedu 4perbandingan specimen ;
medium @ 1;$5 atau menggunakan medium dalam botol tertutup yang tersedia
secara komersial.
b. Sumsum tulang
Spesimen sumsum tulang harus diambil oleh seorang ahli yang kompeten dan
dilakukan di ruang khusus. Spesimen diambil secara aseptik sebanyak *,-!2 ml dan
langsung dimasukkan ke dalam medium cair.
c. iakan #inja
Spesimen tinja diambil pada minggu ke!2 dan minggu!minggu selanjutnya.
Spesimen tinja yang digunakan harus yang segar, tidak tercampur urin atau air.
6
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
7/41
Aumlah spesimen yang diambil adalah sebanyak 1* gram atau sebesar telur burung
puyuh. ila tinja encer diambil sebanyak 1* ml atau 2 sendok makan. Spesimen
dimasukkan ke dalam %adah tinja yang bersih dan kering, bermulut lebar, dapat
ditutup rapat, dan tidak mudah bocor atau pecah. Spesimen tinja segera diba%a ke
laboratorium pemeriksa dalam %aktu kurang dari 2 jam, sebaiknya pada suhu dingin.
Pemeriksaan kultur tinja dapat digunakan untuk pembuktian karier tifoid.
ntuk tujuan tersebut, tinja harus diambil sebanyak ' kali dengan jarak
%aktu beberapa hari atau sekitar 2 minggu.
'. iakan rin
Spesimen urin dapat diambil pada minggu ke!2 dan minggu berikutnya.
Spesimen urin diambil sebanyak 1* ml lalu secara steril diputar dan endapannya
dikultur .Pemeriksaan mikrobiologi yang dilakukan adalah biakan dan uji kepekaan
bakteri terhadap antibiotik.
a. Spesimen darah atau sumsum tulang di dalam medium kaldu empedu atau botol
komersial diinkubasi dalam inkubator dengan suhu '-o3!'+o3 selama 22!2
jam. agar SS5. ila terdapat pertumbuhan, maka dilakukan
pemurnian koloni tersangka Salmonella sp.dan dilanjutkan uji identifikasi dan
uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik.
Pemeriksaan Serologi
7
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
8/41
Pemeriksaan serologi untuk pendukung diagnosis demam tifoid yang saat ini
tersedia adalah pemeriksaan antibodi pada serum pasien, yaitu anti!Salmonella Ig0
4misalnya #ube6, Immuno!chromatography #est5 atau Ig0!Ig: 4Bidal, Immuno!
chromatography #est5.
1. ji Bidal
ji Bidal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman S. #yphi. Pada uji
Bidal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. #yphi dengan antibodi
yang disebut aglutinin. Ctigen yang digunakan pada uji Bidal adalah suspensi
Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. 0aksud uji Bidal
adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam
tifoid, yaitu;
! glutinin O 4dari tubuh kuman5
! glutinin < 4flagela kuman5
! glutinin ?i 4simpai kuman5
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan < yang digunakan untuk
diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan
terinfeksi kuman ini.
Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam,
kemudian meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke!, dan tetap
tinggi selama beberapa minggu. Pada fase akut mula!mula timbul aglutinin O,
kemudian diikuti dengan aglutinin
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
9/41
elum ada kesepakatan tentang nilai titer patokan. #idak sama pada masing!
masing daerah, tergantung endemisitas daerah masing!masing dan tergantung hasil
penelitian. atas titer yang dijadikan diagnosis, hanya berdasarkan kesepakatan atau
perjanjian satu daerah, dan berlaku untuk daerah tersebut. &ebanyakan pendapat
bah%a titer antibody terhadap antigen O sebesar 1>'2* sudah menyokong kuat
diagnosis demam demam tifoid. )eaksi Bidal negatif tidak menyingkirkan diagnosis
demam tifoid.
Diagnosis pasti demam tifoid adalah bila didapatkan kenaikan titer kali lipat
pada pemeriksan ulang dengan interal -!+ hari. Perlu diingat bah%a banyak faktor
yang mempengaruhi reaksi Bidal, sehingga mendatangkan hasil yang keliru, baik
negatif palsu atau positif palsu.
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
10/41
Pada minggu ke 2 atau ke!', sering timbul komplikasi demam mulai dari yang ringan
sampai berat bahkan kematian. eberapa komplikasi yang sering terjadi diantaranya;
1. Perdarahan, perforasi intestinal, dan peritonitis
Pada plak Peyeri usus yang terinfeksi 4terutama ileum terminalis5 dapat terbetuk
tukak>luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus. ila luka menembus
lumen usus dan mengenai pembuluh darah maka terjadi perdarahan. ila msudah menembus
dinding usus maka perforasi dapat terjadi. Sekitar 2-( penderita demam tifoid dapat
mengalami perdarahan minor yang tidak membtuhkan transfusi darah. Perdarahan hebat
dapat terjadi hingga penderita mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah
ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak -ml>kg>jam dengan faktor hemostasis dalam
batas normal.'Perforasi intestinal ditandai dengan nyeri abdomen akut, tegang, dan nyeri
tekan abdomen 4paling nyata di kuadran kanan ba%ah5. Pada pemeriksaan perut didapatkan
tanda distensi abdomen, defans musckular, ileus paralitik, bising usus melemah,dan pekak
hati menghilang. Perforasi dipastikan dengan pemeriksaan foto abdomen ' posisi 4diafragma,
left lateral decubitus, dan plain abdomen5. Pada foto ditemukan udara pada rongga
peritoneum atau subdiaafragma kanan.'Perforasi intestinal adalah komplikasi demam tifoid
yang serius karena sering menimbulkan kematian. Pada peritonitis, ditemukan gejala
abdomen akut yakni nyeri perut hebat, kembung, serta nyeri pada penekanan. Cyeri lepas
4rebound phenomenon5 khas untuk peritonitis.
2. &omplikasi hematologi
erupa trombositopenia, hipofibrino!genemia, peningkatan prothrombin time,
peningkatan partial thromboplastin time, peningkatan fibrin degradation product sampai
koagulasi intraaskular diseminata 4&ID5 dapat ditemukan pada kebanyakan pasien demam
tifoid. Penyebab &ID pada demam tifoid belum jelas.
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
11/41
apakah hepatitis ini oleh karena tifoid, irus, malaria, atau amuba maka perlu diperhatikan
kelainan fisik, parameter laboratorium, dan bila perlu histopalogik hati. Pada demam tifoid
kenaikan en/im transaminase tidak relean dengan kenaikan serum bilirubin 4untuk
membedakan dengan hepatitis oleh karena irus5.
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
12/41
#irah baring dan pera%atan profesional bertujuan mencegah komplikasi. #irah baring
dengan pera%atan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, buang air kecil, dan
buang air besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam pera%atan
perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai. Posisi
pasien perlu dia%asi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik serta higiene
perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
2. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam
tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gi/i penderita
akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama.
Di masa lampau penderita demam tifoid diberi diet bubur saring, kemudian
ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan diet tersebut
disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut ditujukan
untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus.
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
13/41
Pada penelitian oleh 0oehario =< dkk didapatkan $*( kuman masih memiliki kepekaan
terhadap antibiotik ini.
! #iamfenikol
Dosis dan efektiitas tiamfenikol pada demam tifoid hampir sama dengan
kloramfenikol, akan tetapi komplikasi hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia
aplastik lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis tiamfenikol adalah 6-**
mg, demam rata!rata menurun pada hari ke!- sampai ke!".
! &otrimoksa/ol
9fektiitas obat ini dilaporkan hampir sama dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang
de%asa adalah 262 tablet 41 tablet mengandung sulfametoksa/ol ** mg dan 8* mg
trimetoprin5 diberikan selama 2 minggu.
! mpisilin dan amoksisilin
&emampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah dibandingkan dengan
kloramfenikol, dosis yang dianjurkan berkisar antara -*!1-* mg>kg dan digunakan selama
2 minggu.
! Sefalosporin generasi ketiga
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
14/41
leroksasin dosis ** mg>hari selama + hari
Demam pada umumnya mengalami lisis pada hari ke!' atau menjelang hari ke!.
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
15/41
0asalah rumit yang sering timbul sehubungan penanganan kasus tifoid yang tidak
optimal adalah karier, relaps, dan resistensi. &arier tifoid adalah seseorang yang selalu
mengandung bakteri Salmonella sehingga menjadi sumber infeksi untuk orang lain.
&arier akan terjadi bila penderita tidak diobati atau pengobatan yang tidak adekuat,
atau ada faktor!faktor predisposisi pada penderita sehingga basil susah dimusnahkan
dari tubuh. Dianggap karier bila hasil kultur feses atau urin masih positif sampai '
bulan setelah sakit dan disebut karier kronik bila basil masih ada sampai 1 tahun atau
lebih. &arier kronik biasanya mempunyai faktor predisposisi penyakit kronik di hati
atau ginjal.
=angkah!langkah strategis yang bermanfaat untuk mengatasi ketiga permasalahan
tifoid di atas adalah;
! #erlaksananya monitor dan kontrol yang ketat terhadap pemakaian antibiotika yang
bebas.
! Setiap )S atau institusi kesehatan lain yang mera%at pasien, memiliki standar
pelayanan medis penatalaksanaan tifoid dan konsisten mengimplementasikannya.
! Setiap )S memiliki aturan!aturan pemakaian antibiotika yang terpola dengan baik.
0emiliki pola kepekaan yang dibuat secara berkala serta menetapkan antibiotika
yang dipergunakan sebagai terapi empiris lini pertama dan kedua, baik untuk
de%asa maupun untuk anak.
! #erlaksananya monitor terhadap kemungkinan karier dengan biakan feses secara
serial. Sekurang!kurangnya pada sat pulang, minggu dan ' bulan kemudian
dilaksanakan biakan lanjutan untuk mendeteksi karier.
! ila ada kasus karier beri terapi Huinolone selama minggu 4Siprofloksasin 26+-*
mg atau Corfloksasin 26** mg5.
! ila ada resistensi terhadap obat lini pertama, maka terapi antibiotika selanjutnya
lebih baik menurut hasil uji kepekaan.
2. Perbaikan sanitasi lingkungan
eberapa usaha perbaikan sanitasi lingkungan adalah;
! Penyediaan air bersih untuk selruh %arga.
! Aamban keluarga yang memenuhi syarat!syarat kesehatan.
! Pengelolaan air limbah, kotoran, dan sampah harus benar sehingga tidak
mencemari lingkungan.
'. Peningkatan higiene makanan dan minuman
. Peningkatan higiene perorangan
-. Pencegahan dengan imunisasi
15
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
16/41
Di Indonesia telah ada ' jenis aksin tifoid yakni;
! ?aksin oral #y 21a ?iotif erna
?aksin tersedia dalam kapsul yang diminum selang sehari dalam 1 minggu, satu jam
sebelum makan. &ontraindikasi pada %anita hamil, menyusui, penderitaimunokompromais, sedang demam, sedang minum antibiotik, dan ank kecil " tahun.
=ama proteksi - tahun.
! ?aksin parenteral sel utuh; ypa io arma
?aksin ini mengandung sel utuh Salmonella typhi yang dimatikan yang mengandung
kurang lebih 1 milyar kuman setiap mililiterny. Dikenal 2 jenis aksin yakni, &
accine dan = accine. Pemberian 2 dosis dengan interal minggu. 9fek samping
yang dilaporkan adalah demam, myeri kepala, lesu, dan bengkak dengan nyeri pada
tempat suntikan. &ontraindikasi terhadap demam, hamil, dan ri%ayat demam pada
pemberian pertama.
! ?aksin polisakarida #yphim ?i entis Pasteur 0errieu6
?aksin yang mengandung polisakarida ?i dari basil Salmonella. Dya proteksi "*!
+*( pada de%asa dan anak - tahun. Dalam bentuk suntik *,- ml diberikan secara
intramuskular dan booster setiap ' tahun. &ontraindikasi pada hipersensitif, hamil,
menyusui, sedang demam, dan anak lebih kecil 2 tahun.-
16
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
17/41
BAB III
STATUS ,-AN# SAKIT
ANANESIS P-IBADI
Cama ; 0uhammad )i/ki
mur ; 1- tahun
Aenis &elamin ; =aki Jlaki
Status Perka%inan ; elum menikah
Pekerjaan ; Pelajar
Suku ; Aa%a
gama ; Islam
lamat ; Al. )a%a ::.:iat &elurahan #egalasari 0andala
ANANESIS PEN/AKIT
&eluhan tama ; Demam 4K5
#elaah ;
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
18/41
4K5 dirasakan os setiap kali mau makan dan minum, muntah 4K5
frekuensi 26 sehari. Isi apa yang di makan dan apa yang di minum.
atuk 4!5, Penurunan berat badan 4!5, nyeri 4!5, ri%ayat nyeri
berdarah 4!5, mencret M 26>hari selama ' hari S0)S, & 4K5
normal.
)P# ; !
)PO; #idak jelas
STATUS P-ESENT
Sensorium ; 3omposmentis
#ekanan darah ;11*> +* mmi
Pernapasan ; 2* 6>i
#emperatur ; '8,2 3
nemis ; 4!>!5
Ikterik ; 4!>!5
Sianosis ; 4!5
Dipsnoe ; 4!5
Oedema ; 4!5
Pancaran Bajah ;=emah
)efleks isiologis ;4K>K5 Cormal
)efleks Patologis ; 4!5 Cormal
erat adan ; "- kg
# inggi adan ;1+* cm
I0# ;
4kg5 > # 4m5 6 # 4m5
"- > 1+*6 1+*@ "->2.8$ @
22.
&esan ; Cormo%eight
PEE-IKSAAN 0ISIK
Kepala
18
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
19/41
0ata ; &onjungtia palpebra inferior anemis 4!>!5 , sklera ikterik 4!>!5, refleks
cahaya 4K>K5 , pupil isokor 4K>K5 N ' mm
#elinga ; Dalam atas Cormal
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
20/41
Inferior ; oedema 4!>!5, akral hangat, 3)# E'
Genitalia ; =aki! laki. #idak dilakukan pemeriksaan
Rektum ; #idak Dilakukan Pemeriksaan
PE-IKSAAN LAB,-AT,-IU
1. Pemeriksaan Darah Rutin
#anggal 22!12!2*1-
B3 1-.+- .1*>u=
)3 .8' . 1*Q>u=
u=
#anggal 2-!12!2*1-
B3 $.+8 .1*>u=
)3 .$ . 1*Q>u=
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
21/41
P3# *.1(
2. Pemeriksaan KGD
:lukosa adrandom ; 82.** mg>dl
3. Test Widal
ntigen *! #P'2*
ntigen *! P. #P*
ntigen *! P. #P8*
ntigen *! P. #P8*
ntigen '2*
ntigen *! P. #P8*
ntigen *! P. #P8*
ntigen *! P. #P8*
. Anti Dan!ue "!G dan "!#
Ig0 nti Dengue Cegatif
Ig: nti Dengue Cegatif
$. Pemeriksaan %rinalisa&
22!12!2*1-
Barna &uning
&ekeruhan &eruh
Protein Cegatif
)eduksi Cegatif
Sedimen!9ritrosit *>1 Ipb
Sedimen!=eukosit IpbSedimen!)enal Cegatif
21
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
22/41
9pitel
Sedimen!lass
9pitel
Cegatif
Sedimen!
?ag>rethr.9p
->Ipb
&ristal!3a O6alat Cegatif
&ristla #.Phospat Cegatif
&ristal!3ystin Cegatif
Silinder Cegatif
illirubin Cegatif
robillinogen Positif
p< ".-
erat Aenis 1.*1-
Citrit Cegatie
'. Pemeriksaan ront!en toraks
22!12!2*1-
&esan ; #idak tampak kelainan
22
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
23/41
-ESUE
ANANESIS
&eluhan tama; Demam 4K5
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
24/41
=eher ; #?A )!2 cm )en ; tidak teraba ,
nyeri tekan 4!5
Perkusi ; #impani
uskultasi ; Peristaltik 4K5 Cormal
Ekstremitas
Superior ; oedema 4!5, akral hangat, 3)# E'
Inferior ; oedema 4!>!5 , akral hangat, 3)# E'
Genitalia ; =aki! laki. #idak dilakukan pemeriksaan
24
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
25/41
Rektum ; #idak Dilakukan Pemeriksaan
P909)I&SC
P9CCAC:
Darah rutin
22!12!2*1-
&esan ; =eukositosis dan trombositopenia
DI:COSIS CDIC: - Demam #ifoid
- Demam Dengue
DI:COS
S909C#)
Demam #ifoid
P9C#=&SCC - #irah baring
- Diet 0 II
- I?D )= $ ( 2* gtt>i makro
- Inj. &loramfenikol -**mg>" jam
- Inj. )anitidine -*mg>12 jam I?
- Domperidon 26 1* mg
- Paracetamol '6-** mg
)9C3C
P9)CA&C
DI:COS#I&
- rinalisa
- Bidal #est dan Ig: R Ig0 nti Dengue
- oto #oraks P
0ll U' Harian Pasien
25
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
26/41
#C::= )a%atan I
#anggal 22 Desember 2*1-
S Demam 4K5, mual 4K5, muntah 4K5, nyeri kepala 4K5
O Status present
Sens ; 30
#D ; $*>"* mmi
# ; '+.+ 3
0ata ; 3onj. palpebra anemis 4!>!5, sklera ikterik 4!>!5, Pembesaran &: 4!5
#>0; DC>DC>lidah kotor
#oraks ;
SP;esikuler
S#; 4!5
bdomen ; Soepel, =>); ttb, nyeri tekan epigastrium 4K5
9kstremitas ;
Superior ; oedema 4!5, akral hangat 4K5
Inferior ; oedema 4!5, akral hangat 4K5
Demam tifoid dd Demam dengue
P ! #irah aring
- Diet 0 II
- I?D Cacl *.$ ( 2* gtt>i 4makro5
- Inj. &loramfenikol -**mg>" jam
- Inj. )anitidine -*mg>12 jam I?
26
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
27/41
- Domperidon 26 1* mg
- Paracetamol '6-** mg
njuran - 3ek rinalisa
- Bidal #est, Ig: R Ig0 nti Dangue
- oto #horaks P
- anyak 0inum ir Putih
#C::= )a%atan II
#anggal 2' Desember 2*1-
S Demam 4!5, mual 4K5, muntah 4!5, nyeri kepala 4K5
27
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
28/41
O Status present
Sens ; 30
#D ;11*>"* mm!5, sklera ikterik 4!>!5, Pembesaran &: 4!5
#>0; DC>DC>lidah kotor
#hora6 ;
SP;esikuler
S#; 4!5
bdomen ; Soepel, =>); ttb, nyeri tekan epigasterium 4K5
9kstremitas ;
Superior ; oedema 4!5, akral hangat 4K5
Inferior ; oedema 4!5, akral hangat 4K5
Demam tifoid dd Demam dengue
P ! #irah aring
- Diet 0 II
- I?D )= *.$ ( 2* gtt>i
- Inj. &loramfenikol -**mg>" jam
- Inj. )anitidine -*mg>12 jam I?
- Paracetamol '6-** mgnjuran - 3ek Ig: R Ig0 nti Dengue
- Susul oto #horaks P
28
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
29/41
#C::= )a%atan III
#anggal 2 Desember 2*1-
S Demam 4!5, mual 4K5, muntah 4!5, nyeri kepala 4K5
29
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
30/41
O Status present
Sens ; 30
#D ;1**>"* mmi
# ; '".+ 3
0ata ; conj. Palpebra anemis 4!>!5, sklera ikterik 4!>!5, Pembesaran &: 4!5
#>0; DC>DC>lidah kotor
#hora6 ;
SP;esikuler
S#; 4!5
bdomen ; Soepel, =>); ttb, nyeri tekan epigasterium 4K5
9kstremitas ;
Superior ; oedema 4!5, akral hangat 4K5
Inferior ; oedema 4!5, akral hangat 4K5
Demam tifoid dd Demam dangue
P ! #irah aring
- Diet 0 II
- I?D )= * .$ ( 2* gtt>i
- Inj. &loramfenikol -**mg>" jam
- Inj. )anitidine -*mg>12 jam I?
- Domperidon 26 1* mg
- Paracetamol '6-** mgnjuran !
30
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
31/41
#C::= )a%atan I?
#anggal 2- Desember 2*1-
S Demam 4!5, mual 4!5, muntah 4!5, nyeri kepala 4!5
31
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
32/41
O Status present
Sens ; 30
#D ;1**>"* mmi
# ; '+.* 3
0ata ; conj. Palpebra anemis 4!>!5, sklera ikterik 4!>!5, Pembesaran &: 4!5
#>0; DC>DC> lidah kotor
#hora6 ;
SP;esikuler
S#; 4!5
bdomen ; Soepel, =>); ttb, nyeri tekan epigasterium 4K5
9kstremitas ;
Superior ; oedema 4!5, akral hangat 4K5
Inferior ; oedema 4!5, akral hangat 4K5
Demam tifoid dd Demam dangue
P ! #irah aring
- Diet 0 II
- I?D )= * .$ ( 2* gtt>i
- Inj. &loramfenikol -**mg>" jam
- Inj. )anitidine -*mg>12 jam I?
- Paracetamol '6-** mgnjuran -
32
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
33/41
#C::= )a%atan ?
#anggal 2" Desember 2*1-
S Demam 4!5, mual 4!5, muntah 4!5, nyeri kepala 4!5
O Status present
Sens ; 30
33
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
34/41
#D ;11*>+* mmi
# ; '".$ 3
0ata ; conj. Palpebra anemis 4!>!5, sklera ikterik 4!>!5, Pembesaran &: 4!5
#>0; DC
#hora6 ;
SP;esikuler
S#; 4!5
bdomen ; Soepel, =>); ttb, nyeri tekan epigasterium 4K5
9kstremitas ;
Superior ; oedema 4!5, akral hangat 4K5
Inferior ; oedema 4!5, akral hangat 4K5
Demam tifoid dd Demam dangue
P ! #irah aring
- Diet 0 II
- I?D )= .$ ( 2* gtt>i
- Inj. &loramfenikol -**mg>" jam
- Inj. )anitidine -*mg>12 jam I?
- Paracetamol '6-** mgnjuran - 3ek Darah )utin
34
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
35/41
#C::= )a%atan ?I
#anggal 2+ Desember 2*1-
S Demam 4!5, mual 4!5, muntah 4!5, nyeri kepala 4!5
35
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
36/41
O Status present
Sens ; 30
#D ;12*>+* mmi
# ; '+.1 3
0ata ; conj. Palpebra anemis 4!>!5, sklera ikterik 4!>!5, Pembesaran &: 4!5
#>0; dbn
#hora6 ;
SP;esikuler
S#; 4!5
bdomen ; Soepel, =>); ttb, nyeri tekan epigasterium 4K5
9kstremitas ; dalam batas normal
Superior ; oedema 4!5, akral hangat 4K5
Inferior ; oedema 4!5, akral hangat 4K5
Demam tifoid dd Demam dangue
P ! #irah aring
- Diet 0 II
- I?D )= .$ ( 2* gtt>i
- Inj. &loramfenikol -**mg>" jam
- Inj. )anitidine -*mg>12 jam I?
- Paracetamol '6-** mgnjuran - PA #anggal 2+ Desember 2*1"
36
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
37/41
BAB I
KESIPULAN
Demam tipoid adalah suatu penyakit infeksi usu halus yang disebabkan
oleh salmonela tipe , dan 3 yang menular melalui oral, fecal, makanan dan
minuman yang terkontaminasi. 0asa inkunasi demam tipoid berlangsung selama
+!1 hari 4berariasi antara '!"* hari5 tergntung jumlah dan stain kuman yang
tertelan. Selama masa inkubasi penderita dalam keadaan asimtomatis.
Secara garis besar, gejala tipoid adalah demam lebih dari seminggu, lidah kotor,
mual berat sampai muntah, diare atau mencret, lemas, pusing, dan sakit perut.
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
38/41
mpisilin dan amoksisilin5. Pencegahan0engobati secara sempurna pasien dari
karier tifoid, 0engatasi faktor!faktor yang berperan terhadap rantai penularan,
Perlindungan dini agar tidak tertular.
BAB
DISKUSI
TE,-I KASUS
Demam atau panas adalah gejala utama demam
tifoid. Demam bisa terjadi berminggu!minggu.Suhu pagi dibandingkan sore atau malam hari
lebih tinggi 4step ladder fashion5.
=idah kelihatan kotor ditutupi selaput kotor
4coated tongue5, ujung dan tepi lidah tampak
kemerahan. Pasien sering mengeluh nyeri perut,
terutama regio epigastrium 4nyeri ulu hati5,
Demam.
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
39/41
disertai nausea, mual, dan muntah. Sering
dijumpai meteorismus, konstipasi, dan>atau diare.
Penyebab demam tifoid adalah Salmonella typhi.
&ebanyakan pendapat bah%a titer antibodi
terhadap antigen O sebesar 1>'2* sudah
menyokong kuat diagnosis demam demam tifoid.
apa yang di makan dan apa yang di minum.
mencret M 26>hari selama ' hari
S0)S.
ntigen *! #P'2*
ntigen '2*
Penatalaksanaan demam tifoid;
- Istirahat dan pera%atan
#irah baring dan pera%atan profesional
bertujuan mencegah komplikasi. Diet dan
terapi penunjang
- Diet merupakan hal yang cukup penting
dalam proses penyembuhan penyakit
demam tifoid. Penderita demam tifoid
diberi diet bubur saring, kemudian
ditingkatkan menjadi bubur kasar dan
akhirnya diberikan nasi, yang perubahan
diet tersebut disesuaikan dengan tingkat
kesembuhan pasien.
- Pemberian antimikroba
Obat!obat antimikroba yang sering
digunakan untuk mengobati demam tifoid
adalah &loramfenikol. Di Indonesiakloramfenikol masih nerupakan obat
pilihan utama untuk mengobati demam
tifoid. Dosis yang diberikan adalah 6-**
mg per hari dapat diberikan secara per oral
atau intraena.
Penatalaksanaan yang diberikan dalam
kasus ini;
! #irah aring
- Diet 0 II
- I?D )= * .$ ( 2* gtt>i
- Inj. &loramfenikol -**mg>" jam
- Inj. )anitidine -*mg>12 jam I?
- Paracetamol '6-** mg
39
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
40/41
DA0TA- PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Panduan
Pelayanan 0edik. Aakarta; Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam & I. 2**".
7/26/2019 Lapkas Demam tifoid
41/41
5. &eputusan 0enteri &esehatan )I Co '". Pedoman Pengendalian Demam
#ifoid. 2**".