Post on 20-Jul-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KONFLIK BUDAYA DALAM SURAT KABAR
(Studi Analisis Isi Perbandingan Berita Tentang Konflik Budaya
Indonesia – Malaysia Dalam Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media
Indonesia Periode Agustus – Desember 2009)
Disusun Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Komunikasi Dalam Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Oleh:
Ronny Mallo Tju
D1208613
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi,
Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Hari : Selasa
Tanggal : 14 Desember 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D
NIP. 197102171998021001 NIP. 198104292005012002
Nora Nailul A., S.Sos, M.LMEd, Hons.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi,
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari : Senin
Tanggal : 10 Januari 2011
Panitia Penguji :
Ketua : Prof. Drs. H. Pawito, Ph. D. ( )
NIP. 19540805 198503 1 002
Sekretaris : Mahfud Anshori, S.Sos. ( )
NIP. 19790908 200312 1 001
Penguji I : Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D ( )
NIP. 197102171998021001
Penguji II : Nora Nailul A., S.Sos, M.LMEd, Hons. ( )
NIP. 198104292005012002
Mengetahui,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Drs. H. Supriyadi SN, SU
NIP. 195301281981031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Yang terpenting di dalam menjalankan hati kepercayaan adalah hati
kepercayaan yang kuat, ada kesungguhan hati di dalam doa dan memiliki
jiwa yang dapat mengubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin…
(Bimbingan Yang Arya Jitoku Kawabe)
Yang dikatakan ‘budi’ adalah tinggi, meskipun langit itu tinggi namun
tingginya tidaklah setinggi ‘budi’. Dan ‘budi’ adalah tebal. Tanah memang
tebal tetapi tidaklah setebal ‘budi’.
(Perihal ‘Surat Membuka Mata’)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Penulisan Karya Ilmiah ini saya persembahkan dan dedikasikan untuk:
My Beloved Mother - Wiliana dan Alm. Ayah saya Leo Ohari.
Dan juga untuk kakak2 saya, Roby dan Riny.
Terima Kasih dari lubuk hati terdalam atas segalanya..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat kelulusan
untuk memporoleh gelar sarjana ilmu komunikasi.
Penyusunan skripsi dengan judul “Konflik Budaya dalam Surat Kabar”
(Studi Analisis Isi Perbandingan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia –
Malaysia Dalam Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode
Agustus – Desember 2009), diawali dengan ketertarikan penulis terhadap
hubungan pasang-surut antara Indonesia dan Malaysia dalam berbagai hal
sehingga menyebabkan terjadinya konflik. Seperti yang diketahui, konflik antara
Indonesia dan Malaysia ada beragam, namun yang menjadi pengamatan peneliti
adalah isu konflik budaya yang seiring waktu terus terjadi.
Penulisan berita terkait isu konflik budaya kedua negara sempat menjadi
hot topic dalam berbagai macam pemberitaan dalam surat kabar beberapa tahun
lalu, namun pada tahun 2009 isu ini kembali mencuat dan menjadi perhatian baik
dari pemerintah maupun penduduk kedua negara tersebut. Sehingga mengundang
banyak pemberitaan dari surat kabar kedua negara, baik itu memberitakan secara
positif, negatif maupun netral. Pada penelitian ini peneliti ingin melihat
perbedaan-perbedaan berita terkait konflik budaya pada dua surat kabar yang
memiliki perbedaan mencolok terkait asal dan peredarannya, yakni Utusan
Malaysia yang berasal dari Malaysia, dan Media Indonesia yang berasal dari
Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Dalam skripsi ini, peniliti memaparkan semua informasi yang dilengkapi
dengan data-data akurat yang berisi mulai dari perumusan masalah hingga hasil
perhitungan penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan berita
terkait konflik budaya pada kedua surat kabar yang diteliti.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan tidak
terlepas dari kesalahan penulisan di dalam skripsi ini. Untuk itu peneliti berharap,
para peneliti dimasa yang akan datang dapat menyempurnakannya demi kemajuan
bidang ilmu sosial.
Diakhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan masyarakat luas. Terima kasih.
Surakarta, Desember 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Skripsi ini tidak akan mudah diselesaikan tanpa bantuan dari semua pihak.
Untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph. D dan Nora Nailul A., S.Sos, M.LMEd, Hons.
selaku pembimbing skripsi; yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan pengarahan, saran, kritik dan masukan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan skripsi ini. Dan mohon maaf atas kesalahan-
kesalahan penulis.
2. Prof. Drs. H. Pawito, Ph. D. dan Mahfud Anshori, S.Sos. selaku penguji
skripsi; atas masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
3. Nora Nailul A., S.Sos, M.LMEd, Hons. selaku Pembimbing Akademik,
yang telah memberikan arahan dan waktunya selama menempuh
pendidikan di Ilmu Komunikasi FISIP UNS.
4. Segenap staf dosen FISIP UNS Surakarta atas segala ilmu yang telah
diajarkan selama ini.
5. Rekan-rekan S1 Ilmu Komunikasi Swadana Transfer 2008. Umi Era, Titi,
Pupud, Wawa, Arwan, Abung, Diki, Gunawan, Iswan, Ezi, Latief, Matius,
Icha, Achi, Iva, Citra, Ade dan Fera, Alit, Desti, Mawar, dan semuanya..
Terima Kasih untuk kebersamaan, keceriaan, dan bantuannya. Sukses
selalu buat kalian, keep contact!
6. Keluarga besar di Sulawesi Selatan, Aji’-Monita, Untuk Om Toni
Sekeluarga, juga Om Eddy Mallo sekeluarga dan keluarga besar lainnya..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
7. Teman-Teman kos putra Stannum, dan keluarga Ibu Sri, Destina atas
bantuan-bantuannya, Andi Yan, Indra, Ko Andre, Mba Yani, Mba
Chandra, Mba Novi, Mba Retno, Mbah Jo, Taufik, Anugerah dan
semuanya.. Sukses selalu buat kalian..
8. Teman-Teman Yogya dan teman online, Jimmy Anthony Sarapung –
Terima Kasih atas kesabaran dan supportnya yang sangat berharga buat
penulis, Nina atas supportnya, Indra ‘aandaku’, Pram2, Kancalini, Qinan,
Om Wahnce, Holy, Stef, Mba Nuke, Jeje, Once, Titis, Dee, Tante, Maia,
Yoke, Tere, Jembet, dan semuanya.. Sukses selalu buat kalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………….. i
PERSETUJUAN………………………………………………………….. ii
PENGESAHAN…………………………………………………………... iii
MOTTO………………………………………………………………….... iv
PERSEMBAHAN………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR……………………………………………………. vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL……………………………………………………….... xvi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... xx
ABSTRAK……………………………………………………………….... xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………….
B. Perumusan Masalah…………………………………………………….
C. Tujuan Penelitian……………………………………………….………
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………...
E. Kerangka Pemikiran dan Telaah Pustaka……………………………....
1. Definisi Komunikasi………...………………………………............. 11
1.1. Komunikasi Massa……….…………………………….……….. 12
1.1.1 Surat Kabar………………………………………………. 14
1.1.2. Berita…………………………………………………….. 17
1
9
10
10
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
1.2. Komunikasi Antarbudaya….………………………….………... 22
1.2.1. Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi
Antarbudaya………………………………….………..... 26
1.2.2. Konflik Budaya………………...….……….……............ 28
1.2.3. Penerapan Komunikasi Antarbudaya dalam Penelitian..... 30
2. Analisis Isi sebagai Teknis Analisis……………….………………… 31
3. Penelitian Terdahulu……………………………….…………............ 34
3. Kerangka Pemikiran……………………………….…………............ 37
F. Hipotesis…………………………………………….…………………..
G. Definisi Konsepional dan Operasional……………….…………............
1. Definisi Konsepsional…………………………….…………………. 39
2. Definisi Operasional……………………………….……………….... 42
H. Kategorisasi……………………………………………………………..
1. Pokok Permasalahan Berita………………………………..…............ 46
2. Arah Pemberitaan….……………………………………………….... 46
3. Sumber Berita…….…………………………….…………………..... 47
4. Faktualitas Berita.……………………………………………………. 48
5. Bentuk Penulisan Berita……………………………………………… 49
I. Metodologi Penelitian…………………………………………………...
1. Jenis Penelitian……………………………………………………….. 50
2. Teknik Penelitian…………………………………………………….. 50
3. Obyek Penelitian……………………………………………………... 52
4. Populasi dan Sampel…………………………………………............. 52
39
39
45
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
5. Teknik Pengumpulan Data……………………………….………….. 53
6. Teknik Pengukuran……………………………………..……………. 53
7. Teknik Analisis Data………………………………………………… 54
8. Reliabilitas…………………………………………………………… 55
BAB II DESKRIPSI PENELITIAN
A. Utusan Group…………………………………………………………… 56
1. Sejarah dan Perkembangan…………………………………………... 56
2. Visi, Misi dan Objektif Perusahaan…………………………………. 58
3. Tata Kerja Perusahaan………………………………………………. 60
3.1. Struktur Organisasi…….…………………...……….…………. 60
3.2. Editorial Utusan Malaysia…………….……………….……….. 62
4. Kebijakan Redaksional………………………………………............. 63
5. Layanan Usaha Perusahaan………………………………………….. 64
6. Produk Usaha………………………………………………………... 69
7. Profil Pembaca……………………………………………….……… 74
B. Media Indonesia………………………………………………………... 75
1. Sejarah dan Perkembangan………………………………………….. 75
2. Visi, Misi dan Objektif Perusahaan…………………………............. 77
3. Struktur Organisasi………………………………………………….. 79
4. Kebijakan Redaksional………………………………………............ 81
4.1. Pola Penyajian………………………...………….……………... 82
5. Profil Pembaca………………………………………………………. 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
3.1. Penyajian Data Isi Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia –
Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia…………….……….. 91
3.1.1. Sajian Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang
Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar
Utusan Malaysia……………………………………………… 92
3.1.2. Sajian Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan
Malaysia……………………………………………………… 95
3.1.3. Sajian Data Kategori Sumber Berita Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan
Malaysia………………………………………………........... 98
3.1.4. Sajian Data Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan
Malaysia………………………………………………........... 102
3.1.5. Sajian Data Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang
Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar
Utusan Malaysia………………………………………........... 103
3.2. Penyajian Data Isi Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia -
Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia………………........... 106
3.2.1. Sajian Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang
Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar
Media Indonesia………………………………….…………. 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
3.2.2. Sajian Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media
Indonesia……………………………………………............. 109
3.2.3. Sajian Data Kategori Sumber Berita Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media
Indonesia……………………………………………………. 112
3.2.4. Sajian Data Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media
Indonesia……………………………………………………. 116
3.2.5. Sajian Data Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang
Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar
Media Indonesia…………………………………….………. 118
3.3. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Isi Berita Tentang
Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar
Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi Agustus –
Desember 2009………………......................................................... 120
3.3.1. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Pokok
Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia –
Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media
Indonesia Edisi Agustus – Desember 2009………………… 122
3.3.2. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Arah
Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia –
Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Indonesia Edisi Agustus – Desember 2009………………… 125
3.3.3. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Sumber
Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia
Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia
Edisi Agustus – Desember 2009……………………………. 128
3.3.4. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Faktualitas
Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia
Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia
Edisi Agustus – Desember 2009……………………………. 130
3.3.5. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Bentuk
Penulisan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia –
Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media
Indonesia Edisi Agustus – Desember 2009…………………. 133
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………... 136
B. Saran……………………………………………………………………. 144
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Sampel Pemberitaan Terkait Konflik Budaya
Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan
Malaysia dan Media Indonesia.............................................. 52
Tabel 2.1 Direksi Utusan Group............................................................ 61
Tabel 2.2 Direksi Anak Perusahaan Utusan Group............................... 62
Tabel 2.3 Editor Utusan Malaysia.......................................................... 62
Tabel 2.4 Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin.................................. 85
Tabel 2.5 Persentase Berdasarkan Tingkat Pendidikan......................... 85
Tabel 2.6 Persentase Berdasarkan Tingkat Usia.................................... 85
Tabel 2.7 Persentase Berdasarkan Jenis Pekerjaan................................ 86
Tabel 2.8 Persentase Berdasarkan Tingkat Pengeluaran....................... 86
Tabel 3.1 Hasil Uji Reliabilitas pada Surat Kabar
Utusan Malaysia.................................................................... 89
Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas pada Surat Kabar
Media Indonesia.................................................................... 89
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Data Kategori Pokok Permasalahan
Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia
Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode
Agustus – Desember 2009..................................................... 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Data Kategori Arah Pemberitaan
Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada
Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus -
Desember 2009...................................................................... 96
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Data Kategori Sumber Berita
Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada
Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus -
Desember 2009...................................................................... 99
Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Data Kategori Faktualitas Berita
Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada
Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus -
Desember 2009...................................................................... 102
Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Data Kategori Bentuk Penulisan
Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia
Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus -
Desember 2009...................................................................... 104
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Data Kategori Pokok Permasalahan
Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia
Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus -
Desember 2009...................................................................... 107
Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Data Kategori Arah Pemberitaan
Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada
Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus -
Desember 2009...................................................................... 110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Data Kategori Sumber Berita
Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada
Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus -
Desember 2009...................................................................... 113
Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Data Kategori Faktualitas Berita
Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada
Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus -
Desember 2009...................................................................... 116
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Data Kategori Bentuk Penulisan
Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia
Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus -
Desember 2009...................................................................... 118
Tabel 3.13 Perbedaan Distribusi Frekuensi Berita Tentang
Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat
Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode
Agustus - Desember 2009...................................................... 121
Tabel 3.14 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Pokok
Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia -
Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media
Indonesia Periode Agustus – Desember 2009........................ 123
Tabel 3.15 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Arah
Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia
Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia
Periode Agustus - Desember 2009......................................... 126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Tabel 3.16 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Sumber Berita
Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat
Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode
Agustus - Desember 2009...................................................... 128
Tabel 3.17 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Faktualitas
Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia - Malaysia
Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media
Indonesia Periode Agustus – Desember 2009........................ 131
Tabel 3.18 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Bentuk Penulisan
Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia
Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia
Periode Agustus - Desember 2009......................................... 134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Edisi Perdana Utusan Malaysia..............................................
Gambar 2.2 Edisi Sekarang Utusan Malaysia............................................
70
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
ABSTRAK RONNY MALLO TJU. D1208613. KONFLIK BUDAYA DALAM SURAT KABAR (Studi Analisis Isi Perbandingan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Dalam Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009). Skripsi. Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010.
Hubungan Indonesia – Malaysia secara bilateral sampai saat ini masih terjalin dengan baik, namun dibalik itu berbagai permasalahan yang terjadi menyelimuti hubungan Indonesia dan Malaysia. Konflik yang sebenarnya sudah lama terjadi, hingga kini masih kerap terulang, bahkan dengan isu yang lebih beragam. Berbagai isu konflik sudah dimulai sejak adanya konfrontasi era tahun 1960an, lalu konflik Blok Ambalat, kasus TKI, konflik budaya, dan yang baru saja terjadi pelanggaran batas laut di wilayah Kepulauan Riau. Namun pada penelitian ini, peneliti menggunakan isu konflik budaya sebagai objek penelitian. Penggunaan surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia dikarenakan kedua surat kabar tersebut paling banyak memuat berita mengenai konflik budaya dalam harian mereka selama bulan Agustus hingga Desember 2009. Selain itu Utusan Malaysia dan Media Indonesia adalah dua surat kabar yang memiliki jangkauan negara yang berbeda. Utusan Malaysia merupakan surat kabar nasional yang berasal dan beredar di Malaysia, sedangkan Media Indonesia merupakan surat kabar nasional yang berasal dan beredar di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode analisis isi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia dalam menyajikan isi pemberitaan mengenai konflik budaya antara Indonesia dan Malaysia, dilihat dari pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita hingga bentuk penulisan berita yang diukur dari frekuensi kemunculannya selama periode Agustus – Desember 2009. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tersebut, maka data dianalisis dengan menggunakan test uji beda Chi-Square. Dari kedua surat kabar diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan signifikan dalam hal frekuensi penyajian berita mengenai konflik budaya Indonesia – Malaysia antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia. Hasil perbedaan dapat dilihat dari jumlah berita yang diperoleh dari kedua surat kabar, pada surat kabar Utusan Malaysia ada 29 berita dan Media Indonesia ada 31 berita. Sedangkan berdasarkan pada hasil hipotesis ditemukan perbedaan yang signifikan pada hasil uji beda Chi-Square kategori sumber berita, hasil perhitungan memperlihatkan nilai χ2
hitung lebih besar dari χ2tabel (21,71>9,49).
Perbedaan keduanya terletak pada porsi sumber berita yang dilibatkan, dimana Media Indonesia lebih banyak menggunakan narasumber, sedangkan Utusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
Malaysia hanya menggunakan beberapa narasumber. Untuk kategori faktualitas berita, hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai χ2
hitung lebih besar daripada nilai χ2
tabel (24,51>3,84), dimana perbedaan keduanya terletak pada Utusan Malaysia yang lebih dominan menggunakan opinionative dari wartawan bersangkutan, dibanding Media Indonesia sebaliknya karena faktor banyaknya narasumber yang dilibatkan. Sedangkan pada kategori pokok permasalahan berita, arah pemberitaan dan bentuk penulisan berita tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
ABSTRACT RONNY MALLO TJU. D1208613. CULTURAL CONFLICT IN NEWS (Analysis Study of News Comparison About Cultural Confilct Indonesia – Malaysia on Utusan Malaysia and Media Indonesia News during period Agustus – Desember 2009). Thesis. Communication Study Faculty of Social and Political Sciences. Sebelas Maret University Surakarta. 2010.
Relationship between Indonesia and Malaysia bilaterally is still well-maintained, but behind it there are various problems that occurred surrounding the relationship between Indonesia and Malaysia. The actual conflict has occurred quite a while, and still often repeated, even with a wider range of issues. Conflict issues have been commenced in the 1960s: era of confrontation and then Blok Ambalat conflict, TKI case, cultural conflict, and that just happened sea encroachment in the area of Riau Islands. But in this study, researchers used the issue of cultural conflict as the object of research. Use of the Utusan Malaysia and Media Indonesia newspaper is because most of the newspaper carried stories about cultural conflict in their daily during August to December 2009. Besides that, Utusan Malaysia and Media Indonesia are the two national newspapers which have a range of different countries. Utusan Malaysia is a newspaper that originate and circulate in Malaysia, while Media Indonesia is the media of national newspapers that originate and circulate in Indonesia.
The research is a descriptive research using content analysis. The purpose of this study is to determine whether there are significant differences between Utusan Malaysia and Media Indonesia newspaper in presenting the content of news about cultural conflict between Indonesia and Malaysia, could be seen from the subject matter of the news, point of the news, news resources, factual news to the way of writing the news, which measured by frequency of occurrence during the period August to December 2009. To determine whether or not there are differences, then the data were analyzed using different test of Chi-Square.
These two newspapers generate the result that have significant differences
in terms of presentation frequency of significant news about the conflict culture of Indonesia - Malaysia between Utusan Malaysia and Media Indonesia newspaper. The result of the difference could be seen from the number of news obtained from the two newspapers, there are 29 news on Utusan Malaysia newspaper and Media Indonesia has 31 news. Besides that, based on hypothetical results, there are significant differences in the results from different test of Chi-Square news source categories, the calculation results χ2
calculation value is greater than χ2table (21.71>
9.49). The difference lies in the portion of both news sources are involved, the Media Indonesia use many sources, while Utusan Malaysia only use a few sources. For the category of factual news, results of data analysis showed that the value χ2
calculation is greater than the value χ2table (24.51> 3.84), where the difference
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
lies in the dominance from Utusan Malaysia of using opinionative from the related journalist, rather than Media Indonesia where many resources are involved. While on the categories of subject matter of the news, point of the news and way of writing the news have no significant difference.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki
17.504 pulau besar dan kecil dengan jumlah penduduk mencapai 230juta lebih
saat ini. Dengan kelebihan yang dimiliki membuat Indonesia kaya akan beragam
sumber daya alam dan keanekaragaman budaya. Kelebihan ini dapat menjadi nilai
jual bagi Indf Tonesia sendiri maupun negara-negara lain yang ingin mengakses
keindahan Indonesia (http://www.indonesia.go.id).
Indonesia saat ini mempunyai 33 jumlah propinsi dengan masing-masing
propinsi memiliki 1 – 8 ibu kota dan diikuti oleh puluhan jumlah suku-suku yang
tersebar di penjuru tanah air. Masing-masing daerah atau suku mempunyai ciri
khasnya sendiri dan jenis budaya yang beranekaragam bentuknya.
Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia meliputi: rumah adat,
tarian, lagu, musik, alat musik, gambar, patung, pakaian, suara, sastra/tulisan,
serta makanan. Kebudayaan ini bisa dinamakan sebagai kebudayaan lokal dimana
seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-
suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.
Terlepas dari hal tersebut, asal muasal budaya Indonesia yang
beranekaragam ini pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayan besar
lainnya yang berasal dari luar seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India,
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama
Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-
kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi
Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di
Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia
karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa
dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-
perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di
Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan
perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah
yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di
Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi. Kebudayaan Arab masuk
bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang
singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok. Kedatangan
penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang
berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk kebudayaan Barat dan
membentuk kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai
sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen
budaya seperti boga, busana, perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi
kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Meskipun latar belakang budaya Indonesia dipengaruhi oleh budaya luar,
namun ke-eskstensian budaya yang ada masih terjaga dengan baik seperti sedia
kala. Kebudayaan di Indonesia biasanya bersifat turun-temurun dimana para
leluhur yang telah menciptakan budaya tersebut akan terus dilestarikan oleh
penerusnya. Oleh karena itu hingga kini Indonesia masih memiliki aneka ragam
jenis kebudayan yang masih terjaga keasliannya
Adapun beberapa jenis budaya yang dimiliki oleh Indonesia hingga saat
ini adalah sebagai berikut (http://www.budaya-indonesia.org/):
1. Rumah Adat
1) Sumatera Barat : Rumah Gadang 2) Sumatera Selatan : Rumah Limas 3) Jawa : Joglo 4) Papua : Honai 5) Sulawesi Selatan : Tongkonang (Tana Toraja), Bola Soba
(Bugis Bone), Balla Lompoa (Makassar Gowa) 6) Sulawesi Tenggara: Istana buton 7) Sulawesi Utara: Rumah Panggung 8) Kalimantan Barat: Rumah Betang 9) Nusa Tenggara Timur: Lopo
2. Tarian
1) Jawa: Bedaya, Kuda Lumping, Reog. 2) Bali: Kecak, Barong/ Barongan, Pendet. 3) Maluku: Cakalele, Orlapei, Katreji 4) Aceh: Saman, Seudati. 5) Minangkabau: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari
Randai, Tari Lilin 6)Betawi: Yapong 7) Sunda: Jaipong, Reog, Tari Topeng 8) Timor NTT: Likurai, Bidu, Tebe, Bonet, Pado'a, Rokatenda, Caci 9) Batak Toba & Suku Simalungun: Tortor 10) Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri,
Tari Padduppa, Tari 4 Etnis 11) Pesisir Sibolga/Tapteng: Tari Sapu Tangan , Tari Adok , Tari
Anak , Tari Pahlawan , Tari Lagu Duo , Tari Perak , Tari Payung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
3. Pakaian
1) Jawa: Batik. 2) Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong. 3) Sumatra Utara, Sibolga: Anak Daro & Marapule. 4) sumatra selatan: Songket 5) Lampung: Tapis 6) Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur 7) Bugis - Makassar: Baju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu
4. Lagu
1) Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung. 2) Maluku : Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama 3) Melayu : Soleram, Tanjung Katung 4) Minangkabau : Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah
Bungo, Indang Sungai Garinggiang 5) Aceh : Bungong Jeumpa 6) Sulawesi Selatan: Angin Mamiri, Pakarena 7) Sumatera Utara: Sinanggar Tulo, Anju Ahu 8) Papua: Apuse 9) Jawa Barat: Es Lilin
Selain data-data diatas, Indonesia masih memiliki aneka ragam
kebudayaan dari jenis makanan, alat musik, patung hingga karya sastra. Indonesia
sebenarnya kaya akan budaya yang terlampau banyak jumlahnya hingga jika
semuanya ditelusuri, masih banyak penduduk Indonesia sendiri yang tidak paham
akan kebudayan tersebut.
Ketidakpedulian penduduk Indonesia terhadap budaya yang dimiliki
merupakan cerminan bahwa penduduk Indonesia sebagian besar tidak terlalu
fokus akan budaya alamiah mereka, dan kini sudah terpengaruhi oleh budaya
barat. Hal ini yang menjadikan negara lain perlahan-lahan mulai mengakui
beberapa kebudayaan Indonesia menjadi kepunyaan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Sebutlah Malaysia yang beribukotakan Kuala Lumpur, dengan jumlah
penduduk hanya 28,310,000 yang berbanding jauh dengan penduduk Indonesia.
Ardiansyah (dalam, http://www.roabaca.com/serba-serbi/sejarah-konfrontasi-
indonesia-vs-malaysia-6.html) mengemukakan bahwa sejak awal Malaysia terlibat
konflik atau konfrontasi dengan Indonesia pada tahun 1963. Konfrontasi yang
terjadi pada waktu itu berawal dari integritas bangsa yang telah dilecehkan oleh
Malaysia, sehingga menyebabkan Presiden Soekarno pada waktu itu sangat marah
dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal
dengan nama Ganyang Malaysia.
Menjelang akhir 1965, Jendral Soeharto memegang kekuasaan di
Indonesia setelah berlangsungnya G30S/PKI. Oleh karena konflik domestik ini,
keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia menjadi
berkurang dan peperangan pun mereda. Dan pada 28 Mei 1966 di sebuah
konferensi di Bangkok, Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia
mengumumkan penyelesaian konflik. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan
perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari
kemudian.
Setelah konfrontasi yang terjadi pada era tahun 1963 – 1966, Indonesia
juga disibukkan dengan adanya konflik blok Ambalat yang hingga kini, masih
terjadi pelanggaran pelintasan kapal perang Malaysia di wilayah perairan laut
Sulawesi. Seolah-olah pihak Malaysia sengaja memancing kemarahan Pemerintah
Indonesia untuk segera bertindak terhadap status blok tersebut. Meskipun
berdasarkan hasil pemetaan dan letak geografi oleh Mahkamah Internasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
PBB, letak ambalat masih masuk dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Lantas apa yang ingin dikuasai oleh Malaysia terhadap
Ambalat? Ternyata ulah Malaysia memang sudah dapat ditebak bahwasanya pulau
Ambalat memiliki blok-blok yang didalamnya berisi minyak dan gas yang
berlimpah. Tidak heran apabila Malaysia bersikukuh mendapatkan Ambalat
setelah berhasil memenangkan pulau Sipadan dan Ligitan oleh Mahkamah
Internasional.
Masalah demi masalah kini terus berdatangan terhadap hubungan
Indonesia – Malaysia, belum lagi kasus Ambalat selesai dan kasus TKI, kini
Indonesia disibukkan dengan adanya klaim budaya yang dilakukan oleh Malaysia.
Pengakuan terhadap kebudayaan Indonesia berawal pada perebutan status batik
dimana Malaysia entah secara sengaja atau tidak memperkenalkan batik sebagai
salah satu dari kebudayaan asli mereka. Belum lagi tuntas dengan masalah batik,
Malaysia berulah dengan mengakui angklung, yang notabene-nya alat kesenian
Jawa Barat sebagai salah satu alat musik kebudayaan mereka.
Masalah datang silih berganti, ketidaktegasan Pemerintah Indonesia dalam
melindungi dan mempertahankan kebudayaannya menjadikan celah bagi Malaysia
untuk terus ‘masuk’ dari belakang. Sempat terbesik kabar bahwa Malaysia juga
ikut mengklaim Keris sebagai salah satu warisan kebudayaan mereka. Kemudian
disusul penggunaan lagu Rasa Sayange pada salah satu iklan pariwisata Malaysia.
Hal ini juga membuat Indonesia kebakaran jenggot melihat kesewenang-
wenangan Malaysia terhadap kebudayaan Indonesia. Berbagai protes datang silih
berganti menghujat Malaysia, baik dari kalangan budayawan Indonesia, LSM,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
mahasiswa hingga pelajar-pelajar sekolah dasar ikut melakukan demonstrasi
kepada Malaysia. Lantas belum ada titik terang dari masalah tersebut, muncul isu
mengenai tarian Reog di Indonesia bahwasanya asal-usulnya berasal dari tarian
Reog Malaysia. Isu tersebut secara tidak langsung mengakui bahwa Reog
merupakan bagian dari kebudayaan mereka. Hal ini membuat kumpulan atau
komunitas Reog Ponorogo marah-marah dan melakukan demonstrasi di Kedutaan
Malaysia yang terletak di jalan H.R Rasuna Said Jakarta Selatan itu.
Dari beberapa kejadian tersebut, Malaysia akhirnya meminta maaf kepada
Indonesia atas hal penggunaan lagu Rasa Sayange dan Isu Reog tersebut. Namun
tidak ada tanda-tanda kejelasan mengenai isu klaim batik dan angklung tersebut.
Setelah kejadian tersebut hubungan kedua negara belum sepenuhnya pulih, hingga
mulai memanas lagi ketika kapal patroli Malaysia terlihat melintasi dan menjaga
Kepulauan Ambalat sekitar pertengahan tahun 2009 serta diikuti dengan
kemunculan Tari Pendet pada iklan pariwisata Malaysia, yang secara tidak
langsung juga Malaysia mengakui bahwa Tari Pendet adalah kepunyaan mereka.
Berdasarkan historikal konflik budaya Indonesia – Malaysia tersebut
mendorong peneliti untuk melakukan kajian dengan fokus perbandingan isi berita
yang dimuat oleh dua surat kabar dari negara masing-masing, yakni Utusan
Malaysia dan Media Indonesia.
Pemilihan surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia berdasarkan
berbagai pertimbangan. Pertama, konflik ini menyangkut dua negara yang
bertetanggaan, dengan ras yang serumpun dan jenis bahasa yang hampir mirip.
Oleh karena itu peneliti ingin membandingkan isi berita kedua surat kabar tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
agar terkesan adil melihat sudut pandang permasalahan dari kedua belah surat
kabar dari negara masing-masing.
Utusan Malaysia sesuai namanya adalah koran nasional yang berasal dari
Malaysia dan diakui sebagai koran nasional terbaik di negaranya. Penduduk
Malaysia mempunyai pandangan tersendiri mengenai konflik budaya tersebut.
Diantaranya seperti yang diungkapkan mantan Menteri Penerangan Malaysia Tan
Sri Zainuddin pada surat kabar Utusan Malaysia, bahwa suasana kebebasan baru
dari media di Indonesia menyebabkan penyebaran informasi terjadi dengan cepat
dan tanpa pembatasan termasuk bersifat benar dan tidak benar, resmi dan tidak
resmi, setengah benar, sensasi dan provokasi. Adanya pendapat yang lain juga
disinggung oleh Perdana Menteri Tun Abdul Najik bahwasanya tidak ada
keuntungan yang diperoleh dari pertikaian tersebut, lebih banyak peluang yang
bisa diperoleh dari interaksi hubungan diplomasi kedua negara
(http://www.utusan.com.my).
Mengenai surat kabar Media Indonesia yang notabene-nya merupakan
koran nasional terbesar kedua di Indonesia menyajikan isi berita terkait konflik
budaya Indonesia – Malaysia dengan porsi yang lebih banyak dari surat kabar
nasional lainnya. Pandangan penduduk Indonesia yang dirangkup dalam media
tersebut juga beragam dalam menanggapi konflik tersebut. Seperti halnya yang
dikatakan oleh Al Azhar seorang Budayawan Riau yang menegaskan bahwa klaim
Malaysia atas Tari Pendet sebagai tari asli negara itu sama sekali tidak masuk
akal. Klaim itu justru menunjukkan kebohongan besar bangsa Malaysia, karena
dalam sejarah Melayu tidak pernah disebutkan Tari Pendet merupakan tari daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
semenanjung Malaya maupun Riau (http://www.mediaindonesia.com). Perbedaan
sikap dan pandangan antara kedua negara membuktikan bahwa terkadang media
massa sepenuhnya tidak bersikap netral, apalagi berkaitan dengan unsur
nasionalisme.
Pada dasarnya manusia-manusia menciptakan budaya atau lingkungan
sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan boilogis
mereka. Kebiasaan-kebiasaan, praktik-praktik, dan tradisi-tradisi untuk terus
hidup dan berkembang diwariskan oleh suatu generasi ke generasi lainnya dalam
suatu masyarakat tertentu. Budaya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh setiap
faset aktivitas manusia (Mulyana dan Rakhmat, 2009:55).
Pertimbangan kedua, surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia
memiliki market yang cukup besar di negara masing-masing, serta memiliki
pembaca yang beragam latar belakang. Ketiga, masing-masing surat kabar
tersebut merupakan surat kabar non pemerintah yang independen.
B. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan oleh peneliti diatas,
maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
Apakah terdapat perbedaan signifikan antara surat kabar Utusan Malaysia
dan Media Indonesia dalam menyajikan isi pemberitaan mengenai konflik budaya
antara Indonesia dan Malaysia, dilihat dari pokok permasalahan berita, arah
pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita hingga bentuk penulisan berita yang
diukur dari frekuensi kemunculannya selama periode Agustus – Desember 2009?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
C. Tujuan Penelitian
Dengan adanya rumusan masalah seperti yang telah dikemukakan, maka
peneliti memiliki tujuan penelitian sebagai berikut:
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan antara surat kabar
Utusan Malaysia dan Media Indonesia dalam menyajikan isi pemberitaan
mengenai konflik budaya antara Indonesia dan Malaysia, dilihat dari pokok
permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita hingga
bentuk penulisan berita yang diukur dari frekuensi kemunculannya selama periode
Agustus – Desember 2009
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Data dan informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan
kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang
berfokus pada penelitian mengenai konflik budaya antar negara melalui
media massa.
2. Sebagai bahan perbandingan baik membandingkan antar teori serta
sebagai bahan perbandingan dengan penelitian terdahulu.
3. Menambah pengetahuan terhadap perbandingan analisis isi surat kabar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
E. Kerangka Pemikiran dan Telaah Pustaka
Pada penelitian ini, telaah pustaka dan kerangka pemikiran yang
digunakan sebagai penunjang penelitian berkisar pada media dan topik yang
digunakan. Seperti yang diketahui bahwa dalam penelitian ini, media yang
digunakan adalah surat kabar, yang merupakan bagian dari komunikasi massa.
Oleh karena itu peneliti mengangkat teori-teori yang berhubungan dengan
komunikasi massa terlebih dahulu, kemudian menjabarkan tentang teori-teori
yang juga berhubungan dengan komunikasi antar budaya, mengingat topik
penelitian yang diangkat merupakan bagian dari komunikasi antar budaya.
Dalam penjabaran mengenai komunikasi antar budaya, peneliti juga
menjabarkan secara teori tentang konflik budaya. Oleh karena itu, berikut
adalah penjabaran keseluruhan mengenai telaah pustaka dan kerangka
pemikiran dalam penelitian ini:
1. Defenisi Komunikasi
Kata komunikasi atau communication berasal dari kata Latin
communis yang berarti ”sama”, communico, communicatio, atau communicare
yang berarti “membuat sama” (to make common). Komunikasi merujuk pada
suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama. Selain
itu, Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang dimulai
semenjak keberadaan manusia. Melalui komunikasi manusia menyampaikan
semua yang dirasakan. Mulai dari keinginan, ide, perasaan suka atau tidak
suka, sampai ekspresi (senang, sedih atau marah). Komunikasi dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
manusia dalam berbagai situasi dan kondisi. Komunikasi adalah proses
penyampaian ide atau perasaan melalui simbol atau kata (tertulis atau lisan)
menurut Berelson dan Steiner yang disadur oleh Mursito BM dalam bukunya
Memahami Institusi Media. (Mursito,2006:26).
Sedangkan lima unsur komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Pengirim pesan : individu atau orang yang mengirim pesan. Pesan
atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari
otak sipengirim pesan.
2. Pesan : informasi yang akan dikirimkan kepada sipenerima.
Pesan ini dapat berupa pesan verbal dan non verbal.
3. Saluran : jalan yang dilalui pesan dari pengirim ke penerima.
4. Penerima pesan : orang yang bertugas menganalisis dan
menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.
5. Efek : respon terhadap pesan yang diterima penerima
pesan (Muhammad, 1992:17-18).
1.1. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah singkatan dari komunikasi media massa,
yaitu komunikasi dengan khalayak tersebar. Komunikasi massa pada dasarnya
merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khlayak luas yang
biasanya menggunakan teknologi media massa, seperti surat kabar, majalah,
radio, dan telivisi (Pawito, 2007:16). Sedangkan komunikasi massa ditentukan
oleh sifat unsur-unsur yang dicakupnya, yakni:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1. Sifat komunikator : komunikator adalah sebuah lembaga.
2. Sifat pesan : universal
3. Sifat media : keserempakan dan kecepatan.
4. Sifat komunikan : ditujukan khlayak yang jumlahnya relatif besar,
heterogen dan anonim.
5. Sifat efek : tergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan
komunikator.
Media massa elektronik dan cetak sebagai saluran penyampai pesan-
pesan komunikasi biasa disebut sebagai pers. Sementara dalam arti yang
sempit pers sering diidentikan dengan media massa cetak atau penerbitan. Pers
atau media massa sering juga disebut sebagai lembaga sosial. Dalam UU No.
40 tahun 1999 tentang pers, mendefinisikan pers sebagai
“Lembaga sosial dan dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia” (Yustisia, 2005:8).
Media pers lebih dikenal dengan istilah media persuratkabaran atau
koran, majalah dan bentuk-bentuk media cetak lainnya. Media pers lebih tepat
disebut emdia cetak, sebab pesan dikomunikasikan melalui bentuk tulisan atau
cetakan dan komunikan menerima pesan tersebut dengan membacanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1.1.1 Surat Kabar
Surat kabar merupakan salah satu bentuk media cetak. Surat kabar
yaitu kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam
lembaran kertas plano, terbit secara teratur, bisa setiap hari atau seminggu
sekali (Djuroto, 2004:11).
Arti penting surat kabar terletak pada kemampuannya untuk
menyajikan berita-berita dan gagasan-gagasan tentang perkembangan
masyarakat pada umumnya, yang dapat mempengaruhi kehidupan modern
seperti sekarang ini. Selain itu surat kabar mampu menyampaikan sesuatu
setiap saat kepada pembacanya melalui surat kabar pendidikan, informasi dan
interpretasi mengenai beberapa hal, sehingga hampir sebagian besar dari
masyarakat menggantungkan dirinya kepada pers untuk memperoleh
informasi.
Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat ciri yang dapat dikatakan
sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain:
1. Publisitas, mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada
publik, bahwa surat kabar diperuntukkan untuk umum karena berita, tajuk
rencana, artikel dan lain-lain harus menyangkut kepentingan umum.
2. Periodesitas, berarti keteraturan dalam suatu penerbitan. Sebuah
penerbitan dapat dikatakan sebagai surat kabar apabila dalam terbit secara
periodik, yakni bisa satu kali sehari, bisa juga satu atau dua kali terbit
dalam seminggu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3. Universalitas, berarti kemestaan dan keragaman. Dalam arti bahwa
memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia, dan
tentang segala aspek kehidupan manusia.
4. Aktualitas, kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di
masyarakat kepada khalayak. Bagi surat kabar, aktualitas ini merupakan
faktor yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat
kabar lain dan berhubungan dengan nama baik surat kabar yang
bersangkutan (Effendy, 1993:119-121).
Meskipun kini sudah banyak jenis media massa modern yakni media
elektronik, seperti televisi, radio hingga internet, namun peran surat kabar
tidak tergantikan oleh munculnya media elektronik tersebut. Hal ini terjadi
karena surat kabar memiliki keunggulan sebagai berikut:
1. Pembaca dapat mempelajari isi berita secara berulang-ulang agar dapat
memperoleh pengertian yang lebih baik dari isi media tersebut.
2. Informasi yang disampaikan dapat didokumentasikan/disimpan dan
sewaktu-waktu dapat dibaca kembali.
3. Khalayak tidak terikat oleh waktu (Pratikno, 1982:253).
Masing-masing surat kabar mempunyai perbedaan dalam
menyampaikan informasi. Perbedaan tersebut tercipta karena harus
menyesuaikan dengan berbagai kepentingan, terutama kepentingan publik
sebagai audiensnya. Selain itu, kebijakan redaksional yang berbeda membuat
satu surat kabar dengan surat kabar lainnya selalu berbeda dalam melihat suatu
peristiwa yang sama sehingga menjadikan pertimbangan terhadap isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pemberitaan. Redaksional menjadi pedoman dan ukuran dalam menentukan
kejadian macam apa yang akan dipilih untuk ditampilkan di surat kabar
sehingga dapat menjadi berita maupan bahan komentar (Oetama, 2001:146).
Salah satu produk surat kabar yang menjadi pengamatan peniliti adalah
Utusan Malaysia dan Media Indonesia. Keduanya mempunyai karakteristik
yang sama, yakni sama-sama merupakan surat kabar nasional. Disebut surat
kabar nasional karena cakupan wilayah distribusi dan fokus pemberitaan.
Sementara Sumadiria mengklasifikasikan surat kabar kedalam lima
kelompok berdasarkan jenis dan wilayah sirkulasinya serta segmentasi
pasarnya, yakni surat kabar komunitas (community newspaper), surat kabar
lokal (local newspaper), surat kabar regional (regional newspaper), surat
kabar nasional (national newspaper), dan surat kabar internasional
(international newspaper) (Sumadiria, 2006:41)
Pada surat kabar nasional, diartikan sebagai surat kabar yang
berkedudukan di ibukota negara (kebanyakan). Wilayah sirkulasi meliputi
seluruh provinsi. Kebijakan redaksional lebih banyak menekankan kepada
masalah, isu, aspirasi, tuntutan dan kepentingan nasional secara keseluruhan
tanpa memandang sekat-sekat geografis atau ikatan promodial seperti agama,
budaya, dan suku bangsa. Dari sisi isi, isu-isu yang dimunculkan adalah isu
yang tidak hanya berlaku secara nasional tetapi juga mengjangkau wilayah
serta kepentingan masyarakat global secara universal (Sumadiria, 2006:44-
45).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Pernyataan tersebut diatas yang menjadi tolak ukur, kenapa Utusan
Malaysia dan Media Indonesia disebut sebagai surat kabar nasional. Utusan
Malaysia memiliki cakupan distribusi di seluruh wilayah Malaysia, sedangkan
untuk Media Indonesia memiliki cakupan distribusi di seluruh wilayah
Indonesia atau provinsi di seluruh Indonesia. Keduanya juga mempunyai
wilayah jangkauan pembaca dan distribusi serta muatan berita yang berbeda.
Sebagai contoh, dalam penelitian ini peristiwa yang diolah oleh surat kabar
Utusan Malaysia dan Media Indonesia adalah sama, yaitu Konflik Budaya
Indonesia – Malaysia. Namun dalam pengolahannya hingga menjadi berita
yang siap dikonsumsi oleh pembaca menjadi tidak sama, tergantung dari
kepentingan pembaca dan sikap dasar masing-masing surat kabar, salah
satunya kebijakan redaksi.
1.1.2 Berita
Menurut batasan atau defenisi, berita dalam arti teknis jurnalistik
adalah:
“Laporan tentang fakta atau ide yang terbaru, yang dipilih oleh staf suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena ia luar biasa, entah karena pentingnya atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan” (Assegaff, 1983:24).
Berita yang baik adalah berita yang mengacu kepada nilai-nilai berita yang
kemudian dipadukan dengan unsur-unsur berita sebagai rumus umum
penulisan berita. Fakta dan data yang dikumpulkan harus memenuhi unsur-
unsur berita 5W + 1H seperti berikut (Mursito, 1999:58):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1. What – Apa yang terjadi?
2. Who – Siapa(-siapa) yang terlibat dalam suatu kejadian?
3. Why – Mengapa (apa yang menyebabkan) kejdian itu timbul?
4. Where – Dimana kejadian itu?
5. When – Kapan kejadiannya?
6. How – Bagaimana kejadiannya (duduk perkaranya)?
Berita merupakan nyawa dari media massa manapun dan berita pula
yang memberi hidup pada media massa. “Berita” belum tentu identik dengan
“fakta”. Antara “peristiwa” sebagai realitas faktual dan sampai terbitnya
“berita” terdapat proses yang panjang dan unik. Betapapun hebat dan
pentingnya suatu peristiwa dan fakta, tanpa diketahui, dilihat dan dilaporkan
wartawan pada pihak publik maka peristiwa/kejadian tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai sebuah berita.
Kejadian-kejadian dan sumber yang ditulis menjadi sebuah berita
tentunya bermacam-macam. Hubungan antara macam berita dan sumber
berita, yakni macam berita menentukan sumber berita. Macam berita dapat
dibagi menjadi empat hal pokok, yakni (Assegaf, 1983:38):
a. Berdasarkan sifat kejadian berita;
Dikategorikan menjadi dua jenis:
1. Berita yang diduga, yakni berita-berita yang sudah diduga akan terjadi.
2. Berita yang tak terduga, yakni berita-berita yang kejadiannya tidak
terduga sama sekali, yang terjadi secara mendadak atau tiba-tiba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Berdasarkan sosial atau masalah yang dicakup berita;
Pada kategori ini macam beritanya sangat banyak. Biasanya dibedakan
menjadi berita politik, ekonomi, kejahatan, kecelakaan/kebakaran,
olahraga, militer, ilmiah, pendidikan, agama, pengadilan, “dunia wanita”,
“manusida dan peristiwa”.
c. Berdasarkan jarak kejadian dan publikasi berita;
Suatu kejadian bisa masuk ke dalam lebih dari satu kategori. Isu tentang
kesenjangan sosial, misalnya bisa masuk berita ekonomi, sosial – politik,
bahkan kebudayaan. Kebodohan juga bisa masuk kategori berita
pendidikan, tetapi bisa pula menjadi berita ekonomi karena kebodohan
berhubungan dengan tingkat pendapatan seseorang.
d. Berdasarkan isi berita.
Apapun isi berita yang ditulis, tentu berasal dari sumber berita, baik
sumber yang memberikan berita “sudah jadi” maupun sumber yang hanya
memberikan “bahan mentah”.
Selain itu, untuk mendukung suatu penulisan berita yang benar dan
terarah, maka berita tersebut harus sesuai dengan dua bentuk berita sebagai
berikut:
1. Berita lugas (hard news)
Suatu kejadian yang baru saja terjadi akan menarik perhatian
sebagian besar publik, sehingga harus disampaikan secepat mungkin.
Berita yang padat berisi informasi fakta yang disusun berdasarkan urutan
dari yang penting ini disebut berita lugas (hard news). Jadi pada awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
berita berisikan sari atau inti dari kejadian yang ingin disampaikan dengan
elaborasi detail kemudian, dan gaya ini disebut dengan ‘bottom line’.
Topik menarik berita lugas misalnya pecah perang antara dua negara,
peledakan bom bunuh diri, gunung api yang meletus, tabrakan antara dua
kereta api, dan lain-lain. Tetapi ada kalanya berita lugas ini berisi
kejadian-kejadian rutin seperti kegiatan pemerintahan, politik, ekonomi,
pengadilan dan lainnya yang bagi sebagian besar audiences membosankan
(dull news).
2. Berita halus (soft news)
Terdapat peristiwa/cerita yang memang tidak bisa atau sulit
disampaikan sebagai berita lugas, misalnya cerita yang sarat berisi unsur
kemanusiaan. Daniel R. Willamson, seorang peneliti profesional,
merumuskan bahwa reportase dalam bentuk berita halus, seperti feature,
sebagai penelitian cerita yang kreatif, subyektif, yang dirancang untuk
menyampaikan informasi dan hiburan kepada pembaca. Terdapat beberapa
jenis feature:
a. Bright
Bright yang sering disebut dengan brite, yaitu sebuah tulisan kecil
yang menyangkut kemanusiaan (human interest featurette), biasanya
ditulis dengan gaya anekdot dengan klimaks pada akhir cerita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Sidebar
Cerita feature ini mendampingi atau melengkapi suatu berita utama.
Cerita tentang banjir besar misalnya, bisa disajikan dengan sidebar
tentang wawancara dengan keluarga korban,dll.
c. Sketsa kepribadian atau profil
Suatu sketsa yang biasanya pendek dan hanya mengenai satu aspek
dari kepribadian, seperti misalnya seseorang yang hobinya
mengumpulkan model kapal layar antik. Profil lebih panjang dari
sketsa, lebih detail dan secara psikologis lebih dalam. Profil mencoba
menggambarkan dasar yang dalam seperti apa sebenarnya individu
tersebut.
d. Berita feature (newsfeature)
Ini adalah sebuah berita yang ditulis dengan gaya feature. Daripada
ditulis secara langsung dan lugas, cerita itu disampaikan dengan teknik
feature, seperti pembukaan cerita dengan suatu ilustrasi anekdot,
walaupun sebenarnya tujuan utama dari cerita itu adalah
menyampaikan berita.
e. Wawancara
Walaupaun kebanyakan feature didasarkan pada wawancara, feature
wartawan khusus melukiskan suatu analog antara seorang wartawan
dengan orang lain, biasanya seorang tokoh masyarakat atau selebriti.
Terkadang ditulis dalam format tanya-jawab.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
f. Narasi
Berdasarkan pengamatan bahwa cerita atau narasi merupakan salah
satu bentuk feature, dan dalam pengertian murninya memang
demikian. Narasi bagaikan cerita pendek, namun narasi berhubungan
dengan materi yang faktual. Narasi memaparkan adegan demi adegan
dengan memanfaatkan deskripsi, karakterisasi, dan plot (Ishwara,
2005:58-65).
1.2. Komunikasi Antarbudaya
Setelah menjabarkan mengenai definisi komunikasi, maka kita harus
memahami dengan betul tentang pengertian budaya. Secara formal budaya
didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai,
sikap, makna, dan milik yang diperoleh sekolompok besar orang dari generasi
ke generasi melalui usaha individu dan kelompok (Mulyana dan Rakhmat,
2009:18).
Namun bagaimana dengan hubungan antara komunikasi dan budaya?
Berikut penjabaran tentang hubungan keduanya yang dipaparkan oleh
Mulyana dan Rakhmat (2009:19):
Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komukasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Jika sebelumnya kita sudah mengatahui definisi dari komunikasi, dan
disusul definisi singkat mengenai budaya, maka daapt disimpulkan bahwa
komunikasi antarbudaya merupakan suatu komunikasi yang antara sumber
sebagai satu faktor utama yang paling penting dan penerimanya yang adalah
faktor penunjang dalam terjadinya proses komunikasi berasal dari budaya
yang berbeda. Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah
anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya
lainnya (Mulyana dan Rakhmat, 2009:20-21).
Adapun pengertian dari komunikasi antarbudaya adalah komunikasi
yang bukan saja komunikasi yang ada dalam satu kalangan dengan latar
belakang pribadi yang memiliki perbedaan budaya namun juga karena
perbedaan etnik dan ras yang telah cukup lama mereka pegang dan akan tetap
selamanya mereka pegang, sehingga akan sulit sekali bagi mereka untuk
melakukan satu komunikasi. Karena kesulitan untuk melepas prinsip latar
belakang budaya mereka yang bagi mereka sangat bersifat pribadi (Liliweri,
2001:164).
Melengkapi diri dengan kemampuan komunikasi antarbudaya tidak
sekedar untuk tujuan pragmatis pergaulan, namun lebih dari itu memiliki
tujuan tertentu yang bersifat kognitif dan afektif. Litvin (dalam Mulyana,
2009:xi) menguraikan tujuan tersebut sebagai berikut:
1. Menyadari bias budaya sendiri.
2. Lebih peka secara budaya.
3. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4. Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang.
5. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan
memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya.
6. Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara
memperoleh pandangan ke dalam budaya sendiri: asumsi-asumsi, nilai-
nilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya.
7. Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi
bidang komunikasi antarbudaya.
8. Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat
dipelajari secara sistematis, dibandingkan dan dipahami.
Untuk melengkapi tujuan studi komunikasi antarbudaya, maka
diperlukan sasaran dari komunikasi antarbudaya tersebut. Ada 3 (tiga) sasaran
komunikasi antarbudaya yang selalu dikehendaki dalam proses komunikasi
antarbudaya, yakni sebagai berikut (Liliweri, 2003:276):
1. Agar kita berhasil melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan
orang-orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda.
2. Agar dapat meningkatkan hubungan antar pribadi dalam suasana antar
budaya.
3. Agar tercapainya pernyesuaian antar pribadi.
Sasaran komunikasi antarbudaya jika berhasil berhasil dilaksanakan dan bisa
mempengaruhi lingkungan sekitar tentunya tidak terlepas dari prinsip-prinsip
dasarnya. Adapun beberapa prinsip-prinsip umum komunikasi antarbudaya
(Devito, 1997:486):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1. Relativitas Budaya
Bahasa membantu menstruktur apa yang kita lihat dan bagaimana kita
melihatnya, tetapi tidak menjadi penghambat yang serius untuk
komunikasi yang bermakna.
2. Bahasa sebagai Cermin Budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin
besar perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-
isyarat nonverbal komunikasi akan sulit dilaksanakan. Kesulitan ini dapat
mengakibatkan, misalnya lebih banyak kesalahan komunikas, kesalahan
kalimat, lebih besar salah paham, dan makin banyak salah persepsi.
3. Mengurangi Ketidak-pastian
Makin besar perbedaan budaya maka makin besar ketidak-pastian atau
lebih dikenal dengan istilah ambiguitas dari makin besar ketidak-pastian
yang ada maka seseorang akan semakin sulit untuk memprediksi dan
menjelaskan perilaku orang lain.
4. Kesadaran Diri dan Perbedaan Antar Budaya
Perlu adanya kesadaran dalam diri untuk menyadari bahwa perbedaan
akan selalu ada dalam lingkungan kita dan dari adanya kesadaran diri
tersebut akan lebih mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan orang
lain yang berbeda budaya dengan kita.
5. Interaksi Awal dan Perbedaan Antar Budaya
Interaksi awal akan sangat mempengaruhi seseorang untuk tetap
berhubungan dengan orang lain yang berbeda budaya dengan dia atau akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
mempengaruhi hubungan tersebut. Perbedaan antar budaya yang didasari
oleh interaksi awal akan berangsur-angsur menurun tingkat
kepentingannya bila hubungan sudah menjadi lebih dekat.
6. Memaksimalkan Hasil Interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya kita perlu untuk memaksimalkan hasil
interaksi. Beragam jenis interaksi terkadang mempengaruhi sifat dan
perilaku seseorang, sehingga terkadang terjadi perbedaan pendapat. Oleh
karena itu diperlukan sikap saling tenggang rasa antar sesama
penduduk/masyarakat yang terlibat dalam suatu hubungan komunikasi
agar bisa menghasilkan hubungan interaksi yang maksimal.
1.2.1. Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi Antarbudaya
Setiap melakukan proses komunikasi antara komunikan dan
komunikator terkadang terjadi hambatan yang menyebabakan pesan tidak
sampai dengan jelas diterima oleh lawan bicara. Begitu halnya dengan
komunikasi antarbudaya, juga terkadang mengalami hambatan.
Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai Communication
Barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya
komunikasi yang efektif (Chaney and Martin, 2004:11). Dalam hal ini konsep
hambatan yang dimaksud adalah saat seseorang melakukan komunikasi
dengan lawan bicara mereka yang berbeda latar belakang budaya. Ada 3 (tiga)
faktor penghalang atau penghambat dalam melakukan komunikasi
antarbudaya yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
a. Etnosentrisme
Sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme, yaitu
kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar dengan
menggunakan kelompok kita sendiri sebagai kriteria untuk segala
penilaian (Mulyana dan Rakhmat, 2009:76).
Etnosentrisme terkadang muncul dalam keadaan seseorang tidak sadar,
namun selalu diekspresikan dalam keadaan sadar. Sehingga diperlukan
kewaspadaan dalam menangani seseorang yang termasuk dalam tipe
etnosentrisme untuk menghindari terjadinya konflik antar budaya.
b. Streotip
Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping),
yakni mengeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan
membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka
dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses
menempatan orang-orang dan obyek-obyek ke dalam kategori-kategori
yang mapan, alih-alih berdasarkan karakterikstik mereka (Mulyana,
2001:218).
Sikap seperti ini seringkali nampak ketika seseorang menilai orang lain
pada basis kelompok etnis tertentu, dan selanjutnya dibawa pada penilaian
terhadap pribadi individu tersebut.
c. Prasangka
Prasangka (prejudice) yakni salah satu rintangan atau hambatan berat bagi
suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang
hendak melancarkan komunikasi (Effendi, 1993:49).
Berdasarkan pengertian diatas, sikap prasangka telah membuat
seseorang memasang tembok pembatas terhadap orang lain dalam
pergaulan dan justru membuat orang tersebut cenderung menjadi
emosional ketika prasangka terancam oleh hal-hal yang bersifat
kontradiktif.
1.2.2. Konflik Budaya
Budaya lebih dari sekedar bahasa, pakaian, dan jenis makanan.
Budaya dapat terbagi dalam kelompok ras, etnis, atau kebangsaan,
tetapi budaya juga dapat muncul dari adanya perpecahan generasi,
kelas sosial ekonomi, orientasi seksual, kemampuan dan kecacatan,
afliasi politik dan agama, bahasa dan gender.
Dua hal yang perlu diperhatikan mengenai kebudayaan, yakni
mereka selalu berubah, dan mereka berkaitan dengan dimensi simbolis
kehidupan. Dimensi simbolik adalah tempat dimana kita selalu
membuat makna dan memberlakukan identitas kita (LeBaron:2003).
Budaya dan konflik memang tidak terlepas dari hubungan yang
erat. Namun, hal ini tidak berati bahwa perbedaan budaya pasti
menghasilkan konflik. Konflik adalah bagian normal dari interaksi
manusia dan tidak harus diselesaikan dengan perang. Hal ini dapat
terwujud pada berbagai tingkatan, termasuk dimensi perilaku,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
emosional atau perspektif. Konflik dapat mencakup segregasi
(pemisahan/pengasingan), diskriminasi, dan pengucilan. Berikut
anggapan-anggapan dasar mengenai pandangan pendekatan konflik,
yakni (Nasikun, 2001:16):
1. Setiap masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan
yang tidak pernah berakhir, atau dengan perkataan lain, perubahan
sosial merupakan gejala yang melekat di dalam setiap masyarakat.
2. Setiap masyarakat mengandung konflik-konflik di dalam dirinya,
atau dengan perkataan lain, konflik adalah merupakan gejala yang
melekat di dalam setiap masyarakat.
3. Setiap unsur di dalam suatu masyarakat memberikan sumbangan
bagi terjadinya disintegrasi dan perubahan-perubahan sosial.
Budaya tertanam dalam setiap konflik dikarenakan konflik
kerap kali muncul dalam hubungan antar manusia. Konflik yang terjadi
seringkali beragam tetapi prosesnya hampir sama, antara lain
(Abubakar, 2003:41-42):
1. Ada gejala membangun superiority untuk menundukkan pihak lain
lebih baik pada sisi sosial budaya, maupun dari sisi ekonomi.
2. Kekurangmampuan aparat Pemerintah menjabarkan semangat
reformasi yang sedang muncul dan berkembang sehingga dalam
menginformasikan perubahan yang terjadi keberpihakan opini yang
menimbulkan sikap berseberangan antar pihak-pihak yang merasa
terlindungi dengan adanya pihak yang merasa tertekan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Adanya gejala-gejala moral dan etik, HAM dan harkat martabat
adat/hukum tidak secara nyata ditegakkan.
4. Rasa termarginalkan kelompok minoritas/lokal sehingga
berlindung pada atribut etnis agama.
Konflik budaya antar negara yang berlarut dapat merambat ke
konflik lainnya jika tidak ditangani dengan baik, mengingat bahwa
ketakutan tiap negara akan mengakibatkan perpecahan yang lebih
besar apabila konflik tersebut sudah mempengaruhi/melecehkan
politik, hukum dan etika dari suatu negara (Riles:2008).
Dalam masalah penyelesaian konflik, toleransi dan kesabaran
merupakan faktor kuncinya. Belajar mengenai keanekaragaman
budaya yakni melalui pendidikan multikultural, dapat membukakan
diri terhadap adanya kemungkinan perbedaan tersebut sehingga kita
dapat bergerak maju agar mendapatkan pemahaman yang benar dan
apresiasi terhadap bagaimana budaya yang unik. Dengan demikian,
kita dapat membangun rasa hormat dan toleransi dalam menghadapi
perbedaan budaya (Kumbara, 2009:534).
1.2.3. Penerapan Komunikasi Antarbudaya dalam Penelitian
Prinsip-prinsip komunikasi dalam penerapan konteks
kebudayaan akan lebih dapat dipahami dalam konteks perbedaan
budaya dalam mempersepsikan obyek-obyek sosial tertentu.
Kemiripan budaya dalam persepsi memungkinkan pemberian makna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
yang mirip terhadap suatu obyek sosial atau peristiwa. Masalah-
masalah kecil yang timbul dalam komunikasi seringkali akibat dari
perbedaan persepsi. Perbedaan persepsi ini diakibatkan oleh derajat
kesamaan dan ketidaksamaan yang dicapai dalam integrasi sosial
antara komunikator dan komunikan.
Perbedaan persepsi dalam kasus klaim budaya antara Indonesia
dan Malaysia pada kerangka pemikiran dan telaah pustaka ini sangat
berkaitan dengan topik yang diangkat dari penelitian ini, yakni konflik
budaya Indonesia - Malaysia dalam surat kabar.
Konflik budaya Indonesia – Malaysia ini mewakili proses dari
komunikasi antarbudaya. Proses konflik dari kedua negara tersebut
merupakan bagian dari komunikasi antar negara yang terlibat
perseteruan dan konflik tersebut bersumber pada klaim budaya yang
dilakukan Malaysia terhadap Indonesia. Sehingga secara tidak
langsung proses ini merupakan penerapan dari komunikasi
antarbudaya yang terjadi antara negara, Indonesia dan Malaysia.
2. Analisis Isi sebagai Teknis Analisis
Berdasarkan asumi dan bahan penelitian, maka peneliti berusaha
membandingkan surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia dalam hal
mengukur frekuensi isi berita dengan point of interest budaya-budaya
Indonesia seperti Tari Pendet, Tari Reog Ponorogo, Lagu Rasa Sayange dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Batik. Adapun metode yang digunakan oleh peneliti adalah analisis isi
(content analysis).
Analisis isi adalah suatu metode untuk mengamati dan mengukur isi
komunikasi. Analisis isi telah sering dipakai untuk mengkaji pesan-pesan
media. Oleh karena metode ini adalah suatu cara untuk menguji isi secara
kuantitatif, keyakinan-keyakinan dan kepentingan-kepentingan para editor dan
penerbit-penerbit, kecenderungan para pembaca, dan pola-pola kebudayaan
dari bangsa-bangsa seutuhnya, bahkan telah dipelajari dengan menggunakan
tehnik penelitian ini.
Tehnik ini menurut Bernard Berelson didasarkan pada beberapa asumsi:
a. Bahwa kesimpulan-kesimpulan tentang hubungan antara maksud dan isi
serta antara isi dan efek dapat ditarik secara sah, dan hubungan sebenarnya
ditetapkan.
b. Bahwa pengkajian isi nyata adalah sangat berarti. Kategori-kategori dapat
dibuatkan pada isi yang sesuai dengan arti yang dimaksud oleh
komunikator dan dimengerti oleh para pembaca.
c. Bahwa uraian isi komunikasi secara kuantitatif adalah sangat berarti.
Asumsinya mengandung arti bahwa frekuensi kejadian dari pelbagai sifat
isi itu sendiri merupakan faktor penting dalam proses komunikasi, dalam
keadaan-keadaan tertentu (Flournoy, 1989:12-13).
Pendekatan secara kuantitatif dapat mensyaratkan pada suatu
penelitian, termasuk penggunaan metode analisis isi yang memiliki keandalan
(reliability) dan kesahihan (validity) yang baik. Tingkat keandalan / reliabilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
(reliability) dalam metode analisis isi mengacu pada tingkat konsistensi yang
ditampilkan oleh satu atau lebih pengkode (coders) dalam mengklasifikasi isi
menurut nilai tertentu dalam variabel yang lebih spesifik. Selain itu,
reliabilitas juga dapat didemonstrasikan dengan mengkaji hubungan antara
penilaian dari sampel yang sama untuk hasil yang relevan, oleh pengkode
yang berbeda (inter-coder reliability), atau oleh pengkode yang sama dalam
saat yang berbeda (intra-coder reliability). Untuk dapat mencapai tingkat
reliabilitas (kepercayaan) yang tinggi, peneliti wajib:
1. Mendefinisikan variabel dan nilai secara jelas dan tepat dan menjamin
bahwa semua pengkode dapat memahami definisi ini dalam cara yang
sama.
2. Melatih pengkode dalam menerapkan kriteria terdefinisi untuk setiap
variabel dan nilai.
3. Mengukur konsistensi inter-coder dimana dua atau lebih pengkode
menerapkan kriteria (definisi-definisi) dengan menggunakan kumpulan
contoh serupa.
Menurut Krippendorf, analisis isi menempati kedudukan yang penting diantara
metodologi penelitian karena kemampuan yang dimilikinya. Pertama, ia
mampu menerima komunikasi simbolik yang relatif tidak terstruktur sebagai
data; dan kedua, menganalisis gejala yang tak teramati (unobserved) melalui
medium data yang berkaitan dengan gejala tersebut (Krippendorf, 1993:35).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
4. Penelitian Terdahulu
Untuk melengkapi bahan penelitian ini, maka peneliti merujuk pada
penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang menjadi rujukan
oleh peneliti adalah hasil penelitian yang mempunyai nilai korelasi terhadap
tema/kajian yang diangkat oleh peneliti, akan tetapi peneliti tidak memilih
penelitian terdahulu berdasarkan tema ataupun metodologi yang sama, namun
mengacu pada penelitian yang sama-sama berkaitan dengan analisis isi,
konflik budaya atau konflik antar negara dalam media massa.
Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan rujukan dan refrensi
pada penelitian yang dilakukan kali ini antara lain penelitian oleh Purnami
Wulansari dalam skripsi “Perempuan dalam Foto Jurnalistik (Studi Analisis Isi
Foto Jurnalistik tentang Citra Perempuan dalam Surat Kabar Bali Post dan
Kedaulatan Rakyat Periode Maret-Mei 2005)”. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan penyajian (pemuatan) foto jurnalistik dengan point of
interest perempuan dalam menggambarkan citra perempuan dilihat dari
kategori jenis foto jurnalistik, peran perempuan, halaman berita, lingkup berita
yang diukur dari frekuensi kemunculan dan volume berita.
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua surat kabar yakni
Bali Post dan Kedaulatan Rakyat, lebih dominan menunjukkan foto berita.
Dari kategori peran perempuan, Bali Post dominan menyajikan peran sebagai
entertainer/penghibur, sedangkan Kedaulatan Rakyat dominan menyajikan
peran sebagai profesional. Untuk kategori halaman berita, kedua surat kabar
mayoritas menempatkan foto jurnalistik dengan point of interest perempuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pada halaman berita lain-lain. Sementara untuk kategori lingkup berita, Bali
Post lebih banyak menyajikan dalam lingkup berita nasional, sedangkan untuk
Kedaulatan Rakyat lebih cenderung menyajikan dalam lingkup berita daerah.
Selain itu, peneliti juga menggunakan beberapa bahan rujukan yang
berasal dari penelitian internasional dengan menggunakan metode analisis isi
dan komunikasi antarbudaya. Studi yang dilakukan oleh Shahzad Ali denga
judul “US Mass Media and Images of Pakistan: Portrayal of Pakistan by
News week and Time Magazines (1991-2001)”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui cakupan dan penggambaran tentang Pakistan pada dua majalah
Amerika, yaitu News week dan Time.
Pada penelitian ini, peneliti bersangkutan menganalisa tentang
Pakistan berdasarkan padangan kedua majalah tersebut, mulai dari
pertumbuhan ekonomi dan media di Pakistan hingga pandangan mengenai
hubungan antara Amerika Serikat dengan Pakistan hingga masa ini. Penelitian
ini menggunakan bahan majalah berkisar tahun 1991 hingga 2001 dengan
penemuan berita sebanyak 20 item dari tiap majalah. Hasil penemuan berita
mengungkapkan bahwa hasil analisis isi menemukan pemberitaan secara
positif mempunyai porsi yang lebih besar dibandingkan porsi pemberitaan
negatif.
Isu Kashmir, Kargil, dan uji nuklir, kekuatan perjuangan antara Nawaz
Sheriff dan Benazir Bhutoo serta kerusuhan Karachi menjadikan bahan
analisis yang kritis oleh kedua majalah tersebut. Selain itu, peneliti juga
mengamati dari kebijakan perekonomian di Pakistan setelah tragedi 9/11 yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dikaitkan dengan negara Islam. Namun pada akhirnya, pemberitaan yang
disajikan oleh kedua majalah tidak terlepas dari kebijakan prioritas gedung
putih mengenai penggambaran Pakistan pada dekade 90-an. Oleh karena
kebijakan tersebut, kedua majalah menggambarkan Pakistan secara relatif baik
dan positif.
Pada penelitian internasional kedua, peneliti menggunakan hasil karya
Andrew T. Kenyon dengan judul “Investigating Chilling Effects: News Media,
and Public Speech in Malaysia, Singapore, and Australia” Penelitian ini
dilakukan untuk melihat pemberitaan yang dimuat atau dilakukan oleh media-
media di Malaysia, Singapura dan membandingkan dengan hasil peliputan di
Australia, tentunya dengan keterbatasan dan kebijaksanaan tiap-tiap negara
dalam memuat pemberitaan tersebut.
Jenis pemberitaan yang menjadi pengamatan peniliti meliputi
pemberitaan dalam bidang politik, hukum, dan hal-hal yang terkait dengan isu
publik, selain itu peneliti juga mengamati apakah keterbatasan tersebut ikut
mempengaruhi pemberitaan yang disajikan secara online yang berlaku di
Malaysia dan Singapura. Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpulkan
bahwa media-media di Malaysia dan Singapura dibatasi dalam meliput isu-isu
politik, hukum dan publik, dibandingkan dengan negara-negara demokratis
seperti Australia dimana kebebasan berbicara sangat dihargai. Demikian
halnya dengan pemberitaan yang dimuat secara online, hal ini mengakibatkan
pemberitaan yang disajikan menjadi terbatas, melihat kebijakan itu berlaku di
negara yang belum mengakui demokrasi media yang sebenarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
5. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
Pada penilitian ini, kerangka pemikiran yang digunakan oleh peneliti
menjelaskan bahwa adanya permasalahan klaim budaya yang dilakukan oleh
Surat Kabar Utusan Malaysia · Kebijakan Redaksi · Penyajian Berita · Frekuensi Berita
Surat Kabar Media Indonesia · Kebijakan Redaksi · Penyajian Berita · Frekuensi Berita
Proses produksi pemberitaan mengenai Konflik Budaya
Indonesia – Malaysia Periode Agustus – Desember 2009
Proses produksi pemberitaan mengenai Konflik Budaya
Indonesia – Malaysia Periode Agustus – Desember 2009
Pesan yang dihasilkan oleh Surat Kabar Utusan Malaysia
Periode Agustus – Desember 2009
Pesan yang dihasilkan oleh Surat Kabar Media Indonesia
Periode Agustus – Desember 2009
Perbandingan antara Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia berdasarkan kategori pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber
berita, faktualitas berita dan bentuk penulisan berita.
Proses terjadinya Konflik Budaya antara Indonesia – Malaysia
periode Agustus – Desember 2009
Perbedaan antara Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia
Dalam menyajikan isi pemberitaan mengenai Konflik Budaya antara Indonesia – Malaysia, Periode Agustus – Desember 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Malaysia terhadap budaya Indonesia sehingga memicu terjadinya konflik budaya
dari kedua negara tersebut. Dari dua surat kabar yang digunakan yakni Utusan
Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus hingga Desember 2009, akan
dihasilkan pemberitaan yang isinya berdasarkan kebijakan redaksi, penyajian
berita hingga frekuensi berita dimana digunakan tumpuan dasar sebelum
melakukan pemberitaan terkait isu konflik budaya antara Indonesia – Malaysia
secara lebih mendetail. Setelah mengumpulkan bahan berita, kemudian berita
tersebut dicetak ke dalam surat kabar lalu diproduksi dan diedarkan ke
masyarakat.
Setelah beredarnya surat kabar tersebut di masyarakat, lalu masyarakat
dapat menyimpulkan isi berita dari kedua surat kabar tesebut dengan membaca
dan memahami isinya. Keberadaan pesan dari isi surat kabar tersebut memberikan
opini kepada masyarakat bagaimana menyikapi isi pemberitaan tersebut. Berbagai
macam sikap dan tindakan yang dapat terjadi seiring pemuatan pemberitaan
tersebut, apakah disalurkan dengan kekerasan, upaya perdamaian atau bahkan
tidak bereaksi sedikutpun terhadap pemberitaan tersebut.
Berdasarkan kategori yang diamati oleh peneliti, maka dilakukan
perbandingan terhadap dua surat kabar tersebut berdasarkan kategori pokok
permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita dan
bentuk penulisan berita.
Melihat pesan yang telah dihasilkan oleh pemberitaan terkait konflik
budaya serta perbandingan berdasarkan kategorisasi penelitian maka setelah itu
dapat diketahui perbedaan penyajian dari kedua surat kabar tersebut, melihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
keberadaan surat kabar berasal dari dari negara yang berbeda, dengan diikuti oleh
kebijakan dari media dan negara yang bersangkutan.
F. Hipotesis
Dari perumusan masalah yang telah dijabarkan, maka terdapat hipotesa
sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan-perbedaan signifikan dalam hal frekuensi penyajian
berita mengenai Konflik Budaya Indonesia – Malaysia antara surat kabar
Utusan Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus – Desember 2009.
2. Terdapat perbedaan-perbedaan signifikan dalam hal frekuensi penyajian
berita mengenai Konflik Budaya Indonesia – Malaysia berdasarkan kategori-
kategori yang diteliti, yakni adanya perbedaan pada pokok permasalahan
berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita hingga bentuk
penulisan berita antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia
periode Agustus – Desember 2009.
G. Definisi Konsepsional dan Operasional
1. Definisi Konsepsional
Konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang
dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian,
keadaan, kelompok, atau individu tertentu. Peranan konsep dalam penelitian
sangat besar karena dia adalah yang menghubungkan dunia teori dan dunia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
observasi sehingga perlu didefinisikan secara tepat sehingga tidak terjadi
kesalahan pengukuran (Singarimbun & Effendi, 1989:34).
Berikut dikemukakan definisi-definisi secara konsepsional berdasarkan
penilitian yang menyangkut hal-hal berikut:
a) Konflik Budaya
1. Konflik berdasarkan arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
n 1 percekcokan; perselisihan; pertentangan; 2 Sas ketegangan atau
pertentangan di dl cerita rekaan atau drama (pertentangan antara dua
kekuatan, pertentangan dl diri satu tokoh, pertentangan antara dua
tokoh, dsb).
Konflik berasal dari kata asing conflict yang secara harafiah berasal
dari kata confligere (yang berarti ‘bersama’ atau ‘bersaling-silang’) +
fligere (yang berarti ‘tubruk’ atau ‘bentur’). Didefinisikan secara
bebas dari arti harafiahnya itu, ‘konflik’ adalah ‘perbenturan’ antara
dua pihak yang tengah berjumpa dan bersilang jalan pada suatu titik
kejadian, yang berujung pada terjadinya benturan.
2. Budaya berdasarkan arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
n 1 pikiran; akal budi: hasil --; 2 adat istiadat: menyelidiki bahasa dan
--; 3 sesuatu mengenai kebudayaan yg sudah berkembang (beradab,
maju): jiwa yg --; 4 cak sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yg sudah
sukar diubah. (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php);
ke·bu·da·ya·an n 1 hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)
manusia spt kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; 2 Antr
keseluruhan pengetahuan manusia sbg makhluk sosial yg digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yg menjadi
pedoman tingkah lakunya.
(http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).
Yang dimaksud konflik budaya dalam penelitian ini adalah adanya
perbenturan antara dua negara yang berselisih pada suatu titik kejadian
menyangkut kebudayaan kedua negara masing-masing.
b) Surat Kabar
Surat kabar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
n lembaran-lembaran kertas bertuliskan berita dsb; koran; -- kuning surat
kabar sensasi; -- sensasi surat kabar, biasanya berukuran tabloid, yg
memuat berita sensasi; per·su·rat·ka·bar·an n perihal surat kabar; hal
mengenai surat kabar.
(http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).
Surat kabar dapat didefinisikan sebagai jenis media cetak yang menyajikan
beraneka ragam informasi sesuai dengan aktualitas peristiwa dengan
frekuensi terbit yang tinggi, seperti harian.
c) Berita
Berita (news), menurut Charnley, adalah: “laporan yang hangat, padat dan
cermat mengenai suatu kejadian, bukan kejadiannya itu sendiri” (BM,
Mursito, 1999:37).
Dalam buku “Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar”, ketgori berita
(news) terbagi dalam 2 bentuk, antara lain: (Ishwara, 2005:58-59)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
a. Hard News (Berita Lugas)
Berita yang padat berisi informasi fakta yang disusun berdasarkan
urutan dari yang paling penting, disebut berita lugas, hard news. Jadi
pada awal berita berisikan sari atau inti dari kejadian yang ingin
disampaikan dengan elaborasi detail kemudian. Gaya ini disebut
“Bottom Line”.
b. Soft News (Berita Halus)
Daniel R. Williamson, merumuskan bahwa reportase dalam bentuk
berita halus, seperti feature, sebagai penulisan cerita yang kreatif,
subyektif yang dirancang untuk menyampaikan informasi dan hiburan
kepada pembaca. Penekanan pada kata-kata kreatif, subyektif,
informasi dan hiburan adalah untuk membedakan dengan berita yang
disampaikan secara langsung pada berita lugas.
2. Definisi Operasional
Definisi opersional adalah unsur penilitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi
operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peniliti lain
yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun & Effendi,
1989:46).
Berikut penjabaran dari definisi operasional berdasarkan penilitian:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
1. Konflik Budaya
Konflik budaya dalam penilitian ini adalah hasil dari klaim budaya yang
dilakukan oleh Malaysia terhadap Indonesia. Ada banyak jenis klaim
budaya yang dilakukan sepihak oleh Malaysia, namun yang sempat
menjadi pemberitaan headline di beberapa media massa baik di Indonesia
maupun di Malaysia hanya beberapa. Berikut klaim budaya yang diakui
oleh Malaysia dan yang menjadi bahan perbandingan isi berita dari kedua
media yang diangkat oleh peniliti, yakni:
a. Kain Batik
Kain Batik merupakan suatu jenis kain yang mempunyai ciri/corak
khusus dan dibuat dengan tehnik yang khusus. Batik berasal dari kata
Jawa “amba” yang berarti menulis, dan “tik” yang artinya titik. Lalu
terbentuk kata “ambatik”, yang berarti melukis, menulis, mewarna,
atau menitik (Lazuardi, 2009:137). Jika ditinjau berdasarkan arti dasar
dari kata Batik, sudah dapat dipastikan bahwa Batik berasal dari
Indonesia.
b. Lagu Rasa Sayange
Rasa Sayange atau Rasa Sayang-Sayange adalah lagu daerah yang
berasal dari Maluku, Indonesia. Lagu ini merupakan lagu daerah yang
selalu dinyanyikan secara turun-temurun sejak dahulu untuk
mengungkapkan rasa sayang mereka terhadap lingkungan dan
sosialisasi di antara masyarakat Maluku. Lagu ini digunakan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
departemen Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan
kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar bulan Oktober 2007.
c. Tari Reog (Ponorogo)
Reog adalah jenis tarian yang termasuk dalam salah satu jenis budaya
Indonesia yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut yakni
Ponorogo. Reog merupakan tarian yang sangat kental akan hal-hal
yang berbau mistik dan ilmu kebatinan. Adanya kemiripan dengan
tarian serupa namun berbeda nama, lantas kemudian Malaysia ingin
mengukuhkan bahwa Tari Reog Ponorogo yang kepunyaan Indonesia
adalah miliknya. Tarian sejenis Reog Ponorogo yang ditarikan di
Malaysia dinamakan Tari Barongan.
d. Tari Pendet
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak
diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia.
Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam
dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali
mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap
mengandung anasir yang sakral-religius. Amarah Bangsa Indonesia
berawal ketika adanya iklan berupa cuplikan Tari Pendet dalam iklan
promosi tayangan Enigmatic Malaysia yang disiarkan oleh Discovery
Channel (DC) dan iklan pariwisata Visit Malaysia 2009 di stasiun
televisi kabel Astro Malaysia (Lazuardi, 2009:32).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Surat Kabar
Surat kabar yang digunakan dalam penilitian ini adalah Utusan Malaysia
dan Media Indonesia dengan masa terbit pada bulan Agustus – Desember
2009. Masing-masing surat kabar tersebut mewakili sebagai surat kabar
dari negara masing-masing yang setiap negara mempunyai pandangan
tersendiri menyangkut segala hal, dan tak terkecuali menyangkut masalah
budaya yang menyebabkan konflik dari kedua negara tersebut.
3. Berita
Dalam hal ini, pemberitaan mengenai konflik budaya Malaysia –
Indoensia sangat beragam. Selain ditinjau dari dua bentuk kategori berita
yakni hard news dan soft news, isi berita yang disajikan juga tidak
terlepas dari unsur-unsur 5W + 1H (Mursito, 1999:58).
7. What – Apa yang terjadi?
8. Who – Siapa(-siapa) yang terlibat dalam suatu kejadian?
9. Why – Mengapa (apa yang menyebabkan) kejdian itu timbul?
10. Where – Dimana kejadian itu?
11. When – Kapan kejadiannya?
12. How – Bagaimana kejadiannya (duduk perkaranya)?
H. Kategorisasi
Kecenderungan surat kabar dalam meliput realitas-realitas sosial dan
dituangkan ke dalam isi pemberitaan kemudian dianalisa melalui kategorisasi
yang dibuat sesuai dengan keperluan penelitian didasarkan pada:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
1. Pokok Permasalahan Berita
Merupakan pokok dari inti permasalahan berita yang ditulis oleh
wartawan. Kategori ini dibagi menjadi beberapa sub kategori, yakni:
1.1. Konflik Budaya
Pokok permasalahan ini berhubungan langsung dengan pokok penilitian
yang diangkat oleh peneliti. Konflik budaya yang ditumbulkan dari
permasalahan ini berfokus pada beberapa budaya yang diangkat oleh
peneliti. Termasuk dalam kategori konflik budaya jika dalam surat kabar
yang diteliti berisi pemberitaan yang menjurus kearah
konflik/perselisihan/konfrontasi yang terkait dengan berita mengenai
Kain Batik, Lagu Rasa Sayange, Tari Reog (Ponorogo) dan Tari Pendet.
1.2. Penyelesaian Konflik
Termasuk dalam kategori penyelesaian konflik jika berita berisi tentang
adanya upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh kedua negara
baik dalam bentuk perang, upaya damai, konfrontasi ataupun
perundungin.
2. Arah Pemberitaan
Kategorisasi ini mengacu pada arah pemberitaan terkait topik penelitian.
Kategorisasi ini berdasarkan unit analisis refrens (Kriyantono, 2007:242-243):
a) Favourable (mendukung/positif)
Arahnya dapat dikatakan positif apabila isi berita lebih mengedepankan
informasi yang bersifat mendukung seperti dengan memuji, menyanjung,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
menyetujui terkait negara dari surat kabar tersebut (Utusan Malaysia
cenderung memuji Malaysia, Media Indonesia cenderung membela
Indonesia).
b) Netral
Sikap netral yang dimaksud apabila kedua surat kabar memberitakan issue
tersebut secara bijak, tidak bersikap memihak atau mendukung tanpa
menjelek-jelekkan negara lain.
c) Unfavourable (tidak mendukung/negatif)
Arah negatif apabila isi berita lebih mengarah kepada protes/demonstrasi
yang bersifat menolak/melecehkan, mencela, dan meremehkan salah satu
negara terkait isu berita (Utusan Malaysia cenderung menjelek-jelekan
Indonesia, dan Media Indonesia cenderung mencela Malaysia).
3. Sumber Berita
3.1. Ada Sumber Berita
Sumber berita merupakan asal muasal sebuah informasi atau berita
diperoleh. Termasuk dalam kategori ini apabila dalam berita terdapat
beberapa sub kategori berikut, yakni:
a. Aparatur negara
Alat kelengkapan negara terutama meliputi bidang kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan kepegawaian yang punya tanggungjawab dalam
hal sebagai pemerintahan yang mengabdi pada negara. Termasuk
dalam kategori ini pejabat pemerintahan tingkat pusat sampai daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
b. Profesional
Jenis pekerjaan yang berkaitan dengan profesi seseorang;
memerlukan keterampilan khusus untuk menjalankannya. Yang
tercakup dalam kategori ini antara lain dosen, pengamat politik,
pengamat sosial, pengamat budaya, seniman, budayawan, guru,
kritikus dan sebagainya.
c. Masyarakat
Kaum awam yang dilibatkan dalam isi pemberitaan. Masyarakat
adalah sekelompok orang yang membentuk suatu sistem tertentu,
dimana sebagian interaksinya berada dalam kelompok tersebut.
d. Gabungan
Sumber berita gabungan berarti berita yang menggunakan dua atau
lebih sumber informasi sebagai sumber berita.
3.2. Tidak Ada Sumber Berita
Termasuk dalam kategori tidak ada sumber berita apabila berita yang
diliput dan ditulis melalui pengamatan oleh wartawan itu sendiri atau
korespondennya di lapangan dan dipastikan tidak ada keterangan dari
narasumber.
4. Faktualitas Berita
Diukur berdasarkan kejujuran dalam pemberitaan, yakni ada tidaknya
pencampuran fakta dengan opini wartawan yang menulis berita. Indikatornya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
a. Ada pencampuran fakta dan opini, yaitu bila terdapat kata-kata
opinionative yang berasal dari wartawan, seperti: tampaknya,
diperkirakan, seakan-akan, terkesan, seolah, agaknya, diramalkan,
kontroversi, mengejutkan, manuver, sayangnya, dan lainnya.
b. Tidak mencampur fakta dan opini, yaitu jika dalam tulisan berita tersebut
tidak terdapat kata-kata opinionative di atas (Kriyantono, 2007: 241-245).
5. Bentuk Penulisan Berita
Format penulisan berita yang digunakan jurnalis dalam meliput atau mengulas
pemberitaan mengenai Koflik Budaya Indonesia – Malaysia. Kategori ini
dibagi menjadi 2 sub kategori, yakni sebagai berikut:
a. Hard News
Hard news atau berita lugas yakni berita yang padat berisi informasi fakta
yang disusun berdasarkan uraian dari yang paling penting. Jadi pada awal
berita berisi sari atau inti dari kejadian yang ingin disampaikan, gaya ini
disebut juga ‘bottom line’.
b. Soft News
Soft news atau berita halus yakni sebagai penulisan cerita yang kreatif,
subyektif yang dirancang untuk menyampaikan informasi dan hiburan
kepada pembaca. Penekanan kata kreatif, subyektif, informasi dan hiburan
adalah untuk membedakan dengan berita yang disampaikan secara
langsung pada berita lugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yakni deskriptif, yakni memaparkan
informasi dalam sajian yang bermakna untuk mendiskripsikan suatu keadaan
atau menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu kejadian terjadi. Selain itu
deskriptif juga bisa dikatakan telah terdapat informasi mengenai suatu
permasalahan atau keadaan, akan tetapi informasi tersebut dirasakan belum
cukup terperinci, dirasakan lebih memerinci informasi yang sudah ada. Dan
jenis penilitian ini dapat dirumuskan dengan pertanyaan “Bagaimana?” (How).
Untuk mengetahui gambaran mengenai berita Konflik Budaya pada
surat kabar Utusan Malaysia dengan Media Indonesia, digunakan metode
kuantitatif yaitu perhitungan yang diukur dengan frekuensi berdasarkan
ketegori yang telah dibuat. Penggunaan metode ini dirasa lebih maksimal
karena perhitungan yang dilakukan dapat lebih menonjolkan isi pemberitaan
dari kedua surat kabar tersebut.
2. Teknik Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik penelitian analisis isi (content
analysis). Menurut Berelson & Kerlinger, analisis isi merupakan suatu metode
untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif,
dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak.
Prinsip dari analisis isi berdasarkan definisi diatas adalah (Kriyantono,
2007:228 -229).:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1. Prinsip sistematik
Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Periset
tidak dibenarkan menganalisis hanya pada isi yang sesuai dengan
perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah
ditetapkan untuk diriset.
2. Prinsip objektif
Hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya.
Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur
yang sama, maka hasilnya harus sama, walaupun risetnya beda.
3. Prinsip kuantitatif
Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai
jenis isi yang didefinisikan.
Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode deduktif.
4. Prinsip isi yang nyata
Yang diriset dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak) bukan makna
yang dirasakan periset. Perkara hasil akhir dari analisis nanti menunjukkan
adanya sesuatu yang tersembunyi, hal itu sah-sah saja. Namun semuanya
bermula dari analisis terhadap isi yang nampak.
Flournoy menekankan alasan seringnya penggunaan analisis isi dari berbagai
penilitian, untuk menetapkan tekanan relatif atau frekuensi dari pelbagai
gejala komunikasi: propaganda, kecenderungan-kecenderungan, gaya-gaya,
perubahan-perubahan dalam isi, dan keterbacaan (Flournoy, 1989:13).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
3. Obyek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah seluruh penyajian isi berita terkait
masalah konflik budaya Indonesia – Malaysia pada surat kabar Utusan
Malaysia dan Media Indonesia selama periode Agustus – Desember 2009.
4. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya
akan diduga (Singarimbun & Effendi, 1989:152). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh berita tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia yang
dimuat oleh surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia, sehingga
semua isi pemberitaan terkait dengan konflik budaya tersebut selain menjadi
populasi sekaligus menjadi sampel. Sampel berita untuk surat kabar Utusan
Malaysia berjumlah 29 item berita sedangkan untuk surat kabar Media
Indonesia berjumlah 31 item berita.
Periode Terbit / Edisi Jumlah
Utusan Malaysia
Media Indonesia
Agustus 2009 0 20
September 2009 17 8
Oktober 2009 5 2
November 2009 3 0
Desember 2009 4 1
Total 29 31
Tabel 1.1 Jumlah Sampel Pemberitaan Terkait Konflik Budaya Indonesia – Malaysia
Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia
Sumber: Utusan Malaysia dan Media Indonesia edisi Agustus – Desember 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Penilitian ini mengambil waktu selama lima bulan, yakni dari bulan
Agustus – Desember 2009 dengan pertimbangan bahwa pada bulan tersebut
lagi gencar-gencarnya hubungan diplomatik antara Indonesia – Malaysia
memanas, diluar dari kasus Ambalat hingga masalah klaim budaya yang
dilakukan oleh Malaysia. Klaim budaya pada bulan ini terfokus pada masalah
pengklaiman Tari Pendet, namun seiring jalannya waktu; masalah klaim
budaya yang dahulu tidak jelas keberadaannya ikut terkuak lagi sehingga pada
rentan bulan tersebut berbagai jenis kebudayaan lainnya ikut terkaitkan lagi.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi,
yakni dengan cara menggali data berupa pemberitaan yang terkait dengan
konflik budaya Indonesia – Malaysia di surat kabar Utusan Malaysia dan
Media Indonesia.
6. Teknik Pengukuran
Pada penelitian ini akan digunakan penghitungan kekerapan
(frekuensi) munculnya berita yang menyangkut topik konflik budaya yang
dimuat pada surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia terbitan bulan
Agustus hingga Desember 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
7. Teknik Analisis Data
Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul dan tersusun secara
lengkap serta sistematis, maka tahap selanjutnya adalah menyederhanakan
data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data
yang terkumpul nantinya akan dianalisa secara kuantitatif. Dan untuk
membantu melakukan analisis data ini digunakan rumus statistik Chi-Square
dengan uji dua kelompok.
Uji Chi-Square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua
buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang
satu dengan variabel nominal lainnya. Selain itu, Chi-Square digunakan
karena lebih memungkinkan menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam
hal pengukuran isi berita yang mengandung lambang, pernyataan atau tema
yang menggunakan satuan koding.
Rumus Chi-Square sebagai berikut:
χ2 =
Dimana:
χ2 = Nilai Chi-Kuadrat
Aij = Frekuensi yang diperoleh/diamati Hij = Frekuensi yang diharapkan
Σ (Aij – Hij)2
Hij
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Dan hipotesa yang digunakan dalam analisis ini adalah:
Ho : χ = 0, Tidak ada perbedaan antara surat kabar Utusan Malaysia dan
Media Indonesia berdasarkan kategori yang diuji.
Ha : χ = 0, Ada perbedaan antara surat kabar Ututsan Malaysia dan Media
Indonesia berdasarkan kategori yang diuji.
Berdasarkan perbandingan nilai Chi-Square hitung (χ2) dengan nilai Chi-
Square tabel (df), maka interpretasinya sebagai berikut:
- Jika nilai Chi-Square hitung ≤ Chi-Square tabel, maka Ho diterima
- Jika Chi-Square hitung > Chi-Square tabel, maka Ho ditolak.
Nilai Chi-Square tabel didapat dari tabel nilai kritis Chi-Square, dengan taraf
signifikansi (α) = 0,05 (mengizinkan hanya 5% probabilitas untuk kekeliruan
dari taraf signifikansi).
8. Reliabilitas
Reliabilitas adalah angka indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur
dapat dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran
yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan
kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur didalam
mengukur gejala yang sama (Singarimbun & Effendi, 1989:140).
Untuk tercapainya penelitian yang obyektif, maka dalam proses
pengkodingan akan dilakukan dengan cara intercoder reliability yakni oleh
dua orang, dimana peneliti secara pribadi dan pengkoder I. Hasil dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pengkoder I kemudian dilakukan uji reliabilitas terhadap pengkodingan yang
ditemukan peneliti. Dengan demikian, uji reliabilitas dalam statistik digunakan
untuk mengetahui kesalahan dalam pengukuran. Tujuan digunakannya dua
pengkoder adalah untuk memperoleh kesepakatan atau tujuan bersama
sehingga diharapkan input reliabilitas tinggi. Ambang penerimaan yang sering
digunakan dalam kategorisasi terhadap uji reliabilitas adalah 0,75 atau 75%.
Jika persetujuan antara pengkoding (pengkoding 1 dan pengkoding 2) tidak
mencapai 0,75, maka kategorisasi operasional mungkin perlu dirumuskan
lebih spesifik lagi. Artinya kategorisasi yang dibuat belum mencapai tingkat
keterandalan atau keterpercayaan (Kriyantono,2007:236).
Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
2 M CR = N1 + N2
Dimana:
CR = Coeficient Reliability
M = Jumlah pertanyaan yang disetujui oleh dua pengkoder
N1 + N2 = Jumlah pertanyaan yang diberi oleh dua pengkoder
Untuk memperhitungkan tingkat persetujuan intercoder, maka
selanjutnya digunakan rumus Scott untuk mengembangkan index of reliability
(Pi) yang bukan saja mengkoreksi jumlah kategori dalam suatu kelompok tapi
juga kemungkinan frekuensi yang timbul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Rumus Scott adalah sebagai berikut:
Persetujuan yang nyata – Persetujuan yang diharapkan Pi =
1 – Persetujuan yang diharapkan
Dimana:
Pi = Nilai keterandalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
DESKRIPSI PENELITIAN
A. UTUSAN GROUP
1. Sejarah dan Perkembangan
Surat Kabar Utusan Malaysia berada dibawah bendera Kumpulan
Utusan (Utusan Group), yangmana juga memiliki anak perusahaan lainnya
yang berbasis media. Kumpulan Utusan (Utusan Group) didirikan pada
tahun 1938 di Singapura dengan nama peneribatan pertama yakni Utusan
Melayu. Koran pertama Utusan Melayu diluncurkan pada 29 Mei 1939,
menggunakan jenis tulisan jawi (skrip bahasa Arab) dan dicetak pertama
kali di Singapura.
Untuk lebih mendekatkan diri kepada pembacanya, maka pada
tahun yang sama diterbitkan edisi Minggu dan diberi nama Utusan Zaman.
Utusan Melayu dan Utusan Zaman berada di barisan terdepan dalam hal
pengembangan intelektual nasionalis Malaysia, yang kemudian diberikan
kepemimpinan politik yang kemudian menjadi asas kemerdekaan
Malaysia. Dapat dikatakan bahwa koran Utusan menjadi saksi bisu sejarah
kemerdekaan Malaysia dari Inggris yang tersaji dalam bentuk media
massa.
Pada tahun 1958, lima bulan setelah kemerdekaan Malaysia pada
tahun 1957, Utusan Melayu akhirnya memindahkan kantor pusatnya ke
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
ibukota negara setelah dirasa benar-benar aman dan layak untuk
dipindahkan. Di Kuala Lumpur, Kumpulan Utusan (Utusan Group) lagi-
lagi menjadi leader media massa dan menjalankan peran pentingnya dalam
memberikan peliputan terhadap pembangunan ekonomi, sosial dan politik
di Malaya (istilah Malaysia saat itu), dan pada tahun 1963 wilayah Malaya
lebih diperluas untuk menjadi Malaysia seperti sekarang ini.
Melihat unit usaha Kumpulan Utusan (Utusan Group) yang
semakin berkembang dan menjadi leader media massa di Malaysia, maka
pada tahun 1967, Utusan Group dimasukkan ke dalam perseroan terbatas
publik berdasarkan Undang-Undang Perusahaan, sebagai PT Utusan
Melayu (Malaysia) Terbuka. Sejak itu, Utusan atau kemudian dikenal
sebagai Kumpulan Utusan (Utusan Group) diperluas dengan pesat, dan
hasilnya perusahaan ini tercatat pada Papan Utama di Bursa Efek Kuala
Lumpur pada tahun 1994, hingga menjadikannya perusahaan terbuka yang
paling banyak diincar sahamnya. Pada tahun yang sama, pengalihan
perubahan jenis tulisan yang digunakan dalam isi pemberitaan Utusan
Malaysia dari tulisan Jawi menjadi tulisan Malay/Melayu.
Dengan pencapain keberhasilan seperti ini, lantas tidak membuat
Utusan Group berpuas diri. Pada tahun 1997, Utusan Group memulai
untuk terjun ke dalam dunia multimedia dengan meluncurkan versi online
dari Utusan Malaysia, surat kabar online pertama di Malaysia dengan
format penuh teks dan visual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Dunia multimedia juga membuka lahan bisnis baru bagi Utusan
Group. Pada tahun 1997, Utusan Group melahirkan anak perusahaan baru
yang diberi nama JARING, dengan unit usaha sebagai penyedia akses
internet (Internet Service Provider).
Hingga kini, Utusan Group telah melakukan ekspansi
perusahaannya dengan memiliki lebih dari sepuluh anak perusahaan yang
masih aktif dan bergerak dalam empat bidang usaha utama yaitu
penerbitan, percetakan, iklan, dan layanan online.
Dalam survei jajak pendapat mengenai bidang publikasi di
Malaysia yang dilakukan oleh AC Nielson, dua group surat kabar utama
yakni Utusan Malaysia dan Mingguan Malaysia, serta puncaknya empat
majalah, yaitu Mastika, Mangga, URTV dan Wanita, secara konsisten
mencapai dan mempertahankan tingkat jumlah pembaca dan sirkulasi
tertinggi.
2. Visi, Misi dan Objektif Perusahaan
Perkembangan zaman hingga saat ini membuat Utusan Group terus
berinisiatif melakukan perkembangan pada perusahaannya. Ibarat adanya
perubahan dalam bidang media, perubahan dalam bidang teknologi,
namun pesan yang ingin disampaikan tetap sama. Oleh karena itu, ambisi
Utusan Group tidak pernah tergoyahkan dengan adanya visi perusahaan
yakni untuk memperkuat dan mengembangkan bisnis khusus untuk
membangun masyarakat yang kaya akan informasi, dinamis dan kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Untuk mencapai ambisi di era teknologi informasi ini, pihak
perusahaan terus-menerus menyadari perkembangan teknologi terbaru
agar dapat memastikan bahwa posisi mereka masih yang terdepan dalam
persaingan bisnis.
Menjadi pemain dominan dalam industri penerbitan surat kabar
dan majalah, Utusan Group mempunyai misi untuk mempertahankan dan
memperkuat kepemimpinan di kalangan pembaca Malaysia, sementara itu
akan terus-menerus meningkatkan penawaran konten perusahaan. Selain
itu Utusan Group juga mempunyai misi terhadap perkembangan bisnisnya
di masa mendatang, yakni untuk menjadi pemimpin di pasar percetakan
majalah dan komersial, baik lokal maupun internasional.
Sementara itu, Utusan Group akan terus mencari peluang baru
dalam mengambil keuntungan penuh dari perkembangan teknologi terbaru
dalam media terkait seperti iklan dari luar. Sadar atau tidak disadari, dunia
bisnis ini akan terus mendapat desakan dari adanya kemajuan teknologi
yang semakin canggih dan keahlian sumber daya manusia yang semakin
berkembang, bukan hanya dari segi profitabilitas, namun dari segi kualitas
dan kuantitas dan kehandalan yang dibutuhkan oleh mitra bisnis
perusahaan, seperti pelanggan, investor, pemasok atau asosiasi.
Sebagai kesimpulan mengenai objektif perusahaan, Utusan Group
berkeyakinan bahwa pendekatan-pendekatan strategis yang diperlukan
belum sesuai dengan laju pertumbuhan dinamis Malaysia; maka dari itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
hal ini memungkinkan perusahaan untuk kembali memainkan perannya
dalam mendukung bangsa di era teknologi informasi saat ini.
3. Tata Kerja Perusahaan
Utusan Group merupakan sebuah perusahaan yang memiliki
manajemen yang rapi dan transparan sejak dari pertama didirikan.
Manajemen yang dihasilkan oleh Utusan memberikan kesan positif pada
khalayak sehingga mereka dapat percaya dan yakin akan produk yang
dihasilkan oleh Utusan Group. Dalam jajaran manajemen Utusan Group
terbagi dari tiga bagian, yakni Dewan Direksi, Manajemen, dan Editorial.
Dewan Direksi diisi oleh petinggi-petinggi perusahaan sekelas direktur
atau pemegang saham, manajemen diisi oleh staf petinggi yang bertugas
menjalankan perusahaan, sedangkan editorial ditempati oleh orang-orang
yang berkecimpung dalam alur produksi media yang dibuat oleh Utusan
Group.
Struktur Organisasi
Berikut adalah struktur organisasi yang dimiliki oleh Utusan Group:
1. Board of Directors Utusan Group (Dewan Direksi)
1. Direktur Utama : Tan Sri Mohamed Hashim Ahmad
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu Makaruddin
2. Group Direktur Eksekutif:
1. Encik Mohd Nasir Ali
2. Tan Sri Hussein Ahmad
3. Dato’ Dr. Firdaus Haji Abdullah
4. Dato’ Ab. Halim Mohyiddin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
5. Datuk Abdul Aziz Ishak
6. Datuk Seri Ismail Yusof
7. Datuk Tengku Sarifuddin Tengku Ahmad
3. Sekretaris Perusahaan : Sharina Saidon
2. Manajemen Utusan Group
1. Direksi Utusan Group
Jabatan Nama
Direktur Utama Tan Sri Mohamed Hashim
Ahmad Makaruddin
Direktur Eksekutif Group Mohd Nasir Ali
Pemimpin Perusahaan Datuk Abdul Aziz Ishak
Wakil Pemimpin Perusahaan Othman Mohamad
Kepala Divisi Keungan W. Nor Asmah W. Ismail
Group General Manager, Adi Satria Ahmad
Periklanan
Senior General Manager, Jamal Khail Md Isa
Percetakan
General Manager, Hukum Sharina Saidon
/ Sekretaris Perusahaan
General Manager, Sumber Daya Mohd Nazlan Osman
Manusia
Senior Manager, Pemasaran Mohd Basir Abdul Rahim
/ Sirkulasi
Senior Manager, Jasa Perusahaan Ahmad Razif Mohamed & Manajemen Risiko
Senior Manager Administrasi Zulkifli Haji Basharuddin
/ Jasa Properti
Senior Manager Pengadaan Haji Abdul Kadir Mansuri
Senior Manager, Internal Audit Faridah Hashim
Manager, Departemen Editorial Zaharuddin Mohd Ali
Manager, Teknologi Informasi Abdul Halim Johar Mazahar
Manager, Divisi Komunikasi Nur Shafina Redzuan
Manager, Promosi Aslinda Mohd Noor
& Manajemen Merek
Tabel 2.1 Direksi Utusan Group
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2. Direksi Anak Perusahaan
Jabatan Nama
Direktur Manager Satria Adi Ahmad Utusan Media Sales Sdn Bhd
Pemimpin Redaksi, Majalah Azhar Abdul Rahman Badrul
Utusan Karya Sdn Bhd
Direktur Eksekutif Utusan Publications & Dr Ahmad Abu Bakar Hairi Distributor Sdn Bhd
Kepala Operasional Fareed Abdul Ghani
Solusi Perfisio Sdn Bhd
Pemimpin Umum Azlan Naim Abdullah
Utusan Sight & Sound Sdn Bhd
Manager Faisal Mokhtar
Juasa Holdings Sdn Bhd
Kepala Operasional Mohd Zamri Sulong
Sdn Bhd Airtime Utusan
Editorial Utusan Malaysia
Jabatan Nama
Kepala Editor Mohd Hassan Mohd. Noor
Asst. Editor Rosmanizam Abdullah
Senior Editor Berita Zulkefli Hamzah
Editor Berita Marzuki Yusof
Editor Berita Marhaini Kamaruddin
Editor Berita Rozaman Ismail
Editor Berita Mohd Ridzwan Md Iman
Editor Berita Zulkiflee Bakar
Editor Berita Ramli Abdul Karim
Tabel 2.2 Direksi Anak Perusahaan Utusan Group
Tabel 2.3 Editor Utusan Malaysia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
4. Kebijakan Redaksional
Kebijakan redaksi pada setiap media massa pada umumnya
memiliki sedikit kesamaan, namun ada pula yang berbeda tergantung
kebijakan-kebijakan yang ditentukan oleh perusahaan itu sendiri. Pada
Utusan Malaysia, kebijakan redaksional yang ditetapkan mengikuti alur
sebagai berikut (Danker, Presentation Paper:2008):
Alur kebijakan yang ditetapkan oleh Utusan Malaysia, sama halnya
dengan beberapa kebijakan yang diterapkan oleh surat kabar lainnya.
Namun ada beberapa tahap kebijakan yang ditetapkan oleh internal Utusan
Malaysia sendiri agar isi berita/surat kabar yang disajikan berbeda dengan
surat kabar lainnya. Kebijakan redaksional mengharuskan setiap kepala
bagian masing-masing redaksi untuk turun tangan secara langsung dalam
menindaklanjuti penyajian berita.
Editor berita menugaskan reporter untuk mencari berita
Reporter kembali ke kantor untuk menulis berita
Cerita disunting oleh sub-editor
Sub-editor melakukan layout untuk halaman berita
Meeting malam hari untuk memaksimalkan isi koran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
5. Layanan Usaha Perusahaan
Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa Utusan Group memiliki
banyak anak perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang, khususnya
media. Unit pelayanan usaha Utusan Group memberikan banyak
keuntungan, baik secara finansial maupun kemudahan. Bergerak dalam
berbagai bidang dan saling berkaitan tentunya sangat memudahkan proses
produksi hingga pendistribusian segala produk yang diproduksi oleh
Utusan Group. Berikut adalah layanan usaha Utusan Group:
1. Percetakan
Mesin percetakan/printing yang dimiliki oleh Utusan
mempunyai nilai yang tidak murah, seharga RM 100 juta atau apabila
dirupiahkan akan seharga Rp 285 milyar adalah aset yang sangat
berharga yang dimiliki oleh Utusan Group. Dengan adanya mesin
cetak canggih yang berada di kawasan Bangi, memberikan keunggulan
dalam hal kompetitif dibanding pesaing lainnya karena peralatan
tersebut diklaim sebagai salah satu fasilitas percetakan (printing) yang
paling canggih dan berteknologi di Asia.
Hal ini pada hakekatnya, memungkinkan perusahaan untuk
mengoptimalkan produksi, memaksimalkan kualitas sekaligus
mengurangi waktu yang digunakan. Ini adalah keunggulan komparatif
yang diyakini oleh pihak Utusan Group, bahwa perusahaan percaya
akan dihargai oleh para pembaca dan membalasnya kepada pengiklan,
sehingga semua pihak merasa puas dan tidak ada yang dirugikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Salah satu dari banyak mesin cetak canggih dan berkelas atas
adalah mesin cetak press “Heidelberg M600”. Alat ini memungkinkan
kita untuk mencetak jumlah yang lebih besar sehingga memudahkan
dalam menangani proyek-proyek berkelas dengan standar
internasional. Selain itu, pabrik percetakan komersial dari Utusan
Group ini juga telah melakukan beberapa kontrak percetakan
komersial dari lembaga pemerintahan hingga kalangan perusahaan
yang bersifat global.
2. Penerbitan
Utusan Group saat ini menjadi perusahaan penerbit dari dua
belas majalah, lima surat kabar, dua surat kabar elektronik dan satu
portal pendidikan lokal.
Dua kelompok surat kabar secara konsisten mencapai sirkulasi
dan kepuasan pembaca yang tinggi dalam kategori berbahasa
Malaysia. Berdasarkan hasil survey jajak pendapat yang dilaksanakan
oleh Audited Bureau of Circulation (ABC) 2008 (Jan-Jun) dan AC
Nielsen 2008, Utusan Malaysia mencatat angka rata-rata penjualan
bersih sebesar 186.994 eksemplar per edisi dengan 947.000 pembaca,
sementara Mingguan Malaysia mencatat angka rata-rata penjualan
bersih sebesar 455.983 eksemplar per edisi dengan pembaca sebanyak
1.612.000, membuatnya menjadi surat kabar mingguan dengan tingkat
sirkulasi yang tertinggi di Malaysia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Kesuksesan serupa juga terjadi pada majalah yang diproduksi
oleh Utusan Group. Dari dua belas majalah, dua dari majalah; Mastika
dan Mangga, memperoleh pencapaian dua sirkulasi tertinggi dalam
kategori Bahasa Malaysia pada tahun 2008. Majalah Mastika dan
Mangga berhasil mencatat penjualan tertinggi dengan angka bersih
sebesar 217.905 eksemplar dengan 81.585 eksemplar per edisi.
Group anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, Utusan
Publications & Distributors Sdn Bhd (UP & D), menerbitkan buku-
buku pendidikan yang mencakup semua tingkatan pendidikan, mulai
dari pra-sekolah sampai universitas.
UP & D adalah salah satu rumah penerbitan yang paling aktif
di Malaysia, menghasilkan sekitar 150 judul per tahun baik dalam
Bahasa Malaysia dan Bahasa Inggris. UP & D juga merupakan
distributor terbesar dan importir publikasi lokal (terutama dari
Amerika Serikat, Eropa dan Australia) di Malaysia. Sebagian besar
buku didistribusikan ke perguruan tinggi seperti perguruan tinggi dan
universitas, serta perpustakaan dan departemen pemerintah dan
lembaga.
3. Periklanan
Utusan Media Sales Sdn Bhd adalah anak perusahaan yang
menangani bidang periklanan dalam Group. Perusahaan ini
bertanggung jawab untuk menjual space iklan di seluruh surat kabar
Utusan dan majalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Sedangkan anak perusahaan lainnya dalam satu divisi, Utusan
Airtime Sdn Bhd adalah agen pemasaran yang bertanggung jawab
untuk menjual komersial radio dan televisi untuk semua stasiun radio
dan televisi yang dimiliki oleh Radio Televisi Malaysia (RTM),
penyiaran lokal yang dimiliki oleh negara. Perusahaan ini juga
bertanggung jawab untuk mempromosikan semua program yang
dihasilkan oleh RTM.
4. Layanan Online
Sebagai salah satu penyedia jasa internet (internet service
provider) di Malaysia, Utusan Group merasa bangga bisa bekerja
sebagai mitra Pemerintah dalam mempromosikan internet untuk
penduduk Malaysia dan memberikan kontribusi untuk negara dengan
tujuan untuk menciptakan masyarakat yang kaya informasi.
Layanan yang disediakan oleh Perfisio Solutions Sdn Bhd,
salah satu anak perusahaan Utusan Group ini telah memiliki lebih dari
600.000 pelanggan sampai saat ini.
Selain menyediakan layanan jaringan internet, Perfisio juga
menawarkan Mobile Messanging Services, yang sbeelumnya
merupakan bagian dari perusahaan Telcos dan kemudian saat ini telah
berdiri sendiri sebagai sebuah perusahaan independen dengan
perkiraan pelanggan sekitar 150. Jasa perusahaan ini menawarkan
berbagai macam produk mulai dari konten hiburan untuk pengambilan
informasi melalui saluran SMS dan MMS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Utusan Group juga telah meluncurkan surat kabar online.
Layanan yang disediakan bekerja sama dengan Telekom Malaysia
yang dapat memungkinkan pelanggan untuk membaca replika yang
tepat dari koran group, yakni Utusan Malaysia, Mingguan Malaysia,
Kosmo! dan Kosmo! Ahad online melalui www.BlueHyppo.com.
Departemen Teknologi Informasi ini juga memainkan peran
penting dalam menyediakan layanan dukungan untuk pengelolaan
jaringan, layanan internet dan sejenisnya, pengembangan dan
pemeliharaan sistem komputer, pembelian perangkat keras dan
perangkat lunak, serta sebagai pendukung problem IT untuk berbagai
departemen dan anak perusahaan Utusan.
Layanan ini disediakan untuk memastikan bahwa jaringan dan
sistem infrastruktur sudah memenuhi kebutuhan bisnis saat ini dan
kedepannya.
5. Unit Layanan Lainnya
a. Pengangkutan
Utusan Group juga melihat peluang bisnis yang luas dalam
menyediakan logistik dan jasa transportasi. Awalnya didirikan
untuk keperluan internal Utusan Group dalam melayani distribusi
semua materi cetak. Saat ini, perusahaan Utusan Group dengan
enam anak perusahaan lainnya menawarkan layanan beragam
seperti jasa penanganan kargo laut dan udara, forwarding/impor,
serta jasa pergudangan dan pengiriman di seluruh dunia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
b. Pasca Produksi Video
Utusan Group berkomitmen bahwa dengan adanya investasi
besar dapat menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan berkreasi
untuk biro iklan, rumah produksi, editor kreatif, penyiar dan
produser independen nasional.
c. Produksi Audio
Utusan Group juga menawarkan teknologi rekaman terbaru,
seperti halnya para staff mereka yang berdedikasi dan berbakat,
dan adanya fasilitas yang berteknologi tinggi dan memberikan
proses rekaman kelas dunia kepada para seniman dan produser
yang memiliki harapan tertinggi terhadap fasilitas rekaman.
d. Arsip dan Riset Layanan Informasi
Menjadi perusahaan produksi yang telah lama
berkecimpung di dunia media, Utusan Group bangga memiliki
banyak koleksi arsip yang disimpan di Pusat Informasi yang
berlokasi di Kantor Pusat. Hanya dengan biaya yang murah,
masyarakat umum dapat memperoleh akses ke salah satu arsip
bangsa yang paling luas dan beragam dari setiap peristiwa atau
orang-orang penting.
6. Produk Usaha
Utusan Group memiliki banyak produk yang bergerak dalam media
massa, dan seperti yang dijelaskan sebelumnya, kebanyakan produk media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
yang dihasilkan oleh Utusan Group memiliki hasil yang memuaskan
dimata publik, sehingga respon positif selalu diperoleh Utusan setiap
menerbitkan hasil produksinya. Berikut jenis produk usaha yang
dihasilkan oleh Utusan Group:
a. Surat Kabar
Sebagai penerbit surat kabar nasional yang terkenal baik di
media cetak dan elektronik, surat kabar ini melayani kebutuhan publik
yang multikultural di Malaysia, memberikan pemikiran serta informasi
berita yang akurat. Berikut produksi surat kabar oleh Utusan Group:
1. Utusan Malaysia
Sesuai dengan logo dan merek dagang yang berwarna biru, Utusan
Malaysia pertama kali dibuat dan diumumkan dalam Jawi
(transkrib Arab) ketika Utusan Group didirikan pada tahun 1939.
Utusan Malaysia saat itu menjadi media yang sagat berpengaruh
bagi masyarakat dalam menyuarakan pendapat mereka terhadap
putusan Pemerintah Inggris di Malaya.
Gambar 2.1 Edisi Perdana Utusan Malaysia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Saat ini, Utusan Malaysia telah berkembang menjadi sumber
terpercaya dalam hal berita dan informasi bagi penduduk Malaysia.
Dengan lebih dari 32 halaman berita saat ini, surat kabar ini juga
menyediakan suplemen secara teratur dengan fokus pada topik
menarik seperti hiburan, fashion, musik, kesehatan, teknologi dan
lain-lain, sehingga menjadikannya harus dibaca untuk semua. Pada
tahun 2007-2008 audit sirkulasi harian rata-rata adalah 197.952
eksemplar pada hari kerja dan 458.296 eksemplar pada hari
Minggu (Kenyon:2010).
2. Kosmo!
Harian pertama di Malaysia dengan ukuran yang berbeda dari
koran lainnya diperkenalkan oleh Utusan Group. Dengan slogan
‘Suara Kontemporari’, kosmo! ditargetkan khusus untuk generasi
yang baru dan modern yang bersifat kontemporer dan aktif dalam
semua aspek kehidupan.
Gambar 2.2 Edisi Sekarang Utusan Malaysia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Dicetak dengan Bahasa Malaysia, Kosmo! menyajikan sebuah
konsep baru yang menggabungkan harian dan majalah menjadi
satu yang sangat ideal untuk semua lapisan masyarakat di
Malaysia. Hal ini dikarenakan ukuran Kosmo! yang sangat kecil
dan menjadikannya sangat praktis dan bersifat portabel.
3. Mingguan Malaysia
Menjadi surat kabar mingguan yang paling sering dibaca dan
diedarkan di Malaysia; Mingguan Malaysia memiliki kolom rutin
yang menampilkan isu-isu seperti politik, kehidupan, sorotan sosial
dan banyak lagi.
4. Utusan Melayu
Saat ini, surat kabar ini merupakan satu-satunya surat kabar yang
beredar di Malaysia dengan menggunakan Jawi (transkrip Arab),
Utusan Melayu Mingguan menjadi bacaan utama bagi banyak
warga yang sudah berumur di daerah pedesaan.
Diterbitkan setiap seminggu sekali, koran ini beredar setiap hari
Senin, bersama dengan surat kabar Utusan Malaysia.
b. Majalah
Sama halnya dengan Surat Kabar, Majalah yang diproduksi
oleh Utusan Group berjumlah dua belas macam dari jenis segmentasi
yang berbeda.
Majalah Wanita dan Harmoni dapat dikatakan sangat berfokus
pada pembahasan mengenai seluk-beluk seputar wanita dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
permasalahannya. Majalah Saji lebih berkonsen pada majalah yang
berhubungan dengan makanan dan cara mengolahnya. Sedangkan
untuk Majalah Mangga dan Hai berfokus pada remaja, Majalah Kawan
lebih ditujukan ke anak-anak. Masih ada Majalah Al-Islam yang
berfokus pada hal-hal yang berbau religi, Majalah iSihat sesuai
namanya yang lebih banyak berisi mengenai ilmu kesehatan dan
kebugaran. Sedangkan Majalah Ur tv merupakan majalah dengan
segmen dunia hiburan dan Infiniti merupakan majalah yang
terkonsentrasi pada hobby seperti ilmu desain yang sasarannya untuk
usia 16-30 tahun.
c. Buku-Buku
Selain memproduksi surat kabar dan majalah, Utusan Group
juga telah memproduksi dan menerbitkan aneka jenis buku-buku yang
dapat dikatakan sukses dipasaran seperti novel (Dialah di Hati, Hati
Nurani, dll.), buku religi (Pendidikan Akhlak dan Adab Islam),
diskografi (diskografi Tun Abdul Razak, dll), buku memasak (Biskuit
Klasik 2, dll), hingga komik (Tenggiling si Perisai Bola,dll).
d. Produk Online
Melihat visi 2020 yang terinspirasi oleh mantan Perdana
Menteri Malaysia YAB Dato Seri Dr Mahathir Mohamed yang
membayangkan warga Malaysia menjadi pusat informasi. Hal ini
mendorong Utusan Group membuat website untuk saling berbagi
dengan tujuan yang sama dan untuk membantu membentuk publik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
yang lebih informatif dan berpengetahuan. Berikut kumpulan website
yang dibuat Utusan Group: Utusan Malaysia Online
(www.utusan.com.my), Kosmo! Online (www.kosmo.com.my),
Utusan Education Portal, Tutor Online (www.tutor.com.my),
Recruitment Portal (www.kareer.com.my).
7. Profil Pembaca
Utusan Group mempunyai strategi pemasaran yang dinamis dan
serbaguna dalam mempublikasikan surat kabarnya, sehingga surat kabar
utama yang beredar yaitu Utusan Malaysia dan Mingguan Malaysia tetap
sebagai koran No. 1 dalam hal sirkulasi, dengan sirkulasi harian rata-rata
240.154 dan 555.559 eksemplar dari masing-masing surat kabar tersebut.
Untuk profil pembaca, Utusan Malaysia dan Mingguan Malaysia
lebih memperkuat posisinya sebagai koran Melayu terkemuka, dengan
rata-rata pembaca harian masing-masing 1.438.000 dan 2.619.000 dari
berbagai latar belakang usia dan pekerjaan.
Pada surat kabar Utusan Malaysia lebih banyak dikonsumsi oleh
para keluarga, pekerja harian, pebisnis, dan lain sebagainya dikarenakan
surat kabar ini terbit setiap hari, sedangkan untuk Mingguan Malaysia
difokuskan kepada kaum wanita dan anak-anak dengan bentuk penulisan
berita yang bersifat ringan dan mudah dikonsumsi, Mingguan Malaysia
merupakan surat kabar tambahan dan terbitan dari Utusan Malaysia pada
hari Minggu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
B. MEDIA INDONESIA
1. Sejarah dan Perkembangan
Media Indonesia didirikan oleh Teuku Yousli Syah pada tahun
1969, dengan SIT (Surat Ijin Terbit) No. 0856/SK/Dir-PK/SIT/1969.
Meskipun didirikan pada tahun 1969, namun Media Indonesia pertama
kali muncul dan terbit pada tanggal 19 Januari 1970, dan mempunyai
terbitan pertama setebal 4 halaman dengan kolom yang amat terbatas.
Namun seiring perkembangannya, pada tahun 1976 Media Indonesia
mampu menambah jumlah halaman dari yang semula hanya 4 halaman
menjadi 8 halaman. Media Indonesia pertama kali berkantor di Jl. MT.
Haryono Jakarta dan dibawah pengawasan lembaga penerbitan yakni
Yayasan Warta Indonesia.
Seiring dengan perkembangan Media Indonesia, perkembangan
regulasi di bidang pers dan penerbitan juga ikut terjadi. Salah satu akibat
yang ditimbulkan adalah berubahnya status SIT (Surat Izin Terbit) menjadi
SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Dengan adanya perubahan ini
penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata menanggung
beban idealnya tetapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha yang
sepenuhnya dilindungi oleh hukum.
Hingga pada tahun 1981, surat ijin terbit Media Indonesia dicabut
oleh Departemen Penerangan karena adanya proses perkembangan
regulasi tersebut. Namun setahun kemudian, melalui surat keputusan
Menteri Penerangan Republik Indonesia No. 986/Ditjen PPG/K/1982,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Media Indonesia diterbitkan kembali. Dengan munculnya Undang-Undang
Pokok Pers tahun 1982 dan ketentuan SIUPP yang diwajibkan kepada
penerbit pers berbadan hukum, menjadikan Media Indonesia untuk
mengubah SIT menjadi SIUPP yang diterima Departemen Penerangan
pada tahun 1986.
Demi kemajuan perusahaan, pada tahun 1988 Teuku Yousli Syah
yang selaku pendiri Media Indonesia melakukan kerjasama dengan Surya
Paloh, mantan pimpinan surat kabar Prioritas yang kala itu sedang mencari
SIUPP baru untuk media yang dipimpinnya. Berdasarkan kerjasama
tersebut, maka pada tahun itu juga Media Indonesia berada dibawah
manajemen baru yakni PT Citra Media Nusa Purnama. Manajemen Media
Indonesia yang baru akan dikembangkan menjadi penerbitan yang
profesional dengan dukungan sumber daya manusia yang kuat dan handal.
Selain itu, dari kerjasama ini diharapkan dapat membawa kekuatan modal
dan semangat yang dapat menjadikan penerbitan ini menjadi semakin
profesional.
Dalam manajemen baru ini, Surya Paloh menjabat sebagai Direktur
Utama, Teuku Yousli Syah sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin
Perusahaan dipegang oleh Lestary Luhur. Sementara itu, alamat
perusahaan dan redaksi juga dipindahkan ke Jl. Gondangdia Lama No. 46
Jakarta.
Awal tahun 1995, Media Indonesia kembali berpindah lokasi dan
kali ini menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jl. Pilar Mas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Perpindahan lokasi ini
bertepatan dengan 25 tahun berdirinya Media Indonesia. Di gedung yang
ditempati hingga sekarang ini semua kegiatan berada dibawah satu atap;
redaksi, usaha, percetakan, pusat dokumentasi, perpustakaan, iklan,
sirkulasi dan distribusi serta fasilitas lainnnya untuk menunjang kebutuhan
karyawan.
Sejak menjadi satu kesatuan dalam manajemen baru, Media
Indonesia berubah menjadi sebuah surat kabar inovator yangmana
perkembangannya semakin pesat hingga menurut sejumlah kalangan
Media Indonesia sebagai surat kabar umum terbesar kedua di Indonesia
setelah harian Kompas. Hal tersebut dibuktikan dengan penciptaan rubrik,
mutu berita, tata letak dan perwajahan yang banyak ditiru oleh media-
media serupa. Sebagai industri media massa yang berfokus pada bisnis,
pada perkembangannya Media Indonesia semakin kokoh karena ditunjang
berbagai unit usaha yang berada dibawah logo Group Media Indonesia,
seperti hotel, Indocarter, Lampung Post dan Metro TV.
2. Visi, Misi dan Objektif Perusahaan
Setiap perusahaan pasti memiliki visi dan misi untuk mengokohkan
dan mempertahankan citra perusahaan ke publik, begitu halnya dengan
Media Indonesia yang dalam menjalankan sebuah industri media
mempunyai visi berkeinginan untuk menjadi surat kabar yang berpengaruh
di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Media Indonesia mempunyai misi menjadi koran refrensi yang
berkualitas, yang dapat mempengaruhi keputusan secara kritis, dinamis
dan inovatif dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan slogan ‘Pembawa Suara Rakyat’, Media Indonesia ikut
mendorong terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, makmur
dan demokratis, yang disalurkan melalui bidang pers. Hal tersebut
diwujudkan dalam isi pemberitaan yang lebih berpihak kepada rakyat.
Sebagai surat kabar terdepan yang ingin menjadi refrensi yang
berkualitas, Media Indonesia memiliki misi menyajikan informasi
terpercaya secara regional dan nasional serta berpengaruh bagi
pengambilan keputusan, mempertajam isi berita agar lebih relevan untuk
pengembangan pasar, membangun sumber daya manusia dan manajemen
yang profesional dan unggul, dan mampu mengembangkan perusahaan
penerbitan yang sehat dan menguntungkan.
Di usianya saat ini, Media Indonesia terus berkembang dan
membenahi diri untuk melangkah maju ke depan agar selalu menjadi
inovator bagi media surat kabar lainnya. Berbagai bentuk inovasi yang
telar dihasilkan Media Indoensia terus bergulir dalam bentuk penerbitan
edisi khusus, rubrik baru, aneka tips yang informatif, disamping berbagai
info penting yang disajikan setiap harinya.
Seiring dengan kemajuan teknologi, Media Indonesia tidak mau
ketinggalan dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada
pelanggannya. Terbukti dengan dibuatnya portal surat kabar online dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
alamat www.mediaindonesia.com, Media Indonesia membuktikan
keeksistensinya dalam dunia media massa di Indonesia.
3. Struktur Organisasi
Manajemen Media Indonesia termasuk manajemen yang
mengalami fase pergantian yang tidak sedikit. Pergantian manajemen
Media Indonesia tentunya demi kebaikan dan kemajuan perusahaan
tersebut. Adanya kerjasama dengan Surya Paloh menjadikan Media
Indonesia terus berkembang hingga saat ini, dengan susunan organisaasi
perusahaan dan redaksi sebagai berikut:
Pendiri : Drs. H. Teuku Yousli Syah, M.Si (Alm)
Direktur Utama : Rahni Lowhur Schad
Direktur Pemberitaan : Saur Hutabarat
Dewan Redaksi Media Group : Elman Saragih (Ketua), Anna Wijaya
Rahni Lowhur Schad, Djafar Husin
Assegaf, Saur Hutabarat, Andi F. Noya,
Djadjat Sudradjat, Toeti Adhitama, Lestari
Moerdijat, Bambang Eka Wijaya, Sugeng
Suparwoto, Suryo Pratomo
Redaktur Senior : Saur Hutabarat, Laurens Tato, Elman
Saragih
Kepala Divisi Pemberitaan : Usman Kansong
Deputi Kadiv. Pemberitaan : Kleden Suban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Kadiv. Content Enrichment : Gaudensius Suhandi
Ass. KCE : Yohanes S. Widada
Ass. Kp Divisi Pemberitaan : Abdul Khohar, Ade Alawi, Ono Sarwono,
Haryo Prasetyo, Rosmery Christina S.
Sekretaris Redaksi : Teguh Nirwahyudi
Ass. Kadiv Foto : Hariyanto
Ass. Kadiv MICOM : Tjahyo Utomo, Victor JP Nababan
Redaktur : Agus Wahyu Kristianto, Cri Canon
Riadewi, Eko Suprihatno, Eko
Rahmawanto, Fitriana Siregar, Gantyo
Koespradono, Hapsoro Poetro, Henri
Salomo, Ida Farida, Jaka Budisantosa,
Lintang Rowe, Mathias S. Brahmana,
M. Anwar Surachman, Sadyo Kristriarto
Redaktur MICOM : Agustriwibowo, Asnawi Khaddaf,
Patna Budi Utami
Redaktur Foto : Agus Mulyawan
Redaktur Periset : Heru Prasetyo
Kood Operator MICOM : Abdul Salam
Operator MICOM : Charles Silaban, Muhammad Syaifullah,
Panji Ari Murti, Wijokongko, Ricky
Julian, Alfani Taufik, Surono Abadi
Web Programmer : Abraham
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
4. Kebijakan Redaksional
Pada Media Indonesia, pemilik perusahaan menentukan siapa yang
menulis editorial. Disana terdapat sebuah tim yang terdiri atas penulis dari
perwakilan pemimpin redaksi Media Indonesia, surat kabar Lampung Post
dan stasiun televisi Metro TV. Salah satu tanggung jawab mereka sebagai
redaktur opini adalah memilih komentar-komentar dan analisis-analisis
yang dikirim oleh ‘pihak luar’ serta menentukan beberapa surat pembaca
yang akan diterbitkan. Setiap hari ada 30 komentar yang masuk, yang
kemudian dipilih berdasarkan aktualitas, relevansi, dan tingkat
kepercayaan kepada penulisnya. Media Indonesia juga memiliki sebuah
kelompok tetap pakar, yang secara berkala menulis analisis-analisis dan
komentar-komentar. Sebuah evaluasi atas komentar-komentar yang telah
diterbitkan, menurut keterangan kepala rubrik opini, berlangsung dua
minggu sekali oleh sebuah tim dari berbagai rubrik.
Bentuk berita yang mengandung opini selain di halaman opini juga
terdapat di halaman rubrik-rubrik yang lain. Di sini pilihan ditentukan oleh
masing-masing rubrik. Kepala rubrik opini juga yang memilih surat-surat
pembaca. Media Indonesia menerbitkan dalam rubrik ini lebih sedikit
surat-surat tentang pemberitaan atau tema-tema aktual, melainkan
terutama memuat surat-surat yang berisi keluhan.
Adanya campur aduk divisi dalam redaksional Media Indonesia
kadang kala menjadi dilema dalam internal perusahaan. Keterlibatan divisi
iklan dalam proses redaksional di Media Indonesia terlihat dari adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
keikutsertaan karyawan divisi iklan dalam rapat redaksi. Tingkat frekuensi
campur tangan divisi iklan terhadap redaksi redaksi tergantung seberapa
penting berita yang akan diterbitkan bagi kepentingan umum.
Selain itu, promosi silang juga terjadi di Media Indonesia dan
Metro TV, dimana setiap paginya pada siaran berita Metro TV selalu
dibacakan editorial dari Media Indonesia, akan tetapi hal itu tidak disebut
sebagai iklan (Keller,2009:79-82).
4.1 Pola Penyajian
Berdasarkan Budaya Perusahaan Media Indonesia pada bidang
redaksi periode 2002-2005, yakni menjadi koran refrensi bagi
pembaca. Sedangkan pembaca Media Indonesia, berdasarkan
segmentasinya, adalah kelas menengah ke atas. Oleh karena itu, Media
Indonesia senantiasa memperhatikan unsur kebutuhan pembaca dengan
segmentasi tertentu terkait isu pemberitaan dan pola peliputannya.
Dalam setiap penerbitan yang dilakukan oleh Media Indonesia,
Edisi harian selalu diterbitkan hingga 24 halaman, yang terbagi dalam
dua kali masa cetak. Masa cetak pertama, halaman 13-24 dicetak pada
pukul 19.00 WIB setiap harinya, dengan rubrik berita meliputi Fokus
Pemberitaan dan berita kolom Humaniora. Sedangkan pada masa cetak
kedua, yakni halaman 1-12, dicetak pada pukul 23.30 WIB dengan isi
berita utama (Headline) dan pemberitaan kolom lainnya.
Mengenai pola peliputan, meskipun Media Indonesia tidak
memiliki ketentuan tentang jenis informasi yang disajikan pada tiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
halaman surat kabar, namun Media Indonesia tetap memiliki pola
penyajian tertentu untuk setiap edisinya. Berita-berita utama selalu
diletakkan pada halaman luar, yangmana halaman luar itu meliputi
halaman 1 (halaman muka/cover) dan halaman 12 (halaman
belakang/backcover).
Pada halaman muka, Media Indonesia menyajikan berita-berita
utama, biasanya diisi dengan sebuah headline pemberitaan dengan satu
foto sebagai visualisasi headline maupun foto lepas. Seperti surat kabar
pada umumnya, dasar penentuan isu atau topik sebagai headline adalah
nilai lebih dari sebuah isu berita yang layak muat, dan sudah dibahas
dalam rapat redaksi. Selain headline, masih ditambah dengan tiga
berita lainnya yang dianggap sebagai bagian isu penting bagi
pembacanya. Dan yang tidak dapat terpisahkan dari ciri khas Media
Indonesia yakni penulisan editorialnya. Bahkan disediakan satu
halaman khusus dibagian dalam untuk bedah editorial dalam
menampung pendapat pembacanya.
Untuk halaman belakang, selain menampilkan headline serta
foto sebagai visualisasi headline atau foto lepas, juga menampilkan
lima berita utama lainnya. Dua berita diantaranya berjudul rubrik
‘Sosok’ yang biasanya berisi profil atau cerita unik dan ringan tentang
seorang tokoh tertentu.
Pada halaman dalam, disediakan untuk beberapa topik
pemberitaan yang juga menjadi dasar pembagian desk redaksi Media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Indonesia, yakni Bisnis, Opini, Polkam, Metropolitan, Nusantara,
Internasional, Olahraga dan Humaniora. Pada setiap halaman tersebut,
terdapat sebuah headline yang dianggap sebagai berita utama oleh
redaktur masing-masing desk.
Media Indonesia memiliki kebijakan fokus untuk masing-
masing desk. Fokus biasanya berisi pendalaman akan isu-isu khusus
yang dianggap memenuhi keingintahuan para pembacanya. Setiap desk
mendapat jatah membuat fokus pemberitaan masing-masing sekali
dalam seminggu, dengan rincian sebagai berikut: pada hari Senin
untuk desk Polkam, Selasa untuk Metropolitan, Rabu untuk Olahraga,
Kamis untuk Ekonomi, Jumat untuk Internasional dan Sabtu untuk
Humaniora. Fokus pemberitaan diletakkan pada masa cetak kedua
(untuk halaman 1-12) Media Indonesia.
Untuk hari Minggu, Media Indonesia memiliki pola liputan
tersendiri dimana edisi Minggu biasanya memuat sajian informasi
yang bersifat ringan dan penuh dengan artikel-artikel menarik seperti
musik, film, profil, kuliner, gaya hidup dan sebagainya.
5. Profil Pembaca
Pada setiap Surat Kabar tentunya memiliki segmentasi pembaca
yang berbeda-beda. Segmentasi pembaca tentu akan diperoleh berdasarkan
hasil survey oleh surat kabar itu sendiri. Maka dari itu, berdasarkan hasil
survey oleh Media Indoensia, maka akan disajikan profil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
pembaca/pengakses surat kabar harian Media Indonesia berdasarkan jenis
kelamin, tingkat pendidikan, usia, pekerjaan dan jumlah pengeluaran,
sebagai berikut:
No. Jenis Kelamin Persentase 1 Laki-Laki 87%
2 Perempuan 37%
No. Tingkat
Pendidikan Persentase
(%)
1 Lulusan SLTA 10
2 D1-D3 15
3 Sarjana 1 51
4 Sarjana 2 19
5 Sarjana 3 5 Jumlah 100
No. Tingkat Usia Persentase
(%)
1 17 - 24 12
2 25 - 34 45
3 35 - 44 29
4 45 - 55 12
5 > 55 2
Jumlah 100
Tabel 2.4 Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2.5 Persentase Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 2.6 Persentase Berdasarkan Tingkat Usia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
No. Jenis Pekerjaan Persentase
(%)
1 PNS 13
2 Pegawai BUMN 14
3 Ekspatriat 2
4 TNI - Polri 1
5 Pengusaha 4
6 Mahasiswa 11
7 Pegawai Swasta 52
8 Lainnya 3
Jumlah 100
No. Angka Nominal (Rp.) Persentase
(%)
1 < 1.000.000 19
2 1.000.000 - 1.500.000 13
3 1.500.000 - 2.000.000 13
4 2.000.000 - 2.500.000 11
5 2.500.000 - 3.000.000 7
6 3.000.000 - 3.500.000 7
7 > 3.500.000 30
Jumlah 100
Tabel 2.7 Persentase Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tabel 2.8 Persentase Berdasarkan Tingkat Pengeluaran
(Sumber: Media Indonesia Online)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Polemik antar negara memang sudah sering terjadi, baik itu secara berkala
ataupun secara terus-menerus. Tidak terkecuali dengan hubungan negara
serumpun melayu antara Malaysia dan Indonesia. Polemik yang muncul dalam
hubungan bilateral kedua negara ini terus berulang, dari satu episode ke episode
lain. Awalnya dimulai dari kasus pelecehan terhadap integritas bangsa Indonesia
pada jaman Presiden Soekarno, hingga adanya kasus ambalat, TKI, dan saat ini
yang lagi banyak diperbincangkan yakni klaim sepihak Malaysia terhadap karya
seni milik bangsa Indonesia. Yang membuat hal ini menjadi lebih menarik lagi,
adalah klaim ini tidak hanya dilakukan atas nama pemerintah kerajaan tetapi juga
pihak swasta di Malaysia.
Kesewenang-wenangan pihak Malaysia terhadap Indonesia sudah
membuat seluruh penduduk Indonesia seakan-akan kebakarang jenggot dalam
menanggapai polemik yang tidak ada titik penyelesaiannya ini. Kasus Ambalat
yang berkepanjangan hingga klaim budaya sudah membuat bangsa Indonesia
jenuh dan geram akan ulah negara tetangga tersebut. Melihat dari permasalahan
budaya, klaim sepihak ini dilandaskan pada argumen bahwa kepemilikan karya
seni yang ada di Indonesia juga bisa digunakan oleh Malaysia, mengingat
penduduk Malaysia banyak berasal dari keturunan orang Indonesia yang merantau
dan menetap di Malaysia. Konflik pun tak terhindarkan yangmana membuat
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90 kedua pemerintahan sering tampak ragu dan lamban dalam menyikapi masalah ini
(Jurnal Luar Negeri, 2009:19)
Adanya polemik yang berkepanjangan dan menimbulkan konflik ini
membuat banyak media massa kedua negara melakukan peliputan. Seperti halnya
dengan surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia yang paling banyak
mengulas berita mengenai konflik kedua negara berdasarkan pandangan
redaksional dari negara masing-masing.
Berita mengenai konflik budaya kedua negara yang dikumpulkan oleh
peneliti dari rentang waktu terjadinya konflik yakni pada bulan Agustus hingga
Desember 2009, Surat Kabar Utusan Malaysia memuat 29 berita yang berkaitan
langsung mengenai konflik kedua negara dalam hal klaim budaya. Dari 29 berita
yang ada, terdapat 17 berita yang dimuat pada bulan September, 5 berita pada
bulan Oktober, 3 berita pada bulan November serta 4 berita yang termuat pada
bulan Desember 2009. Pada bulan Agustus pihak Utusan Malaysia belum
melakukan peliputan dikarenakan masalah yang mulai memanas di Indonesia itu
baru mendapat sorotan media Malaysia pada bulan September, yangmana
sebelumnya pihak Media Malaysia sama sekali tidak melakukan peliputan dengan
serius apabila tidak terpancing oleh berita-berita yang sudah dahulu memanas di
Indonesia.
Berbeda halnya dengan peliputan berita yang dimuat oleh surat kabar
Media Indonesia, dengan jumlah berita yang lebih banyak yakni 31 berita.
Berdasarkan jumlah berita yang dimuat, pada bulan Agustus terdapat 20 berita
yang berkaitan dengan konflik budaya, pada bulan September terdapat 8 berita,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91 oktober hanya terdapat 2 berita, dan 1 berita pada bulan Desember. Pada bulan
Oktober hingga Desember, isu pemberitaan terkait konflik budaya semakin
berkurang seiring munculnya isu berita lainnya, seperti kasus Bank Century, kasus
penyuapan yang melibatkan petinggi POLRI, dan lain sebagainya.
Setelah melakukan pengkodingan oleh peneliti dan pengkoding satu maka
hasil uji realibilitas untuk tiap kategori dari isi pemberitaan terkait masalah
konflik budaya dapat disaksikan pada tabel berikut (perincian perhitungan ada
pada lembar lampiran I : Perhitungan Reliabilitas):
Berdasarkan petunjuk tabel diatas, maka perincian dari hasil uji reliabilitas
tersebut adalah sebagai berikut,
Kategori Hasil
CR Pi
I. Pokok Permasalahan Berita 93% 87%
II. Arah Pemberitaan 93% 90%
III. Sumber Berita 89% 81%
IV. Faktualitas Berita 93% 87%
V. Bentuk Penulisan Berita 86% 77%
Kategori Hasil
CR Pi
I. Pokok Permasalahan Berita 87% 78%
II. Arah Pemberitaan 94% 91%
III. Sumber Berita 87% 80%
IV. Faktualitas Berita 94% 78%
V. Bentuk Penulisan Berita 94% 89%
Tabel 3.1 Hasil Uji Reliabilitas pada Surat Kabar Utusan Malaysia
Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas pada Surat Kabar Media Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Pada surat kabar Utusan Malaysia untuk kategori pokok permasalahan
berita tingkat realibilitasnya adalah 93%, dengan nilai kesepakatan antara peneliti
dan pengkoding satu sebesar 87%. Untuk kategori arah pemberitaan tingkat
realibilitasnya adalah 93%, dengan niliai kesepakatan antar pengkoding yakni
sebesar 90%. Untuk kategori sumber berita tingkat realibilitasnya sebesar 89%,
dengan nilai kesepakatan antar pengkoding yakni 81%. Untuk kategori keempat
faktualitas berita mempunyai tingkat realibilitas sebesar 93%, dengan nilai
kesepakatan antar pengkoding adalah 87%. Sedangkan untuk kategori terakhir
bentuk penulisan berita tingkat realibilitasnya adalah 86%, dengan nilai
kesepakatan antar pengkoding sebesar 77%.
Namun berbeda halnya pada surat kabar Media Indonesia, yakni untuk
kategori pokok permasalahan berita tingkat realibilitasnya adalah 87%, dengan
nilai kesepakatan antar pengkoding 78%. Untuk kategori arah pemberitaan,
tingkat realibilitasnya sebesar 94%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding
91%. Pada kategori sumber berita, tingkat realibilitasnya adalah 87% dengan nilai
kesepakatan antar pengkoding sebesar 80%. Untuk kategori faktualitas berita
mempunyai tingkat realibilitas sebesar 94%, dengan nilai kesepakatan antar
pengkoding 78%. Sedangkan untuk kategori bentuk penulisan berita tingkat
realibilitasnya 94%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding sebesar 89%.
Hasil pengkodingan yang dilakukan oleh peneliti dan pengkoding satu
diatas dianggap telah memenuhi tingkat kepercayaan antar pengkoding, karena
menurut Kriyantono (2007:236) ambang batas penerimaan yang sering digunakan
untuk uji reliabilitas kategorisasi adalah 0,75 atau 75%, selain itu adanya pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93 dari Lasswell dalam Flournoy (1989:193) yang mengatakan nilai-nilai antara 70 -
80% kesamaan yang terjadi antar para pengkoding dapat diterima sebagai suatu
kepercayaan yang memadai. Oleh karena itu, peneliti yakin bahwa data penelitian
yang disajikan dalam penilitian ini adalah reliabel atau memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi, karena hasil uji reliabilitas kategori yang diperoleh dari
pengkodingan ini menunjukkan persentase diatas 70%.
Setelah melakukan uji reliabilitas, kemudian data hasil pengkodingan
disajikan dalam bentuk tabel, yakni tabel distribusi frekuensi, dengan tujuan untuk
mendiskripsikan distribusi frekuensi dalam tiap kategori yang diteliti. Kategori-
kategori yang diteliti akan diukur dari frekuensi pemberitaan dengan tingkat
keseringan munculnya berita tersebut pada surat kabar Utusan Malaysia dan
Media Indonesia tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia selama masa
periode penelitian berlangsung.
3.1. Penyajian Data Isi Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia –
Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia
Pada surat kabar Utusan Malaysia, isi berita yang terkait dengan
pemberitaan Konflik Budaya Indonesia – Malaysia periode Agustus hingga
Desember 2009 berjumlah 29 item. Sajian data isi pemberitaan ini dapat
dilihat dalam kategori-kategori yang telah ditentukan sebelumnya, yakni
berdasarkan kategori pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber
berita, faktualitas berita dan bentuk penulisan berita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
3.1.1. Sajian Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang
Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan
Malaysia
Pokok permasalahan berita merupakan asal muasal isi berita
yang disajikan oleh sebuah surat kabar, yang meliputi dari tema
pemberitaan yang diangkat serta maksud dari isi berita tersebut,
apakah dalam isi berita menerangkan adanya konflik atau
penyelesaian konflik dari konflik budaya yang dipermasalahkan
dalam isi berita tersebut.
Berdasarkan tabel diatas memperlihatkan bahwa pokok
permasalahan berita yang paling banyak dimuat melalui surat kabar
Utusan Malaysia tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia yakni
mengenai penyelesaian konflik. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi
sebanyak 19 item atau 65,52% dari total pemuatan. Kemudian diikuti
dengan pemberitaan mengenai konflik budaya sebanyak 10 item atau
34,48%.
No. Pokok Permasalahan Berita Frekuensi Persentase
(%)
1 Konflik Budaya 10 34,48
2 Penyelesaian Konflik 19 65,52
Jumlah 29 100
Sumber: Hasil koding data primer
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang
Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus – Desember 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Isi berita yang dimuat pada surat kabar Utusan Malaysia
memang lebih berfokus pada penyelesaian konflik dan tidak terlalu
menanggapi isu negatif yang terjadi di Indonesia. Hal ini dapat
terlihat pada isi berita pada edisi Kamis, 09 September 2009.
pemberitaan yang berjudul “EPG Malaysia-Indonesia bantu erat
hubungan – Rais”, berisi tentang peran Eminent Persons Group
(EPG) Malaysia-Indonesia dalam meredakan ketegangan hubungan
antara rakyat kedua negara. Berikut cuplikan isi berita terkait:
“Kumpulan Tokoh Terkemuka (EPG) Malaysia – Indonesia akan diminta memainkan peranan bagi meredakan ketegangan hubungan antara rakyat kedua-dua negara ekoran dakwaan Tarian Pendet republik itu dicuri negara ini…”.
Selama menjalankan perannya, EPG Indonesia – Malaysia
diresmikan pada 7 Juli 2008, yang merupakan wujud hasil pertemuan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri
Malaysia Abdullah Ahmad Badawi di Putrjaya, Malaysia 11 Januari
2008, untuk menyepakati pembentukan EPG.
Anggota EPG Indonesia terdiri atas Try Sutrisno, Quraish
Shihab, Des Alwi, Musni Umar, Pudentia MPSS dan Wahyuni
Bahar. Dan untuk area Malaysia, anggota EPG diwakilkan oleh Tun
Musa Hitam, Tan Sri Dato Seri Mohd Zahidi H. Zainuddin, Tan Sri
Khoo Kay Kim, Tan Sri Abdul Halim Ali, Tan Sri Amar Haji Hamid
Bugo, Datuk Syed Ali Tawfik Al-Attas dan Datuk Seri Panglima
Joseph Pairin Kitingan (http://www.waspada.co.id/index.php?).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Isi pemberitaan lainnya yang berkaitan dengan pemberitaan
mengenai penyelesaian konflik, yakni pada edisi Jumat 13
November 2009 yang berjudul “Isyarat positif hubungan Malaysia-
Indonesia – Najib”. Isi berita menegaskan bahwa hubungan
Malaysia-Indonesia bukanlah sekedar hubungan pasang surut,
melainkan akan terjalin selamanya.
“…Kedua-dua pemimpin sepakat kedua-dua kerajaan beriltizam untuk terus memantapkan hubungan kedua-dua negara supaya tidak berlaku pasang surut tetapi kekal sebaik mungkin,” katanya.
Najib berkata mereka sedar walaupun berlaku beberapa masalah tetapi ia bersifat kecil dan berlaku dalam kelompok kecil sahaja dan ia tidak patut menutup kebaikan besar yang dilakukan oleh kedua-dua pemerintah.
Susilo pula berkata beliau inginkan tali persahabatan dan persaudaraan kedua-dua bangsa yang memiliki akar budaya yang sama dapat dijaga dengan sebaik-baikya. “Jika ada masalah, atasi cepat-cepat kerana tidak mahu kerana sedikit masalah boleh menjejaskan hubungan yang baik,” katanya…”.
Berbeda halnya dengan pemberitaan mengenai adanya isu
konflik budaya, pemberitaan yang disajikan dalam isi berita Utusan
Malaysia hanya diikuti oleh 10 item dari keseluruhan frekuensi data
yang ada. Hal ini menandakan bahwa isi berita dari Utusan Malaysia
tidak begitu tertarik untuk mengulas dan membalas komentar pedas
dari media-media di Indonesia.
“…Kalau pun media Indonesia hendak melaporkan sesuatu mengenai Malaysia contohnya dalam isu tarian Pendet, mereka sepatutnya mendapat penjelasan Malaysia dan bukannya secara membuta-tuli malaporkan dakwaan yang diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Akibat bertindak demikianlah, perasaan membenci Malaysia secara tiba-tiba membuak-buak di kalangan sesetengah rakyat Indonesia, lebih malang lagi apabila ada juga golongan professional di Negara itu terpengaruh sehingga turun ‘mendera’ pelajar Malaysia seperti menyuruh dia menyanyikan lagu Negaraku…”.
Pemberontakan ala Malaysia memang tidak seekstrim dengan
yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu sepatutnya rakyat dan
media di Indonesia mengikuti perilaku Malaysia dalam bertindak dan
berpikir terlebih dahulu sebelum mendahulukan emosional semata.
3.1.2. Sajian Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan
Malaysia
Kategori arah pemberitaan dalam penelitian ini adalah positif,
negatif dan netral. Isi pemberitaannya dikatakan positif apabila isi
berita lebih mengedepankan informasi yang bersifat mendukung
seperti dengan memuji, menyanjung, menyetujui terkait dengan
negara masing-masing. Arah negatif apabila isi berita lebih
mengarah kepada protes/demonstrasi yang bersifat
menolak/melecehkan, mencela, dan meremehkan salah satu negara
terkait isu berita. Sedangkan untuk arah netral apabila kedua surat
kabar memberitakan isu tersebut secara bijak, tidak bersikap
memihak atau netral tanpa menjelek-jelekkan negara lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi,
Untuk kategori positif dan negatif berada pada posisi yang
sama yakni 10 item atau 34,48%. Hal ini disebabkan pemberitaan
yang disajikan dalam surat kabar Utusan Malaysia beragam dan tidak
terpancing terhadap isu pemberitaan yang terjadi pada media-media
di Indonesia.
Isi berita pada edisi Minggu 06 September 2009 dengan judul
“Usah Layan pendemo upahan Indonesia” merupakan pemberitaan
ke arah negatif. Hal ini jelas terlihat pada potongan isi berita berikut:
“…Malah dalam isu Ambalat, pergi sahaja ke Jakarta, anda akan lihat tidak kurang lima buah buku dihasilkan dengan tujuan untuk membakar semangat rakyat Indonesia supaya menentang Malaysia. Salah sebuah buku berkenaan menggunakan tajuk Ganyang Malaysia - istilah yang digunakan ketika konfrantasi antara Malaysia-Indonesia pada tahun 1963…”.
No. Arah Pemberitaan Frekuensi Persentase
(%)
1 Positif 10 34,48
2 Negatif 10 34,48
3 Netral 9 31,04
Jumlah 29 100
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus – Desember 2009
Sumber: Hasil koding data primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Kalimat diatas secara tersirat menyinggung kebiasaan orang
Indonesia yang suka membesar-besarkan masalah konflik antara
Indonesia dan Malaysia. Ketika ada masalah sedikit saja yang
diperbuat Malaysia terhadap Indonesia, maka sebagian besar
penduduk Indonesia berbondong-bondong protes terhadap Malaysia
yang disalurkan dalam berbagai macam bentuk tindakan, baik itu
demonstrasi, pembuatan buku, protes, dan lain sebagainya.
Tidak hanya pemberitaan secara negatif yang dilakukan
Malaysia terhadap Indonesia, namun berita positif ikut mendominasi
item pemberitaan yang terlihat dari hasil koding yang dilakukan oleh
peneliti, terlihat bahwa pemberitaan dengan arah positif sebanyak 10
item atau 34,48%, yakni setara dengan hasil item pemberitaan
dengan arah negatif. Hal ini membuktikan bahwa pemberitaan yang
dilakukan oleh Malaysia terkait pemberitaan mengenai konflik
budaya sebisa mungkin lebih bersifat netral, dan berusaha untuk
tidak memperkeruh suasana dengan melawan aksi yang sudah
dilakukan oleh sebagian penduduk di beberapa daerah Indonesia.
Pemberitaan dengan arah positif dapat terlihat pada berita
dengan judul “Persatuan pelajar bantu perkukuh hubungan” yang
terbit pada Senin 14 September 2009 ini berisi tentang semangat para
pelajar Indonesia dan Malaysia yang tengah melakukan pendidikan
di salah satu negara yang bertikai dalam membantu menjernihkan
suasana memanas dikedua negara tersebut, selain itu untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
membuktikan kepada media-media bahwa konflik ini terjadi akibat
adanya kesalahpahaman, bukan niat yang disengaja. Hal ini dapat
terlihat pada petikan berita sebagai berikut:
“Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia di Indonesia cawangan Jakarta (PKPMI-CJ) dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Malaysia boleh membantu menjelaskan isu-isu yang mengeruhkan hubungan antara kedua-dua negara.
Ketua Menteri Melaka, Datuk Seri Mohd. Ali Rustam berkata, beliau percaya PPI di Malaysia boleh membantu menerangkan kepada kalangan media Indonesia yang masih memainkan isu tarian Pendet, agar jangan lagi menimbulkan bantahan yang tidak sewajarnya…”.
Lain halnya dengan isi pemberitaan ke arah netral, dengan
frekuensi pemberitaan yang dimiliki sebanyak 9 item atau 31,04%,
arah pemberitaan ini memberitakan issue tersebut secara bijak, tidak
bersikap memihak atau mendukung tanpa menjelek-jelekkan negara
lain.
3.1.3. Sajian Data Kategori Sumber Berita Tentang Konflik Budaya
Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia
Pada sajian data dengan kategori sumber berita, dalam hal ini
peneliti mengarahkan kategori sumber berita pada keberadaan
narasumber pada isi pemberitaan yang termuat dalam surat kabar
Utusan Malaysia.
Sumber berita adalah asal muasal sebuah informasi atau
berita diperoleh. Keberadaan sumber informasi pada sebuah berita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
menjadi ciri khas keakurasian dari berita itu sendiri. Ada atau
tidaknya sebuah sumber berita juga menentukan isi berita tersebut
dan dapat dikatakan bahwa detak jantung dari jurnalisme terletak
pada sumber berita.
Seorang wartawan jika ingin mendapatkan sebuah isi berita
yang akurat harus mengetahui kemana dia hendak mencari informasi
tersebut, siapa yang hendak diwawancarai, dan sebagainya. Mutu
dari penulisan seorang wartawan tergantung dari kualitas dan
kuantitas pertanyaan yang diajukan ke sumber berita tersebut.
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa sumber berita yang
menjadi kajian penliti, yakni aparatur negara, profesional,
masyarakat dan bahkan gabungan yakni adanya narasumber yang
berjumlah lebih dari satu. Selain itu, ketidakberadaan sebuah sumber
berita diatas juga menjadi kajian peniliti, apabila berita yang diliput
dan ditulis melalui pengamatan oleh wartawan itu sendiri atau
korespondennya di lapangan dan dipastikan tidak ada keterangan
dari narasumber.
No. Sumber Berita Frekuensi Persentase
(%)
1 Ada Sumber Berita: 1. Aparatur Negara 11 37,93
2. Profesional 3 10,34
3. Masyarakat 0 0,00
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Data Kategori Sumber Berita Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode
Agustus – Desember 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
4. Gabungan 1 3,45
2 Tidak Ada Sumber Berita 14 48,28
Jumlah 29 100
Tabel koding diatas memperlihatkan bahwa sumber berita
mengenai konflik budaya Indonesia – Malaysia lebih kepada
pemberitaan tanpa sumber berita, dengan persentase sebesar 48,28%
atau 14 item dari keseluruhan pemberitaan selama periode penelitian.
Kemudian peringkat persentase terbesar kedua terdapat pada
informasi yang berasal dari aparatur negara sebesar 37,93% atau 11
item, lalu dari kalangan profesional dengan persentase 10,34% atau
sebanyak 3 item. Dan terakhir terdapat gabungan narasumber dengan
persentase hanya sebesar 3,45% atau 1 item.
Pemberitaan tertinggi tanpa sumber berita dikarenakan isi
berita sepenuhnya merupakan hasil dari pemikiran penulis
berita/wartawan itu sendiri. Sedangkan isi pemberitaan tertinggi
berdasarkan adanya sumber berita, berasal dari pihak aparatur negara
yangmana merupakan pihak tertentu yang mempunyai
tanggungjawab dalam hal sebagai pemerintah yang mengabdi pada
negara. Termasuk dalam kategori ini pejabat pemerintahan tingkat
pusat sampai daerah.
Sumber: Hasil koding data primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Berikut potongan isi berita dengan sumber berita yang
berasal dari aparatur negara (dengan judul berita: Pihak ketiga punca
ketegangan hubungan antara Malaysia, Indonesia):
“…Menteri Luar, Datuk Seri Anifah Aman berkata, antara motif pihak ketiga terbabit ialah untuk meraih keuntungan politik dan mempromosi agenda pihak tertentu.
“Kerjaaan Malaysia dan Indonesia menyedari kewujudan pihak ketiga berkenaan yang cuba memperbesar isu kecil untuk kepentingan politik mereka. Kita senantiasa memantau pergerakan mereka untuk tindakan lanjut,” katanya menjawab soalan tambahan Datuk Idris Haron pada siding Dewan Rakyat di sini hari ini…”.
Aparatur negara yang dimaksud dalam cuplikan isi berita yakni
Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Anifah Aman.
Sedangkan isi berita berdasarkan narasumber yang berasal
dari kalangan profesional disajikan dalam cuplikan isi berita sebagai
berikut (judul berita: Sentimen anti-Malaysia di Indonesia angkara
negara lain?) :
“…Sementara itu, Pengerusi Yayasan Generasi Baru Nusantara, Mohamad Ezam Mohd. Nor berkata, sentiment anti-Malaysia yang ketara di Indonesia menggambarkan ada sesuatu yang tidak kena.
“Saya berharap pihak berkuasa kedua-dua negara menyiasat perkara ini secara terperinci memandangkan kami sebagai NGO tidak mempunyai prasarana untuk berbuat demikian. Kita lihat ada petunjuk bahawa sentiment membenci Malaysia mempunyai dalang kerana sebelum ini perdagangan negara ini dan Indonesia berada pada tahap paling tinggi,” katanya sambil menambah Malaysia dan Indonesia mempunyai alas an untuk berasa curiga…”.
Sumber dari kalangan profesional berdasarkan isi berita berasal dari
pihak NGO (Non-Government Organisation) dimana dia/mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
merupakan sebuah pekerjaan non pemerintah dan berpengaruh bagi
orang banyak.
Sedangkan untuk sumber informasi yang berasal dari
narasumber gabungan, yakni berasal dari narasumber masyarakat
dan kalangan profesional.
3.1.4. Sajian Data Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan
Malaysia
Berdasarkan kategori faktualitas berita, peneliti menguji data
melalui pengamatan terhadap ada tidaknya pencampuran fakta
dengan opini wartawan yang menulis berita. Tolak ukur faktualitas
b
e
r
i
ta terletak pada penggunaan kata-kata opinionative yang berasal dari
wartawan, seperti: tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, terkesan,
seolah, agaknya, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, manuver,
sayangnya, dan lainnya.
No. Faktualitas Berita Frekuensi Persentase
(%)
Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Data Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus – Desember 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Berdasarkan hasil koding, peneliti menemukan hasil
frekuensi dari kategori faktualitas berita yang hasilnya hampir
seimbang, yakni adanya pencampuran fakta dan opini sebanyak 14
item atau 48,28%, dan tidak adanya campuran fakta dan opini
sepihak dari wartawan (tidak mengandung opnionative) sebanyak 15
item atau 51,72%.
Berikut contoh berita terkait dengan kategori faktualitas berita yang
diambil dari cuplikan berita pada edisi Rabu 09 September 2009
dengan judul Hubungan ‘benci tapi sayang’:
“…Lebih dibimbangkan apabila kenyataan ganas dan berunsur provokasi itu dengan mudah menyerap otak warga Indonesia yang lain dan menyakiti hati rakyat Malaysia sehingga satu hari kelak jika gagal dibendung boleh menyemarakkan api kebencian sehingga memburukkan lagi hubungan ‘benci tapi sayang’ antara kedua-dua negara…”.
Penggunaan kata ‘dibimbangkan’ dan ‘apabila’ merupakan kata
yang terjadi akibat opini sipenulis/wartawan semata (bersifat
opinionative), dan tidak berdasarkan hasil interview kepada
narasumber.
1 Mencampur Fakta dan Opini 14 48,28
2 Tidak Mencampur 15 51,72
Jumlah 29 100
Sumber: Hasil koding data primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Untuk pemberitaan yang isinya tidak mencampur fakta dan
opini dari wartawan, berarti isi berita itu mempunyai informasi yang
sebagian besar berasal dari narasumber langsung.
3.1.5. Sajian Data Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan
Malaysia
Kategori bentuk penulisan berita merupakan format penulisan
berita yang digunakan jurnalis dalam meliput atau mengulas
pemberitaan mengenai Koflik Budaya Indonesia – Malaysia yang
dimuat dalam surat kabar Utusan Malaysia selama periode Agustus -
Desember 2009. pada kategori ini dibagi menjadi sub-kategori yakni
hard news dan soft news.
Hasil koding dengan kategori bentuk penulisan berita,
ditemukan hasilnya yakni pada bentuk berita hard news mempunyai
hasil tertinggi dengan jumlah 16 item atau 55,17%, kemudian berita
No. Bentuk Penulisan Berita Frekuensi Persentase
(%)
1 Hard News 16 55,17
2 Soft News 13 44,83
Jumlah 29 100
Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Data Kategori Bentuk Penulisan Berita Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode Agustus – Desember 2009
Sumber: Hasil koding data primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
soft news dengan 13 item atau 44,83%. Berdasarkan hasil tertinggi
persentase frekuensi diatas membuktikan bahwa pemberitaan
mengenai konflik budaya Indonesia – Malaysia merupakan berita
yang cukup penting meskipun pihak-pihak atau kalangan media dan
masyarakat di Malaysia tidak terlalu serius dalam menanggapi
pemberitaan negatif yang sudah ada di Indonesia sebelumnya.
Pada bentuk berita hard news, berita tersebut berisi informasi
fakta yang disusun berdasarkan uraian dari yang paling penting. Hal
ini dapat dilihat pada potongan isi berita yang diambil dari harian
Utusan Malaysia edisi Kamis 10 September 2009, dengan judul
“Hanya libatkan kelompok kecil – Try Sutrisno”.
“…Pengerusi Kumpulan Tokoh Terkemuka (EPG) Indonesia, Tan Sri Try Sutrisno yang juga bekas Naib Presiden republik itu berkata, justeru rakyat Malaysia tidak perlu bimbang dengan gembar-gembur tentang kemarahan rakyat Indonesia terhadap Malaysia berhubung isu tersebut…”.
Sedangkan untuk bentuk berita soft news, meskipun topik
berita yang diangkat terkesan serius, namun isi pemberitaan terkait
konflik budaya ini disisipkan oleh adanya jenis berita hiburan yang
tentunya masih berkaitan dengan konflik budaya Indonesia –
Malaysia itu sendiri.
Seperti yang diketahui bahwa soft news merupakan sebuah
bentuk penulisan cerita yang kreatif, subyektif yang dirancang untuk
menyampaikan informasi dan hiburan kepada pembaca. Unsur yang
terkandung dalam jenis soft news ini lebih berfokus pada sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
bentuk berita yang kaya akan informasi dan hiburan, sehingga
membedakan dengan bentuk penulisan berita hard news yang
terkesan serius.
Berita dengan format penulisan soft news dalam surat kabar
Utusan Malaysia dapat dilihat dari potongan berita pada edisi Selasa
13 Oktober 2009, dengan judul “Dialog budaya ‘jambatan’ dua
negara serumpun”. Isi berita ini lebih banyak memberikan informasi
mengenai persamaan antara Indoensia – Malaysia, sehingga
Indonesia tidak perlu untuk menghujat Malaysia dikarenakan adanya
persamaan budaya dari kedua negara tersebut, melainkan diperlukan
dialog yang dapat menjernihkan hubungan kedua negara.
“Malaysia dan Indonesia adalah negara yang memiliki banyak persamaan dari sudut budaya. Tidak hairanlah baik di Malaysia atau Indonesia ada nama makanan atau nama tempat yang sama. Paling utama ialah teras bahasa yang sama berasaskan bahasa Melayu.
Hakikatnya, sejak dahulu lagi sebelum wujudnya perbezaan entiti berasaskan geo-politik kesan daripada kedatangan penjajah Belanda dan British, kedua-dua negara ini saling memerlukan dan melengkapi satu sama lain.
Justeru, tidak patut wujud tuduhan mendakwa Malaysia sebagai "Malingsia" kerana tuduhan mencuri khazanah budaya Indonesia…”.
3.2. Penyajian Data Isi Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia –
Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia
Berdasarkan topik penelitian mengenai konflik budaya Indonesia –
Malaysia, pada surat kabar Media Indonesia berhasil termuat berita
sebanyak 31 item dalam kurung waktu lima bulan (Agustus – Desember
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
2009), dengan rincian pada bulan Agustus terdapat 20 item berita,
September terdapat 8 item berita, pada bulan Oktober 2 item Berita, dan
pada bulan Desember hanya 1 item berita. Dari hasil rincian item berita,
terbukti bahwa pada awal terjadinya konflik yakni bulan Agustus 2009,
Indonesia sudah disibukkan dengan adanya protes dari segenap penduduk
Indonesia dalam mengkaji konflik budaya tersebut. Sehingga tidak heran
apabila jumlah berita yang tersaji pada bulan Agustus sangat banyak, dan
pemberitaannya mulai menurun seiring datangnya respon dari Malaysia atas
permasalahan tersebut. Peneliti mengkaji isi pemberitaan berdasarkan
kategori pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita,
faktualitas berita, dan bentuk penulisan berita.
3.2.1. Sajian Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang
Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media
Indonesia
Pada masa proses berlangsungnya konflik budaya Indonesia -
Malaysia, surat kabar Media Indonesia hanya memuat 31 item berita.
Dari jumlah tersebut, Kategori Pokok Permasalahan Berita yang
frekuensi kemunculannya terbanyak adalah berita yang berfokus
pada konflik budaya dua negara tersebut yakni sebesar 17 item atau
54,84%. Sedangkan isi pemberitaan mengenai penyelesaian konflik
sebesar 14 item atau 45,16%.
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang
Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Berdasarkan hasil pengkodingan diatas, tampak hasil
pengkodingan tertinggi berada pada pemberitaan mengenai konflik
budaya. Hal ini disebabkan oleh citra Malaysia yang sudah negatif di
mata penduduk Indonesia terkait dalam masalah monopoli hal-hal
yang menyangkut kepunyaan Indonesia. Melihat kasus klaim Tari
Pendet yang mencuak sekitar bulan terjadinya penelitian ini
membuat pemberitaan di Indonesia beramai-ramai untuk
memojokkan Malaysia.
Hal ini dapat dilihat dari potongan berita pada surat kabar
Media Indonesia edisi Selasa 25 Agustus 2009 dengan judul
“Komunitas Reog Ponorogo Marah dan Siap Demo”.
“…Ini sungguh tindakan konyol Malaysia yang memancing kemarahan rakyat Indonesia. Apa yang dilakukan negeri Jiran untuk memamerkan Tari Pendet sebagai budaya asli miliknya tidak lagi bisa ditoleransi. Sebab yang dilakukan itu jelas tindakan pencurian ataas kekayaan budaya masyarakat Bali” tukas Ketua Pangguyuban Reog Ponorogo Indonesia, Begug Poermomosidi di Solo, Selasa (25/8)…”.
Pernyataan diatas mewakili emosi komunitas Reog Ponorogo
Indonesia terhadap Malaysia. Serupa tapi tak sama, permasalahan
terkait klaim budaya sebelumnya juga mengarah pada Reog
No. Pokok Permasalahan Berita Frekuensi Persentase
(%)
1 Konflik Budaya 17 54,84
2 Penyelesaian Konflik 14 45,16
Jumlah 31 100
Sumber: Hasil koding data primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Ponorogo yang ikut di klaim Malaysia. Sehingga melihat adanya
ulah Malaysia dalam melakukan pengklaiman sepihak terhadap
budaya Indonesia membuat segelintir pihak langsung berkomentar
‘panas’ dengan diselingi kata-kata ‘pedas’ dalam menyindir
Malaysia. Padahal bila dicermati dengan kepala dingin, kejadian ini
tidak perlu terulang.
Lain halnya pemberitaan terkait penyelesaian konflik,
pemberitaan ini tidak terlepas dari isu pemberitaan tentang konflik
budaya. Hanya saja, isi pemberitaan ini lebih terfokus tentang adanya
upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh kedua negara baik
dalam bentuk perang, upaya damai, konfrontasi ataupun
perundungin.
Untuk pemberitaan mengenai penyelesaian konflik dapat
dilihat pada potongan berita pada edisi Sabtu 29 Agustus 2009
dengan judul berita “Jangan Terpancing Provokasi Pelecehan Lagu
Indonesia Raya”.
“…Bahkan, katanya, apa yang dilakukan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dengan menghentikan penerimaan mahasiswa baru asal Malaysia, masih belum keras. “Kita dari UNP bisa melakukan langkah lebih keras, misalnya dengan memutuskan semua kerja sama dengan berbagai universitas di Malaysia,” katanya…”.
Potongan berita diatas menegaskan bahwa untuk
menghentikan kerjasama dengan Malaysia dapat dilakukan berbagai
cara, salah satunya dengan menghentikan kerjasama dalam bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
pendidikan. Tentunya ini berkaitan dengan salah satu upaya dalam
menyelesaikan konflik yang berkepanjangan ini.
3.2.2. Sajian Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media
Indonesia
Kategori arah pemberitaan dalam penelitian ini adalah positif,
negatif dan netral. Isi pemberitaannya dikatakan positif apabila isi
berita lebih mengedepankan informasi yang bersifat mendukung
seperti dengan memuji, menyanjung, menyetujui terkait dengan
negara masing-masing. Arah negatif apabila isi berita lebih
mengarah kepada protes/demonstrasi yang bersifat
menolak/melecehkan, mencela, dan meremehkan salah satu negara
terkait isu berita. Sedangkan untuk arah netral apabila kedua surat
kabar memberitakan isu tersebut secara bijak, tidak bersikap
memihak atau netral tanpa menjelek-jelekkan negara lain.
Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi,
No. Arah Pemberitaan Frekuensi Persentase
(%)
1 Positif 8 25,81
2 Negatif 14 45,16
Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Untuk kategori arah pemberitaan, isi pemberitaan dengan
arah negatif mencapai posisi terbanyak yakni ada 14 item atau
45,16%. Hal ini disebabkan oleh citra Malaysia yang sudah semakin
menurun di mata Indonesia, sehingga tidak heran apabila media-
media di Indonesia kebanyakan memberitakan hal-hal yang
menyangkut Malaysia secara negatif.
Isi berita yang mengarah pada pemberitaan secara negatif
dapat terlihat pada potongan berita berikut:
“…Sebelumnya beredar kabar bahwa Malaysia mengklaim Tari Pendet sebagai tari tradisionalnya. Tari Pendet asal Pulau Dewata itu ditayangkan sebagai latar iklan kunjungan wisata ke Malaysia.
Sejauh ini Malaysia memiliki rekam jejak negatif di kalangan publik Indonesia apabila terkait dengan kekayaan budaya Indonesia.
Sebelumnya publik Indonesia pernah beberapa kali dibuat terkejut dengan kalim-klaim budaya Malaysia antara lain lagu Rasa Sayange yang berasal dari Maluku dan kesenian Reog Ponorogo dari Jawa Timur”.
Pernyataan diatas diambil dari judul berita “Masyarakat
Diminta tidak Terprovokasi Iklan Tari Pendet Malaysia” pada edisi
Sabtu, 22 Agustus 2009 dan memberitakan bahwa citra Malaysia
3 Netral 9 29,03
Jumlah 31 100
Sumber: Hasil koding data primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
sudah buruk di mata publik Indonesia, akibat ulahnya dalam
mengklaim kekayaan alam dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia.
Adapun isi pemberitaan dengan arah netral dan positif
mempunyai kedudukan posisi yang hampir sama, yakni masing-
masing mempunyai jumlah item sebanyak 9 (29,03%) untuk
pemberitaan dengan arah netral dan 8 item (25,81%) untuk
pemberitaan dengan arah positif.
Pemberitaan dengan arah netral sebagian besar membahas
tentang sikap kedua negara dalam mengambil tindakan agar tidak
menimbulkan konfrontasi ke arah yang lebih besar. Kedua negara
juga harus bersikap dan berpikir positif dalam menanggapi kemelut
yang tengah terjadi. Berikut adalah penggalan isi berita yang terkait
dengan pemberitaan dengan arah netral, dengan judul berita
“Malaysia tidak akan Balas Demo Jakarta” terbitan Rabu 9
September 2010:
“…"Kami tidak mau membalas demo dengan demo karena Malaysia memang ingin menjalin terus hubungan baik dengan Indonesia sebagai negara tetangga dan serumpun. Indonesia dan Malaysia adalah pendiri Asean yang kini punya cita-cita sama yakni terciptanya masyarakat Asean," katanya.
Walaupun tuduhan pers Indonesia bahwa Malaysia mengklaim tari pendet, batik, lagu rasa sayange, Reog, mengklaim pulau Jemur, dan tuduhan macam-macam lainnya itu adalah tidak benar sehingga menimbulkan kebencian rakyat Indonesia pada Malaysia dan menimbulkan berbagai demonstrasi, namun tidak akan dibalas di Malaysia…”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Kutipan pernyataan diatas, diungkapkan oleh Menteri
Penerangan, Komunikasi, dan Kebudayaan Malaysia Rais Yatim
berdasarkan hasil wawancara dengan reporter Media Indonesia. Hal
ini mengungkapkan sikap keterbukaan terhadap Malaysia untuk terus
menjalin hubungan baik dengan Indonesia tanpa perlu membalas
perilaku sebagian penduduk Indonesia dalam melecehkan negara
Malaysia seperti adanya demonstrasi dan sweeping terhadap warga
negara Malaysia yang bermukim di Indonesia.
3.2.3. Sajian Data Kategori Sumber Berita Tentang Konflik Budaya
Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia
Pada sajian data yang disajikan pada tabel distribusi di bawah
ini adalah kategori sumber berita. Tabel ini memperlihatkan
frekuensi keberadaan narasumber dalam isi pemberitaan terkait
konflik budaya Indonesia – Malaysia.
Pada kategori ini terdapat beberapa sumber berita yang
menjadi kajian peneliti, yakni aparatur negara, profesional,
masyarakat dan bahkan gabungan yakni adanya narasumber yang
berjumlah lebih dari satu. Selain itu, ketidakberadaan sebuah sumber
berita diatas juga menjadi kajian peniliti, apabila berita yang diliput
dan ditulis melalui pengamatan oleh wartawan itu sendiri atau
korespondennya di lapangan dan dipastikan tidak ada keterangan
dari narasumber.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Seperti yang terlihat pada hasil koding diatas, sumber berita
tertinggi berasal dari narasumber yakni aparatur negara dengan hasil
frekuensi sebesar 17 item atau 54,84%. Dalam hal ini, aparatur
negara yang kerap muncul dalam isi pemberitaan adalah Presiden,
Perdana Menteri, Menteri, Duta Besar, dan para pejabat terkait.
Kemudian disusul dengan hasil frekuensi tertinggi berikutnya pada
gabungan narasumber, dengan banyaknya frekuensi sebesar 7 item
atau 22,58%. Gabungan narasumber pada isi pemberitaan dari surat
kabar Media Indonesia ini antara aparatur negara dengan kaum
profesional, dan aparatur negara dengan kalangan masyarakat. Lalu
terdapat narasumber yang berasal dari kalangan profesional, seperti
dosen, pengamat politik, pengamat sosial, pengamat budaya,
seniman, budayawan, guru, kritikus dan sebagainya, dengan
No. Sumber Berita Frekuensi Persentase (%)
1 Ada Sumber Berita: 1. Aparatur Negara 17 54,84
2. Profesional 6 19,35
3. Masyarakat 1 3,23
4. Gabungan 7 22,58
2 Tidak Ada Sumber Berita 0 0,00 Jumlah 31 100
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Data Kategori Sumber Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus –
Desember 2009
Sumber: Hasil koding data primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
frekuensi sebanyak 6 item atau 19,35% dan narasumber yang berasal
dari masyarakat hanya 1 item atau 3,23% saja.
Melihat keberadaan konflik ini melibatkan negara lain,
maka dari itu pihak aparatur negara perlu turun tangan dalam
menyelesaikan permasalahan ini, mulai dari Presiden, Perdana
Menteri, Menteri dan Duta Besar kedua negara konflik. Peran
aparatur negara tentunya sangat penting dalam melihat arah dari
konflik ini, apakah akan diselesaikan secara kekeluargaan, atau
dengan kekerasan.
“…“Sejak Oktober 2007, hingga sekarang yang mendaftarkan baru sekitar 600 karya, padahal kita fasilitasi terhadap 1.000 karya budaya yang didaftarkan tanpa dikenai biaya,” kata Menbudpar Jero Wacik, seusai memberi keterangan seputar Tari Pendet yang dijadikan iklan promosi Malaysia di televisi Discovery Channel yang kemudian mendapat protes keras masyarakat Indonesia,di Jakarta, Selasa (25/8)…”.
Narasumber yang terdapat pada isi berita dengan judul
“Menbudpar: Karya Budaya agar Segera Didaftarkan” yang terbit
pada Rabu, 26 Agustus ini sesuai dengan judul yang tertera yakni
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia, Jero Wacik.
Sedangkan untuk narasumber gabungan, dalam hal ini
terdapat gabungan narasumber dari aparatur negara dan kalangan
profesional. Seperti yang terlihat pada kutipan isi berita pada edisi
Rabu 26 Agustus 2009 dengan judul “Produk Budaya Idealnya
Dipatenkan Internasional”,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
“Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Humengku Buwono X mengatakan, suatu produk budaya dan seni warisan leluhur bangsa idealnya dipatenkan secara internasional. Dengan demikian, menurut Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu, hak paten produk budaya dan seni warisan leluhur bangsa seperti tari dan lagu daerah di Indonesia berlaku untuk seluruh dunia. …Sementara itu, seniman Wardoyo mengatakan pemerintah Indonesia perlu menginventarisasi produk budaya dan seni tradisional asli negeri ini…”.
Dalam kutipan isi berita diatas dapat dilihat adanya dua orang
narasumber yang mengemukakan pendapatnya terkait hak paten seni,
dari pihak aparatur negara ada Sri Sultan Humengku Buwono X
yang selain sebagai Raja Keraton, beliau juga sebagai Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta, dan narasumber lainnya yang berasal
dari kalangan profesional yakni seniman Wardoyo.
3.2.4. Sajian Data Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media
Indonesia
Pada kategori faktualitas berita, pengujian data dilakukan
melalui pengamatan terhadap ada tidaknya pencampuran fakta
dengan opini wartawan yang menulis berita. Tolak ukur faktualitas
berita terletak pada penggunaan kata-kata opinionative yang berasal
dari wartawan, seperti: tampaknya, diperkirakan, seakan-akan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
terkesan, seolah, agaknya, diramalkan, kontroversi, mengejutkan,
manuver, sayangnya, dan lainnya.
Perbedaan yang signifikan terlihat jelas pada hasil koding
diatas, yakni pada keterangan tidak adanya pencampuran fakta dan
opini pada sebagian besar surat kabar Media Indonesia. Berdasarkan
hasil tabel diatas, frekuensi tidak mencampur fakta dan opini
mencapai 28 item atau 90,32%, sedangkan untuk isi berita yang
mencampur fakta dan opini wartawan hanya 3 item atau 9,68%.
Keberadaan frekuensi isi berita terhadap unsur tidak adanya
pencampuran fakta dan opini dari wartawan (tidak mengandung
opinionative) dapat dilihat dari banyaknya narasumber yang terlibat
dalam isi berita yang dimuat dalam surat kabar Media Indonesia.
Dalam hal ini, konflik budaya yang terlebih dahulu memanas di
Indonesia membuat media mencantumkan narasumber dalam tiap
berita yang diangkat agar berita tersebut terkesan nyata dan tidak
No. Faktualitas Berita Frekuensi Persentase
(%)
1 Mencampur Fakta dan Opini 3 9,68
2 Tidak Mencampur 28 90,32
Jumlah 31 100
Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Data Kategori Faktualitas Berita Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009
Sumber: Hasil koding data primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
dibuat-buat, apalagi isi berita yang kebanyakan dimuat adalah berita
yang serius karena mengangkat tema konflik yang sangat sensitif.
Pencampuran fakta dan opini dari wartawan dapat ditemukan
pada potongan berita berikut:
“Temu budaya dinilai dapat mengurangi konflik kebudayaan antara Indonesia dan Malaysia yang kerap terjadi. Karena itu temu budaya bangsa antara kedua negara harus digiatkan agar tidak terjadi konflik kebudayaan yang berkepanjangan…”.
Potongan berita diatas diambil pada edisi Selasa 01 Desember 2009
dengan judul “Indonesia-Malaysia Giatkan Temu Budaya”.
Penggunaan kata ‘dinilai’ diatas merupakan perwujudan dari
pencampuran fakta dan opini (opinionative) oleh wartawan terkait
penulisan berita tersebut.
3.2.5. Sajian Data Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media
Indonesia
Kategori bentuk penulisan berita merupakan format penulisan
berita yang digunakan jurnalis dalam meliput atau mengulas
pemberitaan mengenai Koflik Budaya Indonesia – Malaysia yang
dimuat dalam surat kabar Media Indonesia selama periode Agustus -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Desember 2009. pada kategori ini dibagi menjadi sub-kategori yakni
hard news dan soft news.
Hard news atau berita lugas merupakan berita yang padat
berisi informasi fakta yang disusun berdasarkan urutan dari yang
paling penting. Sedangkan untuk soft news atau berita halus yakni
sebagai penulisan cerita yang kreatif, subyektif yang dirancang untuk
menyampaikan informasi dan hiburan kepada pembaca.
Untuk kategori bentuk penulisan berita tentang konflik
budaya, yang termasuk ke dalam jenis bentuk soft news sebesar 17
item atau 54,84%. Seperti pada pemberitaan tanggal 07 September
2009, dengan judul UNESCO Akui Batik Warisan Budaya
Indonesia, pemberitaan ini berisi tentang disetujuinya batik oleh PBB
sebagai warisan budaya tak benda yang dihasilkan oleh Indonesia,
dan untuk menghargainya, Presiden Yudhoyono menghimbau
kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mengenakan pakaian
batik.
No. Bentuk Penulisan Berita Frekuensi Persentase
(%)
1 Hard News 14 45,16
2 Soft News 17 54,84
Jumlah 31 100
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Data Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik
Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009
Sumber: Hasil koding data primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Ukuran berita diatas dinyatakan sebagai sebuah bentuk berita
soft news dikarenakan tujuan dari isi berita tersebut untuk
menginformasikan posisi batik sebagai warisan budaya Indonesia
uang sudah disahkan secara internasional oleh PBB.
Adapun pemberitaan dengan bentuk penulisannya pada hard
news yang jumlahnya tidak jauh dari bentuk berita soft news, yakni
sebesar 14 item atau 45,16%. Pemberitaan yang berbentuk hard news
dapat dilihat untuk tema-tema seputar demonstrasi, protes, penolakan
dan upaya perdamaian Indonesia terhadap Malaysia atas klaim
budaya tersebut.
3.3. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Isi Berita Tentang Konflik
Budaya Indonesia - Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan
Media Indonesia Edisi Agustus - Desember 2009
Dari data hasil koding yang dilakukan sebelumnya berdasarkan
kategori pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita,
faktualitas berita hingga bentuk penulisan berita terhadap surat kabar Utusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus - Desember 2009 yang telah
disampaikan pada sub bab sebelumnya, pada sub bab ini akan disajikan
pembahasan mengenai analis hasil perhitungan dari data tersebut.
Analisis data akan membandingkan antara data yang diperoleh dari
Utusan Malaysia dengan data yang diperoleh dari Media Indonesia. Dari
analisis data inilah nantinya dapat dilihat bagaimana perbedaan penyajian
berita tentang konflik budaya tersebut. Adapun pengujian data dilakukan
dengan menggunakan rumus Chi-Square sebagai berikut:
χ2 =
Dimana:
χ2 = Nilai Chi-Kuadrat
Aij = Frekuensi yang diperoleh/diamati Hij = Frekuensi yang diharapkan
Nilai χ2 yang dihasilkan dari rumus diatas, tersebar pada Chi-Square
dengan: df (degree of freedom) = (b-1) (k-1), dimana:
b = banyaknya baris
k = banyaknya kolom
Sedangkan untuk menentukan frekuensi yang diharapkan (fh),
masing-masing kategori dilakukan dengan cara jumlah dari masing-masing
kategori yang bersilang, kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan
Σ (Aij – Hij)2
Hij
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
frekuensi yang diteliti. Setelah itu menghitung nilai Chi-Kuadrat (χ2), lalu
memasukkan hasil χ2hitung ke dalam tabel nilai kritis (χ2
hitung) dengan taraf
signifikansi 5%.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
dalam frekuensi berita tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia pada
kedua surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia selama masa
periode penelitian, yakni dari bulan Agustus hingga Desember 2009. Pada
surat kabar Utusan Malaysia hanya terdapat 29 (48,33%) berita dari
keseluruhan bulan penelitian, hal ini dikarenakan pemberitaan terkait isu
klaim budaya/konflik budaya di Malaysia kurang mendapat simpati dan
terkesan menjadi isu nomor dua saja. Sehingga tidak heran jika rakyat
Indonesia menganggap Malaysia sombong dan arogan. Oleh karenanya
pemberitaan terkait isu negatif tentang Malaysia menjadi berita menarik di
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan jumlah pemberitaan pada surat kabar
Media Indonesia, sepanjang bulan penelitian jumlah berita terdapat 31 item
(51,67%). Oleh karena itu, dapat dikatakan jika media-media di Indonesia
menganggap masalah konflik budaya ini adalah masalah yang serius dan
No. Surat Kabar Frekuensi Persentase
(%)
1 Utusan Malaysia 29 48,33
2 Media Indonesia 31 51,67
Jumlah 60 100
Sumber: Data hasil koding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
perlu dipublikasikan sebanyak mungkin agar publik mengetahui kebenaran
dari peristiwa tersebut.
Untuk melengkapi penelitian ini agar diketahui perbedaan yang
signifikan antara kategori yang diteliti, maka perhitungan dengan langkah-
langkah serupa juga diterapkan pada perhitungan terhadap kategori-kategori
yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan kategori pokok permasalahan
berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita hingga bentuk
penulisan berita terhadap surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia
periode Agustus - Desember 2009.
3.3.1. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Pokok
Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia -
Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media
Indonesia Edisi Agustus - Desember 2009
Perbedaan frekuensi pada kategori pokok permasalahan
berita dengan sub kategori berupa konflik budaya dan penyelesaian
konflik dapat dilihat dengan terlebih dahulu membandingkan
frekuensinya pada tabel berikut,
No. Pokok Permasalahan
Berita Utusan
Malaysia Media
Indonesia Jumlah
Persentase (%)
1 Konflik Budaya 10 17 27 45
2 Penyelesaian Konflik 19 14 33 55
Tabel 3.14 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Pokok Permasalahan Berita
Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam
frekuensi pemuatan penyajian berita konflik budaya pada kategori
pokok permasalahan berita.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut
merupakan perbedaan yang signifikan atau tidak, maka akan diuji
dengan menggunakan rumus Chi-Square. Perhitungan menggunakan
rumus Chi-Square dapat dilihat pada halaman lampiran Tabel 11,
dengan hasil perhitungannya yakni χ2hitung = 2,51. Sedangkan untuk
nilai derajat kebebasan (df) = 1, pada taraf signifikansi 0,05 maka
χ2tabel = 3,84. Besarnya nilai χ2 hasil perhitungan (χ2
hitung = 2,51)
tercatat kurang dari 3,84 atau 2,51<3,84. Maka dapat disimpulkan
bahwa dalam kategori pokok permasalahan berita, tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antar kedua surat kabar Utusan Malaysia
dan Media Indonesia.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat disumpulkan
bahwa masing-masing surat kabar memberikan porsi pemberitaan
yang hampir sama terhadap tema pemberitaan yang dimaksud
peneliti, yakni tentang konflik budaya dan penyelesaian konflik.
Dalam hal ini, surat kabar Utusan Malaysia lebih banyak mengulas
Jumlah 29 31 60 100
Sumber: Data hasil koding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
tentang upaya penyelesaian konflik daripada memberitakan tentang
konflik itu sendiri, dalam arti, surat kabar Utusan Malaysia lebih
konsen terhadap pemberitaan yang bersifat positif dan tidak
memperburuk keadaan dengan negara yang terkonflik. Sedangkan
surat kabar Media Indonesia dari hasil perhitungan lebih banyak
memuat pemberitaan mengenai permasalahan dari konflik budaya
tersebut. Media-media di Indonesia terkesan agresif dalam
memberitakan konflik Indonesia – Malaysia ini, mengingat
permasalahan dari kedua negara ini sudah ada sejak zaman
kepemimpinan Presiden Republik Indonesia yang pertama, yakni
Soekarno. Oleh karena itu, surat kabar Media Indonesia juga ikut
memberitakan mengenai konflik budaya ini secara lebih teratur
dalam bulan pertama mulai merebaknya konflik tersebut.
Di tengah kondisi Indonesia yang sedang mengalami
reformasi dengan keterbukaan dan kebebasan yang tinggi, setiap
kejadian sekecil apa pun diberitakan oleh media dengan sangat
terbuka dan bebas. Pemberitaan yang berlebihan mengenai klaim
budaya secara luas di Indonesia, pada umumnya tidak direspons
balik dengan penjelasan yang baik dan tepat oleh Malaysia.
Dampaknya, muncul anggapan publik Indonesia bahwa Malaysia
jahat, sombong, tidak manusiawi, serta menganggap remeh orang
Indonesia (Lazuardi, 2009:XV)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Pada 9 September 2009, EPG Indonesia yang diketuai Jendral
TNI Purn. Try Sutrisno bertemu Perdana Menteri Malaysia Datuk
Najib Razak di Putra Jaya, Malaysia. Petemuan tersebut membahas
hubungan diplomatik kedua negara terkait pemberitaan dan isu
negatif yang sudah terjadi, sehingga dengan adanya hasil pertemuan
tersebut hubungan Indonesia – Malaysia dapat berjalan lancar hingga
saat ini.
3.3.2. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Arah
Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia - Malaysia
Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi
Agustus - Desember 2009
Untuk perhitungan analisis mengenai kategori arah
pemberitaan, dengan sub kategori antara lain arah positif, negatif dan
netral. Diantara ketiga arah pemberitaan tersebut, tingkat frekuensi
tertinggi diantara dua surat kabar yang diteliti terdapat pada arah
pemberitaan negatif untuk surat kabar Media Indonesia, dan hasil
frekuensi yang sama antara positif dan negatif pada surat kabar
Utusan Malaysia.
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus
Chi-Square yang proses perhitungannya dapat dilihat pada halaman
lampiran tabel 12, maka didapatkan hasil bahwa χ2hitung = 0,82.
sedangkan pada tabel nilai kritis Chi-Square menunjukkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
nilai derajat kebebasan (df) = 2, pada taraf signifikansi 0,05 maka
χ2tabel = 5,99. Besarnya nilai χ2 hasil perhitungan (χ2
hitung = 0,82)
tercatat kurang dari 5,99 atau 0,82<5,99. Maka dapat disimpulkan
bahwa dalam kategori arah pemberitaan, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antar kedua surat kabar Utusan Malaysia dan Media
Indonesia.
Dari hasil tabel diatas, perbedaan arah pemberitaan dari surat
kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia lebih dipengaruhi oleh
sub kategori pada pokok permasalahan berita, dan saling
berhubungan. Pemberitaan dengan arah negatif pada surat kabar
Media Indonesia memang sangat jelas terlihat perbedaannya diantara
arah berita yang lainnya. Hal ini dikarenakan reputasi Malaysia di
mata penduduk Indonesia sudah sangat berlebihan, melihat
banyaknya upaya klaim budaya sepihak serta tindakan lainnya yang
memancing amarah penduduk Indonesia. Melihat kenyataan tersebut,
dengan adanya sedikit saja hal-hal yang berbau konflik atau ulah
No. Arah Pemberitaan Utusan
Malaysia Media
Indonesia Jumlah
Persentase (%)
1 Positif 10 8 18 30
2 Negatif 10 14 24 40
3 Netral 9 9 18 30
Jumlah 29 31 60 100
Tabel 3.15 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Arah Pemberitaan Tentang
Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009
Sumber: Data hasil koding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Malaysia yang dirasa merugikan Negara Kesatuan Republik
Indonesia ini, maka pemberitaan miring atau negatif tentang
Malaysia akan semakin menghiasi surat kabar nasional maupun lokal
yang berada di Indonesia. Mungkin ini sudah menjadi kebiasaan
dalam hal peliputan, atau memang hanya tren untuk mengangkat
nama dari media tersebut. Namun yang pasti, pemberitaan yang
berbau Malaysia akan mendapatan perhatian yang banyak, dan
memancing penjualan dari surat kabar tersebut.
Menanggapi soal citra tersebut, memang tidak dapat
dipungkuri apabila Media Indonesia juga ikut memberitakan
Malaysia secara negatif, dengan didukung narasumber yang juga ikut
memojokkan Malaysia. Sehingga berita yang disajikan lebih
menonjolkan arah pemberitaan yang negatif dibanding arah
pemberitaan secara positif maupun netral.
Sedangkan pada pemberitaan yang disajikan oleh surat kabar
Utusan Malaysia justru berimbang, porsi pemberitaan arah positif
dan negatif sama banyaknya, dan setelahnya tidak jauh berbeda ada
arah pemberitaan secara netral. Hal ini juga implikasi bahwa surat
kabar Utusan Malaysia lebih tertarik membahas hubungan bilateral
kedua negara dibanding menanggapi isu negatif tentang negara
mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
3.3.3. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Sumber Berita
Tentang Konflik Budaya Indonesia - Malaysia Pada Surat
Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi Agustus -
Desember 2009
Perbedaan frekuensi pada kategori sumber berita dapat dilihat
dengan terlebih dahulu membandingkan frekuensinya pada tabel
berikut,
Pada tabel 3.16 di atas menunjukkan bahwa frekuensi
pemuatan penyajian berita untuk kategori sumber berita mempunyai
perbedaan yang cukup jelas pada urutan pertama dan kedua. Pada
Utusan Malaysia tidak adanya sumber berita menjadi frekuensi
pemuatan yang tinggi, setelah itu terdapat aparatur negara sebagai
sumber berita terbanyak. Sedangkan pada surat kabar Media
Indonesia semua pemuatan berita menggunakan narasumber, dengan
No. Sumber Berita Utusan
Malaysia Media
Indonesia Jumlah
Persentase (%)
1 Ada Sumber Berita:
1. Aparatur Negara 11 17 28 46,67
2. Profesional 3 6 9 15
3. Masyarakat 0 1 1 1,67
4. Gabungan 1 7 8 13,33
2 Tidak Ada Sumber Berita 14 0 14 23,33
Jumlah 29 31 60 100
Tabel 3.16 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Sumber Berita Tentang
Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009
Sumber: Data hasil koding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
frekuensi tertinggi ada pada pihak aparatur negara kemudian pada
narasumber gabungan. Narasumber gabungan yang ada pada berita
meliputi gabungan pihak aparatur negara dan profesional, dan
aparatur negara dengan masyarakat.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut
merupakan perbedaan yang signifikan atau tidak, maka akan diuji
dengan menggunakan rumus Chi-Square. Proses tabel kerja
perhitungan rumus tersebut dapat dilihat pada halaman lampiran
tabel 13, dengan menghasilkan nilai χ2hitung = 21,71. sedangkan pada
tabel nilai kritis Chi-Square menunjukkan bahwa nilai derajat
kebebasan (df) = 4, pada taraf signifikansi 0,05 maka χ2tabel = 9,49.
Besarnya nilai χ2 hasil perhitungan (χ2hitung = 21,71) tercatat lebih dari
9,49 atau 21,71>9,49. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam
kategori sumber berita, terdapat perbedaan yang signifikan antar
kedua surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia.
Dalam pemberitaan mengenai konflik budaya dalam kategori
sumber berita, kedua surat kabar Utusan Malaysia dan Media
Indonesia menggunakan lebih dari satu narasumber berita, atau
dengan kata lain kedua media memberitakan isu konflik budaya
untuk mendapatkan informasi yang berimbang. Yang patut dicermati
adalah tidak terdapatnya narasumber dalam sebagian isi berita surat
kabar Utusan Malaysia, hal ini dikarenakan penggunaan kontributor
lapangan dalam menyajikan langsung pendapatnya, dan disertai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
petikan pendapat dari orang-orang yang terkait dalam pemberitaan
tersebut, diluar wawancara secara langsung. Selain itu meskipun
tidak terdapat narasumber, namun isi berita yang disajikan sarat akan
informasi dan upaya untuk meredakan konflik tersebut.
Penggunaan narasumber terbanyak berada pada pihak
aparatur negara. Melihat konflik yang terjadi melibatkan dua negara,
sehingga untuk menjernihkan suasana, diperlukan ketegasan pada
petinggi kedua negara untuk memberikan solusi terhadap konflik
yang terjadi. Pihak aparatur negara yang terlibat pada pemberitaan
mengenai konflik budaya mulai dari Presiden Republik Indonesia,
Perdana Meneteri Malaysia, para menteri terkait, duta besar, anggota
dewan kedua negara, dan pihak-pihak lainnya.
3.3.4. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Faktualitas
Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia - Malaysia Pada Surat
Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi Agustus -
Desember 2009
Perbedaan frekuensi pada kategori faktualitas berita dengan
sub kategori berupa ada atau tidak pencampuran fakta dan opini
dalam isi berita tersebut yang dapat dilihat dengan terlebih dahulu
membandingkan frekuensinya pada tabel berikut,
Tabel 3.17 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Faktualitas Berita Tentang
Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam
frekuensi pemuatan penyajian berita konflik budaya pada kategori
faktualitas berita.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut
merupakan perbedaan yang signifikan atau tidak, maka akan diuji
dengan menggunakan rumus Chi-Square. Perhitungan menggunakan
rumus Chi-Square dapat dilihat pada halaman lampiran Tabel 14,
dengan hasil perhitungannya yakni χ2hitung = 24,51. Sedangkan untuk
nilai derajat kebebasan (df) = 1, pada taraf signifikansi 0,05 maka
χ2tabel = 3,84. Besarnya nilai χ2 hasil perhitungan (χ2
hitung = 24,51)
tercatat lebih dari 3,84 atau 24,51>3,84. Maka dapat disimpulkan
bahwa dalam kategori pokok permasalahan berita, terdapat
perbedaan yang signifikan antar kedua surat kabar Utusan Malaysia
dan Media Indonesia.
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa pemberitaan
pada surat kabar Utusan Malaysia lebih beragam, melihat porsi
pemberitaan yang menyertai pencampuran fakta dan opini pada isi
beritanya. Pencampuran fakta dan opini apabila terdapat kata-kata
No. Faktualitas Berita Utusan
Malaysia Media
Indonesia Jumlah
Persentase (%)
1 Mencampur Fakta & Opini 14 3 17 45,16
2 Tidak Mencampur 15 28 43 54,84
Jumlah 29 31 60 100
Sumber: Data hasil koding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
opinionative yang berasal dari wartawan, seperti: tampaknya,
diperkirakan, seakan-akan, terkesan, seolah, agaknya, diramalkan,
kontroversi, mengejutkan, manuver, sayangnya, dan lainnya. Oleh
karena itu pemberitaan pada surat kabar Utusan Malaysia lebih
dominan memuat pemberitaan yang isinya tidak mencampur fakta
dan opini, dan selisih 1 item berita dengan pemuatan berita yang
mencampur fakta dan opini dari wartawan bersangkutan.
Pada kedua surat kabar yang diteliti, Media Indonesia
memiliki kekuatan pada narasumbernya, sehingga isi berita hanya
sedikit yang mencampur fakta dan opini atau menggunakan
opinionative dari wartawan bersangkutan. Alhasil pemuatan berita
pada surat kabar Media Indonesia tidak banyak mencampur fakta dan
opini. Sehingga letak utama perbedaan pada kategori ini yakni pada
surat kabar Utusan Malaysia yang lebih banyak memuat pemberitaan
yang mencampur fakta dan opini, dibanding surat kabar Media
Indonesia.
3.3.5. Analisis Data dan Pembahasan Statistik Kategori Bentuk
Penulisan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia - Malaysia
Pada Surat Kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia Edisi
Agustus - Desember 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Untuk perhitungan mengenai kategori bentuk penulisan
berita, dengan sub kategori antara lain hard news dan soft news.
Diantara kedua bentuk penulisan berita tersebut, tingkat frekuensi
tertinggi diantara dua surat kabar yang diteliti terdapat pada bentuk
penulisan secara hard news/berita lugas untuk surat kabar Utusan
Malaysia, dan sebaliknya bentuk penulisan berita secara soft
news/berita halus pada surat kabar Media Indonesia.
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus
Chi-Square yang proses perhitungannya dapat dilihat pada halaman
lampiran tabel 15, maka didapatkan hasil bahwa χ2hitung = 0,62.
sedangkan pada tabel nilai kritis Chi-Square menunjukkan bahwa
nilai derajat kebebasan (df) = 1, pada taraf signifikansi 0,05 maka
χ2tabel = 3,84. Besarnya nilai χ2 hasil perhitungan (χ2
hitung = 0,62)
tercatat kurang dari 3,84 atau 0,62<3,84. Maka dapat disimpulkan
bahwa dalam kategori bentuk penulisan berita, tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antar kedua surat kabar Utusan Malaysia
dan Media Indonesia.
No. Bentuk Penulisan
Berita Utusan
Malaysia Media
Indonesia Jumlah
Persentase (%)
1 Hard News 16 14 30 50
Tabel 3.18 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Bentuk Penulisan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia
dan Media Indonesia Periode Agustus – Desember 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Kasus klaim budaya sepihak yang dilakukan oleh Malaysia
terhadap Indonesia hingga menjadi konflik budaya sampai saat ini
merupakan sebuah bahan berita yang serius dan lugas dalam
pemberitaan oleh media-media, baik itu di Indonesia maupun di
Malaysia sendiri. Pemberitaan terkait konflik budaya ini merupakan
sebuah kejadian atau peristiwa yang akan membawa dampak negatif
dan positif bagi hubungan kedua negara, tergantung bagaimana
media dan publik menyikapinya.
Melihat topik dari pemberitaan ini, ternyata kedua media
yang diteliti tidak menempatkan porsi bentuk pemberitaan ini
sepenuhnya menjadi sebuah berita lugas/hard news. Dapat dilihat
bahwa pemberitaan dengan bentuk berita halus/soft news juga
mempunyai porsi yang banyak dalam pemberitaan yang ada.
Berdasarkan hasil koding, bentuk pemberitaan pada surat kabar
Utusan Malaysia cenderung ke berita lugas, sedangkan pada surat
kabar Media Indonesia lebih kepada berita halus. Hal ini dikarenakan
pemberitaan yang dimuat oleh media bersangkutan tidak sepenuhnya
membahas topik konflik budaya secara serius, namun diselipi dengan
pemberitaan ringan yang bersifat menghibur atau menginformasikan
2 Soft News 13 17 30 50
Jumlah 29 31 60 100
Sumber: Data hasil koding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
ke pembaca dimana pemberitaan tersebut masih bersinggungan
secara langsung dengan topik berita yang dimuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berita pada dasarnya merupakan hasil olahan wartawan terhadap
unsur-unsur dalam fakta, atau hubungan antar fakta dengan fakta dari suatu
peristiwa dengan atau tanpa melibatkan narasumber yang kemudian
diterapkan secara abstrak ke dalam wujud verbal, serta memenuhi syarat untuk
dimuat dalam surat kabar atau media cetak lainnya.
Secara umum, pemberitaan mengenai konflik budaya Indonesia -
Malaysia yang dikumpulkan oleh peneliti dalam rentang waktu terjadinya
konflik yakni pada bulan Agustus hingga Desember 2009, pada Surat Kabar
Utusan Malaysia memuat 29 berita yang berkaitan langsung mengenai konflik
kedua negara dalam hal klaim budaya, sedangkan berita yang dimuat oleh
surat kabar Media Indonesia, dengan jumlah berita yang lebih banyak yakni
31 berita.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Utusan Malaysia
cenderung lebih membela diri dan tidak terlalu menanggapi pemberitaan dari
Indonesia, sedangkan pada Media Indonesia cenderung lebih menyalahkan
dan memberikan kesan negatif kepada Malaysia. Kedua surat kabar sepertinya
membela dan melindungi negara masing-masing, dan berusaha menyalahkan
negara lain. Melihat fenomena tersebut maka peneliti berasumsi bahwa:
138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
a. Adanya unsur nasionalisme yang dipertahankan oleh negara masing-
masing. Setiap negara menjunjung tinggi dasar-dasar negaranya masing-
masing, sehingga tidak heran apabila surat kabar Utusan Malaysia yang
berasal dari Malaysia lebih banyak membela diri, dan surat kabar Media
Indonesia adalah surat kabar yang berasal dari Indonesia cenderung
memojokkan Malaysia. Selain itu disinggung oleh Andrew T. Kenyon
dalam jurnal yang berjudul “Investigating Chilling Effects: News Media,
and Public Speech in Malaysia, Singapore, and Australia”, dikatakan
bahwa media-media di Malaysia baik cetak maupun online dibatasi dalam
meliput isu-isu politik, hukum dan publik sehingga dalam hal ini Malaysia
tidak terlalu menanggapi isu konflik dengan Indonesia untuk menghindari
peliputan isu politik tersebut.
b. Kedekatan geografis, dalam arti domisili media juga menentukan faktor
adanya keberpihakan masing-masing media terhadap negaranya.
Keberadaan surat kabar Utusan Malaysia yang terbit di wilayah Malaysia,
dan Media Indonesia yang merupakan surat kabar nasional di Indonesia
menjadikan kedua surat kabar tersebut cenderung berpihak dan melindungi
negara mereka masing-masing.
Untuk melengkapi hasil penelitian ini, maka dilakukan penyajian data
per kategori dengan hasilnya sebagai berikut:
1) Pada kategori pokok permasalahan berita, dengan sub kategori konflik
budaya dan penyelesaian konflik yang terdapat pada surat kabar Utusan
Malaysia mayoritas memuat berita mengenai penyelesaian konflik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
sebanyak 19 item atau 65,52% dan berita mengenai konflik budaya ada 10
item atau 34,48%. Berbeda halnya dengan pemberitaan pada Media
Indonesia yang memuat berita mengenai konflik budaya lebih banyak (17
item atau 54,84%) daripada penyelesaian konflik (14 item atau 45,16%).
Berdasarkan hasil sajian data, surat kabar Utusan Malaysia lebih banyak
mengulas tentang upaya penyelesaian konflik daripada memberitakan
tentang konflik itu sendiri, dalam arti, surat kabar Utusan Malaysia lebih
konsen terhadap pemberitaan yang bersifat positif dan tidak memperburuk
keadaan dengan negara yang terkonflik. Sedangkan surat kabar Media
Indonesia dari hasil perhitungan lebih banyak memuat pemberitaan
mengenai permasalahan dari konflik budaya tersebut. Hal ini disebabkan
oleh citra Malaysia yang sudah negatif di mata penduduk Indonesia terkait
dalam masalah monopoli hal-hal yang menyangkut kepunyaan Indonesia.
Melihat kasus klaim Tari Pendet yang mencuak sekitar bulan terjadinya
penelitian ini membuat pemberitaan di indonesia beramai-ramai untuk
memojokkan Malaysia.
2) Untuk kategori arah pemberitaan, dengan sub kategori arah pemberitaan
secara positif, negatif dan netral yang terdapat pada surat kabar Utusan
Malaysia mempunyai jumlah item yang sama antara arah pemberitaan
secara positif dan negatif yakni sebanyak 10 item atau 34,48%, dan pada
pemberitaan dengan arah netral ada 9 item atau 31,04%. Sedangkan pada
surat kabar Media Indonesia, pemberitaan dengan arah negatif lebih
unggul sebanyak 14 item atau 45,16% berita, dibandingkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
pemberitaan dengan arah netral (9 item atau 29,03%) dan positif (8 item
atau 25,81%). Berdasarkan hasil penyajian data diatas, sub kategori yang
diangkat lebih dipengaruhi oleh sub kategori pada pokok permasalahan
berita, dan saling berhubungan. Pemberitaan dengan arah negatif pada
surat kabar Media Indonesia memang sangat jelas terlihat perbedaannya
diantara arah berita yang lainnya. Hal ini dikarenakan reputasi Malaysia di
mata penduduk Indonesia sudah sangat berlebihan, selain itu banyak kasus
yang muncul ke permukaan yang dianggap mengganggu hubungan kedua
negara akan cenderung didiamkan. Akibatnya, terbentuk opini publik
Indonesia bahwa apa yang diberitakan oleh media-media di Indonesia
adalah benar, sehingga terjadi akumulasi ketidaksukaan terhadap
Malaysia. Sedangkan pada pemberitaan yang disajikan oleh surat kabar
Utusan Malaysia justru berimbang, porsi pemberitaan arah positif dan
negatif sama banyaknya, dan setelahnya tidak jauh berbeda ada arah
pemberitaan secara netral. Hal ini juga implikasi bahwa surat kabar Utusan
Malaysia lebih tertarik membahas hubungan bilateral kedua negara
dibanding menanggapi isu negatif tentang negara mereka.
3) Untuk kategori sumber berita, dengan sub kategori yang terdapat di
dalamnya yakni berupa adanya sumber berita (aparatur negara,
profesional, masyarakat, dan gabungan) dan tidak terdapat sumber berita.
Pada surat kabar Utusan Malaysia, isi berita lebih dominan tanpa adanya
sumber berita, dengan hasil frekuensi sebanyak 14 item atau 48,28%.
Selain itu terdapat sumber berita terbanyak berasal dari pihak aparatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
negara sebanyak 11 item atau 37,93% dan kalangan profesional 3 item
atau 10,34%. Sedangkan pada surat kabar Media Indonesia, seluruh isi
berita menggunakan narasumber, dengan frekuensi narasumber terbanyak
berasal dari pihak aparatur negara sebanyak 17 item atau 54,84%,
kemudian gabungan narasumber ada 6 item berita atau 19,35%, lalu
kalangan profesional 6 item atau 19,35%. Hasil sajian diatas membuktikan
bahwa Pada Utusan Malaysia tidak adanya sumber berita menjadi
frekuensi pemuatan yang tinggi, setelah itu terdapat aparatur negara
sebagai sumber berita terbanyak. Sedangkan pada surat kabar Media
Indonesia semua pemuatan berita menggunakan narasumber, dengan
frekuensi tertinggi ada pada pihak aparatur negara kemudian pada
narasumber gabungan. Narasumber gabungan yang ada pada berita
meliputi gabungan pihak aparatur negara dan profesional, dan aparatur
negara dengan masyarakat. Dalam pemberitaan mengenai konflik budaya
pada kategori sumber berita, kedua surat kabar Utusan Malaysia dan
Media Indonesia menggunakan lebih dari satu narasumber berita, atau
dengan kata lain kedua media memberitakan isu konflik budaya untuk
mendapatkan informasi yang berimbang.
4) Pada kategori faktualitas berita, dengan sub kategori mencampur fakta dan
opini (opinionative), atau tidak mencampur. Dalam surat kabar Utusan
Malaysia hasil frekuensi dari kategori faktualitas berita hampir seimbang,
yakni adanya pencampuran fakta dan opini sebanyak 14 item atau 48,28%,
dan tidak adanya campuran fakta dan opini sepihak dari wartawan (tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
mengandung opnionative) sebanyak 15 item atau 51,72%. Sedangkan pada
surat kabar Media Indonesia, hasil frekuensi tidak mencampur fakta dan
opini mencapai 28 item atau 90,32%, sedangkan untuk isi berita yang
mencampur fakta dan opini wartawan hanya 3 item atau 9,68%. Dari hasil
sajian data diatas, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pemberitaan
pada surat kabar Utusan Malaysia lebih beragam, melihat porsi
pemberitaan yang menyertai pencampuran fakta dan opini pada isi
beritanya. Pencampuran fakta dan opini apabila terdapat kata-kata
opinionative yang berasal dari wartawan. Pada kedua surat kabar yang
diteliti, Media Indonesia memiliki kekuatan pada narasumbernya,
sehingga isi berita hanya sedikit yang mencampur fakta dan opini atau
menggunakan opinionative dari wartawan bersangkutan. Alhasil pemuatan
berita pada surat kabar Media Indonesia tidak banyak mencampur fakta
dan opini dibanding pemuatan berita dalam surat kabar Utusan Malaysia
yang hasilnya mendekati sama antara mencampur dan tidak mencampur
adanya fakta dan opini dan isi berita tentang konflik budaya Indonesia -
Malaysia.
5) Pada kategori bentuk penulisan berita, dengan sub kategori hard news dan
soft news. Ditemukan hasilnya pada surat kabar Utusan Malaysia, yakni
pada bentuk berita hard news mempunyai hasil tertinggi dengan jumlah 16
item atau 55,17%, kemudian berita soft news dengan 13 item atau 44,83%.
Sedangkan dalam surat kabar Media Indonesia, hasil frekuensi untuk hard
news mencapai 17 item atau 54,84%., sedangkan untuk soft news hanya 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
item atau 45,16%. Dari hasil penyajian data diatas, kedua media yang
diteliti tidak menempatkan porsi bentuk pemberitaan ini sepenuhnya
menjadi sebuah berita lugas/hard news. Dapat dilihat bahwa pemberitaan
dengan bentuk berita halus/soft news juga mempunyai porsi yang banyak
dalam pemberitaan yang ada. Berdasarkan hasil koding, bentuk
pemberitaan pada surat kabar Utusan Malaysia cenderung ke berita lugas,
sedangkan pada surat kabar Media Indonesia lebih kepada berita halus.
Hasil sajian data diatas ikut membuktikan hasil hipotesa yang
digunakan oleh peneliti pada penelitian ini, yakni terdapat perbedaan-
perbedaan signifikan dalam hal frekuensi penyajian berita mengenai konflik
budaya Indonesia – Malaysia antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media
Indonesia periode Agustus – Desember 2009. Untuk melengkapi perbedaan-
perbedaan tersebut, maka perhitungan juga dilakukan pada uji beda kategori-
kategori yang digunakan yakni pokok permasalahan berita, arah pemberitaan,
akurasi pemberitaan, faktualitas berita hingga bentuk penulisan berita. Berikut
hasil perhitungan uji beda signifikan dari tiap kategori yang diteliti dimulai
dengan adanya perbedaan, yakni:
1) Terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal frekuensi penyajian berita
tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia pada kategori sumber berita
antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia periode Agustus
– Desember 2009. Hal ini terbukti melalui hasil analisis uji beda
menggunakan rumus Chi-Square, dengan hasil untuk nilai χ2hitung = 21,71,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
sedangkan pada χ2tabel = 9,49. Maka besarnya nilai χ2 hasil perhitungan
tercatat lebih dari 9,49 atau 21,71>9,49.
2) Terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal frekuensi penyajian berita
tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia pada kategori faktualitas
berita antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia periode
Agustus – Desember 2009. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan dimana
nilai χ2hitung = 24,51. Sedangkan untuk nilai χ2
tabel = 3,84. Jadi, besarnya
nilai χ2 hasil perhitungan (χ2hitung = 24,51) tercatat lebih dari 3,84 atau
24,51>3,84.
3) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal frekuensi penyajian
berita tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia pada kategori pokok
permasalahan berita antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media
Indonesia periode Agustus – Desember 2009. Hal ini berdasarkan hasil
perhitungan dimana nilai χ2hitung = 2,51. Sedangkan untuk nilai χ2
tabel =
3,84. Jadi, besarnya nilai χ2 hasil perhitungan (χ2hitung = 2,51) tercatat
kurang dari 3,84 atau 2,51<3,84.
4) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal frekuensi penyajian
berita tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia pada kategori arah
pemberitaan antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia
periode Agustus – Desember 2009. Hal ini berdasarkan hasil untuk nilai
χ2hitung = 0,82, dan χ2
tabel = 5,99. Maka besarnya nilai χ2 hasil perhitungan
tercatat kurang dari 5,99 atau 0,82<5,99.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
5) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal frekuensi penyajian
berita tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia pada kategori bentuk
penulisan berita antara surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia
periode Agustus – Desember 2009. Hal ini dibuktikan melalui hasil nilai
χ2hitung = 0,62, sedangkan pada tabel nilai kritis Chi-Square menunjukkan
nilai χ2tabel = 3,84. Besarnya nilai χ2 hasil perhitungan tercatat kurang dari
3,84 atau 0,62<3,84.
B. Saran
Setelah menjabarkan hasil kesimpulan penelitian, maka peneliti
mencoba untuk memberikan saran secara keseluruhan yang ditujukan kepada
penelitian selanjutnya, terutama bagi yang ingin melakukan penelitian analisis
isi pemberitaan terkait konflik Indonesia – Malaysia dan melibatkan surat
kabar dari kedua negara masing-masing. Namun tidak sekedar hanya
membadingkan isi berita, penelitian berikutnya dapat juga diterapkan dengan
mempertimbangkan proses penelitian berikut:
1. Penggunaan Isu konflik lainnya
Hubungan Indonesia – Malaysia secara bilateral sampai saat ini
masih terjalin dengan baik, namun dibalik itu berbagai permasalahan yang
terjadi menyelimuti hubungan Indonesia dan Malaysia. Konflik yang
sebenarnya sudah lama terjadi, hingga kini masih kerap terulang, bahkan
dengan isu yang lebih beragam. Berbagai isu konflik sudah dimulai sejak
adanya konfrontasi era tahun 1960an, lalu konflik Blok Ambalat, kasus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
TKI, konflik budaya, dan yang baru saja terjadi pelanggaran batas laut di
wilayah Kepulauan Riau. Namun pada penelitian ini, peneliti
menggunakan isu konflik budaya sebagai objek penelitian.
Untuk itu, diharapkan pada penelitian selanjutnya bisa
memanfaatkan isu konflik lainnya selain konflik budaya yang digunakan
saat ini. Sehingga hasil penelitian terkait konflik negara Indonesia –
Malaysia bisa lebih beragam dan menjadi panutan bahan penelitian
lainnya terkait isu konflik antar negara.
2. Penerapan terhadap metode penelitian lainnya
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
analisis isi yang bersifat kuantitatif. Metode penelitian ini digunakan
karena dirasa lebih maksimal karena perhitungan yang dilakukan dapat
lebih menonjolkan isi pemberitaan dari kedua surat kabar tersebut. Namun
pengukuran perbedaan isi berita dalam perbandingan surat kabar dapat
juga menggunakan metode analisis lainnya yang bersifat kualitatif, yakni
menggunakan metode analisis wacana. Analisis wacana merupakan salah
satu alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi
kuantitatif yang digunakan oleh peneliti, selain itu analisis wacana tidak
hanya menekankan pada pemaknaan teks/naskah, melainkan seringkali
menggali apa yang terdapat dibalik teks/naskah penelitian yang digunakan.
Sehingga nantinya hasil perbedaan yang diperoleh bisa lebih akurat.
Oleh karena itu, diharapkan pada penelitian selanjutnya,
penggunaan metode analisis wacana dapat diterapkan oleh peneliti lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
yang akan melakukan penelitian terhadap perbandingan isi berita dengan
menggunakan surat kabar.
3. Perolehan data mentah yang lebih akurat
Permasalahan yang diangkat terdengar sangat sensitif, apalagi
pemberitaan ini berkaitan dengan konflik atau konfrontasi yang
berkepanjangan antara dua negara serumpun Indonesia dan Malaysia,
sehingga pemberitaan yang dimuat menjadi tidak maksimal. Keterlibatan
surat kabar Malaysia dalam penelitian ini agar peneliti dapat
mengumpulkan data yang lebih akurat dan maksimal, melihat format
pemberitaan tiap negara berbeda-beda. Namun, untuk memperoleh data
mentah terkait informasi dari surat kabar dari negara bersangkutan dirasa
sangat sulit. Hal tersebut dikarenakan media Malaysia tidak begitu tertarik
dalam menanggapi isu konflik budaya ini. Begitu pula yang terjadi oleh
peneliti dalam memperoleh data mentah mengenai segala informasi terkait
topik permasalahan penelitian maupun deskripsi perusahaan surat kabar
Utusan Malaysia. Sehingga data yang digunakan peniliti sangat terbatas,
hanya mengandalkan pada situs/website yang berhubungan dengan Utusan
Malaysia.
Oleh karena itu, diharapkan pada penelitian berikutnya para
peneliti dapat lebih intens dalam melakukan pendekatan terlebih dahulu
dengan media bersangkutan, sehingga dapat memudahkan dalam
memperoleh data yang dibutuhkan, mengingat tema yang diangkat
mengenai konflik antar negara dirasa sangat sensitif.