Post on 09-Dec-2015
description
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APPENDISITIS
Tugas Individu
Memenuhi tugas matakuliah
Keperwatan Medikal Bedah I
Disusun oleh
RIZKY NURLAILI
1401470018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV KEPERAWATAN LAWANG
September 2015
APENDISITIS
A. MASALAH KESEHATAN
Apendisitis
B. PENGERTIAN
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (4
inci), lebar 0,3 – 0,7 cm yang melekat pada sekum tepat di bawah katup
ileosekal. Apendiks memiliki lumen sempit di bagian proksimak dan melebar
pada bagian distal. Apendiks adalah tonjolan kecil mirip jari dari dasar sekum
atau berbentuk kantung buntu di bawah tautan antara usus halus dan usus besar
di katup ileosekum.
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiforis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia antara 10-30 tahun.
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen
darurat (Sjamsuhidayat. R & Jong, Wim de. 2007).
Apendisitis adalah peradangan akibat infekksi pada usus buntu atau umbai
cacing (appendiks). Infeksi ini bia mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, usus buntu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus
yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar (sekum). Usus
buntu besarnya sekitar jari kelingking tangan.
Jadi, kesimpulan dari apendisitis adalah peradangan pada apendik vermi
formis atau peradangan infeksi pada usus buntu yang terletak di perut kuadran
kanan bawah.
C. GEJALA DAN TANDA
Tanda dan gejala apendisitis dapat meliputi :
1. Nyeri abdomen yang disebabkan oleh inflamasi apendiks dan disertai
obstruksi usus, rasa nyeri ini dimulai pada region epigastrium dan kemudian
beralih ke kuadran kanan bawah.
2. Anoreksia sesudah awetan nyeri.
3. Mual dan muntah yang disebabkan oleh inflamasi.
4. Demam dengan derajat rendah (subfebris) akibat manifestasi sistemik
inflamasi dan leukositosis.
5. Nyeri tekan karena inflamasi.
D. POHON MASALAH
Apendik belum diketahui fungsinya, merupakan bagian dari sekum.
Peradangan pada apendik dapat terjadi oleh adanya ulserasi dinding mukosa atau
obstruksi lumen (biasanya oleh fecolif/ faces yang keras). Penyumbatan
pengeluaran secret mucus mengakibatkan perlengketan, infeksi, dan
terhambatnya aliran darah. Dari keadaan hipoksia menyebabkan gangrene atau
dapat terjadi rupture dalam waktu 24-36 jam. Bila proses ini berlangsung terus
menerus organ disekitar dinding apendik terjadi perlengketan dan akan menjadi
abses (kronik). Apabila proses infeksi sangat cepat (akut) dapat menyebabkan
peritonitis. Peritonitis merupakan komplikasi yang sangat serius. Infeksi kronis
dapat terjadi pada apendik, tetapi hal ini tidak selalu menimbulkan nyeri di
daerah abdomen (L. Ludeman, 2004).
Etiologi
Terjadinya apendisitis akut umunya disebabkan oleh bakteri. Namun banyak
sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Sumbatan lumen apendiks
merupakan faktor yang menjadi penyebab selain hiperplasia jaringan limfa,
fekalit, tumor apendik dan cacing askaris yang dapat pula menyebabkan
sumbatan.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Radiologi
- Foto polos abdomen dikerjakan apabila dari hasil pemeriksaan riwayat
sakit dan pemeriksaan fisik meragukan.
- Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan,
mungkin terlihat “ileal atau caecal ileus” gambaran garis permukaan
cairan-udara di sekum atau ileum)
- Patognomonik bila terlihat gambaran fekolit
- Foto polos pada apendisitis perforasi :
a. Gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat tidak terbatas di
kuadran kanan bawah.
b. Penebalan dinding usus disekitar letak apendiks, seperti sektum dan
ileum.
c. Garis lemak pra peritoneal menghilang.
d. Scoliosis ke kanan.
e. Tanda-tanda obstruksi usus seperti garis-garis permukaan cairan-
cairan akibat paralysis usus-usus local di daerah proses infeksi.
- Gambaran tersebut di atas seperti gambaran peritonitis pada umumnya,
artinya dapat disebabkan oleh bermacam-macam kausa. Apabila pada
foto terlihat gambaran fekolit maka gambaran seperti tersebut di atas
patognomonik akibat apendisitis.
2. Laboratorium
- Pemeriksaan darah :
Akan diddapatkan leukositis pada kebanyakan kasus apendisitis akut
terutama pada kasus dengan komplikasi. Pada appendicular infiltrat, LED
akan meningkat. Lekosit ringan (10.000-20.000/ml) dengan peningkatan
jumlah netrofil umumnya pada apendisitis sederhana. Lebih dari
13.000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya
lekositosis tidak menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis : terdapat
pergeseran ke kiri.
- Pemeriksaan urin :
Untuk melihat adanya eritrosit, leukosit, dan bakteri di dalam urin.
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis
banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai
gejala klinis yang hampir sama dengan appendisitis.
3. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalit sebagai penyebab appendisitis.
Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak.
4. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG,
terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat
dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,
adnecitis dan sebagainya.
5. Barium Enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui
anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari
appendisitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis
banding.
6. Laporoscopi
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang
dimasukkan dalam abdomen, appendik dapat divisualisasi secara langsung.
Teknik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat
melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendik maka pada saat
itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendiks.
7. CT-Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendisitis. Selain itu juga dapat
menunjukkan komplikasi dari appendisitis seperti bila terjadi abses.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis tergantung dari nyeri apendisitisnya akut atau kronis.
a. Non bedah (Non surgical)
Penatalaksanaan ini dapat berupa :
1. Batasi diet dengan makan sedikit dan sering (4 – 6 kali sehari)
2. Minum cairan adekuat pada saat makan untuk membantu proses pasase
makanan
3. Makan perlahan dan mengunyah sempurna untuk menambah saliva pada
makanan
4. Hindari makan bersuhu ekstrim, pedas, berlemak, alkohol, kopi, coklat,
dan jus jeruk
5. Hindari makan dan minum 3 jam sebelum istirahat untuk mencegah
masalah refluks nonturnal
6. Tinggikan kepala tidur 6 – 8 inci untuk mencegah refluk nonturnal
7. Turunkan berat badan bila kegemukan untuk menurunkan gradien tekanan
pada gastroesopagus
b.Pembedahan
Apendisitis perforasi
Persiapan prabedah : Pemasangan sonde lambung dan tindakan dekompresi.
Rehidrasi. Penurunan suhu tubuh. Antibiotika dengan spectrum luas, dosis
cukup, diberikan secara intravena.
Apendisitis dengan penyulit peritonitis umum
Umumnya pasien dalam kondisi buruk. Tampak septic dan dalam kondisi
hipovolemi serta hipertensi. Hipovolemi diakibatkan oleh puasa lama, muntah
dan pemusatan cairan di daerah proses radang, seperti udem organ
intraperitoneal, dinding abdomen dan pengumpulan cairan dalam rongga usus
dan rongga peritoneal.
Persiapan prabedah :
- Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
- Pemasangan kateter untuk kontrol produksi urin
- Rehidrasi
- Antibiotika dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara
intravena
- Obat-obat penurun panas, phenergen sebagai anti menggigil, largaktil
untuk membuka pembuluh-pembuluh darah perifer diberikan setelah
rehidrasi tercapai
Pembedahan
Pembedahan dikerjakan bila rehidrasi dan usaha penurunan suhu tubuh telah
tercapai. Suhu tidak melebihi 380, produksi urin berkisar 1-2 ml/kg/jam. Nadi
di bawah 120/menit.
Teknik Pembedahan
Insisi transversal di sebelah kanan sedikit di bawah umbilicus. Sayatan
Fowler Weiser lebih dipilih, karena cepat dapat mencapai rongga abdomen
dan bila diperlukan sayatan dapat diperlebar ke medial dengan memotong fasi
dan otot rektus.
Sebelum membuka peritoneum tepi sayatan diamankan dengan kasa.
Membuka peritoneum sedikit dahulu dan alat pengisap telah disiapkan
sedemikian rupa sehingga nanah dapat langsung terisap tanpa kontaminasi ke
tepi sayatan. Sayatan diperlebar dan pengisapan nanah diteruskan.
Apendiktomi dikerjakan seperti biasa. Pencucian rongga peritoneum mutlak
dikerjakan dengan larutan NaCl fisiologis sampai benar-benar bersih. Cairan
yang dimasukkan terlihat jernih sewaktu diisap kembali. Pengumpulan nanah
biasa ditemukan di fosa apendiks, rongga pelvis di bawah diafragma dan
diantara usus-usus. Luka sayatan dicuci dengan larutan NaCl fisiologis juga
setelah peritoneum dan lapisan fasi yang menempel peritoneum dan sebagian
otot dijahit. Penjahitan luka sayatan jangan dilakukan terlalu kuat dan rapat.
Pemasangan dren intraperitoneal masih merupakan kontroversi. Bila
pencucian rongga peritoneum benar-benar bersih dren tidak diperlukan. Lebih
baik dicuci bersih tanpa dren daripada dicuci kurang bersih dipasang dren.
(Harnawatiaj, 2008)
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Penyakit ini dapat dijumpai disemua usia, namun paling sering pada usia
antara 20 – 30 tahun. Kejadian apendisitis 1,4 kali lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita. Identitas klien (Nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor
register). Catat identitas penanggung.
2. Lingkungan
Dengan adanya lingkungan yang bersih, maka daya tahan tubuh penderita
akan lebih baik daripada tinggal di lingkungan yang kotor.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium. Sifat keluhan nyeri
dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang
lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual,
muntah, dan panas.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat operasi sebelumnya pada kolon.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjad, bagaimana
sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul, keadaan apa yang
memperberat dan memperingan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inpeksi
Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling,
sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi abdomen.
b. Palpasi
Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah
merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri
bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah, ini disebut tanda
Rovsing (Rosing sign). Dan apabila tekanan pada perut kiri dilepas maka
juga akan terasa sakit di perut kanan bawah, ini disebut tanda Blumberg
(Blumberg sign).
c. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis untuk menentukan letak
apendiks apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan
ini terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang di daerah
pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnostic apendisitis pelvika.
d. Uji psoas dan uji obturator
Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk mengetahui letak apendiks yang
meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas mayor lewat
hiperekstensi sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila
apendiks yang meradang menempel pada m.psoas mayor, maka tindakan
tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator dilakukan
gerakan fleksi dan andorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila
apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang
merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan
nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika.
5. Perubahan Pola Fungsi
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Malaise
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi
c. Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awitan awa, diare (kadang-kadang)
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/ nyeri lepas, kekakuan, terjadi
penurunan atau tidak ada bising usus.
d. Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual/muntah
e. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney (setengah jarak
antara umbilicus dan tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan,
bersin, batuk, atau napas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi
atau infark apendiks). Keluhan berbagai rasa nyeri/ gejala tak jelas
(berhubungan dengan lokasi apendiks, contoh : retrosekal atau sebelah
ureter).
Tanda : Perilaku berhati-hati, berbaring ke samping atau telentang
dengan lutut ditekuk. Meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ektensi kaki kanan/ posisi duduk tegak, nyeri lepas pada
sisi kiri diduga inflamsi peritoneal.
f. Penapasan
Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal.
g. Keamanan
Tanda : Demam (biasanya rendah).
6. Pemeriksaan Laboratorium
- Leukosit 10.000 – 18.000/mm3
- Nitrofit meningkat 75%
- WBC yang meningkat sampai 20.000 mungkin induksi terjadinya perforasi
(jumlah sel darah merah)
7. Pemeriksaan diagnostic
- Radiologi : foto colon yang memungkinkan adanya feclolit pada katup
- Barium enema : apendiks terisi barium hanya sebagian
H. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN (berdasarkan pohon masalah)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
3. Kurang pengetahuan tentang prosedur persiapan dan sesudah operasi
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/ Kriteria
Hasil
Rencana Tindakan
1 Nyeri akut
berhubungan dengan
agen injuri biologi,
ditandai dengan
DS :
- Nyeri daerah pusar
menjalar ke daerah
perut kanan bawah
- Tungkai kanan tidak
dapat diluruskan
DO :
- Nyeri tekan di titik
Mc Burney
NOC :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
pasien menunjukkan
skala nyeri berkurang
Kriteria :
Klien mengungkapkan
rasa sakit berkurang.
Wajah dan posisi tubuh
tampak rileks
NIC :
-Kaji TTV
-Kaji keluhan nyeri, tentukan lokasi,
jenis, dan intensitas nyeri. Ukur
dengan skala 1 – 10
-Jelaskan penyebab rasa sakit, cara
mengurangi
-Beri posisi ½ duduk untuk mengurangi
penyebaran infeksi pada abdomen
-Ajarkan teknik relaksasi
-Kompres es pada daerah sakit untuk
mengurangi nyeri
-Anjurkan klien untuk tidur pada posisi
nyaman (miring dengan menekuk lutut
ke kanan)
-Puasa makan minum apabila akan
dilakukan tindakan
-Ciptakan lingkungan yang tenang
-Laksanakan program medic
-Pantau efek terapeutik dan non
terapeutik dari pemberian analgetik
2 Resiko kekurangan
volume cairan
berhubungan dengan
mual, muntah,
anoreksia dan diare
ditandai dengan
DS :
Lemah
DO :
Penurunan turgor kulit
Suhu tubuh meningkat
NOC :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
pasien menunjukkan
cairan elektrolit dalam
keadaan seimbang.
Kriteria :
Turgor kulit baik.
Cairan yang keluar dan
masuk seimbang
NIC :
-Observasi tanda vital suhu, nadi,
tekanan darah, pernapasan tiap 4 jam
-Observasi cairan yang keluar dan
yang masuk
-Jauhkan makanan/ bau-bauan yang
merangsang mual atau muntah
-Kolaborasi pemberian infuse dan pipa
lambung
3 Kurang pengetahuan
tentang prosedur
persiapan dan sesudah
operasi ditandai
dengan
DS :
Klien/ keluarga
bertanya tentang
prosedur persiapan dan
sesudah operasi
DO :
NOC :
Setelah diberikan
penjelasan klien
memahami tentang
prosedur persiapan dan
sesudah operasi
Kriteria :
Klien kooperatif
dengan tindakan
persiapan operasi
maupun sesudah
operasi.
NIC :
- Jelaskan prosedur persiapan operasi
1. Pemasangan infuse
2. Puasa makan & minum
sebelumnya 6 – 8 jam
3. Cukur daerah operasi
- Jelaskan situasi di kamar bedah
- Jelaskan aktivitas yang perlu
dilakukan setelah operasi
1. Latihan batuk efektif
2. Mobilisasi dini secara pasif dan
Klien tidak kooperatif
terhadap tindakan
persiapan operasi
Klien
mendemonstrasikan
latihan yang diberikan
aktif bertahap
4 Kerusakan integritas
kulit berhubungan
dengan luka
pembedahan
Luka insisi sembuh
tanpa ada tanda infeksi
- Pantau luka pembedahan dari tanda-
tanda peradangan : demam,
kemerahan, bengkak dan cairan yang
keluar, warna jumlah dan
karakteristik
- Rawat luka secara steril
- Beri makanan berkualitas atau
dukungan klien untuk makan.
Makanan mencukupi untuk
mempercepat proses penyembuhan
- Beri antibiotika sesuai program
medic
J. REFERENSI
Agastya, Kevin. 2009. Apendisitis (Radang Usus Buntu), (http://kevinduarsa.blogspot.co.id/p/apendisitis-radang-usus-buntu.html?m=1/), diakses pada 06 September 2015.
Engram, Barbara. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2. Jakarta : EGC.
Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGCMarisjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapis.Marisjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapis.Wilkinson, Judith M. dan Nancy R. Ahern. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta : EGC.