Post on 29-Mar-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
KUALITAS PEMBELAJARAN KELAS REGULER DAN KELAS IMERSI
DI SMA NEGERI 4 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
OLEH
RESTI ELFIA SHANTI
K7406023
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
ABSTRAK
Resti Elfia Shanti. KUALITAS PEMBELAJARAN KELAS REGULER DAN
KELAS IMERSI DI SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN
2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) penyediaan sarana dan
prasarana yang menunjang proses pembelajaran pada kelas regular dan kelas
imersi SMA Negeri 4 Surakarta, (2) kualitas guru yang mengajar di kelas regular
dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta, (3) kualitas siswa pada kelas regular
dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta, (4) penyelenggaraan proses belajar
mengajar di kelas reguler dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus tunggal
terpancang. Sumber data yang digunakan berasal dari informan, arsip, dan
dokumen serta tempat penelitian di SMA Negeri 4 Surakarta. Obyek penelitian ini
adalah di SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Teknik sampling
yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data
menggunakan wawancara, observasi, dan dokumen. Validitas data yang
digunakan adalah trianggulasi sumber dan metode. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif yang bergerak
diantara tiga aspek yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: (1)
Penyediaan sarana dan prasarana pada kelas regular dan kelas imersi SMA Negeri
4 Surakarta dapat dikatakan memadai berdasarkan standar pemerintah yakni PP
No 19 Tahun 2005 yang dijabarkan dalam Lampiran Permendiknas Nomor 24
Tahun 2007. Dalam pengadaaan sarana dan prasarana kelas reguler dan kelas
imersi terdapat sedikit perbedaan yaitu tersedianya LCD dan televisi di setiap
kelas imersi sedangkan di reguler tidak semua kelas tersedia fasilitas tersebut,
tetapi pada dasarnya sarana dan prasarana umum di SMA Negeri 4 Surakarta
dapat digunakan baik siswa kelas reguler maupun kelas imersi. Kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan terhadap sarana dan prasarana, yakni mengadakan
kontrol setiap saat, menugaskan pegawai khusus untuk menjaga prasarana yang
ada, mengadakan perbaikan apabila terjadi kerusakan, melakukan pemugaran
terhadap sarana dan prasarana yang masih layak pakai. (2) Kualifikasi guru yang
mengajar di SMA Negeri 4 Surakarta berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005
Pasal 28 dan 29 tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan terdapat
kesesuaian dengan kenyataan di lapangan sehingga dapat dikatakan bahwa guru-
guru di SMA Negeri 4 Surakarta adalah guru-guru yang kualitasnya baik.
Sedangkan untuk guru yang mengajar di kelas imersi ada tambahan standar
khusus yaitu guru reguler yang dipandang mampu menggunakan Bahasa Inggris,
namun kualitas guru imersi dapat dikatakan cukup baik karena beberapa guru
dianggap belum memenuhi target yang diharapkan oleh pihak sekolah. Upaya-
upaya yang dilakukan dalam menjaga kualitas guru reguler yaitu dengan
monitoring, supervisi dan evaluasi, sedangkan untuk meningkatkan kualitas guru
imersi SMA Negeri 4 Surakarta yaitu dengan mengadakan seleksi pada saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
penempatan yang bekerja sama dengan LIA, mendatangkan native speaker dari
luar negeri dan pengajar Bahasa Inggris dari LPIA. (3) Kualitas siswa pada kelas
regular dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta dapat dikatakan baik karena ada
proses sosialisasi yang masif, proses seleksi yang ketat, nilai siswa yang stabil
serta tingginya angka kelulusan baik di kelas reguler maupun kelas imersi SMA
Negeri 4 Surakarta. (4) Penyelenggaraan proses belajar mengajar di kelas reguler
dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta sangat dipengaruhi oleh kemampuan
guru dalam mengajar terutama berkaitan dengan metode yang sering digunakan
guru yaitu ceramah, diskusi, tanya jawab dan latihan soal serta menggunakan
media pembelajaran laptop dan LCD, proses belajar mengajar di kedua kelas tidak
jauh berbeda, perbedaannya terletak hanya pada penggunaan pengantar Bahasa
Inggris untuk mata pelajaran yang diimersikan, dan ada native speaker dari luar
negeri guna membantu guru dan siswa dalam memperdalam bahasa Inggris.
Namun, proses belajar mengajar di kelas imersi menuntut kompetensi guru dan
siswa yang lebih tinggi dibandingkan kelas reguler. Hal ini disebabkan fokus
dalam pembelajaran memiliki dua arah yakni, guru harus bisa memahamkan siswa
dalam Bahasa Inggris dan siswa harus memahami materi dalam dua bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
MOTTO
”Janganlah menyerah sebelum berusaha.”
”Aku dapat menjadi luar biasa di manapun aku berada.”
”Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan
kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya;
dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak ada yang
sanggup untuk melepasnya setelah itu. Dan Dia-lah yang
Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”(Q.S. Al Fatir 2)
”Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan?”( Q.S. Ar Rahman 16)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur kepada Allah SWT.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Ibu dan Bapak yang kucintai dengan segenap kasih
sayang yang tak pernah dapat kubalas.
Kedua kakakku dan adikku yang kusayangi dengan
motivasi yang selama ini diberikan kepadaku.
Sahabat-sahabat seperjuanganku yang selalu
mengiringi setiap langkahku.
BEM UNS dan orang-orang di dalamnya.
Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2006 yang
selalu dukung-mendukung.
SMAN Negeri 1 Pringsewu
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul, “ Kualitas Pembelajaran Kelas Reguler dan Kelas Imersi di
SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.”
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak
kendala yang dihadapi penulis ketika menyelesaikan skripsi ini, namun berkat
bantuan dari berbagai pihak akhirnya kendala tersebut dapat diatasi. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan Surat Keputusan Penyusunan Skripsi.
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan P.IPS Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah menyetujui permohonan penulisan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Sutaryadi, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian skripsi ini.
4. Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua BKK Akuntansi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang
telah memberikan izin penelitian skripsi ini.
5. Ibu Dra. Sri Witurachmi, M.M., selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi sehingga memperlancar
penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Muhtar S.Pd.,M.Si., selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dan motivasi sehingga memperlancar penyusunan
skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7. Bapak Drs. Sukirman, M.M., selaku pembimbing akademik yang selalu
mengingatkan, memberi arahan, bimbingan, dan nasehat berkaitan dengan
akademis selama peneliti menjadi mahasiswa.
8. Bapak Ibu Dosen BKK Akuntansi yang telah banyak memberikan bekal
ilmu pengetahuan sehingga dapat menunjang dalam penulisan skripsi ini.
9. Bapak ibu guru SMA Negeri 4 Surakarta atas sambutan hangat yang
diberikan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menjalankan penelitian
skripsi ini dengan nyaman dan berkesan.
10. Bapak, Ibu, Mb Is, Mb Nei, De Epi ( Keluarga kecilku), dan tambahan
baru (kakak iparku) Maz Leli, serta semua keluarga besarku di Lampung
maupun di Jawa Timur.
11. Sahabat-sahabat seperjuanganku (Ika Sunu, Arum, Vera, Ikrib, Fatim,
Devi, Sofie, Susi, Eri, dll) dan mba-mbaQ (Mb Anif, Mb Lilis, Mb Sonia,
Mb Sifa, Mb Putri, Mb Ririn, Mb Twins, dll) serta semua yang tidak bisa
penulis sebutkan satu-satu). Tidak lupa pula, sahabat-sahabat dekatku
(Tya, Poo-jie, Maya, Dita), kapan bisa traktiran lagi??
12. Sahabat-sahabat di BEM UNS (semua orang di BEM UNS mulai dari
tahun 2006-2010), terimakasih atas pembelajaran yang selama ini
diberikan kepada penulis.
13. Teman-teman akuntansi 2006 ( Arinda, Lya, Titik, Eka, Lilis, Riris,
Umam, Melina serta semuanya), penulis merasakan nyaman berada
diantara kalian.
14. Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca.
Surakarta, April 2009
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN REVISI ....................................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
MOTTO............................................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 7
1. Pengertian Pendidikan .......................................................... 7
2. Reformasi Pendidikan .......................................................... 7
3. Hakekat Kualitas Pendidikan ............................................... 9
4. Peningkatan Kualitas Pendidikan ......................................... 11
5. Pengelolaan Kualitas Pembelajaran ..................................... 14
6. Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran ........................... 21
7. Kualitas Guru dalam Proses Pembelajaran .......................... 22
8. Program Imersi ..................................................................... 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
B. Kerangka Pemikiran .................................................................. 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 40
1. Tempat Penelitian.................................................................. 40
2. Waktu Penelitian ................................................................... 40
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................. 41
1. Bentuk Penelitian .................................................................. 41
2. Strategi Penelitian ................................................................. 41
C. Sumber Data .............................................................................. 42
1. Informan ................................................................................ 42
2. Dokumen ............................................................................... 42
D. Teknik Sampling ....................................................................... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 44
1. Wawancara ............................................................................ 44
2. Observasi ............................................................................... 45
3. Dokumentasi ......................................................................... 45
F. Validitas Data............................................................................. 46
G. Analisis Data ............................................................................. 47
H. Prosedur Penelitian .................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ....................................................... 50
1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 4 Surakarta ........................ 50
2. Struktur Organisasi SMA Negeri 4 Surakarta ....................... 51
3. Kebijakan Sekolah ................................................................ 52
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian............................................ 55
1. Penyediaan Sarana dan Prasarana yang Menunjang Proses
Pembelajaran pada Kelas Reguler dan Kelas Imersi di
SMA Negeri 4 Surakarta ...................................................... 55
a. Pengadaan Sarana dan Prasarana Kelas Reguler dan
Kelas Imersi di SMA Negeri 4 Surakarta ....................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di Kelas Reguler
dan Kelas Imersi SMA Negeri 4 Surakarta ..................... 58
2. Kualitas Guru yang Mengajar di Kelas Reguler dan Kelas
Imersi SMA Negeri 4 Surakarta ........................................... 59
. a. Penempatan Guru yang Mengajar di Kelas Reguler dan
Kelas Imersi SMA Negeri 4 Surakarta ............................ 59
b. Kualitas Guru yang Mengajar di Kelas Reguler dan
Kelas Imersi SMA Negera 4 Surakarta............................ 61
c. Upaya-upaya yang Dilakukan untuk Menjaga Kualitas
Guru Reguler dan Meningkatkan Kualitas Guru Imersi
di SMA Negeri 4 Surakarta ............................................. 62
3. Kualitas Siswa pada Kelas Reguler dan Kelas Imersi SMA
Negeri 4 Surakarta ............................................................... 64
a. Proses Sosialisasi Kelas Reguler dan Kelas Imersi SMA
Negeri 4 Surakarta........................................................... 64
b. Proses Penyeleksian Siswa Kelas Reguler dan Kelas
Imersi SMA Negeri 4 Surakarta ....................................... 65
c. Capaian Keberhasilan antara Program Reguler dan
Program Imersi Ditinjau dari Prestasi Akademik Siswa
di SMA Negeri 4 Surakarta ............................................... 66
4. Penyelenggaraan Proses Belajar Mengajar di Kelas Reguler
dan Kelas Imersi SMA Negeri 4 Surakarta ........................... 68
a. Proses Belajar Mengajar di Kelas Reguler SMA Negeri 4
Surakarta .......................................................................... 68
b. Proses Belajar Mengajar di Kelas Imersi SMA Negeri 4
Surakarta .......................................................................... 70
C. Temuan Studi yang Dikaitkan dengan Kajian Teori ................. 71
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................ 95
B. Implikasi .................................................................................... 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
C. Saran .......................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 101
LAMPIRAN ..................................................................................................... 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sekolah sebagai Sistem ..................................................................... 34
Tabel 2. Kegiatan Penelitian ........................................................................... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 39
Gambar 2. Model Analisis Interaktif ............................................................... 48
Gambar 3. Prosedur Kegiatan Penelitian ......................................................... 49
Gambar 4. Struktrur Organisasi SMA Negeri 4 Surakarta .............................. 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara .................................................................. 106
Lampiran 2. Daftar Informan ........................................................................... 109
Lampiran 3. Catatan Lapangan ........................................................................ 110
Lampiran 4. Check List Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 4 Surakarta....
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia sebab pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian.
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam pembentukan generasi
yang akan datang, selain itu pendidikan diharapkan dapat membentuk serta
menghasilkan manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing dalam
pembangunan berkelanjutan. Dalam pembangunan berkelanjutan, peranan
pendidikan bisa menjadi bagian dari masalah, bisa juga menjadi solusi.
Pendidikan menjadi masalah jika pengembangan sistem kurikulumnya mendorong
usaha tanpa keberlanjutan. Sedangkan pendidikan dapat menjadi solusi apabila
pembelajaran yang dilakukan meliputi dua aspek. Aspek pertama adalah
pembelajaran individual. Pembelajaran individual ini menyangkut wawasan,
nilai-nilai, dan kemampuan individual. Aspek kedua adalah pembelajaran sosial.
Pembelajaran dilakukan dalam dan dari konteks sosial. Pembelajaran ini
menyangkut pengembangan modal sosial (social capital) dan masyarakat belajar
(learning society).
Tidak hanya itu saja, pendidikan yang mengacu pada pembangunan
berkelanjutan erat kaitannya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal ini karena kemajuan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
menuntut dunia pendidikan untuk dapat menyesuaikan diri dalam proses
penyelenggaraan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan diarahkan pada
peningkatan mutu pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman. Di era
globalisasi saat ini, dalam meningkatkan kualitas pembelajaran perlu adanya
reformasi pendidikan.
Menurut Mustakim (2008), reformasi pendidikan merupakan respon
terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk
mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan
sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang
berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi
manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara
optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.
Kemajuan pendidikan dapat dilihat dari kemampuan dan kemauan dari
masyarakat untuk menangkap proses informatisasi dan kemajuan teknologi.
Karena proses informatisasi yang cepat semakin membuat horizon kehidupan di
dunia semakin meluas dan sekaligus semakin mengerut. Hal ini berarti berbagai
masalah kehidupan manusia menjadi masalah global atau setidak-tidaknya tidak
dapat dilepaskan dari pengaruh kejadian di belahan bumi yang lain, baik masalah
politik, ekonomi ,maupun sosial (Mustakim, 2008).
Tidak terlepas dari permasalahan pendidikan, pendidikan persekolahan
kini dihadapkan pada berbagai tantangan baik nasional maupun internasional.
Menurut Dadang Suhardan, dkk (2009: 288), tantangan nasional muncul dari
dunia ekonomi, sosial, budaya, politik dan keamanan. Persoalan tersebut di atas
menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk dapat menghasilkan lulusan yang
dapat memecahkan permasalahan bangsa Indonesia di berbagai aspek kehidupan.
Sedangkan dari segi tantangan dunia internasional, era globalisasi dan
perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat menuntut dunia
pendidikan di Indonesia untuk dapat mengakses dan menghasilkan lulusan yang
mampu bersaing di tingkat internasional. Oleh karena itu, upaya pemerintah
melalui peningkatan mutu di bidang pendidikan diharapkan dapat menjawab
tantangan-tantangan tersebut.
Peningkatan mutu di bidang pendidikan berkaitan erat dengan peningkatan
mutu di sekolah yang merupakan pusat utama peningkatan mutu. Menurut
Zamroni (2007: 2) dalam Mustakim (2008), ”Peningkatan mutu sekolah adalah
suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar
target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien”. Menurut Sihombing
dan Indarjo (2003: 7) yang dikutip oleh Zainuddin (2008: 3), pendidikan yang
berkualitas, meliputi: (1) Produk pendidikan yang dihasilkan berupa persentase
peserta didik yang berhasil lulus dan lulusan tersebut dapat diserap oleh lapangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kerja yang tersedia atau membuka lapangan kerja sendiri, baik dengan cara
meniru yang sudah ada atau menciptakan yang baru, (2) Proses pendidikan,
menyangkut pengelolaan kelas yang sesuai pada kondisi kelas yang relatif kecil,
penggunaan metode pengajaran yang tepat serta lingkungan masyarakat yang
kondusif, (3) Adanya kontrol pada sumber-sumber pendidikan yang ada.
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan bangsa tentu bukan
sekedar penyelenggaraan pendidikan tetapi penyelenggaraan pendidikan yang
berkualitas, baik dari sisi input, proses, output maupun outcome-nya. Input
pendidikan yang bermutu adalah guru-guru yang bermutu, peserta didik yang
bermutu, kurikulum yang bermutu, fasilitas yang memadai, dan berbagai aspek
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang bermutu
adalah proses pembelajaran yang bermutu. Output pendidikan yang bermutu
adalah lulusan yang memiliki kompetensi yang disyaratkan, sedangkan outcome
pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang mampu melanjutkan ke jenjang
pendidikan lebih tinggi atau terserap pada dunia kerja atau dunia industri.
Edward Sallis (1993: 12) dalam Eti Rochaety, dkk (2006: 124),
mengemukakan bahwa yang menentukan mutu pendidikan mencakup
aspek-aspek sebagai berikut, pembinaan yang terpelihara/berkelanjutan,
guru yang luar biasa, nilai-nilai moral yang luhur, hasil ujian yang
gemilang, pengkhususan, dukungan orang tua, komunitas bisnis dan
komunitas lokal, sumber daya yang berlimpah, penerapan teknologi yang
mutakhir, kepemimpinan yang tangguh dan berarah tujuan, kepedulian dan
perhatian pada anak didik, kurikulum yang seimbang, atau kombinasi dari
faktor-faktor tersebut.
Aspek-aspek tersebut diimplementasikan ke dalam upaya peningkatan
mutu di bidang pendidikan terutama sekolah. Salah satu bentuk implementasinya
yaitu dengan penyelenggaraan program imersi. Program imersi adalah program
penyelenggaraan pendidikan yang dalam proses belajar mengajarnya
menggunakan pengantar Bahasa Inggris. Dalam program imersi, bahasa Inggris
bukan sebagai mata pelajaran semata, tetapi sebagai bahasa pengantar dalam
proses pembelajaran mata pelajaran lainnya. Mata pelajaran yang menggunakan
pengantar Bahasa Inggris yaitu Matematika, Biologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi,
dan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Pembelajaran Imersi menggunakan
pendekatan PAKEM (Pendekatan aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dilakukan secara interaktif dan proses belajar mengajar maupun kurikulumnya
sama dengan program reguler.
Program imersi telah dimulai sejak tahun 2004/2005 dan saat ini baru
dilakukan di enam Sekolah Menengah Atas dan enam Sekolah Menengah Pertama
pada enam kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu sekolah yang
menyelenggarakan kelas imersi yaitu SMA Negeri 4 Surakarta. Dengan adanya
program imersi diharapkan dapat meningkatkan kompetensi lulusan siswa dalam
penguasaan IPTEK, serta mengembangkan potensi sekolah yang dapat
menghasilkan SDM yang memiliki potensi untuk menciptakan keunggulan
kompetitif. Tentunya dalam kualitas pembelajaran kelas imersi berbeda dengan
kelas reguler, yang meliputi input, proses, output maupun outcome-nya. Dari segi
input, siswa yang masuk kelas imersi harus diseleksi secara ketat termasuk harus
lulus tes lisan dan tulisan serta memenuhi persyaratan nilai mata pelajaran
Matematika, Fisika, Biologi minimal 7 di SMP-nya. Dari segi proses, dalam kelas
imersi semua aktivitas pembelajaran di dalam kelas menggunakan pengantar
Bahasa Inggris. Dari segi output, diharapkan lulusan kelas imersi memiliki daya
saing global melalui penguasaan Bahasa Inggris. Kemudian dari segi outcome,
lulusan kelas imersi diharapkan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih
tinggi bertaraf internasional atau terserap pada dunia kerja atau dunia industri.
Sekolah yang menyelenggarakan kelas imersi bukan berarti mengenyampingkan
kelas reguler karena kelas reguler juga merupakan acuan mutu sekolah di tingkat
nasional sehingga pengelolaan kedua kelas harus seimbang. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul, “KUALITAS
PEMBELAJARAN KELAS REGULER DAN KELAS IMERSI DI SMA NEGERI 4
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 ”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kualitas pembelajaran
dipengaruhi oleh komponen-komponen yang dijabarkan ke dalam rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang proses
pembelajaran pada kelas regular dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta?
2. Bagaimana kualitas guru yang mengajar di kelas reguler dan kelas imersi
SMA Negeri 4 Surakarta?
3. Bagaimana kualitas siswa pada kelas reguler dan kelas imersi SMA Negeri 4
Surakarta?
4. Bagaimana penyelenggaraan proses belajar mengajar di kelas reguler dan
kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat ditentukan tujuan penelitian,
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang proses
pembelajaran pada kelas regular dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta.
2. Untuk mengetahui kualitas guru yang mengajar di kelas regular dan kelas
imersi SMA Negeri 4 Surakarta.
3. Untuk mengetahui kualitas siswa pada kelas regular dan kelas imersi SMA
Negeri 4 Surakarta.
4. Untuk mengetahui penyelenggaraan proses belajar mengajar di kelas reguler
dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan dan pengetahuan. Selain
itu, untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman baru bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2. Manfaat Praktis
a. Bagi lembaga pendidikan khususnya di SMA Negeri 4 Surakarta sebagai
sumbangan dalam rangka meningkatkan kualitas dan usaha memperbaiki
penyelenggaran program imersi pada SMA Negeri 4 Surakarta sehingga
menghasilkan lulusan yang terbaik melalui peningkatan kualitas pembelajaran
dan prestasi akademik siswanya.
b. Bagi guru sebagai masukan dalam usaha perbaikan dan peningkatan proses
belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa imersi maupun
siswa reguler.
c. Sebagai motivasi bagi siswa imersi maupun siswa reguler di SMA Negeri 4
Surakarta agar dapat mengikuti proses belajar mengajar secara optimal.
d. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan profesi yang sedang ditekuni
penulis sehingga mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama
perkuliahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses dalam pembentukan manusia
seutuhnya karena melalui pendidikan, manusia mengalami proses pemanusiaan.
Manusia diajarkan untuk tumbuh dan berkembang serta melakukan interaksi
sosial lewat pendidikan. Pengertian pendidikan dibagi menjadi dua, yakni dalam
arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, menurut Syaiful Sagala (2008: 2),
pendidikan bukan sekedar proses pengayaan intelektual, tetapi juga
menumbuhkan benih-benih adab manusia untuk mengecambahkan kualitas luhur
kemanusiaan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) dalam
Eti Rochaety, dkk (2006: 6), pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan (proses, perbuatan, dan cara mendidik).
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup yang
akan datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami individu dalam
perkembangannya menuju tingkat kedewasaannya (Eti Rochaety, 2006: 7).
Sedangkan dalam arti sempit menurut Syaiful Sagala (2008: 4), pendidikan dapat
merupakan interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenal sebagai
pengajaran (instructional) yang diperankan oleh guru dan peserta didik. Dapat
disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sebuah proses memanusiakan manusia
yang berlangsung sepanjang hayat meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
2. Reformasi Pendidikan
Istilah reformasi menurut Kamisa (1997: 445) dalam Zainuddin (2008: 30)
berarti perubahan radikal untuk perbaikan dalam bidang sosial, politik, atau
agama dalam suatu masyarakat atau bangsa. Sedangkan menurut Tilaar (1996: 16)
yang dikutip oleh Zainuddin (2008: 31), reformasi berarti perubahan dengan
melihat keperluan masa depan, menekankan kembali pada bentuk asal, berbuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
lebih baik dengan menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan praktik yang
salah atau memperkenalkan prosedur yang lebih baik, suatu perombakan yang
menyeluruh dari suatu sistem kehidupan dalam aspek politik, ekonomik, hukum,
sosial, dan bidang pendidikan. Dapat dikatakan bahwa reformasi adalah sebuah
perubahan menuju kehidupan yang lebih baik meliputi aspek-aspek kehidupan
manusia dalam menghadapi tantangan global. Apabila dikaitkan dengan bidang
pendidikan, reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan
tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan
yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan
zaman yang sedang berkembang (Mustakim, 2008).
Reformasi pendidikan juga merupakan upaya perbaikan pada bidang
pendidikan guna meningkatkan kualitas di bidang pendidikan. Kita mengetahui
bahwa kualitas pendidikan di Indonesia cukup rendah sehingga perlu ada upaya-
upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu
upayanya adalah dengan reformasi pendidikan. Dalam implementasinya,
reformasi pendidikan memiliki 2 karakteristik dasar, yakni terpogram dan
sistemik. Reformasi yang terpogram diarahkan pada kurikulum atau program
suatu institusi pendidikan, salah satu bentuknya adalah dengan inovasi. Inovasi
adalah tindakan memperkenalkan ide baru, metode baru atau sarana baru untuk
meningkatkan beberapa aspek dalam proses pendidikan agar terjadi perubahan
yang signifikan dari sebelumnya. (Rich (1988: 2) dalam Zainuddin (2008: 33)).
Reformasi terpogram diterapkan langsung pada lingkup institusi sekolah dan
sering kali dijalankan meski hasilnya kurang memuaskan seperti perubahan dan
pengembangan kurikulum baru, penataran guru-guru, penggunaan metode
pengajaran baru, penggunaan alat evaluasi baru, dan perbaikan sarana dan
prasarana baru. Sedangkan reformasi sistemik berkaitan erat dengan adanya
hubungan kewenangan dan distribusi serta alokasi sumber daya yang mengontrol
sistem pendidikan secara keseluruhan. Karakteristik reformasi sistemik sulit
diwujudkan karena menyangkut struktur kekuasaan (Zainuddin, 2008: 34).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Reformasi pendidikan akan memiliki kedudukan yang kuat apabila
reformasi pendidikan dijadikan sebuah kebijakan pendidikan. Artinya, reformasi
pendidikan menjadi patokan kebijakan jangka panjang dalam setiap pengambilan
keputusan praktik pendidikan. Namun, sebelum menjadi sebuah kebijakan maka
reformasi pendidikan harus memenuhi empat tahapan-tahapan yang saling terkait
satu sama lain, yakni:
a. Pertama, asal usulnya yaitu dari mana datangnya sebuah usulan reformasi
pendidikan tersebut, bagaimana reformasi pendidikan menjadi bagian dari
aspek pemerintahan secara umum, peran apa yang dimainkan oleh
masing-masing pihak dalam mengembangkan program reformasi tersebut.
b. Kedua, bagaimana mengadopsi kebijakan tersebut yang akhirnya menjadi
peraturan atau perundang-undangan.
c. Ketiga, bagaimana implementasinya.
d. Keempat, bagaimana hasil-hasilnya. Dalam pendidikan, yang merupakan
bukti nyata dari reformasi pendidikan adalah bagaimana reformasi
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa (Levin (2001: 14)
dalam Zainuddin (2008: 38)).
Secara garis besar, reformasi pendidikan merupakan sebuah langkah
perubahan dalam upaya perbaikan pada bidang pendidikan yang dapat dijadikan
sebuah kebijakan pendidikan guna tercapainya pendidikan yang berkualitas.
3. Hakekat Kualitas Pendidikan
Istilah kualitas memiliki makna yang berbeda-beda antara ahli yang satu
dengan yang lainnya. Goetsch dan Davis(1994) dalam Eti Rochaety, dkk (2006:
96), mengemukakan mengenai kualitas sebagai kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pengguna produk/jasa. Pengertian mutu
(quality) menurut Mustakim (2008) adalah sebuah filsosofis dan metodologis,
tentang (ukuran ) dan tingkat baik buruk suatu benda, yang membantu institusi
untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda rancangan spesifikasi
sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya agenda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Kualitas dapat
diartikan sebagai suatu ukuran atau standar dalam menyelenggarakan kegiatan
secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan pasar, apabila dikaitkan dengan
bidang pendidikan, tentunya yang diharapkan dari suatu pelaksanaan pendidikan
adalah penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas.
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam pembentukan
generasi yang akan datang, selain itu pendidikan diharapkan dapat membentuk
serta menghasilkan manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing dalam
pembangunan berkelanjutan. Mengingat akan pentingnya penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu, maka menurut Zainuddin (2008: 2) suatu proses
pendidikan perlu didukung oleh sumber-sumber, antara lain:
a. Pertama, warga belajar seperti siswa, murid/anak didik.
b. Kedua, sumber belajar seperti guru, tutor, kepala sekolah, staf ketatausahaan.
c. Ketiga, pamong belajar seperti pemilik, pengurus.
d. Keempat, tempat belajar seperti ruang kelas, kantor, tempat bermain.
e. Kelima, sarana belajar seperti meja, kursi, buku bacaan, alat laboratorium,
papan tulis.
f. Keenam, ragi belajar seperti metode, dorongan, rangsangan dan harapan.
g. Ketujuh, program seperti kurikulum, jadwal belajar.
h. Kedelapan, kelompok belajar seperti kelas, tingkat.
i. Kesembilan, dana belajar atau biaya pendidikan.
Menurut Sihombing dan Indarjo (2003: 7) yang dikutip oleh Zainuddin
(2008: 3), kualitas pendidikan itu sendiri, meliputi:
a. Produk pendidikan yang dihasilkan berupa persentase peserta didik yang
berhasil lulus dan lulusan tersebut dapat diserap oleh lapangan kerja yang
tersedia atau membuka lapangan kerja sendiri, baik dengan cara meniru yang
sudah ada atau menciptakan yang baru;
b. Proses pendidikan, menyangkut pengelolaan kelas yang sesuai pada kondisi
kelas yang relatif kecil, penggunaan metode pengajaran yang tepat serta
lingkungan masyarakat yang kondusif;
c. Adanya kontrol pada sumber-sumber pendidikan yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Sedangkan menurut Zainuddin (2008: 3),secara umum kualitas pendidikan
diwarnai oleh empat kriteria, yaitu: 1) kualitas awal peserta didik, 2) penggunaan
dan pemilihan sumber-sumber pendidikan yang berkualitas, 3) proses belajar
mengajar, dan 4) output pendidikan. Kualitas pendidikan dapat diimplementasikan
dalam bentuk kualitas pembelajaran dalam sebuah institusi pendidikan. Kriteria-
kriteria dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas dapat diterapkan
langsung dalam proses pembelajaran di kelas sehingga mencapai hasil yang
diharapkan. Dapat dikatakan bahwa pendidikan yang berkualitas sangat erat
kaitannya dengan kualitas pembelajaran di sebuah institusi pendidikan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hakekat kualitas pendidikan adalah sebuah
filsosofis dan metodologis, tentang (ukuran) dan tingkat keberhasilan dalam
penyelenggaraan pendidikan yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar
guna mencapai hasil yang diharapkan secara efektif dan efisien.
4. Peningkatan Kualitas Pendidikan
Pendidikan yang berkualitas adalah motto dari arus globalisasi. Sementara
itu kualitas pendidikan nasional di negara kita belum merata karena masih adanya
kesenjangan kualitas dalam berbagai jenjang pendidikan. Dalam kehidupan
global, yang berpikiran maju akan lebih berpacu untuk lebih cepat maju,
sedangkan yang terkebelakang akan semakin ketinggalan. Nyoman Sucipta (2005)
mengungkapkan bahwa dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan
mengejar ketertinggalan, beberapa dasar penting telah diletakkan dalam
perjalanan pembangunan pendidikan nasional melalui tahapan-tahapan. Tahap
pertama berkenaan dengan berbagai target kuantitatif dalam pembangunan dan
pada tahap kedua berkaitan dengan cara pengaturan sistem pendidikan nasional.
Kedua tahap ini baru merupakan dasar bagi pembangunan berkelanjutan yaitu
peningkatan kualitas pendidikan.
Peningkatan kualitas pendidikan berkaitan erat dengan peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia,
sumber daya manusianya mengalami kemerosotan dalam hal kualitas.
UNDP sebagai inisiator dan penyelenggara survei HDI di dalam"Human
Development Report 2001" (2001) melaporkan bahwa Indonesia hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
berhasil menempati peringkat 102 dari 162 negara. Dibandingkan dengan
negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam,
Filipina, dan Australia ternyata peringkat Indonesia berada dibawahnya.
Oleh karena HDI terbangun atas indikator ekonomi pendidikan, kesehatan,
dan kependudukan hal itu berarti bahwa tingkat ekonomi, pendidikan,
kesehatan dan kependudukan manusia Indonesia berada di bawah
Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Filipina, dan Australia (Ki
Supriyono, 2003).
Sedangkan, Laporan terbaru data 2007 Badan Dunia untuk Program
Pembangunan (UNDP) menempatkan Indonesia pada urutan ke-111 dari 182
negara dalam perkembangan indeks pembangunan manusia (human development
index/HDI). Peringkat tersebut lebih rendah di banding kebanyakan negara lain di
Asia Tenggara (Rizal Malik, 2009).
Survei tersebut menunjukkan bahwa kualitas SDM di Indonesia terbilang
cukup rendah. Hal ini menunjukkan keterkaitan antara rendahnya kualitas SDM
dengan rendahnya kualitas pendidikan. Peningkatan mutu di bidang pendidikan
berkaitan erat dengan peningkatan mutu di sekolah yang merupakan pusat utama
peningkatan mutu. Menurut Zamroni (2007: 2) dalam Mustakim (2008),
”Peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang terus
menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang
berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai
dengan lebih efektif dan efisien”.
Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia disebabkan oleh banyak
faktor, antara lain manajemen pendidikan, kualitas guru, sarana dan prasarana
yang ada dan peran serta masyarakat. Oleh karena itu, guna meningkatkan kualitas
SDM di Indonesia, langkah yang perlu dilakukan adalah dengan memfokuskan
pada peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu upaya peningkatan kualitas
pendidikan yaitu dengan penerapan TQM (Total Quality Management).
Pengertian TQM dibedakan menjadi dua aspek, yaitu aspek pertama
mendefinisikan TQM sebagai sebuah pendekatan dalam menjalankan usaha
yang berupaya memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan secara
terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi.
Aspek kedua menyangkut cara mencapainya dan berkaitan dengan sepuluh
karakteristik TQM yang terdiri : (a) fokus pada pelanggan (internal dan
eksternal), (b) berorientasi pada kualitas, (c) menggunakan pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
ilmiah, (d) memiliki komitmen jangka panjang, (e) kerja sama tim, (f)
menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan, (g) pendidikan dan
pelatihan, (h) menerapkan kebebasan yang terkendali, (i) memiliki kesatuan
tujuan, (j) melibatkan dan memberdayakan karyawan (Goetsh & Davis,
1994 dalam Eti Rochaety, dkk, 2006:97).
Menurut teori ini, kualitas sekolah ditentukan oleh tiga variabel, yakni
kultur sekolah, proses belajar mengajar, dan realitas sekolah. Kultur sekolah
merupakan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan
berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu
angkatan ke angkatan berikutnya, baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini
diyakini mempengaruhi perilaku seluruh komponen sekolah, yaitu: guru, kepala
sekolah, staf administrasi, siswa, dan juga orang tua siswa (Mustakim, 2008).
Implementasi TQM dapat mencapai kesuksesan apabila memenuhi 4 kriteria,
antara lain:
a. Pertama, program tersebut harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas
dan beorientasi pada kualitas dalam aktivitasnya, termasuk dalam setiap
proses dan produk/jasa.
b. Kedua, program tersebut harus memiliki sifat kemanusiaan yang kuat untuk
menerjemahkan kualitas dalam cara memperlakukan karyawan, selalu
diikutsertakan dan diberi inspirasi.
c. Ketiga, program TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang
memberikan wewenang di semua tingkatan terutama pada lini depan
sehingga antusias keterlibatan dan tujuan bersama menjadi kenyataan dan
bukan sekedar slogan.
d. Keempat, TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua
prinsip, kebijakan dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah-celah
organisasi.
Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan yang berfokus pada
peningkatan kualitas sekolah, TQM membantu sekolah dalam mengelola
manajemen menjadi lebih terpadu dan terarah pada layanan pendidikan yang
bermutu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
5. Pengelolaan Kualitas Pembelajaran
Pembelajaran merupakan padanan dari instruction, yang artinya lebih luas
dari pengajaran. Pembelajaran tidak sekedar proses transfer of knowledge tetapi
juga transfer of value, artinya proses yang dilakukan dalam pembelajaran tidak
sekedar memindahkan ilmu antara guru dengan siswa tetapi sekaligus mendidik
siswa bagaimana menjadi manusia yang memiliki moral dan tingkah laku yang
baik dan benar. Pengertian pembelajaran yang berkaitan dengan sekolah ialah
kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen-
komponen yang berkaitan dengan pembelajaran, sehingga menghasilkan nilai
tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku
(Martinis dan Maisah, 2009:164).
Menurut Udin Saefudin Sa’ud (2008:124), pembelajaran merupakan
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya
proses belajar mengajar siswa, dalam implikasinya bahwa pembelajaran
sebagai suatu proses yang harus dirancang, dikembangkan, dan dikelola
secara kreatif, dinamis, dengan menerapkan pendekatan multi untuk
menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang kondusif bagi siswa.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah pengelolaan sebuah proses
membelajarkan dan mendidik siswa dengan berbagai kompetensi yang ditetapkan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirancang.
Pengelolaan pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran meliputi pengelolaan tempat
belajar/ruang kelas, pengelolaan siswa, pengelolaan kegiatan pembelajaran,
pengelolaan materi pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, dan pengelolaan
strategi dan evaluasi pembelajaran. Menurut Martinis dan Maisah (2009:165), ada
sembilan komponen yang memengaruhi kualitas pembelajaran, antara lain:
a. Siswa, meliputi: lingkungan sosial ekonomi, budaya dan geografis,
intelegensi, kepribadian, bakat dan minat.
b. Guru, meliputi: latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, beban mengajar,
kondisi ekonomi, motivasi kerja, komitmen terhadap tugas, disiplin dan
kreatif.
c. Kurikulum,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
d. Sarana dan Prasarana Pendidikan, meliputi: alat peraga/alat praktik,
laboratorium, perpustakaan, ruang keterampilan, ruang Bimbingan Konseling,
ruang UKS, dan ruang serba guna.
e. Pengelolaan Sekolah, meliputi: pengelolaan kelas, pengelolaan guru,
pengelolaan siswa, sarana dan prasarana, peningkatan tata tertib/disiplin, dan
kepemimpinan.
f. Pengelolaan Proses Pembelajaran, meliputi: penampilan guru, penguasaan
materi/kurikulum, penggunaan metode/strategi pembelajaran, dan
pemanfaatan fasilitas pembelajaran.
g. Pengelolaan Dana, meliputi: perencanaan anggaran (RAPBS), sumber dana,
penggunaan dana, laporan dan pengawasan.
h. Monitoring dan Evaluasi, meliputi: Kepala Sekolah sebagai supervisor di
sekolahnya, pengawas sekolah dan komite sekolah.
i. Kemitraan, meliputi: hubungan sekolah dengan instansi pemerintah, hubungan
dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat, dan lembaga pendidikan lainnya.
Komponen-komponen tersebut jika dikelola dengan baik dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran di sebuah institusi sekolah. Oleh karena itu, sekolah
yang memiliki kualitas yang baik tentunya komponen-komponen di dalamnya
juga berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh
sekolah.
6. Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran
Guru memegang peranan strategis dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa. Guru juga merupakan ujung tombak dari kualitas pendidikan. Peran yang
sangat besar ini membuat kedudukan guru menjadi sangat penting. Adapun tugas
dan tanggung jawab guru dalam mengembangkan profesinya, antara lain:
a. Guru bertugas sebagai pengajar
Guru sebagai pengajar menekankan kepada tugas dalam merencanakan
dan melaksanakan pengajaran sehingga guru dituntuk memiliki seperangkat
pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping menguasai ilmu
atau materi yang akan diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b. Guru bertugas sebagai pembimbing
Tugas guru sebagai pembimbing menekankan pada pemberian bantuan
kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
c. Guru bertugas sebagai administrator kelas
Tugas guru sebagai administrator kelas berkaitan dengan terjalinnya
keharmonisan antara bidang pengajaran dengan bidang lainnya.
d. Guru bertugas sebagai pengembang kurikulum
Tanggung jawab guru sebagai pengembang kurikulum berkaitan
dengan implikasi guru dalam mencari gagasan-gagasan baru, penyempurnaan
praktik pendidikan, khususnya dalam praktik pengajaran.
e. Guru bertugas untuk mengembangkan profesinya
Tanggung jawab guru dalam mengembangkan profesinya merupakan
usaha sadar dari guru dalam melaksanakan profesinya dengan baik dan benar.
Dalam hal ini, guru dituntut untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam melaksanakan pengajaran serta peka terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi, baik pada bidang pendidikan maupun bidang lainnya.
f. Guru bertugas untuk membina hubungan dengan masyarakat.
Tanggung jawab guru dalam membina hubungan dengan masyarakat
berarti guru harus dapat berperan dalam menempatkan sekolah sebagai bagian
integral dalam masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu masyarakat.
Contohnya dengan mengembangkan kegiatan pengajaran melalui sumber-
sumber yang ada di masyarakat, seperti mengundang tokoh masyarakat yang
dianggap memiliki keahlian memberikan ceramah di hadapan siswa dan guru,
membawa siswa untuk mempelajari sumber-sumber belajar yang ada di
masyarakat, guru mengunjungi orang tua siswa untuk memperoleh informasi
keadaan siswa, dan lain-lain (Udin Saefudin Sa’ud, 2009: 33).
Penulis menyimpulkan bahwa peranan guru dalam pembelajaran berkaitan
erat dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam mengembangkan profesinya.
Guru yang dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan
benar adalah guru yang memiliki peran bagi pengembangan siswa, sekolah,
masyarakat dan negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
7. Kualitas Guru dalam Proses Pembelajaran
Kualitas guru berkaitan erat dengan profesionalisme guru, artinya bahwa
guru memiliki komitmen dan dedikasi yang tinggi terhadap dunia pendidikan.
Perwujudan dari profesionalisme guru yakni dengan meningkatkan kompetensi
mengajar dan mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam mengajar.
Udin Saefudin Sa’ud (2009: 49) mengemukakan bahwa guru yang professional
adalah guru yang memiliki seperangkat kompetensi (pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku) yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya.
Kompetensi guru menurut Proyek Pembinaan Pendidikan Guru (P3G) ada
sepuluh, yakni:
a. Menguasai bahan,
b. Mengelola program belajar-mengajar,
c. Menggunakan media/sumber belajar,
d. Menguasai landasan kependidikan,
e. Mengelola interaksi belajar-mengajar,
f. Menilai prestasi belajar,
g. Mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan,
h. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah,
i. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran (Udin
Saefudin Sa’ud, 2009: 50).
Sedangkan kualifikasi guru berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal
28 dan 29 tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, antara lain:
a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Kualifikasi akademik pendidik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau
sertifikat keahlian yang relevan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Pendidik pada SMA/MA sederajat memiliki kualifikasi, antara
lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
1) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (IV) atau
sarjana (S-1).
2) Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.
3) Sertifikat profesi guru untuk SMA/MA.
Pendidikan yang diarahkan pada kualitas tentunya memiliki guru-guru
yang berkualitas. Guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kompetensi di
bidangnya sehingga mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Ukuran kualitas guru dapat dilihat dari tingkat
keprofesionalan guru dalam mengajar dan mendidik siswa di kelas serta bekerja
berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.
8. Program Imersi
a. Pengertian Program Imersi
Latar belakang penyelenggaraan program imersi di Jawa Tengah yaitu
berawal dari studi banding Dinas P dan K Jawa Tengah ke Park High State School
di negara bagian Queensland Australia pada bulan Juli-Agustus 2002. Park High
State School menyelenggarakan kelas dua bahasa yang menggunakan pengantar
bahasa Indonesia. Hal itulah yang kemudian memunculkan gagasan untuk
mengadakan program serupa di Indonesia, namun bahasa pengantar yang
digunakan adalah bahasa Inggris. Program tersebut yang dikenal dengan nama
program imersi.
Imersi berasal dari bahasa Inggris “to immerse“ yang artinya
membenamkan, mencelupkan (Kamus Inggris-Indonesia, 2000-312). Dalam
kajian pembelajaran bahasa asing (bahasa Inggris), immersion class mengandung
pengertian bahwa siswa dapat belajar bahasa Inggris lebih efektif bila mereka
menggunakan bahasa tersebut sebagai alat untuk memperoleh informasi yang
bermakna dan kontekstual. Dalam hal ini, bahasa Inggris bukan sebagai mata
pelajaran semata tetapi digunakan sebagai pengantar dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas pada mata pelajaran lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Penyelenggaran kelas imersi yang efektif memerlukan perencanaan yang
matang dan seksama terkait dengan komponen mikro maupun makro. Komponen
mikro yang perlu disiapkan seperti kompetensi berbahasa Inggris, guru, materi
ajar, LKS, evaluasi, strategi dan teknik mengajar. Sedangkan komponen makro
meliputi, antara lain kebijakan, kelembagaan, koordinasi, dukungan anggaran dan
dukungan dari pihak terkait. Perencanaan kelas imersi yang matang dan
terkoordinir perlu dilakukan agar sesuai dengan maksud dan tujuan
penyelenggaraan kelas imersi yaitu sebagai salah satu upaya mewujudkan
pendidikan berkualitas di Provinsi Jawa Tengah.
b. Maksud dan Tujuan Penyelenggaraan Imersi
Maksud dari penyelenggaraan imersi adalah:
1) Meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pada umumnya dan Jawa
Tengah pada khususnya dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia menghadapi globalisasi.
2) Menghasilkan SDM yang berkualitas dan mempunyai daya saing global
melalui penguasaan bahasa Inggris.
3) Melaksanakan amanah pemerintah dan/atau pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua
jenjang pendidikan yang bertaraf internasional.
Sedangkan tujuan penyelenggaraan kelas imersi adalah:
1) Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris bagi para guru, tenaga
kependidikan dan siswa.
2) Meningkatkan kompetensi lulusan siswa dalam penguasaan IPTEK.
3) Mengembangkan potensi sekolah beserta SDM yang dimiliki untuk
menciptakan keunggulan kompetitif.
c. Penyelenggaraan Program Imersi
Dalam menyelenggarakan program imersi, ada hal-hal yang perlu
diperhatikan dan dilaksanakan oleh sekolah penyelenggara kelas imersi. Adapun
hal-hal tersebut, antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
1) Desain Kelas Imersi
Desain kelas Imersi, meliputi:
a) Rancangan kelas
(1) Jumlah rombongan belajar/kelas imersi maksimal 24 orang. Jumlah siswa
yang kecil ini diharapkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif yang
akan mempercepat pemerolehan (acquisition) bahasa Inggris.
(2) Kelas imersi didukung oleh berbagai fasilitas pendukung program imersi
yang memadai (seperti kamus khusus, referensi yang sesuai, alat bantu ajar
dan sebagainya). Selain itu kelas juga harus diatur agar mendukung
terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien yang mengacu
pada pendekatan yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
b) Persyaratan penyelenggaraan kelas imersi
Persyaratan kelas imersi yaitu memperoleh rekomendasi dari Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Rekomendasi tersebut merupakan penilaian
terhadap:
(1) Standar Kompetensi Lulusan
Kompetensi kelulusan masing-masing mata pelajaran sekurang-kurangnya
mencapai 7,00.
(2) Standar Isi Proses Belajar Mengajar, meliputi:
(a) Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional sesuai standar
nasional pendidikan.
(b) Telah mengembangkan KTSP.
(c) Mata pelajaran yang disiapkan menggunakan pengantar bahasa Inggris
mencakup:
a. SMP, meliputi: Matematika, Biologi, Fisika, Sejarah, Geografi,
dan Kertangkes atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
b. SMA, meliputi: Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Geografi,
Ekonomi, Sejarah, dan atau Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
(3) Proses Belajar Mengajar, meliputi:
(a) Pendekatan kelas imersi menggunakan pendekatan PAKEM
(pendekatan aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan).
(b) Penggunaan metode belajar secara interaktif dan multi arah dengan
siswa sebagai subjek belajar.
(c) Proses belajar kelas imersi sama dengan kelas reguler. Perbedaannya
terletak pada penggunaan bahasa asing (bahasa Inggris) sebagai bahasa
pengantar.
(d) Waktu belajar sama dengan waktu belajar kelas reguler, apabila
diperlukan sekolah dapat menambah jam pelajaran sesuai dengan
kebutuhan.
(e) Jadwal pelajaran ketujuh mata pelajaran yang imersikan disarankan
agar diajarkan pada jam-jam awal dimana kondisi para siswa masih
segar dan kelas imersi tetap mengikuti kalender pendidikan nasional.
(f) Buku pelajaran yang digunakan untuk kelas imersi adalah buku teks
yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku yang telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris maupun buku-buku lain yang belum
diterjemahkan dalam bahasa Inggris
(4) Tenaga Pendidik dan Kependidikan, meliputi:
(a) Mampu menggunakan bahasa Inggris secara aktif sebagai bahasa
pengantar dalam proses pembelajaran yang dinilai oleh tim
pengembang kelas imersi provinsi Jawa Tengah.
(b) Mampu menyusun rencana pengajaran dan silabus dalam bahasa
Inggris.
(c) Mampu menyusun materi ajar dalam bahasa Inggris.
(d) Mampu menyusun instrument penilaian yang diperlukan dalam bahasa
Inggris.
(e) Memiliki kualifikasi pendidikan SI/D4.
(f) Memiliki sertifikat pelatihan bahasa Inggris.
(g) Rasio guru berbanding siswa adalah 1:25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
(h) Tenaga kependidikan dalam jangka panjang mampu memberikan
layanan dan informasi pendidikan bahasa Inggris.
(5) Sarana dan Prasarana, meliputi:
(a) Memiliki ruang kelas yang memadai sesuai dengan standar nasional
pendidikan.
(b) Memiliki sarana dan prasarana penunjang pembelajaran sesuai standar
nasional pendidikan.
(6) Standar Pengelolaan, meliputi:
(a) Terakreditasi A oleh badan akreditasi provinsi sekolah/madrasah.
(b) Memiliki perencanaan sekolah.
(c) Didukung oleh masyarakat dibuktikan dengan surat dukungan komite
sekolah.
(7) Standar Pembiayaan, meliputi:
(a) Pembiayaan kelas imersi bersumber dari pemerintah/pemerintah
daerah.
(b) Guna akselerasi peningkatan mutu, dimungkinkan dukungan dan
partisipasi pembiayaan yang bersumber dari orang tua dan masyarakat.
(8) Standar Penilaian
Penilaian kelas imersi menggunakan penilaian nasional sesuai standar
nasional pendidikan.
3) Manajemen program Imersi
Penyelenggaraan kelas Imersi juga memerlukan persiapan yang matang.
Oleh karena itu, perlu ada upaya-upaya yang dilakukan oleh sekolah guna
mempersiapkan kelas imersi dengan baik termasuk dalam hal pengelolaannya
ketika kelas imersi siap untuk dibuka. Adapun hal-hal yang harus perlu dilakukan
sekolah, antara lain:
a) Perencanaan, meliputi:
(1) Persiapan dan kelayakan sumber daya manusia (SDM)
(a) Siswa, guru, karyawan, wakil kepala sekolah dan kepala sekolah
serta SDM yang terlibat dalam kelas imersi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
(b) Rapat-rapat pendahuluan untuk menentukan unsur-unsur SDM
merupakan persiapan-persiapan yang dilakukan oleh sekolah
penyelenggaraan.
(2) Administrasi
(a) Administrasi kelas imersi sama dengan kelas reguler
(b) Administrasi kelas imersi diusahakan oleh sekolah penyelenggara
ditulis dalam bahasa Inggris, seperti daftar hadir dan satuan
pelajaran.
(3) Struktur organisasi
Struktur organisasi kelas imersi atau tim imersi berada dibawah
struktur organisasi sekolah dan struktur kepala sekolah yang
merupakan ketua tim imersi.
(4) Perekrutan guru
(a) Pemilihan guru kelas imersi dilakukan oleh tim imersi sekolah
penyelenggara.
(b) Guru kelas imersi diutamakan berasal dari sekolah penyelenggara
dan apabila diperlukan sekolah dapat merekrut guru dari luar
sekolah yang bersangkutan.
(5) Seleksi penerimaan siswa
(a) Calon siswa kelas imersi berasal dari bebagai wilayah di
Kabupaten/Kota tempat sekolah penyelenggara
(b) Siswa diseleksi oleh sekolah penyelenggara dan kriteria seleksi
dapat ditentukan oleh sekolah yang bersangkutan.
b) Pengelolaan kelas Imersi, kegiatannya meliputi:
(1) Pembentukan tim imersi
Kepala sekolah bekerjasama dengan dewan guru dan komite sekolah
dari sekolah penyelenggara membutuhkan dan mengangkat tim imersi
sebagai pelaksana kegiatan kelas imersi yang bertugas :
(a) Menyusun program imersi yang meliputi kurikulum, silabi, sistem
pengujian, sarana dan prasarana serta pendanaan
(b) Melaksanakan sosialisasi ke dalam dan ke luar sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(c) Menentukan dan memilih calon siswa kelas imersi
(d) Menyiapkan bahan ajar
(e) Membangun kerjasama dengan lembaga lain pada tingkat lokal,
regional, nasional atau internasional
(f) Mengevaluasi program imersi dan mencari solusi masalah yang
dihadapi
(g) Menyusun laporan kegiatan program kelas imersi.
(2) Koordinasi tim imersi
Koordinasi tim dilaksanakan secara vertikal dan horizontal beserta
kepalasekolah/wakilnya dan kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
kepala Dinas P&K Provinsi bertugas sebagai pelaksana koordinasi
vertikal. Sedangkan wakil kepala sekolah untuk urusan sarana dan
prasarana beserta Humas (hubungan masyarakat), kesiswaan, komite
sekolah, MGMP, Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah/instansi terkait
dan stake holder nya bertugas sebagai pelaksana koordinasi horisontal.
(3) Kegiatan kelas
(a) Kegiatan tambahan berupa pembelajaran dengan bahasa pengantar
bahasa Indonesia dapat dilaksanakan untuk semua mata pelajaran
imersi.
(b) Evaluasi hasil belajar siswa pelaporannya ditulis dalam bahasa
Inggris, sedangkan buku rapor tetap dalam bahasa Indonesia.
c) Pelaksanaan kegiatan
Hal-hal yang menunjang pelaksanaan program imersi, antara lain:
(1) Sosialisasi kelas imersi
(a) Sekolah atau tim imersi melakukan sosialisasi secara internal
melalui tatap muka langsung atau tidak langsung lewat media
massa.
(b) Sosialisasi internal ditujukan kepada semua warga sekolah dan
komite sekolah, sedangkan sosialisasi eksternal ditujukan kepada
stake holder pendidikan, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat
pendidikan, Pemda dan lembaga atau instansi terkait lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
(2) Pelatihan bahasa Inggris
(a) Sekolah menyelenggarakan pelatihan bahasa Inggris bagi guru-
guru kelas imersi sekurang-kurangnya selama enam bulan dan
dilaksanakan sekurang-kurangnya dua kali seminggu selama 90
menit untuk setiap pertemuannya dibawah koordinasi tim imersi
Provinsi, Kabupaten/Kota sebelum membuka kelas imersi.
(b) Pengajar dalam pelatihan bahasa Inggris bagi guru-guru kelas
imersi berasal dari perguruan tinggi atau lembaga bahasa yang
ditunjuk oleh tim imersi sekolah.
(c) Pada periode enam bulan berikutnya, sekolah menyelenggarakan
peer dan micro teaching bagi guru yang telah mengikuti pelatihan
bahasa Inggris.
d) Pengawasan
Hal-hal yang berkaitan dengan pengawasan kelas imersi, antara lain:
(1) Pelaksanaan pengawasan
Pengawasan kegiatan kelas imersi dilaksanakan oleh satu tim yang
terdiri dari unsur-unsur:
(a) Internal
Dinas P&K Provinsi Jateng membutuhkan tim khusus untuk
melakukan pengawasan yang terdiri dari unsur-unsur:
1) Dinas P&K Provinsi Jateng
2) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
3) Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota
4) Perguruan Tinggi
5) Lembaga bahasa asing
6) Pengawas SMP/SMA Kabupaten/Kota
7) Komite sekolah penyelenggara kelas imersi
(b) Eksternal
Pengawasan dilakukan secara langsung dan terus menerus tanpa
adanya tim khusus yang terdiri dari :
1) Masyarakat sekitar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Orang tua/wali siswa
3) Unsur legislatif Kabupaten/Kota.
(2) Obyek Pengawasan
Meliputi pelaksanaan belajar mengajar, kurikulum, personalia,
evaluasi, keuangan, dan fasilitas.
(3) Tujuan pengawasan
(a) Untuk mengetahui jalannya pelaksanaan kelas imersi
(b) Untuk mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan kegiatan kelas
imersi.
(c) Untuk memberikan masukan guna meningkatkan kualitas
pelaksanaan kegiatan kelas imersi.
(4) Jenis pengawasan
Pengawasan dalam kegiatan kelas imersi dilaksanakan secara langsung
baik secara internal maupun secara eksternal.
(5) Metode pengawasan
Meliputi pengamatan, kuesioner dan wawancara.
(6) Pelaporan hasil pengawasan
Kepada Dinas P&K Provinsi Jawa Tengah dengan tembusan kepada
semua pihak yang terkait hasil pengawasan dilaporkan secara
berkelanjutan sekurang-kurangnya tiga kali dalam satu semester, yaitu
semester awal, pertengahan dan akhir semester.
Penyelenggaraan kelas Imersi membutuhkan banyak persiapan yang
matang sehingga pencapaian hasil yang diharapkan dari adanya kelas imersi dapat
optimal. Sekolah juga perlu melakukan evaluasi terus-menerus untuk
meningkatkan kualitas kelas imersi karena kelas imersi bukan hanya fokus pada
pengajaran bahasa Inggris, tetapi kompetensi dasar siswa juga harus terpenuhi.
(Sumber: Dinas P&K Provinsi Jawa Tengah dalam Pedoman Pelaksanaan
Program Imersi SMA Negeri 4 Surakarta)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
4) Komponen Pokok Pengembangan Pembelajaran Imersi
Pada dasarnya, pembelajaran dalam Bahasa Inggris menggunakan
pendekatan sistem sehingga sekolah dipandang sebagai sistem. Sekolah sebagai
sistem yang tersusun dari komponen-komponen baku dan saling terkait untuk
mencapai tujuan, yaitu konteks, input, proses, output, dan outcome.
a) Konteks
Konteks adalah eksternalitas sekolah yang berpengaruh terhadap
penyelenggaraan pendidikan dan karenanya harus diinternalisasikan ke sekolah.
Sekolah yang mampu menginternalisasikan konteks ke dalam dirinya akan
membuat sekolah sebagai bagian dari konteks dan bukannya mengisolasi darinya.
Konteks meliputi kemajuan ipteks, nilai dan harapan masyarakat, dukungan
pemerintah, tuntutan globalisasi dan otonomi, tuntutan pengembangan diri, dan
sebagainya.
b) Input
Input adalah segala hal yang diperlukan untuk berlangsungnya proses.
Input yang dimaksud meliputi harapan sekolah (visi, misi, tujuan), kurikulum,
ketenagaan, peserta didik, sarana dan prasarana, dana, peraturan perundang-
undangan termasuk regulasi sekolah, struktur organisasi yang disertai deskripsi
tugas dan fungsi, dan sistem administrasi.
c) Proses
Proses adalah kejadian berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain.
Sesuatu yang diperlukan untuk berlangsungnya proses disebut input dan sesuatu
dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (sekolah),
proses yang dimaksud meliputi proses belajar mengajar, manajemen sekolah, dan
kepemimpinan sekolah.
d) Output
Output merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah
yang dihasilkan dari proses pendidikan di sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur
dari segi kualitas, efektivitas, produktivitas, efisiensi, dan inovasi dalam proses
penyelenggaraan sekolah. Khusus yang berkaitan dengan kualitas dapat dijelaskan
bahwa output sekolah dikatakan berkualitas tinggi jika prestasi sekolah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
khususnya prestasi belajar peserta didik, menunjukkan pencapaian yang tinggi
dalam prestasi akademik (ulangan umum, UAN, lomba karya ilmiah, dan lomba-
lomba akademik lainnya) dan prestasi non-akademik (IMTAQ,
karakter/kepribadian, keolahragaan, keseniaan, keterampilan vokasional,
kepramukaan, dsb.)
e) Outcome
Outcome adalah dampak tamatan setelah kurun waktu agak lama.
Outcome pendidikan meliputi kesempatan melanjutkan sekolah, kesempatan
kerja, pengembangan diri, dan pengembangan sosial dan ekonomi masyarakat.
Untuk mengetahui outcome, sekolah harus melakukan studi penelusuran tamatan.
Kerangka sekolah sebagai sistem dapat dilihat pada Tabel 1, sebagai
berikut:
Tabel 1. Sekolah sebagai sistem
Komponen Sub-Komponen
Konteks
1. Tuntutan pengembangan diri dan peluang tamatan
2. Dukungan pemerintah dan masyarakat
3. Kebijakan pemerintahan
4. Landasan hukum
5. Kemajuan ipteks
6. Nilai dan harapan masyarakat
7. Tuntutan otonomi
8. Tuntutan globalisasi
Input
1. Visi, misi, tujuan
2. Kurikulum
3. Ketenagaan
4. Peserta didik
5. Sarana dan Prasarana
6. Pembiayaan
7. Regulasi sekolah
8. Organisasi
9. Administrasi
10. Peran serta masyarakat
11. Budaya sekolah
Proses
1. Proses Belajar Mengajar
2. Manajemen
3. Kepemimpinan
Output
1. Prestasi akademik
2. Prestasi non-akademik
3. Angka mengulang
4. Angka putus sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Outcome
1. Kesempatan pendidikan
2. Kesempatan kerja
3. Pengembangan diri
Sumber: http://www.smpn1bantul.net
4) Model-Model Pembelajaran dalam Bahasa Inggris
Implementasi pembelajaran dalam bahasa Inggris harus menghindari
dihasilkannya lulusan dengan bahasa Inggris kelas dua karena jeleknya tatabahasa
dan ucapan. Perlu diperhatikan beberapa hal agar program pembelajaran dalam
bahasa Inggris dapat diimplementasikan dengan tingkat pencapaian yang tinggi
dalam kompetensi bidang studi maupun kompetensi dalam bahasa Inggris.
Tingkat pencapaian kompetensi yang tinggi dalam bahasa Inggris ditandai dengan
keterampilan berbahasa Inggris yang lancar dan akurat, baik dari segi tatabahasa
maupun ucapan.
Beberapa negara yang telah mengimplementasikan program semacam ini
(misalnya Kanada, Australia, Hongaria, Firlandia, dan Hongkong) dengan guru
yang kompetensinya dalam bahasa target tinggi (bahkan dengan penutur asli) dan
sarana pendukung yang memadai pada umumnya melaporkan hasil bahwa:
a) Capaian kompetensi dalam bidang studi di kelas tersebut sebanding dengan
kelas reguler.
b) Penguasaan yang tinggi dan seimbang dalam bahasa target (bahasa yang
hendak dikuasai) dan bidang studi biasanya sulit dicapai secara bersamaan.
Artinya, pencapaian yang tinggi dalam satu aspek cenderung dibarengi oleh
pencapaian yang agak rendah dalam aspek lainnya. Apabila pencapaian
kompetensi dalam bahasa target tinggi, pencapaian kompetensi dalam bidang
studi tidak setinggi pencapaiannya dalam bahasa target dan sebaliknya.
c) Penguasaan bahasa lulusan/siswa dalam bahasa target jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan lulusan/siswa yang mengikuti kelas reguler, tetapi tidak
sepadan dengan kemampuan penutur asli karena diwarnai oleh sejumlah
kesalahan tatabahasa dan ucapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Agar pencapaian kompetensi dalam bidang studi dan bahasa Inggris
tinggi dan seimbang, perlu upaya pengembangan program-program pendukung
secara nyata seperti:
a) Penciptaan suasana akademik dan sosial yang mendukung
b) Penyelenggaraan Bridging Course bahasa Inggris
c) Penyediaan Self-Access Learning Centre
Selain itu perlu dikembangkan model pembelajaran dalam bahasa
Inggris yang sesuai dengan ciri dan karakter yang ada pada sekolah pelaksana
program. Model pembelajaran bahasa Inggris yang baik adalah model yang
memfasilitasi pencapaian kompetensi yang tinggi dalam bidang studi dan dalam
bahasa Inggris (subject matter and language) dan keduanya diberi perhatian
secara proporsional. Focus on language sangat penting untuk menghindarkan
siswa dari fosilisasi, yaitu pemerolehan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah
bahasa Inggris sebagaimana digunakan oleh penutur asli bahasa Inggris.
Pembelajaran imersi pada umumnya dibagi menjadi dua model, yakni :
a) Terpisah (parallel)
Dalam model ini, perkembangan bahasa siswa difasilitasi melalui
kegiatan penunjang di luar pembelajaran dalam Bahasa Inggris yang diikuti siswa
di sekolah. Idealnya sebelum siswa mempelajari pokok bahasan tertentu, siswa
sudah diperkenalkan dengan bahasa (kosa kata, tata bahasa, ekspresi, dsb.) yang
akan dipergunakan dalam mempelajari pokok bahasan tersebut. Model ini cocok
bagi sekolah yang guru memiliki pengetahuan kebahasaan yang terbatas dan
team-teaching antara guru bahasa Inggris dan guru mata pelajaran tidak dapat
berjalan dengan baik. Dalam model ini pembelajaran dalam bahasa Inggris
berlangsung dengan tahapan-tahapan pembelajaran seperti pada pembelajaran
pada umumnya. Namun, model ini agak mahal dan memerlukan waktu cukup
banyak tetapi efektif dalam pencapaian tujuan (peningkatan kemahiran berbahasa
Inggris).
b) Terpadu (integrated)
Sedangkan dalam model ini, perkembangan bahasa siswa difasilitasi
secara terpadu dalam pembelajaran bahasa Inggris.. Model ini cocok/sesuai untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
guru dengan pengetahuan kebahasaan tinggi. Secara umum, pembelajaran terbagi
menjadi tiga tahap utama, yaitu tahap persiapan (Preparation), tahap
pembelajaran (The Lesson), dan tahap penguatan/pengayaan
(Reinforcement/enrichment) (http://www.smpn1bantul.net, 3 Januari 2010).
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan alur berfikir yang digunakan dalam
penelitian ini, yang digambarkan secara menyeluruh dan sistematis setelah
mempunyai teori yang mendukung penelitian ini, maka dapat dibuat suatu
kerangka berfikir sebagai berikut :
Arus globalisasi membawa perubahan di segala sektor kehidupan.
Perubahan tersebut dimaksudkan yaitu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi. Salah satu sektor tersebut yaitu pada bidang pendidikan. Kemajuan
yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi informasi menuntut dunia
pendidikan untuk dapat menyesuaikan diri dalam proses penyelenggaan
pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan diarahkan pada peningkatan mutu
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman. Di era globalisasi saat
ini, dalam meningkatkan kualitas pembelajaran perlu adanya reformasi
pendidikan.
Proses pendidikan yang bermutu adalah proses pembelajaran yang
bermutu. Output pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang memiliki
kompetensi yang disyaratkan, sedangkan outcome pendidikan yang bermutu
adalah lulusan yang mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi atau
terserap pada dunia kerja atau dunia industri. Aspek-aspek tersebut
diimplementasikan ke dalam upaya peningkatan mutu di bidang pendidikan
terutama sekolah. Salah satu bentuk implementasinya yaitu dengan
penyelenggaran program imersi.
Program imersi adalah program penyelenggaraan pendidikan yang dalam
proses belajar mengajarnya menggunakan pengantar bahasa Inggris. Bahasa
Inggris merupakan perantara komunikasi di dunia Internasional, dengan
menguasai Bahasa Inggris dapat memudahkan kita berhubungan dengan negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
lain sehingga kita dapat mengadopsi berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi dari luar negeri. Oleh karena itu, adanya program imersi
menjadi pembuka jalan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam program
imersi, Bahasa Inggris bukan sebagai mata pelajaran semata, tetapi sebagai bahasa
pengantar dalam proses pembelajaran mata pelajaran lainnya..Mata pelajaran yang
menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris yaitu Matematika, Biologi,
Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Pembelajaran Imersi menggunakan pendekatan PAKEM (Pendekatan aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan), dilakukan secara interaktif dan proses belajar
mengajar maupun kurikulumnya sama dengan program reguler. Salah satu
sekolah yang menyelenggarakan kelas imersi yaitu SMA Negeri 4 Surakarta.
Sekolah yang menyelenggarakan kelas imersi bukan berarti
mengenyampingkan kelas reguler karena kelas reguler juga merupakan acuan
mutu sekolah di tingkat nasional sehingga pengelolaan kedua kelas harus
seimbang. Keseimbangan pengelolaan kedua kelas merupakan ukuran kualitas
sekolah baik di tingkat nasional maupun tingkat internasional, dengan harapan
tidak terjadi ketimpangan antara masing-masing kelas apabila dilihat dari input,
proses, output, serta outcome-nya. Sedangkan ukuran kualitas pembelajaran dapat
dilihat dari penyediaan sarana dan prasarana, guru yang mengajar, input siswa,
dan penyelenggaraan proses belajar mengajar, serta prestasi akademik siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Peningkatan Kualitas
Sekolah
Kualitas Pembelajaran
ditinjau dari:
1. Sarana dan Prasarana
yang tersedia.
2. Kualitas Guru
3. Input Siswa
4. Proses Belajar Mengajar
5. Capaian Prestasi
Akademik Siswa
Penyelenggaraan
Kelas Imersi
Penyelenggaraan
Kelas Reguler
Pengelolaan kedua program
di masa depan yang
lebih baik dan seimbang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pemilihan metode penelitian yang tepat sangatlah menentukan
keberhasilan penelitian. Data yang diperoleh dari hasil penelitian seorang peneliti
ditentukan oleh tepat tidaknya memilih serta bagaimana menggunakan metode
dalam suatu penelitian.
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 4 Surakarta, Tahun Ajaran
2009/2010. Alasan yang mendasari pelaksanaan penelitian di tempat ini adalah:
a. Tersedianya data-data yang mendukung kelancaran penelitian yang
dilakukan, sehingga memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian.
b. Sekolah tersebut memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan
penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian terhadap permasalahan yang telah dirumuskan di depan
dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan, dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 2. Kegiatan Penelitian
No Keterangan Tahun 2010
Februari Maret April Mei Juni
1 Pengajuan judul
2 Pengajuan proposal
3 Ijin Penelitian
4 Pengumpulan Data
5 Analisis Data
6 Penyusunan Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Dalam mengkaji sebuah permasalahan secara utuh dan lengkap diperlukan
suatu pendekatan permasalahan melalui bentuk penelitian yang tepat. Bentuk
penelitian yang tepat akan mencerminkan kedalaman materi permasalahan yang
disajikan. Penelitian ini menggunakan bentuk deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada dengan memperhatikan
karakteristik, kualitas, serta keterkaitan antar kegiatan (Nana Syaodih S., 2009:
72).
Dari definisi-definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa penelitian
deskriptif kualitatif adalah suatu metode penelitian guna meneliti fenomena atau
kenyataan sosial yang lebih menekankan pada proses bukan pada hasil penelitian
sehingga obyek-obyek yang akan diteliti menjadi lebih jelas apabila diamati
dalam proses.
2. Strategi Penelitian
Agar penelitian dapat mencapai hasil yang optimal, diperlukan suatu
strategi penelitian. Strategi penelitian merupakan teknik pengumpulan dan
menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien serta sesuai
dengan tujuan penelitian.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tunggal terpancang.
Strategi tunggal terpancang mengandung pengertian: tunggal dalam arti hanya ada
satu ruang lingkup lokasi penelitian yaitu SMA N 4 Surakarta, sedangkan
terpancang pada tujuan penelitian maksudnya bahwa apa yang harus diteliti
dibatasi pada aspek-aspek yang sudah dipilih sebelum melaksanakan penelitian
lapangan. Dalam penelitian ini terpancang pada tujuan untuk mengetahui
bagaimana kualitas pembelajaran kelas imersi dan kelas reguler pada SMA N 4
Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
C. Sumber Data
Sumber data merupakan sumber dimana data dapat diperoleh. Data tidak
akan diperoleh tanpa adanya sumber data. Dalam memilih sumber data, peneliti
harus benar-benar berfikir mengenai kemungkinan kelengkapan informasi yang
akan dikumpulkan dan juga validitasnya.
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan
dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh. Dengan
pengamatan yang terus-menerus tersebut mengakibatkan variasi data
tinggi sekali ( Sugiyono, 2007: 333)
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kualitas
pembelajaran kelas reguler dan kelas imersi ditinjau dari komponen-
komponennya pada SMA N 4 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 sehingga peneliti
menggunakan sumber data, sebagai berikut:
1. Informan
Informan dalam hal ini memberikan keterangan yang berupa kata-kata.
Berdasarkan kata-kata tersebut kemudian dianalisa dan hasil akhirnya ditarik
kesimpulan kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Informan yang dipilih
peneliti adalah:
a. Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Surakarta
b. Wakasek bidang kurikulum
c. Wakil bidang imersi
d. Wakasek bidang humas
e. Wakasek bidang sarana dan prasarana
f. Guru pengajar kelas reguler dan imersi
g. Siswa kelas reguler dan imersi
2. Dokumen
Dokumen yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain rekaman
hasil wawancara, dokumen yang berupa buku, arsip, data tentang nilai akademik
siswa serta dokumen-dokumen lain yang dianggap berhubungan dengan masalah
yang sedang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
D. Teknik Sampling
Teknik sampling digunakan untuk menyeleksi atau memfokuskan
permasalahan agar pemilihan sampel lebih mengarah pada tujuan penelitian.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi,
sedangkan teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel tersebut
(Sugiyono, 2007: 118). Menurut Nana Syaodih S. (2009: 252), pengambilan
sampel atau teknik sampling merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan
jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau
objek penelitian. Tujuan dari penentuan sampel ialah untuk memperoleh
keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian
dari populasi, suatu reduksi terhadap jumlah objek penelitian, serta
mengemukakan dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan untuk menarik
generalisasi dari hasil penyelidikan ( Mardalis, 2002: 55).
Dalam penelitian ini, sampel yang diambil tidak mutlak jumlahnya, artinya
sampel yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang mempunyai tujuan atau
dilakukan dengan sengaja, cara penggunaan sampel ini diantara populasi sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal
sebelumnya (Mardalis, 2002: 58). Teknik ini merupakan teknik penentuan sampel
yang sumber datanya berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti. Dengan
menggunakan teknik-teknik tersebut, peneliti berusaha memperoleh data dari
informan yang dianggap mengerti permasalahan yang diteliti serta pemilihan
informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dalam pengumpulan data.
Sampel juga diambil dari berbagai sumber dan dapat dipilih lagi untuk
memperluas dan menambah informasi yang telah diperoleh sehingga dapat saling
mengisi. Sampel penelitian ini adalah:
1. Guru yang mengajar di kelas reguler dan kelas imersi SMA Negeri 4
Surakarta.
2. Siswa kelas reguler dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
3. Proses belajar mengajar di kelas reguler dan kelas imersi SMA Negeri 4
Surakarta.
4. Nilai akademik siswa reguler dan siswa imersi SMA Negeri 4 Surakarta.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk
mendapatkan data yang diperlukan dengan menggunakan alat tertentu. Untuk
memecahkan permasalahan dengan tuntas, dalam penelitian ini diperlukan data
yang valid dan reliabel. Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel, teknik
pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk
percakapan. Menurut Sugiyono (2007: 194), ”Wawancara merupakan teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Sedangkan, Mardalis (2002: 64) menyatakan bahwa wawancara merupakan suatu
teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-
keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang
yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti
Dari pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa wawancara adalah
teknik pengumpulan data dengan melakukan percakapan atau dialog antara dua
pihak, sehingga diperoleh keterangan yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik wawancara dengan terlebih dahulu menyusun
kerangka pertanyaan yang relevan dengan permasalahan. Kerangka pertanyaan
tersebut dimaksudkan sebagai pedoman sehingga dalam melaksanakan wawancara
meskipun informan dibebaskan untuk menjawab tetapi tetap mengarah pada
maksud dari pewawancara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data berupa
peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar. Sugiyono (2007:
203) mengungkapkan bahwa teknik pengumpulan data dengan observasi
digunakan bila penelitian berkenaan denga perilaku manusia, proses kerja, gejala-
gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Sedangkan
observasi menurut pendapat Mardalis (2002: 63) yaitu merupakan hasil perbuatan
jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan
tertentu yang diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang
keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan
mencatat.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan observasi partisipan yang
pasif dan terstruktur untuk mengamati perilaku yang muncul di lokasi penelitian
yaitu SMA Negeri 4 Surakarta. Dalam teknik observasi partisipan yang pasif dan
terstruktur, peneliti telah merancang secara sistematis, tentang apa yang akan
diamati dan di mana tempatnya serta peneliti sifatnya hanya mengamati fenomena
dan tidak terlibat secara langsung dalam aktivitas yang sedang diamati.
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi menurut Nana Syaodih S. (2009: 221) merupakan suatu
teknik pengumpulan data dengan menghimpun data dan menganalisis dokumen-
dokumen, baik dokumen tertulis, maupun eletronik sesuai dengan tujuan dan
fokus masalah. Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data yang akan
digunakan dan data tersebut masih valid atau tidak sehingga pengumpulan data
dengan teknik dokumentasi perlu diperhatikan orisinil atau tidaknya dokumen
tersebut.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode dokumentasi
untuk mengumpulkan data berupa catatan-catatan yang berhubungan dengan
pedoman pelaksanaan program imersi, kualitas siswa reguler dan siswa imersi
ditinjau dari nilai akademiknya, standar kualifikasi guru yang mengajar di reguler
dan imersi, dan data-data lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
F. Validitas Data
Guna memantapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data
yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu. Sedangkan dalam penelitian ini,
teknik pemeriksaan data dilakukan dengan cara trianggulasi. Pengertian
trianggulasi menurut Sugiyono (2007: 330) yaitu teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada sekaligus menguji kredibilitas data.
Terdapat dua macam teknik trianggulasi yang digunakan peneliti, yaitu:
1. Trianggulasi metode
Dalam trianggulasi metode, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber
yang sama. Peneliti menggunakan metode wawancara mendalam, observasi
partisipatif pasif, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak.
2. Trianggulasi sumber
Dalam trianggulasi sumber, peneliti mengumpulkan data dari sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2007:330).
Penelitian dengan trianggulasi teknik dan sumber akan dimulai dari
pencarian informasi tentang proses penyelenggaraan kelas imersi dan kelas
reguler pada bagian kurikulum SMA Negeri 4 Surakarta. Selain itu, peneliti juga
akan menggunakan narasumber berbeda-beda diantaranya, Wakil bidang imersi,
Wakasek Kurikulum, Wakasek Humas, Wakasek Sarana dan Prasarana guru yang
mengajar di kelas reguler dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta, siswa kelas
reguler dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta, proses belajar mengajar di
kelas reguler dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta, nilai akademik siswa
reguler dan siswa imersi SMA Negeri 4 Surakarta.
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pola
penelitian induktif yang diolah dengan teknik saling terjalin atau interaktif
mengalir. Teknik interaksi mengalir yaitu model analisis yang menyatu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
proses pengumpulan data dalam suatu rangkaian tertentu atau merupakan suatu
siklus. Proses analisis data dengan model interaktif meliputi tiga komponen,
antara lain:gerak diantara tiga aspek yang meliputi reduksi data, penyajian data,
dan kesimpulan.
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:104
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan selama data yang dibutuhkan belum
memadai, dan akan dihentikan apabila data-data yang diperlukan telah memadai
untuk mengambil keputusan. Data kualitatif terutama terdiri dari kata-kata, bukan
angka-angka. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi maupun
dokumentasi tersebut dikumpulkan menjadi satu untuk diproses lebih lanjut.
2. Reduksi Data
Selama mengadakan penelitian, proses reduksi dimulai dengan pengajuan
tentang pertanyaan-pertanyaan dan tentang cara pengumpulan data yang akan
digunakan peneliti. Melakukan reduksi data dengan cara mengambil data yang
sekiranya dapat diolah lebih lanjut untuk disajikan sebagai hasil laporan untuk
mempertegas, memperpendek, memfokuskan dari hal-hal umum ke khusus
sehingga memudahkan peneliti dalam membuat kesimpulan pada akhir penelitian.
3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan agar data yang tertumpuk dapat terorganisir
dengan baik sehingga memudahkan peneliti untuk mengetahui gambaran
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian.
4. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
Data yang diperoleh dari penelitian kemudian dibuat suatu kesimpulan.
Kesimpulan ini mula-mula bersifat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan
bertambahnya data, kesimpulan akan lebih grounded. Jadi, kesimpulan senantiasa
harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Untuk lebih jelasnya, berikut ini peneliti sajikan skema model analisis
interaktif:
Gambar 2. Model Analisis Interaktif
(Sumber : Matthew B. Miles & A. Michael Huberman (1984) dalam
Sugiyono (2007: 338) )
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan dalam penelitian dari awal
sampai selesai. Prosedur penelitian ini terdiri atas beberapa tahap kegiatan, antara
lain :
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap ini dilakukan mulai dari pembuatan usulan penelitian, menyusun
rancangan penelitian, memilih obyek penelitian, hingga pencarian berkas
perizinan lapangan.
2. Tahap Kegiatan Lapangan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu menggali data yang relevan
dengan tujuan penelitian. Peneliti sudah terjun ke lokasi penelitian untuk
memahami latar penelitian dan persiapan diri memasuki lapangan serta sambil
mengumpulkan data.
Data Collection
Data
Reduction
Data Display
Conclusion:
drawing/verifying
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3. Tahap Analisis Data
Tahap ini dilakukan setelah penggalian data dianggap cukup untuk
memenuhi tujuan penelitian, data kemudian dianalisis kembali menjadi lebih
mendalam kemudian ditarik sebuah kesimpulan dari analisis tersebut.
4. Tahap Penulisan Laporan
Kegiatan dalam tahap ini, antara lain:
a. Menyusun konsep laporan.
b. Review konsep laporan atas dasar saran dari pembimbing.
c. Perbaikan konsep dan penyusunan laporan akhir.
d. Penggandaan laporan, legalisasi, dan pelaporan kepada pihak yang terkait.
Untuk lebih memudahkan dalam melakukan penelitian, peneliti
menyajikan bagan prosedur penelitian sebagai berikut:
Gambar 3. Prosedur Kegiatan Penelitian
Proposal
Perbanyakan
Laporan
Penulisan
Laporan
Analisis
Akhir
Pengumpulan data
dan Analisis Awal
Penarikan
Kesimpulan
Persiapan
Pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 4 Surakarta
SMA Negeri 4 Surakarta pada awalnya merupakan sekolah swasta yang
bernama SMA Bagian C yang didirikan oleh Drs. G. P. H. M. Prawironegoro pada
tahun 1946. SMA Bagian C resmi menjadi SMA Negeri 3 Bagian C berdasarkan
SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 7371/13/1950 tanggal 2 September
1950, dengan kepala sekolah G. P. H. M. Prawironegoro dan dibantu wakil kepala
sekolah Drs. Kabul Dwijolaksono.
Gedung yang ditempati SMA Negeri 3 Bagian C yaitu SD Kesatriyan
Baluwarti pada tahun 1950 sampai dengan tahun 1951, selanjutnya dari tahun
1951 sampai 1958 menempati dua lokasi, yaitu gedung SMP Kristen Banjarsari
dan Gedung SMP Negeri 4 Surakarta. SMA Negeri Bagian C dari tahun ke tahun
mulai menampakkan peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Terbukti dari daya tampung SMA ini yang semakin meningkat, maka Menteri P
dan K mengeluarkan SK No. 4083/B III tanggal 5 Agustus 1955 yang berisikan
bahwa SMA Negeri 3 Bagian C dipecah menjadi dua bagian, yaitu:
a. SMA Negeri 4 Bagian C dengan Kepala Sekolah Drs. G. P. H. M.
Prawironegoro yang menempati gedung SMP Kristen Banjarsari Surakarta.
b. SMA Negeri 5 Bagian C dengan Kepala Sekolah Drs, Kabul Dwijolaksono
yang menempati gedung SMP Negeri 4 Surakarta.
Kedua SMA tersebut pada bulan Agustus 1958 pindah ke gedung baru di
Jl. LU Adisucipto No.1 Surakarta, sedangkan kegiatan akademik atau proses
belajar mengajar dilaksanakan pada waktu:
a. SMA Negeri 4 Bagian C pada pagi hari jam 07.00 – 12.00 WIB
b. SMA Negeri 5 Bagian C pada siang hari jam 13.00 – 18.00 WIB
Sejak bulan September 1974 untuk SMA Negeri 5 Bagian C menempati
gedung baru di daerah Bibis, Cengklik Surakarta. Sedangkan, SMA Negeri 4
Bagian C lokasinya tetap berada di Jalan LU. Adisucipto No.1, kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
namanya diubah menjadi SMA Negeri 4 Surakarta sampai sekarang. Sampai saat
ini SMA Negeri 4 Surakarta telah mengalami pergantian kepemimpinan, yakni:
a. Drs. G. P. H. M. Prawironegoro (1950 – 1960)
b. K. R. M. T. Tandonegoro (1960 – 1972)
c. Drs. R. M. Gunawan Prawiro Atmojo (1972 – 1978)
d. Drs. Kartono (1978 – 1979)
e. Drs. Winoto Sugeng (1979 – 1986)
f. Sutami (1986 – 1992)
g. Achmad Sukri, S. H. (1992 – 1994)
h. Soegiman, B. Sc (1994 – 1995)
i. Drs. Sudiyat (1995-2000)
j. Tatik Sutarti, M.M (2000 – 2002)
k. Drs. Soedjinto S. F., M. M (2002 – 2007)
l. Drs. Edy Pudiyanto, M.Pd (2007 – Sampai sekarang)
2. Struktur Organsisasi SMA Negeri 4 Surakarta
Sekolah merupakan salah satu lembaga di bidang pendidikan yang
memiliki tanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, menyiapkan
generasi penerus bangsa yang memiliki kompetensi-kompetensi di berbagai
bidang kehidupan serta berbudi pekerti luhur. Sekolah dalam upaya menyiapkan
generasi penerus bangsa tentunya harus memiliki pengelolaan yang baik dan
berdedikasi tinggi terhadap apa yang menjadi tugasnya. Pengelolaan yang baik
dapat diwujudkan apabila sekolah memiliki struktur organisasi yang jelas dan
terdapat pembagian tugas antara lini yang satu dengan yang lain. SMA Negeri 4
merupakan salah satu sekolah favorit di Kota Surakarta yang selalu berupaya
melakukan pengelolaan yang baik terhadap organisasinya. Oleh sebab itu, SMU
Negeri 4 Surakarta dalam pengelolaannya memiliki struktur organisasi, sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gambar 4. Struktur Organisasi SMA Negeri 4 Surakarta
Waka Bid.
Imersi
Waka Bid.
Kurikulum
Waka Bid
Kesiswaan
Waka Bid.
Supras
Waka Bid.
Humas
Hardjono, S.Pd Dra. Eni Rosita Drs. Munarso Drs. Suharno Hariyanto,
S.Pd, M.Pd
PU :
Meyra Dwi N,
S.Si, M.Pd
Dra. Endang
Siwi R, M.Pd
PU :
Drs. Hari
Purwoto, M.Pd
Dra. Ratih Ismu
H. Nanang
Inwanto, S.Pd
PU :
Drs. Sunardi
Drs. Suyono
PU :
H. Sudarsono,
S.Pd
Yohannes
Sutopo, S.Pd
PU :
Drs. Titi
Priyono, MM.
Dasar dari struktur organisasi di SMU Negeri 4 Surakarta , yaitu:
a. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0371/0/1978 tertanggal
22 Desember 1978.
b. Juklak Administrasi pendidikan di Sekolah kurikulum SMU (Depdikbud 1964
hal 4).
Tugas dan fungsi dari struktur organisasi adalah :
a. Sebagai unit pelaksana teknis ,pendidikan jalur sekolah di lingkungan
depdiknas di bawah tanggung jawab kepala kantor pendidikan pemuda dan
olahraga kota surakarta.
b. Melaksanakan pendidikan menengah umum di jalur sekolah bagian tamatan
SMP
c. Melaksanakan kurikulum yang berlaku.
d. Membina hubungan kerjasama dengan orang tua dan masyarakat
e. Melaksanakan bimbingan konseling bagi siswa
f. Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga sekolah.
Kepala Sekolah
Drs. Edy Pudiyanto, M.Pd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4. Kebijakan Sekolah
a. Visi dan Misi
1) Visi
Unggul Dalam Prestasi Santun Dalam Perilaku
2) Misi
Memperluas Pengetahuan untuk menguasai IPTEK
b. Tujuan Jangka Panjang
Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
c. Bidang Akademik
1) Kurikulum
Kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 4 Surakarta, sebagai berikut:
a) Menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP)
b) Ditambahkan jam tatap muka untuk beberapa mata pelajaran melebihi struktur
program yang ditetapkan oleh departemen Pendidikan Nasional.
c) Silabus dan Indikator dikembangkan oleh guru mata pelajaran
d) Diberikan mata pelajaran muatan local dan keterampilan / bahasa asing.
2) Penilaian
a) Aspek Penilaian
(1) Kognitif disertai Diskripsi ketercapaian Kompetensi
(2) Psykomotorik / Praktik
(3) Afektif
(4) Akhlak Mulia
(5) Kepribadian
b) Komponen Penilaian Kognitif
(1) Ulangan Harian dan Penugasan
(2) Ulangan tengah Semester
(3) Ulangan Akhir Semester/Ulangan Kenaikan Klas
c) Materi/Bahan Evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
(1) Ulangan harian dilakukan secara periodic untuk mengukur pencapaian
kompetensi setelah menyelesaikan satu KD atau lebih.
(2) Ulangan Tengah Semester dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran,
dengan cakupan ulangan seluruh indicator yang merepretansikan seluruh
indicator KD pada periode tersebut
(3) Ulangan akhir semester adalah kegiatan ulangan yang dilakukan untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester, dengan
cakupan materi meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan semua
KD
d) Rumusan Penilaian Kognitif pada LHBS / rapor :
N = A+2B+3C
6
Keterangan:
A = rata-rata Nilai Ulangan Harian dan Tugas
B = Nilai Ulangan Tengah Semester
C = Nilai Ulangan Akhir semester
e) KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimum )
(1) Berupa Batasan Nilai minimum yang harus dicapai oleh siswa baik pada
penilaian Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester / kenaiakan Klas.
(2) KKM untuk setiap Mata Pelajaran ditentukan pada setiap awal Semester
(3) KKM untuk setiap Mata Pelajaran tidak sama
4) Kenaikan Kelas dan Penjurusan
a) Kenaikan Kelas
(1) Didasarkan pada penilaian hasil belajar semester 2, dengan pertimbangan
seluruh SK/KD yang belum tuntas pada semester 1, harus tuntas mencapai
KKM sebelum semester 2 berakhir
(2) Siswa dinyatakan TIDAK NAIK apabila lebih dari 3 mata pelajaran yang
tidak tuntas, dan bukan pada mata pelajaran cirri khas program studi
b) Ciri Khas Program
(1) Program IPA :
Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
(2) Program IPS :
Ekonomi, Geografi, Sosiologi
c) Pemilihan Program
(1) Mengacu pada hasil perolehan nilai LHBS pada semester 1 maupun
semester 2
(2) Program IPA : Nilai Ciri khas program IPA harus DIATAS KKM dan
Tidak ada Nilai REMIDIAL
(3) Program IPS: nilai ciri Khas IPS harus DIATAS KKM dan Tidak ada
Nilai REMIDIAL
(4) Jumlah Kelas program IPA/IPS masing-masing 1 Imersi dan 4 reguler
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Penyediaan Sarana dan Prasarana yang Menunjang Proses
Pembelajaran pada Kelas Regular dan Kelas Imersi
SMA Negeri 4 Surakarta
a. Pengadaan Sarana dan Prasarana Kelas Reguler dan Kelas Imersi di
SMA Negeri 4 Surakarta
Sarana merupakan fasilitas yang mempengaruhi secara langsung
terhadap keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan,
prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah.
Proses pembelajaran dapat efektif apabila guru dapat memanfaatkan sarana
belajar berupa media atau alat peraga untuk memudahkan dalam penyampaian
materi. Berkenaan dengan sumber belajar yang digunakan harus disesuaikan
dengan materi dan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sumber belajar
utama yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran, antara lain buku, brosur,
majalah, surat kabar, poster, lembar informasi dan lingkungan sekitar. Sarana
dan sumber belajar yang ada juga perlu dimanfaatkan ’untuk menunjang
pencapaian kompetensi siswa dalam pembelajaran.
Pengadaan sarana prasarana di SMA Negeri 4 Surakarta dilakukan
sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pengadaan sarana dan prasarana baik
kelas reguler maupun kelas imersi di SMA Negeri 4 Surakarta ditangani oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
satu Wakil Kepala Sekolah bidang sarana dan prasarana. Seperti yang
diungkapkan informan 3, ”Disini ada 4 waka, ada humas, kesiswaan,
kurikulum dan sarana prasarana kemudian di imersi sendiri ada waka imersi,
tapi kan juga tidak bisa dipisahkan dari reguler, jadi kira-kira mana yang
memerlukan dan mana yang bisa menangani semua di bawah Kepala
Sekolah.”(Lihat catatan lapangan 3)
Dalam pengadaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 4 Surakarta
ada mekanisme yang dilakukan. Informan 3 mengungkapkan bahwa
mekanisme pengadaan sarana dan prasarana yaitu siswa melalui komite
membayar kepada sekolah, kemudian sekolah membelanjakan barang-barang
yang diperlukan untuk kegiatan belajar mengajar. Pengadaan sarana dan
prasarana di kelas imersi berbeda dengan pengadaan untuk kelas reguler
karena hal ini berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di kelas imersi yang
menggunakan pengantar Bahasa Inggris. Informan 3 mengungkapkan bahwa:
“Ada perbedaan..karena imersi memang ya...disendirikan karena
selain menggunakan bahasa Inggris yang tujuh mata pelajaran,
maksudnya untuk mendongkrak akademisnya, mereka dituntut untuk
bisa Bahasa Inggris jadi sulit kalau pake Bahasa Indonesia maka
dibutuhkan sarana dan prasarana lain yang menunjang.”(Wawancara,
18 Februari 2010)
Perbedaan tersebut terkait dengan adanya fasilitas televisi dan loker
untuk siswa di kelas imersi. Sedangkan untuk prosedur pembiayaan sarana
dan prasarana untuk kelas reguler digabungkan dengan kelas imersi. Seperti
yang diungkapkan informan 3 bahwa pada dasarnya dana untuk sarana dan
prasarana antara imersi dan reguler dibedakan tetapi pada prakteknya di SMA
Negeri 4 Surakarta, untuk sarana dan prasarana digabungkan dengan tujuan
apabila ada sisa dana dari imersi dapat digunakan untuk menyubsidi
kebutuhan di reguler. SMA Negeri 4 Surakarta mendapatkan pengawasaran
dari Bawasda dalam pengadaan sarana dan prasarana. Informan 3
mengungkapkan bahwa Bawasda (Badan Pengawasan Daerah) adalah suatu
lembaga pemerintah yang mengawasi mengenai semua perkantoran termasuk
keuangan dan kegiatan kepegawaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Menurut keterangan informan 3 bahwa standar yang digunakan dalam
pengadaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 4 Surakarta menggunakan
standar minimal dari pemerintah, misalnya standar minimal meja, kursi, papan
tulis, alat tulis disesuaikan dengan jumlah siswa yang ada. Sedangkan untuk
pengadaan fasilitas tambahan seperti Televisi, LCD dan sebagainya yang
merupakan kebijakan dari Kepala Sekolah.
Sesuai dengan informasi di atas, sarana dan prasarana di kelas reguler
maupun kelas imersi menggunakan standar minimal dari pemerintah, yang
membedakan antara kelas reguler dan kelas imersi adalah fasilitas
tambahannya. Seperti yang diungkapkan informan 3 bahwa semua kelas
reguler sudah dilengkapi dengan LCD kecuali kelas XII reguler karena dana
siswa kelas XII belum diarahkan untuk pengadaan LCD. Sedangkan untuk
kelas imersi seluruhnya sudah dilengkapi LCD, televisi, dan loker untuk
siswa. Hal tersebut diperkuat oleh informan 7 bahwa di setiap kelas ada LCD,
tetapi untuk laptop, guru sendiri yang membawa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mekanisme
pengadaan sarana dan prasarana dilakukan melalui komite sekolah. Dalam
pengadaan sarana dan prasarana di kelas imersi terdapat perbedaan dengan
kelas reguler yaitu kelas imersi dilengkapi dengan televisi dan loker siswa.
Sedangkan untuk prosedur pembiayaan sarana dan prasarana untuk kelas
reguler digabungkan dengan kelas imersi dengan tujuan apabila ada sisa dana
dari imersi dapat digunakan untuk menyubsidi kelas reguler. Standar dalam
pengadaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 4 Surakarta menggunakan
standar minimal dari pemerintah sedangkan untuk pengadaan fasilitas
tambahan baik di kelas reguler maupun di kelas imersi merupakan kebijakan
dari Kepala Sekolah.
b. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di Kelas Reguler dan Kelas Imersi
SMA Negeri 4 Surakarta
Sarana dan prasarana yang dimiliki sebuah sekolah harus selalu
dipelihara agar kemanfaatannya dapat dilanjutkan untuk generasi berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tidak hanya itu saja, pemeliharaan sarana dan prasarana dengan baik dapat
mengurangi anggaran sekolah untuk perbaikan sarana dan prasarana tersebut
apabila rusak. Begitu pula dengan pihak SMA Negeri 4 Surakarta selalu
mengontrol sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Seperti yang
diungkapkan informan 3 bahwa kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana
dilakukan dengan mengadakan kontrol setiap saat. Selain itu, ada pegawai-
pegawai yang khusus ditugaskan untuk menjaga prasarana seperti ruang
multimedia, laboratorium, maupun aula. Apabila terjadi kerusakan sarana dan
prasarana, informan 3 mengungkapkan,
“ Ya kita memperbaiki bagian-bagian yang rusak. Misalnya kerusakan
komputer kita sudah punya teknisinya. Tetapi klo tidak mampu kita
cari di luar. Misalnya meja-meja ini kita punya tukang, tukang
itu...sejak Juli-Februari ada terus setiap hari untuk pemeliharaan.
Setiap hari ada yang dikerjakan tapi tukang kan ada kelompok ini
kelompok ini, kemarin yang memperbaiki WC ada kelompok sendiri.”
(Wawancara, 18 Februari 2010)
Dalam upaya pemeliharaan sarana dan prasarana, SMA Negeri 4
Surakarta melalui Wakil Kepala Sekolah bidang sarana dan prasarana
mengalokasikan dana alokasi khusus. Informan 3 menyampaikan bahwa
apabila kerusakan yang terjadi pada sarana dan prasarana tidak parah, maka
dana alokasi tersebut dapat langsung digunakan, tetapi bila kerusakan yang
dialami parah dan membutuhkan biaya yang mahal maka dana untuk
perbaikan dianggarkan pada rapat komite. Pemeliharaan sarana dan prasarana
di kelas reguler ditangani oleh bidang sarana dan prasarana secara langsung,
sedangkan untuk imersi ditangani oleh bidang imersi termasuk dalam
pengadaan buku-buku khusus program imersi. Secara keseluruhan
pemeliharaan sarana dan prasarana umum seperti laboratorium, perpustakaan,
lapangan olahraga, tempat ibadah dan sebagainya yang digunakan baik untuk
siswa reguler maupun siswa imersi ditangani oleh bidang sarana dan
prasarana.
Penjelasan di atas mengarah pada kesimpulan bahwa SMA Negeri 4
Surakarta selalu mengadakan kontrol sebagai upaya pemeliharaan sarana dan
prasarana serta mengalokasikan dana khusus guna membiayai pemeliharaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
sarana dan prasarana. Pemeliharaan sarana dan prasarana umum termasuk
kelas reguler ditangani oleh bidang sarana dan prasarana, sedangkan untuk
pemeliharaan sarana dan prasarana khusus kelas imersi ditangani langsung
oleh bidang imersi yang dibawahi oleh wakil kepala sekolah bidang imersi.
2. Kualitas Guru yang Mengajar di Kelas Regular dan Kelas Imersi
SMA Negeri 4 Surakarta
a. Penempatan Guru yang Mengajar di Kelas Reguler dan Kelas Imersi
SMA Negeri 4 Surakarta
Penempatan guru di sebuah sekolah menjadi tanggungjawab
pemerintah daerah setempat melalui Dinas Pendidikan agar distribusi guru
menjadi merata di daerah tersebut, begitu juga halnya di SMA Negeri 4
Surakarta. Informan 2 mengungkapkan bahwa guru-guru di SMA Negeri 4
Surakarta ditempatkan dari Dinas Pendidikan sehingga sekolah hanya
menerima, kecuali ada kekurangan guru maka sekolah akan mengambil guru
tidak tetap (GTT). Dalam hal ini, SMA Negeri 4 Surakarta tidak memiliki
wewenang dalam memilih guru yang akan ditempatkan karena sudah menjadi
wewenang Dinas Pendidikan.
Sedangkan, dalam penempatan guru imersi menjadi wewenang dari
pihak sekolah, begitu juga halnya dengan SMA Negeri 4 Surakarta.
Sebagaimana uraian yang disampaikan oleh informan 1 bahwa:
“ Penempatan dulu awalnya kita punya 7 guru imersi. Dulu saya
kurang tau karena belum mengelola...tau-tau saya dapat SK dari
sekolah harus ikut. Tapi itu pun setelah ditunjuk kita harus pendidikan
dulu selama 1 tahun setiap Sabtu datang ke sini dari Jawa Tengah
mengajar bahasa Inggris full. Begitu juga angkatan kedua juga belajar
satu tahun itu sehingga kita mendapatkan semacam sertifikat untuk
mengajar di imersi, nilai bahasa Inggrisnya berapa, dsb. Lalu, yang
berikutnya kami rekrut dari sekolah, biasanya tetap kita seleksi,
seleksinya kami mengadakan semacam placement test. Nanti nilainya
tinggi siapa itu yang kita kursuskan Bahasa Inggris dan menjadi the
next teacher di imersi. Tahun ini kita ada penambahan. Karena kalau
kita tambah kelas guru juga harus ditambah. Dulu saya mengajar
sendiri sehingga kewalahan karena Matematika kelas X, XI, XII 6 jam
sehingga saya membutuhkan guru yang lain. Sekarang sudah ada 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
guru, jumlah sekitar 19 atau 20 guru di imersi.” (Wawancara, 13
Februari 2010)
Hal senada diungkapkan informan 10 bahwa dasar penempatan
mengajar di kelas imersi yaitu SK dari Kepala Sekolah dan selanjutnya guru
yang telah dipilih di beri les Bahasa Inggris. Informan 11 mengungkapkan hal
yang serupa yakni guru yang telah dipilih mengajar di imersi kemudian di beri
les Bahasa Inggris sepulang sekolah sambil membuat materi ke dalam Bahasa
Inggris.
Berkaitan dengan standar kualifikasi guru di SMA Negeri 4 Surakarta,
informan 2 mengungkapkan bahwa jika sudah menjadi guru berarti sudah
profesional sehingga guru-guru di SMA Negeri 4 Surakarta dianggap sudah
profesional. Sedangkan, untuk kelas imersi informan 2 mengungkapkan
bahwa:
“ Kalau standarnya yang dipandang mampu untuk berbahasa Inggris.
Jadi hanya sebelum mengajar di imersi dibekali les bahasa Inggris
dulu. Jadi diberi surat tugas siapa-siapa yang dianggap mampu dan
mempunyai kelebihan bahasa Inggris kemudian di leskan.”
(Wawancara, 15 Februari 2010)
Informan 1 menambahkan bahwa yang menjadi perbedaan antara
kualitas guru reguler dengan guru imersi hanya pada kemampuan berbahasa
Inggris. Hal tersebut diperkuat oleh informan 2 yang menyatakan bahwa,
“yang penting bahasa Inggrisnya bagus, guru SMA 4 untuk material sudah
mampu, tetapi rata-rata guru imersi bisa menggunakan komputer. Guru yang
ikut les bahasa Inggris nanti ada kursus IT sendiri.”(Wawancara, 13 Februari
2010)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penempatan guru
reguler SMA Negeri 4 Surakarta sesuai dengan ketetapan dari Dinas
Pendidikan Jawa Tengah sedangkan penempatan guru imersi pada angkatan
pertama dan kedua langsung ditunjuk dari sekolah melalui SK dari Kepala
Sekolah dengan pertimbangan mampu berbahasa Inggris lalu pada angkatan
ketiga penempatan guru imersi berdasarkan hasil seleksi terbuka untuk guru
reguler SMA Negeri 4 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
b. Kualitas Guru yang Mengajar di Kelas Reguler dan Kelas Imersi SMA
Negeri 4 Surakarta
Guru memegang peranan strategis dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa. Guru juga merupakan ujung tombak dari kualitas
pendidikan. Peran yang sangat besar ini membuat kedudukan guru menjadi
sangat penting. Pendidikan yang diarahkan pada kualitas tentunya memiliki
guru-guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki
kompetensi di bidangnya sehingga mampu melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Ukuran kualitas guru dapat dilihat dari
tingkat keprofesionalan guru dalam mengajar dan mendidik siswa di kelas
serta bekerja berdasarkan standar dan kode etik profesinya. Standar yang
digunakan dalam mengukur kualitas guru yakni standar yang ditetapkan oleh
pemegang kebijakan pendidikan seperti Kementerian Pendidikan Nasional.
Standar yang ditetapkan tersebut kemudian menjadi dasar dalam mengevaluasi
kualitas dan kinerja guru di sekolah termasuk dalam kegiatan belajar
mengajar.
Berdasarkan uraian informan 2 sebelumnya bahwa guru SMA Negeri
4 Surakarta ditempatkan dari dinas dan dianggap profesional karena sudah
menjadi guru. Sedangkan, informan 4 menyatakan bahwa guru-guru SMA
Negeri 4 Surakarta ada yang sudah memenuhi kriteria dan ada yang belum.
Beberapa guru mudah dimengerti ketika mengajar dan bisa diterima semua
siswa serta bisa mengendalikan kelas, tetapi ada guru yang mengajar hanya
dengan memberikan soal dan bahan untuk dibaca tanpa dijelaskan di depan
kelas. Sedangkan informan 7 menyatakan bahwa guru-guru di SMA Negeri 4
Surakarta dapat dikatakan baik dalam mengajar sekitar 80% dan 20% kurang
baik dalam mengajar.
Kualitas guru reguler menjadi standar awal bagi guru imersi. Sesuai
dengan keterangan informan 2 bahwa guru reguler belum tentu mengajar di
imersi sedangkan guru yang mengajar di imersi sudah pasti guru reguler.
Informan 2 kemudian menambahkan bahwa secara material guru imersi sudah
mampu menggunakan bahasa Inggris dan rata-rata bisa mengoperasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
komputer. Informan 6 juga menambahkan bahwa kualitas guru imersi cukup
baik dan interaksi dengan siswa 50% menggunakan bahasa Inggris. Hal yang
berbeda diungkapkan informan 1 bahwa, “Kualitas guru belum memenuhi
target, karena ada guru yang mau meng-up grade kemampuannya agar
semakin baik dan ada yang kurang mau belajar. Jadi itu yang kami anggap
belum memenuhi target.”(Lihat catatan lapangan 1)
Penjelasan di atas mengarah pada kesimpulan bahwa standar yang
digunakan dalam mengukur kualitas guru yang mengajar di SMA Negeri 4
Surakarta yaitu PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 dan 29 tentang Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, namun untuk guru yang mengajar di
kelas imersi ada tambahan standar khusus yaitu guru reguler yang dipandang
mampu menggunakan bahasa Inggris. Secara keseluruhan, guru-guru di SMA
Negeri 4 Surakarta dianggap sudah profesional dan kualitas dalam mengajar di
kelas dapat dikatakan baik, tetapi untuk guru imersi, kualitasnya dapat
dikatakan cukup baik karena beberapa guru dianggap belum memenuhi target
yang diharapkan oleh pihak sekolah.
c. Upaya-Upaya yang Dilakukan dalam Menjaga Kualitas Guru Reguler dan
Meningkatkan Kualitas Guru Imersi SMA Negeri 4 Surakarta
Peningkatan kualitas pendidikan berkaitan erat dengan peningkatan
kualitas sumber daya manusia termasuk kualitas gurunya. Dalam
meningkatkan kualitas guru, SMA Negeri 4 Surakarta selalu melakukan
upaya-upaya monitoring dan evaluasi. Sesuai dengan keterangan informan 2
bahwa upaya yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam menjaga kualitas
guru SMA Negeri 4 Surakarta yaitu dengan mengadakan supervisi atau
mengawasi kegiatan mengajar guru apabila ada yang kurang bagus kemudian
diadakan pembinaan untuk guru. Pembinaan dilakukan setiap hari Senin
setelah upacara sekolah dengan memberikan lembar evaluasi kepada guru
guna mengevaluasi kegiatan satu minggu dan membahas program kerja untuk
satu minggu ke depan. Menurut keterangan informan 2 bahwa setiap tahun ada
pengawas yang datang dari dinas guna mengevaluasi keseluruhan mulai dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
kegiatan belajar mengajar, sarana dan prasarananya. Berarti dalam upaya
peningkatan kualitas guru di SMA Negeri 4 Surakarta tidak hanya dilakukan
oleh pihak intern sekolah tetapi juga dari pihak ekstern.
Sedangkan upaya yang dilakukan sekolah guna meningkatkan kualitas
program imersi yaitu dengan mengadakan seleksi terhadap guru reguler yang
akan mengajar di imersi. Seleksi yang dilakukan yaitu tes tertulis dan
wawancara. Seperti yang diungkapkan informan 1, “Test bekerja sama dengan
LIA, ada les juga. LIA kita datangkan kesini memberikan tes dan wawancara.
Di ambil grade yang tertinggi kita kursuskan selama setengah tahun pada tiga
minggu yang lalu dan ini tes yang terakhir.”(Wawancara, 13 Februari 2010)
Informan 1 juga menambahkan bahwa sekolah juga mendatangkan
native speaker dua kali dalam satu minggu yaitu satu kali untuk siswa dan satu
kali untuk guru. Guru dapat berkonsultasi dengan native speaker dari luar
negeri apabila ada permasalahan terkait kegiatan belajar mengajar di kelas
imersi. Selain native speaker, sekolah juga mendatangkan lembaga dari luar
sekolah seperti yang diungkapkan informan 2, “Ya..dari LPIA tiap hari Kamis
mengajar guru imersi. Selain itu, guru bahasa Inggris yang masih kurang ya
les sendiri.”(Wawancara, 15 Februari 2010)
Berdasarkan uraian di atas, upaya yang dilakukan sekolah dalam
meningkatkan kualitas baik guru reguler maupun guru imersi yaitu dengan
mengadakan supervisi dan pembinaan oleh Kepala Sekolah terhadap kinerja
guru dalam mengajar serta ada monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh
Dinas Pendidikan. Namun, untuk guru imersi ada upaya khusus yang
dilakukan sekolah yakni dengan mengadakan seleksi pada saat penempatan
yang bekerja sama dengan LIA serta mendatangkan native speaker dan
pengajar dari LPIA guna membantu guru imersi dalam meningkatkan kualitas
mengajar di imersi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
3. Kualitas Siswa pada Kelas Regular dan Kelas Imersi
SMA Negeri 4 Surakarta
a. Proses Sosialisasi Kelas Reguler dan Kelas Imersi SMA Negeri 4
Surakarta
Setiap sekolah perlu mengadakan sosialiasi guna mendapatkan input
siswa yang berkualitas. SMA Negeri 4 Surakarta menerapkan sosialisasi yang
berbeda antara program reguler dan program imersi. Menurut keterangan
informan 9 bahwa sosialisasi pada program reguler dilakukan setelah keluar
surat untuk penerimaan peserta didik baru dari Dinas Pendidikan Propinsi, dan
Dikpora Surakarta, lalu sekolah memberikan pengumuman penerimaan
beserta persyaratannya. Informan 9 kemudian menambahkan bahwa sosialisasi
yang dilakukan hanya seperti itu karena seluruh SMA negeri se-Surakarta
bersamaan dalam penerimaan siswa baru sehingga semua orang sudah
mengetahui.
Sedangkan sosialisasi program imersi menurut keterangan informan 1
yakni,
“Sosialisasi kita biasanya menggunakan selebaran leaflet, dan media
seperti SOLO POS, tetapi tanpa itu pun sudah dari mulut ke mulut
juga bisa karena sudah lama yaitu 7 tahun. Bahkan sebelum ada
pembukaan pendaftaran bulan Januari-Februari sudah banyak ada
yang menanyakan kapan pendaftarannya sehingga kita tetap
menyebarkan leaflet dan selebaran ke SMP-SMP se Karesidenan
sama se Solo.” (Wawancara, 13 Februari 2010).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sosialisasi
program reguler di SMA Negeri 4 Surakarta dilakukan setelah menerima surat
dari Dinas Pendidikan Propinsi dan Dikpora Surakarta untuk penerimaan
siswa baru secara serentak dengan seluruh SMA Negeri di Kota Surakarta.
Sedangkan untuk program imersi, sosialisasi dilakukan dengan menyebarkan
leaflet leaflet dan selebaran ke SMP-SMP se-Karesidenan dan se-Surakarta,
serta menggunakan media cetak seperti SOLO POS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
b. Proses Penyeleksian Siswa Kelas Reguler dan Kelas Imersi SMA Negeri 4
Surakarta
Seleksi dalam penerimaan siswa baru perlu dilakukan guna
menempatkan siswa pada sekolah yang sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki. Informan 9 mengungkapkan bahwa proses seleksi penerimaan siswa
baru untuk program reguler dilakukan secara online dengan sistem ranking
seluruh pendaftar SMA Negeri se-Surakarta dan setelah diranking, siswa akan
ditempatkan sesuai dengan kriteria nilai SMA Negeri pada pilihan pertama,
apabila kriteria nilai tidak memenuhi pada sekolah pilihan pertama maka
siswa akan dimasukkan pada sekolah pilihan yang kedua. Sekolah tidak
memiliki kewenangan dalam melakukan seleksi karena seleksi dilakukan oleh
Dinas Pendidikan Kota Surakarta bekerja sama dengan Puskom UNS guna
pengolahan datanya.
Proses seleksi untuk program imersi di SMA Negeri 4 Surakarta
berbeda dengan program reguler. Informan 9 mengungkapkan bahwa seleksi
untuk kelas imersi dilakukan sebelum ujian nasional berlangsung sehingga
sekolah lebih dulu menerima siswa imersi daripada siswa reguler karena
sekolah mempunyai kewenangan dalam menerima siswa untuk kelas imersi.
Standar yang ditetapkan dalam penerimaan siswa baru untuk program imersi
menurut informan 1 yakni,
“Kalo standar kita tetap dari dulu. Yang penting disini kita tekankan
pengelolaannya didalamnya agar maksimal, standarnya dari dulu tetap
7 dengan tesnya bahasa Inggris lisan, tertulis, mata pelajaran IPA,
Matematika, TPA yang diteskan setiap tahun. Klo seleksi awal dari
rapor ada, ada tes sendiri, nilai UN. Ketiganya kita kombine. Misalnya
diambil 20 yang nilai yang tertinggi kita terima. Nilai 7 sebagai syarat
awal untuk daftarnya, tetapi harus lulus tes dulu, dia juga harus
bersaing dengan teman-temannya.” (Lihat catatan lapangan 1)
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses
seleksi untuk program reguler di SMA Negeri 4 Surakarta dilakukan secara
online dengan sistem ranking seluruh pendaftar SMA Negeri se-Surakarta dan
sekolah tidak memiliki kewenangan dalam menyeleksi calon siswa program
reguler karena seleksi dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
bekerja sama dengan Puskom UNS guna pengolahan datanya. Sedangkan
untuk program imersi, SMA Negeri 4 Surakarta memiliki kewenangan
sepenuhnya dalam menyeleksi calon siswanya dan seleksi dilakukan sebelum
ujian nasional berlangsung.
c. Capaian Keberhasilan antara Program Reguler dengan Program Imersi
Ditinjau dari Prestasi Akademik Siswa di SMA Negeri 4 Surakarta
Capaian keberhasilan program reguler maupun imersi di SMA Negeri
4 Surakarta dapat ditinjau dari beberapa aspek salah satunya yaitu prestasi
akademik siswa. Informan 8 mengungkapkan bahwa perkembangan input
siswa di SMA Negeri 4 Surakarta selalu mengalami perkembangan dari tahun
ke tahun. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin tingginya rataan nilai untuk
dapat masuk di SMA Negeri 4 Surakarta. Dengan adanya sistem online dalam
penerimaan siswa baru, siswa yang mampu dengan yang kurang ataupun tidak
mampu secara ekonomi bisa sekolah di SMA 4 asalkan nilainya sesuai dengan
kriteria yang ditentukan.
Informan 9 menyatakan bahwa capaian keberhasilan secara
keseluruhan ditinjau dari prestasi akademik siswa di SMA Negeri 4 Surakarta
yakni siswa SMA Negeri 4 Surakarta untuk tahun yang lalu 100% lulus dari
jurusan IPA maupun IPS, sedangkan untuk tahun ini kelulusan IPA 100% dan
IPSnya tertinggal 1 di mata pelajaran ekonomi dan akan diikutkan dalam ujian
nasional ulangan tanggal 10-14 Mei 2010. Tahun ini SMA Negeri 4 Surakarta
mendapatkan peringkat 1 untuk jurusan IPA, sedangkan IPS peringkat 2 di
Kota Surakarta. Informan 9 kemudian menambahkan bahwa kompetensi
lulusan di SMA Negeri 4 Surakarta dapat dikatakan tinggi karena 90% siswa
yang mendaftar di Perguruan Tinggi Negeri diterima. Untuk tahun ini tingkat
lulusan SMA 4 dapat dikatakan baik karena relevan dengan inputnya, dulu
siswa baru masuk dengan nilai yang tinggi dan saat keluar nilainya juga tinggi
berarti proses yang dilakukan didalamnya juga baik.
Menilik lebih jauh tentang kompetensi siswa kelas imersi, informan 1
menyatakan bahwa bagi SMA Negeri 4 Surakarta sudah memenuhi target dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
hasilnya cukup memuaskan. SMA Negeri 4 sudah meluluskan tiga angkatan
dan siswa imersi lulus 100% dengan tingkat kesulitan lebih tinggi daripada
reguler, seperti pelajaran Matematika, pada siswa reguler sekali diterangkan
dengan bahasa Indonesia mereka mengerti tetapi kalau siswa imersi harus
mengerti dalam bahasa Inggris sekaligus dalam bahasa Indonesia. Pada
lulusan pertama ada siswa imersi yang diterima di Jepang dan ada juga yang
diterima di Universitas Indonesia kemudian mengikuti pertukaran pelajar di
Korea. Namun, pada lulusan kedua tidak ada siswa yang meneruskan ke luar
negeri tetapi masuk di perguruan tinggi dengan jurusan internasional. Selain
masuk jurusan internasional, pada lulusan kedua banyak yang diterima di
perguruan tinggi negeri yakni UGM, ITS, UI, ITB ada 4 anak, UNAIR, dan
UNS sedikit. Selanjutnya, pada tahun ketiga hanya 19 anak yang melanjutkan
ke jenjang perguruan tinggi, antara lain ke Malaysia, kedokteran internasional
UGM, UNAIR, ITB, UGM, UNDIP, UNS, dan STAN, sedangkan ada satu
anak tidak melanjutkan karena tidak mampu.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa capaian
keberhasilan program reguler dan program imersi SMA Negeri 4 Surakarta
ditinjau dari prestasi akademik siswa cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kelulusan di SMA Negeri 4 Surakarta dari kedua program
bahkan tingkat keterterimaan lulusan di perguruan tinggi negeri juga cukup
tinggi.
4. Penyelenggaraan Proses Belajar Mengajar di Kelas Reguler dan
Kelas Imersi SMA Negeri 4 Surakarta
Peningkatan mutu di bidang pendidikan berkaitan erat dengan
peningkatan mutu di sekolah. Peningkatan mutu sekolah dapat diwujudkan
dengan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang
berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar target sekolah dapat dicapai dengan
lebih efektif dan efisien. Peningkatan kualitas proses belajar mengajar di kelas
merupakan salah satu tugas guru. Guru perlu menggunakan metode-metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
yang tepat dalam mengajar agar peserta didik dapat memahami ilmu yang
sedang dipelajari.
a. Proses Belajar Mengajar di Kelas Reguler SMA Negeri 4 Surakarta
Penyelenggaraan proses belajar mengajar di kelas reguler umumnya
sama di setiap sekolah. Proses belajar mengajar di kelas sangat dipengaruhi
oleh kemampuan guru dalam mengajar, seperti yang diungkapkan oleh
informan 4, “tergantung kalau gurunya enak ya...pada diem tapi kalau gurunya
pas ga enak ya...rame. Anaknya rame karena gurunya suka marah-marah, apa
dikit diingetin anak-anak jadi ga seneng.”(Lihat catatan lapangan 4)
Hal senada diungkapkan oleh informan 7, “kalau di kelas ya...proses
belajar mengajarnya enak...kalau pas gurunya enak ya...enak, kalau pas
gurunya galak wah...menegangkan ya ga enak.”(Wawancara, 25 Februari
2010)
Informan 4 mengungkapkan bahwa metode yang sering digunakan
guru yaitu ceramah dan siswa diminta membaca materi kemudian
mengerjakan soal-soal. Beberapa guru membawa media pembelajaran sendiri
untuk mengajar seperti laptop guna memfasilitasi siswa yang akan
mempresentasikan tugasnya dan ada sebagian guru yang membuat modul dan
ada sebagian yang tidak. Hal tersebut diperkuat oleh informan 5,
“Ya itu cuma kan...macam-macam ada ceramah, diskusi, ngasih
soal...apa nanti ngasih catatan-catatan tinggal diringkas, modul-modul
cuma mandarin sama bahasa Inggris. Kalau ekonomi dikasih buku
paket yang disediakan koperasi.”(Wawancara, 19 Februari 2010)
Informan 7 kemudian menambahkan bahwa metode yang paling
banyak digunakan guru yaitu menggunakan media pembelajaran LCD dan
laptop. Informan 7 lalu berpendapat,
“ Menurut saya masih kurang, kalau anak-anak IPA dengan LCD ada
sih yang ngerti dan ada yang masih belum ngerti. Sekarang kan
sistemnya murid harus aktif sendiri jadi bukan semata-mata guru yang
nerangin tapi kalau dengan metode seperti itu rasanya masih kurang,
harusnya guru itu nerangin pake LCD terus juga diterangin langsung
ini lho yang penting biar muridnya bener-bener ngerti. Sering banget
presentasi jadi nanti klo ada satu bab biasanya dibagi per kelompok.
Kelompoknya dikelasku ada 36 pas di bagi 6 setiap kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
presentasi. Ada bagian-bagian sendiri yang presentasi medianya LCD,
setelah selesai semua biasanya langsung ulangan atau diterangin
gurunya sebentar terus langsung ulangan. Biasanya mapel eksak ada
diskusi dulu terus presentasi tetap minggu depannya ulangannya.”
(Lihat catatan lapangan 7)
Tidak jauh berbeda dengan keterangan yang diungkapkan informan 2
bahwa secara umum guru SMA Negeri 4 Surakarta menggunakan metode
ceramah, diskusi serta siswa diajak lebih berinovasi dan kreatif. Hal tersebut
dibenarkan oleh informan 11 bahwa metode yang sering digunakan dalam
mengajar yakni ceramah, tanya jawab, dan kalau di kelas imersi menggunakan
LCD saat menerangkan. Kepala Sekolah juga menyarankan guru untuk
membuat modul agar ada panduan materi ketika mengajar, tetapi ada beberapa
guru yang tidak mau membuat modul. Seperti yang diungkapkan oleh
informan 2 bahwa sebenarnya membuat modul itu wajib tetapi ada satu dua
guru yang tidak membuat modul. Hal senada diungkapkan oleh informan 4
bahwa ada sebagian guru yang membuat modul dan ada sebagian yang tidak
membuat.
Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
proses belajar mengajar di kelas reguler sangat dipengaruhi oleh kemampuan
guru dalam mengajar dan pada umumnya guru menggunakan metode
ceramah, diskusi serta latihan soal. Guru juga menggunakan media
pembelajaran LCD dan laptop.
b. Proses Belajar Mengajar di Kelas Imersi SMA Negeri 4 Surakarta
Proses belajar mengajar di kelas imersi sedikit berbeda dengan kelas
reguler, hal ini karena di kelas imersi menggunakan pengantar bahasa Inggris
pada mata pelajaran yang diimersikan. Seperti yang diungkapkan informan 2
bahwa kurikulum imersi sama dengan reguler yaitu KTSP, yang berbeda
hanya pada tujuh mata pelajaran menggunakan pengantar bahasa Inggris.
(Lihat catatan lapangan 2)
Informan 2 menambahkan bahwa tujuh mata pelajaran yang dimaksud
yaitu Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Geografi, Sejarah, Ekonomi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Akuntansi. Jumlah jam untuk ketujuh mata pelajaran tersebut sama dengan
reguler yang berbeda KKM untuk imersi lebih tinggi daripada reguler.
Dalam proses belajar mengajar di kelas imersi, guru diberikan
kebebasan dalam menggunakan metode mengajar. Seperti yang diungkapkan
informan 1,
Metode mengajar diserahkan ke guru masing-masing tapi kalau jam
ke nol kami yang mengatur, harus ada modul sehingga jam tambahan
itu terarah. Kalau keseharian kita serahkan pada guru, mau yang
konvensional atau metode apapun. Tetapi yang jelas di setiap kelas X
dan XI sudah ada PC, LCD. Hotspot juga ada sehingga ada beberapa
anak yang bawa laptop.(Lihat catatan lapangan 1)
Informan 6 mengungkapkan bahwa mayoritas guru imersi mengajar
dengan menggunakan media pembelajaran seperti laptop dan LCD kemudian
diberi pertanyaan-pertanyaan. Seperti yang diungkapkan informan 6, “sering
banget..mayoritas pelajaran pake LCD, matematika juga pake.”(Wawancara,
18 Februari 2010)
Pengajaran di kelas imersi menurut informan 10 tidak menggunakan
Bahasa Inggris secara total karena siswa akan sulit mengerti sehingga guru
menerapkan fifty-fifty Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Informan 1 juga
sebagai pengajar di imersi mengungkapkan bahwa lebih mudah mengajar di
reguler daripada di imersi karena mengajar di imersi membutuhkan persiapan
khusus. Guru perlu mempersiapkan materi yang akan disampaikan dalam
bahasa Inggris termasuk istilah-istilah khusus dalam mata pelajaran seperti
Matematika yang tidak bisa diterjemahkan langsung menurut kata-katanya.
Ada kendala yang dihadapi guru ketika mengajar di imersi yakni kesulitan
mengarahkan siswa untuk selalu menggunakan bahasa Inggris di kelas
mengingat siswa belum sepenuhnya menguasai. Hal senada juga diungkapkan
informan 10 bahwa kendala yang dialami dalam mengajar di kelas imersi yaitu
tidak bisa menerangkan selancar jika menggunakan Bahasa Indonesia jadi di
kelas imersi suasananya lebih kaku.
Pada pembahasan sebelumnya, pembelajaran di kelas imersi juga
mendatangkan native speaker dari luar negeri seminggu dua kali, yakni satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
kali untuk guru dan satu kali untuk siswa. Native speaker mengajarkan
conversation secara lebih mendalam, seperti uraian yang disampaikan
informan 1,
“ Conversation, kalau mungkin kita biasa ngomong dengan orang
Indonesia logat Indonesia kan lain ya mba... Jadi kita datangkan native
speaker asing. Ka ga lucu anak imersi ketemu orang bule ga bisa
ngomong. Pasti ada interaksi dengan siswa karena setelah
menerangkan guru selalu bertanya mengerti apa tidak. Ada yang fasih
ada yang belum..lebih dari 50% pake Bahasa Inggris.”(Lihat catatan
lapangan 1)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar
mengajar di kelas imersi sepenuhnya diserahkan oleh guru dan mayoritas guru
imersi mengajar menggunakan media pembelajaran seperti laptop dan LCD.
Sekolah juga mendatangkan native speaker dari luar negeri guna membantu
guru dan siswa dalam memperdalam bahasa Inggris.
C. Temuan Studi yang Dikaitkan dengan Kajian Teori
Data yang berhasil dikumpulkan pada sub bab ini dianalisis dengan
mendasarkan pada variabel-variabel yang dikaji sesuai dengan rumusan masalah
yang selanjutnya dikaitkan dengan teori yang ada. Proses analisis data ditunjukkan
untuk menemukan suatu hasil atau hal apa saja yang terdapat di lokasi penelitian,
sehingga peneliti menarik kesimpulan dari penelitian tersebut yang pada akhirnya
peneliti dapat memberikan masukan pada pihak-pihak yang terkait di dalamnya.
Martinis Yamin dan Maisah (2009: 165) menyatakan bahwa kualitas
pembelajaran dipengaruhi oleh sembilan komponen. Adapun empat komponen
dari sumber tersebut digunakan dalam penelitian guna mengaitkan dengan temuan
studi yang dapat ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel 3. Hasil Penelitian berdasarkan Komponen Kualitas Pembelajaran
Kelas Reguler dan Kelas Imersi di SMA Negeri 4 Surakarta
Tahun Ajaran 2009/2010
No Komponen Kualitas
Pembelajaran yang Diteliti
Kelas Reguler Kelas Imersi
1. Sarana dan prasarana
a. Pengadaan sarana dan
prasarana
b. Pemeliharaan sarana dan
prasarana
a. Pengadaan sarana dan
prasarana di regular
berdasarkan peraturan
pemerintah yakni PP
No.19 Tahun 2005
tentang Standar
Pendidikan Nasional
yang dijabarkan dalam
Lampiran Peraturan
Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 24
Tahun 2007 dan setelah
dibandingkan dengan
peraturan tersebut,
sarana dan prasarana di
SMA Negeri 4
Surakarta dapat
dikatakan memadai.
b. Bentuk pemeliharaan
yaitu mengadakan
control setiap saat
terhadap sarana dan
prasarana di sekolah,
a. Imersi mempunyai
hak yang sama dengan
regular dalam
menggunakan sarana
dan prasarana di
sekolah sehingga
mekanisme pengadaan
sarana dan prasarana
pun sama, yang
berbeda yaitu di setiap
ruang kelas imersi
fasilitasnya lebih
lengkap, ada LCD,
loker siswa, dan
televise. Sarana dan
prasarana di imersi
dapat dikatakan sangat
memadai dengan
adanya fasilitas
tambahan tersebut.
b. Bentuk
pemeliharaannya sama
dengan regular
termasuk untuk ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Lanjutan…
Kualitas Guru
a. Penempatan guru
menugaskan pegawai-
pegawai yang khusus
untuk menjaga
prasarana seperti ruang
multimedia,
laboratorium, maupun
aula, mengadakan
perbaikan apabila
terjadi kerusakan
sarana dan prasarana,
misalnya ada computer
yag rusak, teknisinya
langsung memperbaiki,
tetapi kalau tidak
mampu, sekolah
mendatangkan dari
luar.
a. Penempatan guru
regular ditetapkan oleh
Pemerintah Kota
Surakarta berdasarkan
Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI
Nomor 50 Tahun 2007
Tentang Standar
Pengelolaan
Pendidikan oleh
Kabupaten/Kota
sehingga sekolah tidak
kelas.
a. Guru yang
ditempatkan di imersi
adalah guru yang
dipandang mampu
menggunakan Bahasa
Inggris sehingga
penempatan guru di
kelas imersi menjadi
wewenang dari SMA
Negeri 4 Surakarta
dan dasar yang
digunakan adalah SK
Kepala Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
b. Kualitas guru
Lanjutan…
c. Upaya-upaya untuk
menjaga kualitas guru
regular dan meningkatkan
kualitas guru imersi
memiliki kewenangan
dalam menempatkan
guru regular.
b. Kualitas guru regular
dapat dikatakan baik
karena sebagian besar
guru di SMA Negeri 4
Surakarta telah
memenuhi standar
pendidik dan tenaga
kependidikan yang
ditetapkan oleh
pemerintah.
c. Upaya-upaya menjaga
kualitas guru regular,
antara lain:
1) Melakukan monitoring
terhadap kegiatan
belajar mengajar di
kelas.
2) Melakukan supervise
atau pengawasan
terhadap kegiatan
mengajar guru,
3) Melakukan pembinaan
rutin setiap hari Senin
dengan berpedoman
pada Penyelenggaraan
Kelas Imersi di
Provinsi Jawa Tengah.
b. Kualitas guru untuk
kelas imersi dapat
dikatakan cukup baik.
Hal ini dikarenakan
beberapa guru
dianggap belum
memenuhi target yang
diharapkan oleh pihak
sekolah.
c. Upaya peningkatan
kualitas guru imersi,
antara lain:
1) Mengadakan seleksi
berupa tes tertulis dan
wawancara guna
menjaring guru yang
berkompeten
mengajar di kelas
imersi.
2) Mendatangkan native
speaker dari luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Kualitas Siswa
a. Proses sosialisasi
Lanjutan…
b. Proses seleksi
guna mengevaluasi
kegiatan satu minggu
dan membahas
program kerja untuk
satu minggu ke depan.
a. Sosialisasi secara
online guna menjaring
lebih banyak calon
siswa dari
dalam maupun luar
kota serta dari berbagai
kalangan masyarakat.
Sosialisasi yang
dilakukan secara online
tidak mengenal calon
siswa tersebut berasal
dari kalangan mana dan
sosialisasi online
memudahkan calon
siswa untuk mendaftar
meskipun rumahnya
berada di luar kota.
negeri untuk
membantu guru dalam
membatasi
permasalahan terkait
kegiatan mengajar di
kelas imersi.
3) Mendatangkan
pengajar dari LPIA
setiap hari Kamis
untuk mengajar guru
imersi.
a. Sosialisasi yang
dilakukan guna
menjaring calon siswa
yang berminat
masuk ke jalur khusus
yakni melalui media
massa, menyebarkan
pamphlet, maupun
leaflet ke SMP-SMP se-
Karesidenan Suenan
Surakarta. Selain itu,
sosialisasi kelas imersi
dilakukan sebelum
ujian nasional
berlangsung guna
memudahkan sekolah
dalam mengelola calon
siswa yang mendaftar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Lanjutan…
c. Capaian keberhasilan siswa
ditinjau dari prestasi
akademik
b. Proses seleksi
dilakukan secara online
dengan system ranking
seluruh pendaftar SMA
Negeri pada pilihan
pertama, apabila
criteria nilai tidak
memenuhi pada
sekolah pilihan pertama
maka siswa akan
dimasukkan pada
sekolah pilihan kedua.
Sekolah tidak memiliki
kewenangan
dalam melakukan
seleksi karena seleksi
dilakukan oleh Dinas
Pendidikan Kota
Surakarta bekerja sama
dengan Puskom UNS
guna pengolahan
datanya.
c. Cukup tinggi dilihat
dari stabilnya nilai-nilai
siswa kelas XI pada
dan tidak bersamaan
dengan regular agar
sekolah dapat
membedakan mana
siswa yang masuk
program imersi dan
siswa yang masuk
program regular.
b. Seleksi sebelum
ujian nasional
berlangsung sehingga
sekolah lebih dulu
menerima siswa untuk
kelas imersi. Seleksinya
menggunakan standar
nilai yakni rata-rata
nilai rapor tujuh, proses
selanjutnya yakni tes
pengetahuan umum, tes
Bahasa Inggris secara
lisan, tes Potensi
Akademik, dan
wawancara.
c. Prestasi akademik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Proses Belajar Mengajar
Lanjutan…
tengah semester gasal
tahun ajaran 2009/2010
pada sampel nilai yang
diteliti. Selain itu,
angka kelulusan juga
tinggi meski pada tahun
2010 ada 1 siswa yang
mengikuti ujian
ulangan.
Metode yang kebanyakan
digunakan guru, yaitu
metode ceramah diskusi,
dan latihan soal. Sebagian
guru juga menggunakan
media pembelajaran laptop
dan LCD untuk
memudahkan guru dalam
menjelaskan materi
pelajaran. Siswa juga
diberikan kesempatan
untuk
bertanya apabila
penjelasan guru kurang
jelas baik di dalam kelas
maupun di luar kelas.
Proses penilaian di SMA
siswa imersi apabila
dilihat dari sampel
yang diteliti yaitu nilai
tengah semester gasal
kelas XI tidak
memiliki perbedaan
yang signifikan
dengan siswa regular.
Namun, angka
kelulusan siswa imersi
kelas XII sangat tinggi
karena semua lulus
Ujian Nasional pada
tahun ajaran
2009/2010.
Metode yang digunakan
guru tidak jauh berbeda
dengan di regular tetapi
di dalam kelas imersi
siswa diajak oleh guru
untuk menggunakan
pengantar Bahasa Inggris
dan sebagian besar guru
imersi menggunakan
media pembelajaran
laptop dan
LCD guna memudahkan
dalam menjelaskan
materi karena Bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Negeri 4 Surakarta
menggunakan system
KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) guna
mengidentifikasi siswa
yang belum memenuhi
kompetensi yang
ditetapkan. Sekolah juga
mewajibkan membuat
modul sebagai panduan
dalam mengajar dan
modul tersebut diberikan
kepada siswa untuk
memudahkan dalam
memetakan materi yang
akan dipelajari.
Inggris lebih mudah
dipahami dalam bahasa
tulis daripada bahasa
lisan. Selain itu, ada
native speaker dari luar
negeri seminggu dua kali,
yakni satu kali utuk guru
dan satu kali untuk siswa
guna menunjang guru dan
siswa dalam
menggunakan Bahasa
Inggris. Namun, kegiatan
belajar mengajar menjadi
lebih kaku dibanding
dengan kelas regular
karena siswa harus focus
dalam memahami
penjelasan guru dan
sedikit sekali kesempatan
bagi guru untuk
mengeluarkan joke-joke
untuk me-refresh pikiran
siswa agar tidak bosan.
Sumber: Data Lapangan yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
1. Penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran
pada kelas regular dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta
a. Pengadaan sarana dan prasarana kelas reguler dan kelas imersi di SMA
Negeri 4 Surakarta
Sarana dan prasarana merupakan fasilitas penunjang dalam proses
pembelajaran di sekolah sehingga keberadaannya menjadi sangat penting.
Menurut Martinis dan Maisah (2009:165), sarana dan prasarana pendidikan
merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi kualitas pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam pengadaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 4
Surakarta ada mekanisme yang dilakukan. Mekanisme yang dilakukan dalam
pengadaan sarana dan prasarana yaitu siswa melalui komite membayar kepada
sekolah, kemudian sekolah membelanjakan barang-barang yang diperlukan
untuk kegiatan belajar mengajar.
Ketika melakukan observasi, peneliti memperoleh temuan bahwa
pengadaan sarana dan prasarana di kelas imersi sedikit berbeda dibanding
kelas reguler. Untuk kelas imersi ada tambahan fasilitas LCD di setiap kelas
dan loker untuk siswa. Sedangkan sarana dan prasarana umum di sekolah
digunakan untuk kebutuhan tidak hanya kelas reguler tetapi kelas imersi juga.
Adapun standar yang digunakan dalam pengadaan sarana dan prasarana di
SMA Negeri 4 Surakarta yaitu PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional yang kemudian dijabarkan ke dalam Lampiran Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana
Dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Berdasarkan Peraturan
tersebut, sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai
berikut:
1) ruang kelas,
2) ruang perpustakaan,
3) ruang laboratorium biologi,
4) ruang laboratorium fisika,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
5) ruang laboratorium kimia,
6) ruang laboratorium komputer,
7) ruang laboratorium bahasa,
8) ruang pimpinan,
9) ruang guru,
10) ruang tata usaha,
11) tempat beribadah,
12) ruang konseling,
13) ruang UKS,
14) ruang organisasi kesiswaan,
15) jamban,
16) gudang,
17) ruang sirkulasi,
18) tempat bermain/berolahraga.
Peneliti melakukan perbandingan antara standar yang ditetapkan
pemerintah dengan sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 4 Surakarta
guna mengetahui apakah sarana dan prasarana yang ada telah sesuai dengan
standar yang ditetapkan tersebut. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini,
sebagai berikut:
Deskripsi kriteria yang digunakan peneliti, yaitu:
1) Sangat Memadai : Diatas standar pemerintah
2) Memadai : Sesuai dengan standar pemerintah
3) Cukup Memadai : Kurang dari standar pemerintah
4) Tidak Memadai : Tidak ada atau tidak sesuai dengan standar
pemerintah
Deskripsi tingkat kelayakan seluruh sarana dan prasarana SMA Negeri
4 Surakarta berdasarkan hasil observasi dan analisis data yang diperoleh di
lapangan, sebagai berikut (lihat lampiran 4):
1) Ruang Kelas Reguler
Standar ruang kelas reguler di SMA Negeri 4 Surakarta, 85,71%
memenuhi kriteria dan 14,29% belum memenuhi kriteria. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
untuk tingkat kelayakan ruang kelas dapat dikatakan 15,38% sangat
memadai, 76,92% memadai dan 7,69% tidak memadai.
2) Ruang Kelas Imersi
Standar ruang kelas imersi di SMA Negeri 4 Surakarta, 85,71% memenuhi
kriteria dan 14,29% belum memenuhi kriteria. Sedangkan untuk tingkat
kelayakan ruang kelas dapat dikatakan 92,31% memadai dan 7,69% tidak
memadai.
3) Ruang Perpustakaan
Standar ruang perpustakaan di SMA Negeri 4 Surakarta, 80% memenuhi
kriteria dan 20% belum memenuhi kriteria. Sedangkan untuk tingkat
kelayakan ruang perpustakaan dapat dikatakan 28% sangat memadai, 52%
memadai, 4% kurang memadai dan 16% tidak memadai.
4) Ruang Laboratorium Biologi
Standar ruang laboratorium Biologi di SMA Negeri 4 Surakarta, 80%
memenuhi kriteria sedangkan 20% belum memenuhi kriteria. Sedangkan
untuk tingkat kelayakan ruang laboratorium dapat dikatakan 17,65%
sangat memadai, 30,59% memadai, 2,35% dan 49,41% tidak memadai.
5) Ruang Laboratorium Kimia
Standar ruang laboratorium Kimia di SMA Negeri 4 Surakarta, 80%
memenuhi kriteria dan 20% belum memenuhi kriteria. Sedangkan untuk
tingkat kelayakan ruang laboratorium dapat dikatakan 32,65% sangat
memadai, 18,37% memadai, 22,45% cukup memadai dan 26,53% tidak
memadai.
6) Ruang Laboratorium Fisika
Ruang laboratorium fisika di SMA Negeri 4 Surakarta, 80% memenuhi
kriteria dan 20% belum memenuhi kriteria. Sedangkan untuk tingkat
kelayakan ruang laboratorium dapat dikatakan 15,38% sangat memadai,
76,92% memadai dan 7,69% tidak memadai.
7) Ruang Laboratorium Komputer
Ruang laboratorium komputer di SMA Negeri 4 Surakarta, 100%
memenuhi kriteria standar. Sedangkan untuk tingkat kelayakan ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
laboratorium komputer dapat dikatakan 33,33% sangat memadai, 46,67%
memadai dan 20% tidak memadai.
8) Ruang Laboratorium Bahasa
Ruang laboratorium Bahasa di SMA Negeri 4 Surakarta, 75% memenuhi
kriteria dan 25% belum memenuhi kriteria. Sedangkan untuk tingkat
kelayakan ruang laboratorium dapat dikatakan 70% memadai, 10% cukup
memadai dan 20% tidak memadai.
9) Ruang Pimpinan
Ruang pimpinan di SMA Negeri 4 Surakarta, 100% memenuhi kriteria
standar. Sedangkan untuk tingkat kelayakan ruang pimpinan dapat
dikatakan 12,5% sangat memadai, dan 87,5% memadai.
10) Ruang Guru
Ruang guru di SMA Negeri 4 Surakarta, 75% memenuhi kriteria dan 25%
belum memenuhi kriteria. Sedangkan untuk tingkat kelayakan ruang guru
dapat dikatakan 33,33% sangat memadai, 55,55% memadai dan 11,11%
tidak memadai.
11) Ruang Tata Usaha
Ruang tata usaha di SMA Negeri 4 Surakarta, 75% memenuhi kriteria
sedangkan 25% belum memenuhi kriteria. Sedangkan untuk tingkat
kelayakan ruang tata usaha dapat dikatakan 50% sangat memadai, 33,33%
memadai dan 16,67% tidak memadai.
12) Ruang Konseling
Ruang kelas di SMA Negeri 4 Surakarta, 75% memenuhi kriteria
sedangkan 25% belum memenuhi kriteria. Sedangkan untuk tingkat
kelayakan ruang konseling dapat dikatakan 55,55% sangat memadai,
11,11% memadai dan 33,33% tidak memadai.
13) Ruang UKS
Ruang UKS di SMA Negeri 4 Surakarta, 100% memenuhi kriteria standar.
Sedangkan untuk tingkat kelayakan ruang UKS dapat dikatakan 6,67%
sangat memadai, dan 93,33% memadai.
14) Ruang Organisasi Kesiswaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Ruang organisasi kesiswaan di SMA Negeri 4 Surakarta, 100% memenuhi
kriteria standar. Sedangkan untuk tingkat kelayakan ruang organisasi
kesiswaan dapat dikatakan 40% sangat memadai dan 60% memadai.
15) Jamban
Jamban di SMA Negeri 4 Surakarta, 100% memenuhi criteria standar.
Sedangkan untuk tingkat kelayakan jamban dapat dikatakan 100%
memadai.
16) Gudang
Gudang di SMA Negeri 4 Surakarta, 100% memenuhi kriteria standar.
Sedangkan untuk tingkat kelayakan gudang dapat dikatakan 100%
memadai.
17) Ruang Sirkulasi
Ruang sirkulasi di SMA Negeri 4 Surakarta, 100% memenuhi kriteria
standar. Sedangkan untuk tingkat kelayakan ruang sirkulasi dapat
dikatakan memadai.
18) Tempat Bermain/Berolahraga
Tempat bermain/berolahraga di SMA Negeri 4 Surakarta, 85,71%
memenuhi kriteria sedangkan 14,29% belum memenuhi kriteria.
Sedangkan untuk tingkat kelayakan tempat bermain/berolahraga dapat
dikatakan 18,18% sangat memadai, dan 81,82% memadai.
19) Sarana Penunjang Lain
Sarana penunjang lain di SMA Negeri 4 Surakarta merupakan kebijakan
dari sekolah sehingga adanya sarana tersebut merupakan upaya dari
sekolah guna meningkatkan mutu sekolah. Berdasarkan tabel 19 tersebut
dapat dikatakan bahwa tingkat kelayakan sarana penunjang lain 7,14%
sangat memadai dan 92,86% memadai.
Berdasarkan hasil perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa
sebanyak 7 prasarana sekolah 100% memenuhi standar kriteria pemerintah,
yang terdiri dari laboratorium komputer, ruang pimpinan, ruang UKS, ruang
OSIS, jamban, gudang dan ruang sirkulasi, sedangkan sarana yang lain berada
pada kisaran 75%-99% memenuhi standar kriteria pemerintah. Untuk tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
kelayakannya, sarana laboratorium Biologi belum dapat dikatakan memadai
karena beberapa alat praktik tidak tersedia, tetapi secara keseluruhan sarana
dan prasarana di SMA Negeri 4 Surakarta dapat dikatakan memadai.
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa pengadaaan sarana dan
prasarana kelas regular dan kelas imersi terdapat sedikit perbedaan, tetapi
sarana dan prasarana umum di SMA Negeri 4 Surakarta dapat digunakan baik
kelas regular maupun kelas imersi. Standar yang digunakan dalam pengadaan
sarana dan prasarana umum di SMA Negeri 4 Surakarta yaitu PP No 19 Tahun
2005 tentang Standar Pendidikan Nasional yang kemudian dijabarkan ke
dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun
2007 tentang Standar Sarana Dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI),Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTS), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Berdasarkan standar tersebut dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana di
SMA Negeri 4 Surakarta memadai.
b. Pemeliharaan sarana dan prasarana kelas reguler dan kelas imersi di
SMA Negeri 4 Surakarta
Pemeliharaan sarana dan prasarana sebuah sekolah merupakan hal
yang penting mengingat sarana dan prasarana menjadi penunjang utama bagi
pelaksanaan pembelajaran. Menurut Tim Pakar Manajemen Pendidikan
(2003:86) “ Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan
sebagai proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana
pendidikan secara efektif dan efisien”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mochamad Anggoro Dwidianto (2009) mengenai kegiatan pemeliharaan
sarana dan prasarana di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Se-Kota
Probolinggo, yaitu:
1) Sekolah melakukan perawatan terus-menerus, berkala, dan darurat,
2) Sekolah melakukan pemeliharaan yang sifatnya sehari-hari, dan
3) Perbaikan sarana dan prasarana yang sifatnya ringan dilakukan oleh pihak
sekolah sendiri, tetapi apabila kerusakannya berat sekolah mendatangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
teknisi dari luar. Proses tersebut sebagian besar selalu dilakukan di SMAN
se-Kota Probolinggo.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis mencoba untuk
membandingkan dengan kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana di SMA
Negeri 4 Surakarta. Hasil temuan yang diperoleh peneliti di lapangan bahwa
kegiatan pemeliharaan di SMA Negeri 4 Surakarta tidak jauh berbeda dengan
hasil penelitian tersebut. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di SMA
Negeri 4 Surakarta, antara lain:
1) Mengadakan control setiap saat terhadap sarana dan prasarana di sekolah.
2) Menugaskan pegawai-pegawai yang khusus untuk menjaga prasarana
seperti ruang multimedia, laboratorium, maupun aula.
3) Mengadakan perbaikan apabila terjadi kerusakan sarana dan prasarana,
misalnya ada computer yang rusak, teknisinya langsung memperbaiki,
tetapi kalau tidak mampu, sekolah mendatangkan teknisi dari luar.
4) Melakukan pemugaran terhadap sarana dan prasarana yang masih layak
pakai, seperti meja, kursi serta prasarana yang lainnya.
Selain kegiatan pemeliharaan fisik, sekolah juga mengalokasikan dana
khusus untuk perbaikan sarana dan prasarana yang sifatnya tidak parah. Dana
tersebut digunakan untuk mendukung kegiatan pemeliharaan sarana dan
prasarana di sekolah. Namun, dana akan diambilkan dari komite sekolah
apabila kerusakan yang terjadi parah dan membutuhkan biaya yang mahal.
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian di atas bahwa
kegiatan pemeliharaan yang dilakukan terhadap sarana dan prasarana di SMA
Negeri 4 Surakarta, yakni mengadakan control setiap saat, menugaskan
pegawai khusus untuk menjaga prasarana yang ada, mengadakan perbaikan
apabila terjadi kerusakan, melakukan pemugaran terhadap sarana dan
prasarana yang masih layak pakai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
2. Kualitas guru yang mengajar kelas regular dan kelas imersi
di SMA Negeri 4 Surakarta
a. Penempatan guru yang mengajar kelas reguler dan kelas imersi di SMA
Negeri 4 Surakarta
Penempatan guru di sebuah sekolah menjadi tanggungjawab
pemerintah daerah setempat melalui Dinas Pendidikan kabupaten/kota
setempat agar distribusi guru menjadi merata di daerah tersebut, begitu juga
halnya di SMA Negeri 4 Surakarta. Adapun peraturan yang mengatur terkait
hal tersebut yakni Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh
Kabupaten/Kota. Dalam lampiran II huruf b mengenai pelaksanaan rencana
kerja bidang pendidikan disebutkan bahwa Pemerintah kabupaten/kota
menjamin tersedianya dana, sarana dan prasarana pendidikan, pendidik dan
tenaga kependidikan bagi setiap satuan pendidikan pelaksana program wajib
belajar pendidikan dasar serta dalam program penjaminan mutu satuan
pendidikan. Sedangkan dalam Program Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan
lampiran II huruf g, disebutkan bahwa Pemerintah kabupaten/kota melakukan
penempatan tenaga kependidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan
kualifikasi dengan memperhatikan prioritas tugas pokok dan fungsinya.
Berdasarkan peraturan tersebut, peneliti melakukan kajian teori yang
dikaitkan dengan kenyataan yang ada di lapangan. Temuan yang peneliti
peroleh di lapangan yakni adannya kesesuaian antara kajian teori dengan
kenyataan di lapangan bahwa guru-guru di SMA Negeri 4 Surakarta
ditempatkan langsung oleh pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas
Pendidikan Kota Surakarta.
Berkaitan dengan penempatan guru reguler di kelas imersi menjadi
wewenang dari SMA Negeri 4 Surakarta dan dasar yang digunakan adalah SK
Kepala Sekolah dengan berpedoman pada Pedoman Penyelenggaraan Kelas
Imersi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008. Dalam pedoman tersebut
dinyatakan bahwa standar pendidik dan tenaga kependidikan bagi guru yang
mengajar di imersi, yakni:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
1) Mampu menggunakan bahasa Inggris secara aktif sebagai bahasa
pengantar dalam proses pembelajaran yang dinilai oleh Tim Pengembang
Kelas Imersi Provinsi Jawa Tengah.
2) Mampu menyusun rencana pengajaran dan silabus dalam bahasa Inggris.
3) Mampu menyusun materi ajar dalam Bahasa Inggris.
4) Mampu menyusun instrumen penilaian yang diperlukan dalam bahasa
Inggris.
5) Memiliki kualifikasi pendidikan S1/D4.
6) Memiliki sertifikat pelatihan bahasa Inggris.
7) Rasio guru : siswa adalah 1 : 25.
8) Tenaga Kependidikan dalam jangka panjang mampu memberikan layanan
dan informasi pendidikan Bahasa Inggris.
Berdasarkan standar tersebut, guru yang kemudian ditempatkan
mengajar di kelas imersi awalnya 7 orang lalu bertambah menjadi 19 orang
pada tahun 2009/2010. Jumlah guru tersebut disesuaikan dengan tingkat
kebutuhan kelas imersi. Kelas imersi di SMA Negeri 4 Surakarta tahun ajaran
2009/2010 berjumlah 7 ruang dengan jumlah siswa seluruhnya ada 150 orang
sehingga rata-rata per kelas untuk rasio guru dan siswa yaitu 1: 21.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penempatan guru
di SMA Negeri 4 Surakarta menjadi kebijakan Dinas Pendidikan Kota
Surakarta dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh Kabupaten/Kota dalam lampiran II huruf b sesuai dengan
kenyataan di lapangan. Begitu juga halnya dengan penempatan guru di kelas
imersi menjadi kebijakan sekolah berdasarkan pedoman penyelenggaraan
kelas imersi Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 sesuai dengan kenyataan di
lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
b. Kualitas guru yang mengajar kelas reguler dan kelas imersi di SMA
Negeri 4 Surakarta
Guru memegang peranan strategis dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa. Guru juga merupakan ujung tombak dari kualitas
pendidikan. Peran yang sangat besar ini membuat kedudukan guru menjadi
sangat penting. Pendidikan yang diarahkan pada kualitas tentunya memiliki
guru-guru yang berkualitas. Kualitas guru berkaitan erat dengan
profesionalisme guru, artinya bahwa guru memiliki komitmen dan dedikasi
yang tinggi terhadap dunia pendidikan. Perwujudan dari profesionalisme guru
yakni dengan meningkatkan kompetensi mengajar dan mengembangkan
strategi-strategi yang digunakan dalam mengajar. Udin Saefudin Sa’ud (2009:
49) mengemukakan bahwa guru yang professional adalah guru yang memiliki
seperangkat kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan perilaku) yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya.
Standar yang ditetapkan pemerintah berkaitan dengan kualifikasi guru
yakni PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 dan 29 tentang Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan
PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 dan 29, antara lain:
1. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kualifikasi akademik pendidik adalah tingkat pendidikan minimal yang
harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan
atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Pendidik pada SMA/MA sederajat memiliki
kualifikasi, antara lain:
a. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (IV) atau
sarjana (S-1).
b. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
c. Sertifikat profesi guru untuk SMA/MA.
Ketika melakukan observasi, peneliti memperoleh temuan bahwa guru
SMA Negeri 4 Surakarta yang telah menempuh pendidikan S2 sebanyak 11
orang, pendidikan S1 sebanyak 65 orang dan pendidikan Diploma 3 sebanyak
2 orang. Berkaitan dengan kondisi guru SMA Negeri 4 Surakarta tahun 2010,
peneliti memperoleh temuan bahwa sebanyak 51 orang guru telah lulus
sertifikasi, 4 orang guru telah mengikuti sertifikasi tetapi belum ada
pengumuman lulus atau tidak serta sebanyak 23 orang guru belum ikut
sertifikasi. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar guru di SMA Negeri 4
Surakarta telah memenuhi standar pendidik dan standar kependidikan yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Kaitannya dengan standar tenaga pendidik dan kependidikan, guru
yang mengajar di kelas imersi berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Kelas
Imersi di Provinsi Jawa Tengah oleh Dinas P dan K (2008) yang telah
dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, tetapi yang menjadi sorotan pada
pembahasan tentang kualitas guru yang mengajar di kelas imersi yakni
mengenai pemenuhan kualitas guru imersi berdasarkan standar tenaga
pendidik dan kependidikan guru imersi. Temuan yang peneliti peroleh di
lapangan yakni guru yang mengajar di imersi merupakan guru reguler yang
dipandang mampu berbahasa Inggris. Hal ini dibuktikan dengan adanya
setifikat pelatihan Bahasa Inggris dari lembaga seperti LPIA guna menunjang
kemampuan bahasa Inggris guru imersi. Selain itu, dari 19 orang guru imersi,
6 orang guru telah menempuh pendidikan S2 dan 13 orang guru telah
menempuh jenjang pendidikan S1.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
kesesuaian antara standar standar pendidik dan tenaga kependidikan yang
ditetapkan pemerintah dengan kenyataan di SMA Negeri 4 Surakarta sehingga
dapat dikatakan bahwa guru-guru di SMA Negeri 4 Surakarta adalah guru-
guru yang kualitasnya baik. Sedangkan kualitas guru untuk kelas imersi dapat
dikatakan cukup baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
c. Upaya-upaya yang dilakukan dalam menjaga kualitas guru reguler dan
meningkatkan kualitas guru imersi SMA Negeri 4 Surakarta
Peningkatan mutu di bidang pendidikan berkaitan erat dengan
peningkatan mutu di sekolah yang merupakan pusat utama peningkatan mutu.
Menurut Zamroni (2007: 2) dalam Mustakim (2008), ”Peningkatan mutu
sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu,
dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif
dan efisien”. Menurut Martinis dan Maisah (2009:165), ada sembilan
komponen yang memengaruhi kualitas pembelajaran, salah satunya yaitu
monitoring dan evaluasi, meliputi: Kepala Sekolah sebagai supervisor di
sekolahnya, pengawas sekolah dan komite sekolah.
Salah satu faktor yang berkaitan dengan peningkatan mutu sekolah
yakni peningkatan mutu tenaga pendidik yang terlibat langsung dengan proses
belajar mengajar di kelas. Kualitas guru-guru di SMA Negeri 4 Surakarta
dapat dikatakan baik sehingga pihak sekolah selalu berupaya untuk menjaga
kualitas tersebut. Upaya yang dilakukan oleh Kepala Sekolah sebagai
pemegang kebijakan dalam upaya menjaga kualitas guru di SMA Negeri 4
Surakarta, yaitu:
1) Melakukan monitoring terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas.
2) Melakukan supervisi atau pengawasan terhadap kegiatan mengajar guru.
3) Melakukan pembinaan rutin setiap hari Senin guna mengevaluasi kegiatan
satu minggu dan membahas program kerja untuk satu minggu ke depan.
Adanya keterkaitan antara teori yang telah diuraikan dengan temuan
dilapangan tergambar dalam upaya-upaya yang dilakukan Kepala Sekolah
dalam menjaga kualitas guru di SMA Negeri 4 Surakarta. Hal ini juga
dibuktikan dengan adanya lembar evaluasi yang dibagikan kepada guru-guru
saat kegiatan pembinaan.
Berkaitan dengan upaya yang dilakukan sekolah dalam meningkatkan
kualitas guru yang mengajar di imersi, dasar yang digunakan yaitu pedoman
penyelenggaraan kelas imersi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
standar pendidik dan tenaga kependidikan guru kelas imersi yang telah
diuraikan pada pembahasan sebelumnya. Temuan yang peneliti peroleh di
lapangan terkait upaya peningkatan kualitas guru yang mengajar di imersi,
antara lain:
1) Mengadakan seleksi berupa tes tertulis dan wawancara guna menjaring
guru reguler yang berkompeten mengajar di kelas imersi.
2) Mendatangkan native speaker dari luar negeri untuk membantu guru dalam
mengatasi permasalahan terkait kegiatan mengajar di kelas imersi.
3) Mendatangkan pengajar LPIA setiap hari Kamis untuk mengajar guru
imersi.
Dengan demikian terdapat kesesuaian antara temuan di lapangan
dengan kajian teori yang diuraikan bahwa upaya menjaga kualitas guru-guru
di SMA Negeri 4 Surakarta dengan kegiatan monitoring, supervisi, dan
evaluasi. Sedangkan upaya meningkatkan kualitas guru imersi yakni dengan
mengadakan seleksi bagi guru yang akan mengajar di kelas imersi,
mendatangkan native speaker dari luar negeri, mendatangkan pengajar dari
LPIA.
3. Kualitas siswa pada kelas regular dan kelas imersi
SMA Negeri 4 Surakarta
a. Proses sosialisasi kelas reguler dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta
Proses sosialisasi menjadi penting bagi setiap sekolah guna menjaring
input siswa yang berkualitas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam lampiran II No.2 tentang peningkatan angka
partisipasi pendidikan menengah huruf d menyatakan bahwa Pemerintah
kabupaten/kota menjamin terselenggaranya program peningkatan angka
partisipasi pendidikan menengah.
Ketika peneliti melakukan observasi di lapangan, temuan yang
diperoleh yaitu SMA Negeri 4 Surakarta melakukan sosialisasi secara online
guna menjaring lebih banyak calon siswa dari dalam maupun luar kota serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
dari berbagai kalangan masyarakat. Sosialisasi yang dilakukan secara online
tidak mengenal calon siswa tersebut berasal dari kalangan mana dan
sosialisasi online memudahkan calon siswa untuk mendaftar meskipun
rumahnya berada di luar kota.
Kaitannya dengan kelas imersi, sosialisasi yang dilakukan guna
menjaring calon siswa yang berminat masuk ke jalur khusus yakni melalui
media massa, menyebarkan pamflet, maupun leaflet ke SMP-SMP se-
Karesidenan Surakarta. Selain itu, sosialisasi kelas imersi dilakukan sebelum
ujian nasional berlangsung guna memudahkan sekolah dalam mengelola
calon siswa yang mendaftar dan tidak bersamaan dengan reguler agar sekolah
dapat membedakan mana siswa yang masuk program imersi dan siswa yang
masuk program regular. Dalam Pedoman Penyelenggaraan Kelas Imersi di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 tentang perencanaan kelas imersi,
disebutkan bahwa:
1) Perekrutan siswa dilakukan setelah siswa diterima sekolah melalui tes
khusus yang diselenggarakan oleh sekolah sesuai kriteria dari tim imersi
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
2) Perekrutan siswa dapat dilakukan secara khusus.
Temuan yang diperoleh peneliti di lapangan yaitu adanya kesesuaian
antara pedoman yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah dengan pelaksanaan yang ada di SMA Negeri 4 Surakarta berkaitan
dengan sosialisasi kelas imersi.
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa SMA Negeri 4 Surakarta
dalam melakukan sosialisasi baik untuk program regular maupun program
imersi telah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah Kota
Surakarta dan pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
b. Proses penyeleksian siswa kelas reguler dan kelas imersi SMA Negeri 4
Surakarta
Kegiatan selanjutnya dalam menjaring calon siswa yang berkualitas
yaitu seleksi. Seleksi dapat digunakan sekolah sebagai dasar dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
mengetahui sejauh mana kompetensi calon siswa baru. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 68, disebutkan bahwa hasil ujian nasional
digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk:
1) pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
2) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;
3) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan
pendidikan;
4) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam penjelasan pasal 68 tentang dasar seleksi masuk jenjang
pendidikan berikutnya disebutkan bahwa hasil ujian nasional dijadikan
sebagai salah satu dasar seleksi untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi. Selain itu, satuan pendidikan dapat melakukan seleksi dengan
menggunakan instrumen seleksi yang materinya tidak diujikan dalam Ujian
Nasional, misalnya tes bakat skolastik, tes intelegensi, tes minat, tes bakat, tes
kesehatan, atau tes lainnya sesuai dengan kriteria pada satuan pendidikan
tersebut.
Ketika peneliti melakukan observasi di SMA Negeri 4 Surakarta,
temuan yang diperoleh yakni adanya kesesuaian antara peraturan tersebut
dengan pelaksanaan yang ada di lapangan. Hal ini dibuktikan dengan
dikeluarkannya pengumuman No.421.3/615 tentang pendaftaran peserta didik
baru kelas X Program Reguler On Line Tahun Pelajaran 2010-2011. Dalam
pengumuman tersebut disebutkan bahwa syarat-syarat mendaftar di SMA
yaitu lulus SMP/MTs dibuktikan dengan memiliki ijazah/SKHUN (Surat
Keterangan Hasil Ujian) Asli, berumur setinggi-tingginya 21 tahun pada
tanggal 12 Juli 2010 dan mengisi formulir pendaftaran. Pada tahun ini, daya
tampung SMA Negeri 4 Surakarta yaitu 380 siswa dengan rincian: 304 siswa
berasal dari warga/penduduk dalam kota Surakarta, dan 76 siswa berasal dari
luar kota Surakarta. Pola seleksi yang dilakukan sebagai berikut: .
1) Pemeringkatan dengan menggunakan Rumus : N = A + P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
A = Jumlah Nilai Ujian Nasional : Bahasa Indonesia , Bahasa Inggris,
Matematika , IPA.
P = Nilai Piagam Penghargaan / Piagam Kejuaraan / / Nilai Konversi
Prestasi
2) Nilai piagam penghargaan
a) Internasional; Juara I, Juara II, Juara III diterima langsung.
b) Nasional; Juara I diterima langsung, Juara II nilai pointnya 2,25, Juara
III nilai pointnya 2,00.
c) Propinsi; Juara I nilai pointnya 1,75, Juara II nilai pointnya 1,50 , dan
Juara III nilai pointnya 1,25.
d) Kabupaten / Kota: Juara I nilai pointnya 1,00, Juara II nilai pointnya
0,75, Juara III nilai pointnya 0,50.
e) Kecamatan: Juara I nilai pointnya 0,25, Juara II dan Juara III tidak ada
nilai pointnya.
Sedangkan, proses seleksi yang dilaksanakan untuk menjaring calon
siswa imersi berdasarkan pedoman penyelenggaraan kelas imersi tentang
perencanaan kelas imersi yang telah disebutkan sebelumnya bahwa
perekrutan siswa dilakukan setelah siswa diterima di sekolah melalui tes
khusus yang diselenggarakan sekolah sesuai kriteria dari tim imersi Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Temuan yang peneliti peroleh terkait
seleksi yang diadakan SMA Negeri 4 Surakarta untuk menjaring siswa imersi,
antara lain:
1) Standar nilai untuk masuk kelas imersi yakni rata-rata nilai rapor tujuh,
2) Seleksi awal yang digunakan adalah nilai rapor dan nilai UN. Proses
selanjutnya yakni tes yang terdiri dari: tes pengetahuan umum, tes
Bahasa Inggris secara lisan, Tes Potensi Akademik (TPA), dan
wawancara.
Seleksi dilaksanakan sebelum penerimaan siswa program reguler
berlangsung sehingga apabila siswa tidak lulus seleksi masih ada kesempatan
untuk mendaftar di reguler. Sedangkan, siswa yang lulus seleksi langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
didaftarkan ke dinas sehingga tidak ada kesempatan untuk mendaftar di
reguler.
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa SMA Negeri 4 Surakarta
dalam melakukan seleksi untuk program regular maupun program imersi
telah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah Kota Surakarta dan
pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
c. Capaian keberhasilan antara program reguler dengan program imersi
ditinjau dari prestasi akademik siswa di SMA Negeri 4 Surakarta
SMA Negeri 4 Surakarta merupakan salah satu sekolah favorit di Kota
Surakarta. Hal ini dibuktikan dengan tingginya angka kelulusan Ujian
Nasional pada tahun 2010. Meskipun Nilai UN tidak dapat dijadikan satu-
satunya ukuran kualitas dari sebuah sekolah tetapi pencapaian yang selama ini
diperoleh SMA Negeri 4 Surakarta menjadi bukti keberhasilan program-
program yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai rata-rata siswa reguler kelas XI
IPA dan XI IPS pada ulangan tengah semester gasal tahun ajaran 2009/2010
menunjukkan bahwa nilai mata pelajaran siswa reguler pada kelas XI IPA
yang memenuhi KKM ada dua belas yakni ,Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Seni,
Penjaskes, Biologi, TIK, Mandarin, Sejarah, Bahasa Jawa, sedangkan mata
pelajaran Fisika dan Kimia masih di bawah KKM. Untuk kelas siswa XI IPS
ada sembilan mata pelajaran yang sudah memenuhi KKM yaitu Pendidikan
Agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Seni Budaya, Penjaskes, Sejarah,
Ekonomi/Akuntansi, TIK, dan Mandarin, sedangkan yang belum memenuhi
KKM ada lima mata pelajaran, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan,
Matematika, Geografi, Sosiologi, dan Bahasa Jawa. Lalu, berdasarkan hasil
rekapitulasi nilai rata-rata siswa reguler kelas XI IPA dan XI IPS pada
ulangan semester gasal tahun ajaran 2009/2010 menunjukkan bahwa nilai
siswa XI IPA mengalami penurunan dengan bertambahnya mata pelajaran
yang belum memenuhi KKM yakni Fisika, Kimia dan Matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Sedangkan untuk siswa XI IPS menunjukkan tidak ada perubahan yang
berarti karena mata pelajaran yang belum memenuhi KKM tetap sama.
Untuk nilai rata-rata siswa imersi kelas XI IPA dan XI IPS pada
ulangan tengah semester gasal tahun ajaran 2009/2010 menunjukkan bahwa
nilai mata pelajaran siswa imersi pada kelas XI IPA yang memenuhi KKM
ada 12 mata pelajaran kecuali Matematika, dan Kimia. Sedangkan untuk
siswa imersi XI IPS sama seperti kelas XI IPA, mata pelajaran yang belum
memenuhi KKM yaitu Matematika dan Kimia. Lalu, untuk nilai rata-rata
pada ulangan semestar gasal, siswa kelas XI IPA mengalami peningkatan
yakni semua mata pelajaran telah memenuhi KKM. Sedangkan untuk siswa
kelas XI IPS juga sama, semua mata pelajaran telah memenuhi KKM.
Menilik pada hasil rekapitulasi nilai UN tahun 2009-2010, siswa jurusan
IPA lulus 100% dengan nilai rata-rata keseluruhan 8,07. Nilai tertinggi yang
dicapai siswa IPA yakni 10 pada mata pelajaran Biologi dan nilai terendah
4,50 pada mata pelajaran Matematika. Rekapitulasi tersebut telah mencakup
nilai siswa secara keseluruhan baik siswa reguler maupun siswa imersi.
Sedangkan untuk siswa jurusan IPS, nilai rata-rata keseluruhan yang dicapai
yakni 7,87 dengan satu siswa reguler tertinggal dan mengikuti Ujian Ulangan.
Nilai tertinggi yang dicapai siswa IPS yakni 10 pada mata pelajaran
Matematika dan nilai terendah 2,75 pada mata pelajaran Ekonomi. Hasil yang
telah dicapai baik siswa reguler maupun siswa imersi merupakan prestasi bagi
SMA Negeri 4 Surakarta.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa capaian
keberhasilan program reguler dan program imersi SMA Negeri 4 Surakarta
ditinjau dari prestasi akademik siswa cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
adanya kestabilan nilai rata-rata siswa pada ulangan tengah semester dan nilai
semester serta tingginya angka kelulusan di SMA Negeri 4 Surakarta baik
program reguler maupun program imersi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
4. Penyelenggaraan proses belajar mengajar di kelas reguler dan
kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta
a. Proses belajar mengajar di kelas reguler SMA Negeri 4 Surakarta
Inti kegiatan suatu sekolah atau kelas adalah proses belajar mengajar
(PBM). Menurut Andyarto Surjana (2002), kualitas belajar siswa serta para
lulusan banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan PBM tersebut atau
dengan kata lain banyak ditentukan oleh fungsi dan peran guru. Menurut
Martinis dan Maisah (2009:137), proses pembelajaran pada dasarnya adalah
proses komunikasi yang merupakan rangkaian kegiatan setiap unsur yang
terlibat dalam suatu komunikasi dan bagaimana interaksi antar unsur tersebut.
Unsur-unsur yang terlibat tersebut yaitu guru dan siswa. Untuk mengaktifkan
komunikasi antara guru dan siswa, guru perlu menggunakan metode yang
tepat dalam mengajar. Martinis Yamin (2008: 74) dalam Martinis dan Maisah
(2009:149) mengemukakan bahwa metode instruksional merupakan cara
melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi
latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Ketika peneliti melakukan observasi di lapangan, temuan yang
diperoleh yakni metode yang kebanyakan digunakan guru dalam mengajar di
kelas adalah metode ceramah, diskusi dan latihan soal. Sebagian guru juga
menggunakan media pembelajaran laptop dan LCD untuk memudahkan guru
dalam menjelaskan materi pelajaran. Siswa juga diberikan kesempatan untuk
bertanya apabila penjelasan guru kurang jelas baik di dalam kelas maupun di
luar kelas. Proses penilaian di SMA Negeri 4 Surakarta menggunakan sistem
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) guna mengidentifikasi siswa yang
belum memenuhi kompetensi yang ditetapkan. Sekolah juga mewajibkan
guru membuat modul sebagai panduan dalam mengajar dan modul tersebut
diberikan kepada siswa untuk memudahkan dalam memetakan materi yang
akan dipelajari.
Menurut Martinis dan Maisah (2009:150), metode ceramah merupakan
metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau
instruktur. Metode ceramah memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
kelebihannya yaitu: murah, mudah, materi yang disampaikan luas, fokus pada
materi yang dipilih, kontrol kelas mudah, dan organisasi kelas dapat diatur
menjadi lebih sederhana. Sedangkan kelemahan metode ceramah, yaitu
materi terbatas pada penguasaan guru, tidak disertai dengan praktik atau
peragaan, dapat membosankan apabila guru kurang bisa menyampaikan
materi dengan baik, serta sulit mengetahui tingkat pemahaman seluruh siswa
terhadap materi.
Temuan di lapangan menunjukkan bahwa beberapa siswa merasa
kurang nyaman dengan beberapa guru yang menggunakan metode ceramah
tetapi dalam penyampaian materi kurang menarik sehingga siswa menjadi
bosan. Tetapi tidak semua guru di SMA Negeri 4 Surakarta mutlak
menggunakan metode ceramah, beberapa guru juga menggunakan metode
tanya jawab, diskusi serta latihan soal.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas yaitu adanya
keterkaitan antara teori yang diuraikan dengan kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa proses belajar mengajar di kelas reguler sangat
dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengajar sehingga menuntut guru
untuk menyampaikan materi dengan metode yang tepat dan disesuaikan
dengan kondisi siswa di kelas.
b. Proses belajar mengajar di kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta
Pembelajaran adalah pengelolaan sebuah proses membelajarkan dan
mendidik siswa dengan berbagai kompetensi yang ditetapkan sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah dirancang. Begitu pula dengan kelas imersi
yang memiliki tujuan yang telah ditetapkan dalam mendidik siswanya.
Adapun tujuan penyelenggaraan kelas imersi berdasarkan pedoman
penyelenggaraan kelas imersi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008, antara
lain:
1) Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris bagi para guru, tenaga
kependidikan dan siswa.
2) Meningkatkan kompetensi lulusan siswa dalam penguasaan IPTEK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
3) Mengembangkan potensi sekolah beserta SDM yang dimiliki untuk
menciptakan keunggulan kompetitif.
Tujuan-tujuan tersebut kemudian diwujudkan dalam proses belajar
mengajar di kelas imersi, yang dijabarkan sebagai berikut:
1) Pendekatan kelas imersi menggunakan pendekatan PAKEM (pendekatan
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan).
2) Penggunaan metode belajar secara interaktif dan multi arah dengan siswa
sebagai subjek belajar.
3) Proses belajar kelas imersi sama dengan kelas reguler. Perbedaannya
terletak pada penggunaan bahasa asing (bahasa Inggris) sebagai bahasa
pengantar.
4) Waktu belajar sama dengan waktu belajar kelas reguler, apabila
diperlukan sekolah dapat menambah jam pelajaran sesuai dengan
kebutuhan.
5) Jadwal pelajaran ketujuh mata pelajaran yang imersikan disarankan agar
diajarkan pada jam-jam awal dimana kondisi para siswa masih segar dan
kelas imersi tetap mengikuti kalender pendidikan nasional.
6) Buku pelajaran yang digunakan untuk kelas imersi adalah buku teks yang
sesuai dengan kurikulum yang berlaku yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris maupun buku-buku lain yang belum diterjemahkan
dalam bahasa Inggris
Ketika peneliti melakukan observasi di lapangan berkaitan dengan
proses belajar mengajar di kelas, temuan yang diperoleh yakni di dalam kelas
imersi siswa diajak oleh guru untuk menggunakan pengantar Bahasa Inggris,
tetapi sebagian siswa masih belum terbiasa menggunakan Bahasa Inggris
dalam kesehariannya sehingga penggunaan Bahasa Inggris di kelas imersi
belum optimal. Selain itu, sebagian siswa masih kesulitan memahami materi
yang dijelaskan guru menggunakan Bahasa Inggris sehingga guru membantu
dengan menggunakan Bahasa Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Kompetensi yang dituntut di kelas imersi lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas reguler karena siswa di kelas imersi harus memahami materi
dengan menggunakan dua bahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris dengan jam pelajaran yang sama dengan kelas reguler. Guru di kelas
imersi pun perlu persiapan khusus sebelum mengajar di kelas imersi sehingga
menuntut guru untuk bisa mendidik sekaligus membelajarkan siswa dengan
dua bahasa. Metode yang digunakan guru imersi kebanyakan sama dengan
guru reguler yaitu ceramah, diskusi, dan latihan soal bedanya hanya pada
pengantar bahasanya dan sebagian besar guru imersi menggunakan media
pembelajaran laptop dan LCD guna memudahkan dalam menjelaskan materi
karena Bahasa Inggris lebih mudah dipahami dalam bahasa tulis daripada
bahasa lisan.
SMA Negeri 4 Surakarta juga mendatangkan native speaker dari luar
negeri seminggu dua kali, yakni satu kali untuk guru dan satu kali untuk
siswa guna menunjang guru dan siswa dalam menggunakan Bahasa Inggris.
Berkaitan dengan kondisi siswa di kelas imersi, kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih kaku dibanding dengan kelas reguler karena siswa harus fokus
dalam memahami penjelasan guru dan sedikit sekali kesempatan bagi guru
untuk mengeluarkan joke-joke untuk me-refresh pikiran siswa agar tidak
bosan. Namun, masalah tersebut dapat diatasi dengan terbangunnya
keakraban antara guru dan siswa imersi di luar kelas. Hal ini terlihat ketika
peneliti melakukan observasi, guru dan siswa imersi terlihat akrab satu sama
lain dibanding siswa reguler dengan gurunya.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas yaitu adanya
keterkaitan antara pedoman yang telah ditetapkan dengan kenyataan di
lapangan yang menunjukkan bahwa proses belajar mengajar di kelas imersi
menuntut kompetensi guru dan siswa yang lebih tinggi dibandingkan kelas
reguler. Hal ini disebabkan fokus dalam pembelajaran memiliki dua arah
yakni, guru harus bisa memahamkan siswa dalam Bahasa Inggris dan siswa
harus memahami materi dalam dua bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian tentang
kualitas pembelajaran kelas reguler dan kelas imersi di SMA Negeri 4 Surakarta
tahun ajaran 2009/2010, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran di
kedua kelas dapat dikatakan baik ditinjau dari komponen-komponen, sebagai
berikut:
1. Penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran pada
kelas regular dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta, meliputi:
a. Pengadaan sarana dan prasarana umum di SMA Negeri 4 Surakarta
seperti Laboratorium Biologi belum dapat dikatakan memadai
berdasarkan PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan
Nasional yang kemudian dijabarkan ke dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007, namun secara keseluruhan
sarana dan prasarana di SMA Negeri 4 Surakarta dapat dikatakan
memadai termasuk sarana dan prasarana di kelas regular dan kelas
imersi. Perbedaan sarana dan prasarana di kelas regular dan kelas imersi
hanya terletak pada tersedianya LCD dan televisi di setiap kelas imersi
sedangkan di reguler tidak semua kelas tersedia fasilitas tersebut, tetapi
pada dasarnya sarana dan prasarana umum di SMA Negeri 4 Surakarta
dapat digunakan baik kelas reguler maupun kelas imersi.
b. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan terhadap sarana dan prasarana di
SMA Negeri 4 Surakarta, yakni mengadakan kontrol setiap saat,
menugaskan pegawai khusus untuk menjaga prasarana yang ada,
mengadakan perbaikan apabila terjadi kerusakan, melakukan pemugaran
terhadap sarana dan prasarana yang masih layak pakai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
2. Kualitas guru yang mengajar kelas reguler dan kelas imersi di SMA Negeri 4
Surakarta meliputi:
a. Penempatan guru yang mengajar di SMA Negeri 4 Surakarta menjadi
kebijakan Dinas Pendidikan Kota Surakarta sehingga sekolah tidak
memiliki kewenangan untuk menempatkan guru. Sedangkan,
penempatan guru di kelas imersi menjadi kebijakan sekolah
berdasarkan pedoman penyelenggaraan kelas imersi Provinsi Jawa
Tengah tahun 2008. Penempatan guru imersi pada angkatan pertama
dan kedua langsung ditunjuk dari sekolah melalui SK dari Kepala
Sekolah dengan pertimbangan mampu berbahasa Inggris lalu pada
angkatan ketiga penempatan guru imersi berdasarkan hasil seleksi
terbuka untuk guru reguler SMA Negeri 4 Surakarta.
b. Kualitas guru SMA Negeri 4 Surakarta secara umum dapat dikatakan
baik karena telah memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan
yang ditetapkan pemerintah yaitu jenjang pendidikan yang ditempuh
minimal diploma empat atau sarjana yang sesuai dengan bidang
studinya, serta memiliki sertifikat profesi. Perbedaan antara kualitas
guru regular dan guru imersi hanya terletak pada kemampuan
menggunakan Bahasa Inggris. Namun, kualitas guru imersi dengan
tambahan criteria tersebut dapat dikatakan cukup baik karena beberapa
guru dianggap belum memenuhi target yang diharapkan oleh pihak
sekolah.
c. Upaya-upaya yang dilakukan dalam menjaga kualitas guru reguler dan
meningkatkan kualitas guru imersi SMA Negeri 4 Surakarta yaitu:
1) Melakukan monitoring terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas.
2) Melakukan supervisi atau pengawasan terhadap kegiatan mengajar
guru.
3) Melakukan pembinaan rutin setiap hari Senin guna mengevaluasi
kegiatan satu minggu dan membahas program kerja untuk satu
minggu ke depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Namun, untuk guru imersi ada upaya khusus yang dilakukan sekolah
yakni dengan mengadakan seleksi pada saat penempatan yang bekerja
sama dengan LIA serta mendatangkan native speaker dan pengajar dari
LPIA guna membantu guru imersi dalam meningkatkan kualitas
mengajar di imersi.
3. Kualitas siswa pada kelas regular dan kelas imersi SMA Negeri 4 Surakarta,
meliputi:
a. Proses sosialisasi kelas reguler SMA Negeri 4 Surakarta dilakukan
dengan system online secara serentak dengan seluruh SMA Negeri di
Kota Surakarta sehingga sekolah tidak melakukan sosialisasi secara
khusus. Sedangkan untuk program imersi, sosialisasi dilakukan secara
massif dengan menyebarkan leaflet leaflet dan selebaran ke SMP-SMP
se-Karesidenan dan se-Surakarta, serta menggunakan media cetak
seperti SOLO POS.
b. Proses penyeleksian siswa kelas reguler SMA Negeri 4 Surakarta
dilakukan secara online dengan sistem ranking seluruh pendaftar SMA
Negeri se-Surakarta dan sekolah tidak memiliki kewenangan dalam
menyeleksi calon siswa program reguler karena seleksi dilakukan oleh
Dinas Pendidikan Kota Surakarta bekerja sama dengan Puskom UNS
guna pengolahan datanya. Sedangkan untuk program imersi, seleksi
dilakukan cukup ketat dengan memperhitungkan nilai rapor, nilai UN
SMP, tes pengetahuan umum, tes Bahasa Inggris, tes potensi akademik,
serta wawancara.
c. Capaian keberhasilan antara program reguler dengan program imersi
ditinjau dari prestasi akademik siswa di SMA Negeri 4 Surakarta cukup
tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kelulusan di SMA
Negeri 4 Surakarta dari kedua program bahkan tingkat keterterimaan
lulusan di perguruan tinggi negeri juga cukup tinggi. Tidak hanya itu
saja, kestabilan nilai rata-rata siswa pada ulangan tengah semester dan
nilai semester menunjukkan konsistensi guru dan siswa dalam
melaksanakan proses belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
4. Penyelenggaraan proses belajar mengajar di kelas reguler dapat dikatakan
cukup baik. Hal ini dikarenakan guru dapat menguasai materi dengan baik
serta dapat memanfaatkan fasilitas pembelajaran yang disediakan sekolah,
tetapi proses belajar mengajar di kelas sangat dipengaruhi oleh kemampuan
guru dalam mengajar karena guru lebih banyak menggunakan metode
konvensional seperti ceramah, tanya jawab, diskusi dan latihan soal serta
tidak semua guru membuat modul sebagai panduan materi sehingga siswa
sangat tergantung dengan materi yang diberikan oleh guru. Sedangkan,
perbedaan proses belajar mengajar di kelas imersi dibandingkan kelas
reguler hanya terletak pada penggunaan pengantar Bahasa Inggris di kelas.
Namun, hal tersebut sangat mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas
imersi karena fokus dalam pembelajaran memiliki dua arah yakni, guru
harus bisa memahamkan siswa dalam Bahasa Inggris dan siswa harus
memahami materi dalam dua bahasa.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dikaji implikasinya sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Komponen dari kualitas pembelajaran meliputi: penyediaan sarana dan
prasarana, kualitas guru, kualitas siswa serta proses belajar mengajar yang baik.
Penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar baik
kelas reguler maupun kelas imersi di SMA Negeri 4 Surakarta mencakup kegiatan
pengadaan sarana dan prasarana serta pemeliharaan sarana dan prasarana tersebut.
Kualitas guru juga menentukan kualitas dari proses belajar mengajar yang
mencakup proses penempatan guru yang tepat, ukuran kualitas guru serta upaya-
upaya untuk meningkatkan dan menjaga kualitas guru tersebut. Kaitannya dengan
kualitas siswa, kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh input yang baik yaitu
dengan mengadakan sosialisasi serta proses seleksi guna memperoleh capaian
yang baik. Namun, capain tersebut tidak akan berhasil apabila proses belajar
mengajar didalamnya kurang baik. Oleh karena itu, proses belajar mengajar di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
kedua program perlu dikelola dengan baik dan seimbang sesuai dengan visi dan
misi yang ditetapkan sekolah.
2. Implikasi Praktis
Komponen kualitas pembelajaran dari segi penyediaan sarana dan
prasarana, kualitas guru, kualitas siswa, serta proses belajar mengajar baik kelas
reguler maupun kelas reguler telah berjalan sesuai dengan pedoman dan peraturan
yang ada meskipun beberapa sarana dan prasarana ada yang kurang memenuhi
standar pemerintah. Namun, hal tersebut tidak menjadi kendala bagi SMA Negeri
4 Surakarta karena sarana dan prasarana yang ada telah disesuaikan dengan
kebutuhan sekolah sehingga ada sarana dan prasarana yang di luar standar
pemerintah seperti ruang multimedia yang kemudian menjadi keunggulan bagi
SMA Negeri 4 Surakarta. Dalam proses belajar mengajar, guru kurang
memberikan variasi metode mengajar sehingga siswa sangat tergantung pada
penjelasan guru. Sedangkan dalam pemenuhan kualitas pembelajaran tersebut,
SMA Negeri 4 Surakarta selalu berupaya untuk memenuhinya. Hal ini dibuktikan
dengan adanya kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah setiap
pekan guna mengevaluasi kegiatan belajar mengajar selama pekan tersebut serta
membuat rencana untuk pekan depan. Pembinaan tersebut sekaligus sebagai
sarana bagi guru untuk mengetahui kondisi sekolah secara keseluruhan sehingga
guru dan kepala sekolah dapat bekerja sama untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan implikasi yang telah diuraikan di depan,
peneliti berusaha memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Sekolah sebaiknya melengkapi peralatan di laboratorium Biologi agar
kegiatan praktik siswa dapat berjalan semestinya dengan peralatan yang
memadai.
2. Sebaiknya sekolah mengadakan evaluasi lebih mendalam mengenai proses
belajar mengajar baik di kelas reguler maupun kelas imersi melalui angket
yang diberikan kepada siswa sehingga siswa lebih mudah mengeluarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
pendapatnya terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas selama ini. Evaluasi
yang baik tidak hanya terbatas pada guru dan kepala sekolah tetapi semua
elemen dari SMA Negeri 4 Surakarta.
3. Sekolah sebaiknya memberikan pengarahan kepada guru akan pentingnya
membuat modul mata pelajaran guna memudahkan siswa dalam memetakan
materi karena meskipun sudah diwajibkan oleh sekolah tetapi masih
ditemukan beberapa guru yang belum membuat modul.
4. Sekolah mengadakan pelatihan bagi guru-guru mengenai pengelolaan kelas
menggunakan berbagai metode pembelajaran sehingga metode yang
digunakan tidak hanya ceramah, diskusi maupun latihan soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
DAFTAR PUSTAKA
Ainur, Sofia. 2010. Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah.
http://sofiainur.wordpress.com/
Anggoro Dwidianto, Mochamad. 2009. Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Pendidikan di SMAN Se-Kota Probolingo.
http://karya ilmiah.um.ac.id/index.php/ASP/article/view/5425/0
Dinas P & K Provinsi Jawa Tengah. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Imersi.
Eti R, Pontjorini R, dan Prima Gusti. 2006. Sistem Informasi Manajemen
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
http://www.smpn1bantul.net. Konsep Pembelajaran Matematika Dan IPA dalam
Bahasa Inggris (Bilingual)
Ki Supriyono. 2003. Sistem Pendidikan Nasional dan Peran Budaya Dalam
Pembangunan Berkelanjutan.
http://www.lfip.org/.../SistimPendidikanNasional-supriyono.pdf.
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tanggal
28 Juni 2007 Standar Sarana Dan Prasarana untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Jakarta.
Malik, Rizal. 2009. Badan Dunia untuk Program Pembangunan.
http://www.leapidea.com/presentation?id=5.
Mardalis. 2002. Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi
Aksara.
Muslich, Masnur. 2007. Sertifikasi Guru menuju Profesionalisme Pendidik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Mustakim. 2008. Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/.
Nurochim. 2007. Peningkatan Mutu Sekolah.
http://nurochim.multiply.com/journal/item/1/Peningkatan_Mutu_Sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Permendiknas RI No 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh
Kabupaten/Kota. Jakarta.
PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 dan 29 tentang Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. Jakarta.
Sa’ud, Udin Saefudin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
_________________. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta
Sagala, Syaiful. 2008. Budaya dan Reinventing Organisasi Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Suara Pembaharuan. 2004. Diknas Jateng Kembangkan Program Pendidikan
Kelas Imersi. http://www.sampoernafoundation.org/.
Sucipto, Nyoman. 2005. Pendidikan, Penunjang ke Arah Kesadaran Global.
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/5/3/o2.htm.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Surjana, Andyarto. 2002. Efektivitas Pengelolaan Kelas. Vol.I 65, Maret, hal 2.
Suyatno. 2007. Panduan Sertifikasi Guru. Jakarta: Indeks.
Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun 2006. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zainuddin. 2008. Reformasi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.