Post on 17-Feb-2016
description
1
ANATOMI - FISIOLOGI HIDUNG & SINUS
PARANASAL
dr M Arief R., Sp THT-KL
2
HIDUNG & SINUS PARANASAL
• HIDUNG LUAR (Nasus eksternus): dorsum nasi, apeks nasi, radiks nasi, ala nasi dan vestibulum nasi
HIDUNG DALAM (Nasus internus): Rongga hidung dan septum nasi
• SINUS PARANASAL: Sinus maksila, Sinus frontal, Sinus (sel-sel) etmoid, Sinus sfenoid
radiks nasi, (pangkal hidung)dorsum nasi, (batang hidung) apeks nasi, (ujung hidung)• ala nasi. (sayap hidung)
HIDUNG LUAR ( NASUS EKTERNUS)
Tulang– Os nasalis– Pros Frontalis os Maxillaris
Tulang Rawan – Kartilago lateral hidung – Kartilago alaris mayor
kaki lateral kaki medial
– Kartilago alaris minor
KERANGKA HIDUNG
KERANGKA HIDUNG
6
HIDUNG DALAM (Nasus Internus)
• Rongga hidung• Konka nasi inf.(KI)• Konka nasi med.(KM)• Konka nasi sup.(KS)
• Septum nasi(SPT)
SPT
KM
KI
KS
SINUS SFENOID(SS), SINUS FRONTAL(SF),KONKA INFERIOR(KI), KONKA MEDIUS(KM), KONKA SUPERIOR(KS), MEAT SUPERIOR(MS), MEAT MEDIUS(MM), MEATUS INFERIOR(MI), OSTIUM TUBA EUST.(OT), RESESUS SFENO-ETMOID(RSE)
SS
MSKSRSE
KI
MIOT
KM MM
SF
9
Kartilagokuadrangularis(anterior) (KK)
Lamina Perpendikularistulang etmoid(atas) (LP)
Tulang vomer (V)(Belakang)
Krista maksila dan palatina(bawah)(KM,KP)
Kaki medial KAM (x)
KK
LP
V
KM KPKM
KERANGKA SEPTUM NASI
x
10
LP
V KK
KMKP
11
ARTERI PADA SEPTUM DAN DINDING RONGGA HIDUNG:
Arteri penting : etmoidalis anterior(EA) dan etmoidalis posterior(EP),
Sfenopalatina(SfP), palatina mayor(PM). Pleksus Kiesselbach di area Little anastomose di bagian depan
septum nasi, letaknya superfisial, mudah epistaxis
EA EP
SfP
PM
SUPLAI SARAFSUPLAI SARAF
1. Saraf Penghidu / Pembau Saraf Cranial I ( N. Olfactorius)
2. Saraf Sensoris Cabang dari N. Trigeminus (Saraf V), yaitu:
N. Opthalmicus N. Maxilaris, melalui ganglion spheno
palatina
N. Ethmoidalis Anterior
Cabang nasalis
3. Saraf Otonom
Berfungsi mengatur Vasokonstriksi / Vasodilatasi & produksi sekret
Sympatis : dari Ganglion Cervicalis Superior Ganglion Spheno Palatina
Para sympatis : dari N. Facialis (Saraf VII) Ganglion Spheno Palatina
N. Vidianus
Gambar : Suplai Saraf
Epitel hidungEpitel hidungdi vestibulum : epitel kulit dg vibisae (bulu di vestibulum : epitel kulit dg vibisae (bulu
rambut hidung) dan kelenjar sebasearambut hidung) dan kelenjar sebaseadi limen nasi : eptel peralihandi limen nasi : eptel peralihandi 2/3 bawah kavum nasi : epitel respirasi di 2/3 bawah kavum nasi : epitel respirasi
➜ ➜ ( (Epitel Torak berlapis semu beEpitel Torak berlapis semu besilia)silia)di 1/3 atas : epitel penghidu ➜ (di 1/3 atas : epitel penghidu ➜ (Epitel Epitel
Torak berlapis semu Torak berlapis semu tanpa tanpa siliasilia))
Mukosa kavum nasi• Mukosa tdd:
– palut lendir (mucous blanket)– eptel kolumnar berlapis semu bersilia
disertai sel Goblet– membrana basaalis– lamina propria yg tdd :
• lapisan subepitel• lapisan media• lapisan kelenjar profunda
Mukosa kavum nasi
1. Mukosa Respiratori = Epitel Kolumnar berlapis semu bersilia
Jaringan ikat sub epitel longgar ; banyak pembuluh darah (jaringan kavernosus) ➜ mudah vasodilatasi /vasokontriksi yg diatur oleh saraf otonom) berfungsi pada pengaturan volume, temperatur, kelembaban udara dihirup (air conditioning)
Terdapat sel-sel Goblet (sel kelenjar mukus). Pergerakan silia yg diselimuti selaput lendir (mucosal Banket) berperan pada auto clearance
Meliputi - 2/3 bag bawah septum nasi, dinding lateral kavum nasi dibawah konkha superior, dasar cavum nasi, 1/2 bag atas Nasopharynx dan sinus Paranasalis
20
Mukosilier Hidung
Epitel merupakan: “ciliated pseudo stratified
columnar epithelium”. Mengandung sel goblet serta kelenjar serus dan mukusSilia berjumlah 25-100/sel dan selalu mengadakan gerakan (“stroke”) ke arah belakang (koana) untuk mendorong selimut lendir ke nasofaring (1300 gerakan/menit)
2. Mukosa Olfaktorius ( Schneiderian Membrane) Meliputi :
1/3 bagian atas septum nasi Atap rongga hidung & concha superior
Dilapisi oleh : Pseudosratified Columnar non Ciliated Epithelium Yang dibentuk oleh 3 macam sel yaitu Supporting Cell, Basal Cell dan Olfactory Cell.
22
• Konka (tonjolan tulang, dilapisi mukosa): konka inferior(KI), medius(KM) dan superior(KS)
• Meatus nasi: Meatus
nasi inferior: antara dasar rongga hidung dengan konka inferiorMeatus nasi medius: antara konka inferior dan mediusMeatus nasi superior: antara konka medius dan superior
Dinding Rongga Hidung
septum
KI
KM
23
SINUS PARANASAL
• SINUS MAKSILA• SINUS FRONTAL• SINUS (SEL) ETMOID
(GRUP ANTERIOR & POSTERIOR)• SINUS SFENOID
Anterior Group
- Sinus Maxillaris - Sinus Frontalis - Sinus Ethmoidalis Anterior
Posterior Group
- Sinus Ethmoidalis Posterior - Sinus Sphenoidalis
bermuara pada meatus nasi medius (KOM)
bermuara pada meatus nasi superior
26
27
SM
Sinus Maksila (SM) • Terletak di tulang maksila kanan dan kiri
• Sinus paling besar• Atap : dasar orbita(X)• Dinding medial sinus
= Dinding lateral rongga hidung(XX)
• Dasar sinus (DS)berbatasan dengan akar gigi geraham atas
• Ostium di meatus nasi medius (di KOM)
X
XX
DS
Ost
28
• Terdiri banyak sel di dalam tulang etmod, dibagi : grup anterior dan grup posterior
• Grup anterior drainase ke meatus nasi medius di KOM, Grup posterior ke meatus nasi superior
• Atap berbatasan dengan fosa kranii anterior, dinding lateral: lamina papirasea (dinding medial orbita)
Sinus (sel) Etmoid (SE)
SE SE
SSSS
29
Sinus Frontal (SF)• Pada os frontal (tulang
dahi)• Sepasang, kanan dan kiri,
tidak sama besar, kadang-kadang hanya tumbuh sebelah
• Ke atas dan belakang berbatasan dengan fosa kranii anterior
• Ke bawah berbatasan dengan rongga orbita
• Ostium di meatus nasi medius (di KOM)
SFSF
kompleks ostiumeatal (KOM)
Tempat ostium sinus frontalis, sinus maxillaris dan sinus etmoidalis anterior. (berfungsi drainase dan ventilasi)
Obstruksi di KOM merupakan predisposisi terjadinya sinusitis
30
31
• Di tulang sfenoid, kanan dan kiri
• Ostium di resesus sfeno-etmoid
• Ke atas berbatasan dengan hipofise
• Ke lateral berbatasan dengan fosa kranii medius
• Ke bawah berbatasan dengan nsofaring
Sinus Sfenoid (SS)
SSS
SS
DRAINASE SINUS AnteriorFRONTALIS & MAKSILARIS
32
DRAINASE SINUS PosteriorETMOIDALIS & SFENOIDALIS
DRAINASE DUKTUS NASOLAKRIMALIS
Di meatus Nasi Inferios
34
FUNGSI HIDUNGFUNGSI HIDUNG
I. Fungsi PernafasanMenyiapkan udara agar sesuai dengan keadaan fisiologis paru
Meliputi :1. Mengatur jumlah udara yang masuk.2. Menyiapkan udara pernafasan dengan a. Menyaring :
• Vibrissae• Mucous Blanket ( palut lendir) b. Membasahi / Melembabkan.
- Sel Goblet
Partikel kasarPartikel halus
Palut lendir
c. Memanasi - Conchae nasi ( terutama concha inferior), oleh karena kaya pembuluh darah.
3. Desinfeksi. - Membersihkan kuman dengan. a. Mucous Blanket b. Enzym Lyzozym c. Suasana asam (PH:6,5) d. S i l i a e. Sel-sel phagocyt, lymphocyt & histiocyt
(berada pada sub mucosa) f. Kelenjar getah bening regional
Anti septikMucocillary Blanked
4. Reflek Nasal. bakteri dan debu dlm palud lendir,
partikel-partikel lbh besar, benda asing, bau tertentu Mengiritasi terjadinya bersin - kecepatan 160 km /jam, semua
dilontarkan- Mata terpejam duktus
nasolakrimalis tertutup tak ke mata- Ditanya didaerah kenapa dianjurkan
mengucap Alhamdulillah ? !37
II. Fungsi Pembauan / Penghidu
- Oleh karena adanya mukosa olfactorius pada atap cavum nasi, concha superior & 1/3 bagian atas septum
- Bekerja sama dengan fungsi pengecapan (Gustatorius) - Bila terjadi buntu hidung (udim, polip, tumor hiposmia/anosmia
39
III. FUNGSI RESONANSI suara :Getaran yang dihasilkan pita suara menimbulkan resonansi pada rongga sinus suara merdu.- Bila buntu hidung bindeng sulit
mengucapkan huruf n, ng, ny, m (rinolalia oklusa).
- Bila hidung terbuka, mis celah bibir (labioshcisis) dan celah langit-langit (palatoshcisis) sulit mengucapkan huruf k, g, t, d, p, b (rinolalia aperta)
IV. Fungsi Drainase & Ventilasi
Dari sinus paranasales & kelenjar lacrimalis
41
Pemeriksaan Hidung
• Rinoskopi Anterior (RA)
• Rinoskopi Posterior (RP)
• Tran Iluminasi
Anamnesa, keluhan utama kelainan hidung :- Sumbatan hidung (Obstructio Nasi)- Sekret di hidung / pilek (Rhinorrhoe)- Bersin - Nyeri di daerah muka & kepala (Cephalgia)- Perdarahan dari hidung (Epistaxis)
- Gangguan penghidu (Anosmia / Hiposmia)
1. Inspeksi : - Dorsum Nasi: -Deformitas (melebar,asimetri)
-Tanda radang- Vestibulum Nasi: - Sekret - Maserasi - Tanda radang
2. Palpasi : - Dorsum Nasi: - Crepitasi
- Dislokasi - Tumor
- Vestibulum Nasi : Tekan Alae Nasi
- Daerah Sinus Frontalis Tekan lantai/dasar & dinding depan Sinus Frontalis dengan ibu jari.
- Daerah Sinus Maxillaris : Tekan didaerah Fossa Canina dengan ibu jari Penekanan dengan tenaga optimal,
simetris kanan & kiri, hindari Foramen Supra/ Infra Orbitalis.
47
Rinoskopi Anterior (RA)
• Menggunakan lampu kepala dan spekulum hidung
• Melihat rongga hidung (lapang/sempit), konka nasi (besar, udim, hiperemi/pucat), septum nasi (deviasi), meatus nasi medius (sekret, polip)
• Memeriksa fenomena palatum mole
48
49Rinoskopi Anterior
50
Fenomena Palatum mole
Rinoskopi Anterior lihat dasar kavum nasi ucapkan iiii palatum mole bergerak keatas dinding posterior (nasofaring) tertutup tampak gelap Fenomena Palatum Mole positif (normal)
Fenomena palatum molle negatif pada:- parese palatum mole- masa di naso faring: adenoid, tumor
• Fenomena Palatum mole
Fenomena Palatum mole Negatif
Fenomena Palatum mole Positif
53
Rinoskopi Posterior (RP)
• Melihat bagian belakang rongga hidung dan nasofaring melalui cermin kecil.
• Cermin kecil bertangkai diletakkan di orofaring dengan permukaan menghadap ke atas, sinar lampu kepala di arahkan ke cermin, posisi diubah-ubah.
• Dilihat dinding nasofaring, tuba Eustakhius, torus tubarius dan koanal
54
RINOSKOPIPOSTERIOR
55
56
Tran-Iluminasi
• Dilakukan di kamar gelap• Lampu bertangkai dimasukkan ke dalam
rongga mulut, sinar lampu akan menembus rongga sinus maksila, terlihat di pipi, bandingkan kanan dan kiri. Sinus yang terisi cairan tampak suram/gelap
• Bermakna bila ada perbedaan kanan & kiri
57
TRAN-ILUMINASI
LAMPU (a) (b)
KAMAR GELAP (c)
a b
c
58
TRAN-ILUMINASI
SINUS FRONTAL SINUS MAKSILA
Pemeriksaan Radiologik.
- X. Foto Posisi Water’s : Terutama untuk melihat kelainan pada Sinus Maxillaris (Tampak gambaran: Perselubungan, Penebalan Mukosa, Air Fluid Level, Destruksi Dinding tulang, Tumor, Kista).
-X. Foto Posisi Caldwel (PA) Terutama untuk melihat Sinus Frontalis.
- X. Foto Posisi Lateral :
Terutama untuk melihat Sinus Frontalis, Ethmoidalis & Sphenoidalis.
Punksi Percobaan. Hanya dikerjakan untuk Sinus Maxillaris,
untuk Diagnostik sekaligus terapi.
Biopsi. Dapat dilakukan untuk Tumor pada
Nasofaring, Cavum Nasi maupun Sinus Paranasales.
Pemeriksaan Laboratorium : Sitologi Immunologi Histopatologi Bakteriologi
Pemeriksaan Endoskopi : Nasoendoskopi maupun Sinoskopi
66
67
68
69
70
71