Korupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HAN

Post on 12-Jun-2015

2.470 views 4 download

description

Disampaikan dalam Dialog Publik dengan Tema: “Pencegahan Korupsi Terhadap Aparat Pemerintahan Daerah”, diselenggarakan oleh BEM Universitas Kartanegara

Transcript of Korupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HAN

Korupsi dalam PerspektifKebijakan Publik dan HAN

Disampaikan dalam Dialog Publik dengan Tema: “Pencegahan Korupsi Terhadap Aparat Pemerintahan Daerah”

Diselenggarakan oleh BEM Universitas Kartanegara

Tenggarong, 5 Mei 2010

Situation Setting

Banyak pejabat daerah gamang mengambil kebijakan yg berdampak pada pengeluaran uang, terutama terkait hubungan Pemda dengan:

Akibatnya:• Menurunnya daya serap APBD.• Meningkatnya idle cash.• Menurunnya ekonomi masyarakat dan kualitas

pelayanan umum.• Munculnya instabilitas sosial.

• DPRD (kegiatan penunjang operasional);• Masyarakat (fasilitasi pemberdayaan masyarakat,

bansos);• Pemerintah di daerah (pendukung kegiatan instansi

vertikal).

Kebijakan Publik & Pejabat• Thomas Dye: Public policy is whatever the government

choose to do or not to do, why they do it, and what difference it makes.– Pejabat harus mempertimbangkan dengan sangat cermat & hati-

hati setiap keputusan/tindakan yg akan dilakukan.– Why apa konsideran & bgmn sikonnya sehingga perlu ada

kebijakan?– What difference apa dampak & manfaat yg mungkin timbul?

• Pertanggungjawaban Pejabat adalah secara formal dan material.– Pasal 54 UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara:

Pengguna Anggaran (Kepala SKPD) bertanggung jawab secara formal dan material kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota atas pelaksanaan kebijakan anggaran yang berada dalam penguasaannya.

– Meskipun seorang pejabat tidak turut menikmati manfaat dari kebijakan yg dikeluarkan, namun tetap harus bertanggungjawab jika muncul kerugian akibat kebijakannya tsb.

Diskresi / Wewenang (1)• Arti: kewenangan yg luas untuk melakukan

perbuatan hukum tertentu (ermessen).– Gamawan Fauzi: “guna mengatasi persoalan2

mendesak & strategis di masyarakat memang dibutuhkan suatu sistem peraturan yg memungkinkan seorang KDH mengambil kebijakan secara cepat & tepat meski melampaui aturan atau sesuatu yang memang belum diatur dalam perundang-undangan. Namun, kewenangan diskresi itu tetap memerlukan batasan” (Jurnas, 3-05-2010).

• Wujud:– Mengeluarkan Peraturan (Regeling).– Mengeluarkan Keputusan (Beschikking).– Melakukan perbuatan nyata (feitelijke

rechtshandelingen).– Penafsiran aturan (rechtsinterpretatie).

Diskresi / Wewenang (2)

• Perlindungan thd Diskresi:– Azas Het vermoeden van rechtmatigheid (kebijakan harus

dianggap benar sampai dibuktikan sebaliknya).– Pasal 50 KUHP: “Barang siapa melakukan perbuatan untuk

melaksanakan ketentuan Undang-Undang, tidak dipidana”.– Yurisprudensi: Putusan Peninjauan Kembali MA No. 23

PK/PID/2001 Tahun 2001• Kasus: H. Zuiyen Rais (Walikota Padang) pemberian

bantuan mobilitas kepada anggota DPRD, yg kemudian mendapat pembenaran dengan Surat Mendagri & Surat Gubernur, adalah merupakan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan UU, oleh karena itu ia tidak dapat dipidana.

• Tentang kemungkinan adanya cacat atau kekeliruan dalam proses pembentukan Perda No.2/1998, tidak dapat dipertanggung jawabkan secara pribadi, karena berdasarkan Pasal 38 UU No.5/1974 kekuasaan membuat Perda ada pada KDH dan DPRD.

Batas2 Diskresi• SF. Marbun:

– sikap tindak itu diambil atas inisiatif sendiri, – dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalan penting

dan mendesak yang timbul secara tiba-tiba, – ditujukan untuk menjalankan tugas-tugas public

service, – dimungkinkan oleh hukum, – dapat dipertanggungjawabkan baik secara hukum

maupun secara moral.

• Sjachran Basah:– batas atas: ketaatasasan ketentuan perundang-

undangan, dimana peraturan tidak boleh bertentangan dengan peraturan yg lebih tinggi derajatnya.

– batas bawah: peraturan/kebijakan tidak boleh melanggar hak-hak masyarakat.

10 Dimensi Korupsi

Sumber: Tool-Kit Anti Korupsi, Center of International Crime Prevention, United Nations (PBB).

Wewenang & Korupsi• Kebijakan yg tidak ada dasar wewenang =

Korupsi.• Kebijakan dapat dipidana atau dapat dianggap

sbg korupsi, apabila:– Tidak berwenang (onbevoegdh) atau melampaui

kewenangan (detournement de pouvoir).– Berwenang, namun tidak sesuai dengan maksud

pemberian wewenang tsb, atau tidak seharusnya sampai pada kebijakan tsb (abus de droit).

– Secara nyata menimbulkan kerugian bagi negara atau kerusakan dalam masyarakat.

• Jenis/sumber Wewenang:– Wewenang konstitutif.– Wewenang atributif (delegasi per-UU-an).– Wewenang mandat.

Koreksi AktorDiubah Pembuat kebijakan.Dicabut • Pembuat kebijakan.

• Atasan Pembuat kebijakan.• Pengadilan + judicial review.

Alasan: Kekeliruan / kesalahanDibatalkan • Pengujian Atasan

• Pengadilan + judicial review.Alasan: • Dibuat BPP yg tdk berwenang .

• Tidak melalui prosedur.• Cacat substansi (cacat materiil).

Sistem Koreksi Kebijakan

Saran utk Kasus Setwan Kukar

• Penegakan hukum sebaiknya tidak kontra-produktif dg proses birokrasi & pelayanan publik.– Tupoksi organisasi,– Penggantian pejabat, dll.

• Sinkronisasi pendekatan hukum & administratif.– Pertanggungjawaban: kepada siapa?,

administratif dulu atau hukum dulu?, – Putusan pidana harus konvergen dengan

langkah administratif.

Upaya Pencegahan ke Depan

• Sosialisasi & penerapan Kode Etik Internasional untuk Pejabat Publik (Lampiran Resolusi Majelis Umum PBB No. 51/59, 12 Desember 1996) + the conduct of members of the judiciary (polisi, jaksa, hakim).

• Reformasi Keuangan Negara dengan menciptakan Omnibus Regulation hindari overlap, standar ganda & komplikasi formulir.

• Standarisasi sistem kesejahteraan pegawai + eliminasi kastanisasi institusi.

• Reformasi peradilan yg komprehensif jangan sampai muncul kesan “jeruk makan jeruk”!

• Character building sejak dini, baik jalur pendidikan formal maupun pendidikan moral & akhlak.