Post on 06-Apr-2018
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
1/37
PAPER I-O
DAMPAK INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR KECUALI SEPEDA MOTOR
TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL
(ANALISIS TABEL I-O INDONESIA 2005)
OLEH :
KELOMPOK 4 KELAS 3SE2
MEUTIA RAHMAH YANI H. 09.6045
MUHAMMAD SOBARI 09.6055
RINI AMELIA 09.6108
SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK
JAKARTA
2011/2012
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
2/37
DAMPAK INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR KECUALI SEPEDA MOTOR
TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL (ANALISIS TABEL I-O INDOESIA 2005)
RINGKASAN
Industri kendaraan bermotor kecuali sepeda motor khususnya industri otomotif
merupakan salah satu industri yang pesat perkembangannya di Indonesia. Terbukti dari
peningkatan penjualan mobil sejak tahun 2005 sampai dengan 2010. Secara umum saat ini
industri kendaraan bermotor kecuali sepeda motor telah memberikan sumbangan yang cukup
besar bagi perkembangan ekonomi nasional dan juga banyak menyerap tenaga kerja. Minat
investor untuk menanamkan modalnya di sektor kendaraan bermotor khususnya roda empat di
Indonesia cukup tinggi. Sejak tahun 2011 sudah banyak investor asing terutama investor dai
Amerika Serikat berminat untuk mengembangkan usaha di bidang perakitan kendaraan
bermotor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel variabel faktor produksi
terhadap produktivitas industry kendaraan bermotor kecuali sepeda motor. Selain itu, penelitian
ini juga bertujuan untuk mengetahui dampak ekonomi industry kendaraan bermotor kecuali
sepeda motor terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya melalui multiplier yang dihasilkannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstanta regresi, variabel bahan baku (X1) dan
variabel upah tenaga kerja (X2) berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi industri
kendaraan bermotor kecuali sepeda motor. Variabel sewa gedung (X3) tidak menunjukkan
pengaruh signifikan.
Industri kendaraan bermotor kecuali sepeda motor menunjukkan keterkaitan ke belakang
(backward linkages) tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi
lainnya. Sementara itu sektor-sektor ekonomi yang mengalami perkembangan paling pesat akibat
adanya peningkatan output industri kendaraan bermotor kecuali sepeda motor antara lain antara
lain sektor industri logam, mesin dan peralatannya; sektor perdagangan; sektor jasa; dan sektor
pengangkutan dan transportasi. Industri kendaraan bermotor kecuali sepeda motor juga
memperlihatkan keterkaitan ke depan (forward linkages) yang rendah.
Kata kunci :Nilai Tambah Bruto, Multiplier, Backward Linkages, Forward Linkage
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
3/37
ABSTRAK
Motor vehicles industry except motorcycles, especially the automotive industry is one
of rapid industrial development in Indonesia.Since 2005 up to 2010, the car sales in Indonesia
has increase.
In general, the current motor vehicles industry except motorcycle has
contributed enough to the development of national economy and also absorb a lot of
manpower. The Interest of investors to invest in this sector, especially four-wheel motor vehicles
in Indonesia is quite high. Since the year 2011 there has been a lot of foreign investors,
especially investors from United States interested in developing business in the field of
motor vehicle assembly.
This study aims to determine the effect of variable factors of production on the
productivity of motor vehicles industry except motorcycles.
This study also aims to determine the economic impact of
motor vehicle industry except motorcycles to other economic sectors through its multiplier.
The results showed that the regression constants, variables of raw materials (X1) and
variable labor costs (X2) significantly influence the increase in industrial production of motor
vehicles except motorcycles. Variable lease the building (X3) showed no significant effect.
Motor vehicles industry except motorcycles showed the medium backward linkageswhen compared with other economic sectors. Meanwhile economic sectors experiencing the
most rapid growth due to an increase in output of motor vehicles industry except motorcycles,
among others are metals industry; machinery and equipment; trade; service sector; and transport.
Motor vehicles industry except motorcycles also showed lower forward linkages.
Keywords: Gross Value Added, Multiplier, Backward Linkages, Forward Linkages
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
4/37
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan industri kendaraan bermotor selain sepeda motor merupakan salah satu
strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang. Industri
kendaraan bermotor selain sepeda motor berpotensi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi
karena memiliki peluang pasar dan nilai tambah yang besar.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan penjualan
mobil nasional hingga akhir 2011 mencapai 870 ribu unit, sedangkan pada tahun 2012
diproyeksikan akan naik 10% menjadi 950 ribu unit di 2012.
Permintaan terhadap kendaraan bermotor selain sepeda motor tetap akan tumbuh karena
kontribusi konsumsi domestik yang kuat pada perekonomian Indonesia, yakni sekitar 55%-60%
dari pendapatan domestik bruto.
Secara kumulatif pertumbuhan PDB indonesia hingga triwulan III tahun 2009
dibandingkan triwulan yang sama tahun 2007 mengalami pertmbuhan sebesar 4,23 persen,
dengan pertumbuhan tertinggi dicapai sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 17.62
persen.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
5/37
Berdasarkan peneltian yang dilakukan oleh Herwanto Sidik Prabowo yang berjudul
Analisis pengaruh kebijakan deregulasi industri kendaraan bermotor Indonesia pada struktur,
kinerja dan persaingan usaha diperoleh bahwa bila penjualan, total asset dan nilai kapitalisasi
industri kendaraan bermotor roda 4 atau lebih terus mengalami peningkatan dalam rentang waktu
2003 2007, sesuai dengan tabel berikut:
PERKEMBANGAN PENJUALAN , TOTAL ASSET DAN NILAI KAPITALISASI
PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONEN PERIODE 2003 2007
( Dalam Jutaan Rupiah )
NO Tahun Penjua
lan
Total
Asset
Nilai
Kapitalisasi
1 2003 59,148,360
62,929,694
28,690,330
2 2004 81,409
,714
72,306
,596
53,571
,796
3 2005 103,93
2,362
100,50
5,826
61,214
,995
4 2006 94,133
,779
96,945
,653
91,499
,793
5 2007 120,53
6,829
107,68
2,698
152,62
5,892
Sektor otomotif (automotive & autoparts), elektrikal & elektronik (electrical/electronics
& parts), dan alat berat (construction machineries) merupakan sektor penggerak utama (drivers)
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi negara. Dalam bidang investasi, semakin
meningkatnya investasi negara lain di berbagai sektor industri, utamanya dalam pengembangan
industriindustri komponen penunjang industri drivers (seperti otomotif, elektrikal/elektronik
dan construction machineries) dan industriindustri baja, nonferrous, tekstil dan produk tekstil,
oleochemical, diharapkan akan membuka lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan dan
daya beli masyarakat Indonesia.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
6/37
Dari sisi penyerapan tenaga kerja itu sendiri, industri manufaktur diproyeksi telah
menyerap 300 ribu tenaga kerja selama periode Januari-Juli 2011. Penyerapan tenaga kerja di
industri manufaktur didorong peningkatan pertumbuhan industri manufaktur yang mencapai
6,61% di kuartal II 2011, seiring dengan meningkatnya investasi dan ekspansi yang dilakukan
pelaku industri senilai Rp 70 triliun. Investasi manufaktur terutama berasal dari kontribusi sektor
makanan dan minuman, otomotif, dan tekstil.
Dari grafik terlihat bahwa sektor alat angkut, mesin, dan peralatannnya memiliki target
penyerapan tenaga kerja pada tahun 2011 sebanyak 242.274 orang atau naik 38% dibanding
penyerapan tenaga kerja pada tahun 2010. Target pertumbuhan sektor ini sebesar 6,4% dan target
investasi senilai Rp 41,3 triliun.
Menurut Departemen Riset IFT, sektor industri yang memiliki rasio penyerapan tenaga
kerja tertinggi adalah sektor alat angkut, mesin, dan peralatannya. Sebab setiap 1% pertumbuhanindustri sektor ini akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja 6,35%. Meskipun memiliki tren
yang turun, industri alat angkut, mesin, dan peralatannya mendominasi di setiap tahunnya.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
7/37
Publikasi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyatakan bahwa
sektor transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan memberikan sumbangan terendah terhadap
inflasi Nasional selama tahun 2011, yakni sebesar 0,34 %. Angka ini relatif kecil jika
dibandingkan dengan sektor bahan makanan yang menduduki peringkat pertama penyumbang
inflasi terbesar dengan 3,79%.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
8/37
Sumbangan Industri kendaraan bermotor terhadap impor non-migas juga tidak dapat
dikesampingkan. Industri kendaraan bermotor menduduki peringkat ke empat dengan peran
terhadap total impor non-migas terhitung Januari November 2011 sebesar 5,68 %.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja dan jumlah
modal terhadap output atau produksi dari sektor kendaraan bermotor kecuali sepeda motor.
Hipotesis yang diajukan adalah :
0 : Variabel bebas berupa bahan baku, upah tenaga kerja dan sewa gedung tidakberpengaruh signifikan terhadap output sektor kendaraan bermotor kecuali sepeda motor1 : Variabel bebas berupa baku, upah tenaga kerja dan sewa gedung berpengaruh
signifikan terhadap ouput sektor kendaraan bermotor kecuali sepeda motor
Untuk mengetahui dampak ekonomi sektor kendaraan bermotor kecuali sepeda motor,
dalam penelitian ini digunakan analisis Tabel Input-Output. Tabel Input-Output pada dasarnya
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
9/37
merupakan suatu sistem pencatatan ganda (double entry system) dari neraca transaksi yang
terjadi antar produsen dalam suatu perekonomian. Dengan menggunakan asumsi sederhana, dari
Tabel I-O dapat disusun suatu model ekonomi yang cukup handal. Kenyataan ini menjadikan
Tabel I-O diperhitungkan sebagai salah satu bagian dari sistem neraca nasional yang dapat
digunakan sebagai alat untuk melakukan suatu analisis ekonomi secara komprehensif.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
10/37
TINJAUAN PUSTAKA
1. Output produksiProduksi adalah suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) menjadi suatu output.
Produsen dalam melakukan kegiatan produksi mempunyai landasan teknis yang didalamteori ekonomi disebut sebagai fungsi produksi.
Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan suatu hubungan
ketergantungan (fungsional) antara tingkat ouput yang dihasilkan. Konsep fungsi produksi
berkaitan dengan hubungan fisik antara input (masukan) dengan output (keluaran) yang dapat
dihasilkan. Hubungan ini dapat ditunjukkan secara matematis sebagai berikut:
X = f (a, b, c)
Dimana X adalah output yang dihasilkan, sedangkan a, b, c adalah input output yang
digunakan.
Pengusaha biasanya dapat melakukan perubahan ataupun variasi dalam menggunakan
proporsi input untuk menghasilkan suatu output tertentu. Keluwesan (fleksibitas) ini
mengakibatkan adanya berbagai kemungkinan macam hubungan antara input dan output,
antara input dengan input serta di antara ouput. Dimana input-output dapat saling mengganti
(substitusi) dalam memproduksi suatu output tertentu. Dengan meningkatkan ataupun
mengurangi penggunaan inputnya produsen dapat meningkatkan atau mengurangi outputnya,
dimana hubungan antara input dengan output, input dengan output, dan output dengano
output yang menjadi karakteristik fungsi produksi suatu perusahaan tergantung pada teknik
produksi yang digunakan.
2. Bahan BakuMenurut Mulyadi (1986 : 118) bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian integral
produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari
pembelian lokal, pembelian import atau dari pengolahan sendiri.
Adapun jenis-jenis bahan baku menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1982 :
185) terdiri dari:
a. Bahan baku langsung (direct material)Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan bagian daripada
barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah
langsung ini mempunyai hubungan yang erat dan sebanding dengan jumlah barang
jadi yang dihasilkan.
b. Bahan baku tak langsung (indirect material)
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
11/37
Bahan baku tak langsung adalah bahan baku yang ikut berperanan dalam proses
produksi, tetapi tidak secara langsung tamapak pada barang jadi yang dihasilkan.
Material adalah sebuah masukan dalam produksi, seringkali adalah barang yang belum
diproses, tetapi kadang kala telah diproses sebelum digunakan untuk proses produksi lebih
lanjut. Umumnya, dalam masyarakat teknologi maju, material adalah bahan konsumen yangbelum selesai.
Material teknik adalah jenis material yang banyak dipakai dalam proses rekayasa dan
industri. Material teknik dikelompokkan menjadi 6 golongan, antara lain:
a. Logam : baja, besi cor, titanium, logam paduan, dll
b. Polimer : polietilan, polipropilen, polikarbonat, dll
c. Karet : isopren, neopren, karet alam, dll
d. Gelas : gelas soda, gelas silika, gelas borosilikat
e.
Keramik : alumina, karbida silikon, nitrida silikon dllf. Hibrida : komposit, sandwich, foam
Unsur harga pokok bahan yang dibeli adalah semua biaya untuk memperoleh bahan
baku dan untuk menempatkan dalam keadaan siap pakai. Harga beli dan biaya angkut
merupakan unsur yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku sedangkan
biaya pesan, biaya penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, pergudangan dan
biaya akuntansi biaya merupakan unsur yang sulit diperhitungkan sehingga pada prakteknya
harga pokok bahan baku yang dicatat sebesar harga beli menurut faktur dari pemasok
sebagai akibatnya biaya penyiapan bahan baku diperhitungkan dalam biaya overhead pabrik.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
12/37
Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dalam ditentukan melalui
beberapa metode pendekatan.
a. Metode pencatatan bahan baku, terdiri dari:
i. Metode Fisik(Fhysical Inventory Method )
Dalam metode ini hanya tambahan persediaan bahan saja yang dicatat sedangmutasi berkurangnya bahan tidak dicatat untuk mengetahui bahan baku yang
diperoleh , harus menghitung persediaan bahan baku digudang pada akhir periode
akuntansi. Harga pokok persediaan awal ditambah Harga pokok pembelian dikurang
Harga pokok persediaan akhir yang ada digudang merupakan biaya bahan baku
yang dipakai selama periode akuntansi.
ii. Metode Mutasi Persediaan (Perpetual Inventory Method)
Dalam metode ini setiap mutasi dicatat dalam kartu persediaan . Pembelian
dicatat dalam kolom Beli di kartu persediaan ,pemakaian dicatat dalam kolom pakai
di kartu persediaan dan jumlah bahan yang tersedian digudang dapat dilihat dalam
kolom sisa di kartu persediaan.
b. Metode Penilaian Bahan Baku, terdiri dari:
i. Pertama Masuk Pertama Keluar (Fifo)
Metode ini didasarkan anggapan bahwa bahan yang pertama kali dipakai
dibebani dengan harga perolehan persatuan dari bahan yang pertama kali masuk
kegudang bahan,atau harga perolehan bahan persatuan yang pertama kali masuk
kegudang bahan akan digunakan untuk menentukan harga perolehan persatuan
bahan yang pertama kali disusul harga perolehan per satuan bahan yang dipakai
pertama kali ,disusul harga perolehan persatuan yang masuk berikutnya.ii. Metode Rata-Rata (Weighted Average Method)
Pada metode ini dengan pencatatan fisik menghitung rata-rata harga perolehan
persatuan bahan.
iii. Metode Terakhir Masuk , Pertama Keluar(Lifo)
Metode ini berdasarkan anggapaan bahwa bahan yang pertama kali dipakai
dibebani dengan harga perolehan persatuan bahan dari yang terakhir masuk ,disusul
dengan harga perolehan bahan persatuan yang masuk sebelumnya dan seterusnya.
iv. Metode Persediaan Dasar
Metode ini didasarkan atas anggapan bahwa persediaan minimum atas bahan
harus dimiliki perusahaan pada setiap saat agar kegiatan kontinyu. Pada umumnyametode persediaan dasar menggunakan metode Lifo.
3. Upah Tenaga KerjaSesuai dengan UU NO: 13 TAHUN 2003 Tentang ketenagakerjaan:
BAB I, Pasal I:
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
13/37
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan
milik sendiri;b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar
wilayah Indonesia.
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik
negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain;
usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan
orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa
yang telah atau akan dilakukan.
Pasal 88
1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah menetapkan
kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
14/37
3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) meliputi :
a. upah minimum;
b. upah kerja lembur;
c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
f. bentuk dan cara pembayaran upah;
g. denda dan potongan upah;
h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
j. upah untuk pembayaran pesangon; dan
k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
4) Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf
a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan mem-perhatikan produktivitas danpertumbuhan ekonomi.
Pasal 89
1) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a dapat terdiri atas:
a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;
b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.
2) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diarahkan kepada pencapaian
kebutuhan hidup layak.
3) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur dengan
memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.
4) Komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.
Pasal 91
1) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan
pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih rendah atau
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demihukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 92
1) Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan,
masa kerja, pendidikan, dan kompetensi.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
15/37
2) Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan memperhatikan
kemampuan perusahaan dan produktivitas.
3) Ketentuan mengenai struktur dan skala upah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
dengan Keputusan Menteri.
Pasal 93
1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku, dan pengusaha wajib
membayar upah apabila :
a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya
sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
c. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah, menikahkan,
mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri melahirkan atau keguguran
kandungan, suami atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atauanggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia;
d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan
kewajiban terhadap negara;
e. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalan-kan ibadah yang
diperintahkan agamanya;
f. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha
tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang
seharusnya dapat dihindari pengusaha;
g. pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat;
h. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas persetujuan
pengusaha; dan
i. pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.
Pasal 94
Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka besarnya
upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan
tunjangan tetap.
Pasal 95
1) Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya
dapat dikenakan denda.
2) Pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan
pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah
pekerja/buruh.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
16/37
3) Pemerintah mengatur pengenaan denda kepada pengusaha dan/atau pekerja/buruh, dalam
pembayaran upah.
4) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh
merupakan utang yang didahulukan pem-bayarannya.
4. Modal KerjaTerdapat beberapa definisi modal kerja yang lazim dipergunakan, yaitu:
Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang lancar. Kelebihan ini disebut
modal kerja bersih (berikutNet Working Capital). Kelebiahan ini merupakan jumlah aktiva
lancer yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Definisi bersifat kualitatif
karena menunjukkan kemungkinan tersediannya aktiva lancer yang lebih besar daripada
utang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta
menjamin kelangsungan usaha dimasa mendatang.
Modal kerja adalah jumlah aktiva lancer. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross
working Capital). Definisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang
digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja
akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dan unsur-unsur aktiva lancer misalnya
kas, surat-surat berharga, piutang , dan persediaan.
Modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (Current income) yang sesuai
dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. Definisi ini berdasarkan konsepfungsional yaitu fungsi dana tersebut dalam menghasilkan pendapatan.
Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan
perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan,
misalnya dapat menutup kerugian dan mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa
membahayakan keadaan keuangan perusahaan.
Manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut:
a. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti
adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karenaharganya merosot.
b. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat
pada waktunya.
c. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat
mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
17/37
d. Menjamin perusahaan memiliki credit standingdan dapat mengatasi peristiwa yang tidak
dapat diduga seperti kebakaran, pencurian, dan sebagainya.
e. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani
permintaan konsumennya.
f. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada
pelanggan.
g. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada
kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan suplai yang dibutuhkan.
h. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.
Penyebab Kekurangan Modal Kerja
Penyebab timbulnya kekurangan modal kerja adalah sebagai berikut:
a. Adanya kerugian usaha.
Penyebab adanya kerugian usaha adalah volume penjualan yang tidak efisien relativedibandingkan dengan harga pokok penjualan, tekanan terhadap harga jual akibat ketatnya
persaingan tanpa diikuti penurunan harga pokok penjualandan biaya usaha, banyaknya
kerugian karena adanya piutang yang tidak kembali, kenaikan biaya tanpa diikuti
kenaikan penjualan/penghasilan, biaya naik sementara penjualan menurun.
Kerugian usaha tidak selalu akan mengurangi modal kerja karena ada sementara
biaya yang tidak bersifat pengeluaran kas (noncash expense) seperti beban penyusutan,
depresi, dan amortisasi. Yang jelas kerugian usaha itu mengurangi laba yang di tahan
(retained earnings).
b. Adanya kerugian insidensil seperti turunnya harga pasar dan persediaan barang, karena
pencurian, kebakaran, dan lain-lain yang tidak ditutup dengan asuransi.c. Kegagalan mendapatkan tambahan modal kerja pada waktu mengadakan perluasan usaha
atau ekspansi seperti perluasan daerah penjualan, penjualan produk baru, penerapan
metode produksi baru strategi penjualan baru, dan sebagainya.
d. Menggunakan modal kerja untuk aktiva tidak lancar seperti membali aktiva tetap baru,
membeli saham dari perusahaan lain (investasi jangka panjang).
e. Kebijaksanaan pembayaran dividen yang tidak tepat. Karena harapan keuangan terus
membaik pimpinan perusahaan masih terus melanjutkan kebijaksanaan pembayaran
dividen seperti tahun-tahun sebelumnya.
f. Kenaikan tingkat harga. Karena naiknya harga-harga, perusahaan mengeluarkan jumlah
rupiah lebih banyak untuk mempertahankan volume fisik persedian barang dan aktiva
tetap serta membelanjai penjualan kredit dalam volume fisik yang sama.
g. Pelunasan utang yang sudah jauh tempo. Manajemen tidak menyisihkan sebagai
pendapatan bersih untuk cadangan pelunasan utang jangka panjang.
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
18/37
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja adalah sebagai berikut.
a. Sifat umum atau tipe perusahaan.
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa ( public utility) relatif rendah karena
investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadikan relatif cepat.
Untuk beberapa perusahaan jasa tertentu malahan langganan membayar di muka
sebelum jasa dinikmati, misalnya jasa transport, kereta api, bus malam, pesawat udara,
dan kapal laut. Proporsi modal kerja dari total aktiva, pada perusahaan jasa relatif kecil.
Berbeda dengan perusahaan industri, investasi dalam aktiva lancar cukup besar dengan
tingkat perputaran persediaan dan piutang yang relatif rendah. Perusahaan industri
memerlukan modal kerja yang cukup besar, yakni untuk melakukan investasi dalam
bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Fluktuasi dalam pendapatan bersih
dan perusahaan jasa juga relatif kecil bila dibandingkan dengan perusahaan industri dan
perusahaan keuangan.
b. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos
produksi per unit atau harga beli per unit barang.Jumlah modal kerja bukan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan
baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada langganan. Makin
panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh
barang makin besar kebutuhan akan modal kerja. Modal kerja bervariasi tergantung pada
volume pembelian dan harga beli per unit dari barang yang di jual.
Misalnya suatu perusahaan yang memproduksi lokomotif kereta api, di samping
membutuhkan waktu lama dalam proses produksinya juga membutuhkan modal kerja
yang besar (bila dibandingkan dengan perusahaan yang memproduksi mebel rumah
tangga). Juga perusahaan yang membutuhkan sistem pendinginan (ikan laut) dan
perusahaan yang membutuhkan proses pengeringan (tembakau, kayu) akan memerlukanmodal kerja yang lebih besar.
c. Syarat pembelian dan penjualan
Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar
kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil
kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila
pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas
untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar.
Di samping itu, modal kerja juaga dipengaruhi oleh syarat kredit penjualan barang.
Semakin lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan
akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan kepada piutang.
Untuk mengurangi kebutuhan modal kerja dan mengurangi risiko kerugian karena adanya
piutang yang tidak terbayar, biasanya perusahaan memberikan rangsangan potongan tunai
(cash discount).
d. Tingkat perputaran persediaan.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
19/37
Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal
kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk
mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan
pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan
mengurangi risiko kerugian karena penurunan harga, perubahan pemintaan atau
perubahan mode, juga menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan (carrying
cost) dari persediaan.
e. Tingkat perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk
mengubah piutang menjadi uang kas. Apa bila piutang terkumpul dalam waktu pendek
berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah atau kecil. Untuk mencapai
tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan
kebijaksanaan yang tepat sehubung dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan,
maksimum kredit bagi langganan, serta penagihan piutang.
f.
Pengaruh konjungtur (business cycle)Pada periode makmur (prosperity) aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan
cenderung membeli barang lebih memanfaatkan harga yang masih rendah. Ini berarti
perusahaan memperbesar tingkat persediaan. Peningkatan jumlah persediaan
membutuhkan modal kerja yang lebih banyak. Sebaiknya dalam periode depresi volume
perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barangnya dan menarik
piutangnya. Uang yang di peroleh digunakan untuk membeli surat-surat berharga,
melunasi utang, atau untuk menutupi kerugian.
Derajat risiko kemungkinan menurunya harga jual aktiva jangka pendek menurunya
nilai riil dibanding dengan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang, dan
piutang akan menurunkan modal kerja. Apabila risiko kerugian ini semakin besar berartidiperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi utang jangka
pendek yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi diri dari hal yang tidak terduga
dibutuhkan modal kerja yang relatif besar dalam bentuk kas atau surat-surat berharga.
g. Pengaruh musim
Banyak perusahan yang penjualannya hanya terpusat pada beberapa bulan saja.
Perusahaan yang di pengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum modal kerja
untuk periode yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk
persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak
penjualan.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
20/37
METODOLOGI
Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik. Data dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang
penyelesaiannya menggunakan regresi linear berganda, dengan periode waktu antara tahun 1998
sampai 2009. Sementara itu, untuk mengetahui dampak ekonomi sektor kendaraan bermotor
kecuali sepeda motor , digunakan data Tabel Input-Output Indonesia tahun 2005.
Metode Analisis
a. Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis statistik yang menggambarkan atau
mendeskripsikan data menjadi informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami. Penyajian tabel-
tabel, grafik atau diagram, ukuran-ukuran dan deskripsi data dari hasil penelitian sebelumnya
yang berhubungan dengan penelitian ini, akan disajikan untuk pelengkap analisis. Analisis
deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penggambaran indikator sektor
kendaraan bermotor kecuali sepeda motor yang sudah dipublikasikan.
b. Analisis Regresi Berganda dengan Fungsi Produksi Cobb Douglass
Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih
variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variable dependen (Y) dan yang lain disebut
variable independen (X)
Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi linear berganda
dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan demikian kaidah-kaidah
pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Secara matematik,
fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan seperti persamaan berikut :Y = aX1
b1X2
b2. Xn
bne
u
Bila fungsi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka:
Y = f(X1, X2,..,Xn)
Dimana: Y = variable yang dijelaskan
X = variable yang menjelaskan
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
21/37
a,b = besaran yang akan diduga
u = kesalahan
e = logaritma natural, e= 2,718
Jika memasukan variable dalam penelitian, maka diperoleh persamaan sebagai berikut :
Y = f (X1,X2)
Maka model fungsi produksi Cobb-Douglas dalam penelitian ini adalah:
Y = bo X1b1. X2
b2
Keterangan : Y = produksi
b0 = intersept
X1 = bahan baku
X2 = upah tenaga kerja
X3 = sewa gedung
b1,b2 = elastisitas masing-masing faktor produksi
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut, maka persamaan tersebut
diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut.
Pendugaan parameter dapat dilakukan dengan menggunakan analisis data metode kuadrat
terkecil yang diperoleh melalui fungsi logaritma fungsi asal sebagai berikut :
Ln Y = ln bo + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3
Jika Y= ln Y; b0 = ln bo; bk= bk; ln Xi = Xi, maka model estimasi regresi sebagai berikut :
Y = b0 + b1X1+ b2X1+ b3X3
Persamaan diatas dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi berganda. Pada
persamaan tersebut terlihat bahwa b1,b2, b3 adalah tetap walaupun variabel yang terlihat telah
dilogaritma natural kan. Hal ini dapat dimengerti karena b1,b2,b3 pada fungsi Cobb-Douglas
adalah menunjukkan elastisitas X terhadap Y.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS (Statistical packages for
the social sciences) 17.0 for windows.
c. Analisis Tabel Input-Output
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
22/37
Tabel input-output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian data yang
menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris tabel input-output
menunjukkan pengalokasian/pendistribusian dari output yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam
memenuhi permintaan antara oleh sektor lainnya dan permintaan akhir. Sedangkan isian
sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam
kegiatan produksinya.
Tabel1. Ilustrasi Tabel Input-Output Untuk 3 Sektor Produksi
Alokasi Output
Struktur Input
Permintaan Antara
Permintaan
Akhir
Penyediaan
1 2 3Impor Jumlah
Output
Input Antara
1
2
3
X11 X12 X13
X21 X22 X23
X31 X32 X33
F1 M1 X1
F2 M2 X2
F3 M3 X3
Input Primer V1 V2
V3
Jumlah Input X1 X2
X3
Keterangan: 1, 2 dan 3: kode sektor produksi.
Isian sepanjang baris pada Tabel 1 di atas, memperlihatkan komposisi penyediaan dan
permintaan pada suatu sektor. Penyediaan dapat berasal dari output domestik (Xi) dan impor
untuk produk sejenis (Mi). Sedangkan permintaannya terdiri dari permintaan antara (xij) dan
permintaan akhir (Fi). Isian sepanjang kolom pada Tabel 3 tersebut menunjukkan susunan input
yang digunakan dalam proses produksi oleh suatu sektor. Input tersebut dapat berupa input
antara (xij) dan input primer (Vi).
Sesuai dengan cara pengisian angka-angka dalam sistem matriks, maka angka-angkasetiap sel pada tabel tersebut bermakna ganda. Angka pada sel di kuadran I (transaksi antara),
misalnya x12, dari sisi baris angka ini menunjukkan besarnya penyediaan di sektor 1 yang
digunakan untuk memenuhi permintaan antara oleh sektor 2. Sedangkan dari sisi kolom, angka
tersebut menunjukkan besarnya input sektor 2 yang diperoleh dari penyediaan sektor 1.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
23/37
Berdasarkan cara membaca angka di setiap sel tersebut, terlihat bahwa penyajian
informasi dalam Tabel Input-Output menunjukkan suatu jalinan yang saling berhubungan dari
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh setiap sektor. Sebagai contoh untuk sektor 1, jumlah
penyediaannya adalah sebesar X1 + M1 dan dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara
oleh sektor 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar x11, x12 dan x13; sedangkan sisanya sebesar F1
digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Cara pengamatan yang sama berlaku juga untuk
sektor 2 dan 3. Selanjutnya, untuk mengetahui dampak ekonomi suatu sektor, dapat dilakukan
dengan perhitungan secara aljabar berupa multiplier effect.
Untuk mempermudah perhitungan, dilakukan operasi secara matematis dengan
menggunakan kaidah matriks. Secara sederhana, total output yang dihasilkan oleh setiap sektor
produksi merupakan penjumlahan permintaan antara dan total permintaan akhir (final demand).
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
Xi = A Xi + F
dengan uraian :
Xi : adalah total output sektor i
A : matriks proporsi output sektor produksi i yang digunakan sektor industri lainnya
F : final demand
Variabel A sering disebut sebagai koefisien input yang dapat pula diterjemahkan sebagai
aij
yakni jumlah input yang digunakan untuk memproduksi satu unit output sektor j yang berasal
dari sektor i. Untuk mengetahui tingkat multiplier effect suatu sektor, dapat dilihat dari
persamaan di bawah ini :
(I A) Xi = F
Xi = F/(I A) = (I A)-1
F
Matriks (I A)-1
merupakan multiplier effect suatu sektor produksi terhadap sektor lainnya atau
biasa disebut sebagai matriks pengganda.
Penelitian ini menggunakan data Tabel Input-Output 2005 dengan klasifikasi 175 x 175
sektor berdasarkan harga produsen. Untuk optimalisasi, maka peneliti melakukan aggregasi
menjadi 20 x 20 sektor dengan rincian sebagai berikut :
1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
24/37
4. Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit
5. Industri Kayu dan Barang Dari Kayu
6. Industri Lainnya
7. Industri Karet, Barang Dari Karet dan Plastik
8. Industri Logam, Mesin dan Peralatannya
9. Industri Alat Angkut Lainnya
10.Industri Kendaraan Bermotor Kecuali Sepeda Motor
11.Industri Sepeda Motor
12.Listrik, Gas dan Air Bersih
13.Bangunan
14.Perdagangan
15.Restoran dan Hotel
16.Pengangkutan dan Transportasi
17.Komunikasi
18.Lembaga Keuangan
19.Jasa-jasa
20.Kegiatan yang tidak jelas batasannya
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
25/37
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kendaraan bermotor pada dasarnya terdiri dari kendaraan bermotor roda dua dan
kendaraan bermotor roda empat/lebih untuk kendaraan bermotor roda empat/lebih, saat ini telah
diproduksi oleh dua puluh perusahaan yang sebagian besar merupakan agen pemegang merek
(APM) dari luar negeri yang didukung oleh sekitar 800 perusahaan industri komponen dan lebih
dari 44.000 perusahaan pendukung seperti bengkel, outlet, jasa pendukung keuangan dengan
total tenaga kerja yang terlibat sekitar 646.500 orang.
Produk kendaraan bermotor roda empat/lebih yang diproduksi di dalam negeri saat ini
komponen lokalnya ada yang telah mencapai sekitar 80% (khususnya untuk mobil jenis MPV),
komponen yang telah dibuat antara lain engine, body parts, brake, suspension, sebagian parts
transmisi dan axle dan komponen universal (aki, safety belt, jok, dll).
Industri kendaraan bermotor roda empat di dalam negeri diawali dengan adanya agen
tunggal pemegang merek (ATPM) yang menjual mobil import, melihat potensi pasar di dalam
negeri maka kemudian secara bertahap ATPM melakukan perakitan dengan membuat beberapa
komponen di dalam negeri yang diatur melalui kebijakan Departemen Perindustrian yaitu
deletion program/program penanggalan pada tahun 1976 s/d 1999. Dalam perkembangan lebih
lanjut, berbagai jenis mobil saat ini sudah dirakit/diproduksi di dalam negeri dengan
menggunakan komponen buatan lokal.
Saat ini pemerintah sedang mengembangkan program Low Cost and Green Car (LCGC)
dan program Angkutan Umum Murah Pro Rakyat (sebagaimana Kepres No. 10 tahun 2011).
Segmentasi pasar untuk produk LCGC adalah untuk jenis kendaraan MPV 1000-1200 cc dengan
konsumsi bahan bakar 20-22 km/liter.
Sedangkan program Angkutan Umum Murah Pro Rakyat dimaksudkan untuk
mengembangkan kendaraan dengan merek lokal dengan segmen kendaraan berkapasitas mesin
maksimum 700 cc. Usulan insentif untuk program LCGC sampai saat ini masih dalam proses di
Kementerian Keuangan, adapun insentif tersebut berupa pembebasan bea masuk untuk impormesin peralatan produksi, bahan baku dan komponen yang belum diproduksi di dalam negeri
serta perpajakan.
Beberapa tahun terakhir telah berkembang embrio mobil hasil karya anak bangsa dengan
merek lokal seperti Esemka (SMK Surakarta), Komodo (PT. Fin Komodo), Tawon (PT. Sumber
Gasindo Jaya), GEA (PT. INKA), ARINA (UNS Semarang), MOBIRA (PT. Sarimas Ahmadi
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
26/37
Pratama) dan Mahator (PT. Maha Era Motor).Kementerian Perindustrian mendukung inovasi
engineering untuk pengembangan kendaraan dimaksud sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dukungan diberikan dalam bentuk promosi, uji coba kelaikan jalan dan pelatihan R&D.
INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR (IKB) RODA EMPAT ATAU LEBIH
Tabel 2 : Perkembangan Investasi, Kapasitas Terpasang, Produksi dan Tenaga Kerja
Catatan: a. Data Produksi sumber GAIKINDO; KNT= Kapasitas nasional Terpasangb. *) Data s/d November 2008
c. **) Data komulatif;
Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa Investasi dari tahun 2004 sampai dengan tahun
2008 mengalami fluktuasi, terjadi peningkatan tajam dari tahun 2004 ke 2005 yaitu naik sekitar
39,68%, kemudian mengalami peningkatan lagi dari tahun 2005 ke 2006 sebesar 2,3% dari tahun
2006 ke 2007 mengalami penurunan sebesar 21,15% dan mengalami peningkatan dari tahun
2007 ke 2008 sebesar 9,22%.
Kapasitas terpasang dari tahun 2004 ke tahun 2008 cenderung konstan yaitu berkisar
855.700 unit sampai dengan 900.000 unit. Begitu juga halnya dengan tenaga kerja yang
cenderung konstan yaitu berkisar 35.000 orang. Dari tahun 2005 ke 2006 produksi mengalami
penurunan sebesar 41,5% dan dari tahun 2006 ke 2007 produksi mengalami peningkatan
28,09%.
1. Kebijakan yang mendukung IKB Roda Empat atau lebih.
Kebijakan tariff bea masuk diterapkan dengan mempertimbangkan factor sbb:
y Effective Rate of Protection
y Penciptaan harga yang wajar
y Aspek global termasuk WTO dan kebijakan bea masuk Negara lain.
y Kesepakatan AFTA.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
27/37
Tabel 3 : Kebijakan yang mendukung IKB Roda Empat atau lebih.
Berikut adalah grafik yang menunjukan perkembangan Industri kendaraan bermotor kecuali
sepeda motor dilihat dari pengeluaran upah untuk tenaga kerja.
Dilihat dari garfik, trend menunjukan upah tenaga kerja dari tahun 1990 sampai dengan 2009
mengalami kenaikan. Namun terdapat penurunan yang cukup besar yaitu dari tahun 2006 ke
0
200000000
400000000
600000000
800000000
1E+09
1.2E+09
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
28/37
0
5,000,000,000
10,000,000,000
15,000,000,000
20,000,000,000
25,000,000,000
2007 dan dari tahun 2008 ke 2009. Penurunannya untuk tahun 2006 ke 2007 yaitu sebesar
251.741.571 ribu rupiah atau sebesar 41,26% dan dari tahun 2008 ke tahun 2009 menagalami
penurunan sebesar 749.459.176 ribu atau sekitar 67,64%
Perkembangan Industri kendaraan bermotor kecuali sepeda motor dilihat dari penggunaan
bahan baku bisa dilihat pada di bawah ini.
sama halnya dengan pengeluaran upah untuk tenaga kerja, penggunaan bahan baku pun
dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2009 mengalami fluktuasi, dari tahun 1990 sampai dengan
1999 cenderung konstan ketika memasuki tahun 2000, penggunaan bahan baku mengalami
peningkatan, dan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 mengalami naik turun secara
bergantian setiap tahunnya. Tahun 2005 sampai dengan 2007 penggunaan bahan baku
mengalami konstan kembali, dan menagalami peningkatan yang cukup signifikan dari 2007 ke
2008 yaitu meningkat sebesar 13.283.276.781 ribu rupiah atau kiraira sebesar 215,7% dan
mengalmi penurunan dari tahun 200 ke 2009 yang tidak terlalu besar.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
29/37
0
20000000
40000000
60000000
80000000
100000000
120000000
140000000
160000000
180000000
200000000
Untuk melihat perkembangan pengeluaran untuk sewa gedung sektor industri kendaraan
bermotor kecuali sepeda motor dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2009, penulis menampilkan
grafik berikut
dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2001, biaya untuk sewa gedung tidak mengalami
perubahan yang berarti. Namun ketika memasuki tahun 2002 biaya sewa gedung mengalami
peningkatan dan fluktuasi sampai dengan tahun 2007. Dari 2007 sampai dengan tahun 2008,
biaya sewa gedung mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu sebesar 144.011.907 ribu
rupiah atau sekitar 485,8%. Kemudian mengalami penurunan dari tahun 2008 ke tahun 2009.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara factor-faktor produksi terhadap
produktivitas dari industri Kendaraan Bermotor kecuali Sepeda Motor, maka perlu dilakukan
suatu analisis yang bisa menunjukkan pengaruh dari factor-faktor produksi tersebut terhadap
produktivitas industri ini.
Sebelum melakukan Analisis Linear Berganda, model harus memenuhi asumsi-asumsi
klasik yang merupakan syarat agar model regresi berganda tersebut dikatakan baik. Asumsi-
asumsi klasik tersebut terdiri dari Uji Normalitas, Ujii Autokorelasi, Ujii Multikloinearitas, dan
Uji Heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
30/37
Cara yang digunakan dalam menentukan apakah suatu model berdistribusi normal yaitu
dengan menggunakan rasio Skewness dan rasio Kurtosis. Rasio Skewness adalah nilai Skewness
dibagi dengan Standard Error Skewness sedangkan Rasio Kurtosis adalah nilai Kurtosis dibagi
dengan Standard Error Kurtosis. Bila nilai rasio Skewness dan rasio Kurtosis berada diantara -2
hingga +2 maka distribusi data adalah normal. Dari hasil pengujian dengan menggunakan SPSS
17 diproleh nilai Rasio Skewness sebesar -0,568 dan nilai Rasio Kurtosis sebesar -0.367
sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
2. Uji Autokorelasi
Cara yang digunakan untuk menguji ada atau tidak adanya Autokorelasi dalam suatu
model adalah dengan Uji Durbin-Watson. Bila nilai DW berada diantara DU sampai dengan 4-
DU maka koefisien Autokorelasi sama dengan nol artinya data tidak megalami autokorelasi. Dari
hasil pengujian dengan menggunakan SPSS 17 diproleh nilai DW sebesar 1,901 dari tabel
Durbin-Watson dengan = 0,05 dan jumlah observasi 20 dan jumlah varibel bebas 3 diperoleh
nilai DL sebesar 0,9976 dan DU 1,6763. Karena nilai DW (1,901) berada diantara nilau DU
(1,6763) dan 4-DU (2,3237) maka dapat disimpulkan bahwa data tidak megalami gejala
autokorelasi.
3. Uji Multikolinieritas
Cara yang digunakan untuk menguji ada atau tidak adanya gejala Multikolinieritas dalam
suatu model adalah dengan VIF. Apabila nilai VIF untuk masing-masing variable bebas < 10 dan
nilai tolerance > 0.1 maka data tersebut tidak memiliki gejala Multikolinieritas. Dari hasil
pengujian dengan menggunakan SPSS 17 diproleh nilai Tolerance 0,282 dan VIF 3,542 untuk
variable bebas X1, nilai Tolerance 0,282 dan VIF 3,541 untuk variable bebas X2, dan nilai
Tolerance 1,95 dan VIF 5,123 untuk variable bebas X3. Maka dapat disimpulkan bahwa data
tidak megalami gejala Multikolinieritas.
4. Uji Heteroskedastisitas
Cara yang digunakan untuk menguji ada atau tidak adanya gejala Heteroskedastisitas
dalam suatu model adalah dengan melihat nilai Asymp sig. pada masing-masing variabel
independen. Jika sig. > 0,05 maka data tidak mengalami gejala Heteroskedastisitas. Dari hasil
pengujian dengan menggunakan SPSS 17 diproleh nilai sig. untuk variable X1, X2, X3 berturut-
turut masing-masing sebesar 0,383 ; 0,878 ; 0,512. Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak
megalami gejala Heteroskedastisitas.
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
31/37
Karena semua asumsi-asumsi klasik terpenuhi, dapat disimpulkan bahwa model regresi berganda
tersebut dikatakan baik, sehingga bisa dilakukan analisis berganda.
Tabel 4 Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Tak Bebas
Variabel Bebas
Unstandardized
Coefficient
Standardized
Coefficient t Sig VIF
Std.Error Beta
(Constant)
Ln Bahan Baku
Ln Upah Tenaga Kerja
Ln Sewa Gedung
-0.545
0,473*
0,076*
0,048
2,042
0,113
0,123
0,080
0,426
0,544
0,073
-0,267
4,189
5,352
0,598
0,793
0,001
0,000
0,558
3,542
3,541
5,123
R = 0,976
R Square = 0,953
F Tabel = 109,016
Durbin Watson = 1,901
Variabel Tak Bebas : Ln Produksi
*) Berpengaruh nyata pada taraf 5 %
Dari hasil pengolahan terhadap data penelitian, diperoleh nilai r sebesar 0,976 yang
menunjukkan bahwa hubungan linear antara variabel bebas dan variabel tak bebas dapatdikatakan erat. Selain itu, data pada Tabel.. memperlihatkan nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,953, yang dapat diartikan bahwa variasi data variabel tak bebas berupa Produksi
dijelaskan 95,3 persen oleh ketiga variabel bebas yang dimasukkan dalam penelitian ini dan
sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas secara
keseluruhan (bersama-sama). Dari hasil pengolahan SPSS 17.0 dapat diketahui nilai F hitung
sebesar 109,016 dengan tingkat signifikansi 5%, sehingga variabel bebas signifikan
mempengaruhi variabel tak bebas secara keseluruhan.
Uji parsial terhadap koefisien regresi (t-tes) dilakukan untuk melihat signifikansi dari
pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas secara parsial dengan menganggap variabel
lainnya konstan. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa konstanta regresi, variable Bahan
Baku X1 dan variable Upah X2 berpengaruh signifikan terhadap peningkatan Produksi Industri
8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix
32/37
Kendaraan bermotor kecuali sepeda motor. Variabel Sewa Gedung tidak menunjukkan pengaruh
signifikan.
Melalui data yang tertera pada Tabel.. dapat diketahui bahwa apabila variable Bahan
Baku X1 meningkat sebesar 1 persen, maka Nilai Produksi Industri Kendaraan Bermotor kecuali
Sepeda Motor meningkat sebesar 47,3 persen. Variabel Upah X2 meningkat 1 persen maka Nilai
Produksi Industri Kendaraan Bermotor kecuali Sepeda Motor meningkat sebesar 7,6 persen.
Untuk mengetahui besarnya tambahan hasil produksi akibat bertambahnya factor
produksi dapat kita ketahui dengan melakukan perhitungan Return to Scale. Nilai return to scale
untuk periode 1990-2009 dapat ditentukan dengan cara menjumlahkan elastisitas masing-masing
faktor produksi yang mempengaruhi produksi secara signifikan. Jika RTS > 1 maka berarti
proses produksi menunjukan increasing RTS yang berarti bahwa proporsi penambahan input
akan menghasilkan output yang proporsinya lebih besar . Sedangkan jika RTS < 1 maka berarti
proses produksi menunjukan decreasing RTS yang berarti bahwa proporsi penambahan input
melebihi proporsi penambahan produksinya.
Dari perhitungan Return to Scale didapat nilai RTS sebesar 0,549%. Karena nilai RTS